hubungan getaran mekanis dengan kelelahan kerja …eprints.ums.ac.id/76704/1/naskah...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA
PADA PEKERJA MEBEL DI DESA SERENAN JUWIRING KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
SOFIA SEPTIANA AZIZAH
J410150049
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
-
1
-
2
-
3
-
1
HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN
KERJA PADA PEKERJA MEBEL DI DESA SERENAN,
JUWIRING, KLATEN
Abstrak
Di era globalisasi ini proses industrialisasi serta modernisasi ini
berdampak besar terhadap meluasnya tehnologi yang menyebabkan
berkembang pesatnya penggunaan mesin dan peralatan kerja mekanis.
Pada sektor home industri masuk pada industri nonformal dimana
industri tersebut belum mendapat perijinan pemerintah serta belum
memiliki SOP (Standar Oprasional Prosedur) yang menjaminan
kesehatan pekerjanya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan getaran mekanis dengan kelelahan kerja dan gangguan
kesehatan pada pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten. Jenis
penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan Cros
Sectional karena variabel sebab akibat objek penelitian diukur dalam
waktu dan situasi yang sama pada 131 responden dengan
menggunakan teknik quota sampling dimana pengumpulan subjek
sesuai syarat yang ditentukan hingga terpenuhi jumlah sampel yang
diperlukan. Hasil penelitian getaran yang dialami responden terdiri
dari beberapa kategori diantaranya kategori dapat diterapkan sebanyak
2 orang (1,5%), getaran dengan kategori masih diperkenankan
sebanyak 33 orang (25,2%), dan getaran dengan kategori
membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Responden yang
mengalami kelelahan rendah sebanyak 60 orang (45,8%), sedang
sebanyak 68 orang (51,9%), dan tinggi sebanyak 3 orang (2,3%). Ada
hubungan yang signifikan antara getaran mekanis dengan kelelahan
kerja dengan nilai sig (p-value) = 0,020 < 0,05 sehingga Ho ditolak
yang berarti ada hubungan dengan nilai korelasi (r) 0,202 yang artinya
tingkat keeratan hubungan lemah sehingga korelasi antara variabel
getaran dan kelelahan kerja signifikan dan hubungan searah (positif).
Oleh sebab itu getaran pada mesin kerja di industri mebel dapat
dikurangi dengan menggunakan APD berupa sarung tangan busa
untuk mengurangi dan meminimalisir getaran yang tersalurkan pada
pekerja mebel sehingga mengurangi resiko kelelahan kerja.
Kata kunci : getaran mekanis, kelelahan kerja, pekerja mebel
Abstract
In this era of globalization, the process of industrialization and
modernization has had a major impact on the widespread technology
which has led to the rapid development of machines and mechanical
work equipment. In the home industry sector enter the non-formal
industry where the industry has not received government permission
and does not have SOP (Standard Operating Procedures) that
guarantees the health of workers. The purpose of this study was to
-
2
1
determine the relationship of mechanical vibrations with work fatigue
and health problems in furniture workers in Serenan Juwiring Klaten
Village. This type of research is quantitative with the Cros Sectional
approach because the cause and effect variables of the research object
are measured in the same time and situation on 131 respondents using
quota sampling technique where the subject collection is in
accordance with the specified conditions until the required number of
samples are met. The results of vibration research experienced by
respondents consisted of several categories including categories that
can be applied as many as 2 people (1.5%), vibrations in the category
are still allowed as many as 33 people (25.2%), and vibrations with
hazardous categories as many as 96 people (73, 3%). Respondents
who experienced low fatigue were 60 people (45.8%), moderate were
68 people (51.9%), and high were 3 people (2.3%). There is a
significant relationship between mechanical vibration with work
fatigue with the value of sig (p-value) = 0.020
-
3
mekanis tersebut secara teratur dari arah bolak-balik dengan kedudukan seimbang.
Sebagian kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja yang tersalurkan kepada
tubuh tenaga kerja dalam bentuk getaran mekanis. Dimana getaran tersebut dapat
menyebabkan resonansi organ dan jaringan tubuh sehingga berpengaruh pada
tenaga kerja yang terpapar getaran mekanis. Getaran yang dihasilkan oleh mesin
yang melebihi NAB bila terpapar pada manusia atau pekerja dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusgiyanto, dkk (2017),
menyatakan usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki
risiko kesehatan yang sangat tinggi terutama dalam hal kelelahan kerja. Menurut
Notoadmodjo (2003), usaha sektor informal umumnya belum memperhatikan
dengan serius masalah yang berkenaan dengan ergonomi, mulai dari posisi kerja,
peralatan kerja dan penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga
kerja yang menggunakan peralatan. Kurangnya perhatian penyesuaian tempat
kerja, posisi, serta peralatan terhadap tenaga kerja, tentunya akan menimbulkan
beberapa permasalahan berupa penyakit akibat kerja. Usaha informal ini belum
tersentuh oleh kepedulian dari pemilik usaha maupun pemerintah terhadap
kesehatan pekerjanya.
2. METODE
Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional
karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang
sama.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada mebel di Desa Serenan, Juwiring,
Klaten pada bulan Maret 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah industri
mebel rumah tangga berjumlah 295 pekerja mebel di Desa Serenan, Juwiring,
Klaten yang tersebar di 5 dusun yaitu Mutihan, Sortanan, Nambangan, Badran dan
Mojosawit. Untuk menentukan besar sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini menggunakan rumus besar sampel minimal untuk proporsi pada
populasi yang terbatas (Finite) dengan tehnik pengambilan sampel quota
sampling diperoleh sampel sebanyak 131 responden.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Univariat
3.1.1 Karakteristik individu
-
4
Tabel 1. Data karakteristik individu
Karakteristik
Individu
Total
N %
Usia (tahun)
Usia muda (0-14)
0
0
Usia produktif (15-64) 131 100,0
Usia tua (>65) 0 0
Rerata ± SD 37,44 ± 10,772
Median (Min – Max) 38 (16 – 60)
Jenis Kelamin
Laki – laki
127
96,9
Perempuan 4 3,1
Masa Kerja (tahun)
< 5 tahun
33
25,5
≥ 5 tahun 98 74,5
Rerata ± SD 11,66 ± 9,699
Median (Min – Max) 10 (2 – 40)
Sumber : Data primer terolah, 2019.
Dari data tersebut diketahui bahwa seluruh responden masuk pada kategori
usia produktif (15-64 tahun) yaitu sebanyak 131 orang (100,0 %) dengan rata-rata
37,44 ± 10,772 standar deviasi. Perolehan rata-rata usia responden yaitu 38 tahun
dengan usia termuda16 tahun dan usia tertua 60 tahun. Berdasarkan data jenis
kelamin dari 131 responden diketahui mayoritas responden adalah laki-laki yaitu
127 orang (96,9%) dan responden perempuan 4 orang (3,1%) dan berdasarkan
tabel masa kerja diketahui bahwa responden yang bekerja < 5 tahun sebanyak 33
orang (25,5%). Sedangkan responden yang bekerja dengan masa kerja ≥ 5 tahun
yaitu sebanyak 98 orang (74,5%) dengan rata-rata 11,66 ± 9,699 standar deviasi.
Perolehan rata-rata masa kerja 10 tahun dengan minimal masa kerja 2 tahun dan
maksimal masa kerja 40 tahun.
3.1.2 Getaran
Tabel 2. Data getaran responden dalam kategori
Getaran (kategori) Total
N %
Baik 0 0
Dapat diterapkan 2 1,5
Masih diperkenankan 33 25,2
Membahayakan 96 73,3
Rerata ± SD 17,75 ± 17,150
Median (Max – Min) 13(117 – 2)
-
5
Sumber : Data primer terolah, 2019.
Dari data tersebut diketahui bahwa getaran yang dialami oleh responden
yaitu getaran dengan kategori baik tidak ditemukan, getaran dengan kategori dapat
diterapkan sebanyak 2 orang (1,5%), getaran dengan kategori masih
diperkenankan sebanyak 33 orang (25,2%) dan getaran dengan kategori
membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Data memiliki rata-rata 17,75 ±
17,150 standar deviasi. Perolehan rata-rata getaran 13 dengan getaran maksimal
117 dan getaran minimal 2.
3.1.3 Kelelahan Kerja
Tabel 3. Data kelelahan kerja dalam skor
Kelelahan Kerja (Skor) Total
N %
Rendah (0-21) 60 45,8
Sedang (22-44) 68 51,9
Tinggi (45-67) 3 2,3
Sangat tinggi (68-90) 0 0
Rerata ± SD
Median (Max – Min)
22,73 ± 8,512
23(48 - 4)
Sumber : Data primer terolah, 2019.
Diketahui bahwa responden yang mengalami kelelahan kerja kategori
rendah sebanyak 60 orang (45,8%), kelelahan kerja kategori sedang sebanyak 68
orang (51,9%) dan kelelahan kerja kategori tinggi sebanyak 3 orang (2,3%). Data
kelelahan kerja memiliki rata-rata 22,73 ± 8,512 standar deviasi. Perolehan rata-
rata kelelahan kerja dalam skor 23 dengan kelelahan kerja terendah dalam skor 4
dan kelelahan kerja tertinggi dalaml skor 48.
-
6
3.2 Analisis Bivariat
Tabel 4. Hasil tabulasi silang antara getaran dengan kelalahan kerja
Getaran
(Kategori)
Kelelahan Kerja
(Skor)
Total
P
value
R Rendah Sedang Tinggi Sangat
tinggi
N % N % N % N % N %
Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,020
0,202
Dapat
diterapkan
0 0 2 100 0 0 0 0 2 100
Masih
diperkenan
kan
22 66,7 11 33,3 0 0 0 0 33 100
Membahay
akan
38 39,6 55 57,3 3 3,1 0 0 96 100
Total 60 45,8 68 51,9 3 2,3 0 0 131 100
Sumber : Data primer terolah, 2019.
Diketahui dari data tersebut bahwa mayoritas responden bekerja dengan
getaran mengalami kelelahan kerja rendah sebanyak 60 responden (45,8 %),
dengan getaran mengalami kelelahan kerja sedang yaitu sebanyak 68 responden
(51,9 %) dan dengan getaran mengalami kelelahan kerja tinggi yaitu sebanyak 3
responden (2,3 %). Hasil uji hubungan ini dihitung demgan menggunakan statistik
Rank Spearman antara getaran dengan kelelahan kerja pada pekerja home industri
mebel di desa Serenan Juwiring Klaten diperoleh nilai sig (p-value) = 0,020
dimana nilai tersebut < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan
signifikan. Diperoleh juga nilai korelasi (r) 0,202 yang artinya tingkat keeratan
hubungan lemah.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara getaran dengan kelelahan kerja. Hasil uji korelasi nilai (r) menunjukkan
hubungan korelasi ke arah positif (korelasi yang memiliki hubungan searah/arah
yang sama) yang berarti semakin tinggi nilai getaran, maka semakin tinggi risiko
kelelahan yang dialami para pekerja.
-
7
3.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat vibration
meter pada sumber getaran mekanis ini terdiri dari 8 jenis mesin/peralatan kerja
diantaranya amplas, bor, gergaji, bubut, koklok, handplas, jenter dan tender.
Pengukuran mesin/peralatan kerja tersebut yang pertama diperhatikan yakni
menentukan Kategori mesin sesuai (ISO 7919) Class II yakni Permesinan ukuran
menengah (daya 15 - 75 KW) tanpa pondasi yang khusus. Kedua menentukan titik
getaran mesin/peralatan kerja dan yang ketiga menentukan Standar getaran mesin
sesuai (ISO 2372) diklasifikasikan dalam Mesin sedang (Group M) dengan
output 15 -75 KW. Getaran mekanis yang ditimbulkan dari mesin tersebut dapat
menimbulkan efek diantaranya gangguan kenyamanan kerja, terganggunya tugas
atau aktivitas bersamaan dengan cepat timbulnya kelelahan dan gangguan
terhadap kesehatan.
Dari beberapa mesin/peralatan kerja yang memiliki sumber getaran
mekanis terdapat beberapa alat yang memiliki kekuatan getaran besar dan
memiliki resiko tinggi bagi pekerjanya yang mengoprasikan mesin tersebut. Alat
tersebut yakni jenter dan tender karena tingkat kedekatan tangan pekerja dengan
sumber getaran sangatlah dekat sehingga kekuatan yang dihasilkan oleh
mesin/peralatan kerja yang disalurkan pada pekerja akan lebih besar dan memiliki
potensi resiko pada masalah kesehatan dan keselamatan pekerjanya juga tinggi.
Secara umum mesin/peralatan kerja masing-masing memiliki resiko dari
penggunaannya, jadi untuk meminimalisir tingkat kecelakaan kerja atau masalah
yang dapat ditimbulkan yang paling utama yakni kesadaran pekerja itu sendiri
untuk memperhatikan penggunaan mesin/peralatan kerja yang benar, aman dan
tidak menimbulkan masalah kesehatan atau keselamatan saat kerja. Dapat juga
para pekerja melakukan modifikasi mesin/peralatan kerja dan menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) seperti masker untuk melindungi dari debu kayu, sarung
tangan busa untuk meminimalisir getaran dari mesin/peralatan kerja sehingga
mengurangi resiko kecelakaan kerja terhadap masalah kesehatan pekerja.
Berdasarkan pengukuran terhadap pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring
Klaten yang terpapar getaran dengan kategori dapat diterapkan sebanyak 2 orang
(1,5%), getaran dengan kategori masih diperkenankan sebanyak 33 orang (25,2%)
dan getaran dengan kategori membahayakan sebanyak 96 orang (73,3%). Data
memiliki rata-rata 17,75 ± 17,150 standar deviasi. Adapun distribusi hasil
pengukuran kelelahan kerja yaitu sebesar 60 orang (45,8%) mengalami kelelahan
kerja rendah, sebesar 68 orang (51,9%) mengalami kelelahan kerja sedang dan
sebesar 3 orang (2,3%) Data kelelahan kerja memiliki rata-rata 22,73 ± 8,512
standar deviasi mengalami kelelahan kerja tinggi, hal ini sesuai dengan teori
bahwa hubungan getaran sangat signifikan dengan perasaan kelelahan.
-
8
Faktor Individual yang dapat menyebabkan kelelahan kerja yaitu usia, masa kerja
dan jenis kelamin. Usia adalah jumlah tahun yang dihitung mulai dari pekerja
home industri mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten lahir sampai saat
pengumpulan data dilakukan. Berdasarkan hasil univariat menunjukkan bahwa
usia pekerja mebel yang menjadi responden yaitu semua masuk pada kategori
usia produktif (15 – 64 tahun). Berdasarkan hasil statistik usia dari 131 responden
diketahui usia terrendah yakni 16 tahun dan usia tertua yakni 60 tahun dan rata-
rata usia responden yakni 38 tahun. Masa kerja adalah panjangnya waktu
terhitung mulai pertama kali pekerja home industri mebel di Desa Serenan
Juwiring Klaten masuk hingga saat penilitian berlangsung. Dari analisis yang
telah dilakukan kategori masa kerja < 5 tahun terdapat 33 responden (25,5%) dan
kategori ≥ 5 tahun terdapat 98 responden (74,5%). Berdasarkan hasil observasi
dilapangan pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten banyak dari pekerja
yang menyampaikan bahwa mereka sudah menjadi pekerja mebel sejak usia 17
tahun, pada penelitian ini dari 131 responden diperoleh rata-rata 11,66 ± 9,699
standar deviasi dengan hasil masa kerja maksimal adalah 40 tahun dan masa kerja
minimal adalah 2 tahun dan rata-rata masa kerja 10 tahun. Jenis kelamin adalah
kondisi fisik seseorang berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologis.
Berdasarkan hasil univariat mayoritas responden yang bekerja di industri mebel
adalah laki-laki 127 orang (96,9%) dan perempuan 4 orang (3,1%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa getaran mekanis berpengaruh
terhadap kelelahan kerja pada pekerja mebel di Desa Serenan Juwiring Klaten
sehingga para pekerja tersebut perlu menggunakan APD berupa sarung tangan
busa untuk mengurangi dan meminimalisir getaran yang tersalurkan pada pekerja
mebel untuk mengurangi resiko kelelahan kerja yang ditimbulkan.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Getaran mekanis di kelompokkan menjadi beberapa kategori diantaranya kategori
“dapat diterapkan”(1,5%), “masih diperkenankan” (25,2%), dan “membahayakan”
(73,3%). Responden yang mengalami kelelahan kerja dikelompokkan menjadi
beberapa kategori diantaranya “rendah” (45,8%), “sedang” (51,9%), dan “tinggi”
(2,3%). Ada hubungan yang signifikan antara getaran mekanis dengan kelelahan
kerja dengan nilai sig (p-value) = 0,020
-
9
Efek yang ditimbulkan dari getaran mekanis diantaranya gangguan
kenyamanan kerja, terganggunya tugas atau aktivitas bersamaan dengan cepat
timbulnya kelelahan dan gangguan terhadap kesehatan.
4.2 Saran
Bagi pekerja mebel, pekerja diharapkan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
berupa masker untuk melindungi debu dan sarung tangan busa untuk
meminimalisir kekuatan mesin/peralatan kerja saat bekerja, memodivikasi
peralatan misalnya memberikan karet pada pegangan amplas untuk meminimalisir
getaran yang tersalurkan pada pekerja, pengecekan atau pemeriksaan
mesin/peralatan kerja secara berkala untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
akibat peralatan yang tidak aman dan memanfaatkan waktu istirahat dengan
efektif. Bagi pemilik usaha, mengatur waktu istirahat yang seimbang bagi pekerja
dan melakukan upaya pengendalian dan pencegahan terhadap keluhan yang
berhubungan dengan getaran mekanis misalnya dengan menyediakan sarung
tangan busa bagi pekerja, pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya 1
tahun sekali dan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Bagi
peneliti lain diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian
sejenis dan digunakan sebagai data referensi peneliti selanjutnya dengan tema
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D.M & Saryono. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan.
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
A.M, Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Amalia, Lia. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Departermen Kesehatan RI. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Emil, Salim. 2002. Akutansi Intermediate Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Eraliesa, Fandrik. 2008. Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja
Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
ISO 18016. 1995. Vibration Severity Levels. Gsaiprasath.
ISO 2372. 1987. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ecruz Cruz L.
ISO 2372 dan VDI 2056. Machinery Vibration Severity. Manan Vadher.
ISO 2631. 1997. Mechanical vibration and shock - Evaluation of human
exposure to whole-body vibration Part 1. SAI Global.
ISO 7919. 1996. Mechanical vibration Evaluation of machine vibration.
Measurements On Rotating Shafts.
Kemenakertrans RI. 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia
di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans RI.
-
10
Kusgiyanto, Wahyu., Suroto Suroto, dan Ekawati Ekawati. 2017. Analisis
Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia dan Jenis Kelamin
Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan
Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Nasution. 1998. Metodologi Penelitian Naturalistic. Bandung: PN.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Suekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta.
Putri, D. 2008. Hubungan Faktor Internal dengan Perasaan Kelelahan kerja
Pada Operasi Alat Besar di PT. Indonesia Power UBP Surabaya.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV Mandar Maju.
Setyawati. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Asmara Books.
Suma’mur, P.K. 1992. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV
Haji Mas Agung.
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Jakarta: Sagung Seto.
Suma’mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.
Tarwaka, Solichul HA.Bakri, dan Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta:UNIBA
Press.
Tarwaka. 2010. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kerja. Surakarta : Uniba Press.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Prokduktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Umyati. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh
Tangerang Tahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah