hubungan iklim, kepadatan nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

12
J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53 42 Perhimpunan Entomologi Indonesia Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria SUWITO 1) , UPIK KESUMAWATI HADI 2) , SINGGIH H SIGIT 2) , DAN SUPRATMAN SUKOWATI 3) 1) Sekolah Tinggi Kesehatan Abdi Nusa Pangkalpinang, Subdit Pengendalian Vektor Depkes RI 2) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, FKH IPB 3) Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Depkes RI (diterima Januari 2010, disetujui Maret 2010) ABSTRACT Correlations of Climate, Anopheles Density and Malaria Incidence. Districts of South Lampung and Pesawaran are malaria endemic areas. The purpose of this study was to analyze the relationship between climate, Anopheles density and malaria incidence. Mosquito collections were caught by human landing collection all night 06:00 PM-06:00 AM. The relation of climate with Anopheles density and Anopheles density with malaria incidence were analysed by Pearson Product Moment test. The Anopheles bite all night, peaks with 02:00-04:00 AM, outdoor bitings were more frequent than indoor biting. There were relationships between relative humidity and rain fall with Anopheles density, and Anopheles density with malaria incidence one month later. KEY WORD: Climate, Anopheles density, malaria insidence PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara ke- pulauan yang memiliki iklim tropis yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan iklim regional dan global. Perubahan iklim makro dan mikro dapat mempengaruhi penyebar- an penyakit menular, termasuk penya- kit tular vektor nyamuk. Peningkatan kelembaban dan curah hujan ber- banding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk, sedangkan suhu mempunyai batas optimum bagi perkembangbiakan nyamuk antara 25-27 o C (Epstein et al. 1998). Penelitian mengenai simulasi mate- matis transmisi malaria yang dikaitkan dengan perubahan iklim sangat mem- bantu deteksi dini merebaknya kasus malaria (Martens 1997). Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, sehingga antisipasi perubahan iklim terhadap sektor kesehatan di Indonesia dan lingkungannya merupakan hal yang sangat penting. Sukowati (2008) me- nyatakan di Indonesia faktor iklim berpengaruh signifikan terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

42

Perhimpunan Entomologi Indonesia

Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles

dan Kejadian Penyakit Malaria

SUWITO1), UPIK KESUMAWATI HADI

2), SINGGIH H SIGIT

2),

DAN SUPRATMAN SUKOWATI3)

1)Sekolah Tinggi Kesehatan Abdi Nusa Pangkalpinang,

Subdit Pengendalian Vektor Depkes RI 2)Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner, FKH IPB 3)Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Depkes RI

(diterima Januari 2010, disetujui Maret 2010)

ABSTRACT

Correlations of Climate, Anopheles Density and Malaria Incidence.

Districts of South Lampung and Pesawaran are malaria endemic areas. The

purpose of this study was to analyze the relationship between climate,

Anopheles density and malaria incidence. Mosquito collections were caught

by human landing collection all night 06:00 PM-06:00 AM. The relation of

climate with Anopheles density and Anopheles density with malaria

incidence were analysed by Pearson Product Moment test. The Anopheles

bite all night, peaks with 02:00-04:00 AM, outdoor bitings were more

frequent than indoor biting. There were relationships between relative

humidity and rain fall with Anopheles density, and Anopheles density with

malaria incidence one month later.

KEY WORD: Climate, Anopheles density, malaria insidence

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara ke-

pulauan yang memiliki iklim tropis

yang heterogen dan rentan terhadap

dampak perubahan iklim regional dan

global. Perubahan iklim makro dan

mikro dapat mempengaruhi penyebar-

an penyakit menular, termasuk penya-

kit tular vektor nyamuk. Peningkatan

kelembaban dan curah hujan ber-

banding lurus dengan peningkatan

kepadatan nyamuk, sedangkan suhu

mempunyai batas optimum bagi

perkembangbiakan nyamuk antara

25-27oC (Epstein et al. 1998).

Penelitian mengenai simulasi mate-

matis transmisi malaria yang dikaitkan

dengan perubahan iklim sangat mem-

bantu deteksi dini merebaknya kasus

malaria (Martens 1997).

Sektor kesehatan merupakan salah

satu sektor yang rentan terhadap

dampak perubahan iklim, sehingga

antisipasi perubahan iklim terhadap

sektor kesehatan di Indonesia dan

lingkungannya merupakan hal yang

sangat penting. Sukowati (2008) me-

nyatakan di Indonesia faktor iklim

berpengaruh signifikan terhadap risiko

penularan penyakit tular vektor seperti

Page 2: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

43

demam berdarah dan malaria. Model

matematis menunjukkan bahwa pe-

ningkatan suhu global 3 oC menjelang

tahun 2100 dapat meningkatkan pe-

nyakit malaria 50-80 juta per tahun

(Martens 1997).

Penyakit malaria di Lampung

disinyalir berkorelasi dengan kepa-

datan nyamuk Anopheles sebagai

vektor, sebagaimana pernyataan

Rozendal (1997) bahwa banyaknya

vektor akan berkorelasi positif dengan

tingginya kasus penyakit. Kepadatan

populasi vektor yang tinggi dapat

meningkatkan kontak vektor yang

infektif terhadap manusia (Mc. Kelvey

et al. 1991). Nyamuk Anopheles yang

telah ditemukan kontak dengan

manusia di Lampung Selatan antara

lain A. sundaicus, A. subpictus, A.

vagus, A. indefinitus, A. nigerrimus, A.

peditaeniatus, A. kochi, A. Barbiro-

stris, A. annullaris, A. separatus, A.

tessellatus dan A. aconitus (Idram Idris

et al. 1999).

Kepadatan vektor yang tinggi

menjadikan Lampung Selatan daerah

endemis malaria sepanjang tahun.

Jumlah penyakit malaria berdasarkan

hasil penghitungan angka parasit

malaria atau annual parasite incidence

(API) perseribu penduduk tahun 2005

sebesar 15,5 000 , tahun 2006 sebesar

7,4 000 , tahun 2007 sebesar 12 00

0 dan

tahun 9,9 000 (Depkes 2009).

Berdasarkan latar belakang ter-

sebut, maka penelitian iklim menjadi

penting untuk memprediksi peningkat-

an atau penurunan kepadatan nyamuk

Anopheles serta kaitannya dengan

peningkatan dan penurunan penyakit

malaria. Adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan

iklim dengan kepadatan nyamuk

Anopheles serta untuk mengetahui

hubungan kepadatan nyamuk Ano-

pheles dengan kejadian penyakit

malaria.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lam-

pung Selatan dan Pesawaran yang

merupakan wilayah kategori kasus

sedang malaria (medium case inciden-

ce/MCI) di Indonesia. Tepatnya di dua

kecamatan endemis malaria status

kasus tinggi malaria (high incidence

area/HIA), yaitu Kecamatan Rajabasa

dan Kecamatan Padangcermin. Pene-

litian dilaksanakan selama satu tahun,

mulai September 2008 sampai dengan

September 2009.

Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang diguna-

kan yaitu mikroskop stereo, aspirator,

kloroform dan kuesioner terstruktur

mengenai iklim, kepadatan nyamuk

dan penyakit malaria.

Pengamatan Iklim

Data iklim diperoleh dari data

sekunder, yang diambil dari Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geo-

fisika (BMKG) Raden Intan Lampung

Selatan, meliputi suhu udara, ke-

Page 3: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

44

lembaban udara dan curah hujan. Suhu

dan kelembaban udara dirata-ratakan

tiap bulannya. Nilai indeks curah hujan

bulanan dihitung dengan mengalikan

jumlah curah hujan perbulan dengan

hari hujan perbulan, lalu dibagi dengan

jumlah hari pada bulan yang ber-

sangkutan.

Penangkapan Nyamuk Malam Hari

Kepadatan nyamuk diperoleh dari

hasil penangkapan nyamuk yang

hinggap di badan pada malam hari

pukul 18:00-06:00, dengan metode

HLC (human landing collection).

Digunakan tiga rumah sebagai lokasi

penangkapan, dimana masing-masing

rumah terdapat seorang penangkap,

masing-masing di luar dan di dalam

rumah. Dalam tiap jamnya bekerja

selama 45 menit dan istirahat 15 menit.

HLC dilakukan selama satu tahun,

dimana tiap bulannya empat malam di

Kecamatan Rajabasa dan empat malam

di Padangcermin. Nyamuk yang hing-

gap di badan ditangkap menggunakan

aspirator, kemudian nyamuk dibunuh

mengunakan cloroform, dihitung jum-

lahnya dan diidentifikasi spesiesnya

menggunakan mikroskop stereo. Iden-

tifikasi nyamuk menggunakan kunci

identifikasi nyamuk Anopheles dari

O’Connor dan Soepanto (1999). Ke-

padatan nyamuk Anopheles menghisap

darah per orang per malam dihitung

berdasarkan nilai man bitting rate

(MBR). Nilai MBR didapat dari

jumlah nyamuk Anopheles (spesies

tertentu) yang tertangkap per malam

dibagi jumlah penangkap. Karena per

orang per jamnya menangkap 45

menit, berarti permalam menangkap

sembilan jam, maka dikalikan 12/9.

9

12)(x

penangkap

permalamnyamukMBR

Σ

Σ=

Pengamatan Penyakit Malaria

Jumlah kasus malaria diperoleh

dari data sekunder, yang diambil dari

Puskesmas di wilayah Kecamatan

Rajabasa dan Padangcermin, yaitu

Puskesmas Waymuli, Hanura dan Pa-

dangcermin.

Analisis Data

Kepadatan nyamuk Anopheles

menggigit per orang per malam (MBR)

dirata-ratakan tiap bulannya dan di-

sajikan dalam bentuk grafik selama

satu tahun, di dalam dan di luar rumah.

Fluktuasi suhu udara, kelembaban

udara dan indeks curah hujan disajikan

dalam bentuk grafik selama satu tahun.

Untuk mengetahui hubungan iklim

dengan kepadatan nyamuk Anopheles,

dilakukan uji korelasi pearson product

moment pada α=0,05. Jika terdapat

hubungan bermakna, maka diteruskan

dengan uji regresi linier sederhana

untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh iklim terhadap kepadatan

nyamuk Anopheles, dengan mencari

nilai kooefesien determinasi (r2). Data

kasus malaria selama satu tahun

Page 4: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

45

Gambar 1. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per jam (MHD) di Rajabasa,

Lampung Selatan

disajikan dalam bentuk grafik. Untuk

mengetahui hubungan kepadatan

Anopheles dengan kasus malaria

menggunakan uji korelasi pearson

product moment pada α=0,05. Jika

terdapat hubungan bermakna, maka

dilanjutkan dengan uji regresi linier

sederhana untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh kepadatan nyamuk

Anopheles terhadap kasus malaria,

dengan mencari nilai kooefesien

determinasi (r2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah Kecamatan Rajabasa

didapatkan 10 spesies Anopheles yang

kontak dengan manusia, yaitu A.

sundaicus, A. vagus, A. tessellatus, A.

aconitus, A. subpictus, A. annularis, A.

kochi, A. minimus, A. barbirostris dan

A. maculatus. Wilayah Kecamatan

Padangcermin didapatkan delapan

spesies Anopheles yang kontak dengan

manusia, yaitu A. sundaicus, A.

subpictus, A. barbirostris, A. kochi, A.

aconitus, A. tessellatus, A. vagus dan

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

Jam

MH

A. sundaicus 1,66 1,21 1,13 1,52 2,08 2,46 3,27 3,60 3,75 4,80 3,14 1,55 A. vagus 0,18 0,39 0,12 0,29 0,28 0,17 0,03 0,16 0,04 0,09 0,22 0,00 A. tessellatus 0,05 0,04 0,04 0,10 0,00 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 A. aconitus 0,50 0,34 0,11 0,03 0,11 0,08 0,06 0,11 0,14 0,11 0,08 0,14 A. subpictus 0,02 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 0,00 A. annullaris 0,09 0,14 0,11 0,00 0,03 0,14 0,06 0,03 0,06 0,00 0,08 0,03 A. kochi 0,26 0,00 0,17 0,00 0,11 0,00 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 A. minimus 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 A. barbirostris 0,00 0,11 0,07 0,07 0,04 0,04 0,04 0,04 0,00 0,04 0,01 0,00 A. maculatus 0,00 0,00 0,00 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00

18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06

Page 5: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

46

Gambar 2. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per jam (MHD) di

Padangcermin-Pesawaran

A. hyrcanus group. Nyamuk A. sunda-

icus merupakan spesies dominan di

Kecamatan Rajabasa dan Padang-

cermin, sebagaimana ditunjukkan dari

angka gigitan per orang per jam

(MHD) sangat tinggi melebihi spesies

lainnya (Gambar 1 dan Gambar 2).

Kepadatan nyamuk Anopheles per

orang per malam (MBR) menunjukkan

Anopheles menghisap darah sepanjang

bulan, tertinggi pada Desember, de-

ngan rata-rata 108 gigitan per orang

per malam pada Desember. Nyamuk

Anopheles lebih banyak menghisap

darah di luar rumah dibandingkan

dengan di dalam rumah (Gambar 3).

Suhu udara berkisar antara 25,60-27,30 oC. Rata-rata suhu udara terendah pada

Desember dan tertinggi pada Sep-

tember. Kepadatan Anopheles me-

ningkat pada kisaran suhu 26-26,5 oC,

mencapai puncaknya pada suhu 26,1

oC. Pada suhu udara di atas 27

oC

grafik kepadatan Anopheles menurun.

Hasil uji korelasi pearson pada α=0,05,

didapatkan nilai p=0,757 (p>0,05)

(Gambar 4), artinya tidak ada hubu-

ngan bermakna suhu udara dengan

kepadatan nyamuk Anopheles per

orang per malam (MBR).

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

Jam Pengamatan

MHD

A. sundaicus 3,88 2,97 2,61 3,10 4,17 4,96 5,93 6,10 6,33 5,60 3,88 2,60

A. subpictus 0,00 0,00 0,00

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00

A. barbirostris 0,04 0,00 0,00 0,04

0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,04 0,00

A. kochi 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

A. aconitus 0,00 0,11 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

A. tessellatus 0,00 0,00 0,92 0,08 0.00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,04 0,04 0,00

A. vagus 0,07 0,04 0,02 0,01 0.02 0,00 0,02 0,03 0,00 0,02 0,02 0,00

A. hyrcanus gr. 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00

18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06

Page 6: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

47

Gambar 3. Fluktuasi kepadatan Anopheles per orang per malam (MBR) di

Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

24,50

25,00

25,50

26,00

26,50

27,00

27,50

Bulan pengamatan

Suhu udara ('C)

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

MBR

Suhu ('C) 26,90 25,60 26,10 26,20 26,50 27,10 26,10 27,10 26,40 26,30 26,10 27,30

MBR 21,94 36,00 108,11 73,72 76,06 80,67 81,28 59,22 64,39 73,89 60,28 62,94

Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Gambar 4. Hubungan suhu udara dengan kepadatan Anopheles (MBR) di

Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

Kelembaban udara berfluktuasi, de-

ngan rata-rata tertinggi pada Desember

sebesar 84,30% dan terendah pada

Agustus sebesar 76%. Kelembaban

udara mempunyai hubungan bermakna

dengan kepadatan nyamuk Anopheles

per orang per malam (MBR). Hal ini

dibuktikan berdasarkan uji statistik

korelasi pearson pada α=0,05 di-

dapatkan nilai p=0,026 (p<0,05). Nilai

koefesien determinasi sebesar 0,405,

artinya kepadatan Anopheles 40,5% di-

pengaruhi oleh kelembaban udara,

selebihnya 59,5% oleh faktor lain di

luar kelembaban udara (Gambar 5).

Korelasi pearson (α=0,05)

p=0,757

Bulan Pengamatan

MBR

Page 7: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

48

70,00

72,00

74,00

76,00

78,00

80,00

82,00

84,00

86,00

Bulan pengamatan

Kelembaban udara (%)

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

MBR

Kelembaban (%) 76,40 79,30 84,30 82,00 81,00 80,00 81,80 79,00 83,00 77,00 76,00 77,00

MBR 21,94 36,00 108,1 73,72 76,06 80,67 81,28 59,22 64,39 73,89 60,28 62,94

Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Gambar 5. Hubungan kelembaban udara dengan kepadatan Anopheles (MBR) di

Padangcermin-Pesawaran

Gambar 6. Hubungan indeks curah hujan dengan kepadatan Anopheles (MBR)

di Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

Curah hujan berfluktuasi pada tiap

bulannya, fluktuasi indeks curah hujan

tertinggi pada Desember sebesar 22 ml

dan terendah pada Mei sebesar 10 ml.

Hasil perhitungan statistik hubungan

antara indeks curah hujan dengan

kepadatan nyamuk Anopheles pada

α=0,05 didapatkan nilai p=0,005

(p<0,05), artinya ada hubungan ber-

makna indeks curah hujan dengan

kepadatan nyamuk Anopheles per

orang per malam (MBR). Koefesien

determinasi menunjukkan nilai 0,569,

artinya kepadatan nyamuk Anopheles

56,9% disebabkan oleh curah hujan

(Gambar 6).

Kepadatan nyamuk Anopheles di-

kaitkan dengan penyakit malaria, me-

nunjukkan tidak ada hubungan ber-

makna kepadatan Anopheles dengan

Korelasi pearson (α=0,05)

p=0,026 r2 = 0,405

Page 8: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

49

Korelasi pearson (α=0,05)

p=0,901

kasus malaria (p=0,901) (Gambar 7).

Namun, pada saat kepadatan Ano-

pheles dihubungkan dengan kasus

malaria satu bulan berikutnya, didapat-

kan nilai p=0,021 (p<0,05), artinya ada

hubungan bermakna kepadatan Ano-

pheles dengan kasus malaria satu bulan

berikutnya. Hubunganya positif kuat

(ρ=0,681), semakin tinggi kepadatan

nyamuk per orang per malam (MBR)

maka semakin besar kasus malaria

pada bulan berikutnya (Gambar 8).

Hasil penangkapan malam hari

metode HLC mendapatkan 11 spesies

Anopheles, yaitu A. sundaicus, A.

vagus, A. tessellatus, A. aconitus, A.

subpictus, A. annularis, A. kochi, A.

minimus, A. barbirostris, A. maculatus,

dan A. hyrcanus group. Spesies A.

sundaicus merupakan spesies dominan

menghisap darah sepanjang malam

mulai dari pukul 18:00-06:00, dengan

puncak kepadatan pukul 03:00-04:00

di Rajabasa dan 02:00-03:00 di

Padangcermin. Jumlah kepadatan per

orang per jam di luar rumah selalu

lebih tinggi dibandingkan dengan di

dalam rumah. Hasil ini serupa dengan

temuan Sukowati dan Shinta (2009),

bahwa A. sundaicus aktif menghisap

darah manusia sepanjang malam

dengan puncak kepadatan antara pukul

02:00-03:00, kepadatan di luar rumah

lebih banyak dibandingkan di dalam

rumah.

Mardiana et al. (2007) menyatakan

aktivitas menghisap darah A. sundai-

cus lebih banyak di luar rumah dengan

puncak kepadatan pukul 01.00-02.00,

sedangkan di dalam rumah puncak

kepadatan pukul 24.00-01.00. Joshi et

al. (1977) menyatakan A. aconitus

lebih banyak menghisap darah di luar

rumah dari pada di dalam rumah,

puncak kepadatan tertinggi pada te-

ngah malam. Berdasarkan aktivitas

menghisap darah A. sundaicus, bahwa

Gambar 7. Hubungan kepadatan Anopheles (MBR) dengan kasus malaria di

Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-Pesawaran

Page 9: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

50

Gambar 8. Hubungan kepadatan Anopheles (MBR) dengan kasus malaria (satu

bulan berikutnya) di Rajabasa, Lampung Selatan dan Padangcermin-

Pesawaran

penularan malaria di Rajabasa dan

Padangcermin berlangsung sepanjang

malam, baik di luar maupun di dalam

rumah. Meskipun dari hasil pe-

nangkapan menunjukkan nyamuk lebih

banyak menghisap darah di luar

rumah. Akan tetapi, apabila pada

malam hari tidak mendapatkan orang

di luar rumah, maka nyamuk akan

masuk ke dalam rumah untuk mencari

darah (Depkes 1999).

Penelitian ini mempunyai kelebih-

an dibanding dengan penelitian lainnya

yang ada di Indonesia, karena data

kepadatan nyamuk Anopheles yang

diperoleh berturut-turut setiap bulan

selama satu tahun, belum pernah

didapatkan oleh penelitian lainnya.

Nyamuk Anopheles menghisap darah

sepanjang bulan, kepadatan per orang

per malam tertinggi pada Desember.

Besarnya jumlah nyamuk vektor yang

menghisap darah manusia akan

meningkatkan kasus (Rozendal 1997),

maka dapat diprediksi kasus malaria

akan meningkat pada Desember,

dengan anggapan daya tahan tubuh

masyarakat stabil setiap bulan.

Kepadatan Anopheles per orang per

malam dipengaruhi oleh kelembaban

udara dan curah hujan. Hasil per-

hitungan statistik kelembaban udara

mempunyai hubungan bermakna de-

ngan kepadatan Anopheles per orang

per malam (p=0,025). Kepadatan

Anopheles 40,5% dipengaruhi oleh

kelembaban udara. Kelembaban udara

adalah jumlah uap air yang terdapat

dalam udara. Uap air di udara sebagian

besar berasal dari penguapan air laut.

Lampung Selatan dan Pesawaran me-

rupakan daerah pantai berbatasan

dengan laut. Pada daerah pantai ke-

lembaban udara relatif lebih tinggi,

disebabkan penguapan air laut relatif

besar. Kelembaban mempengaruhi ke-

Korelasi pearson

(α=0,05), p=0,021

ρ=0,681

r2 = 0,464

Page 10: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

51

langsungan hidup dan kebiasaan nya-

muk menghisap. Kelembaban yang

rendah akan memperpendek umur

nyamuk, sebaliknya kelembaban tinggi

memperpanjang umur nyamuk. Pada

kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk

akan menjadi lebih aktif dan lebih

sering menggigit (Gunawan 2000).

Peningkatan kelembaban udara dan

curah hujan berbanding lurus dengan

peningkatan kepadatan nyamuk (Eps-

tein et al. 1998).

Curah hujan berhubungan ber-

makna dengan kepadatan Anopheles

(p=0,005). Kepadatan Anopheles per

orang per malam 56,9% dipengaruhi

oleh curah hujan. Hasil ini serupa de-

ngan pernyataan Mardiana dan Munif

(2009), bahwa kepadatan nyamuk

Anopheles di Sukabumi mempunyai

hubungan positif dengan curah hujan.

Epstein el at. (1998) menyatakan

semakin tinggi curah hujan akan me-

naikan kepadatan nyamuk, demikian

juga sebaliknya rendahnya curah hujan

mengurangi kepadatan nyamuk. Ada-

nya hujan akan menambah jumlah dan

jenis genangan air, yang sebelumnya

hanya sedikit atau tidak ada pada

musim kemarau. Keberadaan tambak

terbengkalai, kobakan dan kubangan

menjadi lebih banyak, bak benur

(terbengkalai) yang kering menjadi

berisikan air, kondisi air lagun dan

rawa-rawa menjadi lebih payau. Kon-

disi perairan ini merupakan habitat

yang disenangi oleh A. sundaicus un-

tuk perkembangan larva. Semakin

banyak habitat perkembangbiakan

mempermudah nyamuk meletakkan

telur, sehingga kepadatan nyamuk

semakin tinggi. Hujan yang diselingi

dengan cuaca panas akan meningkat-

kan berkembangbiaknya Anopheles

vektor (Mendoza dan Oliveira 1996).

Kepadatan Anopheles mempunyai

hubungan bermakna dengan jumlah

kasus malaria satu bulan berikutnya

(p=0,021). Hubunganya positif kuat

(ρ=0,681), semakin tinggi kepadatan

Anopheles per orang per malam maka

semakin besar kasus malaria pada

bulan berikutnya. Dengan kata lain,

terjadinya peningkatan kepadatan

Anopheles pada bulan ini, peningkatan

kasus malaria akan terjadi satu bulan

berikutnya. Hasil ini sesuai dengan

masa inkubasi intrinsik parasit malaria,

mulai dari masuknya parasit ke dalam

tubuh manusia sampai dengan timbul-

nya gejala klinis Plasmodium falci-

parum membutuhkan waktu 8-11 hari

(Garcia & Brucher 1996), P. vivax

membutuhkan waktu 12-17 hari

(Nadesul 1998). Kebiasaan masyarakat

datang berobat ke Puskesmas setelah

menggigil beberapa hari dan tidak

membaik setelah minum obat warung.

Pencatatan kasus malaria yang dilaku-

kan oleh Puskesmas melebihi waktu

masa inkubasi penyakit, karena pasien

datang bukan pada gejala awal, me-

lainkan sering kali pasien datang pada

kondisi lebih parah. Jumlah kasus

malaria sebulan mendatang 46,4%

disebabkan oleh kepadatan Anopheles

Page 11: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53

52

pada bulan sekarang. Hasil penelitian

ini serupa dengan hasil penelitian

Mardiana dan Munif (2009), menyata-

kan bahwa A. aconitus di Purworejo

mempunyai hubungan positif dengan

insiden malaria, dengan nilai r2 =

0,491.

KESIMPULAN

Nyamuk A. sundaicus merupakan

spesies dominan di Kecamatan Raja-

basa dan Padangcermin. Suhu udara

tidak mempunyai hubungan bermakna

dengan kepadatan nyamuk Anopheles.

Kelembaban udara dan curah hujan

mempunyai hubungan bermakna de-

ngan kepadatan nyamuk Anopheles,

sedangkan kepadatan nyamuk Ano-

pheles mempunyai hubungan ber-

makna dengan kasus malaria satu

bulan berikutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucakan terima kasih

kepada Muspida Kabupaten Lampung

Selatan dan Pesawaran, mulai dari

Bupati, Camat dan Kepada Desa atas

izin dan kemudahan menggunakan

lokasi penelitian. Kepada Kepala

Dinas Kesehatan Lampung Selatan dan

Pesawaran, Pimpinan Puskesmas Way-

muli, Hanura dan Padangcermin terima

kasih atas bantuan pelaksanaan pene-

litian. Khususnya kepada pihak mala-

ria transmission concource (MT-C)

Indonesia terima kasih atas dana pene-

litian yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan.

1999. Modul Epidemiologi Mala-

ria. Jakarta : Ditjen P2M&PL.

[Depkes] Departemen Kesehatan.

2009. Penemuan Penderita Ma-

laria Provinsi Lampung. Jakarta :

Ditjen PP&PL.

Epstein PR, Diaz HR, Elias S,

Grabherr G, Graham NE, Mar-

tens WJM, Thomson EM, Sus-

skind J. (ED). 1998. Biological

and physical signs of climate

change : focused on mosquito-

borne diseases. Bul Amer Meterol

Soc 79 : 409-17.

Gracia SL, Brucher DA. 1996.

Diagnostic Medical Parasito-

logy. Los Angeles: UCLA Medi-

cal Center.

Gunawan S. 2000. Epidemiologi Mala-

ria. Jakarta : EGC.

Idram-Idris NS, Sudomo M, Sujitno.

1999. Fauna Anopheles di daerah

pantai hutan mangrove Kecama-

tan Padang Cermin Lampung

Selatan. Bul Penel Kes 32 (2) :

49-61.

Joshi P, Self LS, Usman S, Pant CP,

Nelson MJ, Supalin. 1977. Eco-

logical studies on Anopheles

aconitus in Semarang area of

Central Java. Indonesia. WHO/

VBC/77.677.

Mardiana, Munif A. 2009. Hubungan

antara kepadatan vektor Ano-

pheles aconitus dan insiden

Page 12: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk ... - jurnal.pei-pusat.org

Suwito et al.,: Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk

53

malaria di daerah endemik di

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.

Jur Ekol Kes 8 (1) : 901-914.

Mardiana, Sukowati S, Wigati RA.

2007. Beberapa aspek perilaku

nyamuk Anopheles sundaicus di

Kecamatan Sumur Kabupaten

Pandeglang. J Ekol Kes 6 (3) :

621-627.

Martens WJM. 1997. Malaria and

climate change. enviromental

health perspectives. University of

Limburg, Maastricht, The Ne-

therland. 97 : 103-116.

Mc.Kelvey JJ, Eldridge BE, Mara-

morosch K. 1991. Vector of

Disease Agents Interaction with

Plants, Animal and Man. New

York: Praeger Publisheres, CBC

Educational and Professional

Publising a division of CBC, Inc.

521 Fith Avenue.

Mendoza CF, Oliveira RLD. 1996.

Bionomic of A. aquasalis curry

1932, in Guarai, State of Rio de

Janerio, Southeastern Brazil. I

Seasonal distribution and parity

retes. Mem Ins Cruz 91 (3): 265-

270.

Nadesul H. 1998. Penyebab, Pence-

gahan dan Pengobatan Malaria.

Jakarta : Puspa Swara.

O’connor CT, Soepanto A. 1999.

Kunci Bergambar untuk Ano-

pheles Betina dari Indonesia.

Jakarta : Ditjen P2M&PL Dep-

kes.

Rozendal JA. 1997. Vector control,

Methods for use by individuals

and communities. Genewa:

WHO.

Sukowati S. 2008. Masalah Keraga-

man Spesies Vektor Malaria dan

Cara Pengendalianya di Indo-

nesia. Orasi Pengukuhan Pro-

fesor Riset Bidang Biologi Ling-

kungan. Jakarta : Badan Litbang-

kes Depkes.

Sukowati S, Shinta. 2009. Habitat

perkembangbiakan dan aktivitas

menggigit nyamuk Anopheles

sundaicus dan Anopheles subpic-

tus di Purworejo, Jawa Tengah. J

Ekol Kes. 8 (1) : 915-925.

___________________