hubungan implementasi pelayanan prima ( excellence)...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN IMPLEMENTASI PELAYANAN PRIMA (SERVICE
EXCELLENCE) TERHADAP KEPUASAN NASABAH (STUDI
KASUS KC BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM)
1Wahyu Setiyono, 2Muhammad Yunanto 1Universitas Gunadarma, Depok2Universitas Gunadarma, Depok
ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the relationship service excellent implementation on customer
satisfaction in KC Islamic Bank DKI Wahid Hasyim. Excellent service variables used in this study is the ability,
attitude, appearance, attention, action, responsibility (accounttability), convenience, and accuracy which is then
translated into several item variables. The study population was all clients KC Islamic Bank DKI Wahid Hashim
and research samples are customers of Islamic Bank DKI will be trading at Bank DKI KC Sharia Wahid Hashim.
This type of research data used is primary and secondary data. Analysis tools used in testing the relationship is a
spearman correlation. The result states that the variable-rate service as a whole has a siqnificant relationship to
customer satisfaction. And there is a relationship of some variables in the partial and overall a very dominant and
less dominant in the excellent service provided by the Islamic Bank DKI regarding in satisfaction of its customers.
Kata Kunci : service excellence, customer Satisfaction
1. Pendahuluan
Perkembangan perekonomian Indonesia khususnya dalam sektor jasa
menciptakan sebuah persaingan yang semakin ketat tidak terkecuali pada sektor
perbankan, dimana pada saat ini persaingan dalam dunia perbankan tidak lagi
bertumpu pada produk tetapi lebih bertumpu pada pelayanannya. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya usaha perbankan baik yang konvensional maupun yang
syariah, dimana setiap bank mengemas jasa mereka sedemikian rupa untuk menarik
para konsumen, bahkan pelayanan yang diberikan tidak hanya terbatas pada fungsi
1 Mahasiswa, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat, [email protected] Dosen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat,[email protected]
awal bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi untuk menyimpan dan
meminjam uang. Berdasarkan pada hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sebuah
usaha perbankan haruslah mampu memberikan sebuah pelayanan yang prima dimana
pelayanan yang prima tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah keunggulan
dibandingkan dengan usaha perbankan lainnya sehingga mampu bertahan dalam
iklim persaingan yang ketat.
Jika dilihat dalam persaingan industri perbankan khususnya di Kota Jakarta,
KC Bank DKI Syariah Wahid Hasyim No153, Jakarta Pusat (selanjutnya disebut KC
Bank DKI Syariah) merupakan salah satu bank yang harus bersaing dengan bank-
bank lain yang ada di Kota Jakarta. Dalam melaksanakan kegiatan penyediaan jasa
perbankan bagi para nasabahnya, KC Bank DKI Syariah ini, dihadapkan pada
beberapa masalah yang menyangkut kegiatan operasionalnya. Permasalahan tersebut
paling sering dihadapi oleh bagian front liner dikarenakan pelayanan pada bank lebih
difokuskan pada bagian tersebut. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidakpuasan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan pihak
bank.
Pelayanan prima KC Bank DKI Syariah, harus ditingkatkan khususnya pada
bagian front liner. Apabila pelayanan prima tidak ditingkatkan, kemungkinan
pelanggan akan berpaling dari bank lain yang dapat memberikan pelayanan lebih
baik. Pihak Bank harus benar-benar mengetahui dan memahami mengenai perilaku
para nasabah, tentang apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan. Disamping hal
tersebut pihak perbankan harus mampu menganalisis dari pelayanan prima yang
nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen. Jasa pelayanan
yang diberikan oleh pihak bank belum cukup hanya sekedar sikap dan tingkah laku
para karyawan dalam menghadapi konsumen, tetapi juga harus mencakup variabel
pelayanan prima.
Tjiptono (1997:146) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi pelayanan dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan
hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan
timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Menurut
Barata (2004:27) pelayanan prima merupakan pelayanan yang bermutu tinggi yang
diberikan kepada konsumen, berdasarkan standar kualitas tertetu untuk memenuhi
bahkan melebihi kebutuhan dan harapan konsumen, sehingga tercapai kepuasan dan
akan menyebabkan peningkatan kepercayaan konsumen kepada penyedia jasa.
pelayanan prima (service excellence) terdiri dari 6 unsur pokok, antara lain:
kemampuan (Ability), sikap (Attitude), penampilan (Appearance), perhatian
(Attention), tindakan (Action), dan tanggung jawab (Accounttability).
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini, yaitu:
1. Apakah variabel-variabel pelayanan prima, mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap kepuasan nasabah Bank DKI Syariah?
2. Variabel pelayanan prima manakah yang paling dominan terhadap kepuasan
nasabah Bank DKI Syariah?
3. Bagaimanakah implementasi program pelayanan prima Bank DKI Syariah
dalam menunjang kepuasan nasabah Bank DKI Syariah?
Dalam penelitian ini, pembahasan dibatasi pada unsur pokok dalam pelayanan prima
antara lain: kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab,
ketepatan, dan kenyamanan sebagai varibel yang mempengaruhi tingkat kepuasan
nasabah.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis hubungan antara variabel-variabel pelayanan prima terhadap
kepuasan nasabah Bank DKI Syariah.
2. Menganalisis variabel pelayanan prima yang paling dominan terhadap
kepuasan nasabah Bank DKI Syariah
3. Menganalisis implementasi program pelayanan prima Bank DKI Syariah
dalam menunjang kepuasan nasabah Bank DKI Syariah
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Gambaran Umum Pelayanan Prima
Menurut Abdullah (2001), pelayanan prima merupakan totalitas pelayanan yang
diberikan suatu perusahaan, dilakukan secara sadar, terpadu (harus dilakukan oleh
seluruh pegawai) dan konsisten (mutu pelayanan setiap unit harus sama/standar)
dengan mengacu pada standar kualitas pelayanan yang setinggi-tingginya dengan
maksud untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Kotler (1997:38) menyatakan bahwa metode yang dapat dipergunakan setiap
perusahaan untuk memantau dan mengukur kepuasan pelanggan adalah sebagai
berikut:
1. Sistem keluhan dan saran (complain and suggestion system)
Organisasi yang berwawasan akan memberikan kesempatan bagi pelanggannya
untuk memberikan saran atau keluhan, misalnya dengan memberikan formulir
bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan atau keluhan dan penempatan kotak
saran. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan balik dan perusahaan
dapat bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.
2. Survey pelanggan (customer surveys)
Kepuasan pelanggan dapat diukur melalui pelanggan atas persepsinya terhadap
kepuasannya.
3. Pembeli bayangan (ghost shopping)
Cara lain untuk mengukur mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan
menyuruh orang berpura-pura menjadi pembeli dan melaporkan titik-titik kuat
maupun lemah yang mereka alami sewaktu membeli produk perusahaan.
4. Analisa Kehilangan Pelanggan (Lost customer analysis)
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal ini
terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/penyempurnaan
selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan
customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate
menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
Pelayanan prima, adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan
layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan
mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu royal kepada perusahaan, (Barata,
2004:27). Dalam memberikan pelayanan yang prima sebagai usaha untuk mencapai
kepuasan pelanggan, pihak perbankan dapat berpedoman pada variabel pelayanan
prima yang dijelaskan oleh Barata (2004:31). Variabel Pelayanan Prima tersebut ialah
kemampuan (Ability), sikap (Attitude), penampilan (Appearance), perhatian
(Attention), tindakan (Action), dan tanggung jawab (Accounttability). Menurut
Tjiptono (2002:58), pelayanan prima terdiri dari 4 unsur pokok, antara lain kecepatan,
ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Heri Sulistyo (2008) menyebutkan ada
beberapa komitmen yang diperlukan dalam proses pelayanan prima:
1. Kejelasan
Kejelasan prosedur merupakan salah satu aspek penting dari komitmen
implementasi pelayanan prima dalam suatu bank. Prinsip ini sejalan dengan
prinsip Transparansi pada tata kelola perbankan yang baik (Good Banking
Governance). Kejelasan prosedur dapat dilakukan dengan sosialisasi prosedur
kepada para pemangku kepentingan.
2. Konsistensi
Sejalan dengan konsep GBG, pelayanan yang dilakukan oleh banker harus
dijalankan secara konsisten sesuai standar mutu pelayanan yang berlaku.
Konsep kewajaran dan kesetaraan dalam pelayanan merupakan poin penting
upaya konsistensi pelayanan prima.
3. Komunikasi
Komunikasi antara bankir dan pemangku kepentingan harus dilakukan secara
transparan. Hal tersebut dapat membantu pencitraan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan.
2.2 Pengertian Total Quality Service (TQS)
Total Quality Service merupakan derivasi TQM dalam industry jasa yang
mempunyai inti konsep bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas jasa perusahaan
harus melibatkan komitmen dan kesadaran seluruh level kerja dalam perusahaan yang
mana usaha ini harus dilaksanakan terus-menerus sepanjang waktu sehingga akan
didapatkan peningkatan penjualan serta pangsa pasar yang lebih luas. Tjiptono
(1997:56) mendefinisikan TQS sebagai: Sistem manajemen strategi integratif yang
melibatkan semua manajer, karyawan serta menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi
agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen.
Konsep TQS berfokus pada lima bidang yaitu:
1. Fokus pada pelanggan (customer focus). Identifikasi pelanggan (internal,
eksternal dan atau perantara) merupakan prioritas utama bagi organisasi.
2. Keterlibatan total (total involvement). Manajemen harus memberikan peluang
perbaikan kualitas bagi semua karyawan dan menunjukkan kualitas
kepemimpinan yang bisa memberikan inspirasi positif bagi organisasi yang
dipimpinnya.
3. Pengukuran (measurement). Pengukuran diperlukan untuk menetapkan beberapa
bentuk dasar pengukuran internal dan eksternal bagi perusahaan dan pelanggan.
4. Dukungan sistematis (systematic support). Manajemen bertanggung jawab
dalam mengelola proses kualitas dengan cara membangun infrastruktur kualitas
yang dikaitkan dengan struktur manajemen internal dan menghubungkan kualitas
dengan system manajemen yang ada.
5. Perbaikan berkesinambungan (continual improvement). Kreatifitas dan inovasi
dilakukan secara terus-menerus untuk memenuhi selera konsumen.
Kualitas jasa sangat penting karena konsumen tidak akan membeli produk itu
lagi apabila konsumen sampai berpendapat bahwa kualitas yang diberikan tidak baik.
Pemberian kualitas jasa yang baik akan memberikan kepuasan dan akan terciptanya
loyalitas kepada pelanggan. Ada 5 kesenjangan yang dapat menyebabkan kegagalan
dan penyampaian jasa dan mempengaruhi penilaian konsumen atas kualitas jasa
(Kotler, 1997:92):
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan pandangan penyedia jasa. Penyedia
jasa tidak tanggap atau salah dalam menafsirkan yang dinginkan dan dibutuhkan
oleh konsumen.
2. Kesenjangan antara pandangan penyedia jasa dan spesifikasi kualitas jasa.
Penyedia jasa mungkin memahami secara tepat keinginan konsumen tetapi tidak
dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar keinginan konsumen.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Personel
kurang mampu atau tidak ada keinginan untuk mengikuti standar yang ada.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal yaitu janji–janji
yang diberikan dalam iklan tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan
konsumen.
5. Kesenjangan antara jasa yang diterima dengan jasa yang diharapkan konsumen.
Konsumen salah tanggap atau keliru terhadap jasa yang diberikan.
Hubungan antara kepuasan pelanggan dan keuntungan yang tidak langsung atau
sederhana (Zeithaml, 2000). Tiga masalah utama dalam mengukur hubungan adalah:
(1) time-lag antara waktu untuk mengukur kepuasan pelanggan dan mengukur
perbaikan keuntungan;
(2) jumlah variabel lain yang mempengaruhi keuntungan perusahaan seperti harga,
persaingan distribusi, dll, dan
(3) fakta bahwa variabel lain (misalnya masalah perilaku) harus dimasukkan dalam
hubungan karena variabel tersebut menjelaskan kausalitas antara kepuasan dan
hasil.
Service excellence merupakan suatu pelayanan maksimal yang diberikan kepada
pelanggannya guna menciptakan suatu kepuasaan yang nantinya maksimal. Menurut
para peneliti seperti Erlando (2009), variabel yang paling berpengaruh adalah
ketepatan. Berlawanan dengan Erlando (2009), hasil penelitian Kukuh (2009)
menyatakan bahwa variabel yang paling kuat mempengaruhi kepuasan pelanggan
adalah tanggung jawab, sedangkan variabel ketepatan adalah variabel yang paling
lemah hubungannya dengan kepuasan pelanggan. Prasetyo (2008) yang meneliti
mengenai BMT di Yogyakarta menyatakan bahwa faktor Assurance (jaminan) dan
Tangibles (kemampuan fisik) adalah faktor dimensi kualitas pelayanan yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan nasabah. Munfaqiroh (2007) yang
meneliti mengenai kualitas pelayanan pada rumah sakit bersalin menyatakan bahwa
variabel kehandalan dengan item kecepatan pelayanan, ketepatan diagnose dan
kemampuan dokter/perawat berpengaruh signifikan terhadap citra rumah sakit
bersalin. Menurut Siddiqi, Kazi Omar (2010) dan Ishfaq Ahmed, et.al (2010) yang
menyatakan bahwa semua dari faktor kualitas pelayanan sifatnya signifikan/
berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Kedua penelitian tersebut juga
mengungkapkan bahwa metode Servqual cocok untuk meneliti penelitian yang
menyangkut dengan kualitas pelayanan. Hal menarik lainnya dari hasil temuan yang
berkaitan dengan kepuasan pelanggan yaitu berdasarkan studi empiris yang besar dan
luas di Inggris, apabila diukur dari segi total aset, omset atau jumlah karyawan, baik
organisasi besar dan kecil mampu menjadi menjadi perusahaan yang sangat baik
tetapi juga dapat menjadi sangat buruk. Dalam hal produktivitas, hasil temuan
menunjukkan bahwa penyediaan layanan akan lebih baik melalui staff intensive, akan
menghasilkan keuntungan yang signifikan apabila dilakukan per karyawan.
Pelayanan yang lebih baik harus secara signifikan akan menghasilkan ekuitas dan
laba atas total aset yang lebih baik (Bates, Hilary Bates, Robert Johnston, 2003)
3. Metode
3.1. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini ditujukan pada nasabah KC Bank DKI Syariah
Wahid Hasyim No153, Jakarta Pusat. Jenis penelitian yang digunakan oleh penelitian
ini adalah penelitian yang bersifat penelitian kualitatif dan kuantitatif. Bentuk
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang pengumpulan, penyajian, dan
penganalisaan data. Hal tersebut dapat memberikan gambaran yang cukup jelas
mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang
dilakukan.
3.2. Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Adapun populasi dari penelitian ini adalah semua nasabah yang ada di KC Bank DKI
Syariah. Karena keberadaannya merupakan bagian dari populasi, tentulah ia memiliki
ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik convenience sampling. Teknik ini berdasarkan anggota
populasi yang kebetulan ditemui dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini,
mengambil sampel sebanyak 100 responden, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: adanya keterbatasan waktu dan biaya, adanya keterbatasan tenaga, dan
keterbatasan jumlah responden yang bersedia membantu dalam pengisian kuesioner
ini. Responden adalah nasabah yang berada di KC Bank DKI Syariah, Jakarta Pusat
yang sedang melakukan transaksi atau aktivitas lain yang berkaitan dengan Bank DKI
Syariah dan diminta kesediaannya untuk mengisi kuesener. Besarnya sampel yang
diperlukan dalam penelitian ditentukan berdasarkan sifat populasi, tingkat ketepatan
yang diperlukan, dan sumber daya yang tersedia bagi peneliti.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti langsung dari
objeknya melalui kuisioner dan wawancara atau observasi.Data sekunder adalah data
yang dikumpulkan dan disusun oleh orang lain berupa penelitian sejenis, jurnal-jurnal
yang berkaitan, dan data dari internet yang bias digunakan oleh peneliti sebagai
referensi. Pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Observasi dan wawancara
Observasi dan wawancara dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
langsung dan mengadakan tanya jawab dengan nasabah sebagai pengguna jasa
Bank DKI Syariah, sehingga dapat menganalisis berbagai kegiatan yang dilakukan
Bank DKI Syariah
2. Kuesener
Kuesener sebagai alat bantu pengumpulan data disajikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pelayanan yang diterima sehingga
responden dapat memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis.
3. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dan pencarian informasi dilakukan dengan menelaah buku-
buku yang terdapat di perpustakaan, bulletin, data internet, jurnal-jurnal dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penulisan ini.
3.3. Deskripsi Operasional Variabel
Menurut Indiantoro dan Bambang Supomo (2002:69) definisi dari operasional
adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang bisa diukur. Variabel
adalah segala sesuatu yang dapat diberi nilai, maka varibel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas (independent) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lainnya (X) yaitu variable dalam pelayanan prima.
2. Variabel Tak Bebas (Dependent Variabel)
Variabel tak bebas adalah tipe variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh
variable independent, dalam hal ini variable dependent (Y) yaitu Kepuasan Nasabah.
Untuk keperluan pengujian variable-variabel tersebut perlu dijabarkan kedalam
indikator-indikator variabel penelitian yang bersangkutan, yaitu:
Tabel .1 Operasional Variabel dan Indikator Penelitian
Kemampuan (X1)
1. Karyawan Bank DKI memiliki kemampuan /pengetahuan yang memadai
mengenai produk-produk layanan syariah
2. Karyawan Bank DKI mampu berkomunikasi baik dengan nasabah
3. Karyawan Bank DKI memiliki kemampuan dalam menjelaskan prospek
dari Bank DKI syariah.
4. Karyawan Bank DKI memiliki kompetensi mengenai sistem dalam
perbankan syariah.
Sikap (X2)
5. Sikap karyawan Bank DKI dapat membuat nasabah merasa aman
bertransaksi..
6. Karyawan Bank DKI selalu bersikap ramah dan sopan terhadap nasabah.
7. Karyawan Bank DKI selalu memberikan sambutan selamat datang pada
saat anda datang ke bank.
8. Karyawan Bank DKI selalu memberikan perhatian penuh terhadap
keperluan nasabah dalam bertransaksi.
9. Karyawan Bank DKI ikhlas dalam membantu/melayani kebutuhan
informasi para nasabah.
Penampilan (X3)
10. Karyawan Bank DKI berpenampilan rapi dan sopan setiap bekerja.
11. Karyawan Bank DKI tidak memakai aksesoris yang berlebihan saat
bekerja.
Perhatian (X4)
12. Karyawan Bank DKI selalu memberikan perhatian atas kebutuhan dan
keperluan nasabah..
13. Karyawan Bank DKI selalu senantiasa membantu nasabah yang
menghadapi masalah dalam bertransaksi..
14. Karyawan Bank DKI selalu menjalin hubungan dengan nasabah secara
baik dan terus menerus.
15. Karyawan Bank DKI selalu bersedia meluangkan waktu menanggapi
permintaan nasabah.
Tindakan (X5)
16. Karyawan Bank DKI memberikan tindakan yang cepat dan tanggap dalam
merespon keluhan nasabah.
17. Karyawan Bank DKI tidak pernah menyatakan sibuk dalam melayani
nasabah.
18. Karyawan Bank DKI memberikan solusi yang cepat dan tepat dalam
memecahkan masalah nasabah.
19. Karyawan Bank DKI memiliki tindakan yang luwes dan cekatan dalam
melayani.
20. Karyawan Bank DKI tidak memilih-milih nasabah yang akan dilayani.
Tanggung Jawab (X6)
21. Karyawan Bank DKI tidak istirahat saat sedang melayani nasabah.
22. Karyawan Bank DKI memberikan kemudahan prosedur pelayanan kepada
nasabah.
23. Karyawan Bank DKI dapat dipercaya dalam mengelola uang dan
menjamin keamanan nasabah.
24. Karyawan Bank DKI berusaha tidak untuk tidak melakukan kesalahan.
Kenyamanan (X7)
25. Keadaan didalam ruangan Bank DKI sejuk dan nyaman.
26. Suasana di dalam ruangan Bank DKI kondusif dan nyaman.
27. Penerangan cahaya di dalam ruangan Bank DKI telah sesuai dengan
standar.
28. Tersedianya sarana toilet yang bersih di dalam Bank DKI.
29. Keadaan di dalam ruangan Bank DKI bersih dan nyaman.
Ketepatan (X8)
30. Jam operasional Bank DKI telah sesuai dengan kebutuhan/keperluan
nasabah.
31. Informasi yang disampaikan oleh karyawan Bank DKI selalu dapat
dipercaya dan akurat.
32. Karyawan Bank DKI telah mampu melayani dan menyelesaikan transaksi
nasabah dengan cepat dan tepat.
Kepuasan
33. Selama menabung di Bank DKI saya merasa puas atas pelayanan yang
diberikan oleh karyawan Bank DKI.
34. Saya akan merekomendasikan Bank DKI kepada orang lain agar
menabung di Bank DKI.
35. Saya mempunyai keinginan untuk tidak pindah ke Bank lainnya.
4. Analisis
4.1 Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank DKI Syariah Wahid
Hasyim. Berikut ini adalah profil responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan dan kategori nasabah yaitu nasabah yang memiliki simpanan atau nasabah
yang mengajukan pembiayaan.
a. Jenis Kelamin Nasabah Bank DKI Syariah
Grafik 1. Jenis Kelamin Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 1 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah laki-laki dengan jumlah frekuensi sebesar 68 orang (68%), serta
nasabah wanita sebesar 32 orang (32%). Kondisi ini terjadi karena teknik sampling
yang digunakan adalah teknik convenience sehingga jumlah nasabah laki-laki dan
perempuan tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dibuat sama. Salah satu
kelemahan teknik ini menurut penulis adalah tergantung kesediaan dari responden
untuk mengisi kuesener.
b. Usia Responden Bank DKI Syariah
Grafik 2. Usia Responden
Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank DKI Syariah Wahid
Hasyim. Berikut ini adalah profil responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan dan kategori nasabah yaitu nasabah yang memiliki simpanan atau nasabah
yang mengajukan pembiayaan.
a. Jenis Kelamin Nasabah Bank DKI Syariah
Grafik 1. Jenis Kelamin Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 1 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah laki-laki dengan jumlah frekuensi sebesar 68 orang (68%), serta
nasabah wanita sebesar 32 orang (32%). Kondisi ini terjadi karena teknik sampling
yang digunakan adalah teknik convenience sehingga jumlah nasabah laki-laki dan
perempuan tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dibuat sama. Salah satu
kelemahan teknik ini menurut penulis adalah tergantung kesediaan dari responden
untuk mengisi kuesener.
b. Usia Responden Bank DKI Syariah
Grafik 2. Usia Responden
68%
32%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Wanita
Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank DKI Syariah Wahid
Hasyim. Berikut ini adalah profil responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan dan kategori nasabah yaitu nasabah yang memiliki simpanan atau nasabah
yang mengajukan pembiayaan.
a. Jenis Kelamin Nasabah Bank DKI Syariah
Grafik 1. Jenis Kelamin Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 1 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah laki-laki dengan jumlah frekuensi sebesar 68 orang (68%), serta
nasabah wanita sebesar 32 orang (32%). Kondisi ini terjadi karena teknik sampling
yang digunakan adalah teknik convenience sehingga jumlah nasabah laki-laki dan
perempuan tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dibuat sama. Salah satu
kelemahan teknik ini menurut penulis adalah tergantung kesediaan dari responden
untuk mengisi kuesener.
b. Usia Responden Bank DKI Syariah
Grafik 2. Usia Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 2 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah usia 40-49 tahun sebesar 41 orang (41%), usia 30-39 tahun sebesar 35
orang (35%), usia 20-39 tahun sebesar 14 orang (14%) dan nasabah usia lebih dari 50
tahun sebesar 10 orang (10%).
c. Pendidikan Responden Bank DKI Syariah
Grafik 3. Pendidikan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 3 menunjukkan bahwa karakterristik pendidikan dari nasabah di Bank
DKI Syariah adalah nasabah Sarjana (S1) sebesar 42 orang (42%), Diploma 3 sebesar
34 orang (34%), SMP sebesar 11 orang (11%), SMA sebesar 8 orang (8%), dan
Sarjana (S2) sebesar 5 orang (5%).
d. Pekerjaan Responden Bank DKI Syariah
42%
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 2 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah usia 40-49 tahun sebesar 41 orang (41%), usia 30-39 tahun sebesar 35
orang (35%), usia 20-39 tahun sebesar 14 orang (14%) dan nasabah usia lebih dari 50
tahun sebesar 10 orang (10%).
c. Pendidikan Responden Bank DKI Syariah
Grafik 3. Pendidikan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 3 menunjukkan bahwa karakterristik pendidikan dari nasabah di Bank
DKI Syariah adalah nasabah Sarjana (S1) sebesar 42 orang (42%), Diploma 3 sebesar
34 orang (34%), SMP sebesar 11 orang (11%), SMA sebesar 8 orang (8%), dan
Sarjana (S2) sebesar 5 orang (5%).
d. Pekerjaan Responden Bank DKI Syariah
1% 13%
35%41%
10%
Usia Responden
0<20
20--29
30-39
40-49
11%8%
34%
42%
5%
PendidikanResponden SMP
SMA
Diploma 3
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 2 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah usia 40-49 tahun sebesar 41 orang (41%), usia 30-39 tahun sebesar 35
orang (35%), usia 20-39 tahun sebesar 14 orang (14%) dan nasabah usia lebih dari 50
tahun sebesar 10 orang (10%).
c. Pendidikan Responden Bank DKI Syariah
Grafik 3. Pendidikan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 3 menunjukkan bahwa karakterristik pendidikan dari nasabah di Bank
DKI Syariah adalah nasabah Sarjana (S1) sebesar 42 orang (42%), Diploma 3 sebesar
34 orang (34%), SMP sebesar 11 orang (11%), SMA sebesar 8 orang (8%), dan
Sarjana (S2) sebesar 5 orang (5%).
d. Pekerjaan Responden Bank DKI Syariah
Grafik 4. Pekerjaan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 4 terlihat bahwa karakteristik pekerjaan dari nasabah di Bank DKI
Syariah adalah Pengusaha sebesar 27 orang (27%), PNS sebesar 24 orang (24%),
Pegawai Swasta sebesar 22 orang (22%), Pedagang sebesar 16 orang (16%), lain-lain
sebesar 8 orang (8%), dan pelajar/mahasiswa sebesar 3 orang (3%).
e. Nasabah Layanan Bank DKI Syariah
Grafik 5. Nasabah Layanan
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
27%
Grafik 4. Pekerjaan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 4 terlihat bahwa karakteristik pekerjaan dari nasabah di Bank DKI
Syariah adalah Pengusaha sebesar 27 orang (27%), PNS sebesar 24 orang (24%),
Pegawai Swasta sebesar 22 orang (22%), Pedagang sebesar 16 orang (16%), lain-lain
sebesar 8 orang (8%), dan pelajar/mahasiswa sebesar 3 orang (3%).
e. Nasabah Layanan Bank DKI Syariah
Grafik 5. Nasabah Layanan
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
3% 16%
24%22%
27%
8%
PekerjaanResponden
Pelajar/mahasiswa
Pedagang
PNS
Pegawai Swasta
Pengusaha
lain-lain
42%
58%
Nasabah Layanan
Simpanan
Pembiayaan
Grafik 4. Pekerjaan Responden
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pada grafik 4 terlihat bahwa karakteristik pekerjaan dari nasabah di Bank DKI
Syariah adalah Pengusaha sebesar 27 orang (27%), PNS sebesar 24 orang (24%),
Pegawai Swasta sebesar 22 orang (22%), Pedagang sebesar 16 orang (16%), lain-lain
sebesar 8 orang (8%), dan pelajar/mahasiswa sebesar 3 orang (3%).
e. Nasabah Layanan Bank DKI Syariah
Grafik 5. Nasabah Layanan
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
Pelajar/mahasiswa
Pegawai Swasta
Pada grafik 5 menunjukkan bahwa mayoritas dari nasabah di Bank DKI Syariah
adalah nasabah Pembiayaan dengan jumlah frekuensi sebesar 58 orang (58%). Serta
nasabah Simpanan sebesar 42 orang (42%).
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas mengukur sejauh mana kecermatan dan ketepatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi jika
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil sesuai dengan
maksud atau tujuan pengukuran yang bersangkutan. Alat ukur yang valid memiliki
variansi error yang kecil. Konsep reliabilitas mengukur sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil
yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah.
Berikut ini adalah tabel rangkuman hasi uji validitas terhadap 8 aspek pertanyaan.
Tabel 2. Rangkuman hasil uji validitas
Item Pertanyaan Korelasi Total Nilai tabel r
Df= 100-2
Keterangan
Kemampuan (X1)
X1.1 0.653 0.1966 Valid
X1.2 0.435 0.1966 Valid
X1.3 0.617 0.1966 Valid
X1.4 0.666 0.1966 Valid
Sikap (X2)
X2.1 0.663 0.1966 Valid
X2.2 0.555 0.1966 Valid
X2.3 0.364 0.1966 Valid
X2.4 0.606 0.1966 Valid
X2.5 0.608 0.1966 Valid
Item Pertanyaan Korelasi Total Nilai tabel r
Df= 100-2
Keterangan
Penampilan (X3)
X3.1 0.474 0.1966 Valid
X3.2 0.474 0.1966 Valid
Perhatian (X4)
X4.1 0.228 0.1966 Valid
X4.2 0.541 0.1966 Valid
X4.3 0.514 0.1966 Valid
X4.4 0.578 0.1966 Valid
Tindakan (X5)
X5.1 0.745 0.1966 Valid
X5.2 0.493 0.1966 Valid
X5.3 0.773 0.1966 Valid
X5.4 0.711 0.1966 Valid
X5.5 0.619 0.1966 Valid
Tanggung Jawab (X6)
X6.1 0.378 0.1966 Valid
X6.2 0.452 0.1966 Valid
X6.3 0.477 0.1966 Valid
X6.4 0.339 0.1966 Valid
Kenyamanan (X7)
X7.1 0.694 0.1966 Valid
X7.2 0.844 0.1966 Valid
X7.3 0.705 0.1966 Valid
X7.4 0.691 0.1966 Valid
X7.5 0.753 0.1966 Valid
Ketepatan (X8)
X8.1 0.694 0.1966 Valid
X8.2 0.844 0.1966 Valid
Item Pertanyaan Korelasi Total Nilai tabel r
Df= 100-2
Keterangan
X8.3 0.705 0.1966 Valid
Kepuasan (Y)
Y.1 0.614 0.1966 Valid
Y.2 0.592 0.1966 Valid
Y.3 0.667 0.1966 Valid
Sumber data: pengolahan data primer, 2011
Tabel 2 menunjukkan hasil dari 100 responden menyangkut seluruh item
pertanyaan dari 8 variabel, tingkat signifikan sebesar 5% dan dengan nilai r tabel
sebesar 0.1966 dinyatakan memenuhi standar validitas. Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Imam Ghozali, 2002). Dalam
penelitian ini nilai koefisien Alpha dari seluruh variabel nilainya > 0.60, kecuali
variabel ketepatan yaitu 0.503. Dapat disimpulkan bahwa variabel dalam kuesioner
tersebut reliabel dan apabila diukur dengan tingkat siqnifikan sebesar 5% dan dengan
nilai r tabel sebesar 0.1966 dinyatakan bahwa seluruh nilai cronbach’s alpha > 0.1966
atau instrument dari variabel ketetapan ini reliabel karena r hitung pada cronbach’s
alpha > dari nilai r tabel.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Variabel N of Cases N of item Cronbach’s Alpha
X1 (Kemampuan) 100 4 0.784
X2 (Sikap) 100 5 0.781
X3 (Penampilan) 100 2 0.623
X4 (Perhatian) 100 4 0.674
X5 (Tindakan) 100 5 0.854
X6 (Tanggung Jawab) 100 4 0.627
X7 (Kenyamanan) 100 5 0.892
X8 (Ketepatan) 100 3 0.503
Kepuasan (Y) 100 3 0.781
Sumber data: hasil olahan penulis, 2011
4.3 Uji Korelasi Spearman
Berdasarkan data yang diperoleh dan pengolahan data yang diakukan dengan uji
korelasi spearman (hasil lengkap dari perangkat lunak SPSS dapat dilihat di
lampiran), maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab persoalan perumusan
masalah yaitu:
1. Secara umum hasil dari pengolahan data berdasarkan pendapat para responden
Bank DKI Syariah dengan menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan
bahwa variabel-variabel dari pelayanan prima berhubungan siqnifikan
terhadap kepuasan nasabah KC Bank DKI Syariah. Hal ini dilihat dari hasil
probabilitas (signifikan) < dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel
pelayanan prima mempunyai hubungan signifikan terhadap kepuasan nasabah.
2. Bila dilihat dari ke delapan variabel pelayanan prima yaitu kemampuan, sikap,
penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab, kenyamanan dan ketepatan
maka variabel tanggung jawab adalah yang paling dominan
berpengaruh/berhubungan signifikan terhadap kepuasan nasabah. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian Kukuh (2009) dan memperkuat teori TQS
yang memiliki 5 fokus, diantaranya yaitu keterlibatan total dan dukungan
manajemen sebagai wujud dari tanggung jawab terhadap kepuasan konsumen.
Adapun uraian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tanggung Jawab
Variabel tanggung jawab paling dominan dan signifikan dibandingkan
dengan variabel – variabel pelayanan lainnya bila di hubungkan atau di
uji korelasikan dengan kepuasan nasabah.
Ketepatan
Variabel ketepatan mempunyai pengaruh yang dominan dan siqnifikan
setelah variabel tanggung jawab apabila dihubungkan atau di uji
korelasikan dengan kepuasan nasabah.
Tindakan
Variabel tindakan mempunyai pengaruh yang dominan dan siqnifikan
setelah variabel ketepatan, apabila dihubungkan atau di uji korelasikan
dengan kepuasan nasabah.
Kemampuan
Nilai koefisien korelasi dari variabel kemampuan mempunyai pengaruh
yang dominan dan siqnifikan setelah variabel tindakan, apabila
dihubungkan atau di uji korelasikan dengan kepuasan nasabah.
Penampilan
Variabel penampilan mempunyai pengaruh yang dominan dan siqnifikan
setelah variabel kemampuan, apabila dihubungkan atau di uji korelasikan
dengan kepuasan nasabah.
Sikap
Variabel sikap mempunyai pengaruh yang dominan dan siqnifikan setelah
variabel penampilan apabila dihubungkan atau di uji korelasikan dengan
kepuasan nasabah.
Perhatian
Variabel perhatian mempunyai pengaruh yang dominan dan siqnifikan
setelah variabel sikap apabila dihubungkan atau di uji korelasikan dengan
kepuasan nasabah.
Kenyamanan
Variabel kenyamanan mempunyai pengaruh yang lemah/kurang dominan
dan tidak siqnifikan dibandingkan dengan variabel–variabel pelayanan
prima lainnya, apabila dihubungkan atau di uji korelasikan dengan
kepuasan nasabah.
3. Implementasi program pelayanan prima yang dilakukan oleh pihak Bank DKI
Syariah pada umumnya sudah baik dan sesuai dengan visi dan misi bank yaitu
bank yang baik dan membanggakan serta berkinerja unggul dengan pelayanan
prima yang dilakukan. Dari penelitian yang dilakukan maka hasil
implementasi program pelayanan prima yang dilakukan oleh pihak KC Bank
DKI Syariah, sesuai dengan variabel – variabel pelayanan prima yang diteliti,
sebagai berikut:
Kemampuan
Dalam menjelaskan mengenai produk dan layanan bank, pegawai / staff
frontliner Bank DKI Syariah berbicara dengan jelas, tidak berburu – buru
dan tetap fokus sehingga informasi yang disampaikan dapat dengan jelas
diterima dan direspon dengan nasabah.
Sikap
Implementasi pelayanan dalam hal ini, Bank DKI Syariah menerapkan
sikap 3S yaitu Senyum, Salam, Sapa dalam melayani nasabah dimulai dari
menyambut nasabah di depan pintu yang diwakili oleh satpam hingga
pelayanan yang diwakili oleh staff yang bersangkutan. Pegawai bank akan
menanyakan apa yang menjadi kebutuhan nasabah dengan kata–kata yang
sopan, dan melayani hingga nasabah merasa terpenuhi dengan apa yang
dibutuhkannya, kemudian pegawai akan mengucapkan maaf apabila
terjadi kesalahan yang membuat ketidaknyamanan pada nasabah, dan
terakhir akan mengucapkan terima kasih atas kunjungan nasabah.
Penampilan
Pegawai/staff frontlinier berpenampilan rapi, bersih dan paling penting
tidak menggunakan aksesoris berlebihan sehingga citra yang ditimbulkan
berdampak baik serta tidak mengganggu pada saat pelayanan berlangsung.
Perhatian
Pihak Bank DKI selalu mengedepankan kebutuhan nasabah apapun
keadaannya. Setiap pegawai peduli dengan setiap keperluan nasabah,
sehingga nasabah akan merasa diperhatikan dan mendapat sambutan yang
baik dari pihak bank.
Tindakan
Para pegawai melayani nasabah dengan cekatan, cepat, dan tepat. Serta
juga tidak menunda–nunda pekerjaannya dan yang paling penting tidak
membiarkan nasabah menunggu terlalu lama.
Tanggung Jawab
Setiap pegawai Bank DKI Syariah selalu bertanggung jawab dalam
setiap melayani kebutuhan para nasabah, dengan melaksanakan tugas
sesuai dengan kebutuhan dan keperluan nasabah.
Kenyamanan
Setiap pegawai selalu menghindari hal–hal yang akan berdampak pada
ketidaknyamanan bagi nasabah saat pelayanan berlangsung, misalnya
nasabah ditinggal mengobrol dengan pegawai lain, semaunya sendiri pergi
meninggalkan nasabah sehingga membuat mereka menunggu. Selain
dalam hal pelayanan yang diberikan, dari pihak bank juga akan memberi
kenyamanan dalam bentuk fasilitas yang tersedia bagi nasabah, antara lain
dengan lingkungan ruangan, toilet yang rapi dan bersih, dengan hiasan
bunga dan juga AC, tempat duduk yang nyaman dengan televisi sebagai
hiburan, sehingga diharapkan nasabah akan merasa nyaman saat berada di
Bank DKI Syariah.
Ketepatan
Dalam pelayanan setiap pegawai bekerja secara cerdas dan tuntas, selain
itu mereka juga kompeten dalam bidangnya. Sehingga mereka mengerti
benar apa yang harus dilakukan dan kesalahan dapat diminimalisir.
5. Penutup
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, didapat beberapa hasil kesimpulan
mengenai hubungan implementasi pelayanan prima terhadap kepuasan nasabah Bank
DKI Syariah yaitu:
a. Secara umum hasil dari pengolahan data berdasarkan pendapat para responden
Bank DKI Syariah dengan menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan
bahwa variabel-variabel dari pelayanan prima berhubungan signifikan terhadap
kepuasan nasabah KC Bank DKI Syariah.
b. Didapatkan hasil bahwa variabel yang paling dominan berhubungan signifikan
terhadap kepuasan nasabah apabila diranking yaitu: tanggung jawab, ketepatan,
tindakan, kemampuan, penampilan, sikap, perhatian dan kenyamanan.
c. Implementasi program pelayanan prima yang dilakukan oleh pihak Bank DKI
Syariah, sesuai dengan variabel–variabel pelayanan prima yang diteliti, pada
umumnya implementasi pelayanan prima yang dilakukan oleh pihak bank sudah
baik dilakukan dalam melayani kebutuhan nasabah yang akan bertransaksi,
apabila dilihat dari segi variabel pelayanan prima yang digunakan dalam
penelitian ini, seperti: kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan,
tanggung jawab, kenyamanan dan ketepatan pegawai/staff Bank DKI Syariah.
5.2. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bank DKI Syariah tetap mempertahankan komitmen manajemen terhadap
kepuasan nasabah sebagai wujud dari implementasi tanggung jawab.
2. Peningkatan kualitas pelayanan dalam hal perhatian dan kenyamanan, yaitu
dua variabel yang memperoleh rangking terendah dalam penelitian ini perlu
ditingkatkan dengan upaya yang lebih sungguh-sungguh. Hal ini bisa
dilakukan dengan lebih memperhatikan lagi keluhan nasabah dan
pemanfaatan secara optimal fasilitas ruang tunggu yang ada pada bank.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel assurance atau
jaminan, karena profil responden pada penelitian ini lebih banyak merupakan
nasabah pembiayaan
4. Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden hanya berasal dari
satu Kantor Cabang Bank DKI Syariah sehingga simpulan yang diperoleh
belum mencerminkan profil responden seluruh nasabah Bank DKI Syariah.
6. Daftar Pustaka
Barata, Atep Adya. Dasar-dasar Pelayanan Prima : Persiapan Membangun Budaya
Pelayanan Prima untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan.
Jakarta. Elex Media Komputindo. 2004.
Erlando,” Analisis Pengaruh Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap
Kepuasan Pelangan (Studi Pada SPBU Pertamina 34-12708)”.UG Jurnal.
Depok. 2009
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE
Yogyakarta.1999
Ishfaq Ahmed, et .al.” A Mediation Of Customer Satisfaction Relationship Between
Service Quality And Repurchase Intentions For The Telecom Sector In
Pakistan: A Case Study Of University Students”. Hailey College of
Commerce, University of the Punjab, Pakistan. African Journal of Business
Management Vol. 4(16). pp. 3457-3462. 18 November, 2010
Ken Bates, Hilary Bates, Robert Johnston. "Linking service to profit: the business
case for service excellence", International Journal of Service Industry
Management.Vol. 14 Iss: 2, pp.173 – 183. 2003
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian di Indonesia. Alih Bahasa oleh Anitawati. Jakarta: Penerbit
Salemba. 2000
Kotler, Philip dan Gary Amstrong,. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi ketiga. Jakarta.
Erlangga. 1997
Munfaqiroh. “Atribut Servqual Untuk Menilai Kualitas Pelayanan, Pengaruhnya
Terhadap Image (Studi Pada Pengguna Rumah Sakit Bersalin di Sidoharjo)”.
Arthavidya, tahun 8 no.1. 2007.
Prasetyo. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah BMT
Kaffah Yogyakarta”. Skripsi Manajemen. Yogyakarta. 2008
Siddiqi, Kazi Omar. “Interrelations Between Service Quality Atributs, Customer
Statisfaction And Customer Loyality In The Retail Banking Sector In
Bangladesh”. Buckinghamshire New University, UK. International Trade &
Academic Research Conference (ITARC) - London 2010.
Silvester Kukuh.“Pengaruh Variabel Pelayanan Prima (Service Excellence) Terhadap
Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia Cabang Jalan
Margonda Raya)”. UG Jurnal.Depok. 2009
Supranto. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006
Tjiptono, Fandy. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi. 2003
_______, Strategi Pemasaran. Edisi 11. Yogyakarta: Andi Offset. 1997.
www.bankdkisyariah.co.id/sejarahsingkatbankdki
Zeithaml, V.A. “Service quality, profitability, and the economic worth of customers:
what we know and what we need to learn”. Journal of the Academy of
Marketing Science, Vol. 28 No. 1, pp. 67-85. 2000.
Lampiran
Hasil pengolahan data dari SPSS
Correlations
kemampuan sikap penampilan
Spearman's rho kemampuan Correlation Coefficient 1.000 .490 ** .131
Sig. (2 -tailed) . .000 .193
N 100 100 100
sikap Correlation Coefficient .490 ** 1.000 .231 *
Sig. (2 -tailed) .000 . .021
N 100 100 100
penampilan Correlation Coefficient .131 .231 * 1.000
Sig. (2 -tailed) .193 .021 .
N 100 100 100
perhatian Correlation Coefficient .460 ** .541 ** .202 *
Sig. (2 -tailed) .000 .000 .044
N 100 100 100
tindakan Correlation Coefficient .539 ** .573 ** .094
Sig. (2 -tailed) .000 .000 .352
N 100 100 100
tanggungjawab Correlation Coefficient .404 ** .290 ** .244 *
Sig. (2 -tailed) .000 .003 .014
N 100 100 100
kenyamanan Correlation Coefficient .204 * .240 * .095
Sig. (2 -tailed) .042 .016 .347
N 100 100 100
ketepatan Correlation Coefficient .490 ** .466 ** .094
Sig. (2 -tailed) .000 .000 .352
N 100 100 100
kepuasan Correlation Coefficient .429 ** .309 ** .329 **
Sig. (2 -tailed) .000 .002 .001
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 -tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2 -tailed).
Correlations
perhatian tindakan tanggungjawab
Spearman's rho kemampuan Correlation Coefficient .460 ** .539 ** .404 **
Sig. (2 -tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100
sikap Correlation Coefficient .541 ** .573 ** .290 **
Sig. (2 -tailed) .000 .000 .003
N 100 100 100
penampilan Correlation Coefficient .202 * .094 .244 *
Sig. (2 -tailed) .044 .352 .014
N 100 100 100
perhatian Correlation Coefficient 1.000 .596 ** .302 **
Sig. (2 -tailed) . .000 .002
N 100 100 100
tindakan Correlation Coefficient .596 ** 1.000 .537 **
Sig. (2 -tailed) .000 . .000
N 100 100 100
tanggungjawab Correlation Coefficient .302 ** .537 ** 1.000
Sig. (2 -tailed) .002 .000 .
N 100 100 100
kenyamanan Correlation Coefficient .034 .164 .120
Sig. (2 -tailed) .734 .104 .234
N 100 100 100
ketepatan Correlation Coefficient .335 ** .498 ** .552 **
Sig. (2 -tailed) .001 .000 .000
N 100 100 100
kepuasan Correlation Coefficient .258 ** .429 ** .565 **
Sig. (2 -tailed) .009 .000 .000
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 -tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2 -tailed).
Correlations
kenyamanan ketepatan kepuasan
Spearman's rho kemampuan Correlation Coefficient .204 * .490 ** .429 **
Sig. (2 -tailed) .042 .000 .000
N 100 100 100
sikap Correlation Coefficient .240 * .466 ** .309 **
Sig. (2 -tailed) .016 .000 .002
N 100 100 100
penampilan Correlation Coefficient .095 .094 .329 **
Sig. (2 -tailed) .347 .352 .001
N 100 100 100
perhatian Correlation Coefficient .034 .335 ** .258 **
Sig. (2 -tailed) .734 .001 .009
N 100 100 100
tindakan Correlation Coefficient .164 .498 ** .429 **
Sig. (2 -tailed) .104 .000 .000
N 100 100 100
tanggungjawab Correlation Coefficient .120 .552 ** .565 **
Sig. (2 -tailed) .234 .000 .000
N 100 100 100
kenyamanan Correlation Coefficient 1.000 .347 ** .154
Sig. (2 -tailed) . .000 .126
N 100 100 100
ketepatan Correlation Coefficient .347 ** 1.000 .529 **
Sig. (2 -tailed) .000 . .000
N 100 100 100
kepuasan Correlation Coefficient .154 .529 ** 1.000
Sig. (2 -tailed) .126 .000 .
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 -tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2 -tailed).