hubungan inisiasi menyusui dini dengan involusi …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA
IBU POST PARTUM HARI KE TUJUH DI KLINIK PRATAMA ANNA TEMBUNG
DAN DI KLINIK PRATAMA MUTIA BANDAR KHALIFAH
TAHUN 2018
ROULINA MUSTIKA NIM P07524517067
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI –DIV
ALIH JENJANG KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA
IBU POST PARTUM HARI KE TUJUH DI KLINIK PRATAMA ANNA TEMBUNG
DAN DI KLINIK PRATAMA MUTIA BANDAR KHALIFAH
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan Alih Jenjang
ROULINA MUSTIKA
NIM P07524517067
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI –DIV
ALIH JENJANG KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN Juli 2018 ROULINA MUSTIKA
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh Di Klinik Pratama Anna Tembung Dan Di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018
Viii + 39 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 7 lampiran
ABSTRAK
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungnan Inisiasi Menyusui Dini dengan Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Klinik Pratama Anna Tembung Tahun dan di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018.Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sample berjumlah 30 orang diperoleh melalui teknik purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan lembar cheklis dan lembar observasi, kemudian di analisis menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian yang didapatkan dari 30 responden tentang TFU hari ketujuh diperoleh ibu dengan TFU normal sebanyak 17 responden (56,7%), sisanya 13 responden (43,3%) dengan TFU yang tidak normal.
Hasil uji statistik bivariat diperoleh nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi ukuran fundus uteri antara ibu yang dilakukan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD (adahubungan yang signifikan antara perlakuan IMD dengan ukuran fundus uteri).
Petugas kesehatan khususnya bidan sudah memberikan pendidikan kesehatan tentang IMD, ASI eksklusif, mobilisasi, senam nifas kepada ibu, sejak periode masa kehamilan sampai masa nifas. Kata Kunci : IMD, Ibu Post Partum, Involusi Uterus Referensi : 20 (2008 – 2018)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
Thesis, July 2018
ROULINA MUSTIKA The Relationship of Early Breastfeeding Initiation with Uterus Involution of Post Partum Mother in Seventh Day at Anna Primary Clinic of Tembung and at Mutia Primary Clinic of Bandar Khalifah in 2018 Viii + 39 pages + 9 tables + 2 images + 7 attachments
ABSTRACT
Early initiation of breastfeeding is one of the factors that affect uterine involution because when breastfeeding occurs stimulation and release of hormones, including oxytocin, which functions in addition to stimulating the contraction of the smooth muscles of the breast, also causes contraction and retraction of the uterine muscles. This will suppress blood vessels which results in reduced blood supply to the uterus.
This study aims to determine the relationship of Early Breastfeeding Initiation with Uterine Involution of Post Partum mother in 7th day at the Pratama Clinic of Anna at Tembung and at Mutia Bandar Khalifah Primary Clinic in 2018. This study used an analytic observational study with cross sectional design. A sample of 30 peoples was obtained through purposive sampling technique.
Data collection used checklist and observation sheets, then analyzed using Chi Square Test. The results obtained from 30 respondents in the seventh day of uterine fundus height obtained normal uterine fundus height of mothers as many as 17 respondents (56.7%), the remaining 13 respondents (43.3%) with abnormal uterine fundus height.
The results of bivariate statistical test showed that p = 0.001, it can be concluded that there was a difference in the proportion of uterine fundus size between mothers who had early breastfeeding initiation and those who did not do early breastfeeding initiation (there was a significant relationship between the treatment of early breastfeeding initiation and the size of uterine fundus).
Health workers especially midwives have provided health education about early breastfeeding initiation, exclusive breastfeeding, mobilization, postpartum gymnastics to mothers, from the period of pregnancy to the puerperium. Keywords : Early Breastfeeding, Post Partum Mother, Uterine Involution References : 20 (2008 - 2018)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan
Inisiasi Menyusu Dini Dengan Involusi Uterus pada Ibu Postpartum Hari Ke Tujuh
di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah
Tahun 2018” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains
Terapan Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,
yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
4. Yusniar Siregar, SST, M. Kes, selaku Plt Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan
menyusun dan membimbing skripsi ini.
5. Dewi Meliasari, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dari pengajuan judul hingga skripsi ini selesai.
6. Suswati SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Idau Ginting, SST, M.Kes, selaku ketua penguji yang telah memberikan
kritikan dan saran sehingga proposal ini dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
8. Ibu Nurseni Br. Saragih, AM.Keb yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Klinik Pratama Anna.
9. Ibu Hj. Astuti S, AM.Keb yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah.
10. Kepada Ayah dan Ibu Tercinta M. Syukur Marpaung dan Yusnida Murni,
Spdi, yang telah membesarkan, membimbing, serta mengasuh saya dengan
penuh cinta dan kasih sayang, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi
penulis dan juga telah memberikan dukungan moral selama penulis
menyelesaikan pendidikan.
11. Kepada kakak dan abang Elisa Sofia, SE, dan Pratu Ikhwanul Huda, yang
selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis dan juga telah memberikan
dukungan moral selama penulis memulai pendidikan.
12. Kepada seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI
Medan, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama-
sama tuntas dalam penyelesaian skripsi ini
13. Dan secara khusus terimakasih buat teman-teman yang ada dipoltekkes
yang banyak memberikan saran, Kak Parida, Kak Mega, Mei Herdika,
Romauli Prasta, dan buat bg Fadli yang selalu memberi semangat dan
motivasi serta dukungan.
Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan kesehatan dan lindungan-
NYA, atas perhatiannya saya ucapkan Terimah kasih kepada semua pihak
yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga proposal skripsi ini
memanfaatkan bagi semua pihak.
Medan, Juli 2018
Penulis
Roulina Mustika
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1. Tujuan Umum. .......................................................................... 4 2. Tujuan Khusus. ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 4 2. Manfaat Praktik ........................................................................ 5
E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini ................................................................... 7
1. Pengertian ............................................................................... 7 2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ................................................. 8 3. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan .................................... 11 4. Lima Tahapan Inisiasi Menyusu Dini ....................................... 11
B. Pengertian Post Partum ................................................................ 12 1. Tahapan Masa Nifas ................................................................ 12 2. Perubahan Fisik Masa Nifas .................................................... 13 3. Perubahan Psikis Masa Nifas .................................................. 13 4. Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas ............................ 13
C. Involusi Uteri ................................................................................. 15 1. Pengertian ............................................................................... 15 2. Proses Involusi Uterus ............................................................. 15 3. Faktor-faktor yang Mengganggu Involusi Uterus .................... 18 4. Perubahan – perubahan Selama Postpartum ......................... 18 5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Involusi .......................... 20
D. Kerangka Teori ............................................................................. 23 E. Kerangka Konsep ......................................................................... 23 F. Defenisi Oprasional Variabel Penelitian ....................................... 24 G. Hipotesa Penelitian ...................................................................... 25
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 26 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 26
1. Waktu ....................................................................................... 26 2. Lokasi ....................................................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 27 1. Populasi .................................................................................... 27 2. Sampel ..................................................................................... 27
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 28 E. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan penelitian………………….. ..... 28 F. Prosedure Penelitian .................................................................... 28 G. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 29 H. Etika Penelitian ............................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 31 1. Analisis Univariat .................................................................... 31 2. Analisis Bivariat ....................................................................... 32
B. Pembahasan Penelitian ................................................................ 33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 36 B. Saran ............................................................................................ 36
1. Bagi petugas pelayanan kesehatan ......................................... 36 2. Bagi peneliti selanjutnya .......................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................. 5
2.1 Kunjungan Nifas ................................................................................... 14
2.2 Perubahan Uterus ................................................................................ 18
2.3 Defenisi Oprasional .............................................................................. 24
3.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 26
4.1 Distribusi Ibu postpartum ..................................................................... 31
4.2 Distribusi TFU Ibu Postpartum ............................................................ 31
4.3 Perbedaan TFU Ibu Postpartum .......................................................... 32
4.4 Hubungan IMD dengan Involusi Uterus .............................................. 32
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori.................................................................................... 23
2.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Izin Survey Awal Penelitian
2. Surat Balasan Penerimaan Survey Awal Penlitian
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Balasan Penelitian
5. Lembar Penjelasan Penelitian
6. Lembar Inform Consen
7. Lembar Observasi
8. Pernyataan Otentifikasi
9. Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka kematian ibu di
seluruh Dunia 216/100.000 KH, diantaranya Negara Eropa 16/100.000 KH,
Argenia 542/100.000 KH juta jiwa setiap tahun. Sedangkan di Asia
memperkirakan angka kematian ibu 164/100.000 KH, diantaranya negara
indonesia 126/100.000 KH, Sri Langka berjumlah 20/100.000 KH juta jiwa setiap
tahun. Kejadian kematian ibu sebagian besar terdapat di negara berkembang
yaitu sebesar 98% - 99% dimana kematian ibu di negara berkembang 100%
lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih tinggi, bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal
saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia (WHO, 2015).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) penurunanan
AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu mencapai
390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan
AKI yang signifikan yaitu mencapai 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup, AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup berdasarkan survei penduduk antar sensus (SUPAS)
2015 (SDKI, 2015).
Ditinjau berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota, jumlah kematian
ibu pada tahun 2016 dilaporkan tercatat 239 kematian. Namun bila di konversi
berdasarkan profil Kabupaten/Kota maka Aki Sumatera Utara adalah sebesar
85/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di kabupaten Deliserdang pada
Tahun 2015 tercatat ada 28 orang. Kondisi ini menempatkan kabupaten
Deliserdang sebagai salah satu penyumbang angka kematian ibu. Selain
Asahan, Langkat, Madina menjadi penyumbang AKI terbanyak tahun ini.
Sementara medan, hanya 6 orang saja. Berdasarkan hasil survey adapun
penyebab terbesar kematian ibu karena perdarahan sebanyak 50 orang,
eklampsia 43 orang, infeksi 10 orang, partus macet 5 orang, dan abortus 3 orang
(Provinsi Sumatera Utara, 2016).
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan yang terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama. Masa
neonatus merupakan masa krisis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi
terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Heryani, 2017).
Menurut Depkes tahun 2014, Kementerian Kesehatan telah melakukan
berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun
2015 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di
Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam
program Kesehatan Ibu dan Anak. Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi
penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan (28%), preeklamsi/eklamsi (24%),
infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri (5%)
dan lain –lain (11%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu diantaranya
adalah perdarahan nifas sekitar 26,9% (Depkes, 2014).
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendri (tidak
disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusui dini akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI ekslusif (ASI aja) dan lama menyusui, dengan
demikian bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah
anak kurang gizi (Maryunani, 2012).
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
involusi uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya
hormon antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-
otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus (Wulandari, 2018).
Pemberian ASI awal sangat dianjurkan karena beberapa alasan. Asi yang
keluar pertama kali sangat bergizi dan mengandung antibodi yang dapat
melindungi bayi baru lahir dari penyakit. Menyusui seawal mungkin
mempengaruhi kesehatan ibu baru melahirkan yaitu dengan menimbulkan
retraksi uterus yang membantu mengurangi kehilangan darah setelah melahirkan
(Depkes, 2013).
Salah satu perubahan yg terjadi di masa nifas (post partum) pada alat
reproduksi yaitu terjadi involusi. Involusi uterus atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada
keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi involusi uterus antara lain,usia, mobilitas dini ibu post partum,
jumlah anak yang dilahirkan (paritas), menyusui ekslusif, inisiasi menyusui dini.
IMD merupakan titik awal yang penting untuk proses menyusui, serta untuk
membantu memperscepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran (Maryunani, 2012).
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari dan
Sholaikah (2017) tentang Hubungan Umur Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan
Involusi Uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul 2017 dengan didapatkan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 52 responden menunjukkan bahwa ibu yang
melakukan IMD mengalami involusi uterus normal yaitu sebanyak 19 responden
(36,5%), dan 16 (30,8%) responden dengan ibu yang melakukan IMD dengan
involusi tidak normal, dan dari hasil ibu yang tidak melakukan IMD dan
mengalami involusi uteri normal yaitu sebnayak 3 responden (5,8%) sedangkan
yang tidak melakukan IMD dan mengalami involusi tidak normal sebnayak 14
responden (26,9%) responden.
Hasil penelitian Sendra dan Dewi (2017) dengan judul Hubungan antara
menyusui dengan involusi uterus pada ibu nifas fisiologis di RSIA Aura Syifa
Kabupaten Kediri 2017 dari 21 responden terdapat 14 orang (66,67%) yang
involusi uterus normal menyusui dengan benar,yang menyusui dengan benar
terdapat 16 orang (76,19%) dan 5 orang (23,81%) menyusui salah, hal ini bisa
disebabkan karena saat persalianan di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri
dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini yang merupakan salah satu metode
memberikan ASI secara dini pada bayi yang baru melahirkan. Dan dari 21
responden terdapat 15 orang (71,43%) yang mengalami involusi uterus cepat
(normal) dan 6 orang (28,57%) yang mengalami involusi uterus lambat (tidak
normal). Involusi uterus yang cepat bisa disebabkan karena rumah sakit
menganjurkan mobilisasi dini dan mengajari cara menyusui yang benar sebagai
bentuk asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Lebih lanjut hasil survei yang dilakukan peneliti lakukan di klinik pratama
anna dan klinik pratama mutia, dimana klinik ini menerapkan Asuhan Persalinan
Normal (APN) yang menjadi acuan pertolongan persalinan dan menerapkan
teknik Inisiasi Menyusui Dini (IMD).Pada survei awal yang dilakukan di Klinik
Pratama Anna Tembung dan telah didapat data dari salah satu pegawai yang
ada di klinik, bahwasannya terdapat 15 orang ibu hamil pada trimester III yang
akan bersalin di bulan April-Juni, dan di Klinik pratama mutia terdapat 15 orang
ibu hamil trimester III yang bersalin di bulan April-Juni. Sehingga nantinya peneliti
akan dapat meneliti selanjutnya,pada saat proses persalinan.
Berdasarkan latar belakang tersebut,penulis menyimpulkan bahwa inisiasi
menyusu dini (IMD) sangat penting karena adanya hubungan hisapan bayi pada
payudara ibu yang dapat mengakibatkan pengeluaran hormon oksitosin yang
dapat mengurangi kejadian perdarahan setelah nifas dan membantu percepatan
pemulihan otot rahim ibu. Dari kesimpulan diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian demgan judul “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan
Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Hari ke Tujuh di Klinik Pratama Anna
Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Involusi Uterus
pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik
Pratama Mutia Bandar KhalifahTahun 2018 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungnan Inisiasi Menyusui Dini dengan Involusi
Uterus pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Klinik Pratama Anna
Tembung Tahun dan di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi IMD pada ibu post partum
b. Mengidentifikasi involusi uterus 7 hari setelah persalinan
c. Mengidentifikasi hubungan inisiasi menyusui dini dengan involusi
uterus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi
manunjang keilmuan ilmiah dan sebagai acuan dalam menyusun skripsi
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi bidang Akademi/Ilmiah
Sebagai bahan bacaan menambah wawasan peserta didik mengenai
hubungan inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui adanya hubungan inisiasi
menyusu dini dengan involusi uterus.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata bagi
peneliti pemula dalam proses penelitian dan menambah pengetahuan
mengenai hubungan inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
N
O
Judul,Nama,
Tahun
Sasaran Variabel
yang diteliti
Metode Hasil
1.
Hubungan antara menyusui dengan involusi uterus pada ibu nifas fisiologis di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri tahun 2017
Sasaran dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas fisiologis di RSIA Aura Syifa Kediri
Variabel independen : Inisiasi Menyusui Variabel Dependen : Involusi Uterus
Jenis penelitian yaitu disain cross sectional
Setelah dilakukan tabulasi silang dan dilakukan uji statistik,maka ada hubungan antara menyusui dengan involusi uterus di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri 2017
2.
Hubungan umur ibu dan inisiasi menyusui dini dengan involusi uterus di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2017
Sasaran penelitian ini adalah semua ibu post partum
Variabel Independen : umur,inisiasi meyusui dini Variabel Dependen : Involusi Uterus
Desain penelitian dengan studi korelasi dengan teknik pengambilan sampling secara purposive sampling
Ada hubungan umur ibu dan inisiasi menyusu dini dengan involusi uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
1. Pengertian
Inisiasi menyusui dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program
yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui
merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi,tetapi bayi
yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi ini merayap dan menemukan puting susu ibu untuk menyusu.
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara
bayi dan ibu (Maryunani, 2012).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam isitilah asing sering disebut early
initiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu
sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Inisiasi Menyusui Dini
adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir,
setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama
setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (Roesli,2008).
Ada tiga langkah inisisi menyusu dini : pertama, bayi harus mendapatkan
kontak kulit kekulit dengan ibu segera setelah lahir selama paling sedikit satu
jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kuli ibu selama satu jam pertama
kelahirannya walaupun bayi berhasil menghisap puting susu ibu dalam waktu
kurang dari satu jam. Kedua, bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk
melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu dan
memberi bantuan jika diperlukan. Ketiga, menunda semua prosedur lainnya yang
harus dilakukan pada bayi baru lahir sehingga inisiasi menyusu dini
selesai,prosedur berikut seperti menimbang,pemberian salep mata,vitamin K1,
dan lain-lain (JNPK-KR, 2014).
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
IMD merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk terjadinya
proses involusi uteri, karena dengan memeberikan ASI segera setelah bayi lahir
memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Prolaktin bertanggung jawab
dalam memulai produksi ASI, namun penyampaian ASI ke bayi dan
pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada puting susu.
Stimulasi Isapan bayi adalah stimulasi utama pengeluaran ASI dan reflek ini
dapat dikondisikan.
Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis
maupun psikologis yaitu sebagai berikut:
1) Manfaat Untuk Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga
membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin
juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu
merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.
2) Manfaat Untuk Bayi
a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan
detak jantung
c. Kolonisasi bakiterial dikulit dan usus bayi dengan bakteri
badan ibu yang normal (bakteri yang berbahaya dan
menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum
sebagai antibody bayi
d. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan
tenaga yang dipakai bayi
e. Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu
untuk mulai menyusu
f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain
dalam tubuh bayi
g. Mempercepatnya keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna
hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena
meminum air ketuban)
h. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga
mengurangi kesulitan menyusu
i. Membantu perkembangan persarafan bayi,(nervous system)
j. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem
kekebalan bayi
k. Mencegah trelewatnya puncak “refleks mengisap” pada bayi
yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui,
reflek akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali
dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian.
Manfaat secara psikologis :
1. Adanya ikatan emosi (emotional bonding) :
a. Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasi sayang
b. Ibu merasa lebih bahagia
c. Bayi lebih jarang menangis
d. Ibu berprilaku lebih peka (affectionately)
2. Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik
dikemudian hari (Maryunani, 2012).
Menurut JNPK-KR (2014), beberapa keuntungan IMD adalah :
1. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
a. Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi
b. Menstabilkan pernapasan
c. Mengendalikan temperatur tubuh bayi
d. Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik
e. Mendorong keterampilan bayi menyusu yang lebih cepat dan
efektif
f. Meningkatkan berat badan bayi lebih cepat
g. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
h. Bayi tidak menangis satu jam pertama
2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
a. Merangsang produksi hormon oksitoksin. Hormon oksitosin akan
merangsang kontraksi uterus dan menurunkan resiko terjadinya
perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran kolostrum
dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan dan hubungan
mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi
kelahiran placenta dan pengalihan nyeri dari berbagai prosedur
pasca persalinan lainnya.
Oksitoksin dikeluarkan dari kelenjer bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitoksin
menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya
bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan bayi merangsang keluarnya oksitoksin
lagi dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan
pengeluaran air susu. Fungsi Oksitoksin dalam persalinan antara
lain, merangsang dan meningkatkan kontraksi, mencegah
perdarahan, meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya.
(Wulandari, 2018).
b. Merangsang hormom prolaktin. Horomon prolaktin akan
meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress dan
rasa kurang nyaman, memberikan efek relaksasi pada ibu setelah
bayi menyusu, menunda terjadinya ovulasi sehingga mempunyai
efek kontrasepsi.
3. Keuntungan menyusu dini untuk bayi
a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi.
c. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
d. Meningkatkan kecerdasan
e. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas.
f. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
g. Mencegah kehilangan panas
h. Merangsang kolostrum segera keluar.
4. Keuntungan menyusu dini untuk ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
3. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini langkah – langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang
dianjurkan (Maryunani, 2012 ) :
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali
kedua tangannya.
c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya
tidak dibersihkan karena zat inimembuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut
ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.
4. Lima Tahapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Dalam 30-45 Menit Pertama, bayi akan diam dalam keadaan siaga.
Sesekali matanya membuka lebar dan melihat ke ibunya. Masa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari kedaan dalam kandungan
keluar kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan rasa aman
bayi terhadap lingkungannya. Hal ini juga akan meningkatkan rasa
percaya diri ibu akan kemampuan menyusui dan mendidik anaknya.
Demikian pula halnya dengan ayah, dengan melihat bayi dan istrinya
dalam suasana menyenangkan ini, akan tertanam rasa percaya diri
ayah untuk membantu keberhasilan membantu ibu menyusui dan
mendidik anaknya.
2. Antara 45-60 menit, bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau
minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat
tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang
ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu dan bau serta rasa ini yang akan membimbing bayi
untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya
tidak dianjurkan mengeringkan ke 2 tangan bayi pada saat bayi baru
lahir.
3. Mengeluarkan liur,saat bayi siap menyadari ada makanan
disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan liur.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola payudara akan menjadi
sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu. Bayi akan
menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala kedada ibu, menoleh
kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting
susu dan sekitranya dengan tangannya.
5. Menyusu,akhirnya bayi menemukan, menjilat, mengulum puting,
membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai
menyusu (Maryunani, 2012).
B. Pengertian Post Partum (NIFAS)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Periode postnatal adalah waktu
penyerahan dari selaput dan placenta (menandai akhir dari periode intrapartum)
menjadi kembali kesaluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode
ini juga disebut puerperium (Walyani, 2015).
Masa nifas atau pueperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Heryani, 2017).
1. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :
a) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang
lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,
bulan, atau tahun (Wulandari, 2018).
2. Perubahan Fisik Masa Nifas
a) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
b) Keluarnya sisa-siasa darah dari vagina (lochea)
c) Kelelahan karena proses melahirkan
d) Pembentukan ASI sehingga payudsara membesar
e) Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK)
f) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul, dan bokong )
g) Perlukan jalan lahir (lecet atau jahitan)
3. Perubahan Psikis Masa Nifas
a) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (fase taking in)
b) Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke 3-10)
c) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase
letting go (hari ke 10-akhir masa nifas) (Walyani, 2017)
4. Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan
tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
4. Menanganbi komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalian
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa
nifas
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberikan rujukan bila
perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e) Mengajarkan ibu untuk mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
2 6 hari
setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus tidak adan perdarahan abnormal,
dan tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat,
dan menjaga bayi agar tetap hangat
3 2 minggu
setelah
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus di bawah
persalinan umbilicus tidak ada perdarahan abnormal,
dan tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat,
dan menjaga bayi agar tetap hangat
4 6 minggu
setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang dialami atau bayinya
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Gambar 2.1. Kunjungan Nifas
Sumber : Walyani (2017)
C. Involusi Uteri
1. Pengertian
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah
organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah
melahirkan. Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan
kembali ke bentuk asal (Walyani, 2015).
Involusi adalah pengembalian uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah placenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos uterus (Roito, 2013).
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil baik
dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligament uterus dan otot
dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil (Wulandari, 2018).
2. Proses Involusi Uteri
Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang
sangat penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab selama masa kehamilan dan
persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik merupakan
ligament-ligament bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus
membesar, postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat
badan pada masa hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat
persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi kerusakan pada
jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi longgar
karena diregang begitu lama pada saat hamil maupun bersalin (Sarwono, 1994).
Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah placenta
dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Involusi belum
selesai sampai akhir puerperium, tetapi penurunan ukuran dan berat uterus
banyak terjadi pada kunjungan kedua nifas hari ke 7 atau 10 periode pascanatal,
laju involusi bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya dan kemajuannya harus
dikaji secara individual. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perabaan atau
palpasi uterus melalu dinding abdomen dan menentukan apakah terjadi
pengecilan ukuran (Walyani, 2015).
Proses involusi uteri yang terjadi pada masa nifas melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan penghancuran jarinagn otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar
menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Faktor yang
menyebabkan terjadinya autolysis apakah merupakan hormon ataw
enzim yang sampai sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui
adanya penghancuran protoplasma dan jarinagan yang diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya bebrapa hari
setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih ataw sering buang air
kemih.
c. Aktifitas otot-otot
Aktifitas otot-otot adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot-otot
setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini
menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang
mengakibatkan jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
d. Efek oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh hipofisis posterior
yang akan dilepaskan kepembuluh darah apabila medapatkan
rangsangan yang tepat. Efek fisiologis dari oksitoksin adalah merangsang
kontraksi oto polos uterus baik pada masa persalinan maupun masa nifas
sehingga akan mempercepat proses involusi uterus. Disamping itu
oksitoksin juga mempunyai efek pada payudara ibu, yaitu meningkatkan
pemancaran ASI dari kelenjer mammae (Walyani, 2017),
Selama tahap ketiga persalinan, oksitoksin menyebabkan pemisahan
placenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi,
melepaskan placenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan bayi akan merangsang keluarnya oksitoksin lagi dan
ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu. Pada
wanita menyusui, involusi biasanya terjadi lebih efisien, yang kemungkinan
berkaitan dengan peningkatan aliran oksitoksin (meningkatkan kontraksi dan
retraksi serat otot uterus). Hal ini berarti involusi akan berlangsung lebih lambat
bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi dan retraksi secara efektif. Ini dapat
terjadi setelah seksio sesaria,uterus robek atau karena sisa produk konsepsi.
Selain itu hal tersebut juga dapat menunjukkan adanya infeksi. Subinvolusi
uterus harus diteliti, karena ibu dapat mengalami perdarahan pascanatal
sekunder (Ambarwati, 2009).
Wanita yang memilih untuk menyusu bayinya, isapan bayi menstimulasi
ekresi oksitoksin dipayudara keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus
dan pengeluaran ASI. Setelah placenta lahir sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
3. Faktor-faktor yang dapat Mengganggu Involusi Uterus
Uterus mempunyai peranan penting dalam proses reproduksi. Kelainan
uterus, baik bawaan maupun yang diperoleh, dapat menganggu lancarnya
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Berikut ini beberapa faktor yang dapat
mengganggu involusi uterus.
a. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu involusi
uterus, bahakan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Mioma uteri
merupakan tumor uterus, dimana pertumbuhan dan perkembangannya menjadi
lebih cepat karena pengaruh hormon pada masa kehamilan. Perubahan
bentuknya menyebabkan rasa nyeri di perut. Komplikasi sering terjadi pada masa
nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang
dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
b. Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang sering terjadi pada masa nifas. Yang
sering terjadi akibat kuman yang masuk ke endometrium dan menempel di
daerah bekas insersio plasenta. Jika terjadi infeksi nifas maka akan mengganggu
involusi uterus, dimana uterus agak membesar dan disertai dengan rasa nyeri
serta uterus teraba lembek.
c. Ada sisa placenta
Proses mengecilnya uterus dapat terganggu karena tertinggalnya sisa
placenta dalam uterus, sehingga tidak jarang terdapat pendarahn dan terjadi
infeksi nifas.
4. Perubahan-perubahan selama Postpartum
a. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal
pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut :
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum
Involusi uterus Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinngi pusat 1000 gram
Placenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
12 jam Sekitar 12-13 cm dari atas
symphisis atau 1 cm dibawah
pusat/sepusat
3 hari 3 cm dibawah pusat selanjutnya
turun 1 cm/hari
1 minggu (7 hari) Pertengahan pusat symphisis 500 gram
2 minggu (14 hari) Tidak teraba 350 gram
6 minggu Bertambah kecil (normal) 50 gram
Gambar 2.2. Perubahan Uterus
Walyani, 2015
Involusi uterus TFU Berat Uterus Diameter Uterus
Placenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (1 mgg) Pertengahan
pusat simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari (2 mgg) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 mgg Normal 60 gram 2,5 cm
(Heryani, 2017).
Perubahan-perubahan normal uterus yang dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU (tinggi fundus
uteri)nya :
1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
3) Pada satu minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat
500 gram.
4) Pada dua minggu post partun, TFU teraba diatas simpisis dengan berat
350 gram.
5) Pada enam minggu post partum, fundus uteri mengecil, (tak teraba)
dengan berat 50 gram (Salemba. 2011).
b. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi yang
dapat dilihat dari 4 tahapan sebagai berikut :
1. Lochea rubra (cruenta) yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari postpartum.
2. Lochea sanguinolenta yaitu berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari ke 3-7 postpartum.
3. Lochea serosa yaitu berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 postpartum.
4. Lochea alba yaitu berwarna cairan putih yang mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang
mati setelah 2 minggu.
c. Servik
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan servik menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.
e. Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran placenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,
sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dan sirkulasi menstruasi. Dimana
dimulainya kembali proses ovulasi sehingga wanita bisa hamil kembali
(Wulandari, 2018).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi
Menurut Walyani (2017) menerangkan, proses involusi dapat terjadi
secara cepat atau lambat, faktor yang memengaruhi involusi uterus selain Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) antara lain :
Beberapa karakteristik ibu yang turut mempengaruhi proses involusi
uterus antara lain:
1. Menyusui (ASI Ekslusif)
Pada proses menyusui ada refleks let down dari isapan bayi
merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang
oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus
berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
ASI Eklusif adalah pemberian ASI tanpa memberikan makan
tambahan lain pada umur 0-6 bulan (Maryunani. 2009).
Pemberian ASI eklusif pada masa nifas berkaitan dengan proses
involusi uteri. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara menyusui
dengan pengaturan kadar hormonal proklatin dan oksitoksin dalam
darah. Kedua horomon ini sangat diperlukan dalam proses
pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan ASI selama
proses menyusui. Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor yang
menghambat pengeluaran prolaktin seperti bahan dopamin, serotonin.
Pengeluaran oksitoksin ternyata disamping dipengaruhi isapan bayi
juga oleh suatu reseptor yang terletak dalam sistem duktus.
2. Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini merupakan gerakan yang dilakukan oleh ibu segera
setelah melahirkan untuk merubah posisi ibu dari berbaring, miring,
duduk sampai ibu dapat berdiri sendiri. Pergerakan ini bertujuan
untuk membantu memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar
proses involusi, memperlancar organ gastrointestinal, organ
perkemihan dan membantu memperlancar sirkulasi darah.
Aktifitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya
kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan
terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan
jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
3. Usia Ibu
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penuaan, dimana prosses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan peneyrapan lemak, protein,
serta karbihidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat
involusi uterus. Usia kurang dari 20 tahun elastisnya belum maksimal
dikarenakan organ reproduksi yang belum matang, sedangkan usia
diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi saat sebelum dan setelah
kelahiran dikarenakan elastisitas otot rahimnya sudah menurun,
emnyebabkan kontraksi uterus tidak maksimal.
4. Paritas
Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering
terenggang memerluikan waktu yang lama. Paritas pada ibu yang
mempunyai anak lebih dari satu (multigravida) cenderung menurun
kecepatannya dibandingkan ibu yang primigravida, dikarenakan otot
uterus ibu multigravida lebih lemah tonus ototnya dibandingkan
dengan primigravida, begitu juga ukuran uterusnya pada ibu primi
ataupun multi, memliki perbedaan sehingga ini juga memberikan
pengaruh terhadap proses involusi.
5. Status Gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai
dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu
postpartum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang
terdiri dari kelompok infiltrsi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat
pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu postpartum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan
mempercepat proses involusi uterus.
D. Kerangka Teori
Istilah kerangka teori secara sederhana berarti pengguna salah satu teori
atau teori-teori yang terkait untuk mendukung rasional (alasan) dilakukan studi
dan pedoman untuk menganalisi hasilnya. Suatu kerangka disebut kerangka
teoritis jika variabel-variabel yang sudsh dipelajri dan telah didapatkan
sebelumnya dan didapatkan berhubungan satu dengan yangb lainnya.
Gambar 2.1. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah fomulasi atau simplifikasi dari kerangka teori
atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka
konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Proses involusi uteri terjadi melauli
tahapan berikut :
1. Iskemia Miometrium
2. Autolysis
3. Aktifitas otot-otot
4. Efek oksitoksin
Involusi Uteri
Perubahan
Uterus Lebih
cepat
yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk
menganilisis hasil penelitian (Notoatmodjo, 2013).
Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep
dalam penelitian “Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Involusi Uterus pada
Ibu Postpartum Hari ke Tujuh di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik
Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional bertujuan untuk mengoperasionalkan variabel-
variabel. Semua konsep dan variabel didefinisikan dengan jelas sehingga
terjadinya kerancuan dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat
terhindar.
No Variabel Definisi operasional Alat
ukur
Hasil ukur Skala
1 Independen
:inisiasi
menyusu
dini
Satu teknik segera
bayi menyusui pada
ibunya yang dapat
dilakukan oleh bayi
baru lahir, pada jam
pertama kelahiran
bayi.
chekl
ist
1 : dilakukan
2 : Tidak
dilakukan
Ordinal
2. Dependen
:involusi
uterus
Suatu proses
mengecilnya uterus
pada ibu setelah
melahirkan dilihat
dari perubahan
tinggi fundus uteri
Jari 1= normal bila
tfu berada
pertengahan
pusat simfisis
2= tidak
normal bila tfu
Ordinal
Involusi Uterus Inisiasi Menyusui
Dini
pada hari ke 7 post
partum
berada lebih
tinggi dari
pertengahan
pusat simpisis
Gambar 2.3. Definisi Operasional
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah Ada Hubungan inisiasi menyusu dini
dengan involusi uterus pada ibu postpartum.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross
sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengamatan dan pengukuran pada saat bersamaan.
Pemilihan ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
hubungan inisiasi menyusui dini dengan involusi uterus pada ibu post partum hari
ke tujuh diklinik pratama tembung dan klinik pratama mutia bandar khalifah tahun
2018.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik
Pratama Mutia Bandar Khalifah.
2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari pengajuan judul penelitian hingga
seminar hasil akhir, yaitu bulan Febbuari 2018 sampai dengan Juli
2018.
C. Populasi dan Sample Penelitian
1) Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang telah bersalin
di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar
Khalifah Tahun 2018 adalah sebanyak 30 orang.
2) Sampel Penelitian
Pengambilan sample pada penelitian ini adalah menggunakan teknik
purposive sampling, dimana didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu dan berdasarkan ciri dan sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Jumlah sampel pada bulan april sampai juni adalah
sebanyak 30 orang, 15 orang di Klinik Pratama Anna Tembung dan 15
orang lagi di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah.Sample penelitian ini
adalah pasien ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusif sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden
b. Ibu post partum/melahirkan normal di Klinik Pratama Anna dan
Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah
c. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini dan melanjutkan
menyusukan bayi (ASI ekslusif)
d. Tidak ada kendala dalam proses persalinan dan riwayat penyakit
reproduksi
e. Ibu nifas yang tidak mengalami komplikasi nifas
Kriteria Eklusif :
a. Tidak setuju dijadikan responden
b. Ibu nifas yang mengalami komplikasi nifas
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data Primer yaitu
data yang secara langsung diambil dari objek penelitian, dan menggunakan
alat observasi. Peneliti menjelaskan sebelumnya tentang hubungan IMD
dengan perubahan uterus. Kemudian dilakukan tindakan pemeriksaan
selama kurang lebih 10 menit setelah itu pengisian lembar observasi.
Jumlah sampel yaitu sebanyak 30 orang. 15 orang diklinik Pratama
Anna Tembung, dan 15 orang di Klinik Mutia Bandar Khalifah.
2. Cara Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti menyerahkan surat permohonan izin untuk
melakukan penelitian di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama
Mutia Bandar Khalifah. Setelah mendapatkan responden, peneliti
menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, kemudian
responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah
dibuat oleh peneliti. Setelah itu peneliti menjelaskan prosedur inisiasi
menyusui dini, dan inisiasi menyusui dini dilakukan segera setelah bayi lahir
1 jam. Kemudian dilakukan pada hari ke 7 yang dilakukan dirumah pasien.
Lebih lanjut, peneliti melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan
menggunakan pita centimeter, selanjutnya mencatat hasil kedalam lembar
observasi untuk mengidentifikasi involusi uterus pada ibu postpartum setelah
dilakukan inisiasi menyusui dini dengan melibatkan bidan dan suami atau
orang terdekat.
E. Alat ukur/ instrumen Penelitian dan Bahan Penelitian
Alat ukur/instrumen data berupa pita centimeter dan lembar observasi.
Mengambil data demografi untuk penunjang pada penelitian ini yang meliputi
usia, paritas, pekerjaan, pendidikan. Peneliti menggunakan pita centimeter untuk
mengobservasi involusi uterus dengan mengukur tinggi fundus uteri pada ibu
post partum sesudah dilakukan menyusu dini.
F. Prosedure Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini adalah :
1. Menentukan masalah dalam penelitian
Dalam tahap ini peneliti mengadakan survei awal terhadap ibu postpartum
di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar
Khalifah.
2. Penelusuran kepustakaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penelusuran kepustakaan yang
dilakukan berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh informasi yang
relavan.
3. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data. Pada
tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data demografi responden,
kemudian dilakukan pencatatan.
4. Data terkumpul
Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisa univariat dan bivariat.
G. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2013) dilakukan
dengan empat langkah yaitu sebagai berikut :
a. Editing
Pengecekan kelengkapan data pada data-data yang telah terkumpul.
Bila terdapat kesalahan atau kekurangan pengumpulan data maka
dapat dilengkapi dan diperbaiki.
b. Cooding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari cooding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada
saat entry data.
c. Entry Data
Memasukkan data dalam program computer untuk proses analisa data
d. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.
2. Analisa data
a. Analisi Univariat
Dilakukan dengan cara membuat distribusi frekuensi dari setiap
variabel, hasil ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
b. Analisi Bivariat
Dilakukan untuk menguji hubungan antar 2 variabel yaitu masing-
masing variabel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan
adalah uji chi square. Untuk mengetahui hubungan IMD dengan
involusi uterus.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada pemilik Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar
Khalifah untuk mendapatkan persetujuan, kemudian peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan aspek etika penelitian yang meliputi :
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informat consent)
Lembar persetujuan kepada responden yang diteliti, sebelum
ditandatangani sampel penelitian. Peneliti memberi informasi tentang
tujuan dan sifat keikut sertaan dalam penelitian.
2. Kerahasiaan (convidentially)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset sesuai
dengan tujuan penelitian. Peneliti juga tidak mencamtumkan nama sampel
penelitian dalam kuesioner (cukup dengan kode sampel peneliti).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Ibu nifas hari ke 7 di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama
Mutia Bandar Khalifah yang direkrut menjadi responden berjumlah 30 orang dan
seluruhnya layak untuk menjadi responden.
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Ibu Post Partum Hari ke 7 di Klinik Pratama Anna Tembung dan
Klinik Pratama Mutia Bandar KhalifahTahun 2018 Berdasarkan Imd
Variabel
Total
n %
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Ya 15 50
2. Tidak 15 50
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang di
lakukan IMD adalah 15 (50%) responden dan yang tidak di lakukan IMD
sebanyak 15 (50%) responden.
Tabel 4.2 Distribusi Ibu Post Partum Hari ke 7 di Klinik Pratama Anna Tembung dan
Klinik Pratama Mutia Bandar KhalifahTahun 2018 Berdasrakan TFU
Variabel
Total
n %
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
1. Normal 17 56,7
2. Tidak Normal 13 43,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa jumlah responden ydengan Tfu
normal adalah 17 (56,7%) responden dan yang tidak normal sebanyak 13
(43,3%) responden.
2. Analisis Bivariat Hubungan (IMD) dengan TFU Hari ke-tujuh
Berdasarkan kerangka konsep penelitian dilihat antara IMD dengan TFU
post partum hari ke-tujuh. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Dalam penelitian ini Variabel independennya adalah IMD sedangkan Variabel
dependennya adalah tinggi fundus uteri ibu postpartum hari ke-tujuh.
Tabel 4.3 Hubungan IMD dengan involusi (TFU) hari ke-tujuh Ibu nifas
Hari ke 7 di Klinik Pratama Anna Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar KhalifahTahun 2018
Variabel
Fundus
Normal %
Tidak
normal % Total % p
IMD
0,001 1. Ya 13 86,7 2 13,3 15 100%
2. Tidak 4 26,7 11 73,3 15 100%
Dari 15 orang ibu post partum yang dilakukan IMD, mayoritas TFU normal
yaitu 13 orang (86,7%), sementara dari 15 orang yang tidak dilakukan IMD
mayoritas TFU tidak normal yaitu 11 orang (73.3%).Hasil uji statistik diperoleh
nilai p =0,001 maka dapat disimpulkan hubungan yang signifikan antara IMD
dengan ukuran tinggi fundus uteri.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang di
lakukan IMD adalah 15 responden (50%) dan yang tidak IMD adalah sebanyak
15 responden (50%).
IMD merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk terjadinya
proses involusi uteri, karena dengan memberikan ASI segera setelah bayi lahir
memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Prolaktin bertanggung jawab
dalam memulai produksi ASI, namun penyampaian ASI ke bayi dan
pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada puting susu.
Stimulasi isapan bayi yang dikenal sebagai ejeksi atau pengeluaran ASI isapan
bayi adalah stimulasi utama pengeluaran ASI dan reflek ini dapat dikondisikan.
(Widjanarko, 2011).
2. Tinggi Fundus Uterus
Hasil analisis terhadap 30 responden tentang TFU hari ketujuh di peroleh,
ibu dengan TFU normal sebanyak 56,7 % (17 orang), sisanya 43,3 % (13 orang)
dengan TFU yang tidak normal pada penelitian ini, proses involusi dilihat
berdasarkan tinggi fundus uteri pada post partum hari ke-tujuh,
Menurut Justina (2012) pada saat menyusui akan terjadi kontak kulit kekulit
antara ibu dan bayi. Ketika kontak fisik antara ibu dan bayi tetap dipertahankan
setelah bayi lahir, konsentrasi perifer oksitocin dalam sirkulasi maternal
tampaknya menjadi tinggi dalam satu jam pertama dibanding sesaat sebelum
lahir. Hal inilah yang membantu mempercepat proses involusi uterus.
Intensitas kontraksi uterus akan meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang
myometrium uterus sehingga dapat berkontaksi. Kontraksi uterus merupakan
suatu proses yang kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan
myosin.
Dengan demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi.
Pertemuan aktin dan myosin disebabkan karena adanya myocin light chine
kinase (MLCK) dan dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat oleh
banyaknya ion kalsium yang masuk didalam sel. Sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion kalsium kedalam
intra sel sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuaat kontraksi uterus
(Ambarwati, 2009).
Penelitian yang menunjang hasil diatas adalah pendapat Roesli, Utami.
2010 yang mengatakan bahwa isapan bayi pada puting susu ibu akan
merangsang dikeluarkannnya hormon oksitosin yang merangsang uterus
berkontraksi dan mempercepat involusi uterus.
Perilaku menyusu yang baik segera setelah kelahiran dapat membantu
kontraksi uterus dan penurunan TFU dengan respon hormonal oksitosin di otak
yang akan memperkuat kontraksi uterus Inisiasi menyusu dini diharapkan akan
menjadi awal dari berlangsungnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fikawati dan Syafiq (2010), bahwa bayi
yang diberikan kesempatan menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil
untuk ASI eksklusif dibandingkan yang tidak diberi kesempatan menyusu dini
Fikawati dan Syafiq (2010).
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1
sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan bayi pada payudara. Selama
tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang dilakukan IMD, hisapan bayi pada
puting susu ibu akan merangsang keluarnya oksitosin dan ini membantu uterus
kembali ke bentuk normal dan merangsang pengeluaran air susu (Ambarwati,
2009).
3. Hubungan IMD Terhadap TFU Ibu Postpartum Hari ke-tujuh
Dari 15 orang ibu post partum yang dilakukan IMD, mayoritas TFU normal
yaitu 13 orang (86,7%), sementara dari 15 orang yang tidak dilakukan IMD
mayoritas TFU tidak normal yaitu 11 orang (73.3%).Hasil uji statistik diperoleh
nilai p =0,001 maka dapat disimpulkan hubungan yang signifikan antara IMD
dengan ukuran tinggi fundus uteri.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata TFU hari ketujuh ibu yang
IMD adalah 5,60 cm, TFU minimal ibu yang dilakukan IMD 3 cm dan maksimal 8
cm. Berdasarkan hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% ibu yang
dilakukan IMD diyakini rata-rata TFU hari ke-tujuh adalah 4,74 cm - 6,46 cm.
Sementara TFU ibu yang tidak dilakukan IMD di dapatkan rata – rata tfu 8,07 cm,
dengan standar deviasi 1,438. Berdasarkan hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% ibu yang tidak dilakukan IMD diyakini rata-rata TFU hari
ke-tujuh adalah 7,27 – 8,86 cm. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Marisa (2010), bahwa rata- rata TFU ibu yang tidak dilakukan IMD adalah 7,23
cm sedangkan ibu yang dilakukan IMD 6,60 cm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian hubungan Inisiasi Menyusui Dini terhadap
Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Klinik Pratama Anna
Tembung dan Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018 adalah sebagai
berikut :
1. Responden yang di lakukan IMD adalah 15 responden (50%) dan yang tidak
dilakukan IMD sebanyak 15 orang (50%)
2. Mayoritas TFU hari ketujuh ibu yang IMD dengan TFU normal adalah 56,7 %
(17 orang), dan yangbtidak normal sisanya 43,3 % (13 orang)
3. Ada hubungan ukuran fundus uteri antara ibu yang dilakukan IMD dengan
yang tidakdilakukan IMD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (ada
hubungan yang signifikan antara perlakuan IMD dengan ukuran fundus uteri).
B. Saran
1. Bagi Petugas di Pelayanan Kesehatan/Kebidanan
a) Petugas kesehatan khususnya bidan sudah memberikan pendidikan
kesehatan tentang IMD, ASI eksklusif.
b) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dijadikan prosedur tetap dalam melakukan
pelayanan kebidanan saat melakukan pertolongan persalinan, bagi tenaga
kesehatan khususnya bidan yang belum melaksanakan IMD saat menolong
persalinan
2. Bagi Ibu Post Partum
a) Ibu post partum supaya menerapkan kunjungan nifas yang menjadi aturan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Agar peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian dengan memperluas
variabel yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu post partum.
4. Bagi Pendidikan
Pihak pendidikan juga dapat lebih memfasilitasu buku di perpustakaan yang
terkait tentang IMD dengan buku nifas, yang bekaitan dengan tinggi fundus uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R., dan Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Salemba.
Ambarwati. 2008 . Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Cendikia. Yogyakarta.
Depkes, 2013. Pemberian Asi awal. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Heryani, R. 2017. Asuhan KebidanannIbu Nifas dan Menyusu. Jakarta: CV Trans
Info Media.
JNPK-KR. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta, Indonesia.
Justina, 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini dengan Lama Persalinan Kala III
dan Proses Involusi, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan- UI, Depok
Marisa, 2010. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum di Klinik Bersalin Khadijah dan Klinik Bersalin Wina Medan, KTI, DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran- USU. Medan
Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: CV Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Roesli, U. 2018. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Roito, Juraida, et al,. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: EGC.
Senda, E. dan Indriani D. 2017. Jurnal Hubungan antara Menyusu dengan Involusi Uterus pada Ibu Nifas Fisiologis di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri.
Surjantini, S. H. 2013. Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara. Medan.
Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
, 2017. Auhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Widjanarko. 2011. Payudara dan Laktasi, Refleks Laktasi.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/08/payudara-dan laktasi. html.
Diakses pada tanggal, 1juli 2018
Wulan, J. W. et al., 2017. Jurnal Hubungan Status Preeklamsia dengan Kejadian Perdarahan Postpartum pada Ibu Bersalin di RSUD dr H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Periode 1 Juli 2014 – 30 Juni 2015. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 6(3): 51-52.
Wulandari, A. S, dan Sulistyoningtyas S. 2017. Jurnal Hubungan Umur Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Involusi Uterus di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Skripsi. Universitas Aisyiyah. 5(1): 1-3.
Wulandari, S. R, dan Handayani S. 2018. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Biodata Peneliti
I. DATA PRIBADI
Nama : Roulina Mustika
Tempat/Tanggal Lahir : Banjar XII, 06 Juli 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : III (Tiga) dari 4 bersaudara
No.Hp : 082360810225
Alamat : JL Sido Tani SP. Benar, Kec. Tanah Putih
Kab. Rokan Hilir
Email : [email protected]
II. DATA ORANG TUA
Nama Ayah : M. Syukur Marpaung
Nama Ibu : Yusnida Murni, SPdi
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2001-2007 : SD Negri 015 Banjar XII
Tahun 2007-2010 : MTS. Negeri Ujung Tanjung
Tahun 2010-2013 : MA. Negeri Kisaran
Tahun 2013-2016 : D-III Kebidanan STIKes Deli Husada Delitua
Tahun 2017-2018 : D-IV Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
PERNYATAAN OTENTIFIKASI
HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN INVOLUSI
UTERUS PADA IBU POST PARTUM HARI KE TUJUH DI
KLINIK PRATAMA ANNA TEMBUNG DAN DI KLINIK
PRATAMA MUTIA BANDAR KHALIFAH
TAHUN 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam Daftar
Pustaka.
Medan, 26 September 2018
Roulina Mustika
P07524517067
LEMBAR PENJELASAN
Kepada :
Yth. Ibu calon responden
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Roulina Mustika
NIM : P07524517067
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
dengan Involusi Uterus pada Ibu PostPartum Hari ke Tujuh” Penelitian tidak akan
menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu sebagai responden. Kerahasian
semua informasi yang ibu berikan merupakan tangguang jawab kami untuk
menjaganya.
Jika ibu bersedia maupun menolaknya menjadi responden maka tidak akan
ada ancaman bagi ibu dan keluarga. Jika selama menjadi responden ibu merasa
dirugikan maka ibu diperbolehkan mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Demikian surat permintaan ini kami buat, jika ibu telah menyetujui
permintaaan kami untuk menjadi responden, maka saya sebagai peneliti sangat
mengharapkan kesediaanya untuk menandatangani lebar persetujuan untuk
menjadi responden.
Tembung, 2018
Peneliti
(Roulina Mustika)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Concent)
“Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Involusi Uterus pada Ibu Postpartum
Hari ke Tujuh di Klinik Pratama Anna Tembung dan
Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah
Tahun 2018”
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian,
saya bersedian menjadi responden tanpa ada ada unsur paksaan, sebagai bukti
saya akan menandatagani surat persetujuan menjadi responden penelitian.
Tembung, 2018
Hormat Saya Sebagai Responden
( )
Hasil Pemeriksaan TFU
LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN TINGGI
FUNDUS UTERI IBU POSTPARTUM
Nama Responden :
IMD/Tidak : YA TIDAK
No Langkah
1 Mengosongkan kandung kemih/Anjurkan Ibu BAK terlebih dahulu
2 Memposisikan ibu dengan posisi tidur telentang dengan kedua kaki di
Tekuk
3 Lihat apakah ada luka bekas operasi pada abdomen ibu
4 Palpasi untuk menilai/mendeteksi apakah ada uterus diatas pubis atau
Tidak
5 Palpasi untuk mendeteksi apakah ada massa atau konsistensi / otot parut
6 Menanyakan adakah rasa nyeri saat dipalpasi sambil melihat reaksi klien
7 Menanyakan warno lokhea/pengeluaran pervaginam
8 Mencatat hasil pemeriksaan fundus uteri
No TFU dalam cm
1
Master Tabel
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post
Partum Hari Ke Tujuh Di Klinik Pratama Anna Tembung Dan Klinik Pratama
Mutia Bandar Khalifah tahun 2018
NO.
Responden TIDAK IMD/IMD TFU (CM) KODE TFU
1 2 10 2
2 1 5 1
3 2 8 2
4 1 4 1
5 1 6 1
6 2 6 1
7 2 9 2
8 1 4 1
9 2 10 2
10 1 3 1
11 2 9 2
12 1 4 1
13 2 9 2
14 1 5 1
15 2 6 1
16 1 6 1
17 1 6 1
18 2 8 2
19 2 6 1
20 1 6] 1
21 2 8 2
22 1 8 1
23 2 9 2
24 1 5 1
25 1 8 2
26 2 8 2
27 2 9 2
28 1 6 1
29 1 8 2
30 2 6 1
1. Analisis Univariat
IMD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Imd 15 50,0 50,0 50,0
Tidak
Imd 15 50,0 50,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
TFU
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Normal 17 56,7 56,7 56,7
Tidak Normal 13 43,3 43,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Case Processing Summary
tfu Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
imdyatidak
<7 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%
>7 13 100,0% 0 0,0% 13 100,0%
TFU Total
Normal Tidak Normal
IMD
Imd
Count 13 2 15
Expected Count 8,5 6,5 15,0
% Within IMD 86,7% 13,3% 100,0%
% Within TFU 76,5% 15,4% 50,0%
Tidak
Imd
Count 4 11 15
Expected Count 8,5 6,5 15,0
% Within IMD 26,7% 73,3% 100,0%
% Within TFU 23,5% 84,6% 50,0%
Total
Count 17 13 30
Expected Count 17,0 13,0 30,0
% Within IMD 56,7% 43,3% 100,0%
% Within TFU 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-
Sided)
Exact Sig. (2-
Sided)
Exact Sig. (1-
Sided)
Pearson Chi-Square 10,995a 1 ,001
Continuity Correctionb 8,688 1 ,003
Likelihood Ratio 11,876 1 ,001
Fisher's Exact Test ,003 ,001
Linear-By-Linear
Association 10,629 1 ,001
N Of Valid Cases 30
A. 0 Cells (0,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected Count Is 6,50.
B. Computed Only For A 2x2 Table