hubungan karakteristik demografi, pengetahuan dan sikap
TRANSCRIPT
1 Universitas Indonesia
Hubungan Karakteristik Demografi, Pengetahuan Dan Sikap Dengan
PHBS Siswa Sekolah Dasar Kota Depok Tahun 2014 Siti Zubaidah, Ella Nurlaella Hadi
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Hasil Survei Cepat PHBS tatanan sekolah tahun 2014 mengalami penurunan angka presentase pada hampir semua indikator PHBS Sekolah dibandingkan dengan hasil PHBS tatanan sekolah tahun 2013. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik demografi, tingkat pengetahuan dan sikap siswa dengan PHBS siswa sekolah dasar di Kota Depok tahun 2014. Desain studi cross-sectional digunakan pada 143 siswa dari seluruh siswa sekolah dasar Kota Depok tahun 2014. Sebanyak 58,7% siswa mempunyai PHBS baik, tetapi perilaku menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, dan perilaku mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah masih kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan umur terhadap PHBS, pengetahuan terhadap PHBS dan sikap terhadap PHBS memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS, dimana siswa usia 10-13 tahun memiliki peluang 3,5 kali berperilaku PHBS baik dibandingkan siswa usia 6-9 tahun. Demikian pula dengan siswa yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang 3,7 kali untuk memiliki PHBS baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah dan siswa dengan sikap positif memiliki peluang 3,4 kali lebih besar untuk memiliki PHBS baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap PHBS. Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Promosi Kesehatan Sekolah.
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
2 Universitas Indonesia
Relation Between Demography Characteristic, Knowledge, and Attitude with Clean and Healthy Living Behaviors among Elementary Students in
Depok, 2014
Abstract This study was conducted through a rapid survey on clean and healthy living behavior or also known as Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) on a school base in 2014. The results showed that almost all indicators decreased compared to its result in 2013. Therefore, this study aimed to analyze the relationship between demography characteristics, knowledge, and attitude's elementary student in Depok, 2014. This study used cross-sectional design to 143 students of all elementary school in Depok. The results showed that 58,7% of the students were good in clean and healthy living behaviors. However, the behavior of weighing and measuring their height each month, using a clean and healthy latrine, and consuming healthy snacks from the cafetaria were still quite poor. This study also showed significant relationships between age, knowledge, and attitude towards clean and healthy living behaviors. Students age 10-13 had 3,5 opportunities to have a better clean and healthy living behavior compared to students age 6-9. Similarly, students who had good knowledge had 3,7 opportunities to have a better clean and healthy living behaviors compared to students who lack knowledge. Students with positive attitude had 3.4 opportunities to have a better clean and healthy living behaviors compared to students who had negative attitude towards it. Keyword: Clean and healthy living behavior, Health promotion on school
Pendahuluan
Rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 memiliki Visi membangun
Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Visi tersebut direalisasikan pada empat Misi
pembangunan kesehatan 2010-2014 yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata,
bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan;
dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik (Riskesdas,2013). Upaya Kesehatan
merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Salah satu upaya promosi
kesehatan yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat adalah program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Program PHBS dikembangkan melalui lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal
(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-
tempat umum (where we play and do everything), dan di sarana kesehatan (where we get
health services) (Depkes RI, 2008). Atas dasar tersebut dikembangkan PHBS rumah tangga,
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
3 Universitas Indonesia
PHBS sekolah, PHBS institusi kesehatan, PHBS tempat kerja, PHBS tempat umum,
sehingga dapat mendukung terwujudnya kawasan sehat sampai ke Indonesia Sehat (Depkes
RI, 2008).
PHBS harus dikelola dengan baik agar masyarakat dapat terhindar dari penyakit. Masalah
kesehatan yang dapat timbul dari perilaku yang kurang sehat antara lain seperti diare dan
DBD. Di Indonesia penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
angka yang tinggi. Menurut Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor 4
(13,2%) dengan prevalensi diare klinis 9%. Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013, angka
kejadian diare adalah 3,5% dimana angkanya menurun dari tahun 2007 sebesar 6,5% dan
untuk kalangan anak umur 5-14 tahun 2013 sebesar 3%. Masalah kesehatan lain terkait PHBS
yaitu masalah DBD. Berdasarkan data Ditjen PP & PL Depkes RI (2009) dua kelompok umur
terbesar kasus DBD di Indonesia yaitu pada kelompok umur 5-14 tahun dan pada kelompok
umur ≥15 tahun. Umur 5-14 tahun, merupakan kelompok umur yang paling rentan tertular
DBD. Pada kelompok umur 7-12 tahun, terdapat 229 orang yang terkena DBD per 100.000
orang. Angka tersebut paling tinggi dibandingkan kelompok umur di bawah 7 tahun sebesar
178 per-100.000 orang dan kelompok umur 13-15 tahun sebesar 173 per-100.000 orang. Hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor waktu aktif nyamuk Aedes Aegypti yang berlangsung pada
saat anak berada di sekolah atau di luar rumah, sehingga anak rentan terjangkit penyakit DBD
(Menkokesra.go.id, 2010).
PHBS sekolah dilakukan dengan memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, paham dan mampu mempraktikkan PHBS, dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat (Adiwaryono, 2010). PHBS Sekolah secara nasional terdiri
dari delapan indikator yaitu, berolahraga teratur dan terukur, tidak merokok di sekolah,
memberantas jentik nyamuk , menggunakan jamban yang bersih dan sehat, mencuci tangan
dengan air mengalir dan memakai sabun , membuang sampah ke tempat sampah yang
terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya), mengkonsumsi jajanan sehat
dari kantin sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
(Dinkes, 2008).
Untuk mengetahui PHBS di berbagai tatanan di masyarakat termasuk PHBS tatanan
sekolah maka pada tahun 2013 dan tahun 2014 Dinas Kesehatan Kota Depok melakukan
survei cepat pada 11 Kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Cilodong, Bojongsari, Cimanggis,
Tapos, Pancoran Mas, Sawangan, Cinere, Cisalak, Sukmajaya dan Limo. Hasil Survei Cepat
PHBS tatanan sekolah tahun 2014 mengalami penurunan angka presentase pada hampir
semua indikator PHBS Sekolah dibandingkan dengan hasil PHBS tatanan sekolah tahun
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
4 Universitas Indonesia
2013. Berikut indikator yang mengalami penurunan cukup besar; memelihara kuku agar
selalu terlihat pendek dan bersih angka presentase 96,3% di tahun 2013 menjadi 67,3% di
tahun 2014, menggunakan jamban yang bersih dan sehat angka presentase 79,8% di tahun
2013 menjadi 23,5% di tahun 2014, memberantas jentik nyamuk angka presentase 94,7% di
tahun 2013 menjadi 56,5% di tahun 2014, mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah
angka presentase 67,9% di tahun 2013 menjadi 54,0% di tahun 2014, membuang sampah ke
tempat sampah yang terpilah angka presentase 75,1% di tahun 2013 menjadi 47,5% di tahun
2014, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan angka presentase
71,8% di tahun 2013 menjadi 23,5% di tahun 2014, dan mencuci tangan dengan air mengalir
dan memakai sabun angka presentase 75,7% di tahun 2013 menjadi 40,2% di tahun 2014.
Kelompok anak usia sekolah sangat rentan dengan perilaku-perilaku beresiko tertentu
terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti: meningkatnya angka kecacingan, diare, DBD,
dan flu burung. Penelitian Jalaluddin (2009) menunjukkan bahwa faktor resiko yang
meningkatkan kejadian kecacingan pada anak usia sekolah terdapat pada lingkungan fisik
berupa sanitasi rumah dan sanitasi sekolah seperti, tidak tersedianya jamban dan akses air
bersih. Faktor lingkungan mempengaruhi kesehatan dan perilaku secara individu dan
kelompok sehingga ketersediaan fasilitas yang ada di sekolah menjadi salah satu pendukung
terjadinya perubahan perilaku.
Menanamkan PHBS di lingkungan sekolah sejak dini sangatlah penting, karena dapat
memberikan pengetahuan kepada siswa akan pentingnya perilaku kesehatan. Sekolah selain
sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi tempat yang berpotensi terjadinya
penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Melalui pengetahuan akan membentuk
sikap yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan sekolah.
Beberapa penelitian mengenai PHBS di sekolah telah dilakukan di berbagai kota di
Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan di Kota Depok oleh Wulandari, dkk (2011)
di Kecamatan Beji, Kelurahan Pondok Cina Kota Depok, didapatkan tingkat pengetahuan
siswa SD tentang PHBS yaitu 51% siswa berpengetahuan tinggi. Penelitian Suryadi (2012) di
SD Negeri 1 Kota Subussalam, Aceh mendapatkan tingkat pengetahuan, sikap, fasilitas dan
sarana serta peran guru mempengaruhi PHBS siswa. Penelitian Luthviatin, dkk (2011) pada
SD/MI di Desa Rambipuji Kota Jember, dan penelitian Pratiwi (2011) di SD Islamadina
Semarang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku PHBS.
Sarafino (2011) menyebutkan bahwa faktor kognitif berperan penting dalam perilaku
kesehatan. Seseorang akan melakukan perilaku kesehatan jika orang tersebut memiliki
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
5 Universitas Indonesia
pengetahuan yang baik dan mampu untuk mengatasi masalah yang akan timbul ketika
mencoba mengimpelementasikan perilaku tersebut. Ajzen (1980) mengemukakan bahwa niat
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh sikap seseorang (attitude
towards behavior). Green (1980), memperkenalkan model PRECEDE sebagai kerangka
analisis penelitian perilaku kesehatan yang terdiri dari a.) faktor predisposing yang mencakup
variabel yang melekat pada diri orang seperti pengetahuan, sikap, karakteristik dan
demografi, b.) faktor pemungkin merupakan variabel yang berada di luar diri orang yang
secara fisik mempengaruhi perilaku orang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan,
c.) faktor penguat merupakan variabel di luar diri orang tetapi secara non fisik berhubungan
dengan perilaku orang tersebut meliputi dukungan dan faktor sikap masyarakat serta tokoh
agama. Oleh sebab itu, variabel yang berpengaruh dengan perilaku siswa melakukan PHBS
dikelompokkan sesuai model PRECEDE dari Green.
Jumlah siswa SD adalah yang terbanyak dibandingkan jumlah siswa TK, SMP dan
SMA. Usia SD adalah usia yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Beberapa
penelitian menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi PHBS siswa SD adalah antara
lain tingkat pengetahuan dan sikap siswa itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian hubungan karakteristik demografi, tingkat pengetahuan dan sikap
dengan PHBS siswa SD kota Depok tahun 2014.
Tinjauan Pustaka
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Dalam Buku Pedoman tatalaksana PHBS disebutkan, PHBS adalah bentuk perwujudan
paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi
sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik,
mental spiritual maupun sosial. (Dinkes, 2009)
PHBS tatanan sekolah
Penerapan PHBS di sekolah adalah salah satu upaya strategis untuk menggerakkan
dan memberdayakan sekolah dan lingkungannya untuk hidup bersih dan sehat. Upaya
mewujudkan PHBS di sekolah mempunyai manfaat yang besar dalam meningkatkan status
kesehatan siswa yakni terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit
serta meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar
siswa. Sekolah yang ber-PHBS dapat membentuk siswa yang sehat dan cerdas yang
merupakaan aset dan modal pembangunan kesehatan di masa depan. Dalam pelaksanaannya,
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
6 Universitas Indonesia
PHBS sekolah dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu PHBS di sekolah starata Pratama. (Dinkes,
Propinsi Jawa Barat, 2009)
Indikator PHBS Sekolah
Secara nasional PHBS di sekolah terdiri dari delapan indikator namun dalam
pelaksanaannya PHBS di sekolah dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan strata yang
diterapkan PHBS di sekolah. Terdapat tiga strata PHBS di sekolah yaitu:
a. Strata Pratama (Strata Paling Rendah) adalah tahapan perilaku yang paling minimal yang
harus dilakukan disekolah dengan mengoptimalkan sarana pendukung yang telah ada di
sekolah, agar sekolah tersebut dapat mencapai PHBS Strata Pratama.
b. Strata Madya (Strata Menengah) adalah mencakup PHBS sekolah strata pratama,
ditambah dengan perilaku terkait penggunaan air bersih, jamban sehat, cuci tangan.
c. Strata Utama (Strata Paling Baik) adalah mencakup PHBS sekolah strata madya,
ditambah perilaku terkait konsumsi makanan dan pemantauan pertumbuhan
Tabel 1 Indikator PHBS Sekolah berdasarkan strata pelaksanaannya
Strata pratama
starata Madya Strata Utama
1) Memelihara rambut agar bersih dan rapi
Perilaku strata pratama, ditambah
Perilaku strata Madya, ditambah
2) Memakai pakaian bersih dan rapi
8)Memberantas jentik nyamuk *
13)Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah*
3) Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih
9)Menggunakan jamban yang bersih dan sehat*
14) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan*
4) Memakai sepatu bersih dan rapi
10) Menggunakan air bersih
5)Berolahraga teratur dan terukur *
11) Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun*
6)Tidak merokok di sekolah *
12) Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya*
7)Tidak menggunakan Napza
Sumber dinas kesehatan propinsi Jawa Barat 2009
* merupakan indikator PHBS secara Nasional
Model Perilaku Kesehatan
Berdasarkan Teori Green (1980), memperkenalkan model PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing, Enabling Causes, Educational Diagnosis and Evaluation) model tersebut
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
7 Universitas Indonesia
dijelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
Faktor tersebut yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat yang
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
1) Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi
dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor ini menjadi faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
faktor yang predisposisi sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau
kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau
menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Yang
termasuk kedalam faktor predisposisi adalah: 1) Pengetahuan; 2)Sikap; 3)Nilai-nilai dan
budaya; 4) Persepsi
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu
tersebut dimana hal ini menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan berbagai sumber daya
yang diperlukan untuk menghasilkan perilaku kesehatan, seperti:
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan,
2) Ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial
3) Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku
tersebut
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor yang memperkuat atau terkadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya
perilaku. Untuk berperilaku sehat, masyarakat terkadang bukan hanya perlu pengetahuan,
sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh atau acuan
dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Di samping itu,
Undang-Undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat. Faktor penguat
tersebut terdiri atas: 1) Dukungan petugas kesehatan, guru, teman, keluarga, tokoh
masyarakat, tokoh agama; 2) Pendapat; 3) Kebijakan pendukung (undang-undang).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis lanjutan hasil Survey Cepat PHBS Kota Depok
tahun 2014 yang menggunakan desain cross sectional . Variabel independen penelitian ini
adalah karakteristik demografi siswa SD, pengetahuan siswa SD, dan sikap siswa SD.
Sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
siswa SD di sekolah.
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
8 Universitas Indonesia
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD kota Depok yang berjumlah 175.266
siswa. (BPS Kota Depok, 2012) dengan 143 siswa yang diambil dengan metode Stratified
Cluster Random Sampling. Dari 11 kecamatan diambil secara acak 4 kecamatan, dari setiap
kecamatan diambil 1 kelurahan secara acak, selanjutnya dari setiap kelurahan terpilih diambil
satu SD Negeri dan satu SD swasta selanjutnya setiap sekolah terpilih diambil 6 siswa dari
setiap kelas 1-6. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang telah
diujicoba. Observasi menggunakan daftar tilik.
Hasil Penelitian
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Hasil Penelitian mendapatkan indikator yang mencapai angka sempurna yaitu semua
siswa tidak pernah menggunakan Napza. Selain itu, indikator terdapat beberapa indikator
yang telah mencapai angka tinggi seperti 93,7% siswa menggunakan air bersih, demikian
pula memelihara rambut agar bersih dan rapi mencapai 93,0% siswa. Sebesar 88,8% siswa
tidak merokok di sekolah dan sebesar 86,0% siswa memakai sepatu bersih dan rapi. Sebesar
84,6% siswa memakai pakaian bersih dan rapi dan sebesar 80,4% siswa yang melaksanakan
olahraga teratur dan terukur. Indikator yang masih rendah adalah (40,6% siswa) menimbang
berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan menggunakan jamban yang bersih
dan sehat (42,0% siswa).
Tabel 2 Distribusi Siswa Berdasarkan Indikator PHBS Sekolah Dasar di Kota
Depok Tahun 2014
Indikator PHBS Tidak Ya Total N % N % N %
Memelihara rambut agar bersih dan rapi 10 7 133 93,0 143 100 Memakai pakaian bersih dan rapi 22 15,4 121 84,6 143 100 Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih 51 35,7 92 64,3 143 100 Memakai sepatu bersih dan rapi 20 14,0 123 86,0 143 100 Berolahraga teratur dan terukur 28 19,6 115 80,4 143 100 Tidak merokok di sekolah 16 11,2 127 88,8 143 100 Tidak menggunakan Napza - - 143 100 143 100 Memberantas jentik nyamuk 32 22,4 111 77,6 143 100 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 83 58,0 60 42,0 143 100 Menggunakan air bersih 9 6,3 134 93,7 143 100 Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun 53 37,1 90 62,9 143 100
Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya
33 23,1 110 76,9 143 100
Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah 69 48,3 74 51,7 143 100
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
85 59,4 58 40,6 143 100
Tabel 3 Distribusi Siswa Berdasarkan PHBS Sekolah Dasar
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
9 Universitas Indonesia
di Kota Depok Tahun 2014
Kepentingan analisis PHBS dikategori menjadi PHBS baik dan kurang baik dengan
cut off point median karena belum ada standar nasional maupun Kota Depok untuk PHBS di
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan 58,7% siswa memiliki PHBS baik.
2. Karakteristik Siswa
Tabel 4 Karakteristik Siswa SD Kota Depok tahun 2014
Karakteristik Siswa Frekuensi % Jenis Kelamin Laki-laki 67 46,9 Perempuan 76 53,1 Total 143 100 Umur 6-9 113 79,0 10-13 30 21,0 Total 143 100
Penelitian mendapatkan siswa yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 76 siswa
(53,1%). Sedangkan siswa laki-laki berjumlah 67 siswa (46,9%) dan berumur 6 -9 tahun
sebanyak 113 siswa (79,0%) .
3. Pengetahuan Mengenai PHBS
Tabel 5 Distribusi Siswa Berdasarkan Pengetahuan Siswa SD Mengenai PHBS di Kota
Depok Tahun 2014
No Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah Total N % N % N %
1. Singkatan dari PHBS 95 66,4 48 33,6 143 100 2. Pemilihan tempat jajan yang paling baik 123 86,0 12 14,0 143 100 3. Saat kapan saja kita harus mencuci tangan dengan
sabun 99 69,2 44 30,8 143 100
4. Seperti apa gambaran Jamban / WC yang sehat 85 59,4 58 40,6 143 100 5. Alasan kita harus berolahraga di sekolah 90 62,9 53 37,1 143 100 6. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk 78 54,5 65 45,5 143 100 7. Penyakit yang bisa ditimbulkan dari rokok 82 57,4 61 42,6 143 100 8. Tempat yang baik untuk membuang sampah 93 65,1 50 34,9 143 100 9. Bahaya yang disebabkan dari Narkoba 86 60,1 57 39,9 143 100 10. Tempat yang baik untuk meletakkan tempat mencuci
tangan / wastafel 111 77,6 32 22,4 143 100
11. Waktu yang baik dalam berolahraga 89 62,2 54 37,8 143 100 12. Bentuk tempat sampah yang baik di sekolah 92 64,4 51 35,6 143 100
13. Manfaat dari menjaga kebersihan diri 86 60,1 57 39,9 143 100
PHBS Frekuensi % Kurang Baik 59 41,3 Baik 84 58,7
Total 143 100
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
10 Universitas Indonesia
No Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah Total N % N % N %
14. Alasan kita harus memotong kuku 95 66,5 48 33,5 143 100
Hasil penelitian menunjukkan hal yang paling banyak diketahui siswa (86%) adalah
pemilihan tempat jajan yang paling baik, sedangkan yang paling banyak tidak diketahui siswa
adalah penyakit yang ditimbulkan oleh rokok (57,7% siswa) dan penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk (54,5% siswa).
Tabel 6 Distribusi Siswa Menurut Pengetahuan Siswa SD Mengenai PHBS di Kota
Depok Tahun 2014
Pengetahuan Frekuensi %
Rendah 48 33,6 Tinggi 95 66,4 Total 143 100
Kepentingan analisis Pengetahuan siswa tentang PHBS dikategori menjadi 2 yaitu
siswa dengan pengetahuan rendah dan siswa dengan pengetahuan tinggi dengan cut off point
median 11,9 karena belum ada standar nasional maupun Kota Depok untuk Pengetahuan
siswa tentang PHBS di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan 66,4% siswa memiliki
pengetahuan tinggi.
4. Sikap terhadap PHBS
Tabel 7 Distribusi Siswa Menurut Pernyataan Sikap Mengenai PHBS Siswa SD Kota
Depok Tahun 2014
No Pertanyaan Sangat Setuju
Setuju Netral Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Total
N % n % N % N % N % N % 1. Menurut saya
sebelum makan harus mencuci tangan terlebih dahulu
73 51,0 68 47,6 1 0,7 1 0,7 - - 143 100
2. Menurut saya rambut perlu dicuci setiap hari
47 32,9 83 57,3 8 5,6 5 3,5 1 0,7 143 100
3. Buang air besar boleh dilakukan di sungai
1 0,7 - - 8 5,6 100 69,9 34 23,8 143 100
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
11 Universitas Indonesia
No Pertanyaan Sangat Setuju
Setuju Netral Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Total
N % n % N % N % N % N % 4. Saya tidak perlu
menyiram dengan air ketika buang air besar atau buang air kecil di jamban / WC
- - 2 1,4 6 4,2 104 72,7 31 21,7 143 100
5. Makanan dari rumah lebih terjamin kebersihannya
38 26,6 98 68,5 5 3,5 2 1,4 - - 143 100
6. Kita hanya akan menguras bak mandi bila airnya sudah keliatan sangat kotor
- - 3 2,1 2 1,4 71 49,7 67 46,9 143 100
7. Menimbang berat badan adalah kegiatan yang tidak perlu dilakukan
- - 1 0,7 5 3,5 87 60,8 50 35,0 143 100
8. Menurut saya memotong kuku itu merepotkan
- - - - - - 80 55,9 63 44,1 143 100
9. Tempat sampah terbuka mempermudah kita untuk membuang sampah
- - 4 2,8 4 2,8 87 60,8 48 33,6 143 100
10. Menurut saya merokok adalah perilaku yang tidak baik dan tidak sehat
93 65,0 30 21,0 9 6,3 3 2,1 4 2,8 143 100
11. Setelah berolah raga saya selalu mengganti baju dengan baju bersih
63
44,1 80 55,9 - - - - - - 143 100
12. Menurut saya perlu membersihkan sepatu yang kotor
48 33,6 87 60,8 4 2,8 4 2,8 - - 143 100
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
12 Universitas Indonesia
No Pertanyaan Sangat Setuju
Setuju Netral Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Total
N % n % N % N % N % N % 13. Menurut saya
informasi tentang Narkoba itu penting
93 65,0 20 14,0 22 15,4 4 2,8 4 2,8 143 100
14. Jajan lebih praktis daripada membawa bekal dari rumah
20 13,9 45 31,5 - - 78 54,6 - - 143 100
Dari semua item sikap diketahui bahwa hampir seluruh siswa memiliki sikap positif
terhadap perilaku PHBS, namun sebesar 31,5% siswa menyatakan setuju bahwa jajan lebih
praktis daripada membawa bekal dari rumah.
Tabel 8 Distribusi Siswa Menurut Sikap Mengenai PHBS Siswa SD di Kota
Depok Tahun 2014
Sikap Frekuensi %
Negatif 39 27,3 Positif 104 72,7 Total 143 100
Kepentingan analisis sikap siswa tentang PHBS dikategori menjadi 2 yaitu siswa
dengan sikap negatif dan siswa dengan sikap positif dengan cut off point mean 59,9 karena
belum ada standar nasional maupun Kota Depok untuk sikap siswa tentang PHBS di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan 72,7% siswa memiliki sikap positif.
Hubungan Karakteristik Demografi dengan PHBS Siswa SD
Tabel 9 Hubungan Karakteristik Demografi dengan PHBS
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan PHBS. Pada tabel tersebut menunjukan
bahwa siswa berjenis kelamin laki-laki memiliki PHBS baik hampir sama (43,3%) dengan
siswa berjenis kelamin perempuan memiliki PHBS baik (42,1%). Hasil analisis memberikan
nilai p=1,000, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
PHBS Total Nilai P OR (95% CI)
Kurang Baik Baik n % N % N %
Jenis Kelamin
1,000 1,05 (95% CI= 0,54-2,04)
Laki-laki 38 56,7% 29 43,3% 67 100% Perempuan 44 57,9%% 32 42,1% 76 100% Jumlah 82 57,3% 61 42,7% 143 100% Umur 6-9 72 63,7%% 41 36,3% 113 100%
0,005 3,5(95% CI= 1,5 -8,2)
10-13 10 33,3% 20 66,7% 30 100% Jumlah 82 57,3% 61 42,7% 143 100%
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
13 Universitas Indonesia
PHBS. Sedangkan hubungan antara umur dengan PHBS pada tabel tersebut menunjukan
bahwa siswa umur 10-13 tahun memiliki PHBS baik yang lebih tinggi (66,7%) dibandingkan
dengan siswa umur 6-9 tahun memiliki PHBS baik (36,3%). Hasil analisis memberikan nilai
p=0,005, terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan PHBS dimana nilai
OR=3,5(95% siswa usia 10-13 tahun memiliki peluang 3,5 kali berperilaku PHBS baik
dibandingkan siswa usia 6-9 tahun
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan PHBS Siswa SD
Tabel 10 menunjukan siswa yang berpengetahuan tinggi memiliki PHBS baik lebih
tinggi (52,6%) dibandingkan dengan siswa dengan pengetahuan rendah (36,3%). Hasil
analisis pengetahuan memberikan nilai p=0,001, terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan PHBS, dimana siswa berpengetahuan tinggi memiliki kecenderungan
3,7 kali berperilaku PHBS baik dibandingkan siswa berpengetahuan rendah. Selanjutnya pada
tabel tersebut menunjukan siswa yang memiliki sikap positif memiliki presentase PHBS baik
lebih tinggi sebesar 65,6 % dibanding siswa yang memiliki sikap negatif terhadap PHBS
yaitu 36,0 %. Hasil analisis pengetahuan memberikan nilai p=0,005, terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan PHBS, dimana siswa yang memiliki sikap positif memiliki
peluang 3,4 kali berperilaku PHBS baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap negatif.
Tabel 10 Hubungan Pengetahuan dengan PHBS dan Hubungan Sikap dengan PHBS
Pembahasan Penelitian
Penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Demografi, Pengetahuan dan Sikap
dengan PHBS Siswa Sekolah Dasar di Kota Depok tahun 2014 yang dilakukan memiliki
keterbatasan seperti, penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga tidak bisa
mengukur seluruh variabel pada kerangka teori penelitian. Hal ini karena keterbatasan data
yang tersedia pada Survei Cepat PHBS Sekolah Kota Depok tahun 2014. Hasil penelitian
PHBS Total Nilai P OR (95% CI)
Kurang Baik Baik n % N % N %
Pengetahuan 0,001
3,7(95% CI= 1,7 -8,2)
Rendah 37 77,1% 11 22,9% 48 100% Tinggi 45 47,4% 50 52,6% 95 100% Jumlah 82 55,9% 61 42,7% 143 100%
Sikap Negatif 71 64,0%% 40 36,0% 111 100%
0,005 3,4(95% CI= 1,5 -7,7)
Positif 11
34,4% 21 65,6% 32 100%
Jumlah 82 57,3% 61 42,7% 143 100%
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
14 Universitas Indonesia
menunjukan bahwa jumlah presentase siswa yang memiliki PHBS baik sebesar 58,7% siswa.
Apabila dilihat dari Indikator PHBS Siswa SD Kota Depok tahun 2014, terdapat beberapa
indikator perilaku yang cukup dominan/tinggi dan angka yang sempurna. Pada indikator
perilaku tidak menggunakan Napza mencapai nilai 100% hal ini disebabkan karena semua
siswa tidak pernah menggunakan Napza. Selain itu, terdapat indikator perilaku yang masih
kurang atau rendah, yaitu baru 40,6% siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan setiap bulan, sebesar 42,0% siswa menggunakan jamban yang bersih dan sehat, dan
perilaku mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah sebesar sebesar 51,7% siswa.
Masa Usia Sekolah Dasar menurut Yusuf (2011) terbagi menjadi dua, pertama masa
kelas rendah yaitu usia 6-9 tahun dan kedua masa kelas tinggi yaitu 10-13 tahun. Pada
penelitian ini diperoleh proporsi siswa berumur 6-9 tahun 79.0%, menunjukkan umur
memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS (p=0,005) siswa usia 10-13 tahun memiliki
peluang 3,5 kali berperilaku PHBS baik dibandingkan siswa usia 6-9 tahun. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian terdahulu, Purwaningsih (2013) dan Penelitian Jein, dkk (2013).
Menurut Freud dalam Sujono dan Intarti (2012) semakin bertambah umur anak sekolah maka
akan semakin aktif dalam mencari keingintahuan, bermain, belajar akan sesuatu yang
menarik, dan mengembangkan kemampuan bekerja keras.
Pada penelitian ini, diketahui Proporsi Siswa Sekolah Dasar Kota Depok tahun 2014
lebih banyak perempuan (53,1%) dibandingkan laki-laki (46,9%). Hasil analisis ini
menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan PHBS
(p=1,000). Hal ini, kemungkinan karena para siswa telah memiliki pengetahuan yang baik
terhadap PHBS. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwaningsih (2013).
Hasil penelitian ini mendapatkan 66,4% siswa memiliki pengetahuan tinggi tentang
PHBS . Hasil analisis membuktikan pengetahuan berhubungan dengan PHBS (p=0,001),
siswa dengan pengetahuan tinggi memiliki peluang 3,7 kali lebih besar untuk memiliki PHBS
baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian terdahulu oleh Luthviatin (2011) Purwaningsih (2013) dan Suryadi (2012)
dimana seorang anak mampu menampilkan perilaku hidup sehat apabila ia telah memiliki
pengetahuan mengenai perilaku tersebut sebelumnya. Pengetahuan merupakan domain
kognitif paling rendah namun merupakan dasar bagi domain-domain pembelajaran
selanjutnya (Potter&Perry, 2001). Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memaparkan
pengetahuan tentang PHBS misalnya dengan penyuluhan rutin yang dilakukan oleh dinas
kesehatan kota Depok atau puskesmas ke sekolah-sekolah . Selain itu, sekolah dapat lebih
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
15 Universitas Indonesia
memperbanyak materi yang berkaitan mengenai PHBS di sekolah dan mengadakan lomba
cerdas cermat yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap PHBS.
Hasil penelitian membuktikan sikap berhubungan dengan PHBS (p=0,005). Siswa
dengan sikap positif memiliki peluang 3,4 kali memiliki PHBS baik dibandingkan dengan
siswa yang memiliki sikap negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian Purwaningsih (2013),
Fauziah (2004) dan Suryadi (2012). Hasil ini sejalan dengan Green (1980) untuk
mewujudkan sikap menjadi perbuatan maka diperlukan faktor pendukung yang
memungkinkan, yaitu seperti perlunya pembinaan dan pengawasan dari kepala puskemas
melalui petugasmya untuk melaksanakan program PHBS di tatanan institusi pendidikan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk setiap sekolah di Kota Depok untuk melaksanakan kegiatan
yang menciptakan sikap yang positif bagi para siswa seperti kegiatan kerja bakti di sekolah,
karena dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan sikap siswa dalam mencintai
lingkungan sekolahnya.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
1. Sebanyak 58,7% siswa mempunyai PHBS baik, tetapi perilaku menimbang berat badan
dan mengukur tinggi badan setiap bulan, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, dan
perilaku mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah masih kurang baik.
2. Sebagian besar (79,0%) siswa berumur 6-9 tahun, dan berjenis kelamin perempuan
(53,1%) siswa.
3. Sebagian besar siswa (66,4%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang PHBS
4. Sebagian besar siswa (72,7%) siswa bersikap positif terhadap PHBS.
5. Umur memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS, siswa usia 10-13 tahun memiliki
peluang 3,5 kali berperilaku PHBS baik dibandingkan siswa usia 6-9 tahun sedangkan
Jenis kelamin siswa tidak memiliki hubungan PHBS.
6. Pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS dimana siswa dengan
pengetahuan tinggi memiliki peluang 3,7 kali untuk memiliki PHBS baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah.
7. Sikap memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS dimana siswa dengan sikap
positif memiliki peluang 3,4 kali lebih besar untuk memiliki PHBS baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki sikap negatif.
Saran
A. Dinas Kesehatan Kota Depok
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
16 Universitas Indonesia
1. Melihat hasil penelitian yang menunjukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan PHBS, dan sikap dengan PHBS maka diperlukan upaya yang lebih optimal dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap PHBS, misalnya melalui penyuluhan
dan advokasi kepada pelaksana kebijakan PHBS sekolah, guru, keluarga lingkungan
sekolah.
2. Optimalisasi upaya promosi kesehatan mengenai PHBS pada sasaran sekunder yaitu
anggota keluarga, sekolah, dan kader/petugas sekolah. Upaya ini dapat
dibuat/dioptimalkan pada tiap indikator PHBS Sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah melalui penyuluhan kepada guru/siswa/ dan masyarakat yang ada di lingkungan
sekolah dan melengkapi fasilitas sekolah yang terkait dengan indikator-indikator PHBS
sekolah..
3. Optimalisasi atau reorientasi program PHBS Sekolah pada indikator yang masih rendah
misalnya dengan lebih aktif melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah secara berkala.
4. Melakukan advokasi kebijakan yang dapat mendukung PHBS Sekolah , seperti advokasi
ke Kepala Dinas Kesehatan setempat, Kepala Dinas Pendidikan setempat dan Kepala
Kecamatan agar mendukung pelaksanaan PHBS di sekolah.
B. Sekolah - sekolah dasar di kota Depok
Untuk meningkatkan gerakan sadar PHBS di sekolah maka:
1. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana seperti tersedianya program UKS, air
bersih, jamban sehat, tempat cuci tangan, dan kantin sehat sekolah
2. Revitalisasi UKS terutama untuk sarana pendukung untuk alat timbang badan dan alat
pengukur tinggi badan.
C. Peneliti Lain
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini dan melakukan penelitian lebih dalam lagi mengenai PHBS d sekolah.
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
17 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiryono, RM. (2010). Pesan Kesehatan :Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak
Usia Dini dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2013), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2013), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2008. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat Di Wilayah Kecamatan.
Jakarta : Kemenkes
Dinkes Depok. 2013. Laporan Survei Cepat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kota Depok Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kota Depok.
Dinkes Jawa Barat. Petunjuk Teknis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan
sekolah .Dinkes Provinsi Jawa Barat: Bandung
Fauziah, Siti. 2004. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Siswa Di 2 Sekolah Dasar (Dengan dan Tanpa Program PHBS ) Kelurahan Lorok
Pakjo Palembang [Tesis], Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas indonesia.
Green, Lawrence W et al & Marshal W. Kreuter. (2005). Health Program Planning An Educational and Ecological Approach 4th Ed. New York.McGraw-Hill
Green, Lawrence W et al. (1980). Health Education Planning A Diagnostic Approach. California. Mayfild Publishing Company
Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka Anggraeny. (2012).
Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Sekolah Dasar Negeri
Dan Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Kenjeran. apps.um-
surabaya.ac.id/jurnal/download.php?id=27 (diunduh 29 Oktober 2014.)
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
18 Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
http://promkes.depkes.go.id/download/pedoman_umum_PHBS.pdf (Diunduh Tanggal 20
Oktober 2014)
Luthviatin, dkk. (2011). Determinan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Sekolah
Dasar (Studi Di Sekolah Dasar Desa Rambipuji). Jember: UNEJ
Menko Kesra. 2010. Jumlah Anak Yang Terkenan DBD Di Jakarta.
Http://2010.Menkokesra.Go.Id/Content/Usia-7-12-Tahun-Paling-Rentan-Terkena-Dbd
diunduh 25 Desember 2014
Mra‘at. 1981. Sikap Manusia, Perunaham, Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia
Indonesia.
Purwaningsih. (2013). Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat (cuci tangan) pada anak usia sekolah di Yayasan Darussa’adah (MI) para
kuningan XV Jakarta Selatan. Jakarta: Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pertamedika
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta ---------------------------------2010, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta:
Jakarta ---------------------------------2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Novia Luthviatin, Dewi Rokhmah, Sonny Andrianto 2011. Determinan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Di Sekolah Dasar Desa Rambipuji).
Dosen bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Pratiwi, Enggar Ria. 2011. Hubungan tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku bersih dan sehat di sekolah dasar islamadina semarang. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiah Semarang tahun 2011. http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-enggarriap-5773&PHPSESSID=f8e1aa67ac37258e1932844ff8a503eb (diunduh 25 Desember 2014
Proverawati Atikah, Rahmawati Eni. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2012.
Promosi Kesehatan di sekolah field book 2008. http://new.pamsimas.org/index.php?option=com_phocadownload&view=category&download=118:pedum-promkes-sekolah-revisi&id=47:pedum-strategi-clts (diunduh 28 November 2014)
Suryadi (2012). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pada Murid SD Negeri 1 Kota SubulussalamTahun 2011.
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015
19 Universitas Indonesia
www.skripsi-tesis.com/Faktor-Faktor-yangberhubungan- dengan Perilaku-Hidup-Bersih-
dan-Sehat-pada-Murid-SDNegeri- 1-Kota-Subulussalam-Tahun-2011 (di unduh 28
Oktober 2014)
UNICEF Indonesia. (2000). Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi Dan Kebersihan.
UNICEF. (2009). Diarrhoea: Why Children are Still Dying and What can be done Pdf. WHO
Library Cataloging-in-Publication Data
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hubungan karakteristik..., Siti Zubaidah, FKM UI, 2015