hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri
DESCRIPTION
penelitianTRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAAN KLIEN PRILAKU BUNUH DIRI
DI RSJ.Prof. Dr. HB. SA’ANIN PADANG TAHUN 2009
Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi
OLEH :
ISMAEL2061480
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES PERINTIS BUKITTINGGI
TAHUN 2009
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi fungsi integrasi( stuard and sundeen,
1998). Pasien atau klien dapat berupaya individu, keluarga kelompok organisasi atau
komonitas.
Salah satu masalah yang dihadapi klien dalam keperawatan adalah prilaku bunuh diri,
dan bentuk penyelesaian dari masalah prilaku bunuh diri adalah memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan klien
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakiri
kehiduapan. Di amerika serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan
merupakan penyebat kematian yang kesebelas . Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu ( Keliat budi Ana 1994 )
Sedangkan Indonesia lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri kehidupannya
dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu resiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahguaan zat,
dan skizofrenia ( Stuard and Sundent, 1998 )
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres
yang tinggi dan menggunakan koping yang Maladaptif. Selain itu bunuh diri merupakan
tindakan integritas merusak diri atau mengakiri kehidupan. Situasi gawat pada bunuh diri
adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh
diri.
Dan ciri-ciri klien bunuh diri adalah pasien pernah mencoba bunuh diri, keinginan
bunuh diri dinyatakan keterangan-keteragan, klien cemas, klien baru mengalami kehilangan.
Oleh karena itu, perawat harus memerlukan ciri karakteristis yang baik dan bagus
dalam penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri. Karena Sebagai mana diketahui
2
karakteristik adalah salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin
manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato heri, 2000 )
Untuk itu upaya yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan adalah perawat
harus ditingkatkan sumber daya manusianya. Dengan melakukakan-melakukan penataran
serta meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi agar sesuai dengan tangung jawab
dan wewenang serta etika profesional yang sesui dengan perkembangan zaman yang selalu
menuntut pelayanan kesehatan yang prima dalam mewujutkan hal tersebut diperlukan teknik,
sikap dalam penatalaksaan terhadap klien dengan prilaku bunuh diri.
Dari pengamatan saat dinas di RSJ HB sa`anin Padang, Pada khususnya perawat
yang dinas dibagian rawat inap cenderung hanya memantau pasien sekilas saja, tanpa
memperhatikan pasien semaksimal mungkin, seperti tidak mengidentifikasi benda-benda
asing yang dapat membahayakan pasien contoh nya sepray, tempat tidur yang dapat
dimanfaatkan untuk objek bunuh diri, begitu juga halnya kepada keluarga pasien, perawat
jarang sekali menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya penatalaksanaan atau
pengobatan yang diberikan kepada klien sehubungan dengan pencegahan bunuh diri.
Sedangkan klien yang berprilaku bunuh diri ada peneliti temui, tetapi sebagian rumah
sakit tidak mencatat angka klien yang berprilaku bunuh diri . peneliti juga melihat buku laporan
diruangan-diruangan yang ada di RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, tetapi peneli tidak menemui
angka klien yang berprilaku bunuh diri di rumah sakit. peneliti hanya ingin menemukan
apakah ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku tsb. Dari
uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam membantu proses kesembuhan klien atau
mencegah terjadinya resiko prilaku bunuh diri diperlukan sekali penatalaksanaan yang tepat
dari dari perawat.
Mengingat sangat pentingnya peran parawat terhadap penatalaksaaan klien dengan prilaku
bunuh diri, maka penulis tertarik menggali bagaimana hubungan karakteristik perawat dalam
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
3
1.2 Rumusan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis ingin melihat apakah ada hubangan karakteristik
perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin
Padang Tahun 2009
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik perawat meliputi tingkat
pendidikan, usia dan lama kerja terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku
bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengedentifikasi karakteristik parawat meliputi usia, tingkat pendidikan dan lama kerja
Perawat di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan tingkat usia pearawat terhadap penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
Tahun 2009.
1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
Tahun 2009
1.3.2.4 Mengidentifikasi hubungan lama kerja perawat terhadap penatalaksanaan klien
dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
Tahun 2009.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan karakerisik perawat
terhadap penatalaksanaaan klien dengan prilaku bunuh diri.
1.4.2 Bagi institusi Pendidikan
4
Sebagai bahan dan ajuan dalam mengembangkan ilmu pengetauan bagi peserta
didik khususnya pada pendidikan DIII keperawatan dan juga sebagai bahan
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi lahan
Sebagai masukan bagi RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang mengenai hubungan
karakreristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Tinjauan teoritis
2.1.1 Pengertian karakteristik
Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nalai-nilai yang menjadi filosopi
atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang
konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu
sistem nilai ( Notoatmodjo, 2003 : 207 )
5
Karakteristik adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan
suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato Heri
2000 )
Manusia diciptakan dengan unik, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang
memiliki ciri-ciri persis sama meskpun mereka persis kembar idetik. Oleh karena itu individu
pasti memiliki karakter yang berbeda dengan individu yang lainnya. Perbedaan individu ini
dinamakan kodrat manusia yang bersifat alami.
2.1.2 Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dalam bidang keperawatan
dan memberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan asuhan
keperawatan di ruang rawat ( Dep Kes 1999 )
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi karakteristik perawat
2.1.3.1. Umur
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas parawat.
Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam melakukan tugas maupun
kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula
kedewasaan seseorang demikian juga psikologisnya akan menunjukan kematangan jiwa.
Meningkatnya umur seseorang, akan meningkat pula kebijaksaan dan kemampuan
seseorang dalam mengambil keputusan berfikir rasional.
Kinerja akan meningkat dan kepuasan kerja tercapai. Karayawan yang masih muda
tuntutan kepuasan kerja dapat tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap suatu
yang berkaitan dengan pekerjaannya( Hasibun 2009 )
Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat Brow dalam amerika serikat ad
( 2000 ) mengatakan bahwa usia 25 hingga 30 tahun dan antar 45 hingga 54 sering timbul
ketidak puasan dalam bekerja .
2.1.3.2 Tingkat Pendidikan
6
Menurut siagian ( 2000 ) Mengatakan bahwa pendidikan merupakan yang berfungsi
mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang dimana semakin tinggi
pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan kerampilan.
Pendapat Gipson ( 2000 ) mengatakan bah pendidikan yang tinggi pada umumnya
menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia posisi dan bertanggung jawab.
Selain itu Marquis ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk mengembangkan antara lain
program sertifikasi dan pendidikan keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan
mempengaruhi kinerja.
2.1.3.3 Lama kerja.
Siagian ( 2000 ) menyimpulkan bahwa makin lama kinerja kerja seseorang maka
akan semakin terampil dan pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Lama
kerja seseorang perawat pada instalasi yaitu dari mulai perawat resmi sebagai karyawan
rumah sakit tersebut.
Gipson ( 1996 ) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan
kerja.
Maryoto ( 1990 ) berpendapat apabila seseorang bekerja belum cukup lama sedikit
banyaknya akan mengakibatkan hal–hal yang kurang baik antara lain belum menghawati
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam
suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat. Akibat yang mingkin timbul antara
lain adalah rasa bosan karena pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sifat pasif dan
mundurnya motifasi dan inisitif dalam bekerja serta mempengaruhi kreatifitas seseorang
karena tidak ada tantangan yang berarti. Kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu permulaan
bekerja menurun secara berangsur-angsur selama 5-6 tahun dan selanjutnya kepusan
meningkat mencapai puncak setelah 20 tahun.
2.1.3. 4.Lingkungan
7
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam kepuasan kerja antara
lain.
a. Penghargaan terhahdap usaha yang telah dilaksanakan
b. Pengetahuan tentang kegiatan dan tindakan
c. Rasa percaya diri.
d. Kesempatan dan dukungan yang terdukung
e. Keamanan pekerjaan
f. Adil dan konsisten terhadap keputusan dalam melaksanakan tindakan
g. Kondisi kerja yang kundusif ( Nursalam 2002 )
2.1.4.Bunuh diri
Bunuh diri merupakan kematian yang di perbuat oleh sangaja pelaku sendiri secara
sengaja ( Harold Kaplan, 1998, jiwa darurat )
Pikiran bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri merupakan kasus yang sering
menampilkan diri di IGD, tema umum yang menyebabkan bunuh diri termasuk kasus yang
membuat penderita yang amat sangat dan rasa putus asa dan tak berdaya, konflik antara
hidup dan stres yang tak tertahankan, penyempitan dari jalan keluar yang dilihat pasien serta
serta keinginan untuk melarikan diri dari hal itu. Pikiran bunuh diri terjadi pada seseorang
yang rentan dalam reaksi terhadap beraneka stres pada tiap umur dan terus merupakan
gagasan untuk jangka waktu lama tanpa suatu usaha percoban bunuh diri.
2.1.5.1 Faktor-faktor resiko bunuh diri
Faktor resiko bunuh diri dibagi 3
2.1.5.1.1Faktor resiko populasi
a. Pria
b. Usia lanjut / usia lebih tua
c. Individu yang mengisolasi
d. Kulit putih
8
e. Indian amerika
2.1.5.1..2. Faktor resiko individual
a. Rasa putus asa ( terutama pada pasien yang depresi mayor ) keridak berdayaan,
kesepian, letih, nyeri psikologis yang dirasakan tidak tertanggungkan
b. Gangguan psikiatrik
c. Gangguan mood mayor ( baik primer atau pun sekunder, 50 % dari seluruh kasus
bunuh diri ) khususnya dengan tanda–tanda negatif atau proses pikir menyempit ,
15% masa hidup beresiko bunuh diri
d. Alkohollisme ( angka bunuh diri sebesar 50 kali dibanding normal 25% dari seluruh
kasus bunuh diri ), sebagian besar pasien kronis, sebagian besar pria, sering setelah
hubungan pribadi dengan orang lain 13 – 9 % resiko masa hidup, lebih tinggi lagi,
apabila terdapat depresi dan dukungan sosial yang kurang ( umum dialami oleh
banyak pasien ). Kecanduan obat – obatan ( 10 % mati karena bunuh diri )
e. Skizofrenia, khususnya ketika mengalami kesepian, depresi, skizofrenia kronis, atau
diseratai waham kejar atau dengan halusinasi perintah yang merusak diri sendiri 10
% atau lebih resiko untuk hidup.
f. Lain-lain : Psikosis akibat kondisi organik : gangguan kepribadian lambang, anti
sosial ) gangguan panik dengan komorboditas depresi
2.1.5.1.3. Faktor resiko lain
a. Masa liburan, musim semi, masa perayaan – perayaan
b. Pengukuran biokimia yangmemunkinkan potensi bunuh diri penurunan cairan serebro
spinal 5 H/AA ( 5 Hydroxyindolecetic )
2.1.5.2. Tiga kategori prilaku bunuh diri
2.1.5.2. 1. Ancamam bunuhdiri
Peringatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak
9
ada akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mungkn juga
mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiat
dan sebagainya, pesan–pesan ini harus dipertimbangkan dalam kontek peristiwa
kehidupan terakhir ancaman menunjukan ambivaensi seseorang tentang kematian,
kurang respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
2.1.5.2. 2. Upaya bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan individu yang dapat
mengarahkan kepada kematian apabila tidak dicegah.
2.1.5.2. 3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang
melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui cepat pada waktunya ( stuart and
Sundeen, 1998 )
2.1.5.3. Ciri-ciri pasien yang berpotensi bunuh diri
Seperti dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi, sekalipun dengan
kemajuan pengetahuan saat ini predikasi yang akurat masih sulit diperoleh,
kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila.
2.1.5.3.1. Pasien pernah mencoba bunuh diri terlihat diruangan gawat darurat,
bangsal, perawatan dan sebagainya.
2.1.5.3.2. Keinginan bunuh diri dinyatakan terang-terangan maupun tidak,atau berupa
ancaman “ kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi “ ( Sering dikatakan
kepada keluarga )
2.1.5.3.3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas
10
2.1.5.3.4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna ( misalnya pasangan pekerjaan,
haraga diri )
2.1.5.3.5. Perubahan prilaku yang tidak terduga, menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan
serius dan mendalam dengan kerabat , membagi-bagikan harta/barang – barang
miliknya.
2.1.5.3.6. Perubahan sikap yang mendadak, tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.
( David A. Tomb, 2004 )
2.1.6. Penatalaksaan pada klien prilaku bunuh diri
2.1.6.1. Kembangkan ikatan terapeutik dengan pasien. Lakuakn dengan penuh perhatian dan
rasa penerimaan. Usahakan mengerti alasan pasien ingin mati. Biarkan pasien
mengekpresikan kemarahannya, pikiran-pikiran “yang tidak dapat diterima” Perasaan
ditolak dan keputus asaan. Pasien-pasien seperti ini sering merasa tidak dimengerti
dan terperangkap dan tetapi tidak mampu meminta pertolongan . kurangi nyeri
psikologis sedapat mungkin.
2.1.6.2. Pasien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit, hadapkan dengan hal-hal
yang realita. Jangan mengecilkan keseriusan pasien dalam usaha bunuh diri. Jangan
pernah setuju untuk merahasikan rencana bunuh diri.
2.1.6.3. Bantulah pasien dengan melewati. Masa berduka karena kehilangan. Jangan
memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami pasien ( misal.
Saya juga pernah merasakan hal yang sama ). Dan juga juga potensi untuk bunuh
diri juga dapat berubah dengan cepat. Nilailah kembali kondisi pikiran pasien
dengan sering.
2.1.6.4. menggunakan sumber daya dari komunitas. Lihatlah keluarga dan prang-orang yang
bermakna dalampengobatan pasien. Gunakan terapi keluarga bila sesuai dengan
kebutuhan. Kurangi solusi sosial dan penarikan diri secara aktif. Membantu
membuat perubahan-perubahan dalam lingkungan yang patologis dari pasien.
11
Jangan kehilangan kontak dengan pasien. Pantau dengan teliti selama musim
liburan. Bersikap aktif tetapi tetap menuntut pasien untuk berrtangung jawab
terhadap hidupnya.
2.1.6.5. Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi secara
serius. Laporkan segera mungkindan lakukan tindak pengaman. Dan jauhkan semua
benda yang berbahaya dari lingkungan dekt pasien. Dan jika pasien beresiko tinggi
untuk bunuh diri, obserfasi secara ketat, bahkan ketika dia berada ditempat tidur atau
menggunakan kamarmandi
2.1.6.6. Observasi dengan cermat ketika pasien minum obat.periksa mulut pasien
memastikan bahwa obat telah ditelan.berikan obat dalam bentuk cair apabila
memungkinkan
2.1.7. Penelitian terkait
Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang terkait dengan peneliti lakukan
yaitu hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku
bunuh diri.
2.1.8. Kerangka penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kerangka dengan konsep sendiri agar
mempermudah menentukan variabel yang akan diteliti.
Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut
Variabel independen Variabel dependen
Karakteristik Perawat Penatalaksanaan Klien Bunuh diri
a. Usia a. Dilakukan
b. Pendidikan b. Tidak dilakukan
c. Lama kerja
12
Keterangan : DitelitiDari keterangan diatas dapat dijelaskan karakeristik perawat dalam penatalaksanaan
klien dengan prilaku bunuh diri meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama kerja dalam
penelitian ini penulis ingin melihat penataksanaan oleh perawat apakah sudah dilakukan atau
tidak dilakukan menurut standar.
2.1.9. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional
Alat
ukur
Cara
ukur
Skala
ukur
Hasil ukur
Variabel
Independen
Umur Lama hidup yang
dihitung sejak mulai
lahir sampai usia
saat penelitian.
Kuesion
er
Lang
sung
dijawab
Ordinal
1. Dewasa awal
21- 39 th
2. Tengah baya
40 – 50
3. Tua 50 th
Tingkat
Pendidikan
Latar belakang
pendidikan
kesehatan formal
terakhir saat
diakukan penelitian
Wawan
cara
Lang
sung
dijawab
Ordinal 1. Rendah SPK
2. Tinggi DIII dan
S1.
Lama kerja Masa yang telah
dilewati oleh
perawat dalam
bekerja
Wawan
cara
Lang
sung
dijawab
Ordinal 1. Baru bekerja 0
- 10 tahun
2. Sudah lama
bekerja 10 th
13
Variabel
Dependen
Penerapan
penatalaksan
aan
Suatu tindakan yang
diberikan perawat
kepada klien
berdasarkan
ketentuan yang
telah ditentukan
Kuesion
er dan
Observ
asi
Lang
sung
dijawab
dan
menga
mati
Ordinal
1. Dilakukan
sesuai
standar 80
%
2. Tidak
dilakukan
sesuai standar
80 %
2.1.10. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaa klien dengan bunuh prilaku
bunuh diri
Ha : Ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.
BAB III
METODE PENELITIAN
14
3.1. Disain Penelitian
Penelitian ini mengunakan deskriptif kolerasi yang memilih hubungan antara dua
variabel yaitu karakteristik dan penatalaksaan perawat pada klien bunuh diri di RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dimana peneliti memilih pendekatan inferensial dengan tujuan
untuk menganalisa data dengan istilah yang bermakna,
Ang memungkinkan peneliti memutuskan, apakah hasil studi merupakan hasil dari faktor yang
direncanakan dalam desain studi teori yang ditentukan secara kebetulan dengan
menggunakan skor – skor P ( 0,05 ) yang didapatkan melalui uji statistik perbedaan dua
proposi = Chi – Square test ( Notoadmodjo.s 2002 : 145 )
3.2. Kerangka kerja
Karakteristik Variabel Desain yang digunakanperawat terhadap independen desain korelatifpenanatalaksanaaan Karakteristik klien dengan prilaku Perawatbunuh diri Variabel
dependenPenatalaksanaanKlien dengan prilaku bunuh diri
Teknik pengambilan Sampel penelitian Populasi adalah 59 orang Sampel adalah total adalah 59 orang yang bertugasSampling di ruangan rawat inap RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
Hasil :
1. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009
2. Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009
3.3. Populasi sampel
3.3.1. Populasi
15
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
( Notoatmodjo.s.2002 ) yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang dinas
di bagian rawat inap di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yang berjumlah 69 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoadmodjo 2003 : 79 ). Sampel dalam penelitian ini
adalah semua perawat yang dinas dibagian rawat inap RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
dengan jumlah 30 orang dengan menggunakan teknik total sampling.
3.4. Cara pengumpulaan data
3.4.1 Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah koesionner
dengan cara di cheklis dan mengisi data demografi : nama/initial, lama kerja dan usia,
sedangkan untuk mengetahui variabel independen tentang penatalaksaan yang dilakukan
perawat terhadap klien, peneliti menggunakan lembaran observasi yang berisi 34 item dalam
bentuk lembaran cheklis lika dilakukan diberi nilai 2 dan jika tidak dilakukan diberi nilai 1 dan
yang akan di observasi oleh responden menyangkut pada penggunaan penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat, fase yang dilakukan perawat dan sikap
penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat
3.4.2 Prosedur pengumpulan data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba kuesioner terhadap 3
orang responden yang memenuhi kriteria untuk diteliti nanti. Tujuan uji coba kuesioner untuk
melihat apakah kuesiner dapat dipahami oleh responden.
Setelah uji coba dilaukan peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria
sampel kemudian dilakukan pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner kepada
responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner selama 10 – 15 menit dan responden
didampingi selama pengisian. Setelah diiisi dikumpulkan kelengkapan dan kelengkapannya
16
diperiksa oleh peneliti. Setelah itu peneliti langsung melakukan observasi kepada perawat
tersebut sesuai dengan item yang telah diterapkan.
3.5 Cara pengolahan data dan analisa data.
3.5.1 Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
3.5.1.1 Coding
Peneliti dengan melakukan kegiatan mengklasifikasikan data dan pemberian kode
untuk masing – masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkan data
3.5.1.2 Editing
Penyuntungan data dilakukan sebelum proses pemasukan dan sebaiknya dilakukan
agar data yang salah satu meragukan masih dapat ditelusuri kembali pada responden
3.5.1.3. Scoring
Untuk lembaran observasi ditetapkan nilai skor 2 jika dilakukan dan nilai skor : 1 jika
tidak dilakukan. Sedangkan untuk kuesioner yang ada karakteristik perawat dikatagorikan
untuk umur dewasa awal = ( 21-39 Th ) Tengah baya = ( 40-50 Th )dan Tua = > 50 Th dan
untuk tingkat pendidikan SPK = ( Rendah ) D III dan S 1 =( Tinggi ) dan untuk lama kerja 0-10
Th =( Baru ) dan untuk >10= ( Lama )
3.5.1.4. Membuat stuktur data
Struktur data dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan.
3.5.1.5. Memasukkan data
Dalam kegiatan ini diperhatikan atau analisis yang akan dilakukan.
3.5.1.6. Cleaning
Pembersihan data perlu dilakukan dan ternyata terdapat kesalahan dalam melakukan
data, lakukan pembentukan dan pengecekan ulang kuesioner.
3.5.2 Analisa data
3.5.2.1 Analisa Univariat
17
Setelah data dikumpulkan dan data diolah dengan menggunakan analisa distribusi frekwensi
dan statistik deskriptif untuk melihat katagori variabel independen dan depeden untuk katagori
dependen yaitu persiapan dan pelaksaan penerapan penatalaksaan klien dengan prilaku
bunuh diri ditetapkan :
1. Dilakukan sesuai standar 80 %
2. Tidak dilakukan sesuai standar 80 %
Data diolah dengan menggunakan rumus :
FP = 100 %
N
Ket : P = persentase
F = Fekwensi
N = Jumlah e Responden
( Arikunto. 1993 )
3.5.2.2 Analisa bivariat
Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksaan dengan klien prilaku bunuh diri. Penguji hipotesis untuk mengambil keputusan
tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima
dengan menggunakan uji statistik chi square, untuk melihat kemaknaan perhitunngan statistik
digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga P ≤ 0,05 maka secara statistik disebut “
bermakna “ dan jika P 0,05 maka hasil hubungan tersebut ‘tidak bermakna”
Analisa data dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan rumus chi square
∑ ( 0 – E )2
. X2 = E
Ketarangan : X2 = Chi square
18
∑ = Jumlah baris dan kolom
E = Nilai yang diharapkan
3.6. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dengan
perbandingan bahwa dirumah sakit ini merupakan salah satu instalasi pendidikan sehingga
memudahkan untuk mencari responden yang sesuai.
Lokasi penelitian ini adalah di ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yaitu
di seluruh ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang Geges, Flamboyan, Cendrawasih, Melati,
Merpati,Villa Anggrek ( VIP ) dan IGD. Penelitian ini Akan dilakukan pada bulan Agustus
2009.
3.7. Etika penelitian
Setelah mendapat surat dari pendidikan, peneliti melapor kepada direktur RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tentang tujuan penelitian dilakukan. Setelah mendapat izin dari
Direktur, peneliti melaporkan ke DIKLAT dan meminta surat pengantar penelitian untuk
kesemua ruangan rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, peneliti memberikan surat
tentang rencana dan tujuan peneliti kepada responden, setiap responden berhak untuk
menolak atau menyetujui menjadi responden, bagi mereka yang setuju diminta untuk
menandatangani lembaran persetujuan yang telah disediakan.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Penelitian hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri yang dilakukan di ruangan inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang mulai
tanggal 30 juli 2009 – 10 Agustus 2009 dengan jumlah responden 30 orang yang sesuai
dengan kriteria sample yang telah ditentukan. Penelitian ini berisikan tentang karakteristik
perawat dan penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri. Setelah data dikumpul dan
kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel dibawah ini.
4.1.1. Karakteristik Perawat
4.1.1.1. Menurut Usia
20
Diagram 4.1Distribusi Frekuensi Usia Responden Perawat di ruangan
rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia perawat yang paling banyak saat jadi responden
adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90 %
4.1.1.2. Tingkat pendidikan
Diagram 4.2Distribusi frekuensi Responden menurut Tingkat pendidikan di Ruang
Rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikan nya
adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70%.
4.1.1.3. Menurut Lama Kerja
Diagram 4.3Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kerja di Ruang
rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
21
Padang Juli - Agustus 2009
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Lama kerja Responden adalah >
10 tahun yaitu 18 orang atau 60 %
4.1.2. Penatalaksanaan prilaku bunuh diri.
Diagram 4.3Distribusi frekuensi Penatalaksanaan Perawat terhadap prilaku bunuh diri di
Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Penatalaksanaan Perawat terhadap
Penatalaksaan klien bunuh diri terbanyak adalah 83% atau 25 orang melakukan dan 16%
atau 5 orang tidak melakukan penatalaksanaan.
22
4.1.2.1. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri
menurut usia Perawat.
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan
klien prilaku bunuh diri menurut usia, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi
Square dengan derajat kemaknaan α= 0.05
4.1.2.1.1. Menurut usia
Tabel. 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Usiadi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
Karakteristik
Penatalaksanaan
Total %Dilakukan
(f)%
Tidak
Dilakukan
(f)
%
Dewasa awal 22 73,33 5 16,66 27 90
Tengah baya 3 10 0 0 3 10
Total 25 83,33 5 16,66 30 100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
23
= 1
1 X2 = 3,841
X2 =
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
E sel A = = 22,5
E sel B = = 4,5
E sel C = = 2,5
E sel D = = 0,5
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
A 22 22,5 -0,5 0,25 0,01
B 5 4,5 0,5 0,25 0,05
C 3 2,5 0,5 0,25 0,1
D 0 0,5 -0,5 0,25 0,25
X2 h 0,41
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 0,41. setelah itu untuk
menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
24
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 0,41 < 3,841 Ho diterima
dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya tidak ada hubungan antara karakteristik tingkat usia
terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
4.1.2.1.2. Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel. 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut tingkat Pendidikandi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
Karakteristik
PenatalaksanaanTo
tal%
Dilakukan (f) %Tidak
Dilakukan (f)%
Tinggil 16 53,33 5 16,66 21 70
Rendah 9 30 0 0 9 30
Total 25 83,33 5 0,66 30 100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
= 1
1 X2 = 3,841
X2 =
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
25
E sel A = = 17,5
E sel B = = 3,5
E sel C = = 7,5
E sel D = = 1,5
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
A 16 17,50 -1,5 2,25 0,12
B 5 3,50 1,5 2,25 0,64
C 9 7,50 1,5 2,25 0,3
D 0 1,50 1,5 2,25 1,5
X2 h 2,56
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 2,56. setelah itu untuk
menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 2,56 < 3,841 Ho
diterima dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya tidak ada hubungan antara karakteristik Perawat
menurut tingkat tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
26
4.1.2.1.3. Menurut Lama kerja
Tabel. 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Pengalaman Lama kerjadi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
Karakteristik
Penatalaksanaan
Total %Dilakukan
(f) %
Tidak
Dilakukan
(f)
%
Baru 9 30 3 10 12 40
Sudah Lama 16 53,33 2 6,66 18 60
Total 25 30,53 5 16,66 30 100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
= 1
1 X2 = 3,841
X2 =
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
E sel A = = 10
E sel B = = 2
27
E sel C = = 6,66
E sel D = = 3
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
A 9 10 -1 1 0,1
B 3 2 1 1 0,5
C 16 6,66 9,34 87,23 13,09
D 3 3 0 o 0
X2 h 13,69
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2 h = 13,69 setelah itu untuk
menentukan hubungan antara karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h > X2 t yaitu 13,69 > 3,841 Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara Karakteristik pengalaman
kerja terhadap penatalaksanaan klien bunuh diri.
4.2. Pembahasan.
4.2.1.Karakteristik4.2.1.1 Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia perawat yang paling
banyak saat jadi responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90 % dan
selebihnya tengah baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 – 50 Th ).
28
4.2.1.2. Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikan nya
adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70%.
4.2.1.1.3. Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Lama kerja Responden adalah
> 10 tahun yaitu 18 orang atau 60 %
4.2.3. Hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh
diri.
4.2.3.1.Dari penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang di ruang rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.
Sa’anin didapat pada diagram 4.1 dan tabel 4.1. bahwa sebagian responden adalah
dewasa awal sebanyak 90 % yang berusia ( 21 – 39 Th ) dan selebihnya tengah
baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 – 50 Th ). Dan pada tabel 4.1 dilihat bahwa
tidak ada hubungan keraktristik usia terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku
bunuh diri.. Menurut ( Hasibun 2000 ) Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasa
atau maturitas perawat, meningkatnya umur seseorang akan meningkat pula
kebijaksanaan dan kemampuan berfikir rasional. Disini peneliti berasumsi bahwa
seseorang yang tingkat usianya lebih tinggi atau tua dia lebih mewakilkan melakukan
tindakan ke yang lebih muda dan dari segi pemikiran usia tua lebih memikirkan
waktunya untuk menghadapi pensium dan sebaliknya usia muda adalah usia yang
sangat produktif dalam melakukan tndakan atau kegiatan jadi kesimpulannya adalah
usia muda yang berumur 21 -39 tahun lebih baik untuk melakukan tindakan
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri tetapi peneliti memukan tidak ada
hubungan karakteristik menurut usia terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku
bunuh diri.
4.2.3.2. Pada diagram 4.2 terlihat bahwa sebagian besar latar pendidikan perawat inap adalah
tinggi yaitu tamatan DIII dan S1 yaitu sebanyak 21 orang atau 70%, disini terlihat
bahwa perawat yang dinas diruang rawat inap adalah berkategori tinggi. Dan dilihat
pada tabel 4.2 tidak ada hubungan karakteristik perawat menurut tingkat pendidikan
29
terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang rawat inap.
Menurut Siagian 2000 mengatakan bahwa pendidikan merupakan yang berfungsi
mengembangkan kemampuan dan yang kualitas kepribadian seseorang seorang
dimana semakin tinggii tingkat pendidikan seseorang semakin besar keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Peneliti menemukan dari hasil yang
didapat tidak ada hubungan karakteristik tingkat pendidikan dengan penatalaksanaan
klien dengan prilaku bunuh diri. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan pada
DIII atau S1 adalah sangat baik atau dikatagorikan tinggi, Karena pada tingkat
pendidikan tersebut meraka sudah mengenal atau sudah diajarkan terhadap teori –
teori dan konsep yang baik untuk melakukan tindakan kepasien terhadap
penatalaksanaan bunuh diri di Rumah Sakit dan sebaliknya pada pada pendidikan
tingkat SPK adalah pendidikan yang dikategorikan rendah, disini dilihat bahwa
Perawat yang tamatan SPK umumnya tidak diajarkan teori dan konsep terhadap
penatalaksaaan klien dengan prilaku bunuh diri dan disi perawat menemukan tidak
ada hubungan tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku
bunuh diri.
4.2.3.3. Pada diagram.4.3 terlihat bahwa sebagian besar karakteristik perawat menurut lama
kerja sebanyak 60% atau 18 orang. Dan pada tabel 4.3 terlihat bahwa ada hubungan
karakteristik perawat menurut lama kerja, jadi disini dapat dihubungkan bahwa lama
kerja seseorang perawat mempengaruhi terhadap penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri, Disini peneliti berasumsi bahwa lama kerja berkaitan dengan
keahlian, karena semakin tinggi frekuensi tingkat lama kerja seseorang maka
tindakan yang akan dilakukan semakin mudah untuk dilakukan seperti
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri. Sesuai menurut teory Siagin
( 2000 ) menyimpulkan bahwa semakin lama kinerja seseorang maka akan semakin
terampil dan pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya.
30
4.3. Keterbatasan Peneliti
4.3.1. Dari segi alat kuesioner
Kuesioner peneliti ini baru pertama kali di rancang sendiri oleh peneliti, oleh karena
itu mungkin jauh dari kesempurnaan. Kuesioner yang peneliti gunakan perlu di uji validitas
dan reabilitasnya.
4.3.2. Dari segi waktu
Peneliti mempunyai dalam membagi waktu antara wak PMPKL dan Praktek Klinik di
RS dengan waktu penelitian karena tempat penelitian jauh dari tempat perkuliahan atau
kampus
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tanggal 30 juli 2009 – 10 Agustus 2009 bahwa hubungan
karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang rawat
31
inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang dengan 30 responden, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
5.1.1. Sebagian besar responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90
%, sebagian besar tingkat pendidikan adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70% dan
sebagian besar pengalaman kerja adalah ( > 10) tahun yaitu 18 orang atau 60 %..
5.1.2. Penatalaksanaan perawat pada klien prilaku bunuh diri dilakukan adalah 83%
5.1.3.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien prilaku
bunuh terhadap tingkat usia perawat dengan hasil
nilai chi squarenya adalah X2 = X2 h < X2 t yaitu 0,41 < 3,841
5.1.4.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien prilaku
bunuh dengan Tingkat Pendidikan dengan hasil
nilai chi squarenya adalah. X2 h < X2 t yaitu 2,56 < 3,841
5.1.5. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanan klien prilaku bunuh
dengan dengan hasil
nilai chi squarenya adalah. X2 h > X2 t yaitu 13,69 > 3,841
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas ada beberapa
saran yang ingin peneliti sampaikan antara lain :
5.2.1. Kepada institusi pelayanan kesehatan khususnya RS
Diharapkan agar terus meningkatkan upaya promotif khususnya terhadap keluarga dan
klen dengan cara melibatkan keluarga dan klien dalam acara seminar atau diskusi yang
yang menyangkut dengan penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri.
5.2.2. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk dapat melanjutkan penelitian ini dengan
meneliti penatalaksanaan pada klien prilak bunuh diri
5.2.3. Dan diharapkan juga kepada kampus supaya untuk kedepannya jadwal penelitian tidak
bersamaan dengan jadwal kegiatan dikampus.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.
David. Tomb,2000. Buku saku Psikistri, Jakarta : EGC
Depkes RI, 1990. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010, Jakarta : EGC
Gipson, James, 2000. Organisasi Prilaku Struktur, Proses, Edisi 5, Jakarta : Erlangga
Harold, Kaplan, 1998. jiwa darurat, jakarta : Media Medika
Hasibun, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara
Keliat budi ana, 1994. Asuhan Keperawatan Pada klien Bunuh diri, Jakarta
33
Marquis, 2000. Pendidikan Keperawatan, Jakarta
Maryanto, 1990. Pengumpulan Sumber Daya Manusia, Surabaya
Notoadmojo, Soekitjo, 2000. Metode Penelian dan Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam, 2002. Metodelogi Riset Keperawatan, Jakarta.:Cv Informatika
Purwarto, Heri, 1999. Penelitian Keperawatan, Jakarta, Rhineka Cipta.
Siagian, Sondang, 2000. Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi, Cetakan kedua, Jakarta : PT agung.
Stikes Perintis, 2008, Pedoman Penulisan KTI, Bukittinggi
Stuart dan sudeen, 1998 Keperawatan Jiwa : EGC
34
35
36