hubungan lingkungan keluarga dengan motivasi...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP ISLAM TERPADU
AL-MAMUN EDUCATION CENTER SERUA-DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Oleh
Ayu Fauziyyah 1111011000107
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M 1438 H
UBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN 10TIVASI
BELAJAR SISWA SMP ISLAM TERPADU
ALMA'pluN EDUCAT10N CENTER SERUA DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sadana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Avu Fauziwah1111011000107
Di bawah Bimbingan:
Masan AF,M.PdNIP: 19510716198103 1005
USAN PENDIDIKAN AGAMA ISb
FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF I DAYATULLAIII
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Motivasi
Belajar Siswa SMP Islam Terpadu Al-Ma'mun Education Center Serua -
Depok disusun oleh Ayu X'auziyyah, NIM, I111011000107, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 13 Mei2016
Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Iasan AF,IoPd
NIP:195107161981031005
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam
Terpadu Al-Ma'mun Education Center Serua-Depok" yang disusun oleh Ayu
Fauziyyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas llmu Tarbiyah & Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. telah diuji kebenarannya dan disetujui oleh
dosen pembimbing skripsi pada tanggal, l3 Mei 2016.
Jakarta. l3 Mei 2016
Dosen Pembimbing Skripsi
Iasan J l.PdNIP:195107161981031005
DEPARTEMEN ACAMAUiN JAKARTAF:TKJr rr i JFarda ,95 qttaF2,esia
FORM(FR)No Dokumen i FITK FRAKD-089
Tg:.Terbit : l Maret 2010
No. Revisi: : 01Hal
SURAT PERNYATAAN KARYA SEND:Rl
Saya yang bertanda tangan di bavah ini,
Nama
Tempat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Ayu Fauziyyah
Subang, 30 April 1993
1111011000107
Pendidikan agama Islam
Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Motivasi Belajar
Siswa SMP Islam Terpadu Al-Ma'mun Education Center
Serua-Depok
Dosen Pembimbing NItasan AF,M.Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
NIM lll1011000107
Jarta,13 Mci2016
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul o'Hubungan Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi
Belajar Siswa SMP Islam Terpadu AI-Ma'mun Education Center Serua-
Depok" disusun oleh A1.u Fauziyyah Nomor Induk Mahasiswa 1111011000107,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada hari Selasa, 11 Juli 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta. 1l Juli2017
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia(Ketua Jurusan/
Prodi Pendidikan Agama lslam)
Dr.H.Abdul Malid Khon,M.Ag
NIP.195807071987031005
Sekretaris Jurusan
Mattamah saleho Lc,MA
NIP.197203132008012010
Penguji I
Pro Dr.Rifat Svauqi Nawawin L
NIP.195205201981031001
Penguji II
Drs.Abdul Haris.MA
NIP.19660901 1995031001
Delan F
7
NIP 195
ll
ABSTRAK
Ayu Fauziyyah 1111011000107, Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center Serua-Depok. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Terpadu Al-mamun Educatioon Center. Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif dengan studi korelasional. Sampel yang diambil dari penelitian ini berjumlah 75 siswa yakni seluruh siswa SMP Islam Terpadu Al-mamun Educatioon Center, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9, pengambilan sampel ini menggunakan teknik booring sampling (sampel jenuh).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket berbentuk skala likert. Teknik analisa data menggunakan uji t (t hitung) dimana hasil dari t hitung akan dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikan 5%. Penelitian ini menghasilkan bahwa ada hubungan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa di SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil pengujian t hitung yang diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 5,897 > 1,66600 pada taraf signifikan 5%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan lingkungan keluarga terhadap motoivasi belajar siswa.
Kata kunci : lingkungan keluarga, motivasi belajar
vi
ABSTRACT
Ayu Fauziyah 1111011000107, Family Environment Relation to Student Motivation of SMPIT Al-Ma'mun Education Center Serua - Depok. Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
This writing aimed at determining whether or not the relationship of family
environment to the motivation of students learning SMPIT Al-Ma'mun Education
Center. This writing used quantitative method with a strongly correlational study.
The research target is 75 students of 7th-9th grade of SMPIT Al-Ma'mun Education
Center this sample using booring technique sample (saturated sample).
The instrument used to collect data is a Likert scale questionnaire. Data
analysis technique using T test (T count) where the result of T arithmetic will be
consulted with t table at significant level.
This research resulted that there is a relation of family environment to
student's learning motivation in SMPIT Al-Ma'mun Education Center. It is shown
with the result of the research that t count> t table is 5.897 at 5% significant level.
So it can be concluded that there is a significant relationship in the family
environment to the learning motivation.
Keywords: family environment, learning motivation.
KATA PENGATAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tasbih, tahmid, pujian dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, tanpa kehendak-Nya skripsi ini tidak akan pernah
terjadi. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada kekasih-Nya yakni
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Ucapan terimakasih teramat dalam yang tidak dapat diukur dengan apapun
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Ayi Mugni dan Ibunda Mimin
Aminah yang senantiasa berdoa siang dan malam, memberikan dorongan dan
motivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tanpa adanya mereka
penulis hanya sebuah tong kosong tetapi dengan kegigihan mereka mendidik
penulis maka penulis bisa menjadi seperti sekarang ini. Sekali lagi, terimakasih
Ayah, terimakasih Ibu, hanya ucapan terimakasih yang dapat putrimu berikan.
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperolah gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunannya tentu mengalami berbagai kendala tetapi penulis telah
menyelesaikannya. Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini penulis tidak
akan berhasil tanpa bantuan dan doa dari berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta staffnya.
viii
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Marhamah Shaleh, Lc. MA. Sekertaris Jurusan Pedidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Masan AF, M.Pd. dosen pembimbing yang selalu memberikan nasehat dan
masukannya dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
perkuliahan dan pengajaran kepada penulis selama 4 tahun
6. Ahmad Dasuki, S.Pd. Kepala Sekolah SMP Islam Terpadu Al-Mamun
Education Center Serua- Depok, yang telah memberikan izin pada penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
7. Sahabat terbaik dan sahabat spesial Derri Adhy Gunawan yang memberikan
support penuh pada penulis dan membantu penulis saat menemui kesulitan
8. Adik-adikku tersayang, Muhammad Umar Said, Muhammad Alwi, Ginayah
Mukarromah, Nuron Alim, dan Mustika Arofah yang memberikan doa dan
dukungannya
9. Saudara-saudaraku dari pihak ayah dan dari pihak ibu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
10. Keluarga Besar Yayasan An-Nur yang senantiasa mendoakan penulis
11. Teman-teman PAI angkatan 2011 khususnya teman-teman PAI-C yang
senantiasa berjuang bersama dalam menjalani perkuliahan dan tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
12. Adik-adik siswa-siswi SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center
yang bersedia mensukseskan proses penelitian
13. Semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
Semoga semua yang telah membantu penulis baik moril mapun materil,
doa, dukungan dan bimbingan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin
ix
Skripsi ini mungkin sangat jauh dari kesempurnaan tetapi semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 30 April 2016
Ayu Fauziyyah
x
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI . i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ii
PENGESAHAN PENGUJI iii
UJI REFERENSI iv
PERNYATAAN KARYA SENDIRI . v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........... 1
B. Identifikasi Masalah . 5
C. Pembatasan Masalah ..... 6
D. Rumusan Masalah ..... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ..... 7
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Lingkungan Keluarga 8
1. Pengertian Lingkungan Keluarga 8
2. Peran Keluarga terhadap Pendidikan Anak . 11
3. Metode Pendidikan di Lingkungan Keluarga .. 15
4. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga . 19
xi
B. Motivasi Belajar 19
1. Pengertian Motivasi Belajar 19
2. Macam-Macam Motivasi . 21
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar . 23
4. Teori-Teori Motivasi Belajar ... 23
C. Penelitian Relevan . 26
D. Kerangka Berfikir . 27
E. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 29
B. Metode Penelitian .. 29
C. Variabel Penelitian . 30
D. Populasi dan Sampel .. 31
E. Teknik Pengumpulan Data . 31
F. Teknik Pengolahan Data 33
G. Uji Coba Istrumen Penelitian . 34
H. Uji Prasyarat Analisis . 36
I. Teknik Analisa Data .. 39
J. Hipotesis Statistik 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 43
B. Pengujian Persyaratan Analisis .. 47
C. Pengujian Hipotesis 48
D. Pembahasan Hasil Penelitian . 53
E. Keterbatasan Penelitian .. 70
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan . 71
B. Implikasi . 72
C. Saran ... 73
xii
DAFTAR PUSTAKA . 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Waktu dan Kegiatan Penelitian . 30
3.2 Tabel Jumlah Siswa .. 32
3.3 Tabel Kisi-Kisi Angket . .. 34
3.4 Tabel Skala Penilaian Instrumen .. 35
3.5 Tabel Angka Persentase .. 41
4.1 Tabel Data Variabel X (Lingkungan Keluarga) .. 44
4.2 Tabel Data Variabel Y (Motivasi Belajar) .. 45
4.3 Tabel Data Distribusi Frekuensi Variabel X dan Variabel Y 46
4.4 Tabel Koefisien Korelasi 53
4.5 Tabel persentase dari pertanyaan Saya merasa diperhatikan oleh orang tua
saya . 54
4.6 Tabel persentase dari pertanyaan Situasi di rumah saya tenteram dan dama
. 54
4.7 Tabel persentase dari pertanyaan Saya merasa aman berada di rumah
. 55
4.8 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya menegur dan memberikan
nasehat saat saya melakukan kesalahan 55
4.9 Tabel persentase dari pertanyaan Saya dirawat dengan baik saat sakit
.. 56
4.10 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya memperhatikan saya
setiap hari . 56
4.11 Tabel persentase dari pertanyaan Saya senang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler . 57
xiv
4.12 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya mendukung saya
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler 57
4.13 Tabel persentase dari pertanyaan Saya bersilaturrahmi dan mengunjungi
tetangga 58
4.14 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya mengikuti pengajian di
lingkungan sekitar rumah saya 58
4.15 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya memberikan sesuatu pada
tetangga saat mendapatkan rezeki lebih 59
4.16 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya berbagi cerita/mengobrol
dengan tetangga .. 59
4.17 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya membantu tetangga saat
dia membutuhkan bantuan . 60
4.18 Tabel persentase dari pertanyaan Saya merasa bahwa orang tua
menyayangi saya .. 61
4.19 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya mengajarkan saya untuk
hidup hemat . 61
4.20 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya mengajarkan saya untuk
bersikap yang sopan terhadap teman, saudara dan orang yang lebih tua dari
saya ... 62
4.21 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya bersikap baik kepada
semua orang . 62
4.22 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya shalat di awal waktu
.. 63
4.23 Tabel persentase dari pertanyaan Orang tua saya bertanya tentang proses
belajar disekolah . 63
xv
4.24 Tabel persentase dari pertanyaan Saya membaca buku palajaran setiap hari
.. 64
4.25 Tabel persentase dari pertanyaan Saya membaca buku selama 3 jam atau
lebih dalam sehari 64
4.26 Tabel persentase dari pertanyaan Saya mengerjakan tugas/PR tepat waktu
. 65
4.27 Tabel persentase dari pertanyaan Saya senang diberikan tugas oleh guru
. 65
4.28 Tabel persentase dari pertanyaan Saya malas mengerjakan tugas
. 66
4.29 Tabel persentase dari pertanyaan Saya bersungguh-sungguh dalam belajar
. 66
4.30 Tabel persentase dari pertanyaan Saya merasa bahwa belajar bermanfaat
bagi saya . 67
4.31 Tabel persentase dari pertanyaan Saya mau belajar hanya jika diajak oleh
teman .. 67
4.32 Tabel persentase dari pertanyaan Saya mau belajar di rumah hanya jika
orang tua saya menyuruhnya .. 68
4.33 Tabel persentase dari pertanyaan Saya melaksanakan perintah guru dengan
ikhlas .. 68
4.34 Tabel persentase dari pertanyaan Saya mengerjakan tugas dari guru
dengan senang hati 69
4.35 Tabel persentase dari pertanyaan Saya belajar hanya jika ada ujian
. 69
4.36 Tabel persentase dari pertanyaan Saya senang belajar hanya jika saya
senang pada gurunya .. 70
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Angket Penelitian
Lampiran II : Hasil Uji Validasi Instrumen
Lampiran III : Data Mentah 1 dan 2
Lampiran IV : Hasil Pengujian
Lampiran V : Data Responden
Lampiran VI : Profil Sekolah
Lampiran VII : Uji Referensi
Lampiran VIII : Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran IX : Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pertama seorang anak didapatkan dari keluarga. Keluarga
memiliki keterikatan yang sangat dominan bagi setiap anggota keluarga baik
itu anak, ayah, ibu, saudara, atau yang lainnya. Seorang anak merupakan
permata bagi keluarga, harapan seorang ayah dan ibu adalah kebahagiaan
bagi anaknya, disadari atau tidak seorang anak akan cepat meresap tingkah
laku dan sifat orang tua dan menjadikan orang tua sebagai contoh dan
teladan bagi mereka. Seperti disebutkan oleh Frieda Fordham bahwa
kepribadian orang tua mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam
membentuk watak anak dibandingkan ajaran yang lain.1 Dalam pergaulan
anak-anak senantiasa ikut serta membawa problematika kehidupan
keluarganya, disaat suka maupun duka. Maka hubungan angota keluarga
yang satu dengan anggota keluarga yang lain sangat berpengaruh bagi
tumbuh kembang sifat dan perilaku anak.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola keluarga (family management practices) yang keliru, seperti kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat seperti anti sosial (Patterson & Loeber, 1984).2
Sekolah memiliki peran penting dalam mendidik dan menjadikan
seorang anak mempunyai pengetahuan luas dan memiliki sifat terpuji
1 Frieda Fordham, Pengantar Psikologi C.G. Jung, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1988), h. 93-94 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 135
1
2
kepada siapapun, selain itu sekolah dijadikan sandaran bagi orang tua agar
anak-anak mereka pintar dan sukses juga mempunyai pengetahuan yang
luas. Namun sekolah tidak berdaya apabila orang tua tidak ikut andil dalam
mendidik atau mensukseskan tujuan mereka yaitu menjadikan anak sebagai
penerus bangsa.
Hidup di era globalisasi dengan menjalani kehidupan yang serba
instan semua orang hidup dengan sangat mudah. Pekerjaan sudah diganti
dengan menggunakan mesin sehingga mempermudah semua pekerjaan,
tetapi meskipun begitu setiap pekerjaan yang dilakukan mengakibatkan
pekerjanya seakan-akan menyamai mesin. Manusia bekerja seperti mesin
dan setiap hari selalu dikejar-kejar oleh waktu juga dituntut untuk selalu
menepati waktu yang ditentukan sehingga orang tua yang bekerja akan
sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk anaknya. Setiap hari-harinya hanya
dihabiskan di tempat kerja bahkan untuk bertemu anak pun sangat sulit
apabila pekerjaannya menuntut untuk brangkat shubuh dan pulang malam
hari, apabila keadaannya seperti itu maka hanya di hari minggu saja dapat
bertemu anak. Kesibukan yang terjadi menjadikan orang tua jauh dari
anaknya dan anak pun tidak diperhatikan sehingga anak akan melakukan
sesuatu tanpa merasa diawasi.
Orang tua atau pun anggota keluarga mempunyai peran penting dalam
mendidik anak, pendidikan dalam keluarga akan menunjang anak untuk
mengahadapi kehidupannya di masa mendatang. Pendidikan di keluarga
memiliki pengaruh besar bagi tumbuh kembang kedewasaan anak tetapi
masih banyak orang tua yang tidak memahami cara yang tepat mendidik
anak agar anak tersebut dapat menghadapi tantangan zaman yang selalu
berkembang.
Anak yang baik dilihat dari sudut pandang kebanyakan orang tua
adalah anak yang menurut pada perintah orang tua dan tidak melanggar
setiap perintahnya. Betapa bijaksananya orang tua setiap membuat
3
keputusan menimbang-nimbang antara keinginannya dan keinginan
anaknya, dan tidak selalu memaksakan kehendaknya. Orang tua dikatakan
sukses mendidik anak jika anaknya menjadi dirinya sendiri tanpa melupakan
petuah-petuah dari orang tua, dapat memotivasi dirinya sendiri dengan
hanya diberikan stimulus oleh orang tua.
Tumbuhnya motivasi pada diri anak tidak hanya didukung oleh
keadaan keluarganya tetapi didukung pula dengan keadaan lingkungan
tempat tinggalnya. Motivasi tumbuh dan berkembang dengan jalan intrinsik
dan ekstrinsik. Intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri
individu itu sendiri sedangkan ekstrinsik datang dari lingkungan.3 Jadi,
motivasi yang tumbuh atas dasar dukungan keluarga atau pun lingkungan
tempat tinggalnya termasuk dalam motivasi ekstrinsik.
Setiap lingkungan rumah terdapat banyak macamnya mulai dari
pedesaan, perkotaan, dan perumahan, juga kawasan kumuh yang tak layak
tinggal. Dari masing-masing tipe lingkungan tersebut tidak terpungkiri akan
senantiasa mempunyai kekurangan dan kelebihan, suasana di lingkungan
pedesaan misalnya, keadaan masyarakat di lingkungan pedesaan masih
memiliki jiwa sosial yang tinggi dan kepedulian terhadap sesama masih
sangat dijunjung tinggi akan tetapi apabila seseorang orang melakukan
kesalahan baik menurut agama maupun menurut adat kebiasaan, maka
kesalahan tersebut akan tersebar ke penjuru daerah tempat tinggalnya itulah
kekurangannya. Apabila kesalahan kecil saja membuat seorang anak merasa
dirinya telah tercemar maka anak tersebut akan merasa terpinggirkan
akhirnya ia pun tidak berkembang.
Lingkungan perkotaan dengan setumpuk problematika kehidupan
seperti kemacetan, padat penduduk, kawasan kumuh, dan kurangnya
kepedulian terhadap sesama mendorong seorang anak merasakan hidup
seakan hanya seorang diri tanpa ada perhatian penuh dari semua pihak.
3 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. X, h. 37
4
Di daerah perkotaan para orang tua mencari nafkah dan bekerja siang
dan malam, jika orang tua bekerja pada waktu siang hari maka berangkatnya
pun harus pagi sekali dan jika orang tua bekerja malam hari maka tidak ada
waktu bersama keluarga di malam hari. Anak sangat memerlukan perhatian
dan dukungan dari orang tua tetapi karena keadaan lingkungan dan
kebiasaan yang tidak dapat dipungkiri untuk dapat bertahan hidup di dunia
perkotaan maka anak harus menjadi korban dari keadaan tersebut dan harus
mandiri tanpa bimbingan penuh dari orang tua. Orang tua pun hanya
mengandalkan guru di sekolah sebagai tolak ukur keberhasilan
mendidiknya.
Negara berkembang seperti Negara Indonesia memiliki tingkat
perekonomian keluarga bertingkat-tingkat, mulai dari sangat, kaya, miskin,
dan sangat miskin. Bagi orang kaya menginginkan sekolah yang tinggi
setinggi-tingginya itu hal biasa dan sangat mudah untuk mencapainya
sedangkan bagi orang miskin jika menginginkan sekolah tinggi maka harus
siap hidup dengan serba kesederhanaan dan terkadang akan senantiasa
mengandalkan beasiswa belajar juga akan senantiasa bekerja sekaligus
menuntut ilmu.
Perekonomian keluarga yang serba kekurangan akan menjadikan anak
yang semangat untuk melanjutkan belajar terhambat oleh keadaan
perekonomian tersebut. Terdapat banyak sekali anak putus sekolah karena
keadaan perekonomian yang terpuruk dan kepala keluarga hanya bisa
memberikan nafkah untuk makan saja bahkan terkadang untuk makan pun
sulit atau pun tidak ada sama sekali. Disaat seperti itu, diperlukan keinginan
kuat bagi seorang anak untuk dapat menuntut ilmu, diperlukan pula
dukungan moril dari keluarga dan orang tua agar dapat memahamkan
kepada anak tentang keadaan perekonomian keluarganya.
Menjalani setiap kehidupan tidak akan luput dari masalah begitu pula
dalam pendidikan, antara anak didik dan pendidik terkadang mengalami
5
keretakan tetapi bagi seorang pendidik seharusnya dapat meredam semua
itu. Anak didik adalah seorang manusia yang mudah semangat dan mudah
down atau turun semangatnya, semua dikarenakan oleh keadaan yang
menimpa anak tersebut. Terkadang ada problematika yang menghantuinya
dan terkadang ada yang membuatnya bahagia yang menjadikannya selalu
bersemangat melakukan segala hal, semua itu akan terjadi saat anak berada
di sekeliling keluarga dengan berbagai kegiatan anggotanya masing-masing,
teman dengan berbagai macam karakter, atau lingkungan tetangganya
dengan berbagai macam keluh kesahnya.
Untuk mengetahui atau menyimpulkan apakah keadaan lingkungan
keluarga berpengaruh pada belajar anak dengan berbagai permasalahan yang
terjadi didalamnya yang telah dipaparkan diatas, mulai dari kurangnya
perhatian orang tua pada anak, keadaan lingkungan tempat anak dan
keluarganya tinggal sampai dengan keadaan perekonomian keluarganya.
Maka kami selaku penulis akan melakukan penelitian untuk menjawab
permasalahan apakah lingkungan keluarga berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa/i tersebut. Judul penelitian yang penulis ambil adalah
Hubungan Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa
SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center Serua-Depok.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa
masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Perhatian keluarga terhadap anak-anak kurang, padahal keluarga adalah
tempat berlindung paling utama bagi setiap anak didik/siswa
2. Anak didik/siswa seringkali mempunyai motivasi belajar yang kurang
disebabkan oleh keadaan lingkungan keluarga yang tidak saling
memahami antara anak dan orang tua, sehingga mengakibatkan kesalah
pahaman.
6
3. Keadaan setiap keluarga tidak seluruhnya memberikan dampak positif
bagi anak/siswa, tidak sedikit keluarga yang memberikan pengaruh
negatif yang menghambat perkembangannya dalam belajar dan
menghambat tumbuhnya motivasi dari dalam dirinya.
4. Setiap anak/siswa memiliki karakter yang beragam maka untuk
menghadapinya harus bisa menyesuaikan dengan keadaan mereka dan
untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa-siswi tersebut
diperlukan perhatian penuh untuk memahaminya, namun lingkungan
keluarga kurang memperhatikan hal tersebut.
5. Perekonomian keluarga yang kurang terkadang berakibat terhadap
semangat belajar siswa/anak karena mereka merasa berbeda dengan
teman-temannya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas agar penelitian lebih terarah maka
masalah yang akan diteliti difokuskan pada penelitian terkait dengan
lingkungan keluarga siswa dan motivasi belajar siswa, penulis akan
melakukan penelitian di SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center
Serua-Depok.
Penelitian ini dibatasi hanya pada masalah lingkungan keluarga dan
motivasi belajar siswa/siswi SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education
Center Serua-Depok.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Adakah hubungan lingkungan keluarga dengan motivasi belajar
siswa di SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center Serua-Depok.
7
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui keadaan lingkungan keluarga siswa
2. Mengetahui motivasi belajar siswa
3. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan lingkungan keluarga dengan
motivasi belajar siswa
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat kepada beberapa pihak yaitu antara lain:
1. Bagi penulis
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
penulis dan mendapatkan pembelajaran bagaimana mengaplikasikan teori-
teori yang di dapatkan di bangku perkuliahan berkaitan dengan motivasi dan
lingkungan keluarga.
2. Bagi sekolah
Dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi
sekolah agar menjadi lebih baik lagi dalam mengelola lembaga pendidikan,
baik keadaan para guru ataupun staf yang lainnya dalam mengembangkan
motivasi siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Lingkungan Keluarga 1. Pengertian Lingkungan Keluarga
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
daerah atau kawasan yang termasuk di dalamnya.1 Menurut Alisuf Sabri
dilihat dari segi psikologi pengertian lingkungan ialah segala sesuatu yang
ada di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap,
tingkah laku, atau perkembangannya.2
Jadi yang dimaksud dengan lingkungan adalah tempat dimana
manusia berkembang dan melangsungkan hidup, tempat tersebut berada di
sekeliling manusia dan akan menjadikan manusia sebagai seseorang yang
memiliki perilaku positif atau negatif sesuai dengan apa yang
mempengaruhinya.
Pengertian Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
yaitu ibu dan bapak beserta anak-anaknya seisi rumah.3
Murdock seorang antropolog mendefinisikan keluarga sebagai berikut:
keluarga yaitu terdiri dari lelaki dewasa dan perempuan dewasa dengan
kesepakatan berhubungan seksual, bisa mempunyai anak dan tinggal satu
rumah yakni satu atap.4
William J. Goode menyebutkan bahwa keluarga sebagai bagian inti
dari struktur dalam masyarakat, hubungan kekeluargaan yang berlangsung
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), Cet. 7, h. 831, 2 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. 3, h. 34 3 Departemen Pendidikan Nasional. loc. cit., h. 659 4 Karlinawati Silalahi, Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 1, h. 3
8
9
di dalam suatu keluarga adalah gambaran dari suatu masyarakat.5
Keluarga juga adalah batu pertama bagi pembinaan setiap masyarakat dan
langkah pertama untuk membina seseorang.6
Menurut Abu Ahmadi keluarga merupakan kelompok sosial yang
pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya dan menjadi tempat
pertaman mengadakan sosialisai dan pengajaran kehidupan anak-anak.7
Jadi yang dimaksud dengan keluarga adalah laki-laki dan perempuan yang
siap melangsungkan hidup bersama dengan ikatan pernikahan, siap
membina rumah tangga, siap bertanggung jawab mengurus dan mendidik
anak, dan siap beradaptasi dengan masyarakat luas.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah tempat dimana
anak mendapat pendidikan pertama sejak lahir dan akan mempengaruhi
perkembangan lahiriah (fisik) anak, batiniah anak (mendekatkan diri kepada
Allah SWT), intelektual anak, dan sosialisasi anak di masyarakat.
Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah lingkungan keluarga
yang menjadi tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang di
dalamnya. Sedangkan motivasi belajar yang dimaksud ialah motivasi yang
tumbuh atas dorongan sekitarnya baik itu ajakan, paksaan ataupun suruhan
dan motivasi yang tumbuh dan berkembang atas dasar dorongan dari diri
sendiri.
Lingkungan keluarga merupakan cikal bakal tumbuhnya pendidikan
awal anak, di mana keluarga menjadi penentu perkembangan anak dalam
lingkungan pendidikan lainnya, yaitu sekolah dan masyarakat. hubungan
antara anak dan orang tua, serta komposisi keluarga yang ada akan
berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan arah pendidikan anak.
Masih banyak orang tua yang mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu
5 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 7, h. 2 6 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cet. 5, h. 91-92 7 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), Cet. 2, h. 108
10
sepenuhnya tanggung jawab pihak lembaga pendidikan saja. Seringkali
orangtua menaruh harapan terlalu tinggi pada lembaga pendidikan sehingga
banyak orangtua yang berani membayar mahal biaya pendidikan anaknya.
Tidak sedikit pula orang tua menuntut lembaga pendidikan sesuai
kehendaknya dan kecewa jika hasil pendidikan di lembaga tersebut tidak
sesuai dengan harapannya. Cara pandang tersebut harus segera diluruskan
agar para orangtua menyadari bahwa tanggungjawab tertinggi tetaplah di
tangan keluarga, khususnya ibu dan ayah yang juga berperan sebagai
pendidik di rumah.8
Manusia hidup di dunia tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, terkadang dengan
lingkungan tempat tinggal kalangan elit atas enggan membantu pada
kalangan bawah sehingga terjadilah kesenggangan sosial. Hal tersebut
seharusnya tidak terjadi karena semua yang terjadi dan dialami oleh
manusia di dunia hanyalah titipan semata, manusia mendapatakan nasib
buruk maupun nasib baik dapat dengan mudah berpindah tangan. Dalam
memelihara lingkungan sebaiknya dipupuk mulai dari sedini mungkin agar
rasa saling menghormati, menghargai, membantu, dan memiliki satu sama
lain terjalin erat tanpa ada keragu-raguan.
Ayah, ibu dan anak. Semua nama tersebut adalah susunan dari
keluarga kecil yang lengkap. Sebuah keluarga apabila salah satu dari ketiga
tersebut tidak ada maka keluarga akan terasa sepi dan terasa kurang,
meskipun sudah sangat lama salah satunya tiada tetapi masih terasa
kehilangan sampai ajal menjemput. Dalam kehidupan berkeluarga perlu ada
rasa saling melengkapi anatara suami dengan istri dan antara anak dengan
orang tua maupun dengan saudara.
Kehidupan berkeluarga memiliki kebijakan yang berbeda-beda sesuai
dengan keadaan dan pemahaman keluarga tersebut dalam membangun
8 Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Tinjauan Perilaku Organisasi Menuju Comprehensive Multilevel Planning, (Jakarta: PT Gramedia, 2013), h. 19 & 21
11
rumah tangga, kebijakan tersebut ada yang bersifat ketat, bebas, bahkan ada
yang bersifat sangat bebas tanpa adanya peraturan. Kebiajakan-kebijakan
yang terdapat dalam keluarga akan berdampak pada keadaan keluarga itu
sendiri, banyak kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam
keluarga yang memiliki kebijakan katat, bebas, maupun sangat bebas.
Kemungkinan tersebut bisa bersifat positif dan bisa juga bersifat negatif
sesuai bagaimana mencerna setiap keadaan yang terjadi disekelilingnya.
Lingkungan adalah tempat dimana manusia berkembang, tempat
tersebut berada disekeliling manusia selama hidup di dunia. Lingkungan
tempat tinggal penunjang kelangsungan hidup manusia adalah termasuk
lingkungan alamiyah sudah ada dan hanya tinggal menggunakannya,
lingkungan yang dapat membuat manusia dinilai baik atau buruk dan tidak
dapat hidup dengan hanya berdiri sendiri, dengan kata lain membutuhkan
orang lain untuk saling membantu atau gotong royong dengan sesama
adalah termasuk lingkungan sosial budaya.
2. Peran Keluarga terhadap Pendidikan Anak
Lingkungan keluarga adalah tempat bernaung bagi anak dan dianggap
anak sebagai tempat paling aman bagi dirinya. Keluarga adalah tempat
pertama yang dicari oleh anak saat membutuhkan keamanan dan
kenyamanan. Jadi, keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
tumbuh kembang anak terutama pada pola pengasuhan.
Pendidikan anak merupakah kewajiban paling utama bagi keluarga,
khususnya ketika anak-anak dalam fase perkembangan awal yakni setelah
lahir di dunia, masa bayi, dan anak-anak.9 Dan dalam Islam seringkali saat
baru dilahirkan ke dunia seorang bayi akan diadzani pada telinga sebelah
kanan dan diiqamatkan pada telinga sebelah kiri itu adalah sebagai
9 Muhibbin Syah., op. cit. h. 38
12
pembelajaran awal agar anak saat lahir di dunia hal pertama yang didengar
adalah hal yang baik.
Dalam ayat suci al-Quran dijelaskan pentingnya pendidikan di
keluarga saat masih anak-anak, yaitu sebagai berikut:
...
Artinya: .... dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil. (Q.S. Al-Israa: 24).10
Artinya: Dia (Firaun) menjawab: Bukankah kami telah mengasuhmu
dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-
kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu. (Q.S. Asy-Syuara: 18)1112
Menurut Atmodiwirjo yang dikutip oleh Karlinawati Silalahi,
Orangtua memiliki peran penting dalam pengasuhan dan pembinaan
terhadap perilaku anaknya. Dalam perkembangan anak, orangtua berperan
sebagai pemuas kebutuhan anak, pembentuk konsep diri, teladan bagi anak,
dan sebagai stimulator tumbuh kembang anak.13
Menurut Djuju Sujana sebagaimana telah dikutip oleh Mahmud dkk.
bahwa peran keluarga dalam pendidikan merupakan kemampuan penting
dalam satuan pendidikan kehidupan keluarga yang meliputi pembinaan
hubungan dalam keluarga, pemeliharaan dan kesehatan anak, pengelolaan
10 Al-Quran Terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia, h. 284 11 Al-Quran Terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia, h. 367 12 Muhibbin Syah., op. cit. h. 38 13 Karlinawati Silalahi., op. cit. h. 183-184
13
sumber-sumber pendidikan dalam keluarga, sosialisasi anak, dan hubungan
antara keluarga dan masyarakat.14
Perubahan-perubahan besar pada sistem keluarga, karena membawa
nilai-nilai baru, biasanya berakibat dalam kegagalan peran. Karena ada
orang-orang yang dapat menerima cara-cara baru dan ada yang tidak, ada
ketidak sepahaman mengenai apa kewajiban peran itu sebenarnya. Ini, tentu
mengakibatkan adanya banyak orang yang dinilai gagal dalam kewajiban
peran mereka, berdasarkan standar baru atau lama.15
Yang terpenting dari pembentukan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga, b. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis, c. Menjadikan dan melahirkan anak sebagai generasi bangsa yang shaleh
dan shalehah, d. Memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak, e. Menjaga anak-anak agar tidak melakukan penyimpangan-
penyimpangan.16
Menurut Soerjono Soekanto sebagaimana dikutip oleh Mahmud dkk.
Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat,
sebab keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kelangsungan
hidup bermasyarakat. Dalam proses mengetahui kaidah-kaidah dan nilai-
nilai yang dianut serta pola perilaku yang benar dan tidak menyimpang
dipelajari pertama kalinya di lingkungan keluarga.17
Menurut Oqbum sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi bahwa fungsi
keluarga adalah sebagai berikut: 1). Fungsi kasih sayang, 2). Fungsi
14 Mahmud, Heri Gunawan, dkk., Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia, 2013) , h. 148 15 William J. Goode., op. cit. h. 186 16 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 139-144 17 Mahmud., op. cit. h. 139
14
ekonomi, 3). Fungsi pendidikan, 4). Fungsi perlindungan/penjagaan, 5).
Rekreasi, 6). Fungsi status keluarga, dan 7). Fungsi agama.18
Maksud dan tujuan dari semua fungsi keluarga yang sudah disebutkan
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi kasih sayang.
Fungsi ini menekankan bahwa keluarga dapat menjalankan sebagai
lembaga interaksi dengan menekankan pada ikatan batin yang kuat diantara
anggotanya, sesuai dengan perannya dalam keluarga tersebut.19
b. Fungsi ekonomi.
Fungsi ini menggambarkan bahwa kehidupan dalam keluarga harus
dapat mempergunakan dan memanfaatkan sumber-sumber yang didapatkan
oleh keluarga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dengan cara
yang efektif dan efisien.20
c. Fungsi pendidikan.
Fungsi ini mengharuskan setiap orang tua dapat menjadikan dan
mengkondisikan lingkungan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga
terdapat proses belajar mengajar diantara anggota keluarga.21
d. Fungsi perlindungan.
Fungsi ini dalam keluarga dimaksudkan untuk menjaga dan
memelihara anak serta anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang
mungkin timbul, dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga.22
e. Fungsi rekreasi.
Fungsi ini dalam keluarga diartikan sebagai kegiatan seseorang atau
anggota keluarga atas dasar pengakuan mereka sendiri tanpa adanya suatu
ajakan atau paksaan.23
18 Abu Ahmadi., op. cit. h. 108-109 19 Mahmud., op. cit. h. 141 20 Ibid., h. 140 21 Ibid., h. 142 22 Ibid., h. 145 23 Ibid., h. 146
15
f. Fungsi status keluarga.
Fungsi ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga dalam kehidupan masyarakat yang akan dibandingkan dengan keluarga lainnya dan ditentukan oleh orang-orang yang membina keluarga tersebut, apakah kedudukannya akan lebih tinggi atau sebaliknya akan lebih rendah sesuai dengan usaha masing-masing anggota keluarga dalam menjalankan perannya masing-masing.24
g. Fungsi agama.
Fungsi ini dalam keluarga dimaksudkan untuk mengembangkan amal
shaleh dan menjadikan anak shaleh melalui pendidikan agama dan keluarga
dijadikan sebagai tempat beribadah juga tempat berjalannya pendidikan
agama.25
Dalam lingkungan keluarga, orangtua perlu terlibat aktif dalam
pengasuhan anak yang dilaksanakan melalui fungsi-fungsi yang telah
dijelaskan diatas. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan
dalam memelihara, mendidik dan mengasuh anak.
3. Metode Pendidikan di Lingkungan Keluarga
Pendidikan yang terpenting yang perlu diajarkan pada anak di rumah
atau anak didik di sekolah adalah pendidikan tentang agama Islam agar
mereka dapat menjalani hidup dengan tidak menyalahi aturan atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat dan dapat menghindari segala macam
larangan agama.
Dalam proses pendidikan termasuk pendidikan dalam keluarga
diperlukan metode-metode pendidikan yang mampu menanamkan nilai-
nilai pendidikan Islam kepada anak, sehingga anak didik tidak hanya tahu
tentang nilai (moral knowing), tetapi juga diharapkan mereka mampu
24 Ibid., h. 146 25 Ibid., h. 146
16
melaksanakan moral (moral action) yang menjadi tujuan utama pendidikan
Islam.26
Metode pendidikan Islam menurut an-Nahlawi dapat dijadikan
rujukan bagi orang tua maupun sanak saudara dari seorang anak yang ikut
andil dalam merawatnya, metode-metode itu adalah:
1). Metode dialog, 2). Mendidik melalui kisah-kisah, 3). Mendidik
melalui perumpamaan, 4). Mendidik melalui keteladanan, 5). Mendidik
melalui aplikasi dan pengamalan, 6). Mendidik melalui ibrah dan nasihat,
dan 7). Mendidik melalui targghib dan tarhib.27 Metode-metode
Islam tersebut yang ditawarkan dan diajukan oleh an-Nahlawi.
Penjelasan dari metode di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Metode dialog ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau
lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja
diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki.28 Dalam proses
pendidikan metode ini mempunyai dampak yang sangat mendalam
terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topik
percakapan dengan saksama dan penuh perhatian.
b. Metode kisah, menurut al-Razzi kisah merupakan penelusuran
terhadap kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah
terdapat berbagai keteladanan dan edukasi.29
c. Metode perumpamaan, metode perumpamaan baik digunakan dalam
mengajari anak-anak terutama untuk menanamkan karakter (nilai-nilai
ajaran Islam) kepada mereka.30
26 Ibid., h. 158 27 Abdurrahman an-Nahlawi., op. cit. h. 204 28 Mahmud., op. cit. h. 158-159 29 Ibid., h. 159 30 Ibid., h. 160
17
d. Metode keteladanan, dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam
kepada anak, ketaladanan yang diberikan orang tua merupakan metode
yang lebih efektif dan efisien. Karena pendidikan dengan keteladanan
bukan hanya memberikan pemahaman secara verbal, bagaimana konsep
akhlak baik dan buruk tetapi memberikan contoh secara langsung pada
mereka.31
e. Metode aplikasi dan pengalaman, teori-teori yang dipelajari di bangku
sekolah dapat diaplikasikan/diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
setelah diamalkan maka akan menjadi pengalaman dan untuk
menjadikan sesuatu itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan
maka dilakukanlah pembiasaan pada anak-anak. Pembiasaan adalah
sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulan-ulang agar sesuatu itu
dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini berintikan pengalaman,
karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan, dan inti dari
kebiasaan itu adalah pengulangan.32
f. Metode ibrah dan nasihat, menurut an-Nahlawi kedua kata tersebut
memiliki perbedaan dari segi makna ibrah berari suatu kondisi psikis
yang menyampaikan manusia kepada inti sari sesuatu yang disaksikan,
dihadapi, dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati
mengakuinya, sedangkan kata nasihat yang dimaksud ialah nasihat yang
lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala dan
ancamannya.33
g. Metode targhib dan tarhib, targhib ialah janji terhadap kesenangan,
kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan dan agar anak-anak
melakukan kebaikan yang diperintah Allah, sedangkan tarhib ialah
ancaman karena dosa yang dilakukan agar anak-anak menjauhi
perbuatan jelek yang dilarang oleh Allah.34
31 Ibid., h. 161 32 Ibid., h. 162 33 Ibid., h. 163 34 Ibid., h. 163
18
Metode-metode yang telah dijelaskan dapat digunakan untuk
mendidik anak agar anak yang nakal menjadi baik bahkan anak yang baik
menjadi lebih baik. Metode-metode pendidikan tersebut dapat menjadi
rujukan yang sangat berguna bagi orang tua dalam mendidik anak.
Berikut akan dipaparkan sejumlah cara untuk mendidik anak agar
menjadi lebih baik:
Pertama, bersikap jujur kepada anak. Jika nasihat tidak dibarengi dengan tindakan riil maka akan berakibat buruk dan akan menjadi bumerang dikemudian hari bagi orang yang memberikannya. Kedua, mengajak anak ke masjid. Ketiga, membiasakan anak melakukan shalat. Keempat, melatih anak berpuasa. Keenam, mendidik anak membaca al-Quran dan Hadits dengan baik. Ketujuh, mengajar anak-anak untuk berdzikir. Kedelapan, memisahkan tempat tidur anak-anak. Kesembilan, mengajarkan anak-anak hukum yang berlaku saat beranjak masa puber dan mulai dewasa. Dan kesepuluh, mengucapkan salam saat masuk rumah serta minta izin saat masuk ke dalam ruang pribadi orang tua.35
Menurut Syaikh M. Jamaluddin Mahfudz cara untuk memberikan
pendidikan Islam pada anak di lingkungan keluarga perlu didasarkan pada
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Menanamkan akidah yang sehat pada anak b. Melatih beribadah kepada anak sejak dini dan diperintahkan untuk
melakukannya dengan cara pengenalan yang dapat dipahami anak c. Mengajarkan kepada anak sesuatu yang halal dan haram d. Memberikan pengarahan bahwa belajar itu wajib e. Orang tua menjadikan anak sebagai seorang sahabat f. Membiasakan anak untuk meminta izin g. Bersikap adil terhadap anak-anak tanpa membedakan satu dengan yang
lainnya h. Saling menopang keluarga i. Membantu anak yatim dan mengajarkan anak untuk mencintai anak
yatim.36
35 Mahmud Ash-Shabbag, Keluarga Bahagia dalam Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka Mantiq, 1993), h. 215-223 36 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, op. cit. h. 125-148
19
4. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tujuan berarti arah,
haluan atau jurusan.37 Secara umum tujuan pendidikan dalam keluarga
adalah mendidik dan membina anak menjadi manusia dewasa yang
memiliki mentalitas dan moralitas yang luhur bertanggung jawab baik
secara moral, agama, maupun sosial kemasyarakatan.
Tujuan pendidikan tersebut akan dapat tercapai apabila orang tua memposisikan diri sebagai pendidik sejati, sebab berbagai tingkah laku dan perbuatan orang tua akan menjadi acuan bagi anak-anaknya. Manusia pada fase anak-anak senang meniru sesuatu yang dilihatnya oleh karena itu, orang tua hendaknya memberikan bimbingan dan asuhan serta suri tauladan yang baik pada mereka dalam keluarga agar anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang yang hidup dalam bingkai kebaikan.38
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dalam bahasa Inggris disebut motivation yang berasal dari
kata Latin motivum yakni menunjuk pada alasan mengapa sesuatu itu
bergerak.39 Pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.40
John W. Sanrock berpendapat bahwa motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.41 Menurut Alisuf Sabri
motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang
menuntut/mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.42
37 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. h. 1493 38 Mahmud, op. cit. h. 155 39 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), Cet. 5, h. 329 40 Departemen Pendidikan Nasional., op. cit. h. 930 41 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 2, h. 510 42 Alisuf Sabri., op. cit. h. 129
20
Robert E. Slavin seorang pakar psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.43
Jadi yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan atau stimulus
yang tumbuh pada diri seserang yang menyebabkan seseorang itu
melakukan suatu hal dengan tanpa adanya suatu paksaan dan perilakunya
tersebut bersifat tetap.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.44
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut
Hintzman belajar berarti suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.45
Jadi yang dimaksud dengan belajar adalah suatu upaya untuk
memahami suatu hal yang akan merubah pemahaman akan suatu hal dan
merubah tingkah laku melalui pengalaman yang berlangsung dalam suatu
kegiatan.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan yang dapat
merubah kepandaian, pengetahuan dan pemahamannya menjadi lebih baik
dan lebih luas.
Winkel mengartikan motivasi belajar sebagai keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kepada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai
siswa.46
43 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi ke Sembilan Jilid 2, (Jakarta: Indeks-Penerbit, 2011), Cet. 1, h. 44 Departemen Pendidikan Nasional., loc. cit. h. 23 45 Muhibbin Syah., op. cit. h. 88 46 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 114-115
21
Terdapat 4 (empat) fungsi motivasi dalam belajar yang disebutkan
oleh Cecco, yaitu: (1). Fungsi membangkitkan yakni mengajak siswa
belajar, (2). Fungsi harapan yakni apa yang harus bisa ia lakukan setelah
berakhirnya pengajaran, (3). Fungsi insentif yakni memberikan hadiah pada
prestasi yang akan datang, dan (4). Fungsi disiplin yakni menggunakan
hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkahlaku yang menyimpang.47
2. Macam-Macam Motivasi Menurut Sartain yang dikutip oleh Alisuf Sabri membedakan motiv-
motiv menjadi dua golongan yaitu: 1). Physiological drive (dorongan yang
bersifat fisik/jasmaniah), 2). Social motives (dorongan yang berhubungan
dengan orang/manusia lain).48
Menurut Woodworth dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Sumadi
Suryabrata membedakan motif menjadi tiga macam yaitu: 1). Kebutuhan-
kebutuhan organik (minum-makan-bernafas-seksual-berbuat-beristirahat),
2). Motif-motif darurat (menyelamatkan diri-membalas-berusaha-
memburu), dan 3). Motif-motif objektif (melakukan eksplorasi-manipulasi-
menaruh minat).49
Selain Woodworth menggolongkan dan membedakan motif menjadi
dua macam bersama Marquis. Woodworth juga mengklasifikasikan motif-
motif menjadi dua bagian, sebagaimana telah dikutip oleh Alisuf Sabri
motif-motif itu adalah sebagai berikut:
a. Unlearned motives, yaitu motif bawaan (motif pokok) yang sudah ada sejaka lahir dan ada tanpa harus dipelajari terlebih dahulu. Sering disebut dengan warisan biologis manusia. Seperti, dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak dan istiahat.
b. Learned motives, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari, motif ini sering disebut dengan motif sosial karena motuf ini seringkali terbentuk dalam lingkungan sosial. Seperti, dorongan
47 Ibid., h. 115 48 Alisuf Sabri, op. cit. h. 129 49 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 71
22
untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar suatu kedudukan dalam jabatan/masyarakat.50
Disebutkan oleh Sumardi dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa
terdapat dua macam motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik, dia membedakan antara keduanya yakni motivasi intrinsik
adalah motif atau dorongan yang telah ada pada diri individu itu sendiri
tanpa adanya dorongan dari luar sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif
atau dorongan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar individu.51
John W. Santrock menyebutkan pengertian motivasi intristik dan
ekstrinsik yaitu, motivasi intrisnsik adalah motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri) sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai tujuan).52 Dalam motivasi intrinsik
terkadang siswa bersedia untuk belajar walaupun tidak ada hadiah atau
reaward dan hanya dengan menyukai pelajarannya saja siswa akan
termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh, sedangkan dalam
motivasi ekstrinsik membutuhkan sedikit dorongan atau hadiah untuk
menstimulus kesediaan dalam belajar.
Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya motivasi
digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Motif primer (primary motive) atau motif dasar yaitu motif yang tidak dipelajari dan biasanya disebut dengan istilah dorongan maka motif tersebut terjadi dengan sendirinya.Motif primer dibedakan menjadi 2 (dua): (a). Dorongan fisiologis (physiological drive) yaitu dorongan yang bersumber pada kebutuhan organ tubuh atau keadaan fisik, dan (b). Dorongan umum (morgans general drive) atau motif darurat, termasuk di dalamnya dorongan takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman dan sebagainya.
b. Motif sekunder (secondary motives) menunjukkan motif yang berkembang dalam diri individu karena adanya pengalaman juga dipelajari oleh individu itu sendiri. Motif sekunder antara lain: (a). takut yang dipelajari, (b). motif-motif sosial seperti, ingin diterima, dihargai,
50 Alisuf Sabri, op. cit. h. 130-131 51 Sumardi Suryabrata, op. cit. h. 72-73 52 John W. Santrock, op. cit. h. 514
23
status, merasa aman dan sebagainya, (c). motif-motif objektif atau teguh pendirian, (d). maksud dan aspirasi, (e). Motif berprestasi.53
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dibedakan menjadi
tiga macam, yakni:
(1). Faktor internal (faktor yang timbul atau terjadidari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani (tubuh/fisik) dan rohaniah (psikologi) siswa seperti intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi siswa, (2). Faktor eksternal (faktor yang keluar dari luar siswa), yakni kondisi/keadaan yang terjdi di lingkungan disekitar siswa, dan (3). Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari meteri-materi pelajaran.54
4. Teori-Teori Motivasi Belajar Pada pembahasan psikologi motivasi dijelaskan dalam beberapa
perspektif yaitu perspektif behavioral, perspektif humanistis, perspektif
kognitif, dan perspektif sosial.
a. Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Yang berkaitan dengan
perspektif behavioral yaitu penggunaan insentif. Menurut Emmer dkk.
yang dikutip oleh John W. Santrock, Insentif adalah peristiwa atau
stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid dan
dalan penggunaannya ditekankan agar dapat menambah minat dan
kesenangan pada pelajaran dan megarahkan murid pada perilaku yang
tepat juga menjauhkan pada perilaku yang tidak tepat.55
b. Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka.
Perspektif ini berkaitan erat dengan teori kebutuhan Abraham Maslow
53 Abin Syamsuddin Makmun, op. cit. h. 37-38 54 Muhibbin Syah, op. cit. h. 129 55 John W. Santrock, op. cit. h. 511
24
yang menyebutkan bahwa kebutuhan dasar tententu harus dipuaskan
dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.56
c. Perspektif kognitif menekankan pada pemikiran murid dan motivasi akan
dipandu oleh pemikiran murid itu sendiri. Yang termasuk dalam teori
kognitif adalah gagasan R.W. White yaitu teori motivasi kompetensi.
Maksud dari motivasi kompetensi yaitu ide bahwa orang termotivasi
untuk menghadapi lingukungan mereka secara efektif, menguasai dunia
mereka, dan memproses informasi secara efisien.57
d. Perspektif sosial menekankan pada keberadaan murid disekitar banyak
orang. Teori kebutuhan afiliasi atau keterhubungan termasuk ke dalam
teori ini. Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk
berhubungan dengan orang lain secara aman.58
Sri Esti Wuryani menyebutkan macam-macam teori motivasi yaitu
motivasi dan penguat (reinforcer), hadiah dan penguat (reward dan
reinforcer), cognitive dissonance, teori atribusi (attribution theory),
covingtons theory of self-worth, expectancy theories of motivation, teori
humanistik untuk motivasi, dan motivasi dan kepribadian.
Penjelasan dari macam-macam teori di atas adalah sebagai berikut:
a. Motivasi dan Penguat (Reinforcer)
Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah diperkuat yang lalu barangkali diulang sedangkan tingkahlaku yang tidak diperkuat tidak akan diulang. Skinner dan ahli teori tingkah laku lain berpendapat bahwa motivasi secara sederhana adalah hasil dari reinforcement (penguat), siswa yang telah di-reinforced (diperkuat) untuk belajar akan termotivasi untuk belajar, sedangkan siswa yang tidak diperkuat tidak akan termotivasi untuk belajar.59
b. Hadiah dan Penguat (reward dan Reinforcer)
56 Ibid., h. 511 57 Ibid., h. 513 58 Ibid., h. 513 59 Sri Esti Wuryani Djiwandono, op. cit. h. 330
25
Sebagian besar reinforcer ditentukan oleh pribadi dan situasi, nilai
reinforcer dari reward tidak begitu saja diterima karena semua
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.60
c. Cognitive Dissonance
Teori cognitive dissonace adalah teori yang menerangkan tentang
tingkah laku seseorang dengan memberi alasan untuk menunjukkan
bahwa dirinya positif.61
d. Teori Atribusi (Attribution Theory)
Menurut Rotter konsep dari teori atribusi adalah,
locus of control. Kata locus berarti location. Seseorang dengan internal locus of control adalah seseorang yang percaya bahwa sukses atau gagal adalah atas usahanya sendiri atau atas kemampuannya sendiri. Sedangkan seseorang dengan external locus of control adalah seseorang yang lebih percaya karena ada faktor-faktor lain yang menyebabkan gagal atau sukses.62
e. Covingtons Theory of Self-Worth
Menurut Covington dan Beery teori self-worth atau teori menghargai
diri sendiri adalah salah satu teori motivasi berprestasi. Teori ini
menggabungkan komponen motivasi dengan persepsi yang
menyebabkan sukses dan gagal.63
f. Expectancy Theories of Motivation
Teori ini mengatakan bahwa motivasi manusia untuk mencapai sesuatu tergantung pada hasil perkiraan mereka akan adanya kesempatan untuk sukses (perceived probability of success atau Ps) dan nilai yang mereka tempatkan pada sukses (incentive value of success atau Is). Penjelasan tersebut bedasarkan pada rumus yang dikembangkan oleh Edward dan Atkinson.64
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
60 Ibid., h. 331 61 Ibid., h. 332 62 Ibid., h. 336 63 Ibid., h. 338 64 Ibid., h. 342
26
Motivasi
(M) =
Meramalkan kemungkinan akan
sukses
(Ps)
X
Nilai insentif
untuk sukses
(Is)
g. Teori Humanistik untuk Motivasi
Teori ini menekankan adanya kebebasan, pilihan menentukan dirinya sendiri dan berjuang untuk pertumbuhan pribadi. Teori humanistik ini menggambarkan peranan kebutuhan dan menurut Kolesnik sebagaimana telah dikutip oleh Sri Esti Wuryani bahwa suatu kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kekurangan dalam organisme manusia.65
h. Motivasi dan Kepribadian
Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang
relatif stabil, jika berbicara tentang motivasi sebagai suatu sifat
kepribadian maka tidak berarti motivasi itu stabil. Motivasi atau sifat
kepribadian ini tidak dapat diubah karena motivasi ini cenderung
konstan melalui berbagai situasi dan sulit untuk berubah dalam waktu
yang pendek.66
i. Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland dan Atkinson motivasi yang paling penting untuk
psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang
cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan
yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal.67
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh
orang lain dan topik yang diambil hampir sama dengan yang diteliti oleh
peneliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah sebagai berikut:
65 Ibid., h. 345 66 Ibid., h. 350-351 67 Ibid., h. 354
27
Penelitian yang dilakukan oleh Evi Rahmawati dengan skripsi yang
berjudul Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas VIII-3 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang menyimpulkan bahwa
lingkungan sekolah yang terdapat di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
sudah cukup kondusif dan efektif yang dibuktikan dengan adanya sarana
prasarana serta interaksi antara guru dengan murid terjaga baik, dan
motivasi belajar tumbuh sebagian dari dirinya sendiri dan sebagian lagi dari
luar diri seseorang yaitu guru, orang tua dan lingkungan sekitar.
Penelitian yang dilakukan oleh Anisah Isu dengan skripsi yang
berjudul Pengaruh Lingkungan Keluarga Siswa terhadap Minat Belajar
Siswa (Studi Kasus di MTs Al-Inayah, Bogor) menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga siswa
terhadap minat belajar siswa MTs Al-Inayah Bogor dan pengaruh tersebut
bersifat positif.
D. Kerangka Berfikir Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
tumbuh kembang seorang anak. Peran dan fungsinya sangat perpengaruh
dalam pembentukan karakter anak, mulai dari memenuhi setiap kebutuhan
anak sampai dapat menciptakan hubungan yang baik dengan anggota
keluarga yang lain dan lingkungan sekitar.
Motivasi belajar adalah suatu dorongan agar seorang anak dapat
bersungguh-sungguh dan bersemangan dalam belajar, pada motivasi belajar
ada yang tumbuh dari dalam diri anak itu sendiri dan ada pula yang tumbuh
karena faktor dari luar anak atau dari lingkungan sekitar anak.
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembah
anak, dan motivasi belajar dapat tumbuh karena faktor dari luar anak. Dapat
dikatakan pula bahwa lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh
28
terhadap motivasi belajar siswa karena motivasi belajar siswa dapat tumbuh
karena faktor dari luar diri anak.
Dapat diduga bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa. Jadi, jika keluarga tersebut melakukan
peran dan fungsinya dengan baik dan benar, maka motivasi belajar siswa
akan meningkat. Sedangkan sebaliknya, jika keluarga tersebut tidak
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar maka motivasi
belajar siswa akan menurun.
E. Hipotesis Penelitian Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menggunakan
hipotesis penelitian asosiatif yaitu pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.68 Dan hipotesis
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Pernyataan Hipotesis:
Terdapat hubungan positif lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar
siswa SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center Serua-Depok.
68 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 84
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap dan tempat yang dipilih
oleh peneliti yaitu SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center
bertempat di daerah Serua-Depok, penulis memilih tempat tersebut karena
berada dalam jangkauan penulis agar penelitian dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Data yang diambil dan kesimpulan atas penelitian akan
memiliki bobot yang signifikan.
Waktu penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut:
Waktu dan Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Waktu
1. Studi Pendahuluan ke Sekolah Senin, 11-01-2016
2. Menyerahkan Surat Izin Penelitian Selasa, 12-01-2016
3. Tes kelayakan Angket Selasa, 12-01-2016
4. Penyebaran angket pada siswa Jumat, 22-01-2016
5. Melengkapi dokumentasi dan data
sekolah
Selasa, 23-02-2016
Tabel 3.1
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,
penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antar variabel dan variabel ini biasanya
29
30
diukur dengan instrumen penelitian kemudian data dapat dianalisis
berdasarkan proses statistik.1
Dalam penelitian kuantitatif memilik berbagai macam jenisnya dan
penulis memilih menggunakan metode kuantitatif dengan penelitian survey,
penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesoner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.2
Penulis juga melakukan penelitian dengan studi korelasional karena
penulis menguji hubungan antar variabel, studi korelasional memperlajari
hubungan dua variabel atau lebih dan sejauh mana hubungan variasi antara
variabel satu dengan variabel lainnya.3 Pada penelitian yang dilakukan
penulis dengan menggunakan metode penelitian yang sudah dijelaskan di
atas bertujuan untuk mencari hubungan antara motivasi belajar dengan
lingkungan keluarga siswa.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek dari apa yang akan diteliti atau titik
temu penelitian yang akan menjadi fokus peneliti dalam penelitian. Maka
dalam penelitian ini peneliti menghubungkan antara dua variabel yakni
variabel bebas dan variabel terikat dan disimbolkan dengan X untuk
variabel bebas dan Y untuk variabel terikat.
Variabel dalam penelitian yang dilakukan penulis yaitu lingkungan
keluarga dan motivasi belajar siswa. Lingkungan keluarga sebagai variabel
bebas yang dilambangkan dengan (X) dan motivasi belajar siswa sebagai
variabel terikat yang dilambangkan dengan (Y).
1 Juliansyah Noor, op. cit. h. 38 2 Sofian Effendi & Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2015) h. 3 3 Juliansyah Noor, loc. cit. h. 40
31
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Islam Terpadu
Al-Mamun Education Center Serua-Depok yang berjumlah 75 siswa yang
terbagi dalam 3 kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jumlah Siswa/Siswi SMP Islam Terpadu Al-Mamun Education Center
Serua-Depok
No Kelas L P Jumlah Siswa
1. VII 12 14 26
2. VIII 16 12 28
3. IX 6 15 21
Jumlah 75
Tabel 3.2
2. Sampel
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik Booring
Sampling karena populasi yang diambil hanya berjumlah 75 siswa jadi
sampelnya adalah keseluruhan populasi. Teknik ini dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100.4
Jadi sampel yang akan di ambil yaitu siswa/siswi SMP Islam Terpadu
Al-Mamun Education Center Serua-Depok yang berjumlah 75 siswa dari
populasi sebanyak 75 siswa yang tersebar dalam 3 kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penulis memilih beberapa metode dalam penelitian ini dengan
menyesuaikan kebutuhan penelitian dan metode yang diambil adalah
metode angket, metode observasi danmetode dokumentasi.
4 Ibid.,h. 156
32
1. Metode angket
Metode angket yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan
harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut.5 Metode ini
dilakukan untuk menggali data dan penilaian siswa kepada orang tua atau
keluarganya guna mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa.
Untuk membuat angket perlu adanya indikator-indikator/kisi-kisi dari
variabel yang akan diteliti, dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis
kisi-kisi angket dari variebel yang diteliti yaitu sebagai berikut:
KISI-KISI ANGKET
No Variabel Sub
Variabel Indokator
No.
Item
1. Lingkungan
Keluarga
Peran
Keluarga
Pembinaan Hubungan
dalam Keluarga
Pemeliharaan dan
kesehatan anak
Sosialisasi anak dengan
lingkungan sekitar
Hubungan antara
keluarga dan
masyarakat
1,2,3,4,
5,6,7,8,
9,10,11
,12,13
Fungsi
Keluarga
Kasih sayang
Kebutuhan ekonomi
Keluarga adalah sebuah
lembaga pendidikan
14,15,1
6,17,18
,19
2. Motivasi
Belajar
Motivasi
Intrinsik
Senang terhadap setiap
materi pelajaran yang
20,21,
22,23,
5 Ibid., h. 139
33
diajarkan
Membutuhkan setiap
materi pelajaran
24,25,2
6
Motivasi
Ekstrinsik
Ajakan teman Suruhan Orang tua Paksaan guru
27,28,2
9,30,31
,32
Tabel 3.3
2. Metode Dokumentasi
Untuk mengetahui sistem pembelajaran dan struktur kepengurusan
yang terdapat di sekolah tersebut.
F. Teknik Pengolahan data Setelah melakukan penelitian dan setelah data diperolah maka
selanjutnya penulis harus mengolah data yang sudah didapatkan tersebut
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa angket yang sudah dikumpulkan dan apakah
dalam pengisiannya sudah lengkap atau belum.
2. Skoring, yaitu memberikan nilai terhadap jawaban pada angket yang
sudah terkumpul, untuk mengetahui nilai semua pertanyaan pada
angket maka akan ditabulasikan nilai setiap pertanyaannya. Caranya
dengan merubah jawaban yang berupa huruf dengan menggunakan
angka yaitu menggunakan skala likert yakni sebagai berikut.
Skala Penilaian Instrumen
No Pilihan Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)
1. A (selalu) 4 1
2. B (sering) 3 2
34
3. C (kadang-kadang) 2 3
4. D (tidak pernah) 1 4
Tabel 3.4
3. Tabulating, yaitu memindahkan jawaban dari angket yangsudah di
skor lalu dikelompokan pada tabel frekuensi.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini uji intrumen yang dilakukan adalah uji validitas
dan uji realibilitas agar instrumen penelitian/kuesioner/angket dapat
digunakan sebagai alat ukur atau alat pengumpulan informasi.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah intrumen tersebut
sudah dapat dipakai sebagai alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya
dikukur. Dalam hal ini digunakan teknik korelasi product moment dengan
cara menghitung skor tiap item dengan skor total. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
35
Y2 =Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya subjek6
Jika koefisien korelasi r yang diperoleh daripada koefisien di tabel
nilai-nilai kritis r Tabel yaitu pada taraf signifikansi 5% atau 1%, instrumen
tes yang diujicobakan tersebut dapat dinyatakan valid.7
2. uji Realiabilitas
Uji realibilitas bertujuan untuk menunjukkan konsistensi suatu
intrumen atau alat ukur penelitian dalam pengujian suatu penelitian. Dalam
uji realibilas ini penulis menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai
berikut:
= 1
(1 2
2)
Keterangan:
r : Koefisien realibilas yang dicari
k : jumlah butir pertanyaan (soal)
: 2 : varians butir-butir pertanyaan (soal)
2 : varians skor tes.8
Untuk mengetahui varians butir pertanyaan yang terdapat pada rumus
di atas maka digunakan rumus varians yaitu sebagai berikut:
2 =2 ()
2
6 Ibid., h. 169 7 Burhan Nurgiantoro, Gunawan, dkk., Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), Cet. 5, h. 341 8 Ibid., h. 352
36
Keterangan:
2 : varians butir pertanyaan ke-n (misalnya ke-1, ke-2, dan
seterusnya
2 : jumlah skor jawaban untuk tiap butir pertanyaan ke-n.9
Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh
pertanyaan, jika nilai alpha > 0.60 maka dpertanyaan tersebut reliabel.10
H. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.11 Dalam uji
normalitas terdapat beberapa rumus yang bisa digunakan dan penulis
memilih rumus yang telah diuji keterandalanannya untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak yaitu uji Kolmogorof-Smirnov.
Untuk menyelesaikan pengukuran suatu variabel bebas dalam uji
Kolmogorof-Smirnov diperlukan beberapa perhitungan dasar yaitu rata-rata
skor dan standar deviasi.12 Mencari rata-rata skor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus AVERAGE yang terdapat dalam SoftWere Microsoft
Exel dan untuk mencari standar deviasi menggunakan rumus:
s =2 ()2
(1)
Keterangan :
s : indeks Standar Deviasi (simpangan baku) yang dicari
9 Ibid., h. 352 10 Juliansyah Noor, op. cit. h. 165 11 Ibid., h. 174 12 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), Cet. 7, h. 272
37
n : Jumlah subjek
: jumlah skor.13
Setelah mendapatkan skor rata-rata dan standar deviasi selanjutnya
data disusun berurutan dari yang terkecil diikuti dengan frekuensi masing-
masing, frekuensi komulatif (F), dan nilai Z dari masing-masing skor.14
Frekuensi komulatif dapat dicari dengan cara: jumlah frekuensi kelas
di bawahnya ditambah jumlah frekuensi kelas bersangkutan.15 Sedangkan
nilai Z dari masing-masing skor dapat dihitung dengan rumus:
Z = ()
Keterangan:
Z : skor Z
X : skor individu
: rata-rata skor
: simpangan baku (standar deviasi).16
Probabilitas di bawah nilai Z (P Z) dapat dicari pada tabel Z.
Besaran a2 diperoleh dengan mencari selisih masing-masing baris F/n
dengan P Z, sedangkan besaran a1 diperoleh dengan mencari selisih
masing-masing baris f/n dengan a2.17
Selanjutnya angka tertinggi dari a1 dibandingkan dengan tabel
Kolmogorov-Smirnov, jika a1 lebih kecil daripada angka tebel D maka H0
13 Burhan Nurgiantoro, op. cit. h. 77 14 Agus Irianto, op. cit. h. 273 15 Burhan Nurgiantoro, op. cit. h. 37 16 Agus Irianto, loc. cit. h. 52 17 Ibid., h. 273
38
diterima sedangkan apabila a1 lebih besar dari angka tabel D maka H0
ditolak.
Terima H0 jika a1 maksimum Dtabel
Tolak H0 jika a1 maksimum > Dtabel
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians (variance) dilakukan untuk membandingkan
dua kelompok atau lebih agar perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh
perbedaan data dasar (ketidakhomogenan kelompok yang dibandingkan).18
Pada uji homogenitas penulis menggunakan uji Bartlett, beberapa
perhitungan yang diperlukan diantaranya varians masing-masing kelompok,
variansi gabungan, nilai peubah b yang merupakan sebaran Bartlett.
Rumus Variansi gabungan:
2 = (1)2
Ketengan :
n : jumlah sampel masing-masing kelompok
N : jumlah sampel seluruhnya
k : jumlah kelompok
Sd : standar deviasi
Rumus b sebaran Bartlett:
b = {(2 )1}1/()
2
Keterangan :
b : sebaran Bartlett
18 Ibid., h. 275
39
2 : variansi gabungan Sd : standar deviasi
n : jumlah sampel masing-masing kelompok
N : jumlah sampel seluruhnya.
Untuk jumlah sampel (n) masing-masing kelompok sama, maka tolak H0 apabila bhitung < b(a;n), dan jika ukuran sampel tiap kelompok berbeda maka tolak H0 apabila bhitung < bk(a;n1,n2, ,nk)19
I. Teknik Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tehnik persentase
Tehnik ini dilakukan dengan cara memberikan persen pada jawaban
dari pertanyaan yang sudah diajukan. Gunanya untuk mengetahui seberapa
besar angka persentase jawaban responden dan apakah pendapat semua
responden menghasilkan persentase sangat baik, baik, cukup, kurang baik
atau tidak baik. Rumus dari tehnik ini adalah sebagai berikut:
:
100%
Keterangan:
P : angka persentase
f : frekuensi jumlah responden
N : jumlah data responden
Angka Persentase
19 Ibid., h. 279-280
40
No Angka Persentase
1. 81% - 100% Sangat Baik
2. 61% - 80% Baik
3. 41% - 60% Cukup
4. 21% - 49% Kurang Baik
5. 0% - 20% Tidak Baik
Tabel 3.5
2. Tehnik Product Moment Correlation
Dalam menguji hubungan lingkungan keluarga terhada motivasi
belajar maka dilakukan perhitungan dengan rumus product moment
correlation yaitu sebagai berikut:
= ()()
[2 ()2][2 ()2]
Keterangan:
: Angka indeks korelasi r product moment
N : Jumlah responden
: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
: Jumlah skor x
: Jumlah skor y
2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi manggunakan uji
signifikan korelasi (uji t) dengan rumus thitung = 2
12. Dan setelah itu
41
terlebih dahulu ditentukan besarnya derajat kebebasan (db), yaitu dengan
rumus:
db = N-1
db : derajat kebebasan
N : jumlah subjek (responden).20
Setelah mendapatkan hasil maka hasilnya dicocokan dengan tabel
nilai koefisien korelasi t pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf
signifikan 1% kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif
yang signifikan atau tidak dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Kriteria uji t yaitu jika thitung lebih kecil dari ttabel maka H0 diterima dan H1
dotolak sedangkan jika thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
thitung ttabel = H0 diterima dan H1 dotolak
thitung > ttabel = H0 ditolak dan H1 diterima
untuk mengetahui besarnya nilai persentase hubungan variabel X dan
variabel Y menggunakan rumus Koefisien Determinasi yaitu: KD = 2x
100%
J. Hipotesis Statistik Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho = 0 : tidak terdapat hubungan positif lingkungan keluarga
terhadap motivasi belajar siswa
H1 = > 0 : terdapat hubungan positif lingkungan keluarga terhadap
motivasi belajar siswa
20 Burhan Nurgiantoro, op. cit. h. 136
42
Dengan melihat hipotesis di atas maka penulis akan menyimpulkan
bahwa dalam penelitian diharapkan terdapat hubungan positif lingkungan
keluarga terhadap motivasi belajar siswa jadi penulis mengambil
kesimpulan pada hipotesis alternatif yaitu H1 = > 0.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Data Variabel X (Lingkungan Keluarga)
Tabel 4.1
No Resp X No Resp X No Resp X 1 56 26 70 51 70 2 59 27 61 52 67 3 41 28 62 53 71 4 63 29 71 54 66 5 73 30 61 55 70 6 52 31 58 56 62 7 43 32 62 57 61 8 57 33 68 58 53 9 48 34 74 59 64
10 45 35 58 60 66 11 50 36 63 61 63 12 51 37 74 62 61 13 52 38 68 63 58 14 52 39 70 64 61 15 56 40 66 65 71 16 57 41 55 66 67 17 51 42 69 67 59 18 72 43 59 68 55 19 42 44 70 69 68 20 59 45 68 70 75 21 58 46 63 71 64 22 62 47 61 72 63 23 59 48 63 73 62 24 61 49 70 74 57 25 59 50 64 75 57
43
44
2. Data Variabel Y (Motivasi Belajar)
No Resp Y No Resp Y No Resp Y 1 39 26 40 51 31 2 35 27 39 52 40 3 26 28 33 53 35 4 44 29 38 54 39 5 51 30 42 55 45 6 31 31 37 56 32 7 26 32 35 57 34 8 37 33 44 58 34 9 31 34 43 59 35
10 32 35 41 60 36 11 32 36 38 61 39 12 34 37 50 62 43 13 33 38 25 63 44 14 34 39 38 64 31 15 34 40 31 65 36 16 36 41 40 66 40 17 32 42 44 67 35 18 50 43 41 68 31 19 26 44 47 69 41 20 39 45 40 70 37 21 40 46 42 71 38 22 37 47 46 72 32 23 42 48 36 73 42 24 37 49 41 74 36 25 47 50 44 75 36
Tabel 4.2
3. Data Distribusi Frekuensi Variabel X dan Variabel Y
Resp X Y X2 Y2 XY
1 56 39 3136 1521 2184
2 59 35 3481 1225 2065
3 41 26 1681 676 1066
4 63 44 3969 1936 2772
45
5 73 51 5329 2601 3723
6 52 31 2704 961 1612
7 43 26 1849 676 1118
8 57 37 3249 1369 2109
9 48 31 2304 961 1488
10 45 32 2025 1024 1440
11 50 32 2500 1024 1600
12 51 34 2601 1156 1734
13 52 33 2704 1089 1716
14 52 34 2704 1156 1768
15 56 34 3136 1156 1904
16 57 36 3249 1296 2052
17 51 32 2601 1024 1632
18 72 50 5184 2500 3600
19 42 26 1764 676 1092
20 59 39 3481 1521 2301
21 58 40 3364 1600 2320
22 62 37 3844 1369 2294
23 59 42 3481 1764 2478
24 61 37 3721 1369 2257
25 59 47 3481 2209 2773
26 70 40 4900 1600 2800
27 61 39 3721 1521 2379
28 62 33 3844 1089 2046
29 71 38 5041 1444 2698
30 61 42 3721 1764 2562
31 58 37 3364 1369 2146
32 62 35 3844 1225 2170
33 68 44 4624 1936 2992
34 74 43 5476 1849 3182
46
35 58 41 3364 1681 2378
3 63 38 3969 1444 2394
37 74 50 5476 2500 3700
38 68 25 4624 625 1700
39 70 38 4900 1444 2660
40 66 31 4356 961 2046
41 55 40 3025 1600 2200
42 69 44 4761 1936 3036
43 59 41 3481 1681 2419
44 70 47 4900 2209 3290
45 68 40 4624 1600 2720
46 63 42 3969 1764 2646
47 61 46 3721 2116 2806
48 63 36 3969 1296 2268
49 70 41 4900 1681 2870
50 64 44 4096 1936 2816
51 70 31 4900 961 2170
52 67 40 4489 1600 2680
53 71 35 5041 1225 2485
54 66 39 4356 1521 2574
55 70 45 4900 2025 3150
56 62 32 3844 1024 1984
57 61 34 3721 1156 2074
58 53 34 2809 1156 1802
59 64 35 4096 1225 2240
60 66 36 4356 1296 2376
61 63 39 3969 1521 2457
62 61 43 3721 1849 2623
63 58 44 3364 1936 2552
64 61 31 3721 961 1891
47
65 71 36 5041 1296 2556
66 67 40 4489 1600 2680
67 59 35 3481 1225 2065
68 55 31 3025 961 1705
69 68 41 4624 1681 2788
70 75 37 5625 1369 2775
71 64 38 4096 1444 2432
72 63 32 3969 1024 2016
73 62 42 3844 1764 2604
74 57 36 3249 1296 2052
75 57 36 3249 1296 2052
Jumlah 4597 2822 286191 108542 1