hubungan obesitas terhadap pengendalian …
TRANSCRIPT
Skripsi S1
HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN TEKANAN
DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK ILMU PENYAKIT
DALAM RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
Mellisya Ramadhanya, Pringgodigdo Nugrohob aProgram Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
bDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto
Mangunkusumo
ABSTRAK
Hipertensi menduduki tempat kedua sebagai penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan kerusakan multi organ hingga kematian. Hipertensi yang terkendali diharapkan dapat menunda komplikasi. Saat ini, hampir seperlima penduduk Indonesia obes. Obesitas berkaitan dengan kemunculan hipertensi namun belum diketahui hubungannya terhadap pengendalian hipertensi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hubungan obesitas terhadap kendali tekanan darah pasien hipertensi agar dapat membantu dalam penatalaksanaan hipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional mempergunakan data rekam medik pasien hipertensi poliklinik IPD RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sejumlah 117 data terkumpul. Didapatkan prevalensi hipertensi tidak terkendali sebanyak 41% , dengan rasio terbanyak pada subjek laki-laki. Prevalensi obesitas sebesar 50,4%, dengan rasio terbanyak pada subjek perempuan. Pada kelompok obesitas didapatkan proporsi hipertensi terkendali 64,4%, dan hipertensi tidak terkendali 35,6%. Sedangkan pada kelompok tidak obes didapatkan proporsi hipertensi terkendali 53,4%, dan hipertensi tidak terkendali 46,6 % dengan nilai p = 0,228 (p>0,05), RP 0,765 dengan IK 95% 0,492 – 1,188. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kami tidak menemukan hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi tidak terkendali. Kata kunci: obesitas, pengendalian hipertensi
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
ABSTRACT
Hypertension is the second most prevalent non-communicable disease in Indonesia capable of causing multi organ damages even death. The essential target in hypertension management is to achieve controlled blood pressure in order to delay its complications. Nowadays, approximately one in five Indonesian has become obese. Obesity itself is highly associated with hypertension occurrence. Yet, there is no distinct evidence that show its association to hypertension control. Thus, this research is aimed to find the association between obesity in hypertensive patients to the blood pressure control. Method used in this study is cross-sectional. As much as 117 secondary datas were collected from patients’ medical records in Internal Medicine clinic diagnosed with hypertension. The prevalence of uncontrolled hypertension is 41% , dominated by male subjects. The prevalence of obesity among subjects is 50.4%, with higher proportion in females. Within the obese group, the proportion of controlled hypertension reaches 64.4%, while proportion for uncontrolled is 35.6%. Meanwhile, in the non-obese group, the proportion of controlled hypertension is 53.4%, whereas uncontrolled is 46,6%. The p-value result is 0.228 (p >0.05) with PR 0.765 with 95% CI 0.492 – 1.188. Therefore, it can be concluded that in this study we did not find significant association between obesity with uncontrolled hypertension. Keywords: Hypertension control, obesity
PENDAHULUAN
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi pada
penduduk dewasa Indonesia mencapai 31,7%. Kalimantan Selatan adalah provinsi dengan
prevalensi hipertensi tertinggi (39,6%), sementara Papua Barat adalah yang terendah (20,1%).
Tingginya prevalensi nasional ini menempatkan hipertensi sebagai penyakit tidak menular kedua
terbanyak setelah strok.1
Hipertensi bukanlah penyakit yang dapat sembuh sempurna, namun dapat dikendalikan.
Hipertensi yang tidak terkendali akan berdampak pada percepatan kerusakan organ target. Oleh
karenanya, pengendalian tekanan darah ini menjadi target penting pada tatalaksana hipertensi.2
Sebuah studi di Vietnam yang melibatkan 9.832 responden menemukan bahwa dua pertiga
pasien dalam pengobatan hipertensi tidak mencapai target tekanan darah yang diharapkan.3
Namun sayangnya, survei nasional belum mengakomodasi data mengenai pengendalian
hipertensi di Indonesia. Padahal data tersebut bermanfaat untuk evaluasi strategi pengobatan.
Obesitas merupakan faktor risiko hipertensi. Ketika kondisi hipertensi dibarengi dengan
obesitas, keduanya akan semakin memperbesar risiko morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
kardiovaskular. Sehingga The Seventh Report of The Joint National Committee in Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengeluarkan
rekomendasi untuk menurunkan berat badan.4
Survei oleh National Center of Health Statistics (NCHS) di Amerika Serikat pada tahun
2008 menunjukan bahwa sepertiga total penduduknya mengalami obesitas.5 Dengan proporsi
obesitas pada kelompok hipertensi tidak terkendali cukup besar, mencapai 41,5%.6 Indonesia
yang kini mulai mengadopsi gaya hidup barat pun sudah menunjukan kecendrungan ke arah
serupa. Laporan Riskesdas 2007 menemukan bahwa prevalensi obesitas nasional mencapai
19,1%.1 Yang berarti satu diantara lima penduduk Indonesia mengalami obesitas.
Oleh World Health Organization (WHO), obesitas dikaitkan sebagai risiko sedang
terhadap kemunculan hipertensi bersamaan dengan sekelompok penyakit lain. Konsensus JNC
VII mengemukakan penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah arterial.
Pengontrolan tekanan darah ini bermanfaat dalam mengurangi hingga mencegah kemunculan
komplikasi kardiovaskular. Yang turut pula berdampak pada peningkatan kualitas hidup serta
biaya kesehatan pasien.
Atas dasar diatas, apabila ditemukan asosiasi yang signifikan antara obesitas terhadap
kendali tekanan darah pasien hipertensi, maka tatalaksana keduanya akan menjadi perhatian.
Praktisi kesehatan harus mewaspadai dan memaksimalkan terapinya pada pasien hipertensi yang
obesitas. Namun, publikasi penelitian yang berkaitan dengan kedua variabel tersebut masih sulit
ditemukan di Indonesia.
TINJAUAN TEORITIS
Dalam laporan Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa
adalah 31,7%. Menurut JNC VII hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Konsensus National Cholesterol
Education Program (NCEP) merekomendasikan batas tekanan darah terkendali ≥ 130/80 mmHg
untuk pasien DM dengan proteinuria.2,4,7 Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat
dikelompokan menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial
merupakan hipertensi tanpa penyebab jelas, umumnya berkaitan dengan interaksi beberapa
faktor risiko, dan prevalensinya yang paling besar.7,8,9
Faktor risiko pada hipertensi dibagi kedalam dua kelompok, yaitu faktor yang dapat
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas, konsumsi lemak, konsumsi
natrium, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein, serta stress termasuk ke dalam faktor
risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Sementara usia, jenis kelamin, faktor genetik, dan etnis
merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.8
Pentingnya penekanan pada pengendalian tekanan darah ini adalah untuk mengurangi
risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.7-11 Untuk mencapai target tersebut,
dibutuhkan kerjasama yang baik antar dokter dan pasien. Menurut Lindholm et.al, faktor yang
menyebabkan buruknya pengendalian tekanan darah dapat datang dari dokter (tenaga kesehatan),
kepatuhan pasien terhadap terapi, serta faktor farmakoterapi. 12
Prinsip utama tatalaksana pada hipertensi adalah melalui pendekatan non-farmakologis
melalui modifikasi gaya hidup serta terapi farmakologis menggunakan obat-obat antihipertensi.11
Obesitas sebagai faktor risiko kemunculan hipertensi merupakan salah satu sasaran dari
modifikasi gaya hidup. Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi obesitas secara umum pada
penduduk usia 15 tahun keatas secara nasional adalah 19,1% (8,8% berat badan lebih dan 10,3%
obes). Diketahui pula bahwa prevalensi ini semakin tinggi pada area perkotaan dibanding
pedesaan serta pada penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan tinggi dan penduduk
berpendidikan tinggi.1,13
Obesitas adalah peningkatan kadar lemak tubuh, baik di seluruh tubuh maupun
terlokalisasi. Istilah obesitas secara umum merujuk pada kelebihan berat badan, yaitu apabila
ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak. Indeks
massa tubuh menjadi indikator obesitas. Nilai potong ini berbeda antar ras, oleh karena
perbedaan anatomis. Batasan indeks massa tubuh (IMT) berat badan lebih untuk Asia adalah
23,0 – 24,9 kg/m2, dan obes ≥ 25 kg/m2. 13-16
Dikenal pula istilah obesitas sentral atau abdominal, yang merujuk pada kelebihan lemak
viseral pada area abdomen. Penentuannya berdasarkan lingkar perut. Terdapat perbedaan tolak
ukur penilaian pada jenis kelamin dan ras yang berbeda. Oleh karena perbedaan distribusi lemak
dan risikonya terhadap penyakit terutama kardiovaskular dan metabolik seperti diabetes melitus.
Nilai potong untuk ras Asia sebagai indikator obesitas sentral adalah lingkar perut diatas 90 cm
untuk laki-laki dan diatas 80 cm untuk perempuan.14-16
Mekanisme yang terlibat pada hipertensi terkait obesitas sangat kompleks. Teori yang ada
saat ini menduga adanya keterlibatan multi sistem seperti renin-angiotensin-aldosteron (RAAS),
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
peningkatan aktivitas simpatis, resitensi insulin, peningkatan reabsorpsi Na+, gangguan
natriuresis, ekspansi volume. Selain itu, obesitas menyebabkan perubahan strukturan pada ginjal,
yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik dan mengganggu regulasi tekanan darah.17-20
Diketahui pula kaitan erat obesitas dengan peningkatan risiko kematian dari penyebab
apapun. Baik laki-laki maupun perempuan dengan berat badan lebih dari 40% berat badan ideal,
risiko mortalitas meningkat sebesar 1,9 kali lipat. Morbiditas yang diakibatkan obesitas pun tak
kalah banyaknya seperti kemunculan hipertensi, DM tipe II, dislipidemia, sindrom metabolik,
penyakit kandung kemih, sleep apnoea, penyakit jantung koroner, osteoartritis, hingga
keganasan.19-20
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dipergunakan dalam studi ini adalah cross sectional analitik. Data
diambil dari rekam medis pasien rawat jalan di poliklinik Ilmu Penyakit Dalam (IPD) divisi
Ginjal-Hipertensi RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2013. Proses
pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei 2013. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan
data dan penyusunan laporan. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama satu
setengah bulan.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di pelayanan
kesehatan di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
rekam medis seluruh pasien hipertensi di poliklinik IPD divisi Ginjal-Hipertensi RSCM.
Adapun sampel pada penelitian ini adalah rekam medis dari subjek penelitian populasi
terjangkau yang didapatkan pada saat pengambilan data, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengambilan sampel diawali dengan penghitungan besar sampel penelitian. Besar sampel
penelitian didapat melalui rumus peghitungan besar proporsi sebesar 89 sampel.3,21 Pemilihan
subjek diambil secara consecutive sampling. Semua data yang memenuhi kriteria inklusi dicatat
untuk kemudian dianalisa. Sementara sampel dengan missing data dikeluarkan dari analisa.
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pasien poliklinik Ilmu
Penyakit Dalam divisi Ginjal Hipertensi RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, (2) rekam medis
pasien hipertensi yang sedang menjalani pengobatan sekurang-kurangnya dua bulan terakhir.
Sementara kriteria eksklusi adalah apabila data yang menyangkut variabel penelitian tidak
lengkap.
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
Subjek yang diteliti adalah data rekam medis pasien hipertensi rawat jalan poliklinik IPD
divisi Ginjal-Hipertensi yang didapatkan pada waktu pengambilan data, memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, dengan jumlah minimal sesuai dengan penghitungan besar sampel diatas.
Data yang didapatkan selama pengumpulan sampel diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007 untuk dilakukan pengelompokan kategori pengendalian tekanan darah dan
obesitas secara manual. Selanjutnya data diolah menggunakan program SPSS 16.0. Data berupa
persebaran sosiodemografik pasien (usia, jenis kelamin, serta pendidikan), besar proporsi
hipertensi tidak terkendali dan obesitas akan diolah menggunakan pendekatan deskriptif. Data
disajikan dalam bentuk persentase, mean, median, simpang baku, serta nilai minimal dan
maksimal. Skala kategorik digunakan untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap
pengendalian tekanan darah pasien hipertensi, dalam bentuk bentuk tabel 2x2. Untuk analisis
proporsi variabel ini dilakukan uji chi-square.
Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 0,05 dan interval kepercayaan 95%. Variabel
bebas dikatakan memiliki hubungan bermakna dengan variabel terikat jika p bernilai < 0,05.
Sedangkan jika nilai p > 0,05, maka secara statistik variabel bebas tersebut tidak memiliki
hubungan bermakna dengan variabel terikat. Kemudian dilakukan analisa rasio prevalens dengan
interpretasi berikut :
1) Bila rasio prevalens = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada
pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia bersifat netral.
2) Bila rasio prevalens >1, serta rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.
3) Bila rasio prevalens <1, serta rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
maka faktor yang diteliliti merupakan faktor protektif.
4) Bila interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka pada populasi yang
diwakili oleh sampel mungkin memiliki nilai rasio prevalens = 1, sehingga belum dapat
disimpulkan bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor risiko atau faktor protektif. 21
Definisi operasional dari dari hipertensi terkendali adalah sistolik <140 mmHg dan/atau
diastolik < 90 mmHg. Sedangkan pada pasien diabetes mellitus dengan data proteinuria atau
albuminuria pada rekam medis sistolik <130 mmHg dan/atau diastolik <80 mmHg. Sedangkan
hipertensi tidak terkendali didefinisikan sebagai kelompok subjek penelitian yang memiliki
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
tekanan darah sistolik dan diastolik diatas kategori hipertensi terkendali diatas. Tekanan darah
diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing
kunjungan. Adapun obesitas, perhitungannya didapatkan melalui indeks massa tubuh (IMT),
didapat melalui pembagian berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter). Obes didefinisikan sebagai IMT ≥ 25 kg/m2.4,6,15
HASIL PENELITIAN
Data didapatkan dari rekam medis poliklinik IPD RSCM. Pemilihan subjek penelitian
melalui consecuive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Terkumpul sebanyak 198 sampel,
namun terdapat 81 sampel dengan data tidak lengkap sehingga dieksklusi. Jumlah total data yang
dianalisa adalah sebanyak 117 sampel. Tampak pada tabel 1 dibawah, penelitian menjaring
subjek penelitian berusia 20 hinga 86 tahun, dengan rerata usia 62,5 tahun. Proporsi subjek pada
kelompok usia 20-39 tahun paling sedikit, sekitar 1,7%. Meningkat pada kelompok usia 40-59
tahun, sebesar 36,8%. Puncaknya pada kelompok usia 60-79 tahun, sebesar 55,6%. Sementara
pada kelompok usia 80 tahun ke atas hanya sejumlah 6%.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Hipertensi tidak
terkendali Hipertensi terkendali
n (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 23 (41,8%) 32 (58,2%) 55 (47%)
Perempuan 25 (40,3%) 37 (59,7%) 62 (53%)
Usia
20-39 tahun 0 (0%) 2 (100%) 2 (1,7%)
40-59 tahun 17 (39,5%) 26 (60,5%) 43 (36,8%)
60-79 tahun 27 (41,5%) 38 (58,5%) 65 (55,6%)
≥ 80 tahun 4 (57,1%) 3 (42,9%) 7 (6,0%)
Obesitas
Obes 21 (35,6%) 38 (64,4%) 59 (50,4%)
Tidak obes 27 (46,6%) 31 (53.4%) 58 (49,6%)
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
Kemudian dilakukan pula penghitungan numerik dari tekanan darah sistolik dan diastolik
serta IMT dari subjek dengan hipertensi terkendali dan tidak terkendali. Rerata tekanan darah
pada kelompok hipertensi tidak terkendali adalah 156,88/83,90 mmHg, dengan rerata IMT 24,82
kg/m2.
Tabel 2. Rerata Numerik Tekanan Darah dan IMT Rerata Minimum Maximum
Hipertensi Terkendali
Sistolik 119,51 mmHg 97 mmHg 138 mmHg
Diastolik 70,28 mmHg 43 mmHg 85 mmHg
IMT 25,35 kg/m2 16,0 kg/m2 35,75 kg/m2
Hipertensi Tidak Terkendali
Sistolik 156,88 mmHg 125 mmHg 190 mmHg
Diastolik 83,90 mmHg 60 mmHg 100 mmHg
IMT 24,82 kg/m2 17,90 kg/m2 35,46 kg/m2
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Pearson Chi-Square yang menganalisa
hubungan obesitas terhadap pengendalian hipertensi. Syarat uji hipotesis berupa nilai expected
count > 5 untuk tiap sel terpenuhi. Hasil uji hipotesis menunjukan p = 0,228 (p > 0,05). Pada
penghitungan rasio prevalens (RP) didapatkan RP = 0,765 dengan interval kepercayaan 95% dari
0,492 sampai 1,188.
Tabel 3. Hubungan Obesitas Terhadap Pengendalian Hipertensi
Hipertensi P RP (IK 95%: min-max)
Tidak terkendali terkendali
N % n %
Obesitas
0,228 0,765 (0,492 – 1,188) Obes 21 35,6 % 38 64,4 %
Tidak Obes 27 46,6 % 31 53,4 %
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
PEMBAHASAN
Hipertensi tidak terkendali didefinisikan JNC VII sebagai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg,
dan ≥ 130/80 mmHg pada pasien DM.4 Sementara NCEP, merekomendasikan batas tekanan
darah ≥ 130/80 mmHg untuk pasien DM dengan proteinuria. Pada penelitian ini, yang
mengadopsi kriteria NCEP, menemukan proporsi pasien hipertensi tidak terkendali pada
penelitian ini mencapai 41% dan hipertensi terkendali sebesar 69%.
Pada penelitian NHNES tahun 1988-1994 dan 2005-2008 yang melibatkan 13.375
subjek, ditemukan bahwa laki-laki sedikit lebih banyak mengalami hipertensi tidak terkendali
dibandingkan perempuan (51,8% dan 50,6%).6 Pada penelitian ini, prevalensi hipertensi tidak
terkendali maupun terkendali lebih besar pada kelompok perempuan. Hal tersebut nampaknya
tidak bermakna, mengingat jumlah subjek penelitian yang terbatas, serta perbandingan subjek
perempuan yang lebih banyak.
Persebaran usia sampel pada penelitian ini menunjukan gambaran kelompok usia yang
cenderung mengalami hipertensi adalah usia lanjut. Temuan ini sesuai dengan laporan Riskesdas
2007. 1 Sedikitnya sampel yang berusia diatas 80 tahun mungkin disebabkan oleh angka harapan
hidup Indonesia yang berkisar 69,1 tahun, sehingga prevalensi hipertensi pada kelompok usia
tersebut menjadi lebih kecil.
Organisasi WHO menentukan definisi obesitas pada etnis adalah IMT ≥ 25 kg/m2.15
Proporsi obesitas pada subjek penelitian mencapai 50,4 %, cukup berimbang dengan proporsi
sampel yang tidak obes sebesar 49,6%. Dari 59 subjek obes, sebesar 35,6% diantaranya memiliki
hipertensi yang tidak terkendali. Dalam kelompok hipertensi tidak terkendali, ditemukan 43,8%
subjek yang obes. Sebesar 62,7% subjek obes adalah perempuan. Sedangkan pada subjek
kelompok tidak obes, proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan, mencapai 56,9%.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki kecenderungan untuk mengalami
obesitas. Temuan ini bersesuaian dengan data Riskesdas 2007 yang menyatakan prevalensi
obesitas terbanyak ada pada perempuan.1,13
Tabel 2. diatas menyajikan rerata numerik, nilai minimun, dan maksimum tekanan darah
serta IMT dari masing-masing kelompok. Di sini tampak bahwa selisih rerata tekanan sistolik
dari kelompok hipertensi terkendali dan tidak terkendali masih terlampau besar. Pada kelompok
hipertensi tidak terkendali, ditemukan tekanan sistolik tertinggi pada kelompok mencapai 190
mmHg. Sedangkan perbedaan rerata tekanan diastolik diantara keduanya tidak terlalu jauh,
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
walaupun nilai diastolik tertinggi pada kelompok hipertensi tidak terkendali ada yang mencapai
100 mmHg. Adapun untuk rerata IMT kedua kelompok, tidak ditemukan perbedaan yang nyata.
Selisih diantara keduanya sangat kecil. Kedua kelompok terlihat memiliki subjek dengan IMT
tertinggi mencapai 35 kg/m2.
Pada tabel 3, analisis lanjut mengenai kaitan obesitas terhadap pengendalian tekanan
darah menunjukan bahwa dari 59 subjek obes, 64,4% diantaranya memiliki hipertensi terkendali.
Hanya 35,6% yang belum berhasil mencapai target tekanan darah ideal. Sedangkan pada
kelompok subjek tidak obes, sebesar 53,4% memiliki tekanan darah yang terkendali. Dalam
kelompk hipertensi tidak terkendali, total subjek yang mengalami obesitas adalah sebesar 43,8%.
Tampak bahwa prevalensi obesitas pada hipertensi tidak terkendali lebih rendah dari kelompok
yang terkendali. Dengan kata lain, subjek obes cenderung memiliki tekanan darah yang
terkendali.
Pada hasil uji hipotesis, nilai p yang didapatkan dengan hasil uji chi-square antara kedua
variabel tersebut adalah 0,228. Nilai ini lebih besar dari nilai p 0,05 yang ditetapkan peneliti
sebagai power dalam studi ini. Secara statistik, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi tidak terkendali.
Nilai rasio prevalens yang didapatkan pada penelitian ini adalah 0,765. Rasio ini
merupakan perbandingan prevalensi kejadian hipertensi tidak terkendali pada subjek dari
kelompok obes dengan prevalensi hipertensi tidak terkendali pada kelompok tidak obes. Rentang
interval kepercayaan dengan CI 95% yang didapatkan mulai dari 0,492 sampai 1,188. Rentang
interval kepercayaan dari rasio prevalens mencakup angka 1, yang berarti bahwa obesitas adalah
faktor netral dari hipertensi tidak terkendali.
Rekomendasi JNC VII menyatakan bahwa penurunan 10 kg berat badan dapat mereduksi
tekanan darah arterial 5-20 mmHg.4 Tampak bahwa obesitas berperan sebagai faktor risiko
terhadap munculnya hipertensi dan komplikasi kardiovaskular lainnya. Bahkan Redon et al.,
mengemukakan bahwa kenaikan berat badan berapapun, sekalipun tidak masuk dalam kategori
berat badan berlebih, dapat berisiko meningkatkan insidens hipertensi. 22
Hal tersebut diduga erat kaitannya dengan perkembangan sindrom metabolik. Sebagian
besar individu dengan sindrom metabolik, diawali dengan obesitas abdominal tanpa kehadiran
faktor risiko lainnya. Seiring berjalannya waktu, berbagai faktor risiko berkembang pula.
Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas atas sebab apapun. Seperti pada DM
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
tipe II, penyakit kardiovaskular, kandung kemih, kanker gastrointestinal, and kanker terkait
sensitivitas hormon lain. Pada individu obes, peningkatan risiko morbiditas juga ditemukan
seperti nyeri punggung, artritis, infertilitas, dan gangguan fungsi psikososial.22,
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa peran lemak pada obesitas terhadap patogenesis
hipertensi esensial melibatkan berbagai sistem tubuh yang kompleks. Baik dari aktivasi saraf
simpatis, aktivasi sistem RAA, resistensi insulin, gangguan struktural dan fungsional ginjal,
hingga efek dari sitokin-sitokin sel lemak yang memicu inflamasi kronik. Seluruh faktor tersebut
bersinergi sehingga tampaknya peningkatan tekanan darah arterial lebih mudah terjadi pada
individu obes. 20
Diharapkan penurunan berat badan melalui diet rendah kalori dan aktivitas fisik dapat
mencegah perkembangan keparahan sindrom metabolik, terutama DM tipe II. Penelitian
prospektif NHEFS pada 1.929 subjek overwright tanpa diabetes menemukan bahwa setiap
penurunan 1 kg berat badan dikorelasikan dengan reduksi 33% risiko diabetes. 19
Temuan tersebut kemudian dikuatkan dengan studi di Swedia yang menemukan bahwa
penurunan 10% berat badan, massa lemak, lemak intraabdominal dan subkutan, mengakibatkan
perbaikan profil lipid darah. Trigliserida, kolesterol VLDL, apolipoprotein B, dan lipase hepar
menurun, diiringi peningkatan kadar kolestero HDL dan perbaikan sensitivitas insulin. 19
Perbaikan ditemukan pula pada faktor hemostatik. Penurunan berat badan 9,4 kg pada
laki-laki dan 7,4 kg pada perempuan secara signifikan menurunkan kadar plasminogen activator
inhibitor-1 (PAI-1). Kadar PAI-1 yang tinggi dikaitkan dengan kenaikan insidens trombosis,
riskan terutama pada pasien dengan obesitas dan sindrom metabolik. 19
Obesitas yang dinilai dalam IMT tidak menggambarkan kadar Low Density Lipoprotein
dan High Density Lipoprotein. Tingginya deposit lipoprotein densitas rendah atau LDL dapat
menyebabkan timbulnya plak pada lumen pembuluh darah, atau aterosklerosis. Lumen yang
menyempit mengakibatkan turbulensi aliran darah, serta peningkatan tekanan di pembuluh darah
tersebut. Peran lipoprotein densitas tinggi atau HDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari
perifer ke hati, sehingga menghambat proses aterosklerosis. Indeks massa tubuh seseorang tidak
memberikan info profil lipid darah ataupun kondisi aterosklerosis. Padahal komponen tersebut
berperan dalam patogenesis hipertensi.
Faktor perancu lain dalam studi ini adalah komorbid diabetes mellitus. Disfungsi endotel
yang ditemukan pada pasien DM berperan dalam kegagalan otoregulasi pembuluh darah.
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
Walaupun obesitas berisiko dengan peningkatan risiko DM, namun butuh pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan status diabetes seseorang. Indeks massa tubuh tidak memberikan
gambaran mengenai hal tersebut. Sehingga status DM pada obesitas dapat dinilai sebagai
perancu pengendalian hipertensi.
Walaupun tidak bermakna secara statistik, namun secara klinis obesitas memperbesar
risiko timbulnya morbiditas penyakit lain, termasuk pada pasien hipertensi. Tekanan darah tinggi
yang kronik sudah berisiko menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak. Ketika
ditambah dengan obesitas, yang mungkin akan berkembang menjadi sindroma metabolik,
dikhawatirkan akan mempercepat kerusakan multiorgan. Sehingga dorongan untuk mengontrol
obesitas, dalam artian menurukan massa lemak tubuh, dapat diberikan pada pasien hipertensi.
Demi mencegah komplikasi dari penyakitnya.
Manajemen obesitas yang ada saat ini melibatkan (1) intervensi gaya hidup sepeti diet
dan aktivitas fisik, (2) farmakoterapi, dan (3) bedah. Pendekatan perilaku hidup sehat menjadi
lini pertama dalam menangani obesitas. Prinsipnya adalah untuk menurunkan masukan kalori,
dan memperbesar keluaran energi. Pendekatan farmakoterapi menggunakan agen penekan nafsu
makan dan inhibitor lipase dapat digunakan sebagai ajuvan dari terapi pertama. Sedangkan
pilihan terapi bedah seperti gastric bypass atau gastroplasti disarankan hanya pada pasien dengan
IMT >40 kg/m2.19,23
Adapun mengenai faktor yang mempengaruhi pengendalian hipertensi, klinisi dapat
mencoba menilainya dari aspek lain. Dari segi pasien, dokter perlu memastikan pengetahuan dan
pandangan pasien terhadap kesehatan. Yang akan berdampak pada kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat dan menjalani modifikasi gaya hidup.
Espoti et.al, mengemukakan faktor-faktor risiko yang dapat terkait dengan tidak
terkendalinya tekanan darah pasien yaitu usia >50 tahun serta adanya DM. Diabetes Mellitus
dikaitkan dengan peningkatan risiko tidak terkendalinya tekanan darah sebesar enam kali lipat.24
Studi lain pada 70.889 penduduk Malaysia dengan hipertensi tidak terkendali pada DM tipe II
menemukan bahwa usia tua >50 tahun serta overweight atau obesitas butuh pengawasan ketat
untuk mengontrol tekanan darahnya. 25,26
Faktor yang mungkin merupakan penting untuk dievaluasi, adalah peran dokter sebagai
penyedia jasa kesehatan. Keberhasilan pengobatan pasien tentu akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dalam memilih regimen pengobatan, disamping hubungan dokter-pasien. Dokter
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
diharapkan mampu memilih pendekatan yang tepat pada pasien dengan karakteristik bervariasi
agar sasaran terapi dapat optimal.
Diluar dari peran dokter, pasien, serta jenis terapi, terdapat pula faktor luar yang mungkin
saja mempengaruhi pengendalian hipertensi pasien. Seperti status sosioekonomi, ada tidaknya
jaminan kesehatan, pandangan masyarakat akan kesehatan, dan ketersediaan jasa dan layanan
kesehatan memadai. Butuh kerjasama dari berbagai pihak agar target pengontrolan hipertensi,
sebagai penyakit kedua terbanyak di negeri ini, dapat tercapai.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi tidak
terkendali pada penelitian adalah 41%. Dengan proporsi lebih tinggi pada subjek laki-laki
sebesar 47,9% dan perempuan 52,1%. Prevalensi obesitas pada penelitian ini mencapai 50,4%,
dengan kelompok terbesar ditemukan pada subjek perempuan (62,7%). Pada kelompok obesitas
didapatkan proporsi hipertensi terkendali 64,4%, dan hipertensi tidak terkendali 35,6%.
Sedangkan pada kelompok tidak obes didapatkan proporsi hipertensi terkendali 53,4%, dan
hipertensi tidak terkendali 46,6 % dengan nilai p = 0,228 (p>0,05), RP 0,765 dengan IK 95%
0,492 – 1,188.
SARAN
Saran yang dapat dianjurkan peneliti berdasarkan hasil dan diskusi penelitian ini kepada
dokter dan praktisi kesehatan adalah untuk memperhatikan faktor terapi untuk pengendalian
hipertensi, baik kepatuhan pengobatan atau pemilihan regimen terapi. Kondisi obesitas tetap
menjadi hal penting untuk ditangani demi mencegah timbulnya komplikasi, terutama komplikasi
dari kardiovaskular.
Bagi RSUPN Cipto Mangunkusumo selaku pusat rujukan nasional serta institusi
dilakukannya penelitian ini, peneliti menyarankan untuk meningkatkan kualitas pengisian rekam
medis di RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk membantu dokter dalam memantau pengendalian
hipertensi pasien. Agar pelayanan dan pengelolaan komprehensif terhadap pasien hipertensi
dapat tercapai.
Adapun masukan yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik
melakukan studi di bidang ini adalah untuk melakukan penelitian mengunakan desain cohort
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
prospective untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh obesitas terhadap pengendalian
hipertensi. Jika memungkinkan, penelitian dilakukan menggunakan data primer agar bias
pengukuran dapat ditekan. Disarankan pula agar faktor-faktor perancu turut diteliti. Agar dapat
mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap peran antar variabel.
KEPUSTAKAAN
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: Laporan Nasional Tahun 2007 [Internet]. 2013 [cited
2013, April 30]. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007/
2. Crawford MH. Current diagnosis and treatment in cardiology. 2nd ed. Lange. 2002.
[ebook]
3. Son TP. Hypertension in Vietnam: from a community-based studies to a national targeted
programme [internet]. 2012 [cited 2013, May 10]. Available from http://umu.diva-
portal.org/
4. Vidt DG, Borazanian RA. Treat high blood pressure sooner : Tougher, simpler JNC 7
guidelines. Cleveland clinic journal of medicine. 2003; Vol 70. No 8. August: 721-9
[cited 2013, May 10]. Available from http://www.ccjm.org/content/70/8/721.long/
5. Ogden CL, Carroll M, Kit BK, Flegal KM. Prevalence of obesity in the United States,
2009-2010. NCHS Data Brief. No. 82. January 2012 [cited 2013, May 10]. Available
from http://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db82.htm
6. Egan BM, Zhao Y, Axon RN, Brezinski WA, Ferdinand KC. Uncontrolled and apparent
treatment resistant hypertension in the United States,1988 to 2008. Circulation. 2011;
124(9) : 1046-58 [cited 2013, May 10]. Available from
http://circ.ahajournals.org/content/124/9/1046.long
7. Kaplan NM, Victor RG. Kaplan’s clinical hypertension. 10th ed. Lippicott Williams &
Wilkins. 2010 [ebook].
8. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed V,
Jilid II Jakarta: Interna Publishing. 2010. Hal.1079-83.
9. McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF, Lange JD. Patophysiology of disease. 2nd ed.
Connecticut: Appleton&Lange. 1997; p. 269-74.
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
10. Messerli FH, Williams B, Ritz E. Essential Hypertension. The Lancet. 18 Aug 2007; 370:
591-604 [cited 2013, May 10]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17707755.
11. Katzung BG & Miller RD. Farmakologi Dasar dan Klinik . Ed. 8, vol.2. Salemba
Medika. Jakarta.2002. Hal.162-163.
12. Lindhom LH. The problem of uncontrolled hypertension. Journal of human hypertension.
2002; 16: 3-8 [cited 2013, May 10]. Available from
http://www.ais.up.ac.za/med/hakng/hakkluytsjhumhypproblem.pdf
13. Roemling C, Qaim M. Obesity trends and determinants in Indonesia. Appetite. 2012; 58:
1005-13 [cited 2013, May 18]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22402303.
14. Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd. ed. San Francisco. McGraw-Hill,
2005.[Ebook]
15. Weissel RC. Body mass index as an indicator of obesity. Asia Pacific J Clin Nutr. 2002;
11 : 681-4 [cited 2013, May 18]. Available from
http://apjcn.nhri.org.tw/server/apjcn/Volume11/vol11sup7/S681.pdf
16. Zaher MMZ, Zambari R, Phen CS, Muruga V, Ng B, Appannah G, et al. Optimal cut off-
levels to define obesity: body mass index and waist circumference, and their relationship
to cardiovascular diseae, dyslipidaemia, hypertensin, and diabetes in Malaysia. Asia Pac J
Clin Nutr. 2009; 18. 2. 209-16 [cited 2013, May 18]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19713180
17. Bell CG, Walley AJ, Froguel P. The genetics of human obesity. Nature. 2005; 6 : 221-35
[cited 2013, May 18]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15703762
18. Choquet H, Meyre D. Genetics of obesity : what have we learned. Curr Genomics. 2011;
12(3) : 169-179 [cited 2013, May 18]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3137002/
19. Suastika K. Update in the management of obesity. Acta Med Indones-Indones J Intern
Med. 2006; 38(4): 231-7 [cited 2013, May 18]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17132890
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013
20. Kurukulasuriya LR, Stas S, Lastra G, Manrique C, Sowers JR. Hypertension in obesity.
Med Clin N Am. 2011: 903-17 [cited 2013, May 10]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21855699
21. Ghazali MV. Studi Cross-sectional. Dalam : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed
Sastroasmoro S, Ismail S. Edisi 4. 2011. Sagung Seto. Jakarta. 136-7.
22. Redon J, Cifkova R, Laurent S, Nilsson P, Narkiewicz K, Erdine S, et al. The metabolic
syndrome in hypertension : European society of hypertension position statement. Journal
of hypertension 2008; 26. 1891-1900 [cited 2013, June 1]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18806611
23. Shea MK, Nicklas BJ, Houston DK, Miller ME, Davis CC, Kirzman DW, et al. The
effect of intentional weight loss on all-cause mortality in older adults: results of a
randomized controlled weight-loss trial. Am J Clin Nutr 2011; 94:839-46 [cited 2013,
June 1]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21775558
24. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of obesity. February 2010
[cited 2013, May 28]. Avalaible from http://www.bmj.com/content/340/bmj.c154
25. Espoti DE, Martino DM, Sturani A, Russo P, Dradi C, Falcinelli S, Buda S. Risk factors
for uncontrolled hypertension in Italy. Journal of human hypertension 2004. 18. 207-13
62 [cited 2013, May 28]. Avalaible from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14973516
26. Chew BH, Mastura I, Ghazali SS, Lee PY, Cheong AT, Ahmad Z, et al. Determinants of
uncontrolled hypertension in adult type 2 diabetes mellitus: an analysis of the Malaysian
diabetes registry 2009. Cardiovascular diabetology 2012, 1154-62 [cited 2013, May 28].
Avalaible from http://www.cardiab.com/content/11/1/54
Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013