hubungan obesitas terhadap pengendalian …

16
Skripsi S1 HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO Mellisya Ramadhany a , Pringgodigdo Nugroho b a Program Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan b Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo ABSTRAK Hipertensi menduduki tempat kedua sebagai penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan kerusakan multi organ hingga kematian. Hipertensi yang terkendali diharapkan dapat menunda komplikasi. Saat ini, hampir seperlima penduduk Indonesia obes. Obesitas berkaitan dengan kemunculan hipertensi namun belum diketahui hubungannya terhadap pengendalian hipertensi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hubungan obesitas terhadap kendali tekanan darah pasien hipertensi agar dapat membantu dalam penatalaksanaan hipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional mempergunakan data rekam medik pasien hipertensi poliklinik IPD RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sejumlah 117 data terkumpul. Didapatkan prevalensi hipertensi tidak terkendali sebanyak 41% , dengan rasio terbanyak pada subjek laki-laki. Prevalensi obesitas sebesar 50,4%, dengan rasio terbanyak pada subjek perempuan. Pada kelompok obesitas didapatkan proporsi hipertensi terkendali 64,4%, dan hipertensi tidak terkendali 35,6%. Sedangkan pada kelompok tidak obes didapatkan proporsi hipertensi terkendali 53,4%, dan hipertensi tidak terkendali 46,6 % dengan nilai p = 0,228 (p>0,05), RP 0,765 dengan IK 95% 0,492 – 1,188. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kami tidak menemukan hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi tidak terkendali. Kata kunci: obesitas, pengendalian hipertensi Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

Skripsi S1

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN TEKANAN

DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK ILMU PENYAKIT

DALAM RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

Mellisya Ramadhanya, Pringgodigdo Nugrohob aProgram Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan

bDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto

Mangunkusumo

 

ABSTRAK

Hipertensi menduduki tempat kedua sebagai penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan kerusakan multi organ hingga kematian. Hipertensi yang terkendali diharapkan dapat menunda komplikasi. Saat ini, hampir seperlima penduduk Indonesia obes. Obesitas berkaitan dengan kemunculan hipertensi namun belum diketahui hubungannya terhadap pengendalian hipertensi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hubungan obesitas terhadap kendali tekanan darah pasien hipertensi agar dapat membantu dalam penatalaksanaan hipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional mempergunakan data rekam medik pasien hipertensi poliklinik IPD RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sejumlah 117 data terkumpul. Didapatkan prevalensi hipertensi tidak terkendali sebanyak 41% , dengan rasio terbanyak pada subjek laki-laki. Prevalensi obesitas sebesar 50,4%, dengan rasio terbanyak pada subjek perempuan. Pada kelompok obesitas didapatkan proporsi hipertensi terkendali 64,4%, dan hipertensi tidak terkendali 35,6%. Sedangkan pada kelompok tidak obes didapatkan proporsi hipertensi terkendali 53,4%, dan hipertensi tidak terkendali 46,6 % dengan nilai p = 0,228 (p>0,05), RP 0,765 dengan IK 95% 0,492 – 1,188. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kami tidak menemukan hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi tidak terkendali. Kata kunci: obesitas, pengendalian hipertensi    

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 2: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

ABSTRACT

Hypertension is the second most prevalent non-communicable disease in Indonesia capable of causing multi organ damages even death. The essential target in hypertension management is to achieve controlled blood pressure in order to delay its complications. Nowadays, approximately one in five Indonesian has become obese. Obesity itself is highly associated with hypertension occurrence. Yet, there is no distinct evidence that show its association to hypertension control. Thus, this research is aimed to find the association between obesity in hypertensive patients to the blood pressure control. Method used in this study is cross-sectional. As much as 117 secondary datas were collected from patients’ medical records in Internal Medicine clinic diagnosed with hypertension. The prevalence of uncontrolled hypertension is 41% , dominated by male subjects. The prevalence of obesity among subjects is 50.4%, with higher proportion in females. Within the obese group, the proportion of controlled hypertension reaches 64.4%, while proportion for uncontrolled is 35.6%. Meanwhile, in the non-obese group, the proportion of controlled hypertension is 53.4%, whereas uncontrolled is 46,6%. The p-value result is 0.228 (p >0.05) with PR 0.765 with 95% CI 0.492 – 1.188. Therefore, it can be concluded that in this study we did not find significant association between obesity with uncontrolled hypertension. Keywords: Hypertension control, obesity

 

PENDAHULUAN

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi pada

penduduk dewasa Indonesia mencapai 31,7%. Kalimantan Selatan adalah provinsi dengan

prevalensi hipertensi tertinggi (39,6%), sementara Papua Barat adalah yang terendah (20,1%).

Tingginya prevalensi nasional ini menempatkan hipertensi sebagai penyakit tidak menular kedua

terbanyak setelah strok.1

Hipertensi bukanlah penyakit yang dapat sembuh sempurna, namun dapat dikendalikan.

Hipertensi yang tidak terkendali akan berdampak pada percepatan kerusakan organ target. Oleh

karenanya, pengendalian tekanan darah ini menjadi target penting pada tatalaksana hipertensi.2

Sebuah studi di Vietnam yang melibatkan 9.832 responden menemukan bahwa dua pertiga

pasien dalam pengobatan hipertensi tidak mencapai target tekanan darah yang diharapkan.3

Namun sayangnya, survei nasional belum mengakomodasi data mengenai pengendalian

hipertensi di Indonesia. Padahal data tersebut bermanfaat untuk evaluasi strategi pengobatan.

Obesitas merupakan faktor risiko hipertensi. Ketika kondisi hipertensi dibarengi dengan

obesitas, keduanya akan semakin memperbesar risiko morbiditas dan mortalitas akibat penyakit

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 3: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

kardiovaskular. Sehingga The Seventh Report of The Joint National Committee in Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengeluarkan

rekomendasi untuk menurunkan berat badan.4

Survei oleh National Center of Health Statistics (NCHS) di Amerika Serikat pada tahun

2008 menunjukan bahwa sepertiga total penduduknya mengalami obesitas.5 Dengan proporsi

obesitas pada kelompok hipertensi tidak terkendali cukup besar, mencapai 41,5%.6 Indonesia

yang kini mulai mengadopsi gaya hidup barat pun sudah menunjukan kecendrungan ke arah

serupa. Laporan Riskesdas 2007 menemukan bahwa prevalensi obesitas nasional mencapai

19,1%.1 Yang berarti satu diantara lima penduduk Indonesia mengalami obesitas.

Oleh World Health Organization (WHO), obesitas dikaitkan sebagai risiko sedang

terhadap kemunculan hipertensi bersamaan dengan sekelompok penyakit lain. Konsensus JNC

VII mengemukakan penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah arterial.

Pengontrolan tekanan darah ini bermanfaat dalam mengurangi hingga mencegah kemunculan

komplikasi kardiovaskular. Yang turut pula berdampak pada peningkatan kualitas hidup serta

biaya kesehatan pasien.

Atas dasar diatas, apabila ditemukan asosiasi yang signifikan antara obesitas terhadap

kendali tekanan darah pasien hipertensi, maka tatalaksana keduanya akan menjadi perhatian.

Praktisi kesehatan harus mewaspadai dan memaksimalkan terapinya pada pasien hipertensi yang

obesitas. Namun, publikasi penelitian yang berkaitan dengan kedua variabel tersebut masih sulit

ditemukan di Indonesia.

TINJAUAN TEORITIS

Dalam laporan Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa

adalah 31,7%. Menurut JNC VII hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Konsensus National Cholesterol

Education Program (NCEP) merekomendasikan batas tekanan darah terkendali ≥ 130/80 mmHg

untuk pasien DM dengan proteinuria.2,4,7 Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat

dikelompokan menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial

merupakan hipertensi tanpa penyebab jelas, umumnya berkaitan dengan interaksi beberapa

faktor risiko, dan prevalensinya yang paling besar.7,8,9

Faktor risiko pada hipertensi dibagi kedalam dua kelompok, yaitu faktor yang dapat

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 4: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Obesitas, konsumsi lemak, konsumsi

natrium, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein, serta stress termasuk ke dalam faktor

risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Sementara usia, jenis kelamin, faktor genetik, dan etnis

merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.8

Pentingnya penekanan pada pengendalian tekanan darah ini adalah untuk mengurangi

risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.7-11 Untuk mencapai target tersebut,

dibutuhkan kerjasama yang baik antar dokter dan pasien. Menurut Lindholm et.al, faktor yang

menyebabkan buruknya pengendalian tekanan darah dapat datang dari dokter (tenaga kesehatan),

kepatuhan pasien terhadap terapi, serta faktor farmakoterapi. 12

Prinsip utama tatalaksana pada hipertensi adalah melalui pendekatan non-farmakologis

melalui modifikasi gaya hidup serta terapi farmakologis menggunakan obat-obat antihipertensi.11

Obesitas sebagai faktor risiko kemunculan hipertensi merupakan salah satu sasaran dari

modifikasi gaya hidup. Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi obesitas secara umum pada

penduduk usia 15 tahun keatas secara nasional adalah 19,1% (8,8% berat badan lebih dan 10,3%

obes). Diketahui pula bahwa prevalensi ini semakin tinggi pada area perkotaan dibanding

pedesaan serta pada penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan tinggi dan penduduk

berpendidikan tinggi.1,13

Obesitas adalah peningkatan kadar lemak tubuh, baik di seluruh tubuh maupun

terlokalisasi. Istilah obesitas secara umum merujuk pada kelebihan berat badan, yaitu apabila

ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak. Indeks

massa tubuh menjadi indikator obesitas. Nilai potong ini berbeda antar ras, oleh karena

perbedaan anatomis. Batasan indeks massa tubuh (IMT) berat badan lebih untuk Asia adalah

23,0 – 24,9 kg/m2, dan obes ≥ 25 kg/m2. 13-16

Dikenal pula istilah obesitas sentral atau abdominal, yang merujuk pada kelebihan lemak

viseral pada area abdomen. Penentuannya berdasarkan lingkar perut. Terdapat perbedaan tolak

ukur penilaian pada jenis kelamin dan ras yang berbeda. Oleh karena perbedaan distribusi lemak

dan risikonya terhadap penyakit terutama kardiovaskular dan metabolik seperti diabetes melitus.

Nilai potong untuk ras Asia sebagai indikator obesitas sentral adalah lingkar perut diatas 90 cm

untuk laki-laki dan diatas 80 cm untuk perempuan.14-16

Mekanisme yang terlibat pada hipertensi terkait obesitas sangat kompleks. Teori yang ada

saat ini menduga adanya keterlibatan multi sistem seperti renin-angiotensin-aldosteron (RAAS),

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 5: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

peningkatan aktivitas simpatis, resitensi insulin, peningkatan reabsorpsi Na+, gangguan

natriuresis, ekspansi volume. Selain itu, obesitas menyebabkan perubahan strukturan pada ginjal,

yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik dan mengganggu regulasi tekanan darah.17-20

Diketahui pula kaitan erat obesitas dengan peningkatan risiko kematian dari penyebab

apapun. Baik laki-laki maupun perempuan dengan berat badan lebih dari 40% berat badan ideal,

risiko mortalitas meningkat sebesar 1,9 kali lipat. Morbiditas yang diakibatkan obesitas pun tak

kalah banyaknya seperti kemunculan hipertensi, DM tipe II, dislipidemia, sindrom metabolik,

penyakit kandung kemih, sleep apnoea, penyakit jantung koroner, osteoartritis, hingga

keganasan.19-20

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang dipergunakan dalam studi ini adalah cross sectional analitik. Data

diambil dari rekam medis pasien rawat jalan di poliklinik Ilmu Penyakit Dalam (IPD) divisi

Ginjal-Hipertensi RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2013. Proses

pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei 2013. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan

data dan penyusunan laporan. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama satu

setengah bulan.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di pelayanan

kesehatan di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah

rekam medis seluruh pasien hipertensi di poliklinik IPD divisi Ginjal-Hipertensi RSCM.

Adapun sampel pada penelitian ini adalah rekam medis dari subjek penelitian populasi

terjangkau yang didapatkan pada saat pengambilan data, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengambilan sampel diawali dengan penghitungan besar sampel penelitian. Besar sampel

penelitian didapat melalui rumus peghitungan besar proporsi sebesar 89 sampel.3,21 Pemilihan

subjek diambil secara consecutive sampling. Semua data yang memenuhi kriteria inklusi dicatat

untuk kemudian dianalisa. Sementara sampel dengan missing data dikeluarkan dari analisa.

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pasien poliklinik Ilmu

Penyakit Dalam divisi Ginjal Hipertensi RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, (2) rekam medis

pasien hipertensi yang sedang menjalani pengobatan sekurang-kurangnya dua bulan terakhir.

Sementara kriteria eksklusi adalah apabila data yang menyangkut variabel penelitian tidak

lengkap.

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 6: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

Subjek yang diteliti adalah data rekam medis pasien hipertensi rawat jalan poliklinik IPD

divisi Ginjal-Hipertensi yang didapatkan pada waktu pengambilan data, memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi, dengan jumlah minimal sesuai dengan penghitungan besar sampel diatas.

Data yang didapatkan selama pengumpulan sampel diolah dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007 untuk dilakukan pengelompokan kategori pengendalian tekanan darah dan

obesitas secara manual. Selanjutnya data diolah menggunakan program SPSS 16.0. Data berupa

persebaran sosiodemografik pasien (usia, jenis kelamin, serta pendidikan), besar proporsi

hipertensi tidak terkendali dan obesitas akan diolah menggunakan pendekatan deskriptif. Data

disajikan dalam bentuk persentase, mean, median, simpang baku, serta nilai minimal dan

maksimal. Skala kategorik digunakan untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap

pengendalian tekanan darah pasien hipertensi, dalam bentuk bentuk tabel 2x2. Untuk analisis

proporsi variabel ini dilakukan uji chi-square.

Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 0,05 dan interval kepercayaan 95%. Variabel

bebas dikatakan memiliki hubungan bermakna dengan variabel terikat jika p bernilai < 0,05.

Sedangkan jika nilai p > 0,05, maka secara statistik variabel bebas tersebut tidak memiliki

hubungan bermakna dengan variabel terikat. Kemudian dilakukan analisa rasio prevalens dengan

interpretasi berikut :

1) Bila rasio prevalens = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada

pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia bersifat netral.

2) Bila rasio prevalens >1, serta rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,

berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

3) Bila rasio prevalens <1, serta rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,

maka faktor yang diteliliti merupakan faktor protektif.

4) Bila interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka pada populasi yang

diwakili oleh sampel mungkin memiliki nilai rasio prevalens = 1, sehingga belum dapat

disimpulkan bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor risiko atau faktor protektif. 21

Definisi operasional dari dari hipertensi terkendali adalah sistolik <140 mmHg dan/atau

diastolik < 90 mmHg. Sedangkan pada pasien diabetes mellitus dengan data proteinuria atau

albuminuria pada rekam medis sistolik <130 mmHg dan/atau diastolik <80 mmHg. Sedangkan

hipertensi tidak terkendali didefinisikan sebagai kelompok subjek penelitian yang memiliki

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 7: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

tekanan darah sistolik dan diastolik diatas kategori hipertensi terkendali diatas. Tekanan darah

diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing

kunjungan. Adapun obesitas, perhitungannya didapatkan melalui indeks massa tubuh (IMT),

didapat melalui pembagian berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter). Obes didefinisikan sebagai IMT ≥ 25 kg/m2.4,6,15

HASIL PENELITIAN

Data didapatkan dari rekam medis poliklinik IPD RSCM. Pemilihan subjek penelitian

melalui consecuive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Terkumpul sebanyak 198 sampel,

namun terdapat 81 sampel dengan data tidak lengkap sehingga dieksklusi. Jumlah total data yang

dianalisa adalah sebanyak 117 sampel. Tampak pada tabel 1 dibawah, penelitian menjaring

subjek penelitian berusia 20 hinga 86 tahun, dengan rerata usia 62,5 tahun. Proporsi subjek pada

kelompok usia 20-39 tahun paling sedikit, sekitar 1,7%. Meningkat pada kelompok usia 40-59

tahun, sebesar 36,8%. Puncaknya pada kelompok usia 60-79 tahun, sebesar 55,6%. Sementara

pada kelompok usia 80 tahun ke atas hanya sejumlah 6%.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Hipertensi tidak

terkendali Hipertensi terkendali

n (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 23 (41,8%) 32 (58,2%) 55 (47%)

Perempuan 25 (40,3%) 37 (59,7%) 62 (53%)

Usia

20-39 tahun 0 (0%) 2 (100%) 2 (1,7%)

40-59 tahun 17 (39,5%) 26 (60,5%) 43 (36,8%)

60-79 tahun 27 (41,5%) 38 (58,5%) 65 (55,6%)

≥ 80 tahun 4 (57,1%) 3 (42,9%) 7 (6,0%)

Obesitas

Obes 21 (35,6%) 38 (64,4%) 59 (50,4%)

Tidak obes 27 (46,6%) 31 (53.4%) 58 (49,6%)

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 8: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

Kemudian dilakukan pula penghitungan numerik dari tekanan darah sistolik dan diastolik

serta IMT dari subjek dengan hipertensi terkendali dan tidak terkendali. Rerata tekanan darah

pada kelompok hipertensi tidak terkendali adalah 156,88/83,90 mmHg, dengan rerata IMT 24,82

kg/m2.

Tabel 2. Rerata Numerik Tekanan Darah dan IMT Rerata Minimum Maximum

Hipertensi Terkendali

Sistolik 119,51 mmHg 97 mmHg 138 mmHg

Diastolik 70,28 mmHg 43 mmHg 85 mmHg

IMT 25,35 kg/m2 16,0 kg/m2 35,75 kg/m2

Hipertensi Tidak Terkendali

Sistolik 156,88 mmHg 125 mmHg 190 mmHg

Diastolik 83,90 mmHg 60 mmHg 100 mmHg

IMT 24,82 kg/m2 17,90 kg/m2 35,46 kg/m2

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Pearson Chi-Square yang menganalisa

hubungan obesitas terhadap pengendalian hipertensi. Syarat uji hipotesis berupa nilai expected

count > 5 untuk tiap sel terpenuhi. Hasil uji hipotesis menunjukan p = 0,228 (p > 0,05). Pada

penghitungan rasio prevalens (RP) didapatkan RP = 0,765 dengan interval kepercayaan 95% dari

0,492 sampai 1,188.

Tabel 3. Hubungan Obesitas Terhadap Pengendalian Hipertensi

Hipertensi P RP (IK 95%: min-max)

Tidak terkendali terkendali

N % n %

Obesitas

0,228 0,765 (0,492 – 1,188) Obes 21 35,6 % 38 64,4 %

Tidak Obes 27 46,6 % 31 53,4 %

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 9: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

PEMBAHASAN

Hipertensi tidak terkendali didefinisikan JNC VII sebagai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg,

dan ≥ 130/80 mmHg pada pasien DM.4 Sementara NCEP, merekomendasikan batas tekanan

darah ≥ 130/80 mmHg untuk pasien DM dengan proteinuria. Pada penelitian ini, yang

mengadopsi kriteria NCEP, menemukan proporsi pasien hipertensi tidak terkendali pada

penelitian ini mencapai 41% dan hipertensi terkendali sebesar 69%.

Pada penelitian NHNES tahun 1988-1994 dan 2005-2008 yang melibatkan 13.375

subjek, ditemukan bahwa laki-laki sedikit lebih banyak mengalami hipertensi tidak terkendali

dibandingkan perempuan (51,8% dan 50,6%).6 Pada penelitian ini, prevalensi hipertensi tidak

terkendali maupun terkendali lebih besar pada kelompok perempuan. Hal tersebut nampaknya

tidak bermakna, mengingat jumlah subjek penelitian yang terbatas, serta perbandingan subjek

perempuan yang lebih banyak.

Persebaran usia sampel pada penelitian ini menunjukan gambaran kelompok usia yang

cenderung mengalami hipertensi adalah usia lanjut. Temuan ini sesuai dengan laporan Riskesdas

2007. 1 Sedikitnya sampel yang berusia diatas 80 tahun mungkin disebabkan oleh angka harapan

hidup Indonesia yang berkisar 69,1 tahun, sehingga prevalensi hipertensi pada kelompok usia

tersebut menjadi lebih kecil.

Organisasi WHO menentukan definisi obesitas pada etnis adalah IMT ≥ 25 kg/m2.15

Proporsi obesitas pada subjek penelitian mencapai 50,4 %, cukup berimbang dengan proporsi

sampel yang tidak obes sebesar 49,6%. Dari 59 subjek obes, sebesar 35,6% diantaranya memiliki

hipertensi yang tidak terkendali. Dalam kelompok hipertensi tidak terkendali, ditemukan 43,8%

subjek yang obes. Sebesar 62,7% subjek obes adalah perempuan. Sedangkan pada subjek

kelompok tidak obes, proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan, mencapai 56,9%.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki kecenderungan untuk mengalami

obesitas. Temuan ini bersesuaian dengan data Riskesdas 2007 yang menyatakan prevalensi

obesitas terbanyak ada pada perempuan.1,13

Tabel 2. diatas menyajikan rerata numerik, nilai minimun, dan maksimum tekanan darah

serta IMT dari masing-masing kelompok. Di sini tampak bahwa selisih rerata tekanan sistolik

dari kelompok hipertensi terkendali dan tidak terkendali masih terlampau besar. Pada kelompok

hipertensi tidak terkendali, ditemukan tekanan sistolik tertinggi pada kelompok mencapai 190

mmHg. Sedangkan perbedaan rerata tekanan diastolik diantara keduanya tidak terlalu jauh,

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 10: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

walaupun nilai diastolik tertinggi pada kelompok hipertensi tidak terkendali ada yang mencapai

100 mmHg. Adapun untuk rerata IMT kedua kelompok, tidak ditemukan perbedaan yang nyata.

Selisih diantara keduanya sangat kecil. Kedua kelompok terlihat memiliki subjek dengan IMT

tertinggi mencapai 35 kg/m2.

Pada tabel 3, analisis lanjut mengenai kaitan obesitas terhadap pengendalian tekanan

darah menunjukan bahwa dari 59 subjek obes, 64,4% diantaranya memiliki hipertensi terkendali.

Hanya 35,6% yang belum berhasil mencapai target tekanan darah ideal. Sedangkan pada

kelompok subjek tidak obes, sebesar 53,4% memiliki tekanan darah yang terkendali. Dalam

kelompk hipertensi tidak terkendali, total subjek yang mengalami obesitas adalah sebesar 43,8%.

Tampak bahwa prevalensi obesitas pada hipertensi tidak terkendali lebih rendah dari kelompok

yang terkendali. Dengan kata lain, subjek obes cenderung memiliki tekanan darah yang

terkendali.

Pada hasil uji hipotesis, nilai p yang didapatkan dengan hasil uji chi-square antara kedua

variabel tersebut adalah 0,228. Nilai ini lebih besar dari nilai p 0,05 yang ditetapkan peneliti

sebagai power dalam studi ini. Secara statistik, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi tidak terkendali.

Nilai rasio prevalens yang didapatkan pada penelitian ini adalah 0,765. Rasio ini

merupakan perbandingan prevalensi kejadian hipertensi tidak terkendali pada subjek dari

kelompok obes dengan prevalensi hipertensi tidak terkendali pada kelompok tidak obes. Rentang

interval kepercayaan dengan CI 95% yang didapatkan mulai dari 0,492 sampai 1,188. Rentang

interval kepercayaan dari rasio prevalens mencakup angka 1, yang berarti bahwa obesitas adalah

faktor netral dari hipertensi tidak terkendali.

Rekomendasi JNC VII menyatakan bahwa penurunan 10 kg berat badan dapat mereduksi

tekanan darah arterial 5-20 mmHg.4 Tampak bahwa obesitas berperan sebagai faktor risiko

terhadap munculnya hipertensi dan komplikasi kardiovaskular lainnya. Bahkan Redon et al.,

mengemukakan bahwa kenaikan berat badan berapapun, sekalipun tidak masuk dalam kategori

berat badan berlebih, dapat berisiko meningkatkan insidens hipertensi. 22

Hal tersebut diduga erat kaitannya dengan perkembangan sindrom metabolik. Sebagian

besar individu dengan sindrom metabolik, diawali dengan obesitas abdominal tanpa kehadiran

faktor risiko lainnya. Seiring berjalannya waktu, berbagai faktor risiko berkembang pula.

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas atas sebab apapun. Seperti pada DM

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 11: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

tipe II, penyakit kardiovaskular, kandung kemih, kanker gastrointestinal, and kanker terkait

sensitivitas hormon lain. Pada individu obes, peningkatan risiko morbiditas juga ditemukan

seperti nyeri punggung, artritis, infertilitas, dan gangguan fungsi psikososial.22,

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa peran lemak pada obesitas terhadap patogenesis

hipertensi esensial melibatkan berbagai sistem tubuh yang kompleks. Baik dari aktivasi saraf

simpatis, aktivasi sistem RAA, resistensi insulin, gangguan struktural dan fungsional ginjal,

hingga efek dari sitokin-sitokin sel lemak yang memicu inflamasi kronik. Seluruh faktor tersebut

bersinergi sehingga tampaknya peningkatan tekanan darah arterial lebih mudah terjadi pada

individu obes. 20

Diharapkan penurunan berat badan melalui diet rendah kalori dan aktivitas fisik dapat

mencegah perkembangan keparahan sindrom metabolik, terutama DM tipe II. Penelitian

prospektif NHEFS pada 1.929 subjek overwright tanpa diabetes menemukan bahwa setiap

penurunan 1 kg berat badan dikorelasikan dengan reduksi 33% risiko diabetes. 19

Temuan tersebut kemudian dikuatkan dengan studi di Swedia yang menemukan bahwa

penurunan 10% berat badan, massa lemak, lemak intraabdominal dan subkutan, mengakibatkan

perbaikan profil lipid darah. Trigliserida, kolesterol VLDL, apolipoprotein B, dan lipase hepar

menurun, diiringi peningkatan kadar kolestero HDL dan perbaikan sensitivitas insulin. 19

Perbaikan ditemukan pula pada faktor hemostatik. Penurunan berat badan 9,4 kg pada

laki-laki dan 7,4 kg pada perempuan secara signifikan menurunkan kadar plasminogen activator

inhibitor-1 (PAI-1). Kadar PAI-1 yang tinggi dikaitkan dengan kenaikan insidens trombosis,

riskan terutama pada pasien dengan obesitas dan sindrom metabolik. 19

Obesitas yang dinilai dalam IMT tidak menggambarkan kadar Low Density Lipoprotein

dan High Density Lipoprotein. Tingginya deposit lipoprotein densitas rendah atau LDL dapat

menyebabkan timbulnya plak pada lumen pembuluh darah, atau aterosklerosis. Lumen yang

menyempit mengakibatkan turbulensi aliran darah, serta peningkatan tekanan di pembuluh darah

tersebut. Peran lipoprotein densitas tinggi atau HDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari

perifer ke hati, sehingga menghambat proses aterosklerosis. Indeks massa tubuh seseorang tidak

memberikan info profil lipid darah ataupun kondisi aterosklerosis. Padahal komponen tersebut

berperan dalam patogenesis hipertensi.

Faktor perancu lain dalam studi ini adalah komorbid diabetes mellitus. Disfungsi endotel

yang ditemukan pada pasien DM berperan dalam kegagalan otoregulasi pembuluh darah.

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 12: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

Walaupun obesitas berisiko dengan peningkatan risiko DM, namun butuh pemeriksaan

laboratorium untuk menentukan status diabetes seseorang. Indeks massa tubuh tidak memberikan

gambaran mengenai hal tersebut. Sehingga status DM pada obesitas dapat dinilai sebagai

perancu pengendalian hipertensi.

Walaupun tidak bermakna secara statistik, namun secara klinis obesitas memperbesar

risiko timbulnya morbiditas penyakit lain, termasuk pada pasien hipertensi. Tekanan darah tinggi

yang kronik sudah berisiko menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak. Ketika

ditambah dengan obesitas, yang mungkin akan berkembang menjadi sindroma metabolik,

dikhawatirkan akan mempercepat kerusakan multiorgan. Sehingga dorongan untuk mengontrol

obesitas, dalam artian menurukan massa lemak tubuh, dapat diberikan pada pasien hipertensi.

Demi mencegah komplikasi dari penyakitnya.

Manajemen obesitas yang ada saat ini melibatkan (1) intervensi gaya hidup sepeti diet

dan aktivitas fisik, (2) farmakoterapi, dan (3) bedah. Pendekatan perilaku hidup sehat menjadi

lini pertama dalam menangani obesitas. Prinsipnya adalah untuk menurunkan masukan kalori,

dan memperbesar keluaran energi. Pendekatan farmakoterapi menggunakan agen penekan nafsu

makan dan inhibitor lipase dapat digunakan sebagai ajuvan dari terapi pertama. Sedangkan

pilihan terapi bedah seperti gastric bypass atau gastroplasti disarankan hanya pada pasien dengan

IMT >40 kg/m2.19,23

Adapun mengenai faktor yang mempengaruhi pengendalian hipertensi, klinisi dapat

mencoba menilainya dari aspek lain. Dari segi pasien, dokter perlu memastikan pengetahuan dan

pandangan pasien terhadap kesehatan. Yang akan berdampak pada kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat dan menjalani modifikasi gaya hidup.

Espoti et.al, mengemukakan faktor-faktor risiko yang dapat terkait dengan tidak

terkendalinya tekanan darah pasien yaitu usia >50 tahun serta adanya DM. Diabetes Mellitus

dikaitkan dengan peningkatan risiko tidak terkendalinya tekanan darah sebesar enam kali lipat.24

Studi lain pada 70.889 penduduk Malaysia dengan hipertensi tidak terkendali pada DM tipe II

menemukan bahwa usia tua >50 tahun serta overweight atau obesitas butuh pengawasan ketat

untuk mengontrol tekanan darahnya. 25,26

Faktor yang mungkin merupakan penting untuk dievaluasi, adalah peran dokter sebagai

penyedia jasa kesehatan. Keberhasilan pengobatan pasien tentu akan dipengaruhi oleh

pengetahuan dalam memilih regimen pengobatan, disamping hubungan dokter-pasien. Dokter

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 13: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

diharapkan mampu memilih pendekatan yang tepat pada pasien dengan karakteristik bervariasi

agar sasaran terapi dapat optimal.

Diluar dari peran dokter, pasien, serta jenis terapi, terdapat pula faktor luar yang mungkin

saja mempengaruhi pengendalian hipertensi pasien. Seperti status sosioekonomi, ada tidaknya

jaminan kesehatan, pandangan masyarakat akan kesehatan, dan ketersediaan jasa dan layanan

kesehatan memadai. Butuh kerjasama dari berbagai pihak agar target pengontrolan hipertensi,

sebagai penyakit kedua terbanyak di negeri ini, dapat tercapai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi tidak

terkendali pada penelitian adalah 41%. Dengan proporsi lebih tinggi pada subjek laki-laki

sebesar 47,9% dan perempuan 52,1%. Prevalensi obesitas pada penelitian ini mencapai 50,4%,

dengan kelompok terbesar ditemukan pada subjek perempuan (62,7%). Pada kelompok obesitas

didapatkan proporsi hipertensi terkendali 64,4%, dan hipertensi tidak terkendali 35,6%.

Sedangkan pada kelompok tidak obes didapatkan proporsi hipertensi terkendali 53,4%, dan

hipertensi tidak terkendali 46,6 % dengan nilai p = 0,228 (p>0,05), RP 0,765 dengan IK 95%

0,492 – 1,188.

SARAN

Saran yang dapat dianjurkan peneliti berdasarkan hasil dan diskusi penelitian ini kepada

dokter dan praktisi kesehatan adalah untuk memperhatikan faktor terapi untuk pengendalian

hipertensi, baik kepatuhan pengobatan atau pemilihan regimen terapi. Kondisi obesitas tetap

menjadi hal penting untuk ditangani demi mencegah timbulnya komplikasi, terutama komplikasi

dari kardiovaskular.

Bagi RSUPN Cipto Mangunkusumo selaku pusat rujukan nasional serta institusi

dilakukannya penelitian ini, peneliti menyarankan untuk meningkatkan kualitas pengisian rekam

medis di RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk membantu dokter dalam memantau pengendalian

hipertensi pasien. Agar pelayanan dan pengelolaan komprehensif terhadap pasien hipertensi

dapat tercapai.

Adapun masukan yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik

melakukan studi di bidang ini adalah untuk melakukan penelitian mengunakan desain cohort

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 14: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

prospective untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh obesitas terhadap pengendalian

hipertensi. Jika memungkinkan, penelitian dilakukan menggunakan data primer agar bias

pengukuran dapat ditekan. Disarankan pula agar faktor-faktor perancu turut diteliti. Agar dapat

mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap peran antar variabel.

KEPUSTAKAAN

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: Laporan Nasional Tahun 2007 [Internet]. 2013 [cited

2013, April 30]. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007/

2. Crawford MH. Current diagnosis and treatment in cardiology. 2nd ed. Lange. 2002.

[ebook]

3. Son TP. Hypertension in Vietnam: from a community-based studies to a national targeted

programme [internet]. 2012 [cited 2013, May 10]. Available from http://umu.diva-

portal.org/

4. Vidt DG, Borazanian RA. Treat high blood pressure sooner : Tougher, simpler JNC 7

guidelines. Cleveland clinic journal of medicine. 2003; Vol 70. No 8. August: 721-9

[cited 2013, May 10]. Available from http://www.ccjm.org/content/70/8/721.long/

5. Ogden CL, Carroll M, Kit BK, Flegal KM. Prevalence of obesity in the United States,

2009-2010. NCHS Data Brief. No. 82. January 2012 [cited 2013, May 10]. Available

from http://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db82.htm

6. Egan BM, Zhao Y, Axon RN, Brezinski WA, Ferdinand KC. Uncontrolled and apparent

treatment resistant hypertension in the United States,1988 to 2008. Circulation. 2011;

124(9) : 1046-58 [cited 2013, May 10]. Available from

http://circ.ahajournals.org/content/124/9/1046.long

7. Kaplan NM, Victor RG. Kaplan’s clinical hypertension. 10th ed. Lippicott Williams &

Wilkins. 2010 [ebook].

8. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed V,

Jilid II Jakarta: Interna Publishing. 2010. Hal.1079-83.

9. McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF, Lange JD. Patophysiology of disease. 2nd ed.

Connecticut: Appleton&Lange. 1997; p. 269-74.

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 15: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

10. Messerli FH, Williams B, Ritz E. Essential Hypertension. The Lancet. 18 Aug 2007; 370:

591-604 [cited 2013, May 10]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17707755.

11. Katzung BG & Miller RD. Farmakologi Dasar dan Klinik . Ed. 8, vol.2. Salemba

Medika. Jakarta.2002. Hal.162-163.

12. Lindhom LH. The problem of uncontrolled hypertension. Journal of human hypertension.

2002; 16: 3-8 [cited 2013, May 10]. Available from

http://www.ais.up.ac.za/med/hakng/hakkluytsjhumhypproblem.pdf

13. Roemling C, Qaim M. Obesity trends and determinants in Indonesia. Appetite. 2012; 58:

1005-13 [cited 2013, May 18]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22402303.

14. Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd. ed. San Francisco. McGraw-Hill,

2005.[Ebook]

15. Weissel RC. Body mass index as an indicator of obesity. Asia Pacific J Clin Nutr. 2002;

11 : 681-4 [cited 2013, May 18]. Available from

http://apjcn.nhri.org.tw/server/apjcn/Volume11/vol11sup7/S681.pdf

16. Zaher MMZ, Zambari R, Phen CS, Muruga V, Ng B, Appannah G, et al. Optimal cut off-

levels to define obesity: body mass index and waist circumference, and their relationship

to cardiovascular diseae, dyslipidaemia, hypertensin, and diabetes in Malaysia. Asia Pac J

Clin Nutr. 2009; 18. 2. 209-16 [cited 2013, May 18]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19713180

17. Bell CG, Walley AJ, Froguel P. The genetics of human obesity. Nature. 2005; 6 : 221-35

[cited 2013, May 18]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15703762

18. Choquet H, Meyre D. Genetics of obesity : what have we learned. Curr Genomics. 2011;

12(3) : 169-179 [cited 2013, May 18]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3137002/

19. Suastika K. Update in the management of obesity. Acta Med Indones-Indones J Intern

Med. 2006; 38(4): 231-7 [cited 2013, May 18]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17132890

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013

Page 16: HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENGENDALIAN …

20. Kurukulasuriya LR, Stas S, Lastra G, Manrique C, Sowers JR. Hypertension in obesity.

Med Clin N Am. 2011: 903-17 [cited 2013, May 10]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21855699

21. Ghazali MV. Studi Cross-sectional. Dalam : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed

Sastroasmoro S, Ismail S. Edisi 4. 2011. Sagung Seto. Jakarta. 136-7.

22. Redon J, Cifkova R, Laurent S, Nilsson P, Narkiewicz K, Erdine S, et al. The metabolic

syndrome in hypertension : European society of hypertension position statement. Journal

of hypertension 2008; 26. 1891-1900 [cited 2013, June 1]. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18806611

23. Shea MK, Nicklas BJ, Houston DK, Miller ME, Davis CC, Kirzman DW, et al. The

effect of intentional weight loss on all-cause mortality in older adults: results of a

randomized controlled weight-loss trial. Am J Clin Nutr 2011; 94:839-46 [cited 2013,

June 1]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21775558

24. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of obesity. February 2010

[cited 2013, May 28]. Avalaible from http://www.bmj.com/content/340/bmj.c154

25. Espoti DE, Martino DM, Sturani A, Russo P, Dradi C, Falcinelli S, Buda S. Risk factors

for uncontrolled hypertension in Italy. Journal of human hypertension 2004. 18. 207-13

62 [cited 2013, May 28]. Avalaible from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14973516

26. Chew BH, Mastura I, Ghazali SS, Lee PY, Cheong AT, Ahmad Z, et al. Determinants of

uncontrolled hypertension in adult type 2 diabetes mellitus: an analysis of the Malaysian

diabetes registry 2009. Cardiovascular diabetology 2012, 1154-62 [cited 2013, May 28].

Avalaible from http://www.cardiab.com/content/11/1/54

Hubungan obesitas terhadap..., Mellisya Ramadhany, FK UI, 2013