hubungan pelaksanaan kb tradisional dengan produktifitas masyarakat
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awal decade 80-an mulailah lingkungan dimasukan dalam
perencanaan pembangunan dan dijadikan ukuran keberhasilan suatu proses
pembangunan. Disinilah mulai dicanangkan pembangunan berwawasan
lingkungan yang kemudian dikenal dengan istilah pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa keberhasilan pembangunan
tidak hanya diukur dengan pendapatan perkapita, namun dilibatkan pula
unsure tentang kependudukan.
Pelaksanaan pembangunan menuntut para pelaksana pembangunan
untuk melaporkan kepada rakyat akan jumlah penduduk yang masih miskin,
buta huruf atau berpendidikan dasar, besarnya angka kesakitan dan kematian,
banyaknya sumber daya alam yang telah dieksploitasi, sisa sumber daya alam
yang masih tersedia dan kualitas lingkungan yang tercemar oleh kegiatan
pembangunan. Kondisi kependudukan Indonesia masa kini merupakan factor
penghambat yang cukup dominan terhadap keberlangsungan produktivitas
masyarakat pada lingkungannya. dalam teori Malthus dalam( kebijakan
kependudukan 71 ) faktor kependudukan jumlah penduduk yang berlebih (
over population ) dianggap sebagai faktor penting yang menyebabkan
kemiskinan. Oleh karena itu, kebijakan untuk mengendalikan jumlah
penduduk merupakan salah satu upaya untuk menekan atau mengurangi
jumlah penduduk miskin.
11
2
Negara Indonesian harus berjuang melawan pertambahan penduduk.
Jumlah penduduk Indonesian dari tahun ketahun terus bertambah banyak.
Pada tahun 1980 jumlah penduduk 179.248 juta jiwa, pada tahun 1994
bertambah 194,615 jiwa data dari United Nation Departement Economic and
Social Information and Policy Analysis Population untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table
Tabel 1
Perkembangan Penduduk Indonesia 1980-2010
Tahun
Sensus
Jumlah Penduduk
( x 1000 )
Pertumbuhan
Penduduk
Tahun
Kelipatan
1980
1990
2000
2010
2015*
2050*
147,491
179,248
206,615
237,560
252,047
318,802
-
31,757
27,615
30,615
14,487
66,755
-
10
10
10
5
35
Sumber Biro Statistik
World Population 1980
United Nation Departement For Economic and Social Information and
Folicy Analys Population Division.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya terjadinya pertambahan
penduduk adalah adanya tiga paktor, yaitu kelahiran ( fertilitas ) yang
3
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk, kematian ( mortalitas ) yang
menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk dan migrasi yang menambah
dan mengurangi jumlah penduduk tergantung apakah migrasi masuk lebih
besar dari pada migrasi keluar atau sebaliknya.
Di Indonesia melahirkan hampir enam kali selama umur reproduksi.
Mengingat fertilitas merupakan salah satu bentuk prilaku wanita dan erat
kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, dan pelaksanaan Keluarga
Berencana( KB ) Tradisional menarik untuk dijadikan bahan kajian jika
dihubungkan dengan nilai-nilai social dan produktivitas anggota
masyarakat pada lingkunganya.
Salah satu daerah yang menjadi objek kajian kependudukan adalah
Desa Cibanten Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis. Desa ini merupakan
salah satu darah pertanian karena, terdapat hamparan sawah, dan perbukitan
ditumbuhi pohon kelapa milik masyarakat, disamping itu terdapat fasilitas
social seperti sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi, sarana trnfortasi, listrik
dan telekomunikasi, selain saran dan prasarana tadi. Di Desa Cibanten
mempunyai sifat kehidupan masyarakat yang sangat khas. Sikap kehidupan
masyarakat tersebut setiap keluarga jumlah anak kurang dari dua dan rata-rata
penduduk tidak menjadi akseptor Keluarga Berencana ( KB ) keadaan seperti
ini dinyatakan oleh wanita PUS di Desa Cibanten, Kecamatan Cijulang,
Kabupaten Ciamis menggunakan metode KB tradisional secara turun
temurun.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional
dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya?
2. Adakah hubungan nilai-nilai social dengan produktivitas anggota
masyarakat pada lingkungannya?
3. Adakah hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional
dan nilai-nilai social dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )
Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya.
2. Mengetahui hubungan nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota
masyarakat pada lingkungannya.
3. Mengetahui hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradidional
dan nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
5
Dari hasil penelitian ini berguna dalam dua hal yaitu dari segi teoritis
dan dari segi praktis atau kemungkinan penerapannya di lapangan. Dari
segi teoritis pengaruh dari pariabel bebas terhadap pariabel terikat akan
memberikan gambaran bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )
Trdisional dan nilai-nilai social terdapat hubungan dengan produktivitas
masyarakat pada lingkungannya. Hal ini sangat berguna bagi penulis sebagai
wahana perluasan wawasan dan konsep pengetahuan tentang penggunaan
Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai nilai sosial dengan
produktivitas masyarakat pada lingkungannya.
Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai masukan kepada pemerintah dan pemegang kebijakan kependudukan
di Desa Cibanten, Kecamatan Cijulang, Ciamis, dalam membuat kebijakan
kependudukan dengan memperhatikan ada tidaknya pengaruh Keluarga
Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai-nilai sosial dengan anggota
masyarakat pada lingkungannya. Di desa Cibanten, Kecamatan Cijulang,
Kabupaten Ciamis.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional
Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 pembangunan
keluarga sejahtra diarahkan pada pengembangan kualitas keluarga melalui
upaya Keluarga Berencana. Dalam rangka membudayakan norma keluarga
kecil bahagia sejahtra. Pembangunan keluarga sejahtra bertujuan untuk
mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, nyaman,
tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahtraan lahir batin. Menurut undang-undang tersebut, gerakan
Keluarga Berencana ( KB ) didifinisikan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat: “pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan
kesejahtraan keluarga”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan pada pasal1 disebutkan: “perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing” usia yang
tepat untuk melakukan perkawinan adalah perempuan 18 sampai 20 tahun.
Pada umur tersebut seorang perempuan telah dewasa dilihat dari bentuk
badan, namun jika dilihat dari kesiapan jiwanya, umur perempuan untuk
6
7
menjadi seorang ibu rumah tangga adalah 25 tahun. Pada umur tersebut
wanita sudah cukup matang dalam berfikir maupun dalam mengambil
keputusan. Demikian juga halnya dengan laki-laki, pada umur 25 sampai
27 tahun ia telah siap dan mampu secara dewasa menjadi suami sebagai
pelindung keluarga.
Diantara kita, masih banyak pasangan suami istri muda yang belum
tahu kapan sebaiknya untuk hamil. Ini sangat penting agar ibu yang hamil
dan janin bayi yang dikandungnya tumbuh dan berkembang secara sehat.
Masa hamil dapat brlangsung mulai haid ( 13 tahun ) samapai monopouse
( 49 tahun ). Diantara kurun waktu tersebut ada yang bebahaya dan ada
yang aman untuk hamil. Seorang wanita hamil pada usia di bawah 20
tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko kegagalan yang lebih besar.
Karena pada usia dibawah 20 tahun atau di atas 30 tahun. Wanita secara
fisik dan mental belum matang, pada kehamilan menuntut kematangan
fisik dan mental lebih matang. Sedangkan kehamilan di atas 30 tahun
memiliki risiko kegagalan disebabkan sudah mulai melemahnya
kemampuan fisik, sehingga tidak kuat lagi untuk hamil. Dengan demikian
kehamilan yang baik harus dimulai jika wanita telah berusia 20 tahun dan
kehamilan harus diakhiri setelah berusia 30 tahun. Dengan demikian
manfaat hamil yang sehat adalah rasa amannya ibu hamil baik dari sudut
kesehatan, fisik maupun mental. Begitu pula hamil sehat akan sehat pula
janin yang dikandungnya sehingga bayi yang dilahirkan akan sehat pula.
8
Untuk memperoleh kehamilan yang sehat alangkah baiknya mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menikah setelah usia 20 tahun bagi wanita, dan 25 tahun bagi pria
2. Menunda kelahiran anak pertama, dalam kurun waktu antara 1- 2 tahun
sehingga
terlebih dahulu dapat disiapkan kebutuhan fisik, ekonomi, dan
fsikologis.
3. Periksalah keshatan ibu dan suami sebelum memutuskan untuk hamil.
4. Periksalah kehamilan secara rutin dan teratur ke dokter / bidan tentang
Perkembangan janin sampai bayi lahir.
Banyak pilihan alat kontrasipsi yang digunakan untuk menunda
kehamilan, yaitu: pil KB, kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi bawah
kulit ( AKBK/implant/susuk ), alat kontrasepsi dalam rahim (
AKDR/IUD ) kontrasepsi barier, diafragma/sikap dan kontrasepsi mantap (
KONTAP ).
Begitu juga selain alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah, di
Desa Cibanten terdapat alat kontrasepsi tardisional secara turun menurun
misalnya:
a. Ramuan Tadisional
b. Penggeseran rahim
c. Mantra
a) Ramuan Tradisional Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai
kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat terutama di beberapa dareah di
9
Indonesia. Penggunaan kontrasepsi tradisional banyak ditemukan di daerah
pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek
moyangnya.
Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris
digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-
tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi tersebut mengandung senyawa-
senyawa yang bersifat antifertilitas, antiesterogenik, dan antiimplantasi baik
terhadap pria, wanita, maupun untuk keduanya.
b) Penggeseran Rahim
Pengeseran rahim sering dilakukan oleh masyarakat di desa Cibanten untuk
menjarangakan kehamilan. Penggeseran rahim ini dilakuan untuk tujuan
menjarangkan kehamilan dengan tujuan sesuai dengan yang dihrapkan sebab
penggeseran rahim ini tidak permanen terhenti tidak punya anak lagi, suatu ketika
apabila ingin punya anak lagi bisa datang lagi ke dukun beranak ( indung berang )
untuk menggeserkan rahim keposisi semula supaya untuk mempunyai keturunan,
penggeseran ini dilakukan tidak khusus ditujukan kepada ibu yang sudah punya
anak dua atau lebih tetapi bias juga kepada ibu yang baru menikah apabila si ibu
belum mengingikkan punya anak.
c) Matra
Biasanya penggunaan mantra diperuntukan bagi keluarga subur sudah punya anak
lebih dari dua supaya tidak punya anak lagi, karena menggunakan mantra
10
permanen tidak akan punya anak lagi, dengan menggunakan mantra mediasi
mangkok putih diisi air putih ( pinggan bodas dieusi cai herang ) lalu dibacakan
mantra( terus dib ere jampe ), setelah itu diberikan ke si ibu untuk diminum.
Kebiasaan ini merupakan warisan budaya yang terus turun temurun sapai
sekarang dilakukan selain upaya menjarangkan anak melalui : obat ramuan
tradisional, penggeseran rahim, dan mantra, ada larangan yang harus dipatuhi laki-
laki maupun perempuan yang sudah dewasa dilarang memakan telur puyuh (
temenang ngadahar endog puyuh mantak dipuuk incu ) jangan makan telur puyu
nanti akan banyak cucu. Sumber dari dukun beranak Ma KOKON 63 Tahun dan
PUS yang tidak masuk masuk KB. Hal ini diterapkan oleh masyarakat Cibanten
merupakan \pendorong setiap keluarga agar produktiv didak terbebani oleh
banyak anak, mampu hidup harmonis dengan keadaan lingkungan sosial maupun
lingkungan alam.
2. Nilai -nilai sosial
Rabbin ( 1996 ) berpendapat bahwa nilai sosial memiliki arti
keyakinan dasar prilaku seseorang atau gambaran tentang sesuatu yang
berharga, pantas dan diinginkan untuk meperbarui prilaku sosialnya. Nilai
yang sangat berhubungan erat dengan kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai
tertentu mengenai cara-cara pemenuhan kebutuhan hidup.
Di desa Cibanten tidak jauh dengan pendapat Robin , memang alat
kontrasepsi yang disediakan diapotek- apotek, sebagian kecil yang
menggunakan dari jumlah wanita PUS yang ada di desa Cibanten
11
sebanyak 1147 yang menggunakan alat kontrasepsi yang disediakan, cuma
147 orang sisanya 1000 orang menggunakan KB tradisional. Nilai sosial
adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat
yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Contohnya : di masyarakat Cibanten, bila punya anak lebih dari dua akan
merasa malu, begitu juga membeli alat kontrasepsi , dan harus
mengeluarkan uang setiap waktu, dan juga kadang – kadang lupa. akan
merasa malu suatu kepala keluarga tidak mampu menghidupi anggota
keluarganya, sehingga tidfak sedikit warga Cibanten setelah menikah
menunda kehamilannya sebelum mapan. walaupun ada di daerah lain
istilah banyak anak banyak rizki tetapi di desa Cibanten, banyak anak
akan bertambah beban hidup.
Fungsi nilai sosial sebagai orientasi prilaku sosial dalam memenuhi
kebutuhan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Fungsi nilai sosial bersifat teoritis adalah penyajian deskriptif
berdasarkan teori yang berbeda dengan pengetahuan langsung. Fungsi
teoritis dianggap sangat penting karena suatu penemuan
membutuhkan landasan lewat pendekatan kritis dan rasional.
12
2) Fungsi nilai sosial bersipat ekonomis adalah sikap yang bersifat atau
berciri ekonomi, hemat dan menekankan kegunaan yang praktis.
Fungsi ekonomi sesungguhnya secara ekonomi telah dimiliki oleh
setiap manusia.
3) Fungsi nilai sosial bersifat esteris adalah suatu yang dipandang indah
atau sifat keindahan. Fungsi estetis ini menempatkan sesuatu
keindahan pada nilai tertinggi dalam bentuk keserasian ( harmoni )
4) Fungsi nilai sosial bersifat sosial adalah segala sesuatu mengenai
kehidupan masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum dan
dapat memberikan nilai tertinggi pada kecintaan dan kepentingan
orang banyak.
5) Fungsi nilai sosial bersifat politis adalah prilaku kehidupan
masyarakat yang bercorak politik atau berdasarkan kebiasaan
kenegaraan. Fungsi politis bersifat mencari kekuasaan yang menaruh
tekanan kepada diperolehnya kekuasaan dan pengaruh terhadap orang
banyak.
6) Fungsi nilai sosial bersifat relegius adalah sfat keagamaan atau
ketaatan seseorang yang beriman, saleh, rajin beribadat, dan peduli
akan persatuan pengalaman serta paham mengenai kosmos sebagai
keseluruhan hidup bertuhan dan bermasyarakat.
Jika fungsi nilai sosial dapat dipakai atau diterima secara baik oleh
semua pihak. Maka nilai sosial dapat berfungsi sebagai pengaruh dan
pengendali prilaku masyarakat atau lingkungan sosial. Lingkungan sosial
13
adalah manusia yang ada di sekitar individu mulai dari, keluarga, tetangga,
kampung, desa, kota, provinsi, dan dunia. Yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi individu termasuk di dalamnya segala norma,
aturan, dan adat istiadat yang berlaku.
Hasil rasa dari bagian dari kebudayaan menurut KI Hajar Dewantara
berupa norma-norma dan nilai- nilai kemasyarakatan, sosial. Nilai itu
pada hakekatnya merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana manusia harus
berprilaku dalam pergaulan sosial. Dengan demikian masing-masing
warga masyarakat disamping memiliki kebiasaan yang dimilikinya
dituntut untuk berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakatnya.
4. Produktivitas Masyarakat Pada Lingkungan
Didalam rangka penyedian bahan pangan, kecenderungan
bertambahnya jumlah penduduk merupakan acuan dalam upaya
mencukupinya. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data biro statistic
tahun 2010 mencapai 237,560,000 jiwa, kemungkinan perubahan pola
makan yang ada kaitanya dengan selera masyarakat, dan kenaikan
pendapatan perlu diperhitungkan dalam perencanaan penyediaan bahan
pangan. Juga factor kemapuan masyarakat untuk memperoleh cukup
pangan perlu diperkirakan dan dibina dengan seksama, didukung oleh
kebijaksanaan yang dapat meratakan peningkatan pendapatan poenduduk,
khususnya golongan petani di daerah pedesaan serta para buruh dan lain
14
Zen ( 1979 ) Masalah tata lingkungan yang semakin memburuk,
lebih dekat, lebih nyata dan lebih langsung terasa bagi masyarakat
berkembang. Di Pulau Jawa tidak mampu melindungi daerah aliran
sungainya ( karena ada erosi tanah dan tanah pertanian ) maka dalam
dasawarsa mendatang lapisan tanah subur untuk pertanian akan terkuras
habis dengan demikian produksi pangan sangat menurun (Zen, 1979 )
petani-petani itu akan bertambah miskin dan kaum mudanya akan
meninggalkan pedesaan dan membanjiri kota- kota besar. Hal ini pulau
jawa mengalami beban lingkungan yang melapaui batas. Pulau Jawa pada
tahun 2010 penduduknya mencapai 124. Juta jiwa menggarap tanah hingga
ke puncak bukit, gunung-gunung yang seharusnya ditutupi hutan lebat
kini menjadi semakin gundul. Mengakibatkan terjadinya banjir setiap satu
meter kubik air mengandung 1,3 kg tanah liat. A.Sony Keraf ( 2006 )
mengatakan, semakin banyak alam yang dieksploitasi semakin rakus dan
tamak manusia, maka semakin hancur lingkungan hidup. Dengan demikian
akibat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan, disebabkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu juga peran Ibu rumah tangga tidak dapat produktiv untuk menata
lingkungan yang baik menujang keluarga lebih sehat dan sejahtara, yang
ada adalah kemiskinan, dan ketergantungan lingkungan menjadi rusak.
Badan Kesejahtraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana ( BKKPPKB ). Ada tiga bidang kegiatan yang
pertama telah berjalan dengan baik dengan berbagai kegiatan seperti
15
pemberdayaan , posyandu, serta pelatihan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan. Namun terdapat nilai lebih pada kegiatan di bidang
lingkungan hidup. warga peduli pada lingkungan hidup bersih dan sehat
namun telah sampai pada tataran pemanfaatan lingkungan menjadi daya
dukung ekonomi warga, seperti meanfaatan lahan pekarangan menjadi
apotek hidup untuk mendukung kebutuhan keluarga dan obat kontrasefsi
misalnya nanas, di sawah selain ditanami padi warga juga memanfaatkan
pematangnya ditanami palawija berupa kacang panjang dan jaat oleh ibu
rumah tangga karena tidak memerlukan tenaga ban biaya begitu besar, di
kebun kelapa di bawahnya ditanami pohon pisang. Sesuai lokasi dengan
tempat penduduk di mana mereka berada misalnya desa Cibanten dengan
keadaan alamnya merupakan daerah subur dengan jumlah penduduk yang
kurang, karena faktor KB tradisional maka masyarakatnya sehat dan
sejahtra, lingkungan terpelihara, kebersihan terjaga, alamnya sejuk
pepohonan besar berdiri tegak, sumber air terjaga, karean masyarakat
Cibanten masih percaya kayu besardan sumber air ada penunggunya. coba
seandainya pertumbuhan penduduk tidak terkendali rusaklah lingkungan
itu, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mengenal
pamali, tidak mengenal kasambet
Program KB supaya masyarakat sehat dan sejahtra dan Pruduktif,
penduduk melibatkan peran berbagai pihak , peran pendidikan seperti
itu pada tingkat desa, harus melalui upaya dan pemikiran dengan
melibatkan seluruh komponen dan mengintegrasikannya ke dalam suatu
16
wadah yaitu Tim Penggerak Produktifitas Pendidikan Masyarakat Desa
(TP3MD). TP3MD yang merupakan pemikiran besar menjadikan sesuatu
yang terintegrasi di antara pengawas sekolah, penilik PLS, SP3, Karang
Taruna, BKKBN, Posyandu, Koperasi, dan faktor-faktor pendukung lain
sehingga menjadi kekuatan besar dan menjadi soko guru pembangunan
Negara Indonesi, tetapi di desa Cibanten sejak jaman dulu telah
melakukan penekanan angka kelahiran secara turun menurun guna
kesejahtraan masyarakat karena merupakan hak individu, supaya
masyarakatnya produktiv mengelola lingkungan dengan baik untuk
kesejahtra keluarganya, disamping program Keluarga BerencanaKB yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
B. Krangka Pemikiran
1. Hubungan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dengan
produktivitas anggota masyarakat Pada lingkungannya
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1992 pembangunan keluarga
sejahtra diarahkan pada pembangunan kualitas keluarga melalui upaya
Keluarga Berencana dalam rangka membudayakan norma keluarga kecil
bahagia sejahtra. Sebenarnya usaha semacam Keluarga Berencana dipakai
sebagai usaha penanggulangan kepadatan penduduk di negra kitapun untuk
penagulangan kepadatan penduduk harus berorientasi kepda pengurangan
atau memperkecil angka kelahiran. Disamping itu sampai dimana orientasi
tersebut mencapai sasaran kesejahtraan masyarakat dan sejauh mana
17
orientasi pengurangan angka kelahiran tersebut mengenai
sasarankesejahtraan masyarakat.
Dengan program KB, maupun tradisional ada beberapa keuntungan
yang didapat, bukan saja hanya dari segi kesejahtraan, akan tetapi masih
banyak faktor-faktor kesejahtraan lainya dari segi perekonomian, hari tua
anggota keluarga / keturunan akan lebih terjamin dengan keluarga kecil
melalui cara akseptor KB maupun tradisional.
Untuk mengatur / menunda kelahiran biasa dengan menggunakan
metode tradisional, diantaranya sistim , ramuan-ramuan, pijat, mantra-
mantra, juga banyak pantangan-pantangan pantangan yang harus
dijalaninya salah satunya ulah ngalobakeun teuing ngadahar endog puyuh
mantak di puuk incu ( jangan terlalu banyak makan telur puyuh akan
mrngakibatkan banyak cucu ) dan lainnya, juga melalui pengetahuan
tentang KB trdisional secara turun temurun pada generasi berikutnya
Salah satu difinisi mengenai sikap mengatakan bahwa sikap yang
diperoleh melalui pengalaman dapat memperkaya pengetahuan dan
pengalaman akan mengubah prilaku. Dengan demikian pengetahuan dan
pengalaman KB tradisioanal akan menekan angka kelahiran yang positif
sesuai dengan yang di cita-citakan membentuk keluarga kecil sejahtra.
Suatu contoh Banglades, Kenya, Ethopia,Mexico dan negara lainnya telah
mulai kewalahan dalam pemberdayaan penduduk pedesaan yang telah
menuju overpopulation, seperti halnya telah dialami oleh pusat-pusat
perkotaan dengan demikian maka diduga bahwa Keluarga Berencana
18
( KB ) tradisional berpengaruh terhadap produktivitas anggota masyarakat
pada lingkungannya.
2. Hubungan Nilai-Nilai Social dengan Produktivitas Anggota
Masyarakat pada Lingkungannya
Rabbin ( 1996 ) berpendapat bahwa nilai sosial memiliki arti
keyakinan dasar prilaku seseorang atau gambaran tentang sesuatu yang
berharga, pantas dan diinginkan untuk meperbarui prilaku sosialnya. Nilai
yang sangat berhubungan erat dengan kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai
tertentu mengenai cara-cara pemenuhan kebutuhan hidup.
Di desa Cibanten tidak jauh dengan pendapat Robin , memang alat
kontrasepsi yang disediakan diapotek- apotek ada sebagian kecil yang
menggunakan.
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat
yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
19
Contohnya : di masyarakat Cibanten, bila punya anak lebih dari dua akan
merasa malu, begitu juga ibu bersalin tanpa bantuan guguni merasa kurang
lengkap walaupun sudah ditangani oleh medis, maka ada pelatihan bagi
dukun beranak yang diselengarakan oleh dinas kesehatan, begitu juga
membeli alat kontrasepsi merasa malu, dan harus mengeluarkan uang
setiap waktu, dan juga kadang – kadang lupa. Merasa malu suatu kepala
keluarga tidak mampu menghidupi anggota keluarganya,sehingga tidak
sedikit warga desa Cibanaten setelah menikah menunda kehamilannya.
Kalau di daerah lain ada istilah banyak anak banyak rizki tetapi di desa
Cibanten, banyak anak akan bertambah beban hidup. Dengan demikian
diduga nilai-nilai sosial, berpengaruh terhadap produktivitas anggota
masyarakat pada lingkungannya.
3. Hubungan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan
nilai-nilai social dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya
Dari penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa, produktivitas
anggota masyarakat pada lingkungannya dapat ditentukan oleh jumlah
penduduk, semakin banyak penduduk di suatu tempat masyarakat akan
produktiv namun kerusakan lungkungan tidak akan terkendali guna
memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi bila di suatu tempat jumlah
penduduknya seimbang dengan luas lahan maka, penduduk produktiv
tetapi lingkungan lebih terjaga. Karena ( KB ) tradisional telah turun
20
temurun sejak jaman dulu dapat menekan angka kelahiran, lingkungan
tidak telalu padat, masyarakat sangat giat bekerja tidak terlalu dibebani
oleh banyak anak. Demikian pula halnya, dengan nilai-nilai sosial akan
mempengaruhi produktivitas masyarakat. Maka dengan demikian bisa
dikatakan pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional, dan nilai-
nilai sosial berhubungan dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya.
Dari ketiga kerangka berpikir di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
rX1Y
rX1X2Y
rX2Y
Gambar 2.1 : Desain Penelitian
Adapun variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
a) X 1 = Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional, sebagai
variabel bebas ( independent variabel )
b) X 2 = Nilai-nilai sosial, sebagai variabel bebas ( independent
variabel )
c) Y = Produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya
X2
Y
X1
21
C. Hipotesis
Berdasarkan krangka bepikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB )
Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya.
2. Terdapat hubungan antara nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota
masyarakat pada lingkungannya.
3. Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional berhubungan dengan
nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
1. Pelaksanaan Keluarga Berencana ( KB ) tradisional.
2. Nilai-nilai sosial.
3. Produktivitas anggota masyarakat terhadap linkungannya
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Nopember 2012 sampai dengan
januari 2013, dan pengolahan data dilakukan pada bulan januari 2013.
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Sep 2012
Okt 2012
Nop 2012
Des 2012
Jan 2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Menyusunproposal
penelitian/revisiX X X
2 Menyusun instrumen penelitian
X X X X
3 UjiCoba instrument penelitian
X X X
4 Pelaksanaan penelitian X X X5 Pengumpulan data X X X5 Menganalisis data X X X6 Menyusun laporan X X X7 Seminar hasil
penelitianX
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan teknik korelasional. Metode deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk menjabarkan permasalahan yang terjadi saat ini.
Penggunaan metoge ini tidak menuntut perlakuan kkusus pada variable
penelitian. Fraenkel dan Wallen ( 1993: 157 ), Sadlack and Stanley ( 1992 )
menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
23
membuat penjelasan pengelompokan, analisis data, dan rangkuman data hasil
penelitian. Hal ini berarti metoda deskriptif bersifat menjabarkan data hasil
penelitian.
Korelasional berarti kajian keterhubungan antara dua atau lebih variabel
penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Fraenkel dan Wallen ( 1993:286 )
Sedlack and Stanley ( 1992 ) yang menyatakan bahwa metode korelasional
menitikberatkan penelitian pada pencarian hubungan antara variabel tanpa
mencoba untuk menentukan pengaruh dari variabel tersebut.
Dipilihnya metode ini karena penelitian yang penulis lakukan untuk
menentukan hubungan antar variabel yang terlibat dalam penelitian, yang
mana kedua variabel tersebut relevan dan akurat terjadi saat penelitian
dilaksanakan.
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita PUS ( Pasangan Usia
Subur ) yang bukan akseptor KB di desa Cibanten, kecamatan Cijulang,
kabupaten Ciamis. Sebanyak 1000 orang jumlah populasi berdasarkan
data dari kader KB desa Cibanten, kecamatan Cijulang, kabupaten
Ciamis.
Menurut Arikunto (2006 : 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.” Dalam penelitian ini sampel diambil dengan
teknik proportional stratified random sampling yaitu penetapan sampel
secara acak dengan prosentase yang sama besarnya dari tiap jenjang
tingkatan populasi.
24
“Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur
pengambilan sampel, yaitu harus refresentatif (mewakili) dan besarnya
harus memadai.” (Irawan Soehartono, Atherton & Klemmack, 1995 : 58)
menurut Arikunto, Suharsimi (2006:134) jika jumlah subyeknya besar,
dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Dalam hal ini peneliti mengambil
sampel 10%.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan teknik sebagai berikut:
a) Observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi lokasi penelitian
sebagai data sekunder.
b) Kuesioner, untuk meperoleh data KB tradisional dan nilai-nilai sosial
dalam produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya
sebagai data Primer
c) Wawancara untuk melengkapi data.
3. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala-gejala yang bervariasi yang menjadi titik
perhatian dari suatu penelitian dan menurut fungsinya variabel dibedakan
menjadi dua yaitu variabel penyebab dan variabel terikat (Suryobroto,
1999 : 105) . dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti
yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat atau tidak bebas.
1) Pelaksanaan KB Tradisional adalah variabel bebas (Independent
variabel) diberi simbol (X1)
25
2) Nilai – nilai sosial adalah variabel bebas (independent variabel)
diberi simbol (X2)
3) Produktivitas Anggota Masyarakat variabel terikat (devendent
variabel) diberi simbol (Y)
4. Instrumen Penelitian
a. Konsepsi yang mendasari penyusunan instrument.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi ( data )
tentang Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional sebagai Variabel
bebas kesatu. Nilai-nilai sosial sebagai variabel kedua dan
produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya sebagai variabel
tergantung.
KB tradisional dikonsefsikan sebagai bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan wanita PUS terhadap program KB tradisional yang
meliputi penundaan pengaturan kehamilandengan cara( 1) ramuan-
ramuan, ( 2 ) dipijat setelah melakukan hubungan, ( 3 ) mantra-mantra.
( 4 ) sitem menggeserkan lubang rahim.
Nilai-nilai sosial dikonsepsikan sebagai keseluruhan perasaan
anggota keluarga berkenaan dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial
meliputi ( 1 ) mersa malu mempunyai anak lebih dari dua, ( 2 ) merasa
malu membeli alat kontrasepsi, ( 3 ) merasa kurang yakin bersalin
tanpa melibatkan guguni, ( 4 ) Setelah punya bayi merasa bersalah
kalau bayinya tidak dimadikan setiap selasa dan jumat kaliwon oleh
26
guguni, ( 5 ) anak setelah dewasa selalu diarahkan untuk mencari
pasangan hidup.
Produktivitas anggota masyarakat pada lingkungan
dikonsepsikan pemanpaatan sumber daya alam yang meliputi, ( 1 )
Pemanpatan lahan pekarangan, sebagai apotek hidup misalnya
menanam tanaman nanas sebagai alat kontrasepsi, ( 2 ) pamanpaatan
pematang sawah untuk ditanami palawija untuk memenuhi kebutuhan
gizi, ( 3 ) pemanpaatan kebun untuk ditanami tupang sela untuk
memenuhi kebutuhan pokok lainya.
b. Penyusunan Butir Instrumen
Untuk menjaring informasi tentang pelaksanaan Keluarga
Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai sosial dengan produktivitas
anggota masyarakat pada lingkungannya, adalah sebagai berikut
angket ( questioner ) untuk mendapatkan informasi tentang Keluarga
Berencana ( KB ) tradisional, nilai-nilai sosial, dan informasi tentang
produktivitas anggota masyarakat pada lingkungannya diperoleh.
Angket Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai
dalam bentuk skala sikap terdiri dari 5 pilihan ( option ), dan pilihan
yang paporavel dinilai 4 sedangkan option yang tidak favorable dinilai
0.
Sebelum dilakukan pengujian, angket ini diujicobakan terlebih
dahulu kepada pihak yang bukan anggota populasi. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui validitas dan reabilitas angket tersebut.
27
Angket Keluarga Berencana ( KB ) Tradisional dan nilai-
nilai sosial disajikan dalam satu paket diperuntukan bagi wanita
PUS respunden. Paket instrument penelitian tersebut terdiri dari 5
bagian, yaitu ( 1 ) bagian pengantar, bagian informasi awal,
meliputi daftar isian tentang identitas responden, ( 3 ) bagian
petunjuk pengisian, ( 4 ) bagian item pertanyaan dan pernyataan ( 5
) bagian lembar-lembar isian.
c. Validitas dan Reabilitas Instrumen
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket
yaitu sebuah angket harus valid dan reliabel. Suatu angket
dikatakan dikatakan valid jika angket tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angkettersebut.
Sedangakan suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban sesorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau setabil dari waktu
kewaktu.
d. Uji Coba Instrumen
Sebelum sebuah tes dan angket diujikan langsung kepada
responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk menguji kadar
relevansi antara apa yang akan diukur dengan rumusan pertanyaan
dan kemungkinan jawabannya ( validitas ) dan kadar kesetabilan
jawaban dari pertanyaan dalam tes atau angket ( reliabilitas )
Dalam penelitian ini instrument penelitian diuji cobakan
kepada wanita PUS Desa Cijulang sebanyak 20 responden.
28
Pengujian validitas dan reliabel, berarti butir-butir tersebut
sudah bias mengukur faktornya. Dalam pengujian butir soal dan
angket tersebut, bias terjadi butis soal tidak valid dan reliabel.
Soal-soal yang demikian dibuang jika perlu diganti dengan butir
yang lain. Namun, butir pengganti ini pun harus diuji cobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir
tersebut.
Dalam penelitian ini pengujian validitas dan reliabilitas
menggunakan bantuan computerdengan software “ SPSS” versi
18,0”.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji validitas
butir, yaitu dengan menguji H0 ( butir soal tidak valid ) dan H₁
( butir soal sudah valid ) dengan ketentuan: jika r-hitung> r-tabel,
maka H0 ditolak dan H₁ diterima.
Langkah-langkah berikutnya adalah menguji reliabilitas
butir yaitu menguji H0 ( tes atau angket tidak reliabel ) dan H₁ ( tes
atau angket sudah reliabel ) dengan ketentuan: jika r-alpha> r-
tabel, maka H0 ditolak dan H₁ diterima sedangkan jika r-alpha> r-
tabel, maka H0 ditolak dan H₁ diteerima.Instrumen dalam penelitian
ini berupa angket dan tes pengetahuan, pembuatan angket dan tes
didahului dengan penentuan kisi-kisi an. Kisi-kisi disusun
berdasarkan indikator untuk masing-masing variabel penelitian.
Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada setiap variabel berikut :
29
e. Variabel Pelaksanaan KB Tradisional (X1)
Angket diberikan kepada ibu untuk mengetahui pelaksanan
keluarga berencana tradisional. Seberapa seringkah masyarakat
melaksanakan KB Tradisional. Dengan indikator yang tertera
dalam tabel berikut ini.
TABEL 3.1 KISI-KISI ANGKET PELAKSANAAN KB TRADISIONAL
No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
1Pelaksanaan KB Tradisional (X1)
- Penggunaan alat kontrasepsi- persepsi KB Tradisional- kebiasaan melakukan KB tradisonal- dukungan KB Tradisional
1, 23,4,5,10,12,14,18,196,7,8,9,11,15,16,17, 20,21,22,23,24,25
13
25
soal
f. Variabel Nilai – nilai Sosial (X2)
Instrumen diberikan kepada masyarakat berupa tes nilai – nilai
sosial, untuk mengetahui seberapa besar nilai – nilai sosial yang
berkembang di masyarakat. Dengan indikator tertulis dalam tabel
kisi-kisi berikut ini:
TABEL 3.2 KISI-KISI NILAI – NILAI SOSIAL
30
N
oVariabel Indikator Butir Soal Jumlah
1 Nilai – nilai Sosial (X2)
- Nilai Penggunaan Alat Kontrasepsi- mengatur kelahiran- nilai KB tradisional-budaya yang terjadi di masyarakat
1,2,3,5,16
4,6,8,19,22,7,9,15
10,11,12,13,14,17,18,20,21,23,24,25
25
soal
g. Variabel Produktivitas Masyarakat (Y)
Angket diberikan pada masyarakat untuk melihat produktivitas anggota
masyarakat. Ditunjukan dengan kisi-kisi yang tertulis dalam tabel berikut
ini.
TABEL 3.2KISI-KISI ANGKET PRODUKTIVITAS MASYARAKAT
No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
1
Produktivitas anggota masyarakat (Y)
- kepemilikan lahan kosong- pemanfaatan lahan kosong- persepsi lahan kosong-
1,2,3
4,5,11,14,15,19,21,24
6,7,8,9,10,12,13,16,17,18,20,22,23,25
25soal
5. Teknik Analis Data
31
Pengolahan dan analisisdata hasil penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif, yaitu dengan metode statistik. Teknik statistik
yang digunakan adalah teknik korelasi dan regresi linier sederhana,
dengan langkah-langkah
a) Menguji normalitas data
b) Menentukan persamaan regresi
1) Antara keluarga berencana ( KB ) tradisional dengan
produktifitas anggota masyarakat pada lingkungannya.
2) Antara nilai-nilai sosial dengan produktivitas anggota
masyarakat pada lingkungannya
3) Anatara Keluarga Berencana ( KB ) tradisional dan nilai-nilai
sosial dengan produktivitas anggota masyarakat pada
lingkungannya.
c) Menguji linieritas regresi
d) Menguji koefisien korelasi ( r )
e) Menguji hipotesis dengan derajatkebebasan ( dk ) =n-1, pada
oprobality error ( p )= 5 %
f) Menghitung koefesien determinasi r² untuk mengetahui kekuatan
hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi data
Pembahasan Bab IV disajikan Gambaran Deskriptif data mengenai Pelaksnaan
Keluarga Berencana (KB) Tradisional, Nilai – nilai sosial dan Produktivitas
Anggota masyarakat dengan cara pengkategorian atau pengelompokan.
Berdasarkan data tersebut, selanjutnya disajikan pengujian hipotesis dan
pembahasannya.
4.1.1. Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional
Tabel 4.1Deskripsi data Pelaksanaan Keluarga Berncana Tradisional
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sering 20 20.0 20.0 20.0
Kadang - kadang
55 55.0 55.0 75.0
Jarang 25 25.0 25.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa 20% masyarakat sering
melaksanakan Keluarga Berencana Tradisional sedangkan yang menyatakan
kadang – kadang melaksanakan KB Tradisional sebesar 55%
33
Deskripsi mengenai Pelaksanaan keluarga berencana tradisional
digambarkan pula menggunakan diagram PIE yang disajakan di bawah ini
Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 55% masyarakat kadang –
kadang melaksanakan Keluarga Berencana Tradisional.
4.1.2. Produktivitas Anggota Masyarakat
Tabel 4.2Produktivitas Anggota Masyarakat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 3 3 3,0 3
Cukup 36 36 36,0 39.0
kurang 61 61.0 61.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa 36,0% Produktivitas Masyarakat
cukup baik sedangkan yang memiliki produktivitas yang baik hanya 3.0%,sisanya
atau sebagian besar masyarakat (61,0%) memiliki produktivitas yang kurang
20%
55%
25%
Gambar 4.1Diagram PIE Pelaksanaan KB Tradisional
Sering kadang - kadang Jarang
34
Deskripsi mengenai Produktivitas anggota masyarakat digambarkan pula
menggunakan diagram PIE yang disajikan di bawah ini
Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 61% tingkat produktivitas
anggota masyarakat masih kurang.
4.1.3. Nilai – Nilai Sosial
Tabel 4.3Deskripsi data Nilai – Nilai Sosial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 22 22.0 22.0 22.5
Cukup 28 28.0 28.0 50.0
kurang 50 50.0 50.0 100.0
Total 120 100.0 100.0
Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa 28,0% masyarakat memiliki Nilai –
nilai sosial cukup baik sedangkan yang memiliki nilai – nilai sosial yang baik
3%36%
61%
Gambar 4.2Diagram PIE Produktivitas Anggota
Masyarakat
baik Cukup Kurang
35
hanya 22.0%,sisanya atau sebagian besar masyarakat (50%) memiliki Nilai – nilai
sosial yang kurang
Deskripsi mengenai Nilai – nilai sosial digambarkan pula menggunakan
diagram PIE yang disajikan di bawah ini
Dalam Diagram PIE menunjukan Bahwa 50% masyarakat memiliki Nilai
– Nilai sosial yang kurang.
4.2. Pengujian Hipotesis
Pada Pemaparan ini akan disajikan hasil pengujian terhadap hipotesis yang
diajukan pada penelitian ini sebagaimana telah disajikan pada Bab II, sebagai
berikut
22%
28%
50%
Gambar 4.3Diagram PIE Nilai - nilai sosial
baik Cukup Kurang
36
4.2.1. Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional dengan
Produktivitas Anggota Keluarga
Tabel 4.4Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional dengan
Produktivitas Anggota Keluarga
Produktivitas Anggota
Masyarakat
Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional Total
PSering Kadang Jarang
N % N % N % N %
Baik 0 0 0 0 3 100 3 100
0,000
Cukup 0 0 14 25.0 22 75.0 36 100
Kurang20
29,6 41 70,4 0 0 61 100
Jumlah20
20.0 55 55,0 25 25,0100
100
Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari 3 responden yang memiliki
produktivitas yang baik, seluruhnya (100%) menyatakan bahwa jarang
melaksanakan keluarga berencana tradisional,kemudian dari 61 siswa yang
memiliki produktivitas yang kurang, sebagian besar atau 70,4% menyatakan
kadang – kadang melaksanakan keluarga berencana tradisional.
Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan
5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai
signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika
nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak
37
dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara Pelaksanaan Keluarga berencana tradisional dengan produktivitas
anggota masyarakat.
Gambar 4.4Scatterplot Hubungan Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional
dengan Produktivitas Anggota Masyarakat
Gambar 4.4 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Pelaksanaan
Keluarga Berencana Tradisional dengan produktivitas anggota masyarakat
bersifat negatif, artinya bahwa semakin sering melaksanakan KB Tradisional
maka semakin rendah produktivitas masyarakat. Kemudian untuk melihat
besaran kontribusi Pelaksanaan Keluarga Berencana Tradisional terhadap
Produktivitas Anggota masyarakat dapat dilahat pada tabel 5 di bawah ini
Tabel 4.5
Analisis Korelasi Pelaksanaan KB Tradisional dengan Produktivitas Anggota Masyarakat
Pelaksanaan KB Tradisional
Produktivitas Anggota MAsyarakat
38
R R2 Persamaan Garis0,927 0,858 Produktivitas = 123,66 – 0,403xPelaksanaan
Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dengan Produktivitas Anggota
Keluarga menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,927). Nilai koefisien dengan
determinasi 0,858, artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat
menerangkan 85,8% variasi produktivitas anggota masyarakat atau persamaan
garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel produktivitas
anggota masyarakat. Hasil persamaan garis menunjukan bahwa setiap
penambahan 1 (satu) poin pelaksanaan KB tradisional maka produktivitas
anggota masyarakat akan berkurang sebesar 0,403.
4.2.2. Hubungan Nilai – Nilai Sosial dengan Produktivitas Anggota
Masyarakat
Tabel 4.6Hubungan Nilai – nilai sosial dengan Produktivitas Anggota Masyarakat
Nilai – Nilai Sosial
Produktivitas Anggota MasyarakatTotal
PBaik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Baik 3 11,1 19 88,9 0 0 22 100
0,000Cukup 0 0 17 63,6 11 36,4 28 100
Kurang 0 0 0 0 50 100 50 100
Jumlah 3 3,0 36 36,0 61 61,0 100 100
Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa dari 22 responden yang memiliki
nilai - nilai yang baik, sebagian besar atau 88,9% memiliki produktivitas yang
39
cukup, kemudian dari 28 responden yang memiliki nilai – nilai sosial yang
cukup baik sebagian besar atau 63,6% memiliki produktivitas yang cukup
baik, sedangkan dari seluruh responden yang memiliki nilai – nilai sosial
yang kurang, seluruhnya memiliki produktivitas yang kurang.
Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan
5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai
signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika
nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan
antara nilai – nilai sosial dengan produktivitas Anggota masyarakat.
Gambar 4.5Scatterplot Hubungan Nilai – Nilai Sosial dengan Produktivitas Anggota
Masyarakat
40
Gambar 4.5 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Nilai – nilai sosial
dengan produktivitas anggota masyarakat bersifat positif, artinya bahwa
semakin baik nilai – nilai sosial di masyarakat maka semakin baik pula
produktivitas anggota masyarakat. Kemudian untuk melihat besaran
kontribusi nilai – nilai sosial terhadap produktivitas anggota masyarakat dapat
dilahat pada tabel 7 di bawah ini
Tabel 4.7Analisis Korelasi nilai – nilai sosial dengan Produktivitas Anggota
MasyarakatR R2 Persamaan Garis
0,964 0,929 Produktivitas = 72,83 +0,272Xnilai Sosial
Hubungan Nilai – nilai sosial dengan Produktivitas anggota
masyarakat menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,964). Nilai koefisien
dengan determinasi 0,929, artinya persamaan garis regresi yang diperoleh
dapat menerangkan 92,9% variasi produktivitas anggota masyarakat atau
persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel
produktivitas anggota masyarakat. Hasil persamaan garis menunjukan bahwa
setiap penambahan 1 (satu) poin nilai – nilai sosial maka produktivitas
anggota masyarakat akan bertambah sebesar 0,272.
41
4.2.3. Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dan Nilai – Nilai Sosial
dengan Produktivitas Anggota Masyarakat
Tabel 4.8 Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional dan Nilai – Nilai Sosial
dengan Produktivitas Anggota Keluarga
Pelaksanaan KB Tradisional dan
Nilai – Nilai Sosial
Produktivitas Anggota MasyarakatTotal
PBaik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Jarang dan Baik 3 11,1 24 88,9 0 0 27 100
0,000
Jarang dan Cukup 0 0 3 100 0 0 3 100
Kadang – kadang dan cukup
0 0 9 30,0 21 70,0 30 100
Kadang – kadang dan kurang
0 0 0 0 26 100 26 100
Sering dan kurang 0 0 0 0 14 100 14 100
Jumlah 3 3,0 36 36,0 61 61,0 100 100
Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa dari 27 responden yang
Menyatakan jarang melaksanakan KB Tradisional dan memiliki nilai – nilai
sosial baik, sebagian besar atau 88,9% memiliki produktivitas yang cukup,
dari 3 responden yang menyatakan jarang melaksanakan KB Tradisional dan
memiliki Nilai – nilai sosial yang cukup, seluruhnya memiliki produktivitas
yang cukup baik, dari 30 responden yang menyatakan kadang – kadang
melaksanakan KB Tradisional dan namun memiliki nilai – nilai sosial yang
42
cukup,sebagian besar yaitu 70,0% memiliki produktivitas yang kurang baik.
Kemudian dari 36 responden yang menyatakan kadang – kadang
melaksanakan KB tradisional namun memiliki nilai – nilai sosial kurang,
seluruhnya memiliki produktivitas yang kurang baik, sedangkan dari 24
responden yang menyatakan sering melaksanakan KB Tradisional dan
memiliki nilai – nilai sosial yang kurang seluruhnya memiliki produktivitas
yang kurang baik
Hasil uji statistik hubungan Product Moment dengan derajat kesalahan
5 % atau 0,05 didapatkan nilai signifikasi 0.000, itu berarti bahwa nilai
signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan (0,000 < 0,05), mengingat jika
nilai p atau signifikasi lebih kecil dari tingkat kesalahan berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan
antara pelaksanaan KB Tradisional dan nilai – nilai sosial dengan
produktivitas anggota masyarakat.
Pelaksanan KB dan Nilai – Nilai Sosial
Produktivitas Anggota MAsyarakat
43
Gambar 4.6Scatterplot Hubungan Pelaksanaan KB Tradisional Dan Nilai – Nilai sosial Dengan Produktivitas Anggota Masyarakat
Gambar 4.6 diatas menunjukan bahwa hubungan antara Pelaksanaan KB
tradisional dan nilai – nilai sosial dengan produktivitas anggota masyarakat
bersifat positif, artinya bahwa semakin jarang melaksanakan KB tradisional
dan semakin baik nilai – nilai sosial maka semakin baik pula produktivitas
anggota masyarakat. Kemudian untuk melihat besaran kontribusi pelaksanaan
KB tradisional dan nilai – nilai sosial terhadap produktivitas anggota keluarga
dapat dilahat pada tabel 9 di bawah ini
Tabel 4.9Analisis Korelasi Pelaksanaan KB Tradisional dan nilai – nilai sosial
dengan Produktivitas masyarakatR R2 Persamaan Garis
44
0,966 0,933 Produktivitas = 72,9+(0,211xnilai sosial)+(0,101xpelaksanan KB)
Hubungan pelaksanaan KB tradisional dan nilai – nilai sosial dengan
produktivitas anggota masyarakat menunjukan hubungan yang kuat (r =
0,966). Nilai koefisien dengan determinasi 0,933, artinya persamaan garis
regresi yang diperoleh dapat menerangkan 93,3% variasi produktivitas
anggota masyarakat atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
menjelaskan variabel produktivitas anggota masyarakat. Hasil persamaan
garis menunjukan bahwa setiap penambahan 1 (satu) poin pelaksanaan Kb
Tradisional dan nilai – nilai sosial maka produktivitas anggota masyarakat
akan bertambah sebesar 0,312.