hubungan pengatuan dan sikapterhadap risiko …
TRANSCRIPT
ii
HUBUNGAN PENGATUAN DAN SIKAPTERHADAP
RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA
REMAJA DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR
BANJARMASIN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh Aisyah
NIM: 14.IK.373
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN 2018
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR
BANJARMASIN
SKRIPSI
Disusun Oleh
Aisyah NIM : 14.IK.373
Telah Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Skripsi pada Tanggal 2 Agustus 2018
Pembimbing l Pembimbing ll Angga Irawan, Ns.,M.Kep Nurul Hidayah,SKM.,M.Kes NIK.19.44.2011.053 NIK.19.44.2011.046
iv
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR
BANJARMASIN
SKRIPSI
Disusun Oleh Aisyah
NIM : 14.IK.373
Telah Diujikan dan Dipertahankan Dihadapan Dosen Penguji Skripsi Pada Tanggal 2 Agustus 2018
Mengetahui
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING KATA PENGANTAR
Ketua Dewan Penguji Angga Irawan, Ns.,M.Kep NIP.19.44.2011.053
Anggota Dewan Penguji Nurul Hidayah,SKM.,M.Kes NIP.19.44.2011.046 Penguji Utama Adriana Palimbo, S.Si.T.,M.Kes NIK. 19.44.2004.005
Ketua STIKES Sari Mulia Banjarmasin H.R. Soedarto WW, Sp.OG NIK.19.44.2004.001
Ketua Program Studi Ners Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH NIK.19.44.2004.008
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sebenarnya
bahwa SKRIPSI yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama
arahan dosen pembimbing dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk
apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam SKRIPSI ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan dan tertuang dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan keaslian tulisan ini dibuat dengan sebenarnya.
Banjarmasin, Agustus 2018 Yang membuat pernyataan, AISYAH NIM 14.IK.373
vi
ABSTRAK AISYAH. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Risiko Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja Di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin. Dibimbing oleh ANGGA IRAWAN dan NURUL HIDAYAH.
Latar Belakang: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh manusia. Resiko paling sering terjadi yaitu kerusakan pada sistem saraf dan organ-organ penting, penyalahgunaan NAPZA sebagiam besar pada kalangan remaja. Masa remaja merupakan masa transisi, pada masa tersebut remaja mulai mencari jati diri. Tahun 2015, Daerah Istimewa Banjarmasin mencatat 60.182 orang tersangkut kasus narkoba, dengan rentang usia 10 – 59 tahun, dan remaja sangat rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko penyalahgunaan NAPZA. Metode: Penelitian ini menggunakan survey analytic, yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. dengan desain penelitian adalah cross sectional, dalam penelitian ini menggunakan propotionale stratified random sampling, metode statistik yang digunakan adalah Kendal Tau dan jumlah sampel 74 responden. Hasil: Berdasarkan penelitian diperoleh data mengenai tingkat pengetahuan remaja kategori baik sebanyak 54 siswa (73,0%). Sikap remaja tentang penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin mayoritas positif atau baik sebanyak 54 siswa (73,0%) dengan p value 0,003 (p value < 0,05). Simpulan: Ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin. Kata Kunci: Pengetahuan, Penyalahgunaan NAPZA , Remaja, Sikap.
vii
ABSTRAK
AISYAH. Relationship of Knowledge and Attitude with the Risk of Drug Abuse in Adolescents in Kelayan Timur Village, Banjarmasin. Supervised by ANGGA IRAWAN and NURUL HIDAYAH. Background : Narcotics, Psychotropic, and other addictive substances (drugs) are chemicals that are inserted into the human body. The most common risk is damage to the nervous system and important organs, drug abuse mostly among teenagers. Adolescence is a transitional period, at that time teenagers start looking for identity. In 2015, the Banjarmasin Special Region recorded 60,182 people involved in drug cases, ranging in age from 10 - 59 years, and teenagers were very vulnerable to drug abuse. Objective : Knowing the relationship of knowledge and attitude to the risk of drug abuse. Method : This study uses an analytical survey, which is to find the relationship between independent variables and dependent variables. with a cross sectional study design, in this study using propotionale stratified random sampling, the statistical method used was Kendal Tau and a total sample of 74 respondents. Result : Based on the research obtained data about the level of knowledge of adolescents in the good category as many as 54 students (73.0%). Adolescent attitudes about drug abuse in Kelayan Timur Village, Banjarmasin, have a positive or good majority of 54 students (73.0%) with p value 0.003 (p value <0.05).
Conclusion : There is a relationship of knowledge and attitudes with the risk of
drug abuse in Kelayan Timur Village, Banjarmasin. Keywords: Attitude, Drug Abuse, Level of knowledge, and Teen.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi. Setelah
mengalami berbagai rintangan, halangan dan cobaan, serta pasang surutnya
semangat yang penulis hadapi, akhirnya telah sampai pada tahapan akhir
penyusunan Skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan untuk
mencapai gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.
Pada penyusunan dan penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan
penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG.,M.Pd selaku ketua Yayasan Indah
Banjarmasin.
2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sari Mulia.
3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH. Selaku Ketua Program Studi dan
Profesi Ners STIKES Sari Mulia.
4. Bapak Angga Irawan, Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, petunjuk, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
5. Ibu Nurul Hidayah, SKM.,M.Kes Selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan, petunjuk, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
6. Ibu Adriana Palimbo, S.Si.T.,M.Kes Selaku dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan, petunjuk, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
7. Responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam melakukan penelitan.
ix
8. Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin yang telah memberikan izin dan
kesempatan untuk melakukan penulisan.
9. Kedua orang tua dan segenap keluarga keluarga saya yang selalu
memberikan do’a dan pengertian selama penulis menjalani perkuliahan dan
akhirnya bisa sampai menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman seperjuangan Angkatan VI yang selalu berjuang bersama
melewati suka maupun duka dan bersedia untuk berdiskusi serta selalu
memberikan motivasi satu sama lain.
Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman berikan mendapat
ridho dari ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan
penulisan Skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan.
Banjarmasin, Agustus 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 6
E. Keaslian Penulisan ................................................................................... 8
F. Perbedaan Keaslian Penelitian ................................................................. 9
BAB II. TINJAUAN TEORI ................................................................................. 10
A. Landasan Teori ...................................................................................... 10
1. Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat-zat adiktif (NAPZA) ............. 10
a. Pengertian ..................................................................................... 10
b. Risiko penyalahgunaan NAPZA ..................................................... 11
c. Jenis-jenis narkoba ...................................................................... 14
d. Dampak penyalahgunaan narkoba ................................................ 16
xi
e. Peran perawat komunitas ............................................................. 18
2. Remaja .............................................................................................. 18
a. Definisi Remaja .............................................................................. 18
b. Ciri – Ciri Remaja ........................................................................... 19
c. Tahap Perkembangan Remaja....................................................... 20
d. Tumbuh Kembang Remaja ............................................................ 21
e. Permasalahan Remaja Dalam Prilaku Penggunaan NAPZA .......... 22
3. Pengetahuan ..................................................................................... 24
a.Definisi ............................................................................................ 24
b.Tingkat Pengetahuan ...................................................................... 25
c.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................ 26 8
4. Sikap ................................................................................................. 30
a. Definisi Sikap ................................................................................ 30
b. Ciri-ciri Sikap ................................................................................. 31
c. Fungsi Sikap ................................................................................. 32
d. Pembentukan Sikap ...................................................................... 32
e. Perubahan Sikap ........................................................................... 34
B. Kerangka Teori ....................................................................................... 36
C. Kerangka Konsep ................................................................................... 37
D. Hipotesis ................................................................................................ 37
BAB III. METODELOGI PENULISAN ................................................................. 38
A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penulisan ................................. 38
B. Metode Penelitian ................................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel.............................................................................. 38
D. Variabel Penulisan dan Definisi Operasional .......................................... 40
E. Pengumpulan Data ................................................................................. 42
xii
F. Uji kualitas data ...................................................................................... 44
G. Metode analisa data ............................................................................... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................... 50
B. Hasil Penelitian....................................................................................... 52
C. Pembahasan .......................................................................................... 59
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 65
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 50
A. Simpulan ................................................................................................ 52
B. Saran ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... ......66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penulisan ....................................................................................... 7
3.1 Definisi Operasional ..................................................................................... 41
4.1 Lembaga Pendidikan .................................................................................. 51
4.2 Distribusi Karakteristik Usia Responden ..................................................... 52
4.3 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Responden ....................................... 52
4.4 Distribusi Karakteristik Pekerjaan ................................................................. 53
4.5 Distribusi Karakteristik Tingkat Pendidikan .................................................. 54
4.6 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi ................................ 54
4.7 Pengetahuan ............................................................................................... 55
4.8 Sikap ........................................................................................................... 56
4.9 Penyalahgunaan NAPZA ............................................................................. 56
4.10 Hubungan Pengetahuan dengan Penyalahgunaan NAPZA ....................... 57
4.10 Hubungan Sikap dengan Penyalahgunaan NAPZA ................................... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 36
2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Judul Rencana Kegiatan Penulisan
Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul Proposal Penulisan
Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 Surat Permohonan Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Surat Perizinan Melakukan Penelitian
Lampiran 7 Surat Permohonan Kesedian Menjadi Responden
Lampiran 8 Rencana Master Tabel Untuk Proses Penelitian
Lampiran 9 Hasil Penelitian
Lampiran 10 Lembar Berita Acara
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Pembimbing II
Lampiran 13 Riwayat Hidu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat-zat adiktif sangat berbahaya bagi tubuh dan menjadi masalah
bagi umat manusia di berbagai belahan bumi. Zat tersebut dikenal dengan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah yang
popular dikenal masyarakat sebagai Narkoba (Narkotika dan Obat
Berbahaya). NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung, maupun
disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimiawi itu dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan dan perilaku seseorang. Pemakaian terus-
menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau psikologis.
Risiko yang paling sering terjadi adalah kerusakan pada system saraf dan
organ-organ penting lainnya seperti jantung, paru-paru dan hati (Kemenkes
RI, 2014).
Menurut Office of National and policy (2015) mengatakan bahwa
diperkirakan sekitar 167 hingga 315 juta orang dari jumlah penduduk dunia
yang berusia 15-64 tahun menggunakan narkoba minimal sekali dalam
setahun di 2013. Menurut Wold Health Organization (WHO) penyalahgunaan
NAPZA pada remaja sebanyak 5.000.000 jiwa 2016. Di Indonesia sendiri
15.000 orang setiap tahunnya akibat mengkonsumsi NAPZA (Forum, 2005),
sedangkan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia semakin banyak dimulai
berkisar pada usia 10 tahun.
Berdasarkan hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN) yang
bekerjasama dengan Universitas Indonesia, menyatakan Banjarmasin
termasuk 10 Ibu kota provinsi yang banyak penyalahgunaan narkoba sekitar
2
4,3% pada tahun 2016, Kalimantan mengabarkan Kota Banjarmasin
peringkat pertama penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Selatan dengan
jumlah mendekati angka 12.000 jiwa dan sekitar 1.241 orang yang menjalani
rehabilitasi.
Peredaran narkotika dan obat-obat terlarang semakin merambah ke
semua generasi. Tidak hanya menerjang usia produktif (remaja dan orang
dewasa) namun juga telah sampai ke usia anak-anak. Dengan beragam
modus, para pengedar sudah menyerang anak-anak sejak usia dini. Tak
peduli di mana dan kapan waktunya. Sekolah adalah sasaran
utamanya.Bisa dibayangkan jika sejak anak-anak sudah terserang narkoba,
bagaimana nanti jika ia sudah beranjak remaja. Perkembangan otak si anak
juga akan terganggu. Dan besar kemungkinan ia akan condong ke berbagai
tindak kriminal.Bangsa ini akan maju di masa yang akan datang, jika
generasi sekarang benar-benar dijarahkan dan dipersiapkan untuk maju.
Sebab generasi muda merupakan tonggak pembangunan bangsa masa
datang. Oleh karena itu, generasi yang ada harus sungguh-sungguh di didik,
diarahkan, untuk lebih mencintai negeri ini.
Penyalahgunaan NAPZA pada masyarakat dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksitasi
(keracunan), overdosis (OD) yang dapat menyebabkan kematian karena
terhentinya pernapasan dan perkembangan otak, gangguan perilaku (mental
sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, serta masalah ekonomi
dan hukum. NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi
untuk proses belajar siswa. penyalahgunaan NAPZA akan beRisiko besar
terjadinya tindak kejahatan dan perilaku asosial pada siswa yang akan
menganggu ketertiban dan keamanan dalam proses belajar, merusak
3
barang-barang sekolah hingga meningkatnya perkelahian antar siswa.
Terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga
terbentuk pasar gelap perdagangan narkoba yang sangat sulit diputuskan
mata rantainya. Akibatnya Negara mengalami kerugian karena masyarakat
yang tidak produktif, kejahatan meningkat, serta sarana dan prasarana yang
harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut (Fitria, 2013).
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
35 tahun 2009 pasal 13 tentang penggunaan Narotika untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbunyi “Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Akan tetapi, dalam
kenyataan tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan narkoba sudah
diselewengkan oleh konsumen narkoba yang tidak sah atau ilegal menurut
hukum.
Menurut Monk (2004), masa-masa remaja penuh dengan kegelisahan
dan kegoncangan, sering melakukan hal-hal negatife yang bisa ditandai
dengan munculnya perilaku menyimpang pada remaja. WHO mendefinisikan
remaja secara konseptual, dengan tipe kriteria, yaitu biologi, psikologi, dan
sosial ekonomi. WHO menetapkan batasan usia remaja 12-21 tahun,
(Delphie, 2009), Remaja merupakan kelompok Risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan narkoba, dampak negatif di era globalisasi adalah
maraknya peredaran dan penyalahgunaan NAPZA secara illegal dan telah
menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat (Wulan, 2015).
Salah satu upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dikalangan
remaja adalah dengan meningkatkan pengetahuan. Remaja merupakan
objek yang secara emosional masih labil, sehingga sangat rentan untuk
menggunakan narkoba. Mulai dari rasa ingin tahu, mau coba-coba, ikut-
4
ikutan teman, rasa solidaritas grup yang kuat dan memilih lingkungan yang
salah sampai dengan faktor keluarga yang kurang perhatian dan lain
sebagainya, disamping dari objek sasarannya yang labil, sekolah dan
kampus yang menjadi tempat yang rentan untuk peredaran narkoba
(Tommy, 2010).
Dalam interaksi sosial, individu beraksi membentuk pola sikap terentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap terdiri pengalaman pribadi, pengaruh orang lain,
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor
emosional (Azwar,2007). Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan
melakukan penentuaan sikap terhadap pemikiran filosofi dan etis. Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya (Tarwoto,
2010). Sikap merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di
linggkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek
(Notoatmodjo, 2007).
Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah dalam upaya
pencegahan Narkoba : Narkotika dan Obat Bahan Berbahaya sebutan lain
NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Menurut UU No.22
Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan Itulah sebabnya diperlukan
dukungan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia dalam rangka upaya
pencegahan dan penanggulangan kasus narkoba ini. Dalam hal ini, dituntut
peran aktif tidak hanya dari pemerintah, namun juga dari masyarakat sipil.
5
Seperti misalnya didirikannya beberapa kelompok masyarakat peduli kasus
narkoba, yang kini banyak ditemukan terutama di kota-kota besar.
Kemungkinan faktor-faktor yang berhubungan dengan NAPZA pada
remaja diKelurahan Keayan Timur yaitu : 1) Karakteristik perilaku antara lain
umur, pendidikan dan perilaku merokok 2) Lingkungan faktor sosial seperti
kondisi lingkungan pemukiman peran pengawasan orang tua, sedangkan
faktor lainnya seperti rasa keingin tahuan, rasa kejenuhan dirumah, selain itu
peran serta masyarakat sebagai mitra dalam pelaksanaan program
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA belum maksimal, Berdasarkan
hasil studi pendahuluan mengungkapkan bahwa di Kelurahan Kelayan Timur
satu diantara lima berhubungan dengan tingkat kerentanan penyalahgunaan
NAPZA
Upaya pencegahan ini melibatkan semua pihak untuk menjelaskan baik
tokoh masyarakat, keluarga dan remaja itu sendiri, peran perawat komunitas
dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA dipandang sebagai strategi
yang penting, karena perawat berpotensi mampu melakukan multiperan
dalam program penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui program
pengajaran kesehatan konsultasi kesehatan dan memberikan informasi yang
tepat pada penderita tentang penyakit yang ditimbulkan.
Hasil studi pendahuluan peneliti di Badan BNN Kota Banjarmasin pada
tanggal 10 Oktober 2017, didapatkan data pengguna yang menjalani
rehabilitasi berusia <15 tahun-19 tahun sekitar 96 orang, usia 20- diatas 40
tahun sekitar 54 orang dan juga hasil wawancara yang dilakukan di
Kelurahan Kelayan Timur merupakan wilayah yang padat penduduk dengan
pemukiman warga yang berada di bentaran sungai dan gang-gang kecil
yang padat pula. Diketahui bahwa jumlah RT yang ada di Kelurahan Kelayan
Timur ada 39 dengan rincian Jumlah penduduknya ialah 16.305 jiwa/orang
6
terdiri dari 4249 kepala keluarga (KK) jumlah remaja di Kelurahan Kelayan
Timur sebanyak 2.400 jiwa.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan
dan sikap dengan penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu
masalah yaitu, Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap Risiko
penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kelayan Banjarmasin?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyalahgunaan
NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin
b. Mengidentifikasi sikap remaja di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin
c. Mengidentifikasi Risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja di
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
d. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan risiko
penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin
7
e. Menganalisis hubungan sikap dengan risiko penyalahgunaan
NAPZA pada remaja di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini mengaplikasikan teori perilaku dalam memahami tentang
hubungan pengetahuan dan sikap terhadap penyalahgunaan NAPZA
pada remaja di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
pendidikan serta sebagai tambahan bahan bacaan diperpustakaan
b. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan wacana serta
informasi bagi layanan kesehatan agar lebih memperhatikan para
residen supaya terlepas dari penyalahgunaan Napza.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi selama perkuliahan
dan mendapat pengalaman serta mengembangkan ilmu pengetahuan
bagi peneliti dan peneliti ini juga diharapkan sebagai data sekunder
yang berguna bagi peneliti selanjutnya.
8
E. KEASLIAN PENELITIAN
No Nama / judul dan tahun penelitian
Desain Hasil
1. Novita S. (2012), penelitian tentang pengetahuan dan sikap dengan remaja terhadap penyalahgunaan NAPZA.
Desain penelitian ini observasional analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi 259 orang, sampel 157 responden, teknik sampling Probability Sampling dengan pengambilan sampel secara proportionate stratified random sampling.
Hasil penelitiandengan uji Chi squarediperoleh x
2
hitung (9,607) >x2
tabel (5,991) sehingga hasilnya menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang NAPZA dengan sikap dalam penyalahgunaan NAPZA
2. Amirudin (2012), melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang NAPZA di SMAN 1 Bungoro Kabupaten Pangkep
penelitian ini adalah deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan dan sikap
pengetahuan responden mengenai NAPZA berada pada kategori baik (95,6%) dan responden umumnya bersikap positif atas pengetahuannya tentang NAPZA (96,7%).
3 Aprian (2016)
Melakukan penelitian
tentang Hubungan antara
tingkat pengetahuan
dengan sikap siswa
tentang penyalahgunaan
napza di sma negeri 1
sleman yogyakarta
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap siswa tentang penyalahgunaan NAPZA
Berdasarkan penelitian diperoleh data mengenai tingkat pengetahuan siswa mayoritas kategori cukup sebanyak 59 siswa (70,2%). Sikap siswa tentang penyalahgunaan NAPZA di SMA N 1 Sleman mayoritas positif atau baik sebanyak 82 siswa (97,6%) dengan p value 0,000 (p value < 0,05), dan nilai correlation coefficient 0,434.
9
PERBEDAAN KEASLIAN PENELITIAN
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas antara lain :
Variabel bebas penelitian ini adalah faktor pengetahuan dan sikap menjadi
variabel bebas (independen) sedangkan kejadian risiko penyalahgunaan NAPZA
menjadi variabel terikat (dependen). Pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah menggunakan simple random sampling yaitu remaja yang ada di
Kelurahan Kelayan yang saat dilakukan penelitian, perbedaan dengan penlitian
diatas yaitu metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan
pendekatan kuantitatif yaitu penelitian observasional dengan analisis yang
digunakan yaitu univariat dan bivariat dimana cara pengambilan data variabel
bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang
bersamaan, hasil dari penelian ini yaitu ada hubungan pengetahuan dan sikap
dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat-zat adiktif (NAPZA)
a. Pengertian
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alcohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya. Dan apabila masuk kedalam tubuh akan
mengganggu susunan saraf pusat sehingga fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya terganggu (Sumiati, 2009).
Menurut Lisa dan Sutrisna (2013) mengatakan NAPZA adalah
singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif
lainnya. NAPZA ini kadang kala disebut juga dengan istilah
NARKOBA singkatan dari kata narkotika dan obat bahaya. NAPZA
maupun NARKOBA dua istilah yang sekarang marak
dipergunjingkan orang dan menyerang masyarakat kita terutama
generasi muda.
Pengertian Narkotika menurut Undang-undang Narkotika
no.22 tahun 1997, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sentesis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan (Martaatmadja, 2007).
Pengertian psikotropika menurut Undang-undang
psikotropika no. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
11
perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku (Martaatmadja,
2007).
b. Risiko penyalahgunaan NAPZA
Risiko Remaja yang berisiko berperilaku penyalahgunaan
NAPZA adalah remaja yang mempunyai faktor risiko yang
berasal dari individu, keluarga, teman sebaya, sekolah dan
masyarakat (Stuart & Laraia, 2010). Berikut akan diuraikan
karakteristik remaja yang berisiko penyalahgunaan NAPZA
1) Individu
Yaitu remaja yang memiliki perasaan rendah diri, kurang
percaya diri, perasaan sedih, mudah kecewa, mempunya sifat
pemberontak, cenderung agresif, mempunyai motivasi belajar
yang rendah, prestasi belajar menurun, dan mempunyai
kebiasaaan merokok sejak dini. Menurut Gunarsa (1983,
dalam Hikmat 2008) individu yang mempunyai ciri – ciri
rendah diri, emosional dan mempunyai pendirian yang labil
biasanya terjadi pada usia remaja, sebab pada usia tersebut
sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun
sosial yang pesat.
2) Keluarga
Menurut Martono (2008) faktor dari keluarga dikarenakan
komunikasi orang tua dan anak kurang baik, hubungan
kurang harmonis, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang
tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter, kurangnya
orang yang menjadi teladan dalam hidupnya, dan kurangnya
kehidupan beragama. Selanjutnya Sindelar dan Fielillin
(2001, dalam Mc. Murray, 2010) menyatakan bahwa
12
lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan konflik pada
masyarakat dapat berpengaruh negatif pada perilaku remaja,
dimana remaja kehilangan role model dari keluarga dan
masyarakat.
3) Sekolah
Remaja yang tumbuh di lingkungan sekolah yang kurang
disiplin, sekolah terletak dekat tempat hiburan, sekolah yang
kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
murid penyalahguna NAPZA merupakan faktor risiko remaja
melakukan penyalahgunaan NAPZA.
4) Masyarakat
Remaja yang tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak
mempunyai aturan, norma atau nilai yang jelas, lingkungan
sosial yang terlalu permisif dan adanya konflik di masyarakat.
Penyalahgunaan adalah penggunaan narkotika atau
psikotropika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter
(digunakan tanpa mengikuti aturan serta dosis yang benar).
Faktor-faktor penyebab remaja dalam penyalahgunaan
narkoba sebgai berikut:
a) Penyebab dari diri sendiri yaitu Ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan Kepribadian yang
lemah Kurangnya percaya diri Tidak mampu mengendalikan
diri Dorongan ingin tahu,ingin mencoba,ingin meniru
Dorongan ingin berpetualang Mengalami tekanan jiwa Tidak
memikirkan akibatnya dikemudian hari Ketidaktahuan akan
bahaya narkoba.
13
b) Penyebab yang bersumber dari keluarga(orang tua) Salah
satu atau kedua orang tua adalah pengguna narkoba Tidak
mendapatkan perhatian,dan kasih sayang dari orang tua
Keluarga tidak harmonis(tidak ada komunikasi yang terbuka
dalam keluarga) Orang tua tidak memberikan pengawasan
kepada anaknya Orang tua terlalu memanjakan anaknya
Orang tua sibuk mencari uang/mengejar karir sehingga
perhatian kepada anaknya menjadi terabaikan.
c) Penyebab dari teman/kelompok sebaya Adanya satu atau
beberapa teman kelompok yang menjadi pengguna narkoba
Adanya anggota kelompok yang menjadi pengedar narkoba
Adanya ajakan atau rayuan dari teman kelompok untuk
menggunakan narkoba Paksaan dari teman kelompok agar
menggunakan narkoba karena apabila tidak mau
menggunakan akan dianggap tidak setia kawan Ingin
menunjukan perhatian kepada teman.
d) Penyebab yang bersumber dari lingkungan Masyarakat tidak
acuh atau tidak peduli Longgarnya pengawasan sosial
masyarakat Sulit mencari pekerjaan Penegakan hukum
lemah Banyaknya pelanggaran hukum Kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi menurunnya moralitas
masyarakat banyaknya pengedar narkoba yang mencari
konsumen banyaknya pengguna narkoba disekitar tempat
tinggal (Harlina Lydia, 2009)
14
Selain pengertian diatas, ada beberapa istilah lain seputar
penyalahgunaan Narkoaa, antara lain :
a) Over dosis/intoksikasi (keracunan)
Keadaan dimana seseorang pemakai sudah menunjukkan
adanya pengaruh zat yang berlebihan yang digunakan baik
dalam perbahan tingkat kesdaran maupun perilakunya.
b) Toleransi
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara fisik
seorang pemakai akan selalu membutuhkan jumlah zat
yang lebih banyak untuk memperoleh efek atau akibat
yang sama setelah pemakaian (peningkat dosis).
c) Gejala putus obat
Gejala yang timbul seperti berkeringat, rasa sakit
diseleuruh badan suhu tubuh meningkat atau menurun,
mual-mual, panik dan sebagainya akibat apabila seorang
pemakai obat tidak mendapatkan atau mengkentikan obat
yang dibutuhkan.
d) Kecanduan (Adiksi)
Keadaan dimana seorang pemakai merasa kecanduan
atau ketagihan pada pemakaian obat/zat tersebut sehingga
menimbulkan akibat - akibat buruk.
e) Ketergantungan
Suatu kondisi yang lebih ekstrim dari sekedar kecanduan
dimana seorang pemakai zat tertenu agar dapat berfungsi
secara wajar baik secara fisik maupun psikologis sehingga
mengakibatkan hampir seluruh aspek kehidupan lainnya.
15
c. Jenis-jenis narkoba
Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan beserta dampak
yang ditimbulkannya, antara lain :
1) Opion
Obat berupa bubuk putih yang dibuat dari hasil olahan getah
tanaman poppy yang dikeringkan, bubuk ini mengandung morfin
dan kodein yang sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit.
Obat yang sejenis ini yaitu : Morfin, Heroin (hasil turunan Morfin),
putaw (hasil turunan Heroin).
2) Kokain
Merupakan zat perangsang yang sangat kuat, berupa bubuk
kristal putih yang disulang dari daun coca.
a) Ganja/mariyuana
Berasal dari tanaman connabis satifa dan cannabis indica
sejenis tanaman perdu yang biasa digunakan sebagai obat
relaksan. Nahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan
bunga tanaman.
3) Ekstasi
Dalam dunia pengobatan sebagai Methydioxy Methamphetamin
atau MDMA, ekstansi merupakan obat sintetis yang awalnya
digunakan untuk meningktkan daya tahan tubuh prajurit Amerika
dan digunakan mahasiswa serta kalangan olahragawan
digunakan sebagaai doping untuk meningkatkan prestasi diluar
kemampuan normalnya. Ekstansi beredar dalam bentuk tablet
atau kapsul, pemakaian dengan cara ditelan.
16
4) Alkohol
Merupakan zat adiktif yang terdapat pada berbagai jenis
minuman keras Alkohol, merupakan zat yang mengandung
etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat. Alkohol juga
merupakan salah satu zat yang paling banyak digunakan dan
disalahgunakan karena masih dapat diterima secara sosial.
Dampak penggunaan alkohol tergantung dari jumlah yang
dikonsumsi, ukuran fisik pemakai serta kepribadian pemakai,
pada dasarnya alkohol dapat mempengaruhi koordinasi anggota
tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual dan nafsu
makan.
5) Tembakau
Meruapakan daun-daunan pohon tembakau yang dikeringkan
dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk rokok, Zat aktif
dalam tembakau antara lain: Nikotin, Karbon monoksida dan Tar.
Nikotin dapat meningkatkan metabolisme, detak jantung serta
menurunkan nafsu makan. Dalam dosis besar dapat memberikan
efek penenang dan rileks. Gejala penghentian: perasaan kesel,
tertekan, tegang, gelisah, sulit berkonentrasi, lapar, pusing dan
dapat menyebabkan kecanduan. Karbon monoksida, dapat
mengurangi sirkulasi oksigen secara keseluruhan, sedangkan
Tar mengandung lebih dari 4000 zat kimia beracun, memedihkan
mata serta menyebabkan kanker, merusak lubang udara antara
mata dan saluran pernafasan.
17
d. Dampak penyalahgunaan narkoba
Secara umum penyalahgunaan Narkoba dapat memberikan
dampak asmaniah, kejiwaan keluarga dan masyarakat Persatuan
Keluarga Berenca Indonesia (PKBI, 2000) Efek obat bagi tubuh
tergantung dari jenis obat yang digunakan, jumlah dan frekuensi
penggunaan, cara menggunakan, faktor psikologis (kepribadian,
harapan dan perasaan saat memakai) dan faktor biologis (berat
badan, kecendrungan alergi dan lain-lain).
1) Dampak jasmani
Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi
adalah sistem syaraf pusat, organ-organ otonom (jantung, paru
hati dan ginjal), panca indra (karena dipengaruhi syaraf pusat)
tetapi pada dasar nya penyalahgunaan narkoba dapat
menimbulkan komplikasi pada seluruh tubuh, antara lain :
a) Gangguan pada sistem syaraf (neorologis),seperti: kejang-
kejang, halusinasi, ganguan kesadaran, kerusakan syaraf
tepi dll.
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
c) Gangguan pada paru-paru, seperti: penekan fungsi
pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru.
2) Dampak kejiwaan
Bermacam-macam gangguan psikiatrik yang dapat dijumpai
pada penyalahgunaan Narkoba, antara lain: psiotik (gangguan
jiwa berat), depresi, tindakan kekerasan dan pengurusakan,
pemerkosaan sampai percobaan bunuh diri, depresi sering
18
dijumpai karena rasa bersalah dan putus asa karena gagal
berhenti penyalahgunaan Narkoba.
3) Dampak sosial
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa mereka yang terlibatt
perkelahian dan tidak kekerasan lain adalah penyalahgunaan
zat psikoaktif. Karena zat ini dapat meningkatkan agresif
tingkah laku baik fisik maupun psikis dari si pengguna, dampak
negatif dari penyalahgunaan zat ini dapat dinilai dengan uang,
karena terbukti dapat meningkatkan kerawanan sosial di
masyarakat, tindak kekerasan dan kriminal meningkatkan
sehingga kualitas hidup masyarakat dan bangsa menurun.
d. Peran Perawat Komunitas
Menurut Yadi (2013) ada 3 peran perawat komunitas, yaitu:
1) Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan
komunitas serta evaluasi program terkait masalah kesehatan
remaja khususnya upaya pencegahan penyalahgunaan
NAPZA.
2) Mengembangkan strategi intervensi terkait upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA pada aggregate remaja dan sebagai
evidence based untuk pengembangan model pencegahan
penyalagunaan NAPZA pada remaja di sekolah.
3) Meningkatkan peran perawat komunitas dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya
remaja dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
19
2. Remaja
a. Definisi Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa latin adolescare yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009).
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan
istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam
bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja.
Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12
sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia
12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan
masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, 2009). Masa remaja
disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam
sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
perubahan fisik (Hurlock, 2004).
b. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja
menurut Hurlock (2003) yaitu:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-
perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan
dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2) Masa remaja sebagai periode pelatihan berarti perkembangan
masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai
orang dewasa. Status remaja tidak jelas keadaan ini memberi
20
waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
dengan dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan peran menjadi dewasa yang
mandiri perubahan pada nilai-nilai yang dianut serta keinginan
akan kebebasan.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
peranannya dalam masyarakat.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku
yang kurang baik, hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
6) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik cenderung
memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu,
melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-
cita.
7) Masa remaja sebagai masa dewasa yang mengalami
kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan
kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan
kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa yaitu dengan
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan
dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa
perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri
21
remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan
agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan
baik-baik dan penuh tanggung jawab.
c. Tahap Perkembangan Remaja
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara
global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian
usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah
masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir
(Monks, 2009). Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi
menjadi tiga tahap perkembangan yaitu:
1) Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak
2) Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara
lain:
a) Mencari identitas diri
b) Timbulnya keinginan untuk kencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktivitas seks
3) Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Pengungkapan identitas diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai citra jasmani dirinya
22
d) Dapat mewujudkan rasa cinta
d. Tumbuh kembang remaja
Remaja merupakan masa yang ditandai dengan berbagai
proses perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun
psikologis. Perubahan fisik terlihat dalam perubahan-perubahan
dalam tubuh, sedangkan perubahan psikologis tampak dari
emosi, sikap, dan intelektual yang erat kaitannya dengan risiko
perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Reaksi positif yang muncul pada perubahan fisik biasanya
perasaan memahami, menerima perubahan fisik, mampu
mengevaluasi diri dan kemampuan tersebut dapat membentuk
konsep diri yang positif dan rasa percaya diri. Reaksi positif inilah
yang perlu dikembangkan agar remaja memiliki rasa optimis
terhadap masa depannya, sehingga tidak akan menghancurkan
masa depannya dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Reaksi negatif juga bisa timbul akibat perubahan fisik yang
terjadi. Reaksi ini lah yang perlu mendapat perhatian dan
penanganan segera. Keberhasilan remaja menyelesai kan
masalah fisik nya sangat di pengaruhi oleh kemampuan kognitif
nya (Dariyo, 2004). Kemampuan koginitif yang belum optimal
pada remaja mengakibatkan remaja belum mampu memilih atau
memilah tindakan yang akan dilakukannya sehingga remaja
tertarik menggunakan NAPZA. Salah satu alas an remaja
menggunakan NAPZA adalah untuk meningkatkan rasa percaya
diri dan menghilangkan stress, oleh karena itu remaja perlu
pendamping yaitu orang dewasa yang dapat mengawasi
23
sehingga remaja dapat mengantisipasi dampak negatif dari
perubahan fisik dan meningkatkan kemampuan kognitif nya.
e. Permasalahan Remaja Dalam Prilaku Penggunaan NAPZA
Remaja yang berisiko berperilaku penyalahgunaan NAPZA
adalah remaja yang mempunyai faktor risiko yang berasal dari
individu, keluarga, , teman sebaya, sekolah dan masyarakat
(Stuart & Laraia, 1998). Berikut akan diuraikan karakteristik
remaja yang berisiko penyalahgunaan NAPZA.
a) Individu
Yaitu remaja yang memiliki perasaan rendah diri, kurang
percaya diri, perasaan sedih, mudah kecewa, mempunya sifat
pemberontak, cenderung agresif, mempunyai motivasi belajar
yang rendah, prestasi belajar menurun, dan mempunyai
kebiasaaan merokok sejak dini.
b) Keluarga
Menurut Martono (2008) faktor dari keluarga dikarenakan
komunikasi orang tua dan anak kurang baik, hubungan
kurang harmonis, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang
tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter, kurangnya
orang yang menjadi teladan dalam hidupnya, dan kurangnya
kehidupan beragama.
c) Teman Sebaya
Remaja yang mengalami penolakan teman sebaya sering
membuat remaja menjadi rendah diri dan minder, hal ini akan
berdampak negatif bagi remaja. Hasil penelitian Tasman
(2005) terhadap remaja SMA menunjukkan bahwa lingkungan
24
teman sebaya sangat berpengaruh terhadap risiko
penyalahgunaan NAPZA setelah lingkungan keluarga.
d) Sekolah
Remaja yang tumbuh di lingkungan sekolah yang kurang
disiplin, sekolah terletak dekat tempat hiburan, sekolah yang
kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya
murid penyalahguna NAPZA merupakan faktor risiko remaja
melakukan penyalahgunaan NAPZA.
e) Masyarakat
Remaja yang tinggal di lingkungan masyarakat yang tidak
mempunyai aturan, norma atau nilai yang jelas, lingkungan
sosial yang terlalu permisif dan adanya konflik di masyarakat.
3. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarok, et al., 2007).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, akan
tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan
rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
25
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap
objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri
seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu :
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut
maksudnya disini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-menimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4) Trial yaitu sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak
26
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi
dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
a) Tahu(know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk juga
mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan cara
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c) Aplikasi(Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d) Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan
untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen, tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada
kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukan
dengan menggambarkan,membedakan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian
27
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat
menyusun formulasi yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari
objek penelitian.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo Tahun 2007, berpendapat bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar semakin tinggi pendidikan seeorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi, dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya, namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
28
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu, semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b) Media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk,
29
dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
e) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.
Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu pengetahuan.
f) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
tengah 41-60 tahun seseorang tinggal mempertahankan
prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa, sedangkan pada
usia tua > 60 tahun adalah usia tidak produktif lagi dan hanya
menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin
30
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
sehingga menambah pengetahuan. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan hidup:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
a. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada
orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran
baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa
Intellegence Quotient IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa
kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
4. Sikap
a. Definisi Sikap
Menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012)
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Menurut Azwar (2011) Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalab perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada objek tersebut.
31
Menurut Azwar (2011) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif
berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamarkan penanganan opini terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh
yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen
afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3) Komponen konaktif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan
berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
b. Ciri-Ciri Sikap
Menurut Purwanto dalam Rina (2013) ciri–ciri sikap adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat
32
motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari
dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain
sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
a) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat
juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
b) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi
perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan
kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki
orang.
c. Fungsi Sikap
Daniel Katz dalam Rina (2013) membagi fungsi sikap dalam 4
kategori sebagai berikut:
1) Fungsi utilitarian melalui instrumen suka dan tidak suka,
sikap positif atau kepuasan dan menolak yang memberikan
hasil positif atau kepuasan.
2) Fungsi egodefensive orang cenderung mengembangkan
sikap tertentu untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi.
Abrasi psikologi bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan
kerja, untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak
33
menyenangkan ini orang tersebut membuat rasionalisasi
dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup
yang santai.
3) Fungsi value expensive mengekspresikan nilai-nilai yang
dianut fungsi itu memungkinkan untuk mengekspresikan
secara jelas citra dirinya dan juga nilai-nilai inti yang
dianutnya.
4) Fungsi knowledge-organization karena terbatasnya
kapasitas otak manusia dalam memproses informasi, maka
orang cenderung untuk bergantung pada pengetahuan yang
didapat dari pengalaman dan informasi dari lingkungan.
d. Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang
dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih
daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi
sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu
yang satu dengan yang lainnya. Menurut Saifuddin Azwar (2011)
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:
1) Pengalaman Pribadi yang telah dan sedang kita alami akan
ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentukknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Menurut Middlebrook dalam Azwar (2011) bahwa tidak
adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan
34
suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap
negatif terhadap objek tersebut.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting orang lain
disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang
yang berarti khusus bagi kita (significant others) akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu.
3) Pengaruh Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan pribadi seseorang.
Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu
dalam suatu masyarakat. Kebudayaan lah yang
menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap
berbagai masalah.
4) Media Masa berbagai bentuk media massa seperti radio,
televisi, surat kabar, majalah, dan lain–lain mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukkan opini dan
kepercayaan orang. Media masa memberikan pesan–pesan
yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
pengetahuan baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Jika cukup kuat, pesan–pesan sugestif akan
memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
35
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk
jika garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran–ajarannya.
6) Pengaruh Faktor Emosional suatu bentuk sikap terkadang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
e. Perubahan Sikap
Menurut Azwar (2011) ada tiga proses yang berperan dalam
proses perubahan sikap yaitu:
1) Kesedihan (Compliance) terjadinya proses yang disebut
kesedihan adalah ketika individu bersedia menerima
pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia
berharap untuk memperoleh reaksi positif seperti pujian,
dukungan, simpati, dan semacamnya sambil menghindari
hal yang dianggap negatif. Tentu saja perubahan perilaku
yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat
bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihak
lain diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap
yang ditunjukkan.
36
2) Identifikasi (Identification) proses identifikasi terjadi apabila
individu meniru perilaku tahu sikap seseorang atau sikap
sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai
dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan
menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud.
Pada dasarnya proses identifikasi merupakan sarana atau
cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan
orang atau kelompok lain dan cara menopang pengertiannya
sendiri mengenai hubungan tersebut.
3) Internalisasi (Internalization) internalisai terjadi apabila
individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti
pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa
yang di percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang
dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan hakekat sikap yang
diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu.
Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang
dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk
berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu
yang bersangkutan masih bertahan.
37
B. KERANGKA TEORI
Teori yang mendukung penelitian dari rancangan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo (2007), Azwar (2011)
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Pendididikan
2. Media/Informasi
3. Sosial budaya dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Faktor yang mempengaruhi sikap :
1. Pengalaman Pribadi
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
3. Pengaruh Kebudayaan
4. Media Massa
5. Lembaga Pendidikan dan
Lembaga Agama
6. Faktor emosional
Penyalahgunaan Narkoba perilaku
38
C. KERANGKA KONSEP
Pada kerangka konsep peneliti menghubungkan tentang Pengetahuan
dan Sikap Remaja Terhadap Risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan
Kelayan Timur. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Pendididikan,
media/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman,
usia. faktor yang mempengaruhi sikap : Pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor emosional, dan
pengetahuan dan sikap (independen) sedangkan penyalahgunaan NAPZA
menjadi variabel terikat (dependen).
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Menurut Notoatmodjo (2010), Hipotesis adalah suatu jawaban
sementara dari pertanyaan penelitian, yang kebenaraannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Menurut Mardalis (2010), Penelitian
Hipotesa merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil
untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hα: Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kejadian Risiko
Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin.
Pengetahuan dan
Sikap
Risiko penyalahgunaan NAPZA
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penentuan Lokasi, dan Sasaran Penelitian
1. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
dan dilakukan selama 1 bulan pada bulan Juni 2018.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah remaja yang berisiko terhadap
penyalahgunaan Napza.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk menguji hubungan variabel
bebas pengetahuan dan sikap terhadap variabel terikat risiko penyalahgunaan
NAPZA
Cross sectional adalah untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor–
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data dimana cara pengambilan data variabel bebas dan
variabel terikat dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Kelurahan Kelayan Timur merupakan salah satu dari beberapa kelurahan
yang ada di Kecamatan Banjarmain Selatan yang terdiri dari 39 RT
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan
40
(Nursalam, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja
berusia 12 -21 tahun yang berjumlah 200 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini bersifat secara umum dengan pendekatan
simple random sampling yaitu sesuatu cara pengambilan sample yang
memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasinya. Sampel peluang diambil dari RT 20 karena
remaja dengan jumlah terbanyak di Kelurahan Kelayan Timur sebanyak
200 orang, dihitung menggunakan rumus yang digunakan untuk
menentukan sampel pada penelitian ini yaitu rumus Slovin didapat
sebanyak 74 orang.
n = N
1+N (d)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikan (0,1)
n = 200 = 200 = 67 Orang
1+200 (0,1)2 1+200(0,001)
Untuk menghindari sampel yang drop out maka dilakukan koreksi
sebesar 10% dari populasi agar besar samper terpenuhi (Sastroasmoro,
2010). Rumus perhitungan antisipasi drop out yaitu:
n = n/ (1-f)
n = 67/(1-0,1)
= 67/(0.9)
= 74 responden
Keterangan : n = besar sampel yang dihitung f = perkiraan proporsi drop out (10%)
41
Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian
2. Bisa menulis dan membaca
3. Kooperatif
4. Remaja laki-laki dan perempuan
Kriteria eksklusi pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Remaja yang di luar wilayah RT 20
2. Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini meliputi pengetahuan dan sikap menjadi
variabel bebas (independen) sedangkan remaja yang berisiko
penyalahgunaan NAPZA variabel terikat (dependen).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (variabel independent) pengetahuan dan sikap
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel dependent) risiko penyalahgunaan
NAPZA.
42
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
VariabelIndependen
1. Pengetahuan
Informasi yang didapat baik itu secara langsung maupun tidak langsung mengenai NAPZA
Kuesioner
Pengetahuan baik bila skor 76%-100% Pengetahuan cukup bila skor 56%-75% Pengetahuan kurang bila skor <56% (Notoatmodjo, 2010)
Ordinal
2. Sikap Sikap merupakan bagaimana remaja berespon terhadap apa yang diketahuinya, apakah membwa dampak negatif atau malah membawa dampak positif tentang penyalahgunaan NAPZA.
Kuesioner Positif jika Skor ≥ mean
Negatif jika skor < Mean (Azwar,2011)
Ordinal
VariabelDependen
Risiko penyalahgunaan NAPZA
Kecendrungan seseorang terhadap NAPZA yang tidak digunakan seharusnya dan satu nya merusak diri sendiri dan masa depan.
Kuesioner Total skor : 0 – 15 dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1. penyalahgunaan narkoba= apa bila > atau = 50%
0. Tidak
penyalahgunaan narkoba= apa bila <50%
Ordinal
43
E. Pengumpulan Data
1. Sumber data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari angket/kuesioner dengan beberapa
pertanyaan. Alat ukur ini digunakan pada responden yang cukup
besar. Dilakukan dengan memberikan kuesioner pada remaja yang
berisiko penyalahgunaan NAPZA.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data tahunan yang ada di BNN dan
data di Kelurahan Kelayan Timur.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen penelitian untuk variabel pengetahuan
Kuesioner terdiri dari 27 item pernyataan, pernyataan menggunakan
skala Guttman, benar dan salah dengan total skor:
a) Tingkat pengetahuan baik bila skor 76% - 100%
b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor >56%
dengan menggunakan Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang disusun oleh Nuryati, 2010 yang sudah di uji validitas
dengan nilai r = 0,738.
b. Instrumen penelitian untuk variabel sikap
Kuesioner terdiri dari 22 item pernyataan, pernyataan menggunakan
skala likert dengan kategori menjadi:
a) Sikap positif diberi skor nilai yaitu:
Sangat setuju : skor 4
Setuju : skor 3
44
Tidak setuju : skor 2
Sangat tidak setuju : skor 1
b) Sikap Negati diberi skor nilai yaitu:
Sangat setuju : skor 1
Setuju : skor 2
Tidak setuju : skor 3
Sangat tidak setuju : skor 4
Hasil dari skor akan dikategorikan sebagai berikut:
a) Bila ≥ 53 Mean : sikap Positif
b) Bila < 53 Mean : sikap Negatif
dengan menggunakan Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang disusun oleh Nuryati, 2010 yang sudah di uji validitas
dengan nilair = 0,758
c. Instrumen penelitian untuk variabel risiko penyalahgunaan NAPZA
Kuesioner terdiri dari 15 item pernyataan, pernyataan menggunakan
skala Guttman, Ya dan Tidak dengan total skor 15 – 30
dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1 : tidak = apa bila > atau = 50%, 2 :
ya= apa bila < 50%, dengan menggunakan kuesioner Alpiani, 2014
yang sudah dilakukan uji validitas dengan nilai reabilitas cronbach
alpha 0,960.
Hasil dari skor akan dikategorikan sebagai berikut:
a. Bila ≥ 9 Mean : Tidak Berisiko
b. Bila < 9 Mean : Berisiko
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner/angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah
tersusun dengan baik, sudah matang, dimana respon dan tinggal
45
memberikan jawaban atau dengan memberikan data-data tertentu
(Notoatmojo, 2005).
Kuesioner digunakan untuk mengukur apakah ada hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap risiko penyalahgunaan NAPZA,
kuesioner untuk variabel pengetahuan merupakan kuesioner yang
menggunakan 27 item pertanyaan dengan menggunakan skala
Guttman, dijawabbenar dan salah. Pada variabel sikap menggunakan
22 item pernyataan merupakan kuesioner dengan menggunakan
skala Likert ,di jawab sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju. kuesioner risiko penyalahgunaan NAPZA menggunakan 15
item dengan skala Guttman, dijawab ya dan tidak.
F. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas dan reabilitas
Uji validitas adalah langkah untuk mengetahui instrument yang
kita pakai (kuesioner) apakah benar-benar valid dalam mengukur
variabel yang akan diteliti. Uji Reabilitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur tersebut dapat dipercaya
atau dapat diandalkan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun oleh Nuryati
(2002) dan kuesioner Alpiani (2014), tiap pertanyaan disusun dalam
bentuk pertanyaan tertutup dan terstruktur kuesioner pengetahuan:
a. Kuesioner Pengetahuan
Berdasarkan tabel nilai n= 100 maka didapatkan nilai r=0,176,
sehingga pertanyaan pengetahuan tidak dapat digunakan apabila
nilai r < 0,176 dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan uji
validitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pernyataan yang
46
dibuat untuk mengukur pengetahuan gugur 2 pertanyaan yaitu no.
5 dan 6 , Uji reliabilitas diperoleh nilai r = 0,738 untuk pertanyaan
pengetahuan.
b. Kuesioner Sikap
Berdasarkan tabel untuk nilai n= 100 maka didapatkan nilai
r=0,176, sehingga pernyataan sikap tidak dapat digunakan apabila
nilai r < 0,176 dengan taraf kepercayaan 95%, untuk sikap gugur 3
pernyataan yaitu no 11, 16 dan 17, Uji reliabilitas diperoleh dan
nilai r = 0,758 untuk pernyataan sikap.
c. Kuesioner risiko penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA dengan menggunakan kuesioner
penelitian Alpiani (2014), yang telah valid dengan nilai rtabel=
0,3061 dan reabilitas dengan nilai reabilitas cronbach alpha 0,960.
G. Metode Analisa Data
Data yang disajikan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Analisis data meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Penyusunan Data
a. Editing
Editing yaitu memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari
responden setelah menerima hasil kuesioner yang diisi oleh
responden. Editing dapat dilakukan setelah data terkumpul dari
kuesioner yang telah dibagikan pada responden.
b. Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
47
penting bila pengelolaan dan analisa data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dari suatu
variabel dimana pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukan data, seperti:
c. Entry data
Entry Data adalah kegiatan memasukan data yang telah terkumpul
dari responden ke dalam database komputer.
d. Pemberian Data
Pemberian data apabila semua data dari setiap responden ataupun
sumber data telah selesai dimasukkan, hal ini sangat penting
dilakukan karena untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Jika ditemukan
kesalahan maka harus dilakukan pembetulan atau koreksi pada
data yang sudah dibuat.
2. Prosedur dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan
data primer dan data sekunder yaitu dengan kuesioner dan
meminta data responden.
Analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi. Karakteristik responden,
dari koesioner ini, karakteristik dihitung hasil pencapaian yang
diperoleh, kemudian diubah dalam bentuk presentase dengan
rumus :
48
1) Pengetahuan
P = fx 100% n keterangan :
p : hasil presentase (%)
f : hasil pencapaian
n : skor maksimal
pengetahuan di kategorikan menjadi :
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor 76% - 100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor >56%
2) Sikap
Sikap di kategorikan menjadi :
a) Sikap Positif diberi skor yaitu :
Sangat setuju : skor 1
Setuju : skor 2
Tidak setuju : skor 3
Sangat tidak setuju : skor 4
b) Sikap negatif diberi skor nilai yaitu :
Sangat setuju : skor 1
Setuju : skor 2
Tidak setuju : skor 3
Sangat tidak setuju : skor 4
Hasil dari skor akan dikategorikan sebagai berikut :
a) Bila ≥ 53 Mean : sikap Positif
b) Bila ≤ 53Mean : sikap Negatif
3) Risiko penyalahgunaan Napza
Dalam pelaksanaan dari hasil kuesioner pencapaian setiap
responden kemudian diinterpretasikan ke dalam kategori
sebagai berikut :
49
Dengan kriteria hasil :
1) Tinggi : >22,5 - 30 = 2
2) Rendah : 15 – 22,5 = 1
Dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1 : tidak = apa bila > atau =
50%, 2 : ya= apa bila < 50%
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang di duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Dalam penelitian ini yang menjadi analisis Bivariat peneliti
adalah:“Menganalisis Hububungan pengetahuan dan sikap terhadap
risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan”
Dalam penelitian ini menggunakan Uji Kendall Tau. Uji ini
digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu
faktor determinan dengan variabel dependen yaitu kejadian remaja
penyalahgunaan NAPZA. Uji Kendall Tau adalah uji analisis yang
menghungungkan 2 variabel yang berskala ordinal dan mengetahui
tingkat korelasi antara 2 variabel tersebut.
1) Karakteristik Kendall Tau:
a) Menguji hubungan dua variabel atau lebih
b) Termasuk korerasi nonparametik
c) Data harus berdistribusi normal
d) Data bedasarkan peringkat
e) Bisa digunakan untuk sampel kecil.
2) Cara penggunaan uji ini adalah sebagai berikut:
50
Ket :
= Nilai koefesien kendall tau
= Pembilang dari jumlah konkordasi dan diskonkordasi secara
keseluruhan
= Jumlah sampel
dan 2 = Konstanta
3) Syarat dari Uji Kendall Tau
Agar pengujian hipotesis dengan kendall tau dapat
digunakan dengan baik maka hendaknya memperhatikan
ketentuan - ketentuan berikut (Budianto, 2001).
a) Skala data variabel ordinal.
b) Jenis hipotesis korelatif.
Kesimpulan dalam Uji Kendall Tau ini di dapatkan dengan
cara membandingkan hasil dengan tabel. Bila hitung lebih
kecil dari tabel berarti Ho diterima (tidak ada hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap penyalahgunaan Napza). Jika
hitung lebih besar atau sama dengan tabel atau < 0,05
berarti Ha diterima (ada hubungan faktor determinan kejadian
hipertensi).
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Kelayan Timur adalah salah satu Kelurahan yang terletak
di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, dengan luas wilayah 1,59 km2. Kelurahan Kelayan Timur
merupakan wilayah yang padat penduduk dengan pemukiman warga yang
berada di bentaran sungai dan gang-gang kecil yang padat pula. Jumlah
penduduknya ialah 16.305 jiwa/orang terdiri dari 4249 kepala keluarga
(KK).
a. Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kelurahan Kelayan Timur adalah sebagai
berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kelayan Tengah
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjar
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Pagar
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kelayan Selatan.
b. Jumlah penduduk
Berdasarkan dokumen jumlah penduduk yang penulis dapatkan,
diketahui bahwa jumlah RT yang ada di Kelurahan Kelayan Timur
ada 39 dengan rincian 4249 Kepala Keluarga (KK), dan jumlah
penduduk 16305 jiwa.
52
c. Sarana pendidikan
Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Kelayan Timur Kecamatan
Banjarmasin Selatan, senbagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Lembaga Pendidikan di wilayah kerja
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin pada tahun 2018.
No. Lembaga Pendidikan Jumlah
1. TPA – LPTQ 6
2. TK BKPRMI 3
3. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
4. Madrasah Ibtidaiyah Swasta 3
6. Madrasah Tsanawiyah Swasta 1
9. Pondok Pesantren 1
Total 15
Sumber: Profil Kelurahan Kelayan Timur 2018
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di
kelurahan kelayan timur Banjarmasin selatan ada enam buah taman
pendidikan al-qur’an (TPA), tiga buah TKA BKPRMI, empat buah madrasah
ibtidaiyah Negeri/Swasta (MIN), satu buah Madrasah Tsnawiyah
Negeri/Swasta, dan satu buah pondok pesantren.
53
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Desksripsi karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir dan sumber mendapatkan
informasi tentang Napza.
a. Distribusi karakteristik usia responden
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik usia responden:
tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik usia responden
(n=74)
No. Umur Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 15 1 1.4
2 16 3 4.1
3 17 23 31.1
4 18 13 17.6
5 19 12 16.2
6 20 9 12.2
7 21 11 14,9
8 22 2 2.7
Total 74 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa di Kelurahan Kelayan Timur terdapat usia responden dengan
usia paling banyak memiliki umur pada 17 tahun (remaja pertengahan)
yaitu 23 orang (31%).
54
b. Distribusi karakteristik jenis kelamin responden
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik usia responden:
tabel 4.3 Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden
(n=74)
No. Jenis Kelamin Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Laki-laki 33 44.6
2 Perempuan 41 55.4
Total 74 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin di wilayah kerja Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin sebagian besar adalah perempuan berjumlah 41 orang
(55.4%).
c. Distribusi karakteristik pekerjaan Ayah
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik pekerjaan ayah responden:
tabel 4.4 Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan responden
(n=74)
No. Pekerjaan Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Buruh 10 13.5
2 Petani 8 10.8
3 PNS 18 24.3
4 SD 1 1.4
5 Swasta 18 24.3
6 Tukang 2 2.7
7 Wiraswasta 17 23.0
Total 74 100.0
55
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan ayah di wilayah kerja Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin sebagian besar adalah PNS dan Swasta 18 orang (24,3%).
d. Distribusi karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik pendidikan terakhir responden:
tabel 4.5 Distribusi karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
responden (n=74)
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 SD 16 21.6
2 SLTP 17 13.5
3 SLTA 32 43.2
4 PT 9 12.2
Total 74 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa pendidikan terakhir di wilayah kerja Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin paling SLTA yaitu 31 Orang (41.9%).
56
e. Distribusi karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik Sumber Tentang Narkotika:
tabel 4.6 Distribusi karakteristik Sumber Tentang Narkotika responden
(n=74)
No. Sumber yang
didapat
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Guru 2 2.7
2 Internet 23 31.1
3 ORT 2 2.7
4 Penyuluhan 19 25.7
5 Radio 1 1.4
6 Televisi 27 36.5
Total 74 100.0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa karakteristik Sumber Tentang Narkotika di wilayah kerja
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin paling banyak pada Televisi yaitu
27 Orang (36.5%).
2. Analisis Karakteristik Univariat
a. Pengetahuan
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik univariat pengetahuan:
tabel 4.7 Distribusi karakteristik Sumber Tentang Narkotika responden
(n=74)
No. Pengetahuan Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Kurang 0 0
2 Cukup 20 27,0
3 Baik 54 73,0
Total 74 100,0
57
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa karakteristik univariat pengetahuan di wilayah kerja Kelurahan
Kelayan Timur Banjarmasin paling banyak baik yaitu 54 Orang (73,0%).
b. Sikap
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik univariat sikap:
tabel 4.8 Distribusi karakteristik Sumber Tentang Narkotika responden
(n=74)
No. Sikap Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Negatif 20 27,0
2 Positif 54 73,0
Total 74 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa karakteristik univariat pengetahuan di wilayah kerja Kelurahan
Kelayan Timur Banjarmasin paling banyak baik yaitu positif sebanyak 54
Orang (73,0%).
c. Penyalahgunaan NAPZA
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik risiko penyalahgunaan NAPZA:
tabel 4.9 Distribusi karakteristik Sumber Tentang NAPZA responden
(n=74)
No. Risiko Penyalahgunaan
NAPZA
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
1 Berisiko 11 14,9
2 Tidak Berisiko 63 85,1
Total 74 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa karakteristik risiko penyalahgunaan NAPZA di wilayah kerja
58
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin paling banyak tidak berisiko yaitu
63 Orang (81,5%).
3. Analisis Bivariat
a. Distribusi hubungan pengetahuan dengan risiko penyalahgunaan
NAPZA pada remaja di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik hubungan pengetahuan dengan risiko penyalahgunaan
napza:
tabel 4.10 Distribusi karakteristik hubungan pengetahuan dengan risiko
penyalahgunaan napza responden (n=74).
No. Pengetahuan
Penyalahgunaan Napza
p.value
Berisiko Tidak
Berisiko Total
N % N % N %
1 Kurang 0 0 0 0 0 0
0,003
2 Cukup 7 9,5 13 17,6 20 27
3 Baik 4 5,4 50 67,6 54 73
Jumlah 63 14,9 11 85,1 74 100
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan responden dengan risiko penyalahgunaan Napza di
Kelurahan Kelayan Timur Banjramasin, pada responden yang memiliki
pengetahuan baik dengan tidak berisiko penyalahgunaan Napza 50
responden (67,6%), pada responden yang memiliki pengetahuan baik
dengan berisiko penyalahgunaan Napza 7 responden (9,5%), pada
responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan tidak berisiko
penyalahgunaan Napza 13 responden (17,6%), pada responden yang
memiliki pengetahuan cukup dengan berisiko penyalahgunaan Napza 4
responden (5,4%).
59
a. Distribusi frekuensi hubungan sikap dengan risiko penyalahgunaan
Napza pada remaja di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
Di bawah ini adalah data hasil dari penelitian tentang distribusi
karakteristik hubungan pengetahuan dengan risiko penyalahgunaan
napza:
tabel 4.11 Distribusi berdasarkan hubungan sikap dengan risiko
penyalahgunaan napza responden (n=74).
Sikap
Penyalahgunaan Napza
p-value No
Berisiko Tidak
Berisiko Total
N % N % N %
1 Negatif 7 9,5 13 17,6 20 27
0,003
2 Positif 4 5,4 50 67,6 54 73
Jumlah 11 14,9 63 85,1 74 100
Berdasarkan tabel diatas, dari 74 responden dapat disimpulkan
bahwa sikap responden dengan risiko penyalahgunaan Napza di
Kelurahan Kelayan Timur Banjramasin, pada responden yang memiliki
sikap positif dengan tidak berisiko penyalahgunaan NAPZA 50
responden (67,6%), pada responden yang memiliki sikap baik dengan
berisiko penyalahgunaan Napza 7 responden (9,5%), pada responden
yang memiliki sikap negatif dengan tidak berisiko penyalahgunaan
Napza 13 responden (17,6%), pada responden yang memiliki sikap
negatif dengan berisiko penyalahgunaan Napza 4 responden (5,4%).
Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau
diperoleh nilai p= 0,003. Dengan nilai p < (α = 0,05), maka dapat
60
disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Risiko Penyalahgunan Napza Di
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin. Didapatkan hasil nilai kolerasi
Kendall Tau sebesar 0,003 menunjukan bahwa arah kolerasi negatif
antara Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Risiko
Penyalahgunaan Napza dapat diartikan semakin baik pengetahuan dan
sikap maka akan semakin rendah angka risiko penyalahgunaan napza.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden di Kelurahan Kelayan
Remaja dalam penelitian ini sebagian besar berusia 17 tahun,
dengan jumlah 23 orang (31.1). Usia remaja 17 tahun masuk dalam
rentan usia remaja pertengahan (15-18 tahun). Remaja pada usia ini
mengalami banyak perubahan secara kognitif, emosional dan sosial,
sehingga mereka berpikir lebih kompleks. Pada tahap perkembangan
ini remaja mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar sehingga
akan mencari tahu informasi dan berperilaku sesuai informasi yang
didapatkan. Kepribadian remaja pada masa ini timbul unsur baru yaitu
kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja
mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan penentuan sikap
terhadap pemikiran filosofi dan etis. Selain itu pada masa ini remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirinya .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden
sebagian besar perempuan yaitu 41 orang (55.4%). Remaja yang
berjenis kelamin perempuan lebih mempunyai pengetahuan yang baik
dibandingkan dengan remaja laki-laki, remaja perempuan cenderung
lebih aktif dalam mencari informasi tentang hal-hal tertentu (Supardi,
61
2007). Hasil penelitian menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih tinggi
intensitas kenakalannya dibandingkan perempuan, laki-laki lebih
mungkin menyalahgunakan NAPZA dibanding dengan perempuan.
2. Pengetahuan remaja tentang NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden
diperoleh bahwa jumlah remaja yang memiliki tingkat pengetahuan
tentang NAPZA mayoritas dengan tingkat pengetahuan baik yaitu 54
Orang (73,0%). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut, dan sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Pengetahuan
seseorang bisa diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber, seperti media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan
sebagainya. Sumber-sumber tersebut didapatkan melalui
pengeinderaan khususnya melalui mata dan telinga. Seseorang
dengan sumber informasi yang banyak dan beragam akan menjadikan
orang tersebut memiliki pengetahuan yang luas (Notoatmodjo, 2012).
Pengaruh lingkungan atau teman sebaya terhadap identitas diri
remaja sangatlah besar, karena pada umumnya anak laki-laki yang
mempunyai teman merokok dan menggunakan obat terlarang maka
dia akan ikutan merokok serta menyalahgunakan obat. Karena pada
kelompok-kelompok remaja, hukuman oleh kelompok sebaya dalam
bentuk pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti dirasa lebih
berat dari pada penggunaan obat itu sendiri sehingga pengaruh teman
62
sangat besar kemungkinan terhadap penyalahgunaan NAPZA
(Junaedi, 2009).
Hasil analisis item kuesioner pengetahuan, dari 74 responden
sebagian besar responden mampu menjawab dengan benar pada item
pertanyaan yang berkaitan dengan jenis-jenis NAPZA, cara
membentengi diri dari NAPZA, dampak pemakaian NAPZA pada
siswa, dan penggunaan NAPZA pada bisang kesehatan. Sedangkan
item pertanyaan yang tidak mamu dijawab dengan benar oleh
responden sebagian besar pada item pertanyaan yang berkaitan
dengan pengobatan pecandu narkoba dan jenis NAPZA tipe
depresant.
3. Sikap Remaja Tentang Penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan
Timur Banjarmasin
Hasil penelitian menunjukkan sikap responden tentang
penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
diperoleh hasil mayoritas responden bersikap positif atau baik tentang
penyalahgunaan NAPZA sebanyak 54 Orang (73,0%). Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavourable) pada obyek tersebut. Sikap dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pengalaman.
Faktor eksternal meliputi media massa, institusi pendidikan, institusi
agama dan masyarakat (Azwar, 2010). Kepribadian remaja pada masa
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan
63
melakukan penentuaan sikap terhadap pemikiran filosofi dan etis.
Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati
dirinya (Tarwoto, 2010). Sikap merupakan reaksi tertutup bukan
merupakan reaksi yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek di linggkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2007).
Hasil analisis item kuesioner sikap, dari 74 responden sebagian
besar responden mampu memberikan pernyataan yang tepat pada
item pernyataan yang berkaitan dengan menghindari diri dari
penyalahgunaan NAPZA, cara efektif menghindari diri dari NAPZA
adalah selalu mendekatkan diri pada tuhan, dan patuhi perintah-
perintah agama. Sedangkan item pernyataan yang tidak mampu
dijawab dengan tepat oleh responden sebagian besar pada item
pernyataan yang berkaitan dengan boleh bergaul dengan siapa saja
dalam pertemanan.
4. Hubungan pengetahuan dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
Hasil Penelitian uji statistik menggunakan komputer diketahui
dengan melihat tabulasi silang, hasil penelitian remaja dengan ber-
pengetahuan baik dengan tidak berisiko sebanyak 50 (67,6%), remaja
dengan ber-pengetahuan baik dengan berisiko sebanyak 4 (5,4%),
dengan ramaja ber-pengetahuan cukup dengan tidak berisiko
sebanyak 13 (17,6%), dengan remaja ber-pengetahuan cukup dengan
berisiko sebanyak 7 (9,5%), dan didapatkan hasil analisis pada
penelitian ini, dapat di ketahui bahwa sikap pada remaja dengan risiko
penyalahgunaan Napza di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 (55,4%)
64
orang. Remaja yang berjenis kelamin perempuan lebih mempunyai
sikap dan pengetahuan yang baik dibandingkan dengan remaja laki-
laki, remaja perempuan cenderung lebih aktif dalam mencari informasi
tentang hal-hal tertentu (Supardi, 2007).
Klasifikasi pengetahuan sebagaimana dikemukakan oleh (Tommy,
2010) Salah satu upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
dikalangan remaja adalah dengan meningkatkan pengetahuan.
Remaja merupakan objek yang secara emosional masih labil,
sehingga sangat rentan untuk menggunakan narkoba. Mulai dari rasa
ingin tahu, mau coba-coba, ikut-ikutan teman, rasa solidaritas grup
yang kuat dan memilih lingkungan yang salah sampai dengan faktor
keluarga yang kurang perhatian dan lain sebagainya, disamping dari
objek sasarannya yang labil, sekolah dan kampus yang menjadi
tempat yang rentan untuk peredaran narkoba.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat
menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Novita (2012), Hubungan
Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA Dengan Sikap Remaja
65
Terhadap Penyalahgunaan NAPZA di SMKN 4 Bondowoso. Hasil
penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pengetahuan responden yang paling bayak
adalah tingkat pengetahuan cukup (42,0%) dan sikap yang paling
banyak adalah positif (57,3%).
Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh
nilai p= 0,003. Dengan nilai p < (α = 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada Hubungan Pengetahuan
Dengan Risiko Penyalahgunan Napza Di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin. Didapatkan hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar -
0,344 menunjukan bahwa arah kolerasi negatif dengan arah kolerasi
cukup.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah didapatkan
diatas maka peniliti berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna
pada pengetahuan dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di
Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
5. Hubungan sikap dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan
Kelayan Timur Banjarmasin
Hasil Penelitian uji statistik menggunakan komputer diketahui
dengan melihat tabulasi silang, hasil penelitian remaja dengan ber-
sikap negatif dengan berisiko sebanyak 7 (9,5%), remaja dengan ber-
sikap negatif dengan tidak berisiko sebanyak 13 (5,4%), dengan
remaja ber-sikap positif dengan berisiko sebanyak 4 (5,4%), dengan
remaja ber-sikap positif dengan tidak berisiko sebanyak 50 (67,6%).
Menurut Azwar (2010) sikap seseorang akan dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang dianggap penting,
66
media masa, lembaga pendidikan, dan emosi. Dari faktor-faktor ini
terdapat faktor yang yang berpengaruh besar terhadap pengetahuan
yaitu pengalaman pribadi, media masa, dan lembaga pendidikan.
Semakin bayak pengalaman dan semakin tinggi pendidikan seseorang
maka akan menambah pengetahuan orang tersebut sehingga akan
menghasilkan sikap yang positif.
Penelitian lain oleh Saputro (2011), Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA Dengan Sikap Dalam
Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa di SMA Al-Islam 3 Surakarta.
Hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan Sikap dalam
penyalahgunaan NAPZA. Penelitian lain oleh Musmarf (2017),
Hubungan Antara Tingkat Pengetahun Bahaya NAPZA Dengan Sikap
dan Tindakan Penyalahgunaan NAPZA Pada Mahasiswa Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan
penyalahgunaan NAPZA.
Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh
nilai p= 0,003. Dengan nilai p < (α = 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada Hubungan Sikap Dengan
Risiko Penyalahgunan Napza Di Kelurahan Kelayan Timur
Banjarmasin. Didapatkan hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar .344
menunjukan bahwa arah kolerasi negatif dengan arah kolerasi cukup.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah didapatkan
diatas maka peniliti berpendapat bahwa ada hubungan yang bermakna
pada sikap dengan risiko penyalahgunaan NAPZA di Kelurahan
Kelayan Timur Banjarmasin.
67
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya menggunakan sampel yang kecil dalam populasi yang
banyak. Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kendala dalam penelitian
antara lain: Variable pengganggu yang belum dikendalikan adalah
pengalaman pribadi, social budaya, orang yang dianggap penting, media
masa, dan lembaga agama.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1. Pengetahuan remaja terhadap penyalahgunaan Napza di Kelurahan
Kelayan Timur Banjarmasin, sebagian besar berpengetahuan yang
baik .
2. sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap
penyalahgunaan Napza di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin.
3. sebagian besar risiko penyalahgunaan narkoba di Kelurahan Kelayan
Timur Banjarmasin yang tidak berisiko.
4. Bedasarkan analisis dilakukan oleh peneliti menggunakan uji Kendall
Tau menunjukan ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
risiko penyalahgunan Napza di Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
dengan nilai (p = 0,003 dan r = -0,-344) dengan arah negatif dan
kolerasi sedang.
B. Saran
1. Bagi masyarakat
Harus menanamkan pengetahuan yang baik terhadap
lingkungan dan mempertahankan sikap yang baik terutama di
penyalahgunaan narkoba yang tentunya masyarakat secara tidak
langsung dapat mencegah terjadinya angka kejadian seperti narkoba,
dengan demikian dapat meningkatkan derajat kesehatan di dalam
masyarakat.
69
2. Bagi Kelurahan Kelayan Timur Banjarmasin
Kelurahan agar terus memberikan pendidikan kesehatan di
masyarakat tentang pencegahan penyalahgunaan napza dan sebagai
bahan informasi dan referensi bagi tenaga kesehatan di Puskesmas
Kelurahan Kelayan Timur.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Instusi pendidikan juga harus memberikan pendidikan kesehatan
pada warga dalam wujud program pengapdian masyarakat dan
diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide
untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Perilaku dan teman
sebaya dengan risiko penyalahgunaan napza.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peniliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor lain yang
memperngaruhi terjadinya risiko penyalahgunaan seperti perilaku dan
teman sebaya dengan risiko penyalahgunaan napza dimasyarakat.
70
DAFTAR PUSTAKA Ali dan Asrori, 2009. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik. Jakarta:
Bumi Aksara Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Budiyanto, 2001, Buku pedoman penyuluhan dan pelatihan gizi. Depkes RI
Jakarta. Depkes, 2002. Ciri-Ciri Seks Primer Pada Remaja. [internet]
http://situs.depkes.info, [diakses tanggal 24 Januari 2018]. Hawari, Dadang. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hikmat 2008. Generasi Muda: Awas Narkoba. Bandung : Alphabeta. Hurlock, 2003. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 2004. Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif (Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba). Jakarta: EGC. Kementerian Kesehatan Repoblik Indonesia. 2014. Jendela Data dan Informasi
Kesehatan: Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba Di Indonesia. Jakarta: Jendela Datinkes.
Lisa, Julianan FR ,Sutrisna, Nengah W, 2013. Narkoba, psikotropika dan
gangguan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, 2009, Pencegahan dan
Penanggulangan Narkoba Berbasis Sekolah, PT Balai Pustaka, Jakarta.
Martaatmadja. 2007. Awas bahaya napza. Semarang: PT Bengwan ilmu. Martono, L.J., 2008. Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba di Sekolah.
Jakarta: PT. Rosda Karya. Mc.Murray, A. 2010. Community Health and Wellness : a
Sociological approach. Toronto: Mosby. Monks, 2009. Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New Jersey
Muagman, 1980. Defenisi Remaja. Jakarta: Penerbit Grafindo Jakarta. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
71
Musmarf., (2017). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Bahaya NAPZA Dengan Sikap dan Tindakan Penyalahgunaan NAPZA Pada Mahaiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Journal Kesehatan.
Nita Fitria. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Ratu.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Novita, S. 2012. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA Dengan
Sikap Remaja Tentang Penyalahgunaan NAPZA di SMK Negeri 4 Bondowoso. Journal Kesehatan.
Pratiwi, Rina. 2013. Pengaruh Pemahaman Materi Hak Asasi Manusia Terhadap
Sikap Kemanusiaan Siswa Kelas VII Di Smp Negeri 2 Hulu Sungka Kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Saputro, E.H. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA
Dengan Sikap Dalam Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Skripsi.
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Stuart, GW., Laraira,MT 2010. Principles and Paractice of Psychiatric
Nursing. St.Louis. Missory: Mosby. Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info
Media. Supardi., (2007). Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Provinsi
Bengkulu. Jurnal Kesehatan. Tarwoto., Aryani, R., Nuraini, A., Miradwiyana, B., Tauchid, S.N., Aminah, S.,
Sumiati., Dinarti., Nurheni, H., Saprudin, A.E., Chaerani, R. 2010. Kesehatan Remaja: problem dan solusinya. Jakarta: Salamba Medika.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dalam lampiran 1 UUD R.I Tahun 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
dalam lampiran 1 UUD R.I Tahun 1997. Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan,Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
72
Yadi,. Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Yogyakarta. 2013. YogyaPeringkat Ke 8 Kasus Penyalahgunaan Narkoba, (Internet) http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/08/058560450/Yogya-dan-Sleman-Juara-Narkoba-di-DIY, diakses tanggal 27 Februari 2018
73
LAMPIRAN
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98