hubungan penggunaan headset dengan kebisingan

6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling s terjadi yang mempengaruhi kurang lebih 6% populasi penduduk dunia (WHO, 200!" #urat $eputusan enkes no &6' menkes #$ )** 200& menjelaskan ada beberapa penyebab gangguan pedengaran (tuli! yang sebenar dapat di+egah dan diobati yaitu otitis media supuratif kronik, tuli akibat b dan serumen ( epkes, 20-!" World Health Organization menyatakan pada tahun 20 diperkirakan sebanyak -60 juta penduduk (.,-%! di dunia mengalami gangguan +a+at pendengaran, -2' juta (/%! diantaranya adalah orang de asa ('- juta la . juta perempuan!dan -2 juta (/%! adalahanak1anak" 3ngka diatas mengalami peningkatan yang sangat signifikan dikarenakan pada tahun berdasarkan data WHO terdapat 2.0 juta ( ,2%! penduduk dunia mende gangguan pendengaran, &. sampai 0 jutadiantaranya terdapat di 3sia 4enggara" $ejadian ini sering terjadi pada anak usia sekolah (WHO, 20!" Hasil WHO Multi Center Study pada tahun //', *ndonesia termasuk dalam negara di 3sia 4enggara dengan pre5alensi yang +ukup tinggi ( ,6%!, tiga negara lainnya #rilanka ','% , yanmar ', %, dan *ndia 6,-%" amun saat ini diperkirakan terjadi peningkatan pre5alensi gangguan pendengara di *ndonesia yakni sekitar 6"'% dan termasuk yang tertinggi di 3sia 4enggara" #ebanyak 62 juta orang usia 7. tahun akan mengalami gangguan dengar dan .0% kejadian gangguan dengar ini dapat di+egah" iperkirakan 20% 1

Upload: eko-damara

Post on 02-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Personal listening devices effect for hearing , THT-KL , Kedokteran , Skripsi, Medical Paper

TRANSCRIPT

6

5

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering terjadi yang mempengaruhi kurang lebih 6% populasi penduduk dunia (WHO, 2010). Surat Keputusan Menkes no 768/menkes/SK/VII/2007 menjelaskan ada beberapa penyebab gangguan pedengaran (tuli) yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati yaitu otitis media supuratif kronik, tuli akibat bising dan serumen (Depkes, 2013). World Health Organization menyatakan pada tahun 2011 diperkirakan sebanyak 360 juta penduduk (5,3%) di dunia mengalami gangguan cacat pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki, 145 juta perempuan) dan 32 juta (9%) adalah anak-anak. Angka diatas mengalami peningkatan yang sangat signifikan dikarenakan pada tahun 2000 berdasarkan data WHO terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Kejadian ini sering terjadi pada anak usia sekolah (WHO, 2011). Hasil WHO Multi Center Study pada tahun 1998, Indonesia termasuk dalam 4 negara di Asia Tenggara dengan prevalensi yang cukup tinggi (4,6%), tiga negara lainnya Srilanka 8,8% , Myanmar 8,4%, dan India 6,3%. Namun pada saat ini diperkirakan terjadi peningkatan prevalensi gangguan pendengaran suara di Indonesia yakni sekitar 16.8% dan termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Sebanyak 62 juta orang usia