hubungan pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya dan ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf ·...

148
HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009 TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh: SUNU PANCARIATNO NIM: 1103506087 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING 2009

Upload: buidieu

Post on 29-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL

ORANGTUANYA DAN HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP NEGERI DI WILAYAH

KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

SUNU PANCARIATNO NIM: 1103506087

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

2009

Page 2: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

ii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya,

Nama : Sunu Pancariatno

NIM : 1103506087

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhanya. Pendapat maupun temuan orang lain yang terdapat dalam

tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 25 Februari 2009

Yang membuat pernyataan,

Sunu Pancariatno

Page 3: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur patut penulis panjatkan kehadirat Bapa di surga atas

berkat yang dianugerahkanNya sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis

dengan judul ” Hubungan Pola Asuh Anak Yang ditinggal Orang Tuanya dan

Harga Diri dengan Kemandirian Siswa SMP Negeri Di Wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Penulisan tesis

ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat yang diperlukan dalam

menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling

Universitas Negeri Semarang.

Tesis ini dapat penulis selesaikan atas dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Maman Rachman, M. Sc selaku Direktur Pascasarjana

Unnes Semarang yang telah memberikan kesempatan yang berharga untuk

menimba ilmu pengetahuan hingga terwujudnya tesis ini.

2. Bapak Drs. J.T. Lobby Loekmono, Ph.D selaku pembimbing tesis, yang

dengan sepenuh hati membimbing dengan sungguh-sungguh, penuh

kesabaran dan kecermatan membaca tesis ini secara detail dengan

memberikan saran-saran konstruktif, meluruskan pola pikir, mengoreksi

bahasa dan tanda baca serta memberikan wawasan yang luas melalui

diskusi pembimbingan.

3. Bapak Prof. Dr. Haryono, M. Psi., selaku pembimbing yang juga dengan

penuh kesabaran, ketulusan dan keiklasan dalam memberikan pengarahan

dan pembimbingan tesis ini

4. Bapak Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons., selaku pengajar dan

sekaligus konsultan yang memberikan dorongan awal penulis untuk bisa

melanjutkan pendidikan di Unnes ini.

5. Seluruh dosen dan staf administrasi Program Pascasarjana Universitas

Negeri Semarang yang telah membekali ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis

Page 4: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

iv

6. Rekan-rekan Assosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Provinsi Jawa

Tengah yang juga memberikan arahan dan dorongan serta semangat yang

luar biasa kepada penulis.

7. Dra. Siti Basthiyah selaku mantan Kepala SMPN 2 Pabelan yang

memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program

Pascasarjana jurusan Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri

Semarang.

8. Rekan - rekan S 2 angkatan tahun 2006 yang juga memberikan semangat

dan dorongan serta bantuan baik secara material maupun imaterial hingga

dapat terselesainya tesis ini.

9. Ibunda yang tercinta selaku orang tua dan saudara-saudara penulis dengan

penuh pengertian, dorongan dan dukungan doa yang luar biasa sehingga

menambah kekuatan tersendiri dalam penyelesaian tesis ini.

10. Istri dan kedua anak penulis dengan penuh setia dan pengertian sehingga

mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada semua pihak yang

belum sempat disebutkan satu persatu dalam tesis ini. Semoga semua jasa

dan kebaikan dari Bp/Ibu/Sdr memperoleh berkat dari Tuhan Yang Maha

Esa. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kritik dan

saran yang sifatnya konstruktif penulis harapkan demi kesempurnaan tesis

ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Semarang, 25 Februari 2009

Penulis

Page 5: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

v

PENGESAHAN KELULUSAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program

Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada

hari : Jumat

tanggal : 20 Maret 2009

Panitia ujian Ketua Sekretaris Prof. Dr. Maman Rachman, M. Sc. Dr. Anawar Sutoyo, M.Pd NIP 130529514 NIP 131570758 Penguji I Penguji II/ Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons Prof. Dr. Haryono, M.Psi NIP 131570049 NIP 131570050

Penguji III/Pembimbing I

Prof. Drs. JT. Lobby Loekmono, Ph.D

Page 6: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

(Effesus 6:4)

Untuk Istri dan kedua anakku Prisca Candra Dewi Milkha Kharisma Candra Putri

Page 7: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

vii

Sari Pancariatno, Sunu. 2009. Hubungan Pola Asuh Anak Yang Ditinggal Orang Tuanya dan Harga Diri dengan Kemandirian Siswa SMP Negeri Di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Kata kunci: Kemandirian siswa, Pola asuh , dan Harga diri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pola asuh apa yang

mempunyai hubungan signifikansi dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan. (2) Signifikansi hubungan harga diri dengan

kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. (3) Signifikansi

hubungan pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya dan harga diri dengan

kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. Populasi

penelitian ini adalah 195 orang siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang.yang ibunya bekerja di luar negeri/kota secara berturut-turut

minimal 2 (dua) tahun, dengan jumlah sampel 123 orang siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Variabel pola

asuh otoriter tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.1.y = - 0,108 dengan p = 0, 234 > 0,05; (2)

Variabel pola asuh permisif tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.2.y = 0,092 dengan p = 0, 312 >

0,05; (3) Variabel pola asuh demokratis mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.3.y = 0,244** dengan p =

0, 006 < 0,05; (4) Variabel harga diri mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx2.y = 0,562** dengan p = 0,

000 < 0,05, pada taraf signifikansi 5 persen; (5) hubungan bersama-sama antara

variabel pola asuh tipe demokratis dan harga diri dengan kemandirian siswa

SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang memiliki koefisien korelasi jamak atau multiple correlation (R) sebesar

Rx1.3.2.y = 0,572; F = 29,103 dengan p =0,000 < 0,05. Artinya ada hubungan yang

signifikan antara variebel pola asuh tipe demokratis dan harga diri secara bersama

dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. Dengan

demikian tujuan penelitian ini dapat dicapai.

Page 8: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi merupakan era dimana persaingan individu semakin

ketat dan perubahan sosial dalam masyarakat terjadi sangat cepat. Untuk

menghadapi era globalisasi ini diperlukan dan dibutuhkan suatu sumber

daya yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang kreatif, ulet,

berkemauwan kuat serta memiliki kemandirian yang tinggi, agar mampu

menghadapi persaingan dan perubahan sosial yang terjadi dalam

masyarakat.

Dalam upaya untuk peningkatan masyarakat dan bangsa, langkah

yang perlu dipersiapkan adalah membenahi dan mempersiapkan generasi

muda sebagai tumpuan kelangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa

agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dengan tingkat

kemandirian yang tinggi. Untuk itu salah satu yang perlu dipersiapkan untuk

generasi muda sebagai tumpuan kelangsungan kehidupan masyarakat dan

bangsa adalah melatih sedini mungkin generasi muda khususnya remaja

untuk menjadi individu yang mandiri. Banyak pihak mencemaskan keadaan

remaja sekarang ini yang dinilai kurang memiliki sifat kristis, kurang kreatif,

kurang memiliki tanggung jawab dan kurang mampu mengatasi persoalan-

Page 9: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

2

persolan dirinya sendiri yang kesemuanya itu menunjukkan kurangnya

kemandirian pada remaja.

Mandiri atau sering disebut juga berdiri di atas kaki sendiri,

merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain

serta bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Secara umum

kemandirian bisa dilihat dari tingkah laku seperti berusaha memenuhi

kebutuhan sendiri, namun kemandirian tidak selalu berbentuk fisik yang

ditampilkan dalam tingkah laku. Kemandirian juga dapat dilihat dari cara

berpikirnya bagaimana seseorang memecahkan masalahnya, apakah

seseorang tersebut bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya dan

dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan norma masyarakat.

Kemandirian sebagai salah satu aspek kepribadian sangat penting

dimiliki oleh generasi muda khususnya anak remaja. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Masrun (!986:8) bahwa kemandirian merupakan modal

dasar bagi manusia dalam mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri,

menyelasaikan masalah tanpa bantuan orang lain, sehingga memungkinkan

seseorang untuk dapat bertindak bebas, melakukan sesuatu untuk dapat

memenuhi kebutuhan sendiri atas dorongan sendiri, mengejar prestasi

dengan penuh ketekunan serta mengejar sesuatu tanpa bantuan orang lain,

mampu berpikir original, menghargai keadaan diri sendiri dan memperolah

kepuasaan atas usahanya.

Peserta didik sebagai individu sedang berada dalam proses

tumbuh kembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai

Page 10: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

3

kematangan, peserta didik SMP memerlukan bimbingan karena mereka

belum memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya, lingkungannya

dan pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Dikarenakan dalam

proses perkembangan individu itu tidak selalu berjalan dalam alur linier,

lurus, atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut maka

peranan konselor diperlukan.

Pada hakikatnya manusia selalu membutuhkan bantuan dari

manusia lain untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan dirinya. Begitu

pula seorang anak, membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya,

dan orang lain tersebut yang pertama adalah keluarganya sendiri, terutama

orang tuanya. Orang tua mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan

anak baik secara fisik maupun psikis. Gunarsa (2004:299) menyatakan

bahwa sebuah keluarga seharusnya dapat memberikan keakraban dan

kehangatan bagi anak-anaknya, memberi rasa aman, memupuk rasa percaya

diri dan membantu mempersiapkan anak-anaknya untuk mandiri.

Pengertian keluarga menurut Djamarah (2004:16) dapat ditinjau

dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam

hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah

satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga

dapat dibedakan keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari

seorang ayah, seorang ibu atau istri, dan anak-anak mereka

(kandung/angkat) yang tinggal satu rumah dan belum menikah. Sedangkan

keluarga besar merupakan sebuah keluarga yang terdiri dari keluarga inti,

Page 11: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

4

kakek, nenek, keponakan, sepupu dan hanya saudara lain yang tinggal

dalam satu rumah. Sedangkan keluarga dalam hubungan sosial, merupakan

suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi

dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara

mereka tidak terdapat hubungan darah (Djamarah, 2004:3).

Sedangkan menurut Soelaeman (dalam Djamarah, 2004:16)

menyatakan keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam

tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya

pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan

dan saling menyerahkan diri.

Keluarga sebagai lingkungan primer bagi anak mengajarkan

tentang berbagai macam hal misalnya peraturan, norma dan kebiasaan-

kebiasaan. Apa yang setiap hari diajarkan oleh lingkungan keluarga tentang

sesuatu yang baik maupun buruk akan memberikan pengaruh baik dan buruk

terhadap pertumbuhan kepribadian anak. Disinilah muncul fungsi penting

dari orang tua yaitu sebagai peletak dasar utama dan pertama dalam

penerapan nilai-nilai yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian

anak. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi

tumbuh dan kembangnya anak yang pada akhirnya akan banyak berperan di

dalam lingkungan masyarakat.

Menurut Meichati (dalam Dayaksini, 1998:14-17) keluarga

merupakan ikatan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan

mungkin sanak saudara yang lain. Didalam keluarga hubungan keluarga

Page 12: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

5

dengan anak diikat oleh rasa cinta kasih, dan pengalaman yang dialami anak

dimulai sejak masa bayi melalui usaha-usaha pertama dari orangtua untuk

membimbing dan mengatur. Orangtua sebagai pimpinan dalam keluarga

sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian berupa

pengenalan nilai-nilai dan kebiasaan kepada anak melalui sikap, perilaku

dan kebiasaannya. Dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, orangtua

adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai

pemberi teladan anak-anaknya Gunarsa (2004:297).

Terbentuknya suatu keluarga tidak lepas dari kerja sama yang baik

antara ayah dan ibu, mereka hendaknya bersama-sama bertanggung jawab

dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Sebab kekompakan ayah

dan ibu sangat diharapkan, sehingga tugas-tugas seorang ayah dalam suatu

keluarga tidak hanya pencari nafkah tetapi sebagai pelindung dan pendidik

anak-anaknya. Meskipun dalam kenyataannya ayah lebih banyak

menghabiskan waktunya di luar keluarganya, tetapi kasih sayang dan

perhatian terhadap keluarga harus tetap diberikan. Sedangkan hubungan

anak dan ibu bersifat kompleks bila dibandingkan hubungan antara anak dan

ayah. Karena ibu adalah satu-satunya figur yang dapat diidentifikasi anak

sampai anak memasuki usia sekolah (Walgito, 1993:21).

Ibu, orang yang paling sering berhubungan dengan anak pada usia

kanak-kanak. Hal ini senada dengan pendapat Haditono (1990:37) bahwa

pola asuh orangtua merupakan cerminan dalam peranan dan bantuan

orangtua terhadap penyesuaian anak dan pada lingkungannya. Kohn (dalam

Page 13: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

6

Yulianti, 2004:18) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua

dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara

orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara

orangtua menunjukan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian

serta tanggapan terhadap anaknya. Sedangkan Hurlock (1999:26)

menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah metode yang digunakan

orang tua dalam hubungannya dengan anak. Pola asuh orang tua merupakan

interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan

pengasuhan. Pengasuhan berarti orangtua mendidik, membimbing dan

mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Penanaman nilai dan aturan dipengaruhi oleh pendidikan dan latar

belakang kehidupan dari orangtua termasuk juga faktor ekonomi. Kebiasaan

dan pendidikan yang sebelumnya diterima orangtua akan menjadi pola asuh

seseorang dalam mendidik anaknya. Dengan keberagaman latar belakang

pendidikan, budaya maupun faktor lain akan membentuk berbagai macam

pola asuh.

Menurut Hurlock (1999:17) ada tiga pola asuh yakni, pola asuh

otoriter, pola asuh otoritatif, dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter

(authoritarian parenting) adalah suatu gaya yang membatasi dan

menghukum serta menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang

tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter

menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar

Page 14: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

7

kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Anak yang dididik dalam pola

otoriter cenderung untuk pasif, kurang inisiatif, motivasi belajar kurang,

tidak percaya diri, merasa rendah diri, tidak berani memikul tanggung

jawab, pesimis, dan mudah putus asa.

Pola asuh autoritatif (authoritative parenting) mempunyai ciri

mendorong anak-anaknya agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas

dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Aturan dibuat bersama

oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan keinginan dan

pendapat anak, selalu berdiskusi untuk mengambil keputusan. Dengan pola

asuh ini anak akan berkembang sesuai tingkat perkembanganya, kreatif,

mudah mengeluarkan pendapat, mereka akan merasa aman dengan kasih

sayang dari orang tua sehingga memunculkan sikap percaya diri memiliki

rasa tanggung jawab, penuh gairah dan optimis dalam hidupnya.

Pola asuh permisif (permissive parenting) dengan ciri tidak

adanya bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada anak,

tidak ada pengontrolan dari orang tua sehingga anak diberi kebebasan dan

diizinkan untuk membuat keputusan untuk dirinya. Anak yang dididik

dalam keluarga ini akan merasa kurang menikmati kasih sayang dari orang

tua, sering menentang, tidak mau belajar, anak merasa tidak bertanggung

jawab apabila ditugaskan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

Menurut Shanti (2002:1) pola asuh merupakan pola interaksi

antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau

perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya

Page 15: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

8

menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan

kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga

dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Oleh beberapa unsur seperti kasih

sayang, rasa aman dan perhatian. Apabila dalam hubungan antara orang tua

dengan anak tidak disertai dengan adanya perhatian, tidak ada toleransi,

kurangnya kasih sayang dan sikap orang tua yang selalu mengekang

keinginan anak, dapat menciptakan situasi konflik yang akan menghambat

pembentukan sikap mandiri pada anak. Hal ini sependapat dengan Bee

(dalam Yulianti, 2004:13) pola asuh orangtua terhadap remaja banyak

memberikan pengaruh pada perkembangan konsep diri, kemandirian dan

identitas ego. Orangtua yang memiliki anak, ingin memelihara,

membesarkan, dan mendidiknya dan berusaha mencukupi segala kebutuhan

anak karena anak merupakan buah hati dan tumpuan di masa depan.

Data Kaukus Parlemen untuk HAM yang dirilis media pers

Indonesia selama semester pertama pada tahun 2007 telah terjadi 45 kasus

kekerasan dan 102 kasus kematian Tenaga Kerja Wanita di luar negeri.

Artinya bahwa para wanita yang bekerja menjadi tenaga kerja di luar negeri

banyak mengalami masalah.

Hasil survai yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Pabelan

Kabupaten Semarang ada 116 orang siswa yang orangtuanya bekerja di luar

kota atau luar negeri. Dengan penyebaran untuk siswa kelas 7 ada 39 orang

siswa yang orangtuanya menjadi Tenaga Kerja Wanita, kelas 8 ada 50 orang

siswa yang orangtuanya menjadi Tenaga Kerja Wanita, dan di kelas 9 ada 27

Page 16: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

9

orang siswa. Dan bila dihitung secara prosentase ada 25,38 % dengan

penyebaran siswa kelas 7 sekitar 8,53 %, kelas 8 sekitar 10,94 % dan 6,06

% . Sedangkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 1 Pabelan ada 34 orang

siswa dan 45 orang siswa untuk siswa SMP Negeri 3 Pabelan yang orang

tuanya bekerja di luar kota atau luar negeri minimal 2 tahun berturut-turut.

Mereka bekerja kebeberapa kota atau negara antara lain ; Jakarta, Sumatra,

Kalimantan, Sulawesi, Timur Tengah, Korea, Taiwan, Hongkong,

Singapura, dan Malaysia.

Dari keberagaman kota atau negara juga berimbas pada

keberagaman masalah dalam keluarga mereka yang sangat dirasakan oleh

anak. Dari catatan konseling ada anak yang sudah 10 tahun tidak bertemu

ibunya. Ada 2 (dua) orang anak (korban perceraian) yang sudah 8 tahun

tidak bertemu ibunya tanpa berita apapun, mereka mencoba berharap dengan

berkirim surat akan tetapi tidak ada balasan padahal suratnya tidak kembali.

Anak berpikir kalau suratnya tidak kembali berarti ibunya belum pindah

pekerjaan, disisi lain nenek yang dulu mendampinginya juga sudah

meninggal dunia sehingga anak hidup dengan orang lain. Anak-anak yang

ditinggal ibunya bekerja secara finasial mereka lebih baik dari pada yang

tidak kerja, dengan catatan bila ayahnya di rumah benar-benar bisa mengatur

keuangan. Karena dari beberapa anak ada yang justru dengan ibunya bekerja

ayahnya malah punya Wanita Idaman Lain (WIL) sehingga anak-anaknya

tidak diurus, mereka dibiarkan hidup sendiri tanpa pendampingan

orangtuanya. Secara psikologis anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja

Page 17: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

10

lebih tinggi tingkat kemandirian bila dibandingkan dengan anak-anak yang

hidupnya ditunggui oleh orangtuanya.

Namun dari aspek harga diri anak ada 25 anak yang menyatakan

bahwa dengan kepergian ibunya bekerja justru meningkatkan harga diri

mereka dikarenakan secara finansial mereka dapat memiliki segala sesuatu

dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi bagi anak-anak yang orangtuanya

“bermasalah“ akibat dari kepergian ibunya bekerja di luar negeri justru

sebaliknya merasa dirinya tidak berharga baik dimata teman-teman maupun

di masyarakat, karena menjadi beban keluarga dekat atau tetangganya.

Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang

berkembang dari feeling of belonging (perasaan diterima oleh kelompok

sosialnya), feeling competent (perasaan kompeten, efisien, produktif) dan

feeling worthwhile (perasaan berharga, cantik, pandai, baik) (Felker, 1998:

187). Jadi Harga diri seseorang bisa dikatakan baik apabila ia merasa

diterima oleh kelompok sosialnya, merasa mampu dan merasa berharga.

Setiap orang tua yang merasa memiliki anak dengan perasaan

diterima oleh kelompok sosialnya, produktifitas tinggi dan berperilaku baik

tentu bangga dan rasanya tidak sia-sia membesarkan anak dan rasanya apa

yang telah diperbuatnya kepada anak memang adalah hal yang benar. Hal ini

sesuai pendapat Coopersmith (dalam Hardy & Heyes, 1985 : 137-139)

bahwa cara bagaimana orangtua memperlakukan anak-anak mereka akan

mempengaruhi harga diri (self esteem) anak.

Page 18: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

11

Berdasarkan hasil penelitian Indrawati 2002 (http://digilib.

unikom.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-erna-8665-pola asuh) dengan

menggunakan Analisis Regresi, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

ada pengaruh yang signifikan ( F = 13, 146 dengan P < 0,010) antara pola

asuh orang tua terhadap kemandirian remaja. Ada pengaruh yang signifikan

antara pola asuh orang tua yang authoritative terhadap kemandirian

remaja. Sedangkan pola asuh orang tua yang kurang menunjang

kemandirian remaja adalah pola asuh orang tua yang permissive dan pola

asuh orang tua yang authoritarian. Dari pengaruh pola asuh orang tua

terhadap kemandirian remaja yang bertipe authoritative sebesar 12,016%,

untuk pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian remaja yang

bertipe permissive sebesar 1,520%, untuk pengaruh pola asuh orang tua

terhadap kemandirian remaja bertipe authoritarian sebesar 7,731%. Jadi

jumlah keseluruhan dari pola asuh orang tua adalah 21,3%. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang.

Teknik pengambilan sempelnya adalah jumlah dari populasi total, dimana

siswa-siswi kelas I, II secara keseluruhan.

Sejalan dengan hasil penelitian Indrawati, Ningsih (http://digilib.

upi.edu/pasca/available/etd-0223106-102800) mengadakan penelitian

tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Siswa,

hasilnya pola asuh orang tua authoritative yang dirasakan siswa dengan

kemandirian emosinya memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan pola

asuh authoritarian yang dirasakan siswa dengan kemandirian emosinya

Page 19: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

12

memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan arah negatif; dan pola

asuh orang tua permissive yang dirasakan siswa memiliki hubungan yang

tidak signifikan dengan kemandirian emosinya.

Sedangkan hasil penelitian Anisa 2005 (http://digilib.unnes.

ac.id/gsdl/ collect/wrdpdf.e/index/assoc/HASHO1a3/5489fec.diri) tentang

Kontribusi Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA

Megeri I Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.

Hasil uji signifikansi koefesien korelasi ganda dengan uji F diperoleh

diperoleh F hitung = 15,108 > F tabel = 2,71 dan hasil analisis memperoleh

koefisien korelasi 0,4163 menunjukan bahwa (a) pola asuh orang tua tipe

demokratis dan tipe permisif berkorelasi terhadap kemandirian siswa, (b)

pola asuh orang tua tipe otoriter tidak berkolerasi terhadap kemandirian

Hasil penelitian Rini (2002:1) tentang hubungan jumlah anggota

keluarga, harga diri remaja menunjukkan bahwa, ada korelasi negatif yang

signifikan, yang ditunjukkan dengan nilai (r = - 0,459; p < 0,05) antara

ukuran jumlah anggota keluarga dengan harga diri pada remaja. Hal itu

menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga dari remaja

maka semakin tinggi harga dirinya, sebaliknya semakin banyak jumlah

anggota keluarga dari remaja maka akan semakin rendah harga dirinya.

Artinya remaja yang berasal dari keluarga kecil mempunyai harga diri lebih

tinggi dari pada remaja yang berasal dari keluarga besar, karena mereka

hidup dalam lingkungan keluarga yang lebih demokratis dan dapat

membangkitkan semangat sehingga akan membantu anak mencapai tingkat

Page 20: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

13

kematangan yang lebih tinggi dan pada akhirnya berpengaruh pada

kepribadiannya terutama harga dirinya.

Hasil penelitian Arifianto (http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id= jtptums-

gdl-s1-2007- kurniawanw-7949) tentang Hubungan antara Harga Diri

dengan Kemandirian, dengan subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas

2 SMK PGRI 2 Salatiga berjumlah 40 siswa untuk try out dan 78 siswa

untuk penelitian, dengan menggunakan cluster random sample. Alat

pengumpulan data yang digunakan adalah skala harga diri dan skala

kemandirian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien

korelasi (rxy) sebesar 0,670 dengan p < 0,01, hal ini berarti ada hubungan

positif yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian. Artinya,

semakin tinggi skor harga diri maka semakin tinggi skor kemandirian dan

sebaliknya.

Peranan atau sumbangan efektif harga diri terhadap kemandirian

sebesar 44,9% yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinan (r2)

sebesar 0,449. Hal ini berarti masih terdapat 55,1% faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kemandirian di luar variabel harga diri seperti faktor pola

asuh orangtua, interaksi teman sebaya, pendidikan, jenis kelamin, usia.

Hasil penelitian ini menunjukkan kemandirian pada subjek penelitian

tergolong tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 133,205 dan

rerata hipotetik sebesar 107,5. Harga diri pada subjek penelitian tergolong

tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 114,462 dan rerata

hipotetik sebesar 90. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini

Page 21: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

14

adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan kemandirian remaja.

Semakin tinggi skor harga diri maka semakin tinggi pula skor kemandirian

pada remaja, sebaliknya semakin rendah skor harga diri maka semakin

rendah pula skor kemandirian pada remaja.

Berdasarkan hasil penelitian Indrawati (2002:1) dan Ningsih

(2006:1) tentang hubungan pola asuh dengan kemandirian dinyatakan

bahwa pola asuh authoritative memiliki korelasi signifikan dengan

kemandirian, akan tetapi pola asuh outhoritarian dan permissive tidak

berkorelasi dengan kemandirian. Sedangkan hasil penelitian Anisa (2005:1)

menyatakan pola asuh demokratis dan permisif berkorelasi signifikan

terhadap kemandirian. Dengan adanya perbedaan temuan, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian ulang tentang hubungan pola asuh anak

yang ditinggal orang tuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa

dengan mengambil populasi penelitian siswa SMP Negeri di wilayah

Kecamatan Pabelan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang maka dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1.2.1 Pola asuh anak yang ditinggal orang tuanya apa yang mempunyai

hubungan signifikan dengan kemandirian siswa di SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan?

Page 22: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

15

1.2.2 Adakah hubungan yang signifikan antara harga diri dengan

kemandirian siswa di SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan?

1.2.3 Adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh anak yang

ditinggal orangtuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian dirumuskan

sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui pola asuh anak yang ditinggal orang tuanya yang

mempunyai hubungan signifikansi dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.

1.3.2 Mengetahui signifikansi hubungan harga diri dengan kemandirian

siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.

1.3.3 Mengetahui signifikansi hubungan pola asuh anak yang ditinggal

orangtuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat memberi manfaat secara teoritik maupun

praktik.

1.4.1 Secara Teoritik

Apabila dalam penelitian ditemukan adanya hubungan yang

signifikan antara pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya dengan

Page 23: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

16

kemandirian siswa SMPN 2 Pabelan, maka penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Bee (dalam Yulianti, 2004:13) dan penelitian

Indrawati (2002). Bila tidak ditemukan adanya hubungan signifikan,

maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anisa (2005). Dan

bila dalam penelitian ditemukan adanya hubungan signifikan antara

harga diri dengan kemandirian siswa SMPN 2 Pabelan, maka

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rini (2000:1) dan

Arifianto (2007). Bila ditemukan tidak ada hubungan signifikan,

maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati

(2005).

1.4.2 Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan bahan referensi ke Dinas Pendidikan Kabupaten

Semarang dan khususnya pada SMP Negeri di wilayah Kecamatan

Pabelan dalam rangka pengembangan diri siswa dan peningkatan

kuailitas pendidikan di sekolah dan di rumah/keluarga.

Page 24: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian

2.1.1 Pengertian Kemandirian

Istilah kemandirian sering disebut sebagai autonomy atau

independency. Angyal (dalam Masrun, 1986:8) autonomy merupakan

tendensi untuk mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara

efektif terhadap lingkungan, dan merencanakan serta mewujudkan

harapan-harapannya. Sedangkan independency menurut Bhatia (dalam

Masrun, 1986:8) diartikan sebagai perilaku yang aktifitasnya diarahkan

pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan

bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri

tanpa bantuan orang lain.

Bernadib (dalam Yulianti, 2004:9) mendifinisikan kemandirian

adalah keadaan jiwa seseorang yang mampu memilih norma dan nilai-nilai

atas keputusan sendiri, mampu bertanggung jawab atas segala perilaku dan

perbuataan individu yang bersangkutan. Kemandirian yang dimiliki,

menjadikan sesorang ketergantungan pada pihak lain menjadi minimal.

Menurut Greenberger (dalam Masrun dkk, 1986:10) menyatakan

bahwa kemandirian mencakup beberapa istilah antara lain autonomy,

independency dan sefl reliance. Autonomy dimaksudkan sebagai tendensi

untuk mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif

Page 25: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

18

terhadap lingkungannya dan merencanakan serta berusaha mewujudkan

harapan-harapannya yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam.

Secara fungsional autonomy dapat diartikan juga sebagai tendensi untuk

bersikap secara bebas dan original dalam arti tidak mengantungkan kepada

orang lain.

Independency diartikan sebagai gerak yang mengarah pada

kesesuaian dengan kebutuhan-kebutuhan persepsi atau pendapat sendiri

pada daripada merespons terhadap tuntutan lingkungan atau pengaruh

orang lain, aktivitas yang dilakukan diarahkan kepada diri sendiri dan

kritis terhadap pengarahan ataupun pengaruh dari orang lain. Bahkan

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya cenderung mencoba

memecahkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan

orang lain, Bhatia (dalam Masrun, 1986:8). Sedangkan self reliance

merupakan perilaku yang didasarkan percaya pada diri sendiri dimana

pusat kendali berasal dari dalam diri sendiri.

Menurut Brawer (dalam Djamal, 2004:18) kemandirian adalah

perasaan otonom, perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul

karena ketaatan dorongan dari dalam yang tidak bergantung orang lain,

sehingga dapat menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sejalan pendapat Brawer, Masrun (1986:8) pengertian kemandirian

sebagai salah satu kompenen kepribadian yang mendorong individu untuk

dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan

masalah tanpa bantuan orang lain. Selain itu Masrun menyatakan juga

Page 26: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

19

bahwa kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang

untuk dapat bertindak bebas, melakukan sesuatu untuk dapat memenuhi

kebutuhan sendiri atas dorongan sendiri , mengejar prestasi dengan penuh

ketekunan serta keinginan mengejar sesuatu tanpa bantuan orang lain,

mampu berpikir dan bertindak original, menghargai keadaan diri sendiri

dan memperoleh kepuasaan atas usahanya. Budiharjo (dalam Utomo,

2006:9) mengatakan bahwa kemandirian (autonomy) adalah

kecenderungan untuk tidak bergantung pada orang lain dalam membuat

keputusan.

Selanjutnya Irene (2002:21) mendifinisikan kemandirian sebagai

suatu sikap yang dapat menerima dan menjadi diri sendiri, percaya pada

kemampuan diri sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan

menurut Kartadinata (1988:88) kemandirian diartikan sebagai kekuatan

motivasi dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima

tanggung jawab atau konsekuensi keputusan itu, yang tingkat

perkembangannya dinyatakan dalam tingkat: impulsive, konformistik,

sadar diri, seksama, individulistik dan mandiri. Dalam kamus psikologi

kata autonomy (otonomy) diartikan kebebasan individu manusia untuk

memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan

menemukan dirinya sendiri (Chaplin, 2006:48)

Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa subtansi

kemandirian terdiri atas:

Page 27: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

20

1) Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan

lingkungan.

2) Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan.

3) Kemampuan menerima konsekuensi atas segala keputusan yang

diambil.

Ketiga subtansi kemandirian tersebut di atas, sejalan dengan

pernyataan Rogers (Burns, 1993:53) bahwa kemandirian menunjukan

kepada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain. Artinya bahwa

individu dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan mampu

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Individu yang mandiri

menurutnya memiliki karakteristik tertentu yang ditandai dengan inisiatif,

tanggung jawab, mampu mengambil keputusan dengan memperhitungkan

resikonya dan tanggap terhadap peluang-peluang baru yang bisa

dikerjakan sesuai kapasitasnya. Selain itu, dapat dikatakan bahwa

kemandirian menunjukkan kepada bagaimana individu mampu

menunjukkan kreativitasnya, mandiri, memiliki harga diri dan kepercayaan

diri sendiri, sehingga memungkinkan individu untuk berkarya, bersaing,

bekerja sama dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya,

memecahkan masalah-masalahnya serta melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya. Kepercayaan pada diri sendiri agar mampu mandiri

merupakan modal utama bagi individu untuk menghadapi tantangan

Page 28: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

21

kehidupan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah-

masalah yang dihadapinya.

Dalam teori yang dikembangkan Steinberg (1989: 270) istilah

independency dan autonomy sering dipertukarkan secara bergantian sesuai

dengan penggunaan konsep kedua istilah tersebut. Secara umum kedua

istilah tersebut memiliki arti yang sama yakni kemandirian, tetapi secara

konseptual kedua istilah tersebut berbeda dengan perbedaan yang sangat

tipis. Dalam bahasa Inggris independence berarti kemerdekaan atau

kebebasan, sedangkan secara konseptual mengacu kepada kapasitas

individu untuk memperlakukan diri sendiri. Steinberg (1989: 270)

menyatakan bahwa independence generally refers to individual’s capacity

to behave on their own. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa

independence menunjukkan pada kapasitas seseorang untuk

memperlakukan dirinya sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut,

Steinberg menjelaskan bahwa anak yang sudah memiliki independence

akan mampu melakukan sendiri aktivitas dalam kehidupan tanpa adanya

pengaruh dan pengawasan orang lain terutama orang tua. Kemandirian

yang mengarah pada konsep independence ini merupakan bagian dari

perkembangan autonomy selama masa masa remaja, namun autonomy

mencakup dimensi yang lebih luas lagi yaitu dimensi emosional,

behavioral, dan nilai. Steinberg (1989: 270) menegaskan the growth of

independence is surely a part of becoming autonomous during

Page 29: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

22

adolescence, yaitu pertumbuhan independence merupakan bagian dari

menjadi autonomy (mandiri) selama masa remaja.

Pada masa remaja, kemandirian merupakan salah satu tugas

perkembangan yang fundamental. Hal ini sesuai tugas perkembangan yang

diungkapkan oleh Havighurst (Hurlock,1980:10) yang mana salah satu

tugas perkembangan tersebut adalah mencapai perkembangan kemandirian

secara emosional dari orang tua. Steinberg (1989: 270) becoming an

autonomous person-a self governing persons- is one of the fundamental

developmental tasks of the adolescent years. Artinya bahwa individu yang

mandiri, yang mampu mengelola diri sendiri merupakan satu tugas

perkembangan yang mendasar pada masa remaja. Disebut fundamental

karena pencapaian kemandirian pada anak sangat penting artinya dalam

kerangka menjadi individu dewasa. Bahkan pentingnya kemandirian harus

dicapai pada masa remaja sama pentingnya dengan pencapaian identitas

diri. Steinberg (1989: 270)

Tidak mudah bagi remaja (usia anak SMP) untuk memperoleh

kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya pemutusan ikatan

emosional yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa

nyaman selama masa kanak-kanak. Bahkan pemutusan ikatan emosional

ini sering menimbulkan reaksi yang sulit dipahami (misunderstood) oleh

remaja dan orang tua. Terkadang remaja sering mengalami kesulitan

dalam memutuskan ikatan tersebut secara logis dan objektif. Dalam upaya

memutuskan ikatan emosional dari orang tuaanya, kadang remaja harus

Page 30: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

23

menentang keinginan dan aturan orang tua. Dan orang tua sering

mempersepsikan upaya pemutusan ikatan emosional yang dilakukan anak

sebagai bentuk pemberontakan.

2.1.2 Tipe-tipe Kemandirian

Steinberg (1989: 273) membedakan kemandirian kedalam tiga tipe,

yaitu kemadirian emosional (emotional autonomy), kemandirian perilaku

(behavioral autonomy), kemandirian nilai (values autonomy).

1) Kemandirian emosional (emotional autonomy)

Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidak

bergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain, terutama

orang tua dalam mengelola dirinya. Pemudaran hubungan anak dengan

orang tua pada masa remaja terjadi dengan sangat cepat. Percepatan

pemudaran hubungan terjadi sering dengan semakin mandirinya anak

dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan

peluang bagi anak untuk mengembangkan kemandiriannya terutama

kemandirian emosional.

Proses psikososial lainnya yang menuntut anak mengembangkan

kemandirian emosional adalah perubahan pengungkapan kasih sayang,

meningkatnya pendistribusian kewenangan, tanggung jawab, menurunnya

interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan orang tua, serta semakin

larutnya anak dalam pola-pola hubungan dengan teman sebaya untuk

menyelami hubungan kehidupan di luar kehidupan yang baru di luar

Page 31: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

24

keluarga. Semua proses psikososial tersebut lambat laun akan

memudarkan ikatan emosional anak dengan orang tua.

Anak yang mandiri secara emosional mempunyai indikator-

indikator dalam beberapa hal seperti 1). Anak yang mandiri tidak serta

merta lari kepada orang tua ketika dirundung kesedihan, kekecewaan,

kekhawatiran, atau membutuhkan bantuan, 2). Anak tidak lagi memandang

orang tua sebagai orang yang mengetahui atau menguasai segala-galanya,

3). Anak sering memiliki energi emosional yang besar dalam rangka

menyelesaikan hubungan-hubungan di luar keluarga dan dalam

kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan teman-teman daripada

orang tua, 4). Anak mampu memandang dan berinteraksi dengan orang tua

sebagai pada umumnya bukan semata-mata sebagai orang tua.

2) Kemandirian perilaku (Behavioral autonomy)

Kemandirian perilaku merupakan kemampaun seseorang

melakukan aktivitas, sebagai manisfestasi dari berfungsinya kebebasan

dengan jelas, menyangkut peraturan-peraturan yang wajar mengenai

perilaku dan pengambilan keputusan seseorang. Mandiri dalam perilaku

berarti bebas untuk bertindak/ berbuat sendiri tanpa terlalu bergantung

pada bimbingan/pertolongan orang lain. Secara psikologis anak ingin

mendapatkan kemandirian perilaku ini secara perlahan-lahan. Hal ini

dimulai dari pendistribusian wewenang yang diberikan oleh orang tuanya

terhadap anaknya. Pemberian kepercayaan secara sedikit demi sedikit

Page 32: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

25

terhadap anak akan memberikan situasi yang kondusif terhadap

peningkatan kemandirian.

Kemandirian perilaku pada anak ditandai dengan beberapa

indikator yakni, 1). Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan

mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan

nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2). Mampu mempertimbangkan

bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan

penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3). Mencapai suatu keputusan

yang bebas tentang bagaimana harus bertindak/melaksanakan keputusan

dengan penuh percaya diri

3) Kemandirian nilai (Values autonomy)

Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak

tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam

bidang nilai. Dengan demikian individu memiliki seperangkat prinsip

tentang benar, salah serta penting dan tidak penting dalam memandang

sesuatu dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai

yang terjadi mada masa remaja, yaitu keyakinan akan nilai-nilai semakin

abstrak (abstract belief), keyakinan akan nilai semakin bersifat prinsip

(principled belief), dan keyakinan akan nilai-nilai yang berbentuk dalam

diri remaja bukan dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau

orang dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri

(indepent belief).

Page 33: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

26

Kemandirian nilai pada anak ditandai dengan beberapa indikator

yakni, 1). Cara anak dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin

abstrak, 2). Keyakinan-keyakinan anak menjadi semakin bertambah

mengakar pada prinsip-prinsip umum yang dimiliki beberapa basis

idiologis, 3). Keyakinan-keyakinan anak menjadi semakin bertambah

tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya dalam suatu

sistem nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau figur pemegang

kekuasaan lainnya.

Berdasarkan pendapat Batia, Bernadib, Greenberger maupun

Brawer, maka dalam penelitian ini kami menggunakan teori kemandirian

dari Steinberg (1989:270) yang menyatakan bahwa kemandirian adalah

kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi individu yang

mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri (self

governing person). Kemampuan dalam mengelola diri sendiri ini ditandai

dengan kemampuannya untuk tidak bergantung kepada dukungan orang

lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara sendiri dan

mampu menerima akibat keputusan tersebut, serta memiliki seperangkat

prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting

2.1.3 Proses perkembangan kemandirian

Kemandirian adalah kondisi psikologis yang dapat berkembang

dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan

yang dilakukan terus- menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut

berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan disesuaikan dengan usia

Page 34: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

27

serta kemampuan anak. Misalnya: untuk anak-anak usia 3-4 tahun latihan

kemandirian dapat berupa membereskan mainan yang telah dipakainya.

Menurut Watson dan Lindgren (dalam Suparmi,1991:31) anak mulai

menunjukan mandiri pada usia sekitar 2 – 3 tahun. Pada usia ini anak

banyak menunjukkan tingkah laku negatif dan menentang. Hal ini

disebabkan anak mulai menyadari ”aku”nya antara lain berusaha mandiri

dengan menolak bantuan orang lain, menentang petunjuk-petunjuk orang

dewasa, dan lain sebagainya.

Setelah anak memasuki remaja (usia anak SMP) ada beberapa

tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Selain kematangan fisik,

seorang remaja juga harus mencapai tugas-tugas perkembangan psikis,

yaitu secara bertahap mencapai kemandirian dari orang tua, penyesuaian

dengan kematangan sosial, mempertahankan kerjasama dengan teman

sebaya tanpa mendominasi teman-temannya, memutuskan dan

menyiapkan pekerjaan yang berarti. Kebutuhan akan kemandirian nyata

benar pada usia remaja. Mereka selalu ingin menunjukkan bahwa mereka

dapat mengambil keputusan sendiri, tidak mau didikte dan tidak mau

terikat dengan aturan orang tua. Mereka sebaiknya diberi kebebasan untuk

memilih model dan warna baju, jam berapa ia harus bangun dan tidur

malam, dengan siapa anak tersebut bergaul walaupun sedikit masih dalam

pengawasan orang tua. Dengan memberikan latihan tersebut, diharapkan

dengan bertambahnya usia akan bertambah pula kemampuan anak untuk

berpikir secara objektif, tidak mudah dipengaruhi, berani mengambil

Page 35: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

28

keputusan sendiri, tumbuh rasa percaya diri, tidak tergantung kepada orang

lain dengan demikian kemandirian akan berkembang dengan baik.

Dengan kemandirian tersebut anak harus belajar dan berlatih dalam

membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak

sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dilakukannya, dengan kata lain mereka melepaskan diri

sendiri secara bertahap dari ikatan ketergantungan orang tua. Hal ini juga

diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dengan

teman sebaya. Melalui hubungan pertemanan mereka belajar berpikir

secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima atau menolak

pandangan atau nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari perilaku

yang diterima di dalam kelompoknya. Bila didalam kelompoknya mereka

merasa nyaman dan bisa diterima dan dihargai akan keberadaannya dan

sebaliknya bila di lingkungan rumah tidak menerimanya maka akan

terjadi hambatan atau masalah. Sebab anak akan berpikir kalau mereka

melepaskan dari ikatan orang tua maka segala kebutuhan atau keinginan

tidak dapat terpenuhi secara finansial, sebaliknya bila mereka mengikuti

irama kelompok secara psikologis akan mendapat kepuasaan tersendiri .

Agar terjadi perkembangan kemandirian anak maka orang tua hendaknya:

1 Berkomunikasi dua arah antara orang tua dengan anak. Dengan

melakukan berkomunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-

pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-

Page 36: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

29

anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orang

tuanya.

2. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk membuktikan atau

melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambilnya, bahkan

mengusahakan sendiri apa yang diperlukan dan biarkan juga

mereka mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Peran

orang tua hanya sebagai pengamat dan bisa melakukan intervensi

jika tindakan anak dianggap dapat membahayakan dirinya maupun

orang lain.

3. Memberi tanggung jawab terhadap tindakan yang diperbuat anak

merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani

bertanggung jawab anak akan belajar untuk tidak mengulang hal-

hal yang memberikan dampak negatif (tidak menyenangkan) bagi

dirinya.

4. Adanya konsistensi orang tua dalam menerapkan kedisiplinan dan

menanamkan nilai-nilai kepada anak dan sejak masa kanak-kanak

di dalam keluarga akan menjadi panutan bagi remaja untuk

mengembangkan kemandirian berpikir secara dewasa. Orang tua

yang konsisten dalam menerapkan kedisiplinan akan memudahkan

anak dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih

berbagai alternatif yang menjadi salah satu ciri anak mandiri.

Page 37: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

30

2.2 Pola Asuh

2.2.1 Pengertian Pola Asuh

Menurut Jersild (1978:230) memandang pola asuh orang tua

merupakan pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya

untuk mencapai tujuan keluarga. Hal ini didukung pendapat Gunarsa

(1995:116) pola asuh orang tua sebagai cara mendidik anak yang sesuai

dengan sifat dan titik berat orang tua dalam hubungan antara anak dan

orang tua.

Haditono (1990:128) mengartikan pola asuh orang tua adalah cara

khas orang tua dalam memperlakukan anak-anak mereka yang

berhubungan erat dengan terbentuknya kepribadian. Sedangkan Handayani

(2002:33) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang tua

dalam mengasuh anaknya dengan memberikan aturan-aturan atau disiplin

dengan tujuan membentuk watak, kepribadian dan memberikan nilai-nilai

bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Dari beberapa definisi tersebut di atas penulis mengemukakan pola

asuh orang tua adalah daya upaya dalam pendidikan keluarga yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, perlakuan orang tua dalam

memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam

kehidupan sehari-hari, serta orang tua dalam keluarga mempunyai peranan

penuh untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya.

Pola asuh orang tua bermacam-macam, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Hurlock (1999:17-18), menyatakan ada tiga cara yang

Page 38: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

31

digunakan oleh orang tua dalam mendidik putra-putrinya, yaitu pola asuh

otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Dalam

penerapannya tidak bisa dibedakan secara tegas sehingga kecenderungan

pola asuh tertentu yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

Ketiga pola asuh tersebut mempuanyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pola asuh otoriter

Adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari

orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus berperilaku sesuai aturan

yang telah ditetapkan orang tua, orang tua tidak mempertimbangkan

pandangan atau pendapat anak dan orang tua memusatkan perhatian

pada pengendalian secara otoriter yaitu berupa hukuman fisik.

Pada pola asuh ini orang tua menentukan apa yang perlu diperbuat

oleh anak tanpa memberi alasan atau penjelasan tentang alasannya.

Apabila anak melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh orang

tua, anak tidak diberi kesempatan untuk memberi alasan atau

penjelasan sebelum hukuman diterima. Sebaliknya orang tua tidak

pernah memberikan hadiah atau pujian apabila anak berbuat sesuai

dengan orang tua.

Pola asuh ini anak mempunyai sifat submisif, anak tidak

mempunyai inisiatif karena takut berbuat salah, anak menjadi penurut,

tidak mempunyai kepercayaan diri dan tidak mempunyai rasa

tanggung jawab. Pada pola asuh ini kontrol orang tua sangat ketat,

namun dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung

Page 39: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

32

jawab sesuai dengan perkembangannya, tetapi anak merasa terkekang

dalam mencari kemandirian. Karena itu sering terjadi konflik antara

anak dan orang tua, anak tidak mau berkomunikasi dengan orang tua,

akhirnya terjadi jurang pemisah antara anak dengan orang tua.

2. Pola asuh demokratis

Aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua

memperhatikan keinginan dan pendapat anak, selalu mengadakan

diskusi untuk mengambil suatu keputusan, anak mendapat kesempatan

untuk mengemukakan pendapatnya dan diberi kepercayaan serta

bimbingan dan kontrol dari orang tua. Apabila anak harus melakukan

tugas tertentu, orang tua memberikan penjelasan atau alasan mengapa

perlunya hal tersebut dilakukan dan bila anak melanggar peraturan

yang telah ditetapkan, anak diberi kesempatan untuk memberikan

alasan mengapa ketentuan itu dilanggar sebelum anak menerima

hukuman. Hukuman yang diberikan berkaitan dengan perbuatannya

dan berat ringannya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hadiah

dan pujian diberikan oleh orang tua untuk perilaku yang diharapkan.

Pada pola asuh ini hubungan anak dan orang tua harmonis, kontrol

orang tua terhadap anak tidak berlebihan. Ada dialog diantara mereka

sehingga anak merasa dihargai untuk mengeluarkan pendapat, karena

itu anak dengan orang tua saling bertukar pikiran, orang tua

menghargai anak dan respek terhadap orang tua. Anak tidak takut akan

Page 40: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

33

membuat kesalahan, dengan demikian rasa percaya diri anak akan

berkembang dengan baik dan anak mempunyai rasa tanggung jawab.

3. Pola asuh permisif

Tidak adanya bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan

kepada anak, tidak ada pengendalian atau pengontrolan dari orang tua.

Orang tua tidak memberikan aturan kepada anaknya, anak diberi

kebebasan dan diizinkan untuk membuat keputusan untuk dirinya

sendiri, anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan

sosial, anak diperkenankan berbuat sesuai dengan apa yang dipikirkan

anak.Tidak ada hukuman dari orang tua meskipun anak melanggar

peraturan dan tidak diberi hadiah bila berperilaku baik.

Pada pola asuh permisif semua serba boleh, karena tidak ada

kontrol dari orang tua, anak berbuat sekehendak hatinya, maka anak

kurang respek terhadap orang tua, kurang menghargai apa yang

diberbuat orang tua untuknya. Anak yang diasuh dan dididik

dengan pola ini biasanya mendapat proteksi yang berlebihan, sehingga

apapun yang dilakukan anak dibiarkan oleh orang tua. Dengan

demikian perhatian serta hubungan orang tua dengan anak akan

terganggu, karena tidak ada pengarahan atau informasi dari orang tua,

maka anak tidak mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan dan mana

sebaiknya yang ditinggalkan.

Anak kurang mempunyai tanggung jawab dan biasanya anak sulit

dikendalikan serta berbuat hal-hal yang sebenarnya tidak dibenarkan.

Page 41: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

34

Perilaku sering melanggar norma- norma masyarakat karena itu akan

terbentuk sikap penolakan dari lingkungan dan akibatnya kepercayaan

diri goyah serta penghargaan pada diri sendiri kurang baik.

Senada pendapat Hurlock, menurut Baumrid dikutip oleh McKay

(2006 : 10) juga membagi pola asuh ke dalam tiga kategori berdasarkan

pada kehangatan, yakni tingkat keterlibatan, dukungan dan respon orang

tua pada anak, dan kontrol yang meliputi tuntutan atau ekspetasi orang tua

pada anak serta tingkat pengawasan anak

Pola asuh jenis pertama adalah Authoritative dimana orang tua

menunjukan kehangatan dan kontrol tinggi. Ekspektasi dan aturan yang

konsisten, jelas serta rasional dipadukan dengan kehangatan dan

komunikasi yang baik. Orang tua dengan pola asuh ini juga bersikap

realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang

melampui kemampuan anak dan juga memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada

anak bersifat hangat.

Selanjutnya pola asuh outhoritarian menggabungkan kontrol yang

tinggi dengan kehangatan yang rendah. Pola asuh jenis ini memungkinkan

orang tua memberikan perintah dan ekspetasi yang tinggi pada anak

dengan partisipasi anak yang sangat terbatas. Orang tua cenderung

memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau

melakukan apa yang dikatakn oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak

segan menghukum anak, dan tidak kenal kompromi dan dalam komunikasi

Page 42: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

35

bersifat satu arah serta tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk

mengerti menganai anaknya.

Pola asuh jenis ketiga adalah pola asuh permissive, pola asuh jenis

ini memadukan tingkat kehangatan yang tinggi dengan tingkat kontrol

yang rendah. Orang tua terlalu memanjakan anak dan tidak memberikan

tuntutan apapun pada anak. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua.

Dari pendapat Hurlock dan Baumrid, kami selaku peneliti

menggunakan dasar teori Hurlock yang menyatakan bahwa pola asuh

adalah cara/strategi pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh orang

tua kepada anaknya dalam kehidupan sehari-hari serta peranan penuh

orang tua untuk mengatur dan mendidik anaknya. Menurut Hurlock

(1999:17-18) ada tiga tipe pola asuh, yaitu pola asuh otoriter dengan ciri

adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua

harus ditaati oleh anak, anak harus berperilaku sesuai dengan standar

orang tua, dan memungkinankan adanya hukuman fisik dari orang tua.

Pola asuh kedua, adalah pola asuh demokratis dengan ciri aturan dibuat

bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan

keinginan dan pendapat anak, menggunakan musyawarah dalam

menyelesaikan masalah, adanya kepercayaan dan kontrol serta

pengawasan dari orang tua. Sedangkan pola asuh ketiga yaitu pola asuh

Page 43: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

36

permisif dengan ciri anak diberi kebebasan penuh, tidak ada pengawasan

dan kontrol serta bimbingan dari orang tua

2.2.2 Aspek-aspek pola asuh orang tua

Aspek – aspek pola pengasuhan orang tua menurut Hurlock

(1999:124) adalah sebagai berikut:

a) Peraturan dan hukum

Peraturan dan hukum ini dibuat dengan fungsi sebagai pedoman dalam

melakukan penilaian terhadap perilaku anak.

b) Hukuman

Hukuman diberikan bagi individu karena pelanggaran yang dilakukan

terhadap peraturan dan hukum.

c) Hadiah

Hadiah diberikan untuk perilaku yang baik atau usaha untuk

berperilaku sosial yang baik.

Senada pendapat Hurlock,Gunarsa (1995:41) Aspek – aspek dari

pola asuh orang tua adalah:

a) Aspek kognitif, yang dimaksud adalah menanamkan disiplin tidak

lepas dari pengembangan pengertian-pengertian dan karena itu harus

disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.

b) Kasih sayang, sebagai dasar untuk menciptakan hubungan dengan

anak, agar anak tidak merasa dipaksa untuk berbuat sesuatu di luar

kemampuannya.

Page 44: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

37

c) Hukuman yang diartikan sebagai sikap tegas, konskuen dan konsisten

dengan dasar yang dihukum bukan anak atau perasaan anak tetapi

merupakan perbuatan yang melanggar aturan

2.3 Harga Diri

2.3.1 Pengertian harga diri

Harga diri merupakan satu aspek kepribadian yang dianggap

penting dan memberi sumbangan besar bagi keberhasilan seseorang.

Penelitian – penelitian menunjukan bahwa harga diri akan mempengaruhi

proses berpikir dan bertindak individu, sehingga akan mempengaruhi

seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku..

Menurut Loekmono (1992:5) harga diri merupakan suatu kebutuhan yang

ada dalam diri setiap manusia yang memerlukan pemenuhan dan

kepuasaan. Apabila kebutuhan harga diri dipenuhi maka diharapkan

seseorang mempunyai sikap percaya diri, rasa berharga, dan rasa mampu.

Sebaliknya apabila kebutuhan harga diri tidak terpenuhi akan

mengakibatkan rasa rendah diri, merasa lemah, tidak mampu, merasa tidak

berguna, merasa hampa dalam hidupnya, merasa putus asa dan ragu-ragu

dalam bertindak.

Frey (dalam Aditomo dan Retnowati, 2004:5) mengatakan bahwa

harga diri merupakan evaluasi yang menjelaskan keputusan positif,

negatif, netral dan kabur, yang merupakan salah satu bagian dari konsep

diri. Konsep diri yang baik akan membentuk harga diri yang baik pula.

Sehingga individu mampu menerima keadaan dirinya secara baik dan

Page 45: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

38

wajar, mampu mengekspresikan pendapatnya lewat jalur yang baik dan

benar, dan memiliki emosi yang stabil, tidak mudah terpengaruh, karena

lebih jelas dalam membedakan hal yang positif dan negatif.

Menurut Harris dan Reynold (1995:23) bahwa harga diri akan

muncul apabila individu mempunyai sikap percaya diri, rasa berharga, rasa

kuat, rasa mampu, dan perasaan berguna. Dan apabila individu tidak

memiliki perasaan tersebut, ia akan merasakan hampa dalam kehidupan

ini, penuh keragu-raguan, putus asa dan rendah diri terhadap orang lain.

Atau dengan kata lain bahwa harga diri sebagai motif berperilaku yang

berasal dari keyakinan dan perasaan tentang diri sendiri. Dan menurutnya

ada tiga motif berperilaku. Motif pertama, seorang anak akan bertindak

dengan cara-cara yang meningkatkan perasaan harga diri dan kepuasan,

seperti melakukan hal-hal yang disukainya dan dilakukan dengan baik,

menghindari tugas-tugas yang mungkin gagal, menyenangkan orang lain,

mengharapkan pujian dan ijin. Motif kedua, seorang anak akan bereaksi

dengan cara-cara yang mengkonfirmasikan citra dirinya oleh orang lain

dan dirinya. Jika individu percaya bahwa dirinya seorang yang baik,

individu akan berusaha dikritik dan dihukum. Motif ketiga, seorang anak

akan bereaksi sedemikian rupa untuk mempertahankan citra diri yang

konsisten tanpa mempedulikan lingkungan yang berubah. Ketiga motif

tersebut mempengaruhi cara anak berperilaku dan seringkali diungkapkan

secara bersama walaupun saling bertentangan.

Page 46: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

39

Harga diri menurut Clemes (1995: 8) adalah perasaan yang selalu

terungkap sendiri dengan cara orang bereaksi, sehingga harga diri

merupakan apa yang dirasakan mengenai dirinya dan menjadi kompenen

utama dalam menentukan suatu visi dan misi kehidupan. Sejalan dengan

pendapat Clemes, menurut Klass dan Hodge (dalam Ling dan Dariyo,

2002:36) yang menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi

yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari interaksi

individu dengan lingkungan serta penerimaan, penghargaan, dan perlakuan

orang lain terhadap individu tersebut.

Menurut Coopersmith (dalam Goble,1987:264) mendefinisikan

self-esteem merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu

dan biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri; penilaian tersebut

mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan, dan menunjukan

seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil

serta berharga.

Ditegaskan pula oleh Worchel,dkk (dalam Dayakisni dan

Hudaniah, 2003:69) bahwa harga diri merupakan kompenen evaluatif dari

konsep diri, yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang dirinya

sendiri yang dimiliki seseorang

Loekmono (1992:13) menjelaskan bahwa jika seseorang

mempunyai harga diri yang rendah maka cenderung mengarah pada

merusak (merendahkan) dirinya sendiri dan ingin dapat sama dengan

orang pada umumnya, sedangkan seorang yang harga dirinya tinggi atau

Page 47: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

40

positif dapat menerima kualitas-kualitas dalam kebersamaan dan dapat

mendekati orang lain dengan percaya diri tanpa merasa ditolak.

Menurut Pudjijogyanti (1985:56) menyatakan bahwa harga diri

merupakan bagian yang membentuk konsep diri tentang siapakah saya dan

apakah saya. Hal ini dapat diketahui apabila individu mengadakan

interaksi dengan orang lain.

Calhoun (alih bahasa RS. Satmoko, 1995: 71) menjelaskan definisi

yang paling tepat untuk menggambarkan self-esteem adalah seberapa

besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin kita menyukai diri kita

semakin baik kita akan bertindak dalam bidang apapun yang kita tekuni.

Aldridge (1993:20) menyebutkan “ Self-esteem is the feeling of

self-worth and high self-regard.” Lebih lanjut Brecht ( 2000: 4)

menerangkan “self-esteem is the acceptance of ourselves, by ourselves, for

who and what we are at any time in our live. It is associated with the belief

that we are worthwile, capable and useful no matter what has happened in

our life, what is happening, or what may happen.”

Menurut Maslow ( 1984:51) mengungkapkan individu dengan

harga diri tinggi akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa

kuat, rasa mampu, dan berguna sehingga memiliki sikap positip terhadap

perkembangan diri yang lebih lanjut dan berusaha memperbaiki serta

mengatasi kekurangan yang dimiliki.

Kesadaran adanya kelemahan diri menyebabkan seseorang

berusaha keras untuk mengatasinya, yang dikenal dengan istilah over

Page 48: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

41

compensation. Over compensation membuat individu menjadi unggul

dalam suatu bidang tertentu mungkin tidak dapat diatasi dengan over

compensation tetapi diatasi dengan usaha mengadakan kompensasi (menge

jar keunggulan pada bidang lain). Kompensasi dapat bersifat positip jika

hasilnya berbentuk prestasi yang menonjol di baidang lain, namun dapat

pula bersifat negatif jika hasilnya berbentuk sikap dan berperilaku

merusak, sombong dan sengaja membuat keributan untuk menarik

perhatian orang lain.

Dari pendapat Coopersmith, Maslow, Calhoun, Aldridge, maka

peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah suatu penilaian diri

seseorang secara keseluruhan tentang rasa keberhargaannya yang

kemudian diekspresikan dalam sikap menerima ataupun menolak, dan hal

ini menunjukan sejauhmana seseorang percaya bahwa dirinya mampu,

berarti, berhasil maupun berharga.

2.3.2 Pembentukan harga diri

Harga diri terbentuk setelah anak lahir, ketika anak-anak

berhadapan dengan dunia luas dan berinteraksi dengan orang- orang di

sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan

peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang

diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri,

identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian

individu terhadap dirinya apa adanya, sehingga individu punya perasaan

harga diri (Burns, 1993:78)

Page 49: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

42

Harga diri mengandung pengertian ” siapa dan apa diri saya”

segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang selalu mendapat

penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang

melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam

proses berinterkasi di mana proses ini dapat menguji individu, yang

memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat

dan orang lain.

Bagaimana lingkungan menilai diri seseorang akan berpengaruh

bagaimana seseorang menilai keadaan dirinya. Apabila lingkungan

menerima keadaan seseorang, apabila lingkungan menyenangi seseorang,

maka orang tersebut akan menerima dan menyenangi dirinya sendiri.

Demikian pula sebaliknya, apabila orang lain menghargai diri seseorang,

maka orang tersebut juga akan menghargai dirinya secara baik. Oleh

karena itu, hubungan seseorang dengan orang-orang yang ada di

sekitarnya merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya harga

diri.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu: (1)

pengalaman; (2) pola asuh; (3) lingkungan; (4) sosial ekonomi

(Coopersmith, dalam Burns, 1993:122)

Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan,

kajadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan

meninggalkan kesan dalam hidup individu. Pola asuh merupakan sikap

Page 50: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

43

orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang meliputi cara orang tua

menunjukkan otoritasnya, dan cara memberikan perhatiannya serta

tanggapan terhadap anaknya (Shochib, 1998: 18). Lingkungan memberikan

dampak besar kepada anak melalui hubungan yang baik antara anak dengan

orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan

rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Sosial

ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk

memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang

berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari.

Sejalan pendapat Coopersmith, Bretch (2000: 15) berpendapat

mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain:

1) Orang tua Orang tua adalah sumber yang mempengaruhi kualitas harga diri pada anak, perilaku orang tua terhadap anak akan menimbulkan kesan tersendiri bagi anak. Orang tua yang selalu memberikan perhatian ketika anak berkelakuan baik, memberikan penghargaan untuk usaha anak dalam arti bukan hanya hasil yang dicapai, mengkritik perilaku anak bukan terhadap anak itu sendiri, memberi dorongan kepada anak untuk berbaur dengan anak-anak lain, serta sering memeluk, merangkul anak akan menumbuhkan harga diri yang sehat pada anak. Tetapi kadangkala orang tua yang terlalu perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak harga diri anak tanpa disadari, meskipun mempunyai maksud yang baik. Sebagai contoh terlalu memanjakan anak atau terlalu membatasi pergaulan anak. Hasil penelitian Coopersmith menunjukkan bahwa anak yang memiliki harga diri tinggi pada umumnya berlatar belakang orang tua yang memberikan kehangatan dan kasih sayang dengan menerapkan batasan-batasan serta model-model disiplin yang tegas.

2) Teman sebaya Harga diri dapat ditingkatkan melalui kelompok teman sebaya yang menerima anak apa adanya. Jika kelompok teman sebaya memperhatikan seorang anak atas hasil yang telah dicapai akan

Page 51: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

44

memandang seorang anak sebagai ahli pada bidang tertentu. Memuji seorang anak karena pandai dalam suatu hal maka hal ini dapat memabantu peningkatan harga diri pada anak. Jika kebutuhan untuk teman yang menyenangkan tidak terpenuhi maka anak dapat memiliki harga diri rendah. Hubungan anak dan teman sebaya saling mendukung rasa harga diri masing-masing. Bila dalam kelompok pergaulan individu terhadap perilaku negatif, maka individu tersebut akan berperilaku negatif juga, karena hal ini menyangkut harga diri dalam kelompok tersebut dengan tujuan agar diterima dalam kelompok.

3) Prestasi Kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis dan penghargaan terhadap diri sendiri pada setiap langkah yang dicapai. Prestasi juga merupakan pendorong untuk meningkatkan harga diri pada anak. Seorang anak yang mengembangkan suatu pola tertentu untuk berprestasi dalam jumlah bidang maka anak cenderung percaya bahwa dirinya mampu, dirinya bisa, maka hal ini akan menimbulkan rasa senang dan bangga pada diri sendiri.

4) Diri sendiri merupakan sumbangan terpenting bagi peningkatan harga diri. Karena seseorang dituntut untuk mengevaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan maupun dari penilaian orang lain. Anak yang memiliki harga diri tinggi akan mengutamakan apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan, dapat menghargai diri sendiri, mengkritik perilaku bukan diri sendiri. Sebaliknya anak yang bersikap sinis, negatif, pesimis, mengkritik diri sendiri bukan perilaku, menetapkan tujuan yang tidak realistis, serta melakukan kemauwan kelompok meskipun berorientasi negatif dengan harapan tidak kehilangan teman, merupakan golongan anak yang memiliki harga diri rendah. Baik buruknya perilaku anak dapat dipengaruhi oleh keadaan harga diri pada anak.

2.3.4 Tingkat Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Buss, 1995: 174) berpendapat

bahwa orang dengan harga diri tinggi akan mempengaruhi kepercayaan

dirinya, mengembangkan potensinya secara realistik dan memiliki

keyakinan untuk meraih sukses. Penelitian yang dilakukan oleh Baumister

Page 52: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

45

dan Breenberg (dalam Leary dkk, 1995:529) juga mendukung pendapat di

atas yaitu anak yang memiliki harga diri tinggi akan dapat melawan

kecemasan dalam dirinya, dapat mengatasi masalah serta kondisi fisik.

Sedangkan menurut Pirera (dalam Mawardi, 2005:21) orang yang

memiliki harga diri rendah meramalkan hasil yang negatif dan karenanya

mengabaikan potensi-potensi yang dimilikinya. Hal ini juga diperkuat

pendapat Sigal dan Bould (dalam Indrayani, 1998:26) yang menyatakan

bahwa harga diri rendah cenderung menyebabkan anak berperilaku kurang

terpuji karena adanya perasaan kurang mantap terhadap kemampuannya.

Coopersmith (dalam Harsini, 2001:23) menjelaskan bahwa harga

diri setiap individu berbeda-beda tingkatannya antara individu yang satu

dengan individu yang lain. Ada yang tinggi, menengah, dan rendah.

Individu dengan harga diri tinggi memiliki ciri : mandiri, kreaktif, yakin

akan gagasan-gagasan dan pendapatnya sendiri, mempunyai kepribadian

yang stabil, tingkat kecemasan rendah, lebih berorientasi kepada

kebutuhan, melihat dirinya sebagai orang yang berguna dan mempunyai

harapan (exspectation) yang tinggi. Individu dengan harga diri menengah

memiliki ciri umum seperti individu yang memiliki harga diri tinggi,

namun disertai sifat-sifat : memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan

orang, kurang yakin terhadap dirinya, dan sangat tergantung pada

penilaian orang terhadap dirinya. Sedangkan individu dengan harga diri

rendah memiliki ciri: kurang mandiri, kurang kreaktif, memiliki

kecemasan yang tinggi, merasa kurang berguna, kurang berorientasi

Page 53: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

46

kepada kebutuhan, memiliki ekspektasi yang rendah, kurang percaya diri,

malas menyatakan diri terutama kalau memiliki gagasan –gagasan baru.

Senada pendapat tentang tingkatan harga diri ini Loekmono

(1993:13) menggolongkan dua tingkatan harga diri yaitu harga diri tinggi

dan rendah. Orang dengan harga diri tinggi memiliki ciri-ciri : berpikir

cukup tinggi terhadap dirinya, mampu menerima dirinya sendiri dan orang

lain, mampu mengontrol akibat, berharap sukses daripada gagal, lebih

menaruh keprihatinan pada potensi penghargaan dari lingkungan daripada

diri sisi keuangan atau finansial. Sedangkan orang yang memiliki harga

diri rendah dengan ciri-ciri : merasa ragu tentang dirinya, menilai dirinya

lebih negatif sehingga cenderung mengarah pada merusak dirinya dan

ingin dapat sama dengan orang pada umumnya, lebih berorientasi pada

finasial, kesulitan dalam menerima orang lain .

Sedangkan Yuniarti (1993 : 25) menggolongkan harga diri tinggi ,

menengah dan harga diri rendah. Orang yang memiliki harga diri tinggi

memiliki ciri: ekspresif, aktif, sukses dalam bidang akademik dan sosial,

dalam pergaulan cenderung memimpin, bebas mengeluarkan pendapat,

tidak menghindari kritik, serta tidak mudah cemas. Orang yang memiliki

harga diri menengah memiliki ciri-ciri kurang yakin terhadap diri sendiri

dan sangat tergantung pada apa yang dikatakan orang lain terhadap

dirinya. Sedangkan orang yang memiliki harga diri rendah memiliki ciri-

ciri mudah putus asa, merasa tidak berguna, terisolir, kemauwan untuk

Page 54: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

47

mengatasi kekurangan diri sangat lemah, takut mengeluarkan pendapat,

takut terhadap kritik, serta mudah tersinggung.

2.3.5 Aspek-aspek Harga Diri

Menurut Coopersmith ( dalam Buss, 1995: 178) mengemukakan

bahwa harga diri meliputi beberapa aspek, yaitu :

1). Rasa diterima, berarti merasa sebagai bagian dari suatu kelompok,

dihargai dan diterima oleh anggota kelompok lainnya.

2). Rasa mampu, berarti merasa mampu untuk melakukan sesuatu yang

penting karena akan mendorong kemajuan.

3). Rasa dibutuhkan, berarti merasa berharga, berarti dan bernilai.

Senada dengan pendapat Coopersmith, Maslow ( 1984:51) harga

diri meliputi beberapa aspek yatu :

1). Perasaan untuk dianggap mampu dan berguna bagi orang lain.

2). Perasaan untuk dihormati, seseorang dihormati oleh orang lain, merasa

bahwa dirinya berharga.

3). Perasaan yang dibutuhkan oleh orang lain, sehingga akan merasa

bahwa dirinya diterima oleh lingkungan.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Buss (1995: 178) bahwa aspek-

aspek harga diri yaitu :

1). Rasa diterima, berarti seorang individu merasa sebagai bagian dari

lingkungan sosialnya, dihargai dan diterima oleh lingkungan sosialnya,

serta dapat menerima keadaan dirinya sendiri.

Page 55: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

48

2). Rasa mampu, berarti seorang individu merasa mampu untuk

melakukan sesuatu yang penting bagi diri sendiri dan orang lain,

karena akan mendorong kemampuan dirinya.

3). Rasa dibutuhkan, berarti seorang individu merasa dirinya berharga,

bernilai dan dibutuhkan dalam lingkup sosialnya. Sedangkan menurut

Hjella dan Ziegler (1992: 453) mengemukakan ada enam aspek yang

mempengaruhi seorang individu menilai dirinya yaitu aspek :

pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan

pengertian.

Pendapat lain dikatakan Nemiah (dalam Aswagati, 2001:17)

mengatakan ada tiga aspek yang mempengaruhi terbentuknya harga diri,

yaitu :

1). Aspek fisik meliputi : penerimaan diri yang ditujukkan oleh

kemampuan individu untuk menghargai diri sendiri, percaya diri, dan

menerima apa adanya atas keadaan yang sebenarnya.

2). Aspek psikologis meliputi : parasaan mampu, ditujukkan oleh

kemampuan individu bahwa dirinya mampu dan memiliki sikap

optimis dalam menghadapi masalah kehidupan.

3). Aspek sosial meliputi: perasaan dibutuhkan, ditujukkan oleh kemam

puan individu bahwa dirinya diterima oleh lingkungannya dan dirinya

dianggap berguna bagi orang lain.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dalam penelitian ini kami

menggunakan dasar teori Coopersmith yang menyatakan bahwa aspek

Page 56: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

49

harga diri meliputi perasaan diterima, perasaan mampu dan perasaan

dibutuhkan, yang dimiliki oleh individu yang diperoleh berdasarkan atas

perlakuan dan penilaian orang lain terhadap individu

2.3.6 Cara meningkatkan harga diri pada anak

Hasil penelitian Coopersmith terhadap 1748 orang anak laki-laki

normal dari keluarga kelas menengah beserta keluarganya selama enam

tahun, dimulai pada awal masa remaja dan terus sampai anak-anak itu

menjadi pria muda. Beliau mendapatkan bahwa orang tua memiliki

kekuasaan untuk memberi anaknya harga diri tinggi apabila, Pertama, ada

kasih sayang dalam keluarga yaitu dengan menunjukkan penghargaan dan

perhatian bagi anak. Setelah anak mendapatkan bahwa dirinya menjadi

sasaran perhatian yang mendalam dan ada kebanggaan, anak mulai merasa

bahwa dirinya adalah orang yang berharga. Kedua, Orang tua anak-anak

dengan harga diri tinggi tampak sekali tidak terlalu serba memperbolehkan

dibandingkan dengan orang tua anak-anak yang mempunyai harga diri

rendah. Anak yang orang tuanya serba memperbolehkan bisa anak merasa

ketakutan dan merasa tidak aman. Dia terpaksa membuat keputusan dalam

bidang-bidang yang tidak diketahui atau belum dialaminya untuk

mengambil pilihan yang masuk akal. Anak mencurigai bahwa orang

tuanya tidak memperlakukan peraturan hanya karena mereka memilih

begitu mempedulikan apa yang terjadi terhadap dirinya,. ketiga ada

suasana demokratis yang menonjol dalam keluarga dengan harga diri

tinggi. Orang tua setelah menetapkan aturan dan wewenang , mendorong

Page 57: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

50

anak agar menyatakan gagasannya sendiri untuk dibicarakan. Keempat

anak harus diberi kepercayaan sejak dini diawali dengan keputusan-

keputusan kecil, dibutuhkan contoh dari orang tua serta perlunya

memotivasi anak untuk berpendapat dan sebagainya.

2.3 Hubungan Pola Asuh dengan kemandirian siswa

Dari penjelasan tentang perkembangan kemandirian, Steinberg

(1989:277) menjelaskan bahwa faktor eksternal dalam proses

pembentukan kemandirian dimulai dari lingkungan keluarga melalui pola

pengasuhan orang tua dalam perlakuannya sehari-hari. Kondisi anak yang

tinggal dengan kedua orang tuanya ataupun salah satu orang tuanya,

kondisi pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua, banyaknya

anggota keluarga merupakan faktor eksternal. Selain itu, dijelaskan pula

peran orang tua tunggal ataupun peran orang tua yang keduanya berkarir

dalam suatu rumah tangga mengakibatkan orang tua sangat mengharapkan

anaknya untuk menjadi lebih mandiri sepanjang hari. Selain itu juga

urutan anak dalam keluarga dan jumlah saudara juga mempengaruhi

kemandirian anak, karena anak yang lebih tua bisa diberikan tanggung

jawab lebih besar banyak oleh orang tuanya.

Dari berbagai macam faktor tersebut nampaknya peranan pola asuh

orang tua merupakan interaksi sosial yang pertama kali dialami seorang

anak adalah interaksi dengan keluarga terutama dengan orang tua.

Orang tua merupakan pelindung, pembimbing dan sekaligus sebagai

teman bagi anak-anaknya, yang setiap saat siap memberikan bimbingan

Page 58: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

51

dan bantuan. Oleh karenanya dalam tahun-tahun pertama kehidupan

seorang anak, orang tua mempunyai pengaruh paling besar atas

perkembangan dan pertumbuhan anaknya, termasuk perkembangan

kemandirian anaknya.

Kita semua menyadari bahwa tidak ada satu orang tuapun yang

sengaja mendidik anaknya supaya tidak berhasil dalam hidupnya, tetapi

kenyataannya orang tua sering kali secara tidak sengaja dan tidak disadari

mengambil sikap tertentu dalam memperlakukan atau mengasuh anaknya

sehingga akhirnya terbentuk suatu kepribadian tertentu pada diri anak-

anaknya yang bisa bersifat positif maupun negatif.

Setiap orang tua memiliki gaya yang unik dalam mendidik

anaknya, secara garis besar ada beberapa tipe pola asuh. Menurut

Hurlock (1999: 17-18) ada tiga pola asuh anak, yaitu pola asuh otoriter,

pola asuh demokratis dan pola asuh permisif

Pola asuh otoriter dengan ciri bahwa anak-anak harus patuh tanpa

banyak bertanya semua perintah orang tua. Orang tua itu seperti dogmatis,

menutut, mengontrol, berkuasa, dan menghukum. Mereka tidak

membicarakan berbagai masalah dengan anak, dan tidak memberikan

penjelasan tentang aturan-aturan yang mereka buat. Mereka sangat sedikit

menerima pandangan anak-anaknya, dan tidak memberikan kesempatan

untuk mengatur diri sendiri. Dengan gaya pengasuhan model otoriter

menjadikan anak cenderung tidak bertanggung jawab, dan tidak mandiri.

Anak dibesarkan di bawah kondisi pengasuhan yang otoriter cenderung

Page 59: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

52

patuh dan menunjukkan sikap penyesuaian diri dengan standard

perilakunya yang diberlakukan oleh orang tua. Hal ini terjadi mungkin

karena adanya tekanan-tekanan dari orang tua yang memaksa

kehendaknya terhadap anak, sehingga anak menjadi tergantung dan tidak

mandiri.

Demikian juga pola pengasuhan permisif yang menekankan

kebebasan. Dimana orang tua bersikap terlalu lunak pada anak-anaknya,

memberikan kebebasan pada anak-anaknya tanpa memberikan norma yang

jelas dan tegas (tidak membatasi perilaku anaknya/tanpa kontrol), kurang

menuntut, selalu mengiyakan dan menerima keinginan anaknya. Jadi anak

diberi kebebasan yang penuh untuk menentukan apa yang akan

dilakukannya tanpa kontrol dari orang tuanya.

Pola asuh ini mengakibatkan anak tidak mempunyai pegangan dalam

melakukan sesuatu sehingga anak menjadi individu yang tidak

bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol perilakunya, bingung, cemas

dan merasa tidak aman. Anak juga merasa tidak bahagia karena hubungan

dengan orang tua tidak hangat, dan merasa orang tuanya tidak

memperhatikan, dan pada akhirnya anak kurang memiliki tanggung jawab

baik terhadap dirinya maupun pada orang lain termasuk lingkungan

sekitarnya sehingga akan menghambat kemandirian anak.

Sedangkan pola asuh demokratis dengan ciri adanya hubungan dan

pengertian timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua dan anak-

anak sama-sama memiliki hak dalam pengambilan keputusan. Orang tua

Page 60: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

53

mau mendengarkan keluhan dari anak dan anak juga diberi kebebasan

namun orang tua tetap sebagai kontrol, dan menanamkan sikap disiplin

dalam menggerakkan anaknya ketimbang menghukum, serta memberi

kebebasan agar anak berekspresi sehingga anak dapat mengembangkan

sikap kemandirian, Huxley (dalam anonim,2003:3). Dengan memiliki

sikap kemandirian yang tinggi diharapkan anak-anaknya dapat hidup yang

layak sesuai harapan dari orang tuanya. Hal ini juga diperkuat oleh

pendapat Coopersmith (1989:27) yang menyatakan bahwa anak yang

mempunyai kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga

dimana orang tua diterima secara positif oleh anak dan hal tersebut hanya

dapat dijumpai pada pola asuh demokratis.

Menurut hasil penelitian Markum (2002:2) dan Zaff (2002: 5)

terungkap fakta bahwa pola asuh demokratis dapat menumbuhkan ikatan

antara orang tua dan anak, sehingga akan mendorong kemandirian,

pembentukan sifat kerja keras, kedisiplinan, dan komitmen prestatif dan

realistis pada anak.

Dari uraian di atas maka pola asuh orang tua memegang peranan

yang penting bagi terbentuknya kepribadian yang sehat pada anak-

anaknya, daya inisiatif, kepercayaan diri, rasa tanggung jawab, dan lain

sebagainya yang merupakan aspek – aspek yang membentuk kemandirian.

2.4 Hubungan harga diri dengan kemandirian siswa

Salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dan berpengaruh

dalam tingkah laku manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,

Page 61: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

54

nilai-nilai dan tujuan hidup seseorang adalah harga diri. Tinggi rendahnya

harga diri banyak menentukan sikap, perilaku dan berbagai aspek lain

dalam diri anak.

Pada dasarnya setiap anak membutuhkan penghargaan, penerimaan

dan pengakuan dari orang lain. Buss (dalam Aswagati, 2001: 18)

mengemukakan bila seseorang menilai bahwa dirinya berharga, maka akan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena tidak

memiliki rasa rendah diri, mempunyai aspirasi yang tinggi dan

penghargaan untuk berhasil. Pendapat ini sejalan dengan Coopersmith

(dalam Aswagati, 2001: 19) yang mengemukakan bahwa individu dengan

harga diri tinggi memiliki karakteristik yang meliputi adanya penilaian

positif terhadap keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang

dianutnya, lebih mandiri dalam menghadapi lingkungannya, kreaktif,

yakin akan gagasan dan pendapatnya dan memiliki tingkat keberhasilan

tinggi. Anak-anak dengan harga diri tinggi melihat dirinya sebagai

kompeten dan mempunyai harapan-harapan yang tinggi untuk masa

depannya sehingga memiliki motivasi yang lebih tinggi maka anak

tersebut juga lebih bahagia dan efektif dalam kehidupan sehari-harinya

karena mampu mengatasi kecemasan yang dihadapinya.

2.5 Hubungan Pola Asuh dan Harga diri dengan Kemandirian siswa

Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam keluarga pulalah anak

dibesarkan, berkembang dan mengalami proses kedewasaan.

Page 62: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

55

Dari sudut perkembangan anak, keluarga memiliki banyak fungsi, selama

masa bayi dan kanak-kanak fungsi dan tanggungjawab keluarga adalah

memelihara, mengasuh dan melindungan serta mengajarkan bagaimana

anak-anak mengadakan sosialisasi dengan lingkungannya. Seiringnya

pertumbuhan dan perkembangan anak, maka juga terjadi perubahan atau

penambahan fungsi-fungsi keluarga. Interaksi antara orang tua dengan

anak dalam keluarga untuk mendidik anak-anaknya di sebut pola asuh.

Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi bagaimana kelak anak

berperilaku, bentuk-bentuk kepribadian anak secara keseluruhan akan

mempengaruhi harga diri. Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap

dirinya yang berkembang dari perasaan diterima kelompok sosialnya,

perasaan efesiensi dan produktif serta perasaan berharga, cantik, pandai

dan sebagainya.

Kadang-kadang orang tua sudah merasa bangga pada anaknya

apabila anaknya diterima oleh kelompoknya, kompeten kalau bisa dalam

segala hal, dan punya nilai lebih dimata orang lain seperti cantik, pintar,

mahir dalam melakukan sesuatu. Hal ini biasanya bukanlah menambah

rasa harga diri anak, melainkan justru seringkali menjerumuskan anak

sendiri dan akhirnya mematikan harga diri anak. Padahal harga diri anak

justru bisa berkembang dari bagaimana perlakuan orang tua terhadap

anaknya bahwa ada perasaan dirinya diterima, perasaan kompeten dan

perasaan berharga dari diri sendiri.

Page 63: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

56

Anak perlu diajarkan memiliki rasa percaya diri yaitu perasaan

yang teguh pendiriannya, tabah dalam menghadapi masalah, kreaktif

dalam mencari jalan keluar dan berambisi dalam mencapai sesuatu. Selain

itu perlu diajarkan untuk hormat pada diri sendiri yaitu mempunyai

perasaan konstruktif, hormat pada orang lain dan bersyukur pada apa yang

dimilikinya. Berbagai cara dapat diupayakan untuk menumbuhkan rasa

percaya diri serta hormat diri pada anak oleh orang tua. Diantaranya

adalah dengan mendorongnya untuk selalu berupaya menerima kelebihan

dan kekurangnya, memberikannya pujian dan hadiah pada perilakunya

yang mengarah pada kepercayaan diri dan kemandirian anak itu sendiri.

2.6 Hasil- Hasil penelitian terdahulu

Beberapa hasil penelitian dari sejumlah penemuan emperis yang

berkaitatan dengan topik kajian pola asuh dan harga diri dengan

kemandirian siswa antara lain:

2.6.1 Penelitian yang berkaitan dengan kemandirian.

1) Verawati (2002) meneliti tantang Pengaruh Pola Hubungan Orang Tua-

anak Terhadap Kemandirian Remaja, menyatakan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara pola asuh demokratis terhadap kemandirian.

Sedangkan pola asuh yang otoriter dan permisif kurang menunjang

terhadap kemandirian .

2) Harjito (1996) meneliti Pengaruh Pusat Kendali (Locus of Control)

Kemandirian dan Harga Diri Terhadap Prestasi Siswa SD, menyatakan

Page 64: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

57

bahwa: ada korelasi antara pusat kendali internal, kemandirian dan

harga diri secara bersama-sama.

3) Astuti (2005) meneliti Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian

menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap

kemandirian.

4) Kurniastuti (2002) meneliti Kemandirian Siswa SLTP Negeri 4 Sragen

Dalam Hubungannya Dengan Pola Asuh Orang Tua dan Urutan

kelahiran menunjukan hasil bahwa Pola asuh demokratis memberi

sumbangan paling besar terhadap kemandirian siswa dan anak sulung

tingkat kemandiriannya lebih tinggi dari anak bungsu dan anak tengah.

5) Krisbintara (2005) meneliti Perbedaan Kemandirian Ditinjau Dari Pola

Asuh Orang Tua Dan Jenis Kelamin Siswa Kelas IX SMA Negeri 1

Pabelan Kabupaten Semarang, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara kemandirian dengan pola asuh orang tua siswa

berdasarkan jenis kelamin.

6) Utomo (2006) meneliti Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan

Kemandirian Siswa Kelas X SMA Bruderan Purworejo, menunjukan

hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi

belajar dengan kemandirian siswa.

7) Utomo (2005) meneliti Hubungan Motivasi, Kemandirian, dan Prestasi

Belajar Siswa Kelas II SMPN 2 Pabelan, menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi belajar

siswa.

Page 65: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

58

2.6.2 Penelitian yang berkaitan dengan pola asuh.

1) Indrawati (2002) Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Kemandirian Remaja di SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang,

hasilnya ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh demokratis

terhadap kemandirian siswa. Dan hasil penelitian Umayi (2007)

tentang Pengaruh Pola Asuh dan Interaksi Sosial terhadap

Kemandirian Siswa Don Bosko Semarang juga menyatalan Ada

pengaruh yang signifikan antara pola asuh otoriter terhadap

kemandirian

2) Bashor (2007) Meneliti Pola Asuh Emosi Anak Balita Yang Ditinggal

Kerja Ibu di Luar Daerah menunjukkan bahwa pola asuh terbentuk

berdasarkan tingkat pengetahuan dan pengalaman pengasuh.

3) Adji (2003) meneliti Hubungan Pola Asuh Orang Tua, Harga Diri

Siswa ”SMU Alternatif” Dengan Agresivitas Siswa ”SMU Alternatif”

di Kota Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan pola asuh

demokratis dan harga diri dengan agresivitas

4) Wardhani (2002) meneliti Konstribusi Pola Asuh Orang Tua dan

Konsep Diri Terhadap Proaktivitas Siswa SLTP di Kecamatan Bejen

Kabupaten Temanggung, menunjukkan bahwa pola asuh demokratis

berkorelasi terhadap proaktivitas siswa sedangkan pola asuh otoriter

dan permisif tidak berkorelasi terhadap proaktivitas siswa. Hal ini

didukung penelitian Rejeki (2007) tentang Pengaruh Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Perkembangan Nilai-nilai Budi Pekerti Anak Usia Dini

Page 66: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

59

di Kabupaten Semarang dengan hasil penelitian menyatakan bahwa

pola asuh demokratis akan membuat nilai- nilai budi pekerti meningkat

dan sebaliknya pola asuh otoriter dan permisif akan membuat nilai-

nilai budi pekerti menurun.

5) Feronika (2004) meneliti Kebutuhan Berafiliasi Remaja Ditinjau Dari

Persepsi Pola Asuh Orang Tua, menyatakan bahwa ada kolerasi yang

sangat signifikan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan

kebutuhan berafiliasi remaja.

2.6.3 Penelitian yang berkaitan dengan harga diri

1) Neolaka (2005) meneliti Hubungan Harga Diri Dan Kecemasan

Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1

SMAN 1 Soe, menyatakan bahwa harga diri tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hal ini

didukung hasil penelitian Andrian (2005) dan Kusumawati (2005)

meneliti Hubungan Harga Diri dan Konsep Diri Dengan Prestasi

Belajar Kelas II SMA Negeri 1 Soe, menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan harga diri dengan prestasi belajar.

2) Mawardi (2005) meneliti Hubungan Harga diri dan Kebutuhan

Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana

Salatiga, meyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara harga diri

dengan prestasi belajar siswa.

3) Adziem (2002) Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Seksual

Masturbasi Pada Remaja Pria, menyatakan bahwa tidak ada hubungan

Page 67: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

60

yang signifikan antara harga diri dengan perilaku seksual masturbasi

pada remaja pria.

4) Dewi ( 2004) meneliti Kecemasan Wanita Memasuki Masa

Menopause Ditinjau dari Harga Diri, hasilnya menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan kecemasan

wanita memasuki masa menopause.

2.7 Hipotesis Empirik dan Statistik

1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Ho: rx1.1.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009.

Ha: rx1.1.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Ho: rx1.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh permisif anak

yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

Page 68: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

61

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Ha: rx1.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Ho: rx1.3.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratis anak

yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Ha: rx1.3.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

4. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian

siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009.

Ho: rx2.y = 0 Tidak ada hubungan antara harga diri dengan

kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan

Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Page 69: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

62

Ha: rx2.y > 0 Ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian

siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

5. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis anak yang

ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-sama dengan

kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Ho: rx1.3.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak

yang ditinggal orang tuanya dan harga diri secara

bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri

di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009.

Ha: rx1.3.2.y >0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang

ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-

sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Page 70: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

63

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari sejumlah

subjek penelitian untuk menentukan ada tidaknya suatu hubungan antara

suatu variabel dengan variabel lain (Arikunto,1998:31). Dalam penelitian ini

diupayakan memastikan hubungan pola asuh anak yang ditinggal orang

tuanya (ibunya) dan harga diri dengan kemandirian siswa SMP. Lokasi

mengambil di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan yang ditinggal orang tua

(ibunya) bekerja di luar kota dengan penyebaran sebagai berikut:

Nomer Nama sekolah Jumlah siswa yang ibunya bekerja di luar kota/negeri

1 SMPN 1 Pabelan 34 orang

2 SMPN 2 Pabelan 116 orang

3 SMPN 3 Pabelan 45 orang

Jumlah 195 0rang

Page 71: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

64

3.2.2 Sampel

Dalam menentukan banyaknya sampel, menurut Sugiyono

(2006:98) tergantung pada tingkat ketelitian dan kesalahan yang

dikehendaki. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil

jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat

kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang

diperlukan sebagai sumber data. Sesuai dengan tabel penentuan jumlah

populasi dengan taraf kesalahan 5 % dari 195 siswa, maka ada 123 orang

siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini (Sugiyono,2006:99)

3.3 Variabel Penelitian dan definisi operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau disebut variabel penyebab. Variabel ini sering disebut dengan

independent variable, dengan menggunakan simbol (X1.1) untuk pola asuh

otoriter; (X1.2) untuk pola asuh permisif; (X1.3) untuk pola asuh demokratis

dan (X2) untuk harga diri.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dengan akibat.

Variabel ini sering disebut dependent variable, dengan menggunakan

simbol (Y) yang dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa.

Page 72: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

65

Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat

digambarkan sebagai berikut i:

X 1 X 1.1 X 1.2 X 1.3

Y

X2

Keterangan :

X1.1 = Pola asuh otoriter

X1.2 = Pola asuh permisif

X1.3 = Pola asuh demokratis

X2 = Harga diri

Y = Kemandirian Siswa

Gambar 1. Model Penelitian

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

Page 73: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

66

1. Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya

sendiri. Kemampuan dalam mengelola diri sendiri ini ditandai

dengan kemampuannya untuk tidak bergantung kepada dukungan

orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara

mandiri dan mampu menerima akibat keputusan tersebut, serta

memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting

dan tidak penting.

2. Pola Asuh

Pola asuh adalah cara/bentuk atau strategi dalam pendidikan

keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.

Perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi

perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari,

serta peranan penuh orang tua untuk mengatur dan mendidik anak-

anaknya.

Ada tiga pola asuh dalam penelitian ini yaitu:

1) Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang selalu

menggunakan kekuasaan dan hukuman tanpa memikirkan apa

yang dirasakan atau yang dipikirkan putra-putrinya.

2) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang menyerahkan

segala keputusan kepada anak tanpa adanya campur tangan dari

orang tua atau segala sesuatu yang memutuskan anaknya

sendiri.

Page 74: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

67

3) Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang digunakan

orang tua dengan cara saling menghormati atau menghargai

pendapatnya masing-masing atau dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi oleh anak, orang tua selalu

membimbing atau membina.

3. Anak yang ditinggal orang tuanya

Anak yang ditinggal orang tuanya dalam penelitian ini adalah anak

yang ditinggal ibunya yang pergi bekerja di luar kota/di luar negeri

minimal dua tahun berturut-turut.

4. Harga diri

Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakan dan dipertahankan

oleh individu yang berasal dari interaksi individu dengan orang-orang

atau lingkungan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlakuan

orang lain yang diterima oleh individu tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

disesuaikan dengan tujuan penelitian dan variabel penelitian. Untuk

memperoleh data anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja di luar kota/

luar negeri penulis menggunakan studi dokumentasi yang penulis miliki

dan wawancara kepada siswa asuh penulis. Sedangkan data variabel pola

asuh, harga diri dan variabel kemandirian dikumpulkan dengan angket,

yakni isntrumen ukur yang telah disusun khusus dan telah diuji coba

Page 75: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

68

untuk mengungkap masing-masing faktor yang dimaksud. Untuk

mengumpulkan data variabel harga diri digunakan inventori yang disusun

Coopersmith pada tahun 1967 yang diberi nama Self Esteem Inventory/

SEI (Coopersmith,1984) dengan dua kemungkinan jawaban yaitu : Ya dan

Tidak. Dalam bentuk aslinya pada tahun 1967 berisi 58 item yang

dijawab Like Me atau Unlike Me, kemudian direvisi dalam bentuk pendek

25 item. Dilaporkan bahwa instrumen harga diri bentuk pendek ini

berkorelasi setinggi 0,95 dengan bentuk panjang. Sedangkan untuk versi

bahasa Indonesia dilaporkan koefesien reliabilitas tes-retest sebesar : rxx’ =

0,530, n = 394 siswa SMP (Yuniarti, 1988: 59) dan Mawardi (2005: 62).

Sedangkan untuk variabel kemandirian dengan angket yang

disusun peneliti dengan menjabarkan teori Steinberg, dan untuk Pola Asuh

didasarkan teori Hurlock dengan 2 (dua) pilihan jawaban Ya atau Tidak.

Hal ini dikarenakan pada waktu pelaksanaan try out pertama semua

instrumen tidak valid dan banyak responden yang mengalami kesulitan

dalam menentukan kata Sangat Setuju, Setuju Sekali, Setuju, Tidak Setuju

dan Sangat Tidak, akhirnya peneliti menggunakan dua (2) pilihan yaitu Ya

dan Tidak. Hasil try out kedua untuk harga diri dan kemandirian

validitasnya sangat baik, kemudian peneliti mengadakan try out ketiga

khusus instrumen pola asuh dan hasilnya sangat memusakan

Page 76: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

69

Tabel 3.1 Indikator empirik pengukuran konsep kemandirian siswa

Konsep Sub Konsep Epistemic

Correlation Indikator Empirik No

item Kemandirian adalah kemampuan individu da lam menge lola dirinya dengan ditan dai tidak bergantung kepada orang lain, mampu mengambil keputusan sendiri, mam pu menerima akibat kepu tusan, dan memiliki sepe rangkat nilai-nilai

1.Kemampuan tidak bergan tung kepada orang lain

1.Menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

1.Dapat menyelesaikan pekerjaan sendiri

2.Tidak menyukai ban tuan orang lain.

13 3, 21, 35

2.Memiliki ide/ gagasan sendiri

1.Suka memberikan gagasan/ide kepada orang lain.

2.Menyukai kegiatan keorganisasian/sosial.

3.Suka coba-coba dalam menyelesaikan masalah.

18 44 19, 20, 30

3.Mampu menye lesaikan masalah sendiri.

1.Percaya akan kemam puannya

2.Mampu menyelesai kan masalah sendiri.

29 31

4.Memiliki sema ngat dalam men capai cita -cita

1.Memiliki cita-cita dalam hidup.

2.Memiliki kedisplinan yang kuat.

3.Dapat menggunakan waktu luang.

11 7 39

2.Kemampuan mengambil ke putusan sendiri

1.Mengambil kepu tusan dengan tepat

1.Mampu mengambil keputusan dengan tepat

2.Memiliki keyakinan akan keputusan yang diambil

3.Memiliki keinginan untuk bertindak atas kehendak sendiri

37 42 43

2.Menyelesaikan tugas tepat waktu

1.Tidak suka menunda pekerjaan.

2.Menyelesaikan tugas tepat waktu

17 1

Page 77: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

70

Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation

Indikator Empirik No item

3.Menghargai diri sendiri

1.Dapat menghargai diri sendiri.

2.Memiliki kepuasan dalam usahanya

34 41

3. Kemampuan menerima aki bat keputusan yang diambil

1.Dapat memper tanggungjawabkan perbuatannya

1.Berani bertanggung jawab atas perbuatan nya.

2.Tidak suka melempar kesalahan pada orang lain

10 15, 9

2.Melaksanakan tu gas dengan penuh kesadaran

1.Melakukan sesuatu de ngan penuh tanggung jawab

2.Memiliki kesenangan dalam melakukan sesua tu

28 5

3.Menerima sanksi atas tindakan yang dilaku kannya

1.Berani menerima resiko yang terjadi

8, 14

4.Mempertimbang kan segala sesuatu sebelum bertindak

1.Memiliki kebiasaan untuk memikirkan segala kemungkin an yang terjadi

2.Dapat mengendali kan diri dengan baik

24, 25, 26 22, 23, 36, 40

4. Memiliki seperang kat nilai-nilai yang diyakini

1.Dapat menerima diri sendiri

1.Mengakui kelebih an dan kekurangan pada diri sendiri

12, 28

2.Memiliki nilai-nilai yang diyakini

1.Memiliki ketekun an dalam beribadah

2.Suka mentaati pera turan yang ada

4 2

Page 78: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

71

Konsep Sub Konsep Epistemic

Correlation Indikator Empirik No

item

3.Memiliki keper cayaan terhadap diri sendiri

1.Memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri

33, 38, 41

4.Tidak lekas putus asa

1.Memiliki ketekunan dalam hidup

16

Tabel 3. 2 Indikator empirik pengukuran pola asuh

Konsep Sub Konsep Epistemic

Correlation Indikator Empirik No

item Pola asuh ada lah cara bentuk/strate gi pendidikan dalam keluar ga yang dila kukan oleh orang tua ke pada anaknya dalam kehi dupan sehari hari serta peranan penuh orang tua untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya

1.Pola asuh otoriter me núntut bah wa anak harus meneri ma aturan yang dibuat orang tua tanpa syarat

1. Orangtua cende rung bersifat kaku

1.Anak wajib sholat berjamaah

2.Orang tua melarang anak bermain

3.Semua aturan yang menentukan orang tua

44 41, 36 29

2. Orang tua suka memaksa kehen dak

1.Orang tua suka me maksa kehendak nya

2.Orang tua yang me nentukan jenis ke giatan yang boleh dilakukan oleh anak nya

3.Orang tua menuntut anak berprestasi

43 30, 7 28

3. Orang tua suka menghukum

1.Bila nilai rapot anak jelek orang tua akan marah

2.Bila anak gagal melakukan sesuatu orang tua akan marah

3.Bila anak pulang sekolah terlambat orang tua akan marah

4.Bila anak tidak melakukan tugas rutin orangtua akan marah

42 40 39 37

Page 79: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

72

Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation

Indikator Empirik No item

2.Pola asuh permisif de ngan ciri orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk ber buat sesuka hati

1.Orang tua mem beri kebebasan penuh

1.Anak diberi kebebas an penuh dalam dalam segala hal

2.Orang tua diam saja bila anaknya pulang terlambat

3.Bila anak tidak belajar orang tua diam saja

3,9, 13 2 8

2. Orang tua ku rang mengarah kan

1Bila anak meng hilangkan barang berharga orang tua diam saja

2.Bila anak me lakukan kesa lahan orang tua diam saja

3.Orang tua mengijin kan anak untuk berpacaran

4.Orang tua kurang menga rahkan

1 10 16 32, 18, 25

3.Orang tua ku rang komuni kasi dengan anak

1.Orang tua tidak menuntut anak untuk belajar

2.Orang tua tidak pernah menegur anak

3.Orang tua jarang berkomunikasi dengan anak

4.Orang tua masa bodoh terhadap kesu litan anak

27 24, 17 11 23

3.Pola asuh de mokratis yai tu pengasuh an orang tua yang memili ki sejumlah stándar peri laku/aturan yang sesuai dengan kebu tuhan anak

1.Aturan dan keputusan di rumah dibuat bersama oleh orang tua dan anak

1.Orang tua akan menegur anak bila makan tidak dihabiskan

2.Orang tua mem beri kelonggar an anak dalam menata perabot rumah tangga

3.Orang tua mem berikan kesem patan anak untuk melaku kan segala sesuatu yang terbaik

22 4 26, 12

Page 80: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

73

Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation

Indikator Empirik No item

2. Ada bimbingan dan kontrol dari orang tua

1.Orang tua sangat peduli terhadap cita-cita anaknya

2.Orang tua peduli terha dap teman teman anaknya

3.Anak diberi ke sempatan untuk menen tukan waktu luang

4.Anak diajari untuk menepati janji

5.Orang tua membantu kesulitan anak

21, 19 20 33 34 38

3.Hubungan ke luarga sangat komunikatif dan hangat.

1.Orang tua suka berdiskusi dengan anak

2.Anak diberi kesem patan untuk mengemu kakan pen dapat

3.Orang tua akan memenuhi kebutuhan anaknya

4.Orang tua akan menga bulkan permintaan anak

5,6 14, 15, 31 35 45

Page 81: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

74

Tabel 3. 3 Indikator empirik pengukuran harga diri

Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation

Indikator Empirik No item

Harga Diri adalah evalu asi diri yang ditegak an dan dipertahankan oleh individu yang berasal dari interaksi individu de ngan orang-orang atau lingkungan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlaku an orang lain yang diterima oleh individu tersebut

1.Menetapkan nilai diri melalui proses belajar yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianutnya

1.Keinginan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik

1.Banyak hal yang ingin diubah pada diri anak

2.Tidak menyenangi pa da diri sendiri

3.Anak menyadari akan kekurangan pada di rinya

3 12 15

2.Memiliki keper cayaan terhadap kemampuan diri nya sebagai hasil dari peni laian terhadap diri sendiri

1.Tidak membanding kan dirinya dengan orang lain

2.Dapat mengambil ke putusan dengan baik

3.Tidak mudah putus asa

4.Segalanya dalam kehi dupannya mengalami kesulitan

5Tidak yakin akan berhasil terha dap sesuatu yang dilaku kan

6.Tidak mudah tergang gu dalam menghadapi hal-hal yang sepele

18 4 11 13 23 24

2.Berdasarkan penerimaan dan pengha rapan kelu arga

1.Perasaan aman dan nyaman ber kumpul dengan keluar ga

1.Tidak mudah jeng kel bila berada di rumah.

2.Sudah beberapa kali anak ingin mening galkan rumah

25 16

2.Memiliki pera saan diterima dan dihargai oleh ke luarga

1.Anak merasa keluarga terlalu mengharapkan pada dirinya

2.Keluarga mema hami perasaan anak

10 9

Page 82: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

75

Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation

Indikator Empirik No item

3.Nilai diri berdasarkan penerimaan dan penghar gaan dari orang lain

1.Memiliki desak an untuk menjadi diri sendiri

1.Sering membayang kan dirinya sebagai orang lain.

1

2.Memiliki pera saan diteri ma dan dihar gai oleh orang lain

1.Orang senang dengan diri anak

2.Perasaan bahwa orang lain lebih disenangi

3.Perasaan bahwa dirinya dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukai

5 21 22

4.Nilai diri yang tum buh dari proses interaksi dengan lingkungan pergaulan sehari-hari

1.Menunjukan dirinya memiliki kemam puan menye suaikan diri dan berkomu nikasi dengan lingkungan pergaulan sehari-hari

1.Anak merasa sa ngat sulit berbi cara didepan sekolom pok orang.

2.Anakmembutuh kan waktu lama untuk menyesu aikan diri

3.Anak merasa popu ler diantara teman-teman sepergaulan

4.Lingkungan dapat memahami diri anak

2 7 8 20

2.Memiliki keyakinan bahwa mampu mengemukakan gagasan

1.Orang-orang lain mengikuti gagas an anak

2.Jika memiliki gagas an anak langsung mengatakannya

14 19

3.Memiliki ke puasan atas peker jaan yang dilaku kan

1.Sering merasa jeng kel dengan peker jaan yang dilaku kan

17

Page 83: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

76

3.4.2 Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Azwar (2000: 131) menyatakan bahwa instrumen/ alat

ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut

dapat menjelaskan fungsi ukuranya sesuai dengan maksud dilakukan

pengukuran tersebut. Sedangkan instrumen/alat ukur dikatakan reliabel

jika alat ukur tersebut mampu menunjukan hasil yang relatif sama bila

dilakukan pengukuran ulang terhadap subyek yang sama.

Kreteria tinggi rendahnya validitas butir instrumen menggunakan

ketentuan yang dikemukakan oleh Ali (1985: 98) sebagai berikut:

0,00 – 0,20 : tidak valid

0,21 – 0,40 : validitas rendah

0,41 – 0,60 : validitas sedang

0,61 – 0,80 : validitas tinggi

0,81 – 1,00 : validitas sangat tinggi

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen atau

tingkat keajegan jawaban siswa terhadap pernyataan- pernyataan dalam

instrumen digunakan teknik Reliabilitas Alpha Cronbach. Kreteria

reliabilitas didasarkan pada pendapat Crow & Crow (dalam Neolaka,

2005:37) berikut ini:

Usually, for prediction purposes, a correlation (an alpha coefisien) of

0,90 to 1,00 is very high

0,80 to 0,90 is high

0,60 to 0,80 is satisfactory

0,40 to 0,60 is low

0,00 to 0,40 is very low

Page 84: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

77

Berdasarkan kriteria koefisien alpha yang dikemukakan Crow &

Crow, maka besaran koefisien hitung statistik (koefisien alpha) yang

dijadikan patokan adalah > 0,60.

3.4.3 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis statistik dengan analisis deskriptif, korelasi dan multiple

correlation. Korelasi bivariate Pola Asuh (X1) dengan kemandirian siswa

(Y) dan harga diri (X2) dengan kemandirian siswa (Y) akan dianalisis

dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Person. Untuk

hubungan bersama –sama antara pola asuh dan harga diri (X1,X2) dengan

kemandirian siswa (Y) akan digunakan teknik multiple correlation, analisis

taraf signifikansi 5 %.

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh

Uji coba angket pola asuh dilakukan terhadap 32 siswa SMP

Negeri 2 Pabelan Kabupaten Semarang. Pemilihan responden uji coba

instrument didasarkan pada pertimbangan bahwa anak-anak yang ditinggal

orang tuanya (ibunya) paling banyak dibandingkan dengan SMP Negeri 1

Pabelan maupun SMP Negeri 3 Pabelan. Dari tabel rekapitulasi try out

pola asuh, diperoleh rangkuman bahwa item yang dibuang nomer 3, 24,

25, 26 dan 36 dan memiliki koefesien corrected item total correlation

terendah 0,2006 dan tertinggi 0,5666. Sedangkan untuk reliabilitas

instrumen diperoleh angka Alpha = 0,8207. Menurut Crow & Crow,

termasuk tingkat reliabilitas tinggi.

Page 85: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

78

Seperti halnya try out pola asuh, try out inventori harga diri dan

kemandirian terhadap 32 siswa SMP Negeri 2 Pabelan Kabupaten

Semarang. Dari tabel rekapitulasi harga diri, diperoleh rangkuman bahwa

tidak ada item harga diri yang dibuang. Item-item tersebut memiliki

koefesien corrected item total correlation terendah 0,2033 dan tertinggi

0,4146. Sedangkan untuk reliabilitas instrumen diperoleh angka Alpha =

0,7615. Menurut Crow & Crow, termasuk tingkat reliabilitas tinggi.

Sedangkan untuk try out angket kemandirian terhadap 32 siswa SMP

Negeri 2 Pabelan Kabupaten Semarang diperoleh rangkuman bahwa item

yang dibuang nomer 2, 7, 8, 12, 13, 24, 28, 30, 33, 37, dan 38 dari jumlah

item 44 dan memiliki koefesien corrected item total correlation terendah

0,2239 dan tertinggi 0,509. Sedangkan untuk reliabilitas instrumen

diperoleh angka Alpha = 0,8703. Menurut Crow & Crow, termasuk tingkat

reliabilitas tinggi.

Page 86: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

79

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian

Di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang terdiri dari 17

Desa, ada 2 Desa yang termasuk kategori desa tertinggal. Kecamatan ini

didukung oleh beberapa dinas dan sekolah baik jenjang Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas ( SMA). Ada

3 (tiga) SMP Negeri dan 4 (empat) SMP/MTs swasta. Untuk populasi

penelitian, peneliti hanya mengambil sekolah SMP Negeri saja dengan

pertimbangan bahwa karakteristik ketiga sekolah tersebut hampir sama

walaupun ada sedikit perbedaan. Populasi tiap-tiap sekolah berbeda, dari

SMP Negeri 1 Pabelan ada 34 orang siswa, SMP Negeri 2 Pabelan ada 116

orang siswa dan SMP Negeri 3 Pabelan ada 45 orang siswa yang ibunya

bekerja di luar kota/ negeri berturut- turut minimal 2 tahun. Berdasarkan

perhitungan Monogram Hery King (Sugiyono, 2006: 101) maka sampel

untuk SMP Negeri 1 Pabelan ada 22 responden, SMP Negeri 2 Pabelan ada

73 responden, dan SMP Negeri 3 Pabelan ada 28 responden.

Data yang kami himpun dari 123 responden sebagian besar ( 85 %)

orang tuanya bekerja menjadi buruh tani dan yang lain menjadi pegawai

negeri, pegawai swasta dan wiraswasta. Sedangkan data urutan kelahiran

anak sulung berjumlah 58 anak (47%), anak tengah ada 28 anak (22%) dan

37 anak bungsu (30%). Selain itu mereka berada pada usia 13 tahun ada 38

Page 87: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

80

anak, usia 14 tahun ada 42 anak dan 43 anak pada usia 15 tahun dengan

penyebaran anak perempuan berjumlah 70 anak dan anak laki-laki berjumlah

53 anak.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu

objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau tidak digunakan untuk

menguji hipotesis (Sugiyono, 2002: 52). Analisis hasil penelitian ini diawali dari

variabel pola asuh otoriter (X1. 1) pola asuh permisif (X1. 3), pola asuh demokratik

(X1. 2), harga diri (X2) dan kemandirian (Y) dengan menghitung skor maksimum

dikurangi skor minimum dibagi interval.

1. Variabel Pola Asuh Otoriter (X1. 1)

Variabel pola asuh otoriter diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan

konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh otoriter seperti pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Frekuensi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1. 1)

No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

9-11 7-8 5-6 3-4 0-2

30 48 29 11 5

24.4% 39.0% 23.6% 8.9% 4.1%

Skor Maksimum Skor Minimum N

11 0 123

Page 88: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

81

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh

otoriter siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori tinggi sampai dengan

sangat tinggi 63,4%.

4.2.1.2 Variabel Pola Asuh Permisif (X1. 2)

Variabel pola asuh permisif diklasifikasikan ke dalam lima

kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh permisif

seperti pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Frekuensi Variabel Pola Asuh Permisif (X1. 2)

No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

12 -14 9 -11 6 - 8 3 - 5 0 - 2

0 2 4 47 70

0% 1.6% 3.3% 38.2% 56.9%

Skor Maksimum Skor Minimum N

13 0 123

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh

permisif siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori sangat rendah sampai

dengan rendah yaitu sebanyak 95,1.9%.

Page 89: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

82

4.2.1.3 Variabel Pola Asuh Demokratik (X1. 3)

Variabel pola asuh demokratik diklasifikasikan ke dalam lima

kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah.

Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh

demokratik seperti pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Frekuensi Variabel Pola Asuh Demokratik (X1. 3)

No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

16 – 19 12 – 15 8 – 11 4 – 7 0 - 3

3 61 41 17 1

2.44% 49.60% 33.33% 13.82% 0.8%

Skor Maksimum Skor Minimum N

16 0 123

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh

demokratik siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 49,60%

4.2.1.4 Variabel Harga Diri (X2)

Variabel harga diri diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan

konstruknya ditentukan kategori variabel harga diri seperti pada tabel 4.4

Page 90: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

83

Tabel 4.4

Frekuensi Variabel Harga Diri (X2)

No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10 0 - 5

20 47 37 17 2

16,26 % 38,21 % 30,08 % 13,82 % 1,63 %

Skor Maksimum Skor Minimum N

25 0 123

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar harga diri

siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/ 2009 berada pada

kategori tinggi sampai sangat tinggi yaitu sebanyak 54,47%.

4.2.1.5 Variabel Kemandirian (Y)

Variabel kemandirian diklasifikasikan ke dalam lima kategori

yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel kemandirian seperti

pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Frekuensi Variabel Kemandirian (Y)

No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

28 – 34 21 – 27 14 – 20 7 – 13 0 - 6

33 66 24 0 0

26,83 % 53,66 % 19,51 %

0 % 0 %

Skor Maksimum Skor Minimum N

33 0 123

Page 91: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

84

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar kemandirian

siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/ 2009 berada pada

kategori tinggi sampai dengan sangat tinggi yaitu sebanyak 80.49%.

4.2.2 Uji Normalitas

Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor variabel pola asuh

otoriter, permisif, demokratik, harga diri dan kemandirian siswa SMP

Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang dilakukan pengujian normalitas data dengan

menggunakan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test seperti pada

tabel 4.6, tabel 4.7, tabel 4.8, tabel 4.9, dan tabel 4.10

1. Variabel Pola Asuh Otoriter

Tabel 4.6

Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Otoriter.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

1236.8780

.105

.090

-.105

1.166.132

NMeanPoisson Parameter a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

OTORITER

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan Tabel 4.6 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 1.166

dengan p = 0,132 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran

data variabel pola asuh otoriter adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji

Page 92: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

85

kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut

ini disajikan kurva normal ditribusi variabel pola asuh otoriter paada

Grafik 4.1 berikut:

OTORITER

10.08.06.04.02.00.0

OTORITERFr

eque

ncy

60

50

40

30

20

10

0

Std. Dev = 2.11 Mean = 6.9

N = 123.00

Grafik 4.1 Sebaran Skor Pola Asuh Otoriter Dalam Kurva Normal

2. Variabel Pola Asuh Permisif

Tabel 4.7

Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Permisif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

1232.5122

.065

.065

-.028

.719

.680

NMeanPoisson Parameter a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

PERMISIF

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan Tabel 4.7 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0.719

dengan p = 0,680 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran

data variabel pola asuh permisif adalah normal. Untuk menguatkan hasil

Page 93: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

86

uji kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test,

berikut ini disajikan kurva normal distribusi variabel pola asuh permisif

paada Grafik 4.2 berikut:

PERMISIF

12.010.08.06.04.02.00.0

PERMISIFFr

eque

ncy

60

50

40

30

20

10

0

Std. Dev = 1.96 Mean = 2.5

N = 123.00

Grafik 4.2

Sebaran Skor Pola Asuh Permisif Dalam Kurva Normal

3. Variabel Pola Asuh Demokratik

Tabel 4.8

Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Demokratik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

12310.4309

.082

.075

-.082

.911

.378

NMeanPoisson Parameter a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

DEMOKRAT

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan Tabel 4.8 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0.911

dengan p = 0,378 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran

data variabel pola asuh demokratik adalah normal. Untuk menguatkan

hasil uji kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov

Test, berikut ini disajikan kurva normal ditribusi variabel pola asuh

demokratik paada Grafik 4.3 berikut:

Page 94: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

87

DEMOKRAT

16.014.012.010.08.06.04.0

DEMOKRAT

Freq

uenc

y

50

40

30

20

10

0

Std. Dev = 2.63 Mean = 10.4

N = 123.00

Grafik 4.3 Sebaran Skor Pola Asuh Demokratik Dalam Kurva Normal

4. Variabel Harga Diri

Tabel 4.9

Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Harga Diri

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

12315.47974.66826

.091

.088-.0911.010.259

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

H.DIRI

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan Tabel 4.9 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 1,010

dengan p = 0,259 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran

data variabel harga diri adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji

kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut

ini disajikan kurva normal ditribusi variabel harga diri paada Grafik 4.4

berikut:

Page 95: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

88

Harga Diri

25.022.520.017.515.012.510.07.55.0

Harga Diri

Freq

uenc

y

50

40

30

20

10

0

Std. Dev = 4.67 Mean = 15.5

N = 123.00

Grafik 4.4 Sebaran Skor Harga Diri dalam Kurva Normal

5. Variabel Kemandirian

Tabel 4.10

Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Kemandirian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

12324.30894.51615

.081

.057-.081.900.393

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Kemandirian

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan Tabel 4.10 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0,900

dengan p = 0,393 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran

data variabel kemandirian adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji

kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut

ini disajikan kurva normal distribusi variabel kemandirian pada Grafik 4.5

berikut:

Page 96: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

89

Kemandirian

32.530.027.525.022.520.017.515.0

Kemandirian

Freq

uenc

y

40

30

20

10

0

Std. Dev = 4.52 Mean = 24.3

N = 123.00

Grafik 4.5

Sebaran Skor Kemandirian dalam Kurva Normal

4.3. Analisis Korelasi

4.3.1. Korelasi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1..1) Dengan Kemandirian (Y).

Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh otoriter dengan

kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.11

Tabel 4.11

Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Kemandirian

Correlations

1 -.108. .234

123 123-.108 1.234 .123 123

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Pola AsuhOtoriter

Kemandirian

Pola AsuhOtoriter Kemandirian

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)

antara pola asuh otoriter dengan kemandirian sebesar rX1..1.Y = -0, 108

dengan p = 0,234 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian siswa SMP Negeri

Page 97: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

90

yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang. Artinya skor pola asuh otoriter tidak dapat ditentukan pola

hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal

orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

4.3.2. Korelasi Variabel Pola Asuh Permisif (X1.2) Dengan Kemandirian (Y).

Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh permisif dengan

kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.12

Tabel 4.12

Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Permisif Dengan Kemandirian

Correlations

1 -.092. .312

123 123-.092 1.312 .123 123

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Pola AsuhPermisif

Kemandirian

Pola AsuhPermisif Kemandirian

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)

antara pola asuh permisif dengan kemandirian sebesar rX1..2.Y = -0, 092

dengan p = 0,312 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh permisif dengan kemandirian siswa SMP

Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang. Artinya skor pola asuh permisif tidak dapat

ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri

Page 98: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

91

yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang.

4.3.3. Korelasi Variabel Pola Asuh Demokratik (X1.3) Dengan Kemandirian (Y).

Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh demokratik dengan

kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.13

Tabel 4.13

Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Demokratik Dengan Kemandirian

Correlations

1 .244**. .006

123 123.244** 1.006 .123 123

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

DEMOKRAT

MANDIRI

DEMOKRAT MANDIRI

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)

antara pola asuh demokratik dengan kemandirian sebesar rX1..3.Y = 0, 244**

dengan p = 0,006 < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh demokratik dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang

ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Artinya makin tinggi skor pola asuh demokratik, maka makin tinggi pula

skor kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor pola asuh

demokratik, maka makin rendah pula skor kemandirian siswa SMP Negeri

yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang.

Page 99: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

92

4.3.4. Korelasi Variabel Harga Diri (X2) Dengan Kemandirian (Y).

Hasil uji korelasi antara variabel harga diri dengan kemandirian

siswa tersaji dalam Tabel 4.14

Tabel 4.14

Koefisien Korelasi Antara Harga Diri Dengan Kemandirian

Correlations

1 .562**. .000

123 123.562** 1.000 .123 123

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Harga Diri

Kemandirian

Harga Diri Kemandirian

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)

antara harga diri dengan kemandirian sebesar rX2.Y = 0, 562** dengan p =

0,000 < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara harga

diri dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di

wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Artinya makin tinggi

skor harga diri, maka makin tinggi pula skor kemandirian siswa.

Sebaliknya, makin rendah skor harga diri, maka makin rendah pula skor

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

4.3.5. Korelasi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1.1) dan Harga Diri (X2) dengan

Kemandirian (Y).

Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh dan harga diri dengan

kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.15

Page 100: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

93

Tabel 4.15

Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Demokratik Dan Harga Diri Dengan

Kemandirian

Model Summary

.572a .327 .315 3.73669Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Pola Asuh Demokratis, HargaDiri

a.

ANOVAb

812.715 2 406.357 29.103 .000a

1675.545 120 13.9632488.260 122

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pola Asuh Demokratis, Harga Diria.

Dependent Variable: Kemandirianb.

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan bersama-sama

antara variabel pola asuh demokratik dan harga diri dan kemandirian siswa

SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang.memiliki koefisien korelasi jamak atau multiple

correlation (R) sebesar RX1.3.X2.Y = 0.572; F = 29.103 dengan p = 0,000 <

0,05. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pola

asuh demokratik dan harga diri secara bersama-sama dengan kemandirian

siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang. Artinya makin tinggi skor pola asuh

demokratik dan harga diri siswa secara bersama-sama, maka makin tinggi

pula skor kemandirian siswa. Sebaliknya makin rendah skor pola asuh

Page 101: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

94

demokratik dan harga diri siswa secara bersama-sama, maka makin rendah

pula skor kemandirian siswa.

4.4. Hasil Uji Hipotesis

4.4.1 Hasil uji hipotesis pertama yang akan diuji adalah:

Ho: rx1.1.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Ha: rx1.1.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh otoriter

dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat

dilihat dalam tabel 4.16

Tabel 4.16

Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Otoriter

dengan Variabel Kemandirian

Variabel Bebas

(X) Variabel terikat

(Y) Koefisien korelasi

Signifikansi

Pola Asuh Otoriter (X1.1) Kemandirian -0,108 0,234

Page 102: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

95

Dari tabel 4.16. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh otoriter

tidak berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = - 0,108), dengan

p = 0,234 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya

bahwa hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh

otoriter anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”

diterima, dan ditolak hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh otoriter

anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri

di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.

4.4.2 Hasil uji hipotesis kedua yang akan diuji adalah:

Ho: rx1.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009.

Ha: rx1.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh permisif

dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat

dilihat dalam tabel 4.17

Page 103: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

96

Tabel 4.17

Hasil Analisis Variabel Pola Asuh permisif

dengan Variabel Kemandirian

Variabel Bebas (X)

Variabel terikat (Y)

Koefisien korelasi

Signifikansi

Pola Asuh Permisif (X1.2) Kemandirian -0,092 0,312

Dari tabel 4.17. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh otoriter

tidak berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = - 0,092), dengan

p = 0,312 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya

bahwa hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh

permisif anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP

Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”

diterima, dan ditolak hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh permisif

anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri

di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.

4.4.3 Hasil uji hipotesis ketiga yang akan diuji adalah:

Ho: rx1.3.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak

yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Ha: rx1.3.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang

ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

Page 104: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

97

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh

demokratik dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi

alphanya dapat dilihat dalam tabel 4.18

Tabel 4.18

Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Demokratik

dengan Variabel Kemandirian

Variabel Bebas (X)

Variabel terikat (Y)

Koefisien korelasi

Signifikansi

Pola Asuh Demokratik (X1.3) Kemandirian 0,244** 0,006

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Dari tabel 4.18. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh demokratik

berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = 0,244), dengan p =

0,006 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa

hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh

demokratik anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”

ditolak, dan diterima hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh

demokratik anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.

Page 105: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

98

4.4.4 Hasil uji hipotesis keempat yang akan diuji adalah:

Ho: rx.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara harga diri dengan

kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan

Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Ha: rx2.y > 0 Ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian

siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun

pelajaran 2008/2009.

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara harga diri

dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat

dilihat dalam tabel 4.19

Tabel 4.19

Hasil Analisis Variabel Harga Diri

dengan Variabel Kemandirian

Variabel Bebas

(X) Variabel terikat

(Y) Koefisien korelasi

Signifikansi

Harga Diri Kemandirian 0,562** 0,000 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Dari tabel 4.19. tampak jelas bahwa veriabel harga diri berkorelasi

signifikan dengan kemandirian siswa (r = 0,562), dengan p = 0,000 < 0,05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa hipotesis yang

menyatakan “ Tidak ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian

siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009” ditolak, dan diterima hipotesis “Ada hubungan antara harga

diri dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan

tahun pelajaran 2008/2009”.

Page 106: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

99

4.4.5 Hasil uji hipotesis kelima yang akan diuji adalah:

Ho: rx1.3..2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak

yang ditinggal orang tuanya dan harga diri secara

bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri

di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran

2008/2009.

Ha: rx1.3.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang

ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-

sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di

wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi bersama-sama antara

harga diri dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi

alphanya dapat dilihat dalam tabel 4.20

Tabel 4.20

Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Demokratik dan Harga Diri

dengan Variabel Kemandirian

Variabel Bebas

(X) Variabel terikat

(Y) Koefisien korelasi

Signifikansi

Pola Asuh Demokratik (X1.2)

dan Harga Diri Kemandirian 0.572** 0,000

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 4.20. tampak jelas bahwa veriabel Pola asuh demokratik

dan harga diri secara bersama-sama berkorelasi signifikan dengan

kemandirian siswa (R = 0,572), dengan p = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak

dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa hipotesis yang menyatakan “Tidak

Page 107: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

100

ada hubungan antara Pola asuh demokratik dan harga diri secara bersama-

sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan

Pabelan tahun pelajaran 2008/2009” ditolak, dan diterima hipotesis

“Tidak ada hubungan antara Pola asuh demokratik dan harga diri secara

bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah

Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”

4.5. Pembahasan

Memperhatikan hasil temuan dalam penelitian ini, maka pada

bagian iniakan diuraikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil

penelitian ini dimaksudkan untuk memperjelas analisis deskriptif, statistik

dan pengujian hipotesis. Berdasarkan uji signifikansi disajikan pada tabel

4.11, 4.12 dan 4.13 menunjukkan bahwa hipotesis yang terbukti secara

statistik adalah:

4.5.1 Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah

Kecamatan Pabelan. Dengan kata lain bahwa skor pola asuh otoriter bila

mengalami kenaikan ataupun penurunan tidak dapat ditentukan pola

hubungan dengan skor kemandirian siswa.

Kemandirian dapat terbentuk dari faktor pola asuh. Pola asuh orang

tua adalah cara/ metoda yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak-

anaknya. Menurut Hurlock (1999: 17) yang menjelaskan pola asuh otoriter

dengan ciri bahwa anak-anak harus patuh tanpa banyak bertanya semua

perintah orang tua. Orang tua itu seperti dogmatis, menutut, mengontrol,

Page 108: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

101

berkuasa, dan menghukum. Mereka tidak membicarakan berbagai masalah

dengan anak, dan tidak memberikan penjelasan tentang aturan-aturan yang

mereka buat. Mereka sangat sedikit menerima pandangan anak-anaknya,

dan tidak memberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri,

menyebabkan anak tidak dapat tumbuh rasa kemandirian dengan baik,

sehingga pola asuh orang tua kurang sesuai dengan kondisi anak yang

berada dalam posisi remaja yaitu dimana anak masih mengalami

perkembangan kemandirian yang membutuhkan kebebasan untuk

mengembangkan kemampuan secara optimal.

Mengacu pada aspek kemandirian yaitu berorientasi pada kemampuannya

untuk tidak bergantung kepada dukungan orang lain terutama orang

tuanya, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan menerima akibat

keputusannya serta memiliki seperangkat prinsip tentang benar-salah dan

penting dan tidak penting.

Aspek tidak bergantung orang lain, pola asuh orang tua otoriter

adanya kontrol yang ketat dan kaku, memaksa kehendak, menyebabkan

anak sangat tergantung pada orang lain, tidak berani memikul tanggung

jawab dan mudah putus asa. Anak dibesarkan di bawah kondisi

pengasuhan yang otoriter cenderung patuh dan menunjukkan sikap

penyesuaian diri dengan standard perilakunya yang diberlakukan oleh

orang tua. Hal ini terjadi mungkin karena adanya tekanan-tekanan dari

orang tua yang memaksa kehendaknya terhadap anak, sehingga anak

menjadi tergantung dan tidak mandiri. Salah satu indikator kecenderungan

Page 109: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

102

pola asuh orang tua tipe otoriter adalah didasari oleh maksud agar anak

mencapai keinginan orang tua, gambaran diri ideal yang dipatok orang tua,

belum tentu didukung kemampuan anak dalam perwujudan terlebih anak

SMP sangat sulit. Jika kemampuan anak untuk mewujudkan harapan orang

tuanya tidak memadai, dan orang tua tetap memaksa kehendak, maka

kecenderungan pola asuh tipe otoriter mungkin akan dirasakan sebagai

bentuk ketidaksesuaian. Jika kemampuan anak cukup memadai untuk

mewujudkan harapan orang tuanya, mungkin pola asuh orang tua tipe

otoriter akan menumbuhkan rasa menyukai atau menghargai diri sendiri.

Aspek mampu mengambil keputusan secara mandiri, pola asuh

otoriter dengan ciri memaksakan kedisiplinan, memberikan perintah dan

larangan menyebabkan anak merasa ketakutan, merasa tertekan, anak pasif

dan kurang berinisiatif, sehingga anak bersifat pesimis dan takut untuk

mengambil keputusan sendiri. Aspek memiliki seperangkat prinsip benar-

salah, penting dan tidak penting, pola asuh otoriter anak harus mematuhi

peraturan, tidak boleh membantah, tidak pernah mempertimbangankan

pendapat anak, suka mendikte/mengatur, menyebabkan anak cepat bosan

dalam mengerjakan tugas tidak dan tidak ada rasa tanggungjawab terhadap

seperangkat nilai benar-salah, penting dan tidak penting.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa (2005) bahwa

pola asuh otoriter tidak berkorelasi terhadap kemandirian. Dengan pola

asuh otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan

menjadikan anak “patuh” dihadapan orang tua, tetapi dibelakangnya ia

Page 110: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

103

akan memperlihatkan rekasi-reaksi misalnya menentang/ melawan karena

anak merasa “dipaksa”. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan

dalam tingkah lakunya yang melanggar norma-norma dan menimbulkan

persoalan dan kesulitan baik pada dirinya maupun lingkungan rumah,

sekolah dan pergaulannya. Selain itu dapat juga menimbulkan akibat

hilangnya kebebasan anak, inisiatif dan aktivitas-aktivitas menjadi tumpul

sehingga kemandirian akan menurun.

4.5.2 Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah

Kecamatan Pabelan. Dengan kata lain bahwa skor pola asuh permisif bila

mengalami kenaikan ataupun penurunan tidak dapat ditentukan pola

hubungan dengan skor kemandirian siswa.

Salah satu indikator pola asuh orang tua permisif yaitu pola asuh

orang tua tanpa tuntutan. Gambaran ideal yang ingin diwujudkan adalah

gambaran diri ideal bangunan anak, yang dimungkinkan disesuaikan

dengan kemampuan anak itu. Bagi anak berkemampuan rendah pola asuh

orang tua tanpa tuntutan kecil kemungkinakannya dirasakan merendahkan

anak. Namun bagi anak yang berkemampuan lebih tinggi jika ia dimanja/

diproteksi mungkin akan muncul perasaan tidak pernah dihargai dan diberi

kebebasan apapun sehingga anak kurang/tidak memiliki kemandirian

dalam hidupnya. Hasil penelitian ini sejalan pendapat Hurlock (1999 :

17-18) yang menjelaskan pola asuh permisif mengakibatkan anak tidak

mempunyai pegangan dalam melakukan sesuatu sehingga anak menjadi

Page 111: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

104

individu yang tidak bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol

perilakunya, bingung, cemas dan merasa tidak aman. Anak juga merasa

tidak bahagia karena hubungan dengan orang tua tidak hangat, dan merasa

orang tuanya tidak memperhatikan, dan pada akhirnya anak kurang

memiliki tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun pada orang lain

termasuk lingkungan sekitarnya.

Pada umumnya pola asuh permisif terdapat pada keluarga yang

keduanya orang tuanya bekerja termasuk ibunya yang bekerja di luar

negeri, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu

untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya. Orang tua merasa

sudah mempercayakan masalah pendidikan pada orang lain yang bisa

mengasuh khusus atau bisa pula anggota keluarga yang tinggal di rumah (

saudara, kakek/nenek). Orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang

mengawasi, menegur dan mungkin memarahi. Orang tua tidak bisa bergaul

dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa anak harus tahu sendiri.

Karena anak harus menentukan sendiri maka perkembangan

kepribadiannya menjaditidak terarah, tumbuh keakuannya yang terlalu

kuat dan kaku dan mudah menimbulkan kesulitan-kesulitan bila harus

menghadapi larangan-larangan yang ada dalam lingkungan sosialnya.

4.5.3 Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratik dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah

Kecamatan Pabelan Artinya bahwa siswa dengan skor pola asuh

demokratik yang tinggi akan diikuti dengan kemandirian siswa yang tinggi

Page 112: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

105

pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor pola asuh demokratik rendah

akan diikuti dengan kemandirian siswa yang rendah pula. Temuan bahwa

pola asuh demokratik berhubungan dengan kemandirian siswa sejalan

dengan kerangka berpikir bahwa semakin tinggi pola asuh demokratik.

Hasil penelitian ini sejalan pendapat dari Coopersmith (1981:27) yang

menyatakan bahwa anak yang mempunyai kemandirian tinggi adalah

mereka yang berasal dari keluarga dimana orang tua diterima secara positif

oleh anak dan hal tersebut hanya dapat dijumpai pada pola asuh

demokratik.

Selain itu hasil penelitian Markum (2002:2) dan Zaff (2002: 5) terungkap

fakta bahwa pola asuh demokratik dapat menumbuhkan ikatan antara

orang tua dan anak, sehingga akan mendorong kemandirian, pembentukan

sifat kerja keras, kedisiplinan, dan komitmen prestatif dan realistis pada

anak. Hasil penelitian juga sejalan penelitian dari Indrawati (2002) yang

menyatakan bahwa pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian

remaja di SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang, terhadap siswa-siswa

SLTP Muhmmadiyah 6 Dau Malang dengan populasi total siswa kelas 1

dan kelas 2 diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan antara pola

asuh demokratik terhadap kemandirian siswa. dengan F= 13,146 dengan

p<0,010 . Demikian juga hasil penelitian Anisa (2005) terhadap 78 siswa

kelas II SMA 1 Bapulang Kabupaten Tegal diperoleh hasil bahwa

kemandirian siswa kelas II yang diasuh dengan pola asuh demokratis

Page 113: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

106

59,80% bila dibandingkan dengan tipe pola asuh otoriter maupun pola

asuh permisif.

4.5.3 Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian siswa

SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang. Menurut Arikunto (2002:245) keeratan hubungan

tersebut termasuk kategori agak rendah. Artinya bahwa siswa dengan skor

harga diri yang tinggi akan diikuti dengan kemandirian siswa yang tinggi

pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor harga diri rendah akan diikuti

dengan kemandirian siswa yang rendah pula. Temuan bahwa harga diri

berhubungan dengan kemandirian siswa sejalan dengan kerangka berpikir

bahwa semakin tinggi harga diri semakin tinggi pula kemandirian siswa.

Temuan ini juga sejalan pendapat Coopersmith (dalam Aswagati, 2001:

19) yang mengemukakan bahwa individu dengan harga diri tinggi

memiliki karakteristik yang meliputi adanya penilaian positif terhadap

keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang dianutnya, lebih

mandiri dalam menghadapi lingkungannya, kreaktif, yakin akan gagasan

dan pendapatnya dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Seseorang yang

mempunyai harga diri tinggi juga melihat dirinya mampu dan mempunyai

harapan-harapan yang tinggi untuk masa depannya.

4.5.4 Korelasi berganda (multiple correlation) merupakan koefisien yang

menunjukkan arah dan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih

secara bersama-sama dengan variabel yang lain (Soegiono, 2005:45).

Dalam penelitian ini (lihat tabel 4.16.), ditemukan hubungan berganda

Page 114: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

107

antara pola asuh demokratik dan harga diri dengan kemandirian siswa

SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Dari

data koefisien korelasi ini dapat dijelaskan bahwa siswa dengan skor pola

asuh demokratik dan harga diri yang tinggi akan diikuti dengan

kemandirian siswa yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor

pola asuh demokratik dan harga diri rendah akan diikuti dengan

kemandirian siswa yang rendah.

Kekuatan hubungan berganda pola asuh demokratik dan harga diri

dengan kemandirian siswa sebesar 0,572**. terlihat lebih besar dari

kekuatan hubungan secara mandiri antara pola asuh otoriter dengan

kemandirian siswa sebesar 0,244** dan kekuatan hubungan harga diri

dengan kemandirian siswa sebesar 0,562** (r = 0,244 dan r = 0,562 <

0,572). Gejala ini merupakan gejala yang wajar karena sifat dari hubungan

berganda selalu menunjukkan interkorelasi antar veriabel bebasnya.

Sehingga angka kekuatan hubungannya lebih besar. Artinya bahwa dalam

diri siswa terjadi perpaduan antara karakter siswa yang memiliki pola asuh

demokratik tinggi dengan karakter harga diri siswa yang kuat. Perpaduan

dua kelompok karakter inilah yang menyebabkan angka koefisien

hubungan berganda lebih besar.

Page 115: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

108

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan hasil analisa data yang

diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi

sebesar -0,108 dengan p = 0,234 > 0,05. Artinya skor pola asuh otoriter tidak

dapat ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri

yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi

sebesar -0,092 dengan p = 0,312 > 0,05. Artinya skor pola asuh permisif tidak

dapat ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri

yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan

kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi

Page 116: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

109

sebesar 0,244** dengan p = 0,006 < 0,05. Artinya makin tinggi skor pola asuh

demokratis, maka makin tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin

rendah skor pola asuh demokratis, maka makin rendah pula kemandirian

siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang

4. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian siswa

SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,562**

dengan p = 0,000 < 0,05. Artinya makin tinggi skor harga diri, maka makin

tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor harga diri,

maka makin rendah pula kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal

orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

5. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dan harga diri

secara bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal

orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan

oleh koefisien korelasi sebesar 0,572** dengan p = 0,000 < 0,05. Ini berarti

makin tinggi skor pola asuh demokratis dan harga diri siswa bersama-sama,

maka makin tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor

pola asuh demokratis dan harga diri siswa bersama-sama, maka makin rendah

pula kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Page 117: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

110

5.2 Saran

Saran yang dikemukakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam

paparan implikasi teoritik, implikasi terapan dan implikasi penelitian

lanjutan.

5.2.1 Implikasi Teoritik

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dan

permisif siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang tidak berhubungan secara signifikan dengan

kemandirian siswa maka temuan ini sejalan dengan pendapat Hurlock

(1999) yang menyimpulkan bahwa dengan gaya pengasuhan model otoriter

dan permisif menjadikan anak cenderung tidak bertanggung jawab, dan

tidak mandiri. Dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pola asuh

demokratis siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang berhubungan secara signifikan

dengan kemandirian siswa maka temuan ini sejalan dengan teori

Coopersmith (1981:27) yang menyimpulkan bahwa anak yang mempunyai

kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga dimana orang

tua diterima secara positif oleh anak dan hal tersebut hanya dapat dijumpai

pada pola asuh demokratis. Maka harus orang tua menyadari bahwa ada

pola perkembangan dan ada variasi perkembangan yang menyertai

bertambah umur anak-anaknya serta jangan melepas kontrol dan memberi

kepercayan yang lebih besar jika kemampuan anak belum memadai unuk

menerima kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol ketat jika

Page 118: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

111

kemampuan anak sudah memadai untuk menerima kepercayan itu serta

dapat menumbuhkan ikatan antara orang tua dan anak, sehingga akan

mendorong kemandirian, pembentukan sifat kerja keras, kedisiplinan, dan

komitmen prestatif dan realistis pada anak .Jadi selama proses penasuhan,

keahlian orang tua dalam memainkan seni menyatu antara kontrol,

kehangatan disesuaikan dengan kemampuan yang dimilki anak perlu diuji

terus.

Dari hasil penelitian antara harga diri siswa SMP Negeri yang

ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

berhubungan secara signifikan dengan kemandirian siswa maka temuan ini

sejalan dengan teori Coopersmith (dalam Aswagati, 2001: 19) yang

menyimpulkan individu dengan harga diri tinggi memiliki karakteristik yang

meliputi adanya penilaian positif terhadap keadaan dirinya berdasarkan

nilai-nilai pribadi yang dianutnya, lebih mandiri dalam menghadapi

lingkungannya, kreaktif, yakin akan gagasan dan pendapatnya dan memiliki

tingkat keberhasilan tinggi. Maka siswa perlu mengembangkan potensinya

secara realistik dan memiliki keyakinan untuk meraih sukses dan dapat

melawan kecemasan dalam dirinya guna peningkatan kemandiriannya serta

dapat mengatasi masalah.

Dari hasil penelitian pola asuh dan harga diri siswa SMP Negeri

yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan

kemandirian ini sejalan dengan teori Shanti (2002) menyimpulkan bahwa

Page 119: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

112

hubungan antara orang tua dengan anak tidak disertai dengan adanya

perhatian, toleransi, kasih sayang dan sikap orang tua yang selalu menerima

keinginan anak, dapat menciptakan situasi harmonis yang akan

memperlancar pembentukan peningkatan harga diri dan sikap mandiri pada

anak.

5.2.2 Implikasi Terapan

Mengacu pada hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan

yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian, adanya

hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian, dan adanya

hubungan secara signifikan antara pola asuh dan harga diri secara bersama-

sama dengan kemandirian siswa maka temuan ini berimplikasi terapan

sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan pola pengasuhan, sebenarnya orang tua sedang

mempersiapkan atau mendampingi anak untuk berkembang ke arah

kedewasaan, yang dicirikan pada kemandirian. Dengan memainkan

peran pola asuh demokratis, orang tua sangat efektif membantu anak-

anaknya dengan seni menyatu antara kehangatan dan kontrol

disesuaikan tingkat kemampuan anak. Untuk mengetahui tingkat

kemampuan anak, dalam teori perkembangan anak menyatakan bahwa

secara fisik, jiwani, rohani, dan sosial perkembangan anak mengikuti

pola tertentu. Namun karena berbagai faktor pengaruh lain terdapat

variasi perkembangan dan variasi perkembangan yang menyertai

bertambah umur anak-anaknya. Untuk itu dalam memainkan seni

Page 120: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

113

menyatu kuantitas antara kehangatan dan kontrol harus disesuaikan

dengan tingkat perkembangan yang sedang berlaku. Orang tua

sebaiknya jangan melepas kontrol dan memberi kepercayaan yang lebih

besar jika kemampuan anak belum memadai untuk menerima

kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol yang ketat jika

kemampuan anak telah memadai untuk menerima kepercayaan itu. Jadi

dengan pengasuhan pola demokratis maka anak dapat mengembangkan

harga diri dan akhirnya dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam

seluruh kehidupannya.

2. Dari tabel 4.4. diperoleh bahwa harga diri anak berada pada kategori

tinggi (38,21%) dan dapat ditingkatkan menjadi kategori sangat tinggi.

Oleh sebab itu diharapkan agar orang tua memberi kesempatan pada

anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar

mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang

dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya

tanpa campur tangan orang lain dan akhirnya dapat hidup lebih

mandiri.

5.2.3 Implikasi Penelitian Lanjutan

Mencermati hasil penelitian ini maka temuan penelitian termasuk

penelitian baru. Sehingga peneliti hanya baru bisa meneliti hal-hal yang

mudah dilihat dan diukur. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu

dan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu, perlu peneliti lanjutan dengan

lebih mengupas secara detail per sub variabel baik pada variabel pola asuh

Page 121: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

114

dan herga diri maupun kemandirian yang terfokus pada belajar.

Harapannya bisa menjadi pertimbangan baik pada orang tua, masyarakat

maupun pihak sekolah sehingga anak mendapat pelayanan yang benar dan

lebih mandiri dalam mencapai kehidupannya.

5.3 Saran

Dalam menjalankan pola pengasuhan, sebenarnya orang tua sedang

mempersiapkan atau mendampingi anak untuk berkembang ke arah kedewasaan,

yang dicirikan pada kemandirian. Dengan memainkan peran pola asuh

demokratis, orang tua sangat efektif membantu anak-anaknya dengan suatu seni

menyatu antara kehangatan dan kontrol disesuaikan tingkat kemampuan anak.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan anak, teori perkembangan anak

menyatakan bahwa secara fisik, jiwani, rohani, dan social perkembangan anak

mengikuti pola tertentu. Namun karena berbagai faktor pengaruh lain terdapat

variasi perkembangan dan ada variasi perkembangan yang menyertai bertambah

umur anak-anaknya. Untuk itu dalam memainkan seni menyatu kuantitas antara

kehangatan dan kontrol harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan yang

sedang berlaku. Orang tua sebaiknya jangan melepas kontrol dan memberi

kepercayaan yang lebih besar jika kemampuan anak belum memadai untuk

menerima kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol yang ketat jika

kemampuan anak sudah memadai untuk menerima kepercayaan itu. Jadi dengan

pengasuhan pola demokratis maka anak dapat mengembangkan harga diri dan

akhirnya dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam seluruh aspek

kehidupannya.

Page 122: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

115

SKALA POLA ASUH ORANG TUA

NO Peryataan SS S 1 Bila saya akan pergi piknik, orang tua tidak membantu menyiapkan perlengkapan. 2 Bila saya ingin memiliki sepeda motor/hp orangtua tidak akan memenuhi 3 Bila saya tidak naik kelas orang tua akan memarahi saya 4 Bila orang tua menyuruh saya mengerjakan sesuatu, sedangkan waktu itu saya sedang mengerjakan pekerjaan saya sendiri

orang tua tidak mau peduli terhadap pekerjaan saya.

5 Dalam banyak hal orang tua selalu menuntut di luar kemam puan saya. 6 Dalam mengemukakan pendapat hasil akhir ditangan orang tua 7 Untuk pekerjaan di dapur saya harus melakukan semuanya 8 Dalam menemukan warna dan model baju harus sesuai keinginan orang tua 9 Terhadap kegiatan yang saya ikuti orang tua selalu menuntut saya berprestasi

10 Ketika saya masih kecil bila ada pesta perkawinan orang tua mengharuskan saya untuk ikut

11 Orang tua yang menentukan siap teman saya yang layak untuk bermain

12 Bila saya ingin bermain dengan teman orang tua melarang dan memarahi saya

13 Dalam berprestasi, orang tua menghendaki saya mencapai prestasi setinggi-tingginya

14 Dalam banyak hal orang tua selalu menuntut di luar kemam puan saya

15 Saya tidak boleh memotong pembicaraan bila orang tua sedang berbicara

16 Dalam hal berprestasi orang tua menghendaki saya mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.

17 Bila saya mengambil sesuatu dan tidak mengembalikan pada tempatnya orang tua langsung menghukum saya.

18 Bila saya disuruh mengerjakan sesuatu tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan orang tua maka orang tua akan marah

19 Bila saya melunturkan baju orang tua saya dituduh sengaja

Page 123: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

116

melakukan dan pasti dihukum 20 Bila saya menghabiskan waktu libur sekolah selama satu minggu orang tua tidak peduli

22 Bila ada teman saya yang merayakan ulang tahun/syukuran saya boleh datang meskipun pesta diadakan sampai larut malam.

23 Bila saya menghilangkan barang berharga, orang tua tidak peduli

24 Bila saya terlambat pulang sekolah, orang tua diam saja 25 Bila saya memecahkan kaca jendela orang tua diam saja 26 Dalam hal teman bergaul orang tua tidak peduli

27 Bila orang tua tahu saya tidak menghabiskan makan orang tua tidak mengingatkan saya.

28 Bila saya lalai mengerjakan tugas rutin orang tua tidak mengi ngatkan.

29 Setiap selesai makan saya tidak harus mencuci perlengkapan makan

30 Dalam keluarga ada pembagian tugas, saya tidak selalu memperoleh tugas

31 Terhadap harapan dan cita-cita saya, orang tua tidak peduli 32 Bila saya menemui kesulitan dalam melengkapi peralatan

sekolah orang tua tidak peduli.

33 Bila saya diperlakukan tidak adil oleh teman orang tua

tidak ikut mencari penyelesaian

34 Bila saya ada kesulitan dalam mengerjakan tugas dari sekolah orang tua tidak mau membantu kesulitan saya.

35 Bila ada orang minta sumbangan ke rumah orang tua tidak mau peduli hal itu terserah pada saya.

36 Bila saya sedih orang tua tetap membiarkan saya sedih 37 Bila ada teman yang bermain di rumah, tapi sikapnya tidak sopan maka orang tua melarang saya untuk tidak bergaul

38 Pada waktu liburan sekolah orang tua memberikan kebebas

an sepenuhnya pada saya untuk menentukan acara.

39 Terhadap acara perkemahan yang diadakan di sekolah

saya menentukan ikut atau tidak tapi sepengetahuan

orang tua

Page 124: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

117

40 Bila saya mendapat teman baru tapi teman tersebut kurang baik orang tua memberi nasehat agar saya berhati-hati dalam bergaul dengannya.

41 Bila saya membutuhkan bantuan, orang tua mau membantu SS S

42 Bila saya mau berangkat kerja bakti, semua perlengkapan kerja bakti disiapkan oleh orang tua

43 Bila saya sedang belajar untuk ulangan besok hari orang tua akan mengontrol jam belajar saya.

44 Bila saya ingkar janji dengan orang tua saya, maka orang tua akan menanyakan alasan saya dan memperingatkan agar lain kali saya lebih tepat janji.

45 Bila saya mengikuti lomba semua keperluan disiapkan oleh orang tua

46 Bila saya menjuarai suatu lomba orang tua akan sangat bangga, sehingga mengabulkan semua keinginan saya.

47 Bila saya menjadi juara kelas orang tua akan bangga dan tetap memberikan semangat.

48 Dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah orang tua mendorong saya berprestasi, jenis kegiatan saya yang

49 Bila saya melanggar peraturan di rumah, orang tua memberi kan hukuman yang ringan agar saya tidak mengulang lagi.

50 Bila nilai rapot saya baik saya mendapat pujian/ hadiah dari orang tua

51 Bila saya dapat menyelesaikan tugas di rumah dengan baik orang tua memuji saya.

52 Bila saya dapat membantu ibu berbelanja, ibu memberi sedikit memberi uang jajan

53 Bila saya menghilangkan barang milik teman orang tua akan segera mengganti.

54 Segala permasalahan yang ada di rumah orang tua selalu mem bicarakan bersama-sama.

55 Saya sering menceritakan permasalahan saya kepada orang tua memuji saya.

56 Bila saya bertengkar dengan saudara saya, orang tua mena nyakan alasan dari pertengkaran.

Page 125: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

118

SKALA PENGUKURAN

SISWA SMP NEGERI 2 PABELAN Dalam kesibukan belajar anda saat ini, kami meminta sedikit waktu dan kesedian anda untuk mengisi daftar pernyataan ini. Hasil penelitian ini akan kami gunakan untuk keperluan penulisan tesis dan tidak ada hubungannya dengan nilai rapot anda. Oleh sebab itu dimohon kesediannya untuk menjawab setiap pernyataan yang ada dengan jujur sesuai dengan keadaan saat ini. Kesungguhan dan kejujuran anak-anak dalam mengisi angket ini sangat saya harapkan dan merupakan bantuan yang tak ternilai harganya bagi tercapainya tujuan penelitian ini. Seluruh informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaan nya dan tidak berpengaruh negatif terhadap pengsisi angket ini dan isntansi terkait. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih Nama Siswa : Jenis kelamin :L/P * Kelas : PETUNJUK DALAM MENGERJAKAN

1 Bacalah semua pernyataan dengan seksama, kemudian anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan tersebut secara jujur dengan memberi centhang (V) pada kolom jawaban yang tersedia untuk skala kemandirian dan pola asuh ada 4(empat) kemungkinan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS); Setuju (S); Tidak Setuju (TS); Sangat Tidak Setuju (STS), sedangkan untuk harga diri jawabannya Ya atau Tidak

2 Setiap anak mempunyai jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kenyataan yang anak-anak alami.

3 Jika anda terlanjur menyilang sebuah jawaban yang sebenarnya tidak kalian kehendaki berilah tanda (=) pada kolom yang anda anggap salah tersebut, kemudian centhanglah pada kolom yang anda anggap paling sesuai.

* SELAMAT MENGERJAKAN *

Page 126: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

119

ANGKET KEMANDIRIAN, POLA ASUH DAN HARGA DIRI

SISWA SMP NEGERI PABELAN

PETUNJUK

1 Bacalah pernyataan di bawah ini dengan seksama kemudian pilihlah atau beri tanda cek (v)

salah satu dari 2 (dua) pilihan jawaban yang tersedia yaitu:

Ya : bila jawaban itu cocok/sesuai dengan keadaan diri anda

Tdk : bila jawaban itu tidakcocok/ tidak sesuai dengan keadaan diri anda

2 Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan keadaan diri anda, bukan dengan

apa yang seharusnya.

3 Identitas dan jawaban anda terjamin kerahasiannya

4 Dalam Skala ini tidak perlu takut salah, karena setiap jawaban dapat diterima

5 Setelah selesai mengerjakan, periksalah kembali apakah ada pernyataan yang belum diisi.

Kelas :

No Absen :

1. ANGKET KEMANDIRIAN NO Pernyataan Ya Tdk

1 Saya menyelesaikan tugas tepat waktu

2 Tanpa bantuan orang lain saya tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik

3 Saya aktif dalam kegiatan ibadah

4 Saya melaksanakan tugas/kewajiban dengan kesadaran diri sendiri

5 Saya lebih suka menyerahkan pekerjaan saya kepada orang lain 6 Saya takut mengakui kesalahan saya pada orang lain

7 Saya berani menerima akibat positif maupun negatif dari perbuatan saya

8 Saya sedang berjuang mencapai cita-cita 9 Saya berani menempuh resiko untuk mewujudkan cita-cita saya 10 Saya suka melempar kesalahan saya kepada orang lain 11 Saya mudah putus asa 12 Bila ada tugas dari sekolah saya langsung mengerjakan

13 Saya sering mengajukan usul atau pendapat dalam kelompok/ pertemuan rapat

14 Saya suka coba-mencoba dalam menyelasaikan masalah 15 Saya suka melakukan percobaan berbagai bidang 16 Saya suka meniru pekerjaan orang lain

17 Saya ada rasa dendam terhadap teman yang menyakiti hati saya

18 Bila perasaan saya tersinggung saya langsung marah 19

Saya sering berhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain

Page 127: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

120

20 Sebelum bertindak saya sering mempertimbangkan akibat yang timbul dari tindakan saya

21 Setiap hari saya mewajibkan diri saya untuk belajar 22 Saya tahu apa yang harus saya lakukan 23 Saya mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah saya. 24 Saya tahu, saya dapat mengerjakan tugas-tugas saya sendiri. 25 Menurut saya, hasil kerja saya sudah baik

26 Saya lebih senang mengikuti saran orang lain daripada melakukan ide saya sendiri

27 Saya tetap tenang walaupun berbeda pendapat dengan orang lain.

28 Saya suka menggunakan waktu luang untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat

29 Saya tidak suka dikritik

30 Bila jawaban ulangan saya berbeda dengan teman, saya akan menggantikannya

31 Saya memiliki pendirian yang kuat 32 Saya berusaha menjadi pemenang dalam setiap kegiatan 33 Saya aktif mengikuti kegiatan remaja masjid/karang taruna

2. ANGKET POLA ASUH

NO Pernyataan Ya Tdk

1 Bila anak menghilangkan barang berharga orang tua diam saja 2 Bila saya pulang tidak tepat waktu orang tua tidak marah

3 Bila saya ingin mengubah letak perabot di rumah, orang tua tidak keberatan bila memang ide saya lebih baik.

4 Saya sering bertukar pikiran dengan orang tua dan saudara saya

5 Saya sering mendiskusikan permasalahan dengan orang tua

6 Orang tua mengharuskan saya aktif dalam kegiatan karang taruna/ remaja masjid

7 Bila saya tidak belajar , orang tua diam saja 8 Saya bebas berperilaku sesuai keinginan saya

9 Jika saya melakukan kesalahan orang tua tidak pernah memarahi saya

10 Orang tua jarang berkomunikasi dengan saya 11 Orang tua menyetujui apa saja yang saya kerjakan

12 Saya diberi kekebasan penuh oleh orang tua dalam melakukan apa saja

13 Saya diberi kesempatan oleh orang tua mengemukakan pendapat dalam

bermusyawarah

14 Dalam memutuskan sesuatu, saya diajak orang tua untuk diskusi

15 Orang tua mengijinkan penuh saya berpacaran 16 Bila saya coba-coba merokok orang tua diam saja

17 Bila saya tidak berangkat jumatan/ ke gereja orang tua tidak memarahi saya

18 Orang tua sangat peduli terhadap harapan dan cita-cita saya 19 Dalam hal teman bergaul orang tuaku peduli

20 Setiap saat orang tuaku menanyakan bagaimana sekolahku saat ini

Page 128: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

121

21 Orang tua akan menegur bila saya tidak menghabiskan makanan yang saya ambil

22 Orang tua akan masa bodoh bila saya ada kesulitan dengan perlengkapan/ alat-alat

sekolah

23 Meskipun sedang ulangan orang tua tidak menuntut saya untuk belajar

24 Dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah orang tua menuntut saya berprestasi

25 Semua aturan dalam keluargaku yang menentukan orang tua

26 Jenis kegiatan, saya yang menentukan namun sepengetahuan orang tua

27 Dalam musyawarah keluarga, saya dimintai pendapat oleh orang tua

28 Bila ada kegiatan kerja bakti, orang tua tidak memaksaku mengikutinya

29 Pada saat liburan orang tua memberi kebebasan sepenuhnya pada saya untuk

menentukan acara

30 Orang tuaku mengajariku untuk menepati janji kepada siapa saja

31 Orang tuaku memenuhi kebutuhanku meskipun tidak saat ini

32 Apabila tugas rutin di rumah tidak beres orang tua memarahi saya

33 Bila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas orang tua membantu saya

34 Bila pulang sekolah terlambat orang tua memarahi saya 35 Bila saya gagal dalam sesuatu orang tua memarahi saya

36 Bila ada teman saya yang bermain ke rumah tidak sopan orang tua melarang saya

bergaul dengannya 37 Bila nilai rapot saya jelek pasti orang tua akan marah

38 Dalam menentukan warna dan model baju, harus sesuai keinginan orang tua saya

39 Sesibuk apapun orang tua menuntutku sholat berjamaah di masjid

40 Bila saya menjuarai kegiatan, orang tua mengabulkan permintaan saya

3. INVENTORI HARGA DIRI

NO Pernyataan Ya Tdk 1 Saya sering membayangkan diri saya sebagai orang lain

2 Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan sekelompok orang

3 Sekiranya mungkin, banyak hal dalam diri saya yang ingin saya ubah

4 Saya dapat mengambil keputusan tanpa banyak kesulitan 5 Orang senang dengan saya 6 Saya mudah jengkel bila berada di rumah 7 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk membiasakan diri

Page 129: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

122

dalam hal-hal yang baru 8 Saya populer diantara teman-teman sepergaulan

9 Saya merasa keluarga saya mengharapkan terlalu banyak dari diri saya

10 Saya merasa keluarga saya memahami perasaan saya 11 Saya mudah putus asa 12 Tidak menyenangkan menjadi orang seperti saya 13 Segalanya dalam kehidupan saya sangat sulit 14 Orang-orang biasanya mengikuti gagasan saya 15 Saya merasakan banyak kekurangan pada diri saya 16 Sudah beberapa kali saya mau meninggalkan rumah.

17 Saya merasa sering jengkel dengan pekerjaan yang saya lakukan

18 Penampilan saya tidak sebaik orang lain

19 Jika saya mempunyai gagasan yang ingin saya katakan saya biasanya

langsung mengatakannya

20 Saya merasa teman sepergaulan dan lingkungan dapat memahami saya

21 Saya merasa orang-orang lain lebih disukai daripada saya

22 Saya merasa seolah-olah teman saya memaksa untuk melakukan

sesuatu yang tidak saya senangi

23 Saya sering tidak yakin akan berhasil terhadap sesuatu yang saya lakukan

24 Biasanya saya tidak mudah terganggu dalam menghadapi hal-hal yang sepele

25 Saya tidak dapat diandalkan

Page 130: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

123

KEMANDIRIAN

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 28 2 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 15 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 21 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 23 6 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 17 7 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 19 8 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 15 9 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 21 10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 23 11 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 22 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 26 13 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 25 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 20 15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 26 17 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 28 20 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 16 21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 23 22 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 20 23 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 23 24 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25

Page 131: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

124

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 25 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 24 27 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 17 28 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 24 29 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 19 30 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 32 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 24 33 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 28 34 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 15 35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 26 36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 27 37 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 16 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 22 39 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 23 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 41 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 25 42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 30 43 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 26 44 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 45 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 24 46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 30 47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 25 48 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 22 49 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 18 50 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 24

Page 132: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

125

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 25 52 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 23 53 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 25 54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 21 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 32 56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 29 58 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 27 59 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 27 60 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 21 61 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 17 62 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 15 63 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26 64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 31 65 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 30 66 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 14 67 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25 68 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 21 69 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 23 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 30 71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 26 72 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 24 73 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 17 74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 76 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28

Page 133: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

126

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 77 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 24 78 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 18 79 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 27 80 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 29 81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 30 82 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 25 83 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 25 84 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26 85 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 24 86 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 23 87 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 25 88 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 31 89 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 20 90 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 91 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 29 92 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 25 93 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 26 94 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 25 95 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 29 96 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 16 97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 30 98 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 29 99 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 29

100 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 18 101 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 19 102 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 26

Page 134: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

127

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 103 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 22 104 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 19 105 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 21 106 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 21 107 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23 108 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 24 109 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27 110 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 23 111 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 31 112 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 27 113 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 18 114 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 27 115 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 21 116 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 117 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 30 118 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 29 119 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 29 120 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 22 121 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 28 122 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 26 123 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27

Page 135: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

128

POLA ASUH

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 14 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 25 3 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 19 4 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 22 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 16 6 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 19 7 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 12 8 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 9 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

10 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 21 11 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 27 12 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 26 13 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 17 14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 18 15 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21 16 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 22 17 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 18 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 22 19 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 24 20 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 19 21 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20 22 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 9 23 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 25 24 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 22 25 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 26 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26 27 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 20

Page 136: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

129

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 28 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 29 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 20 30 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 31 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 17 32 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 23 33 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 19 34 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 15 35 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 22 36 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 19 37 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 38 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 19 39 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 23 40 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 24 41 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 21 42 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 15 43 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 21 44 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 19 45 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 18 46 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 18 47 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 48 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 49 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 23 50 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 24 51 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 21 52 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 18 53 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 18 54 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20 55 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 20 56 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 15

Page 137: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

130

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 57 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 58 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 19 59 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 14 60 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 61 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 16 62 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 23 63 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 17 64 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 22 65 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 20 66 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15 67 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 22 68 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 21 69 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 19 70 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 20 71 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 19 72 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 22 73 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 24 74 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 20 75 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 20 76 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 25 77 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 23 78 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 23 79 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 23 80 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 28 81 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 25 82 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 25 83 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 84 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 23 85 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 17

Page 138: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

131

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 86 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 22 87 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16 88 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 23 89 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 16 90 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 26 91 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13 92 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 18 93 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 94 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 95 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 18 96 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 18 97 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 19 98 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 18 99 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 21

100 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 17 101 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 21 102 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 103 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 104 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 18 105 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 23 106 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 24 107 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 24 108 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 21 109 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 25 110 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 15 111 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 25 112 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26 113 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 20 114 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18

Page 139: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

132

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 115 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 21 116 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 21 117 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 20 118 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 20 119 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 20 120 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 22 121 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 22 122 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 25 123 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 21

Page 140: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

133

HARGA DIRI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total

1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 3 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 4 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 5 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16 6 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 13 7 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 15 8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 9 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 15 10 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 11 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 13 12 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 13 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 14 14 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 15 16 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 17 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 19 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 14 20 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 21 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 11 22 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 7 23 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 16 24 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 16

Page 141: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

134

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 25 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 17 26 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7 27 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 13 28 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15 29 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 13 30 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 17 31 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21 32 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 13 33 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 15 34 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 14 35 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21 36 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9 37 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 16 38 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 39 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 40 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 41 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 16 42 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 9 43 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 44 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17 45 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 15 46 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 15 47 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 16 48 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 14 49 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 12 50 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 15

Page 142: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

135

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 51 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 52 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 53 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 11 54 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 12 55 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 56 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17 57 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 19 58 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 19 59 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 60 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 11 61 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 8 62 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7 63 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 64 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 65 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 66 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 9 67 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 68 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 16 69 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 14 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 71 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 17 72 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 14 73 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 16 74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 76 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 18

Page 143: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

136

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 77 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 78 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 10 79 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 17 80 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6 81 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 82 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 21 83 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 14 84 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18 85 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 14 86 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 13 87 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 18 88 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 14 89 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 12 90 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 5 91 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 92 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 93 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 94 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 9 95 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 9 96 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 9 97 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 14 98 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22 99 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 16

100 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 16 101 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 13 102 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 16

Page 144: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

137

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 103 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 13 104 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 105 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 12 106 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 107 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 108 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 14 109 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 110 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 13 111 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 112 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 113 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 10 114 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 115 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 116 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15 117 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 118 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 119 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 120 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 121 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 122 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 123 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 16

Page 145: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

138

TRY OUT POLA ASUH

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 21.9063 36.6038 .4552 .8141 VAR00002 21.7188 36.2732 .3345 .8156 VAR00003 21.9063 39.8942 -.4435 .8314 VAR00004 21.0938 37.5071 .2006 .8192 VAR00005 21.5938 35.5393 .4260 .8125 VAR00006 21.3750 35.4677 .4460 .8119 VAR00007 21.4375 35.9315 .3537 .8150 VAR00008 21.8438 36.8458 .2994 .8168 VAR00009 21.7188 35.6280 .4559 .8119 VAR00010 21.8750 36.8226 .3401 .8161 VAR00011 21.8750 37.0806 .2759 .8175 VAR00012 21.5625 35.8024 .3757 .8142 VAR00013 21.8438 37.0393 .2555 .8179 VAR00014 21.3125 35.1250 .5331 .8092 VAR00015 21.4375 36.3831 .2772 .8175 VAR00016 21.9063 37.2490 .2727 .8178 VAR00017 21.9375 36.5766 .5666 .8132 VAR00018 21.7500 36.5161 .3033 .8166 VAR00019 21.0313 37.7087 .2684 .8187 VAR00020 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00021 21.0938 36.7329 .4184 .8149 VAR00022 21.3125 36.8024 .2272 .8190 VAR00023 21.9063 36.2813 .5476 .8123 VAR00024 21.9375 38.7702 -.1659 .8251 VAR00025 21.9063 38.6683 -.1177 .8253 VAR00026 21.3125 37.3185 .1360 .8218 VAR00027 21.7813 36.7571 .2728 .8175 VAR00028 21.2500 36.0000 .4033 .8136 VAR00029 21.3125 36.6089 .2618 .8179 VAR00030 21.4063 36.6361 .2380 .8188 VAR00031 21.5313 36.1280 .3179 .8162 VAR00032 21.4375 36.5766 .2447 .8186 VAR00033 21.6875 36.1573 .3432 .8153 VAR00034 21.0938 36.9264 .3635 .8160 VAR00035 21.3125 36.7379 .2387 .8186 VAR00036 21.8438 39.6845 -.3223 .8316 VAR00037 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00038 21.0938 36.8619 .3818 .8156 VAR00039 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00040 21.4063 36.5716 .2489 .8185 VAR00041 21.1563 36.9103 .2847 .8172 VAR00042 21.1563 37.1038 .2409 .8183 VAR00043 21.7188 36.6603 .2628 .8178 VAR00044 21.1563 36.8458 .2994 .8168 VAR00045 21.2188 36.1119 .4030 .8138 Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 45 Alpha = .8207

Page 146: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

139

TRY OUT HARGA DIRI *****Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) VAR00001 13.0313 18.7409 .3428 .7508 VAR00002 13.0625 18.9637 .2965 .7537 VAR00003 12.5938 19.2813 .2883 .7544 VAR00004 13.0313 19.1925 .2339 .7577 VAR00005 12.6250 19.4032 .2332 .7572 VAR00006 12.8438 19.2974 .2012 .7599 VAR00007 12.9375 18.3831 .4146 .7459 VAR00008 13.2188 19.2087 .3097 .7533 VAR00009 12.9375 19.0927 .2466 .7570 VAR00010 12.9063 19.0554 .2546 .7565 VAR00011 12.8125 18.8669 .3060 .7531 VAR00012 12.7500 18.9677 .2955 .7538 VAR00013 12.7188 18.7893 .3506 .7504 VAR00014 13.0313 18.9990 .2802 .7547 VAR00015 13.2500 19.0968 .3752 .7504 VAR00016 12.5625 19.3508 .2944 .7543 VAR00017 12.8750 18.6935 .3403 .7509 VAR00018 13.0938 19.3780 .2033 .7593 VAR00019 12.9375 18.3831 .4146 .7459 VAR00020 12.7188 19.0474 .2855 .7544 VAR00021 12.9375 18.8992 .2918 .7541 VAR00022 12.7813 19.1442 .2454 .7569 VAR00023 12.8750 19.2097 .2196 .7587 VAR00024 12.5938 19.4748 .2316 .7573 VAR00025 12.6250 18.7581 .4145 .7474 Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 25 Alpha = .7615

Page 147: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

140

TRY OUT KEMANDIRIAN R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 30.6591 44.8346 .4540 .8655 VAR00002 29.9545 47.5793 -.0150 .8721 VAR00003 30.4773 44.5344 .4233 .8660 VAR00004 30.4318 45.5534 .2624 .8696 VAR00005 30.0000 46.2326 .2877 .8686 VAR00006 29.9545 46.0444 .4283 .8671 VAR00007 30.6364 46.7484 .1087 .8722 VAR00008 29.8864 47.5914 .0000 .8708 VAR00009 30.2955 44.3990 .4443 .8655 VAR00010 30.0227 44.9530 .5409 .8645 VAR00011 29.9773 46.1158 .3522 .8678 VAR00012 30.1136 46.2891 .1946 .8704 VAR00013 30.1136 46.4286 .1702 .8709 VAR00014 29.9545 45.9514 .4556 .8668 VAR00015 30.1136 44.2426 .5620 .8634 VAR00016 30.1591 45.4392 .3209 .8681 VAR00017 30.7273 45.9704 .2958 .8684 VAR00018 30.5000 43.9767 .5162 .8638 VAR00019 30.0682 46.2511 .2239 .8697 VAR00020 30.1818 44.6638 .4401 .8656 VAR00021 30.2955 44.2595 .4661 .8650 VAR00022 30.2727 43.5053 .5915 .8621 VAR00023 30.4545 44.8584 .3698 .8672 VAR00024 29.9318 46.9952 .1910 .8698 VAR00025 29.9318 46.3441 .4193 .8676 VAR00026 30.0455 45.0211 .4901 .8652 VAR00027 30.4318 44.4371 .4319 .8658 VAR00028 30.0909 46.7822 .1151 .8718 VAR00029 29.9318 46.7627 .2722 .8690 VAR00030 29.9773 46.9995 .1273 .8707 VAR00031 30.0455 45.3002 .4326 .8661 VAR00032 30.4091 45.6892 .2411 .8701 VAR00033 30.1136 46.3356 .1865 .8706 VAR00034 30.6136 45.2193 .3580 .8673 VAR00035 30.1136 44.4752 .5194 .8642 VAR00036 30.0000 45.9070 .3635 .8675 VAR00037 30.0227 46.7669 .1483 .8707 VAR00038 29.9318 47.2743 .0941 .8707 VAR00039 30.1364 44.9577 .4157 .8662 VAR00040 30.3409 45.7183 .2378 .8702 VAR00041 30.0682 44.9022 .4852 .8651 VAR00042 30.2955 43.4688 .5909 .8621 VAR00043 30.0909 45.1078 .4228 .8661 VAR00044 30.3409 45.0671 .3358 .8680 Reliability Coefficients N of Cases = 44.0 N of Items = 44 Alpha = .8703

Page 148: HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL ORANGTUANYA DAN ...lib.unnes.ac.id/16919/1/1103506087.pdf · adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai pemberi teladan

141