hubungan strategi komunikasi penyuluh pertanian...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI
PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI JAHE
-
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipt atau pemegang hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf e, dan/atau hurufg untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
-
HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI JAHE
Bagus Ade Tegar Prabawa
2020
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian
Dengan Perilaku Petani Jahe Subak Sarwa Ada
Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar
Bagus Ade Tegar Prabawa
Kategori: Pertanian
Desain cover & tata letak isi | Yogi Astra
Versi digital | Nindy Widiastuti
Editor: Dr. Ni Komang Sutriyanti, S.Ag., M.Pd.H
14,8 X 21 cm
Cetakan pertama : April 2020
Tersedia di Google Play Books mulai April 2020
ISBN : 978-623-7352-36-5
Hak Cipta © 2020 pada penulis.
Dilarang menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dterbitkan oleh
NILACAKRATM
Angota IKAPI (no. 023/BAI/2019)
JL. Raya Darmasaba-Lukluk,
Badung, Bali 80352. Telp : (0361) 424612
Website : www.penerbitbali.com
E-mail : [email protected]
Instagram : @penerbit_nilacaka
http://www.penerbitbali.com/mailto:[email protected]
-
v
Om Swastyastu
Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Asung Kertha Wara Nugraha-Nya penulis dapat menye-
lesaikan buku yang berjudul, “Hubungan Strategi Komu-
nikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabu-
paten Gianyar”. Melalui kesempataan ini penulis mengu-
capkan terima kasih sedalam-dalamnya kepad:
1. Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, selaku
Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
yang memberikan fasilitas dan pelayanan yang pri-
ma, arahan, dan kebijakan sehingga tesis ini bisa
terwujud.
2. Prof. Dr. Dra. Relin D.E, M.Ag, selaku Direktur Pro-
gram Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri
Denpasar atas motivasi dan kemudahan yang
diberikan selama mengikuti proses pendidikan dan
perkuliahan.
3. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag., M.Hum, selaku
Wakil Direktur Program Pascasarjana Institut Hindu
-
vi
Dharma Negeri Denpasar atas motivasi dan kemu-
dahan yang diberikan selama mengikuti proses
pendidikan dan perkuliahan.
4. Dr. I Gede Sutarya, SST.Par., M.Ag, selaku Ketua Pro-
gram Studi Ilmu Komunikasi Hindu pada Program
Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Den-
pasar atas motivasi dan kemudahan yang diberikan
selama mengikuti proses pendidikan dan perku-
liahan.
5. Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos., M.Si se-
laku Pembimbing I dan Sekretaris Program Studi
Ilmu Komunikasi Hindu pada Program Pascasarjana
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan selama ini.
6. Dr. Drs. I Nengah Lestawi, M.Si selaku Pembimbing
II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan
selama ini.
Buku ini merupakan hasil penelitian penulis yang be-
rupa Tesis sebagai syarat dalam menempuh strata 2 di
Ilmu Komunikasi Hindu Program Pascasarjana IHDN Den-
pasar. Penulis menyadari bahwa buku ini sangat jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis
memohon saran dan kritik yang membangun demi kesem-
purnaan buku ini.
Om shanti, shanti, shanti Om
-
vii
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Konsep 7
1.2.1 Komunikasi 7 1.2.1.1 Proses Komunikasi 8 1.2.1.2 Karakteristik Komunikasi 9 1.2.1.3 Tujuan Komunikasi 10 1.2.1.4 Fungsi Komunikasi 10 1.2.2 Strategi Komunikasi 11 1.2.2.1 Penerapan Strategi Komunikasi 13 1.2.3 Penyuluh Pertanian 18 1.2.4 Perilaku Petani 20 1.2.5 Sistem Subak 23 1.2.5.1 Pengertian Subak 23 1.2.5.2 Struktur Organisasi Subak 25 1.2.5.3 Fungsi Subak 26 1.2.5.4 Aspek Sosial Subak 29
1.3 Teori 33 1.3.1 Teori Difusi Inovasi 34 1.3.2 Teori S-O-R 34
1.4 Model Penelitian 35 1.5 Populasi dan Sampel Penelitian 37 1.6 Metode Pengumpulan Data 38
-
viii
1.7 Variabel Penelitian 39 1.8 Metode Analisis Data 40
BAB II GAMBARAN UMUMDAERAH
PENELITIAN 51 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51
2.1.1 Luas Wilayah dan Topografi Desa Taro 52 2.1.2 Orbitasi Wilayah Desa Taro 53 2.1.3 Iklim Wilayah Desa Taro 54 2.1.4 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan
Desa Taro 54 2.1.5 Kondisi Ekonomi di Desa Taro 55 2.1.6 Jumlah dan Komposisi Penduduk Desa Taro 56 2.1.7 Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk
Desa Taro 57 2.1.8 Pendidikan Penduduk Desa Taro 58
2.2 Karakteristik Responden 60 2.3 Subak Sarwa Ada 66
2.3.1 Upacara Keagamaan 67 2.3.2 Struktur Organisasi Subak Sarwa Ada 70
BAB III STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH
PERTANIAN 77 3.1 Teknik Komunikasi 77
3.1.1 Cara Penyampaian Materi 78 3.1.2 Teknik Penyampaian Materi 80 3.1.3 Bahasa yang digunakan oleh Penyuluh
Pertanian 82 3.2 Pendekatan Kepada Sasaran 83
3.2.1 Keaktifan Penyuluh Pertanian 84 3.2.2 Frekuensi Kehadiran Penyuluh Pertanian 85
-
ix
3.2.3 Kedekatan Penyuluh Pertanian dengan Petani Jahe 86
3.3 Saluran Komunikasi 88 3.3.1 Penyapaian Materi dengan Perorangan atau
Kelompok 89 3.3.2 Melibatkan Petai dalam Penyusunan Materi 90 3.3.3 Perubahan dalam Cara Berusahatani Petani 93
3.4 Materi 94 3.4.1 Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan
Petani 96 3.4.2 Jenis Materi yang disampaikan Penyuluh
Pertanian 97 3.4.3 Materi tentang Pedewasan dan Upacara
Keagamaan 102 BAB IV PERILAKU PETANI JAHE 109
4.1 Pengetahuan Petani Jahe 109 4.1.1 Pengetahuan Petani dalam Persemaian 110 4.1.2 Pengetahuan Petani dalam Pengolahan
Tanah 111 4.1.3 Pengetahuan Petani dalam Penanaman 112 4.1.4 Pengetahuan Petani dalam Pemupukan 112 4.1.5 Pengetahuan Petani dalam Pengendalian Hama
dan Penyakit 113 4.1.6 Pengetahuan Petani dalam Panen 113 4.1.7 Pengetahuan Petani dalam Pedewasan dan
Upacara Keagamaan 114 4.2 Sikap Petani 115
4.2.1 Sikap Petani dalam Persemaian 117 4.2.2 Sikap Petani dalam Pengolahan Tanah 117 4.2.3 Sikap Petani dalam Penanaman 118
-
x
4.2.4 Sikap Petani dalam Pemupukan 118 4.2.5 Sikap Petani dalam Pengendalian Hama dan
Penyakit 119 4.2.6 Sikap Petani dalam Panen 119 4.2.7 Sikap Petani dalam Pedewasan dan Upacara
Keagamaan 120 4.3 Keterampilan Petani 121
4.3.1 Keterampilan Petani dalam Persemaian 122 4.3.2 Keterampilan Petani dalam Pengolahan
Tanah 123 4.3.3 Keterampilan Petani dalam Penanaman 123 4.3.4 Keterampilan Petani dalam Pemupukan 124 4.3.5 Keterampilan Petani dalan Pengendalian
Hama dan Penyakit 125 4.3.6 Keterampilan Petani dalam Pemanenan 125 4.3.7 Keterampilan Petani dalam Pedewasan dan
Upacara Keagamaan 125 BAB V HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI
PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI 131
5.1 Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian terhadap Perilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada 131
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 135
6.1 Simpulan 135 6.2 Saran 136
-
xi
DAFTAR PUSTAKA 139 LAMPIRAN 147 TENTANG PENULIS 153 PROFIL EDITOR 154
-
xii
-
Pendahuluan
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas
penduduk berprofesi sebagai petani sebesar 31,86 % dari
total keseluruhan penduduk Indonesia dan sektor perta-
nian memegang peranan penting dalam perekonomian
nasional. Hal ini terlihat dari penduduk Indonesia yang
sebagian produk nasional bersumber dari pertanian, men-
cakup pertanian secara luas, pertanian rakyat, kehutanan,
perikanan, peternakan dan perkebunan. Subsektor per-
kebunan merupakan salah satu subsektor dari sektor per-
tanian yang dapat meningkatkan devisa negara (BPS, 2017
: 87). Komoditas yang termasuk komoditas subsekor per-
kebunan yang memiliki prospek pengembangan yang baik
adalah tanaman jahe (Zingiber Oflnule). Data Depatermen
Perdagangan Republik Indonesia menunjukkan volume
eksport jahe dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Selama periode tahun 2016 s.d. tahun 2017, rata-rata vo-
BAB I
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
2
lume ekspor jahe mengalami peningkatan 1,55% per ta-
hun, lebih tinggi dari rata-rata peningkatan volume ekspor
kopi yang hanya 1,25% per tahun (Depag, 2017: 66). Pe-
ningkatatan jumlah produksi jahe di Indonesia dipenga-
ruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat terhadap ja-
he, peningkatan konsumsi jahe Indonesia cenderung fluk-
tuatif dengan rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi
yaitu 123,37% per tahun (Kementrian Pertanian, 2016 : 55).
Data terinci mengenai pertumbuhan produksi jahe di In-
donesia tahun 2011 s.d. tahun 2015 dapat dilihat pada
lampiran 1.
Pada lampiran 1 dapat dijelaskan bahwa budidaya ta-
man jahe Indonesia tersebar di 34 provinsi, pada tahun
2015 Provinsi Jawa Timur merupakan produksi tertinggi
yaitu 77.541.345 kg, sedangkan pertumbuhan produksi
jahe di Indonesia periode 2011 s.d. 2015 tertinggi berada
di Provinsi Bali yaitu 197,47%. Menurut Badan Pusat Sta-
tistik Provinsi Bali (2017), menunjukkan produksi jahe Bali
pada tahun 2017 sebesar 1.935.658 kg dan dapat diketahui
bahwa Kabupaten Gianyar berkontribusi paling tinggi yai-
tu 51,36% dari total produksi jahe di Bali. Produksi terbesar
kedua adalah Kabupaten Karangasem, yaitu 18,41% dan
sisanya tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, dan Jem-
brana. Data terinci mengenai produksi jahe di Provinsi Bali
tahun 2014 s.d. 2017 dapat dilihat pada lampiran 2.
Pada lampiran 2 dapat dijelaskan bahwa produksi jahe
di Kabupaten Gianyar dari tahun 2014 s.d. 2017 mengalami
penurunan jumlah produksi. Produksi jahe pada tahun
2014 sebesar 1.401.476 kg, pada tahun 2015 mengalami
-
Pendahuluan
3
penurunan menjadi 1.102.056 kg, pada tahun 2016 me-
ngalami penurunan menjadi 1.027.638, dan pada tahun
2017 mengalami penurunan menjadi 946.220 kg. Produksi
jahe di Kabupaten Gianyar harusnya dapat ditingkatkan,
karena Kabupaten Gianyar memiliki potensi dan agrokli-
mat yang sesuai untuk budidaya tanaman jahe.
Menurut Setyaningrum dan Saparinto (2013: 25), me-
ngungkapkan tanaman jahe menghendaki daerah dengan
ketinggian 300 s.d 900 m dpl dengan suhu berkisar 25° s.d
30°C, tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 s.d
7,4 dan arealnya sedikit ternaungi hingga terbuka. Ber-
dasarkan syarat tumbuh tersebut, dari tujuh kecamatan di
Kabupaten Gianyar, Kecamatan Tegallalang memiliki ag-
roklimat yang paling sesuai untuk perkebunan jahe. Hal ini
juga sejalan dengan data Statistik Pertanian, Perkebunan
dan Perikanan Kabupaten Gianyar produksi jahe di Kabu-
paten Gianyar pada tahun 2016 yaitu 72,8% dihasilkan di
Kecamatan Tegallalang (BPS Gianyar, 2017: 154).
Salah satu kawasan budidaya jahe di Kecamatan Tegal-
lalang yaitu di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Subak adalah organisasi
sosial masyarakat Bali yang mengatur sistem pengairan
atau irigasi sawah di pulau Bali. Subak merupakan sistem
irigasi tradisional pertanian yang hanya ada di Bali, di mana
sawah dibangun dalam susunan terasering. Subak meru-
pakan sinergi tata sosial religius masyarakat Bali, karena
subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Ulun-
carik, atau Pura Bedugul.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
4
Organisasi pengairan tradisional atau subak sudah
menjadi bagian dari unsur seni dan budaya yang diwa-
riskan secara turun temurun oleh masyarakat di Bali, sistem
pengairan tradisional pertanian atau subak di Bali, dinilai
terbaik diantara sistem pertanian lainnya di Indonesia. Se-
lain tata sosial religius bagi masyarakat Bali, juga menim-
bulkan panorama indah alam persawahan. Sebagaimana
halnya dengan berbagai organisasi tradisional yang tum-
buh di Bali, subak juga berdasarkan atas filosofi Tri Hita
Karana. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan ma-
nusia akan dapat dicapai bila manusia mampu menjaga
keharmonisan hubungan antara tiga faktor dari Tri hita
karana, yaitu Parhyangan (unsur Ketuhanan), Pawongan
(manusia), dan Palemahan (unsur alam), (Windia 2006 : 47).
Subak Sarwa Ada merupakan daerah yang potensial untuk
budidaya tanaman jahe.
Subak Sarwa Ada merupakan daerah yang potensial
untuk budidaya tanaman jahe. Namun pada kenyataannya
tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor. Biasanya tanaman ini banyak tumbuh di
pekarangan rumah maupun di Kebun. Bahkan sekarang
tanaman jahe banyak dibudidayakan di daerah tegalan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Pekaseh subak Sar-
wa Ada bahwa petani belum memahami cara budidaya
jahe yang disampaikan Penyuluh Pertanian dalam membe-
rikan pembinaan tentang teknik budidaya tanaman jahe.
-
Pendahuluan
5
Menurut Ban dan Hawkins (2009: 76), tujuan penyu-
luhan pertanian adalah untuk meningkatkan cara beru-
sahatani yang baik dan menguntungkan, menaikkan taraf
kehidupan dan kesejahteraan petani, penanganan kegia-
tan penyuluhan pertanian akan melibatkan kegiatan pe-
nyuluh dan kegiatan masyarakat tani yang memerlukan
penyuluhan. Peranan penyuluh pertanian adalah mem-
bantu petani membentuk pendapat yang tepat dan mem-
buat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan
memberikan informasi yang mereka perlukan dan juga
dapat membantu petani menemukan mengembangkan
dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk meme-
cahkan masalah yang di hadapi oleh petani.
Keberhasilan penyuluhan bukan hanya ditentukan oleh
materi yang disampaikan saja. Bagaimana menyampaikan
materi penyuluhan itu kepada para petani memegang
peranan yang menentukan keberhasilan penyuluhan per-
tanian. Penyampaian materi penyuluhan ini biasanya dise-
but dengan metode penyuluhan.
Strategi komunikasi merupakan salah satu cara yang
digunakan penyuluh untuk menyampaikan penyuluhan
dengan berbagai macam cara sesuai dengan pendekatan
yang dilakukan. Secara umum berdasarkan pendekatanya
metode penyuluhan ini dapat dibedakan berdasarkan la-
ngsung tidaknya komunikasi yang dilakukan, berdasarkan
pendekatan kepada sasaranya.
Strategi komunikasi pembangunan akan berdampak
positif apabila tujuan program pembangunan dapat ter-
capai dan perubahan perilaku khalayak sasaran sebagai
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
6
tujuan akhir dapat diamati dan diukur. Pencapaian tujuan
tersebut, Purbathin (2008: 26) harus dicirikan dengan: (1)
timbulnya kesadaran masyarakat untuk memahami man-
faat inovasi, (2) perwujudan tindakan kongkret masyarakat
dalam bentuk mengadopsi inovasi tersebut, dan (3) tim-
bulnya sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai aki-
bat adopsi inovasi.
Berdasarkan program Balai Penyuluhan Pertanian, Peri-
kanan dan Kehutanan Kabupaten Gianyar diharapkan pe-
nyuluh pertanian mampu mendampingi dan memberikan
binaan tentang budidaya jahe. Penyuluh pertanian meng-
gunakan beberapa metode dalam melakukan aktifitas ko-
munikasinya kepada petani, seperti teknik komunikasi de-
ngan cara langsung kepada petani ataupun dengan cara
tidak langsung. Melalui pendekatan kepada sasaran agar
adanya perubahan dalam kegiatan usahatani jahe. Melalui
saluran dilakukan oleh penyuluh kepada petani melalui
kunjungan personal maupun kelompok, serta dengan ma-
teri yang disampaikan penyuluh berdasarkan kepada ke-
butuhan petani.
Penyuluhan pertanian yang dilakukan diharapkan da-
pat memberikan kontribusi yang nyata terhadap tujuan
pembangunan pertanian melalui penyebaran informasi
yang dilakukan oleh penyuluh, petugas lapangan dan mas-
yarakat pertanian. Dengan adanya informasi-informasi
yang diberikan oleh penyuluh pertanian akan merubah
cara pandang atau cara kerja petani jahe di Subak Sarwa
Ada Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
-
Pendahuluan
7
Strategi komunikasi penyuluh pertanian diharapkan mam-
pu mempengaruhi perilaku setiap petani dalam melakukan
usahatani jahe. Maka peneliti ingin meneliti “Hubungan
Strategi Komunikasi Penyuluhan Pertanian dengan Peril-
aku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
Tegalalang Kabupaten Gianyar”.
1.2 Konsep
1.2.1 Komunikasi
Kata komunikasi atau communication menurut Mul-
yana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
(2004: 41) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin
communis yang berarti “sama”, communico, communica-
tio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to
make common). Istilah yang paling sering disebut sebagai
asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-
kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut
secara sama.
Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi (20-
00: 9) Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris co-
mmunication berasal dari kata Latin communication, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna. Berdasakan uraian
definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia
karena manusia tidak mungkin dapat berinteraksi tanpa
berkomunikasi. Proses komunikasi pada hakekatnya dapat
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
8
disimpulkan sebagai proses informasi atau pesan oleh se-
seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) ba-
ik secara langsung maupun tidak langsung dengan meng-
gunakan media.
1.2.1.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi menurut Liliweri dalam bukunya
Wacana Komunikasi Organisasi (2004: 49) adalah “Proses
yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia
yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional, dida-
lamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan
pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima
dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks ter-
tentu”. Lebih lanjut Liliweri mengatakan bahwa proses ko-
munikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer
dan secara sekunder:
1) Proses komunikasi secara primer adalah proses pe-
nyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media.
2) Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.
Dalam hubungan dengan unsur komunikasi pembagi-
an dua tahap proses komunikasi ini membedakan peng-
gunaan media (in which channel) antara kedua proses
komunikasi. Pada proses komunikasi primer media yang
-
Pendahuluan
9
digunakan adalah lambang atau simbol sedangkan pada
proses komunikasi sekunder media yang digunakan ada
dua, yaitu lambang dan sarana alat.
1.2.1.2 Karakteristik Komunikasi
Liliweri dalam bukunya Wacana Komunikasi Organisasi
(2004: 56) Komunikasi memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Komunikasi adalah proses; Disebut proses karena
komunikasi merupakan aktivitas yang dinamis, akti-
vitas yang terus berlangsung secara berkesinam-
bungan sehingga dia terus mengalami perubahan.
2) Komunikasi adalah simbolis; Karena aktivitas berko-
munikasi menggunakan simbol-simbol bermakna
yang diubah kedalam kata-kata (verbal) untuk ditulis
dan diucapkan atau simbol nonverbal untuk dipe-
ragakan.
3) Komunikasi adalah kontekstual; Disebut berdimensi
kontekstual karena sifat komunikasi yang serba ru-
ang dan serba waktu.
4) Komunikasi adalah purposif; Karena yang dilakukan
berdasarkan tujuan tertentu, artinya orang berko-
munikasi untuk memenuhi kebutuhaan.
5) Komunikasi adalah proses dua arah; Kegiatan komu-
nikasi memang merupakan kegiatan mengirim atau
menerima pesan yang berlangsung dua arah namun
pada galibnya pesan sama sekali tidak berpindah,
yang berpindah adalah makna pesan tersebut.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
10
1.2.1.3 Tujuan Komunikasi
Komunikasi dibagi menjadi dua kategori yaitu kita ber-
komunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang pen-
ting bagi kebutuhan kita dan kita berkomunikasi untuk
menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.
dari definisi diatas dapat dijabarkan bahwa tujuan komuni-
kasi adalah utuk kebutuhan kita dan mempupuk hubu-
ngan dengan orang lain. Menurut Effendy (2003: 55) Tu-
juan komunikasi adalah:
1) Perubahan sikap, yaitu komunikan dapat merubah
sikap, setelah dilakukan suatu proses komunikasi.
2) Perubahan pendapat, yaitu perubahan pendapat
dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah
dan sudah berlangsung dan itu tergantung bagai-
mana komunikator menyampaikannya.
3) Perubahan perilaku, yaitu perubahan perilaku dapat
terjadi bilamana dalam suatu proses komunikasi
apa yang dikemukakan komunikator sesuai dengan
yang disampakainnya dan ini tergantung dari kre-
dibiltas komunikator itu sendiri
4) Perubahan sosial, yaitu perubahan yang terjadi da-
lam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan
lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.
1.2.1.4 Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi menurut Effendy (2003: 36) menge-
mukakan bahwa fungsi komunikasi adalah:
1) Menginformasikan (to inform). Memberikan infor-
masi kepada masyarakat, memberitahukan kepada
-
Pendahuluan
11
masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide
(pikiran dan tingkah laku orang lain), serta segala
sesuatu yang disampaikan orang lain.
2) Mendidik (to educated). Komunikasi merupakan sa-
rana pendidikan. Dengan komunikasi manusia da-
pat menyampaikan ide dan pikirannya kepada
orang lain, sehingga orang lain mendapatkan in-
formasi dan ilmu pengetahuan.
3) Menghibur (to entertain). Komunikasi selain bergu-
na untuk menyampaikan komunikasi. Pendidikan
dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyam-
paikan hiburan atau menghibur orang lain.
4) Mempengaruhi (to influnce). Fungsi mempernga-
ruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya
berusaha saling mempengaruhi jika pikiran komu-
nikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap
dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang
diharapkan.
1.2.2 Strategi Komunikasi
Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur pe-
laksanaan oprasi komunikasi agar berhasil. Strategi komu-
nikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (magement) untuk mencapai satu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai petajalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi
juga harus menunjukkan taktik oprasionalnya. Oleh kare-
nanya dari paparan secara teori diatas, agar komunikator
Pada saat berkomunikasi harus bisa membuat strategi
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
12
komunikasi terlebih dahulu agar pesan yang kita sam-
paikan bisa mencapai target komunikasi yang diinginkan.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
dalam bentuk simbol atau kode dari dari satu pihak kepada
yang lain dengan efek untuk mengubah sikap, atau tin-
dakan. Menurut Effendy, (2005: 32) komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh satu orang ke orang lain
untuk menginformasikan, mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, baik secara lisan (langsung) maupun tidak
langsung (melalui media).
Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah peren-
canaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai tujuan. Strategi komunikasi adalah tahapan kon-
kret dalam rangkaian aktifitas komunikasi yang berbasis
pada satuan teknik bagi pengimplemintasian tujuan ko-
muniasi, adapun teknik adalah satu pilihan tindakan ko-
munikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetap-
kan sebelumnya. Rencana yang meliputi metode, teknik,
dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan
faktor-faktor dari proses komunikasi guna kegiatan ope-
rasional dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran. Pada
hakekatnya adalah sebuah perencanaan dan manajemen
untuk mencapai sebuah tujuan. Seorang pakar perenca-
naan komunikasi Middleton membuat definisi dengan me-
nyatakan strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik
dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator,
pesan, saluran (media) penerima sampai pada pengaruh
(efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi
yang optimal (Cangara, 2013: 61).
-
Pendahuluan
13
Jadi strategi komunikasi merupakan keseluruan peren-
canaan, taktik dan cara yang dipergunakan untuk melan-
carkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan
aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Penyusunan strategi komunikasi diperlukan suatu pe-
mikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendu-
kung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam
strategi komunikasi diperhatikan komponen-komponen
komunikasi dan faktor pendukung atau penghambat pada
setiap komponen, diantaranya faktor kerangka refrensi,
faktor situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi,
tujuan pesan komunikasi, dan peranan komunikator dalam
komunikasi (Abidin, 2009: 116).
1.2.2.1 Penerapan Strategi Komunikasi
Menurut Soekartawi, (2004: 24) penerapan strategi ko-
munikasi yang baik dan berjalan dengan efektif tentunya
dipengaruhi beberapa faktor pendukung untuk mencapai
proses komunikasi yang efektif. Ketika penyuluh pertanian
menyampaikan informasi teknik atau teknologi budidaya
pertanian kepada petani, maka penyuluh yang bertindak
sebagai pemberi informasi haruslah mampu memberikan
pemahaman yang cukup kepada petani agar proses pe-
nyampaian pesan menjadi efektif. Penerapan strategi ko-
munikasi dapat dibagi sebagai berikut:
1) Teknik Komunikasi
Dalam setiap komunikasi diharapkan seorang ko-
munikan dapat menangkap pesan yang disampaikan
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
14
komunikator dengan baik. Supaya tidak terjadi ke
salah pahaman nantinya, juga dalam penyampaian
pesan seorang komunikator harus seefektif mungkin
dalam menyampaikan informasinya. Adapun keten-
tuan agar penyampaian pesan bisa efektif yaitu stra-
tegi pesan, pelaksanaan pesan, tone dan format pe-
san. Komunikasi akan dapat terjadi secara efektif
apabila sumber dan sasaran berada dalam suatu
sistem yang serupa. Misalnya bila si A berbicara ke-
pada si B (berkomunikasi), maka A dan B pada saat
itu ada dalam sistem yang sama. Bila A berbicara
dalam bahasa Indonesia, maka B yang diajak bicara
harus mengerti Bahasa Indonesia. Bila petani tidak
dapat berbahasa Indonesia dan hanya mengerti ba-
hasa daerah, maka penyuluh harus belajar menggu-
nakan bahasa daerah mereka (Cangara, 2013: 61).
Bila petani tidak dapat menulis dan membaca,
penyuluh harus menggunakan gambar atau lukisan-
lukisan atau lambang-lambang lainnya yang mudah
di mengerti oleh mereka yang dikomunikasikan ada-
lah arti (meaning), arti tersebut berada dalam diri
orang yang berkomunikasi yang diartikan oleh sum-
ber (pengirim) dalam suatu pesan (message) yang
disampaikan mungkin berbeda dari pada yang diar-
tikan oleh sasaran (penerima). Komunikasi dapat di-
katakan gagal bila arti yang terkandung dalam pesan
tidak diterima (ditangkap) oleh sasaran (penerima).
Arti (meaning) adalah penting baik bagi encoder
maupun decoder yang harus sampai pada sasaran
-
Pendahuluan
15
(penerima) adalah arti (meaning) dan bukan lam-
bang-lambang. Pesan (message) tidak lain adalah
kumpulan lambang-lambang yang mengandung arti
(Mardikanto, 1993: 49)
2) Pendekatan Kepada Sasaran
Menurut Pradiana dan Haryanto, (2011: 74-75)
pendekatan kepada sasaran merupakan target dalam
proses komunikasi adalah pelaku komunikasi yang
diusahakan untuk menerima informasi, ide-ide dan
anjuran-anjuran yang disampaikan oleh sumber, sa-
saran diharapkan dapat terjadi perubahan dan per-
baikan-perbaikan perilaku sebagai hasil dari proses
berkomunikasi dengan sumber. Jika pada sasaran
tidak tampak tanda-tanda perubahan, maka komu-
nikasi itu tidak berhasil. Dipandang dari segi sasaran
keberhasilan komunikasi dipengaruhi oleh keteram-
pilan, pengetahuan dan sikap mental yang dimili-
kinya. Disamping itu sistem sosial seperti adat-
istiadat, tradisi dan kebudayaan, misalnya bahasa
akan turut pula mempengaruhi keberhasilan komu-
nikasi, karena itu penyuluh harus mengenal sifat-sifat
sasarannya beserta sistem sosial dimana mereka
berada. Sasaran utama penyuluhan pertanian tidak
lain adalah petani beserta keluarganya yang hidup
dan berada pada masyarakat pedesaan yang memi-
likin ciri-ciri yang spesifik berbeda dengan masya-
rakat kota.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
16
3) Saluran
Menurut Pradiana dan Haryanto, (2011: 75-77)
saluran (channel) adalah jalan atau cara yang diper-
gunakan untuk menyampaikan pesan (message) ke-
pada sasaran. Saluran yang dipakai harus sesuai de-
ngan panca indera yang akan menangkapnya. Efek-
tivitas penggunaan saluran tergantung pada kepeka-
an indera yang digunakan. Indera mana yang akan
digunakan dan kelima indera (panca indera) yang ada
menentukan saluran apa yang akan digunakan. Da-
lam penyuluhan pertanian, saluran ini dapat mem-
bentuk kunjungan rumah, demonstrasi, perlombaan,
pertunjukan, kursus, latihan, pameran, darmawisata,
publikkasi, film, radio, televisi, dan lain-lain. Mem-
pergunakan kombinasi dari berbagai macam saluran
akan menambah kemungkinan proses komunikasi
dapat berhasil dengan baik, dalam arti bahwa pesan
yang disampaikan akan sampai dan dimengerti oleh
sasaran. Peranan media penyuluhan pertanian dapat
ditinjau dari berapa segi yakni proses komunikasi,
segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses
komunikasi, dan dari peranan media penyuluhan per-
tanian sebagai saluran komunikasi (channel) dalam
kegiatan penyuluhan pertanian. Beberapa fungsi me-
dia penyuluhan:
a) Menyalurkan pesan atau informasi dari sumber
atau komunikator kepada sasaran yakni petani dan
keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan
pesan dengan kebutuhannya.
-
Pendahuluan
17
b) Menyalurkan umpan balik (feed back) dari sasaran
atau komunikan kepada sumber atau komunikator
sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan atau pe-
ngembangan dalam penerapan teknologi selan-
jutnya.
c) Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat
dalam jangkauan yang luas, mengatasi keterba-
tasan ruang, waktu dan daya indra.
4) Materi
Keberhasilan penyuluhan bukan hanya ditentukan
oleh materi yang disampaikan saja. Bagaimana me-
nyampaikan materi penyuluhan itu kepada para pe-
tani memegang peranan yang menentukan keber-
hasilan penyuluhan pertanian. Penyampaian materi
penyuluhan ini biasanya disebut dengan metode pe-
nyuluhan. Secara singkat metode penyuluhan perta-
nian dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian
materi penyuluhan pertanian melalui mediakomu-
nikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluar-
ganya. Materi merupakan Pesan (amanat) adalah se-
gala apa yang disampaikan oleh sumber (penyuluhan
pertanian) kepada sasaran (petani beserta keluarga-
nya) untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya anju-
ran untuk memupuk tanaman jahe agar produksinya
meningkat. Isi pesan (message content) merupakan
materi dalam pesan yang dipilih oleh sumber untuk
mengungkapkan maksudnya. Perlu disadari bahwa
isi pesan yang tidak jelas akan sangat mempengaruhi
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
18
efektivitas komunikasi. Oleh karena itu penyuluh per-
tanian selaku sumber yang akan menyampaikan sua-
tu amanat tertentu kepada sasaran (petani dan ke-
luarganya) harus dapat memilih dan menentukan
lambang, isyarat atau sandi-sandi untuk mengung-
kapkan dan memberi arti kepada orang lain (Pradiana
dan Haryanto, 2011: 77-79).
1.2.3 Penyuluh Pertanian
Penyuluhan secara meluas yang digunakan oleh ber-
bagai kalangan berasal dari kata ”Extension”. Dalam Bahasa
Indonesia istilah penyuluhan berasal dari kata dasar ”Su-
luh” yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan.
Penyuluhan dalam arti umum merupakan ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu
serta masyarakat sehingga akan terwujud perubahan yang
lebih baik sesuai dengan yang harapan (Setiana, 2005: 32).
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pen-
didikan untuk orang dewasa. Menurut Van den Ban dan
Hawkins (2003: 49), penyuluhan pertanian adalah suatu
bentuk pengaruh sosial yang dilakukan secara sadar de-
ngan mengkomunikasikan informasi untuk membantu
masyarakat membentuk pendapatan yang wajar dan me-
ngambil keputusan yang tepat.
Departemen Pertanian (2002: 68), menyatakan bahwa
penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan
keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar
mereka mampu menolong dirinya sendiri, baik di bidang
-
Pendahuluan
19
ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Hal
ini diimplementasikan di dalam UU RI No. 16, tentang SP3K
Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa penyuluhan per-
tanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku
utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisa-
sikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya un-
tuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, penda-
patan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesada-
ran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Kusnadi, D. (2011: 45), pengertian tersebut
mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran
inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara si-
multan, yaitu:
a. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh pe-
nyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan
pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu
mencari pemecahan masalah berkaitan dengan per-
baikan dan pengembangan usahan mereka, komuni-
kasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alter-
natif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan
tetap pada sasaran.
b. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan
“kuasa dan wewenang” kepada pelaku utama dan pe-
laku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek”
dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai
“obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
20
pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai
kesempatan yang sama untuk 1). Berpartisipasi; 2).
Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;
3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan
keputusan; dan 4). Memperoleh manfaat dalam setiap
lini proses dan hasil pembangunan pertanian.
c. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara pe-
nyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku
usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini
mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam
upaya pemecahan masalah berkaitan dengan per-
baikan dan pengembangan usahanya.
Pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah usaha
untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku
manusia yang mencakup; a). Perubahan dalam pengeta-
huan atau hal yang diakui; b). Perubahan dalam keteram-
pilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan c).
Perubahan dalam sikap mental.
1.2.4 Perilaku Petani
Perilaku petani dicerminkan dalam tindakan sehari-hari
baik dalam lingkungan seperti keluarga, masyarakat, mau-
pun lingkungan pekerjaan. Tindakan yang dilakukan seca-
ra berulang-ulang dan mendarah daging disebut dengan
perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung terus menerus.
Perilaku ini juga dapat mempengaruhi cara berpikir petani
dalam pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan sejak
dahulu kala. Pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan
-
Pendahuluan
21
sejak dulu itu, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Petani merasa membutuhkan, oleh karena itu
timbul suatu dorongan atau semacam motivasi yang ada
di dalam diri mereka.
Menurut Maslow (1994: 87) dorongan atau kebutuhan
atau keinginan sebenarnya tidak mungkin tidak akan per-
nah dikaitkan dengan suatu landasan khusus, tersendiri,
dan ditempatkan secara jasmaniah. Keinginan yang sebe-
narnya lebih banyak merupakan kebutuhan orang itu se-
penuhnya. Setelah motivasi itu timbul maka petani beru-
saha untuk melakukan pengelolaan usaha tani secara terus
menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, kebiasaan
inilah yang menimbulkan perilaku. Melihat kenyataan se-
perti itulah maka petani khususnya di Indonesia berusaha
untuk meningkatkan produksi pertanian agar dapat me-
menuhi kebutuhan bagi hidupnya baik itu kebutuhan
jasmaniah maupun rohaniah. Melalui peningkatan penge-
lolaan usahatani mulai dari pembibitan, pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama
penyakit dan pemungutan hasil yang biasa.
Tidak semua perilaku ditentukan oleh kebutuhan dasar.
Kita bahkan boleh mengatakan bahwa tidak seluruh peri-
laku dapat dimotivasi. Terdapat banyak faktor penentu
perilaku lainnya daripada motivasi saja. Misalnya terdapat
kelas penentu yang penting lain disebut faktor penentu
lapangan. Secara teoritis sekurang-kurangnya perilaku di-
tentukan secara sempurna di lapangan atau bahkan
dengan dorongan eksternal yang diisolasi secara khusus
seperti pada penggabungan gagasan atau pemantulan
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
22
pada kondisi tetentu. Jika dalam kata penggerak terdapat
istilah meja tanggapan ini tentu saja tidak ada hubungan-
nya dengan kebutuhan dasar (Heckman dan Hunneryager,
1992: 45).
Ilmu-ilmu keperilakuan merupakan percabangan dari
ilmu-ilmu sosial dalam arti luas. Perbedaan atara ilmu-ilmu
sosial dengan ilmu keprilakuan hanya terletak pada titik
tekannya dimana ilmu keprilakuan memfokuskan diri pada
perilaku manusia, meskipun tidak jarang pembedaan itu
hanya dilakukan secara gradual saja (Danim, 2000: 15).
Cara berpikir petani diturunkan dari generasi tua ke
generasi muda dalam perjalanan sosialisasi primer. De-
ngan demikian, tercipta model perilaku yang berorientasi
pada sistem nilai dan diikuti dengan patuh untuk jangka
waktu lama, meskipun situasi yang menjadi dasarnya su-
dah lama berubah. Terdapat banyak contoh mengenai
kelambanan budaya (culture lag). Ini seperti misalnya di
bidang teknik, tetap berpegang teguh pada pemakaian
peralatan, metode pengolahan dan bentuk bangunan
rumah lama meski telah dikenal alat, proses, bentuk baru
yang secara objektif lebih sesuai dengan tujuan. Kesulitan
mengubah cara berfikir juga terlihat jika mengambil alih
suatu pembaharuan, misalnya jenis bibit tertentu yang le-
bih efisien, tanpa diikuti usaha yang diperlukan untuk
menjamin keberhasilannya (Planck, 1990: 20).
Pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah usaha
untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku
manusia yang mencakup; a). Perubahan dalam pengeta-
-
Pendahuluan
23
huan atau hal yang diakui; b). Perubahan dalam kete-
rampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan c).
Perubahan dalam sikap mental.
1.2.5 Sistem Subak
Sistem irigasi subak adalah sebuah organisasi tradi-
sional yang berdasarkan konsep Tri Hita Karana yang
bersumber dari ajaran agama Hindu. Sistem subak adalah
merupakan salah satu bentuk sistem irigasi yang mampu
mengakomodasikan dinamika sistem sosio-teknis masya-
rakat setempat. Air irigasi dikelola dengan prinsip-prinsip
keadilan, keterbukaan, harmoni dan kebersamaan, melalui
suatu organisasi yang fleksibel yang sesuai dengan kepen-
tingan masyarakat. Sementara itu keberadaan artefak pada
sistem subak dibangun sedemikian rupa sehingga mampu
mendukung prinsip-prinsip sistem subak. Ini berarti bahwa
sistem subak pada hakekatnya adalah suatu teknologi
yang telah membudaya dalam dinamika kehidupan mas-
yarakat Bali (Windia, dkk, 2015: 6).
1.2.5.1 Pengertian Subak
Subak merupakan organisasi tradisional para petani di
Bali yang terutama bertujuan untuk berbagi tanggung
jawab dalam pengelolaan irigasi air, dan pola tanam padi
di sawah. Subak sebagai sistem irigasi yang berbasis pe-
tani, merupakan lembaga yang bersifat mandiri dan demo-
kratis. Bangunan utama yang ada dalam subak adalah
bangunan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan sejarah
subak. Nama subak berasal dari kata “kasuwakan” atau
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
24
saluran air. Ada beberapa pendapat para pakar tentang
pengertian subak yang ada di Bali seperti: Menurut Windia
(2006: 7), subak merupakan organisasi pengairan tradisio-
nal di bidang pertanian, yang berdasarkan atas seni dan
budaya serta diwarisi secara turun temurun oleh masya-
rakat di Bali. Subak adalah organisasi kemasyarakatan
yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang
digunakan dalam bercocok tanam di Bali. Subak biasanya
memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura
Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan
dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran
dan kesuburan yaitu Dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur
oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang
petani di Bali yang disebut dengan Pekaseh.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.9 Tahun
2012, subak adalah organisasi tradisional dibidang tata-
guna air dan atau tatatanaman ditingkat usahatani pada
masyarakat adat di Bali yang bersifat sosio-agraris, religius,
ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkem-
bang. Definisi ini ditetapkan oleh Gubernur Bali tanggal 17
Desember 2012. Menurut Sutawan (2008: 10) memberikan
beberapa definisi tentang subak, yaitu (1) subak sebagai
lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius
terutama bergerak dalam pengelolaan air untuk produksi
tanaman setahun khususnya padi berdasarkan prinsip Tri
Hita Karana; (2) subak sebagai sistem irigasi, selain meru-
pakan sistem fisik juga merupakan sistem sosial. Sistem
fisik diartikan sebagai lingkungan fisik yang berkaitan erat
dengan irigasi seperti sumber-sumber air beserta fasilitas
-
Pendahuluan
25
irigasi berupa empelan, bendung atau dam, saluran-salu-
ran air, bangunan bagi, dan sebagainya, sedangkan sistem
sosial adalah organisasi sosial yang mengelola sistem fisik
tersebut; (3) subak sebagai organisasi petani pemakai air
yang sawah-sawah para anggotanya memperoleh air dari
sumber yang sama dan mempunyai satu atau lebih Pura
Bedugul, serta mempunyai otonomi penuh baik ke dalam
(mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri), mau-
pun keluar dalam arti kata bebas mengadakan hubungan
langsung dengan pihak luar secara mandiri.
1.2.5.2 Struktur Organisasi Subak
Menurut Sutawan (2006: 18), Subak sebagai organisasi
tradisional di Bali memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (1)
mempunyai wilayah berupa areal persawahan dengan ba-
tas-batas yang jelas; (2) mempunyai krama subak (anggota
subak). (3) mempunyai prajuru subak (pengurus); (4) mem-
punyai sumber air irigasi dari sebuah empelan (ben-
dungan); (5) mempunyai awig-awig (peraturan- peraturan
dasar); (6) mempunyai otonomi penuh baik ke dalam (me-
ngurus rumah tangganya sendiri) maupun keluar (bebas
mengadakan hubungan langsung dengan pihak luar); (7)
mempunyai satu atau lebih Pura tempat pemujaan Tuhan
dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan. Ketujuh
ciri yang dimiliki tersebut dapat menjamin tercapainya
tujuan subak.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
26
1.2.5.3 Fungsi Subak
Pengelolaan subak bertujuan untuk meningkatkan ke-
sejahteraan kepada para anggotanya. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut pengelola dihadapkan pada fungsi dan
tugas pokok dalam subak. Fungsi dan tugas yang dilaku-
kan oleh subak dibagi atas fungsi internal dan eksternal.
Secara eksternal, subak mempunyai fungsi dan peranan
yang sangat penting dalam pembangunan pertanian dan
pedesaan.
Secara internal, subak mempunyai peranan, fungsi dan
tugas yang sangat penting dan mutlak bagi kehidupan
organisasi subak maupun anggota-anggotanya dalam hu-
bungannya dengan pertanian. Berikut ini diuraikan lima
fungsi/aktivitas subak menurut Sutawan (2008: 26).
1) Pencarian dan distribusi air irigasi
Sutawan (2008: 27-28), membedakan pengertian
pengalokasian air dan pendistribusian air irigasi.
Pengalokasian air irigasi adalah kegiatan menja-
tahkan atau kegiatan memberikan hak pemanfaa-
tan air yang tersedia kepada setiap anggota subak.
Pendistribusian air irigasi adalah penyaluran atau
pemberian jatah air yang telah ditetapkan itu dari
saluran induk sampai kepada petak sawah tiap
anggota agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk produksi pangan khususnya beras. Hak atas
air anggota subak ditentukan berdasarkan luas
sawah yang diukur dengan tektek atau kecoran.
Secara umum,air irigasi satu tektek diberikan untuk
sawah seluas antara 30 - 40 are. Satu tektek adalah
-
Pendahuluan
27
besarnya air yang mengalir melalui penampang
dengan lebar sekitar lima cm dan tinggi sekitar satu
cm. Satu tektek air berarti “satu porsi” air. Hak air
satu tektek menuntut kontribusi tenaga kerja (aya-
han) sebanyak satu orang tenaga kerja pada setiap
kegiatan subak dan kontribusi materi atau uang
(disebut peturunan) sebesar “satu porsi” (Sutawan,
2008: 29).
2) Penggalian dana dan mobilisasi sumberdaya
Dana subak secara umum sumbernya adalah (1)
peturunan, yaitu iuran yang dibayar oleh anggota
subak secara insidental sesuai dengan kebutuhan
subak. Bentuk peturunan dapat berupa uang atau
material; (2) dedosan atau denda, yaitu pelaku pe-
langgaran awig-awig didenda sesuai dengan besar
kecilnya pelanggaran; (3) sarin tahun, yaitu iuran
yang dibayar oleh anggota subak setiap habis pa-
nen padi. Pada umumnya Sarin tahun diberikan
dalam bentuk gabah yang besarnya sesuai dengan
luas sawah atau hak atas air; (4) pengoot; dan (5)
bantuan pemerintah, yaitu pemerintah membantu
subak dalam merehabilitasi sarana dan prasarana
(Sudarta, 2002: 38). Dana subak yang terkumpul
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan subak, meli-
puti pemeliharaan dan perbaikan fasilitas air irigasi
(bendungan, saluran air irigasi dan terowongan),
pemeliharaan dan perbaikan pura subak, upacara
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
28
keagamaan, administrasi, rapat-rapat subak, imba-
lan pengurus subak, dan keperluan-keperluan lain-
nya (Sutawan, 2008 : 40).
3) Penanganan persengketaan
Subak sebagai lembaga irigasi sering mengalami
konflik terkait dengan air irigasi. Konflik yang dia-
lami juga dapat bersumber pada batas-batas tanah
sawah, adanya pepohonan diperbatasan sawah
yang menaungi sawah orang lain, hewan peliharaan
yang merusak tanaman orang lain, dan sebagainya
(Sutawan, 2008: 47). Menurut Sutawan (2008: 48),
konflik yang tidak dapat diselesaikan secara keke-
luargaan akan dibawa dalam rapat subak. Umum-
nya konflik yang terjadi tidak sampai menimbulkan
benturan fisik dan dapat diselesaikan baik ditingkat
tempek maupun di tingkat subak.
4) Penyelenggaraan kegiatan keagamaan
Salah satu keunikan subak dibandingkan dengan
organisasi petani pemakai air di luar Bali adalah
adanya upacara keagamaan dengan frekuensi yang
cukup tinggi. Upacara keagamaan mengikuti siklus
kehidupan tanaman, ada yang dilakukan di tingkat
petani dan adapula di tingkat tempek (Sutawan,
2008: 40). Menurut Sutawan (2008: 42), upacara
keagamaan di tingkat petani adalah (1) ngendagin
(memasukkan air ke sawah); (2) ngurit (saat mena-
bur benih di pembibitan); (3) nuasen (menanam); (4)
neduh (saat berumur 35 hari); (5) biyukukung; (6)
banten panen; (7) mantenin (setelah padi disimpan
-
Pendahuluan
29
di gudang). Pada umumnya, upacara keagamaan
yang dilaksanakan petani di tingkat tempek baik di
subak-gede maupun non subak-gede adalah (1)
mendak toya, yaitu upacara pada saat mulai men-
cari air untuk pertama kalinya sebelum musim ta-
nan; (2) mebalik sumpah, yaitu upacara yang
dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar dua
minggu; (3) merebu, yaitu upacara dilakukan men-
jelang panen; (4) ngusaba, yaitu upacara yang
dilaksanakan setelah selesai panen; (5) nangluk
merana, yaitu upacara yang dilakukan apabila padi
diserang hama dan penyakit yang dipandang mem-
bahayakan; (6) pakelem, yaitu upacara yang dilaku-
kan sewaktu-waktu bergabung dengan subak lain;
dan (7) odalan, yaitu upacara yang dilakukan di
berbagai pura yang disungsung oleh subak. Kete-
rikatan dan kekompakan dalam kelompoktani dika-
wasan subak tidak semata-mata karena kepenti-
ngan air irigasi, tetapi disebabkan adanya nilai-nilai
religius yang berkaitan dengan filosofi dan ditaati
oleh anggota subak (Sutawan, 2008: 43).
1.2.5.4 Aspek Sosial Subak
Subak adalah masyarakat hukum adat di Bali yang
bersifat sosioagraris-religius, yang secara historis didirikan
sejak dulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi
penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan lain-
lain, persawahan dari suatu sumber di dalam suatu daerah.
Menurut Windia, dkk (2015: 43), aspek sosial sistem subak
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
30
yang menjadi indikator dari sebuah organisasi agar dapat
dikategorikan sebagai organisasi sosial terdiri dari:
1) Tujuan
Sistem subak sebagai suatu organisasi pada hakekat-
nya harus memiliki tujuan. Tujuan subak adalah sesuai
dengan asas-asas yang harus diemban yakni sebuah
tujuan yang berorintasi pada keadilan dan kebersa-
maan sesuai dengan nilai Tri Hita Karana yang dianut
oleh subak. Tujuan-tujuan subak dapat dicapai dengan
sebuah kesepakatan bersama yang diadakan dalam
rapat subak. Rapat subak biasanya diadakan menje-
lang waktu tanam pada suatu musim tertentu. Tujuan
rapat subak adalah untuk; (1) menentukan waktu ta-
nam; (2) jenis tanaman; (3) menentukan waktu gotong
royong perbaikan sarana irigasi; (4) pelaksanaan upa-
cara; (5) jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan; (6)
masalah denda (Windia dkk, 2015: 45).
2) Kepercayaan
Dalam teori modal sosial, ada tiga komponen yang
harus dipahami, yakni kepercayaan, jaringan kerja dan
norma. dari ketiga komponen itu, maka komponen
kepercayaan adalah hal yang paling penting. Kom-
ponen kepercayaan dalam modal sosial, khususnya
dalam sistem subak, umumnya berkaitan dengan; (1)
kepercayaan antar petani; (2) kepercayaan petani ke-
pada pengurus subak; (3) kepercayaan petani kepada
Penyuluh Pertanian Lapangan (Windia dkk, 2015: 47).
-
Pendahuluan
31
3) Norma
Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diha-
rapkan atau pantas menurut kelompok masyarakat
atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma
pada dasarnya menunjukkan tentang apa yang baik
dan yang buruk dalam suatu komunitas tertentu. Pada
sistem subak, norma dan etika dicantumkan dalam
peraturan subak yang disebutkan dengan awig-awig
(peraturan tertulis) dan juga perarem (peraturan yang
tidak tertuli, namun telah disepakati dalam rapat subak
(Windia dkk, 2015: 49).
4) Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang
diberikan kepada seseorang atas perilakunya. Pada or-
ganisasi subak, sangsi diatur dalam awig-awig atau
perarem berdasarkan kesepakatan atau konsensus.
Dalam organisasi subak yang paling banyak diatur
dalam pengelolaannya adalah sanksi negatif kepada
anggotanya yang melanggar kesepakatan subak.
Sanksi diberikan kepada anggota subak apabila tidak
ikut dalam rapat subak, tidak mengikuti pola tanam
dan tidak melaksanakan upacara agama di subak. San-
ksi biasanya berupa uang dan sangsi sosial yaitu
melaksanakan upacara agama di subak (Windia dkk,
2015: 50).
5) Wilayah
Wilayah sebagai suatu sub sistem dari sitem sosial
mempunyai arti yang sangat penting bagi kelang-
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
32
sungan hidup suatu sistem sosial. Demikian pula su-
bak-subak di Bali, masing-masing mempunyai wilayah
dengan batasbatas alamiah yang jelas seperti gunung,
hutan, jurang, sungai dan desa. wilayah subak disebut
dengan palemahan sebagai suatu keserasian hubu-
ngan timbal balik antara manusia dengan lingku-
ngannya (Windia dkk, 2015: 53). Subak adalah suatu
organisasi yang sekaligus memiliki nilai-nilai sehingga
dapat disebut sebagai suatu lembaga. Nilai adalah
sesuatu yang berharga dan dapat digunakan sebagai
pegangan hidup pada masa yang akan datang. Nilai
yang dimiliki subak di Bali adalah Tri Hita Karana
(Windia dkk, 2015: 55). Ciri khas Subak terdapat dalam
hal pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan yang sa-
ngat padat. Fungsi utama Subak adalah pengelolaan
air untuk memproduksi pangan, khususnya beras,
yang merupakan makanan pokok utama bagi orang
Bali, seperti halnya juga kebanyakan penduduk Asia.
Sebagai lembaga adat, Subak berlandaskan pula
falsafah Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang serasi,
selaras, dan seimbang antara manusia dengan ma-
nusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan
Tuhannya.
6) Tri Hita Karana dalam Subak
Suasana hidup yang menginginkan harmoni dan ke-
bersamaan adalah keinginan umat manusia yang uni-
versal. Konsep hidup seperti ini akhirnya dikristalkan
melalui proses induktif oleh para pemikir atau pemuka
masyarakat, sampai akhirnya dimunculkan istilah Tri
-
Pendahuluan
33
Hita Karana (THK). Secara terminalogis Tri Hita Karana
berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas kata
Tri + Hita + Karana yang berarti tiga hal yang me-
nyebabkan terjadinya kesejahteraan atau kebahagia-
an. Adapun yang dimaksud dengan tiga penyebab
tersebut yaitu hubungan harmonis antara manusia
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (parhyangan),
manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia
dengan alam (palemahan). Hal inilah yang harus dan
wajib dilakukan oleh manusia, karena manusialah yang
paling utama mendapatkan manfaat jika Tri Hita Ka-
rana itu teraplikasi dengan baik. Oleh sebab itu, ber-
hasil atau gagalnya penerapan ajaran Tri Hita Karana
tergantung pada manusia (Windia, 2005: 61).
1.3 Teori
Sebuah teori digunakan dalam suatu penelitian akan
memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradig-
ma penyusunan definisi berpengaruh terhadap konsep
dasar teorinya (Moleong, 2004: 34). Snelbecker (1974)
dalam Meleong, 2004: 35) mendefinisikan teori sebagai
perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yai-
tu yang mengikuti aturan tertentu dapat dihubungkan
secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar
yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.
Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang men-
dukung penelitian ini. Teori-teori dimaksud dipaparkan
sebagai berikut.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
34
1.3.1 Teori Difusi Inovasi
Penyampaian suatu pesan untuk mempengaruhi mas-
yarakat dalam pelaksanaan pembangunan umunya meng-
gunakan teori Difusi Inovasi. Teori Difusi Inovasi dikemuka-
kan oleh Rogers (Dilla, 2007: 53) yang mendefinisikan
difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomuni-
kasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu ter-
tentu maka akan mampu mempengaruhi para anggota
suatu sistem sosial.
Penerapan difusi inovasi perlu memperhatikan teknik
komunikasi yang digunakan, cara pendekatan kepada sa-
saran, saluran yang dipergunakan dan materi yang disam-
paikan. Sehingga proses penyampaian atau penyebaran
pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada
khalayak guna merubah perilakunya. Teori difusi inovasi ini
digunakan untuk menentukan variabel strategi komunikasi
yang digunakan penyuluh pertanian lapangan dalam me-
nyampaikan pesan atau informasi kepada petani petani
jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegal-
lalang, Kabupten Gianyar.
1.3.2 Teori S-O-R
Teori S-O-R (Stimulus Organism Respon) yang dike-
mukakan oleh Houland, et. al pada tahun 1953 dalam
Efendy (2003: 253), menjelaskan unsur penting dalam
model komunikasi S-O-R itu ada tiga yaitu : Pesan ( Sti-
mulus, S), Komunikan (Organims, O) dan Efek (Response,
R). Artinya pesan yang disampaikan oleh komunikator pa-
-
Pendahuluan
35
da dasarnya untuk menggerakkan dan merubah sikap/-
perilaku khalayak sasaran untuk bertindak sesuai yang
diharapkan komunikator.
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005: 106), mem-
bagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau
kawasan yakni : 1) kognitif (pengetahuan), 2) afektif (sikap),
3) psikomotorik (perilaku).
Teori ini digunakan untuk menentukan variabel peri-
laku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
1.4 Model Penelitian
Tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk mening-
katkan cara berusahatani yang baik dan menguntungkan,
menaikkan taraf kehidupan dan kesejahteraan petani, pe-
nanganan kegiatan penyuluhan pertanian akan melibatkan
kegiatan penyuluh dan kegiatan masyarakat tani yang me-
merlukan penyuluhan. Peranan penyuluh pertanian adalah
membantu petani membentuk pendapat yang tepat dan
membuat keputusan yang baik dengan cara berkomu-
nikasi dan memberikan informasi yang mereka perlukan
dan juga dapat membantu petani menemukan mengem-
bangkan dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani.
Keberhasilan penyuluhan ditentukan oleh strategi ko-
munikasi yang diterapkan oleh penyuluh. Strategi komu-
nikasi yang dimaksud adalah teknik komunikasi yang dila-
kukan penyuluh, cara pendekatan yang dilakukan penyu-
luh kepada sasaran, saluran yang digunakan penyuluh, dan
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
36
materi yang disampaikan oleh penyuluh. Strategi komuni-
kasi pembangunan akan berdampak positif apabila tujuan
program pembangunan dapat tercapai dan perubahan pe-
rilaku khalayak sasaran sebagai tujuan akhir dapat diamati
dan diukur. Strategi komunikasi yang diterapkan oleh pe-
nyuluh diharapkan mampu mempengaruhi perilaku pe-
tani. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pendekatan diagrametik dapat dilihat pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1 Model Penelitian
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian dengan Perilaku Petani
Jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten
Gianyar
-
Pendahuluan
37
Hipotesis penelitian:
Adanya hubungan positif antara strategi komunikasi
penyuluh pertanian terhadap perilaku petani jahe di Subak
Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten
Gianyar.
1.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian, data yang dipakai belum tentu
merupakan keseluruhan dari suatu populasi. Hal ini patut
dimengerti, karena adanya beberapa kendala, termasuk di-
antaranya biaya, waktu, tenaga dan heterogenitas atau
homogenitas dari elemen populasi tersebut. Dengan de-
mikian, peneliti menggunankan sampel yang merupakan
bagian dari populasi untuk dipakai dalam penelitian. Me-
nurut Sugiyono (2011: 117), populasi adalah keseluruhan
unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Sedangkan sam-
pel merupakan cuplikan atau bagian kecil yang ditarik dari
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pe-
tani jahe gajah yang ada di Subak Sarwa Ada Desa Taro
Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak
sebanyak 187 petani.
Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang
terpilih sebagai objek pengamatan. Penentuan sampel
anggota gapoktan menggunakan teknik Proporsional Ran-
dom Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan cara mengacak sampel tanpa memperhatikan stra-
ta yang ada dalam populasi. Jumlah sampel ditentukan
berdasarkan pendekatan Slovin dengan tingkat kesalahan
sebesar 10% (Sugiyono, 2011: 87).
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
38
N
n = ……………..
1 + N. e2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = persen kesalahan yang diinginkan (sebesar 10%)
𝑛 = 187
1 + (187𝑥10%2)= 65,15 = 66 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖
Berdasarkan pendekatan Slovin maka jumlah sampel
yang diperoleh adalah sebesar n = 65,15 dibulatkan men-
jadi 66 orang.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode:
1.6.1 Wawancara (interview), menurut Sugiyono (2011:317)
yaitu metode pengumpulan data melalui wawancara
kepada responden secara langsung dengan daftar
pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu.
1.6.2 Studi Pustaka, studi pustaka yaitu teknik pengum-
pulan data dengan cara mengumpulkan sumber data
dari laporan penelitian, buku-buku ilmiah, artikel, dan
juga situs web yang berhubungan dengan penelitian.
Menurut Sugiyono (2013: 224), teknik pengumpulan
-
Pendahuluan
39
data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ada-
lah mendapatkan data.
1.6.3 Kuisioner (angket), menurut Sugiyono (2013: 137)
Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi sepe-
rangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
1.7 Variabel Penelitian
Sugiyono, (2014: 59) mengatakan bahwa variabel pe-
nelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Operasional variabel penelitian berarti
menjabarkan variabel/sub-variabel menjadi konsep, di-
mensi, indikator, dan lain-lain untuk memperoleh nilai
variabel penelitian. Sehubungan dengan penelitian me-
ngenai hubungan strategi komunikasi penyuluh pertanian
dengan perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Ta-
ro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar maka iden-
tifikasi variabel penelitian dapat dilihat melalui Tabel 3.1.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
40
Tabel 1.1
Variabel, indikator dan pengukuran hubungan strategi komunikasi penyuluh
pertanian dengan perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro,
Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar
Variabel Indikator Pengukuran
Strategi Komunikasi Teknik komunikasi Skor
Pendekatan kepada sasaran Skor
Saluran Skor
Materi Skor
Perilaku Pengetahuan Skor
Sikap Skor
Keterampilan Skor
1.8 Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014: 428) mengatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cata-
tan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorga-
nisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
-
Pendahuluan
41
Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh di lapangan diolah secara tabulasi
dan uraian dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan me-
maparkan hasil yang didapat dalam bentuk uraian yang
sistematis pada pembahasan. Untuk menjawab tujuan per-
tama yaitu mengukur strategi komunikasi yang digunakan
penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi kepa-
da petani di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegal
lalang, Kabupaten Gianyar dilakukan dengan penghitu-
ngan skor. Indikator yang digunakan terdiri dari teknik
penyampaian, pendekatan kepada sasaran, saluran dan
materi. Setiap indikator diukur melalui 3 pertanyaan, setiap
pertanyaan diberi skor 3 untuk kriteria tinggi, skor 2 untuk
kriteria sedang dan skor 1 untuk kriteria rendah. Menurut
Sugiyono, (2009 : 336) rumus yang digunakan untuk mem-
buat interval kelas adalah sebagai berikut:
NR = NST-NSR
PI = NR : JIK
Dimana:
NR = Nilai Range
NST = Nilai Skor Tertinggi
NSR = Nilai Skor Terendah
PI = Panjang Interval
JIK = Jumlah Interval Kelas
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
42
Diketahui:
NST = 36 ( 4 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan (3))
NSR = 12 ( 4 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan (1))
JIK = 3
Maka perhitungannya:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 36 – 12 = 24 : 3
= 24 = 8
Setiap indikator pengukuran, hasil skor yang didapat
ditampilkan dalam bentuk rata-rata skor 3 tinggi, skor 2
sedang, skor 1 rendah. Perhitungan untuk membuat inter-
val kelas untuk tiap indikator adalah sebagai berikut:
Diketahui:
NST = 9 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR = 3 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK = 3
Maka perhitungannya:
NR = NST - NSR PI = NR : JIK
= 9 – 3 = 6 : 3
= 6 = 2
-
Pendahuluan
43
Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk tiap
pertanyaan adalah sebagai berikut:
Diketahui:
NST = 3 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR = 1 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK = 3
Maka perhitungannya:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 3 – 1 = 2 : 3
= 2 = 0,67
Berdasarkan perhitungan di atas maka nilai indikator
digolongkan berdasarkan interval kelas. Adapun perhitu-
ngan interval kelas beserta kriterianya dapat dilihat pada
tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Nilai interval kelas per indikator
strategi komunikasi penyuluhan pertanian
Sumber :Sugiyono (2009 : 231)
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
44
Adapun untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengukur
perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro Keca-
matan Tegalalang, Kabupaten Gianyar dilakukan dengan
penghitungan skor meliputi pengetahuan, sikap dan kete-
rampilan yang masing-masing komponen tersebut terdiri
dari 6 indikator yang digunakan terdiri pembibitan, pengo-
lahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit serta panen. Setiap indikator diukur melalui
2 pertanyaan, setiap pertanyaan diberi skor 3 untuk kriteria
tinggi, skor 2 untuk kriteria sedang dan skor 1 untuk kri-
teria rendah. Rumus yang digunakan untuk membuat in-
terval kelas adalah sebagai berikut:
NR = NST-NSR
PI = NR : JIK
Dimana:
NR = Nilai Range
NST = Nilai Skor Tertinggi
NSR = Nilai Skor Terendah
PI = Panjang Interval
JIK = Jumlah Interval Kelas
Diketahui:
NST = 42 ( 7 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan
(3))
NSR = 14 ( 7 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan
(1))
JIK = 3
-
Pendahuluan
45
Maka perhitungannya:
NR = NST - NSR PI = NR : JIK
= 42 - 14 = 28 : 3
= 28 = 9,3
Setiap indikator pengukuran, hasil skor yang didapat
ditampilkan dalam bentuk rata-rata skor 3 tinggi, skor 2
sedang, skor 1 rendah. Perhitungan untuk membuat inter-
val kelas untuk tiap indikator adalah sebagai berikut:
Diketahui :
NST = 6 (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR = 2 (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK = 3
Maka perhitungannya :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 6 – 2 = 4 : 3
= 4 = 1,33
Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk tiap
pertanyaan adalah sebagai berikut:
Diketahui:
NST = 3 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR = 1 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK = 3
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
46
Maka perhitungannya:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 3 – 1 = 2 : 3
= 2 = 0,67
Berdasarkan perhitungan di atas maka nilai indikator
digolongkan berdasarkan interval kelas. Adapun
perhitungan interval kelas beserta kriterianya dapat dilihat
1.3 pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.3 Nilai interval kelas per indikator
untuk pengetahuan, sikap dan keterampilan
Sumber :Sugiyono (2009: 231)
Nilai interval dan kriteria interval kelas untuk penge-
tahuan sikap dan keterampilan sama seperti Tabel 3. Untuk
mencari nilai perilaku, maka skor dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan untuk sikap setiap individu dijumlahkan.
Hasil penjumlahan tersebut di golongkan berdasarkan in-
terval kelasnya. Perhitungan untuk membuat interval peri-
laku adalah sebagai berikut:
-
Pendahuluan
47
Diketahui:
NST = (42 + 42 + 42) = 126 (NST pengetahuan + sikap +
keterampilan)
NSR = (14 + 14 + 14) = 56 (NSR pengetahuan + sikap +
keterampilan)
Sehingga:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 126 – 56 = 70 : 3
= 70 = 23,33
Berdasarkan perhitunngan, maka nilai interval kelas un-
tuk perilaku dapat dillihat pada Tabel 1.4 sebagai berikut:
Tabel 1.4 Nilai interval dan kriteria interval kelas untuk perilaku
NO Nilai Interval Kelas Kriteria
1 56 ≤ x ≤ 79,33 Rendah
2 79,33 ≤ x ≤ 102,66 Sedang
3 102,66 ≤ x ≤ 126 Tinggi
Sumber : Dimyati (2013 : 103)
Analisis Hubungan Strategi Penyuluh terhadap Peri-
laku Petani
Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis hu-
bungan antara strategi komunikasi yang digunakan pe-
nyuluh pertanian lapangan terhadap perilaku petani jahe
di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegalalang
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
48
Kabupaten Gianyar maka dilakukan dengan uji korelasi
Peringkat Spearman (rs) menggunakan aplikasi SPSS versi
20 sebagai berikut (Sugiyono, 2009 : 356).
Ho: Kedua variabel bebas
Ha: Ada korelasi antara kedua variabel
Bila terdapat angka yang sama dalam pemberian pe-
ringkat dianjurkan menggunakan rumus :
Dimana:
Rs : koefisien kolerasi peringkat spearman
di : selisih antara xi dan yi
n : jumlah sample
Tx : jumlah variable x yang sama
Ty : jumlah variable y yang sama
-
Pendahuluan
49
Data yang digunakan dalam korelasi parsial biasanya
memiliki skala interval atau rasio. Berikut adalah pedoman
untuk memberikan interpretasi serta analisis bagi koefisien
korelasi menurut Sugiyono (2009 : 358):
0,00 sampai 0,19 artinya: sangat rendah
0,20 sampai 0,39 artinya: rendah
0,40 sampai 0,59 artinya: sedang
0,60 sampai 0,79 artinya: kuat
0,80 sampai 1,00 artinya: sangat kuat
Kaidah keputusan:
rs hitung > rs α (n) = Tolak Ho
rs hitung ≤ rs α (n) = Terima Ho dimana α = 0,05
Artinya:
Terima Ho : Artinya tidak terdapat hubungan antara stra-
tegi Komunikasi Penyuluh Pertanian Terha-
dap Perilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada
Desa Taro Kecamatan Tegalalan, Kabupaten
Gianyar.
Tolak Ho : Artinya terdapat hubungan antara strategi
Komunikasi Penyuluh Pertanian Terhadap Pe-
rilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada Desa
Taro Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar.
۩۩۩
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
50
-
Gambaran Umum Daerah Penelitian
51
GAMBARAN UMUM
DAERAH PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sem-
bilan kabupaten atau kodya di Provinsi Bali. Kabupaten
Gianyar terletak antara 080 18’48” s.d 080 38’58’ Lintang
Selatan dan 1150 13’29” s.d 1150 22’23” Bujur Timur. Ber-
batasan dengan Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar
di sebelah barat, Kabupaten Bangli di sebelah utara, dan
Samudra Indonesia di sebelah selatan.
Desa Taro merupakan salah satu dari 63 desa yang ada
di Kabupaten Gianyar dan berada di wilayah Kecamatan
Tegallalang. Desa Taro berbatasan dengan Kecamatan Pa-
yangan disebelah barat, Kecamatan Ubud disebelah sela-
tan, Kabupaten Bangli disebelah utara, dan Kecamatan
Tampaksiring disebelah timur. Tempat penelitian ini ber-
tempat di Banjar Tebuana Desa (Taro Profil Pembangunan
BAB II
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
52
Desa Taro, 2017: 29). Tempat penelitian ini berbatasan
dengan batas wilayah yaitu:
Sebelah Utara : Br. Belong
Sebelah Timur : Br. Let
Sebelah Selatan : Br. Puakan
Sebelah Barat : Br. Sengkaduan
2.1.1 Luas Wilayah dan Topografi Desa Taro
Luas Kabupaten Gianyar adalah 36.800 ha (6,53%) dari
luas Pulau Bali secara keseluruhan. Secara administrative
terbagi dalam tujuh kecamatan. Salah satunya adalah Ke-
camatan Tegallalang. Kecamatan Tegallalang ada seba-
nyak enam kelurahan, Kecamatan Gianyar ada lima kelura-
han, dan di Ubud ada satu kelurahan, sehingga total desa
dan kelurahan ada 69 di Kabupaten Gianyar. Banjar dinas
atau dusun ada sebanyak 495.
Terdapat 12 buah sungai melintasi wilayah Gianyar. Se-
bagian besar air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi per-
sawahan. Proporsi penggunaan lahan meliputi lahan sa-
wah 14.878 ha, tanah kering 21.738 ha, dan tanah lainnya
berupa rawa/tambak, luasnya 184 ha (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Gianyar, 2017).
Tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar, salah
satunya adalah Kecamatan Tegallalang. Luas wilayah Keca-
matan Tegallalang adalah 61,8 km2 (11,52%). Luas wilayah
Desa Taro yang merupakan salah satu desa yang terletak
di Kecamatan Tegallalang terdiri atas 11 banjar dinas dan
14 desa pekraman yaitu:
54
-
Gambaran Umum Daerah Penelitian
53
1. Banjar dinas dan Desa Pekraman Taro Kaja
2. Banjar dinas dan Desa Pekraman Taro Kelod
3. Banjar dinas dan Desa Pekraman Let
4. Banjar dinas dan Desa Pekraman Ked
5. Banjar dinas dan Desa Pekraman Tatag
6. Banjar dinas dan Desa Pekraman Paku Seba
7. Banjar dinas dan Desa Pekraman Puakan
8. Banjar dinas dan Desa Pekraman Alas Pujung
9. Banjar dinas dan Desa Pekraman Belong
10. Banjar dinas dan Desa Pekraman Patas
11. Banjar dinas dan Desa Pekraman Pisang Kaja
12. Banjar dinas dan Desa Pekraman Pisang Kaja
13. Banjar dinas dan Desa Pekraman Sangkaduan
14. Banjar dinas dan Desa Pekraman Tebuana
Kabupaten Gianyar terletak pada ketinggian 100 s.d
500 m dari permukaan laut. Kecamatan Tegallalang ter-
letak pada ketinggian 250 s.d 950 m dari permukaan laut.
Desa Taro terletak pada ketinggian ± 600 s.d 950 m di atas
permukaan laut. Desa Taro juga memiliki potensi pariwi-
sata apabila dikelola dengan baik yang akan memberikan
dampak positif. Desa Taro memiliki potensi alam yang
sangat sejuk dan menarik bagi para pelaku pariwisata dan
wisatawan yang datang ke Desa Taro (Desa Taro, 2017: 24).
2.1.2 Orbitasi Wilayah Desa Taro
Jarak Desa Taro ke ibukota kecamatan ± 12 km dan
lama tempuh perjalanan kurang dari 25 menit, jarak tem-
puh dari Desa Taro ke Ibukota Kabupaten Gianyar ± 33 km
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
54
dan lama tempuh perjalanan lebih kurang 45 menit, se-
dangkan ke Ibukota Provinsi ± 45 km dan lama waktu
tempuh perjalanan lebih kurang satu jam yang dapat di-
jangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat
serta dengan kondisi jalan yang cukup baik (Desa Taro,
2017: 25).
2.1.3 Iklim Wilayah Desa Taro
Desa Taro beriklim tropis dengan curah hujan berkisar
antara 200 s.d 250 mm. Musim hujan selama setahun ter-
jadi enam bulan dan musim kering selama setahun terjadi
selama enam bulan. Suhu rata-rata harian berkisar 250 s.d
300 C sehingga suhu di Desa Taro cukup dingin (Desa Taro,
2017: 27).
2.1.4 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan Desa Taro
Luas keseluruhan pengunaan lahan di Desa Taro adalah
1.289,00 ha. Sebagian besar lahan di Desa Taro diman-
faatkan untuk kegiatan pertanian yaitu hampir 93% dari
luas keseluruhan seluas 1.197,00 ha. Sebaran mengenai
luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Taro tahun
2017 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
-
Gambaran Umum Daerah Penelitian
55
Tabel 2.1
Luas wilayah dan penggunaan lahan di Desa Taro tahun 2017
No Penggunaan lahan Luas (ha) (%)
1 Sawah 247,00 20
2 Lahan pertanian (perkebunan) 950,00 73
3 Lahan bukan pertanian 92,00 7
Jumlah 1.289,00 100 Sumber: Profil Pembangunan Desa Taro (2017: 29).
Pata Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa pemanfaatan la-
han pertanian di Desa Taro terbagi menjadi dua kategori
yaitu persawahan seluas 247,00 ha (20%) dan lahan per-
tanian (perkebunan) seluas 950 ha (73%). Selain peng-
gunaan lahan untuk pertanian, di Desa Taro juga terdapat
lahan bukan pertanian seluas 92,00 ha (7%) (Desa Taro,
2017: 29).
2.1.5 Kondisi Ekonomi di Desa Taro
Desa Taro merupakan salah satu desa di Kabupaten
Gianyar yang berbatasan dengan Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli yang memiliki potensi besar untuk
pengembangan pertanian secara luas. Adapun kondisi
ekonomi pertanian Desa Taro sebagai berikut (Desa Taro,
2017: 30).
1. Wilayah Desa Taro yang merupakan tanah sawah men-
capai 247 ha.
2. Pada sektor pertanian dihasilkan beberapa jenis ko-
moditi padi gogo, jagung, kacang tanah, cabai, dan
buah-buahan.
-
Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe
56
3. Sektor perkebunan meliputi tanaman jeruk, kopi, ke-
lapa, cengkeh, dan jahe.
4. Sektor peternakan meliputi babi, sapi, ayam, dan itik.
5. Sektor perikanan meliputi perikanan air tawar seperti
mujair, nila, dan karper.
6. Sektor kehutanan meliputi hutan rakyat, hutan perlin-
dungan jurang dan hutan milik desa adat. Beberapa
jenis kayu yang dapat tumbuh dan berkembang de-
ngan baik di wilayah hutan Desa Taro meliputi kayu
mahoni, jati, kajimas, jempinis, dan beberapa jenis ka-
yu langka yang tumbuh di areal hutan desa adat.
7. Sektor industri yang berkembang di Desa Taro adalah
industri kerajinan bambu, ukir, lukis, dan anyaman (De-
sa Taro 2017: 30).
2.1.6 Jumlah dan Komposisi Penduduk Desa Taro
Menurut Badan Pusat Statistik (2017: 94), pengelom-
pokan usia penduduk dikelompokan menjadi tiga yaitu
penduduk usia belum produktif, penduduk usia produktif,
dan penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia belum
produktif yaitu penduduk yang berusia di bawah 15 tahun.
Penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia
antara 15 tahun sampai 64 tahun. Penduduk usia tidak
produktif yaitu penduduk yang berusia di atas 65 tahun.
Sebaran mengenai jumlah penduduk Desa Taro menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2017 dapat di-
lahat pada Tabel 2.2.
-
Gambaran Umum Daerah Penelitian
57
Tabel 2.2
Jumlah penduduk Desa Taro menurut kelompok umur
dan jenis kelamin tahun 2017
No Golongan umur
(tahun)
Jenis kelamin (orang) Jumlah
Laki – laki Perempuan (orang) (%)