hubungan tasawuf dengan akhlak
DESCRIPTION
dsdTRANSCRIPT
![Page 1: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/1.jpg)
Pengertian Akhlak dan Tasawuf
Pengertian Akhlak:• Secara bahasa akhlak berasal dari kata – – اخالقا يخلق ,artinya perangai, kebiasaan, watak اخلقperadaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:
1. QS. Al- Qalam: 4: عظيم خلق لعلى وانك2. QS. Asy-Syu’ara: 137: االولين خلق اال هذا ان3. Hadis : االخالق مكارم التمم بعثت انما
• Menurut Istilah, akhlak adalah:1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri Perbuatan Akhlak:1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.5. Dilakukan dengan ikhlas.
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:- Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.- Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.- Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Manfaat mempelajari Ilmu Akhlak:1. Menetapkan kriteria perbuatan yang baik dan buruk.2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.
Pengertian Tasawuf:• Secara bahasa tasawuf berarti:- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
• Menurut Istilah:1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt.2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
![Page 2: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/2.jpg)
Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf dan akhlak merupakan disiplin ilmu dalam islam yang sangat erat sekali
hubungannnya, dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. karena ketika kita
membicarakan akhlak apek tasawuf tidak bisa dilepaskan. Demikian sebaliknya jika tasawuf
dibincangkan maka akhlak menjadi hal utama yang harus bahas. Untuk mengetahui seberapa
pentingkah hubungan akhlak dengan tasawuf mungkin kita dapat mengkaji pendapat-pendapat
ulama sebagai berikut.
األخالق نهاية والتصوف االتصوف بداية األخالق
Artinya:
Akhlak adalah pangkal permulaan tasawuf sedangkan tasawuf batas akhir dari akhlak.
Begitu juga halnya yang dikemuakakakan oleh Al-kattany yang telah dikemukakan oleh al-
Ghazali yang meyatakan hubungan akhlak dan tasawuf yang dinyatakan dalam perkataannya
التصوف في عليك زاد الخلق في عليك زاد فمن خلق التصوف
Artinya: tasawuf itu adalah budi pekerti, barang siapa yang menyiapkan bekal atasmu dalam
budi pekerti, maka berarti ia menyiapkan bekal atas dirimu dalam bertasawuf.
Pengalaman tsawuf yang dilakukan para sufi telah memberikan kesan kepada kita, bahwa
tasawuf merupakan ajaran yang meruang lingkup kepada hubungan transenden; yang berarti
hubungan hamba allah dan tuhannya, hal ini telah diperkuat oleh pendapat Syekh Muhammad
Amin Al-Kurdi, yang mengemukakan beberapa prinsip-prinsip ajaran taawuf, sebagaimana yang
telah dikatakannya;
: والرجوع والرضا واإلعراض السنة وتباع الله تقوى خمسة التصوف أصول
Artinya;
Prinsip-prinsip tasawuf ada lima; yaitu taqwa kepada allah mengikuti sunnah, menahan diri,
rela dan bertaubat.
![Page 3: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/3.jpg)
Selanjutnya pekerjan Taqwa yang dilakukan oleh para suif membentuik sifat wara’ dan
istiqamah. Mengikui Sunnah dalam perkataan maupun perbuatan akan membentuk perilaku yang
berakhlak mulia. Menahan diri dari hal-hal yang bersifat sementara(Al-‘irad), akan membentuk
dirinya selalu sabar dan bertawakal. Bersikap rela (Ridla) dari pemberian allah yang kadang
relative sedikit atau banyak, membentuk dirinya bersikap Qana’ah dan lapang dada. Bertaubat
kepada allah yang dilakukan baik dengan cara terang-terangan maupun rahasia, dilakukan pada
saat senang maupun susah, sehingga dapat membentuk dirinya berkepribadian yang suka
bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar ketika mendapat kesusahan.
Dari kelima prinsip yang dikemukakan syekh Muhammad Imam Kurdiahlah dapat diambil
kesimpulan bahwa tasawuf hanya berupa transendel ( hubungan hamba dan allah semata).
Sementara akhlak lebih luas lagi yaitu yang mencakup hubungan manusia dengan seorang allah
dan hubungan manusia dan sesama makhluk,.
Memang ada beberapa ide untuk mendapat keridlaan dari allah, yaitu ide-ide itu
mengaharapkan agar kegiatan tasawuf tidak hanya diarahkan kepada kegiatan vertikal saja,
tetapi lebih dari itu ibadah horisontal dikaitkan juga, sehingga nantinya ulama tasawuf
memikirkan kebutuhan umat manusia yang sangat mendesak, maka dari itu konsekuensinya
istila-istilah yang sering dipakai dikalangan sufi harus diartikan kembali, misalnya zuhud yang
selama ini diartikan sebagai sikap meninggalkan kesenangan duniawi yang dapat mengganggu
kekonsentrasian beribadah dan lupa kepada tuhannya, hal tersebut harus dimaksudkan dampak
negtifnya bukan Dzat dari pada kekayaannya itu sendiri. Karena kekayaan yang dimiliki
manusia digunakan untuk mempermudah ibadah, hidup sederhana meninggalkan dari dunia
kemawahan dan untuk kesejahteraan umat manusia, hal tersebut bisa dikatakan zuhud. Jadi yang
dihindari dari pada sikap zuhud bukan dzat dari pada kekayaan itu sendiri, tapi efek negatif dari
kekayaan itu. seperti sikap sombong, takabur, dan lalai terhadap kehidupan akhirat.
Ide-ide seperti ini memang sangat sulit diterima oleh para kalangan masyarakat, terutama bagi
mereka yang telah menekuni ajaran tasawuf, karena menjauhkan dari kehidupan dunia (zuhud)
dan memfakirkan diri menjadi tradisi yang turun temurun bagi ajaran tasawuf, yang bermula
![Page 4: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/4.jpg)
dari kehidupan rasulullah SAW, dan para sahabatnya yang termasyhur namanya sebagai Ahlu
suffah, hingga kehidupan tasawuf sekarang.
Perlu diketahui perumusan devinisi zuhud yang menekankan sukap menjauhi dunia, dipengaruhi
oleh suasana kehidupan para sahabat dan tabi’in yang terlalu mengejar keduniaan, terutama
pembesar kerajaan, sehingga soal agama nyaris ditingalkan. Barangkali sikap yang demikian
dilatar belakangi oleh kehidupan yang mewah dengan cara yang foya-foya pada pembesar
kerajaan romawi dan Persia sebelum datangnya agama islam, lalu tradisi tersebut dilakukan lagi
oleh sebagian sahabat dan tabi’in, terutama yang dilakukan oleh keluarga pembesar dinasti bani
umayyah dan Ab-Basyiah.
Dari sinilah sehingga ulama tasawuf menyusun system kehidupan yang tercermin dalam
ajarannya, dengan cara mendakwah sikap zuhud dan fakir, untuk menjauhi kehidupan mewah
yang selalu membawa manusia lalai menekuni agamanya ketika itu.
Ketika kita menengok hancurnya peradaban danpuncak kejayaan islam dengan runtuhnya
Dinasti Bani Ab-Basyiah di Baqhdat. dari kejadian tersebut telah menyebar para kalangan umat
islam yang mulai menjauhi kehidupan dunia dengan cara mengasingkan diri, untuk memperbaiki
moral dan akhlak umat islam. Karena pada masa sebelumnya umat islam mengalamami krisis
moral dan akhlak, dan terlalu banyak bergelimang dengan kehidupan dunia. Akan tetapi umat
islam dalam kegiatan spiritualnya keterlaluan sehingga ajaran tasawuf terkesan dengan
mengharamkan kehidupan dunia. Yang menyebabkan aspek vertikal dan horizontal kurang
seimbang.
Dengan suasana yang berbeda antara masa lampau dengan masa sekarang maka devinisi zuhud
harus ditinjau kembali, sehingga tekanan zuhud bukan terletak pada menjauhi dunia akan tetapi
menekankan pada efek pada negatif dari kekayaan dan kekuasaannya itu sendiri, sehingga para
sufi tetap menekuni ajaran tasawufnya dan menekuni pula kegiatan bisnisnya. Pada akhirnya
ajaran tasawuf tidak hanya menekankan kepada aspek vertikal saja, tetapi juga melakukan
hubungan secara horisontal. Dan ajaran akhlak dan tasawuf dapat terpadu, akhlak sebagai
hubungan hamba allah dengan antar sesama dan tasawuf sebagai ajaran yang transenden.
![Page 5: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/5.jpg)
Berkenaan dengan hubungan akhlak dengan tasawuf lebih lanjut kita harus memahami beberapa
istilah dalam ilmu tasawuf yang menghantarkan kita dapat memahami sepenuhnya antara akhlak
dengan tasawuf, sebagai berikut;
1. Takhalli ialah membersihkan hati dengan mengosongkan hati dari sifat yang tercela
sepert rasa dengki, hasut, sombong dan rasa kecintaan yang berlebihan kepada dunia.
Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat tujuan manusia.
Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada
dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan
penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi,
seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia,
dalam artian dampak negatif dari pada dunia yang berlebihan harus dijauhi.
2. sebagai tahapan yang ke dua ialah Tahalli yaitu mengisi hati yang dikosongkan tadi
dengan sifat-siafat yang terpuji dengan cara berperilaku yang terpuji dan mengasibukkan
hatinya kapanpun dan dimanapun dengan berdzikir kepada allah karena mendekatkan diri
dengan cara bedzikir menurut para sufi dapat membawa ketentraman pada hati, ibadah
yang diwajibkan saja tidak cukup, untuk lebih memuaskan pendekatan diri kepada tuhan
diperlukan amalan-amalan khusus dengan cara berdzikir.
3. Tajalli, yang merupakan kelanjutan proses dari takhalli dan tahalli yang intinya
terbukanya pintu hijab yang membatasi manusia dengan tuhan, para kalangan sufi
menyebut dengan ungkapan ma'rifah.
Ketika seorang sufi melakukan tahapan yang utama yaitu tahapan takhalli( menghilangkan sifat-
sifat tercela) , maka ia masih dalam tingkat berakhlak. Pada tahapan yang kedua yaitu tahalli
seorang sufi dapat dikatakan berakhlak manakala masih menghiasi dirinya dengan sifat-sifat
terpuji( Tahalli) , jika dalam tahap bersyari’at, tarekat dan ma’rifat (dalam arti tahalli) maka ia
sudah dalam tahapan tasawuf.
![Page 6: Hubungan Tasawuf Dengan Akhlak](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9a75550346d033a1d567/html5/thumbnails/6.jpg)
Setelah sang sufi sudah bertakhalli dan bertahalli ( menghiasi dengan sifat terpuji dan bersyari’at,
tarekat dan ma’rifat), ia akan menuju tahapan yang ketiga yaitu Tajalli sebuah tahapan yang
terakhir dalam tasawuf yang disebut ma’rifah.
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa akhlak merupakan awal dari pada menuju
tasawuf dengan cara bertakhalli dan tahalli( dalam artian menghiasi denan sifat-sifat terpuji)
sedangkan tasawuf tujuan akhir dari pada akhlak yang dengan terpenuhinya tahapan tahalli
( dalam arti bersyari’at, tarekat, hakekat dan ma’rifat) setelah para sufi sudah bertakhalli dan
berhalli maka tahapan ketiga yaitu tajalli yang sering disebut ma’rifat sebagai kesuksesan dari
pada bertasawuf.