hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA
KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL
CARE IBU HAMILTRIMESTER III DI UPT
PUSKESMAS CIPAMOKOLAN
KOTA BANDUNG
2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
STELLA DEA FIRSTY
NPM.AK.1.15.099
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
ABSTRAK
Data WHO menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari
karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan AKI sebanyak 216 per
100.000 kelahiran hidup. Jumlah Kematian Bayi di kota Bandung tahun 2018 sebanyak
35 kasus dan jumlah kematian Ibu di Kota Bandung 2018 sebanyak 29 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III di UPT
Puskesmas Cipamokolan
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan populasi ibu hamil
trimester III di UPT Puskeasmas Cipamokolan dengan tekhnik pengambilan sampel
purposive sampling dengan besar sampel 43. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner sebanyak 30 pertanyaan dan lembar observasi buku KIA ibu hamil.
Hasil analisis univariat menunjukkan hampir setengahnya memiliki tingkat
pengetahuan kurang (46,5%) dan sebagian besar tidak patuh dalam melakukan
antenatal care (51,2). Uji rank spearmen didapatkan hasil p-value 0,000 sehingga
disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III. Pengetahuan
mempunyai peran dalam kepatuhan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan pihak
puskesmas untuk mengaskan kembali kepada ibu hamil untuk lebih sering membaca
buku KIA tentang tanda bahaya kehamilan dan menambahkan media lain dalam hal
penyampaian informasi seperti penyediaan poster atau pamflet sehingga para ibu yang
sedang mengantri dapat membacanya isi materi tentang tanda bahaya kehamilan yang
akan meningkatkan tingkat pengetahuan ibu.
Kata Kunci : Kehamilan, Tanda Bahaya Kehamilan, Kepatuhan dan
Pengetahuan
Daftar Pustaka : 23 Buku (2002 - 2018)
7 Jurnal (2008 – 2018)
5 Website (2001 – 2018)
ABSTRACT
WHO data states that globally around 830 women die every day due to
complications during pregnancy and childbirth, with a total MMR of 216 per 100,000
live births. The number of infant deaths in the city of Bandung in 2018 was 35 cases
and the number of maternal deaths in the city of Bandung in 2018 was 29 cases.
This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of
danger signs of pregnancy with antenatal care compliance for trimester III pregnant
women at UPT Puskesmas Cipamokolan
This research method uses descriptive correlative with the population of third
trimester pregnant women at UPT Puskesmas Cipamokolan with purposive sampling
technique with a sample size of 43. Data collection using a questionnaire of 30
questions and observation sheets of the MCH book of pregnant women.
The results of univariate analysis showed that almost half had insufficient level
of knowledge (46.5%) and most were not compliant in conducting antenatal care
(51.2). Spearmen rank test results obtained p-value 0,000 so that it was concluded there
was a relationship between the level of knowledge about the danger signs of pregnancy
with antenatal care compliance for trimester III pregnant women. Knowledge has a
role in compliance. Therefore, the researcher recommends that the puskesmas to
advise pregnant women to read the MCH handbook more frequently about pregnancy
danger signs and add other media in terms of delivering information such as providing
posters or pamphlets so that mothers who are queuing can read the contents of the
material about the danger signs pregnancy which will increase the level of knowledge
of the mother
Keywords : Pregnancy, Pregnancy Signs, Compliance and
Knowledge
Bibliography : 23 Books (2002 - 2018)
7 Journals (2008 - 2018)
5 Websites (2001 - 2018)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena berkat karunia Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan
Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipamokolan
Kota Bandung tahun 2019” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan di Universitas Bhakti Kencana Bandung Fakultas Keperawatan. Dalam
penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang di hadapi namun berkat dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan termakasih
kepada :
1. H. Mulyana, SH., M.Pd., M. Kes selaku ketua Yayasan Adhi Guna Kencana
2. Dr.Entris Sutrisno, MH.Kes.,Apt selaku Ketua Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
3. R. Siti Jundiah, S.Kp.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung.
4. Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung,
5. Novita Tsam, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing I yang dengan sabar dan
tekun memberikan bimbingan melalui berbagai pengarahan dan saran.
6. Inggrid Dirgahayu S.KP.,M.K.M selaku pembimbing II yang dengan sabar dan
tekun memberikan bimbingan melalui berbagai pengarahan dan saran.
7. Untuk seluruh dosen STIKes Bhakti Kencana Bandung umumnya dan seluruh
dosen Keperawatan khususnya.
8. Untuk Keluarga tercinta khususnya orang tua saya yang saya cintai yang telah
memberikan banyak doa, dukungan dan fasilitas kepada penulis hingga saat ini
9. Kepala Puskesmas Cipamokolan yang telah bersedia membantu dalam proses
pengambilan data.
10. Kepada Bu Fina selaku bidan di Puskesmas Cipamokolan yang telah membantu
dalam proses pengumpulan data
11. Member of HMTS yaitu Diyawati, Elsa, Rinrin, Loisiana yang sudah banyak
memberi kebahagian, kelucuan, keharuan, masukan dan bantuan atas kelancaran
dalam proses penelitian ini.
12. Saya ucapkan terima kasih dengan sepenuh hati especially for Rinrin Nuraeni yang
telah sabar dan ikhlas membantu peneliti mengerjakan skripsi penelitian
13. Teman-teman STIKes Bhakti Kencana Bandung Program Studi Sarjana
Keperawatan angkatan 2015 yang telah bersama-sama dalam menyelesaikan
Program Studi Sarjana Keperawatan ini.
Bandung, Juni 2019
Penulis
Stella Dea Firsty
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 8
2.1 Kehamilan ............................................................................................................ 8
2.1.1 Definisi ..................................................................................................... 8
2.1.2 Diagnosa Kehamilan ................................................................................. 9
2.1.3 Tanda-Tanda Hamil ................................................................................... 9
2.1.4 Ketidaknyamanan Kehamilan .................................................................. 12
2.2 Tanda Bahaya Kehamilan .................................................................................... 13
2.2.1 Definisi ...................................................................................................... 13
2.2.2 Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan .................................................... 14
2.2.3 Macam – Macam Tanda Bahaya Kehamilan ............................................. 15
2.3 Antenatal Care .................................................................................................... 23
2.3.1 Definisi ..................................................................................................... 23
2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan ............................................................... 25
2.3.3 Manfaat Pemeriksaan Kehamilan .............................................................. 26
2.3.4 Alasan Melakukan ANC ........................................................................... 27
2.3.5 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan ......................................................... 27
2.3.6 Tujuan Kunjungan K1,K2,K3 dan K4 ....................................................... 28
2.4 Kepatuhan ............................................................................................................ 32
2.4.1 Definisi ..................................................................................................... 32
2.4.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi ........................................................... 33
2.4.3 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan ................................................. 35
2.4.4 Pengukuran Kepatuhan .............................................................................. 36
2.5 Pengetahuan ......................................................................................................... 36
2.5.1 Definisi ..................................................................................................... 36
2.5.2 Tingkat Pengetahuan ................................................................................. 37
2.5.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ........................................................ 39
2.5.4 Pengukuran Pengetahuan ........................................................................... 41
2.5.5 Sumber Pengetahuan ................................................................................. 42
2.5.6 Cara Memperoleh Pengetahuan ................................................................. 44
2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan
Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III di UPT Puskesmas Cipamokolan ......... 46
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................................. 53
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 54
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 54
3.2 Paradigma Penelitian ......................................................................................... 54
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 57
3.4 Variabel Penelitian .............................................................................................. 57
3.4.1 Variabel Independen ................................................................................. 57
3.4.2 Variabel Dependen ................................................................................... 58
3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ................................................... 58
3.5.1 Definisi Konseptual .................................................................................. 58
3.5.2 Definisi Operasional ................................................................................. 58
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 59
3.6.1 Populasi ..................................................................................................... 59
3.6.2 Sampel ....................................................................................................... 60
3.7 Pengumpulan Data ............................................................................................. 62
3.7.1 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62
3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 63
3.7.3 Teknik Penumpulan Data .......................................................................... 66
3.8 Langkah-Langkah Penelitian ............................................................................. 67
3.8.1 Tahap Persiapan ......................................................................................... 67
3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 68
3.8.3 Tahap Akhir ............................................................................................... 69
3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data .................................................................... 69
3.9.1 Pengolahan Data ........................................................................................ 69
3.9.2 Analisa Data .............................................................................................. 71
3.10 Etika Penelitian .................................................................................................. 75
3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 78
3.11.1 Lokasi ....................................................................................................... 78
3.11.2 Waktu ....................................................................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 79
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................... 79
4.1.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 79
4.1.2 Analisis Bivariat ........................................................................................ 80
4.2 Pembahasan ......................................................................................................... 82
4.2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan ................................................................ 82
4.2.2 Gambaran Kepatuhan Antenatal Care ....................................................... 84
4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan ................................ 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 91
5.1 Simpulan ............................................................................................................. 91
5.2 Saran ................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 49
Bagan 3.1 Kerangka Teori .................................................................................... 52
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................... 55
Table 3.2 Keeratan Hubungan Variabel ................................................................. 69
v
DAFTAR SINGKATAN
ANC : Antenatal Care
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
DJJ : Denyut Jantung Janin
USG : Ultrasonografi
KPD : Ketuban Pecah Dini
ASI : Air Susu Ibu
KB : Keluarga Berencana
IQ : Intelligence Quotient
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
WHO : World Health Organization
BPS : Badan Pusat Statistik
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengantar Uji Konten
Lampiran 4 Surat Uji Etik
Lampiran 5 Lembar Informed Consent
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Instrumen Tingkat Pengetahuan
Lampiran 8 Instrumen Kepatuhan (Buku KIA)
Lampiran 9 Lembar Uji Konten
Lampiran 10 Lembar Bimbingan
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Lampiran 12 Distribusi Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan
Lampiran 13 Input Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 16 Hasil Analisa Univariat
Lampiran 17 Hasil Analisa Bivariat
Lampiran 18 Persyaratan Sidang
Lampiran 19 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi pada seorang wanita
dimana didalam masa kehamilan akan terjadi perubahan pada fisik, psikologis
dan sosial. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan merupakan kejadian bertemu nya ovum
dengan sprema, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37
minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho & Utama, 2014).
Asrinah, dkk (2010) menjelaskan bahwa periode antepartum adalah periode
kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai
dimulainya persalinan. Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester,
Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa
lama kehamilan diperkirakan kurang dari 40 minggu. Pembuahan berlangsung
ketika terjadi ovulasi, kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir (dengan perkiraan
siklus 28 hari). Pada praktiknya trimester I secara umum dipertimbangkan
berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester II minggu
ke-13 sampai dengan minggu ke-27, trimester III minggu ke-27 hingga minggu
ke-40 (13 minggu).
2
Pada umumnya sekitar 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10-12% kehamilan disertai penyulit atau menjadi kehamilan patologis.
Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan nasional
pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara
global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000
kelahiran hdup (WHO, 2017).
Menurut data hasil dari BPS, SDKI (2012) dan SUPAS (2015) AKI di
Indonesa memang mengalami peningkatan dan penurunan yang signifikan,
terlihat pada tahun 2007 AKI di Indonesia itu berjumlah 228 per 100.000 kelahira
hidup, lalu mengalami peningkatan pada tahun 2012 yang berjumlah 359 per
100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2015 AKI di Indonesia sedikit
mengalam penurunan yaitu berjumlah 305 per 100.000 kelahiran hidup
(KemenkesRI, 2017).
Begitu tingginya tingkat AKI disebabkan oleh faktor yang sangat bervarian,
seperti rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan ANC yang
tidak teratur, tingkat sosial ekonomi yang rendah kurangnya tingkat kesadaran
dan ketaatan ibu hamil dalam memeriksakan kandungannya, pengaruh status gizi
ibu, kesibukan dalam aktivitas, dukungan dari pihak keluarga dan suami yang
kurang, pelayanan maternal yang belum optimal (Prawiohardjo, 2009). Indikator
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menjelaskan
bahwa besarnya risiko kematian ibu terjadi pada fase kehamilan, persalinan dan
3
masa nifas. Berikutnya perkembangan AKI berdasarkan beberapa hasil studi dan
survey yang dilakukan oleh Institusi Pendidikan dan BPS, pada umumnya
kematian ibu terjadi pada saat melahirkan (60,87%), waktu nifas (30,43%) dan
waktu hamil (8,70%).
Angka Kematian Ibu (AKI) di kota Bandung diketahui penyebab dari jumlah
kematian disebabkan karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas perjumlah
kelahiran hidup di wilayah tertentu. Jumlah kematian ibu di Kota Bandung tahun
2016 terlaporkan sebanyak 27 kasus kematian. Jumlah kematian ibu di kota
Bandung dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan tetap dan bahkan
mengalami penurunan di tahun 2017 sebanyak 15 kasus kematian namun pada
tahun 2018 angka kematian ibu di kota bandung mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 29 kasus kematian (Dinkes Kota Bandung, 2017-2018).
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2018 di Indonesia yang meningkat atau
masih tinggi dipicu karena berbagai faktor yang salah satunya adalah kualitas
pelayanan kesehatan, gangguan pada saat kelahiran dan termasuk perawatan pada
saat kehamilan. Angka Kematian Bayi di kota Bandung pada tahun 2017
terlaporkan sebanyak 32 kasus kematian dan meningkat di tahun 2018 yaitu
sebanyak 35 kasus kematian.
Berdasarkan data tersebut hal inipun didukung dengan jurnal penelitian
didukung tentang jurnal yang diteliti oleh Vivi B,dkk (2018) yang berjudul
”Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan”. Adapun tujuan dari penelitian
4
yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan pada karakteristik ibu dan
dukungan suami dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya
kehamilan di BPM Sumidyah Ipung.
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa observasional
analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang dipilih menggunakan
teknik quota sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden. Nilai p
value dari analisis statistik Chi Square test menunjukkan hasil p value= 0,000
(usia dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,037 (pendidikan dengan tingkat
pengetahuan), p value= 0,028 (pekerjaan dengan tingkat pengetahuan), p value=
0,049 (paritas dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,007 (riwayat kunjungan
ANC dengan tingkat pengetahuan) dan p value= 0,007 (dukungan suami dengan
tingkat pengetahuan). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan, ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang
tanda bahaya kehamilan, pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan, ada hubungan antara paritas dengan tingkat pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara riwayat kunjungan ANC
dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, dan ada hubungan
antara dukungan suami dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan.
Kepatuhan melakukan ANC adalah kunjungan yang dilakukan ibu hamil ke
tempat pelayanan kesehatan sejak tanda – tanda kehamilan sampai pada trimester
5
III. Adapun pengukuran kepatuhan pemeriksaan kehamilan (ANC) nya yaitu,
satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali
kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), dua kali kunjungan
selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
(Saifudin, 2010). World Health Organization juga menegaskan bahwa kunjungan
antenatal care minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan (WHO, 2016)
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Cipamokolan pada tanggal
14 Maret 2019 diketahui jumlah data seluruh ibu hamil tahun 2018 adalah 696,
untuk data ibu hamil bulan januari sampai februari tahun 2019 berjumlah 154,
untuk jumlah ibu hamil trimester III pada bulan april sebanyak 83 dan bulan mei
yang diperkirakan lahir juni-juli terdapat sebanyak 76 orang.
Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu hamil trimester III mengenai tingkat
pengetahuan tanda bahaya didapatkan 6 dari 10 orang tidak mengetahui banyak
tentang tanda bahaya kehamilan, tidak mengetahui macam macam tanda bahaya
kehamilan dan dampak apa yang akan terjadi pada kehamilan jika tanda bahaya
itu akan terjadi. Setelah dilakukan wawancara dengan salah satu bidan
mengatakan bahwa pernah dilakukan penkes tanda bahaya kehamilan tetapi
hanya diberikan kepada ibu hamil yang memang beresiko. Ada beberapa ibu
hamil yang tidak peduli dan tidak tau mengenai tanda bahaya kehamilan, adapula
ibu hamil dengan usia yang beresiko mengalami tanda bahaya kehamilan dan ada
beberapa ibu hamil yang pernah mengalami tanda bahaya kehamilan seperti
ketuban pecah dini namun tidak langsung memeriksa kehamilannya ke pelayanan
6
kesehatan dengan alasan tidak mengetahui bahwa itu adalah tanda bahaya
kehamilan. Hal ini mengakibatkan dampak buruk terhadap persalinan yaitu partus
lama dan bayi menjadi lahir prematur.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Antenatal
Care Ibu Hamil Trimester III”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya kehamilan dengan
kepatuhan antenatal care (ANC) ibu hamil trimester III?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya
kehamilan dengan kepatuhan antenatal care pada ibu hamil trimester III.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang tanda bahaya kehamilan
2. Untuk mengidentifikasi kepatuhan antenatal care pada ibu hamil
trimester III
3. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya
kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan terkait tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan
antenatal care
2. Institusi Stikes Bhakti Kencana Bandung.
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan
terutama yang berkaitan dengan tanda bahaya kehamilan dengan
kepatuhan antenatal care.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Ilmu yang didapat dari proses penelitian dapat bermanfaat dan
menambah penglaman baru bagi peneliti dan dapat diaplikasikan oleh
peneliti di dalam kehidupan.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat
khusus nya pada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan penting
nya melakukan antental care.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses dimulai konsepsi sampai lahirnya janin,
normalnya lama kehamilan adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi
beberapa periode antenatal yaitu 3 trimester, yang dimana trimester I
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester II dari bulan ke 4 sampai
6 bulan, dan trimester III dari bulan ke 7 sampai ke 9 bulan
(Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu primigravida dan
multigravida. Primigravida merupakan keadaan dimana seorang wanita
mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya, yang kedua
multigravida yang dimana seorang wanita telah hamil lebih dari 1
sampai 5 kali. Kehamilan melibatkan adanya perubahan fisik, emosional
maupun perubahan psikososial di dalam keluarga. Pada umumnya
kehamilan akan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran yang normal. Namun tidak bisa dihindari berbagai resiko akan
terjadi pada masa kehamilan. Oleh karena itu pemeriksaan kehamilan
atau pelayanan antenatal merupakan suatu cara yang harus dilakukan
9
guna mencegah berbagai resiko yang terjadi yang dapat membahayakan
kondisi ibu dan kehamilannya.
2.1.2 Diagnosa Kehamilan
Secara umum diagnosa kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu :
1. Dapat diraba kemudian diketahui bagian bagian janin
2. Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa
cara
3. Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen
4. Tampak adanya kerangka janin jika melakukan pemeriksaan dengan
sinar rontgen
5. Dapat diketahui panjang janin, kantung janin, perubahan janin dan
diameter diparietakis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan
jika melakukan ultrasonografi (USG)
2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan
Beberapa tanda-tanda kehamilan, diantaranya :
1. Tanda Pasti Kehamilan
a. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat diperiksa atau didengar degan
alat fetal electro cardiograf. Pemeriksaan denyut jantung janin
hanya dapat dicatat pada usia kehamilan 12-14 minggu. Dengan
10
menggunakan system doppler dan stetoskop laennec denyut
jantung janin juga dapat didengar dan dicatat, namun pada
stetoskp laennec denyut jantung janin baru dapat didengar pada
usia kehamilan 18-20 minggu.
b. Gerakan Janin dalam Rahim
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibu
pada usia kehamilan 18 minggu, berbeda dengan multigravida
gerakan janin dapat dirasakan pada usia 16 minggu. Gerakan
janin terkadang dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa pada
usia kehamilan 20 minggu, ballotemen dalam uterus dapa diraba
pada kehamilan lebih tua dan pada teimester III gerakan janin
lebih cepat atau lebih sering bergerak. Kepala dan bokonng
merupakan bagian besar janin, sedangkan kaki dan tangan
merupakan bagian-bagian kecil janin yang dapat diraba dengan
jelas.
c. Tampak Adanya Pertumbuhan Janin (Pemeriksaan USG)
Untuk melihat pertumbuhan janin dan menentukan usia
kehamilan dapat dilakukan ultrasonografi (scanning). Dapat
pula dilakukan bila ada kecurigaan pada kondisi kehamilan
seperti kehamilan ganda, hamil anggur (mola hidatidosia),
plasenta previa, hidramnion dan kematian janin.
11
2. Tanda Mungkin Kehamilan
a. Perubahan Pada Serviks
Pada umumnya jika tidak hamil keadaan serviks teraba
keras seperti kita meraba ujung hidung, namun pada saat
kehamilan serviks menjadi lunak pada perbaa selunak bibir atau
ujung bawah daun telinga.
b. Pembesaran perut
Setelah bulan ke 3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
c. Tanda Chadwik
Adanya tanda chadwik ialah warna selaput lender vulva dan
vagina menjadi ungu
d. Hiperpigmentasi
Terjadinya hiperpigmentasi pada kulit muka yang disebut
chloasma gravidarum, hiperpigmentasi linea alba dan
hiperpigmentasi pada aerola dan papilla mammae.
e. Amenorrhoe
Pada umumnya wanita yang sehat dengan haid yang teratur
amenorrhoe merupakan tanda kehamilan. Namun terkadang
amenorrhoe bisa juga disebabkan karena penyakit berat seperti
Tuberculosis, Typhus, Anemia dan Pengaruh Psikis salah
satunya karena perubahan lingkungan
12
f. Frekunsi BAK yang sering
Sering nya BAK merupakan tanda kehamilan karena rahim
yang membesar menekan kandung kemih.
2.1.4 Ketidaknyamanan Kehamilan
Berikut beberapa ketidaknyamanan kehamilan :
1. Nocturia (Sering Kencing)
Seringnya kencing merupakan hal yang membuat tidak nyaman
bagi seorang ibu hamil, dikarenakan membutuhkan tenaga lebih
untuk harus ke kamar mandi terus menerus. Namun BAK yang
sering ini merupakan tanda kehamilan yang memang biasanya
terjadi karena rahim yang semakin membesar akan menekan
kandung kemih terutama pada usia tua kehamilan yang
menyebabkan kandung kemih terasa penuh akibat turunnya kepala
bayi yang menekan kandung kemih.
2. Nyeri Punggung
Nyeri punggung yang terjadi biasanya pada bagian lumbosacral
di punggung. Nyeri punggung yang dialami pada ibu hamil
dikarenakan beban berat tubuh yang dialami, intensitas nnyeri nya
pun meningkat apabila adanya perubahan postur dan gravitasi.
3. Edema
Edema pada ekstremitas bawah dikaibatkan oleh adanya
gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
13
ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan
karena tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul.
Pakaian ketat pada ibu hamil dapat menghambat aliran balk vena
dari ekstremitas bawah yang dapat memperburuk masalah. Edema
pada kaki yang sering menggantung dapat terlihat di area
pergelangan kaki dan hal ini berbeda dengan edema karena
preeklampsi/eklampsia
4. Nyeri Kepala
Nyeri kepala pada ibu hamil biasanya terjadi pada usia periode
kehamilan trimester II dan III. Hal ini diakibatkan karena adanya
kontraksi otot atau spasme otot seperti leher, bahu dan penegangan
pada kepala.
2.2 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester II, Trimester III
2.2.1 Pengertian
Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda gejala yang
menggambarkan adanya bahaya yang terjadi pada saat kehamilan
atau pada saat periode kehamilan. Dapat berakibat fatal jika tidak
terdeteksi dini karena akan membahayakan kondisi kehamilan
maupun kematian sang ibu. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan
yang terjadi pada seorang ibu hamil merupakan suatu pertanda telah
terjadinya suatu masalah yang serius pada ibu atau janin yang
dikandungnya. Tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada awal
14
kehamilan (hamil muda) atau pada pertengahan atau pada akhir
kehamilan (hamil tua) (Depkes RI, 2009).
Hal ini pun dikembangkan di jurnal yang diteliti oleh Theresa,
dkk dengan judul gambaran pemanfaatan buku KIA dan
pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan, yang
dimana seseorang bisa mengetahui informasi tanda bahaya
kehamilan melalui buku KIA untuk meningkatkan pengetahuannya
tentang tanda bahaya kehamilan.Kehamilan adalah hal yang
fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi
patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga ksehatan
untuk mencegah adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian
dini guna mengecek dan menceegah adanya komplikasi/penyakit
yang mungkin terjadi selama kehamilan (Kusmiyati dkk, 2008).
2.2.2 Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal
dan hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau
berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak
terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap
organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsurangsur.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor
15
predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak
awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk 14
mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.
2.2.3 Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester
II, Trimester III
A Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)
1. Perdarahan Antepartum
Perdarahan pada kehamilan merupakan hal yang sangat
berbahaya bagi kondisi kehamilan. Perdarahan kehamilan usia
muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan usia tua disebut dengan perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan
lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang
sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.
Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu ini memerlukan
penangan yang berbeda dari usia kehamilan sebelum 22 minggu.
Karena perdarahan setelah 22 minggu ini lebih berbahaya.
Pada umumnya perdarahan antepartum dialami pada usia
kehamilan trimester III atau setelah kehamilan 28 minggu.
Perdarahan antepartum biasanya bersumber dari kelainan
plasenta, seperti solusio plasenta dan plasenta previa. Berikut
16
macam-macam kelainan plasenta menurut Rukiyah & Lia (2011)
yaitu:
a. Solusio Antepartum
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin
dilahirkan (Prawirohardjo, 2009). Solusio plasenta
merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri yang terlepas dari pelekatannya sebelum janin
lahir. Kejadian ini sering terjadi pada kehamilan trimester III
atau kehamilan lebih dari 22 minggu dengan berat janin lebih
dari 500 gram disertai dengan pembekuan darah.
Adapula penyebab terjadinya solusio plasenta
disebabkan oleh usia pada ibu (> 35 tahun) karena kekuatan
ibu berkurang pada ibu yang pernah mengalami persalinan
atau kelahiran lebih dari satu kali (multiparitas), trauma pada
abdomen dan tali pusat yang pendek juga dapat
menyebabkan solusio plasenta karena pergerakan janin yang
beas menyebabkan terlepasnya plasenta akibat tarikan tali
pusat tersebut.
b. Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan kondisi plasenta yang berada
di depan jalan lahir sehingga menutupi seluruh atau sebagian
jalan lahir. Plasenta previa suatu keadaan pada kehamilan
17
dimana plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat
dengan ostium internum, insidennya 1 : 200 kehamilan
(William R, 2010).
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama dari plasenta previa. Apabila plasenta tumbuh
pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus, pada saat itulah mulailah terjadinya
perdarahan. Perdarahan ini terjadi karena sinus uerus yang
robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus.
2. Hiperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala
sesuatu yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan aktivitas sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton bukan karena
penyakit seperti apendiksitis, piellitits dan sebagainya
(Joseph.2011).
Perasaan mual berasal dari akibat meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi di trimester pertama.
Peningkatan hormone ini menyebabkan otot polos pada
gastrointestinal relaksasi sehingga motilitas lambung menurun
18
dan pengosongan lambung melambat dan peningkatan sekresi
asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadi nya mual
dan muntah. Hal ini diperkuat dengan adanya factor psikologis,
spiritual dan lingkungan (Runiari.2010)
B Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 28 minggu)
1. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut
SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita
hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau
gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam
dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama
kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
2. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1
jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau
ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan IUFD
(Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-
tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat
19
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3
kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
C Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)
1. Perdarahan Antepartum
Perdarahan pada kehamilan merupakan hal yang sangat
berbahaya bagi kondisi kehamilan. Perdarahan kehamilan usia
muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan usia tua disebut dengan perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan
lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang
sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.
Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu ini memerlukan
penangan yang berbeda dari usia kehamilan sebelum 22 minggu.
Karena perdarahan setelah 22 minggu ini lebih berbahaya.
2. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
20
tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-
eklampsia (Pusdiknakes, 2003)
3. Bengkak di muka atau tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih
tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini
bisa merupakan pertanda pre-eklampsia.
4. Pecah Ketuban dini
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
atau pada trimester III maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD pre-term adalah KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah dan
Lia, 2011).
Pecah ketuban dini merupakan keadaan ibu menglami pecah
ketuban terlalu cepat atau sebelum melahirkan. KPD (ketuban pecah
dini) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang
terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya
21
(Nugroho, 2010). Menurut Manuaba (2009) Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan
dimulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37
minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.
Menjelang usia kehamilan cukup bulan menyebabkan
kelemahan pada selaput janin diatas serviks internal terjadi yang
memicu robekan di lokasi ini (Rukiyah dan Lia, 2011). Adapun
penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba, 2009
dan Morgan, 2009 yaitu :
a. Serviks inkompeten
b. Faktor keturunan
c. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia
d. Overdistensi uterus
e. Malposisi atau malpresentase janin
f. Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks
g. Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih
h. Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan
selama hamil
i. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang
kuat dari pada usia muda
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
22
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Manuaba, 2009).
5. Tidak Adanya/Kurangnya Gerakan Janin
Pada bulan ke 6 biasanya ibu sudah mampu merasakan
gerakan bayinya. Jika bayi tidur maka gerakan nya pun akan
melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam. Saat ibu sedang berisitirahat, berbaring, makan
dan minum biasanya gerakan bayi akan lebih mudah terasa
(Asrinah dkk, 2010).
Pada usia kehamilan trimester III ruang gerak janin makin
sempit, cairan amnion ketuban pun mulai berkurang sehingga
tidak banyak membantu pergerakan janin. Akibat dari kondisi
ini adalah janin seperti pendiam dan pergerakan bayi akan
semakin berkurang karena alasan tadi. Pada minggu minggu
akhir kehamilan, saat kepala janin mulai masuk rongga pinggul.
23
Berkurangnya gerak janin ini sangat alami, kebanyakan janin
memiliki masa aktif di tengah malam.
Pemantauan aktifitas gerak janin dapat diketahui secara
subjektif (menanyakan kepada ibu) dan objektif (palpasi atau
dengan USG). Janin normal tidak terjadi hipoksia dan akan
bergerak aktif. Namun gerakan janin akan dirasakan oleh ibu
sebanyak lebih dari 10 kali per hari (pada usia diatas 32 minggu).
Namun gerakan janin yang pendiam harus terus di pantau
ditakutkan terjadi kejadian yang membahayakan janin.
2.3 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)
2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan merupakan pengawasan sebelum persalinan
yang bertujuan untuk memeriksa keadaan pertumbuhan dan
perkebangan janin. Setiap wanita hamil beresiko mengalami komplikasi
yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal
(Prawirohardjo, 2009). Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering
disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu dalam
masa kehamilan dan sebelum persalinan atau melahirkan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan suatu cara yang dilakukan guna
kesehatan ibu serta kandungannya dan memeriksa kemungkinan terjadi
nya masalah yang terjadi pada kandungan yang kadang kadang sulit
24
untuk diketahui masalahnya meskipun tidak terlihat tanda tanda yang
memang tidak membahayakan pada kehamilan (Saifudin, 2010)
Antenatal merupakan cara untuk deteksi dini di setiap masalah
kehamilan yang bertujuan untuk mencegah masalah yang terjadi sedini
mungkin. Sasaran utama antenatal care adalah pemberian perawatan
untuk memastikan bahwa ibu hamil dan bayi memiliki kesehatan yang
baik sampai akhir kematian dan meminimalisir efek bahaya yang akan
terjadi pada ibu dan bayi.
Berikut diterangkan mengenai apa saja yang dilakukan dalam
pemeriksaan kehamilan, sabagai pengetahuan bagi ibu hamil agar
mendapatkan kehamilan yang sehat dan keluarga yang bekualitas :
1. Pemeriksaan Berat Badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil
memeriksakan kandungannya, ini dilakukan untuk mengetahui
pertambahan berat badan merupakan hal normal ataukah tidak.
2. Pemeriksaan Tinggi Badan
Pemeriksaan tinggi badan ibu juga dilakukan saat pertama kali
ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Mengetahui tinggi badan
sangat penting untuk mengetahui ukuran panggul si ibu untuk
menentukan persalinan yang dilakukan akan normal atau tidak.
Karena jika tinggi badan ibu dianggap terlalu pendek dikhawatirkan
memiliki panggul yang sempit dan proses persalinan dikhawatirkan
tidak dapat dilakukan secara normal.
25
3. Pemeriksan Urin
Pemeriksaan urin selain dilakukan untuk memastikan kehamilan
dapat juga untuk mengetahui fungsi ginjal apakah ada tidaknya
protein dalam urin karena mengarah pada preeklamsi dan
mengeahui kadar gula dalam darah untuk mengetahui ibu
mengakami diabetes atau tidak.
4. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengetahui kondisi
kehamilan apakah ada penyakit kehamilan, mengetahui kondisi
abnormal didalam rongga panggul dan memeriksa apakah terdapat
tumor atau tidak dan untuk mengetahui ukuran rongga panggul
sebagai jalan lahir. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan di awal
kehamilan.
2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Tujuan umum nya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental bagi ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan khususnya yaitu :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehtan ibu dan
tumbuh kembang bayinya.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
26
3. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya denga trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjala nomal dan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang dengan normal (Prawirohardjo,
2010).
2.3.3 Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelaianan yang menyertai kehamilan dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah untuk pertolongan
persalinan yang akan di berikan. Manfaat pemeriksaan kehamilan
sangatlah besar dikarenakan dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi kehamilan yang dialami ibu hamil sehingga dapat diarahkan
untuk melakukan rujukan.
Menurut (Manuaba,2010) Manfaat pemeriksaan kehamilan lainnya
untuk ibu adalah mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu setelah
persalinan dan dapat memberikan ASI. Konseling dalam pemakaian alat
kontrasepsi KB, memberikan nasehat dan petunjuk untuk berbagai
27
masalah yang berkaitan dengan kehamilannya serta berusaha
menetapkan penggolongan kehamilan dengan faktor resiko tinggi untuk
menentukan pertolongan persalinan yang aman bagi ibu dan bayi.
Manfaat lainnya untuk menjamin pertumbuhan bayi yang sehat dalam
kandungan hingga lahir.
2.3.4 Alasan Melakukan ANC
Pemeriksaan kehamilan merupakan upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetric untuk mengoptimalkan kesehetan
maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan permantauan rutin
selama kehamilan (Hidayat, 2007). Ada 6 alasan penting untuk
mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2. Mengupayakan trwujudnya kondisi terbak bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan untuk ibu dan
kehamilan
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
6. Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang dapat
membahayakan keselamatan ibu hamil dan kandungannya (Hidayat,
2007)
28
2.3.5 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan cara kontak anatara
ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Depkes, 2008)
Dalam standar pelayanan kebidanan, setiap wanita hamil memerlukan
minimal empat kali kunjungan selama periode antenatal (WHO, 2016),
yaitu :
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36
dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, 2010).
Selama melakukan kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan, ibu
hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengat
upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin akan menggangu kualitas kehamilan.
Identifikasi kehamilan diperoleh melalui adanya perubahan anatomic
dan fisiologik kehamilan dan dilakukannya uji hormonal dengan
berbagai metode jika diperlukan (Prawirohardjo, 2009).
29
2.3.6 Tujuan Kunjungan K1, K2, K3 dan K4
1. Tujuan Kunjungan K
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama
kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan
jumlah kunjungan minimal satu kali meliputi :
a. Identitas/biodata
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat kebidanan
d. Riwayat kesehatan
e. Pemeriksaan kehamilan
f. Pelayanan kesehatan
g. Penyuluhan dan konsultasi
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh
standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar
minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
30
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Tujuan k1 :
1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
klien
2. mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati
sebelum mengancam jiwa ibu
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses
alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian
seterusnya.
5. mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan
mewaspadai.
31
6. Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun
bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan
dengan ibu
7. Mengidentifikasi faktor risiko dengan
mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang,
riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.
8. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya
mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran
tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu,
persalinan, kelahiran atau puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan
ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).
2. Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan
mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
klien
2. Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
32
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses
alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian
seterusnya
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan
mewaspadai.
6. Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam
kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji
adanya edema dan protein uria.
7. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
8. Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan
saluran perkemihan.
9. Mengulang perencanaan persalinan.
3. Tujuan K3 dan K4
Tujuan K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan akhir) dan mendapatkan
pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.
33
Tujuan K4 :
1. Sama dengan kunjungan I dan II
2. Palpasi abdomen
3. Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang
memerlukan kehahiran RS.
4. Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.
2.4 Kepatuhan
2.4.1 Definisi
Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu
(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya
hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat
dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga
mematuhi rencana. Sedangkan Sarafino (dalam Yetti, dkk 2011)
mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya.
Menurut Yandianto Kamus Umum Bahasa Indonesia (2009), patuh
ialah taat kepada perintah, sedangkan kepatuhan ialah perilaku yang
sesuai dengan perintah atau anjuran.
34
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Kozier (2010) faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah sebagai berikut:
a. Motivasi klien untuk sembuh
b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan
c. Persepsi keparahan masalah kesehatan
d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit
e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus
f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi
g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau
tidak membantu
h. Kerumitan, efek samping yang diajukan
i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit
dilakukan
j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan
penyediaan layanan kesehatan.
Teori Niven (2002) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat
mendukung sikap patuh pasien, diantaranya:
1. Pendidikan. Domain pendidikan tersebut ialah :
a. Pengetahuan (knowledge).
b. Sikap (attitude).
c. Tindakan (action).
35
2. Dukungan dari keluarga dan teman-teman.
3. Pembuatan jadwal
4. Interaksi antara professional kesehatan dengan pasien
Sedangkan menurut Brunner and Suddarth (2002) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah:
1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi
dan pendidikan.
2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit.
3. Faktor program seperti kompleksitas program dan efek samping
yang tidak menyenangkan.
4. Faktor psikososial seperti pengetahuan, sikap terhadap tenaga
kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,
keyakinan agama atau budaya, dan biaya financial.
2.4.3 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan Kepatuhan Klien
Menurut Dinicola dan DiMatteo (dalam Niven, 2002) pendekatan
yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan pasien ialah
dengan membuat intruksi tertulis yang mudah dipahami, yang
diutamakan untuk memberikan informasi mengenai pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan (Niven, 2002) :
36
1. Pemahaman tentang instruksi.
Banyaknya kegagalan pemahaman ialah karena pemberian
intruksi secara kurang lengkap, intruksi yang terlalu banyak
sehingga sulit diingat dan penggunaan istilah medis.
2. Kualitas interaksi.
Kualitas interaksi antara petugas kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat
kepatuhan.
3. Isolasi sosial dan keluarga.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi
dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta
dapat menetukan tentang program pengobatan yang dapat mereka
terima.
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian.
Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak
patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, memiliki ego
yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan
perhatian pada diri sendiri.
2.4.4 Pengukuran Kepatuhan
Kepatuhan melakukan ANC adalah kunjungan yang dilakukan ibu
hamil ke tempat pelayanan kesehatan sejak tanda – tanda kehamilan
37
sampai pada trimester III. Pengukuran kepatuhan kunjungan ibu hamil
ke wilayah kerja UPT Puskesmas dengan menggunakan data skunder
dengan skala pengukuran ordinal dengan. Satu kali kunjungan selama
trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama
trimester kedua (antara minggu 14-28), dua kali kunjungan selama
trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
(Saifudin, 2010).
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang, karena pengetahuan merupakan salah
satu unsur yang diperlukan agar manusia dapat berbuat sesuatu
berdasarkan keyakinan, saran dan motivasi (Sugiyono, 2011).
38
2.5.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjalaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
39
Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Anlalisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi
masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan mengelompokan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi pada penelitian terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007)
40
2.5.3 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan dapat mempngaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan maka akan sesorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang
yang berpendidikan rendah juga tidak berarti mutlak
berpengatahuan rendah.
2. Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaru jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pegetahuan. Hal ini pun
didukung oleh jurnal yang diteliti oleh Ripca, dkk tentang
bagaimana promosi kesehatan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan seseorang. Berdasarkan jurnal tersebut informasi
merupakan hal yang memang mempengaruhi peningkatan
pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi
seseorang juga merupakan hal penting yang akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu.
41
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial yang
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan salah satu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali lagi pengetahuan yang telah diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
6. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal
mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.
Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif
lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap
tradisional Mengenai jalannya perkembangan hidup :
42
a. Semakin tua semakin bijaksana, karena semakin banyak
informasi yang di dapat maka akan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga kan bertambahnya pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti kosa kata dan pengetahuan umum.
Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
2.5.4 Pengkuruan Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%.
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
43
2.5.5 Sumber Pengetahuan
Sumber – sumber pengetahuan sebagai berikut :
1. Kepercayaan berdasarkan tradisi,adat dan agama
Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di dalam
kehidupan sehari – hari. Didalam norma dan kaidah itu terkandung
pengetahuan yang kebenerannya tidak dapat dibuktikan secara
rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja.
Maka dari itu harus diikuti dengan tanpa keraguan dan percaya
secara utuh. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan
cenderung bersifat tetap tapi subjektif.
2. Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain
Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat
dipercaya yaitu orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan
sebagainya. Apapun yang mereka katakan benar, indah tau jelek,
pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik.
Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang
– orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan luas.
Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi
persoalannya terletak pada sejauh mana orang – orang itu bisa
dipercaya dan sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu
merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan
membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
44
3. Pengalaman
Bagi manusia, pengalaman merupakan vital penyelenggaraan
kebutuhan hidup sehari hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah dan
kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula
melakukan kegiatan hidup.
4. Akal Pikran
Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih
rohani. Akal pikiran mampu menangkap hal – hal yang metafisis,
spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap.
Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum,
objektif dan pasti.
5. Intuisi
Berupa gerak hati yang paling dalam, yang berarti sangat bersifat
spiritual, melampau ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi
merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa
melalui sentuhan indera maupu olahan pikiran. Ketika dengan serta
merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat
dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada dalam pengetahuan
yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini
kebenarannya tidak dapat diuji dan bersifat personal (Notoatmodjo,
2010)
45
2.5.6 Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Cara Tradisional
Cara kuno atau cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakan metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara - cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain :
a. Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini juga gagal, maka
akan dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga inipun gagal makan akan dicoba
kemungkinan ke empat dan seterusnta, sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan
pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain yang menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris, ataupun
46
berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukanya aalah sudah benar.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan . oleh, sebab itu pengalaman pribdi pun
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2010).
2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan
Kepatuhan Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan peneliti hal ini pun didukung
oleh berbagai jurnal – jurnal yang telah ada. Tanda-tanda bahaya pada
kehamilan merupakan suatu pertanda telah terjadinya masalah yang serius
pada ibu hamil atau janin yang dikandungnya. Berdasarkan pembahasan tanda
bahaya yang trerjadi pada ibu hamil seringsekali terjadi akibat kurangnya
pengetahuan dari ibu hamilnya itu tersendiri, hal itupun didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ripca, dkk (2014) dengan judul “Pengaruh
Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap
Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa
47
Selatan”. Adapula tujuan dari penelitian di jurnal ini untuk mengetahui
pengaruh promosi kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan terhadap
pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan.
Metode yang dipakai pada penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan
desain One-Group Pretest-Postest.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2014. di Puskesmas
Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Variabel bebas (Independent
Variable) dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan tentang tanda
bahaya kehamilan. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah
pengetahuan ibu hamil. Setelah dilakukan penelitian oleh Hasil Penelitian :
Hasil analisis dengan paired sample t-Test diperoleh nilai rata-rata
pengetahuan ibu hamil sebesar 15,37 dan sesudah diberikan promosi
kesehatan tentang Tanda Bahaya Kehamilan sebesar 21,06 dengan thitung
adalah 16,371 dan signifikansi lebih kecil dari 5% (p= 0,000< 0,05). Jadi
kesimpulan dari hasil penelitia ini penulis mendapatkan hasil adanya
perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan.
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil yang masih rendah
menjadi faktor penentu AKI dan AKB. Meskipun masih banyak faktor yang
harus diperhatikan untuk menangani masalah tersebut, namun salah satu
faktor penyebab kematian adalah ketidaktahuan ibu hamil maupun keluarga
dalam mengenali tanda bahaya kehamilan, untuk menyelesaikannya
48
pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu hamil
serta keluarga dengan buku kesehatan ibu dan anak (KIA).
Dilihat dari kurangnya penegtahuan maka peneliti menganalisis jurnal
lainnya untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh Theresa dkk
(2018) yang berjudul “Gambaran Pemanfaatan Buku KIA dan Pengetahuan
Ibu Hamil Mengenai Tanda Bahaya Kehamilan”. Adanya tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemanfaatan buku KIA dan
pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan di wilayah
Puskesmas Jatinangor tahun 2017. Metode yang diambil oleh peneliti yaitu
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang, dilakukan
pada tanggal 10 juni s.d 10 juli tahun 2017. Sampel penelitian adalah semua
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan
responden dalam kriteria inklusi berjumlah 183 responden. Pengambilan
data menggunakan data primer dan sekunder. Analisa data univariat
menggunakan distribusi frekuensi. Berdasarkan penelitian, peneliti
mendapatkan hasil penelitian menunjukan, pemanfaatan buku KIA
berdasarkan karakteristik umur lebih banyak digunakan dengan usia <20
tahun sebesar 7 orang (70%), ibu berpendidikan rendah sebanyak 57 orang
(65,5%), primigravida sebanyak 46 orang (75,4%) dan ibu yang bekerja
sebanyak 29 orang (70%).
Sedangkan hasil pengetahuan baik berdasarkan karakteristik usia berada
pada usia 20-35 sebanyak 82 orang (54,3), ibu berpendidikan tinggi 8 orang
49
(72,7%), primigravida sebanyak 36 orang (59,1%) dan ibu yang bekerja
sebanyak 26 orang (61,96%). Maka dari hasil penelitian yang didapatkan
dapat disimpulkan di wilayah kerja Puskesma Jatinangor 2017 responden
memanfaatkan buku KIA dan memilki pengetahuan baik.
Salah satu indikator utama yang dapat menggambarkan kondisi
masyarakat yang sejahtera dan sehat di suatu negara adalah dengan melihat
gambaran jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu yang
tinggi sampai saat ini bisa disebabkan oleh adanya komplikasi kehamilan
yang sebelumnya ditandai dengan adanya tanda bahaya pada masa
kehamilan.
Tanda bahaya yang muncul pada kehamilan tersebut merupakan
pertanda awal adanya masalah yang serius pada masa kehamilan. Dilihat
dari angka kematian ibu yang masih tinggi diakibatkan dari berbagai
penyebab seperti kurangnya pengetahuan ibu hamil tanda bahaya atau
adanya komplikasi yang muncul maka peneliti menganalisis jurnal karena
hal ini didukung tentang jurnal yang diteliti oleh Vivi B,dkk (2018) yang
berjudul ”Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami dengan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan”.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui
hubungan pada karakteristik ibu dan dukungan suami dengan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di BPM Sumidyah
Ipung.
50
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa observasional
analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang dipilih
menggunakan teknik quota sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32
responden. Nilai p value dari analisis statistik Chi Square test menunjukkan
hasil p value= 0,000 (usia dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,037
(pendidikan dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,028 (pekerjaan
dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,049 (paritas dengan tingkat
pengetahuan), p value= 0,007 (riwayat kunjungan ANC dengan tingkat
pengetahuan) dan p value= 0,007 (dukungan suami dengan tingkat
pengetahuan). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan, ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan, pekerjaan dengan tingkat pengetahuan
tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara paritas dengan
tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara
riwayat kunjungan ANC dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan, dan ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat
pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan.
Faktor penyebab risiko kematian dan kesakitan ibu salah satunya adalah
karena tidak terdeteksinya tanda bahaya selama kehamilan karena
kunjungan antenatal care yang tidak teratur. Pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan sangat membantu untuk menurunka angka kematian ibu
(AKI). Hal-hal terseut pun didukung oleh jurnal yang dilakukan oleh Siti
51
Khuzaiyah, dkk dengan adanya tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan tanda bahaya kehamilan ibu hamil
trimester III berdasarkan keteraturan antental care di Wilayah Puskesmas
Paninggaran Kabupaten Pekalongan Tahun 2014. Desain penelitian
menggunakan deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang
terdapat diwilayah puskesmas Paninggaran. Teknik pengambilan sampel
menggunakan cluster random sampling sebanyak 33 ibu hamil. Analisa
hasil penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Didapatkan nilai ρ
= 0,029(ρ<0,05) berarti ada perbedaan pengetahuan tanda bahaya
kehamilan ibu hamil trimester III berdasarkan keteraturan antenatal care.
Saran bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih meningkatkan informasi
tentang tanda bahaya kehamilan ibu sejak awal kehamilan. Perawatan
Antenatal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mendeteksi terjadinya
kehamilan dan persalinan berisiko tinggi, hal ini juga dapat mengurangi
jumlah kematian antara ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang tanda-tanda berbahaya
kehamilan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ANC ibu
hamil trimester ketiga di Puskesmas Ciruas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Juni 2016 di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciruas. Jumlah sampel tudy ini sebanyak 54 ibu hamil.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan uji
52
chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara ibu hamil antara Hubungan Pengetahuan Tentang Tanda
Bahaya Kehamilan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care (Anc) Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Ciruas
Kabupaten Serang Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 350
pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan yang berbahaya dengan
kepatuhan kunjungan ANC (ρ = 0,028) dan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ANC (ρ = 0,010).
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan kunjungan ANC ibu hamil trimester ketiga di Puskesmas
Ciruas. Disarankan untuk menambah kesadaran mengenai tanda-tanda
kehamilan yang berbahaya dan pentingnya perawatan prenatal bagi
masyarakat oleh bidan dan promosi kesehatan, juga memberikan dukungan
kepada ibu hamil dengan mengingatkan mereka untuk terus melakukan
pemeriksaan lengkap.
53
2.7 Kerangka Konsep
Bagan 2.1
(Sumber : Niven (2002), Prawirohardjo (2010), Saifudin (2010), WHO (2016))
Antenatal
Care
Factor yang mempengaruhi kepatuhan
ANC :
1. Pendidikan. Domain pendidikan
tersebut ialah :
a. Pengetahuan (knowledge).
b. Sikap (attitude).
c. Tindakan (action).
2. Dukungan dari keluarga dan
teman-teman.
3. Pembuatan jadwal program
pengobatan.
4. Interaksi antara professional
kesehatan dengan pasien
Pengkuruan Kepatuhan ANC
Minimal dilakukan 4 kali pemeriksaan kehamilan,
yaitu:
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama
(sebelum 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua
(antara minggu 14-28)
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga
(antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu
ke 36)
Pada masa antenatal
dapat timbulnya
beberapa tanda bahaya
kehamilan, diantaranya :
1. Perdarahan
Antepartum
2. Hyperemesis
Gravidarum
3. Pecah Ketuban
Dini
4. Edema
5. Kurang Gerak
Janin