hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan .../hubungan... · menambah modalnya yang...
TRANSCRIPT
Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “peni” di kecamatan Gembong
kabupaten Pati tahun 2001-2005
OLEH
Yunita Purwaningsih
K.7403032
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan
berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor
kekuatan ekonomi tersebut adalah perusahaan Negara (BUMN), perusahaan
swasta (BUMS), dan koperasi. Lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 25 tahun
1992 Pasal 1, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi sering dipandang sebelah mata bahkan tidak jarang menjadi
alternatif nomor sekian dari bentuk usaha ekonomi yang lainnya. Namun bukti-
bukti kemudian menunjukkan betapa koperasi mampu muncul sebagai yang baik
dan pilihan utama bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional yang
membuat iklim asas ekonomi kekeluargaan mampu berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi, peran, dan prinsip koperasi yang sangat penting dalam membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya serta berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
2
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau
badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi
kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Koperasi ditempatkan sebagai
semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal 33 UUD 1945,
bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 tidak lain adalah koperasi.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ” PENI ” Gembong adalah
suatu badan usaha koperasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup anggotanya. KPRI ini beranggotakan pegawai negeri di Kecamatan
Gembong sebagai koperasi yang telah berbadan hukum. Koperasi pegawai negeri
adalah koperasi golongan konsumen. Dalam perkembangannya, koperasi
konsumen untuk memelihara kepentingan dan memenuhi kebutuhan para
anggotanya.
Modal merupakan faktor utama dalam menunjang kegiataan operasional
KPRI . Tujuan utama KPRI adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Seperti diuraikan dalam Undang-undang koperasi,
bahwa sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-
simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan
dari Sisa Hasil Usaha yang merupakan kekayaan koperasi. Selain sumber modal
tersebut, yang disebut juga sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula
menambah modalnya yang berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman
dan atau simpanan-simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi termasuk
pula dalam sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari
pemerintah.
Penyelenggaraan usaha koperasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan
akan modal kerja, sebagaimana bentuk-bentuk perusahaan lainnya. Modal kerja
adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu
1
3
berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat
dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat
dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah ter-
gantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari
modal kerja tersebut. Elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar. Yang
dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh aktiva yang diharapkan dapat
kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu setelah tahun atau siklus kegiatan
normal usaha. Dengan demikian yang diperhitungkan sebagai modal kerja adalah
kas dan piutang. Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat
waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan.
Kas dan piutang sebagai modal kerja selalu berputar untuk kegiatan
operasional. Tingkat perputaran kas dan piutang digunakan untuk menilai
kemampuan KPRI dalam mengelola kas dan piutang secara efisien. Tingkat
perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi
kas melalui penjualan. Sedangkan tingkat perputaran piutang menunjukkan
kecepatan pelunasan piutang menjadi kas kembali. Dengan demikian makin tinggi
tingkat perputaran kas dan piutang menunjukkan tingginya volume penjualan
maka potensi Sisa Hasil Usaha yang diterima juga semakin besar.
Program-program KPRI dapat terealisasi secara baik dengan diperolehnya
Sisa Hasil Usaha yang besar. Sisa Hasil Usaha akan dialokasikan pada
penambahan modal sendiri, cadangan dana sosial, alokasi dana lain serta
dibagikan kepada anggota. Mengingat pentingnya SHU ini, maka pengurus KPRI
dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan KPRI dalam memperoleh SHU
yang tinggi. Kemampuan KPRI untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha ini disebut
rentabilitas. Oleh karena itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana usaha-
usaha untuk meningkatkan rentabilitas, karena rentabilitas bagi suatu badan usaha
merupakan ukuran kesuksesan dan kemampuan menggunakan aktiva secara
produktif.
Rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.
Rentabilitas yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam
suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang
4
digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin
bahwa perusahaan rendabel. Suatu perusahaan dikatakan rendabel bila perusahaan
tersebut mampu beroperasi secara stabil.
KPRI ” PENI ” tidak terlepas dari adanya peran kas dan piutang sebagai
modal kerja dalam menjalankan usahanya. Modal kerja berputar dengan tingkat
perputaran yang tinggi dan menghasilkan laba. Rentabilitas sering digunakan
sebagai ukuran prestasi keberhasilan pengelolaan badan usaha. Keberhasilan
tersebut diukur dengan asumsi bagaimana kemampuan KPRI Peni dalam
menggunakan modal yang dimilikinya dalam memperoleh laba. Posisi keuangan
KPRI ”PENI” tiap periode mengalami fluktuasi baik menurun maupun meningkat,
demikian pula khususnya perputaran kas dan piutang akan mengalami pasang
surut sehingga mempengaruhi kinerja KPRI ”PENI” dalam peningkatan SHU dan
tingkat rentabilitas ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan judul ”Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan
Rentabilitas Ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ” PENI
” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Tahun 2001-2005”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti
dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas. Semakin lama periode perputaran modal kerja berarti semakin
lambat atau semakin rendah tingkat perputarannya. Perputaran modal kerja
yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja. Apakah kelebihan
modal kerja ini disebabkan oleh rendahnya perputaran piutang atau adanya
saldo kas yang terlalu besar?
2. Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka kas yang
tersedia pada perusahaan akan menjadi besar. Besarnya kas ini akan
menaikkan tingkat likuiditas perusahaan, dengan demikian perusahaan akan
5
mengalami kerugian karena uang yang menganggur dalam perusahaan
semakin besar. Apakah dengan semakin besarnya uang yang menganggur
dalam perusahaan akan menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas
perusahaan?
3. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba karena laba yang besar belumlah merupakan ukuran
bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan
oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba
tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.
Maka bagiperusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk
mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Apakah
perolehan laba yang besar akan mempengaruhi besarnya rentabilitas dalam
perusahaan?
4. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi, di satu sisi volume penjualan menjadi
tinggi sedangkan pada sisi lain biaya yang ditanggung perusahaan dapat
diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar.
Besarnya laba yang diterima ini akan mempengaruhi besarnya rentabilitas
ekonomi. Apakah perputaran kas mempengaruhi rentabilitas ekonomi?
5. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan
jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi yang
lain adalah meminimalkan biaya. Semakin tinggi laba yang diterima akan
mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Apakah perputaran piutang
mempengaruhi rentabilitas ekonomi?
6. Posisi keuangan KPRI ” PENI ” setiap periode yang mengalami fluktuasi baik
menaik maupun menurun, khususnya perputaran kas dan piutang akan
mengalami pasang surut. Apakah periode perputaran kas dan piutang akan
mempengaruhi kinerja KPRI dalam meningkatkan SHU dan tingkat
Rentabilitas Ekonomi?
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi ruang lingkup
masalah yang diteliti pada perputaran kas, perputaran piutang, dan rentabilitas
ekonomi.
1. Perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan
oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran
kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di
dalam modal kerja. Perputaran kas adalah ratio antara penjualan bersih dengan
rata-rata kas.
2. Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam piutang
dan berputar dalam suatu periode tertentu. Perputaran piutang merupakan
tolok ukur dari penggunaan aktiva yang ditentukan dengan membagi total
penjualan kredit dengan piutang rata-rata.
3. Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan
laba. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
D. Perumusan Masalah
Masalah merupakan setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk
memecahkan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah
tersebut diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas
ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun
2001-2005?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas
ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun
2001-2005?
7
3. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara
bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” di Kecamatan
Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian mengenai hubungan tingkat perputaran
kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI “PENI” di Kecamatan
Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005 adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas
ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun
2001–2005.
2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan
rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati
tahun 2001–2005.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara
bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Kecamatan
Gembong Kabupaten Pati tahun 2001–2005.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Bagi IPTEK, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran secara ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang akuntansi yang berhubungan dengan tingkat perputaran kas
dan piutang serta hubungannya dengan rentabilitas ekonomi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan
tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI “PENI” Gembong tahun 2001-
2005
8
b. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman
tentang penerapan teori-teori manajemen keuangan serta analisa laporan
keuangan yang telah diterima oleh penulis sewaktu di bangku kuliah
dalam situasi dan kondisi yang berbeda di lapangan.
c. Bagi KPRI “PENI”, penelitian ini akan memberikan informasi mengenai
tingkat perputaran kas dan piutang dan hubungannya dengan rentabilitas
ekonomi pada KPRI “PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun
2001–2005 sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas
setiap periode akuntansi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kas
a. Pengertian Kas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 33, kas adalah mata
uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Munawir (2001:14) mengemukakan “Kas
adalah uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasi
perusahaan”. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah
satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar
jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat
likuiditasnya.
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (1995: 61) mengemukakan
bahwa, ”Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam
perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat
diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai
sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya”. Sedangkan Zaki Baridwan (2004:83)
berpendapat bahwa “Kas merupakan alat pertukaran dan juga digunakan
sebagai ukuran dalam akuntansi”. Termasuk dalam kas menurut pengertian
akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang
9
dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar
nominalnya, juga simpanan dalam bank yang sewaktu-waktu dapat diambil.
Kas merupakan aktiva yang paling lancar di dalam neraca, dalam arti paling
sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif, oleh karena itu
harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar. Daya beli uang bisa
berubah-ubah mungkin naik atau turun tetapi kenaikan atau penurunan daya
beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali tehadap kas.
b. Ciri-ciri Kas
Suyoto et al (1999: 1) menyatakan, “Ciri-ciri kas adalah dapat digunakan
segera sebesar nilai nominalnya sehingga yang tidak dapat digunakan segera
sebagai alat pembayaran dan tidak sesuai dengan nilai nominalnya tidak dapat
digolongkan sebagai kas”. Kas mempunyai sifat aktif namun tidak produktif
dan kas khususnya uang tunai tidak mempunyai identitas kepemilikan dan
mempunyai sifat mudah untuk dipindahtangankan. Agar kas yang dimiliki
perusahaan produktif dan akhirnya menghasilkan pendapatan, maka hendaknya
kas jangan dibiarkan menganggur. Untuk itu, manajemen perlu merancang
jumlah kas dalam perusahaan yang ideal dengan mempertimbangkan unsur
produktivitas dan rentabilitas dari kas itu sendiri. Namun harus disadari bahwa
perusahaan pun perlu memiliki kas ditangan sejumlah tertentu untuk menjaga
likuiditas perusahaan, yaitu untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban perusahaan
dalam jangka pendek. Dengan demikian, perusahaan harus menjaga keseimbangan
persediaan kas, yaitu menentukan besarnya kas ditangan di dalam perusahaan
yang dapat menjamin posisi likuiditas perusahaan, sekaligus juga memperhatikan
unsur produktivitas dan rentabilitas.
c. Komposisi Kas
Zaki Baridwan (2004: 84) berpendapat, “termasuk dalam kas menurut
pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk
pelunasan utang, dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah
8
10
sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang
dapat diambil sewaktu-waktu”. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek
yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller’s
checks, chashier’s checks, bank draft dan money order. Dapat digolongkan
sebagai kas biasanya dibatasi dengan “diterima sebagai setoran oleh bank
dengan nilai nominal”, sehingga elemen-elemen yang tidak diterima sebagai
setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dapat dikelompokkan dalam kas.
Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang tetap termasuk dalam kas
karena memenuhi batasan-batasan sebagai kas. Cek-cek yang sudah ditulis
tetapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak dikeluarkan dari kas.
Kas kecil adalah uang yang disediakan untuk membayar pengeluaran-
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, dan tidak ekonomis bila dibayar
dengan cek. Dana kas kecil diserahkan kepada seorang kasir kas kecil, yang
akan mempertanggung jawabkan setiap pengeluaran. Pengisian dana kas kecil
dapat dilakukan berdasarkan permintaan pemegang kas kecil jika dana kas
kecil sudah menipis, atau dapat pula dilakukan secara periodik.
Pengawasan kas dalam perusahaan perlu diterapkan prosedur penerimaan
kas dan pengeluaran kas. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas yaitu
setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan langsung disetor ke bank.
Untuk pengeluaran kas harus dengan cek terkecuali pengeluaran yang jumlahnya
kecil dibiayai dengan dana kas kecil. Dari prosedur penerimaan dan pengeluaran
kas dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus memiliki rekening giro.
Rekening giro adalah uang yang disimpan di bank yang dapat diambil
sewaktu-waktu. Penerimaan dan pengeluaran melalui bank dicatat dalam
perkiraan nama kas bank. Dokumen-dokumen transaksi yang berkaitan dengan
kas bank antara lain adalah slip setoran dan cek.
d. Sumber dan Penggunaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti
bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan
semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Suatu perusahaan yang mempunyai
11
tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar
berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya
overinvestment kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam
pengelolaan kas. Menurut Munawir (1992: 158) mengemukakan bahwa:
Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat
berperan penting dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh
karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannnya
(sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Penerimaan
dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau terus-
menerus dan ada pula yang bersifat insidentil.
Munawir (1992: 159) berpendapat bahwa sumber penerimaan kas
dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal dari :
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud; atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai.
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga, atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
Penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-
transaksi antara lain pembelian saham atau obligasi, penarikan kembali saham
yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik
perusahaan, adanya pelunasan atau pembayaran hutang baik hutang jangka
12
panjang maupun jangka pendek, dan pembelian barang dagangan secara tunai.
Selain itu pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak, dan
denda-denda lainnya juga merupakan transaksi penggunaan dan pengeluaran
kas.
e. Pengawasan Kas
Kas sangat mudah untuk dipindahtangankan, sehingga kas mudah
digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap
kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan
memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Tanpa
adanya pemisahan fungsi seperti diatas, kas akan mudah digelapkan. Perencanaan
dan pengawasan terhadap kas harus menjadi perhatian serius manajemen
perusahaan. Hal ini ditujukan untuk menjamin setiap pengeluaran kas telah
sesuai dengan tujuan, semua uang yang seharusnya diterima benar-benar
diterima, dan tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2004: 85), ”Penerimaan uang dalam suatu
perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari penjualan tunai,
pelunasan piutang atau dari pinjaman”. Prosedur-prosedur pengawasan yang
dapat digunakan antara lain :
1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan
setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan.
3. Diadakan pengawasan yan ketat terhadap fungsi penerimaan dan
pencatatan. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar
bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan
ketat, seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan.
Beberapa prosedur pengawasan yang penting menurut Zaki Baridwan (2004:
85) adalah sebagai berikut :
1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran- pengeluaran kecil dibayar dengan kas kecil.
2. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.
13
3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti (dokumen- dokumen) yang lengkap atau dengan kata lain digunakan system voucher.
4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas,
5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. 6. Diharuskan membuat laporan kas harian.
f. Aliran Kas dalam Perusahaan
Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam setiap entitas
usaha, kas merupakan komponen utama aktiva lancar. Kas digunakan untuk
membiayai pembelanjaan kontinyu maupun incidental serta investasi pada
aktiva tetap. Hal ini berarti terjadi aliran kas keluar (cash outflow). Disamping
terjadi aliran kas keluar juga terjadi aliran kas masuk baik yang bersifat
kontinyu maupun incidental. Aliran kas masuk dan aliran kas keluar inilah
yang mempengaruhi besar kecilnya kas yang tersedia pada suatu entitas
tersebut.
Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan
saldo kas yang akan tertahan di dalam perusahaan. Besarnya saldo kas ini akan
mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor. Besarnya
saldo kas yang ada dalam perusahaan akan meningkat apabila aliran masuk
kas yang berasal dari penjualan tunai dan piutang yang terkumpul lebih besar
daripada aliran kas keluar.
Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka
kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar atau terjadi overinvestment
dalam kas. Besarnya kas ini akan menaikkan tingkat likuiditas pada perusahaan.
Meskipun demikian perusahaan akan mengalami kerugian karena makin besar
uang yang menganggur dalam perusahaan sehingga tingkat profitabilitas
perusahaan akan menurun. Demikian pula sebaliknya apabila aliran kas masuk
lebih kecil daripada aliran kas keluar yang disebabkan oleh perusahaan yang
14
hanya mengejar profitabilitas saja, maka kas yang tersedia dalam perusahaan
akan menjadi kecil atau terjadi underinvestment pada kas. Tindakan demikian
ini akan menempatkan perusahaan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-
waktu terjadi tagihan utang.
g. Perputaran Kas
Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran
dengan periode perputaran yang relatif pendek. Perputaran kas (cash turnover)
adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat
perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan
oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran
kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di
dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya
kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas
operasional perusahaan.
Menurut Kamaruddin Ahmad (1997: 13) untuk mengetahui tingkat
perputaran kas dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Perputaran kas = kas rata-rata
penjualan nilai
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti
makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan perputaran kas yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kas terlalu kecil dan keuntungan yang diperoleh
akan lebih besar. Hal ini justru berakibat pada kesulitan perusahaan dalam
pemenuhan kewajiban finansiilnya. Sebaliknya jika perputaran kas rendah
maka bisa menyebabkan kas terlalu besar dan laba yang diperoleh relatif kecil pula.
Besarnya perputaran kas sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg
Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 35 kali.
2. Piutang
a. Pengertian Piutang
15
Kebanyakan perusahaan menjual hasil produksinya dengan cara kredit
dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualannya.
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat
dilaksanakannya penjualan kredit dan akan berubah menjadi kas pada hari
jatuh temponya. Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1994: 119), “Piutang
adalah aktiva yang menunjukkan jumlah tagihan yang dimiliki oleh perusahaan
sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya”.
Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan
barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan
perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar.
Termasuk dalam piutang hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan
uang, oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan tidak dicatat sebagai
piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Piutang yang
timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan
tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan ter-
sendiri dengan judul piutang bukan dagang.
Politik penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka me-
rangsang minat para pelanggan. Politik ini merupakan kesengajaan perusahaan
untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan
dan pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan
piutang tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa manajemen piutang
menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian
dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan
perusahaan.
b. Macam-macam Piutang
Piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu.
Klaim tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang atau jasa ataupun
dari peminjaman uang.
16
Charles T. Horngren et al (1997: 402) mengemukakan bahwa ”Ada
dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan wesel tagih”. Piutang dagang
perusahaan adalah jumlah yang terhutang dari pelanggan. Piutang ini termasuk
dalam kategori aktiva lancar. Piutang dagang harus dibedakan dari harta
perusahaan yang lain, karena piutang dagang timbul dari kegiatan penjualan
yang memang menjadi usaha pokok perusahaan. Tambahan lagi, piutang
dagang harus dapat ditagih sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2004:124), piutang dapat timbul dari berbagai
macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan
barang atau jasa. Piutang-piutang yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam
dua kelompok yaitu piutang yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut
piutang, dan piutang-piutang yang didukung dengan janji tertulis disebut
piutang wesel. Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul yaitu
piutang dagang, piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan. Kadang-
kadang piutang bukan dagang dan piutang penghasilan digabung menjadi satu
dan dinamakan piutang lain-lain.
Wesel tagih merupakan piutang dagang dalam bentuk yang lebih
formal. Orang yang berpiutang akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa
ia akan membayarkan sejumlah uang tertentu kepada kreditur pada saat yang
telah ditetapkan. Biasanya jangka waktu dari wesel tagih ini tidak lebih dari
enampuluh hari. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk
memberikan suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila
dikemudian hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya maka
kreditur berhak untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan
tersebut.
Piutang lain-lain terdiri dari bermacam ragam, biasanya merupakan
pinjaman yang diberikan kepada pegawai ataupun cabang dari perusahaan.
Biasanya piutang ini bersifat jangka panjang, tetapi piutang tersebut dapat
dikategorikan sebagai aktiva lancar apabila piutang tersebut akan jatuh tempo
dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun.
17
c. Besar Kecilnya Piutang dalam Perusahaan
Dalam keadaan yang normal dan dimana penjualan pada umumnya
dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih
tinggi daripada persediaan, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan
satu langkah saja yaitu penagihan. Penentuan besar kecilnya jumlah piutang
serta kebijakan penjualan secara kredit merupakan hal yang sangat penting
dalam merencanakan dan mengendalikan jumlah piutang.
Munawir (1992: 75) mengemukakan bahwa penurunan ratio penjualan
kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor :
1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang 2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih
besar 3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih
besar 4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tepat 5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
Menurut Bambang Riyanto (2001: 85) ”Faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya investasi dalam piutang adalah volume penjualan kredit, syarat
pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, dan
kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang serta kebiasaan membayar dari
para langganan”.
d. Biaya atas Piutang
Perusahaan yang melaksanakan penjualan secara kredit akan me-
nimbulkan terjadinya piutang, maka perusahaan sebenarnya menanggung
resiko akibat piutang tersebut. Resiko akibat piutang adalah berupa biaya-
biaya yang tentu saja akan mengurangi besarnya laba yang diperoleh
perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah berupa biaya penghapusan piutang,
biaya pengumpulan piutang, biaya administrasi, dan biaya sumber dana.
Dengan adanya biaya yang ditimbulkan tersebut, maka piutang harus dikelola
dengan baik sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan oleh piutang tersebut
18
dapat diminimalkan. Beberapa kebijakan yang perlu diambil adalah penyaringan
para pelanggan dan menaikkan tingkat perputaran piutang.
Bambang Riyanto (2001: 88) mengemukakan langkah-langkah yang
perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif untuk
memperkecil resiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak
diharapkan, antara lain:
1. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan 2. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya 3. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan resiko
pembayarannya 4. Mengadakan seleksi dari para langganan
e. Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam
piutang, berputar dalam suatu periode tertentu. Piutang sebagai elemen dari
modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode
terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayaran-
nya. Makin lunak syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat
pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode
tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi me-
nunjukkan cepatnya dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya
piutang dilunasi oleh debitur. Menurut Suad Husnan (1997: 566) perputaran
piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Perputaran piutang = Piutang Rata-Rata
KreditPenjualan
Makin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin cepat pula
piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam perusahaan
makin rendah. Selain itu cepatnya piutang menjadi kas berarti kas akan dapat
digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan.
Sebaliknya tingkat perputaran yang rendah maka makin rendah pula piutang
menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang. Besarnya
19
perputaran piutang sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg Koperasi
dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 4 kali.
f. Langkah-langkah Mempercepat Perputaran Piutang
Kebanyakan perusahaan yang menjual produknya secara kredit telah
menetapkan jangka waktu pelunasan (term of credit), karena untuk meng-
hindari atau memperkecil adanya resiko piutang yang tidak tertagih dan agar
pelunasan piutang tersebut diterima tepat pada waktunya, sehingga sesuai
dengan budget pengumpulan piutang. Keterlambatan yang sering terjadi dalam
pelunasan piutang akan mengganggu aktivitas perusahaan, sehingga harus
dicari suatu cara guna mempercepat pelunasan piutang tersebut.
Menurut Syafaruddin Alwi (1991: 64), “Kecepatan perputaran piutang
dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar periode kredit
yang telah ditetapkan dapat dipakai oleh pelanggan. Untuk mempercepat
perputaran harus diusahakan agar pelanggan membayar sebelum periode
kredit yang telah ditetapkan berakhir”.
Cara-cara mempercepat pelunasan piutang untuk perusahaan jasa
adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memberi sanksi apabila terlambat membayar
Walaupun jangka waktu pelunasan piutang ditentukan tetapi pada
kenyataannya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan piutang-
nya. Untuk menghindari hal ini perlu diambil suatu tindakan pencegahan
yaitu berupa pemberian denda kepada para pelanggan yang terlambat
membayar.
b. Mengaktifkan pengumpulan piutang dengan cara yang tegas dan lebih
disiplin.
Kebijakan perusahaan untuk menghindari masalah keterlambatan
pengumpulan piutang dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan kembali
pengumpulan piutang perusahaan, sehingga dapat diharapkan akan
menguntungkan kedua belah pihak sehingga dapat diharapkan akan
20
menguntungkan kedua belah pihak serta menjamin hubungan yang baik
antara perusahaan dengan pelanggan.
3. Rentabilitas
a. Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Pada umumnya rentabilitas dapat dirumuskan :
Rentabilitas = Modal
usaha Labax 100%
Menurut Revrisond Baswir (1997: 173) ”Rentabilitas adalah kemampuan
dalam menghasilkan keuntungan, baik dengan menggunakan data eksternal
maupun dengan menggunakan data internal”. Dari kedua pernyataan tersebut
dapat diambil kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan
dalam persentase.
b. Macam-macam Rentabilitas
Menurut Bambang Riyanto (2001:36) “rentabilitas dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri”.
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas
sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam
suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam
perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian maka modal yang
ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek
21
(kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam
menghitung rentabilitas ekonomi.
Rentabilitas Ekonomi =Modal
(SHU) usaha Laba x 100%
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi
hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba
usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari
usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan
lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Pada perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih
penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.
Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan
kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus
diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi
rentabilitasnya. Oleh karena itu maka bagi perusahaan pada umumnya
usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal
daripada laba maksimal.
Dalam literatur Anglosaxon pada umumnya digunakan istilah “earning
power” untuk pengertian rentabilitas ekonomi. Tingkat rentabilitas ekonomi
dapat dipertingi dengan mengetahui faktor-faktor yang menentukan tinggi
rendahnya rentabilitas ekonomi. Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin dan turnover of operating
assets (tingkat perputaran aktiva usaha). Profit margin adalah perbandingan
antara “net operating income” atau laba usaha dengan “net sales” atau
penjualan bersih yang dinyatakan dengan persentase.
Profit Margin = bersihPenjualan
usaha labax 100%
22
Tingkat perputaran aktiva usaha adalah kecepatan berputarnya
operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat
ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha.
Turnover of Operating Assets = usaha Modalbersih Penjualan
x 100%
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan
untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba
usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Sedangkan operating assets
turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
pada kecepatan perputaran perputaran operating assets dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan
operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh
karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover,
masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya earning power.
Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover
=bersihpenjualan
usaha labax
usaha modalbersihpenjualan
= usaha modal
usaha laba
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas
usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal
sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.Laba yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha
setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income
23
tax (EAT = Earning After Tax). Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung
dengan rumus :
Rentabilitas modal sendiri = Sendiri Modal
(SHU) UsahaLabax 100%
Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang
menguntungkan terhadap modal sendiri apabila “rate of return” dari tambahan
modal (modal asing) tersebut lebih besar daripada biaya modal atau bunganya.
Dengan kata lain bahwa tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila
rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada
rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya
penambahan modal asing akan memberikan efek finansiil yang merugikan
terhadap modal sendiri apabila “rate of return” dari tambahan modal asing
tersebut lebih kecil daripada bunganya. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa tambahan modal asing tidak dibenarkan apabila rentabilitas modal
sendiri dengan tambahan modal asing lebih kecil daripada rentabilitas modal
sendiri dengan tambahan modal sendiri.
Pengaruh dari perubahan rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas
modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing, secara teoritis
dapat dikatakan bahwa makin tingginya rentabilitas ekonomi (dengan tingkat
bunga tetap), penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan
kenaikan rentabilitas modal sendiri. Dalam keadaan yang demikian, suatu
perusahaan yang menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh
kenaikan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain
yang mempunyai jumlah modal asing lebih kecil. Sebaliknya dalam situasi
ekonomi yang memburuk dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada
umumnya menurun, perusahaan yang mempunyai modal asing yang besar
akanmengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar
daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing yang lebih
sedikit.
c. Hubungan Modal Kerja Dengan Rentabilitas
24
Modal kerja merupakan bagian modal secara keseluruhan dalam
perusahaan. Modal kerja beserta elemen-elemennya yaitu kas dan piutang
perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kelancaran dan kelangsungan
hidup perusahaan. Keseimbangan kebutuhan perusahaan akan modal kerja
perlu diperhitungkan dan penetapan besarnya modal kerja berkaitan erat
dengan keuntungan yang akan dicapai.
Kerugian akibat dana yang menganggur terjadi jika modal kerja yang
tersedia lebih besar dari kebutuhan, keuntungan akan kecil jika modal tidak
dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Jadi perusahaan
akan mampu menjalankan kegiatan perusahaan dengan baik apabila perusahaan
mempunyai modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
disertai dengan pengelolaan modal kerja secara efisien.
Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang
sebesar-besarnya. Namun masalah rentabilitas pada perusahaan pada umunya
lebih penting daripada masalah laba. Karena laba yang besar bukan merupakan
ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja secara efisien. Dengan demikian
yang harus diperhatikan oeh perusahaan bukan hanya untuk memperbesar
laba, tetapi lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah
kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dengan Rentabilitas Ekonomi
Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah
kas rata-rata. Standar normal tingkat perputaran kas adalah 35 kali setiap
tahunnya, sedangkan standar besarnya rentabilitas adalah 10%. Tingkat
perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan
oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan
arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Kas
merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan
periode perputaran yang relative pendek. Pada tingkat perputaran kas yang
25
tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain
biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga
laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima
perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi.
Sehingga dapat diduga bahwa semakin cepat atau semakin tinggi tingkat
perputaran kas maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonominya.
2. Hubungan Tingkat Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi
Piutang merupakan aktiva perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya
penjualan secara kredit. Perputaran piutang adalah tolok ukur dari penggunaan
aktiva yang ditentukan dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang
rata-rata. Standar normal tingkat perputaran piutang minimal empat kali (4x).
Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai efek yang langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Tingkat
perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam
piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Pada
tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa
pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi lain adalah
meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan
menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan
mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa
semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula
rentabilitas ekonomi.
3. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang Secara Bersama-sama dengan
Rentabilitas Ekonomi
Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi panjang
pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan
demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien
26
dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat
dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat
piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat
digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan
selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba
yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan
akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa
semakin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama akan
mempertinggi rentabilitas ekonomi.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dituliskan dalam bentuk
skema sederhana sebagai berikut :
Perputaran Kas Perputaran Piutang
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara dan perlu
dibuktikan kebenarannya berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Kas relatif kecil
Kas relatif besar
Piutang cepat dilunasi
Piutang sulit dilunasi
Laba tinggi
Laba Rendah
Rentabilitas tinggi
Rentabilitas rendah
27
pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas
ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005
2. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran piutang dengan
rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005
3. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara
bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun
2001-2005
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) “PENI” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Alasan dipilihnya lokasi
tersebut menjadi tempat penelitian:
a. Di KPRI ”PENI” Gembong tersedia data yang diperlukan sesuai dengan
masalah yang diteliti.
b. Di KPRI ”PENI” tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan tema
seperti itu sehingga diharapkan penelitian ini akan memberikan informasi
mengenai tingkat perputaran kas dan piutang serta hubungannya terhadap
rentabilitas ekonomi sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas
setiap periode akuntansi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2007 sampai dengan Juni 2007
dengan rencana skedul waktu sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
28
No Kegiatan Taksiran Waktu
1 Pengajuan judul Januari 2007
2 Penyusunan proposal Februari 2007
3 Pengurusan perizinan April 2007
4 Penyusunan kajian teori April 2007 s/d Mei 2007
5 Pengumpulan data dan analisis Mei 2007
6 Penyusunan laporan penelitian Mei 2007 s/d Juni 2007
7 Presentasi hasil laporan Juli 2007
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis, terencana dan
teratur untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
mengunakan metode-metode ilmiah. Menurut Hadari Nawawi (1995: 62) metode
penelitian ada 4 yaitu :
1. Metode filosofi Adalah prosedur pemecahan masalah melalui pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar dengan menggunakan pola berfikir aliran filosofi tertentu.
2. Metode deskriptif Adalah prosedur pemecahan masalah yang disediakan dengan menggambargkan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak.
3. Metode historis Adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu.
4. Metode eksperimen Adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lainnya melalui percobaan.
Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian deskriptif. Menurut
Moh. Nazir (1999: 105), “penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan
fakta dengan interpretasi yang tepat”. Penelitian deskriptif berusaha untuk
melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau
individu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi
27
29
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006:130) mengemukakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 55)
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik
atau ciri-ciri yang dimiliki subyek tersebut. Adapun yang ditetapkan menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan KPRI “PENI” Gembong
tahun 2001-2005.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Suharsimi Arikunto (2006:112) menyebutkan bahwa
“…subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau lebih…”
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Ada 2 macam teknik pengambilan sampel yaitu:
1. Random Sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilihmenjadi anggota sampel.
30
2. Non-Random Sampling, yaitu teknik yang tidak member peluang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive
sampling/sampel bertujuan, yaitu dengan menggunakan data laporan keuangan
berurutan dari tahun 2001-2005 pada KPRI ”PENI” Gembong. Dalam penelitian
ini, populasi sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Usaha dalam memperoleh data sebagaimana yang diharapkan maka
dibutuhkan kejelian dalam memilih metode pengumpulan data yang digunakan
namun masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada
beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian ilmiah.
Salah satunya adalah menurut Suharsimi Arikunto (2006: 223) yaitu:
1. Metode tes 2. Metode angket atau kuesioner 3. Metode interview 4. Metode observasi 5. Metode dokumentasi
Sesuai dengan pokok persoalan dalam penelitian mengenai hubungan
antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi, maka
metode yang dianggap tepat adalah metode dokumentasi dan metode wawancara
sebagai pelengkap.
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi atau teknik dokumentasi adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang ditunjukkan untuk memperoleh pen-
jelasan melalui sumber-sumber dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:
231) “Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasit, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya”.Metode dokumentasi dalam penelitian ini diguna-
kan untuk mengumpulkan berbagai dokumen penting, terutama dokumen-dokumen
yang berupa laporan keuangan KPRI ”PENI”.
31
Suatu instrumen yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu
suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ditunjukkan untuk
memperoleh penjelasan melalui dokumen.
a. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2006: 168) mengatakan bahwa ”Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
sesuatu instrumen”. Suatu dokumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat.
b. Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 178) mengungkapkan bahwa ”Reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”. Suatu dokumen dikatakan reliabel jika dalam dokumen
tersebut terdapat legalitas yang berupa stempel dari instansi yang bersangkutan
serta tanda tangan dari pejabat yang berwenang pada instansi tersebut.
2. Wawancara
Menurut W. Gulo (2004: 119), mengatakan bahwa “wawancara adalah
bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 155), “interview yang sering juga disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)”. Jadi
wawancara adalah komunikasi antara pewawancara untuk memperoleh informasi
dari terwawancara yang berlangsung dalam bentuk tanya-jawab. Metode wawancara
dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai pelengkap untuk memperoleh data
yang tidak dapat diperoleh melalui angket dan dokumentasi.
32
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam menganalisis data
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data ini digunakan untuk
menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca serta di
interpretasikan agar dapat menjawab hipotesis yang peneliti lakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
analisis regresi ganda. Menurut Sudjana (2001: 167) untuk menggunakan analisis
regresi ganda diperlukan berbagai syarat, yaitu:
1. Bentuk regresi linear atau tidak 2. Keberartian regresi, khususnya mengenai koefisien arah regresi 3. Sample yang berupa data berpasangan X dan Y diambil memenuhi
ketentuan-ketentuan, misalnya bersifat acak dan ditentukan berdasar ukuran sample normal
4. Untuk setiap kelompok harga predictor yang diberikan responden X, independent dan berdistribusi normal Untuk tiap kelompok X yang diketahui, varians dimisalkan sama
Menurut Anto Dajan (1995: 399) penggunaan analisis korelasi dan
regresi linier berganda dilakukan dengan berdasarkan asumsi sebagai berikut:
1. Distribusi probabilistic bersyarat variabel dependen, bagi serangkean variabel independen mengikuti pola normal atau kurang lebih normal.
2. Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap kombinasi variabel independen memiliki variabel yang sama.
3. Nilai-nilai variabel dependen harus independen satu dengan yang lainya.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa agar
dapat menggunakan teknik analisis regresi ganda harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut
1. Sampel harus dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Sampel harus diambil secara random.
3. Antara variabel X dan variabel Y harus linier.
4. Antara variabel bebas (X1 dan X2) tidak terjadi korelasi.
Sebelum data penelitian itu dianalisis, maka terlebih dahulu harus di-
lakukan pengujian prasyarat analisis.
33
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel
acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov. Menurut Sidney
Siegel (1990: 59), Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov adalah suatu tes
goodness-of-fit. Artinya, yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara
distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu
distribusi teoretis tertentu. Tes ini menetapkan apakah skor-skor dalam sampel
dapat secara masuk akal dianggap berasal dari suatu populasi dengan
distribusi teoretis itu. Singkatnya, tes ini mencakup perhitungan distribusi
frekuensi kumulatif yang akan terjadi di bawah distribusi teoretisnya, serta
membandingkan distribusi frekuensi itu dengan distribusi frekuensi kumulatif
hasil observasi.
Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov memperlihatkan dan menggarap
suatu observasi terpisah dari yang lain. Dengan demikian, lain dengan tes Chi-
Kuadrat untuk satu sampel, tes Kolmogorov-Smirnov tidak perlu kehilangan
informasi karena digabungkannya kategori-kategori. Bila sampelnya kecil dan
oleh karenanya kategori-kategori yang berhampiran harus digabungkan sebelum
Chi-Kuadrat dapat dihitung secara selayaknya, tes Chi-Kuadrat jelas lebih
kecil kekuatannya dibandingkan dengan tes Kolmogorov-Smirnov. Untuk
sampel yang sangat kecil tes Chi-Kuadrat sama sekali tidak dapat dijalankan,
sedangkan tes Kolmogorov-Smirnov dapat. Fakta ini menunjukkan bahwa tes
Kolmogorov-Smirnov mungkin lebih besar kekuatannya dalam semua kasus,
jika dibandingkan dengan tes lainnya yakni tes Chi-Kuadrat.
b. Uji Linieritas
Menurut pendapat Sudjana (2001: 19) untuk menguji linieritas digunakan
rumus sebagai berikut :
FTC = F = )()(
GRJKTCRJK
34
Keterangan :
FTC = F = Harga linieritas
RJK (TC) = Rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok
RJK (G) = Rata-rata jumlah kuadrat kekeliruan
Setelah diperoleh harga Fhitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel.
c. Uji Independensi
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis regresi
ganda adalah ketiadaan hubungan antara variabel bebas yaitu antara X1 dan
X2. Menurut pendapat Sudjana (2001: 19) uji statistik yang digunakan adalah
rumus product moment :
21 XXr = å å å å
å å å--
-
})X(X}{N)X(X{N
)X)(X(XXN2
22
22
12
1
2121
Keterangan :
21 XXr = Koefisian korelasi antara dua predikator
X = jumlah skor predikator
N = Jumlah responden
Setelah harga rhitung diketahui kemudian dikonsultasikan dengan rtabel . kedua
variebel dikatakan independent jika rtabel > rhitung.
2. Pengujian Hipotesis
a. Menurut pendapat dari Suharsimi Arikunto (2006: 170) untuk menguji
hipotesis pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product moment
dari Pearson yakni sebagai berikut:
rxy = å å å å
å å å--
-
}Y)(Y}{NX)(X{N
Y)X)((XYN2222
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
åXY = Jumlah perkalian X dan Y
åX = Jumlah variabel bebas
35
åY = Jumlah variabel terikat
N = Banyaknya responden
b. Untuk menguji hipotesis ketiga menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menurut pendapat dari Sudjana (2002: 387) untuk menentukan persamaan
garis regresi, yaitu :
Y = ao + a1x1 + a2 x2
2) Menurut pendapat dari Sutrisno Hadi (2001: 250) untuk mencari koefisien
korelasi ganda dengan rumus :
Ry(1,2) = å
å å+2
2211
y
yxayxa
Keterangan :
Ry (1,2) = koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2
a1 = Koefisien predikator X1
a2 = Koefisien predikator X2
åx1y = Jumlah produk antara X1 dengan Y
åx2y = Jumlah produk antara X2 dengan Y
3) Menurut pendapat dari Sudjana (2002: 385) untuk menguji keberartian
koefisien korelasi ganda digunakan rumus uji F :
F = )1/()1(
/2
2
--- knRkR
Keterangan :
F = Koefisien korelasi ganda
n = Banyaknya sampel
k = Banyaknya prediktor
R2 = Koefisien korelasi
36
Agar lebih efektif hasilnya, pengolahan data dan analisis data dalam
perhitungannya dilakukan dengan menggunakan alat bantu serial SPSS for
Windows series 15.00
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Umum
Deskripsi data umum menggambarkan mengenai deskripsi lokasi penelitian
dilihat dari beberapa aspek meliputi: Sejarah, Struktur organisasi, Keanggotaan,
Bidang usaha dan Permodalan KPRI ”PENI”.
a. Sejarah Berdirinya Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
”PENI” Gembong
Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian.
Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-
orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang
bertalian dengan perusahaan ataupun rumah tangga mereka. Untuk mencapai
tujuan diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung terus, sebab itu
dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama tersebut.
KPRI ”PENI” berdiri pada tanggal 11 Maret 1978 yang beranggotakan
para pegawai negeri di kecamatan Gembong dan merupakan anggota dari
Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) yang ada di Kabupaten
Pati. Orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dapat terikat pada
suatu kelompok. Persamaan kepentingan ini dapat mendorong mereka untuk
merencanakan dan melaksanakan rencana tersebut secara bersama-sama pula.
Semakin banyak persamaan kepentingannya makin besar pula hasrat untuk
37
berserikat dan rasa setiakawannya. Hal inilah antara lain dasar bagi para
pegawai negeri di kecamatan Gembong untuk berkumpul dan berserikat dalam
wadah yang disebut sebagai koperasi. Koperasi yang beranggotakan pegawai
negeri ini dinamakan Koperasi Pegawai Negeri (KPN). Koperasi ini diberi
nama KPN ”PENI”. Nama KPN ”PENI” berubah menjadi Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) ”PENI” setelah diberlakukannya Undang-undang
No. 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian.
KPRI ”PENI” memiliki status badan hukum pada tanggal 18 Mei 1978
dengan nomor 9118/BH/VI dan disempurnakan lagi pada tanggal 21 Januari
2002 dengan nomor 518/9118.b/BH/PAD/I/2002. Lokasi KPRI ”PENI” berada
di Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gembong, Jl. Raya Pati-Gembong
Km 9 Gembong.
b. Struktur Organisasi KPRI ”PENI” Gembong
Organisasi merupakan wadah kerjasama dalam mencapai tujuan yang
berhubungan dengan penentuan tugas dan tanggung jawab, pengelompokan
suatu kerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Agar organisasi
KPRI dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam suatu struktur
organisasi sehingga antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dapat
melaksanakan tugasnya sesuai pekerjaan masing-masing.
Struktur organisasi merupakan salah satu kelengkapan dari organisasi
yang akan menjelaskan tugas dan wewenang dari masing-masing personal
yang menjalankan organisasi tersebut. Struktur organisasi KPRI ”PENI”
disusun secara rapi dan terjadi pemisahan tanggungjawab dan wewenang dari
masing-masing pengurus. Dengan pemisahan tugas dan wewenang di KPRI
”PENI” diharapkan dapat menjadi modal awal dalam pengembangan KPRI
dimasa mendatang.
Struktur organisasi KPRI ”PENI” adalah sebagai berikut :
38
Gambar 2. Struktur Organisasi KPRI ”PENI”
Sumber : Tata Usaha KPRI ”PENI”
Berikut ini tugas dan wewenang pada struktur organisasi KPRI ”PENI”
Gembong :
1. Rapat Anggota
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS
KETUA
UNIT USAHA
KREDIT USAHA PERTOKOAN
PENGAWAS
URUSAN-URUSAN
KEUANGAN TATA USAHA
39
Rapat anggota harus merupakan suatu kesempatan bagi pengurus untuk
melaporkan kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatan selama tahun
lalu. Bersama-sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun
mendatang untuk meningkatkan usaha kemajuan koperasi.Rapat anggota
diadakan sekurang-kurangnya sekali setahun. Saling tukar menukar
pendapat dalam rapat anggota benar-benar diarahkan pada pembinaan
saling pengertian dan kemauan baik diantara semua pihak. Koperasi milik
angggota, dijalankan oleh anggota dan bekerjasama untuk kesejahteraan
para anggota dan masyarakat sekitarnya. Rapat anggota tahunan merupakan
rapat tutup tahun buku koperasi yang harus diselenggarakan setiap tahun
buku sebagai pertanggungjawaban suatu organisasi ekonomi. Rapat anggota
dalam koperasi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi,
hal ini mencerminkan bahwa koperasi bukan merupakan kumpulan modal
seperti pada Perseroan Terbatas yang meletakkan kekuasaan tertinggi pada
pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi bukan semata-
mata untuk mencari keuntungan tetapi bertujuan untuk menyelenggarakan
kepentingan anggota. Rapat anggota merupakan wujud dari sistem
demokrasi ekonomi dalam koperasi untuk menghasilkan keputusan bersama
secara musyawarah untuk mufakat yang mencerminkan adanya persamaan
hak dan kesejahteraan anggota koperasi tanpa membeda-bedakan besarnya
modal yang disimpan anggota.
2. Pengawas
Pengawas koperasi terdiri dari 3 (tiga) orang yang tidak termasuk
golongan pengurus dan dipilih oleh anggota dalam sebuah rapat anggota
untuk masa jabatan 3 tahun. Pengawasan pemeriksaan merupakan sebagian
dari manajemen dalam koperasi. Tujuan pengawasan dan pemeriksaan
adalah untuk mendidik, membimbing, supaya menjadi lebih teliti dan ahli
sehingga koperasi lebih berkembang serta pengendalian dan memonitor
mekanisme kerja pengurus, peningkatan pelayanan terhadap anggota
secara maksimal. Sasaran pemeriksaan adalah data organisasi dan manajemen
koperasi, administrasi organisasi dan pembukuan, bidang usaha, permodalan
40
dan perkreditan. Pengawas KPRI ”PENI” melakukan pemeriksaan secara
rutin tiap triwulan.
3. Pengurus
Pengurus koperasi sebagai pemegang mandat dari anggota harus melakukan
pekerjaannya secara terbuka sesuai dengan keputusan-keputusan dalam
rapat anggota. Kegiatan yang dijalankan berdasarkan rencana kerja,
anggaran dan biaya yang sudah ditetapkan dalam rapat anggota. Pengurus
secara periodik perlu mengadakan rapat pengurus untuk mengambil
keputusan guna melaksanakan rencana koperasi yang ditetapkan dalam
rapat anggota.
c. Keanggotaan, Pengurus dan Pengawas KPRI ”PENI”
Jumlah anggota KPRI ”PENI” Gembong sampai dengan 31
Desember 2006 sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah anggota KPRI ”PENI” tahun 2006
Jenis
Kelamin
Jumlah Anggota
Awal Mutasi
Jumlah Anggota
Akhir
Masuk Keluar
Pria 117 1 1 117
Wanita 69 1 2 68
Jumlah 186 2 3 185
Keterangan : - Keluar / Pensiun : 2 orang
- Pindah : - - Meninggal : 1 orang - Masuk : 2 orang
Susunan Pengurus KPRI ”PENI” periode 2005/2007 hasil reorganisasi
pengurus tanggal 22 Februari 2005 sebagai berikut :
Tabel 3. Susunan Pengurus KPRI ”PENI”
No Nama Jabatan
1 Drs. Kaswiyardi Ketua
41
2 Drs. Kasmin, S.Pd, M.M Wakil Ketua
3 Drs. Agus Riyanto Sekretaris
4 Wuryaningsih Bendahara I
5 Kartono, S.Pd Bendahara II
6 Sutikno Anggota Pengurus I
7 Triyono Anggota Pengurus II
Susunan Pengawas KPRI ”PENI” periode 2005/2007 hasil reorganisasi
pengurus tanggal 22 Februari 2005 sebagai berikut :
Tabel 4. Susunan Pengawas KPRI ”PENI”
No Nama Jabatan
1 Kasir Ketua
2 Sumarno, S.Pd Anggota I
3 Sutarno,S.Pd Anggota II
d. Bidang Usaha KPRI ”PENI”
Usaha KPRI ”PENI” terdiri dari 3 unit yaitu: Unit Simpan Pinjam,
Unit Pertokoan dan Unit Foto Copy.
1) Unit Simpan Pinjam (USP)
Perkembangan Unit Simpan Pinjam dilakukan melalui diversifikasi
pelayanan simpanan dan pinjaman. Pemberian kredit uang kepada anggota
dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dalam rapat persetujuan kredit,
angsuran dari debitur lewat bendaharawan gaji tiap Sekolah Dasar (SD) di
lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gembong, diserahkan
kepada anggota Pengurus I dan II di bawah pengawasan Bendahara I yang
sekaligus menerima seluruh angsuran, yang selanjutnya disosialisasikan
kepada anggota yang mendapatkan pinjaman. Dalam pengelolaan realisasi
kredit, pengurus bersama pengawas berusaha berbuat adil dan mengutamakan
skala prioritas yang telah diamanatkan dalam Rapat Anggota Tahunan
(RAT), sehingga hampir semua anggota yang mengajukan kredit dapat
42
terlayani. Realisasi kredit dari unit simpan pinjam pada tahun 2005
mencapai Rp. 10.000.000,00 dengan jangka waktu angsuran 30 kali
dengan jasa tetap bungan 1,5%. Realisasi pemberian kredit ini mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 7.000.000,00 menjadi
Rp. 10.000.000,00. Kemampuan unit simpan pinjam meningkatkan
pelayanan pinjaman kepada para anggota antara lain karena simpanan
sukarela dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan sebagai bukti
kepercayaan anggota terhadap kebijakan koperasi dengan menyimpan
uangnya di KPRI.
2) Unit Pertokoan
Usaha ini dilakukan dengan cara menyediakan kebutuhan pokok sehari-
hari ,tujuannya adalah untuk melayani berbagai macam kebutuhan anggota
dan masyarakat sekitar. Penanggungjawab pengelolaan pertokoan adalah
Sutikno. Toko KPRI ini buka jam 08.00 s/d jam 14.00 WIB.
3) Unit Foto Copy
Penanggung jawab pengelolaan unit foto copy adalah Bendahara II dan
Sekretaris dan mendapat pengawasan dari Wakil Ketua.
e. Permodalan KPRI ”PENI”
Modal dalam perkumpulan koperasi diperoleh dari tiga sumber yaitu
dari anggota, dari Sisa Hasil Usaha (SHU), dana dari luar misalnya pinjaman.
Modal dari anggota sendiri berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela yang merupakan modal utama koperasi. Simpanan pokok
yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk
menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota. Simpanan
pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan (dalam anggaran dasar)
jumlahnya dan sama besarnya bagi setiap anggota. Simpanan pokok ini tidak
boleh diambil selama masih menjadi anggota. Simpanan wajib adalah simpanan
yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib disimpan oleh setiap anggota
pada waktu tertentu. Simpanan wajib koperasi hanya boleh diambil kembali
dengan cara yang sudah ditentukan dalam anggaran dasar agar modal koperasi
43
tidak goncang. Sedangkan simpanan sukarela adalah simpanan yang dilakukan
secara sukarela baik jumlahnya maupun jangka waktunya.
Modal dari SHU diperoleh tiap tahun setelah diadakan perhitungan
rugi laba. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui besarnya SHU (keuntungan
bersih). Menurut anggaran dasar sekurang-kurangnya 25% dari SHU harus
disisihkan dan dimasukkan ke dalam cadangan, maksudnya untuk menutup
kerugian bila hal itu terjadi. Dalam kenyataan, uang cadangan hampir tidak
pernah digunakan untuk menutup kerugian, oleh karenanya dapat digunakan
sebagai modal. Modal dari pinjaman adalah modal dari luar. Pinjaman pada
umumnya diperoleh dari bank, tetapi dapat juga dari pihak luar lainnya.
2. Deskripsi Data Khusus
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian, maka
data yang penulis peroleh dari analisis data akan disajikan secara terperinci.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan KPRI “PENI” Gembong
selama lima tahun yaitu dari tahun 2001-2005. Penelitian ini melibatkan 3
variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
bebas yang pertama adalah perputaran kas (X1) dan variabel bebas yang kedua
adalah perputaran piutang (X2), sedangkan variabel terikat adalah rentabilitas
Ekonomi (Y). Deskripsi data khusus dalam penelitian ini dapat dijelaskan secara
terperinci sebagai berikut:
a. Perputaran Kas (X1)
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara penjualan
dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran
efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus
kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur
tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam
modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.
44
Data tentang perputaran kas diperoleh dari laporan keuangan KPRI
“PENI” dari tahun 2001-2005. Untuk mengetahui seberapa besar perputaran
kas di KPRI “PENI” digunakan analisis dengan metode deskriptif prosentase.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada laporan keuangan KPRI
“PENI” maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Perputaran Kas
Gambaran lebih jelas mengenai perputaran kas dari tahun 2001 sampai
dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut:
02040
6080
100
0 1 2 3 4 5 6
Tahun
Perp
uta
ran
Kas
(kali)
Gambar 3. Grafik Perputaran Kas Tahun 2001 – 2005
No Tahun Penjualan Rata-rata Kas
Perputaran Kas =
Kas rataRataBersih Pendapatan
-
1 2001 Rp 86.821.300,00 Rp 1.098.970,08 79 kali
2 2002 Rp 112.773.169,00 Rp 1.610.980,75 70 kali
3 2003 Rp 122.355.642,00 Rp 1.747.925,51 70 kali
4 2004 Rp 143.137.637,00 Rp 2.104.909,01 68 kali
5 2005 Rp 194.942.568,00 Rp 5.414.353,76 36 kali
2001 2002 2003 2004 2005
45
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa
tingkat perputaran kas KPRI ”PENI” termasuk tinggi dan berada diatas
standar besarnya perputaran kas yang telah ditetapkan sebesar 30 kali.
Efektifitas perputaran kas KPRI tersebut menandakan bahwa KPRI mengadakan
perbaikan dari tahun ke tahun sehingga tidak terjadi kemacetan usaha dalam
mengelola kas yang ada. Semakin tingggi tingkat perputaran kas menandakan
semakin tingginya tingkat usaha atau dengan kata lain bahwa uang atau modal
yang dimiliki oleh KPRI dikelola dengan baik oleh manajemen dan pengurus
yang bekerja keras demi kemajuan koperasi dimasa mendatang.
b. Perputaran Piutang (X2)
Tingkat perputaran piutang akan menunjukkan kemampuan koperasi
dalam mengubah piutang menjadi kas. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal
kerja yang ditanam dalam perusahaan semakin rendah. Cepatnya piutang
menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian
piutang dapat diminimalkan. Sebaliknya, perputaran piutang yang rendah maka
semakin lambat pula piutang menjadi kas.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
perputaran piutang sebagai berikut :
Tabel 6. Perputaran Piutang
No Tahun Penjualan Kredit Rata-rata Piutang
Perputaran Piutang =
Piutang rataRataKreditPenjualan
-
1 2001 Rp 633.627.500,00 Rp 311.821.060,50 2.0 kali
2 2002 Rp 699.650.000,00 Rp 411.559.860,00 1.7 kali
3 2003 Rp 893.860.000,00 Rp 496.589.937,00 1.8 kali
4 2004 Rp 1.080.256.000,00 Rp 568.557.324,50 1.9 kali
5 2005 Rp 1.186.235.000,00 Rp 697.786.769,50 1.7 kali
46
Gambaran lebih jelas mengenai perputaran piutang dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut:
1.61.71.81.9
22.1
0 1 2 3 4 5 6
Tahun
Perp
uta
ran
Piu
tan
g
(kali)
Dengan demikian, berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
tingkat perputaran piutang KPRI “PENI” belum memenuhi standar yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 4 kali. Dengan demikian dapat disimpulkan KPRI
“PENI” memiliki perputaran piutang yang rendah bila dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
c. Rentabilitas Ekonomi (Y)
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas
sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam
suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan laba.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh besarnya Rentabilitas Ekonomi
sebagai berikut :
Tabel 7. Rentabilitas Ekonomi
No Tahun SHU Modal
Rentabilitas Ekonomi =
%100 UsahaModal
SHU´
1 2001 Rp 53.895.756,00 Rp 337.481.252,35 15,97 %
2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 4. Grafik Perputaran Piutang Tahun 2001 – 2005
47
2 2002 Rp 61.861.893,32 Rp 421.115.679,51 14,69 %
3 2003 Rp 80.310.311,95 Rp 530.451.201,78 15,14 %
4 2004 Rp 88.646.311,00 Rp 568.610.076,97 15,59 %
5 2005 Rp 100.460.757,00 Rp 730.092.710,76 13,76 %
Gambaran lebih jelas mengenai rentabilitas ekonomi dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2005 disajikan pada grafik berikut:
13,514
14,515
15,516
16,5
0 1 2 3 4 5 6
Tahun
Ren
tabi
litas
Eko
nom
i (%
)
Gambar 5. Grafik Rentabilitas Ekonomi Tahun 2001 – 2005
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat dikatakan bahwa
besarnya Rentabilitas Ekonomi KPRI “PENI” telah memenuhi standar yang
telah ditentukan yaitu sebesar 10%. Dengan demikian maka KPRI “PENI”
telah beroperasi secara efektif sehingga mampu menghasilkan laba bagi KPRI.
Di sisi lain, dengan tingkat rentabilitas ekonomi tersebut menandakan bahwa
KPRI “PENI” memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola modal yang
dimiliki untuk menghasilkan laba secara maksimal. Keadaan seperti inilah
yang hendaknya bisa dipertahankan oleh KPRI “PENI” dimasa mendatang
guna menunjang kelangsungan dan kemajuannya kedepan.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis maka terhadap data itu harus dilakukan pengujian
prasyarat analisis sebagai berikut:
2001 2002 2003 2004 2005
48
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Tes satu sampel
Kolmogorov-Smirnov, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y N 5 5 5
Mean 64.6000 2.8800 15.0300 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 16.54690 2.30586 .85700
Absolute .381 .449 .151 Positive .192 .449 .136
Most Extreme Differences
Negative -.381 -.304 -.151 Kolmogorov-Smirnov Z .853 1.033 .338 Asymp. Sig. (2-tailed) .461 .267 1.000
a. Uji Normalitas variabel X1
Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh
ahitung = 0,381. Nilai ini lebih kecil dari atabel (n = 5, taraf signifikansi 5%)
= 0,565. Karena ahitung (0,381) < atabel (0,565), maka data X1 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas variabel X2
Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh
ahitung = 0,449. Nilai ini lebih kecil dari a tabel (n = 5, taraf signifikansi 5%)
= 0,565. Karena ahitung (0,449) < atabel (0,565), maka data X2 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas variabel Y
49
Berdasarkan hasil perhitungan, pada taraf signifikansi 5% diperoleh
ahitung = 0,151. Nilai ini lebih kecil dari atabel (n = 5, taraf signifikansi 5%)
= 0,565. Karena ahitung (0,151) < atabel (0,565), maka data Y berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
a. Uji Linieritas antara Variabel X1 dan Y
Tabel 9. Uji Linieritas Variabel X1 dan Y
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Y * X1
Between Groups
(Combined) 2.837 3 .946 9.338 .235
Linearity 2.330 1 2.330 23.016 .131
Deviation from Linearity .506 2 .253 2.499 .408
Within Groups .101 1 .101
Total 2.938 4
Berdasar uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X1)
dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil bahwa Fhitung adalah 2,499.
Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (2,1) adalah 200. Karena
Fhitung < Ftabel atau 2,499 < 200 maka dalam penelitian ini X1 dinyatakan linier
terhadap Y.
b. Uji Linieritas antara Variabel X2 dan Y
Tabel 10. Uji Linieritas Variabel X2 dan Y
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Y * X2
Between Groups
(Combined) 2.505 3 .835 1.931 .476
Linearity 2.407 1 2.407 5.565 .255 Deviation from
Linearity .099 2 .049 .114 .902
Within Groups .432 1 .432
50
Total 2.938 4
Berdasar uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X2)
dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil bahwa Fhitung adalah 0,114.
Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (2,1) adalah 200. Karena
Fhitung < Ftabel atau 0,114 < 200 maka X2 dinyatakan linier terhadap Y.
3. Uji Independensi
Tabel 11. Uji Independensi X1 dan X2
X1 X2 Y X1 Pearson Correlation 1 .668 .891(*) Sig. (2-tailed) .218 .043 N 5 5 5 X2 Pearson Correlation .668 1 .905(*) Sig. (2-tailed) .218 .035 N 5 5 5 Y Pearson Correlation .891(*) .905(*) 1 Sig. (2-tailed) .043 .035 N 5 5 5
Uji independensi diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel bebas pertama (X1) dengan variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh nilai
21 XXr = 0,668 . Hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel dengan n = 5 pada taraf
signifikansi 5% diperoleh hasil 0,878. Karena nialai rhitung < rtabel atau 0,668 <
0,878 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan antara variabel X1 dengan X2
atau dengan kata lain X1 dan X2 independen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama dan Kedua
a. Menentukan hubungan antara Variabel X1 dengan Y
Tabel 12. Korelasi antara Variabel X1 dengan Y
X1 X2 Y
51
X1 Pearson Correlation 1 .668 .891(*) Sig. (2-tailed)
.218 .043
N 5 5 5 X2 Pearson Correlation .668 1 .905(*) Sig. (2-tailed) .218 .035 N 5 5 5 Y Pearson Correlation .891(*) .905(*) 1 Sig. (2-tailed) .043 .035 N 5 5 5
Untuk menguji hipotesis pertama yang berbunyi “ada hubungan yang
positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan
Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik analisis
korelasi dengan rumus product moment.
Hasil analisis data menunjukkan, nilai YXr1
= 0,891. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtabel (dengan n = 5 dan taraf sigifikansi 5%) =
0,878. Karena rhitung > rtabel atau 0,891 > 0,878 berarti ada hubungan positif
antara variabel X1 dengan Y.
b. Menentukan hubungan antara Variabel X2 dengan Y
Tabel 13. Korelasi antara Variabel X2 dengan Y
X1 X2 Y X1 Pearson Correlation 1 .668 .891(*) Sig. (2-tailed) .218 .043 N 5 5 5 X2 Pearson Correlation .668 1 .905(*) Sig. (2-tailed) .218 .035 N 5 5 5 Y Pearson Correlation .891(*) .905(*) 1 Sig. (2-tailed) .043 .035 N 5 5 5
Untuk menguji hipotesis kedua yang berbunyi “ada hubungan yang
positif antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan
52
Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik analisis
korelasi dengan rumus product moment.
Hasil analisis data menunjukkan, nilai YXr2
= 0,905. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtabel (dengan n = 5 dan taraf sigifikansi 5%) =
0,878. Karena rhitung > rtabel atau 0,905 > 0,878 berarti ada hubungan positif
antara variabel X2 dengan Y.
2. Pengujian Hipotesis Ketiga
Tabel 14. Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama-
sama dengan rentabilitas ekonomi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1 .983(a) .967 .934 .21946
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 2.841 2 1.421 29.499 .033(a) Residual .096 2 .048
1
Total 2.938 4
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error (Constant) 10.548 .637 16.557 .004 X1 .027 .009 .517 3.004 .095
1
X2 .497 .153 .560 3.258 .083
Untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi “ada hubungan yang
positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama-sama dengan
rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI”
di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”, digunakan teknik
analisis korelasi ganda dan regresi ganda.
53
Hasil analisis data menunjukkan, nilai R = 0,983 dan untuk menguji
keberartian dilakukan uji F dan diperoleh Fhitung = 29,499. Dengan db (2,2) dan
taraf signifikansi 5% didapat Ftabel = 19,00. Karena Fhitung > Ftabel atau 29,499 >
19,00 maka dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara perputaran kas (X1)
dan perputaran piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y) secara bersama-
sama. Persamaan regresi ganda atau model hubungan antara perputaran kas (X1)
dan perputaran piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y) adalah: Y = 10,548
+ 0,027 X1 + 0,497 X2.
D. Pembahasan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan pada
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ”PENI” Gembong, maka pembahasan
pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Hubungan Tingkat Perputaran Kas (X1) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y).
Berdasarkan hasil analisis data, untuk mencari hubungan antara variabel
X1 dengan Y diperoleh harga YXr1
sebesar 0,891 dan rtabel sebesar 0,878. Hal
ini menunjukkan bahwa YXr1
lebih besar daripada rtabel atau 0,891 > 0,878,
dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi “ada hubungan yang positif
antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten
Pati tahun 2001-2005” teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena pada tingkat
perputaran kas yang tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi
sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat
diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya
laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi
menjadi tinggi.
2. Hubungan Tingkat Perputaran Piutang (X2) dengan Rentabilitas Ekonomi (Y).
Berdasarkan hasil analisis data, untuk mencari hubungan antara variabel
X2 dengan Y diperoleh harga YXr2
sebesar 0,905 dan rtabel sebesar 0,878. Hal
54
ini menunjukkan bahwa YXr2
lebih besar daripada rtabel atau 0,905 > 0,878,
dengan demikian hipotesis kedua yang berbunyi “ada hubungan yang positif
antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten
Pati tahun 2001-2005” teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena pada tingkat
perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman
atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi lain adalah
meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan
menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan
mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi.
3. Hubungan Tingkat Perputaran Kas (X1) dan Piutang (X2) secara bersama-
sama dengan Rentabilitas Ekonomi (Y).
Hasil analisis data untuk mencari hubungan antara variabel X1 dan X2
dengan Y diperoleh koefisien korelasi ganda R = 0,983. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas
ekonomi. Dengan demikian hipotesis ketiga yang berbunyi “Ada hubungan
yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama-sama
dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) “PENI” di kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun 2001-2005”
teruji kebenarannya. Hal ini terjadi karena Tingkat perputaran kas dan piutang
dapat mempengaruhi panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen
modal kerja. Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang
maka semakin efisien dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang
diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas
berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional
perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan,
sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang
diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi.
55
56
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran kas
dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005.
Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product moment pada taraf
signifikansi 5% diperoleh rhitung > rtabel atau 0,891 > 0,878. Artinya pada
tingkat perputaran kas yang tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi
tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan
dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar.
Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat rentabilitas ekonomi
menjadi tinggi. Sebaliknya jika perputaran kas rendah maka bisa menyebabkan
kas menganggur terlalu besar dan laba yang diperoleh relatif kecil sehingga
laba yang diterima perusahaan menjadi kecil.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran piutang
dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI” Gembong tahun 2001-2005.
Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product moment pada taraf
signifikansi 5% diperoleh rhitung > rtabel atau 0,905 > 0,878 berarti ada
hubungan positif antara tingkat perputaran piutang (X2) dengan rentabilitas
ekonomi (Y). Artinya semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin
cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam
perusahaan makin rendah. Selain itu cepatnya piutang menjadi kas berarti kas
akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan
dan laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Sebaliknya tingkat perputaran
piutang yang rendah maka makin rendah pula piutang menjadi kas dan akan
terjadi over investment dalam piutang dan laba yang diterima perusahaan
menjadi kecil.
55
57
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat perputaran kas dan
piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI ”PENI”
Gembong tahun 2001-2005. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi product
moment pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung > Ftabel atau 29,499
>19,00. Artinya Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi
panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan
demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien
dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat
dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat
piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat
digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan
selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba
yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima
perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat
perputaran kas dan piutang secara bersama akan mempertinggi rentabilitas
ekonomi.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikaji
implikasinya baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan tentang perputaran kas dan piutang yang terjadi di KPRI “PENI”,
yaitu adanya hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang
dengan rentabilitas ekonomi. Hal ini berarti bahwa dengan tingkat perputaran kas
dan piutang yang tinggi dapat meningkatkan rentabilitas ekonomi.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah menunjukan bahwa perputaran kas dan piutang
berhubungan dengan rentabilitas ekonomi. Dengan tingkat perputaran kas dan
piutang yang tinggi maka akan diperoleh rentabilitas yang tinggi pula. Dengan
58
demikian para pengurus dan karyawan di KPRI “PENI” harus dapat
mengoptimalkan arus kas masuk dan keluar serta perputaran kas dan piutang agar
diperoleh laba yang optimal.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas dapat disampaikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Pengurus KPRI
Perputaran piutang di KPRI ”PENI” yang rendah mengakibakan makin
rendahnya piutang menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang
dan laba yang diterima perusahaan menjadi kecil. Kecepatan perputaran piutang
dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar periode kredit yang
telah ditetapkan dapat dipakai oleh pelanggan. Untuk mempercepat perputaran
harus diusahakan agar pelanggan membayar sebelum periode kredit yang telah
ditetapkan berakhir Cara- cara mempercepat pelunasan piutang adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan memberi sanksi apabila terlambat membayar.
Walaupun jangka waktu pelunasan piutang ditentukan tetapi pada
kenyataannya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan piutangnya.
Untuk menghindari hal ini perlu diambil suatu tindakan pencegahan yaitu
berupa pemberian denda kepada para pelanggan yang terlambat membayar.
2. Mengaktifkan pengumpulan piutang dengan cara yang tegas dan lebih disiplin.
Kebijakan perusahaan untuk menghindari masalah keterlambatan
pengumpulan piutang dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan kembali
pengumpulan piutang perusahaan, sehingga dapat diharapkan akan
menguntungkan kedua belah pihak sehingga dapat diharapkan akan
menguntungkan kedua belah pihak serta menjamin hubungan yang baik antara
perusahaan dengan pelanggan.
59
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan penelitian serupa
untuk jenis koperasi yang lain guna mengetahui hubungan antara tingkat
perputaran kas dan piutang dengan rentabilias ekonomi yang lebih sempurna.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anton Dajan. 1995. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta: PT. Pustaka.
Bambang Riyanto.2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 1997. Kriteria Koperasi
Perkotaan Mandiri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Koperasi
Perkotaan.
Gulo W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada: University Press.
Horngren Charles T, Harrison Jr Walter T, Robinson Michael A, Secokusumo
Thomas H. 1997. Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat
Kamaruddin Ahmad. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka
Cipta
Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.UKM/XI/2002. Tahun 2002.
Tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi.
Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Munawir. 1992. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Revrisond Baswir. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE
Sarwoko, Abdul Halim. 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE
Siegel, Sidney. 1990. Statistika Nonparametrik. Jakarta : PT. Gramedia Media
Pustaka.
Singgih Santoso. 2000. SPSS 10. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo
Suad Husnan. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE
59
61
Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Bandung: Tarsito.
. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono.2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sutrisno Hadi. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset
Syafarudin Alwi. 1991. Alat-alat Analisis dalam Pembelajaran. Yogyakarta :
Andi Offset
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan
Teknik. Bandung: Tarsito
Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE