hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada ...digilib.unila.ac.id/57898/3/3. skripsi full...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN STRATEGI KOPING PADA
MAHASISWA TINGKAT PERTAMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh :
Aldi Setia
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN STRES LEVELS WITH COPING
STRATEGIES IN FIRST-LEVEL MEDICAL STUDENT AT THE
FACULTY OF MEDICINE LAMPUNG UNIVERSITY
By
Aldi Setia
Background: Students collage are required to have potential and understand
education. These demands can be a factor in the occurrence of stress. Research on
the stress level of first-level students at the Unila Faculty of Medicine was
conducted, the highest stress level was found at 37.7%. Stress management can be
done by coping strategies. This study aims to determine the relationship between
stress levels and coping strategies on first-level students collage at Unila FK.
Research method: This quantiative study was conducted on first level students
collage in Unila FK using a cross sectional approach and using total sampling
techniques that met the inclusion and exclusion criteria. Measurement of stress
levels using the Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) questionnaire
and measurement of coping strategies using the Coping Style Strategy
questionnaire (CSQ-3). Data were analyzed using the Chi-Square test with α 0.05.
Results: In 178 first-level Unila FK students collage who included inclusion and
exclusion criteria, the results of moderate stress levels were 97 people (54.5%),
severe stress as many as 55 people (32.0%), mild stress 22 people (12 , 4%) and
very heavy 4 people (1.1%). The most common cause of stress is academic stress.
Respondents used the most coping strategies on rational as many as 112 people
(62.9%), avoidance coping 46 people (25.8%) and emotion / detached coping 20
people (11.2%). Based on bivariate analysis found a significant relationship
between student stress levels and coping strategies with p = 0.001.
Conclusion: Most stress levels are moderate stress. Most causes of stress are due
to academic stress. Most respondents use rational coping in dealing with stress.
There is a significant relationship between stress levels and coping strategies on
first-level students collage at the Faculty of Medicine, University of Lampung.
Keywords: CSQ-3, MSSQ, strategy coping, stress.
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN STRATEGI KOPING PADA
MAHASISWA TINGKAT PERTAMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Aldi Setia
Latar belakang: Mahasiswa dituntut untuk memiliki potensi dan memahami
pendidikan. Tuntutan tersebut dapat menjadi faktor terjadinya stres. Penelitian
tentang tingkat stres mahasiswa tingkat pertama di FK Unila pernah dilakukan,
didapatkan hasil tingkat stres sedang tertinggi sejumlah 37,7%. Manajemen stres
dapat dilakukan dengan strategi koping. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa tingkat
pertama di FK Unila.
Metode penelitian: Penelitian kuantiatif ini dilakukan pada mahasiswa tingkat
pertama di FK Unila dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan
menggunakan teknik total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner Medical Student Stressor
Questionnaire (MSSQ) dan pengukuran strategi koping menggunakan kuisioner
Coping Style Strategy (CSQ-3). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square
dengan α 0,05.
Hasil penelitian: Pada 178 mahasiswa tingkat pertama FK Unila yang termasuk
kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan hasil tingkat stres sedang sebanyak 97
orang (54,5%), stres berat sebanyak 55 orang (32,0%), stres ringan 22 orang
(12,4%) dan sangat berat 4 orang (1,1%). Penyebab stress terbanyak yaitu stres
akademik. Responden menggunakan strategi koping paling banyak pada rasional
sebanyak 112 orang (62,9%), avoidance coping 46 orang (25,8%) dan
emotion/detached coping 20 orang (11,2%). Berdasarkan analisis bivariat
didapatkan hubungan bermakna antara tingkat stres mahasiswa dengan strategi
koping dengan nilai p=0,001.
Kesimpulan: Tingkat stres paling banyak stres sedang. Penyebab stres terbanyak
akibat stres akademik. Sebagian besar responden menggunakan koping rasional
dalam mengatasi stres. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat stres dengan
strategi koping pada mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Kata kunci: CSQ-3, MSSQ, strategi koping, stress.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN STRATEGI KOPING PADA
MAHASISWA TINGKAT PERTAMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh :
Aldi Setia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Learning Project : HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN
STRATEGI KOPING PADA MAHASISWA
TINGKAT PERTAMA DI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Aldi Setia
Nomor Pokok Mahasiswa : 1518011129
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
dr. Oktafany, S. Ked., M.Pd.Ked dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K
NIP. 197610162005011003 NIP. 1984092620091220002
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan S.R.Wardani, SKM., M.Kes
NIP. 197206281997022001
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Ketua : dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked _________
Sekretaris : dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K _________
Penguji
bukan pembimbing : Dr. Dyah Wulan S.R.Wardani, SKM., M.Kes _________
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan S.R.Wardani, SKM., M.Kes
NIP 19720628 199702 2 001
Tanggal lulus ujian Skripsi : 19 Juli 2019
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping pada
Mahasiswa Tingkat Pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”
adalah hasil karya sendiri dan tidak ada melakukan penjiplakan atau
pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai dengan etika
ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut
plagiarisme.
2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada
Universitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan
terhadap saya.
Bandar lampung, Juli 2019
Pembuat pernyataan
Aldi Setia
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 14 November 1997, merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Sahat Panontang dan Ibunda Irma
hermayati.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Kartika chandra pada
tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Karang pawitan 1 pada
tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1
Karawang pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di
SMAS Taruna Nusantara pada tahun 2015.
Tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN). Penulis aktif pada organisasi PMPATD Pakis Rescue Team dan
diamanahkan menjadi Ketua umum dari organisasi PMPATD Pakis Rescue Team.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya.” (Q.S. Al-baqarah :286)
Bismillahirrahmanirrahim
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Rabb-ku,
atas segala rahmat dan ridho-Nya.
Kepada Ayah dan Ibu tercinta, pintu surga yang selalu mendoakan setiap
langkahku. Terimakasih atas segala pengorbanan yang telah diberikan.
Terimakasih untuk selalu memberikan yang terbaik untukku.
Terimakasih telah menjadi orangtua terbaik didunia dan akhirat
Aamiin yaa rabbal’aalamiin.
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping pada
Mahasiswa Tingkat Pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang
tsebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P; selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes; selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dan pembahas, atas kesediaanya meluangkan waktu
dalam membahas, memberi kriktik, saran, dan nasihat dalam penyusunan
skripsi ini;
3. dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked; selaku Pembimbing satu, atas kesediaanya
meluangkan waktu dalam membimbing skripsi, memberikan kritik, saran dan
nasihat dalam penyususan skripsi ini;
ix
4. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K; selaku Pembimbing Kedua, atas
kesediaanya meluangkan waktu dalam membimbing skripsi, memberikan
kritik, saran dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini;
5. dr. Ety Aprilia, S.Ked., M.Kes; selaku Pembimbing Akademik dari semester
satu hingga semester tujuh, atas kesediannya memberikan bimbingan, nasehat,
dan motivasinya selama ini dalam bidang akademik penulis;
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Unila, yang telah
bersedia atas bimbingan, ilmu, dan waktu, yang telah diberikan dalam proses
perkuliahan;
7. Ayah tercinta, Bapak Sahat Panontang Nababan, S.E, Ibunda tercinta, Ibu
Irma Hermayati, S.E., MM ; terimakasih atas cinta, kasih sayang, kerja keras,
doa, nasihat dan bimbingan yang terus menerus diberikan untukku serta
kepercayaan dan perjuangannya dalam mewujudkan cita-cita putranya semasa
hidupnya. Semoga Allah SWT melindungi, memberikan kekuatan, kesehatan,
umur yang panjang, rezeki dan kebahagiaan;
8. Kakak tersayang dr. Dinda S.ked dan Adikku tersayang Bintang Anugrah
yang selalu menjadikan aku penyemangat untuk mencapai kesuksesan dan
dapat menjadi contoh yang baik untuknya, terimakasih atas segala doa yang
telah terpanjatkan.
9. Terimakasih untuk semua keluarga besar yang telah ikut mendoakan dalam
mewujudkan cita-cita ku untuk Nenek, Kakek, Om, Tante, Kakak sepupu,
Adik Sepupu dan semuanya; semoga Allah SWT selalu melindungi dan
memberikan kebahagiaan.
10. Sahabat dan keluargaku tersayang Reandy, Ghalib, Sukma, Aslam,
terimakasih telah memberikan motivasi, suport, nasehat, semangat dan selalu
x
mau berbagi suka maupun duka bersama-sama selama menjadi Mahasiswa FK
Unila ini; Keluarga besar PMPATD Pakis dan seluruh sahabat SC 10
terimakasih telah memberikan semangat, bantuan dan doa selama
menyelesaikan skripsi ini; Keluarga baru, teman-teman sejawat Angkatan
2015 (Endomisium) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
semangat dan keceriaan yang diberikan. Semoga kita menjadi dokter yang
bermanfaat, berkualitas dan berintegritas untuk meningkakan derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia.
11. Sahabat dan teman perempuanku bahesty cut nyak din; terimakasih atas segala
bantuan, motivasi, tempat segala kebahagiaan dan kertepurukan, sehingga
dapat melalui rintangan dan tantangan hingga saat ini.
12. Semua yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis
Aldi Setia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan ........................................................ 5
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ........................................................................ 5
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres ............................................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Stres ................................................................................. 7
2.1.2 Penyebab Stres ................................................................................... 7
2.1.3 Jenis Stres ........................................................................................ 12
2.1.4 Tingkatan Stres ................................................................................ 13
2.1.5 Penilaian Stres .................................................................................. 15
2.1.6 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran .................. 16
2.1.7 Cara Penanggulangan Stres ............................................................. 19
2.2 Strategi Koping ......................................................................................... 20
2.2.1 Manifestasi Koping .......................................................................... 21
2.2.2 Jenis-Jenis Koping ........................................................................... 22
2.2.3 Sumber Koping ................................................................................ 24
xii
2.2.4 Penggolongan Mekanisme Koping .................................................. 25
2.2.5 Strategi Koping ................................................................................ 26
2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Koping ................................................ 26
2.2.7 Metode dan Penilaian Strategi Koping ............................................ 28
2.3 Kerangka Teori .......................................................................................... 32
2.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 33
2.5 Hipotesa Penelitian .................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 34
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 34
3.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 34
3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 35
3.3.2.1 Kriteria Inklusi ..................................................................... 35
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi .................................................................. 35
3.3.3 Besar Sampel Penelitian .................................................................. 35
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................... 37
3.5 Definisi Operasional Penelitian ................................................................. 37
3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ................................ 38
3.6.1 Instrumen Penelitian ........................................................................ 38
3.6.2 Teknik Pengambilan Data ................................................................ 41
3.7 Alur Penelitian ........................................................................................... 42
3.8 Pengolahan Data ........................................................................................ 42
3.9 Analisis Data ............................................................................................. 43
3.9.1 Analisis Univariat ............................................................................ 43
3.9.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 43
3.10 Etika Penelitian ....................................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Penelitian ................................................................................. 45
4.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner coping style
questioner-3 ..................................................................................... 46
4.1.2 Analisis Univariat ............................................................................ 46
4.1.2.1 Distribusi Jenis Kelamin ...................................................... 47
4.1.2.2 Distribusi usia ...................................................................... 47
4.1.2.3 Distribusi stres secara umum ............................................... 48
4.1.2.4 Distribusi stres berdasarkan dimensi.................................... 48
4.1.2.5 Distribusi Strategi Koping ................................................... 52
4.1.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 53
4.1.3.1 Hubungan Stres Secara Umum terhadap Strategi Koping ... 53
xiii
4.1.3.2 Tabulasi Silang Dimensi-Dimensi Tingkat Stres
Terhadap Strategi Koping. ................................................... 55
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 58
4.2.1 Gambaran Tingkat Stres .................................................................. 58
4.2.2 Gambaran Strategi Koping .............................................................. 62
4.2.3 Hubungan Tingkat Stres Terhadap Strategi Koping ........................ 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................................... 67
5.2 Saran .......................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional........................................................................................ 37
2. Pengelompokan butir kuesioner strategi koping ............................................. 38
3. Dimensi berdasarkan pertanyaan yang terkandung pada MSSQ. .................. 39
4. Interpretasi skor MSSQ. .................................................................................. 40
5. Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin. .................................. 47
6. Distribusi frekuensi responden menurut usia. ................................................. 47
7. Dsitribusi frekuensi responden menurut tingkat stres secara umum. .............. 48
8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres akibat
akademik ......................................................................................................... 49
9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres akibat
hubungan interpersonal ................................................................................... 49
10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan stres akibat proses
pembelajaran ................................................................................................... 50
11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres akibat
hubungan sosial. .............................................................................................. 50
12. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres akibat
dorongan dan keinginan. ................................................................................. 51
13. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres akibat
kegiatan kelompok. ......................................................................................... 51
14. Distribusi frekuensi responden menurut strategi koping. ............................... 52
xv
15. Analisis hubungan antara tingkat stres secara umum terhadap strategi
koping .............................................................................................................. 53
16. Analisis hubungan antara tingkat stres secara umum terhadap strategi
koping .............................................................................................................. 54
17. Tabulasi silang antara dimensi-dimensi tingkat stress dengan strategi
koping .............................................................................................................. 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori................................................................................................ 32
2. Kerangka Konsep ............................................................................................ 33
3. Alur Penelitian ................................................................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan lulus kaji etik
Lampiran 2. Uji validitas dan realibilitas CSQ-3
Lampiran 3. Lembar penjelasan penelitian
Lampiran 4. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)
Lampiran 5. Kuisioner penelitian
Lampiran 6. Data penelitian
Lampiran 7. Hasil uji statistik data penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa adalah siswa yang telah mencapai tingkat lebih tinggi yaitu
seseorang yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah
seseorang yang memiliki potensi dalam memahami perubahan dan
perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat yang
memiliki posisi dan peran sebagai agent of change, social controller, dan the
future leader. Banyak permasalahan pada mahasiswa untuk melakukan studi
kuliahnya di perguruan tinggi, salah satunya ialah stres (Calaguas, 2011).
Stres adalah respon seseorang yang terpapar oleh tuntutan pekerjaan dan
tekanan yang tidak selaras dengan pengetahuan dan kemampuannya, sehingga
orang tersebut merasa tertantang untuk mengatasi tuntutan dan tekanan
tersebut. Stres dianggap sebagai persepsi takut atau marah akibat
ketidakmampuan baik mental, emosional dan fisik manusia yang suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan (Yulianti, 2003).
Stres dapat timbul pada semua usia, baik pada usia remaja maupun dewasa
bahkan sebelum manusia itu lahirpun telah memiliki pengalaman terhadap
stres (Potter dan Perry, 2005). Stres juga kerap timbul pada mahasiswa,
dimana mahasiswa berada dalam masa transisi dari remaja menuju dewasa.
2
Hal ini menyebabkan mahasiswa sangat labil dalam mengahadapi masalah
kehidupannya dan masih kurang berpengalaman dalam menyelesaikan
masalahnya sehingga lebih mudah untuk mengalami stres (Tobroni, 2014).
Pada mahasiswa baru yang tergolong pada usia remaja akhir, terdapat suatu
kondisi yang disebut periode storm and stress atau dikenal juga dengan
periode badai dan tekanan yaitu suatu masa ketegangan emosi meningkat
akibat berbagai faktor stres, periode ini terjadi saat seseorang berada pada
tahap kritis karena akan memasuki masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan fisiologis yakni peningkatan kadar hormon sehingga membuat
mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan kehidupan (Laugesen,
2002).
Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan
di berbagai universitas di dunia. Menurut hasil penelitian Aziz et al ( 2017) di
Pakistan didapatkan bahwa tingkat stres mahasiswa kedokteran lebih tinggi
dari non mahasiswa kedokteran. Menurut Atalla dan Altuwairqi (2018)
melakukan penelitian di universitas Taif, Saudia Arabia didapatkan 80%
mahasiswa kedokteran mengalami stres sedang dan 12,67% mengalami stres
berat. Di Indonesia juga pernah dilakukan penelitian oleh Syofia (2009)
mengenai stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara didapatkan bahwa sebanyak 11,1% mahasiswa yang mengalami stres
ringan, mahasiswa yang mengalami stress sedang sebanyak 85,2% dan 3,7%
mahasiswa yang mengalami stres berat.
3
Penelitian tentang hal serupa juga sudah pernah dilakukan di Lampung, yaitu
oleh Maulana (2013) tentang perbandingan stres antara mahasiswa tingkat
pertama dan tingkat kedua mahasiswa fakultas kedokteran universitas
Lampung, hasilnya ialah stres pada tingkat pertama lebih tinggi dari pada
stres tingkat kedua. Penelitian yang lain adalah analisis perbedaan tingkat
stres tingkat awal dan akhir di fakultas kedokteran universitas lampung oleh
Augesti (2015) menyatakan bahwa perbandingan tingkat stres angkatan awal
lebih tinggi dari pada tingkat akhir.
Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan
memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak-dampak negatif
berupa kognitif dan fisiologis, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya
manajemen stres (Heiman dan Kariv, 2005). Manajemen stres dibagi menjadi
2 bagian, salah satunya adalah strategi koping yang di gunakan (Musradinur,
2016). Strategi koping terdiri dari tiga macam cara yaitu problem solving
focused coping, emotion focused coping dan avoidance focused coping.
Seseorang cenderung menggunakan strategi koping yang berbeda-beda
bergantung pada kepribadiannya, dan sejauh mana tingkat stres dari suatu
kondisi atau masalah yang dialaminya (Trisnawati et al, 2007).
Penelitian tentang strategi koping dan tingkat stres sudah pernah dilakukan
oleh Somaia (2015) di Mumbai, India yang hasilnya bahwa problem solving
coping focused lebih banyak digunakan untuk mengurangi stres dari pada
emotion focused coping. Penelitian lainnya mengenai stres dan strategi
koping didapatkan bahwa jika menggunakan metode koping yang efektif
4
membantu menangani tingkat stres (Mathew, 2017). Penelitian tentang
tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiwa keperawatan menghadapi
praktek belajar lapangan di rumah sakit bahwa ketika tingkat stres meningkat
strategi koping pun meningkat (Sudaryanto, 2009). Penelitian Dani et al
(2012) tentang hubungan tingkat stres dengan strategi koping didapatkan
bahwa semakin tinggi strategi koping maka semakin rendah tingkat stresnya.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dipaparkan bahwa masalah di
mahasiswa kedokteran yaitu tingkat stres masih cukup tinggi. Menurut
penelitian Maulana (2013) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung dari sampel penelitian 142 didapatkan 13 % dari total sampel
penelitian atau 19 respondennya mengalami stres berat pada tingkat pertama.
Cara untuk mengatasi tingkat stres yang tinggi perlu adanya penanggulangan
stres salah satunya yaitu proses strategi koping (Musradinur, 2016). Penelitian
tentang hubungan tingkat stres dengan strategi koping di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK UNILA) masih belum dilakukan, sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat stres dengan
strategi koping mahasiswa tingkat pertama di FK UNILA.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya ditemukan tingkat stres perkuliahan yang
tinggi di indonesia khususnya di Fakultas Kedokteran, maka pertanyaan
penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan tingkat stres dengan strategi
koping pada mahasiswa tingkat pertama di FK UNILA?”
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa tingkat
pertama di FK UNILA.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa tingkat pertama di FK
UNILA.
2. Untuk mengetahui strategi koping mahasiswa tingkat pertama di FK
UNILA.
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan strategi koping
pada mahasiswa tingkat pertama di FK UNILA.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang medical education
tentang hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa
tingkat pertama.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang
telah dipelajari selama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung dan menambah pengetahuan tentang hubungan tingkat stres
dengan strategi koping pada mahasiswa tingkat pertama di FK UNILA.
6
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberi pengetahuan kepada seluruh masyarakat mengenai hubungan
tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa tingkat pertama,
sehingga masyarakat mengetahui cara menanggulangi stres dan dapat
menanggulangi tingkat stres yang dialaminya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian Stres
Stres adalah respon seseorang yang terpapar oleh tuntutan pekerjaan
dan tekanan yang tidak selaras dengan pengetahuan dan
kemampuannya, sehingga orang tersebut merasa tertantang untuk
mengatasi tuntutan dan tekanan tersebut. Seseorang yang terkena stres
umumnya sering merasa sakit, kurang termotivasi dan kurang produktif
dalam melakukan kegiatan (Leka et al, 2003).
Pengertian dari stres menurut Sunaryo (2004) adalah suatu gangguan
yang terjadi dalam tubuh maupun pikiran, akibat gangguan dari
lingkungan maupun dari individu itu sendiri dalam lingkungannya.
Menurut Yulianti (2003) stres dianggap sebagai persepsi takut atau
marah akibat ketidakmampuan baik mental, emosional dan fisik
manusia yang suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan.
2.1.2 Penyebab Stres
Terdapat berbagai macam pencetus stres diantaranya dapat berupa
peristiwa atau keadaan yang menantang secara fisik atau psikologis
8
yang sering disebut sebagai stressor (Sarafino, 2008). Stressor
diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu frustasi, konflik, tekanan,
identifikasi perubahan, dan keyakinan pribadi (Morris, 1990).
Menurut Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa segala sesuatu
yang menyebabkan terjadinya stres dikenal sebagai stressor. Stressor
pada setiap individu dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab eksternal
dan penyebab internal, sebagai berikut :
a. Penyebab eksternal
Penyebab eksternal adalah penyebab yang berasal dari luar diri
seseorang seperti perubahan bermakna dari lingkungan, perubahan
peran sosial, pekerjaan, hubungan interpersonal maupun proses
pembelajaran. Keadaan finansial juga dapat memicu terjadinya stres.
b. Penyebab internal
Penyebab internal adalah penyebab yang berasal dari dalam diri
seseorang seperti gangguan kesehatan, seperti : demam, penyakit
infeksi, trauma fisik, malnutrisi dan kelelahan. Penyebab internal
juga dapat berasal dari adanya perasaan rendah diri (self devaluation)
akibat konflik maupun frustasi dalam kehidupan sosial karena tidak
mendapatkan yang mereka harapkan. Kondisi gangguan fisik seperti
cacat, perasaan tidak menarik, jenis kelamin, usia dan intelegensi
juga merupakan hal yang dapat menyebabkan timbulnya stres pada
seseorang.
9
Menurut Calaguas (2011) faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi
mahasiswa di dunia perkuliahan dapat dikategorikan kedalam delapan
kategori, diantaranya: Stres akibat pendaftaran dan penerimaan
perkuliahan, Stres akibat mata perkuliahan di kampus, persiapan ujian
baik secara lisan maupun tulisan, serta persiapan ujian praktek, Stres
akibat adanya masalah dengan dosen, metode pengajaran dosen yang
sulit dipahami, menemui dan menghadapi dosen yang bersifat
perfectionist, stres akibat persaingan dengan teman, stres akibat jadwal
perkuliahan yang tak tentu dan stres akibat organisasi, stres akibat
lingkungan kelas yang kurang mendukung, seperti kelas kotor, bising
dan lain-lain, stres akibat keadaan keuangan yang tidak mendukung
akibat biaya pengeluaran yang tak terduga, stres akibat kekhawatiran
akan masa depan, harapan orangtua maupun harapan mahasiswa itu
sendiri selama dalam dunia perkuliahan.
Sumber stres pada mahasiswa menurut Rasmun (2004) terdapat tiga
faktor, yaitu :
1. Faktor lingkungan, mempunyai ciri yaitu:
a. Ketidakpastian ekonomi, seperti : pengeluaran biaya yang terlalu
berat dan naiknya harga barang untuk keperluan seseorang
b. Ketidakpastian politik, seperti : negara-negara yang sering
mengalami konflik politik
c. Ketidakpastian teknologi, seperti : computer, handphone
2. Faktor Organisasional, mempunyai ciri yaitu :
a. Tuntutan pekerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
pekerjaan, seperti: pola mengatur pekerjaannya, baik dari segi
10
mana yang lebih diperioritas untuk dikerjakan, pola mengatur
waktu, berbagai tugas yang harus dikerjakan yang harus
dilakukan individu maupun dalam pekerjaannya, hal tersebutlah
yang menjadi faktor pememicu stres pada seseorang.
b. Tuntutan peran merupakan faktor yang berkaitan dengan suatu
beban atau tekanan yang diberikan kepada seseorang untuk
memegang suatu peran dalam berorganisasi.
c. Tuntutan interpersonal adalah tuntutan yang diciptakan oleh pihak
lainnya dalam organisasi, dan berkurangnya dukungan sehingga
menjadi beban bagi seseorang.
d. Struktur organisasi adalah seperti peraturan yang diterapkan
dalam organisasi dan keputusan yang dibuat dalam organisasi.
Jika peraturan yang diterapkan terlalu banyak dan kurangnya
partisipasi maka akan mengakibatkan stres pada pekerja.
e. Kepemimpinan dalam organisasi memperhatikan gaya dan
karakteristik dari para eksekutif senior dalam organisasi yang
membuat kegelisahan, ketegangan dan ketakutan bagi seseorang
sehingga menimbulkan stres.
f. Tahap hidup organisasi merupakan proses berjalannya organisasi
mulai dari didirikannya organisasi hingga mengalami penurunan
dan semenjak dilaluinya berbagai stres yang terdapat didalamnya
karena banyak faktor ketidak pastian.
g. Pengembangan karir merupakan tahap perkembangan karir pada
faktor organisasi yang menyebabkan stres pekerja.
11
h. Tuntutan emosional pekerjaan adalah tuntutan pekerjaan dari
beberapa jabatan yang diberikan sehingga menyebabkan stres
pekerja dan juga berkaitan dengan masalah hubungan antar
individu.
3. Faktor individual contohnya masalah personal /keluarga masalah
ekonomi atau faktor kepribadian, dimana seseorang melihat
karakternya sendiri dari segi negatif
Pada fase frustasi (frustration) terjadi ketika kebutuhan pribadi
terhalangi dan seseorang gagal dalam mencapai tujuan yang
diinginkannya. Frustrasi dapat terjadi sebagai akibat dari keterlambatan,
kegagalan, kehilangan, kurangnya daya, atau diskriminasi. Konflik
(conflicts), terjadi ketika pengalaman seseorang dihadapi oleh dua atau
lebih motif secara bersamaan. Tekanan (pressure), didefinisikan
sebagai stimulus yang menempatkan individu dalam posisi untuk
mempercepat, meningkatkan kinerjanya, atau mengubah perilakunya.
Tipe yang keempat adalah perubahan (changes), tipe sumber stres yang
keempat ini seperti hal nya yang ada di seluruh tahap kehidupan, tetapi
tidak dianggap penuh tekanan sampai mengganggu kehidupan
seseorang baik secara positif maupun negatif. Self-imposed merupakan
sumber stres yang berasal dalam sistem keyakinan pribadi pada
seseorang, bukan dari lingkungan (Morris, 1990).
12
2.1.3 Jenis Stres
Stres dibagi dalam dua jenis yaitu eustress dan distress. Eustress atau
stres positif merupakan stres yang sifatnya membangun seperti
mendapat promosi jabatan atau mendapat penghargaan. Eustress dapat
meningkatkan konsentrasi seseorang apabila akan menghadapi ujian.
Stres jenis ini akan meningkatkan hormon adrenalin sehingga seseorang
akan lebih bersemangat. Distress atau stres negatif adalah suatu
keadaan stres yang merugikan tubuh. Distress dapat disebabkan oleh
hal-hal buruk yang menganggu seorang individu, seperti tekanan yang
berlebih namun tubuh tidak mampu untuk mengkompensasi tekanan
tersebut. Distress dapat menyebabkan mual, tekanan darah tinggi,
gugup, minat belajar menurun, bahkan dapat menganggu secara fisik
(Halan, 2005).
Menurut Mumpuni dan Wulandari (2010) stres negatif atau distress
dapat menyebabkan kemalasan pada diri seseorang. Kemalasan tersebut
dapat berupa malas untuk bangun pagi, malas melangkah karena terasa
lunglai, sampai merasa malas bertemu dengan orang. Apabila hal
tersebut terus berlanjut dapat menyebabkan kelelahan fisik bahkan
dapat menyebabkan kelelahan mental juga. Menurut Rice (1999)
berdasarkan jenis stressor, stres dapat digolongkan menjadi :
a. Personality stress (stres kepribadian)
Stres ini berasal dari dalam diri orang itu sendiri, bergantung dari
pola pikir orang tersebut. Orang yang berpikiran positif cenderung
untuk tidak mengalami stres kepribadian.
13
b. Psychosocial stress (stres psikososial)
Stres psikososial terjadi karena hubungan seseorang dengan
lingkungan sekitar maupun keadaan sosialnya. Seperti stres yang
terjadi pada saat menghadapi lingkungan baru, stres saat terjadi
masalah keluarga dan lain-lain.
c. Bio-ecological stress (stres bioekologikal)
Stres yang dipicu karena keadaan lingkungan dan keadaan biologis.
Keadaan lingkungan dapat berupa cuaca, iklim, maupun polusi,
sedangkan keadaan biologis seperti jerawat, demam, asma,
menstruasi dan lain-lain.
d. Job stress (stres pekerjaan)
Stres yang terjadi akibat tekanan yang terjadi tempat bekerja, target
pekerjaan yang tinggi, persaingan bisnis, gagal dalam target
pekerjaan dan lain-lain.
e. College stress (stres perkuliahan)
Stres yang dipicu karena permasalahan di perkuliahan. Sewaktu
perkuliahan terdapat tiga kelompok stressor yaitu stressor dari segi
personal dan sosial, gaya hidup dan budaya serta stressor yang
dicetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri.
2.1.4 Tingkatan Stres
Menurut Psychology Foundation of Australia (2014) berdasarkan
tingkatannya stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
14
a. Stres normal
Stres yang terjadi secara alamiah dalam diri seseorang. Stres ini
terjadi dalam situasi kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak
lulus ujian, jantung berdetak lebih kencang dan lain-lain.
b. Stres ringan
Stres jenis ini berlangsung dalam beberapa menit atau jam.
Penyebabnya seperti kemacetan, dimarahi oleh dosen, dikritik, lupa
dan lain-lain. Pada stres ringan mulai timbul gejala. Apabila stres
ringan dibiarkan maka akan menyebabkan gangguan kesehatan.
c. Stres sedang
Stres terjadi dalam jangka jam hingga beberapa hari. Stressor pada
tingkat stres ini dapat berupa perselisihan dengan teman maupun
pasangan. Pada orang yang mengalami stres sedang akan mudah
tersinggung, mudah marah, tidak sabaran, sulit beristirahat, mudah
lelah dan cemas.
d. Stres berat
Stres yang berlangsung dalam jangka beberapa minggu, penyebab
dapat berupa perselisihan yang berlanjut, kesulitan finansial dan
merasa kekurangan dalam hal fisik. Seseorang yang merasa stres
berat akan merasa tertekan, tidak dapat merasakan hal positif, merasa
mudah putus asa, merasa hidup ini tidak berharga dan merasa
hidupitu tidak bermanfaat. Apabila stres terus berlanjut maka
seseorang akan mulai kehilangan energi.
15
e. Stres sangat berat
Merupakan stres kronis yang terjadi dalam waktu beberapa bulan
hingga waktu yang tak dapat ditentukan. Apabila berada pada tingkat
stres sangat berat seseorang akan merasa tidak ada guna untuk hidup
dan orang tersebut akan berada pada fase depresi berat.
2.1.5 Penilaian Stres
Terdapat beberapa jenis instrumen untuk menilai stres yaitu:
a. Depression Anxiety Stress Scale 42 dan 21 (DASS 42 dan 21)
Pengukuran tingkatan stres dapat menggunakan Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) yang dibuat oleh Lovibond & Lovibond pada
tahun 1995. DASS terdiri dari dua jenis yaitu DASS 42 dan DASS
21. DASS 42 memiliki 42 item pertanyaan sedangkan DASS 21
memiliki 21 item pertanyaan. Penggunaan dari DASS merupakan
suatu skala untuk mengukur status emosional negatif dari depresi,
stres dan kecemasan. Tingkatan stres pada DASS yaitu normal,
ringan, sedang, berat dan sangat berat (Sary, 2015).
b. Hassel Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)
Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)
merupakan kuesioner yang mengukur tingkat stres mahasiswa.
Kuesioner ini terdiri dari 54 pertanyaan yang merupakan suatu skala
yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkanbagi para
mahasiswa. Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi
terjadinya dalam satu bulan. Tingkatan stres pada HASS/Col yaitu
ringan, sedang dan berat (Augesti, 2015).
16
c. Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ)
Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) adalah kuesioner
yang dirancang oleh Yusoff dan Rahim (2010) untuk mengetahui
tingkatan stres pada mahasiswa kedokteran. Kuesioner ini terdiri dari
40 pertanyaan yang merupakan penyebab stres pada mahasiswa
kedokteran. MSSQ terdiri dari enam dimensi berdasarkan penyebab
stres pada mahasiswa kedokteran, yaitu Academic Related Stressors
(ARS), Intrapersonal and Interpersonal Related Stressors (IRS),
Teaching and Learning Related Stressors (TLRS), Social Related
Stressors (SRS), Drive and Desire Related Stressors (DRS), dan
Group Activities Related Stressors (GARS). Tingkatan stres pada
kuesioner ini yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat. MSSQ
merupakan kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini
karena memiliki beberapa kelebihan yaitu telah diujicobakan pada
761 mahasiswa fakultas kedokteran dengan berbagai macam etnis,
kultur dan agama, memiliki sifat psikometrik yang baik serta MSSQ
adalah instrumen yang valid dan reliabel yang dapat
mengidentifikasi jenis stressor dan intensitas stres pada mahasiswa
kedokteran (Yusoff dan Rahim, 2010).
2.1.6 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Pada sistem perkuliahan kedokteran mahasiswa dituntut untuk
mengikuti kurikulum yang komprehensif dan penilaian yang bersifat
kompetitif, hal itu akan menyebabkan tekanan mental serta rasa takut
berlebih terhadap kemungkinan untuk gagal dalam proses perkuliahan.
17
Beberapa sumber menyatakan bahwa tekanan mental didunia
perkuliahan tersebut akan menimbulkan suatu keadaan yang disebut
stres akademik. Stres akademik adalah suatu istilah yang biasa
digunakan untuk mendeskripsikan suatu tekanan mental akibat dunia
perkuliahan dan menimbulkan efek negatif seperti rasa takut berlebih
terhadap kegagalan atau dengan kata lain stres akademik adalah suatu
istilah yang digunakan untuk mengambarkan keadaan stres pada dunia
perkuliahan (Calaguas, 2011).
Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa kedokteran telah
dilakukan di berbagai universitas di dunia. Penelitian mengenai tingkat
stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan di berbagai
universitas di dunia. Sementara itu, penelitian sejenis ini juga pernah
dilakukan di Asia. Menurut hasil Atalla dan Altuwairqi (2018)
melakukan penelitian di universitas Taif, Saudia Arabia didapatkan
80% mahasiswa kedokteran mengalami stres sedang dan 12,67%
mengalami stres berat. Penelitian lainnya juga pernah dilakukan di
malaysia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahim et al (2011)
prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran sebesar 50% mengalami
stres berat yang di akibatkan kegiatan akademik.
Penelitian tentang hal serupa juga sudah pernah dilakukan di Lampung,
tentang perbandingan stres antara mahasiswa tingkat pertama dan
tingkat kedua mahasiswa fakultas kedokteran dengan sampel masing-
masing 92 mahasiswa untuk tingkat pertama dan 92 mahasiswa untuk
tingkat kedua. Hasilnya pada mahasiswa tingkat pertama didapatkan
18
4,3% mahasiswa mengalami stres ringan, 71,7% mahasiswa mengalami
stres sedang dan 23,9% mahasiswa mengalami stres berat. Pada
mahasiswa tingkat kedua didapatkan 10,9% mahasiswa mengalami stres
ringan, 77,2% mahasiswa mengalami stres sedang dan 12% mahasiswa
mengalami stres berat. Pada penelitian tersebut, keluhan yang banyak
dialami mahasiswa kedokteran adalah tidak bisa tidur ketika sedang
merasa cemas. Alasan tingginya prevalensi gejala pada mahasiswa
kedokteran tersebut bisa karena kekhawatiran mahasiswa terhadap
gejala-gejala stres dan pada akhirnya akan menjadi sugesti dalam
dirinya (Maulana, 2013).
Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan
memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara
kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran dan
sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain
sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan,
frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis
antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun
terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah dan
insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda
penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan
alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-
lebihan serta berisiko tinggi (Heiman dan Kariv, 2005).
19
2.1.7 Cara Penanggulangan Stres
Menurut Musradinur (2016) dalam stres dan cara mengatasinya,
didapatkan bahwa mengatasi stres ada 2 cara, yaitu:
a. Prinsip homeostatis.
Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
cenderung bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang
mengalaminya pasti berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian
sesuai dengan prinsip yang berlaku pada organisme, khususnya
manusia, yaitu prinsip homeostatis. Menurut prinsip ini organisme
selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya.
Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan
ada usaha mengembalikannya pada keadaan seimbang.
b. Proses koping terhadap Stres
Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan
proses koping terhadap stres. koping mempunyai dua macam fungsi,
yaitu : Emotional focused coping dipergunakan untuk mengatur
respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini dilakukan melalui
perilaku individu seperti penggunaan minuman keras, bagaimana
meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dan seterusnya.
Sedangkan problem-focused coping dilakukan dengan mempelajari
keterampilan atau cara baru mengatsi stres. Individu akan cenderung
menggunakan cara ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan
metode ini sering dipergunakan oleh orang dewasa.
20
Menurut Fares et al (2016) menyebutkan ada beberapa cara untuk
mengatasi stres di mahasiswa kedokteran, yaitu : Evaluasi sistem yang
di gunakan dalam memahami dan mengajari siswa; Konsultasi karir
dimasa depan agar terarah dan mempunyai batasan karirnya; Berlatih
untuk bertahan dalam tekanan; Komitmen perorangan dalam mengatasi
stres berat; Aktivitas di luar perkuliahan (olahraga, kesenian dll);
Kesadaran dari masing-masing individu untuk bertahan dalam stres; dan
Bimbingan terhadap program selama perkuliahan di fakultas kedokteran
2.2 Strategi Koping
Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh
individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau
luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang
orang lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh dengan
tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain koping
adalah bagaimana reaksi orang ketika mengahadapi stres atau tekanan
(Siswanto, 2004). Strategi koping adalah proses yang dilalui oleh individu
dalam menyelesaikan situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologis (Rasmun, 2004).
Strategi koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam
menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon
terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif ,
perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
menyelesaikan stres yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan manusia
21
untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan
cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana seseorang
menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab
stres / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk
mengatasi masalah tersebut konsep koping sangat perlu karena semua pasien
mengalami stres, sehingga sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan
kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stres yang merupakan faktor
penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia (Keliat, 2007).
Setiap individu memiliki cara yang berbeda beda dalam menghadapi masalah
yang terjadi dalam hidupnya tergantung dari nilai, kepercayaan dan
pencapaian yang ingin diraih. Cara individu dalam menyelesaikan masalah
disebut koping. Koping menunjukan pemikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang lakukan untuk menghadapi masalah yang terjadi dalam keseharian
(Frydenberg, 2008).
2.2.1 Manifestasi Koping
Menurut Kelliat (2007) Koping dapat diidentifikasi melalui respon
manifestasi (tanda dan gejala) koping dapat dikaji melalui beberapa
aspek yaitu fisiologis dan psikologis koping yang efektif menghasilkan
adaptif sedangkan yang tidak efektif menyebabkan maladaptif,
manifestasinya yaitu :
1. Fisiologis
Manifestasi stress pada aspek fisik bergantung pada persepsi/
penerimaan individu pada stress keefektifan pada strategi koping
22
2. Psikologis
Dalam aspek ini di bagi menjadi dua yaitu :
a. Cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas
Cara penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara
sadar, realistis, obyektif, rasional.
Cara ini mungkin terbuka atupun mungkin terselubung dan dapat
berupa serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal
Penarikan diri atau tidak tahu akan hal itu dan kompromi
b. Cara penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego atau
pembelaan diri. Sering disebut mekanisme pertahanan mental.
Reaksi ini berguna untuk melindung diri yang merupakan garis
pertahanan jiwa pertama.
2.2.2 Jenis-Jenis Koping
Lazarus dan Folkman (1984) membagi koping menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap
usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi
kesakitan dan luka. Ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan
langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah
yang di alami. Ada empat macam koping jenis tindakan langsung:
23
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi)
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara
menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang
mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya
tersebut.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan
menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai.
Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya
lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam
tersebut.
c. Penghidaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih
berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilh cara
menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam
tersebut
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati
dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak
bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan
tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri
dari situasi yang mengancam tersebut.
24
2. Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu
pada mengurangi atau menghilangkan atau mentoleransi tekanan-
tekanan kebeutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang
bermasalah. Atau bisa di artikan bahwa bila individu
menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif
tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 macam koping jenis peredaan atau pallitation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes)
Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan
muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan
tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh
tekanan atau ancaman tersebut.
b. Cara Intrapsikis (Intrapsykis Modes)
Koping jenis ini peredaan dengan cara intra psikis adalah cara-
cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan
psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah mekanisme
pertahanan diri (Maramis, 2005).
2.2.3 Sumber Koping
Menurut Wiscar dan Sandra (2005) Sumber koping terdiri menjadi 2
faktor, Faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal)
yaitu:
25
1. Faktor dari dalam meliputi : umur dimana semakin tinggi umur
koping individu semakin baik, kesehatan dan energi , sistem
kepercayaan termasuk kepercayan ekstensial (iman, kepercayaan,
agama) komitmen atau tujuan hidup, pengalaman masa lalu, tingkat
pengetahuan atau pendidikan semakin tinggi individu mudah untuk
mencari informasi, jenis kelamin perempuan lebih sensitive dari
laki-laki, perasaan seseorang seperti harga diri, kontrol dan
kemahiran, keterampilan, pemecahan masalah. Teknik pertahanan,
motivasi
2. Faktor dari luar meliputi: dukungan sosial, sumber material atau
pekerjaan, pengaruh dari orang lain, media massa. Dukungan sosial
sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atu lebih
dengan tiga kategori yaitu dukungan emosi dimana seseorang
merasa dicintai, dukungan harga diri dimana mendapat pengakuan
dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki, perasaan memiliki
dalam sebuah kelompok.
2.2.4 Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2
(dua) yaitu:
1. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan.
26
2. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan (Stuart, 2008).
2.2.5 Strategi Koping
Menurut Roger (1995), strategi Koping dapat dibagi 3 jenis yaitu :
1. Rational Coping
Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
2. Avoidance coping
Avoidance coping ditandai dengan perbuatan melamun atau
berkhayal, menyangkal bahwa sedang menghadapi masalah, tidak
mau mengerjakan apa pun, atau melarikan diri dari situasi masalah.
3. Detached/ emotion coping
Detached coping didefinisikan sebagai perasaan independen
terhadap peristiwa dan emosi yang terkait dengannya, dan konsep
muncul dari studi tindak lanjut dari program manajemen stres
berdasarkan kontrol emosi.
2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Koping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan
oleh sumber daya individu, yaitu:
1. Kesehatan fisik
Merupakan hal yang penting karena dalam hal mengatasi stres
individu dituntut menggunakan energi yang lebih besar.
27
2. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting
yang akan mengarahkan individu pada ketidak berdayaan yang akan
menurunkan kemampuan strategi koping.
3. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk
alternatif tindakan.
4. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan
bertingkah laku sesuai norma sosial di masyarakat.
5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional serta pengaruh dari orang lain (teman, keluarga, guru,
petugas kesehatan, dll).
6. Materi atau Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
7. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik.
28
8. Jenis kelamin
Bahwa jenis kelamin adalah faktor penting dalam perkembangan
koping seseorang.
9. Pendidikan
Bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang
lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi (Ahyar, 2010).
2.2.7 Metode dan Penilaian Strategi Koping
Terdapat dua macam metode koping yang digunakan oleh individu
dalam mengatasi masalah psikologis, metode yang pertama ialah
metode koping jangka panjang, cara ini termasuk cara konstruktif dan
merupakan cara efektif dan realistis dalam menangani masalah
psikologis dalam kurun waktu yang lama. Yang kedua adalah Metode
jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress atau
ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi
tidak efektif untuk di gunakan dalam jangka panjang (Rasmun, 2004).
Instrumen yang dapat menilai strategi koping adalah terjemahan
langsung the Coping Styles Questionnaire-3 (CSQ-3) yang
dikembangkan Rogers et al (1995), Coping Styles Questionnaire-3
terdiri dari 41 butir skala likert yang mengkategorisasikan mahasiswa
ke dalam 3 kategori yaitu Rational Coping (9 item; mencoba mencari
29
informasi tentang suatu masalah untuk membuat suatu keputusan dari
masalah tersebut), avoidance coping (10 item; mempercayai bahwa
semua masalah mempunyai jalan keluar), dan detached/emotional
coping (22 item; tidak membuat semua masalah dibawa keperasaan).
Kuesioner ini diisi dengan skala likert 1 sampai 4 yang secara berturut
mewakili tidak pernah, pernah, kadang-kadang, dan sering. Hasil
pengukuran menghasilkan skor parsial disetiap subskala; hasil yang
tinggi didalam subskala tersebut berarti yang selalu dipakai dalam gaya
koping (Roger, 1995).
Sebuah Koping dikatakan fungsional ketika seseorang yang memiliki
Koping tersebut mampu beradaptasi dengan masalah yang dihadapi.
Koping disfungsional terjadi ketika Koping yang digunakan tidak
menyelesaikan masalah atau koping tersebut adalah koping yang salah
(Sudaryanto, 2009).
Menurut Frydenberg (2008) bahwa sebagian besar remaja
menggunakan koping berfokus emosi dalam mengatasi stressnya.
Remaja cendrung lebih memilih untuk mengatasi stres dengan
melakukan hal–hal menyenangkan yang bersifat sementara agar dapat
melupakan stres yang dirasakan. Kebanyakan remaja dihadapkan lebih
dari satu stressor. Stressor muncul dalam masalah yang cukup besar.
Remaja lebih sering menghadapi stres dengan cara mengabaikan
stressornya. Mengabaikan masalah dengan menghindar, mengalihkan,
dan penolakan adalah strategi Koping yang tidak produktif. Koping
30
yang paling sering dilakukan remaja ketika dihadapkan dengan stres
adalah mendengarkan musik, menonton televisi, berolahraga, dan
berkumpul bersama teman. Strategi itu dikatakan strategi koping yang
tidak produktif karena tidak ada usaha yang dibuat untuk
menyelesaikan masalah atau mengurangi stres. Menurut Lazarus dan
Folkman (1984) strategi koping yang efektif adalah koping yang
membantu seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi menekan,
serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Penelitian Mathew (2017) mengemukakan bahwa masalah-masalah
dalam stres di perkuliahan dikarenakan ketidakmampuan peserta
perkuliahan atau lemahnya strategi koping yang dilakukannya.
Perbedaan pada mekanisme koping di fakultas kedokteran menunjukan
bahwa emotion focused coping sering dipakai di banding dengan
problem focused coping walaupun emotion focused coping membuat
kinerja menjadi tingkat rendah (Schiller, 2017).
Penelitian tentang strategi koping dan tingkat stres sudah pernah di
lakukan oleh Somaia (2015) di Mumbai, India yang hasilnya bahwa
problem solving coping focused lebih banyak di gunakan dari pada
emotion focused coping. Penelitian lainnya mengenai stres dan strategi
koping di dapatkan bahwa jika menggunakan koping yang efektif
membantu menangani tingkat stres (Mathew, 2017). Penelitian lainnya
juga tentang hubungan bentuk stres terhadap strategi koping didapat
bahwa adanya hubungan negatif antara problem focused coping dengan
breakdown stress (Masudah, 2014).
31
Penelitian tentang hubungan tingkat stres terhadap stategi koping pada
mahasiswa reguler FIK UI didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
strategi koping dengan tingkat stres (Anelia, 2012). Penelitian tentang
tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiwa keperawatan
menghadapi praktek belajar lapangan di rumah sakit bahwa ada
hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping, ketika tingkat
stres meningkat mekanisme koping juga meningkat (Sudaryanto A,
2009). Penelitian serupa di lakukan di fakultas kedokteran universitas
Riau tentang hubungan tingkat stres dengan strategi koping di dapat
bahwa pada mahasiswa kepanitraan klinik bahwa terdapat hubungan
negatif antara tingkat stres dengan strategi koping (Dani et al, 2012).
32
2.3 Kerangka Teori
Keterangan :
: Variabel yang diamati dalam penelitian
(Variabel dependen dan variabel independen)
: Variable yang tidak di teliti
: Menyebabkan
Gambar 1. Kerangka Teori (Potter dan Perry 2005; Yussof dan Rahim, 2010;
Halan 2005; Sary, 2015; Masradinur, 2016; Dodds, 1993)
Penyebab stres (stressor):
1. Penyebab eksternal
a. Perubahan lingkungan
b. Perubahan peran sosial
c. Pekerjaan
d. Hubungan interpersonal
e. Keadaan finansial
f. Dunia perkuliahan
2. Penyebab internal
a. Gangguan kesehatan
b. Kondisi fisik
c. Intelejensi
Stressor Penyebab stres di dunia perkuliahan:
a. Academic related stressors (ARS)
b. Intrapersonal and interpersonal related stressors (IRS)
c. Teaching and learning-related stressors (TLRS)
d. Social related stressors (SRS)
e. Drive and desire related stressors (DRS)
f. Group activities related stressors (GARS)
Tingkat Stres :
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Sangat berat
Strategi koping:
1. Rational coping
2. Avoidance coping
3. Detached/emotion
coping
Manajemen stres
Proses
homeostasis
33
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesa Penelitian
Hipotesis penulis pada penelitian ini yaitu :
H0 : Tidak ada hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada
mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
H1 : Ada hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa
tingkat pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Tingkat stres Strategi koping
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional-analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu salah satu bentuk studi observasional yang
dilakukan pengukuran variabel-variabelnya dan mencari hubungan antar
variabel hanya satu kali (Dahlan, 2015). Pengumpulan dengan menggunakan
kuisioner tingkat stres dan kuisioner strategi koping di FK Unila.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
pada bulan Desember-Maret 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2018 sebagai
mahasiswa tingkat pertama di FK Unila dengan jumlah 183
mahasiswa.
35
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa tingkat pertama di
FK Unila berjumlah 183 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi
a. Bersedia menandatangani informed consent dan bersedia
menjadi responden penelitian.
b. Mahasiswa aktif tingkat pertama di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
a. Mahasiswa aktif tingkat pertama yang tidak hadir saat
penelitian
b. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan kuisioner pada saat
penelitian.
c. Mahasiswa yang menolak menjadi subjek penelitian
dengan tidak mentandatangani lembar informed consent.
3.3.3 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus deskriptif kategorik (Dahlan, 2015). Rumusnya sebagai
berikut:
n =Zα2PQ
d2
36
Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = Derivat baku alpha = 1,96; dengan α = 5% atau 0,05
P = Proporsi pada kelompok 10% (Dani et al, 2012)
Q = 1-0,1 = 0,9
d2 = presisi penelitian 5% = 0,052 =0,0025
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
𝑛 =Zα2PQ
d2
𝑛 =1,962. 0,1. 0,9
0,052
𝑛 =0,345744
0,0025
𝑛 = 138,2976
Besar sampel minimal menurut rumus di atas adalah 138 ditambah 10%
dari sampel minimal menjadi 152 dari total sampelnya 183 mahasiswa.
Namun karena peneliti ingin menggunakan sampel seluruhan
mahasiswa aktif tingkat awal di FK Unila, maka peneliti menggunakan
teknik total sampling yang berjumlah 183 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.
37
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari:
1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah tingkat
stres pada mahasiswa angkatan aktif 2018 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
mekanisme koping pada mahasiswa angkatan aktif 2018 Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3.5 Definisi Operasional Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Tingkat
stres
Suatu gangguan
yang terjadi
dalam tubuh
maupun pikiran
akibat gangguan
dari lingkungan
maupun dari
individu itu
sendiri dalam
lingkungannya
(Sunaryo, 2004).
MSSQ
(Medical
Student
Stress
Quisionare)
Tingkat stres :
1. 0-1= stres ringan/
normal
2. 1,01-2= stres sedang
3. 2,01-3 = stres berat
4. 3,01-4= stres sangat
berat
Dimensi stres :
a. Stres akibat akademik
b. Stres akibat
interpersonal
c. Stres akibat
pembelajaran dan
pengajaran
d. Stres akibat aktivitas
kelompok
e. Stres akibat aktivitas
sosial
f. Stres akibat dorongan
dan keinginan
Skala
katagorik
ordinal
Strategi
koping
proses yang
dilalui oleh
individu dalam
menyelesaikan
situasi yang
mengancam
dirinya baik fisik
maupun
psikologis
(Rasmun, 2004).
CSQ-3
(Coping
style
quisionare)
1. Rational coping
2. Avoidance coping
3. Detached/emotional
coping
Skala
kategorik
nominal
38
3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data
3.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dapat menilai strategi koping adalah terjemahan
langsung Instrumen yang dapat menilai strategi koping adalah
terjemahan langsung Coping Styles Questionnaire-3 (CSQ-3) yang
dikembangkan oleh Rogers (1995), Coping Styles Questionnaire-3
terdiri dari 41 butir yang mengkategorisasikan mahasiswa ke dalam 3
kategori yaitu rational coping (9 item; mencoba mencari informasi
tentang suatu masalah untuk membuat suatu keputusan dari masalah
tersebut), avoidance coping (10 item; mempercayai bahwa semua
masalah mempunyai jalan keluar), dan detached/emotional coping (22
item; tidak membuat semua masalah dibawa dalam perasaan).
Kuesioner ini diisi dengan skala likert 1 sampai 4 yang secara berturut
mewakili tidak pernah, kadang-kadang, sering, sangat sering. Hasil
pengukuran menghasilkan skor parsial disetiap subskala; hasil yang
tinggi didalam subskala tersebut berarti yang selalu dipakai dalam gaya
koping (Roger, 1995).
Pengelompokan butir berdasarkan subskala, diuraikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2. Pengelompokan butir kuesioner strategi koping
Variabel Butir nomor
Rational coping 2, 8, 10, 25, 29, 32, 33, 40, 41
Avoidance
coping
11 ,17,18,19, 24, 28,30, 26, 35, 37
Detached/
emotion coping
1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 27,
31, 34, 36, 38, 39
39
Intrumen kedua yaitu tentang tingkat stres, instrumen tingkat stres ini
menggunakan MSSQ (medical student stress scale), kuisioner ini terdiri
dari 40 pertanyaan dan di bagi kedalam beberapa dimensi yaitu
Academic Related Stressors (ARS), Intrapersonal and Interpersonal
Related Stressors (IRS), Teaching and Learning Related Stressors
(TLRS), Social Related Stressors (SRS), Drive and Desire Related
Stressors (DRS), dan Group Activities Related Stressors (GARS)
dimensi ini mewakili sumber-sumber stres pada mahasiswa kedokteran
(Yusoff dan Rahim, 2010).
Berikut ini adalah tabel dimensi berdasarkan pertanyaan yang
tekandung dalam MSSQ :
Tabel 3. Dimensi berdasarkan pertanyaan yang terkandung
pada MSSQ.
Variabel Butir nomor
ARS 1, 4, 7, 10, 12, 17, 19, 23, 25, 27, 30, 33, 3
IRS 3, 5, 9, 26, 28, 31, 39
TLRS 8, 14, 16, 20, 22, 35, 37
SRS 2, 18, 21, 24, 29, 38
DRS 6, 32, 40
GARS 11, 13, 15, 34
Kuisioner ini terbagi dalam dua bagian yaitu bagian A yang terdiri dari
butir soal 1-20 dan bagian B yang terdiri dari butir soal 21-40. MSSQ
diukur dalam bentuk skala sebagai berikut:
0 = tidak menyebabkan stres
1 = menyebabkan stres
2 = meyebabkan stres sedang
3 = menyebabkan stres berat
4 = menyebabkan stres sangat berat
40
Skor tingkat stres akan diperoleh dengan cara menjumlahkan total skor
pada bagian A dan B kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan per
dimensi stres, untuk dimensi ARS di bagi 13, dimensi IRS dan TLRS
dibagi 7, dimensi SRS dibagi 6, dimensi DRS dibagi 3 dan dimensi
GARS dibagi 4 (Yusoff dan Rahim, 2010).
Menurut Yussof dan Rahim (2010) Perhitungan stres secara umum
dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan total nilai bagian A dan B
dari masing-masing dimensi dan dibagi dengan total 40 item
pertanyaan. Selanjutnya, hasil skor dari penilaian stres yang telah
diketahui diinterpretasikan sesuai dengan tabel di bawah ini :
Tabel 4. Interpretasi skor MSSQ. Skor Interpretasi
0-1 Stres ringan/normal
1,01-2 Stres sedang
2,01-3 Stres berat
3,01-4 Stres sangat berat
Instrumen pengkuran tingkat stres yang digunakan pada penelitian ini
pernah dilakukan oleh Pusphita (2017) didapatkan uji valid dari 40 item
pertanyaan dan didapatkan nilai r hitung berkisar 0,326 – 0,624 dengan
nilai r tabel 0,220, sehingga tiap pertanyaan dapat dikatakan valid.
Item pertanyaan yang valid selanjutnya diuji nilai reabilitasnya dengan
menggunakan teknik cronbach alpha dan diapatkan nilai cronbach
alpha sebesar 0,937. Nilai 0,937 pada uji reabilitas memiliki arti
pertanyaan pada instrumen reliabel sehingga kuesioner dapat digunakan
pada penelitian (Pusphita, 2017).
41
3.6.2 Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti membagikan
kuesioner yang selanjutnya diisi oleh responden. Setelah kuesioner
selesai diisi oleh responden, maka kuesioner tersebut segera
dikembalikan kepada peneliti. Data yang digunakan pada penelitian ini
berupa data primer. Data primer yaitu data yang didapatkan secara
langsung dari responden. Pada saat penelitian responden diminta untuk
mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti, namun
sebelumnya peneliti menjelaskan secara menyeluruh isi dari kuesioner
sehingga responden paham terhadap semua pertanyaan yang ada.
42
3.7 Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan apabila data sudah terkumpul dan akan diubah ke
dalam bentuk tabel dan diolah menggunakan program komputer. Proses
tersebut terdiri dari beberapa langkah yakni:
1. Koding, menerjemahkan data yang terkumpul selama penelitian ke dalam
simbol yang cocok untuk analisis.
Tahap Persiapan
Tahap Pengolahan
Data
Tahap Pelaksanaan
Pencatatan hasil
Pengisian kuisioner MSSQ oleh
respoden dan pengumpulan hasil
Pembuatan proposal,
perijinan, seminar proposal
ethical clearance, kordinasi
terhadap responden
Pengisian informed consent dan
penjelasan mengenai cara
mengisi kuisioner MSSQ
Analisis data
Pengisian informed consent dan
penjelasan mengenai cara
mengisi kuisioner CSQ
Pengisian kuisioner CSQ oleh
respoden dan pengumpulan hasil
kuisioner
Tahap Seminar Hasil
Hari pertama
Hari kedua
43
2. Data entry, memasukkan data ke komputer.
3. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual data yang
dimasukkan dalam komputer
4. Output komputer, hasil yang telah dianalisis kemudian dicetak.
3.9 Analisis Data
Analisis statistika yang digunakan untuk mengolah data penelitian ini adalah
analisis univariat dan analisis bivariat.
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik tiap variabel penelitian. Pada umumnya digunakan untuk
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas yang merupakan variabel kategorik dan variabel terikat
yang merupakan variabel kategorik, sehingga dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Chi-Square karena penelitian komperatif,
dengan skala pengukuran kategorik (nominal/ordinal). Syarat uji Chi-
Square adalah tidak boleh ada expected count < 1 dan nilai expected
count < 5 tidak boleh lebih dari 20%. Jika memenuhi syarat pembacaan
dilakukan di continuity correction, jika tidak memenuhi syarat
pembacaan dilakukan di fisher exact. Penelitian ini disajikan dengan
tabel baris dikali kolom, pengolahan data diperoleh nilai p. Nilai p
dianggap bermakna apabila nilai p=<0,05. Untuk melakukan
44
penggabungan sel terdapat syarat-syaratnya yaitu disebabkan oleh uji
statistik, dan disebabkan oleh teori yang ada dapat dilakukannya
penggabungan sel (Dahlan, 2014).
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah melalui persetujuan oleh Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah
mendapatkan surat keterangan lolos uji kaji etik dengan No: 675/
UN26.18/PP.05.02.00/2019.
Selain itu dalam pengambilan data penelitian, responden terlebih dahulu
diberi penjelasan dan diminta untuk menandatangani lembar informed
consent untuk menjadi responden penelitian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari penelitian hubungan tingkat stres terhadap strategi
koping mahasiswa tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung sebagai berikut :
1. Stres yang paling banyak dialami oleh Mahasiwa tingkat pertama Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung yaitu stres sedang sebanyak 54,5%
diikuti oleh stres berat sebanyak 32,0 %, stres ringan 12,4 % dan sangat
berat sebanyak 1,1 %.
2. Pencetus stres paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yaitu disebabkan oleh beban
akademik sebesar 50,5% diikuti oleh beban interpersonal sebesar 45%,
beban pengajaran dan pembelajaran sebesar 32,6 %, beban hubungan
sosial dan aktivitas kelompok sebesar 18%, dan beban dorongan dan
keinginan sebesar 14 %.
3. Strategi koping yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat
pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yaitu menggunakan
strategi coping rational sebanyak 62,9 % diikuti oleh avoidance coping
sebesar 25,8 % dan emotion/detached coping sebesar 11,2%.
68
4. Terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap strategi koping mahasiswa
tingkat pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitian lanjutan dengan mengukur
tingkat stres dengan faktor-faktor lainnya seperti faktor-faktor penyebab
lain seperti faktor eksternal, faktor internal, faktor personality,
psychosocial, faktor bioecological, faktor pekerjaan dan faktor lainnya
yang ikut mempengaruhi hubungan antara tingkat stres terhadap strategi
koping melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh tingkat stres
terhadap strategi koping pada mahasiswa; melakukan penelitian lanjutan
mengenai hubungan setiap dimensi-dimensi stres dengan strategi koping
2. Bagi pembaca, mempelajari dan memahami cara mengatasi stres dan cara
pemakaian koping yang baik dan benar sehingga dapat mengurangi
dampak buruk dari stres tersebut.
3. Bagi institusi terkait, dapat dijadikan evaluasi terhadap proses akademik
agar mengurangi tingkat stres terbanyak pada mahasiswa tingkat pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
4. Bagi mahasiswa, untuk mempelajari lebih lanjut cara mengatasi stres dan
mengetahui faktor apa saja yang membuat stres muncul agar dapat
mengurangi tingkatan stres pada mahasiswa khususnya mahasiswa
Fakultas Kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA
Abasimi E, Atin S, Mahamah M M, dan Gai X. 2015. The experience of stress
among nursing students in nursing colleges in Tamale, Ghana.
International Journal of Psychology and Behavioural Sciences. 5(2):89-97.
Achmadin AJ. 2015. Strategi coping stres pada mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang [skripsi]. Malang: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Ahyar W. 2010. Konsep diri dan mekanisme koping. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aneli N. 2012. Hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping mahasiswa
reguler program profesi ners FIK UI tahun akademik 2011/2012 [skripsi].
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Aris. 2015. Hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada mahasiswa
keperawatan Universitas Andalas Padang tahun 2015 [skripsi]. Padang:
Universitas Andalas.
Atalla, Altuwarqi. 2017. Prevalence of stress among junior medical students.
Journal Community Medicine and Health Education. 1(7): 537-48.
Aziz WH, Jafri AM, Zaidi E, Aamir SI, Din I, Shah M. 2017. Stress Level
Comparison of Medical and Nonmedical Students: A Cross Sectional
Study done at Various Professional Colleges in Karachi, Pakistan. Journal
Acta Psychopathol. 2(13):221-33
Calaguas GM. 2011. College academic stress: Differences along gender lines.
Journal of social and development sciences. 1(5):191–201.
Cohen L, Manion L, Morrison K. 2007. Research methods in education. Edisi ke-
6. New York: Routledge Falmer.
Compas BE, Jaser SS, Dunbar JP, Watson KH, Bettis AH, Gruhn MA, et al. 2014.
Coping and emotion regulation from childhood to early adulthood: Points
of convergence and divergence. Australian journal of psychology. 66(2):
71-81.
70
Dahlan MS. 2015. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Dani SM, Hamidy MY, Risma D. 2012. Hubungan antara tingkat stres dengan
strategi koping pada mahasiswa kepanitraan klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Riau [skripsi]. Riau : Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Dodds A. 1993. Rehabilitating blind and visually impaired people: A
psychological approach. London: Chapman & Hall.
Evans GW, Kim P. 2013. Childhood poverty, chronic stress, self‐regulation, and
coping. Child Development Perspectives. 7(1): 43-8.
Frydenberg E. 2008. Adolescent coping: Advance in theory, research, and
practice. New York: Routledge.
Ganesan, Yosindra. 2018. A Study on Stress Level and Coping Strategies among
Undergraduate Students. Journal of Cognitive Sciences and Human
Development. 3(2):37-47.
Halan YC. 2005. Managing stress. Berkshire: New Dawn Press.
Hastono SP. 2016. Analisa data pada bidang kesehatan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Hirsch C, Barlem E, Barlem J, Lunardi V, dan Oliveira A. 2015. Predictors of
Stress and Coping Strategies Adopted by Nursing Students. Acta Paul
Enferm. 28 (3): 224-29.
Holahan CJ, Moos RH. 1987. Personal and contextual determinants of coping
strategies. Journal of personality and social psychology. 52(5): 946
Kariv H. 2005. Task-oriented versus emotion-oriented coping strategies: the case
of college students. College Student Journal. 39(1):72-89.
Keliat. 2007. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Khasanah ML, Wuryanto E, Hidayati TN. 2014. Analisis mekanisme koping
mahasiswa semester I menghadapi ujian OSCA (objective structured
clinical assesment) di akademi keperawatan muhamadiyah kendal. Journal
Unimus. 100 (2): 280-84.
Kusumaningrum AT. 2013. Pengaruh stressor dan cara belajar terhadap prestasi
belajar pada mahasiswa diploma III kebidanan stikes muhammadiyah
lamongan. Universitas Sebelas Maret Institutional Journal. 1 (1): 44-50.
Laugesen N. 2003. Understanding adolescent worry: the application of a cognitive
model. New York: Journal of Abnormal Child Psychology.
71
Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress appraisal and coping. New York: Springer
Publishing Company.
Leka S, Griffiths A, Cox T. 2003. Work organisation and stress. Geneva: World
Health Organization.
Lyon, B. L. (2012). Stress, coping, and health. In Rice, H. V. (Eds.) Handbook of
stress, coping and health: Implications for nursing research, theory, and
practice (pp.3-23). USA: Sage Publication, Inc.
Maulana A. 2013. Perbandingan stress antara mahasiswa tingkat pertama dan
tingkat kedua mahasiswa fakultas kedokteran universitas Lampung
[skripsi]. Bandar lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Masudah R. 2014. Hubungan strategi koping stres dengan bentuk stres fakultas
psikologi universitas islam maliki malang [skripsi]. Malang: Fakultas
Psikologi Universitas Islam.
Mathew C. 2017. Stress and coping strategies among college students. Madhya
Pradesh: IOSR Journal Of Humanities And Social Science.10(2) :194-209
Morris CG. 1990. Contemporary phsychology and effective behavior. Glenview:
Foresman.
Musradinur. 2016. Stres dan cara mengatasinya. Aceh: Fakultas Tabiyah dan
Keguruan Universitas Negeri At-rahim.
Mumpuni Y, Wulandari A. 2010. Cara jitu mengatasi stres. Edisi ke-1.
Yogyakarta: ANDI.
Nasir A dan Mufith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: Penerbit EGC.
Prasetyo A dan Wurjaningrum F. 2008. Pengaruh Stres terhadap Komitmen
Mahasiswa-Mahasiswa Universitas Airlangga untuk Menyelesaikan
Pendidikan Mereka dengan Faktor Kecemasan sebagai Variabel
Moderator. Majalah Ekonomi. 18( 3):257-70.
Psychology Foundation of Australia. 2014. Depression anxiety stress scale.
[diunduh 1 november 2018]. Tersedia dari:
http://www.psy.unsw.edu.au/dass/.
Puspitha FC. 2017. Hubungan stres terhadap motivasi belajar mahasiswa tingkat
pertama fakultas kedokteran universitas lampung [skripsi]. Bandar
lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
72
Rahmawati W. 2017. Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk
Menangani Stres Akademik mahasiswa. JKI (Jurnal Konseling Indonesia).
2(1):15-21.
Rasmun. 2004. Stress koping dan adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan
Jakarta: CV Sagung Seto.
Rice V. 2011. Theories of stress and its relationship to health. Handbook of stress,
coping, and health: Implications for nursing research, theory, and practice.
USA: Sage Publication, Inc.
Roger D, Jarvis G, Najarian B. 1993. Detachment and coping: the construction
and validation of a new scale for measuring coping strategies. Journal of
Personality and Individual Differences. 15(6): 619-26.
Roger D. 1995. Emotion control, coping strategies, and adaptive behavior.Journal
of stres and emotion. 15 (6):255-64.
Rutter M. 2013. Annual research review: resilience-clinical implications. Journal
of Child Psychology and Psychiatry. 54(4): 474-87.
Santrock JW. 2007. Psikologi pendidikan. Edisi ke-2. Jakarta: Prenada Media
Group.
Saratoga G. 2015. Gambaran stres mahasiswa tingkat pertama program studi
pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
berdasarkan stressor [skripsi]. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Sary Y. 2015. Buku ajar psikologi pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing.
Schiller JH. 2017. Medical student use different coping strategi and relationship
with academic performance in preclinic and clinic years. Michigan:
University of Michigan Medical School.
Sharif S, Kamil EA, Mansour A. 2007. Stres and coping strategies among medical
students in Basrah. Medical Journal of Basrah University. 3(25): 28-32
Sherina MS, Rampal L, Kaneson N. 2004. Psychological stress among
undergraduate medical students. Malaysia Medical Journal. 59(11):207.
Siswanto. 2004. Kesehatan mental, konsep, cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta: CV Andi Offeset.
Stuart W G. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi ke- 3. Jakarta: EGC.
Sudaryanto A. 2009. Hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping
pada mahasiswa keperwatan menghadapi praktek belajar lapangan di
rumah sakit. Journal UMS. 207(2):149-54.
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
73
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Edisi ke- 2. Jakarta: EGC.
Syofia L. 2009. Stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera
utara [skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tobroni. 2010. Stress yang dialami mahasiswa. [diunduh 23 November 2019].
Tersedia dari:
http://tobroni.staff.umm.ac.id/wpcontent/plugins/aspdf/generate.
Trisnawati, Nauli FA, Agrina. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif remaja di smk negeri 2 pekanbaru. Journal of medicine PSIK. 1 (2):
1-9.
Ursin H dan Eriksen H. 2004. The cognitive activation theory of stress.
Psychoneuroendocrinology. 29(5): 567-92. doi: 10.1016/S0306-
4530(03)00091. 1 (2): 2-13.
Utomo G. 2015. Hubungan coping mechanism dengan hasil ujian akhir blok basic
science 1 pada mahasiswa angkatan 2015 fakultas kedokteran universitas
lampung [skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
MaramisW. 2005. Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga.
Wahyudi R, Bebasari E, Nazriati E. 2015. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau tahun pertama [skripsi]. Riau:
Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Walgito B. 2007. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: ANDI.
Wiscar Z, Stuart, Sandra J, Sundeen, 1995. Principle and practice of psychiatric
nursing. St Louis: The Mosby Company.
Yulianti D. 2003. Manajemen stres. Jakarta: EGC.
Yusoff MSB, Rahim AFA. 2010. The medical student stressor questionnaire
(MSSQ) Manual. Kota Bharu: KKMED Publication.