i tinjauan . pustakaeprints.umm.ac.id/54670/45/bab ii.pdf · iitinjauan . pustaka 2.1. kerupuk...
TRANSCRIPT
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerupuk
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur dengan bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan
mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar
matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur
garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan. Komposisi bahan
kerupuk beserta pengolahannya akan sangat mempengaruhi kualitas kerupuk,
dimana komposisi bahan ini juga mempengaruhi pengembangan pada kerupuk
tersebut. Secara umum bahan baku yang digunakan adalah tepung tapioka,
sedangkan bahan tambahannya dapat berupa ikan atau udang, telur atau susu,
garam, gula, air dan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih,
ketumbar dan sebagainya (Herman, 2005).
Kerupuk merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan
volume membentuk produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama
proses penggorengan. Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi tiba-
tiba dari uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang volumenya
mengembang dan porus. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan
gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan
dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat
dalam gel pati akibat adanya peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap yang
mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk rongga-
rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng (Koswara, 2009).
5
Kerupuk didefinisikan sebagai jenis makanan kering yang terbuat dari
bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Dalam proses pembuatan
kerupuk, pati tersebut harus mengalami proses gelatinisasi akibat adanya
penambahan air serta perlakuan pemanasan terhadap adonan yang terbentuk.
Adonan dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan utama dan bahan-bahan
tambahan yang diaduk hingga diperoleh adonan yang liat dan homogen. Kerupuk
dengan campuran tepung tapioka mempunyai mutu yang lebih baik dari pada tanpa
campuran dilihat dari warna, aroma, tekstur dan rasa (Herman,2005).
Tabel 1.Persyaratan Mutu Kerupuk menurut SNI 0272-2000
Kriteria Uji Satuan Persyaratan kerupuk
non protein
Persyaratan
kerupuk protein
Bau, rasa, warna - Normal Normal
Benda asing %b/b Tidak nyata Tidak nyata
Abu %b/b Maksimal 2 Maksimal 2
Air %b/b Maksimal 12 Maksimal 12
Protein %b/b - Minimal 5
Sumber : BPPT (2011).
Pembuatan kerupuk dapat dilakukan dengan penambahan rumput laut
Eucheuma spinosum seperti yang dilakukan oleh Wahidi (2005) yang menunjukkan
bahwa variasi persentase daging ikan tenggiri, rumput laut E. spinosum dan tepung
tapioka berpengaruh terhadap derajad pengembangan, tekstur dan kesukaan
kerupuk ikan. Jenis rumput laut lain yang kemungkinan dapat digunakan untuk
membuat kerupuk ikan adalah Eucheuma cottoni. Kualitas kerupuk ikan yang
ditambahkan rumput laut E. cottoni kemungkinan akan berbeda dengan yang
ditambahkan E. spinosum. Kedua jenis rumput laut tersebut mengandung karagenan
yang berfungsi sebagai bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi dalam
industri makanan. Jenis karagenan yang dijumpai pada E. spinosum adalah iota
6
karagenan dan jenis karagenan yang dijumpai pada Eucheuma cottoni adalah kappa
karagenan. Iota karaginan bersifat lebih hidrofil dibandingkan kappa karaginan.
Penelitian yang telah dilakukan Suklan (2002), menyatakan bahwa ada
beberapa kerupuk yang dijual dipasaran yang mengandung boraks. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari alternatif pengganti boraks
pada kerupuk. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB (2009), mengungkapkan bahwa rumput laut adalah salah satu bahan
alami yang dibudidayakan di Indonesia yang dapat menggantikan bahan berbahaya
seperti boraks. Berdasarkan hasil penelitian Hikmah (2010), bahwa penambahan
rumput laut pada pembuatan kerupuk sebanyak 16% dapat memberikan kelebihan
yaitu memiliki rasa gurih yang khas dan renyah. Selain itu, dengan adanya
penambahan rumput laut memberikan keunggulan sebagai bahan makan bergizi,
mengandung nutrisi yang cukup lengkap dan juga mempunyai banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh manusia. Sedangkan menurut Dewi dan E. Susanto. (2011),
menyatakan bahwa penambahan rumput laut sebanyak 40% yang akan
menghasilkan rasa gurih dan renyah. Penambahan rumput laut dapat digunakan
sebagai alternatif pengganti boraks. Hal ini dikarenakan rumput laut tersebut
memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai penstabil, pengental, pembentuk gel
dan pengemulsi. Struktur elastis yang dibentuk oleh gel rumput laut dapat
ditambahkan untuk memperkuat atau menambah kekenyalan produk olahan.
2.2 Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
Rumput laut adalah salah satu jenis alga yang dapat hidup di perairan laut
dan merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan
kerangka seperti akar, batang, dan daun. Rumput laut atau alga juga dikenal dengan
7
nama seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tergolong dalam
divisi Thallophyta. Ada empat kelas yang dikenal dalam divisi Thallophyta yaitu
Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga
merah) dan Cyanophyceae (alga biru hijau). Alga hijau biru dan alga hijau banyak
hidup dan berkembang di air tawar, sedangkan alga merah dan alga coklat secara
eksklusif ditemukan sebagai habitat laut (Ghufran, 2010).
Tabel 2.Nilai Nutrisi Rumput Laut Eucheuma cottonii
Sumber: BPPT, (2011).
Menurut Anggadireja (2011), Taksonomi dari rumput laut jenis Eucheuma
cottonii adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
Komponen Satuan Nilai Nutrisi
Kadar Air % 13,90
Kadar Abu % 3,40
Protein % 2,60
Lemak % 0,40
Karbohidrat % 5,70
Serat kasar % 0,90
Karaginan % 67,50
Vit. C % 12,00
Riboflavin (mg/100 g) 2,70
Mineral (mg/100 g) 22,39
Ca Ppm 2,30
Cu Ppm 2,70
8
Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu
carragaenophtytes yaitu rumput laut penghasil karaginan, yang berupa senyawa
polisakarida. Karaginan dalam rumput laut mengandung serat (dietary fiber) yang
sangat tinggi. Serat yang terdapat pada karaginan merupakan bagian dari serat gum
yaitu jenis serat yang larut dalam air. Karaginan dapat terekstraksi dengan air panas
yang mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat pembentukan gel pada
rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta yang baik, karena termasuk
ke dalam golongan Rhodophyta yang menghasilkan florin starch (Anggadiredja,
2011).
2.2.1 Pembuatan Bubur Rumput Laut
Rumput laut sebagai salah satu komoditas hasil perikanan yang sebagian
besar diekspor dalam bentuk kering dan produk setengah jadi. Pasar internasional
rumput laut yang berasal dari Indonesia masih dihargai rendah hal tersebut
disebabkan karena mutunya rendah yaitu kadar air dan kotoran (pasir, garam dan
campuran jenis rumput lain) serta rendahnya rendemen dan kekuatan gel yang
dihasilkan. Selain masalah mutu rendah, persaingan dengan negara pengekspor lain
dan monopoli perdagangan dunia untuk komoditas ini maka harga rumput laut
sering tidak menentu yang berakibat merugikan petani. Jika teknologi pasca panen
rumput laut dapat dikembangkan dan diterapkan dengan baik, maka agroindustri
yang bertujuan meningkatkan nilai tambah dan mengurangi impor produk jadi
rumput laut dapat tercapai. Rumput laut akan lebih bernilai ekonomis setelah
mendapat penanganan lebih lanjut. Adapun tahapan untuk membuat bubur rumput
laut yaitu rumput laut kering dicuci dengan air tawar sambil dihilangkan kotoran
yang masih melekat seperti pasir, karang, lumpur, rumpit laut jenis lain sampai
9
bersih dan tiriskan. Rendam rumput laut selama 3 hari dengan mengganti air bersih
tiap 3 jam sekali, kemudian dilakukan penirisan dan penghalusan (Astawan, 2004).
Bubur rumput laut merupakan produk olah setengah jadi, sehingga banyak
digunakan sebagai bahan baku atau bahan pengisi (filler) dalam suatu produk
pangan seperti bakso, nugget, kerupuk, mie, dodol dan lain sebagainya.
Berdasarkan Penelitian Cepi Permana (2013), penambahan bubur rumput laut 10%
memberikan hasil terbaik terhadap susut masak, daya ikat air, keempukan serta
akseptabilitas disukai, sedangkan penelitian Mega Ariyani dan Fitriyono
Ayustaningwarno (2013), penambahan bubur rumput laut 25% memberikan hasil
kadar serat kasar tertinggi pada kerupuk. Semakin tinggi penambahan bubur rumput
laut, semakin tinggi kadar serat kasar dan kesukaan terhadap kerupuk.
2.3 Seledri
Seledri berada dalam satu famili dengan wortel, peterseli, mitsuba, dan
ketumbar. Tanaman seledri memiliki nama umum yang berbeda-beda, celery
(Inggris), celeri (Perancis), seleri (Italia), selinon, parsley (Jerman), seledri
(Indonesia), sledri (Jawa), saledri (Sunda) (Agoes, 2010).
Seledri merupakan tumbuhan terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm
dengan bau aromatik yang khas. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak berambut,
bercabang banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan
anak daun 3–7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1–2,7 cm, helaian
daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2–7,5 cm,
lebar 2–5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga
majemuk berbentuk payung, 8–12 buah, kecil-kecil, berwarna putih, mekar secara
10
bertahap. Buahnya buah kotak, kecil berbentuk kerucut, panjang 1–1,5 mm,
berwarna hijau kekuningan (Dalimartha, 2000).
Menurut Herbarium Medanense (2013) adapun taksonomi tanaman seledri
yaitu sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Suku : Apiales
Famili : Apiaceae
Marga : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
Gambar 1. Seledri Apium grafveolens L. (Dokumentasi Pribadi)
Seluruh herba seledri megandung glikosida apiin (glikosida flavon),
isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite, asparagines,
glutamine, choline, linamarose, pro-vitamin A, vitamin C dan B. Kandungan asam-
asam dalam minyak atsiri pada biji antara lain asam-asam resin, asam-asam lemak
terutaman palmitat, oleat, linoleat dan petroselinat. Senyawa kumarin lain
11
ditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin, osthenol, dan
isopimpinelin (Agoes,2010).
Seledri juga mengandung senyawa bioaktif yaitu Furanocoumarins,
Apigenin, Apigravin, apiumetin, apiumoside, bergapten, celerin, celeroside,
isoimperatorin, isopimpinellin, osthenol, rutaretin, seselin, umbeliferon and 8-
hydroxy-5-methoxypsoralen. Selain itu seledri juga mengandung minyak atsiri
seperti limonene 60%, selenin 10-15%, serta beberapa sequiterpen alkohol seperti
α-eudesmol, β-eudesmol, dan santalol. Komponen pethalide seperti 3-n-buthyl
phtalide dan sedanenolide. Kandungan lainnya juga seperti Choline askorbate,
asam lemak (asam linoleat, miristat, miristisik, miristoleik, oleat, palmitat,
palmitoleat, petroselenik dan asam stearat) (Barnes, Anderson dan
Phillipson,2002).
Tabel 3. Kandungan kimia dalam daun seledri per 100 gr bahan mentah.
Sumber: Setiawan (2003)
Seledri mengandung minyak menguap seperti (+)-limonene, β-selinene,
myrcene ,α-terpineol, carveol, dihydrocarvone, geranyl acetate, dan senyawa
Komponen Jumlah
Air ml
Lemak g
Karbohidrat g
Protein g
Serat mg
Kalsium mg
Besi mg
Fosfor mg
Yodium mg
Kalium mg
Magnesium mg
Vitamin A IU
Vitamin K mg
Vitamin C mg
Riboflavin mg
Tiamin mg
Nikotinamid mg
93
0,1
4
0,9
0,9
50
1
40
150
400
85
13
15
15
0,05
0,03
0,4
12
phthalide yang memberikan bau aromatik yaitu 3-butyliden phthalid, 3-butyl
phthalid dan 3-isobutyliden dihydrophthalid. Seledri juga mengandung senyawa
flavonoid 8 apiin, apigenin, luteolin-7-O-apiosyl glucoside dan senyawa
furanocoumarin seperti bergaptene, xanthotoxin dan isopimpinellin (Barnes,
Anderson dan Phillipson,2002).
1.3.1 Blanching
Blanching adalah proses pemanasan pendahuluan dalam pengolahan
pangan. Blanching merupakan salah satu tahap pra proses pengolahan bahan
pangan yang biasa dilakukan dalam proses pengeringan buah-buahan. Proses
blanching termasuk ke dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu
berkisar 75-95ºC. Blanching bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang
memungkinkan perubahan warna, tekstur dan cita rasa bahan pangan (Muchlisun,
2015).
Terdapat dua metode blansing yang umum digunakan yaitu dengan uap air
panas (hot steam blanching) dan dengan air panas (hot water blanching). Metode
blanching dengan steam blanching dilakukan dengan cara bahan pangan diberi uap
panas yang dihasilkan dari air hangat (pengukusan). Uap air akan masuk dan
melewati seluruh jaringan dari bahan pangan tersebut Fellows (2000). Metode
blanching yang digunakan dalam penelitian biasanya adalah steam blanching dan
water blanching selama beberapa menit tergantung dari bahan pangan yang
digunakan. Blanching berpengaruh terhadap perubahan kualitas sensoris dan nutrisi
pada bahan pangan, misalnya terjadinya perubahan struktur jaringan menjadi lebih
lunak, kehilangan beberapa kandungan mineral, kandungan vitamin yang larut
dalam air serta komponen larut dalam air lainnya.
13
Hot water blanching lebih murah dan lebih hemat energi tetapi lebih banyak
komponen larut dalam air yang menghilang seperti vitamin dan mineral. Bahan
pangan seperti buah dan sayur seringkali disimpan dalam bentuk produk beku,
kering atau bentuk kalengan. Bentuk olahan ini akan memperpanjang umur simpan
bahan disamping juga akan mempermudah dan mempersingkat waktu pengolahan
bahan tersebut menjadi produk akhir. Blansing merupakan perlakuan pemanasan
awal yang biasanya dilakukan pada buah dan sayur segar. Walaupun secara umum
proses blansing bertujuan untuk memperbaiki mutu produk, tujuan khusus dari
proses blansing bervariasi dan tergantung pada proses pengolahan yang akan
dilakukan.
Penelitian yang menjelaskan waktu dan suhu yang optimal sayur yang di
blanching adalah penelitian (Inkha dan Boonyakiat, 2008) :
a.Cabai merah 35 ºC - 60 ºC waktu optimal 1 -5 menit.
b.Limau 50ºC waktu optimal 5 menit.
c.Brokoli 60 ºC Cwaktu optimal 3 menit.
d.Seledri 50ºC waktu optimal 5 menit.
e.Labu 60 ºC waktu optimal 5 menit.
Untuk sayuran, biasanya proses blanching dilakukan dengan menggunakan
air hangat atau steam, sementara untuk buah biasanya dilakukan dengan
menggunakan larutan kalsium Syamsir (2011). Penggunaan larutan kalsium
bertujuan untuk mempertahankan tekstur buah melalui pembentukan kalsium
pektat. Pengental seperti pektin, karboksimetil selulose dan alginat juga dapat
digunakan untuk membantu mempertahankan tekstur buah agar tetap segar setelah
proses blanching. Contoh aplikasi blanching pada saat memasak sayur mayur
14
adalah sayur yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam air yang hangat, direbus
hingga berubah warna menjadi warna yang diinginkan lalu diangkat dan langsung
dicelupkan ke dalam air dingin, umumnya air es dengan suhu 2ºC. Sayur yang baru
direbus langsung dicelupkan ke dalam air dingin untuk menghentikan proses
pematangan, karena dalam keadaan panas, proses pematangan sayur masih tetap
berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan sayuran berubah warna menjadi cokelat.
Selain itu, juga dapat dilakukan untuk membentuk tekstur tertentu dari sayuran.
Tujuan lain dari proses ini adalah untuk menghilangkan potensi berkecambah dari
biji-bijian.
2.4. Bahan Pembuatan Kerupuk
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk terdiri dari, bahan
baku utama dan bahan tambahan. Bahan baku utama yang digunakan, yaitu tepung
tapioka dan ikan kurisi. Sedangkan bahan tambahannya, antara lain tepung terigu,
air, telur, garam, penyedap, gula, susu, baking powder dan pewarna makanan.
2.4.1. Bahan Baku Utama
2.4.1.1. Tepung Tapioka
Tapioka adalah pati yang diperoleh dari hasil ekstraksi ubikayu (Manihot
utilissima), yang telah mengalami pencucian, pemarutan, pengendapan, dan
pengeringan pati BPPT (2000). Proporsi tepung tapioka yang digunakan dalam
pembuatan kerupuk yaitu berkisar antara 100-75 % .Tapioka berbeda dengan
tepung beras dan terigu, mengandung komponen yang lebih banyak, yaitu 84,64 %.
Tingginya komponen dalam tapioka, mengakibatkan daya serap air lebih tinggi
dibandingkan tepung beras dan terigu (Marzempi, 2004).
15
Tapioka memberikan cita rasa yang lunak, dan dapat digunakan sebagai
bahan pengental, bahan pengisi, serta bahan pengikat dalam industri makanan,
seperti dalam pembuatan pudding, makanan bayi, kerupuk dan sosis Matz (2007).
Sifat tapioka yang penting adalah tidak berasa manis, tidak mudah larut dalam air
dingin, membentuk pasta dan gel dalam air panas, sebagai sumber cadangan energi
dalam tanaman, dan dalam biji-bijian mengandung granul. Hidrolisa akan
menghasilkan glukosa dan bila hidrolisa tidak sempurna akan menghasilkan
dekstrin dan sifat viskositasnya yang besar dapat digunakan untuk mengentalkan
makanan (Potter dan Hotckiss, 2003).
Tabel 4. Komposisi Kimia Tapioka
Komposisi Jumlah (%)
Air
Karbohidrat
Protein
Lemak
Abu
Serat
11,11
84,64
1,65
0,65
1,50
1,63
Sumber: Direktorat Gizi, DEPKES RI (2000)
Tapioka mempunyai sifat dapat bergelatinisasi pada suhu relatif rendah
dibandingkan dengan tepung ketan yang mengandung amilopektin tinggi oleh
karena itu tapioka mudah dan cepat membengkak bila dipanaskan dalam air.
Pemanasan tapioka dalam air menyebabkan terjadinya pembengkakan granula
dengan cepat (Koswara, 2009).
Granula pati dalam air dingin akan menyerap air dan membengkak namun
jumlah air yang terserap hanya mencapai kadar 30%. Granula pati akan menyerap
air dan terjadi peningkatan volume dalam air pada suhu 55oC sampai 65oC yang
merupakan pembengkakan yang sesungguhnya. Granula pati dapat dibuat
membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak kembali lagi pada kondisi semula.
16
Perubahan tersebut disebut gelatinisasi. Suhu pada saat granula pati pecah disebut
suhu gelatinisasi yang dapat dilakukan dengan penambahan air panas (Koswara,
2009).
2.4.2 Bahan Tambahan
2.4.2.1. Tepung terigu
Tepung terigu merupakan bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk
biasanya digunakan sebanyak 5-15%. Jenis tepung terigu yang digunakan dalam
pembuatan kerupuk adalah tepung dari jenis gandum lunak (soft wheat) yang
mengandung protein sekitar 7,5 - 8%.
Tabel 5. Syarat Mutu Tepung Terigu berdasarkan SNI 01-3751-2006
Kriteria Mutu Persyaratan
Bentuk Serbuk
Bau Normal (bebas dari bau asing)
Warna Putih khas terigu
Benda asing Tidak ada
Kadar air % Max 14
Tepung ini memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan
menghasilkan adonan yang kurang elastis sehingga menghasilkan kerupuk yang
memiliki tekstur padat. Tepung terigu dalam pembuatan kerupuk berperan sebagai
pembentuk adonan selama pencampuran, pengikat bahan-bahan lain, dan
pembentuk selama pemanggangan (Koswara, 2009).
2.4.2.2. Gula
Gula merupakan sejenis pemanis yang telah digunakan oleh manusia sejak
2000 tahun dahulu untuk mengubah rasa dan sifat makanan dan minuman. Gula
merupakan sukrosa yang merupakan disakarida yang berwarna putih. Gula
memiliki sifat higroskopis sehingga dapat memperbaiki masa simpan dari produk
pangan Koswara (2009). Gula dapat berfungsi sebagai pengawet karena dapat
17
mengurangi aktivitas air (aw) bahan pangan sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme Purnamasari dan Harijono (2014). spesifikasi
berwarna putih kecoklatan karena gula yang terlalu putih rasanya kurang manis,
tidak ada benda asing, tidak berair dan tidak menggumpal (Tranggono, 2004).
Gula memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk tekstur bahan
pangan. Dalam pembuatan kerupuk, selain berfungsi sebagai pemanis, gula dapat
meningkatkan kerenyahan. Kerenyahan akan bertambah karena efek dari reaksi
maillard (yang terjadi ketika gula dengan protein dipanaskan bersama-sama) Kitts
(2004).. Penambahan gula pada kerupuk biasanya 0-25%. Syarat gula pasir menurut
SII yaitu mengandung sukrosa minimal 99,3%, air (103°C, 3 jam) maksimal 0,1%,
gula pereduksi maksimal 0,1%dan abu maksimal 0,1%. Gula mempunyai peranan
sebagai penambah rasa manis.
Tabel 6. Syarat Mutu Gula Pasir berdasarkan SII 0722-83
Kriteria Mutu Persyaratan
Warna ( nilai remisi yang direduksi ) % Minimal 53
Sakarosa % Minimal 99,3
Air % Maksimal 0,1
Bentuk % Maksimal 0,1 Kristal Halus
Gula Pereduksi % Maksimal 0,1
Bahan Asing Tidak Larut 0 Maksimal 5
2.4.2.3. Garam
Garam mempunyai pengaruh yang nyata pada pengembangan granula pati.
Pengaruh yang paling umum dari pemberian garam adalah meningkatnya suhu
gelatinisasi pati dibandingkan dalam air murni Burhanuddin, (2001). Amalia
(2007), menjelaskan bahwa pemberian 2 % garam dalam adonan kerupuk akan
memberikan efek yang paling besar dalam meningkatkan suhu gelatinisasi pati
dibandingkan bumbu lain yaitu gula dan MSG.
18
Menurut Anonymous (2003) garam dapur juga berfungsi sebagai bahan
pengawet. Penggunaannya sebagai bahan pengawet minimal 20 % atau 2 ons /kg
bahan. Syarat mutu garam dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Syarat Mutu Garam berdasarkan SII 0140-76
Kiteria Mutu Persyaratan
Warna Putih
Rasa Asin
Bau Tidak Berbau
Air % Maksimal 5
2.4.2.4. Air
Air dalam proses pengolahan produk berfungsi untuk mengontrol kepadatan
adonan, melarutkan garam, untuk membasahi dan mengembangkan pati. Air yang
berhubungan dengan industri pengolahan pangan minimum harus memenuhi
standart mutu air minum. Syarat mutu air secara fisik yaitu tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa (Buckle, dkk., 2009).
Tabel 8. Syarat Mutu Air sesuai dengan SNI 01-3553-1994
Kriteria Mutu Persyaratan
Bau Tidak Berbau
Rasa Normal
pH 6,5-9
Kekeruhan NTU Maksimal 5
Menurut Soekarto (2002) air mempunyai tiga fungsi yaitu:
(1) Sebagai bahan olah atau bahan pencampur, misalnya dalam membuat adonan,
sirup, larutan garam, saus, kecap.
(2) Sebagai media atau sarana proses misalnya sebagai air pemanas, air pendingin,
uap panas.
(3) Sebagai media atau sarana pembersih.
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 28-38% dari campuran
bahan yang digunakan jika lebih dari 38%, adonan akan menjadi sangat lengket dan
19
jika kurang dari 28%, adonan akan menjadi rapuh sehingga sulit untuk dicetak
(Astawan, 2006).
2.4.2.5. Telur
Telur mempunyai kandungan gizi yang merupakan perpaduan yang serasi
dan seimbang antara protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Semua unsur gizi
yang baik itu berasal dari tubuh ayam atau unggas yang bersangkutan Rasyaf
(2008).
Tabel 9.Komposisi Telur per 100 gram (dalam %)
Unsur Gizi Putih telur Kuning Telur Keseluruhan
Air 87,8-87,9 48,7-49,0 65,5-65,6
Protein 10,0-10,6 16,6-16,7 11,5-12,1
Lemak 0,05-0,9 31,6-32,6 9,3 -10,5
Abu 0,8 -0,9 1,1- 1,5 0,9 -10,9
Sumber: Rasyaf (2008)
Telur bisa berfungsi sebagai emulsifier, pembentuk gel, bahan pelapis,
bahan pengental, pemberi nutrisi, penyumbang warna dan bahan pembentuk
struktur. Telur memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada bagian putih
telur maupun kuning telur. Kualitas telur yang baik adalah apabila kuning telur
berada di bagian tengah telur, putih telurnya tebal dan tidak encer (Astawan, 2006).
Dalam pembuatan adonan, telur berfungsi sebagai pembentuk struktur
pengembang, pengemulsi dan pelumas. Putih telur merupakan pembentuk struktur
dan berfungsi sebagai pengembang, sedangkan kuning telur lebih efektif sebagai
pengemulsi dan pelumas (Hui, 2002). Penambahan telur pada adonan kerupuk
berkisar antara 2-3 butir per 1 kg tepung yang digunakan.
2.4.2.6. Krimer Kental Manis
Krimer kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan kental yang
diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi
20
susu bubuk berlemak penuh maupun hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak
dengan susu lemak atau lemak nabati yang telah ditambah gula dengan penambahan
bahan makanan lain yang diijinkan (Sedayu, 2004). Penambahan susu pada kerupuk
dapat meningkatkan kerenyahan dar kerupuk , susu yang di tambahkan berkisar
antara 10-20 ml per 100 gram tepung. Secara umum, komposisi nutrisi yang
terkandung dalam krimmer kental manis dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Krimer Kental Manis
Nutrisi Jumlah (%)
Lemak susu 8
Padatan susu tanpa lemak 20
Gula 45
Air 27
Sumber: Sedayu (2004)
Komposisi protein susu yang terbesar adalah kasein (80 %) Sedayu (2004)
Kasein mempunyai kelarutan yang sangat tinggi dan stabil terhadap panas di atas
pH 6. Protein ini juga mempunyai sifat fungsional sebagai pengemulsi yang sangat
baik karena stukturnya amphiphilic. Struktur yang amphiphilic ini, protein berguna
untuk emulsifikasi, pengikatan air, pengental, foaming, dan pembentuk gel
Fennema, (2006). Dalam pembuatan adonan, protein susu berfungsi sebagai
pembentuk emulsi dan pengikat air, sedangkan lemak susu berfungsi sebagai
pelumas dan pembentuk flavour pada kerupuk.
2.5 Pembuatan Kerupuk
Menurut Suprapti (2005) dalam pembuatan kerupuk terdapat beberapa
langkah yaitu pembuatan adonan, pencetakan adonan dan pengukusan,pendinginan
dan pengerasan, pengirisan, pengeringanan dan pengemasan.
21
1. Pembuatan adonan kerupuk Pembuatan adonan kerupuk merupakan tahap
yang penting dalam pembuatan kerupuk. Garam dan pewarna merah
dicampur dengan sepertiga bagian tepung tapioka, kemudian dilarutkan
dengan air yang sebelumnya di panaskan sampai mendidih sambil diaduk
hingga diperoleh campuran berbentuk bubur. Selanjutnya sisa tepung tapioka
ditambahkan kedalam adonan kemudian diuleni dengan tangan sehingga
dihasilkan adonan yang liat dan homogen.
2. Pencetakan adonan kerupuk dan pengukusan Pencetakan adonan kerupuk
dimaksudkan untuk memperoleh bentuk dan ukuran yang seragam.
Keseragaman ukuran penting untuk memperoleh penampakan dan penetrasi
panas yang merata sehingga memudahkan proses penggorengan dan
menghasilkan kerupuk dengan warna yang seragam. Pencetakan adonan
kerupuk dapat dibuat menjadi bentuk silinder, lembaran dan melingkar.
Adonan kerupuk merah yang sudah jadi dibentuk silinder diameter 1,5-3 cm
kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik atau dibungkus daun pisang.
Kemudian dikukus hingga matang selama 2 -3 jam.
3. Pendinginan dan Pengerasan Adonan yang telah matang diangkat
didinginkan dan dibiarkan selama satu hari di suhu ruang atau di dalam lemari
pendingin sehingga mengeras, dengan demikian mudah saat akan dipotong.
4. Pengirisan Setelah cukup keras, adonan diiris dengan ketebalan 1-2 mm.
Pisau yang digunakan untuk memotong sesekali diolesi minyak goreng agar
adonan tidak lengket. Minyak yang dioleskan pada pisau adalah minyak
goreng buatan pabrik, bukan minyak tradisional karena mudah tengik dan
menyebabkan kualitas kerupuk rendah.
22
5. Pengeringan dan Pengemasan Untuk megeringkan kerupuk cukup dijemur
diatas nampan yang terbuat dari anyaman bambu hingga benar-benar kering
selama 5 jam setiap hari dan dilakukan dalam dua hari. Setelah kering
kerupuk segera dikemas.
6. Penggorengan Penggorengan kerupuk bertujuan untuk menghasilkan
kerupuk goreng yang mengembang dan renyah. Pada proses penggorengan,
kerupuk mentah mengalami pemanasan sehingga air yang terikat pada
jaringan dapat menguap dan menghasilkan tekanan uap untuk
mengembangkan struktur elastis jaringan kerupuk tersebut. Secara umum
cara penggorengan kerupuk ada dua macam, yaitu penggorengan langsung
dalam minyak yang telah dipanaskan dan penggorengan dengan mencelupkan
terlebih dahulu kerupuk mentah yang akan digoreng dalam minyak dingin
atau hangat, baru kemudian digoreng dalam minyak yang telah dipanaskan
untuk mendapatkan pengembangan kerupuk (Koswara, 2009).