i upor.an penelitian gh… · daftab lsi pbakata daftab lsi daftab gambab daftar tabel inti sari...
TRANSCRIPT
~ ~.;/Ct'.r
&tr.t 6aY.
UPOR.AN PENELITIAN .PIMIJtitlll 1M NNGOICSIMSI PADA NIIITAMt1 IAIAI
........... Sltall SMKTIOAUIOMITII
. Oler. ·:
IINU GliOUa GA.,IIr
Dfbiayai : ..
Dua Pe~R~Djaag Peadidikan/Sumbanpa Pembi- PeDMba Flku1tat Parmasi Univerattas Oadjah Macia \tfl811919
''' "'-· _.,, .
DeDIID Surat Kontrak Peaelitiaa : No. 16/1919 tanaaal 3 Januari 1989, clan
""o. UOM/1912/M/09/01 tangal I a-mber .1981
CEP~It?&MEN P&NOICIKAN OAN KEBUOAYAAN
UNIVERSITA$ GADJAH MADA FAKUL TAS FARMASI
1989
I c.,
1',,_.\.- .•
,
' . ' ' ' '
P R A K A T A
Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Allah swt yang telah me-
limpahkan rachmat dan hidayahNya sehingga penelitian dan laporan
ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Klorpromazina adalah obat keras yang pemakaiannya harus dia-
wasi dengan baik. Segi pengawasan terutama pengawasan kualitas
tidak terlepas dari metoda analisis·. Analisis obat pada saat ini
menjurus ke cara analisis dengan menggunakan peralatan yang cang
gib karena dengan cara ini dapat diperoleb cara analisis yang mem
punyai ketelitian, ketepatan, keajegan dan kepraktisan. Disamping
itu dengan cara instrumental dapat diperoleh batas deteksi yang
amat rendah sehingga dapat dlgunakan untuk analisis bahan obat
dalam jumlah yang amat kecll. Salah satu cara analisis klorproma-
.zina adalah spektrofluorometrl. Pada cara inl klorpromazlna terle
bib dahulu dloksldasi dengan maksud untuk merubah strukturnya.
Tujuan dar! penelltlan inl adalah untuk mencari zat pengoksidasi •
yang tepat untuk keperluan analisis klorpromazlna secara spektro-
fluorometri
Selesainya penelitian lni tidak terlepas dari bantuan berba-
gai pibak sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ra-
sa terima kasib yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasl Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
yang telah member! kepercayaan, bimbingan dan kesempatan
untuk melaksanakan penelitian ini.
2. Ketua Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UGM atas ijin,
dorongan, bimbingan dan fasilltas sehingga penelitian ini
1
dapat terlaksana tanpa hambatan suatu apapun
3. Saudari Dra Desti Rukmini atas bantuannya sehingga peneli·
tian ini dapat berjalan dengan lancar
4. Segenap·karyawan Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UGK
yang banyak membantu dalam pelakaanaan penelitian ini
Akhirnya peneliti berharap semoga karya yang amat sederhana
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indo
nesia
Yogyakarta, Juli 1989
ii
DAFTAB lSI
PBAKATA
DAFTAB lSI
DAFTAB GAMBAB
DAFTAR TABEL
INTI SARI
BAB I : PENGANTAR
1.1. Latar belakang
1.2. Tinjauan pustaka
I.2.A. Klorpromazina hidroklorida
I.2.B. Zat pengoksidasi
I.2.B.1. Hidrogen peroksida
I.2.B.2. Kalium permanganat
I.2.B.'3. Cerium sul.fat
I.2.C. Spektro.fluorometri
I.3. Permasalahan
I.4. Hipotesis
I.5. Bencana penelitian
BAB II. CARA PERELITIAN
II.1. Bahan dan alat
II.2. Jalan penelitian
BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Basil penelitian
III .l.A. Zat pengoksidasi hidrogen peroksida .
III.l.A.l. Hidrogen peroksida dalam a sam asetat
III.l.A.2. Hidrogen peroksida dalam a sam nitrat
III.l.A.3. Hidrogen peroksida dalam a sam sul.fat
iii
. .
i
iii
v
vi
vii
1
1
2
2
2
2
3
4
5
9
10
10
11
11
11
14
14
14
14
22
27
III.l.B. Zat pengoksidasi kalium permanganat
III.l.C. Zat pengoksidasi cerium sulfat
III.l.D. Basil pengaruh dari beberapa zat pengoksi-
dasi . . .
I I I . 2 . Pembahasan . . .
BAB IV. KESIMPULAN . . . . . . . .
P U S T A K A • . . . • • . . • • •
iv
52
35
37
38
43
44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram tingkat energi parsial 6
Gambar 2. Hubungan intensitas dan waktu larutan klorproma-
zina yang dioksidasi dengan H202 dalam CH3COOH 14
Gambar 3. Intensitas pada panjang gelombang eksitasi 15
Gambar 4. Intensitas pada panjang gelombang emisi 16
Gambar 5. Pengaruh pemanasan terhadap intensitas 17
Gambar 6. Pengaruh lama pengoksidasian 18
Gambar 6a. Pengaruh kadar asam asetat terhadap intensitas . 19
Gambar 7. Pengaruh perbandingan H2o2 dan CH3COOH 50%
Gambar 8. Hubungan intensitas dan waktu larutan klorproma-
zina yang dioksidasi dengan H2o2 dalam HN03
Gam bar 9. Hubungan in tens i tas dengan il eks i tas i
Gambar 10. Hubungan intensitas dengan Jl emisi
Gambar 11. Hubungan intensitas dan waktu larutan klorproma-
Gambar 12. Hubungan intensitas dengan iL eksitasi
Gambar 13. Hubungan intensitas dengan i\. emisi
Gambar 14. Hubungan intensitas dengan .il eksitasi larutan
klorpromazina yang dioksidasi dengan KMn04
Gambar 15. Hubungan intensitas dengan i\. emisi
Gambar 16. Hubungan intensitas dan waktu
Gambar 17. Intensitas pada)Leksitasi larutan klorpromazina
20
22
23
24
28
29
32
33
34
yang dioksidasi dengan larutan CeS04 dalam air . 35
Gambar 18. Intensitas pada il emisi 35
Gambar 19. Intensitas pada7\..eksitasi larutan klorpromazina
yang dioksidasi dengan larutan CeS04 dalam H2so4 36
Gambar 20. Intensitas padai\. emisi 36
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Intensitas dan waktu dari larutan kl~rpromazina
yang dioksidasi dengan H2o2 dalam CH3coo~ . . . 14
Tabel 2. Intensitas pada 7L eksitasi . . . . . . . . 15
Tabel 3. Inten~d tas pada il emisi
Tabel 4. Pengaruh suhu terhadap intensitas
Tabel 5. Pengaruh lama pengoksidasian
Tabel 6. Pengaruh kadar asam asetat glasial
Tabel 7. Pengaruh perbandingan H2o2 dengan CH3COOH
Tabel 8. Intensitas dan waktu dari larutan klorpromazina
yang dioksidasi dengan H2o2 dalam HN03
Tabel 9. Intensitas padai\ eksitasi danA..emisi
Tabel 10. Pengaruh kadar HN03 terhadap intensitas
Tabel 11. Pengaruh .lama pengoksidasian
Tabel 12. Intensitas dan waktu dari larutan klorpromazina
yang dioksidasi dengan H2o2 dalam H2S04
Tabel 13. Intensi tas pada )(. eksi tasi dan il emisi
Tabel 14. Pengaruh kadar H2so4 terhadap intensitas
Tabel 15. Pengaruh lama pengoksidasian
Tabel 16. Intensitas pada ~eksitasi dari larutan klorproma
zina yang dioksidasi dengan KMn04
Tabel 17. Intensitas pada 'l emisi
Tabel 18. Intensitas larutan klorpromazina yang dioksidasi
16
17
18
19
20
22
23
25
25
27
28
30
30
32
33
dengan larutan Ceso4 dalam air . . . . . . . . . 35
Tabel 19. Intensitas larutan klorpromazina yang dioksidasi
dengan larutan CeSO 4 dalam H2so4
Tabel 20. Kompilasi pengaruh beberapa zat pengoksidasi
vi
36
37
I N T I S A R I
Klorpromazina adalah suatu obat transkuiliser turunan dari
fenotiazina. Fenotiazina dan turunan-turunannya mempunyai sifat
fotoluminisensi. namun intensitasnya sangat lemah sehingga anali
sis kuantitatif berdasar pada sifat tersebut kurang peka. tepat
dan teliti. Untuk menaikan intensitas luminisensi (untuk klorpro-
mazina sifat fluoresensi) dapat dilakukan reaksi oksidasi. Basil
oksidasi adalah perubahan struktur klorpromazina menjadi struktur
sulfoksidanya~
Telah dilakukan penelitian beberapa zat pengoksidasi dengan
maksud untuk menaikan intensitas fluoresensi dari klorpromazina.
Dar! tiga macam zat perigoksidasi yang diteliti yaitu bidrogen per
oksida. kalium permanganat dan cerium sulfat ternyata hanya hidro
gen peroksida yang dapat menaikan intensitas fluoresensi.Hidrogen
peroksida yang diteliti dapat aktif menaikan intensitas-floresen-
si baik dalam lingkungan asam asetat glasial. asam nitrat maupun
asam sulfat. namun ternyata dari ketiga asam tersebut asam asetat •
glasial memberikan basil yang paling baik. Panjang gelombang eksi
tasi terjadi pada 343 nm; sedang panjang gelombang emisi pada 383
nm. Lama pengoksidasian adalah 10 menit pada suhu 100 °C.kadar a-
sam asetat glasial 50% dalam perbandingan 2:1 dengan jumlah hi-
drogen peroksidanya. Batas deteksi yang dapat dicapai dengan per-
lakuan tersebut adalah 0.113 mikrogram per milil·iter.
vii
BAB I; PENGANTAR
I.1. Latar belakang
Klorpromazina digunakan sebagai transkuiliser dan termasuk
dalam obat keras yang pemakaiannya diawasi dengan ketat di Indo
nesia. Menurut Farmakope Indonesia Edisi ·III tahun 1979 analisis
obat ini dilakukan dengan cara titrasi bebas air dimana titik a
khir ditentukan secara potensiometri. Cara ini relatif mahal dan
ketelitiannya kurang baik. Ada cara lain yang dapat digunakan un
tuk analisis klorpromazina yaitu spektrofluorometri{Schrimer,1982
Ragland,1964). Metoda spektrofluorometri adalah metoda analisis
instrumental yang mempunyai ketelitian, kepekaan yang baik.
Klorpromazina adalah obat turunan fenotiazina dan yang me
nurut Mellinger {1963) mempunyai sifat fotoluminisensi lemah. Un
tuk memperkuat intensitas luminisensi dari senyawa turunan feno
tiasina dapat ditempuh cara oksidasi. Reaksi oksidasi pada turun
an fenotiasina akan menyebabkan perubahan struktur molekul menja
di struktur lain yang lebih kaku (rigid) dan struktur yang demi
kian mempunyai sifat fotoluminisensi yang kuat. Sifat fotolumini
sensi sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu floresensi dan
phosphorisensi. Fenotiazina dan derivatnya bersifat fluoresensi.
Sifat ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk analisis kuantita
tif obat-obat turunan fenotiazina.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh macam oksidator
yang dapat digunakan untuk analisis klorpromazina secara spektro
fluorometri. Selain macam oksidator adalah medium yang digunakan
yang kesemuanya itu dimaksudkan untuk·menambah kepekaan,keteliti
an,keajegan dan batas deteksi yang rendah.
'
!.2. Tinjauan pustaka
I.2.A. Klorpromazina hidroklorida (Anonim,l979)
Rumus bangun
Berat molekul
Rumus molekul : c17H19CIN2S.HC1
Pemerian : Serbuk hablur,putih atau agak putih kuning
gading, tidak berbau dan oleh cahaya ber-
ubah menjadi lebih tua
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan kloroform
I.2.B. Zat pengoksidasi
I.2.B.l. Hidrogen peroksida (H20 2 )
Berupa cairan seperti sirop yang mempunyai titik·didih pa
da 62,8°C, tidak berwarna atau sedikit kebiruan. Cairan
yang murni mempunyai reaksi asam yang kuat,namun larutan
hidrogen peroksida bersifat netral. Hidrogen peroksida sta •
bil dalam air terutama jika terdapat dalam kemurnian yang
tinggi namun jika ada bahan cemaran mudah terurai. Reaksi
peruraiannya eksotermis tetapi laju peruraiannya lambat
terutama Jika ada katalis {Partington,l957)
Strukturnya dapat ditulis H-0-0-H, ikatan oksigen dengan
oksigen adalah ikatan kovalen yang amat lemah sebingga ba-
nyak senyawa dapat menyebabkan lepasnya ikatan tersebut.
Bilangan oksidasi oksigen dalam peroksida adalah -1, Jika
hidrogen peroksida berfungsi sebagai oksidator maka bilang
an oksidasi hidrogen berubah dari -1 menjadi -2. Hal ini
menunjukkan bahwa hidrogen peroksida berbilangan oksidasi
2 atau memerlukan suatu reduktor yang dapat memberikan 2
elektron. Hidrogen peroksida sangat efektif sebagai zat
pengoksidasi dalam suasana asam.
Hidrogen peroksida juga beraksi sebagai zat pereduksi de-
ngan model reaksi seperti berikut {Soine,1961)
[0-\ Zat peredukai ;I' Zat pengokaidasi
kehilangan 2/e ~ngikat 2 e
0 / \o= 2
oksigen bebas ion oksida spt H2o
Hidrogen peroksida adalah suatu zat pe.ngoksidasi kuat (Bes
lop 1973) dengan medium asam ataupun basa:
H202 + 2B+ + 2e <======> 2H20 Eo = + 1,77 v HO -2 + H20 + 2e <======> 30H- go = + 0,87 v
I. 2.B. 2. Kalium permanganat(KMn04 )
Berupa hablur mengkilap berWarna ungu tua atau hampir hi-
tam, tidak berbau dan berasa manis atau sepat. Larut dalam
16 bagian air namun mudah larut dalam air mendidih (Anonim
1979)
Garam ini merupakan garam yang mempunyai sifat oksidasi
kuat, dengan reaksi oksidasi baik dalam asam, netral atau
alkalis. Sifat kimia disebabkan adanya ion permanganat
yang dapat bereaksi dengan reduktor termasuk senyawa
senyawa organik (Soine 1961).
Sifat oksidasi ditunjukkan dengan potensial
seperti berikut (Heslop,1973)
Dalam suasana basa
oksidasi
Mno4- + 2 H20 + 3 e ------> Mn02 + 4 OH- , Eo = 1,23 V
Sedang dalam suasana asam
Mno4- + 8 H+ + 5 e ------> Mn2+ + 4 H20 , Eo = 1,51 V
Dengan sifat itu jelas bahwa kalium permanganat bisa
mengoksidasi banyak senyawa atau reduktor
I.2.B.3. Cerium sulfat (CeS04 .8H20)
Garam ceri · sulfat juga termasuk suatu oksidator yang
sering digunakan untuk reaksi sintesis senyawa organik.
Berupa serbuk hablur berwarna putih atau merah muda (pink)
yang mudah larut da1am air atau air mendidih. Garamnya ada
2 macam yaitu cero dimana logam cerium bervalensi 3 dan
garam ceri yang bervalensi 4. Garam ceri berwarna oranye
atau merah dan mudah tereduksi oleh senyawa reduktor.
Potesial oksidasi pasangan ceri/cero adalah
Ce4+ + e <=======> Ce3+ , E0 = 1,45 V (Kolthof,1957)
Namun oleh Heslop,1973 harga potensial oksidasi pasangan
ceri-cero tergantung dari lingkungan asamnya, sebagai con
toh dalam lingkungan asam klorida E0 = 1,28 V,dalam HN03 = 1,61 V dan dalam HC104 = 1,70 V. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam larutan air tidak mungkin terdapat ion bebas ceri
atau dengan perkataan lain untuk me~oksidasi larutan ceri
harus dalam lingkungan asam.
I.2.C. Spektrofluorometri
Banyak senyawa kimia yang mempunyai sifat fotaluminisensi
yang artinya senyawa tersebut dapat memancarkan sinar setelah
diberi dengan suatu energi. Energi yang diberikan pada awal dise
but energi (sinar) eksitasi dan sinar yang dipancarkan adalah si
nar (energi) emisi. Sinar yang dipancarkan dapat mempunyai energi
atau panjang gelombang yang sama atau berbeda.
Tingkat energi elektronik dalam molekul organik dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu keadaan singlet dan triplet (Hercules,
1967).Pada keadaan singlet spin elektron berpasangan sedang dalam
keadaan triplet spin elektronnya tidak berpasangan. Molekul dalam
keadaan·singlet yang berarti elektronnya berpasangan tidak akan
terpengaruh oleh medan maknit yang sengaja ditempatkan didekatnya
Suatu radikal bebas yang hanya mempunyai satu elektron (odd elec
tron) jika ditempatkan pada medan maknit maka elektronnya akan me
ngambil dua orientasi sehingga akan terjadi pemecahan tingkat e
nergi(splitting), keadaan seperti ini disebut doublet. Bila salah
satu elektron singlet dikenai suatu energi cabaya maka ada dua
kemungkinan yaitu transisi ke tingkat energi elektronik tereksita
si singlet(dimana spin elektron masih dalam arab yang berlawanan)
atau transisi ke tingkat energi elektronik tereksitasi triplet
yang arab spinnya tidak berlawanan lagi. (Skoog,1985)
Pada keadaan triplet energinya sedikit lebih rendah daripada
keadaan singlet, karena dua elektron yang spinnya berpasangan mem
punyai energi yang lebih tinggi dari dua lektron yang tidak ber
pasangan. Jika molekul mengabsorbsi foton maka energi molekul itu
akan naik dari keadaan azas (So) ke keadaan tereksitasi baik ter
eksitasi tingkat pertama (51) atau tingkat kedua (52).
Diagram tingkat energi dalam berbagai keadaan dogambarkan se
perti berikut:
--- ---
------
Gambar 1. Diagram tingkat energi parsial molekul
So = keadaan azas, 51 = keadaan eksitasi singlet
52 = .. eksi tasi singlet kedua. Tl = tripet kesatu
VR = pengendoran vibrasi, IX = lintas antar sis-
tim, IC = konversi internal, F = Fluoresensi dan
P = phosphorisensi
Setelah tereksitasi molekul berusaha untuk melepaskan kem-
bali energi yang diserapnya dengan berbagai peristiwa seperti :
pengendoran vibrasi, konversi internal, konversi eksternal, lin-
tas antar sistim, floresensi dan fosforisensi.Yang disebut dengan
fluoresensi adalah emisi foton karena kembalinya molekul tereksi-
tasi singlet dari tingkat energi vibr~si terendah ke azas. Lama
eksitasi sama dengan umur eksitasi singlet yaitu 10-9 s/d 10-7 de
tik (Hercules,l967).
Fosforisensi adalah emisi foton yang dipancarkan dari kemba-
linya molekul yang tereksitasi triplet ke keadaan azas.Karena fos
forisensi terjadi dari keadaan energi triplet yang terendah maka
lamanyapun sama dengan keadaan triplet yaitu 10-4 sampai 10 detik
Sebelum terjadi peristiwa fosforisensi biasanya terjadi peristiwa
pelepasan energi yang disebut lintas antar sistim (inter system
crossing). Lintas antar sistim adalah peristiwa perpindahan
molekul dari keadaan tereksitasi singlet·ke keadaan tereksitasi.
triplet, sehingga dalam peristiwa ini terjadi juga peristiwa pem
balikan arab spin. Umur rata-rata fosforisensi lebih lama dari
pada fluoresensi sebab selain didahului peristiwa lintas antar
sistim juga kemungkinan proses singlet ----> triplet lebih kecil
dibanding proses singlet ----> singlet
Intensitas fluoresensi
Effisiensi quantum fluoresensi{dengan simbol OF) adalah frak
si energi yang diserap oleh kromofor terhadap emisi fluoresensi
jumlah emisi foton
jumlah absorbs! foton
Nilai OF adalah antara nol dan satu (0-1) tergantung dari .efekti
vitas relatif dari ~rbagai mekanisme relaksasi, struktur molekul
dan lingkungannya.
Intensitas fluoresensi {simbolnya F) dperoleh dari penurunan
harga OF
F = OF {Io - 1) . . . . . . . . . . pers 1
dimana {Io - 1) adalah jumlah cahaya yang diab
sorbsi.
Menurut hukum Lambert-Beer
-£c 1
I = Io e pers 2
tabrakan antar molekul atau dengan molekul pelarut akan men
jadi lebih sering sehingga energi dari molekul yang
tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut dan bukan sebagai
emisi foton (fluoresensi)
c. Pelarut
Pelarut yang makin polar akan menaikkan intensitas fluores
sensi sebab pelarut yang lebih polar akan menurunkan energi
phi tau· phi anti ikatan.
Sedang pelarut yang mengandung atom-atom berat seperti: Br.
I akan menurunkan intensitas fluoresensi sebab adanya atom
atom yang berat akan mempercepat laju lintas antar sistim
sehingga akan lebih mungkin terjadi fosforisensi dari pada
fluoresensi.
d. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaaan atau pH berpengarub pada letak keseimbang
an antara bentuk terinisasi dan bentuk tidak terionisasi.
e. Adanya gas oksigen
Adanya gas oksigen dapat memperkecil intensitas fluoresensi
sebab oksigen dapat mengoksidasi senyawa yang dianalisis.
Selain dari pada itu molekul oksigen bersifat paramaknetik
dan molekul yang demikian dapat mempermudah terjadinya lin
tas antar sistim
I.3. Permasalahan
Klorpromazina seperti halnya senyawa lain turunan fenotizina
mempunyai sifat berfluoresensi yang lemah. Dengan dilakukan oksi
dasi terhadapnya ternyata dapat menaikkan .intensitas fluoresensi
(Ragland 1964).
a
Reak~~~s:· dar! fenotiazina dan~urunan~~ada~:
~h:O, OCNJ), - I ·x · 1 X
R R jika R = -CH2 - CH2-CH2-N(CH3)2 dan X - Cl maka senyawa tersebut
adalah klorpromazina. Hasil .oksidasi yang mempunyai intensitas
fluoresensi yang lebih besar diduga adalah senyawa sulfoksida. Di
duga dengan terjadinya senyawa sulfoksida maka struktur molekul
menjadi lebih kaku (rigid) dan hal ini dapat menaikkan intensitas
fluoresenssi
Yang menjadi masalah zat pengoksidasi yang manakah yang da-
pat secara efektif merubah struktur fenotiazina menjadi bentuk
sulfoksida?. Dalam penelitian ini akan dicoba berbagai macam zat
pE:mgoksidasi dan lingkungannya.
I.4. Hipotesis
Kekuatan mengoksidasi dari zat pengoksidasi tergantung dari
harga potensial oksidasi dan lingkungannya. Diduga zat pengoksida
si dengan nilai potensial oksidasi yang tinggi dan lingkungan
yang sesuai dapat menaikkan intensitas fluoresensi dari klorpro-
mazina
1.5. Rencana penelitian
Masing-masing zat pengoksifdasi akan digunakan untuk mengok-
sidasi klorpromazina, kemudian basil oksidasi akan diteliti si-
fat fluresensinya yang meliputi : waktu stabil, panjang gelombang
eksitasi dan emisi, lama oksidasi, pengaruh pemanasan, kurva baku
dan penentuan serbuk klorpromazina.
10
'I
II.l. ~han dan alat
II. 1. A. Bahan
BAB II. CARA PENELITIAN
1. Klorpromazina hidroklorida
2. Hidrogen peroksida mutu analisis (E Merck)
3. Kalium permanganat mutu analisis (E Merck)
4. Cerium sulfat mutu analisis (E Merck)
5. Asam asetat glasial mutu analisis (E Merck)
6. Asam nitrat mutu analisis (E Merck)
7. Asam sulfat mutu analisis (E Merck)
8. Asam klorida mutu analisis (E Merck)
II.1.B. Alat
1. Spektrofluorometer HITACHI F-4000 ·
2. pH meter TOA HM-605
3. Neraca analitik
4. Alat-lat gelas
II.2. Jalan penelitian
II.2.A. Prosedur umum
Ditimbang saksama 50 mg klorpromasina hidroklorida dan
masukkan dalam labu takar 50.0 ml. Tambahkan.air sampai
larut atau kalau perlu tambahkan sedikit asam untuk
mempermudah kelarutannya. Kemudian tambahkan air dan en
cerkan sampai tanda. Larutan yang berkadar tinggi ini di
sebut larutan induk dan untuk analisis selanjutnya dapat
dilakukan dengan cara pengencerkan larutan tersebut. Un
tuk melihat pengaruh zat pengoksidasi dilakukan dengan
cara menambahkan larutan zat pengoksidasi dan lingkungan
nya kedalam larutan yang kadarnya lebih kecil kemudian
lakukan variasi oksidasi seperti pemanasan, lama pemanas-
san, kadar dan sebagainya. Setelah pemanasan didinginkan
dalam es dalam waktu tertentu dan kemudian diukur intensi
tas fluoresensinya dengan spektrofluorometer.
II.2.B. Penelitian waktu stabil
Larutan induk diencerkan sampai kadar yang dikehendaki
misalnya dalam kisaran mikrogram/ml dan kemudian intensi-
tas fluoresensi diukur setiap waktu (satu atau dua
menit) hasilnya direkam balk pada panjang gelombang
eksitasi maupun emisinya.
II.2.C. Panjang gelombang eksitasi dan emisi
Dengan cara seperti pada butir II.2.B. intensitas masing-
masing kadar diukur pada panjang gelombang untuk eksitasi
yaitu antara 330-375 nm dan 360-425 na untuk panjang ge-
lombang emisinya.
II.2.D. Pengaruh temperatur
Dibuat larutan baru dari larutan induk dengan kadar yang
tertentu, kemudian dibagi menjadi 2 bagian atau lebih.
Pada sebagian lain dilakukan oksidasi tanpa dinaikkan
temperaturnya namun bagian lain dioksidasi dengan dinaik-
kan suhunya. Setelah didinginkan kemudian masing larutan
diukur intensitas fluoresensinya
II.2.E. Pengaruh lama oksidasi
Seperti II.2.D. yang memberikan intensitas maksimum namun
divariasi lama oksidasi dan kemudian dilihat intensitas
fluoresensinya.
II.2.F. Pengaruh lingkungan untuk oksidasi
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah suasana
' ' . '
dalam reaksi oksidasi. Pada umumnya oksidas·i dilakukan
dalam suasana asam. Untuk itu dilakukan variasi asam dan
kadarnya.
II.2.G. Pembuatan kurva baku
Kurva baku dapat dibuat dengan cara membuat terlebih dahu
lu beberapa larutan dengan berbagai kadar dari larutan in
duk dan kemudian lakukan oksidasi seperti pada prosedur
umum dan baca intensitas fluoresensinya pada spektrofluor
meter. Buat persamaan hubungan antara kadar dengan
intensitas (Y = AX ~ B) dengan metoda pers~aan kuadrat
terkecil.
II.2.H. Batas deteksi
Batas deteksi dapat ditentukan dari persamaan kurva baku
yang diperoleh yaitubdengan menentukan standar deviasi
blangko (Sb) yang dapat dihitung dengan rumus
Sb = Sy
------
X
dimana
y = Yb
(I - ~I)2
= n-2
I = intensitas cuplikan
~I = intensitas cuplikan yang diperoleh
setelah dimasukkan ke persamaan
kurva baku
3 Sb
dimana Yb = B dari persamaan Y = AX ~ B
3 menunjukkan taraf kepercayaan yang
dikuti (99 %)
Batas deteksi = [Y - B]/A
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil penelitian
III.1.A. Zat pengoksidasi hidrogen peroksida
III.1.A.1. Hidrogen peroksida dalam lingkungan asam asetat gla sial
a. Waktu stabil Tabel 1. Hubungan antara waktu {dalam menit) dengan in
tensitas larutan klorpromazina
Menit ke
0 2 4 6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Intensitas fluoresensi dari larutan 2 •. oo . mcg/ml 4. 00 mcg/ml 6. 00 mcg/ml
35,53 35,53 35,72 35,14 34.79 34,47 34,20 34,05 33,86 33,67 33,60 33,53 33,33 33,29 33.21 33,19
77,35 76,76 76.76 76,57 76,17 76,05 75,67 75,23 74,86 74,52 . 74.17 73,82 73,61 73.04 72.59 72,48
92,52 91,96 91,81 91,21 90,68 90,19. 89,10 88,37 87,92. 87,25 87,87 86,70 86,26 85,35 85,02
·85,oo
Kesimpulan : Waktu stabil dari menit ke 16 s/d 20
r-------------------~ 6,00
4,00
r---------------------------------~2,00
Gambar 2. Hubungan intensitas dengan waktu
"" "''
A. 2.00 mcg/ml; B. 4,00 mcg/ml; C. 6,00 mcg/ml
b. Panjang geloabang eksitasi dan emisi
Tabel 2. Intensitas dari berbagai kadar larutan klorpro mazina pada panjang gelombang eksitasi
Panjang gelombang (nm)
333 335 340 343 344 345 347 350 355 360
Intensi tas larutan klorpromazina ·. 4,00 mcg/ml 8,00 mcg/ml 16,00 mcg/ml
48,93 53,17 56,51 53,30 53,25 51,28 48,53 35,84 17,44 5,49
97,92 107,3 112,3 112,5 106,5 105,0 98,5 80,6 36,7 13,2
204,8 233,9 247,4 253,1 252,5 247,0 243,5 210,4 131,9 63,3
Panjang gelombang eksi.tasi pada 343 nm
.,. I'
8,00
------------------------
... ... v:•
~ ... ------
"'! t!!."•
.,. . .,.. .. s;· ~
c ·-c .. F. u ro ..... o• tO .... , E. .,. ·~. O:..t c.. ~t~··-s.·
N IS.•<'•
···t:J I·
.1:.. •.D n 2 . .=.
lUUI 1"·, 1111111
lUll 1.11 •• ':;:·VI :z. ,..('I'' 0
~-;on t1.;. ._ ...
~ C)llf u••nn:
IJ'I Ill .. ~ 01
" .. n .. .: .. .. ::. .. .•. <'
Ill •J .. I u~ rr:
I ~~: >
I II! HI
Gambar 3. Intensitas fluoresensi pada berbagai panjang gelombang eksitasi
11;
Tabel 3. Intensitas dari berbagai kadar larutan klorpro mazina pada panjang gelombang emisi
Panjang gelombang (nm}
360 370 380 383 387 389 390 395 400
Intensitas larutan klorpromazina 4700 mcg/ml 8,00 mcg/ml 16700 mcg/ml
26,.66 45,.60 50,.70 52,66 51,05 50.05 49.36 43.62 37,72
50,73 85,19 93,49 94,44 92,41 90.37 88.63 79.55 69.38
52,52 92.52
102,64 105,74 103,56 98,78 97,35 86,54 75,88
Kesimpulan : Panjang gelombang emisi pada 383 nm
--,--------- -- ------· ---- -·
.... 10 t~·.·-
'"'' ·~· . :
s:: ... "'' "X.• .... '
0.• !;',I
< _,.., OS•
-:-...
"'
~····· •r•
..,. ·~-. ... h .......
I' fl '•• ... "'' ...... ":" ll
I"' .... VIO
._ ..... ·.• ...... trt tl'.: 'lj
Gambar 4. Hubungan intensitas dengan berbagai panjang gelombang emisi
c. Pengaruh suhu terhadap intensitas fluoresensi
Tabel 4. Pengaruh suhu terhadap intensitas fluoresensi
,,
' ~l'l-h.R.,. 5.
Kadar larutan klorproaaaina
4. 168 acg/ml 8,336 acg/ml
10.420 acg/ml ' "
Intensitas pada suhu lamar 100 °C
-. 9,.020 13.504 15,836
71,964 129,140 158,302
.~1 ,., vY-
Penga.ruh suhu terha.da.p intensita.s ----- suhu lta.aar · ----- suhu 100 °C
1'7
d. Pengaruh lama oksidasi
Tabel 5. Pengaruh lama oksidasi terhadap intensitas
Kadar larutan klorpromazina
Intensitas pada lama oksidasi 10 menit 15 menit 20 menit
4,136 mcg/ml 8,272 mcg/ml
10,408 mcg/ml
7.2.50 131,10 159,74
71,96 129.12 158,32
71,05 126.00 150,10
--~------------------~------------------------Kesimpulan: Lama oksidasi 10 menit
Gambar 6. Lama oksidasi dan intensitas fluoresensi ----- oksidasi selama 10 menit ..... oksidasi selama 15 menit - - - oksidasi selama 20 menit
e. Pengaruh kad~r asam asetat glasial
Tabel 6. Pengaruh kadar asam asetat glasial ---------------------------------------------Kadar larutan klorpromazina
Kadar asam asetat glasial 10 % 50 % : 100 %
---------------------------------------------3,270 mcg/ml 5,450 mcg/ml 8,720 mcg/ml
52,48 "96 ,49
120,96
60,23 110,43 132,23
60,09 109,00 131.98
---------------------------------------------Kesimpulan: kadar asam asetat glasial 50 %
Gambar 6a. Hubungan kadar asam asetat glasial dengan intensitas ----- kadar 10 % · · · · · kadar 50 % - - - kadar 100 %
19
f. Pengarub perbandingan hidrogen peroksida dan asam ase-tat glasial 50 % ·
Tabel 7. Pengaruh perbandingan hidrogen peroksida dan asam asetat glasial 50 %
Kadar larutan Hidrogen peroksida : asam asetat glasial klorpromazina 1 : 10 1 : 4 1 : 2 3 : 4
37078 mcg/ml 57130 mcg/ml 57208 acg/ml
33776 61764 75774
51,45 93748
113764
56775 104702 127,98
56,46 106,20 125,01
Kesimpulan: perbandingan hidrogen perok~ida dan asam asetat glasial yang memberikan intensitas maksimum adalah 1 : 2
Gambar 7. Pengarub dan asam
perbandingan asam bidrogen asetat glasial 50 %
perbandingan 1:10 perbandingan 1:4 perbandingan 1:2 perbandingan 3:4
peroksida
g. Kurva baku
Kadar {mcg/ml) X
0,1683 0.2104 0.4208 0.8416 1.0520 2.1040
Intensitas (1) y
3.116 5,108 7,144
15.160 19.690 37.620
Persaaaan = Y = 17.7145 X ~ 0,4675
r = 0,9989
h, Batas detek.si
X (mcg/ml) I ~I [I - ~I]
0~1683 3~116 3~45 0~334 0,.2104 5,.108
\ 4~20 0~818
0,.4208 7,.144 7,.92 0~776 0,.8416 15,.160 15~38 0~220 1,.0520 19,.690 19,. 10 0,590 2,.1040 37~620 37,.74 0,.120
Sy [I - ~I] 1~794 Sb = = -------- = -----
X n - 2 4
y = Yb + 3 Sb {Tara.f kepercaya.a.n. 95 = a + 3 Sb = 0~4675 + .3 {0~6697) = 2~4766
2.4766 - 0.4675 Batas deteksi = --------------- mcg/ml
17.7145
= 0.1134 . mcg/ml
0211 0~67 0,.60 0~05 0~35 0~014
= 0,.6697
%)
b. Panjang gelombang eksitasi dan emisi
Tabel 9. Hubungan antara kadar larutan ·klorpromazina de nganpanjang gelombang eksitasi dan emlsi
Kadar lart mcg/ml Panj gel eksitasi Panj gel emisi
0,800 1,600 2.400
. 342,6 nm 342,6 nm 342.2 nm
385.2 nm 385,4 nm 385.2 nm
Kesimpulan : Panjang gelombang eksitasi 342,4 nm Panjang gelombang emisi 385,3 nm
Gambar 9.
13:' o:S::
-··· - - -.::~-·
Panjang geloabang eksitasi A. Larutan dengan kadar 0,800 mcg/ml B. Larutan dengan kadar 1,600 mcg/ml C. Larutan dengan kadar 2,400 mcg/ml
23
1r:·
($) 1~1 cs:o (··~ t··~·
t··') t··) t··-·
Gambar 10. Panjang gelombang emisi A. Larutan dengan kadar 0,800 mcg/ml B. Larutan dengan kadar 1,600 mcg/ml C. Larutan dengan kadar 2.400 mcg/ml
'"'"
c. Pengaruh kadar asam nitrat terhadap intensitas fluoresensi
Tabel 10.Pengaruh kadar asam nitrat terhadap intensitas
Kadar HN03 Intensitas dari larutan dengan kadar .0. 800 mcg/ml 1. 60.0 · mcg/ml 2. 400 mcg/ml
1 N 2 N 3 N
6.091 7,987 7.015
11.830 12.900 12.070
17.530 20.400 19.410
Kesimpulan : Kadar HN03 yang memberikan intensitas maksimum adalah 2 N
d. Pengaruh lama oksidasi terhadap intensitas fluoresensi
Tabel 11. Pengaruh lama oksidasi terhadap intensitas
Lama oksidasi Intensitas dari larutan dengan kadar (.aenit) 0.800 mcg/ml 1.600 mcg/ml 2.400 •cg/ml
5 10 15
9,231 9.562 8.792
16.280 16.609 16.408
23.260 24.358 23.706
Kesimpulan : Lama oksidasi yang aemberikan intensitas yang maksimum adalah 10 .menit
e. Kurva baku hubungan intensitas dan kadar
Kadar (mcg/ml) X
0.1640 0.3296 0.4944 0.6592 0.8240 1,6480
Persamaan kurva baku :
Y = 17.6983 X
r = 0,9892
Intensitas y
3,696 5.902 8,693
11.073 17.816 29.133
.. 0.5684
f. Batas deteksi
Kadar (X} mcg/ml I ~I [I - ~I] [I - ~I]2
071640 37696 37046 07650 0,4225 0,3296 5,902 6,402 0,450 0,2025 0,4944 8,693 9,318 0,625 0,3912 0,6592 11,073 12,235 1,162 1,3505 0,8240 17,816 15,152 2,664 7,0969 1,6480 29,133 29,735 0,602 0,3624
-------- ..... 9,8260
Sy [I - ~rJ2 9,826 Sb = ------ = --------- = -----
X n - 2 4
= 1,.567
y = Yb + 3 Sb
= 0,.5684 + 3 (1,567)
= 5,2694
572694 - 0,5684 Jadi batas detek.si = ----------------
17,6983
= 0,2656 mcg/ml
III.1.A.3. Hidrogen peroksida dalam lingkungan asam sulfat
a. Waktu stabil
Tabel 12. Hubungan intensitas dan waktu dari larutan klorproaa.zina 0,685 mcg/ml
Menit ke
0 2 4 6 8
10 12 14
Intensitas
29,990 29,859 29,479 29,096 28,598 28,282 28,280 28,098
Menit ke
16 18 20 22 24 26 28 30
Intensitas
27.760 27,559 27,060 27,098 27,094 26,830 26,744 26,608
Kesimpulan : waktu untuk Pengukuran tercapai pada menit ke 20 saapai dengan menit ke 24
12:42 Pr1 .., ,. t..l
IT R 26 .691 (EX ::!42 nM EM 38 .. ..,. ·-"~'
r-~-------------~·------------·-----------------------------------
4------------------------r------------------------r-----------------------, 10 20 3!
Gaabar 11. Hubungan antara intensitas dan waktu
t··")
b. Panjang gelombang eksitasi dan emisi
Tabel 13. Panjang gelombang eksitasi dan emisi dari berbagai macam kadar larutan klorpromazina
Larutan klorpromazina dalam Jteg/ml
Panjang gelombang eksitasi
Panjang gelombang emisi
0,685 1.370 2,055
342.2 nm 342,4 nm 342,6 nm
383.0 nm 383.1 nm 382.8
Kesimpulan : Panjang gelombang eksitasi : 342.4 nm Panjang gelombang emisi : 383,0 nm
IS• IS:• IS:• (S:I
V• "::1 tn t,.()
v:• t···.· t··) t<•
Gambar 12. Intensitas dari larutan klorpromazina pada panjang gelombang eksitasi
A. Larutan kadar 0,685 mcg/ml B. Larutan kadar 1,370 mcg/ml C. Larutan kadar 2,055 mcg/ml
nn
c;:o r-t··-:o
,.
...
•
Gambar 13. Intensitas larutan klorpromazina pada pan-jang gelombang emisi
A. Larutan 0.685·mcg/ml B. Larutan 1.170 mcg/ml C. Larutan 2.055 mcg/ml
I)Q
c. Pengaruh kadar asam sulfat terhadap intensitas fluoresensi
Tabel 14. Pengaruh kadar aoam aulfat terhadap in~ensi
tas larutan klorpromazina
Kadar H2S04 Inte~sitas larutan klorpromazina 0,825 mcg/ml· 1,238 mcg/ml 2,064 mcg/ml
1 M 2 M 3 N
14,330 15,490 15;129
21,896 21,200 21,460
34,198 34,260 34,409
Keoimpulan : Jadi kadar asam au;lfat yang dapat member! kan intensitas maksimum adalah 3 N.
d. Pengaruh lama oksidasi
Tabel 15. Lama okoidaoi dan intenoitas fluoreoensi
Lama oksidasi Intensitas dari larutan dengan kadar dalam menit 0,846 mcg/ml 1,270 mcg/ml 2,166 mcg/ml
5 10 15
11.330 12.970 12.150
18,048 17,480 17.340
28,850 27.480 27,580
Kesimpulan : Untuk kadar yang rendah lama oksidasi 10 menit sedang kaddar yang besar 5 menit a tau dengan kata lain oksidasi antara 5 sampai dengan 10 menit
e. Kurva baku hubungan intensitas dan kadar
Kadar mcg/ml X
0,1658 0,2072 0,4144 0,8288 1.0360 2,0720
Intensitas y
1,206 3,558 5,691 7,765 9,388
18,908 ---------------------------~----
Persamaan kurva baku : Y = 8,545 X
r = 0,9901
-f 1. 025
f. Batas deteksi
------------------------------------------~-----------X {mcg/ml) I "I [I - "I] [I - "1]2 ------------------------------------------------------
0,1658 1,206 2,442 1,236 1,528 0,2072 3,558 2,796 0,762 0.581 0,4144 5,691 4,566 1,125 1.266 0,8288 7,765 7,082 0,683 0,466 1,0360 9,388 9,878 0,490 0,240 2,0720 18,908 18,730 0,178 0,032
------- + 4,113
-----------------------------------------------------Sy [I - Io]2 42113
Sb = ----- = ---------- = -----X n - 2 4
= 1,014
y = Yb + 3 Sb
= 1,025 + 3 {1,014)
= 4,067
4,067 1,025 Batas deteksi = ------------~-- = 0,3677 mcg/ml
8,545
III.1.B. Zat pengoksidasi larutan kalium permanganat 0,001 % dalam lingkungan asam sulfat 0,1 M
a. Panjang gelombang eksitasi dan emisi Tabel 16 : Intensitas fluoresensi pada panjang gelombang
eksitasi
Panjang gelombang (nm)
Intensitas dari larutan klorpromazina 0,500 mcg/ml 0,7.50 mcg/ml
320 3,827 4,77.5 330 4,408 .5,838 33.5 4,468 6,020 337 4,105 6,224 339 .5,226 6,629 340 .5,369 6,746 341 .5.414 6,750 342 5,339 6,.560 34.5 4,320 .5,161 3.50 2,101 2,64.5 360 0,641 0,631
Kesimpulan : Panjang gelombang eksitasi pada 341 nm
·--~----····------·· ..
- --------· ----
~· f·· .. t··)
Gambar 14. Bubungan antara panjang gelombang eksitasi dan intensitas
.... ,...
(:i:
Tabel 17. Intensitas fluoresensi berbagai larutan klorpromazina pada panjang gelombang emisi
Panjang gelom-bang {nm)
350 360 370 375 380 381 382 383 384 390 400 450
Intensitas dar! larutan klorpromazina 0.500 mcg/ml 0.750 mcg/ml
1.945 2.820 3.711 4.394 7.052 5.797 5.896 5.904 5.787 4.188 3.071 1.237
2.726 3.975 5.235 5.946 7.052 7.192 7,262 7.289 7.126 5.059 3.867 1.150
Kesimpulan : Panjang gelombang emisi pada 383 nm
Gambar 15. Hubungan intensitas dan panjang gelombang emisi
•S:• IJ"! -..j-
b. Wak.tu stabil. Dengan menggunakan panjang gelombang eksitasi dan emisi yang diperoleh digunakan untuk mencari waktu stabil dari larutan klorpromazina 0.500 mcg/ml
-."--··-----··.~ .. ~------~- .. --·- ··-----.
OS:• . -··-----·· -- - •S:• r .. ~
Gambar 16. Hubungan antara waktu pengukuran intensitas Kesimpulan: Tidak diperoleh waktu stabil
pengukuran
"lA
III.1.C. Zat pengoksidasi cerium sulfat
a. Dilarutkan dalam air dengan kadar 0.001 % dan digunakan untuk mengoksidasi larutan klorpromazina 0.25 dan 0.50 % Diperoleh intensitas yang hampir sama baik antara blanko dan larutan cuplikan seperti pada gambar 17 dan 18
Tabel 18. Intensitas larutan klorpromazina setelah dioksidasi dengan cerium sulfat yang dilarutkan da lam air dan blankonya
Konsentrasi klorpromazina Intensitas
1;!i1 ~'S) t:S:I 1:!5:1 (~;) 1:5) t:S:I tS,t l3;:1
-4··,.J I··') - '::l - IJ~r • . .() f··- o:.- tT·, 1:!:;:1
C··~ C··l ,.-. .. J ("·.~ C··-1 ("·.~ r:-··.1 ("· J t<• E
0.250 mcg/ml 0.500 mcg/ml 0,750 mcg/ml Blanko
•••.. 1:""·~
r··-· - . :·:r.:
1-··· :E: (.t1
(l::: ::z.·. •:::, . I..U l.lJ
0:0 __ .J I..LI 1.!1 ~-·) U..l t:L. 1 . .1"1 H II :~::. 1,,..., ::z.:
Ct:• Ct: •:::• ::::::: :z: 0. ..
.::r.: ._,..,
._ ·-·
--~ roo,
t! ....J .... (,j
U..! .... I ~--, .... , , ..
~::::: ( .. ) 1..1..1 1.1.1 1 •• n o:::
E. :-:::: !f::: c
ID U":O
tn tn tn lfl ct: •::r.: 0 .. r.:t. t:::, .:::. ::;:~: ::z.· or.: (t:: t:O .:r.:o
::-::: :::::-. 1.!.' I J. I
Gambar 17. Intensitas Pa.da panjang gelombang eksitasi A. 0.25 mcg/m.l B. Blanko C. 0.50 mcg/ml
~.
·64.36 63.61 62.22 60.83
o;-·.J r· ....
::::.: -
(]::: o::::) LL!
·<:t· LU 1..1 .. 1 •.;t - Q._ .., .. ,
....... ::z: (0 .::::.
:z.: (l.. •::t:: l .. f't 0:..) U..l IJ"' 0:::
-'-
t:~~ . ·rs:•
($)
('.!:! ·····:,
·:~· u·-, V•
•:S:· •S:• o::t· ::::
Gambar 18. Intensitas pada panjang gelomemisi A. 0.25 mcg/ml B. Blanko C. 0.50 mcg/ml
E E E: ~: s:: !;::
cr·. l.r·· t.r-• 1n c··J
·o::~·· ::r •:::• ~-···· ...... (.'::! lfll.l'l 1..1..1 ·:;r.: l.t"1 IJ'I Co UJ .:r: o::t::
-1 0 ... CL t •. u ,::::, ~::::.
•.u .:1:: .:r;. o:r.: ..• .1 ::::· CD CCI I . ....... )·::: -·~·:.: ·::;-.::
~ u• '··'·' u..r
t:S:t . ·~.:.
b. Larutan cerium sulfat 0,001 % dalam asam sulfat 0,1 M Basil pada tahap penelitian ini juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara blanko dan tetapan
Tabel 19. Intensitas larutan klorpromazina· ynag dioksi dasi dengan larutan cerium sulfat dalam asam sulfat dan blankonya.
B c
Larutan klorpromazina
(~1 . (S:I
0.250 mcg/ml 0,500 mcg/ml 0,750 mcg/ml Blanko
(;t"'r •.... I)J
((t --::t· := .... , ··· .. u-:• ~ r····· t···) 1:!:;:1
·-• ·o::t·· r···l ···.. ,-.. ~ r· ....
·::C 1-
:e:: 1:.~ (f_~ :~1!: ,::::,
U.J 1..1..1 o:-·-.1 . ...J UJ l.lJ ·····:. I.JJ 0... ,_,-, n• :::::• 1..1""1 2: •::r·,·::r.:: ·=·
1 .• 1..1
·::;;;: :z: Cl ...
•:r tn :::::: ( .. ) 1.1..1 1..1..1 ...... (t::
tn 1n
•.n t..rt 1 . .11 tn •:t:. •.l. t:l. t:)_ . ::::• .::~.
::z: ::;:~:
(r.: o::
IS:!. . •:!.':•
Intensitas
137.4 136,6 132,3 134.7
(~~) (~;.' c::;::: t:S.' ~~ •:!i:' •:S:• (!":;:• ($) .. J r:n , .... r::.:. ($) t:ii)
1.1.• I···)
N ~) ~ n ~ ~ ro ~ ~ ::M": 'E:. C.! C·.t .;-· .: C'·-' ('·.1 t>.t f"··.l , .... _, J-··) :;;:· ~ .. 1..1 ..• Lt. I
Gambar. 19. . --- . . . . Intensitas larut an klorpromazina pada eksitasi A. 0,250 mcg/ml B. B 1 a n k o C. 0,500 mcg/ml
(5)
t···:s
Gambar 20.
•:S:! ~- ::;;
Intensitas larut an klorpromazina pada emisi A. 0,250 mcg/ml B. B 1 a n k o C. 0,500 mcg/ml
~::r-,
•:J:r .. r···-
.. r··-·
.r:~: (:C::
t,.(r
t··)
.:;r·.
·· ... (1.1
E: l,ft . .J;:.
t:S)
·o:;t- ('•.f
r··~
.:::. 1.!.1 1..1..1 1.1..1 1) ... 1 .. n 1./'1 z
C) :z: 0 ... a: '-'"1 ( .. J Ll.l l .. n 0:::
:::. e:.a r.:: !i'~. r.::
· r· .... lf') tn -· IJ-:t
"" ::r "~ .. -r! •:!.1 t.n U"J w .z. 1 .. n 1 .. n w 1..1..1 .::t:: cr:: ~ .... J L'l .. 0.. .
u) 0:::) o::: •
u t •:r. •:r •::t:: ... ..1 ::J~: t:l:r 0) ~
1-· U.! U.' f..l.l
III.1.D. Hasil pengaruh dari beberapa zat pengoksidasi
Tabel 20. Kompilasi pengaruh dari zat pengoksiadasi
Spesifikasi/ H2o2 CeS04 perlakuan --------------------------- KMn04 -------------
CH3COOH HN03 H2so4 H2o H2so4 -----------------------------------------------------------------1.7\. eksitasi 343 342,4 342,4 341 256 256
J\.emisi 383 385,3 383,0 383 354 354
2. Waktu sta- tidak tidak tidak bil(menit) 16-20 12-20 20-24 stabil stabil stabil
3. Lama oksi-dasi(menit) 10 10 5-10
4. Kadar ling kung an 50 % 2 N 3 N
5. Persamaan A = 17,714 17,698 8,545 kurva baku B = +0,467 +0,568 +1,025
Koefisien korelasi 0,9989 0,9892 0,9901
6. Batas de-teksi mcg/ml 0,1134 0,2656 0,3677
111.2. Pembahasan
Telah diteliti tiga macam zat pengoksidasi yaitu hidrogen
peroksida, kalium permanganat dan cerium sulfat. Masing-masing
zat pengoksidasi diteliti bersama-sama dengan lingkungannya,sebab
daya mengoksidasi dari zat tersebut sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dari basil penelitian {kompilasi tabel 19) menun
jukkan bahwa hanya hidrogen peroksida saja yang dapat digunakan
untuk mengoksidasi klorpromazina yang kemudian dapat diukur besar
intensitas fluoresensinya.
Menurut Heslop {1973) sebenarnya larutan kalium permanganat
mempunyai potensial oksidasi yang cukup tinggi baik dalam ling
kungan asam ataupun basa. Dengan demikian sesungguhnya larutan
kalium permanganat dapat digunakan untuk mengoksidasi klorpromazi
na. Dan hal inipun dapat dilihat dari adanya panjang gelombang
eksitasi pada 341 nm {Tabel 14,gambar 14) dan panjang gelombang
emisi pada 383 nm {Tabel 15 dan Gambar 15).Namun jika dilihat da
ri besarnya intensitas fluoresensi pada kedua p~njang gelombang
tersebut nilainya ternyata kecil sehingga kemungkinan oksidasi ti
dak berlangsung dengan sempurna.Hasil penelitian untuk menentukan
waktu stabil {gambar 16) menunjukkan tidak diperoleh waktu yang
stabil sehingga penelitian selanjutnya untuk macam zat pertgoksi
dasi ini tidak diteruskan. Tidak diperolehnya waktu stabil kemung
kinan diperoleh reaksi oksidasi yang lambat terhadap struktur in-
·duk klorpromazina,atau dipengaruhi oleh warna alamiah dari larut
an kalium permanganat. Seperti diketahui senyawa-senyawa yang ber
warna kadang-kadang mempunyai sifat fotoluminisensi.
Potensial oksidasi cerium sulfat adalah 1,45 volt {Kolthof,
1957) yang hal inipun menunjukan bahwa garam cerium mempunyai da-
ya oksidasi yang cukup kuat. Pada penelitian ini larutan garam
cerium dalam air dan dalam asam sulfat 0,1 M digunakan untuk meng
oksidasi larutan klorpromazina. Namun basil yang diperoleh kurang
menggembirakan karena intensitas yang terukur baik pada panjang
gelombang eksitasi maupun emisi nilainya sama dengan intensitas
yang dipancarkan oleh blanko. Blanko dalam hal ini adalah larutan
ceri sulfat (Tabel 16,17 dan gambar 17,18,19 dan 20). Hasil pene
litian yang seperti ini tidak d.apat diterusk.an karena tidak dapat
dibedakan antara intensitas penetapan dan intensitas blanko. Se
lain itu intensitas antara larutan dengan kadar 0,250 mcg/ml di
banding dengan 0,500 atau 0,750 mcg/ml dapat dianggap sama. Keada
an seperti ini jelas tidak mungkin digunakan untuk analisis kuan
titatif. Adapun kemungkinannya adalah larutan ceri sulfat tidak
cukup mampu untuk mengoksidasi klorpromazina. Blanko yang juga
memancarkan intensitas fluoresensi kemungkin disebabkan logam ce
rium adalah logam golongan lantanida yang karena pengaruh zat pe
reduksi (zat organik)-berubah menjadi garam cero (Ce3+). Garam
cero mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga bersifat
paramaknetik dan keadaan seperti ini mempunyai sifat fotolumini
sensi.
Dari tiga macam zat pengoksidasi ternyata hanya hidrogen
peroksida -. saja yang dapat ·digunakan untuk analisis klorpromazina
secara spektrofluorometri. Memang kalau dilihat dari harga poten
sial oksidasinya hidrogen peroksida mempunyai potensial oksidasi
yang paling besar sehingga daya oksidasinyapun paling besar. Di
samping itu sifat fisik hidrogen peroksida adalah berupa cairan
sehingga laju reaksi akan lebih cepat dibanding dengan zat pengok
sidasi yang lain. Hasil oksidasi klorpromazina dengan hidrogen
peroksida adalah suatu senyawa sulfoksida.yang ternyata mempunyai
struktur yang kaku sehingga sifat fotoluminisensinya menjadi le
bih kuat (Munson 1981 dan Schrimer 1982).
Pengoksidasian dengan hidrogen peroksida dilakukan dalam
berbagai lingkungan yaitu dalam asam asetat glasial. asam nitrat
dan asam sulfat. Basil perekaman terhadap panjang gelombang
eksitasi dan emisi menunjukkan bahwa dalam ketiga lingkungan di
peroleh panjang gelombang yang hampir sama. hal ini menunjukkan
bahwa basil oksidasi menunjukkan struktur yang sama pula. Waktu
oksidasi juga diteliti dan ternyata untuk lingkungan asam asetat
glasial dan asam nitrat waktu oksidasi 10 menit dapat memberikan
intensitas yang maksimum {Tabel 5.10) sedangkan untuk lingkungan
asam sulfat hasilnya menunjukkan waktu stabil antara 5-10 menit.
Waktu stabil atau operating time diteliti dengan maksud untuk
mencari waktu yang konstan dalam pembacaan resapan. Waktu stabil
yang tercepat dan cukup lama diperoleh dalam lingkungan asam
nitrat yaitu setelah menit ke 12 s/d menit ke 20.kemudian diikuti
dalam lingkungan asam asetat glasial {menit ke 16 s/d ke 20) dan
asam sulfat {menit ke 20 s/d ke 24.){Tabel 1.7.11 dan gambar 2.8
dan 11). Lingkungan asam nitrat menyebabkan tercapainya waktu sta
bil yang. cepat kemungkinan disebabkan oleh tambahan sifat oksida
si dari as_am ni trat i tu sendiri. sedang asam asetat glasial dike
tahui tidak mempunyai sifat oksidasi. Pengaruh lingkungan. dalam
hal ini asam yang digunakan juga tidak terlepas dari kadar asam
tersebut.
Hubungan antara kadar dan intensitas dari masing-masing per
lakuan zat pengoksidasi dan lingkungannya juga diteliti. Ternyata
persamaan kurva· baku hubungan kadar dan intensitas perlakukan zat
40
pengoksidasi hidrogen peroksida dalam lingkungan asam asetat gla-
sial {r = 0,9989) dan asam sulfat {r = 0,9901) hampir sama. Perla
kuan dengan asam nitrat berbeda dengan keduanya (r = 0,9892). se-
dang jika koefisien-koefisien korelasi tersebut dibandingkan de-
ngan nilai r kritik untuk derajat bebas 4 maka nilainya lebih be-
sar • dengan kata lain untuk taraf kepercayaan 95 % persamaan hu-
bungan kadar dan intensitas dari ketiga perlakuan dapat diterima
dan digunakan untuk perhitungan kuantitatif.
Batas deteksi yang terkecil dari analisis klorpromazina de-
ngan spektrofluorometri tercapai setelah pengoksidasian dengan
hidrogen peroksida dalam lingkungan asam asetat glasial. Batas
deteksi tersebut adalah 0,1134 mcg/ml disusul dengan perlakuan da
lam lingkungan asam nitrat (0,2656 mcg/ml) dan kemudian asam sulJ
fat yaitu 0,3677 mcg/ml. Salah satu kriteria suatu metoda anali-
sis yang baik adalah jika dapat mendeteksi zat yang dianalisis da
lam jumlah yang sekecil mungkin. Barangkali dengan batas deteksi
yang amat rendah itu cara analisis spektrofluorometri dapat digu-
nakan untuk analisis metabolit obat-obatan dalam cairan badan.
Pengoksidasian klorpromazina dengan hidrogen peroksida dalam
lingkungan asam asetat glasial juga diteliti lebih lanjut yaitu
pengaruh suhu pada saat pengoksidasian. Ternyata jika suhu dinaik
kan sampai 100 °C maka diperoleh intensitas fluoresensi yang
lebih besar dari pada jika tanpa dipanaskan (Tabel 4). Barangkali
dengan pemanasan oksidasi dan perubahan struktur menjadi bentuk
sulfoksida menjadi lebih sempurna. Demikian juga penambahan ling-
kungan asam asetat glasial, jika kadarnya dinaikkan maka
intensitas juga akan naik,namun kenaikkan diperoleh maksimum sam-
pai kadar 50 % dan diatas kadar tersebut intensitas menjadi turun
kemungkinan hal ini ada hubungannya dengan derajad keasaman dari
larutan.
Selain kadar asam asetat glasial juga diteliti perbandingan
campuran hidrogen peroksida dan asam asetat glasial. basil yang
diperoleh menunjukkan bahwa perbandingan 2 bagian asam setat gla
sial 50 % dengan 1 bagian hidrogen peroksida memberikan intensi
tas fluoresensi yang maksimum. Adapun ringkasan dari cara analis
is untuk serbuk klorpromazina basil dari penelitian beberapa ma
cam·zat pengoksidasi adalah ditimbang saksama sejumlah cuplikan
yang setara dengan 50,0 mg klorpromazina dan kemudian dimasukkan
ke dalam labu takar 50 ml. Tambahkan 10.0 ml asam asetat glasial
50% dan 5 ml hidrogen peroksida 30% encerkan dengan akuadest sam
pai tanda dan panaskan selama 10 menit pada suhu 100 °C. Dingin
kan dan ukur intensitas fluoresensinya dengan panjang gelombang
eksitasi 343 nm dan emisi 383 nm.
42
BAB IV. KESIMPULAN
IV.l. Dari penelitian yang telah dllakukan dapat diambil kesim
pulan bahwa :
a. Dari tiga macam zat pengoksidasi yang diteliti yaitu
hidrogen peroksida. kalium permanganat dan cerium sul
fat maka hanya hidrogen peroksida saja yang dapat di
gunakan untuk mengoksidasi klorpromazina sehingga da
pat dianalisis secara spektrofluorometri
b. Lingkungan yang dapat digunakan untuk mengoksidasi
klorpromazina adalah asam asetat glasial. asam nitrat
dan asam sulfat. Dari ketiga macam lingkungan terse
but ternyata lingkungan asam asetat glasial memberi
kan basil yang paling memuaskan.
c. Batas deteksi metoda analisis klorpromazina setelah
dilakukan oksidasi dengan hidrogen peroksida dalam a
sam asetat glasial dengan cara dipanaskan selama 10
menit pada subu 100 °C adalah 0,113 microgram per mi
liliter
IV.2. Dari penelitian yang telah dikerjakan juga dapat diambil sa
ran sebagai berikut :
a. Perlu diteliti cara analisis obat-obat turunan feno
tiazina yang lain secara spektrofluorometri
b. Perlu diteliti penerapan metoda spektrofluorometri
untuk analisis metabolit obat-obat turunan fenotiazi-
na
P U S T A K A
Anonim, 1979, Farmakop~ Indonesia, Edisi III, Dep Kes R I, Jakarta,·hal 156,296,330
Hercules, D.M., 1967, Fluoresenc.e and Phosphorescence Analysis, Interscience Pub., New York, p 16-24,41-46,81-90
Heslop, R.B.,Robinson, P.L.,1973, Chimie Inorqanique, 3eme. ed., Flamarion Sciences, Paris, p 535,651,729
Kolthoff, I.M., Sandell, ~.D., 1957, Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, 3r .ed., The Macmillan Co, New York, p 464
Mellinger. T. J. , Keeler C. E. , Fluorescent properties of phenothia zines and its derivats, Anal# Chem., No 35, p 554
Munson, J. W. , 1981, Pharmaceutical Analysis,· i'todern Hethods, Part A, Marcel Dekker Inc, New York, p 301
Partington, J. R., 1957, . .4 Textbook of Inorganic Chemistry, sth. ed~, Macmillan & Co, London, p 102,821,906
Ragland, J. B. , Kinross-Wright, V .. J. , 1964, Determ-ination of Phenothiazines in Biological sampel, Anal, Chem., 36, p 60-69
Schrimer, E.R., 1982, Hodern Methods of Pharmaceutical Vol. 1, CRC Press, Florida p 189-223
Skoog, D.A., 1965, Principles of Instrumental Analysis, Sounders College Publ., New York, p 226-234
44
Analysis,
th 3 .ed.,