iad isu lingkungan

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu dan harus mendapat perhatian yang seksama karena saat ini lingkungan sudah mulai terancam oleh berbagai dampak yang ditimbulkan karena berbagai aktifitas manusia. Hidup merupakan sebuah proses yang harus dilalui oleh setiap orang. Dalam hidup terdapat proses berinteraksi dengan sesamanya, yaitu, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Hal itu, tergolong dalam unsur-unsur kehidupan di bumi. Lingkungan merupakan sebuah tempat dimana terdapat interaksi makhluk hidup tinggal. Di dalam lingkungan hidup terdapat segala bentuk dan bagian yang tidak terpisahkan, seperti, air, tanah, dan udara. Semua itu saling mengisi satu sama lain atau dapat dikatakan saling melengkapi dalam pemenuhan makhluk hidup. Contoh, air sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk minum, membersihkan diri, melindungi diri dari teriknya sinar matahari, dan lain sebagainya. Tanah, digunakan untuk menanam, menyimpan air, dan lain sebagainya. Udara, digunakan untuk bernafas, terbang, dan lain sebagainya. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik adalah segala yang

Upload: armand-ag

Post on 22-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: IAD Isu Lingkungan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu dan harus mendapat

perhatian yang seksama karena saat ini lingkungan sudah mulai terancam oleh

berbagai dampak yang ditimbulkan karena berbagai aktifitas manusia. Hidup

merupakan sebuah proses yang harus dilalui oleh setiap orang. Dalam  hidup

terdapat proses berinteraksi dengan sesamanya, yaitu, manusia dengan manusia,

manusia dengan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Hal itu, tergolong dalam

unsur-unsur kehidupan di bumi.

Lingkungan merupakan sebuah tempat dimana terdapat interaksi makhluk

hidup tinggal. Di dalam lingkungan hidup terdapat segala bentuk dan bagian yang

tidak terpisahkan, seperti, air, tanah, dan udara. Semua itu saling mengisi satu sama

lain atau dapat dikatakan saling melengkapi dalam pemenuhan makhluk hidup.

Contoh, air sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk minum, membersihkan diri,

melindungi diri dari teriknya sinar matahari, dan lain sebagainya. Tanah, digunakan

untuk menanam, menyimpan air, dan lain sebagainya. Udara, digunakan untuk

bernafas, terbang, dan lain sebagainya. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik

dan komponen biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti

tanah, udara, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi, dan sebagainya. Sedangkan

komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,

manusia, dan mikroorganisme.

Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan dalam masalah lingkungan

lokal, nasional, regional dan global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada

dampak dari permasalahan lingkungan, apakah dampaknya hanya lokal, nasional,

regional atau global. Bila kita melihat bumi secara utuh maka bumi merupakan satu

sistem yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Hal tersebut sesuai dengan teori

Gaia bahwa bumi merupakan kumpulan sistem-sistem hidup yang menjadi satu

kesatuan. Dalam sistem tersebut ada sub sistem, akan tetapi apabila ada perubahan

sekecil apapun dalam subsistem bumi maka akan memberikan dampak bagi bumi

sebagai satu system (Teori Chaos).

Page 2: IAD Isu Lingkungan

B. Rumusan Masalah

Makalah yang berjudul “Isu Lingkungan Nasional dan Lokal” ini akan

mengkaji tentang :

1.   Bagaimana pengaruh manusia dalam lingkungan ?

2.   Bagaimana memahami isu lingkungan nasional ?

3.   Bagaimana memahami isu lingkungan lokal ?

C. Tujuan

Makalah yang berjudul “Isu Lingkungan Nasional dan Lokal” ini bertujuan

untuk :

1.   Memahami pengaruh manusia dalam lingkungan

2.   Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasional

3.   Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan lokal

Page 3: IAD Isu Lingkungan

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengaruh Manusia dalam Lingkungan

Manusia dengan pengetahuannya  mampu mengubah keadaan lingkungan

sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya

perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada

zaman Neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita dari

berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia pemburu berubah

menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi manusia

menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang ini dalah

ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan manusia.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah

lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang

awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu

hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia. (Maskoeri

Jasin, 1988:132)

Berbagai kerusakan ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia

yang menyadari pentingnya alam untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan

manusia memperbaiki alam yang telah rusak dan mengurangi hal-hal yang

merugikan alam. Manusia melakukan upaya penyelamatan hutan dan makhluk

hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada alam. Namun, banyak pula

manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan resiko yang ditimbulkan ke

depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan pekerjaaan yang sulit dan

selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup seperti yang diharapkan.

Page 4: IAD Isu Lingkungan

B. Isu Lingkungan Nasional

Isu lingkungan nasional yaitu permasalahan lingkungan dan dampak yang

ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak  dalam

skala nasional. Di negara Indonesia banyak terjadi perusakan lingkungan yang

mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem di alam. Menurut TIM IAD MIKU &

TIM MUP (2012:155), ada beberapa isu lingkungan nasional, diantaranya :

1. Banjir

Banjir merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan (yang pada

keadaan normal kering) karena meningkatnya volume air. Banjir dapat

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya akibat pemanasan global, yaitu

dapat meningkatkan tinggi permukaan air laut, sehingga beberapa daerah di

pesisir pantai akan terkena luapan air tersebut. Selain itu banjir juga disebabkan

karena meningkatnya curah hujan dan tidak adanya saluran air yang baik dan

cukup untuk menampung air hujan. Banjir juga dapat disebabkan karena

peluapan air sungai akibat meningkatnya curah hujan  atau karena sebab lain,

seperti pecahnya bendungan sungai. Banjir yang banyak melanda kota-kota

besar biasanya disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat yang

membuanga sampah ke sungai atau saluran air lain. Banjir juga disebabkan

oleh kurangnya resapan air karena tanah telah tertutup bangunan. Banjir

menyebabkan kerugian pada segi perekonomian, kesehatan, dan lingkungan.

Page 5: IAD Isu Lingkungan

2. Kerusakan Hutan di Indonesia

Hutan di Indonesia banyak berkurang dan yang masih ada banyak mengalami kerusakan. Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah manusia. Manusia melakukan eksploitasi dari hutan secara berlebihan dan mengabaikan segi ekologisnya. Faktor alam yang merusak hutan salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dipicu oleh musim kemarau yang panjang maupun pemanasan global.

3. Sampah

Manusia sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan sampah/limbah. Libah yang dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah anorganik dihasilkan dari rumah tangga maupun industri. Sampah merupakan masalah sosial yang dapat menyebabkan konflik. Di Indonesia masalah sampah kurang mendapat penanganan yang baik.

Page 6: IAD Isu Lingkungan

4. Banjir Lumpur Panas Sidoarjo

Banjir lumpur panas di Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya

lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas sejak tanggal 27 Mei

2006. Banjir lumpur panas tersebut terus meningkat dan penyebab utama

semburan tersebut belum jelas. Semburan tersebut menyebabkan tergenangnya

kawasan pemukiman, pertanian, dan peridustrian. Masalah banjir lumpur panas ini

telah menjadi masalah nasional, yang memaksa pemerintah pusat turut campur

dalam upaya penanggulannya.

Page 7: IAD Isu Lingkungan

C. Isu Lingkungan Lokal

Kawasan hutan Aceh beserta sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

untuk kepentingan rakyat, baik di tingkat lokal maupun secara nasional dalam

rangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

serta untuk menjamin bahwa rakyat memiliki kedaulatan dan hak-hak mereka atas

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan lestari; Selain

itu, kawasan hutan Aceh merupakan wilayah yang secara alami terintegrasikan oleh

faktor-faktor bentangan alam, karakteristik khas dari flora dan fauna, keseimbangan

habitat dalam mendukung keseimbangan hidup keanekaragaman hayati, dan faktor-

faktor khas lainnya sehingga membentuk satu kesatuan ekosistem tersendiri.

Untuk mempertahankan, melestarikan, dan memulihkan fungsi kawasan

ekosistem hutan Aceh termasuk satwa dan tumbuhan, serta sumberdaya alam

lainnya yang terkandung di dalamnya yang akhir-akhir ini semakin menurun karena

berbagai kegiatan yang kurang memperhatikan aspek pelestarian alam dan

lingkungan, dipandang perlu melakukan berbagai bentuk kegiatan dalam rangka

penyelamatan hutan dan lingkungan Aceh.

Aceh memiliki hutan tropis seluas 3,25 juta hektar, yang diperkirakan

memiliki kandungan karbon sebesar 415 juta ton. Secara tidak langsung, 

pemerintah dan pemerintah daerah di Aceh merespon solusi degradasi hutan melalui

perdagangan karbon. Melalui peluang ini, Aceh dengan otoritas khusus dalam

Undang Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) membuka peluang untuk menyatakan

bahwa secara legislasi KEL, tak boleh lagi dieksploitasi. Kawasan seluas 2,7 juta

hektar di KEL menjadi modal lingkungan sangat menentukan bagi pembangunan di

Aceh. Bahkan catatan Greenomics Indonesia mengungkapkan bahwa lebih dari

3.000 industri kecil, menengah, dan besar, yang beroperasi di Aceh dan Sumatera

Utara (Sumut) bergantung pada pasokan air dari KEL. Kawasan itu juga menjadi

penyuplai utama air bersih bagi lebih dari 4 juta penduduk Aceh dan Sumut. Pasal

150 UUPA tegas melarang pemberian izin untuk pengusahaan hutan, di kawasan

yang menjadi benteng ekologi Aceh itu.

Page 8: IAD Isu Lingkungan

Yang tak kalah mencemaskan adalah berubahnya lahan hutan menjadi

perkebunan. Pengubahan hutan menjadi perkebunan adalah penyakit lama yang tak

pernah sembuh. Dimulai sejak manusia mulai membutuhkan komoditas tertentu,

kini pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan tanaman industri/konsumsi telah

mengubah 70% hutan dunia. Di Indonesia, perkebunan yang paling rakus melahap 

hutan adalah perkebunan kelapa sawit.

Page 9: IAD Isu Lingkungan

Perkebunan kelapa  sawit dunia terkonsentrasi di dua Negara, yaitu

Indonesia dan Malaysia. Karena Malaysia, yang menyadari efek buruk perkebunan

sawit, telah melakukan moratorium sejak beberapa tahun lewat, maka kebutuhan

CPO dunia sebagian besar disediakan oleh Indonesia. Di tanah air, pulau yang

terbanyak ditanami kelapa sawit adalah Sumatera—dengan Aceh sebagai pusat

utamanya.

Luas hutan Aceh banyak menyusut akibat gerusan perkebunan kelapa sawit

yang mayoritas berada di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Aceh

Timur, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Aceh Singkil. Pembukaan lahan untuk

kelapa sawit telah lama diakui banyak menimbulkan korban. Cara pembukaan hutan

yang umumnya dibakar, atau pengeringan rawa, membantai keseimbangan

ekosistem dan melepaskan zat yang tidak diperlukan atau bahkan beracun ke dalam

ekosistem.

Penggerusan hutan menjadi perkebunan yang paling memprihatinkan terjadi

di kawasan Rawa Tripa. Rawa Tripa adalah salah satu dari tiga hutan rawa yang

berada di pantai Barat pulau Sumatera dengan luas mencapai ± 61.803 hektare.

Secara administratif, 60% luas Rawa Tripa berada di kecamatan Darul Makmur,

Nagan Raya. Sisanya berada di wilayah Babahrot, Aceh Barat Daya (Abdya).

Wilayah tersebut berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Di dalamnya

mengalir tiga sungai besar yang menjadi batas kawasan.

Rawa gambut Tripa memiliki peran sangat penting, yaitu sebagai pengatur

siklus air tawar dan banjir serta benteng alami bagi bencana tsunami. Selain itu,

Tripa juga dapat menjaga stabilitas iklim lokal, seperti curah hujan dan temperatur

udara yang berperan positif bagi produksi pertanian yang berada di sekitarnya.

Selain itu, berbagai jenis satwa penting dan langka yang terdapat di kawasan

hutan rawa gambut Tripa antara lain Beruang Madu (Helarctos Malayanus), 

Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera Tigris

Sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Burung Rangkok (Buceros sp),

dan berbagai jenis satwa liar lainnya. Bahkan hasil penelitian Prof. Carel Van

Page 10: IAD Isu Lingkungan

Schaik pada tahun 1996 menemukan kepadatan populasi orangutan tertinggi di

dunia terdapat di dalam kawasan hutan rawa gambut Tripa, Kluet dan Singkil.

Namun, Rawa Tripa saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah akibat

pembukaan lahan oleh perusahaan perkebunan dan perambahan oleh masyarakat.

Menurut perkiraan, luas hutan di Rawa Tripa hanya tersisa kurang dari 50% dari

luas total 61.000 hektare. Saat ini, 36.185 hektare luas Rawa Tripa sudah menjadi

wilayah konsesi bagi 4 perusahaan Kelapa sawit besar yang beroperasi di Rawa

Tripa yaitu PT. Astra Agro Lestari (13.177 Ha), PT. Kalista Alam (6.888 Ha),  PT.

Gelora Sawita Makmur (8.604 Ha) dan PT. Cemerlang Abadi (7.516 Ha). Dari total

luas konsesi HGU di rawa Tripa, 20.200 hektare di antaranya telah dibuka. Sisanya

berupa hutan primer dan sekunder yang akan segera mati sebagai dampak

pembukaan kanal-kanal oleh perusahaan yang akan mengeringkan rawa tersebut,

kalau tidak dihentikan dan mulai memperbaiki (restorasi, rehabilitasi) dalam waktu

dekat. Selain itu, teknik pembukaan lahan (land clearing) dengan cara pembakaran

kerap dilakukan oleh pihak HGU yang memperparah kerusakan di hutan Rawa

Tripa.

Keberadaan perkebunan kelapa sawit skala besar ini juga mengancam fungsi

hidrologis dari Rawa Tripa.  Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat

menyimpan air sebanyak 0,8 – 0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat

mengatur debit air pada musim hujan dan musim kemarau (Murdiyarso et al, 2004).

Sehingga kerusakan gambut dapat berakibat pada bencana banjir seperti yang kerap

terjadi di desa-desa di sekitar Tripa selama ini.

Page 11: IAD Isu Lingkungan

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia dengan pengetahuannya  mampu mengubah keadaan lingkungan

sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya

perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah

lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang

awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu

hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia

Ada beberapa masalah lingkungan nasional, diantaranya banjir, kerusakan

hutan di Indonesia, sampah, dan banjir lumpur panas di Sidoarjo. Selain masalah

lingkungan nasional, ada masalah lingkungan lokal.

Contohnya seperti di Aceh yaitu pengubahan hutan menjadi perkebunan. Luas

hutan Aceh banyak menyusut akibat gerusan perkebunan kelapa sawit.

Pembukaan lahan untuk kelapa sawit telah lama diakui banyak menimbulkan

korban. Cara pembukaan hutan yang umumnya dibakar, atau pengeringan rawa,

membantai keseimbangan ekosistem dan melepaskan zat yang tidak diperlukan

atau bahkan beracun ke dalam ekosistem.

B. Saran

Untuk mencegah pencemaran lingkungan Nasional dan Lokal dalam

hidup, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh setiap manusia yakni:

Harus mengurangi perbuatan yang merugikan lingkungan,

Harus adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga

lingkungan.