iapi desember 2010

32
a Tahun II/edisi: 12/Desember 2010 Pengendalin Mutu KAP DPN IAI Periode 2010-2014 Murabahah Bebas PPN Beda Prinsip Pajak dan Akuntansi Institut Akuntan Publik Indonesia

Upload: gerry-sawang

Post on 10-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IAPI

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    1/32

    a Tahun II/edisi: 12/Desember 2010

    Pengendalin Mutu KAP

    DPN IAI Periode 2010-2014

    Murabahah Bebas PPN

    Beda Prinsip Pajak dan Akuntansi

    Institut Akuntan Publik Indonesia

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    2/32

    2 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Sidang pembaca Buletin Akuntan Publik yang terhormat, pada laporan utama edisi

    Desember Buletin mengulas pengendalian mutu KAP. Setidaknya ada beberapa poin

    yang harus diperhatikan, untuk memastikan KAP memiliki pengendalian mutu yang baik.

    Diantaranya memiliki pedoman yang memadai untuk menerima atau menolak calon klien,

    memastikan kualitas, mengendalikan risiko dan mutu penugasan, menjaga independensi,sampai penelahaan mutu.

    Menjalankan bisnis jasa audit, susah susah gampang. Disaat ada klien yang berniat

    membeli jasanya, Akuntan Publik tidak boleh serta merta menerimanya. Dalam Kode

    Etik Profesi, mewajibkan Akuntan Publik untuk menguji integritas calon klien. Kewajiban

    ini sebenarnya lebih diarahkan untuk menyaring atau meminimumkan risiko menerima

    penugasan dari klien yang manajemennya kurang memiliki integritas. Oleh karena itu, di

    setiap KAP, diwajibkan memiliki standar yang jelas dalam penerimaan, melanjutkan atau

    menolak penugasan dari klien.

    Laporan berikutnya, menyajikan pesta demokrasi yang digelar IAI pada Kongres XI di Hotel

    Indonesia Kempinski Jakarta, 10 Desember. Kongres menetapkan Mardiasmo sebagai ketua

    DPN IAI periode 2010-2014. Pesta demokrasi diikuti tiga kandidat yaitu Mardiasmo (kepala

    BPKP), M. Afdal Bahaudin (Direktur PLN) dan Erick (Akuntan Publik). Setelah pemilihan ketua

    DPN, pesta demokrasi memilih 14 anggota DPN. Peserta Kongres juga memilih 14 orang

    anggota DPN, tiga diantaranya adalah akuntan publik.

    Tema lain yang tidak kalah menarik adalah ulasan independensi AP sebagai ciri

    menjalani profesi ini, murabahah yang bebas PPN, laporan konsolidasian prosedur dan

    pengungkapannya. Lalu adanya perbedaan prinsip antara perpajakan dan akuntansi yangberbasis IFRS juga menjadi ulasan yang menarik. Dimana masalah konvergensi IFRS bukan

    sekedar terkait masalah akuntansi, namun harus in linedengan peraturan perpajakan di suatu

    Negara. Seperti ditegaskan dalam kesepakatan G20, dimana konvergensi standar akuntansi

    keuangan harus mampu bersinergi dengan peraturan perpajakan.

    Apa yang disajikan dalam buletin ini hanya mampu mengisi sedikit kebutuhan informasi

    yang diperlukan anggota IAPI. Tak lupa kami sampaikan, redaksi sangat menghargai dan

    menerima saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas buletin ini.

    Salam Redaksi

    Dari Redaksi

    Diterbitkan:

    Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

    Penanggung Jawab Humas IAPI

    - Erick

    - Arief Jauhari

    Redaksi Buletin: Hari Suharto

    Alamat Redaksi:

    Jl. Kapten Tendean No. 1 Lt. 1 & 2

    Jakarta 12710

    Telp. (021) 2525181 (hunting)

    Fax. (021) 2525175/77

    E-mail: [email protected]

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    3/32

    3Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Prosedur Penerimaan Calon klien

    Menjalankan bisnis jasa audit,

    susah susah gampang. Disaat ada

    klien yang berniat membeli jasanya,

    Akuntan Publik tidak boleh serta

    merta menerimanya. Meski klien bagi

    akuntan publik merupakan peluang

    untuk meraih pendapatan, namun

    dalam Kode Etik Profesi, mewajibkanAkuntan Publik untuk menguji

    integritas calon klien. Kewajiban ini

    sebenarnya lebih diarahkan untuk

    menyaring atau meminimumkan

    risiko menerima penugasan dari klien

    yang manajemennya kurang memiliki

    integritas.

    Bila prosedur ini diabaikan, bisa jadi

    AP yang bersangkutan tidak memiliki

    pemahaman yang pasti terhadap

    integritas manajemen klien. Ini cukup

    berisiko bagi AP untuk menjalankan

    penugasan audit. Oleh karena itu,

    di setiap KAP, diwajibkan memiliki

    standar yang jelas untuk menerima,

    melanjutkan atau menolak penugasan

    dari klien. Kewajiban ini sebagai bagianpengendalian mutu KAP

    Seperti apa kewajiban itu? Kebijakan

    dan prosedur yang harus dimiliki KAP

    antara lain mengidentifikasikan calon

    klien. Bagaimana KAP dapat memastikan

    bahwa manajemen calon klien dapat

    dipercaya dan bertanggung jawab.

    Tentunya bisa ditempuh dengan

    beberapa cara antara lain melakkukan

    komunikasi dengan auditor pendahulu,mencari informasi dari pihak ketiga dan

    Pengendalin Mutu KAPSetidaknya ada beberapa poin yang harus diperhatikan, untuk

    memastikan KAP memiliki pengendalian mutu yang baik.

    Diantaranya memiliki pedoman yang memadai untuk menerima

    atau menolak calon klien, memastikan kualitas, mengendalikan

    risiko dan mutu penugasan, menjaga independensi, sampai

    penelahaan mutu. Berikut uraian poin tersebut.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    4/32

    4 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    bisa mengandalkan dari pengalaman

    dan pemahaman auditor tentang

    kliennya.

    Setelah memahami klien, baru

    mengarah pada penugasan yang akandiberikan. AP dapat mengidentifikasi

    penugasan seperti identifikasi maksud

    dari pemakai laporan keuangan

    auditan, apakah audit untuk tujuan

    publik atau pihak ketiga yang akan

    memakai laporan. Tak ketinggalan, AP

    mengidentifikasikan nilai prospektif

    hukum dan stabilitas keuangan klien,

    identifikasi batasan lingkup audit sertaevaluasi sistem pelaporan keuangan

    auditabilitas entitas.

    Sampai di titik ini, AP bisa memahami

    lebih dalam akan klien, apa saja yang

    bisa mempengaruhi proses evaluasi

    calon klien. Untuk memahami calon

    klien, AP bisa mendapatkan informasi

    dari pihak ketiga (jika ada) mengenai

    calon klien termasuk informasi

    manajemen dan pemiliknya. Dari

    informasi yang diperoleh itu, AP dapat

    mempertimbangkan keadaan yang

    mungkin memerlukan perhatian khusus

    atau memiliki risiko yang tidak wajar.

    Atas semua informasi yang diperoleh itu,

    AP dapat mereview mengenai informasi

    data mengenai calon klien lebih dalam.Langkah berikutnya, dari data

    dan informasi yang diperoleh,

    dilakukan pertimbangan risiko

    calon klien berdasarkan persyaratan

    penerimaan dan penolakan KAP.

    Apakah dari informasi tersebut

    membawa kesimpulan untuk menerima

    klien atau tidak. Jika mengarah ke

    penerimaan klien, KAP mengidentifikasikesanggupannya untuk menerima

    penugasan klien. Dengan demikian KAP

    akan melakukan evaluasi tim yang akan

    melakukan penugasan klien dengan

    memperhatikan independensi, keahlian,

    pengetahuan tentang industri serta

    jumlah personel yang akan dilibatkan.

    KAP yang bersangkutan bisa menunjuk

    staf yang bisa bertanggung jawab

    mengevaluasi calon klien dan membuat

    keputusan penerimaan dan penolakan

    klien.

    Bila kesimpulan menerima calonklien, KAP bisa mengarahkan pada

    persetujuan awal untuk melanjutkan

    atau menerbitkan proposal persetujuan

    menerima klien. Tentunya hal itu

    didasarkan pada informasi yang

    diperoleh, bisa untuk mendapatkan

    persetujuan pendahuluan dari pimpinan

    rekan untuk menerbitkan proposal

    kepada calon klien.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    5/32

    5Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Setelah itu baru melakukan

    prosedur awal untuk verifiksisebelum

    keputusan final penerimaan klien

    apakah partner yang akan menerima

    penugasan setuju dan bersedsia

    bertanggung jawab atas penugasanyang diberikan. Partner yang dipilih

    mampu selalu waspada terhadap setiap

    masalah terkait dengan integritas atau

    ketidaksepahaman dengan manajemen

    klien atau direksi. Dan selalu waspada

    terhadap alasan profesional mengapa

    harus menolak atau tidak menerima

    penugasan.

    Bila semua langkah terakhir ini

    mengarah pada kesimpulan yang

    menyakinkan, KAP yang bersangkutan

    dapat memutuskan menerima,

    melanjutkan, atau menolak klien setelah

    mendapatkan dan mempertimbangkan

    seluruh informasi yang dibutuhkan

    serta pertimbangan dari risiko klien.

    Jika keyakinan mengarah padapersetujuan untuk menerima, KAP

    yang bersangkutan membuat laporan

    persetujuan penerimaan klien, yang

    ditandatangani oleh partner yang

    bersangkutan dan pimpinan rekan.

    Jaminan Mutu

    Sebagai penjual jasa audit, KAP

    juga harus selalu berpegang teguh

    pada kualitas dalam setiap penugasan

    audit. Ibarat kata, tidak ada penugasan

    yang tidak berkualitas. Kepastian

    mutu ini selalu bisa ditampilkan KAP

    dalam setiap penugasan. Sebab, mutu

    menjadi cermin penjual jasa audit yang

    kompeten. Bahwa KAP dan tenagaprofesional sebagai penyedia jasa audit,

    selalu mematuhi dan melaksanakan

    kode etik. Untuk mencapai mutu yang

    diterima, KAP tersebut didukung tenaga

    profesional yang handal dan cukup

    dalam kemampuan, kompetensi dan

    komitmen untuk mematuhi seluruh

    prinsip etika. Sehingga KAP tersebutdapat menghasilkan laporan sesuai

    dengan persyaratan yang ada.

    Prosedur dan kepastian mutu dan

    kebijakan etika dibagi dalam enam

    bagian utama. Yaitu penugasan,

    konsultasi, hiring (perekrutan),

    pengembangan profesional, promosi

    dan etika. Seperti penugasan mencakuptujuan penugasan dilaksanakan oleh

    staf profesional yang memiliki tingkat

    pelatihan dan keahlian teknis yang

    memadai. Dimana prosedur minimum

    untuk setiap penugasan KAP dapat

    menunjuk saru atau lebih staf yang

    tepat untuk bertanggung jawab dalam

    penugasan. Ada pengaturan yang

    tepat atas pelaksanaan dan kebutuhanstaf untuk penugasan. Pendekatan

    KAP dalam setiap penugasan harus

    dikomunuikasikan ke pada staf dalam

    setiap penugasan personel.

    Dalam penugasan staf itu harus

    didukung konsultasi yang memadai.

    Dimana tujuan dari konsultasi ini agar

    personel dapat memperoleh informasisesuai yang dibutuhkan dari orang

    yang memiliki tingkat pengetahuan,

    kompetensi, dan pertimbangan yang

    memadai. Prosedur minimum dalam

    konsultasi ini mencakup, indetifikasi

    masalah dan situasi khusus yang

    mengharuskan staf untuk berkonsultasi

    dan mendorong staf untuk berkonsultasi

    mengenai masalah yang kompleks dantidak biasa. Dengan demikian KAP dapat

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    6/32

    6 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    menunjuk satu atau lebih personel

    sebagai spesialis yang berwewenang

    untuk melakukan konsultasi dan

    menetapkan wewenang mereka.

    Lebih lanjut, hasil konsultasi harus di

    dokumentasi secara memadai.

    Untuk menghasilkan mutu jasa

    audit, tidak lepas dari kualitas SDM yang

    perekrutan. Bagaimana KAP merancang

    atau menyelenggarakan program untuk

    memperoleh staf berkemampuan yang

    dapat dilihat dari perencanaan dan

    sistem perekrutannya. Seperti apa staf

    yang terlibat dalam fungsi perekrutan.Bagaimana KAP menetapkan kualifikasi

    dan pedoman untuk mengevaluasi

    orang-orang yang potensial dan dapat

    dipekerjakan. Bagaimana sistem dan

    kebijakan dan prosedur KAP yang terkait

    dengan mereka. Ini bertujuan untuk

    memastikan semua staf professional di

    KAP memiliki karakteristik (kompetensi

    dan integritas) yang tepat danmemungkinkan untuk melakukan

    penugasan secara kompeten.

    Setelah staf terlibat dalam KAP,

    yang tak kalah penting, bagaimana

    KAP tersebut mengembangkan

    profesionalnya. Ini bertujuan untuk

    mengembangkan staf agar memiliki

    kemampuan yang cukup sehinggamemungkinkan mereka melaksanakan

    tanggung jawab sesuai lingkup

    pekerjaannya.

    Prosedur minimum pengembangan

    profesional sendiri mencakup ikut

    sertanya staf dalam PPL baik internal

    maupun eksternal, KAP memiliki kriteria

    yang jelas persyaratan untuk program

    pengembangan profesionalnya yangharus dikomunikasikan kepada seluruh

    staf. Selain itu, jika ada perkembangan

    terkini misal standar profesional,

    standar akuntansi, peraturan harus

    segera diinformasikan kepada staf. Atau

    kebijakan dan prosedur teknis KAP,

    manajemen KAP harus mendorongstaf untuk terlibat dalam aktivitas

    pengembangan dirinya. KAP tersebut

    bisa juga menyediakan sarana pelatihan

    yang memadai di tempat kerja (on job

    training).

    Sementara, promosi untuk staf

    memiliki posisi strategis untuk

    mempertahankan staf di lingkunganKAP. Bagaimana KAP menetapkan

    kualifikasi yang harus dipenuhi oleh

    berbagai tingkatkan. Selain itu,

    promosi staf memiliki posisi strategis

    untuk mempertahankan staf di KAP.

    Bagaimana KAP menetapkan kualifikasi

    yang harus dipenuhi oleh berbagai

    tingkatkan tanggungjawab dalam

    KAP. Promosi ini berdasarkan evaluasikinerja staf dan kemajuan yang selalu

    dikomunikasikan. KAP memiliki staf yang

    bertanggung jawab dan berwewenang

    untuk mengambil keputusan promosi

    dan kebutuhan pemberhentian,

    melakukan wawancara evalusi staf yang

    dipertimbangkan untuk promosi, dan

    mendokumentasikan hasil wawancara.

    Promosi ini bertujuan untuk semua stafyang terseleksi dan memiliki kualifikasi

    seperti yang dipersyaratkan untuk

    tingkat tanggung jawab yang lebih

    tinggi.

    Selain kepastian mutu, kebijakan

    etika yang mengatur independensi,

    integritas dan objektifitas, tanggung

    jawab kepada klien, tanggung jawabkepada rekan seprofesi, tanggung jawab

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    7/32

    7Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    dan praktik lain, serta komisi dan fee

    referral, menjadi bagian dari yang sangat

    penting bagaimana KAP memastikan

    mutu kualitas audit yang diberikan.

    Manajemen risiko

    Dalam manajemen risiko, setiap

    KAP harus memiliki system itu secara

    memadai. Poin apa saja yang terkait

    dengan manajemen risiko di KAP.

    Prosedur minimum untuk manajemen

    risiko mencakup, pertama, pedoman

    penerimaan dan penolakan klien. Dalampedoman ini, jika hasil evaluasi calon

    klien menunjukan adanya keraguan atas

    integritas klien, KAP harus mengindari

    penugasan dari klien yang meragukan.

    Sebelum menerima penugasan, KAP

    diharapkan melakukan analisa fee dan

    manfaat lainnya sesuai dengan risiko

    yang di tanggung. Bila dipastikan

    dapat menerima penugasan KAP harusmenghindari hal-hal yang berkenaan

    dengan pelanggaran independensi.

    Jika KAP merasa aman untuk

    menerima penugasan, KAP yang

    bersangkutan membuat perikatan

    secara tertulis. Dalam perikatan itu,

    dijelaskan lingkup penugasan secara

    jelas dan akurat. Dalam perikatan

    itu pula, KAP menginformasikankepada klien secara jelas, jika perlu,

    mengenai tanggung jawabnya dalam

    hal kebenaran dan keakuratan data

    yang diberikan. Bila dipandang

    penting, KAP harus mendapatkan surat

    pernyataan dari manajemen mengenai

    segala hal yang dipandang signifikan.

    Memastikan semua pekerjaan audit

    didokumentasikan dengan memadai.Laporan audit ini hanya diungkapkan

    kepada pihak-pihak yang semestinya.

    Fee yang diterima sesuai dengan

    tingkdanat risiko.

    Kedua, pedoman kepastian mutu

    dan kebijakan etika. Dalam pedoman

    ini ditegaskan staf untuk berhati-hati

    terkait dengan hal yang berpotensimenjadi kewajiban hukum. Memastikan

    penugasan dilaksanakan staf profesional

    yang memiliki tingkat pelatihan dan

    keahlian teknis. Pastikan kontrak

    kerja telah mendokumentasikan

    semua hal yang signifikan.

    Ketiga, pengendalian

    mutu. Dalam pengendalianmutu harus dilakukan review

    prosedur perencanaan tugas.

    Review standar mutu KAP untuk

    pekerjaan yang dilaksanakan

    secara periodik. Keempat,

    pedoman independensi

    akuntan dan KAP. Disini lebih

    ditegaskan bagaimana staf untuk

    berhati-hati dengan hal yangberpotensi melanggar ketentuan

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    8/32

    8 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    independensi. Selain itu, KAP juga

    memastikan dokumentasi penugasan

    telah dilaksanakan dengan baik. Kelima,

    prosedur audit dan non audit. KAP

    harus memastikan bahwa opini yang

    dinyatakan dalam laporan audit disusunberdasarkan data dan informasi yang

    cukup. Memastikan setiap laporan audit

    telah disusun sesuai dengan SPAP yang

    berlaku.

    Melakukan penelaahan mutu.

    Penelaahan mutu ini untuk memastikan

    bahwa semua kertas kerja telah

    didokumentasikan dengan baik.Memastikan review periodik dan

    inspeksi telah dilakukan secara tepat

    waktu dan dilakukan oleh staf yang

    tepat. Assessment terhadap komitmen

    direksi klien atas rencana perseroan.

    Prosedur minimal ini harus dilakukan

    KAP dalam rangka manajemen risiko

    KAP untuk melaksanakan penugasan.

    Pengendalian Mutu Penugasan

    Sementara dalam tujuan untuk

    memberikan keyakinan yang

    memadai bahwa pelaksanaan

    perikatan memenuhi standar mutu

    yang ditetapkan oleh KAP. Prosedur

    pengendalian mutu penugasan terdiri

    dari dua bagian utama yaitu supervisi

    dan inspeksi. Dalam supervisi ini,

    tercakup kebijakan dan prosedur KAP

    mengenai pengendalian mutu atas

    pelaksanaan dan supervisi penugasan.

    Ini untuk memastikan pelaksanaan

    penugasan memenuhi standar

    mutu pada KAP. Sementara inspeksi,

    merupakan kebijakan dan prosedurKAP terkait dengan pengendalian mutu

    dalam inspeksi. Dimana diatur prosedur

    yang berhubungan dengan unsur-unsur

    lain pengendalian mutu yang telah

    diterapkan dengan efektif.

    Dalam supervisi, prosedur

    minimum yang harus dipenuhi untukpengendalian mutu penugasan. Antara

    lain, membuat prosedur perencanaan.

    Dalam prosedur ini KAP bisa menunjuk

    staf yang bisa bertanggung jawab untuk

    melaksanakan fungsi perencanaan

    penugasan. Sementara hal yang

    tercakup dalam perencanaan penugasan

    antara lain, pengembangan usulan

    program kerja, penentuan kebutuhanstaf dan kebutuhan pengetahuan

    khusus, melakukan estimasi jumlah

    waktu untuk menyelesaikan penugasan.

    Tak ketinggalan KAP juga harus

    membuat prosedur bagaimana

    mempertahankan standar mutu KAP

    dalam pekerjaan penugasan dapat

    tercapai. Seperti melakukan supervisi

    yang memadai pada semua tingkatan

    organisasi. Staf yang diberikan

    penugasan dapat memanfaatkan lembar

    isian seperti daftar pengecekan, kuisener

    standar untuk membantu memudahkan

    pelaksanaan penugasan. Selain itu, KAP

    juga harus menyediakan prosedur yang

    dapat untuk menyelesaikan perbedaan

    pertimbangan profesional diantaraanggota tim pelaksana penugasan jika

    timbul.

    Lebih lanjut terkait dengan supervisi,

    KAP juga harus membuat prosedur

    untuk melakukan review kertas kerja

    untuk setiap laporan penugasan. Seperti

    pedoman review kertas kerja dan

    dokumentasi proses review, menunjuk

    pe-review yang memiliki kompetensidan tanggung jawab yang memadai,

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    9/32

    9Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    memastikan bahwa pekerjaan audit

    telah dilaksanakan dengan lengkap

    sesuai dengan SPAP dan kebijakan

    KAP, membuat pedoman review

    setiap laporan penugasan yang akan

    diterbitkan, menunjuk pe-review laporanyang akan diterbitkan, yang tidak

    memiliki tanggung jawab lain dalam

    penugasan, sampai memastikan laporan

    yang akan diterbitkan didukung bukti

    pekerjaan dan kesimpulan kertas kerja

    serta sesuai dengan SPAP dan kebijakan

    KAP.

    Sementara dalam inspeksi, prosedurminimum yang harus dipenuhi dalam

    rangka menjaga pengendalian mutu

    penugasan, mencakup menentukan

    batas lingkup dan isi program

    inspeksi KAP. Dalam prosedur ini KAP

    menetapkan prosedur inspeksi untuk

    memberikan keyakinan bahwa kebijakan

    dan prosedur pengendalian mutu KAP

    diterapkan secara efektif, menetapkanmetode inspeksi dan kualifikasi staf

    pelaksana, serta melaksanakan inspeksi

    seperti menguji kepatuhan terhadap

    kebijakan dan prosedur pengendalian

    mutu dan melakukan review kesesuaian

    dengan penugasan tertentu terhadap

    SPAP. Berikutnya melaporakn temuan

    inspeksi dan tindakan pemantauannya

    kepada tingkat manajemen.

    Independensi AP

    Bagaimana memastikan seluruh

    staf di semua tingkatan organisasi

    KAP, mampu mempertahankan

    sikap independen-nya? Prosedur

    minimum yang harus dibuat KAP untuk

    mempertahankan sikap independensidi seluruh tingkatan organisasinya.

    Tujuannya adalah untuk memberikan

    keyakinan yang memadai bahwa pada

    setiap tingkatan organisasi, semua staf

    profesional mampu mempertahankan

    sikap independensi-nya.

    Prosedur yang harus dibuat adalah

    mewajibkan semua staf pada setiap

    tingkat organisasi mematuhi kode

    etik akuntan. Diantaranya, menunjuk

    satu atau lebih staf untuk memberikan

    panduan dan bertanggung jawab terkait

    dengan masalah independensi.

    Melakukan identifikasi

    kebutuhan dokumentasi

    penyelesaian hal-hal yang

    terkait dengan independensi.

    Serta melakukan konsultasi

    dengan sumber atau pihak yang

    berwewenang terkait dengan

    peraturan yang berlaku.

    Selain itu, KAP harus

    membuat jalur komunikasi

    untuk kebijakan dan prosedur

    mengenai independensi kepada

    semua tingkatan stafnya. Sepertiuntuk menginformasikan

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    10/32

    10 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    kebijakan dan prosedur independensi

    KAP kepada staf. Menginformasikan

    kepada staf secara rutin mengenai

    entitas yang harus diberlakukan

    kebijakan independen. Dengan cara

    membuat suatu daftar klien yang harusdiberlakukan kebijakan independensi.

    Menyediakan daftar tersebut bagi staf

    yang membutuhkan untuk menentukan

    independensi. Serta menetapkan

    prosedur pemberitahuan stafa mengenai

    perubahan daftar tersebut. KAP juga

    menyediakan fasilitas yang memadai

    seperti literatur yang mengulas

    indepedensi, baik yang diterbitkankalangan profesional, regulator, atau

    organisasi profesi.

    Setelah itu KAP juga harus melakukan

    pemantauan atas kepatuhan terhadap

    kebijakan dan prosedur mengenai

    independensi. Menunjuk satu atau lebih

    staf yang bertanggunag jawab untuk

    menyelesaiakan berbagai pengecualiandari ketentuan independensi dengan

    tingkat wewenang yang memadai. Serta

    melakukan review secara periodik, bila

    ada transaksi dari KAP terhadap klien

    untuk memastikan apakah jumlah

    transaksi tersebut dapat mengurangi

    independensi.

    Lebih lanjut KAP juga membuatkebijakan dan prosedur minimum yang

    harus ada untuk memberikan keyakikan

    yang memadai bahwa prosedur

    perikatan, baik prosedur audit maupun

    prosedur non-audit, telah dilaksanakan

    dengan efektif. Minimum prosedur yang

    harus dibuat seperti setiap penugasan

    wajib dilakukan sesuai dengan SPAP

    yang berlaku dan kebijakan KAP.KAP juga harus merumuskan

    prosedur audit dan non audit. Rumusan

    prosedur itu untuk memeperoleh

    bukti yang memadai. Sebab opini dan

    rekomendasi yang diberikan wajib

    didasarkan pada data dan informasi

    yang cukup sebagai dasar yangrasional. Mendokumentasikan semua

    kertas kerja terkait dengan penugasan.

    Melakukan review pekerjaan setiap

    asisten mengenai pelaksanaan prosedur

    audit dan konsisten dengan opini

    atau rekomendasi serta melaksanakan

    kebijakan dan prosedur closing

    conference dengan klien mengenai

    perikatan audit dan non audit.

    Penelaahan Mutu

    Ini bertujuan untuk memastikan

    bahwa prosedur yang terkait dengan

    unsur lain pengendalian mutu telah

    diterapkan dengan efektif. Prosedur

    penalaahan mutu minimum ini harusdibuat KAP. Prosedur minimum

    penelaahan mutu mencakup review

    setiap laporan penugasan yang

    akan dikeluarkan, review pedoman

    pengendalian mutu secara periodik,

    mengkomunikasikan setiap perubahan

    pedoman pengendalian mutu

    KAP secara periodik, melakukan

    monitoring dan pendidikan profesionalberkelanjutan yang dibutuhkan setiap

    staf, melakukan review pengembangan

    dan pelatihan staf yang dimiliki secara

    teratur.

    Lalu melalukan review terhadap

    pekerjaan yang dilakukan tiap asisten

    oleh staf yang memiliki kemampuan

    yang setara. Seperti kesesuaianpekerjaan dengan SPAP dan kebijakan

    KAP, pemecahan semua masalah

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    11/32

    11Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    akuntansi yang signifikan, apakah

    pekerjaan yang telah dilakukan di

    domumentasi dengan baik, pencapaian

    tujuan dari setiap prosedur penugasan

    yang dilakukan, serta melakukan

    simpulan yang diambil konsistendengan hasil pekerjaan dan mendukung

    setiap hasil penugasan.

    Lebih lanjut, dalam prosedur

    minimum untuk penelaahan mutu,

    KAP menetapkan batas lingkup dan

    isi program inspeksi. Ini mencakup

    penentuan tujuan, menyiapkan

    petunjuk, dan melakukan reviewprogram pelaksanaan inspeksi,

    menyediakan panduan mengenai

    lingkup pekerjaan inspeksi pada unit

    fungsi, kriteria pemilihan perikatan

    yang akan direview, menetapkan

    frekuensi dan saat pelaksanaan

    inspeksi, menetapkan prosedur untuk

    menyelesaikan ketidaksepakatan yang

    mungkin timbul antara pe-review danstaf pelaksanaan atau manajemen

    perikatan yang bersangkutan,

    menetapkan kualifikasi staf pelaksana

    inspeksi dan metode pemilihannya.

    Untuk menetapkan batas lingkup

    dan isi program inspeki mencakup

    menetapkan tanggung jawab pemilihan

    staf inspeksi, melakukan review danuji kepatuhan terhadap kebijakan dan

    prosedur pengendalian mutu, serta

    melakukan review atas penugasan

    tertentu tentang kesesuaian dengan

    standar penilaian, kebijakan dan

    prosedur pengendalian mutu.

    Begitu pula menyajikan pelaporan

    temuan inspeksi dan tindakan

    pemantauan yang dilaksanakanataua direncanakan kepada tingkatan

    manajemen semestinya. Ini mencakup

    pembahasan temuan review inspeksi

    terhadap perikatan yang di-review

    dengan staf pelaksana penugasan,

    melakukan pembahasan temuan

    inspeksi terkait unit, fungsi departemenyang di review dengan staf manajemen

    yang bersangkutan, melaporan temuan

    dan rekomendasi bersama dengan

    tindakan perbaikan yang diambil atau

    direncanakan kepada manajemen serta

    memastikan tindakan perbaikan yang

    direncanakan telah dilaksanakan.

    Baru melakukan prosedur reviewsecara berkala. Dalam prosedur ini

    keseluruhan rencana dan prosedur

    penugasan dilakukan review.

    Termasuk dokumentasi bukti-bukti

    yang digunakan dalam penugasan,

    sampai laporan yang digunakan

    dalam penugasan, usulan penyesuaian

    atas laporan yang digunakan dalam

    penjugasan, dan usulan setiap laporanpenugasan. AP

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    12/32

    12 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    BILA di bandingkan dengan pesta

    demokrasi empat tahun lalu, pesta

    kali ini, memang terlihat sangat

    sukses. Dimana peserta yang hadir bisa

    mencapai 1100 anggota IAI. Pemilihan

    orang nomor satu di IAI, di warnai

    persaingan yang sengit diantara calon

    kandidat.

    Akhirnya pesta demokrasi itu,

    menetapkan Mardiasmo terpilih

    menjadi ketua DPN IAI periode 2010-

    2014. Perolehan suara Mardiasmo

    mengalahkan dua kandidat lainnya yaitusebesar 520 suara dukungan. Sementara,

    M. Afdal Bahaudin (306 suara) dan Erick

    (214 suara).

    Setelah pemilihan ketua DPN, pesta

    demokrasi itu dilanjutkan dengan

    pemilihan anggota DPN. Peserta Kongres

    juga memilih 14 orang anggota DPN

    yang akan mendampingi Mardiasmomenjalankan roda organisasi IAI.

    Jika dilihat komposisi anggota DPN

    IAI, terlihat cukup mewakili semua unsur

    dan latar belakang anggota IAI. Susunan

    anggota DPN IAI diisi dari unsur akuntan

    pemerintah, akuntan pendidik, akuntan

    manajemen, dan akuntan publik.

    Sinergitas kepengurusan ini diharapkan

    ke depan dapat semakin menjadikan

    IAI sebagai partner in change bagi

    anggotanya, serta mampu menjadikan

    IAI sebagai organisasi yang memiliki

    kiprah global. Tentunya tak ketinggalan

    kualitas akuntan di bawah IAI, memilikikompetensi global.

    Selain itu, Kongres XI juga

    menetapkan Dewan Penasehat IAI

    yang terdiri dari Ahmadi Hadibroto,

    Moermahadi Soerja Djanegara, serta

    Ainun Naim. Sedangkan Majelis

    Kehormatan IAI diisi oleh Dani

    Sudarsono, Eko Suwadi dan Adji

    Suratman.

    Perkembangan IAI

    Selain menggelar pesta demokrasi,

    Kongres XI IAI kali ini juga menerima

    laporan pertanggung jawaban pengurus

    sebelumnya. Seperti diuraikan, Ahmadi

    Hadibroto (Ketua DPN IAI periode 2006 2010), dalam pidato pertanggung

    jawabannya, bahwa IAI sudah

    mengalami perkembangan yang cukup

    baik. diantaranya telah melaksanakan

    program Konvergensi International

    Financial Reporting Standards 2012,

    diterbitkannya Standar Akuntansi

    Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan

    terbentuknya Tim Implementasi IFRSmenjadi salah satu keberhasilan dari

    DPN IAI Periode 2010-2014

    Pesta demokrasi yang digelar IAI pada Kongres XI di Hotel

    Indonesia Kempinski Jakarta, 10 Desember lalu menetapkanMardiasmo sebagai ketua DPN IAI periode 2010-2014.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    13/32

    13Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    kepengurusan sebelumnya.

    Lebih lanjut, Ahmadi

    mengungkapkan bahwa peran IAI

    di kawasan regional dalam masa

    kepemimpinan sebagai PresidenASEAN Federation of Accountants

    (AFA) juga mencapai kesuksesan.

    Ini terbukti dengan Sekretariat

    permanen AFA menjadi satu di

    secretariat IAI. Begitu pula organisasi

    IAI saat ini berkembang cukup luas,

    dengan dibentuknya IAI wilayah

    baru, seperti di Kepulauan Riau,

    Sulawesi Tenggara, NTT, Bengkuludan terakhir di Ambon. Jadi total

    wilayah yang dimiliki IAI menjadi 25

    IAI wilayah, yang siap sebagai ujung

    tombak IAI di setiap daerah.

    Sementara, IAI Pusat sendiri terus

    berupaya meningkatkan kompeten

    SDM akuntansi melalui kegiatan

    Pendidikan Profesional Berkelanjutan

    secara terstruktur terlaksana bahkan

    berhasil membentuk tiga IAI Knowledge

    Center baru di Mall of Indonesia, Depok

    dan Serpong.

    Untuk pelaksanaan ujian sertifikasi

    Akuntansi Syariah serta Certified

    PSAK merupakan upaya yang berhasil

    dikembangkan untuk meningkatkan

    kualifikasi SDM Akuntansi. IAI juga telahberperan strategis dan memberikan

    kontribusi turut merumuskan kebijakan

    publik, membangun governance dan

    pengembangan profesi akuntan di

    Indonesia agar sesuai dengan standar

    Internasional. Semua ini demi meraih

    keberhasilan untuk meningkatkan peran

    profesi akuntansi dalam pembangunan

    ekonomi nasional dan global.

    Tantangan IAI

    Setelah terpilih sebagai Ketua

    DPN IAI, dalam pidato sambutannya,

    Mardiasmo melihat beberapa

    tantangan dan kondisi yang dihadapi

    profesi akuntansi di Indonesia saat

    ini. Mardiasmo berharap IAI selaku

    organisasi profesi mampu memberikan

    solusi terhadap permasalahan yang

    ada. Seperti meningkatkan corporate

    governance, berperan aktif di dunia

    internasional. Sebab Indonesia menjadi

    anggota G-20 menghendaki organisasi

    profesi international juga merupakan

    tantangan yang harus direspons oleh

    profesi.

    Mardiasmo menambahkan gerakan

    untuk memperkuat sistem governance,

    pemberantasan korupsi, tuntutantransparan dan akuntabilitas publik

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    14/32

    14 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    membutuhkan keterlibatan profesi

    akuntansi. Tidak ada proses akumulasi

    dan distribusi sumberdaya ekonomi

    yang tidak memerlukan campur tangan

    profesi. Jelasnya. Mardiasmo berjanji

    untuk menjadikan IAI sebagai asetnasional yang terpercaya, menjadi

    organisasi terdepan di kawasan ASEAN,

    dan setara dalam peran di tataran

    Internasional.

    Melalui kepengurusan baru tersebut,

    IAI dapat melakukan konsolidasi,

    revitalisasi dan penataan organisasi

    profesi untuk mampu berkiprah secaraglobal. AP

    Susunan Ketua dan Anggota DPN IAI

    Periode 2010-1014

    Hasil Kongres XI di Hotel Indonesia

    Kempinski Jakarta

    1. Mardiasmo (Ketua)2. Cris Kuntadi

    3. Sudirman Said

    4. Ito Warsito

    5. Jusuf Halim

    6. Sidharta Utama

    7. Dwi Setiawan Susanto

    8. Khomsiyah

    9. Ardan Adiperdana

    10. Heliantono11. Kusmanadji

    12. Maliki Heru Santosa

    13. Erick

    14. Wahyu Tumakaka

    15. Eko Sunarko

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    15/32

    15Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    PROFESI akuntan publik lebih

    bercirikan profesional yang

    independen. Ini tentunya

    tidak lahir begitu saja tentu

    melalui proses yang amat panjang.Bagaimana regulator dan profesi

    ini meng-update ketentuan

    independensi yang berlaku bagi

    akuntan publik. Apalagi konsep

    independensi ini terus mengalami

    perkembangan seiring tantangan dan

    perkembangan profesi ini.

    Itulah setidaknya yang mampu

    meningkatkan citra dan kredibiltias

    profesi di tengah stakeholder profesi ini.

    Melihat begitu pentingnya independensi

    bagi pelaku profesi akuntan publik

    baik organisasi maupun regulator

    terus meningkatkan keandalan aturan

    independensi.

    Seperti adanya benturan

    kepentingan, misalnya, jelas akanberpengaruh terhadap menurunnya

    Independensi AP

    Ciri utama profesi

    akuntan publik adalah

    independen. Meski

    mereka memenuhi unsur

    lain seperti profesional,

    berintegritas, dan jujur.

    independensi profesi ini. Oleh karena

    itu, faktor penyebab terjadinya benturan

    kepentingan, diatur secara tegas

    dalam peraturan Bapepam-LK. Seperti

    terlalu lamanya memberikan jasa

    kepada satu pihak, adanya hubungan

    tertentu dengan klien baik bisnis/usaha,

    keuangan/investasi, karyawan, serta

    pemberian jasa atestasi dan non atestasi

    secara bersamaan. Faktor tersebut jelas

    berpotensi menurunkan independensiakuntan publik.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    16/32

    16 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Peraturan Bapepam-LK No. VIII.A.2,

    tentang Independensi Akuntan,

    dilihat dari sudut terlalu lamanya

    akuntan mengaudit atau memberikan

    jasa kepada satu pihak. Dan adanya

    hubungan tertentu antara Akuntan/KAP dengan klien/afiliasi klien seperti

    hubungan usaha, keuangan, dan

    kekaryawanan. Untuk itu, setiap KAP

    sesuai peraturan ini harus memiliki

    pengendalian mutu terkait dengan

    independensi.

    Sesuai peraturan ini pula, larangan

    terkait dengan independensi yangharus dihindari akuntan seperti memiliki

    kepentingan keuangan baik langsung

    maupun tidak langsung kepada klien.

    Kepemilikan investasi sebesar 5 % lebih

    atau memiliki control terhadap klien,

    sudah dianggap tidak independen

    memberikan jasa. Kepentingan

    keuangan lain yang dapat menimbulkan

    benturan kepentingan seperti adanya

    pinjaman atau hubungan debitur dan

    kreditur yang material kepada kllien.

    Atau menjadi direktur/komisaris,

    pemegang saham utama yang memiliki

    lebih dari 10 % saham perusahaan.

    Hanya yang dikecualikan adalah

    pinjaman dari institusi keuangan dengan

    prosedur, periode dan persyaratanyang normal. Seperti pinjaman untuk

    pembelian atau sewa kendaraan

    dengan menjaminkan kendaraan

    tersebut. Pinjaman yang dijamin penuh

    dengan nilai penyerahan dana yang

    diasuransikan. Pinjaman yang dijamin

    penuh dengan deposito pada institusi

    keuangan (bank) yang sama, danpinjaman kredit rumah yang dijaminkan

    dengan tempat tinggal peminjam.

    Kepentingan keuangan lain

    yang dapat menimbulkan benturan

    kepentingan, seperti memiliki

    rekening giro, tabungan atau kartu

    kredit berdasarkan plafon pada klien

    sebesar 50 % atau lebih dari fee yangditerimanya. Mempunyai rekening pada

    broker-dealer (perantara pedangan

    efek) kecuali dengan syarat dan kondisi

    normal. Atau mempunyai polis asuransi

    pada klien dengan nilai atau jumlah

    pertanggungan yang jumlahnya 50%

    atau lebih bila dibandingkan dengan

    fee yang diterima. Kecuali polis asuransi

    tersebut telah dimiliki sebelum akuntan

    menjadi orang dalam KAP.

    Sementara KAP yang mempunyai

    hubungan pekerjaan dengan klien,

    seperti merangkap sebagai karyawan

    kunci pada klien. sebagai anggota

    keluarga dekat sebagai karyawan kunci

    klien di bidang akuntansi dan keuangan.

    Mantan rekan/karyawan professionalKAP bekerja pada klien di bidang

    akuntansi dan keuangan. Kecuali lebih

    dari satu tahun tidak bekerja lagi pada

    KAP tersebut.

    Mantan rekan/karyawan professional

    KAP yang sebelumnya pernah bekerja

    pada klien sebagai karyawan kunci

    bidang akuntansi dan keuangan, kecualitidak terlibat melaksanakan audit dalam

    periode audit.

    Begitu pula KAP yang mempunyai

    hubungan usaha secara langsung

    maupun tidak langsung yang material

    dengan klien, atau dengan karyawan

    kunci yang bekerja pada klien atau

    dengan pemegang saham utama klien.Hubungan usaha ini tidak termasuk

    hubungan usaha dalam hal akuntan,

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    17/32

    17Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    KAP, atau orang dalam KAP memberikan

    jasa atestasi dan non atestasi, atau

    merupakan konsumen dari produk

    barang atau jasa klien dalam rangka

    menunjang kegiatan rutin.

    Larangan terkait dengan

    independensi, memberikan jasa atestasi

    lain, selain yang sedang mendapat

    penugasan dan jasa non atestasi

    kepada klien. seperti pembukuan atau

    jasa lain yang terkait dengan catatan

    akuntansi klien atau laporan keuangan.

    Desain system informasi keuangan dan

    implemetasi, audit internal, konsultasimanajemen dan SDM, konsultasi

    perpajakan, penasehat keuangan atau

    jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan

    benturan kepentingan. Dalam proposal

    revisi peraturan ini ada tambahan

    memberikan jasa perpajakan juga

    dilarang. Kecuali telah memperoleh

    persetujuan terlebih dahulu dari komite

    audit-nya.

    Lebih lanjut, KAP dilarang

    memberikan jasa atau produk kepada

    klien dengan dasar fee kontijensi atau

    komisi, atau menerima fee kontijensi

    atau komisi dari klien. Kecuali fee

    kontijensi ditetapkan oleh pengadilan

    sebagai hasil penyelesaian hukum,temuan badan pengatur dan atau

    perpajakan. Begitu pula, klien dilarang

    memiliki sengketa hukum dengan klien.

    Akuntan juga dilarang bertindak

    untuk mewakili klien di dalam maupun

    di luar pengadilan perpajakan dan atau

    bertindak untuk dan atas nama klien

    dalam perhitungan dan pelaporanperpajakan.

    Untuk membatasi agar KAP tidak

    membentur independensi, KAP

    yang bersangkutan wajib memiliki

    system pengendalian mutu dengan

    tingkat keyakinan yang memadai.

    Bahwa KAP atau karyawannya dapat

    menjaga sikap independen denganmempertimbangkan ukuran dan sifat

    praktik dari KAP tersebut. AP

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    18/32

    18 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    KEPALA Badan Kebijakan Fiskal

    (BKF) Kementerian Keuangan Agus

    Supriyanto mengungkapkan saat

    konferensi pers akhir Desember 2010

    lalu, kebijakan ini untuk memberikan

    kesetaraan antara perbankan syariah

    dengan bank konvensional. Keluarnya

    peraturan itu, menjadi bagian dariimplementasi dari Undang-undang

    No.42/2009 tentang Pajak Pertambahan

    Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah

    (PPN dan PPnBM) yang berlaku sejak 1

    April 2010.

    Sebenarnya, sejak tahun 1997

    pelaku perbankan syariah pernah

    mengusulkan PPN itu dihapus untukmenghindari pajak berganda.

    Namun baru terealisasi

    setelah kebijkan ini di

    keluarkan.

    Transaksi Murabahah selama

    ini dikenai PPN sebesar 10 persen,

    sementara transaksi bank konvensional

    tidak dikenai PPN. "Ini yang membuatpersaingan bisnis antara bank syariah

    dengan bank konvensional tidak

    Murabahah Bebas PPNNasabah dan calon nasabah Bank Syariah yang melakukantransaksi Murabahah boleh bernapas lega. Pasalnya, transaksi

    yang selama ini dikenakan PPN 10 persen dihapus sejak

    Peraturan Menteri Keuangan No 251/PMK.011/2010. Transaksi

    Murabahah, yang dilakukan sebelum 1 April 2010, bebas Pajak

    Pertambahan Nilai. Dengan demikian, tak ada lagi pajak

    berganda di perbankan syariah.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    19/32

    19Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    berimbang," ungkapnya.

    Selama ini sistem pajak ganda

    dikenakan pada transaksi pembiayaan

    murabahah atas satu objek yang

    sama. Dalam skema murabahah ini,bank syariah akan membelikan apa

    yang diinginkan oleh nasabanhnya.

    Misalnya, nasabah membutuhkan

    mobil untuk kegiatan bisnis, bank

    syariah akan membeli mobil dan

    kemudian menjualnya ke nasabah.

    Pajak ganda terjadi saat bank

    syariah membeli mobil dari dealer dansaat nasabah membeli mobil tersebut

    dari nasabah. Akibat pengenaan pajak

    ganda tersebut, maka dana yang harus

    dibayar nasabah menjadi lebih besar.

    Dengan demikian, karena UU No

    42/2009 tentang PPN dan PPnBM

    berlaku sejak 1 April 2010, maka bagi

    bank syariah yang sudah membayar PPN

    transaksi murabahah akan dikembalikan

    oleh pemerintah. Pagu anggaran yang

    dialokasikan untuk membebaskan

    transaksi murabahah dari Pajak

    Pertambangan Nilai (PPN) sekitar Rp

    328,45 miliar. Anggaran ini diberikan

    kepada wajib pajak bank syariah yang

    telah membayar surat ketetapan pajak

    atas transaksi murabahah.Wajib pajak bank syariah yang

    telah membayar surat ketetapan

    pajak atas transaksi murabahah dapat

    memperoleh pengembalian pajak sesuai

    ketentuan perpajakan yang berlaku.

    Murabahah adalah perjanjian jual beli

    antara bank dan nasabah. Bank syariah

    membeli barang yang diperlukan

    nasabah, kemudian menjualnya kepadanasabah tersebut sebesar harga barang

    ditambah margin atau keuntungan yang

    disepakati bank syariah dan nasabah.

    Pembiayaan dengan skema

    murabahah ini menimbulkan pajak

    ganda atas penyerahan obyek

    murabahah, yaitu atas pembelian barang

    oleh bank dan penjualan barang dari

    bank kepada nasabah masing-masingdikenakan PPN 10 persen.

    Agus Suprijanto menambahkan

    pembebasan PPN, operasional bisnis

    bank syariah menjadi sama dengan

    perbankan lainnya. Untuk menyamakan

    daya saing perbankan syariah, beban

    PPN yang dikenakan pada jual beli aset

    di sistem murabahah tidak dikenakan

    lagi, ujarnya.

    Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia

    sebelumnya mengajukan netralisasi

    untuk meniadakan pajak ganda

    murabahah. Transaksi di perbankan

    syariah 80 persen menggunakan akad

    murabahah sehingga kalau terkena

    pajak ganda akan menghambat bisnis

    bank syariah. AP

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    20/32

    20 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    PSAK (1994) tentang Laporan Keuangan

    Konsolidasi.

    Ruang lingkup pernyataan ini

    diterapkan dalam menyusun dan

    menyajikan laporan keuangankonsolideasian untuk sekelompok

    entitas yang berada dalam pengendalian

    suatu entitas. Akuntansi untuk investasi

    pada entitas anak, pengendalian

    bersama entitas, dan entitas asosiasi

    ketika suatu entitas menyajikan laporan

    keuangan tersendiri sebagai informasi

    tambahan.

    Penyajian laporan

    konmsolidasi dilakukan entitas

    induk untuk menyajikan

    laporan keuangan

    konsolidasian yang

    mengonsolidasikan

    investasinya dalam

    entitas anak.

    Dan entitasinduk

    menyajikan

    laporan

    keuangan

    tersendiri

    BANYAK alasan entitas bisnis

    melakukan investasi pada

    entitas lain. Langkah itu, untuk

    memperluas jaringan usaha yang

    lebih menguntungkan. Baik dari segiinvestasi yang menguntungkan,

    meraih pengendalian perusahaan

    lain, memasuki pasar baru melalui

    perusahaan yang sudah dikenal,

    memastikan pasokan bahan baku in

    put maupun out put produksi secara

    kontinu, melakukan diversifikasi usaha,

    memperkuat struktur perusahaan,

    menguasai teknologi, mengurangipersaingan sampai mengurangi

    risiko. Langkah ini banyak di tempuh

    perusahaan agar lebih eksis di masa

    mendatang.

    Konsep laporan keuangan

    yang harus dikonsolidasikan,

    sesuai PSAK 4 (R 2009)

    tentang LapporanKeuangan Konsolidasi

    dan Laporan Keuangan

    Tersendiri, memberikan

    batasan adanya legal

    kontrol dan ekonomi

    kontrol. PSAK 4 (R 2009)

    efektif berlaku efektif

    per 1 januari

    2011. PSAK inimenggantikan

    Prosedur danPengungkapan,Laporan Konsolidasian

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    21/32

    21Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    memperoleh hak

    mayoritas hak

    residual dan

    menanggung

    risiko kepemilikan

    terkait EBK.

    Dalam ISAK

    7 ini, diatur

    bahwa laporan

    keuangan

    konsolidasian

    mencakup

    seluruh entitas

    anak dari induk.Tidak ada pengecualian

    terhadap konsolidasi

    hanya karena, investor merupakan

    organisasi modal modal ventura, reksa

    dana, unit perwalian, atau entitas

    sejenis. Aktivitas usahanya tidak sama

    dengan entitas lain dalam kelompok

    usaha, entitas anak dibatasi oleh suatu

    restriksi jangka panjang sehinggamempengaruhi secara signifikan

    kemampuannya dalam menstrafer dana

    kepada entitas induk. Serta entitas anak

    yang telah dikonsolidasikan sebelumnya

    dan saat ini dimiliki untuk dijual. Dengan

    begitu semua entitas anak harus

    dikonsolidasikan.

    Ruang lingkup laporan keuangankonsolidasian mencakup entitas

    anak yang dikendalikan meskipun

    untuk tujuan dijual atau dialihkan

    dalam jangka pendek. Bila entitias ini

    memenuhi kreteria sebagai aset dimiliki

    untuk dijual maka dicatat sesuai dengan

    PSAK 58 (R 2009).

    Prosedur Konsolidasi

    Dalam melakukan konsolidasi, entitas

    harus melakukan eliminasi secara penuh

    sebagai informasi tambahan.

    Seperti persyaratan adanya

    pengendalian, entitas induk yang

    memiliki kurang lebih 50 % kekuasaan

    suara suatu entitas. Seperti adanyakekuasaan yang melebihi setengah hak

    suara sesuai perjanjian dengan investor

    lain. Adanya kekuasaan untuk mengatur

    kebijakan keuangan dengan operasional

    entitas berdasarkan angggaran dasar

    atau perjanjian. Kekuasaan untuk

    menunjukan atau mengganti sebagain

    besar dewan direksi dan dewan

    komisaris atau organ pengatur setaradan mengendalikan entitas melalui

    dewan atau organ tersebut. Adanya

    kekuasaan untuk memberikan suara

    mayoritas pada rapat dewan direksi dan

    komisaris atau organ pengatur setara

    serta mengendalikan entitas melalui

    dewan atau organ tersebut.

    Hak suara potensial itu dapat

    dipertimbangkan ketika menilai

    keberadaan pengendalian. Semua

    fakta dan keadaan hak suara potensial

    dipertimbangkan, kecuali maksud

    manajemen dan kemampuan keuangan

    untuk melaksanakan konversi tersebut.

    Sementara konsolidasi entitas

    bertujuan khusus (EBK), seperti

    diatur ISAK 7, menjelaskan adanyaentitas bertujuan khusus ini harus

    dikonsolidasikan jika menghasilakn

    adanya pengendalian EBK. Ini bisa

    dilihat dari adanya indikasi bahwa EBK

    dijalankan untuk mewakili perusahaan

    sesuai dengan kebutuhan khususnya.

    Entitas memiliki kewenangan untuk

    memperoleh sebagian besar manfaat

    EBK. Entitas tersebut menanggungrisiko dari aktivitas EBK. Atau entitas

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    22/32

    22 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    atas saldo, transaksi, penghasilan dan

    beban intra kelompok usaha. Laporan

    keuangan entitas induk dan entitas anak

    yang digunakan dalam penyusunan

    laporan keuangan konsolidasian disusun

    dengan tanggal yang sama. Jika akhir

    periode pelaporan berbeda antara

    entitas induk dengan ana, maka entitas

    anak menyusun laporan keuangan

    tambahan dengan tanggal yang sama

    dengan laporan keuangan entitas induk

    untuk tujuan konsolidasian kecuali tidak

    praktik. Jika laporan keuangan yang

    digunakan tidak sama, maka dilakukan

    penyesuaian atas dampak transaksi atau

    peristiwa signifikan yang terjadi antara

    tanggal laporan keuangan entitas anak

    dengan tanggal laporan keuangan

    induk. Tentunya dengan catatan

    bahwa perbedaan antara akhir periode

    pelaporan entitas anak dengan induk

    tidak lebih dari tiga bulan. Lamanya

    periode pelaporan dan perbedaan antarakhir periode pelaporan adalah sama

    dari periode ke periode.

    Prosedur konsolidasian ini disusun

    dengan menggunakan kebijakan

    akuntansi yang sama untuk transaksi

    dan peristiwa lain dalam keadaan yang

    serupa. Kepentingan nion pengendalian

    disajikan di ekuitas dalam laporan

    posisi keuangan konsolidasian, terpisah

    dari ekuitas pemilik entitas induk. Jika

    terjadi perubahan kepemilikan, yang

    menyebabkan hilangnya pengendalian

    maka untuk atau rugi diakuki dalam

    laporan laba rugi. Jika tidak hilang

    p[engendalian maka untung atau rugi

    diakui sebagai akuitas. Perubahan dalam

    bagian kepemilikan entitas induk pada

    entitas anak yang tidak mengakibatkan

    hilangnya pengendalian dicatat sebagai

    ekuitas.

    Bila entitas induk kehilangan

    pengendalian atas entitas anak maka

    entitas induk, menghentikan pengakuanaset dan kewajiban entitas anak pada

    nilai tercatatnya. Serta menghentikan

    pengakuan jumlah tercatat setiap

    kepentingan nonpengendalian pada

    entitas anak terdahulu pada tanggal

    hilangnya pengendalian. Dengan begitu

    mengakui nilai wajar pembayaran

    yang diterima (jika ada) dari transaksi,

    peristiwa atau keadaan yangmengakibatkan hilangnya pengendalian.

    Dan mendistrinbuskan saham, jika

    transaksi yang menbgakibatkan

    hilangnya pengendalian melibatkan

    distribusi saham entitas anak ke pemilik

    dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

    Selain itu, mengakui setiap sisa

    investasi pada entitas anak terdahulu

    pada nilai wajarnya pada tanggal

    hilangnya pengendalian. Mereklasifikasi

    ke laporan laba rugi atau mengalihkan

    secara langsung ke saldo laba jika

    disyaratkan oleh SAK lain, sejumlah yang

    terindentifikasikan. Serta mengakui

    setiap perbedaan yang dihasilkan

    sebagai keuntungan atau kerugian

    dalam laporan laba rugi yang dapatdiatribusikan pada entitas induk.

    Bila induk menyusun laporan

    tersendiri sebagai tambahan informasi,

    investasi pada entitas anak di catat

    sebesar biaya perolehan atau nilai

    wajar nya. Entitas ini harus menerapkan

    akuntansi yang sama untuk setiap

    kategori investasi. Inmvestasi yang

    dicatat sebesar biaya perolehan dicatatsesuai dengan PSAK 58ketika investasi

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    23/32

    23Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    tersebut berniat untuk dijual kembali.

    Meski demikian pengukuran investasi

    yang dicatat sesuai dengan PSAK 55

    tidak berubah. Dengan begitu entitas

    induk mengakui dividen dari entitas

    anak, pengendalian bersama entitas,atau entitas asosiasi pada laporan laba

    rugi dalam laporan keuangan tersendiri

    ketika hal menerima dividen ditetapkan.

    Serta investasi dalam pengendalian

    bersama entitas dan entitas asosisasi

    yang dicatat sesuai PSAK 55 dalam

    laporan keuangan konsolidasian dicatat

    dengan cara yang sama dalam laporan

    keuangan tersendiri investor.

    Pengungkapan

    Jika entitas induk tidak memiliki

    setengah kekuasaan suara, baik

    langsung maupun tidak langsung

    harus diungkapkan. Alasan mengapa

    kepemilikan lebih dari setengahkekuasaan suara tidak terlibat dalam

    pengendalian. Terjadinya tanggal

    atau periode dari tanggal pelaporan

    keuangan entitas induk dan alasan

    menggunakan tanggal atau

    periode yang berbeda. Sifat dan

    luas setiap restriksi signifikan

    dalam kemampuan entitas anak

    untuk mentrasfer dana ke entitasinduk dalam bentuk dividen tunai,

    atau pembayaran kembali pinjaman

    atau uang muka.

    Daftar rincian yang

    menunjukan dampak setiap

    perubahan bagian

    kepemilikan entias

    induk pada entitasanak yang tidak

    mengakibatkan

    hilangnya pengendalian atas entitas

    yang dapat diatribusikan ke induk. Jika

    pengendalian atas entitas anak hilang,

    entitas induk harus mengungkapkan

    keuntungan atau kerugian. Keuntungan

    atau kerugian yang dapat diatribusikanpada pengakuan sisa investasi pada

    entitas anak terdahulu dengan

    nilai wajar pada tanggal hilangnya

    pengendalian. Dan pos keuntungan atau

    kerugian yang diakui dalam laporan laba

    rugi komprehensif.

    Selain itu, pengungkapan ini juga

    mengungkapkan juga laporan keuangantersendiri yang merupakan informasi

    tambahan dalam laporan keuangan

    konsolidasian. Daftar investasi yang

    signifikan juga harus diungkapkan.

    Begitu pula terhadap penjelasan metode

    yang digunakan untuk mencatat

    investasi yang terdaftar dalam daftar

    investasi. AP

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    24/32

    24 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    keuangan tersebut.

    Kesalahan semacam itu termasuk

    dampak kesalahan perhitungan

    matematis, kesalahan penerapan

    kebijakan akuntansi, kekeliruan

    (oversights) atau kesalahan interpretasi

    fakta, dan kecurangan.

    Entitas harus melakukan koreksi

    kesalahan material periode lalu. Seperti

    entitas mengoreksi kesalahan material

    periode lalu secara retrospektif pada

    laporan keuangan lengkap pertama

    KESALAHAN bisa timbul dalam

    pengakuan, pengukuran, penyajian

    atau pengungkapan unsur-unsur

    laporan keuangan. Seperti laporan

    keuangan tidak sesuai dengan SAK jika

    mengandung kesalahan material. Meski

    kesalahan tidak material, jika dilakukan

    secara sengaja untuk mencapaipenyajian laporan posisi keuangan,

    kinerja keuangan atau arus kas tertentu

    masuk kategori ada kesalahan.

    Kesalahan periode lalu seperti

    penghilangan dari dan kesalahan-

    pelaporan dalam laporan keuangan

    entitas untuk satu atau lebih periode

    lalu yang timbul dari kegagalan untuk

    mempergunakan, atau kesalahan

    penggunaan, informasi

    andal. Informasi

    tersebut tersedia

    ketika laporan

    keuangan

    untuk

    periode

    tersebutdisahkan

    untuk

    diterbitkan.

    Dan

    secara rasional

    diharapkan

    dapat diperoleh dan

    dipergunakan dalam

    penyusunan danpenyajian laporan

    Koreksi Kesalahan

    Periode Lalu

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    25/32

    25Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    yang

    diterbitkan

    setelah

    ditemukannya.

    Ini bisa

    dilakukan

    dengan

    menyajikan

    kembali jumlah

    komparatif

    untuk periode

    lalu sajian

    dimana

    kesalahan

    terjadi. Atau jika kesalahan terjadi

    sebelum periode lalu sajian paling awal,

    menyajikan kembali saldo awal aset,laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu

    sajian paling awal.

    Ketika langkah itu tidak praktis,

    entitas dapat menentukan dampak

    periode-tertentu dari kesalahan pada

    informasi komparatif untuk satu atau

    lebih periode sajian. Dengan begitu

    entitas dapat menyajikan kembali saldo

    pembuka aset, laibilitas, dan ekuitasuntuk periode paling awal di mana

    penyajiankembali retrospektif adalah

    praktis (mungkin periode berjalan).

    Bila masih tidak praktis menentukan

    dampak kumulatif, pada awal periode

    berjalan, dari kesalahan pada semua

    periode lalu, maka entitas menyajikan-

    kembali informasi komparatif untukmengoreksi kesalahan secara prospektif

    dari tanggal paling praktis.

    Pengungkapan

    Pemngungkapan yang harus

    dilakukan entitas mencakup: sifat

    kesalahan periode lalu; untuk setiap

    periode sajian, sepanjang praktis, jumlah

    koreksi: untuk setiap item laporan

    keuangan yang terpengaruh; dan jika

    menerapkan PSAK 56: Laba Per Saham,maka mengungkapkan laba per saham

    dasar dan dilusian.

    Jumlah koreksi pada awal periode

    sajian paling awal dan jika penyajian-

    kembali retrospektif tidak praktis untuk

    suatu periode tertentu, keadaan yang

    membuat keberadaan kondisi itu dan

    penjelasan bagaimana dan sejak kapankesalahan telah dikoreksi. Laporan

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    26/32

    26 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    MASALAH konvergensi IFRS

    bukan sekedar terkait masalah

    akuntansi, namun harus in

    line dengan peraturan perpajakan di

    suatu Negara. Hal itu ditegaskan dalamkesepakatan G20, dimana konvergensi

    standar akuntansi keuangan harus

    mampu bersinergi dengan peraturan

    perpajakan.

    Saat ini di Indonesia masih banyak

    terdapat perbedaan prinsip antara

    perpajakan dengan akuntansi yang

    segera dicarikan jalan keluarnya.

    Tentunya jalan keluar ini membutuhkan

    kerjasama yang lebih erat antara DJP

    dengan IAI agar terdapat sinkronisasi

    antara peraturan perpajakan dengan

    standar akuntansi.

    Sebabaimana diketahui, konvergensi

    IFRS banyak menggunakan konsep

    fair value sebagai dasar pengukuran

    dengan penekanan pada ukuran yangandal (harga pasar). Dengan begitu

    lebih banyak menuntut pengungkapan,

    yang disebabkan standar akuntansi

    lebih bersifatprinciples basedyang

    banyak menekankan pada interpretasidan penerapan prinsip akuntansi

    dan membutuhkanjudgmentuntuk

    menentukan bagaimana suatu transaksi

    keuangan dicatat. Penilaian pada

    substansi transaksi dan evaluasi apakah

    laporan keuangan mencerminkan

    realitas ekonomi.

    SAK Umum hanya mengatur hal halyang bersifat prinsip. Seperti laporan

    keuangan berdasarkan SAK umum

    akan banyak dipengaruhi judgment

    manajemen yang dapat berbeda

    dengan sudut pandang perpajakan.

    SAK akan mengacu kepada substansi

    transaksi tanpa memperhatikan bentuk

    hukumnya. Pengaturan dalam SAK

    umum yang mendukung administrasiperpajakan, contohnya penyusunan

    Beda PrinsipPajak danAkuntansi

    Harus segera dicarikan

    jalan keluarnya untuk

    mengatasi perbedaan

    prinsip antara perpajakan

    dan akuntansi yangberbasis IFRS.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    27/32

    27Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    laporan keuangan tersendiri tanpa

    konsolidasi, pengungkapan yang lebih

    rinci.

    Manfaat konvergensi IFRS sendiri

    untuk memudahkan pemahaman atas

    laporan keuangan dengan penggunaan

    Standar Akuntansi Keuangan yang

    dikenal secara internasional (enhance

    comparability). Meningkatkan arus

    investasi global melalui transparansi.

    Menurunkan biaya modal dengan

    membuka peluang fund raising melalui

    pasar modal secara global. Menciptakan

    efisiensi penyusunan laporan keuangan.Dibutuhkan kerjasama yang lebih erat

    antara DJP dengan IAI agar terdapat

    sinkronisasi antara peraturan perpajakan

    dengan standar akuntansi.

    Memudahkan pemahaman atas

    laporan keuangan dengan penggunaan

    Standar Akuntansi Keuangan yang

    dikenal secara internasional (enhance

    comparability). Meningkatkan arusinvestasi global melalui transparansi.

    Menurunkan biaya modal dengan

    membuka peluang fund raising melalui

    pasar modal secara global. Menciptakan

    efisiensi penyusunan laporan keuangan.

    Perbedaan prinsip antara perpajakan

    dan akuntansi lihat table.

    Pembukuan dalam UU Perpajakan

    Seperti dalam penjelasan memori

    penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP

    menjelaskan bahwa pembukuan harus

    diselenggarakan dengan cara atau

    sistem yang lazim dipakai di Indonesia,

    misalnya berdasarkan Standar Akuntansi

    Keuangan, kecuali peraturan perundang-undang perpajakan menentukan

    lain. Pembukuan sesuai PSAK, namun

    preferensi diberikan pada ketentuan

    pajak jika ada pengaturan yang tidak

    sejalan.

    Untuk mengatasi masalah inilangkah-langkah yang akan diambil

    oleh DJP untuk mengatasi konvergency

    IFRS pertama, mengadopsi IFRS

    dalam perumusan kebijakan pajak.

    Seperti menyederhanakan pelaporan

    keuangan, melakukan perubahan

    aturan perpajakan sesuai dengan PSAK

    berdasarkan IFRS.

    Pilihan kedua, tidak mengadopsi.Dimana prinsip-prinsip dalam IFRS tidak

    bisa diterapkan dalam penghitungan

    pajak. DJP memiliki kewenangan untuk

    menerapkan ketentuan perpajakan.

    Selama ini telah dilakukan rekonsiliasi

    fiscal.

    Pilihan ketiga mengadopsi

    sebagian IFRS. Langkah ini denganmenyederhanakan pelaporan

    keuangan, melakukan perubahan

    aturan perpajakan untuk hal yang

    sangat penting. Dan tetap dibutuhkan

    rekonsiliasi fiskal.

    Pilihan yang mana yang akan

    diambil, tentunya setelah melalui

    simulasi dan penelitian yang

    komprehensif untuk mengetahui

    dampak secara menyeluruh dari

    konvergensi IFRS. Untuk mempersiapkan

    diri menghadapi adopsi IFRS, DJP saat ini

    sedang inten melakukan diskusi dengan

    Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), diskusi

    dengan institusi terkait (Perguruan

    Tinggi, KAP, Asosiasi), melakukan analisis

    aturan perpajakan serta mempersiapkaninformasi dan diklat untuk pegawai DJP.AP

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    28/32

    28 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Perpajakan Akuntansi

    mata uang pelaporan utama rupiah

    UU KUP Pasal 28 ayat (4)

    Pembukuan atau pencatatan harusdiselenggarakan di Indonesia dengan

    menggunakan huruf Latin angka Arab Latin, Arab,

    satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam

    bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang

    diizinkan oleh Menteri Keuangan.

    Memakai mata uang fungsional

    PSAK 10 (revisi 2009).

    Nilai perolehan (Historical Cost) Aset berdasarkan

    nilai perolehan UU PPh Pasal 10 ayat (1) diatur

    Harga perolehan atau harga penjualan Nilai

    wajar (fair value)dalam hal terjadi jual beli harta

    yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)

    adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan

    atau diterima, sedangkan apabila terdapat

    hubungan istimewa adalah jumlah yang

    seharusnya dikeluarkan atau diterima.

    Nilai wajar (fair value)

    PSAK 10 (revisi 2009),

    PSAK 50 & 55,

    PSAK 57,

    PSAK 22,

    ISAK 10,

    PSAK 30/ISAK 8,

    ISAK 11,

    PSAK 19.

    Realisasi

    Pengukuran berdasarkan realisasi

    Harga perolehan atau harga penjualan dalam

    hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi

    hubungan istimewa sebagaimana dimaksuddalam Pasal 18 4) d a sud da a asa 8 ayat ( ) adalah

    jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau

    diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan

    istimewa adalah jumlah yang seharusnya

    dikeluarkan atau diterima.

    UU PPh Pasal 10 ayat (1)

    estimasi atau perkiraan

    pengakuan provisi (PSAK 57), ED PSAK 34

    pengakuan taksiran kerugian , PSAK 16, PSAK

    50/55.

    Revaluasi tidak dapat dilakukan setiap saat.

    PMK No. 79/PMK.03/2008

    Tidak ada konsep materiality Pemeriksaan Pajak

    untuk menguji kepatuhan atau tujuan lain.Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan

    Pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji

    kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

    dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

    melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

    undangan perpajakan.

    PMK 199/PMK.03/2007 Pasal 2

    Revaluasi dilakukan sesuai perubahan nilai wajar .

    PSAK 16 (revisi 2007)

    Konsep Materiality

    General Audit untuk menilai kewajaran

    Umur manfaat aset tidak

    berwujud maksimal 20 tahunUU PPh Pasal 11A ayat (2)

    Aset Tidak Berwujud ditentukan

    umur manfaatnya terbatas atautidak.

    ED PSAK 19 (Revisi 2009)

    Tabel Perbedaan Prinsip Antara Perpajakan dengan Akuntansi

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    29/32

    29Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    ANGGOTA BARU IAPI

    No IAPI : 1773

    Terdaftar : 30-Sep-10

    Nama : DANIEL KOHAR

    Tahun Lahir : 1977

    KAP : TANUDIREDJA, WIBISANA

    & REKAN

    No IAPI : 1775

    Terdaftar : 28 Okt 2010

    Nama : ELISABETH

    Tahun Lahir : 1982

    KAP : TANUDIREDJA, WIBISANA

    & REKAN

    No IAPI : 1777

    Terdaftar : 22-Oct-10

    Nama : HARIS WIYONO

    Tahun Lahir : 1972

    KAP : TONI H. RATIM

    No IAPI : 1774

    Terdaftar : 5-Oct-10

    Nama : SHINTA HARYONO

    HADIWIARDJO

    Tahun Lahir : 1977

    KAP : HENDRAWINATA GANI &

    HIDAYAT (PUSAT)

    No IAPI : 1776

    Terdaftar : 25-Oct-10

    Nama : WIRANI ANDRIANI

    SETIAWAN

    Tahun Lahir : 1971

    KAP :

    No IAPI : 1778

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : Yulazri

    Tahun Lahir : 1960

    KAP :

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    30/32

    30 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    ANGGOTA BARU IAPI

    No IAPI : 1779

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : MULYADI

    Tahun Lahir : 1977

    KAP : PURWANTONO,

    SUHERMAN & SURJA

    (PUSAT)

    No IAPI : 1781

    Terdaftar : 27-Oct-10

    Nama : FENDRI SUTEJO

    Tahun Lahir : 1979

    KAP : PURWANTONO,

    SUHERMAN & SURJA

    (PUSAT)

    No IAPI : 1783

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : HENDRA SETIADI

    Tahun Lahir : 1986

    KAP : TANUDIREDJA, WIBISANA

    & REKAN

    No IAPI : 1780

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : ALFIANNOR

    Tahun Lahir : 1968

    KAP :

    No IAPI : 1782

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : ANTHON SURYADI

    Tahun Lahir : 1985

    KAP : TANUDIREDJA, WIBISANA

    & REKAN

    No IAPI : 1784

    Terdaftar : 28-Oct-10

    Nama : PAULA NOVIANA

    Tahun Lahir : 1985

    KAP : TANUDIREDJA, WIBISANA

    & REKAN

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    31/32

    31Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Peserta sosialisasi dan diskusi ilmiah, International

    Financial Reporting Standars (IFRS) dan Rancangan

    Undang-Undang Pelaporan Keuangan, di Surakarta, 3

    Desember 2010, Fakultas ekonomi Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    Pesrta Lokakarya kajian Aplikasi Akuntansi Instrumen

    Keuangan pada Industri Perbankan Sesuai PSAK 50 dan

    55: Contoh dan Studi kasus, Di Jakarta 20 Desember

    2010.

    Peserta Lokakarya Akuntansi Keuangan Entitas tanpa

    Akuntabilitas Publik (ETAP) pada perusahaan dan BPR,

    di Bandung, 1 Desember 2010.

    Peserta lokakarya Pajak, Aplikasi Metodologi dan

    Pengungkapan Transfer Princing, Prianto Budi, Hotel

    Atlet century, Jakarta 14 Desember 2010.

    Peserta lokakarya Aplikasi Akuntansi Instrumen Keuangan

    pada Industri Perbankan Sesuai PSAK 50 dan 55: Contoh

    dan Studi kasus, Di Jakarta 11 Desember 2010.

    Peserta lokakarya Penyusunan dabn Penyajian Laporan

    Keuangan Berdasarkan PSAK 1, 2, 5, dan 25 serta

    tantangan penerapan konvergensi IFRS, 16 Desember2010. Di Jakarta.

  • 5/19/2018 IAPI Desember 2010

    32/32

    32 Tahun II Edisi: 12 Desember 2010 BuletinAkuntan Publik

    Sosialisasi dan diskusi ilmiah, International Financial

    Reporting Standars (IFRS) dan Rancangan Undang-

    Undang Pelaporan Keuangan, di Surakarta, 3 Desember

    2010, Fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    Kajian Aplikasi Akuntansi Instrumen Keuangan pada

    Industri Perbankan Sesuai PSAK 50 dan 55: Contoh dan

    Studi kasus, Di Jakarta 20 Desember 2010.

    Lokakarya Akuntansi Keuangan Entitas tanpa

    Akuntabilitas Publik (ETAP) pada perusahaan dan BPR,

    di Bandung, 1 Desember 2010.

    Kajian Aplikasi Akuntansi Instrumen Keuangan pada

    Industri Perbankan Sesuai PSAK 50 dan 55: Contoh dan

    Studi kasus, Di Jakarta 20 Desember 2010.

    Ludovicus Sensi Wondabio

    Memaparkan Aplikasi Akuntansi Instrumen Keuangan

    pada Industri Perbankan Sesuai PSAK 50 dan 55: Contoh

    dan Studi kasus, Di Jakarta 11 Desember 2010.

    Pemeriksaan AP dan KAP serta Penyusunan dabn

    Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK 1, 2,

    5, dan 25 serta tantangan penerapan konvergensi IFRS,16 Desember 2010. Di Jakarta.