ibnu khaldun

23
PERBANDINGAN PEMIKIRAN IBNU KHALDUN DAN OSWALD SPENGLER Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Filsafat Sejarah Dosen Pengampu : Dr. Sri Margana Disusun Oleh : DIAN USWATINA NIM. 1320512108

Upload: denar-soniesta

Post on 08-Apr-2016

65 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: IBNU KHALDUN

PERBANDINGAN PEMIKIRANIBNU KHALDUN DAN OSWALD SPENGLER

Disusun untuk memenuhi tugasMata kuliah Filsafat Sejarah

Dosen Pengampu : Dr. Sri Margana

Disusun Oleh :

DIAN USWATINANIM. 1320512108

KONSENTRASI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAMPROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA2014

Page 2: IBNU KHALDUN

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang

hakikat kebenaran sesuatu terjadi, filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati

terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah dan penyusunan secara

sengaja serta sistematis suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.

Sedangkan filsafat itu sendiri secara etimologis ada yang mengatakan

bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya al-hikmah.

Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. “Philos”

artinya cinta, sedangkan “sophia” artinya kebijaksanaan. Oleh karena itu filsafat

dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab diistilahkan

dengan al-hikmah. Sedangkan secara terminologis, filsafat adalah proses

pencarian kebenaran melalui alur berfikir yng sistematis, artinya perbincangan

mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur dan tahapan-tahapannya mudah

untuk diikuti.1

Sejarah dalam pengertian sebagai filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi.

Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus

dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan

berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai

metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya.

Dalam kajian-kajian modern, filsafat sejarah menjadi suatu tema yang

mengandung dua segi yang berbeda dari kajian tentang sejarah. Segi yang pertama

berkenaan dengan kajian metodologi penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. Dari segi

yang lain, filsafat sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu pengetahuan dan

pengalaman umum manusia.

Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan tentang perbandingan

pemikiran filsafat sejarah Ibnu Khaldun dan Oswald Spengler. Yang mana dalam tulisan

ini digambarkan pola pikir antara filosof Barat dan dan filosof Arab.

1 Drs. Atang Abdul Hakim, Drs. Beni Ahmad S, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 14

Page 3: IBNU KHALDUN

BAB II

PEMBAHASAN

A. IBNU KHALDUN

1. Biografi Ibnu Khaldun

Ibn Khaldun merupakan pemikir dari dunia Arab, di saat dunia

Arab mengalami kemandegan. Ibn Khaldun yang bernama lengkap Abu

Zaid Abd-Ar-Rahman Ibn Khaldun, seorang sajarawan besar Islam pada

abad pertengahan. Ibn Khaldun dilahirkan pada 27 Mei 1332 (1 Ramadhan

732 H) di Tunis.2

Keluarga Ibn Khaldun berasal dari Hadramaut dan masih memiliki

keturunan dengan Wail Bin hajar, salah seorang sahabat Nabi Muhammad

SAW. Ibn Khaldun yang terlahir dari keluarga Arab-Spanyol sejak kecil

sudah dekat dengan kehidupan intelektual dan politik.

Namanya dikenal oleh orang-orang Timur dan Barat. Dia

merupakan salah satu pembesar di abad kedelapan. Sebelumnya,

keluarganya tidak tinggal di Tunis, namun di Isbelia, kemudian kakek

buyutnya mulai pindah ke Tunis pada abad ke-7 H.

Ibnu Khaldun tumbuh di Tunis dan belajar tentang ilmu

pengetahuan di zamannya, kemudian meninggalkan Tunis untuk

menghindari wabah dan melakukan perjalanan ke Hawarar dan tinggal di

rumah temannya, Ibnu ‘Abdun. Sedangkan Ibnu ‘Abdun sendiri sangat

menghargai Ibnu Khaldun, bahkan ia sempat menolong Ibnu Khaldun

saat ia melakukan perjalanan ke Barat dan ia berpindah-pindah dari satu

negara ke negara lain, sedangkan usianya belum tua, sebagaimana Ibnu

Battutah.3

2 Fuad Baali dan Ali Wardi. Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), hlm. 9.

3 Muhammad Adurrahman Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun, (Darul Fikr Lithaba’ah wa Nasr), hlm. 732-808, 1332-1406

Page 4: IBNU KHALDUN

Ibn Khaldun wafat pada tanggal 26 Ramadhan 808 H (16 Maret

1406M), tak lama stelah ditunjuk keenam kalinya sebagai hakim. Dia

dikebumikan di kawasan pemakaman orang sufi di Kairo.

2. Pemikiran Ibnu Khaldun

Kitab Muqaddimah merupakan pendahuluan sebuah kitab atau

karya yang lebih besar berjudul Kitab al-’Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa

al-khabar fi Ayyam al-’Arab wa Al-’Ajam wa al-Barbar wa Man

‘Asharahum min Dzawi al-Sulthan al-Akbar. Dari karya al-Muqaddimah

inilah Ibnu Khaldun merumuskan hukum sejarah. Dalam pandangannya

sejarah tidak lebih dari sekedar menguraikan tentang peristiwa-peristiwa,

nama-nama penguasa atau silsilah keturunan dan angka-angka tahun.

Menurut Ibn Khaldun pengetahuan itu tidak mewakili wawasan disiplin

ilmu sejarah. Pemikiran Filsafat sejarah Ibnu Khaldun dalam al-

Muqaddimah secara luas dibahas dalam bab dua kitab al –I’bar.

Hampir semua kerangka konsep pemikiran Ibnu Khaldun tertuang

dalam al-muqadddimah. Di al-muqaddimah tersebut, Khaldun

menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia

atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi, perihal

watak manusia, seperti keliaran, keramah-tamahan, solidaritas golongan,

tentang revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok

kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada munculnya kerajaan-

kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam,

tentang pelbagai kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk memenuhi

kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan

industri, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.

Konsep gerak sejarah Ibn Khaldun mengikuti pada tiga aliran

Filsafat sejarah. Pertama, aliran sejarah sosial. Aliran ini berpendapat

bahwa fenomena-fenomena sosial dapat ditafsirkan, dan teori-teorinya

dapat dihuraikan dari fakta-fakta sejarah. Kedua, aliran ekonomi. Aliran

ini menafsirkan sejarah secara materialis dan menguraikan fenomena-

Page 5: IBNU KHALDUN

fenomena sosial secara ekonomis. Setiap perubahan dalam masyarakat dan

fenomena-fenomenanya merujuk pada faktor ekonomi. Karl Marx adalah

tokoh yang mengembangkan aliran Filsafat sejarah ini. Ketiga, aliran

geografis. Aliran ini memandang manusia sebagai putra alam lingkungan,

dan kondisi-kondisi alam di sekitarnya. Oleh karena itu dalam

penyejarahannya, seseorang, masyarakat dan tradisi-tradisinya dibentuk

oleh lingkungan dan alam dimana ia berada. Alam dan lingkungan

memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat, walaupun manusia

sendiri juga bisa mempengaruhi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Ibn Khaldun fenomena-fenomena sosial tunduk pada hukum

perkembangan. Demikian juga dengan gerak sejarah, ia mengalami

perkembangan, yaitu mempunyai corak dialektis.

Berkaitan dengan hukum determinisme sejarah, Ibn Khaldun

menguraikannya dalam tiga hukum. Pertama, Hukum Sebab-Akibat

(Legal Causality) yaitu hukum determinisme yang berkaitan dengan ilmu-

ilmu kealaman pada asal mulanya. Khaldun menerapkan dan menjadikan

hukum ini sebagai salah satu diantara dua prinsip Filsafatnya. Ia meyakini

adanya hubungan sebab-akibat antara realitas dengan fenomena. Ia

berasumsi bahwa semua realitas di alam ini dapat dicari hukum

kausalitasnya. Kecuali mukjizat para nabi dan karomah para Wali. Kedua,

Hukum Peniruan (Legal Copying). Menurut Khaldun peniruan itu sendiri

merupakan satu hukum yang umum. Peniruan bisa menyebabkan

kesamaan sosial. Ia menguraikan bahwa kelompok yang kalah selalu

meniru kelompok yang menang dalam pakaian, tanda-tanda kebesaran,

aqidah dan adat. Ketiga, Hukum Perbedaan (Legal Differences). Hukum

ini juga diasumsikan sebagai salah satu hukum determinisme sejarah.

Masyarakat menurut Ibn Khaldun tidaklah sama secara mutlak, tetapi

terdapat perbedaan-perbedaan yang harus diketahui oleh sejarawan. Lebih

jauh Ibn Khaldun menghubungkan bahwa perbedaan-perbedaan semakin

membesar karena faktor geografis, fisik, ekonomi, politik, adat istiadat,

tradisi dan agama.

Page 6: IBNU KHALDUN

Selain itu menurut Ibn Khaldun, sumber (rujukan) memainkan

peranan menjadikan sebuah karya itu berwenang atau sebaliknya. Sumber

bisa dibagi dua jenis yaitu sumber pertama yang disebut sebagai sumber

primer dan sumber kedua yang disebut sebagai sumber sekunder. Sumber

pertama adalah sumber yang berada dalam keadaan asli atau sebelum

ditafsirkan. Sedangkan sumber kedua ialah merupakan hasil ataupun karya

yang ditulis seseorang terhadap sesuatu peristiwa atau perkara yang

didasarkan kepada sumber pertama. Ibn Khaldun telah menggunakan

pendekatan atau kaidah ilmu hadith dalam menilainya terhadap sumber

yang mengandung informasi berkaitan dengan syariat Islam. Kaidah ilmu

hadith yang dimaksudkan disini dengan jalan mengkaji dari sudut

periwayatan dari seorang individu kepada individu yang lain hingga

sampai ke Nabi Muhammad SAW.4

Khaldun bahkan memerinci bahwa ekonomi, alam, dan agama

merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan sejarah. Meski punya

pengaruh, faktor ekonomi, alam dan agama bagi Khaldun bukan satu-

satunya faktor yang menentukan gerak sejarah. Ilmu lain inilah yang

diistilahkan Ibn Khaldun sebagai kultur.

Ilmu kultur bertugas mencari pengertian tentang sebab-sebab yang

mendorong manusia bertindak, disamping melacak pemahaman tentang

akibat-akibat dari tindakan itu, yaitu seperti tercermin dalam peristiwa-

peristiwa sejarah. Tujuan terakhir yang hendak diraih dengan bantuan ilmu

kultur dalam peristiwa sejarah adalah ialah aktualisasi kebahagiaan dan

kebaikan bersama melalui tindakan dan kebijkan politik.

Teori siklus gerak sejarah sebagaimana yang dia pikirkan

didasarkan pada adanya kesamaan sebagian masyarakat satu dengan

masyarakat yang lain. Teori ini sebenarnya merupakan tafsir atas

pemikiran Khladun, Khladun sendiri sebenarnya tidak menyampaikannya

4 http://homaniora.wordpress.com.tokoh-tokoh-filosof-sejarah/

Page 7: IBNU KHALDUN

secara eksplisit. Satu hal yang disampaikan Khaldun secara eksplisit

adalah pemikirannya tentang sejarah kritis.

Hal ini sejalan dengan pengertian Sejarah Universal (atau dunia)

yang menginginkan pemahaman atas keseluruhan pengalaman kehidupan

masa lampau manusia secara total untuk melihatnya pesan-pesan

perbedaan pada pesan yang berguna bagi masa depan.

Dua masalah yang mendominasi penulisan sejarah universal,

pertama ketersediaan kuantitas bahan dan keberagaman bahasa di mana di

dalamnya tertulis mengimplikasikan bahwa sejarah universal mengambil

bentuk kerja kolektif atau menjadi sejarah tangan kedua. Kedua, prinsip

dari seleksi yang dihubungkan dengan pemilihan studi untuk membentuk

taksonomi sejarah yang sesuai. Unit-unit tersebut secara geografis (misal

benua), periode, tahap perkembangan atau struktur, peristiwa penting,

saling berhubungan (misalnya komunikasi, perjuangan bagi kekuatan

dunia, atau perkembangan sistem ekonomi dunia), peradaban atau

kebudayaan, kekaisaran dan negara bangsa, atau komunitas terpilih.

Sejarah universal telah ditulis terutama oleh sejarawan Barat atau

sejarawan dari Asia Barat termasuk Ibnu Khaldun. 5

B. OSWALD SPENGLER

1. Biografi Oswald Spengler

Oswald Spengler Gottfried Arnold Manuel lahir pada tanggal 29

mei 1880 di Blakenburg (sekarang Brunswick, Kekaisaran Jerman) di kaki

pegunungan Harz. Ia merupakan putra sulung dari empat bersaudara

sekaligus putra tunggal dalam keluarga. Ia memiliki kesehatan yang tidak

sempurna dengan menderita migrain (sakit kepala) sepanjang hidupnya

dan menderita kecemasan yang kompleks. Ayahnya seorang teknisi

pembangunan di salah satu kantor pos birokrat Jerman.

5 Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Masyarakat. Kontribusi Pemikiran Ibn Khaldun. Yogyakarta: LSIPM. hlm. 19.

Page 8: IBNU KHALDUN

Di usianya yang ke-10, ia beserta keluarga pindah ke kota Halle.

Spengler menerima pendidikan klasik di lokal Gymnasium (sekolah

menengah berorientasi akademis) dengan mempelajari  bahasa Yunani dan

Latin, matematika, dan ilmu alam. Selain itu, ia juga mengembangkan

afinitas seninya, terutama puisi, drama dan musik.

Setelah kematian ayahnya pada 1901, Spengler mengikuti studi di

beberapa perguruan tinggi (Munich, Berlin, dan Halle) dengan

mengambil  berbagai mata pelajaran, seperti sejarah, filsafat, matematika,

ilmu alam, sastra, klasik, musik dan seni. Pendidikan universitasnya

sebagian besar dibiayai oleh warisan almarhum bibinya. Pada tahun 1903,

ia gagal  lulus dalam ujian pertama tesis dokternya. Barulah setahun

kemudian ia lulus ujian keduanya dan menerima gelar Ph. D.

Ia menjabat sebagai guru di Saarbrucken  dan kemudian di

Dusseldorf. Pada tahun 1908-1911, ia bekerja di sekolah tinggi praktis

(realgymnasium) di Hamburg dengan mengajarkan ilmu pengetahuan,

sejarah jerman dan matematika. Setelah kematian ibunya, ia pindah ke

Munich. Ia hidup sederhana dengan sedikit warisan yang tersisa. Ia juga

bekerja sebagai tutor atau menulis untuk majalah atau surat kabar demi

mendapatkan penghasilan tambahan.6

2. Pemikiran Oswald Spengler

Oswald Spengler menulis sebuah buku pengamatan politik, sebagai

eksposisi dan penjelasan tentang tren pada saat itu di Eropa mengenai

perlombaan senjata. Namun pada akhir 1911, ia melihat kemajuan Eropa

yang dapat dikatakan telah mencapai puncak, dan hal tersebut menjurus

pada kematian atau akhir budaya Eropa di dunia dan dalam sejarah.

Meletusnya Perang Dunia I pada 1914-1918 membenarkan keabsahan

tesis dalam pikirannya yang sudah dikembangkan. Hal ini membuat

pekerjaan yang direncanakannya terus meningkat dalam ruang lingkup

6 http://homaniora.wordpress.com.tokoh-tokoh-filosof-sejarah/

Page 9: IBNU KHALDUN

yang melampui batas aslinya. Dan menghasilkan karya Der Untergang

des Abendlandes atau dalam bahasa Inggris berarti Decline of the West

atau Keruntuhan Dunia Barat. Kitab karangannya ini, mampu

mempengaruhi banyak orang dan cendikiawan Eropa-Amerika. Spengler

seperti ahli nujum yaitu meramalkan keruntuhan Eropa.7 Buku ini selesai

pada 1914 tetapi pada saat itu terjadi Perang Dunia I dan diterbitklan pada

1918. Ia mengajukan teori siklus dari naik-turunnya peradaban.

Dalam karyanya, Spengler meyakini adanya kesamaan dasar dalam

sejarah kebudayaan besar dunia, sehingga memungkinkan ia dapat

memprediksi secara umum tentang jalannya sejarah masa depan (the

course of future history). Predeksi Spengler terutama menyatakan bahwa

kebudayaan Barat telah menemui ajalnya (doom), setelah ia melihat awal

dan berakhirnya kebudayaan Barat (the beginning of the end). Ia percaya

bahwa setiap kebudayaan berlangsung melalui sebuah siklus mirip dengan

siklus kehidupan organisme. Kebudayaan dilahirkan, tumbuh kuat (grow

strong), melemah (weaken), dan akhirnya mati (die).8

Dalam karya Oswald Spengler yang berjudul Der Untergang des

Abendlandes (Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa.

Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas

keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil

Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya

sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta.

Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus

sebagai wujud dari fatum. Hukum itu tampak pada siklus:

No Alam Manusia Tumbuhan Hari Kebudayaan

7 Rustam E. Tamburaka. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999), hlm. 63

8 Djoko Suryo. Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi Indonesia Modern. 2009. Hlm 18

Page 10: IBNU KHALDUN

1 Musim semi Masa pemuda Masa pertumbuhan Pagi Pertumbuhan

2 Musim panas Masa dewasa Masa berkembang Siang Perkambangan

3 Musim rontok Masa puncak Masa berbuah Sore Kejayaan

4 Musim dingin Masa tua Masa rontok Malam Keruntuhan

Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah keharusn

alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham

Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak

kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat

diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan

mendekati keruntuhan apabila kultur sudah menjadi Civilization

(kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah

kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah akan membeku.

Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan,

membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler

menyelidiki kebudayaan Barat dan setelah membandingkan kebudayaan

Barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia

berkesimpilan:

Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu

civilization

Sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh

Manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan

itu

Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu

kebudayaan didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si

penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk

seterusnya kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya.9

Spengler membedakan dua pengertian yakni kultur dan zivilisation. Istilah pertama adalah kebudayaan yang masih hidup, sedangkan yang kedua adalah peradaban,

9 http://bulan-sabit.blogspot.com/2011/03/teori-gerak-sejarah-oswald-spengler

Page 11: IBNU KHALDUN

atau kebudayaan yang telah mati. Dalam Decline of the West terangkum filsafat Spengler yang terangkum dalam tiga konsep yaitu relativisme, pesimisme dan determinisme.

Pesimisme berati perkembangan masyarakat ditentukan oleh fatum, bukan manusia sehingga manusia hidup dalam sikap pesimis. Tidak mampu merubah keadaan. Selanjutnya, determinisme berarti manusia tidak bisa menentukan jalannya sejarah. Perjalanan sejarah ditentukan oleh faktor dari luar diri manusia. Dan yang terakhir adalah relativisme. pandangan ini berarti merupakan konsekuensi bahwa sejarah tidak memiliki patokan yang jelas dan masing-masing kebudayaan memiliki isinya sendiri-sendiri. Dengan demikian suatu kebudayaan tidak pernah bisa dimengerti oleh kebudayaan lain.10

Bagi Spengler kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu

rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. Dia

mencontohkan bentuk-bentuk kehidupan organisme yang mempunyai

suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa tua dan

kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus

akan berulang dan tidak berarti kumulatif.

Dengan teori yang dipaparkannya ini, Spengler ingin mengatakan

bahwa proses kehidupan sosial dalam masyarakat akan terus mengalami

pengulangan. Kalau suatu dinasti mengalami kejayaan, kesempurnaan

bentuk suatu tatanan kehidupan sosial, maka suatu waktu dinasti ini akan

hancur, digantikan dengan dinasti lain dan begitu seterusnya.11

10 http://goosejarah.blogspot.com/perbandingan-jg-herder-dengan-oswald. 11 http://www.waspada.co.id/:indonesia-dalam-perubahan-sosial

Page 12: IBNU KHALDUN

BAB III

PENUTUP

Di dalam al-muqaddimah Ibnu Khaldun menerangkan bahwa sejarah

adalah catatan tentang masyarakat manusia atau peradaban dunia, tentang

perubahan-perubahan yang terjadi, perihal watak manusia, seperti keliaran,

keramah-tamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan pemberontakan-

pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat

pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang

bermacam-macam, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.

Konsep gerak sejarah Ibn Khaldun mengikuti pada tiga aliran Filsafat

sejarah. Pertama, aliran sejarah sosial. Kedua, aliran ekonomi. Ketiga, aliran

geografis. Menurut Ibn Khaldun fenomena-fenomena sosial tunduk pada hukum

perkembangan. Demikian juga dengan gerak sejarah, ia mengalami

perkembangan, yaitu mempunyai corak dialektis.

Sedangkan menurut Oswald Spengler gerak sejarah tidak bertujuan

sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan

kebudayaan. Spengler menyelidiki kebudayaan Barat dan setelah membandingkan

kebudayaan Barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam,

ia berkesimpilan:

Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu civilization

Sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh

Manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu

Bagi Spengler kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu

rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. Dengan teori yang

dipaparkannya ini, Spengler ingin mengatakan bahwa proses kehidupan sosial

dalam masyarakat akan terus mengalami pengulangan. Kalau suatu dinasti

mengalami kejayaan, kesempurnaan bentuk suatu tatanan kehidupan sosial, maka

suatu waktu dinasti ini akan hancur, digantikan dengan dinasti lain dan begitu

seterusnya.

Page 13: IBNU KHALDUN

SUMBER BACAAN

Drs. Atang Abdul Hakim, Drs. Beni Ahmad S, 2008. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Djoko Suryo. 2009. Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi Indonesia Modern.

Fuad Baali dan Ali Wardi. 1989. Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Muhammad Adurrahman Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun, Darul Fikr Lithaba’ah wa Nasr.

Rustam E. Tamburaka. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek . Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Masyarakat. Kontribusi Pemikiran Ibn Khaldun. Yogyakarta: LSIPM.

http://bulan-sabit.blogspot.com/2011/03/teori-gerak-sejarah-oswald-spengler

http://goosejarah.blogspot.com/perbandingan-jg-herder-dengan-oswald.

http://www.waspada.co.id/:indonesia-dalam-perubahan-sosial

http://homaniora.wordpress.com.tokoh-tokoh-filosof-sejarah

Page 14: IBNU KHALDUN

SURAT PERNYATAANBEBAS DARI PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:NamaNIMProgramProgram StudiKonsentrasiJudul Makalah

::::::

DIAN USWATINA1320512108MAGISTERAGAMA DAN FILSAFATSEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAMPERBANDINGAN PEMIKIRANIBNU KHALDUN DAN OSWALD SPENGLER

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah ini secara keseluruhan adalah murni karya saya sendiri dan bukan plagiasi sebagian atau keseluruhan dari karya orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa makalah saya ini merupakan plagiasi karya orang lain, saya sanggup menerima sanksi akademik dari dosen yang bersangkutan.

Demikian atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Yokyakarta, 8 Januari 2014Yang menyatakan,

DIAN USWATINA