identifikasi dan analisa faktor resiko yang …
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DAN ANALISA FAKTOR RESIKO YANG
BERPENGARUH TERHADAP BIAYA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
BAJA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
Hadya Utama, Bambang Setiadi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK
Seiring perkembangan teknologi, ditemukannya metode dan material baru didunia
konstruksi. Salah satunya adalah penggunaan baja sebagai material struktur. Tidak hanya
untuk tulangan pada beton saja tapi baja digunakan sebagai komponen struktur secara
menyeluruh dari suatu bangunan. Setiap proyek konstruksi mempunyai risiko yang dapat
mempengaruhi sasaran dari proyek tersebut baik dari segi biaya, waktu dan kualitas proyek.
Pada penelitian ini penulis melakukan survey kuesioner dan wawancara untuk meperoleh
risiko-risiko yang signifikan pada konstruksi baja. Dari Hasil penelitian didapatkan kategori
risiko site proyek dan kategori material dan peralatan merupakan kategori risiko dominan.
Kata kunci : Manajemen risiko, Risiko konstruksi baja, Respon risiko
ABSTRACT
Along with the development of technology, the discovery of new methods and materials
construction world. One is the use of steel as a structural material. Not only for reinforcement
in concrete but steel is used only as a component of the overall structure of a building. Every
construction project has risks that may affect the goals of the project both in terms of cost,
time and quality of the project. In this study, the authors conducted a questionnaire survey and
interviews to gain significant risks in steel construction. From the results obtained and the
project site risk categories of materials and equipment category is the dominant risk category.
Keywords : Risk Management, Risk of Steel Construction, Risk Respon
1 PENDAHULUAN
Industri konstruksi merupakan salah satu sektor vital perekonomian Indonesia. Baik
dari segi proses sampai produknya. Industri konstruksi menghasilkan produk berupa sarana
dan prasarana. Proses konstruksi sendiri membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Oleh
karena itu banyak orang berlomba dan berkecimpung di dunia konstruksi, hal ini jelas
menimbulkan persaingan yang sangat kompetitif diantara pelaku konstruksi yang menuntut
produk yang berkualitas.
Seiring perkembangan teknologi, ditemukan nya metode baru yang mempunyai value lebih di
dunia konstruksi. Salah satunya adalah penggunaan baja sebagai material bahan struktur.
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
Tidak hanya untuk tulangan pada beton bertulang tapi baja digunakan sebagai komponen
struktur secara menyeluruh dari suatu bangunan.
1.1 PERMASALAHAN
Metode Pelaksanaan pada konstruksi baja memiliki beberapa perbedaan metode
pelaksanaan dibandingkan dengan metode pelaksanaan pada konstruksi konvensional,
pekerjaan yang kritis pada konstruksi baja adalah pada saat erecting. Dibutuhkan tenaga ahli
pada proses ereksi, penyambungan, dan finishing pada rangka baja. Adanya perkembangan
metode pelaksanaan maupun perkembangan metode peralatan konstruksi yang ada dan
digunakan di lingkungan proyek yang berbeda-beda merupakan suatu hal yang baru bagi
pekerja. adanya perkembangan yang signifikan dapat menjadikan peralatan maupun metode-
metode konstruksi tersebut tidak efektif, sebab para pekerja perlu menyesuaikan diri dengan
metode-metode pelaksanaan yang baru tersebut. (Kangari, 1995).
1.2 TUJUAN PENILITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui risiko-risiko yang signifikan terhadap biaya pelaksanaan proyek
konstruksi baja bangunan gedung bertingkat
2. Untuk mengetahui tindakan penanganan risiko terhadap variabel-variabel risiko
yang dominan.
2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 Metode Konstruksi Baja
2.1.1 Fabrikasi dan pengiriman
Mengikuti hasil pengesahan gambar kerja dan pengiriman baja dari pabrik, fabrikator
akan memulai untuk merangkai dan menyelesaikan elemen elemen baja. Waktu dan urutan
kerja fabrikasi akan menjadi fungsi dari praktek kerja dari fabrikasi dan kapasitas, proyek
fabrikasi lain dan urutan kerja pemasangan bangunan.
Pekerjaan fabrikasi mencakup penanganan komponen-komponen struktur, memotong
material baja untuk diukur, melobangi dan mengebor untuk sambungan-sambungan,
menyiapkan sambungan, pengecatan atau penyelesaian akhir bila dibutuhkan. Walaupun
setiap proyek itu unik, fabrikator akan dapat memfabrikasi bagian-bagian baja dengan
memadai untuk bangunan sebelum ereksi/ pemasangan dimulai. Selama pekerjaan fabrikasi
atau pada jalur pengeboran, setiap potongan ditandai dan diidentifikasi untuk kepresisiannya
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
pada saat penempatan di kerangka struktur dan disimpan atau siap untuk dikirim ke lokasi
proyek. Dalam keadaan normal, item-item baja harus dikirim ke lokasi dengan berurutan
sesuai dengan keinginan erektor.
2.1.2 Ereksi/pemasangan
Pemasangan/pemasangan struktur baja dimulai ketika baja telah di fabrikasi dan
pondasi siap menjadi titik dimana siap menerima baja. Pemasangan bangunan baja
dilaksanakan oleh erektor baja. Beberapa fabrikator mungkin memiliki tim ereksi sendiri,
sementara yang lain mensubkontrakkan pekerjaan ini keperusahaan lain. Perusahaan ereksi
bekerja sangat dekat dengan kontaktor umum dan fabrikator untuk memasang baja menurut
aturan yang ada untuk proses ereksi dan pengiriman. Pesanan dari ereksi pada dasarnya
ditunjukkan pada gambar ereksi atau dalam sebuah diagram urutan yang terpisah.
Erektor/pelaku pemasangan bangunan mempersiapkan perencanaan pemasangan bangunan
yang menspesifikasikan praktek-praktek pe-masangan bangunan baja dan aturan keselamatan
kerja yang akan disah-kan oleh kontraktor umum.
Kontraktor selalu melengkapi peralatan dan krane untuk memasang kerangka baja;
dalam beberapa kasus, kontraktor umum menyediakan krane dan mendapatkan bayaran dari
perusahaan ereksi untuk penggunaan barang tersebut.
Pemasangan baja secara umum merupakan proses yang cepat dan membutuhkan
perencanaan yang hati-hati. Baja difabrikasi untuk toleransi yang ketat. Layout yang presisi
dan akurat adalah sangat penting untuk menjamin pemasangan kerangka baja pas antara satu
dan lainnya. Kontraktor pendiri bangunan bisa mengsubkontrakkan pemasangan pelat lantai
dan patok geser, karena akan lebih efisien dan profesional jika dikerjakan oleh perusahaan
yang khusus menanganinya.
Selama proses pemasangan kerangka baja akan dicek ketegakkannya; diperkuat/
bracing sementara dan kabel penguat juga dipasang untuk menjaga stabillitas bangunan
selama pemasangan komponen baja. Pemasangan akan berlanjut sampai semua komponen
baja struktur dipasang dan kerangka struktur baja utuh dipasang.
2.2 Manajemen Risiko
Kerzner (1995) dalam menangani resiko proyek, ada 4 (empat) tahap proses yang
harus dilakukan:
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
1. Mengidentifikasi Resiko, yaitu mengamati kondisi, mengidentifikasi dan
mengklarifikasi kejadian yang berpotensi resiko. Metode untuk mengidentifikasi
resiko ini bermacam-macam. Semua sumber informasi yang dapat menentukan
sumber permasalahan dapat dijadikan sebagai alat untuk identifikasi resiko.
2. Analisa Resiko, yaitu menentukan kemungkinan terjadinya suatu resiko dan
konsekuensinya (tingkat pengaruh), yang mana hasil dari analisa ini berupa
didapatkannya suatu tingkatan pada faktor-faktor resiko yang ada. Dari tingkatan
ini, dapat dikembangkan suatu pilihan penanganan resiko tersebut.
3. Penanganan Resiko (risk response), yaitu teknik dengan metode untuk menangani
masing-masing faktor resiko yang ada.
4. Lesson-Learned, tahap ini menyimpulkan setiap analisa, temuan dan pelajaran-
pelajaran yang didapat dalam mengelola resiko untuk kepentingan di waktu yang
akan datang.
Secara umum, resiko dapat dianalisa secara kualitatif, semi kualitatif atau kuantitatif.
Derajat kuantitatif dipakai dalam beberapa situasi dimana tergantung pada scope dari studi
manajemen resiko, sumberdaya yang tersedia, ukuran resiko dan data yang tersedia.
2.3 Manajemen Resiko Proyek Konstruksi
Risiko kinerja proyek adalah risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek,
anatara lain lokasi dan operasional/pelaksanaan proyek, yang termasuk risiko kinerja proyek
yaitu :
2.3.1.1 Penurunan Produkifitas Pekerja (Martin, 2006)
. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja dilapangan,
antara lain :
Jam Lembur pekerja
Keperluan pengulangan pekerjaan
Overcrowded/ komposisi kelompok kerja
Cuaca buruk
Kegagalan untuk mempergunakan keahlian pekerja
Pengalaman kerja kurang dan kurangnya keahlian
Rendahnya pengetahuan, keterampilan, Kemampuan, Sikap dan Perilaku
Kondisi kerja yang tidak aman (unsafety)
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
2.3.1.2 Penurunan Produktifitas Peralatan Konstruksi (Barrie dan Boyd C. Paulson, 1994)
Adanya perkembangan metode-metode serta peralatan konstruksi disebabkan, antara lain :
Inovasi perlatan konstruksi yang sarat dengan teknologi baru yang di import dari luar
negri
Kemajuan jaman yang menuntut tingkat konstruksi bangunan lebih maju
Kondisi lingkungan dan tuntutan pelaksanaan proyek yang sarat tinggi teknologi
peralatan konstruksi serta metode pelaksanaan
Pelaksanaan waktu proyekyang dituntut lebih cepat dari jadwal awal
2.3.1.3 Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) (Andi, 2005)
Berikut adalah awal dari beberapa faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada proyek, yang berarti strategi yang baik harus dibangun dan
ditangani disekitar faktor berikut ini (Martin L, Andrew D dan Helen L, 2003), yaitu :
Kondisi lapangan
Perilaku pekerja dan human error
Kebijakan pemeintah dan Institusi yang berkaian
Sasaran target manajemen
Strukur industri yang bersangkutan
Kondisi ekonomi
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan
2.3.1.4 Akses Mobilisasi Menuju Lapangan (Djojosoedarso, 2003)
Akses mobilisasi menuju lokasi proyek yang dimaksud adalah adanya akses menuju
lokasi proyek yang sulit, misalnya lokasi berada pada jalan yang tidak bisa dimasuki
kendaraan berat, jalan yang tidak memungkinkan untuk dilewati, jarak menuju lokasi yang
padat kendaraan, kondisi topografi untuk mobilisasi yang tidak dapat/susah dilewati, jarak
menuju lokasi yang padat kendaraan, kondisi topografi untuk mobilisasi yang tidak dapat
dilalui/susah dilewati dan adany waktu-waktu khusus untuk jalur lalu lalang kendaraan
proyek itu sendiri yang akan memberikan dampak negative bagi jalannya kelancaran proyek
itu sendiri.
2.3.1.5 Disain dan Informasi (S.M. Mousavi et al, 2011)
Sering adanya change order mengakibatkan desain yang sebelumnya ada dan yang
akan digunakan pada rencana semula harus di rekapitulasi atau direvisi dengan pertimbangan
yang ada setelah dilakukan design checker. Perubahan-perubahan seperti ini mengharuskan
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
jalur komunikasi antara pihak kontraktor dan Owner dilakukan dengan baik dan benar dimana
komunikasi ini akan berperan sangat penting dalam proses penyampaian informasi-informasi
yang dibutuhkan. Yang menyebabkan desain maupun informasi terlambat antara lain :
1. Kesalahan desain dari Konsultan
Kesalahan konsultan perencana dalam perhitungan struktrur bangunan,
biasanya desainyang dibuat tidak mampu untuk menahan beban yang ditanggung oleh
bangunan tersebut
2. Kurangnya kemampuan dan kecakapan kontraktor.
Biasa disebut sebagai kurang berkompetensinya kontraktor didalam menangani
proyek konstruksi yang berarti kontraktor tidak memiliki keahlian dan tidak mampu
secara teknis didalam mengerjakan proyek konstruksi.(Fisk,1997)
3. Perbedaan spesifikasi dan Gambar
Merupakan perbedaan yang terjadi antara spesifikasi dan gambar pada suatu
proyek konstruksi. spesifikasi yang telah disepakati diawal tenyata tidak sama dengan
gambar acuan (As Built Drawing).
Hal tersebut mengakibatkan dampak yang cukup luas seperti :
Penundaan suatu pekerjaan
Bagian pekerjaan yang tidak pasti
Ketidakjelasan pengerjaan pekerjaan di Lapangan
Keraguan dalam bertindak
Informasi yang simpang siur dan lain-lain.
2.3.1.6 Ketersediaan Sumber Daya di Lapangan (Djojosoedarso, 2003)
Ketersediaan Sumber Daya tidak terlepas daripada perencanaannya. Perencanaan
Sumber Daya proyek dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu perencanaan Sumber
Daya non-manusia dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Perencanaan Sumber Daya Non-manusia
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Adapun perencanaan Sumber Daya Manusia meliputi rancangan organisasi,
pengisian personil untuk kantor pusat, mobilisasi dan pelatihan tenaga kerja untuk lapangan.
Perencanaan organisasi terdiri dari penyusunan struktur organisasi, termasuk membuat uraian
tugas posisi kunci, tanggung jawab, serta jalur komunikasi dan pelaporan. Dalam
merencanakan struktur organisasi, berbagai aspek harus dikaji, seperti besar lingkup, lokasi,
tingkat kejadian, tingkat kompleksitas, kesulitan dan lain-lain sebelum sampai pada
kesimpulan menentukan bentuk struktur yang paling sesuai. Perencanaan pengisian personil
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
(staffing plan) meliputi kegiatan pengadaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
proyek dalam arti jumlah, kualitas dan jadwalnya.(Ongkowijoyo C.S,2009).
3 METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitan
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
suatu kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Variabel Penelitian
No Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
A TENAGA KERJA
1 Kekurangan Jumalah Tenaga Kerja
2 Produktifitas Pekerja Rendah
3 Kecelakaan Pekerja saat proses Ereksi
4 Pekerja Kurang paham prosedur pelaksanaan Konstruksi Baja
B MATERIAL DAN PERALATAN
5 Material Baja tidak sesuai spesifikasi
6 Pengiriman Baja yang terlambat
7 Kualitas Pekerjaan pemasangan tidak sesuai spesifikasi atau gambar
rencana
8 Pemborosan Pemakaian material di lapangan
9 kesalahan dalam penggunaan material
10 Produktifitas Peralatan rendah
11 Kerusakan Peralatan Ereksi
C SITE PROYEK
12 Kemacetan lalu lintas menghalangi mobilisasi material baja
13 Cuaca Buruk / Hujan yang menghalangi proses pengelasan
14 Kesalahan lokasi penyimpanan material
15 Pencurian
16 Tingginya tingkat kerusakan material di area penyimpanan
D FAKTOR PEMASOK
17 Kinerja Pemasok yang buruk
18 Klausul subkontrak yang tidak jelas
19 Kurangnya komunikasi antara pemasok dan kontraktor
20 Keterlambatan Pembayaran kepada pemasok
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
21 Kesalahan Strategi Pembayaran kepada pemasok
E DISAIN
22 Metode Pelaksanaan yang salah
23 Perubahan Desain oleh owner atau perencana
24 Desain tidak sesuai spesilikasi
E KESALAHAN SAAT PENGERJAAN
E.1 Proses Fabrikasi
25 Posisi lubang baut, diameter,dan bentuk lubang yang menyimpang dari
toleransi standar yang ada.
26 Proses pengelasan yang tidak sempurna (Las terlalu tebal, terlalu cekung,
merusak permukaan baja)
E.2 Proses Ereksi
27 Komponen baja tidak lurus oleh karena kecerobohan sewaktu pengiriman
28 Kesalahan posisi lubang pada komponen baja
29 Posisi pedestal pada suatu portal tidak sentris
F FAKTOR EKSTERNAL
30 Perubahan kondisi perekonomian yang sering terjadi
31 Sering terjadi hal-hal yang tidak terduga selama pelaksanaan
32 Bencana alam
3.2 Instrumen Penelitian
Untuk kepentingan penelitian ini, diperlukan suatu sarana berupa kuesioner yang
akan membantu responden menjawab sejumlah pertanyaan yang disediakan. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dalam
penelitian ini responden yang dimaksud adalah pakar konstruksi dan kontraktor pada
proyek Konstruksi.
3.2.1 Kuesioner Validasi Variabel oleh Pakar
Setelah variabel yang dikumpulkan dan telah dikelompokan dengan masing-masing
subvariabelnya seperti pada tabel , maka variabel-variabel tersebut harus dilakukan validasi
oleh pakar, yang artinya para pakar yang ditemui diminta komentar dan pendapatnya terhadap
variabel-variabel yang telah dikumpulkan apakah memiliki korelasi dengan topik penelitian
yang diambil. Contoh kuisioner untuk validasi ke pakar seperti pada tabel berikut.
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
Tabel 2. Contoh Kuesioner Validasi Pakar
No Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi
Faktor Resiko yang
berpengaruh
terhadap Biaya
Proyek konstruksi
Baja
Referensi Komentar
Setuju Tidak
A TENAGA KERJA
1 Kekurangan Jumlah Tenaga
Kerja
Djojosoedarso,
2003
2 Produktifitas Pekerja
Rendah
Tourant dan
Paul JB, 1994
Sumber : Olahan Sendiri
3.2.2 Kuesioner Frekuensi dan dampak
Pada bagian dua ini responden diberi pertanyaan mengenai probabilitas dan
dampak yang terjadi pada suatu risiko menurut pandangan responden. Pertanyaan-
pertanyaan mengenai probabilitas dan dampak terjadinya pada kinerja biaya proyek
Konstruksi Baja
Tabel 3. Contoh Kuesioner Frekuensi dan Dampak
No Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi
Tingkat Frekuensi Yang Terjadi Dampak Terhadap Kinerja
Biaya
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A TENAGA KERJA
1 Kekurangan Jumalah Tenaga
Kerja
2 Produktifitas Pekerja Rendah
Sumber : Olahan Sendiri
Tabel 4. Skala Kuantitatif dan Kualitatif
Sumber : PMBOK 2008
5 Sangat sering
4 Sering
3 Kadang-kadang
2 Jarang
1 Tidak pernah
5 Sangat Besar Menyebabkan kenaikan biaya proyek > 4%
4 Besar Menyebabkan kenaikan biaya proyek 2 - 4%
3 Sedang Menyebabkan kenaikan biaya proyek 1 -2 %
2 Kecil Menyebabkan kenaikan biaya proyek < 1%
1 Sangat kecil Tidak Berpengaruh kepada biaya proyek
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
3.3 Analisa Data
3.3.1 Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang
digunakan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tepat. Uji reabilitas
digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan
dalam mendefinisikan suatu variabel, dan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk pertanyaan yang merupakan
dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji realibilitas dilakukan dengan
perhitungan Alpha Cronbach, menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur
konsep dalam penelitian ini cukup reliable. Prinsip dasar pemakaian analisis realibilitas yaitu
dengan melihat nilai alpha yang tertinggi, diatas 0,05.
3.3.2 Analytic Hierarchy Process
AHP merupakan suatu alat analisa yang dapat digunakan untuk membuat keputusan pada
kondisi dengan faktor-faktor yang kompleks, terutama jika keputusan tersebut bersifat
subjektif (Khurrum,2002). AHP menghasilkan pendekatan terstruktur untuk menentukan nilai
dan bobot untuk permasalahan multi-kriteria dan menstandarisasinya, sehingga dapat saling
dibandingakan dan dapat diambil suatu keputusan
a. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan.
b. Membuat hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh.
c. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap
elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat
diatasnya.
d. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk melengkapi matriks di langkah
3. Pertimbangan dari banyak orang dapat disintesis dengan memakai rata-rata
geometrisnya.
e. Setelah semua data perbandingan berpasangan diperoleh, dicari prioritas dan
konsistensinya diuji.
f. Lakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.
g. Menggunakan komposisi untuk membobotkan vector-vektor prioritas itu dengan bobot
kriteria-kriteria, dan menjumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya.
h. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka
penilaian data pertimbangan harus diulangi.
Tabel 5. Skala Perbandingan Nilai
Sumber: Saaty (1983), Marimin (2005)
Untuk frekuensi dan dampakmasing-masing memiliki 5 kriteria yang akan dibandingkan,
dimana matriks berpasangannya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Matriks Berpasangan Untuk Frekuensi
Frekuensi Tidak Pernah Jarang Kadang-Kadang Sering Sangat Sering
Tidak Pernah 1 3 5 7 9
Jarang 0.333 1 3 5 7
Kadang-Kadang 0.200 0.333 1 3 5
Sering 0.143 0.200 0.333 1.00 3
Sangat Sering 0.111 0.143 0.200 0.333 1
Jumlah 1.787 4.676 9.533 16.333 25.00
Sumber: Hasil Olahan
Tabel 7. Matriks Berpasangan Untuk Dampak
Dampak Tidak Penting Kecil Sedang Besar Sangat Besar
Sangat Kecil 1 3 5 7 9
Kecil 0.333 1 3 5 7
Sedang 0.200 0.333 1 3 5
Besar 0.143 0.200 0.333 1 3
Sangat Besar 0.111 0.143 0.200 0.333 1
Jumlah 1.787 4.676 9.533 16.333 25
Sumber: Hasil Olahan
4 HASIL
4.1 Penentuan tingkat resiko
Dari perhitungan rata- rata nilai lokal frekuensi dan dampak, selanjutnya dapat
ditentukan tingkat resikonya dengan persamaan faktor resiko yang bisa dihitung dengan cara
berikut :
FR = L + I – (L x I )
dimana :
Nilai Keterangan
1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
FR = skala resiko dengan skala 0 – 1
L = frekuensi kejadian resiko
I = besaran (dampak) resiko
Dan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Nilai Faktor risiko masing-masiong Variabel
No Faktor Risiko Nilai
FR Risk Level
A TENAGA KERJA
X1 Kekurangan Jumlah Tenaga Kerja 0.600 Sedang
X2 Produktifitas Pekerja Rendah 0.588 Sedang
X3 Kecelakaan Pekerja saat Instalasi 0.356 Rendah
X4 Pekerja Kurang paham prosedur pelaksanaan Konstruksi Baja 0.364 Rendah
B MATERIAL DAN PERALATAN
X5 Kelangkaan Material Baja yang sesuai spesifikasi. 0.669 Sedang
X6 Pengiriman Baja yang terlambat 0.370 Rendah
X7 Kualitas Pekerjaan pemasangan tidak sesuai spesifikasi atau gambar
rencana 0.359 Rendah
X8 Pemborosan Pemakaian material di lapangan 0.437 Rendah
X9 Kesalahan dalam penggunaan material 0.383 Rendah
X10 Produktifitas Peralatan rendah 0.356 Rendah
X11 Kerusakan Peralatan Instalasi 0.395 Rendah
C SITE PROYEK
X12 Kemacetan lalu lintas menghalangi mobilisasi material baja 0.377 Rendah
X13 Cuaca Buruk / Hujan yang menghalangi proses Instalasi Struktur Baja 0.696 Sedang
X14 Kesalahan lokasi penyimpanan material 0.324 Rendah
X15 Pencurian 0.299 Rendah
X16 Tingginya tingkat kerusakan material di area penyimpanan 0.514 Sedang
D FAKTOR PEMASOK
X17 Kinerja Pemasok yang buruk 0.399 Rendah
X18 Klausul subkontrak yang tidak jelas 0.356 Rendah
X19 Kurangnya komunikasi antara pemasok dan kontraktor 0.340 Rendah
X20 Keterlambatan Pembayaran kepada pemasok 0.617 Sedang
X21 Kesalahan Strategi Pembayaran kepada pemasok 0.432 Sedang
E DISAIN
X22 Metode Pelaksanaan yang salah 0.401 Sedang
X23 Perubahan Desain oleh Owner atau perencana 0.639 Sedang
X24 Desain tidak sesuai Spesifikasi 0.396 Rendah
E KESALAHAN SAAT PENGERJAAN
E.1 Proses Fabrikasi
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
X25 Posisi lubang baut, diameter,dan bentuk lubang yang menyimpang dari
toleransi standar yang ada. 0.306 Rendah
X26 Proses pengelasan yang tidak sempurna (Las terlalu tebal, terlalu cekung,
merusak permukaan baja) 0.344 Rendah
E.2 Proses Ereksi
X27 Komponen baja tidak lurus oleh karena kecerobohan sewaktu pengiriman 0.317 Rendah
X28 Kesalahan posisi lubang pada komponen baja 0.302 Rendah
X29 Posisi pedestal pada suatu portal tidak sentris 0.305 Rendah
F FAKTOR EKSTERNAL
X30 Perubahan kondisi perekonomian yang sering terjadi 0.346 Rendah
X31 Sering terjadi hal-hal yang tidak terduga selama pelaksanaan 0.359 Rendah
4.2 Analisis Level Risiko (Risk Level) dengan menggunakan SNI
Dari perhitungan rata-rata nilai lokal frekuensi dan dampak terhadap perubahan lingkup
didapat nilai faktor risiko (FR) dengan persamaan SNI yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kemudian dari perhitungan faktor risiko (FR) SNI tersebut maka dapat ditentukan kategori
level risiko atau risk level berdasarkan matriks kategori risiko Tabel berikut :
Tabel 9. Level Risiko menurut SNI
Nilai FR Kategori Langkah Penanganan
> 0,7 Risiko Tinggi Harus dilakukan penurunan risiko ke tingkat yang lebih rendah
0,4 - 0,7 Risiko Sedang Langkah perbaikan dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu
< 0,4 Risiko Rendah Langkah perbaikan bila memungkinkan
Sumber : Project Management Guidelines
Tabel 10. Level Faktor Risiko Dominan
Kategori
Risk
Ran
gk
ing Faktor Risiko
Risk
Lev
el
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
5 PEMBAHASAN
5.1 Kategori Site Proyek
- Cuaca Buruk / Hujan yang menghalangi proses Instalasi Struktur Baja
Pemasangan baja secara umum merupakan proses yang cepat dan membutuhkan
perencanaan yang hati-hati. Proses nya sendiri memiliki toleransi yang ketat. Layout yang
presisi dan akurat sangat penting untuk menjamin pemasangan kerangka baja pas antara satu
dan lainnya, dengan menggunakan peralatan alat berat seperti tower crane, dan atau mobile
crane.
Yang dimaksud cuaca buruk disini adalah hujan dengan intensitas tinggi dan dalam
jangka waktu yang lama, kondisi ini sangat tidak baik untuk dilakukan proses instalasi.
Bangunan struktur yang sudah mencapai ketinggian lebih dari tiga lantai memiliki potensi
petir menyambar menjadi semakin besar karena gedung-gedung proyek konstruksi baja
menancap langsung kedalam pondasi. Hal ini akan membuat proses Instalasi akan tertunda
dan ini akan mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan lainnya.
5.2 Kategori Material dan Peralatan
- Kelangkaan Material Baja sesuai spesifikasi.
Konstruksi baja pada bangunan tingkat tinggi memiliki spesifikasi mutu yang ketat
dalam pemilihan materialnya, beberapa material tertentu seperti kerangka baja, baut , mur,
dll, spesifikasi dan merkny tidak bisa diganti. Apabila kebutuhan akan meterialnya melebihi
material yang disuplai maka akan terjadi risiko, hal ini dapat menyebabkan pekerjaan menjadi
terhambat, membuat terget pekerjaan tidak terpenuhi, dan akan menyebabkan keterlambatan
durasi proyek. Kelangkaan material juga akan berdampak terhadap kenaikan harga material
itu sendiri dan otomatis menyebabkan pembengkakan biaya material.
5.3 Kategori Disain
SITE PROYEK 1 Cuaca Buruk / Hujan yang menghalangi proses Instalasi Struktur Baja S
7 Tingginya tingkat kerusakan material di area penyimpanan S
MATERIAL
DAN
PERALATAN
2 Kelangkaan Material Baja sesuai spesifikasi S
8 Pemborosan Pemakaian material di lapangan S
DISAIN 3 Perubahan Desain oleh Owner atau perencana S
8 Metode Pelaksanaan yang salah S
TENAGA
KERJA
5 Kekurangan Jumlah Tenaga Kerja S
6 Produktifitas Pekerja Rendah S
FAKTOR
PEMASOK 4 Keterlambatan Pembayaran kepada pemasok S
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
- Perubahan Desain oleh Owner atau Perencana
Dalam Industri konstruksi, terdapat beberapa tahapan yaitu tahap
perancangan/perencanaan, tahap pengadaan, dan tahap pelaksanaan konstruksi. Semuanya
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam suatu dokumen kontrak
konstruksi. Namun beberapa proyek konstruksi pada saat pelaksanaannya seringkali terjadi
beberapa perubahan, perubahan yang terjadi pada tahap pelaksanaan salah satunya adalah
perubahan desain. Perubahan desain adalah perubahan yang dilakukan atas suatu desain yang
sudah tercantum di dalam dokumen kontrak yang telah disepakati sebelumnya, seperti
perubahan volume pekerjaan, perubahan spesifikasi material, penambahan atau pengurangan
pekerjaan. Proyek konstruksi pada umumnya termasuk konstruksi baja, perubahan disain akan
mempengasruhi kinerja biaya dan waktu penyelesaian proyek dikarenakan perubahan lingkup
proyek tersebut.
5.4 Kategori Faktor Pemasok
- Keterlambatan Pembayaran kepada pemasok
Faktor pemasok adalah salah satu hal yang vital pada proses konstruksi, apalagi
konstruksi baja yang material nya sangat tergantng kepada supplier. Keterlambatan
pembayaran ini bisa berakibat kepada ditangguhkan nya Supply material dari supplier, akibat
ketidaktersediaan material di lapangan hal ini jelas akan mempengaruhi durasi proyek dan
berimbas kepada biaya proyek nantinya, selain itu kesalahan pembayaran ini bisa juga
menyebabkan kenaikan harga material oleh supplier, yang berakibat kepada meningkatnya
cost untuk material.
5.5 Kategori Tenaga Kerja
Kekurangan Jumlah Tenaga Kerja dan Produktivitas Pekerja Rendah
Kekurangan tenaga kerja ini biasanya terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan tenaga ahli atau spesialisasi yang mebutuhkan sertifikasi. Pada proyek
konstruksi baja, tukang las, operator instalasi harus mempunyai sertifikasi khusus. sedangkan
rendahnya produktivitas pekerja biasanya diakbatkan oleh kurangnya keterampilan,
pemahaman yangkurang terhadap metode pekerjaan atau bisa juga disebabkan oleh rendahnya
motivasi dari pekerja tersebut.
6 Kesimpulan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap biaya pelaksanaan konstruksi baja bangunan gedung bertingkat, setelah
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
itu menganalisa faktor-faktor risiko tersebut sehingga didapatkan faktor yang dominan, lalu
mengetahui respon atau tindakan preventif dan korektif dari faktor risiko dominan tersebut.
Dari pengolahan dan analisa data dapat disimpulkan faktor-faktor risiko yang dominan
yang berpengaruh terhadap biaya pelaksanaan konstruksi baja bangunan gedung adalah
sebagai berikut :
Tabel 11., Faktor Risiko Dominan dan Responnya. Risk
Ran
gkin
g
Faktor Risiko Tindakan Preventif Tindakan Korektif
1
Cuaca Buruk / Hujan
yang menghalangi proses
Instalasi Struktur Baja
Memetakan karakteristik hujan pada
daerah konstruksi agar Memetakan
karakteristik hujan di lokasi proyek,
dengan cara mempelajari waktu-waktu
turun hujan dengan intensitas dan
frekuensi tinggi. Lalu membuat
perencanaan yang baik untuk memulai
proses Instalasi.
Memaksimalkan waktu
pelaksanaan proyek, dengan
cara mereview kembali rencana
pekerjaan, pekerjaan yang dapat
dilakukan walaupun disaat
kondisi hujan di pindahkan
jadwalnya pada sore hari jika
sebelumnya terjadwal pada saat
kondisi tidak hujan
2 Kelangkaan Material
Baja sesuai spesifikasi
Melakukan peninjauan ke workshop
supplier untuk memastikan kapasitas
produksi suplier sesuai dengan
kebutuhan proyek.
Mengupayakan agar suplier
dapat mempercepat produksinya
agar bisa memenuhi kebutuhan
proyek
3 Perubahan Desain oleh
owner atau perencana
Semua item pekerjaan dan scope
pekerjaan yang tertuang didalam
kontrak harus jelas.
Penambahan sumber daya proyek
dibutuhkan apabila perubahan
disain menuntut pekerjaan lebih
agar target proyek dapat tercapai
4
Keterlambatan
Pembayaran kepada
pemasok
Mempelajari terlebih dahulu mengenai
mekanisme pembayarannya seperti apa
sehingga bisa disiasati waktu
penagihannya dari kontraktor ke owner
atau owner memberikan penjelasan
kepada kontraktor mengenai
mekanisme tersebut lebih detail lagi.
Kalau memungkinkan kontraktor
membayar semua kebutuhan
material diawal agar tidak terjadi
permasalahan keterlambatan
pembayaran
5 Kekurangan Jumlah
Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang
membutuhkan keahlian, kontraktor
dapat mensubkontrakkan pekerjaan
tersebut ke perusahaan yang secara
khusus memang menangani pekerjaan
tersebut.
Mengadakan pelatihan-
pelatihan untuk pekerja agar
lebih paham tentang metode
konstruksi
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
Sumber : Olahan Sendiri
7 Saran
Tentu penelitian yang dilakukan ini masih jauh dari sempurna, terdapat beberapa saran
yang perlu disampaikan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sejenis agar hasil
penelitian lebih baik lagi, saran-saran tersebut diantaranya adalah :
Melakukan penelitian serupa dengan mengidentifikasi faktor dominan konstruksi baja,
namun dilihat dampaknya terhadap kinerja waktu ataupun kualitas pelaksanaan proyek
untuk melengkapi penelitian sekarang.
Melakukan penelitian faktor risiko konstruksi baja namun dengan objek yang bebeda,
seperti bangunan pelabuhan, jembatan dan lainnya.
8 DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahar and Crandell, KC. (1990), 'Systematic Risk Management Approach for
Construction Projects.', Journal of Construction Engineering and Management
Abidin. I., Yusuf, L., Trigunarsyah. B., (2002), “Expert System Network for Improvement
Project Cost Performance with Selective Corrective Action”, Proceeding of APEC
Construction, Bali.
Ahuja, (1994) "Project Management, Technique in Planning and Controlling
Alijoyo, A (2006), Enterprise Risk Management (Jakarta: Ray Indonesia).
Andi. (2005)., „The importance and allocation of risks in Indonesian construction projects‟.
International Journal of Construction Management and Economics.
Asiyanto (2010), Construction Project Cost Management. (Jakarta : PT. Pradnya Paramita)
Asiyanto (2008), Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. (Universitas Indonesia)
Fisk, E. R. dan Reynolds, W. D. (2006). Construction project administration. (New Jersey:
Pretince Hall).
Kangari, R. (1995). “Risk management perceptions and trends of U.S. construction.” J.
Constr. Eng. Manage., 422-429
Khurrum, Bhutta and Huq, Faizul (2002), 'Supplier Selection Problem: a Comparison of the
Total Cost of Ownership with Analytic Hierarchy Process Approach', Supply Chain
Management: An International Journal, 7, 128.
Kerzner, H (2001), Project Management : A System Approach To Planning, Scheduling, and
Controlling (Seventh edn.; New York: Jon Wiloy & Sons).
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013
Ongkowijoyo, Citra Satria dan Marben, Putu Suryadi (2009), 'Identifikasi dan Alokasi Risiko-
Risiko Pada Proyek Jembatan Nasional Suramadu', (Universitas Kristen Petra).
Project Management Institute, Inc (2008). A Guide To The Project Management Body Of
Knowledge (PMBOK), Newtown Square, Pennsylvania, USA.
Project Management Institute, Inc (2004). A Guide To The Project Management Body Of
Knowledge (PMBOK), 3rd edition, Newtown Square, Pennsylvania
S. Barrie Donald and C, Paulson Boyd (1984), terj 'Manajemen Konstruksi Professional',
(Jakarta: Erlangga).
Identifikasi Dan..., Hadya Utama, FT UI, 2013