identifikasi indikasi dilakukan persalinan sectio … · faktor janin. dari faktor ibu itu sendiri...

67
i IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH ANAWULAN P00324013069 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2017

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIO CAESAREADI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2016

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Studi Diploma III Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    OLEH

    ANAWULANP00324013069

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANANKENDARI

    2017

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    KARYA TULIS ILMIAH

    IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIO CAESAREADI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2016

    Diajukan Oleh:

    ANAWULANP00324013069

    Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah

    dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

    Kendari Jurusan Kebidanan.

    Kendari, 9 Agustus 2017

    Pembimbing I Pembimbing II

    Melania Asi, .Si.T, M.Kes Andi Malahayati, S.Si.T, M.KesNip. 197205311992022001 Nip. 198105072007012015

    MengetahuiKetua Jurusan Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    Halijah, SKM, M.KesNip. 196209201987022002

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    KARYA TULIS ILMIAH

    IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIO CAESAREADI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2016

    Diajukan Oleh:

    ANAWULANP00324013069

    Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik Kesehatan

    Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang diujikan pada

    tanggal 9 Agustus 2017.

    1. Feryani, S.Si.T, MPH ......................................................

    2. Wd. Asma Isra, S.Si.T, M.Kes ......................................................

    3. Farming, SST, M.Keb ......................................................

    4. Melania Asi, S.Si.T, M.Kes ......................................................

    5. Andi Malahayati, S.Si.T, M.Kes ......................................................

    MengetahuiKetua Jurusan Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    Halijah, SKM, M.KesNip. 196209201987022002

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

    limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi

    Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum

    Dewi Sartika Kendari tahun 2016”.

    Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak

    yang membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan

    segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima

    kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes

    selaku Pembimbing I dan Ibu Andi Malahayati, S.Si.T, M.Kes selaku

    Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga karya tulis ilmiah

    ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula

    penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

    2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

    Kendari dan penguji.

    3. Bapak dr. H. M. Rivil Amiruddin, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit

    Umum Dewi Sartika Kendari.

    4. Ibu Feryani, S.Si.T, M.Kes, ibu Wa Ode Asma Isra, S.Si.T, M.Keb, Ibu

    Farming, SST, M.Keb selaku penguji dalam proposal karya tulis ilmiah

    ini.

  • v

    5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

    Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

    pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan.

    6. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku.

    7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

    Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,

    pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas

    selama penulis menempuh pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta

    sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

    selanjutnya.

    Kendari, Agustus 2017

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

    BIODATA.............................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR............................................................................. v

    DAFTAR ISI.......................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x

    ABSTRAK............................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

    A. Latar Belakang.............................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah..................................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

    E. Keaslian Penelitian........................................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 6

    A. Telaah Pustaka............................................................................. 6

    B. Landasan Teori............................................................................. 20

    C. Kerangka Teori.............................................................................. 21

  • vii

    D. Kerangka Konsep.......................................................................... 23

    BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 23

    A. Jenis Penelitian............................................................................. 23

    B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 23

    C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 23

    D. Variabel Penelitian........................................................................ 24

    E. Definisi Operasional...................................................................... 24

    F. Jenis dan Instrumen Penelitian..................................................... 25

    G. Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 25

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 27

    A. Hasil Penelitian............................................................................. 27

    B. Pembahasan................................................................................. 38

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 47

    A. Kesimpulan................................................................................... 47

    B. Saran............................................................................................ 47

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 49

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun

    2016....................................................................................33

    Tabel 2. Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan Tahun 2016............. 34

    Tabel 3. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika

    Kendari Tahun 2016...........................................................35

    Tabel 4. Jenis Indikasi Ibu Pada Persalinan Sectio Caesarea di

    RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016..............................36

    Tabel 5. Jenis Indikasi Janin Pada Persalinan Sectio Caesarea di

    RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016..............................37

    Tabel 6. Jenis Indikasi Ibu dan Janin Pada Persalinan Sectio

    Caesarea di RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016.........38

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes

    Kemenkes kendari

    Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian

    Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra

    Lampiran 4. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari

    Lampiran 5. Master tabel

    Lampiran 6. Output analisis data

  • x

    ABSTRAK

    IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIO CAESAREADI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2016

    Anawulan1 Melania Asi2 Andi Malahayati2

    Latar belakang: Salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi adanyakomplikasi obstetrik pada masa bersalin yaitu dilakukan persalinan buatanseperti persalinan sectio caesare. Faktor-faktor dilakukan seksio sesarea adadua yaitu, faktor ibu dan faktor janin.Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi persalinan sectiocaesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016.Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif. Sampelpenelitian adalah ibu persalin SC tahun 2016 yang berjumlah 67 orang.Instrumen pengumpulan data berupa ceklis tentang indikasi persalinan SC(indikasi ibu dan janin). Data dianalisis dengan uji deskriptif.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Persalinan sectio caesareaberdasarkan indikasi ibu di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016sebesar 31,3%, indikasi janin sebesar 55,3%, indikasi ibu dan janin sebesar13,4%. Indikasi ibu yang terbanyak adalah keinginan ibu. Indikasi janin yangterbanyak adalah gawat janin. Indikasi ibu dan janin yang terbanyak adalahCephalopelvic diproportion (CPD) dan janin besar.

    Kata kunci : Persalinan SC, Indikasi Ibu dan Janin

    1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kematian ibu merupakan masalah global yang dihadapi diseluruh

    dunia, khususnya negara berkembang. Menurut World Health Organization

    (WHO) bahwa dinegara-negara miskin dan sedang berkembang,

    kematian maternal berkisar antara 750-1000 per 100.00 kelahiran hidup

    (WHO, 2015). Angka kematian ibu di Indonesia berdasarkan hasil survey

    demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan

    adanya peningkatan AKI dari tahun sebelumnya 2007. AKI Indonesia pada

    tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup meningkat menjadi

    359 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

    Penyebab kematian ibu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

    penyebab kematian ibu yang langsung (Direct Obstetric Death)

    disebabkan oleh komplikasi obstetrik pada masa hamil, bersalin dan nifas,

    atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal

    yang terjadi akibat tindakan-tindakan tersebut yang dilakukan selama

    hamil, bersalin dan nifas. Dinegara berkembang, sekitar 95% kematian

    ibu termasuk dalam kelompok ini. Penyebab yang kedua yaitu penyebab

    tidak langsung (Indirect Obstetric Death) yaitu kematian ibu yang

    disebabkan oleh suatu penyakit yang bukan komplikasi obstetrik yang

    1

  • 2

    bekembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau persalinan

    (Wawan, 2015).

    Salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi adanya

    komplikasi obstetrik pada masa bersalin yaitu dilakukan persalinan buatan

    seperti persalinan sectio caesarea. Seksio sesarea telah menjadi

    tindakan bedah kebidanan kedua tersering yang digunakan di Indonesia

    dan diluar negeri. Tindakan ini mengikuti ekstraksi vakum dengan

    frekuensi yang dilaporkan 6 sampai 15 persen. Alasan terpenting untuk

    perkembangan sectio caesaria (SC) adalah peningkatan prevalen

    primigravida, peningkatan usia ibu, peningkatan insiden insufisiensi

    plasenta, perbaikan pengamatan kesejahteraan fetus, peningkatan

    keengganan melakukan tindakan persalinan pervaginam yang sukar, dan

    perluasan indikasi untuk seksio sesarea yang mencakup resiko fetus yang

    mungkin ada dalam gravid beresiko tinggi (Mochtar, 2014).

    Angka kesakitan dan kematian karena operasi seksio sesarea lebih

    tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Menurut Benson

    dan Pernoll (2015), angka kematian operasi seksio sesarea berkisar 40–

    80 orang tiap 100.000 kelahiran hidup. Pasien seksio sesarea mempunyai

    risiko 25 kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan persalinan

    pervaginam. Angka kesakitan seksio sesarea sebesar 27,3 per 1.000

    kejadian jauh berbeda dengan angka kesakitan pada persalinan normal

    yang hanya 9 per 1.000 kejadian (Bobak, dkk, 2015).

  • 3

    World Health Organization (WHO) mengusulkan bahwa angka

    persalinan caesar secara nasional tidak melebihi angka 10% dari semua

    kelahiran, namun laporan dari beberapa negara justru melebihi angka

    tersebut (WHO, 2015). Angka kesakitan dan kematian karena operasi

    seksio sesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

    Menurut Benson dan Pernoll (2015), angka kematian operasi seksio

    sesarea berkisar 40–80 orang tiap 100.000 kelahiran hidup. Pasien seksio

    sesarea mempunyai risiko 25 kali lebih besar mengalami kematian

    dibandingkan persalinan pervaginam. Angka kesakitan seksio sesarea

    sebesar 27,3 per 1.000 kejadian jauh berbeda dengan angka kesakitan

    pada persalinan normal yang hanya 9 per 1.000 kejadian (Bobak, dkk,

    2015).

    Faktor-faktor dilakukan seksio sesarea ada dua yaitu, faktor ibu dan

    faktor janin. Dari faktor ibu itu sendiri diantaranya yaitu disproporsi janin-

    panggul, gawat janin, plasenta previa, riwayat seksio sesarea

    sebelumnya, kelainan letak dan incoordinate uterine action, pre eklamsi

    dan hipetensi, sedangkan, pada bayi sendiri diantaranya yaitu IUFD,

    kelainan letak dan cacat bawaan (Saifuddin, 2012).

    Hasil studi awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum

    Dewi Sartika pada bulan Januari 2017 bahwa jumlah ibu bersalin sectio

    caesarea mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014

    jumlah ibu bersalin sectio caesarea sebanyak 103 orang, tahun 2015

    sebanyak 318 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 496 orang (RSU

  • 4

    Dewi Sartika, 2017). Dapat disimpulkan bahwa persalinan sectio caesarea

    merupakan salah satu jenis persalinan yang mendominasi, sehingga perlu

    diketahui penyebab terjadinya persalinan sectio caesarea. Berdasarkan

    latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang

    identifikasi indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit

    Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian

    adalah bagaimanakah di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

    tahun 2016 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea di

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan

    indikasi ibu di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun

    2016.

    b. Mengidentifikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan

    indikasi janin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

    tahun 2016.

  • 5

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Bagi Ibu Bersalin

    Untuk menambah wawasan ibu bersalin tentang penyebab

    persalinan sectio caesarea.

    2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

    Dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang indikasi

    persalinan sectio caesarea sehingga dapat menekan komplikasi

    dari persalinan seksio sesaria.

    3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

    Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

    perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

    E. Keaslian Penelitian

    1. Penelitian Yaeni (2013) yang berjudul analisis indikasi dilakukan

    persalinan sectio caesarea di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegara

    Klaten. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yaeni adalah

    jenis penelitian. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan

    Yaeni adalah analitik.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. TELAAH PUSTAKA

    1. Persalinan Sectio Caesarea

    a. Pengertian Sectio Caesarea

    Operasi sesar menurut Cunningham (2015) menyebutkan

    sebagai cesarean section, laparotrachelotomy, atau abdominal

    delivery. Dalam bukunya, mengartikannya sebagai persalinan

    untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih,

    melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim.

    Istilah sesar sendiri berasal dari bahasa Latin caedere yang

    artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan

    tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan

    pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.

    Persalinan seksio caesarea adalah suatu persalinan buatan di

    mana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan

    dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat

    di atas 500 gram (Mitayani, 2014).

    b. Jenis-Jenis Sectio Caesarea

    Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

    1). Sayatan melintang

    6

  • 7

    Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).

    Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir

    selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan

    sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntunganya adalah parut

    pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita

    rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna

    pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak

    mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh

    lebih sempurna (Kasdu, 2012).

    2). Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

    Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang

    memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk

    mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan

    karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Wawan,

    2015).

    c. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

    1). Izin Keluarga

    Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda

    tangani oleh keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

    2). Pembiusan

    Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal.

    Dengan cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak

    dapat melihat proses operasi karena terhalang tirai.

  • 8

    3). Disterilkan

    Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga

    diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi.

    4). Pemasangan Alat

    Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan.

    Macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi

    ibu.

    5). Pembedahan

    Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi

    sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput

    ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan mengangkat

    bayi berdasarkan letaknya.

    6). Mengambil Plasenta

    Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil

    plasenta.

    7). Menjahit

    Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi

    selapis sehingga tetutup semua (Juditha, dkk, 2013).

    d. Fase Pembedahan

    Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu: a) Fase

    praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah

    dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi. b) Fase

    intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian

  • 9

    atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan

    ke ruang pemulihan. c) Fase pascaoperatif dimulai dengan

    masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan

    evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah (Bare and

    Smeltzer,2012).

    e. Risiko Operasi Sesar

    Operasi sesar sebaiknya dilakukan karena pertimbangan

    medis, bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa

    sakit. Hal ini karena risiko operasi risiko sesar lebih besar

    daripada persalinan alami. Demikian teori yang disebutkan dalam

    buku Obstetrics and Gynecology. Didalamnya dijelaskan, dalam

    kondisi ibu dan bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan,

    bedah sesar memiliki risiko. Misalnya, kondisi pasien yang

    tidak dapat diduga sebelumnya. Komplikasi lain yang bisa

    bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari

    dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis

    (radang selaput perut), sepsis (reaksi umum disertai demam

    karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri atau

    kedua–duanya) atau disebut juga terjadi infeksi puerperial.

    Infeksi pacsaoperasi terjadi apabila sebelim pembedahan

    sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor

    yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya,

    persalinannya berlangsung lama khususnya setelah ketuban

  • 10

    pecah, telah diupayakan tindakan vaginal sebelumnya. Berikut

    adalah risiko-risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang

    melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera

    pada ibu maupun bayi, diantaranya:

    1). Alergi

    Biasanya, risiko ini terjadi pada pasien yang alergi

    terhadap obat tertentu. Pada awalnya, yaitu waktu

    pembedahan, segalanya bisa berjalan lancar sehingga bayi

    pun lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam kemudian

    ketika dokter sudah pulang, obat kemudian baru bereaksi

    sehingga jalan pernapasan pasien dapat tertutup. Obat-

    obatan yang dikonsumsi ibu lebih banyak dikonsumsi pada

    ibu cesar dibandingkan dengan persalinan normal. Jenis obat-

    obatan ini bergam, mulai dari antibiotik, obat untuk

    pembiusan, penghilang rasa sakit, serta beberapa cairan

    infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan

    ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu.

    2). PerdarahanPerdarahan dapat menghasilkan terbentuknya bekuan-

    bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga

    panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi, seorang wanita

    harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya

    untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu,

    perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

  • 11

    cabang-cabang arteria uteria ikut terbuka atau karena atonia

    uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat

    menyebabkan syok secara mendadak, kalau perdarahan

    tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi,

    terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.

    3). Cedera pada organ lain

    Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan

    pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain,

    seperti rektum atau kandung kemih. Penyembuhan luka

    bekas bedah sesar yang tidak sempurna dapat

    menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung

    kencing. Selain itu, dapat juga berdampak pada organ lain

    dengan menimbulkan perlekatan pada organ-organ di dalam

    rongga perut untuk kehamilan risiko tinggi yang memerlukan

    penanganan khusus.

    4). Parut dalam rahim

    Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan

    akan memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap

    kehamilan serta persalinan berikutnya memerlukan

    pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya

    ruptura uteri, meskipun jika operasi dilakukan secara

    sempurna risiko ini sangat kecil terjadi. Sebenarnya, apabila

  • 12

    hal ini terjadi termasuk komplikasi dalam persalinan dengan

    operasi.

    5). Demam

    Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa

    dijelaskan penyebabnya, namun kondisi ini bisa terjadi

    karena infeksi.

    6). Mempengaruhi Produksi ASI

    Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika

    dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum

    (air susu yang pertama kali) tidak bisa dinikmati bayi dan

    bayi tidak dapat segera menyusui begitu dilahirkan.

    Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional

    (misalnya spinal) tidak banyak mempengaruhi produksi

    ASI.

    f. Perawatan Pascaoperasi

    1). Di ruang perawatan.

    Persalinan yang dilakukan dengan operasi

    membeutuhkan rawat inap yang lebih lama dirumah sakit.

    Hal ini tergantung cepat lambatnya kesembuhan ibu

    akibat proses pembedahan, biasanya membutuhkan waktu

    sekitar 3-5 hari setelah operasi. Pada hari ke-5, apabila tidak

    ada komplikasi ibu diperbolehkan pulang kerumah. Beberapa

    hal yang dilakukan di Rumah Sakit adalah :

  • 13

    a). Pemeriksaan yang dilakukan selama di rumah sakit

    adalah pengukuran denyut jantung dan tekanan darah,

    pemeriksaan lokia, air seni, tes darah, mengganti

    perban, mengukur suhu tubuh, membersihkan tali pusat.

    b). Efek pembiusan

    Jika pasien mendapat bius epidural maka efek biusnya

    kecil, sedangkan apabila menggunakan anestesi spinal,

    tungkai bawah akan terasa kebas/baal, tidak dapat

    digerakkan selama beberapa jam. Namun apabila

    operasi menggunakan anestesi umum biasanya pasien

    akan mengantuk

    c). Pemenuhan cairan dengan Infus serta makan, minum.

    d). Perawatan bekas luka

    e). Bangun dan menggerakkan tubuh

    Bangun dan menggerakan tubuh. Gerakan tubuh akan

    membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dengan

    cepat dan memudahkan kerja usus besar serta kandung

    kemih, paling tidak ibu bisa sampai buang gas.

    Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-

    organ tubuh kembali bekerja seperti semula, meskipun

    demikian ibu harus tetap berada di dalam jam selama 6

    jam pertama setelah operasi ini ibu pada saat ini gerak

    tubuh mulai dapat dilakukan ibu seperti: menggerakkan

  • 14

    lengan, tangan, kaki, dan jari–jari. namun apabila

    gerakan ini berat paling tidak 12 jam setelah operasi ibu

    dapat menggerakkan kaki dan tungkai. Berawal dari sini

    ibu muIai dapat duduk pada jam ke–8 sampai ke 12

    setelah operasi. Ibu dapat berjalan apabila mampu pada

    24 jam setelah operasi.

    f). Mengurangi rasa sakit

    g). Istirahat

    h). Membersihkan diri (Kasdu, 2012)

    2. Indikasi Persalinan Sectio CaesareaPara ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain

    menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina

    mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectsio

    caesarea antara lain meliputi:

    a. Indikasi Medis

    Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

    1) Power

    Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya

    daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit

    menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

    2) Passanger

    Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan

    kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun

  • 15

    dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada

    pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress

    syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).

    3) Passage

    Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan

    serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada

    jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya

    herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota

    (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma

    acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip

    kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan

    hepatitis C (Wawan, 2015).

    b. Indikasi Ibu

    1) Usia

    Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35

    tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi

    pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini,

    biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

    misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing

    manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan)

    dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan

    persalinan dengan sectio caesarea.

  • 16

    2) Tulang Panggul

    Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

    panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin

    yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami.

    Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses

    persalinan.

    3) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

    Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak

    mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung

    secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang

    mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti

    bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang

    tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

    4) Faktor Hambatan Jalan Lahir

    Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang

    kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan,

    adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat

    pendek, dan ibu sulit bernafas.

    5) Kelainan Kontraksi Rahim

    Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi

    (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim

    sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,

  • 17

    menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat

    melewati jalan lahir dengan lancar.

    6) Ketuban Pecah Dini

    Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

    menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

    membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal

    sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

    mengelilingi janin dalam rahim (Kasdu, 2012).

    7) Rasa Takut Kesakitan

    Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami

    akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas

    disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang

    semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena

    keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa

    ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa

    karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan

    dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan

    mengambat proses persalinan alami yang berlangsung

    (Kasdu, 2012).

    c. Indikasi Janin

    1) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

    Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung

    janin berkisar 120-160.

  • 18

    Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin

    melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk

    menyelematkan janin (Cendika, dkk. 2015).

    2) Bayi Besar (makrosemia)

    3) Letak Sungsang

    Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin

    tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini,

    letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi

    yang lain.

    4) Faktor Plasenta

    a). Plasenta previa

    Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi

    sebagian atau selruh jalan lahir.

    b). Plasenta lepas (Solution placenta)

    Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas

    lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.

    Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong

    janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan

    oksigen atau keracunan air ketuban.

    c). Plasenta accreta

    Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot

    rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami

    persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk

  • 19

    hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi

    (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan

    menempelnya plasenta.

    5) Kelainan Tali Pusat

    a) prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

    Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat.

    Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di

    samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir

    sebelum bayi.

    b) Terlilit tali pusat

    Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya.

    Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka

    aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin

    tetap aman.(Kasdu, 2012).

  • 20

    B. Landasan Teori

    Operasi sesar menurut Cunningham (2015) menyebutkan sebagai

    cesarean section, laparotrachelotomy, atau abdominal delivery. Dalam

    bukunya, mengartikannya sebagai persalinan untuk melahirkan janin

    dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan

    menyayat dinding rahim. Indikasi untuk sectio caesarea terdiri dari tiga

    indikasi, yaitu indikasi medis yang meliputi power, passanger, passage

    (Wawan, 2015).

    Indikasi kedua adalah indikasi ibu yang teridi dari usia ibu, tulang

    panggul (Cephalopelvic diproportion (CPD), persalinan Sebelumnya

    dengan sectio caesarea, faktor hambatan jalan lahir, kelainan kontraksi

    rahim, ketuban pecah dini (Kasdu, 2012).

    Indikasi ketiga dilakukannya persalinan SC adalah indikasi janin

    yaitu ancaman gawat janin (fetal distress), detak jantung janin melambat,

    normalnya detak jantung janin berkisar 120-160, bayi besar

    (makrosemia), letak sungsang, faktor plasenta (plasenta previa, plasenta

    lepas (Solution placenta), plasenta accreta), kelainan tali pusat (prolapsus

    tali pusat (tali pusat menumbung), terlilit tali pusat) (Kasdu, 2012).

  • 21

    C. KERANGKA TEORI

    Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Cunningham (2015);(Wawan, 2015); (Kasdu, 2012)

    Indikasi Medis

    a. Powerb. Passangerc. Passage

    Indikasi Ibu

    a. Usiab. Tulang panggulc. Persalinan sebelumnya

    dengan sectio caesaread. Faktor Hambatan Jalan

    Lahire. Kelainan Kontraksi

    Rahimf. Ketuban Pecah Dini1. Rasa Takut Kesakitan

    Indikasi Janin

    a. Ancaman Gawat Janin(fetal distress)

    b. Bayi Besar(makrosemia)

    c. Letak Sungsangd. Faktor Plasentae. Kelainan Tali Pusat

    Persalinan sectiocaesarea

  • 22

    D. KERANGKA KONSEP

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan:

    Variabel terikat (dependent): persalinan sectio caesarea

    Variabel bebas (independent): indikasi ibu, indikasi janin

    Indikasi Ibu

    Indikasi Janin

    Persalinan sectiocaesarea

  • 23

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    F. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

    mendiskriptifkan fakta mengenai persalinan sectio caesarea.

    G. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika Kendari pada bulan Juli tahun 2017.

    H. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin sectio

    caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016

    yang berjumlah 496 persalinan.

    2. Sampel dalam penelitian adalah ibu bersalin sectio caesarea.

    Penentuan jumlah sampel dengan rumus besar sampling yaitu

    n = pq( − 1) + ²Keterangan :

    n : besarnya sampel

    N : populasi

    d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)

    Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)

    : perkiraan populasi yang diteliti (0,05)

    23

  • 24

    q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)

    (Notoatmodjo, 2010)

    n = 496. (1,96 )0,05.0,95(0,05 ). 495 + (1,96 ). 0,05.0,95n = 496.3,84.0,05.0,950,0025.495 + 3,84.0,05.0,95n = 90,47041,2375 + 0,182n = 94,8481,4199n = 66,79

    Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 67 persalinan sectio

    caesarea. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling.

    I. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat (dependent) yaitu persalinan sectio caesarea.

    2. Variabel bebas (independent) yaitu indikasi ibu, indikasi janin.

    J. Definisi Operasional

    1. Persalinan sectio caesarea adalah persalinan buatan melalui

    irisan perut.

    2. Indikasi ibu adalah indikasi dilakukannya persalinan sectio

    caesarea karena pertimbangan dari ibu. Skala ukur adalah

    nominal.

    Kriteria objektif

    a. Ada indikasi

    b. Tidakada indikasi

  • 25

    (Kasdu, 2012)

    3. Indikasi janin adalah indikasi dilakukannya persalinan sectio

    caesarea karena pertimbangan janin. Skala ukur adalah nominal.

    Kriteria objektif

    a. Ada indikasi

    b. Tidakada indikasi

    (Wawan, 2015)

    K. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

    Jenis data adalah data sekunder. Data diperoleh dari medical

    record di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari pada bulan Juli tahun

    2017. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar ceklis

    tentang indikasi persalinan sectio caesarea.

    L. Pengolahan dan Analisis Data

    a. Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Editing

    Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

    telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

    pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

    2. Coding

    Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

    dengan petunjuk.

  • 26

    3. Tabulating

    Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data sertapengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuktabel distribusi.

    b. Analisis data

    Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikandalam bentuk table dengan menggunakan rumus:

    Keterangan :

    f : variabel yang diteliti

    n : jumlah sampel penelitian

    K: konstanta (100%)

    X : Persentase hasil yang dicapai

    Kxn

    fX

  • 27

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Penelitian identifikasi indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea

    di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016 telah

    dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2017. Sampel penelitian adalah

    semua ibu bersalin sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Kendari tahun 2016 yang berjumlah 67 ibu. Data yang telah terkumpul

    diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24. Data yang telah

    dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan. Hasil

    penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, indikasi dilakukan

    persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu dan indikasi janin.

    Hasil penelitian akan ditampilkan sebagai berikut:

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    a. Letak Geografis

    RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere

    Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota

    Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena

    berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan

    mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi

    jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :

    a.Sebelah utara : Perumahan penduduk

    27

  • 28

    b.Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean

    c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

    d.Sebelah barat : Perumahan penduduk

    2. Lingkungan fisik

    RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624

    m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari

    selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

    dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik

    bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

    memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

    masyarakat Kota Kendari.

    3. Status

    RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan

    tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota

    Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka

    rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan

    dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

    sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari

    telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah

    sakit type D.

  • 29

    4. Organisasi dan Manajemen

    Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.

    Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh

    kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya

    Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4

    (empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan

    Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang

    Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.

    a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim

    1) Kasir/Juru Bayar

    2) Administrasi Klaim

    b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

    1) Instalasi Gawat Darurat

    2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

    3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)

    4) Instalasi Gizi

    5) Instalasi Farmasi

    6) Kamar Operasi

    7) Rekam Medik

    8) HCU

    9) Ruang Sterilisasi, dll

    c. Kepala Bidang Penunjang Medis

    1) Laboratorium

  • 30

    2) Radiologi

    d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi

    1) Perlengkapan

    2) Keamanan

    3) Kebersihan

    Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok

    yang sifatnya kemitraan yakni :

    a. Komite Medik, dan

    b. Satuan Pengawasan Intern

    5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Kendari

    Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

    upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

    penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan upaya rujukan.

    Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut

    diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :

    a. Menyelenggarakan pelayanan medik

    b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

    c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

    d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

    e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

  • 31

    f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

    6. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai

    berikut :

    a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,

    Kelas 3 dengan fasilitasnya

    b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

    sebagai cadangan

    c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

    bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

    d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

    fasilitas Internet (Wi Fi)

    e. Alat Pemadam kebakaran

    f. Pembuangan limbah

    g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

    juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat

    pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

    mobil pengangkut sampah.

    h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

    dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.

    i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

    7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

  • 32

    Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

    Kendari adalah sebagai berikut :

    a. Pelayanan medis

    1) Instalasi Gawat Darurat

    2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik

    Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik

    Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,

    Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.

    3) Instalasi Rawat Inap

    a) Dewasa/Anak/Umum

    b) Persalinan

    4) Kamar Operasi

    a) Operasi Obsgyn

    b) Bedah umum

    5) HCU

    b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,

    laboratorium, instalasi gizi, ambulance

    c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry

    8. Fasilitas Tempat Tidur

    Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

    adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam

    beberapa kelas perawatan yakni sebagai berikut

  • 33

    Tabel 1.Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Ruangan Jumlah

    VIP

    Kelas I

    Kelas II

    Kelas III/Bangsal/Intenal

    UGD

    Ruang Bersalin

    14

    10

    12

    37

    11

    7

    Jumlah 91

    Sumber : Data Primer

    9. Sumber Daya Manusia (SDM)

    Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah

    160 terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi

    pendidikan sebagai berikut

  • 34

    Tabel 2Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin

    Tetap Tidak Tetap L P

    Tenaga Medis

    Dokter Spesialis Obgyn 1 1 2 -

    Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -

    Dokter Spesialis Interna - 1 1 -

    Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -

    Dokter Spesialis PK - 1 - 1

    Dokter Spesialis Anak - 1 - 1

    Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -

    Dokter Spesialis THT - 1 - 1

    Dokter Spesialis Mata - 1 1 -

    Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -

    Dokter Gigi Anak - 1 - 1

    Dokter Umum - 3 3 -

    Paramedis

    1. S1 Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Bidan4. D III Keperawatan

    26

    5

    43

    56

    -

    2

    -

    -

    10

    -

    -

    11

    16

    7

    43

    45

    Tenaga Kesehatan Lainnya

    1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker

    -

    1

    1

    -

    1

    -

    1

    -

    1

  • 35

    4. D III Farmasi5. S 1 Gizi6. D III Analis Kesehatan

    1

    1

    3

    2

    1

    -

    -

    1

    -

    -

    1

    1

    2

    1

    2

    Non Medis

    1. DII/Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU

    1

    1

    11

    -

    -

    -

    -

    -

    2

    1

    1

    9

    Jumlah 67 19 24 60

    Sumber : Data Primer

    10. Sumber Pembiayaan

    Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari

    pengelolaan Rumah Sakit dan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari.

    2. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Indikasi Ibu

    Indikasi persalinan sectio caesarea adalah indikasi dilakukannya

    persalinan sectio caesarea karena berbagai pertimbangan. Indikasi

    persalinan sectio caesarea dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.

    a. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea

    Indikasi persalinan sectio caesarea adalah indikasi dilakukannya

    persalinan sectio caesarea. Indikasi sectio caesarea dibagi menjadi tiga,

    yaitu indikasi ibu, indikasi janin, indikasi ibu dan janin. Indikasi persalinan

    sectio caesarea dapat dilihat pada tabel 3.

  • 36

    Tabel 3Indikasi Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika Kendari

    Tahun 2016

    Indikasi Persalinan Sectio

    Caesarea

    Jumlah

    n %

    Ibu 21 31,3

    Janin 37 55,3

    Ibu dan Janin 9 13,4

    Total 67 100

    Sumber: Data Sekunder 2016

    Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian

    bahwa dari 67 ibu yang melakukan persalinan SC terdapat 21 ibu (31,3%)

    yang melakukan persalinan SC dengan indikasi ibu, terdapat 37 ibu

    (55,3%) yang melakukan persalinan SC dengan indikasi janin, terdapat 9

    ibu (13,4%) yang melakukan persalinan SC dengan indikasi ibu dan janin.

    b. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Indikasi Ibu

    Indikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu adalah

    indikasi dilakukannya persalinan sectio caesarea karena pertimbangan

    dari ibu. Indikasi ibu dibagi menjadi dua, yaitu ada indikasi dan tidak ada

    indikasi. Indikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu

    dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4

  • 37

    Jenis Indikasi Ibu Pada Persalinan Sectio Caesareadi RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Indikasi IbuJumlah

    n %

    CPD 5 23,8

    KPD 4 19,1

    Riwayat SC Sebelumnya 2 9,5

    Keinginan Ibu 6 28,6

    Tidak ada his 4 19,0

    Total 21 100

    Sumber: Data Sekunder 2016

    Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian

    bahwa dari 21 ibu yang melakukan persalinan SC dengan indikasi ibu

    terdapat 5 ibu (23,8%) dengan indikasi CPD, terdapat 4 ibu (19,1%) yang

    dengan indikasi KPD, terdapat 2 ibu (9,5%) dengan indikasi riwayat SC

    sebelumnya, terdapat 6 ibu (28,6%) dengan indikasi keinginan ibu,

    terdapat 4 ibu (19,0%) dengan indikasi tidak ada his.

    c. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Indikasi Janin

    Indikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi janin

    adalah indikasi dilakukannya persalinan sectio caesarea karena

  • 38

    pertimbangan dari janin. Indikasi janin dibagi menjadi dua, yaitu ada

    indikasi dan tidak ada indikasi. Indikasi persalinan sectio caesarea

    berdasarkan indikasi janin dapat dilihat pada tabel 5.

    Tabel 5Jenis Indikasi Janin Pada Persalinan Sectio Caesarea

    di RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Indikasi JaninJumlah

    n %

    Gawat janin 15 40,6

    Janin besar 9 24,3

    Letak sungsang 3 8,1

    Plasenta previa 8 21,6

    Gemelli 2 5,4

    Total 37 100

    Sumber: Data Sekunder 2016

    Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian

    bahwa dari 37 ibu yang melakukan persalinan SC dengan indikasi janin

    terdapat 15 ibu (40,6%) dengan indikasi gawat janin, terdapat 9 ibu

    (24,3%) yang dengan indikasi janin besar, terdapat 3 ibu (8,1%) dengan

    indikasi letak sungsang, terdapat 8 ibu (21,6%) dengan indikasi plasenta

    previa, terdapat 2 ibu (5,4%) dengan indikasi gemelli.

  • 39

    d. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Indikasi Ibu dan

    Janin

    Indikasi persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu dan

    janin adalah indikasi dilakukannya persalinan sectio caesarea karena

    pertimbangan dari ibu dan janin. Indikasi persalinan sectio caesarea

    berdasarkan indikasi ibu dan janin dapat dilihat pada tabel 6.

    Tabel 6Jenis Indikasi ibu dan Janin Pada Persalinan Sectio Caesarea

    di RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Indikasi Ibu dan JaninJumlah

    n %

    CPD dan Janin Besar 5 55,6

    Riwayat SC dan Janin Besar 2 22,2

    Riwayat SC dan Sungsang 1 11,1

    CPD dan Gemelli 1 11,1

    Total 9 100

    Sumber: Data Sekunder 2016

    Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian

    bahwa dari 9 ibu yang melakukan persalinan SC dengan indikasi ibu dan

    janin terdapat 5 ibu (55,6%) dengan indikasi CPD dan Janin Besar,

    terdapat 2 ibu (22,2%) yang dengan indikasi Riwayat SC dan Janin Besar,

    terdapat 1 ibu (11,1%) dengan indikasi Riwayat SC dan Sungsang,

    terdapat 1 ibu (11,1%) dengan indikasi CPD dan Gemelli.

    B. Pembahasan

  • 40

    Penelitian identifikasi indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea

    di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016 telah

    dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2017. Hasil penelitian menyatakan

    bahwa indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi

    ibu sebesar 52,2% dan indikasi dari janin sebesar 68,7%.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yeni (2013) yang

    menyatakan bahwa salah satu indikasi persalinan SC adalah adanya

    indikasi dari ibu seperti CPD, PEB, KPD dan indikasi dari janin yaitu

    makrosomia, kelainan letak, bayi kembar, plasenta previa. Demikian pula

    penelitian Yaeni (2013) menyatakan bahwa salah satu indikasi persalinan

    SC adalah adanya indikasi dari ibu dan janin.

    Operasi sesar atau cesarean section, laparotrachelotomy, atau

    abdominal delivery diartikan sebagai persalinan untuk melahirkan janin

    dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan

    menyayat dinding rahim (Cunningham, 2015). Tindakan yang dilakukan

    tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan

    dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Persalinan seksio

    caesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui

    insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam

    keadaan utuh serta berat di atas 500 gram (Mitayani, 2014).

    Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu sayatan melintang

    yang dilakukan dibagian bawah rahim (SBR) dan sayatan memanjang

    (bedah caesar klasik). Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu: a)

  • 41

    Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat

    dan berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi. b) Fase intraoperatif

    dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau departemen

    bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. c)

    Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan

    dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

    (Bare and Smeltzer, 2012).

    Operasi sesar sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis,

    bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini

    karena risiko operasi risiko sesar lebih besar daripada persalinan alami.

    Demikian teori yang disebutkan dalam buku Obstetrics and Gynecology.

    Didalamnya dijelaskan, dalam kondisi ibu dan bayi yang sehat dan

    tidak ada kesulitan, bedah sesar memiliki risiko. Misalnya, kondisi

    pasien yang tidak dapat diduga sebelumnya. Komplikasi lain yang

    bisa bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari

    dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis (radang

    selaput perut), sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan

    bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri atau kedua–duanya) atau disebut

    juga terjadi infeksi puerperial.

    Infeksi pacsaoperasi terjadi apabila sebelim pembedahan sudah

    ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang

    merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya, persalinannya

    berlangsung lama khususnya setelah ketuban pecah, telah diupayakan

  • 42

    tindakan vaginal sebelumnya. Berikut adalah risiko-risiko yang mungkin

    dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat

    mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, diantaranya alergi,

    perdarahan, cedera pada organ lain, parut dalam rahim, demam,

    mempengaruhi produksi ASI.

    Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain

    menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin

    membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectsio caesarea

    antara lain meliputi: indikasi medis, indikasi ibu dan indikasi janin.

    Indikasi medis, yaitu power, passanger, passage (Wawan, 2015).

    Indikasi kedua adalah indikasi ibu yang teridi dari usia ibu, tulang panggul

    (Cephalopelvic diproportion (CPD), persalinan Sebelumnya dengan sectio

    caesarea, faktor hambatan jalan lahir, kelainan kontraksi rahim, ketuban

    pecah dini (Kasdu, 2012). Indikasi ketiga dilakukannya persalinan SC

    adalah indikasi janin yaitu ancaman gawat janin (fetal distress), detak

    jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120-

    160, bayi besar (makrosemia), letak sungsang, faktor plasenta (plasenta

    previa, plasenta lepas (Solution placenta), plasenta accreta), kelainan tali

    pusat (prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung), terlilit tali pusat)

    (Kasdu, 2012).

    Hasil penelitian menyatakan bahwa indikasi ibu pada persalinan SC

    adalah Cephalopelvic diproportion (CPD), ketuban pecah dini, riwayat SC

    sebelumnya, keinginan ibu, tidak ada his. Chepalo Pelvik Disproportion

  • 43

    (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran

    lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan

    secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang

    yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus

    dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

    Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis

    juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami

    sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut

    menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-

    ukuran bidang panggul menjadi abnormal. Pada panggul sempit tidak ada

    gunanya melakukan versi luar karena meskipun menjadi presentasi

    kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas terendah untuk

    melahirkan janin vias naturalis adalah conjugata vera = 8 cm. panggul

    dengan conjugata vera = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan

    janin dengan normal dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea

    (Manuaba, 2015).

    Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

    tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian

    besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,

    sedangkan di bawah 36 minggu. Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD

    meliputi mudah terjadinya infeksi intra uterin, partus prematur, prolaps

    bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2015). Robeknya kantung

    ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera

  • 44

    dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga

    tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

    mengelilingi janin dalam rahim (Kasdu, 2012).

    Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah

    dini yaitu peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,

    komplikasi selama persalinan dan kelahiran, risiko infeksi baik pada ibu

    maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan

    barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Melihat

    adanya komplikasi yang bisa terjadi dari KPD, maka ibu disarankan untuk

    segera mengakhiri kehamilannya. Salah satunya melalui operasi SC

    (Saifuddin, 2012).

    Pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya

    biasanya kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan

    persalinan berikutnya, hal ini disebabkan karena mengingat adanya

    bahaya ruptura uteri karena seksio sesarea sebelumnya. Namun wanita

    yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya dapat diperbolehkan

    untuk bersalin pervaginam kecuali jika sebab seksio sesarea sebelumya

    adalah mutlak karena adanya kesempitan panggul (Cunningham, 2015).

    Kelainan tenaga atau his adalah his tidak normal/ sifatanya

    menyebabkan rintangan pada jalan dan tidak dapat ditasi sehingga

    menyebabkan persalinan macet (Saifuddin, 2012). Salah satu sebab

    yang penting dalam kelainan his ialah apabila bahwa janin tidak

    berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim ini dijumpai pada

  • 45

    kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Salah

    pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin

    dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis

    unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his. Jika kontraksi rahim

    lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak

    elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses

    persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat

    melewati jalan lahir dengan lancar (Manuaba, 2015).

    Dalam menghadapi persalinan lama dilakukan evaluasi secara

    keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya. Tekanan darah diukur tiap

    emat jam. Pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabia ada gejala

    pre-eklmpsia, denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I

    dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan juga dehidrasi dan asidosis

    harus mendapat perhatian sepenuhnya. Pada persalinan lama selalu ada

    kemungkinan untuk melakukan tindkan pembedahan dengan narcosis

    (Manuaba, 2015).

    Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

    mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit

    di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”.

    Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan

    merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena

    alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit.

  • 46

    Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan

    alami yang berlangsung (Kasdu, 2012).

    Hasil penelitian menyatakan bahwa indikasi janin pada persalinan SC

    adalah janin besar, gawat janin, letak sungsang, plasenta previa, gemelli.

    Janin dengan berat 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan sulit

    keluar dari jalan lahir. Bila dipaksakan untuk dilahirkan maka dapat

    menyebabkan terjadinya komplikasi khususnya pada bayi, sehingga

    diperlukan tindakan untuk mengurangi hal tersebut. Salah satu tindakan

    yang diperlukan adalah dilakukannya persalinan SC (Manuaba, 2015).

    Gawat janin adalah keadaan/reaksi ketika janin tidak memperoleh

    oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut

    frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x/menit atau lebih dari 180

    x/menit, berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10

    kali per hari), adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan

    (Manuaba, 2015). Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia

    (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung

    janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi

    (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,

    glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan

    pH janin yang menurun. Salah satu tindaka untuk mengurangi komplikasi

    dari gawat janin adalah dilakukannya persalinan SC (Saifuddin, 2012).

    Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio

    sesarea tanpa menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa

  • 47

    parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk seksio sesarea.

    Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak untuk seksio

    sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta previa

    yang lebih tinggi derajatnya (Saifuddin, 2012). Seksio sesarea dianjurkan

    pada letak sungsang apabila ada indikasi panggul sempit, janin besar,

    primigravida, dan anak mahal dengan komplikasi pertolongan persalinan

    letak sungsang melalui jalan vaginal sebagian besar pertolongan

    persalinan di lakukan dengan seksio sesarea (Manuaba, 2015).

    Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi

    janin pertama pada letak lintang, plasenta previa, prolapsus funikuli, dan

    interlocking yaitu janin pertama dalam letak sungsang dan janin kedua

    dalam presentasi kepala (Arif, 2014). Tidak selamanya bayi kembar

    dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki risiko

    terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,

    bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang

    sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

  • 48

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu di Rumah

    Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016 sebesar 31,3%.

    Indikasi yang terbanyak adalah keinginan ibu.

    2. Persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi janin di Rumah

    Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016 sebesar 55,3%.

    Indikasi yang terbanyak adalah gawat janin.

    3. Persalinan sectio caesarea berdasarkan indikasi ibu dan janin di

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2016 sebesar

    13,4%. Indikasi yang terbanyak adalah CPD dan janin besar.

    B. Saran

    1. Dianjurkan ibu hamil lebih sering memeriksakan kehamilannya ke

    petugas kesehatan agar ibu lebih dini mengetahui faktor yang dapat

    menyebabkan terjadinya persalinan sectio caesarea. Minimal ibu

    melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) yang baik selama

    kehamilan ialah empat kali karena hal ini dapat mencegah terjadinya

    komplikasi persalinan dan sectio caesarea.

    2. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat mensosialisasikan

    dan memberikan informasi ke masyarakat mengenai faktor-

    faktor penyebab sectio caesarea khususnya faktor dari ibu dan janin.

    Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, masyarakat khususnya

    48

  • 49

    ibu hamil pasti akan lebih memperhatikan kehamilannya agar tidak

    terjadi sectio caesarea.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif, M. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta:Penerbitan Media Aesculapius FKUI.

    Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografidan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

    Balitbang Kemenkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

    Bare BG., Smeltzer SC. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC.

    Benson, P., Pernoll. (2015). Buku saku Obsetry Gynecology William.Jakarta: EGC.

    Bobak, Lowdermik, Jansen. (2015). Buku Ajar keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC

    Chandran, B. (2015) Biostatistik Untuk Kedoktran & Kesehatan. Jakarta:EGC.

    Cunningham FG. (2015) Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.

    Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikapdan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Kasdu, D.A (2012). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta:Puspaswara.

    Manuaba, IBG, (2015) Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan danKeluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

    Mitayani, (2014). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: SalembaMedika.

    Mochtar, R. (2014). Sinopsis Obstentri Fisiologi dan ObstentriPatofisiologi. Edisi 3 Jilid I. Jakarta: EGC.

    Notoatmodjo, S., (2010) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

  • 51

    Nursalam, (2011) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

    Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2015). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, (2017) Laporan Tahunan Rumah Sakittahun 2014 s/d periode Januari sd. September 2016. Kendari: RSUDewi Sartika.

    Saifuddin, A.B., (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjdo Wahyuningsih, Heni, P. (2009) Dasar-dasar IlmuKesehatan Masyarakat dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

    Widyastuti, Y., Wiyati, N., (2014). Perawatan Ibu Bersalin (AsuhanKebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.

    Wawan (2015) Faktor Pemilihan Persalinan Sectio Caesarea TanpaIndikasi Medis Di RSU Bunda Thamrin Medan.http://www.Google.Com/# sclient=psy. Diakses 23 Januari 2013.

    World Health Organization. (2015) Promoting Proper Feeding For Infantsand Young Children. Geneva: WHO.

    Yaeni, M., (2013) Analisis Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesareadi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegara Klaten. Naskah Publikasi.Surakarta: UNS.

  • 52

    LAMPIRAN

  • 53

  • 54

  • 55

  • 56

    MASTER TABEL

    IDENTIFIKASI INDIKASI DILAKUKAN PERSALINAN SECTIOCAESAREA

    DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKATAHUN 2016

    NO NAMA INDIKASI IBU INDIKASI JANIN1 NY. M Tidak ada indikasi Sungsang2 NY. A Tidak ada indikasi Gawat janin3 NY. M Keinginan ibu Tidak ada indikasi4 NY. R Tidak ada indikasi Janin besar5 NY. A Keinginan ibu Tidak ada indikasi6 NY. D Tidak ada indikasi Gawat janin7 NY. S CPD Tidak ada indikasi8 NY. D Tidak ada indikasi Janin besar9 NY. S Tidak ada indikasi Gawat janin

    10 NY. R Tidak ada indikasi Sungsang11 NY. A CPD Tidak ada indikasi12 NY. M Tidak ada indikasi Gawat janin13 NY. N Tidak ada indikasi Janin besar14 NY. N Tidak ada indikasi Gawat janin15 NY. N Tidak ada indikasi Janin besar16 NY. M Tidak ada indikasi Gawat janin17 NY. S Tidak ada indikasi Plasenta previa18 NY. M Keinginan ibu Tidak ada indikasi19 NY. R Tidak ada indikasi Janin besar20 NY.N Tidak ada indikasi Gawat janin21 NY. S Riwayat SC Tidak ada indikasi22 NY. R Tidak ada indikasi Sungsang23 NY. A Keinginan ibu Tidak ada indikasi24 NY.W Tidak ada indikasi Janin besar25 NY. H Riwayat SC Janin besar26 NY.S Tidak ada his Tidak ada indikasi27 NY. Y Tidak ada indikasi Plasenta previa28 NY. A Tidak ada indikasi Gawat janin29 NY. N Riwayat SC Tidak ada indikasi30 NY. M Keinginan ibu Tidak ada indikasi31 NY. S Tidak ada indikasi Plasenta previa32 NY. W CPD Tidak ada indikasi33 NY. Z Tidak ada indikasi Gawat janin

  • 57

    34 NY. T Keinginan ibu Tidak ada indikasi35 NY. Y CPD Janin besar36 NY. N Tidak ada indikasi Gawat janin37 NY. M CPD Tidak ada indikasi38 NY. P Tidak ada indikasi Plasenta previa39 NY. T CPD Tidak ada indikasi40 NY. R CPD Janin besar41 NY. O Tidak ada indikasi Plasenta previa42 NY. I Tidak ada his Tidak ada indikasi43 NY. O Tidak ada indikasi Gawat janin44 NY. U Tidak ada indikasi Plasenta previa45 NY. S CPD Janin besar46 NY. B CPD Janin besar47 NY. C Tidak ada his Tidak ada indikasi48 NY. T Tidak ada indikasi Gawat janin49 NY. P Tidak ada his Tidak ada indikasi50 NY. K Riwayat SC Sungsang51 NY. L CPD Janin besar52 NY. G KPD Tidak ada indikasi53 NY. F Tidak ada indikasi Janin besar54 NY. O KPD Tidak ada indikasi55 NY. J Tidak ada indikasi Gawat janin56 NY. L CPD Gemelli57 NY.A Tidak ada indikasi Janin besar58 NY. S Tidak ada indikasi Plasenta previa59 NY. T KPD Tidak ada indikasi60 NY. S Tidak ada indikasi Gawat janin61 NY. L Tidak ada indikasi Gemelli62 NY. H Tidak ada indikasi Janin besar63 NY. G Tidak ada indikasi Plasenta previa64 NY. F KPD Tidak ada indikasi65 NY. D Tidak ada indikasi Gawat janin66 NY. S Tidak ada indikasi Gemelli67 NY. K Riwayat SC Janin besar