identifikasi indikator dan medium untuk label … · identifikasi indikator dan medium untuk label...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI INDIKATOR DAN MEDIUM UNTUK LABEL
CERDAS PENCATAT UMUR SIMPAN PRODUK
RIRIS OCTAVIASARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
38 3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Indikator
dan Medium untuk Label Cerdas Pencatat Umur Simpan Produk” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Riris Octaviasari
NIM F34100092
38 5
ABSTRAK
RIRIS OCTAVIASARI. Identifikasi Indikator Dan Medium Untuk Label Cerdas
Pencatat Umur Simpan Produk. Dibimbing oleh ENDANG WARSIKI.
Umur simpan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan
keamanan pangan untuk dikonsumsi. Lemari es menjadi salah satu alternatif
dalam memperpanjang umur simpan produk. Identifikasi umur simpan sulit
dilakukan jika produk yang disimpan semakin banyak. Label cerdas dari Time
Temperature Indicators (TTI) dapat mencatat umur simpan produk berdasarkan
lama waktu penyimpanan. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi indikator dan
medium untuk pengembangan label cerdas berbasis difusi zat cair pada medium.
Penelitian menggunakan medium (kertas Buffalo, HVS 80 gr, foto, concord,
gambar dan karton duplex), indikator viskositas rendah (tinta boardmarker,
stempel, bak, tato permanen, dan tato non permanen) dan indikator viskositas
tinggi (minyak goreng, oli A dan oli B). Tahap awal dilakukan karakterisasi
meliputi uji gramatur, rapat massa, densitas dan viskositas untuk mengetahui sifat
indikator dan medium. Identifikasi dilakukan dengan mengukur panjang
peresapan indikator pada medium jam ke 24, 48, 72 dan 96 kondisi suhu 30.15°C
dan 50°C untuk minyak goreng, serta 30.15°C dan 5°C untuk oli A dan B. Slope
panjang peresapan terhadap waktu adalah tetapan laju (k), sedangkan slope ln k
terhadap 1/T adalah energi aktivasi (Ea). Indikator dan medium terbaik dipilih
berdasarkan tingginya nilai Ea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinta tidak
dapat meresap selama penyimpanan karena volatilitas tinggi dan viskositas
rendah, sedangkan minyak goreng, oli A dan oli B mempunyai panjang peresapan
tertentu selama penyimpanan. Indikator dan medium dapat mendeteksi umur
simpan selama 4 hari penyimpanan. Berdasarkan energi aktivasi, maka indikator
oli A sesuai untuk label cerdas. Medium yang baik untuk pengembangan label
berdasarkan energi aktivasi rendah hingga tinggi yaitu buffalo, karton duplex,
gambar, concord, HVS 80 g dan foto.
Kata kunci: Indikator warna, difusi, pencatat umur simpan
ABSTRACT
RIRIS OCTAVIASARI. Identification Of Indicator And Material For Product
Shelf Life Recorder Smart Label. Supervised by ENDANG WARSIKI.
Shelf life is an important factor in determining the quality and safety of food
for consumption. Refrigerator becomes an alternative in extending product shelf
life. Shelf life is difficult to be identified if the product stored for too long. Smart
label of Time Temperature Indicators (TTI) can record the product shelf life based
on its storage time. In this research, identification of indicator and material for
smart label development based on liquid diffusion in material was conducted. This
study used several types of materials (buffalo paper, HVS 80 gr, photo paper,
concord, drawing paper and cardboard duplex), low viscosity indicators (board-
marker ink, stamp, tubs, permanent tattoo and non-permanent tattoos) and high
viscosity indicators (cooking oil, lubricant A and lubricant B). The initial phase
was characterizations such as grammage, density, mass density and viscosity test
aimed to determine the properties of indicators and materials. Identification was
implemented by measuring the diffusion length of indicator in the material at 24,
48, 72 and 96 h in temperature of 30.15°C and 50°C for cooking oil, while
30.15°C and 5°C for oil A and B. The slope of diffusion length versus time is
called by rate constant (k), where as the slope of ln k versus 1/T is called by
activation energy (Ea). Best indicator and the material were selected based on
their high value of Ea. Result showed that the ink was not be absorbed during
storage due to its high volatility and low viscosity, while cooking oil, lubricant A
and lubricant B have specific diffusion length during storage. These indicators and
materials were able to detect up to 4 days of shelf life during storage. Based on
activation energy, the most suitable indicator for smart label was lubricant A. The
best materials for this label development sequentially from low-to-high activation
energy were buffalo paper, duplex cartons, drawing paper, concord, HVS 80 g and
photo paper.
Keyword: color indicator, diffusion, shelf life recorder
38 7
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
IDENTIFIKASI INDIKATOR DAN MEDIUM UNTUK
LABEL CERDAS PENCATAT UMUR SIMPAN PRODUK
RIRIS OCTAVIASARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
38 11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Identifikasi Indikator dan Medium untuk Label Cerdas
Pencatat Umur Simpan Produk” ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Endang Warsiki, S.TP., M.Si
selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya selama penulis
menyelesaikan penelitian dan skrispi, kepada Prof. Djumali Mangunwidjaja,
DEA dan Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP., M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis, kepada kedua orang tua tercinta
Sucipto, Umiati, Eyang dan Ahmad Mujiburrahman, serta semua sahabat atas
segala kasih sayang, dukungan, dan doanya selama ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Departemen Teknologi Industri Pertanian atas dana bantuan
penelitian yang telah diberikan, seluruh staf pengajar dan laboran Laboratorium
Teknologi Industri Pertanian atas segala ilmu dan bantuannya, serta kepada
seluruh keluarga besar Teknologi Industri Pertanian 47 untuk pelajaran dan
pengalamannya selama ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2014
Riris Octaviasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kemasan Cerdas 2
Time-Temperature Indicator (TTI) 3
Difusi 4
Potensi Pemanfaatan Indikator dan Medium 5
Tetapan Laju dan Energi Aktivasi 7
METODE PENELITIAN 8
Alat dan Bahan 8
Prosedur Penelitian 8
Karakterisasi Medium 8
Karakterisasi Zat Cair 9
Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Medium 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Karakterisasi Medium 13
Gramatur 13
Rapat Massa 14
Karakterisasi Zat Cair 15
Densitas 15
Viskositas 16
Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Kertas 17
Tetapan Laju Serapan dan Energi Aktivasi 21
PENUTUP 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
RIWAYAT HIDUP 41
DAFTAR TABEL
1 Perbedaan viskositas minyak goreng, oli A dan oli B 16
2 Laju serapan dan R2 zat cair pada kertas 20
3 Nilai konstanta laju resapan pada indikator minyak goreng, oli A dan
oli B pada suhu 30.15°C 23
4 Nilai konstanta laju resapan pada indikator minyak goreng (50°C),
oli A (5°C) dan oli B (5°C) 25
5 Nilai energi aktivasi (Ea) 28
DAFTAR GAMBAR
1 Ilustrasi pemberian tanda batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator
viskositas rendah 11
2 Diag alir pembuatan label cerdas I 11
3 Diag alir pembuatan label cerdas II 12
4 Ilustrasi pemberian tanda batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator
viskositas tinggi 12
5 Grafik hubungan jenis kertas dengan nilai gramatur 13
6 Grafik hubungan jenis kertas dengan nilai rapat massa 14
7 Grafik hubungan antara densitas dan suhu pada minyak goreng, oli
A dan oli B 15
8 Grafik hubungan rata-rata panjang serapan minyak goreng pada
medium 19
9 Grafik hubungan rata-rata panjang serapan oli A pada medium 19
10 Grafik hubungan rata-rata panjang serapan oli B pada medium 19
11 Indikator minyak goreng 21
12 Indikator oli 21
13 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator minyak
goreng pada 30.15°C 22
14 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator oli A
30.15°C 22
16 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator minyak
goreng (50°C) 24
17 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator oli A (5°C) 24
18 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator oli B (5°C) 25
19 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T indikator minyak goreng 26
20 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T indikator oli A 26
21 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T indikator oli B 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Penjabaran kinetika orde satu hukum Fick dalam penentuan koefisien
panjang peresapan 33
2 Peresapan panjang tinta pada kertas jam ke-0 sampai jam ke-1 34
3 Nilai rataan panjang serapan setiap jenis kertas pada indikator minyak
goreng, oli A dan oli B penyimpanan jam ke-0 sampai jam ke-96 pada
suhu ruang (30.15°C) 35
4 Perubahan panjang dari jam ke-24, 48, 72 dan 96 pada suhu ruang
(30.15°C) dengan indikator minyak goreng, oli A dan oli B 36
5 Prototype label cerdas dalam lemari es selama 4 hari penyimpanan 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Umur simpan merupakan rentang waktu antara saat produk mulai dikemas
dengan mutu produk yang masih memenuhi syarat dikonsumsi. Informasi mengenai
umur simpan produk sangat penting untuk dicantumkan karena berhubungan erat
dengan kualitas dan keamanan produk pangan. Dengan adanya informasi umur
simpan, baik produsen maupun konsumen tidak hanya dapat mengetahui kualitas dan
keamanan produk. Umur simpan juga akan memberikan informasi terkait adanya
perubahan pada produk baik penampakan, aroma, rasa, dan lain-lain.
Salah satu alternatif yang dilakukan untuk mengetahui masa penyimpanan
produk yaitu dengan membuat label cerdas yang dapat mencatat umur simpan
produk yang dikenal dengan Time-Temperature Indicator (TTI). Prinsip
pembuatan TTI berbeda tergantung dari adanya respon perubahan produk secara
fisik maupun kimiawi selama penyimpanan. Salah satu prinsip pembuatan TTI
yaitu dengan memanfaatkan prinsip difusi suatu indikator pada medium tertentu.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan TTI dengan prinsip
difusi seperti TTI berbasis difusi asam laktat, TTI berbasis difusi zat kimia
teraktivasi, dan TTI berbasis difusi ester asam lemak.
Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi atau karakterisasi medium
dan indikator yang sesuai untuk pembuatan label cerdas. Kertas dan karton dipilih
sebagai bahan medium peresapan. Hal ini dikarenakan difusi berlangsung melalui
pori-pori atau celah pada medium. Pada dasarnya kertas dan karton memiliki pori-
pori atau celah antar ikatan serat selulosa yang menyusunnya. Pori-pori atau celah
yang dapat dilalui oleh cairan dengan proses difusi. Setiap jenis kertas dan karton
memiliki ukuran dan jumlah celah yang berbeda tergantung dari jenis selulosa
yang menyusunnya.
Indikator peresapan menggunakan dua jenis zat cair yang memiliki
perbedaan viskositas yaitu viskositas rendah dan viskositas tinggi. Prinsip difusi
pada suatu cairan dipengaruhi oleh tingkat viskositasnya, dimana semakin tinggi
viskositas cairan akan semakin tinggi pula laju alirnya dan sebaliknya. Dengan
membandingkan dua zat cair yang berbeda viskositas, maka dapat diketahui jenis
zat cair mana yang paling sesuai untuk digunakan sebagai indikator label
berdasarkan daya resap yang paling rendah. Label cerdas akan diaplikasikan di
dalam lemari es. Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan masyarakat umum,
khususnya ibu rumah tangga sering menyimpan makanan dalam lemari es tanpa
memberikan penandaan kapan penyimpanan dimulai. Padahal jarak waktu
penyimpanan dengan waktu konsumsi harus diperhatikan karena lama masa
penyimpanan dapat mempengaruhi mutu makanan yang akan dikonsumsi. Lama
waktu penyimpanan dapat diketahui dengan menggunakan label cerdas pencatat
umur simpan produk tersebut. Dengan adanya label cerdas, maka akan
memudahkan dalam identifikasi pencatatan lama waktu penyimpanan produk
dalam lemari es. Sehingga keamanan dan kualitas makanan yang disimpan dalam
lemari es tetap terjaga hingga makanan tersebut dikonsumsi.
Label cerdas akan dibuat dengan menggunakan prinsip difusi zat cair,
dimana indikator zat cair akan dibiarkan meresap (difusi) pada kertas selama
kurun waktu 4 hari penyimpanan. Setiap 24 jam zat cair akan memiliki rentang
2
panjang peresapan tertentu selama 4 hari penyimpanan. Panjang peresapan zat cair
tiap 24 jam tersebut yang akan dimanfaatkan sebagai pencatat atau pendeteksi
lamanya penyimpanan produk yang telah dilakukan. Rentang panjang peresapan
zat cair akan menunjukkan masa simpan produk dalam lemari es pada hari ke-1,
2, 3 dan 4.
Label cerdas yang dibuat dapat direkatkan pada kemasan produk selama
produk disimpan dalam lemari es. Selama proses penyimpanan akan terjadi
peresapan zat cair di sepanjang kertas yang digunakan sebagai media. Label akan
mencatat masa penyimpanan produk yang berbasis pada daya peresapan zat cair
(difusi). Semakin lama proses penyimpanan, maka akan semakin panjang pula
peresapan zat cair pada media. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut
terkait jenis zat cair dan medium yang digunakan sebagai media peresapan agar
dihasilkan label cerdas yang dapat mencatat umur simpan produk.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui karakteristik indikator dan medium yang akan digunakan untuk
membuat label cerdas
Mengetahui laju resapan indikator pada medium kondisi suhu ruang dan suhu
rendah
Menghitung nilai tetapan laju serapan dan energi aktivasi zat cair pada
medium
Memilih jenis indikator dan medium sebagai media peresapan yang akan
digunakan untuk membuat label cerdas.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada identifikasi indikator dan medium untuk
pembuatan label cerdas pencatat umur simpan produk. Penelitian dilakukan
menggunakan beberapa jenis medium dan zat cair sebagai indikator. Medium dan
zat cair dikarakterisasi terlebih dahulu untuk mengetahui sifat-sifatnya.
Selanjutnya menghitung tetapan laju serapan dan nilai energi aktivasi (Ea) setiap
indikator pada masing-masing medium untuk menentukan indikator dan jenis
medium yang sesuai untuk label cerdas pencatat umur simpan produk.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemasan Cerdas
Kemasan cerdas (smart packaging) adalah kemasan yang memiliki indikator
baik yang diletakkan secara internal maupun secara eksternal dan mampu
memberikan informasi tentang keadaan kemasan dan atau kualitas kemasan di
dalamnya (Robertson 2006). Menurut Robertson (2006) fungsi dari kemasan
cerdas diantaranya:
3
1. Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan cerdas saat ini
adalah mempertahankan integritas dan mencegah secara aktif kerusakan
produk (memperpanjang umur simpan)
2. Meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, flavor, aroma dan
lain-lain)
3. Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau lingkungan
kemasan
4. Mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product history) atau
kondisi untuk penggunanya.
Pengemasan cerdas bertujuan untuk mengawasi kondisi makanan terkemas
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas makanan dalam
kemasan sewaktu transportasi dan penyimpanan. Pengawasan kondisi makanan
dilakukan dengan menggunakan indikator yang dibedakan atas indikator luar dan
indikator dalam. Indikator luar adalah indikator yang diletakkan di luar kemasan
sementara indikator dalam adalah indikator yang ditempatkan di dalam kemasan
dapat ditempatkan pada head-space kemasan atau ditambahkan pada penutup
kemasan. Contoh indikator luar yaitu indikator waktu, indikator suhu dan
indikator pertumbuhan mikroba, sedangkan contoh indikator dalam adalah
indikator oksigen, indikator karbon dioksida, indikator patogen dan indikator
pertumbuhan mikroba (Ahvenainen 2003).
Beberapa penelitian telah banyak yang mengembangkan kemasan cerdas
baik indikator dalam maupun indikator luar untuk mengetahui kualitas dan
keamanan produk. Penelitian yang telah dilakukan terkait kemasan cerdas seperti
kemasan cerdas indikator warna untuk mendeteksi kesegaran buah nanas potong
selama penyimpanan (Putri 2012) dan pembuatan label cerdas pendeteksi
Esherichia coli (Lestari 2013). Pada penelitian Putri (2012) dilakukan pembuatan
indikator warna berbahan dasar kitosan untuk mengetahui tingkat kesegaran buah
nanas potong, sedangkan pada penelitian lestari (2013) dilakukan pembuatan label
cerdas dengan bahan dasar campuran agar bubuk dan EMB untuk mendeteksi
adanya Esherichia coli yang diaplikasikan pada daging.
Time-Temperature Indicator (TTI)
Salah satu solusi kemasan cerdas indikator suhu-waktu yang tersedia untuk
dapat mendeteksi umur simpan produk non-destruktif yaitu Time-Temperature
Indicator (TTI). Indikator ini memiliki prinsip kerja sebagai colorimetric dengan
melihat perubahan warna akibat menurunnya mutu produk perikanan di dalam
kemasan. Label TTI memperlihatkan perubahan warna akibat efek perubahan suhu
kerena reaksi antara kimia (Hasnedi 2009). Time-Temperature Indicator (TTI)
didefinisikan sebagai sebuah perangkat atau alat yang digunakan untuk
menentukan ukuran perubahan suhu dan waktu yang terjadi dengan
mencerminkan pengukuran suhu secara keseluruhan maupun suhu parsial produk
makanan yang disimpan dalam jangka waktu tertentu (Taoukis dan Labuza 1989).
Proses yang terjadi pada penggunaan TTI ini didasarkan pada perubahan
yang terjadi secara mekanik, kimia, elektrokimia, enzimatis maupun biologis,
yang biasanya dinyatakan sebagai respon yang terlihat atau terdeteksi dalam
bentuk deformasi secara mekanis (Taoukis dan Labuza 2003). Respon terhadap
berbagai perubahan kondisi penyimpanan tersebut memberikan indikasi kumulatif
4
perubahan suhu selama penyimpanan yang dapat dideteksi oleh TTI. Ada dua tipe
Time Temperature Indicator yaitu memberikan perubahan suhu yang masuk untuk
menunjukkan kumulatif dari perubahan suhu diatas suhu kritis serta lamanya
perubahan suhu itu terjadi (Time Temperature Indicators –TTI) dan memberikan
informasi apakah suhu berada diatas atau dibawah suhu kritis (Temperature
indicators–TI).
TI parsial tidak mampu merespon perubahan secara sebagian pada produk,
kecuali akumulasi keseluruhan perubahan suhu saat penyimpanan produk yang
dilakukan telah melewati ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini
mengindikasikan bahwa produk tersebut telah terpapar suhu penyimpanan yang
akan menyebabkan perubahan kualitas produk. Sedangkan TTI kumulatif dapat
memberikan respon secara terus menerus selama terjadi perubahan suhu selama
masa penyimpanan produk dan biasanya menjadikannya sebagai fokus utama
untuk kepentingan penelitian maupun eksploitasi secara komersial.
Pada dasarnya TTI merupakan suatu tag kecil atau label yang dapat
mendeteksi perkembangan suhu dan waktu untuk menentukan umur simpan
produk yang mudah rusak khususnya selama distribusi dari produsen hingga
sampai ke tangan konsumen akhir. Label TTI ini umumnya digunakan untuk
menentukan umur simpan pada produk-produk hasil peternakan seperti daging
dan produk unggas, dimana distribusi biasanya dilakukan dalam kondisi yang
dingin sehingga cukup berpotensi dalam pertumbuhan mikroba yang sangat
mempengaruhi produk.
Menurut Taoukis dan Labuza (2003) syarat-syarat TTI untuk dapat
digunakan secara komersial dalam kemasan pangan yaitu:
Mudah untuk digunakan dan diaktivasi
Tidak merusak kemasan
Harus dapat diaplikasikan dan diaktivasi pada saat pengemasan (bukan
sebelum pengemasan)
Harus memberikan respon yang akurat mengenai perubahan suhu
penyimpanan dan fluktuasi suhu yang cepat. Respon ini harus bersifat tidak
dapat balik (irreversible) dan berkorelasi dengan kerusakan aktual pada bahan
pangan yang disimpan
Mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi pengaruh suhu dan waktu
selama periode penyimpanan produk
Mudah dibaca dan jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman oleh
konsumen saat membaca TTI tersebut.
Sejumlah besar jenis TTI telah dikembangkan dan dipatenkan berdasarkan
prinsip-prinsip dan aplikasi yang telah ditinjau sebelumnya (Taoukis dan Labuza
2003). Saat ini juga telah tersedia secara komersial TTI dengan prinsip enzimatis,
dan berbasis sistem polimer yang semuanya dapat diaplikasikan pada berbagai
produk seperti daging dan produk unggas.
Difusi
Difusi atau pembauran (Diffusion) merupakan gerakan suatu komponen
melalui suatu campuran yang berlangsung karena suatu rangsangan fisika. Pada
umumnya, peristiwa disfusi disebabkan oleh adanya gradien atau (landaian)
5
konsentrasi pada komponen yang terdisfusi itu. Gradien konsentrasi cenderung
menyebabkan terjadinya gerakan komponen itu kearah yang menyamakan
konsentrasi dan menghapuskan gradien. Bila gradien itu dipertahankan dengan
menambahkan komponen yang terdifusi secara terus menerus pada ke ujung yang
berkonsentrasi tinggi pada gradient itu, aliran yang berdifusi akan berlangsung
secara kontinu (sinambung) (McCabe et al. 1999). Peristiwa difusi pada suatu media dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Adrimarsya (2012) beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan
difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Potensi Pemanfaatan Indikator dan Medium
Label cerdas pencatat umur simpan produk dapat dibuat dengan
menggunakan prinsip difusi. Prinsip difusi yang dimanfaatkan untuk pembuatan
label cerdas dapat menggunakan beberapa jenis indikator tergantung dari fungsi
yang akan digunakan dari label cerdas tersebut baik untuk mengidentifikasi
adanya perubahan suhu, waktu, maupun kualitas produk selama masa
penyimpanan, distribusi dan transportasi. Beberapa jenis label cerdas dengan
prinsip difusi telah dihasilkan seperti difusi bahan kimia teraktivasi, ester asam
lemak, dan asam laktat. Salah satu label cerdas yang telah dikembangkan dengan
memanfaatkan prinsip difusi yaitu label cerdas berbasis Time Temperature
Indicator (TTI) dengan difusi asam laktat untuk mendeteksi kualitas produk
makanan (Wanihsuksombat et al. 2010).
Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi medium peresapan berupa zat
padat dan indikator peresapan berupa zat cair untuk pembuatan label cerdas
pencatat umur simpan produk. Medium yang digunakan untuk media peresapan
indikator yaitu kertas. Kertas atau karton merupakan material yang dibuat dari
bahan dasar yang mengandung selulosa yang diberi perlakuan kimia, dibilas,
diuraikan, dipucatkan, dibentuk menjadi lembaran setelah pressing dan
dikeringkan (Sinuhaji 2010). Selulosa yang menyusun lembaran kertas atau karton
akan saling berikatan. Daya ikat antar serat dalam suatu lembaran kertas atau
karton akan ditentukan oleh besarnya intensitas ikatan, banyaknya fibrilasi dan
susunan molekul selulosa, sehingga dapat menyebabkan terjadinya ikatan
hidrogen (Nasution 2010). Daya ikat serat pada kertas atau karton tergantung dari
jenis selulosa yang digunakan. Daya ikat serat mempengaruhi pori-pori maupun
jumlah celah yang terbentuk pada permukaan kertas atau karton. Pori-pori yang
dimiliki kertas akan membuat kertas atau karton mampu menyerap suatu cairan
melalui difusi. Difusi suatu zat cair dapat terjadi melewati celah suatu membran
6
atau medium. Dengan adanya pori-pori atau celah dari ikatan serat selulosa pada
kertas tersebut, maka kertas dapat dijadikan sebagai medium dalam proses difusi
oleh indikator berupa cairan
Indikator yang digunakan untuk pembuatan label cerdas yaitu zat cair. Label
cerdas pencatat umur simpan produk dapat dibuat dengan menfaatkan difusi zat
cair pada medium kertas. Dua jenis indikator yang digunakan berdasarkan
perbedaan viskositas yaitu viskositas rendah dan viskositas tinggi. Viskositas
merupakan ukuran kekentalan dari cairan yang menentukan laju kecepatan
alirnya. Semakin lambat aliran berarti viskositasnya tinggi, dan sebaliknya semakin
cepat aliran berarti viskositasnya makin rendah (Kanoni 1999). Indikator viskositas
rendah yang digunakan yaitu tinta, sedangkan indikator viskositas tinggi yang
digunakan yaitu minyak.
Tinta mengandung tiga komponen utama yang terdri dari bahan pewarna
(pigmen), zat pengikat (varnish/vehicle), dan zat aditif atau bahan penolong.
Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Bahan pewarna
berfungsi memberikan warna pada tinta, membentuk bodi pada tinta dan
memberikan lapisan warna pada permukaan hasil cetakan. Zat pengikat berfungsi
mengikat bahan pewarna dan bahan penolong sehingga tercampur dengan baik.
Zat aditif dari pelarut (solvent), resin, dan minyak pengerin. Sedangkan zat aditif
berfungsi untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu pada tinta, baik sifat kimia
(mengatur proses pengeringan tinta) maupun sifat fisika tinta (sifat alir tinta,
ketahanan gosok tinta dan sebagainya (Adhi dan Susanto 2013).
Adanya kandungan bahan pewarna pada tinta dapat memudahkan dalam
melihat respon difusi zat cair pada medium selama masa penyimpanan untuk
mencatat umur simpan. Selain itu tinta memiliki komponen yang dapat
mempengaruhi tingkat viskositas seperti pelarut (Hidrokarbon, ester, keton dan
alkohol). Adanya kandungan pelarut tersebut yang menyebabkan tinta memiliki
viskositas yang lebih rendah dibandingkan minyak. Viskositas yang rendah akan
meningkatkan laju alir tinta. Sehingga tinta dikategorikan sebagai zat cair
viskositas rendah dan diidentifikasi untuk menentukan panjang peresapannya pada
medium.
Viskositas hanya dimiliki pada cairan atau fluida riil dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu jenis zat cair yang memiliki viskositas yaitu minyak.
Minyak memiliki tingkat viskositas tinggi dan berbeda satu sama lainnya. Jenis
minyak yang memiliki viskositas tinggi seperti minyak goreng dan oli. Minyak
kelapa sawit yang menjadi bahan baku minyak goreng memiliki viskositas sebesar
60 cSt pada suhu 20°C (Vaitilingom et al. 1997), sedangkan oli memiliki
viskositas sebesar 39.30 cSt (Nugroho dan Sunarno 2012). Adanya perbedaan
nilai viskositas antara kedua minyak tersebut, dapat digunakan sebagai
perbandingan indikator viskositas tinggi dalam pembuatan label cerdas dengan
mengetahui panjang peresapan masing-masing indikator pada medium. Viskositas
dipengaruhi oleh suhu dimana semakin tinggi suhu suatu cairan maka semakin
rendah viskositasnya dan laju alirnya akan meningkat. Begitu pula sebaliknya.
Semakin rendah suhu, maka akan semakin tinggi viskositasnya dan laju alir dari
cairan akan menurun.
7
Tetapan Laju dan Energi Aktivasi
Kesesuaian antara jenis kertas dan zat cair yang digunakan dapat diketahui
dengan melihat nilai energi aktivasi setiap medium terhadap zat cair yang
digunakan. Sebelum menentukan nilai energi aktivasi tersebut, maka ditentukan
terlebih dahulu masing-masing nilai slope hubungan antara panjang serapan zat
cair pada medium terhadap lamanya waktu penyimpanan. Daya serap dari zat cair
yang terjadi pada media medium yang digambarkan dengan panjang peresapan zat
cair tersebut mengikuti persamaan kinetika orde satu (Coe 1971; Smith 1993;
Ritchie 1996 dalam Warsiki 2006) sebagai berikut:
(1)
dimana C adalah konsentrasi pelarut; k adalah konstanta orde satu; C˷ dan Ct
menunjukkan konsentrasi pada saat keseimbangan, dan t adalah waktu. Kinetika
orde satu yang dijelaskan oleh hukum Fick tersebut ditransformasikan dalam
penentuan nilai konstanta laju serapan zat cair pada medium kertas buffalo, HVS
80 g, foto, concord, gambar dan karton duplex. Dari persamaan (1) maka variabel
yang digunakan untuk menentukan konstanta daya serap zat cair pada medium
sebagai berikut:
(2)
sehingga:
(3)
dimana : L = panjang serapan (cm)
k = konstanta serapan
Lt = panjang akhir serapan saat penyimpanan jam ke-t
L = panjang awal serapan saat penyimpanan jam tak terhingga
Berdasarkan persamaan (2) hubungan antara nilai k dengan perubahan panjang
peresapan dapat dituliskan pada persamaan 4 dengan penjabaran dapat dilihat
pada Lampiran 1.
(4)
Dengan demikian konstanta laju serapan k dapat diperoleh dari slope grafik
hubungan antara nilai terhadap waktu (t).
Tetapan laju sangat tergantung suhu. Dalam penyelesaian banyak kasus,
hubungan antara logaritma dari tetapan laju dan kebalikan dari suhu mutlak pada
kisaran tertentu dari suhu secara linier dan kuantitatif dijelaskan dengan
8
menggunakan persamaan Arrhenius (Smith 1993; Coe 1971 dalam Warsiki 2006).
Persamaan Arrhenius tersebut menunjukkan hubungan antara tetapan laju k, suhu
dan energi aktivasi.
k = A × (5)
Dimana, k = tetapan laju
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi (J/mol)
R = tetapan gas ideal = 8.3184 J/mol K
T = suhu mutlak (K)
dengan demikian energi aktivasi (Ea) dan faktor frekuensi (A) dapat diketahui dari
nilai slope dan intersep dari grafik plot nilai hubungan antara ln k dengan 1/T
(persamaan 6).
ln k = -Ea/RT + ln A (6)
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, bolpoin,
penggaris, lemari es, jar, gelas ukur, thickness gauge, tabung Ostwald,
piknometer, waterbath, gelas piala, neraca analitik, sudip, inkubator,
termometer ruangan dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima jenis kertas
dan satu jenis karton yaitu buffalo, HVS 80 g, foto, concord, buku gambar dan
karton duplex sebagai medium pembuatan label, 5 jenis tinta yaitu tinta tato
permanen, tinta tato non permanen, tinta spidol boardmarker, tinta bak, dan
tinta stempel, minyak goreng, oli A, oli B, sebagai zat cair yang digunakan,
pewarna minyak dan alkohol.
Prosedur Penelitian
Karakterisasi Medium
Uji Gramatur (SNI 0123:2008)
Gramatur adalah massa kertas atau karton dalam g dibagi dengan satu
satuan luas dalam meter persegi yang diukur dalam kondisi standar (30.15°C, 1
atm). Prosedur percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai gramatur kertas
atau karton yaitu lembaran kertas atau karton dipotong dengan ukuran sampel 20
9
× 1.5 cm. Kemudian potongan sampel ditimbang untuk menentukan massa kertas
atau karton. Setiap sampel tersebut diukur panjang dan lebarnya untuk
menentukan luas. Gramatur diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai
gramatur (persamaan 7).
(7)
Dimana:
G = Gramatur kertas atau karton (g/m2)
m = Massa kertas atau karton (g)
L = Luas kertas atau karton (m2)
Uji Rapat Massa (SNI 0123:2008)
Rapat masssa atau densitas adalah besaran yang menyatakan perbandingan
antara massa kertas atau karton dibagi dengan volume kertas atau karton, diukur
pada kondisi standar. Prosedur percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai
rapat massa yaitu lembaran kertas atau karton dipotong sesuai ukuran sampel 20 ×
1.5 cm. Kemudian ditimbang untuk menentukan massa masing-masing kertas atau
karton. Setiap kertas atau karton diukur panjang dan lebarnya untuk menentukan
luas. Selanjutnya kertas atau karton juga diukur nilai ketebalannya. Rapat massa
diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai rapat massa (persamaan 8).
(8)
Karakterisasi Zat Cair
Uji Densitas (SNI 04-7182-2006)
Piknometer kosong dicuci dengan aquades dan dibilas dengan etanol,
ditimbang lalu diisi dengan air dan dimasukkan ke dalam penangas air yang telah
ditetapkan suhunya, yaitu 25oC. Kemudian permukaan air diatur sampai pada
puncak kapiler, dibiarkan selama 15 menit. Piknometer dipindahkan dari
penangas, dikeringkan bagian luarnya dan ditimbang dengan teliti. Piknometer
dikosongkan, lalu dibasuh beberapa kali dengan alkohol kemudian dikeringkan
kembali. Prosedur di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang akan diukur
sebagai pengganti air. Densitas sampel dapat diukur dengan rumus berikut:
Bobot jenis sampel pada suhu tertentu dapat dihitung dengan rumus, G = G’
+ nilai koreksi (25oC T
oC). Nilai koreksi ditambahkan jika pengukuran di atas
suhu 15oC, dan dikurangi pada suhu di bawah 15
oC.
Dimana:
Bobot jenis (g/mL) =
Bobot sampel
Bobot air
10
G = bobot jenis sampel pada suhu 25oC
G’ = bobot jenis sampel pada suhu pengukuran (pada ToC).
Uji Viskositas (SNI 04-7182-2006)
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat viskosimeter. Aquades
dipanaskan pada suhu 40°C dan dimasukkan ke dalam tabung viskosimeter
Ostwald. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera dicatat. Selanjutnya
zat cair dipanaskan pada suhu 40°C dan dimasukkan ke dalam tabung
viskosimeter Ostwald. Kemudian waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda
tera dicatat. Viskositas diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus nilai
viskositas (persamaan 9).
(9)
Dimana:
µ = viskositas aquades suhu 40°C
d1 = densitas aquades suhu 40°C (g/mL)
t1 = waktu yang diperlukan aquades untuk mengalir (detik)
d2 = densitas zat cair suhu 40°C (g/mL)
t2 = waktu yang diperlukan untuk zat cair mengalir (detik)
Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Medium
Pada penelitian ini akan dilakukan pencarian jenis medium dan zat cair yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pembuatan label cerdas pencatat umur simpan
produk. Pada tahap ini dilakukan uji peresapan zat cair pada medium. Medium
peresapan yang digunakan terdiri dari buffalo, HVS 80 g, foto, concord, gambar
dan karton duplex. Zat cair sebagai indikator peresapan pada medium dipilih dari
dua cairan yang berbeda. Dua jenis cair yang digunakan dipilih berdasarkan
perbedaan viskositas dimana zat cair yang satu mempunyai viskositas tinggi dan
zat cair lainnya mempunyai viskositas rendah. Adapun masing-masing jenis zat
cair dibedakan lagi berdasarkan jenisnya. Zat cair viskositas tinggi meliputi
minyak goreng, oli A dan oli B, sedangkan zat cair dengan viskositas rendah
meliputi tinta tato permanen, tinta tato non permanen, tinta spidol boardmarker,
tinta bak, dan tinta stempel
Pembuatan Label dengan Indikator Viskositas Rendah
Kertas atau karton dipotong persegi panjang (label) dengan ukuran 20 × 1.5
cm, kemudian tinta diteteskan di salah satu ujung kertas atau karton. Selanjutnya
didiamkan selama 10 detik dan diberi tanda pada batas penyebaran setelah tinta
diteteskan sebagai batas pengamatan pada jam ke-0. Ilustrasi pemberian tanda
batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator viskositas rendah dapat dilihat pada
Gambar 1. Selanjutnya label disimpan pada suhu ruang selama 96 jam dengan
11
Kertas / karton
Sampel yang ditetesi tinta
Label
Nilai Panjang peresapan
Nilai Panjang peresapan dan Ea
melakukan pencatatan panjang peresapan zat cair. Adapun diagram alir
pembuatan label cerdas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1 Ilustrasi pemberian tanda batas untuk pengamatan jam ke-0 indikator
viskositas rendah
Gambar 2 Diagram alir pembuatan label cerdas I
t = 0 tinta kertas
Start
Dipotong ukuran 20 × 1.5 cm dan
ditetesi tinta pada salah satu ujungnya
Didiamkan (selama 10 detik) dan
dibuat tanda batas penyerapan awal
(jam ke-0)
Label disimpan selama 96 jam pada
suhu ruang dan dicatat panjang
peresapan jam ke-24, 48, 72 dan 96)
medium
End
Kertas atau Karton
Tetapan laju dan energi aktivasi
dihitung dari nilai panjang peresapan
Nilai tetapan laju dan Energi
Aktivasi
12
Label dengan tanda
batas pencelupan
Sampel kertas
atau karton
Label
Nilai panjang peresapan
Kertas atau
karton
Jar berisi minyak
Nilai panjang
peresapan
Minyak, pewarna
Pembuatan Label dengan Indikator Viskositas Tinggi
Kertas atau karton atau karton dipotong persegi panjang dengan ukuran 20 ×
1.5 cm kemudian dicelupkan ke dalam jar berisi zat cair yang telah diberikan
pewarna sebelumnya. Kertas atau karton atau karton diberi tanda pada bagian
ujungnya sebelum dicelupkan untuk memudahkan pengukuran pengamatan mulai
jam ke-0. Ilustrasi pemberian tanda batas jam ke-0 indikator viskositas tinggi
dapat dilihat pada Gambar 3. dengan metode pembuatan label cerdas dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 3 Ilustrasi pemberian tanda batas jam ke-0 indikator viskositas tinggi
Gambar 4 Diagram alir pembuatan label cerdas II
mediJar + zat
cair
Label dicelupkan dalam jar dan
disimpan (suhu ruang, lemari es, dan
inkubator) dengan panjang peresapan
dicatat jam ke-24, 48, 72 dan 96
Dicampur dan diambil 10 mL dengan
gelas ukur untuk dituang ke jar
Diberi garis batas
pencelupan dengan jarak
0.5 cm dari ujungnya
Dipotong ukuran 1.5 × 20
cm
medium
10 mL minyak,
0.05 g Pewarna
Kertas atau karton
Label
Start
Start
Tetapan laju dan energi aktivasi
dihitung dari nilai panjang
peresapan
Nilai tetapan laju dan Energi
Aktivasi
End
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Medium
Gramatur
Gramatur adalah massa lembaran kertas atau karton dalam g dibagi dengan
satuan luas kertas atau karton dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar
(BSN 2008). Pada dasarnya nilai gramatur setiap jenis kertas atau karton berbeda-
beda. Nilai gramatur setiap kertas atau karton yang berbeda tersebut tergantung
dari jenis dan komposisi bahan (pulp) yang digunakan dalam proses
pembuatannya. Keragaman gramatur, ketebalan, dan rapat massa memiliki
hubungan yang sangat erat satu sama lain, begitu pula dengan panjang dan
lebarnya. Hal ini disebabkan karena formulasi gramatur dapat diperoleh dari
perbandingan berat kertas atau karton (g) dengan luasan kertas atau karton(m2),
sedangkan untuk rapat massa merupakan perbandingan gramatur (g/m2) dengan
ketebalan. Maka dari itu antara rapat massa, ketebalan dan gramatur saling
berkaitan dalam menentukan sifat lembaran kertas atau karton (karton) (Nurminah
2002). Berdasarkan perhitungan gramatur yang dilakukan, maka nilai gramatur
setiap kertas atau karton yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik hubungan jenis medium dengan nilai
gramatur
Dari Gambar 5 menunjukkan hubungan jenis kertas atau karton yang
digunakan dengan nilai gramaturnya. Nilai gramatur dihitung menggunakan
persamaan 7. Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai gramatur dari
kertas buffalo, HVS 80 g, foto, Concord, gambar dan karton duplex secara
berturut-turut yaitu 152.222 g/m2, 85.556 g/m
2, 235.556 g/m
2, 231.111 g/m
2,
151.111 g/m2, dan 1055.556 g/m
2. Dari perhitungan nilai gramatur tersebut dapat
dinyatakan bahwa medium yang mempunyai nilai gramatur paling tinggi yaitu
50
170
290
410
530
650
770
890
1010
Buffalo HVS 80 g Foto Concord Gambar Karton
Duplex
Gra
ma
tur (
g/m
2)
Jenis Medium
14
kertas HVS 80 g dan medium yang mempunyai nilai gramatur paling rendah yaitu
karton duplex.
Rapat Massa
Rapat massa adalah massa lembaran karton dalam kilog dibagi dengan
satuan volume karton dalam meter kubik, dihitung dari besarnya gramatur dibagi
tebal karton, diukur pada kondisi standar (BSN 2008). Seperti halnya nilai
gramatur kertas, nilai rapat massa juga berbeda untuk setiap jenisnya. Nilai rapat
massa akan berkaitan erat dengan nilai gramatur dan ketebalan seperti yang telah
dijelaskan pada pengukuran nilai gramatur. Berdasarkan perhitungan rapat massa
yang dilakukan, maka nilai rapat masing-masing medium yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 6.
Nilai rapat massa dihitung menggunakan persamaan 8. Berdasarkan Gambar
6 dapat dilihat bahwa nilai rapat massa dari kertas buffalo, HVS 80 g, foto,
concord, gambar dan karton duplex secara berturut-turut yaitu 10.111 kg/m3,
10.267 kg/m3, 10.928 kg/m
3, 8.832 kg/m
3, 10.264 kg/m
3, dan 7.561 kg/m
3. Dari
perhitungan nilai gramatur tersebut dapat dinyatakan bahwa medium yang
mempunyai nilai rapat massa paling rendah yaitu karton duplex dan medium yang
mempunyai nilai rapat massa paling tinggi yaitu foto. Secara teknis rapat massa
mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar seratnya (Casey 1961 dalam
Nurminah 2002). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai rapat massa
maka semakin besar daya ikatan antar seratnya. Dan sebaliknya, semakin rendah
nilai rapat massa, maka semakin kecil juga daya ikatan antar seratnya.
Gambar 6 Grafik hubungan jenis medium dengan nilai
rapat massa
0
2
4
6
8
10
12
Buffalo HVS 80 g Foto Concord Gambar Karton
Duplex
Ra
pa
t m
ass
a (
kg
/m3
)
Jenis medium
15
Karakterisasi Zat Cair
Densitas
Densitas merupakan hasil pengukuran massa setiap satuan volume benda
atau zat. Nilai densitas suatu fluida tertentu tidak akan sama pada semua suhu.
Adanya perubahan suhu akan mempengaruhi densitas fluida. Nilai densitas suatu
jenis fluida berbeda dengan fluida yang lain. Semakin tinggi densitas suatu benda
atau zat maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Uji densitas hanya
dilakukan pada zat cair viskositas tinggi yaitu minyak goreng, oli A dan oli B. Hal
ini dikarenakan tingkat volatilitas tinta yang sangat tinggi sehingga tidak dapat
dilakukan uji densitas tersebut. Hubungan antara perubahan densitas dan suhu
pada minyak goreng, oli A dan oli B tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik hubungan antara densitas dan suhu pada minyak
goreng, oli A dan oli B
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa pengukuran densitas zat cair
pada suhu 25°C, 40°C, dan 50°C berbeda. Setiap zat cair menunjukkan
kecenderungan penurunan nilai densitas terhadap penurunan suhu. Pada suhu
25°C untuk minyak goreng, oli A dan Oli B mempunyai nilai densitas sebesar
0.910 g/mL, 0.818 g/mL dan 0.804 g/mL. Pada suhu 40°C nilai densitas minyak
goreng, oli A dan oli B yaitu 0.907 g/mL, 0.817 g/mL dan 0.803 g/mL, sedangkan
nilai densitas pada suhu 50°C untuk minyak goreng, oli A dan oli B yaitu 0.906
g/mL, 0.810 g/mL, 0.802 g/mL. Nilai densitas paling tinggi dari minyak goreng,
oli A dan oli B terjadi pada suhu 25°C dan nilai densitas paling rendah terjadi
pada suhu 50°C. Berdasarkan Gambar 7, maka dapat diperoleh nilai laju
penurunan densitas minyak goreng, oli A dan oli B secara berturutan yaitu 0.0002
g/mL per jam, 0.0003 g/mL per jam dan 0.0001 g/mL per jam. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai densitas dari suatu zat cair akan dipengaruhi oleh
suhunya. Semakin tinggi suhu fluida maka akan semakin tinggi pula nilai
densitasnya. Sebaliknya, semakin rendah suhu fluida maka semakin rendah juga
nilai densitasnya.
0.780
0.800
0.820
0.840
0.860
0.880
0.900
0.920
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Den
sita
s (g
/mL
)
Suhu °C
Minyak
GorengOli A
Oli B
16
Beberapa minyak nabati yang telah diteliti menunjukkan kecenderungan
penurunan densitas secara linier terhadap peningkatan suhu. Penurunan densitas
disebabkan telah terjadinya peningkatan volume CPO dengan massa konstan pada
suhu yang tinggi (Noureddini et al 1992 dalam Permatasari 2011). Adanya
peningkatan volume ini disebabkan oleh pecahnya molekul-molekul minyak
akibat pengaruh suhu yang tinggi sehingga molekul-molekul menempati volume
yang lebih besar dibandingkan saat suhu rendah (Cuah et al. 2008 dalam
Permatasari 2011). Hal demikian juga berlaku pada zat cair jenis oli Adan oli B.
Peristiwa peningkatan suhu yang mengakibatkan pecahnya molekul-
molekul di dalam suatu zat cair inilah yang mengakibatkan adanya penurunan
densitas pada kondisi suhu tinggi untuk minyak goreng, oli A dan oli B. Dengan
adanya penambahan volume suatu zat cair pada suhu tinggi ini akan
meningkatkan daya serapnya pada suatu medium dibandingkan dengan perlakuan
pada suhu rendah. Sehingga daya serap zat cair pada suatu medium dalam kondisi
suhu tinggi akan lebih besar daripada daya serap zat cair pada suatu medium
dalam kondisi suhu rendah.
Viskositas
Viskositas merupakan resistensi atau ketidakmauan bahan mengalir apabila
dikenai gaya (mengalami penegangan) atau gesekan internal dalam cairan dan
merupakan suatu ukuran terhadap kecepatan aliran. Semakin lambat aliran berarti
viskositasnya tinggi, dan sebaliknya semakin cepat aliran berarti viskositasnya makin
rendah (Kanoni 1999). Uji viskositas juga hanya dilakukan pada zat cair viskositas
tinggi yaitu minyak goreng, oli A dan oli B. Hal ini dikarenakan tingkat volatilitas
tinta yang tinggi sehingga tidak dapat dilakukan uji viskositas. Tingkat viskositas
zat cair yang digunakan mempengaruhi daya serapnya terhadap suatu medium
yang dilewati. Medium yang dilalui oleh zat cair berupa minyak goreng dan oli
tersebut yaitu kertas. Perbedaan tingkat viskositas antara minyak goreng dan oli akan
berpengaruh pada perbedaan panjang serapan masing-masing zat cair tersebut pada
kertas. Secara visual, viskositas antara minyak goreng, oli A dan oli B sangat
berbeda. Minyak goreng mempunyai tingkat viskositas yang lebih rendah
dibandingkan dengan oli A dan oli B, sedangkan Oli A dan oli B mempunyai
tingkat viskositas yang hampir sama. Namun kedua jenis oli tersebut tetap
mempunyai nilai viskositas yang berbeda. Perbedaan tingkat viskositas antara oli
A dan oli B dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbedaan viskositas minyak goreng, oli A dan oli B
Jenis zat cair Viskositas pada 40°C (cSt)
Minyak goreng 23.365
Oli A 56.491
Oli B 51.835
17
Berdasarkan Tabel 1 dengan pengukuran nilai viskositas minyak goreng
pada suhu 40°C telah terjadi penurunan viskositasnya. Viskositas suatu cairan
akan menurun jika terjadi kenaikan suhu, dan sebaliknya. Viskositas akan
meningkat jika terjadi penurunan suhu. Kondisi tersebut juga terjadi pada zar cair
lain yaitu oli. Semakin kental pelumas maka akan semakin berat bobotnya. Oli
cenderung menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas, dan menjadi kental
dan tidak mudah mengalir ketika dingin. Tetapi masing-masing kecenderungan
tersebut tidak sama untuk semua oli. Kekentalan atau berat oli dinyatakan oleh
angka yang disebut indeks kekentalan. Jika indeksnya rendah berarti oli tersebut
encer. Sebaliknya, jika indeksnya tinggi berarti olinya kental (Soedarmo 2008).
Peristiwa perubahan viskositas dapat dijelaskan dengan teori termodinamika
yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu suatu fluida, molekul fluida akan
bergerak cepat sehingga secara makro akan meningkatkan tekanan. Jika tidak
terdapat batas pada materi tersebut maka materi akan mengembang dan
memperlebar jarak antar molekulnya. Jarak antar molekul yang lebar akan
mengakibatkan viskositas semakin menurun.
Tabel 1 menunjukkan bahwa viskositas pada suhu 40°C minyak goreng
lebih rendah dibandingkan dengan oli A, dan viskositas oli B lebih rendah
dibandingkan dengan oli A. Viskositas paling rendah yaitu minyak goreng dan
tingkat viskositas paling tinggi yaitu oli A. Semakin tinggi nilai viskositas cairan,
maka akan semakin baik pula dalam penggunaan cairan sebagai indikator dalam
pembuatan label cerdas. Hal ini dikarenakan label cerdas akan diaplikasikan di
dalam lemari es pada suhu lebih rendah ±5°C, maka dari itu dibutuhkan zat cair
yang lebih kental agar memiliki daya serap yang lebih rendah. Semakin kental zat
cair yang digunakan maka akan semakin rendah juga daya resapnya pada suatu
medium. Sehingga ukuran kertas atau karton yang digunakan sebagai medium
akan semakin pendek dan memudahkan aplikasi label cerdas pada lemari es
karena lebih praktis dan menghemat ruang penyimpanan.
Pemilihan Kesesuaian Jenis Cairan dan Kertas
Label cerdas yang dihasilkan akan digunakan untuk mengetahui umur
simpan produk selama 4 hari penyimpanan. Label cerdas akan diaplikasikan untuk
produk yang disimpan dalam lemari es. Dalam kurun waktu tersebut, zat cair
dalam label harus mampu meresap pada medium untuk mencatat masa
penyimpanan produk. Sebelum diketahui jenis medium dan zat cair yang sesuai,
maka terlebih dahulu dilakukan pemilihan kesesuaian jenis cairan dan kertas.
Zat cair yang digunakan sebagai indikator dibedakan berdasarkan viskositas
menjadi dua jenis yaitu viskositas rendah dan viskositas tinggi. Zat cair viskositas
tinggi meliputi minyak goreng, oli A dan oli B, sedangkan zat cair dengan
viskositas rendah meliputi tinta tato permanen, tinta tato non permanen, tinta
spidol boardmarker, tinta bak, dan tinta stempel. Medium peresapan yang
digunakan dalam pembuatan label cerdas yaitu kertas. Medium yang digunakan
juga memanfaatkan 5 jenis medium dan 1 jenis karton yang ada di pasaran yaitu
buffalo, HVS 80 g, foto, concord, buku gambar dan karton duplex.
Penelitian yang menggunakan tinta sebagai indikator menunjukkan hasil
yang tidak sesuai antara jenis zat cair dan medium yang digunakan. Tinta yang
18
diteteskan pada medium hanya mampu meresap pada jam ke-1. Setelah itu tinta
mengering dan tidak dapat meresap lagi. Padahal pengamatan panjang peresapan
tinta harus dilakukan sebanyak 4 kali selama 4 hari penyimpanan pada jam ke-24,
48, 72 dan 96. Hal ini disebabkan tinta yang ada di pasaran umumnya mempunyai
tingkat volatilitas yang cukup tinggi dan viskositas rendah sehingga tinta yang
diteteskan pada medium akan lebih cepat mengering. Peresapan panjang tinta
pada medium jam ke-0 sampai jam ke-1 dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara umum, susunan komponen tinta terdiri atas tiga kelompok, yaitu bahan
perwarna/pigmen, zat pengikat/varnish/vehicle, dan zat aditif/ bahan penolong/zat
tambahan (additional agent). Komponen bahan pewarna mempunyai beberapa fungsi
diantaranya untuk memberikan warna pada tinta, membentuk bodi pada tinta dan
memberikan lapisan warna pada permukaan hasil cetakan. Pada komponen zat
pengikat/varnish/vehicle atau sering disebut juga varnish merupakan medium untuk
mengikat bahan pewarna dan bahan penolong sehingga keduanya dapat tercampur
dengan baik. Vehicle/varnish terdiri dari pelarut (solvent), resin, dan minyak
pengerin. Sedangkan zat aditif/ bahan penolong/zat tambahan (additional agent)
merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam tinta selain bahan pokok tinta
(pigmen dan varnish) (Adhi dan Susanto 2013).
Fungsi bahan penolong (additive agents) adalah untuk mendapatkan sifat-
sifat tertentu pada tinta, baik sifat kimia (mengatur proses pengeringan tinta)
maupun sifat fisika tinta (sifat alir tinta, ketahanan gosok tinta dan sebagainya).
Yang termasuk bahan-bahan penolong (additive agent) antara lain bahan pengisi
(filler), bahan pengering (drier), bahan anti-kering, lilin (wax/compound), bahan
pengencer (reducer), bahan pelemas (plasticizer) dan bahan pendispersi (Adhi dan
Susanto 2013). Pada dasarnya tinta yang diproduksi di pasaran dikhususkan
untuk menghasilkan tulisan atau gambar yang dibuat sedemikian rupa untuk
segera digunakan. Sehingga tinta tidak cocok digunakan sebagai zat cair pada
pembuatan label cerdas.
Penelitian yang menggunakan zat cair dengan viskositas tinggi
menunjukkan hasil yang sesuai dengan prinsip pemanfaatan difusi zat cair pada
medium untuk mencatat umur simpan selama 4 hari penyimpanan. Tingkat
viskositas dari setiap zat cair akan mempengaruhi daya serapnya pada kertas.
Cepat aliran yang dipengaruhi oleh viskositas tersebut menunjukkan kemampuan
panjang serapan minyak goreng, oli A dan oli B pada medium yang digunakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata panjang peresapan minyak
goreng, oli A dan oli B pada setiap medium yang digunakan dari jam ke-24
sampai jam ke-96 pada suhu ruang (30.15°C) dapat dilihat pada Gambar 8,
Gambar 9 dan Gambar 10.
Dari panjang peresapan minyak goreng, oli A dan oli B pada Gambar 8,
Gambar 9, dan Gambar 10, menunjukkan bahwa nilai panjang peresapan yang
berbeda-beda. Pada indikator minyak goreng, medium dengan nilai panjang
serapan paling besar yaitu kertas concord dan medium dengan panjang serapan
paling kecil yaitu kertas buffalo. Pada indikator oli A dan oli B menunjukkan hasil
yang sama untuk jenis medium dengan panjang serapan paling besar yaitu kertas
concord, sedangkan jenis medium dengan panjang serapan paling kecil yaitu
kertas foto. Nilai panjang serapan dari setiap jenis medium pada indikatornya
minyak goreng, oli A dan oli B penyimpanan jam ke-24 sampai jam ke-96 pada
suhu ruang (30.15°C) dapat dilihat pada Lampiran 2.
19
Gambar 8 Grafik hubungan panjang serapan minyak goreng pada
medium
Gambar 9 Grafik hubungan panjang serapan oli A pada medium
Gambar 10 Grafik hubungan panjang serapan oli B pada
medium
0
5
10
15
20
25
0 24 48 72 96
Pa
nja
ng
ser
ap
an
(cm
)
Jam ke
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
Buffalo
0
5
10
15
20
0 24 48 72 96
Pan
jan
g se
rap
an (
cm)
Jam ke
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
0
5
10
15
20
0 24 48 72 96
Pa
nja
ng
Ser
ap
an
(cm
)
Jam ke
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
20
Berdasarkan Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dipilih tiga jenis
medium dan indikator paling baik yang dapat digunakan untuk membuat label
cerdas pencatat umur simpan produk. Tiga jenis medium yang dipilih yaitu kertas
buffalo, foto dan gambar dengan indikator berupa oli. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan panjang label yang akan dibuat. Minyak goreng yang
digunakan sebagai indikator memiliki daya serap yang lebih tinggi dibandingkan
oli. Panjang peresapan pada semua medium yang digunakan mencapai lebih dari
15 cm. Label yang dibuat dengan panjang lebih dari 15 cm akan menyulitkan
aplikasi label. Dengan panjang label tersebut, maka tempat penyimpanan yang
disediakan pun harus cukup. Berdasarkan Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8
maka laju serapan dan nilai R2 zat cair pada medium (cm/jam) dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Laju serapan dan R2 zat cair pada kertas
Jenis Zat Cair Jenis Kertas Laju Serapan
(cm/jam)
R2
Minyak Goreng
Buffalo 0.0573 0.9890
HVS 80 g 0.1133 0.9889
Foto 0.0840 0.9853
Concord 0.1560 0.9986
Gambar 0.1079 0.9868
Karton Duplex 0.1330 0.9930
Oli A
Buffalo 0.0680 0.9935
HVS 80 g 0.0730 0.9862
Foto 0.0517 0.9897
Concord 0.1035 0.9867
Gambar 0.0579 0.9896
Karton Duplex 0.0766 0.9917
Oli B
Buffalo 0.0678 0.9895
HVS 80 g 0.0783 0.9733
Foto 0.0479 0.9910
Concord 0.1098 0.9841
Gambar 0.0566 0.9832
Karton Duplex 0.0788 0.9909
Aplikasi pada produk di dalam lemari es, tidak memungkinkan
menggunakan label yang memiliki dimensi panjang melebihi 15 cm. Hal ini
dikarenakan tempatnya yang tidak cukup luas dengan berbagai produk di
dalamnya yang cukup banyak, sehingga dipilih jenis medium dan indikator
terbaik tersebut yaitu buffalo, foto dan gambar dengan indikator oli yang nilai
rata-rata panjang peresapannya tidak lebih dari 10 cm. Panjang zat cair pada
medium yang dilakukan saat penelitian menggunakan minyak goreng dan oli
dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12 dengan urutan dari kiri ke kanan
medium buffalo, HVS 80 gr, foto, concord, gambar dan karton duplex, sedangkan
21
untuk perubahan panjang dari jam ke-24, 48, 72 dan 96 pada suhu ruang
(30.15°C) dengan indikator minyak goreng, oli A dan oli B secara lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 11 Indikator minyak goreng
Gambar 12 Indikator oli
Tetapan Laju Serapan dan Energi Aktivasi
Energi aktivasi antara setiap medium dan zat cair dapat diketahui dari nilai
slope plot nilai panjang peresapan yang dilakukan pada kondisi suhu yang
berbeda. Suhu yang digunakan untuk pengujian yaitu suhu ruang (30.15°C) dan
suhu lemari es (5°C). Pada saat dilakukan pengujian pada jam ke-24, indikator oli
dapat meresap dengan panjang tertentu pada medium, sedangkan minyak goreng
tidak dapat meresap pada medium. Hal ini dikarenakan minyak goreng tersebut
telah membeku. Minyak goreng memiliki titik beku yang lebih rendah
dibandingkan oli. Sehingga untuk menentukan nilai aktivasi minyak goreng
dilakukan pada suhu yang lebih tinggi agar tidak berada dibawah titik bekunya.
Indikator minyak goreng diuji pada kondisi suhu yang lebih tinggi yaitu
50°C menggunakan inkubator. Pada suhu 50°C tersebut minyak goreng mampu
meresap pada medium kertas. Pengamatan panjang peresapan pada indikator
minyak goreng, oli A dan oli B tersebut dilakukan sama seperti pada suhu ruang
selama 96 jam penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian pengamatan panjang
peresapan, hubungan panjang peresapan terhadap waktu pada indikator minyak
goreng, oli A dan oli B pada setiap jenis medium pada suhu 30.15°C dapat dilihat
pada Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15.
22
Gambar 13 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t
indikator minyak goreng pada 30.15°C
Gambar 14 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator
oli A pada 30.15°C
Gambar 15 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t
indikator oli B pada 30.15°C
-0.45
-0.15
0.15
0.45
0.75
1.05
1.35
1.65
1.95
2.25
0 24 48 72 96
ln [
L˷
/(L
˷ -
Lᵼ)
]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 g
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
-0.6
-0.3
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
2.1
2.4
0 24 48 72 96
ln [
L/(
L˷
- L
ᵼ)]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
-0.6
-0.3
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
2.1
2.4
0 24 48 72 96
ln [
L/(
L˷
- L
ᵼ)]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 g
Foto
Concord
Gambar
Karton duplex
23
Berdasarkan Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15 dapat diketahui bahwa
pada setiap jenis medium (buffalo, HVS 80 g, foto, concord, gambar, dan karton
duplex) terhadap setiap jenis indikator (minyak goreng, oli A dan oli B)
mempunyai nilai konstanta laju masing-masing yang tidak sama antara satu sama
lainnya. Perbedaan nilai konstanta laju yang berbeda disebabkan adanya
perbedaan perubahan panjang terhadap waktu selama penyimpanan pada kondisi
suhu ruang.
Nilai konstanta laju dapat diperoleh dari nilai slope regresi linier dari plot ln
(L - L ) dengan t pada setiap jenis medium terhadap setiap jenis indikator.
Hubungan antara panjang dan waktu berbanding lurus dimana semakin lama
waktu penyimpanan maka semakin panjang pula daya serap minyak goreng, oli A
dan oli B pada setiap jenis medium tersebut. Nilai konstanta untuk indikator
minyak goreng berada pada selang 0.0214 – 0.0241, indikator oli A pada selang
0.0229 – 0.0245, sedangkan untuk indikator oli B berada pada selang 0.0236 –
0.0251. Nilai konstanta laju resapan dari indikator minyak goreng, oli A dan oli B
terhadap tiap jenis medium pada suhu 30.15°C secara lebih rinci dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai konstanta laju resapan pada indikator minyak goreng, oli A dan
oli B pada suhu 30.15°C
Jenis Kertas Konstanta Laju
Minyak Goreng Oli A Oli B
Buffalo 0.0241 0.0233 0.0236
HVS 80 gr 0.0239 0.0236 0.0243
Foto 0.0240 0.0245 0.0242
Concord 0.0214 0.0242 0.0241
Gambar 0.0242 0.0238 0.0251
Karton Duplex 0.0241 0.0229 0.0240
Perbedaan panjang peresapan tidak hanya terjadi pada kondisi suhu ruang
(30.15°C) saja. Perubahan daya serap setiap zat cair pada medium juga terjadi
pada penyimpanan kondisi suhu 50°C untuk indikator minyak goreng dan 5°C
untuk indikator oli A dan oli B. Hubungan panjang peresapan terhadap waktu
pada indikator minyak goreng (50°C), oli A (5°C) dan oli B (5°C). Pada pengujian
selama 96 jam untuk masing-masing indikator menunjukkan bahwa setiap
perubahan 24 terjadi pertambahan panjang tertentu. Namun minyak goreng dan
oli menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Indikator minyak goreng mengalami
pertambahan panjang peresapan pada penyimpanan kondisi suhu 50°C lebih besar
dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 30.15°C.
Indikator oli mengalami perbedaan panjang dengan indikator minyak
goreng. Kedua indikator oli yang disimpan pada suhu 5°C tetap mengalami
peresapan selama 96 jam penyimpanan, namun panjang peresapannya berkurang
jika dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 30.15°C. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan temperatur yang mempengaruhi densitas dan viskositas dari
setiap zat cair tersebut. Perubahan panjang peresapan minyak goreng, oli A dan
24
oli B dapat dilihat pada Lampiran 4. Hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t
indikator minyak goreng (50°C), indikator oli A (5°C), dan indikator oli B (5°C)
dapat dilihat pada Gambar 16, Gambar 17 dan Gambar 18.
Tingkat densitas dan viskositas dari suatu cairan sangat dipengaruhi oleh
suhu cairan. Densitas zat cair akan berkurang nilainya secara linier jika terjadi
kenaikan suhu. Densitas pada suhu tinggi lebih besar dibandingkan dengan
densitas pada suhu rendah. Hal ini disebabkan oleh pecahnya molekul-molekul
pada minyak akibat suhu yang tinggi. Molekul minyak yang pecah tersebut akan
menempati volume yang lebih besar. Adanya penambahan molekul yang
menempati volume minyak mengakibatkan kemampuan daya serap minyak
goreng menjadi lebih besar. Selain itu suhu yang tinggi juga akan menurunkan
indeks kekentalan dari cairan. Dengan semakin rendah viskositas minyak goreng,
maka akan semakin besar kemampuan alirnya pada medium tersebut. Sehingga
indikator minyak goreng mempunyai panjang peresapan yang lebih besar
dibandingkan dengan indikator oli.
Gambar 16 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t
indikator minyak goreng pada 50°C
Gambar 17 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t
indikator oli A pada 5°C
-0.45
-0.15
0.15
0.45
0.75
1.05
1.35
1.65
0 24 48 72 96
ln [
L/(
L˷
- L
ᵼ)]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 g
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 24 48 72 96
ln [
L/(
L˷
- L
ᵼ)]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
25
Gambar 18 Grafik hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t indikator oli B pada 5°C
Berdasarkan Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18 menunjukkan bahwa
nilai slope dari plot hubungan antara ln [L/(L - L )] dengan t setiap indikator
tidak terlalu besar sama seperti pada kondisi penyimpanan indikator pada suhu
ruang. Namun nilai lope setiap indikator terhadap masing-masing jenis medium
tetap berbeda. Nilai slope tersebut yang akan digunakan untuk menentukan
konstanta laju peresapan. Nilai konstanta untuk indikator minyak goreng berada
pada selang 0.0159 – 0.0178, indikator oli A pada selang 0.0220 – 0.0250,
sedangkan untuk indikator oli B berada pada selang 0.0227 – 0.0259. Nilai
konstanta laju resapan dari indikator minyak goreng (50°C), oli A (5°C) dan oli B
(5°C) terhadap tiap jenis medium secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai konstanta laju resapan pada indikator minyak goreng (50°C),
oli A (5°C) dan oli B (5°C)
Jenis
Kertas
Jenis Indikator
Minyak Goreng
(50°C)
Oli A (5°C) Oli B (5°C)
Buffalo 0.0178 0.0250 0.0240
HVS 80 gr 0.0161 0.0223 0.0259
Foto 0.0171 0.0229 0.0255
Concord 0.0164 0.0230 0.0232
Gambar 0.0159 0.0227 0.0227
Karton Duplex 0.0167 0.0220 0.0248
Indikator oli mengalami perbedaan panjang peresapan dibandingkan
indikator minyak goreng. Pada suhu 5°C indikator oli mengalami penurunan
panjang peresapan. Penyimpanan oli pada suhu yang rendah mempunyai nilai
viskositas yang lebih besar dibandingkan minyak goreng pada suhu 50°C. Hal ini
disebabkan oleh kecenderungan peningkatan viskositas zat cair akibat adanya
penurunan suhu. Oli yang disimpan pada suhu rendah tersebut menjadi semakin
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 24 48 72 96
ln [
L/(
L˷
- L
ᵼ)]
t (jam)
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
concord
Gambar
Karton Duplex
26
kental. Oli yang semakin kental akan berpengaruh pula pada kenaikan berat
jenisnya. Oli yang memiliki viskositas tinggi akan sulit mengalir dibandingkan
dengan oli dengan viskositas rendah. Viskositas yang tinggi dipengaruhi adanya
penyusutan materi dan mempersempit jarak antar molekulnya. Jarak antar
molekul yang lebih sempit tersebut akan meningkatkan viskositas oli dan
kemampuan laju alirnya akan menurun juga. Sehingga indikator oli yang
disimpan pada suhu rendah akan mempunyai panjang peresapan yang lebih
rendah dibandingakan dengan minyak goreng.
Panjang sesuai dengan pembuatan label cerdas. Hal ini dikarenakan
ketersediaan tempat penyimpanan dalam lemari es yang tidak terlalu besar
membuat label cerdas yang diaplikasikan menjadi lebih fleksibel dan praktis.
Nilai konstanta laju dari perbedaan suhu masing-masing indikator yang sudah
diketahui tersebut digunakan untuk perhitungan nilai energi aktivasi selanjutnya.
Energi aktivasi dapat dihitung dengan menggunakan nilai slope dari nilai ln k
dengan 1/T. Suhu yang digunakan merupakan suhu mutlak dengan satuan Kelvin.
Hubungan nilai ln k terhadap 1/T dapat dilihat pada Gambar 19, Gambar 20, dan
Gambar 21.
Gambar 19 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T indikator
minyak goreng
Gambar 20 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T indikator
oli A
-4.28
-4.13
-3.98
-3.83
-3.68
3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50
ln k
1/T/ 10^-3
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
-3.84
-3.80
-3.76
-3.72
-3.68
3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50 3.60
ln k
1/T/10^-3
Buffalo
HVS 80 gr
Foto
Concord
Gambar
Karton Duplex
27
Gambar 21 Grafik hubungan antara ln k dengan 1/T
indikator oli B
Berdasarkan Gambar 19, Gambar 20, dan Gambar 21 grafik hubungan ln k
dengan 1/T menunjukkan adanya perbedaan slope atau kemiringan kurva antara
indikator minyak goreng, oli A dan oli B. Indikator minyak goreng pada semua
jenis medium menunjukkan nilai slope yang negatif. Pada indikator oli A, slope
pada grafik secara garis besar bernilai positif kecuali pada kertas buffalo,
sedangkan pada indikator oli B nilai slope nya cukup bervariasi. Kertas concord
dan kertas gambar mempunyai slope yang bernilai positif sedangkan kertas lain
seperti buffalo, foto, HVS 80 g, dan karton duplex mempunyai slope yang bernilai
negatif. Nilai energi aktivasi (Ea) setiap indikator terhadap masing-masing
medium dapat dilihat pada Tabel 5 dan Nilai energi aktivasi, slope dan intersep
setiap indikator terhadap masing-masing jenis medium secara lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 5 menunjukkan bahwa energi aktivasi dari indikator minyak goreng,
oli A dan oli B berbeda. Indikator minyak goreng pada semua jenis medium
mempunyai energi aktivasi yang negatif. Energi aktivasi minyak goreng terletak
pada selang -132002.936 J/mol sampai -182986.608 J/mol. Indikator oli A
mempunyai energi aktivasi -1961.938 J/mol sampai 1881.541 J/mol, sedangkan
indikator oli B mempunyai energi aktivasi sebesar -1776.536 J/mol sampai
1279.275 J/mol.
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang digunakan untuk
melakukan reaksi. Dalam hal ini energi aktivasi merupakan energi minimum
setiap indikator untuk dapat meresap pada medium selama 96 jam penyimpanan.
Energi aktivasi bisa bernilai positif maupun negatif tergantung dari kondisi suhu.
Energi aktivasi pada semua jenis medium (buffalo, HVS 80 g, foto, concord,
gambar dan karton duplex) dengan indikator minyak goreng bernilai negatif.
Indikator oli A benilai positif pada semua jenis medium kecuali kertas buffalo.
Sedangkan oli B bernilai positif pada kertas gambar dan concord dan bernilai
negatif pada kertas buffalo, foto, HVS 80 g dan karton duplex.
-3.80
-3.76
-3.72
-3.68
-3.64
3.10 3.20 3.30 3.40 3.50 3.60
ln k
1/T/10^-3
BuffaloHVS 80 grFotoConcordGambarKarton Duplex
28
Tabel 5 Nilai energi aktivasi (Ea)
Jenis Zat Cair Jenis Kertas Ea (J/mol)
Minyak Goreng
Buffalo -132002.936
HVS 80 g -172106.323
Foto -147669.839
Concord -115929.788
Gambar -182986.608
Karton Duplex -159795.352
Oli A
Buffalo -1961.938
HVS 80 g 1578.496
Foto 1881.541
Concord 1416.872
Gambar 1318.351
Karton Duplex 1116.986
Oli B
Buffalo -468.236
HVS 80 g -1776.536
Foto -1457.777
Concord 1060.284
Gambar 1279.275
Karton Duplex -913.542
Energi aktivasi bernilai positif jika pada indikator membutuhkan energi
minimum untuk melakukan peresapan pada kertas, sedangkan bernilai negatif jika
selama penyimpanan indikator tidak membutuhkan energi melainkan melepas
energi. Energi aktivasi yang bernilai negatif juga dapat dikatakan sebagai energi
termal yang tersedia melebihi energi rintangan yang diperlukan (Borah dan
Mahiuddin 2008), sehingga terjadi pelepasan energi. Energi aktivasi pada
dasarnya dapat dianggap sebagai penghalang potensial (hambatan energi) yang
memisahkan energi potensial zat cair pada kertas. Energi aktivasi dapat menurun
jika terjadi kenaikan suhu. Hal ini dikarenakan peningkatan suhu dapat
memperlebar jarak antar molekul dalam zat cair yang mengakibatkan adanya
penurunan kemungkinan tumbukan antar molekul satu sama lain. Peristiwa
penyimpanan pada suhu tinggi tersebut yang menyebabkan indikator minyak
mempunyai nilai negatif pada semua jenis kertas. Oli A dan oli B juga
mempunyai energi aktivasi yang bernilai negatif, tetapi tidak pada semua jenis
kertas.
Energi aktivasi negatif biasanya terjadi pada kondisi suhu tinggi seperti
penyimpanan minyak goreng. Oli A dan oli B disimpan pada suhu yang relatif
lebih rendah dibandingkan dengan minyak goreng yaitu suhu 5°C. Adanya
penurunan energi aktivasi hingga bernilai negatif tersebut bisa terjadi karena
ketidaksesuaian antara indikator dengan sifat karakteristik medium. Medium yang
digunakan mempunyai sifat karakteristik yang berbeda dapat dilihat dari gramatur
dan rapat massanya.
Gramatur, ketebalan dan rapat massa saling berhubungan. Rapat massa akan
menentukan daya ikat seratnya dimana semakin tinggi rapat massa maka akan
29
semakin tinggi pula daya ikat antar seratnya, dan sebaliknya. Daya ikat antar serat
tersebut dapat menentukan kemampuan kertas atau karton dalam mengalirkan
suatu zat cair. Semakin tinggi daya ikat antar serat dapat membuat jarak antar
partikel semakin kecil dan laju peresapan zat cair pada medium tersebut semakin
rendah. Dan sebaliknya, Semakin rendah daya ikat antar serat dapat membuat
jarak antar partikel semakin besar dan laju peresapan zat cair pada medium
tersebut semakin tinggi.
Hubungan energi aktivasi dengan laju peresapan berbanding terbalik.
Semakin besar energi aktivasi maka laju peresapannya semakin lambat. Hal ini
dikarenakan energi minimum yang dibutuhkan indikator untuk meresap pada
medium semakin besar. Pada pembuatan label cerdas ditentukan jenis medium
dengan indikator yang mempunyai energi aktivasi yang tinggi agar indikator
tersebut mempunyai laju peresapan yang rendah. Laju peresapan yang rendah
akan membuat label cerdas yang dibuat lebih praktis dan tidak membutuhkan
tempat penyimpanan yang luas. Berdasarkan kondisi tersebut maka indikator yang
paling baik untuk pembuatan label cerdas adalah oli A. Jenis medium yang baik
digunakan dapat dilihat dari energi aktivasi paling tinggi. Urutan nilai energi
aktivasi pada medium dari yang rendah sampai yang tinggi yaitu buffalo, karton
duplex, gambar, concord, HVS 80 g dan foto.
Pemilihan oli yang termasuk kategori non pangan sebagai indikator dalam
pembuatan label cerdas ini tidak akan berbahaya untuk produk makanan yang
disimpan terutama bagi kesehatan konsumen. Hal ini dikarenakan pada saat
aplikasi nanti indikator tersebut tidak akan kontak langsung dengan produk,
melainkan sebagai indikator pencatat yang akan terlindung di bagian tengah
bersama medium dengan bagian atas dan bawah akan dilapisi oleh layer dengan
bahan tertentu. Sehingga oli tidak akan mengkontaminasi produk makanan yang
disimpan di dalam lemari es. Prototype dari aplikasi label cerdas di dalam lemari
es selama 4 hari penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pada penelitian ini telah dilakukan identifikasi indikator dari zat cair yang
berbeda viskositas dengan pemilihan zat cair yang sesuai yaitu jenis zat cair
viskositas tinggi. Selain itu dari kelima jenis kertas dan satu jenis karton yang
digunakan dalam identifikasi medium, dapat ditentukan jenis medium mana yang
sesuai untuk pembuatan laber cerdas berdasarkan panjang peresapan dan energi
aktivasinya. Zat cair dengan viskositas tinggi tidak hanya dimiliki oleh minyak
goreng dan oli. Ada beberapa jenis zat cair lain yang memiliki viskositas yang
tinggi secara alami. Kertas atau karton yang diidentifikasi sebagai medium hanya
sebagian jenis kertas atau karton yang diproduksi dan beredar di pasaran. Terdapat
jenis kertas atau karton lain yang dapat diidentifikasi sebagai medium. Jenis zat
cair dan kertas atau karton yang lain selain yang sudah diidentifikasi dalam
penelitian ini dapat diuji juga untuk mencari kesesuaian antara jenis medium dan
indikator yang menghasilkan daya resap paling pendek dan energi aktivasi paling
kecil. Hal ini dikarenakan label cerdas dibuat berdasarkan panjang peresapan dan
energi aktivasi paling kecil, agar label yang dibuat lebih praktis dan fleksibel.
30
PENUTUP
Simpulan
Gramatur kertas atau karton terendah sampai tertinggi yaitu kertas HVS 80g
gambar, buffalo, concord, foto dan karton duplex. Sedangkan rapat massa kertas
atau karton terendah sampai tertinggi yaitu karton duplex, concord, buffalo,
gambar, HVS 80 g dan foto. Nilai densitas dan viskositas ketiga indikator
berbeda. Densitas dan viskositas dipengaruhi oleh suhu. Adaya peningkatan suhu
menyebabkan nilai densitas dan viskositas menurun, begitu pula sebaliknya.
Densitas tertinggi dan terendah ketiga indikator yaitu pada suhu 25°C dan 50°C,
sedangkan viskositas tertinggi sampai terendah ketiga indikator viskositas tinggi
pada suhu 40°C yaitu Oli A, oli B dan minyak goreng.
Suhu sangat berpengaruh pada daya resap indikator pada medium. Semakin
rendah suhu menyebabkan daya resap indikator semakin rendah pula, dan
sebaliknya. Indikator dan medium yang sesuai dapat ditentukan dari nilai tetapan
laju serapan dan energi aktivasi. Berdasarkan nilai energi aktivasi, maka jenis
indikator yang paling sesuai yaitu oli A dengan nilai energi aktivasi paling tinggi
dari indikator yang lain. Minyak goreng dan oli B mempunyai energi aktivasi
negatif. Nilai negatif menunjukkan tidak ada penghalang yang menghambat aliran
indikator pada medium sehingga daya serapnya tinggi dan tidak sesuai dengan
label cerdas yang akan dibuat dengan indikator yang mempunyai daya resap
rendah. Dengan demikian nilai energi aktivasi pada medium dari yang rendah
sampai yang tinggi yaitu buffalo, karton duplex, gambar, concord, HVS 80 g dan
foto.
Saran
Indikator minyak goreng tidak dapat digunakan untuk indikator label cerdas
karena mempunyai titik beku yang lebih tinggi dibandingkan suhu penyimpanan
lemari es. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat
cair lain yang mempunyai viskositas lebih tinggi dari oli agar daya serapnya
rendah. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis
kertas atau karton lain yang dapat digunakan sebagai medium pembuatan label
cerdas. Dengan adanya jenis kertas atau karton dan zat cair lain untuk pembuatan
label cerdas, maka dapat diketahui jenis kertas atau karton dan zat cair yang
paling sesuai untuk menghasilkan label cerdas dengan aplikasi penyimpanan yang
lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Biodiesel. Jakarta : Standar Nasional
Indonesia.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Kertas dan Karton. Jakarta : Standar
Nasional Indonesia.
31
Adhi A, Susanto SA.2013. Pengaruh Pemilihan Tinta Terhadap Kualitas Cetak
Dalam Industri Percetakan Koran. Jurnal Dinamika Teknik. Vol. 7 (1):
hlm 9-16.
Adrimarsya. 2012. Difusi Dan Osmosis [Internet]. [diunduh 2014 Jan 12].
Tersedia pada : http://Adrimarsya.wordpress.com/2012/12/05/difusi-dan-
osmosis/.
Ahvenainen R. 2003. Active and Intelligent Packaging. Di dalam : Ahvenainen
R, editor. Novel Food Packaging Techniques. Abington : Woodhead
Publishing. hlm 5-21.
Borah JM, Mahiuddin S. 2008. Adsorption and Surface Complexation of Trimesic
Acid at the α-alumina–electrolyte Interface, Journal of Colloid and
Interface Science, 322, pp. 6–12.
Casey JP. 1961. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. New York : International
Publisher.
Coe JS. 1971. Chemical Equilibrium. An Introduction, London : Methuen
Educational. p. 1-7.
Cuah TG, Ling HL, Chin NL, Choong TSY, Fakhru’l-Razi A. 2008. Effect
temperatures on rheological behaviour of dragon fruit (hylocereus sp). J
Food Eng 4(7): 1-30.
Hasnedi, YW. 2009. Pengembangan Kemasan Cerdas (smart packaging) dengan
Sensor Berbahan Dasar Chitosan-Asetat, Polivinil Alkohol, dan Pewarna
Indikator Bromthymol Blue sebagai Pendeteksi Kebusukan Fillet Ikan
Nila [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Kanoni. 1999. Hand Out Pengetahuan Bahan (Viskositas). TPHP UGM.
Yogyakarta.Utomo, J.S. dan S.S. Antarlina. 2002. Tepung Instant Ubi Jalar
untuk Pembuatan Roti Tawar. Majalah Pangan No: 38/XI/Jan/2002. hlm: 28-
34.
Lestari IA. 2013. Pembuatan Label Cerdas Pendeteksi Esherichia Coli [Skripsi].
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
McCabe WL, Smith JC, Harriot P. 1999.Unit Operasi Teknik Kimia, Edisi 4. Ir.
E. Jasjfi, M.Sc, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Unit
Operations of Chemical Engineering, Fourth Edition.
Nasution ZA. 2010. Pembuatan Dan Karakterisasi Kertas Dari Limbah Jerami
Padi Untuk Tatakan Gelas Cetak Tangan. Medan : Balai Riset dan
Standarisasi Industri.
Noureddini H, Teoh BC, Clements LD. 1992. Densities of vegetabel oils and fatty
acids. J Am Oil Chem Soc 69(12): 1184-1188.
Nugroho SR, Sunarno H. 2012. Identifikasi Fisis Viskositas Oli Mesin Kendaraan
Bermotor terhadap Fungsi Suhu dengan Menggunakan Laser Helium
Neon. Jurnal Sains dan Seni. hlm: 1-5
Nurminah M. 2002. Sifat Kemasan Plastik dan Kertas,Serta Pengaruh Terhadap
Makanan. Fakultas Pertanian : Universitas Sumatra Utara
Putri CDW. 2012. Kemasan Cerdas Indikator Warna Untuk Mendeteksi
Kesegaran Buah Nanas Potong Selama Penyimpanan [Skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Ritchie M. 1966. Chemical Kinetics in Homogeneous System. Oliver & Boyd,
London, p. 1-15.
32
Robertson G. 2006. Food Packaging Principles and Practices. Ed ke-2. Boca
Raton, Fla: Taylor & Francis.
Sinuhaji P. 2010. Interaksi Serat Limbah Industri Pulp Dengan Serat Nanas,
Pisang Dan Rami Pada Pembuatan Karton [disertasi]. Medan : Universitas
Sumatra Utara
Smith EB. 1993. Basic Chemical Thermodynamic, Clarendon Press, Oxford, p.
36-62.
Soedarmo H. 2008. Panduan Praktis Merawat & Memperbaiki Sepeda Motor.
Jakarta : Gedium Pustaka Utama.
Taoukis PS, Labuza TP. 1989. Applicability of time temperature indicators as
shelf-life monitors of food products. Di dalam Joseph K, Paul B, editor.
Journal of Food Science, 54, 783–788.
Taoukis PS, Labuza TP. 2003. Time-temperature indicators (TTIs). Di dalam
Ahvenainen R, editor. Novel Food Packaging Techniques (pp. 103–126).
Cambridge UK: Woodhead Publishing.
Vaitilingom G, Liennard A. 1997. Various Vegetables Oils as Fuel for diesel and
Burners : J. cuercasi Particularities. Hlm.. 98-109 dalam G.M. Gubitz, M.
Mittelbach dan M. Trabi (ed), Biofuels and Industry Product from Jatropha
curcas, , Austria : Dbv – Verlag Fur die Technische Universitat Graz
Wanihsuksombat C, Hongtrakul V, Suppakul P. 2010. Development and
characterization of a prototype of lactic acid-based time-temperature
indicator for monitoring food product quality. Journal of Food
Engineering. p.427-434
33
Lampiran 1 Penjabaran kinetika orde satu hukum Fick dalam penentuan koefisien
panjang peresapan
Persamaan kinetika orde satu :
( )
( )
( )
∫
( )
∫
( ( ) ( ( ))
( ( )
( )
[
( )]
Koefisien laju tetapan (k) peresapan dapat diperoleh dari slope pada grafik
hubungan [
( )] dengan waktu (t).
Selanjutnya nilai k digunakan untuk menghitung energi aktivasi (Ea). Ea
dapat diperoleh dari slope pada grafik hubungan ln k dengan 1/T.
Persamaan 1 & 2
Persamaan 4
1
Lam
pir
an 2
P
eres
apan
pan
jan
g t
inta
pad
a k
erta
s ja
m k
e-0 s
ampai
jam
ke-
1
Jam
Ke
Jen
is T
inta
Board
mark
er
Ste
mp
el
Bak
T
ato
Perm
an
en
Tato
Non
per
man
en
0
1
34
Lampiran 3 Nilai rataan panjang serapan setiap jenis kertas pada indikator minyak goreng, oli
A dan oli B penyimpanan jam ke-0 sampai jam ke-96 pada suhu ruang (30.15°C)
Jenis
Indikator
Jenis
kertas
Jam Ke (cm)
0 24 48 72 96
Minyak Goreng
Buffalo 0 4.350 6.113 7.375 8.513
HVS 80 g 0 8.238 11.700 14.250 6.450
Foto 0 5.92 8.600 10.425 12.038
Coancoard 0 9.913 14.075 17.588 21.225
Gambar 0 7.725 11.025 13.550 15.513
Duplex 0 10.213 13.800 17.250 19.700
Oli A
Buffalo 0 4.867 6.833 8.400 9.783
HVS 80 g 0 4.767 7.033 8.700 10.050
Foto 0 3.983 5.500 6.750 7.700
Coancoard 0 7.450 10.633 13.033 14.933
Gambar 0 4.083 5.817 7.167 8.267
Duplex 0 4.833 7.050 8.883 10.350
Oli B
Buffalo 0 4.617 6.617 8.250 9.500
HVS 80 g 0 4.967 7.633 9.333 10.683
Foto 0 3.850 5.300 6.350 7.333
Coancoard 0 7.450 10.917 13.417 15.400
Gambar 0 4.083 5.700 7.233 8.100
Duplex 0 5.967 8.317 10.117 11.667
35
Lam
pir
an 4
P
erubah
an p
anja
ng d
ari
jam
ke-2
4, 4
8, 72 d
an 9
6 p
ada
suhu r
uan
g (
30.1
5°C
) den
gan
indik
ator
min
yak
go
ren
g,
oli
A d
an o
li B
Jen
is
Ind
ikato
r
Jam
Ke
Jen
is K
erta
s
Bu
ffalo
H
VS
80 g
F
oto
C
on
cord
G
am
bar
Kart
on
Du
ple
x
Min
yak
Gore
ng
24
48
72
36
Lam
pir
an 4
P
erubah
an p
anja
ng d
ari
jam
ke-2
4, 4
8, 72 d
an 9
6 p
ada
suhu r
uan
g (
30.1
5°C
) den
gan
indik
ator
min
yak
go
ren
g,
oli
A d
an o
li B
(L
anju
tan
)
Jen
is
ind
ikato
r
Jam
Ke
Jen
is K
erta
s
Bu
ffalo
H
VS
80 g
F
oto
C
on
cord
G
am
bar
Kart
on
Du
ple
x
96
Oli
A
24
48
37
Lam
pir
an 4
P
erubah
an p
anja
ng d
ari
jam
ke-2
4, 4
8, 72 d
an 9
6 p
ada
suhu r
uan
g (
30.1
5°C
) den
gan
indik
ator
min
yak
go
ren
g,
oli
A d
an o
li B
(L
anju
tan
)
Jen
is
ind
ikato
r
Jam
Ke
Jen
is K
erta
s
Bu
ffalo
H
VS
80 g
F
oto
C
on
cord
G
am
bar
Kart
on
Du
ple
x
72
96
Oli
B
24
38
Lam
pir
an 4
P
erubah
an p
anja
ng d
ari
jam
ke-2
4, 4
8, 72 d
an 9
6 p
ada
suhu r
uan
g (
30.1
5°C
) den
gan
indik
ator
min
yak
go
ren
g,
oli
A d
an o
li B
(L
anju
tan
)
Jen
is
ind
ikato
r
Jam
Ke
Jen
is K
erta
s
Bu
ffalo
H
VS
80 g
F
oto
C
on
cord
G
am
bar
Kart
on
Du
ple
x
48
72
96
39
Lampiran 5 Prototype aplikasi label cerdas di dalam lemari es selama 4 hari
penyimpanan
40
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Riris Octaviasari lahir di Lamongan pada
tanggal 13 Oktober 1992 sebagai anak pertama dari pasangan
Sucipto dan Umiati. Penulis menempuh studi di SD Negeri
Tunggun Jagir 1 pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 1 Mantup
pada tahun 2004-2007, SMA Negeri 1 Lamongan pada tahun 2007-
2010 dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010.
Penulis mendapatkan beasiswa Bank Indonesia (BI) pada
tahun 2013 dan pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknik Penyimpanan dan
Penggudangan 2014. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang pada bulan Juli –
Agustus 2013 dengan judul “Mempelajari Aspek Teknologi Pengemasan, Penyimpanan
dan Penggudangan Minyak Goreng” di PT. SMART Tbk, Surabaya-Jawa Timur.
Penulis aktif menjadi anggota di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin)
dan aktif sebagai anggota Forum Mahasiswa Lamongan (FORMALA) tahun 2010 –
2014. Penulis pernah mengikuti kepanitiaan Open House 48 Formala, SAPA III
FORMALA 2011, Reds Cup Fateta 2012, Agroindustrial Fair 2012, Hari Warga
Industri (Hagatri 2012), Lomba Ilmu Pengetahuan Tingkat Fateta (LOFE 2012) dan
Fateta Art Contest (FAC 2012).
41