identifikasi musuh alami

33
IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI UNTUK MENGENDALIKAN OPT PERKEBUNAN PENTING DI PROVINSI NTT I W. Mudita PS IHPT Fakultas Pertanian Undana

Upload: muditateach

Post on 06-Jul-2015

5.534 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pelatihan Petugas Pengamatan Hama Perkebunan

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi musuh alami

IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI UNTUK MENGENDALIKAN OPT PERKEBUNAN

PENTING DI PROVINSI NTT

I W. MuditaPS IHPT Fakultas Pertanian Undana

Page 2: Identifikasi musuh alami

TERMINOLOGI

• Seluruh mahluk hidup yang digunakan untuk mengendalikan OPT disebut musuh alami (natural enemies)

• Musuh alami yang khusus dibiakkan untuk digunakan mengendalikan OPT disebut agen pengendali hayati atau agen hayati (biological control agent) (banyak yang menggunakan istilah agensia). Penggunaan gen hayati disebut pengendalian hayati, penggunaan musuh alami di luar agen hayati disebut pengendalian alami

• Musuh alami terdiri atas predator, parasitoid, patogen, antagonis, dan pemakan gulma

Page 3: Identifikasi musuh alami

IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI

• Identifikasi musuh alami: mencari dan mengenali musuh alami OPT perkebunan

• Untuk melakukan identifikasi musuh alami diperlukan: (1) pengenalan OPT perkebunan dan (2) pengenalan musuh alami OPT tertentu

• Untuk mengenal musuh alami diperlukan: (1) pengenalan kategori musuh alami, (2) pengenalan ciri-ciri morfologi musuh alami, dan (3) pengetahuan klasifikasi organisme

Page 4: Identifikasi musuh alami

KATEGORI MUSUH ALAMI

• Predator: organisme pemakan organisme lain, setiap organisme pemakan hama.

• Parasitoid: organisme yang selama fase tertentu dalam hidupnya hidup menumpang pada dan memakan mahluk yang ditumpanginya, fase dewasa hidup bebas.

• Patogen: organisme yang hidup dengan menyerap makanan dari mahluk lain tanpa, pada umumya terdiri atas organisme parasitik, baik serangga parasitik maupun mikroba.

• Antagonis: organisme yang menyaingi organisme lain dalam memperoleh makanan untuk pertumbuhannya.

• Pemakan Gulma: organisme yang menggunakan gulma sebagai sumber makanannya, terdiri atas serangga maupun mikroba.

Page 5: Identifikasi musuh alami

MORFOLOGI MUSUH ALAMI

• Tergantung pada kedudukan taksonomi musuh alami: vertebrata, artropoda, atau mikroba

• Untuk mengenal vertebrata diperlukan ciri-ciri morfologi tubuh

• Untuk mengenal artropoda diperlukan ciri-ciri tubuh fase imago

• Untuk mengenal mikroba diperlukan ciri-ciri tubuh dan organ perbiakan generatif

Page 6: Identifikasi musuh alami

KLASIFIKASI ORGANISME• Berbagai organisme yang ada di bumi dikelompokkan

dan digolongkan berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri morfologi

• Penggolongan dilakukan secara bertahap dimulai dengan beberapa ciri yang paling menonjol diteruskan dengan lebih banyak ciri yang kurang menonjol

• Penggolongan menghasilkan kelompok oranisme yang dikenal sebagai satuan takson (takson unit)

• Satuan takson dari yang menggunakan paling sedikit ciri ke yang menggunakan lebih banyak ciri pembeda adalah: kerajaan (kingdom), filum/divisi, kelas, ordo, famili, genus, spesies.

• Spesies merupakan satuan takson yang dapat bereproduksi menghasilkan keturunan yang sama. Identifikasi musuh alami sedapat mungkin dilakukan sampai pada tingkat spesies

Page 7: Identifikasi musuh alami

PELAKSANAAN IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI

• Penentuan OPT sasaran musuh alam pada tanaman perkebunan unggulan

• Pengumpulan informasi dasar mengenai musuh alami OPT sasaran (buku teks, jurnal, internet)

• Pemahaman mengenai kategori musuh alami yang menyerang OPT, biologi musuh alami, dan fase OPT yang diserang

• Pengambilan spesimen di lapangan dan bila diperlukan, melakukan pembiakan dan isolasi di laboratorium

• Pengadaan kunci determinasi dan sumber-sumber acuan determinasi lainnya untuk melakukan identifikasi sendiri (untuk OPT yang sudah ada) atau pengiriman spesimen ke institusi yang mempunyai kewenangan melakukan determinasi (untuk OPT baru)

Page 8: Identifikasi musuh alami

ARTI PENTING IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI

• OPT tertentu mempunyai musuh alami yang berbeda dengan musuh alami OPT lain. Keberhasilan pengendalian hayati tergantung pada penggunaan musuh alami yang tepat pada OPT sasaran yang tepat

• Pengendalian hayati dilakukan dengan cara klasik, augmentatif, dan inundatif. Identifikasi musuh alami lokal perlu dilakukan sehingga mengurangi keperluan introduksi (cara klasik) guna bilamana perlu dapat dilakukan pelepasan augmentatif

• Identifikasi musuh alami penting, tetapi identifikasi OPT juga penting

Page 9: Identifikasi musuh alami

PENENTUAN OPT SASARAN

• Kriteria OPT yang ‘dapat’ dikendalikan dengan pengendalian hayati klasik, augmentatif, atau inundatif

• Pengendalian hayati klasik sebaiknya dilakukan terhadap OPT penting yang tidak eksplosif sewaktu-waktu

• Pengendalian hayati augmentatif dilakukan terhadap OPT yang untuk mencegah peningkatan padat populasinya dilakukan dengan melepas musuh alami untuk menambah yang telah ada di alam

• Pengendalian hayati inundatif dilakukan terhadap OPT penting yang eksplosif dengan menggunakan biopestisida

Page 10: Identifikasi musuh alami

CONTOH OPT PERKEBUNAN

Page 11: Identifikasi musuh alami

CONTOH OPT PERKEBUNAN

Page 12: Identifikasi musuh alami

CONTOH OPT PERKEBUNAN

Page 13: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 1: Chilocorus

• Serangga ordo Coleoptera famili Coccinelidae. Imago berukuran panjang 3,5-5,5 mm, berwarna mengkilap tergantung pada spesies, larva berarna gelap dengan duri-duri lembut, pupa di dalam kutikula larva instar terakhir

• C. circumdatus: cokelat kemerahan atau kekuningan, predator Aspidiotus destructor di Sulawesi

• C. politus: cokelat kemerahan tanpa bercak, predator kutu perisai termasuk kutu hijau Coccus viridis, diintroduksi untuk mengendalikan Aspidiotus destructor.

• C. nigritus: hitam, predator pada Coccus viridis dan Aspidiotus destructor

• C. melanophthalmus: cokelat kekuningan dengan sayap hitam, predator Aspidiotus dan Chrysomphalus

Page 14: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 2: Scymnus

• Serangga ordo Coleoptera famili Coccinelidae berukuran kecil, panjang 2-2,5 mm, umumnya berarna gelap, beberapa dengan bercak merah atau kuning. Larva dan pupa ditutupi lapisan lilin. Ukuran serta warna dan pola bercak tergantung spesies.

• Umumnya predator Diaspididae, tetapi juga predator Aphididae

• Banyak spesies: S. apiciflavus (Planococcus citri, P. lilacinus, Ferrisia virgata), S. severini (Aspidiotus destructor, Chrysomphalus ficus), S. roepkei (Planococcus citri)

Page 15: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 3: Chelonus

• Merupakan parasitoid larva Batrachedra, diintroduksi dari Baogor ke Flores pertama kali pada 1950

• Serangga ordo Hymenoptera famili Braconidae

• Antena tidak terlalu panjang, sayap depan mempunyai bercak hitam di bagian tepi sebelah atas

• Dapat dibiakkan masal pada larva ngengat umbi kentang Phthorimaea sp. (memparasit 30% larva)

Page 16: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 4: Tetrastichus (=Tetrastichodes)

• Serangga ordo Hymenoptera famili Eurytomidae, parasitoid larva atau telur Coleoptera dan Lepidoptera. Imago kecil, berwarna hitam, sayap berambut halus pendek di bagian tepi, antena relatif pendek

• T. brontispae, hitam, 2 mm, parasitoid larva Brontispa dan Flesispa, endemik Jawa dan Nusa Tenggara

• T. xylobororum: parasitoid larva Xylosandrus dan Xyloborus

Page 17: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 5:

Dolichoderus • Spesies semut hitam yang digunakan adalah D.

bituberculatus dan D. thoracicus• Semut hitam berasosiasi dengan kutu putih Planococcus

(=Pseudococcus) citri yang merupakan hama tidak penting pada buah kakao. Semut memindahkan dan merawat kutu putih untuk memperoleh skresi madunya.

• Kehadiran semut hitam menyebabkan penggerek buah (Conopomorpha cramerella) dan penghisap buah (Helopeltis spp.) takut hingga pada buah kakao. Dolichoderus bukan predator dan juga bukan parasitoid.

• Kehadiran semut hitam dapat ditingkatkan dengan membuatkan sarang tempatnya membuat koloni. Sarang dibuat dengan meletakkan daun kelapa kering pada pohon kakao.

Page 18: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 5: Dolichoderus

Page 19: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 6: Metarhizium

• Spesies Metarhizium yang banyak digunakan sebagai agen hayati adalah M. anisopliae yang dikenal sebagai green muscardine fungus karena koloni akan menjadi hijau ketika bersporulasi. M.anisopliae menginfeksi sekitar 200 spesies serangga dan artropoda lainnya.

• M. anisopliae menginfeksi serangga melalui spiracles dan pori-pori organ lainnya lalu membentuk hifa untuk mengkonsumsi isi tubuh serangga. Hifa tumbuh terus sampai tubuh serangga dipenuhi dengan miselium. Selanjutnya hifa tumbuh ke luar tubuh serangga untuk bersporulasi.

• M. anisopliae bahkan dapat mengkonsumsi kutikula seranggan dan menghasilkan metabolit sekunder berupa destruksin yang mempunyai efek insektisidal terhadap larva ngengat dan lalat..

• M. anisopliae telah dapat diproduksi dalam skala besar dengan menggunakan teknik fermentasi semi-padat atau dalam skala rumah tangga dengan menumbuhkannya pada beras steril dalam kantong plastik.

Page 20: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 6: M. anisopliae

Page 21: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 7: Beauveria

• Spesies Beauveria yang banyak digunakan untuk pengendalian hayati adalah B. bassiana yang dikenal sebagai white muscardine fungus karena membentuk masa putih ketika bersporulasi. B. bassiana menyerang berbagai spesies serangga hama penting dalam ordo Orthoptera, Hemiptera, Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, dan Hymenoptera.

• B. bassiana tumbuh cukup cepat, koloninya mencapai diameter 1-3 cm dalam waktu 7 hari pada medium PGA pada suhu 25oC. Koloninya menyerupai kapas dengan warna permukaan putih, putih kekuningan, atau jingga pucat dan warna dasar koloni putih atau pucat. Hifa bening, bersekat, dan sempit.

• Sel konidiogen cenderung membentuk gugus padat yang tampak sebagai bola bertepung di antara hifa udara bila dilihat dengan mikroskop. Sel konidiogen pada hifa berbentuk erlenmeyer dengan pembengkakan pada dasar dengan filamen tipis berkelok sebagai konidiofor pada ujungnya. Pada bagian lateral dari filamen (konidiofor) tersebut dibentuk konidia pada setiap titik keloknya menurut pola pertumbuhan sympodial geniculate dengan konidia termuda terletak paling ujung (acropetal).

• Konidia berukuran sangat kecil (2-4 µm), bening, bersel tunggal, berbentuk globose sampai ovoid.

Page 22: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 7: B. bassiana

Page 23: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 8: Spicaria (=Paecilomyces)

• Nama ilmiah jamur yang sudah obsolete (tidak sesuai dengan kaidah taksonomi)

• Sekarang dinamakan Paecilomyces (sebagian besar), Beauveria, Namuraea, Isaria (misal: S. javanica menjadi P. javanica)

• Identifikasi didasarkan atas warna koloni dan sifat P. crustaceus dan P. variotii dapat tumbuh sampai suhu 50° dan bahkan 60°C.

• Koloni tumbuh cepat dan dewasa dalam 3 hari, rata, bertekstur tepung atau velvet, mula-mula putih dan kemudian menjadi kuning, kuning-hijau, kuning-cokelat, kuning jeruk-coklat, jingga, atau ungu tergantung pada spesies. Dari bawah cawan petri koloni berwarna putih kotor, buff, atau cokelat. Koloni tua mengeluarkan bau aromatik.

• Hifa bening bersekat, konidiofora (lebar 3-4 µm dan panjang 400-600 µm) umumnya bercabang dan di ujungnya terdapat fialida yang meruncing ke arah ujung, mengelompok dalam pasangan menyerupai sikat. Konidia bersel tunggal, bening sampai gelap, berpemukaan halus atau kasar, berbentuk oval atau fusoid, dan membentuk rantai panjang. Klamidospora jarang ditemukan.

• Teleomorf: Thermoascus (Ascomycotina)

Page 24: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 8: P. farinosus

Page 25: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 9: Trichoderma spp.

• Biakan tumbuh cepat pada 25-30oC, tidak tumbuh pada 35oC, koloni mula-mula bening pada media CMD atau putih pada media PDA. Konidia mulai terbentuk dalam 1 mgu pada konidiofora halus bercabang banyak berwarna kehijauan, kekuningan, atau kadang-kadang putih. Koloni menskresikan warna kuning terutama pada medium PDA, beberapa spesies menghasilkan bau manis atau seperti kelapa.

• Konidiofora bercabang banyak, terbentuk dalam lingkaran konsentris di permukaan media. Cabang primer dan sekunder membentuk sudut hampir 90o terhadap sumbu utama. Percabangan menghasilkan bentuk konidiofora yang menyerupai bangun kerucut.

• Konidia kering tetapi pada spesies tertentu dalam cairan hijau bening atau kuning, berbentuk elips pada kebanyakan spesies, berukuran 3-5 x 2-4 µm, umumnya berpermukaan halus..

• Semua spesies membentuk klamidospora, tetapi tidak semua spesies dapat membentuk klamidospora pada medium CMD pada suhu 20° C dalam waktu 10 hari. Klamidospora pada umumnya bersel tunggal, sub-globose mengakhiri hifa pendek atau di dalam sel hifa, multiseluler pada spesies tertentu.

• Banyak spesies: T. aggressivum H. andinensis T. asperellum T. atroviride T. aureoviride H. ceramica T. citrinoviride T. crassum H. cremea H. cuneispora T. erinaceum H. estonica T. fasciculatum T. fertile T. ghanense T. hamatum T. harzianum T. koningii T. longibrachiatum T. minutisporum H. neorufa H. nigrovirens T. oblongisporum T. ovalisporum H. patella T. polysporum T. pseudokoningii T. pubescens T. reesei T. saturnisporum H. semiorbis T. spirale H. stilbohypoxyli T. strictipile T. strigosum T. stromaticum H. surrotunda T. tomentosum T. virens T. viride

• Teleomorf Trichoderma adalah spesies dari genus Ascomycotina Hypocrea

Page 26: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 1: Trichoderma spp.

• T. harzianum

• T. viride

Page 27: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 10: Cecidochares

• C. connexa digunakan untuk mengendalikan Chromolaena odorata, gulma penting tanaman perkebunan di indonesia, termasuk di NTT

• Lalat betina mempunyai ukuran lebih besar dan dengan ovipositor yang lebih jelas.

• Lalat berpola belang hitam pada sayapnya dan mata berwarna kemerahan. Ukuran badan dan bentang sayap lalat betina adalah 6,9 mm x 2 mm dan 11,2 mm, ukuran badan dan bentang sayap lalat jantan adalah 5,6 mm x 1,8 mm dan 10 mm.

• Telur diletakkan pada pucuk muda C. odorata, larva yang menetas segera masuk ke dalam jaringan pucuk untuk membuat puru.

• Larva berkembang dan memupa di dalam puru, satu puru dapat berisi beberapa larva masing-masing dalam ruang yang berbeda. Lalat dewasa keluar dari puru dengan membuat lubang keluar.

• Terbentuknya puru diharapkan dapat menekan pertumbuhan dan pembentukan biji C. odorata

Page 28: Identifikasi musuh alami

PENGENALAN MORFOLOGI MUSUH ALAMI 10: C. connexa

Page 29: Identifikasi musuh alami

MUSUH ALAMI LAIN: HYMENOPTERA PARASITOID

Telur ConopomorphaTrichogrammatoidea bachtrea fumata

TelurHelopeltisMymaridaeEurythmelus sp.

TelurHidariScelionidaeTelenomus javae

Helopeltis

Aspidiotus

Aspidiotus, Chrysomphalus

Promecotheca

Promecotheca

Erionota, Hidari, Parasa

Diocalandra

Tirathaba

Helopeltis

Hama

Telur Trichogrammatidae

Trichogramma minutum

ImagoComperiella unifasciata

Nimfa EncyrtidaeAphytis chrysomphali

Larva, pupaPediobius parvulus

LarvaEulophidaeDimmockia javanica

PupaChalcididaeBrachymeria euploeae

LarvaSpatius apicalis

LarvaApanteles tirathabae

NimfaIchneuminidaeEuphorus helopeltidis

FaseFamiliMusuh Alami

Page 30: Identifikasi musuh alami

PROSPEK PENGENDALIAN HAYATI OPT PERKEBUNAN DI NTT

• Pengendalian hayati telah lama dikenal sehingga lebih mudah untuk mengembangkannya

• Tersedia laboratorium lapangan dan tenaga laboratorium untuk pembiakan masal agen hayati

• Pengendalian secara kimiawi semakin mahal dan konsumen semakin sadar akan bahaya pestisida kimiawi

• Tanaman perkebunan merupakan tanaman umur panjang yang sesuai untuk pengendalian hayati klasih

• Tersedianya data mengenai keberhasilan pengendalian hayati akan mendorong masyarakat petani beralih ke pengendalian hayati. Untuk itu pelaksanaan pengendalian hayati perlu disertai dengan pemantauan dan evaluasi untuk menentukan kemapanan agen hayati di lapangan dan efektivitasnya mengendalikan OPT sasaran

Page 31: Identifikasi musuh alami

KELEBIHAN PENGENDALIAN HAYATI/ALAMI

• Murah pada tingkat petani, terutama pengendalian hayati klasik

• Ramah lingkungan• Berlangsung terus dengan sendirinya,

khususnya pengendalian hayati klasik

• Bermanfaat untuk mengendalikan OPT yang secara ekonomis tidak layak dikendalikan dengan cara lain

Page 32: Identifikasi musuh alami

KEKURANGAN PENGENDALIAN HAYATI/ALAMI

• Memerlukan waktu lama, terutama pengendalian hayati klasik memerlukan waktu 5-10 tahun untuk memberikan manfaat

• Pada umumnya tidak diperjualbelikan, kecuali biopestisida, sehingga sulit diperoleh

• Memerlukan dukungan pemerintah• Tergantung pada kesesuaian faktor lingkungan• Tidak dapat digunakan terhadap OPT yang

sedang meledak (dalam fase eksplosif)

Page 33: Identifikasi musuh alami