identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik ... · identifikasi proteus...

35
IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK IMIPENEM, KLORAMPENIKOL, SEFOTAKSIM, DAN SIPROFOKSASIN PADA DAGING AYAM DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI OLEH : MEYBY EKA PUTRI LEMPANG O111 10 276 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Upload: vuthien

Post on 19-Jul-2018

271 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA

TERHADAP ANTIBIOTIK IMIPENEM, KLORAMPENIKOL,

SEFOTAKSIM, DAN SIPROFOKSASIN PADA DAGING

AYAM DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

OLEH :

MEYBY EKA PUTRI LEMPANG

O111 10 276

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Page 2: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,
Page 3: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Makassar. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Proteus mirabilis dan Resistensinya

terhadap Antibiotik Imipenem, Klorampenikol, Sefotaksim, pada Daging Ayam

di Kota Makassar“.

Penulisan skripsi ini tidaklah mudah. Penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr.drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku Ketua Prodi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin serta sebagai Pembimbing

Akademik dan juga Pembimbing I dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Muh. Akbar Bahar, S.Si. Apt. M.Pharm.Sc. selaku dosen Farmakologi dari

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin serta Pembimbing II dalam

penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Fatma Maruddin S.Pt, MP dan drh. Andi Magfira Satya Apada sebagai

pembahas seminar proposal dan seminar hasil penelitian ini.

4. Seluruh Panitia Seminar Proposal, Panitia Seminar Hasil, dan Panitia Ujian

Akhir Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin atas dukungan moral dan memberikan

informasi kepada penulis.

6. Orang tua yang selalu memberikan dukungan doa kepada penulis.

7. Saudara seperjuangan Rozana Pratiwi Salamena yang selalu bersedia

membantu di Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

8. Pak Marcus Lembong sebagai salah satu staf ahli di Lab. Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyajikan skripsi ini dengan baik,

namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan mengharap kritik dan

saran yang membangun untuk perbaikan di masa depan. Besar harapan penulis

semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya

untuk ilmu kedokteran hewan sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.

Makassar, 1 Desember 2014

Penulis

Page 4: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Hipotesis

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proteus sp.

2.2 Proteus mirabilis

2.3 Daging Ayam

2.4 Mikrobiologis Daging Ayam

2.5 Resistensi Antibiotik

2.6 Alur Penelitian

3 MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2 Bahan

3.3 Alat

3.4 Jumlah Sampel

3.5 Prosedur Pengujian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Jumlah Total Bakteri/Total Plate Count (TPC)

4.2 Keberadaan Proteus mirabilis

4.3 Resistensi Isolat Proteus mirabilis terhadap Antimikroba

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.2 Saran

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

i

ii

iii

iv

v

vi

1

1

2

2

2

2

3

3

3

5

6

7

9

10

10

10

10

10

11

14

14

16

18

21

21

21

22

26

Page 5: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Biokimia Proteus sp.

Tabel 2. Karateristik Biokimia Proteus mirabilis

Tabel 3. Persyaratan Tingkat Mutu Fisik Daging Ayam

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Daging Ayam Per 100 gram

Tabel 5. Syarat Mutu Mikrobiologis Daging Ayam

Tabel 6. Standar Kekeruhan Mc Farland

Tabel 7. Standar Kepekaan Empat Antibiotik

Tabel 8. Hasil TPC Sampel Daging Ayam yang diambil di Enam Pasar

Tradisional

Tabel 9. Hasil Uji 8 Isolat Proteus mirabilis yang ditemukan

3

4

5

6

7

12

13

14

19

Page 6: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Uji Biokimia Proteus mirabilis

Gambar 2. Media NA kontrol yang tidak ditumbuhi bakteri (a) dan Media NA

yang ditumbuhi bakteri (b)

Gambar 3. Koloni terpisah pada media SSA (yang dilingkari spidol merah

diuji selanjutnya dengan pewarnaan gram dan uji biokimia)

Gambar 4. Pertumbuhan koloni yang menghasilkan koloni yang tidak

berwarna (colourless) pada MacConkey Agar (MCA)

Gambar 5. Sel bakteri gram negatif diliat dengan pembesaran 100x

Gambar 6. Pengujian Biokimia (urutan dari bagian kiri) : TSIA, SIM, MR,

VP, Citrat/Sitrat, Urea, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, dan Mannitol

Gambar 7. Uji Katalase

Gambar 8. Uji Oksidase

Gambar 9. Zona hambat salah satu isolat Proteus mirabilis

4

15

16

16

17

17

18

18

19

Page 7: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi bakteri Proteus

mirabilis dari daging ayam yang dicurigai menjadi salah satu penyebab foodborne

disease dan uji resistensinya terhadap antibiotik.

Identifikasi dan uji resistensi terhadap antibiotik sampel yang digunakan

adalah bagian dada daging ayam diperoleh dari 6 pasar tradisional di Kota

Makassar. Sampel pada penelitian ini sebanyak 24 sampel daging ayam bagian

dada. Uji-Uji yang dilakukan antara lain Total Jumlah Bakteri/Total Plate Count

(TPC), penyuburan bakteri pada media Tryptic Soy Broth, Kultur pada media

Salmonella Shigella Agar dan Mac Conkey Agar, Pewarnaan Gram, dan Uji

Biokimia antara lain Uji TSIA, Uji SIM, Uji MRVP, Uji SITRAT, Uji UREA,

Katalase, Oksidase, Laktosa, Glukosa, Mannitol, dan Sukrosa. Sedangkan uji

resistensi antibiotik menggunakan antibiotik imipenem, klorampenikol,

siprofloksasin, dan sefotaksim.

Diperoleh hasil dari 8 sampel (30 %) positif Proteus mirabilis, namun tidak

diperoleh adanya resistensi antibiotik terhadap isolat Proteus mirabilis yang

diperoleh.

Katakunci : bagian dada daging ayam, Proteus mirabilis, foodborne disease, pasar

tradisional, uji resistensi, antibiotik

ABSTRACT

The aim of this research is to identification of Proteus mirabilis bacteria

which cause foodborne disease was isolated from chicken meat and the antibiotic

resistant of Proteus mirabilis.

Identification and the sensitivity of antibiotic used chicken breast from 6

of traditional market in Makassar City. Total sampel of this research is 24 sampels

chicken breast. The tests performed for the identification were Total Plate Count

(TPC), growth in medium liquid broth Tryptic Soy Broth, Gram stain, growth on

Salmonella Shigella Agar, Mac Conkey Agar, and biochemical tests including

glucose, lactose, sucrose, mannitol. The antibiotic sensitivity test for Proteus

mirabilis was carried out using the following antibiotics Imipenem,

Chloramphenicol, Cefotaxime, and Ciprofloxaxin.

Total 8 sampels were positive for Proteus mirabilis bacteria were not

resistant to most antibiotics tested.

Keywords : chicken breast, Proteus mirabilis, foodborne disease, traditional

market, antibiotic

Page 8: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kontaminasi mikroorganisme pada daging ayam dapat menyebabkan

penurunan kualitas daging ayam, serta akan menyebabkan gangguan kesehatan

bagi konsumen. Foodborne disease adalah suatu penyakit yang ditimbulkan

akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi (Sauri S 2011).

Kejadian foodborne disease yang disebabkan oleh bakteri persentasinya lebih

besar yang terlaporkan dibandingkan dengan agen penyakit lain misalnya virus

dan parasit (Taege 2004).

Proteus mirabilis merupakan salah satu bakteri gram negatif dan termasuk

famili enterobactericea (Anonim 2013) yang dapat mengkontaminasi daging

ayam. Kontaminasi dapat terjadi pada waktu ayam masih hidup di suatu

peternakan, selama proses transportasi, di Rumah Potong Unggas (RPU), dan di

tempat penjualan daging ayam di pasar.

Hasan et al.(2012) mengisolasi 2 sampel positif Proteus mirabilis dari 28

sampel. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Proteus mirabilis sebagai

salah satu penyebab penyakit bumblefoot pada ayam broiler. Hasil penelitian

Amare et al.(2013) melaporkan bahwa dari 290 sampel ayam betina yang

mengalami infeksi kantong kuning telur, terdapat 66 sampel positif yang positif

Proteus mirabilis pada pemeriksaan postmortem. Proteus mirabilis bersifat

patogen pada manusia karena dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih (Nemati

2013). Kontaminasi Proteus mirabilis pada daging ayam sangat penting untuk

diketahui, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit yang membahayakan

kesehatan konsumen seperti diare, mual, dan gastritis (Cherry WB et al.1946).

Beberapa antibiotik yang sering digunakan sebagai obat hewan untuk

mencegah dan mengobati infeksi penyakit yang disebabkan oleh enterobactericea

adalah siprofloksasin, kloramfenikol, sefotaksim dan imipenem (Noor SM et

al.2005; Brunton LL 2011). Penggunaan antibiotik secara tidak rasional

mendorong timbulnya strain-strain bakteri yang resisten. Hal inilah yang menjadi

penyebab utama kegagalan pengobatan infeksi penyakit yang disebabkan oleh

bakteri patogen yang sama pada manusia dan meningkatkan biaya pengobatan

(Noor SM et al.2005).

Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan flurokuinolon biasanya

digunakan sebagai obat hewan untuk mencegah dan mengobati infeksi penyakit

(Noor SM et al.2005). Siprofloksasin bersifat bakterisid (membunuh bakteri)

dengan mekanisme kerja menghambat DNA-girase pada bakteri yang

menginfeksi. Kloramfenikol merupakan antibiotik golongan kloramfenikol

bersifat bakteriostatik (menghambat bakteri) dengan mekanisme menghambat

sintesis protein pada bakteri, famili enterobactericea masih sensitif dengan

antibiotik ini (Brunton LL 2011). Antibiotik lain yang digunakan secara luas

untuk infeksi penyakit yang disebabkan oleh famili enterobactericea adalah

sefotaksim dan imipenem, sefoktaksim merupakan antibiotik golongan

sefalosporin generasi ketiga, sedangkan imipenem merupakan antibiotik golongan

karbapenem, kedua antibiotik ini bersifat bakterisid, dan bekerja menghambat

Page 9: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

sintesis dinding sel pada bakteri. Siprofloksasin, kloramfenikol, sefotaksim, dan

imipenem merupakan antibiotik berspektrum luas karena dapat membunuh bakteri

gram positif dan gram negatif.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya upaya untuk mempertahankan mutu

mikrobiologis daging ayam yang dijual dipasaran sehingga tidak membahayakan

kesehatan konsumen, maka penelitian mengenai resistensi antibiotik terhadap

Proteus mirabilis pada daging ayam harus dilakukan, agar dapat menjadi

indikator adanya resistensi antibiotik dari pangan asal daging ayam yang beredar

di masyarakat terutama di wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

Apakah terdapat bakteri Proteus mirabilis pada daging ayam yang dijual di

pasar tradisional di Kota Makassar?

Apakah terjadi resistensi antibiotik terhadap Proteus mirabilis pada daging

ayam yang dijual di pasar tradisional di Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini :

Membuktikan ada atau tidaknya kontaminasi Proteus mirabilis pada daging

ayam.

Membuktikan adanya resistensi antibiotik terhadap Proteus mirabilis pada

daging ayam.

Tujuan Khusus penelitian ini :

Mengetahui adanya resistensi antibiotik imipenem, klorampenikol,

sefotaksim, dan siprofloksasin terhadap Proteus mirabilis pada daging ayam.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk Pengembangan Ilmu

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai Proteus mirabilis

yang diduga sebagai salah satu penyebab foodborne disease dan antibiotik yang

telah resisten terhadap Proteus mirabilis.

Manfaat untuk aplikasi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

kesehatan masyarakat veteriner khususnya keamanan pada daging ayam.

Page 10: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

1.5 Hipotesis

Diduga telah terjadi kontaminasi bakteri Proteus mirabilis dan adanya

resistensi antibiotik terhadap Proteus mirabilis pada daging ayam di kota

Makassar.

Page 11: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proteus sp.

Proteus sp. merupakan salah satu genus bakteri patogen yang berbahaya

bagi manusia dan hewan lainnya, habitat utama Proteus sp. adalah saluran usus

hewan (burung, reptil, hama tanaman) dan manusia (Anonim 2013).

Proteus sp. merupakan bakteri batang lurus, gram negatif, tidak membentuk

spora, hidup secara anaerobik fakultatif, bergerak dengan flagel (Bergey 1974).

Dalam pembagian Enterobacteriacea Proteus sp. masuk dalam genus X dengan

karakteristik biokimia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik biokimia Proteus sp.

Karakteristik Reaksi

Indola

+

Motility +

Produksi urease +

Produksi H2S dari Triple Sugar Iron Agar (TSIA) +

Sitrat +

Metil merah +

Voges-proskauer -

Katalase +

Oksidase -

Glukosa +

Laktosa -

Sukrosab +/-

Mannitolb +/-

Keterangan:

a = hanya Proteus mirabilis yang indolnya negatif

b = Sukrosa dan Mannitol dubius (bisa +/-) tergantung strain

Sumber : Bergey (1974)

Pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) Proteus sp. memiliki koloni

dengan lingkaran hitam ditengahnya atau adanya H2S serta koloni tumbuh

menyebar, dan pada MacConkey Agar memiliki tidak berwarna/colourless (Zimro

MJ et al. 2009).

2.2 Proteus mirabilis

Proteus mirabilis bersifat gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak

berspora, umumnya bergerak dengan flagella peritrikus, koloni menyebar pada

media agar. Tumbuh dan menghasilkan H2S pada media Salmonella Shigella

Agar, Proteus mirabilis tidak memfermentasi laktosa akan tetapi memfermentasi

Page 12: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

glukosa dengan adanya gas (Manos J et al.2006). Berikut karakteristik biokimia

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik biokimia Proteus mirabilis

Karakteristik Reaksi

Indol

-

Motility +

Produksi urease +

Produksi H2S dari Triple Sugar Iron Agar (TSIA) +

Sitrat +

Metil merah +

Voges-proskauer -

Katalase +

Oksidase -

Glukosa +

Laktosa -

Sukrosa +/-

Mannitol +/-

Sumber : Manos J et al.(2006)

Menurut panduan laboratorium yang dirilis WHO tahun 2010 yang ditulis

oleh Mikoleit ML tentang deteksi, pengontrolan, dan pencegahan foodborne

enteritidis dari peternakan kepada konsumen pada tes biokimia Proteus mirabilis

hanya menggunakan 6 pengujian biokimia dengan hasil pada Gambar 1.

Gambar 1. Uji Biokimia Proteus mirabilis

Keterangan :

A. TSIA : alkali slant/alkali butt/H2S positif/tidak ada gas

B. Urea positif

C. Lisin deaminase positif

D. Sitrat negatif (beberapa strain positif)

E. Motil positif

F. Indol negatif

Sumber : Mikoleit ML (2010)

Page 13: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Sumber utama terjadinya infeksi Proteus mirabilis pada manusia karena

mengonsumsi produk asal ternak yang terkontaminasi, misalnya dengan memakan

telur atau daging ayam yang terkontaminasi dan tidak dimasak sempurna atau

setengah matang, maka akan mengakibatkan gastroenteritis pada manusia (Cherry

WB et al.1946). Mengurangi keberadaan Proteus mirabilis pada produk asal

ternak secara signifikan juga akan mengurangi paparan bakteri tersebut pada

manusia. Salah satu pengendalian yang penting adalah menjaga kebersihan

peternakan. Sebaiknya telur, daging, susu, dan bahan olahan lainnya diolah

dengan baik dengan cara dimasak sampai matang dan apabila belum diolah

disimpan pada lemari pendingin untuk keamanan produk peternakan (Blossom C

2014).

2.3 Daging Ayam

Daging ayam merupakan bahan makanan yang mengandung gizi tinggi,

memiliki rasa dan aroma yang enak, tekstur yang lunak, serta harga yang relatif

terjangkau. Daging ayam yang baik untuk dikonsumsi memiliki ciri fisik

berdasarkan pedoman produksi dan penanganan daging ayam yang higienis

(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2010) sebagai berikut:

Tabel 3. Persyaratan Tingkatan Mutu Fisik Daging Ayam

No Faktor mutu Tingkatan mutu

Mutu I Mutu II Mutu III

1. Konformasi Sempurna

Ada sedikit

kelainan

pada dada

atau paha

Ada kelainan

pada tulang dada

dan paha

2. Perdagingan Tebal Sedang Tipis

3. Perlemakan Banyak Banyak Sedikit

4. Keutuhan Utuh

Tulang utuh,

kulit sobek

sedikit, tetapi

tidak pada

bagian dada

Tulang ada yang

patah, ujung

sayap terlepas,

ada kulit yang

sobek pada

bagian dada

5. Perubahan warna Bebas dari bulu

tunas (pin feather)

Ada memar

sedikit, tetapi

tidak pada

bagian dada

dan tidak

freeze burn

Ada memar

sedikit, tetapi

tidak ada freeze

burn (perubahan

warna daging

akibat kontak

dengan

permukaan yang

sangat dingin)

Page 14: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

6. Kebersihan

Bebas dari memar

dan atau freeze

burn, dibawah

180C

Ada bulu

tunas sedikit

yang

menyebar

tetap tidak

pada bagian

dada

Ada bulu tunas

Definisi daging ayam menurut Badan Standardisasi Nasional (2009)

merupakan otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim

dikonsumsi oleh manusia. Makanan bernutrisi yang dibutuhkan manusia salah

satunya adalah daging ayam. Kandungan Nutrisi pada daging ayam dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Daging Ayam per 100 gram

No Kandungan Jumlah

1. Kalori 404 kkal

2. Protein 18,20 g

3. Lemak 25 g

4. Kolesterol 60 mg

5. Vitamin A 243 mcg

6. Vitamin B1 0,80 g

7. Vitamin B2 0,16 mg

8. Kalsium 14 mg

9. Phospor 200 mg

10. Ferum 1,50 mg

Sumber : Agus (2003)

2.4 Mikrobiologis Daging Ayam

Menurut Bayumitra W.K. (2014) kontaminasi oleh mikroorganisme

terhadap daging ayam dapat terjadi sebelum pemotongan (pengontaminasi primer)

dan setelah pemotongan (pengontaminasi sekunder). Pengontaminasi primer dapat

dihindari dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengurangi kepadatan

ternak pada suatu peternakan dan pada saat pengangkutan. Transportasi

merupakan salah satu faktor penting dalam rantai penyediaan bahan pangan asal

ternak dan unggas baik transportasi dari peternakan ke tempat pemotongan, dari

rumah pemotongan ke distributor dan industri, maupun dari distributor ke

pengecer atau konsumen. Produk peternakan misalnya daging merupakan media

yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen maupun non patogen,

sehingga diperlukan fasilitas pendingin pada saat transportasi. Pengontaminasi

sekunder meliputi penyimpanan daging tanpa pendingin yang dapat menyebabkan

Page 15: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

mikroorganisme berkembang biak dengan cepat sehingga jumlahnya mencapai

tingkat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Segala sesuatu yang dapat berkontak dengan daging baik secara langsung

atau tidak langsung dapat menjadi sumber kontaminan (Bayumitra W.K. 2014).

Kontaminasi ini dapat diatasi atau dikurangi dengan melakukan penanganan yang

higienis dengan sistem sanitasi yang baik. Pengukuran secara tepat jumlah total

bakteri dalam daging ayam merupakan dasar yang penting untuk dilakukan. Hal

ini dilakukan agar mikroorganisme yang dapat tumbuh pada daging ayam tidak

melebihi batas maksimum kontaminasi mikroorganisme. Batas maksimum

kontaminasi mikroorganisme daging ayam segar dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Syarat Mutu Mikrobiologis Daging Ayam

No Jenis Cemaran Mikroorganisme Satuan Persyaratan

1. Total Mikroorganisme/ Total plate

count

CFU/g Maksimum 1X106

Sumber : BSN (2009)

Penghitungan jumlah total bakteri merupakan hal mutlak dalam pengujian

kontaminasi mikroorganisme untuk menunjukkan jumlah mikroorganisme dalam

suatu produk, agar produk yang beredar di masyarakat terjamin keamanannya.

Metode Total Plate Count (TPC) merupakan suatu pengujian yang digunakan

untuk menentukan daya simpan suatu produk, ditinjau dari besar kecilnya tingkat

kontaminasi mikroorganisme pada produk tersebut (Semesta 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurwanto et al.(1999) mendapatkan bahwa

daging ayam broiler mentah mengandung bakteri 5,5x104 sd 1,8x10

4 sel/g, bakteri

yang teridentifikasi adalah Escherichia coli, Pseudomonas sp., dan Proteus sp.

Daging ayam yang beredar tentunya memiliki kriteria Aman, Sehat, Utuh,

dan Halal (ASUH). Berikut penjelasan menurut Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan (2010) :

Aman

Berarti tidak mengandung bahaya biologis, kimia dan fisik yang dapat

menyebabkan penyakit serta menggangu kesehatan manusia.

Sehat

Berarti memiliki zat-zat yang dibutuhkan dan berguna bagi kesehatan dan

pertumbuhan tubuh.

Utuh

Tidak di campur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari

hewan lain.

Halal

Berarti dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat Islam.

2.5 Resistensi Antibiotik

Alexander Fleming menemukan antibiotik pertama, penicillin pada tahun

1927. Kata antibiotik mengacu pada bahan alam yang dihasilkan oleh jamur dan

mikroorganisme lain yang dapat membunuh bakteri. Kini, antibiotik dapat berupa

bahan sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga membunuh atau

Page 16: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

menghambat pertumbuhan bakteri (Rahayu et al.2012). Antibiotik menghambat

mikroorganisme melalui mekanisme yang berbeda dengan cara :

mengganggu metabolisme sel mikroorganisme,

menghambat sintesis dinding sel mikroorganisme,

mengganggu permeabilitas membran sel mikroorganisme,

menghambat sintesis protein sel mikroorganisme, dan

menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroorganisme.

Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroorganisme ialah

sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon, dengan

mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik (Tanu 2007).

Antibiotik akan menghambat sintesis dinding sel mikroorganisme dengan

menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim, sehingga mengakibatkan

perbedaan tekanan osmotik didalam dan diluar sel mengakibatkan sel lisis,

antibiotik yang termasuk perusak dinding sel mikroorganisme adalah penisilin,

sepalosporin, karbapenem, monobaktam, glikopeptida, dan lipopeptida (Katzung

BG et al.2012).

Antibiotik dapat mengganggu permeabilitas membran sel mikroorganisme

terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan. Obat yang termasuk dalam

kelompok yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroorganisme ialah

polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroorganisme kemoterapeutik

umpamanya antiseptic surface active agents (mengubah tegangan permukaan).

Polimiksin sebagai senyawa ammonium kuaterner dapat merusak membran sel

setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroorganisme

(Tanu 2007).

Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroorganisme menurut

Brunton LL (2011) dibagi menjadi tiga grup yaitu :

Bakteriostatik, menghambat sintesis protein dengan target ribosom bakteri,

antibiotik yang termasuk grup ini ialah tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida,

streptogramin, dan aminosilitol (spektinomisin).

Memanipulasi komponen antibiotik sebagai dinding sel bakteri. Antibiotik

yang termasuk grup ini ialah glikopeptida (vankomisin dan teikoplanin),

lipopeptida (daptomisin).

Indikasi terbatas hanya pada pembagian mekanisme yang memanipulsi

komponen dinding sel bakteri: basitrasin dan mupirosin.

Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroorganisme

termasuk rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin adalah salah satu derivat

rifamisin, berikatan dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat

sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat

enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat

panjang menjadi bentuk spiral sehingga dapat muat dalam sel kuman yang kecil

(Tanu 2007).

Pengolongan antibiotik menurut Katzung BG et al.(2012) lain :

Senyawa Beta-laktam dan Penghambat Sintesis Dinding Sel Lainnya

Mekanisme aksi penisilin dan antibiotika yang mempunyai struktur mirip

dengan β-laktam adalah menghambat pertumbuhan bakteri melalui pengaruhnya

terhadap sintesis dinding sel. Dinding sel ini tidak ditemukan pada sel-sel tubuh

manusia dan hewan, antara lain: golongan penisilin, sefalosporin dan sefamisin

serta beta-laktam lainnya.

Page 17: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolida, Klindamisin dan Streptogramin

Golongan agen ini berperan dalam penghambatan sintesis protein bakteri

dengan cara mengikat dan mengganggu ribosom, antara lain: kloramfenikol,

tetrasiklin, makrolida, klindamisin, streptogramin, oksazolidinon.

Golongan Aminoglikosida

Aminoglikosida antara lain: streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin,

gentamisin, tobramisin, sisomisin, etilmisin, dan lain-lain.

Sulfonamida, Trimethoprim, dan Kuinolon

Sulfonamida, aktivitas antibiotika secara kompetitif menghambat sintesis

dihidropteroat. Antibiotika golongan Sulfonamida, antara lain Sulfasitin,

sulfisoksasol, sulfamethisol, sulfadiasin, sulfamethoksasol, sulfapiridin, sulfadosin

dan golongan pirimidin adalah trimethoprim. Trimethoprim dan kombinasi

trimetoprim-sulfametoksazol menghambat bakteri melalui jalur asam dihidrofolat

reduktase dan menghambat aktivitas reduktase asam dihidrofolik protozoa,

sehingga menghasilkan efek sinergis. Fluorokuinolon adalah kuinolon yang

mempunyai mekanisme menghambat sintesis DNA bakteri pada topoisomerase II

(DNA girase) dan topoisomerase IV. Golongan obat ini adalah asam nalidiksat,

asam oksolinat, sinoksasin, siprofloksasin, levofloksasin, slinafloksasin,

enoksasin, gatifloksasin, lomefloksasin, moxifloksasin, norfloksasin, ofloksasin,

sparfloksasin dan trovafloksasin dan lain-lain.

Antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati infeksi penyakit yang

disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati infeksi penyakit akibat

virus seperti flu atau batuk. Antibiotik harus diambil dengan resep dokter. Dosis

dan lama penggunaan yang ditetapkan harus dipatuhi.

Resistensi antibiotik merupakan ketidakpekaan suatu antibiotik terhadap

suatu bakteri. Faktor-faktor penyebab terjadinya resistensi terhadap suatu

antibiotik adalah sebagai berikut (Tanu 2007) :

Penggunaan yang sering

Penggunaan yang irasional

Penggunaan yang baru yang berlebihan

Penggunaan untuk jangka waktu yang lama

Penggunaan untuk ternak (residu pada produk hasil ternak)

2.6 Alur Penelitian

Sampel daging ayam

Total jumlah bakteri Isolasi dan identifikasi

(Total plate count) (pada media spesifik, pewarnaan

gram, tes biokimia)

Positif (P.mirabilis) Negatif

Uji resistensi antibiotika

(Imipenem, Kloramfenikol, Sefotaksim, dan Siprofloksasin)

Page 18: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

3. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada Mei 2014 dan dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Kampus Tamalanrea,

Makassar, Sulawesi Selatan.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 sampel daging ayam

bagian dada ayam yang diperoleh dari 6 pasar tradisional di wilayah Kota

Makassar.

Media-media yang digunakan untuk analisis Tryptone Soya Broth (TSB),

Nutrient Agar (NA), MacConkey Agar (MCA), Salmonella Shigella Agar (SSA),

dan media untuk uji biokimia antara lain Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfur

indole motility (SIM), Metil Red Voges Proskauer (MRVP), Medium sitrat dan

urea, serta 4 uji gula-gula antara lain glukosa, laktosa, sukrosa, dan mannitol.

Muller Hinton Agar digunakan sebagai media pengujian kepekaan antibiotik. Disk

antibiotik yang digunakan ialah imipenem, klorampenikol, sefotaksim, dan

siprofloksasin.

Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu aquadest steril atau dapat

digunakan NaCl fisiologis sebagai larutan pengencer, alkohol 70 % sebagai

desinfektan, spiritus, larutan H2O2 untuk uji katalase, reagen oksidase untuk uji

oksidase, minyak imersi untuk melihat bakteri pada mikroskop dengan perbesaran

100 kali, bahan-bahan untuk pewarnaan gram antara lain kristal violet, larutan

lugol, alkohol 96%, dan safranin.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitin ini adalah cawan petri, gelas ukur,

tabung reaksi dan raknya, ose, vortex, neraca analitik, erlenmeyer, pisau, label,

inkubator, bunsen, korek api, mikroskop, objek glass, jangka sorong, masker dan

sarung tangan.

3.4 Jumlah Sampel

Penelitian ini menggunakan 24 sampel yaitu daging ayam yang diambil

secara acak di 6 pasar tradisional, setiap pasar tradisional diambil 4 sampel secara

acak, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus random

sampling (Federer WT 1963) dengan rumus sebagai berikut :

(T-1)(n-1) ≥ 15

Page 19: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Keterangan :

T = perlakuan

n = jumlah sampel

Perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

(T-1) (n-1) ≥ 15

(6-1) (n-1) ≥ 15

5n-5 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4

T merupakan perlakuan pada penelitian ini, T sama dengan banyaknya

lokasi pasar, karena ada 6 lokasi berarti T = 6. Sedangkan dari hasil perhitungan n

sebagai total sampel yang akan diambil disetiap pasar, dan n = 4.

Pengujian sampel dilakukan duplo. Sampel tersebut masing-masing

dimasukkan ke dalam box pendingin untuk menghentikan aktivitas

mikroorganisme.

3.5 Prosedur Pengujian

Pengujian Jumlah Total Bakteri/Total Plate Count (TPC) dilakukan dengan

Metode Agar Tuang Pengujian TPC pada daging ayam dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pengenceran

Pengenceran yang digunakan pada analisis TPC adalah pengenceran 10-4

.

2. Penuangan media

Masing-masing pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri steril yang

telah diberi label sebelumnya (sesuai dengan angka pengenceran). Media

Nutrient Agar (NA) untuk pengujian TPC, lalu dihomogenkan dengan cara

digoyangkan membentuk angka 8 beberapa kali supaya media merata ke

seluruh permukaan/homogen dan dibiarkan memadat. Cawan petri

kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik.

3. Inkubasi

Proses inkubasi cawan petri dilakukan dengan posisi terbalik pada suhu

370C selama 24-48 jam

4. Pembacaan dan Penghitungan jumlah bakteri

Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 25 sampai 250 (Lukman DW et al.2007). Jumlah mikroba per ml

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Page 20: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Isolasi Proteus mirabilis dilakukan dengan Metode Gores/Streak cara sebagai

berikut :

1. Persiapan sampel

Sampel dimasukan sebanyak 1 gram ke dalam plastik steril dan digerus

dengan mortar.

2. Pengenceran

Sampel ditambahkan aquadest sebanyak 9 ml secara aseptis, kemudian

dimasukkan ke dalam tabung dan diberi label 10-1

. Perbandingan berat

sampel dengan volume aquadest adalah 1 : 9.

3. Menyuburkan bakteri

Sebanyak ± 0,5 ml pengenceran 10-1

dimasukan ke dalam ± 3 ml Tryptone

Soya Broth (TSB). Setelah itu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 370C.

4. Menggores media

Selanjutnya dengan menggunakan ose steril diambil suspensi bakteri pada

TSB yang telah diinkubasi lalu digores pada media MCA dan SSA,

kemudian diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.

5. Pewarnaan bakteri

Diambil koloni pada media SSA dan MCA kemudian dilakukan pewarnaan

gram.

6. Uji biokimia

Dilakukan uji biokimia antara lain TSIA, SIM, MR/VP, TSIA, sitrat, urea,

uji katalase, uji oksidase, serta 4 uji gula-gula antara lain glukosa, laktosa,

sukrosa, dan mannitol. Kemudian dilakukan identifikasi bakteri berdasarkan

ciri koloni dan uji biokimia yang ada di tinjauan pusaka.

Uji Resistensi antibiotik dilakukan dengan menggunakan Metode Difusi

Agar-Kirby Bauer sebagai berikut :

1. Menggunakan Penyetaraan Mc Farland

Setelah diperoleh biakan Proteus mirabilis dilakukan inokulasi bakteri pada

media Muller Hinton Agar (MHA) dengan menggunakan penyetaraan Mc

Farland, Mc Farland adalah peyetaraan konsentrasi mikroorganisme dengan

menggunakan larutan BaCl2 1% dan H2SO4 1%. Standar kekeruhan Mc

Farland ini dimaksudkan untuk menggantikan perhitungan bakteri satu per satu

dan untuk memperkirakan kepadatan sel yang akan digunakan pada prosedur

pengujian antimikroorganisme. Standar Kekeruhan Mc Farland sebagai berikut

Tabel 6 :

Tabel 6.Standar Kekeruhan Mc Farland

Sumber : Schwalbe (2007

Standar

Mc Farland

BaCl2 1%

(mL)

H2SO4 1 %

(mL) CFU (10

8/mL)

0,5 0,005 9,95 150

1 0,1 9,9 300

2 0,2 9,8 600

Page 21: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

2. Menyebar bakteri di atas media Muller Hinton Agar

Batang lidi dengan ujung kapas yang telah steril digunakan untuk mengambil

suspensi bakteri yang telah disetarakan dengan metode Mc Farland kemudian

digores sampai benar-benar rata.

3. Peletakkan antibiotik

Kemudian diletakan disk antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim dan

siprofloksasin yang akan diuji kepekaannya. Lalu dilakukan inkubasi pada

temperatur 370C selama 24-48 jam.

4. Pengukuran zona hambat

Setelah dilakukan inkubasi, diameter zona hambat atau daerah terang diukur

dengan menggunakan jangka sorong. Standar interpertasi yang telah ditentukan

oleh Clinical Laboratory Standard Institute (CLSI) (dapat dilihat pada Tabel

7.)

Tabel 7. Standar Kepekaan Empat Antibiotik

Nama Antibiotik

Standar

Resisten

(≤)

Sedang Peka

(≥)

Siprofloksasin 15 16-20 21

Sefotaksim 12 13-17 18

Klorampenikol 12 13-17 18

Imipenem 19 20-22 23

Sumber : CLSI (2014)

Page 22: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Jumlah Total Bakteri/Total Plate Count (TPC)

Hasil uji laboratorium terhadap daging ayam dengan pengambilan sampel

sebanyak satu kali di enam pasar tradisional, yaitu di pasar Terong, pasar Sentral,

pasar Pabaeng-baeng, pasar Daya, pasar Panakkukang, dan pasar Mandai yang

meliputi pengujian Total Plate Count (TPC) melebihi Batas Maksimum Cemaran

Mikroba (BMCM) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil TPC Sampel Daging Ayam yang diambil di Enam Pasar

Tradisional

Pengujian TPC pada tabel diatas dilaksanakan pada tanggal 16, 20, 24, 27

Mei 2014. Berdasarkan data pada Tabel 8 terlihat bahwa sampel daging ayam

yang diambil di seluruh pasar 58% berada di atas ambang Batas Maksimum

Cemaran Mikroba. Hal tersebut dapat terjadi karena pedagang menjual daging

No

Tempat

pengambilan

sampel

Jumlah

sampel

Kode

Sampel TPC Standar Keterangan

1. Pasar Terong 4

T1.2 1,0x106

1x106

T2.2 2,0x106 > BMCM

T3.2 1,4x106 > BMCM

T4.2 9,2x105

2. Pasar Sentral 4

S1.2 1,5x106 > BMCM

S2.2 4,2x105

S3.2 5,2x106 > BMCM

S4.2 1,0x106

3. Pasar Pabaeng-

baeng 4

B1.2 5,8x105

B2.2 1,2x106 > BMCM

B3.2 1,1x106 > BMCM

B4.2 5,2x105

4. Pasar

Panakukkang 4

P1.2 3,7x106 > BMCM

P2.2 2,2x106 > BMCM

P3.2 7,3x105

P4.2 6,3x105

5. Pasar Daya 4

D1.2 9,2x105

D2.2 1,3x106 > BMCM

D3.2 1,4x106 > BMCM

D4.2 1,6x106 > BMCM

6. Pasar Mandai 4

M1.2 1,2x106 > BMCM

M2.2 2,5x106 > BMCM

M3.2 8,6x105

M4.2 1,0x106

Page 23: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

ayam secara terbuka yang mengakibatkan konsumen dapat memilih daging ayam

dengan cara memegang daging ayam, sehingga daging ayam dengan mudah dapat

terkontaminasi serta dapat menurunkan kualitas daging tersebut. Selain itu,

menurut Endang (2009) bila transportasi dilakukan dengan tidak layak akan

mengakibatkan jumlah total mikroba yang tinggi pada daging dan kuman-kuman

yang memang secara normal ada dalam tubuh hewan akan makin subur.

Informasi yang diperoleh dari beberapa pedagang di pasar Terong, pasar

Sentral, dan pasar Pabaeng-baeng bahwa daging ayam yang dijual berasal dari

tempat pemotongan yang sama yaitu di Jalan Abu Bakar Lambogo, Sedangkan

untuk pasar Panakukkang, pasar Daya, dan pasar Mandai daging ayam yang dijual

diperoleh dari luar kota Makassar namun proses pemotongan dilakukan di sekitar

pasar dan juga lokasi tempat berjualan. Gambar hasil pengujian TPC sampel

daging ayam (media kontrol (a) dan media yang ditumbuhi bakteri (b) ) dapat

dilihat pada Gambar 2.

a b

Gambar 2. Media NA kontrol yang tidak ditumbuhi bakteri (a) dan Media NA

yang ditumbuhi bakteri (b)

Unggas dan produknya merupakan komoditi yang sangat diminati oleh

konsumen. Daging ayam sebagai salah satu bahan pangan yang bersifat basah,

memerlukan perlakuan khusus dalam penjualan, baik dari segi tempat penjualan,

maupun sarana dan fasilitas yang melengkapi. Berdasarkan Pedoman Umum

Teknis Program Penataan Kios Daging Unggas di Pasar Tradisional, Direktorat

Kesehatan Masyarakat Veteriner Departemen Pertanian Tahun 2010, secara

umum persyaratan minimal peralatan harus dapat disediakan untuk mencegah

terjadinya kontaminasi silang. Persyaratan minimal peralatan yang diperlukan

sebagai berikut:

Tempat penjajaan dan peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan

tidak boleh terbuat dari kayu dan bahan-bahan yang bersifat toksik, harus

terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat atau korosif (terbuat dari

stainless steel atau logam yang digalvanisasi), kuat, tidak dicat, mudah

dibersihkan, dan mudah didisinfeksi.

Fasilitas pencucian peralatan yang senantiasa terpelihara kebersihannya;

Fasilitas pencucian tangan dan perlengkapannya.

Tempat sampah yang berpenutup.

Peralatan daging yang tidak mudah patah atau pecah, tidak bersifat toksik,

mudah dibersihkan, dan didisinfeksi.

Page 24: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

4.2 Keberadaan Proteus mirabilis

Berdasarkan pengujian sampel daging ayam di laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, diperoleh hasil bahwa 8 (30%)

sampel dari 24 sampel yang diambil dari enam pasar tradisional positif

mengandung bakteri Proteus mirabilis. Jumlah 8 sampel yang positif diperoleh

dari 1 sampel berasal dari pasar Daya, 1 sampel dari pasar Mandai, 1 sampel dari

pasar Panakkukang, 1 sampel dari pasar Pabaeng-baeng, 1 sampel dari pasar

Terong, dan 3 sampel dari pasar Sentral.

Kultur bakteri dilakukan dengan menggunakan medium Salmonella Shigella

Agar (SSA). Menurut Zimro MJ et al. (2009), bentuk koloni Proteus mirabilis

dan Salmonella sangat mirip yaitu tidak berwarna/colourless dengan adanya

lingkaran hitam ditengah. Hal ini yang menjadi alasan untuk melakukan uji

konfirmasi dengan menggunakan uji biokimia. Data hasil kultur pada media SSA

(Gambar 3), dikultur lebih lanjut pada medium MacConkey Agar (MCA) dan

diperoleh pertumbuhan koloni bakteri Proteus mirabilis yang tidak

berwarna/colourless (Gambar 4) karena bakteri tersebut tidak memfermantasi

laktosa.

Gambar 3. Koloni terpisah pada media SSA (yang dilingkari spidol merah diuji

selanjutnya dengan pewarnaan gram dan uji biokimia)

Gambar 4. Pertumbuhan koloni yang menghasilkan koloni yang tidak berwarna

(colourless) pada MacConkey Agar (MCA)

Page 25: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Identifikasi bakteri tidak hanya sampai pada pertumbuhan koloni pada

media agar. Pewarnaan gram dan uji biokimia merupakan uji konfirmasi yang

mutlak untuk identifikasi bakteri. Koloni yang tumbuh terpisah di media SSA

(Gambar 3) digores ke media MCA (Gambar 4) kemudian dilakukan pewarnaan

Gram, hasil pewarnaan gram (Gambar 5)

Gambar 5. Sel bakteri gram negatif diliat dengan pembesaran 100x

Pada pewarnaan bakteri yang dapat ditentukan hanyalah bentuk bakteri

yakni coccus/bulat ataukah basil/batang dan jenis gram suatu bakteri. Pada

pewarnaan gram, warna merah menunjukkan bakteri gram negatif dan warna ungu

menunjukkan bakteri gram positif (David B. Fankhauser 1983). Bakteri yang

diwarnai (Gambar 5) merupakan bakteri gram negatif dengan bentuk batang

pendek.

Uji biokimia antara lain Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfur Indol

Motility (SIM), metil merah (MM), Voges Proskauer (VP), sitrat, urea, glukosa,

laktosa, sukrosa, dan mannitol. Hasil pengujian dapat dilihat (Gambar 6),

sedangkan uji katalase (Gambar 7) dan uji oksidase (Gambar 8). Seluruh hasil uji

biokimia sampel dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 6. Pengujian Biokimia (urutan dari bagian kiri) : TSIA, SIM, MR, VP,

Citrat/Sitrat, Urea, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, dan Mannitol

Page 26: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Ket : Katalase positif bila menghasilkan buih seperti pada Gambar, dan oksidasi

negatif bila tidak berwarna ungu

Dari kultur pada media agar SSA dan MCA, pewarnaan gram, dan uji

biokimia peneliti dapat menyimpulkan bahwa koloni terpisah itu adalah bakteri

Proteus mirabilis dengan ciri bentuk koloni yang kecil dengan adanya H2S pada

media SSA dan colourless/tidak berwarna pada media MCA, pada pewarnaan

gram diperoleh gram negatif dengan bentuk batang/basil pendek, dan pada uji

biokimia sebagai berikut TSIA basa/basa dengan adanya H2S, SIM (indol negatif

dan motiliti positif, dan ada H2S), MR positif, VP negatif, sitrat positif, urea

positif, katalase positif, oksidase negatif, glukosa positif, laktosa negatif, sukrosa

negatif, dan mannitol negatif.

Keberadaan bakteri Proteus mirabilis pada penelitian ini dicurigai akibat

terjadinya kontaminasi sekunder (setelah pemotongan), karena adanya proses

penanganan, higienitas, dan sanitasi yang kurang baik.

Pada tahun 1946, kejadian keracunan Proteus mirabilis pernah terjadi di

Amerika (Cherry WB et al.1946). Data terbaru, tahun 2013 di China, Proteus

mirabilis dapat diisolasi pada daging ayam dan produknya olahannya yang

mengakibatkan keracunan (Wong MH et al. 2013).

4.3 Resistensi Isolat Proteus mirabilis terhadap Antimikroba

Pengujian Resistensi Antibiotik ini menggunakan metode difusi Kirby-

Bauer. Metode difusi dilakukan menggunakan standar kekeruhan Mc Farland 0,5,

kadar masing-masing antibiotik sesuai dengan standar dari perusahan pembuat

antibiotik antara lain Imipenem 10µg, klorampenikol 30µg, Sefotaksim 30µg, dan

siprofloksasin 5µg.

Bakteri Proteus mirabilis yang diisolasi dari daging ayam pada penelitian

ini diuji resistensinya terhadap empat antibiotik. Hasilnya menunjukkan bahwa 8

isolat Proteus mirabilis tersebut masih sensitif terhadap antibiotik kloramfenikol,

sefotaksim, imipenem, dan siprofloksasin (Tabel 9).

Gambar 7. Uji Katalase Gambar 8. Uji Oksidase

Page 27: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Tabel 9. Hasil Uji 8 Isolat Proteus mirabilis yang ditemukan

Isolat

Zona

(mm)

1 2 3 4

Imipenem

10µg

Klorampenikol

30µg

Sefotaksim

30µg

Siprofloksasin

5 µg

D3.2

30

(S)

20

(S)

26,3

(S)

33,7

(S)

T1.2

29,6

(S)

22

(S)

28,6

(S)

23,3

(S)

M3.2

23,3

(S)

24

(S)

33

(S)

28,9

(S)

P3.2

31,9

(S)

20,5

(S)

30,9

(S)

33,5

(S)

S1.2

39,8

(S)

22,5

(S)

21,4

(S)

22

(S)

S2.2

37,4

(S)

24,6

(S)

36,3

(S)

31,4

(S)

S4.2

28,6

(S)

24

(S)

44,7

(S)

28,1

(S)

B3.2

40

(S)

34,4

(S)

35,6

(S)

23,3

(S)

Ket : (S) = Sensitif

Gambar 6. Zona hambat salah satu isolat Proteus mirabilis

Ket: 1 = Imipenem 10 μg, 2 = Kloramfenikol 30 μg,

3 = Sefotaksim 30 μg, 4= Siprofloksasin 5μg

Pengujian antibiotik terhadap isolat Proteus mirabilis yang diperoleh dari

daging ayam belum pernah dilakukan di Kota Makassar. Dalam penelitian ini

tidak ditemukan isolat Proteus mirabilis yang resisten terhadap siprofloksasin,

Page 28: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

imipenem, klorampenikol, dan sefotaksim. Hal ini menunjukkan bahwa keempat

antibiotik tersebut masih direkomendasikan digunakan oleh dokter hewan untuk

mengobati infeksi pada ayam yang disebabkan oleh Proteus mirabilis di Kota

Makassar.

Sebagai perbandingan isolat Proteus mirabilis yang didapatkan dari produk

asal ayam di China (Wong MH et al. 2013) resistensi antibiotik terhadap Proteus

mirabilis datanya sebagai berikut: Tetrasiklin (100%), sulfametaksasol (80%),

klorampenikol (66%), asam nalidisit (66%), ampisilin (60%), streptomisin (56%),

siprofloksasin (52%), kanamisin (46%), gentamicin (38%), sefriakson (36%),

sefotaksim (34%), seftiofur (22%), amoksilin dan asam klavulanat (16%). Lain

halnya di India, antibiotik klorampenikol semi resisten terhadap isolat Proteus

mirabilis yang berasal dari daging sapi (Gupta RK et al.2014).

Hal yang patut diwaspadai beberapa tahun belakangan ini yaitu penggunaan

antibiotik yang tidak tepat dan bukan untuk kepentingan terapi, yaitu sebagai feed

stimulator atau growth promotor bagi ternak dan unggas, karena pemberian

antibiotik dalam pakan hewan tidak sakit, terutama unggas diduga kuat sebagai

penyebab kunci terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik (Krisnaningsih et

al.2005)

Page 29: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Dari 24 sampel daging ayam yang diambil di beberapa pasar tradisional di

Kota Makassar diperoleh 8 sampel (30%) yang positif mengandung

kontaminasi Proteus mirabilis.

2. Bakteri Proteus mirabilis yang diisolasi masih sensitif terhadap 4

antimikroba (kloramfenikol, siprofloksasin, imipenem, dan sefotaksim).

5.2 Saran

1. Adanya Proteus mirabilis pada daging ayam memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa daging ayam harus dimasak secara benar sebelum

dikonsumsi.

2. Perlu dilakukan penelitian uji resistensi menggunakan antibiotik lain.

Page 30: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

LAMPIRAN

Data Identifikasi kultur bakteri Proteus mirabilis pada daging ayam

K

O

D

E

S

A

M

P

E

L

Bentuk koloni

(setelah dari

TSB)

G

R

A

M

M

O

R

F

O

L

O

G

I

T

S

I

A basa/

basa

H2S

M

R

V

P

SIM

S

I

T

R

A

T

K

A

T

A

L

A

S

E

O

K

S

I

D

A

S

E

U

R

E

A

L

A

K

T

O

S

A

M

A

N

N

I

T

O

L

G

L

U

K

O

S

A

S

U

K

R

O

S

A

Ket.

SS MC I M

S1.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±2

mm

Cembu

ng,

Colour

less,

licin

d=±1-

2 mm

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

S2.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±1

mm(2

4 jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess,

licin

d=±1m

m (24

jam)

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - + + - Proteus mirabilis

S3.2 10-1

Kolon

i

menye

bar,

hitam,

kecil,

d=±2

mm

Tidak

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

S4.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±1-

2

mm(2

4 jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

T1.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±2

mm

Cembu

ng,

Colour

less,

licin

d=±1-

2 mm

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

T2.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±1-

2

mm(2

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess,

licin

d=±1m

m (24

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + + Tdk dilanjutkan karena

Oksidase Positif

Page 31: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

4 jam) jam)

T3.2 10-1

Kolon

i

menye

bar,

hitam,

kecil,

d=±2

mm

Tidak

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

T4.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±1

mm(2

4 jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - + +

Indol positif, jadi tidak

dilanjutkan ke tes gula-

gula

B1.2 10-1

kecil,

cembu

ng

d=±2

mm

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

B2.2 10-1 Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

B3.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±2

mm

Cembu

ng,

Colour

less,

licin

d=±1-

2 mm

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

B4.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

P1.2 10-1

Hitam

, kecil,

d=±

mm

Putih,

cembu

ng

Tdk dilanjutkan karena

koloni yang tumbuh di

MC putih

P2.2 10-1

Hitam

, kecil,

d=±

1mm

Putih,

cembu

ng

Tdk dilanjutkan karena

koloni yang tumbuh di

MC putih

P3.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±2

mm

Cembu

ng,

Colour

less,

licin

d=±1-

2 mm

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

P4.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

D1.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=1m

m(24

jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - + + + + - + - - + - Indol positif, Proteus

vulgaris

D2.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

Page 32: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

D3.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng

d=±2

mm

Cembu

ng,

Colour

less,

licin

d=±1-

2 mm

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + + Proteus mirabilis

D4.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

M1.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

M2.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng d=

±2

mm(2

4 jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - + + + + - + - - + - Indol positif, Proteus

vulgaris

M3.2 10-1

Hitam

diteng

ah,

cembu

ng d=

±2

mm(2

4 jam)

Kecil,

cembu

ng,

colourl

ess

-

B

at

an

g,

pe

nd

ek

+ + - - + + + - + - - + - Proteus mirabilis

M4.2 10-1

Tdk

tumbu

h

Tdk dilanjutkan

Page 33: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

DAFTAR PUSTAKA

Agus MB. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam.

Yogyakarta : Kanisius.

Amare A, Amin AM, Shiferaw A, Nazir S, and Negussie H. 2013. Yolk Sac

Infection (Omphalitis) in Kombolcha Poultry Farm, Ethiopia. American-

Eurasian Journal of Scientific Research 8 (1): 10-14, 2013

(ISSN 1818-6785)

Anonim. 2013. Proteus. [diunduh 18 Apr 2014]. Tersedia pada :

http://www.gopetsamerica.com/bio/bacteria/proteus.aspx

Bayumitra WK. 2014. Kontaminasi Makanan: Penyebab Utama Food-Borne

Disease (Penyakit yang Berasal dari Makanan). [diunduh 29 Nov 2014].

Tersedia pada : http://giziberkarya.blogspot.com/2014/03/kontaminasi-

makanan-penyebab-utama-food.html

Bergey. 1974. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Baltimore.

Amerika Serikat.

Blossom C. 2014. Penyimpanan Bahan Makanan Hewani. [diunduh 2 Mei 2014].

Tersedia pada http://elyunizar.blogspot.com/2014/03/penyimpanan-bahan-

makanan-hewani.html

Brunton LL. 2011. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of

Therapeutics. United States (ISBN 978-0-07-162442-8):The McGraw-Hill

Companies Inc. Ed ke-12.

BSN [Badan Standar Nasional ]. 2009. SNI 7388: Batas Cemaran

Mikroorganisme dalam Pangan asal Hewan. Badan Standar Nasional,

Jakarta.

Cherry WB, Lentz PL, and Barnes LA. 1946. Implication of Proteus mirabilis in

an Outbreak of Gastroenteritis. Am J Public Health Nations Health. May

1946; 36(5): 484–488. PMCID: PMC1625797

CLSI [Clinical Laboratory Standard Institute]. 2014. Performance Standards for

Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Fourth Informational

Supplement. USA

David B. Fankhauser. 1983. Bacteria on Prepared Slides. Professor of Biology

and Chemistry University of Cincinnati Clermont College, Batavia

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Pedoman Produksi

dan Penanganan Daging Ayam yang Higienis. Jakarta

Endang, S. 2009. Tinjauan Bahan Pangan Asal Hewan Yang Asuh Berdasarkan

Page 34: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Aspek Mikrobiologi di DKI Jakarta. Jakarta.

http://peternakanlitbang.deptan.go.id.

Federer WT. 1963. Experimental design : theory and application. New York : The

Macmillan Company

Gupta RK, Ali S, Shoket H, Mishra VK. 2014. PCR-RFLP Differentiation of

Multidrug Resistant Proteus sp. Strains from Raw Beef. Current Research

inMicrobiology and Biotechnology Vol. 2, No. 4 (2014): 426-430

Hasan AH, Hussein SA, and Abdul Ahad. 2012. Pathological and bacteriological

study of bumblefoot cases in Sulaimaniyah province. Al-Anbar Journal Vet.

Sci. Vol. : 5 No. (1) (ISSN : 1999-6527)

Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2012. Basic & Clinical Pharmacology.

United States (ISBN: 978-0-07-176402-5): The McGraw-Hill

CompaniesInc.

Krisnaningsih MMF, Asmara W, dan Wibowo MH. 2005. Uji Sensitivitas Isolat

Escherichia coli Patogen Pada Ayam Terhadap Beberapa Jenis Antibiotik. J.

Sain Vet. Vol.1 Th. 2005

Lukman DW, Latif H. 2007. Penuntun Praktikum Higiene Pangan. Bogor: FKH.

Penuntun Praktikum Higiene Pangan. Bogor: FKH IPB [Tidak Diterbitkan].

Manos J and Belas R. 2006. The Genera Proteus, Providencia, and Morganella.

Chapter 3.3.12, 10.1007/0-387-30746-x_12

Mikoleit ML. 2010. A WHO Network Building Capacity to Detect, Control and

Prevent Foodborne and Other Ebteric Infections From Farm to Table. USA

Nemati M. 2013. Antimicrobial Resistance of Proteus Isolaed from Poutry.

European Journal of Experimental Biology, 2013, 3(6):499-500

Noor SM, Poeloengan. 2005. Pemakaian Antibiotika Pada Ternak dan

Dampaknya pada Kesehatan Manusia. Lokakarya Nasional Keamanan

Pangan Produk Peternakan.

Nurwanto, Sartono TA, Pramono YB, Budiraharjo K, dan Satmoko SR. 1999.

Pengembangan Metode Isolasi dan Identifikasi Bakteri Salmonella dari

Berbagai Bahan Pangan Hewani Asal Unggas. Fakultas Peternakan.

Universitas Diponegoro

Rahayu, Utami E. 2012. Antibiotik, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi.

Sainstis. Volume 1, Nomor 1, April – September 2012. Malang

Sauri S. 2011. Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian BogorTerhadap Foodborne Disease. Fakultas Kedokteran

Page 35: IDENTIFIKASI Proteus mirabilis DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK ... · identifikasi proteus mirabilis dan resistensinya terhadap antibiotik imipenem, klorampenikol, sefotaksim,

Hewan Institut Pertanian Bogor

Schwalbe R, Moor LS, and Goodwin AC . 2007. Antimicrobal Susceptibility

Testing Protocol. CRC Press. USA. ISBN-13: 978-0-8247-4100-6

Semesta. 2011. Tingkat cemaran mikroorganisme pada daging ayam dan daging

sapi dari pasar tradisional di provinsi Jawa Barat berdasarkan jumlah total

mikroorganisme, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. [diunduh 18

Apr2014].Tersediapada :http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51216

Taege A. 2004. Foodborne Disease. Cleveland Clinic Foundation Article.[di

unduh 2014 Apr 14. Tersedia pada :

http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement

infectious-disease/foodborne-disease/

Tanu. 2007. Farkomakologi dan Terapi (Edisi kelima). Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

Wong MH, Wan HY, Chen S. 2013. Characterization of multidrug-resistant

Proteus mirabilis isolated from chicken carcasses. PubMed 2013

Feb;10(2):177-81.

Zimro MJ, Power DA, Miller SM, Wilson GE, Johnson JA. 2009. Difco and BBL

Manual of Microbiology Culture Media. United States (ISBN 0-9727207-1-

5):Becton, Dickinson and Company. Ed. Ke-2