identifikasi sifat fisik dan c-organik tanah pada …digilib.unila.ac.id/31160/2/skripsi tanpa bab...

48
IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT FOOD (GGF) LAMPUNG TENGAH (Skripsi) Oleh VERY WIBOWO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: lediep

Post on 02-Mar-2019

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA

BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN

DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT

FOOD (GGF) LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

VERY WIBOWO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA

BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN

DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT

FOOD LAMPUNG TENGAH

Oleh

Very Wibowo

Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui keadaan sifat fisik pada tanah beberapa

penggunaan lahan di perkebunan nanas, 2) Mengetahui keadaan beberapa C-

Organik pada beberapa penggunaan lahan di perkebunan nanas. Penelitian

dilaksanakan di PT. Great Giant Food, Lampung Tengah Provinsi Lampung dan

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Peneilitan ini

dilaksanaka dengan survei lahan dan analisis tanah di laboratorium. Adapun contoh

tanah yang diambil meliputi a. Bambu (tanah yang belum pernah ditanami nenas

/vegetasi bambu), b. Nanas 10 tahun (tanah yang sudah ditanami nenas selama 10

tahun), c. Nanas 21 tahun (tanah yang sudah ditanami nenas selama 20 tahun), d.

Rotasi Sawit (tanah yang dirotasi dengan tanaman kelapa sawit) dan, e. Rotasi

Pisang (tanah yang dirotasi dengan tanaman pisang). Hasil penelititan menunjukan

kondisi sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan menunjukan kondisi yang

kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman nanas, nilai kerapatan isi tanah yang

terlampau tinggi pada lahan nanas 21 tahun dan rotasi sawit, tingkat kemantapan

agregat tanah yang tergolong tidak stabil-kurang stabil pada semua penggunaan

lahan, sebaran ruang pori dan daya menahan air yang masih tinggi dan tektur tanah

yang teramati liat, lempung liat berpasir dan liat berpasir pada semua penggunaan

lahan. Keadaan c-organik tanah pada masing-masing lahan menunjukan nilai yang

tergolong rendah dengan kisaran kandungan C-Organik sebesar 1,00-2,00%.

Kata Kunci : C-Organik Tanah, Peggunaan Lahan, Sifat Fisik Tanah dan

Tanaman Nanas

IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA

BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN

DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT

FOOD LAMPUNG TENGAH

Oleh

VERY WIBOWO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Wahai orang – orang yang beriman! Jika kamu menolong agama ALLAH, niscaya

Dia akan menolong mu dan meneguhkan kedudukan mu”

(QS. Muhammad [47]:7)

“Dan jika kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang

menimpanya, niscaya dia akan berkata, “telah hilang bencana itu dari ku”

sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga.

Kecuali orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh

ampunan dan pahala yang besar. (QS. Hud[11]: 10-11)

” Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang

yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-

Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84)

“Bermimpilah sesuatu yang belum pernah diimpikan oleh siapapun”

(Jonh F. Kennedy)

Teruntuk Bapak-ku, Almarhumah Ibu-ku dan Ketiga Kakaku yang saya

cintai karena Allah subhanawata’ala

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara pada tanggal 05 Februari 1993, putra ke 4 dari 4

bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Suratmini Alm.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Sri Rejosari pada tahun 2005, MTs

Al- Ikhlas Braja Sakti Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2008, dan di SMA

Teladan Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2011. Pada tahun sama, penulis

terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung melalui Jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses

Pendidikan (PMPAP).

Pada Tahun 2014, Penulis melaksanakan Praktik Umum di Pusat Penelitian

Bioteknologi Perkebunan Indonesia (PPBPI) Bogor, Jawa Barat. Pada Januari

sampai Maret 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sri

Budaya, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis pernah

menjadi asisten dosen mata kuliah Kesuburan Tanah pada tahun 2013, Pengelolaan

Teknologi Benih pada tahun 2014, Klimatologi pada tahun 2015 dan Konservasi

Tanah dan Air pada tahun 2016. Penulis juga menjadi Tutor BBQ Fakultas

Pertanian. Penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu di UKMF Forum

Studi Islam Fakultas Pertanian menjadi Sekretaris Umum. Selain itu. Pada tahun

2014/2015 penulis menjadi pengurus wilayah IMMPERTI BPW II Sumbagsel

(Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indoneisa). Penulis juga aktif di Komunitas

Sahabat Pulau Lampung pada tahun 2013. Selain itu penulis juga aktif dalam

komunitas belajar bahasa Jepang Minna No Nihonggo pada tahun 2013.

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis

sanjung agungkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang selalu

istiqomah dalam mensyiarkan ajaran Islam sampai akhir hayatnya. Dengan

selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembimbing pertama, atas segala

bimbingan, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di

Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Didin Wiharso, M.Si. selaku pembimbing kedua atas saran dan kritik

yang membangun selama penulis melakukan penulisan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S. selaku penguji atas segala saran dan

nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si. selaku dosen pemimbing akademik atas

segala bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan studi di

Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku ketua Jurusan Agroteknologi.

7. Kak Renaldi, Kak Prawoto, Kak Solikhin Nuryanto, S.Pd, Ust Suprihatin Ali,

M.Si, Ust Dr. Amrul selaku murobbi atas nasehat, arahan, kritikan dan materi

– materi yang telah diberikan pada penulis.

8. Kedua Orang tua (Suprapto dan Suratmini, Alm) dan Ketiga kakak-ku tercinta,

terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan dan perhatiannya selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik “Tim Bodrex 1314” yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang selalu mendukug Penulis agar selalu semangat.

10. Teman-teman dan Teknisi Laboratorium : Praditiya Arbisutedjo, Mas Adi dan

Pak Warto atas kebersamaan, dukungan dan bantuan kepada penulis selama

penelitian.

11. Adik- adik ku yang senantiasa menemani dalam perjalanan amananh di

fakultas, Nasrul, Deva Aziz, Ikhwan Al rasyid, Fatkul, Kurno dan Agus

Setiawan.

12. Tim BBQ FP UNILA 1415 dan FOSI FP 1415 yang senantiasa memotivasi

penulis untuk tawazun antara amanah dan study.

13. Keluarga Besar Agroteknologi Tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 atas bantuan

dan kebersamaannya.

14. Keluarga besar UKMF FOSI FP 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015 yang

selalu mengingatkan penulis agar selalu mendekatkan diri pada Allah Swt.

15. Pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan

dukungan selama penyelesain skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2017

Penulis

Very Wibow

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4

1.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 4

1.4. Hipotesis ................................................................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 8

2.1 Tanaman Nanas ........................................................................................................ 8

2.2 Sifat Fisik Tanah ...................................................................................................... 9

2.2.1 Kerapatan Isi Tanah ............................................................................................. 10

2.2.2 Tekstur Tanah ...................................................................................................... 10

2.2.3 Kemantapan Agregat .......................................................................................... 11

2.2.4 Kadar Air di Dalam Tanah ................................................................................. 12

2.2 Pentingnya C-Organik Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman ................................. 14

2.3 Pengaruh Rotasi Tanaman Terhadap Kondisi Sifat Fisik Tanah ........................... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 17

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian .................................................................................................. 18

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah ............................................................................ 18

3.3.2. Analisis Sifat Fisik Tanah ............................................................................... 22

3.3. Analisis Data .......................................................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 30

4.1. Kerapatan Isi Tanah ............................................................................................... 30

4.2. Kelas Kemantapan Agregat Metode Emerson ....................................................... 32

4.3. Distribusi Ruang Pori Tanah .................................................................................. 34

4.4. Tekstur Tanah ........................................................................................................ 38

4.5. C-Organik Tanah ................................................................................................... 42

V. KESIMPULAN ........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Teks

1. Kelas kemantapan agregat semua lokasi

dan kedalaman pada lahan perkebunan nanas…………………………. …... .32

2. Data pF pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF………………………. 34

3. Sebaran ruang pori drainase cepat dan lambat

Pada beberapa penggunaan lahan…………………………………………….. 35

4. Tekstur tanah pada semua lokasi di setiap

kedalaman pada beberapa penggunan lahan …………………………............ 39

5. Keadaan kerapatan isi tanah dan tekstur tanah ……………………........... 41

6. Keterkaitan antara kerapatan isi tanah

dengan tekstur tanah …………………………………………………………. 42

Lampiran

7. Data analisis kerapatan isi tanah pada beberapa penggunaan

lahan di PT GGF ………………………………………………………………51

8. Data analisis pF Tanah pada beberapa penggunaan

lahan di PT GGF ……………………………………………………………... 51

9. Data analisis Tekstur Tanah pada beberapa penggunaan

lahan di PT GGF ……………………………………………………… ……...53

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenis- jenis air di dalam tanah………………………………………………… 13

2. Gaya yang mempengaruhi Jenis-jenis

kadar air tanah……………………………………………………………….. 14

3. Bagan teknik pengambilan sampel tanah

pada setiap lahan yang diamati dan

keperluan analisisnya………………………………………………………….20

4. Pencitraan semua titik lokasi pengambilan

sampel disemua lokasi ………………………………………………………. 21

5. Pencitraan semua titik lokasi pengambilan

sampel disemua lokasi ………………………………………………………. 22

6. Segitiga tekstur menurut USDA …………………………………………….. 24

7. Contoh visual dari penentuan kelas

kemantapan agregat metode emerson ……………………………………...... 25

8. Penentuan Kelas Kemantapan Agregat

metode Emerson ……………………………………………………………... 26

9. Alat untuk mengukur pF…………………………………………………...… 27

10. Kerapatan isi tanah………………………………………………………...…. 30

11. Kurva pF pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF………………...…… 35

12. Kandungan C-Organik pada beberapa

penggunaan lahan…………………………………………………………….. 43

13. Beberapa contoh visual uji kemantapan agregat metode Emerson

pada sampel tanah dari PT GGF ……………………………………………... 54

14. Saat pembuatan Profil Tanah dan Pengambilan Sampel Tanah ……………...54

vi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Nanas, nenas atau ananas (Ananas comosus [L.] Merr.) adalah sejenis tanaman

tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk

dalam famili nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Buah nanas dalam bahasa

Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus.

Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi (salah satu suku india di Brazil)

untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung penghisap

madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun

berbagai serangga juga memiliki peran yang sama (Bartholomew et al., 2003)

Provinsi Lampung merupakan daerah sentra perkebunan nanas, dengan beberapa

pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana. Menurut Pusdatin (2016), produksi

buah nanas indonesia dari tahun 2011-2015 t mengalami peningkatan dengan rata-

rata pertumbuhan 17,20% per tahun. Pada tahun 2015 produksi nanas Indonesia

mencapai 1.73 juta ton dan Lampung menyumbang sebesar 32,77% atau sekitar

566.921 ton. Namun peningkatan produksi ini masih memiliki kendala yang

banyak dialami oleh para budidaya pertanian di tanah Ultisol yang banyak

dijumpai di Provinsi Lampung yaitu lahan yang kurang subur dan degradasi lahan

yang cepat. Menurut Adisoemarto (1994), Ultisol adalah salah satu jenis tanah

2

tua dan telah mengalami pencucian sehingga miskin unsur hara. Selain miskin

unsur hara, kandungan bahan organik tanah ini juga rendah. Tanah ini bereaksi

masam dengan pH <4,5 dengan tekstur tanah liat berpasir (Sandy Clay) dengan

tingkat kesuburan rendah sampai sedang.

Kerusakan lahan pertanian terjadi sebagian besar karena manusia yang kurang

baik dalam memanfaatkannya. Pemanfaatan lahan pertanian selayaknya diimbangi

dengan upaya konservatif untuk menjaga lahan dari kerusakan. Upaya konservatif

tersebut tentunya harus memiliki daya dukung dengan kondisi tempat budidaya

tersebut, artinya upaya konservasi tidak menjadikan tanah beristirahat untuk

menghasilkan produk. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan yang

mengusahakan tanaman hortikultura dengan skala besar berusaha agar tidak

mengalami penurunan produksi secara signifikan.

Upaya konservasi lahan yang diterapkan di perusahaan besar tentu berdasarkan

penelitian yang sudah dilaksanakan sebelumnya untuk mengetahui kesehatan

tanah. Adanya penelitian tersebut menjadikan perusahaan yakin untuk dapat

menerapkannya. Tujuan dilaksanakan koservasi lahan ini ialah antara lain untuk

memperbaiki lahan dan menjadikan lahan tetap dapat berproduksi tinggi. Namun

dalam skala ilmu tanah upaya konservasi ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi

tanah yang kurang baik menjadi kondisi yang baik dari segi sifat fisik, kimia dan

biologi sehingga dapat mendukung tanaman untuk tumbuh dan berkembang

dengan baik, salah satu nya ialah dengan mengubah pola penggunaan lahan.

3

Pola penggunaan lahan ialah pemanfaatan lahan untuk menanam suatu

komoditas tanaman yang berbeda dari tanaman sebelumnya yaitu nanas yang

sudah dibudidayakan bertahun-tahun . Tanaman yang digunakan untuk mengubah

pola penggunaan lahan ialah tanaman tahunan dan tanaman semusim yang

memiliki perakaran yang dalam seperti pisang, kelapa sawit dan jambu biji. Hal

tersebut bermaksud supaya akar tanaman yang dalam dapat memperbaiki keadaan

tanah yang sebelumnya kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nanas pada

penanaman berikutnya. Menurut Zeng et al., (2014) penetrasi akar tanaman

tahunan dapat mengubah sifat fisik tanah yaitu dapat menurunkan nilai bulk

density pada kedalaman 0-20 cm, hal tersebut karena akar tanaman tahunan yang

dalam dapat menembus tanah sehingga dapat mengubah bulk density menjadi

lebih rendah. Dengan demikian lahan yang sebelumnya kurang layak untuk

menanam nanas, dapat digunakan kembali untuk ditanamai nanas, sehingga hal

tersebut dapat meningkatkan kembali produksi nanas

Produksi nanas yang meningkat tentu dapat menyumbang kesejahteraan bagi

masyarakat di Provinsi Lampung dan dapat mengokohkan Provinsi Lampung

sebagai salah satu provinsi penghasil nanas di Indonesia. Oleh karena itu

konservasi lahan merupakan bagian penting dalam pengelolaan tanah dan

diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang

sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan

syarat-syarat yang diperlukan, sehingga tidak terjadi kerusakan tanah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk

4

memperoleh informasi kondisi sifat fisik dan C-Organik tanah pada beberapa

macam pola penggunaan lahan di PT GGF Lampung Tengah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diperlukan penelitian untuk

menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagimana keadaan sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan di

perkebunan nanas?

2. Bagaimanakah keadaan C-Organik tanah pada beberapa penggunaan lahan di

perkebunan nanas?

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah:

1. Mengetahui keadaan sifat fisik tanah yaitu kerapatan isi, kemantapan agregat,

sebaran ruang pori dan tekstur tanah pada beberapa penggunaan lahan di

perkebunan nanas

2. Mengetahui keadaan C-Organik tanah pada beberapa penggunaan lahan di

perkebunan nanas

1.3. Kerangka Pemikiran

Nanas merupakan tanaman komoditi yang cukup banyak dibudidayakan di

Provinsi Lampung, terutama di Kabupaten Lampung Tengah. Kondisi wilayah

dan keadaan iklim yang mendukung di wilayah Lampung Tengah, menjadikan

nanas sebagai komoditi utama yang dikembangan oleh perusahaan nanas untuk

5

diekspor. Sejak tahun 1980 an tanaman nanas mulai ditanam secara monokultur di

Kabupaten Lampung Tengah. Pada awal perkembangannya tidak terjadi

permasalahan pada lahan yang digunakan untuk budidaya. Namun seiring

berjalannya waktu mulai muncul berbagai permasalahan pada lahan, salah satunya

ialah degradasi lahan.

Degradasi lahan merupakan keadaan lahan yang semakin menurun

kemampuannya baik kimia, biologi maupun fisiknya dalam mendukung

pertumbuhan tanaman sebagaimana mestinya. Degradasi lahan terjadi karena

penggunaan lahan yang kurang memperhatikan konservasi lahan. Pemanfaatan

lahan secara monokultur dalam jangka waktu yang panjang, penggunaan alat-alat

berat, dan sistem olah tanah maksimum menjadikan lahan semakin lama semakin

menurun kemampuannya. Sehingga semakin lama digunakan, lahan akan

mengalami berbagai masalah seperti erosi tanah yang tinggi, banyak tanah

marjinal, pemadatan tanah dan masih banyak lagi. Munculnya masalah-masalah

lahan tersebut tentu saja menyebabkan produksi nanas menurun.

Menurunnya tingkat produksi pada perusahaan besar tentu menjadi masalah yang

harus segera diatasi. Hal tersebut karena produksi yang dihasilkan sangat

menentukan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu konservasi lahan mutlak

harus dilakukan untuk menjaga kesetabilan produksi nanas.

Konservasi lahan merupakan upaya perbaikan lahan yang dilakukan untuk

menjaga kelestarian lahan agar tetap berproduksi tinggi tanpa lahan diistirahatkan

6

selama bertahun-tahun. Konservasi lahan yang dilakukan meliputi perbaikan

semua keadaan lahan salah satunya ialah sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah

memiliki peran penting dalam menyokong pertumbuhan tanaman. Keadaan

kerapatan isi, kemantapan agregat, tekstur tanah dan kemampuan tanah menahan

air merupakan sifat fisik yang harus diperhatikan untuk mengetahui keadaan suatu

lahan. Salah satu kebijakan konservasi lahan ialah dengan melakukan perubahan

pola penggunaan lahan.

Pola penggunaan lahan ialah mengubah tanaman budidaya utama yaitu nanas

dengan tanaman tahunan atau tanaman semusim yang memiliki perakaran yang

dalam seperti pisang dan kelapa sawit. Perakaran yang dalam diharapkan mampu

memperbaiki kondisi lahan yang sebelumnya kurang mendukung bagi

pertumbuhan tanaman.

Kebijakan konservasi dengan mengubah pola penggunaan yang dilakukan akan

memperbaiki keadaan lahan dari yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman

menjadi lahan yang ideal untuk memproduksi buah nanas yang baik. Selain itu,

lahan akan terbebas dari lahan yang tidak produktif karena lahan ditanami dengan

tanaman lainya. Sehingga produksi akan tetap stabil atau bahkan dapat mengalami

peningkatan kembali.

7

1.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka diperolehlah hipotesis sebagai

berikut:

1. Pada lahan yang dirotasi memiliki sifat fisik (kerapatan isi, kemantapan

agregat, sebaran ruang pori dan tekstur) dan c-organik yang lebih baik

dibandingkan dengan lahan yang digunakan secara monokultur.

2. Pada lahan yang dirotasi dengan menggunakan pisang diperoleh keadaan sifat

fisik dan C-Organik yang paling baik kemudian diikuti oleh rotasi sawit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nanas

Nanas merupakan tanaman semak yang memiliki daging berwarna kuning dan

memiliki nama latin Ananas comosus L. Nanas merupakan tanaman yang berasal

Negara Brazil (Amerika Selatan). Tanaman nanas tumbuh dan beradaptasi pada

daerah yang terletak pada 25˚LU sampai 25˚ LS. Tanaman tergolong ke dalam

tanaman CAM (Crasulacean Acid Metabolism) yang membutuhkan sinar

matahari yang cukup untuk proses metabolismenya. Tanaman nanas tumbuh di

daerah dengan ketinggian 100 m- 800 m dari permukaan laut .Pertumbuhan

tanaman nanas menghendaki temperatur antara 25˚ C sampai dengan 30˚ C dan

menghendaki tanah dataran rendah di daerah tropis dengan curah hujan lebih dari

760 mm per tahun, kecuali irigasinya memungkinkan. Nanas memerlukan tanah

lempung berpasir sampai berpasir, tanah yang mengandung bahan organik yang

cukup tinggi, keadaan draenase yang baik dan sebaiknya pH berkisar antara 4,5 –

6,5 (Handayani dan Indriyani, 2008).

Tanaman nanas mempunyai nama botani Ananas comosus L. Klasifikasi

dari tanaman nanas adalah sebagai berikut :

9

Kingdom : Plantae

Superdivisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Liliopsida (monokotil)

Ordo : Bromeliales

Famili : Bromeliaceae (nanas-nanasan)

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L.) Merr.

(Bartholomew, Paull dan Rohrbach, 2003).

2.2 Sifat Fisik Tanah

Tanah terdiri dari tiga fase yaitu fase padatan, cairan dan udara. Setiap fase

memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Fase padatan

terbentuk dari pelapukan mineral yang terakumulasi dalam jangka waktu yang

lama dengan sedikit humus pada kebanyakan tanah. Fase cairan dan udara berada

pada pori-pori tanah dan menempati sebagian dari tanah. Proporsi dari masing-

masing sebagai bentuk perkembangan tanah. Tanaman harus mampu menyerap air

dari tanah, dan semua unsur hara kecuali pada beberapa tanaman perairan yang

tergantung dari pori-pori tanah untuk oksigen, itu semua penting untuk setiap sel

pada akar tanaman (Harpstead et al., 2001).

10

2.2.1 Kerapatan Isi Tanah

Kerapatan isi tanah merupakan perbandingan antara jumlah massa tanah dengan

volume parkitel tanah. Kerapatan isi tanah memiliki peranan yang penting dalam

pertumbuhan tanaman. Kondisi kerapatan isi yang rendah atau ideal akan

memberikan kemudahan akar tanaman dapat menembus tanah sehingga tanaman

mampu tumbuh dengan baik (Haridjaja dkk, 2010). Sebaliknya jika tanah yang

digunakan mengalami kompaksi (kerapaan isi yang padat) maka akan dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Kerapatan isi tanah

dengan kisaran 1,4 sampai dengan 1,6 g/cm3 dapat menghambat pertumbuhan

akar tanaman, serta tanah cenderung kekurangan oksigen akibat ruang pori yang

sedikit (Nugroho,2009). Kompaksi atau pemadatan tanah disebabkan oleh

pengolahan tanah yang kurang tepat seperti pengolahan tanah secara intensif yang

dilakukan secara terus menenrus. Pengolahan lahan yang dilakukan secara intensif

yang dilakukan selam 3 tahun dapat meningkatkan kerapatan isi tanah sebesar

0.7% (Liu et al., 2013).

2.2.2 Tekstur Tanah

Tekstur tanah berhubungan dengan sebaran ukuran pertikel tanah. Tekstur tanah

terbentuk karena bergabungnya antara ukuran-ukuran partikel dari yang paling

kecil, sedang dan besar. Tekstur menunjukan tingkat kehalusan dan kekasaran

tanah. Hal tersebut menunjukan perbandingan relatif atau persentase dari pasir,

liat dan debu. Tanah dengan jumlah yang hampir seimbang dari fraksi pasir, debu

dan liat disebut dengan lempung. Jenis variasi dari lempung diklasifikasikan

berdasarkan tingkat butiran, kehalusan dan kelekatannya: lempung berpasir,

11

lempung berdebu dan lempung berliat (Harpstead et al., 2001). Sifat fisik dan

pelapukan mineral dari batuan dan hasil pecahan mineral dalam ukuran dari

partikel batuan menjadi lebih kecil, menjadi pasir, debu dan liat. Distribusi

partikel tersebut menunjukkan tingkat kekasaran dan kelembutan atau sering

disebut tekstur tanah. Spesifiknya tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi

pasir, liat dan debu (Adisoemarto, 1994)).

Struktur merupakan susunan atau kombinasi dari partikel-partikel tanah primer

(pasir, liat dan debu) sampai pada partikel-parkel sekunder atau ped atau disebut

juga agregat. Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan

hubungan kelembaban dan udara. Ukuran partikel yang besar berakibat terhadap

ruang-ruang antar agregat yang lebih besar dari ruang-ruang yanga berada

diantara partikel-partikel pasir, debu dan liat yang berdekatan di dalam agregat.

Hal ini merupakan akibat stuktural pada hubugan ruang pori yang membuat

struktur menjadi penting (Adisoemarto, 1994).

2.2.3 Kemantapan Agregat

Mantap atau tidaknya agregat tanah akan menentukan kemampuan tanah dalam

mengatasi tumbukan energi kinetik hujan dan aliran air (run off). Tanah yang

stabil atau aggregat yang mantap akan memiliki daya erosi yang sangat rendah

karena tanah tidak terpecah yang sulit diangkut oleh aliran air. Kemantapan

agregat tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik di dalam tanah.

Selain sebagai indikator kesuburan tanah, bahan organik merupakan bahan yang

12

dapat menjadi perekat antar partikel tanah sehingga tanah mejadi lebih setabil

ketika terkena tumbukan air hujan (Patterson, 2014)

2.2.4 Kadar Air di Dalam Tanah

Kadar air tanah sering sekali dihubungkan dengan jumlah air yang berada di

dalam tanah yang nyatakan dengan per masa tanah atau volume tanah. Sedangkan

status air yang dicirikan oleh energi bebasnya per satuan masa disebut potensi.

Salah satu potensi yang terdapat dalam tanah ialah potensial tekanan atau matriks.

Terdapat hubungan antara kadar air dan potensial tekanan. Hubungan keduanya

dapat ditampilkan pada kuva karakteristik lengas tanah.

Kondisi terbasah yang paling mungkin dicapai di dalam tanah disebut jenuh.

Tanah jenuh ialah taah yang seluruh pori tanahnya terisi oleh air. Air Gravitasi

ialah air yang berada pada pori-pori makro yang dapat hilang dengan cepat

dengan dipengaruhi gaya gravitasi ilustrasi gambar 1. Sebaliknya, kondisi

terkering di alam yang mungkin terjadi pada tanah disebut dengan kondisi kering

oven. Pada kondisi ini tanah telah dikeringkan di dalam lemari oven pada suhu

sekitar 105˚C selama paling sedikit 4 jam atau hingga berat tanah konstan.

Air kapiler sering kali disebut sebagai air yang ada di dalam tanah yang terikat

secara gaya kapiler yaitu sebagai hasil pengikatan air terhadap padatan tanah

melalui gaya adhesi dan kohesi antara molekul air dengan mulekul tanah. Air

higroskopis yaitu air yang terikat oleh butir-butir tanah hanya dalam jumlah kecil

karena berbeda dari air biasa. Air mengalami sedikit perubahan struktur

13

molekunya akibat menempel pada permukaan butir-butir tanah yang bermuatan

listrik. Air higroskopis ini merupakan air yang terdapat pada tanah kering udara

(angin) dan masih dapat dilepas oleh pemanasan suhu 105˚C (lihat gambar.1)

(Majumdar, 2000).

Gambar. 1 ilustrasi keterjadian jenis-jenis air di dalam tanah (Majumdar, 2000)

Tanah yang baik merupakan tanah yang mampu menyimpan dan menyediakan air

bagi pertumbuhan tanaman. Keberadaan air di dalam tanah yang diserap oleh

tanaman tersimpan pada matriks tanah. Matriks tanah memiliki gaya yang mampu

mempertahankan air tetap berada pada permukaan koloid tanah. Sehingga dalam

proses penyerapanya, tanaman pun memerlukan energi potensial untuk

menyerapnya. Dalam proses analisis kadar air tanah, tanah diberikan tekanan atau

gaya untuk mengeluarkan air yang berada pada matriks tanah. Adapun pada air

gravitasi gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari tanah ialah sebesar

1/10 bar, setara dengan ketinggian 10 cm atau sama dengan pF 1,00. Air

higroskopik ialah air yang terdapat pada tanah kering udara. Sedangkan air kapiler

14

merupakan air yang berada diantara air gravitasi dan air higroskopik (lihat gambar.

2) (Singh, 2007)

Gambar. 2 Gaya yang mempengaruhi jenis-jenis kadar air tanah (Singh, 2007)

2.3 Pentingnya C-Organik Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman

C-Organik menyatakan banyaknya senyawa organik sebagai sumber unsur karbon

yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,

biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik

yang stabil atau humus (Surya dan Suyono, 2013). Kadar C-Organik cenderung

menurun seiring pertambahan kedalaman tanah karena bahan organik yang hanya

diaplikasikana atau jatuh diatas tanah. Sehingga bahan organik tersebut

terakumulasi pada lapisan top soil dan sebagian tercuci ke lapisan yang lebih

dalam (sub soil) (Sipahutar dkk, 2014) .

Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan kandungan C-Organik karena

dalam penetapannya berdasarkan kandungan bahan organiknya, sehingga tinggi

15

rendahnya kandungan bahan organik tergantung pada C-Organiknya. Kandungan

bahan organik dan C- Organik dipengaruhi oleh faktor pengolahan dan

kemiringan lahan (Nurmegawati dkk, 2014). Pada lahan pertanian tanah yang

tidak diolah memiliki kandungan C- Organik yang lebih tinggi dibandingkan

tanah yang diolah secara intensif, hal ini disebabkan oleh aerasi yang pada tanah

yang diolah menjadi baik sehingga mikroorganisme akan tumbuh baik dan cepat

sehingga proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat pada tanah yang diolah

dibanding dengan tanah yang tidak diolah (Arsyad, 2001)

2.4 Pengaruh Rotasi Tanaman Terhadap Kondisi Tanah

Rotasi tanaman memiliki nilai agronomis, ekonomis dan lingkungan yang

menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur, salah satunya ialah

meningkatkan struktur tanah. Hal tersebut karena rotasi tanaman dapat

mempengaruhi input bahan organik dalam jangka waktu yang panjang

(Christensen et al.,2012). Rotasi tanaman dalam usaha pertanian memiliki peran

yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lahan, karena rotasi tanaman dapat

meningkatkan kadungan bahan organik dan kemantapan agregat tanah (Zuber,

2013). Selain itu rotasi tanaman tahunan dapat menurunkan bulk density tanah

pada lapisan tanah 0-20 cm, hal tersebut karena akar dari tanaman tahunan

melakukan penetrasi pada permuakaan tanah dan menyebabkan tanah tersebut

menurun volume isinya (Zeng et al., 2014). Rotasi tanaman tahunan (pisang)

yang dilakukan memiliki pengaruh yang cukup baik diantaranya mampu

meningkatkan kandungan bahan organik, kandungan N- total dan P-total pada

tanah tropis di China (Shuang et al., 2015). Rotasi tanaman memiliki beberapa

16

keuntungan salah satunya ialah mampu mempertahankan dan memperbaiki sifat-

sifat fisik tanah dan kesuburan tanah, jika tanaman yang digunakan untuk

merotasi digunakan sebagai bahan organik tanah, artinya tanaman yang sudah

selesai masa produktifnya dicacah kemudian dibenamkan di dalam tanah. Hal

tersebut mampu mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air,

meningkatkan stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah (Arsyad, 2006).

21

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan PT. Great Giant Food, Lampung Tengah

Provinsi Lampung. Lahan yang diamati meliputi, a) Tanaman nanas umur 12

bulan dengan umur lahan 21 tahun, b) Tanaman nanas umur 7 bulan dengan umur

lahan 10 tahun, c) Lahan nanas yang dirotasi dengan tanaman kelapa sawit,

d)Lahan nanas yang dirotasi dengan tanaman pisang umur 2 tahun dan e) lahan

yang belum pernah digunakan untuk menanam nanas dengan vegetasi bambu

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah: GPS, ring sampel, palu, cangkul

untuk keperluan survei dan pembuatan profil tanah. gelas piala, meteran, oven,

ayakan tanah, erlenmeyer, pipet,beaker glass, gelas ukur, buret makro, pengaduk,

magnetikstirer, labu ukur dan timbangan elektrik, untuk analisis tekstur dan

kemantapan agregat. Bahan- bahan yang digunakan ialah contoh tanah tak

terganggu, sampel tanah terganggu dan sampel tanah agregrat.

18

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitan ini dilakukan terbagi dalam

dua tahapan yaitu: pengambilan sampel tanah dan analisis sifat fisik tanah di

laboratorium.

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah

a) Lokasi Pengambilan Sampel Tanah

Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan lahan yang ingin diketahui sifat

fisikanya ialah sebagai berikut:

a. Vegetasi Bambu

Lokasi ini merupakan lokasi dengan rata-rata bervegetasi bambu yang

belum pernah digunakan untuk menanam nanas.

b. Nanas 10 tahun

Lahan yang telah digunakan untuk menanam nanas dalam kurun waktu 10

tahun. Sebelum digunakan untuk menanam nanas lahan merupakan lahan

hutan yang kemudian dibuka dan digunakan untuk menanam nanas.

c. Nanas 20 tahun

Lahan yang telah digunakan untuk menanam nanas dalam kurun waktu 20

tahun. Sebelum digunakan untuk menanam nanas lahan merupakan lahan

hutan yang dibuka dan digunakan untuk menanam nanas.

19

d. Rotasi Sawit

Lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam nanas selama kurun

waktu 20 tahun kemudian dirotasi dengan menggunakan tanaman kelapa

sawit dan pada saat pengambilan sampel tanah, sawit berumur 12 tahun

e. Rotasi Pisang

Lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam nanas selama kurun

waktu 20 tahun kemudian dirotasi dengan menggunakan tanaman pisang

dan pada saat pengambilan sampel tanah, tanaman berumur 12 bulan

b) Sampel Tanah

Sampel tanah diambil melalui profil tanah dan diambil tiga kedalaman tanah yaitu

kedalaman 0-20, 20-40 dan 40-60 cm untuk sampel tanah terganggu dan agregat

utuh. Pengambilan tanah terganggu 0-20 cm untuk analisis C-Organik dan tiga

kedalaman untuk tekstur tanah. Agregat tanah tak terganggu tiga kedalaman untuk

analisis kemantapan agregat metode Emerson. Untuk mengukur kerapatan isi

tanah, sample tanah diambil dengan jenis sampel tanah tidak terganggu

(undistrubed soil) dengan menggunakan ring sample pada kedalaman 0-20 cm.

20

Berikut adalah bagan pengambilan sampel tanah yang diterapkan disetiap lahan

yang ingin diketahui sifat fisika tanahnya

Gambar 3. Bagan teknik pengambilan sampel tanah pada setiap lahan yang

diamati dan keperluan analisisnya

Lahan Profil Tanah

Terganggu

Tak

Terganggu

0-20 cm

20-40 cm

40-60 cm

0-10 cm

Agregat

utuh

0-20 cm

20-40 cm

40-60 cm

Tekstur dan

C-Organik

Tekstur

Kerapatan Isi

Tanah dan pF

Tekstur

Kemantapan

Agregat

Kemantapan

Agregat

Kemantapan

Agregat

21

Berikut merupakan titik lokasi pengambilan sampel tanah di setiap lokasi

Gambar 4. Pencitraan semua titik lokasi pembuatan profil tanah.

Keterangan: 66 (Vegetasi Bambu), 67F (Rotasi Sawit), 26B(Nanas 21 Tahun), 59F (Rotasi Pisang) dan 59K (Nanas 10 Tahun)

22

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 5. Lanjutan (a) Vegetasi bambu, (b) Rotasi sawit, (c) Rotasi Pisang, (d)

Lahan nanas umur 10 tahun dan (e) Lahan nanas umur 21 tahun

(Google Earth, 2015).

3.3.2 Analisis Sifat Fisik Tanah

Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui keadaan sifat fisik tanah.

Analisis sifat fisik tanah yang dilakukan untuk mengetahui keadaan: kerapatan isi

23

tanah(bulk density), tekstur tanah, kemantapan agregat tanah metode Emerson,

sebaran ruang pori dan C-Organik.

a. Menentukan kerapatan IsiTanah .

Penentuan kerapatan isi tanah ialah sebagai berikut ring dan tanah dioven selama

24 jam dengan suhu 105˚C sampai berat tanah konstan. Kemudian tanah

ditimbang untuk mengetahui berat kering tanah. Selanjutnyadihitung bagian

dalam ring dengan menggunakan rumus:

=

Vt =

b. Menentukan Teksture Tanah

Penetapan tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan hydrometer ialah

sebagai berikut: menyiapkan larutan Calgon dengan melarutkan 40 g Na-

Polyphospatkedalam 1000 ml aquades. Kemudian dihomogenkan dengan

magnetik stirer kira-kira 10 menit sampat larut. Kemudian diambil dan ditimbang

sampel tanah sebanyak 50 g kemudian dimasukan ke dalam gelas Erlenmeyer250

ml dan tambahkan 100 ml larutan Calgon. Selanjutnya didiamkan kurang lebih

selama 24 jam. Setelah 24 jam, suspensi tanah dimixer sampai partikel tanah

terpisah kurang lebih 10 menit dengan kecepatan maximum. Selanjutnya hasil

mixer dimasukan ke dalam gelas sedimentasi 1000 ml. Pastikan semua sampel

masuk. Kemudian ditambahkan air sampai batas volume 1000 ml, kemudian

diaduk selama 2 menit.Bersamaan alat pengaduk diangkat, stopwatch dinyalakan

kemudian dimasukan hidrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik angka

24

yangditunjukan oleh hidrometer (H1) dibaca. Kemudian angkat hidrometer

dandicuci serta dibaca suspensi dengan menggunakan termometer (T1).

Selanjutnya diamkan selama 2 jam, kemudian hydrometerkembali dimasukan dan

dibaca sebagai pembacaan ke II (H2). Hydrometerdiangkat dan diukur kembali

suhu suspensinya (T2). Selanjutnya dibuat larutan blanco dengan cara 100 Calgon

dilarutkan dengan aquades dalam tabung sedimentasi sampai volumenya 1000 ml

serta lakukan pengukuran yang sama.

Kemudian penentuan jenis tekstur tanah ditentukan dengan menggunakan segitiga

teksur menrut USDA yang sebelumnya dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut untuk mengetahui persentase antara fraksi pasir, debu dan liatnya

( )

( )

( )

( )

Gambar 6. Segitiga tekstur menurut USDA (Agus et al., 2006)

25

c. Penetapan Kemantapan Agregat Tanah Metode Emerson

Kelas kemantapan agregat ditentukan menggunakan metode Emersonialah

sebagai berikut:

Agregat utuh diambil dengan ukuran 5-7 mm . Selanjutnyadisiapkan air dalam

beakerglassukuran 100 ml. Kemudian dimasukan agregat utuh kedalam air

tersebut kemudian diamkan selama 2 jam dan diamati bentuk retakan yang terjadi

seperti pada gambar di bawah

Kelas 1: Agregat tanah terdispersi sempurna

(Disperse1)

Kelas 2 : Agregat tanah terdispersi tidak

sempurna (Disperse 2)

Kelas 3: Agregat tanah terdispersi Sebagian

(Disperse3)

Kelas 4: Agregat tanah terpecah

(Slake 1)

Kelas 5: Agregat Tanah Terpecah sebagian

(Slake 2)

Kelas 6 : Agregat Terpecah total (Slake 3)

Kelas 7: Tidak Terdapat retakan hanya saja

Agregat tanah sedikit mengembang dari

bentuk asli

Kelas 8: Tidak terdapat retakan dan tidak

berubah dari bentuk aslinya

Gambar 7. contoh visual dari penentuan kelas kamantatapan agregat

metode emerson (Patterson, 2014)

26

Gambar8. Penentuan kelas kemantapan agregat metode

emerson(Patterson,2014)

Adapun interpretasi masing-masing kelas ialah:

Kelas 1 : Tidak sabil, terdispersi sempurna, kemungkin berhubungan

dengan sodisitas tinggi yang partikel liatnya terlepas di dalam air

Kelas 2 : Tidak stabil, terdispersi sebagian, kemungkinan berhubungan

dengan sodisitas tinggi

Kelas 3-6 : Kurang stabil, dilihat dari bentuk pecahanya: Pecahan 1 (sedikit),

pecahan 2 (sedang) atau pecahan 3 (pecah keseluruhan)

Kelas 7-8 : Tanah ini stabil terhadap air (Patterson, 2014).

Uji Stabilitas Agregat Yang Dimodifikasi

Menggunakan Air di Lokasi

Perendaman Agregat Kering Udara Dalam Air

Retakan Tidak ada retakan

Terdispersi

SebagianKel

as 2

Terdispersi

SemuanyaK

elas 1

Tidak

Terdispersi Terjadi

Pembengkakan

Kelas 7

Tidak terjadi

pembengkakan

Kelas 8

Retak 1 Retak 3 Retak 2

27

d. Analisis pF Untuk Keperluan Distribusi Ruang Pori Tanah

1. Sand box (pF 1,00,2,00 dan 2,54)

Analisis pF 1,2 dan 2,54 dilakukan dengan menggunkan sand box. Adapun cara

menggunakannya ialah sebagai berikut:

Sampel tanah tak terganggu diambil kemudian jenuhi secara kapiler dengan

menggunkan pasir yang dijenuhi air dan lapisi dengan kain, kemudian letakan

sampel diatasnya. Selanjutnya diamkan 1-2 hari sampai sampel dalam kondisi

jenuh (pF 0). Setelah jenuh, masukan sampel kedalam sand box. Disusun dengan

rapi dan jangan sampai bertumpuk. Kemudian dijenuhi box utama dengan

membuka keran tabung penampung air sampai air menyentuh dasar ring sampel

Selanjutnya turunkan tuas selang pembuangan sesuai dengan pF yang di inginkan

(pF 1 = 10 cm, pF 2 = 100 cm). pF 1,00 air tanah di paksa keluar dengan

menggunakan tekanan air setinggi 10 cm, pF 2,00 air tanah di keluarkan dengan

tekanan air setinggi 100 cm, pF 2,54 tanah di keluarkan dengan tekanan 1/3 bar

atau setara dengan tekanan air 340 cm.

Gambar 9. Alat untuk mengukur pF

28

2. Kadar Air Kering Udara (≈pF 4,66)

Kadar Air Kering Udaradianalisis dengan tekanan atmosfer dengan suhu 29

0C dan kelambaban sebesar 70%. Caranya ialah sebagai berikut: disiapkan

sampel tanah terganggu kurang lebih 20 g dan masukan kedalah alumunium

foil yang dibuat seperti box. Kemudian basahi sampel dengan menggunkan

pipet sampai kapasitas lapang. Kemudian diamkan dalam suhu ruangan.

Untuk mengetahui suhu dan kelembaban pasang alat pengukur suhu dan

kelembaban. Kemudian diamkan beberapa hari sampai tanah kering.

Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

( )

Ket: RH= Kelembapan Udara (%) (Soekadarmojo, 1985)

e. Pengukuran C-Organik tanah metode Walkley and Black

Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksikan K2Cr2O7 menjadi Cr2(SO)4.

Dalam suasana asam, intensitas warna hijau yang terbentuk menyatakan kadar

karbon dan dapat diukur dengan menitrasikan larutan FeSO4 1 N. Reaksi :

C-organik + 2K2Cr2O7 + 8H2SO4→2Cr2(SO4)3 + 2K2SO4+ 8H2O + 3CO2

Cr6+

→ Cr3+

Cara melakukan analisis c-organik ialah

0.5g tanah yang telah lolos ayakan 0.5mm (0.25g untuk tanah yang organiknya

tinggi dan 0.1 untuk bahan organik) ditimbang dan dimasukkan ke dalam

labuErlenmeyer 500ml. Kemudian pipet 10 ml K2Cr2O7 1N ditambahkan ke

dalam labu erlenmeyer. Selanjtnya 20ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu

Erlenmeyer dan kemudian digoyangkan supaya tanah bereaksi sempurna.

29

Selanjutnya didiamkan campuran tersebut selama 30 menit. Penambahan H2SO4

dilakukan di ruang asam. Sebuah blanko (tanpa tanah) dikerjakan dengan cara

yang sama.Kemudian campuran tadi diencerkan dengan H2O 200ml dan

tambahkan 10ml H3PO4 85% ,tambahkanindikator Difenilamina 30 tetes. Setelah

itu larutan dapat dititrasi dengan FeSO4.7H2O 1N melalui buret.Titrasi dihentikan

ditandai perubahan dari warna gelap menjadi hijau terang. Demikian juga dengan

blanko (Prijono,2013).

C.Organik dihitungdengan menggunakan rumus:

3.3 Analisis Data

Analisis data akan dilaksanakan dengan mendeskripsikan masing-masing kondisi

Sifat Fisik dan C- Organik lahan pada beberapa lokasi penggunaan lahan di

perkebunan nanas.

V. SIMPULAN

5.1. Simpulan

Kesimpulan pada penelitian ini ialah

1. Kondisi sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan menunjukan kondisi

yang kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman nanas, nilai BD yang tinggi

pada lahan nanas 21 tahun dan rotasi sawit, tingkat kemantapan agregat tanah

yang tergolong tidak stabil-kurang stabil pada semua penggunaan lahan,

sebaran ruang pori dan daya menahan air yang masih tinggi dan tektur tanah

yang teramati lempung liat berpasir pada lahan vegetasi bambu, nanas 10 dan

21 tahun serta liat pada penggunaan lahan rotasi sawit dan rotasi pisang.

2. Keadaan c-organik tanah pada masing-masing lahan menunjukan nilai yang

tergolong rendah dengan kisaran kandungan C-Organik sebesar 1,00-2,00%.

PUSTAKA ACUAN

Agus, F.,U. Kurnia., A. Adimihardja dan A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan

Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.

Adisoemarto, S . 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Arsyad, A.R. 2001. Pengaruh Olah Tanah Konservasi Dan Pola Tanam Terhadap

Sifat Fisika Tanah Ultisol dan Hasil Jagung. Jurnal Agronomi. Vol. 8. No.

2.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Bertomelew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rorhbach. 2003. The Pineapple Botany,

Production and Uses. CABI Publising. USA.

Christensen, H., S. Becheva., S. Meredith. and K. Ulmer. 2012. Crop Rotation

Benefiting farmers, the environment and the economy. European

Foundation. Egland

Handayani, S. dan Indriyani. 2008. Budidaya Tanaman Nenas. Balai Penelitian

Buah Tropika. Solok.

Hank, D. And A. Lewandowski. 2003. Protecting Urban Soil Quality: Examples

for Landscape Codes and Specifications. USDA.USA

Harpstead, M.I., T.J. Sheur, W.F. Bennett, and M.C. Bratz. 2001. Soil Science

and Simplified. Iowa State University Press. USA.

Haridjaja, O., Y. Hidayat dan L. S. Marhamah. 2010. Pengaruh Bobot Isi Tanah

Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan benih Kacang Tanah dan

Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 15. No 03. Hal 147-152.

Liu Y., M. Gao, W. Wua, S. K. Tanveer a, X. Wena, and Y. Liao.2013. The

effects of conservation tillage practices on the soil water-holding capacity of

a non-irrigated apple orchard in the Loess Plateau, China. Jurnal soil and

tillage. Vol. 130. Hal 7-12.

Majumdar, D.K. 2000. Irrigation Water Management. Prentice Hall. India

47

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia Dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi

Rencana Hutan Tanaman Industri Pt Prima Multibuwana. Jurnal Hutan

Tropis Borneo. Volume 10 No. 27.

Nurmegawati, A dan D. Sugandi. 2014. Kajian Kesuburan Tanah Perkebunan

Karet Rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Litri. Vol. 20. No 1. Hal 17-26.

Patterson, R. 2014. Emerson Aggregate Stability Test For Wastewater. Lanfax

Laboratories. USA

Prijono, S. 2013. Instruksi Kerja Pengukuran pH, Bahan Organik, KT dan KB.

Universitas Brawijaya. Malang.

Pusdatin. 2013. www.deptan.go.id.

Shuang, Z., Z. Huicai and J. Zhinqiang. 2015. Soil Microbiological and

Biochemical Properties as Affected by Different Long-Term Banana-

Based Rotations in the Tropics. Pedhospere journal. Vol. 6. No. 25. Hal

868-877.

Singh, A. K. 2007. Integreted Water Management (Water and Plant Growth),

Indian Agricultural Research Institut. New Delhi.

Sipahutar, A. H., P. Marbun. dan Fauzi.2014. Kajian C-Organik, N Dan P

Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong

Nihuta. Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 2. No 4.

Soekadarmojo. 1985. Panduan Analisis Sifat Fisik Tanah. Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta

Surya, E. S., dan Suyono. 2013. Pengaruh Pengomposan Terhadap Rasio C/N

Kotoran Ayam dan Kadar Hara NPK Tersedia serta Kapasitas Tukar Kation

Tanah. UNESA journal of chemisty. Vol. 2, No1.

Zeng, X., W. Zhang., J. Cao., X. Liu., H. Shen. and X. Zao.2014. Changes in soil

organic carbon, nitrogen, phosphorus, and bulk density after afforestation of

the “Beijing–Tianjin Sandstorm Source Control”program in China. Jurnal

catena. Vol 186. Hal 186-194.

Zuber, S.M.2013. Long-Term Effect Of Crop Rotation And Tillage On Soil

Properties.(Thesis). University of Illinois Urbana-Champaign. Urbana. 24

pp.

48

Zulkarnain, M., H, B. Prasetya dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk

Kandang dan Custom-Bio Terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan

Hasil Tebu (Sccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah –

Pawon, Kediri. Indonesian Green Technology Journal. Vol. 2. No 01. Hal

45-52.