identifikasi sifat fisik dan c-organik tanah pada …digilib.unila.ac.id/31160/2/skripsi tanpa bab...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA
BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN
DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT
FOOD (GGF) LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
VERY WIBOWO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA
BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN
DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT
FOOD LAMPUNG TENGAH
Oleh
Very Wibowo
Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui keadaan sifat fisik pada tanah beberapa
penggunaan lahan di perkebunan nanas, 2) Mengetahui keadaan beberapa C-
Organik pada beberapa penggunaan lahan di perkebunan nanas. Penelitian
dilaksanakan di PT. Great Giant Food, Lampung Tengah Provinsi Lampung dan
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Peneilitan ini
dilaksanaka dengan survei lahan dan analisis tanah di laboratorium. Adapun contoh
tanah yang diambil meliputi a. Bambu (tanah yang belum pernah ditanami nenas
/vegetasi bambu), b. Nanas 10 tahun (tanah yang sudah ditanami nenas selama 10
tahun), c. Nanas 21 tahun (tanah yang sudah ditanami nenas selama 20 tahun), d.
Rotasi Sawit (tanah yang dirotasi dengan tanaman kelapa sawit) dan, e. Rotasi
Pisang (tanah yang dirotasi dengan tanaman pisang). Hasil penelititan menunjukan
kondisi sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan menunjukan kondisi yang
kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman nanas, nilai kerapatan isi tanah yang
terlampau tinggi pada lahan nanas 21 tahun dan rotasi sawit, tingkat kemantapan
agregat tanah yang tergolong tidak stabil-kurang stabil pada semua penggunaan
lahan, sebaran ruang pori dan daya menahan air yang masih tinggi dan tektur tanah
yang teramati liat, lempung liat berpasir dan liat berpasir pada semua penggunaan
lahan. Keadaan c-organik tanah pada masing-masing lahan menunjukan nilai yang
tergolong rendah dengan kisaran kandungan C-Organik sebesar 1,00-2,00%.
Kata Kunci : C-Organik Tanah, Peggunaan Lahan, Sifat Fisik Tanah dan
Tanaman Nanas
IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN C-ORGANIK TANAH PADA
BEBERAPA MACAM POLA PENGGUNAAN LAHAN
DI PERKEBUNAN NANAS PT GREAT GIANT
FOOD LAMPUNG TENGAH
Oleh
VERY WIBOWO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Wahai orang orang yang beriman! Jika kamu menolong agama ALLAH, niscaya
Dia akan menolong mu dan meneguhkan kedudukan mu
(QS. Muhammad [47]:7)
Dan jika kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang
menimpanya, niscaya dia akan berkata, telah hilang bencana itu dari ku
sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga.
Kecuali orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh
ampunan dan pahala yang besar. (QS. Hud[11]: 10-11)
Rasulullah SAW bersabda : Orang yang paling dicintai Allah adalah orang
yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Thabrani dalam Mujam Al-
Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84)
Bermimpilah sesuatu yang belum pernah diimpikan oleh siapapun
(Jonh F. Kennedy)
Teruntuk Bapak-ku, Almarhumah Ibu-ku dan Ketiga Kakaku yang saya
cintai karena Allah subhanawataala
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Jepara pada tanggal 05 Februari 1993, putra ke 4 dari 4
bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Suratmini Alm.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Sri Rejosari pada tahun 2005, MTs
Al- Ikhlas Braja Sakti Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2008, dan di SMA
Teladan Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2011. Pada tahun sama, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui Jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses
Pendidikan (PMPAP).
Pada Tahun 2014, Penulis melaksanakan Praktik Umum di Pusat Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia (PPBPI) Bogor, Jawa Barat. Pada Januari
sampai Maret 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sri
Budaya, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis pernah
menjadi asisten dosen mata kuliah Kesuburan Tanah pada tahun 2013, Pengelolaan
Teknologi Benih pada tahun 2014, Klimatologi pada tahun 2015 dan Konservasi
Tanah dan Air pada tahun 2016. Penulis juga menjadi Tutor BBQ Fakultas
Pertanian. Penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu di UKMF Forum
Studi Islam Fakultas Pertanian menjadi Sekretaris Umum. Selain itu. Pada tahun
2014/2015 penulis menjadi pengurus wilayah IMMPERTI BPW II Sumbagsel
(Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indoneisa). Penulis juga aktif di Komunitas
Sahabat Pulau Lampung pada tahun 2013. Selain itu penulis juga aktif dalam
komunitas belajar bahasa Jepang Minna No Nihonggo pada tahun 2013.
SANWACANA
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis
sanjung agungkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang selalu
istiqomah dalam mensyiarkan ajaran Islam sampai akhir hayatnya. Dengan
selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembimbing pertama, atas segala
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.
2. Bapak Ir. Didin Wiharso, M.Si. selaku pembimbing kedua atas saran dan kritik
yang membangun selama penulis melakukan penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S. selaku penguji atas segala saran dan
nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si. selaku dosen pemimbing akademik atas
segala bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku ketua Jurusan Agroteknologi.
7. Kak Renaldi, Kak Prawoto, Kak Solikhin Nuryanto, S.Pd, Ust Suprihatin Ali,
M.Si, Ust Dr. Amrul selaku murobbi atas nasehat, arahan, kritikan dan materi
materi yang telah diberikan pada penulis.
8. Kedua Orang tua (Suprapto dan Suratmini, Alm) dan Ketiga kakak-ku tercinta,
terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan dan perhatiannya selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik Tim Bodrex 1314 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang selalu mendukug Penulis agar selalu semangat.
10. Teman-teman dan Teknisi Laboratorium : Praditiya Arbisutedjo, Mas Adi dan
Pak Warto atas kebersamaan, dukungan dan bantuan kepada penulis selama
penelitian.
11. Adik- adik ku yang senantiasa menemani dalam perjalanan amananh di
fakultas, Nasrul, Deva Aziz, Ikhwan Al rasyid, Fatkul, Kurno dan Agus
Setiawan.
12. Tim BBQ FP UNILA 1415 dan FOSI FP 1415 yang senantiasa memotivasi
penulis untuk tawazun antara amanah dan study.
13. Keluarga Besar Agroteknologi Tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 atas bantuan
dan kebersamaannya.
14. Keluarga besar UKMF FOSI FP 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015 yang
selalu mengingatkan penulis agar selalu mendekatkan diri pada Allah Swt.
15. Pihak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan
dukungan selama penyelesain skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2017
Penulis
Very Wibow
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
1.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 4
1.4. Hipotesis ................................................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 8
2.1 Tanaman Nanas ........................................................................................................ 8
2.2 Sifat Fisik Tanah ...................................................................................................... 9
2.2.1 Kerapatan Isi Tanah ............................................................................................. 10
2.2.2 Tekstur Tanah ...................................................................................................... 10
2.2.3 Kemantapan Agregat .......................................................................................... 11
2.2.4 Kadar Air di Dalam Tanah ................................................................................. 12
2.2 Pentingnya C-Organik Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman ................................. 14
2.3 Pengaruh Rotasi Tanaman Terhadap Kondisi Sifat Fisik Tanah ........................... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 17
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................................... 17
3.3 Metode Penelitian .................................................................................................. 18
3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah ............................................................................ 18
3.3.2. Analisis Sifat Fisik Tanah ............................................................................... 22
3.3. Analisis Data .......................................................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 30
4.1. Kerapatan Isi Tanah ............................................................................................... 30
4.2. Kelas Kemantapan Agregat Metode Emerson ....................................................... 32
4.3. Distribusi Ruang Pori Tanah .................................................................................. 34
4.4. Tekstur Tanah ........................................................................................................ 38
4.5. C-Organik Tanah ................................................................................................... 42
V. KESIMPULAN ........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Teks
1. Kelas kemantapan agregat semua lokasi dan kedalaman pada lahan perkebunan nanas. ... .32
2. Data pF pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF. 34
3. Sebaran ruang pori drainase cepat dan lambat Pada beberapa penggunaan lahan.. 35
4. Tekstur tanah pada semua lokasi di setiap kedalaman pada beberapa penggunan lahan ............ 39
5. Keadaan kerapatan isi tanah dan tekstur tanah ........... 41
6. Keterkaitan antara kerapatan isi tanah dengan tekstur tanah . 42
Lampiran
7. Data analisis kerapatan isi tanah pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF 51
8. Data analisis pF Tanah pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF ... 51
9. Data analisis Tekstur Tanah pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF ...53
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jenis- jenis air di dalam tanah 13
2. Gaya yang mempengaruhi Jenis-jenis kadar air tanah.. 14
3. Bagan teknik pengambilan sampel tanah pada setiap lahan yang diamati dan
keperluan analisisnya.20
4. Pencitraan semua titik lokasi pengambilan sampel disemua lokasi . 21
5. Pencitraan semua titik lokasi pengambilan sampel disemua lokasi . 22
6. Segitiga tekstur menurut USDA .. 24
7. Contoh visual dari penentuan kelas
kemantapan agregat metode emerson ...... 25
8. Penentuan Kelas Kemantapan Agregat
metode Emerson ... 26
9. Alat untuk mengukur pF... 27
10. Kerapatan isi tanah.... 30
11. Kurva pF pada beberapa penggunaan lahan di PT GGF... 35
12. Kandungan C-Organik pada beberapa
penggunaan lahan.. 43
13. Beberapa contoh visual uji kemantapan agregat metode Emerson
pada sampel tanah dari PT GGF ... 54
14. Saat pembuatan Profil Tanah dan Pengambilan Sampel Tanah ...54
vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Nanas, nenas atau ananas (Ananas comosus [L.] Merr.) adalah sejenis tanaman
tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk
dalam famili nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Buah nanas dalam bahasa
Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus.
Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi (salah satu suku india di Brazil)
untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung penghisap
madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun
berbagai serangga juga memiliki peran yang sama (Bartholomew et al., 2003)
Provinsi Lampung merupakan daerah sentra perkebunan nanas, dengan beberapa
pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana. Menurut Pusdatin (2016), produksi
buah nanas indonesia dari tahun 2011-2015 t mengalami peningkatan dengan rata-
rata pertumbuhan 17,20% per tahun. Pada tahun 2015 produksi nanas Indonesia
mencapai 1.73 juta ton dan Lampung menyumbang sebesar 32,77% atau sekitar
566.921 ton. Namun peningkatan produksi ini masih memiliki kendala yang
banyak dialami oleh para budidaya pertanian di tanah Ultisol yang banyak
dijumpai di Provinsi Lampung yaitu lahan yang kurang subur dan degradasi lahan
yang cepat. Menurut Adisoemarto (1994), Ultisol adalah salah satu jenis tanah
2
tua dan telah mengalami pencucian sehingga miskin unsur hara. Selain miskin
unsur hara, kandungan bahan organik tanah ini juga rendah. Tanah ini bereaksi
masam dengan pH
3
Pola penggunaan lahan ialah pemanfaatan lahan untuk menanam suatu
komoditas tanaman yang berbeda dari tanaman sebelumnya yaitu nanas yang
sudah dibudidayakan bertahun-tahun . Tanaman yang digunakan untuk mengubah
pola penggunaan lahan ialah tanaman tahunan dan tanaman semusim yang
memiliki perakaran yang dalam seperti pisang, kelapa sawit dan jambu biji. Hal
tersebut bermaksud supaya akar tanaman yang dalam dapat memperbaiki keadaan
tanah yang sebelumnya kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nanas pada
penanaman berikutnya. Menurut Zeng et al., (2014) penetrasi akar tanaman
tahunan dapat mengubah sifat fisik tanah yaitu dapat menurunkan nilai bulk
density pada kedalaman 0-20 cm, hal tersebut karena akar tanaman tahunan yang
dalam dapat menembus tanah sehingga dapat mengubah bulk density menjadi
lebih rendah. Dengan demikian lahan yang sebelumnya kurang layak untuk
menanam nanas, dapat digunakan kembali untuk ditanamai nanas, sehingga hal
tersebut dapat meningkatkan kembali produksi nanas
Produksi nanas yang meningkat tentu dapat menyumbang kesejahteraan bagi
masyarakat di Provinsi Lampung dan dapat mengokohkan Provinsi Lampung
sebagai salah satu provinsi penghasil nanas di Indonesia. Oleh karena itu
konservasi lahan merupakan bagian penting dalam pengelolaan tanah dan
diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang
sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan, sehingga tidak terjadi kerusakan tanah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk
4
memperoleh informasi kondisi sifat fisik dan C-Organik tanah pada beberapa
macam pola penggunaan lahan di PT GGF Lampung Tengah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diperlukan penelitian untuk
menjawab rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagimana keadaan sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan di
perkebunan nanas?
2. Bagaimanakah keadaan C-Organik tanah pada beberapa penggunaan lahan di
perkebunan nanas?
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui keadaan sifat fisik tanah yaitu kerapatan isi, kemantapan agregat,
sebaran ruang pori dan tekstur tanah pada beberapa penggunaan lahan di
perkebunan nanas
2. Mengetahui keadaan C-Organik tanah pada beberapa penggunaan lahan di
perkebunan nanas
1.3. Kerangka Pemikiran
Nanas merupakan tanaman komoditi yang cukup banyak dibudidayakan di
Provinsi Lampung, terutama di Kabupaten Lampung Tengah. Kondisi wilayah
dan keadaan iklim yang mendukung di wilayah Lampung Tengah, menjadikan
nanas sebagai komoditi utama yang dikembangan oleh perusahaan nanas untuk
5
diekspor. Sejak tahun 1980 an tanaman nanas mulai ditanam secara monokultur di
Kabupaten Lampung Tengah. Pada awal perkembangannya tidak terjadi
permasalahan pada lahan yang digunakan untuk budidaya. Namun seiring
berjalannya waktu mulai muncul berbagai permasalahan pada lahan, salah satunya
ialah degradasi lahan.
Degradasi lahan merupakan keadaan lahan yang semakin menurun
kemampuannya baik kimia, biologi maupun fisiknya dalam mendukung
pertumbuhan tanaman sebagaimana mestinya. Degradasi lahan terjadi karena
penggunaan lahan yang kurang memperhatikan konservasi lahan. Pemanfaatan
lahan secara monokultur dalam jangka waktu yang panjang, penggunaan alat-alat
berat, dan sistem olah tanah maksimum menjadikan lahan semakin lama semakin
menurun kemampuannya. Sehingga semakin lama digunakan, lahan akan
mengalami berbagai masalah seperti erosi tanah yang tinggi, banyak tanah
marjinal, pemadatan tanah dan masih banyak lagi. Munculnya masalah-masalah
lahan tersebut tentu saja menyebabkan produksi nanas menurun.
Menurunnya tingkat produksi pada perusahaan besar tentu menjadi masalah yang
harus segera diatasi. Hal tersebut karena produksi yang dihasilkan sangat
menentukan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu konservasi lahan mutlak
harus dilakukan untuk menjaga kesetabilan produksi nanas.
Konservasi lahan merupakan upaya perbaikan lahan yang dilakukan untuk
menjaga kelestarian lahan agar tetap berproduksi tinggi tanpa lahan diistirahatkan
6
selama bertahun-tahun. Konservasi lahan yang dilakukan meliputi perbaikan
semua keadaan lahan salah satunya ialah sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah
memiliki peran penting dalam menyokong pertumbuhan tanaman. Keadaan
kerapatan isi, kemantapan agregat, tekstur tanah dan kemampuan tanah menahan
air merupakan sifat fisik yang harus diperhatikan untuk mengetahui keadaan suatu
lahan. Salah satu kebijakan konservasi lahan ialah dengan melakukan perubahan
pola penggunaan lahan.
Pola penggunaan lahan ialah mengubah tanaman budidaya utama yaitu nanas
dengan tanaman tahunan atau tanaman semusim yang memiliki perakaran yang
dalam seperti pisang dan kelapa sawit. Perakaran yang dalam diharapkan mampu
memperbaiki kondisi lahan yang sebelumnya kurang mendukung bagi
pertumbuhan tanaman.
Kebijakan konservasi dengan mengubah pola penggunaan yang dilakukan akan
memperbaiki keadaan lahan dari yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman
menjadi lahan yang ideal untuk memproduksi buah nanas yang baik. Selain itu,
lahan akan terbebas dari lahan yang tidak produktif karena lahan ditanami dengan
tanaman lainya. Sehingga produksi akan tetap stabil atau bahkan dapat mengalami
peningkatan kembali.
7
1.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka diperolehlah hipotesis sebagai
berikut:
1. Pada lahan yang dirotasi memiliki sifat fisik (kerapatan isi, kemantapan
agregat, sebaran ruang pori dan tekstur) dan c-organik yang lebih baik
dibandingkan dengan lahan yang digunakan secara monokultur.
2. Pada lahan yang dirotasi dengan menggunakan pisang diperoleh keadaan sifat
fisik dan C-Organik yang paling baik kemudian diikuti oleh rotasi sawit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Nanas
Nanas merupakan tanaman semak yang memiliki daging berwarna kuning dan
memiliki nama latin Ananas comosus L. Nanas merupakan tanaman yang berasal
Negara Brazil (Amerika Selatan). Tanaman nanas tumbuh dan beradaptasi pada
daerah yang terletak pada 25LU sampai 25 LS. Tanaman tergolong ke dalam
tanaman CAM (Crasulacean Acid Metabolism) yang membutuhkan sinar
matahari yang cukup untuk proses metabolismenya. Tanaman nanas tumbuh di
daerah dengan ketinggian 100 m- 800 m dari permukaan laut .Pertumbuhan
tanaman nanas menghendaki temperatur antara 25 C sampai dengan 30 C dan
menghendaki tanah dataran rendah di daerah tropis dengan curah hujan lebih dari
760 mm per tahun, kecuali irigasinya memungkinkan. Nanas memerlukan tanah
lempung berpasir sampai berpasir, tanah yang mengandung bahan organik yang
cukup tinggi, keadaan draenase yang baik dan sebaiknya pH berkisar antara 4,5
6,5 (Handayani dan Indriyani, 2008).
Tanaman nanas mempunyai nama botani Ananas comosus L. Klasifikasi
dari tanaman nanas adalah sebagai berikut :
9
Kingdom : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Ordo : Bromeliales
Famili : Bromeliaceae (nanas-nanasan)
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus (L.) Merr.
(Bartholomew, Paull dan Rohrbach, 2003).
2.2 Sifat Fisik Tanah
Tanah terdiri dari tiga fase yaitu fase padatan, cairan dan udara. Setiap fase
memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Fase padatan
terbentuk dari pelapukan mineral yang terakumulasi dalam jangka waktu yang
lama dengan sedikit humus pada kebanyakan tanah. Fase cairan dan udara berada
pada pori-pori tanah dan menempati sebagian dari tanah. Proporsi dari masing-
masing sebagai bentuk perkembangan tanah. Tanaman harus mampu menyerap air
dari tanah, dan semua unsur hara kecuali pada beberapa tanaman perairan yang
tergantung dari pori-pori tanah untuk oksigen, itu semua penting untuk setiap sel
pada akar tanaman (Harpstead et al., 2001).
10
2.2.1 Kerapatan Isi Tanah
Kerapatan isi tanah merupakan perbandingan antara jumlah massa tanah dengan
volume parkitel tanah. Kerapatan isi tanah memiliki peranan yang penting dalam
pertumbuhan tanaman. Kondisi kerapatan isi yang rendah atau ideal akan
memberikan kemudahan akar tanaman dapat menembus tanah sehingga tanaman
mampu tumbuh dengan baik (Haridjaja dkk, 2010). Sebaliknya jika tanah yang
digunakan mengalami kompaksi (kerapaan isi yang padat) maka akan dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Kerapatan isi tanah
dengan kisaran 1,4 sampai dengan 1,6 g/cm3 dapat menghambat pertumbuhan
akar tanaman, serta tanah cenderung kekurangan oksigen akibat ruang pori yang
sedikit (Nugroho,2009). Kompaksi atau pemadatan tanah disebabkan oleh
pengolahan tanah yang kurang tepat seperti pengolahan tanah secara intensif yang
dilakukan secara terus menenrus. Pengolahan lahan yang dilakukan secara intensif
yang dilakukan selam 3 tahun dapat meningkatkan kerapatan isi tanah sebesar
0.7% (Liu et al., 2013).
2.2.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah berhubungan dengan sebaran ukuran pertikel tanah. Tekstur tanah
terbentuk karena bergabungnya antara ukuran-ukuran partikel dari yang paling
kecil, sedang dan besar. Tekstur menunjukan tingkat kehalusan dan kekasaran
tanah. Hal tersebut menunjukan perbandingan relatif atau persentase dari pasir,
liat dan debu. Tanah dengan jumlah yang hampir seimbang dari fraksi pasir, debu
dan liat disebut dengan lempung. Jenis variasi dari lempung diklasifikasikan
berdasarkan tingkat butiran, kehalusan dan kelekatannya: lempung berpasir,
11
lempung berdebu dan lempung berliat (Harpstead et al., 2001). Sifat fisik dan
pelapukan mineral dari batuan dan hasil pecahan mineral dalam ukuran dari
partikel batuan menjadi lebih kecil, menjadi pasir, debu dan liat. Distribusi
partikel tersebut menunjukkan tingkat kekasaran dan kelembutan atau sering
disebut tekstur tanah. Spesifiknya tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi
pasir, liat dan debu (Adisoemarto, 1994)).
Struktur merupakan susunan atau kombinasi dari partikel-partikel tanah primer
(pasir, liat dan debu) sampai pada partikel-parkel sekunder atau ped atau disebut
juga agregat. Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan
hubungan kelembaban dan udara. Ukuran partikel yang besar berakibat terhadap
ruang-ruang antar agregat yang lebih besar dari ruang-ruang yanga berada
diantara partikel-partikel pasir, debu dan liat yang berdekatan di dalam agregat.
Hal ini merupakan akibat stuktural pada hubugan ruang pori yang membuat
struktur menjadi penting (Adisoemarto, 1994).
2.2.3 Kemantapan Agregat
Mantap atau tidaknya agregat tanah akan menentukan kemampuan tanah dalam
mengatasi tumbukan energi kinetik hujan dan aliran air (run off). Tanah yang
stabil atau aggregat yang mantap akan memiliki daya erosi yang sangat rendah
karena tanah tidak terpecah yang sulit diangkut oleh aliran air. Kemantapan
agregat tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik di dalam tanah.
Selain sebagai indikator kesuburan tanah, bahan organik merupakan bahan yang
12
dapat menjadi perekat antar partikel tanah sehingga tanah mejadi lebih setabil
ketika terkena tumbukan air hujan (Patterson, 2014)
2.2.4 Kadar Air di Dalam Tanah
Kadar air tanah sering sekali dihubungkan dengan jumlah air yang berada di
dalam tanah yang nyatakan dengan per masa tanah atau volume tanah. Sedangkan
status air yang dicirikan oleh energi bebasnya per satuan masa disebut potensi.
Salah satu potensi yang terdapat dalam tanah ialah potensial tekanan atau matriks.
Terdapat hubungan antara kadar air dan potensial tekanan. Hubungan keduanya
dapat ditampilkan pada kuva karakteristik lengas tanah.
Kondisi terbasah yang paling mungkin dicapai di dalam tanah disebut jenuh.
Tanah jenuh ialah taah yang seluruh pori tanahnya terisi oleh air. Air Gravitasi
ialah air yang berada pada pori-pori makro yang dapat hilang dengan cepat
dengan dipengaruhi gaya gravitasi ilustrasi gambar 1. Sebaliknya, kondisi
terkering di alam yang mungkin terjadi pada tanah disebut dengan kondisi kering
oven. Pada kondisi ini tanah telah dikeringkan di dalam lemari oven pada suhu
sekitar 105C selama paling sedikit 4 jam atau hingga berat tanah konstan.
Air kapiler sering kali disebut sebagai air yang ada di dalam tanah yang terikat
secara gaya kapiler yaitu sebagai hasil pengikatan air terhadap padatan tanah
melalui gaya adhesi dan kohesi antara molekul air dengan mulekul tanah. Air
higroskopis yaitu air yang terikat oleh butir-butir tanah hanya dalam jumlah kecil
karena berbeda dari air biasa. Air mengalami sedikit perubahan struktur
13
molekunya akibat menempel pada permukaan butir-butir tanah yang bermuatan
listrik. Air higroskopis ini merupakan air yang terdapat pada tanah kering udara
(angin) dan masih dapat dilepas oleh pemanasan suhu 105C (lihat gambar.1)
(Majumdar, 2000).
Gambar. 1 ilustrasi keterjadian jenis-jenis air di dalam tanah (Majumdar, 2000)
Tanah yang baik merupakan tanah yang mampu menyimpan dan menyediakan air
bagi pertumbuhan tanaman. Keberadaan air di dalam tanah yang diserap oleh
tanaman tersimpan pada matriks tanah. Matriks tanah memiliki gaya yang mampu
mempertahankan air tetap berada pada permukaan koloid tanah. Sehingga dalam
proses penyerapanya, tanaman pun memerlukan energi potensial untuk
menyerapnya. Dalam proses analisis kadar air tanah, tanah diberikan tekanan atau
gaya untuk mengeluarkan air yang berada pada matriks tanah. Adapun pada air
gravitasi gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari tanah ialah sebesar
1/10 bar, setara dengan ketinggian 10 cm atau sama dengan pF 1,00. Air
higroskopik ialah air yang terdapat pada tanah kering udara. Sedangkan air kapiler
14
merupakan air yang berada diantara air gravitasi dan air higroskopik (lihat gambar.
2) (Singh, 2007)
Gambar. 2 Gaya yang mempengaruhi jenis-jenis kadar air tanah (Singh, 2007)
2.3 Pentingnya C-Organik Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman
C-Organik menyatakan banyaknya senyawa organik sebagai sumber unsur karbon
yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus (Surya dan Suyono, 2013). Kadar C-Organik cenderung
menurun seiring pertambahan kedalaman tanah karena bahan organik yang hanya
diaplikasikana atau jatuh diatas tanah. Sehingga bahan organik tersebut
terakumulasi pada lapisan top soil dan sebagian tercuci ke lapisan yang lebih
dalam (sub soil) (Sipahutar dkk, 2014) .
Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan kandungan C-Organik karena
dalam penetapannya berdasarkan kandungan bahan organiknya, sehingga tinggi
15
rendahnya kandungan bahan organik tergantung pada C-Organiknya. Kandungan
bahan organik dan C- Organik dipengaruhi oleh faktor pengolahan dan
kemiringan lahan (Nurmegawati dkk, 2014). Pada lahan pertanian tanah yang
tidak diolah memiliki kandungan C- Organik yang lebih tinggi dibandingkan
tanah yang diolah secara intensif, hal ini disebabkan oleh aerasi yang pada tanah
yang diolah menjadi baik sehingga mikroorganisme akan tumbuh baik dan cepat
sehingga proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat pada tanah yang diolah
dibanding dengan tanah yang tidak diolah (Arsyad, 2001)
2.4 Pengaruh Rotasi Tanaman Terhadap Kondisi Tanah
Rotasi tanaman memiliki nilai agronomis, ekonomis dan lingkungan yang
menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur, salah satunya ialah
meningkatkan struktur tanah. Hal tersebut karena rotasi tanaman dapat
mempengaruhi input bahan organik dalam jangka waktu yang panjang
(Christensen et al.,2012). Rotasi tanaman dalam usaha pertanian memiliki peran
yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lahan, karena rotasi tanaman dapat
meningkatkan kadungan bahan organik dan kemantapan agregat tanah (Zuber,
2013). Selain itu rotasi tanaman tahunan dapat menurunkan bulk density tanah
pada lapisan tanah 0-20 cm, hal tersebut karena akar dari tanaman tahunan
melakukan penetrasi pada permuakaan tanah dan menyebabkan tanah tersebut
menurun volume isinya (Zeng et al., 2014). Rotasi tanaman tahunan (pisang)
yang dilakukan memiliki pengaruh yang cukup baik diantaranya mampu
meningkatkan kandungan bahan organik, kandungan N- total dan P-total pada
tanah tropis di China (Shuang et al., 2015). Rotasi tanaman memiliki beberapa
16
keuntungan salah satunya ialah mampu mempertahankan dan memperbaiki sifat-
sifat fisik tanah dan kesuburan tanah, jika tanaman yang digunakan untuk
merotasi digunakan sebagai bahan organik tanah, artinya tanaman yang sudah
selesai masa produktifnya dicacah kemudian dibenamkan di dalam tanah. Hal
tersebut mampu mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air,
meningkatkan stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah (Arsyad, 2006).
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada lahan PT. Great Giant Food, Lampung Tengah
Provinsi Lampung. Lahan yang diamati meliputi, a) Tanaman nanas umur 12
bulan dengan umur lahan 21 tahun, b) Tanaman nanas umur 7 bulan dengan umur
lahan 10 tahun, c) Lahan nanas yang dirotasi dengan tanaman kelapa sawit,
d)Lahan nanas yang dirotasi dengan tanaman pisang umur 2 tahun dan e) lahan
yang belum pernah digunakan untuk menanam nanas dengan vegetasi bambu
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah: GPS, ring sampel, palu, cangkul
untuk keperluan survei dan pembuatan profil tanah. gelas piala, meteran, oven,
ayakan tanah, erlenmeyer, pipet,beaker glass, gelas ukur, buret makro, pengaduk,
magnetikstirer, labu ukur dan timbangan elektrik, untuk analisis tekstur dan
kemantapan agregat. Bahan- bahan yang digunakan ialah contoh tanah tak
terganggu, sampel tanah terganggu dan sampel tanah agregrat.
18
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitan ini dilakukan terbagi dalam
dua tahapan yaitu: pengambilan sampel tanah dan analisis sifat fisik tanah di
laboratorium.
3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah
a) Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan lahan yang ingin diketahui sifat
fisikanya ialah sebagai berikut:
a. Vegetasi Bambu
Lokasi ini merupakan lokasi dengan rata-rata bervegetasi bambu yang
belum pernah digunakan untuk menanam nanas.
b. Nanas 10 tahun
Lahan yang telah digunakan untuk menanam nanas dalam kurun waktu 10
tahun. Sebelum digunakan untuk menanam nanas lahan merupakan lahan
hutan yang kemudian dibuka dan digunakan untuk menanam nanas.
c. Nanas 20 tahun
Lahan yang telah digunakan untuk menanam nanas dalam kurun waktu 20
tahun. Sebelum digunakan untuk menanam nanas lahan merupakan lahan
hutan yang dibuka dan digunakan untuk menanam nanas.
19
d. Rotasi Sawit
Lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam nanas selama kurun
waktu 20 tahun kemudian dirotasi dengan menggunakan tanaman kelapa
sawit dan pada saat pengambilan sampel tanah, sawit berumur 12 tahun
e. Rotasi Pisang
Lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam nanas selama kurun
waktu 20 tahun kemudian dirotasi dengan menggunakan tanaman pisang
dan pada saat pengambilan sampel tanah, tanaman berumur 12 bulan
b) Sampel Tanah
Sampel tanah diambil melalui profil tanah dan diambil tiga kedalaman tanah yaitu
kedalaman 0-20, 20-40 dan 40-60 cm untuk sampel tanah terganggu dan agregat
utuh. Pengambilan tanah terganggu 0-20 cm untuk analisis C-Organik dan tiga
kedalaman untuk tekstur tanah. Agregat tanah tak terganggu tiga kedalaman untuk
analisis kemantapan agregat metode Emerson. Untuk mengukur kerapatan isi
tanah, sample tanah diambil dengan jenis sampel tanah tidak terganggu
(undistrubed soil) dengan menggunakan ring sample pada kedalaman 0-20 cm.
20
Berikut adalah bagan pengambilan sampel tanah yang diterapkan disetiap lahan
yang ingin diketahui sifat fisika tanahnya
Gambar 3. Bagan teknik pengambilan sampel tanah pada setiap lahan yang
diamati dan keperluan analisisnya
Lahan Profil Tanah
Terganggu
Tak
Terganggu
0-20 cm
20-40 cm
40-60 cm
0-10 cm
Agregat
utuh
0-20 cm
20-40 cm
40-60 cm
Tekstur dan
C-Organik
Tekstur
Kerapatan Isi
Tanah dan pF
Tekstur
Kemantapan
Agregat
Kemantapan
Agregat
Kemantapan
Agregat
21
Berikut merupakan titik lokasi pengambilan sampel tanah di setiap lokasi
Gambar 4. Pencitraan semua titik lokasi pembuatan profil tanah.
Keterangan: 66 (Vegetasi Bambu), 67F (Rotasi Sawit), 26B(Nanas 21 Tahun), 59F (Rotasi Pisang) dan 59K (Nanas 10 Tahun)
22
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 5. Lanjutan (a) Vegetasi bambu, (b) Rotasi sawit, (c) Rotasi Pisang, (d)
Lahan nanas umur 10 tahun dan (e) Lahan nanas umur 21 tahun
(Google Earth, 2015).
3.3.2 Analisis Sifat Fisik Tanah
Analisis sifat fisik tanah dilakukan untuk mengetahui keadaan sifat fisik tanah.
Analisis sifat fisik tanah yang dilakukan untuk mengetahui keadaan: kerapatan isi
23
tanah(bulk density), tekstur tanah, kemantapan agregat tanah metode Emerson,
sebaran ruang pori dan C-Organik.
a. Menentukan kerapatan IsiTanah .
Penentuan kerapatan isi tanah ialah sebagai berikut ring dan tanah dioven selama
24 jam dengan suhu 105C sampai berat tanah konstan. Kemudian tanah
ditimbang untuk mengetahui berat kering tanah. Selanjutnyadihitung bagian
dalam ring dengan menggunakan rumus:
=
Vt =
b. Menentukan Teksture Tanah
Penetapan tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan hydrometer ialah
sebagai berikut: menyiapkan larutan Calgon dengan melarutkan 40 g Na-
Polyphospatkedalam 1000 ml aquades. Kemudian dihomogenkan dengan
magnetik stirer kira-kira 10 menit sampat larut. Kemudian diambil dan ditimbang
sampel tanah sebanyak 50 g kemudian dimasukan ke dalam gelas Erlenmeyer250
ml dan tambahkan 100 ml larutan Calgon. Selanjutnya didiamkan kurang lebih
selama 24 jam. Setelah 24 jam, suspensi tanah dimixer sampai partikel tanah
terpisah kurang lebih 10 menit dengan kecepatan maximum. Selanjutnya hasil
mixer dimasukan ke dalam gelas sedimentasi 1000 ml. Pastikan semua sampel
masuk. Kemudian ditambahkan air sampai batas volume 1000 ml, kemudian
diaduk selama 2 menit.Bersamaan alat pengaduk diangkat, stopwatch dinyalakan
kemudian dimasukan hidrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik angka
24
yangditunjukan oleh hidrometer (H1) dibaca. Kemudian angkat hidrometer
dandicuci serta dibaca suspensi dengan menggunakan termometer (T1).
Selanjutnya diamkan selama 2 jam, kemudian hydrometerkembali dimasukan dan
dibaca sebagai pembacaan ke II (H2). Hydrometerdiangkat dan diukur kembali
suhu suspensinya (T2). Selanjutnya dibuat larutan blanco dengan cara 100 Calgon
dilarutkan dengan aquades dalam tabung sedimentasi sampai volumenya 1000 ml
serta lakukan pengukuran yang sama.
Kemudian penentuan jenis tekstur tanah ditentukan dengan menggunakan segitiga
teksur menrut USDA yang sebelumnya dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut untuk mengetahui persentase antara fraksi pasir, debu dan liatnya
( )
( )
( )
( )
Gambar 6. Segitiga tekstur menurut USDA (Agus et al., 2006)
25
c. Penetapan Kemantapan Agregat Tanah Metode Emerson
Kelas kemantapan agregat ditentukan menggunakan metode Emersonialah
sebagai berikut:
Agregat utuh diambil dengan ukuran 5-7 mm . Selanjutnyadisiapkan air dalam
beakerglassukuran 100 ml. Kemudian dimasukan agregat utuh kedalam air
tersebut kemudian diamkan selama 2 jam dan diamati bentuk retakan yang terjadi
seperti pada gambar di bawah
Kelas 1: Agregat tanah terdispersi sempurna
(Disperse1)
Kelas 2 : Agregat tanah terdispersi tidak
sempurna (Disperse 2)
Kelas 3: Agregat tanah terdispersi Sebagian
(Disperse3)
Kelas 4: Agregat tanah terpecah
(Slake 1)
Kelas 5: Agregat Tanah Terpecah sebagian
(Slake 2)
Kelas 6 : Agregat Terpecah total (Slake 3)
Kelas 7: Tidak Terdapat retakan hanya saja
Agregat tanah sedikit mengembang dari
bentuk asli
Kelas 8: Tidak terdapat retakan dan tidak
berubah dari bentuk aslinya
Gambar 7. contoh visual dari penentuan kelas kamantatapan agregat
metode emerson (Patterson, 2014)
26
Gambar8. Penentuan kelas kemantapan agregat metode
emerson(Patterson,2014)
Adapun interpretasi masing-masing kelas ialah:
Kelas 1 : Tidak sabil, terdispersi sempurna, kemungkin berhubungan
dengan sodisitas tinggi yang partikel liatnya terlepas di dalam air
Kelas 2 : Tidak stabil, terdispersi sebagian, kemungkinan berhubungan
dengan sodisitas tinggi
Kelas 3-6 : Kurang stabil, dilihat dari bentuk pecahanya: Pecahan 1 (sedikit),
pecahan 2 (sedang) atau pecahan 3 (pecah keseluruhan)
Kelas 7-8 : Tanah ini stabil terhadap air (Patterson, 2014).
Uji Stabilitas Agregat Yang Dimodifikasi
Menggunakan Air di Lokasi
Perendaman Agregat Kering Udara Dalam Air
Retakan Tidak ada retakan
Terdispersi
SebagianKel
as 2
Terdispersi
SemuanyaK
elas 1
Tidak
Terdispersi Terjadi
Pembengkakan
Kelas 7
Tidak terjadi
pembengkakan
Kelas 8
Retak 1 Retak 3 Retak 2
27
d. Analisis pF Untuk Keperluan Distribusi Ruang Pori Tanah
1. Sand box (pF 1,00,2,00 dan 2,54)
Analisis pF 1,2 dan 2,54 dilakukan dengan menggunkan sand box. Adapun cara
menggunakannya ialah sebagai berikut:
Sampel tanah tak terganggu diambil kemudian jenuhi secara kapiler dengan
menggunkan pasir yang dijenuhi air dan lapisi dengan kain, kemudian letakan
sampel diatasnya. Selanjutnya diamkan 1-2 hari sampai sampel dalam kondisi
jenuh (pF 0). Setelah jenuh, masukan sampel kedalam sand box. Disusun dengan
rapi dan jangan sampai bertumpuk. Kemudian dijenuhi box utama dengan
membuka keran tabung penampung air sampai air menyentuh dasar ring sampel
Selanjutnya turunkan tuas selang pembuangan sesuai dengan pF yang di inginkan
(pF 1 = 10 cm, pF 2 = 100 cm). pF 1,00 air tanah di paksa keluar dengan
menggunakan tekanan air setinggi 10 cm, pF 2,00 air tanah di keluarkan dengan
tekanan air setinggi 100 cm, pF 2,54 tanah di keluarkan dengan tekanan 1/3 bar
atau setara dengan tekanan air 340 cm.
Gambar 9. Alat untuk mengukur pF
28
2. Kadar Air Kering Udara (pF 4,66)
Kadar Air Kering Udaradianalisis dengan tekanan atmosfer dengan suhu 29
0C dan kelambaban sebesar 70%. Caranya ialah sebagai berikut: disiapkan
sampel tanah terganggu kurang lebih 20 g dan masukan kedalah alumunium
foil yang dibuat seperti box. Kemudian basahi sampel dengan menggunkan
pipet sampai kapasitas lapang. Kemudian diamkan dalam suhu ruangan.
Untuk mengetahui suhu dan kelembaban pasang alat pengukur suhu dan
kelembaban. Kemudian diamkan beberapa hari sampai tanah kering.
Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:
( )
Ket: RH= Kelembapan Udara (%) (Soekadarmojo, 1985)
e. Pengukuran C-Organik tanah metode Walkley and Black
Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksikan K2Cr2O7 menjadi Cr2(SO)4.
Dalam suasana asam, intensitas warna hijau yang terbentuk menyatakan kadar
karbon dan dapat diukur dengan menitrasikan larutan FeSO4 1 N. Reaksi :
C-organik + 2K2Cr2O7 + 8H2SO42Cr2(SO4)3 + 2K2SO4+ 8H2O + 3CO2 Cr
6+ Cr
3+
Cara melakukan analisis c-organik ialah
0.5g tanah yang telah lolos ayakan 0.5mm (0.25g untuk tanah yang organiknya
tinggi dan 0.1 untuk bahan organik) ditimbang dan dimasukkan ke dalam
labuErlenmeyer 500ml. Kemudian pipet 10 ml K2Cr2O7 1N ditambahkan ke
dalam labu erlenmeyer. Selanjtnya 20ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu
Erlenmeyer dan kemudian digoyangkan supaya tanah bereaksi sempurna.
29
Selanjutnya didiamkan campuran tersebut selama 30 menit. Penambahan H2SO4
dilakukan di ruang asam. Sebuah blanko (tanpa tanah) dikerjakan dengan cara
yang sama.Kemudian campuran tadi diencerkan dengan H2O 200ml dan
tambahkan 10ml H3PO4 85% ,tambahkanindikator Difenilamina 30 tetes. Setelah
itu larutan dapat dititrasi dengan FeSO4.7H2O 1N melalui buret.Titrasi dihentikan
ditandai perubahan dari warna gelap menjadi hijau terang. Demikian juga dengan
blanko (Prijono,2013).
C.Organik dihitungdengan menggunakan rumus:
3.3 Analisis Data
Analisis data akan dilaksanakan dengan mendeskripsikan masing-masing kondisi
Sifat Fisik dan C- Organik lahan pada beberapa lokasi penggunaan lahan di
perkebunan nanas.
V. SIMPULAN
5.1. Simpulan
Kesimpulan pada penelitian ini ialah
1. Kondisi sifat fisik tanah pada beberapa penggunaan lahan menunjukan kondisi
yang kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman nanas, nilai BD yang tinggi
pada lahan nanas 21 tahun dan rotasi sawit, tingkat kemantapan agregat tanah
yang tergolong tidak stabil-kurang stabil pada semua penggunaan lahan,
sebaran ruang pori dan daya menahan air yang masih tinggi dan tektur tanah
yang teramati lempung liat berpasir pada lahan vegetasi bambu, nanas 10 dan
21 tahun serta liat pada penggunaan lahan rotasi sawit dan rotasi pisang.
2. Keadaan c-organik tanah pada masing-masing lahan menunjukan nilai yang
tergolong rendah dengan kisaran kandungan C-Organik sebesar 1,00-2,00%.
PUSTAKA ACUAN
Agus, F.,U. Kurnia., A. Adimihardja dan A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.
Adisoemarto, S . 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Arsyad, A.R. 2001. Pengaruh Olah Tanah Konservasi Dan Pola Tanam Terhadap
Sifat Fisika Tanah Ultisol dan Hasil Jagung. Jurnal Agronomi. Vol. 8. No.
2.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Bertomelew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rorhbach. 2003. The Pineapple Botany,
Production and Uses. CABI Publising. USA.
Christensen, H., S. Becheva., S. Meredith. and K. Ulmer. 2012. Crop Rotation
Benefiting farmers, the environment and the economy. European
Foundation. Egland
Handayani, S. dan Indriyani. 2008. Budidaya Tanaman Nenas. Balai Penelitian
Buah Tropika. Solok.
Hank, D. And A. Lewandowski. 2003. Protecting Urban Soil Quality: Examples
for Landscape Codes and Specifications. USDA.USA
Harpstead, M.I., T.J. Sheur, W.F. Bennett, and M.C. Bratz. 2001. Soil Science
and Simplified. Iowa State University Press. USA.
Haridjaja, O., Y. Hidayat dan L. S. Marhamah. 2010. Pengaruh Bobot Isi Tanah
Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan benih Kacang Tanah dan
Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 15. No 03. Hal 147-152.
Liu Y., M. Gao, W. Wua, S. K. Tanveer a, X. Wena, and Y. Liao.2013. The
effects of conservation tillage practices on the soil water-holding capacity of
a non-irrigated apple orchard in the Loess Plateau, China. Jurnal soil and
tillage. Vol. 130. Hal 7-12.
Majumdar, D.K. 2000. Irrigation Water Management. Prentice Hall. India
47
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia Dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri Pt Prima Multibuwana. Jurnal Hutan
Tropis Borneo. Volume 10 No. 27.
Nurmegawati, A dan D. Sugandi. 2014. Kajian Kesuburan Tanah Perkebunan
Karet Rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Litri. Vol. 20. No 1. Hal 17-26.
Patterson, R. 2014. Emerson Aggregate Stability Test For Wastewater. Lanfax
Laboratories. USA
Prijono, S. 2013. Instruksi Kerja Pengukuran pH, Bahan Organik, KT dan KB.
Universitas Brawijaya. Malang.
Pusdatin. 2013. www.deptan.go.id.
Shuang, Z., Z. Huicai and J. Zhinqiang. 2015. Soil Microbiological and
Biochemical Properties as Affected by Different Long-Term Banana-
Based Rotations in the Tropics. Pedhospere journal. Vol. 6. No. 25. Hal
868-877.
Singh, A. K. 2007. Integreted Water Management (Water and Plant Growth),
Indian Agricultural Research Institut. New Delhi.
Sipahutar, A. H., P. Marbun. dan Fauzi.2014. Kajian C-Organik, N Dan P
Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong
Nihuta. Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 2. No 4.
Soekadarmojo. 1985. Panduan Analisis Sifat Fisik Tanah. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta
Surya, E. S., dan Suyono. 2013. Pengaruh Pengomposan Terhadap Rasio C/N
Kotoran Ayam dan Kadar Hara NPK Tersedia serta Kapasitas Tukar Kation
Tanah. UNESA journal of chemisty. Vol. 2, No1.
Zeng, X., W. Zhang., J. Cao., X. Liu., H. Shen. and X. Zao.2014. Changes in soil
organic carbon, nitrogen, phosphorus, and bulk density after afforestation of
the BeijingTianjin Sandstorm Source Controlprogram in China. Jurnal
catena. Vol 186. Hal 186-194.
Zuber, S.M.2013. Long-Term Effect Of Crop Rotation And Tillage On Soil
Properties.(Thesis). University of Illinois Urbana-Champaign. Urbana. 24
pp.
48
Zulkarnain, M., H, B. Prasetya dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk
Kandang dan Custom-Bio Terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan
Hasil Tebu (Sccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah
Pawon, Kediri. Indonesian Green Technology Journal. Vol. 2. No 01. Hal
45-52.
1 HALAMAN-MUKA-SKRIPSI-TERAKHIR.pdfBAB I. Pendahuluan.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdfBab III Metodologi.pdfBAB V Simpulan.pdfDAFTAR PUSTAKA ACUAN.pdf