identifikasi tingkat pengetahuan k3 dengan … · adalah identifikasi tingkat pengetahuan k3 dengan...

31
IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN INSTRUMEN SAFETY GAME DI TPK TRADISONAL RINI KURNIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: doantu

Post on 23-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN

INSTRUMEN SAFETY GAME DI TPK TRADISONAL

RINI KURNIAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan
Page 3: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Tingkat

Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety Game di TPK Tradisional adalah benar

karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Rini Kurniawati

NIM E14090062

Page 4: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

ABSTRAK

RINI KURNIAWATI. E14090062. Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan

Instrumen Safety Game di TPK Tradisional. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Risiko gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada kegiatan

pemanenan kayu sangat tinggi. Salah satu kegiatan pemanenan kayu adalah

kegiatan di tempat penjualan kayu. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan kerja

yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta

kompetensi dasar (pengetahuan) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus

(pemberi kerja) rendah. Sehingga perlu adanya strategi untuk meningkatkan

pengetahuan pekerja dan pengurus dengan syarat biaya yang murah, menarik, dan

dapat digunakan kapan saja mengingat kondisi tempat penjualan kayu tradisional

yang ada di Jepara tergolong unit usaha kecil. Salah satu solusi yang dapat

digunakan adalah safety game yang merupakan instrumen untuk meningkatkan

pengetahuan yang dimiliki pekerja dan pengurus yang dibuat oleh Dr. Efi Yuliati

Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc. Peningkatan pengetahuan tentang K3 yang terjadi

pada pekerja dan pengurus setelah menggunakan safety game pada 1 ulangan

sebesar 14% dalam waktu ±45 menit dan 3 ulangan sebesar 33% dalam waktu

±140 menit.

Kata kunci: pekerja dan pengurus, pengetahuan K3, safety game, tempat penjualan

kayu.

ABSTRACT

RINI KURNIAWATI. E14090062. Identification of the Level of Knowledge

OSH with the Instrument Safety Games in Traditional TPK. Supervised by EFI

YULIATI YOVI.

Occupational safety and health (OSH) disruption risk in timber harvesting

activities is very high. One of the timber harvesting activities is activities in the

lumberyard. This is occurs because the work environment condition are not in

accordance with government regulations, and basic competence (knowledge) of

workers and administrators (the employer) is still relatively low. So it requires a

strategy to increase their knowledge with low cost, interesting, and usefull

everytime, so it can use in traditional activities in the lumberyard condition in

Jepara which is small business units. One of solution is using safety game which

is an instrument that used to increase workers and administrators knowledge that

created by Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc. The enhancement of their

knowledge about OSH after use the safety game at 1 replications were 14% during

±45 minutes and 3 replications were 33% during ±140 minutes.

Keywords: activities in the lumberyard, knowledge about OSH, safety game,

workers and administrators.

Page 5: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN

INSTRUMEN SAFETY GAME DI TPK TRADISONAL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

RINI KURNIAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

Page 6: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan
Page 7: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

Judul Skripsi :Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety

Game di TPK Tradisional

Nama :Rini Kurniawati

NIM :E14090062

Disetujui oleh

Dr Efi Yuliati Yovi, S Hut, M Life. Env.Sc

Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F. Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

Judul Skripsi :ldentifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety

Game di TPK Tradisional

Nama :Rini Kumiawati

NIM :E14090062

Disetujui oleh

Dr Etl Yuliati Yo vi, SHut, M Life. Env.Sc Pembimbing I

Tanggal Lulus: 19 MAR 201~

Page 9: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai September 2013 ini

adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety Game di

TPK Tradisional.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, S Hut, M.

Life.Env.Sc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan untuk kegiatan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada orang tua atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini

bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Rini Kurniawati

Page 10: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Alat dan Bahan Penelitian 3

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 3

Jenis Data yang Dikumpulkan 4

Data Primer 4

Data Sekunder 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

Pengolahan Data 5

Analisis Deskriptif 6

Uji Wilcoxon 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Kerja 7

Perubahan Peningkatan Pengetahuan K3 8

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 24

Page 11: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

DAFTAR TABEL

1 Penilaian terhadap pilihan jawaban responden (self assessment) 5

2 Tingkat kompetensi responden berdasarkan rataan nilai skala Likert’s 6

3 Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja 7

4 Pengetahuan kondisi awal 9

5 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal 10

6 Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal 11

7 Pengetahuan tiap topik 1 ulangan 11

8 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game 12

9 Pengetahuan tiap topik 3 ulangan 12

10 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan sefety game 13

11 Pengetahuan tiap topik 13

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka pikir 2

2 Kondisi awal pekerja dan pengurus 10

3 Pengetahuan pekerja tiap topik 14

4 Pengetahuan pengurus tiap topik 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner SA dan CBA 17

Page 12: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan di bidang kehutanan yang memiliki risiko gangguan kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) adalah kegiatan pemanenan kayu. Salah satu kegiatan

pemanenan kayu yang berisiko cukup tinggi adalah kegiatan di tempat penjualan

kayu (TPK). Hal ini disebabkan karakteristik kerja yang dapat menimbulkan

risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berpengaruh pada kondisi fisik

pekerja dalam jangka panjang. Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis

pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja

yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas

pekerja hutan), dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi (Yovi 2007).

Istilah keselamatan mencakup kedua istilah risiko keselamatan dan risiko

kesehatan kerja. Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat

dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Risiko keselamatan

merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan

dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas

kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja

menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, metal, emosi atau rasa

sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-

faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang

ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik

(Mangkunegara 2001).

Risiko gangguan K3 yang tinggi disebabkan oleh rendahnya kompetensi

yang meliputi aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap

(attitude) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus TPK. Namun yang menjadi

dasar timbulnya berbagai gangguan dalam melakukan kerja adalah kurangnya

pengetahuan tentang K3.

Pada umumnya, untuk meningkatkan kompetensi ini dilakukan dengan

metode penyuluhan konvensional. Akan tetapi dalam dekade terakhir ini metode

penyuluhan konvensional sebagai bagian strategi dalam proses pembangunan

mulai dipertanyakan relevansinya dan bahkan dibeberapa tempat muncul

keinginan untuk beralih ke metode lainnya. Hal ini terjadi karena penyuluhan

konvensional memerlukan biaya yang besar, tidak efisien waktu, serta kurang

diminati oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya strategi untuk

meningkatkan kompetensi dasar mengenai K3 pekerja dan pengurus. Salah satu

alternatif yang dapat digunakan adalah dengan safety game. Safety game adalah

instrumen pengetahuan tentang K3 yang dibuat oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut,

M.Life.Env.Sc. Dalam pengaplikasian instrumen ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan K3 pekerja dan pengurus sehingga risiko gangguan

K3 dapat dihindari. Dengan karakteristik dari safety game ini yang dapat

digunakan kapan saja, biaya yang murah serta menarik menjadikan instrumen

safety game dipilih sebagai strategi peningkatan pengetahuan K3 bila

dibandingkan dengan metode penyuluhan konvensional. Mengingat kondisi

Page 13: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

2

lingkungan kerja di TPK yang tergolong tradisional dengan waktu kerja yang

tidak menentu, upah yang relatif kecil, dan tidak tersedia alat pelindung diri.

Kerangka Pikir

Risiko gangguan K3 di TPK cukup tinggi, hal ini terjadi karena kompetensi

dasar (pengetahuan) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus rendah serta kondisi

lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar. Oleh sebab itu perlu adanya

strategi untuk meningkatkan pengetahuan tentang dasar-dasar K3 dengan strategi

safety game. Safety game dapat digunakan sebagai alternatif strategi perlindungan

K3 di TPK untuk menggantikan penyuluhan konvensional. Alur kerangka pikir

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Alur kerangka pikir

Perumusan Masalah

Berdasarkan kerangka pikir dapat dilihat beberapa permasalahan yang

terjadi, yaitu:

1 Adanya risiko gangguan K3 di TPK yang tinggi,

2 Kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar NAB,

3 Rendahnya kompetensi (pengetahuan) pekerja dan pengurus TPK,

4 Strategi peningkatan pengetahuan.

Risiko gangguan K3 di TPK cukup tinggi

ttinggi

Kompetensi pekerja dan pengurus

Pengetahuan pekerja dan

pengurus rendah

Strategi untuk meningkatkan

pengetahuan

Aplikasi safety game

Pengolahan data dengan

SPSS dan uji Wilcoxon

Analisis peningkatan pengetahuan

K3

Alternatif strategi perlindungan K3 di TPK tradisional

Kondisi lingkungan kerja

Hasil pengukuran

dilapangan

Page 14: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dapat dilihat tujuan penelitian ini, yaitu:

1 Meningkatkan kompetensi (pengetahuan) pekerja dan pengurus yang rendah

tentang dasar-dasar K3 agar terhindar dari risiko kecelakaan kerja,

2 Memberikan informasi untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja di TPK

yang sesuai dengan standar,

3 Merumuskan alternatif strategi perlindungan K3.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan penggunaan

strategi safety game untuk meningkatkan aspek pengetahuan K3 menggantikan

strategi penyuluhan. Penggunaan safety game lebih efektif dibandingkan dengan

cara penyuluhan konvensional yang memerlukan waktu yang banyak dan biaya

yang besar.

METODE

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1 Satu set perangkat permainan safety game,

2 Kuisioner,

3 Perlengkapan tulis,

4 Kamera,

5 Alat pengukur kadar debu menggunakan HAZ-DUST (Particulate Air

Monitoring Equipment) Model EPAM-5000,

6 Alat pengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan Model

Center 321-RS 232,

7 Alat pengukuran iklim kerja menggunakan QUESTemp ’34,

8 Termometer,

9 Alat perekam,

10 Stopwatch,

11 Perangkat software komputer Microsoft Office 2007,

12 Perangkat software komputer Microsoft Excel 2007,

13 Perangkat software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).

14 Objek yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah para pekerja

dan pengurus di tempat penjualan kayu (TPK) di Jepara.

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan

September 2013. Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini adalah di Desa

Demaan Kota Jepara yang merupakan salah satu lokasi penjualan kayu. Dalam

memilih responden, peneliti menggunakan metode Purposive Sampling. Metode

Page 15: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

4

ini hanya dilakukan dengan memilih unit contoh tertentu yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Unit contoh dalam survei ini adalah pekerja dan pemilik

perusahaan atau pengurus. Terdapat 953 TPK tradisional di Jepara yang terdiri

dari 763 unit kecil, 133 unit menengah, dan 57 unit besar serta 269 tempat

pengergajian kayu yang terdiri dari 158 unit kecil, 74 unit menengah, dan 37 unit

besar (Roda et al. 2007). Pedoman penentuan jumlah contoh sebaiknya 30 sampai

dengan 500 contoh. Ada bermacam-macam cara untuk menentukan ukuran contoh

dari suatu populasi, baik untuk ukuran populasi yang diketahui maupun yang tidak

diketahui atau terlalu besar (Sekaran 1992). Semakin tidak seragam sifat atau

karakter setiap elemen populasi, maka semakin banyak contoh yang harus diambil

(Singarimbun dan Effendy 1982). Populasi TPK di Jepara sebesar 1222 unit yang

bersifat homogen maka contoh yang digunakan 30 orang untuk pekerja dan 10

orang pemilik perusahaan sudah dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang

ada.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang diambil untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki

oleh pekerja dan pengurus terdiri dari:

Data Primer

Data primer yang digunakan antara lain observasi dan kuisioner yang

bersifat wawancara. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.

Data observasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan,

dan keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa

interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam

berorganisasi (Raco 2010). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

instrument kuisioner yang bersifat setengah terbuka positif. Kuisioner dilakukan

dengan cara wawancara langsung dengan responden. Hal ini dilakukan agar lebih

memudahkan dalam berkomunikasi antara peneliti dengan responden. Data yang

diambil sebelum aplikasi instrument safety game disebut pre test. Sedangkan data

yang diambil setelah aplikasi instrument safety game dilakukan disebut sebagai

post test.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia pada instansi-instansi

yang terkait dalam penelitian. Data sekunder digunakan sebagai acuan dalam

pembuatan instrument safety game. Data sekunder juga digunakan dalam

pembuatan buku panduan. Buku panduan digunakan untuk mengetahui lebih

terperinci serta dasar-dasar acuan yang digunakan dalam permaian safety game

berdasarkan standar yang digunakan oleh peneliti mengacu pada:

1 Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan Tahun

1998,

2 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,

3 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

4 UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

5 Per.01/Men/1978 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

Penebangan dan Pengangkutan Kayu,

Page 16: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

5

6 Per.02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja,

7 Per.01/Men/1981 Tentang Kewajjiban Melapor Penyakit Akibat Kerja,

8 Lampiran Per.01/Men/1981 Tentang Daftar-Daftar Penyakit Akibat Kerja

yang Harus Dilaporkan,

9 Lampiran Per.05/Men/1996 Tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

10 Kep.13/Men/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat

Kerja.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

Pengolahan Data

Dalam pengolahan data pre test dan post test menggunakan Skala Likert’s.

Skala Likert’s digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

tentang fenomena sosial. Dalam penyusunan skala Likert’s terdapat beberapa

langkah yang harus dilakukan yaitu menetapkan peubah yang akan diteliti,

menentukan indikator-indikator yang dapat mengukur variabel yang diteliti, dan

menurunkan indikator tersebut menjadi daftar pertanyaan atau kuisioner

(Suliyanto 2005). Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert’s

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Apabila item

positif maka angka terbesar diletakan pada sangat setuju, sedangkan jika item

negatif maka angka terbesar diletakan pada sangat tidak setuju. Setiap item diberi

pilihan respon yang sifatnya tertutup. Penilaian responden dengan menggunakan

skala Likert’s yang telah ditentukan bobotnya. Penilaian terhadap sikap serta

pengetahuan dengan interval nilai 1–5 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Penilaian terhadap pilihan jawaban responden (self assessment)

Nilai Pengetahuan (knowledge)

5 Sangat mengetahui

4 Mengetahui

3 Cukup mengetahui

2 Tidak mengetahui

1 Sangat tidak tahu

Dalam memahami tingkat pengetahuan yang dimiliki setiap responden

dilakukan pengelompokan nilai rataan terhadap jawaban dari pertanyaan pre test

dan post test. Pengelompokan nilai rataan berdasarkan skala Likert’s ditentukan

intervalnya terlebih dahulu dengan rumus:

Interval = bobot nilai tertinggi - bobot nilai terendah

= 5 - 1

= 0,8 banyaknya kelas 5

Page 17: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

6

Berdasarkan interval, ditetapkan nilai kompetensi resonden terhadap

penerapan K3 yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Tingkat kompetensi responden berdasarkan rataan nilai skala Likert’s

Interval nilai Tingkat kompetensi

4,20 ≤ x ≤ 5,00 Sangat baik

3,40 ≤ x < 4,20 Baik

2,60 ≤ x < 3,40 Cukup

1,80 ≤ x < 2,60 Buruk

1,00 ≤ x < 1,80 Sangat buruk

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah

menjadi bentuk yang mudah dipahami dan bentuk yang lebih ringkas. Analisis

deskriptif nilai dapat diwakili dengan mean, median, modus, tabel frekuensi,

presentasi, dan berbagai diagram (Santosa 2011). Analisi deskriptif digunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki responden terhadap

pertanyaan pre pest dan post test melalui self assessment (SA) dan control based

assessment (CBA). SA merupakan penilaian terhadap diri sendiri dan CBA

merupakan penilaian objektif yang dilakukan berdasarkan standar yang telah ada.

Penilaian antara persepsi responden (SA) dengan kompetensi penerapan K3

(CBA) dapat menunjukan overestimate atau underestimate berdasarkan perbedaan

selisih yang dihasilkan. Overestimate menunjukan selisih negatif yang berarti

bahwa responden terlalu percaya diri dalam menilai pengetahuan yang dimiliki.

Sedangkan underestimate menunjukan selisih positif yang berarti bahwa

responden menilai kemampuan dirinya lebih rendah.

Uji Wilcoxon

Uji peringkat bertanda Wilcoxon merupakan salah satu metode statistik non-

parametrik yaitu statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran

populasi baik normal atau tidak). Uji statistik non-parametrik digunakan karena

skala pengukuran data ordinal (ada urutan yang menunjukan tingkatan) dan

jumlah contoh yang digunakan kecil. Uji Wilcoxon bertujuan untuk melihat

besarnya perbedaan dari sepasang data dan selanjutnya memerhatikan arah atau

tandanya. Hal ini berbeda dengan uji tanda yang dimaksudkan untuk melihat

adanya perbedaan dan bukan besarnya perbedaan (Suharyadi dan Purwanto 2009).

Uji peringkat bertanda Wilcoxon dilakukan dengan menggunakan dua contoh yang

saling berhubungan dan menguji hubungan diantara keduanya atau menguji

perbedaan yang signifikan antara dua contoh yang berhubungan berdasarkan taraf

nyata α yang digunakan (Santosa 2011). Uji Wilcoxon dipakai dalam penelitian ini

karena data yang digunakan adalah data ordinal (berperingkat berdasarkan nilai

skala Likert’s).

Langkah-langkah uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:

1 Formulasi hipotesis,

a. H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara SA dan CBA,

b. H1: Terdapat perbedaan antara SA dan CBA,

2 Menentukan taraf nyata sebesar 0,01,

Page 18: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

7

3 Menyusun pasangan data dan menetukan besar tanda perbedaan (positif dan

negatif),

4 Menyusun peringkat menurut besarnya perbedaan tanpa melihat tanda,

5 Memberikan tanda (positif dan negatif) bagi tiap peringkat,

6 Menjumlahkan semua peringkat positif dan kemudian menjumlahkan semua

peringkat negatif. Nilai terkecil dari kedua hasil penjumlahan ditetapkan

sebagai Thitung,

7 Menetapkan nilai Ttabel dengan taraf nyata 0,01,

8 Menarik kesimpulan hipotesis:

a. H0 diterima apabila nilai Thitung > Ttabel,

b. H0 ditolak apabila nilai Thitung ≤ Ttabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Kerja

Pengamatan kondisi lingkungan kerja yang dapat mewakili seluruh TPK di

Jepara dilakukan di TPK Sumber Jati dan TPK Sahabat Jati. Pengamatan

dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2013 pada Instansi HIPERKES (Higiene

Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan) Semarang. Pengukuran yang dilakukan

yaitu iklim kerja, kebisingan, dan debu. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara

suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat

pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaanya.

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-

alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Debu adalah zat padat dengan ukuran

berkisar dari 0,1 hingga 100 mikron yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan

merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

Pengukuran iklim kerja menggunakan QUESTemp ’34 diletakan pada

ketinggian 1,2 m dan waktu pengukuran dilakukan pada kondisi ideal yaitu pukul

10.00–12.00 WIB. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter

dengan Model Center 321-RS 232 dilakukan dengan pengambilan data sebanyak

6 kali selama 1–2 menit. Pengukuran debu menggunakan HAZ-DUST

(Particulate Air Monitoring Equipment) Model EPAM-5000 dilakukan selama

±60 menit. Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan

kerja NAB

Hasil pengamatan

Sumber Jati Sahabat Jati

Iklim kerja (°C) 28 29,4 28,3

Kebisingan (dBA) 85 99,3 99,4

Debu (mg/m³) 1 4,780 1,572 Keterangan: NAB iklim kerja, kebisingan dan debu sesuai dengan Permenaker Nomor Per-

13/MEN/X/2011

Page 19: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

8

Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan standar faktor bahaya ditempat

kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted

average) yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit

atau gangguan kesehatan. Dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi

8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Kepmen No.13 Tahun 2011). Kondisi kerja

yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress

psikologi dan menurunkan produktivitas kerja. Komitmen yang kuat dari semua

pihak diperlukan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan dalam

meningkatkan kompetensi. Namun strategi yang dilakukan berdasarkan atas

budaya lokal dan kebutuhan yang sebenarnya (Yovi et al. 2012).

Berhadapan dengan ketidakleluasaan seperti lingkungan pekerjaan yang

sulit, pekerjaan yang berat, dan risiko yang tinggi dari kecelakaan kerja. Pekerjaan

hutan merupakan bisnis yang berbahaya. Pada beberapa tempat, pekerja hutan

bekerja secara intensif yang mengharuskan mereka mengeluarkan tenaga yang

besar dan upah yang relatif kecil. Perhatian serius harus diberikan disektor ini

terutama pekerja dengan latar belakang pendidikan yang rendah dan kemampuan

serta pengetahuan yang kurang dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Aspek

lain yang perlu diberikan perhatian adalah produktivitas kerja didasarkan pada

sistem pembayaran (Yovi 2009).

Kondisi di lapang menunjukan bahwa beban pekerja dalam mengangkut

kayu untuk ukuran sortimen A-II dengan diameter 21–30 cm dan panjang 2 m

memiliki berat kayu 43–89 kg, sedangkan berat beban dalam mengakut kayu

sebesar 23 kg (NIOSH 1994). Sumber kebisingan yang ada di TPK terutama

ditimbulkan oleh mesin potong dan gergaji serut di perusahaan kayu. Sumber

kebisingan yang disebabkan oleh gergaji mesin biasanya 110–115 dBA. Apabila

hal ini dilakukan secara terus-menerus, risiko kecelakaan kerja akan semakin

besar dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja adalah

setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permen

No.1 Tahun 1981). Penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari kondisi

lingkungan kerja yang ada di TPK antara lain sakit pada tulang belakang, cedera

punggung, gangguan pendengaran, gangguan pernapasan dan lain-lain.

Perubahan Peningkatan Pengetahuan K3

Perubahan peningkatan pengetahuan tentang K3 pada pekerja dan pengurus

TPK dilakukan pengujian untuk kondisi awal, 1 ulangan safety game, dan 3

ulangan safety game. Pengetahuan kondisi awal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 untuk pengetahuan pada kondisi awal (tanpa safety game)

menunjukan bahwa 60% (18 pekerja) termasuk kategori sangat buruk, 33,3% (10

pekerja) kategori buruk, dan 6,6% (2 pekerja) kategori cukup. Tidak terdapat

pekerja yang termasuk dalam kategori penilaian baik dan sangat baik. Pada

pengurus 40% (4 pengurus) termasuk kategori sangat buruk dan 60% (6 pengurus)

kategori buruk. Tidak terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian

cukup, baik, dan sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan yang

dimiliki oleh pekerja dan pengurus sangat rendah mengenai dasar-dasar K3 pada

kondisi awal.

Page 20: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

9

Tabel 4 Pengetahuan kondisi awal

Responden Nilai SA Nilai CBA Selisih CBA

dan SA

Kategori penilaian

berdasarkan CBA

1 3,5 2,4 1,1 Buruk

2 2,7 1,5 1,2 Sangat buruk

3 3,2 1,7 1,5 Sangat buruk

4 2,8 1,6 1,4 Sangat buruk

5 2,8 1,5 1,3 Sangat buruk

6 3,4 1,6 1,8 Sangat buruk

7 3,5 2,0 1,5 Buruk

8 3,8 3,1 0,7 Cukup

9 2,9 1,8 1,1 Buruk

10 3,0 1,7 1,3 Sangat buruk

11 3,2 2,1 1,1 Buruk

12 2,8 1,6 1,2 Sangat buruk

13 3,1 2,8 0,3 Cukup

14 3,1 1,3 1,8 Sangat buruk

15 2,8 1,5 1,3 Sangat buruk

16 2,9 1,4 1,5 Sangat buruk

17 3,2 1,8 1,4 Buruk

18 3,8 2,1 1,7 Buruk

19 3,2 1,6 1,6 Sangat buruk

20 3,0 1,1 1,9 Sangat buruk

21 3,7 1,9 1,8 Buruk

22 3,2 1,8 1,4 Buruk

23 3,3 1,6 1,7 Sangat buruk

24 3,2 1,3 1,9 Sangat buruk

25 3,1 1,8 1,3 Buruk

26 3,6 1,8 1,8 Buruk

27 3,1 1,7 1,4 Sangat buruk

28 3,8 1,7 2,1 Sangat buruk

29 3,3 1,5 1,8 Sangat buruk

30 3,5 1,6 1,9 Sangat buruk

31 2,1 2,0 0,1 Buruk

32 2,3 2,0 0,3 Buruk

33 2,3 2,0 0,3 Buruk

34 2,5 1,8 0,7 Buruk

35 2,1 1,7 0,4 Sangat buruk

36 2,3 1,8 0,5 Buruk

37 2,7 1,5 1,2 Sangat buruk

38 2,4 1,8 0,6 Buruk

39 3,0 1,7 1,3 Sangat buruk

40 2,8 1,6 1,2 Sangat buruk Keterangan: responden 1–30 adalah pekerja, responden 31–40 adalah pengurus.

Responden yang memiliki sifat underestimate atau overestimate dapat

dilihat pada Gambar 2.

Page 21: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

10

1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.

Gambar 2 Kondisi awal pekerja dan pengurus

Gambar 2 menunjukan responden memiliki nilai SA yang lebih tinggi dari

pada nilai CBA. Hal ini menunjukan bahwa responden bersifat overestimate yang

berarti bahwa responden terlalu percaya diri dalam menilai pengetahuan yang

dimiliki dan tidak ada responden yang bersifat underestimate. Sifat Overestimate

yang dimiliki oleh pekerja rata-rata sebesar 1,46. Sedangkan pengurus memiliki

sifat overestimate rata-rata sebesar 0,66. Oversetimate yang dimiliki pekerja lebih

tinggi bila dibandingkan dengan pengurus. Hal ini terjadi karena pekerja kurang

memahami tentang dasar-dasar K3 serta tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

pekerja rendah sedangkan pengurus lebih berhati-hati dalam menjawab kuisioner

SA dan CBA. Dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui terdapat perbedaan yang

nyata antara SA dan CBA pada kondisi awal. Hasil uji Wilcoxon pada kondisi

awal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal

Nilai SA dan CBA

Z -4,783

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

α 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel 5 untuk uji Wilcoxon perlu diperhatikan adalah tingkat signifikasinya.

Pada Tabel 5 nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima

H1), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian CBA dan SA

pada kondisi awal. Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal dapat dilihat pada

Tabel 6.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

Nil

ai

Responden

Nilai SA Nilai CBA Selisih Nilai CBA dan SA

Page 22: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

11

Tabel 6 Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal

Nilai Pekerja dan pengurus

Z -3,883

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

α 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel 6 untuk uji Wilcoxon nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata

(tolak H0 atau terima H1), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara

pekerja dan pengurus pada kondisi awal. Pengetahuan tiap topik 1 ulangan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengetahuan tiap topik 1 ulangan

No. Topik

Pekerja Pengurus

CBA Post

test 1

Kategori

penilaian

CBA Post

test 1

Kategori

penilaian

1 Informasi dasar

K3 1,9 Buruk 1,4

Sangat

buruk

2 Alasan dan

manfaat K3 2,1 Buruk 1,8

Sangat

buruk

3 Hak dan

kewajiban 2,0 Buruk 1,8

Sangat

buruk

4 Persiapan dasar

tenaga kerja 2,3 Buruk 1,9 Buruk

5 Risiko dalam

bekerja 2,5 Buruk 2,2 Buruk

6 Informasi sumber

bahaya 2,3 Buruk 2,1 Buruk

7 Informasi APD 3,1 Cukup 3,2 Cukup

8 Bahaya dalam

mengangkut

kayu

3,3 Cukup 3,3 Cukup

9 Informasi dasar

NAB 2,1 Buruk 1,6

Sangat

buruk

10 Informasi dasar

kebisingan 3,0 Cukup 3,0 Cukup

11 Informasi dasar

debu 2,8 Cukup 2,6 Buruk

Keterangan: pengambilan data dilakukan pada 1 ulangan safety game.

Tabel 7 menunjukan pekerja kategori penilaian buruk sebesar 63,63% (7

topik) dan 36,36% (4 topik) termasuk kategori cukup. Tidak terdapat pekerja yang

termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk, baik, dan sangat baik. Pada

pengurus sebanyak 36,36% (4 topik) termasuk kategori sangat buruk, 36,36% (4

topik) kategori buruk, dan 27,27% (3 topik) termasuk kategori cukup. Tidak

terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian baik dan sangat baik.

Pengetahuan pekerja termasuk cukup baik karena tidak ada pekerja yang masuk

Page 23: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

12

kategori penilaian sangat buruk setelah safety game dilakukan dengan 1 ulangan.

Waktu yang diperlukan dalam aplikasi safety game untuk 1 ulangan ±45 menit

dan peningkatan pengetahuan tantang K3 untuk 1 ulangan adalah sebesar 14%.

Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game untuk responden

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game

Nilai Pekerja Pengurus

Z -4,783 -2,821

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,005

α 0,01 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel 8 untuk uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan untuk pekerja

nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi awal dan 1 ulangan pada

pekerja. Uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan untuk pengurus nilai

Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi awal dan 1 ulangan pada

pengurus. Pengetahuan tiap topik 3 ulangan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pengetahuan tiap topik 3 ulangan

No. Topik

Pekerja Pengurus

CBA Post

test 2

Kategori

penilaian

CBA Post

test 2

Kategori

penilaian

1 Informasi dasar K3 2,8 Cukup 2,8 Cukup

2 Alasan dan manfaat K3 3,0 Cukup 3,1 Cukup

3 Hak dan kewajiban 3,1 Cukup 3,3 Cukup

4 Persiapan dasar tenaga

kerja 3,4 Cukup 3,1 Cukup

5 Risiko dalam bekerja 3,4 Cukup 3,4 Cukup

6 Informasi sumber bahaya 3,4 Cukup 3,1 Cukup

7 Informasi APD 3,8 Baik 4,1 Baik

8 Bahaya dalam

mengangkut kayu 3,9 Baik 3,6 Baik

9 Informasi dasar NAB 3,1 Cukup 2,7 Cukup

10 Informasi dasar

kebisingan 3,8 Baik 3,8 Baik

11 Informasi dasar debu 3,7 Baik 3,8 Baik Keterangan: pengambilan data dilakukan pada 3 ulangan safety game.

Tabel 9 menunjukan 63,63% (7 topik) pekerja termasuk kategori cukup dan

36,36% (4 topik) kategori baik. Tidak terdapat pekerja yang termasuk dalam

kategori penilaian sangat buruk, buruk, dan sangat baik. Pada pengurus sebanyak

63,63% (7 topik) kategori cukup dan 36,36% (4 topik) kategori baik. Tidak

terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk, buruk,

dan sangat baik. Dalam 3 ulangan safety game dibutuhkan waktu ±140 menit dan

peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah responden mengaplikasikan safety

Page 24: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

13

game ini sebesar 33%. Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan safety

game dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game

Nilai Pekerja Pengurus

Z -4,784 -2,803

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,005

α 0,01 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel 10 untuk uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan pekerja nilai

Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game

untuk pekerja. Uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan pengurus nilai

Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game

untuk pengurus. Pengetahuan tiap topik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pengetahuan tiap topik

No. Topik Pekerja Pengurus

0 1 3 0 1 3

1 Informasi dasar K3 1,3 1,9 2,8 1,2 1,4 2,8

2 Alasan dan

manfaat K3 1,4 2,1 3,0 1,4 1,8 3,1

3 Hak dan kewajiban 1,4 2,0 3,1 1,4 1,8 3,3

4 Persiapan dasar tenaga

kerja 1,6 2,3 3,4 1,4 1,9 3,1

5 Risiko dalam bekerja 1,8 2,5 3,4 1,6 2,2 3,4

6 Informasi sumber bahaya 1,8 2,3 3,4 1,7 2,1 3,1

7 Informasi APD 2,1 3,1 3,8 2,5 3,2 4,1

8 Bahaya dalam mengakut

kayu 1,8 3,3 3,9 2,1 3,3 3,6

9 Informasi dasar NAB 1,5 2,1 3,1 1,5 1,6 2,7

10 Informasi dasar

kebisingan 2,0 3,0 3,8 2,4 3,0 3,8

11 Informasi dasar debu 2,3 2,8 3,7 2,1 2,6 3,8

Keterangan: 0 untuk kondisi awal, 1 untuk 1 ulangan safety game, dan 3 untuk 3 ulangan safety

game.

Tabel 11 dapat dilihat bahwa safety game dapat digunakan sebagai alternatif

untuk meningkatkan pengetahuan. Hal ini terbukti dari kenaikan yang terjadi pada

kondisi awal, 1 ulangan, dan 3 ulangan safety game. Tabel 10 juga membuktikan

bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada pekerja dan

pengurus setelah pengaplikasian safety game. Peningkatan pengetahuan terlihat

jalas pada kondisi awal (tanpa safety game) dan kondisi 3 ulangan safety game.

Pengetahuan pekerja tiap topik dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 25: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

14

1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.

Gambar 3 Pengetahuan pekerja tiap topik

Gambar 3 pada kondisi awal pekerja menunjukan bahwa informasi dasar K3

merupakan topik yang memiliki nilai terkecil sebesar 1,3. Hal ini menunjukan

bahwa pengetahuan yang dimiliki pekerja rendah pada topik tersebut dan

peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah aplikasi safety game dilakukan juga

tidak terlalu maksimal sebesar 2,8. Informasi dasar debu adalah topik yang

memiliki nilai tertinggi pada kondisi awal sebesar 2,3 dan peningkatan pada 3

ulangan sebesar 3,7. Namun pada kondisi 3 ulangan topik yang memiliki nilai

tertinggi adalah bahaya dalam mengangkut kayu sebesar 3,9. Pengetahuan

pengurus tiap topik dapat dilihat pada Gambar 4.

1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.

Gambar 4 Pengetahuan pengurus tiap topik

0

1

2

3

4

5Informasi dasar K3

Alasan dan manfaat

K3

Hak dan kewajiban

Persiapan dasar

tenaga kerja

Risiko dalam

bekerja

Informasi sumber

bahayaInformasi APD

Bahaya dalam

mengangkut kayu

Informasi dasar

NAB

Informasi dasar

kebisingan

Informasi dasar debu

Kondisi awal 1 kali ulangan 3 kali ulangan

0

1

2

3

4

5Informasi dasar K3

Alasan dan manfaat

K3

Hak dan kewajiban

Persiapan dasar

tenaga kerja

Risiko dalam

bekerja

Informasi sumber

bahayaInformasi APD

Bahaya dalam

mengangkut kayu

Informasi dasar

NAB

Informasi dasar

kebisingan

Informasi dasar debu

Kondisi awal 1 kali ulangan 3 kali ulangan

Page 26: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

15

Gambar 4 pada kondisi awal pengurus menunjukan bahwa informasi dasar

K3 merupakan topik yang memiliki nilai terendah sebesar 1,2 dan peningkatan

pengetahuan yang terjadi pada 3 ulangan safety game sebesar 2,8. Informasi APD

merupakan topik yang memiliki nilai paling tinggi pada kondisi awal sebesar 2,5

dan peningkatan pada 3 ulangan sebesar 4,1. Berdasarkan peningkatan

pengetahuan tiap topik pada responden menunjukan bahwa peningkatan yang

terjadi pada pekerja menunjukan kenaikan lebih baik bila dibandingkan dengan

pengurus, hal ini terlihat pada kondisi 3 pengulangan safety game.

Hasil CBA tiap topik mengindikasikan bahwa pekerja dan pengurus

memahami bahwa menjaga K3 penting. Salah satu cara untuk menjaga K3 adalah

menggunakan alat pelindung diri (APD). Namun untuk pekerja dirasakan kurang

nyaman saat menggunakan APD dan untuk pengurus merupakan penambahan

biaya. Padahal tidak memakai APD sebagai peralatan yang membuat tidak

nyaman berpotensi menempatkan pekerja pada situasi yang lebih berbahaya (Yovi

et al. 2012).

Pengamatan langsung di lapang menunjukan bahwa penyebab kecelakaan

kerja yang berhasil digali tidak semata merupakan akibat dari praktik-praktik

unsafe human acts, tetapi juga oleh unsafe conditions (Yovi 2013). Oleh karena

itu perlu adanya keterlibatan dari pemangku kepentingan untuk memperbaiki

kondisi tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden telah mengalami peningkatan

pengetahuan K3 yang dilihat dari sebelum dan sesudah menggunakan safety game.

Hal ini menunjukan kinerja yang dimiliki oleh safety game sangat baik dan dapat

menjadi alternatif untuk menggantikan metode penyuluhan konvensional dalam

aspek meningkatkan pengetahuan, sehingga pekerja dan pengurus dapat

menciptakan kondisi lingkungan kerja di TPK yang sesuai dengan standar.

Saran

Perlu adanya penyederhanaan dalam pemilihan kata dan kalimat agar mudah

dipahami oleh responden (pekerja dan pengurus) agar safety game dapat berfungsi

dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep.13/Men/2011 Tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Mangkunegara AA. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Page 27: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

16

NIOSH. 1994. Application Manual for the Revised NIOSH Lifting Equation.

Cincinnati, Ohio: NIOSH Publication.

Raco JR. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Roda JM, Cadène P, Guizol P, Santosa L, Fauzan AU. 2007. Atlas Industri Mebel

Kayu di Jepara, Indonesia. Bogor: CIFOR.

Santosa S. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sekaran U. 1992. Research Methods for Business: A Skill Building Approach,

Secon Edition. New York (US): John Willey & Sons, Inc.

Singarimbun M, Effendi S. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Suharyadi, Purwanto SK. 2009. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,

Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Peraturan Menteri Nomor: Per.01/Men/1981 Tentang Kewajiban Melapor

Penyakit Akibat Kerja Pasal 1.

Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical lpad indicator unit in forest work

operation. Jurnal manajemen Hutan Tropika. XIII(3):140–145.

Yovi EY. 2009. Assessing occupational safety and health (OSH) protection on

foresrty work through competency approach. Majalah Ilmu Faal Indonesia.

XVIII(2):94–98.

Yovi EY. 2013. Naskah Akademi Arah Kebijakan Perlindungan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Bagi Pelaku Industri Mebel dan TPK Skala Kecil dan Rumah

Tangga di Kabupaten Jepara. Bogor: Cifor.

Yovi EY, Gandaseca S, Adiputra IN. 2012. Worker’s competency and preception

toward safety and health on forest harvesting operation in Indonesian long

rotation plantation forest. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. XVII(3):198–205.

Page 28: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

17

Lampiran 1Kuisioner SA dan CBA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Wawancara ini dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor. Jawaban dari hasil wawancara akan dirahasiakan. Terima

kasih atas perhatian dan waktu yang telah anda berikan untuk menjawab

pertanyaan dari wawancara ini. Semoga apa yang anda berikan dapat bermanfaat.

I. Data Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Lama bekerja di TPK :

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu point dalam kolom

yang tersedia.

Tabel penilaian SA

Nilai Pengetahuan (Knowledge)

5 Sangat mengetahui

4 Mengetahui

3 Cukup mengetahui

2 Tidak mengetahui

1 Sangat tidak tahu

No. Pertanyaan Jawaban

5 4 3 2 1

1 Apakah Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

2 Apakah anda mengetahui tentang syarat-syarat

keselamatan kerja?

3 Apakah anda mengetahui tentang penyuluhan K3?

4 Apakah anda mengetahui alasan pentingnya

perlindungan K3?

5 Apakah anda mengetahui manfaat dari pelaksanaan

perlindungan K3?

Page 29: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

18

6 Apakah anda mengetahui dasar-dasar hukum yang

terkait dengan K3?

7 Apakah anda mengetahui kewajiban anda dalam

konteks K3?

8 Apakah anda mengetahui hak anda dalam konteks k3?

9 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

pelatihan kerja?

10 Apakah anda mengetaui yang dimaksud dengan

perjanjian kerja?

11 Apakah anda mengetahui cara yang benar dalam

mengangkat kayu?

12 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

penyakit akibat kerja?

13 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja?

14 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

kecelakaan kerja?

15 Apakah anda mengetahui penyebab terjadinya

kecelakaan kerja?

16 Apakah anda mengetahui kerugian akibat kecelakaan

kerja?

17 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

sumber bahaya?

18 Apakah anda mengetahui sumber bahaya yang ada di

TPK?

19 Apakah anda mengetahui cara untuk mengontrol

sumber bahaya yang ada di TPK?

20 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan alat

pelindung diri?

21 Apakah anda mengetahui fungsi dari alat pelindungi

diri?

22 Apakah anda mengetahui bahaya yang terjadi apabila

tidak memakai alat pelindung diri?

23 Apakah anda mengetahui alat pelindung diri apa saja

yang perlu digunakan?

24 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

tempat kerja?

25 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

tenaga kerja?

26 Apakah anda mengetahui batas maksimum beban kerja

yang diperbolehkan dalam mengangkat kayu?

27 Apakah anda mengetahui bahaya yeng terjadi apabila

mengangkat kayu melebihi batas maksimum?

28 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)?

29 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan nilai

ambang batas?

30 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan

Page 30: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

19

kebisingan?

31 Apakah anda mengetahui sumber kebisingan yang ada

di TPK?

32 Apakah anda mengetahui nilai ambang batas

kebisingan di TPK?

33 Apakah anda mengetahui gangguan kesehatan yang

ditimbulkan dari kebisingan?

34 Apakah anda mengetahui upaya yang dilakukan untuk

mengendalikan faktor kebisingan?

35 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan debu?

36 Apakah anda mengetahui nilai ambang batas debu di

TPK?

37

Apakah anda mengetahui gangguan kesehatan yang

akan terjadi apabila debu masuk kedalam mulut atau

hidung anda?

38 Apakah anda mengetahui upaya untuk mencegah debu

masuk ke dalam hidung atau mulut anda?

Page 31: IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan ... dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup ... meningkatkan

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli

1991 dari ayah Sunardi dan ibu Sopiah. Penulis adalah putri

tunggal. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA N 109 Jakarta

dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah

menjadi anggota BEM E pada tahun 2010–2011, dan

pengurus FMSC pada tahun 2012. Selain itu penulis juga

pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan

(PPEH) di Sancang Timur–Gunung Papandayan, Praktek Pengelolaan Hutan

(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.

Hutanindo Lestari Raya Timber di Kalimantan Tengah, dan penelitian di Desa

Demaan Kota Jepara.