identifikasi zona akuifer air tanah menggunakan …

16
1 IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI KEPULAUAN BELITUNG Fitri Cahya Wulan 1 , Karyanto 2 , Risky Martin Antosia 3 , Pulung Arya Pranantya 4 Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365 *Email korespondensi : [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian menggunakan metode geolistrik resistivitas sebanyak 16 titik sounding yang tersebar di 2 kecamatan menggunakan konfigurasi schlumberger dengan tujuan untuk mengetahui litologi bawah permukaan berdasarkan distribusi nilai resistivitas, kedalaman serta ketebalan lapisan akuifer berdasarkan data resistivitas, dan letak zona akuifer air tanah berdasarkan hasil identifikasi pemodelan 1D/2D. Hasil pengolahan data geolistik resistivitas mempertimbangkan data sekunder berupa drawdown test, geologi regional titik pengukuran, dan informasi CAT Manggar. Berdasarkan Hasil pengolahan data geolistrik resistivitas diduga adanya potensi akuifer tertekan dan akuifer setengah bebas pada 5 kecamatan di kepulauan Belitung. Akuifer tertekan diduga merupakan batuan granit dengan nilai resistivitas (115 Ωm) ditemukan pada kedalaman (9,16 43,6 ) dibagian Timur kecamatan Tanjung Pandan. Akuifer setengah bebas diduga merupakan batuan pasir dengan nilai resistivitas (42,6 206 Ωm) yang ditemukan pada kedalaman (4 40 ) terletak pada bagian Timur kecamatan Sidjuk Kata kunci : Metode geolistrik resistivitas, Konfigurasi Schlumberger, Drawdown Test, Geologi Regional, Informasi CAT dan Akuifer ABSTRAK Research has been carried out using the geoelectric resistivity method as many as 16 sounding points spread over 2 districts using theconfiguration schlumberger with the aim of knowing the subsurface lithology based on the distribution of resistivity values, depth and thickness of the aquifer layer based on resistivity data, and the location of the groundwater aquifer zone based on identification results 1D / 2D modeling. The results of processing geolistic resistivity data consider secondary data in the form of drawdown tests, regional geology of measurement points, and CAT Manggar information. Based on the results of geoelectric resistivity data processing, it is suspected that there is a potential for confined aquifers and semi-unconfined aquifers in 5 districts in the Belitung islands. The confined aquifer is thought to be granite rock with a resistivity value (115 Ωm) found at a depth (9,16 - 43,6) in the eastern part of Tanjung Pandan sub-district. The semi-unconfined aquifer is thought to be sandstone with a resistivity value (42.6 - 206 Ωm) which is found at depth (4 - 40) located in the eastern part of Sidjuk sub-district Keywords : Geoelectric resistivity method,Configuration Schlumberger, Drawdown Test, Regional Geology, CAT Information and Aquifer I. PENDAHULUAN Pulau Belitung merupakan pulau yang memiliki letak strategis dengan batas sebelah Utara yaitu Laut Cina Selatan, batas sebelah Timur kabupaten Belitung Timur, batas sebelah Selatan yaitu Laut Jawa, dan batas sebelah Barat terletak di Selat Gaspar. Pulau Belitung dikatakan strategis karena memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, baik dibidang pertanian, pertambangan, dan pariwisata. Hal ini menyebabkan pesatnya perkembangan dan pembangunan infrastuktur seperti transportasi, listrik, jalan raya, jembatan, dan sarana air bersih. Perkembangan serta pembangunan ini diikuti

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

1

IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI KEPULAUAN BELITUNG

Fitri Cahya Wulan1, Karyanto

2, Risky Martin Antosia

3, Pulung Arya Pranantya

4

Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui,

Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365

*Email korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode geolistrik resistivitas sebanyak 16 titik sounding yang tersebar di 2

kecamatan menggunakan konfigurasi schlumberger dengan tujuan untuk mengetahui litologi bawah permukaan

berdasarkan distribusi nilai resistivitas, kedalaman serta ketebalan lapisan akuifer berdasarkan data resistivitas, dan letak

zona akuifer air tanah berdasarkan hasil identifikasi pemodelan 1D/2D. Hasil pengolahan data geolistik resistivitas

mempertimbangkan data sekunder berupa drawdown test, geologi regional titik pengukuran, dan informasi CAT

Manggar. Berdasarkan Hasil pengolahan data geolistrik resistivitas diduga adanya potensi akuifer tertekan dan akuifer

setengah bebas pada 5 kecamatan di kepulauan Belitung. Akuifer tertekan diduga merupakan batuan granit dengan nilai

resistivitas (115 Ωm) ditemukan pada kedalaman (9,16 – 43,6 ) dibagian Timur kecamatan Tanjung Pandan. Akuifer

setengah bebas diduga merupakan batuan pasir dengan nilai resistivitas (42,6 – 206 Ωm) yang ditemukan pada

kedalaman (4 – 40 ) terletak pada bagian Timur kecamatan Sidjuk

Kata kunci : Metode geolistrik resistivitas, Konfigurasi Schlumberger, Drawdown Test, Geologi Regional, Informasi

CAT dan Akuifer

ABSTRAK

Research has been carried out using the geoelectric resistivity method as many as 16 sounding points spread over 2

districts using theconfiguration schlumberger with the aim of knowing the subsurface lithology based on the distribution

of resistivity values, depth and thickness of the aquifer layer based on resistivity data, and the location of the

groundwater aquifer zone based on identification results 1D / 2D modeling. The results of processing geolistic resistivity

data consider secondary data in the form of drawdown tests, regional geology of measurement points, and CAT Manggar

information. Based on the results of geoelectric resistivity data processing, it is suspected that there is a potential for

confined aquifers and semi-unconfined aquifers in 5 districts in the Belitung islands. The confined aquifer is thought to

be granite rock with a resistivity value (115 Ωm) found at a depth (9,16 - 43,6) in the eastern part of Tanjung Pandan

sub-district. The semi-unconfined aquifer is thought to be sandstone with a resistivity value (42.6 - 206 Ωm) which is

found at depth (4 - 40) located in the eastern part of Sidjuk sub-district

Keywords : Geoelectric resistivity method,Configuration Schlumberger, Drawdown Test, Regional Geology, CAT

Information and Aquifer

I. PENDAHULUAN

Pulau Belitung merupakan pulau yang memiliki letak

strategis dengan batas sebelah Utara yaitu Laut Cina

Selatan, batas sebelah Timur kabupaten Belitung Timur,

batas sebelah Selatan yaitu Laut Jawa, dan batas sebelah

Barat terletak di Selat Gaspar. Pulau Belitung dikatakan

strategis karena memiliki potensi sumber daya alam

yang luar biasa, baik dibidang pertanian, pertambangan,

dan pariwisata. Hal ini menyebabkan pesatnya

perkembangan dan pembangunan infrastuktur seperti

transportasi, listrik, jalan raya, jembatan, dan sarana air

bersih. Perkembangan serta pembangunan ini diikuti

Page 2: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

2

dengan bertambahnya kepadatan laju pertumbuhan

penduduk yang terus menerus meningkat sehingga

menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap

kebutuhan sumber daya air. Laju pertumbuhan

penduduk yang semakin meningkat secara tidak

langsung dapat menghambat kegiatan pembangunan

yang berimplikasi terhadap kebutuhan air bersih, baik

secara kuantitas maupun kualitas untuk berbagai

aktivitas manusia seperti rumah tangga, pertanian, dan

industri [1].

Perlu disadari bahwa ketersediaan sumber daya air akan

semakin terbatas akibat laju pertumbuhan penduduk

yang semakin pesat. Ketersediaan sumber daya air di

daratan, sebagian besar berada di bawah permukaan

tanah yang dikenal sebagai air tanah [2]. Air bawah

tanah merupakan salah satu alternatif pemanfaatan

sumber daya air yang tepat. Untuk memanfaatkan air

bawah tanah diperlukan informasi distribusi lapisan

pembawa air. Metode geofisika yang dapat digunakan

untuk identifikasi zona akuifer air tanah salah satunya

adalah metode geolistrik. Metode geolistrik digunakan

untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah di

bawah permukaan dan kemungkinan keterdapatan air

tanah pada kedalaman tertentu. Metode geolistrik

didasarkan pada kenyataan bahwa material yang

berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda

apabila dialiri arus listrik [3]. Kelebihan dari metode

geolistrik yaitu tidak merusak lingkungan , dan juga

mampu mendeteksi sampai kedalaman beberapa

meter sesuai dengan panjang lintasan pada

pengambilan data di lapangan

Penelitian terdahulu terkait dengan penggunaan

metode geolistrik untuk identifikasi zona akuifer air

tanah telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya [4], [5], [6], dan [7]. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, terletak pada

lokasi daerah penelitian dan data pendukung yang

digunakan dalam penelitian. Berdasarkan latar

belakang yang telah disebutkan, penulis tertarik

melakukan penelitian ini menggunakan metode

geolistrik resistivitas dengan lokasi dan data

pendukung yang berbeda pada penelitian sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Belitung untuk

mengetahui distribusi resistivitas batuan agar dapat

menentukan lokasi atau letak kedalaman dan ketebalan

akuifer dengan cara mengidentifikasi zona akuifer air

tanah berdasarkan hasil dari pengolahan data sekunder

yang telah diolah. Hasil dari pengolahan data sekunder

metode geolistrik resistivitas berupa nilai resistivitas.

Menurut referensi [8] nilai resistivitas bertujuan untuk

mengetahui jenis material secara spesifik terhadap

kedalaman secara vertikal untuk mengetahui adanya

letak keberadaan potensi zona akuifer air tanah dengan

mempertimbangkan informasi geologi regional daerah

penelitian dan data pendukung berupa data uji pompa

drawdown test serta informasi pendukung berupa

informasi Cekungan Air Tanah pada kecamatan

Manggar. Data uji pompa drawdown test hanya

sebagai data pendukung yang berupa nilai

transmisivitas. Transmisivitas merupakan banyaknya

air yang mengalir melalui suatu penampang akuifer

sebesar satu-satuan panjang selama satu hari [9].

Satuan yang digunakan adalah hari [10].

Penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat mampu

memberikan informasi serta merekomendasikan

keberadaan potensi mengenai letak dan kedalaman

zona akuifer air tanah yang terdapat di Kepulaun

Belitung.

II. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk identifikasi

litologi bawah permukaan, kedalaman serta ketebalan

akuifer, dan letak zona akuifer menggunakan metode

geolistrik resistivits berdasarkan data resistivitas dan

pemodelan 1D/2D.

III. BATASAN MASALAH

1. Identifikasi penentuan akuifer air tanah berdasarkan

korelasi dari data resistivitas 1D/2D

2. Data yang digunakan merupakan data resistivitas 1D

dimana data ini adalah data sekunder dari 30 titik

geolistrik; dan Data sekunder geolistrik resistivitas 1D

Page 3: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

3

ini merupakan hasil pengukuran oleh tim peneliti Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

(PUSAIR) Bandung, menggunakan konfigurasi

schlumberger dengan panjang lintasan pada setiap

pengukuran berbeda-beda yang tersebar di kepulauan

Belitung kecamatan Tanjung Pandan dan Sidjuk.

IV. TEORI DASAR

KONSEP DASAR METODE GEOLISTRIK

Dalam eksplorasi geofisika terdapat beberapa metode

yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari sifat-sifat

fisika dan struktur dari kerak bumi yang bertujuan

untuk mencari sumber daya alam. Salah satu metode

geofisika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

sumber daya alam di bawah permukaan tanah dengan

memanfaat sifat kelistrikan mineral (batuan) yaitu

metode geolistrik. Prinsip fisis dalam metode geolistrik

resistivitas adalah hukum Ohm. Arus listrik searah

dialirkan melalui suatu medium maka perbandingan

antara beda potensial ( yang terjadi dengan arus (I)

yang diberikan adalah tetap, dan besarnya tetapan ini

tergantung dari medium yang dilewati oleh arus tersebut

[11]. Tetapan ini disebut dengan hambatan listrik yang

disimbolkan “R” dimana besarnya hambatan adalah:

=

Dengan merupakan hambatan (ohm), merupakan

Beda potensial (volt), dan merupakan Arus listrik

(ampere).

KONFIGURASI ELEKTRODA

Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu konfigurasi Schlumberger Adapun faktor

geometri dari konfigurasi Schlumberger berdasarkan

Persamaan (2.55) adalah:

K = (

)

Keunggulan konfigurasi schlumberger ini untuk mende-

teksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada

permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai

resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak

elektroda MN/2

VES (Vertical Electrical Sounding)

VES (Vertical Electrical Sounding) merupakan salah

satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan

perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang

bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan

di bawah permukaan bumi secara vertical [12]. Metode

ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda

dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga

tahanan jenis yang sesuai dengan jarak elektroda.

Teori Inversi Geolistrik

Adapun skema inversi pada resistivitas sounding dapat

dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut :

Gambar 4. 1 Skema inversi pada resistivity sounding

[13]

Menurut referensi [13] berdasarkan Gambar 2.8

menujukkan skema inversi model 1-D pada resistivitas

sounding secara umum, inversi 1D dimulai dengan

memberikan harga-harga resistivitas dan

ketebalan/kedalaman lapisan yang kira-kira sesuai

dengan data lapangan sebagai model awal. Dari data

model awal ini dilakukan perhitungan untuk

memperoleh harga resistivitas semu teoritis yang

selanjutnya dicocokkan dengan resistivitas semu hasil

pengukuran. Jika kedua resistivitas tersebut masih

menunjukkan tingkat kesalahan yang besar, maka

dilakukan iterasi dengan mengubah model awalnya.

Tahapan pemodelan inversi dapat dilakukan dengan

membuat matriks Jacobi dengan pendekatan metode

beda hingga (finite difference). Metode beda hingga

yang dimaksud adalah forward modeling dari deret

taylor pada suku kedua. Hubungan antara data dengan

parameter model mengikuti aturan Persamaan sebagai

berikut:

Page 4: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

4

Fungsi adalah fungsi dari forward modeling yang

merupakan fungsi non linier dari parameter model

dalam bentuk vector [13].

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah

yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah lalu

meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk

lapisan tanah yang disebut akifer [14]. Akuifer mampu

untuk menyalurkan dan menyimpan air. Air tanah

merupakan air yang berasal dari berbagai sumber.

Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi merupakan tahapan-tahapan yang

dilalui oleh air dari saat ia jatuh ke bumi (hujan) hingga

menguap ke udara untuk kemudian jatuh kembali ke

bumi yang merupakan konsep dasar keseimbangan air

secara global dan menunjukkan semua hal yang

berhubungan dengan air. Sedangkan menurut refrensi

[15]. Adapun proses-proses ilustrasi dapat kita lihat

pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Siklus Hidrologi [16]

Cekungan Air Tanah Pada Daerah Penelitian

Berdasarkan Informasi Peta Geologi Pulau Sumatera

ditunjukan adanya akuifer yang produktif yang mulai

dijumpai didaerah timur dan daerah dataran pantai, serta

diderah dataran kaki guung api dan perbukitan yang

bergelombang yang disusun oleh batuan berumur

pratersier termasuk kedalama wilayah yang

produktifitas akuifernya rendah [17]. Air tanah

tergolong langka dan umumnya menempati puncak

perbukitan yang sebagian kecil menempari daerah

puncak perbukitan yang disusun oleh batuan berumur

Pratersier – Tersier [17].

Adapun sebaran cekungan air tanah berdasarkan

wilayah administrasi Belitung, yaitu satu cekungan air

tanah yaknik Cekungan Air Tanah Manggar.

Berdasarkan informasi yang didapat mengenai

cekungan air tanah yang berpotensi pada kecamatan

Manggar, luas cekungan air tanah nya sekitar 203

yang terletak pada kabupaten Belitung dengan jumlah

air tanah bebas (Q1) sekitar 183 juta , dan

jumlah air tanah tertekan (Q2) sekitar 19 juta

Tahun. [17]

V. LOKASI DAN TINJAUAN GEOLOGI

Lokasi penelitian ini berlokasi di pulau Belitung. Pulau

Belitung terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten

Belitung, dengan kota administrasinya di Kota Tanjung

Pandan, dan Belitung Timur, Secara geografis pulau

Belitung terletak pada 107 31,5' - 108 18' Bujur Timur

(BT) dan 2 31,5'- 3 6,5' Lintang Selatan (LS). Pulau

Belitung di sebelah Utara dibatasi oleh Laut Cina

selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Selat

Karimata, sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa,

dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gasper. Peta

lokasi daerah titik pengukuran penelitian dapat dilihat

pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Peta Lokasi Titik Pengukuran Daerah

Penelitian [18]

Persebaran titik penelitian terletak pada formasi Granit

Tanjung Pandan, Endapan Aluvial dan Pantai, dan

Formasi Kelapa Kampit. Formasi Granit Tanjung

Page 5: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

5

Pandan terdiri dari batuan granit sebgai batuan

penyusun utama [18], Endapan Aluvial Pantai terdiri

dari batuan kerikil, kerakal, pasir, lanau, lempung, dan

pecahan kora, dan pada formasi kelapa kampit terdiri

dari batuan sedimen flysch berselingan dnegan batu

sabk, batu serpih, batu lanau tuffan, batu lumpur, dan

batu rijang [18]. Pada Formasi kelapa kampit yang

berumur tua (Permo-Karbon) terdiri dari batuan

sedimen yang mengandung SiO2 kuarsa dengan kadar

SiO2 lebih dari 97 % [19].

VI. DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Adapun diagram alur penelitian dapat dilihat pada

Gambar 6.1 yang menjelaskan proses atau tahapan yang

dilakukan pada penelitian ini

Gambar 6.1 Diagram Alur Penelitian

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

KECAMATAN TANJUNG PANDAN

Hasil pengolahan data 1D geolistrik resistivitas yang

terletak pada kecamatan Tanjung Pandan dapat dilihat

pada Lampiran 2. Adapun peta isoresistivitas pada

formasi granit tanjung pandan pada titik GBB-42, GBB-

43, GBB-44, dan GBB-45 dapat dilihat pada Gambar

7.1

Gambar 7. 1 Peta Isoresistivitas Kedalaman 1m, 2m, 9

m, 15 m, 40 m.

. Pada Gambar 4.1 merupakan peta isoresistivitas

mulai dari kedalaman 1 sampai 40 untuk melihat

distribusi nilai resistivitas perkedalaman. Berdasarkan

peta isoresistivitas mulai dari kedalaman 1 sampai

40 didapatkan adanya potensi air tanah yang

potensial mulai dari kedalaman 9 - 40 dengan nilai

resistivitas yang rendah yaitu, 115 yang diduga

sebagai batuan granit, Adanya potensi air kearah

bagian Timur Tanjung Pandan. Potensi air tanah pada

daerah titik pengukuran Tanjung Pandan berdasarkan

persebaran nilai resistivitas yang rendah yang mengarah

ke daerah bagian Timur Tanjung Pandan, resistivitas

Page 6: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

6

sangat sensitif terhadap kadar air, yang mana ketika

kadar airnya besar maka nilai resistivitas akan kecil

[20]. Berdasarkan hasil pengolahan peta isoresistivitas

perkedalaman, nilai resistivitas yang kecil

mengindikasikan adanya potensi air yang potensial pada

bagian Timur Tanjung Pandan di titik gbb-44. Diduga

adanya potensi air berupa akuifer tertekan dengan

kedalaman 9,16 – 43,6 .

Hasil Penampangg 2D Tanjung Pandan

Hasil pengolahan data 1D geolistrik resistivitas yang

terletak pada kecamatan Sidjuk dapat dilihat pada

Lampiran 2. Adapun penampang 2D dapat dilihat pada

Gambar 4.2 Hasil Penampang 2D dan persebarann titik

pengukuran dapat dilihat pada Gambar 7.2

Gambar 7. 2 Penampang 2D pada titik GBB-44 dan 45

Titik pengukuran pada daerah kecamatan Tanjung

Pandan terdiri dari 4 titik. Dari 4 titik pengukuran yang dapat

dikorelasikan hanya 2 titik pengukuran, yaitu titik 44 dan titik

45. Korelasi titik 44 dan 45 berarah dari Selatan - Timur.

Berdasarkan hasil penampang 2D pada lapisan ketiga titik 44

diduga adanya potensi air dengan nilai resistivitas sekitar 115

, ketebalannya sekitar 7,05 , serta kedalamannya sekitar

9,16 – 43,6 . Pada titik 44 diduga memiliki potensi adanya

akuifer berdasarkan hasil nilai resistivitas yang kecil karena

resistivitas sangat sensitif terhadap kadar air, ketika kadar

airnya besar maka nilai resistivitas akan kecil dan sebaliknya

jika kadar airnya kecil atau tidak ada sama sekali maka nilai

resistivitasnya besar [20]. Diduga akuifer yang ada pada

lapisan ketiga sebagai akuifer tertekan karna lapisan atas dan

bawahnya merupakan lapisan impermeable berupa batu granit

[21] dan berada dikedalaman 9,16 – 43,6 . Adanya akuifer

tertekan di kecamatan Tanjung Pandan didukung dengan

penelitian sebelumnya dalam referensi [22] dan [23]. Adanya

potensi akuifer tertekan pada kecamatan Tanjung Pandan

terletak pada arah bagian Timur Tanjung Pandan dengan

litologi batuan granit.

Batuan granit merupakan batuan yang relatif kedap

air atau tidak lulus air disebabkan karena tidak dapat

menyimpan air dan meloloskan air tetapi batuan granit dapat

menjadi akuifer akibat adanya rekahan atau pun pelapukan

[24]. Berdasarkan referensi [21] batuan beku intrusif seperti

granit yang mengalami pelapukan nilai porositasnya akan

meningkat hingga 20 % atau lebih sehingga batuan yang lapuk

dapat bertindak sebagai formasi batuan pembawa air atau

akuifer. Pada titik pengukuran dikecamatan Tanjung Pandan

di daerah titik pengukuran tidak ditemukan adanya struktur

atau rekahan sehingga diduga potensi akuifer yang terdapat

pada titik 44 disebabkan oleh pelapukan batuan. Berdasarkan

referensi [25] sebagian besar batuan di Belitung sudah

mengalami pelapukan hingga mencapai kedalaman 50

dipermukaan yang disebabkan karena proses pelapukan, erosi

serta pengendapan yang merupakan proses penghancuran juga

pengangkutan material batuan yang diendapkan, dan

transportasi yang dipengaruhi oleh perubahan iklim dan

fluktuasi muka air laut (perubahan muka air laut). Pola

pelapukan pada batuan granit disebabkan oleh gaya tektonik

yang menyebabkan interaksi granit dengan atmosfer dan

hidrosfer sehingga terjadinya pelapukan terhadap mineral

penyusun batuan [26]. Batuan beku jika dipermukaaan bumi

bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap saat maka

perlahan-lahan akan mencapai keseimbangan dengan

lingkungan baru sehingga terjadi proses pelapukan yang

mengakibatkan material hasil rombakan terlepas dari batuan

induknya dan ditransportasi oleh media seperti gravitasi,

angin, serta aliran air [27]. Menurut referensi [19] Granit

Belitung berumur lebih tua, hal ini dapat menunjukkkan

bahwa proses erosi pada batuan granit di kepulauan Belitung

telah berjalan lebih dulu. Perubahan muka air laut dimasa

lampau yang mencapai 100 pada kepulauan Belitung

menyebabkan terjadinya proses erosi sehingga dari proses

erosi tersebut dapat menghasilkan material batuan, matrial

Page 7: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

7

batuan hasil rombakan kemudian lepas dari batuan induk yang

diendapkan dan ditransportasi oleh media seperti aliran air

ataupun angin. Selain itu menurut referensi [26] pelapukan

rentan terjadi pada suatu batuan meskipun tidak terdapat

struktur ataupun rekahan, pelapukan dapat terjadi pada suatu

batuan apabila mineral penyusun batuan mungkin tertekan

sehingga dapat menyebabkan kerentanan yang lebih tinggi

terhadap pelapukan.

Diduga adanya potensi akuifer tertekan pada titik 44 dengan

nilai resistivitas sekitar 115 , ketebalannya 7,05 , dan

kedalamannya sekitar 9,16 – 43,6 . Berdasarkan hasil

pengolahan data 2D dan peta isoresistivitas adanya potensi

akuifer tertekan yang tidak menerus. Akuifer yang potensial

terdapat pada titik 44 berupa akuifer tertekan, hal ini didukung

dengan penelitian sebelumnya berdasarkan referensi [22] dan

[23] di kecamatan Tanjung Pandan tepatnya pada daerah

prawas terdapat potensi akuifer tertekan yang berada di sekitar

aliran sungai cerucuk. Akuifer yang terdapat pada titik 44

yaitu akuifer tertekan yang tidak menerus. Hal ini disebabkan

karena keterdapatan air dipengaruhi oleh bentuk bentang alam

(geomorfologi) sepert topografi, elevasi, ataupun kemiringan.

Berdasarkan hasil yang didapatkan akuifer tertekan yang

terdapat pada titik 44 tidak menerus hal ini kemungkinan

disebabkan karena perbedaan elevasi daerah titik pengukuran.

Titik pengukuran pada titik gbb-44 merupakan daerah yang

landai dengan elevasi sekitar 8 sementara pada titik 42,43,

dan 45 berada di elevasi mulai dari 21 sampai 116 sehingga

air yang terdapat pada titik 42, 43, dan 44 akan mengalir

kearah yang lebih landai atau dataran yang lebih rendah

seperti pada titik 44 dengan elevasi pada titik tersebut sekitar

8 m yang menyebabkan potensi air pada titik pengukuran 44

tidak menerus karena pada titik 42, 43, dan 44 mempunyai

elevasi sekitar 21 sampai 116 sehingga air akan mengalir

dan terkumpul pada daerah hilir dengan morfologi berupa

dataran rendah seperti pada titik 42 dengan elevasi 8 .

Diduga akuifer yang terdapat pada daerah tanjung

pandan merupakan akuifer tertekan hal ini juga didukung

dengan adanya data sekunder berupa data uji pemompaan

drawdown test pada kecamatan Tanjung Pandan. Dalam uji

data pemompaan drawdown test terdapat asumsi yang

digunakan, yaitu akuifer yang diuji adalah akuifer tertekan

dan akuifer yang memiliki debit yang konstan [10]. Data

drawdown digunakan sebagai data pendukung dengan

diperoleh banyaknya air yang mengalir melalui suatu

penampang akuifer berupa nilai transmisivitas pada sumur

BH-05 Air Saga kecamatan Tanjung Pandan sekitar 45, 20

/hari, pada sumur BH-05 kecamatan Tanjung Pandan

dari hasil recovery sekitar 60,27 /hari, sumur BH-06

kecamatan Tanjung Pandan sekitar 7,91 hari,

kecamatan Tanjung Pandan dari hasil recovery sekitar BH-

06 sekitar 4,87 hari.

KECAMATAN SIDJUK

Titik pengukuran di kecamatan Sidjuk terletak pada

formasi granit tanjung pandan. Adapun peta

isoresistivitas pada formasi granit tanjung pandan yang

terdiri dari 12 titik pengukuran yaitu, GBB-31, GBB-

32, GBB-33, GBB-34, GBB-35, GBB-36, GBB-37,

GBB-38, GBB-39, GBB-40, GBB-41, dan GBB-46 .

dapat dilihat pada Gambar 7.3

Gambar 7. 3 Peta Isoresistivitas Kedalaman 1m, 2m ,

9m , 14 m, dan 30 m

Page 8: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

8

Peta isoresistivitas dibuat dengan distribusi nilai

resistivitas sebenarnya. Peta isoresistivitas yang

pertama pada kedalaman 1 m diduga sebagai top soil,

Peta isoresistivitas kedua dengan kedalaman 2 m diduga

sebagai batu kerikil, peta isoresistivitas ketiga diduga

sebagai batu lanau dengan kedalaman 9 m, peta iso

resistivitas keempat dengan kedalaman 14 m diduga

sebagai batu pasir, dan peta isoresistivitas kelima

dengan kedalaman 30 m diduga sabagai batu granit.

Berdasarkan peta isoresistivitas adanya potensi air

diduga pada kedalaman 14 m dengan litologi batuan

granit dengan nilai rantang resistivitas sekitar

(300 ). Diduga adanya potensi air kearah bagian

Timur pada kedalaman 14 sampai 30 pada titik 31,

46, dan titik 35

Hasil Penampangg 2D Sidjuk

Adapun hasil korelasi penampang 2D dapat dilihat pada

Gambar 4.4 merupakan korelasi titik GBB-31, GBB-32,

GBB-33, dan GBB-34.

Gambar 7. 4 Korelasi titik GBB-31, GBB-32, GBB-33,

dan GBB-34

Korelasi Titik GBB-31 sampai GBB-34 berarah dari

Barat ke Timur. Dengan elevasi yang bervariasi

dimulai dari 19 , 11 , 21 dan 20 . Berdasarkan

Gambar 4.4 maka didapatkan korelasi pada lapisan

ketiga titik 33 dan 34 diduga adanya potensi air dengan

nilai resistivitas sekitar 204 , ketebalannya sekitar

12,5 , serta kedalamannya sekitar 14,5 pada titik

33 dan pada titik 34 dengan nilai resistivitas sekitar 206

dengan ketebalan 7,04 , dan kedalaman 10,7 .

Berdasarkan hasil penampang 2D adanya potensi air

berada pada bagian Timur kecamatan Sidjuk dengan

rentang nilai resistivitas 170 – 206 . Diduga

memiliki potensi akuifer pada kedalaman yang

bervariasi mulai dari 10,7 pada titik 33 dan pada titik

34 adanya potensi akuifer dimulai dari kedalaman

10,7 Berdasarkan hasil peta isoresistivitas potensi

akuifer ditemukan mulai dari kedalaman 9 sampai 14

sesuai dengan hasil penampang 2D potensi akuifer

ditemukan mulai dari kedalaman 10 sampai 14,5 m

adanya kemenerusan akuifer pada titik 33 dan 34

sampai kedalaman 14 m hal ini sesuai dengan hasil peta

isoresistivitas. Sementara, potensi akuifer pada

kedalaman 30 m dititik 33 dan 34 sudah tidak

ditemukan lagi karna pada kedalaman 30 litologi

batuan yang terdapat pada titik 33 dan 34 sudah berupa

batuan granit dengan nilai resistivitas (> 2314 ).

Berdasarkan peta isoresistivitas pada kedalaman 30

dititik 31 ditemukan potensi akuifer yang potensial

dengan nilai resistivitas yang rendah, pada titik 31

adanya potensi air terdapat pada lapisan ketiga dengan

nilai resistivitas 170 pada kedalaman 4,04 – 30

berdasarkan peta isoresitivitas adanya potensi akuifer

pada titik 31 sampai kedalaman 30 dibagian timur

kecamatan sidjuk dengan litologi berupa batuan granit.

Batuan granit dapat menjadi akuifer akibat adanya

rekahan atau pun pelapukan [24]. Pada titik 31 tidak

ditemukan adanya rekahan ataupun struktur. Diduga

adanya potensi akuifer pada batuan granit dititik 31

akibat pelapukan. Berdasarkan referensi [21] batuan

beku intrusif seperti granit yang mengalami pelapukan

nilai porositasnya akan meningkat hingga 20 % atau

lebih sehingga batuan yang lapuk dapat bertindak

sebagai formasi batuan pembawa air atau akuifer.

Batuan granit rantan terhadap pelapukan akibat

Page 9: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

9

kelembaban selain itu pelapukan yang terjadi pada

batuan granit dapat disebabkan karna adanya mineral

yang mungkin tertekan sehingga menyebabkan

kerentanan yang lebih tinggi terhadap pelapukan [26].

Diduga akuifer yang ada pada lapisan ketiga

titik 31, 33, dan 34 dengan rentang nilai resistivitas 170

– 206 pada litologi batuan pasir dan granit. Akuifer

pada titik 31, 33, dan 34 berupa akuifer setengah bebas

karna akuifer jenis ini mempunyai lapisan penutup

dengan nilai kelulusan sedemikian besar akan tetapi

masih lebih kecil dari kelulusan akuifer di bawahnya

dan termasuk akuifer dangkal karna kedalamannya

mulai dari 4 – 30 m [21].

Gambar 7. 5 Korelasi titik GBB-40, GBB-41, dan GBB-

39

Korelasi Titik GBB-40, GBB-41, dan GBB-39

berarah dari Selatan ke Timur. Dengan elevasi yang

bervariasi dimulai dari 61 , 74 , dan 51 .

Berdasarkan Gambar 4.5 maka didapatkan korelasi

pada lapisan ketiga titik 41 dan 39 diduga adanya

potensi air dengan nilai resistivitas sekitar 93,8 ,

ketebalannya sekitar 11,7 , serta kedalamannya

sekitar 14,5 pada titik 39 dan pada titik 41 dengan

nilai resistivitas sekitar 119 dengan ketebalan 7,04,

dan kedalaman 7,74 . Berdasarkan hasil

penampang 2D adanya potensi air berada pada bagian

Timur kecamatan Sidjuk dengan rentang nilai

resistivitas 93,8 – 119 . Diduga memiliki potensi

akuifer pada kedalaman yang bervariasi mulai dari 7,74

pada titik 39 dan pada titik 41 adanya potensi akuifer

pada kedalaman 14,5 berdasarkan hasil peta

isoresistivitas potensi akuifer ditemukan mulai dari

kedalaman 9 sampai 14 sesuai dengan hasil

penampang 2D potensi akuifer ditemukan mulai dari

kedalaman 7,74 sampai 14,5 m adanya kemenerusan

akuifer pada titik 39 dan 41 sampai kedalaman 14 m hal

ini sesuai dengan hasil peta isoresistivitas. sementara

potensi akuifer pada kedalaman 30 m dititik 39 dan 41

sudah tidak ditemukan lagi karna pada kedalaman 30

litologi batuan yang terdapat pada titik 39 dan 41

berupa batuan granit dengan nilai resistivitas (> 612

). Berdasarkan peta isoresistivitas dan penampang

2D, potensi air yang terdapat pada titik 39 dan 41

dikategorikan sebagai akuifer setengah bebas karna

akuifer jenis ini mempunyai lapisan penutup dengan

nilai kelulusan sedemikian besar akan tetapi masih lebih

kecil dari kelulusan akuifer di bawahnya [21].

Gambar 7. 6 Korelasi titik GBB-35, GBB-36, dan

GBB-37

Korelasi Titik GBB-35, GBB-36, dan GBB-37

berarah dari Selatan ke Timur. Dengan elevasi yang

Page 10: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

10

bervariasi dimulai dari 17 , 13 , dan 12 .

Berdasarkan Gambar 4.6 maka didapatkan pada lapisan

ketiga titik 35 diduga adanya potensi air dengan nilai

resistivitas sekitar 280 pada batuan pasir,

ketebalannya sekitar 22,8 , serta kedalamannya

sekitar 26,6 pada titik 35 dan pada titik 36 dengan

nilai resistivitas sekitar 104 pada lapisan ketiga

dengan ketebalan 7,61 dan kedalaman 9,66 .

Berdasarkan hasil penampang 2D adanya potensi air

berada pada bagian Timur kecamatan Sidjuk dengan

rentang nilai resistivitas 104 – 280 . Diduga

memiliki potensi akuifer pada kedalaman yang

bervariasi mulai dari 9,6 sampai kedalaman 14

pada masing-masing titik pengukuran. Berdasarkan

hasil peta isoresistivitas potensi akuifer ditemukan

mulai dari kedalaman 9 sampai 14 pada titik 35 dan

36 sesuai dengan hasil penampang 2D potensi akuifer

ditemukan mulai dari kedalaman 9,66 . Adanya

potensi akuifer pada titik 35 diduga pada lapisan ketiga

dengan litologi batuan pasir ditemukan akuifer pada

kedalaman 9,6 – 14 m. Sementara, potensi akuifer pada

kedalaman 30 m dititik 35 dan 36 sudah tidak

ditemukan lagi potensi akuifer karna pada kedalaman

30 litologi batuan yang terdapat pada titik 35 dan 36

sudah berupa batuan granit dengan nilai resistivitas (>

2331 ). Diduga akuifer yang terdapat pada titik gbb-

35 dan gbb-36 merupakan akuifer setengah bebas

dengan kedalaman 9,6 - 14 kearah bagian timur

kecamatan Sidjuk dengan nilai resistivitas sekitar 104 -

280 . Dikategorikan sebagai akuifer setengah bebas

karna akuifer jenis ini mempunyai lapisan penutup

dengan nilai kelulusan sedemikian besar akan tetapi

masih lebih kecil dari kelulusan akuifer di bawahnya

[24].

Gambar 4. 7 Korelasi titik GBB-46, GBB-33, dan GBB-

34

Korelasi Titik GBB-46, GBB-33, dan GBB-34

berarah dari Barat ke Timur. Dengan elevasi yang

bervariasi dimulai dari 18 , 22 , dan 20 .

Berdasarkan Gambar 4.7 maka didapatkan pada lapisan

ketiga titik 33, 34, dan 46 diduga adanya potensi air

didapatkan korelasi pada lapisan ketiga titik 33 dan 34

diduga adanya potensi air dengan nilai resistivitas

sekitar 204 , ketebalannya sekitar 12,5 , serta

kedalamannya sekitar 14,5 pada titik 33 dan pada

titik 34 dengan nilai resistivitas sekitar 206 dengan

ketebalan 7,04, dan kedalaman 10,7 . Berdasarkan

hasil penampang 2D adanya potensi air berada pada

bagian Timur kecamatan Sidjuk dengan rentang nilai

resistivitas 204 – 206 . Diduga memiliki potensi

akuifer pada kedalaman yang bervariasi mulai dari 14,5

pada titik 33 dan pada titik 34 adanya potensi akuifer

dimulai dari kedalaman 10,7 berdasarkan hasil peta

isoresistivitas potensi akuifer ditemukan mulai dari

kedalaman 9 sampai 14,5 sesuai dengan hasil

penampang 2D potensi akuifer ditemukan mulai dari

kedalaman 10 sampai 14,5 m adanya kemenerusan

akuifer pada titik 33 dan 34 sampai kedalaman 14 m hal

ini sesuai dengan hasil peta isoresistivitas. Sementara,

potensi akuifer pada kedalaman 30 m dititik 33 dan 34

Page 11: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

11

sudah tidak ditemukan lagi karna pada kedalaman 30

litologi batuan yang terdapat pada titik 33 dan 34

berupa batuan granit dengan nilai resistivitas (> 2314

). Berdasarkan peta isoresistivitas pada kedalaman

14,5 dititik 33 dan 34 masih ditemukan potensi

akuifer. Pada kedalaman lebih dari 14 pada titik 33

dan 34 di lapisan ketiga sudah tidak ditemukan potensi

air karena litologi bataun yang terdapat pada kedalaman

30 sudah berupa batuan granit dengan nilai

resistivitas (>2314). Pada titik 46 litologi batuan pada

lapisan ketiga merupakan batuan granit dengan nilai

resistivitas (740 ) dengan nilai resistivitas 740

diduga merupakan batuan granit yang tidak

mengandung air. Berdasarkan pengolahan data 2D dan

peta isoresistivitas meunjukkan adanya potensi akuifer

dangkal berupa akuifer setengah bebas pada titik gbb-

33, dan gbb-34 dengan kedalaman 10,7 sampai 14,5

dengan litologi berupa batu pasir. Diketegorikan

sebagai akuifer setengah bebas karena akuifer jenis ini

mempunyai lapisan penutup dengan nilai kelulusan

sedemikian besar akan tetapi masih lebih kecil dari

kelulusan akuifer di bawahnya [21].

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengolahan data

geolistrik resistivitas serta telah dilakukannya

pemodelan dan interpretasi dengan data pendukung

berupa informasi geologi regional, drawdown test, dan

informasi CAT maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan Hasil pengolahan data kecamatan

Tanjung Pandan terdiri dari litologi batuan granit

pada kedalamannya sekitar 9,16 – 43,6 , serta

ketebalannya sekitar 7,05 , dengan nilai

resistivitas 115 . Kecamatan Tanjung Pandan

memiliki potensi akuifer tertekan yang terletak

pada bagian Barat.

2. Pada kecamatan Sidjuk berdasarkan hasil

pengolahan data terdiri dari litologi berupa batu

granit, batu pasir, dan batu kerikil kering pada

kedalaman 4 – 30 dengan nilai resistivitas 170

– 206 . Kecamatan Sidjuk memiliki potensi

akuifer setengah bebas terletak pada bagian Timur

Acknowledgements

Mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada para dosen pembimbing Karyanto, S.Si., M.T.,

Risky Martin Antosia, S.Si., M.T., dan Dr. Pulung

Arya Pranantya, ST. MPSDA.

References

[1] Unesco “Groundwater resource issues, problems,

and recommendati-tions,” diakses pada tanggal 17

November 2019, https://stbc.net/ Groundwater resource

issues, problems, and recommendations.

[2] T. C. Winter, J. W. Harvey, O. L. Franke, and W.

M. Alley, “Ground Water and Surface Water: a Single

Resource,” Denver : U.S. Government Printing Office,

1998.

[3] G. Halik, dan S.W. Jojok, “Pendugaan Potensi Air

Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi

Schlumberger Di Kampus Tegal Boto Universitas

Jember,” Fakultas Teknik : Universitas Jember, 2008.

[4] Rizka dan S. Satiawan, “Investigasi Lapisan Akuifer

Berdasarkan Data Vertical Electrical Sounding (VES)

Dan Data Electrical Logging” Bulletin of Scientific

Contribution: GEOLOGI, 2019.

[5] S.A. Ngah, Tamuno, dan A. E. Enyinda,

“Comparison of Vertical Electrical Sounding (VES) and

Downhole Logs in Parts of Rivers State, Nigeria,”

International Journal of Applied Science and

Mathematical Theory : Vol. 4, No. 2, 2018.

[6] W.J. Sitohang, T.D.B Munte, R. Osvaldus, dan F.

Mohamad, “Investigasi Area Akuifer Menggunakan

Metoda Resistivitas Di Cikopomayak, Jawa Barat,

Indonesia, ” Jurnal Geofisika : Vol.16, No.03, pp.19-23,

Agustus 2018.

[7] A. Ochuko, “Investigation Of Groundwater In Parts

Of Ndokwa District In Nigeria Using Geophysical

Logging and Electrical Resistivity Methods :

Implication Of Groundwater Exploration,” Journal Of

Africa Earth Science, 2016.

Page 12: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

12

[8] M.N. Iskandar dan T.A. Adji, “Studi Karakteristik

Akuifer Bebas Dan Hasil Aman Penurapan Air Tanah

Kecamatan Trucuk Kabupate Kelaten,” diakses pada

tanggal 25 Desember 2019, http://media.neliti.com/me-

dia/publications/228865-studi-karakteristik-akuifer-be-

bas-dan-ha-8b23f312a.pdf

[9] G.P. Kruseman dan N.A de Ridder, “ Analysis and

Evaluation of Pumping Test Data,” 2nd

, Netherlands :

Internatioal Institute for Land Reclamation and

Improvement, 1994.

[10] R.W Maria, “ Penentuan karakterisistik Akuifer

dan Potensi Air Bumi Di Jakarta,” Bogor : Institut

Pertanian Bogor, 2012.

[11] M.B. Dobrin, “Introduction to Geophysical

Prospecting,” 4nd, Mcgraw Hill Book, Co.Singapore,

1998.

[12] W.M. Telford, L.P. Geldart, R.E. Sheriff, dan D.A.

Keys, “Applied Geophysics,” 2nd

, Cambride :

University press, 1990.

[13] H. Grandis, “Pengantar Pemodelan Inversi

Geofisika,” Bandung : CV. Bhumi Printing, 2009.

[14] B. Deddy, “Teori Dasar Metode Resistivitas,” 13

Juli 2020, http://docplayer.info/50387527-Bab-iii-

landasan-teori.html

[15] C. Asdak, “Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai,” Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press, 1995.

[16] J. Bier, “ Hydraulics of Groundwater,” Mc. Graw

and Hill, United States of America, 1978.

[17] S. Eng. “Analisis Data Geofisika Memahami Teori

Inversi,” Jakarta : Universitas Indonesia, Edisi 1, 2007

[18] Baharuddin dan Sidarto, “Peta Geologi Lembar

Belitung, Sumatera, Skala 1:250.000, ” Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung,

1995.

[19] T. Naibobo dan L. Arifin, “Verifikasi Litologi

Terhadap Nilai Kerentanan Magnetik di Perairan

Bangka Belitung,” Bandung : Pusat Penelitian

Pengembangan, 2010.

[20] M. Riyan, “Analisis Data Resistivitas Untuk

Identifikasi Fluida Di Daerah Prospek Panas bumi Way

Ratai Kabupaten Pesawaran,” Skripsi, Lampung :

Universitas Lampung, 2016.

[21] K. M. Arsyad, “Modul Geologi Dan Hidrogeologi

Pelatihan Perencanaan Air Tanah,” Bandung :

Kementrian PUPR Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Desember 2017.

[22] A. Sukrisna, “Keterdapatan Air Tanah P.Bangka –

P.Belitung Serta Prospek Pemanfaatannya,” Buletin

Geologi Tata Lingkungan, vol.14, no.1, 2004.

[23] GN Consulting, “ Karakteristik Air Tanah Wilayah

Belitung, Provinsi Bangka Belitung,” Februari 2018,

http://geosriwijaya.com/2018/02/karakteristik-air-tanah-

wilayah-belitung-provinsi-bangka-belitung/

[24] M. Arief, “ Hidrogeologi Mata Air dan

Pengelolaan Air Tanah Pada Daerah Batu Gamping Dan

Vulkanik : Studi Pengamatan Desa Tagog Apu dan

Desa Tarengtong, Kabupaten Bandung Barat Serta Desa

Cigadung, Kota Madya Bandung” Bandung :

Universitas Padjadjaran, 2016.

[25] N.C. D Aryanto, Nasrun, A.H Sianipar, dan L.

Sarmili, “ Granit Kalumpang Sebagai Granit Tipe-I Di

Pantai Teluk Balok, Belitung” Pusat Pengembangan

Geologi Kelautan : Bandung, 2005.

[26] E.M. Campbell, “Granite Landforms” Journal of

the Royal Society of Western Australia : 101 -112,

1997.

[27] Bambang, P. Puji, R. Achmad, C. Prasetyadi, M.

M. Ridwan, dan M. K. Yulian, “Hubungan Struktur

Stryktur Geologi dan Sistem Air Tanah” Kementrian

Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Universitas

Pembangunan Nasionak Veteran : Yogyakarta, 2018.

Page 13: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

13

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengolahan 1D geolistrik resistivitas

Kecamatan Tanjung Pandan Titik GBB-42, GBB-43,

GBB-44, dan GBB-45

Titik

VES

Lapisan

(

( )

d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

42

1 124 0,203 0 – 2,05

Topsoil

2 7925 1,85 2,06 –

9,10

Granit

3 614 7,06 9,11 –

32,6

Granit

4 6428 23,6 32,7 Granit

5 4483 Tidak

dike tahui

Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( )

d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

43

1 45,2 0,778 0 – 2,88 Topsoil

2 1030 2,12 2,89 –

9,70

Granit

3 37,8 6,81 9,71 –

38,2

Granit

4 985 28,6 38,3 Granit

5 712 Tidak

dike

tahui

> 38,3 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

44

1 25,7 0,341 0 – 2,6 Top

soil

2 298 2,36 2,7 –

9,15

Granit

3 115 7,05 9,16 –

43,6

Granit

4 4987 34 43,7 Granit

5 4296 Tidak

dike

tahui

Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

45

1 58,9 0,092 0 –

2,97

Topsoil

2 5789 2,89 2,98 –

9,34

Granit

3 1972 6,37 9,35 –

40,2

Granit

4 7930 30,9 40,3 Granit

5 21426 Tidak

dike

tahui

> 40,3 Granit

Page 14: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

14

Lampirsan 2.Hasil pengolahan 1D geolistrik resistivitas

Kecamatan Sidjuk pada 12 titik sounding yaitu, GBB-

31, GBB-32, GBB-33, GBB-34, GBB-35, GBB-36,

GBB-37, GBB-38, GBB-39, GBB-40, GBB-41, dan

GBB-46 .

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

31

1 1067 0,636 0 –

2,76

Top Soil

2 4044 2,14 2,77 –

4,03

Granit

3 170 1,27 4,04 –

54,2

Granit

4 2331 50,3 54,3 Granit

5 4207 Tidak

dike

tahui

54,3 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

32

1 45,2 0,778 0 – 2,88 Topsoil

2 1030 2,12 2,89 –

9,70

Granit

3 37,8 6,81 9,71 – 38,2

Granit

4 985 28,6 38,3 Granit

5 712 Tidak

dike

tahui

> 38,3 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

33

1 14 0,215 0 –

1,9

Top

Soil

2 1971 1,79 2 –

14,4

Dry

Gravel

(Kerikil

Kering) 3 204 12,5 14,5

73,7

Batu

Pasir

4 2314 59,3 73,8 Granit

5 10551 Tidak

diketahui

>

73,8

Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

34

1 176 0,814 0 – 3,61 Top

Soil

2 2109 2,81 3,62

10,6

Dry

Gravel

(Kerikil

Kering) 3 206 7,04 10,7

71,5

Batu

Pasir

4 8036 60,9 71,6 Granit

5 13617 Tidak

diketahui

>71,6 Granit

Page 15: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

15

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

35

1 31,6 0,718 0 – 2,

84

Top Soil

2 1442 2,13 2,85 –

26,5

Dry

Gravel

(Kerikil

Kering) 3 280 22,8 26,6 –

75,5

Batu

Pasir 4 1907 50 75,6 Granit

5 5624 Tidak

diketahui

> 75,4 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

36

1 45,2 0,778 0 – 2,88 Topsoil

2 1030 2,12 2,89 –

9,70

Granit

3 37,8 6,81 9,71 –

38,2

Granit

4 985 28,6 38,3 Granit

5 712 Tidak dike

tahui

> 38,3 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

37

1 1275 0,723 0 –

1,81

Top

Soil

2 7969 1,1 1,82

15,7

Granit

3 2178 14 15,8

–45,

1

Granit

4 12549 29,3 45,2 Granit

5 22135 Tidak

diketahui

>

45,2

Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

38

1 80,9 0,619 0 – 4,53 Top

Soil

2 2805 3,92 4,54

30,8

Dry

Gravel

(Kerikil

Kering) 3 821 26,4 30,9

62,6

Batu

Pasir

4 1441 31,8 62,7 Granit

5 11518 Tidak

diketahui

>

62,7

Granit

Page 16: IDENTIFIKASI ZONA AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN …

16

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

39

1 6,81 0,15 0

– 2,66

Top Soil

2 454 2,52 2,67 –

14,3

Gravel

(Kerikil) 3 93,8 11,7 14,4 –

32,2

Lanau

4 612 17,9 32,3 Granit

5 9583 Tidak

diketahui

> 32,3 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

40

1 230 0,627 0 – 2,84 Top

Soil

2 7977 2,22 2,85 –

10,2

Dry

Gravel

(Kerikil

Kering) 3 1235 7,48 10,3 –

30,4

Granit

4 1335 20,2 30,5 Granit

5 8232 Tidak

diketahui

> 30,5 Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

41

1 1,67 0,0445 0 –

0,774

Top Soil

2 528 0,73 0,775

7,73

Gravel

(Kerikil)

3 119 6,97 7,74

- 35

Lanau

4 12116 27,4 35,1 Granit

5 918 Tidak

diketahui

>

35,1

Granit

Titik

VES

Lapisan

(

( ) d

( )

Estimasi

litologi

Gbb-

46

1 334 0,663 0,663

2,56

Top Soil

2 3992 1,91 2,57

13,8

Dry

Gravel

(Kerikil) 3 740 11,3 13,9

53,1

Granit

4 2994 39,3 53,2 Granit

5 5860 Tidak

diketahui

>53,2 Granit