idntifikasi tlg
DESCRIPTION
REFREATTRANSCRIPT
Biologi Tulang Manusia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Secara definisi disebutkan bahwa ilmu kedokteran forensik
adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran unuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Untuk kepentingan visum et repertum (VER), ketika dokter memeriksa jenazah maka
identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dalam
bidang kedokteran forensik peranan identifikasi sangatlah penting pada korban yang
telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi setipa jenazah
untuk kepastian identitas, barulah kemudian pemeriksaan dapat dilanjutkan pada
tingkat berikutnya. Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa
kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai
akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan
tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik
pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak
pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai
kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya.
Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban
merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal
penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-
langkah selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak
dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan.
Selanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas
korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat
berakibat fatal. Makalah ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi
forensik khususnya mengenai penentuan umur tulang meliputi: strukturtulang,
pengertian, arti penting, macammacam pemeriksaan dan cara atau metode serta sistem
identifikasi. Hal-hal demikian diperlukan untuk memperoleh pemahaman pemahaman
dalam penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINSI1 Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan
identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya
kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran
forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak,
membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang
mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau
kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain
seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas
seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan
memberikan hasil positif (tidak meragukan). II.2 METODE IDENTIFIKASI3,5
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan
sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan
pemeriksaannya, maka saranasarana identifikasi dapat dikelompokkan: 1. Sarana
identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi 2. Sarana
identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik
tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh
hasil identifikasi yang meyakinkan, antara lain: a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang
spesifik maupun yang non-spesifik secara medis melalui pemeriksaan luar dan dalam
pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik, misalnya cacat bibir sumbing atau
celah palatum, bekas luka atau operasi luar (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi
daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas fraktur atau adanya pin pada bekas
operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh tertentu dan lain-lain. Beberapa
contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit,
warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan sebagainya.
3
b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis. c. Pemeriksaan ciri-ciri
badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis, antroposkopi dan antropometri.
d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy,
HLA dan sebagainya. e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-
lain. Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan
dan secara rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data
adalah identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil
pemeriksaan hasil orang tak dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang
diperkirakan yang pernah dibuat sebelumnya. Pada penerapan penanganan identifikasi
kasus korban jenasah tidak dikenal, maka kedua data ciri yang dibandingkan tersebut
adalah data post mortem dan data ante mortem. Apabila identifikasi dengan cara
membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan berarti kita tidak dapat
mengidentifikasi. Apabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba
mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post-mortem ke
dalam perkiraan-perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta
ciri-ciri spesifik badan. Sebagai contoh: a. Dengan mengamati lebar-sempitnya tulang
panggul terhadap kriteria dan ukuran laki-laki dan perempuan, dapat diperkirakan
jenis kelaminnya. b. Dengan mengamai interdigitasi dutura-sutura tengkorak dan pola
waktu erupsi gigi, dapat diperkirakan umurnya. Pada kasus infantisid dengan
mengukur tinggi badan (kepala-tumit atau kepala-tulang ekor) dapat diperkirakan
umur bayi dalam bulan. c. Dengan formula matematis, dapat diperhitungkan perkiraan
tinggi badan individu dari ukuran barang bukti tulang-tulang panjangnya. d. Dengan
perhitungan indeks-indeks dan modulus kefalometri atau kraniometri, dapat
diperhitungkan perkiraan ras dan bentuk muka individu. e. Dengan ciri-ciri yang
spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang memilikinya.
4
II.4 JENIS – JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK3,5,6 Identifikasi
dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia. Identifikasi
terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi : Penampilan umumm
(general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,umur, warna
kulit, rambut dan mata. 1. Pakaian 2. Sidik jari 3. Jaringan parut 4. Tatoo 5. Kondisi
mental 6. Antropometri 1. Antropologik 1. 1. Definisi Antropologi merupakan bidang
studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan lingkungan
manusia. Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk physical anthropologists
yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains, dan budaya dalam proses
hukum. Antropologi Forensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa rangka. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa
tersebut berasal dari manusia. Menurut American Board of Forensic Anthropology,
forensik antropologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk
proses hukum. Identifikasi dari kerangka, atau sediaan lain dari sisa – sisa jasad
(dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk alasan hukum maupun
alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan tehnik sains sederhana
yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa – sisa jasad manusia
dan mengungkap tindak kejahatan. Antropologi forensik meliputi penggalian
arkeologis; pemeriksaan rambut, serangga, plant materials dan jejak kaki; penentuan
waktu kematian; facial reproduction; photographic superimposition; detection of
anatomical variants; dan analisa mengenai cedera masa lalu dan penanganan medis.
Namun, pada pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk menentukan
identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin,
perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.
5
Gambar : Anatomi Rangka Manusia
6
1.0 Tulang Manusia2,4 1.1 Biologi Tulang Manusia Tulang manusia berbeda dengan
tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi).
Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang
panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati pada tangan dan
kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibiadan fibula. Tulang pendek meliputi
tulang belikat/klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang
pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital.
Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. 1.2 Anatomi Tulang
Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar
yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal terdapat
pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal
tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang
panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang. Pada
persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan sepanjang hidup
yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus
dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada persendian.
Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku. Selain itu, tulang
subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi. Pada tulang vertebra,
strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular atau cancellous. Daerah tulang
trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah,
jaringan pembuat darah atau hemopoieticyang memproduksi sel-sel darah merah,
putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai penyimpan sel-sel
lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta.
Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan secara progresif oleh sumsum
kuning di sebagian besar tulang panjang. Bagian-bagian tulang panjang yang panjang
dan silindris disebut diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat
epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis
adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang
yang melebar ke samping. Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak
berkartilago dilapisi oleh periosteum. Periosteum adalah membran dengan
vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh
endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum adalah jaringan
osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada periosteum yang mengalami
trauma, sel-sel pembentuk tulang jumlahnya
7
bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum ditandai dengan pembentukan
tulang baru di permukaan eksternal tulang yang tampak seperti jala/trabekular. 1.3
Struktur Molekuler Tulang Tulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas
kolagen, molekul protein yang besar, yang merupakan 90% elemen organik tulang.
Molekul-molekul kolagen membentuk serabutserabut elastik pada tulang tapi pada
tulang dewasa, kolagen mengeras karena terisi bahan anorganik hydroxyapatite.
Kristal-kristal mineral ini dalam bentuk calcium phosphate mengisi matriks kolagen.
Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat tulang memiliki dua sifat, yaitu
melunak seperti karet bila mineral anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam
dalam larutan asam); atau retak dan hancur bila kolagen/organiknya rusak (bila
direbus/dipanasi). 1.4 Histologi dan Metabolisme Tulang Histologi adalah studi
jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan matur berbeda strukturnya.
Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi phylogenetiknya, berupa jaringan
ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya random dan tidak teratur
orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki osteocyte, biasanya terdapat pada
tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan fraktur dan pada rangka embrionik.
Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan pembuluh-
pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekular lebih porus
dan menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa
baik yang kompakta maupun trabekular secara histologis adalah tulang lamela.
Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta umumnya
menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella haversi.
Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel serabut kolagen. Serabut
kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang berbeda. Perbedaan arah
serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur tulang. Setiap batang
potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut sistem Haversi atau osteon
berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm panjangnya. Inti sistem Haversi adalah
kanal Haversi dimana darah, limfe dan serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil
tambahan disebut kanalkanal Volkmann membelah jaringan tulang secara oblique
pada sudut runcing di permukaan periosteal dan endosteal untuk menghubungkan
kanal-kanal Haversi, membentuk jaringan yang menyuplai darah dan limfe ke sel-sel
tulang panjang. Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap
lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini
melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk,
sintesis dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum.
Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen.
Kalsifikasi tulang terjadi sebagai kristal-kr istal hydroxyapatite,
8
komponen anorganik tulang. Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, disebut
osteocyte, selsel yang terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara
tulang. (Indriati, 2004) Osteoklas bertugas mereabsorbsi tulang. Pembentukan
kembali atau remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana osteoklas
mereabsorbsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang. 1.5
Pertumbuhan Tulang Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi:
intramembraneous (contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral
(contohnya pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki)., dimana
osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi
awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bernama perichondrium
mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah perichondrium pada
tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago.
Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat berserabut yang
mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan
osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada
periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik)
tulang panjang ini disebut pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan memanjang tulang
panjang terjadi pada bidang piphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang
pertumbuhan yang terletak di antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis
(pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah
tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang
panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. Pada sebelas minggu
sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir
terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat
osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer
dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen. 2.1 Identifikasi
Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi) Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan
apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia,
ditentukan apakah potonganpotongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk
memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa
pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan
pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Penentuan
juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan keterangan lain seperti cacat
tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasaan-kebiasaan
tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
9
Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik
2.2 Identifikasi Kerangka Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan
bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan
umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat
dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. Pemeriksaan
terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang sering digunakan
untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan
langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.
2.3 Perkiraan Umur
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna
perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun
pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya
dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-
45 tahun) saja. Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur
dari 18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh
Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3
komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur
berdasarkan sebuah tabel. Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan
femur guna penentuan umur. Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan
tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan
umur.Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan
sutura endokranial, relief permukan simfisis pubis dan struktur
10
spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat menentukan umur
dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun. Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan
melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun,
masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun). Selain itu dapat juga
digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi
gusi, pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan
penyempitan/penutupan foramen apikalis. —-Walaupun umur sebenarnya tidak dapat
ditentukan dari tulang, namun perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya
pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan
pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati
perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih
berguna untuk menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia
meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia
remaja, dewasa muda dan dewasa tua. —-Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir,
dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu
tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake
makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien
ibu. —-Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan
usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing masing
individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering
kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat
kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen merupakan indikator
yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada
usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun,
ini bukan faktor penentuan yg baik. —-Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi
permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja
menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan
ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masingmassing epifisis
akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua
mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura
cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur
mikro dari tulang dan gigi. —-Sutura kranium (persendian non-moveable pada
kepala) perlahan-perlahan menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun
hubungan penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada
ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui
tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar,
namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan
menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.
11
Gambar. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur
12
Gambar : Penutupan Sutura Tengkorak Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir,
dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu
tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake
makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien
ibu. Umur dalam tiga tahapan : 1. Bayi baru dilahirkan, Neonatus, bayi yang belum
mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses
pengembangan yang berbeda pada masing-masing individu. Bayi dan anak kecil
biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk
memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian
pembentukan dari gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan
usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti
bagianbagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor
penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur : Streeter : tinggi badan dari
puncak kepala sampai tulang ekor Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala
sampai tumit
13
2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi
permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja
menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan
ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masingmassing epifisis
akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua
mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura
cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur
mikro dari tulang dan gigi. Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 –
25 tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.
Unifikasi dimulai umur 18 – 25 tahun. Unifikasi lengkap 25 – 30 tahun, usia lebih
dari 31 tahun sudah lengkap Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur
yang dalam dan radier pada permukaan atas dan bawah. 3. Dewasa > 30 tahun Sutura
kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan menyatu.
Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan sutura dengan
penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur.
Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai
terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung
iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari
ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.
Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur
14
Pemeriksaan tengkorak : Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului
eksterna Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur
20 – 30 tahun Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat
tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun. Sutura spheno-parietal umumnya tidak
akan menutup sampai umur 70 tahun.
2.5 Penentuan Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara
dari bagian – bagian yang berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya
mungkin pada rangka orang dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu
dengan mengukur ukuran tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria
juga lebih cenderung memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.
Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita Pelvis adalah tulang yang paling umum
digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar,
biasanya lebih dari 900. Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala
femur dengan os pubis, khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan
wanita. Sakrum lebih lurus pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas
panggul pada wanita lebih luas daripada pria.
15
Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita Kranium atau tengkorak merupakan
tulang yang juga berguna untuk menentukan jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung
lebih petak dan lebih lancip pada wanita. Dahi pada pria cendrung lebih landai
sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria memiliki lengkungan alis yang lebih
tinggi daripada wanita. 2.6 Perkiraan Tinggi Badan Tinggi merupakan persamaan
linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus (lengan atas), femur (paha), radius
(pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl
pearson, Dupertus dan Hadden Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang
panjang adalah penting pada keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan
rangka atau sebagai tulang. Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang
: Tulang lengan atas…………….35%TB Tulang paha……………………
27%TB Tulang kering………………….22%TB Tulang
belakang……………….35%YB Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board :
tulang harus dalam keadaan kering. Rumus TB (tinggi badan) 1. Stevenson TB =
61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)
16
TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus) TB = 59,2256 + 3,0263 X
T + 1,8916 (T = Tibia) TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius) 2.
Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid) TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24
(3,18 cm) TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm) TB =2,40 (Fibula) +
80,56 (3,24 cm) TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm) TB =2,15(Femur) + 72,57
(3,80cm) TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm) TB =1, 67(Humerus+
Radius ) + 74,83 (4,16 cm) TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm) TB =3,54
(Radius) + 82,00 (4,60 cm) TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm) Pengukuran
sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi badan
sebenarnya. Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa) TB = 897
+ 1,74 y (femur kanan) TB = 822 + 1,90 y (femur kiri) TB = 879 + 2,12 y (Tibia
kanan) TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri) TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan) TB =
883 + 2,14 y (fibula kiri) TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan) TB = 805 + 2,74 y
(humerus kiri) TB = 842 + 3,45 y (radius kanan) TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)
TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan) TB = 847+ 3,06 y (radius kiri) Melalui suatu
penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di
Indeonesia : a) Pria : TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) ( } 4,2961 cm)
TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) (チ} 4,3572 cm) TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) (チ}
4,6186 cm) b) Wanita : TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) ( チ }
4,8684cm) TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) (チ} 4,9526 cm) TB = 76,2772 + 2,2522
(Fibula) (チ} 5,0226 cm)
17
Penentuan tinggi badan menjadi penting pada keadaan dimana yang harus diperiksa
adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka, atau
sebagian dari tulang saja. Penentuan taksiran tinggi badan dapat ditentukan dengan
menggunakan kalkulator TI-82, dengan menggunakan persamaan y=m*x + b. Tinggi
merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus, radius,
femur dan tibia. 3.0 Pemeriksaan Penentuan Umur Tulang2,6 3.1. Tes Fisika Seperti
pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi
suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang,
kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang
masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan.
Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke
bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut
akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah
dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak
berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan
efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun.
Tes Fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara
ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada
kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan
pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengoroposannya.
Garnbar : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang
meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. b. Setelah satu abad
atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. c. Sebelum fluoresensi
menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.
18
3. 2. Tes Serologi Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada
pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan
memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang
hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi
pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa
panas. Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran
Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif
menyingkirkan bahwa tulang masih baru. Reaksi positif, diperkirakan umur tulang
saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih
utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk. Aktifitas Immunologik
ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk
tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan
memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama
kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.
3. 3. Tes Kimia Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara
mengukur pengurangan jumlah protein dan Nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru
mengandung kirakira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada
pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % Nitrogen, diperkirakan bahwa lama
kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %,
diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih
besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50
tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat
kematian kurang dari 350 tahun. ` Inti protein dapat dianalisa, dengan metode
Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung
kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang.
Glisin dan Alanin adalah yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan
tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin
dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.
Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian
kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun,
sehingga jika
19
diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam
amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa
1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7
jenis asam amino atau lebih.
3.2. Gambaran Fisik Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang
melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum
kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan
mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak
pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang
terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang
rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur
pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai
beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka
biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan
periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih. Secara kasar
perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti : 1. Dari Bau
Tulang Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
20
2. Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan
kematian kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan
diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan. 3. Kekompakan Kepadatan Tulang Setelah
semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat
dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan
permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian
kurang dari 1 tahun. Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh
diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun. Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang
tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang
dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam
beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan. Tulang
baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulangtulang
yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur.
Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut
untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum
tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan
kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak
akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika
tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua,
biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang
berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini
sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang
dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari
luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung,
tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad.
Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar
sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari. Jadi banyak
faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis tulang
itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan
lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil
dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki
dan tulang-tulang tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih
cepat, seperti juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.
21
BAB IV KESIMPULAN
a) Bidang antropologi forensik adalah salah satu cabang dari identifikasi forensic dan
membantu dalam mengidentifikasi korban mutilasi yang sering terjadi di Indonesia.
Antara metode yang sering digunakan adalah perkiraan umur tulang dari korban.
b)
Faktor lingkungan jauh lebih berperan daripada waktu dalam mempengaruhi keadaan
tulang.
c) Dalam menentukan umur tulang dapat berdasarkan: Tes Fisika (fluoresensi
dengan sinar ultraviolet) Tes Serologi
Tes Kimia (Penentuan kandungan Nitrogen dan Asam amino) 22
d) Untuk penentuan lama kematian individu adalah dengan menghitung selisih umur
tulang
dengan umur individu. Dan juga dari gambaran fisik tulang seperti bau, warna, dan
kepadatan tulang. e) . Perkiraan umur tulang dapat menetukan jenis kelamin dan umur
korban.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Glinka Josef.SVD : Antropometri & Antroposkopi; Edisi Ketiga, Universitas
Airlangga, Surabaya, 1990.
2. Budiyanto A, Widiatmaka., Atmaja D.S, dkk. Identifikasi Forensik Dalam : Ilmu
Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK-UI. Jakarta. 1999 : 197-202.
3. Amir A. Identifikasi. Dalam : Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan. 2005:178-203.
4. Snell R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokeran. Bagian 1. Edisi 3. Alih
Bahasa Adji Dharma. EGC. Jakarata. 1997 : 1-55.
5. Glinka J., Artaria , Koesbardianti T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga
University Press. Surabaya. 2008 :1-66
6. Ritonga M. Penentuan Lama Kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang . Bagian Ilmu
Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran . Universitas Sumatera Utara
24
Leave a Comment
You must be logged in to leave a comment.
Submit
Characters: 400
Download or Print
621 Reads
Info and Rating
Uploaded by
Shida Jer
Follow
Search
TIP Press Ctrl-F to quickly search anywhere in the document.
More from This User
Related Documents
126 p.
Who Ilo Guidelines Indonesian
59 p.
42020849-Gizi-Buruk[1]
13 p.
infark miokad
Next
About
What is Scribd?
Blog
Join our team!
Advertise with us
Get started
AdChoices
Support
Help
FAQ
Press
Partners
Publishers
Developers / API
Legal
Terms
Privacy
Copyright
© Copyright 2012 Scribd Inc.Language:English