idul fitri menebar maaf dan membangun kebersamaan
TRANSCRIPT
KHUTBAH IDUL FITRI 1440 H/2019 M
“IDUL FITRI MENEBAR MAAF DAN
MEMBANGUN KEBERSAMAAN”
Oleh:
Prof. Dr. K.H. Said Agil Husin Al Munawar, Lc, MA
Guru Besar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh Fakultas Ushuluddin
Pada Jurusan Tafsir dan Hadits
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
MASJID ISTIQLAL
JAKARTA
1
Khutbah Pertama
وبركاتوالله السلام عليكم ورحمة (x9)الله أكبر
لو إلا الله والله أكبر،لا إكثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، الله أكبر كبيرا، والحمد لله الله أكبر ولله الحمد.
وعده ونصر عبده وأعز جنده وىزم الأحزاب وحده.وحده وصدق لله الحمدأشهد أن لا إلو إلا الله وحده لا شريك لو، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسولو لا نبي
بعده. فقد فاز الدتقون. فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia !
Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar
tadi pagi kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan. Kita belum tahu
apakah kita masih bertemu dengan Ramadhan tahun mendatang, Yang
pasti hari ini kita berada di Hari Idul Fitri 1440 H/2019 M, yakni Hari yang
suci, yang penuh barokah dan ampunan. Dikatakan suci karena hari ini kita
telah berada dalam suasana ampunan Allah, suci dari noda dosa. Kendati
itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan
kita kepada Allah selama Ramadhan. Sebulan lamanya kaum muslimin
menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan
minuman, akan tetapi memenuhi perintah Allah SWT. Melalui ibadah puasa
kaum muslimin menjalani latihan mental, untuk menguasai, mampu dan
2
mengenal diri, dan mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya
syaithoniyah. Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang
dapat merusak tatanan pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai
kesempatan untuk meningkatkan taqwa dan tafakkur kepada Dzat Yang
Maha Besar. Tegasnya dalam bulan puasa itulah peluang yang sangat
istimewa bagi kaum muslimin untuk berusaha meningkatkan dirinya
menjadi insan muttaqien. Justru amat merugikan mereka yang tidak
berkesempatan menjalankan ibadah puasa, meskipun secara fisik ia bisa
melakukannya.
Di hari yang suci dan fitrah ini marilah kita saling menebar maaf,
karena memberi dan meminta maaf adalah sikap yang dianjurkan oleh
Allah SWT. Sebab dengan begitu, sikap dendam dan rasa marah dapat
dinetralisir oleh masing-masing individu. Memang diakui bahwa tidak
semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan memberi
dan meminta maaf, tetapi yang jelas sifat enggan memberi dan meminta
maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu sikap
mudah memberi dan meminta maaf merupakan salah satu ciri orang yang
bertaqwa. Karenanya orang yang suka memberi dan meminta maaf sebagai
pertanda seseorang memiliki nilai kepribadian dan ketaqwaan sangat
luhur. Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran (3) ayat 133-134:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa (133). (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
3
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan (134)” (Q.S. Ali Imran (3): 133-134).
Itulah sebabnya, sikap seperti itu melekat pada diri para Nabi dan
Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan
orang-orang yang saleh. Sayyidina Ali RA pernah berkata: “bahwa meminta
maaf adalah perbuatan yang paling mulia, sedangkan memberi maaf lebih
mulia dimata Allah”.
Sikap seperti itu ditunjukkan oleh Nabi Yusuf AS yang memaafkan
saudara-saudaranya yang dulu membuang beliau, bahkan memasukkan ke
dalam sumur, sikap tersebut juga ditunjukkan Nabi Muhammad SAW yang
memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya,
menyiksa dan mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk
Mekkah berbondong-bondong masuk Islam. Demikian pula beliau
senantiasa meminta maaf kepada para sahabat dan umatnya. Walaupun
mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap
mereka. Menjelang akhir hayatnya beliau mengumumkan dihadapan para
sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka, siapa-siapa yang
disakiti atau merasa tersinggung selama dalam kepemimpinannya.
لله الحمدالله أكبر الله أكبر الله أكبر و Sikap pemaaf Rasulullah SAW, juga diteladani oleh para sahabatnya
dan orang-orang saleh dalam hal sikap pemaaf.
“Maaf” adalah kata yang terdiri dari empat huruf, namun memiliki
makna yang luar biasa dalam kehidupan. Kata inilah yang bisa menghapus
dendam, sakit hati, pertengkaran, dan semua hal yang berhubungan dengan
hati. Dengan meminta maaf atau memaafkan, berarti kita telah menang.
Menang disini dalam arti menang melawan hawa nafsu. Seperti yang kita
4
tahu bahwa kemenangan tersebut bisa menghadirkan rasa damai atas diri
kedua belah pihak yang berseteru.
Bisa kita bayangkan, bagaimana kehidupan ini bisa berjalan baik jika
semua orang berada dalam perselisihan, dendam, ataupun amarah yang tak
berkesudahan? Tentu sangat tidak nyaman. Sudah saatnya kita berpikir
jernih. Hidup ini sangatlah singkat, jadi tidak seharusnya kita mengisinya
dengan dendam dan kebencian pada orang lain. Masih banyak hal-hal
positif yang bisa kita lakukan selain memikirkan orang yang sudah
menzalimi kita.
Sebagian orang mengatakan bahwa meminta maaf/memaafkan tidak
semudah membalikkan telapak tangan, karena butuh kesadaran dan
keberanian yang tinggi untuk mengucapkannya. Namun, dengan
kesungguhan dan ketulusan hati, Insya Allah kita bisa mengucapkannya
dengan mudah.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa dengan mudah memaafkan
kesalahan orang lain? Pertama, pikirkan orang-orang yang menzalimi,
menghina, melecehkan, menyakiti, bahkan menghancurkan masa depan
kita. Kedua, tanamkan dalam hati kita, bahwa, “Aku sudah memaafkanmu
karena Allah, semoga Allah juga mengampuni dosa-dosaku.” Ketiga,
katakan berulang-ulang, kalau perlu katakan dengan penuh penghayatan
hingga akhirnya dendam dan sakit hati akan menghilang dengan
sendirinya.
Kenapa harus menempatkan Allah sebagai tujuan utama kita dalam
memaafkan? Karena di dunia ini, tidak akan ada yang lebih berharga dari
pengampunan-Nya. Selain itu, dengan memaafkan, kita berharap Allah
menempatkan kita pada tempat yang terbaik di dunia maupun di akhirat.
5
Sudah saatnya kita menyadari bahwa hakikat memaafkan adalah
untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk kebaikan mereka. Serahkan
semuanya kepada Allah, jika memang mereka melakukan kezaliman
tersebut, biarkan Allah yang akan membalasnya. Jangan biarkan hidup kita
disibukkan dengan hal-hal yang penuh dengan kesia-siaan urusan dunia
yang tidak ada manfaatnya, dan jangan lagi memberatkan hati kita dengan
memikirkan cara-cara untuk membalas dendam. Oleh karena itu,
lepaskanlah rasa marah, dendam, dan benci. Biarkan dada kita lega dan
lapang tanpa beban. Mari kita tebar sikap memaafkan dan mengutamakan
kebersamaan.
Pada dasarnya, manusia diciptakan tidak untuk saling bertikai,
melainkan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan menjalani hidup sesuai
dengan petunjuk-Nya. Sudah semestinya kita menerapkan Al-Qur’an dan
AS-Sunnah sebagai prinsip utama dalam menentukan sebuah kebijakan
dan sebagai petunjuk dalam menghadapi segala permasalahan di dunia.
Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah teruji
mewujudkan peradaban manusia yang mulia dan memberikan teladan baik
dalam menghadapi orang-orang yang berlaku zalim. Bahkan, Al-Qur’an
sudah terbukti mengajarkan manusia agar memiliki sifat saling mencintai,
memaafkan, dan selalu menciptakan perdamaian.
Sesungguhnya jika setiap tindak kejahatan dibalas dengan kejahatan
yang lain, maka hal itu justru akan melahirkan dendam. Jika dendam itu
tumbuh subur dalam hati seseorang, bersiaplah menerima risiko terburuk
dalam kehidupan kita. Menyimpan dendam hanya akan membuat diri kita
terbebani, hidup menjadi semakin berat karena kebencian dan sakit hati
akan terus membayangi kehidupan kita. Setiap saat, kita sibuk memikirkan
cara untuk melampiaskan dendam tersebut. Lalu, apakah setelah berhasil
6
membalas dendam tersebut, semua akan selesai begitu saja? jawabannya
tentu tidak.
Bayangkan jika orang tersebut mempunyai pikiran yang sama
dengan kita. Dia akan kembali membalas apa yang kita lakukan. Bahkan
bisa saja lebih kejam dari apa yang kita lakukan, dan begitu seterusnya.
Lalu, apakah hidup kita yang hanya sementara ini akan kita habiskan untuk
saling berbalas kejahatan?
Pikirkan dengan kelembutan hati, apa yang akan terjadi jika kita
membalas kejahatan dengan kebaikan? Pasti dendam dan sakit hati itu
akan berhenti atau bahkan menghilang dengan sendirinya. Jika kita mampu
membalas kejahatan dengan kebaikan, maka sama saja kita sudah berhasil
memadamkan api permusuhan dan menghapus noda dendam dalam
kehidupan kita. Allah SWT berfirman dalam Surat Fushshilat (41) ayat 34:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia” (Q.S. Fushshilat (41): 34).
Begitu pun dalam menghadapi perselisihan, Allah SWT sudah
memberikan jalan keluar yang terbaik melalui kalam-Nya, yaitu Q.S. Asy-
Syura (42) ayat 40:
“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang
siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas (tanggungan)
7
Allah. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang zalim”
(Q.S. Asy-Syura (42): 40).
Islam justru menganjurkan setiap orang untuk memberi maaf atas
kezaliman yang diperbuat orang lain. Karena kezaliman tidak akan
berhenti dengan sendirinya tanpa ada usaha dari kita untuk
menghentikannya. Bahkan dalam ayat tersebut Allah SWT, langsung
menjamin pahala bagi kita yang mampu membalas kejahatan dengan
perbuatan baik ataupun memaafkan.
Padahal sesama muslim adalah saudara. Jadi, sudah seharusnya kita
menghindari hal-hal yang dilarang agama.
Dari Abu Hurairah RA, berkata: “Rasulullah SAW., bersabda: yang
artinya “Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh
menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya, dan tidak
boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya di
sini...” dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya
sampai tiga kali. “Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghina
(merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap
sesama muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau
melukai), merampas hartanya, dan merusak kehormatannya (nama
baiknya).”
Adakalanya meminta maaf sangat tidak mudah, karena diperlukan
kesadaran dan kerendahan hati untuk menyesali kesalahannya sendiri.
Begitu pun dengan memaafkan, butuh hati yang lapang untuk bisa
melupakan begitu saja kezaliman yang diterima. Namun, kita tetap harus
mengutamakan keikhlasan hati, karena Allah SWT., diatas segalanya.
Bayangkan jika Allah SWT, tidak mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan,
betapa bertumpuknya dosa yang sudah kita lakukan. Jadi, memaafkan di
8
sini karena kita meyakini bahwa segala sesuatu terjadi adalah menurut
kehendak Allah SWT, dan berjalan sesuai takdir yang sudah ditentukan
oleh-Nya. Oleh karena itu, dengan cara ikhlas dan berserah diri kepada
Allah akan membebaskan kita dari belenggu amarah.
Sebenarnya, memulai meminta maaf pada orang lain bukanlah hal
yang merugikan. Jangan merasa harga diri menjadi turun gara-gara
meminta maaf, ataupun takut dengan label “kalah”, karena sesungguhnya
dengan meminta maaf, sama saja kita sudah menang melawan ego pribadi.
Dari sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa meminta maaf
ataupun memaafkan itu sama mudahnya, asalkan didasari niat ikhlas
karena Allah SWT. Meminta maaflah di setiap kesempatan, karena bisa jadi
perkataan ataupun perbuatan kita membuat orang lain tersakiti. Begitu
pun dengan memaafkan, sesungguhnya memaafkan tidak harus diucapkan,
cukup dengan melupakan perbuatan zalim terhadap diri kita dan
menganggap bahwa semua itu adalah jalan yang sudah ditentukan oleh
Allah SWT. Dengan demikian, memaafkan telah menghapus segala pikiran
negatif di hati sehingga hati menjadi bersih dan siap menyongsong
lembaran baru dalam kehidupan.
Hakikatnya, memaafkan itu lahir dari hati yang paling dalam,
memaafkan lahir dari dari ketulusan hati karena ingin menggapai surganya
Allah SWT.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga ditakdirkan hidup
berdampingan dengan alam semesta, khususnya manusia lain. Oleh karena
itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Keterkaitan tersebut yang
menuntut manusia untuk saling berhubungan timbal balik dalam mengatur
dan menjaga sosialitasnya. Dengan sikap dan perilaku baik, manusia akan
mampu mewujudkan kehidupan sosialnya dengan baik. Namun, jika
9
manusia mengedepankan ego dalam menghadapi setiap permasalahan,
tatanan kehidupan sosial pun akan rusak.
Dalam kehidupan ini, tanpa disadari kita akan sering mengalami
berbagai benturan, baik dengan teman, keluarga, ataupun dalam kehidupan
sosial bermasyarakat. Setiap orang punya cara sendiri dalam menyikapi
berbagai permasalahan yang ada. Namun, sangatlah bijaksana jika kita
menempatkan “maaf” sebagai muara dalam menyelesaikan semua
permasalahan. Diakui atau tidak tindakan meminta maaf ataupun
memaafkan tidaklah mudah, terlebih jika kezaliman meninggalkan bekas
luka yang mendalam di dalam hati kita.
Dari gambaran di atas, sudah jelas bahwa manusia sendiri yang
membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi. Karena interaksi dan
komunikasi merupakan upaya untuk membentuk kepribadian. Interaksi
manusia yang satu dengan manusia lainnya merupakan ciri-ciri manusia
agar dapat dikatakan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, tentu
saja kita tidak bisa hidup sendiri. Artinya, kita sangat butuh berinteraksi
dengan orang lain.
Setiap hari, kita berinteraksi dengan orang yang memiliki beragam
pemikiran, sifat, dan karakter. Oleh karena itu, sangat wajar jika
perbedaan-perbedaan kecil tidak dapat dihindarkan. Dengan perbedaan
itu, tanpa disadari kita bisa tersakiti atau pun menyakiti perasaan
seseorang. Sebagai antisipasi untuk memecahkan permasalahan tersebut,
kata “maaf” sangat diperlukan sebagai jalan keluar atas segala perbedaan.
Segera minta maaf jika merasa menyinggung perasaan orang lain
merupakan sikap yang mulia. Hal itu sangat bermanfaat bagi dirinya
sendiri, terutama untuk menciptakan citra diri yang bertanggungjawab
atas apa yang telah kita perbuat. Dengan meminta maaf kita mampu
10
meredam kemarahan seseorang. Begitu pun dengan memaafkan, yang
berarti kita telah mampu memadamkan api amarah pada diri kita.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai manusia biasa, kita pasti pernah
bahkan seringkali marah. Marah sendiri bukanlah tindakan yang
direncanakan. Marah merupakan reaksi spontan atas tindakan yang
menyinggung perasaan, menjatuhkan harga diri kita. Ada beberapa hal
yang dapat memicu kemarahan, yakni perasaan tertekan, terhina, frustrasi,
diskriminasi, dan lainnya.
Meskipun perilaku marah itu tidak baik, bahkan cenderung
merugikan diri sendiri dan orang lain, marah adalah respons manusiawi
yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan. Bahkan, semua manusia pasti
pernah merasakan emosi marah. Namun, sebagai manusia yang diberi akal
sehat, kita harus bisa meminimalisasi kemarahan, yakni dengan cara
mengendalikan emosi dan mengelola marah.
Islam mengajarkan untuk “memaafkan”, karena memaafkan
merupakan bentuk ucapan tulus yang menenangkan. Dengan memaafkan
berarti kita telah berhasil meredam amarah. Seperti yang kita tahu,
meredam amarah termasuk bagian dari sifat kelemahlembutan hati.
Sedangkan kelemahlembutan adalah akhlak mulia yang harus kita miliki
sebagai wujud penghambaan yang baik kepada Allah SWT. Mampu
mengendalikan amarah dan mampu bersikap bijaksana menjadi tolak ukur
keimanan kita kepada-Nya. Bijaksana di sini dalam artian, mampu
mempertimbangkan baik dan buruknya dari keputusan yang akan kita
lakukan.
Namun, pada kenyataannya akhlak mulia ini seringkali diabaikan
oleh manusia, apalagi ketika emosi amarah telah menguasai jiwa dan
pikiran mereka. Sehingga setiap tindakan yang muncul selalu berakibat
11
negatif bagi dirinya atau pun orang lain. Tidak sedikit orang yang
menyesali perbuatannya setelah melakukan tindakan fatal karena tidak
mampu mengendalikan amarahnya. Oleh karena itu, kita harus bisa
mengelola amarah sehingga menjadi energi positif dalam hidup kita.
Dalam menghadapi masalah yang memancing kemarahan pun,
Rasulullah SAW, senantiasa mengajarkan kepada kita untuk berlemah
lembut dan memaafkan. Karena hal itu merupakan obat yang paling
mujarab untuk menyembuhkan kemarahan, emosi, dan juga dendam akibat
kezaliman yang dilakukan seseorang. Dengan memaafkan, kita bisa
menguraikan dendam di hati yang timbul akibat amarah yang tidak
terkendali.
Maaf merupakan kata ajaib yang mampu menguraikan masalah
hidup. Kata inilah yang menjadi senjata ampuh dalam menghapus dendam,
sakit hati, dan kesalahpahaman. Maaf dapat menyambung kembali tali
silaturahmi yang terputus. Meskipun maaf mudah dituliskan, namun tidak
semudah diucapkan. Adakalanya kita tidak mampu mengalahkan ego
masing-masing.
Meskipun sulit, namun budaya “maaf” tetap harus kita lestarikan. Hal
itu berguna untuk menjaga tatanan kehidupan sosial bermasyarakat.
Bayangkan saja, jika dalam kehidupan ini semua orang bersikap egois dan
tidak memperdulikan perasaan orang lain. Tentu kehidupan ini akan
dipenuhi dengan pertengkaran, kesalahpahaman, dan permusuhan. Jika hal
itu dibiarkan, ancaman terbesar adalah kehancuran.
Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah masih
banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukannya. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahan itu dilakukan olehnya.
Sebaliknya, masih banyak diantara kita yang enggan memberi maaf atas
12
kesalahan yang diperbuat orang lain, walaupun orang tersebut sudah
bertaubat dan meminta maaf atas kekhilafan dan kealpaannya.
Akibat dari sikap enggan memberi dan meminta maaf, maka sifat-
sifat dendam, marah, dan benci yang ada di masyarakat kita itu timbul
akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan, pada saatnya sifat tersebut
merusak tali persaudaraan. Keengganan meminta dan memberi maaf itu
terjadi karena akibat rasa dendam yang timbul dalam hati, rasa dendam itu
akhirnya melahirkan kemarahan seseorang sulit untuk memberi maaf,
bahkan lebih buruk lagi jika timbul tindakan balas dendam. Tindakan balas
dendam inilah yang akhirnya timbul dan meresahkan masyarakat.
لله الحمدالله أكبر الله أكبر الله أكبر و Mengukur perbuatan jika hanya dengan pendapatnya sendiri, maka
yang bersangkutan akan merasa selalu benar, oleh sebab itu ukuran yang
paling tepat untuk mengukur perbuatan seseorang ialah Al-Qur’an, sebab
Al-Qur’an itulah seseorang akan melihat secara adil terhadap dirinya
sendiri, sehingga bila terdapat kesalahan pada dirinya ia tidak segan-segan
mengakuinya dan meminta maaf kepada yang dirugikan. Dengan kesadaran
ini kita akan mudah mengakui kesalahan dan tidak perlu menyalahkan
orang lain. Dalam koreksi kedalam, Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr
(59) ayat 18:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Hasyr (59): 18).
13
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia !
Kebersamaan merupakan sumber rahmat dari Allah SWT, karena
rahmatnya hanya terdapat pada mereka yang menyebarkan rahmat di
muka bumi. Mereka dapat membangun hidup dengan kebersamaan jika
tidak ada kebencian dan kecemburuan dalam dada mereka, yang ada
hanyalah kasih sayang di antara mereka. Kebersamaan akan melahirkan
kebaikan-kebaikan sebagai implikasi dari saling menghormati, saling
membantu, saling merasakan dan saling menghargai di antara anggota
masyarakat. Prinsip dan karakter seperti ini harus dimiliki oleh setiap
orang agar tercipta sebuah kerukunan dalam berinteraksi secara
horizontal.
Kebersamaan dapat dibangun jika masing-masing individu memiliki
sikap untuk saling memberi pertolongan. Pertolongan kepada sesama
manusia akan melahirkan pertolongan dari Allah SWT. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu
Hurairah, Nabi bersabda, ‘Allah akan selalu memberi pertolongan kepada
seseorang selama ia memberi pertolongan kepada saudaranya
(sesamanya). Ungkapan Nabi di atas menunjukkan bahwa pertolongan
Allah akan datang melalui kerjasama antara manusia. Sebagai makhluk
sosial, seseorang harus sadar bahwa ia tergantung kepada pihak lain, di
mana kebutuhannya tidak dapat terpenuhi melalui usahanya, usaha
kelompoknya bahkan usaha bangsanya sendiri. Hidup hanya mungkin
nyaman apabila dibagi dengan orang lain, sehingga masing-masing
berperan serta dalam menyediakan kebutuhan bersama.
Dalam perspektif agama, Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an
dan hadits, sangat menekankan kebersamaan. Bahkan kita bisa
mengatakan bahwa Islam adalah agama kebersamaan. Ajakan agama untuk
14
hidup bersama dilandasi oleh posisi, kedudukan dan kapasitas manusia
sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia adalah makhluk yang tidak bisa
hidup sendirian, tanpa bergantung kepada yang lainnya. Kehadiran
manusia di bumi sejak awal kehidupannya telah melibatkan orang lain.
Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga berkedudukan sebagai
makhluk individu.
Salah satu suara nurani itu adalah kesadaran tentang kebutuhan
terhadap orang lain sebagai bukti kuat bahwa manusia pada dasarnya
merupakan satu kesatuan kemanusiaan. Jika ada perbedaan identitas etnis,
budaya, ideologi, afiliasi politik dan agama atau kepercayaan hanya
merupakan implikasi historis dari respons manusia terhadap dinamika
sosial yang hidup dan berkembang di sekitarnya. Namun demikian, di bumi
manapun, atau dalam masa kapanpun manusia itu hidup, tetap saja
merupakan manusia yang memiliki kesamaan substantif dengan manusia
lain yang harus dihargai hak-haknya, memiliki kelebihan di samping
kekurangan, dan oleh karenanya selalu membutuhkan orang lain. Dalam
perspektif inilah, setiap manusia harus bisa menyadari pentingnya
membangun kebersamaan yaitu kesadaran kolektif antar sesama manusia.
Masyarakat Indonesia sudah belajar banyak tentang perbedaan atau
pluralitas. Pelajaran itu tentu saja diambil dari realitas empiris masyarakat
Indonesia yang memang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan
antar golongan. Masing-masing memiliki ciri kehidupannya sendiri-sendiri.
Agamanya juga bervariasi, sukunya bervariasi, etnisnya bervariasi dan
bahkan mereka bergolong-golongan dalam variasinya. Pluralitas dan
multikulturalitas adalah sunnatullah yang indah adanya. Bisa diandaikan
jika suatu masyarakat bercorak monokultur maka tentunya tidak akan
terdapat keindahan dan warna-warni kehidupan.
15
Dalam pandangan para elit agama, bahwa harmoni keagamaan
adalah rahmat. Indonesia yang mayoritas beragama Islam ternyata bisa
membawa perdamaian dalam hubungannya dengan agama lainnya.
Masyarakat Indonesia yang berbeda-beda agamanya tersebut dapat hidup
berdampingan dalam kerangka harmoni kehidupan beragama tersebut.
Seringkali canangkan dengan Islam Rahmatan lil alamin.
Indonesia adalah kawasan yang unik. Dalam sejarah penyebaran
ajaran agama apapun hampir tidak dijumpai konflik yang sangat keras. Jika
ada, sejauh yang bisa dibaca adalah kepentingan politik di antara elitnya.
Penyebaran konsepsi Islam pun terus berlangsung.
Sebagai kelanjutan dari proses Islamisasi tersebut, kemudian
muncullah berbagai organisasi trans-nasional. Sebagai lahan subur bagi
proses penyemaian berbagai ajaran agama apapun, maka aliran ini juga
menuai perkembangan luar biasa. Bahkan mereka juga sudah memiliki
kekuatan partai politik dalam peta perpolitikan nasional.
Islam yang sesungguhnya menjadi ciri khas Islam Indonesia adalah
coraknya yang ramah terhadap budaya lokal. Bukan ajaran ritual yang
diadopsi ke dalam Islam, namun aspek budaya yang elementer. Islam yang
mengusung kolaborasi antar penggolongan sosial budaya sehingga menjadi
Islam yang khas. Bukan Islam dengan pola Timur Tengah yang kering,
tetapi juga bukan Islam lokal yang mencampur ritual lokal dengan Islam,
tetapi adalah Islam yang berciri Islam Indonesia yang unik. Islam dengan
nuansa relasinya dengan dunia sosial, budaya dan politik yang damai inilah
yang seharusnya menjadi mainstream bagi pengembangan Islam yang
damai dan menyumbang peradaban dunia.
Sebagai bangsa yang multi etnis, agama dan bahasa, masyarakat
Indonesia sesungguhnya sudah kaya pengalaman. Semenjak peralihan
16
damai dari agama lokal ke agama-agama dunia, masyarakat Indonesia
sudah sangat kaya pengalaman hidup bersama. Perubahan-perubahan yang
terjadi dalam banyak hal, hampir tidak membuat masyarakat Indonesia
lupa akan kenyataan dirinya di tengah pluralitas masyarakatnya. Modal
historis ini telah menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang besar dalam
dinamika relasi antar satu suku dengan lainnya, dan antara satu agama
dengan lainnya.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah
agama yang menganjurkan kepada Umatnya untuk selalu menebar maaf
dan membangun kebersamaan, sehingga kita semua pada hari Raya Idul
Fitri ini berada dalam fitrah dan kesucian lahir bathin, dan sekaligus bisa
membangun ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Semoga Allah senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan
memberkahi kita semua. Aamiin.
اللهم أنت أحق من عبد وأحق من ذكر وأجود من أعطى وأكرم من سئل فنسألك، اللهم تيسر أمورنا وتقضى حوائجنا وتبلغ آمالنا وتصلح ظواىرنا وبواطننا وتحفظنا من كل أن
سوء ومكروه وتصرف عنا شر الدعتدين ولا تجعل مشتبها علينا فنتبع الذوى، اللهم وجهنا إلى الخير حيثما توجهنا واجعل وجهتنا إليك وكن لنا عونا ومعينا حيثما كنا برحمتك يا
أرحم الراحمين. لنصر علىلقضاء، وعيش السعداء، وااللهم يا سميع الدعاء، إنا نسألك الفوز عند ا
مسو الضر إلا إياك. اإذلا نعبد سواك، ولا نطلب الأعداء، ونحن عبادك الضعفاء، اللهم أعز الإسلام والدسلمين، واخذل الكفرة أعداء الدين.
17
بلدتنا ىذه وسائر بلدان الدسلمين رخية مخمية من كل لراعى والراعية، واجعلاللهم أصلح ا فتنة ومرض وبلية واجعلنا من سعداء الدارين فى عافية وسلامة، يا ذا العزة والرحمة.
اللهم اغفر للمسلمين والدسلمات، والدؤمنين والدؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب لريب الدعوات ويا قاضي الحاجات.
ا تقبل منا صلاتنا وصيامنا وسائر عبادتنا وأعمالنا وتمم تقصيرنا برحمتك يا أرحم اللهم ربن الراحمين.
اللهم اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم.
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. وسلم على سيدنا محمد وعلى آلو وصحبو أمععين، والحمد لله رب العالدين.وصلى الله
Khutbah Kedua
الله والله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر. لا إلو إلا لله الحمد.الله أكبر و
تغفر الذنوب.رحمتو الحمد لله بذكره تطمئن القلوب وبفضلو و محمدا عبده ورسولو، اللهم صل وسلم أشهد أنإلو إلا الله وحده لا شريك لو و أشهد أن لا
تابعيو إلى يوم الدوعود. وعلى آلو وصحبو و بارك على سيدنا محمدو : فيا عباد الله، اتقوا الله وافعلوا الخير لعلكم ترحمون.أما بعد
Marilah kita berdo’a :
- Ya Allah Ya Tuhan kami Terimalah ibadah puasa kami, karena hanya
engkaulah yang berhak menerima dan memberikan ganjaran pahala.
18
- Ya Allah Ya Tuhan yang Maha Pengasih Limpahkanlah kepada kami
karunia dan Rahmat-Mu. Dan jadikanlah negara kami ini agar negara
yang aman dan makmur serta senantiasa mendapat lindungan dan Ridho-
Mu.
- Ya Allah Ya Tuhan yang Maha Pengampun Kami adalah hamba-Mu
yang dhaif, yang tidak lepas dari kekhilafan dan kesalahan, karena itu
ampunilah kesalahan dan dosa kami, dosa kedua ibu bapak kami serta
keluarga, dan pemimpin kami serta guru-guru kami, semua orang yang
pernah berjasa dan membesarkan kami serta berbuat baik kepada kami.
Dan tunjukilah kami ke jalan yang benar yaitu jalan yang senantiasa
Engkau Ridhoi dan berkati.
اللهم اغفر للمسلمين والدسلمات، والدؤمنين والدؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب لريب الدعوات ويا قاضي الحاجات.
بلدتنا ىذه آمنة مطمئنة وسائر بلدان الدسلمين عامة.اجعل اللهم وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.ربنا آتنا فى الدنيا حسنة
وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آلو وصحبو أمععين. سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على الدرسلين والحمد لله رب العالدين.
وبركاتوالله السلام عليكم ورحمة و