ierckhampkreativity101.files.wordpress.com · web viewkeberhasilan pendidikan dapat dilihat dari...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai
sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib
untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non
formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh.
Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan
sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat
kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan
dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan
penduduknya.
Dengan adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai
sarana untuk menyampaikan ilmu tetapi diharapkan adanya perubahan pola
kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas
akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan bangsa
dan negara. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) “Pendidikan merupakan
sesuatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan”.
Sedangkan menurut Sardiman (2001:12) “Pendidikan dan pengajaran adalah
2
satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik”.
Peningkatan kualitas SDM merupakan salah satu penekanan dari
tujuan pendidikan, seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Keberhasilan pendidikan akan dicapai oleh suatu bangsa apabila ada
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Untuk
menghasilkan output yang berkualitas dalam proses pendidikan sangat
dipengaruhi oleh berhasil tidaknya kegiatan belajar. Keberhasilan dalam
belajar dapat diketahui dari prestasi yang dicapai oleh siswa, karena prestasi
belajar merupakan hasil yang telah dikerjakan. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2003:101) “Prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar
pada hakikatnya merupakan pencerminan dari usaha belajar.
Rendahnya hasil belajar akuntansi dapat dilihat dari nilai ulangan
harian dan ujian semester yang terhitung kurang memuaskan. Hal ini
merupakan masalah yang sangat memprihatinkan bagi semua pihak, ini dapat
diasumsikan sebagai hambatan yang dialami siswa. Hambatan yang dimaksud
dapat berupa faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun faktor eksternal
3
(dari luar diri siswa), diantaranya: fasilitas belajar, partisipasi orang tua,
perhatian orang tua, lingkungan keluarga, kebiasaan belajar mandiri, aktivitas
belajar, motivasi berprestasi, serta kemampuan dasar lainnya. Dari beberapa
faktor tersebut, faktor lingkungan keluaraga merupakan faktor yang cukup
penting dibandingkan dengan beberapa faktor lainnya.
Setiap manusia dilahirkan di lingkungan keluarga tertentu yang
merupakan lingkungan pendidikan terpenting. Oleh karena itu, keluarga sering
dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang utama dalam masyarakat,
karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi
dewasa. Lingkungan keluarga menurut Hibana Rahman (2002:38)
“Lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga,
baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung”. Menurut Syamsu
Yusuf dan Juntika (2007:27) “Suasana keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak”. Seorang anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang
memberikan curahan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dalam bidang
agama, maka perkembangan kepribadian anak cenderung positif dan sehat.
Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang kurang
harmonis, orang tua yang bersikap keras kepada anak, atau orang tua yang
tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadian anak
cenderung mangalami kalainan dalam penyesuaian diri. Dengan adanya
perbedaan ini kemungkinan akan mempengaruhi siswa dalam meningkatkan
hasil belajarnya.
4
Faktor penentu keberhasilan dalam belajar adalah siswa sebagai
pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan keterlibatan
siswa, maka proses belajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam
belajar, siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki
kesadaran, kamauan dan motivasi dari dalam diri siswa dan bukan semata-
mata tekanan orang tua maupun pihak lain. Dengan adanya sikap mandiri
dalam diri siswa, tujuan belajar akan berhasil dicapai sebagaimana yang
diharapkan. Jadi kemandirian seseorang dalam belajar akan menentukan arah
belajar dan prestasi belajar seseorang. Kemandirian akan membuat seorang
siswa mampu belajar sendiri tanpa disuruh oleh pihak luar dalam kondisi ujian
atau tidak ujian. Hal ini termasuk mengembangkan konsep untuk
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kemandirian ini menekankan pada
aktivitas dalam belajar yang penuh tanggung jawab sehingga mampu
mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Akan tetapi dalam belajar setiap siswa mempuanyai suatu kebiasaan
yang berbeda-beda. Dalam belajar siswa memerlukan sebuah proses, tidak
bisa dilakukan dalam satu waktu saja namun belajar harus rutin dilakukan
perlahan-lahan secara mandiri, sehingga rutinitas belajar mandiri tersebut akan
menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa. Belajar
memerlukan proses yang berulang-ulang dan bertahap, sering kali dijumpai
seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang tinggi, prestasi
belajarnya juga tinggi dan juga lingkungan keluarga yang mendukung siswa
dalam belajar, kemungkinan prestasi belajarnya juga tinggi. Namun ada juga
5
seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar, hasil belajarnya cukup
rendah karena tidak adanya dukungan dari lingkungan keluarga.
Dari kenyataan dan hasil pengamatan selama ini sering kali siswa
tidak mengganggap bahwa lingkungan keluaraga merupakan pendukung
untuk berlatih belajar mandiri supaya terbiasa belajar mandiri. Maka perlu
diciptakan lingkungan keluarga yang nyaman agar siswa betah belajar di
rumah. Jika lingkungan keluarga telah tercipta dengan baik, siswa akan dapat
meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk
mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul
”PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA
SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK
TAMANSISWA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010”.
B. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian perlu adanya pembatasan masalah
terhadap masalah yang diteliti, hal ini menjaga agar masalah yang diteliti tidak
terlepas dari pokok permasalahan yang ditentukan. Untuk langkah yang paling
tepat adalah membatasi permasalahan agar dalam melaksanakan pembahasan
masalah tidak meluas. Dalam penelitian ini pembatasan masalahnya sebagai
berikut :
6
1. Penelitian terbatas pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
2. Lingkungan keluarga pada penelitian ini dibatasi pada lingkungan inti
yang demokratis, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
3. Kemandirian belajar siswa.
4. Prestasi belajar akuntansi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan :
1. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi
pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa
Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?
2. Adakah pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi
pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa
Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?
3. Apakah lingkungan keluarga dan kemandirian belajar secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010?
7
D. Tujuan Penelitian
Adanya tujuan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat
penting karena dengan tujuan yang tepat menjadikan tolok ukur keberhasilan
dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar
pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian akuntansi
SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X program keahlian akuntansi
SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X program keahlian
akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atas
teori-teori tentang hubungan lingkungan keluarga dan kemandirian
belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang kemandirian belajar.
8
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis, yaitu :
a. Sebagai masukan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk
menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif sehingga
meningkatkan prestasi belajar akuntansi dan menumbuhkan kesadaran
bagi orang tua dalam memperhatikan fasilitas belajar anak, perhatian
terhadap pendidikan anak, dan motivasi yang diberikan kepada anak di
lingkungan keluarga.
b. Sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya penerapan kemandirian
dalam diri siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi
untuk penilaian berikutnya yang sejenis.
F. Sistematika Laporan
Secara garis besar penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika laporan.
9
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang prestasi belajar akuntansi, lingkungan
keluarga, kemandirian belajar, kerangka pemikiran, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel, dan
sampling, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji
instrumen, teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, uji
prasyarat analis, analisi data, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Penutup menguraikan tentang kesimpulan akhir penelitian dan saran
dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Belajar Akuntansi
1. Pengertian Prestasi
Menurut Sardiman AM (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan
nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.
Sedangkan Winkel (1996:161) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah
bukti usaha yang dicapai”.
Definition of achievement, the act of achieving or performing; an obtaining by exertion; successful performance; accomplishment; as, the achievement of his object.
http://www.brainyquote.com/words/ac/achievement126858.html.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang
telah dilakukan.
2. Pengertian Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita selalu dekat
dengan apa yang disebut belajar, tetapi sering kali kita belajar tanpa kita
sadari. Menurut Sardiman (2001:21) “Belajar adalah berubah”. Dalam hal
ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku, jadi
belajar membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian
11
kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi
manusia seutuhnya.
Definition of study, a setting of the mind or thoughts upon a subject; hence, application of mind to books, arts, or science, or to any subject, for the purpose of acquiring knowledge.
http://www.brainyquote.com/words/st/study224983.html.
Menurut pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002:16) “Belajar
pada dasarnya sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang bersifat menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dengan mencakup seluruh
tingkah laku”. Pengertian belajar disini dimaksud perubahan tingkah laku
tidak hanya mengenai perubahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian
diri, pendeknya mengenai segala aspek organism atau pribadi seseorang.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku meliputi aspek pengetahuan, keterampilan
dan aspek yang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
3. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “Prestasi” dan
“Belajar”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah
dilakukan dan dikerjakan, sedangkan belajar adalah perubahan tingkah
laku yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan aspek yang lain
sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
12
Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) “Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu”. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:101)
“Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.
Dari pengertian-pengertian yang telah diutarakan, pada
prinsipnya prestasi belajar merupakan suatu hasil dari usaha belajar atau
kegiatan belajar yang diperoleh melalui pengukuran atau penilaian baik
angka, huruf, serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar.
Menurut Depdiknas (2000:07) “Akuntasi merupakan bahan
kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan
dengan transaksi keuangan”. Sedangkan menurut Haryono (1994:23) :
“Akuntansi ditinjau dari sudut pemakaiannya akuntansi adalah disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mgevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sudut pandang yang kedua ditinjau dari kegiatannya akuntansi dalah proses pencatatan, pengelolaan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan organisasi”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi belajar akuntansi
adalah bukti keberhasilan siswa dalam memperoleh keterampilan belajar
akuntansi yang dilakukan dalam jangka waktu tertantu yang diwujudkan
dalam bentuk nilai atau angka.
13
4. Bentuk dan Wujud Prestasi Belajar
Bentuk dan wujud prestasi belajar banyak sekali ragamnya yaitu :
a. Keterampilan Kognitif
Seseorang yang berhasil dalam belajarnya akan menghasilkan suatu
keterampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk mencari pemecahan
masalah dari setiap permasalahan yang dihadapi.
Contoh : Mampu menyampaikan kembali ilmu yang dimiliki kepada
orang lain, dengan metode belajar yang tepat agar pendidik
mudah menangkap ilmu yang disampaikan.
b. Nilai
Nilai adalah hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program yang
diinterprestasikan dalam bentuk skor atau angka sebagai hasil dari
pengukuran.
Contoh : Nilai ujian akhir semester untuk mengetahui tingkat
kemampuan hasil belajar siswa selama satu semester.
c. Strategi Kognitif
Lebih mengacu pada kemampuan untuk memecahkan masalah baru,
kemampuan dalam segi kognitif ini meliputi kemampuan untuk
belajar, mengingat, berfikir.
Contoh : Mengerjakan tugas yang diberikan guru, dalam mengerjakan
tugas tersebut berarti ia belajar mengingat pelajaran yang
pernah disampaikan oleh guru, dan berpikir bagaimana cara
mengerjakan tugas tersebut.
14
d. Informasi Verbal
Dengan belajar seseorang dapat menghasilkan kemampuan untuk
mendiskripsikan informasi yang diperoleh dengan kata-kata
menggunakan jalan mengalir dari informasi yang relevan.
Contoh : Mengungkapkan kembali kepada orang lain informasi yang
diperoleh dengan kata-kata sendiri tanpa menyimpang dari informasi
sesungguhnya.
e. Keterampilan Motorik
Salah satu dari hasil belajar adalah keterampilan motorik, yaitu
keterampilan seseorang yang mengacu pada kemampuan seseorang
untuk mewujudkan daya kreasi kedalam bentuk benda seni.
Contoh : Memanfaatkan barang-barang bekas untuk dijadikan barang
berharga.
f. Sikap
Adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang dan
disadari oleh emosi serta dilandasi kepercayaan pada orang yang
memberikan pengaruh.
Contoh : Memberikan contoh yang baik kepada peserta didik untuk
membantu perkembangan agar peserta didik bisa
mengembangkan potensinya kearah yang positif.
Misal : Sopan, saling menghormati, dan lain-lain.
15
g. Kemampuan Berfikir Asosiatif dan Rasional (daya nalar atau logika).
Adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dangan cara berfikir dengan nalar yang logis.
Contoh : Menghitung saldo/laba penjualan sesuai dengan rumus yang
ada.
h. Perubahan Kebiasaan
Dengan belajar seseorang bisa merubah kebiasaan yang buruk menjadi
kebiasaan yang baik.
Contoh : Setelah belajar mandiri siswa bisa berubah kebiasaan tidak
tergantung kepada orang lain.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/10920/Landasan_Teori.
5. Indikator Prestasi Belajar
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan
bahwa prestasi belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi
ketentuan kurikulum yang disempurnakan. Pada dunia pendidikan,
pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan. Karena dengan diketahui
prestasi siswa maka diketahui pula kemampuan dan keberhasilan siswa
dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan
cara memberikan penilaian atau evaluasi dengan tujuan supaya siswa
mengalami perubahan secara positif.
Menurut Muhibbin Syah (2008:141) “Evaluasi adalah penilaian
terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah progam”. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana perubahan
16
yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Pengajaran harus
mengetahui sejauh mana siswa akan mengerti bahan yang akan diajarkan.
Penilaian memberi informasi tentang hasil pengajaran yang telah
disajikan. Pengukuran prestasi belajar tersebut dapat menggunakan suatu
alat untuk mengevaluasi yaitu test. Test dipakai untuk menilai hasil belajar
siswa dan hasil belajar mengajar dari pendidik.
Menurut Muhibbin Syah (2008:142) :
“Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian atau evaluasi yaitu untuk memeriksa kesesuian antara apa yang diharapkan dan apa yang tercapai, hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki dan mendekatkan tujuan yang diinginkan”.
Menurut Sumadi Suryadibrata (1993:26) menyatakan “Bahwa
prestasi belajar siswa dinyatakan dengan nilai dalam rapor”. Nilai rapor
merupakan rumusan terakhir dari guru mengenai kemajuan atau hasil
belajar siswa dalam masa tertentu yaitu 4 ataupun 6 bulan. Sedangkan
menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102) “Prestasi belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar siswa secara nyata
dapat dilihat dalam bentuk kuantitas yaitu angka. Dalam penelitian ini
prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai pelajaran akuntansi pada
waktu ujian akhir semester.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan indikator prestasi belajar
antara lain:
a. Kemampuan menciptakan hasil belajar yang optimal.
17
b. Siswa menguasai materi yang telah diajarkan.
c. Meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
d. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata (2002:233) mengklasifikasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
a. Faktor eksternal merupakan suatu keadaan yang ada di luar diri siswa,
yang terdiri dari :
1) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-
alat yang dipakai belajar.
2) Faktor sosial seperti faktor manusia.
b. Faktor internal merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri siswa,
yang terdiri dari :
1) Faktor Fisiologis seperti jasmani.
2) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan,
fantasi, ingatan, berpikir, dan motifasi.
Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:162)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor dari dalam individu
1) Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani
18
2) Aspek rohaniah menyangkut kondisi psikis, kemampuan
intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan kognitif
dari individu.
3) Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat,
baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.
4) Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain,
baik guru, teman, orang tuanya, maupun orang-orang lainnya.
b. Faktor-faktor lingkungan
1) Keluarga, meliputi keadaan rumah dan ruang tempat belajar, sarana
dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah
tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar
rumah.
2) Sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar
yang ada, sumber-sumber belajar, dan media belajar.
3) Masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan
yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-
sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi
muda.
Dari pendapat tersebut bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal
dari pengaruh diluar siswa (ekstern). Termasuk faktor dalam diri siswa,
antara lain kecerdasan, bakat, dan kemandirian belajar yang ada dalam
19
dirinya. Faktor yang ada di luar diri siswa, bisa berasal dari kondisi rumah
dan hubungan orang tua dengan anak. Lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Diantara ketiga
lingkungan tersebut, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang
utama dalam belajar.
B. Lingkungan Keluarga
1. Pengertian Lingkungan Keluarga
Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan
sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat
hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia
dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula dalam proses belajar,
lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam
proses belajar maupun perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto (2003:2) menyatakan “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Pengertian belajar di atas menekankan bahwa belajar merupakan
suatu pengalaman dan pengalaman itu salah satunya diperoleh berkat
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Lingkungan
sebagai sumber belajar menurut Depdikbud (1998:70) menyatakan
20
“Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan atas lingkungan fisik
dan lingkungan sosial”.
Contoh lingkungan fisik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar
adalah buku, musium, toko, pasar, jalan, sungai. Sedangkan yang termasuk
dalam contoh lingkungan sosial adalah keluarga dan masyarakat. Dari
contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar sebagai
sumber belajar meliputi aspek manusia dan non manusia.
Menurut pendapat diatas, lingkungan yang banyak memberikan
sumbangan dan besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun
perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Karena lingkungan
keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat pengaruhnya kepada
individu dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya agak
longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan
pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
Definition of family, in various societies across the globe, the society might differ but the fundamental structure of the family remains the same. Family is the fundamental unit in the entire social structure. Society is a web of relationships between individual members and also between individuals and social organizations and social institutions. The Definition of Family is given in various ways in various societies.
Perenting Definition, an effective Parenting definition definitely calls for a close watch on the growth of the children. However, that does no mean parents should over protect their children. By keeping a keen watch you are just ensuring the necessary amount of security for your child. Whether it is building sand castles or drawing a picture, let your child do his chores all by himself. As a part of Parenting definit.
Foul environment, watch it, Indian city-zen! Our fresh air is long gone now. We're inhaling noxious fumes and gases. Recent
21
health studies have declared lung cancer as one of the major killers. Asthma is another one on the rampage.There's more toxin in the air than oxygen. The Indian automobiles seem to be turning cities into gas chambers.And why is this happening? Let's study the cause - so we can conceive.
http://sitagita.com/topic/article/family-environment-definition.
Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum
lingkungan sekolah dan masyarakat, Ngalim Purwanto (2004:141)
menyatakan “Lingkunga pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi
tiga yaitu :
a. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.
b. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
c. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan katiga”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak
menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga kemudian
dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain
tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini keluarga sebagai lingkungan
belajar pertama mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
menuntun perkembangan anak untuk menjadi manusia dewasa.
Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan dan
keluarga. Imam Supardi (2003:2) menyatakan “Lingkungan adalah jumlah
semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang
yang kita tempati”.
22
Menurut Abu Ahmadi (1991:167) menyebutkan “Keluarga
adalah kelompokm sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan
anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas
ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi”.
Jadi, lingkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil
tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan
sosial karena adanya ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.
2. Fungsi-fungsi Keluarga
Khairuddin (1990:58) menyatakan bahwa fungsi keluarga secara
garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Fungsi-fungsi pokok, yakni funsi yang tidak dapat diubah atau digantikan oleh orang lain. Fungsi ini meliputi :1) Fungsi Biologis2) Fungsi Afeksi3) Fungsi Sosiologi
b. Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatif lebih mudah diubah atau mengalami perubahan. Fungsi ini meliputi : 1) Fungsi Ekonomi 2) Fungsi Perlindungan 3) Fungsi Pendidikan4) Fungsi Rekreasi5) Fungsi Agama
Dari fungsi-fungsi keluarga yang dikemukakan di atas dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Fungsi Biologis
Keluarga terjadi karena adanya ikatan darah atau atas dasar
perkawinan. Keluarga yang dibangun atas dasar perkawinan
23
menjadikan suami isteri sebagai dasar untuk melanjutkan keturunan
yang berarti melahirkan anggota-anggota baru.
2) Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan
dengan kemesraan antar anggotanya. Hal ini dapat terlihat dari cara
orang tua dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa
penuh kasih sayang. Dan hal ini menjadikan anak selalu
menggantungkan diri dan mencurahkan isi hati sepenuhnya kepada
orang tua.
3) Fungsi Sosiologi
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan
manusia, oleh sebab itu disamping tugasnya mengantarkan
perkembangan individu tersebut menjadi anggota masyarakat yang
baik. Anggota masyarakat yang baik yaitu apabila individu tersebut
dapat menyatakan dirinya sebagai manusia atau kelompok lain dalam
lingkungannya. Hal tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh
kualitas pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan material
lainnya. Keadaan ekonomi keluarga yang baik juga turut mendukung
dan berperan dalam perkembangan anak, sebab dengan kondisi
tersebut anak akan berada dalam keadaan material yang lebih luas
24
sehingga banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkan
berbagai kecakapan yang dimilikinya. Dengan demikian kondisi
ekonomi keluarga yang baik akan membantu anak dalam mencapai
prestasi yang maksimal dalam belajarnya.
5) Fungsi Perlindungan
Keluarga selain sebagai unit masyarakat kecil yang berfungsi
melanjutkan keturunan, secara universal juga sebagai penanggung
jawab dalam perlindungan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadap
anak-anaknya.
6) Fungsi Pendidikan
Orang tua secara kodrati atau alami mempunyai peranan sebagai
pendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam kandungan.
Selain pendidikan kepribadian orang tua juga memberikan kecakapan-
kecakapan lain terhadap anak-anaknya sebagai bekal untuk mengikuti
pendidikan berikutnya.
7) Fungsi Rekreasi
Keluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga merupakan
tempat rekreasi. Keluarga sebagai tempat rekreasi perlu ditata agar
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Misalnya situasi
rumah dibuat bersih, rapi, tenang dan sejuk yang menimbulkan rasa
segar sehingga dapat menghilangkan rasa capek dan kepenatan dari
kesibukan sehari-hari. Situasi rumah yang demikian itu juga dapat
digunakan untuk belajar, menyusun dan menata kembali program
25
kegiatan selanjutnya sehingga dapat berjalan lancar. Dan konsentrasi
belajar anak juga turut terbantu sehingga memudahkan mereka dalam
mencapai prestasi belajar yang maksimal.
8) Fungsi Agama
Keluarga yang menyadari arti penting dan manfaat agama bagi
perkembangan jiwa anak dan kehidupan manusia pada umumnya akan
berperan dalam meletakkan dasar-dasar pengenalan agama. Hal ini
sangat penting untuk pembinaan perkembangan mental anak
selanjutnya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Pengenalan ini
dapat dimulai dari orang tua mengajak anak ke tempat ibadah.
3. Jenis Lingkungan keluaraga
Menurut Hurlock (1999:93), jenis lingkungan keluarga ada 3 yaitu :
a. Otoriter
Otoriter merupakan jenis lingkungan keluarga yang mengekang
dan tidak memberi kebebasan sama sekali, semua peraturan dari orang
tua harus ditaati, tidak memperhatikan kemauan dan kemampuam
yamg dimiliki oleh anak, sehingga anak kurang bisa mengembangkan
potensi yang dimiliki.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1) Semua aturan orang tua harus diikuti anak.
2) Anak tidak boleh bertindak dan melakukan sesuatu sendiri.
3) Kemana-mana harus didampingi orang tua.
4) Tidak boleh bergaul dengan sembarang orang.
26
b. Demokratis
Demokratis merupakan jenis lingkungan keluarga yang
memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki, tanpa mengabaikan peraturan dan norma-norma yang harus
ditaati.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilki.
Contoh : Anak menyukai pelajaran akuntansi, kemudian orang tua
memberikan kebebasan kepada anak untuk mengikuti les
sesuai keinginannya.
2) Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak.
Contoh : Orang tua mewajibkan kepada anak untuk belajar setiap
malam dari pukul 19.00-20.00 WIB.
3) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk bergaul
dalam batas norma-norma dan kesopanan yang ada.
Contoh : Orang tua memberikan kabebasan kepada anak untuk
berteman kepada siapapun asalkan tidak dalam hal yang
negatif.
4) Orang tua dan anak saling menghargai dan menghormati hak dan
kewajiban masing-masing.
27
Contoh : Orang tua memberikan biaya pendidikan kepada anak,
sedangkan anak belajar sungguh-sungguh untuk
menghargai pengorbanan orang tua.
c. Bebas
Bebas merupakan jenis lingkungan keluarga dimana orang tua
tidak memberikan aturan dan norma-norma yang harus ditaati oleh
anak, sehingga anak merasa bebas , dan kebanyakan mereka terjebak
dalam hal-hal yang negatif karena kurangnya perhatian orang tua.
Ciri-crinya adalah sebagai berikut :
1) Tidak ada aturan yang mendidik dan membimbing anak
2) Orang tua tidak peduli dengan perkembangan dan pertumbuhan
anak
3) Membiarkan anak bergaul dengan siapa saja tanpa memperhatikan
apakah temannya baik atau tidak.
Dari apa yang telah kita amati, tentang jenis lingkungan
keluarga dan ciri-cirinya. Jenis lingkungan keluarga yang paling tepat
untuk diterapkan dalam penelitian ini ialah lingkungan keluarga yamg
demokratis. Kerena semakin kita menerapkan jenis lingkungan
keluarga yang otoriter, maka anak akan semakin terkekang dan tidak
bisa bergaul seperti anak-anak pada umumnya.
Apalagi bila lingkungan keluarganya bebas, itu sangat
memprihatikan, karena tidak ada perhatian orang tua sehingga anak
merasa bebas untuk melakukan hal-hal baik secara positif maupun
28
negatif. Yang paling disayangkan, kebanyakan anak-anak sekarang
mudah terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.
Tapi jika kita menerapkan lingkungan keluarga yang
demokratis, kemungkinan anak akan bisa memilih mana yang positif
dan yang negatif sebelum mengambil keputusan. Sebab sebelum
mengambil keputusan, anak mempertimbangkannya dan meminta
pendapat kepada orang tua terlebih dahulu.
5) Faktor-faktor Keluarga
Slameto (2003:60) menyatakan “Anak akan menerima pengaruh
dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik anak, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga”. Faktor-
faktor tersebut apabila dapat menjalankan sesuai dengan fungsi dan
peranannya masing-masing dengan baik, kemungkinan dapat menciptakan
situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar.
Pendapat Slameto (2003: 61) sebagai berikut :
“Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya”.
Orang tua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan
siswa, orang tua disamping menyediakan alat-alat yang dibutuhkan anak
29
untuk belajar yang lebih penting bagaimana memberikan bimbingan,
pengarahan agar anak lebih bersemangat untuk berprestasi.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor-faktor keluarga
yang berpengaruh terhadap belajar anak diatas, adalah cara orang tua
dalam mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut :
a) Cara orang tua mendidik anak
Cara orang tua dalam mendidik anak kemungkinan akan
berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan peran
orang tua dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik,
guru dan pemimpin bagi anak-anaknya. Peran dan tugas orang tua
salah satunya dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam
mendidik anaknya, kebiasaan- kebiasaan baik yang ditanamkan agar
mendorong semangat anak untuk belajar.
b) Relasi antara anggota keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua
dengan anaknya atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Wujud
relasi itu bisa berupa cara hubungan penuh kasih sayang, pengertian,
dan perhatian ataukah diliputi oleh rasa kebencian, sikap terlalu keras,
ataukah sikap acuh tak acuh. Dan relasi antara anggota keluarga ini
erat hubungannya dengan bagaimana orang tua dalam mendidik
anaknya.
30
c) Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut
dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis
antar orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang
lain. Selain itu keadaan rumah juga perlu ditata dengan rapi dan bersih
sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan sejuk yang
memungkinkan anak lebih suka tinggal di rumah untuk belajar.
Dengan demikian suasana rumah yang tenang dan tentram dapat
membantu konsentrasi anak belajar di rumah. Harapan dan tujuan anak
untuk meraih prestasi belajar yang maksimal di sekolah kemungkinan
juga akan terbantu.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misal makanan, perlindungan, kesehatan dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti alat-alat tulis, ruang belajar serta
sarana pelengkap belajar yang lain. Fasilitas tersebut dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai penghasilan yang cukup. Dan kondisi yang
demikian kemungkinan dapat memotivasi anak untuk maju.
e) Fasilitas belajar
Semua aktifitas atau kegiatan apapun selalu membutuhkan
tempat atau ruang. Demikian juga dalam belajar siswa juga
memerlukan adanya tempat belajar. Agar memperoleh hasil belajar
31
yang baik siswa membutuhkan tempat belajar yang baik. Tempat
belajar yang baik hendaknya terletak di tempat yang tenang dan
terbebas dari hal-hal yang dapat mengganggu. Agar terwujud tempat
yang kondusif untuk belajar siswa.
Hendaknya mengusahakan ruang belajar yang mendukung
untuk belajar. Dengan tempat belajar yang baik maka setiap siswa
memasuki tempat belajar akan tumbuh niatnya untuk belajar.
Penerangan di tempat belajar harus cukup agar mata tidak cepat
lelah dan tidak merusak kesehatan mata. Penerangan yang terbaik
sebenarnya adalah penerangan dari sinar matahari.
Pada umumnya siswa lebih banyak menggunakan waktu untuk
belajarnya di malam hari. Agar kesehatan mata tidak terganggu maka
sangat perlu diperhatikan penerangan dari lampu yang digunakan saat
belajar.
Penerangan terbaik untuk membaca di waktu malam adalah
penerangan tak langsung, karena cahaya yang dihasilkan memantul
dan tersebar ke semua arah sehingga sifat cahaya merata dan tidak
menimbulkan bayangan.
Sirkulasi udara dalam ruang belajar sangat penting bagi
kesehatan saat belajar. Mengenai pentingnya pertukaran udara yang
baik dalam kamar.
32
Suatu syarat yang harus diperhatikan siswa untuk menciptakan
tempat belajar yang baik adalah peredaran udara. Tempat belajar
hendaknya mempunyai peredaran udara yang lancar.
Alat untuk belajar yang lengkap dan cukup memadai untuk
belajar akan mendorong siswa belajar dengan baik, sehingga
mendukung pula pencapaian prestasi. Peralatan yang diperlukan dalam
belajar antara lain buku, alat-alat tulis, alat lain yang diperlukan dalam
belajar, buku pegangan maupun buku-buku acuan yang mendukung.
C. Kemandirian Siswa
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian siswa adalah kelakuan atau tingkah laku individu
siswa dalam menghadapi tanggung jawabnya sebagai siswa dengan
kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain sampai
batas kemampuannya. Dalam melakukan aktivitas belajar, setiap siswa
dituntut kemandirian balajarnya, karena dengan adanya sikap siswa
tersebut siswa akan mencapai hasil belajar yang optimal.
Definition of independent learning, independent study is a process, a method and a philosophy of education whereby a learner acquires knowledge by his or her own efforts and develops the ability for enquiry and critical evaluation. Terms: Independent learning Self-directed learning Autonomous learning Teacher control : Learner control Teachers can facilitate independent learning through deliberate surrendering of certain prerogatives and the acceptance of responsibility.
http://www.studysphere.com/education/Learning-Styles-and-Methods-
Independent-Learning-5349.html.
33
Menurut Kartono (1997:70) menyatakan bahwa “Kemandirian
yang diartikan sebagai self standing yaitu kemampuan berdiri diatas kaki
sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku
sebagai manusia dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi
kebutuhan sendiri”. Demikian halnya menurut Badudu Zain (1997:874)
“Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang
lain”. Kemandirian akan mendorong manusia untuk berprestasi dan
berkreasi. Siswa yang mempunyai sikap mandiri akan lebih berani
memutuskan hal–hal yang berkenaan dengan dirinya bebas dari pengaruh
orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta
merangsang untuk berprestasi lebih baik.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) “Membantu siswa
untuk mandiri berarti menolong mereka agar bebas dari bantuan orang
lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan individual yang
mengalami secara langsung bebas dari ketergantungan. Sikap mandiri
merupakan perilaku yang terdapat pada seseorang yang timbul karena
dorongan dari diri sendiri bukan pengaruh dari orang lain. Hal ini sesuai
dengan Brawer dalam Sutrisno dan Slamet widodo (1994:2) berpendapat
bahwa “Perilaku mandiri yaitu perilaku seseorang yang timbul karena
dorongan atau kekuatan dari dalam tanpa ada pengaruh dari orang lain”.
Menurut Jerrold E Kemp (1994:54) “Mandiri adalah tanggung
jawab diri sesuai dengan kecepatan diri sendiri melakukan terhadap
bantuan orang lain”. Dengan demikian kemandirian belajar adalah
34
kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan mengendalikan diri dalam
setiap kegiatan belajar bebas dari rasa ketergantungan terhadap orang lain
dalam menyelesaikan tugas dan permasalahan belajarnya serta sikap
mengendalikan aktifitasnya sendiri.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Mandiri
Perilaku mandiri terbentuk secara mendadak tetapi melalui
proses sejak masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara
individu satu dengan yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mandiri individu
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam individu dan dari luar
individu.
Menurut Bimo Walgito (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian ada 2 yaitu faktor eksogen dan faktor indogen. Faktor
eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu berasal
dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor yang berasal dari keluarga
misalnya, jumlah anak dalam keluarga, posisi anak dalam urutan
kelahiran, situasi anak yang kurang mendukung misalnya kekacauan
keluarga, kurang perhatian orang tua dan keadaan sosial ekonomi. Faktor
yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan
teman. Faktor dari masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan dalam masyarakat. Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari
diri sendiri yang terdiri dari faktor fisiologis yaitu kondisi fisik yang sehat
35
atau tidak sehat dan faktor psikologis misalnya bakat, minat, motivasi, dan
kecerdasan.
Peran faktor ini bekerja secara tidak langsung melalui perlakuan
atau sikap orang tua terhadap anak dan adanya kebutuhan individu akan
perhatian dari lingkungan ketika masih kanak–kanak.
3. Komponen-komponen Kemandirian Belajar
Siswa yang mandiri menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk
mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, secara relatif
jarang mencari perlindungan kepada orang lain dan mempunyai rasa ingin
tahu menonjol. Sedangkan Potter dkk dalam Masrun (1986) mengatakan
bahwa teori kemandirian yang dikenal sebagai teori locus of control
menyimpulkan adanya 5 komponen kemandirian yaitu :
a. Kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku yang
eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran, mampu
mengekspresikan diri dan bertindak secara spontan.
Contoh : Menjawab pertanyaan yang diberikan guru, secara kritis dan
sesuai dengan pendapatnya secara langsung dan percaya
diri.
b. Berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dalam lingkungan dengan
rasa percaya diri tanpa mengharapkan bantuan orang lain, serta bebas
dalam mengambil keputusan.
Contoh : Mengerjakan ulangan dengan rasa percaya diri tanpa
menyontek pekerjaan temannya.
36
c. Melakukan aktifitas tambahan sesuai dengan kehendak sendiri,
mengerjakan sesuatu tanpa memperdulikan apa yang dipikirkan orang.
Contoh : Belajar sendiri di rumah, mengerjakan soal latihan tanpa
diperintah oleh guru.
d. Puas terhadap hasil kerja yang telah dilakukan yaitu perilakunya
diarahkan kepada diri sendiri.
Contoh : menerapkan ilmu dan skill dalam kehidupan, misal:
mengajarkan ilmu yang dikuasai kepada orang lain, seperti
guru kepada siswa.
e. Mampu melakukan tugas rutin sendiri dalam semua aspek kehidupan.
Contoh : Berusaha mengerjakan tugas-tugas harian tanpa meminta
bantuan orang lain baik tugas sekolah maupun pekerjaan
rumah.
Tugas sekolah, contoh : PR, LKS, dan lain-lain.
Tugas rumah, contoh : membantu orang tua.
Komponen–komponen tersebut diatas mempunyai kedudukan
yang sama atau saling melengkapi dalam menimbulkan perilaku mandiri.
Menurut Fromm yang dikutip oleh T. Sumadijono (2003) menyebut
kepribadian yang sehat dengan orientasi produktif. Suatu konsep yang
menggambarkan penggunaan secara penuh potensi manusia. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa individu yang produktif dapat diartikan
sebagai individu yang menggunakan semua tenaga dan potensi yang
dimilikinya, dan selalu mengartikan kehidupannya untuk kepentingan
37
individu yang mandiri yang tidak menggantungkan diri pada orang lain
dan kreatif. Dengan kata lain pada individu yang produktif selalu muncul
kreativitas untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara
maksimal.
4. Ciri-ciri kemandirian
Dari uarai komponen-komponen kemandiri diatas dapat
disimpulkan bahwa perilaku mandiri memiliki beberapa ciri tertentu,
menurut T. Sumadijono (2003) yaitu adanya tanggung jawab, keputusan
yang diambil atas dorongan dari diri sendiri (inisiatif), kebebasan,
kreatifitas, integritas dan identitas yang jelas. Kesemuanya itu akan
menghasilkan ide–ide baru sehingga sangat bermanfaat bagi diri sendiri
atau orang lain.
Ciri–ciri kemandirian dalam belajar menurut Nurjanah (1995)
yaitu :
a) Tanggung jawab dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya rasa
percaya pada diri sendiri atas kemampuannya, tidak tergantung secara
terus–menerus pada orang lain dan menentukan sendiri arah
belajarnya.
Contoh : Mengerjakan soal ujian sendiri dan tidak menyontek teman,
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sendiri, dan lai-lain.
b) Tegas dalam mengambil keputusan dalam hal ini terlihat adanya
kebebasan dan keberanian dalam mengambil keputusan, selalu
38
mengandalkan diri sendiri dan mampu mengatasi atau memecahkan
masalah.
Contoh : Tugas observasi yang diberikan guru untuk melakukan
obsevasi untuk kemudian menyimpulkan solusi dari
kendala yang dianggap bisa mengatasi masalah yang
dihadapi.
c) Memburu minat baru dalam hal ini bertindak kreatif, keberanian
mencoba hal baru dan mampu menyatakan buah pikiran.
Contoh : Membuat kreasi-kreasi baru yang bisa dimanfaatkan.
5. Keuntungan Belajar Mandiri
Dengan dilaksanakannya belajar mandiri akan memberikan
beberapa keuntungan diantaranya adalah siswa menjadi belajar lebih
keras, lebih banyak dan lebih mampu untuk mengingat hal-hal yang
dipelajarinya dibandingkan dengan yang tidak melakukan kegiatan belajar
mandiri.
Menurut Anung Haryono dalam buku Yusufhadi Miarso (1986)
menyebutkan bahwa keuntungan belajar mandiri adalah :
a) Belajar mandiri memberi kemungkinan bagi siswa untuk maju sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
Contoh : Belajar membaca dan menghitung bagi siswa yang suka
membaca dan menghitung.
39
b) Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban ataupun
yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
Contoh : Menerapkan program akselerasi dan home schooling.
c) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa
dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain,
tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi.
Contoh : Belajar mandiri bisa memupuk percaya diri seseorang bahwa
ia mampu memahami dan menerapkan pada dirinya.
d) Menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa
perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk
berlangsungnya interaksi antar siswa.
Contoh : Siswa yang tidak memahami materi pelajaran bisa langsung
bertanya kepada guru atau kepada temannya yang
memahami materi.
e) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu untuk
pengajaran menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak
untuk membantu siswa dalam pertemuan kelompok dan konsultasi
perorangan.
Contoh : Guru memberikan kebebasan untuk bertanya tentang
permasalahan yang dihadapi siswa di luar kelas, sedangkan
di kelas ia hanya memberikan tugas.
40
Menurut Jerrold E. Kemp (1994:156) mengatakan bahwa
keunggulan belajar mandiri adalah :
a) Menghasilkan peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan.
b) Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban ataupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing–masing dalam kondisi belajar yang cocok.
c) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi.
d) Menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
e) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar berubah karena waktu untuk pengajaran menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk membantu siswa dalam pertemuan kelompok dan konsultasi perorangan.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam belajar siswa memerlukan sebuah proses, tidak bisa dilakukan
dalam satu waktu saja namun belajar harus rutin dilakukan perlahan-lahan
secara mandiri, sehingga rutinitas belajar mandiri tersebut akan menjadi suatu
kebiasaan yang harus dilakukan oleh siswa. Belajar memerlukan proses yang
berulang-ulang dan bertahap, sering kali dijumpai seorang siswa yang
mempunyai kemandirian belajar yang tinggi, prestasi belajarnya juga tinggi
dan juga lingkungan keluarga yang mendukung siswa dalam belajar,
kemungkinan prestasi belajarnya juga tinggi. Namun ada juga siswa yang
mempunyai kemandirian belajar, hasil belajarnya cukup rendah karena tidak
adanya dukungan dari lingkungan keluaraga. Oleh karena itu, siswa yang
41
mempunyai lingkungan belajar dalam keluarga yang kondusif akan dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
Dari pemikiran di atas untuk memperjelas pelaksanaan penelitian
sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan maka
perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma penelitian
Keterangan :
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Yaitu variabel yang merupakan rangsangan untuk mempengaruhi variabel
yang lain. Yang menjadi variabel bebas adalah :
a. Lingkungan Keluarga (X1).
b. Kemandirian Belajar (X2).
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Yaitu suatu jawaban atau hasil dari perilaku yang dirangsang. Dalam hal
ini yang menjadi variabel terikat adalah: Prestasi Belajar (Y).
Lingkungan Keluarga (X1)
Kemandirian Belajar (X2)
Prestasi Belajar (Y)
42
E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2003:51) “Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan pada
perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
2. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010.
3. Lingkungan keluarga dan kemandirian belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X program
keahlian akuntansi SMK Tamansiswa tahun ajaran 2009/2010.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Pengertian Metode Penelitian
Menurut Hadari Nawawi (2005:4) “Metode adalah cara utama
yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2007:5) “Penelitian diartikan suatu proses
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Sugiyono (2008:3), ”Metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara utama yang digunakan dalam proses pengumpulan
dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk
mendapatkan data yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode
serta alat-alat tertentu.
2. Jenis-jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pada dasarnya dapat digunakan salah satu dari
metode yang ada, macam-macam penelitian menurut Winarno (1994:31)
mengklasifikasikan metode penelitian menjadi tiga yaitu :
44
a. Penelitian DeskriptifPenelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah aktual.
b. Penelitian HistorikPenelitian historik adalah penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan yang alamiah dan perspektif historis suatu masalah. Penelitian ini merupakan sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan yang timbul untuk menciptakan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah.
c. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah penelitian dengan mengadakan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu yang akan menegaskan variabel yang akan diselidiki. Tujuan eksperimen bukanlah pada eksperimen data melainkan pada penemuan faktor-faktor akibat.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
karena penelitian ini berdasarkan pada data yang ada pada saat sekarang,
yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan, menyusun, dan
menaganalisis data yang terkumpul. Penelitian ini mengukur tentang
pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi. Dalam pengumpulan datanya menggunakan angket,
hasil data tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk angka (kuantitatif).
Menurut Nazir (1999:73-74) dalam melaksanakan penelitian
deskriptif ada beberapa langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai
berikut:
a. Memilih dan merumuskan masalah.b. Menentukan tujuan dari penelitian.c. Memberi batasan atas sejauh mana penelitian tersebut akan
dilaksanakan.d. Merumuskan kerangka teori.e. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya
dengan masalah yang ingin dipecahkan.f. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang akan diuji.
45
g. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data.h. Membuat tabulasi serta analisis statistik yang dilakukan terhadap data
yang telah dikumpulkan.i. Memberikan interprestasi dari hasil dalam hubunganya dengan kondisi
sosial yang akan diselidiki.j. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis-
hipotesis yang ingin diuji.k. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2003:72) “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian dicari kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo
yang berjumlah 134 siswa, terdiri dari kelas XA: 34 siswa, XB: 34 siswa,
XC: 32 siswa, dan kelas XD: 34 siswa.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108), “Sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang diteliti”. Suatu penelitian kadang
mempunyai objek penelitian atau populasi yang banyak sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan penelitian secara menyeluruh. Untuk itu
diperlukan sebagian dari populasi yang ada sehingga hasil penelitian dapat
mencerminkan kecenderungan dari populasi tersebut. Suharsimi Arikunto
(2002:112) mengemukakan bahwa:
46
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-25% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan danab. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena
hal ini menyangkut banyak sedikitnya danac. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, tentu saja
jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik
Mengingat banyaknya populasi siswa yang akan diteliti maka
peneliti hanya akan mengambil sebagian dari populasi yang ada untuk
dijadikan sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel
sebanyak 30% dari jumlah populasi sebanyak 134 siswa kelas X program
keahlian akuntansi tahun ajaran 2009/2010 yaitu sejumlah 40 subjek yang
menjadi anggota populasi. Jumlah tersebut dipandang representatif, karena
sudah melampaui jumlah batas minimal sampel yaitu 25% dari populasi
dengan jumlah sampel minimal sebanyak 33 subjek.
3. Sampling
Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil sampel penelitian,
maka digunakan sampling. Menurut Sugiyono (2006:56) “Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel
yang digunakan”. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan
sampel, yaitu :
a. Random Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu
dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara
pengambilan sampel dengan random ada 3 cara :
47
1) Cara undian adalah pengambilan sampel dengan cara memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi anggota sampel.
2) Cara ordinal adalah cara pengambilan sampel dengan cara
kelipatan dari sampel sebelumnya, misalkan kelipatan dua,
kelipatan tiga, dan seterusnya.
3) Cara randomisasi adalah pengambilan sampling melalui tabel
bilangan random.
b. Non Random Sampel
Adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota
sampel diberi kesempatan untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara
pengambilan sampel dengan non random sampel ada tujuh cara yaitu:
1) Proporsional sampling adalah pengambilan sampel yang
memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam
populasi penelitian.
2) Statisfied sampling adalah cara pengambilan sampel dari populasi
yang terdiri dari strata yang mempunyai susunan bertingkat.
3) Proporsive sampling adalah cara pengambilan sampel dengan
menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan.
4) Quota sampling adalah ruang dan tempat belajar baik yang
tersedeia dirumah maupun dikampus.
5) Double sampling atau sampling kembar sering digunakan dalam
research dan penelitian yang menggunakan angket lewat usaha
menampung mereka dan mengembalikan dalam angket.
48
6) Area probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang
menunjukkan cara tertentu atau bagian sampel yang memiliki ciri-
ciri populasi.
7) Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel yang
berdasarkan pada cluster-cluster tertentu.
8) Combinet adalah gabungan antara beberapa sampling dalam teknik
random sampling dan teknik non random sanpling di atas sehingga
menyaipkan tampilan komunikasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik proporsional random sampling dengan cara undian. Teknik
proporsional random sampling adalah salah satu teknik di mana sampel
diambil secara acak menurut proporsi tiap sub populasi yang ada sehingga
setiap individu mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel
dan dari masing-masing sub populasi yang diambil 10 siswa. Alasan
digunakannya teknik ini adalah agar peneliti dapat terlepas dari perasaan
ingin mengistimewakan salah satu atau beberapa individu untuk dijadikan
sampel karena setiap individu mempunyai hak yang sama dan tiap sub
populasi mempunyai proporsi yang sama.
Adapun prosedur dalam pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan jumlah sampel pada tiap sub populasi
49
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Populasi Jumlah
Kelas X.A = 34 orang 10.14 dibulatkan 10
Kelas X.B = 34 orang 10.14 dibulatkan 10
Kelas X.C = 32 orang 9.55 dibulatkan 10
Kelas X.D = 34 orang 10.14 dibulatkan 10
Jumlah 40
Rumus: x jumlah sampel
Keterangan :
n = jumlah siswa tiap kelas
k = jumlah seluruh siswa (populasi).
b. Menulis pada kertas-kertas kecil nomor identitas sub populasi dari
nomor absen pertama sampai terakhir kemudian menggulung dan
meletakkannya dalam wadah .
c. Mengocok dan menjatuhkan satu per satu gulungan kertas tersebut dari
sub populasi masing-masing sub diambil 10 siswa sehingga dari empat
kelas diperoleh 40 siswa sebagai sampel.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli yang dikumpulkan secara khusus untuk keperluan
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini data primernya adalah
lingkungan keluarga dan kemandirina belajar yang diperoleh dari
50
hasil angket yang diberikan langsung kepada siswa kelas X program
keahlian akuntansi SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari membaca buku-
buku literature yang digunakan sebagai dasar untuk membuat landasan
teori. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah prestasi belajar
akuntansi siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah (rapor siswa).
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:3) “Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tetentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah (X1)
Lingkungan keluarga dan (X2) Kemandirian belajar.
2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel dependen adalah (Y) Prestasi belajar akuntansi
siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
51
1. Angket
Menurut Sugiyono (2005:135) ”Kuisoner (angket) merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya”. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128-129) angket dapat
dibagi atas beberapa jenis, tergantung pada beberapa sudut pandang.
a. Dipandang dari cara jawaban yang diberikan:
1) Angket langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2) Angket tidak langsung, yaitu responden menjawab tentang orang
lain.
b. Dipandang dari cara menjawab :
1) Angket terbuka, yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
2) Angket tertutup, yang sudah disediakan jawaban sehingga
responden tinggal memilih.
c. Dipandang dari bentuknya:
1) Angket pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan angket
tertutup.
2) Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka.
3) Check list, adalah sebuah daftar dimana responden tinggal
membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
52
4) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang
diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
misalnya mulai dari sangat setuju sampai tidak setuju.
Dalam penelitian ini, jenis angket yang digunakan adalah angket
langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda yang akan disediakan
lima alternatif jawaban pertanyaan sehingga responden tinggal
memberikan tanda pada salah satu jawaban yang tersedia yang
menurutnya benar. Sebelum angket digunakan terlebih dahulu diuji
cobakan, perlakuan ini untuk mengetahui tingkat kevaliditasan dan
kereabilitasan angket.
Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengali data
tentang lingkungan keluarga dan kemandirian belajar yang diberikan
langsung kepada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Bentuk angket yang
digunakan adalah sistem chek list (√). Alasan peneliti mengunakan angket
adalah :
a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, oleh karena itu
individu yang diselidiki adalah benar-benar dapat dipercaya karena
dari sumber-sumber yang berkepentingan.
b. Data akan diperoleh dalam waktu bersamaan.
c. Angket memberikan kemudahan dalam proses penggolongan data
karena adanya keseragaman dalam memberikan pertanyaan dan
jawaban yang telah dibuat peneliti.
53
d. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya karena dapat dilaksanakan secara
serempak.
Menurut Sanafiah Faizal (1999:30), langkah-langkah dalam
menyusun angket yaitu:
a. Melakukan penjabaran variabel ke dalam indikator-indikator yang
hendak diukur. Adapun variabel lingkungan keluarga yang demokratis
dapat dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan bakat
dan potensi yang dimiliki.
2) Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak.
3) Memberikan kebebasan kepada anak untuk bergaul dalam batas
norma-norma dan kesopanan yang ada.
4) Orang tua dan anak saling menghargai dan menghormati hak dan
kewajiban masing-masing.
Adapun variabel kemandirian belajar dapat dijabarkan dalam
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Tanggung jawab dan percaya diri.
2) Tegas dalam mengambil keputusan.
3) Memburu minat baru (inovatif).
b. Menyusun kisi-kisi angket dan kisi-kisi tes. Adapun kisi-kisi angket
untuk lingkungan keluarga dan kemandirian belajar selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
54
Tabel 3.2 Kisi- kisi angket
No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
Soal
1. Lingkungan keluarga
Kebebasan mengembangkan bakat dan potensi
1, 2, 3 dan 4
15
Peraturan yang dibuat orang tua untuk kebaikan anak
5, 6, 7 dan 8
Kebebasan kepada anak untuk bergaul
Orang tua dan anak saling menghargai
9, 10, 11, dan 12
13, 14 dan 15
2. Kemandirian belajar
Tanggung jawab dan percaya diri
1, 2, 3 dan 4
15
Tegas dalam mengambil keputusan
5, 6, 7, 8 dan 9
Memburu minat baru (Inovatif)
10, 11, 12, 13, 14 dan 15
c. Merumuskan Item Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh responden. Dalam
penelitian ini menggunakan pertanyaan positif semua, hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan arti ganda responden.
d. Menentukan alternatif jawaban dan sistem penilaian
Dalam angket yang disajikan untuk setiap pertanyaan diberikan
alternatif jawaban yang berjenjang. Dalam penelitian ini alternatif
55
jawaban yang disediakan untuk angket lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar menggunakan 5 alternatif jawaban, yaitu :
1) Selalu (SL) : Bila frekuensi kejadiannya 75 % -100%.
2) Sering (SR) : Bila frekuensi kejadiannya 50 % - < 75%.
3) Kadang-kadang (K) : Bila frekuesi kejadiannya 25% - < 50%.
4) Jarang (JR) : Bila frekuensi kejadiannya 10% - < 25%.
5) Tidak pernah (TP) : Bila frekuensi kejadianya < 10%.
Penilaian angket lingkungan keluarga dan kemandirian belajar
menggunakan skala Likert dengan penilaian sebagai berikut:
1) Jawaban Selalu (SL) diberi nilai 5
2) Jawaban Sering (SR) diberi nilai 4
3) Jawaban Kadang-kadang (K) diberi nilai 3
4) Jawaban Jarang (JR) diberi nilai 2
5) Jawaban Tidak pernah (TP) diberi nilai 1
e. Membuat surat pengantar angket
Surat pengantar ini berisi tentang tujuan yang diinginkan dalam
pengisian angket tersebut.
f. Mengadakan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Angket
Sebelum angket disebarkan kepada responden dalam hal ini
anggota sampel, terlebih dahulu harus diuji cobakan pada individu di
luar sampel tetapi masih dalam anggota populasi. Hal ini untuk
menghindari pertanyaan yang kurang jelas sehingga menimbulkan
penafsiran yang salah/pertanyaan yang tidak relevan dengan
56
permasalahan yang diteliti, selain itu tujuan diuji coba untuk
mengetahui apakah alat ukur yang dibuat telah memenuhi validitas dan
reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:183), ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan banyaknya subjek
dalam uji coba angket antara lain:
1) Tersedianya subjek yang akan dijadikan sasaran
2) Unit analisis yang diambil.
3) Kemampuan peneliti dalam hal waktu dan dana
4) Tingkat kesulitan dalam pelaksanaan
Dalam penelitian ini uji coba angket diberikan kepada 20 orang
siswa di luar anggota sampel penelitian. Prosedur pelaksanaan uji coba
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Menentukan subjek yaitu sejumlah 20 orang diluar anggota
sampel, tetapi masih dalam anggota populasi.
2) Memberikan lembar angket untuk dijawab
3) Mengumpulkan hasil uji coba angket
4) Melakukan tabulasi data yang terkumpul.
5) Menganalisis data untuk mengetahui valid dan reliabel.
2. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:158) Dokumentasi adalah
mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya. Metode
dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber
57
data yang ada di sekolah. Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar akuntansi siswa
yang meliputi nama siswa, no induk, dan nilai akhir siswa kelas X
program keahlian akuntansi semester genap SMK Tamansiswa Sukoharjo
tahun ajaran 2009/2010 yang diambil dari nilai rapor yang diperoleh dari
dokumen sekolah.
E. UJI INSTRUMEN
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:126) “Variasi jenis
instrument penelitian adalah angket, cek lis (check list), daftar tentang
pedoman wawancara dan pedoman pengamatan”.
Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid
dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan
instrumen dalam mengumpulkan data. Uji validitas dilaksanakan dengan
rumus korelasi product moment. Item angket dinyatakan valid jika harga
rhitung > rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar 0,444. Pengujian
validitas butir soal menggunakan bantuan program SPSS for Windows
58
15.0. Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket menunjukkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Lingkungan keluarga
No. item rxy rtabel 5% (N=20) Keterangan
1 0,705 0,444 Valid
2 0,544 0,444 Valid
3 0,562 0,444 Valid
4 0,832 0,444 Valid
5 0,634 0,444 Valid
6 0,741 0,444 Valid
7 0,720 0,444 Valid
8 0,678 0,444 Valid
9 0,644 0,444 Valid
10 0,791 0,444 Valid
11 0,631 0,444 Valid
12 0,586 0,444 Valid
13 0,782 0,444 Valid
14 0,647 0,444 Valid
15 0,605 0,444 Valid
Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket lingkungan
keluarga menunjukkan bahwa dari 15 butir angket semuanya valid karena
nilai rxy untuk semua item angket lebih besar dari rtabel pada taraf
59
signifikansi () = 5% yaitu sebesar 0,444, sehingga angket ini sahih dan
dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian.
Tabel 3.4
Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Kemandirian belajar
No. item rxy rtabel 5% (N=20) Keterangan
1 0,648 0,444 Valid
2 0,602 0,444 Valid
3 0,689 0,444 Valid
4 0,741 0,444 Valid
5 0,664 0,444 Valid
6 0,585 0,444 Valid
7 0,680 0,444 Valid
8 0,650 0,444 Valid
9 0,748 0,444 Valid
10 0,722 0,444 Valid
11 0,539 0,444 Valid
12 0,563 0,444 Valid
13 0,636 0,444 Valid
14 0,636 0,444 Valid
15 0,594 0,444 Valid
Hasil perhitungan uji validitas terhadap angket kemandirian belajar
menunjukkan bahwa dari 15 butir angket semuanya valid karena nilai rxy
untuk semua item angket lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () =
60
5% yaitu sebesar 0,444, sehingga angket ini sahih dan dapat dipercaya
untuk mengambil data penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2003:86), “Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan kosistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala
yang sama”. Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keajegan
instrument atau data yang diteliti.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana angket
dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten jika dilakukan
dua kali pengukuran atau lebih pada kelompok yang sama dengan alat
ukur yang sama. Pengujian Cronbach Alpha digunakan untuk menguji
tingkat keandalan (reliability) dari masing-masing angket variabel.
Adapun secara ringkas hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam tabel 3.5
berikut ini :
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Angket
Variabel rxyrtabel 5% (N=20) Keterangan
Lingkungan keluarga 0,9113 0,444 Reliabel
Kemandirian belajar 0,8986 0,444 Reliabel
Dari hasil uji reliabilitas terhadap angket lingkungan keluarga
memperoleh koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,9113, dimana nilai
61
tersebut lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar
0,444, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini reliabel atau dapat
dipercaya dan mampu untuk menjadi alat pengumpul data.
Selanjutnya dari hasil uji reliabilitas terhadap angket kemandirian
belajar memperoleh koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,8986, dimana nilai
tersebut lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar
0,444, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket ini reliabel atau dapat
dipercaya dan mampu untuk menjadi alat pengumpul data.
Selain itu, hasil uji reliabilitas dikonsultasikan dengan ketetapan
reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002:117) sebagai berikut :
Antara 0,800 – 1, 000 = sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,800 = tinggi
Antara 0,400 – 0,600 = cukup
Antara 0,200 – 0,400 = rendah
Antara 0,001 – 0,200 = sangat rendah
Hasil uji reliabilitas terhadap angket lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar memperoleh koefisien reliabilitas (r11) masing-masing
sebesar 0,9113 dan 0,8986, dimana nilai tersebut berada pada ketetapan
reliabilitas sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa angket atau
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan dapat
dipercaya.
3. Uji Prasarat Analisis
62
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan dalam
regresi ini untuk memperoleh data yang valid dan reliabel maka perlu
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan statistik yang antara lain uji
normalitas dan uji linieritas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
menggunakan uji normalitas sebagai berikut: (Sudjana, 1996:466-469).
Nilai terbesar selisih F (Z1)-S-(Z1) dan dijadikan L hitung.
Kesimpulan:
1) Jika Lhitung > Ltabel maka Ho diterima berarti distribusi sebenarnya
normal.
2) Jika Lhitung < Ltabel maka Ho ditolak berarti distribusi sebenarnya
tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model
persamaan yang kita peroleh cocok atau tidak. Adapun menurut
Sudjana (1996:330-337) adalah sebagai berikut:
1)
2) Ftabel = (1- ) (k-2;N,k)s
63
3) Menghitung:
a) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaanya tidak
linier.
b) Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima berarti persamaannya
linier.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Analisis Regresi Linier Ganda
Menurut Subagyo (1997:315), regresi linier adalah status teknik
statistik untuk mengetahui besar hubungan antara variabel X1, X2 terhadap
variabel Y, adapun rumus regresi linier yang akan digunakan dalam
penelitian adalah:
Y = a + b1X1 + b2 X2 + e
Keterangan:
Y : Prestasi belajar Akuntansi
X1 : Lingkungan keluarga
X2 : Kemandirian belajar
a : Bilangan konstanta
b : Koefisien regresi linier tiap variabel
e : Error
2. Uji t
64
Yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-
langkah pengujian secara umum:
a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ho : β ≠ 0,berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Menentukan level of significance α = 0.05
Dengan derajat kebebasan n – 1 – k
ttabel = t ( ;n – 1 – k)
c. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila –ttabel thitung ttabel
Ho ditolak apabila thitung > ttabel atau – thitung < –ttabel
d. Nilai thitung
t =
Keterangan:
b = koefisien regresi
Sb = Standar error of regression coeffisien
65
= nilai beta
e. Kesimpulan
Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabe1 maka dapat diambil
kesimpulan Ho diterima atau Ho ditolak.
3. Uji F
Uji F digunkan untuk mengetahui significance pengaruh variabel
Lingkungan keluarga (X1), Kemandirian belajar (X2), secara bersama-sama
terhadap variabel prestasi belajar Akuntansi (Y). Langkah-langkah
pengujian secara umum:
a. Perumusan Hipotesis
H0 : l = 2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
H1 : l 2 0, artinya ada pengaruh yang signifikan variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen
b. Level of significance (α = 5%)
Dengan derajat kebebasan (dk); k, (n–1–k)
Ftabel = ; k; (n–1–k) atau 0,05; k; (n–1–k)
c. Kriteria pengujian
Daerah diterimaDaerah ditolak
F0,05,k,n-k-1
66
Ho diterima apabila Fhitung Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
d. Perhitungan nilai Fhitung :
F =
Keterangan:
SSR = Sum of square-res for the requestion
SSRes = Sum squares for the residual
e. Kesimpulan
Dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel maka akan dapat
diambil kesimpulan apakah Ho diterima ataukah Ho ditolak.
4. Analisi Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen yang
ditunjukkan dalam persentase. Menurut Subagyo (1997:350), adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
R2 =
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
b1, b2 = Koefisien regresi
67
X = Variabel independen
Y = Variabel dependen
5. Sumbangan
Sumbangan Relatif maupun efektif digunakan untuk mengetahui
kontribusi masing-masing independen (X1, X2) terhadap perubahan
variabel dependen (Y). Menurut Hadi (2004:41), “Penelitian yang juga
dapat menghitung besar sumbangan relatif masing-masing kreditor
terhadap prediksi”.
Untuk melihat signifikansi suatu garis regresi antara kriterium
dengan prediktornya yang ditunjuk dari korelasi tiap variabel yang diteliti.
Dengan rumus Sumbangan Relatif sebagai berikut:
a. Sumbangan Relatif (SR%)
b. Sumbangan Efektif (SE%)
SE % X1 = SR % X1 . R2
SE % X1 = SR % X1 . R2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
68
A. Gambaran Umum SMK Tamansiswa Sukoharjo
1. Berdirinya dan Keadaan Sekolah
Sebagai realisasi dari tugas menyelenggarakan pendidikan untuk
anak-anak, Suwardi Suryaningrat barsama teman-temannya mendirikan
Perguruan Nasional Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922 (saat itu
bersamaan dengan hari Senin Kliwon tanggal 8 Zulka’idah tahun Hijrah
1340). Perguruan Nasioanal Tamansiswa yang pertama kali berdiri disebut
dalam bahasa Belanda “National Onderwijs Instituut Taman Siswo”.
Bagian perguruan yang mula-mula didirikan ialah Taman Anak (Taman
Lare, Kindertuin, Kindergarten) yang sekarang disebut Taman Indria
(Taman Kanak-kanak) dan Kursus Guru, gedung pertemuan terletak di
Jalan Tanjung, sekarang Jalan Gajah Mada di Yogyakarta. Sebagai modal
membuka Taman Indria itu terdapat satu kelas siswa dan bangku sekolah
pemberian dari Sekolah Adidarmo pimpinan Suryopranoto (kakak
Suwardi Suryaningrat). Menurut pesan Suryopranoto agar Suwardi
membuka Taman Anak dan Kursus Guru. Sebelumnya Suwardi pernah
menjadi guru di sekolah Adidarmo tersebut.
Maksud dan tujuan mendirikan Tamansiswa itu tercantum dalam
pokok pikiran Suwardi yang disampaikan melalui pidato pembukaan
Perguruan Nasional Tamansiswa yang intinya sebagai berikut :
69
a. Pendidikan dan pengajaran bagi bangsa sebagai perwujudan
pemeliharaan dan pengembangan turunan bangsa itu agar bertumbuh
dengan sehat lahir-batinnya untuk mencapai masayarakat yang
berkebudayaan.
b. Pendidikan dan pengajaran bagi tiap pribadi (individu) harus
mengembangkan jiwa dan raganya. Segala peralatan yang digunakan
hendaklah berdasarkan adat istiadat rakyat, agar dapat bertumbuh
cepat menurut kodratnya sesuai dengan kemajuan bangsanya.
c. Pengajaran barat tidak luput dari pengaruh kolonial, ialah seseorang
dididik untuk keperluan yang mendidiknya.
d. Pendidikan barat dilaksanakan semata-mata untuk mendapatkan
“diploma” (ijazah) buat menjadi “buruh” (pegawai), tidak untuk isi
pendidikan yang mendapatkan pengetahuan bagi kemajuan jiwa
raganya.
Akibat dari pendidikan yang berjiwa kolonial, bangsa Indonesia tidak
dapat membangun masyarakat sendiri, selalu bergantung pada bangsa
barat (berkebudayaan barat). Untuk melenyapkan pengaruh pendidikan
kolonial itu tidak cukup dilawan dengan gerakan polotik saja, tetapi harus
dengan gerakan pendidikan yang menyebar benih hidup merdeka. Cara
pendidikan dan pengajaran kolonial untuk kepentingan kaum kolonial
harus kita tentang dengan pendidikan yang berdasarkan kultur kita sendiri
dan mengutamakan kepentingan rakyat.
2. Visi dan Misi SMK Tamansiswa Sukoharjo
70
a. Visi SMK Tamansiswa Sukoharjo
Pendidikan dan latihan kejurusan serta pengembangan
akuntansi dan sekretaris yang diterima dunia usaha dan industri pada
tahun 2010. Gambaran kondisinya adalah:
1) Seluruh guru, karyawan, siswa memiliki rasa bangga, hormat dan
percaya pada sekolahnya.
2) Masyarakat umum dan dunia usaha/industri mengetahui
keberadaan dan prestasi SMK Tamansiswa Sukoharjo.
b. Misi SMK Tamansiswa Sukoharjo
SMK yang mandiri dan dikelola secara profesional untuk
mencetak tamatan yang siap kerja di bidang akuntansi dan sekretaris.
Untuk menyongsong era globalisasi dan informasi melalui pelaksanaan
diklat dengan sistem ganda yang mengacu pada sistem pendidikan
nasional. Untuk mencapai misi tersebut diperlukan langkah-langkah:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan sistem ganda yang
seimbang dan berkualitas
2) Menyelenggarakan diklat oleh guru profesional dan dengan mutu
yang mantap
3) Bekerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya
4) Menyelenggarakan kegiatan bersama pihak lain yang terkait untuk
peningkatan kualitas pendidikan.
c. Tujuan SMK Tamansiswa Sukoharjo
71
1) Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta
mengembangkan sikap professional.
2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu
berkompetisi, dan mengembangkan diri.
3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi
kebutuhan dunia usaha/industri saat ini dan masa mendatang.
4) Meningkatkan tamatan sekolah menjadi warga negara normatif,
adaptif, kreatif dan inovatif.
3. Struktur Organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo
SMK Tamansiswa Sukoharjo sebagai salah satu bentuk organisasi
memiliki struktur organisasi sebagaimana lembaga-lembaga lain. Struktur
organisasi tersebut dibuat untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil
yang mengelola lembaga tersebut. Melalui struktur organisasi tersebut
dapat terlihat adanya garis yang berhubungan langsung dari pimpinan
dalam hal ini adalah kepala sekolah.
Adapun struktur organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo adalah
sebagai berikut :WAKASEK
UR. SARANA/PRASARANA
BP3/POMG
TATA USAHA
WAKASEKUR. KESISWAAN
WAKASEKKURIKULUM
WAKASEKUR. HUMAS
BIMBINGANPENYULUHANWALI
KELAS
KETUA JURUSAN
GURU
SISWA
KEPALA SEKOLAH
72
Gambar 4.1
Struktur Organisasi SMK Tamansiswa Sukoharjo
Sumber: Arsip SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun 2009/2010.
Dalam suatu sekolah, pihak yang berwenang penuh sebagai pengemudi
yang akan mengarahkan sekolah tersebut adalah Kepala Sekolah.
Meskipun keseluruhannya itu tidak dilaksanakan dan tidak tergantung
kepada Kepala Sekolah secara individual, tetapi Kepala Sekolah sebagai
penanggung jawab serta pengkoordinir seluruh aparat sekolah yang ada di
bawahnya, dalam usaha memajukan sekolah serta mempertahankan mutu
out put atau keluaran dari sekolah tersebut.
a. Tugas Kepala Sekolah
1) Memimpin semua bidang-bidang yang ada di bawahnya.
73
2) Bertanggung jawab atas baik buruknya sekolah, baik yang sifatnya
kedalam maupun keluar untuk memperhatikan mutu pendidikan
yang dicapai siswa di mata masyarakat.
3) Mengawasi ketertiban guru dan karyawan dalam melaksanakan
tugasnya serta mengawasi keteriban kelas.
Selain tugas-tugas yang harus dilaksanakan, seorang Kepala
Sekolah juga mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab kepada atasan.
2) Melaksanakan tata tertib dari Kanwil.
3) Memberi laporan-laporan ke atas mengenai keadaan di sekolahnya,
misalnya:
a) Kekurangan-kekurangan sekolah.
b) Prestasi belajar tiap semester.
c) Jumlah keseluruhan siswa.
d) Bertanggung jawab atas semua peralatan sekolah dengan
pengolahan sekolah.
Dalam malaksanakan tugas-tugas dan kewajiban Kepala
Sekolah dibantu oleh pembantu-pembantu dan guru-guru yang lain.
Adapun pembantu bidang terdiri dari:
1) Wakil kepala bidang kurikulum
2) Wakil kepala bidang sarana dan prasarana
3) Wakil kepala bidang kesiswaan
4) Kepala perpustakaan
74
5) Koordinator BP
Wakil kepala sarana dan prasarana mempunyai tugas
melaksanakan urusan ketata usahaan sekolah yang meliputi:
1) Penyusunan program tata usaha sekolah.
2) Penyusunan keuangan sekolah.
3) Pengurusan kepegawaian.
4) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah.
5) Penyusunan perlengkapan sekolah.
6) Penyusunan dan penyajian statistik sekolah.
7) Penyusunan laporan kegiatan pengurusan tata usaha sekolah.
8) Bertanggung jawab urusan kesiswaan.
9) Bertanggung jawab bidang tata laksana kantor.
Bidang tata usaha bertugas untuk:
Mengurus dan mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dengan menyelenggarakan administrasi keuangan
antara lain:
1) Menyiapkan rencana keuangan sekolah.
2) Mengelola penggunaan keuangan sekolah.
3) Mempertanggungjawabkan keuangan sekolah.
Wakil kepala bidang sarana dan prasarana bertugas untuk :
1) Menyusun rencana pembiayaan anggaran untuk keperluan
laboratorium.
75
2) Mengatur penggunaan laboratorium bersama guru bidang studi
mengatur tata ruang laboratorium.
3) Melakukan penyusunan terhadap benda/alat laboratorium.
4) Mengatur penyimpanan benda/alat laboratorium.
5) Melakukan perawatan/ pemeliharaan benda/alat laboratorium.
6) Mengusahakan pengembangan laboratorium.
7) Melakukan tugas lain dari Kepala Sekolah.
8) Menyusun laporan kegiatan di laboratorium.
Wakil kepala bidang kurikulum bertugas untuk :
1) Mempersiapkan buku induk dan mengisi data siswa.
2) Menyiapkan absensi murid.
3) Membuat statistik kegiatan sekolah.
Bidang perpustakaan bertugas untuk:
1) Bersama Kepala Urusan Tata Usaha menyusun untuk pengelolaan
perpustakaan.
2) Bersama Urusan tata tertib dan guru menyusun rencana pengadaan
buku perpustakaan.
3) Menerima dan memeriksa buku untuk perpustakaan.
4) Menyelesaikan mengklasifikasikan dan membubuhkan cap buku dan
mencatat buku induk.
5) Membuat kantong buku dan sampul buku.
6) Menyusun daftar katalog buku perpustakaan.
76
7) Mengatur penggunaan/pemakaian buku perpustakaan, baik untuk
dipergunakan siswa maupun guru sesuai dengan pedoman pelaksanaan
pengelolaan perpustakaan.
Urusan bimbingan dan penyuluhan selaku pembantu kepala sekolah
bertanggung jawab kepada Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan
dalam rangka membantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan
kesejahteraan sekolah:
1) Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan
yang meliputi waktu kegiatan, metode bimbingan dan penyuluhan,
peralatan dan biaya teknik pengolahan data hasil bimbingan dan
penyuluhan serta petugas BP.
2) Mengadakan koordinasi dengan wali kelas, guru bidang studi dan
ketua jurusan serta urusan kesiswaan dalam rangka pembinaan
kesiswaan dan orang tua/wali siswa.
3) Menyusun dan melaksanakan program kerjasama dengan instansi lain
yang relevan serta urusan baik pemerintah maupun swasta dengan
memelihara dan mengembangkan hubungan baik dengan sekolah
dengan orang tua dan sekolah dengan lembaga pemerintahan maupun
swasta masyarakat.
4) Mengevaluasi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.
5) Menyusun statistik hasil evaluasi bimbingan dan penyuluhan.
6) Menyusun dan memberikan saran dan pertimbangan pemilihan
jurusan bagi siswa.
77
B. Penyajian Data
1. Data Hasil Angket Lingkungan keluarga (X1)
Data lingkungan keluarga diperoleh melalui angket yang terdiri
dari 15 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SL, SR, K, JR, dan
TP dengan skor jawaban 5, 4, 3, 2, dan 1, sehingga jumlah skor maksimal
jika responden memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah
75 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 15.
Dari hasil skoring jawaban angket lingkungan keluarga kelas X
SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 diperoleh skor
tertinggi 63 dan skor terendah 47 dengan skor rata-rata sebesar 54,65,
median sebesar 54 serta standar deviasi (SD) = 3,900 (Lampiran 14). Nilai
rata-rata sebesar 54,65 menunjukkan bahwa mayoritas responden
memberikan jawaban option 4 yaitu setuju (54,65/15 = 3,6 atau option 4).
Dari deskripsi di atas diperoleh skor angket lingkungan keluarga sebagai
berikut:
a. Skor baik = X ≥ 58,55 (54,65 + 3,9)
b. Skor cukup = 50,75 < X > 58,55
c. Skor tidak baik = X ≤ 50,75 (54,65 – 3,9)
Nilai Skor Lingkungan keluarga Banyaknya siswaBaik (Mendukung) 6Cukup (Cukup mendukung) 29Tidak baik (Tidak mendukung) 5
Total 40
78
Berdasarkan skor angket lingkungan keluarga siswa kelas X SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan
kecenderungan tergolong cukup mendukung usaha belajar siswa.
Untuk mempermudah memahami data lingkungan keluarga, maka
data lingkungan keluarga siswa dapat ditransformasikan dalam tabel dan
grafik histogram sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Lingkungan Keluarga
Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi
2 Frekuensi relative
47 – 50 5 48,5 2352,25 242,5 11761,25 12,5% 51 – 53 11 52 2704 572 29744 27,5%54 – 56 13 55 3025 715 39325 32,5%57 – 58 4 57,5 3306,25 230 13225 10%59 – 60 3 59,5 3540,25 178,5 10620,75 7,5%61 – 63 4 62 3844 248 15376 10%Jumlah 40 334,5 18771,75 2186 120052 100%
Rata-Rata 54,65SD 3,87Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.1
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari
data lingkungan keluarga adalah skor antara 54 – 56 yaitu sebanyak 13
siswa atau 32,5%. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada skor antara
59 - 60 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%.
Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Data Lingkungan Keluarga
79
Lingkungan Keluarga
64,062,060,058,056,054,052,050,048,0
Lingkungan Keluarga
Freq
uenc
y
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 3,90
Mean = 54,7
N = 40,00
2. Data Hasil Angket Kemandirian belajar (X2)
Data kemandirian belajar diperoleh melalui angket yang terdiri dari
15 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SL, SR, K, JR, dan TP
dengan skor jawaban 5, 4, 3, 2, dan 1, sehingga jumlah skor maksimal
jika responden memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah
75 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 15.
Dari hasil skoring jawaban angket kemandirian belajar kelas X
SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh skor
tertinggi 60 dan skor terendah 48 dengan skor rata-rata sebesar 55,075,
median sebesar 55,5 serta standar deviasi (SD) = 3,157 (Lampiran 14).
Nilai rata-rata sebesar 55,075 menunjukkan bahwa mayoritas responden
memberikan jawaban option 4 yaitu setuju (55,075/15 = 3,7 atau option 4).
Dari deskripsi di atas diperoleh skor angket kemandirian belajar sebagai
berikut:
80
a. Skor tinggi = X ≥ 58,232 (55,075 + 3,157)
b. Skor sedang = 51,918 < X > 58,232
c. Skor rendah = X ≤ 51,918 (55, 075 – 3,157)
Nilai Skor Kemandirian Belajar Banyaknya siswaTinggi 7Sedang 26Rendah 7
Total 40
Berdasarkan skor angket kemandirian belajar siswa kelas X SMK
Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan
kecenderungan tergolong cukup tinggi.
Untuk mempermudah memahami data kemandirian belajar, maka
data kemandirian belajar siswa dapat ditransformasikan dalam tabel dan
grafik histogram sebagai berikut :
Tabel 4.2Data Kemandirian Belajar
Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi
2 Frekuensi relative
38-50 3 49 2401 147 7203 7,5%51-52 4 51,5 2652,25 206 10609 10%53-54 8 53,5 2862,25 428 22898 20%55-56 13 55,5 3080,25 721,5 40043,25 32,5%57-58 5 57,5 3306,25 287,5 16531,25 12,5%59-60 7 59,5 3540,25 416,5 24781,75 17,5%
Jumlah 40 231,5 17840,25 2206,5 122066,25 100%Rata-Rata 55,16
SD 2,99Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.2
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari
data kemandirian belajar terdapat pada skor antara 55-56 yaitu sebanyak
81
13 siswa atau 32,5% . Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada skor
antara 38-50 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%.
Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar
Kemandirian Belajar
60,058,056,054,052,050,048,0
Kemandirian Belajar
Freq
uenc
y
14
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 3,16
Mean = 55,1
N = 40,00
3. Data Prestasi Belajar Akuntansi Siswa (Y)
Data prestasi belajar akuntansi siswa diperoleh melalui teknik
dokumentasi pada nilai rapor siswa. Dari hasil dokumentasi prestasi
belajar pada siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010 diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60 dengan nilai
rata-rata sebesar 73,7, median sebesar 74 serta standar deviasi (SD) =
6,738 (Lampiran 14). Nilai rata-rata lebih rendah dari median, artinya
sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dari rata-
rata kelas. Nilai rata-rata sebesar 73,7 menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki prestasi belajar yang termasuk kategori cukup tinggi
82
(0 – 29 = sangat rendah; 30 - 59 = rendah; 60 - 79 = cukup; 80 - 90 =
tinggi; 100 = exelent).
Untuk mempermudah memahami data prestasi belajar akuntansi,
maka data prestasi belajar akuntansi dapat ditransformasikan dalam tabel
dan grafik histogram sebagai berikut :
Tabel 4.3Data Prestasi Belajar Akuntansi
Interval fi Xi Xi2 fiXi fiXi
2 Frekuensi relative
60 – 65 6 62,5 3906,25 374 23447,5 15%66 – 70 6 68 4624 408 27744 15%71 – 75 14 73 5329 1022 74606 35%76 – 80 11 78 6084 858 66924 27,5%81 – 85 2 83 6889 166 13778 5%86 – 90 1 88 7744 88 7744 2,5%Jumlah 40 435 34576,25 2916 214243,5 100%
Rata-Rata 72,9
SD 6,53Sumber: ringkasan dari Lampiran 16.3
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa frekuensi terbanyak dari
data prestasi belajar akuntansi siswa terdapat pada skor antara 71 - 75
yaitu sebanyak 14 siswa atau 35% . Sedangkan frekuensi terendah
terdapat pada skor antara 86 - 90 yaitu sebanyak 1 siswa atau 2,5%.
Gambar 4.4Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Akuntansi
83
Prestasi Belajar Akuntansi
90,085,080,075,070,065,060,0
Prestasi Belajar Akuntansi
Freq
uenc
y
14
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 6,74
Mean = 73,7
N = 40,00
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji
normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Lillefors. Dalam
pengerjaan dengan program SPSS for windows 15.0, perhitungan uji
normalitas dengan rumus Lillifors dapat dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan
cara membandingkan Lomaks dengan nilai kritis yang diambil dari daftar
nilai kritis uji Liliefors, untuk taraf nyata () 0,05. Jika Lomaks < Ltabel dari
daftar pada taraf nyata = 0,05 dengan ukuran sampel N = 40, maka data
berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4
84
Hasil Uji Normalitas
Variabel LoHitungLtabel 5% (N=40) Keterangan
Lingkungan keluarga 0,091 0,140 Sebaran data Normal
Kemandirian belajar 0,115 0,140 Sebaran data Normal
Prestasi belajar akuntansi 0,077 0,140 Sebaran data Normal
Rangkuman Lampiran 17, 18, dan 19
Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa semua harga
Lohitung lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%, sehingga data yang
digunakan dalam penelitian ini dinyatakan memiliki sebaran data atau
distribusi data yang normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas regresi digunakan untuk mengetahui apakah model
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berupa garis lurus
(hubungan linier) atau tidak. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada
Lampiran 20 dan 21. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji LinieritasVariabel Fhitung Ftabel 5% Keterangan
Lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi siswa
0,728 2,13 Regresi Linier
85
Kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa
1,792 2,16 Regresi Linier
Dari hasil uji linieritas lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar akuntansi diperoleh harga Fhitung sebesar 0,728. Harga ini
dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (15;23)
sebesar = 2,13. Hasilnya adalah Fhitung < Ftabel (0,728 < 2,13), maka model
regresi antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi
merupakan hubungan linier atau berupa garis lurus.
Dari hasil uji linieritas kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi diperoleh harga Fhitung sebesar 1,792. Harga ini
dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db
(10;28) sebesar = 2,16. Hasilnya adalah Fhitung < Ftabel (1,792 < 2,16),
maka model regresi antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi merupakan hubungan linier atau berupa garis lurus.
D. Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Ganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa. Adapun model persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1.X1 + b2.X2
86
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dengan program SPSS for
windows 15.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6Hasil Analisis Regresi Linier Ganda
Koefisien thitung SignifikansiKonstanta 42,145Lingkungan keluarga 0,892 4,144 0,000Kemandirian belajar 0,855 3,213 0,003
R2 0,727F Statistik 49,306 0,000
Rangkuman Lampiran 22.
Berdasarkan hasil regresi diatas, maka dapat disusun persamaan sebagai
berikut:
Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
Konstanta (a) = 42,145, berarti jika lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar dianggap 0 atau tidak ada, maka
prestasi belajar akuntansi siswa hanya sebesar 42,145.
Koefisien b1 = 0,892, berarti jika skor lingkungan keluarga meningkat
satu poin maka prestasi belajar akuntansi siswa akan
meningkat sebesar 0,892 (dengan asumsi variabel
kemandirian belajar dianggap konstan).
Koefisien b2 = 0,855, berarti jika skor kemandirian belajar meningkat
satu poin maka prestasi belajar akuntansi siswa akan
meningkat sebesar 0,855 (dengan asumsi variabel
lingkungan keluarga dianggap konstan).
2. Uji t
87
Uji t parsial digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh
positif lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa secara parsial (Lampiran 22). Untuk menentukan
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak adalah dengan
melihat tabel signifikansi. Hasil uji t secara ringkas ditunjukkan dalam
tabel 4.7.
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Uji t
Variabel thitung ttabel5% Keterangan
Lingkungan keluarga 4,144 2,021 H0 ditolak
Kemandirian belajar 3,213 2,021 H0 ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS for windows 15.0
diperoleh nilai t variabel lingkungan keluarga sebesar 4,144 dan nilai
probabilitas = 0,000 (Lampiran 22). Karena nilai thitung > ttabel (4,144 >
2,021) dengan p<0,05, maka Ho ditolak. Artinya dapat dinyatakan bahwa
terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa dan hipotesis pertama dinyatakan dapat diterima.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS for windows 15.0
diperoleh nilai t variabel kemandirian belajar sebesar 3,213 dan nilai
probabilitas = 0,003 (Lampiran 22). Karena nilai thitung > ttabel (3,213 >
2,021) dengan p<0,05, maka Ho ditolak. Artinya dapat dinyatakan bahwa
terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa dan hipotesis kedua dinyatakan dapat diterima.
88
3. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga
dan kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa. Perhitungan uji F menggunakan SPSS for windows 15.0
memperoleh nilai F sebesar 49,306 dengan nilai p-value = 0,000
(Lampiran 22). Sedangkan untuk mencari Ftabel adalah dengan
menggunakan derajat bebas jumlah variabel bebas (k) dan N-k-1 adalah
jumlah sampel, sehingga Ftabel = 0,05 (2;37) adalah 3,23. Berdasarkan hasil
uji F dapat diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (49,306 > 3,23) dengan p<0,05,
maka Ho ditolak berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan
keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa, dengan demikian hipotesis ketiga yang diajukan dapat diterima
kebenarannya.
4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Uji kofeisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam
model. Apabila R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel
dependen secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka variasi dari
variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Dari hasil analisis data dengan bantuan komputer program SPSS
release 15.0 diperoleh nilai koefisien regresi ganda R2 sebesar 0,727
(Lampiran 22). Ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh lingkungan
89
keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa
adalah sebesar 72,7%, sedangkan 27,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti, misalnya motivasi belajar, sarana belajar,
bimbingan guru, bimbingan orang tua, dan sebagainya.
5. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
Perhitungan Sumbangan Relatif (SR %) dan Sumbangan Efektif
(SE %) dilakukan untuk melihat besarnya sumbangan yang diberikan oleh
masing-masing variabel lingkungan keluarga dan kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar akuntansi siswa ditunjukkan pada perhitungan
sumbangan relatif (SR%) dan sumbangan efektif (SE%) (Lampiran 23).
Variabel pengaruh lingkungan keluarga memberikan sumbangan relatif
sebesar 57,3% dan sumbangan efektif 41,7% terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa. Variabel kemandirian belajar memberikan sumbangan
relatif sebesar 42,7% dan sumbangan efektif 31% terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa. Secara keseluruhan variabel pengaruh lingkungan
keluarga dan kemandirian belajar memberikan sumbangan sebesar 72,7%
terhadap prestasi belajar akuntansi (Lampiran 23). Selanjutnya di antara
kedua variabel tersebut dapat diketahui bahwa variabel lingkungan
keluarga memberikan sumbangan lebih besar terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa (41,7%), sehingga dapat dinyatakan bahwa lingkungan
keluarga merupakan faktor yang memberikan pengaruh dominan terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa.
90
E. Pembahasan
Hasil analisis regresi terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa memperoleh
persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
akuntansi siswa ditentukan oleh dukungan lingkungan keluarga dan
kemandirian siswa dalam belajar.
Hasil pengujian hipotesis pertama memperoleh nilai thitung variabel
lingkungan keluarga sebesar 4,144 > ttabel (2,021) dengan p-value = 0,000
diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa
terdapat pengaruh positif dari lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa. Artinya semakin demokratis lingkungan keluarga, maka
prestasi belajar akuntansi semakin tinggi. Sebaliknya semakin kurang
demokratis lingkungan keluarga, maka prestasi belajar akuntansi semakin
rendah.
Lingkungan keluarga yang kurang demokratis, akan mengakibatkan
rendahnya interaksi orang tua-anak dan dapat menurunkan semangat belajar
anak. Karena itu untuk menciptakan lingkungan keluarga yang demokratis,
orang tua harus mempunyai kemampuan dalam memberikan dorongan-
dorongan kepada anak, menciptakan suasana belajar yang baik, serta berusaha
mendapatkan dan menimbulkan reaksi anak, dalam arti dapat mengusahakan
bermacam-macam upaya agar anak dapat tertarik untuk belajar, sehingga anak
91
akan menaruh minat dan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar ketika
sedang berada di rumah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sayekti Pujo dan Sugihartomo
(2001:32) yang menyatakan, bahwa lingkungan keluarga yang baik dapat
dilihat dari kemampuan menyediakan fasilitas belajar, pengawasan kegiatan
belajar, mengenal kesulitan belajar siswa, dan menolongnya dari kesulitan
belajar tersebut. Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis, buku tulis, buku
pelajaran dan tempat untuk belajar. Kemudian orang tua perlu mengawasi
kegiatan belajar anaknya di rumah. Karena dengan mengawasi kegiatan
belajarnya anaknya, dia dapat mengetahui apakah anaknya belajar dengan
sebaik-baiknya. Selanjutnya orang tua harus mengenal kesulitan kesulitan
anaknya dalam belajar dengan cara menanyakan kepada anaknya apakah ada
pelajaran yang sukar untuk diikuti, atau orang tua menanyakan kapada guru
mengenai pelajaran yang sukar didikuti oleh anak-anaknya. Selanjutnya orang
tua harus membantu anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar,
berarti orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam proses
belajarnya. Melalui upaya-upaya tersebut, maka proses belajar siswa akan
lebih berkualitas.
Dari tabulasi data lingkungan keluarga, dapat disimpulkan bahwa
walaupun orang tua mengijinkan untuk melaksanakan atau mengembangkan
bakat dan potensi sesuai keinginan anak, tetapi jika tidak ditopang dengan
fasilitas yang memadai maka anak tidak bisa mengembangkan bakat dan
potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, walaupun orang tua sudah memenuhi
92
fasilitas yang dibutuhkan dan anak tidak berminat, maka bakat dan potensi
tersebut tidak bisa berkembang secara maksimal.
Hasil pengujian hipotesis kedua memperoleh nilai thitung variabel
kemandirian belajar sebesar 3,213 > ttabel (2,021) dengan p-value = 0,003
diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif dari kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa. Artinya semakin tinggi kemandirian belajar, maka semakin
tinggi prestasi belajar akuntansi siswa. Sebaliknya semakin rendah
kemandirian belajar, maka semakin rendah pula prestasi belajar akuntansi
siswa, anak yang mandiri memiliki ciri yang mendukungkeberhasilan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suparmi (2001:62) bahwa ciri-
ciri siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi adalah belajar atas
kemauan sendiri tanpa perintah pihak lain di luar dirinya sendiri, tidak suka
tergantung pada orang lain, mempunyai kemauan yang keras untuk mencapai
tujuan hidup, tidak suka menunda waktu, rajin dan tidak mudah putus asa,
serta mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan
argumen logisnya. Individu yang mempunyai sikap mandiri akan lebih berani
memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh
orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta
merangsangnya berprestasi lebih baik.
Dari tabulasi data kemandirian belajar, dapat disimpulkan bahwa
selama anak memperkirakan bisa mengerjakan ulangan akuntasi tanpa bantuan
orang lain atau teman maka akan dikerjakan sendiri. Dan pada saat jam belajar
93
anak diajak teman bermain dia tetap belajar, maka anak tersebut memiliki ciri-
ciri kemandirian belajar yang tinggi. Sebaliknya, pada saat jam belajar anak
diajak teman bermain dan dia mau, maka anak tersebut belum termasuk anak
yang mandiri.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan analisis regresi
ganda yang mendapatkan harga Fhitung sebesar 49,306 lebih besar dari nilai Ftabel
sebesar 3,23 pada taraf signifikansi 5%. Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan dari lingkungan keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa. Berarti tinggi rendahnya prestasi belajar akuntansi
siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar.
Penerimaan hipotesis ketiga tersebut sesuai dengan pendapat Slameto
(2005:16) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik
dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (external). Adapun faktor
internal adalah kemandirian belajar, motivasi belajar, minat dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, bimbingan guru,
sarana belajar, dan lain-lain.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis regresi terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa memperoleh
persamaan garis regresi sebagai berikut:Y = 42,145 + 0,892.X1 + 0,855.X2.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
akuntansi siswa ditentukan oleh dukungan lingkungan keluarga dan
kemandirian siswa dalam belajar.
2. Lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010. Hasil analisis regresi memperoleh nilai thitung sebesar 4,144 >
ttabel (2,021) dengan p-value = 0,000 diterima pada taraf signifikansi 5%.
Kontribusi lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi adalah
sebesar 41,7%.
3. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010. Hasil analisis regresi memperoleh nilai thitung sebesar 3,213 >
ttabel (2,021) dengan p-value = 0,003 diterima pada taraf signifikansi 5%.
95
Kontribusi kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi adalah
sebesar 31%.
4. Lingkungan keluarga dan kemandirian belajar berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X SMK Tamansiswa
Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari hasil analisis uji F
yang memperoleh nilai Fhitung sebesar 49,306 lebih besar dari nilai Ftabel
sebesar 3,23 pada taraf signifikansi 5%. Secara keseluruhan variabel
pengaruh lingkungan keluarga dan kemandirian belajar memberikan
kontribusi sebesar 72,7% terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi para siswa
a. Berdasarkan hasil penelitian, lingkungan keluarga berpengaruh
terhadap prestasi belajar, maka siswa diharapkan lebih meningkatkan
komunikasai yang sehat dengan keluarga agar tercapai lingkungan
keluarga yang harmonis dan membangun lingkungan keluarga yang
demokratis. Hal ini agar suasana rumah berlangsung dengan baik dan
nyaman untuk belajar.
b. Kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa, tetapi nilai rata-rata kemandirian belajar sedang hal
96
ini ditunjukkan pada hasil penelitian melalui angket diperoleh skor
tertinggi pada item pernyataan nomor 1 berkenaan dengan siswa bisa
memperkirakan mengerjakan ulangan akuntasi tanpa bantuan orang
lain atau teman, sedangkan skor terendah terdapat pada item
pernyatan nomor 5 berkaitan dengan pada saat jam belajar siswa
diajak teman bermain tapi siswa tetap belajar, dari hasil angket diatas
ternyata masih banyak siswa yang tidak memiliki kesadaran untuk
tetap belajar. Untuk itu peneliti menyarankan agar siswa lebih
meningkatkan kesadaran dalam belajar dengan cara belajar pada
waktunya tanpa disuruh dan mempertahankan rasa percaya diri dalam
belajar untuk mencapai prestasi belajar yang baik.
2. Bagi Guru
97
a. Bekerja sama dengan orang tua dalam memantau perkembangan
proses belajar anak dengan cara membantu siswa dalam menghadapi
kesulitan belajar, memberikan bimbingan dan arahan (konseling)
untuk menumbuhkan motivasi dan minat yang positif dalam belajar,
dan mencoba mengadakan pendekatan personal tiap siswa. Sehingga
didapat kemajuan yang saling mendukung antara belajar di sekolah
dan di rumah.
b. Memberikan bimbingan dan arahan (konseling) untuk menumbuhkan
kemandirian belajar, dan mencoba mengadakan pendekatan personal
tiap siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengontrol setiap
tugas yang diberikan untuk melihat apakah siswa benar-benar
mengerjakan tugas dengan baik dan mandiri.
3. Bagi Orang tua
Pada penelitian ini lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap
prestasi belajar siswa, tetapi nilai rata-rata lingkungan keluarga sedang hal
ini ditunjukkan pada hasil penelitian melalui angket diperoleh skor
tertinggi pada item pernyataan nomor 1 berkenaan dengan orang tua
mengijinkan anak untuk melaksanakan atau mengembangkan bakat dan
potensi sesuai dengan keinginan anak, sedangkan skor yang terendah
terdapat pada item pernyatan nomor 4 yaitu orang tua menopang fasilitas
bakat dan kemampuan anak, dari hasil angket diatas ternyata masih
banyak orang tau yang kurang menopang fasiltas untuk bakat dan
98
kemampuan anak. Untuk itu peneliti menyarankan agar orang tua sedikit
menopang fasilitas untuk mengembangkan bakat dan kemampuan anak.
4. Saran bagi peneliti yang akan datang
Bagi peneliti di masa mendatang hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya, karena pada
dasarnya terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, misalnya motivasi belajar, bimbingan guru, sarana belajar, dan
sebagainya.