ii. kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesisdigilib.unila.ac.id/444/3/rahmanto_bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
2.1. Deiskripsi Teori
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran
1. Konsep Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kuwalitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil.
Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Saiful Sagala. (2003 ; 12)
menyatakan ”Belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya
mendapatkan kepandaian. Dalam implementasinya belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, prilaku dan ketrampilan dengan cara
mengolah bahan belajar”.
Menurut Saiful Sagala (2003 ; 11) menyatakan :
Belajar merupakan komponen Ilmu Pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bacaan acuan interaktif, baik yang bersifat emplisit maupun
implisit (tersembunyi). Tiori tiori yang dikembangkan dalam komponen ini
meliputi antara lain tiori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum,
isi kurikulum, dan modul modul pengembangan kurikulum.” Lebih lanjut
Belajar dalam arti luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan
pribadi seutuhnya. Sedangkan belajar dalam arti sempit adalah penguasaan
19
materi Ilmu pengetahuan yang merupakan bagian menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.
Menurut Lester D. Crow and Crow dalam Slameto (2003 ; 3) “Learning is a
modification of behavior accompanying growth processes thatare brought about
through adjusment to tensions initiated through sensory stimulation”. Artinya :
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai prosespertumbuhan yang
semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadapkeadaan yang diawali lewat
rangsangan panca indera.
Lebih lanjut Sardiman (2001 ; 3) mengemukakan bahwa
Belajar adalah untuk 1) mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau
konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui. 2) dapat mengerjakan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat, baik berupa tingkah laku
maupun keterampilan. 3) mampu mengkombinasikan dua pengetahuan atau
lebih kedalam satu pengetahuan baru, baik berupa ketrampilan,
pengetahuan, konsep, maupun tingkah laku. 4) dapat memahami atau
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Menangkap pesan dan isi bahan ajar tersebut maka dalam belajar individu
menggunakan kemampuan pada ranah ranah sebagai berikut :
1) Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,
penalaran, atau pikiran yang teridir dari katagori mengingat, memahami,
mengaplikasikan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
2) Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi
reaksi yang berbeda dalam penalarannya yang terdiri dari katagori
penerimaan, partisipasi, penilaian/ penentuan sikap, organisasi dan
pembentukan pola hidup.
20
3) Psikomotor, yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani
terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.
Orang dapat mengamati tingkah laku seseorang yang telah belajar setelah
membandingkan dengan sebelum belajar. Beberapa kajian teori belajar tersebut
diatas dapat dirumuskan bahwa belajar merupakan usaha manusia dalam rangka
merubah pola pikir dan tingkah lakunya berdasarkan pengetahuan, pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga terjadi perubahan dalam
ketrampilan, pemahaman, pengetahuan, nilai dan sikap yang bersifat permanen
dan membekas, sehingga diharapkan anak dapat hidup mandiri tidak tergantung
kepada orang lain.
2. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan
terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal yang sengaja dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu.
Walter Dick dan Lou Carey dalam Beny A Pribadi (2009 ; 17) menyatakan bahwa
” pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan
secara terstruktur dan terencana dengan sebuah atau beberapa jenis media”. Lebih
lanjut Saiful Sagala. (2003 : 61). Menyatakan ”Pembelajaran merupakan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
21
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Selanjutnya
dikemukakan Corey dalam Saiful Sagala (2003 : 61) menyebutkan bahwa
”pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.
Saiful Sagala ( 2003; 63). Berpedapat bahwa :
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki
aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua dalam pembelajaran
membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengatahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran akan lebih bermakna bila dikelola oleh guru yang profesional, yakni
guru yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi paedagodik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial.Martinis Yamin dan Maisah (2010 ; 7) UU No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan :
Standar kompetensi guru meliputi empat komponen, yaitu 1) pengelolaan
pembelajaran. 2) pengembangan potensi, 3) penguasaan akademik dan 4)
sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi terdiri dari
tujuh kompetensi yaitu : 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2)
pelaksanaan interksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi peserta didik, 4)
pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5)
pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan pendidikan dan 7)
penguasaan bahan kajian akademik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akan
menjadi bermakna apa bila dikelola secara profesional, profesionalisme seorang
guru ditandai dengan menguasai bahan, mampu mengelola proses pembelajaran,
22
mampu mengelola kelas, mampu menggunakan media/ sumber, menguasai
landasan kependidikan, mampu mengelola interasi pembelajaran, mampu
menyediakan sarana untuk pembelajaran, mengenal fungsi dan program
bimbingan konseling, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
memahami prinsip dan hasil penelitian guna kepentingan pembelajaran.
2.1.2. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Proses belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan perubahan perubahan
dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Adanya perubahan itu tampak
dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999; 787), yang dimaksud dengan
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Sedangkan menurut pendapat dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar dalam Saiful
Bahri Djamarah (1994 ; 20-21) menyatakan bahwa ”prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.
Menurut Tulus tu’u (2004 ; 75) ”prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang
ketika mengerjakan tugas atau kegiatan”. Nasrun Harahap dalam Saiful Bahri
Djamarah (1994 ; 20-21), berpendapat bahwa “Prestasi adalah "penilaian
23
Pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa”.
Dari beberapa pendapat diatas menunjukan bahwa istilah prestasi adalah hasil dari
suatu kegiatan baik dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Sehingga
istilah prestasi sering kita jumpai dalam kegiatan sehari hari seperti prestasi kerja,
prestasi olahraga, prestasi belajar dan lain lain.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Muhibin Syah (2004 ; 75 )
mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor
yang menghubungkan proses belajar secara keseluruhan”. Sedangkan menurut
Tulus tu’u (2004 ; 75) menyatakan bahwa ”Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
24
tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil
dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk
pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana
siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi
belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam
periode tertentu.
3. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Berdasarkan pada uraian diatas, maka prestasi belajar pendidikan
kewarganegaraan adalah hasil pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi
faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran
25
Pendidikan Kewarganegaraan yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
yang relevan.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Syaiful Bahri Djamarah (2000 ; 177) mengemukakan faktor faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
a. Faktor luar
1) Lingkungan
Alami
Sosial budaya
2) Instrumental
Kurikulum
Program
Sarana dan prasarana
Guru
b. Faktor dalam
1) Fisiologis
Kondisi fisiologis
Kondisi pancaindra
2) Psikologis
Minat
Kecerdasan
Bakat
Motivasi
Kemampuan kognitif
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar
diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar sangat penting sekali untuk membantu siswa
dalam mencapai prestasi belajar yang baik .
26
2.1.3. Kosep Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indra atau disebut
juga proses sensori. Persepsi dalam psikologi diartikan sebagai salah satu
perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan
memaknakan sesuatu obyek yang ada dilingkungannya.
Menurut Daryanto (2010 : 77) ”persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia
terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat indranya, yaitu indra pengelihatan, pendengaan, peraba, perasa
dan pencium”.
Sedangkan menurut menurut Davidoff dalam Bimo Walgito ( 2005 ; 100)
menyebutkan bahwa ”Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan
penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga
didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri
individu ”.
Menurut Winkel, (1996 ; 249) ”Persepsi mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan”. Menurut Jalaludin (1998 ; 51), “ Persepsi adalah pengalaman
27
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan”.
Persepsi juga menentukan cara kita berprilaku terhadap suatu obyek atau
permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang
nantinya akan mempengaruhi prilaku yang dipilihnya. Persepsi menurut Jalaludin
(1998 ; 51) adalah ”pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan”.
Menurut Thoha (1997 ; 141 – 142) ”persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan perasaan dan
penciuman”.
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan, bahwa persepsi merupakan proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia kemudian
diproses dan dikategorikan dalam suatu gaya tertentu. Atau dengan kata lain
persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan
yang bersifat individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena
setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berfikir yang
berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadi perbedaan persepsi pada
setiap individu. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah
dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi
manusia yang bersangkutan.
28
2. Proses Terbentukan Persepsi
Terbentuknya persepsi diawali dengan adanya informasi dari lingkungan yang
ditangkap oleh panca indra kemudian dengan melibatkan proses kognitif dan
keadaan emosional seseorang akan memberikan tanggapan atau tindakan atau
obyek tersebut.
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Bimo Walgito (2005 ; 102) yang
menyebutkan :
Proses stimulus mengenai alat indra merupaka proses kealaman atau proses
fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indra diteruskan oleh syaraf sensoris
ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses
yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inlah yang disebut
sebagai psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf
terakhir dari proses persepsi adalah indvidu menyadari tentang misalnya apa
yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima memlalui
alat indra. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan
persepsi sebenarnya.
Sedangkan menurut pendapat Feigi dalam Yusuf, (1991: 108) Proses
pembentukan persepsi dijelaskan oleh yakni ;
Sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.
Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang
berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan
"closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi,
maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang
dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil
seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan
bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan
memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya
persepsi karena adanya stimulus stimulus yang diterima oleh individu melalui
indranya, kemudian stimulus tersebut teruskan ke syaraf sensori otak , didalam
29
otak terjadi proses seleksi tentang mana stimulus yang dianggap penting dan
mana yang dianggap tidak penting, kemudian stimulus tersebut akan disusun
menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi
berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap
informasi tersebut secara menyeluruh.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengarhi persepsi yaitu : 1) faktor
faktor fungsional, faktor ini juga disebut faktor personal atau faktor peseptor,
karena merupakan pengaruh pengaruh didalam individu yang mengadakan
persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal hal lainnya. Berarti
persepsi bersifat selektif secara fungsional sehingga obyek obyek yang mendapat
tekanan dalam persepsi biasanya obyek obyek yang memenuhi tujuan individu
yang melakukan persepsi. Termasuk dalam faktor fungsional adalah pengaruh
kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya.
Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi
karakteristik orang menentukan respon atau stimulus. 2) Faktor faktor struktural,
adalah pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efek efek yang
ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Prinsip yang bersifat struktural yaitu
apabila kita mempersepsikan sesuatu, maka kita akan mempersepsikan sebagai
suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami suatu pristiwa, kita tidak dapat
30
meneliti faktor fator yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan
keseluruhan.
Menurut Bimo Walgito (2000 ; 54-55) menyebutkan bahwa :
Faktor internal yang memengaruhi persepsi yaitu individu, sedang faktor
eksternal adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor itu saling
berinteraksi dalam proses persepsi individu. Agar stimulus dapat disadari
oleh individu, maka stimulus harus cukup kuat. Apabila stimulus tidak
cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian individu, stimulus tidak akan
dapat dipersepsi atau disadari oleh individu yang bersangkutan. Dengan
demikian ada batas kekuatan minimal dari stimulus agar dapat menimbulkan
kesadaran pada individu.
Masih menurut Bimo Walgito (2005 ; 101) menyebutkan bahwa faktor yang
berperan dalam persepsi adalah “ 1) obyek yang dipersepsi, 2) alat indra, syaraf
dan pusat susunan syaraf, 3) perhatian”.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
memperngaruhi persepsi adalah faktor internal yakni individu itu sendiri termasuk
di dalamnya adalah alat indra, syaraf dan pusat susunan syaraf, serta perhatian dan
faktor eksternal adalah obyek yang dipersepsi yakni stimulus dan lingkungan.
4. Bentuk Bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi
yang ditujukan terhadap status obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan
bentuk bentuk persepsi merupakan pandangan berdasarkan penilaian terhadap
obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja jika stimulus mempengarhuinya
31
Pada dasarnya ada dua bentuk persepsi yaitu : 1) persepsi positif, yaitu persepsi
atau pandangan terhadap status obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana
subyek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena
sesuai dengan pribadinya. 2) persepsi negatif, yaitu persepsi atau pandangan
terhadap suatu obyek dan menunjukan pada keadaan dimana subyek
mempersepsikan cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai
dengan pribadinya.
5. Persepsi Siswa
Persepsi seseorang tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi olah beberapa
faktor baik berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda terhadap obyek yang sama. Menurut Irwanto (1996 ; 71)
faktor faktor yang mempengaruhi persepsi adalah 1) perhatian yang selektif,
dalam kehidupan manusia setiap saat akan memerima banyak sekali rangsangan
dari lingkungannya. Untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada
rangsangan rangsangan tertentu. 2) ciri ciri rangsangan yang bergerak akan lebih
menarik perhatian dari pada rangsangan yang diam. 3) nilai nilai dan kebutuhan
individu , seorang seniman tentu punya pola dan rasa yang berbeda dalam
pengamatan dibanding seorang bukan seniman. 4) pengalaman terdahulu,
pengalaman pengalaman terdahulu sangat mempenaruhi bagaimana sesorang
mempersepsikan diri.
32
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa atas
kompetensi guru adalah pandangan siswa terhadap kompetensi yang dimiliki guru
dalam memberikan pelayanan pembelajaran terhadap siswa. Keberhasilan siswa
dalam belajar berkaitan erat dengan sejauh mana kompetensi yang dimiliki guru
khususnya kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional yang terwujud
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Sehingga presepsi siswa atas
kompetensi guru adalah hal penting karena berpengaruh terhadap motivasi belajar
dan kreativitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
2.1.4. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Secara etimologi kompetensi berasal dari bahasa inggris ”competence” yang
artinya kecakapan, kemampuan, atau kompetensi. Menurut Undang Undang
Republik Indonesia No. 14 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen , disebutkan
bahwa ” Guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan status profesi
kualifikasi akademik guru minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana”.
Kemudian guru juga harus memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional yang diraih lewat pendidikan profesi. Persyaratan berikutnya
adalah sertifikat atau semacam lisensi dari perguruan tinggi tertentu yang
33
terakriditasi. Kalau ketiga persyaratan tersebut sudah terpenuhi, baru seseorang
bisa dikatakan sebagai guru profesional dan berhak mendapat kesejahteraan yang
lebih besar dari PNS lainnya. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh
setiap guru akan menunjukan kuwalitas guru sebenarnya. Kompetensi
tersebutakan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan
maupun sikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai guru.
2. Hakekat Kompetensi Guru
Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional
Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa ”Ada empat kompetensi yang harus
dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi tersebut adalah
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial” .
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Disini ada empat sub kompetensi yang harus diperhatikan guru yakni memahami
peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi
dan mengembangkan peserta didik. Memahami peserta didik mencakup
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor dan mengetahui bekal awal
peserta didik. Sementara itu merancang pembelajaran dimaksudkan bahwa guru
34
harus mampu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan kemudian
bisa mengaplikasikan rancangan itu dalam proses pembelajaran sesuai alokasi
waktu yang sudah ditetapkan. Disamping itu guru mesti memiliki kemampuan
melakukan evaluasi baik dalam bentuk ”on going evaluation” maupun diahir
pembelajaran. Sementara itu untuk mengembangkan peserta didik bermakna
bahwa guru mampu memfasilitasi peserta didik di dalam mengembangkan
potensi akademik dan non akademik yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak
mulia. Sub kompetensi mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni
bertindak sesuai dengan hukum dan norma norma sosial, bangga menjadi guru
dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.
Guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian dalam betindak dan memiliki
etos kerja yang tinggi. Sementara itu guru yang arif akan mampu melihat manfaat
pembelajaran bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat, menunjukan sikap
terbuka dalam berfikr dan bertindak. Berwibawa mengandung makna bahwa guru
memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan prilaku
disegani. Yang paling utama dalam kepribadian guru adalah berakhlak mulia. Ia
dapat menjadi teladan dan bertindak sesuai norma agam ( iman dan tagwa, jujur,
ikhlas dan suka menolong serta memiliki prilaku yang dapat dicontoh).
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
35
memenuhi stándar kompetensi yang ditetapkan dalam Stándar Nasional
Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam
kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren
dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan
menerapkan konsep konsep keilmuan dalam kehidupan sehari hari. Selain itu guru
juga harus menguasai langkah langkah penelitian, dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.
Kompetensi sosial yaitu pendidik merupakan bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat
sekitarnya. Guru tidak bisa bekerja sendiri tanpa memperhatikan lingkungannya.
Ia harus sadar sebagai bagian tak terpisahkan bagi masyarakat akademik tempat ia
bertugas maupun dengan masyarakat luar. Ia harus memiliki kepekaan
lingkungan dan secara terus menerus berdiskusi dengan teman sejawat dalam
memecahkan persoalan pendidikan. Guru yang jalan sendiri diyakini tidak akan
berhasil, apa lagi jika ia menjaga jarak dengan peserta didik. Dia harus sadar
bahwa interkasi guru dengan siswa mesti terus dihidupkan agar tercipta suasana
belajar yang hangat dan harmonis.
Keempat kompetensi diatas merupakan satu kesatuan yag tidak bisa dipisahkan.
Baik kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan kompetensi sosial jika
memang dimiliki oleh guru, maka akan tampak utuh dan saling menunjang dalam
proses pembelajaran didalam kelas dan pegaulan diluar kelas.
36
Menurut pasal 28 ayat 3 UUSPN Tahun 2003. ada empat kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru. Yaitu :
1) kompetensi paedaogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisaskan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian; adalah kemampuan personal seorang guru yag
mencerminkan kepribadian mantap, stabil\, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlag mulia. 3) Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar nasional.
4) Kompetensi Sosial; adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sejawat pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua / wali murid peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam penelitian ini kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi paedagogik
dan kompetensi profesonal . Martinis Yamin dan Maisah, (2010 ; 9 - 10)
mengemukakan bahwa :
Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadadap peserta didik,
persencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan pesera didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Secara rinci sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator
esensial sebagai berikut :
1) Sub- kompetensi memahami peserta didik secara mendalam
memiliki indikator esesnsial , memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip prinsip perkembangan kognitif, memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip kepribadian, dan
mengindentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran. Sub-kompetensi ini memliki
indikator esensial memahami landasan kependidikan, menerapkan
teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajran
berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Sub-kompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
37
4) Sub-komponen merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki indikator esensial merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil
evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan ketuntasan
belajar (matery learning) dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran secara umum.
5) Sub- komponen mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya , memiliki indikator
esensial , menfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi akademik dan menfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik
Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi profesional Martinis Yamin dan
Maisah, (2010 ; 11) mengemukakan bahwa :
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup pengusaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan. Setiap sub –
kompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut :
1) Sub – kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi, memiliki indikator esensial; memahami struktur,
konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait, dan menerapkan konsep konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari hari
2) Sub – kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial; menguasai langkah langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi secara
profesional dalam kontek global.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi yang dimiliki guru
akan tampak dalam kepiawiannya dalam melaksanakan tugas, peranan dan
fungsinya melayani siswa baik dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar
kegiatan pembelajaran dalam upaya pengembangan aspek kepribadian seorang
siswa. Tinggi rendahnya kompetensi guru akan dirasakan langsung oleh siswa dan
akan menciptakan persepsi positif pada diri siswa sehingga siswa akan bersikap
lebih baik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
38
Persepsi siswa atas kompetensi guru adalah pandangan siswa atas kemampuan
paedagogik guru yang meliputi kemampuan memahami peserta didik, kemampuan
merancang pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan
merancang dan melaksanakan evaluasi dan kemampuan mengembangkan peserta
didik , serta kemampuan profesional guru yang meliputi kemampuan menguasai
sub stansi keilmuan dan kemampuan menguasai struktur dan metode keilmuan.
2.1.5. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Hamzah B. Uno, (2006 ; 3) menyatakan ”Istilah motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.” Lebih lanjut Maslow
dalam Hamzah B. Uno. (2006 : 6) menyebutkan bahwa :
Kebutuhan manusia secara herarkis semuanya laten dalam diri manusia .
Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologi (sandang, pangan),
kebutuhan rasa aman (bebas bahaya) , kebutuhan kasih sayang, kebutuhan
dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri,
penghargaan dan penghormatan, rasa memiliki, dan rasa cinta atau sayang,
perasaan aman, dan tentram merupakan kebutuhan fisiologis mendasar.
Dalam dunia pendidikan, tiori ini dilakukan dengan cara memenuhi
kebutuhan peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal
dan sebaik mungkin.
David McClelland et al dalam Hamzah B. Uno (2006 ; 9) berpendapat bahwa
”A motive is the redintegration by a cue of a change in an affective situation”
yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah
dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif.”.
39
Lebih lanjut Mc. Donald dalam Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 148) mengatakan
bahwa ” Motivation is aenergy change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reactions ” Motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun
dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah
laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2. Pengertian Motivasi Belajar
WS. Winkel (2001 ; 150) menyatakan bahwa ” motivasi belajar merupakan
kesuluruhan pada daya penggerak psikis di dalam peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”.
Sedangkan menurut Nanang (2009 ; 26) menyatakan bahwa” motivasi belajar
merupakan kekuatan, daya pendorong, alat pembangun kesediaan dan keinginan
yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,
inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan prilaku baik dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotor”
Menurut pendapat Hamzah B Uno (2006 ; 23) menyatakan bahwa :
Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
40
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur unsur yang mendukung. Hal
ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) adanya
hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan kebutuhan dalam belajar;
3) adanya harapan dan cita cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam
belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat
belajar dengan baik.
Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi dua yaitu : 1) motivasi instrinsik ,
motivasi instrinsik mengacu pada faktor faktor yang berasal dari dalam diri
sesorang akibat dari adanya kekuatan akan rasa perhatian , kebutuhan, percaya
diri dan kepuasan. Didalam belajar keinginan untuk menambah pengetahuan
merupakan faktor instrinsik pada semua orang. 2) motivasi ekstrinsik , motivasi
ekstrinsik mengacu pada faktor faktor yang bersal dari luar diri seseorang.
Motivasi ekstrinsik biasanya berupa penghargaan, pujian,hukuman dan celaan.
Motivasi yang berasal dari dalam lebih menguntungkan dalam belajar karena
dapat bertahan lebih lama. Hal ini disebabkan dorongan belajar yang muncul
merupakan suatu kebutuhan untuk menjadi orang terdidik dan berilmu
pengetahuan. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar dapat diberikan oleh
seseorang atau guru dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar agar lebih
kondusif.
Djaalali (2008 ; 103) menyatakan ”Kontek motivasi yang dimaksud disini adalah
faktor yang mempengaruhi belajar, sehingga motivasi yang dimaksud adalah
motivasi berprestasi” . Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
41
tertentu (berprestasi setinggi mungkin). Karakterisitk individu yang memiliki
motivasi berprestasi adalah : 1) menyukai situasi atau tugas yang menuntut
tanggung jawab pribadi atas hasil hasilnya dan bukan atas dasar untung untungan,
nasip atau kebetulan. 2) memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan
yang paling mudah dicapai atau terlalu besar resikonya. 3) mencari situasi atau
pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk
menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaan. 4) senang bekerja sendiri dan
mengungguli orang lain. 5) mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi
masa depan yang lebih baik. 6) tidak terguguah untuk sekedar mendapatkan uang,
status, atau keuntungan lainnya. Ia akan mencari hal hal yang merupakan lambang
prestasi sebagai suatu ukuran keberhasilan.
Menurut Abin Samsudin (1986 ; 33 – 34) menyatakan bahwa :
Motivasi belajar terdiri dari delapan aspek yaitu : 1) durasi kegiatan, yaitu
berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan. 2)
frekwensi kegiatan, yaitu berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode
waktu tertentu. 3) persistensi, yaitu ketetapan dan kelekatan pada tujuan
kegiatan. 4) ketabahan, yaitu keuletan dan kemampuan dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan. 5) devosi, yaitu pengorbanan untuk mencapai
tujuan. 6) tingkat aspirasi, yaitu sasaran dan target yang akan dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan. 7) tingkat kualifikasi, yaitu prestasi yang dicapai
dari kegiatan. 8) arah sikap yaitu sasaran kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan yang berasal dari dalam maupun dari luar siswa untuk
melakukan aktivitas belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
terdorong untuk melakukan berbagai cara guna mencapai prestasi belajar yang
tinggi. Mereka akan masuk sekolah tepat waktu, bersemangat mengikuti
42
pembelajaran, menyelesaiakan tugas yang diberikan dengan baik, tabah dan ulet
dalam menghadapi kesulitan belajar, dengan tujuan untuk mendapatkan prestasi
belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
semangat untuk bersaing dan bekerja keras tidak akan muncul, cenderung
menyerah kepada nasip, tidak menyadari kekurangannya dan sebaginya
3. Fungsi Motivasi Di Dalam Belajar
Didalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebagaimana
dinyatakan oleh Sardiman AM (2007 ; 84) yang menyatakan bahwa ” Motivation
is an essential condotion of learnin . Hasil belajar akan menjadi optimal kalau
ada motivasi” Hamzah B Uno (2006 ; 27) menyatakan peranan penting dari
motivasi di dalam belajar antara lain dalam : a) menentukan hal yang dapat
menjadi penguat belajar; b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; c)
menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; d) menentukan
ketekunan belajar”.
Menurut pendapat Syaiful Bahri Zamrah (2000 ; 157) menyatakan bahwa fungsi
motivasi dalam belajar adalah ”1) motivasi sebagai pendorong perbuatan; 2)
motivasi sebagai penggerak perbuatan; 3) motivasi sebagai pengarah perbuatan”
lebih lanjut Sardiman AM (2007 ; 85) menyatakan bahwa ” fungsi motivasi
adalah 1) mendorong manusia untuk berbuat; 2) menentukan arah perbuatan ; 3)
menyeleksi perbuatan”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi di dalam
kegiatan belajar adalah dengan adanya motivasi belajar pada diri siswa, maka
43
siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar, kegiatan belajar siswa
akan menjadi lebih terarah untuk mencapai tujuan belajar dan siswa dapat
memilih kegiatan kegiatan yang berorientasi pada tujuan belajar, serta menghidari
kegiatan kegiatan yang menyimpang dari tujuan belajar.
4. Bentuk Bentuk Motivasi Dalam Belajar
Di dalam proses pembelajaran baik motivasi intrinsik maupun motivasi ektrinsik
sangat diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Motivasi
ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara para siswa yang kurang berminat
untuk mengikuti pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi
ektrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam belajar
.
Syaiful Bahri Zamrah (2000 ; 158 - 168) menyatakan bahwa ” ada beberapa
motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik
di kelas, sebagai berikut : 1) memberi angka; 2) hadian; 3) kompetisi; 4) ego-
Invovement ; 5) memberi ulangan; 6) mengetahui hasil; 7) pujian; 8) hukuman; 9)
hasrat untuk belajar; 10) minat; 11) tujuan yang diakui”
Sedangkan menurut Sardiman AM ( 2007 ; 92 – 95) menyatakan ” ada beberapa
bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah
yakni 1) memberi angka ; hadiah; 3) saingan / kompetisi; 4) ego-involvement ;5)
memberi ulangan ; 6) mengetahui hasil; 7) pujian; 8) hukuman; 9) hasrat untuk
belajar; 10) minat; 11) tujuan yang diakui”.
44
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakn bahwa dalam kegiatan
pembelajaran guru harus dapat memberikan motivasi belajar kepada peserta didik
yaitu dengan memberikan penilaian, memberikan hadiah, memberikan persaingan,
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga siswa dapat bekerja keras dengan mempertaruhkan harga
dirinya, memberikan ulangan, memberitahukan hasil penilaian, memberikan
pujian, memberikan hukuman, mendorong hasrat siswa untuk belajar,
menumbuhkan minat siswa untuk belajar dan menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
2.1.6. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu (orang, benda, atau peristiwa) yang
mengandung pesan pembelajaran. Ahmad (1997 ; 102) menyebutkan bahwa
”sumber belajar adalah segala macam yang ada diluar diri siswa yang
memudahkan terjadinya proses pembelajaran”. Menurut buku Akuntabilitas
Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran Inovatif (2010 ; 126) menyebutkan
bahwa ”sumber belajar merupakan salah satu komponen yang membantu proses
belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan
guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak,
sebagian atau secara keseluruhan”
45
Sedangkan menurut Association for Education and Communication Technology
(AECT) dalam buku Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran
Inovatif (2010 ; 126) menyebutkan bahwa ” sumber belajar diartikan sebagai
semua sumber, baik berupa data, orang maupun wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh anak didik dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan tersebut,
sumber belajar dapat digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajarnya.
Barbara B. Seel, Rita C. Richey, (1994 ; 12) menyatakan bahwa ”Learning
Resources (sumber belajar) adalah material belajar ( learning materials) termasuk
vedio, buku, kaset audio, program Interative Vedio (IV) dan paket pembelajaran
lainnya yang mengkombinasikan lebih dari satu media”. Lebih lanjut Nasution
(2006 : 194) menyatakan bahwa ” sumber sumber belajar selain guru adalah
papan tulis, buku, proyektor, film, rekaman, laboratorium”.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan
belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi
hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil
belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan
berbagai macam sumber belajar yang dapat merangsang untuk belajar dan
mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar dapat
diartikan segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung
46
informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku.
2. Klasifikasi Sumber Belajar
Walington dalam Ahmad (1997 ; 107) berpendapat ”sumber belajar dapat
diklasifikasikan melalui pertanyaan apa, siapa, dimana dan bagaimana yaitu
berupa apa (peserta, berita, informasi), siapa (manusia, material, alat) bagaimana
(teknik, metode, prosedur), di mana (setting)”
Aristo Rahadi (2005 ; 12) bahwa sumber belajar itu ada dua jenis yaitu :
1) Sumber belajar yang dirancang, (learning resouces by design) , yakni
sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau
dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya buku
pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, program audio
pembelajaran, transparansi, CAI (Computer Asisted Instruction)
dan lain lain.
2) Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan
(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang secara
tidak khusus atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi
dapat dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Contohnya surat kabar, siaran televisi, pasar, sawah, pabrik, museum
dan lain lain.
Menurut Association for Education Communication and Tecnology (AECT)
dalam buku Akuntabilitas kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran Inovatif
(2010 ; 133-134) membedakan enam sumber belajar yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran yaitu :
1) Pesan (massage), merupakan sumber belajar yang meliputi pesan
formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti
pemerintah, atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi
pembelajaran.
2) Orang (people), yaitu manusia atau orang pada dasarnya dapat
berperan sebagai sumber belajar yang secara umum dapat dibagi dua
47
kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai
sumber belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar
seperti guru, tenaga pendidik, instruktur, widyaiswara, termasuk
kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan, dan lain
lain. Kedua, adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang
berada dilingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas,
misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog,
lawyer, polisi, penguasa dan lain lain.
3) Bahan (matterials), merupakan suatu format yang digunakan untuk
menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks,
modul, program vedio, film, OHT (over head transparency) program
slide, alat peraga, bahan e-learning, dan sebagainya (biasa disebut
software)
4) Alat (device) adalah benda benda yang berbentuk fisik sering disebut
juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk
menyajikan bahan bahan pada butir 3 diatas. Di dalamnya mencakup
Multimedia, projector, Slide Projector, OHP, Film, tape recorder,
apaque projector dan sebagainya.
5) Teknik, adalah cara (prosedur), yang digunakan orang dalam
memberikan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
Didalamnya mencakup ceramah, permainan/ simulasi, tanya jawab,
sosiodrama, (roleplay) dan sebagainya.
6) Latar (setting) yaitu lingkungan yang berada di dalam lingkungan
sekolah maupun lingkungan yang berada diluar lingkungan sekolah,
baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus
disiapkan untuk pembelajaran; termasuk di dalamnya adalah
pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium, tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah,
lapangan sekolah dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
sumber belajar itu ada yang dirancang (by designed) yaitu sumber belajar yang
sengaja dibuat dan dipergunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan
tertentu. Contohnya buku, slide, ensiklopedi dan film (VCD). Dan ada yang tidak
dirancang secara khusus yaitu sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar kita
yang dapat dimanfaatkan/ digunakan (by utilization). Contohnya pasar, tokoh
masyarakat, museum, lembaga pemerintahan dan sebagainya. Pada hakikatnya
sumber belajar itu begitu luas dan kompleks, segala hal yang sekiranya
48
diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan
pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar. Dengan
pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu
saja dari sekian sumber belajar lainnya.
3. Manfaat Sumber Belajar
Dengan mamahami manfaat sumber belajar diharapkan pendidik mampu
merancang dan memanfaatkan sumber belajar dalam mengoptimalkan proses
pemebelajaran di sekolah agar siswa dapat aktif dan responsif terhadap sumber
belajar yang ada dilingkungan sekolah.
Menurut buku Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran
Inovatif (2010 ; 131) menyebutkan bahwa manfaat sumber belajar yaitu :
Memberikan pengalaman belajar yang konkrit tidak langsung kepada siswa ;
menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat
secara langsung dan konkrit, menambah dan memperluas cakrawala sajian
yang ada di dalam kelas, memberikan informasi yang akurat dan terbaru
seperti buku teks, ensiklopedi, nara sumber, dan lain lain ; membantu
memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran baik dalam lingkungan
makro maupun lingkungan mikro ; memberikan motivasi yang positif, lebih
lebih bila dirancang penggunaannya secara tepat ; merangsang untuk
berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut, seperti buku teks, buku
bacaan, film, dan lainnya yang mengandung daya penalaran yang mampu
membuat siswa terangsang untuk berfikir, menganalisis, dan berkembang
lebih lanjut”
Menurut Ahmad (1997 ; 103) menyebutkan bahwa ” belajar berbasis aneka
sumber dapat : 1) meningkatkan kemampuan belajar; 2) meningkatkan motivasi
belajar; 3) menumbuhkan kesempatan belajar baru; 4) mengurangi ketergantungan
pada guru; 5) menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan baru”.
49
Lebih lanjut di dalam buku Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam
Pembelajaran Inovatif (2010 ; 130) disebutkan bahwa : ”fungsi sumber belajar
adalah : a) meningkatkan produktivitas pendidikan b) memberikan kemungkinan
yang sifatnya lebih individual, c) memberikan dasar lebih ilmiah terhadap
pembeajaran, d) lebih memantapkan kegiatan pembelajaran, e) memungkinkan
belajar secara seketika, f) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumber belajar
memungkinkan siswa untuk belajar dalam dirinya sendiri dengan menggunakan
semua benda sebagai sarana untuk memudahkan proses belajar tanpa
ketergantungan pada guru dan memberikan kemudahan kepada guru untuk
membelajarkan siswanya. Dengan demikian pemanfaatan sumber belajar bagi
siswa adalah segala sesuatu atau lingkungan yang dapat digunakan sebagai tempat
belajar yang memberikan pengalaman langsung, yang pada akhirnya dapat
merangsang siswa untuk berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.
2.2. Karakteristik Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2.2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mangkaji dan membahas
tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga lembaga demokrasi, rule of low, HAM,
hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi.
50
Menurut Buku Whorkshop on The Development of Concepts and Content (1999 ;
8) dinyatakan bahwa : ” Community civic education is a program of civic
education, developed on educational and pedagogical bases, for the purpose of
strengthening citizens' learning about their rights and duties, human rights,
values and principles of democracy the rule of law, and essential elements of
constitutional or limited government in discourse of civil
Kelompok Pendidikan kewarganegaraan merupakan program pendidikan
kewarganegaraan, dikembangkan pada basis pendidikan, yang bertujuan untuk
membekali siswa tentang hak dan kewajiban, hak asasi manusia, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi, penegakan hukum, dan unsur-unsur penting dari
konstitusional menuju masyarakat madani
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu pelajaran yang wajib di
ikuti oleh setiap peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No
19 Tahun 2005 tentang Standat Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada
jejang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan
51
2.2.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan :
1. nilai-nilai cinta tanah air;
2. kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
6. kemampuan awal bela negara.
Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Pendidikan
Kewarganegaraan, (2005 ; 41) Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan
kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berfikir kritis, rasional dan kreatif dalam menangapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seta nati
kaorupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidupbersama
dengan bangsa bangsa lain
4. Berinterksi dengan bagsa bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi .
Sedangkan menurut Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008 ; 14) menyatakan bahwa :
52
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mendidik warga negara yang
baik, yakni: (1) peka terhadap informasi baru yang dijadikan pengetahuan
dalam kehidupannya; (2) warga negara yang berketerampilan; (a) peka
dalam menyerap informasi; (b) mengorganisasi dan menggunakan
informasi; (c) membina pola hubungan interpersonal dan partisipasi sosial;
(3) warga negara yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi,
yang disyaratkan dalam membangun suatu tatanan masyarakat yang
demokratis dan beradab.
Menurut Buku Whorkshop on The Development of Concepts and Content (1999 ;
8) dinyatakan bahwa ”Community civic education is an aimed at developing in
citizenst he potentialities to think, to act, and to take position intelligently as the
bases for the realization of an intelligent, democratic life of the nation ,the
maintenance of respectf or human rights, and the establishment of the rule of law
in a democratic and relieious”
Kelompok pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan
potensi warga untuk berpikir, bertindak, dan mengambil posisi cerdas sebagai
dasar untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang cerdas, demokratis , dapat
menjunjung tinggi hak asasi manusia, aturan hukum secara demokratis, nilai
nilai agama dan cinta tanah air.
2.2.3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
53
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam
pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM,
Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan
kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
54
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi
2.2.4. Pebelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di SMP hendaknya dapat
mengembangkan kompetensi siswa dalam bidang :
a. Pengetahuan, yaitu tentang
konsep demokrasi
konsep demokrasi Indonesia.
hak dan kewajiban warga negara
pilihan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
cara mempengaruhi pembuatan kebijakan
aturan partai politik dan kelompok kepentingan
55
b. Sikap, yaitu meliputi
nilai nilai patriotisme, nasionalisme, persaudaraan, dll
bunga dalam urusan sosial dan politik.
identitas nasional.
menghormati demokrasi
demokratis kewarganegaraan
toleransi dan pengakuan dari prasangka sendiri.
menghormati orang lain.
disiplin diri.
loyalitas.
c. Keterampilan Intelektual , yang meliputi
mengambil tanggung jawab.
membuat pilihan dan mengambil posisi.
mengembangkan keterampilan komunikasi (bisa alasan, berdebat, dan
mengekspresikan pandangan sendiri)
mengumpulkan dan menyerap informasi politik melalui berbagai
media.
menjelaskan proses sipil, lembaga fungsi, tujuan, dll
Partisipatif keterampilan.
mempengaruhi kebijakan dan keputusan (petisi dan melobi)
membangun koalisi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi mitra,
seperti LSM.
mengambil bagian dalam diskusi politik
56
2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitan terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
2.3.1. Pengaruh persepsi siswa pada guru mata pelajaran akuntasi terhadap
prestasi belajar akuntasi siswa kelas XI IPS SMA negeri 1 Cisaat
Sukabumi tahun pelajaran 2006/2007 yang dilakukan oleh Cyntia
Epriyani. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa pada guru
mata pelajaran akuntasi mempengaruhi prestasi belajar akuntasi sebesar 18
%. Persepsi siswa pada mata pelajaran prestasi belajar sebesar 28 % dan
persepsi siswa pada guru dan mata pelajaran akuntasi berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa sebesar 72%.
2.3.2. Hubungan antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Matemátika
siswa Kelas V dan VI SD 04 Kalibata Yakarta Selatan , yang dilakukan
oleh Dina Crisfani Suraya. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar dalam
bidang studi matemática Kelas V dan kelas VI SD 04 Kalibata Jakarta
Selatan .
2.3.3. Hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan prestasi belajar
kimia di SMA Negeri 1 Gadingrejo yang dilakukan oleh Jumani Darjo
menunjukan terdapat hubungan yang positif, erat dan significan antara
pemanfaatan sumber belajar dengan prestasi belajar kimia dengan
koeefesien hubungan sebesar r x2y = 0,407. Yang artinya kadar/keeratan
57
hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan prestasi belajar
kimia adalah sedang/cukup dengan arah positif. Sedangkan nilai koefesien
determinasi R2 = 0,166, hal ini berarti 16,6% prestasi belajar kimia
ditentukan oleh pemanfaatan sumber belajar.
Berdasarkan kerangka tiori yang telah diuraikan diatas, dan beberapa hasil
penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi siswa terhadap
kompetensi guru, motivasi belajar dan pemanfaatan sumber belajar memiliki
keterkaitan yang positif dengan prestasi belajar. Artinya bahwa persepsi siswa atas
kompetensi guru yang baik, motivasi belajar yang baik dan pemanfaatan sumber
belajar siswa yang baik akan menyebabkan prestasi belajar yag baik pula.
2.4. Kerangka Berfikir
2.4.1. Hubungan Antara Persepsi Siswa Atas Kompetensi Guru Dengan
Prestasi Belajar
Persepsi siswa atas kompetensi guru adalah pandangan siswa terhadap kompetensi
yang dimiliki guru dalam memberikan pelayanan pembelajaran terhadap siswa.
Keberhasilan siswa dalam belajar berkaitan erat dengan sejauh mana kompetensi
yang dimiliki guru khususnya kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional
yang terwujud dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Sehingga presepsi
siswa atas kompetensi guru adalah hal penting karena berpengaruh terhadap
motivasi belajar dan kreativitas belajar belajar siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
58
Menurut Irwanto (1996 ; 71) faktor faktor yang mempengaruhi persepsi adalah 1)
perhatian yang selektif, dalam kehidupan manusia setiap saat akan memerima
banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Untuk itu individu memusatkan
perhatiannya pada rangsangan rangsangan tertentu. 2) ciri ciri rangsangan yang
bergerak akan lebih menarik perhatian dari pada rangsangan yang diam. 3) nilai
nilai dan kebutuhan individu , seorang seniman tentu punya pola dan rasa yang
berbeda dalam pengamatan dibanding seorang bukan seniman. 4) pengalaman
terdahulu, paengalaman pengalaman terdahulu sangat mempenaruhi bagaimana
sesorang mempersepsikan diri.
2.4.2. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar.
Tingkat keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh adanya motivasi belajar baik
yang tibul dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dari
segi fungsinya motivasi mendorong siswa untuk berbuat, menentukan arah
perbuatan dan menyelaksi perbuatan perbuatan yang perlu dilakukan dan yang
tidak perlu dilakukan.
Djaalali (2008 ; 103) menyatakan ”Kontek motivasi yang dimaksud disini adalah
faktor yang mempengaruhi belajar, sehingga motivasi yang dimaksud adalah
motivasi berprestasi” . Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang
59
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
tertentu (berprestasi setinggi mungkin).
2.4.3. Hubungan Antara Pemanfaatan Sumber Belajar Dengan Prestasi
Belajar
Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau
situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat sedemikian rupa agar
memungkinkan siswa dapat belajar.
Pemanfaatan sumber belajar adalah penggunaan sumber belajar baik yang
dirancang maupun yang dapat langsung dimanfaatkan untuk membantu dan
mempermudah siswa belajar. Adapun fungsi sumber belajar dalam proses
pembelajaran lain adalah untuk meningkatkan produktivitas pendidikan,
memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih individual, dan memungkinkan
penyajian pendidikan yang lebih luas. Sumber belajar juga memberikan dasar
yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran. Sumber belajar memungkinkan siswa
belajar seketika dan dapat lebih memantapkan dalam proses belajar. Siswa dapat
memilih atau mempertimbangkan sumber belajar yang tersedia (ada) dan sesuai
dengan pokok bahasan yang akan dipelajari serta waktu yang ada.
Sumber belajar dapat menjadikan proses belajar langsung dimengerti oleh siswa
karena sumber belajar dapat menjembatani antara dunia diluar kelas dengan di
dalam kelas, dapat menjembatani siswa dengan hal-hal yang tidak mungkin untuk
didatangi atau diadakan. Semakin bervariasi sumber belajar yang dimanfaatkan
60
maka siswa akan semakin memahami pelajarannya dan hal ini akan mengurangi
rasa bosan dan rasa jenuh pada diri siswa. Sumber belajar yang beraneka ragam
disekitar kehidupan siswa sebaiknya dimanfaatkan sesering mungkin. Dengan
memanfaatkan sumber belajar yang beraneka ragam siswa dapat menyaksikan
peristiwa masa lalu, memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
sukar diamati secara langsung atau hal yang berbahaya, melihat hal yang
tersembunyi dari suatu benda, mengamati peristiwa yang jarang terjadi atau benda
yang sudah rusak, membandingkan benda yang berbeda ukuran dan sifatnya.
Semakin sering siswa memanfaatkan sumber belajar yang beraneka ragam maka
akan semakin banyak yang dapat diketahui dan dipahami siswa. Semakin sering
memanfaatkan sumber belajar maka dapat dipastikan siswa akan mendapatkan
prestasi belajar yang semakin baik, dengan demikian dapat diduga terdapat
hubungan yang positif antara pemanfaatam sumber belajar dengan prestasi belajar
PKn
2.4.4. Hubungan Antara Persepsi Siswa Atas Kompetensi Guru, Motivasi
Belajar Dan Pemanfaatan Sumber Belajar Dengan Prestasi
Belajar PKn
Sebagaimana teori teori yang telah diungkapkan diatas bahwa kompetensi yang
dimiliki oleh seorang guru akan berkorelasi langsung dengan prestasi belajar,
motivasi belajar akan berkorelasi langsung dengan prestasi belajar, dan
pemanfaatan sumber belajar akan berkorelasi langsung dengan prestasi belajar.
Dengan demikian maka kompetensi seorang guru dituntut untuk mampu
61
memberikan motivasi belajar kepada siswanya, selain itu kompetensi seorang
guru juga dituntut untuk dapat mendorong siswanya untuk dapat memanfaatkan
sumber belajar semaksimal mungkin , dengan harapan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Jadi semakin tinggi kompetensi yang dimiliki seorang guru, semakin tinggi
motivasi belajar siswa dan semaki tinggi pemanfaatan sumber belajar siswa
maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswanya. Dengan demikian
diduga ada hubugan antara persepsi siswa atas kompetensi guru, motivasi belajar
dan pemanfaatan sumber belajar dengan prestasi belajar siswa.
2.5. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berfikir diatas maka diajukan
hipotesis sebagai berikut :
2.5.1. Hipotesis 1
Terdapat hubungan yang positif, erat dan signifikan antara presepsi siswa atas
kompetensi guru dengan prestasi belajar PKn. Dengan kata lain semakin tinggi
presepsi siswa atas kompetensi guru maka akan semakin tinggi prestasi belajar
PKn.
62
2.5.2. Hipotesis 2
Terdapat hubungan yang positif, erat dan signifikan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar PKn. Dengan kata lain semakin tinggi motivasi belajar
siswa maka akan semakin tinggi prestasi belajar PKn.
2.5.3. Hopotesis 3
Terdapat hubungan yang positif, erat dan signifikan antara pemanfaatan sumber
belajar dengan prestasi belajar PKn. Dengan kata lain semakin tinggi pemanfaatan
sumber belajar siswa maka akan semakin tinggi prestasi belajar PKn.
2.5.4. Hopotesis 4
Terdapat hubungan yang positif, erat dan signifikan antara persepsi siswa atas
kompetensi guru, motivasi belajar dan pemanfaatan sumber belajar dengan
prestasi belajar PKn. Dengan kata lain semakin tinggi persepsi siswa atas
kompetensi guru, motivasi belajar dan pemanfaatan sumber belajar siswa maka
akan semakin tinggi prestasi belajar PKn.