ii. tinjauan pustaka 2.1. lebah...
TRANSCRIPT
FTIP001646/018
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lebah Trigona sp
Lebah Trigona sp merupakan lebahasli Asia yang tidak berbahaya (Mahani et
al., 2011).Jenis lebah Trigona sp di dunia tercatat sebanyak 150 jenis. Indonesia
paling tidak mempunyai 37 spesies Trigona sp yang tersebar di berbagai pulau
diantaranya di Pulau Jawa sekitar sembilan spesies, Sumatera 18 spesies, Kalimantan
31 spesies, dan Sulawesi 2 spesies (Siregar et al., 2011).Lebah Trigona sp dan Apis
mellifera dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1. Lebah Trigona sp (a) dan Lebah Apis mellifera (b)(Anonim, 2012)
Trigona sp termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Hymenoptera, Famili Apidae, Tribe Meliponini, Genus
Trigona.Menurut Trubus (2010), ukuran lebah ini lebih kecil dibandingkan lebah
yang lain yaitu sekitar 3 mm - 5 mm dan sangat lincah bergerak karena sepasang
sayap yang berukuran lebih panjang dari badannya. Lebah ini memiliki tiga pasang
kaki beruas dan berduri sehingga mampu memegang erat polen yang dipetiknya dari
FTIP001646/019
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
7
tanaman.Menurut Siregar et al. (2011), sarangTrigona sp ditandai dengan adanya
lubang kecil berukuran 3 cm -5 cm. Sarang lebah Trigona sp biasanya dekat dengan
pohon yang menghasilkan getah, getah tersebut digunakan untuk menghasilkan
propolis untuk melindungi sarangnya. Sarang lebah Trigona sp dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Sarang Lebah Trigona sp(Anonim, 2012)
Menurut Departemen Kehutanan (1985), Trigona sp banyak ditemui di
Daerah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan karena memiliki dukungan lingkungan
(vegetasi sumber nektar dan polen) yang cukup memadai. Menurut Mahani et al.
(2011), pada umumnya lebah menyukai daerah-daerah dengan suhu 26oC - 34oC.
Pada suhu dibawah 10oC, lebah tidak bisa terbang dan sebaliknya pada suhu lebih
tinggi lebah merasa tidak nyaman sehingg lebih agresif.Di dalam kehidupannya lebah
seperti organisme lain yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Faktor-faktor
lingkungan ini meliputi faktor biotik dan abiotik yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi aktivitas hidup, keadaan makanan di alam dan
perkembangan populasi lebah (Suryati, 1993).Menurut Siregar et al. (2011), semakin
banyak jenis tanaman semakin banyak populasi lebah yang akan berkembang.
Lebah menghasilkan beberapa produk yaitu madu,bee pollen, royal jelly, lilin,
dan propolis (Hasan, 2010). Lebah Trigona sp merupakan lebah yang tidak populer
FTIP001646/020
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
8
karena produktivitas madunya sangat rendah jika dibandingkan dengan lebah Apis
mellifera (lebah madu). Walaupun demikian, lebah Trigona sp memiliki keunggulan
yaitu produktivitas propolis yang lebih tingggi dibandingkan dengan lebah Apis
mellifera dan lebah jenis lain. Hal tersebut disebabkan karena Trigona sp tidak
memiliki sengat sehingga menghasilkan propolis lebih banyak untuk melindungi diri
serta koloninya (Mahani, et al., 2011).
2.2. Propolis
Propolis adalah lem lebah yang lengket dan berwarna gelap berasal dari bahan
yang dikumpulkan dari tanaman, dicampurkan dengan lilin dan digunakan sebagai
bahan pembuat sarang (Bankova et al., 2002). Menurut Meyer (1981), nama propolis
didapatkan dari Bahasa Yunani yaitu ‘pro’ yang artinya sebelum dan ‘polis’ yang
artinya kota. Istilah tersebut didapat karena lebah memiliki kebiasaan membuat
dinding dari zat kimia sebelum pintu masuk sarang.Menurut Suranto (2011), hal
tersebut menggambarkan bahwa propolisdigunakan sebagai zat pelindung di pintu
masuk sarang lebah, baik terhadap serangan serangga lain maupun terhadap cuaca.
Propolis diproduksi dari getah yang diambilolehlebah dari bagian tumbuh-
tumbuhan terutama tunas tumbuhan. Getah inilah yang menjadi bahan dasar
pembentuk propolis (Gojmerac, 1983).Menurut Meyer (1981), propolis digunakan
sebagai perekat bagian retak berukuran kecil pada sarang yang tidak dapat dilalui dan
menghambat pergerakan lebah. Selain itu, propolis juga dipakai untuk membungkus
atau menyalut sesuatu yang tidak diinginkan di dalam sarang yang berukuran terlalu
besar atau berat untuk dikeluarkan dari sarang. Banyak petani lebah yang menemukan
FTIP001646/021
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
9
bangkai tikus di lantai sarang lebah yang telah terbungkus oleh propolis sehingga
sarang tetap bersih dan berbau manis.
2.2.1 Sifat Fisik
Propolis memiliki variasi warna antara kuning kemerahan sampai cokelat tua
dengan sedikit warna hijau (Meyer, 1981). Menurut Krell (1996), warna yang
terbentuk tersebut tergantung pada asal resin yang diambil oleh lebah. Dalam kondisi
sedikit panas atau hangat, propolis bersifat lengket dan lentur tetapi dalam kondisi
dingin menjadi rapuh dan keras (Meyer, 1981).Propolis umumnya lembut, lentur, dan
lengket pada suhu 25C - 45C, tetapi pada suhu dibawah 15C propolis akan
bertekstur keras dan rapuh. Pada suhu 60C sampai 70C propolis akan berwujud
cairan. Beberapa jenis propolis memiliki titik didih sampai diatas 100oC (Krell,
1996).Semakin tinggi suhu maka propolis akan semakin cair (Siregar et al., 2011).
Karakteristik propolis pada berbagai temperatur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bentuk Propolis pada Berbagai TemperaturTemperatur ( OC ) Bentuk Propolis
< 15 Keras dan brittle (rapuh). Tetap brittle meskipun
disimpam pada temperatur lebih tinggi.
25 – 45 Lunak, pliable, sangat lengket
>45 Semakin lengket dan gummy (seperti karet)
60-70 Cair
100 Titik cair beberapa jenis propolis
Sumber: Siregar et al. (2011)
FTIP001646/022
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
10
2.2.2 Komposisi Kimia
Propolis merupakan sebuah resin dengan aroma yang sedap didapat dari
kuncup tanaman atau semak belukar, madu dan lilin tetapi memiliki rasa yang kurang
enak atau pahit (Nikolaev, 1987). Komposisi kimia propolis dapat berubah atau
berbeda sesuai dengan keadaan geografis lebah tersebut tinggal (Lotfy, 2006).
Menurut Krell (1996), beberapa daerah dan koloni memiliki kesukaan sumber resin
yang berbeda sehingga menghasilkan banyak variasi warna, bau dan komposisi
kimia. Komponen terbesar dari penyusun resin adalah senyawa flavonoid dan fenol
serta esternya yang berkisar dari 50% atau lebih dari total penyusun. Komposisi
penyusun propolis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Propolis
Kelas KomponenPresentase dalam
Bahan (%)Komponen
Resin 45 -55 Flavonoid, asam fenolat, danester
Lilin dan asam lemak 25 -35 Sebagian besar dari lilin lebahdan beberapa dari tanaman
Minyak esensial 10 Senyawa folatil
Bee Pollen 5 Protein kemungkinan berasaldari polen dan amino bebas
Mineral, vitamin, dan zat
organik lain
5 14 macam mineral yang palingterkenal adalah Fe dan Zn.Sisanya seperti Au, Ag, Cs, Hg,La, dan Sb. Senyawa organiklain, seperti keton, asambenzoat, dan esternya, gula, sertavitamin B3
Sumber: Krell (1996)
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai komponen-komponen kimia yang
terkandung di dalam propolis.
FTIP001646/023
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
11
1. Resin
Resin merupakan sistem daya tahan tubuh bagi tumbuhan (Suranto, 2010).Lebah
dapat menghasilkan propolis dengan cara mencampurkan enzim dengan resin-
resin dari berbagai macam tanaman sehingga resin yang dihasilkan berbeda
dengan resin asalnya. Resin tersebut mengandung flavonoid, fenol dan berbagai
asam (Siregaret al., 2011).
2. Flavonoid
Propolis mengandung flavonoid dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan
madu, royal jelly dan bee pollen (Siregar et al., 2011). Terdapat 12 jenis
flavonoid berbeda pada ekstrak propolis yang teridentifikasi menggunakan
Capillary Zone Electrophoresis (CZE) yaitu pinocembrin, akasetin, krisin, rutin,
katekin, naringenin, galangin, luteolin, kaempferol, apigenin, mirisetin,
danquersetin; duaasam fenolat yaituasam sinamat and asam kafeat, and
resveratrol (Lotfy, 2002). Menurut Mahani et al. (2011), flavonoid bertindak
sebagai antioksidan yang mampu mengatasi senyawa radikal bebas sehingga
sangat baik sebagai antikanker.
3. Ikatanfenol
Ikatan fenol adalah bagian terpenting dalam resin yang juga berfungsi sebagai
antibiotik (Suranto, 2010). Aktivitas antimikroba yang ada dalam propolis
disebabkan karenaadanya berbagai turunan asam organik(Siregaret al., 2011).
Menurut Suranto (2011), ikatan fenol yang paling terkenal sebagai antibiotik
adalah CAPE (Caffeic Acid Phenyl Ester) sifatnya sebagai antifungi,
antibakteridan antiviral.
FTIP001646/024
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
12
4. Lilindanasamlemak
Lilin lebah dalam propolis umumnya mengandung iktan ester, asam lemak dan
rantai alkohol hidrokarbon yang sebagian besar tidak aktif secara kimia. Lilin
banyak mengandung mikroelemen sehingga dapat menyembuhkan luka bakar
ataupun luka terbuka (Siregaret al., 2011).
5. Minyakesensial
Minyak esensial memberikan aroma yang khas dan mudah menguap (volatile).
Propolis mengandung minyak esensial yang beragam tergantung jenis tanaman
sumbernya (Siregaret al., 2011).
6. Bee Pollen
Menurut Siregar et al. (2011), bee pollen merupakan penyumbang protein yang
terkandung di dalam propolis. Kandungan asam amino yang terbanyak dalam
propolis yaitu arginin dan prolin sebanyak 45,8 %. Kandungan arginin di dalam
propolis dapat menstimulasi regenerasi jaringan karena memiliki peran dalam
produkdi asam nukleat (DNA).
7. Mineral dan vitamin
Komposisi mineral padapropoliscukuplengkap.Mineral yang dominan di
dalampropolisadalahzatbesi (Fe) danseng (Zn) yang
sangatdibutuhkandalamsistemketahanantubuh(Suranto,
2010).Berdasarkanpenelitian Tikhonov dan Mamontova (1987) dalam Lotfy
(2006), propolismengandungbeberapa mineral seperti Mg, Ca, I, K, Na, Cu, Zn,
Mn, dan Fe; beberapa vitamin seperti B1, B2, B6, C and E.
FTIP001646/025
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
13
2.2.3. Pemanfaatan Propolis
Menurut Mahani et al. (2011), propolis telah dimanfaatkan oleh manusia sejak
ratusan tahun yang lalu. Banyak yang telah menggunakan propolis untuk kesehatan
maupun pengobatan. Menurut Krell (1996), pemanfaatan propolis pun meluas ke
beberapa bidang diantaranya dalam bidang kesehatan dan kecantikan, serta sebagai
bahan pengawet. Pada bidang kesehatan dan kecantikan propolis sangat baik untuk
kesehatan kulit karena kandungan antibakteri, antivirus, antifungi, dan antioksidannya
mampu menjaga kulit dari segala macam radikal bebas yang dapat merusak kulit.
Sifat antibakteri dan antifungi yang terkandung di dalam propolis membuat propolis
dapat digunakan sebagai pengawet. Propolis juga digunakan dalam industri perhiasan
untuk mengilapkan emas dan perak sehingga tampak lebih indah. Propolis dapat
digunakan sebagai antibiotik (antibakteri, antiviral, antifungal), antiprotozoa dan
antiparasit, antiinflamasi, serta antitumor (Lotfy, 2006).
Menurut Hasan (2010), produk-produk propolis terdiri dari berbagai bentuk
yaitu powder, sirup, permen, semprot, krim, salep, pasta gigi, sampo, sabun, kapsul,
kablet, lipstikdan propolis cair (ektstrak propolis). Ekstrak propolis adalah propolis
dalam bentuk cair yang telah diekstrak menggunakan jenis pelarut tertentu (Suranto,
2011). Menurut Mahani et al.(2011), ekstrak propolis merupakan propolis hasil
ekstraksi sebagai bahan dasar dalam pengolahannya dan ditambahkan cairan lain
seperti minyak nabati, proplilen glikol maupun air. Propolis cair dapat dipakai di
dalam maupun luar tubuh.
FTIP001646/026
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
14
Gambar 3. Ekstrak Propolis(Dokumentasi Pribadi, 2011)
2.2.4. Ekstraksi Propolis
Menurut Basset et al. (1994), ekstraksi adalah suatu proses yang digunakan
untuk memisahkan suatu produk organik dari suatu campuran reaksi, memisahkan
pengotor-pengotor yang larut dari campuran-campuran dan mengisolasi zat yang ada
di alam.Ekstraksi terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi dengan pelarut dan ekstraksi
mekanis.
Menurut Mahani et al. (2011), cara ekstraksi propolis yang paling umum
digunakan adalah cara ekstraksi metode maserasi dengan menggunakan pelarut.
Maserasi bertujuan untuk memberikan waktu pelarut dan propolis berinteraksi
sehingga pelarut dapat melarutkan propolis yang akan diekstrak. Menurut Hasan
(2006), propolis mentah diekstraksi dengan proses maserasi selama 16 hari
menggunakan etanol sebagai pelarut ekstraknya.
Menurut Hasan (2006), ekstraksi propolis dilakukan dengan cara merendam
potongan propolis mentah pada etanol 70% dengan perbandingan berat propolis
mentah dan etanol 70% sebesar 1 : 3 (b/v). Ekstraksi dilakukan selama 7 hari, dengan
pengocokan setiap hari sekitar 30 menit dengan menggunakan shaker. Pada hari ke-7,
FTIP001646/027
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
15
filtrat dan ampas dipisahkan dengan cara disaring menggunakan kertas saring
Whatman No.1. Setelah itu, ampas yang tersisa diekstrak kembali menggunakan
etanol 70% dengan perbandingan ampas dan etanol 70% sebesar 1:3 (b/v).
Selanjutnya ampas diekstrak dengan prosedur yang sama seperti di atas tetapi waktu
pengambilan filtrat berkurang secara bertahap yaitu 5 hari, 3 hari dan 1 hari sehingga
total waktu ekstraksi menjadi 16 hari.
Semua filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan untuk dipekatkan menggunakan
rotary evaporator dengan suhu 50°C dan kecepatan putaran 40 rpm sampai terbentuk
ekstrakpekat propolis. Ekstrak pekat propolis ditimbang untuk mendapatkan nilai
rendemennya kemudian ditambahkan dengan filler (bahan pengisi) yaitu propilen
glikol (PG) sebanyak 2 kali volume ekstrak pekat propolis(Mahani et al., 2011).
Proses ekstrasi propolis dapat dilihat pada Gambar 4.
Menurut Krell (1996), ada beberapa perbedaan dasar metode ekstraksi yaitu
dengan menggunakan pelarut yang berbeda. Pelarut yang dipilih tergantung dari
tujuan penggunaan ekstrak yang akan dihasilkan. Pelarut yang dipilih harus
mempunyai viskositas yang cukup rendah (encer) sehingga mudah
disirkulasikan.Sebagian besar komponen aktif larut dalam proplilen glikol dan etanol.
Air dapat dijadikan pelarut untuk ekstraksi tetapi hanya sedikit komponen aktif yang
ikut terlarut dan tidak dapat menghindarkan komponen lain yang ikut terekstrak,
akibatnya ekstrak yang diperoleh bukan merupakan komponen yang murni.
FTIP001646/028
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
16
Gambar 4. Diagram Alir Proses Ekstraksi Propolis(Hasan, 2006)
Propolis Mentah
Pengecilan ukuran kuranglebih 1 cmx 1 cm
Penambahan pelarut(perbandingan propolismentah dan etanol 70% sebesar 1:3 (b/v))
Etanol
70%
Perendaman (keadaan kedap cahaya dan udaraselama berturut-turut 7 hari, 5 hari, 3 hari, dan 1
hari) @ hari dikocok selama 30 menit
Penyaringan(pada hari ke-7, 12, 15, dan 16)
Filtrat
Ampas
Pemekatan dengan Rotary Evaporator(50oC, 40 rpm)
Ekstrak pekat
propolisProplilen Glikol(2x Vol.ekstrakpekat popolis
(b/v))
Pencampuran
Ekstrak propolis
FTIP001646/029
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
17
Ekstraksi menggunakan propilen glikol hampir sama dengan penggunaan
alkohol, tetapi karena propilen glikol lebih kental, maka kemampuan untuk
melarutkan propolis lebih rendah. Menurut Sangalli (1990) dalam Krell (1996),
konsentrasi propolis yeng terekstrak prolilen glikol tidak lebih dari 10% dan ekstraksi
akan efisien apabila dalam keadaan vakum. Oleh karena itu, etanol lebih baik jika
digunakan sebagai pelarut karena memiliki viskositas yang lebih rendah.
Etanol atau etil alkohol merupakan senyawa golongan alkohol. Etanol
memiliki rumus kimia CH3CH2OH adalah satu senyawa organik yang mengandung
oksigen (Sutton et al., 2000).Etanol merupakan senyawa organik paling serba guna
karena kombinasi yang unik dari sifat etanol sebagai pelarut, penghilang kuman
penyakit, bahan bakar, obat penenang, dan terutama sebagai bahan kimia lanjutan
untuk pembuatan bahan kimia organik yg lainnya (Tau, Elango dan Joseph, 1994
dalam Kroschwitz, 1994). Etanol merupakan cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, encer serta tidak berwarna. Sifat kimia dan fisik etanol terutama bergantung
pada gugus hidroksilnya.Gugus hidroksil ini memberi polaritas terhadap molekul dan
meningkatkan ikatan hidrogen antar molekul (Tau et al., 1994dalam Kroschwitz,
1994).
Menurut Tau et al.(1994) dalam Kroschwitz (1994), menyatakan bahwa
dalam lingkungan industri, etanol bukan merupakan bahan kimia yang
membahayakan bagi kesehatan. Menurut Moris et al. (1993), beberapa kegunaan
etanol yang tampak secara ekonomis adalah sebagai :
1. Bahankimialanjutandalamindustriuntukpembuatanbahankimialainnyasepertias
etaldehida, asamasetat, dandietileter.
FTIP001646/030
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
18
2. Pelarutuntukberbagaisubstansikimia
3. Komponenbahanbakuuntukfarmasi, parfum, flavor, dsb.
4. Bahanbakuesensialuntukminumanberalkohol
Etanol sering digunakan sebagai pelarut yang dapat melarutkan berbagai
senyawadanmerupakanpelarut yang seringdigunakanselain air. Menurut Lewis
(1989), penggunaan etanol dalam makanan digunakan sebagai antimikrobial dan
sebagai pelarut dalam proses ekstraksi.
2.2.5. Propilen Glikol
Berdasarkan komposisi kimianya, golongan propilen glikol terdiri dari
monopropilen glikol, dipropilen glikol dan tripropilen glikol. Senyawa kimia ini
dibuat sebagai produk antara dan digunakan untuk kebutuhan komersial secara luas.
Monopropilen glikol secara komersial lebih sering disebut dengan nama propilen
glikol (PG) atau propilen glikol USP (PG USP) yang dibuat sebagai tambahan untuk
beberapa industri seperti makanan dan obat-obatan.
Propilen glikol (PG) yang diproduksi secara komersial, merupakan hasil
hidrolisis dari propilen oksida. Proses produksi dilakukan dalam tekanan dan suhu
yang tinggi serta hidrolisis nonkatalitik propilen oksida. Air yang sangat berlebih
digunakan untuk mengubah propilen oksida menjadi campuran mono-, di- dan
tripropilen glikol. Produk yang dihasilkan adalah 90% PG dan 10% produk antara.
Setelah reaksi hidrasi selesai, air yang berlebih dihilangkan dengan evaporator
multiefek dan pengering selanjutnya glikol dimurnikan dengan destilasi vakum
bertekanan tinggi.
FTIP001646/031
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
19
Propilen glikol (PG) merupakan larutan yang tidak berwarna, jernih, kental,
sedikit berbau, sedikit manis, dan bertekanan uap rendah. PG adalah golongan glikol
yang unik diantara yang lain karena aman untuk dikonsumsi. PG merupakan
tambahan yang sangat penting dalam produksi makanan, kosmetik dan produk
farmasi karena tidak berbahaya bagi manusia dan dibutuhkan sebagai bahan
tambahan dalam formulasi sehingga Food and Drug Administration (FDA) Amerika
Serikat telah menyetujui penggunaa PG dalam beberapa jenis makanan. Selain
dikenal tidak berbau dan berwarna serta larut dalam air, PG pun dikenal sebagai
antimikroba dan bahan pengawet makanan yang efektif, oleh karena itu biasa
ditemukan dalam makanan, kosmetik, produk farmasi, dan aplikasi lain yang
berkaitan dengan kulit. PG juga efektif sebagai stabilizer yang ditemukan dalam
beberapa macam aplikasi seperti makan hewan semi basah, produk bakery, pewarna
makanan, salad dresing, dan krim pencukur. Menurut Siregar et al (2011), PG
digunakan sebagai bahan pengisi pada propolis karena dapat melarutkan komponen
aktif dalam ekstrak. Untuk orang dewasa, batas konsumsi propilen glikol adalah 1,5
g/hari, jika melebihi dapat berdampak pada kesehatan hati.
2.3. Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang dapat menghambat,
menunda atau mencegah terjadinya oksidasi (Santoso, 2006). Antioksidan merupakan
suatu inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi, dengan cara bereaksi dengan
radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil, sehingga
FTIP001646/032
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
20
dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif (Wong, Lai
dan Koh, 2005).
Dalam bidang pengolahan pangan, antioksdan efektif meningkatkan daya
simpan berbagai produk makanan. Diperkirakan antioksidan memperpanjang daya
simpan makanan lebih dari 200 kali tetapi tidak dapat memperbaiki makanan yang
telah rusak (Santoso, 2006).Secara alami antioksidan terdapat dalam hampir semua
bahan pangan, seperti kulit tipis apel, kulit biji kakao, teh, dan dalam jaringan
tanaman. Menurut Jasprica et al. (2007), propolis merupakan salah satu sumber
terbesar antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik tanaman dan merupakan
golongan antioksidan kuat. Komposisi kimia propolis bervariasi berdasarkan sumber
tanaman yang tersedia di daerah tersebut kerena hal tersebut aktivitas antioksidannya
pun bervariasi pula.
Dalam sistem biologis proses oksidasi lemak sering dikaitkan dengan
timbulnya penyakit-penyakit degenaratif seperti kanker, katarak dan proses penuaan
(Susanto, 2006). Dengan mengonsumsi antioksidan setiap hari dapat mengurangi
peluang munculnya penyakit degeneratif dan memperlambat penuaan. Antioksidan
tersebut akan merangsang respon imun tubuh sehingga mampu menghancurkan
radikal bebas, mempertahankan kelenturan pembuluh darah, mempertahankan
besarnya jaringan otak dan mencegah kanker (Winarno, 1992).Beberapa faktor yang
mempengaruhi penyerapan antioksidan oleh tubuh adalah jumlah antioksidan yang
dikonsumsi, kelarutan dalam lemak atau air, bentuk isomer, konsumsi lemak, protein
dan ketersediaan antioksidan lainnya dalam tubuh serta kondisi kesehatan orang yang
mengonsumsi antioksidan tersebut.
FTIP001646/033
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
21
Menurut Masruroh(2004), penurunan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, oksigen, pH dan cahaya. Selainitu,
keberadaanlogamdapatmempercepatpenurunanaktivitasantioksidanpadasuatubahan
(Winarno, 1992).Proses ekstraksi dan penggunaan panas dapat menurunkan aktivitas
antioksidan suatu bahan.Faktorsuhuinimenjadifaktor yang
memberikanpengaruhpaling
besarterhadappenurunanaktivitasantioksidan.Secaraumumantioksidanstabilpadasuhur
endahhinggasuhu 500C.
Sumber antioksidan banyak terdapat dalam tanaman seperti vitamin C,
vitamin E, karotenoid, flavonoid, dan senyewa fenolik yang dapat mengurangi resiko
penyakit (Parkash, Regelholf dan Miller,2001). Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai beberapa senyawa yang berperaan sebagai antioksidan
1. Flavonoid
Senyawa ini merupakan salah satu kelompok senyawa paling luas terdistribusi dan
terdapat hampir di seluruh bagian tanaman (Harbone, 1987). Yang termasuk dalam
kelopok ini adalah flavon, flavonol, isoflavon, katekin, proantosianidin, dan
antosianin. Menururt Santoso (2006), umumnya flavonoid berfungsi sebagai
antiksidan primer, kelator dan scavenger terhadap superoksida anion.Aktivitas
antioksidan flavonoid tergantung pada struktur molekulnya terutama gugus prenil
(CH3)2C=CH-CH2-). Berdasarkan hasil penelitian Hasim (2006),menunjukkan
bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi
terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.
FTIP001646/034
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
22
2. Senyawa fenolik
Senyawa fenolik cenderung mudah larut dalam air (Harbone, 1987). Senyawa
fenolik yang umumnya terkandung dalam propolis adalah asam sinamat dan asam
kafeat (Lotfy, 2006). Fenolik merupakan salah satu sumber utama antioksidan
yang umumnya terdapat dalam rempah-rempah (Santoso, 2006). Berdasarkan hasil
penelitian Mishima et al. (2005), asam sinamat pada propolis lebah madu Brazil
dapat membunuh sel kanker pada tikus secara tuntas. Begitu pula pada asam kafeat
yang dapat membunuh sel kanker.
3. Karotenoid
Jenis karotenoid seperti β-karoten, astaxantin, fitoen, dan lutelin terdapat secara
luas dalam bahan pangan. Karotenoid digunakan sebagai bahan pewarna alami dan
mempunyai sifat antioksidatif. Senyawa ini berperan sebagai penetral oksigen
singlet,karena itu dapatmencegah pembentukan hidroperoksida.
Antioksidan yang paling efektif berfungsi adalah antioksidan yang dapat
menghentikan reaksi berantai radikal bebas.Mekanisme kerja antioksidan dapat
dilihat pada Gambar 5.
R•+ AH RH + A•
RO•+ AH ROH + A•
ROO• + AH ROOH + A•
R• + A• RA
RO• + A• ROA
Gambar 5. Mekanisme Kerja Antioksidan
FTIP001646/035
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
23
(Santoso, 2006)
Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan dibagi menjadi dua golongan
yaitu golongan primer dan golongan sekunder. Menurut Santoso (2006), antioksidan
primer merupakan zat yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya
menjadi produk yang stabil, sedangkan antioksidan sekunder atau antioksidan
preventif dapat mengurangi laju awal reaksi. Senyawa yang termasuk antioksidan
primer adalah senyawa tokoferol, flavonoid, fenolik, polifenol dan lainnya.
Sedangkan senyawa yang termasuk antioksidan sekunder adalah asam sitrat, EDTA,
Polifosfat, asam askorbat, β-karoten, dll.
Aktivitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai metode. Metode yang
umum digunakan adalah metode DPPH (1,1-dipheniyl-2-picrylhidrazyl),
metodeperoksida, metodespektroskopi IR, metode ORAC danmetodeHansch
(Umamaheswari dan Chaterjee, 2008).
1. Metode DPPH (1,1-dipheniyl-2-picrylhidrazyl)
Uji DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylehydrazyl) adalahsuatumetodekolorimetri yang
cepatdanefektifuntukmemperkirakanaktivitasantiradikal.Menurut Parkash et
al.(2001), DPPH adalahsuaturadikalstabil yang mengandung nitrogen organik,
berwarnaungugelapdenganabsorbansi yang kuatpada λmaksimal 517 nm.
Setelahbereaksidenganantioksidanwarnalarutanakanberkurangdanberubahmenjadi
kuning.Perubahanwarnainidapatdiukursecaraspektrofotometri.Strukturdari DPPH
dapatdilihatpadaGambar3.
FTIP001646/036
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
24
Gambar 6. Struktur DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)(Prakashet al., 2001)
Aktivitas antioksidan dapat didefinisikan sebagai kuantitas hidrogen dari
senyawa antioksidan yang diikat oleh DPPH, dimana hasil ini dinyatakan dengan
nilai persentase (%) inhibisi (Windono et al., 2001).Persentase inhibisi dapat
menunjukkan nilai IC50 (inhibition Concentration 50%), merupakan konsentrasi
larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
DPPH sebesar 50% (Molyneux, 2004). Nilai IC50 dihitung dari persentase
penghambatan serapan larutan ekstrak dengan menggunakan persamaan yang
diperoleh dari kurva regresi linier. Semakin tinggi nilai IC50 maka semakin rendah
aktivitas antioksidannya dan sebaliknya, semakin rendah nilai IC50 semakin tinggi
aktivitas antioksidannnya.
O 2N
N-N(C 6H 5)2
NO 2
NO 2
+ AH
O 2N
N-N(C6H 5)2
NO 2
NO 2
H
+ A
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-picrilhidrazin
Gambar 7. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan(Prakashet al., 2001)
FTIP001646/037
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
25
2. Metode TBA (Tiobarbaturic Acid)
TBA (Tiobarbaturic Acid) akan berekasi dengan MDA (Monaldehida) yang
terbentuk karena pemanasan hidroperoksida dan produk degradasi sekunder pada
pH rendah menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah dengan absorbansi λ
535 nm. Metode TBA memiliki kelebihan yaitu populer, simpel dan relatif lebih
tinggi sensitivitasnya. Kelemahannya adalah angka TBA secara tidak langsung
menunjukan jumlah MDA atau lipid hidroperoksida yang terbentuk selama
oksidasi (Santoso, 2006).
3. MetodePeroksida (Santoso, 2006)
Prinsip pengujian ini adalah hidroperoksida menunjukan sifat oksidatif sehingga
reaksi redoks dapat digunakan untuk menguantifikasi hidroperoksida yang ada.
Misalnya, LOOH mengoksidasi I- dan Fe2+ menjadi I2 dan Fe3
+. Jumlah I2 dapat
dikuantifikasi misalnya dengan titrasi menggunakan natrium tiosulfat selanjutnya
jumlah Fe3+ dapat diukur dengan absorbansi Fe(SCN) pada λ 500 nm. Kelebihan
metode ini adalah dapat menentukan jumlah tepat peroksida.
4. MetodeORAC
Padametode ORAC, digunakanfluorescentsebagaibahanujiselainsampel yang
digunakan.Metodeinimenggunakanmesinazointitiator yang
berfungsiuntukmembuatradikalbebas yaitu
peroxyl.Fluorescentditembakkandenganperoxylkemudian pada selang waktu
tertentu akan dihitung intensitasnya. Laludibuatkurva
antaraintensitasvswaktuagardapatdihitungluasdaerahnya.Kadar
antioksidanditentukandenganstandar TE, trolox equivalent,
FTIP001646/038
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
26
dengantroloxsebagaistandarnya.Perhitungannilai ORAC dilakukan
denganrumusberikut:
ORAC value (µM) = 20k (SSample - SBlank) / (STrolox - SBlank)
Ket :
S =daerahdibawahkurva
k =konstantapeluruhanfluoescent.
Kelebihan dari metode ORAC adalah hasil yang didaptkansangatakurat dan
ketelitiandarimetodeini pun semakinbaik. Kekurangannyametodeiniadalah
menunjukkanaktivitasteradapradikalbebastertentu, sepertiperoxyl,
sertametodeinitidakdapat menentukansampel yang telah rusak.
5. MetodeHansch (Tahir et al., 2003)
1) Pengambilan data prediktor untuk analisis Hansch
Langkah pertama dalam metode ini adalahmembuat model strukturdua
dimensinya menggunakan paket program Hyperchem. Kemudian model tersebut
dilengkapi dengan atom hidrogen pada setiap atom untuk melengkapi struktur
sebenarnya dan dibentuk menjadi struktur tiga dimensi. Selanjutnya adalah
melakukan optimasi geometri struktur berupa minimasi energi molekul untuk
memperoleh konformasi struktur yang paling stabil.
2) Analisis regresi
Analisis korelasi dan regresi multilinear dengan pendekatan Hansch,
dilakukandalam program SPSS for Windows dengan metode Backward.