ii. tinjauan pustaka a. kepayangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3928/3/bab 2.pdf · masuk dan...

13
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepayang Tanaman kepayang atau Pangium edule Reinw merupakan tanaman pohon yang tumbuh liar di sekitar daerah aliran sungai. Tanaman ini termasuk suku Achariaceae ( dulu dimasukkan dalam suku Flacourtiaceae). Orang Sunda menyebut tanaman ini sebagai picung, pucung atau kepayang sedangkan di Toraja disebut Panarassan dan di Minangkabau disebut Simaung (Yohar,2012). Kepayang memiliki kandungan kimia yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan asam sianida pada kepayang cukup tinggi baik pada batang, daun, dan buahnya. Daging biji kepayang mengandung saponin flavonoid, dan polifenol. Senyawa antioksidan dan golongan flavonoid, senyawa antioksidan berfungsi sebagai anti kanker dalam biji antara lain berupa vitamin C, ion besi dan betakarotin. Golongan flavonoid pada biji dapat menghambat aktivitas bakteri karena bersifat antibakteri. Golongan flavonoid bisa melawan beberapa jenis bakteri pembusuk ikan secara in-vitro pada bakteri Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Komponen antibakteri pada biji kepayang ini yaitu asam hidnokarpat, asam glorat, dan tanin (Yohar,2012). Menurut Aprianti (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan pada biji terdapat inti biji (endosperm) yang banyak mengandung lemak.

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepayang

Tanaman kepayang atau Pangium edule Reinw merupakan tanaman pohon

yang tumbuh liar di sekitar daerah aliran sungai. Tanaman ini termasuk suku

Achariaceae ( dulu dimasukkan dalam suku Flacourtiaceae). Orang Sunda

menyebut tanaman ini sebagai picung, pucung atau kepayang sedangkan di Toraja

disebut Panarassan dan di Minangkabau disebut Simaung (Yohar,2012).

Kepayang memiliki kandungan kimia yang dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan. Kandungan asam sianida pada kepayang cukup tinggi baik

pada batang, daun, dan buahnya. Daging biji kepayang mengandung saponin

flavonoid, dan polifenol.

Senyawa antioksidan dan golongan flavonoid, senyawa antioksidan

berfungsi sebagai anti kanker dalam biji antara lain berupa vitamin C, ion besi

dan betakarotin. Golongan flavonoid pada biji dapat menghambat aktivitas

bakteri karena bersifat antibakteri. Golongan flavonoid bisa melawan beberapa

jenis bakteri pembusuk ikan secara in-vitro pada bakteri Pseudomonas

aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Komponen

antibakteri pada biji kepayang ini yaitu asam hidnokarpat, asam glorat, dan

tanin (Yohar,2012).

Menurut Aprianti (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan pada

biji terdapat inti biji (endosperm) yang banyak mengandung lemak.

6

Bangol et,al (2004) menunjukan hasil analisis BLASTn ,tingkat kemiripan

tumbuhan kepayang sangat tinggi dengan beberapa spesies tanaman ,analisis

komposisi asam amino menunjukan bahwa matK kepayang dan kesembilan

spesies lain bersifat hidrofobik.

B. Botani Kepayang

Klasifikasi kepayang adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Cislales

Suku : Flacoutiaceae

Genus : Pangium

Spesies : Pangium edule Reinw. (Pratidina,2008)

Beberapa persamaan nama pohon kepayang di beberapa daerah di

Indonesia menurut Yohar (2012) :

Sumatera :Kapayang, Lapencuang, Kapecong Simaung

(Minangkabau, Bengkulu, Jambi); Hapesong (Toba); Kayu

tuba (Lampung); Jeho (Pulau Enggano).

Jawa : Pucung (Jakarta); Pacung, Picung, Picung, Pucung

(Jabar); Pakem (Jateng); Kluwak;Kluwek (Jateng

Banyuwangi).

7

Bali : Pangi.

Nusa Tenggara : Kalowa (Sumbawa).

Sulawesi : Kalowa (Sulawesi); Pangi (Bugis).

Irian Jaya : Awaran (Manokwari).

1. Daun

Kepayang merupakan tanaman berdaun tunggal dengan bulu halus lembut

pada bagian bawah daun dan bentuk daun bulat telur atau bulat. Daun memiliki

pertulangan menjari yang menonjol di bagian bawah maupun atas dan hijau

mengkilap di bagian atas dengan ukuran 15-20 cm,(Sari dan Suhartati,2015).

Menurut Yohar (2012) tangkai daun kepayang berbentuk silindris dengan panjang

10-15 cm kedudukan sedikit berhadapan atau spiral yang terkumpul pada ranting.

Pada pohon muda daunnya memiliki bentuk helai daun bulat telur

memanjang berlekuk, dengan ukuran 30-45 cm, bentuk tepi daun menjari lima

(palmately lobed) dan pangkal daun berlekuk kedalam (auriculate). Tangkai daun

silindris kuat berkayu dengan panjang 50-58 cm. Daun kepayang memiliki musim

gugur, daunnya akan gugur saat buah agung atau panen raya. Daun-daun mulai

gugur ketika tua dan akan tumbuh kembali daun muda setelah berbuah

(Yohar,2012).

8

2. Bunga

Kepayang memiliki bunga majemuk berbentuk tandan,memiliki tangkai

bunga, daun pelindung dasar bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.

Ketika mekar akan kekuningan- hijau dan putih, memiliki bau yang samar,

dengan ukuran kelopak 1-2 cm, mahkota panjang 5-8 cm, pangkal berambut hijau

muda. Setiap tangakai memiliki 3-4 kuntum bunga dan memiliki kelopak bunga

sebanyak tujuh helai, biasanya pada satu tangkai hanya satu bunga yang menjadi

buah (Yohar,2012).

Tata letak bunga tanaman kepayang yakni Axillary atau bunga-bunga

terseusun pada ketiak daun dan umumnya dibagian dekat ujung ranting. Tanaman

kepayang berbunga satu kali dalam setahun, dimulai pada bulan Desember atau

Januari(Yohar,2012). Bunga jantan tersusun dalam malai, sedangkan bunga

betina umumnya muncul tunggal di ujung ranting,(Sari dan Suhartati,2015).

3. Buah

Buah berbentuk bulat liontin dengan kulit tebal dengan ukuran diameter 10

sampai 20cm, buah muda bulat memanjang berwarna coklat muda,buah tua coklat

kehitaman. Tangkai buah pendek 1,5-2 cm, berat buah segar 1,3-1,9 kg dengan

diameter 10-16 cm, dalam satu buah umumnya 10-15 biji. Pada pohon-pohon tua

tanaman kepayang akan memiliki buah yang besar dan jumlah biji di dalamnya

mencapai 25 biji. Saat mentah daging buah berwarna putih pucat dan berwarna

kuning telur, lunak berlendir dan beraroma khas. Musim berbuah tidak diketahui

secara pasti, karena berbuahnya tidak beraturan dan tidak sama dengan musim

9

buah-buah lain disekitarnya (duku dan durian). Pada saat musim buah jumlah

buah dapat mencapai 500-700 buah perpohon bahkan lebih tergantung besarnya

pohon (Yohar,2012).

4. Biji

Biji kepayang berukuran 3-5 cm , pipih, agak bersudut, tertanam dalam

daging buah. Kulit biji keras berkayu ,kasar dan berruas seperti urat. Biji

kepayang dilindungi cangkang berkayu (tempurung) yang keras sehingga

memungkinkan untuk disimpan dalam waktu yang lama, namun kondisi ini

menyebabkan proses perkecambahan memerlukan perlakuan agar dapat

berkecambah (Yohar,2012).

Menurut Yuningsih (2008) cit Yohar (2012) mengatakan kepayang

memiliki daging biji yang tebal berwarna putih pucat saat direbus. Pada biji

kepayang mengandung gynocardine hasil hodrolisis enzim gynocardase menjadi

glucose cyanohydrine yang tidak stabil dan membentuk sianida.

5. Batang

Kepayang merupakan tumbuhan yang memiliki batang berkayu besar dan

tinggi, bentuk batang berlekuk dangkal dengan pangkal batang berbanir (banir

kuncup),kulit batang licin dan kadang memiliki retakan sedikit kasar pada pohon

tua. Kepayang memiliki akar tunggang yang kuat menembus kedalam tanah

(Yohar,2012).

10

Menurut Heriyanto dan Subiandono(2008) cit Sari dan Suhartati(2015)

Tajuk umumnya lebat,dengan cabang dan ranting yang mudah patah. Pada bagian

pucuknya terdapat banyak cabang. Cabang muda pada umumnya berbulu dan

berwarna abu-abu. Kulit kayu berwarna kemerahan atau abu-abu kecoklatan dan

kadang –kadang kasar dengan banyak celah yang mengeras.

6. Akar

Kepayang memiliki akar tunggang yang kuat menembus kedalam,

berwarna kuning. Jika tumbuh di daerah berbatu maka akarnya akan

mencengkram dengan kuat dan pertumbuhan akar yang cepat (Yohar,2012).

C. Syarat Tumbuh

Kepayang termasuk kelompok pohon besar , tinggi pohon dapat

mencapai 25 meter (Yohar,2012). Menurut Arini (2012) pohon kepayang dapat

mencapai umur 100 tahun, tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 10-1000

mdpl, baik pada tanah berbatu, tanah liat, yanah aluvial, podsolik, bahkan tanah

yang miskin unsurhara. Meskipun pohon kepayang umumnya tumbuh pada

ketinggian 350 mdpl dan membutuhkan lingkungan yang cukup air, tanaman ini

juga ternyata dapat tumbuh didaerah lebih tinggi beriklim kering dan jarang

terkena banjir (Partomihardjo dan rugayah,1989).

Heriyanto dan Subiandono (2008) cit Prabakti (2017) menyatakan suhu

udara pada habitat kepayang berkisar antara 24-30˚C. Kelembapan udara berkisar

50-80%(musim kemarau), pada musim hujan berkisar antara 70-100%. Pada

keadaan yang terbuka didaerah hutan tropik basah, kelembapan cenderung tinggi

11

walaupun pada musim kemarau. Curah hujan dikawasan ini berkisar antara 2.544

– 3.478 mm per tahun. Pohon kepayang banyak ditemukan ditepi sungai dan tanah

berlereng dan penyebarannya cenderung mengelompok dan banyak tumbuh pada

lahan dengan kemiringan cukup curam dengan pH antara 5,5-6,5.

D. Perbanyakan kepayang

Perbanyakan pada tanaman dibagi menjadi dua yakni perbanyakan

tanaman secara generatif dan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan

tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman melalui proses perkawinan

antara dua tanaman induk melalui organ reproduksi berupa bunga yang kemudian

terjadi penyerbukan benang sari pada kepala putik dan menghasilkan buah dengan

kandungan biji didalamnya dan biji ini dapat ditanam kembali untuk

menghasilkan tanaman baru (Anonim,2017).

Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara generatif adalah tanaman

yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat, biaya yang dikeluarkan relatif

murah, umur tanaman akan lebih lama, dapat menghasilkan varietas-varietas baru

dengan cara menyilangkan. Adapun kelemahan perbanyakan tanaman secara

generatif adalah tanaman yang baru belum tentu memiliki sifat yang sama dengan

induknya, varietas baru yang muncul belum tentu lebih baik, waktu berbuah lebih

lama ( Anonim,2017).

Teknik pembenihan vegetatif tanaman bertujuan untuk menghasilkan

individu keturunan tanaman yang mempertahankan sifat baik dari induknya.

Keturunan tanaman yang berasal dari proses pembenihan vegetatif dari dua induk

12

yang mempunyai keunggulan. Keduanya dapata memadukan dua keunggulan

tersebut sehingga mempunyai sifat-sifat lebih baik dari kedua induknya disebut

bibit unggul (Nurwardani,2008)

Kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif adalah

tanaman lebih cepat bereproduksi, dapat diterapkan pada tanaman yang tak

menghasilkan biji, sifat-sifat yang lebih pada induknya dapat diturunkan, dapat

tumbuh pada tanah yang memiliki lapisam tanah dangkal karena sistem perakaran

yang dangkal. Adapun kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif

adalah sistem perakaran kurang kuat, biaya pengadaan bibit mahal, sulit

memperoleh tanaman dalam jumlah yang besar yang berasal dari satu pohon

induk ( Anonim,2017).

Wulandari (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan masyarakat

biasanya menanam kepayang dari anakan yang diambil dari hutan atau kebun. Biji

kepayang yang jatuh dari pohon akan cepat membusuk jika daging buah masih

melekat. Kepayang dapat diperbanyak melalui biji namun membutuhkan waktu

yang lama sekitar 4 bulan untuk bibit siap tanam. Oleh karena itu biji harus

dilakukan pendahuluan (skarifikasi) karena kulit yang keras sehingga masa

dormansi harus dipatahkan terlebih dahulu. Menurut Partomihardjo dan Rugayah

(1989) cit Yohar (2012) menyatakan dalam budidaya kepayang,

perbanyakan/pembibitan menggunakan biji harus dipatahkan terlebih dahulu masa

dormansinya dengan merendam biji dalam air selama 24 jam sebelum ditebarkan.

Bibit kepayang umumnya memerlukan waktu 1 bulan agar berkecambah,

13

kemudian diindahkan didalam polybag selama 4-6 bulan. Media pada polybag

terdiri atas kompos, tanah dan pasir.

Menurut Yohar (2012) pematahan dormansi biji kepayang dapat dilakukan

dengan cara pemanasan dan pengikisan atau pengamplasan tempurung biji serta

perendaman dengan air. Jika proses pematahan dormansi dilakukan secara benar

maka perkecambahan akan lebih cepat.

E. Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme

hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak

mendukung pertumbuhan normal (Anonim,2017). Dormansi benih umumnya

merupakan karakteristik yang tidak diinginkan ditanaman pertanian, dimana

perkecambahan dan pertumbuhan cepat dibutuhkan pada tanaman sangat

diperlukan (Bewley,1997). Dormansi diakibatkan oleh benih yang permeable

terhadap air dikarenakan kulit luar yang keras (seed coat) (Baskin, et al.,2004).

1. Jenis dormansi

Ada beberapa tipe dormansi yaitu :

a. Dormansi fisik

Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas strukural terhadap

perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap air sehingga menjadi

penghalang mekanis terhadap masuknya air maupun gas dalam proses imbibisi

(Sahupala,2007).

14

Yang termasuk dormansi fisik menurut Sahupala (2007) adalah:

1) Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih

keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, air terhalang oleh kulit

biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade

yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian

dalamnya mempunyai lapisan lilin.

2) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam

keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi

pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh

dengan segera. Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang

biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang

oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.

3) Adanya zat penghambat

Zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah

perkecambahan paling sering dijumpai berada didalam daging buah.

Untuk itu benih tersebut harus diekstraksi dan dicuci untuk menghilangkan

zat-zat penghambat.

15

b. Dormansi fisiologis

Menurut Schimdt (2002) cit Sahupala (2007) penyebab dari dormansi

fisiologis adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum

matang. Bemih- benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat

berkecambah, jangka waktu penyimpanan ini juga berbeda-beda dari kurun waktu

beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.

2. Metode Pematahan Dormansi

Berbagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi jenis- jenis

dormansi, semua metode berprinsip sama yakni bagaimana caranya agar air dapat

masuk dan imbibisi dapat berlangsung.Teknik skarifikasi pada berbagai jenis

dormansi benih fisik antara lain :

a. Perlakuan mekanis

Schmidt, (2002) cit Mistian et.al.,(2012) perlakuan mekanis (skarifikasi)

pada kulit biji yang dapat dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan,

pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir,

kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi

dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani dengan manual, dapat diberikan

perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua

benih dibuat mudah dimasuki air dengan resiko kerusakan yang kecil, asal

daerah radikel tidak rusak. Menurut penelitian Febriyan dan Widajati (2015)

menunjukan perlakuan skarifikasi fisik pada benih pala mampu meningkatkan

perkecambahan benih berdasarkan kemunculan akar dan tunas lebih awal.

16

b. Air panas

Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan

yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif

bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk

mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas

yang diteruskan kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu

tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu

bervariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif

tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih (Sahupala,2007).

c. Perlakuan kimia

Perlakuan kimia dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering

dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah

menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada proses imbibisi.

Menurut Melasari et.al (2018) Bahan kimia yang sering digunakan dalam

perlakuan pematahan dormansi diantaranya adalah asam H2SO4, HCl, HNO3,

serta garam KNO3 .

F. Asam sulfat

Upaya dalam mematahkan dormansi dapat dilakukan dengan cara kimiawi

dengan merendam biji dalam larutan kimia dan salah satu larutan kimia yang

dapat digunakan yaitu asam sulfat ( ). Asam sulfat memiliki sifat asam

panas dan korosif sehingga dapat merusak benda apa saja yang mengenainya, baik

17

logam maupun non logam (Nugroho dan Salamah,2015). Menurut Purnamasari

(2009) konsentrasi asam sulfat 80% berpengaruh nyata dalam meningkatkan

presentase perkecambahan dan laju perkecambahan biji ki hujan (Samanea

saman).

Ginting, R.E (2017) menyatakan konsentrasi asam sulfat 25% mampu

meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih Mucuna bracteata

G. Hipotesis

1. Lama perendaman 10 menit merupakan perlakuan terbaik dalam mematahkan

dormansi benih buah kepayang.

2. Konsentrasi 25 % merupakan perlakuan terbaik dalam mematahakan dormansi

benih buah kepayang.

3. Kombinasi perlakuan konsentrasi asam sulfat 25% dan lama perendaman 10

menit merupakan perlakuan terbaik dalam mematahkan dormansi benih buah

kepayang .