ii. tinjauan pustaka a. kepayangeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3928/3/bab 2.pdf · masuk dan...
TRANSCRIPT
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepayang
Tanaman kepayang atau Pangium edule Reinw merupakan tanaman pohon
yang tumbuh liar di sekitar daerah aliran sungai. Tanaman ini termasuk suku
Achariaceae ( dulu dimasukkan dalam suku Flacourtiaceae). Orang Sunda
menyebut tanaman ini sebagai picung, pucung atau kepayang sedangkan di Toraja
disebut Panarassan dan di Minangkabau disebut Simaung (Yohar,2012).
Kepayang memiliki kandungan kimia yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Kandungan asam sianida pada kepayang cukup tinggi baik
pada batang, daun, dan buahnya. Daging biji kepayang mengandung saponin
flavonoid, dan polifenol.
Senyawa antioksidan dan golongan flavonoid, senyawa antioksidan
berfungsi sebagai anti kanker dalam biji antara lain berupa vitamin C, ion besi
dan betakarotin. Golongan flavonoid pada biji dapat menghambat aktivitas
bakteri karena bersifat antibakteri. Golongan flavonoid bisa melawan beberapa
jenis bakteri pembusuk ikan secara in-vitro pada bakteri Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Komponen
antibakteri pada biji kepayang ini yaitu asam hidnokarpat, asam glorat, dan
tanin (Yohar,2012).
Menurut Aprianti (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan pada
biji terdapat inti biji (endosperm) yang banyak mengandung lemak.
6
Bangol et,al (2004) menunjukan hasil analisis BLASTn ,tingkat kemiripan
tumbuhan kepayang sangat tinggi dengan beberapa spesies tanaman ,analisis
komposisi asam amino menunjukan bahwa matK kepayang dan kesembilan
spesies lain bersifat hidrofobik.
B. Botani Kepayang
Klasifikasi kepayang adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Cislales
Suku : Flacoutiaceae
Genus : Pangium
Spesies : Pangium edule Reinw. (Pratidina,2008)
Beberapa persamaan nama pohon kepayang di beberapa daerah di
Indonesia menurut Yohar (2012) :
Sumatera :Kapayang, Lapencuang, Kapecong Simaung
(Minangkabau, Bengkulu, Jambi); Hapesong (Toba); Kayu
tuba (Lampung); Jeho (Pulau Enggano).
Jawa : Pucung (Jakarta); Pacung, Picung, Picung, Pucung
(Jabar); Pakem (Jateng); Kluwak;Kluwek (Jateng
Banyuwangi).
7
Bali : Pangi.
Nusa Tenggara : Kalowa (Sumbawa).
Sulawesi : Kalowa (Sulawesi); Pangi (Bugis).
Irian Jaya : Awaran (Manokwari).
1. Daun
Kepayang merupakan tanaman berdaun tunggal dengan bulu halus lembut
pada bagian bawah daun dan bentuk daun bulat telur atau bulat. Daun memiliki
pertulangan menjari yang menonjol di bagian bawah maupun atas dan hijau
mengkilap di bagian atas dengan ukuran 15-20 cm,(Sari dan Suhartati,2015).
Menurut Yohar (2012) tangkai daun kepayang berbentuk silindris dengan panjang
10-15 cm kedudukan sedikit berhadapan atau spiral yang terkumpul pada ranting.
Pada pohon muda daunnya memiliki bentuk helai daun bulat telur
memanjang berlekuk, dengan ukuran 30-45 cm, bentuk tepi daun menjari lima
(palmately lobed) dan pangkal daun berlekuk kedalam (auriculate). Tangkai daun
silindris kuat berkayu dengan panjang 50-58 cm. Daun kepayang memiliki musim
gugur, daunnya akan gugur saat buah agung atau panen raya. Daun-daun mulai
gugur ketika tua dan akan tumbuh kembali daun muda setelah berbuah
(Yohar,2012).
8
2. Bunga
Kepayang memiliki bunga majemuk berbentuk tandan,memiliki tangkai
bunga, daun pelindung dasar bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.
Ketika mekar akan kekuningan- hijau dan putih, memiliki bau yang samar,
dengan ukuran kelopak 1-2 cm, mahkota panjang 5-8 cm, pangkal berambut hijau
muda. Setiap tangakai memiliki 3-4 kuntum bunga dan memiliki kelopak bunga
sebanyak tujuh helai, biasanya pada satu tangkai hanya satu bunga yang menjadi
buah (Yohar,2012).
Tata letak bunga tanaman kepayang yakni Axillary atau bunga-bunga
terseusun pada ketiak daun dan umumnya dibagian dekat ujung ranting. Tanaman
kepayang berbunga satu kali dalam setahun, dimulai pada bulan Desember atau
Januari(Yohar,2012). Bunga jantan tersusun dalam malai, sedangkan bunga
betina umumnya muncul tunggal di ujung ranting,(Sari dan Suhartati,2015).
3. Buah
Buah berbentuk bulat liontin dengan kulit tebal dengan ukuran diameter 10
sampai 20cm, buah muda bulat memanjang berwarna coklat muda,buah tua coklat
kehitaman. Tangkai buah pendek 1,5-2 cm, berat buah segar 1,3-1,9 kg dengan
diameter 10-16 cm, dalam satu buah umumnya 10-15 biji. Pada pohon-pohon tua
tanaman kepayang akan memiliki buah yang besar dan jumlah biji di dalamnya
mencapai 25 biji. Saat mentah daging buah berwarna putih pucat dan berwarna
kuning telur, lunak berlendir dan beraroma khas. Musim berbuah tidak diketahui
secara pasti, karena berbuahnya tidak beraturan dan tidak sama dengan musim
9
buah-buah lain disekitarnya (duku dan durian). Pada saat musim buah jumlah
buah dapat mencapai 500-700 buah perpohon bahkan lebih tergantung besarnya
pohon (Yohar,2012).
4. Biji
Biji kepayang berukuran 3-5 cm , pipih, agak bersudut, tertanam dalam
daging buah. Kulit biji keras berkayu ,kasar dan berruas seperti urat. Biji
kepayang dilindungi cangkang berkayu (tempurung) yang keras sehingga
memungkinkan untuk disimpan dalam waktu yang lama, namun kondisi ini
menyebabkan proses perkecambahan memerlukan perlakuan agar dapat
berkecambah (Yohar,2012).
Menurut Yuningsih (2008) cit Yohar (2012) mengatakan kepayang
memiliki daging biji yang tebal berwarna putih pucat saat direbus. Pada biji
kepayang mengandung gynocardine hasil hodrolisis enzim gynocardase menjadi
glucose cyanohydrine yang tidak stabil dan membentuk sianida.
5. Batang
Kepayang merupakan tumbuhan yang memiliki batang berkayu besar dan
tinggi, bentuk batang berlekuk dangkal dengan pangkal batang berbanir (banir
kuncup),kulit batang licin dan kadang memiliki retakan sedikit kasar pada pohon
tua. Kepayang memiliki akar tunggang yang kuat menembus kedalam tanah
(Yohar,2012).
10
Menurut Heriyanto dan Subiandono(2008) cit Sari dan Suhartati(2015)
Tajuk umumnya lebat,dengan cabang dan ranting yang mudah patah. Pada bagian
pucuknya terdapat banyak cabang. Cabang muda pada umumnya berbulu dan
berwarna abu-abu. Kulit kayu berwarna kemerahan atau abu-abu kecoklatan dan
kadang –kadang kasar dengan banyak celah yang mengeras.
6. Akar
Kepayang memiliki akar tunggang yang kuat menembus kedalam,
berwarna kuning. Jika tumbuh di daerah berbatu maka akarnya akan
mencengkram dengan kuat dan pertumbuhan akar yang cepat (Yohar,2012).
C. Syarat Tumbuh
Kepayang termasuk kelompok pohon besar , tinggi pohon dapat
mencapai 25 meter (Yohar,2012). Menurut Arini (2012) pohon kepayang dapat
mencapai umur 100 tahun, tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 10-1000
mdpl, baik pada tanah berbatu, tanah liat, yanah aluvial, podsolik, bahkan tanah
yang miskin unsurhara. Meskipun pohon kepayang umumnya tumbuh pada
ketinggian 350 mdpl dan membutuhkan lingkungan yang cukup air, tanaman ini
juga ternyata dapat tumbuh didaerah lebih tinggi beriklim kering dan jarang
terkena banjir (Partomihardjo dan rugayah,1989).
Heriyanto dan Subiandono (2008) cit Prabakti (2017) menyatakan suhu
udara pada habitat kepayang berkisar antara 24-30˚C. Kelembapan udara berkisar
50-80%(musim kemarau), pada musim hujan berkisar antara 70-100%. Pada
keadaan yang terbuka didaerah hutan tropik basah, kelembapan cenderung tinggi
11
walaupun pada musim kemarau. Curah hujan dikawasan ini berkisar antara 2.544
– 3.478 mm per tahun. Pohon kepayang banyak ditemukan ditepi sungai dan tanah
berlereng dan penyebarannya cenderung mengelompok dan banyak tumbuh pada
lahan dengan kemiringan cukup curam dengan pH antara 5,5-6,5.
D. Perbanyakan kepayang
Perbanyakan pada tanaman dibagi menjadi dua yakni perbanyakan
tanaman secara generatif dan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan
tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman melalui proses perkawinan
antara dua tanaman induk melalui organ reproduksi berupa bunga yang kemudian
terjadi penyerbukan benang sari pada kepala putik dan menghasilkan buah dengan
kandungan biji didalamnya dan biji ini dapat ditanam kembali untuk
menghasilkan tanaman baru (Anonim,2017).
Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara generatif adalah tanaman
yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat, biaya yang dikeluarkan relatif
murah, umur tanaman akan lebih lama, dapat menghasilkan varietas-varietas baru
dengan cara menyilangkan. Adapun kelemahan perbanyakan tanaman secara
generatif adalah tanaman yang baru belum tentu memiliki sifat yang sama dengan
induknya, varietas baru yang muncul belum tentu lebih baik, waktu berbuah lebih
lama ( Anonim,2017).
Teknik pembenihan vegetatif tanaman bertujuan untuk menghasilkan
individu keturunan tanaman yang mempertahankan sifat baik dari induknya.
Keturunan tanaman yang berasal dari proses pembenihan vegetatif dari dua induk
12
yang mempunyai keunggulan. Keduanya dapata memadukan dua keunggulan
tersebut sehingga mempunyai sifat-sifat lebih baik dari kedua induknya disebut
bibit unggul (Nurwardani,2008)
Kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif adalah
tanaman lebih cepat bereproduksi, dapat diterapkan pada tanaman yang tak
menghasilkan biji, sifat-sifat yang lebih pada induknya dapat diturunkan, dapat
tumbuh pada tanah yang memiliki lapisam tanah dangkal karena sistem perakaran
yang dangkal. Adapun kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif
adalah sistem perakaran kurang kuat, biaya pengadaan bibit mahal, sulit
memperoleh tanaman dalam jumlah yang besar yang berasal dari satu pohon
induk ( Anonim,2017).
Wulandari (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan masyarakat
biasanya menanam kepayang dari anakan yang diambil dari hutan atau kebun. Biji
kepayang yang jatuh dari pohon akan cepat membusuk jika daging buah masih
melekat. Kepayang dapat diperbanyak melalui biji namun membutuhkan waktu
yang lama sekitar 4 bulan untuk bibit siap tanam. Oleh karena itu biji harus
dilakukan pendahuluan (skarifikasi) karena kulit yang keras sehingga masa
dormansi harus dipatahkan terlebih dahulu. Menurut Partomihardjo dan Rugayah
(1989) cit Yohar (2012) menyatakan dalam budidaya kepayang,
perbanyakan/pembibitan menggunakan biji harus dipatahkan terlebih dahulu masa
dormansinya dengan merendam biji dalam air selama 24 jam sebelum ditebarkan.
Bibit kepayang umumnya memerlukan waktu 1 bulan agar berkecambah,
13
kemudian diindahkan didalam polybag selama 4-6 bulan. Media pada polybag
terdiri atas kompos, tanah dan pasir.
Menurut Yohar (2012) pematahan dormansi biji kepayang dapat dilakukan
dengan cara pemanasan dan pengikisan atau pengamplasan tempurung biji serta
perendaman dengan air. Jika proses pematahan dormansi dilakukan secara benar
maka perkecambahan akan lebih cepat.
E. Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal (Anonim,2017). Dormansi benih umumnya
merupakan karakteristik yang tidak diinginkan ditanaman pertanian, dimana
perkecambahan dan pertumbuhan cepat dibutuhkan pada tanaman sangat
diperlukan (Bewley,1997). Dormansi diakibatkan oleh benih yang permeable
terhadap air dikarenakan kulit luar yang keras (seed coat) (Baskin, et al.,2004).
1. Jenis dormansi
Ada beberapa tipe dormansi yaitu :
a. Dormansi fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas strukural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap air sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air maupun gas dalam proses imbibisi
(Sahupala,2007).
14
Yang termasuk dormansi fisik menurut Sahupala (2007) adalah:
1) Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih
keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, air terhalang oleh kulit
biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade
yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian
dalamnya mempunyai lapisan lilin.
2) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam
keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi
pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh
dengan segera. Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang
biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang
oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
3) Adanya zat penghambat
Zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan paling sering dijumpai berada didalam daging buah.
Untuk itu benih tersebut harus diekstraksi dan dicuci untuk menghilangkan
zat-zat penghambat.
15
b. Dormansi fisiologis
Menurut Schimdt (2002) cit Sahupala (2007) penyebab dari dormansi
fisiologis adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum
matang. Bemih- benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat
berkecambah, jangka waktu penyimpanan ini juga berbeda-beda dari kurun waktu
beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.
2. Metode Pematahan Dormansi
Berbagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi jenis- jenis
dormansi, semua metode berprinsip sama yakni bagaimana caranya agar air dapat
masuk dan imbibisi dapat berlangsung.Teknik skarifikasi pada berbagai jenis
dormansi benih fisik antara lain :
a. Perlakuan mekanis
Schmidt, (2002) cit Mistian et.al.,(2012) perlakuan mekanis (skarifikasi)
pada kulit biji yang dapat dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan,
pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir,
kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi
dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani dengan manual, dapat diberikan
perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua
benih dibuat mudah dimasuki air dengan resiko kerusakan yang kecil, asal
daerah radikel tidak rusak. Menurut penelitian Febriyan dan Widajati (2015)
menunjukan perlakuan skarifikasi fisik pada benih pala mampu meningkatkan
perkecambahan benih berdasarkan kemunculan akar dan tunas lebih awal.
16
b. Air panas
Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan
yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif
bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk
mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas
yang diteruskan kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu
tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu
bervariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif
tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih (Sahupala,2007).
c. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering
dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah
menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada proses imbibisi.
Menurut Melasari et.al (2018) Bahan kimia yang sering digunakan dalam
perlakuan pematahan dormansi diantaranya adalah asam H2SO4, HCl, HNO3,
serta garam KNO3 .
F. Asam sulfat
Upaya dalam mematahkan dormansi dapat dilakukan dengan cara kimiawi
dengan merendam biji dalam larutan kimia dan salah satu larutan kimia yang
dapat digunakan yaitu asam sulfat ( ). Asam sulfat memiliki sifat asam
panas dan korosif sehingga dapat merusak benda apa saja yang mengenainya, baik
17
logam maupun non logam (Nugroho dan Salamah,2015). Menurut Purnamasari
(2009) konsentrasi asam sulfat 80% berpengaruh nyata dalam meningkatkan
presentase perkecambahan dan laju perkecambahan biji ki hujan (Samanea
saman).
Ginting, R.E (2017) menyatakan konsentrasi asam sulfat 25% mampu
meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih Mucuna bracteata
G. Hipotesis
1. Lama perendaman 10 menit merupakan perlakuan terbaik dalam mematahkan
dormansi benih buah kepayang.
2. Konsentrasi 25 % merupakan perlakuan terbaik dalam mematahakan dormansi
benih buah kepayang.
3. Kombinasi perlakuan konsentrasi asam sulfat 25% dan lama perendaman 10
menit merupakan perlakuan terbaik dalam mematahkan dormansi benih buah
kepayang .