ika sari dewi : peran daya tarik fisik dan kualifikasi...
TRANSCRIPT
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Pekerjaan merupakan suatu hal yang diidam-idamkan oleh setiap individu sebagai
salah satu alat untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dengan bekerja seorang
individu bias mendapatkan sejumlah uang yang dapat dipergunakannya untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Kebutuhan akan pekerjaan ini terutama dirasakan oleh
para individu yang telah berusia 16 tahun ke atas, mulai dari lulusan sekolah dasar hingga
individu yang telah menempuh dan menyelsaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Bila pernyataan tersebut di atas dihubungkan dengan fakta yang ada di berbagai
negara terutama Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa maka ini berarti
bahwa jumlah individu yang membutuhkan pekerjaan cukup banyak jumlahnya. Pada sisi
lain, jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia di pasaran kerja sangatlah sedikit bila
dibandingkan dengan jumlah individu yang memerlukn pekerjaan. Selain itu, pekerjaan
yang ditawarkan tersebut belum tentu mampu dikerjakan oleh setiap individu yang
melamar karena untuk dapat mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik dibutuhkan
keahlian, keterampilan maupun dasar pengetahuan tertentu. Bila dilihat dari sisi
organisasi/perusahaan, pihak ini membutuhkan para pekerja untuk dapat menjalankan
roda kegiatan usaha mereka. Para pekerja yang dicari, dibutuhkan dan diharapkan mereka
adalah para pekerja yang berkualitas untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi atau
perusahaan mereka. Berdasarkan pada adanya kondisi yang demikian inilah maka suatu
pihak organisasi yang membuka suatu lowongan pekerjaan memberlakukan proses
seleksi.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Menurut Berry dan Houston (1993) seleksi dilakukan dengan maksud untuk
mendapatkan orang yang paling tepat untuk melakukan suatu pekerjaan. Mondy dan Noe
III (1993) mengatakan bahwa tujuan seleksi adalah untuk memasangkan secara tepat
antara individu pelamar dengan pekerjaan atau posisi yang ditawarkan. Apabila
pemasangan tersebut tidak tepat sehingga seorang individu terlalu atau kurang memenuhi
syarat pekerjaan atau untuk alasan lain dia tidak cocok dengan pekerjaan atau organisasi
maka dia mungkin akan meninggalkan organisasi tersebut kelak. Dapat disimpulkan
bahwa seleksi merupakan salah satu kebijakan yang penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan karena seleksi merupakan jalan untuk bisa mendapatkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Hal ini pulalah yang turut mendasari sempitnya lowongan
kerja yang tersedia di pasaran kerja.
Menurut Mondy dan Noe III (1993) dasar dilaksanakannya seleksi adalah
perencanaan sumber daya manusia (human resource planning) yang disusun oleh
departemen sumber daya manusia atau personalia. Ketika human resource planning
mengindikasikan adanya suatu kebutuhan akan pekerja, organisasi terutama departemen
personalia akan mengevaluasi jalan alternatif untuk menghadapi kebutuhan tersebut
melalui proses rekruitmen dan seleksi.
Proses rekruitmen dan seleksi yang dilakukan terhadap para pelamar pekerjaan
biasanya melalui beberapa tahap yaitu penerimaan surat lamaran, pemberian serangkaian
tes, wawancara seleksi, pemeriksaan referensi dan latar belakang pelamar pekerjaan,
evaluasi medis, wawancara oleh supervisor, pengenalan pekerjaan yang sebenarnya pada
para pelamar yang diseleksi, dan keputusan menerima atau menolak. Pada keseluruhan
rangkaian tahapan seleksi tersebut, keputusan menerima atau menolak merupakan hal
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
yang paling kritis karena hal inilah yang diumukan kepada para pelamar dan ditunggu-
tunggu oleh para pelamar tersebut.
Adanya seleksi dan keputusan terbaik yang dihasilkan oleh pengambil keputusan
akan membawa dampak yang positif terhadap perusahaan atau organisasi yaitu
mendapatkan pekerja yang berkualitas, sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga mampu
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Pada sisi yang lain
juga akan membangkitkan semangat para individu yang bekemampuan, berpendidikan
dan berketerampilan untuk mengirimkan surat lamaran untuk lowongan pekerjaan yang
dibuka oleh suatu perusahaan atau organisasi.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses seleksi seharusnya menyediakan
informasi-informasi mengenai pelamar yang sereliabel dan sevalid mungkin agar
kualifikasi para pelamar dapat dicocokan secermat mungkin dengan spesifikasinya.
Pelamar yang memiliki kualifikasi sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pekerjan
yang diseleksi memliki peluang untuk diterima, semakin baik kualifikasinya maka
semakin besar kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang ditawarkan tersebut.
Pada kenyataannya, di dalam beberapa kasus, ternyata pengetahuan dan segala
kemampuan yang dimiliki oleh seorang pelamar belumlah menjadi jaminan mulusnya
jalan lolos seleksi baginya apabila dirinya dipandang tidak menarik secara fisik. Sebuah
artikel di majalah Tiara (no. 76, April 1993) menyatakan bahwa salah satu penyebab
kegagalan para pencari kerja adalah penampilan fisik yang kurang memadai, terutama
pada para pencari kerja wanita.
Dengan melihat uraian-uraian di atas telihat bahwa tidak selamanya kualifikasi
pelamar akan menentukan keberhasilannya dalam mendapatkan pekerjaan. Ada hal lain
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
yang juga bermain penting yaitu penampilan fisik/daya tarik fisik pelamar. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini, penulis mencoba untuk menjelaskan apa itu pengambilan
keputusan seleksi serta bagaimana peran kualifikasi dan daya tarik fisik pelamar terhadap
keputusan seleksi. Dengan demikian, diharapkan dapat membantu para pengambil
keputusan seleksi dan juga pelamar pekerjaan dapat memahami kontribusi kedua faktor
tersebut guna menghasilkan keputusan yang valid dan reliabel.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengambilan Keputusan dalam Seleksi
Keputusan yaitu pilihan yang dibuat dari dua atau banyak alternatif. Pengambilan
keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah (Robbins, 1995).
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan suatu penilaian bahwa suatu
permasalahan telah terjadi. Permasalahan yang muncul tersebut terkadang merupakan
suatu kondisi negatif atau tidak menyenangkan yang membuat seseorang berkeinginan
untuk menghilangkan kondisi tersebut. Selain itu, permasalahan juga dapat terjadi ketika
seseorang menetapkan suatu tujuan karena tujuan juga mewakili suatu perasaan atau
hasrat untuk memperbaiki kondisi yang terjadi pada saat itu.
Setelah permasalahan dikenali dan didefinisikan, individu pengambil keputusan
mencari alternatif-alternatif yang sekiranya dapat mengurangi kondisi negatif yang terjadi
atau alternatif yang dapat membantu mencapai tujuan. Alternatif tersebut adalah
aktivitas-aktivitas yang diperkirakan individu yang bersangkutan akan mengarahkannya
pada keadaan yang lebih baik. Ketika individu yang bersangkutan tersebut
menggenerasikan alternatif-alternatif, ia membuat asumsi-asumsi dan prediksi-prediksi
mengenai hasil yang akan dihasilkan oleh alternatif-alternatif tersebut. Untuk memilih
alternatif yang terbaik, individu yang bersangkutan harus menggunakan kriteria untuk
mengevaluasi alternatif tersebut. Kriteria yang digunakan untuk menilai alternatif
tersebut biasanya berbeda antara individu yang satu dengan yang lain dan biasanya
kriteria yang digunakan tersebut tidak senantiasa jelas. Pada tahap inilah unsur
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
subjektivitas turut berperan seperti persepsi, sikap dan nilai. Setelah dievaluasi dan
diseleksi kemudian individu pengambil keputusan membuat keputusan dan
mengimplementasikan alternatif pilihannya tersebut. Proses yang dikemukakan di atas
merupakan model umum pengambilan keputusan atau pemecahan masalah menurut Tosi,
Rizzo dan Caroll (1990).
Pada seleksi, keputusan mulai dibuat ketika seorang penyeleksi telah mendapatkan
informasi atau data-data mengenai diri pelamar pekerjaan. Informasi atau data-data
tersebut diperoleh dari setiap tahap seleksi yang dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan yang membuka lowongan. Menurut Mondy dan Noe III (1993), proses seleksi
hingga diperoleh karyawan baru yang dibutuhkan adalah digambarkan pada gambar 1.
Berdasarkan gambar 1 tersebut diketahui bahwa setiap individu pelamar pasti akan
melalui serangkaian proses seleksi sebelum diputuskan diterima atau ditolak. Tahapan
tersebut meliputi wawancara awal, evaluasi surat lamaran, rangkaian tes seleksi,
wawancara seleksi dan pengecekan referensi. Tiap tahapan dari proses seleksi yang
dilalui oleh pelamar yang bersangkutan menghasilkan informasi dan data-data yang
nantinya akan menentukan keputusan seleksi yang diambil oleh pihak perusahaan atau
organisasi terhadap dirinya.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Keputusan seleksi
Lingkungan eksternal
Lingkungan Internal
P E L A M A R
D I T O L A K
Wawancara awal
Evaluasi surat lamaran
Rangkaian tes seleksi
Wawancara seleksi
Pengecekan referensi
Keputusan seleksi
Pemeriksaan fisik
Individu yang diterima
Individu yang direkrut
GAMBAR 1. Bagan Proses Seleksi (Mondy dan Noe III, 1993)
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Data-data yang dihasilkan dalam setiap tahap seleksi tersebut akan membentuk suatu
kualifikasi mengenai diri seorang pelamar. Kualifikasi yang diperoleh dari keseluruhan
rangkaian proses seleksi merupakan gambaran kualitas yang dimiliki oleh diri individu
seorang pelamar karena berisi informasi mengenai pengetahuan, keterampilan atau
keahlian, bakat, motivasi, minat dan karakteristik kepribadian. Kualifikasi inilah yang
kemudian akan diperbandingkan dengan persyaratan pekerjaan yang dirumuskan dalam
deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan. Perbandingan ini untuk melihat apakah
kualifikasi yang dimiliki oleh pelamar yang bersangkutan sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh pekerjaan yang sedang diseleksi atau tidak. Menurut Mondy dan Noe III (1993)
sangatlah penting bagi seorang manajer untuk mempekerjakan seorang pelamar yang
memiliki kualifikasi terbaik. Seseorang dnegan kualifikasi terbaik berarti orang yang
bersangkutan sesuai dengan pekerjaan yang diseleksi dan diharapkan mampu
mengerjakan pekerjaan tersebut secara optimal. Hal ini sesuai dengan tujuan seleksi
menurut Mondy dan Noe III (1993) yaitu memasangkan seorang pekerja dengan suatu
pekerjaan secara tepat.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ada dua hal yang menjadi
dasar pengambilan keputusan seleksi :
1. Deskripsi dan spesifikasi jabatan
Deskripsi jabatan adalah dokumen yang berisi informasi mengenai tugas, kewajiban
dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan. Sedangkan spesifikasi jabatan merupakan
dokumen yang berisikan kualifikasi minimal yang harus dimiliki oleh seorang calon
pekerja untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu. Kedua dokumen inilah yang
menjadi landasan berpijak seleksi karena kriteria-kriteria yang tercantum dalam
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
kedua dokumen inilah yang berusaha dicari, digali, diukur dan dievaluasi pada diri
setiap pelamar.
2. Kualifikasi pelamar
Kualifikasi pelamar berisikan informasi mengenai pengetahuan, keterampilan atau
keahlian, bakat, motivasi, minat dan karakteristik kepribadian. Keseluruhan informasi
tersebut diperoleh dari surat lamaran (curriculum vitae), psikotes dan wawancara
pada setiap tahap seleksi.
Pendapat lain yang secara implisit mendukung pernyataan bahwa kualifikasi menjadi
dasar pengambilan keputusan adalah pendapat yang dikemukakan oleh Nankervis,
Compton dan McCarty (1996). Menurut mereka seorang penyeleksi atau pengambil
keputusan mengambil keputusan berdasarkan dua aspek secara fundamental yaitu :
1. Faktor yang dapat dilakukan (the can do factor)
Faktor ini meliputi pengetahuan, keterampilan atau keahlian, bakat (potensi) untuk
memperoleh keahlian dan pengetahuan baru.
2. Faktor yang akan dilakukan (the will do factor)
Faktor ini meliputi motivasi, minat dan karakteristik kepribadian.
Individu yang memiliki kemampuan (the can do factor) akan tetapi tidak termotivasi
untuk menggunakan kemampuannya tersebut (will not do) akan sedikit lebih baik bila
dibandingkan dengan individu atau pelamar yang kekurangan kemampuan yang
dibutuhkan agar dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik. Informasi mengenai the can
do factor dan the will do factor akan terlihat dari kualifikasi pelamar.
Kualifikasi pelamar merupakan data-data yang masih harus diolah untuk
menghasilkan suatu keputusan seleksi. Data-data tersebut kemudian dikombinasikan
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
dalam berbagai cara untuk mencapai suatu keputusan. Menurut Riggio (1990) ada dua
pendekatan yang dapat digunakan dalam mencapai suatu keputusan seleksi, yaitu
pendekatan klinis dan pendekatan statistikal.
1. Pendekatan klinis
Pendekatan klinis merupakan suatu pendekatan dimana pengambil keputusan
mengkombinasikan sumber-sumber informasi atau data secara sederhana untuk
mendapatkan beberapa kesan umum mengenai diri pelamar pekerjaan. Keputusan
diambil berdasarkan pada pengalaman dan keyakinan mengenai tipe-tipe sumber
informasi apa yang lebih atau kurang penting. Kelemahan dari pendekatan klinis ini
adalah adanya subjektivitas yang turut berpengaruh dalam keputusan yang diambil
sehingga menimbulkan kecenderungan terjadi kesalahan (error) dan ketidakakuratan,
meskipun telah dilakukan oleh seorang pengambil keputusan yang berpengalaman.
2. Pendekatan statistikal
Pendekatan statistikal adalah suatu pengambilan keputusan dengan cara
mengkombinasikan informasi-nformasi untuk menyeleksi pelamar dalam beberapa
model yang objektif. Setiap bagian dari informasi mengenai pelamar pekerjaan diberi
beberapa bobot optimal yang mengindikasikan kekuatannya dalam memprediksi
kinerja pelamar yang bersangkutan di masa mendatang.
Para pengambil keputusan seringkali mengkombinasikan kedua macam pendekatan
tersebut yaitu pendekatan klinis dan pendekatan statistikal dalam mengambil keputusan
seleksi.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Dalam mengambil keputusan seleksi, seorang pengambil keputusan juga melibatkan
proses mental. Hal tersebut dapat dilihat dari bagan proses mental pengambilan
keputusan menurut Tosi, Rizzo dan Caroll (1993).
Penentuan solusi Alternatif hasil
1 1 2 2 3 3 . . . . n k
Kriteria evaluasi
Pemilihan alternatif
Implementasi
Perilaku evaluatif dan kreatif
Pemilihan dan pendefinisian masalah Kondisi yang tidak menguntungkan Tujuan
Gambar 2. Bagan Proses Mental Pengambilan Keputusan (Tosi, Rizzo dan Caroll, 1993)
Menurut Tosi, Rizzo dan Caroll (1993), penilaian mengenai apa yang baik atau buruk
dan apa yang benar atau salah oleh seorang individu sangat dipengaruhi oleh persepsi,
nilai dan sikap yang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa proses pengambilan keputusan
terjadi berbarengan dengan proses persepsi karena pada dasarnya proses persepsilah yang
memberi arti terhadap setiap langkah hingga keputusan dihasilkan. Pada tahap awal
pengambilan keputusan, seorang pengambil keputusan dituntut untuk bisa memilih
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
masalah mana yang menuntut penyelesaian dan mendefinisikannya. Pada tahap memilih
masalah mana yang harus diselesaikannya, seorang pengambil keputusan dituntut untuk
bisa memahami sekelilingnya. Seorang pengambil keputusan harus bisa memberi makna
kepada keadaan di sekelilingnya untuk bisa memahami keadaaan tersebut. Pemberian
makna dapat dilakukan dengan cara mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-
kesan sensori melalui proses mental dan kognitif. Inilah yang disebut dengan proses
persepsi. Ketika memilih masalah, seorang pengambil keputusan dihadapkan pada
beberapa informasi atau data. Dengan melalui proses persepsi, data-data tersebut
ditangkap oleh indera dan diorganisasikan oleh otak (kognitif). Namun data-data tersebut
belum memiliki arti karena baru bersifat data mentah. Data-data yang disimpan di otak
kemudian diolah bersama-sama untuk diberi arti. Pada proses penginterpretasian data
tersebut seorang individu menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu, sikap dan
nilai yang dimilikinya. Kesemua hal tersebut yaitu pengalaman, sikap dan nilai berbeda
untuk tiap individu. Dengan hal inilah seorang pengambil keputusan memberikan
penilaian terhadap masalah yang dihadapinya dan sekaligus memberikan definisi.
Proses mental seperti diuraikan di atas terjadi dalam setiap tahap pengambilan
keputusan hingga dihasilkannya sebuah keputusan termasuk juga dalam seleksi
karyawan. Pada proses seleksi, yang menjadi data atau informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah hasil yang dicapai oleh tiap pelamar dari keseluruhan
tahapan seleksi. Persepsi yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan seleksi
adalah persepsi sosial karena yang berusaha dipahami dalam hal ini adalah seorang
manusia yaitu pelamar pekerjaan.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
B. Daya Tarik Fisik
1. Definisi Daya Tarik Fisik
Daya tarik fisik adalah kombinasi dari gambaran wajah, fisik dan penampilan yang
dipandang sebagai suatu keindahan (Baron dan Byrne, 1994). Menurut Landy dan Sigall
(1974), daya tarik fisik adalah penampilan fisik seseorang secara keseluruhan. Feingold
(1990) menggambarkan daya tarik fisik sebagai keindahan (beauty) atau good looks
seseorang yang tertangkap secara visual oleh orang lain. Apabila keseluruhan pendapat
ketiga orang ahli di atas disatukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai penampilan
seseorang bergerak dalam kategori menarik hingga kurnag menarik. Menurut Salim dan
Salim (1991), menarik berarti menyenangkan hati karena keindahan yang ditampilkan
oleh seseorang.
Menurut Baron dan Byrne (1991), daya tarik fisik merupakan karakteristik eksternal
yang mempengaruhi perilaku nyata seseroang. Orang akan melakukan aksi pada saat
menangkap karakter eksternal orang lain yang tertangkap secara inderawi karena
penampilan fisik telah menarik perhatian lebih dahulu sebelum perilaku yang lain muncul
(Johnson dkk dalam Baron dan Byrne, 1991)
2. Karakteristik Daya Tarik Fisik
Menarik atau tidaknya wajah seseorang tidak selalu sederhana ukurannya. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Cunningham (1986) terdapat dua kategori wajah cantik
pada seorang wanita. Kategori pertama adalah wanita yang kekanak-kanakan, mata lebar,
hidung kecil dan berdagu sempit. Kategori kedua adalah wanita yang tampak matang,
tulang pipi tinggi, pipi seperti busur, pupil mata besar dan banyak tersenyum. Langlois
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
dan Rogman (1990) berpendapat bahwa orang akan tertarik pada orang lain dengan wajah
berukuran sedang; misalnya orang dengan hidung sedang (tidak terlalu mancung atau
pesek), tinggi dahi juga sedang dan seterusnya.
Karakteristik daya tarik fisik terutama daya tarik wajah yang diuraikan di atas lebih
mengarah pada karakteristik daya tarik fisik wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya
anggapan umum yang melekat pada masyarakat umum yang disitir oleh majalah Tiara
(no. 83, Juli 1993), yang menyatakan bahwa wanitalah yang memiliki daya tarik,
terutama secara fisik. Wanita itu indah, di mata pria maupun wanita sendiri, tetapi pria
tidak.
Daya tarik fisik merupakan salah satu bagian dari penampilan yang menarik dan
penampilan yang menarik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini
berkaitan dnegan pernyataan yang disitir oleh majalan Tiara (no. 110, Juli 1994) dari
hasil pengkajian yang dilakukan Hamermesh dari University of Texas dan Biddle dari
Michigan State University. Dikatakan bahwa wajah yang menarik memperoleh
keberuntungan 5 % lebih banyak dibanding wajah orang yang memiliki daya tarik fisik
rata-rata; wajah wanita yang tingkat kemenarikannya rata-rata lebih beruntung 5 % dari
wanita yang berwajah di bawah rata-rata. Sedangkan pria yang berwajah di bawah rata-
rata keberuntungannya berkurang 5 % dibanding mereka yang berwajah di tingkat rata-
rata.
3. Persepsi mengenai Daya Tarik Fisik
Daya tarik merupakan salah satu hasil persepsi sosial yang paling penting. Sebelum
membahas mengenai persepsi sosial khususnya mengenai daya tarik fisik alangkah
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
baiknya terlebih dahulu memahami definisi secara umum menurut beberapa ahli
mengenai apa itu persepsi.
3.1 Definisi Persepsi
Istilah persepsi merupakan suatu istilah yang lazim digunakan orang di dalam
kehidupan. Menurut Moorhead dan Griffin (1989) persepsi merupakan sekumpulan
proses yang menyebabkan seorang individu menjadi sadar mengenai lingkungannya
dan kemudian menginterpretasikannya. Sedangkan menurut Robbins (1995) persepsi
adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensori mereka untuk memberi makna lingkungannya. Kreitner dan
Kinicki (1992) berpendapat bahwa persepsi lebih merupakan suatu proses mental dan
kognitif yang membuat seorang individu mampu menginterpretasi dan memahami
sekelilingnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya persepsi itu merupakan proses penginterpretasian individu terhadap
informasi-informasi dari lingkungannya. Pada saaat melakukan interpretasi terhadap
lingkungannya seorang individu melibatkan proses mental dan kognitif.
3.2 Definisi Persepsi Sosial
Definisi persepsi seperti yang diulas di atas merupakan definisi atas persepsi
yang bersifat umum. Maksud dari persepsi yang bersifat umum adalah persepsi yang
tidak membedakan antara persepsi terhadap benda dengan persepsi terhadap manusia.
Persepsi terhadap benda dikenal dengan nama persepsi, sedangkan persepsi terhadap
manusia dikenal dengan nama persepsi sosial.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Secara umum yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah bagaimana seseorang
memahami seseorang yang lain. Menurut Nelson dan Quick (1997) yang dimaksud
dengan persepsi sosial adalah proses menginterpretasikan informasi-informasi
mengenai orang lain. Hal tersebut berarti bagaimana informasi-informasi mengenai
orang lain bermakna bagi diri pemersepsi. Menurut Baron dan Greenberg (1990),
persepsi sosial merupakan suatu tugas mengkombinasi, mengintegrasi dan
menginterpretasikan informasi mengenai diri orang lain untuk mendapatkan
pemahaman yang akurat mengenai diri orang tersebut. Hal ini berarti bahwa agar
seseorang individu dapat memahami orang lain dia harus melakukan dan melalui
serangkaian proses yang kompleks dalam dirinya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas dapat terlihat bahwa agar
seseorang dapat memahami diri individu lain yang ada di sekitarnya dengan baik
individu yang bersangkutan haruslah mampu mengkombinasikan, mengintegrasikan
informasi yang diterimanya mengenai individu lain dengan baik, baik secara kognitif
maupun afektif, sehingga dapat menghasilkan interpretasi yang akurat (objektif)
mengenai diri individu yang bersangkutan.
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Persepsi Sosial
Menurut Nelson dan Quick (1997), kelancaran dan keberhasilan proses persepsi
sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Karakteristik Pemersepsi
1. Familiaritas dengan target yang akan dipersepsi
Bila seorang pemersepsi familiar atau akrab dengan seseorang maka dia
akan melakukan observasi yang berulang-ulang untuk memastikan kesannya
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
terhadap orang yang bersangkutan. Jika informasi yang diperolehnya selama
berlangsungnya observasi tersebut akurat maka dia mungkin akan
mempunyai persepsi yang akurat mengenai target. Namun demikian,
keakraban dengan target tidak selalu menjamin akurasi karena terkadang
kita cenderung akan menghapus atau mengabaikan infomrasi-informasi
yang tidak konsisten dengan informasi yang telah kita miliki mengenai
target sebelumnya.
2. Sikap pemersepsi
Bagaimana sikap seorang pemersepsi terhadap suatu hal dapat
mempengaruhi persepsinya terhadap ornag lain. Contohnya : sikap
pemersepsi yang menganggap bahwa seorang wanita tidak mampu
mengendalikan dirinya pada saat negosiasi yang berat akan mempengaruhi
persepsinya terhadap kandidat wanita dalam suatu wawancara seleksi.
3. Suasana hati
Suasana hati memiliki pengaruh yang kuat pada persepsi seseorang.
Seseorang akan memiliki pikiran yang berbeda bila dia sedang gembira
daripada ketika dia dalam keadaan depresi. Selain itu, seseorang akan
mengingat informasi yang konsisten dengan suasana hatinya daripada
informasi yang tidak konsisten dengan kondisi suasana hatinya. Bila suasana
hati positif maka orang tersebut akan membentuk kesan yang positif
mengenai orang lain.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
4. Konsep diri pemersepsi
Seseorang dengan konsep diri yang positif cenderung akan memperhatikan
atribusi yang positif pada diri orang lain
5. Struktur kognitif
Pola pikir seseorang juga dapat mempengaruhi persepsi sosialnya. Beberapa
orang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan sesuatu yang
berhubungan dengan fisik seperti tinggi, berat dan penampilan lebih
daripada yang lain. Kekompleksan kognitif akan mengarahkan seseorang
untuk memperhatikan banyak karakteristik dari orang lain daripada hanya
memperhatikan sifat-sifat yang sedikit jumlahnya.
b. Karakteristik Target
Karakteristik dari target, orang yang dipersepsi, dapat mempengaruhi
persepsi sosial seseorang. Beberapa karakteristik dari target yang
mempengaruhi persepsi sosial adalah :
1. Penampilan fisik
Karakteristik ini memainkan peranan besar dalam persepsi terhadap
orang lain. Pemersepsi akan memperhatikan keadaan fisik target seperti
tinggi, berat, ras, usia dan jenis kelamin. Daya tarik fisik sering mewarnai
keseluruhan kesan yang terbentuk mengenai diri orang lain. Orang atau
target yang mempunyai wajah yang menarik memiliki stereotip positif atau
baik. Daya tarik fisik ini merupakan salah satu bagian dari penampakan
secara fisik (Nelson dan Quick, 1997). Daya tarik fisik merupakan salah
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
satu penentu utama daya tarik seseorang. Didalam masyarakat, daya tarik
fisik dikaitkan dengan kecantikan.
Murstein (1972) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kecantikan adalah kecantikan yang terlihat oleh mata pada diri seseorang.
Secara umum, orang cenderung untuk percaya bahwa cantik adalah sesuatu
yang baik. Sekarang ini stereotip ini sudah aktif semenjak seseorang
masihdalam masa kanak-kanak awal. Sikap yang mementingkan daya tarik
fisik ini mungkin diperoleh dari orang dewasa. Orang terkesan dengan daya
tarik fisik seseorang yang lain karena secara sosial mereka dipandang
sebagai orang yang memiliki kelebihan-kelebihan lain seperti kelebihan
fisik yang dimiliki seperti lebih kuat, lebih sensitif, lebih diterima secara
sosial daripada orang yang tidak menarik secara fisik. Banyak orang
percaya bahwa individu yang menarik secara fisik memiliki lebih banyak
ciri sifat kepribadian dan ciri sifat sosial. (Eagly, Ashmore, Makhijani dan
Longo, 191 dalam Schultz dan Schultz, 1994).
2. Komunikasi verbal
Dalam mempersepsi seseorang, pemersepsi cenderung mendasarkan
inputnya pada topik yang dibicarakan, tekanan suara dan aksen bicara
seorang target.
3. Komunikasi nonverbal
Karakteristik ini memberi banyak informasi mengenai target. Kontak
mata, ekspresi wajah, gerak tubuh dan postur dan semua yang ditunjukkan
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
oleh seorang target diperhatikan oleh pemersepsi untuk merumuskan
kesan mengenai terget.
4. Intensi
Maksud yang diutarakan oleh seorang target mempengaruhi cara
pemersepsi memandang target tersebut.
c. Karakteristik Situasi
Situasi yang ada pada saat terjadi interaksi antara pemersepsi dan target
turut mempengaruhi kesan pemersepsi terhadap target. Beberapa hal dari
situasi yang mempengaruhi persepsi sosial seseorang, yaitu :
1. Konteks sosial
Hal ini merupakan pengaruh utama dalam persepsi sosial. Konteks sosial
adalah situasi dari tempat dimana interaksi antara pemersepsi dan target
sedang berlangsung. Contohnya : bertemu dengan seorang profesor di
ruang kerjanya mempengaruhi kesan pemersepsi dalam suatu cara tertentu
yang mungkin berlawanan dengan kesan yang terbentuk ketika bertemu
dengan profesor tersebut di suatu restoran.
2. Kekuatan dari isyarat situasional
Beberapa situasi menyajikan isyarat-isyarat yang kuat untuk perilaku yang
tepat. Dalam situasi yang seperti ini, pemersepsi menganggap bahwa
perilaku individual dapat menyesuaikan dengan situasi dan ini mungkin
tidak merefleksikan/mencerminkan disposisi individu itu sendiri. Inilah
yang disebut prinsip potongan (discounting principle) dalam persepsi
sosial. Contohnya : seorang individu mempersepsikan seorang penjual
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
mobil yang hangat, yang menanyakan hobi dan pekerjaannya, tertarik
dengan seleranyanya dalam hal mobil. Dapatkah perilaku tersebut
dianggap mencerminkan kepribadian penjual mobil? Individu mungkin
tidak dapat melakukannya karena pengaruh dari situasi dimana penjual
adalah orang yang sedang dalam posisi atau situasi menjual mobil
kepadanya dan perilaku ini ditujukkan pada semua orang.
3.4. Faktor yang Menghalangi Kesan yang Akurat mengenai Orang Lain
a. Persepsi yang selektif
Persepsi yang selektif ini merupakan kecenderungan pemersepsi untuk
memilih informasi-informasi yang mendukung pandangannya. Dengan adanya
persepsi yang demikian, seorang individu sering mengabaikan informasi-
informasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman atau mengancam
pandangannya.
b. Stereotip
Stereotip merupakan suatu generalisasi tentang sekelompok orang.
Stereotip ini membuat pemersepsi mengurangi informasi mengenai diri orang
lain/target hingga pada suatu level yang dapat bekerja dan efisien untuk
penyusunan dan penggunaan informasi. Stereotip ini dapat akurat dan ketika
stereotip ini akurat, dia dapat berguna untuk dijadikan petunjuk persepsual.
Namun demikian, stereotip ini lebih sering tidak akurat. Stereotip merusak
individu atau pemersepsi bila mereka memperoleh kesan yang tidak akurat
karena kesa tersebut akan diterapkannya pada semua aspek pandangnya pada
diri target tanpa diuji dan tidak diubah terlebih dahulu.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Salah satu stereotip yang paling kuat pada persepsi sosial adalah daya
tarik. Anggapan yang beredar adalah bahwa individu yang menarik adalah
individu yang hangat, baik, sensitif, mandiri, kuat dan diterima secara sosial.
Namun sebenarnya tidak semua individu yang dianggap menarik
berkarakteristik seperti itu.
c. Kesalahan kesan pertama
Kesalahan kesan pertama adalah kecenderungan seseorang untuk membentuk
opini yang berlangsung dan bertahan lama di ingatan mengenai seseorang
individu lain berdasarkan pada persepsi awal. Pada kondisi ini pemersepsi
mengobservasi suatu perilaku awal dari seseorang (target) pada pertemuan
pertama dan menduga bahwa perilaku tersebut mencerminkan bagaiman orang
itu sebenarnya. Efek ini berbahaya bila terjadi pada waktu wawancara seleksi
karena pemersepsi akan membentuk kesan pertama secara cepat dan kesan ini
menjadi dasar bagi hubungan kerja dalam waktu yang panjang.
d. Teori kepribadian implisit
Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi sosial menjadi persepsi yang tidak
akurat karena dengan faktor ini pemersepsi cenderung membuat teori mininya
sendiri mengenai bagaimana seseorang terlihat dan berperilaku berdasarkan
pemikirannya sendiri.
e. Ramalan pemuasan diri
Ramalan pemuasan diri adalah suatu situasi dimana harapan-harapan
pemersepsi mengenai seorang target mempengaruhi interaksinya dnegan
target hingga harapannya terpenuhi.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
3.5 Proses Persepsi Sosial
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi sosial dan ada juga faktor yang dapat menghambat
terbentuknya persepsi sosial yang akurat. Keseluruhan faktor tersebut, baik faktor
yang mempengaruhi persepsi sosial maupun faktor penghambat, saling berinteraksi
hingga dihasilkannya suatu persepsi sosial. Proses tersebut dijelaskan oleh Brigham
(1991) melalui gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa persepsi
sosial dimulai dengan observasi terhadap orang, perilaku dan situasi. Kadang-kadang
seorang pemersepsi melakukan penilaian pintas melalui tanda-tanda tersebut yaitu
orang, perilaku dan situasi. Dengan berdasar pada ketiga tanda tersebut, pemersepsi
langsung membuat kesan mengenai diri seseorang. Namun terkadang di lain waktu
seorang pemersepsi membentuk kesan hanya setelah membuat atribusi dan kemudian
mengintegrasikannya. Menurut Brigham, keseluruhan kesan yang dihasilkan baik
melalui penilaian pintas maupun analisis yang lebih hati-hati, pemersepsi tetap
menjadi subjek bagi terjadinya bias.
Penilaian pintas
Pemersepsi elemen proses atribusi disposisi proses kesan
Orang integrasi
Situasi
Perilaku
Konfirmasi bias
Gambar 3. Proses Persepsi Sosial (Brigham, 1991)
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
C. Kualifikasi Pelamar
Kualifikasi pelamar merupakan gambaran menyeluruh mengenai diri seorang pelamar
yang diperoleh setelah membandingkan hasil-hasil yang diperolehnya dalam keseluruhan
tahapan seleksi dengan deskripsi dan spesifikasi jabatran yang dirumuskan dalam
persyaratn jabatan (job requirement). Kualifikasi merupakan profil untuk mengetahui
apakah pelamar yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan
yang diseleksi atau tidak dan kualifikasi ini pulalah yang kemudian akan menjadi dasar
utama pengambilan keputusan seleksi untuk menentukan apakah seorang pelamar
diterima atau ditolak.
Berdasarkan definisi tersebut di atas diketahui bahwa deskripsi dan spesifikasi
jabatan merupakan dasar utama pelaksanaan seleksi. Menurut Werther dan Davis (1989),
input dari proses seleksi itu ada tiga yaitu analisis jabatan, perencanaan sumber daya
manusia (human reosurce plans) dan para individu yang telah direkrut.
Analisis jabatan memberikan informasi mengenai deskripsi jabatan, spesifikasi
individu yang dibutuhkan dan performansi standar yang diperlukan oleh setiap jabatan
atau pekerjaan. Perencanaan sumber daya manusia memberikan informasi kepada
manajer mengenai jabatan apa yang membutuhkan indivdu pekerja baru. Rencana
tersebut mengijinkan seleksi untuk berporses dalam perilaku yang logis dan efektif. Para
individu yang telah direkrut merupakan kelompok subjek yang menjadi sasaran dari
proses seleksi.
Spesifikasi dan deskripsi jabatan merupakan hasil dari analisis jabatan dan itulah
sebabnya mengapa kedua dokumen tersebut menjadi dasar utama pelaksanaan seleksi
karyawan. Ketiga input tersebut di atas menentukan efektivitas dari proses seleksi yang
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Apabila informasi analisis jabatan,
perencanaan sumber daya manusia dan para individu yang direkrut memiliki kualitas
yang tinggi maka proses seleksi seharusnya juga akan berjalan baik.
Pada saat bersamaan, tantangan-tantangan lain terhadap proses seleksi juga
memungkinkan kesuksesan proses seleksi menjadi terbatas dan tantangan- tantangan
tersebut harus diatasi bila menginginkan seleksi dapat berjalan dengan sukses.
Tantangan-tantangan tersebut yaitu : keterbatasan penyediaan tenaga kerja,
pertimbangan-pertimbangan etis, penyimpangan surat-surat kepercayaan, kebijakan
organisasional, hukum mengenai persamaan dalam pekerjaan, dan peraturan-peraturan
mengenai pelayanan imigrasi dan naturalisasi serta tantangan legal lainnya. Keseluruhan
aktivitas di atas merupakan aktivitas manajemen personalia dalam proses seleksi menurut
Werther dan Davis (1989) sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.
Inputs Tantangan
Analisis jabatan
Perencanaan
sumber daya
manusia
Para individu yang direkrut
- Penyediaan tenaga kerja
- Pertimbangan etis
- Penyimpangan surat
kepercayaan
- Kebijakan organisasional
- Hukum persamaan
pekerjaan
- Peraturan pelayanan
- Masalah legal lainnya
Seleksi
Gambar 4. Aktivitas Manajemen Personalia dalam Proses Seleksi (Werther dan Davis, 1989)
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa suatu organisasi atau perusahaan
melakukan seleksi terhadap setiap pelamar berdasarkan pada persyaratan jabatan.
Menurut Berry dan Houston (1993), persyaratan jabatan ditentukan melalui analisis
jabatan. Analisis jabatan merupakan suatu cara untuk mempelajari suatu jabatan. Menurut
Berry dan Houston (1993), ada dua macam informasi yang digali melalui analisis jabatan:
a. Informasi tentang tugas
Informasi mengenai tugas memuat pernyataan tentang pekerjaan apa yang
dilakukan, bagaimana melakukanya, dan untuk tujaun apa pekerjaan tersebut
dilakukan. Informasi tentang tugas tersebut juga meliputi pernyataan mengenai
perlengkapan dan material yang diperlukan, kondisi kerja yang khusus atau
spesial seperti resiko-resiko yang mungkin terjadi, dan hubungan dengan orang
lain seperti supervisor atau penyelia dan bawahan.
b. Informasi mengenai kualifikasi pekerja
Informasi mengenai kualifikasi pekerja memuat informasi mengenai
pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan karakteristik-karakteristik lain
yang diperlukan oleh seorang pekerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan
baik.
Oleh karena itu, persyaratan jabatan memuat semua informasi mengenai jabatan
yang menjadi target seleksi yang dibutuhkan oleh para penyeleksi. Informasi tersebut
antara lain informasi mengenai kemampuan apa saja—baik fisik maupun mental—yang
dituntut agar seseorang dapat mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik. Hal tersebut
disebabkan karena persyaratan pekerjaan disusun berdasarkan deskripsi jabatan dan
spesifikasi jabatan yang merupakan hasil analisis jabatan.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Deskripsi jabatan adalah suatu pernyataan tertulis yang menjelaskan mengenai tugas,
kondisi kerja dan aspek lain dari suatu jabatan yang spesifik. Spesifikasi jabatan adalah
suatu deskripsi mengenai apa yang dituntut oleh suatu jabatan terhadap individu pekerja
dan keterampilan yang dibutuhkan.
Idealnya, tujuan seleksi adalah mendapatkan seorang individu pekerja baru yang
mampu memenuhi persyaratan jabatan dan spesifikasi jabatan. Menurut Werther dan
Davis (1989), berdasarkan spesifikasi dan deskripsi jabatan yang ada—yang sesuai
dengan jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan sumber daya manusia—pihak
personalia perusahaan akan menentukan tes-tes yang akan digunakan dalam seleksi yang
diperkirakan mampu untuk mengungkap informasi dari diri pelamar sesuai dengan
tuntutan spesifikasi dan deskripsi jabatan. Hasil perumusan gabungan informasi dari
kedua hal tersebut yaitu informasi hasil keseluruhan tahapan seleksi dan spesifikasi serta
deskripsi jabatan akan membentuk suatu kualifikasi pekerja yang dibutuhkan oleh jabatan
yang dimaksud.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
BAB III
PENUTUP
Pekerjaan merupakan hal yang didambakan oleh banyak orang. Dengan bekerja,
seseorang individu akan mampu untuk membiayai kehidupannya. Dengan bekerja,
seorang individu akan memiliki prestise tertentu di mata masyarakat di sekitarnya.
Dengan bekerja, seorang individu memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan banyak
hal dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Namun sayang, tidak semua orang
memiliki kesempatan untuk bisa bekerja terutama di bawah naungan suatu
instansi/organisasi atau perusahaan tertentu.
Jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia di pasar kerja sangat terbatas dan bila pun
ada lowongan, tidak semua orang mampu mengisinya karena pekerjaan tersebut
menuntut suatu keahlian, kemampuan atau pengetahuan tertentu agar bisa
menjalankannya dengan optimal. Di sisi lain, jumlah pelamar yang mengajukan diri
untuk bekerja sangat banyak. Kondisi yang demikianlah yang menuntut suatu organisasi
atau perusahaan mengadakan proses rekrutmen dan seleksi untuk memenuhi kebutuhan
kerjanya.
Mondy dan Noe III (1993) mengatakan bahwa tujuan seleksi adalah untuk
memasangkan secara tepat antara individu pelamar dengan pekerjaan atau posisi yang
ditawarkan. Apabila pemasangan tersebut tidak tepat sehingga seorang individu terlalu
atau kurang memenuhi syarat pekerjaan atau untuk alasan lain dia tidak cocok dengan
pekerjaan atau organisasi maka dia mungkin akan meninggalkan organisasi tersebut
kelak. Dapat disimpulkan bahwa seleksi merupakan salah satu kebijakan yang penting
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
dalam suatu organisasi atau perusahaan karena seleksi merupakan jalan untuk bisa
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini pulalah yang turut
mendasari sempitnya lowongan kerja yang tersedia di pasaran kerja.
Proses rekruitmen dan seleksi yang dilakukan terhadap para pelamar pekerjaan
biasanya melalui beberapa tahap yaitu penerimaan surat lamaran, pemberian serangkaian
tes, wawancara seleksi, pemeriksaan referensi dan latar belakang pelamar pekerjaan,
evaluasi medis, wawancara oleh supervisor, pengenalan pekerjaan yang sebenarnya pada
para pelamar yang diseleksi, dan keputusan menerima atau menolak. Pada keseluruhan
rangkaian tahapan seleksi tersebut, keputusan menerima atau menolak merupakan hal
yang paling kritis karena hal inilah yang diumukan kepada para pelamar dan ditunggu-
tunggu oleh para pelamar tersebut.
Pada seleksi, keputusan mulai dibuat ketika seorang penyeleksi telah mendapatkan
informasi atau data-data mengenai diri pelamar pekerjaan. Informasi atau data-data
tersebut diperoleh dari setiap tahap seleksi yang dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan yang membuka lowongan. Tiap tahapan dari proses seleksi yang dilalui oleh
pelamar yang bersangkutan menghasilkan informasi dan data-data yang nantinya akan
menentukan keputusan seleksi yang diambil oleh pihak perusahaan atau organisasi
terhadap dirinya
Data-data yang dihasilkan dalam setiap tahap seleksi tersebut akan membentuk suatu
kualifikasi mengenai diri seorang pelamar. Kualifikasi yang diperoleh dari keseluruhan
rangkaian proses seleksi merupakan gambaran kualitas yang dimiliki oleh diri individu
seorang pelamar karena berisi informasi mengenai pengetahuan, keterampilan atau
keahlian, bakat, motivasi, minat dan karakteristik kepribadian. Kualifikasi inilah yang
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
kemudian akan diperbandingkan dengan persyaratan pekerjaan yang dirumuskan dalam
deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan. Perbandingan ini untuk melihat apakah
kualifikasi yang dimiliki oleh pelamar yang bersangkutan sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh pekerjaan yang sednag diseleksi atau tidak. Menurut Mondy dan Noe III (1993)
sangatlah penting bagi seorang manajer untuk mempekerjakan seorang pelamar yang
memiliki kualifikasi terbaik. Seseorang dengan kualifikasi terbaik berarti orang yang
bersangkutan sesuai dengan pekerjaan yang diseleksi dan diharapkan mampu
mengerjakan pekerjaan tersebut secara optimal.
Individu yang memiliki kemampuan (the can do factor) akan tetapi tidak termotivasi
untuk menggunakan kemampuannya tersebut (will not do) akan sedikit lebih baik bila
dibandingkan dengan individu atau pelamar yang kekurangan kemampuan yang
dibutuhkan agar dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik. Informasi mengenai the can
do factor dan the will do factor akan terlihat dari kualifikasi pelamar.
Dalam mengambil keputusan seleksi, seorang pengambil keputusan juga melibatkan
proses mental. Penilaian mengenai apa yang baik atau buruk dan apa yang benar atau
salah oleh seorang individu sangat dipengaruhi oleh persepsi, nilai dan sikap yang
dimilikinya. Hal ini berarti bahwa proses pengambilan keputusan terjadi berbarengan
dengan proses persepsi karena pada dasarnya proses persepsilah yang memberi arti
terhadap setiap langkah hingga keputusan dihasilkan
Pada proses seleksi, yang menjadi data atau informasi sebagai dasar pengambilan
keputusan adalah hasil yang dicapai oleh tiap pelamar dari keseluruhan tahapan seleksi.
Persepsi yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan seleksi adalah persepsi sosial
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
karena yang berusaha dipahami dalam hal ini adalah seorang manusia yaitu pelamar
pekerjaan. Persepsi sosial adalah bagaimana seseorang memahami seseorang yang lain
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu kesan pertama,
stereotip pelamar ideal, jenis kelamin, usia, informasi pekerjaan, tanda-tanda visual dan
sikap (Gilmore, Beehr dan Love, 1986). Variabel-variabel tersebut juga dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputsan seleksi karena dalam pengambilan
keputusan seleksi juga terdapat pengaruh persepsi.
Salah satu pengaruh dari variabel-variabel tersebut di atas pada keputusan seleksi
adalah bahwa pengambil keputusan mempunyai tendensi untuk mengatribusikan
karakteristik-karakteristik secara berbeda pada para pelamar berdasarkan atas variabel-
variable tersebut. Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi keputusan seleksi adalah
penampilan fisik dari pelamar pekerjaan.
Penampilan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang terutama persepsi sosial yaitu persepsi mengenai diri orang lain. Daya tarik
fisik kerap mewarnai keseluruhan kesan yang terbentuk mengenai diri orang lain.
Orang/target yang memiliki wajah yang menarik memiliki stereotip yang positif/baik.
Orang terkesan dengan daya tarik fisik seseorang yang lain karena secara sosial mereka
dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan-kelebihan lain seperti lebih kuat secara
fisik, lebih sensitif, lebih diterima secara sosial daripada orang yang tidak menarik secara
fisik. Banyak orang percaya bahwa individu yang menarik secara fisik memiliki lebih
banyak ciri sifat kepribadian dan ciri sifat sosial yang diharapkan.
Pengambil keputusan adalah seorang manusia biasa yang hidup di lingkungan dan
tidak terlepas dari kehidupan sosial. Hal ini berarti bahwa ia tidak terlepas dari proses
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
persepsi sosial dimana ia melakukan penilaian terhadap orang lain di sekitarnya termasuk
penilaian terhadap para pelamar yang diseleksinya. Berdasarkan pada keadaan tersebut
maka terdapat kemungkinan bahwa seorang pengambil keputusan juga memiliki stereotip
yang positif terhadap pelamar yang dinilainya menarik secara fisik dan hal ini
mempengaruhi penilaiannya secara keseluruhan terhadap diri pelamar yang
bersangkutan. Keadaan tersebut akhirnya juga mempengaruhi keputusan yang
diambilnya. Kecenderungan terjadinya bias ini lebih besar pada proses wawancara.
Adanya seleksi dan keputusan terbaik yang dihasilkan oleh pengambil keputusan
akan membawa dampak yang positif terhadap perusahaan atau organisasi yaitu
mendapatkan pekerja yang berkualitas, sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga mampu
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Pada sisi yang lain
juga akan membangkitkan semangat para individu yang bekemampuan, berpendidikan
dan berketerampilan untuk mengirimkan surat lamaran untuk lowongan pekerjaan yang
dibuka oleh suatu perusahaan atau organisasi. Oleh karenanya diharapkan agar pengambil
keputusan seleksi agar dapat menghasilkan keputusan secara bijaksana dengan tetap
berpedoman pada kualifikasi pelamar dan tidak mengabaikan kemungkinan terjadinya
bias selama proses penilaian berlangsung terutama pada saat wawancara seleksi. Bias
tersebut antara lain adalah daya tarik fisik pelamar yang bisa mempengaruhi penilaian
objektif pengambil keputusan.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
DAFTAR PUSTAKA Baron, R.A & Greenberg, J. 1990. Behavior in Organization: Understanding and
Managing the Human Side of Work. 3rd ed. New York : Allyn & Bacon Berry, L.M & Houston, J.P. 1993. Psychology at Work : An Introduction to Industrial
and Organizational Psychology. Madison : Brown & Benchmark Publishers Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. 2nd ed. New York : Harper Collins Publishers Feingold, A. 1990. Gender Differences in Effects of Physical Attractiveness on Romantic
Attraction : A Comparison Across Five Research Paradigm. Journal of Personality and Social Psychology, 59, 5, 981-993.
Kreitner, R & Kinicki, A. 1992. Organizational Behavior. 2nd ed. Boston : Richard D
Irwin, Inc Landy, P & Sigall, H. 1974. Beauty is Talent Evaluation as A Function of the
Performer’s Physical Attractiveness. Journal of Personality and Social Psychology, 29, 3, 299-304
Langlois, J.H & Roggman, L.A. 1990. Attractive Faces are Only Average. Psychological
Science, 1, 2, 115-121 Mondy, R.W & Noe III, R.M. 1993. Human Resource Management. 5th edition. New
York : Allyn & Bacon Moorhead, G & Griffin, R.W. 1989. Organizational Behavior. 2nd edition. Boston :
Houghton Mifflin Company Nankervis, AW.R, Compton, R.L & McCarthy, T.E. 1996. Strategic Human Resource
Management. 2nd edition. Melbourne : An International Thomson Publising Compny
Nelson, D. I & Quick, J.C. 1997. Organizational Behavior Foundation, Realities and
Challenges. 2nd edition. Canada : west publishing company. Riggio, R.E. 1990. Introduction to Industrial/Organizational Psychology. New York :
Scott, Foresman & Company Robbins, S.P. 1995. Organizational Behavior – Concepts, Controversies, Application. 8th
edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006
Schultz, D.P & Schultz, S.E. 1994. Psychology and Work Today : An Introduction to
Industrial and Organizational Psychology. 6th edition. New York : Macmillan Publishing Company & Maxwell Macmillan International
Tosi, H.L, Rizzo, J.R & Caroll, S.J. 1990. Managing Organizational Behavior. 2nd
edition. New York : Harper Collins Publishers Werther, W.B, Jr & Davis, K. 1989. Human Resource and Personnel Management. 3rd
edition. Singapore : McGraw-Hill, Inc ______, 1993. Bisinis dan Manajemen : Sepuluh Penyebab Kegagalan Pencari Kerja. Tiara, no. 76, 11-24 April 1993 _______, 1993. Polling Trend Perilaku tentang Pria Menarik. Tiara, 18-31 Juli 1993.
Ika Sari Dewi : Peran Daya Tarik Fisik dan Kualifikasi Pelamar Pekerjaan Terhadap Pengambilan Keputusan, 2006 USU Repository © 2006