ikm

Upload: ardin-neon-finottier

Post on 08-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ilmu kesehatan masyarakat

TRANSCRIPT

AZAS KETERPADUAN Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni: a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan 2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa 3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatanb. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB 5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan 6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

UPK PENGEMBANGAN PUSKESMAS PALARAN1. Perawatan Kesehatan Masyarakat Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu upaya puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.Petugas Perkesmas adalah semua perawat fungsional yang bekerja di puskesmas dan mendukung adanya kolaborasi dengan petugas kesehatan lain (dokter, bidan, petugas gizi, petugas kesling, dll) sesuai kebutuhan dan lingkup permasalahan yang dihadapi ketika melayani masyarakat.Kegiatan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan di dalam dan di luar gedung puskesmas. Di dalam gedung, perawat melakukan asuhan keperawatan bagi individu yang datang ke puskesmas sedangkan kegiatan di luar gedung, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan keperawatan kelompok khusus/rawan kesehatan di daerah binaan Perkesmas. Berbagai masalah kesehatan yang memerlukan pelayanan Perkesmas antara lain; kasus penyakit menular (Tuberkulosis, Malaria, HIV/AIDS) penyakit tidak menular (Hipertensi, DM, Paska Stroke, Jantung), masalah kesehatan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) atau asuhan keperawatan kepada kelompok lansia, kelompok balita, kelompok calon jemaah haji, kelompok dengan penyakit tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan selama memberikan pelayanan perkesmas seperti; deteksi dini, penyuluhan kesehatan, konseling, perawatan kesehatan dasar, dan rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat.Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi:1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa.2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.3. Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan.Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit).Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)b. Penyuluhan kesehatanc. Tindakan Keperawatan (direct care)d. Konseling keperawatane. Pengobatan (sesuai kewenangan)f. Rujukan pasien/masalah kesehatang. Dokumentasi keperawatanPelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat di PKM Palaran Induk diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah : Pembinaan Individu Rentan Pembinaan Keluarga Rentan Pembinaan Masyarakat Rentan 2. Upaya Kesehatan Usia LanjutUpaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan dan pemulihan.Upaya kesehatan usia lanjut dilakukan dengan dijalankannya suatu program posyandu lansia yang memiliki visi untuk menjaga atau bahkan meningkatkan keadaan para lansia agar tetap sehat baik secara fisik maupun mental. Posyandu lansia ini juga memiliki misi agar kinerja posyandu semakin meningkat diiringi oleh upaya penganekaragaman kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi dan MulutUpaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :1. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah.2. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan KebutaanProgram kerja yang direncana dalam upaya kesehatan mata pencegahan kebutaan ini, yaitu upaya penemuan kasus buta katarak pada usia > 45 tahun. Upaya pelayanan kesehatan mata di Puskesmas Palaran tergolong program yang baru, namun upaya pelayanan kesehatan ini sudah mulai ditingkatkan dengan menjalin kerjasama dengan BKMOM, sehingga dijadwalkan dokter spesialis mata/perawat mata datang ke Puskesmas Palaran secara berkala (setiap 2 bulan sekali).

5. Kesehatan JiwaKesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosiologi yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang elektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional.

6. Kesehatan OlahragaKesehatan olahraga diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :1. Pendataan Kelompok OlahragaSenam Kesehatan Jasmani, Bulu Tangkis, Sekolah Sepak Bola.2. Penyuluhan kesehatan olahragaHingga saat ini program tersebut belum dilaksanakan.

7. Pelayanan Kesehatan KerjaUpaya pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya dalam pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja, yang mempunyai tujuan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja.Tujuan dari program ini yaitu pelaksanaan manajemen kesehatan kerja diwiliyah kerja puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya, dan terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja dasar pada masyarakat pekerja yang bermutu, merata dan terjangkau untuk meningkatkan produktivitas kerja masyarakat pekerja dan kondisi kerja yang aman sehat dan produktif.Adapun upaya pelayanan kesehatan Kerja ini terbagi dalam beberapa Program, yaitu : Pelayanan kesehatan bagi pekerja sakit Penyuluhan kesehatan di tempat kerja yang formal Penyuluhan kesehatan di tempat kerja yang informal Pembinaan pada kelompok kerjaPROMOSI KESEHATANTujuan UPK promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan merubah paradigma di masyarakat yang semula berparadigma sakit menjadi paradigma sehat. Data puskesmas untuk tahun 2015 belum ada dikarenakan program promosi kesehatan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sehingga data yang digunakan masih tahun 2014. Pada tahun 2015, program UPK promosi kesehatan yaitu

NOKEGIATANSASARANTargetBULANPENANGGUNG JAWAB

123456789101112

1Penyuluhan PHBS di masyarakat Masyarakat 6 x 1 tahunTim Promkes

2Penyuluhan kesehatan di masyarakatMasyarakat6 x 1 tahunTim Promkes

3Pengadaan Media Promosi MasyarakatLeaflet 500 lembar, poster 10 lembarTim Promkes

4Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di sekolahSiswa sekolah 4 SMA, 3 SMPTim Promkes

5Penyuluhan narkoba di sekolahSiswa SMP3 SMP Rawa makmurTim Promkes

6Survey PHBSMasyarakat150 RT di Rawa MakmurTim Promkes

7Pertemuan kader PHBSKader1 x 1 tahunTim Promkes

8Penyuluhan Kesehatan Mata dan PendengaranSiswa SD10 SekolahTim Promkes

8Kelas ibu hamilBumil14 x 1 tahunTim Promkes

NONAMA KEGIATANTANGGAL PELAKSANAANTEMPAT PELAKSANAANPESERTA

1Penyuluhan bekal sehat anak sekolah15 Januari 2015Gereja Harmoni Gotong RoyongJemaat gereja

2Pembuatan Spanduk PHBS, Vitamin AJanuari 2015PuskesmasWilayah kerja Puskesmas

3Pembinaan kader PosyanduJanuari, Februari, Maret ( hari Selasa minggu ke - 4 setiap bulan)PuskesmasKader Posyandu

4Kampanye Vitamin A27-28 Februari 2015Pasar PalaranBayi dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas palaran

28 Februari 2015Pasar Malam Simpang Pasir

5Pembuatan spanduk DBDFebruari 2015PuskesmasWilayah kerja Puskesmas

6Pendistribusian leaflet kesehatanJanuari - Maret 2015Rawat Inap Puskesmas PalaranPasien yang berkunjung ke Puskesmas

7Deteksi Dini Tumbuh KembangFebruari 2015KB, PAUD dan TK di wilayah kerja Puskesmas palaranSiswa

8Pembinaan UKS3 Maret 2015SDN. 003Sekolah

4 Maret 2015TK. Nurul Huda

5 Maret 2015SMPN. 14

6 Maret 2015SMAN. 6

9Penyuluhan KB25 Maret 2015PuskesmasKader Posyandu

10Koordinasi lintas sektor pembinaan PHBS24 Maret 2015Kelurahan Rawa MakmurStaff Kelurahan

PERBAIKAN GIZI MASYARAKATUpaya perbaikan gizi memiliki beberapa program kerja yang dilaksanakan dalam wilayah kerjanya dengan koordinator yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pelaporan program yang dijalankan.Program yang dikerjakan merupakan program standar yang ada di tiap puskesmas di Indonesia. Berdasarkan data Puskesmas Palaran pada tahun 2015, prrogram tersebut, antara lain:

1. Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Program Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin ini dilaksanakan dalam rangka perbaikan status gizi anak terutama pada keluarga miskin. Rencananya, makanan pendamping ASI yang diberikan berasal dari Dinas Kesehatan yang didistribusikan melalui kader Posyandu di lingkup wilayah puskesmas. Kader Posyandu akan membagikan ke anak usia 6 24 bulan yang berasal dari keluarga miskin. Bayi balita Keluarga Miskin (Gakin) adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-24 bulan dari keluarga miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/ Kota dengan melibatkan Tim Desa. Namun, menurut pelaksanaannya, hal ini mnegalami beberapa ketidaksesuaian dikarenakan kurang tersedianya supply dari dinas, yang mengakibatkan program ini sempat terhenti selama 2 tahun lebih, dan baru mulai berjalan lagi tahun ini. Biasanya dari dinas akan diberikan sejumlah pax, lalu tim gizi akan terjun ke masyarakat dan membagikan kepada masyarakat yang mau. Berdasarkan data Puskesmas tahun 2015, program ini baru berjalan kembali bulan April dan Mei 2015, dengan jumlah penerima masing-masing 6 orang per bulan.2. Meningkatkan Jumlah Posyandu AktifTujuan program ini adalah untuk meningkatkan jumlah posyandu aktif di wilayah kerja Puskesmas Induk Palaran. Pelayanan kesehatan terpadu (Yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu). Tujuan utama dari posyandu ini adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan berbasis komunitas kepada ibu hamil dan menyusui, serta memberikan pelayanan imunisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi , dan Gizi.

3. Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam BeryodiumProgram ini bertujan untuk memenuhi konsumsi garam beryodium pada masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Induk Palaran dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai garam beryodium. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Anak dengan kekurangan yodium memiliki rata-rata IQ 13.5 poin lebih rendah dibandingkan yang cukup yodium. Untuk mengatasinya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Program ini dilakukan pada SD yang dipilih secara acak tiap kelurahannya. Program dilakukan pada murid kelas 4 SD, pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari pihak puskesmas. Anak kelas 4 SD yang menjadi sampel ini akan membawa contoh garam yang digunakan sehari-hari di rumahnya, kemudian garam tersebut akan dicek kadar yodiumnya. Penyuluhan juga dilakukan mengenai garam beryodium, akibat dari kekurangan garam yodium, dan cara penyimpanan garam yodium yang baik.Pencapaian program ini dilakukan dengan cara memperbaiki distribusi garam sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memasak atau selalu mengonsumsi garam mengandung cukup yodium.

4. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin AProgram ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) yaitu kapsul biru sebanyak 100.000 UI sedangkan untuk balita (1-5 tahun) sebanyak 200.000 UI berupa kapsul merah. Pemberian dilakukan di Puskesmas, Posyandu, TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta di bidan praktek. Yang melaksanakan program ini ialah petugas gizi puskesmas, tim posyandu dan kader. Sasaran program ini yaitu bayi (6-11 bulan) dan balita (1-5 tahun). Untuk bayi balita sumber data berasal dari register pemberian vitamin A baik dari posyandu maupun dari puskesmas yang dikumpulkan oleh bidan maupun dari petugas gizi. Pemberian vitamin A juga disertai dengan pemberian penyuluhan mengenai peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami (sayuran hijau) dan bahaya akan kekurangan vitamin A.

5. Vitamin A Ibu NifasTujuan program ini adalah mencegah dan menurunkan jumlah kasus-kasus kekurangan vitamin A pada ibu masa nifas. Mendata sasaran ibu nifas diambil dari register kohort ibu di poli Sayang Ibu di Puskesmas Palaran dan bidan praktek swasta. Pemberian vitamin A pada ibu masa nifas disertai dengan penyuluhan personal terhadap ibu ketika berkunjung ke pelayanan kesehatan.

6. Pendataan Bumil Dapat FE Tambah DarahTujuan dari program ini adalah mencegah anemia defisiensi besi yang terjadi pada ibu hamil pada trimester 1 sampai trimester 3. Kegiatannya meliputi pemberian tablet besi bagi wanita hamil dan penggalakkan penggunaan bahan pangan alami sumber zat besi yang diusahakan lewat penyuluhan gizi.

7. Balita Gizi Buruk Mendapat PerawatanGizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor). Program ini adalah memberi perawatan terhadap balita yang diidentifikasi mengalami gizi buruk. Pengidentifikasian balita yang mengalami gizi buruk dilakukan di Posyandu dalam wilayah Puskesmas Palaran. Setelah didapatkan balita yang mengalami gizi buruk, pihak Puskesmas akan meninjau ke lokasi. Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakupa. Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemia, dan hipotermib. Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TBc. Pemberian larutan elektrolik dan multi-mikronutrien serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi dan Rehabilitasid. Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta

8. Konsultasi Klinik GiziPuskesmas Palaran mulai mengoperasikan klinik gizi sejak tahun 2014, klinik gizi dijadwalkan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Namun sampai sekarang klinik gizi masih belum bisa maksimal dalam beroperasi karena kurangnya sumber daya manusia. Klinik gizi melayani masalah gizi pada anak-anak, dewasa, dan juga lansia. Klinik gizi juga melayani konseling masalah gizi untuk para pasien. Pasien yang dikonsulkan oleh poli lain (umum, lansia, KIA) misalnya gizi kurang, hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien secara langsung dijelaskan tentang pengaturan diet harian yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.

9. Pemantauan Status Gizi Anak SekolahPemantauan status gizi anak sekolah dilakukan dengan cara mengunjungi sekolah-sekolah di wilayah puskesmas Palaran. Program ini dijadwalkan pada saat awal tahun ajaran baru. Pemantauan status gizi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antropometri pada anak sekolah. Pemantauan status gizi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan yang lain seperti pemeriksaan gigi dan mulut.MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:1. Besarnya masalah yang terjadi2. Pertimbangan politik3. Persepsi masyarakat4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu1. Scoring Technique (Metode Penskoran)2. Non Scoring Technique Teknik Non-SkoringBila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan teknik non-skoringI. Metode Delbeq Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi kelompik namun pesertadiskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama. Caranya1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6 sampai 8 orang2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat prioritasnya3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi). Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan mempertimbangkan kembali peringkat yang diberikan setelah mengetahui nilai rata-rata Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan mempengaruhi orang lain Kelemahan1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar faktaII. Metode Delphi Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari Caranya1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/ memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan Teknik SkoringPada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need)4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources availibility)A. Metode Bryant Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi1. Prevalence: Besarnya masalah yang dihadapi2. Seriousness: Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut3. Manageability: Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya4. Community concern: Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.B. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization) Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:1. Magnitude: Berapa banyak penduduk yang terkena masalah2. Severity: Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case fatality rae masing-masing3. Vulnerability: Menunjukan sejauh mana masalah tersebut4. Community and political concern: Menunjunkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi5. Affordability: Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut. MCUA(Multiple Criteria Utility Asessment Method) Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi Kriteria1. Emergency: Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian2. Greetes member: Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi3. Expanding scope: Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan4. Feasibility: Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan5. Policy: Kebijakan pemerintah daerah /nasional Metode CARL Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 10.1. C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)2. A= Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksana seperti peraturan)3. R =Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan motivasi)4. L = Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas) Metode Reinke Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:1. M = Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait2. I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke waktu)3. V =Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan4. C=Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya Metode USG Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 5 atau 1 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:I. UrgencySeberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.II. SeriousnessSeberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.III. GrowthSeberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

3 PRINSIP MANAJEMEN PUSKESMAS1. PERENCANAANa. Rencana Usulan Kegiatan (R.U.K):RUK sama dengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun menjelang pergantian tahun anggaran kegiatan barub. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA):RKA, merupakann pengembangan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara pembuatan anggaran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).c. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) :Setelah disusun rencana kegiatan itu kemudian dibuatkan strategi pelaksanaansecara terpadud. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) :DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedomanpelaksanaan penggunaan anggaran kegiatan2. PENGATURANa. Penggerakan : Mini Lokakarya Lintas ProgramMini Lokakarya (MinLok) ini dilaksanakan puskesmas setiap sebulan sekali, untuk mengevaluasi hasil kegiatan pelayananb. Pelaksanaan : Mini Lokakarya Linta SektoralMinlok ini dilaksanakan puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan instansi terkait seperti dinkes,diknas, kecamatan, kelurahan, dan lainnya, sesuai porsi kegiatan puskesmas.3. PENILAIANa. Pengawasan : MonitoringKegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar mencapai target yang telah ditetapkanb. Pengendalian : ControllingPelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya agar tidak menyimpang dari tujuan kegitanc. Penilaian : EvaluationSetiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban institusi terhadap publik dan pemerintah daerah.

SISTEM RUJUKANSistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :1) Rujkan upaya kesehatan peroranganCakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal operasi) dan lain lain.b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas. 2) Rujukan upaya kesehatan masyarakatCakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten atau kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan.b. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampuKEGIATAN SURVEILANS DI PUSKESMAS

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun 2003tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis,TBC paru BTA (+),tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus,AFP, hepatitis klinis,malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix,demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia,filariasis, daninfluenza.2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular antara lain : Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner Diabetes Melitus Neoplasma Penyakit paru obstruksi kronis Gangguan mental Masalah kesehatan akibat kecelakaan3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, meliputi: Sarana air bersih Tempat-tempat umum (TTU) Pemukiman dan lingkungan perumahan Limbah industri, rumah sakit Vektor penyakit Kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial Perilaku merokok Pola makan diet Aktivitas fisik

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi masalah kesehatan, meliputi: SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi) Kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A) Kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk) Gizi lebih Kesehatan ibu dan anak (termasukkesehatan reproduksi) Usia lanjut Penyalahgunaan napza Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik dan alat kesehatan Kualitas makanan dan bahan makanan tambahan5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah matra, meliputi: Kesehatan haji Kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan Bencanan dan masalah sosial Kesehatan matra laut dan udara KLB penyakit dan keracunan6. Manfaat Surveilans PuskesmasAdapun manfaat Surveilans Epidemiologi adalah: Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan

Sumber data Surveilans Puskesmas1. Laporan (catatan/registrasi) Kematian Kesakitan Laboratorium Kejadian Luar Biasa/Wabah Kasus individu Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)2. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atauscreening3. Laporan vector binatang(reservoir)4. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)5. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut.Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya. Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

SURVEILANS KESEHATAN KERJADefinisi Surveilans Kesehatan KerjaSurveilans Kesehatan Kerja adalah usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisisatas data tersebut serta melakukan interpretasidengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja (NIOSH = national institut occupatinal safety and health)

Ruang Lingkup Surveilan K3

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :1. Surveilans Efek Kesehatan dan KeselamatanPengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja2. Surveilans Hazard Kesehatan dan KeselamatanIdentifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi hazard kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

Metode Surveilans K3

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan.Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukanrekognisifaktor risiko, kemudian melakukananalisis, dankomunikasiyang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya sistempengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan di tempat kerjaKegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.Metode yang digunakan untuk pelaksanaan ProgramOccupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisikoData Faktor Risiko Lingkungan Kerja Data Pemantauan Higiene Industri Data Pemantauan Ergonomi Data Pemantauan Stres Kerja Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus,Returnto Work, PHK/Pensiun Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara Faktor Risiko & Efek Kesehatan

Objek Surveilans Kesehatan Kerjaadalah sebagai berikut; Pekerja Lingkungan kerja Pekerjaan

Pengukuran Pajanan padaPekerja: Noise dosimeter Personal dust sampler Pengukuran dengan Spirometer Pengukuran logam berat di urine & darah

Pengukuran Pajanan padaLingkungan Kerja Kebisingan di lingkungan kerja Debu di lingkungan kerja Temperatur di lingkungan kerja Logam berat di lingkungan kerja

Berdasarkanpekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;

pajanan x tahun =person-years

Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni Pajanan sesaat Pajanan kumulatif

Pajanan rata-rata berdasarkan: Sampel area Sampel individu. Misalnya: azide iodide pd urine krn karbondisulfida asam t-t mukonat dalam urine karena benzene)

Persyaratandan Teknik PelaksanaanPersyaratanuntukMengadakanSurveilansK3di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.1. Adapenyakit maupun cederayang dapat diidentifikasiatauadanya dampak negatif pada pekerjalain yangdinilai dapatmerugikan2. Efekpenyakit dan/atau cederatersebut terkaitdenganeksposur/pajanan di tempat kerjanya.3. Adakemungkinanatauprobabilitybahwaefekpenyakit dan/atau cederatersebut berpotensidapatterjadi4. Ada beberapa teknik yangberlakuuntukmendeteksiindikasidariefekpenyakit dan/atau cedera tersebut.

Teknik Surveilans kesehatan harus:1. Sensitif2. Spesifik3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan4. Aman5. Non-invasif6. Dapat diterima

Beberapa contoh-contoh Survelans Kesehatan Kerja Pengawasan Biologik 2.5-hexane di one (metabolit dari n-hexane) dalam urin pada pekerja yang terpapar methylene chloride. Pengawasan efek biologikCholinesterase dalam darah pekerja yang terpapar pestisida organophosphorus Wawancara, inspeksi atau pemeriksaan oleh pemeriksa yang memiliki kompetensi yang sesuaikuesioner tentang gejala-gejala asma atau rinitis pada pekerja; pemeriksaan fisik pada pekerja yang mengalami dermatitis. Medical surveillancePengukuran fungsi paru pada pekerja yang terpapar substansi yang dapat memicu asmaManfaatsumber data yang tersedia untuk keperluan aksiData yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan bukti, dengan menyusun upaya promotif, preventif, kebijakan, perencanaan program antara lain seperti berikut.1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan terus menerus.3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan, antara lain seperti berikut:a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankanb. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks pajanan biologikd. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan dengan standar atau target yang ditetapkane. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan stanar atau target yang ditetapkan5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan hazard di tempat kerja6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan secara terus menerus

Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja1. Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun lingkungan dan ergonomis.2. Perencanaan programSetelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.3. Penetapan pekerja yang beresiko4. Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantauTabel 1.Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.AktivitasHazard TeridentifikasiHazard yang dipantauAntisipasi efek kesehatan

Survei dan pembukaan hutanRacun flora faunaDebu dari kerak bumiVibrasi kendaraanBising kendaraanErgonomikRacun floraDebuVibrasiBisingPostur JanggalIritasi kulitPneumokoniosisGangguan syaraf tepiPenurunan pendengaranCTD

Pengupasan kerak bumiDebuVibrasiBisingPostur janggalPneumokoniosisGangguan syaraf tepiPenurunan pendengaranCTD

5. Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatanTabel 2.Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifikHazardJenis pemeriksaan

BisingAudiometri, kuesioner

DebuSpirometri. Foto toraks dan kuesioner

Ultra VioletMata dan kuit

Virus Hepatitis BHBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPT

Pelarut organikNerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic

Tabel 3.Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifikJabatanJenis pemeriksaan

Pengguna respiratorFungsi paru

Off shoreAudiogram, Fungsi paru, drugs dan alcohol

SupirVisus, audiogram, drugs dan alcohol

WeldersUrinalisis dan Biomonitoring

Fire fighterAudiogram dan fungsi paru

6. Komunikasi untuk mendapatkan dukungan dan komitmenMelibatkan seluruh pemangku kepentingan khusunya pemimpin tertinggi dan pekerja. Sebelum penyusunan proposal program, hendaknya dilakukan komunikasi berjenjang.7. Pembentukan tim surveilansProfesi utama yang bertanggungjawab dalah doketr, perawat kesja, HI dan ergonomis. Dan membutuhkan keterlibatan manajer SDM untuk menentukan penempatan SDM. Supervisor untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat aktif dalam surveilans kesehatan kerja.8. Hasil pemeriksaan kesehatan daninformed concern

Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja1. Tahap pengumpulan dataa. Data Faktor RisikoDikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen seperti safet data sheet.b. Data gangguan kesehatanDikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan kesehatan pekerja.c. Data pemantauan biologicBiasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH2. Tahap analisis data dan surveilans PAKDilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil surveilans hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapatapa, siapa, di mana, bilamanagangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit berdasarkan beberapa faktor risiko. Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan analisis epidemiologi untuk menjelaskanmengapadanbagaimanasuatu gangguan kesehatan timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang ditimbulkan.3. Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikanPelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen.Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung privasi. Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.