ilmu dasar teknik kimia iiiteknikkimia.usu.ac.id/.../kimfis/1.-penuntun-praktikum-idtk-iii.pdfpuji...
TRANSCRIPT
PENUNTUN PRAKTIKUM
ILMU DASAR TEKNIK KIMIA III
PRAKTIKUM ILMU DASAR TEKNIK KIMIA III
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat
rahmat dan karunia-Nya, Penuntun Praktikum Ilmu Dasar Teknik Kimia III untuk
Program S1 dapat diselesaikan dengan baik. Buku Penuntun Praktikum ini dibuat
sebagai panduan untuk melaksanakan Praktikum Ilmu Dasar Teknik Kimia III,
sehingga mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan baik. Penuntun ini
memuat prosedur kerja laboratorium serta bahan dan alat yang dibutuhkan.
Selain berisi panduan praktikum, penuntun praktikum ini juga dilengkapi
dengan teori singkat yang bertujuan membantu mahasiswa untuk memahami
percobaan yang akan dilakukan. Namun, kepada mahasiswa yang akan
melaksanakan praktikum disarankan untuk lebih mendalami teori percobaan dari
buku-buku teks yang berkenaan dengan percobaan.
Penyusun menyadari apa yang ada dalam penuntun ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu
dalam penyempurnaan penuntun ini. Akhirnya penyusun berharap semoga penuntun
ini bermanfaat bagi praktikan Ilmu Dasar Teknik Kimia III dan yang membacanya.
Medan, Februari 2018
Praktikum Ilmu Dasar Teknik Kimia III
Penyusun
PERATURAN LABORATORIUM
1. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa telah memahami tugas-tugas, prinsip,
dan prosedur praktikum. Untuk hal ini dapat dilakukan uji pra praktikum secara
lisan maupun tertulis pada waktu yang tidak ditentukan.
2. Setiap praktikan harus datang tepat pada waktunya. Praktikan yang datang
terlambat tanpa alasan yang sah akan ditolak mengikuti praktikum. Bila karena
sesuatu hal tidak dapat mengikuti praktikum, harus dapat menunjukkan surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Selama pelaksanaan praktikum tidak dibenarkan meninggalkan ruangan tanpa
seizin asisten.
4. Selama mengikuti praktikum, praktikan diwajibkan memakai jas praktikum dan
alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker.
5. Sediakan peralatan-peralatan selama praktikum, seperti ember, pipet tetes,
penjepit tabung, kain lap, sabun.
6. Buanglah larutan ke bak pembuang. Jika membuang asam pekat, sebaiknya
larutan tersebut diencerkan terlebih dahulu. Siramlah bak pembuang dengan air
cukup banyak.
7. Tidak dibenarkan membuang kertas, plastik, puntung korek, pecahan kaca, dan
zat padat lainnya ke bak pembuang.
8. Ambillah larutan atau zat padat secukupnya dari botol persediaan untuk setiap
percobaan.
9. Cuci dan bersihkan semua alat-alat praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium. Kembalikan semua alat-alat praktikum ke ruang alat.
10. Kembalikan semua botol-botol persediaan ke ruang bahan sesuai dengan nomor
kode botol.
11. Bila terjadi kecelakaan, laporkanlah segera kepada asisten agar dapat cepat
diberikan pertolongan.
12. Dilarang keras melakukan percobaan/eksperimen diluar dari prosedur percobaan.
13. Dilarang keras makan di dalam laboratorium selama praktikum.
14. Dilarang keras menggunakan HP, MP3 player, dan laptop di dalam laboratorium
selama praktikum
15. Sopan dan tertib selama praktikum
16. Setelah selesai melakukan percobaan, praktikan harus menunjukkan hasil
percobaannya kepada asisten.
17. Praktikan wajib membuat laporan praktikum yang bentuknya telah ditentukan
dan laporan ini harus disahkan oleh asisten.
Medan, Februari 2018
Kepala Praktikum Ilmu Dasar
Teknik Kimia III
Dr. Maulida, ST., M.Sc. NIP. 19700611 199702 2 001
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL I KIMIA ANALISIS KUALITATIF
(IDENTIFIKASI LOGAM Fe DENGAN REAKSI WARNA)
I.1 TUJUAN PERCOBAAN Mempelajari reaksi-reaksi identifikasi warna dari logam besi (Fe).
I.2 TEORI
Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
penganalisaan/pengidentifikasian zat-zat kimia yang terdapat didalam suatu
senyawa atau larutan yang akan dianalisa/diuji baik jenis maupun kadar zat yang
terkandung didalamnya. Kimia analisa terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Kimia Analisa Kualitatif, yaitu suatu analisa untuk
mengetahui/mengidentifikasi unsur atau senyawa apa yang terdapat didalam
suatu larutan sampel.
2. Kimia Analisa Kuantitatif, yaitu suatu analisa untuk
menentukan/menetapkan banyaknya suatu zat tertentu yang terdapat dalam
sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konstituen yang
diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar
dari contoh yang dianalisis. Jika analisis itu merupakan lebih dari sekitar 1%
dari sampel, maka analisis itu dianggap sebagai konstituen utama (mayor).
Dianggap sebagai konstituen kecil (minor), jika banyaknya antara 0,01-1%
dari sampel. Sedangkan zat yang kurang dari 0,01% dianggap sebagai
konstituen runutan (trace). Sebenarnya analisa kimia terdiri dari empat
tahapan pokok yaitu:
1. Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yaitu memilih suatu
sampel yang mewakili dari bahan yang akan dianalisis.
2. Mengubah analitnya menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk
pengukuran.
3. Pengukuran.
4. Perhitungan dan penafsiran pengukuran.
Analisa kualitatif ini dibagi menjadi dua yaitu analisa anion dan analisa
kation. Ion-ion yang bermuatan negatif baik mono atom seperti ion-ion halide
maupun radikal seperti ion sulfat dan nitrat disebut anion. Demikian juga halnya
ion yang bermuatan positif disebut juga kation, karena anion pindah menuju
katoda.
A. Analisa Kualitatif Anion
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding
analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat. Kita dapat secara
cepat mendapatkan hasil percobaan. Namun, apabila melakukan percobaan tidak
teliti dan tidak mengerti prosedur serta tidak mengetahui endapan-endapan apa
yang muncul ketika mencampurkan sampel dengan reagensia.
Anion dapat dibagi atas tiga golongan test petunjuk:
1. Reaksi dengan H2SO4 pekat pada sampel untuk sampel yang berbentuk
padat. Untuk reaksi H2SO4 dilakukan dengan memanaskan suatu zat yang
akan dianalisa bersama-sama dengan asam yang bertitik didih tinggi,
misal: H2SO4 pekat atau H3PO4. Reaksi mula-mula akan menghasilkan
asam dari anion yang dianalisa. Kemudian asam itu akan terurai atau
teroksidasi yang akan menghasilkan suatu gas yang dapat diidentifikasikan
berdasarkan warna atau baunya. Sejumlah zat kecil dapat dipergunakan
dalam analisa ini.
2. Test penggolongan Kelarutan
Anion-anion digolongkan sebagai berikut:
Golongan I. Golongan Sulfat : SO42-, CO3
2-, AsO43-, PO4
3-, AsO32-,
SO32-, BO3
3-
Golongan II. Golongan Halida : Cl-, Br-, I-, S2-
Golongan III. Golongan Nitrat : NO3-, C2H3O2
-
Penggolongan didasarkan pada fakta-fakta sebagai berikut
1. Hanya anion-anion golongan I saja yang mengendap di dalam larutan
beramoniak oleh Ba2+
2. Hanya anion-anion di golongan II saja yang diendapkan di dalam
larutan HNO3 oleh Ag+
Sesuai dengan fakta-fakta di atas, maka pereaksi penggolongan untuk
golongan I adalah NH4OH dan BaCl2, pereaksi penggolongan untuk
golongan II ialah HNO3 dan AgNO3 tidak ada pereaksi penggolongan
untuk golongan III karena semua nitrat dan asetat melarut.
3. Test spesifik terhadap anion-anion
Setelah test terhadap pada sampel reaksi dengan H2SO4 pekat jika
sampel tersebut merupakan zat padat, dan test penggolongan.
Pada analisa kualitatif sebagian besar percobaannya menggunakan Ekstrak
Soda. Adapun prosedur pembuatan Ekstrak Soda adalah sebagai berikut:
1. 2 - 3 ml sampel dimasak dengan 5 ml larutan jenuh Na2CO3.
2. Lalu disaring dan presipitatnya dibuang.
3. Kemudian filtratnya diasamkan dengan HNO3 encer
4. Larutan tersebut dimasak kembali sampai semua CO2 keluar.
5. Selanjutnya larutan ini disebut Ekstrak Soda.
B. Analisa Kualitatif Kation
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan
pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan
terlebih dahulu reaksi penggolongan/klasifikasi kation.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan
dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5
golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia ini
membentuk endapan atau tidak (Vogel, 1990).
Golongan-golongan kation memiliki cirri-ciri khas, yaitu:
1. Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang
termasuk dalam golongan ini adalah timbal (Pb), raksa (Hg), dan perak
(Ag). Endapan tersebut adalah PbCl2, Hg2Cl2 dan AgCl yang semuanya
berwarna putih umtuk memastikan apakah endapan tersebut hanya
mengandung satu kation, dua kation, atau tiga kation maka dilanjutkan
dengan pemisahan dan identifikasi kation golongan I.
2. Golongan II: membentuk endapan sulfida dengan hidrogen sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Golongan ini dibedakan atas:
a. Golongan IIA (Golongan tembaga) meliputi kation merkurium(II),
tembaga, cadmium, bismuth.
b. Golongan IIB (Golongan arsen) meliputi kation arsen, stibium,
timah.
Kedua golongan ini dibedakan dengan pereaksi ammonium polisulfida
(NH4)2S2, dimana sub golongan IIB mengendap, sedangkan sub golongan
IIA dapat larut.
3. Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam
suasana netral atau sedikit basa. Kation golongan ini antara lain nikel, besi,
kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt. Endapan yang terbentuk
adalah FeS (hitam), Al(OH)3, Cr(OH)3 (hijau), NiS (hitam), MnS (merah
jambu), dan ZnS (putih).
4. Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan
adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation
golongan ini antara lain: Ba2+, Ca2+, Sr2+. Endapan yang terbentuk adalah
BaCO3, CaCO3, dan SrCO3 yang semuanya berwarna putih.
5. Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan
reagensia-reagensia golongan sebelumnya sehingga tidak terbentuk
endapan. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain
magnesium, natrium, kalium. Ammonium, lithium, dan hidrogen. Untuk
identifikasi ion-ion ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi khusus atau
uji nyala. Misalnya, kalium dalam larutannnya dengan sepotong kawat
yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung kalium, lalu dibakar
pada nyala Bunsen, akan terbentuk warna lembayung. Sedangkan untuk
natrium terbentuk warna kuning (Vogel, 1990).
Kation-kation dalam setiap golongan dapat diidentifikasi, dengan
identifikasi yang spesifik atau khas. Dengan begitu, satu kation dengan kation
yang lain dapat dipisahkan/diidentifikasi.
Zat X (Sampel)
Golongan I Filtrat (Gol II, III, IV, V)
Filtrat (Gol III, IV, V)Golongan II
Filtrat (Gol IV, V)Golongan III
Golongan IV Golongan V
+ HCl
+ H2S / HCl 0,1 N
+ (NH4)2S
Gambar 1. Skema Pemisahan Kation Berdasarkan Kelarutan
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut,
maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok
campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya.
Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat
baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Haryadi, 1993).
I.3 METODOLOGI PERCOBAAN
I.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Sampel (Fe2+)
2. Aquadest (H2O)
3. Asam klorida (HCl)
4. Asam Nitrat (HNO3)
5. Asam Sulfida (H2S)
6. Kalium Heksasianoferat (K4Fe(CN)6)
7. Kalium Tiosianat (KCNS)
8. Natrium Hidroksida (NaOH)
I.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Beaker Glass 4. Gelas Ukur 7. Pipet Tetes
2. Bunsen 5. Kertas Lakmus Merah 8. Rak Tabung
3. Erlenmeyer 6. Penjepit Tabung 9. Tabung Reaksi
I.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan sampel sebanyak 2,0 ml kedalam tabung reaksi, jenuhkan dengan
H2S, pisahkan endapan yang terbentuk, buang filtratnya. Cuci endapan
dengan aquadest, lalu buang air pencucinya.
2. Larutkan endapan dengan HCl 3 N, kemudian tambahkan 1 tetes HNO3 3 N
untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
3. Larutan dipanaskan kira-kira 1 menit kemudian tambahkan NaOH 2 N
hingga lartan menjadi basa terhadap lakmus merah. Kemudian tambahkan
HCl 3 N hingga endapan larut. Larutan dibagi menjadi 2.
4. Larutan 1 ditambahkan 1 tetes K4Fe(CN)6, endapan biru tua menunjukan
adanya kation besi (Fe2+)
5. Larutan 2 ditambahkan 1 tetes KCNS, endapan coklat kemerahan
menunjukkan adanya kation besi (Fe2+)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL II
PEMBUATAN ASAM SULFANILAT
DENGAN REAKSI SUBSTITUSI
II.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari terjadinya reaksi substitusi pada sampel yang digunakan yaitu
pembentukan asam sulfanilat (C6H5NH2SO3) dari persenyawaan anilin
(C6H5NH2) dan asam sulfat (H2SO4).
II.2 TEORI
Reaksi Substitusi
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial.
Karbon ini rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain apa saja yang
mempunyai sepasang elektron menyendiri dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi
substitusi – suatu reaksi dalam mana satu atom, ion, atau gugus disubstitusikan
untuk menggantikan atom, ion, atau gugus lain (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Dalam suatu reaksi ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu apa yang
terjadi pada gugus fungsi dan sifat pereaksi yang menyerang. Ada tiga jenis
pereaksi dalam reaksi organik:
a. Pereaksi elektrofil : pereaksi yang bermuatan positif, asam Lewis,
karbokation (C+) dan oksidator (menerima elektron).
b. Pereaksi nukleofil : pereaksi yang bermuatan negatif, basa Lewis dan
reduktor (memberi elektron).
c. Pereaksi radikal bebas : pereaksi yang mempunyai satu elektron tak
berpasangan.
Sebagian besar reaksi-reaksi pada bahan kimia tidak terlepas dari reaksi
substitusi. Reaksi substitusi ini terbagi 3 yaitu reaksi substitusi nukleofil,
reaksi substitusi elektrofil dan reaksi substitusi radikal bebas (Jasmansyah,
2007).
1. Reaksi Substitusi Nukleofil
Reaksi substitusi nukleofil yaitu reaksi penggantian suatu gugus dengan
gugus lain, dimana terjadi apabila gugus yang mengganti merupakan pereaksi
nukleofil. Bentuk umum reaksi ini adalah :
Nu: + R-X R-Nu + X:
Dengan Nu menandakan nukleofil, : menandakan pasangan elektron, serta
R-X menandakan substrat dengan gugus pergi X. Pada reaksi tersebut, pasangan
elektron dari nukleofil menyerang substrat membentuk ikatan baru, sementara
gugus pergi melepaskan diri bersama dengan sepasang elektron. Produk utamanya
adalah R-Nu. Nukleofil dapat memiliki muatan listrik negatif ataupun netral,
sedangkan substrat biasanya netral atau bermuatan positif. Contoh : reaksi alkil
halide dan turunan asam karboksilat (Wikipedia, 2009).
1.1 Reaksi Substitusi Nukleofil pada Senyawa Alifatik
Reaksi substitusi nukleofilik pada senyawa alifatik yang telah dikaji secara
intensif adalah reaksi substitusi nukleofilik pada alkil 20actor. Reaksi ini
mencakup sejumlah reaksi sintesis senyawa 20actor20 yang penting. Reaksi ini
mempunyai 2 tipe mekanisme reaksi : SN1 (substitusi nukleofilik unimolekular)
dan SN2 (substitusi nukleofilik biomolekular).
1.2 Reaksi Substitusi Nukleofil pada Senyawa Aromatis
Pada kondisi reaksi biasa pada dasarnya senyawa 20actor2020 tidak reaktif
terhadap serangan nukleofil. Beberapa kelompok senyawa 20actor2020 yang
dapat mengalami substitusi nukleofilik dengan mudah adalah sebagai berikut :
1. Senyawa aromatik yang mengikat gugus penarik elektron pada posisi orto
atau para terhadap gugus pergi.
2. Senyawa aromatik yang dalam reaksinya dengan nukleofil tertentu di
bawah pengaruh basa kuat melalui pembentukan hasil antara benzuna atau
aruna.
3. Garam-garam diazonium, yang reaksinya dengan nukleofil memberikan
hasil yang berupa substitusi atom N gugus diazonium oleh nukleofil.
Substitusi nukleofilik pada senyawa aromatik umumnya berlangsung dua
tahap, yaitu:
1. Serangan nukleofil pada senyawa aromatik yang berlangsung lambat dan
membentuk hasil antara karbanion.
2. Tahap lepasnya gugus pergi dari karbanion yang berlangsung dengan cepat.
Pada reaksi substitusi nukleofilik senyawa aromatik yang melalui tahap
pembentukan hasil antara benzuna dan aruna, reaksinya berlangsung
melalui mekanisme eliminasi-adisi (Puslata UT, 2008).
2. Reaksi Substitusi Elektrofil
Reaksi substitusi elektrofilik adalah reaksi penggantian suatu gugus dengan
gugus lain, dimana terjadi apabila gugus yang mengganti merupakan pereaksi
elektrofil. Contoh: reaksi benzena.
2.1 Reaksi Substitusi Elektrofilik pada Senyawa Alifatik
Reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa alifatik dapat berlangsung
dengan mekanisme SN1 dan SN2. Reaksi yang berlangsung dengan mekanisme
SN1 dapat menghasilkan produk dengan pembalikan konfigurasi, retensi
konfigurasi atau rasemisasi tergantung pada jenis dan kondisi reaksi. Senyawa-
senyawa alifatik yang dapat mengalami reaksi substitusi elektrofilik tidak
sebanyak reaksi substitusi nukleofilik artinya hanya senyawa-senyawa yang
berstruktur tertentu saja yang dapat mengalami reaksi substitusi elektrofilik
(Puslata UT, 2008).
2.2 Reaksi Substitusi Elektrofilik pada Senyawa Aromatik
Substitusi 21actor2121 elektrofilik adalah reaksi 21actor21 dimana sebuah
atom, biasanya 21actor2121, yang terikat pada 21actor aromatis diganti dengan
elektrofil. Reaksi terpenting di kelas ini adalah nitrasi 21actor2121, halogenasi
21actor2121, sulfonasi 21actor2121 dan asilasi dan alkilasi reaksi Friedel-Crafts.
Reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa 21actor2121 umumnya berlangsung
dengan mekanisme ion arenium. Mekanisme ion arenium berlangsung dalam dua
tahap. Tahap pertama sebagai tahap penentu laju reaksi merupakan tahap
pembentukan ion arenium yang dihasilkan dari serangan elektrofil pada inti
22actor22. Tahap kedua yang berlangsung cepat merupakan tahap lepasnya gugus
pergi yang pada umumnya berupa proton. Adanya 22actor2222ent yang terikat
pada inti 22actor22 ternyata mempengaruhi orientasi dan kereaktifan dalam
substitusi elektrofilik. Orientasi dan kereaktifan tersebut dikendalikan oleh dua
22actor, yaitu efek induksi dan efek resonansi. Substituen yang berbeda
menunjukkan reaksi yang berbeda tergantung pada pengarahan dan kekuatan
kedua 22actor tersebut. Reaksi-reaksi dasar :
1. Nitrasi Aromatik yang membentuk senyawa nitro terjadi dengan
pembentukan ion nitronium dari asam nitrat dan asam sulfat.
2.
3. Sulfonasi Aromatik benzena dengan uap asam sulfat yang menghasilkan
asam benzenasulfonik.
4. Halogenasi Aromatik benzena dengan bromin, klorin atau iodin
membentuk senyawa halogen aril yang dikatalisasi besi trihalida yang
sepadan.
5. Reaksi Friedel-Crafts yang terdiri dari asilasi dan alkilasi dengan sebuah
reaktan asil halida atau alkil halida. Katalis yang paling sering dipakai
adalah aluminium triklorida, tetapi hampir semua asam lewis kuat dapat
dipakai. Pada asilasi Friedel-Crafts, aluminium triklorida dengan jumlah
sepenuhnya dapat dipakai, bukan jumlah kecil katalis (Wikipedia, 2009).
3. Reaksi Substitusi Radikal Bebas
Reaksi substitusi radikal bebas yaitu reaksi penggantian suatu gugus dengan
gugus lain, dimana terjadi apabila gugus yang mengganti adalah radikal bebas.
Contohnya adalah reaksi hidrokarbon. Pemutusan ikatan homolitik dalam suatu
senyawa dapat menghasilkan radikal bebas. Dalam hal ini ada dua macam
pemutusan, yaitu:
1. Pemutusan secara termal, yaitu energi panas sebagai penyebab putusnya
ikatan.
2. Pemutusan secara fotokimia, yaitu pemutusan ikatan yang terjadi akibat
pengaruh energi cahaya (termasuk pula radiasi berenergi tinggi).
Setiap reaksi yang melibatkan radikal bebas, sekurang-kurangnya terdiri
dari dua langkah, yaitu:
1. Langkah awal pembentukan radikal bebas yang lazim dinamakan langkah
inisiasi.
2. Langkah destruksi radikal bebas yang ditandai terjadinya kombinasi dua
buah radikal bebas, baik yang sama maupun yang berbeda, dalam
membentuk ikatan baru.
Radikal bebas dapat pula terbentuk dalam elektrolisis larutan garam
karboksilat dalam air. Reaksi suatu radikal bebas dengan suatu molekul
dapat menghasilkan radikal bebas baru dan molekul baru. Pemutusan
ikatan dalam suatu radikal bebas dapat juga menghasilkan radikal bebas
baru (Puslata UT, 2008).
Sulfonasi
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu tipe jenis sulfonasi yang
paling penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa
aromatik dengan asam sulfat.
Dalam percobaan sulfonasi ini, senyawa aromatik yang digunakan adalah
anilin, dan percobaan dilakukan dengan mereaksikan anilin dengan asam sulfat
pekat (oleum) pada suhu 180oC-195oC, dan menghasilkan produk utama berupa
asam sulfanilat dan air (sebagai produk sampingannya). Reaksi:
Sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan penggabungan gugus asam
sulfonat, -SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi
yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal dari
gugus asam sulfonat, misalnya penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organik.
Jenis-jenis zat pensulfonasi antara lain:
1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya:
• SO3
• H2SO4
• Oleum
2. Persenyawaan SO2
3. Senyawa sulfoalkilasi
Sedangkan zat-zat yang disulfonasi antara lain: zat alifatik misalnya
hidrokarbon jenuh, olefin, alkohol, selulosa, senyawa aromatis,
napthalena, antraquinone dan lain sebagainya.
Zat pensulfonasi yang paling efisien adalah SO3 karena hanya melibatkan satu
reaksi adisi secara langsung, contohnya:
RH + SO3 RSO3H
ROH + SO3 ROSO3H
Banyak sekali aplikasi dari reaksi substitusi ini yaitu sulfonasi, nitrasi,
hidrogenasi, alkilasi, reaksi turunan asam karboksilat lainnya.
II.3 METODOLOGI PERCOBAAN
II.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Sulfat (H2SO4)
2. Anilin (C6H5NH2)
3. Karbon Aktif (C)
4. Natrium Hidroksida (NaOH)
5. Aquadest (H2O)
II.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Beaker Glass 8. Kaki Tiga
2. Bunsen 9. Neraca Elektrik
3. Corong Gelas 10. Oven
4. Erlenmeyer 11. Penjepit Tabung
5. Gabus 12. Pipet Tetes
6. Gelas Ukur 13. Sand Bath
7. Kertas Saring 14. Termometer
II.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ke dalam erlenmeyer dimasukkan ... ml asam sulfat pekat (H2SO4) dan
diikuti penambahan ... ml anilin (C6H5NH2) tetes demi tetes sambil
didinginkan dengan air.
2. Kemudian campuran dipanaskan pada penangas pasir (sand bath) pada
temperatur 180-195oC selama 1 jam. Sulfonasi telah sempurna bila 2 tetes
campuran dimasukkan ke dalam 3-4 ml NaOH 2 N menjadi jernih.
3. Campuran didinginkan sampai temperatur kamar kemudian ditambahkan
200 ml aquadest lalu dipanaskan sampai semua kristal larut.
4. Kemudian ditambahkan 5 gram karbon aktif dengan hati-hati dan
dipanaskan kira-kira 5 menit lalu campuran disaring dalam keadaan panas
dengan menggunakan 2 lapis kertas saring sambil didinginkan dengan
campuran air dan es sehingga akan terbentuk kristal putih yang masih kotor.
Kemudian disaring dan diperoleh kristal putih.
5. Bila kristal yang diperoleh masih kotor maka dilakukan pemurnian kembali
dengan memasukkan kristal yang diperoleh ke dalam beaker glass lalu
ditambahkan 100 ml aquadest kemudian dipanaskan sampai semua kristal
larut. Bila larutan masih keruh maka ditambahkan 2 gram karbon aktif dan
dipanaskan lagi selama 5 menit.
6. Campuran disaring lagi dalam keadaan panas memakai 2 lembar kertas
saring.
7. Filtrat didinginkan dalam campuran air dan es kemudian disaring lagi.
8. Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven dengan dialasi aluminium
foil. Kristal yang diperoleh kemudian ditimbang untuk menghitung persen
ralat.
II.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 2. Rangkaian Alat Percobaan Pembuatan Asam Sulfanilat
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL III
KECEPATAN REAKSI
III.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui pengaruh pengadukan dan tanpa pengadukan terhadap kecepatan
reaksi.
2. Mendapatkan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi etil asetat
(CH3COOC2H5) dengan kalium hidroksida (KOH)/natrium hidroksida
(NaOH).
3. Memperoleh konversi dan laju reaksi dari reaksi etil asetat (CH3COOC2H5)
dengan kalium hidroksida (KOH)/natrium hidroksida (NaOH).
III.2 TEORI
Kinetika Reaksi Kimia
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan, atau laju, terjadinya reaksi kimia
dinamakan kinetika kimia (chemical kinetics). Kata “kinetik” menyiratkan gerakan
atau perubahan; energi kinetik sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu
benda. Disini kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate), yaitu perubahan
konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s) (Nafilah F, dkk., 2014).
Kinetika kimia tidak hanya mengkaji kecepatan atau laju saja (Nafilah F, dkk.,
2014). Akan tetapi juga mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi. (Siregar, 2008).
Kinetika reaksi kimia berhubungan dengan laju proses kimia. Proses kimia
dapat dibagi menjadi satu atau lebih dari satu tahap proses yang dikenal dengan
proses dasar, reaksi dasar atau tahapan dasar. Reaksi dasar biasanya melibatkan
tabrakan reaktif tunggal antara dua molekul yang kita sebut sebagai tahap
bimolekuler atau disosiasi/isomerasi dari molekul reaktan tunggal yang kita sebut
sebagai tahap unimolekuler. Sangat jarang, pada kondisi tekanan tinggi, sebuah tahap
termolekuler dapat terjadi yang melibatkan tabrakan terus-menerus dari tiga molekul
reaktan. Hal yang penting untuk disadari bahwa banyak reaksi yang ditulis dalam
persamaan reaksi tunggal pada faktanya terdiri dari serangkaian tahap dasar. Hal ini
akan menjadi sangat penting dalam mempelajari lebih banyak tentang teori laju
reaksi kimia (Vallance, 2012).
Laju Reaksi
Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam
satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan
koefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri. Laju perubahan reaktan
muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda positif.
Untuk reaksi yang umum:
aA + bB cC + dD
Lajunya ialah:
Laju = - 1a
d[A]dt
=- 1b
d[B]dt
=- 1c
d[C]dt
=- 1d
d[D]dt
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam suatu satuan waktu.Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk.Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase
gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan
sebagai ganti konsentrasi (Keenan dan Wood, 1999).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1. Sifat dasar pereaksi 4. Konsentrasi
2. Temperatur 5. Intensitas Radiasi
3. Katalis 6. Pengadukan
Orde suatu Reaksi Kimia
Orde suatu reaksi merupakan bilangan yang menyatakan jumlah pangkat
konsentrasi pereaksi yang menentukan laju suatu reaksi.
1. Reaksi Orde Nol
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]0
adalah konsentrasi pada saat t = 0, maka
-d[A]dt
=k dan hasil integral [A]0 – [A] = k.t
2. Reaksi Orde Satu
Suatu reaski orde satu dapat dinyatakan dengan,
-d[A]dt
= k[A]
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
ln[A]0[A]
= k.t
3. Reaksi Orde Dua
Suatu reaksi orde dua dapat dinyatakan dengan,
-d[A]dt
=k[A]2
III.3 METODOLOGI PERCOBAAN
III.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Aquadest (H2O)
2. Asam Klorida (HCl)
3. Etil Asetat (CH3COOC2H5)
4. Kalium Hidroksida (KOH)
5. Phenolphtalein (C20H14O4)
III.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Beaker Glass
2. Buret
3. Corong Gelas
4. Erlenmeyer
5. Gelas Ukur
6. Mixer
7. Neraca Elektrik
8. Pipet Tetes
9. Statif dan Klem
10. Stopwatch
III.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dibuat larutan etil asetat .... M sebanyak .... ml, larutan KOH/NaOH .... M
sebanyak .... ml, dan larutan HCl .... M sebanyak .... ml untuk mentiter.
2. Larutan KOH/NaOH dimasukkkan ke dalam beaker glass dan diaduk.
3. Larutan etil asetat dimasukkan ke dalam larutan KOH/NaOH secara
perlahan-lahan sambil terus diaduk, saat itu waktu mulai dihitung dengan
stopwatch.
4. Setelah .... menit campuran diambil sebanyak .... ml.
5. Ditambahkan 3 tetes phenolpthalein sehingga campuran berwarna merah
rosa.
6. Lalu dititrasi dengan HCl .... M sampai berwarna bening.
7. Volume HCl yang dipakai dicatat.
8. Point 4-7 diulangi sampai volume HCl yang terpakai konstan.
9. Percobaan diulangi tanpa pengadukan.
III.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
(a) Saat Pengadukan (b) Saat Titrasi
Gambar 3. Rangkaian Alat Percobaan Kecepatan Reaksi
Keterangan :
1. Statif dan klem 5. Buret
2. Mixer 6. Erlenmeyer
3. Saaft 7. Impeller
4. Beaker glass
2
1
1
3
5
4 6 7
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL IV
KESETIMBANGAN UAP – CAIR
IV.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mencari hubungan antara komposisi uap dan komposisi cairan dengan suhu
dan tekanan pada kondisi kesetimbangan uap-cair.
IV.2 TEORI
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri
dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat
terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua
komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner.
Kesetimbangan Uap-Cair
Kesetimbangan mengandung pengertian bahwa suatu keadaan dimana
terjadi perubahan sifat makrokopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material
dalam jumlah tertentu hal tersebut dapat diartikan tidak ada perubahan sifat
material tersebut dengan waktu. Keadaan setimbang yang sebenarnya barangkali
tidak pernah tercapai. Suatu proses berlangsung karena ada gaya penggerak dan
selalu menuju ke titik kesetimbangan. Gaya ini merupakan selisih antara potensi
pada keadaan seketika dan keadaan setimbang. Semakin dekat kaeaadan sistem
dengan titik kesetimbangn, semakin kecil gaya penggerak proses semakin kecil
pula laju proses dan akhirnya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah
tercapai.
Kesetimbangan fase seperti kesetimbangan uap-cair (VLE), berhubungan
dengan suatu sistem pada saat mana fase cair berada dalam kesetimbangan dengan
fasa uapnya. Kesetimbangan komposisi distribusi komponen campuran pada fasa
uap dan fasa cair harus berbeda apabila pemisahan akan dilakukan dengan metode
distilasi. Komposisi campuran pada kesetimbangan termodinamika disebut
sebagai kesetimbangan uap-cair dan dapat dihubungkan atau diprediksikan
dengan bantuan persamaan termodinamika. Gaya pendorong untuk semua jenis
distilasi adalah kesetimbangan uap-cair, yang memiliki perbedaan komposisi yang
diinginkan. Kesetimbangan uap cair yang akurat sangat penting dalam pembuatan
desain kolom distilasi dan untuk kebanyakan operasi yang melibatkan bertemunya
fase cair-uap.
Dew Point dan Bubble Point
Ketika cairan dipanaskan perlahan-lahan pada tekanan konstan, temperatur
pada saat pertama kali uap gelembung terbentuk disebut temperatur bubble point
pada cairan yang diberi tekanan. Ketika gas (uap) didinginkan secara perlahan
pada temperatur konstan, temperatur pada saat pertama kali tetes terbentuk disebut
temperatur dew point saat diberi tekanan. Perhitungan temperatur bubble point
dan dew point dapat secara kompleks untuk sembarang komponen campuran.
Kesetimbangan uap-cair yang umum untuk sistem biner ditunjukkan pada di
bawah ini. Gambar A adalah diagram titik didih yang menunjukkan komposisi
saat equilibrium sebagai fungsi dari temperatur pada tekanan konstan. Garis yang
berada di bawah adalah garis bubble point cairan, tempat terdapatnya titik-titik
dimana cairan yang dipanaskan membentuk gelembung uap yang pertama. Garis
yang berada di atas adalah garis dew point uap, menunjukkan titik-titik dimana
uap saat mengalami penurunan suhu membentuk tetesan cairan yang pertama.
Gambar B merupakan diagram fasa isobarik secara umum atau disebut diagram y-
x.
Temperatur dew point terjadi ketika tetesan pertama cairan muncul sebagai
campuran uap yang didinginkan (pada tekanan konstan). Temperatur bubble point
terjadi ketika gelembung pertama uap muncul sebagai campuran cairan yang
dipanaskan (tekanan konstan).
Gambar 4. Dew dan Bubble Point pada Kesetimbangan Uap-Cair
Gambar 5. Kesetimbangan Uap-Cair (y-x)
Hukum-Hukum Fasa
1. Hukum Dalton
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan-tekanan parsial dari semua komponen-
komponennya.
NBA PPPP +++= ....
Tekanan parsial suatu komponen sebanding dengan banyaknya mol komponen
tersebut.
2. Hukum Henry
Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan parsial suatu komponen (A) di atas
larutan sebanding dengan fraksi mol komponen tersebut dalam larutan. Penyataan
ini dapat dituliskan:
AA XHP .=
Keterangan:
PA = Tekanan parsial komponen A di atas larutan
XA = Fraksi mol komponen A
H = Konstanta hukum Henry (Harga konstanta hukum Henry berubah
terhadap perubahan temperatur)
3. Hukum Raoult
Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat di
atas larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk fase
uap-cair dalam kesetimbangan, sebagai berikut :
Ao
AA XPP .=
dimana, PA adalah tekanan parsial komponen A di atas larutan dengan fraksi mol
A adalah XA dan oAP adalah tekanan uap komponen A dalam keadaan murni pada
temperatur larutan tersebut.
Distilasi
Distilasi adalah metode pemisahan dan pemurnian komponen cairan yang
paling penting dalam industri. Distilasi tidak memerlukan agen pemisah seperti
solven, absorben, atau membrane, dan distilasi memanfaatkan energi yang
terdapat dalam media pemanas yang sesuai (umumnya uap).
Distilasi adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
komposisi antara campuran cairan dan uap yang dihasilkannya. Perbedaan
komposisi muncul dari perbedaan tekanan uap efektif, atau kevolatilan, dari
komponen-komponen dalam campuran. Ketika perbedaan yang demikian tidak
terbentuk, seperti pada titik azeotrop, pemisahan dengan distilasi biasa tidak
mungkin dapat dilakukan. Untuk penggunaan normal, distilasi melibatkan
kondensasi dari material yang berubah menjadi uap, biasanya pada proses
penguapan atau pengondensasian banyak senyawa, sehingga hal ini berbeda dari
evaporasi, yang umumnya digunakan pada pemisahan cairan dari padatan tetapi
dapat juga digunakan pada operasi konsentrasi cairan yang sederhana.
IV.3 METODOLOGI PERCOBAAN
IV.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Asetat (CH3COOH) 3. Natrium Hidroksida (NaOH)
2. Aquadest (H2O) 4. Phenolphthalein (C20H14O4) IV.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Labu distilasi 6. Erlenmeyer
2. Termometer 7. Buret
3. Pendingin leibig 8. Piknometer
4. Gelas ukur 9. Corong gelas
5. Bunsen 10. Klem dan statif
IV.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Asam asetat glasial sebanyak ........ml dicampurkan dengan aquadest
........ml.
2. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu distilasi.
3. Densitas larutan biner ditentukan dengan menggunakan piknometer.
4. Larutan dari labu distilasi dipipet sebanyak 5 ml dan dipindahkan ke labu
erlenmeyer.
5. Phenolphthalein diteteskan dan kemudian dititer dengan NaOH ........N.
Volume NaOH yang digunakan dicatat.
6. Kemudian campuran dalam labu distilasi dipanaskan pelahan-lahan,
hingga tetes pertama destilat keluar, suhu dicatat.
7. Distilat ditampung dalam erlenmeyer hingga mencapai kenaikan suhu 1oC
dari keadaan semula.
8. Volume dan densitas diukur.
9. Distilat diambil sebanyak 5 ml ditambahkan phenolphthalein 3 tetes dan
dititer dengan NaOH ........N.
10. Selanjutnya distilat yang baru, ditampung dalam labu erlenmeyer yang lain
dan lakukan hal yang sama dengan prosedur 5 dan 6, sehingga tercapai
suhu yang konstan.
IV.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 6. Rangkaian Peralatan Distilasi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL V
KESETIMBANGAN CAIR-CAIR
V.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan berdasarkan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua
pelarut.
2. Menentukan pelarut terbaik dalam kesetimbangan cair-cair.
3. Membuat diagram segitiga antara asam asetat, pelarut organik, dan aquadest
dalam kesetimbangan cair-cair.
V.2 TEORI
Kesetimbangan Cair-Cair
Banyak pasangan dari spesies kimia yang bercampur untuk membentuk satu
fasa liquid dengan komposisi tertentu tetapi tidak mudah mencapai stabilitas. Sistem
seperti ini terbagi dalam dua fasa cair yang berbeda komposisi. Pada kesetimbangan
termodinamika, fenomena ini disebut kesetimbangan cair-cair (LLE), yang penting
untuk operasi industri seperti ekstraksi pelarut.
Gambar 7. Kesetimbangan Cair-Cair
Persetujuan bersama lambang yang digunakan (lambang ini bisa berbeda untuk
pustaka yang lain):
A = zat yang terlarut, zat yang terdistribusi (Solute)
B = pelarut I, pelarut umpan mula-mula (Diluent)
C = pelarut II, separating agent (Solvent)
Fase yang kaya diluent disebut rafinat, sedangkan fase yang kaya solvent
disebut ekstrak. Hubungan keseimbangan antara konsentrasi-konsentrasi komponen
di fase ekstrak dan rafinat dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk kurva.
Gambar 8. Kurva Kesetimbangan
• Di daerah heterogen
• Di daerah 2 fasa
• Mengandung ekstrak dan rafinat
R E ; R, E akan terletak pada garis lurus RE melalui ‘m’
Garis RE = garis seimbang = tie line = equilibrium line
E (ekstrak) banyak komponen (solvent)
R (rafinat) banyak komponen (diluent)
Neraca massa total R + E = m
Neraca massa komponen solut RXR + RXE = mZm
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponenn dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) berdasarkan prinsip beda
kelarutan. Ekstraksi dapat dipakai untuk memisahkan dari kadar rendah sampai
dengan kadar tinggi. Ekstraksi cair-cair atau sering disebut ekstraksi saja.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan apabila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya
karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis.
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, zat terlarut dipisahkan dari cairan
pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair.
Campuran cairan pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan
terdapat 2 fase yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak). Perbedaan
konsentrasi zat terlarut di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) zat terlarut dari
larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses
ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi cairan pembawa dan sisa zat terlarut.
Fase ekstrak = fase yang berisi zat terlarut dan pelarut.
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran
b. kemampuan tinggi untuk diambil kembali
c. perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih besar
d. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur
e. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi
f. tidak merusak alat secara korosi
g. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah
Koefisien Distribusi
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka
akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan
sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Kd = C2C1
atau Kd = CoCa
Dengan Kd = koefisien distribusi dan C1, C2, Co, dan Ca masing-masing adalah
konsentrasi solute pada pelarut 1, 2, organik, dan air. Dari rumus tersebut jika harga
Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam
pelarut organik, begitu pula terjadi sebaliknya.
Hubungan Densitas dengan Fraksi Massa
Densitas merupakan karakteristik suatu zat. Kerapatan suatu zat adalah
hubungan antara massa substansi dan berapa banyak ruang yang diperlukan
(volume). Massa atom, ukurannya, dan bagaimana mereka diatur untuk menentukan
kerapatan dari zat. Kerapatan sama dengan massa zat dibagi dengan volumenya; D =
m/v. Objek dengan volume yang sama tetapi massa yang berbeda memiliki kerapatan
yang berbeda.
Densitas larutan cair atau padat bisa didekati dengan berikut:
∑−
=n
iiix
1
_ρρ
Di sini, xi adalah fraksi massa komponen i. Kerapatan dari larutan, _ρ , diberlakukan
dengan menambahkan kontribusi dari masing-masing kerapatan komponen murni, ρi
, menurut fraksi massa. Semakin banyak komponen i, semakin mempengaruhi total
kerapatan rata-rata
V.3 METODOLOGI PERCOBAAN
V.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Asam Asetat (CH3COOH) 6. Kloroform (CHCl3)
2. Aquadest (H2O) 7. Aseton (C3H6O)
3. Natrium Hidroksida (NaOH) 8. Heksana (C6H14)
4. Phenolphfthalein (C20H14O4) 9. Dietil Eter ((C2H5)2O)
5. Diisopropil eter (C6H14O) 10.Propamol (C3H8O)
V.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Buret, statif, dan klem 6. Piknometer
2. Erlenmeyer 7. Corong pemisah
3. Corong gelas 8. Neraca elektrik
4. Gelas ukur 9. Batang pengaduk
5. Beaker glass 10. Pipet tetes
V.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan bahan utama yaitu asam asetat, pelarut organik, dan aquadest
secara terpisah dalam beaker glass.
2. Dibuat larutan NaOH ... M sebanyak ... ml.
3. Diukur densitas dari ketiga zat tersebut dengan menggunakan piknometer.
4. Ketiga bahan utama tersebut dicampur dalam corong pemisah, yang
pertama dimasukkan adalah aquadest, lalu asam asetat, kemudian pelarut
organik.
5. Setelah corong pemisah ditutup, dikocok selama 5 menit, kemudian
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan.
6. Setelah terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan bawah dan lapisan atas, kedua
lapisan tersebut dipisahkan pada 2 buah erlenmeyer yang berbeda.
7. Diukur volume dan densitas dari kedua lapisan tersebut.
8. Masing-masing lapisan diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan dengan
beberapa tetes phenolphthalein.
9. Dititrasi masing-masing lapisan dengan NaOH, dan dicatat volume NaOH
yang digunakan.
V.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 9. Rangkaian Percobaan Kesetimbangan Cair-Cair
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL VI
FERMENTASI ALKOHOL
VI.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara melakukan proses fermentasi alkohol.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi nutrisi terhadap fermentasi.
VI.2 TEORI
Fermentasi
Fermentasi merupakan ilmu yang dianggap sangat tua karena semenjak
zaman dahulu telah banyak dilakukan pembuatanmakanan dan minuman yang
merupakan hasil fermentasi. Dalam beberapa industri fermentasi pelaksanaan
prosesnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi mikrobia, bahan dasar,
sifat-sifat proses, pilot-plat, dan faktor sosial ekonomi. Proses fermentasi
mempunyai enam komponen dasar, yaitu:
1. Susunan medium yang digunakan selama pengembangan inokulum dan di
dalam fermentor.
2. Sterilisasi medium, fermentor, dan peralatan yang lain.
3. Aktivitas produksi, pemanfaatan kultur murni, jumlah inokulum untuk
produksi.
4. Pertumbuhan mikrobia dalam fermentor produksi pada kondisi optimum
untuk pembentukan hasil.
5. Ekstraksi produk dan pemurnian.
6. Penanganan limbah yang dihasilkan selama proses.
Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol adalah proses penguraian karbohidrat menjadi etanol
dan CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba yang disebut khamir
dan keadaan anaerob Perubahan ini dapat terjadi jika mikroba terseut bersentuhan
dengan makanan yang sesuai bagi pertumbuhannya. Pada proses fermentasi
biasanya tidak menimbulkan bau busuk dan biasanya menghasilkan gas
karbondioksida. Secara ringkas seluruh rangkaian reaksi yang terjadi adalah
hidrolisis pati atau polisakarida menjadi maltose (disakarida) kemudian hidrolisis
menjadi glukosa dan selanjutnya diubah menjadi alkohol dan gas karbondioksida
oleh Saccharomyyces cereviceae untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
Proses Fermentasi Alkohol
1. Pre-treatment (Perlakuan Awal)
Proses fermentasi harus dilakukan secara optimal. Selain memilih bahan
dasar yang baik. Ragi yang digunakan pun harus bermutu tinggi, karena ragi
merupakan bahan utama. Kesterilan ragi dan bahan dasar ketika akan
digunakan sangat penting. Hal ini bertujuan agar tidak dicemari bakteri
lain.Karena jika dalam prosesdicemari bakteri lain maka proses fermentasi
akan terhambat. Sehingga akan mengeluarkan bakteri yang sering
mengeluarkan racun yang berbahaya.
2. Hidrolisis
Etanol dari pati akan terbentuk jika pati atau amilum diubah terlebih dahulu
menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) melalui reaksi
hidrolisis. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi yang melibatkan air atau asam
sebagai reaktan agar suatu persenyawaan dapat terpecah atau terurai. Reaksi
hidrolisis merupakan reaksi yang berlangsung lambat karenanya untuk
mempercepat laju sering ditambahkan katalis. Katalis yang dapat dipakai
pada reaksi hidrolisis pati adalah katalis asam, seperti asam mineral HCl
atau H2SO4. Adapun reaksi hidrolisis adalah sebagai berikut.
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6
Disakarida Monosakarida
3. Reaksi Fermentasi
Hal yang perlu diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir,
konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan
buah. Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang
digunakan, sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula
digunakan Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses
fermentasi berkisar antara 25-30oC. Derajat keasaman (pH) optimum untuk
proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan
khamir yaitu pH 4,0 - 5,0. Adapun reaksi pada saat fermentasi adalah
sebagai berikut.
zimase
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa Alkohol Gas karbondioksida
4. Distilasi
Proses distilasi merupakan proses pemurnian untuk meningkatkan kadar
etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi. Distilasi atau penyulingan
adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Alkohol
1. Keasaman (pH)
2. Mikroba
3. Suhu
4. Oksigen
5. Waktu
6. Konsentrasi Nutrisi
VI.3 METODOLOGI PERCOBAAN
VI.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Sampel (Buah dengan kadar glukosa dan karbohidrat tinggi).
2. Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4).
3. Aquadest (H2O).
4. Glukosa (C6H12O6).
5. Kalium klorida (KCl)
6. Ragi
VI.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Botol sampel 9. pH indikator
2. Elbow pendingin 10. Rotary shaker
3. Erlenmeyer 11. Sand Bath
4. Gabus 12. Selang
5. Gelas ukur 13. Statif dan Klem
6. Kompor 14. Spatula
Invertase
7. Labu leher tiga 15. Selotip
8. Pendingin leibig 16. Termometer
VI.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Sampel yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak
... gram.
2. Aquadest sebanyak ... ml ditambahkan ke dalam erlenmeyer hingga
menutupi permukaan sampel.
3. Ragi ...%, kalium klorida ...%, ammonium sulfat ...% dan glukosa ...%
ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
4. Sampel diaduk dengan menggunakan rotary shaker dengan kecepatan ...
rpm selama ... menit.
5. Diukur pH sebelum fermentasi.
6. Sampel difermentasi selama ... jam kemudian pH sampel setelah fermentasi
diukur.
7. Sampel dimasukkan ke labu leher tiga dan didistilasi pada suhu 70 - 80oC.
8. Volume alkohol yang diperoleh dicatat.
9. Percobaan diulangi untuk setiap perlakuan.
VI.3.4 RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
Gambar 10. Rangkaian Alat Distilasi Alkohol
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENUGASAN
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-03 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Dosen Pembimbing
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR BUKTI RESPONSI
No. Dokumen Edisi Revisi Berlaku Efektif Halaman
: : : : :
FM-GKM-FT-TK- 024-01 03 04 12 Desember 2007 1/1
LABORATORIUM ....................................
MODUL PRAKTIKUM : ........................................................... KELOMPOK : ........................................................... NAMA/NIM :1. ........................................................ 2. ........................................................ 3. ........................................................ HARI/TGL. PRAKTIKUM : ............................................................
Medan, .................. 2018
Asisten
(...............................)
Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan pemilik
dokumen ini.
MODUL VII
FERMENTASI TEMPE
VI.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara-cara pembuatan tempe dan membandingkan tempe yang
dihasilkan dengan berbagai perlakuan.
VI.2 TEORI
Tempe
Tempe merupakan salah satu produk makanan tradisional Indonesia dan
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Makanan tersebut dibuat melalui
proses fermentasi dari kacang kedelai atau kacang kacangan lainnya dalam waktu
tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Jamur yang tumbuh pada kedelai atau
bahan dasar lainnya dapat menghidrolisis senyawa-senyawa komplek yang ada
dalam kacang kedelai atau bahan lainnya seperti : karbohidrat, lemak dan protein
menjadi senyawa sederhana berupa glukosa, asam lemak dan juga asam alfa
amino yang mana senyawa ini mudah dicerna oleh tubuh manusia, akibatnya
berdampak dalam pemenuhan gizi keluarga.
Bahan dasar pembuatan tempe dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam kacang kacangan, seperti jagung, kacang tolo (benguk), lamtoro,
kacang hijau (Vigna radiata), sehingga akan dihasilkannya tempe dengan nama
yang berasal dari bahan dasarnya seperti tempe jagung, tempe lamtoro, tempe
tunggak dan lain lainnya. Kandungan yang terdapat pada tempe adalah sebagai
berikut.
a. Tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan mampu
mencegah kemungkinan terkena penyakit jantung.
b. Tempe dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses
penyembuhan duo denitis dan memperlancar pencernaan.
c. Tempe dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah
anemia dan menghambat ketuaan.
d. Tempe mampu menghambat resiko jantung, diabetes mellitus, dan kanker.
e. Tempe dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik.
Proses Pembuatan Tempe
1. Penghilangan kotoran, sortasi, dan penghilangan kulit.
2. Perendaman atau Pre fermentasi.
3. Proses Perebusan.
4. Penirisan dan Penggilingan.
5. Inokulasi.
6. Pengemasan.
7. Inkubasi atau Fermentasi.
VI.3 METODOLOGI PERCOBAAN
VI.3.1 BAHAN PERCOBAAN
1. Sampel (memiliki kandungan protein)
2. Asam Asetat (CH3COOH)
3. Asam Laktat (CH3CHOCOOH)
4. Ragi (Laru tempe)
5. Aquadest (H2O)
VI.3.2 PERALATAN PERCOBAAN
1. Tampah 6. Timbangan elektrik
2. Panci 7. Sendok
3. Kompor 8. Pembungkus (daun dan plastik)
4. Beaker glass 9. Kertas Indikator pH
5. Gelas ukur
VI.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ditimbang sampel sebanyak ... gram.
2. Dibersihkan sampel dari kotoran dan dicuci sampai bersih, kemudian
direbus selama 5 menit.
3. Didinginkan dan dicuci sampel sampai bersih.
4. Direndam sampel selama ... jam dengan penambahan asam laktat 1 %
sebanyak ... ml dan asam asetat 1 % sebanyak ... ml, lalu diukur pH
sebelum dan sesudah perendaman.