implementasi group investigation dalam model pbl …lib.unnes.ac.id/23609/1/4301411125.pdf · kata...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION DALAM MODEL
PBL MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
SMAN 2 BATANG.
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Mentari Nur Rizkyawati
4301411125
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
Semarang, 10 Juli 2015
Mentari Nur Rizkyawati
4301411125
ii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Implementasi Group Investigation dalam Model PBL Materi Redoks
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMAN 2
Batang.
disusun oleh
Mentari Nur Rizkyawati
4301411125
telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi Unnes, tanggal 10 Juli
2015.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si
196310121988031001 196507231993032001
Penguji,
Ketua Penguji,
Dr. Endang Susilaningsih, M.S
195903181994122001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sri Haryani, M.Si Dr. A Tri Widodo
195808081983032002 195205201976031004
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan” (Al- Insyirah 94: 5-6)
Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat kesehatan
dan keselamatan dari-Nya.
Engkau akan mengetahui kekuatanmu yang sesungguhnya, saat tidak ada
pilihan lain bagimu kecuali menguatkan diri. (Mario Teguh)
Lakukanlah dengan segala usaha terbaikmu di dunia ini sebagai ladang amal
sembari menunggu giliran menghadap Illahi.
Harta yang paling berharga di dunia ini hanyalah keluarga.
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Orang tua tercinta atas segala kasih sayang, perhatian dan kesabarannya
dalam mendidik kami menjadi anak yang penuh cinta.
Adikku terkasih, Akbar Muhammad Ilham yang selalu memberikan energi
positif dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kakakku terima kasih untuk selalu siaga memberikan dukungan tenaga dan
waktu dalam membantu melancarkan penelitian skripsi ini.
Sahabat Rombel 4 Pendidikan Kimia 2011 yang selalu siap untuk menjadi
teman sharing dalam memberikan pendapat Penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Sahabat Himpunan Mahasiswa Kimia 2013 yang selalu memberikan spirit
to be better dan juga canda tawa untuk sejenak menyegarkan pikiran.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Group
Investigation dalam Model PBL materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMA Negeri 2 Batang”.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerjasama, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula peneliti mengucapkan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan menimba ilmu,
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian,
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
ijin dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian,
4. Dr. Sri Haryani, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti selama
menyusun skripsi,
5. Dr. A Tri Widodo selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam menyelesaikan
skripsi,
6. Dr. Endang Susilaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan saran,
7. Kepala SMA Negeri 2 Batang yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian,
8. Ibu Srikandi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 2 Batang
yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini,
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata, penulis mengharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Juli 2015
Penulis
v
ABSTRAK
Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementasi Group Investigation dalam Model
PBL Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa.
Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing utama Dr. Sri Haryani, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. A Tri
Widodo.
Kata Kunci: Group Investigation; model PBL; Kemampuan Pemecahan Masalah.
Analisis kebutuhan untuk mambangun pengetahuan sendiri melalui pengamatan
merupakan aspek dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran kimia materi redoks
dengan penyelidikan langsung mengenai penerapannya di lingkungan sekitar di
beberapa sekolah masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui hasil belajar dan
respon tanggapan siswa dengan menerapkan metode pembelajaran group
investigation dalam Model PBL di SMA Negeri 2 Batang. Penelitian yang
dilakukan adalah penelitian jenis eksperimen, dengan teknik pengambilan sampel
cluster random sampling setelah diperoleh data bahwa populas berdistribusi
normal, homogenitas sama dan memiliki kesamaan rerata awal. Kelas X MIIA 1
dengan jumlah siswa 36 siswa digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas X
MIIA 2 sebanyak 36 siswa sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam
pembelajarannya dengan menerapkan metode group investigation berbasis model
PBL dengan melakukan penyelidikan diberbagai tempat yang berkaitan dengan
penerapan materi redoks, sebaliknya dalam kelas kontrol pembelajaran tanpa
menerapkan metode group investigation. Metode pengumpulan data dalam
penelitian berupa tes kognitif berbentuk pilihan ganda dan uraian, lembar observasi
dan dokumentasi serta angket respon. Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah diukur melalui tes kognitif berbentuk uraian bermuatan konsep indikator
kemampuan pemecahan masalah dengan melihat hasil pretest dan postest setiap
siswa. Lembar pengamatan meliputi aspek kognitif dan aspek psikomototik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar serta peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa pada kelas siswa menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Analisis ini ditunjukan melalui uji t test
yang diperoleh hasil sebesar 4,25 sehingga ada perbedaan nilai postest antara kelas
eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis koefisien determinasi menunjukkan
bahwa penerapan metode group investigation memberikan kontribusi sebesar
19,36% terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil angket
respon siswa menunjukkan bahwa 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa
penerapan metode ini lebih menyenangkan dan lebih mudah memahami materi.
Sehingga dapat disimpulakan bahwa penerapan metode pembelajaran group
investigation dalam model PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA Negeri 2 Batang.
vi
ABSTRACT
Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementation Group Investigation in PBL Model
Material Redox to Improve Problem Solving Capability Students. Skripsi.
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State
University of Semarang.
Main Supervisor Dr. Sri Haryani, M.Si and Assistance Supervisor Dr. A Tri
Widodo.
Keyword : Group Investigation; PBL models; Problem solving capability.
Analysis of the need for knowledge, builds itself through the observation of an
aspect in 2013 curriculum. Learning material redox chemistry with direct inquiry
regarding its application in the neighborhood in some schools still lacking. This
study aims to determine the improvement of students' problem solving skills
through learning outcomes and response to student responses by applying learning
methods in a model of PBL group investigation at SMAN 2 Batang. Research
carried out is kind of experimental research, with cluster random sampling
technique sampling after data showed that populas normal distribution,
homogeneity mean the same and have the same beginning. Class X MIIA 1 with
the number of students 36 students used as an experimental class and the class X
MIIA 2 were 36 students as the control class. Experimental class in learning by
applying model-based method PBL group investigation by investigating various
places associated with the application of redox materials, otherwise the control class
learning without applying methods of group investigation. Methods of data
collection in the form of research on cognitive tests multiple choice and description,
documentation and observation sheet and questionnaire responses. Improved
problem solving skills through cognitive tests measured the description of charged-
shaped indicator concept problem solving skills by looking at the results of the
pretest and post-test every student. Observation sheet includes cognitive and
psychomotor aspects. The results showed that the learning outcomes as well as the
improvement of problem solving ability of students at grade students showed
significant improvement compared with the control class. This analysis
demonstrated through t test were obtained yield was 4.25 so that there is a difference
between the value posttest experimental and control classes. Based on the analysis
of the coefficient of determination shows that the application of the methods of
investigation group contributed 19.36% to the improvement of students' problem-
solving abilities. Results of student questionnaire responses showed that 52.46% of
students agreed that the application of this method is more fun and easier to
understand the material. So can to take conclution that the application of learning
methods group investigation in the model PBL can improve and develop problem-
solving abilities of students at SMAN 2 Batang.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN ..……………………………………………. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………… …… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………. 7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 7
1.5 Penegasan Istilah ………………………………………………. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Hasil Belajar ………………………………………. 12
2.2 Model Pembelajaran ……………………………………………. 14
2.3 Model Problem Based Learning (PBL) ………………………… 15
2.4 Group Investigasi ………………………………………………. 17
2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah………………………………. 19
2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks ……………………………… 21
2.7 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 27
2.8 Hipotesis ………………………………………………………... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 32
3.2 Subyek Penelitian ……………………………………………….. 32
3.2.1 Populasi …………………………………………………... 32
viii
3.2.2 Sampel …………………………………..………………... 33
3.3 Variabel Penelitian ……………………………………………… 33
3.4 Desain Penelitian ……………………………………………….. 34
3.5 Prosedur Penelitian ……………………………………………… 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 37
3.7 Metode Analisis Data …………………………………………… 38
3.7.1 Analisis Data Awal ………………………………………… 38
3.7.2 Analisis Instrumen …………………………………………. 41
3.7.3 Analisis Data Akhir ………………………………………… 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 55
4.1.1 Analisis Data Tahap Awal …………………………………. 55
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir …………………………………. 58
4.2 Pembahasan …………………………………………………… 78
4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation dalam
Model PBL ……………………………………………...…. 86
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ……………………………………………………… 88
5.2 Saran ………………………………………………………….. 88
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 90
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 93
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gambaran peran Guru, Murid dan Masalah dalam Pembelajaran
Model PBL…………………………………………………….. 17
Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Batang………… 32
Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen………………………………… 34
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal………………………….…… 43
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen………………. 44
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan Pemecahan
Masalah………………………………………………………… 47
Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda……………………………………….. 47
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal ……………………. 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi………………………………. 56
Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava)…………… 57
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi …………………………. 57
Tabel 4.5 Data Postest Hasil Belajar Siswa Materi Redoks……………… 58
Tabel 4.6 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks.... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar..…. 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest ……………………. 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest dan Postest …… 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest …………… 62
Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kanan ………. 62
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik ………………………… 65
Tabel 4.13 Hasil Observasi Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan
Kontrol ………………………………………………..……… 66
Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah ………………. 67
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah ……. 70
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pretestdan Postest …………………… 70
Tabel 4.17 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretst dan Postest …… 71
Tabel 4.18 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Postest Soal Uraian ... 72
x
Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal
Uraian ………………………………………………………… 72
Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran …. 77
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian …………………... 30
Gambar 4.1 Nilai N-gain Siswa Kelas Eksperimen …………..…………… 64
Gambar 4.2 Nilai N-gain Siswa Kelas Kontrol ……………………….…. 64
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………………….. 67
Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen …………………………………………… 68
Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Kontrol ……………........…………………………… 69
Gambar 4.6 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen ……………………..…………………… 74
Gambar 4.7 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol………………………………………………... 74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penggalan Silabus …………………………………………… 93
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 98
Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa ……………………………………………. 129
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa …………………………………………. 136
Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah … 150
Lampiran 6. Kisi-Kisi Soal Kognitif ……………………………………… 156
Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif ……………………………………… 158
Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap(Afektif) ………………… 167
Lampiran 9.Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik) ….. 170
Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 174
Lampiran 11 Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda ……………………… 175
Lampiran 12 Analisis Uji Coba Soal Uraian ……………………………… 177
Lampiran 13 Data Nilai Kondisi Awal Populasi …………………………. 178
Lampiran 14 Analisis Data Normalitas Kelas X MIIA 1 ………………… 179
Lampiran 15 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 2 ………………… 180
Lampiran 16 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 3 ………………… 181
Lampiran 17 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 4 …………………. 182
Lampiran 18 Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi …………………. 183
Lampiran 19 Analisis Uji Anava Awal Populasi …………………………. 184
Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi ……………. 186
Lampiran 21 Daftar Nama Siswa ………………………………………… 187
Lampiran 22 Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………. 188
Lampiran 23 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen……………………………………………. 189
Lampiran 24 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ……………………………………………..… 190
Lampiran 25 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar
Kognitif ……………………………………………..……… 191
xiii
Lampiran 26 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil
Belajar ………………………………………………………. 192
Lampiran 27 HAsil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 193
Lampiran 28 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas
Eksperimen ………………………………………………… 194
Lampiran 29 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas
Kontrol …………………………………………………….. 195
Lampiran 30 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar ……….196
Lampiran 31 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil
Belajar ………………………………………………..…….. 197
Lampiran 32 Uji t Pihak Kanan Data Postest Hasil Belajar ……………… 198
Lampiran 33 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar ….. 199
Lampiran 34 Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa ………… 200
Lampiran 35 Ananlisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif …. 202
Lampiran 36 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif ………………... 203
Lampiran 37 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek
Psikomotorik ……………………………………………….. 205
Lampiran 38 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik …………. 206
Lampiran 39 Data Hasil Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah …. 208
Lampiran 40 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas
Eksperimen ………………………………………………..... 209
Lampiran 41 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas
Kontrol ………………………………………………..……. 210
Lampiran 42 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah ……………………………………….. 211
Lampiran 43 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal
Uraian ………………………………………………………. 212
Lampiran 44 Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah .... 213
Lampiran 45 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas
Eksperimen …………………………………………….…... 214
xiv
Lampiran 46 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas
Kontrol ……………………………………………..………. 215
Lampiran 47 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah ……………………………………….. 216
Lampiran 48 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal
Uraian ……………………………………………………… 217
Lampiran 49 Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian ………. 218
Lampiran 50 Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal
Uraian …………………………………………………….… 219
Lampiran 51 Analisis Uji N-gain Soal kemampuan Pemecahan Masalah ... 220
Lampiran 52 Analisis Uji Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial) ..… 222
Lampiran 53 Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel ………………….. 223
Lampiran 54 Analisis Koefisien Determinasi ……………………………. 224
Lampiran 55 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen …………………………………………... 225
Lampiran 56 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol ……………………………………………….. 226
Lampiran 57 Analisis Reliabilitas Angket Respon Minat Siswa ………… 227
Lampiran 58 Analisis Lembar Angket Respon Minat Siswa ……………. 228
Lampiran 59 Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 229
Lampiran 60 Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 234
Lampiran 61 Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ……………………………………………...……… 239
Lampiran 62 Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest ……………………. 241
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan teknologi, kesadaran
manusia akan pendidikanpun meningkat sehingga dorongan untuk memperbaiki
sistem dan kualitas semakin giat dilakukan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Terdapat pola kesinambungan antara murid dengan guru dalam suatu
proses pembelajaran yang ditunjang dengan adanya sumber belajar. Untuk
menghasilkan pembelajaran yang baik maka proses interaksi yang terjadi antara
peserta didik dan pendidik harus berjalan kondusif. Menurut Sardiman (2005)
dengan adanya komunikasi yang baik maka akan terjaminlah kelanjutan hidup
masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia. Secara tidak langsung maka
penyampaian materi dari guru terhadap peserta didik berjalan multiarah dan sesuai
dengan usia penerima informasi agar mudah dipahami dan untuk kelancaran
proses belajar mengajar itu sendiri.
Setiap peserta didik pada dasarnya sudah memiliki bermacam
pengetahuan dasar yang diperoleh sejak dini baik itu diperoleh dari keluarga
maupun lingkungan. Pengetahuan dasar dan pengalaman yang telah diperoleh
2
tadi, peserta didik kemudian dapat membangun sistem berpikirnya untuk bisa
memahami informasi-informasi pengetahuan baru dari lingkungannya.
Pemahaman tersebut dibangun oleh guru ketika proses pembelajaran pada
permasalahan yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah ada, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik
setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari
sekitarnya (Hamdani, 2010). Pada era pembelajaran modern seperti saat ini, dalam
interaksi pembelajaran peserta didik tidak hanya berperan sebagai subjek
penerima pesan tetapi peserta didik juga bertindak sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Kondisi tersebut akan menjadikan komunikasi berlangsung
secara multi arah, maka proses pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik.
Aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran menunjukan adanya
kesadaran peserta didik untuk mengontrol proses berpikir dirinya sendiri, dan
kesadaran tersebut sangat menentukan minat dan kemauan peserta didik untuk
lebih memahami dan memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses
pembelajaran. Kesadaran peserta didik untuk belajar ini menunjang ketercapaian
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru.
Ilmu kimia yang merupakan bagian dari disiplin ilmu Ilmu Pengetahuan
Alam, sehingga kimia erat kaitannya dengan fenomena yang ada di lingkungan.
Penerapan dan isu-isu hangat pada berbagai materi kimia sering dijumpai.
3
Chemistry is one of the most important branches of science; it enable learners to
understand what happened around them (Sirhan, 2007). Isi materi dalam mata
pelajaran kimia umumnya bersifat abstrak, sehingga kimia dikategorikan sebagai
salah satu bidang studi yang sukar dan tak jarang peserta didik dihinggapi rasa
bosan serta enggan untuk mempelajarinya. Guru sebagai fokus utama dalam
memberikan pelajaran kimia dituntut untuk menyampaikan materi secara inovatif
tanpa mengabaikan unsur akademis, agar peserta didik mudah dalam memahami
pelajaran Kimia.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan
terhadap guru Kimia Ibu Srikandi, S.Pd di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 29
Maret 2014, peneliti mendapatkan informasi bahwa rata-rata nilai hasil belajar
peserta didik kelas X masih berada di bawah KKM 75, dari 36 peserta didik dalam
satu kelas sekitar 4-5 peserta didik yang tuntas dalam pelajaran kimia. Kegiatan
belajar mengajar yang terlihat di SMA Negeri 2 Batang masih menggunakan
metode ceramah sehingga sebagian peserta didik yang terlihat kurang
berpartisipasi aktif. Menurut beliau, pembelajaran kimia dengan melakukan
metode diskusi kadangkala pernah dilakukan, namun tidak mencapai tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai karena pada saat pelaksanaan hanya segelintir
peserta didik yang aktif.
Penyampaian pelajaran dengan metode ceramah perlu dilengkapi
dengan metode lainnya sebagai alternatif untuk mengoptimalkan pemahaman
serta keaktifan peserta didik di dalam belajar. Wawancara yang dilakukan dengan
sebagian peserta didik kelas X menyatakan bahwa pelajaran kimia sukar untuk
4
dipahami dan rumit sehingga mereka sering merasa bosan di kegiatan
pembelajaran. Kebosanan dalam pembelajaran materi Kimia ini secara otomatis
menurunkan minat peserta didik untuk belajar. Akibatnya murid hanya
mengutamakan pada aspek produk pembelajaran tanpa memperhatikan dan
memahami aspek prosesnya. Seperti dalam mengerjakan soal, peserta didik hanya
berorientasi pada hasil jawaban soal tanpa memahami alur proses dalam
memperoleh hasil tersebut. Secara tidak langsung ini sangat berpengaruh terutama
kepada cara pandang peserta didik dalam memperoleh informasi dan
menganalisisnya. Perihal tersebut tidak hanya tentang kemampuan kognitif tetapi
juga tentang komitmen moral dengan standar kritis dan sifat (Guo Mei, 2013).
Sehubungan dengan hal ini mengakibatkan kemampuan penalaran, komunikasi,
dan koneksi akademis serta pemecahan masalah peserta didik dirasa kurang
mumpuni. Untuk menjawab permasalahan ini diperlukan upaya yang nyata,
rencana yang matang, dan dikaji dengan saksama agar kemampuan peserta didik
dalam mencari solusi terhadap suatu masalah dapat tumbuh dan berkembang
sesuai potensi peserta didik masing-masing. Upaya yang dirancang adalah dengan
memberikan pembelajaran yang berbasis masalah atau PBL dengan melakukan
penyelidikan secara berkelompok (group investigation).
Pelaksanaan pembelajaran yang berupaya untuk meningkatkan
kemampuan penalaran seperti yang dimaksud pada paragraf sebelumnya adalah
dengan memberikan model pembelajaran PBL secara otomatis dapat merangsang
peserta didik untuk belajar mandiri menggali lebih dalam mengenai suatu materi
dan berlatih memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajran PBL ini peserta didik akan
dikaitkan dengan hal-hal faktual tentang kimia. Menurut Nurhayati, et al (2013)
PBL adalah model pembelajaran yang memposisikan peserta didik dalam posisi
belajar yang paling baik karena mereka terhubung dengan proses pembelajaran
dan menemukan pengetahuan untuk diri mereka sendiri, bukan ketika guru
menjelaskan materi di dalam kelas dan memberikan pengetahuan untuk mereka.
Menerapkan group investigation dalam kegiatan pembelajaran dapat melatih
peserta didik bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah yang kemudian
akan mereka rancang suatu solusi dari pemecahan masalah tersebut. Harapannya
dengan menerapkan penyelidikan secara berkelompok dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan pelajaran atau ilmu Kimia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya pembelajaran berbasis masalah
(PBL) dengan media crossword dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi
belajar pada materi minyak bumi sebesar 53,27% pada siklus I dan 64,49% pada
siklus II (Nurhayati et al, 2013). Penerapan model PBL berbantuan media
transvisi di SMA Negeri 1 Randublatung dapat meningkatkan kemampuan KPS
sebesar 62,39% dan peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 49,43%
(Rahayu et al, 2012). Model PBL juga dapat meningkatkan kemampuan
mahapeserta didik dalam partisipasi belajar dan hasil belajar dari 74,56 menjadi
82,04 yaitu 11% di Undhiksa (Suci, 2008). Penelitian untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah juga dilakukan pada Peserta didik SMP dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Hertiavi et al, 2010). Peningkatan
6
kemampuan pemecahan masalah di bidang matematika pada pemebalajaran
multimedia interaktif berbantuan komputer juga berhasil dilakukan oleh
Rahayuningrum (2008). Penelitian yang dilakukan dengan model PBL untuk
meningkatkan kemampuan penalaran di bidang matematis peserta didik SMP
pernah di teliti oleh Tatang Herman pada tahun 2008.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan melihat penelitian
terdahulu, maka peneliti hendak melakukan penelitian mengenai penerapan
pembelajaran dengan group investigation dalam model PBL materi redoks untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik SMA Negeri 2
Batang. Harapannya dengan menerapkan pembelajaran dengan peserta didik
membentuk kelompok pengamatan dengan bantuan media penunjang dalam
model pembelajaran berbasis masalah ini peserta didik dapat lebih mudah dalam
pemahaman konsep materi kimia serta merangsang peserta didik untuk lebih
memperluas cara pandangnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang
diteliti yaitu :
(1) Apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi redoks ?
(2) Apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi
redoks?
7
(3) Bagaimana respon peserta didik terhadap penerapan group investigation
dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
(1) Mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan
pemecahan masalah peserta didik.
(2) Mengetahui adanya peningkatan penerepan group investigation dalam model
PBL pada materi redoks terhadap peningkatan hasil belajar Kimia.
(3) Mengetahui respon peserta didik terhadap penerapan pembelajan group
investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks .
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai
penerapan group investigation dalam model pembelajaran PBL sebagai salah
satu alternatif dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam maupun di luar
kelas.
8
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
sekolah, khususnya untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran dan
peningkatan mutu sekolah tersebut.
1.4.2.2 Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
pengetahuan dalam proses pembelajaran, untuk lebih meningkatkan kualitas
suatu materi Kimia dengan penerapan group investigation model PBL
berbantuan media.
1.4.2.3 Bagi Peserta didik
Pelaksanaan pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu
penerapan group investigation dalam model PBL, diharapkan peserta didik dapat
lebih tertarik dan mudah dalam pemahaman sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Modal kemampuan yang diperoleh
selanjutnya peserta didik dapat menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karir di lingkungan dengan kondisi yang kian hari semakin kompleks.
1.4.2.4 Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan penelitian dengan acuan hasil penelitian yang
didapat untuk lebih memajukan pendidikan di Indonesia.
9
1.5 Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam mengartikan atau
mengungkap maksud penelitian, maka perlu dijelaskan dan dibatasi pengertian-
pengertian yang terdapat dalam judul skripsi.
1.5.2 Implementasi
Implementasi adalah kata ilmiah untuk penerapan. Penerapan adalah
proses pemasangan atau pemanfaatan suatu benda agar dapat digunakan untuk
dapat melakukan suatu kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Mengacu pada pengertian tersebut penerapan dalam penelitian ini
adalah penggunaan metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil
belajar peserta didik.
1.5.3 Group investigation
Group investigation adalah suatu strategi pembelajaran dimana
peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok diarahkan untuk melakukan penyelidikan terkait materi yang
dipelajari secara mendalam, dalam hal ini peserta didik melakukan penyelidikan
mengenai penerepan materi redoks dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengetahui penyebab utama dan pencegahan yang dilakukan pada reaksi redoks
yang terjadi.
10
1.5.4 Problem Based Learning (PBL)
PBL atau pembelajaran yang berbasis masalah adalah pembelajaran
yang dihadapkan pada masalah-masalah kontekstual yang relevan dengan materi
yang dipelajari agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya.
Pelaksanaan model pembelajaran ini peserta didik diorientasikan kepada
permasalahan yang kemudian dilakukan penyelidikan dan disajikan hasil
penyelidikan tersebut dalam suatu karya untuk dianalisa dan evaluasi bersama.
1.5.5 Peningkatan
Peningkatan merupakan perbedaan yang terjadi pada sebelum
dilakukan dan setelah dilakukannya penelitian. Peningkatan untuk penelitian ini
yang dimaksudkan adalah dalam hal kemampuan pemecahan peserta didik
mengalami perkembangan atau lebih baik dari sebelumnya. Pengukuran untuk
mengetahui tingkat peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalah
dilakukan dengan mengukur selisih hasil antara post test dan pretest.
1.5.6 Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan atau kecakapan
yang dimiliki individu untuk menghubungkan segala pengetahuan yang didapat
dengan persoalan yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah merupakan
keterampilan utama yang harus dikembangkan kepada peserta didik agar lebih
analitis untuk mengambil setiap keputusan. (Herviati dkk, 2010). Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur dengan
memberikan instrumen tes yang berupa soal uraian bermuatan indikator
11
kemampuan pemecahan masalah kepada peserta didik pada awal dan akhir
pembelajaran.
1.5.7 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik
sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan. Hasil
belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar
dan merupakan penilaian yang dicapai peserta didik untuk mengetahui sejauh
mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima peserta didik
(Samino, 2011). Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menekankan pada
hasil belajar peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar dilihat melalui tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan berbagai instrument
penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ada dalam kompetensi dasar.
Aspek kognitif diukur melalui test, aspek afektif dan psikomotorik diukur
dengan menggunakan lembar observasi.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu secara
berulang agar memahami atau memperoleh suatu hal yang berarah positif.
Menurut Lindgren, sebagaimana dikutip oleh Saptorini (2011) dalam buku yang
berjudul Strategi Pembelajaran Kimia mengemukakan bahwa belajar merupakan
suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku, peningkatan
kinerja, pembenahan pemikiran atau penemuan konsep-konsep dan cara-cara yang
baru. Sehingga belajar merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan kualitas
dirinya dalam suatu bidang dan tujuan tertentu. Sapari (2013) menjelaskan bahwa
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil
atau tujuan. Belajar sekarang bukan hanya tentang mengingat materi yang sudah
didapat sebelumnya melainkan sebuah pengalaman dan pemahaman mendasar.
Haryanto (2010) menjelaskan bahwa belajar memiliki tiga teori yaitu
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif
yang diamati dalam pembelajaran. Teori kontruktivisme belajar merupakan
sebuah proses dimana pelajar aktif membangun ide ide baru atau konsep. Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Salah satu peneliti teori pembelajaran kognitif adalah Bruner, yang
13
menekankan pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu
jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
Teori kognitif ini cukup relevan dengan pengembangan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik karena melatih peserta didik untuk mengonsep solusi
permasalahan yang didapat dari informasi-informasi lingkungan maupun sumber.
Beberapa pengertian dan teori tentang belajar tersebut di atas, dalam
belajar terdapat juga beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut (Ismail,
2009) : (1) Belajar ditandai dengan perubahan sikap, tingkah laku dan
keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan; (2) Belajar terjadi melalui latihan dan pengamalan yang dijalani yang
bersifat secara komulatif; (3) Belajar merupakan proses aktif konstrukstifyang
terjadi melalui mental proses, meliputi persepsi (perception), perhatian (atention),
mengingat (memory), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah.
Umumnya dalam akhir kegiatan belajar diadakan suatu tes yang
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik tentang sejauh
mana pemahamannya terhadap suatu materi terutama hasil belajar kognitif. Hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan-
tujuan pengajaran yang hendak dicapai (Sudjana, 2009).
Aspek-aspek hasil belajar yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu
Taksonomi Bloom dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Aspek Kognitif meliputi
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication),
analisis (analysis), sintetis (synthesis), evaluasi (evaluation); (2) Aspek Afektif
14
meliputi penerimaan (receiving/attending), penanggapan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organizing), karakteristik (characterization); dan
terakhir (3) Aspek Psikomotorik meliputi kesiapan (set), meniru (imitation),
membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption), menciptakan (origination).
(Solichin, 2012)
2.2 Model Pembelajaran
Pembelajaran secara umum adalah segala kegiatan yang dilakukan guru
dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk membimbing tingkah laku
peserta didik ke arah yang lebih baik (Hamdani, 2010). Kegiatan pembelajaran ini
dilakukan atas dasar kesadaran setiap individu dari tidak tahu menjadi tahu
tentang segala hal yang akan menjadi bekal di kehidupan. Pembelajaran
merupakan bagian proses pendidikan yang berlangsung seumur hidup (life long
education). Hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia
itu lahir sampai tutup usia, sepanjang manusia itu mampu menerima pengaruh dan
dapat mengembangkan dirinya (Munib, 2011). Upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran ini, guru membutuhkan model-model dalam pembelajaran.
Santyasa (2007) menerangkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran
akan mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan kurikulum yang
diterapkan. Penerapan kurikulum 2013 terjadi perubahan dan atau pergeseran
mind set, peserta didik diharapkan dapat secara aktif untuk belajar karena yang
15
ditekankan adalah keterampilan proses. Perubahan penekanan dari subject
oriented ke process oriented dengan memperhatikan empat pilar pembelajaran
menurut UNESCO yaitu learning to know, to do, to be and to live together sebagai
modal intelektual (Saptorini, 2011).
Joyce & Weil yang dikutip oleh Santyasa (2007) menjelaskan bahwa
model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah
langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma
yang berlaku dalam kegiatan pembelajaran, (3) principles of reaction, mengenai
gambaran yang hendak menjadi perilaku guru seperti cara dalam memandang,
memperlakukan, dan merespon peserta didik, (4) support system, segala sarana,
bahan, alat, atau lingkungan belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran,
dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang dapat diperoleh
langsung berdasarkan tujuan yang hendak dicapai (instructional effects) dan hasil
belajar diluar yang hendak dicapai (nurturant effects).
2.3 Model Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
strategi pembelajaran peserta didik melalui permasalahan-permasalahan praktis
dalam kehidupan nyata (Rubi & Zamtimah, 2010). Model pembelajaran PBL ini
melatih peserta didik untuk dapat memberi solusi dari permasalahan yang muncul
dengan mencari informasi data yang dapat mereka peroleh dari berbagai sumber.
PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang
menyatakan bahwa belajar suatu proses dalam mana pembelajar secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan belajar
16
yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. (Suci, 2008). Teori yang
dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu (1) belajar adalah suatu
proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), (2) belajar
dipengaruhi oleh faktor interaksi social dan sifat kontektual dari pelajaran
(Gisjelairs, 1996).
Barrows (1996) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model
pembelajaran yang lainnya yaitu (1) pembelajaran bersifat student centered, (2)
pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, (3) dosen atau guru
berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus dan
merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving, (5)
informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).
Hafismuaddab (2011) mengungkapkan bahwa ada lima strategi untuk
menerapkan pembelajaran berbasis masalah yaitu : (1) permasalahan sebagai
kajian; (2) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; (3) permasalahan
sebagai contoh; (4) permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses;
(5) permasalahan sebagai stimulus permasalahan otentik. Peran guru, murid, dan
permasalahan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan seperti
pada Tabel 2.1
17
Tabel 2.1 Gambaran Peran Guru, Murid Dan Masalah Dalam Pembelajaran
Model PBL
Guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai
problem solver
Masalah sebagai awal
tantangan dan motivasi
a) Asking about thinking (bertanya
tentang pemikiran)
b) memonitor pembelajaran
c) probbing ( menantang peserta didik
untuk berfikir )
d) menjaga agar peserta didik terlibat
e) mengatur dinamika kelompok
f) menjaga berlangsungnya proses
a) peserta yang aktif
b) terlibat langsung
dalam
pembelajaran
c) membangun
pembelajaran
a) menarik untuk
dipecahkan
b) menyediakan
kebutuhan yang ada
hubungannya dengan
pelajaran yang
dipelajari
Sumber : (Hafis, 2011)
2.4 Group Investigation
Group adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti kelompok,
yaitu kumpulan lebih dari dua orang yang bergabung untuk melakukan hal yang
sama. Sedang investigation adalah kata yang juga berasal dari bahasa Inggris yaitu
investigasi atau pengamatan. Ulfah (2014) mengungkapkan bahwa Group
investigation adalah metode pembelajaran yang berbasis penemuan, metode ini
sangat relevan dalam meningkatkan keterampilan proses peserta didik. Sehingga
metode ini dirasa cocok oleh peneliti dalam menunjang proses pembelajaran PBL,
karena memiliki tujuan akhir yang hendak dikembangkan oleh peserta didik yaitu
peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Metode group investigation
memiliki tiga konsep utama, yaitu : penelitian atau enquiri, pengetahuan atau
knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Udin,
2008). Penerapan pembelajaran dengan group investigation peserta didik diajak
untuk mengamati suatu permasalahan yang dihadapi dengan teman-teman
18
sebayanya untuk mencari solusi yang sesuai berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki dan informasi yang diperoleh. Penelitian ini adalah proses dinamika
kepada peserta didik untuk menghadapi masalah dan usaha untuk memecahkan
masalah tersebut dengan tepat.
Pelaksanaan group investigation dalam proses pembelajaran yaitu dengan
membagi peserta didik dalam satu kelas menjadi 4 sampai 6 kelompok (Wiryadi,
2010). Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang sesuai dengan materi
yang diajarkan, kemudian dalam pelaksanaanya ada beberapa tahapan yaitu : 1)
tahap pembentukan kelompok; 2) tahapan perencanaan; 3) tahap penyelidikan; 4)
tahap pengorganisasian; 5) tahap presentasi; 6) dan tahapan evaluasi.
Kemal., et al, sebagaimana dikutip oleh Ulfah (2014) mengungkapkan
bahwa penerapan pembelajaran tipe Group Investigation dapat memberikan
dampak positif terhadap pengalaman belajar peserta didik. Pembelajaran dengan
group investigation memiliki beberapa kelebihan yaitu peserta didik secara
bekerjasama berlatih untuk menginvestigasi atau mengamati permasalahan-
permasalahan berbeda yang ada dengan topik yang sama, pembelajaran yang
dilakukan akan mengaktifkan peserta didik karena satu sama lain akan
berinteraksi untuk mencari solusi tanpa memandang latar belakang tiap peserta
didik, peserta didik akan dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi, sehingga dengan penerapan metode group investigation ini
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik.
19
2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah
Kurikulum 2013 yang saat ini sudah dijalankan adalah mengedepankan
kemandirian peserta didik dalam belajar, artinya peserta didik tidak hanya
mengandalkan orang lain untuk mencerdaskan dirinya. Peserta didik tahu apa
yang sedang dipelajari, apa yang telah dipelajari dan apa yang harus dipelajari.
Pelajaran kimia pada materi reaksi oksidasi dan reduksi misalnya peserta didik
dapat menganalisis sendiri mengenai materi tersebut, apa yang sudah diketahui
dan yang perlu diperdalam, serta dapat memilah intisari materi yang akan
dipelajari. Implementasi pelaksanaan kurikulum 2013 ini, maka kemampuan
pemecahan masalah peserta didik ini harus mulai diberikan.
Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang baru dikenal
(Hertiavi dkk, 2010). Kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah , maka akan melatih peserta
didik untuk mencari solusi dari materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan
sebelumnya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna
bagi dirinya. Secara otomatis peserta didik akan mampu menyelesaikan masalah-
masalah serupa ataupun berbeda dengan baik karena peserta didik sudah mendapat
pengalaman konkret dari permasalahan terdahulu (Trianto, 2007)
Kegiatan belajar mengajar juga mengandung permasalahan yang hendak
dipecahkan oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik yaitu sutu pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam aktivitas sehari-hari
20
kemampuan ini juga berguna bagi peserta didik, karena dalam kehidupan tak
terlepas dari permasalahan, sehingga ada bermacam solusi yang menjadi
pegangan peserta didik dalam memecahkan masalah tersebut. Guru yang
mengajarkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik berarti menjadikan
peserta didik lebih analitis dalam mengambil keputusan dalam kehidupan nyata
(Herviati dkk, 2010). Ini berarti peserta didik diharuskan untuk mencari solusi
permasalahan dengan mencari referensi, informasi yang relevan, menganalisis
informasi, mengumpulkan data, meneliti kembali data dan kemudian menjadi
solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Gagne menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Gelar &
Munasprianto (2008) bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah terdapat lima langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut :
… menyajikan masalah dalam bentuk lebih jelas; menyatakan
masalah dalam bentuk yang operasional; menyusun hipotesis-
hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik
untuk digunakan dalam memecahkan masalah itu; mengetes
hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil; mengecek
atau memeriksa kembali apakah hasil yang didapat sudah benar
atau memiliki solusi pemecahan yang lebih baik.
(Gelar&Munasprianto, 2008)
Kimia merupakan mata pelajaran yang terkait dengan isu-isu
lingkungan sekitar, sehingga dalam pembelajarannya haruslah dapat
menyelaraskan dengan fenomena yang ada. Seperti halnya dalam materi redoks,
banyak persoalan dikehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi ini untuk
dilakukan suatu pemecahan agar dapat diberikan solusinya. Perkaratan atau
peristiwa korosi pada besi misalnya yang dibiarkan begitu saja sehingga terjadi
21
kontak langsung dengan air dan oksigen, hal inilah yang merupakan penyebab
utama terjadinya korosi. Peristiwa korosi atau perkaratan tersebut merupakan
salah satu contoh persoalan terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari yang
dibutuhkan suatu pemecahan yang realistis untuk melakukan pencegahannya.
Perkembangan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam
kurikulum merupakan hal yang diperhatikan sehingga penyilidikan masalah kimia
dalam setiap pokok bahasan diperlukan, dalam hal ini peran guru begitu penting.
Pentingnya peran Guru dalam memngembangkan kemampuan pemecahan
masalah adalah dengan aktivitas selama pembelajaran, misalnya dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan selama kegiatan belajar secara berkelanjutan
dan efektif dapat merangsang peserta didik untuk mencari penyelesaian yang
tepat. Apabila peserta didik dirasa kurang memahami atau kesulitan dalam
mencari solusi, guru dapat menuntun peserta didik dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan acuan sebagai motivasi peserta didik atau bisa juga peserta
didik melakukan kegiatan diskusi dengan beberapa teman kelasnya untuk mencari
penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Dengan demikian pemberian
otonomi seluas-luasnya kepada peserta didik dalam berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan dapat menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik dalam
pemecahan masalah dan berpikir strategis secara optimal (Herman, 2008).
2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) banyak ditemukan dikehidupan sehari-
hari, maupun dalam industri. Beberapa contohnya yaitu perkaratan logam, reaksi
22
pembakaran, reaksi respirasi, dan proses pengolahan logam dari bijihnya.
Pengertian oksidasi dan reduksi sendiri telah mengalami perkembangan, seiring
dengan kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya, reaksi oksidasi-reduksi dikaitkan
dengan pengikatan dan pelepasan oksigen, kemudian dikembangkan menjadi
proses serah-terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi.
2.6.1 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Reaksi Terhadap
Oksigen
Reaksi antara Mg dan O2 merupakan contoh reaksi
penerimaan/pengikatan oksigen disebut reaksi oksidasi. Ini berarti bahwa zat yang
mengalami oksidasi adalah Mg. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
2Mg (s) + O2(g) 2MgO (s)
Sebaliknya reaksi yang mengalami pelepasan oksigen disebut reaksi reduksi.
Contoh :
PbO (s) + CO (g) Pb (s) + CO2 (g)
2.6.2 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Transfer Elektron
Tidak semua reaksi kimia melibatkan oksigen, sehingga butuh konsep
lain untuk menjelaskan salah satunya dengan serah-terima elektron. Berdasarkan
konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan electron. Sedangkan oksidasi
adalah proses pembebasan electron. Contoh :
a) Penangkapan elektron (reduksi) Zn2+ + 2e- Zn
b) Pembebasan electron (oksidasi) Cu Cu2+ + 2e-
23
2.6.3 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah besarnya muatan yang diemban oleh sutu atom
dalam suatu senyawa, jika semua electron ikatan didistribusikan kepada unsur
yang lebih elektronegatif. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa
penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya
bilangan oksidasi.
Contoh :
Oksidasi
0 +3
Cr2O3 (aq) + 2Al (s) 2Al2O3 (aq) + 2Cr (s)
+3 0
Reduksi
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya
merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan
sebagian lagi mengalami reduksi.
Contoh :
3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
0 -1 +5
reduksi
oksidasi
Pada reaksi ini I2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.
sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks.
Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi konproporsionasi, yaitu
reaksi redoks yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama.
24
Contoh :
Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai
oksidator. Sedangkan untuk unsur S merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi.
(Purba, 2007)
2.6.4 Penerapan Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari
Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari,
seperti di bawah ini :
a. Reaksi redoks dalam pengolahan logam
Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari batu reja
(karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian dipekatkan menjadi
bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi dengan zat pereduksi yang paling
tepat.
Contoh :
3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-
(l) 4 Al(s) + 3 CO2(g)
+3 0
25
b. Reaksi redoks pada sel aki
Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami
reaksi oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi
membentuk PbSO4
Reaksi penggunaan sel aki adalah sebagai berikut :
26
c. Reaksi redoks pada pengolahan air limbah
Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan air
limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan pada serangkaian
sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan beberapa proses, termasuk proses
kimia untuk mengurangi kotoran dan zat racun. Pada umumnya, proses
pengolahan air limbah terdiri dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer,
sekunder, dan tersier.
27
2.7 Kerangka Berpikir
Upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh model yang diterapkan oleh
guru. Model pembelajaran yang tepat akan menarik minat peserta didik untuk
berperan aktif dan membuat pembelajaran menjadi berfokus pada peserta didik
atau students centered. Hal inilah yang menjadi indikator penting dalam
menunjang keberhasilan proses.
Pengembangan cara berpikir peserta didik ini perlu dilatih dalam suatu
pembelajaran dengan memberikan masalah-masalah yang dipecahkan dengan
membentuk group investigation. Penerapan metode tersebut maka peserta didik
akan melakukan proses dinamika untuk memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan masalah tersebut (Ulfah, 2014). Penerapan group investigation
memiliki andil besar dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik karena secara otomatis peserta didik memperoleh pengalaman yang
dalam mencari solusi permasalahan dan pengetahuan secara lebih faktual. Hal ini
akan merangsang pola berpikir peserta didik dalam mencari solusi dan mengambil
keputusan, dorongan-dorongan ini yang kemudian mampu mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melakukan penyelidikan
secara berkelompok akan terjun langsung dilapangan untuk mengatasi
permasalahan terkait materi yang dipelajari.
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah juga akan
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik jika
28
dibandingkan dengan model pembelajaran ceramah karena dengan pembelajaran
yang berbasis masalah peserta didik dikaitkan dengan penerapan materi
kehidupan sehari-hari serta kecerdasan dalam pengambilan keputusan untuk
mencari solusi. Santoso (2011) menyatakan bahwa dengan menerapkan group
investigation dalam pembelajaran memiliki beberapa manfaat yaitu (1) memiliki
dampak positif dalam hasil belajar peserta didik, (2) dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, (3) menerapkan group investigation dalam pembelajaran
membuat peserta didik saling berinteraksi dan bekerjasama didalam kelompok
tanpa memandang latar belakang, dan (4) mendorong dan memotivasi peserta
didik untuk aktif dalam proses belajar.
Pelaksanaan group investigation dalam penelitian ini saat proses belajar
mengajar pada materi redoks yaitu dengan membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok penyelidikan. Tiap-tiap kelompok penyelidikan mendapatkan tugas
yang berbeda, menyelidiki tentang penerapan redoks dalam kehidupan sehari-
hari, seperti (1) penyelidikan tentang kondisi logam pada rumah warga di tepi laut,
(2) menyelidiki reaksi redoks yang terjadi pada aki mobil, (3) menyelidiki reaksi
redoks yang terjadi pada saat penyambungan besi atau logam, (4) menyelidiki
reaksi redoks pada pembuatan tape, (5) menyelidiki pencegahan korosi pada
logam menara pemancar dan (6) menyelidiki reaksi pengolahan logam menjadi
barang bernilai ekonomis.
Penelitian ini menggunakan sampel dua kelas yaitu kelas X MIIA 1
sebagai kelas eksperimen dan X MIIA 3 sebagai kelas kontrol, dalam hal ini
diharapkan setelah penelitian kelas eksperimen akan memperoleh hasil belajar
29
yang lebih baik dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terkait kelebihan dari penerapan
metode group investigation dalam model PBL sendiri yang diterapkan pada kelas
eksperimen yaitu dengan menghadapkan peserta didik dengan masalah yang ada
dilingkungan sekitarnya sehingga mereka memperoleh langsung pengetahuan
yang dipelajari dan pengalaman yang lebih baik juga. Selanjutnya peserta didik
dalam kelompok penyelidikannya berusaha secara aktif mencari informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan secara tidak langsung ini
mengaktifkan peserta didik. Sehingga dengan partisipasi aktif peserta didik ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil
belajar peserta didik bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik di SMA N 2
Batang.
30
Secara ringkas penelitian yang akan dilakukan disajikan seperti pada Gambar 2.1
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian
Fakta di sekolah :
Pembelajaran kimia masih
berpusat pada guru
Minat peserta didik dalam
pembelajaran Kimia masih
kurang
Peserta didik yang tuntas
KKM kurang dari 25%
Dalam pembelajarannya
peserta didik masih kurang
terlibat aktif
Sintak PBL :
1. Orientasi pada
masalah
2. Mengorganisasikan
kegiatan belajar
3. Penyelidikan mandiri
4. Menyajikan karya
5. Analisis & evaluasi
Seharusnya di sekolah :
Pembelajaran harus
berpusat pada peserta didik,
guru hanya sebagai
fasilitator
Kegiatan pembelajaran
yang digunakan harus
dilengkapi metode lain
untuk mengaktifkan peserta
didik
Peserta didik merasa
antusias dan senang dalam
pembelajaran Kimia
Pembelajaran dengan
berbasis Masalah (PBL)
Kemampuan pemecahan
masalah peserta didik harus
dilatih agar berkembang Indikator Kemampuan
Pemecahan Masalah :
1. Memahami masalah
2. Merencanakan
penyelesaian
3. Melakukan perhitungan
4. Penalaran logis
5. Menemukan suatu pola
6. Pengecekan kembali
Implementasi Group Investigation dalam model PBL pada
Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta didik SMAN 2 Batang
31
3.8 Hipotesis
Mengacu dari latar belakang yang ada dan teori yang mendasari penelitian
ini, maka hipotesis yang dapat ditarik adalah :
(1) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi
Redoks dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
kelas X SMA Negeri 2 Batang.
(2) Implementasi group investigation dalam model PBL pada materi Redoks
dapat meningkatkan hasil belajar Kimia peserta didik kelas X SMA Negeri 2
Batang.
(3) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi
Redoks dapat memberikan respon positif kepada peserta didik dalam
pelajaran Kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang.
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015
3.2 Subyek Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah obyek atau subyek yang memiliki karakteristik dan
kualitas tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian eksperimen ini harus
memenuhi prasyarat homogenitas dan normalitas, gunanya untuk kemudahan
dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Kesamaan ciri
yang dimaksud dalam populasi ini meliputi kurikulum, materi pelajaran,
kemampuan guru, jam pelajaran serta rata-rata hasil belajar awal yang sama.
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X
MIA SMAN 2 Batang yang terbagi dalam empat kelas pararel. Daftar kelas dan
jumlah peserta didik dalam populasi ini disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah peserta didik populasi kelas X SMA Negeri 2 Batang
Nomor Kelas Jumlah Peserta didik
1 X MIIA 1 36
2 X MIIA 2 36
3 X MIIA 3 36
4 X MIIA 4 36
Jumlah 144
33
3.2.2 Sampel
Berdasarkan populasi tersebut diambil sampel untuk pelaksanaan
penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010)
3.2.2.1 Sampling
Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster
random sampling, yaitu metode yang digunakan untuk memilih sampel dari
populasi sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai peluang yang
sama besar untuk diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Penentuan 2 kelas
sebagai sample (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan teknik cluster
random sampling ini dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang
ada terbagi dalam kelas-kelas yang berdistribusi normal dan memiliki
homogenitas yang sama dengan data yang diambil dari nilai mid semester ganjil
mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang. Metode yang digunakan
adalah metode undian karena jumlah populasi kecil yaitu 4 kelas. Dari hasil
undian tersebut didapatkan dua kelas yaitu kelas X MIIA 1 dan X MIIA 3 sebagai
kelas sampel. Dari kedua kelas tersebut, satu sebagai kelas pembanding (kontrol)
yaitu kelas X MIIA 3 dan yang satu sebagai kelas perlakuan (eksperimen) yaitu
kelas X MIIA 1.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah :
34
a. Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan yaitu metode pembelajaran. Penerapan
metode pembelajaran group investigation dalam model PBL yang diterapkan
pada kelas eksperimen dan metode ceramah serta diskusi biasa diterapkan pada
kelas kontrol.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan
masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang pada materi Redoks dengan
melihat hasil belajarnya serta minat peserta didik pada pembelajaran.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum, mata
pelajaran dan jumlah jam pelajaran yang sama serta bahan ajar dalam
pelaksanaan pembelajaran yang sama.
3.4 Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan pretest–posttest
control group design, yaitu penelitian dengan melihat perbedaan pretes maupun
postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian disajikan
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
35
Keterangan :
X :Pembelajaran kimia dengan menerapkan group
investigation menggunakan model PBL.
Y :Pembelajaran kimia dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah dan diskusi serta praktek redoks.
T1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
T2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai obyek penelitian, kelas
X MIIA 1 sebagai kelas ekaperimen dan kelas X MIIA 3 sebagai kelas kontrol.
Pengambilan dua kelas untuk penelitian ini sesuai dengan teknik sampling yang
digunakan yaitu cluster random sampling dengan memerhatikan analisis data
awal yaitu semua kelas dalam populasi berdistribusi normal, kesamaan rata-rata
awal antar kelas dan homogenitas sama. Sebelum kegiatan pembelajarn
dilaksanakan, masing-masing kelas diberi pretest terlebih dahulu. Selanjutnya
pada kelas eksperimen dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
group investigation dengan model PBL sedangkan untuk kelas kontrol kegiatan
pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode ceramah disertai dengan
pelaksanaan percobaan sederhana. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
observer melakukan pengamatan terhadap sikap dan keterampilan peserta didik.
Setelah masing-masing kelas dillaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya
sebagain langkah akhir diberikan posttest dengan maksud untuk mengetahui
perkembangan peserta didik (sebagai evaluasi).
36
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Membuat perangkat pembelajaran
2. Membuat instrumen (silabus, RPP, bahan ajar, lembar penilaian
keterampilan peserta didik, lembar penilaian sikap peserta didik, lembar
angket respon peserta didik, lembar penilaian kemampuan pemecahan
masalah, soal pretest dan posttest)
3. Melakukan uji coba instrumen soal pretest dan posttest
4. Analisa hasil uji coba instrumen
5. Melakukan uji homogenitas dan normalitas kelas yang akan digunakan
sebagai sampel penelitian.
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut :
(1) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan group
investigation dengan model PBL (pada kelas eksperimen).
(a) Memberikan pretest pada peserta didik
(b) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok.
(c) Guru membagikan lembar tugas investigasi kepada masing-masing
kelompok
37
(d) Kelompok-kelompok melakukan penyelidikan langsung dengan
berkunjung di berbagai tempat seperti rumah warga tepi laut untuk
mengetahui kondisi logam disana, bengkel mobil untuk mengetahui
penerapan redoks pada aki, bengkel las untuk menyelidiki penerapan
redoks pada penyambungan logam, pembuatan tape, dll.
(e) Menyajikan hasil penyelidikan dengan membuat artikel ilmiah secara
individu yang memuat hasil investigasi seperti penerapan yang
dilakukan, reaksi yang terjadi, penanggulangan yang ditawarkan, teori
yang mendukung serta dokumentasi.
(f) Memberikan posttest
(2) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan tidak menerapkan
group investigation dengan model PBL (pada kelas kontrol).
(a) Memberikan pretest kepada peserta didik
(b) Guru menerangkan materi
(c) Memberikan posttest
3.6 Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penilitian ini digunakan untuk memperoleh
data mengenai jumlah populasi, jumlah sampel, nama-nama peserta didik
anggota sampel.
38
b. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengungkap data tentang penerapan group
investigation dalam model PBL materi konsep redoks terhadap peningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang
c. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk menilai afektif dan psikomotorik peserta
didik serta untuk mengungkap data tentang penerapan group investigation dalam
model PBL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
kelas X SMA Negeri 2 Batang.
d. Metode Angket atau Kuesioner
Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik
tentang penerapan group investigation dalam model PBL pada kegiatan
pembelajaran Kimia.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Data Awal
3.7.1.1 Uji Normalitas
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui data dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk menguju
kenormalan data ini adalah dengan Chi-Kuadrat.
𝜒2 =∑(Oi − Ei)
2
Ei
𝑘
𝑡=1
Keterangan:
X2 = Chi kuadrat
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
k = Banyaknya kelas interval
39
Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2 (0,95)(k-3) atau χ2 dengan taraf
konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Dalam hal lainnya Ho diterima artinya
data yang diuji berdistribusi normal (Sudjana, 2005).
3.7.1.2. Uji Homogenitas Populasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui bahwa dalam populasi memiliki
homogenitas yang sama dan memiliki rata-rata yang sama. Uji kesamaan
homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:
(i) Menghitung varians gabungan dari semua kelas :
𝑆2 =∑(𝑛𝑖 − 1)𝑆𝑖
2
∑(𝑛𝑖 − 1)
(ii) Menghitung harga satuan B :
𝐵 = (𝑙𝑜𝑔𝑆2)∑(𝑛𝑖 − 1)
(iii) Menghitung nilai statistik chi-kuadrat dengan rumus:
]log)1()[10(ln22 ii SnB
Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelas
S = variansi gabungan
ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas
B = koefisien Bartlett
χ2 = harga konsultasi homogenitas sampel
(Sudjana, 2005)
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 2
2 = ... = n2)
40
H diterima jika t2hitung < t2
tabel (1-t)(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti
varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya
sama).
Uji homogenitas populasi merupakan langkah awal untuk menentukan
teknik pengambilan sampel. Apabila populasi homogenitasnya sama, maka
pengambilan sampel yang tepat adalah cluster random sampling, sedangkan
apabila populasi tidak homogenitas maka dapat menggunakan teknik purposive
sampling.
3.7.1.3. Uji Kesamaan Rata-Rata Antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)
Uji Anava dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan awal populasi
sama atau tidak (Sudjana, 2002). Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari
kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 = μ2 =….= μk. Hipotesis diterima
apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k).
Perhitungan menggunakan rumus berikut:
𝐹 = 𝐴𝑦/(𝐾−1)
𝐷𝑦/∑(𝑛−𝐾)
Dengan:
(i) Jumlah kuadrat rata-rata (Ry)
Ry =(∑X)2
n
(ii) Jumlah kuadrat antar kelas (Ay)
Ay =(∑Xi)2
ni− RY
(iii) Jumlah kuadrat total (Jk tot)
JK tot = ∑Xi2
Jk tot = jumlah kuadrat – kuadrat (Jk) dari semua nilai pengamatan
41
(iv) Jumlah kuadrat dalam (Dy)
Dy = Jk tot – Ry – Ay
3.7.2 Analisis Instrumen
3.7.2.1 Analisis Butir Soal Kognitif
a. Validitas
Validitas tes diketahui dengan menggunakan rumus korelasi point
biserial, dengan rumus sebagai berikut.
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 =𝑀𝑝 −𝑀𝑡
𝑆𝑡√𝑝
𝑞
R pbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t.
𝑡 =𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠√𝑛 − 2
√1 − 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠2
Kriteria: jika t hit ˃ t tab, maka butir soal valid, dengan dk = (n-2) dan n adalah
jumlah peserta didik.
Setelah dilakukan perhitungan validitas tiap-tiap butir soal dihitung
dengan menggunakan rumus korelasi point biserial kemudian
dikonsultasikan dan diperoleh t Tabel = 1,7, sehingga perhitungan validitas
soal diperoleh hasil sebagai berikut :
Soal valid berjumlah 37 butir soal yaitu pada nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8,
10, 11, 12, 13,15, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27,28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, dan 49. Sedangkan soal yang tidak valid
berjumlah 13 butir yaitu nomor 2, 6, 9, 14, 16, 17, 18, 24, 29, 45, 47, 48, dan
50. Perhitungan analisis hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya dapat
di lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176.
42
b. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus K-R21:
11r
tkV
MkM
k
k )(1
1
Keterangan:
11r : reliabilitas instrumen, instrumen reliabel bila 11r ≥ 0,7
k : banyaknya butir soal
M : skor rata-rata
Vt : varians total
Reliabelitas yang didapatkan sebesar 0,70 yang termasuk kedalam
kriteria reliabelitas tinggi. Perhitungan reliabilitas yang selengkapnya terdapat
dalam Lampiran 11 halaman 175-176.
c. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara
0,00 sampai dengan 1,00. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi
simbol P (p kapital), singkatan dari kata “proporsi”.
Rumus mencari P adalah:
JS
BIK
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
B = Jumlah peserta didik menjawab benar butir soal
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
43
Kriteria tingkat kesukaran soal uji coba instrumen disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriterian Tingkat Kesukaran Soal
Interval Indeks
Kesukaran Kriteria
0,00-0,30
0,31-0,70
0,71-1,00
Sukar
Sedang
Mudah
Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal dapat dikategorikan
dalam beberapa kriteria, yang termasuk kriteria sukar adalah nomor 5, 7, 8, 10,
11, 13, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 33, 35, 37, 39, 41, dan 49. Butir soal yang
termasuk kriteria sedang terdapat pada nomor 1, 3, 4, 15, 19, 28,30, 31, 32, 34,
36, 38, 40, 42, 43, dan 44. Untuk soal yang tergolong mudah yaitu nomor 12,
27, dan 46. Perhitungan lebih lengkap mengenai tingkat kesukaran dapat di
lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176.
d. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya data pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Daya pembeda dinyatakan dalam rumus:
D = 𝐵𝑎
𝐽𝑎−𝐵𝑏
𝐽𝑏
Keterangan:
Ja : banyaknya peserta kelompok atas
Jb : banyaknya peserta kelompok bawah
Ba :banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
Bb :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
44
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal uji Coba Instrumen
Interval Indeks Daya Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
3.7.2.2 Analisis Soal Pemecahan Masalah
Analisis instrumen soal ini digunakan untuk mengukur peningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Soal yang diterapkan berbentuk
essay sesuai indikator ketercapain kompetensi dasar yang bervisi pada
indikator kemampuan pemecahan masalah.
a. Validitas Butir Soal
Instrumen dapat dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
hendak diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus
korelasi product moment, sebagai berikut.
𝑟𝑥𝑦 =𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
√{𝑁∑𝑋2 − (∑𝑋)2}{𝑁∑𝑌2 − (∑𝑌)2}
Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara X dan Y
N : Banyaknya subjek/peserta didik
yang diteliti
∑𝑋 : Jumlah skor tiap butir soal
∑Y : Jumlah skor total
∑𝑋2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
∑𝑌2 : Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2010).
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product
moment, dengan taraf signifikansi 𝛼 = 5%. Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal
tersebut valid. Analisis kevalidan soal uraian ini yang terdapat sejumlah 5 butir
45
soal didapat kevalidan secara berturut-turut yaitu 0,66; 0,66; 0,77; 0,52; dan
0,60. Perhitungan kevalidan uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman
177.
b. Reliabilitas
Suatu instrumen tes dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut
dapat digunakan berulang kali dengan syarat saat pengukuran tidak berubah
serta memberikan hasil tes yang sama. Reliabilitas instrumen tes pada
penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena tes berupa soal uraian atau
essay. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen tes
adalah :
𝑟11 = [𝑘
𝑘 − 1] [1 −
Ʃ𝜎𝑏2
𝜎𝑡2 ]
Varians :
𝜎𝑡2 =Ʃ𝑦2 −
(Ʃ𝑦)2
𝑁𝑁
𝜎𝑏2 =Ʃ𝑥2 −
(Ʃ𝑥)2
𝑁𝑁
Ʃ𝜎𝑏2 = 𝜎1
2 + 𝜎22 +⋯……… .+𝜎𝑛
2
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes, instrumen reliabel bila r11 ≥ 0,7
k : banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
Ʃ𝜎𝑏2 : jumlah varians butir
𝜎𝑡2 : varians total
(Ʃx)2 : kuadrat jumlah skor item
(Ʃy)2 : kuadrat jumlah skor total
N : banyaknya subjek pengikut tes
(Arikunto, 2002)
46
Kriteria pengujian tes yaitu setelah didapat harga r11 dan harga r11
tersebut ≥ 0,7, maka soal tersebut reliabel. Setelah melakukan analisis data
butir soal diperoleh harga reliabilitas sebesar 0,80. Perhitungan selengkapnya
terdapat pada Lampiran 12 halaman 177.
c. Tingkat Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu disebut
indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal.
0,00 1,00
Sukar Mudah
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal adalah:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙
(Arifin, 2012)
Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur
sebagai berikut:
Kriteria:
TK = 0,00 – 0,30 (Item sukar)
TK = 0,31 – 0,70 (Item sedang)
TK = 0,71 – 1,00 (Item mudah)
Dalam soal uraian ini untuk meneliti tingkat kemampuan pemecahan
masalah dari lima soal yang diujicobakan didapatkan hasil seperti dalam Tabel
3.5 berikut, untuk analisis terdapat pada Lampiran 12 pada halaman 177.
47
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah
Nomor 1 2 3 4 5
Tingkat
Kesukaran 0,30 0,38 0,48 0,48 0,43
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
d. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang
kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah peserta
didik yang pandai tentu akan lebih mampu menjawab dibandingkan dengan
peserta didik yang kurang pandai (Arifin, 2012).
Rumus untuk menentukan daya pembeda pada butir soal uraian adalah:
𝐷𝑃 =𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐴 −𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠
(Arifin, 2012)
Keterangan: DP = daya pembeda
Mean KA = rata-rata kelompok atas
Mean KB = rata-rata kelompok bawah
Skor Maks = skor maksimum
Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda
Daya Pembeda Keterangan
≥ 0,40 Sangat baik
0,30 - 0,39 Baik
0,20 – 0,29 Cukup, soal perlu
perbaikan
≤ 0,19 Kurang baik, soal harus
dibuang
Berdasarkan analisis daya beda dalam soal uraian ini untuk mengetahui
tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik didapatkan daya beda
48
pada angka 0,41 dengan kriterian sangat baik. Sehingga dengan kriteria ini soal
uraian dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya mengenai
daya pembeda uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman 177.
3.7.2.3 Analisis Lembar Observasi
Penilaian aspek psikomotorik dan afektif merupakan instrumen non tes,
pada kedua aspek tersebut diukur dengan menggunakan lembar observasi.
Lembar observasi ini disusun dengan memuat indikator-indikator terkait
keterampilan pada kurikulum yang berlaku. Tahap selanjutnya diukur validitas
dan reliabilitas pada tiap aspekya sama dengan langkah sebagai berikut :
a. Validitas Lembar Observasi
Lembar observasi akan dikatakan valid apabila validitas isi telah
divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi, (Mardapi, 2008).
b. Reliabilitas Lembar Observasi
Lembar observasi akan reliable jika r11 ≥ 0,70 menggunakan rumus
inter raters reliability:
𝑟11 =𝑉𝑝 − 𝑉𝑒
𝑉𝑝 + (𝑘 − 1)𝑉𝑒
Keterangan:
r11 = reliabilitas ≥ 0,70
Vp = varian persons/responden/testee
Ve = varian eror
k = jumlah rater/observer
(Mardapi, 2008)
Lembar observasi dalam penelitian ini ada dua jenis, yang pertama yaitu
untuk lembar observasi untuk mengukur ketercapaian aspek afektif atau sikap
49
peserta didik diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,75 perhitungan reliabilitas ini
terdapat pada Lampiran 35 halaman 202. Kedua adalah lembar observasi untuk
mengukur ketercapaian aspek keterampilan atau psikomotorik peserta didik
dalam analisisnya diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,71 untuk perhitungan
selengkapnya mengenai reliabilitas lembar observasi psikomotorik ini dapat
dilihat pada Lampiran 37 halaman 205.
3.7.2.4 Analisis Lembar Angket
Analisis lembar angket ini digunakan untuk mengetahui dan atau
mengukur tingkat respon dan minat peserta didik terhadap pembelajaran
dengan penerapan group investigation dalam model PBL pada materi Redoks.
Tiap aspek dari pembelajaran kimia dengan menerapkan metode group
investigation dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap indikator dalam
kelas eksperimen. Dalam menganalisis data yang berasal dari angket
bergradasi atau berperingkat satu sampai dengan lima, peneliti menyimpulkan
makna setiap alternatif sebagai berikut:
1) “Sangat setuju” menunjukkan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut
diberi nilai 5
2) “Setuju”, menunjukkan peringkat lebih rendah dibandingkan dengan kata
“Sangat”. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 4
3) “Biasa Saja”, karena berada dibawah “Setuju”, diberi nilai 3
4) “Tidak Setuju” yang berada di bawah “Kurang Setuju”, diberi nilai 2
5) “Sangat Tidak setuju” yang berada dibawah “Tidak Setuju”, diberi nilai 1.
50
Besarnya presentase tanggapan peserta didik dihitung dengan rumus:
respondenJumlah
nilaiJumlah aspek tiapnilai rata-Rata
Tiap aspek dalam penilaian angket dapat dikategorikan sangat tinggi
jika rata-rata nilai 3,4 – 4,0, kategori tinggi jika rata-rata nilai 2,8 – 3,4, kategori
sedang jika rata-rata nilai 2,2 – 2,8, kategori rendah jika rata-rata nilai 1,6 –
2,2, dan kategori sangat rendah jika rata-rata nilai 1,0 – 1,6
a. Validitas Lembar Angket
Angket akan dikatakan valid apabila validasi isi dilakukan oleh pakar
dan dikatakan valid menggunakan lembar validasi angket, (Mardapi, 2008).
b. Reliabilitas Angket
Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach
sebagai berikut:
𝑟11 = (𝑛
𝑛 − 1) {1 −
∑𝑆𝑖2
𝑆𝑡2}
Keterangan:
r11 = reliabilitas, instrument reliabel bila r11 ≥ 0,7
n = jumlah soal
Si2 = varian butir soal
St2 = varian total
(Mardapi, 2008)
Analisis reliabilitas angket dalam penelitian ini memperoleh harga 𝑟11
sebesar 0,85. Reliabilitas yang diperoleh tersebut sudah sesuai dengan kriteria
tingkat reliabel instrumen. Analisis reliabilitas lembar angket selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 57 halaman 227.
51
3.7.3 Analisis Data Akhir
3.7.3.1 Uji Normalitas Data
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan
dianalisis. Rumus yang digunakan untuk menguju kenormalan data ini adalah
dengan Chi-Kuadrat.
𝜒2 =∑(Oi − Ei)
2
Ei
𝑘
𝑡=1
Keterangan:
χ2 = Chi kuadrat
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
k = Banyaknya kelas interval
Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2 (0,95)(k-3) atau χ2 dengan taraf
konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Ho diterima artinya data yang diuji
berdistribusi normal (Sudjana, 2005).
3.7.3.2 Uji Kesamaan Dua Varian
Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama
(homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk
menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.
Rumus yang digunakan adalah:
𝐹 =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika FHitung ˃ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel berbeda.
2. Jika FHitung ˂ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel sama.
52
3.7.3.3. Uji Average Normalized Gain <g>
Uji ini dilakukan untuk menguji peningkatan hasil belajar kognitif
peserta didik berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan rumus N-gain.
𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Kategori peningkatannya adalah sebagai berikut :
g tinggi = N-gain > 0,7
g sedang = 0,7 > N-gain > 0,3
g rendah = N-gain < 0,3
3.7.3.4 Uji Hipotesis
a. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak kanan
dengan rumus uji t. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol (Sudjana, 1996)
Berdasarkan uji kesamaan dua varian :
i) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (S12 = S2
2) digunakan
rumus t.
21
21
11
nns
xxthitung
dengan
2
11
21
2
22
2
112
nn
snsns
ii) Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (S12 ≠ S2
2) digunakan
Rumus t’.
53
𝑡′ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=21 xx
√(𝑆12
𝑛1⁄ ) + (
𝑆22
𝑛2⁄ )
Keterangan :
1x = rata-rata post test kelas eksperimen
2x = rata-rata post test kelas kontrol
n1 = jumlah peserta didik kelas eksperimen
n2 = jumlah peserta didik kelas kontrol
s1 = simpangan baku kelas eksperimen
s2 = simpangan baku kelas kontrol
s = simpangan baku gabungan
b. Uji Korelasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan group
investigation dalam model PBL pada kelas eksperimen dan ceramah serta
diskusi pengamatan percobaan sederhana pada kelas kontrol. Penelitian dapat
dikatakan signifikan jika hasil 𝑟𝑏> 1,96 x 𝑆𝐸𝑟 . Uji korelasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji koefisien korelasi biserial.
𝑟𝑏 =(𝑌 1 − 𝑌 2)𝑝. 𝑞
𝑢. 𝑠𝑦
Keterangan:
rb = koefisien korelasi biserial
Y̅1 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori
pertama
Y̅2 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori
kedua
sy = simpangan baku untuk semua nilai Y
p = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori
pertama
q = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori
kedua
u = tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z
yang memotong bagian luas normal baku menjadi
bagian p dan q.
54
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi disebut koefisien penentu karena varian yang
terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada
variabel bebas. Harga koefisien determinasi adalah rb2, sehingga pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui.
Koefisien determinasi = rb2 . 100%
Keterangan:
rb2 = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb
koefisien korelasi biserial.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batang pada bulan
Maret-April, maka hasil penelitian disajikan dalam bentuk hasil analisis data tahap
awal, dan hasil analisis data tahap akhir.
4.1.1 Analisis Data Tahap Awal
4.1.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan
diambil sampelnya. Suatu data dikatakan normal jika χhitung2 < χTabel
2 . Hasil uji
normalitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal
No Kelas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Distribusi
1. X MIIA 1 3,38 7,81 Berdistribusi normal
2. X MIIA 2 7,69 7,81 Berdistribusi normal
3. X MIIA 3 7,07 7,81 Berdistribusi normal
4. X MIIA 4 3,24 7,81 Berdistribusi normal
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χhitung2 untuk setiap data
kurang dari χTabel 2 dengan dk = 4 dan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima. Hal ini berarti bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji
selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada
Lampiran 14 – 17 dengan halaman 179-182.
56
4.1.1.2 Uji Homogenitas Populasi
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dalam
penelitian ini homogenitas atau tidak. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang
diteliti ada dua kelas. Setelah data homogen selanjutnya akan dilakukan analisis uji
kesamaan rata-rata populasi baru diambil sampel dengan teknik cluster random
sampling. Uji kesamaan varians dari k buah kelas ( k > 2 ) populasi digunakan
dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu populasi dikatakan homogen jika
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 . Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi
Data 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kriteria
Nilai mid semester gasal 1,91 3,84 Homogen
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χhitung2 kurang dari
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 dengan dk = 3 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini
berarti bahwa keempat populasi mempunyai varians yang sama (homogen).
Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 18 dengan halaman 183.
4.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi Dalam Kelas (Uji Anava)
Uji kesamaan rata-rata dalam kelas atau Uji Anava dilakukan untuk
mengetahui apakah keadaan awal populasi sama atau tidak (Sudjana, 2002).
Dalam penelitian ini terdapat empat kelas reguler X MIIA 1 – X MIIA 4. Untuk
mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 =
μ2 =….= μk. Hipotesis diterima apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k). Hasil uji kanava
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
57
Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava)
Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 288548.03 288548.03
Antar Kelompok 3 2676.02 892.01
Dalam Kelompok 140 40928959.95 292349.72 0.003
Total 144 41550916
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh bahwa Fhitung sebesar 0,003 < Ftabel
sebesar 2,57. Sehingga dapat dikatakan bahwa didalam populasi tidak terdapat
perbedaan yang signifikan maka Ho diterima. Selanjutnya dapat dilakukan
pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan uji
kesamaan rata-rata kelas dalam populasi dapat di lihat pada Lampiran 19 dengan
halaman 184.
4.1.1.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi
Uji kesamaan varians bertujuan mengetahui apakah data populasi
mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data populasi mempunyai varians
yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian
data populasi terangkum dalam Tabel 4.4
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi
Data Ftabel Fhitung Keterangan
X MIA 1 –
X MIA 4
1,96 1,52 Varians sama
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho
diterima yang berarti bahwa populasi mempunyai varians yang tidak berbeda.
Perhitungan uji kesamaan dua varianas data populasi terdapat pada Lampiran 20
halaman 186.
58
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir
Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah
dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir adalah pre-test dan
tes akhir (post-test) pemahaman konsep serta keterampilan proses sains. Jadi dilihat
perbandingan langsung hasil post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol
setelah pembelajaran selesai. Pada analisis tahap akhir dilakukan uji normalitas, uji
kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata, analisis terhadap pengaruh antar
variabel, penentuan koefisien determinasi, N-Gain, analisis lembar observasi dan
analisis angket.
Hasil post-test pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Sedangkan hasil post-test selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 27 dengan halaman 193.
Tabel 4.5 Data Post-test Hasil Belajar Materi Redoks
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 36 36
Rata-rata 65.18 52.86
SD 4.98 6.93
Nilai Tertinggi 77 72
Nilai Terendah 52 43
Jumlah yang
Tuntas 2 0
Aspek
Psikomotorik 93% 87.96%
Aspek Afektif 96.43% 91.96%
Sumber : Data Primer
59
Tabel 4.6 Data Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 36 36
Rata-rata 70.64 62.86
SD 6.41 8.92
Nilai Tertinggi 82 80
Nilai Terendah 55 47
Jumlah yang
Tuntas 15 6
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data hasil postest seperti tabel tersebut di atas, terlihat bahwa
kelas eksperimen memperoleh hasil postest lebih baik daripada kelas kontrol baik
itu pada postest hasil belajar maupun peningkatan kemampuan pemecahan masalah.
Hal ini membuktikan bahwa penerapan group investigation dalam model PBL
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah.
4.1.2.1 Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Hasil Belajar
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk
menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau
nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data pre-test dan post-test dapat
disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar
Uji Normalitas
Dk
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 Keterangan Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Pre-test 3 1,22 6,29 7,81 Berdistribusi
Normal
Post-test 3 4,53 6,85 7,81 Berdistribusi
Normal
Sumber : Data Primer
60
Berdasarkan perhitungan diperoleh χhitung2 Pre-test dan Post-test kelas
eksperimen masing-masing 1,22 dan 6,29; sedangkan χhitung2 Pre-test dan Post-test
kelas kontrol masing-masing 4,53 dan 6,85. Untuk α = 5% dengan dk =3,
diperoleh χTabel 2 =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χhitung
2 <
χTabel 2 sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal,
sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas
data pre-test terdapat pada Lampiran 23–24 halaman 189-190 dan data post-test
pada Lampiran 28–29 dengan halaman 194-195.
4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam penelitian
ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test dikatakan
homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 . Hasil uji homogenitas pretest dan postest ini dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Uji Homogenitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kriteria
Pre-test 3,31 3,84 Homogen
Post-test 3,73 3,84 Homogen
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χhitung2 kurang dari
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan
post-test dalam penelitian ini berhomogenitas. Analisis uji homogenitas
selengkapnya terdapat Lampiran 25 pada halaman 191 dan 30 pada halaman 196.
61
4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar
Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan
pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan
post-test mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung
< FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum dalam Tabel 4.9
Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test
Data Fhitung FTabel Keterangan
Pre-test 1,86 1,96 Varians Tidak
Berbeda
Post-test 1,93 1,96 Varians Tidak
Berbeda
Sumber : Data Primer
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masing-
masing 1,86 dan 1,93, untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35,
diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel
sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians
yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varianas data hasil pre-test dan
data post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol terdapat pada Lampiran 26
dan 31 dengan letak halaman pada lembar ke 192 dan 197.
4.1.2.4 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ( Uji Dua Pihak )
Uji perbedaan dua rata-rata ini, data dikatakan mempunyai perbedaan
signifikan jika thitung > tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa Ho
diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan pada skor post-test antara kelas
62
eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian antara
data pre test dan post-test dengan uji-t dapat dilihat dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test
Data thitung tTabel Keterangan
Post-Test 8,66 1,99 Ada Perbedaan
Sumber : Data Primer
Hasil post test terdapat perbedaan hasil belajar maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam model PBL terhadap
pemahaman konsep peserta didik. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data
post-test terdapat pada Lampiran 33 dengan halaman 199.
4.1.2.5 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan (Uji Satu Pihak)
Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan
bahwa rata-rata pemahaman konsep peserta didik kelompok eksperimen lebih baik
daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi
group investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap pemahaman
konsep. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Data Post Test
Data thitung tTabel Keterangan
Post Test 8,66 1,99 Kelas eksperimen lebih baik
dari kelas kontrol
Sumber : Data Primer
Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan
dk=68 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa
63
rata-rata hasil pemahaman konsep peserta didik yang diberi pembelajaran dengan
group investigation dalam Model PBL lebih baik daripada peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan Model PBL tanpa group investigation, sehingga dapat pula
disimpulkan bahwa implementasi group investigation memberikan pengaruh
positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak
kanan terdapat pada Lampiran 32 halaman 198.
4.1.2.6 N-Gain Hasil Belajar Peserta didik
Data hasil pretest dan postest peserta didik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol dilakukan uji N-Gain untuk mengetahui kriteria peningkatannya.
Analisis tersebut memperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen seluruh siswa
mengalami peningkatan yang sedang pada hasil belajar, sedangkan pada kelas
kontrol 25 dari 36 peserta didik mengalami peningkatan sedang dan sisanya
menunjukan peningkatan yang rendah. Berikut pada Gambar 4.1 dan 4.2 disajikan
data hasil normalitas Gain (N-gain) pada kelas eksperimen dan kontrol serta
peningkatanya.
64
Gambar 4.2 Nilai N-Gain Peserta didik Kelas Kontrol
Tingkat pencapaian N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
disajikan pada gambar diatas menunjukkan bahwa rata-rata normalitas Gain kelas
Eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol walaupun kriteria yang didapat
sama yaitu Sedang. Perhitungan normalitas gain hasil belajar ini dapat di lihat pada
Lampiran 34 dengan halaman 200-201.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tinggi Sedang Rendah
0
36
0
0
5
10
15
20
25
Tinggi Sedang Rendah
0
25
11
Gambar 4.1 Nilai N-Gain Siswa Kelas Eksperimen
65
4.1.2.7 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
Lembar observasi aspek psikomotorik peserta didik digunakan untuk
mengetahui keterampilan peserta didik dalam pembelajaran baik itu saat diskusi,
presentasi dan laporan hasil diskusi/pengamatan. Pada kelas eksperimen lembar
observasi psikomotorik juga dinilai dari laporan hasil percobaan sederhana dan
penyelidikan sedangkan kelas kontrol pada diskusi dan pengamatan terhadap
percobaan sederhan. Hasil lembar observasi aspek psikomotorik disajikan pada
Tabel 4.12. Perhitungan analisis lembar observasi aspek psikomotorik ini dapat
dilihat pada Lampiran 38 halaman 206-207.
Tabel 4.12 Hasil observasi aspek psikomotorik
Psikomotorik
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Aspek
A
Pembagian Tugas 1 0,86
Pemecahan Masalah 0,91 0,85
Sumber Belajar 1 0,95
Laporan Hasil Diskusi 0,89 0,85
Ketepatan Pengumpulan 0,96 0,94
Aspek
B
Penyampaian 0,93 0,73
Saran dan Kritik 0,88 0,76
Ketepatan Pengambilan
Keputusan 1 0,82
Sumber : Data Primer
4.1.2.8 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektf
Lembar observasi aspek afektif yaitu ketrampilan sikap digunakan untuk
mengamati sikap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek
afektif yang dinilai dalam penelitian ini mengacu pada kompetensi inti yang
terdapat pada kurikulum 2013. Penilaian tiap aspeknya antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol sama. Hasil analisis lembar observasi aspek afektif ini dapat disajikan
dalam Tabel 4.13 dan Lampiran 36 pada halaman 203-204 .
66
Tabel 4.13 Hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Afektif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kehadiran 0,99 0,98
Menyampikan Pendapat 0,94 0,78
Disiplin 0,96 0,99
Sopan Santun 0,99 1
Tanggungjawab 0,96 0,97
Kepedulian 1 0,89
Percaya Diri 0,91 0,83
4.1.2.9 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Penelitin ini disamping mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik dengan penerapan group investigation dalam model
PBL pada kelas eksperimen dan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah pada kelas kontrol dengan pembelajaran model PBL biasa tanpa
penerapan group investigation.
Analisis kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari hasil
pretest dan posttest yang terdapat pada soal uraian bermuatan indikator
pemecahan masalah yaitu memahami masalah, penalaran logis,
mengevaluasi kembali solusi, menemukan suatu pola dan
memperhtungkan segala kemungkinan. Analisis yang digunakan yaitu uji
normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua varians,uji perbedaan dua
rata-rata, N-Gain untuk kemampuan pemecahan masalah, analisis
terhadap pengaruh antar variable dan penentuan koefisian determinasi
serta analisis angket respon minat peserta didik.
67
Hasil posttest kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.14, sedangkan hasil
pretest dan posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39 halaman
208 dan Lampiran 44 halaman 213.
Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas N Rata-
rata
SD Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Eksperimen (X MIIA 1) 36 70,64 6,41 82 55
Kontrol (X MIIA 3) 36 62,86 8,92 80 47
Sumber : Data Primer
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.14 terihat bahwa hasil postest kelas ekperimen
lebih baik daripada kelas kontrol, ini menunjukan bahwa penerapan group
investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan
pemecahan masalah peserta didik daripada pembelajaran tanpa group
investigation. Penelitian ini mengambil 5 indikator pemecahan masalah
68
dari 10 indikator yang ada, 5 indikator ini terdapat dalam 5 soal uraian
yaitu pada soal nomor 1 memuat indikator memperhitungkan segala
kemungkinan, soal nomor 2 indikator penalaran logis, nomor 3 terdapat
indikator memahami masalah, nomor 4 indikator untuk menemukan suatu
pola pemecahan masalah dan nomor 5 memuat indikator kemampuan
pemecahan masalah untuk mengevaluasi kembali solusi.
Analisis peningkatan tiap-tiap indikator kemampuan pemecahan
masalah ini dilihat dari skor tiap butir soal pada pretest dan posttest setiap
peserta didik antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis peningkatan
indikator kemampuan pemecahan masalah ini terdapat pada Lampiran 55
dan 56 halaman 225-226.
Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Peserta didik Kelas Eksperimen
69
Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Peserta didik Kelas Kontrol
Berdasarkan dua gambar di atas diketahui bahwa di kelas
eksperimen peningkatan tiap indikator kemampuan pemecahan
masalahnya lebih baik daripada peningkatan yang terdapat dalam kelas
kontrol. Kecuali pada indikator nomor 3 yaitu memahami masalah pada
kelas kontrol persentase peningkatannya lebih baik daripada kelas
eksperimen karena di kelas kontrol setiap permasalahan didiskusikan
bersama sedangkan pada kelas eksperimen permasalah dipecahkan sendiri
berdasarkan penyelidikan di lapangan.
4.1.2.10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan
untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistic parametrikatau
nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan pemecahan masalah
data pretst dan posttest dapat disajikan pada Tabel 4.15.
70
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji Normalitas
Dk
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 Keterangan Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Pre-test 3 7,13 3,69 7,81 Berdistribusi
Normal
Post-test 3 5,27 1,45 7,81 Berdistribusi
Normal
Berdasarkan perhitungan diperoleh χhitung2 Pre-test dan Post-test kelas
eksperimen masing-masing 7,13 dan 5,27; sedangkan χhitung2 Pre-test dan Post-
test kelas kontrol masing-masing 3,69 dan 1,45. Untuk α = 5% dengan dk =3,
diperoleh χTabel 2 =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χhitung
2 <
χTabel 2 sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal,
sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas
data pre-test dan data post-test terdapat pada Lampiran 40-41 halaman 209-210
dan Lampiran 45-46 pada halaman 214-215.
4.1.2.11 Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam
penelitian ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test
dikatakan homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 . Hasil uji homogenitas untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test
Uji Homogenitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kriteria
Pre-test 2,1437 3,84 Homogen
Post-test 3,7428 3,84 Homogen
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χhitung2 kurang dari
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan
Sumber: Data Primer
71
post-test untuk tingkat kemampuan pemecahan ,asalah peserta didik dalam
penelitian ini berhomogenitas. Lampiran 42 dan 47 halaman 211 dan 216.
4.1.2.12 Uji Kesamaan Dua Varians Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan
pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan
post-test kemampuan pemecahan masalah pada soal uraian pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5%
diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum pada
Tabel 4.17
Tabel 4.17. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test
Data Fhitung FTabel Keterangan
Pre-test 1,64 1,96 Varians Tidak Berbeda
Post-test 1,93 1,96 Varians Tidak Berbeda
Sumber : Data Primer
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masing-
masing 1,64 dan 1,93; untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35,
diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel
sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians
yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil pre-test dan
data post-test kemampuan pemecahan masalah antara kelompok eksperimen dan
kontrol terdapat pada Lampiran 43 halaman 212 dan Lampiran 48 halaman 217.
4.1.2.13 Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji Dua Pihak)
Pada uji ini data dikatakan mempunyai perbedaan signifikan jika thitung >
tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
72
pada skor post-test soal uraian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf
signifikansi 5%. Hasil pengujian antara data pre test dan post-test dengan uji-t dapat
dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Post-Test Soal Uraian
Data thitung tTabel Keterangan
Post-Test 4,25 1,99 Ada Perbedaan
Sumber : Data Primer
Pada hasil post test soal uraian terdapat perbedaan hasil kemampuan
pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kontrol yang signifikan maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam
model PBL terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post-test terdapat pada Lampiran 50
dengan halaman 219.
4.1.2.14 Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Soal Kemampuan Pemecahan
Masalah
Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan
bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula
disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL
berpengaruh positif terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah. Hasil uji
satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal Uraian
Data thitung tTabel Keterangan
Post Test 4,251 1,99 Kelas eksperimen lebih baik
dari kelas kontrol
Sumber : Data Primer
73
Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan
dk=70 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti
bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang
diberi pembelajaran dengan group investigation lebih baik daripada peserta didik
yang diberi pembelajaran dengan tanpa group investigation, sehingga dapat pula
disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL
memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji
perbedaan rata-rata satu pihak kanan terdapat pada Lampiran 49 di halaman 218.
4.1.2.15 Harga N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Harga N-Gain untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik di kelas eksperimen sebesar 0,65 sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 0,51. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan harga normalitas Gain
kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol walaupun keduanya berada
pada kriteria yang sama yaitu sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
yang menerapkan metode group investigation dalam model PBL memberikan
pengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik dibanding dengan pembelajaran diskusi biasa. Selanjutnya tingkat
pencapaian N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar
4.6 dan Gambar 4.7. Analisis perhitungan normalitas gain selengkapnya terdapat
pada Lampiran 51 halaman 220-221.
74
Gambar 4.6 Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen
Gambar 4.7 Tingkat Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Peserta didik Kelas Kontrol
4.1.2.16 Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis
yang diajukan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
pembelajaran group investigation dalam Model PBL pada kelas eksperimen (X
MIIA 1) dan pembelajaran PBL tanpa group investigation pada kelas kontrol (X
MIIA 3). Data post-test dianalisis menggunakan analisis koefisien korelasi biserial
75
untuk mengetahui adanya pengaruh dan koefisien determinasi untuk mengetahui
besarnya pengaruh.
4.1.2.16.1 Analisis Terhadap Pengaruh Antar Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran, yaitu
penerapan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL di kelas
eksperimen dan metode ceramah disertai diskusi pada kelas kontrol, sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik Kelas X
SMA Negeri 2 Batang pada materi redoks. Untuk menentukan besarnya pengaruh
pembelajaran yang menggunakan group investigation digunakan koefisien korelasi
biserial.
Berdasarkan data diperoleh besarnya X1 = 70,64; X2 = 62,86; Sy = 10,98;
p = 0,5; q = 0,5 dan u = 0,3989 (diperoleh dari Tabel daftar E). Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial pemahaman konsep
peserta didik ( rb ) sebesar 0,44. Perhitungan koefisien korelasi biserial pemahaman
konsep peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 52 (halaman 222) dan uji
signifikansi terdapat pada Lampiran 53 (halaman 223).
4.1.2.16.2 Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan kontribusi suatu
variabel bebas terhadap variabel terikat. Kontribusi dalam penelitian ini yaitu
pengaruh pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran group
investigation dalam Model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta
didik materi reaksi oksidasi dan reduksi.
76
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi
biserial pemahaman konsep ( rb ) sebesar 0,44 dan termasuk dalam kategori
sedang, sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 19,36%. Jadi
besarnya pengaruh pembelajaran yang menerapakan metode pembelajaran group
investigation dalam Model PBL terhadappeningkatan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik materi reaksi oksidasi dan reduksi sebesar 19,36%.
Perhitungan koefisien determinasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
dapat dilihat pada Lampiran 54 di halaman 224.
4.1.2.17 Analisis Angket Respon Tanggapan Peserta didik
Penyebaran angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan
metode group investigation dalam model PBL materi reaksi oksidasi dan reduksi.
Penyebaran angket diberikan pada kelas eksperimen pada akhir pembelajaran,
dimana dalam penelitian ini diberikan di kelas X MIIA 1 SMA Negeri 2 Batang.
Hasil penyebaran angket respon dapat dilihat pada Tabel 4.20.
77
Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta didik terhadap Pembelajaran
No Pernyataan SS S BS TS STS
1. Saya merasa senang dan asyik
mengikuti pelajaran Kimia dengan
melakukan investigasi secara
berkelompok.
44,4%
52,8% 2,8% 0% 0%
2. Dalam melakukan investigasi dan
diskusi kelompok saya dan teman-
teman saling membantu dalam mencari
penyelesaian
30,6 % 63,9% 5,6% 0% 0%
3. Saya belajar Kimia dengan sungguh-
sungguh agar nilai saya dan kelompok
saya baik 52,8% 44,4% 2,8% 0% 0%
4. Dengan diskusi dan investigasi
langsung saya merasa lebih mudah
memahami materi Kimia 19,4% 66,7% 13,9% 0% 0%
5. Saya menyukai cara guru dalam materi
dengan diskusi dan kemudian dilakukan
pembahasan 44,4% 50% 5,6% 0% 0%
6. Saya termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran Kimia selanjutnya 8,3% 83,3% 5,6% 0% 2,8%
7. Dengan melakukan investigasi langsung
saya merasawaktu diluar sekolah lebih
bermanfaat 19,4% 55,6% 25% 0% 0%
Berdasarkan Tabel hasil angket respon peserta didik yang telah
terkumpul kemudian dianalisis diketahui bahwa sebesar 52,46% peserta didik
menyatakan setuju bahwa dengan menerapkan metode group investigation dalam
model PBL karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat peserta didik
lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu peserta
didik yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat
belajar. Selanjutnya peserta didik yang sangat setuju untuk menyukai penerapan
metode pembelajaran group investigation dalam model PBL sebesar 25,05%; untuk
peserta didik yang menyatakan biasa saja dalam penerapan metode pembelajaran
ini sebesar 7,97%; kategori tidak setuju 0% dan sangat tidak setuju 2,8%. Sehingga
78
dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik
menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam
model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada peserta didik terutama
dalam hal mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data awal maupun data akhir dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation
dalam model PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol baik itu hasil belajar dalam aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif peserta didik. Hasil belajar pada kelas eksperimen dalam
aspek kognitif mengalami peningkatan sebesar 0,53 berdasarkan uji normalitas
Gain dengan seluruh peserta didik tergolong dalam kelompok kreteria prestasi
sedang, sedangkan pada kelas kontrol peningkatan hanya sebesar 0,36 dengan
peserta didik kelompok prestasi sedang 25 dari 36 peserta didik dan sisanya pada
kelompok peserta didik prestasi rendah. Kelas eksperimen memberikan hasil
belajar yang lebih baik dibanding kelas kontrol, hal ini dikarenakan dalam kelas
eksperimen peserta didik melakukan diskusi dengan penyelidikan sehingga peserta
didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Perlakuan berbeda dengan kelas
kontrol dalam proses pembelajarannya dengan melakukan diskusi tanpa
penyelidikan. Variasi perlakuan ini memberikan pengalaman yang berbeda,
sehingga berpengaruh dengan pemahaman konsep materi yang didapatkan.
79
Kurikulum 2013 menilai hasil belajar peserta didik dari tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan hasil belajar aspek kognitif
begitu juga dengan aspek psikomotorik dan aspek afektif menunjukkan bahwa
dalam kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Penilaian aspek
psikomotorik ini dilakukan saat peserta didik melakukan presentasi solusi
pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan peserta didik
dalam memecahkan suatu masalah diukur dengan lembar observasi aspek
psikomotorik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada aspek psikomotorik
seluruh indikator ketercapaian pada kelas eksperimen sebesar 93,17% sedangkan
kelas kontrol sebesar 87,96%.
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator
ketercapaian dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi
baik itu pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai
ini karena peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan
diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi dengan sungguh-
sungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu ditingkatkan baik untuk
kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan kritik, pada
indikator ini peserta didik dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai
dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator
selain saran dan kritik tingkat ketercapaian peserta didik baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik.
80
Ditinjau dari aspek afektif dari tujuh indikator ketercapaian dalam kelas
eksperimen jauh lebih tinggi rata-rata persentase keseluruhan jika dibanding kelas
kontrol yakni sebesar 96,43% dan 91,96%. Indikator kehadiran antara kelas
eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang hampir sama tinggi yaitu 0,99
dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas eksperimen memiliki
tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78 karena pada
kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara mandiri
sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan
pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki tingkat ketercapaian yang hampir sama tinggi, begitu juga dengan
indikator sopan dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada
indikator kepedulian kelas eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna
dibanding kelas kontrol 0,89 dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota
dalam kelompok berusaha mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga
antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang tinggi untuk membantu mencari
solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas eksperimen memperoleh hasil
0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena pada kelas eksperimen
setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap kelompok sehingga
dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri.
Analisis kemampuan pemecahan masalah dilihat dari instrumen tes yang
berupa soal uraian yang bermuatan indikator pemecahan masalah. Indikator
pemecahan masalah yang sesuai dalam penelitian ini ada lima yakni tingkat
pemahaman terhadap suatu masalah, menemukan suatu pola pemecahan, penalaran
81
logis terhadap masalah, memperhitungkan semua kemungkinan solusi dan
mengevalusi kembali solusi yang telah ditawarkan dalam diskusi. Penelitian untuk
mengembangkan pemecahan masalah dengan pengaruh penggunaan artikel ilmiah
di internet pada tahun 2009 menunjukkan hasil bahwa pada kelas eksperimen
memperoleh tingkat hasil belajar lebih baik dibanding kelas kontrol (Supardi &
Putri, 2009). Sehubungan dengan hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan artikel ilmiah di internet yang sangat beragam dapat membangun
pola pengetahuan peserta didik. Pengetahuan yang diperolehpun tidak hanya
mengenai konsep materi namun juga penerapannya dikehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan kelas kontrol yang bersumber pada buku paket, sehingga peserta
didik dalam kelas ini kurang leluasa dalam memilih masalah untuk diselidiki
(Supardi & Putri, 2009).
Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dengan memfokuskan pada
langkah-langkah PBL yang selaras dengan indikator kemampuan pemecahan
masalah. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang pertama yaitu
memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan, indikator ini mengalami
peningkatan yang tertinggi diantara lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil analisis uji
normalitas Gain pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,8
kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,45 dalam kategori sedang.
Peningkatan ini terjadi karena adanya faktor pendukung yang terfasilitasi yaitu
dengan langkah-langkah PBL. Perlakuan awalnya dengan mengorientasikan
peserta didik pada masalah. Hal ini peserta didik diberikan permasalahan yang
umum dalam lingkungan sekitar seperti perkaratan pada besi. Selanjutnya yaitu
82
mengorganisasikan dalam kegiatan belajar, dalam hal ini perserta didik dalam
kelompoknya berdiskusi dan bertukar informasi sebab terjadinya dan pencegahan
yang dilakukan dalam peristiwa perkaratan. Perlakuan dalam langkah membimbing
penyelidikan mandiri yaitu dengan memberikan tugas kelompok untuk
menginvestigasi reaksi yang terjadi dalam peristiwa perkaratan pada beberapa
logam serta pencegahannya.
Mengembangkan dan menyajikan karya dilakukan setelah investigasi
selesai, setiap kelompok merancang laporan hasil penyelidikan disertai
dokumentasi untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Terakhir dalam
langkah analisis dan evaluasi, kelompok pendengar bertugas untuk memberikan
saran kritik serta pendapat kepada kelompok yang sedang presentasi sehingga
solusi yang didapat lebih beragam dan baik lagi serta analisis kemampuan
pemecahan masalah peserta didik berkembang.
Indikator kemampuan pemecahan masalah yang kedua yaitu penalaran
logis, dalam hal ini peserta didik diorientasikan pada permasalahan yang terjadi
dalam dirinya yaitu proses pembakaran dalam tubuh. Pengorganisasian dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi
tentang proses pembakaran glukosa didalam tubuh. Membimbing penyelidikan
mandiri ini peserta didik berdiskusi serta menganalisis hubungan redoks yang
terjadi dengan proses pembakaran dari beberapa literatur. Selanjutnya hasil diskusi
tersebut dikembangkan menjadi sebuah karya berupa laporan hasil diskusi sesuai
petunjuk guru untuk kemudian dipresentasikan. Analisis dan evaluasi dilakukan
tiap kelompok kepada kelompok yang bertugas presentasi dengan pengawasan guru
83
agar pokok pembahasan tetap pada jalur. Hasilnya indikator penlaran logis ini
mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan selisih yang tipis antara kelas
eksperimen maupun kontrol. Berdasarkan uji normalitas Gain kelas eksperimen
mengalami peningkatan sebesar 0,74 kategori tinggi sedangkan kelas kontrol 0,67
dalam kategori sedang.
Indikator kemampuan pemecahan masalah yang ketiga yaitu pemahaman
terhadap permasalahan. Peserta didik diarahkan kepada permasalahan
permasalahan terkait materi redoks yang terdapat di dalam lingkungan sekitar yang
beragam selain peristiwa korosi. Peserta didik diorientasikan bahwa hal-hal yang
berkaitan dengan redoks tidak hanya sebatas pada perkaratan pada logam.
Permasalahan-permasalahan yang mereka temukan terkait redoks tersebut
kemudian didiskusikan dalam kelompoknya. Selanjutnya dilakukan penyelidikan
dengan beberapa sumber referensi, seperti halnya penggunaan pemutih pakaian,
peristiwa fotosintesis dan pencoklatan pada apel yang telah dibelah. Hasil
penyelidikan dan diskusi kelompok tersebut kemudian dipresentasikan dan di
analisis serta evaluasi oleh kelompok lain serta guru agar tidak terjadi miskonsepsi.
Hasil dari fasilitas perlakuan dengan PBL ini dengan analisis normalitas Gain
diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 0,37 dan kelas kontrol 0,5 dalam kategori
yang sama yaitu sedang. Kelas eksperimen mengalami peningkatan yang sedikit
rendah daripada kelas kontrol karena perbedaan perlakuan pada langkah
penyelidikan mandiri. Kelas eksperimen dalam penyelidikan secara mandiri di luar
jam pembelajaran, sedangkan kelas kontrol dalam kelas dengan sumber informasi
84
dan bimbingan guru sehingga segala penjelasan permasalahan dalam pantauan
guru.
Indikator kemampuan pemecahan masalah selanjutnya adalah menemukan
suatu pola, dengan menggunakan langkah PBL peserta didik dapat memberikan
suatu gambaran atau alur pemecahan suatu masalah. Indikator ini mengalami
peningkatan dalam kategori yang sedang baik pada kelas eksperimen (0,65) dan
pada kelas kontrol (0,43). Langkah PBL pertama yang diterapkan adalah dengan
mengorientasi peserta didik kepada masalah. Permasalahan tersebut kemudian
diorganisasikan dalam kegiatan belajar seperti pada pengolahan limbah industri
dengan metode lumpur aktif. Selanjutnya setiap kelompok melakukan diskusi serta
investigasi mengenai permasalahan tersebut, baik itu langkah-langkah pengolahan
limbah maupun prinsipnya. Hasil diskusi kelompok kemudian dibuat sebuah karya
berupa laporan yang kemudian akan dianalisis serta evaluasi bersama dengan
kelompok lain dan guru.
Indikator pemecahan masalah kelima yakni mengevaluasi kembali solusi.
Hasil analisisi normalitas Gain menyatakan bahwa pada kelas eksperimen maupun
kontrol mengalami peningkatan yang sedang. Perlakuan awal dengan
mengorientasikan peserta didik kepada permasalahan pencoklatan buah seperti
pisang, apel dan kentang setelah dikupas dan dibiarkan begitu saja. Permasalahan
tersebut diorganisasikan dalam kegiatan belajar salah satunya dengan menampilkan
sebuah video. Gambaran permasalahan yang sudah ditangkap siswa kemudian
dilakukan penyelidikan mandiri secara berkelomopok. Hasil diskusi kelompok
dibuat sebuah karya berupa laporan pengamatan. Hasil laporan tersebut dianalisis
85
dan dievaluasi bersama dengan dampingan guru. Setiap peserta didik wajib menulis
hal-hal penting terkait solusi pemecahan masalah ini, untuk menguji kembali solusi
yang pernah dibahas dan untuk meningkatkan indiaktor evaluasi kembali solusi
maka permasalahan ini diujikan dalam soal test.
Data yang diperoleh dari nilai pretest dan postest kemudian di analisis
menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui peningkatan setiap indikatornya.
Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan pemecahan masalah secara umum
menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding kelas
kontrol.
Hasil analisis keseluruhan mengenai peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dapat disimpulkan bahwa penerapan group investigation dalam model
PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik. Penelitian yang dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 27 Palembang
tahun 2010 menunjukkan hasil yang serupa bahwa metode investigasi dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
dengan tingkat keberhasilan setiap indikator minimal 60% (Anggraini, 2010).
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan
melakukan penyelidikan langsung maka peserta didik akan memperoleh langsung
permasalahannya sehingga akan lebih paham dalam mengambil penyelesaian yang
tepat dan sesuai.
86
4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Batang dan
melihat analisis data yang diperoleh, maka dapat diketahui mengenai kelebihan
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran group investigtion sebagai
berikut :
(1) Peserta didik lebih mudah dalam memahami materi karena dalam proses
pembelajarannya peserta didik menggali pemahaman materi secara diskusi
kelompok dan bimbingan guru.
(2) Ketrampilan kemampuan pemecahan masalah memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik untuk berlatih memecahkan masalah yang ada
dilingkungannya (Tawil & Liliasari, 2013)
(3) Peserta didik dapat lebih percaya diri dalam membuat keputusan serta
berpartisipasi aktif dalam diskusi
(4) Peserta didik berlatih untuk bekerja secara kelompok sehingga berlatih
bekerjasama, kekompakan dan saling tolong menolong.
(5) Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran
(6) Kemandirian peserta didik dalam belajar dapat terlihat, dimana peserta didik
dapat mencari materi sendiri dalam pemecahan masalah dari masalah yang
ditemui.
Selain keunggulan, penggunaan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran group investigation dalam model PBL juga terdapat kekurangan,
antara lain:
87
(1) Menuntut kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
membangkitkan semangat berkompetisi peserta didik
(2) Tempat penyelidikan yang diberikan kepada setiap kelompok kurang
bervariasi, ini disesuaikan dengan kota tempat penelitian.
88
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
(1) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, sesuai dengan uji t yang
telah dilakukan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol.
(2) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi redoks, berdasarkan analisi
pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik memperlihatkan bahwa kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Sebagian besar peserta didik memberikan tanggapan dan respon positif
terhadap penerapan pembelajaran dengan metode group investigation dalam
model PBL melalui pengisian angket.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan :
(1) Tempat-tempat yang digunakan sebagai tugas penyelidikan pada penelitian
selanjutnya lebih beragam dan lebih luas lagi, agar pengetahuan penyelidikan
siswa lebih mendalam.
89
(2) Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran menentukan hasil belajar peserta
didik, oleh karena itu guru disarankan mempunyai cara-cara yang tepat untuk
mengaktifkan peserta didik.
90
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84.
Arifin Z. 2012. Evalusi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2002a. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010b. Prosedur Penelitian (Ed Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Barrows, H. 1996. New direction for teaching and learning “Problem Based
Learning medichine and beyond:A brief overbiew. Jossey Bass Publishers.
Supardi, Kasmadi Imam & Putri, Indraspuri Rahning. 2010. Pengaruh Penggunaan
Artikel Kimia dari Internet pada Model Pembelajaran Creative Problem
Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 4(1). 574-581
Guo, M. 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based
Knowledge and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3:[3], pp.
503-507 [Tersedia di http://e-resources.pnri.go.id:2061/media]
Hafismuaddab. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). [Tersedia di
http://hafismuaddab.files.wordpress.com/2011/06/problem-based-learning-
process]
Hamdani, M.A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV.Pustaka Setia
Haryanto, 2010. Macam-macam Teori Belajar. http://belajarpsikologi.com/
[diakses 27-01-2015)
Herman, T. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia,
1(1). 22-28.
Hertiavi, M.A; H. Langlang & S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika 6(2010): 53-57.
Ismail, S M. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM.
Semarang: Rasail. Media Grup.
91
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes Nontes. Yogyakarta:
PT Mitra Cendekia.
Munib, A. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press
Nurhayati, L; K S Martini & T Redjeki. 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Prestasi
Belajar Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal
Pendidikan Kimia, 2(4): 1-8.
Nurhayati. 2013. Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar pada materi minyak
bumi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)
dengan media crossword. Mengutip dari Gentry, E. (2000). Creating
Student-centered, Problembased Classrooms.Huntsville: University of
Alabama. Tersedia di http://aspire.cs.uah.edu/ [diakses 15- 04- 2014]
Rahayu, I P; Sudarmin & Wijanto. 2012. Penerapan Model PBL Berbantaun Media
Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar. Chemistry in
Education, 2(1).
Rahayuningrum, R H. 2008. Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia
Interaktif Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII F dI SMP
Negeri 2 Imogiri Bantul. Peran ICT untuk Mendukung Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Artikel. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rubi, A P & Zamtinah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) Di Smk Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
Santoso, E B. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation. http://www.ras-
eko.co.cc [diakses pada 4 Februari 2015]
Sapari. 2013. Penerapan Cooperative Learning Melalui Strategi Crossword Puzzle
dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak Materi
Asmaul Husna Kelas IV MI Krajankulon Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Skripsi. Semarang : IAIN Walisongo Semarang
Saptorini. 2011. Strategi Pembelajaran Kimia. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA
Unnes
Sardiman A.M. 2005. Interaksi & Motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
92
Sirhan, Ghassan. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal
of Turkish Science Education (TUSED). 4(2)
Solichin, Mohammad Muchlis. 2012. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori
Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Suka Press
Suci, N M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Undiksha. 2(1): 74-86
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2002a. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2005b. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan proses pembelajaran Matematika 1. Semarang:
Jurusan Matematika
Tawil, Muh & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivisme. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
Udin S W. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Ulfah, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap
Proses Ketrampilan Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan
Kimia 3(10): 2-10.
UU Nomor 20 tahun 2003. 2011. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiryadi, Ni Ketut. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia Dengan
Mempertimbangkan Kreativitas Siswa (Studi Eksperimen terhadap Para
Siswa SMA Dwijendra Denpasar). Jurnal Pascasarjana Undhiksa 7(1): 28-
41.
93
Lampiran 1. Penggalan Silabus
PENGGALAN SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA
MATERI REDOKS
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : X
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi dengan melakukan investigasi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menyelidiki, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik dengan melakukan investigasi pada penerapannya sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Indikator Kompetensi Materi
Pokok Pembelajaran Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menyadari adanya
keteraturan struktur
partikel materi
sebagai wujud
1.1.1 Peserta didik
mampu
mengagungkan
kebesaran Tuhan
YME
Konsep reaksi
oksidasi -
reduksi
Mengamati
Melakukan
penyelidikan
mengenai penerapan
konsep redoks
Tugas
Melakukan
investigasi
mengenai penerapan
3 mgg x
3 jp
Lembar
kerja siswa
94
kebesaran Tuhan
YME dan
pengetahuan tentang
struktur partikel
materi sebagai hasil
pemikiran kreatif
manusia yang
kebenarannya
bersifat tentatif.
1.1.2 Peserta didik
mampu
menyadari bahwa
ketentuan yang
ditetapkan oleh
Tuhan YME
adalah yang
terbaik bagi kita
1.1.3 Peserta didik
mampu
mensyukuri setiap
anugerah yang
telah diberikan
Tuhan YME
dikehidupan sehari-
hari semisal reaksi
pembakaran, kondisi
logam pada daerah
pinggir laut, pada
bengkel las untuk
menyelidiki
penyambungan besi
dan reaksi redoks
yang terjadi serta karat
besi untuk
menjelaskan reaksi
oksidasi-reduksi
Melakukan diskusi
berbasis masalah
tentang perkembangan
konsep reaksi
oksidasi-reduksi dan
bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa
atau ion.
Melakukan percobaan
sederhana terkait
materi redoks dengan
meletakkan logam
pada beberapa larutan
redoks dalam
kehidupan sehari-
hari diberbagai
tempat seperti
pinggir laut, bengkel
las, bengkel mobil
dll.
Observasi
Sikap dan
ketrampilan saat
melakukan
investigasi serta saat
presentasi artikel
ilmiah dan hasil
lembar investigasi
Portofolio
Artikel ilmiah
Lembar investigasi
Lembar hasil
percobaan sederhana
Buku
Kimia kelas
X
Berbagai
sumber
belajar
lainnya
95
(larutan asam, larutan
basa dan garam)
Menanya
Mencari solusi untuk
menjawab
permasalahn dalam
penyelidikan yang
dilakukan dengan
mengajukan beberapa
pertanyaan di tempat
penyelidikan.
Mengapa besi bisa
berkarat? Bagaimana
menuliskan persamaan
reaksinya?
Bagaimana
menentukan bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion?
Pengumpulan data
Mencatat segala
informasi yang
diperoleh saat
melakukan
penyelidikan.
Mencari informasi
terkait solusi untuk
Tes Tertulis
Pemahaman konsep
redoks, perubahan
bilangan oksidasi
dan aplikasi redoks
dalam pemecahan
masalah lingkungan.
96
menjawab
penyelidikan yang
dilakukan
Merancang percobaan
sederhana mengenai
peristiwa korosi serta
mempresentasikan
hasilnya untuk
mencegah
misskonsepsi.
Mendiskusikan hasil
kajian literatur untuk
menjawab pertanyaan
tentang bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion.
Mengasosiasi
Menganalisis data
untuk menyimpulkan
reaksi perkaratan yang
terjadi pada logam
besi di berbagai jenis
larutan
Menuliskan reaksi
korosi hasil
percobaan.
97
Menyamakan jumlah
unsur sebelum dan
sesudah reaksi.
Menuliskan reaksi
serah terima elektron
hasil percobaan.
Menganalisis dan
menyimpulkan
bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa
atau ion.
Mengkomunikasikan
Menyajikan hasil
percobaan
sederhana .reaksi
perkaratan pada logam
besi
Menyajikan
penyelesaian
penentuan bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion.
Melakukan pemaparan
terkait hasil
penyelidikan yang
dilakukan.
98
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester : X / 2
Materi Pokok : Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (3 x 45 menit)
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi
KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
Indikator :
1.1.1 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME
1.1.2 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan
oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
1.1.3 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME
KD dari KI 2:
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif )
dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
99
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
Indikator :
2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu
2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam
menggunakan data untuk penyelidikan
2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data
(mampu melakukan penyelidikan secara runtut dan konsisten
terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil)
2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan
yang mendukung penyelesaian masalah
2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam
diskusi
2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar
2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan
setiap masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan
cepat.
KD dari KI 3
3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion.
Indikator:
3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks
dalam kehidupan sehari-hari
KD dari KI 4
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
100
Indikator:
4.9.1 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
4.9.2 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh
materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan
investigasi diberbagai tempat seperti di bengkel mobil untuk
mengetahui penerepan redoks dalam aki, dll
4.9.3 Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat
mempresentasikan hasil penyelidikan mengenai reaksi redoks.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME
dengan mempelajari materi Redoks
2. Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa
ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
melalui hasil investigasi
3. Pesrta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks
4. Peserta didik secara mandiri memiliki rasa ingin tahu terhadap materi
redoks dengan melakukan investigasi di berbagai tempat.
5. Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi pemecahan dengan
menggunakan data yang diperoleh melalui penyelidikan
6. Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan
data hasil pengamatan yang diperoleh dari penyelidikan dan percobaan
sederhana dengan menyajikan karya.
7. Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil
pengamatan dalam percobaan sederhana dan hasil penyelidikan dengan
menyajikan sebuah karya dan laporan sederhana dengan kebenaran hasil.
8. Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi
yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi
101
relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi
kelompok.
9. Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama
dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi.
10. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan
dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar dengan
melakukan penyelidikan kelompok diberbagai tempat dengan potensi dan
permasalahan yang berbeda.
11. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi
untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui
diskusi dalam kelompok.
12. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
13. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi
kelompok.
14. Peserta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai
penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari seperti mengetahui
kondisi logam yang terdapat pinggir laut, penerapan redoks di aki dengan
menyelidiki bengkel mobil, reaksi redoks yang terjadi saat penyambungan
logam dengan menyelidiki di bengkel las.
15. Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan dengan
benar oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks melalui group
investigation secara tepat.
16. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
17. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
102
D. Materi Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
Perkembangan Reaksi Redoks
1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen
2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron
3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
Pertemuan Ke 2 dan Ke 3
Bilangan Oksidasi
1. Presentasi hasil investigasi dan percobaan sederhana
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Model : problem based learning
Pendekatan : scientific
Strategi : group investigation
Metode : diskusi, tanya jawab dan penugasan
F. Media dan Sumber Belajar
1. Media : Laptop dan LCD.
2. Sumber Belajar :
LKS ( lembar kerja peserta didik)
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul
Sudarmo.
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba
dan Sunardi.
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin
Hidayat
Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi
Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono.
103
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (3 x 45 menit)
Kegiatan Langkah
PBL Deskripsi
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam.
Guru menanyakan
kehadiran peserta didik.
Guru mempersilahkan salah
satu peserta didik
memimpin doa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Guru memberikan pretest.
Guru memberikan beberapa
pertanyaan tentang reaksi
oksidasi dan reduksi di
kehidupan sehari-hari.
“Anak-anak pernahkah
kalian melihat menara
pemancar ? terbuat dari apa
pemancar tersebut ?
Bagaimana jika besi
tersebut mengalami korosi
dan kemudian roboh ?”
100 menit
Inti
Guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok
group investigation
(1 kelompok terdiri dari 6
orang).
Mengamati:
35 menit
104
Mengorientasi
Peserta Didik Pada
Masalah
Mengorganisasikan
Kegiatan Belajar
Membimbing
Kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
- Guru mengarahkan salah
satu siswa dari setiap
kelompok untuk maju
kedepan kelas mengambil
lembar diskusi yang berisi
tugas mengenai
perkembangan konsep
redoks.
- Guru memberikan
pengantar diskusi yang
berupa masalah terkait. Di
sekeliling kita banyak
reaksi kimia yang terjadi
baik itu yang kita sadari
maupun tidak, ayo
sebutkan reaksi reaksi
kimia yang kalian ketahui
? apakah semua reaksi
yang terjadi dengan unsur
yang sama ? apakah selalu
dengan oksigen?.
Kemudian anak-anak
diberi waktu dan
kesempatan untuk
berdiskusi.
- Lembar diskusi ini berisi
reaksi-reaksi kimia yang
berhubungan dengan
perkembangan konsep
redoks. Dari reaksi-reaksi
tersebut siswa
105
mengelompokkan reaksi-
reaksi yang ada dalam
jenis perkembangan reaksi
redoks. Setelah semua
reaksi terkelompokkan,
setiap kelompok membuat
dan atau mencari reaksi
yang berbeda untuk
menggenapi contoh tiap
perkembangan reaksi
redoks.
Menanya:
- Peserta didik mendapat
contoh mengenai salah satu
penerapan redoks
dilingkungan sekitar yaitu
mengenai peristiwa
perkaratan atau kororsi
pada besi yang dibiarkan
begitu saja tanpa dilakukan
perlindungan.
- Dari contoh penerapan
redoks, peserta didik
menyelidiki reaksi yang
terjadi pada perkaratan besi
dan kemudian
menghubungkannya
dengan perkembangan
konsep redoks dengan
106
Mengembangkan
dan Menyajikan
Karya
mencari berbagai contoh
reaksi kimia lainnya.
- Peserta didik
mendiskusikan tugas
bersama anggota kelompok
dan termasuk dalam
perkembangan konsep
redoks apa dan mencari
dan atau membuat reaksi
lain yang berbeda.
Pengumpulkan data:
- Masing-masing kelompok
diperkenankan mencari
informasi yang berkaitan
dengan masalah atau soal
yang dihadapi serta
menafsirkannya, berkaitan
dengan golongan
perkembangan redoks dan
alasannya disertai contoh
lainnya.
- Menuliskan jawaban atau
solusi dari hasil diskusi
pada kertas yang
disediakan.
Mengasosiasikan:
- Meminta seluruh peserta
didik untuk menulis semua
perkembangan konsep
redoks yang telah
didiskusikan oleh
107
Analisis dan
Evaluasi
kelompok sendiri maupun
kelompok teman. Serta
membuat kesimpulan dari
setiap perkembangan
konsep redoks.
- Guru dan observer
melakukan penilaian
ketrampilan serta penilaian
afektif.
Mengkomunikasikan:
- Kelompok yang sudah
menyelesaikaan diskusi
terlebih dahulu
memperoleh kesempatan
untuk mempresentasikan
atau membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
serta memperoleh
penghargaan sebagai
kelompok terbaik.
Penutup Meminta salah satu peserta
didik membacakan
kesimpulan yang telah
dibuat.
Guru melengkapi atau
menyempurnakan
kesimpulan dari siswa untuk
mencegah tejadinya salah
paham konsep.
5 menit
108
Guru memberi tugas kepada
tiap-tiap kelompok memulai
melakukan investigasi
dengan penyelidikan yang
didapat.
Guru menutup pertemuan
dengan do’a dan salam
penutup
Pertemuan Ke 2 (3 x 45 menit)
KEGIATAN
LANGKAH
PBL
DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Melakukan apresepsi dengan
mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan peserta didik ke
materi yang akan dipelajari.
Kemarin kita sudah mempelajari
perkembangan konsep redoks,
sekarang kita akan mempelajari
tentang bilangan oksidasi, “apa
itu biloks ? bagaimana cara
menentukan biloks?”. Namun
15 menit
109
sebelumnya dilakukan presentasi
mengenai hasil investigasi.
Inti
Mengorientasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisa
si Kegiatan
Belajar
PRESENTASI HASIL
INVESTIGASI
Guru mengarahkan peserta didik
untuk duduk mengelompok bersama
kelompok investigasinya.
Mengamati
- Tugas yang diberikan oleh Guru
pada pertemuan sebelumnya
untuk melakukan penyelidikan di
berbagai tempat tiap
kelompoknya, mengenai
penerapan redoks di kehidupan
sehari-hari dan bagaimana reaksi
yang terjadi serta solusi yang bisa
ditawarkan dilakukan oleh peserta
selama satu minggu.
- Hasil penyelidikan yang
diperoleh kemudian
dipresentasikan secara
berkelompok.
Menanya
- Guru memberikan kesempatan
kepada tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil
penyelidikannya secara mandiri
tanpa ditunjuk.
Mengumpulkan Data
- Data hasil penyelidikan yang telah
dilakukan kemudian dianalisis.
60 menit
110
Membimbing
Kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
Mengembang
kan dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
Untuk menganalisis data dan
menjawab identifikasi masalah
siswa diperbolehkan membaca
atau mencari di berbagai sumber
belajar.
Mengasosiasikan
- Setiap kelompok dapat
mempresentasikan hasil
diskusinya dengan bebas dalam
berbagai bentuk hasil
penyelidikan. Yang didalamnya
termuat solusi-solusi penawaran
pada permasalahan yang ada.
Mengkomunikasikan
- Kelompok yang tidak bertugas
presentasi diperkenankan untuk
memberikan pendapat atau
tanggapan pada kelompok
presentasi.
Mengasosiasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisa
sikan
DISKUSI PENENTUAN BILOKS
Mengamati
- Setiap kelompok mendapat lembar
diskusi yang berupa penentuan
bilangan oksidasi dengan
menggunakan rumus lewis dan
tingkat keelektronegatifan suatu
atom.
Menanya
- Guru memberi arahan tentang
langkah menyelesaikan diskusi ini
dengan mengaitkan dan
35 menit
111
Kegiatan
Belajar
Membimbing
kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
Mengembang
kan dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
mengingatkan siswa pada materi
sebelumnya yaitu pada materi
Sistem Periodik Unsur.
- Guru menunjuk salah seorang
siswa maju kedepan kelas untuk
menjawab soal diskusi nomor satu
dengan tuntunan guru.
Mengumpulkan Data
- Dalam menyelesaikan diskusi
siswa diijinkan untuk mencari
sumber mengenai tingkat
kelektronegatifan dan nomor atom
unsur dari manapun.
Mengasosiasi
- Jawaban hasil diskusi bukan
hanya mengenai biloks dengan
rumus lewis. Namun dilengkapi
juga dengan penjelasan tingkat
kelektronegatifan setiap unsurnya
sehingga biloks tersebut bernilai
positif ataukah negatif.
Mengkomunikasikan
- Setiap kelompok perwakilan maju
kedepan kelas untuk menuliskan
jawaban hasil diskusinya satu
nomor saja.
- Kemudian hasil jawaban tiap-tiap
nomor dari masing-masing
kelompok dianalisis oleh Guru.
112
Penutup - Guru mengumumkan kelompok
terbaik dalam dua diskusi ini,
kemudian memberikan sebuah
apresiasi.
- Guru memberikan tugas lanjutan
kepada peserta didik untuk
melakukan percobaan sederhana
mengenai pengaruh larutan
terhadap korosi.
- Guru memutarkan langkah
percobaan sederhana yang hendak
dilakukan peserta didik.
- Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam.
25 menit
Pertemuan Ke-3 (3 x 45 menit)
Kegiatan Langkah
PBL Deskripsi
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam.
Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
Guru mempersilahkan salah
satu peserta didik memimpin
doa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran di pertemuan
akhir ini, yaitu untuk
mengetahui hasil percobaan
sederhana yang telah dilakukan
oleh setiap kelompok.
10 menit
113
Inti
Mengorientasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisasi
kan Kegiatan
Belajar
Membimbing
Kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
Mengembangka
n dan
Menyajikan
Karya
Mengamati:
- Setiap perwakilan kelompok
maju kedepan kelas untuk
membacakan hasil percobaan
sederhana yang telah
diamatinya selama 3 hari.
Menanya:
- Kelompok 1 membacakan
hasil percobaan sederhananya
bersama kelompok 4, karena
yang diamati adalah hal yang
sama kemudian dibandingkan
hasilnya kemudian dibahas
bersama. Begitu juga yang
dilakukan oleh kelompok 2
dengan kelompok 5 dan
kelompok 3 bersama
kelompok 6.
Pengumpulkan data:
- Hasil pengamatan dalam
percobaan sederhana yang
dilakukan selama tiga hari itu
kemudian di analisis dan
dibahas. Kemudian pada
bagian akhir ditarik
kesimpulannya.
Mengasosiasikan:
- Dalam menganalisi dan
membahas hasil pengamatan
dikaitkan dengan materi
redoks yang telah dipelajari
20 menit
114
Analisis dan
Evaluasi
pada perteuan sebelumnya,
baik itu perkembangan konsep
redoks maupun perubahan
bilangan oksidasinya.
Mengkomunikasikan:
- Kelompok dengan
pengamatan pada objek yang
sama melakukan
perbandingan hasil
pengamatan. Kemudian
dipresentasikan hasilnya.
Penutup Meminta salah satu peserta
didik memberikan kesimpulan
mengenai pengaruh jenis
larutan tehadap korosi logam.
Siswa mengatur tempat duduk
dan memasukkan segala
sumber belajar kecuali
peralatan tulis.
Guru melakukan posttest
Guru mengumumkan kelompok
terbaik untuk diskusi percobaan
sederhana dan memberikan
kenangan kepada murid-murid.
Guru menutup pertemuan
dengan berpamitan dan do’a
serta salam penutup
115menit
115
H. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
(terlampir)
2. Penilaian Sikap
(terlampir)
3. Penilaian Ketrampilan
(terlampir)
Semarang, Januari 2015
Mengetahui,
Guru Pamong Guru Praktikan
Mentari Nur Rizkyawati
NIP NIM 4301411125
116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester : X / 2
Materi Pokok : Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu : 5 x pertemuan (1 jp x 45 menit)
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi
KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
Indikator :
1.1.4 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME
1.1.5 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan
oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
1.1.6 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME
KD dari KI 2:
2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif )
dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.5 Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
2.6 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
117
Indikator :
2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu
2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam
menggunakan data hasil percobaan sederhana
2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data
(mampu melakukan percobaan sederhana secara runtut dan
konsisten terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil)
2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan
yang mendukung penyelesaian masalah
2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam
diskusi
2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar
2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan setiap
masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan cepat.
KD dari KI 3
3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion.
Indikator:
3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks
dalam kehidupan sehari-hari
KD dari KI 4
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
Indikator:
4.9.4 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
118
4.9.5 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh
materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dai pelaksanaan diskusi
berbasis masalah seperti perkaratan dan pencoklatan pada apel.
4.9.6 Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat
mempresentasikan hasil diskusi mengenai reaksi redoks.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME
dengan mempelajari materi Redoks.
2. Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa
ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
melalui pelaksanaan diskusi berbasis masalah.
3. Peserta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks.
4. Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi untuk menarik
kesimpulan dalam pemecahan masalah yang tersedia didalam diskusi
kelompok.
5. Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan
data hasil pengamatan dalam percobaan sederhana dengan menyajikan
karya.
6. Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil
percobaan sederhana dengan laporan sederhana pada kebenaran hasil.
7. Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi
yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi
relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi
kelompok.
8. Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama
dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi.
119
9. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan
dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar
melakukan percobaan sederhana.
10. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi
untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui
diskusi dalam kelompok.
11. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
12. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi
kelompok.
13. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
14. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
D. Materi Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
1. Pelaksanaan pretest.
Pertemua Ke 2
Perkembangan Reaksi Redoks
1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen
2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron
3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
Pertemuan Ke 3
Bilangan Oksidasi
1. Penentuan Bilangan Oksidasi
Pertemua Ke 4
1. Pengamatan Percobaan Sederhana
120
Pertemuan Ke 5
1. Pelaksanaan posttest.
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : scientific
Strategi : kolaboratif
Metode : diskusi, ceramah dan penugasan
Model : problem based learning
F. Media dan Sumber Belajar
1. Media : Laptop dan LCD.
2. Sumber Belajar :
LKS ( lembar kerja peserta didik)
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul
Sudarmo.
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba
dan Sunardi.
Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin
Hidayat
Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi
Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit)
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam.
Guru memperkenalkan diri sebagai
mahasiswa penelitian
5 menit
121
Guru mempersilahkan salah satu peserta
didik memimpin doa.
Guru menanyakan kehadiran peserta didik
Guru memberikan pretest.
Inti Pelaksanaan pretest 90 menit
Penutup Guru memberikan arahan peserta didik
untuk mengumpulkan soal dan lembar
jawab pretest.
Guru menutup pertemuan dengan do’a dan
salam penutup
5 menit
Pertemuan Ke 2 (1 x 45 menit)
KEGIATAN
LANGKAH
PBL
DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Melakukan penyegaran kepada
siswa dengan memberikan
pertanyaan terkait materi yang
akan dipelajari yaitu Redoks,
“Pernah melihat besi berkarat ?
mengapa bias besi tersebut
berkarat?”
10 menit
122
Inti
Mengorientasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisa
sikan
Kegiatan
Belajar
Membimbing
Kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
Guru membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok kecil.
Mengamati
- Guru mengomando siswa untuk
duduk bersama kelompok
diskusinya.
- Guru membagikan lembar diskusi
kepada tiap-tiap kelompok
mengenai perkembangan konsep
redoks dengan memberikan
sebuah permasalahan mengenai
perkaratan pada besi yang biasa
dijumpai dalam lingkungan
sekitar.
Menanya
- Peserta didik melakukan diskusi
sesuai dengan petunjuk yang
tertera dalam lembar diskusi.
- Bersama anggota kelompoknya
peserta didik mengelompokkan
reaksi-reaksi yang disediakan
dalam kelompok perkembangan
konsep redoks dan reaksi bukan
redoks.
Mengumpulkan Data
- Dalam menjawab persoalan dalam
diskusi peserta didik dibebaskan
untuk mencari diberbagai sumber
belajar.
Mengasosiasikan
30 menit
123
Mengembang
kan dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
- Guru bersama observer
melakukan penilaian pada aspek
afektif dan psikomotorik siswa.
Mengkomunikasikan
- Tiap kelompok bertugas
mempresentasikan hasil diskusi
yang telah dilakukannya.
- Kelompok yang tidak mendapat
giliran presentasi bertugas untuk
memberikan pendapat maupun
kritik-saran kepada kelompok
yang presentasi.
Penutup - Guru memberikan analisis hasil
kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
- Guru memberikan apresiasi
kembali kepada kelompok dengan
hasil diskusi terbaik. Dan
memberikan motivasi tambahan
kepada peserta didik lain untuk
terus belajar.
- Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam.
10 menit
Pertemuan Ke 3 (2 x 45 menit)
Kegiatan Langkah
PBL Deskripsi
Alokasi
Waktu
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
10 m
h
e
124
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Guru memberikan pertanyaan
mengenai perkembangan konsep
redoks berdasarkan perubahan
biloks. “Anak-anak apakah yang
dimaksud dengan reaksi oksidasi
dan reduksi berdasarkan konsep
perubahan bilangan oksidasi ?
n
i
n
k
n
k
n
k
n
k
t
Inti
Mengorientasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisasi
kan Kegiatan
Belajar
Membimbing
Kegiatan
Penyeidikan
Mandiri
Guru menginstruksikan kepada Peserta
didik untuk duduk bersama anggota
kelompoknya.
Mengamati:
- Setiap kelompok mendapat lembar
diskusi yang berupa penentuan
bilangan oksidasi dengan
menggunakan rumus lewis dan
tingkat keelektronegatifan suatu
atom.
Menanya:
- Guru memberi arahan tentang
langkah menyelesaikan diskusi ini
dengan mengaitkan siswa pada
materi di semester sebelumnya.
Kemudian memberikan contoh
penyelesaian diskusi pada nomor 1.
Pengumpulkan data:
- Dalam menyelesaikan diskusi
siswa diijinkan untuk mencari
65 menit
125
Mengembangka
n dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
sumber informasi dari segala
sumber mengenai
keelektronegatifan dan nomor atom
suatu unsur.
Mengasosiasikan:
- Dalam menjawab hasil diskusi
siswa harus menyelesaikan dengan
menuliskan rumus lewis dan
penjelasan mengenai tingkat
keelektronegatifan sehingga biloks
atom dapat diketahui.
Mengkomunikasikan:
- Perwakilan setiap kelompok maju
untuk menjawab satu nomor dari
diskusi yang telah dilakukan dan
ditulis di papan tuis untuk
dianalisis secara bersama.
Penutup Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok terbaik dalam
pelaksanaan diskusi.
Guru memberikan tugas lanjutan
kepada peserta didik untuk
mempelajari kembali materi
redoks yang dipelajari hari ini dan
pertemuan sebelumnya
Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam penutup.
10 menit
126
Pertemuan Ke 4 (1 x 45 menit)
Kegiatan Langkah
PBL Deskripsi
Alokasi
Waktu
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
10 m
e
n
i
t
Inti
Mengorientasi
Peserta Didik
Pada Masalah
Mengorganisas
ikan Kegiatan
Belajar
- Guru memhimbau kepada peserta
didik untuk duduk bersama
kelompok investigasinya.
Mengamati:
- Guru memutar sebuah video
mengenai demonstrasi pengaruh
jenis larutan terhadap kecepatan
korosi.
- Kemudian Guru menunjukkan hasil
percobaan sederhana yang
dilakukan selama tiga hari.
Menanya:
- Dari hasil percobaan sederhana
dalam demonstrasi kemudian setiap
kelompok mendiskusikannya sesuai
dengan lembar diskusi.
Pengumpulkan data:
- Data yang diperoleh kemudian
diamati dan dicari solusi
pemecahannya. Dalam mencari
30 menit
127
Membimbing
Kegiatan
Penyelidikan
Mandiri
Mengembangk
an dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
pemecahannya peserta didik dapat
membuka segala sumber informasi
yang relevan.
Mengasosiasikan:
- Kemudian setiap kelompok
menarik kesimpulan dari percobaan
sederhana ini berdasarkan solusi
pemecahan yang didapat.
Mengkomunikasikan:
- Masing –masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas dengan penuh
semangat.
- Kelompok yang tidak bertugas
mempresentasikan hasil diskusinya
dapat memberikan saran dan kritik
kepada kelompok yang sedang
presentasi.
Penutup Meminta salah satu peserta didik
membacakan kesimpulan yang
telah dibuat.
Guru membetulkan jika masih ada
yang salah.
Guru memberi arahan kepada
peserta didik agar tetap semangat
belajar karena dipertemuan
selanjutnya akan diadakan posttest.
10 menit
128
Pertemuan Ke 5 (2 x 45 menit)
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Inti
Penutup
Guru memberikan salam dan memimpin
doa.
Guru menanyakan kehadiran peserta didik
Guru membagikan lembar soal dan
jawaban postest.
Pelaksanaan posttest.
Guru memberikan arahan peserta didik
untuk mengumpulkan soal dan lembar
jawab postest.
Guru memberikan kenang-kenangan
kepada Peserta didik.
Guru menutup pertemuan dengan do’a dan
salam penutup
90 menit
H. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan (terlampir)
2. Penilaian Sikap (terlampir)
3. Penilaian Ketrampilan (terlampir)
Semarang, Januari 2015
Mengetahui,
Guru Pamong Guru Praktikan
Mentari Nur Rizkyawati
NIP NIM 4301411125
129
Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa
Bahan Ajar Kimia Kelas X MIPA
Semester Genap
Reaksi Reduksi dan Oksidasi (REDOKS)
Oleh : MENTARI NUR
RIZKYAWATI
129
130
Reaksi Reduksi dan Oksidasi
Mengapa daging buah apel yang tadinya berwarna putih setelah dibiarkan di udara
berubah warna menjadi cokelat? Apakah ada buah lain yang dapat mengalami hal
serupa? Pada kehidupan sehari-hari sering dijumpai besi berubah menjadi karat
besi. Mengapa logam besi bisa berkarat? Bagaimana dengan logam-logam lainnya?
Kedua contoh tersebut merupakan proses terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.
Nah, sekarang kita akan mempelajari konsep reaksi redoks dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
A. Konsep Redoks
Redoks adalah singkatan dari Reduksi dan Oksidasi. Seiring dengan
meningkatnya pemahaman kimia, konsep redoks juga mengalami
pertumbuhan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses pelepasan oksigen.
Sedangkan oksidasi adalah peristiwa pengikatan oksigen. Contoh :
a) Pelepasan oksigen (reduksi) : 2 KClO3 2 KCl + O2 (di sini
yang mengalami reduksi adalah KClO3)
b) Pengikatan oksigen (oksidasi) 2 Fe + 3O2 2 Fe2O3 (di sini
yang mengalami oksidasi adalah Fe)
2. Berdasarkan penangkapan dan pembebasan electron.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan
electron. Sedangkan oksidasi adalah proses pembebasan electron.
Contoh :
c) Penangkapan elektron (reduksi) Zn2+ + 2e-
Zn
d) Pembebasan electron (oksidasi) Cu Cu2+ +
2e-
3. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa penurunan
bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya
bilangan oksidasi. Contoh :
131
B. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah angka atau nilai yang menentukan jumlah electron
yang dapat diterima dan dilepas oleh suatu atom dalam bentuk molekul atau
ion. Penentuan bilangan oksidasi dari suatu atom unsur dalam molekul atau
ion mengikuti beberapa aturan sebagai berikut :
a) Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomic, dan
poliatomik) dan molekul bebas serta dalam bentuk senyawa adalah
nol (0)
b) Bilangan oksidasi atom logam dalam senyawa selalu positif. Khusus
untuk logam golongan IA, IIA, dan logam Al, bilangan oksidasinya
sama dengan golongannya.
c) Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa atau ion umumnya adalah
+1, kecuali jika berikatan dengan unsur logam (senyawa hidrida),
misalnya, KH (bilangan oksidasi H = -1).
d) Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali bila
berikatan dengan atom F, senyawa peroksida, dan superperoksida.
OF2 : bilangan oksidasi dari O = +2
H2O2 : bilangan oksidasi dari O = -1
KO2 : bilangan oksidasi dari O = -1/2
e) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam molekul / senyawa netral
adalah nol (0).
f) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam suatu senyawa ion sama
dengan jumlah muatan ion.
C. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengandung peristiwa perubahan
bilangan oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. dalam suatu
reaksi redoks, unsur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi disebut
oksidator, sedangkan yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi disebut
reduktor. Contoh :
132
Reduktor : H2S...... hasil oksidasi : S
Oksidator : HNO3 hasil reduksi : NO
D. Reaksi Autoredoks (disproporsionasi)
Reaksi Autoredoks terjadi jika salah satu unsur mengalami reduksi dan
oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi). contoh :
Pada reaksi ini Cl2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.
sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks.
Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi kompromisasi. Contoh :
Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai
oksidator.
E. Aplikasi Reaksi Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari..
Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari atau
dalam industri. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aplikasi reaksi redoks
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
1. Reaksi Redoks pada Pengolahan logam.
Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari
batu reja (karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian
dipekatkan menjadi bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi
dengan zat pereduksi yang paling tepat.
Contoh : reaksi elektrolisis logam aluminium.
3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-
(l) 4 Al(s) + 3 CO2(g)
133
reduksi
2. Reaksi Pembakaran
Pencernaan makanan didalam tubuh juga dapat dikategorikan
sebagai reaksi pembakaran dan merupakan salah satu contoh dari
reaksi redoks. Karena kandungan makanan yang kita makan seperti
glukosa akan mengalami oksidasi dengan oksigen yang kita hirup.
Peristiwa oksidasi tersebut kemudian akan menghasilkan energi
untuk tubuh kita dan mengeluarkan zat sisa berupa CO2 dan H2O.
Reaksi yang terjadi :
C6H12O6(aq) + 6O2 (g) Energi + 6CO2 (g) + 6H2O(g)
3. Reaksi Redoks pada Penyambungan Besi.
Rel-rel besi dilas dengan proses termit. Campuran aluminium dan
besi oksida disulut untuk memulai reaksi redoks dan panas yang
dihasilkan dapat melumerkan permukaan rel. Reaksi : 2 Al(s) +
Fe2O3(s) 2 Fe(s) + Al2O3(s)
4. Reaksi Redoks pada Sel Aki.
Reaksi penggunaan sel aki sebagai berikut
Aki
Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami reaksi
oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi membentuk
PbSO4
5. Oksidasi Pada Buah Apel
Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka
bagian yang terbelah tersebut akan mengalami perubahan warna
manjadi kecoklatan ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi antara
134
zat yang terkandung dalam buah apel dengan lingkungan sekitar
(O2)
6. Reaksi Redoks pada Baterai (Sel Leclanche).
perubahan bilangan oksidasi pada reaksi pemakaian baterai.
7. Reaksi Aluminotermik
Salah satu pemanfaatan aluminium adalah dengan adanya Reaksi
Aluminotermik. Reaksinya adalah sebagai berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3
Reaksi ini tahan dengan suhu yang cukup tinggi, biasanya reaksi
aluminotermik digunakan untuk melindungi logam-logam yang
tahan dengan suhu tinggi namun tidak tahan terhadap korosi dan
oksidasi logamnya cukup buruk contohnya yaitu niobium dan
tantalium (logam refraktori), reaksi aluminotermik ini digunakan
sebagai pelindung logam-logam tersebut terhadap korosi dan
oksidasi logam tersebut.
Dilihat dari reaksi aluminotermik sendiri yang menggunakan
oksigen, sehingga reaksi ini termasuk dalam konsep perkembangan
redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
8. Reaksi Redoks pada Pengolahan Air Limbah.
Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan
air limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan
pada serangkaian sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan
beberapa proses, termasuk proses kimia untuk mengurangi kotoran
dan zat racun. Pada umumnya, proses pengolahan air limbah terdiri
dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
a. Pada pengolahan primer, sebagaian besar zat padat dan zat-zat
anorganik dihilangkan dari limbah.
135
b. Pada pengolahan sekunder. Zat-zat organic dikurangi dengan
mempercepat proses-proses biologi secara alamiah. Untuk
mengurangi zat-zat organic dalam air limbah dilakukan reaksi
oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak
bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut :
CH2O + O2 CO2 + biomasa
Senyawa N organic NH4+ + NO3-
Senyawa P organic H2PO4- ; HPO42-
c. Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat-zat beracun, logam
berat, dan bakteri dihilangkan dari air, sehingga air tersebut bebas
dari kotoran yang mungkin terdapat di dalamnya.
136
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa
A. Pertemuan I
LEMBAR DISKUSI
PERKEMBANGAN KONSEP REDOKS
Kelompok :
Anggota :
Petunjuk Pelaksanaan Diskusi :
1. Isilah terlebih dahulu identitas kelompok pada kolom yang telah disediakan.
2. Pelajarilah terlebih dahulu materi mengenai Perkembangan Konsep Redoks
pada sumber belajar yang kalian miliki.
3. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi aktif dalam diskusi untuk
menambah poin kelompok.
4. Kerjakan dengan teliti dan cermat, lembar diskusi ini dikerjakan sesuai
waktu yang ditentukan guru.
PERMASALAHAN
Pernahkah kalian melihat benda-benda yang rusak karena korosi ? korosi atau
perkaratan biasa kita lihat pada logam besi yang dibiarkan begitu saja. Terjadi karena
adanya kontak langsung dengan air dan oksigen, sehingga besi
teroksidasi yang akhirnya mengalami korosi.
Tapi ?? apakah semua reaksi kimia menggunakan oksigen ??
apakah reaksi yang menggunakan oksigen saja yang dapat mengalami oksidasi dan
reduksi ? bagaimana dengan oksidasi dan reduksi pada reaksi lain yang tidak
menggunakan oksigen ?
TUJUAN :
Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.
Fase 1 : Memahami Masalah
Siswa akan dihadapkan pada permasalahan awal mengenai reaksi
redoks yang ada disekelilingnya yaitu peristiwa perkaratan logam
atau korosi logam.
TUGAS 1
137
TUGAS Dari permasalahan diatas jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini :
1. Bilamana semua logam-logam misal sejenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb
mengalami peristiwa korosi ?
2. Benda-benda disekeliling kita seperti pagar, jembatan dan tiang sebagian
besar terbuat dari logam besi (Fe) yang kita ketahui bahwa besi mudah
terkorosi. Dalam peristiwa korosi pada besi tersebut terjadi sebuah reaksi
kimia, tunjukkan reaksi korosi yang terjadi ! (Tunjukkan pula oksidator dan
reduktornya)
3. Sebutkan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghambat
terjadinya korosi pada berbagai jenis logam ?
4. Tunjukkanlah 15 reaksi-reaksi kimia yang kamu ketahui baik itu
menggunakan oksigen maupun tidak !
5. Apakah semua contoh reaksi yang kalian temukan tersebut merupakan contoh
dari reaksi redoks ? Pisahkan antara yang redoks dan bukan redoks ?
6. Tidak semua reaksi redoks yang kalian temukan menggunakan oksigen,
sehingga konsep redoks mengalami perkembangan. Sekarang coba jelaskan
menurut pandangan kalian mengenai perkembangan konsep redoks yang ada
termasuk penjelasan mengenai oksidasi dan reduksinya !
7. Dari reaksi-reaksi yang termasuk redoks tadi yang kalian temukan, sekarang
kelompokkanlah sesuai dengan jenis perkembangan konsep redoks yang ada!
JAWAB :
1. Logam-logam jenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb yang dibiarkan begitu saja......
.....................................................................................................................
Fase 2 : Mengorientasikan Dalam Kegiatan Belajar
Dari permasalahan yang dihadapkan kemudian siswa dibagi dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi dan penyelidikan awal.
Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Mandiri
Siswa yang terbagi dalam beberapa kelompok kecil melakukan diskusi
awal sebagai pengantar penyelidikan yaitu mengenai perkembangan
konsep redoks.
Fase 4 : Mengembangkan Dan Menyajikan Karya
Dari hasil diskusi yang dilakukan siswa kemudian membuat sebuah
lembar jawab yang kemudian dipresentasikan hasilnya didepan
kelas
138
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
2. Reaksi korosi yang terjadi pada Fe ..........................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
3. Pencegahan yang dapat kita lakukan pada...................................................
.....................................................................................................................
4. 15 reaksi kimia
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
5. Reaksi redoks dan bukan redoks
No. Reaksi Redoks Bukan Redoks Alasan
139
6. Konsep Perkembangan Redoks
a. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Oksigen
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
b. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Elektron
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
c. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
7. Berikut disediakan beberapa reaksi kimia, kelompok reaksi-reaksi
berdasarkan perkembangan konsep redoks yang ada.
Konsep Redoks Berdasarkan
Oksigen
Konsep redoks Berdasarkan
Elektron
Konsep Redoks Berdasarkan
Perubahan Biloks
140
Fase 5 : Analisis dan Evaluasi
Siswa setelah melakukan presentasi mengenai hasil diskusi yang dilakukan,
kemudian hasil tersebut kemudian kelompok yang sedang tidak bertugas
presentasi memberikan analisis mengenai hasil kelompok lain dan evaluasi
jawabannya dilakukan oleh kelompok presentasi dengan bimbingan guru
141
LEMBAR KERJA SISWA MANDIRI
PENENTUAN BILANGAN OKSIDASI
Kelompok :
Anggota :
TUJUAN :
PERMASALAHAN
,
PENGANTAR :
Atom-atom dalam suatu senyawa mengemban muatan listrik tertentu. Misalnya
HCl, atom hidrogen mengemban muatan positif sedangkan klorin mengemban
muatan negatif karena keelektronegatifan klorin lebih besar daripada
keelektronegatifan hidrogen. Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom
Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
Pada semester sebelumnya, kalian sudah mempelajari mengenai
Sistem Periodik Unsur serta Ikatan kimia bukan ?? ayo diingat-
ingat lagi!!!! Terutama pada bagian sifat keperiodikan unsur
mengenai keelektronegatifan dan struktur lewis pada ikatan
Kimia. Sudah mengingatnya sekarang ? ayo lakukan diskusi
berikut untuk mengetahui biloks setiap unsur .....
TUGAS 2
142
dalam senyawa, jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih
elektronegatif disebut Bilangan Oksidasi.
TUGAS Tentukan bilangan-bilangan oksidasi setiap unsur dalam
senyawa berikut dengan menggunakan rumus lewis dan
tentukan tingkat kelektronegatifannya!
1. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O ?
2. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O2 (Hidrogen
peroksida) ?
3. Berapakah bilangan oksidasi O dalam O2 ?
4. Berapakah bilangan oksidasi Na dan H dalam senyawa NaH ?
5. Berapakah bilangan oksidasi O dan F dalam senyawa OF2 ?
6. Berapakah bilangan oksidasi CL dalam Cl2 ?
Jawab =
1. Rumus lewis H2O :
...........................................................
Oleh karena O lebih elektronegatif daripada H, maka elektron ikatan
didistribusikan pada atom O. Jadi, bilangan oksidasi O = -2, sedangkan H masing-
masing = +1.
2. Rumus Lewis H2O2
selamat mengerjakan
143
B. Pertemuan II
TUJUAN :
Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam
kehidupan sehari-hari.
Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks
dalam kehidupan sehari-hari.
PERMASALAHAN
LEMBAR PENYELIDIKAN SISWA
MATERI REDOKS
Penerapan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan
masalah lingkungan sangat beragam. Dari yang sederhana
yaitu ketika kita memakan buah apel yang kemudian
dibiarkan begitu saja akan berubah menjadi coklat, karena
senyawa didalam buah apel teroksidasi dengan oksigen
diudara. Mengapa bisa buah apel teroksidasi ? bagaimana
dengan buah yang lain ? permasalahan serupa juga yang harus kalian pelajari
terkait penerapan redoks dan cari solusinya !!
Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah
Siswa dalam kelompok investigasinya dihadapakan dengan contoh
permasalahan atau fenomena dikehidupan nyata terkait redoks yaitu buah apel.
Kemudian setiap kelompok dihadapkan kembali dengan permasalahn yang
berbeda-beda mengenai pemecahan masalah juga dikehidupan nyata.
Kemudian dari permasalahan terkait buah apel dan yang didapatkan dilakukan
penyelidikan berkelompok.
144
TUGAS
Tiap kelompok penyelidikan yang sudah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya untuk melakukan pengamatan peristiwa reaksi oksidasi pada
apel dan investigasi lapangan mengenai penerapan materi Redoks dalam
kehidupan sehari-hari yang didapat.
Dari hasil investigasi tersebut kemudian dibuat sebuah presentasi
kelompok.
Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar
Dua permasalahan yang didapatkan oleh setiap kelompok kemudian dilakukan
penyelidikan dan dicari informasinya mengenai solusi dan reaksi redoks yang
terjadi.
Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Kelompok
Siswa melakukan penyelidikan berkelompok pada setiap tempat untuk
mengetahui penerapan redoks yang terjadi. Kemudian dari penyelidikan
tersebut dikumpulkanlah data.
Fase 4 : Mengembangkan dan Menyajikan Karya
Data hasil dari penyelidikan kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya
dari berbagai sumber. Kemudian data-data tersebut dibuat sebuah karya untuk
dipresentasikan.
145
Tugas Investigasi Lapangan
Lokasi Investigasi yang akan di pilih oleh tiap kelompok :
1. Rumah warga di dekat atau tepi laut
Melakukan penyelidikan untukmengetahui kondisi logam yang
terdapat ditepi laut, penyelidikan di rumah warga untuk mengetahui
perkaratan logam yang disebabkan oleh air laut.
2. Bengkel mobil
Penyelidikan yang dilakukan di bengkel mobil, untuk mengetahui
penerapan konsep redoks yang terjadi di aki kendaraan.
3. Toko besi/ Bengkel las
Melakukan penyelidikan di bengkel las atau toko besi, untuk
mengetahui penerapan konsep redoks pada saat penyambungan logam
besi.
4. Menara pemancar
Melakukan penyelidikan diarea menara pemancar untuk mengetahui
kondisi logam dan perlakuan yang diterapkan sehingga menara tidak
cepat korosi dan keropos sehingga tidak mudah roboh.
5. Toko perhiasan
Penyelidikan yang dilakukan di toko perhiasan atau aksesoris yang
terbuat dari logam, untuk mengetahui penerapan konsep redoks pada
pengolahan logam sehingga dapat dibentuk sedemikian rupa.
6. Tempat jual-beli rongsok
Penyelidikan yang dilakukan ditempat jual-beli rongsok atau logam
bekas, untuk mengetahui perlakuan dalam menanangi logam yang
sudah mengalami perkaratan atau korosi.
7. Tempat Pembuatan Tape
Melakukan penyelidikan di tempat pembuatan tape, untuk mengetahui
reaksi redoks yang diterapkan dalam pembuatan tape.
Fase 5 : Analisis dan Evaluasi
Hasil dari penyelidikan kemudian dipresentasikan dan dilakukan analisis oleh
kelompok lain dan dievalusi secara bersama-sama dengan bimbingan guru
146
LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK
MATERI REDOKS
Kelompok :
Anggota :
Petunjuk Umum :
Isilah indentitas pada kolom yang sudah disediakan.
Pelajarilah lembar investigasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan
investigasi.
Lembar investigasi ini diisi berdasarkan tugas investigasi yang diperoleh
oleh tiap kelompok
Tugas investigasi dilakukan selama satu minggu, setiap hasil investigasi
dicatat dalam tabel data yang disediakan.
Lengkapi lembar kerja dibawah ini dengan cermat dan teliti sesuai dengan
data dan teori yang relevan.
Ketua kelompok wajib mencatat dan menilai kinerja setiap anggota
kelompok dalam melakukan investigasi.
Tujuan Pembelajaran :
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
2. Pesrta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai
penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari
3. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
4. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
147
PERMASALAHAN
a. Alat dan Bahan
…………...........….sebagai lerutan asam ………………………………
………….................sebagai larutan basa ………………………………
……………...........sebagai larutan garam ………………………………
b. Identifikasi Permasalahan
Di alam ini terdapat tiga jenis larutan yaitu larutan asam, basa, dan garam. Salah
satu dari larutan tersebut ada yang bersifat korosif pada logam, contohnya yaitu
besi. Dalam penyelidikan sederhana ini disediakan 3 larutan yaitu larutan jeruk
nipis sebagai asam, larutan sabun pemutih pakaian sebagai basa, dan larutan
garam tentunya sebagai garam serta 3 buah logam dengan jenis yang sama.
Alam telah menyediakan segala sesuatunya dengan sedemikian
begitu juga dengan larutannya terdiri dari tiga jenis yaitu larutan
asam, basa, dan garam. Masing-masing jenis larutan tersebut
memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.
Coba sekarang dengan kelompok investigasimu, lakukanlah sebuah
penyelidikan dari setiap jenis larutan tersebut dengan meletakkan
sebuah logam didalamnya.
Ayo lakukanlah penyelidikan berikut ...............
Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah
Siswa dengan kelompok investigasinya kembali melakukan penyelidikan. Namun
kali ini penyelidikan berupa percobaan sederhana mengenai redoks. Tentang
pengaruh korosi terhadap jenis larutan disekitarnya.
Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar
Setiap kelompok investigasi melakukan pengamatan pada percobaan sederhana
mengenai redoks ini dengan rentang waktu yang ditentukan.
148
Kemudian dilakukan pengamatan mengenai kondisi logam dalam tiap-tiap
larutan.
Bagaimana kondisi logam setelah beberapa waktu terendam di tiap-tiap
larutan ?
Logam manakah yang mengalami perubahan mencolok ? Mengapa ?
Reaksi apa yang terjadi ? Termasuk dalam konsep redoks apa ?
c. Mengumpulkan Data
Data Investigasi
No Waktu Pengamatan Larutan Uji
Air Jeruk Nipis Air Sabun Air Garam/Laut
d. Menganalisis Data
Pada awal logam dimasukkan dalam tiap-tiap larutan apakah yang terjadi ?
Setelah beberapa hari terendam, logam dalam larutan manakah yang
mengalami perubahan signifikan ?
Mengapa larutan tersebut dapat mengubah kondisi logam secara signifikan ?
Bagaimana kalian menghubungkannya dengan materi redoks ?
Tuliskan reaksi yang terjadi !
Fase 3 : Membimbing Penyelidikan Mandiri
Setiap Siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan pada percobaan
sederhana untuk mencari data pada pengaruh jenis larutan terhadap korosi.
149
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………
…………………………………………………………………………………
e. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
TUGAS INVESTIGASI KELOMPOK
Tugas Investigasi Berkala Dalam Kelas
Kelompok I & IV
Membawa =
- 3 paku bekas
- 1 buah jeruk nipis
- 1 sendok detergen
- 1 buah garam krosok
- 3 air mineral gelas
Kelompok II & V
Membawa =
- 3 potongan kecil
kaleng bekas
- 1 buah jeruk nipis
- 1 sendok detergen
- 1 buah garam krosok
- 3 air mineral gelas
Kelompok III & VI
Membawa =
- 3 potongan kecil
cutter
- 1 buah jeruk nipis
- 1 sendok detergen
- 1 buah garam krosok
- 3 air mineral gelas
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan karya
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan kemudian setiap siswa membuat
sebuah laporan sederhana mengenai hasil pengamatan yang dilakukan disertai
dengan analisis dan teori yang mendukung.
Fase 5 : Analisis dan Evaluasi
Setiap kelompok membuat presentasi berupa power point mengenai hasil
pengamatan yang dilakukan beserta analisis dan kesimpulan. Kemudian setelah
presentasi dilakukan sesi tanya jawab guna untuk menganalisis dan evaluasi
bersama hasil percobaan yang didapat.
150
Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
KISI-KISI SOAL URAIAN
Kompetensi Dasar Indikator
Ketercapaian
Indikator
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Ranah
Kognitif Soal
3.9 Menganalisis
perkembangan
konsep reaksi
oksidasi-reduksi
serta menentukan
bilangan oksidasi
atom dalam
molekul atau ion.
3.9.1 Peserta didik
secara teliti
mampu
mengindentifikasi
perkembangan
reaksi redoks.
Memperhitungkan
Segala
Kemungkinan
Menyajikan
pertanyaan dengan
jawaban benar
lebih dari satu.
C4
1. Aluminium merupakan jenis logam
yang ringan, logam yang aktif dan
mudah teroksidasi menjadi ion +3.
Logam aluminium ini biasa
digunakan sebagai pelapis untuk
melindungi logam yang mengalami
korosi dengan reaksi yang disebut
sebagai Reaksi Aluminotermik.
Reaksi kimianya adalah sebagai
berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3
Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan
dengan salah satu perkembangan
konsep redoks yang menurut kalian
paling tepat ! Skor : 10
151
Penalaran Logis
Menyajikan
pertanyaan tentang
penerapan redoks
dalam kehidupan
sehari-hari,
kemudian
menganalisis
peristiwanya
termasuk oksidasi
ataukah reduksi.
C4
2. Glukosa adalah zat makanan yang
dibutuhkan tubuh sebagai sumber
energi. Didalam tubuh glukosa
dicerna melalui proses pembakaran,
dimana proses pembakaran ini
termasuk contoh reaksi redoks.
Jelaskan reaksi pembakaran yang
terjadi dalam tubuh jika dikaitkan
dengan materi redoks apakah
mengalami reaksi oksidasi atau
reduksi dan tunjukkan pula reaksi
yang terjadi !
Skor : 10
3.9.3 Peserta didik
secara mandiri
dapat
menjelaskan
penerapan redoks
dalam kehidupan
sehari-hari
Memahami
Masalah
Menyajikan
masalah yang biasa
dijumpai dalam
lingkungan sekitar
kemudian mencari
masalah yang
serupa namun
dengan jenis lain.
C4
3. Penerapan konsep redoks yang
sering kita jumpai adalah peristiwa
korosi atau perkaratan yang terjadi
pada logam besi. Jelaskan peristiwa
perkaratan yang terjadi pada logam
besi tersebut !
Sebutkan pula 2 contoh lain
mengenai penerapan konsep redoks
beserta penjelasannya yang kalian
ketahui selain yang terdapat pada
soal-soal ini !
Skor :10
152
4.9.2 Peserta didik
secara cermat
dapat
mendeskripsikan
pengaruh materi
redoks dalam
kehidupan sehari-
hari.
Menemukan Suatu
Pola
Menyajikan
pertanyaan yang
berupa pemecahan
redoks dalam
lingkungan sekitar
pada bidang
industry. Siswa
diharapkan dapat
menjawab dengan
suatu alur atau pola
dalam lumpur aktif
ini.
Mengevaluasi
Kembali Solusi.
Menyajikan
pertanyaan berupa
permasalahan
terkait materi
redoks yang sudah
dibahas solusinya
secara bersama.
C3
C4
4. Kemajuan industri tekstil
membawa dampak positif dan
dampak negatif. Dampak negatif
itu misalnya menghasilkan air
limbah yang membahayakan
lingkungan. Salah satu mengatasi
air limbah industri dengan
melakukan pengolahan air limbah
dengan metode lumpur aktif
sebelum dibuang ke lingkungan.
Kemukakan prinsip pengolahan air
limbah dengan proses lumpur aktif
tersebut !
Skor : 10
5. Buah apel yang dibelah dan
dibiarkan begitu saja mengalami
perubahan warna menjadi
kecoklatan, mengapa hal tersebut
terjadi dan apa kaitannya redoks ?
Skor : 10
153
KUNCI JAWABAN DAN JENJANG SKOR NILAI SOAL URAIAN
SOAL URAIAN KUNCI JAWABAN SKOR
NILAI
1. Aluminium merupakan jenis logam yang
ringan, logam yang aktif dan mudah
teroksidasi menjadi ion +3. Logam
aluminium ini biasa digunakan sebagai
pelapis untuk melindungi logam yang
mengalami korosi dengan reaksi yang
disebut sebagai Reaksi Aluminotermik.
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3
Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan dengan
salah satu perkembangan konsep redoks
yang menurut kalian paling tepat !
Bila dilihat dari reaksi aluminotermik tersebut yang menggunakan
oksigen didalamnya dapat kita golongkan dalam perkembangan
konsep redoks yang berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
4Al + 3O2 2Al2O3
Dari reaksi tersebut mengalami peristiwa oksidasi dimana logam Al
menangkap sejumlah oksigen untuk membentuk senyawa.
ATAU
Reaksi aluminotermik tersebut setiap unsurnya mengalami perubahan
bilangan oksidasi, sehingga juga dapat digolongkan dalam
perkembangan konsep redoks berdasarkan perubahan biloks.
4Al + 3O2 2Al2O3
0 +6
0 -6
Al mengalami kenaikan biloks 0 menjadi +6 = Reaksi Oksidasi
Oksigen mengalami penurunan biloks 0 menjadi -6 = Reaksi Reduksi
Skor 5
Skor 10
Skor 5
Skor 10
2. Glukosa adalah zat makanan yang
dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi.
Didalam tubuh glukosa dicerna melalui
Kandungan glukosa dari makanan yang kita makan akan mengalami
proses pembakaran di dalam tubuh, ini berkaitan dengan oksigen yang
kita hirup.
Skor 2,5
154
proses pembakaran, dimana proses
pembakaran ini termasuk contoh reaksi
redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang
terjadi dalam tubuh jika dikaitkan dengan
materi redoks apakah mengalami reaksi
oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula
reaksi yang terjadi !
Proses pembakaran glukosa di dalam tubuh mengalami reaksi oksidasi.
Peristiwa oksidasi ini kemudian akan menghasilkan energi untuk tubuh
kita dan mengeluarkan zat-zat sisa berupa CO2 dan H2O.
Reaksi adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 Energi + 6CO2 + 6H2O
Skor 5
Skor 7,5
Skor 10
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita
jumpai adalah peristiwa korosi atau
perkaratan yang terjadi pada logam besi.
Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi
pada logam besi tersebut !
Sebutkan pula 2 contoh lain mengenai
penerapan konsep redoks beserta
penjelasannya yang kalian ketahui selain
yang terdapat pada soal-soal ini !
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain
yang terdapat dilingkungan (air dan udara) sehingga menghasilkan
senyawa yang tidak dikehendaki. Besi adalah logam yang paling banyak
mengalami korosi. Korosi terjadi dimana logam mengalami oksidasi dan
oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau
karbonat.
Karat pada besi berupa zat berwarna cokelat kemerahan dengan rumus
kimia Fe2O3.x H2O penyebab utamanya yaitu oksigen dan air.
Contoh lain penerapan konsep redoks :
Reaksi redoks pada sel aki
Penyambungan logam
Pengolahan bijih besi
Fotosintesis
Skor 2,5
Skor 5
Skor 7,5
Skor 10
4. Kemajuan industri tekstil membawa
dampak positif dan dampak negatif.
Dampak negatif itu misalnya
Tiga fase dalam pengolahan air limbah :
a) Pada pengolahan primer, sebagian besar zat padat dan zat-zat
anorganik dihilangkan dari limbah
Skor 2,5
155
menghasilkan air limbah yang
membahayakan lingkungan. Salah satu
mengatasi air limbah industri dengan
melakukan pengolahan air limbah
dengan metode lumpur aktif sebelum
dibuang ke lingkungan. Kemukakan
prinsip pengolahan air limbah dengan
proses lumpur aktif tersebut !
b) Pengolahan sekunder, zat-zat organic dikurangi dengan
mempercepat proses-proses biologi secara alamiah, dengan reaksi
oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak
bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut :
CH2O + O2 CO2 + biomassa
c) Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat beracun, logam berat dan
bakteri dihilangkan dari air sehingga air bebas dari kotoran
didalamnya.
Karena pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif yaitu dengan
melibatkan bakter-bakteri aerob didalamnya sehingga prinsipnya
adalah oksidasi enzimatis.
Skor 5
Skor 7,5
Skor 10
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan
begitu saja mengalami perubahan warna
menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut
terjadi dan apa kaitannya redoks ?
Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka
bagian yang terbelah tersebut mengalami perubahan warna menjadi
kecoklatan, ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi.
Kaitannya dengan redoks yaitu kandungan zat yang terdapat dalam buah
apel akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan sekitar yaitu
oksigen di udara. Sehingga mengalami reaksi oksidasi yang termasuk
dalam perkembangan konsep redoks berdasarkan pelepasan dan
pengikatan oksigen.
Skor 5
Skor 10
156
Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Kognitif
KISI-KISI SOAL UJI COBA
MATERI REDOKS
Kompetensi Dasar Indikator Ketercapaian
Kompetensi
Nomor
Soal
Ranah
Kognitif
1.9 Menganalisis
perkembangan
konsep reaksi
oksidasi - reduksi
serta menentukan
bilangan oksidasi
atom dalam molekul
atau ion
3.9.1 Peserta didik secara
teliti mampu
mengindentifikasi
perkembangan reaksi
redoks.
1 C2
2 C2
3, 44 C3
8 C2
25 C4
31 C3
35 C4
36 C4
3.9.2 Peserta didik secara
cermat mampu
menentukan bilangan
oksidasi atom unsur
dalam suatu senyawa
atau ion.
4, 49 C3
6, 18 C2
9, 16,
27
C3
23 C3
32 C2
35 C4
36 C4
40 C1
43 C4
48 C3
3.9.3 Peserta didik secara
mandiri dapat
menjelaskan
penerapan redoks
dalam kehidupan
sehari-hari
7 C2
11, 17,
33
C1
12 C3
14, 21,
45 C4
157
24 C3
26, 50 C2
34 C4
38 C3
4.9 Merancang,
melakukan, dan
menyimpulkan serta
menyajikan hasil
percobaan reaksi
oksidasi-reduksi.
4.9.1 Peserta didik secara
logis dapat
mengidentifikasi dan
menentukan oksidator
dan reduktor dalam
reaksi redoks.
5, 28 C3
19 C2
29, 30 C4
4.9.2 Peserta didik secara
cermat dapat
mendeskripsikan
pengaruh materi
redoks dalam
kehidupan sehari-hari.
10 C3
20 C2
22, 46 C1
37 C2
13 C3
39 C4
47 C3
4.9.3 Peserta didik dengan
penuh tanggungjawab
dapat
mempresentasikan
hasil diskusi
mengenai reaksi
redoks.
15 C3
158
Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif
LEMBAR SOAL UJI COBA
Mata Pelajaran : Kimia
Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit
Petunjuk umum =
Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E sebagai jawaban yang paling
tepat.
1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah
....
a. 2Cu + O2 2CuO
b. H2 + Cl2 2HCl
c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
e. Mg + Cl2 MgCl2
2. Cermati pernyataan-pernyataan berikut :
1. Reaksi pelepasan oksigen
2. Reaksi pelepasan elektron
3. Reaksi pelepasan hidrogen
4. Reaksi penambahan bilangan oksidasi
Pernyataan di atas yang sesuai dengan konsep reaksi oksidasi adalah ....
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 1 dan 2
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4
3. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2BaO2 2BaO + O2
b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
c. Mg + ½ O2 MgO
d. 4Na + O2 2Na2O
e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
1
.
.
159
4. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi
tertinggi adalah ....
a. MnO2
b. MnO4
c. Mn2O2
d. K2MnO4
e. KMnO4
5. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S + 3O2 2SO3
b. H2S + O2 SO2 + H2O
c. SO32- + NO3
- + 2H+ SO42- + NO + H2O
d. 2S2O32- + I2 S4O6
2- + 2I-
e. SO2 + 2H2 S + 2H2O
6. Persamaan reaksi: Zn + NiCl2 ZnCl2 + Ni, bilangan oksidasi atom Zn
berubah dari ....
a. 0 menjadi -2
b. 0 menjadi +2
c. -2 menjadi 0
d. +2 menjadi 0
e. -2 menjadi +2
7. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :
Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr , dari reaksi di samping dapat dikatakan
bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Cr2O3 adalah oksidator
c. Logam krom adalah reduktor
d. Logam krom mengalami oksidasi
e. Krom adalah hasil oksidasi.
8. Reaksi oksidasi yang benar adalah ....
a. Mg + 2e- Mg2+
b. Na Na2+ + 2e-
c. Cu + 2e- Cu2+
d. Al Al3+ + 3e-
e. Ca Ca3+ +3e-
9. Oksigen merupakan senyawa kimia yang diperlukan makhluk hidup untuk
bernafas. Oksigen tersebut mempunyai bermacam-macam bilangan oksidasi.
Oksigen dalam senyawa berikut yang mempunyai bilangan oksidasi -1 terdapat
pada ....
a. H2O
b. O2
c. N2O3
d. K2O
e. H2O2
10. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung
larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat
adalah ....
a. +1
b. +2
c. +4
d. +6
e. +8
11. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida b. Kalsium klorida
160
c. Kalium diklorida
d. Karbon diklorida
e. Kalsium monoklorida
12. Nama yang benar menurut aturan IUPAC untuk senyawa MnSO4 dan MnO
adalah ....
a. Mangan sulfide & Mangan oksida
b. Mangan (I) sulfat & Mangan oksida
c. Mangan (I) sulfit & Mangan (II) oksida
d. Mangan (II) sulfat & Mangan (II) oksida
e. Mangan (II) sulfide & Mangan (II) oksida
13. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
d. Kayu dibakar menjadi arang
e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
14. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif.
Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan
lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan
pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke
lingkungan. Prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif adalah
....
a. Reaksi asam basa
b. Reaksi oksidasi enzimatis
c. Reaksi elektrolisis
d. Reaksi stoikiometris
e. Reaksi reduksi
15. Besi banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak dilapisi atau dicat
maka besi tersebut akan cepat berkarat karena teroksidasi menjadi senyawa X.
Rumus kimia untuk senyawa X tersebut adalah ....
a. Fe2O
b. FeO
c. Fe3O
d. Fe3O2
e. Fe2O3
16. Unsur Br dapat ditemukan dengan bilangan oksidasi -1 sampai +7. Bilangan
oksidasi Br pada senyawa KBrO2 adalah ....
a. -1
b. -3
c. +3
d. +5
e. +7
17. Unsur klor dapat bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa dikloro
pentaoksida. Senyawa dikloro pentaoksida mempunyai rumus kimia ....
a. Cl2O
b. Cl2O7
c. Cl2O3
d. Cl2O4
e. Cl2O5
161
18. Cl2 + 2KOH KCl + KClO + H2O
Dari persamaan reaksi diatas, bilangan oksidasi klor berubah dari ....
a. 0 menjadi -1 dan -2
b. 0 menjadi -1 dan +1
c. -1 menjadi +1 dan 0
d. +1 menjadi -1 dan 0
e. -2 menjadi 0 dan +1
19. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3-
b. N2H4
c. Cl-
d. H2O
e. NO
20. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5
21. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja
dengan beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita
ketahui bahwa logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah
berkarat. Alasan yang benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah
berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah
berkarat.
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah
berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah
berkarat.
22. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari
padat ke gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O
b. P3O5
c. P3O10
d. P2O3
e. P2O5
23. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1
b. 0 dan +2
c. 0 dan +4
d. +2 dan +4
e. +4 dan +2
162
24. Pengolahan air limbah dilakukan untuk mengatasi air limbah yang berbahaya
bagi lingkungan. Pada pengolahan air limbah organik dilakukan dengan
proses lumpur aktif yang melibatkan ....
a. Senyawa kaporit
b. Unsur radioaktif
c. Mikroorganisme pengurai
d. Kapur
e. Tanah liat
25. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
26. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pembuatan agar-agar
b. Pencoklatan apel
c. Perkaratan besi
d. Fotosintesis
e. Pembakaran gas metana
27. Oksigen yang mempunyai bilangan oksidasi dengan harga positif yaitu pada
senyawa ....
a. CaO
b. Na2O
c. OF2
d. H2O
e. N2O5
28. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2) 2H2 + O2 2H2O
3) H2 + 2Na 2NaH
4) 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 2 dan 3
e. 1 dan 4
29. Diantara spesi berikut yang tidak mungkin digunakan sebagai reduktor adalah
....
a. Na
b. Fe2+
c. Na+
d. H2
e. Cl-
30. Belerang yang tidak dapat direduksi lagi terdapat pada senyawa ....
a. SO2
b. H2SO4
c. Na2S2O3
d. K2SO4
e. K2S
163
31. Diantara ion-ion berikut yang tidak dapat mengalami reaksi autoredoks
adalah ....
a. ClO4- dan Cl2
b. ClO4- dan ClO-
c. ClO4- dan Cl-
d. ClO- dan Cl-
e. Cl2 dan Cl-
32. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. H2SO4
b. Na2SO3
c. K2SO3
d. Na2S2O3
e. Al2S3
33. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium bikarbonat
b. Natrium karbonat
c. Natrium dikarbonat
d. Natrium bikarbonit
e. Natrium karbonit
34. Rumus molekul senyawa oksida dari unsur seng adalah ....
a. Zn2O
b. ZnO
c. Zn2O3
d. Zn2O5
e. Zn2O7
35. Diantara rumus oksida klor berikut, yang tidak mungkin adalah ....
a. ClO
b. Cl2O
c. Cl2O3
d. Cl2O5
e. Cl2O7
36. Perhatikan tabel berikut ini :
No Kation Anion Rumus Kimia Nama
1 K+ PO43- K3PO4 Trikalium monofosfat
2 Ca2+ NO3- CaNO3 Kalsium nitrat
3 Fe3+ SO42- Fe2(SO4)3 Besi (III) sulfat
4 Sn4+ Cl- SnCl4 Timah (IV) klorida
5 NH4+ CO32- (NH4)2CO3 Amonium karbonat
Hubungan yang benar adalah ....
a. 1, 2, 3
b. 2, 3, 4
c. 3, 4, 5
d. 1, 2, 5
e. 1, 3, 4
37. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti dibawah ini, kecuali ....
a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
c. Melindungi logam dari kelembapan
d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan
karat.
164
38. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Oksigen
b. Karbon
c. Karbondioksida
d. Hidrogen
e. Nitrogen
39. Perhatikan proses berikut :
1) Karbon organik metana
2) P organik posfat
3) N organik nitrat
4) S organik sulfat
Perubahan yang terjadi dalam pengolahan air kotor dengan lumpur aktif ialah
....
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 2,3 dan 4
d. 1, 2 dan 3
e. Semua jawaban benar
40. Oksigen dengan biloks -1 terdapat dalam senyawa ....
a. N2O2
b. H2O2
c. H2O
d. O2
e. Na2O
Untuk nomor 41- 42.
Diketahui reaksi sebagai berikut :
41. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
42. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. I2 karena mempunyai biloks 0
b. CuSO4 karena mengalami reduksi
c. CuI karena merupakan hasil reduksi
d. KI karena mengalami oksidasi
e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
43. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO
b. CrCl3
c. Cr2O72-
d. Cr2(SO4)3
e. Cr(NO3)3
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4
165
44. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan
pengikatan elektron adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. 2KNO3 2KNO2 + O2
c. Cu2+ + 2e Cu
d. H2S + SO2 S + H2O
e. PbO + H2 Pb + H2O
45. Pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif dimaksudkan untuk ....
a. Meningkatkan BOD
b. Mengurangi BOD
c. Meningkatkan DO
d. Mengurangi DO
e. Menghilangkan bahan-bahan
beracun.
46. Apabila suatu unsur melepaskan elektron maka ....
a. Biloksnya akan turun
b. Mengalami reduksi
c. Terjadi oksidasi
d. Muatannya berkurang
e. Ionnya menjadi negatif
47. Setengah reaksi berikut merupakan reaksi oksidasi adalah ....
a. Cl2 + 2e 2Cl-
b. O2 + 4e 2O2-
c. 6O2- 3O2 + 12e
d. 4Al3+ + 12e 4Al
e. Cu2+ + 2e Cu
48. Pada reaksi :
Cl2 + 2KOH KCl+ KClO + H2O.
Bilangan oksidasi klorin berubah dari ....
a. -1 menjadi +1 dan 0
b. +1 menjadi 0 dan -1
c. +2 menjadi -1 dan +1
d. -1 menjadi +2 dan +1
e. 0 menjadi -1 dan +1
49. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang
mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa
tersebut adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5
50. Pengolahan air limbah organik dengan proses lumpur aktif melibatkan ....
a. Mikroorganisme pengurai
b. Senyawa kaporit
c. Tanah liat
d. Kapur
e. Unsur radioaktif
SELAMAT MENGERJAKAN
166
KUNCI JAWABAN UJI COBA SOAL REDOKS
1. D
2. D
3. A
4. B
5. E
6. A
7. B
8. B
9. E
10. D
11. E
12. D
13. C
14. B
15. E
16. C
17. E
18. B
19. A
20. D
21. A
22. E
23. C
24. C
25. B
26. A
27. C
28. B
29. C
30. E
31. C
32. E
33. B
34. B
35. A
36. C
37. E
38. A
39. E
40. B
41. B
42. D
43. C
44. E
45. B
46. C
47. C
48. E
49. D
50. A
167
Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap (Afektif) Siswa
Penilaian Sikap
N No Aspek Yang Dinilai Skor Kriteria Skor peserta
didik
1
Kehadiran 4 Selalu hadir mengikuti pelajaran kimia
3 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia 1x
2 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia 2x
1 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia lebih dari 2x
2 Menyampaikan
pendapat
4 Penyampaian pendapat masih masih
berhubungan dengan materi yang
dibahas
bahasa yang digunakan sederhana dan
mudah dipahami,
suara sudah jelas terdengar.
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
3 Disiplin 4 Tidak pernah terlambat dalam mengikuti
pelajaran kimia
3 Terlambat mengikuti pelajaran kimia
maksimal 5 menit
2 Terlambat mengikuti pelajaran kimia
antara 5- 10 menit
1 Terlambat mengikuti pelajaran kimia lebih
dari 10 menit
4 Sopan dan santun 4 tidak menyela pembicaraan saat teman
presentasi
meminta ijin terlebih dahulu ketika ingin
menyampaikan pendapat,
meminta ijin ketika ingin meminjam
barang milik orang lain.
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
168
Keterangan :
Pengolahan Nilai Afektif :
Nilai = Skot total X 100
Skor maksimal
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
5 Tanggungjawab 4 Mengumpulkan tugas lengkap dan tepat
waktu
3 Mengumpulkan tugas tidak lengkap
tetapi tepat waktu
2 Mengumpulka tugas lengkap tetapi tidak
tepat waktu
1 Tidak mengumpulkan tugas
6 Kepedulian 4 Dapat bekerjasama dengan teman
dalam kelompok
Mau membantu teman yang belum
menyelesaikan pekerjaannya dalam
kelompok
Menyelesaikan pekerjaan sendiri dalam
kelompok dengan baik
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
7 Percaya diri 4 Berani menyampaikan pendapat,
Berani bertanya,
Berani menjawab pertanyaan di depan
kelas
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
Skor total diperoleh peserta didik
169
Daftar Nilai Afektif :
No Nama
Afektif Skor
total Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
170
Lampiran 9. Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik)
Penilaian Ketrampilan
Kode No Aspek Yang dinilai Skor Kriteria
A
(Pelaksanaan
Group
Investigation)
1 Pembagian Tugas
3 Setiap anak melakukan tugas yang
didapatkan dengan baik dan cermat
2 Ada satu anak yang tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik
1 Ada lebih dari 2 anak yang tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik
2 Pemecahan Masalah
3 Solusi pemecahan masalah yang
didapat lebih dari 2 solusi
2 Solusi pemecahan masalah yang
didapat yaitu 2 solusi saja
1 Solusi pemecahan masalah yang
diajukan hanya 1 solusi saja
3 Sumber Belajar
3 Terdapat lebih dari 3 sumber belajar
yang digunakan untuk mencari solusi
2 Terdapat 2-3 sumber belajar yang
digunakan untuk mencari solusi
1 Hanya terdapat satu sumber belajar
yang digunakan untuk mencari solusi
4 Artikel Hasil Diskusi 3
Artikel disertai dokumentasi saat
investigasi
Bahasa yang digunakan komunikatif
(mudah dipahami)
171
Sistematis, menarik, dan ditulis
tangan
2 Jika ada salah satu kriteria di skor 3
yang tidak dipenuhi
1 Jika ada salah dua kriteria di skor 3
yang tidak dipenuhi
5 Ketepatan Pengumpulan
3 Tepat waktu
2 Terlambat 1 hari
1 Terlambat 2 hari
B
( Presentasi
Hasil Diskusi ) 1 Penyampaian
3 Penyampaian dengan bahasa yang
komunikatif secara bergantian.
2 Penyampaian dengan bahasa yang
gugup tetapi secara bergantian.
1 Penyampaian secara komunikatif dan
lancar namun tidak bergantian
2 Saran dan Kritik
3 Berani memberikan pendapat/kritik
saran kepada 3 atau lebih kelompok
2 Berani memberikan pendapat/kritik
saran kepada 1-2 kelompok
1
Tidak memberikan pendapat/kritik
saran kepada kelompok yang
presentasi
3 Ketepatan Pengambilan Keputusan 3
Kesimpulan sesuai dengan
permasalahan yang didapat
Disajikan sesuai dengan dasar teori
yang ditemukan
172
Mudah dimengerti
2 Bila 1 kriteria dari skor 3 tidak
terpenuhi
1 Bila 2 kriteria dari skor 3 tidak
terpenuhi
Total Skor Yang Diperoleh Peserta Didik
Keterangan :
Pengolahan Nilai Psikomotor :
Nilai = Skot total X 100
Skor maksimal
173
Daftar Nilai Ketrampilan
No Nama A B Skor
total Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
174
Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran
ANGKET RESPON SISWA
Berilah tanda (v) pada kolom respon sesuai dengan kondisi Anda!
No. Aspek Yang Diamati Respon
Keterangan SS S BS TS STS
1
Saya merasa senang dan asyik mengikuti
pelajaran Kimia dengan melakukan
investigasi secara berkelompok
2
Dalam melakukan investigasi dan diskusi
kelompok saya dan teman-teman saling
membantu dalam mencari penyelesaian
3
Saya belajar materi kimia dengan
sungguh-sungguh agar nilai saya dan
kelompok saya baik
4
Dengan diskusi dan investigasi langsung
saya merasa lebih mudah memahami
materi kimia.
5
Saya menyukai cara guru dalam
menyampaikan materi dengan diskusi dan
kemudian dilakukan pembahasan
6 Saya termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran Kimia selanjutnya
7
Dengan melakukan investigasi langsung
saya merasa waktu di luar sekolah lebih
bermanfaat.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Nama :
Kelas :
KRITIK / SARAN :
175
Lampiran 11. Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda
Nama / Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Dian Rizki 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
Sabila Mutiara S 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
Wirantiarti A R 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0
Serena Maharani P 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
Misak Banul A 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
Muh Hisyam A 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
M Muslih M 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
Dicky Alfian Y H 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
Merita Yuliyani 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
Nisa Nafidina 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
Severa Insani A 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
Erlina Widiastuti 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
Lesta S 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
Dimas Bobby B 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0
Kristian W 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
Ikhlasul Amal 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
Umi Rizkiyah 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
Arin Laila F 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
Firsad K 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0
Gangga P Sari 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0
Dista Fitri Y 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
Rudi Haryanto 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
Mega Dwi S W 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
Nurul Aryani 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
Shinta Adi Asih 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Ridho Sebastian R 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
Ike Septian H 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
Nuning Nailatu R 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
Nadia Salsabila U 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
Fatchurohman 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
M Hanindhita P A 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
Gabriela Rizki 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
Arief Aji P 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0
Jumlah Siswa 33
Jumlah Benar 7 26 10 20 16 24 17 7 25 12 6 16 4 5 8 31 31 24 19 21 20 11 20 31 15 17 15 17 0
Jumlah Salah 43 24 40 30 34 26 33 43 25 38 44 34 46 45 42 19 19 26 31 29 30 39 30 19 35 33 35 33 50
D 0.4375 -0.188 0.375 0.313 0.25 0.25 -0.06 0.188 0.25 0.125 0.125 0.938 0.125 0 0.4375 0 0.125 0.125 0.375 0.25 0.125 0.25 0.188 0 0.1875 0.1875 0.9375 0.3125 0
P 0.2121 0.788 0.303 0.606 0.485 0.727 0.515 0.212 0.758 0.364 0.182 0.485 0.121 0.15 0.2424 0.939 0.939 0.727 0.5758 0.636 0.606 0.333 0.606 0.93939 0.4545 0.5152 0.4545 0.5152 0
Q 0.7879 0.212 0.697 0.394 0.515 0.273 0.485 0.788 0.242 0.636 0.818 0.515 0.879 0.85 0.7576 0.061 0.061 0.273 0.4242 0.364 0.394 0.667 0.394 0.06061 0.5455 0.4848 0.5455 0.4848 1
Rerata Xt 15.46
Xp 28.143 23.73 26.4 24.7 24.06 23.88 23.76 25.86 24.76 26.08 26.83 24.44 26 23.2 25.875 23.48 23.74 24.17 25.579 24.1 23.65 25.55 24.4 23.5806 25.6 23.882 23.867 24.294 0
Simpangan Baku 12.395
sd 4.9789
Rpbis 0.532 1.29 0.5833 0.927 0.675 1.112 0.693 0.436 1.33 0.649 0.433 0.705 0.317 0.26 0.4764 2.556 2.638 1.15 0.9533 0.924 0.822 0.577 0.897 2.58674 0.7486 0.7024 0.6209 0.7366 0
Rpbis*akar(32) 3.0093 7.295 3.2995 5.244 3.819 6.289 3.918 2.468 7.522 3.673 2.452 3.985 1.791 1.5 2.6951 14.46 14.92 6.506 5.3927 5.228 4.649 3.262 5.074 14.6328 4.2345 3.9731 3.5121 4.1669 0
Akar(1-Rpbis^2) 0.8468 0 0.8123 0.375 0.738 0 0.721 0.9 0 0.76 0.901 0.71 0.949 0.96 0.8792 0 0 0 0.302 0.382 0.57 0.817 0.442 0 0.6631 0.7118 0.7839 0.6763 1
t hitung 3.5539 0 4.0621 13.98 5.177 0 5.431 2.743 0 4.83 2.721 5.616 1.888 1.55 3.0653 0 0 0 17.857 13.68 8.162 3.994 11.48 0 6.3864 5.5816 4.4802 6.1612 0
t tabel 1.7
VALIDITAS VALID TIDAK VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID TIDAK
Tingkat Kesukaran sedang sulit sedang sedangsulit sulit sulit sulit sulit sulit sulit mudahsulit sulit sedang sulit sulit sulit sedang sulit sulit sulit sulit sulit sulit sulit mudah sedang sulit
pakai buang pakai pakai pakai buang perbaikanbuang buang perbaikanpakai buang pakai buangbuang buang buang buang pakai pakai perbaikanpakai pakai buang perbaikanpakai buang pakai buang
RELIABILITAS
K/(K-1) 1.0278
Xt(K-Xt)/K*St^2 0.3629
1-(Xt(K-Xt)/K*St^2 0.6371
RELIABILITAS 0.6548
176
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Nilai No Xi - X bar(Xi-X bar)^2
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 34 68 1 9.87 97.4169
0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 31 62 2 5.87 34.4569
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 28 56 3 3.87 14.9769
1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 29 58 4 4.87 23.7169
0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 28 56 5 3.87 14.9769
0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 27 54 6 2.87 8.2369
1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 27 54 7 2.87 8.2369
1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 27 54 8 2.87 8.2369
0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 27 54 9 2.87 8.2369
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 26 52 10 1.87 3.4969
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 26 52 11 1.87 3.4969
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 26 52 12 1.87 3.4969
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 26 52 13 1.87 3.4969
1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 25 50 14 0.87 0.7569
0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 25 50 15 0.87 0.7569
0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 25 50 16 0.87 0.7569
0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 23 46 17
0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 24 48 18 -0.13 0.0169
0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 22 44 19 -2.13 4.5369
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 24 48 20 -0.13 0.0169
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 23 46 21 -1.13 1.2769
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 23 46 22 -1.13 1.2769
1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 22 44 23 -2.13 4.5369
0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 20 40 24 -4.13 17.0569
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 20 40 25 -4.13 17.0569
0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 20 40 26 -4.13 17.0569
0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 20 40 27 -4.13 17.0569
1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 19 38 28 -5.13 26.3169
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 17 34 29 -7.13 50.8369
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 17 34 30 -7.13 50.8369
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 17 34 31 -7.13 50.8369
1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 28 32 -10.13 102.6169
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 11 22 33 -13.13 172.3969
773 768.4808
X bar 24.156
15 8 15 16 10 10 10 20 8 9 17 9 18 18 11 27 14 5 24 6 28
35 42 35 34 40 40 40 30 42 41 33 41 33 32 31 23 36 45 26 44 22
0.3125 0.4375 0.438 0.25 0.5625 0 0.625 0.13 0.0625 0.1875 0.375 0 0.4375 0.3125 0.3125 0.188 -0.188 -0.063 0.3125 0.125 0.1875
0.4545 0.2424 0.455 0.485 0.303 0.303 0.303 0.61 0.2424 0.2727 0.515 0.273 0.54545 0.5455 0.3333 0.818 0.4242 0.1515 0.7273 0.1818 0.8485
0.5455 0.7576 0.545 0.515 0.697 0.697 0.697 0.39 0.7576 0.7273 0.485 0.727 0.45455 0.4545 0.6667 0.182 0.5758 0.8485 0.2727 0.8182 0.1515
24.6 24.75 25 25.13 24.3 23.1 22.4 23.6 24.375 25.556 25.65 23.89 23.6111 25.278 26.545 23.41 23 23 24.458 24.5 23.821
0.6749 0.4251 0.704 0.758 0.4715 0.408 0.3704 0.82 0.4079 0.5 0.849 0.418 0.72244 0.8698 0.6338 1.364 0.5238 0.2578 1.1886 0.3447 1.6008
3.8178 2.4045 3.984 4.29 2.6673 2.306 2.0953 4.62 2.3077 2.8282 4.804 2.362 4.08673 4.9203 3.5853 7.717 2.9629 1.4586 6.7238 1.95 9.0556
0.7379 0.9052 0.71 0.652 0.8819 0.913 0.9289 0.58 0.913 0.866 0.528 0.909 0.69144 0.4934 0.7735 0 0.8519 0.9662 0 0.9387 0
5.1737 2.6564 5.613 6.581 3.0247 2.525 2.2558 8.01 2.5275 3.2656 9.096 2.6 5.91049 9.9719 4.6352 0 3.4781 1.5096 0 2.0773 0
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK VALID TIDAK
sedang sedang sedang sulit sedang sulit sedang sulit sedang sulit sedangsulit sedang sedang sedang sulit mudah sulit sedang sulit sulit
buang buang pakai pakai buang buang buang pakai pakai buang buang pakai pakai pakai pakai buang buang buang buang pakai buang
Ʃ Ʃ
177
Lampiran 12. Analisis Uji Coba Soal Uraian
Nama/Nomor 1 2 3 4 5 Y Y^2 Nilai
Rakhmat Zaenudin 10 4 9 10 10 43 1849 86
M. Irfan Setiyawan 10 8 9 10 5 42 1764 84
Dina Safira M 4 10 10 4 10 38 1444 76
Rovika Vidiayanti 8 8 9 8 5 38 1444 76
Nur Rizky A 6 8 10 6 7.5 37.5 1406.25 75
Eviana Etika K 6 10 7 8 2.5 33.5 1122.25 67
Shabilla M 2 8 9 2 10 31 961 62
Dhea Ayu N 4 4 3.5 10 7.5 29 841 58
Dwi Kurniasih 8 4 9 4 2.5 27.5 756.25 55
Maryani 2 10 3.5 8 2.5 26 676 52
Sri Nuruntut 2 10 7 2 5 26 676 52
Diana Pangestuti 0 8 9 4 2.5 23.5 552.25 47
M. Machfudh 2 6 0 8 7.5 23.5 552.25 47
Sekar Rozviona T 2 0 7 10 2.5 21.5 462.25 43
Fitrotunnisa 2 0 7 10 2.5 21.5 462.25 43
Hesti Dwi R 2 2 7 2 7.5 20.5 420.25 41
Fatimatuh Zuhro 2 0 3.5 8 5 18.5 342.25 37
Nesilia Hendrawati 2 0 7 2 7.5 18.5 342.25 37
Aeka Putri Nur A 4 6 3.5 2 2.5 18 324 36
Anung Satya 2 2 7 2 5 18 324 36
Viani Dwintasari 8 4 3.5 0 2.5 18 324 36
Arinta Safira 2 0 0 10 5 17 289 34
M. Miftah A 0 4 3.5 6 2.5 16 256 32
Eri Triawan 2 2 3.5 6 2.5 16 256 32
M. Multazam 0 0 7 2 5 14 196 28
Lulu Amilatus S 4 0 3.5 4 2.5 14 196 28
M. Dzikron Abid 0 4 7 0 2.5 13.5 182.25 27
Febby Nuralisa 0 0 0 10 2.5 12.5 156.25 25
Kukuh P 2 4 0 6 0 12 144 24
Rio Ardi S 0 0 3.5 0 7.5 11 121 22
Andwingga K A 0 2 0 2 5 9 81 18
Rina Sofianingsih 8 0 0 0 0 8 64 16
Anis Ihsani 0 6 0 0 0 6 36 12
Dita Maria Rizki 0 0 0 2 2.5 4.5 20.25 9
Diko Prasetya H 0 2 0 0 0 2 4 4
Jumlah 728.5 19047.25 1457
Rata-rata 3.02857 3.82857 4.8142857 4.8 4.28571
Tingkat Kesukaran 0.30286 0.38286 0.4814286 0.48 0.42857
Kriteria Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang
Means KA 29.4412
Mans KB 12.3235
Daya Beda 0.41765 Kriteria sangat baik
Ʃ X 106 134 168.5 168 150
Ʃ X^2 644 960 1237.25 1264 925
Ʃ XY 2944 3663 4491.75 4201 3747.5
rxy 0.65864 0.66324 0.7653604 0.52822 0.59738
Kevalidan Soal TINGGI TINGGI TINGGI CUKUP CUKUP
^2 i -320.64 -526.24 -888.24 -876.16 -715
S ^2 i -3326.3
^2 t -17419
r11 0.80904
Kriteria TINGGI
178
Lampiran 13. Data Nilai Kondisi Awal Populasi
No. Kelas
X MIA1 X MIA 2 X MIA3 X MIA 4
1 36 66 37 44
2 48 42 23 50
3 53 42 21 26
4 28 41 37 27
5 29 50 22 13
6 27 35 34 67
7 57 37 65 32
8 59 50 69 20
9 53 59 21 61
10 65 32 54 16
11 52 53 63 44
12 60 26 56 43
13 27 48 52 31
14 25 32 90 35
15 32 43 47 45
16 47 66 57 57
17 75 51 72 36
18 40 59 37 40
19 21 32 57 32
20 62 40 62 30
21 48 40 52 38
22 40 27 44 37
23 33 76 32 54
24 37 42 30 68
25 62 41 47 42
26 29 40 58 42
27 5 31 44 32
28 19 59 84 37
29 21 58 43 59
30 21 70 38 16
31 35 70 39 42
32 42 26 92 75
33 25 62 58 61
34 25 88 26 37
35 45 54 78 49
36 27 26 62 81
∑Х 1410 1714 1803 1519
χ 39 48 50 42.194444
s2
257.45714 239.84444 365.10714 266.38968
n 36 36 36 36
Max 75 88 92 81
Min 5 26 21 13
Rentang 70 62 71 68
log n 1.5563025 1.5563025 1.5563025 1.5563025
simpangan 16.045471 15.486912 19.107777 16.321449
DATA NILAI KONDISI AWAL (UTS SEMESTER 1)
179
Lampiran 14. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 1
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 75 Panjang Kelas = 0
Nilai Minimal = 5 Rerata Kelompok = 39.17
Rentang = 70 Simpangan Baku = 16.045
Banyak Kelas = 8 n = 36
Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Tengah Batas BawahUntuk ZUntuk Z Ei
5 - 14 4.5 9.5 -2.16 0.02 0.05 1.68 1 0.28
15 - 24 14.5 19.5 -1.54 0.06 0.12 4.26 4 0.02
25 - 34 24.5 29.5 -0.91 0.18 0.21 7.39 11 1.77
35 - 44 34.5 39.5 -0.29 0.39 0.24 8.81 6 0.89
45 - 54 44.5 49.5 0.33 0.63 0.20 7.21 7 0.01
55 - 64 54.5 59.5 0.96 0.83 0.11 4.05 5 0.22
65 - 74 64.5 69.5 1.58 0.94 0.04 1.56 1 0.20
75 - 84 74.5 79.5 2.20 0.99 0.01 0.41 1 0.83
85 - 94 84.5 89.5 2.83 1.00
c² = 3.38
36
c2 (1-a)(k-3) 7.81
c2
5) Daerah Kritik
3.38 7.81
6) Ho diterima karena c2 < c
2 (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Keputusan :
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 1
3.38
Kelas Interval
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
180
Lampiran 15. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 2
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3)
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 88 Panjang Kelas = 0
Nilai Minimal = 26 Rerata Kelompok = 47.61111
Rentang = 62 Simpangan Baku = 15.48691
Banyak Kelas = 8 n = 36
Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
26 - 33 25.5 29.5 -1.43 0.08 0.10 3.76 8 4.78
34 - 41 33.5 37.5 -0.91 0.18 0.17 5.96 7 0.18
42 - 49 41.5 45.5 -0.39 0.35 0.20 7.27 5 0.71
50 - 57 49.5 53.5 0.12 0.55 0.19 6.84 5 0.49
58 - 65 57.5 61.5 0.64 0.74 0.14 4.95 5 0.00
66 - 73 65.5 69.5 1.16 0.88 0.08 2.76 4 0.55
74 - 81 73.5 77.5 1.67 0.95 0.03 1.19 1 0.03
82 - 89 81.5 85.5 2.19 0.99 0.01 0.39 1 0.94
90 - 97 89.5 93.5 2.70 1.00
² = 7.69
36
2 (1-a)(k-3)
7.81
5) Daerah Kritik
7.69 7.81
6) Ho diterima karena c2 < c
2 (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Kelas Interval
Keputusan :
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X2
2 hitung
7.69
Statistik Uji
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
Daerah
penolakan Ho
181
Lampiran 16. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 3
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3)
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 92 Panjang Kelas = 8
Nilai Minimal = 21 Rerata Kelompok = 50.08333
Rentang = 71 Simpangan Baku = 19.10778
Banyak Kelas = 9 n = 36
Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
21 - 28 20.5 24.5 -1.55 0.06 0.07 2.47 5 2.60
29 - 36 28.5 32.5 -1.13 0.13 0.11 3.93 3 0.22
37 - 44 36.5 40.5 -0.71 0.24 0.15 5.27 8 1.41
45 - 52 44.5 48.5 -0.29 0.39 0.17 5.95 4 0.64
53 - 60 52.5 56.5 0.13 0.55 0.16 5.65 6 0.02
61 - 68 60.5 64.5 0.55 0.71 0.13 4.51 4 0.06
69 - 76 68.5 72.5 0.96 0.83 0.08 3.03 2 0.35
77 - 84 76.5 80.5 1.38 0.92 0.05 1.71 2 0.05
85 - 92 84.5 88.5 1.80 0.96 0.02 0.81 2 1.73
93 - 100 92.5 96.5 2.22 0.99
² = 7.07
36
5) Daerah Kritik
7.07 7.81
6) Keputusan : Ho diterima karena c2 < c
2 (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Kelas Interval
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 3
2 hitung
7.07
Statistik Uji
2 (1-a)(k-3)
7.81
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan
182
Lampiran 17. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 4
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 81 Panjang Kelas = 9
Nilai Minimal = 13 Rerata Kelompok = 42.19444
Rentang = 68 Simpangan Baku = 16.32145
Banyak Kelas = 7 n = 36
Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 22 12.5 17.5 -1.82 0.03 0.08 2.86 4 0.46
23 - 32 22.5 27.5 -1.21 0.11 0.16 5.85 7 0.23
33 - 42 32.5 37.5 -0.59 0.28 0.23 8.32 10 0.34
43 - 52 42.5 47.5 0.02 0.51 0.23 8.23 6 0.60
53 - 62 52.5 57.5 0.63 0.74 0.16 5.66 5 0.08
63 - 72 62.5 67.5 1.24 0.89 0.08 2.70 2 0.18
73 - 82 72.5 77.5 1.86 0.97 0.02 0.90 2 1.36
83 - 92 82.5 87.5 2.47 0.99
² = 3.24
36
5) Daerah Kritik
3.24 7.81
6) Ho diterima karena c2 < c
2 (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Kelas Interval
Keputusan :
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 4
2 hitung
3.24
2 (1-a)(k-3) 7.81
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
183
Lampiran 18. Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi
1) Ho : s2
1 = s2
2 = s2
3 …. s2
8
H1 : s2
1 ≠ s2
2 ≠ s2
3 … s2
8
2) α : 0.5
3)
4)
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
s2 = ∑(ni-1) si
2= =
∑(ni-1) 140
Log s2 = 2.4506
Harga satuan B
= (Log s2
) ∑ (ni - 1)
= x 140
=
=
= -
=
5) Daerah Kritik
1.9064
6) Keputusan :
7) Kesimpulan: Kelompok berhomogenitas
36
36
36
144
dk = ni - 1
35
35
35
35
∑
X MIIA 4
X MIIA 3
X MIIA 2
X MIIA 1
282.20039508.0000
39508.00001128.80140
239.84
365.11
266.39
(dk) s i2
9011.1000
8394.4000
12778.8500
9323.6500
89.685
84.893
342.250
log s i2
2.4107
2.3799
2.5624
2.4255
9.7786
83.297
1.9064
Untuk a = 5% dengan dk = k - 1 = 4 - 1 = 3 diperoleh c2 tabel =
3,84
Karena χ2 hitung <χ
2 tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen
3.84
342.2501
B
2.4506
343.0780
χ 2
(Ln 10) { B - ∑(ni-1) log s i2}
2.3026 343.0780
UJI HOMOGENITAS POPULASI
Statistik Uji
Komputasi
(dk) log s i2
84.375
si2
257.46
Sampel ni
36
Daerah penerimaan Ho
184
Lampiran 19. Analisis Uji Anava Awal Populasi
1) Ho : μ1 = μ2 = μ3 = μ4
H1 : Tidak semua μi sama, untuk i = 1,2,3,4
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
4) Komputasi
X MIIA 1 X MIIA 2 X MIIA 3 X MIIA 4
∑X 1410 1714 1803 1519
n 36 36 36 36
X̅ 39.1667 47.61111 50.0833 42.194
Pengujian Hipotesis
Jumlah Kuadrat
1. jumlah Kuadrat Rata-rata (RY)
RY = (∑X)2
n
= (1410 + 1714 + 1803 + 1519) 2
36 + 36 + 36 + 36
(6446)2
144
=
2. Jumlah Kuadrat antar Kelompok (AY)
AY = (∑Xi)2 - RY
ni
= (1410)2 + (1714)2 + (1803)2 + (1519)2 - 288548
36 36 36 36
= 2676.02
3. Jumlah Kuadrat Total (JK tot)
Jk tot = 41550916 - 330732
= 41220184
4. Jumlah Kuadrat dalam (DY)
DY = JK tot - RY - AY
= - - 2676
=
41220184 288548.03
40928959.95
No.Kelas
UJI ANAVA
=
288548.03
185
Tabel Ringkasan Anava
Sumber Variasi dk JK KT F
Rata-rata 1 RY K= RY : 1
Antar Kelompok k-1 AY A = AY : (k-1) A
D
F
0
5) Daerah Kritik
0.003 2.568
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Dalam Kelompok ∑(ni-1) DY D = DY : (∑(ni – 1))
Total ∑ni ∑X2
KT
Rata-rata 1 288548.03 288548.03
Sumber Variasi dk JK
Antar Kelompok 3 2676.02 892.01
Dalam Kelompok 140 40928959.95 292349.72
41550916
F tabel = 2.658
Daerah penolakan Ho
Karena F hitung < F tabel , ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
Total 144
Daerah
penerimaan Ho
186
Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi
1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F : 365.11 = 1.52
239.84
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk-1 = 35
5) Daerah Kritik
1.52
6) Keputusan :Ho diterima
7) Kesimpulan :Kelas dalam populasi mempunyai varians yang tidak berbeda.
1.96
1410
36
39.00
257.46
16.05
Pada α = 5% dengan :
Varians (S2)
Standar deviasi (S)
Kelompok
266.39
16.32
Kelompok
X MIA 3
1803
36
50.00
365.11
19.11
Kelompok
X MIA 4
1519
36
42.19
UJI KESAMAAN VARIANS DATA POPULASI
SISWA KELAS X SMAN 2 BATANG
239.84
15.49
X MIA 2
1714
Kelompok
X MIA 1
n
Mean
36
48.00
untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Sumber
Variasi
Jumlah
Daerah penolakan Ho
terkecilVarians
terbesarVariansF
Daerah penerimaan Ho
187
Lampiran 21. Daftar Nama Siswa
NAMA KODE NAMA KODE
ALDISA DWI AGUSTINA E-001 AEKA PUTRI NUR ASRINI K-001ANANDA NUURIL FITRI HIDAYAH E-002 ANDWINGGA KRESNA ARDIANSYAH K-002
ANGGI LUKIYANTI E-003 ANIS IHSANI K-003
BANGEN SASI PRASANTI E-004 ANJAS WICAKSONO K-004
BAYU SAPUTRA E-005 ANUNG SATYA K-005
BURHANNUDIN OKTAVIANTO E-006 ARINTA SAFIRA K-006
DESTI PUJIASIH E-007 DHEA AYUNINGWIDI NOVITA K-007
GALIH RASYID ARROZAQ E-008 DIANA PANGESTUTI K-008
GEZA DANAR RULLAH E-009 DIKO PRASETIYO HADI K-009
IKA YULIANTI E-010 DINA SAFERA MALIK K-010
IRMA SULISTYANI E-011 DITA MARIA RIZKI K-011
JAMIATUL KAMILAH E-012 DWI KURNIASIH K-012
JULIA CINDRA SALSABILA E-013 ERI TRIAWAN K-013
KESWANTO E-014 EVIANA ETIKA KHUNAINI K-014
KHARIS AL MAHASIBI E-015 FATIMATUH ZUHRO K-015
KRISTIYAH E-016 FEBBY NURALISA K-016
MEISA DELA AGATI E-017 FITROTUNNISA K-017
MICKY LUKINANDA E-018 HESTI DWI RESNADI K-018
MOH. YUSUF E-019 KUKUH PRIBADI K-019
MUHAMAD IRFAN E-020 LULU AMILATUS SOLEKHA K-020MUHAMMAD NIZAR MAULANA E-021 MARYANI K-021
NAELATU ZULFA E-022 MOCHAMAD IRFAN SETIYAWAN K-022
NILA AYUNINGTYAS E-023 MOCHAMAD MULTAZAM K-023
NOLA EKA CAHYATI E-024 MOHAMMAD MACHFUDH K-024
NUR AMILA E-025 MOKHAMAD MIFTAH ARDIANSYAH K-025
OKASYATI LESTARI PUTRI E-026 MUHAMMAD DZIKRON ABIED K-026
PELANGI REFOR E-027 NESILIA HENDRAWATI K-027PUTU FAHRIZA DWIKA SAPUTRA E-028 NUR RIZKY AMALIA K-028
RIZKI HANDAYANI E-029 RAKHMAT ZAENUDIN K-029
SALMAN NUR AZMII E-030 RINA SOFIANINGSIH K-030
SOFAN SUSANTO E-031 RIO ARDI SANTOSO K-031
SONIA DEFEGA PRAFISTANTI E-032 ROVIKA VIDIAYANTI K-032
SUNARTI E-033 SEKAR ROSVIONA TYARTA K-033
SUSILOWATI E-034 SHABILLA MARGIYANTI K-034
SYAFIRA NOER FITRIYANIE E-035 SRI NURUNTUT K-035
VINA DWI LESTARI E-036 VIANI DWINTASARI K-036
DAFTAR NAMA SISWA
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
188
Lampiran 22. Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa
Nomor Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 28.5 21 49.5 812.25 441
2 32 17 49 1024 289
3 27 21 48 729 441
4 30 24 54 900 576
5 26 20 46 676 400
6 40 16 56 1600 256
7 32.5 37.5 70 1056.25 1406.25
8 25.5 30.5 56 650.25 930.25
9 26 29 55 676 841
10 30 30.5 60.5 900 930.25
11 32 16 48 1024 256
12 17 30 47 289 900
13 27 30 57 729 900
14 22 32.5 54.5 484 1056.25
15 13 32 45 169 1024
16 19 19 38 361 361
17 25 27 52 625 729
18 24 16 40 576 256
19 22 25.5 47.5 484 650.25
20 23.5 30 53.5 552.25 900
21 25 32.5 57.5 625 1056.25
22 22 42 64 484 1764
23 32.5 20 52.5 1056.25 400
24 28 34 62 784 1156
25 21.5 30 51.5 462.25 900
26 29 25.5 54.5 841 650.25
27 24 16 40 576 256
28 29 30 59 841 900
29 23.5 32.5 56 552.25 1056.25
30 28 25 53 784 625
31 27 30 57 729 900
32 23 34.5 57.5 529 1190.25
33 28 20 48 784 400
34 27 25 52 729 625
35 28 27.5 55.5 784 756.25
36 23 32.5 55.5 529 1056.25
∑ 940.5 961.5 1902 25406.75 27234.75
X 26.13 26.71
ni 36 36
ni - 1 35 35
Si2 23.89 44.42
(ni-1) Si2 836.19 1554.69
Log Si2 1.38 1.65
(ni-1) Log Si2 48.24 57.67
Si 4.89 6.66
Nilai Maks. 40 42
Nilai Min. 13 16
Rentang 27 26
Log ni 1.56 1.56
DAFTAR NILAI PRETES
SX²
189
Lampiran 23. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 40 Panjang Kelas = 6
Nilai Minimal = 13 Rerata Kelompok = 26.11
Rentang = 27 Simpangan Baku = 4.887
Banyak Kelas = 4 n = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Oi (Oi-Ei)²
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 19 12.5 -2.78 0.00 0.09 3.08 3 0.00
20 - 26 19.5 -1.35 0.09 0.44 15.97 15 0.06
27 - 33 26.5 0.08 0.53 0.40 14.51 17 0.43
34 - 40 33.5 1.51 0.93 0.06 2.29 1 0.73
41 - 47 40.5 2.94 1.00
² = 1.22
36
5)
7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
Daerah Kritik
1.22
7.81
1.22
EiKelas Interval
2 (1-a)(k-3)
2 hitung
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
190
Lampiran 24. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Kontrol
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji :
4) Komputasi
= 42 Panjang Kelas = 7
= 16 Rerata Kelompok = 26.71
= 26 Simpangan Baku = 6.66
Banyak Kelas = 4 n = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 20 12.5 -2.13 0.02 0.16 5.73 9 1.86
21 - 28 20.5 -0.93 0.18 0.43 15.49 9 2.72
29 - 36 28.5 0.27 0.61 0.32 11.64 16 1.64
37 - 44 36.5 1.47 0.93 0.07 2.42 2 0.07
45 - 52 44.5 2.67 1.00
² = 6.29
36
6.29
5)
6.29 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :Data berdistribusi normal
Daerah Kritik
UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS KONTROL (X MIIA 3)
Nilai Maksimal
Nilai Minimal
Rentang
Kelas Interval
2 (1-a)(k-3)
2 hitung
7.81
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
191
Lampiran 25. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Kognitif
1) H0 : s2
1 = s2
2
Ha : Tidak semua s2
i sama, untuk i = 1, 2
2) α :
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
S2 = = =
Log S2 = 1.53
Harga satuan B
B = (Log S2
) S (ni - 1)
= 1.53 x 70
= 107
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=
5) Daerah Kritik
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
2390.8500
UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES
5%
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Si2
23.89
44.42
(dk) log Si2
48.2376
57.6652
log Si2
35
35
3.8415
3.3134 3.8415
Karena 2 hitung <
2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas yang sama
Jumlah
S(ni-1) Si2
68.3100 105.9028
107.3418 105.9028
3.3134
2.3026
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2
tabel =
S(ni-1)
34.1550
70
70
2
ni
36
36
72
1.3782
1.6476
3.0258
(dk) Si2
836.1500
1554.7000
2390.8500
dk = ni - 1
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
192
Lampiran 26. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil Belajar
1) H₀ :
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F : 44.42 = 1.86
23.89
Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk-1 = 35
5) Daerah Kritik
1.86
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Sumber
Variasi
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
960.5
36
940
36
Jumlah
n
Standar deviasi (S)
1.96
26.68
44.42
6.66
26.11
23.89
4.89
Mean
Varians (S2)
terkecilVarians
terbesarVariansF
Daerah
Daerah
penolakan Ho
193
Lampiran 27. Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nomor Kelas X²
Eksperimen Kontrol EksperimenKontrol
1 69.5 44 113.5 4830.3 1936
2 64 54 118 4096 2916
3 59 59 118 3481 3481
4 64.5 57 121.5 4160.3 3249
5 61 48 109 3721 2304
6 62 58 120 3844 3364
7 62 52 114 3844 2704
8 62 56.5 118.5 3844 3192.25
9 76 43 119 5776 1849
10 69 48 117 4761 2304
11 62.5 47 109.5 3906.3 2209
12 63.5 44 107.5 4032.3 1936
13 67 64 131 4489 4096
14 63.5 62 125.5 4032.3 3844
15 67 43 110 4489 1849
16 64.5 50 114.5 4160.3 2500
17 77 55 132 5929 3025
18 66 57.5 123.5 4356 3306.25
19 64.5 50.5 115 4160.3 2550.25
20 65 48 113 4225 2304
21 65.5 55 120.5 4290.3 3025
22 63 65 128 3969 4225
23 63 50.5 113.5 3969 2550.25
24 71 55 126 5041 3025
25 67 57.5 124.5 4489 3306.25
26 71 45 116 5041 2025
27 66 58.5 124.5 4356 3422.25
28 71 44.5 115.5 5041 1980.25
29 56 58.5 114.5 3136 3422.25
30 72 52 124 5184 2704
31 63 46 109 3969 2116
32 61 72 133 3721 5184
33 63.5 54 117.5 4032.3 2916
34 69.5 44 113.5 4830.3 1936
35 62.5 50.5 113 3906.3 2550.25
36 52 54.5 106.5 2704 2970.25
S 2346.5 1903 4249.5 153816 102276.5
X 65.18 52.86 118.04
ni 36 36 72
ni - 1 35 35 71 48.491
Si2 24.85 48.05 48.49 6.9636
(ni-1) Si2 869.58 1681.81 3442.87
Log Si2 1.40 1.68 1.69
(ni-1) Log Si2 48.83 58.86 119.68
Si 4.98 6.93 6.96
Nilai Maks. 77 72 133
Nilai Min. 52 43 106.5
Rentang 25 29 26.5
Simpangan baku 4.98 6.93
DAFTAR NILAI POSTEST HASIL BELAJAR
S
194
Lampiran 28. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 77 = 6
Nilai Minimal = 52 = 65.18
Rentang = 25 = 4.98
Banyak Kelas = 5 = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²
Kelas Batas BawahUntuk Z Untuk Z Ei
50 - 55 49.5 -3.15 0.00 0.03 0.91 1 0.01
56 - 61 55.5 -1.94 0.03 0.20 7.34 4 1.52
62 - 67 61.5 -0.74 0.23 0.45 16.18 22 2.10
68 - 73 67.5 0.47 0.68 0.27 9.84 7 0.82
74 - 79 73.5 1.67 0.95 0.05 1.63 2 0.08
80 - 85 79.5 2.88 1.00
² = 4.53
36
2 (1-a)(k-3)
7.81
4.53
5)
4.53 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST
KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1)
Daerah Kritik
Oi
2 hitung
Data tidak berdistribusi normal
Panjang Kelas
Rerata Kelompok
Simpangan Baku
n
EiKelas
Interval
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan HoDaerah
penolakan Ho
195
Lampiran 29. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Kontrol
1) H0 :
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 72 = 8
Nilai Minimal = 43 = 52.86
Rentang = 29 = 6.93
Banyak Kelas = 5 = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
40 - 47 39.5 -1.93 0.03 0.19 6.94 9 0.61
48 - 55 47.5 -0.77 0.22 0.43 15.44 15 0.01
56 - 63 55.5 0.38 0.65 0.29 10.41 9 0.19
64 - 71 63.5 1.54 0.94 0.06 2.12 2 0.01
72 - 79 71.5 2.69 1.00 0.00 0.13 1 6.03
80 - 87 79.5 3.84 1.00
c² = 6.85
36
c2 (1-a)(k-3)
7.81
c2
6.85
5) Daerah Kritik
6.85 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Data tidak berdistribusi normal
KELAS KONTROL (X MIA 3)
UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST
Ei Oi
Simpangan Baku
Kelas Interval
Panjang Kelas
Rerata Kelompok
n
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan HoDaerah
penolakan Ho
196
Lampiran 30. Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar
1) H0 : s2
1= s
22
Ha : Tidak semua s2
i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
S2 = = =
Log S2 =
Harga satuan B
B = (Log S2
) S (ni - 1)
= x 70
=
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=
Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2
tabel =
5) Daerah Kritik
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Karena 2 hitung <
2 (1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas yang sama
70
2551.5000
1.561698
3.7374
3.8415
3.7374 3.8415
109.3188
2
2.3026 109.32 107.6957
S(ni-1) Si2
S(ni-1)
(dk) Si2
Si2dk = ni -
1
58.8593
niKelas
107.6957
1.3953
1.6817
3.0770
(dk) log Si2
log Si2
Kontrol
Eksperimen
Jumlah
UJI HOMOGENITAS DATA POSTEST HASIL BELAJAR
36.4500
1.561698
70
35
3536
36
72
869.7500
1681.7500
2551.5000
24.8500
48.0500
72.9000
48.8364
Daerah penerimaan Ho
197
Lampiran 31. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil Belajar
1) H₀ :
Ha :2) α : 5%3) Statistik Uji
4) KomputasiDari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F : 48.05 = 1.93
24.85
5) Daerah Kritik
1.93 1.96
6) Keputusan : Ho diterima7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
52.86
dk pembilang : nb-1 = 35 = 35
2346.536
Jumlah n
MeanVarians (S2)
Standar deviasi (S)
dk penyebut : nk-1
Pada α = 5% dengan :
65.1824.854.98
48.056.93
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
190336
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Sumber Variasi
terkecilVarians
terbesarVariansF
Daerah Daerah
penolakan
198
Lampiran 32. Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Hasil Belajar
1) Ho : m1 < m2
Ha : m1 > m2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
36 1 24.85 + 36 1 48.05
36 + 36 2
65.18
1 + 1
36 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t(0.95)(68) =
5) Daerah Kritik
-1.994 0 1.994
6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho
7) Kesimpulan :
8.658
Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol
=
1.9944371
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA
NILAI POSTTEST (UJI t PIHAK KANAN)
6.04
6.037
= 8.658
6.93
Kelas Eksperimen
2347
36
65.18
24.85
4.98
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
=s
Kelas Kontrol
1903
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
t =52.86
Sumber variasi
Jumlah
n
X̅
Varians (s2)
Standart deviasi (s)
Dimana,
36
52.86
48.05
21 n
1
n
1 s
xx t 21
2nn
1n1n s
21
222
211
ss
199
Lampiran 33. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar
1) Ho : = m2
Ha : ≠ m2
2) α :3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:Dimana,
4) KomputasiDari data diperoleh:
s = 36 -1 + 36 -1 48.05 =36 + 36 - 2
t -1 + 136 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t(0.95)(68) =
5) Daerah Kritik
0
6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho7) Kesimpulan :
8.657
48.056.934.98
24.85Varians (s2)
Standart deviasi (s)
24.856.037
3652.86
Sumber variasiJumlah
nx̅
Kelompok eksperimen234736
65.18
Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok
eksperimen dan kontrol
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
m1
m1
==
-1.994 1.994 8.66
65.18 52.866.037
1.994
5%
Kelompok kontrol1903
Daerah penerimaan Ho
21 n
1
n
1 s
xx t 21
2nn
1n1n s
21
222
211
ss
200
Lampiran 34. Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 65.18 - 26.13
100 - 26.13
= 0.528631
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 52.86 - 26.71
100 - 26.71
= 0.356802 (SEDANG)
Kelas Eksperimen
26.13
65.18
g ˃ 0.7 (tinggi)
0.3 < g < 0.7 (sedang)
g < 0.3 (rendah)
(SEDANG)
Kelas Kontrol
26.71
52.86
UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN RATA-RATA
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
Posttest
Kriteria Uji (g) :
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rata-rata
Pretest
201
No Testee Pretes Postes g Kriteria No Testee Pretes Postes g Kriteria
1 E-01 28.5 69.5 0.57 Sedang 1 K-01 21 44 0.29 Rendah
2 E-02 32 64 0.47 Sedang 2 K-02 17 54 0.45 Sedang
3 E-03 27 59 0.44 Sedang 3 K-03 21 59 0.48 Sedang
4 E-04 30 64.5 0.49 Sedang 4 K-04 24 57 0.43 Sedang
5 E-05 26 61 0.47 Sedang 5 K-05 20 48 0.35 Sedang
6 E-06 40 62 0.37 Sedang 6 K-06 16 58 0.50 Sedang
7 E-07 32.5 62 0.44 Sedang 7 K-07 37.5 52 0.23 Rendah
8 E-08 25.5 62 0.49 Sedang 8 K-08 30.5 56.5 0.37 Sedang
9 E-09 26 76 0.68 Sedang 9 K-09 29 43 0.20 Rendah
10 E-10 30 69 0.56 Sedang 10 K-10 30.5 48 0.25 Rendah
11 E-11 32 62.5 0.45 Sedang 11 K-11 16 47 0.37 Sedang
12 E-12 17 63.5 0.56 Sedang 12 K-12 30 44 0.20 Rendah
13 E-13 27 67 0.55 Sedang 13 K-13 30 64 0.49 Sedang
14 E-14 22 63.5 0.53 Sedang 14 K-14 32.5 62 0.44 Sedang
15 E-15 13 67 0.62 Sedang 15 K-15 32 43 0.16 Rendah
16 E-16 19 64.5 0.56 Sedang 16 K-16 19 50 0.38 Sedang
17 E-17 25 77 0.69 Sedang 17 K-17 27 55 0.38 Sedang
18 E-18 24 66 0.55 Sedang 18 K-18 16 57.5 0.49 Sedang
19 E-19 22 64.5 0.54 Sedang 19 K-19 25.5 50.5 0.34 Sedang
20 E-20 23.5 65 0.54 Sedang 20 K-20 30 48 0.26 Rendah
21 E-21 25 65.5 0.54 Sedang 21 K-21 32.5 55 0.33 Sedang
22 E-22 22 63 0.53 Sedang 22 K-22 42 65 0.40 Sedang
23 E-23 32.5 63 0.45 Sedang 23 K-23 20 50.5 0.38 Sedang
24 E-24 28 71 0.60 Sedang 24 K-24 34 55 0.32 Sedang
25 E-25 21.5 67 0.58 Sedang 25 K-25 30 57.5 0.39 Sedang
26 E-26 29 71 0.59 Sedang 26 K-26 25.5 45 0.26 Rendah
27 E-27 24 66 0.55 Sedang 27 K-27 16 58.5 0.51 Sedang
28 E-28 29 71 0.59 Sedang 28 K-28 30 44.5 0.21 Rendah
29 E-29 23.5 56 0.42 Sedang 29 K-29 32.5 58.5 0.39 Sedang
30 E-30 28 72 0.61 Sedang 30 K-30 25 52 0.36 Sedang
31 E-31 27 63 0.49 Sedang 31 K-31 30 46 0.23 Rendah
32 E-32 23 61 0.49 Sedang 32 K-32 34.5 72 0.57 Sedang
33 E-33 28 63.5 0.49 Sedang 33 K-33 20 54 0.43 Sedang
34 E-34 27 69.5 0.58 Sedang 34 K-34 25 44 0.25 Rendah
35 E-35 28 62.5 0.48 Sedang 35 K-35 27.5 50.5 0.32 Sedang
36 E-36 23 52 0.38 Sedang 36 K-36 32.5 54.5 0.33 Sedang
941 2347 18.96 962 1903 12.73
26.13 65.18 Tinggi 0 26.71 52.86 Tinggi 0
23.89 24.85 Sedang 36 44.42 48.05 Sedang 25
4.89 4.98 Rendah 0 6.66 6.93 Rendah 11S S
Jumlah Jumlah
Mean Mean
S2
S2
UJI NORMALIZED GAIN <g>
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
DATA KELAS EKSPERIMEN DATA KELAS KONTROL
KELAS X MIIA 1 KELAS X MIIA 3
202
Lampiran 35. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif
NO NAMA OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT
1 AEKA PUTRI NUR ASRINI 26 25 26 77 5929
2 ANDWINGGA KRESNA A 27 26 26 79 6241
3 ANIS IHSANI 26 26 26 78 6084
4 ANJAS WICAKSONO 26 26 26 78 6084
5 ANUNG SATYA 26 25 25 76 5776
6 ARINTA SAFIRA 27 26 27 80 6400
7 DHEA AYUNINGWIDI N 27 27 27 81 6561
8 DIANA PANGESTUTI 27 26 26 79 6241
9 DIKO PRASETIYO HADI 26 25 25 76 5776
10 DINA SAFERA MALIK 27 27 27 81 6561
11 DITA MARIA RIZKI 28 28 28 84 7056
12 DWI KURNIASIH 25 25 25 75 5625
13 ERI TRIAWAN 27 27 27 81 6561
14 EVIANA ETIKA KHUNAINI 27 25 27 79 6241
15 FATIMATUH ZUHRO 25 25 25 75 5625
16 FEBBY NURALISA 28 26 28 82 6724
17 FITROTUNNISA 28 27 28 83 6889
18 HESTI DWI RESNADI 27 27 27 81 6561
19 KUKUH PRIBADI 26 26 26 78 6084
20 LULU AMILATUS S 27 27 27 81 6561
21 MARYANI 27 26 27 80 6400
22 MOCH IRFAN SETIYAWAN 27 26 27 80 6400
23 MOCHAMAD MULTAZAM 28 27 28 83 6889
24 MOHAMMAD MACHFUDH 28 26 26 80 6400
25 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 27 27 27 81 6561
26 MUH DZIKRON ABIED 26 26 26 78 6084
27 NESILIA HENDRAWATI 28 28 28 84 7056
28 NUR RIZKY AMALIA 28 27 28 83 6889
29 RAKHMAT ZAENUDIN 27 25 27 79 6241
30 RINA SOFIANINGSIH 27 27 27 81 6561
31 RIO ARDI SANTOSO 28 27 28 83 6889
32 ROVIKA VIDIAYANTI 27 27 27 81 6561
33 SEKAR ROSVIONA T 28 28 28 84 7056
34 SHABILLA MARGIYANTI 27 25 27 79 6241
35 SRI NURUNTUT 26 26 27 79 6241
36 VIANI DWINTASARI 28 27 28 83 6889
JUMLAH Y 970 947 965 2882 230938
Y KUADRAT 940900 896809 931225 2768934
JKT 95.2962963 RELIABILITAS 0.749840663
JKOB 8.12962963
JKP 72.62962963
JKR 14.53703704
VP 2.075132275
VE 0.207671958
RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF
203
Lampiran 36. Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif
1 2 3 4 5 6 7
1 E-001 4 3 4 4 4 4 4
2 E-002 4 4 4 4 4 4 4
3 E-003 4 4 4 4 4 4 4
4 E-004 4 4 4 4 3 4 4
5 E-005 4 4 4 4 3 4 4
6 E-006 4 4 4 4 4 4 3
7 E-007 4 3 4 4 4 4 4
8 E-008 4 4 4 4 4 4 4
9 E-009 3 4 4 4 4 4 3
10 E-010 4 4 4 4 4 4 3
11 E-011 4 4 3 4 4 4 4
12 E-012 4 3 4 4 4 4 4
13 E-013 4 4 4 4 3 4 4
14 E-014 4 3 3 4 4 4 4
15 E-015 4 4 4 4 4 4 4
16 E-016 4 4 4 4 4 4 4
17 E-017 4 3 4 4 4 4 3
18 E-018 4 4 4 4 4 4 4
19 E-019 4 4 4 4 4 4 3
20 E-020 4 4 3 4 4 4 4
21 E-021 4 4 3 4 3 4 3
22 E-022 4 4 4 4 4 4 4
23 E-023 4 4 4 4 4 4 3
24 E-024 4 3 4 4 4 4 3
25 E-025 4 4 4 4 4 4 4
26 E-026 4 4 4 3 3 4 3
27 E-027 4 4 4 4 4 4 3
28 E-028 4 4 4 3 3 4 4
29 E-029 4 4 4 4 4 4 4
30 E-030 4 4 3 4 4 4 4
31 E-031 4 3 4 4 4 4 4
32 E-032 4 4 4 4 4 4 4
33 E-033 4 4 4 4 4 4 4
34 E-034 4 3 4 4 4 4 3
35 E-035 4 4 4 4 4 4 3
36 E-036 4 3 4 4 4 4 3
Jumlah 143 135 139 142 138 144 131
Rerata 0.993056 0.9375 0.965278 0.986111 0.958333 1 0.90972
Persen 99.31% 93.75% 96.53% 98.61% 95.83% 100% 90.97%
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF
KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
No KodeAFEKTIF
204
1 2 3 4 5 6 7
1 K-001 4 3 4 4 3 4 3
2 K-002 4 3 4 4 3 4 3
3 K-003 4 3 4 4 4 3 3
4 K-004 3 3 4 4 3 3 4
5 K-005 4 3 4 4 3 4 3
6 K-006 4 3 4 4 3 3 4
7 K-007 4 3 4 4 4 3 3
8 K-008 4 3 4 4 4 4 3
9 K-009 4 3 4 4 4 3 2
10 K-010 4 3 4 4 4 3 3
11 K-011 4 3 4 4 4 3 4
12 K-012 4 3 4 4 4 4 3
13 K-013 4 3 4 4 4 4 4
14 K-014 4 3 4 4 4 3 3
15 K-015 4 3 4 4 4 3 3
16 K-016 4 3 4 4 4 4 4
17 K-017 4 4 4 4 4 4 3
18 K-018 4 3 4 4 4 4 4
19 K-019 4 3 4 4 4 4 2
20 K-020 4 3 4 4 4 3 4
21 K-021 4 3 4 4 4 4 3
22 K-022 4 3 4 4 4 4 4
23 K-023 4 3 4 4 4 4 4
24 K-024 4 3 4 4 4 3 4
25 K-025 4 4 3 4 4 3 4
26 K-026 4 4 3 4 4 4 3
27 K-027 4 3 4 4 4 4 3
28 K-028 4 3 4 4 4 3 4
29 K-029 4 3 4 4 4 4 4
30 K-030 4 3 4 4 4 4 3
31 K-031 4 4 4 4 4 3 3
32 K-032 3 3 4 4 4 4 3
33 K-033 4 3 4 4 4 3 3
34 K-034 4 4 4 4 4 4 3
35 K-035 4 3 4 4 4 4 3
36 K-036 4 3 4 4 4 3 3
Jumlah 142 113 142 144 139 128 119
Rerata 0.98611 0.784722 0.986111 1 0.965278 0.888889 0.826389
Persen 98.61% 78.47% 98.61% 100.00% 96.53% 88.89% 82.64%
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF
KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)
KODENoAFEKTIF
205
Lampiran 37. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
NO NAMA OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT
1 AEKA PUTRI NUR ASRINI 23 22 23 68 4624
2 ANDWINGGA KRESNA A 23 22 23 68 4624
3 ANIS IHSANI 24 24 24 72 5184
4 ANJAS WICAKSONO 22 23 23 68 4624
5 ANUNG SATYA 23 23 23 69 4761
6 ARINTA SAFIRA 24 24 23 71 5041
7 DHEA AYUNINGWIDI NOVITA 23 24 23 70 4900
8 DIANA PANGESTUTI 24 23 24 71 5041
9 DIKO PRASETIYO HADI 21 22 22 65 4225
10 DINA SAFERA MALIK 23 23 23 69 4761
11 DITA MARIA RIZKI 24 24 24 72 5184
12 DWI KURNIASIH 23 24 24 71 5041
13 ERI TRIAWAN 22 23 23 68 4624
14 EVIANA ETIKA KHUNAINI 24 23 24 71 5041
15 FATIMATUH ZUHRO 24 24 24 72 5184
16 FEBBY NURALISA 24 24 24 72 5184
17 FITROTUNNISA 24 23 24 71 5041
18 HESTI DWI RESNADI 23 23 23 69 4761
19 KUKUH PRIBADI 23 23 23 69 4761
20 LULU AMILATUS SOLEKHA 24 24 24 72 5184
21 MARYANI 21 21 21 63 3969
22 MOCH IRFAN SETIYAWAN 23 23 23 69 4761
23 MOCHAMAD MULTAZAM 24 23 24 71 5041
24 MOHAMMAD MACHFUDH 24 24 23 71 5041
25 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 24 24 23 71 5041
26 MUHAMMAD DZIKRON ABIED 23 24 24 71 5041
27 NESILIA HENDRAWATI 24 24 24 72 5184
28 NUR RIZKY AMALIA 24 23 24 71 5041
29 RAKHMAT ZAENUDIN 24 24 24 72 5184
30 RINA SOFIANINGSIH 24 24 24 72 5184
31 RIO ARDI SANTOSO 24 23 24 71 5041
32 ROVIKA VIDIAYANTI 24 23 24 71 5041
33 SEKAR ROSVIONA TYARTA 24 24 24 72 5184
34 SHABILLA MARGIYANTI 23 23 23 69 4761
35 SRI NURUNTUT 24 24 24 72 5184
36 VIANI DWINTASARI 23 23 23 69 4761
JUMLAH Y 842 839 844 2525 177249
Y KUADRAT 708964 703921 712336 2125221
JKT 61.43518519 RELIABILITAS 0.71396
JKOB 0.351851852
JKP 49.43518519
JKR 11.64814815
VP 1.412433862
VE 0.166402116
RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK
206
Lampiran 38. Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
1 2 3 4 5 1 2 3
1 E-001 3 2 3 3 3 2 2 3
2 E-002 3 3 3 2 3 3 3 3
3 E-003 3 3 3 3 3 3 3 3
4 E-004 3 3 3 2 2 3 3 3
5 E-005 3 3 3 3 2 3 3 3
6 E-006 3 3 3 2 3 3 3 3
7 E-007 3 3 3 2 3 2 2 3
8 E-008 3 3 3 3 3 3 3 3
9 E-009 3 2 3 3 3 2 2 3
10 E-010 3 2 3 2 3 3 2 3
11 E-011 3 3 3 3 3 3 3 3
12 E-012 3 3 3 3 3 3 2 3
13 E-013 3 3 3 3 3 3 2 3
14 E-014 3 2 3 3 3 2 3 3
15 E-015 3 3 3 3 3 3 3 3
16 E-016 3 3 3 3 3 3 3 3
17 E-017 3 3 3 2 3 3 2 3
18 E-018 3 2 3 2 3 3 2 3
19 E-019 3 2 3 2 3 3 3 3
20 E-020 3 3 3 3 3 3 3 3
21 E-021 3 2 3 2 3 3 2 3
22 E-022 3 2 3 3 3 2 3 3
23 E-023 3 3 3 3 3 3 3 3
24 E-024 3 3 3 2 3 3 2 3
25 E-025 3 3 3 2 3 3 3 3
26 E-026 3 3 3 3 2 3 3 3
27 E-027 3 3 3 3 3 2 2 3
28 E-028 3 3 3 3 2 3 3 3
29 E-029 3 3 3 3 3 3 3 3
30 E-030 3 3 3 3 3 3 3 3
31 E-031 3 2 3 3 3 2 2 3
32 E-032 3 3 3 3 3 3 3 3
33 E-033 3 3 3 3 3 3 3 3
34 E-034 3 3 3 3 3 3 3 3
35 E-035 3 3 3 3 3 3 3 3
36 E-036 3 2 3 2 3 2 2 3
Jumlah 108 98 108 96 104 100 95 108
Rerata 1 0.90741 1 0.888889 0.962963 0.925926 0.87963 1
Persen 100% 85.18% 100% 85.18% 94.44% 92.59% 87.96% 100%
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK
KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
No KodeAspek A Aspek B
207
1 2 3 4 5 1 2 3
1 K-001 3 3 3 3 3 2 3 3
2 K-002 2 2 3 2 3 2 2 3
3 K-003 3 3 3 3 3 2 3 2
4 K-004 3 3 3 3 3 3 3 3
5 K-005 2 2 3 2 3 2 3 3
6 K-006 3 2 3 3 3 3 3 2
7 K-007 3 3 3 2 3 2 2 2
8 K-008 3 3 3 3 3 2 2 2
9 K-009 1 3 2 3 3 2 2 2
10 K-010 3 3 3 2 3 2 2 2
11 K-011 3 2 3 2 3 2 3 3
12 K-012 3 2 3 3 3 2 3 3
13 K-013 2 2 3 3 3 2 2 3
14 K-014 3 3 3 3 3 2 3 3
15 K-015 3 3 3 2 3 2 2 3
16 K-016 3 3 3 2 3 3 2 2
17 K-017 3 3 3 3 3 2 2 2
18 K-018 3 3 3 3 2 2 2 2
19 K-019 3 2 3 2 2 2 2 2
20 K-020 3 2 3 2 3 2 2 2
21 K-021 3 3 3 3 2 2 2 2
22 K-022 2 3 2 3 3 2 2 2
23 K-023 2 2 2 3 3 3 3 2
24 K-024 2 2 3 2 3 2 2 2
25 K-025 2 2 2 2 2 3 2 3
26 K-026 2 3 2 3 3 3 2 2
27 K-027 2 2 3 3 3 2 2 3
28 K-028 2 2 3 2 3 2 2 3
29 K-029 2 2 3 3 3 2 2 3
30 K-030 2 3 3 2 3 2 3 3
31 K-031 2 2 3 2 3 2 2 2
32 K-032 3 3 3 3 2 2 2 2
33 K-033 3 3 3 3 2 2 2 2
34 K-034 3 2 3 2 3 2 2 3
35 K-035 3 3 3 2 3 3 2 3
36 K-036 3 3 3 3 3 2 2 3
Jumlah 93 92 103 92 102 79 82 89
Rerata 0.86111 0.851852 0.953704 0.851852 0.944444 0.731481 0.75926 0.82407
Persen 86.11% 90.74% 95.37% 100.00% 100% 73.15% 75.93% 82.41%
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK
KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)
ASPEK A ASPEK BKODENo
208
Lampiran 39. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Nomor Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 25 30 55 625 900
2 15 15 30 225 225
3 30 15 45 900 225
4 20 10 30 400 100
5 20 20 40 400 400
6 20 20 40 400 400
7 25 30 55 625 900
8 25 25 50 625 625
9 20 10 30 400 100
10 20 35 55 400 1225
11 20 15 35 400 225
12 10 40 50 100 1600
13 10 25 35 100 625
14 20 35 55 400 1225
15 10 20 30 100 400
16 10 25 35 100 625
17 10 30 40 100 900
18 20 20 40 400 400
19 25 15 40 625 225
20 15 25 40 225 625
21 10 30 40 100 900
22 20 40 60 400 1600
23 25 18 43 625 324
24 20 20 40 400 400
25 15 25 40 225 625
26 10 17 27 100 289
27 15 16 31 225 256
28 10 40 50 100 1600
29 15 35 50 225 1225
30 35 13 48 1225 169
31 10 20 30 100 400
32 15 30 45 225 900
33 10 20 30 100 400
34 10 30 40 100 900
35 25 25 50 625 625
36 10 25 35 100 625
∑ 625 864 1489 12425 23188
X 17.36 24.00
ni 36 36
ni - 1 35 35
Si2 44.98 70.06
(ni-1) Si2 1574.31 2452.00
Log Si2 1.65 1.85
(ni-1) Log Si2 57.86 64.59
Si 6.71 8.37
Nilai Maks. 35 40
Nilai Min. 10 10
Rentang 25 30
Log ni 1.56 1.56
DAFTAR NILAI PRETES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
SX²
209
Lampiran 40. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Eksperimen
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 35 Panjang Kelas = 6
Nilai Minimal = 10 Rerata Kelompok = 26.11
Rentang = 25 Simpangan Baku = 6.706
Banyak Kelas = 4 n = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
10 - 16 9.5 -2.48 0.01 0.07 2.49 6 4.93
17 - 23 16.5 -1.43 0.08 0.27 9.82 12 0.49
24 - 30 23.5 -0.39 0.35 0.40 14.22 14 0.00
31 - 37 30.5 0.65 0.74 0.21 7.62 4 1.72
38 - 44 37.5 1.70 0.96
² = 7.13
36
5) Daerah Kritik
7.13 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST
KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1)
2 (1-a)(k-3)
2 hitung
7.13
7.81
Kelas Interval
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan HoDaerah
penolakan Ho
210
Lampiran 41. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Kontrol
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 40 = 9
Nilai Minimal = 10 = 24.00
Rentang = 30 = 8.37
Banyak Kelas = 4 = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²
Kelas Batas BawahUntuk Z Untuk Z Ei
10 - 19 9.5 -1.73 0.04 0.25 9.14 10 0.08
20 - 29 19.5 -0.54 0.30 0.45 16.17 14 0.29
30 - 39 29.5 0.66 0.74 0.22 8.05 9 0.11
40 - 49 39.5 1.85 0.97 0.03 1.11 3 3.21
50 - 59 49.5 3.05 1.00
² = 3.69
36
5) Daerah Kritik
3.69 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST
KELAS KONTROL (X MIA 3)
Simpangan Baku
n
2 (1-a)(k-3) 7.81
Panjang Kelas
Rerata Kelompok
2 hitung 3.69
Ei OiKelas Interval
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
211
Lampiran 42. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
1) H0 : s2
1 = s2
2
Ha : Tidak semua s2
i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3)
4)
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
= = =
Log S2 =
Harga satuan B
B = (Log S2
) S (ni - 1)
= 1.8 x 70
= 123
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=
5) Daerah Kritik
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
1.75074
Karena 2 hitung <
2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas
yang sama
57.0293
64.5915
121.6208
S2
S(ni-1) Si2 3943.1000
56.3300
1491.0000
2452.1000
3943.1000
1.6294
1.8455
3.4749
35
Kelas
35
70
42.60
70.06
112.6600
log Si2
(dk) Si2
Si2dk = ni - 1ni
2.1437
2.3026
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2
tabel = 3.8415
2.1437 3.8415
UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES SOAL URAIAN
2
122.551783 121.6208
S(ni-1) 70
Eksperimen
Kontrol
Jumlah
36
36
72
Statistik Uji
Komputasi
(dk) log Si2
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
212
Lampiran 43. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal Uraian
1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F : 70.06 = 1.64
42.60
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk-1 = 35
5) Daerah Kritik
1.64
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
864
36
24.00
70.06
8.37
Jumlah 590
Pada α = 5% dengan :
Varians (S2)
Standar deviasi (S) 6.53
42.60
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Sumber
Variasi
1.96
n
Mean 16.39
36
terkecilVarians
terbesarVariansF
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan
213
Lampiran 44. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Nomor Kelas X²
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 75 56 131 5625 3136
2 80 68 148 6400 4624
3 70 70 140 4900 4900
4 65 70 135 4225 4900
5 66 60 126 4356 3600
6 75 72 147 5625 5184
7 72 63 135 5184 3969
8 75 65 140 5625 4225
9 72 52 124 5184 2704
10 70 59 129 4900 3481
11 73 58 131 5329 3364
12 75 48 123 5625 2304
13 65 75 140 4225 5625
14 75 80 155 5625 6400
15 75 58 133 5625 3364
16 65 60 125 4225 3600
17 75 67 142 5625 4489
18 60 75 135 3600 5625
19 57 65 122 3249 4225
20 70 48 118 4900 2304
21 75 54 129 5625 2916
22 70 62 132 4900 3844
23 65 57 122 4225 3249
24 82 71 153 6724 5041
25 67 75 142 4489 5625
26 70 52 122 4900 2704
27 80 77 157 6400 5929
28 70 47 117 4900 2209
29 55 65 120 3025 4225
30 80 64 144 6400 4096
31 75 54 129 5625 2916
32 75 75 150 5625 5625
33 75 60 135 5625 3600
34 67 55 122 4489 3025
35 65 57 122 4225 3249
36 62 69 131 3844 4761
S 2543 2263 4806 181073 145037
X 70.64 62.86 133.50
ni 36 36 72
ni - 1 35 35 71
Si2 41.09 79.49 120.49
(ni-1) Si2 1438.31 2782.31 8554.49
Log Si2 1.61 1.90 2.08
(ni-1) Log Si2 56.48 66.51 147.75
Si 6.41 8.92 10.98
Nilai Maks. 82 80 157
Nilai Min. 55 47 117
Rentang 27 33 40
Simpangan baku 6.41 8.92
DAFTAR NILAI POSTEST SOAL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
S
214
Lampiran 45. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Eksperimen
1) H0 : Data berdistribusi normal
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 82 = 8
Nilai Minimal = 55 = 70.64
Rentang = 27 = 6.41
Banyak Kelas = 5 = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²
Kelas Batas BawahUntuk Z Untuk Z Ei
50 - 57 49.5 -3.30 0.00 0.02 0.71 2 2.35
58 - 65 57.5 -2.05 0.02 0.19 6.88 7 0.00
66 - 73 65.5 -0.80 0.21 0.46 16.59 12 1.27
74 - 81 73.5 0.45 0.67 0.28 10.17 14 1.44
82 - 89 81.5 1.69 0.95 0.04 1.57 1 0.20
90 - 97 89.5 2.94 1.00
² = 5.27
36
2 (1-a)(k-3)
7.81
5.27
5)
5.27 7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST )
Daerah Kritik
Oi
2 hitung
Data tidak berdistribusi normal
Panjang Kelas
Rerata Kelompok
Simpangan Baku
n
EiKelas Interval
KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
215
Lampiran 46. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Kontrol
1) H0 :
Ha :
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 80 = 9
Nilai Minimal = 47 = 62.86
Rentang = 33 = 8.92
Banyak Kelas = 5 = 36
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
40 - 48 39.5 -2.62 0.00 0.05 1.77 3 0.85
49 - 57 48.5 -1.61 0.05 0.22 7.93 8 0.00
58 - 66 57.5 -0.60 0.27 0.38 13.84 12 0.24
67 - 75 66.5 0.41 0.66 0.26 9.48 11 0.24
76 - 84 75.5 1.42 0.92 0.07 2.54 2 0.12
85 - 93 84.5 2.43 0.99
² = 1.45
36
2 (1-a)(k-3)
7.81
1.45
5)
7.81
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Daerah Kritik
1.45
n
2 hitung
Data berdistribusi normal
Data tidak berdistribusi normal
Panjang Kelas
Rerata Kelompok
UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST
Ei Oi
Simpangan Baku
Kelas Interval
KELAS KONTROL (X MIA 3)
k
1i i
2ii2
E
EO
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
216
Lampiran 47. Analisis Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
1) H0 : s2
1 = s2
2
Ha : Tidak semua s2
i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
S2 = = =
Log S2 =
Harga satuan B
B = (Log S2
) S (ni - 1)
= 1.8 x 70
=
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=
5) Daerah Kritik
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Karena 2 hitung <
2 (1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas
yang sama
60.2900
dk = ni - 1
35
35
70
(dk) log Si2
56.4808
66.5109
122.9917
log Si2
1.6137
1.9003
3.5140
S(ni-1)
4220.3000
70
2782.1500
4220.3000
Si2
41.0900
79.4900
120.5800
1.78025
UJI HOMOGENITAS DATA HASIL POSTES
3.7428
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2
tabel = 3.8415
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Jumlah
S(ni-1) Si2
ni
36
36
72
(dk) Si2
1438.1500
3.7428 3.8415
124.617
2
2.3026 124.62 122.9917
Daerah
penolakan HoDaerah
penerimaan Ho
217
Lampiran 48. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal Uraian
1) H₀ :Ha :
2) α : 5%3) Statistik Uji
4) Komputasi
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F : 79.49 = 1.93
41.09
5) Daerah Kritik
1.93 1.96
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
3662.8679.498.926.41
Mean
Kelompok Eksperimen
254336
70.64
35
41.09Varians (S2)Standar deviasi (S)
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL POSTTEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang berbedaKelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Kelompok Kontrol
2263
dk penyebut : nk-1
Sumber VariasiJumlah
n
Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35 =
terkecilVarians
terbesarVariansF
Daerah
penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho
218
Lampiran 49. Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian
1) Ho : m1 < m2
Ha : m1 > m2
2) α :
3) Statistik Uji
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
36 1 41.09 + 36 1 79.49
36 + 36 2
70.64
1 + 1
36 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t(0.95)(68) =
5) Daerah Kritik
-1.994 0
6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho
7) Kesimpulan :
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Rata-rat kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol
8.92
Kelas Eksperimen
2543
36
70.64
41.09
6.41
Kelas Kontrol
2263
36
62.86
Dimana,
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA
(UJI t PIHAK KANAN) NILAI POSTTEST
7.76
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
=s
5%
Sumber variasi
Jumlah
n
X̅
Varians (s2)
Standart deviasi (s)
7.765
79.49
1.994
=
t =62.86
= 4.251
1.994
4.251
21 n
1
n
1 s
xx t 21
2nn
1n1n s
21
222
211
ss
219
Lampiran 50. Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal Uraian
1) Ho : = m2
Ha : ≠ m2
2) α :3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:Dimana,
4) KomputasiDari data diperoleh:
s = 36 -1 + 36 -1 79.49 =36 + 36 - 2
t -1 + 136 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t(0.95)(68) =
5) Daerah Kritik
0
6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho7) Kesimpulan :
7.765
4.250
1.994
-1.99 1.994 4.25
==7.765
nx̅
Varians (s2)
Standart deviasi (s)
41.09
254336
70.6441.096.41
Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok
eksperimen dengan kontrol
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
m1
m1
70.64 62.86
5%
Kelompok kontrolKelompok eksperimenSumber variasi2263Jumlah36
62.8679.498.92
Daerah penerimaan Ho
21 n
1
n
1 s
xx t 21
2nn
1n1n s
21
222
211
ss
220
Lampiran 51. Analisis Uji N-Gain Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 70.64 - 17.36
100 - 17.36
= 0.644724
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 62.86 - 24
100 - 24
= 0.511316
UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA
Posttest
Kriteria Uji (g) :
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rata-rata
Pretest
(SEDANG)
Kelas Eksperimen
17.36
70.64
g ˃ 0.7 (tinggi)
0.3 < g < 0.7 (sedang)
g < 0.3 (rendah)
(SEDANG)
Kelas Kontrol
24
62.86
221
No Testee Pretes Postes g Kriteria No Testee Pretes Postes g Kriteria
1 E-01 25 75 0.67 Sedang 1 K-01 30 56 0.37 Sedang
2 E-02 15 80 0.76 Tinggi 2 K-02 15 68 0.62 Sedang
3 E-03 30 70 0.57 Sedang 3 K-03 15 70 0.65 Sedang
4 E-04 20 65 0.56 Sedang 4 K-04 10 70 0.67 Sedang
5 E-05 20 66 0.58 Sedang 5 K-05 20 60 0.50 Sedang
6 E-06 20 75 0.69 Sedang 6 K-06 20 72 0.65 Sedang
7 E-07 25 72 0.63 Sedang 7 K-07 30 63 0.47 Sedang
8 E-08 25 75 0.67 Sedang 8 K-08 25 65 0.53 Sedang
9 E-09 20 72 0.65 Sedang 9 K-09 10 52 0.47 Sedang
10 E-10 20 70 0.63 Sedang 10 K-10 35 59 0.37 Sedang
11 E-11 20 73 0.66 Sedang 11 K-11 15 58 0.51 Sedang
12 E-12 10 75 0.72 Tinggi 12 K-12 40 48 0.13 Rendah
13 E-13 10 65 0.61 Sedang 13 K-13 25 75 0.67 Sedang
14 E-14 20 75 0.69 Sedang 14 K-14 35 80 0.69 Sedang
15 E-15 10 75 0.72 Tinggi 15 K-15 20 58 0.48 Sedang
16 E-16 10 65 0.61 Sedang 16 K-16 25 60 0.47 Sedang
17 E-17 10 75 0.72 Tinggi 17 K-17 30 67 0.53 Sedang
18 E-18 20 60 0.50 Sedang 18 K-18 20 75 0.69 Sedang
19 E-19 25 57 0.43 Sedang 19 K-19 15 65 0.59 Sedang
20 E-20 15 70 0.65 Sedang 20 K-20 25 48 0.31 Sedang
21 E-21 10 75 0.72 Tinggi 21 K-21 30 54 0.34 Sedang
22 E-22 20 70 0.63 Sedang 22 K-22 40 62 0.37 Sedang
23 E-23 25 65 0.53 Sedang 23 K-23 18 57 0.48 Sedang
24 E-24 20 82 0.78 Tinggi 24 K-24 20 71 0.64 Sedang
25 E-25 15 67 0.61 Sedang 25 K-25 25 75 0.67 Sedang
26 E-26 10 70 0.67 Sedang 26 K-26 17 52 0.42 Sedang
27 E-27 15 80 0.76 Tinggi 27 K-27 16 77 0.73 Tinggi
28 E-28 10 70 0.67 Sedang 28 K-28 40 47 0.12 Rendah
29 E-29 15 55 0.47 Sedang 29 K-29 35 65 0.46 Sedang
30 E-30 35 80 0.69 Sedang 30 K-30 13 64 0.59 Sedang
31 E-31 10 75 0.72 Tinggi 31 K-31 20 54 0.43 Sedang
32 E-32 15 75 0.71 Tinggi 32 K-32 30 75 0.64 Sedang
33 E-33 10 75 0.72 Tinggi 33 K-33 20 60 0.50 Sedang
34 E-34 10 67 0.63 Sedang 34 K-34 30 55 0.36 Sedang
35 E-35 25 65 0.53 Sedang 35 K-35 25 57 0.43 Sedang
36 E-36 10 62 0.58 Sedang 36 K-36 25 69 0.59 Sedang
625 2543 23.13 864 2263 18.09
17.36 70.64 Tinggi 10 24.00 62.86 Tinggi 1
44.98 41.09 Sedang 26 70.06 79.49 Sedang 33
6.71 6.41 Rendah 0 8.37 8.92 Rendah 2
UJI NORMALIZED GAIN <g>
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DATA KELAS EKSPERIMEN DATA KELAS KONTROL
KELAS X MIIA 1 KELAS X MIIA 3
S S
Jumlah Jumlah
Mean Mean
S2
S2
222
Lampiran 52. Uji Analisis Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial)
Rumus yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel yaitu :
Keterangan:
rb = koefisien korelasi biserial
= rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
p = proporsi jumlah siswa pada kelompok eksperimen
q = proporsi jumlah siswa pada kelompok kontrol
u = tinggi ordinat pada kurva normal baku pada titik z yang memotong
bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q
S y = simpangan baku untuk semua nilai dari kedua kelompok
=
=
p = 36
72
q = 1 =
u = dari nilai p dan q diperoleh z = 0.01 (Daftar F atau tabel kurva normal)
dari nilai z =
(Daftar E atau tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standart pada titik Z)
S y =
maka:
r b x
x
= 0.44 (SEDANG)
Tingkat Hubungan
0.3989
0,40 ≤ x < 0,60 Sedang
0,60 ≤ x < 0,80 Kuat
0,80 ≤ x ≤ 1,00 Sangat kuat
=70.64 62.86 0.5
0.3989
ANALISIS TERHADAP PENGARUH VARIABEL
0.01 didapat tinggi ordinat u =
Interval Koefisien
0,00 ≤ x < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ x < 0,40
Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (r b )
10.98000
Rendah
0.5
70.64
62.86
= 0.5
0.5 0.5000
10.980
y
buS
pqXXr
21
223
Lampiran 53. Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel
Hipotesis:
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
dengan ketentuan, rb > SErb x 1,96, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:
p = 0.50
q = 0.50
y = 0.44
N = 72
karena rb (0.44) > SErb x 1.96 (0.26), maka Ho ditolak.
Ha: Ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi
Redoks terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa
STANDAR ERROR UJI KORELASI
Ho: Tidak ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi
Redoks terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
E b = .
y
E b = .
y =
. . .
. . 2= 0.134
224
Lampiran 54. Analisis Koefesien Determinasi
Rumus yang digunakan yaitu :
Keterangan :
KD = koefisien determinasi
rb = koefisien korelasi biserial
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
KD = ( 0.44 )² x 100%
= 19.36 %
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Group Investigation
KOEFISIEN DETERMINASI
memberikan kontribusi sebesar 19.36 % terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa
100% x rKD2
b
225
Lampiran 55. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen
Nomor
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
E-001 2.5 10 0 5 5 5 2.5 10 2.5 7.5
E-002 2.5 5 0 10 0 7.5 0 7.5 5 10
E-003 0 5 0 10 2.5 5 5 5 7.5 10
E-004 5 10 0 5 5 5 0 7.5 0 5
E-005 2.5 5 0 10 5 5 0 3 2.5 10
E-006 0 10 0 7.5 5 5 0 5 5 10
E-007 0 7.5 0 10 7.5 5 0 3.5 5 10
E-008 0 10 0 7.5 7.5 5 0 5 5 10
E-009 0 10 0 5 5 7.5 0 5 5 10
E-010 2.5 10 0 7.5 0 5 0 7.5 7.5 5
E-011 0 7.5 0 10 5 5 0 4 5 10
E-012 5 7.5 0 10 0 5 0 5 0 10
E-013 5 10 0 5 0 5 0 7.5 0 5
E-014 5 10 0 10 0 5 0 7.5 5 5
E-015 0 10 0 10 5 5 0 7.5 0 5
E-016 0 10 0 5 5 5 0 7.5 0 5
E-017 0 10 0 5 0 7.5 5 7.5 0 7.5
E-018 2.5 10 0 5 2.5 7.5 0 6.5 5 5
E-019 0 10 0 5 2.5 3.5 0 5 10 5
E-020 0 10 0 5 7.5 7.5 0 7.5 0 5
E-021 0 5 0 10 0 5 5 7.5 0 10
E-022 5 10 0 7.5 0 5 0 7.5 5 5
E-023 0 5 0 7.5 7.5 5 0 7.5 5 7.5
E-024 0 10 7.5 7.5 0 3.5 2.5 7.5 0 5
E-025 2.5 10 5 7.5 0 3.5 0 7.5 0 5
E-026 0 10 0 7.5 0 5 0 7.5 5 5
E-027 0 5 0 10 0 7.5 0 7.5 7.5 10
E-028 0 10 0 7.5 5 5 0 7.5 0 5
E-029 0 5 0 5 0 5 0 5 7.5 7.5
E-030 0 10 0 7.5 7.5 7.5 0 7.5 10 7.5
E-031 0 10 0 5 5 7.5 0 7.5 0 7.5
E-032 0 5 0 10 0 5 0 7.5 7.5 10
E-033 0 5 0 10 0 5 0 7.5 5 0
E-034 0 10 0 5 0 3.5 0 7.5 5 7.5
E-035 7.5 5 5 7.5 0 5 0 5 0 10
E-036 0 5 0 7.5 0 3.5 0 7.5 5 7.5
Jumlah 47.5 297.5 17.5 270 95 192.5 20 239.5 132.5 260
Rerata 0.13194 0.82639 0.04861 0.75 0.26389 0.53472 0.05556 0.66528 0.36806 0.72222
Persen 13.19% 82.64% 4.86% 75% 26.39% 53.47% 5.56% 66.53% 36.81% 72.22%
KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
KODE
INDIKATOR
Memperhitungkan Penalaran Memahami Menemukan Mengevaluasi
Semua Kemungkinan Logis Masalah Suatu Pola Kembali Solusi
1 2 3 4 5
226
Lampiran 56. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol
Nomor
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
K-001 5 5 5 7.5 2.5 4 0 7.5 2.5 4
K-002 0 5 0 10 2.5 6.5 0 2.5 5 10
K-003 0 5 5 10 0 7.5 0 5 2.5 7.5
K-004 0 5 0 10 2.5 5 0 5 2.5 10
K-005 0 5 0 7.5 5 7.5 0 5 5 5
K-006 0 5 0 10 0 7.5 5 3.5 5 10
K-007 0 5 0 4 2.5 7.5 5 7.5 7.5 7.5
K-008 0 5 5 7.5 5 7.5 0 5 2.5 7.5
K-009 5 5 0 7.5 0 5 0 5 0 3.5
K-010 2.5 10 5 5 7.5 7.5 2.5 3.5 5 3.5
K-011 0 6.5 0 7.5 2.5 2.5 0 7.5 5 5
K-012 5 3.5 2.5 3.5 7.5 7.5 2.5 4.5 5 5
K-013 2.5 6.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 3.5 2.5 10
K-014 2.5 5 2.5 10 5 7.5 2.5 7.5 5 10
K-015 0 6.5 0 2.5 2.5 7.5 2.5 7.5 5 5
K-016 0 5 0 7.5 0 5 5 7.5 7.5 5
K-017 0 7.5 0 10 5 7.5 7.5 3.5 2.5 5
K-018 0 5 0 7.5 5 7.5 0 7.5 5 10
K-019 0 5 5 10 0 7.5 2.5 5 0 5
K-020 2.5 4.5 0 3.5 5 7.5 2.5 3.5 2.5 5
K-021 0 3.5 5 7.5 2.5 7.5 5 7.5 2.5 3.5
K-022 2.5 5 5 7.5 5 7.5 5 7.5 5 3.5
K-023 0 5 5 7.5 0 7.5 0 3.5 4 5
K-024 0 4.5 5 10 0 7.5 2.5 3.5 2.5 10
K-025 0 7.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 2.5 5 7.5
K-026 0 5 2.5 5 3.5 3.5 0 2.5 2.5 10
K-027 0 3.5 0 10 5 7.5 0 7.5 3 10
K-028 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 7.5 10 7.5
K-029 5 5 2.5 5 2.5 5 5 7.5 5 10
K-030 5 4.5 0 10 1.5 2.5 0 7.5 0 7.5
K-031 0 5 0 7.5 2.5 3.5 0 2.5 7.5 7.5
K-032 2.5 5 2.5 10 5 10 2.5 7.5 2.5 5
K-033 0 5 0 10 2.5 7.5 5 2.5 2.5 5
K-034 2.5 5 5 5 5 7.5 0 5 2.5 5
K-035 2.5 5 2.5 3.5 2.5 7.5 0 7.5 5 5
K-036 2.5 7.5 2.5 5 2.5 7.5 0 7 5 7.5
Jumlah 50 188.5 75 267 107.5 235 70 196 142 243
Rerata 0.1389 0.5236 0.2083 0.74167 0.29861 0.65278 0.19444 0.54444 0.39444 0.675
Persen 13.89% 52.36% 20.83% 74.17% 29.86% 65.28% 19.44% 54.44% 39.44% 67.50%
KELAS KONTROL (X MIIA 3)
KODE Memperhitungkan
Semua Kemungkinan
Penalaran
Logis
Memahami
Masalah
Menemukan
Suatu Pola
ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Mengevaluasi
Kembali Solusi
5
INDIKATOR
1 2 3 4
227
Lampiran 57. Analisis Reliabilitas Angket Respon Siswa
Rumus:
Keterangan:
n : Banyaknya butir soal
Si2 : Jumlah varians butir
St2 : Varians total
Kriteria
Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
Si2
= + + … + =
2
7 1
Pada a = 5% dengan n = 36 diperoleh r tabel = 0.320
0.44
36
= 0.853
0.30 0.30
Karena r > rtabel, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
Perhitungan Reliabilitas Angket Respon Siswa
2.19
r =7
12.19
8.139
=
316221062
= 8.1436𝑆𝑡2
228
Lampiran 58. Analisis Lembar Angket Respon Siswa
KODE SKORRESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 KUADRAT
1 E-001 5 4 4 4 4 4 4 29 8412 E-002 5 3 5 4 5 5 5 32 10243 E-003 4 5 5 4 5 4 4 31 9614 E-004 4 4 4 4 4 4 4 28 7845 E-005 4 4 4 4 4 4 3 27 7296 E-006 5 4 4 3 4 4 3 27 7297 E-007 4 4 4 4 4 4 4 28 7848 E-008 4 5 4 3 4 4 3 27 7299 E-009 4 5 4 3 4 4 3 27 729
10 E-010 4 4 5 3 4 3 3 26 67611 E-011 5 4 4 4 5 4 4 30 90012 E-012 5 5 5 4 4 4 4 31 96113 E-013 4 4 4 4 4 4 4 28 78414 E-014 5 4 5 4 4 4 3 29 84115 E-015 5 4 5 5 5 4 5 33 108916 E-016 4 5 4 4 3 4 4 28 78417 E-017 4 4 5 4 5 4 4 30 90018 E-018 5 4 4 5 4 4 5 31 96119 E-019 5 4 4 5 4 4 5 31 96120 E-020 4 4 5 5 5 4 3 30 90021 E-021 5 4 5 4 5 4 5 32 102422 E-022 4 4 4 5 3 4 4 28 78423 E-023 5 5 5 4 5 4 5 33 108924 E-024 4 4 3 4 4 3 4 26 67625 E-025 4 5 5 4 4 4 4 30 90026 E-026 4 4 5 4 5 4 4 30 90027 E-027 5 5 5 4 5 5 4 33 108928 E-028 5 4 5 4 5 4 5 32 102429 E-029 4 5 4 5 5 4 4 31 96130 E-030 3 4 4 3 4 4 3 25 62531 E-031 4 4 5 4 4 5 4 30 90032 E-032 4 4 5 5 5 4 4 31 96133 E-033 5 4 5 4 5 4 4 31 96134 E-034 4 3 4 4 5 3 3 26 67635 E-035 5 5 5 4 4 4 4 31 96136 E-036 5 5 5 4 5 4 4 32 1024
159 153 162 146 158 144 142 1064 31622713 661 740 604 706 582 576
0.30 0.30 0.31 0.33 0.35 0.17 0.44 2.19
4.86
44,4 % 30,6 % 52,8 % 19,4 % 44,4 % 8,3 %19,4 %
52,8 % 63,9 % 44,4% 66,7 % 50% 83,3 %55,6 %
2,8 % 5,6 % 2,8 % 13,9 % 5,6 % 5,6 % 25%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0% 0% 0% 0% 0% 2,8 % 0%
Kriteria BS
Kriteria TS
Kriteria STS
Varian Total
ANALISIS ANGKET RESPON MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
NO
Kriteria SS
Kriteria S
INDIKATORSKOR
JUMLAHJUMLAH KUADRAT
σ2
229
Lampiran 59. Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
LEMBAR SOAL PRETEST
Mata Pelajaran : Kimia
Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit
Petunjuk umum =
Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai jawaban
yang paling tepat.
Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar soalnya.
Berdoalah sebelum Anda mengerjakan.
I. Pilihan Ganda
1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah
....
a. 2Cu + O2 2CuO
b. H2 + Cl2 2HCl
c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
e. Mg + Cl2 MgCl2
2. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2BaO2 2BaO + O2
b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
c. Mg + ½ O2 MgO
d. 4Na + O2 2Na2O
e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
3. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi
tertinggi adalah ....
a. MnO2
b. MnO4
c. Mn2O2
d. K2MnO4
e. KMnO4
4. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S + 3O2 2SO3
b. H2S + O2 SO2 + H2O
c. SO32- + NO3
- + 2H+ SO42- + NO + H2O
d. 2S2O32- + I2 S4O6
2- + 2I-
230
e. SO2 + 2H2 S + 2H2O
5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :
Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Cr2O3 adalah oksidator
c. Logam krom adalah reduktor
d. Logam krom mengalami oksidasi
e. Krom adalah hasil oksidasi.
6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung
larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat
adalah ....
a. +1
b. +2
c. +4
d. +6
e. +8
7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida
b. Kalsium klorida
c. Kalium diklorida
d. Karbon diklorida
e. Kalsium diklorida
8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
d. Kayu dibakar menjadi arang
e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
9. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3-
b. N2H4
c. Cl-
d. H2O
e. NO
10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5
11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan
beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa
logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang
benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat.
230
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat.
12. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O
b. P3O5
c. P3O10
d. P2O3
e. P2O5
13. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1
b. 0 dan +2
c. 0 dan +4
d. +2 dan +4
e. +4 dan +2
14. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
15. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pembuatan agar-agar
b. Pencoklatan apel
c. Perkaratan besi
d. Fotosintesis
e. Pembakaran gas metana
16. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1. Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2. 2H2 + O2 2H2O
3. H2 + 2Na 2NaH
4. 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 2 dan 3
e. 1 dan 4
17. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. H2SO4
b. Na2SO3
c. K2SO3
d. Na2S2O3
e. Al2S3
18. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium bikarbonat
b. Natrium karbonat
c. Natrium dikarbonat
d. Natrium bikarbonit
e. Natrium karbonit
19. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
dibawah ini, kecuali ....
231
230
a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
c. Melindungi logam dari kelembapan
d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat.
20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Oksigen
b. Karbon
c. Karbondioksida
d. Hidrogen
e. Nitrogen
Untuk nomor 21- 22.
Diketahui reaksi sebagai berikut :
21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. I2 karena mempunyai biloks 0
b. CuSO4 karena mengalami reduksi
c. CuI karena merupakan hasil reduksi
d. KI karena mengalami oksidasi
e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO
b. CrCl3
c. Cr2O72-
d. Cr2(SO4)3
e. Cr(NO3)3
24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan
pengikatan elektron adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. 2KNO3 2KNO2 + O2
c. Cu2+ + 2e Cu
d. H2S + SO2 S + H2O
e. PbO + H2 Pb + H2O
25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang
mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa
tersebut adalah ....
a. +1 b. +2 c. +3
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4
232
230
d. +4 e. +5
II. Soal Essay
1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida
menjadi ion +3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi
logam yang mudah mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi
kimianya sebagai berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3
Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep
redoks yang menurut kalian paling tepat !
2. Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam
tubuh glukosa dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini
termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh
apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi !
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan
yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi
tersebut! Sebutkan pula 2 contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta
penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini!
4. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif
itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu
mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode
lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah
dengan proses lumpur aktif tersebut !
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi
kecoklatan, mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?
Selamat Mengerjakan
233
230
Lampiran 60. Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
LEMBAR SOAL POST-TEST
Mata Pelajaran : Kimia
Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit
Petunjuk umum =
Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai
jawaban yang paling tepat.
Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar
soalnya.
Berdoalah sebelum Anda mengerjakan.
I. Pilihan Ganda
1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah ....
a. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
b. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
c. H2 + Cl2 2HCl
d. Mg + Cl2 MgCl2
e. 2Cu + O2 2CuO
2. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
b. 4Na + O2 2Na2O
c. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
d. 2BaO2 2BaO + O2
e. Mg + ½ O2 MgO
3. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi
tertinggi adalah ....
a. MnO2
b. Mn2O2
c. MnO4
d. KMnO4
e. K2MnO4
4. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S2O32- + I2 S4O6
2- + 2I-
b. 2S + 3O2 2SO3
c. SO2 + 2H2 S + 2H2O
d. H2S + O2 SO2 + H2O
e. SO32- + NO3
- + 2H+ SO42- + NO + H2O
234
230
5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :
Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Krom adalah hasil oksidasi.
c. Logam krom mengalami oksidasi
d. Logam krom adalah reduktor
e. Cr2O3 adalah oksidator
6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung larutan
elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat adalah ....
a. +1
b. +2
c. +4
d. +6
e. +8
7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida
b. Kalsium klorida
c. Karbon diklorida
d. Kalium diklorida
e. Kalsium diklorida
8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
d. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
e. Kayu dibakar menjadi arang
9. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3-
b. Cl-
c. H2O
d. NO
e. N2H4
10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5
11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan
beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa
logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang
benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat.
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat.
235
230
12. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O
b. P2O3
c. P2O5
d. P3O5
e. P3O10
13. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1
b. 0 dan +2
c. 0 dan +4
d. +2 dan +4
e. +4 dan +2
14. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
15. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pencoklatan apel
b. Fotosintesis
c. Pembuatan agar-agar
d. Pembakaran gas metana
e. Perkaratan besi
16. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2) 2H2 + O2 2H2O
3) H2 + 2Na 2NaH
4) 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 2 dan 3
e. 1 dan 4
17. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. Na2S2O3
b. K2SO3
c. Na2SO3
d. H2SO4
e. Al2S3
18. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium karbonat
b. Natrium karbonit
c. Natrium bikarbonat
d. Natrium dikarbonat
e. Natrium bikarbonit
19. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
dibawah ini, kecuali ....
a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
236
230
c. Melindungi logam dari kelembapan
d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat.
20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Karbon
b. Oksigen
c. Hidrogen
d. Karbondioksida
e. Nitrogen
Untuk nomor 21- 22.
Diketahui reaksi sebagai berikut :
21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. KI karena mengalami oksidasi
b. I2 karena mempunyai biloks 0
c. CuSO4 karena mengalami reduksi
d. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
e. CuI karena merupakan hasil reduksi
23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO
b. CrCl3
c. Cr2O72-
d. Cr2(SO4)3
e. Cr(NO3)3
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4
237
230
24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan elektron
adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. Cu2+ + 2e Cu
c. H2S + SO2 S + H2O
d. PbO + H2 Pb + H2O
e. 2KNO3 2KNO2 + O2
25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang mengandung senyawa
Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa tersebut adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5
III. Soal Essay
1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida menjadi ion
+3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang mudah
mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi kimianya sebagai berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3
Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep redoks yang
menurut kalian paling tepat !
2. Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam tubuh glukosa
dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks.
Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan
tunjukkan pula reaksi yang terjadi !
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi
pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut! Sebutkan pula 2
contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang
terdapat pada soal-soal ini!
4. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya
menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri
dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke
lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut !
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan,
mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?
Selamat MengerjakaN
238
231
Lampiran 61. Dokumentasi Penelitian
Kelas Eksperimen
Pelaksanaan Pretest Pelaksanaan Postest
Pelaksanaan Diskusi Perencanaan Investigasi
Presentasi Hasil Diskusi
239
232
Kelas Kontrol
Pelaksanaan Pretest Pelaksanaan Postest
Pelaksanaan Diskusi Presentasi Hasil Diskusi
240
233
Lampiran 62. Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest
Hasil Pretest
241
234
Hasil Postest
242
235
243
IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH Mentari Nur Rizkyawati*, Sri Haryani, Antonius Tri Widodo
Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229
Email :[email protected]
Abstrak
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan menerapkan metode group investigation berbasis problem based learning
(PBL). Penelitian dilakukan dengan desain pretest and postest group design, yaitu dengan
membandingkan hasil pretest maupun postest antara kelas eksperimen dan kontrol. Penelitian
dilaksanakan di SMAN 2 Batang dari tanggal 3 Maret – 22 April 2015. Sampel yang diambil
sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data
hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistic student (uji t) dan normalitas Gain.
Analisis uji t memperoleh data bahwa rata-rata postest kelas eksperimen menunjukkan hasil
yang lebih baik dibanding kelas kontrol dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 4,25 lebih besar dari
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,99. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata postest yang lebih tinggi
dibanding kelas kontrol. Uji normalitas Gain menunjukkan bahwa kelas eksperimen
mengalami peningkatan yang lebih baik dalam perkembangan kemampuan pemecahan
masalah sebesar 0,64 dan kelas kontrol peningkatannya sebesar 0,51 dengan kriteria sedang.
Tingkat ketercapaian indikator psikomotorik dan afektif menurut analisis deskriptif
menunjukkan rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibanding kontrol. Menurut analisis yang
telah dilaksanakan memperoleh hasil bahwa penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan
bahwa penerapan group investigation berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Kata kunci :group investigation, kemampuan pemecahan masalah, problem based learning.
Abstract
This experimental study aims to improve students problem-solving abilities by applying
methods based group investigation of problem based learning (PBL). Research carried out by
design of pretest and posttest group design, by comparing the results of the pretest and post-
test between the experimental and control classes. Research conducted at SMAN 2 Batang
from the date of March 3 to April 22, 2015. Samples taken as many as 2 of the 4 class X MIA
using cluster random sampling technique. Data were analyzed using student test statistic (t
test) and normality Gain. T test analysis to obtain the data that the average posttest
experimental class showed better results than the control class with values greater than 4.25
t analysis t table of 1.99. Obtaining experimental class average postest higher than the control
class. Gain normality test showed that the experimental class experience better improvement
in the development of problem-solving ability of 0.64 and grade control the increase of 0.51
with the criteria of being. The level of achievement indicators psychomotor and affective
according to descriptive analysis shows the average grade is better than the control
experiment. According to the analysis that was conducted to obtain the results of that research
might contribute to improving students' problem-solving abilities. Based on the results of the
analysis concluded that the application of PBL based group investigation can improve
students' problem-solving abilities.
Keywords: group investigation, problem-solving ability, problem based learning
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Terciptanya interaksi yang baik
makaakan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia
(Sadirman, 2005). Menciptakan komunikasi yang baik harus diselaraskan dengan aktifitas
didalamnya, sehingga aktifitas siswa didalam pembelajaran menunjukkan adanya kesadaran
untuk memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran. Kesadaran siswa
dalam belajar ini menunjang ketercapaian kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh
guru (Herman, 2008). Pembelajaran dalam kurikulum 2013 tidak hanya memfokuskan
kepada hasil belajar kognitif yang tinggi namun harus sejalan dengan ketercapaian
kemampuan kerjasama antar siswa, pengamatan langsung, serta kemampuan pemecahan
masalah (Guo, 2013).
Penerapan kurikulum 2013 yang memperhatikan perkembangan sikap dan
ketrampilan siswa baik dalam bekerjasama maupun pengamatan masih kurang untuk dilatih.
Fokus pencapaian pembelajaran cenderung memperhatikan aspek pengetahuan, sehingga
perkembangan aspek ketrampilan dan sikap masih kurang. Hal ini terlihat saat guru
melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah siswa masih pasif dan kurang berani
dalam menyampaikan pendapat, tetapi saat dilempar pertanyaan dari guru beberapa siswa
bisa menjawab (Wiryadi & Ketut, 2010). Sehingga tak jarang mata pelajaran kimia kurang
diminati dan dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu yang sukar. Diperlukan suatu
pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah yang dapat mengaktifkan siswa dan
menarik minat siswa (Rahayu et al., 2012). Pembelajaran yang diterapkan ini tanpa
mengesampingkan hakekat dalam kurikulum 2013, salah satunya dengan menerapkan metode
pembelajaran group investigation dalam model PBL karena dengan ini siswa selain aktif saat
pembelajaran juga dihadapkan dengan suatu permasalahan yang hendak dipecahkan secara
mandiri berkelompok dengan melakukan penyelidikan langsung di lapangan. Membiasakan
siswa belajar denganlangkah-langkah yang faktual dan kreatif dalam memecahkan masalah,
diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami kimia
(Supardi & Putri, 2010)
Model pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang dihadapkan pada suatu
permasalahan-permasalahan kontekstual yang relevan dengan materi yang dipelajari agar
siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui interaksi dengan
lingkungan (Suci, 2008). Interaksi dengan lingkungan dilakukan dengan menerapkan metode
pembelajaran group investigation yang dalam pelaksanaannya siswa secara kelompok
mencari solusi terkait masalah yang dihadapi melalui penyelidikan langsung. Penerapan
metode pembelajaran group investigation ini berbasis penemuan sehingga cocok jika untuk
meningkatkan ketrampilan proses siswa (Ulfah, 2014). Sehubungan dengan hal ini mengajar
siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa untuk menjadi lebih analitis dalam
mengambil keputusan didalam kehidupan (Hertiavi et al., 2010). Penelitian ini dilakukan pada
materi reaksi osidasi dan reduksi atau redoks, dimana dalam aplikasi materi ini di kehidupan
sehari-hari begitu juga permasalahannya, beberapa diantaranya mengenai perkaratan pada
logam, pencoklatan pada buah apel yang dikupas kemudian dibiarkan begitu saja serta
penerapan materi redoks dalam aki kendaraan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan group
investigation dalam model PBL dapat meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada materi redoks? dan (2) bagaimana respon siswa terhadap penerapan group investigation
dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks? Penelitian ini bertujuan untuk,
(1) mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa, dan (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajan group
investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 3 Maret – 22 April
2015 dengan materi kimia reaksi oksidasi dan reduksi. Desain penelitian yang digunakan
adalahpretest and postest control group design untuk membandingkan hasil pretest dan
postest kelas eksperimen dan kontrol, sehingga diketahui kemampuan siswa yang
berkembang optimal (Listyawati, 2012). Sampel diambil sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA
dengan teknik cluster random sampling agar dalam pemilihannya setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil menjadi sampel (Sugiyono, 2011).
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu penerapan metode pembelajaran,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan
variabel kontrolnya berupa kurikulum, mata pelajaran, guru serta jumlah jam pelajaran.
Variasi perlakuan penelitian dalam kelas eksperimen dengan menerapkan
pembelajaran metode group investigation dalam model PBL disertai percobaan sederhana
mengenai pengaruh larutan dengan peristiwa korosi. Perlakuan dalam kelas kontrol dengan
memberikan proses pembelajaran metode diskusi dan juga pengamatan percobaan. Teknik
pengambilan data dilakukan dalam beberapa metode beberapa diantaranya adalah metode
dokumentasi, metode tes, metode observasi dan metode angket. Adapun metode dokumentasi
dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai populasi yang berupa nilai
ujian tengah semester gasal kelas X MIA guna untuk pengambilan sampel. Metode tes
digunakan untuk mengungkapkan data tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran metode
group investigation dalam model PBL materi redoks pada peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa berupa tes pretest dan postest. Metode observasi diperlukan untuk
menilai ketercapaian aspek afektif dan psikomotorik siswa dalam kemampuan pemecahan
masalah. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode
group investigation dengan menggunakan lembar angket. Instrumen penelitian dalam
mendukung pengambilan data berupa (1) soal pretest – postest berupa soal uraian(2) lembar
observasi aspek afektif, (3) lembar observasi aspek psikomotorik, dan (4) lembar angket
respon siswa.
Instrumen dan data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis. Analisis
instrumen berupa uji analisis tes, lembar observasi afektif dan psikomotorik serta lembar
angket respon siswa. Analisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam kelas
eksperimen dan kontrol menggunakan uji t dan normalitas Gain.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah terlaksana diperoleh data hasil belajar dan respon
siswa. Data hasil belajar yang diperoleh meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Aspek kognitif berupa soal uraian sejumlah 5 soal yang bermuatan indikator kemampauan
pemecahan masalah. Ada 5 indikator yang digunakan yaitu memahami masalah, penalaran
logis, menemukan pola pemecahan, memperhitungkan segala solusi dan mengevaluasi
kembali solusi.
Rata-rata aspek kognitif pada hasil postest memperlihatkan bahwa kelas eksperimen
sebesar 70,64 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 62,86. Hasil uji normalitas kelas
eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama.
Uji kesamaan varian menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai varian yang tidak berbeda.
Analisi uji t dilakukan dengan melihat satu pihak kanan menunjukkan bahwa aspek kognitif
kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal
ini sesuai pada perolehan thitung sebesar 4,251 dengan harga 𝛼 sebesar 5% dan daerah kritis
68.
Analisis uji normalitas Gain (N-Gain) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dan pada kelas kontrol 0,51 keduanya pada
kategori peningkatan sedang. Melihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen berdasarkan uji normalitas Gain
lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tiap peserta didik,
pada kelas eksperimen 10 peserta didik pada kategori peningkatan tinggi dan 26 pada kategori
sedang. Pada kelas kontrol 1 peserta didik mengalami peningkatan kategori tinggi, 33 peserta
didik kategori sedang dan 2 peserta didik kategori rendah.
Hipotesis untuk mengetahui besar pengaruh penerapan metode group investigation
pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol dengan menggunakan rumus
korelasi biserial, diperoleh harga sebesar 0,44 pada kategori sedang. Selanjutnya dengan
menggunakan koefisien penentu atau determinasi memperlihatkan bahwa penerapan metode
group investigation dalam model PBL memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL ini melatih
siswa dengan menghadapkan beberapa masalah terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian untuk memecahkan masalah tersebut dengan melakukan penyelidikan langsung.
Perlakuan seperti ini dapat membuat siswa mengkonstruks pengetahuannya sendiri dan dapat
dengan sigap mengambil keputusan untuk solusi permasalahan (Sulistyowati et al., 2012).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di SMP Negeri 27
Palembang memperoleh hasil bahwa dengan menambah intensitas keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Anggraini et al.,
2010). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen terjadi karena
pada pelaksanaan pembelajaran siswa dalam kelompoknya melakukan penyelidikan langsung
mengenai penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari. Penyelidikan ini dilakukan di
beberapa tempat seperti menyelidiki kondisi logam pada rumah-rumah warga di pinggir laut,
di bengkel mobil untuk mengetahui redoks pada aki, industri pembuatan tape, dsb.
Selanjutnya hasil penyelidikan di buat presentasi.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari 5 indikator yaitu
memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan masalah, penalaran logis, memahami
masalah yang sedang dihadapi, menemukan suatu pola pemecahan, mengevaluasi kembali
solusi yang pernah di tawarkan (Husna et al., 2013). Data yang diperoleh berasal dari nilai
pretest dan postest kemudian di analisis menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui
peningkatan setiap indikatornya. Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan
pemecahan masalah secara umum menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas
eksperimen dibanding kelas kontrol. Hasil uji N-Gain pada kelas eksperimen indikator
memperhitungkan semua solusi sebesar 0,8 dan penalaran logis sebesar 0,74 keduanya pada
kategori tinggi. Pada kategori sedang terdapat indikator memahami masalah sebesar 0,37;
indikator menemukan suatu pola sebesar 0,65 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,56.
Selanjutnya pada kelas kontrol memperoleh hasil uji N-Gain pada kategori sedang untuk
seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah. Indikator memperhitungkan semua solusi
sebesar 0,45; penalaran logis sebesar 0,67; memahami masalah sebesar 0,5; menemukan
suatu pola sebesar 0,43 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,46. Peningkatan 5
indikator kemampuan pemecahan masalah (A) memperhitungkan semua solusi, (B)
Penalaran logis, (C) Memahami masalah, (D) Menemukan pola pemecahan dan (E)
Mengevaluasi kembali solusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ini disajikan pula pada
Gambar 1.
Gambar 1. Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL
menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut dikarenakan dengan melaksanakan penyelidikan langsung
siswa memperoleh permasalahan sendiri kemudian solusi dicari melalui berbagai sumber baik
itu buku pelajaran dan internet, sehingga pengetahuan tentang aplikasi redoks di lingkungan
sekitar dapat dipahami menurut cara mereka sendiri. Penerapan model pembelajaran PBL ini
memposisikan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, bukan ketika guru
menjelaskan materi didalam kelas (Nurhayati et al., 2013). Hal ini sejalan dengan teori belajar
konstruktivis menurut Bruner yaitu suatu proses aktif dalam pembelajaran memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal bari diluar informasi yang telah diberikan kepadanya
(Udin, 2008).
Peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah ini sebagai hasil belajar
dalam ranah kognitif, harus disesuaikan pula dengan ketercapaian aspek afektif. Penilaian
untuk mengetahui ketercapian setiap indikator dalam aspek afektif ini dilakukan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Indikator yang dinilai dalam aspek ini adalah (1) kehadiran,(2)
menyampaikan pendapat, (3) disiplin, (4) sopan santun, (5) tanggungjawab, (6) kepedulian,
dan (7) percaya diri. Semua indikator dalam aspek afektif memiliki ketercapaian yang tinggi
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara umum ketercapaian dalam kelas
eksperimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Ketercapaian
indikator-indikator tersebut pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Ketercapaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kehadiran 0.99 0.98
Menyampaikan pendapat 0.93 0.78
Disiplin 0.97 0.99
Sopan dan santun 0.99 1
Tanggungjawab 0.96 0.97
Kepedulian 1 0.89
Percaya diri 0.91 0.83
Indikator kehadiran antara kelas eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang
hampir sama tinggi yaitu 0,99 dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas
eksperimen memiliki tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78
karena pada kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara
mandiri sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan
pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki tingkat ketercapaian yang hamper samatinggi, begitu juga dengan indikator sopan
dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada indikator kepedulian kelas
eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna dibanding kelas kontrol 0,89
dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota dalam kelompok berusaha mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi sehingga antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang
tinggi untuk membantu mencari solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas
eksperimen memperoleh hasil 0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena
pada kelas eksperimen setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap
kelompok sehingga dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri.
Kurikulum 2013 menilai hasil belajar siswa dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Penilaian aspek psikomotorik ini dilakukan saat siswa melakukan presentasi
solusi pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu
masalah diukur dengan lembar observasi aspek psikomotorik.
Penilaian psikomotorik dilakukan dalam dua aspek yaitu pada saat pelaksanaan
diskusi dan presentasi hasil diskusi. Dalam aspek pelaksanaan diskusi terdapat 6 indikator
penilaian yaitu pembagian tugas dalam kelompok, pemecahan masalah, sumber belajar,
laporan hasil diskusi dan ketepatan pengumpulan. Pada aspek presentasi hasil diskusi terdapat
beberapa indikator penilaian yaitu penyampaian hasil, respon penanggapan saran dan kritik,
serta ketepatan pengambilan keputusan. Hasil analisis aspek psikomotorik kelas eksperimen
dan kontrol ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Ketercapaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek Indikator Kelompok
Eksperimen Kontrol
Pelaksanaan
Diskusi/Penyelidikan Pembagian Tugas 1 0.86
Pemecahan Masalah 0.85 0.81
Sumber Belajar 1 0.95
Laporan Hasil Diskusi 0.85 1
Ketepatan
Pengumpulan 0.94 1
Presentasi Hasil Diskusi Penyampaian 0.93 0.73
Saran dan Kritik 0.88 0.76
Pengambilan
Keputusan 1 0.82
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator ketercapaian
dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi baik itu pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai ini karena siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah
yang dihadapi dengan sungguh-sungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu
ditingkatkan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan
kritik, pada indikator ini siswa dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai
dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator selain saran
dan kritik tingkat ketercapaian siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah
baik.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation
dalam model PBL ini dianalisis dengan melakukan penyebaran lembar angket. Lembar
angket ini terdapat 7 pernyataan respon siswa meliputi (a) ketertarikan dalam mengikuti
pelajaran kimia, (b) rasa saling membantu dalam mencari solusi, (c) kesungguhan dalam
belajar, (d) keefektifan dalam menguasai konsep, (e) antusias dalam diskusi, (f) motivasi
dalam belajar, (g) pemanfaatan waktu di luar jam sekolah. Setiap pernyataan memuat 5
tanggapan yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “biasa saja”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.
Penyebaran angket pada kelas eksperimen ini memperoleh hasil pada pernyataan (a)
44,4% peserta didik menyatakan sangat setuju; 52,8% menyatakan setuju dan 2,8% biasa saja.
Pernyataan (b) diperoleh hasil 30,6% peserta didik berpendapat sangat setuju dan 63,9%
menyatakan setuju serta 5,6% lainnya menyatakan biasa saja. Pernyataan (c) peserta didik
sebanyak 52,8% mengungkapkan sangat setuju; 44,4% menyatakan setuju serta 2,8%
berpendapat bahwa pembelajaran biasa saja. Pernyataan (d) sebanyak 19,4% peserta didik
menyatakan sangat setuju; 66,7% menyatakan setuju pada penerapan pembelajaran ini dan
13,9% lainnya berpendapat biasa saja. Pernyataan (e) 44,4% peserta didik menyatakan sangat
setuju, 50% berpendapat setuju saja sedangkan 5,6% lainnya biasa saja. Pernyataan (f) hanya
8,3% peserta didik yang sangat setuju, 83,3% lainnya menyatakan setuju sedangkan sisanya
5,6% menganggap biasa saja dan 2,8% tidak setuju. Terakhir pernyataan (g) sejumlah 19,4%
peserta didik menyatakan sangat setuju pada penerapan pembelajaran ini dan 55,6% lainnya
menganggap setuju saja serta sisanya yakni 25% peserta didik berpendapat biasa saja.
Berdasarkan analisis tiap aspek ini diperoleh rerata sebesar 52,46% peserta didik menyatakan
setuju. Analisis mengenai angket respon siswa ini disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Respon Minat Siswa Terhadap Pembelajaran
Berdasarkan analisis hasil angket respon siswa yang telah terkumpul kemudian
dianalisis diketahui rata-rata sebesar 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa dengan
menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena lebih menyenangkan,
menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari
rasa ingin tahu siswa yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi
untuk giat belajar. Sehingga dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan
bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam
model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada siswa terutama dalam hal
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Simpulan
Hasil analisis penelitian ini pada aspek kognitif menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen 0,64 dan kelas
kontrol sebesar 0,51 dengan menggunakan uji normalitas Gain. Aspek psikomotorik dan
afektif menunjukkan tingkat ketercapaian yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding
kelas kontrol. Penerapan metode group investigation berbasis model PBL memberikan
kontribusi sebesar 19,36% terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan
metode pembelajaran group investigation berbasis model PBL dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIA di SMA Negeri 2 Batang.
Daftar Pustaka
Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84.
Guo, M., 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based Knowledge
and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3(3). 503-07.
Herman, T., 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1). 22-28.
Hertiavi, M.A., Langlang, H. & Khanafiyah, S., 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4. 53-57.
Husna, M., Ikhsan & Fatimah, S., 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang, 1(2).
Listyawati, M., 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 1(1). 61-70.
Nurhayati, L., Martini, K.S. & Redjeki, T., 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Pretasi Belajar
Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(4). 1-8.
Rahayu, I.P., Sudarmin & Sunarto, W., 2012. Penerapan Model PBL Berbantuan Media
Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 2(1). 1093-178.
Sadirman, A.M., 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suci, N.M., 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Undhiksa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 2(1). 74-86.
Sugiyono, 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Sulistyowati, N., Widodo, A.T. & Sumarni, W., 2012. Efektivitas Model Pembelajaran
Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 2(1). 1-7.
Supardi, K.I. & Putri, I.R., 2010. Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia dari Internet Pada
Model Pembelajaran Creatif Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1). 574-82.
Udin, S.W., 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ulfah, A., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Ketrampilan
Proses Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(10). 2-10.
Wiryadi & Ketut, N., 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Mempertimbangkan
Kreativitas Siswa. Jurnal Pascasarjana Undhiksa, 7(1). 28-41.