implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah …eprints.uny.ac.id/48698/1/arif...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU
SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Arif Suseno
NIM 12110244023
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2017
i
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU
SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Arif Suseno
NIM 12110244023
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2017
v
MOTTO
“Education is the most powerful weapon which can you use to change the word”
(Nelson Mandela)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat kehadirat-Nya yang telah memberikan
nikmat serta anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya yang selalu mencurahkan seluruh kasih sayang, doa
serta dukungan sehingga penulis berhasil menyusun karya ini.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU
SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI
Oleh
Arif Suseno
NIM 12110244023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri, yang berisi
tentang bagaimana implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian
ini adalah pengawas sekolah dan guru. Setting penelitian dilakukan di UPT
Sidoharjo. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif atau berkaitan satu
sama yang lain sehingga data yang diperoleh jenuh, yaitu dengan tahapan
pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data. Keabsahan data
menggunakan teknik trianggulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) implementasi kepengawasan guru sekolah dasar dengan
cara pengawas membina guru, menilai guru dan meningkatkan profesionalisme
guru, (2) implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar sebagai
berikut: (a) komunikasi antara pengawas sekolah dengan guru di UPT Sidoharjo
guru kesulitan memahami informasi yang diberikan pengawas, sehingga
permasalahan belum terselesaikan,(b) sumber daya pengawas sekolah dasar di
UPT Sidoharjo tidak sebanding dengan jumlah guru, sehingga pengawas datang
ke sekolah sebulan sekali,(c) sikap dari pengawas sekolah dalam melaksanakan
kebijakan tersebut hanya melakukan kegiatannya sesuai jadwal dan tidak ada
tambahan di luar jadwal datang ke sekolah binaan (d) struktur birokrasi dalam
kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar secara garis besar sudah sesuai
dengan peraturan menteri pendidikan.
Kata kunci: Implementasi kebijakan, pengawas sekolah, dan guru sekolah dasar
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmnat-Nya
sehingga penulis masih diberikan kesempatan, kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan proses penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan
Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri” ini dengan baik
dan lancar. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana
pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat
terwujud tanpa adanya kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan
kebijaksanaannya memberikan kemudahan dalam kegiatan penyusunan
belajar dikampus.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan
Pendidikan, yang telah memberikan semangat dan kelancaran dalam
pembuatan skripsi ini.
4. Dr. Arif Rohman, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan skripsi ini dengan baik.
5. Drs. L. Hendrowibowo, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing akademik dari awal hingga akhir proses studi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
pengalaman serta ilmu bermanfaat.
7. Bapak Drs. Purwadi, selaku Kepala Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo yang
telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.
ix
8. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang, serta
dukungannya.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
10. Kerabat Program Studi Kebijakan Pendidikan angkatan 2012 khususnya kelas
B.
Semoga semangat, motivasi, bantuan, bimbingan, dan dukungan yang
telah diberikan mendapat balasan setimpat dari Allah SWT. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 22 Desember 2016
Penulis,
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMANPERNYATAAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO. ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN. ..................................................................... vi
ABSTRAK. ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi Kebijakan ........................................................................... 10
1. Pengertian Implementasi ...................................................................... 10
2. Teori Implementasi .............................................................................. 13
3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan....................................... 20
4. Pengertian Kebijakan Pendidikan ........................................................ 21
5. Teori Perumusan Kebijakan Pendidikan .............................................. 25
xi
B. Kebijakan Pemerintah ............................................................................... 29
C. Pengawas Sekolah ..................................................................................... 30
1. Pengertian Pengawas Sekolah ............................................................. 30
2. Tugas Pokok dan Funsi Pengawas Sekolah ........................................ 32
3. Beban Kerja Pengawas Sekolah .......................................................... 33
D. Guru .......................................................................................................... 35
1. Pengertian Guru ................................................................................... 35
2. Tugas Guru ........................................................................................... 36
3. Kualitas Guru ....................................................................................... 37
4. Kompetensi Guru ................................................................................ 38
a. Pengertian Kompetensi Guru ........................................................ 38
b. Standar Kompetensi Guru. ............................................................ 38
E. Sekolah Dasar ........................................................................................... 44
1. Pengertian Sekolah Dasar ................................................................... 44
2. Tujuan Sekolah Dasar ......................................................................... 45
F. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 45
G. Kerangka Pikir ......................................................................................... 47
H. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 52
C. Subjek Penelitian ...................................................................................... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 52
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 54
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 56
G. Keabsahan Data......................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 60
1. Profil UPT Sidoharjo .......................................................................... 60
xii
2. Visi Misi UPT Sidoharjo. ................................................................... 61
3. Visi Misi Pengawas di UPT Sidoharjo. .............................................. 62
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Pembinaan Guru di UPT Sidoharjo ...................................... 62
2. Implementasi Kebijakan Kepengawas Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo ......................................... 64
3. Implementasi Kebijakan Kepengawas Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan profesionalisme Guru di UPT
Sidoharjo ............................................................................................. 65
4. Faktor Pendukung Implmentasi Kebijakan Kepengawasan Guru
Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo ........................................................ 66
C. Pembahasan ............................................................................................... 75
1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Pembinaan Guru diUPT Sidoharjo. ..................................... 75
2. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo ......................................... 76
3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru di UPT
Sidoharjo ............................................................................................. 77
4. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru
Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo ........................................................ 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 85
B. Saran ........................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN ..................................................................................................... 90
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Pikir.................................................................................. 49
Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data ...................................................... 57
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi............................................................. 55
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara.......................................................... 56
Tabel 3. Daftar Sekolah.................................................................................... 60
Tabel 4. Jumlah Guru........................................................................................ 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara.................................................................. 91
Lampiran 2. Catatan Lapangan........................................................................ 95
Lampiran 3. Transkip Wawancara................................................................... 103
Lampiran 4. Analisis Data Hasil Wawancara.................................................. 117
Lampiran 5. Dokumentasi............................................................................... 122
Lampiran 6. Data Guru.................................................................................... 124
Lampiran 7. Program Pengawas....................................................................... 126
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian..................................................................... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan
masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu, pandangan hidup
atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat,
serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu (Dwi Siswoyo dkk, 2012: 1). Hal
ini akan menentukan nasib suatu bangsa di masa yang akan datang tergantung
dengan kualitas lembaga pendidikannya, baik formal, nonformal, dan informal.
Sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan dan membentuk karakter watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan peserta didik dalam menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu dan kreatif. Tujuan pendidikan sebagai penuntun, pembimbing dan
petunjuk arah bagi para peserta didik, guru, kepala sekolah maupun pengawas
sekolah agar bekerja sama dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.
Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik, perlu diperhatikan semua
komponen yang perlu diperbaiki atau pembaharuan perkembangannya. Salah
satu komponen keberhasilan pendidikan ditentukan oleh komponen
pengawasan. Untuk itu pemerintah mengadakan pengawasan terhadap
2
pelaksanaan pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang nomor
20 Sistem Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 38 ayat
(2) :
“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”
Pengawas akademik mempunyai peranan yang penting untuk mencapai
tujuan pendidikan, jika ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan para
pendidik, maka pengawas akan meluruskan agar guru melakukan tindakan-
tindakan yang terarah dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Karena
pengawas pendidikan harus mengetahui masalah-masalah yang ada pada
sekolah sebab pengawas bertanggung jawab dalam mengontrol keberhasilan
pendidikan. Tugas utama pengawas sekolah adalah mewujudkan usaha
perbaikan pendidikan terhadap komponen atau unsur-unsur pendidikan.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011 tentang
petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya, ditegaskan bahwa fungsi pengawas sekolah adalah jabatan
fungsional yang mempunyairuang lingkup tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan.
3
Peraturan bersama Menteri Pendidkan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya tahun 2011 pasal 3 yang berbunyi:
“Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang
meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,
pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan,
penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah khusus”
Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk
membantu kemampuan profesional guru agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban
membantu kepala sekolah agar menciptakan sekolah yang efektif. Pembinaan
dan pengawasan menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Pengawas sekolah
harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih dari guru dan kepala
sekolah. Peranan pengawas sekolah hendaknya menjadi konsultan pendidikan
yang sentiasa mendampingi guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
Supervisi keberhasilan guru meningkatkan mutu pendidikan tak
terlepas dari peran pengawas sekolah melalui program supervisi. Kegiatan
supervisi yaitu mengawasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Pengawas
melalukan kegiatan supervisi tidak hanya melakukan pengawas terhadap guru,
namun bertujuan untuk mengembangkan peran guru agar berbuat lebih efektif
dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus melalui supervisi.
4
Pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru untuk terus-menerus
belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mobilitas masyarakat. Kegiatan supervisi merancang semangat
guru agar melaksanakan tugasnya dan guru berusaha agar dapat
mengembangkan dan mencari metode yang tepat untuk pembelajaran.
Peran pengawas sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
adalah melakukan pembinaan terhadap guru. Kegiatan utama pengawas dalam
melaksanakan supervisi terhadap guru adalah meningkatkan mutu
pembelajaran agar prestasi peserta didik meningkat. Dengan demikian perlu
dilakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran oleh pengawas sekolah.
Adanya pengawasan proses pembelajaran secara teratur, disertai masukan-
masukan yang membangun berupa rekomendasi hasil pengamatan guru dalam
KBM, maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan bermutu.
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 menyebutkan bahwa ruang
lingkup pengawas sekolah adalah melakukan supervisi akademik dan supervisi
manajerial dengan beban kerja sebanyak 37,5 per minggu. Kegiatan tatap muka
ditetapkan 24 jam perminggu menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan
guru yang dibina. Jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas SD
minimal 10 sekolah dan/atau 15 sekolah dan jumlah guru yang harus dibina
tiap pengawas SD paling sedikit 40 orang dan/atau 60 orang.
Kompas.com pada tanggal 31 Januari 2010 memberitakan bahwa
pengawas sekolah kenyataannya dalam upaya peningkatan mutu sekolah masih
5
minim dikarenakan minimnya kualitas dan kemampuan pengawas sekolah
dalam mengembangkan sekolah. Peran pengawas sekolah sangat penting
karena pengawas sekolah seharusnya memahami apa yang diperlukan dalam
menilai kinerja akademik,manajerial dankewirausahaan kepala sekolah.
Perda Wonogiri No. 22 tahun 2016 pasal 55mengatur tentang
penyelenggarakan pendidikan yaitu pengawas sekolah diangkat dari guru atau
kepala sekolah yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengawas sekolah melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan
tertentu. Pengawas melakukan pembinaan dahulu lalu dilakukan penilaian atau
penilaian dahulu baru pembinaan baik dari segi teknis pendidikan maupun
administratif di sekolah secara terus-menerus adalah dalam tugas melakukan
pengawasan pendidikan.
Pengawas sekolah di Wonogiri ditempatkan di kantor dinas pendidikan
UPT di kecamatan masing-masing. Untuk di kecamatan Sidoharjo terdapat 3
pengawas sekolah dasar. Di UPT Sidoharjo terdapat 32 SD dan 327 guru.
Kunjungan singkat menjadi hal biasa bagi pengawas karena jumlah personil tak
sebanding dengan jumlah sekolah dan guru. Kunjungan ke sekolah hanya
dilakukan sebulan sekali dan ada beberapa sekolah yang hanya dikunjungi
waktu UAS dan penilaian guru. Faktor geografis menjadi salah satu faktor
alasan pengawas jarang datang ke sekolah binaannya.
6
Letak geografis Kecamatan Sidoharjo yang terdiri dari dataran dan
berbukit. Dengan kondisi geografis tersebut maka sekolah yang berada di desa
jarang dikunjungi pengawas. Kurangnya pengawasan terhadap sekolah
binaannya dapat mengakibatkan mutu sekolah menurun karena rendahnya
semangat dan motivasi kerja guru dalam memperbaiki kekurangan dalam
proses belajar mengajar. Apabila seorang guru malas untuk untuk membuat
RPP dan hanya menggunakan metode pembelajaran yang membosankan
ataupun kurang tepat bagi peserta didik maka tujuan dan pembelajaran yang
membosankan ataupun kurang tepat bagi peserta didik maka tujuan dari
pembelajaran tidak tercapai. Dengan demikian proses pembelajaran sangat
diperlukan untuk menjaga kualitas pengajaran sekaligus dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi guru pada saat proses belajar mengajar di sekolah dasar.
Pengawasan akademik oleh pengawas merupakan sebuah proses dalam
melaksankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan sebagai
penjamin mutu pendidikan sekolah sesuai dengan tugas pokoknya salah
satunya adalah memberikan pengawasan yang berupa pembinaan kepada guru
disekolah. Jika pengawas melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan pemerintah, maka mutu dan tujuan sekolah yang dibina dapat
tercapai. Dari permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana pengawas melaksanakan tugasnya dengan mengadakan penelitian
yang berjudul “Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di
UPT Sidoharjo Wonogiri”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan di atas, dapat ditarik
beberapa masalah yang menjadi latar belakang penelitian, diantaranya :
1. Rendahnya kehadiran pengawas pada sekolah binaan, karena hanya hadir
dalam kurun waktu 1 bulan sekali.
2. Kurang seimbangnya proporsi personil pengawas dengan personil yang
diawasi.
3. Letak antar sekolah yang sulit dijangkau karena saling berjauhan pada
medan sulit.
4. Kurang optimalnya pembinaan pengawas tentang standar pelayanan
minimal.
C. Batasan Masalah
Agar hasil penelitian lebih fokus, maka peneliti membatasi masalah
pada kebijakan kepengawasan sekolah berdasarkan Peraturan bersama
Menteri Pendidikan Nasional dan Badan Kepegawaian Negara nomor
01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengawas dan angka kreditnya dan Perda Wonogiri
nomor 22 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pendidikan yang dilihat dari
aspek-aspek komunikasi, sumberdaya, sikap, dan birokrasi di UPT Sidoharjo.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar
pada dimensi pembinaan guru?
8
2. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawassan guru sekolah
dasar pada dimensi penilaian guru?
3. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar
pada pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru?
4. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo berdasarkan aspek
komunikasi, sumber daya, sikap, birokrasi.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
implementasi kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan memperkaya wawasan keilmuan tentang kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pengawas
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kerjasama antara
pengawas dan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
b. Bagi Guru
Sebagai sarana diskusi dalam upaya meningkatkan kualitas
mengajar peserta didik.
9
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk berdiskusi dengan
pengawas guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi Kebijakan
1. Pengertian Implementasi
Secara umum istilah implementasi dapat berarti pelaksanaan atau
penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkanya dengan suatu
kegiatan yang dilaksankan untuk mencapai tujuan tertentu. Kamus
Webster dalam (Solichin Abdul Wahab, 2014; 135) secara lexigrafis
merumuskan bahwa istilah to implant (mengimplementasikan) itu berarti
to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu). Implementasi kebijakan dapat dipandang
sebagai suatu proses melaksankan keputusan kebijakan, keputusan
peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden.
Pengertian implementasi apabila dikaitkan dengan kebijakan
adalah sebenarnya kebijakan hanya dirumuskan lalu dibuat dalam bentuk
postip seperti undang-undang dan kemudian didiamkan atau tidak
laksanakan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan merupakan hal yang paling berat karena
masalah-masalah akan muncul. Implementasi kebijakan dapat dikatakan
suatu proses yang dinamis, karena pelaksana kebijakan melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil
11
yang sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan. Keberhasilan
implementasi kebijakan dapat diukur dari proses dan pencapaian tujuan
akhir.
Sementara menurut James E. Anderson (1979) dalam Sudiyono
(2007: 81) dengan tegas menyatakan bahwa implementasi kebijakan
mencakup 4 aspek, yaitu: siapa yang terlibat dalam implementasi
kebijakan, esensi proses administrasinya, kepatuhan terhadap kebijakan,
pengaruh implementasi pada isi dan dampak kebijakan.
Sementara makna implementasi menurut Daniel A. Mazmania dan
Paul Sabatier (1979) dalam Solihin Abdul Wahab (2008:65) menyatakan:
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak
nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.”
Suatu proses implementasi kebijakaan itu tidak hanya menyangkut
perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan suuatu program yang ditetapkan serta menimbulkan
ketaatan pada kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang secara langsung
maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi segala pihak yang
terlibat, sekalipun dampak yang diharapkan maupun dampak yang tidak
diharapkan.
12
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2006:99)
mengemukakan bahwa terdapat enam variabel yang memepengaruhi
kinerja implementasi,yakni:
a. Standar dan sasaran kebijakan, dimana standar dan kebijakan harus
jelas dan terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur.
b. Sumberdaya, implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,
baik sumber daya manusia maupun sumberdaya non manusia.
c. Hubungan antar organisasi, implementator sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan instasi lain, sehingga diperlukan
koordinasi dan kerja sama antar instasi bagi keberhasilan suatu
program.
d. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup struktur birokrasi,
norma-norma dan pola-pola hubungan dalam birokras akan
mempengaruhi implementasi suatu program.
e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. 3 hal tersebut mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan yang mendukung keberhasilan
implementasi kebijakaan, kelompok yang berkepentingan memberikan
dukungan implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak dan sifat opini publik yang ada
dilingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi
kebijakan.
13
f. Karakter pelaksana (disposisi implementor) yang mencakup tiga hal
penting, yaitu respon implementator terhadap kebijakan, kognisi yaitu
pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementator,
yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.
Dari definisi diatas dapat diketahui implementasi kebijakan terdiri
dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian
tujuan, dari hasil kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa implementasi
merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan
melakukan suatu kegiatan dan pada akhirnya akan mendapatkansuatu hasil
yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan
suatu implementasi dapat diukur dari proses dan pencapaian tujuan hasil
akhir, yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
2. Teori-Teori Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah benar-benar jadi.
Secara sederhana implementasi dapat diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Menurut Nurdin Usman implementasi
merupakan bukan sekdar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut Van Meter dan Van Horn
(Arif Rohman, 2009 : 134) mengemukakan bahwa implementasi adalah
pelaksanaan tindakan oleh individu, pejabat, instansi pemerintah atau
kelompok swasta yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan dalam putusan tertentu. Arif Rohman (2009:136),
14
mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi
kebijakan, yaitu:
a. Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
Dalam pandangan Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
implementasi yang sempurna dibutuhkan beberapa syarat yaitu:
1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh instansi pelaksana tidak akan
menimbulkan gangguan yang serius.
2. Pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber
yang memadai.
3. Perpaduan antara sumber-sumber yang ada harus tersedia.
4. Kebijakan yang akan diimplementasikan harus didasari oleh hubungan
kausalitas yang handal.
5. Hubungan kausalitas harus langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya.
6. Hubungan ketergantungan satu sama yang lain harus kecil.
7. Perlu adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap
tujuan.
8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
9. Perlu adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
10. Pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
kepatuhan yang sempurna.
15
b. Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier
Teori ini berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok variabel
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:
1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap untuk dikendalikan.
2. Kemampuan dari keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara
tepat proses implementasinya.
3. Pengaruh langsung berbagai variabel politik trhadap keseimbangan
dukungan bagi tujuan dalam keputusan kebijakan tersebut.
Model lain dikemukakan Model Edward III dalam bukunya
Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi (Subarsono, 2012: 90-92)
terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan
kegagalan pada implementasi kebijakan. Faktor tersebut yaitu faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Berikut
penjelasan dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
implementasi kebijakan:
a. Faktor komunikasi (Communication)
Faktor komunikasi merupakan proses pemberian informasi
kepada pelaksana kebijakan. Edwar III informasi mengenai kebijakan
perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku
kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan
lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan
sasaran kebijkan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Joko
Widodo, 2010:97).
16
Model Edward III berpendapat bahwa dimensi komunikasi kebijakan
terdiri dari dimensi transisi (transmission), kejelasan (clarity), dan
konsistensi (consistency). Berikut penjelasan beberapa dimensi dalam
komunikasi kebijakan:
1. Dimensi Transmisi
Dimensi transmisi mengharapkan agar kebijakan
disampaikan tidak hanya kepada pelaksana (implementators)
kebijakan tetapi juga disampaikan kepada kelompok sasaran
kebijakan serta pihak-pihak yang berkepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Dimensi Kejelasan
Dimensi kejelasan menginginkan kebijakan yang
ditransmisikankan kepada pelaksana dan sasaran kebijakan dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas agar mereka mengetahui
tujuan dan maksud dari kebijakan tersebut sehingga dapat
mempersiapkan segala sesuatu untuk mensukseskan kebijakan
tersebut dengan efektif dan efisien.
3. Dimensi konsistensi
Dimensi konsistensi menginginkan implementasi kebijakan
berlangsung efektif dengan cara pemberian perintah-perintah
pelaksanaan harus konsisten dan jelas agar kebijakan yang
diterapkan tidak membingungkan.
17
b. Faktor Sumber Daya (Resources)
Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi
kebijakan. Sumber daya merupakan sarana untuk melaksanakan
kebijakan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia, sumber
daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan.
Berikut sumber daya dalam implementasi kebijakan:
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dapat berwujud implementator atau
aparatur yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan. Implementator harus memiliki keahlian dan kemampuan
melaksanakn kebijakan serta perlu mengetahui siapa saja yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.
2. Sumber Daya Anggaran
Edward III dalam Joko Widodo (2010:100) menyatakan
bahwa terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas
pelayanan yang seharusnya diberikan kepada sasaran kebijakan
juga terbatas. Terbatasnya insentif yang diberikan kepada
implementator merupakan penyebab utama gagalnya pelaksanaan
program. Kesimpulannya adalah jika sumber daya anggaran
terbatas maka akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
kebijakan. Disamping program tidak bisa dilaksanakan dengan
optimal, keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para
perilaku kebijakan rendah.
18
3. Sumber Daya Peralatan
Edward III dalam Joko Widodo (2010: 102) menjelaskan
sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan sebagai
operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi
gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan
untuk memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.
4. Sumber daya Kewenangan
Sumber daya wewenang merupakan hal yang terpenting
dalam implementasi kebijakan. Sumber daya kewenangan akan
menentukan keberhasilan dalam implementasi kebijakan Edward
III dalam Joko Widodo (2010: 103) menjelaskan
bahwa:kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat
keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan
mempengaruhi lembaga itu sendiri dalam melaksanakan suatu
kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka
dihadapkan suatu masalah dan mengharuskan untuk segera
diselesaikan dengan suatu keputusan.
Pelaksana kebijakan diberikan wewenang yang cukup
untuk membuat keputusan sendiri dalam melaksanakan kebijakan
yang menjadi kewenangannya. Kewenangan tersebut diharapkan
mampu mensukseskan implementasi kebijakan.
19
c. Faktor Disposisi
Disposisi merupakan tindakan yang dimiliki oleh
implementator seperti kemauan, kejujuran, dan kesungguhan dalam
melaksanakan kebijakan. Implementator diharapkan memiliki disposisi
yang baik sehingga tidak terjadi perbedaan perspektif dengan pembuat
kebijakan. Edward III dalam Joko Widodo (2010:104-105)
menjelaskan bahwa:
Jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan
efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui
apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk
melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus
mempunyai kemauan untuk melaksanakn kebijakan tersebut.
Kesimpulan dari faktor disposisi adalah menuntut pelaksana kebijakan
untuk memberikan kemampuan terbaiknya untuk melaksanakan
kebijakan. Kemampuan pelaksana kebijakan menjadi penentu
keefektifan implementasi kebijakan.
d. Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)
Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
implementasi kebijakan. Struktur organisasi memiliki prosedur
operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP
berhubungan dengan mekanisme, sistem dan pedoman pelaksanaan
kebijakan. SOP dibuat untuk memberikan pedoman dalam sebuah
organisasi untuk melaksanakan suatu program dan kebijakan. Edward
III dalam Joko Widodo (2010: 107) menyatakan bahwa:
20
Jelas tidaknya standar operasi, baik menyangkut mekanisme,
sistem dan prosedur pelaksanaan kebijakn, pembagian tugas
pokok, fungsi dan kewenangan, dan tanggung jawab diantara
pelaku, dan tidak harmonisnya hubungan diantara organisasi
pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah implementasi
merupakan tahapan yang vital dalam kebijakan. Implementasi kebijakan
mempunyai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan sebuah kebijakan. Faktor penentu yang mempengaruhi
implementasi kebijakan di antaranya adalah komunikasi (transmisi,
kejelasan, konsistensi), sumber daya (sumber daya manusia, anggaran,
peralatan, kewenangan), disposisi, dan struktur birokrasi.
3. Faktor Penghambat Implemetasi Kebijakan
Menurut Bambang Sunggono dalam Asrul Nurdin (2013),
implementasi kebijakan memepunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:
a. Isi Kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samanya isi
kebijakan, maksudnya apa yang menjaditujuan tidak terperinci, sarana-
sarana dan penerapan program-program kebijakan terlaluumum atau tidak
ada sama sekali. Kedua, kurangnya penetapan intern dan ekstern dari
kebijakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasikan dapat juga
menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan. Keempat, penyebab lain
kegagalan implementasi kebijakan karena kekurangan-kekurangan yang
21
menyangkut sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu,
biaya, dan tenaga manusia.
b. Informasi
Implementasi kebijakan mengasumsikan bahwa para pemegang
peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat
berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini
justru tidak ada, misalnya akibatadanya gangguan informasi.
c. Dukungan
Pelaksanaan implementasi kebijakan akan sangat sulit apabila pada
pengimplementasiannya tidak cukup mendapat dukungan untuk pelaksana
kebijakan tersebut.
d. Pembagian Potensi
Gagalnya implementasi suatu kebijakan juga ditentukan aspek
pembagian potensi diantaranya para pelaku yang terlibat dalam
implementasi. Hal ini berkaitan dengan tugas dan wewenang organisasi
pelaksana. Struktur pelaksana dapat menimbulkan masalah-masalah
apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan
dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-
pembatasan yang kurang jelas.
4. Pengertian Kebijakan Pendidikan
Suatu kebijakan diambil dan diputuskan biasanya dilatarbelakangi
oleh adanya masalah. Masalah muncul ketika deskrepansi antara dunia
cita-cita (das sollen) dengan dunia nyata (das sein), adanya kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Kebijakan pendidikan dilakukan dalam
22
rangka mengurangi kesenjangan antara cita-cita dengan dunia nyata.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang khusus mengatur
regulasi yang berkaitan denggan penyerapan sumber, alokasi, dan
distribusi sumber, serta dalam pengaturan perilaku dalam dunia
pendidikan.
Menurut Mark Olsen, John Codd dan Anne-Maria O’niel dalam
Riant Nugroho (2008: 36) kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi
keunggulan, bahkan eksistensi, bagi negara bangsa dalam persaingan
global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam era globalisasi. Sedangkan menurut Margaret E. Goertz dalam Riant
Nugroho (2008:37) mengemukakan bahwa kebijakan pendidikan
berkenaan dengan efisiensidan efektivitas anggaran pendidikan.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008:140) mendefinisikan
kebijakan pendidikan adalah keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi
pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan kebijakan
pendidikan merupakan hasil dari perumusan pendidikan nasional untuk
mencapai tujuan pendidikan yang baik.
23
Aspek-aspek yang tercakup dalam kebijakan pendidikan (H.A.R
Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 141):
1. Kebijakan pendidikan merupakan suatu keseluruhan deliberasi mengenai
hakekat manusia sebagai makhluk yang menjadi manusia dalam
lingkungan kemanusiaan. Proses pendidikan sebagai proses pemanusiaan
terjadi dalam lingkungan alam serta lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu,
kebijakan pendidikan merupakan penjabaran dari visi dan misi pendidikan
dalam masyarakat.
2. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis
yaitu kesatuan antara teori dan praktik pendidikan. Oleh sebab itu
kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan, perumusan
kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi.
3. Kebijakan pendidikan haruslah mempunyai validitas dalam perkembangan
pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan itu.
4. Keterbukaan. Pendidikan merupakan milik masyarakat maka suara
masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
kebijakan pendidikan perlu mendengarkan suara masyarakat.
5. Kebijakan pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan. Melalui
riset dan pengembangan melalui eksperimen, maka berbagai kebijakan
pendidikan dapat diuji validitasnya sehingga kebijakan pendidikan
tersebut dapat direvisi.
24
6. Analisis kebijakan. Analisis kebijakan telah berkembang pesat demikian
pula dengan analisis kebijakan pendidikan. Pendidikan bukan hanya milik
pribadi tetapi telah merupakan milik seluruh warga negara.
7. Kebijakan pendidikan pertama-tama ditujukan kepada kebutuhan peserta
didik. Dalam dunia modern, pendidikan merupakan rebutan partai-partai
politik untuk menyebarluaskan dan mempertahankan ideologi partai
sehingga kebutuhan peserta didik dapat saja dilalaikan.
8. Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat
demokratis. Arkeologi proses pendidikan menunjukkan bahwa proses
pendidikan terjadi dalam situasi dialogis. Dari situasi dialogis tersebut
peserta didik semakin berdiri sendiri sehingga tugas pendidik adalah
menuntunnya dari belakang (Tut Wuri Handayani).
9. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan dalam
pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
10. Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi. Kebijakan bukan
semata-mata berupa rumusan verbal mengenai tingkah laku dalam
pelaksanaan praksis pendidikan. Kebijakan pendidikan harus dilaksanakan
dalam masyarakat, dalam lembaga-lembaga pendidikan.
11. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan pada kekuasaaan tetapi kepada
kebutuhan peserta didik. Kekuasaan harus diarahkan untuk memfasilitasi
dalam pengembangan kemerdekaan peserta didik bukan untuk menguasai
peserta didik.
25
12. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan intuisi atau kebijaksanaan yang
irasional. Kebijakan pendidikan merupakan hasil olahan rasional dari
berbagai alternatif dengan mengambil keputusan yang dianggap paling
efisien dan efektif dengan memperhitungkan resiko dan jalan keluar bagi
pemecahannya.
13. Kejelasan tujuan akan melahirkan kebijakan pendidikan yang tepat.
14. Kebijakan pendidikan diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik
dan bukan kepuasan birokrat. Titik tolak balik dari segala kebijakan
pendidikan adalah untuk kepentingan peserta didik atau pemerdeka peserta
didik.
5. Teori Perumusan Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan dirancang dan dirumuskan untuk
diimplementasikan. Kebijakan pendidikan dirumuskan secara hati-hati
dengan landasan teori dalam perumusan kebijakan pendidikan. Proses
perumusan, para ahli pemegang kewenangan pengambilkebijakan (decision
maker) terlebih dahulu mempertimbangkan secara matang.
Secara umum para ahli ilmu sosial mengelompokkan tiga teori
tentang perumusan kebijakan negara. Ketiga teori kebijakan negara tersebut
adalah: teori rasional komprehensif, teori inkremental, dan teori pengamatan
terpadu.
1. Teori Rasional Komprehensif
Teori ini menjelaskan bahwa: (a) dalam pembuatan keputusan
dihadapan suatu masalah tertentu yang dapat diperbandingkan satu sama
yang lain; (b) Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang dipedomanii
26
oleh pembuat keputusan, jelas dan dapat ditetapkan rengkingnya sesuai
dengan urutan kepentingannya; (c) Berbagai alternatif untuk memecahkan
masalah tersebut diteliti secara seksama; (d) Akibat-akibat seperti biaya
dan manfaat yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih dan
diteliti secara seksama; (e) Setiap alternatif dan masing-masing akibat
yang menyertainya dapat diperbandingkan dengan alternatif-alternatif
lainnya: (f) Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-
akibatnya yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau
sasaran yang digariskan.
2. Teori Inkremental
Teori ini menjelaskan bahwa, setiap pengambilan keputusan selalu
diusahakan menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan
pada saat yang sama dianjurkan lebih banyak menggambarkan cara yang
ditempuholeh pejabat-pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan
sehari-hari.
3. Teori Pengamatan Terpadu
Teori ini lebih mengandalkan pada pendekatan sistem dengan
melihat serta melibatkan segenap komponen sistem secara terpadu.
Misalnya, keputusan-keputusan yang merupakan kebijakan yang dibuat
oleh pembuat kebijakan penganut teori inkremental akan lebih mewakili
atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok yang mampu
mengorganisasikan kepentingan dalam masyrakat. Sementara kepentingan
27
dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya jelas akan terabaikan.
Hudson dalam Arif Rohman (2009: 125) mengelompokan teori
perumusan kebijakan pendidikan menjadi lima teori yaitu: (a) teori radikal,
(b) teori advokasi, (c) teori transaktif, (d) teori sinopsis, dan (e) teori
inkremental.
a. Teori Radikal
Teori ini menekankan lembaga lokal dalam menyusun sebuah
kebijakan pendidikan. Semua kebijakan pendidikan yang menyangkut
penyelenggaraan dan perbaikan penyelenggaraan dan perbaikan
penyelenggaraan pendidikan ditingkat daerah diserahkan kepala
daerah. Sehingga negara atau pemerintah pusat tidak perlu repot-repot
menyusun rencana kebijakan pendidikan bila padaakhirnya kurang
sesuai dengan kondisi lokal. Lebih-lebih kondisi masing-masing
daerah memiliki tingkat keragaman dan kekhasan sendiri-sendiri yang
tidak bisa disamakan satu sama yang lain.
Teori ini berasumsi bahwa “tidak ada lembaga atau organisasi
pendidikan lokal yang persis sama satu sama lain”. Sehingga untuk
menyusun kebijakan pendidikan yang dianggap terbaik adalah
diserahkan kepada lembaga-lembaga lokal yang secara hakiki
memiliki karakteristik secara plural, serta yang mengetahui persoalan
untuk dirinya sendiri. Dari sini nampak jelas bahwa teori radikal ini
28
sangat menghargai desentralisasi dalam perumusan kebijakan
pendidikan.
b. Teori Advokasi
Teori advokasi ini tidak menghiraukan perbedaan-perbedaan
seperti karakteritik lembaga, lingkungan sosial, kultural, lingkungan
geografis, serta kondisi lokal lainnya. Perbedaan lingkungan tersebut
hanyalah perbedaan yang didasarkan pada pengamatan empirik
semata. Teori advokasi mendasarkan pada argumen yang rasional,
logis dan bernilai.
c. Teori Transaktif
Teori transaktif menekankan bahwa perumusan kebijakan
sangat perlu didiskusikan dahulu secara bersama oleh semua pihak.
Proses pendiskusikan ini perlu melibatkan sebanyak mungkin pihak-
pihak terkait, termasuk dalam hal ini adalah dengan personalia
lembaga pendidikan di tingkat lokal. Hasil dari proses diskusi tersebut
kemudian dievaluasi atau digelindingkan terlebih dahulu secara
perlahan-lahan.
d. Teori Sinopsis
Teori ini menekankan bahwa dalam menyusun sebuah
kebijakan supaya menggunakan metode berfikir sistem. Obyek yang
dirancang dan terkena kebijakan, dipandang sebagai satu kesatuan
bulat dengan tujuan yang sering disebut dengan “misi”.
29
e. Teori Inkremental
Teori inkremental adalah teori yang meneka perumusan
kebijakan pendidikan berjangka pendek serta menghindari
perencanaan pendidikan berjangka waktu panjang. Penekanan
semacam ini diambil disebabkan karena masalah-masalah yang
dihadapi serta performa dari para personalia pelaksana kebijakan dan
kelompok yang terkena kebijakan sulit diprediksi. Setiap saat, setiap
tahun, dan setiap periode waktu mengalami perubahan yang sangat
kompleks.
B. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan merupakan suatu hasil dari kesepakatan bersama yang telah
ditentukan kemudian diimplementasikan tiap-tiap lembaga pemerintahan
mulai dari pusat ke daerah. Undang-undang yang mengatur tentang
kepengawasan sekolah peraturan bersama menteri pendidikan dan kepala
badan kepegawaian negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011.
Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun 2011 pasal 3
mengenai tugas pokok pengawas sekolah:
Tugas pokok pengawas adalah tugas pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program
pengawas, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesionalisme
30
guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksana tugas
kepengawasan di daerah khusus.
Berdasarkan peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional
pengawas sekolah dan angka kreditnya di atas pengawas sekolah seharusnya
melaksanakan pembinaan, peniliaian, pelatihan profesionalisme guru, dan
evaluasi pelaksanaan program pengawas sekolah.Hasil tugas pengawas
sekolah akan menjadi patokan keberhasilan pendidikan di sekolah binaan.
Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 22 tahun 2016 pasal 55
tentang penyelenggaraan pendidikan bahwa pengawas sekolah diangkat dari
guru atau kepala sekolah yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
C. Pengawas Sekolah
1. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah adalah salah satu tenaga pendidik yang memiliki
tugas untuk meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah. Hal ini termuat dalam buku kerja pengawas sekolah
yang menyatakan bahwa pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri
sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008).
Sebelum diangkat menjadi pengawai sekolah, maka calon pengawas
sekolah harus menjadi guru atau kepala sekolah terlebih dahulu. PP Nomor
19 Tahun 2005 pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa kiteria minimal untuk
31
menjadi pengawas sekolah harus menjadi guru sekurang-sekurangnya 8
tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang sesuai dengan
satuan pendidikan yang diawasinya. Hal tersebut bertujuan agar pengawas
sekolah dapat mengetahui permasalahan tentang pembelajaran dan
pengelolaan sekolah karena salah satu tugas pengawas adalah
melaksanakan pengawasan terhadap sekolah binaannya.
Jenjang jabatan pengawas sekolah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aperatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun
2010 tentang Jabatan dan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya pasal 13, yang menyebutkan bahwa jenjang jabatan pengawas
dibagi menjadi tiga. Dimulai dari jenjang jabatan yang terendah sampai
jenjang jabatan yang tertinggi yaitu pengawas muda dengan golongan
III/c-III/d, pengawas madya dengan golongan IV/a-Ivc, dan pengawas
utama dengan golongan IV/d-IVe.
Penggolongan pengawas sekolah menurut Permendiknas Nomor 12
tahun 2007 tentang standar Pengawas Sekolah/Madrasah, ada lima jenis
yaitu Pengawas Taman Kanak-Kanak/Raudatul Athfal (TK/RA) dan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan pengawas Sekolah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Pengawas Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
32
Disebutkan dalam buku kerja pengawas bahwa pengawas sekolah
adalah tenaga kependdikan yang mempunyai tugas, tanggungjawab, hak,
dan wewenang penuh dalam pelaksanaan tugas kepengawasan baik sekolah
negeri maupun swasta dalam teknik penyelenggaraannya dan
pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Rumpun Mata Pelajaran, Pendidikan Luar Biasa, dan Bimbingan
Konseling.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan
tugas pembimbingan, pelatihan profesionalisme guru dan tugas pengawas
yang meliputi kegiatan pengawasan akademik dan menejerial. Secara
teknik tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas
pengawasan akademik dan menejerial pada satuan pendidikan yang
meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,
pemantauan 8 Standar Nasional Pendidikan, Hasil pelaksanaan program
pengawas, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Tujuan
dari kegiatan ini adalah agar meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan meningkatkan kinerja kepala sekolah untuk
mengelola pendidikan.
Peraturan Bersama Menteri pendidikan Nasional dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya, tugas pengawas sekolah melakukan pengawasan
33
akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 SNP,
hasil pelaksanaan program pengawas, dan pelaksanaan tugas kepegawaian
di daerah khusus. Penugasan pengawas sekolah dibagi menjadi 3 yaitu,
pengawas sekolah muda, madya, dan utama. Semua tugas sama, hanya saja
pengawas utama melakukan pembimbingan pada pengawas muda dan
madya.
Tugas pengawas tersebut diperinci sebagai berikut:
a. Menyusun programa pengawas
b. Melaksanaan pembinaan guru
c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, dan standar penilaian
d. Melaksanakan penilaian kinerja guru
e. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawas pada
sekolah binaan
f. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesionalis guru di
KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya;
g. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru dan
h. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru.
3. Beban Kerja Pengawas Sekolah
Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6
tahun 2011 pengawas sekolah melaksanakan jam kerja sesuai dengan tugas
34
pelaksanaannya yaitu 37,5 jam kerja dalam seminggu untuk melaksanakan
pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan.
Pengawas sekolah harus melakukan kunjungan ke sekolah untuk
memenuhi syarat agar sekolah mencapai standart pelayan minimal yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Stndar minimal pelayanan pengawas
sekolah sekurang-kurangnya harus melakukan kunjungan minimal 1 bulan
sekali.
Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6
tahun 2011 pengawas sekolah bekerja selama 24 jam perminggu dengan
kegiatan tatap muka menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan guru
yang dibina berjumlah 10 sekolah, sedangkan jumlah guru yang dibina
berjumlah 60 guru. Peraturan pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal
54, tugas pengawas adalah melakukan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan pengawasan.
Pengawas sekolah harus melakukan kunjungan ke sekolah untuk
memenuhi syarat agar sekolah mencapai standar pelayanan minimal yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2013 tentang standar pelayanan minimal oleh kabupaten/kota maka
pengawas sekolah sekurang-kurangnya harus melakukan kunjungan
minimal 1 bulan sekali dengan alokasi waktu 3 jam dalam setiap
kunjungan. Kurun waktu satu semester maka pengawas sekolah harus
35
berkunjung ke sekolah binaannya sebanyak enam kali untuk melaksankan
pengawasan.
D. Guru
1. Pengertian Guru
Guru adalah jabatan atau profesi yang membutukan kemampuan
khusus. Karena peran guru untuk meningkatkan kualitas peserta didik,
maka dari itu guru harus diperhitungkan dan bersungguh-sungguh dalam
melaksankantugasnya sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik memiliki
kewajiban utama, yang mencakup tiga macam yaitu, menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam proses pendidikan, menciptakan
pendidikan yang bermakna, dan meningkatkan mutu pendidikan.
Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat 5, pendidik adalah tenaga pendidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan semua aspeknya, baik
spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Sedangkan
menurut James Cooper yang dikutip dari Suparman, guru merupakan
seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar peserta didik dapat
36
belajar atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara
optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh
pemerintah maupun swasta.(Suparlan,2006.9-10)
2. Tugas Guru
Guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang
pandai berbicara dibidang-bidang tertentu, belum dapat jadi guru. Menjadi
guru harus mempunyai kemampuan khusus, guru profesional harus
menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
Menurut Nurfuadi (2012 : 125) guru adalah figur pemimpin dan
sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Maka
dari itu ada 3 jenis tugas dari guru, yaitu : tugas guru dalam bidang profesi,
tugas kemanusian, tugas kemasyarakatan.
a. Tugas Guru dalam Bidang Profesi
Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Hal ini tidak semua orang dapat
melakukannya. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berati meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berati meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sedangkan melatihmelatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
37
b. Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Oleh sebab itu guru
harus mampu menarik dan menjadi idola para siswanya. Karena itu
guru harus memamhami jiwa dan watak anak didiknya. Pelajaran
apapun yang diberikan hendaknya mampu menjadi motivasi bagi
siswanya.
c. Tugas Kemasyarakatan
Tugas guru dibidang kemasyarakatan yaitu guru mempunyai
tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara
Indonesia yang bermoral pancasila. Guru tidak hanya diperlukan
muridnya di ruang kelas, tetapi diperlukan masyarakat
dilingkungannya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
masyarakat.
3. Kualitas Guru
Kualitas atau mutu sederhana didefinisikan kesetaraan antara nilai
yang diberikan kepada suatu produk dengan nilai harapan dari customer
dengan nilai atau produk tersebut. Jadi kualitas itu bukan sesuatu yang
diminta oleh konsumen, melainkan diberikan oleh produsen. Kualitas guru
sering diidentitaskan sebagai profesionalisme guru. Karena profesional
merupakan standar dimana seseorang mempunyai penguasaan suatu ilmu
pengetahuan yang khusus berkenaan dengan pekerjaan yang ditekuni
(Riant Nugroho, 2008:64-68).
38
4. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
(Nurfuadi 2012: 73) menyatakan bahwa kompetensi perpaduan
dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari diriya, sehingga dapat
melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.
Kompetensi tidak dapat dipisahkan dari seorang guru. Jika
guru tidak memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil
akan terwujud proses pembelajaran yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan kompetensi merupakan modal dasar guru dalam membina
dan mendidik siswa sehingga tercapai pendidikan yang berkualitas.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menggambarkan suatu
potensi, pengetahuan, dan keterampilan, yang diaktualisasi dan
direalisasikan dalam bentuk tindakan untuk menjalankan profesi
tertentu.
b. Standar Kompetensi guru
Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru oleh seorang
guru, yaitu antara lain
39
1. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik diartikan sebagai ilmu mendidik, lebih
menitikberatkan pada pemikiran dan perenungan suatu
pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana mendidik dan
membimbing anak (Uyoh Sadulloh, 2012: 2) sedangkan menurut
Nurfuadi (2012: 76) kompetensi pedagogik adalah kemampuan
pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi
dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang
disiapkan yaitu pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
mengembangkan kurikulum dan silabus, menyusun racangan
pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis, melakukan evaluasi hasil belajar, dengan prosedur yang
benar, dan mengembangkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Imam Wahyudi (2012: 27) mengemukakan kompetensi
kepribadian merupakan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Kepribadian sangat menentukan tinggi
rendahnya seorang guru dalam pandangan peserta didik dan
masyarakat. Seorang guru harus memiliki kepribadian baik di
lingkungan sekolah maupun dimasyarakat.
40
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki
sikap dan kepribadian yang utuh yang dapat dijadikan tokoh
panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru
berusaha memilih dan melakukan kegiatan yang positif agar
mengangkat citra baiknya dan kewibawaannya terutama di depan
peserta didik. Menurut pandangan peserta didik, sifat atau
karakteristik guru yang disukai muridnya antara lain demokratis,
suka bekerja sama, baik hati, sabar, adil, konsisten, bersifat
terbuka, suka menolong serta ramah tamah.
Kehidupan guru mendapatkan perhatian dari masyarakat
sekitar guru tinggal. Hal ini menuntut dedikasi yang tinggi dari
seorang guru, maka dari itu guru dituntut untuk memahami
hakikat profesi guru yang tidak lepas dari masalah individu dan
sosial. Guru menjadi panutan dimasyarakat karena perilakunya
akan menjadicontoh di masyarakat.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan
erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan
masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik
tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang
bukan guru. Dalam kompetensi ini seorang guru harus mampu : a)
bersifat inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif,
41
karena pertimbangan jenis kelamin, ras ,agama, kondisi fisik, latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi, b) berkomunikasi
secara efektif, simpatik dan santun dengan sesama pendidik,
orang tua dan masyarakat, c) beradaptasi di tempat bertugas
diseluruh wilayah Republik Indonesia, d) berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain (Imam Wahyudi, 2012 ;36).
Menurut Slamet PH dalam Mintarsih Danumiharja (2014;
49) guru harus memiliki tujuh kompetensi sosial agar dapat
berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun
masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut antara lain a)
memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki
kemampuan mengelola konflik dan benturan, b) melaksanakan
kerjasama secara harmoni dengan kawan sejawat, kepala sekolah
dan wakil kepala sekolah pihak-pihak terkait lainnya, c)
membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,
dan lincah, d) melaksankan komunikasi (oral, tertulis,tergambar)
secara efektif dan menyenangkan dengan warga sekolah, orang
tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-
masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan
pembelajaran, e) memiliki kemampuan memahami dan
menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh
terhadap tugasnya, f) memiliki kemampuan mendudukkan dirinya
42
dalam sistem nilai yang berlaku di masyarakat sekitarnya, dan g)
dan melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan
erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan
masyrakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal
sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat
diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak
berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Guru dimata
masyarakat pada umumnya dan para peserta didik merupakan
panutan dan anutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri
teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan tokoh dan
tipe makhluk yang diberi tugas, membina dan membimbing
masyarakat ke arah norma yang berlaku. Guru perlu memilki
kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat sekitar
dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar
otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan lancar
sehingga jika ada keperluan anatra orang tua peserta didik tentang
masalah peserta didik yang perlu diselesaikantidak akan kesulitan
menghubunginya.
4. Kompetensi Profesional
Kompetansi profesional mengacu pada perbuatan yang
bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Guru profesional
43
merupakan orang yang telah memenuhi program program
kependidikan guru dan memiliki tingkat master serta
mendapatkan ijazah negara dan telah berpengalaman dalam
mengajar kelas besar. Dalam Oemar Hamalik (2002; 38) guru
yang dinilai kompeten secara profesional memiliki indikator
antara lain; mampu melaksanakan perannya, mampu bekerja
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, dan mampu
melaksanakan peran dalam proses mengajar dan belajar di kelas.
Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dijelaskan
bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
kemampuan guru menguasai pengetahuan dibidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni budaya yang diampunyayang
meliputi penguasaan a) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan
mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang diampu, serta
b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap guru harus
memiliki standar kompetensi sebagai dasar melaksanakan profesinya. Standar
kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utam,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
44
kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru.
E. Sekolah Dasar
1. Penegertian Sekolah Dasar
Definisi sekolah menurut sumitro (1980:80), adalah lembaga sosial
formal yang didirikan Negara atau Yayasan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1989:57),
sekolah merupakan suatu organisasi yang didirikan untuk mencapai
tujuan tertentu, baik tujuan umum pendidikan, maupun tujuan institusi
menurut jenis dan tingkatannya.
Pendidikan yang diperoleh disekolah dapat dipisahkan berdasarkan
jenjangnya salah satunya pendidikan dasar. Pendidikan dasar bertujuan
untuki memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupanya pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan umat manusia serta mempersiapakan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan pendidikan menengah (Wahjosumidjo, 2002:140).
Pengertian sekolah dasar menurut Ibrahim Bafadal (2003:3)
merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam
tahun. Sedangkan, menurut B. Suryosubroto (2002:63) sekolah negeri
merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah baik ditingkat
pusat maupun daerah. Dengan demikian pengertian sekolah dasar dapat
diartikan suatu organisasi pendidikan jenjang pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh pemerintah ataupun yayasan yang tentunya tetap
45
dalam koridor pemerintah dan negara tetap dalam pengawasan kementrian
pendidikan.
2. Tujuan Sekolah Dasar
Menurut Muljani A. Nurhadi (1983:29), tujuan umum Sekolah
Dasar adalah agar lulusannya memiliki sifat dasar sebagai warga negara
yang baik, sehat jasmani dan rohani, dan juga memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran,
serta dapat bekerja di masyarakat, dan mengembangkan diri sesuai
dengan asas pendidikan seumur hidup. Sedangkan tujuan khusus sekolah
dasar meliputi bidang pengetahuan, ketrampilan serta bidang nilai dan
sikap.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis serta memiliki
tanggung jawab. Sedangkan tujuan pendidikan dasar meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini fokus pada intensitas pengawasan. Untuk memperoleh
gambran sebagai perbandingan, maka dilakukan kajian terhadap penelitian
yang relevan. Berikut hasil penelitian yang relevan yaitu:
1. Penelitian oleh Selfi (2015) tentang Pengawasan Akademik oleh Pengawas
Sekolah Dasar se-Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan
46
penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini semua pengawas
sekolah se-Kabupaten Bantul yang berjumlah 27 orang baik itu pengawas
muda, madya dan utama. Hasil penelitian menunjukan: 1. Intensitas
pengawasan perencanaan pembelajaran oleh pengawas sekolah se-
Kabupaten Bantul dalam kategori intensif. Pengawas paling intensif dalam
pengawasan perencanaan pembelajaran adalah pengawas pengampu di
kecamatan imogiri, sedangkan yang kurang intensif di berikan pengawas
pengampu di kecamatan Dligo. 2. Intensitas pengawasan pelaksanaan
pembelajaran oleh pengawas Sekolah Dasar se-Kabupaten Bantul dalam
kategori intensif. Pengawas yang paling intensif dalam melakukan
pengawasan adalah pengampu Kecamatan Bantul, sedangkan yang
kuarang intensif adalah pengawas pengampu di Kecamatan Sanden. 3.
Intensitas pengawasan evaluasi pembelajaran oleh pengawas SD se-
Kabupaten Bantul dalam kategori intensif. Pengawas yang paling intensif
dalam melakukan pengawasan adalah pengawas kecamatan Imogiri,
sedangkan yang belum intensif Kecamatan Pandak, Kasihan, Piyungan,
Banguntapan, dan Dligo.
2. Penelitian oleh David (2011) tentang pengelolaan supervisi akdemik oleh
pengawas sekolah dasar se-Kabupaten Temanggung. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tingkat perencanaan supervisi akademik se-Kabupaten
Temanggung tergolong pada tingkatan cukup, untuk pelaksanaan supervisi
akademik SD se-Kabupaten Temanggung tergolong pada tingkatan cukup,
47
sedangkan untuk tindak lanjut supervisi juga tergolong padatingkatan
cukup.
Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah peneliti
berfokus pada kebijakan kepengawasan untuk guru yang meliputi aspek
pembinaan guru, penilaian guru, peningkatan profesionalisme guru dan
faktor pendukung keberhasilan kebijakan kepengawasan guru sekolah
dasar.
G. Kerangka Pikir
Pengawas sekolah merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi
wewenang untuk melakukan pengawasan di sekolah binaannya. Pengawasan
yang dilakuakan pengawas sekolah anatara lain melakukan terhadap sekolah
binaannya agar melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan yang
telah dipersyaratkan. Pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah sangat
penting bagi sekolah binaannya. Karena sekolah harus mampu mengelola
sekolahnya sendiri terutama bagi kepala sekolah sedangkan bagi guru untuk
meningkatakan kualitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Standar pelayanan minimal pendidikan dasar yang merupakan
ketentuan tentang jumlah atau mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota. Salah satu indikator SPM adalah supervisi oleh
pengawas. Dengan demikian pengawas memiliki tugas untuk melakukan
kunjungan atau pengawasan pada sekolah binaan. Sebagai mitra sekolah
pengawas sekolah berperan untuk memberi bantuan kepada kepala sekolah
48
dan guru yang mengalami kesulitan yang menyangkut proses pendidikan di
sekolah.
Pembinaan dalam hal manajerial dan akademik sangat membantu
kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengawas
membantu kepala sekolah yang mengalami kesulitan dalam mengatur
manajemen sekolahnya, sedangkan dalam hal akademik pengawas berperan
sebagai pengawas dalam proses pembelajaran yang mencakup perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dengan
adanya pengawasan dari pengawas sekolah proses pembelajaran akan
terkontrol dan terjamin. Secara tidak langsung juga akan meningkatkan
kualitas dan mutu pendidikan. Berikut gambar tentang kerangka pikir.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
kompetensi pedagogik guru dirangkum dalam 10 kompetensi inti, antara lain
1). Menguasai karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual 2). Menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik. 3). Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu 4).
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5). Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
49
(Gambar 1. Kerangka Pikir)
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/PB dan Nomor 6 tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya
Pengawas sekolah
Pengawasan/pembinaan
manajerial dan akademik
Kepala Sekolah Guru
Mutu Pendidikan
Perda Wonogiri Nomor 22 Tahun
2016 pasal 53 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan
50
H. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah dasar negeri se-UPT Sidoharjo?
2. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya?
3. Bagaimana peran pengawas sekolah sebagai supervisi akedemik?
4. Bagaiamana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru?
5. Bagaiamana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan pembinaan
guru?
6. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam penilaian guru?
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).
Penelitian kualitatif memandang suatu komplek yang utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian
dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian
kualitatif instrumennya orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri
(Sudiyono, 2009:8).
Dalam penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik (menyeluruh, tidak
dapat dipisahkan), sehingga peneliti kualitatiftidak akan menetapkan
penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian. Tetapi keseluruhan
situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor),
dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskripsi kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
berusaha menggambarkan suatu gejala.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
karena peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana proses dan hasil dari
52
implementasi kebijakan kepengawasan di sekolah yang berada dibawah
naungan UPT Sidoharjo serta faktor pendukung dan penghambat proses
implementasi kebijakan tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Pendidikan UPT
Sidoharjo. Tempat penelitian tersebut dipilih karena letak antara sekolah
satu dengan sekolah lainnya berjauhan dan jumlah pengawas sekolah tak
sebanding dengan jumlah guru yang diawasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan
September 2016.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk
variable penelitian dan dipermasalahkan. Subjek penelitian mempunyai peran
sangat penting dalam keberhasilan penelitian karena pada subjek penelitian
diperoleh data tentang variable yang akan diteliti dan diamati oleh peneliti.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pengawas dan guru yang
berada di Dinas pendidikan UPT Sidoharjo.
D. Pengumpulan Data
1. Observasi
Penelitian ini mengunakan metode observasi. Observasi adalah
proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek
53
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode observasi. Observasi
adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti (pengamat)
terhadap subjek penelitian (sumber data). Sugiyono (2014: 145)
menjelaskan bahwa dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation
(observasi berperan serta) dan non participant observation, selain itu jika
dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dibedakan
menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan
penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan
dan tidak terstruktur karena peneliti terlibat langsung dengan aktivitas
sumber data serta instrumen yang digunakan tidak dipersiapkan
sebelumnya dan akan berkembang di lapangan selama penelitian
berlangsung. Instrumen yang digunakan berupa catatan data di lapangan.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Selain
menangkap pemahaman atau ide, wawancara dapat menangkap perasaan,
pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki responden (Gulo, 2002: 119)
Dalam penelitian ini yang dijadikan informasi yaitu pengawas
sekolah dan guru di Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo.
54
3. Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai metode pengumpulan data melalui
gambar ataupun tulisan berbentuk catatan yang digunakan sebagai bukti
hasil penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa foto, catatan
lapangan, dan penyajian data melalui olah data atau reduksi data oleh
peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas
instrumen. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Instrumen dalam penelitian kualitatif
dapat test, pedoman wawancara, pedoman observasi dan kuesioner
(Sugiyono, 2009:222).
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus
penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Bentuk instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa lembar observasi, pedoman wawancara, dan
dokumentasi.
55
1. Observasi
Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No. Aspek Dimensi Sumber Aspek Unsur
1. Implementasi
Kebijakan
Kepengawasan
Guru Sekolah
Dasar
1. Pembinaan
guru
2. Pelaksanaan
program
pengawas
3. Penilaian
4. Peningkatan
profesionalis
me guru
1. Peraturan
Bersama
Menteri
Pendidikan
Nasional dan
Kepala Badan
Kepegawaian
Negara nomor
01/III/PB/201
1 dan nomor 6
tahun 2011
2. Peraturan
Daerah
Wonogiri
Nomor 22
tentang
penyelenggara
an pendidikan
1. Komunikasi
2. Sumber
daya
3. Sikap guru
dan
pengawas
4. Birokrasi
56
5. Wawancara
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No. Aspek Dimensi Sumber Aspek Unsur
1. Implementasi
Kebijakan
Kepengawasan
Guru Sekolah
Dasar
1. Pembinaan
guru
2. Pelaksanaan
program
pengawas
3. Penilaian
4. Peningkatan
profesionalis
me guru
1. Peraturan
Bersama
Menteri
Pendidikan
Nasional dan
Kepala Badan
Kepegawaian
Negara
nomor
01/III/PB/201
1 dan nomor
6 tahun 2011
2. Peraturan
daerah
Wonogiri
Nomor 22
tahun 2016
tentang
penyelenggar
aan
pendidikan
1.Komunikasi
2.Sumber
Daya
3. Sikap
4. Birokrasi
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, (2009:243) dalam penelitian kualitatif, data
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang bermacam-macam (trianggulasi), dan dilakukan secara terus
menerus sampai datanya jenuh.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang mengacu konsep
dari Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2015: 91) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
57
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduksi (data reduction),
penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusion drawing/
verivication).
Langkah-langkah dalam analisis ditunjukkan pada gambar berikut ini:
(Gambar 2. Komponen dalam analisis data)
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi berate memilih,
merangkum, memfokuskan hal-hal pokok. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik seperti laptop, dengan memberikan kode pada
aspek tertentu.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie
chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka
Data
collection Data
display
Data
reduction
Conclusion:
drawing/verifying
58
data teerorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data direduksi dan disajikan, maka akan disimpulkan
yang akan dikemukakan sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan kesimpulan yang kredibel.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan
yang digunakan dalam keabsahaan data ada empat yang meliputi drajad
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability) (Lexy J. Moleong, 2012: 324).
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah triangulasi teknik dan sumber. Sugiyono (2015: 127) menjelaskan
bahwa triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda, sedangkan triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas
data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Penelitian tentang “implementasi kebijakan kepengawasan guru
sekolah dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri” dalam uji credibility atau
59
kredibilitas didalamnya mencakup uji keabsahan data melalui triangulasi.
Jenis triangulasi yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Cara ini digunakan untuk menguji kreadibilitas data yang diperoleh
melalui pengecekan data hasil penelitian melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Cara ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh
melalui pengecekana data hasil penelitian kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda.
Penelitian ini menggunkan jenis trangulasi teknik dan sumber. Tiangulasi
teknik untuk menguji kreadibilitas data dengan cara mengecek data
dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil UPT Sidoharjo
UPT Sidoharjo berada di jalur strategis yaitu dekat dengan
Kodim, puskesmas dan kantor kecamatan. Pegawai UPT Sidoharjo
berjumlah 6 orang yang terdiri dari kepala UPT, KTU dan staff. UPT
sidoharjo mempunyai 7 orang pengawas yang terdiri dari 3 pengawas SD,
pengawas TK, pengawas agama, pengawas olahraga dan pengawas
masyrakat. Di UPT Sidoharjo terdapat 32 sekolah yang terdiri dari 30
sekolah negeri dan 2 sekolah swasta. Dari 32 sekolah dibagi dalam 3
gugus yaitu gugus kota, gugus sinar harapan, dan gugus selatan.
Daftar sekolah yang berada di UPT Sidoharjo :
Tabel 3. Daftar Sekolah
No. Nama Sekolah No. Nama Sekolah
1. SDN 1 Sidoharjo 17. SDN 2 Sempukerep
2. SDN 2 Sidoharjo 18. SDN 2 Sempukerep
3. SDN 3 Sidoharjo 19. SDN 1 Jatinom
4. SDN 4 Sidoharjo 20. SDN 2 Jatinom
5. SDN 5 Sidoharjo 21. SDN 3 Jatinom
6. SDN 1 Kayuloko 22. SDN 1 Kebonagung
7. SDN 1 Kedunggupit 23. SDN 2 Kebonagung
8. SDN 2 Kedunggupit 24. SDN 1 Ngabeyan
9. SDN 1 Tremes 25. SDN 2 Ngabeyan
10. SDN 2 Tremes 26. SDN 1 Tempursari
11. SDN 1 Widoro 27. SDN 3 Tempursari
12. SDN 2 Widoro 28. SDN 1 Sembukan
13. SDN 3 Widoro 29. SDN 2 Sembukan
14. SDN 1 Mojoreno 30. SDN 3 Sembukan
15. SDN 2 Mojoreno 31. ISLAM AL AMANAH
16. SDN 1 Sempukerep 32 SDIT AL-HUDA
61
Tabel 4. Jumlah guru
No. Guru Jumlah Guru
1. PNS 151
2. Honorer 176
Jumlah 327
(sumber: data guru upt sidoharjo)
2. Visi Misi UPT Sidoharjo
Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo mempunyai visi dan misi dalam
melaksanakan proses pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu
Visi:”TERWUJUDNYA SISTEM IKLIM, DAN PROSES
PENDIDIKAN YANG DEMOKRATIS, TRANSPARAN, DAN
TANGGUNG JAWAB TERSELENGGARANYA PENDIDIKAN
YANG BERMUTU DAN BERBUDAYA SAING SEHINGGA
MENGHASILKAN MANUSIA-MANUSIA YANG BERKUALITAS”
Misi:
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif di lingkungan pendidikan.
2. Meningkatkan kemampuan profesional tenaga pendidikan.
3. Mendorong dilaksanakannya manajemen berbasis sekolah.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pendidikan di sekolah.
5. Meningkatkan kedisplinan sekolah dan tenaga kependidikan.
6. Meningkatkan kualitas akademik dan tenaga no akademik.
62
7. Meningkatkan pendidikan keterampilan seni dan budaya bagi
masyarakat.
8. Meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan.
3. Visi Misi Pengawas Sekolah UPT Sidoharjo
Visi: “TERWUJUDNYA SISTEM PENGAWASAN YANG MAMPU
MENDORONG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN
PENDIDIKAN YANG EFEKTF DAN EFISIEN SEHINGGA DAPAT
TERCAPAI PENDIDIKAN BERMUTU, MERATA DAN DAPAT
DIPERTANGGUNG JAWABKAN”
Misi :
1. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan yang berorientasi
akuntabilitas
2. Meningkatkan profesionalisme pengawas sekolah
3. Mengembangkan sistem pengawasan yang mandiri dan obyektif
4. Melaksanakan fungsi koordinasi pengawas yang dilakukan oleh
instansi/lembaga pendidikan
5. Meningkatkan etika/moral penyelenggaraan, pengelolaan, dan
pelaksanaan pendidikan.
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada
Dimensi Pembinaan Guru di UPT Sidoharjo
Implementasi kebijakan kepengawasan guru ini berguna
menciptakan guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas harus dibina
63
oleh pengawas sekolah. Pembinaan guru rutin diadakan di UPT Sidoharjo.
Pembinaan dilakukan di setiap dabin/gugus disetiap wilayah di UPT
Sidoharjo. UPT Sidoharjo dibagi menjadi 3 gugus yaitu gugus kota, gugus
selatan, dan gugus timur. Setiap gugus dibina oleh satu pengawas dan
pembinaan diadakan setiap minggunya. Hal ini disampaikan oleh E selaku
pengawas :
“Pembinaan guru dilaksanakan guna meningkatkan kualitas
pendidik. Pembinaan ini biasanya dilaksanakan seminggu sekali
untuk gugus kota setiap sabtu. Pembinaan dilakukan tidak
bersama-bersama melainkan dipisahkan antara guru kelas rendah
dan kelas tinggi. Hal tersebut berguna agar guru dapat memahami
materi yang diberikan pengawas.”(E/31/08/2016)
Hal tersebut diutarakan oleh YS selaku guru:
“Pengawas sekolah melakukan pembinaan guru di setiap gugus
masing-masing. Guru dikumpulkan untuk mendapatkan pembinaan
dari pengawas sekolah. Pembinaan dilakukan secara terpisah antara
kelah rendah dan kelas tinggi agar memudahkan pegawas dalam
hal pemberian pengarahan. Tatapi dalam pelaksanaannyamasih ada
guru yang tidak ikut dalam pembinaan yang diadakan di setiap
gugus dengan alasan tertentu.”(YS/15/09/2016)
Hal yang sama disampaikan oleh N selaku guru:
“Pelaksanaan pembinaan guru yang diadakan pengawas sekolah
dibagi tiap gugus, di gugus selatan biasanya diadakan setiap hari
Rabu dan saat pembekalan materi dibagi menjadi 2 kelas yaitu
guru yang mengajar kelas rendah dan guru yang mengajar kelas
tinggi.”(N/08/09/2016)
Pengawas dalam hal ini masih kurang dalam hal pemberian
sosialisasi pentingnya kehadiran guru dalam pembinaan. Karena masih ada
guru yang tidak ikut dalam pembinaan guru. Selain kesadaran guru yang
masih kurang pengawas terkendala dengan jumlah pengawas yang tak
64
sebanding dengan jumlah guru hal ini mengakibatkan pembinaan guru
kurang dapat dipahami oleh guru.
2. Implementasi Kebijakan Kepenegawasan Guru Sekolah Dasar Pada
Dimensi Penilaian Kinerja Guru di UPT Sidoharjo
Pengawas harus selalu memantau guru agar tidak melenceng dalam
memberikan materi kepada peserta didik. Pengawas sekolah harus
langsung terjun kelapangan untuk memantau guru. Pengawas sekolah
tidah hanya memantau melainkan menilai kinerja guru, penilaian berguna
untuk meningkatkan kualitas guru. Penilaian ini bertujuan untuk
memperbaiki cara dan metode mengajar guru. Penilaian dilakukan oleh
pengawas sekolah, pengawas langsung melihat guru mengajar dan bila ada
ada kesalahan pengawas tak segan untuk menegur dan memberikan saran
agar cara mengajarnya diperbaiki. Selain melihat langsung guru mengajar
pengawas juga melihat buku penilaian pengawas sekolah terhadap guru.
Hal ini diutarakan oleh IS selaku pengawas:
“Pengawas datang ke sekolah untuk melihat guru mengajar dan
melihat buku hasil penilaian dari kepala sekolah untuk acuan
penilaian guru.”(IS/01/09/2016)
Hal ini diperkuat oleh pernyataan N selaku guru:
“Pengawas sekolah menilai langsung saat guru mengajar. Hal ini
dilakukan untuk mengatuhui kemampuan pendidik dalam
mengajar. Pengawas juga memberikan saran dan kritik bila ada
kekurangan saat guru mengajar. Selain melihat langsung pengawas
sekolah melihat buku penilaian kepala sekolah untuk guru buat
acuan penilian guru.”(N/08/09/2016)
Penilaian guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru di UPT
Sidoharjo. Guru yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang
65
berkualitas. Hasil penilaian guru berguna untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada
Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru di UPT
Sidoharjo
Pengawas datang memantau kesekolah-sekolah untuk meninjau
guru dalam hal memberikan materi pembelajaran, RPP, silabus, dan alat
peraga pembelajaran. Karena profesionalisme guru sangat berarti bagi
guru untuk mengajar peserta didik. Guru profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu lain
yang berhubungan dengan profesi. Peran pengawas dalam meningkatkan
profesionalme guru yaitu membina dan membimbing guru agar
profesional. Hal ini diutarakan oleh IS sebagai pengawas :
“pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mengadakan pembinaan,
pembekalan, dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Untuk gugus timur pembinaan diadakan setiap hari rabu
sehabis jam pelajaran selesai guru-guru berkumpul di kantor UPT.
Peningkatan profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan
kompetensi guru dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu
yang berhubungan dengan profesi.”(IS/01/09/2016)
Hal ini diperkuat oleh pernyataan E selaku guru:
“Dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses
belajar mengajar, tapi kadang-kadang saya masih susah mamahami
apa yang dijelaskan pengawas sekolah.”(E/16/09/2016)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa
profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu
66
dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses belajar
mengajar.
4. Faktor Pendukung Implementasi KebijakanKepengawasan
Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo
Implementasi kebijakan merupakan cara yang dilakukan untuk
mencapai sebuah tujuan pada suatu kebijakan. Model teori Edward III
dalam buku analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori, dan Aplikasi
(Subarsono, 2012: 90-92) menjelaskan terdapat empat faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegaggalan pada implmentasi
kebijakan. Empat faktor tersebut adalah komunikasi, sumberdaya,
disposisi dan struktur birokrasi.
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor penting pertama dalam
implementasi kebijakan. Komunikasi bertujuan untuk memberikan
informasi dari pihak yang berwenang kepada pelaksana kebijakan tentang
maksud dari implementasi kebijakan. Pelaksana kebijakan kepengawasan
Guru Sekolah Dasar adalah pengawas sekolah dan guru.
Pihak pengawas mempunyai wewenang atau tugas
mengomunikasikan kebijakan pengawasan guru sekolah dasar kepada
guru yang berada di UPT Sidoharjo. Model Edward III mengemukakan
bahwa komunikasi kebijakan terdiri dari 3 dimensi yaitu dimensi transisi
(transmision), dimensi kejelasan (clarity), dimensi konsitensi
(consistency).
67
1. Dimensi transisi mengharapkan agar kebijakan disampaikan kepada sasaran
kebijakan agar tujuan dari kebijakan dapat dipahami dan dilaksankan
dengan baik. Sosialisasi menjadi alat komunikasi di UPT Sidoharjo untuk
menyampaikan kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT
Sidoharjo. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak IS selaku pengawas
sekolah di UPT Sidoharjo bahwa :
“Sosialisasi kebijakan kepengawasan guru biasanya kami
sampaikan pada saat KKG karena pada saat KKG itu semua guru
berkumpul jadi waktu yang tepat untuk
mensosialisasikan.”(IS/01/09/2016)
Pernyataan tersebut diperjelas oleh ibu CKW Selaku guru :
“Pengawas melakukan sosialisasi tentang kebijakan guru waktu
KKG. Karena guru-guru pada waktu KKG kumpul mungkin
pengawas waktu tersebut adalah waktu yang tepat untuk
melakukan sosialisasi.”(CKW/07/09/2016)
Kegiatan sosialisasi kebijakan kepengawas guru sekolah dasar di
UPT Sidoharjo dilakukan pada saat kelompok kerja Guru (KKG).
Sosialisasi merupakan sarana komunikasi yang penting karena suatu
informasi dalam kebijakan akan tersampaikan dengan baik kepada sasaran
dan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi.Sosialisasi yang
dilaukan di KKG kurang efektif karena seharusnya sosialisasi tidak hanya di
KKG saja tetapi ke sekolah-sekolah sehingga guru dapat menerima
informasi yang diberikan pengawas sekolah.
2. Dimensi kejelasan dalam komunikasi kebijakan menginginkan kebijakan
dapat dimenggerti oleh implementator dan sasaran kebijakan. Kejelasan
yang diterima oleh implementator dan sasaran kebijakan sangat penting agar
68
mengetahui tujuan dan maksud dari kebijakan tersebut. Guru di UPT
Sidoharjo paham kebijakan apa saja yang diberikan pengawas terhadap
pendidik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh IS selaku pengawas sekolah:
“Pengawas sekolah selalu memberikan informasi yang akurat
terhadap guru, agar guru menerima informasi yang jelas. Kami
selalu memberikan informasi terbaru terhadap
guru.”(IS/01/09/2016)
Pendapat diperjelas oleh Ibu YS selaku guru :
“saya selalu mendapatkan informasi yang terbaru dari pengawas
sekolah terutama informasi tentang kebijakan guru, supervisi guru.
Informasi pengawas tersebut berguna bagi saya tetapi informasi
yang disampaikan pengawas kadang sulit saya pahami dan harus
bertanya lagi kepada pengawas sekolah. ”(YS/15/09/2016)
Penyampaian informasi tentang kebijakan kepengawasan guru
sekolah dasar kurang diterima oleh pendidik. Dikarenakan komunikasi
antara pengawas sekolah dengan pendidik kurang komunikatif dan bahasa
yang digunakan kurang efektif sehingga pendidik binggung untuk
memahami apa yang diinformasikan pengawas sekolah.
3. Dimensi konsistensi dalam komunikasi kebijakan menginginkan
implementasi kebijakan berjalan efektif dengan perintah-perintah yang
jelas dan konsisten. Dimensi konsisten di UPT Sidoharjo bisa dikatakan
sikap konsisten karena pengawas sekolah melaksanakan tugas dengan baik
dan memberiukan informasi yang kepada guru. Hal ini serupa yang yang
diungkapkan oleh Bapak S selaku Pengawas Sekolah:
“informasi yang kami berikan kepada guru adalah informasi yang
benar dan jelas. Kami tidak hanya menginformasikan tetapi juga
menjelaskan informasi tersebut agar tidak ada
kesalahpahaman.”(S/31/08/2016)
69
Hal ini diperkuat oleh pernyataan E selaku guru :
“informasi yang diberikan pengawas dapat saya terima tetapi saya
harus bertanya lagi dengan pengawas tentang informasi yang
diberikan pengawas sekolah contohnya waktu saya mau disupervisi
hal-hal apa saja yang harus saya lengkapi maka pengawas
menjelaskannya, pengawas sekolah disini tidak hanya memberikan
informasi bahwa saya mau disupervisi tetapi kelengkapannya juga
dijelaskan.”(E/16/09/2016)
Hal tersebut mengindikasikan konsistensi pelaksanakan kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo belum berjalan
dengan apa yang diharapkan karena guru belum bisa menangkap maksud
dan tujuan pengawas dalam penyampaian informasi.
b. Sumber daya
Sumber daya mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam
implementasi suatu kebijakan. Sumber daya yang tersedia diharapkan
medukung implementasi kebijakan, jika sumber daya tidak mendukung
tentu saja akan menghambat pelaksanaan kebijakan. Sarana penunjang
yang tepat juga dapat memaksimalkan tujuan dari sebuah kebijakan.
Sumber daya pada proses implemenasi kebijakan kepengawasan
guru sekolah dasar berhubungan dengan kesiapan dari pihak pelaksana.
Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya
anggaran, sumberdaya peralatan, sumberdaya wewenang. Berikut hasil
penelitian mengenai sumber daya implemetasi kebijakan kepengawasan
guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo:
1. Sumber daya manusia dari pengawas sekolah dapat dilihat dari jumlah
pengawas sekolah yang berada di UPT Sidoharjo. Sumber daya manusia
70
yang digunakan sebagai pelaksana kebijakan kepengawasan sekolah dasar
di UPT Sidoharjo adalah pengawas sekolah. Berikut penjelasan dari bapak P
selaku kepala UPT:
“untuk pengawas sekolah dasar yang berada di UPT Sidoharjo
berjumlah 3 orang. Pengawas disini sebelum menjadi pengawas
sekolah pernah menjadi guru dan kepala sekolah dasar. Mereka
menjadi pengawas sekolah melalui seleksi yang ketat dan
menyinggirkan beberapa kandidat yang ingin mejadi pengawas
sekolah.Dari latar belakang tersebut pengawas sekolah disini tau
yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
maupun guru.”(P/14/093/2016)
Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan BapakIS selaku
Pengawas Sekolah:
“pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mengadakan pembinaan,
pembekalan, pelatihan meningkatkan profesionalisme guru. Untuk
gugus timur pembinaan diadakan setiap hari rabu sehabis jam
pelajaran selesai guru berkumpul di kantor UPT. Peningkatan
profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan kompetensi
guru dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu yang
berhubungan dengan profesi.”(IS/01/09/2016)
Sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan kepengawasan
guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo kekurangan dalam jumlah personil
pengawas, terlihat dari kehadiran pengawas ke sekolah binaanya yang hanya
datang satu bulan sekali bahkan ada sekolah yang belum tentu satu bulan
sekali didatangi pengawas.
2. Sumber daya anggaran dalam pelaksanaan kebijakan kepengawasan guru
sekolah dasar di UPT Sidoharjo sudah cukup karena dana untuk pengawas
dalam melaksankan programnya sudah cukup. Pendanaan untuk program
pengawas yaitu dana untuk transportasi. Hal tersebut disampaikan
olehBapak P selaku Kepala UPT:
71
“untuk anggaran program kepengawasan di UPT Sidoharjo sudah
cukup untuk dana operasional kunjungan ke sekolah-sekolah dan
hal-hal lainnya.”(P/14/03/2016)
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Ibu H selaku Pengawas
Sekolah sebagai berikut:
“anggaran untuk kami pengawas dalam melaksanakan program
cukup, seperti kunjungan ke sekolah-sekolah dan hal-hal lain
karena kami mendapatkan anggaran dari Dinas Pendidikan sudah
sesuai apa yang kami butuhkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan.”(H/31/08/2016)
Anggaran dalam melaksanakan kebijakan kepengawasan guru
sekolah dasar dari anggaran dinas pendidikan yang sudah rancang sesuai
dengan kebutuhan kepengawasan.
3. Sumber daya peralatan yang digunakan untuk melaksankan kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar seperti kendaraan operasional, telepon,
komputer dan printer. Alat-alat tersebut sudah dipunyai oleh pengawas di
UPT Sidoharjo. Hal ini dijelaskan oleh S selaku Pengawas Sekolah:
“fasilitas pengawas sekolah disini dikatakan sudah memadai untuk
kegiatan kepengawasan dari kendaraan operasional, komputer dan
printer, khusus untuk printer yaitu satu printer untuk tiga
pengawas.”(S/31/08/2016)
4. Sumberdaya kewenangan kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di
UPT Sidoharjo menjadi tugas pengawas sekolah. Pengawas sekolah
mempunyai kewenangan mengatur pelaksanaan kebijakan kepengawasan
guru sekolah dasar. Sumber daya kewenangan di UPT Sidoharjo sudah
maksimal dalam pelaksanaaan implementasi kepengawasan guru. Hal
tersebut dijelaskan oleh S selaku pengawas sekolah:
72
“saya melakukan kunjungan kesekolah-sekolah setiap bulan sekali
dalam kunjungan tersebut saya melihat langsung guru mengajar
dan media apa saja yang dipergunakan, bila ada guru yang menurut
saya masih kurang maksimal dalam melaksankan tugasnya
biasanya saya mengkritik dengan tujuan guru berusaha
meningkatkan kemampuannya.”(S/31/08/2016)
Pernyataan yang sama disampaikan Bapak S selaku guru :
“pengawas datang ke sekolah guna meninjau kami terutama dalam
hal mengajar siswa. Pengawas langsung mengamati saya mengajar
dan bila ada yang kurang dalam saya mengajar biasanya pengawas
memberitahu kekurangan saya guna diperbaiki.”(S/20/09/2016)
Sumber daya yang ada dalam kebijakan kepengawasan guru
sekolah dasar sudah ada wewenang dari pengawas sekolah. Pengawas
sekolah berguna untuk mengontrol guru untuk melaksanakan tugas dengan
baik.
c. Sikap
Sikap adalah karakteristik dari pelaksana kebijakan. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana karakteristik pelaksana yang mendukung atau
menolak kebijakan. Pelaksana diharapkan memiliki kapasitas untuk
melaksanakan kebijakan. Pelaksana diharapkan memiliki kapasitas sesuai
dengan kapasitasnya harus mempunyai komitmen yang kuat untuk
melaksanakan kebijakan.
Pelakasana kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar meliputi
pengawas sekolah dan guru. Pihak yang terlibat dalam implementasi
kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar diharapkan memiliki dedikasi
untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. Pengawas sekolah memiliki
tanggung jawab yang besar sebagai pelaksana kebijakan kepengawasan
73
guru sekolah dasar. Sikap pelaksana kebijakan implementasi kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo belum menunjukan
dukungan terhadap pelaksanaan implementasi kebijakan kepengawasan
guru, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancaradengan CKW selaku guru:
“Pengawas sekolah melaksanakan tugasnya seperti kunjungan ke
sekolah sebulan sekali tetapi juga lebih dari sebulan, pengawas
datang ke sekolah biasanya sekitar satu jam. Hal tersebut
dilaksanakan guna memantau langsung kinerja guru dalam
mengajar peserta didik. Biasanya pengawas sekolah melihat
langsung guru mengajar di kelasagar pengawas dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan guru saat menyampaikan materi dan
biasanya bila ada cara yang kurang dalam penyampaiaan materinya
pengawas sekolah menkritik dan suruh
memperbaiki.”(CKW/07/09/2016)
Hal tersebut diperkuat dalam penjelasan Bapak S selaku pengawas
sekolah:
“kami biasanya datang ke sekolah-sekolah setiap satu bulan sekali.
Biasanya saya disana melihat guru mengajar dan media apa saja
yang dipergunakan dalam mengajar dan tak lupa mengecek RPP
guru.”(S/31/08/2016)
Dari pernyataan diatas menunjukan sikap pelaksanaan kebijakan
kepengawas guru sekolah dasar belum sesuai karena rendahnya kehadiran
pengawas ke sekolah binaannya. Sehingga pengawas tidak mengetahui
permasalahan secara mendalam yang dihadapi sekolah.
d. Struktur birokrasi
Struktur birokrasi jelas mempengaruhi keberhasilan kebijakan
karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. Beberapa pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan akan bersinergi membentuk struktur
birokrasi untuk mewujudkan implementasi kebijakan sesuai dengan
74
tujaun. Struktur birokrasi memiliki pemimpin yang mempunyai peran
sebagai penanggung jawab. Pemimpin struktur birokrasi dalam
implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT
Sidoharjo adalah pengawas sekolah.
Sebuah implementasi kebijakan tentu saja memiliki standart
kiteria. Pengawas Sekolah di UPT Sidoharjo menggunakan peraturan
bersama menteri pendidikan nasional dan kepala badan kepegawaian
negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011. Hal ini serupa
yang dijelaskan oleh IS selaku pengawas sekolah:
“Untuk standar pelaksanaan kepengawasan sekolah maupun guru
kami mengacu pada peraturan menteri tentang Pengawas sekolah
agarkami dapat menjalankan tugas dan mengetahui permasalahan
di sekolah dan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik
di sekolah. Kami di UPT Sidoharjo Mendapatkan ruangan
tersendiri sebagai privasi sebagai pengawas sekolah
”(IS/01/09/2016)
Hal serupa dikatakan oleh S guru:
“Pengawas melaksanakan tugas kepengawasan mengunakan
peraturan menteri akan tetapi saya belum sepenuhnya paham apa
yang dimaksudkan pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas
guru.” (S/20/09/2016)
Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mempunyai ruangan sendiri
untuk menunjang kinerja pengawas sekolah. Ruangan tersebut biasanya
dibuat untuk konsultasi guru dengan pengawas. Pengawas sekolah
menjalankan program kepengawasan mengacu pada peraturan bersama
menteri pendidikan dan kepala badan kepagawaian negara nomor
01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 agar pengawas dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi guru.
75
C. Pembahasan
1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada
Dimensi Pembinaan Guru Di UPT Sidoharjo
Pengawas sekolah mengadakan program pembinaan guru agar
kualitas guru baik. Pengawas sekolah secara rutin melaksanakan
pembinaan terhadap guru agar kualitas guru meningkat. Pengawas di UPT
Sidoharjo melaksanakan program pembinaan terhadap guru. Pembinaan
terhadap guru dibagi disetiap gugusnya, di UPT Sidoharjo initerdapat 3
gugus yaitu gugus sinar harapan setiap Rabu, gugus kota setiap Sabtu dan
gugus selatan setiap Sabtu. Setiap gugus diampu oleh satu pengawas.
Pelaksanaan pembinaan guru dibagi menjadi 2 kelas yaitu untuk guru
yang mengampu kelas rendah dan guru yang mengampu kelas tinggi.
Tujuannya yaitu agar guru dapat menerima materi yang diberikan oleh
pengawas sekolah secara maksimal. Karena cara mengajar peserta didik
di sekolah antara kelas bawah dan kelas atas berbeda.
Program pembinaan guru ini bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas mengajar guru. Materi dalam pembinaan guru ini meliputi,
pembinaan agar guru melaksanakan tugas pokok sebagai guru, pembuatan
RPP, dan media perangkat pembelajaran yang digunakan guru disaat
mengajar. Pengawas sekolah dalam hal membina guru selalu menekankan
agar guru selalu mengutamakan kualitas mengajar agar peserta didik
dapat menerima materi yang diajarkan oleh guru. Tapi materi yang
76
disampaikan pengawas ke guru masih ada yang kurang bisa dipahami
oleh guru.
2. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada
Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo
Upaya peningkatan kualitas guru khususnya di UPT Sidoharjo
pengawas sekolah melakukan tugasnya yaitu dengan menilai kinerja guru.
Pengawas datang ke sekolah guna melihat langsung guru mengajar dan
pengawas mengamati untuk menilai guru. Pengawas melakukan penilian
dengan cara melakukan wawancara, pengamatan, pemantauan.
Penilaian kinerja guru dilakukan dengan mengacu kepada dimensi
tugas utama guru yang meliputi kegiatan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai termasuk
menganalisis hasil penilaian dan melaksankan tindak lanjut hasil
penilaian. Tugas utama ini kemudian diturunkan menjadi indikator kinerja
yang dapat diukur sebagai bentuk unjuk kerja guru dalam melaksanakan
tugas utamanya tersebut akibat dari kompetensi yang dimiliki guru.
Terdapat 4 kompetensi guru yaitu, kompetensi pegagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Penilaian kinerja guru yang mencakup 3 dimensi tugas utama
dengan indikator kinerjanya masing-masing yang dinilai berdasarkan
unjuk kerja akibat kompetensi yang dimiliki guru. Untuk masing-masing
indikator kinerja dari setiap dimensi tugas utama akan dinilai dengan
menggunkan rubric penilaian yang lebih rinci untuk melihat kinerja guru
77
yang memiliki kompetensi tersebut tergambar dalam hasil kajian
dokumen perencanaan termasuk dukumen pendukung dan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh penilai/pengawas pada saat melakukan
pengamatan dalam pembelajran selama proses penilaian kinerja.
3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada
Pembimbingan Profesionalisme Guru di UPT Sidoharjo
Peran pengawas sekolah adalah menjaga dan membimbing guru
agar tetap profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki
kemampuan profesional dan memiliki kompetensi dan ilmu pengetahuan
baik pedagogik maupun ilmu lainnya yang berhubungan dengan profesi,
yang kemampuannya diasah selalu melalui pembinaan dan pelatihan
sesuai dengan dengan perkembangan zaman.
Tugas pengawas sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru adalah tugas pemberian nasehat pada setiap kunjungan pengawas ke
sekolah binaannya. Pengawas memberikan nasehat/saran ke guru untuk
menyiapkan bahan-bahan pengajaran, seperti RPP, silabus, dan
peningkatan kapasitas sebagai guru. Pengawas juga melakukan observasi
dalam kelas, apabila pengawas menemukan kesalahan dalam pengajaran,
pengawas akan memberikan saran untuk memperbaikinya. Pengawas
selalu mengadakan pembekalan, pembinaan dan pelatihan guru dalam
meningkatkan profesionalisme guru. Pengawas selalu mengadakan
pembinaan secara rutin setiap minggunya. Semua guru mendapatkan
pembinaan dari pengawas guna memperbaiki cara mengajarnya. Guru
78
juga mendapatkan pelatihan mengajar dari pengawas agar guru dapat
meningkatkan kualitasnya.
4. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru
Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo
Implementasi merupakan tahapan yang penting dalam sebuah
kebijakan. Implementasi akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu
kebijakan yang dibuat. Kebijakan yang telah dibuat dengan baik tidak
akan berjalan jika tidak diimplementasikan dan hanya akan menjadi
wacana semata. Proses implementasi kebijakan pastinya akan
mempengaruhi beberapa faktor yang menyebabkan sebuah keberhasilan
maupun kegagalan.
Terdapat empat faktor yang akan mempengaruhui sebuah proses
implementasi kebijakan. Faktor utama adalah bagaimana jalinan
komunikasi dalam proses implementasi kebijakan. Ketersediaan sumber
daya menjadi faktor berikutnya. Faktor ketiga yang mempengaruhui
keberhasilan dan kegagalan dalam proses implementasi kebijakan adalah
komitmen atau sikap dari pelaksana kebijakan sesuai dengan tujuan atau
tidak.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nsional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011
membahas mengenai kegiatan kepengawasan Sekolah Dasar. Berdasarkan
peraturan yang menjadi acuan di atas, sekaligus hasil penelitian yang telah
diperoleh peneliti, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
79
a. Komunikasi
Komunikasi mempunyai peran penting dalam suatu kebijakan.
Sebuah komunikasi harus dikomunikasikan antara pembuat kebijakan
dengan pelaksana kebijakan. Komunikasi tergantung pada persepsi,
dan sebaliknya persepsi tergantung pada komunikasi. Baik buruknya
proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang
terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan
pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan komunikasi.
Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo memiliki peran dan fungsi
strategis dalam mendorong kemajuan sekolah-sekolah dasar
binaannya terutama guru. Pengawas tersebut dapat memberikan
inspirasi dan mendorong guru untuk terus mengembangkan
profesionalisme dan meningkatkan kinerja mereka. Fungsi utama
informasi kebijakan pengawas sekolah dasar di UPT Sidoharjo adalah
menambah pengetahuan dan mengurangi ketidakpastian
penginformasian yang disampaikan kepada guru.
Informasi kebijakan pengawas sekolah dasar di UPT Sidoharjo
merupakan komponen proses dalam pengelolaan sistem informasi
yang berguna untuk memproses data menjadi informasi, sehingga
menghasilkan produk informasi yang diperlukan oleh guru.
Kejelasan informasi akan bergantung pada kalimat yang
efektif. Dalam menyampaikan suatu informasi kepada guru haruslah
jelas informasi yang disampaikan, sesuai fakta, dan tidak mengada-
80
ada. Dalam penyampaian informasi mengenai kebijakan pengawas
sekolah dasar di Kecamatan Sidoharjo menggunakan kalimat yang
efektif agar guru memahaminya dan informasi yang disampaikan
harus yang terbaru. Kejelasan informasi mengenai pengawas yang
berada di UPT Sidoharjo tidak terlihat dikarenakan masih adanya guru
yang harus bertanya ulang kepada pengawas sehingga guru baru
memahami apa yang disampaikan pengawas kepada guru. Kejelasan
komunikasi anatara pengawas adalah salah satu faktor pendukung
penentu implementasi, sehingga bila komunikasi yang dilakukan
pengawas dengan guru kurang maka implementasi akan gagal.
b. Sumber Daya
Sumber daya kebijakan adalah suatu nilai potensi yang dimiliki
oleh suatu kebijakan dalam pelaksanaannya. Sumber daya tidak selalu
bersifat fisik, tetapi juga non fisik. Sumber daya yang ada dapat
berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang. Adapun unsur
dari sumber daya atau komponen pendukung dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia
Pengawas sekolah tentu tidak terlepas dari fungsi pengawas itu
sendiri. Ruang lingkup pengawas, serta tugas dan tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas implementasi kebijakan kepengawasan
baik secara akademik maupun secara manajerial disatuan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas dengan beban kerja selama 37.5 jam
81
perminggu dan jumlah sekolah yang harus dibina minimal 10 sekolah
atau 15 sekolah dan jumlah guru yang harus dibina paling sedikit 40
atau 60 orang sebagaimana yang disebutkan diatas, maka kewajiban
pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas adalah:
a. Menyusun program pengawasan, melaksanakan program
pengawasan melaksanakan evaluasi hasil pelaksana program
pengawasan, membimbing dan melatih profesionalisme guru.
b. Meningkatkan kualifikasi akademi dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
c. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai
agama dan etika.
d. Memelihara, memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Kinerja pengawas sekolah di daerah ini kurang karena jumlah
pengawas tak sebanding dengan jumlah guru. Pengawas sekolah
datang sebulan sekali kadang lebih dari sebulan baru datang ke sekolah
binaannya. Kehadiran pengawas setiap satu bulan sekali tidak efektif
karena pengawas tidak mengetahui permasalahan secara mendalam
yang dihadapi setiap sekolah. Kehadiran pengawas yang kurang
membuat kegiatan guru kurang dimonitoring, sehingga permasalahan
yang terjadi pada saat itu lepas dari kepengawasan pengawas.
82
2. Anggaran
Pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan bertugas
menilai dan membina sejumlah sekolah yang menjadi binaannya baik
dari segi akademik maupun manajerial, untuk melaksanakan tugas
tersebut terutama dari segi akademik pengawas melaksanakan
musyawarah secara rutin kelapangan. Untuk memperlancar kegiatan
pengawasan dalam melaksanakan tugas dilapangan perlu adanya dana
antara lain tranformasi dan dana operasional lainnya.
Anggaran dana untuk pengawas yang ada di UPT Sidoharjo
sudah cukup memadai untuk operasioanal mereka. Karena anggaran
pengawas disini memadai dan cukup pengawas dapat melaksankan
proses evaluasi dan pengawasan pendidkan. Sebab, untuk
mendapatkan hasil efektif tentunya harus melakukan kunjungan kerja
ke sekolah dengan baik. Apa lagi jika bertugas melakukan
pendampingan terhadap program pendidikan. Dengan adanya dana
anggaran yang memadai pengawas sekolah disini bekerja dengan
profesional dan melaksanakan tugas dengan baik terutama tugas
meningkatkan mutu guru.
3. Sarana Dan Prasarana
Sarana adalah suatu alat yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-
benda bergerak seperti komputer, meja, telepon, dan sebagainya.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
83
terselenggaranya suatu proses. Prasarana lebih ditunjukkan pada
benda yang tidak bergerak seperti gedung dan tanah.
Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Fasilitas fisik termasuk hal yang penting bagi keberhasilan
implementasi kebijakan oleh para pengawas. Fasilitas fisik sebagai
sarana dan prasarana pendukung, diperlukan khususnya untuk
memperlancar proses komunikasi kebijakan. Tersedianya sarana dan
prasarana yang baik, sangat dibutuhkan pengawas sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan pengawasan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Sarana untuk pengawas di UPT Sidoharjo sudah tercukupi
seperti kendaraan operasional, komputer dan printer. Dan sarana
tersebut kualitasnya sangat bagus namun untuk printer hanya ada satu
untuk digunakan tiga pengawas sekolah dasar.
c. Sikap
Sikap atau komitmen dari pelaksana kebijakan dibutuhkan
dalam implementasi kebijakan. Komitmen yang kuat dari pelaksana
kebijakan dapat mensukseskan implementasi kebijakan, untuk itu
tuntutan komitmen pada pelaksana kebijakan harus kuat dan penuh
dedikasi terhadap pelaksanaan sebuah kebijakan.
Implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di
UPT Sidoharjo yang dapat dilihat pada saat wawancara dan observasi
menunjukkan bahwa pelaksana kebijakan belum mendukung
pelaksanaan implementasi kebijakan kepengawasan guru di UPT
84
Sidoharjo. Pengawas hanya hadir sebulan sekali, kadang lebih dari
sebulan baru hadir. Setiap hadir di sekolah binaannya pengawas hanya
mengecek sekilas dikelas dan jam hadirnya tak menentu kadang hanya
satu jam disekolah.
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan
selain komunikasi, sumber daya, dan sikap. Struktur birokrasi
mempunyai pengaruh dalam implementasi kebijakan. Implementasi
kebijakan akan melibatkan banyak orang di dalamnya. Standar
operasional prosedur (SOP) dibuat untuk mempermudah implementasi
kebijakan dan memberi pedoman kepada pelaksana kebijakan.
Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 tentang petunjuk
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya.Pengawas sekolah di UPT Sidohajo mendapat ruangan kerja
sendiri untuk menunjang kinerja pengawas sekolah dan untuk ruang
konsultasi antara guru dengan pengawas sekolah.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan,
serta hasil temuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pembinaan Guru
Pembinaan guru di UPT Sidoharjo dibagi menjadi 3 gugus, setiap
gugus diampu satu pengawas. Pelaksanaan pembinaan guru dilakukan
menjadi 2 kelas sehingga guru dapat menerima materi yang disampaikan
oleh pengawas. Pembinaan ini dilaksanakan agar guru melaksanakan tugas
pokok sebagai guru.
2. Penilaian Guru
Penilaian guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru di UPT
Sidoharjo. Guru yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang
berkualitas. Hasil penilaian guru berguna untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
3. Peningkatan Profesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru adalah pemberian nasehat pada
setiap kunjungan pengawas ke sekolah binaannya. Pengawas memberikan
saran ke guru untuk menyiapkan bahan-bahan pengajaran, seperti RPP,
silabus, dan peningkatan kapasitas guru. Pengawas mengadakan
86
pembekalan, pembinaan dan pelatihan guru dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
4. Faktor Pendukung Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Kepengawas
Guru Sekolah Dasar
a. Komunikasi
Bahasa yang digunakan pengawas Sekolah di UPT Sidoharjo
kurang komunikatif, sehingga guru susah memahami apa yang menjadi
keinginan pengawas sekolah dan guru harus bertanya lagi kepada
pengawas sekolah agar mengerti apa maksud dari pengawas sekolah.
b. Sumber daya
Sumber daya pengawas sekolah di UPT Sidoharjo tak sebanding
dengan guru yang diawasi karena jumlah pengawas di UPT Sidoharjo
berjumlah 3 orang dan gurunya berjumlah 327 orang. Hal tersebut
membuat pengawas hanya datang ke sekolah binaannya sebulan sekali dan
ada yang lebih dari sebulan. Pengawas kurang bisa menjangkau secara
intensif sekolah-sekolah yang berada jauh dari kantor UPT Sidoharjo.
c. Sikap
Kedatangan pengawas ke sekolah binaannya tidak menentu.
Pengawas hanya mengecek sekilas kegiatan guru di kelas dan kadang
hanya hadir di sekolah binaannya satu jam dalam setiap kunjungannya.
87
d. Birokrasi
Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mendapat ruang kerja untuk
menunjang kinerja pengawas sekolah dan untuk konsultasi antara
pengawas dengan guru.
B. Saran
1. Bagi pengawas sekolah
a. Komunikasi pengawas dengan guru harus perlu ditingkatkan lagi
agar tidak ada kesalahpahaman dalam penyampaian informasi.
b. Jumlah personil pengawas sekolah harus ditambah.
c. Intensitas kedatangan pengawas sekolah harus ditambah agar
pengawas sekolah mengetahui permasalahan di sekolah secara
mendalam.
2. Bagi Guru
Guru harus bisa memahami apa yang jadi keinginan pengawas
sekolah agar kebijakan dari pengawas sekolah bisa berjalan dengan
baik.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidkan. Yogyakarta: Laksbang
Mediatama.
.(2012). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.
B. Suryosubroto. (2002). Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Yogyakarta. FIP UNY.
Dwi Siswoyo, dkk. (2012).Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
Memahami Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijkan Publik. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Ibrahim Bafadal. (2003). Teori Perlengkapan Sekolah; Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Wahyudi. (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa. (2013). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Joko Widodo. (2010). Analisis Kebijakan Publik, Konsep, dan Aplikasi Analisis
Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media.
Kompas.com. 31 Januari 2010. Pengawas Sekolah Belum Optimal. Diakses 17
Maret 2016 jam 02.33 WIB.
Lexi J. Moleong. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Minarsih Danumiharja. (2014). Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:
Deepublish.
Muljani A Nuarhadi. (1983). Administrasi Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta:
ANDI OFFSIDE.
Nurfuadi. (2012). Profesinalisme Guru. Purwokerto: STAIN Press dan Buku
Lentera.
Oemar Hamalik. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta. Bumi Aksara.
89
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No. 01/III/PB/2011, No. 6 Tahun 2011 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Dan Angka
Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Perda Wonogiri Nomor 22 tahun 2016 tentang Penyelanggaraan Pendidikan.
Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sisdiknas. (2003). UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Kemendiknas
Sudiyono. (2007). Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan: Buku
Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Solichin Abdul Wahab. (2014). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke
Penyusnan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Subarsono. (2012). Analisis kebijakan Pendidikan: Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan dan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya.
92
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Di UPT
Sidoharjo Wonogiri
A. Pengantar
1. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi
sehubungan dengan implementasi kebijakan pengawas sekolah dasar
2. Wawancara diadakan ketika guru sedang waktu istirahat. Peneliti
mengadakan wawancara berkaitan dengan implementasi kebijakan
kepengawasan guru sekolah dasar.
B. Daftar Pertanyaan Kepada Guru
1. Siapakah yang melakukan pembinaaan ke sekolah?
2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas?
3. Apakah pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal
dengan baik?
4. Apakah pengawas memberitahu sekolah sebelum melakukan
kunjungan ke sekelah untuk melakukan pembinaan?
5. Apakah pengawas membuat perencanaan dalam supervisi?
6. Apakah perencanaan dan jadwal supervisi yang dibuat pengawas
melibatkan guru?
7. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam melaksanakan
supervisi akademik?
8. Apakah supervisi yang dilaksanakan pengawas sudah sesuai dengan
kebutuhan sekolah?
93
9. Apakah dalam melaksanakan supervisi pengawas melakukan koreksi
pada guru?
10. Apakah supervisi pengawas dilaksanakan secara berkelanjutan?
11. Bagaimana pengawas melaksanakan supervisi akademik?
12. Apa saja yang dilakukan pengawas dalam melaksankan supervisi
akademik?
13. Apakah pengawas sekolah melakukan penilaian pada guru?
Bagaimana cara?
14. Apakah pengawas melakukan pemantau pada guru? Bagaimana
caranya?
15. Apakah pengawas melakukan pembinaan pada guru?
94
PEDOMAN WAWANCARA PENGAWAS SEKOLAH
1. Program apa saja yang dilaksanakan pengawas dalam meningkatkan mutu
pendidik SD?
2. Bagaimana pengawas melaksanakan tugas seperti pembinaan
guru/supervisi, penilaian guru, dan pelatihan profesionalisme guru?
3. Kapan bapak/ibu melaksanakan supervisi akademik?
4. Berapa kali bapak/ibu melaksanakan supervisi akademik?
5. Apakah ada jadwal khusus dalam melaksankan supervisi akademik?
6. Apa saja sasaran supervisi akdemik?
7. Apakah supervisi akademik dilakukan secara terprogram dan
berkelanjutan?
8. Apakah bapak/ibu membuat perencabaan dalam melakukan supervisi
akademik?
9. Apakah dalam pembuatan perencanaan supervisi akademik melibatkan
guru?
10. Apakah program kerja pengawas terkait dengan supervisi akademik?
11. Apakah program kerja pengawas SD terkait supervisi akademik?
12. Bagaimana bentuk program pengawas SD?
13. Apakah pengawas melakukan evaluasi dalam melakukan supervisi
akademik?
14. Apakah supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru?
15. Apa saja yang pengawas lakukan dalam supervisi akademik?
16. Apa bapak/ibu melakukan penilaian pada guru? Bagaimana caranya?
96
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan I
Hari, tanggal : Senin, 14 Maret 2016
Tempat : Kantor UPT Sidoharjo
Keperluan :Observasi awal dan permohonan izin
Sebelum melaksankan penelitian, peneliti melakukan observasi awal pada tempat
yang akan dijadikan penelitian yaitu Dinas Pendidkan UPT Sidoharjo Kabupaten
Wonogiri. Tujuan peneliti datang ke UPT Sidoharjo untuk meminta izin kepada
kepala UPT Sidoharjo. Izin itu terkait penelitian yang berjudul implementasi
kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo. Hasil awal
observasi ini peneliti diperbolehkan melakukan penelitian di UPT Sidoharjo,
kemudian pihak UPT memberikan datatugas pengawas sekolah dan data guru.
Catatan Lapangan II
Hari, tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016
Tempat : FIP UNY
Keperluan : Pengurusan Surat Izin Penelitian
Peneliti mengurus surat izin ke subbang pendidikan FIP uny untuk mendapatkan
surat pengantar ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Yogyakarta dengan
menyertakan proposal skripsi yang telah disahkan oleh pembimbing dan wakil
dekan.
Catatan Lapangan III
Hari, tanggal : Senin, 15 Agustus 2016
Tempat : Kesbangpol DIY
97
Keperluan : Pengurusan Surat Izin
Peneliti mengurus surat rekomendasi penelitian ke Badan kesatuan bangsa dan
politik Yogyakarta untuk mendapatkan surat pengantar ke BPMP Jawa Tengah.
Catatan Lapangan IV
Hari, tanggal : Senin, 22 Agustus 2016
Tempat : Kesbangpol Wonogiri
Keperluan : Pengurusan Surat Izin
Peneliti mengurus rekomendasi penelitian ke Kesbangpol wonogiri untuk
mendapatkan surat pengantar ke Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo.
Catatan Lapangan V
Hari, tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016
Tempat : Kantor UPT Sidoharjo
Keperluan : Izin wawancara
Peneliti datang ke UPT Sidoharjo untuk menemui pengawas sekolah
dengan maksud untuk observasi awal. Sebelum melakukan kegiatan wawancara
peneliti juga mencoba izin dan menentukan waktu yang tepat untuk wawancara
dan meminta rekomendasi guru dari sekolah mana saja yang akan menjadi
narasumber penelitian. Hasilnya disepakati untuk melakukan wawancara kepada
pengawas keesokan harinya dan mendapatkan rekomendasi guru yang akan
dijadikan narasumber di 6 sekolah dengan rincian setiap gugus 2 sekolah.
Catatan Lapangan VI
Hari, tanggal : Rabu, 31 Agustus 2016
Tempat : UPT Sidoharjo
98
Keperluan : wawancara
Sesudah observasi dan izin wawancara terlebih dahulu, sesuai dengan
kesepakan sebelumnya, peneliti datang ke UPT untuk bertemu Bapas S dan Ibu E
untuk melakukan wawancara terkait tugas pengawas untuk guru. Kegiatan
wawancara dimulai pukul 08.30 sampai pukul 09.30 dengan bapak Bapak S dan
wawancara dengan ibu E dimulai pukul 10.00 sampai 11.00. setelah kegiatan
wawancara selesai dilakukan, peneliti berpamitan, tak lupa mengucapkan terima
kasih atas bantuan informasi dari Bapak S dan Ibu E.
Catatan Lapangan VII
Hari, tanggal : Kamis, 1 September 2016
Tempat : UPT dan SD N II Widoro
Keperluan : Wawancara dan izin observasi
Peneliti datang ke UPT untuk bertemu dengan Bapak IS untuk melakukan
wawancara terkait tugas dan program pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara
dimulai pukul 08.00 sampai pukul 09.00 dengan Bapak IS. Wawancara selesai
dilakukan dan penelitia berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah
wawancara dengan Bapak I peneliti datang ke SDN 2 Widoro untuk meminta ijin
dan menentukan waktu wawancara dengan salah satu guru disana. Hasilnya
disepakati peneliti disuruh datang 2 hari lagi dan melakukan wawancara dengan
Ibu E selaku guru kelas 6.
Catatan Lapangan VII
Hari, tanggal : Jumat, 2 September 2016
Tempat : SDN 2 Widoro
99
Keperluan : Wawancara
Peneliti datang ke SDN 2 Widoro untuk wawancara dengan Ibu E terkait
tugas dan program pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara dimulai pukul
09.30 sampai pukul 10.30 dengan Ibu E. Wawancara selesai dan peneliti
bermitan, tak lupa mengucapkan terima kasih.
Catatan Lapangan IX
Hari, tanggal : Senin, 5 September 2016
Tempat : SDN 1 Widoro dan SDN 2 Tremes
Keperluan : izin wawancara
Peneliti datang ke SDN 1 Widoro untuk meminta izin mewawancarai salah
satu guru disana dan hasilnya disepakati untuk mewawancarai Ibu CKW selaku
guru kelas 2. Selanjutnya peneliti melanjutkan ke SDN 2 Tremes untuk meminta
izin sebelum melakukan wawancara dengan salah satu guru disana. Hasilnya
disepakati untuk peneliti untuk mewawancarai Ibu N selaku guru kelas 1.
Catatan Lapangan X
Hari, tanggal : Rabu, 7 September 2016
Tempat : SDN 1 Widoro
Keperluan : Wawancara
Peneliti datang ke SDN negeri 1 Widoro untuk mewawancarai Ibu CKW
terkait program dan tugas pengawas sekolah untuk guru sudah benar dilaksankan
atau belum. Kegiatan wawancara dengan Ibu CKW berlangsung antara pukul
09.30 sampai 10.30. Wawancara selesai dan berpamitan, tak lupa memberikan
ucapan terima kasih karena telah bersedia memberikan informasi.
100
Catatan Lapangan XI
Hari, tanggal : Kamis, 8 September 2016
Tempat : SDN 2 Tremes
Keperluan : Wawancara
Peneliti datang ke SDN 2 Tremes untuk mengali informasi tentang
kebijakan pengawas untuk guru. Peneliti mewawancarai Ibu N selaku guru kelas 1
terkait kebijakan pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara berlangsung 60
menit antara pukul 09.30 sampai 10.30.Wawancara selesai dan berpamitan, tak
lupa mengucapakan terima kasih karena telah membantu peneliti.
Catatan Lapangan XII
Hari, tanggal : Selasa, 13 September 2016
Tempat : SDN 1 Sidoharjo dan SDN 1 Kayuloko
Keperluan : Izin wawancara
Peneliti datang ke SDN 1 Sidoharjo untuk meminta izin karena ada salah
satu guru disana yang menjadi narasumber unruk peneliti. Hasilnya disepakati
untuk mewawancarai Ibu YS selaku guru kelas 5 keesokan harinya. Peneliti
melanjutkan ke SDN 1 Kayuloko untuk meminta izin untuk salah satu guru yang
akan dijadikan narasumber. Hasilnya disepakati Ibu E bersedia menjadi
narasumber peneliti.
Catatan Lapangan XIII
Hari, tanggal : Kamis, 15 September 2016
Tempat : SDN 1 Sidoharjo
Keperluan : Wawancara
101
Sesudah meminta izin dan kesepakatan peneliti datang ke SDN 1
Sidoharjo unttuk bertemu dengan Ibu YS. Peneliti mewawancarai Ibu Y selaku
guru kelas 5 selama 60 menit anatara pukul 09.30 sampai 10.30 terkait kebijakan
pengawas tentang guru. Wawancara selesai dan berpamitan, tak lupa
mengucapkan terima kasih karena telah membantu peneliti.
Catatan Lapangan XIV
Hari, tanggal : jumat, 16 September 2016
Tempat : SDN 1 Kayuloko
Keperluan : Wawancara
Peneliti datang ke SDN 1 Kayuloko untuk mewawancarai Ibu E selaku guru kelas
4. Wawancara dimulai pukul 08.00 sampai pukul 09.00 dengan Ibu E terkait
implementasi kebijakan pengawas untuk guru. Wawancara selesai dan
berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menjadi
narasumber.
Catatan Lapangan XV
Hari, tanggal : Selasa, 20 September 2016
Tempat : SDN 1 Kebonagung
Keperluan : izin wawancara dan wawancara
Peneliti datang ke SDN 1 Kebongung untuk meminta izin untuk salah satu guru
disana menjadi narasumber peneliti. Hasil disepakati untuk mewawancarai Bapak
S selaku guru kelas 3 saat itu juga. Wawancara dengan Bapak S dimulai pukul
09.30 sampai pukul 10.30 terkait implementasi kebijakan kepengawas untuk guru.
102
Wawancara selesai berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah
bersedia menjadi narasumber.
104
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama Narasumber :HENDRIYAWATI, S.Pd
Jabatan : Pengawas Sekolah
1. Program apa saja yang dilaksanakan pengawas sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidik SD?
Banyak mas anatara lain program peningkatan mutu pendidik di UPT
Sidoharjo adalah membina guru dalam penguasaan kurikulum, membina
guru dalam menyusun RPP, menilai guru dalam melaksanakan penilaian
hasil belajar, membina guru dalam mengelola kelas.
Sesudah direduksi:
Peningkatan mutu pendidik yang dilakukan pengawas sekolah adalah
membina guru dalam dalam meninkatan kualitas guru.
2. Bagaimana pengawas melaksanakan tugas seperti supervisi akademik,
pembinaan guru, penilaian guru, dan pelatihan profesionalisme guru?
Pengawas melaksanakan program tersebut dengan cara pembekalan
terhadap guru, untuk penilaian guru dengan cara PKG terhadap guru
sedangkan untuk profesionalime guru dilakukan pada paska sertifikasi.
Sesudah direduksi:
Pelaksanana tugas pengawas sekolah dasar untuk guru sudah berjalan
dengan semestinya.
3. Kapan bapak melaksanakan supervisi akademik?
Pengawas melakukan supervisi akademik setiap bulan sekali di setiap
sekolah.
105
Sesudah direduksi:
Pengawas melaksankan supervisi akademik sesuai dengan agenda yang
direncanakan pengawas.
4. Apakah ada jadwal khusus dalam melakasanakan supervisi akademik?
Ya mas biasanya pengawas melaksanakan supervisi secara terprogram.
Sesudah direduksi:
Pengawas melaksanakan supervisi dengan program yang telah disusun
dengan matang.
5. Apakah sasaran pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik?
Sasaran pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik adalah guru
dan terdapat 19 macam dalam melaksanakanya.
Sesudah direduksi:
Pengawas melaksankan supervisi akademik dengan sasaran guru dan
terdapat.
6. Apakah pengawas melakukan perencanaan dalam melakukan supervisi
akademik?
Ya mas terjadwal dan pengawas memberikan instrumen yang akan
diberikan terhadap guru.
Sesudah direduksi:
Pengawas melaksanakan supervisi akademik sesuai dengan buku pedoman
pengawas.
7. Apakah pengawas dalam pembuatan jadwal supervisi akademik
melibatkan guru?
106
Ya mas terjadwal biasanya kami memberitahu guru terlebih dahulu
sebelum melakukan supervisi.
Sesudah direduksi:
Pembuatan jadwal supervisi akademik melibatkan guru karena sebelum
pelaksaan supervisi akademik pengawas memberitahu guru.
8. Apakah bentuk program pengawas SD?
Terdapat 4 program untuk pengawas SD mas yaitu, program tahunan,
program semester, rencana pengawasan akademik, rencana pengawasan
manajerial.
Sesudah direduksi:
Bentuk program pengawas SD adalah program tahunan, program semester,
rencana pengawasan akademik, dan rencana pengawasan manajerial.
9. Apakah program pengawas SD yang terkait dengan supervisi akademik?
Terdapaat 4 program pengawas SD yang terkait supervisi akademik yaitu,
kompetisi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogik itu sendiri berarti
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetesi profesional
yaitu kemampuan penguasaan materipelajaran luas mendalam, kompetensi
sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
seecara efektif dan efisien dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar,
sedangkan kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kemampuan
kepribadian yang mantap, beraklhak mulia, arif dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik.
107
Sesudah direduksi:
Terdapat 4 program dalam pelaksanaan supervisi akademik yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian.
10. Apakah pengawas melakukan evaluasi dalam melakukan supervisi
akademik?
Ya mas pengawas selalu melakukan evaluasi setiap melakukan supervisi
akademik.
Sesudah direduksi:
Setelah pelaksanaan supervisi akademik dilakukan evaluasi untuk
mengatuhui dimana yang masih banyak kekurangan dan dimana yang
sudah sesuai apa yang diinginkan.
11. Apakah supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru?
Sudah mas.
Sesudah direduksi:
Pelaksanaan supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru.
12. Apa pengawas melakukan penilaian pada guru? Bagaimana caranya?
Ya mas dengan cara wawancara, pemantauan dan pengaamatan. Biasanya
kami datang ke sekolah untuk melihat guru mengajar dan kami juga
melihat buku penilaian terhadap guru yang dilakukan kepala sekolah.
Sesudah direduksi:
Penilaian guru yang dilakukan pengawas dengan cara mengamati saat guru
mengajar dan melihat buku penilaian kepala sekolah terhadap guru.
108
13. Apakah pengawas melakukan pemantauan pada guru? Bagaimana
caranya?
Ya mas pengawas melakukan pemantauan pada guru dengan cara
berkunjung ke sekolah-sekolah ditiap dabin masing-masing biasanya
pengawas sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap guru.
Sesudah direduksi:
Pengawas melaksanakan pemantau guru dengan cara berkunjung ke
sekolah binaannya dan selain memantau pengawas melakukan monitoring
dan evaluasi.
14. Apakah pengawas melakukan pembinaan terhadap guru? Pembinaan
seperti apa yang dilakukan pengawas?
Ya mas selalu melakukan pembinaan terhadap guru dengan cara
bimbingan ke sekolah- sekolah dan di dabin masing-masing khusus untuk
dabin saya dilakukan pada hari sabtu.
Setelah direduksi:
Pelaksanaan pembinaan guru rutin dilakukan oleh pengawas sekolah.
15. Bagaimana pengawas meningkatkan profesinalisme guru?
Dengan cara mengadakan pembekalan, pembinaan dan pelatihan mas.
Sesudah direduksi:
Pelaksanaan profesionalisme guru dilakukan dengan mengadakan
pembekalan, pembinaan dan pelatihan.
16. Apakah komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik?
109
Komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik, kami disini
selalu memberikan informasi yang jelas kepada guru. Sebelum melakukan
pembinaan dan supervisi terhadap guru biasanya kami berkomunikasi. Hal
ini dilakukan guru tidak mendapatkan informasi yang akurat.
Sesudah direduksi:
Komunikasi pengawas dengan guru harus berjalan dengan baik agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam penerimaan informasi.
17. Apakah sarana dan prasarana pengawas di UPT Sidoharjo sudah
memadai?
Sarana dan prasarana sudah memadai mas seperti adanya kendaraan
operasional pengawas, laptop, dan printer, tetapi untuk printer hanya ada
satu untuk digunakan tiga pengawas.
Sesudah direduksi:
Sarana prasarana pengawas sudah memnuhi untuk kegiatan
kepengawasan.
18. Apakah ada anggaran untuk pengawas dalam melaksanakan tugas?
Tentunya ada mas, anggaran tersebut untuk pengawas diantaranya buat
operasional pengawas dalam melaksanakan tugas.
Sesudah direduksi:
Anggaran pengawas dalam pelaksanaan tugas sudah mencukupi.
19. Apakah pengawas ada kendala dalam melakukan supervisi akademik?
Bagaimana pengawas mengatasi kendala tersebut?
110
Tidak mas.biasanya sebelum melakukan supervisi akademik pengawas
membaca buku panduan program kerja pengawas. Kalau untuk di
lapangan pengawas juga tidak kendala.
Sesudah direduksi:
Pengawas tidak terkendala dalam pelaksanaan supervisi
20. Apakah pengawas mendapatkan ruangan khusus di UPT Sidoharjo ini?
Ya mas, pengawas mendapatkan ruangan tersendiri untuk menunjang
kinerja pengawas sekolah dan untuk konsultasi antara pengawas sekolah
dan kepala sekolah atau guru.
Sesudah direduksi:
Pengawas mempunyai ruangan tersendiri untuk menunjang kinerja
pengawas sekolah.
Nama : Yuliana Suyatmi, S.P.d
Jabatan : Guru kelas V
1. Siapakah yang melakukan pembinaan , supervisi akademik, penilaian guru
dan pelatihan profesinalme guru?
Pengawas Sekolah mas.
Sesudah direduksi:
Pelaksanaan pembinaan guru, supervisi akademik, penilaian guru dan
pelatihan profesionalisme guru dilakukan pengawas sekolah.
2. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas?
Pengawas melakukan supervisi akademik secara periodik dan berkala.
Sesudah direduksi:
111
Pelaksanaan supervisi akademik sudah terjadwal.
3. Apakah pengawas melakukan supervisi akademik secara rutin dan
terjadwal dengan baik?
Ya mas,
Sesudah direduksi:
Supervisi akademik rutin dan terprogram.
4. Apakah pengawas memberitahu apabila melakukan supervisi akademik?
Kadang-kadang pengawas memberitahu bila akan melakukan supervisi
tetapi pengawas juga kadang melakukan sidak.
Sesudah direduksi:
Jadwal supervisi akademik diberitahukan kepada guru sebelum pengawas
melakukan supervisi.
5. Apakah perencanaan dan jadwal supervisi akademik yang dibuat
pengawas melibatkan guru?
Tidak mas tetapi biasanya pengawas memberitahu bila akan ada supervisi.
Sesudah direduksi:
Jadwal diberitahukan kepada guru sebelum pengawas melakukan supervisi
6. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam melakukan supervisi
akademik?
Sasaran pengawas dalam supervisi akademik adalah KBM, RPP, silabus,
Prota, prosem, media pembelajaran mas.
Sesudah diredusi:
112
Sasaran dalam pelaksanaan supervisi akademik KBM, RPP, silabus, Prota,
Prosem, media pembelajaran.
7. Apakah supervisi yang dilakukan pengawas sudah sesuai dengan
kebutuhan guru?
Sudah mas.
Sesudah direduksi:
Pelasanaan supervisi suda sesuai dengan kebutuhan guru.
8. Apakah saat pengawas melaksanakan supervisi akademik melakukan
koreksi terhadap guru?
Iya mas pengawas selalu melakukan koreksi bila ada kekurangan pada
guru.
Sesudah direduksi:
Dalam pelaksanaan supervisi pengawas sekolah mengoreksi kekurangan
guru yang disupervisi.
9. Apakah pengawas sudah maksimal dalam melaksanakan supervisi
akademik?
Boleh dikatakan sudah mas.
Sesudah direduksi:
Supervisi akademik sudah maksimal dalam pelaksaannya.
10. Apakah pengawas melakukan pembinaan terhadap guru?
Ya mas.
Sesudah direduksi:
Pengawas melakukan pembinaan terhadap guru.
113
11. Bagaimana pengawas melakukan pembinaan terhadap guru?
Pengawas melakukan pembinaan dengan cara memberikan pengarahan,
petunjuk, dan evaluasi agar guru lebih baik dalam proses belajar mengajar
secara prefesional.
Sesudah direduksi:
Pengawas melakukan pembinaan dengan cara memberikan pengarahan,
petunjuk, dan evaluasi kepada guru agar kualitas guru baik.
12. Apakah pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal
dengan baik?
Ya mas pengawas selalu melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal
kadang pengawas datang ke sekolah dan setiap minggunya pengawas
melakukan pembinaan di dabin.
Sesudah direduksi:
Pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal.
13. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam pembinaan terhadap
guru?
Proses belajar mengajar dan perangkat pembelajaran mas.
Sesudah direduksi:
Sasaran pengawas dalam pembinaan guru yaitu proses belajar mengajar
dan perangkatnya.
14. Apakah pengawas melakukan penilaian terhadap guru? Bagaimana
caranya?
114
Iya mas. Dengan cara melihat buku penilaian kepala sekolah terhadap guru
dan mengamati langsung waktu guru mengajar.
Sesudah direduksi:
Penilaian pengawas sekolah terhadap guru dengan cara mengamati saat
guru mengajar dan melihat buku penilaian kepala sekolah.
15. Apakah pengawas sekolah melakukan pemantauan terhadap guru/
bagaimana caranya?
iya mas pengawas selalu melakukan pemantauan terhadap guru, dengan
cara melihat PKG dari kepala sekolah terhadap guru namun hal itu kurang
efektif karena hanya dilakukan sebulan sekali jadi pengawas tidak
mengetahui secara pasti apa permasalahan yang dihadapi guru.
Sesudah direduksi:
Pemantauan pengawas terhadap guru dilakukan dengan cara melihat PKG
dari kepala sekolah untuk guru.
16. Bagaiamana pengawas melakukan meningkatkatkan profesionalisme
guru?
Dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses belajar
mengajar.
Sesudah direduksi:
Pengawas membina guru untuk meningkatkan profesionalisme guru.
17. Apakah pengawas selalu melakukan evaluasi dam melaksanakan
pembinaan guru, supervisi akademik, penilaian guru dan pelatihan
profesinalisme guru?
115
Ya mas.
Sesudah direduksi:
Pengawas selalu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan programnya.
18. Apakah komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik?
Komunikasi guru dengan pengawas belum juga dikata baik mas, karena
saya kadang-kadang masih bingung apa yang disampaikan oleh pengawas
sekolah. Saya sering bertanya lagi kepada pengawas agar informasi saya
terima jelas. Walapun begitu pengawas tak sungkan menjelaskan
lagi.Seperti saya waktu kesulitan dalam pembuatan laporan, pengawas
membantu mengarahkan pembuatan laporan tersebut.
Sesudah direduksi:
Kejelasan informasi yang diberikan pengawas dengan guru masih kurang.
19. Biasanya dimana ibu menanyakan ulang informasi yang kurang jelas yang
disampaikan pengawas sekolah?
Biasanya saya tanya sama sesama guru tapi kalau belum jelas tanya
langsung ke pengawas sekolah di ruangan pengawas sekolah yang berada
di UPT Sidoharjo mas.
Sesudah direduksi:
Guru bertanya informasi yang kurang jelas diruangan pengawas sekolah.
20. Apakah ibu mempunyai saran atau masukan untuk pengawas sekolah?
Ya ada. Contohnya kalau akan mengadakan supervisi atau penilaian harus
diberikan jadwal atau tata waktu karena pengawas hanya memberikan
jadwal harinya.
118
ANALISI DATA DAN HASIL WAWANCARA
No. Pertanyaan Pendapat Kesimpulan
Pengawas Guru
1. Bagaimana
pelaksanaan
supervisi akademik
yang dilakukan
pengawas?
Ya mas biasanya
pengawas
melaksanakan
supervisi secara
terprogram.
Pengawas
melakukan
supervisi
akademik secara
periodik dan
berkala.
Pengawas
melaksanakan
supervisi
dengan
program yang
telah disusun
dengan
matang.
2. Apakah pengawas
melakukan
supervisi akademik
secara rutin dan
terjadwal dengan
baik?
Ya mas
pengawas
melakukan
supervisi secara
rutin dan
terprogram
Ya mas. Pengawas
melaksanakan
supervisi
secara
terprogram
3. Apakah dalam
pembuatan jadwal
supervisi akademik
melibatkan guru?
Ya mas
terjadwal
biasanya kami
memberitahu
guru terlebih
dahulu sebelum
melakukan
supervisi.
Tidak mas tetapi
biasanya
pengawas
memberitahu
bila akan ada
supervisi.
Pembuatan
jadwal
supervisi
akademik
melibatkan
guru karena
sebelum
pelaksaan
supervisi
akademik
pengawas
memberitahu
guru.
4. Apa saja yang
menjadi sasaran
pengawas dalam
supervisi
akademik?
Sasaran
pengawas dalam
melaksanakan
supervisi
akademik adalah
guru dan
terdapat 19
macam dalam
melaksanakanya.
Sasaran
pengawas dalam
supervisi
akademik
adalah KBM,
RPP, silabus,
Prota, prosem,
media
pembelajaran
mas.
Pengawas
melaksankan
supervisi
akademik
dengan
sasaran guru
dan terdapat.
119
5. Apakah supervisi
akademik sudah
sesuai dengan
kebutuhan guru?
Sudah mas.
Sudah mas.
Pelaksanaan
supervisi
akademik
sudah sesuai
dengan
kebutuhan
guru.
6. Apakah dalam
melaksankan
supervisi akademik
pengawas
melakukan
evaluasi?
Ya mas
pengawas selalu
melakukan
evaluasi setiap
melakukan
supervisi
akademik.
Iya mas
pengawas selalu
melakukan
koreksi bila ada
kekurangan
pada guru.
Setelah
pelaksanaan
supervisi
akademik
dilakukan
evaluasi untuk
mengatuhui
dimana yang
masih banyak
kekurangan
dan dimana
yang sudah
sesuai apa
yang
diinginkan.
7. Apakah pengawas
melakukan
pembinaan
terhadap guru?
Ya mas selalu
melakukan
pembinaan
terhadap guru
dengan cara
bimbingan ke
sekolah- sekolah
dan di dabin
masing-masing
khusus untuk
dabin sinar
harapan
dilakukan pada
hari rabu.
Ya mas.
Pelaksanaan
pembinaan
guru rutin
dilakukan oleh
pengawas
sekolah.
8. Apakah pengawas
melakukan
penilaian terhadap
guru?
Ya mas dengan
cara wawancara,
pemantauan dan
pengaamatan.
Biasanya kami
datang ke
sekolah untuk
Iya mas.
Dengan cara
melihat buku
penilaian kepala
sekolah
terhadap guru
dan mengamati
Penilaian guru
yang
dilakukan
pengawas
dengan cara
mengamati
saat guru
120
melihat guru
mengajar dan
kami juga
melihat buku
penilaian
terhadap guru
yang dilakukan
kepala sekolah.
langsung waktu
guru mengajar.
mengajar dan
melihat buku
penilaian
kepala sekolah
terhadap guru.
9. Apakah pengawas
melakukan
pemantauan
terhadap guru?
Ya mas
pengawas
melakukan
pemantauan
pada guru
dengan cara
berkunjung ke
sekolah-sekolah
ditiap dabin
masing-masing
biasanya
pengawas
sekaligus
melakukan
monitoring dan
evaluasi
terhadap guru.
iya mas
pengawas selalu
melakukan
pemantauan
terhadap guru,
dengan cara
melihat PKG
dari kepala
sekolah
terhadap guru.
Pengawas
melaksanakan
pemantau
guru dengan
cara
berkunjung ke
sekolah
binaannya dan
selain
memantau
pengawas
melakukan
monitoring
dan evaluasi.
10. Bagaimana
pengawas
meningkatkan
profesionalisme
guru?
Dengan cara
mengadakan
pembekalan,
pembinaan dan
pelatihan mas.
Dengan cara
dibina dalam
Pelaksanaan
profesionalisme
guru dilakukan
dengan
mengadakan
pembekalan,
pembinaan dan
pelatihan.
kemampuan
meningkatkan
proses belajar
mengajar.
Pelaksanaan
profesionalis
me guru
dilakukan
dengan
mengadakan
pembekalan,
pembinaan
dan pelatihan.
11. Apakah terdapat
ruangan utuk kerja
pengawas sekolah
di UPT Sidohajo
Ya mas,
pengawas
mendapatkan
ruangan
tersendiri untuk
Ada mas
biasanya kami
berkonsultasi
dengan
pengawas
Pengawas
mempunyai
ruangan untuk
menunjang
kinerja.
121
menunjang
kinerja
pengawas
sekolah dan
untuk konsultasi
antara pengawas
sekolah dan
kepala sekolah
atau guru.
sekolah di
ruangan
pengawas.
12. Apakah
komunikasi
pengawas dengan
guru berjalan
dengan baik?
kami disini
selalu
memberikan
informasi yang
jelas kepada
guru. Sebelum
melakukan
pembinaan dan
supervisi
terhadap guru
biasanya kami
berkomunikasi.
Hal ini
dilakukan agar
guru
mendapatkan
informasi yang
akurat.
Komunikasi
guru dengan
pengawas belum
juga dikata baik
mas, karena
saya kadang-
kadang masih
bingung apa
yang
disampaikan
oleh pengawas
sekolah. Saya
sering bertanya
lagi kepada
pengawas agar
informasi saya
terima jelas.
Walapun begitu
pengawas tak
sungkan
menjelaskan
lagi. Seperti
saya waktu
kesulitan dalam
pembuatan
laporan,
pengawas
membantu
mengarahkan
pembuatan
laporan tersebut.
Guru belum
maksimal
dalam
menrima
informasi dari
pengawas