implementasi kebijakan pos pembinaan …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/implementasi kebijakan...

263

Click here to load reader

Upload: duongliem

Post on 30-Jan-2018

273 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN TERPADU

USIA LANJUT (POSBINDU USILA) DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada

Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Anis Yuliana

6661110290

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, APRIL 2016

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai
Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai
Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai
Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

ABSTRAK

Anis Yuliana. NIM 6661110290. SKRIPSI. Implementasi Kebijakan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja

Puskesmas Singadaru Kota Serang. Pembimbing I: Ipah Ema Jumiati, M.Si

dan Pembimbing II: Titi Stiawati M.Si. Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

Kata Kunci: Implementasi, Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

wujud nyata dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2004. Kebijakan Posyandu Lansia yang dilaksanakan di Kota Serang diberi nama

Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang terwujud dari

program kesehatan usia lanjut di Puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas

Singandaru menjadi lokus penelitian karena memiliki persentase jumlah Lansia

berusia 60 tahun ke atas terbesar di Kota Serang yaitu 18,49%. Masalah

implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru

yaitu kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya partisipasi Lansia, dan tidak adanya

pengkuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru. Penelitian ini menggunakan teori model implementasi pendekatan

bottom up Adam Smith. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dekriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dokumentasi. Analisa data menggunakan model Milles & Huberman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan Posbindu Usila

belum optimal karena kelurahan Kota baru belum memiliki Posbindu Usila, kader

tidak mengetahui perhitungan dan kegunaan IMT, kekurangan jumlah kader dan

tenaga kesehatan, kurangnya pengetahuan Lansia tentang kebijakan Posbindu

Usila dan kondisi ekonomi Lansia yang kurang baik menyebabkan kurangnya

partisipasi Lansia, dan tidak ada insentif untuk kader. Saran untuk meningkatkan

optimalisasi yaitu perlu menambah jumlah Posbindu, kader dan dokter umum,

adanya pelatihan IMT, sosialisasi tentang kebijakan Posbindu Usila, penurunan

biaya pemeriksaan kesehatan dan pemberian insentif kader.

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

ABSTRACT

Anis Yuliana. NIM 6661110290. RESEARCH PAPER. Implementation of

Integrated Development Center for Elderly Policy in working area of

Singandaru Community Health center Serang City. First adviser: Ipah Ema

Jumiati M.Si and Second Adviser: Titi Stiawati M.Si. Departemen of Public

Administration. Faculty of Social and Political Sciences.University of Sultan

Ageng Tirtayasa.

Keywords: Implementation, Integrated Development Center for Elderly Policy

The government release a policy of integrated helath center for elderly as a

tangible manifestation of the Indonesian Government Regulation No. 43 of 2004.

The government in Serang City release integrated health center for elderly and it

named as Integrated Development Center for Elderly which is realized from

program of elderly health at Community Health center. The working area of

Singandaru community helath center become a place of research because it has a

higher number of elderly aged 60th in percent at Serang City, that is 18,49%. In

implementing intergrated health center at working area of Puskesmas Singandaru

has problems, there are the lack of health personnel and participation of the

Elderly, and no counting Body Mass Index (BMI) for Elderly. The purpose of this

reseacrh is to know how is implemention of this policy at working area of

Puskesmas Singandaru. This research used a theory of implementation model

with bottom up approach Adam Smith. This research method used descriptive

qualitative approach. Data collection techniques used observation, interviews,

documentation. analyzed used a model of Milles and Huberman. The resullt of

this research showed that the implementation of integrated delevopment center for

elderly is not optimal because Kota Baru Village doesn’t have an integrated

development center for elderly, kader doesn’t know how to count and the utility of

BMI, elderly doesn’t know about the policy and economic conditions Elderly poor

leads to a lack of participation Elderly, and no commision for cader. Suggestions

to improve the optimization is add number of integrated development center for

elderly, cader and doctor, do training BMI, do socialization, bring down the cost

and give commision for cader.

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Tidak seharusnya kamu mengeluh lelah dalam

mewujudkan impianmu, karena orang tuamu pun

tidak pernah lelah membantumu mewujudkan

impianmu.

Skripsi ini aku persembahkan Untuk seseorang yang sangat berarti dalam

hidupku, Mamah dan Papah

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, pemilik segala

keagungan, kesempurnaan dan kemuliaan. Dialah pencipta sekaligus penguasa

tunggal alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya

peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi

Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah

Kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang” dengan baik. Skripsi ini dibuat

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan,

bimbingan dan nasihat dari berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti secara

moril maupun materil. Maka peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukhroman, S.Ikom., M.I.Kom sebagai Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

ii

6. Listyaningsih, M.Si Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D Sekretaris Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Ipah Ema Jumiati, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama. Terima kasih

atas segala kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, semangat

serta saran yang bermanfaat dan memotivasi peneliti dalam penulisan

skripsi ini dari awal hingga akhir.

9. Titi Stiawati, M.Si selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih atas

segala kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, semangat serta

saran yang bermanfaat dan memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi ini

dari awal hingga akhir.

10. Jullianes Cadith, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih

telah memberikan bimbingan dari awal perkuliahan hingga sekarang.

11. Seluruh dosen program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12. Seluruh Staf Tata Usaha (TU) program studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Terimakasih atas segala sumbangsihnya.

13. Seluruh kader Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) dan

masyarakat lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru. Terima

kasih telah memberikan informasi serta kesempatan bagi peneliti untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan Posbindu Usila.

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

iii

14. Eka Agustina, M.Kes, Kepala Seksi Gizi Remaja dan Lanjut Usia Dinas

Kesehatan. Terimakasih telah memberikan informasi yang dibutuhkan

peneliti untuk penulisan skripsi ini.

15. Drg. Yayat Cahyati, Kepala Puskesmas Singandaru. Terimakasih telah

memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti untuk penulisan skripsi

ini.

16. Tatu Maltupah, Amd. Kep selaku pelaksana program kesehatan usia lanjut

Puskesmas Singandaru. Terimakasih telah memberikan data dan informasi

yang dibutuhkan peneliti serta memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan Posbindu Usila.

17. Seluruh Staf Puskesmas Singandaru dan Dinas Kesehatan Kota Serang,

Terimakasih atas segala sumbangsihnya.

18. Seluruh Staf Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan

Kota baru. Terimakasi telah membantu peneliti dalam memberikan data

yang dibutuhkan peneliti untuk penulisan skripsi ini.

19. Papa, Mama, Teteh Elis, Hana, dan keponakan tante Adis dan Dias yang

senantiasa memberikan semangat bagi peneliti untuk menempuh gelar

strata satu. Terimakasih untuk segala kepercayaan dan doa kalian.

20. Keluarga besar terutama Uwa Yayat, Teteh Nia, Teteh Dian dan Ressa.

Terimakasih atas motivasi yang memberi semangat kepada peneliti.

21. Sahabat terbaikku Alfi, Lena, Putri, Aliya, Vergie, Kiki, Iwan, Mursi, Umi

Micha, Era, Sella, Dika, dan Fifi terimakasih untuk persahabatan, doa dan

motivasinya.

22. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administasi Negara angkatan 2011

khususnya kelas B reguler. Terimakasih atas kebersamaan, motivasi,

perjuangan, dan kenangan selama perkuliahan. Semangat dan sukses untuk

kita.

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

iv

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan,

oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Serang, 07 Maret 2016

Anis Yuliana

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

ABSTRAK

ABSTRACT

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI…............................................................................................ v

DAFTAR GRAFIK………………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR…………….………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………….. 19

1.3 Batasan Masalah………………………………………………… 20

1.4 Rumusan Masalah......................................................................... 20

1.5 Tujuan Penelitian.......................................................................... 20

1.6 Manfaat penelitian………………………………………………. 21

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

vi

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN

ASUMSI PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori…..……………………………………………… 22

2.1.1 Kebijakan Publik……...…………..…………………….. 23

2.1.2 Tahap-tahap Kebijakan Publik............................................ 27

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik………..………………… 29

2.1.4 Model Pendekatan Implementasi Kebiajakan Publik……. 33

2.1.4.1 Pendekatan Top-Down…………………………… 34

2.1.4.2 Pendekatan Bottom-Up…………………………... 37

2.1.5 Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia……………………... 40

2.2 Penelitian Terdahulu…………...……………..………………… 45

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian…...…………………………….. 53

2.4 Asumsi Dasar…………………………………………………… 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian........................................................................... 58

3.2 Ruang Lingkup Penelitian……..................………………………. 59

3.3 Lokasi Penelitian……...……....………………………………….. 59

3.4 Variabel Penelitian.............……...………………….……………. 60

3.4.1 Definisi Konsep..................................................................... 60

3.4.2 Definisi Operasional............................................................... 61

3.5 Instrumen Penelitian…...............................………………………. 66

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

vii

3.6 Informan Penelitian ……………………….………..…................. 66

3.7 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 69

3.8 Analisis Data dan Uji Keabsahan Data........................................... 71

3.8.1 Analisis Data.......................................................................... 71

3.8.2 Uji Keabsahan Data................................................................ 72

3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian.......................................................... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 75

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Singandaru............................ 75

4.2 Deskripsi Data................................................................................. 88

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian...................................................... 88

4.2.2 Data Informan....................................................................... 90

4.3 Penyajian Data................................................................................. 92

4.3.1 Idealized Policy (Kebijakan Ideal)........................................ 93

4.3.2 Target Groups (Kelompok Sasaran)..................................... 111

4.3.3 Implementing Organization (Organisasi Pelaksana)............. 127

4.3.4 Environmental Factors (Faktor Lingkungan)....................... 149

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................... 162

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan...................................................................................... 177

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

viii

5.2 Saran................................................................................................ 178

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1.1 Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Banten.......................... 4

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2012-2013....................................................................... 3

Tabel 1.1.2 Rekapan Kasus Penyakit Tidak Menular Triwulan I Sampai

Dengan Triwulan III Kota Serang Tahun 2014.......................... 6

Tabel 1.1.3 Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut dan Persentase

Penduduk Usia Lanjut masing-masing Wilayah Kerja Puskesmas

di Kota Serang Tahun 2014..................................................... 11

Tabel 1.1.4 Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di

Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru.….................................. 13

Tabel 1.1.5 Persentase Jumlah Lanjut Usia yang dibina Posbindu Usila

Bulan Mei – September Tahun 2015......................................... 17

Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………............….. 50

Tabel 3.4.2.1 Pedoman Wawancara………………...........……………….....… 63

Tabel 3.6.1 Daftar Informan Penelitian…….............………………………… 68

Tabel 3.9.1 Waktu Penelitian..............………...……………………………... 74

Tabel 4.1.1.1 Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru..................... 77

Tabel 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Singandaru Tahun 2014........................................... 78

Tabel 4.1.1.3 Nama Posbindu Usila di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru.................................................................................. 79

Tabel 4.1.1.4 Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera di

Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun 2013.................... 80

Tabel 4.1.1.5 Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru................................................................................ 82

Tabel 4.1.1.6 Jumlah Penduduk Usia ≥ 10 Tahun Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun

2014...................................................................................... 82

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

xi

Tabel 4.1.1.7 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru......... 83

Tabel 4.1.1.8 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Singandaru................................ 84

Tabel 4.2.2.1 Daftar Informan....................................................................... 91

Tabel 4.4.1 Persentase Jumlah Sasaran ≥ 60 Tahun yang dibina di Posbindu

Usila bulan April – September 2015............................................. 171

Tabel 4.4.2 Hasil Temuan Lapangan................................................................ 174

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.2 Tahap-tahap dalam kebijakan Publik........................................ 27

Gambar 2.1.2.1 Sekuensi Implementasi Kabijakan........................................... 32

Gambar 2.3.1 Skema Kerangka Berpikir…………...……………………….. 56

Gambar 4.1.1.1 Peta Puskesmas Singandaru...................................................... 76

Gambar 4.1.1.2 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Singandaru Tahun 2015. 85

Gambar 4.3.2.1 Struktur Organisasi Posbindu Usila.......................................... 112

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara

Lampiran 3 Tabel Hasil Temuan Lapangan

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data

Lampiran 5 Struktur Organisasi

Lampiran 6 Surat Pernyataan Informan

Lampiran 7 Membercheck

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Laporan Program Kesehatan Usia Lanjut

Lampiran 10 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004

Lampiran 11 Lain-lain

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memiliki umur yang panjang dan sehat merupakan sutau harapan seluruh

masyarakat sehingga mereka dapat memiliki banyak pengalaman dari perjalanan

hidupnya, ataupun dapat menikmati waktu yang lebih panjang, serta dapat

menghabiskan waktu kesehariannya dengan keluarga besar yaitu anak dan

cucunya. Untuk memiliki umur yang panjang, masyarakat pun berusaha menjaga

kesehatannya. Kesehatan pada masa tua dibutuhkan agar bisa menjadikan masa

lanjut usia yang mandiri dan berdaya guna. Maka dari itu derajat kesehatan

masyarakat perlu ditingkatkan. Derajat kesehatan masyarakat yang baik terwujud

dari keberhasilan pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan yang salah

satunya terlihat dari angka harapan hidup masyarakat.

Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk

dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur

(Profil Kesehatan Indonesia 2013). Dalam menghitung angka harapan hidup,

idealnya dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific

Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara

bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena

sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk

menghitung angka harapan hidup digunakan cara tidak langsung dengan program

1

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

2

Mortpak Lite (http://statistiknawangan.blogspot.co.id/2015/01/angka-harapan-

hidup-ahh-makanan-apa-itu.html diakses pada tanggal 15 April 2016). Dalam

mencari Angka Harapan Hidup dengan menggunakan software Mortpak

diperlukan data jumlah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)

yang akan dihitung oleh software tersebut, kemudian akan diperoleh Angka

Harapan Hidup dari hasil perhitungan rata-rata umur pada tabel life expectansy at

birth. Angka yang dihasilkan digunakan untuk menunjukan kemampuan untuk

bertahan hidup lebih lama.

Provinsi Banten berhasil meningkatkan angka harapan hidup masyarakat

dari 68,86 tahun pada tahun 2012, menjadi 69,04 tahun pada tahun 2013, dengan

persentase penduduk usia lanjut sebesar 4,73% atau sebanyak 565.781 orang dari

total penduduk tahun 2013 sebanyak 11.452.491 orang (Banten dalam Angka

2014). Angka Harapan Hidup (AHH) yang meningkat menunjukan bahwa derajat

kesehatan masyarakat pun telah meningkat. Namun peningkatan Angka harapan

Hidup ini menjadi tugas pemerintah dalam mengatasi dampaknya di masa yang

akan datang, karena semakin lamanya usia manusia untuk bertahan hidup maka

akan semakin meningkat jumlah manusia usia lanjut.

Provinsi Banten memiliki 4 (empat) Kabupaten dan 4 (empat) Kota. Kota

Serang adalah ibu kota Provinsi Banten. Terkait peningkatan Angka Harapan

Hidup (AHH), tidak seperti kota dan kabupaten lainnya di provinsi Banten, ibu

kota Provinsi Banten tidak berhasil meningkatkan angka tersebut di tahun 2013.

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

3

Tabel 1.1.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2012-2013

No Kabupaten/Kota

Angka

Harapan

Hidup Tahun

2012 (Tahun)

Angka

Harapan

Hidup Tahun

2013 (Tahun)

Persentase

Lansia (%)

Total

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

1 Kota Serang 67,23 67,23 4,1 618.802

2 Kota Tangerang 71,09 71,09 3,87 1.952.396

3 Kota Cilegon 65,84 65,84 4,06 39.8304

4 Kota Tangerang

Selatan 72,09 72,10 4,52 1.443.403

5 Kab. Tangerang 68,92 68,96 4,28 315.7780

6 Kab. Lebak 65,74 65,83 6,46 1.247.906

7 Kab. Pandeglang 62,66 62,83 7,09 1.183.006

8 Kab. Serang 62,90 63,03 2,63 1.450.894

Sumber: Banten Dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel 1.1.1 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) kota di

Provinsi Banten yang tidak berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)

masyarakatnya di tahun 2013 yaitu Kota Serang, Kota Tangerang dan Kota

Cilegon. Hal tersebut berarti ketiga kota tersebut tidak berhasil meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat seperti kota dan kabupaten lainnya di Provinsi

Banten. Selain itu, dari ketiga kota tersebut yaitu Kota Serang, Kota tangerang

dan Kota Cilegon, persentase jumlah penduduk usia lanjut terbanyak yaitu Kota

Serang yakni sebesar 4,1% atau sebanyak 25.422 jiwa dari total penduduk di Kota

Serang sebanyak 618.802 jiwa. Selain Angka Harapan Hidup (AHH) yang akan

berdampak pada peningkatan jumlah penduduk usia lanjut di masa yang akan

datang, terjadinya fenomena bonus demografi pun menjadi penyebab hal tersebut.

Fenomena bonus demografi terjadi di mana jumlah penduduk usia

produktif lebih banyak daripada penduduk usia non produktif. Penduduk usia

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

4

produktif yaitu penduduk yang berusia 15 tahun sampai 59 tahun. Fenomena

bonus demografi terjadi karena penurunan angka kelahiran atau angka Total

Fertility Rate (TFR). Total Fertility Rate (TFR) adalah rata-rata jumlah anak

yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa

reproduksinya (Jabar.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 13 September 2015).

Grafik 1.1.1 Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Banten

Sumber: bkkbn.go.id

Berdasarkan grafik 1.1.1, angka kelahiran di Provinsi Banten pada tahun

2012 mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun 2007 yaitu sebesar 0,14.

Hal ini menjadi penyebab terjadinya fenomena bonus demografi di Provinsi

Banten di tahun 2013. Pada tahun 2012, jumlah penduduk usia produktif di

Provinsi Banten berjumlah 7.446.699 orang atau sebesar 66,19% dari total

penduduk sebanyak 11.248.947 orang. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

5

penduduk usia produktif di Provinsi Banten sebanyak 7.558.592 orang atau

menurun sebasar 0,2% dari tahun 2012.

Fenomena bonus demografi pun terjadi di Kota Serang. Kota Serang

memiliki persentase jumlah penduduk usia produktif sebesar 64,67% atau

sebanyak 400.190 jiwa dari total penduduk sebanyak 618.802 jiwa. Jumlah

penduduk usia produktif melebihi dari 50% berarti sudah melebihi setengah dari

total penduduk. Secara demografis, besarnya proporsi penduduk usia produktif

merupakan potensi bagi pembangunan. Namun pemerintah juga perlu

memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang, yaitu akan

meningkatnya penduduk usia lanjut karena angka kelahiran yang sangat tinggi

pada tahun tertentu yang berarti rata-rata anak yang lahir tinggi akan menjadi

penduduk usia lanjut setelah 60 (enam puluh) tahun kemudian.

Jumlah penduduk usia lanjut yang meningkat karena meningkatnya Angka

Harapan Hidup (AHH) dan fenomena bonus demografi mengakibatkan terjadinya

perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama

penyebab kematian, di mana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi

(penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular)

semakin meningkat. Penyakit tidak menular (PTM) ini yang biasanya disebut

penyakit degeneratif (penuaan), dengan demikian penyakit ini adalah penyakit

yang biasa dialami oleh penduduk usia lanjut.

Usia yang bertambah tua akan mengalami penurunan fungsi fisiologis

sehingga manusia usia lanjut rentan terkena penyakit tidak menular. Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), melakukan

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

6

pengelompokan penyakit tidak menular menurut enam kelompok penyakit yaitu

kanker, diabetes mellitus, jantung, hipertensi, Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) dan asma (Buletin Penyakit Tidak Menular (PTM) 2012).

Tabel 1.1.2 Rekapan Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) Triwulan I

Sampai Dengan Triwulan III Kota Serang Tahun 2014

No. Penyakit Tidak Menular Jumlah Lansia

tahun (Orang)

1 Hipertensi 3.128

2 Penyakit Jantung Koroner 191

3 Stroke 33

4 Diabetes Melitus 388

5 PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) 138

6 Asthma 92

7 Osteoporosis 12

8 Gagal Ginjal Kronik 11

Jumlah 3.993

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2014

Berdasarkan tabel 1.1.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 Lansia di

Kota Serang yang menderita Penyakit tidak menular sebanyak 3.993 orang. Total

penduduk Lansia tahun 2014 sebanyak 22.003 orang, hal ini berarti sebesar

18,14% dari jumlah penduduk lansia tersebut menderita Penyakit Tidak Menular

(PTM). Dari ke-10 (sepuluh) PTM, yang banyak diderita oleh lansia adalah

penyakit hipertensi yakni sebanyak 3.128 orang.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

7

Permasalahan kesehatan lainnya yang diungkapkan Kane dan Ouslander

sering disebut dengan sebutan 14 (empat belas) I, yaitu immobility (kurang

bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),

incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual

impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of

vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity

(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit

buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak

punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan) (Pedoman

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lanjut Usia 2010).

Berbagai macam permasalahan yang dialami penduduk usia lanjut, maka

dari itu penduduk usia lanjut perlu mendapatkan perhatian pemerintah melalui

pelaksanaan kebijakan yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dalam

pasal 14 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi

fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.

Usia lanjut yang mengalami penurunan fungsi organ tubuh serta memiliki

risiko terkenanya penyakit degenaratif, perlu mendapatkan perlakuan yang khusus

atas pelayanan kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pasal 5 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan

merupakan salah satu hak bagi lanjut usia untuk meningkatkan kesejahteraan

sosialnya. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 39

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

8

Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dalam pasal 41 ayat 2 disebutkan bahwa

orang yang berusia lanjut berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

Demi terwujudnya isi undang-undang tersebut, maka pemerintah wajib

menyediakan fasilitas dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun

memfasilitasi kelompok usia lanjut. Hal ini seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 138 ayat 2

disebutkan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri

dan produktif secara sosial dan ekonomis.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang

pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, dalam pasal 4 dan

5 menjelaskan bahwa, Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya

peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia baik yang masih potensial

maupun tidak. Upaya tersebut dilaksanakan oleh dan jadi tanggung jawab

pemerintah dan masyarakat serta dilaksanakan secara terkoordinasi antar

pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesejahteraan Lansia tercatum

dalam Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2004 pasal 3 yaitu:

1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

2. Pelayanan kesehatan;

3. Pelayanan kesempatan kerja;

4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;

5. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas,

sarana dan prasarana umum;

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

9

6. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;

7. Bantuan sosial;

8. Perlindungan sosial.

Peraturan pemerintah Nomor 43 tahun 2004 merupakan peraturan yang

menjadi dasar kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia).

Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan kepada lanjut usia di

masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh

masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor pemerintah dan

non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan

pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Tujuan dilaksanakan

pelayanan kesehatan di posyandu Lansia adalah untuk pencapaian lanjut usia

sehat, mandiri, dan berdaya guna (Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia,

Komisi Nasional Lansia 2010).

Posyandu Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah

melalui pelayanan kesehatan bagi usia lanjut yang penyelenggaraannya melalui

program Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dengan melibatkan peran serta

para usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat, dalam penyelenggaraannya

(http://posyandu.org/posyandu/posyandu-Lansia/525-pengertian-posyanduLansia.

html diakses pada tanggal 27 maret 2015). Maka dari itu, posyandu Lansia

termasuk dalam kebijakan derivat atau kebijakan turunan dari kebijakan publik,

dimana Posyandu Lansia merupakan suatu bentuk kegbijakan yang terwujud dari

undang-undang dan program Puskesmas.

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

10

Posyandu Lansia yang dilaksanakan di daerah di Indonesia menggunakan

nama yang berbeda-beda seperti karang wredha, pusaka, Posbindu (Pos

Pembinaan Terpadu), karang lanjut usia, dan lain-lain (Pedoman Pelaksanaan

Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lansia 2010). Kota Serang menggunakan

nama Posyandu Lansia dengan nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila). Nama Posbindu dipilih karena sebagai penjelas perbedaaan

antara Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Pembinaan Terpadu

(Posbindu) di mana sasaran dalam Posyandu mencakup bayi, Balita, ibu hamil,

ibu nifas, ibu menyusui dan wanita subur. Sedangkan sasaran dalam Posbindu

mencakup penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) yang biasa diderita oleh

lanjut usia. Nama usia lanjut digunakan karena Posbindu untuk masyarakat yang

berusia lanjut dalam arti yang sudah memasuki masa usia lanjut yaitu berusia 60

tahun ke atas, sedangkan istilah lanjut usia lebih ke kelompok masyarakat berusia

lanjut (wawancara dengan Ibu Eka Agustina, M.Kes Kepala Seksi Gizi Remaja

dan Lanjut Usia Dinas Kesehatan Kota Serang pada tanggal 20 April 2016).

Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat

berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk

usia lanjut (http://macrofag.blogspot.co.id/2013/03/artikel-posbindu_2222.html

diakses pada tanggal 16 April 2016). Pelaksanaan kebijakan ini dibantu oleh

Puskesmas setempat dalam memberikan jasa tenaga kesehatan di Posbindu Usila.

Kota Serang memiliki 16 (enam belas) Puskesmas. Dari ke-16 (enam

belas) Puskesmas tersebut memiliki 54 (lima puluh empat) Pos Pembinaan

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

11

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang tersebar di masing-masing wilayah

kerja Puskesmas di Kota Serang. Berikut adalah Jumlah Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang ada di masing-masing wilayah kerja

Puskesmas di Kota Serang beserta persentase jumlah Lansianya:

Tabel 1.1.3 Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut dan Persentase

Penduduk Usia Lanjut masing-masing Wilayah Kerja Puskesmas di Kota

Serang Tahun 2014

No. Nama Puskesmas

Jumlah Pos

Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut

Jumlah

Lansia

(Jiwa)

Jumlah

penduduk

(Jiwa)

Persentase

Jumlah

Lansia

1 Puskesmas Banjar agung 3 209 49.446 0,42%

2 Puskesmas Banten girang 2 476 29.576 1,6%

3 Puskesmas Ciracas 3 1.817 29.608 6,13%

4 Puskesmas Cipocok 1 290 14.059 2,06%

5 Puskesmas Curug 2 558 49.181 1,13%

6 Puskesmas Kalodran 3 749 34.415 2,17%

7 Puskesmas Kasemen 4 3037 44.304 6,85%

8 Puskesmas Kilasah 3 635 39.140 1,33%

9 Puskesmas Pancur 2 30 25.147 0,11%

10 Puskesmas Rau 3 1.769 52.890 3,34%

11 Puskesmas Sawah Luhur 2 187 84.08 2,22%

12 Puskesmas Serang Kota 8 3.063 52.226 5,86%

13 Puskesmas Singandaru 5 5.231 28.284 18,49%

14 Puskesmas Taktakan 7 2.287 58.959 3,87%

15 Puskesmas Unyur 4 1.257 54.496 2,3%

16 Puskesmas Walantaka 2 408 48.663 0,83%

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2014

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

12

Data pada tabel 1.1.3 didapatkan dari laporan kegiatan usia lanjut di Kota

Serang tahun 2014, serta data kependudukan Kota Serang dari Badan Pusat

Statistik Provinsi Banten. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan batas usia

lanjut usia yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yaitu

minimal 60 tahun. Berdasarkan tabel 1.1.3 dapat diketahui bahwa dari ke-16

(enam belas) Puskesmas yang ada di Kota Serang, wilayah kerja Puskesmas

Singandaru merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah penduduk Lansia

terbanyak yakni sebesar 18,49% atau sebanyak 5.231 lansia. Menurut kutipan

dalam bulletin Lansia tahun 2013, persentase jumlah penduduk usia lanjut yang

mencapai lebih dari 7% menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan daerah

berstruktur tua. Hal ini menunjukan bahwa wilayah kerja Puskesmas Singandaru

merupakan wilayah berstruktur tua di Kota Serang.

Wilayah yang termasuk berstruktur tua perlu mendapat perhatian dari

pemerintah dalam memberikan kebijakan di bidang kesehatan untuk penduduk

usia lanjut, mengingat permasalahan yang terlihat dialami oleh Lansia adalah

kesehatan yang menurun. Puskesmas Singandaru memiliki program kesehatan

usia lanjut yang terlaksana dalam kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila) yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Serang dan

kader Posbindu Usila. Wilayah kerja Puskesmas Singandaru membawahi 3 (tiga)

kelurahan yaitu Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota

Baru serta memililki 5 (lima) Posbindu Usila yang terdapat di kelurahan tersebut.

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

13

Tabel 1.1.4 Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di

Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

No. Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila) Kelurahan

1 Pepabri Lontar Baru

2 Melati Lontar Baru

3 Teratai Lontar Baru

4 Sirsak Kagungan

5 Manggis Kagungan

Sumber: Puskesmas Singandaru 2015

Berdasarkan tabel 1.1.4 dapat diketahui bahwa kelima Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) tersebut terdiri dari 3 (tiga) Posbindu Usila

yang berada di Kelurahan Lontar Baru dan 2 (dua) Posbindu Usila berada di

Kelurahan Kagungan. Implementasi kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru tidak terlepas

dari berbagai kendala yang menghambat pelaksanaannya. Berbagai permasalahan

yang ditemukan berdasarkan data terkait implementasi kebijakan posbindu usila,

wawancara pendahuluan serta hasil observasi melalui partisipasi langsung dalam

kegiatan posbindu usia lanjut, antara lain:

Pertama, jumlah tenaga pelaksana Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila) dari Puskesmas yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil

observasi partisipatif peneliti pada pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah kerja

Puskesmas Singandaru, Tenaga Pelaksana tetap untuk Posbindu Lansia hanya satu

orang saja yaitu Ibu Tatu Maltupah Amd. Kep sebagai pelaksana bina kesehatan

masyarakat lanjut usia di Puskesmas Singandaru. Beliau berprofesi sebagai

seorang perawat di Puskesmas Singandaru. Apabila dibandingkan dengan

pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas lain seperti Puskesmas

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

14

Serang Kota, tenaga kesehatan untuk Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru jauh lebih sedikit.

Puskesmas Serang Kota memiliki jadwal pelaksanaan Posbindu Usila

beserta tenaga kesehatan yang akan ditugaskan di masing-masing Posbindu Usila.

Jumlah tenaga kesehatan untuk tiap Posbindu Usila yaitu sebanyak 4 (empat)

orang yang terdiri dari 3 (tiga) perawat dan 1 (satu) dokter umum. Berdasarkan

hasil obervasi partisipatif peneliti pada pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah

kerja Puskesmas Serang Kota, ketiga perawat tersebut terbagi dalam bagian

pendaftaran yang bertugas mencatat nama lansia yang kemudian dikelompokan

dalam kepesertaan BPJS Kesehatan, pemeriksaan tekanan darah, dan pemberian

resep obat. Sedangkan seorang dokter bertugas dalam memeriksakan kesehatan

lansia dan konsultasi kesehatan lansia yang terdapat di meja pelayanan 4 (empat)

di Posbindu Usila. Sedangkan Puskesamas Singandaru tidak menetapkan tenaga

kesehatan yang akan bertugas di tiap Posbindu Usila, karena Puskesmas

Singandaru hanya memiliki satu tenaga kesehatan yaitu seorang perawat untuk

melayani kesehatan Lansia di Posbindu Usila wilayah kerja Puskesmas

Singandaru. Tugas tenaga kesehatan di Posbindu mulai dari pemeriksaan tekanan

darah, test laboratorium sederhana, konsultasi kesehatan, pemberian resep dan

pencatatan nama lansia serta hasil pemeriksaan kesehatan dilakukannya seorang

diri.

Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan pengelola program

kesehatan lanjut usia di Puskesmas Singandaru, terkait tidak adanya penetapan

nama petugas Puskesmas ataupun jumlah petugas dari puskesmas yang akan

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

15

bertugas pada pelaksanaan Posbindu Usila, pemilihan petugas yang akan

membantu dalam pelaksanaan posbindu bersifat fleksibel dalam arti siapapun

yang bisa dari bidang perawat, dokter ataupun bidan yang apabila tidak

berbenturan dengan jadwal tugas di puskesmas akan diminta untuk membantu

melayani kesehatan di Posbindu Usila. Bahkan, apabila ada mahasiswa dari

bidang akademik keperawatan akan diminta untuk turut serta dalam pelaksanaan

Posbindu Usila (Wawancara dengan Ibu Tatu Maltupah Pengelola Program Lanjut

Usia Puskesmas Singandaru pada tanggal 26 Oktober 2015). Hasil observasi

partisipatif peneliti yang telah mengikuti seluruh pelaksanaan Posbindu Usila di

wilayah kerja Puskesmas Singandaru, tenaga kesehatan di Posbindu Usila dari

Puskesmas Singandaru tidak pernah lebih dari satu orang, terkecuali apabila ada

mahasiswa bidang kesehatan yang sedang magang yang dapat membantu

melayani kesehatan di Posbindu Usila.

Jumlah tenaga pelaksana Posbindu Usila dari Puskesmas Singandaru yang

kurang berakibat pada jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk lanjut usia. Jumlah

penduduk Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yakni

Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota Baru sebanyak

5.231 orang atau sebesar 15,17% dari total penduduk di 3 (tiga) kelurahan

tersebut.

Jumlah Rukun Warga (RW) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu

sebanyak 31 RW, 13 RW berada di Kelurahan Lontar Baru, 12 RW di Kelurahan

Kagungan dan 6 RW di Kelurahan Kota Baru. Sedangkan jumlah Pos Pembinaan

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

16

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru

hanya ada 5 (Lima) dan itu pun hanya ada di 2 (dua) kelurahan yaitu Kelurahan

Lontar Baru yang memiliki 3 (tiga) Posbindu Usila dan Kelurahan Kagungan

yang memiliki 2 (dua) Posbindu Usila. Jumlah Posbindu Usila tersebut tidak ada

setengahnya dari jumlah RW. Bahkan warga Kelurahan Kota Baru tidak memiliki

satu pun Posbindu Usila. Warga Kelurahan Kota Baru sudah mengajukan

permohonan mendirikan Posbindu Usila di wilayahnya, namun pengajuan tersebut

tidak dapat dikabulkan oleh pihak Puskesmas dikarenakan jumlah tenaga

pelaksana Posbindu Usila dari Puskesmas yang tidak mencukupi yakni hanya

tersedia 1 (satu) orang saja. sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ideal untuk

Posbindu adalah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 2 (dua) perawat dan 1 (satu)

dokter umum (Wawancara dengan Ibu Tatu Maltupah Amd. Kep pengelola

progam kesehatan lanjut usia pada tanggal 26 Oktober 2015).

Kelurahan Kota Baru tidak memililki Posbindu Usila membuat penduduk

usia lanjut di Kelurahan Kota Baru yang ingin memeriksa kesehatannya harus

mendatangi Puskesmas Sigandaru. Padahal, Kelurahan Kota Baru merupakan

Kelurahan yang jaraknya terjauh dari Puskesmas yaitu sejauh 1,1 KM (Kecamatan

Kota Serang dalam Angka 2014). Hal tersebut membuktikan bahwa tujuan

pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) atau dengan

nama lain di Kota Serang yaitu Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) yaitu meningkatnya kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan dan rujukan tidak efektif.

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

17

Kedua, rendahnya partisipasi warga lanjut usia dalam mengikuti

pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila). Masalah ini

peneliti temukan berdasarkan data jumlah Lansia yang hadir dalam pelaksanaan

Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu) di 5 (lima) Posbindu di wiliayah

kerja Puskesmas Singandaru yaitu Kelurahan Lontar Baru dan Kelurahan

Kagungan.

Tabel 1.1.5 Persentase Jumlah Lanjut Usia yang dibina Posbindu Usila Bulan

Mei – September Tahun 2015

No Bulan

Jumlah

Sasaran

(Orang)

Jumlah Lansia

yang Dibina

(Orang)

Persentase Jumlah

Lanjut Usia yang

Dibina (%)

1 Mei 5.231 39 0,74

2 Juni 5.231 38 0,72

3 Juli 5.231 45 0,86

4 Agustus 5.231 33 0,63

5 September 5.231 29 0,55

Sumber: Puskesmas Singandaru 2015

Berdasarkan tabel 1.1.5 jumlah Lansia berusia ≥ 60 tahun yang dibina

dengan kata lain yang hadir pada pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posindu Usila) mengalami peningkatan yang fluktuatif namun pada bulan

Juli sampai dengan September mengalami penurunan sebesar 0,31%. Data

tersebut sangat memprihatinkan sekali karena tidak sampai 1% pun Lansia yang

hadir pada pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posindu Usila).

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

18

Peningkatan yang bersifat fluktuatif dari angka kehadiran Lansia berusia ≥

60 tahun pada pelaksanaan Posbindiu Usila karena lansia tersebut tidak hanya

memeriksa kesehatan pada Posbindu Usila saja. Apabila memiliki waktu akan

memeriksakannya di Puskesmas berhubung letak Puskesmas yang cukup dekat

dengan lokasi Posbindu. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu kader Posbindu

usila bahwa tidak hanya di Posbindu saja warga dapat memeriksa kesehatan,

kadang bila perlu langsung ke Puskesmas (wawancara dengan Ibu Endang Ketua

Kader Posbindu Usila Teratai pada tanggal 04 November 2015). Dimanapun

warga memeriksakan kesehatanya adalah pilihan warga itu sendiri dan tidak ada

paksaan dari siapapun. Posbindu Usila merupakan fasilitas yang memberikan

pelayanan kesehatan yang dekat dengan warga sehingga warga Lansia dapat

dengan mudah mendapatkan pelayanan tersebut.

Ketiga, pengukuran Indeks masa Tubuh (IMT) tidak dilakukan. Hasil

pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan hasil status gizi Lanjut usia

yang dihitung dari perhitungan tinggi badan dan berat badan Lansia. Berhubung

petugas pelaksana Posbindu Usila dari Puskesmas Singandaru yang kurang yaitu

hanya satu orang saja, maka perhitungan IMT akan sulit untuk dilakukan.

Sedangkan perhitungan IMT merupakan kelemahan bagi kader Posbindu Usila

sehingga kader pun tidak bisa melakukannya karena kader kesulitan dalam

menghitung. Meskipun sudah diajarkan pada kegiatan pelatihan yang dilakukan

Puskesmas dan Dinas kesehata Kota Serang, namun Kader sering lupa cara

meghitung IMT (Wawancara dengan Ibu Tatu Maltupah Pengelola Program

Kesehatan Lanjut Usia pada tanggal 07 Oktober 2015).

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

19

Berdasarkan observasi peneliti, satu petugas pelaksana Posbindu Usila dari

Puskesmas tersebut sudah memegang tugas bagian pemeriksaan darah dengan

menggunakan alat laboraturium sederhana seperti pemeriksaan gula darah,

kolesterol, dan asam urat. Sedangkan kader Posbindu Usila hanya aktif pada

bagian pendaftaran Lansia, pencatatan berat badan. Pengukuran tinggi badan tidak

dilakukan karena tidak ada alat pengkur tinggi badan. apabila IMT tidak

dilakukan maka tdak dapat diketahui ada tidaknya Lansia yang mengalami

kekurangan gizi. Selain itu, kegiatan posbidu Usila jadi tidak jauh berbeda dengan

program Puskesmas keliling yang hanya memeriksa kesehatan Lansia atas

keluhan Lansia lalu mendapatkan resep obat, yang membuat beda antara

Puskesmas keliling dan Posbindu Usila yaitu adanya Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) pada Lansia.

Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan di lapangan mengenai

pelaksanaan kegiatan posbindu usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru,

maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat

judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN TERPADU

USIA LANJUT (POSBINDU USILA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SINGANDARU KOTA SERANG

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, identifikasi masalah dalam penelitian ini

antara lain:

1. Jumlah pelaksana Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) dari

Puskesmas yang tidak mencukupi.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

20

2. Rendahnya partisipasi warga lanjut usia dalam mengikuti pelaksanaan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila).

3. Pengukuran Indeks masa Tubuh (IMT) tidak dilakukan.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada pada latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti

mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh. peneliti

mencoba membatasi penelitian fokus pada Implementasi Kebijakan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru Kota Serang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada pendahuluan serta dengan memperhatikan fokus yang

tercantum dalam batasan masalah, maka peneliti menetapkan rumusan masalah

penelitian ini yaitu “Bagaimana implementasi kebijakan Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru Kota Serang?”

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentu peneliti diharuskan menetapkan tujuan penelitian

yang akan dicapai. Sebab apabila tidak ada tujuan yang jelas maka peneliti akan

mengalami kesulitan. Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menetapkan tujuan

penelitian yaitu mengetahui implementasi kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang.

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

21

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan peneliti dari adanya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara teoritis

a. Dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkkan kekhasanah ilmu

pengetahuan terutama ilmu sosial yang berkaitan dengan teori

kebijakan publik yang peneliti peroleh dari mata kuliah implementasi

kebijakan publik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

keilmuan dan pengetahuan di bidang sosial, khususnya ilmu

administrasi negara.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai penerapan beberapa ilmu baik yang

telah dipelajari peneliti dalam perkuliahan di kelas maupun di luar

jadwal perkuliahan;

b. Bagi pemerintah, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan

atau sumbangsih pemikiran pemerintah dalam memberikan suatu

program untuk rakyat khususnya untuk usia lanjut;

c. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, penelitian ini semoga dapat

berguna menjadi informasi tambahan.

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

22

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI

PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Umumnya pada laporan penelitian ilmiah akan ditemukan suatu bagian

yag membahas tentang teori yag dipakai untuk mendukug hipotesis yang dibuat.

Sugiyono (2012: 58) mendefinisikan deskrisi teori dalam suatu penelitian

merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atua

penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat

digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang

dteliti atau tidak. Landasan teori dalam Kountur (2009: 68) memiliki sekurang-

kurangnya 3 (tiga) manfaat yaitu:

1. Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang diteliti;

2. Mengetahui hasil penelitian yang berhubungan dengan yang sudah pernah

dilaksanakan; dan

3. Memperjelas masalah penelitian.

Menurut Kountur (2009: 68) pustaka yang merupakan sumber teori dapat

diperoleh dari 2 (dua) sumber utama yaitu laporan penelitian dan buku-buku teks.

Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori

disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar

untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen

22

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

23

penelitian. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang

dibawa peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan juga masih

bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau

konteks sosial. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk

bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.

2.1.1 Kebijakan Publik

Masyarakat menjalani hidup bersama dengan masyarakat lainnya dalam

sebuah negara. Sebuah kehidupan bersama harus diatur. Tujuannya satu, supaya

satu dengan yang lainnya tidak saling merugikan. Kehidupan bersama harus diatur,

namun bukan sekedar diatur, melainkan diatur oleh peraturan yang berlaku untuk

semuanya dan berlaku mengikat semuanya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi

sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukannya, dan sanksi dijatuhkan di

depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Aturan tersebut yang secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik.

Kebijakan terbenuk dari dua kata yaitu kebijakan dan publik. Kebijakan (policy)

adalah an authoritative decision. Publik adalah sekelompok orang yang terikat

dengan suatu isu tertentu.

Salah satu definsi kebijakan publik diberikan oleh Eyestone dalam

Winarno (2012: 20), ia mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat

didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.

Konsep yang ditawarkan Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas

dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

24

mencakup banyak hal. Batasan lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Dye

dalam Nugroho (2012: 120), yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai:

“Segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan,

dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda

(whatever government choose to do or not to do. Publik policy is what

government do, why they do it, and what difference it makes)”.

Berkenaan dengan pemahaman Dye bahwa kebijakan publik adalah segala

sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pemahaman

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Berkenaan dengan “segala sesuatu”, karena kebijakan publik

berkenaan dengan setiap aturan main dalam kehidupan bersama, baik

yang berkenaan dengan hubungan antar warga maupun warga dan

pemerintah

2. Istilah “dikerjakan”, karena “kerja” sudah merangkum proses “pra”

dan “pasca”, yaitu bagaimana pekerjaan itu dirumuskan, diterapkan

dan dinilai hasilnya.

3. Istilah dikerjakan” dan “tidak dikerjakan”, karena “dikerjakan” dan

“tidak dikerjakan” sama-sama keputusan.

4. Kenapa harus “pemerintah”, kebijakan publik dibuat oleh orgaisasi

publik dan organisasi publik identik dengan pemerintah.

5. Kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama

atau kehidupan publik, dan bukan mengatur kehidupan orang seorang

atau golongan.

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

25

Walaupun batasan yang diberikan oleh Dye ini dianggap agak tepat,

namun batasan ini tidak cukup memberikan perbedaan yang jelas antara apa yang

diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan

oleh pemerintah. Disamping itu, konsep ini mencakup tindakan-tindakan seperti

pengangkatan pegawai baru atau pemberian lisensi. Suatu tindakan yang

sebenarnya berada di luar domain kebijakan publik.

Edward III dan Sharkansky mengartikan kebijaksanaan negara yang

hampir mirip dengan dengan definisi Dye dalam Islamy (2004:18) tersebut yaitu

sebagai berikut:

“…is what governments say and do, or not to do. It is the goals or

purposes of government programs... (adalah apa yang dinyatakan dan

dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijaksanaan negara itu

berupa sasaran atau tujuan programa-programa pemerintah…)”.

Edward dan Sharkansky kemudian mengatakan bahwa kebijaksanaan

negara itu dapat ditetapkan secara jelas dalam peraturan-peraturan perundang-

undangan atau dalam bentuk pidato-pidato pejabat teras pemerintah ataupun

berupa programa-programa dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.

Seorang pakar ilmu politik lain, Rose dalam Winarno (2012: 20) menyarankan

bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai “Serangkaian keanggotaan yang

sedikit banyak berhubungan serta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang

bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri”.

Definisi ini sebenarnya bersifat ambigu, namun defnisi ini berguna karena

kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu

keputusan untuk melakukan sesuatu. Tokoh ahli lainnya yang mendefinisikan

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

26

kebijakan publik yaitu Federick. Federick dalam Nugroho (2012: 119),

memandang kebijakan sebagai:

“Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang

yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk

memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam

rangka mencapai tujuan tertentu”.

Definisi yang diberikan oleh Federick ini menyangkut definisi yang luas karena

kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah,

tetapi juga kelompok maupun oleh individu.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli, dapat diambil kesimpulan

bahwa kebijakan publik adalah sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka mencapai tujuan tertentu dengan mengetahui hambatan-

hambatanya dan kebijakan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk program-

program, peraturan perundang-undangan, atau tindakan-tindakan pemerintah

lainya. Bentuk-bentuk dari kebijakan publik antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Tap MPR;

3. Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi;

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

27

2.1.2 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. oleh karena

itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik

membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.

Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memberikan kemudahan dalam

mengkaji kebijakan publik. Adapun tahapan-tahapan dalam kebijakan publik

dalam Winarno (2012: 35) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1.2.1 Tahap-tahap dalam kebijakan public

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

28

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk

dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah

masuk pada agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu

masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain

ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-

alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options)

yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke

dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing

alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain”

untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

29

4. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika

program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi

maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil,

dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya

finansial dan manusia.

5. Tahap evaluasi kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat unutk meraih dampak yang

diinginkan. Oleh karena itu ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria

yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih

dampak yang diinginkan.

2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan menunjuk aktivitas menjalankan kebijakan dalam

ranah senyatanya, baik yang dilakukan oleh organ pemerintah maupun para pihak

yang telah ditentukan dalam kebijakan. Implementasi kebijakan sendiri biasanya

ada yang disebut sebagai pihak implementor, dan kelompok sasaran. Implementor

kebijakan adalah mereka yang secara resmi diakui sebagai individu/lembaga yang

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

30

bertanggungjawab atas pelaksanaan program di lapangan. Kelompok sasasran

adalah menunjuk para pihak yang dijadikan sebagai objek kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang kursial dalam proses

kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar

mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Kamus Webster (Solihin, 2012:

135), secara lexicografis merumuskan bahwa istilah “To implement

(mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to

(menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.

Kalau pandangan ini kita ikuti, maka implementasi kebijakan dapat

dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan, biasanya

dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan,

perintah eksekutif, atau dekrit presiden. Implementasi merupakan aspek yang

penting dari keseluruhan proses kebijakan, bahkan para pakar kebijkaan asal

Afrika, Udoji dalam Solihin (2012: 126), pernah tegas mengatakan bahwa:

“The execution of policies is as important if not more important than

policy making. Policies will remain dreams or pront in file jakets unless

they are implemented” (pelaksanaan kebijakan adalah sesuau hal penting

bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Kebijakan-kebijakan akan berupa impian atau rencana bagus yang

tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan)”.

Implementasi sering dianggap sebagai bentuk pengoperasionalisasian atau

penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang yang

menjadi kesepakatan bersama di antara beragam pemangku kepentingan

(stakeholders), aktor, organisasi (publik atau privat), prosedur, dan teknik secara

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

31

sinergistis yang digerakan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan ke arah

tertentu yang dikehendaki. Meter dan Horn Winarno (2012:149) dalam membatasi

implementasi kebijakan sebagai

“Tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (atau kelompok-

kelompok) pemerntah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

sebelumnya”.

Implementasi kebijakan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses,

serangkaian keputusan (a serial of decisions) dan tindakan (actions) yang

bertujuan melaksanakan keputusan pemerintah atau keputusan legislasi negara

yang telah dibuat atau dirumuskan sebelumnya. Isu penting dalam studi

implementasi, dalam pandangan Smith dan Larimer dalam Solihin (2012: 141),

ialah figuring out how atau sebaliknya how a policy does not work (Smith dan

Larimer, 2009).

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan

publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu mengimplementasikan dalam

bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunnan dari

kebijakan tersebut. secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

32

Gambar 2.1.2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan (Nugroho, 2012: 675)

Kebijakan dalam bentuk undang-undang atau peraturan daerah adalah

jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan penjelas. Rangkaian

implementasi kebijakan publik yaitu dimulai dari program, ke proyek, dan

kegiatan. Program didetailkan dalam proyek-proyek, dan implementasinya dalam

bentuk “produk” baik berupa pelayanan maupun barang, produk juga sering

diganti dengan “kegiatan”. Jadi, kebijakan tersebut diturunkan berupa program-

program, yang kemudian diturunkan menjadi proyek-poyek, dan akhirnya

berwujud pada kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan pemerintah, masyarakat,

maupun kerjasama pemerintah masyarakat.

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

33

Dari beberapa definisi implementasi kebijakan publik, dapat disimpulkan

implementasi merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan

undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna

pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan

teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan atau program-program.

2.1.4 Model Pendekatan Implementasi Kebiajakan Publik

Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, dijelaskan

tentang adanya dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan yakni

pendekatan top down dan bottom up. Bahasa Lester dan Stewart dalam Agustino

(2008: 140), istilah itu dinamakan dengan the command and control approach

(pendekatan kontorl dan komando yang mirip dengan top down approach) dan the

market approach (pendekatan pasar yang mirip dengan bottom up approach).

Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam

membentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya. Dalam buku publik policy

dari Nugroho (2012: 700), pendekatan kontrol komando disebut berpola paksa

(command-and-contorol) dan pendekatan pasar disebut mekanisme pasar

(economic incentives).

Model mekanisme paksa adalah model yang mengedepankan arti penting

lembaga publik sebagai lembaga tunggal yang mempunyai monopoli atas

mekanisme paksa dalam negara, tidak ada mekanisme insentif bagi yang

menjalani, namun ada sanksi bagi yang menolak melaksanakan atau

melanggarnya. Model mekanisme pasar adalah model yang mengedepankan

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

34

mekanisme insentif bagi yang menjalani, dan bagi yang tidak menjalankan tidak

mendapatkan sanksi, namun tidak mendapatkan insentif .

2.1.4.1 Pendekatan Top-Down

Pendekatan top-down menurut parson (2006: 465), adalah model yang

muncul pertama kali. model “top-down” berupa pola yang dikerjakan oleh

pemerintah untuk rakyat, partisipasi lebih berbentuk mobilisasi. Menurut

Pressman dan Wildvsky (1973: xiii) dalam parson (2006: 468), model rasional ini

berisi gagasan bahwa implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa

yang diperintahkan, dan mengontrol urutan tahapan dalam sebuah sistem; dan

implementasi adalah soal pengembangan sebuah program kontrol yang

meminimalkan konflik dan deviasi dari tujuan yang telah ditetapkan oleh

“hipotesis kebijakan”.

Menurut Suharto (2012: 71), model implementasi kebijakan dengan

pendekatan top down disebut sebagai model imperatif dalam model kebijakan

sosial berdasarkan pelaksanaannya. Model kebijakan sosial imperatif adalah

model kebijakan sosial terpusat, yakni seluruh tujuan-tujuan sosial, jenis, sumber,

dan jumlah pelayanan sosial, seluruhnya telah ditentukan oleh pemerintah. Dalam

kebijakan imperatif, peran perencanaan pembangunan sebagian besar

dilaksanakan oleh pemerintah.

Model implementasi pendekatan top-down dalam Nugroho (2012: 700),

yaitu model implementasi dari Donald Van Meter & Carl Van Horn; Daniel

Mazmanian & Paul A. Sabatier; Brian W. Hoogwood dan Lewis A. Gunn;

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

35

Merilee S. Grindle; dan George Edward III. Berikut adalah model-model

implementasi dengan pendekatan top down:

1. Model Metter & Horn

Model implementasi klasik dari Meter & Horn dalam Subarsono

(2012: 99), menawarkan suatu model dasar yang membentuk kaitan (linkage)

antara kebijakan dan kinerja (performance), ada enam variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1) Standar dan sasaran kebijakan, Standar dan sasaran kebijakan harus jelas

dan terukur sehingga dapat direalisir.

2) Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik

sumberdaya manusia (human resources) meupun sumberdaya non-

manusia (non-human resources).

3) Hubungan antar organisasi. Dalam banyak program, implementasi

sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.

4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud dengan karakteristik agen

pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-

pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan

memperngaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, ekonomi. Variabel ini mencakup smberdaa

ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan

dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan,

yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada

dilingkunga; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor. Disposisi implementor mencakup tiga hal yang

penting, yakni: (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan

mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi,

yakni pemahamannya terhadap kebijakan; (c) intensitas disposisi

implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

2. Model Hoogwood dan Gunn

Model Hogwood dan Gunn yang dipetakan dalam Nugroho (2012:

687) diberi label “MS” yang terletak dikuadran “puncak ke bawah” dan

berada di “mekanisme paksa” dan “mekanisme pasar”. Menurut kedua pakar

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

36

ini, untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat

yaitu:

1) Jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan

pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.

2) Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumber daya yang memadai,

termasuk sumber daya waktu.

3) Apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada.

4) Apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubugan kausal

yang andal.

5) Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.

6) Apakah hubungan saling kebergantungan kecil.

7) Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

8) Tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar.

3. Model Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle (1980) dalam Subarsono

(2012: 93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content

of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation) Variabel

isi kebijakan ini mencakup:

1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups

termuat dalam isi kebijakan;

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group;

3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.;

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat;

5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci; dan

6. Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkuban kebijakan mencakup:

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh

para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan;

2. Karakteristik institusi dan rejim yangsedang berkuasa;

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

37

2.1.4.2 Pendekatan Bottom-Up

Model bottom-up merupakan kritikan model top-down karena model top-

down tidak menjelaskan peran aktor dan unsur lain dalam proses implementasi.

Menurut Parson (2006: 470), yang paling penting dalam pendekatan ini adalah

hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan. Model bottom-

up adalah model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi dan

pembentukan konsensus. Ini melibatkan dua konteks atau lingkungan yaitu

keahlian manajemen dan kultur organisasi yang terlibat dalam implementasi

kebijakan publik dan lingkungan politik tempat mereka harus bekerja. Model

bottom up menekankan pada fakta bahwa implementasi “di lapangan”

memberikan keleluasan dalam penerapan kebijakan.

Menurut Suharto (2012:71), model implementasi kebijakan pendekatan

bottom up disebut dengan model indikatif dalam model kebijakan sosial

berdasarkan pelaksanaannya. Kebijakan indikatif adalah kebijakan sosial yang

mengupayakan kesamaan visi dan aspirasi seluruh masyarakat. Pemerintah

biasanya hanya menentukan sasaran kebijakan secara garis besar, sedangkan

pelaksanaannya dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat atau badan-badan swasta

(Lembaga Swadaya Masyarakat atau organisasi sosial).

Kebijakan indikatif sering pula disebut sebagai kebijakan sosial partisipatif.

Dalam kebijakan indikatif, usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dikelola sektor

masyarakat dan swasta tidak dikontrol secara ketat. Pemerintah hanya

menyediakan berbagai fasilitas dasar yang mengindikasikan bidang-bidang

pelayanan sosial tertentu yang menjadi prioritas bersama. Kebijakan sosial

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

38

indikatif erat kaitannya dengan sistem demokrasi yang dianutnya. Menurut

Nugroho (2012: 7001),“bottom-up” bermakna meskipun kebijakan dibuat oleh

pemerintah, namun pelaksanaannya oleh rakyat. Diantara kedua kutub ini ada

interaksi pelaksanaan antara pemerintah dan masyarakat. dari berbagai sumber

buku, model implementasi kebijakan publik pendekatan bottom up yaitu model

Adam Smith, Richard Elmore, dkk, dan model jaringan.

1. Model Smith

Ahli kebijakan yang memfokuskan model implementasi kebjakan dalam

perpektif bottom-up adalah Adam Smith. Menurut Smith (1973) dalam Islamy

(2001: 90), implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur.

Model Smith ini memandang proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan

dan perubahan sosial dan politik, di mana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai

kelompok sasaran. Menurut Smith dalam Islamy (2001: 90), implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :

1. Idealized policy (kebijakan ideal) yaitu pola interaksi yang digagas oleh

perumus kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan

merangsang target group untuk melaksanakannya.

2. Target groups (kelompok sasaran) yaitu bagian dari policy stake holders

yang diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang

diharapkan oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran

dari implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-

pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan.

3. Implementing organization (organisasi pelaksana) yaitu badan-badan

pelaksana yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors (faktor-faktor lingkungan) yaitu unsur-unsur di

dalam lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan seperti

aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

39

2. Model Elmore, dkk

Model implementasi kebijakan publik pendekatan bottom up lainnya yaitu

dari Elmore, dkk. Menurut Nugroho (2012: 692), model yang dikembangkan

secara terpisah oleh Elmore (1979), Lipsky (1971), dan Hejrn & O’Porter (1981)

ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses

pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-

kontak yang mereka miliki. Model implementasi ini didasarkan pada jenis

kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan implementasi

kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran

rendah.

3. Model Jaringan

Model jaringan dalam Nugroho (2012: 689) memahami bahwa proses

implementasi kebijakan adalah sebuah complexof interaction processes diantara

sejumlah besar aktor yang berada dalam suatu jaringan (network) aktor-aktor yang

independen. Interaksi di antara para aktor dalam jaringan tersebutlah yang akan

menentukan bagaimana implementasi harus dilaksanakan, permasalahan-

permasalahan yang harus di kedepankan, dan diskresi-diskresi yang diharapkan

menjadi bagian penting di dalamnya. Pada model ini, semua aktor dalam jaringan

relatif otonom, arrtinya mempunyai tujuan masing-masing yang berbeda. Tidak

ada aktor sentral, tidak ada yang menjadi koordinator.

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

40

2.1.5 Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap indvidu yang mencapai usia

lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah

kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap

dalam jangka waktu beberapa dekade. Batasan usia lanjut didasarkan atas

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 adalah minimal 60 tahun.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia, pemerintah

telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial lanjut usia

yang ditujukan untuk meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, mencapai masa

tua bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan berkeluarga dan masyarakat sesuai

dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan dan sosial pada

kelompok lanjut usia, pemerintah telah menetapkan pelayanan pada lanjut usia

melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan dan sosial di tingkat masyarakat

adalah posyandu lanjut usia.

Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah

satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang

dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Sedangkan posyandu lansia untuk warga usia pra lanjut usia yaitu 45-59 tahun dan

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

41

warga lanjut usia di atas usia 60 tahun. Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKBM adalah wahana pemberdayaan

masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari,

untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Pusat Kesehatan

Masyarakat, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah

pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan

pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat

(LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan

lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan

preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat

diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni

budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan

mereka.

Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung

tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat,

mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu tidak

boleh lepas dari konsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing adalah

proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk

meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka

kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan berdayaguna

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

42

tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual

yang dikenal dengan dimensi wellness.

Agar pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan efisien dan efektif

dibutuhkan:

1. Organisasi yang tertata baik

Organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural

yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir

oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan

beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat

dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh :

1) Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Club Jantung Sehat, Majelis

Ta’lim, WULAN (warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain – lain

2) Organisasi profesi

3) Institusi pemerintah/swasta

4) Lembaga Swadaya Masyarakat

2. Sumber daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan;

Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun

bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang dianjurkan

adalah:

1) Ketua Posyandu

2) Sekretaris

3) Bendahara

4) Kader sekitar 5 (lima) orang :

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

43

(1) Meja 1 (satu) tempat pendaftaran

(2) Meja 2 (dua) tempat penimbangan dan pencatatan berat badan,

pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index

massa tubuh (IMT)

(3) Meja 3 (tiga) tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan

sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan

lain - lain)

(4) Meja 4 (empat) tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi

dan kesejahteraan)

(5) Meja 5 (lima) tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan

sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan

lain – lain sesuai kebutuhan)

3. Tugas dan fungsi yang jelas dari masing – masing petugas posyandu;

1) Ketua Posyandu

(1) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu

(2) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stakeholder

dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu

2) Sekretaris, mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan serta pengendalian posyandu.

3) Bendahara, pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan

keuangan posyandu. Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok

tersebut, berupa iuran/sumbangan anggota, atau sumber lain seperti

donator atau sumber lain yang tidak megikat.

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

44

4) Kader, tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:

(1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan

posyandu.

(2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.

(3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut usia.

(4) Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku

pencatatan lainnya.

(5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan

pelayanan lainnya.

(6) Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya)

sesuai dengan minatnya.

4. Mekanisme kerja yang baik meliputi perencanaan, pelaksanan, monitoring

dan evaluasi.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut

usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang

benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat.

Berdasarkan berbagai definisi posyandu yang telah dijelaskan sebelumnya,

posyandu adalah bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)

dimana pembentukan, penyelenggaraan, pengelolaannya dari, oleh, untuk,

bersama masyarakat dan dibantu oleh puskesmas dan lintas sektor yang terkait.

Maka dari itu implementasi posyandu tergolong dalam pendekatan bottom-up dan

mekanisme pasar. Peneliti memilih model implementasi pendekatan bottom up

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

45

dan mekanisme pasar dari Smith, karena menurut peneliti teori tersebut memiliki

penjelasan yang lebih rinci dan tepat untuk digunakan dalam penelitian tentang

implementasi pos pembinaan terpadu usia lanjut (posbindu usila) di wilayah kerja

Puskesmas Singandaru Kota Serang

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan untuk

penemuan posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah ada.

Sehingga peneliti mampu mengisi kekurangan melalui penelitian ini. Penelitan

terdahulu perlu menjadi satu data pendukung yang relevan dengan pembahasan

dalam penelitian ini, terutama yang terkait dengan pelaksanaan posyandu lanjut

usia. Adapun dalam penelitian ini, peneliti melihat isi skripsi dan tesis yang

mempunyai kesamaan pembahasannya, sebagai berikut:

Pertama, Henniwati, dengan tesis yang berjudul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Kabupaten Aceh Timur, yang diterbitkan oleh Universtas Sumatera

Utara pada tahun 2008. Tujuan penyusunan tesis ini adalah Untuk menganalisis

faktor demografi, struktur sosial, dan faktor penunjang pelaksana terhadap

pemanfaatan pelayanan posyandu lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas

Kabupaten Aceh Timur.

Tesis yang disusun oleh Henniwati ini menggunakan teori Teori

pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Muzaham (1995) yaitu variabel demografi

(umur, jenis kelamin, status perkawinan), variabel struktur sosial (pendidikan,

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

46

pekerjaan), dan faktor penunjang pelaksanaan (kualitas pelayanan, jarak, petugas

kesehatan, jumlah kader). Metode penelitian ini meggunakan Survey explanatory

dengan perhitungan hasil menggunakan kuantitatif. Hasil pembahasan penelitian

yang diteliti oleh Henniwati dapat disimpulkan bahwa Variabel status perkawinan,

pekerjaan, kualitas pelayanan, jarak tempuh, petugas kesehatan, berpengaruh

terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan jumlah kader tidak berpengaruh pada warga usia lanjut dalam

memanfaatkan posyandu lansia.

Penelitian saya dengan penelitian yang diteliti oleh Henniwati memiliki

kesamaan dalam pembahasannya yaitu sama-sama Mengambil lokus dalam

lingkup wilayah kerja suatu puskesmas. Namun diantara isi penelitian kami

memiliki perbedaan yaitu penelitian yang disusun oleh Henniwati ini Lebih

terfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi warga usia lanjut dalam

memanfaatkan posyandu lansia dan menggunakan metode survey explanatory

kuantitatif. Sedangkan penelitian saya akan lebih membahas terkait tataran

pelaksanaan kebijakan posyandu lanjut usia/posbindu usia lanjut. Peneliti memliki

sebuah krikitan terhadap penelitian yang disusun oleh Henniwati yaitu Belum

adanya penjelasan terkait alasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan posyandu lansia berdasarkan sudut pandang dari Petugas kesehatan

dari puskesmas sebagai konfirmasi atas data yang diperoleh.

Kedua, Christina Novalina Hutabarat, dengan skripsi yang berjudul Studi

Kualitatif Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik

Kabupaten Tapungali Tengah Tahun 2012. Skripsi ini diterbitkan oleh Universitas

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

47

Indonesia pada tahun 2012. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi terkait faktor predisposisi, faktor pemungkin faktor penguat, faktor

pendorong dan penghambat pemanfaatan posyandu lansia.

Teori yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh Christina

merupakan hasil kombinasi dari teori pencarian/pemanfaatan pelayanan

keseahatan dari Anderson dan Green. Teori dari Anderson yaitu characteristic

predisposing (demografi, pendidikan, pekerjaan, keyakinan), enabling

characteristic (jarak, biaya), dan need characteristic (karakteristik kebutuhan).

Sedangkan teori dari Green yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai), faktor pemungkin (biaya, jarak, waktu dan

keterampilan petugas), dan faktor penguat (dukungan teman, petugas kesehatan,

keluarga, dan lain-lain).

Penelitian yang diteliti oleh Christina menggunakan desain penelitian

kualitatif dengan rancangan penelitian Rapid Assesment Procedure (RAP) yaitu

penelitian yang dapat dilakukan dalam kurun waktu yang singkat, dan bertujuan

untuk mengetahui serta memahami masalah-masalah yang dihadapi para lansia

dalam penggunaan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Serudik. Dari

hasil pembahasan penelitiannya dapat disimpulkan bahwa dari teori yang

digunakan yang telah disebutkan sebelumnya, pemanfataan posyandu lansia dari

bulan Januari sampai dengan Mei 2012 di wilayah kerja Puskesmas Sarudikmasih

rendah yaitu hanya sebesar 1,29%.

Dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti saya memiliki

persamaan yaitu sama-sama mengambil lokus dalam lingkup wilayah kerja suatu

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

48

puskesmas. Sedangkan perbedaan diantara penelitian kami yaitu penelitian ini

membahas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia

sedangkan penelitian saya akan membahas terkait tataran pelaksanaan posyandu

lanjut usia/posbindu usia lanjut. Suatu kritikan yang peneliti ajukan untuk

penelitian ini adalah belum adanya penjelasan yang lebih rinci terkait upaya

pemerintah dalam memeberikan dukungan kepada masyarakat dalam pemanfaatan

posyandu lansia.

Ketiga, Reri Ayu Kristiani, dengan jurnal yang berjudul Implmenetasi

Program Posyandu Lanjut Usia (Lansia) di RW IV Kelurahan Wonokromo

Kecamatan Kecamatan Wonokromo Surabaya. Jurnal ini diterbitkan oleh

Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2014 melalui jurnal online. Jurnal yang

disusun oleh reri bertujuan Untuk mengetahui secara konkrit implementasi

program posyandu lansia di RW IV Kelurahan Wonokromo. Dlam meneliti

implementasi poyandu, reri menggunakan teori model implementasi kebijakan

pendekatan top down dari Edward III yang terdiri dari empat variabel yaitu

komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Dalam meneliti implementasi posyandu lansia, reri menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian reri tercantum dalam

kesimpulannya bahwa Implementasi program posyandu lansia di RW IV

Kelurahan Wonokromo telah memenuhi keempat variabel implementasi model

Edward III, problematika seperti kurangnya kesadaran lansia tentang pentingnya

posyandu, kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar/mengingatkan lansia

untuk datang ke posyandu, tidak semua lansia tercantum dalam daftar penerima

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

49

PMT (Pemberian Makanan Tambahan) oleh Dinas kesehatan Kota Surabaya serta

anggaran yang minim. Jurnal yang diteliti oleh rero dengan penelitian saya

memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti implementasi posyandu lansia

dengan menggunakan metode penelitian yang sama yaitu kualitatif deskriptif.

Hanya saja diantara penelitian kami memliki perbedaan pada teori yang

digunakan sebagai indikatornya. Reri menggunakan teori model implementasi

pendekatan top down sedangkan saya menggunakan pendekatan bottom up. Dari

perbedaan ini saya mengajukan kritikan atas penelitian milik reri terkait isi

penelitiannya yaitu lebih terfokus pada peran dan tugas dinas kesehatan dan

puskesmas. Sedangkan kader yang memiliki peran besar dalam penyelenggaraan,

pengelolaan posyandu lansia tidak dijelaskan secara rinci, padahal posyandu

adalah bentuk Upaya Keseahatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

diselenggarakan dan dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat.

Penelitian saya mengambil judul Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

Kota Serang. Hasil penelitian ini akan diterbitkan oleh Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

tataran pelaksanaan kebijakan pos pembinaan terpadu usia lanjut (posbindu usila)

wilayah kerja Puskesmas Singandaru di Kota Serang.

Penelitian yang saya susun menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif. Teori yang saya gunakan sebagai indikator dalam peneitian ini adalah

model implementasi dengan pendekatan bottom up dari Smith yang meliputi

idealized policy (kebijakan ideal), target groups (kelompok sasaran),

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

50

implementation organization (organisasi pelaksana) dan environmental factors

(faktor-faktor lingkungan).

Dari penjelesanan penelitian terdahulu yang telah penelti paparkan di atas,

dapat disimpulkan tabel peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu

No. Item Henniwati

Christina

Novalina

Hutabarat

Rera Ayu

Kristiani Anis Yuliana

(Peneliti)

1 Judul Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Pemanfaatan

Pelayanan

Posyandu

Lanjut Usia di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Kabupaten

Aceh Timur

Studi Kualitatif

Pemanfaatan

Posyandu

Lansia di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Sarudik

Kabupaten

Tapungali

Tengah Tahun

2012

Implmenetasi

Program

Posyandu Lanjut

Usia (Lansia) di

RW IV

Kelurahan

Wonokromo

Kecamatan

Wonokromo

Surabaya

Implementasi

Pos pembinaan

Terpadu Usia

Lanjut di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Singandaru

Kota Serang

2 Tahun 2008 2012 2014 2015

3 Tujuan

Penelitian

Untuk

menganalisis

faktor

demografi,

struktur sosial,

dan faktor

penunjang

pelaksana

terhadap

pemanfaatan

pelayanan

posyandu

lanjut usia di

Wilayah Kerja

Untuk

memperoleh

informasi terkait

faktor

predisposisi,

faktor

pemungkin

faktor penguat,

faktor

pendorong dan

penghambat

pemanfaatan

posyandu lansia

Untuk

mengetahui

secara konkrit

Implementasi

Program

Posyandu

Lansia di RW

IV Kelurahan

Wonokromo

Untuk

mengetahui

implementasi

Posbindu Lansia

di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Singandaru Kota

Serang

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

51

Puskesmas

Kabupaten

Aceh Timur

4 Teori Teori

pemanfaatan

pelayanan

kesehatan dari

Muzaham

(1995) yaitu:

1) Variabel

demografi

2) Variabel

struktur

sosial

3) Faktor

penunjang

Model

pencarian/pema

nfaatan

pelayanan

keseahatan dari

Anderson dan

Green yaitu:

1) Characteristi

c

predisposing

2) Enabling

characteristi

c

3) Need

characteristi

c

4) Faktor

predisposisi

5) Faktor

pemungkin

6) Faktor

penguat

Model

implementasi

kebijakan publik

pendekatan top

down dari

Edward III

yaitu:

1) Komunikasi

2) Sumber daya

3) Disposisi

4) Struktur

birokrasi

Model

implementasi

kebijakan publik

pendekatan

bottom up dari

Smith yaitu:

1) Idealized

policy

(kebijakan

ideal)

2) Target

groups

(kelompok

sasaran)

3) Implementin

g

organization

(organisasi

pelaksana)

4) Environment

al factors

(faktor-faktor

lingkungan)

5 Metode Survey

explanatory

dengan

perhitungan

hasil

menggunakan

kuantitatif

kualitatif

dengan

rancangan

penelitian Rapid

Assesment

Procedure

(RAP)

Kualitatif

deskriptif Kualitatif

deskriptif

6 Kesimpulan Variabel status

perkawinan,

pekerjaan,

kualitas

pelayanan,

jarak tempuh,

petugas

kesehatan,

berpengaruh

pemenfataan

posyandu lansia

dari bulan

Januari sampai

dengan Mei

2012 di wilayah

kerja Puskesmas

Sarudikmasih

rendah yaitu

Implementasi

program

posyandu lansia

di RW IV

Kelurahan

Wonokromo

telah memenuhi

keempat

variabel

implementasi

model Edward

-

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

52

terhadap

pemanfaatan

posyandu

lansia.

Sedangkan

variabel umur,

jenis kelamin,

pendidikan,

dan jumlah

kader tidak

berpengaruh.

hanya sebesar

1,29%

III,

problematika

seperti

kurangnya

kesadaran lansia

tentang

pentingnya

posyandu,

kurangnya

dukungan

keluarga untuk

mengantar/meng

ingatkan lansia

untuk datang ke

posyandu, tidak

semua lansia

tercantum dalam

daftar penerima

PMT

(Pemberian

Makanan

Tambahan) oleh

Dinas kesehatan

Kota Surabaya

dan anggaran

yang minim

7 Persamaan Mengambil

lokus dalam

lingkup

wilayah kerja

suatu

puskesmas.

Mengambil

lokus dalam

lingkup wilayah

kerja suatu

puskesmas.

Meneliti tataran

pelaksanaan

posyandu lansia

dan

menggunakan

metode

penelitian yang

sama yaitu

kualitatif

deskriptif

Meneliti tataran

pelaksanaan

posyandu

lansia/posbindu

usia lanjut

dengan lokus

pada suatu

wilayah kerja

puskesmas

dengan metode

kualitatif

deskriptif

8 Perbedaan Lebih terfokus

pada faktor-

faktor yang

mempengaruhi

waga usia

Membahas

terkait faktor-

faktor yang

mempengaruhi

pemanfaatan

Teori yang

digunakan

model

implementasi

pendekatan top

down bukan

Menjelaskan

tataran

pelaksanaan

posyandu lansia

dengan teori

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

53

lanjut dalam

memanfaatkan

posyandu

lansia dan

menggunakan

metode survey

explanatory

kuantitatif

posyandu lansia bottom up model

implementasi

pendekatan

bottom up

9 Kritik Belum adanya

penjelasan

terkait alasan

dari faktor-

faktor yang

mempengaruhi

pemanfaatan

posyandu

lansia

berdasarkan

sudut pandang

dari Petugas

kesehatan dari

puskesmas

sebagai

konfirmasi atas

data yang

diperoleh

belum ada

penjelesan lebih

rinci upaya

pemerintah

dalam

memeberikan

dukungan

kepada

masayrakat

dalam

pemanfaatan

posyandu lansia

Isi pembahasan

lebih terfokus

pada peran dan

tugas dinas

kesehatan dan

puskesmas.

Sedangkan

kader yang

memiliki peran

besar dalam

penyelenggaraan

, pengelolaan

posyandu lansia

tidak dijelaskan

secara rinci,

padahal

posyandu adalah

bentuk UKBM

yang

diselenggarakan

dan dikelola

oleh, dari, untuk

dan bersama

masyarakat

-

10 Sumber Universitas

Sumatera

Utara

Universitas

Indonesia

Universitas

Negeri Surabaya Universitas

Sultan Ageng

Tirtayasa

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir merupakan alat berpikir peneliti dalam penelitian.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan posyandu

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

54

lansia di wilayah kerja Puskesmas Singandaru, peneliti merangkumnya ke dalam

identifikasi masalah yang tercantum dalam kerangka berpikir.

Adapun indentifikasi masalah yang peneliti temukan yaitu jumlah

pelaksana Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) dari Puskesmas

yang tidak mencukupi, rendahnya partisipasi warga lanjut usia dalam mengikuti

pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila), pengukuran

Indeks masa Tubuh (IMT) tidak dilakukan.

Dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan, peneliti akan

mendeskripsikan dengan menggunakan indikator dari teori implementasi

pendekatan bottom-up dari Adam Smith dalam Islamy (2001: 90) yaitu:

1. Idealized policy (kebijakan ideal) yaitu pola interaksi yang digagas oleh

perumus kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan

merangsang target group untuk melaksanakannya.

2. Target groups (kelompok sasaran) yaitu bagian dari policy stake holders

yang diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang

diharapkan oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran

dari implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-

pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan.

3. Implementing organization (organisasi pelaksana) yaitu badan-badan

pelaksana yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors (faktor-faktor lingkungan) yaitu unsur-unsur di

dalam lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan seperti

aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

55

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut tercancum dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang

pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Dalam

memberikan pengarahan pelaksanaan posyandu lansia, komisi nasional lanjut usia

telah memberikan pedoman pelaksanaan posyandu lansia. Dalam pedoman

pelaksanaan posyandu lansia, tujuan dilaksanakannya posyandu lansia adalah

untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri, dan berdaya guna. Dari hasil

penelitian ini, penliti berharap implementasi posyandu lansia berjalan dengan

optimal.

Kerangka berpikir penelitian ini, peneliti tuangkan ke dalam bagan

kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

56

Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut

Implementasi

kebijakan

Pendekatan bottom-up, Adam

Smith (Islamy, 2001: 90):

1. Idealized policy

(kebijakan ideal)

2. Target groups (sasaran

kebijakan)

3. Implementing

organization (organisasi

pelaksana)

4. Environmental factors

(faktor-faktor lingkungan)

Output:

Pelaksanaan posbindu usia lanjut berjalan optimal

Gambar 2.3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Permasalahan:

1. Jumlah pelaksana Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila)

dari Puskesmas yang tidak

mencukupi.

2. Rendahnya partisipasi warga lanjut

usia dalam mengikuti pelaksanaan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila).

3. Pengukuran Indeks masa Tubuh

(IMT) tidak dilakukan.

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

57

2.4 Asumsi Dasar

Identifikasi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan posbindu usila di

wilayah kerja puskesmas Singandaru yang telah peneliti cantumkan dalam

kerangka berpikir, peneliti berasumsi bahwa implementsi pos pembinaan terpadu

usia lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang

belum berjalan secara optimal.

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sesuai dengan

permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, yakni

peneliti akan meneliti tentang implementasi Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang dengan

metode yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif.

Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2006: 4) mendefinisikan metode

kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006: 4)

mendefinisikan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada

manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”. Penelitian yang

bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang menilai dan mengungkapkan

permasalahan mengenai apa adanya (das sein) sesuai dengan kenyataan yang ada

di lapangan.

58

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

59

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan

menjelaskan substansi meteri kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang

lingkup penelitian digunakan dalam penelitian dengan tujuan untuk membatasi

atau terfokus pada fokus penelitian. Maka dari itu, dengan ringkup penelitian,

ruang lingkup penelitian diharapkan akan membantu peneliti agar tetap terfokus

pada penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang “Implementasi Kebikajan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Kota

Serang”.

Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini, peneliti buat atas didasari

pada pemaparan pada latar belakang masalah yang kemudian dijabarkan dalam

identifikasi masalah. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan secara mendalam tentang bagaimana implementasi kebijakan

pos pembinaan terpadu usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota

Serang.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan penjelasan mengenai locus penelitian yang

menjadi tempat dilaksanakan penelitian, termasuk di dalamnya akan dijelaskan

tempat serta alasan berdasarkan data lapagan yang menjadi petimbangan dalam

pemilihan lokasi penelitian. Dalam penelitian terntang Implementasi Kebijakan

Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila), peneliti memilih lokasi

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yang tercakup dalam Kota

Serang.

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

60

Kota Serang adalah ibu kota Provinsi Banten yang memiliki 16 (enam

belas) Puskesmas. Dari ke-16 (enam belas), peneliti memiliki wilayah kerja

Puskesmas Singandaru sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan persentase

jumlah lanjut usia di Kota serang Tahun 2014, wilayah kerja Puskesmas

Singandaru memiliki jumlah lanjut usia berusia lebih dari 60 (enam puluh) tahun

yang lebih banyak yaitu sebanyak 5.321 orang atau sebesar 18,49% dari jumlah

penduduk sebanyak 28.284 orang. Alasan lainnya peneliti memilih lokasi

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu karena jumlah posbindu

yang sedikit sehingga tidak sebanding dengan jumlah lanjut usia yang ada di

lokasi tersebut.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual digunakan untuk memberikan penjelasan tentang

konsep variabel yang akan di teliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang digunakan. Definisi konsep dalam penelitian implementasi

kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) sejauhmana

kelompok sasaran yaitu lanjut usia dan tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru,

melaksanakan kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di

lingkungan masyarakat. Setelah itu akan terlihat apakah implementasi kebijakan

Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) berjalan secara optimal

atau tidak serta dapat mewujudkan lanjut usia yang sehat, mandiri dan berdaya

guna. Adapun definisi para ahli yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu

implementasi kebijakan pendekatan bottom up

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

61

Implementasi kebijakan menunjuk aktivitas menjalankan kebijakan dalam

ranah senyatanya, baik yang dilakukan oleh organ pemerintah maupun para pihak

yang telah ditentukan dalam kebijakan. Menurut Nugroho (2012: 7001),“bottom-

up” bermakna meskipun kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun

pelaksanaannya oleh rakyat. Diantara kedua kutub ini ada interaksi pelaksanaan

antara pemerintah dan masyarakat. Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001:

90), implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model

Smith ini memandang proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan dan

perubahan sosial dan politik, di mana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai

kelompok sasaran. Menurut Smith dalam Islamy (2001: 90), implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :

1. Idealized policy (kebijakan ideal) berkenaan dengan idealitas suatu kebijakan

yang diimplementasikan.

2. Target groups (kelompok sasaran) berkenaan dengan kemampuan kelompok

sasaran menjadi bagian dari stakeholder.

3. Implementing organization (organisasi pelaksana) berkenaan dengan peran

dan kinerja organisasi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Environmental factors (faktor-faktor lingkungan) berkenaan dengan faktor

sosial budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel dalam penelitian

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

62

tentang “Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut di

Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru” yaitu implementasi kebijakan Publik.

Maka dalam penjelasan definisi operasional ini, peneliti akan kemukakan

fenomena-fenomena penelitian yang berkaitan dengan konsep yang peneliti pilih.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih teori implementasi kebijakan dengan

pendekatan bottom up model Smith, adapun varibelnya oleh empat variabel,

yaitu :

1. Idealized policy (kebijakan ideal) berkenaan dengan idealitas suatu kebijakan

yang diimplementasikan.

2. Target groups (kelompok sasaran) berkenaan dengan kemampuan kelompok

sasaran menjadi bagian dari stakeholder.

3. Implementing organization (organisasi pelaksana) berkenaan dengan peran

dan kinerja organisasi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Environmental factors (faktor-faktor lingkungan) berkenaan dengan faktor

sosial budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Peneliti memilih teori implementasi kebijakan publik dengan pendekatan

bottom up model Smith karena menurut peneliti teori tersebut tepat untuk

menjelaskan rumusan msalah yang peneliti paparkan pada BAB I. Adapun

pedoman wawancara yang peneliti buat berdasarkan teori yang digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

63

Tabel 3.4.2.1 Pedoman Wawancara

No. Variabel Pertanyaan Informan

1 Idealized policy

(Kebijakan Ideal)

Bagaimana

komunikasi yang

terjadi sehingga

kelompok sasaran

termotivasi

membentuk Posbindu

Usila dan mengadakan

senam Lansia di

Posbindu?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan

Masyarakat Bagian Lanjut Usia

Puskesmas Singandaru

c. Kepala Seksi Gizi Remaja dan

Lanjut Usia Dinas Kesehatan Kota

Serang

Apakah kebijakan

Posbindu Usila

memenuhi kebutuhan

akan kesehatan lanjut

usia?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan

Masyarakat Bagian Lanjut Usia

Puskesmas Singandaru, Kepala

Seksi Gizi Remaja dan Lanjut Usia

Dinas Kesehatan Kota Serang

Bagaimana tanggapan

lanjut usia tetang

keberadaan Posbindu

Usila dan senam

Lansia?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Masyarakat Lanjut Usia

2 Target groups

(Kelompok

Sasaran)

Bagaimana

ketersediaan sumber

daya manusia dari

kelompok sasaran?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bagian Lanjut Usia Puskesmas

Singandaru.

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

64

Bagaimana

pengetahuan yang

dimilliki kader yang

menjadi pelaksana

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bagian Lanjut Usia Puskesmas

Singandaru.

Bagaimana

kamampuan kelompok

sasaran dalam

menyediakan dan

mengalokasikan

sumber daya financial

untuk Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

Bagaimana

kemampuan kelompok

sasaran dalam

menyediakan sarana

prasarana pendukung

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

3 Implementing

organization

(Organisasi

Pelaksana)

Apa peran dari

masing-masing

stakeholder yang ada

dalam kebijakan

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bagian Lanjut Usia Puskesmas

Singandaru

c. Kepala Seksi Gizi Remaja dan

Lansia Dinas Kesehatan Kota

Serang.

Bagaimana kinerja a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

65

dari masing-masing

stakeholder kebijakan

Posbindu Usila?

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bagian Lanjut Usia Puskesmas

Singandaru

c. Kepala Seksi Gizi Remaja dan

Lansia Dinas Kesehatan Kota

Serang.

4 Environmental

factors (Faktor

Lingkungan)

Apakah kondisi sosial

dan budaya Lansia

mempengaruhi

pelaksanaan kebijakan

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

Apakah kondisi

ekonomi Lansia

membuat Lansia

mampu berpartisipasi

dalam kebijakan

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila)

b. Masyarakat Lanjut Usia.

Apakah kondisi

politik yang ada di

masyarakat

mempengaruhi dalam

pemilihan pengurus

Posbindu Usila?

a. Ketua Kader Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila).

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

66

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian kualitatif adalah peneliti yang melakukan

penelitian itu sendiri. Maka dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu

implementasi pos pembinaan terpadu usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru Kota Serang yang menggunakan metode kualitatif, menetapkan

peneliti sebagai instrumen dalam penelitian ini.

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci,

menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan

bahkan adanya yang menyebutnya key instrument. Konsep human instrument

dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada

alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali

peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat bantu untuk

mengumpulkan data seperti tape recoder, video kaset, atau kamera. Tetapi alat-

alat ini benar-benar tergantung pada peneliti untuk menggunakannya.

3.6 Informan Penelitian

Menurut Morze dalam Denzin (2009: 289) seorang informan yang baik

adalah seorang yang mampu menangkap, memahami dan memenuhi permintaan

peneliti, memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu

untuk wawancara dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Pada

penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan

observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi

sosial tersebut. Penentuan informan dalam penelitian tentang implementasi Pos

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

67

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru Kota Serang menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi

sosial yang diteliti.

Penelitian tentang implementasi pos pembinaan terpadu usia lanjut

(Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang ini

menggunakan teknik Purposive sampling karena peneliti mempertimbangkan

beberapa pihak yang akan menjadi informan. Pertimbang-pertimbangan tersebut

adalah pihak yang melaksanakan posbindu usia lanjut, pihak yang memiliki

program kesehatan usia lanjut yang terwujud dalam posbindu usila, serta pihak

yang memiliki data terkait laporan hasil pelaksanaan posbindu serta data terkait

jumlah sasaran lanjut usia.

Informan tersebut terbagi ke dalam dua kriteria informan yakni, key

informan dan secondary informan. Key informan merupakan pihak yang

mempunyai kewenangan secara langsung dalam pelaksanaan posbindu usia lanjut

wilayah kerja Puskesmas Singandaru di Kota Serang. Sedangkan secondary

informan adalah informan yang tidak terlibat secara langsung namun memiliki

pengetahuan atau informasi terkait program tersebut.

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

68

Tabel 3.6.1 Daftar Informan Penelitian

No. Informan Kode

Informan

Peran/Fungsi

Informan

1 Ketua Kader Posbindu I1 Pelaksana Kebijakan

Posbindu Usila

a. Ketua Kader Posbindu Usila Teratai I1-1

b. Ketua Kader Posbindu Usila Sirsak I1-2

c. Ketua Kader Posbindu Usila Melati I1-3

d. Ketua Kader Posbindu Usila

Manggis I1-4

e. Ketua Kader Posbindu Usila Pepabri I1-5

2 Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Bagian

Lanjut Usia UPTD Puskesmas Singandaru

I2 Pelaksana Program

Kesehatan Usia

Lanjut Puskesmas

Singandaru

3 Seksi Gizi Remaja dan Lanjut Usia Dinas

Kesehatan Kota Serang

I3 Pembina pelaksana

kebijakan Posbindu

Usila

4 Masyarakat Lanjut Usia I4 Sasaran kebijakan

5 Kepala Puskesmas Singandaru I5 Penanggung jawab

di Puskesmas

Singandaru

Berdasarkan pengertian key informan dan secondary informan, peneliti

menetapkan kader Posbindu Usila dan Bidang Bina Kesehatan Masyarakat bagian

Lanjut Usia Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Singandaru

sebagai key informan karena kedua pihak tersebut yang terlibat secara langsung

dalam pelaksanaan Posbindu Usila. Sedangkan Dinas Kesehatan Kota Serang,

masyarakat lanjut usia dan Kepala Puskesmas Singandaru menjadi secondary

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

69

informan. Dinas Kesehatan bidang bina kesehatan masyarakat bagian gizi lanjut

usia merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani lansia di bidang

kesehatan, masyarakat lansia adalah obyek program yang menerima pelayanan

kesehatan di Posbindu Usila. Sedangkan Kepala Puskesmas Singandaru adalah

penanggung jawab segala kegiatan yang ada di Puskesmas Singandaru

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data yang peneliti peroleh merupakan sumber data primer dan data

sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data misalkan melalui dokumen.

Secara umum, terdapat empat macam teknik pengumpulan data, dimana

peneliti menggunakan keempat teknik tersebut untuk meneliti penelitian tentang

implementasi Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah

kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, yaitu:

1. Observasi,

Menurut Marshall dalam Sugiyono (2011: 226), melalui observasi peneliti

belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. teknik obervasi

yang peneliti gunakan yaitu observasi partisipatif dimana peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian.

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

70

2. Wawancara,

Menurut Irawan dalam Fuad & Nugroho (2014: 61) metode wawancara

merupakan suatu alat pengumpulan data yang digunakan dengan instrumen

lainnya. wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (in depth

interview). Dalam penelitian tentang implementsi pos pembinaan terpadu usia

lanjut di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, peneliti

menggunakan jenis wawancara tak berstruktur, dimana pertanyaan biasanya

tidak disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang

unik dari informan sehingga pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti

percakapan sehari-hari. Maka dari itu peneliti hanya menetapkan point-point

wawancaranya saja yang nantinya akan dikembangkan berdasarkan keadaan

yang ada di lokasi penelitian.

3. Dokumentasi,

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang

diperlukan dalam penelitian. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian tentang

Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) menggunakan bentuk dokumentasi berupa catatan tulisan wawancara

dan rekaman selama wawancara berlangsung.

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

71

3.8 Analisis Data Dan Uji Keabsahan Data

3.8.1 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Analisis data yang digunakan peneliti dalam meneliti implementasi pos

pembinaan terpadu usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota

Serang menggunakan analisis data dari Miles dan Huberman.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: 246), mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus samapi tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berikut adalah

penjelasan dari aktivitas yang akan peneliti lakukan dalam menganalisis data

berdasarkan model Milles dan Huberman:

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-ha yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneiti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (penyajian data)

Milles and Huberman dalam Sugiyono (2011: 249) menyatakan bahwa yang

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

72

3. Verification (verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuatyang mendukung pada tahap pengumpula

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yan

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8.2 Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian tentang Implementasi kebijakan Pos pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru, uji

keabsahan data yang peneliti gunakan yaitu:

1. Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauhdata yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Triangulasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua triangulai yaiitu triangulasi

sumber dan triangulsi teknik.

1) Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah

diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

73

kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks.

Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

pandangan yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.

2) Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari

berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan

menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan, adakah konsistensi. Jika

berbeda, maka dapat dijadikan catatan dan dilakukan pengecekkan

selanjutnya mengapa data bisa berbeda (Fuad & Nugroho, 2014:19-20).

3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian terkait implementasi pos pembinaan terpadu usia lanjut ini

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang. Peneliti memilih

lokus ini karena dari pembahasan pada BAB I, berdasarkan data dari puskesmas di

Kota Serang yang mencakup wilayah kerjanya masing-masing, Puskesmas

Singandaru yang memiliki jumlah penduduk lansia berusialebih dari 60 tahun

yaitu sebanyak 5.231 orang atau sebesar 18,49% dari jumlah penduduk yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Singandaru, dengan kata lain presentase tersebut

menunjukan bahwa wilayah kerja Puskesmas Singandaru merupakan wilayah

berstruktur tua karena presentasi jumlah lansia melebihi 7%. Penelitian ini

dilakukan pada jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

77

Tabel 3.9.1 Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Tahun

2015 2016

Jan feb Mar Apr Mei Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Mengurus Perijinan

2 Observasi Awal

3 Pengajuan Judul

4 Bimbingan BAB I s.d BAB III

5 Seminar Proposal Skripsi

6 Revisi Proposal Skripsi

7 Proses pencarian data di

lapangan

8 Analisis data

9 Bimbingan BAB IV s.d BAB V

10 Sidang Skripsi

11 Revisi Skripsi

74

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian merupakan penjelasan tentang lokasi yang

menjadi objek penelitian. Lokasi penelitian ini berada di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru. Desa yang menjadi bagian dalam wilayah kerja Puskesmas

Singandaru yaitu Kelurahan Lontar baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan

Kota Baru. Gambaran lokasi ketiga kelurahan tersebut akan dipaparkan dalam

gambaran umum Puskesmas Singandaru.

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Singandaru

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis Dinas kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas Singandaru sejak bulan Mei Tahun 2013 merupakan Puskesmas

Dengan Tempat Perawatan (DTP). Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya

kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan

demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat

pelayanan kesehatan strata pertama.

75

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

76

Gambaran umum Puskesmas Singandaru akan memaparkan penjelasan

tentang keadaan geografis Puskesmas Singandaru, keadaan demografi yang

berada dalam wilayah kerja Puskesmas Singandaru, Sarana Kesehatan yang

berada dalam Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru, Struktur Organisasi Dan

Tata Kerja (SOTK), serta visi, misi, moto dan nilai yang ada dalam Puskesmas

Singandaru.

a. Keadaan geografis Puskesmas Singandaru

Puskesmas Singandaru merupakan salah satu unit pelaksana teknis

dari Dinas Kesehatan Kota Serang terletak di Kecamatan Serang yang

mempunyai luas wilayah kurang lebih 2,9 Km2. Secara administrasi

wilayah kerja Puskesmas Singandaru berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas Unyur

2. Sebelah timur berbatasan dengan Puskesmas Serang Kota

3. Sebelah barat berbatasan dengan Puskesmas Taktakan

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Ciracas

Gambar 4.1.1.1 Peta Puskesmas Singandaru

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

77

b. Keadaan Demografi di Wilayah kerja Puskesmas Singandaru

Puskesmas Singandaru merupakan unit pelaksana teknis Dinas

kesehatan Kota Serang yang berada di wilayah Kecamatan Serang dengan

jumlah wilayah kerja 3 (tiga) kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Lontar Baru

2. Kelurahan Kagungan

3. Kelurahan Kota Baru

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yang

pada tahun 2014 yaitu sebanyak 29.893 orang, yang terdiri dari laki-laki

15.319 orang dan perempuan sebanyak 14.484 orang dari jumlah Kepala

Keluarga (KK) 6.726 KK.

Tabel 4.1.1.1Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

No. Kelurahan Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

Tangga

Rata-Rata

Jiwa/Rumah

Tangga

Kepadatan

Penduduk

per KM2

Jumlah

Rukun

Warga (RW)

1 Lontar Baru 9.114 2.022 4,51 91,14 13

2 Kagungan 13.966 3,084 4,53 109,97 12

3 Kota Baru 6.813 1.620 4,21 106,45 6

Sumber: Profil Puskesmas Singandaru, 2014

Berdasarkan tabel 4.1.1.1 dapat diketahui desa yang memiliki luas

wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata jiwa/rumah

tangga dan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Kagungan,

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

78

sedangkan urutan tertinggi kedua yaitu Kelurahan Lontar Baru dan yang

terakhir adalah Kelurahan Kota Baru. Jumlah penduduk yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Singandaru berdasarkan total jumlah penduduk

di Kelurahan Kagungan, Lontar Baru dan Kota Baru adalah sebanyak

29.893 jiwa.

Penelitian ini terkait tentang kebijakan yang diperuntukan bagi

penduduk lanjut usia. Berikut adalah jumlah penduduk berdasarkan usia

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singandaru:

Tabel 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Masing-masing

Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun 2014

No. Kelurahan 0-4 5-14 15-44 45-64 ≥65 Jumlah

(Orang)

Jumlah

lanjut Usia

(Orang)

1 Lontar

Baru 600 1.658 4.718 2.022 116 9.114 2.138

2 Kagungan 2.676 3.028 6.489 975 798 13.966 1.773

3 Kota Baru 373 1.259 4.161 851 169 6.813 1.020

Total 3.649 5.945 15.368 3.848 1.083 29.893 4.931

Sumber: Profil Puskesmas Singandaru, 2014

Peneliti menggunakan batasan usia menurut Undang-undang

Nomor 13 Tahun 1998 yaitu minimal 60 tahun. Namun, pada tabel 4.1.1.2

peneliti menjelaskan jumlah penduduk lanjut usia yang berusia minimal 45

tahun karena data yang didapat menggunakan batasan usia lanjut usia

tingkat pertama menurut organisasi kesehatan dunia atau World health

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

79

Organization (WHO) yaitu dimulai dari usia pertengahan (middle age)

yaitu usia 45-59 tahun.

Berdasarkan tabel 4.1.1.2, dapat diketahui jumlah penduduk lanjut

usia di wilayah kerja Puskesmas Singandaru secara keseluruhan pada

tahun 2014 sebanyak 4.931 orang. Dari jumlah tersebut, Kelurahan Lontar

Baru merupakan Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk lanjut usia

yang terbanyak yaitu 2.138 orang atau sebesar 43,35% dari jumlah seluruh

penduduk lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Singandaru. Maka dari

itu jumlah Pos Pembinaan terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di

Kelurahan Lontar Baru lebih banyak yaitu 3 Posbindu Usila dibandingkan

Kelurahan Kagungan hanya memiliki 2 (dua) Posbindu Usila.

Tabel 4.1.1.3 Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

No. Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila)

Kelurahan

1 Pepabri Lontar Baru

2 Melati Lontar Baru

3 Teratai Lontar Baru

4 Sirsak Kagungan

5 Manggis Kagungan

Sumber: Puskesmas Singandaru, 2015

Berdasarkan tabel 4.1.1.3, Kelurahan Lotar baru merupakan

kelurahan yang memiliki Posbindu Usila terbanyak karena jumlah

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

80

penduduk Lanjut usianya yang cukup banyak daripada Kelurahan

Kagungan yang hanya memiliki 2 (dua) Posbindu Usila karena jumlah

Penduduk Usia Lanjutnya hanya sebanyak 1.773 orang.

Posbindu Usila merupakan pelayanan kesehatan di tingkat

masyarakat. Dengan adanya Posbindu Usila, warga Lansia dapat dengan

mudah mendapatkan pelayanan kesehatan dengan jarak yang dekat dengan

lingkungan tempat tinggal, maka dari itu cukup menghemat waktu dan

uang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut terutama untuk

warga yang tergolong dalam keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera

adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

Tabel 4.1.1.4 Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera

di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun 2013

No. Kelurahan Pra KS KS I KS II KS III KS III Plus

1 Lontar Baru 214 356 519 654 130

2 Kagungan 428 562 1.275 553 204

3` Kota baru 198 248 406 572 266

Total 840 1.166 2.200 1.779 600

Sumber: Kecamatan Serang dalam Angka, 2014

Tahapan keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, namun belum dapat

memenuhi kebutuhan sosial psikologinya. Tahapan keluarga sejahtera II

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

81

adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, namun

belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan

untuk menabung dan memperoleh informasi. Sedangkan untuk keluarga

sejahtera III plus adalah keluarga yang sudah mampu memenuhi seluruh

kebutuhannya. Berdasarkan tabel 4.1.1.5 keluarga sejahtera II yang

memiliki jumlah keluarga terbanyak yaitu sebanyak 2.200 keluarga, hal itu

membutikan bahwa mayoritas keluarga di wilayah kerja Puskesmas

Sigandaru mampu baru mampu memenuhi kebutuhan dasar sedangkan

kebutuhan pengembangan seperti menabung dan memperoleh informasi

belum terpenuhi.

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru ada beberapa jenis. Berikut adalah klasifikasi penduduk

berdasarkan mata pencaharian:

Tabel 4.1.1.5 Mata Pencaharian Penduduk Di Wilayah Kerja

Puskesmas Singandaru

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 2.145

2 TNI/POLRI 684

3 Wiraswasta 4.770

4 Buruh 3.392

5 Pensiunan 137

6 Lain-Lain 3.979

Sumber: Profil Kelurahan Lontar Baru, Kagungan dan Kota Baru, 2014

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

82

Berdasarkan tabel 4.1.1.5, mata pencaharian penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Singandaru sebagian besar adalah wiraswasta yaitu

sebanyak 4.770 orang. Sedangkan yang terendah adalah pensiunan yaitu

hanya sebanyak 137 orang.

Pendidikan merupakan hal yang penting yang juga perlu

diperhatikan, karena tingkat pendidikan merupakan salah satu pendukung

yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan program kesehatan. Dengan

tingkat pendidikan yang baik maka pengetahuan, kemampuan dan

kemauan masyarakat dalam bidang kesehatannya pun akan baik. Berikut

persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan di wilayah Kerja Puskesmas Singandaru:

Tabel 4.1.1.6 Jumlah Penduduk Usia ≥ 10 Tahun Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun

2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1 SD/MI 2.778

2 SMP/MTS 4.267

3 SMA/SMK/MA 6.328

4 AK/Diploma 2.195

5 Universitas 2.492

Sumber: Profil Puskesmas Singandaru, 2014

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

83

Berdasarkan tabel 4.1.1.6, tingkat pendidikan penduduk yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yakni Kelurahan Lontar

Baru, Kagungan dan Kota baru, sebanyak 6.328 merupakan tamatan

SMA/SMK/MA.

c. Sarana Kesehatan

Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil

guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Sumber daya

kesehatan tersebut terdiri dari sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

Sarana kesehatan di Puskesmas Singandaru yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1.1.7 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru

No. Sarana Kesehatan Banyak

1 Rumah Sakit 2 Unit

2 Puskesmas Induk 1 Unit

3 Puskesmas Pembantu 1 Unit

4 Posyandu 30 Unit

5 Posbindu 5 Unit

6 Rumah Bersalin 1 Unit

7 Bidan Praktek Swasta 10 Unit

8 Dokter Praktek 23 orang

9 Balai Pengobatan/Klinik 7 Unit

10 Apotek 7 Unit

11 Toko Obat 5 Unit

Sumber: Profil Puskesmas Singandaru, 2014

Dalam menunjang pembangunan kesehatan diperlukan berbagai

jenis tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidangnya guna

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

84

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tenaga Kesehatan

di Puskesmas Singandaru sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang yang terdiri

dari:

Tabel 4.1.1.8 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Singandaru

No. Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

1 Tenaga fungsional kesehatan:

a. Dokter umum 2

b. Dokter gigi 1

c. Bidan 10

d. Perawat 6

e. Analisis kesehatan 1

f. Fisioterapi 1

g. Asisten apoteker 1

h. Perawat gigi 1

i. Nutrisionis 1

j. Sanitarian 1

k. Rekam medik 1

2 Tenaga Non Kesehatan:

a. Tenaga honor

administrasi

5

b. Tenaga cleaning service 1

c. Tenaga office boy 1

Sumber: Profil Puskesmas Singandaru, 2014

Berdasarkan tabel 4.1.1.8, tenaga kesehatan yang tersedia cukup

banyak di Puskesmas Sigandaru adalah bidan yaitu sebanyak 10 (sepuluh)

orang, Terbanyak berikutnya adalah perawat sebanyak 6 (enam) orang.

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

85

Sedangkan tenaga kesehatan seperti dokter gigi, analisis kesehatan,

fisioterapi, asisten apoteker, perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, rekam

medik masing-masingnya hanya tersedia 1 (satu) orang saja.

d. Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK)

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 128/Menkes/SK

MENDAGRI Nomor 100/756/Otoda, struktur organisasi Unit Pelayanan

Terpadu (UPT) Puskesmas Singandaru Tahun 2015 yaitu:

Gambar 4.1.1.2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Terpadu (UPT)

Puskesmas Singandaru, 2015

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

86

Keterangan:

1. Kepala Puskesmas

2. Kepala Sub Bidang Tata Usaha

3. Bendahara Umum

4. Inventaris Barang

5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3)

6. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat:

a) Bidan Koordinator

b) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

c) Keluarga Berencana (KB)

d) Gizi

e) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

f) Lanjut Usia

g) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

h) Promosi Kesehatan (Promkes)

i) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

7. Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan:

a) Balai Pengobatan/Unit Gawat Darurat

b) Balai Pengobatan Gigi

c) Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

d) Laboraturium

e) Mata

f) Jiwa

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

87

g) Kesehatan Kerja

h) Kesehatan Olah Raga

8. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)

a) Kesehatan Lingkungan

b) TB Paru

c) Kusta

d) Ispa/Diare

e) Imunisasi

f) Infeksi Menular Seksual (IMS)

g) Penyakit Tidak Menular

h) Survailans

9. Bidang Pembiayaan dan Farmasi:

a) Bendahara Bantuan Operasioal Puskesmas (BOP)

b) Bendahara Jaminan Kesehatan Nasional

c) Bendahara Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

d) Bendahara Penerimaan

e) Farmasi

e. Visi, Misi, Moto dan Nilai

1) Visi

Visi Puskesmas Singandaru adalah:

“Teladan dalam Pelayanan”

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

88

2) Misi

Misi Puskesmas Singandaru yaitu:

1. Meningkatkan kinerja, loyalitas, dan produktivitas sumber

daya manusia

2. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau

3. Menggalang kemitraan dalam berbagai sektor

4. Pemberdayaan masyarakat

3) Moto

Moto Puskesmas Singandaru adalah

“Berhasil Prima, Bersih, Harmonis,Silaturahmi dan Pelayanan

Prima”

4) Nilai

Nilai yang diterapkan di Puskesmas Singandaru yaitu:

1. Disiplin

2. Tanggung jawab

3. Kejujuran

4. Sejahtera

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian mengenai implementasi Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Kota

Serang akan membahas penjelesan tentang data yang telah diperoleh dari hasil

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

89

obeservasi peneliti pada lokasi penelitian yaitu di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru yang terdapat Posbindu Usila. Lokasi tersebut yaitu di Kelurahan

Lontar Baru dan Kelurahan Kagungan. Data yang didapatkan peneliti sebagian

besar adalah data yang berupa kata-kata, yaitu data yang peneliti dapatkan dari

hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan. Data hasil wawancara

tersebut merupakan sumber data utama yang diamati, dicatat secara tertulis dan

direkam dengan bantuan alat perekam suara pada saat proses wawancara peneliti

dengan informan.

Data yang peneliti gunakan tidak hanya hasil wawancara saja, peneliti juga

menggunakan data dokumentasi yang ditemukan di lapangan. Data-data tersebut

antara lain profil Puskesmas Singandaru, Profil Kelurahan Lontar Baru, Profil

Kelurahan Kagungan, Profil Kelurahan Kota Baru dan laporan kegiatan lanjut

usia yang diperoleh dari Puskesmas Singandaru. Metode penelitian yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data yang telah diperoleh,

peneliti analisis dengan mengikuti teknik analisis dalam penelitian kualitatif yaitu

proses analisis data yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung. Sesuai

dengan model analisis data dari Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:

246) yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Data dalam penelitian ini yang peneliti peroleh dari hasil wawancara

mendalam, observasi dan dokumentasi, kemudian akan direduksi untuk memilih

hal-hal yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting lalu dicari tema dan

polanya. Setelah direduksi peneliti akan menyajikan data berupa teks yang

bersifat naratif. Dalam penyajian data tersebut peneliti memberikan kode pada

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

90

aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan

bahasan permasalahan. Dalam menyusun jawaban dari informan, peneliti

memberikan kode yaitu:

1. Q1 - Qx menandakan urutan pertanyaan

2. I1 - I5 menandakan urutan informan

Setelah memberikan kode pada aspek-aspek tertentu yang berkaitan

dengan masalah peneltian, maka selanjutnya peneliti melakukan penarikan

kesimpulan atau verifikasi atas data yang telah disajikan.

4.2.2 Data Informan

Dalam penelitian tentang Implementasi Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru, peneliti

menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Maka dari itu peneliti memilih informan yang sekiranya

tahu tentang situasi sosial yang sedang diteliti.

Informan yang peneliti pilih adalah informan yang terlibat dalam

pelaksanaan Posbindu Usila, yang merasakan manfaat dari kebijakan Posbindu

Usila, serta informan yang memiliki program lanjut usia yang terwujud dalam

kebijakan Posbindu Usila. Nama-nama informan dalam penelitian “Implementasi

kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilyah Kerja

Puskesmas Singandaru Kota Serang” yang sebelumnya telah ada persetujuan

untuk mencantumkan identitas informan yaitu sebagai berikut:

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

91

Tabel 4.2.2.1 Daftar Informan

No. Kode

Informan Nama Informan

Usia

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Status / Jabatan

Informan

1 I1-1 Atik Kurnia Rohati 51 Perempuan Ketua Kader Posbindu

Usila Sirsak

2 I1-2 Endang Cahyaningsih 48 Perempuan Ketua Kader Posbindu

Usila Teratai

3 I1-3 Nana Rohana 56 Perempuan Ketua Kader Posbindu

Usila Melati

4 I1-4 Hj. Lilis Budiasih 50 Perempuan Ketua Kader Posbindu

Usila Manggis

5 I1-5 Sri Sayektiningsih 55 Perempuan Ketua Kader Posbindu

Usila Pepabri

6 I2 Tatu Maltupah 32 Perempuan

Pelaksana Bidang Bina

Kesehatan Masyarakat

Lanjut Usia Puskesmas

Singandaru

7 I3 Drg. EkaAgustina M.Kes 37 Perempuan

Kepala Seksi Gizi

Remaja dan Lanjut

Usia Dinas Kesehatan

Kota Serang

8 I4-1 Dahlia 77 Perempuan Anggota Posbindu

Usila

9 I4-2 Hj. Aslihah 68 Perempuan Anggota Posbindu

Usila

10 I4-3 Toyibah 75 Perempuan Anggota Posbindu

Usila

11 I4-4 Hilmi 82 Perempuan Anggota Posbindu

Usila

12 I4-5 Cecep Mihrob 51 Laki-Laki Anggota Posbindu

Usila

13 I4-6 Sayuti Anis 52 Laki-Laki Anggota kader

Posbindu Usila Sirsak

14 I5 Drg. Yayat Cahyati 49 Perempuan Kepala Puskesmas

Singandaru

Berdasarkan pada tabel 4.2.2.1, informan dalam peneltian tentang

“Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila)

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

92

di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang” terdiri dari lima ketua

kader Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila), pelaksana bidang

bina kesehatan masyarakat lanjut usia Puskesmas Singandaru, Kepala seksi

bidang gizi remaja dan lanjut usia Dinas Kesehatan Kota Serang, enam warga

berusia lanjut dan Kepala Puskesmas Singandaru. Ketiga belas informan tersebut

terdiri dari 11 (sebelas) orang berjenis kelamin perempuan dan 2 (dua) orang

berjenis kelamin laki-laki. Usia informan termuda dalam penelitian ini yaitu

pelaksana bina kesehatan masyarakat Lansia Puskesmas Singandaru yakni berusia

32 (tiga puluh dua) tahun, sedangkan yang tertua adalah anggota Posbindu Usila

berusia 82 (delapan puluh dua) tahun.

4.3 Penyajian Data

Dalam penyajian data peneliti akan menyajikan beberapa data yang

didapatkan dari lapangan, di mana data tersebut akan disajikan berdasarkan

dengan teori penelitian yang peneliti gunakan kemudian berkembang saat

penelitian berlangsung. Penelitian “Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru”

menggunakan teori implementasi kebijakan dengan pendekatan bottom-up dari

Adam Smith (1973) dalam Islamy (2001: 90). Menurut Smith, implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat aspek yaitu idealized policy (kebijakan ideal),

target groups (kelompok sasaran), implementing organization (organisasi

pelaksana), dan environmental factors (faktor-faktor lingkungan). Adapun data

yang berkaitan dengan teori tersebut, peneliti paparkan sebagai berikut:

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

93

4.3.1 Idealized Policy (Kebijakan Ideal)

Aspek Idealized policy (kebijakan ideal) berkenaan dengan idealitas suatu

kebijakan yang dilaksanakan oleh kelompok sasaran. Pelaksanaan kebijakan

publik yang mengkaitkan kelompok sasaran dalam pelaksanaannya, diperlukan

suatu komunikasi antara perumus kebijakan dengan kelompok sasaran, sehingga

kelompok sasaran termotivasi untuk ikut melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam

kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja

Puskesmas Singandaru, perumus kebijakannya yaitu Bidang Bina Kesehatan

Masyarakat Seksi Gizi Lanjut Usia Dinas Kesehatan Kota Serang dan bidang bina

kesehatan masyarakat lanjut usia di Puskesmas Singandaru, sedangkan kelompok

sasarannya adalah masyarakat berusia lanjut di atas 60 tahun.

Motivasi pada kelompok sasaran untuk ikut serta dalam melaksanakan

kebijakan tersebut tentunya harus disertakan dengan isi kebijakan yang sesuai

dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran. kesesuaian isi kebijakan

dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran tercermin dalam

respon/tanggapan kelompok sasaran terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.

Kebijakan publik yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran

dan mendapatkan respon yang baik termasuk dalam suatu kebijakan yang ideal.

Dalam pelaksanaan kebijakan Pos pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila), Puskesmas Singandaru telah melakukan upaya

mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada kelompok sasaran dengan tujuan

agar kelompok sasaran mengetahui kebijakan Posbindu Usila dan termotivasi

untuk ikut melaksanakan kebijakan tersebut. Seperti yang diungakapan oleh I1-1:

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

94

“Awalnya saya yang mengajukan, sebelumnya saya telah mendengar ada

Posbindu Usila karena di tiap pertemuan di Puskesmas membahas tentang

Posbindu, pada saat itu saya belum tertarik. Ketika saya tahu Posbindu

Usila untuk lansia dan banyak lansia di sini yang meminta ada

pemeriksaan kesehatan untuk Lansia, saya mengajukan pembentukan

Posbindu ke Kepala Puskesmas.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dapat diketahui bahwa

Puskesmas Singandaru telah berupaya mensosialisasikan kebijakan Posbindu

Usila melalui pertemuan rutin dengan kader Posyandu Balita, dengan harapan

kader Posyandu Balita yang menghadiri pertemuan tersebut mengetahui isi

Kebijakan Posbindu Usila dan termotivasi untuk membentuk Posbindu Usila di

lingkungannya. Sosialiasi kebijakan merupakan komunikasi yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperkenalkan suatu kebijakan agar kelompok sasaran

memiliki pengetahuan terkait kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usila Lanjut

(Posbindu Usila).

Upaya sosialisasi yang dilakukan Puskesmas Singandaru berhasil

memotivasi kelompok sasaran untuk mendirikan Posbindu Usila sehingga

kebijakan Posbindu Usila dapat dilaksanakan di lingkungan kelompok sasaran.

Selain itu, informasi tentang kebijakan Posbindu Usila yang telah tersebar di

masyarakat berdampak pada adanya keinginan masyarakat khususnya yang

berusia lanjut untuk mengadakan kebijakan Posbindu Usila di likungannya,

seperti yang diungkapkan oleh I1-3:

“Awalnya masyarakat yang mengusulkan ingin ada pemeriksaan

kesehatan untuk lansia. Lalu kader mengusulkan keinginan masyarakat ke

Puskesmas melalui pertemuan antar kader dan pihak Puskesmas di

Puskesmas Singandaru. Setelah itu Puskesmas menerima usulan saya dan

memberitahu saya.”

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

95

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dapat diketahui bahwa

warga berusia lanjut yang telah mengetahui adanya pemeriksaan kesehatan untuk

Lansia menyampaikan keinginannya untuk diadakan pelayanan kesehatan tersebut

di lingkungan tempat tinggalnya kepada kader Posyandu balita, lalu kader

Posyandu Balita menyampaikannya kembali kepada pihak Puskesmas Singandaru.

Awal pembentukan Posbindu Usila di lingkungan kelompok sasaran merupakan

keinginan kelompok sasaran bukan hasil mobilisasi pemerintah, karena kebijakan

Posbindu Usila adalah kebijakan yang terbentuk dalam Upaya Kesehatan

Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di mana pelaksanaan kebijakan tersebut

dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat itu sendiri. Maka dari itu tidak ada

unsur paksaan dari pemerintah untuk membentuk Posbindu Usila, akan tetapi

berdasarkan atas keinginan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. seperti yang

diungkapkan oleh I2:

“Puskesmas tidak meminta masyarakat bentuk Posbindu. Awal

pembentukan Posbindu, masyarakat yang meminta mendirikan Posbindu

ke Puskesmas, cara mengajukan pendirian Posbindu yaitu dengan

mengajukan ke bidan desa lalu bidan desa menyampaikannya ke

Puskesmas.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

Pembentukan Posbindu Usila merupakan permintaan dari kelompok sasaran

bukan Puskesmas Singandaru. Cara mengajukan permintaan pembentukan

Posbindu Usila yaitu menyampaikannya kepada Bidan desa yang kemudian

disampaikan kembali ke Pihak Puskesmas. Berbagai macam upaya yang

dilakukan kader untuk menyampaikan pengajuan pembentukan Posbindu Usila,

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

96

selain melalui bidan desa, kader menyampaikannya langsung ke Kepala

Puskesmas Singandaru ataupun melalui pertemuan antar kader dengan bidang

bina kesehatan masyarakat di Puskesmas Singandaru. Walaupun melalui cara

yang berbeda-beda, tetap pesan tersebut tersampaikan sehingga pengajuan dapat

dikabulkan. Bahkan ada Posbidu yang terbentuk dari suatu organisasi yang sudah

ada sebelumnya, seperti yang diungkapkan oleh I1-5:

“Ini organisasi Persatuan Purnawirawan dan Warakauri TNI dan POLRI

(PEPABRI). Sepertinya begini, pengajuan dilakukan Puskesmas ke sini

karena seharusnya kegiatan apapun mengajukannya ke sini lalu disetujui,

disepakati oleh ketua organisasi lalu terlaksanalah Posbindu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-5 dapat diketahui bahwa

Posbindu Usila PEPABRI adalah Posbindu yang terbentuk dari suatu organisasi

Persatuan Purnawirawan dan Warakauri TNI dan POLRI (PEPABRI). Puskesmas

Singandaru yang mensosialisasikan kebijakan Posbindu Usila serta

mengajukannya ke Kepala organisasi tersebut karena diharuskan mengikuti alur

birokrasi dalam organisasi. Organisasi Posbindu memang tidak hanya terbentuk

oleh masyarakat setempat saja, tetapi bisa dibentuk oleh suatu organisasi yang

sudah ada. Anggota yang hadir dalam organisasi PEPABRI adalah perkumpulan

para istri ataupun janda dari pensiunan TNI POLRI Kabupaten Serang. Lokasi

organisasi ini berada di Kelurahan Lontar Baru yang berarti masuk dalam wilayah

kerja Puskesmas Singandaru. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi terkait

adanya kebijakan Posbindu Usila telah sampai pada organisasi tersebut, sehingga

adanya kesepakatan antara pihak Puskesmas Singandaru dengan ketua organisasi

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

97

PEPABRI untuk melaksanakan kebijakan Posbindu di dalam kegiatan Organisasi

PEPABRI.

Dalam pembentukan Posbindu Usila juga terdapat persyaratan yang wajib

dimiliki kelompok sasaran agar kebijakan terlaksana dengan optimal. Maksud dari

optimal adalah pelaksanaan Posbindu yang terlaksanakan dengan baik yang sesuai

dengan kebutuhan Lansia dan didukung dengan kuantitas tenaga kesehatan yang

cukup. Maka dari itu jumlah Posbindu Usila yang terbentuk perlu disesuaikan

dengan kondisi jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Singandaru,

seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Setelah mengajukan pembentukan Posbindu, lalu dilihat kelompok

sasaran di mana saja yang jumlah sasarannya mencukupi, apabila sedikit

berarti tidak perlu dibentuk Posbindu, mengingat Puskesmas Singandaru

juga kekurangan SDM”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

pengajuan pembentukan posbindu tidak dapat dikabulkan begitu saja oleh bagian

bina kesehatan masyarakat Puskesmas Singandaru. Maka dalam pengajuan

pembentukan Posbindu Usila ada beberapa syarat yang perlu dimiliki kelompok

sasaran yaitu terkait dengan jumlah sasaran yang ada, seperti yang diungkapkan

oleh I3:

“Bisa atau tidak dibentuk Posbindu tergantung dari jumlah lansianya,

Posbindu tidak jauh berbeda dengan Posyandu, kalau Posyandu bisa

dibentuk apabila ada 100 balita sama halnya dengan Posbindu, bisa

dibentuk apabila ada 100 lansia. Permasalahannya adalah usia lansia

dimulai dari umur 45 tahun, sedangkan umur 45-58 sebenarnya adalah

orang yang masih bekerja, jadi otomatis sebenarnya sasaran yang masuk

dalam kebijakan Posbindu adalah sasaran yang berumur 58 tahun ke atas.”

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

98

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 dapat diketahui bahwa

persyaratan yang perlu dimiliki kelompok sasaran untuk membentuk Posbindu

Usila adalah memiliki 100 lansia yang berusia 58 tahun ke atas. Namun

berdasarkan data yang peneliti temukan pada laporan kegiatan Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Singandaru, ketiga wilayah yang di bawahi Puskesmas

Singandaru yaitu Kelurahan Lontar baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan

Kota Baru, hanya memiliki 5 (lima) Posbindu Usila yaitu 3 (tiga) Posbindu Usila

di Kelurahan Lontar Baru dan 2 (dua) Posbindu di Kelurahan Kagungan.

Kelurahan Kota baru tidak memiliki satu pun Posbindu Usila.

Berdasarkan monografi Kelurahan Kota Baru tahun 2014, jumlah

penduduk di atas usia 50 tahun sebanyak 1.020 orang atau sebesar 15% dari total

penduduk sebanyak 6.813 orang. Hal ini berarti Kota baru memenuhi persyaratan

untuk membentuk Posbindu Usila. Akan tetapi, pengajuan Kota Baru untuk

mengadakan Posbindu Usila tidak dapat dikabulkan oleh Puskesmas Singandaru,

seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Warga Kelurahan Kota Baru sudah mengajukan permohonan membentuk

Pobindu Usila di wilayahnya, namun pengajuan tersebut tidak dapat

dikabulkan Puskesmas karena jumlah tenaga pelaksana Posbindu dari

Puskesmas tidak mencukupi. Saya bekerja sebagai perawat dan biasa

bekerja di bagian poli umum, selain itu saya juga bekerja ke lapangan

untuk Posbindu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

pengajuan pembentukan Posbindu Usila dari Kelompok sasaran di Kota Baru

tidak dapat dikabulkan karena kuantitas tenaga kesehatan untuk Posbindu Usila

yang kurang. Kelomopok sasaran termotivasi untuk membentuk Posbindu Usila

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

99

karena kebijakan Posbindu dinilai sesuai dengan kebutuhan akan pelayanan

kesehatan untuk warga lansia. Dengan demikian Lansia di kelurahan Kota Baru

tidak terpenuhi oleh pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh di Posbindu Usila.

Selain kekurangan tenaga kesehatan di Puskesmas Singandaru, tenaga

kesehatan yang bertugas di Posbindu pun memiliki tugas rangkap baik bertugas di

Puskesmas juga bertugas untuk Posbindu Usila. Tenaga kesehatan yang sebaiknya

bertugas di Posbindu Usila adalah dokter dan perawat. Namun berdasarkan profil

Puskesmas Singandaru Tahun 2014, jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas

hanya ada 2 (dua) orang sedangkan perawat berjumlah 6 (enam) orang. Dokter

dan perawat tersebut medapatkan pembagian tugasnya masing-masing. Dokter

bertugas di Puskesmas, sedangkan perawat lainnya bertugas di Puskesmas

maupun di Posyandu Balita.

Jumlah Posyandu balita lebih banyak dibandingkan dengan Posbindu

Usila, ada 30 (tiga puluh) Posyandu Balita yang tersebar di tiga wilayah yaitu

Lontar Baru, Kagungan dan Kota baru. Posyandu balita dilaksanakan rutin 1

(satu) bulan sekali di masing-masing Poyandu. Maka dari itu cukup sulit untuk

mencari teman yang bisa membantu melaksanakan pemeriksaan kesehatan di

Posbindu Usila, seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Berhubung dokternya pada sibuk di Puskesmas jadi saya sendiri yang

turun ke Posbindu. Karena kesibukan dokter dan perawat lain juga

membuat saya tidak enak untuk meminta bantuannya. Perawat lain sudah

memiliki jadwalnya sendiri di Posyandu. Apabila ada perawat atau bidan

yang tidak sibuk, mereka membantu saya. Kebetulan sekarang ada

mahasiswa Akper (Akadem Keperawatan) yang sedang magang, jadi bisa

membantu saya.”

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

100

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

dokter dan perawat yang ada di Puskesmas Singandaru telah memiliki jadwal

bertugas masing-masing sehingga membuat pelaksana bina kesehatan masyarakat

bagian Lansia merasa tidak enak meminta bantuan dari mereka. Hanya ketika ada

tenaga kesehatan lain yang tidak sibuk atau mahasiswa akademik keperawatan

yang sedang magang di Puskesmas Singandaru yang dapat membantu pelaksana

bina kesehatan bagian Lansia dalam memberikan pelayanan kesehatan di

Posbindu Usila. Pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia

yang bertugas sebagai tenaga kesehatan di Posbindu Usila hanya berjumlah satu

orang saja. Kekurangan dokter dan perawat di Puskesmas Singandaru berdampak

pada tidak meratanya kebijakan Posbindu Usila. Padahal Kebijakan Posbindu

merupakan kebijakan yang dibutuhkan oleh warga berusia lanjut karena

memenuhi kebutuhan akan kesehatan Lanjut Usia, seperti yang diungkapkan oleh

I1-1:

“Posbindu memenuhi kebutuhan kesehatan Lansia. Dengan adanya

Posbindu Usila membantu lansia yang biasa mengeluh sakit kepala. Maka

dari itu banyak Lansia yang datang karena mereka menderita sakit. Lansia

yang tidak mengeluh sakit juga datang untuk sekedar mengetahui berat

badan atau naik turunnya tensi darah untuk mencegah darah tinggi dengan

mengatur asupan makannya. Kadangkala mereka menanyakan penyakit

yang didertia dari keluhan yang dirasakan. Selain itu Posbindu juga dekat

dari rumah warga.”

Berdasakan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 terkait kesesuaian

kebijakan Posbindu Usila dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan Lansia,

dapat diketahui bahwa keberadaan Posbindu sangat berarti bagi Lansia untuk

kesehatan Lansia baik yang menderita sakit ataupun hanya sekedar memeriksakan

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

101

kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan berupa cek gula darah, kolesterol, asam urat

dan tensi darah serta adanya konsultasi kesehatan lansia dan pemberian resep obat

yang ada pada pelayanan kesehatan di Posbindu Usila merupakan manfaat yang

didapatkan sasaran untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan mereka.

Mengingat lansia rentan terhadap penyakit tidak menular seperti darah tinggi,

diabetes, kolesterol dan asam urat maka dari itu perlu rutin mengontrol kesehatan

mereka, seperti yang diungkapkan oleh I1-2:

“Sudah cukup memenuhi kebutuhan Lansia. Kesehatan kebutuhan utama

Lansia. Banyak permasalahan yang kompleks pada Lansia. Maka dari itu

perlu setiap bulannya mengontrol kesehatan, terutama seperti tensi darah.

Dari pada pergi jauh ke rumah sakit dan Puskesmas untuk kontrol

kesehatan, di Posbindu lebih dekat. Terutama untuk cek darah. Di tempat

lain lama mengantri, di Posbindu juga bisa periksa gula darah, kolesterol,

asam urat. Walaupun hasilnya tidak akurat 100%, setidaknya dari hasil

pemeriksaan kita mendapatkan perhatian untuk bisa rubah pola

makannya.”

Hal yang sama juga diuangkap oleh I4-5:

“Iya memenuhi,apabila saya merasa sakit dan kebetulan ada Posbindu saya

berobat ke Posbindu untuk periksa penyakit kolesterol.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2 dan I4-5 terkait

kesesuaian isi kebijakan posbindu dalam memenuhi kebutuhan Lansia, dapat

diketahui bahwa penyakit tidak menular seperti asam urat, kolesterol dan gula

darah yang lazim diderita oleh Lansia dapat terkontrol dengan rutin melakukan

pemeriksaan di Posbindu Usila. Sehingga lansia dapat merubah pola makannya

untuk mecegah penyakit tersebut agar tidak semakin parah. Selain itu dalam

pelaksanaan Posbindu Usila, Lansia dapat menyampaikan keluhan-keluhan yang

mengganggu kesehatannya.

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

102

Manusia yang usianya semakin menua, organ tubuhnya akan semakin

melemah dan tidak berfungsi dengan baik seperti saat usianya masih muda. Maka

dari itu tidak jarang apabila lansia mengeluhkan adanya rasa nyeri ditubuhnya

yang membuat lansia merasa tidak nyaman. Keberadaan Posbindu Lansia

memberikan manfaat pada Lansia untuk memberikan pelayanan kesehatan secara

rutin setiap satu bulan sekali dan dekat dengan lingkungan masyarakat, seperti

yang diungkapkan oleh I1-4:

“Sudah memenuhi kebutuhan Lansia. Ada pemeriksaan tensi darah,

kolesterol dan diabet. Posbindu itu pelayanan kesehatan untuk para lanjut

usia jadi memudahkan Lansia agar tidak pergi terlalu jauh ke Puskesmas

atau ke rumah sakit, dan memudahkan Lansia untuk berobat.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dapat diketahui bahwa

Lokasi Posbindu Usila yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal sasaran

membantu lanjut usia mendapatkan pelayanan kesehatan. Lokasi Posbindu yang

dekat dengan tempat tinggal Lansia memudahkan Lansia untuk menjangkau

tempat tersebut karena lanjut usia memiliki keterbatasan fisik untuk mencapai

lokasi yang tidak dekat. Manfaat lain dengan mengikuti Posbindu Usila selain

dapat memeriksa kesehatan dan lokasi yang dekat, dari hasil pemeriksaan dan

konsultasi kesehatan dengan tenaga kesehatan lansia dapat mengatur pola makan

dan asupan makanan mereka. Maka dari itu lansia dapat memelihara kesehatan

mereka sendiri, seperti yang diungkapkan oleh I1-3:

“Usia sudah tua sering terkena penyakit, jadi apabila ikut Posbindu bisa

periksa kesehatan dan mengontrol makanannya.”

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

103

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dapat diketahui bahwa

pola makan Lansia dapat terkontrol dengan mengikuti Posbindu Usila. Posbindu

Usila memang sangat bermanfaat sekali bagi warga yang berusia lanjut untuk

dapat memperoleh hidup yang sehat karena dari hasil pemeriksaan serta konsultasi

kesehatan dengan tenaga kesehatan, Lansia dapat mengurangi asupan makanan

yang tidak baik bagi kesehatannya. Dengan memiliki hidup yang sehat, Lansia

bisa menjalankan aktivitasnya dengan madiri dan berdaya guna. Kebijakan

Posbindu Usila di keluarkan pemerintah karena mengatasi dampak dari

keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan, seperti yang diungkapkan oleh I3:

“Pembangunan kesehatan itu salah satu tujuannya adalah umur harapan

hidup. Semakin baik pembangunan kesehatan berarti umur harapan

hidupnya semakin panjang. Lansia itu yang berumur 45 tahun ke atas, tapi

yang perlu mendapat perhatian adalah yang berumur renta yang terutama

masuk Posbindu yaitu berumur 60 tahun atau 70 tahun. Supaya Lansia

memiliki kualitas hidup yang lebih baik, otomatis kita harus perhatikan.

Itu sebabnya ada kebijakan tentang program lansia.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 dapat diketahui bahwa

kebijakan Posbindu Usila dikeluarkan pemerintah sebagai tindakan lanjut dari

keberhasilan dalam meningkatkan angka harapan hidup masyarakat dengan tujuan

meciptakan kualitas hidup yang lebih sehat bagi lanjut usia. Meningkatnya umur

harapan hidup masyarakat berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk yang

berusia lanjut. Masyarakat yang berusia lanjut rentan terkena penyakit tidak

menular serta memiliki keterbatasan fisik karena fungsi tubuh mereka yang

berkurang mengakibatkan melemahnya tenaga yang mereka miliki. Maka dari itu

perlu ada kebijakan di bidang kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

terdekat bagi lanjut usia melalui kebijakan Posbindu Usila. Posbindu Usila

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

104

merupakan kebijakan derivat atau turunan dari suatu kebijakan. Kebijakan

Posbindu Usila adalah kebijakan yang terwujud dari program lanjut Usia yang

terwujud lagi dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2004 tentang

pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebijakan yang ideal adalah kebijakan

yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan sasaran. Kebijakan yang memenuhi

kebutuhan sasaran akan tercermin dari tanggapan sasaran terhadap keberadaan

Posbindu Usila. Kebijakan Posbindu Usila mendapatkan respon yang baik dari

sasaran, seperti yang diungkapkan oleh I4-2:

“Posbindu itu penting sekali. Saya sudah tidak kuat pergi ke Puskesmas.

Kalau mau minta antar ke Puskesmas ke keponakan saya merasa tidak

enak karena mereka sudah pada bekerja, saya takut merepotkan mereka.

sebelumnya saya biasa ke klinik atau tidak ke Puskesmas, tapi ketika ada

Posbindu alhamdulillah saya bisa berobat dan kontrol kolesterol.

Lokasinya juga dekat, jadi tidak usah pergi jauh ke Puskesmas lagi.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh I4-6:

“Bagus, dengan adanya Posbindu Lansia dapat berobat. Yang saya lihat

banyak Lansia yang mengeluhkan nyeri di lutut karena penyakit asam urat.

Maka dari itu Lansia perlu berobat.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-2 dan I4-6 terkait tanggapan

sasaran tentang keberadaan Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa keberadaan

Posbidu Usila dirasakan manfaatnya oleh Lansia seperti lokasi yang dekat dan

terpenuhinya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit

yang diderita agar tidak menjadi lebih buruk. Lokasi Posbindu yang dekat,

mempermudah lansia yang memiliki keterbatasan fisik untuk mencapai tempat

tersebut serta bisa pergi untuk memeriksakan kesehatan mereka tanpa harus

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

105

diantar oleh keluarganya. Selain itu manfaat mengikuti Posbindu juga dirasakan

oleh Lansia, seperti yang diungkapkan oleh I4-4:

“Dengan ada Posbindu saya bisa tahu naik turunya kolesterol saya, bisa

dapat obat, terus kalau sudah tahu kolesterol saya naik berarti saya tidak

boleh makan gorengan, kalau darah tinggi berarti tidak boleh makan yang

asin-asin.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-4 dapat diketahui bahwa

hasil pemeriksaan kesehatan yang diketahui oleh Lansia pada saat mengikuti

Posbindu Usila, membuat Lansia mengontrol asupan makannya agar tidak

memperburuk penyakit yang dideritanya. Pada pelaksanaan kebijakan Posbindu

Usila, selain dapat memeriksa kesehatan lansia, lansia pun mendapat arahan dari

tenaga kesehatan terkait larangan untuk memakan makanan yang dapat

mengganggu kesehatannya. Tanggapan yang baik terkait keberadaan Posbindu

Usila dari sasaran juga dapat dirasakan oleh pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat bagian lanjut usia, seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Tanggapanya baik, mereka menunggu saya datang apabila saya telat

datang. Biasanya saya datang jam 10 pagi, saya telat jadi datang jam 11

siang. Ketika telat datang, saya kira mereka sudah pada pulang, tapi

ternyata mereka masih menunggu saya karena mereka juga butuh untuk

memeriksa kesehatannya.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait menilai respon

kelompok sasaran terhadap kebijakan Posbidu Usila, dapat diketahui bahwa

antusias kelompok sasaran yaitu masyarakat yang berusia lanjut begitu baik dalam

mengikuti Posbindu Usila. Hal ini dikarenakan atas kebutuhan mereka untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dekat dan dan didapatkan secara rutin

untuk mengontrol kesehatan mereka. Kegiatan yang ada pada kebijakan Posbindu

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

106

tidak hanya terkait dengan pemeriksaan kesehatan, namun ada kegiatan lain yang

bermanfaat bagi kesehatan mereka, seperti yang diungkapkan oleh I3:

“Kegiatan kesehatan di Posbindu itu kegiatannya ada pemeriksaan

kesehatan dan ada senam lansia. Senam lansia berbeda dengan senam

biasanya karena gerakannya juga ringan dan bisa diikuti lansia. Asalkan

lansia itu memiliki aktivitas dan bisa bergerak tidak hanya berdiam di

rumah saja.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 dapat diketahui bahwa

kegiatan lainnya di Posbindu Usila selain pemeriksaan kesehatan adalah senam

lanjut usia, di mana dalam senam tersebut meperagakan gerakan senam yang

ringan yang dapat diikuti lanjut usia dengan tujuan memberikan aktivitas ringan

pada Lansia. Lansia tidak memiliki banyak aktivitas seperti aktivitas yang biasa

dilakukan penduduk berusia produktif sehingga membuat lansia tersebut kurang

bergerak dan akan melemahkan tubuh mereka. Lansia memerlukan suatu aktivitas

ringan yang membuat tubuh mereka selalu bergerak. Maka dari itu Dinas

kesehatan mengadakan senam lansia yang dilaksanakan melalui Puskesmas.

Seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Puskesmas yang mengadakan senam, memberikan uang transportasi bagi

lansia untuk ikut senam, snack, dan menyewa instruktur senam. Lansia

hanya mengikutinya saja”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

pelaskanaan senam Lansia di Posbindu yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru diadakan oleh Puskesmas Singandaru, dengan instruktur senam yang

disediakan oleh Puskesmas Singandaru dan adanya pemberian uang transportasi

dan makanan ringan bagi Lansia yang mengikuti senam. Pemberian uang

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

107

transportasi pada lansia yang mengikuti senam lansia serta adanya suguhan

makanan ringan atau snack merupakan suatu iming-iming yang diberikan oleh

Puskesmas untuk meningkatkan partisipasi lansia pada kegiatan senam lansia.

Pengadaan senam lansia berbeda dengan Posbindu Usila yang diadakan

berdasarkan pengajuan dari masyarakat. Pada senam Lansia, Puskesmas

memobilisasi Lansia untuk mengikuti senam, namun tetap tidak ada unsur

paksaan sehingga ikut atau tidaknya lansia pada senam lansia merupakan hak

lansia tersebut. Jadi Puskesmas hanya mengajak sasaran untuk ikut kegiatan

senam serta memotivasi mereka dengan adanya uang transportasi dan makanan

ringan, seperti yang diungkapkan oleh I1-3:

“Senam itu Ibu Tatu (pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian

lanjut usia) yang mengajak kader. Awalnya dilaksanakan di Puskesmas

jam 06.30, yang hadir banyak siapa saja kader ataupun lansia, tapi

sekarang sudah tidak di Puskesmas lagi. Terakhir yang kemarin senam di

Posbindu. Saat senam disediakan kue dan dikasih uang transport.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dapat diketahui bahwa

sebelum pelaksanaan senam Lansia di Posbindu, senam dilaksanakan di

Puskesmas Singandaru dengan dihadiri seluruh kader Posbindu dan Lansia

lainnya. Akan tetapi lokasi puskesmas Singandari cukup jauh dari tempat tinggal

masyarakat. Maka dari itu, kini senam Lansia dilaksanakan di masing-masing

Posbindu, seperti yang diungkapkan oleh I1-1:

“Awalnya Ibu Tatu memberitahu saya ada senam Lansia tapi harus di

Puskesmas. Menurut saya kalau dilaksanakan di Puskesmas yang hadir

paling hanya beberapa saja. Namanya juga Lansia sudah tidak kuat,

jaraknya jauh harus ada kendaraan. Saya menyarankan kepada Ibu Tatu,

kalau bisa dilakukan di Posbindu.”

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

108

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dapat diketahui bahwa

lokasi pelaksanaan senam lansia di Puskesmas Singandaru terlalu jauh bagi

Lansia, sehingga tidak semua Lansia yang tercakup dalam wilayah Posbindu

dapat hadir dalam pelaksanaan senam Lansia. Pelaksanaan senam Lansia di

Puskesmas memang dinilai kurang efisien bagi kader Posbindu maka dari itu

kader menyampaikan suatu rekomendasi kepada pihak Puskesmas untuk

melaksanakan senam di Posbindu. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya suatu

interaksi antara kader dengan pihak Puskesmas sehingga kebijakan yang

dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompok sasaran sehingga

kelompok sasaran termotivasi untuk berpartisipasi dalam kebijakan tersebut.

Pelaksanaan senam lanjut usia memang lebih efisien dan efektif

dilaksanakan di Posbindu bukan di Puskesmas, mengingat lansia memiliki

keterbatasan fisik untuk mencapai lokasi yang tidak dekat. Selain itu senam lansia

pun dapat diikuti bukan hanya lansia yang berusia 45 tahun sampai dengan 59

tahun, tetapi juga dapat diikuti oleh lansia berusia 60 tahun ke atas. Kegiatan

senam Lansia mendapatkan tanggapan yang baik dari sasaran, seperti yang

diungkapkan oleh I1-5:

“Sudah beberapa bulan sudah tidak ada senam lagi, lansia pada

menanyakan kapan ada senam lagi. Yang ikut senam dikasih uang

transport sebesar Rp. 10.000,- atau Rp. 15.000. tapi kemarin Ibu Tatu

memberitahu saya senam nanti hanya ada kue. Tapi itu tidak masalah

karena yang terpenting Lansia pada diam tidak menanyakan kapan ada

senam lagi.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-5 dapat diketahui bahwa

tanggapan masyarakat terkait adanya senam lansia sangat menerima dengan baik,

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

109

terbukti ketika senam sudah lama tidak diadakan masyarakat meminta diadakan

senam lagi karena menurut mereka senam lansia dibutuh oleh mereka. Tanggapan

baik ini bukan dikarenakan adanya iming-iming uang yang diberikan Puskesmas

Singandaru, akan tetapi karena kebutuhan Lansia untuk mengikuti senam Lansia.

Memotivasi masyarakat dengan diiming-imingi uang dan makanan merupakan

cara yang kurang baik dan tidak efisien. Kebijakan di bidang kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat seharusnya bertujuan untuk menyadarkan

masyarakat akan pentingnya kesehatan bukan karena kebutuhan masyarakat untuk

mendapatkan uang dan makanan, seperti yang diungkapkan oleh I1-4:

“Awalnya yang ikut lansia hanya sekitar 15 orang. Tapi ketika masyarakat

tahu akan dapat uang, yang datang banyak bahkan yang datang bukan

hanya Lansia. lama-kelamaan jumlah uang yang diberikan berkurang dari

Rp. 20.000 menjadi Rp. 10.000/orang. Walaupun besaran uang yang

diberikan berkurang, partisipasi masyarakat untuk ikut senam tidak

berkurang. Itu karena kita kasih pengertian kepada mereka bahwa kalau

kita senam di luar kita bayar sedangkan di sini gratis dan yang penting kita

sehat. Tanggapan terkait adanya senam sangat baik. Senam lansia bisa

dijadikan sebagai hiburan yang sehat karena memakai musik dangdut dan

gerakannya sederhana”.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dapat diketahui bahwa

senam lansia tidak hanya diikuti oleh lansia saja karena adanya uang transportasi

yang didapatkan oleh masyarakat, namun ketika nominal uang yang diberikan

berkurang tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam megikuti senam

karena kader memberikan pengertian terkait pentingnya senam bagi kesehatan.

Tanggapan masyarakat terhadap adanya senam Lansia sangat baik karena senam

lansia merupakan kegiatan yang menghibur dan sehat dan membuat lansia

menjadi aktif bergerak. Adanya pembagian uang transportasi bukan menjadi

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

110

alasan bagi mereka untuk mengikuti senam Lansia karena tidak adanya

pembagian uang transportasi tidak mempengaruhi jumlah partisipasi lansia dalam

kegiatan senam tersebut.

Pemahaman yang diberikan kepada lansia terkait pentingnya kegiatan

yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Lansia merupakan cara terbaik

dibandingkan dengan memberikan uang. Dengan memberikan pemahaman

pentingnya kesehatan akan menyadarkan mereka untuk memanfaatkan kebijakan

yang diberikan pemerintah untuk kesehatan mereka. Peneliti memahami bahwa

cara memotivasi Lansia dengan membagi-bagikan uang merupakan cara yang

dilakukan Puskesmas pada awal pelaksanaan kegiatan senam agar Lansia

termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan senam Lansia, dan lambat laun

Lansia akan sadar dengan manfaat yang terutama didapatkan dari mengikuti

senam lansia bukan karena memperoleh uang.

Berdasarkan penyajian data hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa sosialisasi Posbindu melalui pertemuan rutin Puskesmas Singandaru

membuat kelompok sasaran termotivasi untuk membentuk Posbindu Usila.

Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) merupakan

kebijakan yang ideal bagi kelompok sasaran yang memilki Posbindu Usila, dalam

arti kebijakan tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat lanjut

usia yaitu adanya kegiatan pemeriksaan kesehatan dan kegiatan senam lanjut usia.

Kesesuaian isi kebijakan Posbindu Usila terlihat dari respon masyarakat yang baik

dalam menerima keberadaan dan mengikuti Posbindu Usila dan senam lanjut usia.

Akan tetapi kebijakan posbindu Usila tidak ideal bagi kelompok sasaran yang

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

111

tidak memiliki Posbindu Usila, sehingga tidak seluruh sasaran tercakup dalam

Posbindu Usila. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia yang

dimiliki Puskesmas Singandaru.

4.3.2 Target Groups (Kelompok Sasaran)

Pada aspek target group berkenaan dengan kemampuan kelompok sasaran

untuk menjadi bagian dari stakeholder dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu

Usila. Dalam penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah Kerja Puskesmas Singandaru, kelompok

sasaran yang menyediakan segala sumber daya pendukung pelaksanaan kebijakan

Posbindu Usila. Sumber daya yang dipersiapkan kelompok sasaran yaitu sumber

daya manusia ,sumber daya financial dan sarana dan prasarana pendukung

pelaksanaa Posbindu Usila.

Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usila lanjut (Posbindu Usila)

merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat itu sendiri. Maka dari itu kelompok

sasaran bukan hanya menjadi objek kebijakan, tetapi juga sebagai subjek

kebijakan. Dengan demikian kelompok sasaran memiliki sumber daya manusia

sebagai perwakilan dari kelompok sasaran yang turut melaksanakan kebijakan

Posbindu Usila yang disebut sebagai kader Posbindu Usila. Berdasarkan pedoman

pelaksanaan Posyandu Lansia, tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

Posbindu Usila sebaiknya 8 (delapan) orang, namun bisa kurang dengan

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

112

konsekuensi bekerja rangkap. Berikut adalah kepengurusan yang dianjurkan

beserta struktur organisasinya:

Gambar 4.3.2.1 Struktur Organsiasi Posbindu Usila

Tenaga pelaksana Posbindu Usila sebanyak 8 (orang) tersebut terdiri dari:

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Bendahara

4. Kader sekitar 5 (lima) orang:

a. Meja 1 tempat pendaftaran

b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan

pencatatan tinggi badan serta penghitungan indeks massa tubuh (IMT)

c. Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan

sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan

lain-lain)

d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan

kesejahteraan)

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

113

e. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial

(pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain-

lain sesuai kebutuhan)

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, jumlah pelaksana Posbindu Usila

kelima Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Singandaru tidak berjumlah 8

(delapan) orang, seperti yang terjadi di Posbindu Manggis, I1-4 mengungkapkan

bahwa:

“Ada kader yang mengurusi Posbindu. Jumlah kader di sini ada lima yang

terdiri dari perwakilan masing-masing RT. Struktur kepengurusannya ada

ketua, sekretaris, bendahara, dua anggota.”

Jumlah kader yang tidak mengikuti pedoman Posyandu Lansia juga terjadi di

Posbindu Melati, I1-3 mengungkapkan bahwa:

“Kadernya cuma ada dua orang saja, itu pun cukup karena kader cuma di

bagian pendaftaran dan penimbangan saja.Saya yang komunikasi dengan

Bu Tatu membicarakan jadwal pelaksanaan Posbindu lalu beritahu kader

lainnya, saya juga bagian pendaftaran.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dan I1-3 terkait kader

Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa penentuan kader Posbindu Usila di kedua

Posbindu tersebut tidak mengikuti jumlah kader yang disarankan dalam pedoman

pelaksanaan Posyandu Lansia yaitu sebanyak 8 (delapan) orang, melainkan hanya

berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan 2

(dua) kader atau bahkan hanya 2 (orang) saja. Jumlah kader yang sedikit ini

memberikan konsekuensi kader berkerja rangkap seperti berkomunikasi dengan

pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas

Singandaru yang merupakan salah satu tugas seorang ketua kader yaitu

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

114

bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder juga bertugas

di bagian pendaftaran dan penimbangan berat badan Lansia saat pelaksanaan

Posbindu Usila. Terkait struktur kepengurusan Posbindu Usila I2 menanggapi

bahwa:

“Jumlah kader minimal ada lima orang. Lima orang itu terbagi menjadi

ketua, sekretaris,bendahara sisanya anggota. Tapi penentuan jumlah kader

terserah dari masyarakat jadi bisa kurang bisa juga lebih.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 selaku pelaksana bidang

bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia dalam menanggapi penetapan

struktur pengurus Posbindu, diketahui bahwa Puskesmas Singandaru memberikan

standar minimal jumlah pengurus Posbindu sebanyak 5 (lima) orang, akan tetapi

kurang atau lebihnya dari jumlah minimal tersebut merupakan keputusan dari

kelompok sasaran. Maka dari itu kelompok sasaran diberikan wewenang dalam

menentukan struktur kepengurusan Posbindu yang tentunya didasarkan atas

kondisi yang ada di masyarakat. Berdasarkan hasil observasi peneliti masing-

masing Posbindu Usila di wiliayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu Posbindu

Manggis dan Posbindu Sirsak memiliki 5 (lima) kader, Posbindu Melati dan

PEPABRI memilikii 2 (dua), Posbindu Teratai memiliki 4 (empat) kader.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, kader Posbindu merangkap

menjadi kader Posyandu Balita. Hal ini terjadi di tiga Posbindu yaitu Posbindu

Manggis, Sirsak dan Teratai, seperti yang diungkapkan oleh I1-4:

“Kader Posbindu dan Posyandu itu sama saja orangnya. Tidak ada

kesulitan dalam pelaksanaannya karena tugas kader hanya menimbang

berat badan dan catat lansia yang hadir saja. Lansia yang datang juga tidak

sekaligus banyak tapi satu persatu. Tidak ada pembagian tugas seperti

sekretaris harus mencatat, siapa saja yang bisa, biasanya saya juga

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

115

membantu mencatat nama Lansia. Kalau bagian keuangan ada bendahara

yang mengurus”

Penggabungan kader Posbindu Usila dengan Posyandu Balita juga terjadi di

Posbindu Sirsak, I1-1 mengungkapkan bahwa:

“Walaupun kader Posbindu digabung dengan kader Posyandu, saat kerja

kita saling membagi tugas. Ada yang di bagian Lansia, ada yang di bagian

Balita. Kader di bagian Lansia juga hanya bagian penimbangan berat

badan dan pencatatan nama saja. Ada PMT kadang biskuit atau bubur

kacang untuk Balita. Jadi bagian pencatatan bukan sekretaris saja, kadang

dibantu kader lainnya juga.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dan I1-1 terkait

penggabungan kader Posbindu Usila dan kader Posyandu Balita, dapat diketahui

bahwa penggabungan antara kedua kader tersebut tidak menjadi suatu kesulitan

bagi kader karena saat pelaksanaannya kader membagi tugas untuk melayani

Lansia dan Balita. Selain itu saat pelaksanaan Posbindu Usila kader hanya

melakukan tugas manulis daftar Lansia yang hadir dan melakukan penimbangan

berat badan lansia lalu hasilnya dicatat kedalam buku laporan hasil kegiatan

Posbindu yang dimiliki kader. Penggabungan kader Posbindu Usila dengan

Posyandu Balita merupakan suatu inisiatif kelompok sasaran dalam menyesuaikan

kondisi yang ada saat pelaksanaan kedua kebijakan tersebut, di mana Posbindu

dan Posyandu Balita dilaksanakan dalam waktu yang sama dan tugas yang

dilakukan kader hanya pada pendaftaran dan penimbangan berat badan Lansia,

sehingga seluruh kader mendapatkan tugas ketika Posbindu Usila dan Posyandu

Balita dilaksanakan.

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

116

Berdasarkan hasil observasi peneliti, kader Posbindu yang melayani lansia

hanya 2 (dua) orang saja di bagian meja 1 bagian pendaftaran, meja 2 bagian

penimbangan berat badan Lansia yang kemudian kedua meja tersebut digabung

menjadi satu meja. Sedangkan kader ada 3 orang apabila ditambah dengan

Pemberian makanan Tambahan (PMT) di meja 5. Jumlah kader yang hanya 2

sampai 3 orang untuk Posbindu berpengaruh terhadap tidak adanya kader yang

membantu tenaga kesehatan dalam menulis nama, umur, berat badan, tekanan

darah, hasil pemeriksaan darah dan resep obat Lansia untuk laporan hasil

pelaksanaan Posbindu yang dimiliki oleh tenaga kesehatan tersebut. Tenaga

kesehatan yang ada di Posbindu Usila adalah pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru.

Berdasarkan observasi peneliti, jumlah tenaga kesehatan di Posbindu

hanya ada satu orang saja, sehingga dalam memberikan seluruh pelayanan

kesehatan yang ada di meja 3 dan 4 seperti pemeriksaan tekanan darah,

pemeriksaan darah untuk mengetahui tinggi rendahya kolesterol, gula darah dan

asam urat, konsultasi kesehatan dan pemberian resep obat termasuk menulis

nama, umur, berat badan, hasil pemeriksaan dan resep obat Lansia yang dapat

dibantu oleh kader dilakukannya sendiri. Dalam menanggapi hal ini, I2

mengungkapkan bahwa:

“Kader punya buku catatan Lansia sendiri. Saya juga punya jadi saya

mengisi sendiri. Lagi pula kader sudah cukup di bagian pendaftaran dan

penimbangan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait tanggapan

pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

117

Singandaru, diketahui bahwa tenaga kesehatan melakukan pencatatan Lansia yang

hadir serta hasil pemeriksaan sendiri karena rasa tanggung jawab dalam

melakukan tugas sebagai pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian

lanjut usia dan tidak ada ketersediaan kader yang membantu, maka dari itu beliau

melakukannya sendiri tanpa bantuan dari kader Posbindu. Kurangnya tenaga

kesehatan di Posbindu Usila seharusnya didukung dengan jumlah kader Posbindu

yang cukup misalkan tersedia 3 (tiga) kader, satu orang di bagian pendaftaran,

satu orang di bagian penimbangan berat badan, dan satu orang membantu tenaga

kesehatan dalam hal pencatatan. Dengan demikian adanya kerjasama yang baik

antara kader dan tenaga kesehatan sehingga pekerjaan tenaga kesehatan pun

menjadi ringan.

Sumber daya manusia tidak hanya terkait dengan penyediaan jumlah

tenaga yang cukup tetapi juga pengetahuan yang dimiliki manusia itu dalam

melakukan tugasnya. Dalam pedoman pelaksanaan Posyandu Lansia, pada meja 2

selain dilakukan penimbangan berat badan Lansia juga dilakukan pengukuran

tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia. Namun berdasarkan hasil

observasi peneliti saat pelaksanaan Posbindu Usila, pengukuran tinggi badan dan

IMT tidak dilakukan di semua Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru, salah satunya di Posbindu Melati, I1-3 mengungkapkan bahwa bahwa:

“Pernah diajarkan cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), tapi

karena tidak pernah digunakan jadi lupa caranya. Tinggi badan lansia tidak

dihitung karena yang penting adalah tensi darah dan berat badan. Lansia

sudah berumur maka sudah tidak akan bertambah lagi tinggi badannya.”

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

118

Terkait tidak adanya perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia di Posbindu

juga terjadi di Posbindu Sirsak, I1-1 mengungkapkan bahwa:

“Tidak tahu IMT karena belum pernah diajarkan cara menghitung IMT.

Tidak ada pengukuran tinggi badan, alatnya ada tetapi tidak dilakukan

karena angka tinggi badan tidak terlalu dibutuhkan seperti berat badan

yang dibutuhkan lansia.”

Berdasarkan hasil wawancara penelitli dengan I1-3 terkait pengukuran

tinggi badan dan IMT yang tidak dilakukan, dapat diketahui bahwa angka tinggi

badan Lansia tidak diperlukan bagi Lansia sedangkan pengajaran terkait

perhitungan IMT belum menyeluruh kesemua kader Posbindu Usila, meskipun

kader sudah mendapatkan pengajaran tersebut, tetapi tidak pernah diterapkan saat

Posbindu sehingga kader menjadi tidak ingat dengan cara perhitungannya. Kader

tidak melakukan pengukuran tinggi badan dan IMT sebenarnya karena kader tidak

memahami kegunaan hasil pengukuran tinggi badan dan manfaat dari hasil IMT.

Indeks Massa Tubuh (IMT) digunakan untuk mengukur ideal atau

tidaknya berat badan, dan merupakan cara pengukuran yang baik untuk menilai

risiko penyakit yang dapat terjadi akibat berat badan berlebih. Hasil pengukuran

tinggi badan ada hubungannya dengan perhitungan IMT karena untuk mengetahui

IMT Lansia melalui perhitungan pembagian berat badan dalam kilogram dengan

kuadrat tinggi badan dalam meter. Apabila pengukuran tinggi badan tidak

diketahui maka perhitungan IMT tidak dapat dilakukan. Menanggapi hal ini, I2

mengungkapkan bahwa:

“Pengukuran tinggi badan jarang dilakukan karena di Posbindu yang biasa

dilakukan adalah penimbangan berat badan, tensi darah, pemeriksaan

darah. Itu pemeriksaan rutin yang dibutuhkan lansia. IMT sebaiknya

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

119

dilakukan untuk mengetahui gizi lansia, akan tetapi kader tidak bisa

menghitung IMT dan tenaga kesehatan kurang, serta yang dibutuhkan

lansia adanya pemeriksaan penyakit kolesterol, gula darah, asam urat dan

tensi darah untuk mengetahui menderita darah rendah atau darah tinggi,

bukan IMT, maka tidak ada IMT.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dalam menanggapi

pengukuran tinggi badan dan IMT yang tidak dilakukan, dapat diketahui bahwa

meskipun pelayanan yang diberikan pada Lansia sudah ditentukan dalam

pedoman pelaksanaan Posyandu Lansia, tetapi pelaksana bina masyarakat Lansia

Puskesmas Singandaru mengikuti apa yang dibutuhkan kelompok sasaran.

Dengan tidak adanya perhitungan IMT maka status gizi Lansia pun tidak dapat

diketahui sehingga risiko menderita gizi buruk ataupun terkena penyakit akibat

kegemukan yaitu penyakit jantung dan diabetes pun tidak dapat dihindarkan.

Dalam kebijakan Posbindu Usila, kelompok sasaran menjadi subjek

kebijakan sehingga kelompok sasaran diberi wewenang dalam menyediakan

sumber daya financial (keuangan). Sumber daya financial (keuangan) yang

terkumpul disebut dengan kas Posbindu. Kader Posbindu memiliki inisiatif dalam

melakukan upaya mengadakan kas Posbindu yang dibantu oleh Lansia, seperti

yang diungkapkan oleh I1-1:

“Dana yang terkumpul dari kenclengan. besaran uang kenclengan yang

dikasih Lansia secara sukarela ada yang memberi Rp. 500,- atau Rp.

1.000,- seikhlasnya.”

Upaya mengumpulkan kas Posbindu dengan bantuan sasaran juga dilakukan oleh

kader Posbindu Melati, I1-3 mengungkapkan bahwa:

“Kas Posbindu ada dari hasil kenclengan dari Lansia ada yang memberi

Rp. 1.000,- ada juga yang memberi Rp. 2.000,- seikhlasnya dari Lansia.”

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

120

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I1-3 terkait upaya

kader dalam menyediakan sumber daya financial (keuangan) atau kas Posbindu,

dapat diketahui bahwa Lansia yang mengikuti Posbindu Usila memberikan

bantuan dalam bentuk uang untuk pelaksanaan Posbindu Usila. Bantuan uang atau

sumbangan tersebut dinamakan kenclengan. Nominal uang kenclengan yang

diberikan sasaran tidak ditentukan, tetapi berdasarkan atas kemauan dari sasaran.

Adanya uang kenclengenan memperlihatkan bahwa adanya kerjasama dari seluruh

sasaran yang tergabung dalam kebijakan Posbindu Usila untuk mendukung

pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila. Upaya kader dalam mengumpulan dana

kas Posbindu tidak hanya dari kenclengan saja, seperti yang dilakukan kader

Posbindu manggis I1-4 mengungkapkan bahwa:

“Ada kenclengan tapi hanya untuk yang ingin memberikan uang

kenclengan saja. Sumbangan dana ada dari hasil jual beras Raskin di tiap

RT. Kita mengambil sebagian dari hasil raskin itu karena di sini tidak ada

kas RW.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 terkait pengumpulan

dana kas Posbindu, dapat diketahui bahwa tokoh masyarakat ikut berkontribusi

dalam bentuk dana dari hasil penjualan beras miskin. Hal ini menunjukan adanya

dukungan dari masyarakat sekitar terhadap kebijakan Posbindu Usila sehingga

masyarakat bersedia mengalokasikan sebagian hasil dari penjualan beras miskin

untuk mendukung pelaksanaan Posbindu Usila.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dari kelima Posbindu Usila di wilayah

kerja Puskesmas Singandaru ada dua Posbindu yang tidak mengadakan uang

kenclengan yaitu Posbindu Teratai dan PEPABRI. Kader kedua Posbindu tersebut

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

121

memiliki insiatif lain dalam melakukan upaya menyediakan dana kas Posbindu

dengan mendapatkan bantuan dana dari alokasi dana kas lain, seperti yang

diungkapkan oleh I1-2:

“Di Posbindu sini tidak mengambil dana dari kenclengan tetapi dari kas

RW yang diambil Rp. 100.000,-. Pembagian dana Kas RW menjadi bagian

dari dana Posbindu sudah mendapatkan kesepakatan antara kader dan

RW.”

Upaya menyediakan kas Posbindu dari alokasi kas lain juga dilakukan di

Posbindu PEPABRI, I1-5 mengungkapkan bahwa:

“Penyediaan dana Posbindu ada dari kas arisan. Besaran dananya

tergantung apa yang diperlukan untuk Posbindu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2 dan I1-5 terkait upaya

pengadaan dana kas Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa sumber daya

keuangan yang dimiliki Posbindu mendapat dukungan dari kas lain seperti kas

RW dan kas arisan yang dilakukan kelompok sasaran. Hal ini menunjukan

kemampuan kelompok sasaran yang berupaya dalam menyediakan sumber daya

keuangan untuk Posbindu adalah baik, karena kader Posbindu berupaya

mengajukan permintaan bantuan dana dari kas lain. Adanya bantuan dana untuk

Posbindu Usila dari masyarakat sekitar merupakan suatu bentuk tanggapan yang

baik terhadap kebijakan Posbindu dan sebagai bentuk dukungan untuk

pelaksanaan Posbindu Usila.

Selain mendapatkan bantuan dana dari masyarakat ataupun kas lain,

Posbindu mendapatkan pemasukan dana kas Posbindu dari Puskesmas

Singandaru, seperti yang diungkapkan oleh I1-1:

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

122

“Saat Posbindu, Puskesmas memberikan dana hasil pemeriksaan darah,

besaran dananya tergantung dari banyaknya Lansia yang memeriksa darah.

Puskesmas juga memberikan uang insentif bergilir Rp. 250.000 untuk satu

Posbindu.”

Terkait pemasukan dana dari Puskesmas Singandaru, diungkapkan juga oleh I2:

“Biaya cek darah yang dibayar oleh Lansia sebagian dibagi untuk Kader.

Besaran biaya tersebut untuk satu Lansia yang membayar cek darah, kader

mendapat Rp. 2000,-. Sedangkan insentif diberikan secara bergilir besaran

nominalnya Rp. 250.000,- dari Dinas Kesehatan. Insentif tersebut bukan

khusus untuk Posbindu tetapi juga untuk Posyandu Balita.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I2 terkait pemasukan

dana kas Posbindu dari Puskesmas Singandaru, dapat diketahui bahwa uang

insentif yang berasal dari Dinas kesehatan Kota Serang diberikan bukan hanya

untuk Posbindu Usila tetapi juga Posyandu Balita karena adanya penggabungan

antara kas Posbindu Usila dan Posyandu Balita, sedangkan Puskesmas Singandaru

memberikan dukungan dana yang berasal dari bagi hasil biaya pemeriksaan yang

dipungut dari Lansia yang kemudian diberikan kepada kader setelah Posbindu

Usila selesai dilaksanakan. Meskipun kebijakan Posbindu Usila dilaksanakan dari

masyarakat dalam arti segala sumber daya disediakan dari kelompok sasaran atas

insiatif kelompok sasaran, pemerintah tetap mendukung kelompok sasaran dalam

bentuk dana. Dana yang telah terkumpul diatur penggunaannya oleh kelompok

sasaran untuk keperluan kelompok sasaran yang berkenaan dengan Posbindu

Usila, seperti yang diungkapkan oleh I1-2:

“Kas posbindu digunakan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan)

seperti kemarin kader membuat bubur kacang hijau dan menyediakan air

mineral untuk Lansia dan tenaga kesehatan.”

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

123

Dana kas Posbindu dialokasi untuk PMT juga dilakukan di Posbindu Sirsak, I1-1

mengungkapkan:

“Dana Posbindu digunakan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan),

biaya transportasi kader ke Puskesmas saat mengahadiri pertemuan rutin

di setiap bulannya, digunakan juga untuk menjenguk warga yang sakit,

atau bahkan sebagian ingin dibagi-bagikan untuk upah kader atau

dibelikan perlengkapan Posbindu seperti buku catatan dan alat tullis.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2 dan I1-1 terkait

penggunaan dana kas Posbindu, dapat diketahui bahwa dana kas Posbindu

digunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan Posbindu Usila seperti

pengadaan PMT, upah kader, perlengkapan yang dibutuhkan Posbindu Usila, juga

digunakan untuk keperluan sosial seperti menjenguk warga yang sakit. Dalam hal

ini dapat diketahui bahwa kader Posbindu telah mengatur pengalokasian dana kas

Posbindu dengan baik karena mereka memanfaatkan dana kas Posbindu tersebut

untuk keperluan Posbindu demi kebijakan Posbindu yang terlaksana dengan baik.

Dana kas tersebut juga digunakan untuk biaya kader mengahadiri pertemuan rutin

di Puskesmas sehingga kader terus mendapatkan bimbingan dari Puskesmas

Singandaru yang membuat wawasan kader terkait kesehatan masyarakat pun

bertambah. Selain itu dana kas Posbindu digunakan untuk menjenguk warga yang

sakit merupakan rasa sosial kelompok sasaran yang baik, dan hal itu sebagai

bentuk empati serta dapat mengeratkan hubungan antara warga.

Selain sumber daya keuangan, dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu

Usila perlu adanya sarana prasaran pendukung yang tercantum dalam pedoman

pengelolaan kegiatan kesehatan di kelompok usia lanjut, yaitu:

1. Tempat Kegiatan.

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

124

2. Meja dan kursi.

3. Buku pencatatan kegiatan.

4. Kit Lansia, yang berisi: timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,

stetoskop, tensimeter, dan peralatan laboratorium sederhana.

5. Kartu Menuju sehat.

Kebijakan Posbindu dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat, maka

sudah seharusnya masyarakat mampu mengarahkan segala sumber daya yang

diperlukan untuk menyediakan sarana prasarana posbindu usila. kelompok sasaran

telah menyediakan beberapa sarana prasarana Posbindu, seperti yang diungkapkan

oleh I1-2:

“Gedung Posbindu, meja dan kursi sudah ada dari hasil swadaya

masyarakat. timbangan kita dapatkan dari bantuan koperasi.”

sarana yang dihasilkan dari swadaya masyarakat juga sama seperti yang

diungkapkan oleh I1-1:

“Gedung Posbindu, meja dan kursi sudah ada. Timbangan, meteran, dan

KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah bantuan dari Puskesmas. Kemarin kita

dapat papan nama posbindu dari Kelurahan.”

Selain dari hasil swadaya masyarakat, kelompok sasaran pun mendapat bantuan

perlengakapan dari pihak lain seperti Puskesmas Singandaru dan Kelurahan, hal

ini juga diungkapkan oleh I1-4:

“Sarana dan prasarana sudah lengkap. Gedung kita dapatkan dari tanah

yang diwakafkan. KMS (Kartu Menuju Sehat) dari Puskesmas, timbangan

dari Ibu Bidan, sedangkan Meja kami dapatkan dari Pak Lurah. Saat itu

ada rapat kader di kelurahan lalu saya mengajukan bantuan pengadaan

meja.”

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

125

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2, I1-1 dan I1-4 terkait

pengadaan fasilitas posbindu Usila, dapat diketahui bahwa dalam pengadaan

sarana prasara selain dari hasil swadaya, kelompok sasaran pun mendapatkan

bantuan dari Puskesmas, kelurahan dan koperasi. Berdasarkan hasil observasi

peneliti, gedung yang digunakan untuk Posbindu Usila digunakan pula untuk

pelaksanaan Posyandu Balita. Hal ini meperlihatkan bahwa kelompok sasaran

telah mampu mengarahkan masyarakat untuk bersama-sama mendirikan tempat

Posbindu, hal ini sebagai bentuk antusias masyarakat dalam mendukung adanya

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang terwujud dalam pelaksanaan

Posbindu Usila dan Posyandu Balita. Bantuan sarana dan prasarana dari

Puskesmas ditanggapi oleh I2:

“KMS (Kartu Menuju Sehat) dari Dinas Kesehatan Kota Serang yang

diberikan melalui Puskesmas, sedangkan fasilitas yang disebut dengan Kit

Lansia dan tenaga kesehatan sudah disiapkan dari Puskesmas. Tetapi

untuk meja, kursi, gedung, buku catatan berasal dari hasil swadaya

masyarakat.”

Peralatan medis yang disebut dengan Kit Lansia disediakan oleh pemerintah juga

diungkapkan oleh I3:

“Sarana prasarana penyediaan alat kesehatan seperti Kit Lansia itu berasal

dari Dinas Kesehatan Kota Serang”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dan I3 terkait bentuan

sarana dan prasarana Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa bantuan sarana dan

prasarana Posbindu yang disediakan bukan dari hasil swadaya masyarakat

merupakan perlengakapan yang berkaitan dengan seperangkat alat kesehatan

seperti Kit Lansia dan KMS (Kartu Menuju Sehat). Kit Lansia merupakan

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

126

seperangkat alat kesehatan yang berisi timbangan dewasa, meteran pengukuran

tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana. Dalam hal

penyediaan sarana dan prasarana Posbindu, pemerintah tidak memberatkan

kelompok sasaran sehingga kelompok sasaran hanya berupaya dalam

menyediakan sarana dan prasarana yang sekiranya mampu disediakan oleh

mereka, sedangkan prasarana terkait peralatan medis dibantu oleh pemerintah

yang berkecimpung di bidang kesehatan.

Berdasarkan pemaparan data-data hasil wawancara peneliti dengan

informan yang berkenaan dengan aspek Target Group (kelompok sasaran), dapat

disimpulkan bahwa kelompok sasaran mampu menjadi bagian dari stakeholder

dalam kebijakan Posbindu dengan menyediakan sumber daya financial

(keuangan) dan sarana dan prasarana yang dihasilkan dari swadaya masyarakat.

Dinas Kesehatan Kota Serang dan Puskesmas Singandaru pun turut mendukung

kelompok sasaran dalam bentuk pemberian bantuan dana serta sarana dan

prasarana kesehatan. Dalam penyediaan sumber daya manusia, kader memiliki

inisiatif untuk menggabungkan kader Posbindu Usila dengan Posyandu balita,

namun keputusan penggabungan kader ini tidak diimbangi dengan jumlah kader

yang cukup sehingga berpengaruh pada tidak adanya kader yang membantu

tenaga kesehatan yang hanya berjumlah satu orang di bagian pemeriksaan

kesehatan. Pengetahuan kader Posbindu saat melayani lansia di Posbindu hanya

sebatas pada pencatatan Lansia yang hadir dan penimbangan berat badan saja,

sedangkan perhitungan IMT dan pengukuran tinggi badan merupakan kesulitan

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

127

bagi kader dan kader pun mengetahui kegunaan dari hasil IMT dan pengukuran

tinggi badan Lansia.

4.3.3 Implementing Organitation (Organisasi Pelaksana)

Aspek implementing organization (organisasi pelaksana) berkenaan

dengan peran dan kinerja organisasi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

kebijakan. Organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan Pos Pembinaan

Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru

yaitu Dinas Kesehatan Kota Serang, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Puskesmas Singandaru dan Organisasi Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila).

Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila)

marupakan kebijakan yang terbentuk dalam Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) di mana kebijakan tersebut dilaksanakan oleh, dari dan

untuk masyarakat itu sendiri sehingga kelompok sasaran memiliki peran dalam

pelaksanaannya, seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Peran Kader sebagai pelaksana Posbindu karena Posbindu itu dibentuk

oleh masyarakat di lingkungan masyarakat. Masyarakat yang menyiapkan

tempatnya, memobilisasi Lansia agar datang ke Posbindu dan ikut

melayani lansia pada pencatatan nama Lansia yang datang dan menimbang

berat badan Lansia.”

Kelompok sasaran memilki wewenang dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu

Usila juga sama seperti ungkapan yang disampaikan oleh I3:

“Posyandu itu UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) jadi

dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat. Seyogyanya

masyarakat yang membentuk, kita yang membina.”

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

128

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dan I3 terkait peran

kelompok sasaran dalam kebijakan Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa

masyarakat yang tergabung dalam kelolmpok sasaran kebijakan memiliki

wewenang dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu, di mana kelompok sasaran

yang membentuk Posbindu di lingkungan masyarakat turut serta melaksanakan

Posbindu dan memobilisasi, menyiapkan tempat serta melayani Lansia saat

pelaksanaan Posbindu.

Dalam kebijakan Posbindu Usila, kelompok sasaran tidak hanya menjadi

objek kebijakan melain juga sebagai subjek kebijakan, maka dari itu kelompok

sasaran menjadi bagian dari pemangku kebijakan yang turut melaksanakan

kebijakan tersebut. Maka dari itu kader Posbindu Usila memiliki tugas dalam

pelaksanaan Posbindu Usila yang tercantum dalam pedoman pelaksanaan

Posyandu Lansia, tugas tersebut antara lain:

1. Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan Posyandu.

2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan

posyandu.

3. Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut usia.

4. Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan

lainnya.

5. Membantu tenaga dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan

lainnya.

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

129

6. Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai

dengan minatnya.

Kader Posbindu yang merupakan bagian dari kelompok sasaran

melakukan tugas-tugas tersebut sebelum dan saat pelaksanaan Posbindu Usila.

Kader Posbindu Usila memiliki peran sebagai pelaksana kebijakan Posbindu,

maka dari itu kader memiliki tanggung jawab dalam melakukan tugasnya.

Tanggung jawab kader yang baik tercermin dari kinerja kader. Terkait dengan

kinerja kader I2 mengungkapkan bahwa:

“Kinerja kader baik. Sebelum mulai Posbindu, kader sudah

mempersiapkan Posbindunya. Kader mempunyai buku sendiri untuk

mencatat Lansia yang datang. Pelayanan yang diberikan oleh kader sudah

baik, kader mencatat nama lansia yang datang dan menimbang berat badan

Lansia. Hasil penimbangan berat badan Lansia di catat dibuku itu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait kinerja kader

Posbindu, dapat diketahui bahwa kader melakukan tugas pada memobilisasi

Lansia, mempersiapkan sarana dan prasarana, pendaftaran dan penimbangan berat

badan Lansia dengan baik. Sedangkan tugas lain seperti pelayanan kesehatan dan

penyuluhan menurut observasi peneliti dilakukan oleh tenaga kesehatan karena

tugas tersebut membutuhkan tenaga ahli di bidang kesehatan. Sebelum

pelaksanaan Posbindu dimulai, kader memobilisasi sasaran terlebih dahulu agar

sasaran datang mengikuti Posbindu. Dalam melakukan tugas memobilisasi

sasaran saat hari pelayanan Posbindu Usila, kader Posbindu melakukan berbagai

upaya, seperti yang diungkapkan oleh oleh I1-2:

“Cara mengajak lansia untuk datang ke Posbindu informasi Posbindu

diumumkan melalui speaker Masjid. Warga diberitahu akan ada Posbindu

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

130

hari ini dimulai pukul berapa, akan ada dokter yang memeriksa kesehatan

dan apabila ada penyuluhan kami beritahu ke warga.”

Kader Posbindu memberikan pengumuman adanya Posbindu Usila melalui

speaker masjid juga dilakukan di Posbindu Manggis, I1-4 mengungkapkan bahwa:

“Saya umumkan di speaker Masjid dua kali, sekali di Masjid, sekali lagi di

Masjid majelis taqlim agar informasinya terdengar ke seluruh masyarakat

di RW sini.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2 dan I1-4 terkait upaya

kader Posbindu dalam memobilisisi sasaran, dapat diketahui bahwa

mengumumkan adanya Posbindu Usila kepada masyarakat melalui pengeras suara

di masjid merupakan upaya yang lazim dilakukan oleh kader Posbindu Usila.

Informasi waktu dan tempat pelaksanaan Posbindu adalah informasi yang

diberikan kepada masyarakat. Memobilisasi warga lansia agar hadir di

pelaksanaan Posbindu usila dilakukan dengan cara menginformasikan jadwal

pelaksanaan Posbindu melalui pengeras suara di Masjid memang merupakan cara

yang efektif dan efisien. Dikatakan efektif karena informasi tersebut tersampaikan

secara langsung ke seluruh warga sekitar, sedangkan dikatakan efisien karena cara

menginformasikan lewat pengeras suara di Masjid dapat menghemat biaya dan

tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyampaikan informasi pelaksanaan

Posbindu Usila. Selain dengan mengumumkannya melalui pengeras suara di

masjid, kader Posbindu memiliki upaya lain dalam memobiliasi sasaran, seperti

yang diungkapkan oleh oleh I1-1:

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

131

“Diumumkan lewat speaker Masjid, sebelum adanya Posbindu di sini ada

kegiatan pengajian ibu-ibu, jadi ibu-ibu yang hadir di pengajian setelah

selesai mengaji mereka datang ke posbindu.”

Kader memobilisasi sasaran dengan cara mengadakan kegiatan Lansia sebelum

pelaksanaan Posbindu juga dilakukan di Posbindu PEPABRI, I1-5 mengungkapkan

bahwa:

“Di sini memang sudah ada kegiatan organisasi pada tanggal 4 dan

bertepatan dengan jadwal Posbindu. Kegiatannya yaitu pengajian dan

arisan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I1-5 terkait upaya

lain dalam memobilisasi sasaran, dapat diketahui bahwa selain meinformasikan

melalui pengeras suara di masjid, kelompok sasaran juga menempatkan jadwal

pelaskanaan Posbindu Usila setelah kegiatan pengajian dan arisan yang dilakukan

oleh kelompok sasaran. Cara memanfaatkan kegiatan rutin yang dilakukan

kelompok sasaran merupakan cara yang cermat dalam memobilisasi sasaran selain

meningkatkan partisipasi masyarakat juga memberikan aktivitas positif bagi

sasaran. Manusia usia lanjut biasanya memiliki sedikit aktivitas dan menyebabkan

mereka kurang melakukan gerak serta membuatnya lebih banyak berdiam di

rumah. Dengan adanya kegiatan rutin seperti pengajian dan arisan menjadikan

warga lansia bergerak karena disibukan dengan aktivitas kecil yang bermanfaat.

Kader Posbindu tidak hanya melakukan tugas sebelum pelaksanaan

posbindu Usila seperti memobilisasi sasaran, selain itu kader Posbindu juga

bertugas mempersiapkan tempat pelayanan Posbindu dan turur melayani Lansia

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

132

ketika pelaksanaan Posbindu Usila sedang berlangsung, seperti yang diungkapkan

oleh I1-3:

“Kader bersama-sama menyiapkan perlengkapan seperti meja, kursi,

timbangan, buku catatan Lansia, KMS, dan membersihkan gedung

Posbindunya. Satu orang bagian mencatat lansia yang datang, satu orang

menimbang berat badan Lansia.”

Tugas yang dilakukan kader sebelum dan saat Pelaksanaan Posbindu yang

diungkapkan oleh I1-3 juga sama seperti yang dilakukan I1-1 yang mengungkapkan

bahwa:

“Kader mengumumkan lalu membersihkan tempat Posbindu bersama-

sama dan mempersiapkan meja, kursi, dan timbangan. Saat Posbindu tugas

kader pertama saya catat nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan di

buku catatan lalu ditimbang di meja situ juga oleh kader lain, lalu saya

berikan KMS Lansianya ke ibu bidan dan Lansia duduk menunggu

dipanggil oleh ibu bidan, setelah dipanggil Lansia datang ke meja ibu

bidan untuk periksa kesehatan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dan I1-1 terkait tugas

yang dilakukan kader Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa kader Posbindu

telah melakukan tugasnya sebelum pelaksanaan Posbindu yaitu memobilisasi

sasaran dan menyiapkan sarana dan prasaran Posbindu, serta tugas saat

pelaksanaan posbindu yaitu melakukan pendaftaran dan penimbangan berat badan

Lansia. Hal ini menunjukan bahwa kader telah bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya dan tugas ini telah dipahami oleh kader sehingga kader

melakukannya tanpa perlu diperintahkan kembali oleh pelaksana bidang bina

kesehatan masyarakat bagian lanjut usia. Berdasarkan hasil observasi peneliti saat

pelaksanaan Posbindu, kader memang melakukan pendaftaran Lansia dan

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

133

menimbang berat badan, tetapi kader tidak mengatur antrian Lansia sehingga yang

peneliti lihat Lansia menunggu di meja pemeriksaan kesehatan, hal ini terjadi di

Posbindu Teratai dan PEPABRI, seperti yang diungkapkan oleh I1-2:

“Kader duduk di meja 1 menimbang berat badan Lansia dan mencatatat

nama, umur dan berat badan Lansia di buku dan kertas kecil, lalu kertas

kecil itu diberikan ke Ibu Tatu, setelah itu Lansia diserahkan ke meja Ibu

Tatu untuk periksa tensi darah dan periksa darah.”

Kader Posbindu tidak mengatur antrian Lansia karena setelah melakukan

pendaftaran dan penimbangan segera diarahkan langsung ke meja pemeriksaan

juga terjadi di Posbindu PEPABRI, I1-5 mengungkapkan bahwa:

“Saya bagian pendaftaran dan penimbangan, setelah itu lansia langsung ke

meja Ibu Tatu untuk periksa kesehatan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-2 dan I1-5 dapat diketahui

bahwa tidak adanya pemanggilan nama Lansia secara berurutan yang dilakukan

kader sehingga Lansia yang telah mendaftar dan menimbang berat badan langsung

ke meja berikutnya untuk memeriksa kesehatan, konsultasi kesehatan dan

mendapatkan resep obat. Hal ini teradi karena tidak adanya komunikasi antara

kader dan tenaga kesehatan sehingga tidak adanya kerjasama dalam mengatur

antrian Lansia, maka dari itu hal ini menyebabkan semua Lansia yang telah

melakukan pendaftaran dan penimbangan berat badan menunggu di dekat meja

pemeriksaan, dan membuat tenaga kesehatan perlu memilah Lansia untuk dilayani

berdasarkan urutan yang lebih awal duduk disekitar meja kerjanya.

Pelayanan dalam Posbindu teradapat tahapan, dimana ada tahap

pendaftaran dan tahap pemeriksaan, sebelum lansia memperoleh pelayanan di

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

134

tahap berikutnya lansia perlu menunggu untuk mendapatkan giliran. Dalam hal ini

komunikasi antara kader dan tenaga kesehatan diperlukan, agar tahapan pelayanan

Lansia terorganisir dengan rapih dan tertib.

Dalam pelaksanaan kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila), kader pun memerlukan bantuan serta kerjasama pihak lain yang

memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang kesehatan, salah satunya yaitu

Dinas Kesehatan Kota Serang. Dinas Kesehatan memiliki peran dalam kebijakan

ini, seperti yang diungkapkan oleh I3:

“Peran Dinas Kesehatan yaitu pertama, kita membuat program kerja

tentang Posbindu Usila. Kita tidak bisa membentuk Posbindu karena

Posbindu dibentuk oleh sasaran. Tugas kita membina saja, jadi kita

membina yang ada di Puskesmas, lalu yang di Puskesmas membina lagi

kader yang ada di Posbindu. Kedua, kita melatih kader seperti apa yang

harus dilakukan kader apabila ada Lansia yang tidak mampu pergi ke

Posbindu lalu kader memberitahu keluarga lansia bagaimana cara merawat

lansia.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 dapat diketahui bahwa

Dinas Kesehatan Kota Serang memiliki peran dalam kebijakan Posbindu Usila

yaitu sebagai pembina pelaksana kebijakan Posbindu Usila. Pelaksana kebijakan

Posbindu Usila yaitu kelompok sasaran yang diwakilkan oleh beberapa sasaran

yang menjadi kader Posbindu Usila. Pembinaan tersebut diberikan kepada pihak

Puskesmas terutama bidang bina kesehatan masyarakat Puskesmas Singandaru,

kemudian hasil pembinaan yang diberikan oleh Dinas Kota Serang disampaikan

kembali kepada Kader Posbindu Usila. Peran Dinas Kesehatan Kota Serang

lainnya adalah membina kader dalam melakukan tindakan terhadap sasaran yang

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

135

tidak mampu pergi ke Posbindu Usila dan memberikan pemahaman terkait

perawatan Lansia.

Dinas Kesehatan memang perlu dilibatkan dalam kebijakan Posindu usila

karena Dinas Kesehatan diperuntukan bagi kebijakan pemerintah di bidang

kesehatan. Berdasarkan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Serang, Dinas

Kesehatan Kota Serang memiliki bidang yang berwenang dalam kebijakan

Posbindu Usila yaitu bidang bina kesehatan masyarakat di mana dalam bidang

tersebut terdapat seksi gizi lanjut usia yang memiliki program lanjut usia lalu

terwujud dalam salah satu kebijakan yaitu Pos Pembinaan Terpadu Usia lanjut

(Posbindu Usila). Kinerja Dinas Kesehatan Kota Serang terkait kebijakan

Posbindu Usila, I2 mengungkapkan bahwa:

“Kinerja Dinas Kesehatan Kota Serang cukup baik, Dinas Kesehatan

memang tidak secara langsung membantu saat pelaksanaan Posbindu,

tetapi mereka memberikan pembinaan terkait kesehatan Lansia, pernah

diadakan di rumah makan S’rizki atau sesekali memberikan pembinaan

pada pertemuan rutin.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait kinerja bidang

bina kesehatan masyarakat bagian gizi Lansia Dinas Kesehatan Kota Serang,

dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota Serang telah melakukan perannya

dengan baik yaitu dengan memberikan pembinaan terkait kesehatan lansia baik

secara langsung kepada kader atau pun dibantu oleh Puskesmas Singandaru

melalui pertemuan rutin di Puskesmas.

Dalam memberikan pembinaan kepada kader Posbindu Usila, Dinas

kesehatan Kota Serang tidak mungkin secara terus menerus memberikan

pembinaan secara langsung kepada kader Posbindu Usila, karena Dinas Kesehatan

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

136

tidak dapat menjangkau seluruh daerah di Kota Serang, Maka dari itu pembinan

yang diberikan Dinas kesehatan direalisasikan dengan bantuan pihak Puskesmas.

dalam hal ini, Puskesmas juga memiliki peran dalam pelaksanaan Kebijakan ini

yaitu menyampaikan hasil pembinaan yang Puskesmas dapatkan dari Dinas

Kesehatan dengan memberikan pembinaan kembali pada kader. Pembinaan ini

terwujud dalam bimbingan rutin yang dilakukan oleh bidang bina kesehatan

masyarakat Puskesmas Singandaru, seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Di Puskesmas ada pertemuan rutin setiap sebulan sekali di minggu

pertama hari rabu. Yang datang seluruh kader Posyandu dan Posbindu di

wilayah kerja Puskesmas Singandaru. Pegawai Puskesmas yang

memberikan bimbingan biasanya bagian bina kesehatan masyarakat

pernah juga dari Dinas Kesehatan Kota Serang”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 tentang pembinaan kader,

dapat diketahui bahwa Puskesmas Singandaru mengadakan pertemuan rutin setiap

satu bulan sekali yang dilaksanakan setiap hari rabu pada minggu pertama di

bulan tersebut, yang dihadiri oleh kader Posbindu Usila dan Posyandu Balita.

Pembinaan kader diberikan oleh bidang bina kesehatan masyarakat Puskesmas

Singandaru atau secara langsung diberikan oleh bidang kesehatan masyarakat

Dinas Kesehatan Kota Serang.

Pertemuan rutin dilaksanakan guna memberikan pemahaman tentang

kesehatan Lansia kepada Kader Pobindu. Dalam pertemuan tesebut tidak ada

pengkhususan seperti hanya untuk kader Posbindu Usila saja, akan tetapi

digabung dengan Posyandu Balita. Hal ini dikarenakan mayoritas kader Posbindu

dan kader Posyandu adalah orang yang sama. Melalui pertemuan tersebut kader

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

137

diberikan pengetahuan sekitar kesehatan lanjut usia, seperti yang diungkapkan

oleh I1-4:

“Ada pertemuan kader di Puskesmas dilaksanakan sebulan sekali setiap

hari rabu di minggu pertama. Biasanya di sana diberi pemahaman tentang

penyakit tidak menular dan penyakit Balita karena pertemuan digabung

antara kader Posbindu Usila dan Posyandu Balita.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh I1-1:

“Ada pertemuan setiap sebulan sekali dan dihadiri oleh perwakilan salah

satu kader. Di Puskesmas diberi arahan tentang penyakit tidak menular, flu

burung, lebih banyak diberi tahu tentang penyakit.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dan I1-1 terkait

pembinaan yang diperoleh kader, dapat diketahui bahwa pembinaan yang

diberikan pada pertemuan rutin tersebut sebagian besar terkait penyakit terutama

penyakit yang lazim diderita Lansia dan Balita. karena ada penggabungan kader

Posbindu dan posyandu, maka pemberian wawasan terkait kesehatan Lansia

diberikan secara bergantian dalam setiap pertemuan rutin di Puskesmas

Singandaru.

Pembinaan berupa pemberian pemahaman tentang kesehatan Lansia perlu

diberikan kepada Kader Posbindu Usila, karena kader Posbindu adalah bagian

dari sasaran kebijakan Posbindu Usila yang berasal dari masyarakat sekitar.

Berbagai latar pendidikan yang dimiliki seorang kader Posbindu Usila, maka dari

itu perlu diberikan wawasan tentang penyakit yang lazim diderita oleh Lansia

yaitu penyakit tidak menular seperti Kolesterol, gula darah, asam urat dan darah

tinggi.

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

138

Pertemuan yang dilaksanakan di Puskesmas Singandaru sangat bermanfaat

bagi kader untuk menambah pengetahuan mereka tentang penyakit yang diderita

Lansia. Namun pemberian wawasan tentang kesehatan di Puskesmas Singandaru

tidak diikuti oleh salah satu Posbindu yaitu Posbindu PEPABRI, seperti yang

diungkapkan oleh I1-5:

“Sepertinya ada pertemuan tiap bulan. Tapi saya belum pernah ikut hadir

di pertemuan di Puskesmas karena tidak pernah ada undangan. Mungkin

karena disini adalah wadah yang mendapat dukungan kesehatan dari

Puskesmas maka informasi apapun diberitahunya secara langsung.

Penyuluhan tentang penyakit biasanya diberi oleh mahasiswa saat

Posbindu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-5 dapat diketahui bahwa

Puskesmas Singandaru tetap memberikan pemahaman terkait Penyakit yang lazim

diderita Lansia melalui penyuluhan yang diberikan oleh mahasiswa bidang

kesehatan di Posbindu. Dengan demikian meskipun Posbindu PEPABRI tidak

pernah menghadiri pertemuan rutin di Puskesmas Singandaru, Lansia di Posbindu

PEPABRI tetap mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan Lansia.

Menganggapi hal ini, I2 mengungkapkan bahwa:

“PEPABRI itu organisasi yang anggotanya adalah istri TNI POLRI tidak

seperti di masyarakat yang juga ada Posyandu Balita. Sedangkan

pertemuan di Puskesmas kader Posbindu dan Posyandu digabung dan

penjelasan tentang penyakit yang diberikan tidak hanya Lansia tapi juga

Balita. Jadi biasanya melalui penyuluhan kesehatan di Posbindu untuk

menjelaskan penyakit tidak menular.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dalam menanggapi

masalah terkait Posbindu PEPABRI yang tidak menghadiri pertemuan rutin, dapat

diketahui bahwa di Posbindu PEPABRI tidak seperti Posbindu di lingkungan

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

139

masyarakat yang juga terdapat Posyandu Balita. PEPABRI adalah suatu

organisasi di mana anggotanya merupakan istri pensiunan TNI POLRI di

Kabupaten Serang. Maka bagi Posbindu PEPABRI tidak cukup efektif untuk

hadir dalam pertemuan tersebut. Menangani permasalahan ini maka Puskesmas

Singandaru memberikan wawasan tentang kesehatan melalui penyuluhan

kesehatan yang diberikan di Posbindu sebelum pelayanan Posbindu Usila dimulai.

Dengan demikian Posbindu PEPABRI tetap mendapatkan pengetahuan tentang

penyakit tidak menular.

Peran lainnya yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Serang yaitu

memberikan pembinaan kepada kader terkait tindakan kader terhadap sasaran

yang tidak mampu pergi ke Posbindu Usila dan memberikan pemahaman terkait

cara merawat Lansia. Tindakan yang dilakukan kader dalam menangani Lansia

yang tidak mampu datang ke posbindu adalah menghubungi pelaksana bina

kesehatan masyarakat bagian Lansia untuk mengunjungi Lansia tersebut, seperti

yang diungkapkan oleh I1-1:

“Apabila ada Lansia yang sakit lumpuh, saya diminta Ibu Tatu untuk

menghubungi beliau, agar beliau bisa mengunjungi ke rumah Lansia yang

lumpuh untuk memeriksa kesehatannya.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dapat diketahui bahwa

kader tetap menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru

dalam menangani Lansia yang tidak mampu pergi ke Posbindu. Hal ini

dikarenakan Lansia tersebut memerlukan pelayanan kesehatan yang hanya dapat

diberikan oleh orang yang ahli di bidang kesehatan. Kader hanyalah seorang

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

140

perantara yang menghubungkan lansia tersebut dengan tenaga kesehatan

Puskesmas Singandaru. Hal ini juga sama seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Kader yang memberitahu saya apabila ada Lansia yang perlu saya

kunjungi. Kunjungan dilakukan setelah Posbindu selesai. Lansia yang

dikunjungi biasanya Lansia yang sudah sulit bergerak. yang dilakukan saat

kunjungan sama seperti di Posbindu yaitu memeriksa kesehatan, konsultasi

kesehatan seperti menjelaskan asupan makanan yang dihindari serta

diberitahu kepada keluarga bagaimana merawat Lansia, dan pemberian

resep obat.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait kunjungan ke

rumah Lansia, dapat diketahui bahwa pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat bagian lanjut usia saling berkomunikasi dengan kader sehingga

pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia mengetahui

keberadaan Lansia yang memerlukan kunjungannya. Kunjungan dilakukan untuk

lansia yang memiliki keterbatasan fisik sehingga tidak mampu bergerak. Dalam

kunjungan tersebut pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut

usia memberikan pelayanan kesehatan yang sama seperti saat pelaksanaan

Posbindu Usila yaitu pemeriksaan kesehatan, konsultasi kesehatan, dan pemberian

resep obat.

Pembinaan terkait cara merawat Lansia yang sakit tidak dilakukan oleh

kader namun dilakukan oleh pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian

lanjut usia pada saat melakukan kunjungan ke rumah Lansia. Kunjungan yang

dilakukan pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia

merupakan hal yang bermanfaat sekali bagi Lansia yang sudah tidak mampu

bergerak. Dengan adanya kunjungan, Lansia bisa dengan mudah memperoleh

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

141

pelayanan kesehatan dan keluarga lansia pun dapat mengetahui secara langsung

hasil pemeriksaan kesehatan serta cara merawat Lansia dengan baik.

Dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila, sasaran diberikan pelayanan

kesehatan seperti pemeriksaan kondisi kesehatan Lansia, konsultasi kesehatan

Lansia, dan pemberian resep obat untuk Lansia. Meskipun Kelompok sasaran

berperan sebagai pelaksana kebijakan Posbindu Usila, akan tetapi terkait

pemberian pelayanan kesehatan kepada Lansia dilakukan oleh tenaga kesehatan

Puskesmas, seperti yang diungkapkan oleh I3:

“Peran Puskesmas dalam pelaksanaan Posbindu Usila sebagai pembina

kader dan pelaksana program Lansia di Puskesmas. beliau yang menjadi

tenaga kesehatan yang memegang peralatan medis, bukan kader karena

bukan ahlinya.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait dengan peran

Puskesmas Singandaru dalam pelaksanaan Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa

Puskesmas memiliki peran sebagai pembina kader dan sebagai tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan di Posbindu Usila. Pembinaan yang

diberikan Puskesmas Singandaru direalisasikan dalam bentuk bimbingan pada

pertemuan rutin yang dilaksanakan satu bulan sekali seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. Tenaga kesehatan diperlukan saat pelaksanaan Posbindu karena

hanya tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan dalam menggunakan

peralatan medis dan wawasan di bidang kesehatan, seperti yang diungkapkan oleh

I2:

“Saya di bidang bina kesehatan masyarakat bagian Lanjut Usia. Peran saya

sebagai pelaksana program kesehatan usia lanjut dan tenaga kesehatan di

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

142

Posbindu. Tenaga kesehatan dibutuhkan di Posbindu karena hanya tenaga

kesehatan yang bisa melakukan pemeriksaan kesehatan pada Lansia. Saya

juga membuat laporan hasil kegiatan Posbindu yang diserahkan ke Dinas

Kesehatan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 diketahui bahwa

Puskesmas Singandaru memiliki bidang khusus untuk Posbindu Usila yaitu

bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia karena Puskesmas

Singandaru memiliki program kesehatan usia lanjut yang terwujud dalam

kebijakan Posbindu Usila. Pelaksana bidang tersebut melakukan tugasnya sebagai

pelaksana program kesehatan lanjut usia dan tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan pada Lansia di Posbindu Usila. Sebagai pelaksana program

kesehatan Lansia, bidang bina kesehatan masyrakat Lansia Puskesmas Singandaru

memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut serta memiliki data

terkait hasil pelaksanaan program tersebut. Ukuran tanggung jawab terlihat dari

kinerja pelaksana program kesehatan Lansia Puskesmas Singandaru yang

diungkapkan oleh I3:

“Kinerja pelaksana Posbindu Puskesmas Singandaru cukup baik, ia

bertanggung jawab ikut melaksanakan Posbindu Usila dan rutin

memberikan laporan hasil kegiatan Posbindu tiap bulan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 terkait kinerja bidang bina

kesehatan masyarakat Lansia Puskesmas Singandaru, diketahui bahwa bidang

tersebut telah bertanggung jawab dalam melakukan perannya sebagai pelaksana

Posbindu Usila karena dilihat dari kinerjanya yang rutin memberikan laporan hasil

kegiatan Posbindu Usila tiap bulannya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada Lansia bukan hanya mengenai data Lansia,tetapi tenaga kesehatan juga

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

143

perlu memberikan pelayanan yang baik karena yang dilayani adalah Lansia,

sehingga pelayanan yang diberikan perlu dibedakan dengan pelayanan kesehatan

yang diberikan pada yang bukan Lansia, seperti yang diungkapkan oleh I1-1:

“Kinerja cukup baik, ramah dalam memberikan pelayanan pada Lansia.

Lansia seperti bayi lagi jadi memerlukan perlakuan yang lembut, tenaga

kesehatan memberikan pelayanannya dengan sabar. Apalagi sering ada

kunjungan ke rumah untuk Lansia yang tidak bisa bangun”

Kinerja tenaga kesehatan yang baik dalam memerikan pelayanan kesehatan pada

Lansia pun diungkapkan oleh I1-2:

“Kinerjanya baik, pelayanan kesehatan yang diberikan cukup baik, hanya

saja tenaga kesehatannya sering sibuk jadi jadwal pelaksanaan Posbindu

sering mundur. Kita sudah punya jadwal Posbindu setiap tanggal 10, tetapi

sebelum posbindu kita komunikasi dahulu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I1-2 terkait kinerja

tenaga kesehatan yang sekaligus sebagai pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru, dapat diketahui bahwa

kinerja tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan baik, namun

kinerjanya kurang baik dalam menentukan waktu pelaksanaan Posbindu Usila.

Hal ini menyebabkan tidak konsistennya jadwal pelaksanaan posbindu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kinerja pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat

bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru yang kurang baik dalam menentukan

waktu pelaksanaan Posbindu juga disampaikan oleh I1-3 yang mengungkapkan

bahwa:

“Kinerjanya baik, melayani Lansia sangat baik. yang kurang baik hanya

masalah waktu saja karena bidannya sibuk kuliah, jadwal Posbindu jadi

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

144

tidak beraturan. Biasanya Posbindu dilaksanakan setiap tanggal 15, namun

akhir-akhir ini jadwalnya jadi tidak beraturan. Jadi menetapkan waktunya

bicara dahulu dengan bidan di telepon dan kami mengikuti jadwal kapan

bidan bisa hadir ke posbindu.”

Terkait permasalahan kinerja pelaksana bina kesehatan masyrakat Lansia

Puskesmas Singandaru yang kurang baik dalam menentukan waktu juga

disampaikan oleh I1-4, yang mengungkapkan bahwa:

“Kinerjanya kurang, Petugasnya pernah tidak datang. Saya sudah

mengumumkan lewat speaker masjid memberitahu akan ada Posbindu,

Lansianya pun sudah datang, tapi petugasnya tidak ada, itu yang membuat

kita kecewa. Ada yang bilang petugas untuk lansianya kurang untuk kerja

yang di dalam Puskesmas, maka dari itu untuk yang kerja di luarnya tidak

ada, ibu Tatu juga kerja di dalam Puskesmas. Petugas pernah kasih dosis

obat yang tinggi pada Lansia ke tiga Lansia, akibatnya Lansia tersebut

tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Karena itu tiga Lansia tersebut

tidak pernah ingin datang ke Posbindu lagi.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dan I1-4 terkait kinerja

pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas

Singandaru, dapat diketahui bahwa penilaian kinerja yang kurang baik tentang

pelaksana bina kesehatan masyarkat Lansia Puskesmas Singandaru bukan hanya

pada masalah waktu tetapi juga kurang baik dalam memberikan dosis obat untuk

Lansia. Waktu pelaksanaan kebijakan Posbindu yang konsisten diperlukan agar

adanya kejelasan waktu yang akan disampaikan pada Lansia. Selain itu

pelaksanaan Posbindu pada waktu yang sama setiap bulannya menjadikan Lansia

terbiasa untuk mengikuti Posbindu.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama memberikan resep obat

untuk lansia perlu memperhatikan dosis obat yang sesuai dengan penyakit yang

diderita Lansia. kesalahan dalam pemberian dosis obat berakibat fatal bagi Lansia

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

145

yang mengkonsumsi obat tersebut. Kinerja yang kurang baik tentu diikuti oleh

kendala yang menghambatnya sehingga menyebabkan pelaksana bidang bina

kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru tidak optimal

dalam melakukan tugasnya. Terkait kendala tersebut, I2 mengungkapkan bahwa:

“Kendalanya kurang tenaga di Puskesmas. Seharusnya ada dokter, perawat

laboratorium dan perawat satu lagi untuk bagian pemberian resep obat.

Dokter diperlukan karena seharusnya bagian pemeriksaan kesehatan itu

adalah dokter bukan perawat seperti saya. Berhubung tenaga puskesmas

pada sibuk di Puskesmas dan perawat lain sudah memilki jadwalnya

masing-masing di Puskesmas dan di Posyandu balita, jadi hanya saya yang

melayani kesehatan di Posbindu. Saya bekerja di Puskesmas dan saya juga

bekerja sambil kuliah, itu juga yang menyebabkan saya berhalangan

hadir.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait kendala yang

dialami pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia

Puskesmas Singandaru, dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan pada Lansia sangatlah kurang yakni hanya

berjumlah satu orang saja, dan itu pun tidak berkerja secara khusus untuk

Posbindu Usila saja, tetapi juga berkerja di dalam Puskesmas. Tenaga kesehatan

tersebut berprofesi sebagai perawat, sedangkan dalam pemeriksaan kesehatan dan

penentuan resep obat serta dosisnya seharusnya adalah seorang dokter, hal ini

menyebabkan kualitas tenaga kesehatan tersebut menjadi kurang baik karena

penempatan tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan profesi. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan di Posbindu, tenaga kesehatan hanya ada satu

orang sedangkan idealnya adalah berjumlah 3 orang yaitu satu dokter, dan dua

perawat untuk pemeriksaan laboratorium sederhana dan pembagian resep obat.

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

146

Permasalahan ini pernah diajukan kepada kepala Puskesmas Singandaru, seperti

yang diungkapkan oleh I2:

“Saya sudah pernah menyampaikan kendala kekurangan SDM (Sumber

Daya Manusia) ke Kepala Puskesmas. Saya meminta untuk disediakan

tenaga kesehatan yang bisa membantu saya. Setelah itu saya disarankan

untuk pindah ke bidang keuangan. Saya tidak ingin pindah, saya ingin

tetap di bidang Lansia karena saya sudah nyaman di bidang ini.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 dapat diketahui bahwa

permasalahan kekurangan tenaga kesehatan untuk Posbindu sudah pernah

disampaikan kepada kepala Puskesmas Singandaru, akan tetapi solusi yang

didapatkan dari kepala Puskesmas kepada pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat Lansia tersebut adalah pemindahan ke bidang lain yaitu bidang

keuangan di Puskesmas Singandaru. Solusi pemindahan pelaksana bidang bina

kesehatan masyarakat bagian Lansia ke bidang keuangan merupakan solusi yang

tidak berarti karena tidak dapat mengatasi permasalahan kekurangan tenaga

kesehatan di Posbindu Usila, menanggapi hal ini I5 mengungkapkan bahwa:

“Tenaga kesehatan di Puskesmas Singandaru terbatas, itu pun kita

membagi-bagi ke beberapa bagian. Hanya pada waktu tertentu saja ia

didampingi dokter jadi tidak selalu didampingi oleh dokter karena

biasanya ia sendiri dan saat pelaksanaannya juga dibantu oleh kader,

sedangkan bagian pemeriksaan kesehatan tetap dilakukan oleh Ibu Tatu.

Apabila Posbindu meminta dua atau tiga tenaga kesehatan, Puskesmas

Singandaru tidak bisa karena keterbatasan SDM juga, bahkan untuk di

Puskesmasnya saja kekurangan.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I5 terkait kekurangan tenaga

kesehatan untuk Posbindu Usila dapat diketahui bahwa Puskesmas Singandaru

tidak dapat mengatasi permasalahan kekurangan tenaga kesehatan khususnya

Page 167: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

147

dokter untuk Posbindu Usila karena Puskesmas Singandaru pun mengalami

kekurangan dokter. Dalam hal ini Puskesmas Singandaru perlu melakukan

penambahan dokter, karena yang sesungguhnya dibutuhkan agar pelaksanaan

Posbindu serta pelayanan kesehatan di Posbindu dapat diberikan secara optimal

adalah dengan menambahkan jumlah dokter, menanggapi hal ini I5

mengungkapkan bahwa:

“Perekrutan khususnya dokter untuk di Puskesmas Singandaru bukan

wewenang kita, kita hanya meminta tambahan dokter. Biasanya

perekrtutan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD). BKD yang merekrut

atas permintaan Dinas Kesehatan, jadi Dinas Kesehatan yang

mengusulkan ke BKD, dan BKD juga tidak terlepas dari formasi yang ada

di Pusat. Setiap awal tahun kita selalu mengajukan usulan SDM, yang

dibutuhkan tenaga apa saja yang kurang, tetapi tidak selalu dikabulkan

karena keterbatasan SDM yang ada. Sebenarnya SDM Puskesmas

Singandaru masih kurang, kita butuh dokter umum satu lagi, tapi apabila

usulan penambahan dokter ke Dinas Kesehatan tidak dikabulkan kita tidak

bisa berbuat apa-apa.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I5 dapat diketahui bahwa

perekrutan dokter dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang atas

permintaan Puskesmas Singandaru melalui usulan dari Dinas kesehatan Kota

Serang. Permintaan penambahan jumlah dokter dari Puskesmas Singandaru belum

dapat dikabulkan oleh Dinas Kesehatan Kota Serang karena terkendala oleh

terbatasnya jumlah dokter dari pemerintah. Maka dari itu Kepala Puskesmas

Singandaru tidak dapat menyediakan seorang dokter khusus untuk Posbindu

karena untuk di dalam Puskesmasnya saja mengalami kekurangan dan usulan

penambahan dokter umum pun belum dapat dikabulkan oleh Dinas Kesehatan

Kota Serang.

Page 168: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

148

Berdasarkan pemaparan data-data hasil wawancara peneliti dengan

informan terkait dengan aspek implementing organization (organisasi pelaksana),

dapat disimpulkan bahwa organisasi atau instansi pemerintah yang terlibat dalam

kebijakan Posbindu Usila sudah tepat, di mana Pengurus organisasi Posbindu

Usila yaitu kader memiliki peran sebagai pelaksana kebijakan, Dinas Kesehatan

Kota Serang seksi gizi Lansia memiliki peran sebagai pembina pelaksana

kebijakan, sedangkan Puskesmas Singandaru bagian Lansia memiliki peran

sebagai pembimbing dan tenaga kesehatan Posbindu Usila.

Kinerja Seksie gizi lanjut usia Dinas Kesehatan Kota Serang sudah baik

dalam membina kader Posbindu Usila yang terwujud dalam bimbingan pada

pertemuan rutin satu bulan sekali kader Posbindu di Puskesmas Singandaru.

bimbingan tersebut diberikan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Serang

ataupun melalui bidang bina kesehatan masyarakat Puskesmas Singandaru.

Tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Serang dalam melakukan perannya tidak

terlepas dari bantuan Puskesmas Singandaru baik dalam memberikan pembinaan

kepada kader ataupun memberikan tindakan kepada Lansia yang tidak mampu

pergi ke Posbindu Usila.

Kader Posbindu bertanggung jawab dengan perannya yang terlihat dari

kinerja kader yang baik dalam mempersiapkan Posbindu dan melayani Lansia.

Namun saat pelaksanaan Posbindu terjadi penumpukan Lansia di meja

pemeriksaan karena tidak adanya komunikasi antar kader dan tenaga kesehatan

untuk mengatur antrian Lansia. Pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat

bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru telah bertanggung jawab dalam

Page 169: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

149

melaksanakan Posbindu Usila, namun kinerjanya kurang baik karena memiliki

kendala kekurangan tenaga kesehatan terutama dokter dan kerangkapan tugas

yang dimiliki baik bertugas di Posbindu maupun di dalam Puskesmas Singandaru,

serta pada saat itu tenaga kesehatan tersebut sedang disibukan oleh kegiatan

perkuliahan. Kendala tersebut menyebabkan jadwal pelaksanaan Posbindu yang

tidak konsisten dan kesalahan dalam memberikan dosis obat pada Lansia.

Sedangkan upaya penambahan jumlah dokter belum dapat dikabulkan karena

belum ada ketersediaan dokter dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Serang.

4.3.4 Environtmental Factors (Faktor Lingkungan)

Aspek environtmental factors (faktor-faktor lingkungan) pada penelitian

tentang Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang berkenaan dengan

faktor sosial budaya, ekonomi, dan politik yang ada di lingkungan masyarakat.

Kebijakan Posbindu Usila adalah kebijakan yang terwujud dalam Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan

untuk masyarakat itu sendiri. Kebijakan Posbindu Usila dilaksanakan di

lingkungan masyarakat maka dari itu terdapat faktor sosial budaya, ekonomi dan

politik yang ada di masyarakat yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan

Posbindu Usila.

Pada faktor sosial budaya berkenaan dengan kegiatan yang biasa

dilakukan masyarakat dengan masyarakat lain di lingkungannya. Dalam kegiatan

masyarakat tersebut tercipta suatu hubungan sosial diantara masyarakat. Ada

Page 170: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

150

suatu kegiatan yang rutin dilakukan Lansia di lingkungan masyarakat, seperti

yang diungkapkan oleh I1-1:

“Di sini biasa ada pengajian sebelum Posbindu. Yang ikut pengajian

adalah ibu-ibu mayoritas yang sudah Lansia.”

Kegiatan pengajian dilakukan di lingkungan masyarakat pun sama seperti yang

diungkapan oleh I1-2:

“Ada kegiatan masyarakat seperti pengajian. Yang menghadiri ibu-ibu

Lansia. Selain itu juga ada arisan ibu-ibu di sini.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I1-2 terkait kegiatan

Lansia di lingkungan masyarakat, dapat diketahui bahwa kegatan pengajian

adalah kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat Lansia, terutama perempuan.

Kegiatan pengajian adalah kegiatan yang positif bagi Lansia karena selain

merupakan aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak dan tenaga, juga

merupakan aktivitas spiritual yang meningkatkan keimanan umat muslim terhadap

agamanya. Kegiatan rutin yang dilakukan kelompok Lansia perempuan ini

mempengaruhi partisipasi Lansia dalam mengikuti kebijakan Posbindu Usila,

seperti yang diungkapkan oleh I1-3, yang mengungkapkan bahwa:

“Di sini lebih banyak kegiatan yang diikuti ibu-ibu seperti pengajian yang

ikut adalah ibu-ibu, senam lansia juga yang ikut adalah ibu-ibu tidak ada

bapak-bapaknya. Yang datang ke Posbindu juga mayoritas ibu-ibu, tidak

ada bapak-bapaknya saya tidak tahu kenapa bisa begitu.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-3 dapat diketahui bahwa

Lansia perempuan lebih aktif dalam setiap kegiatan Lansia yang ada di

lingkungan masyarakat. Kegiatan pengajian adalah kegiatan yang lazim yang

Page 171: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

151

dilakukan oleh masyarakat. Lansia perempuan lebih aktif dalam kegiatan

masyarakat menunjukan bahwa Lansia perempuan yang lebih terbiasa

bersosialisasi dan berkumpul dengan Lansia perempuan lainnya di lingkungan

masyarakat. Keaktifan Lansia perempuan dalam kegiatan di lingkungan

masyarakat ini ternyata berpengaruh pada partisipasi Lansia berdasarkan gender

dalam kebijakan Posbindu Usila, seperti yang diungkapkan oleh I1-1:

“Partisipasi Lansia cukup banyak sekitar 20 sampai 30 orang karena

banyak yang sakit atau hanya ingin check saja. Sebelum Posbindu ada

pengajian jadi banyak ibu-ibu setelah mengaji ke Posbindu. Ada bapak-

bapak 3 atau 4 orang. Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan ibu-

ibu.”

Partisipasi Lansia perempuan dalam kebijakan Posbindu Usila yang lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki pun terjadi di Posbindu Teratai, I1-2

mengungkapkan bahwa:

“Partisipasi banyak yang ikut sekitar 15-20 orang karena di sini rata-rata

pensiunan dan sangat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.

pasrtisipasi lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang datang

sekitar 3-4 orang.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dan I1-2 terkait

partisipasi Lansia dalam kebijakan Posbindu, dapat diketahui bahwa partisipasi

Lansia laki yang mengikuti Posbindu Usila sangatlah sedikit hanya sekitar 3

sampai 4 orang saja. Kebijakan Posbindu Usila diperuntukan bagi seluruh Lansia

tidak ada batasan laki-laki atau perempuan. Meskipun upaya mobilisasi sasaran

telah dilakukan kader Posbindu, tetapi partisipasi Lansia laki-laki tetap kurang.

Hal itu berarti ada faktor yang menjadi alasannya, salah satunya adalah keaktifan

Page 172: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

152

Lansia perempuan yang lebih banyak dibandingkan dengan Lansia laki-laki, bisa

jadi ada faktor lain seperti yang diungkapkan oleh I4-5:

“Saya tidak rutin datang ke Posbindu, jadi hanya datang ketika merasa

sakit. Apabila merasa sakit tetapi sedang tidak ada Posbindu saya berobat

ke Klinik. Lagi pula Posbindu hanya untuk orang tidak mampu saja.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-5 dapat diketahui bahwa

ketidaksamaan waktu Posbindu dengan saat Lansia menderita sakit tidak

bersamaan dan ketidaktahuan tujuan dari adanya kebijakan Posbindu

menyebabkan Lansia Laki-laki tidak mengikuti Posbindu Usila. Lansia

memanfaatkan Posbindu Usila sebagai tempat berobat, maka dari itu Lansia

membutuhkan Posbindu ketika waktunya bersamaan saat Lansia menderita sakit

saja. sehingga saat merasa penyakitnya tidak dirasakan maka tidak datang meski

hanya untuk mengontrol kesehatannya. Kebijakan Posbindu diperuntukan bagi

seluruh Lansia tanpa memandang gender ataupun tingkatan ekonomi masyarakat.

anggapan Lansia bahwa Posbindu hanya untuk Lansia kurang mampu

menunjukan bahwa Lansia kurang mengetahui kebijakan Posbindu Usila.

Dalam pelaksanaan kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia lanjut

(Posbindu Usila) terdapat pelayanan kesehatan yang memerlukan biaya untuk

mendapatkan pelayanan tersebut seperti pemeriksaan darah untuk mengetahui

kondisi penyakit kolesterol seharga Rp. 25.000,-, gula darah Rp. 15.000,- dan

asam urat Rp. 25.000,-, serta biaya untuk menebus resep obat. adanya harga yang

ditetapkan tersebut berpegaruh pada pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh

Lansia di Posbindu, seperti yang diungkapkan oleh I1-4:

Page 173: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

153

“Ada saja Lansia yang memeriksa darah. Tapi bagi Lansia yang tidak

mampu tidak bisa membayar biaya pemeriksaan darah jadi mereka hanya

periksa tensi dan menebus obat.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 terkait kemampuan

ekonomi sasaran terhadap biaya pemeriksaan kesehatan di Posbindu, dapat

diketahui bahwa Lansia yang tidak mampu hanya memeriksakan tekanan darah

yang dapat diperoleh tanpa dipungut biaya. Pemeriksaan tensi darah yang berguna

untuk mengetahui tinggi atau rendahnya darah. Pemeriksaan ini biasa diminati

Lansia yang tidak mampu membayar biaya pemeriksaan kesehatan lainnya, hal ini

dilakukan oleh sasaran di Posbindu Sirsak, seperti yang diungkapkan oleh I4-1:

“Ibu tidak mampu membayar pemeriksaan darah dan beli obat. Jadi ibu

biasanya hanya memeriksa tensi darah saja karena khawatir darah tinggi.

Ibu sering mengalami sakit kepala.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-1 dapat diketahui bahwa

ketidak mampuan sasaran membuat sasaran tidak melakukan pemeriksaan

kesehatan lainnya dan menebus obat untuk penyakitnya. Namun I4-1 tetap

mengikuti Posbindu karena keingin tahuannya terkait tinggi atau rendahnya

tekanan darah yang menggangu kesehatannya. Manusia usia lanjut rentan terkena

penyakit tidak menular seperti kolesterol, gula darah, darah tinggi dan asam urat,

maka dari itu perlu ada pemeriksaan apabila ada keluhan atas gejala dari penyakit

tersebut. Selain itu obat dibutuhkan Lansia untuk menyembuhkan penyakit atau

meringankan rasa sakit yang diderita Lansia. Namun ukuran kemampuan Lansia

dalam membayar biaya pemeriksaan itu relatif, tergantung dari kondisi ekonomi

masing-masing Lansia, ada yang sanggup membayar ada pula yang tidak sanggup

Page 174: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

154

sehingga tidak memeriksakan kesehatan yang mengeluarkan biaya atau bahkan

sama sekali tidak datang saat Posbindu. Bagi Lansia yang kondisi ekonominya

cukup baik mampu mengikuti pemeriksaan darah untuk mengetahui peyakit tidak

menular yang dideritanya, seperti yang diungkapkan oleh I4-4:

“Terjangkau harganya tidak terlalu mahal. Saya butuh periksa rutin

kolesterol. Kolesterol saya sering naik.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-4 dapat diketahui bahwa

kemampuan ekonomi sasaran serta kebutuhan sasaran untuk memeriksakan

penyakit tertentu yang sering dirasakannya membuat sasaran rutin mengikuti

Posbindu dan memiliki kemauan untuk mengeluarkan biaya demi kesehatannya.

Posbindu Usila diadakan di lingkungan masyarakat agar sasaran dapat

memperoleh pelayanan rujukan yang dekat mengingat Lansia memiliki

kekurangan kemampuan dalam menjangkau lokasi yang jauh. Hal ini

diungkapkan oleh I4-2:

“Saya tidak merasa keberatan dengan biaya pemeriksaan kolesterol.

Biayanya hanya Rp. 25.000,- itu cukup bagi saya dibandingkan dengan

pergi ke Puskesmas yang membutuhkan biaya transportasi dan saya sudah

tidak kuat pergi jauh.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-2 dapat diketahui bahwa

biaya pemeriksaan di Posbindu tidak memberatkan karena I4-2 membandingkan

biaya yang perlu dikeluarkan antara memeriksa kesehatan di Posbindu dengan di

Puskesmas, apabila I4-2 memeriksa kesehatan di Posbindu tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi dan tidak mengeluarkan banyak tenaga untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, sedangkan apabila memeriksa kesehatan di

Page 175: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

155

Puskesmas perlu biaya transportasi dan menghabiskan tenaga Lansia untuk

menjangkau lokasi yang jauh. Lokasi Posbindu yang dekat dengan rumah sasaran

memudahkan Lansia untuk memperoleh pelayanan kesehatan tanpa mengeluarkan

banyak tenaga dan biaya tranportasi. Maka dari itu sasaran diharapkan dapat

memanfaatkan adanya kebijakan ini. Pemerintah telah berupaya mengeluarkan

kebijakan di bidang kesehatan untuk seluruh masyarakat agar mudah

mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebijakan tersebut yaitu program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di mana masyarakat yang tercakup dalam program

tersebut disebut peserta BPJS Kesehatan. Bagi peserta BPJS Kesehatan

mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya saat mendapatkan

pelayanan kesehatan, seperti yang diungkapkan oleh I4-3:

“Biaya periksa seharusnya gratis untuk ibu, tapi karena kartu ASKES ibu

fasilitas kesehatannya bukan di Puskesmas Singandaru jadi tidak gratis.

Periksa darah juga tidak sepenuhnya gratis tetapi bergantian misalkan

bulan ini periksa kolesterol, bulan depan sudah tidak bisa lagi periksa

kolesterol.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I4-3 dapat diketahui bahwa

Masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan akan menerima pelayanan

kesehatan tanpa dipungut biaya di fasilitas kesehatan yang sesuai dengan yang

tercantum di kartu BPJS Kesehatan. Asuransi Kesehatan (ASKES) adalah

program kesehatan yang telah ditransformasikan menjadi program Jaminan

Kesehatan nasional (JKN). Dalam program JKN, peserta diwajibkan membayar

iuran per bulannya bagi non PBI (Pemberian Bantuan Iuran) dengan penghasilan

sendiri sedangkan PBI dibayarkan oleh pemerintah. Akan tetapi berdasarkan hasil

observasi peneliti, mayoritas sasaran tidak menggunakan kartu BPJS Kesehatan

Page 176: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

156

sehingga setiap melakukan pemeriksaan yang memerlukan biaya mereka

membayarkannya secara langsung, seperti yang diungkapkan oleh I2:

“Ada beberapa Lansia yang menggunakan kartu BPJS Kesehatan, tetapi

lebih banyak yang mencantumkan fasilitas kesehatan Klinik Jannah bukan

Puskesmas Singandaru. Maka dari itu pemeriksaan kesehatan di Posbindu

dipungut biaya umum.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I2 terkait biaya pemeriksaan

kesehatan di Posbindu dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan, dapat

diketahui bahwa mayoritas sasan tidak mencantumkan nama Puskesmas

Singandaru dalam memilih fasilitas kesehatan untuk kepesertaannya dalam

program JKN. Posbindu Usila yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru bekerjasama dengan Puskesmas Singandaru, maka dari itu hanya

peserta BPJS Kesehatan yang mencantumkan fasilitas kesehatan Puskesmas

Singandaru yang dapat menerima pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya. Bagi

peserta BPJS Kesehatan yang mencantumkan fasilitas kesehatan selain Puskesmas

Singandaru tetap dipungut biaya pada umumnya. Mengeluarkan biaya merupakan

hal tersulit bagi lansia yang tidak mampu sehingga mereka tidak dapat

berpartisipiasi dalam kebijakan Posbindu Usila. Bahkan kader Posbindu Manggis

pernah memberikan bantuan untuk warga yang kurang mampu agar mau

berpartisipasi dalam kebijakan Posbindu Usila, seperti yang diungkapkan oleh I1-4:

“Saya pernah menanggung biaya berobat warga khusunya janda berusia

lanjut yang tidak mampu dalam rangka beramal. Jadi sebelum hari H, saya

mengajak mereka untuk beerobat ke Posbindu besok. Saat itu saya

memberikan kupon berobat seharga Rp. 5.000,- untuk menebus resep obat.

Alhamdulillah jadi banyak yang datang. Tetapi setelah tidak ada kupon

lagi, sudah berkurang lagi yang datang ke Posbindu.”

Page 177: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

157

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 terkait bantuan biaya

berobat bagi lansia kurang mampu, dapat diketahui bahwa kader berupaya

membatu menanggung biaya berobat Lansia yang kurang mampu agar termotivasi

untuk mengikuti Posbindu Usila, namun setelah tidak ditanggung lagi partisipasi

Lansia dalam kebijakan Posbindu Usila pun kembali menurun karena tidak ada

lagi tanggungan biaya berobat. Hal ini berarti menunjukan bahwa kondisi

ekonomi warga berpengaruh pada partisipasi Lansia dalam kebijakan Pos

Pembinaan terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila).

Aspek politik dalam implementasi kebijakan Pos Pembinaan terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila) berkaitan dengan pemilihan kader Posbindu Usila. Sistem

perekrutan kader ditentukan oleh kebijakan yang dibuat masyarakat itu sendiri

karena masyarkat memiliki wewenang sebagai pelaksana kebijakan Posbindu

Usila. Warga yang menduduki jabatan sebagai ketua kader biasanya adalah

seorang istri dari ketua Rukun Warga (RW), seperti yang diungkapkan oleh I1-4:

“Karena ada pergantian RW, suami saya jadi ketua RW dan saya menjadi

ketua kader. Pemilihan kader yang lain dirundingkan dengan ketua RT

karena anggota kader dipilih dari perwakilan masing-masing RT.”

Sistem perekrutan ketua kader yang merupakan istri dari ketua Rukun

Warga (RW) merupakan cara yang lazim digunakan oleh sebagian masyarakat.

hal yang sama juga diungkapkan oleh I1-2:

“Saya menjadi ketua Kader karena suami saya seorang ketua RW,

sedangkan kader yang lain saya yang memilih yang menurut saya mau

bekerja.”

Page 178: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

158

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dan I1-2 terkait pemilihan

kader Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa ketua kader terpilih secara otomatis

mengikuti jabatan suami ketua kader yang sebagai ketua Rukun Warga (RW),

sedangkan pemilihan kader tergantung dari keputusan kelompok sasaran, ada

yang dilakukan atas persetujuan kader dan tokoh masyarakat setempat. Dalam

pedoman pelaksanaan Kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu

lansia) atau biasa disebut Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di

Kota Serang, tidak ada ketentuan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kader

Posbindu Usila. Maka kedudukan sebagai ketua kader bisa dimiliki oleh siapapun,

Hal ini dialami oleh I1-1 yang mengungkapkan bahwa:

“Saya menjadi ketua kader bukan karena suami saya ketua RW. Saya

menjadi ketua kader karena awalnya saya diajak bergabung menjadi kader

Posyandu Balita sudah lama tahun 90-an. Karena sudah lama saya menjadi

ketua kader. Anggota kader yang lain adalah kader Posyandu juga. Hingga

sekarang tidak ada lagi pergantian kader. Karena belum ada yang bersedia

menjadi kader.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 diketahui bahwa ketua

kader merupakan istri dari ketua RW tidak menjadi patokan masyarakat dalam

pemilihan ketua kader. Pemilihan kader Posbindu memiliki cara yang berbeda-

beda tergantung dari kebijakan yang dibuat oleh masyarakat. Posbindu Usila yang

terbentuk dari suatu organisasi pun tidak menentukan jabatan ketua organisasi

yang harus menjadi ketua kader, seperti yang diungkapkan oleh I1-5:

“Sebelumnya ibu Misnih yang menjadi pengurus Posbindu. Namun karena

beliau sudah sepuh maka saya ditunjuk sebagai pengurus. Mungkin karena

jabatan saya di perip adalah sebagai sekretaris yang terbiasa menulis

laporan maka saya di percayai oleh ketua organisai dan Ibu Tatu

membantu pelaksanaan kebijakan Posbindu.”

Page 179: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

159

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-5 dapat diketahui bahwa

seorang yang menjadi ketua kader Posbindu bukan ditentukan dari jabatan yang

dimiliki merupakan jabatan yang tertinggi dalam suatu organisasi atau lingkungan

masyarakat. Penentuan ketua kader atau pun anggota kader lainnya dapat

ditentukan dari ketersediaan sasaran ataupun melihat kondisi ketua kader

sebelumnya, sehingga apabila telah dianggap tidak mampu mengurus Posbindu

karena telah berumur lebih dari 60 (enam puluh) tahun maka perlu diganti dengan

anggota yang masih memiliki kemampuan untuk mengurusi Posbindu.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, usia kader Posbindu memang berusia

diantara 48 (empat puluh delapan) tahun samapai 55 (lima puluh lima) tahun.

Meskipun tidak ada syarat batasan usia untuk menjadi kader Posbindu,

namun pemilihan kader tetap diukur dari kemampuan fisik sesorang. Dari seluruh

anggota kader yang peneliti lihat, tidak ada yang berusia muda seperti warga yang

belum lama lulus sekolah tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas), I1-4

mengungkapkan bahwa:

“Usia berapapun bisa menjadi kader, asal mau bekerja saat Posbindu dan

mau mengahadiri pertemuan rutin di Puskesmas saja. Warga berusia muda

tidak ada yang mau menjadi kader alasannya karena mereka belum

memiliki suami. Meskipun begitu, kadang saat saya lelah, saya meminta

keponakan untuk membantu mengisi data Posbindu, setelah itu saya kasih

upah. Tetapi saat saya ajak dia untuk menjadi kader, dia tidak mau karena

tidak bisa meninggalkan kerjaannya seperti mengurus rumah, suami, dan

anak yang masih kecil. Kader yang lama pun begitu, walaupun berkerja

saat Posbindu tetapi pengisian data tetap dikerjakan oleh anaknya karena

tidak mengerti bagaimana cara pengisiannya. Anaknya tidak bisa menjadi

kader karena harus bekerja saat pagi.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-4 dapat diketahui bahwa

anggota kader yang biasanya adalah ibu rumah tangga membuat warga yang

Page 180: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

160

berusia muda enggan untuk bergabung menjadi kader. Selain itu, bagi seorang ibu

rumah tangga yang terbilang masih muda memiliki kesibukan dalam mengurus

rumah tangganya sehingga memilih untuk tidak menjadi kader Posbindu Usila.

Usia kader memang perlu diperhatikan agar kader dapat bekerja secara optimal

karena usia muda masih memiliki tenaga yang cukup baik dan kemampuan yang

baik dalam memahami dan melaksanakan tugas pokok kader Posbindu. Usia

kader yang hampir memasuki usia lanjut menjadikan kader bekerja kurang

optimal karena terkendala oleh kemampuan fisiknya yang menurun. Dalam

menanggapi hal terkait usia kader, I1-1 memberikan ungkapan yang berbeda:

“Tidak ada persyaratan usia untuk menjadi kader, meskipun masih duduk

di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) itu tidak menjadi masalah,

malah baik karena ada kader muda yang membantu. Ibu dan kader lainnya

pernah mengajak pemuda untuk bergabung menjadi kader Posbindu, tetapi

karena kader itu bekerja secara sukarela dan tidak diberi upah, maka

mereka lebih memilih bekerja di bangunan yang ada upahnya.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1 dapat diketahui bahwa

tidak adanya upah yang didapatkan dari menjadi kader membuat warga menjadi

apatis untuk bergabung menjadi kader Posbindu Usila. Upah menjadi suatu

motivasi warga untuk melakukan sesuatu. Tetapi pemerintah tidak

mengalokasikan sebagian anggarannya untuk upah kader, I3 mengungkapkan

bahwa:

“Tidak ada insentif untuk kader karena memberikan uang akan membuat

kader menjadi bergantung pada pemerintah. Karena Posbindu itu

dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat jadi pelaksananya,

tempatnya dan dananya dari masyarakat. Tugas kita hanya membina saja.”

Page 181: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

161

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I3 terkait insentif untuk

kader Posbindu Usila dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota Serang hanya

memberikan pembinaan kepada pelaksana Posbindu Usila bukan dana khusus

untuk kader Posbindu. Hal ini karena Posbindu Usila adalah Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) maka segala sumber daya disediakan oleh

masyarakat.

Dari pemaparan data hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

kegiatan rutin dimasyarakat yang lebih banyak dilakukan oleh warga lanjut usia

perempuan mempengaruhi jumlah partisipasi lansia berdasarkan gender dalam

pelaksanaan kebijakan Posbindu. Sehingga jumlah partisipan perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan partisipan berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan

partisipasi secara keseluruhan kurang baim karena Lansia yang kurang

mengetahui kebijakan Posbindu Usila. Kondisi ekonomi warga lanjut usia pun

berpengaruh pada partisipasi Lansia dalam kebijakan Posbindu karena dalam

pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan penyakit tidak menular memerlukan

biaya yang tidak sedikit bagi warga yang kurang mampu. Dalam pemilihan kader

Posbindu sulit untuk mencari warga yang bersedia menjadi kader Posbindu.

Warga tidak termotivasi untuk menjadi kader karena tidak ada insentif untuk

kader Posbindu Usila dan terkendala oleh kesibukan lainnya.

tidak ditentukan atas jabatan suami ketua kader yang sebagai ketua Rukun

Warga (RW). Pemilihan ketua kader dan anggota kader lainnya ditentukan

berdasarkan kemauan dan ketersediaan secara sukarela menjadi kader Posbindu.

Page 182: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

162

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah melakukan kegiatan

interpretasi hasil penelitian. Interpretasi hasil penelitian merupakan penafsiran

terhadap hasil akhir, dalam melakukan pengujian data dengan teori, dan konsep

para ahli, sehingga bisa mengembangkan teori, atau bahkan menemukan teori

baru, serta mendeskripsikan hasil data dari data di lapangan. Peneliti dalam hal ini

menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar operasional

yang telah ditetapkan sejak awal, dalam hal ini adalah teori implementasi

kebijakan publik dengan pendekatan bottom up yang dikenalkan oleh Adam

Smith.

Dalam model implementasi kebijakan publik Adam Smith, terdapat empat

aspek yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik akan berjalan optimal

atau tidak yaitu idealized policy (kebijakan ideal), target group (kelompok

sasaran), implementing organization (organisasi pelaksana), dan environmental

factors (faktor-faktor lingkungan). Adapun temuan lapangan yang peneliti

temukan mengenai Implementasi kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

(Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, adalah

sebagai berikut:

Pertama, aspek idealized policy (kebijakan ideal) menurut Adam Smith

adalah pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan dengan tujuan untuk

mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk

melaksanakannya. Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu

Usila) merupakan kebijakan yang terwujud dalam bentuk Upaya Kesehatan

Page 183: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

163

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk

masyarakat itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya komunikasi antara perumus

kebijakan dengan kelompok sasaran melalui sosialisasi kebijakan Posbindu, yang

kemudian akan memotivasi kelompok sasaran untuk ikut melaksanakan kebijakan

tersebut karena isi kebijakan dirasakan memenuhi kebutuhan akan kesehatan

kelompok sasaran. Kesesuaian isi kebijakan dengan kebutuhan kelompok sasaran

akan terermin dalam tanggapan kelompok sasaran tentang keberadaan kebijakan

Posbindu Usila.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, sosialisasi tentang kebijakan

Posbindu Usila dan kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh Puskesmas

Singandaru melalui pertemuan rutin berhasil memotivasi kelompok sasaran untuk

membentuk Posbindu hal ini terbukti dari jumlah Posbindu Usila yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Singandaru sebanyak 5 (lima) Posbindu yang tersebar di

kelurahan Lontar baru sebanyak 3 (tiga) Posbindu dan Kelurahan Kagungan

sebanyak 2 (dua) Posbindu. Pelayanan kesehatan yang ada di Posbindu seperti

penimbangan berat badan, pemeriksaan tensi darah, pemeriksaan penyakit

kolesterol, gula darah dan asam urat, konsultasi kesehatan Lansia dan pemberian

resep obat serta adanya senam lanjut usia dirasakan memenuhi kebutuhan Lansia.

Hal ini terlihat dari respon Lansia yang baik tentang keberadaan Posbindu Usila.

Pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila yang dirasakan Lansia memenuhi

kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan lanjut usia memberi arti bahwa kebijakan

Posbindu adalah kebijakan yang ideal bagi Lansia yang daerahnya memiliki

Posbindu, tetapi tidak bagi Lansia yang tidak memiliki Posbindu Usila seperti di

Page 184: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

164

kelurahan Kota Baru yang tidak memiliki sama sekali Posbindu Usila. Sehingga

tujuan adanya Posbindu Usila di lingkungan masyarkat yaitu meningkatnya

kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan rujukan

tidak dirasakan oleh Lansia di Kelurahan Kota Baru.

Kelurahan Kota Baru telah mengajukan permohonan pembentukan

Posbindu Usila di daerahnya, tetapi permohonan tersebut tidak dapat dikabulkan

karena terkendala oleh kekurangan jumlah tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas Singandaru. maka dari kebijakan Posbindu Usila belum memenuhi

kebutuhan lansia di wilayah kerja Puskesmas Singandaru karena belum seluruh

Lansia tercakup dalam Posbindu Usila. Berdasarkan profil Puskesmas Singandaru

Tahun 2014, jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas hanya ada 2 (dua)

orang sedangkan perawat berjumlah 6 (enam) orang. kedua dokter tersebut telah

bertugas di Puskesmas sedangkan perawat memiliki tugas di Puskesmas dan di

Posyandu Balita, dan tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru yang memberikan

pelayanan kesehatan pada Lansia di Posbindu Usila hanya berjumlah satu orang

saja. Keterbatasan sumber daya manusia merupakan kesulitan bagi Puskesmas

Singandaru untuk melayani Posbindu Usila yang lebih banyak lagi.

Kedua, aspek target group (kelompok sasaran) menurut Adam Smith

adalah kelompok sasaran bagian dari stake holder yang diharapkan dapat

mengadopsi pola interaksi sebagai mana yang diharapkan oleh perumus

kebijakan. Aspek ini berkaitan dengan kemampuan kelompok sasaran yang

menjadi bagian dari stakeholder dalam kebijakan Posbindu Usila, karena

kebijakan ini menggunakan pendekatan bottom up. Dalam buku kebijakan publik

Page 185: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

165

Riant Nugroho (2012: 701), “bottom up” bermakna meskipun kebijakan dibuat

oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh rakyat. Maka dari itu, masyarakat

yang menjadi kelompok sasaran diharapkan mampu melaksanaan kebijakan.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, terkait aspek target group

(kelompok sasaran), kelompok sasaran sebagai pelaksana kebijakan telah

berupanya menjadi pelaksana kebijakan, salah satunya dengan menyediakan kader

Posbindu Usila. Jumlah kader untuk pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila tidak

sesuai dengan yang direkomendasikan dalam pedoman pelaksanaan Posyandu

lansia yaitu 8 (delapan) orang ataupun yang direkomendasikan oleh Puskesmas

Singandaru yaitu minimal 5 (lima) orang, dari kedua rekomendasi tersebut jumlah

kader bisa kurang dari jumlah yang ditetapkan karena hal itu merupakan

wewenang kelompok sasaran. Adanya penggabungan kader Posbindu Usila

dengan Kader Posyandu Balita mengakibatkan jumlah kader yang bertugas di

Posbindu Usila hanya berjumlah 2 (dua) orang untuk di bagian pencatatan Lansia

yang hadir dan penimbangan berat badan Lansia. Jumlah yang kurang ini

berpengaruh pada tidak adanya kader yang membantu tenaga kesehatan yang

hanya berjumlah satu orang dalam hal pencatatan Lansia yang memeriksa

kesehatan dan hasil pemeriksaan kesehatannya.

Kader Posbindu Usila sebagai pelaksana Posbindu Usila perlu memiliki

pengetahuan yang baik terkait pelayanan yang diberikan kepada Lansia di

Posbindu. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, kader Posbindu hanya

memahami pencatatan dan penimbangan berat badan, sedangkan pelayanan

lainnya seperti pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia tidak dilakukan.

Page 186: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

166

Hal ini dikarenakan karena kesulitan cara perhitungan yang dialami oleh kader,

kader tidak memahami kegunaan dari hasil IMT, dan tidak adanya pengukuran

tinggi badan. Perhitungan IMT perlu dilakukan untuk menilai risiko penyakit

yang dapat terjadi akibat berat badan berlebih seperti penyakit jantung dan

diabetes. Perhitungan IMT dihasilkan dari perhitungan pembagian berat badan

dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Tidak adanya

perhitungan IMT, maka pengurangan risiko terkena penyakit jantung dan diabetes

tidak dapat dilakukan karena Lansia tidak mengetahui dan tidak dapat menjaga

ideal berat badannya.

Selain menyediakan sumber daya manusia, kelompok sasaran diharapkan

mampu menyediakan sumber daya lain seperti financial dan sarana prasarana.

Dalam menyediakan sumber daya financial, upaya yang dilakukan kelompok

sasaran yaitu mengumpulkan uang yang diberikan anggota Posbindu secara

sukarela yang diberi nama uang kencelengan ataupun bantuan yang diperoleh dari

lingkungan masyarakat itu sendiri seperti kas RW, kas arisan Lansia dan hasil

penjualan beras miskin. Selain dari hasil swadaya masyarakat, kelompok sasaran

pun mendapatkan batuan dalam bentuk dana dari Dinas Kesehatan Kota Serang

berupa insentif bergilir Rp. 250.000/ posyandu atau posbindu dan dana dari hasil

pemeriksaan Lansia yang menggunakan alat laboratorium sederhana yang

diberikan oleh Puskesmas Singandaru berjumlah Rp. 2.000 per satu orang yang

melakukan pemeriksaan. Hal ini berarti kelompok sasaran telah mampu

menyediakan sumber daya financial. Dana yang telah terkumpul dalam kas

Posbindu dialokasikan dengan baik oleh kader dan cukup untuk keperluan

Page 187: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

167

Posbindu juga seperti membeli sarana prasana Posbindu, biaya Pemberian

Makanan Tambahan (PMT), dan transportasi kader untuk mengahdiri pertemuan

rutin di Puskesmas.

Dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu diperlukan sarana prasarana

pendukung. Sarana prasana yang ada telah sesuai seperti yang ada dalam pedoman

pengelolaan kegiatan kesehatan di kelompok usia lanjut yaitu:

1. Tempat kegiatan

2. Meja dan kursi

3. Buku pencatatan Lansia

4. Kit Lansia, yang berisi: timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi

badan, stetoskop tensimeter, peralatan laboratorium sederhana

5. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kelompok sasaran menjadi bagian dari pelaksana kebijakan Posbindu,

maka kelompok sasaran diberikan wewenang untuk menyediakan sarana

prasarana yang sekiraya mampu dilakukan oleh kelompok sasaran. Sarana

prasarana yang disediakan dari hasil swadaya masyarakat berupa tempat kegiatan,

meja, kursi dan buku pencatatan Lansia. Sedangkan sarana parasana seperti KMS

dan yang berbentuk peralatan medis seperti Kit Lansia diiberikan oleh Dinas

Kesehatan Kota Serang melalui Puskesmas Singandaru. Selain itu ada pihak lain

seperti donatur yang memberikan timbangan dewasa ataupun kelurahan yang

memberikan papan nama posyandu. Hal ini memberi arti bahwa sarana prasana

telah tersedia dengan baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak sebagai

bentuk respon yang baik terhadap adanya pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila..

Page 188: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

168

Ketiga, aspek implementing organization (organisasi pelaksana) menurut

Adam Smith adalah badan-badan yang bertanggung jawab dalam implementasi

kebijakan. Aspek ini berkenaan dengan peran dan kinerja organisasi yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan. Pelaksana kebijakan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru yaitu kader Posbindu Usila, Seksi gizi lanjut usia Dinas Kesehatan

Kota Serang, dan bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas

Singandaru.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, peran kader Posbindu Usila adalah

sebagai pelaksana kebijakan Posbindu Usila yang terbentuk dari kelompok

sasaran. Kader Posbindu memiliki tugas yang harus dilakukan baik sebelum

pelaksanaan posbindu ataupun saat pelaksanaan Posbindu. Kader Posbindu telah

bertanggung jawab melakukan tugasnya yang tercermin dalam penilaian kinerja

kader Posbindu yang baik. Sebelum pelaksanaan Posbindu kader Posbindu

memobilisasi sasaran dengan cara menginformasikan waktu pelaksanaan

Posbindu melalui pengeras suara di masjid ataupun dengan menempatkan waktu

pelaksanaan kegiatan pengajian dan arisan yang dilakukan lansia sebelum waktu

pelaksanaan Posbindu Usila, menyiapkan tempat Posbindu sebelum Pelayanan di

Posbindu dimulai, serta melayani lansia di bagian pendaftan Lansia dan

penimbangan berat badan Lansia.

Kinerja kader telah baik dalam melakukan tugasnya sebagai kader

Posbindu, tetapi kader Posbindu Usila belum mampu mengatur antrian Lansia

untuk mengikuti tahapan pelayanan, sehingga menyebabkan lansia menumpuk

Page 189: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

169

pada meja pelayanan pemeriksaan kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena tidak

adanya komunikasi antara tenaga kesehatan dengan kader untuk bekerjasama

dalam mengatur antrian Lansia. Walaupun mengatur antrian Lansia bukan

termasuk tugas kader Posbindu, tetapi pengaturan antrian Lansia perlu dilakukan

supaya tahapan pemberian pelayanan kesehatan pada lansia dapat berjalan dengan

tertib dan rapih.

Peran seksi gizi lanjut usia Dinas Kesehatan Kota Serang adalah sebagai

pembina pelaksana kebijakan Posbindu. Tanggung jawab seksi gizi lanjut usia

Dinas Kesehatan Kota Serang dalam memberikan pembinaan dan pelatihan

kepada kader Posbindu tentang tindakan yang harus dilakukan kepada Lansia

yang tidak mampu datang ke Posbindu Usila, tidak terlepas dari bantuan

Puskesmas Singandaru. Adanya kerjasama dengan Puskesmas membuat kinerja

Dinas Kesehatan Kota Serang menjadi baik. Pembinaan tentang kesehatan Lansia

selain diberikan secara langsung oleh seksi gizi lanjut usia Dinas Kesehatan Kota

Serang, pembinaan kader juga diberikan melalui penyuluhan ataupun pertemuan

rutin setiap satu bulan sekali yang dilakukan bidang bina kesehatan masyarakat

Puskesmas Singandaru di Puskesmas Singandaru. Sedangkan tindakan kepada

Lansia yang tidak mampu datang ke Posbindu direalisasikan dengan adanya

kunjungan Lansia yang juga atas kerjasama dengan kader Posbindu Usila.

Peran bina kesehatan masyarakat Lansia Puskesmas Singandaru sebagai

tenaga kesehatan di Posbindu Usila. Pelaksana bina kesehatan masyarakat Lansia

Puskesmas Singandaru telah bertanggung jawab dalam melakukan perannya

sebagai tenaga kesehatan di Posbindu dan membuat laporan hasil kegiatan

Page 190: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

170

Posbindu Usila, akan tetapi kinerja pelaksana bidang bina kesehatan masyarakat

bagian lanjut usia dinilai kurang baik. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya

tenaga kesehatan untuk Posbindu Usila dan penempatan tenaga kesehatan di

Posbindu yang tidak sesuai dengan profesi yang dimiliki, di mana tenaga

kesehatan yang bertugas hanya seorang perawat sedangkan dalam pemeriksaan

kesehatan sebaiknya dilakukan oleh seorang dokter. Hal ini yang menyebabkan

pernah terjadi kesalahan dalam pemberian dosis obat pada Lansia.

Kendala lainnya yaitu kerangkapan tugas yang dimiliki tenaga kesehatan

tersebut baik bertugas di lapangan untuk Posbindu juga bertugas di Puskesmas

Singandaru bagian poli umum serta disibukan dengan kegiatan perkuliahan yang

menyebabkan jadwal pelaksanaan Posbindu menjadi tidak konsisten dengan

jadwal yang telah ditetapkan. Konsistensi waktu pelaksanaan Posbindu Usila akan

membuat Lansia untuk terbiasa menghadiri Posbindu pada waktu yang sama.

Jumlah tenaga kesehatan untuk Posbindu hanya berjumlah satu orang sedangkan

jumlah tenaga kesehatan di Posbindu idealnya berjumlah 3 (tiga) orang yang

terdiri dari dua orang perawat bagian pemeriksaan tensi darah dan pemberian

resep obat, satu orang dokter bagian pemeriksaan kesehatan Lansia. Puskesmas

Singandaru telah berupaya menambahkan jumlah dokter akan tetapi usulan

penambahan dokter di Puskesmas Singandaru pada Dinas Kesehatan Kota Serang

belum bisa dikabulkan karena tidak adanya ketersediaan dokter dari Badan

Kepegawaian Daerah Kota Serang.

Keempat, aspek environmental factors (faktor-faktor lingkungan) menurut

adam Smith yaitu unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi

Page 191: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

171

implementasi kebijakan. Kebijakan Posbindu Usila dilaksanakan di lingkungan

masyarakat, maka dari itu adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi

pelaksanaan kebijakan seperti faktor sosial budaya, ekonomi dan politik.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, pada faktor sosial budaya

kelompok sasaran memiliki kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian dan arisan

yang dilakukan oleh Lansia perempuan. Kegiatan ini mempengaruhi partisipasi

Lansia dalam kebijakan Posbindu Usila, di mana Lansia perempuan yang lebih

aktif mengikuti Posbindu Usila dibandingkan dengan Lansia laki-laki. Berikut

data jumlah Lansia yang dibina di Posbindu Usila:

Tabel 4.4.1 Persentase Jumlah Lansia ≥60 Tahun yang Dibina Di Posbindu

Usila bulan April – September 2015

No. Bulan

Jumlah

Sasaran

(Orang)

Jumlah yang Dibina (Orang)

Total

Persentase

Jumlah yang

Dibina (%) Laki-laki Perempuan

1 April 5.213 3 38 41 0,79

2 Mei 5.213 3 46 49 0,94

3 Juni 5.213 6 32 38 0,73

4 Juli 5.213 7 38 45 0,86

5 Agustus 5.213 2 33 35 0,67

6 September 5.213 5 24 29 0,56

Sumber: Laporan Kegiatan Lanjut Usila Puskesmas Singandaru, 2015

Berdasarkan tabel 4.4.1 terkait partisipasi Lansia dalam kebijakan

Posbindu Usila, dapat diketahui bahwa jumlah partisipasi Lansia laki-laki setiap

bulannya mengalami peningakatan yang bersifat fluktuatif, namun tetap jumlah

tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Persentase jumlah Lansia

yang dibina juga terlihat sangat memprihatinkan karena tidak pernah mencapai

Page 192: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

172

1% di setiap bulannya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti, diketahui bahwa

Lansia tidak mengikuti Posbindu karena Lansia kurang memahami manfaat

keberadaaan Posbindu Usila, sehingga Posbindu dibutuhkan untuk berobat ketika

sakit bukan untuk mengontrol kesehatannya secara rutin. Selain itu Lansia

beranggapan bahwa pelayanan kesehatan yang ada di Posbindu hanya untuk

Lansia yang tidak mampu. Hal ini memperlihatkan bahwa sasaran belum

mengetahui sepenuhnya tentang kebijakan Posbindu Usila yang diberikan untuk

mengontrol kesehatan Lansia secara rutin dan diberikan pada seluruh Lansia tanpa

melihat kondisi ekonomi lansia tersebut.

Selain kegiatan kemasyarakatan yang mempengaruhi partisipasi Lansia,

kondisi ekonomi Lansia pun mempengaruhi lansia tersebut untuk berpartisipasi

dalam kebijakan Posbindu Usila karena dalam memperoleh pelayanan kesehatan

di Posbindu Lansia perlu mengeluarkan uang seperti pemeriksaan penyakit

koleseterol sebesar Rp. 25.000, gula darah Rp. 15.000,-, asam urat Rp. 25.000 dan

mendapatkan resep obat yang harganya tergantung dari obat yang diberikan. Bagi

Lansia dengan kondisi ekonomi yang tidak baik, memungkinkan hanya

memeriksa kesehatan yang tidak dipungut biaya seperti pemeriksaan tensi darah

atau bahkan tidak hadir sama sekali. Bahkan salah satu kader Posbindu Manggis

memberikan kupon berobat bagi Lansia janda yang kurang mampu untuk

membuat mereka mampu berpartisipasi mengikuti Posbindu Usila. Kartu BPJS

Kesehatan tidak dapat membantu biaya berobat karena sebagian besar fasilitas

kesehatan yang dicantumkan Lansia bukan Puskesmas Singandaru.

Page 193: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

173

Pada aspek politik dalam implementasi kebijakan Pos Pembinaan terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) berkaitan dengan pemilihan kader Posbindu Usila.

Berdasarkan hasil temuan penelti di lapangan, Dalam pemilihan ketua kader dan

anggota-anggotanya tidak ada syarat apapun melainkan dipilih berdasarkan atas

kemauan dan ketersediaan anggota untuk mengurus Posbindu secara sukarela

tanpa adanya upah yang diperoleh. Dalam memilih kader Posbindu Usila sulit

dilakukan karena masyarakat tidak bersedia menjadi kader dengan alasan

memiliki kesibukan dan tidak mendapatkan upah atau insentif.

Demikian penjalasan pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti

paparkan. Penjelasan pembahasan hasil penelitian ini akan peneliti rangkum

dalam bentuk tabel temuan lapangan, yang disertakan keterangan hasil penelitian

pada masing-masing aspek indikator penelitian. berikut adalah tabel temuan

lapangan dalam penelitian ini:

Page 194: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

174

Tabel 4.4.2 Hasil Temuan di Lapangan

No. Indikator Hasil Temuan Keterangan

1 Idealized Policy

(Kebijakan Ideal)

1. Sosialisasi Kebijakan Posbindu Usila dari

Puskesmas Singandaru melalui pertemuan

rutin di Puskesmas berhasil memotivasi

kelompok sasaran membentuk Posbindu

Usila.

2. Kebijakan Posbindu Usila belum memenuhi

seluruh Lansia yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Singandaru karena masih ada

wilayah yang tidak bisa membentuk

Posbindu Usila yaitu Kelurahan Kota Baru.

3. Tanggapan anggota Posbindu Usila baik

terhadap keberadaan Posbindu Usila.

Belum

Optimal

2 Target Group

(Kelompok Sasaran)

1. Jumlah kader yang tersedia untuk Posbindu

Usila hanya berjumlah dua orang. Jumlah

tersebut tidak sesuai dengan yang

direkomendasikan dalam pedoman

pelaksanaan Posyandu Lansia dan

Puskesmas Singandaru karena adanya

penggabungan kader Posbindu Usila dengan

Posyandu balita yang berpengaruh pada

tidak adanya kader yang membantu tenaga

kesehatan dalam pencatatan lansia yang

memeriksa kesehatan dan hasil pemeriksaan

kesehatan lansia.

2. Pengetahuan kader dalam melayani Lansia

hanya mengerti pencatatan Lansia yang

hadir dan penimbangan berat badan.

Sedangkan IMT dan pengukuran tinggi

badan tidak dilakukan karena kader

kesulitan dengan cara perhitungan dan tidak

mengetahui kegunaan dari hasil IMT dan

pengukuran tinggi badan Lansia.

3. Kelompok sasaran telah mampu

menyediakan sumber daya financial

(keuangan) yang disebut dengan kas

Pobindu yang dihasilkan dari swadaya

masyarakat, serta mendapat pemasukan dari

Belum

Optimal

Page 195: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

175

Dinas Kesehatan Kota Serang dalam bentuk

insentif bergilir dan bagi hasil dana

pemeriksaan kesehatan di Posbindu Usila

dengan tenaga kesehatan Puskesmas

Singandaru. Dana yang telah terkumpul

hanya cukup untuk keperluan Posbindu

Usila, sedangkan insentif untuk upah kader

tidak ada karena tidak ada anggaran khusus

untuk upah kader dari pemerintah.

4. Sarana parasana tersedia cukup baik dari

hasil swadaya masyarakat maupun dibantu

oleh Dinas Kesehatan Kota serang dan pihak

lain seperti donatur dan Kelurahan.

3 Implementing

Organization

(Organisasi

Pelaksana)

1. Peran kader sebagai pelaksana Posbindu

Usila. Kinerja kader posbindu baik dalam

melakukan tugasnya. Hanya saja kader

belum mampu mengatur antiran lansia

seperti yang terjadi di Posbindu Teratai dan

Pepabri.

2. Peran Seksi gizi Lansia Dinas Kesehatan

Kota Serang sebagai pembina pelaksana

Posbindu Usila. Kinerja Dinas Kesehatan

baik dalam memberikan pembinaan terkait

kesehatan Lansia yang diberikan secara

langsung ataupun dibantu oleh bidang bina

kesehatan masyarakat Puskesmas

Singandaru. Pelatihan kader terkait tindakan

terhadap lansia yang tidak mampu ke

Posbindu terealisasikan dalam kegiatan

kunjungan Lansia yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru

atas kerjasama dengan kader Posbindu

Usila.

3. Peran bidang bina kesehatan masyarakat

bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru

sebagai tenaga kesehatan di Posbindu Usila.

Kinerja tenaga kesehatan kurang baik karena

pernah terjadi keselahan pemberian resep

obat yang disebabkan oleh ketidak sesuaian

profesi dengan tugas yang dijalani, serta

Belum

Optimal

Page 196: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

176

jadwal pelaksanaan Posbindu tidak

beraturan karena kerangkapan tugas yang

dimiliki tenaga kesehatan baik bertugas di

lapangan maupun di dalam Puskesmas.

4 Environmental

Factors (Faktor-

faktor Lingkungan)

1. Kegiatan lansia perempuan lebih banyak

mempengaruhi jumlah partisipan lansia

perempuan lebih banyak dibandingkan laki-

laki. Partisipasi lansia secara keseluruhan

kurang baik karena lansia tidak mengetahui

kebijakan Posbindu Usila.

2. Biaya pemeriksaan kesehatan di Posbindu

Usila tidak dapat dijangkau oleh Lansia

tidak mampu.

3. Pemilihan kader Posbindu Usila berdasarkan

atas ketersidaannya menjadi kader. Dalam

memilih kader Posbindu Usila sulit

dilakukan karena masyarakat tidak bersedia

menjadi kader dengan alasan memiliki

kesibukan dan tidak mendapatkan upah atau

insentif.

Belum

Optimal

Page 197: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

177

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

berdasarkan teori Implementasi Kebijakan pendekatan bottom up model Adam

Smith dapat disimpulkan implementasi kebijakan Posbindu Usila di Wilayah

Kerja Puskesmas Singandaru berlum berjalan secara optimal. Kesimpulan dari

hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan pada aspek idealized policy (kebijakan ideal),

kebijakan Posbindu Usila belum ideal bagi seluruh kelompok sasaran di wilayah

kerja Puskesmas Singandaru karena masih ada wilayah yang tidak bisa

membentuk Posbindu Usila yaitu Kelurahan Kota Baru.

Kedua, berdasarkan pada aspek target group (kelompok sasaran), kader

Posbindu Usila tidak memahami cara perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Lansia dan tidak mengetahui manfaat dari hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) Lansia. Jumlah kader yang bertugas di Posbindu yang hanya 2 (orang)

tidak sesuai dengan jumlah yang disaranakan Puskesmas yaitu minimal 5 (lima)

orang.

Ketiga, berdasarkan pada aspek implementing organization (organisasi

pelaksana), Terjadinya penumpukan Lansia di meja pemeriksaan kesehatan.

177

Page 198: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

178

Kendala kekurangan tenaga kesehatan, ketidak sesuaian profesi dengan jabatan,

dan keragkangkapan tugas yang dimiliki tenaga kesehatan Posbindu berpengaruh

pada kurangnya kinerja tenaga kesehatan Posbindu Usila.

Keempat, berdasarkan pada aspek environmental factors (faktor-faktor

lingkungan. Kurangnya pengetahuan Lansia dan Kondisi ekonomi Lansia

berpengaruh pada kurangnya partisipasi Lansia dalam mengikuti Posbindu Usila.

Masyarat tidak termotivasi untuk menjadi kader Posbindu Usila karena tidak ada

insentif untuk kader Posbindu Usila

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas

Singandaru, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan referensi

untuk mengoptimalkan pelakaksanaan kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru. Adapun saran

tersebut yaitu:

1. Puskesmas Singandaru perlu membantu kelompok sasaran di Kelurahan

Kota Baru untuk membentuk Pos Pembinaan Terpadu Usia lanjut

(Posbindu Usila) yang diimbangi dengan jumlah tenaga kesehatan yang

cukup untuk Posbindu Usila yaitu 2 (dua) orang perawat dan 1 (satu)

orang dokter.

Page 199: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

179

2. Kader Posbindu diberikan bimbingan tentang perhitungan Indeks Massa

Tubuh (IMT). Jumlah kader perlu ditambah minimal 1 (satu) orang untuk

membantu tenaga kesehatan di Posbindu Usila.

3. Kader diberikan bimbingan terkait pengturan antrian Lansia. Badan

Kepegawaian Daerah Kota Serang perlu menyediakan tenaga kesehatan

yaitu dokter umum untuk mengatasi kekurangan dokter umum di

Puskesmas Singandaru.

4. Pemerintah lebih serius mensosialisasikan kebijakan Posbindu Usila dan

menurunkan biaya pemeriksaan kesehatan di Posbindu Usila. Pemerintah

memberikan insentif untuk kader Posbindu Usila sebagai bentuk apresiasi

kepada kader Posbindu Usila.

Page 200: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustino, M.Si, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung

Denzin, K Norman dan Younna, S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative

Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djaman & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

Fuad, dan Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :

GRAHA ILMU.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy

Analisys.Yogyakarta: Gava Media

Islamy, M Irfan. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara

. 2004. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara

Kountur, Ronny. 2009. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta: Buana Printing

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Notoatmodjo, Soekijdo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,

Manajemen Kebijakan. Jakarta: Alex media Komputindo

Parsons, Wyne. 2006. Public Policy PengantarTeori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Solihin, Abdul Wahab. 2012. Analisis Kebijakan: dari formulasi ke penyusunan

model-model implementasi kebijakan public. Bumi Aksara: Jakarta

Subarsono, AG. 2012. Analisis kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 201: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jakarta: Media

Pressindo

Dokumen:

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Banten Dalam Angka 2014

Banten Dalam Angka 2015

Bulletin Lansia 2013

Kecamatan Serang Dalam Angka Tahun 2013

Laporan Kegiatan Lansia Dinas Kesehatan Kota Serang Tahun 2014

Laporan Kegiatan Lansia Dinas Kesehatan Kota Serang Program Kesehatan Usia

Lanjut Tahun 2015

Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lanjut Usia Tahun

2010

Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan Di Kelompok Usia Lanjut Tahun 2002

Profil Kelurahan Lontar Baru Tahun 2014

Profil Kelurahan Kagungan Tahun 2014

Profil Kelurahan Kota Baru Tahun 2014

Profil Kesehatan Indonesia 2013

Rekapan Kasus Penyakit Tidak Menular Triwulan I Sampai Dengan Triwulan III

Kota Serang Tahun 2014

Page 202: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Sumber lain:

Bidan Purnama. 2011. Posyandu Lansia. From http://posyandu.org/posyandu/

posyandu-lansia/525-pengertian-posyandu-lansia.html diakses pada

tanggal 27 maret 2015

Henniwati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh

Timur. Diterbitkan Oleh Unversitas Sumatera Utara

Iswanto, Mas Somat Didi. 2015. Angka Harapan Hidup (AHH), Apa dan

Bagaimana Perhitungannya. From http://statistiknawangan.blogspot.co.

id/2015/01/angka-harapan-hidup-ahh-makanan-apa-itu.html diakses pada

tanggal 13 April 2016

Kristiani, Rera Ayu. 2014. Implementasi Program Posyandu Lanjut Usia (Lansia)

di RW IV Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Surabaya.

Diterbitkan Oleh Universitas Negeri Surabaya

Novalina Hutabarat, Christina. 2012. Studi Kualitatif Pemanfaatan Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kabupaten Tapungali

Tengah Tahun 2012. Diterbitkan Oleh Universitas Indonesia

Page 203: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PEDOMAN WAWANCARA

Aspek No. Pertanyaan

Nomor

Urut

Pertanyaan

Kategorisasi

Informan

Idealized

Policy

(Kebijakan

Ideal)

1. Bagaimana komunikasi

yang terjadi sehingga

kelompok sasaran

termotivasi untuk

membentuk Posbindu

Usila dan mengadakan

senam Lansia di

Posbindu?

Q1 I1, I2

2 Apakah kebijakan

Posbindu Usila memenuhi

kebutuhan akan kesehatan

lanjut usia?

Q2 I1, I4

3 Bagaimana tanggapan

lanjut usia tetang

keberadaan Posbindu

Usila dan senam Lansia?

Q3 I1, I4

Target group

(Keolompok

Sasaran)

4 Bagaimana ketersediaan

sumber daya manusia dari

kelompok sasaran?

Q4 I1, I2

5 Apakah kader Posbindu

memahami tugas yang

dilakukan saat

pelaksanaan Posbindu

Usila?

Q5 I1, I2

6 Bagaimana kamampuan

kelompok sasaran dalam

menyediakan dan

mengalokasikan sumber

Q6 I1, I2,I3

Page 204: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

daya financial untuk

Posbindu Usila?

7 Bagaimana kemampuan

kelompok sasaran dalam

menyediakan sarana

prasarana pendukung

Posbindu Usila?

Q7 I1, I2,I3

Implementing

Organization

(Organisasi

Pelaksana)

8 Apa peran dari masing-

masing stakeholder yang

ada dalam kebijakan

Posbindu Usila?

Q8 I1, I2,I3

9 Bagaimana kinerja dari

masing-masing

stakeholder kebijakan

Posbindu Usila?

Q9 I1, I2,I3

Environmental

Factors

(faktor

Lingkungan)

10 Apakah kondisi sosial dan

budaya Lansia

mempengaruhi

pelaksanaan kebijakan

Posbindu Usila?

Q10 I1

11 Apakah kondisi ekonomi

Lansia membuat Lansia

mampu berpartisipasi

dalam kebijakan Posbindu

Usila?

Q11 I1, I4

12 Apakah kondisi politik

yang ada di masyarakat

mempengaruhi dalam

pemilihan pengurus

Posbindu Usila?

Q12 I1

Page 205: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN LAIN

No. Pertanyaan Kategorisasi Informan

1. Apa saja syarat yang perlu dipenuhi kelompok

sasaran untuk dapat membentuk Posbindu

Usila?

I3

2. Apa kendala yang dialami bidang bina

kesehatan masyarakat bagian lanjut usia yang

mempengaruhi kinerjanya?

I2

3. Bagaimana cara perekrutan dokter umum di

Puskesmas Singandaru dan kapan terakhir kali

dilakukan?

I5

4 Apakah Lansia menggunakan kartu BPJS

Kesehatan untuk memperoleh pemeriksaan

kesehatan di Posbindu Usila?

I2

Page 206: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN WAWANCARA

KETUA KADER POS PEMBINAAN TERPADU USIA LANJUT

(POSBINDU USILA)

1. Bagaimana komunikasi yang terjadi sehingga kelompok sasaran

termotivasi membentuk Posbindu Usila?

2. Bagaimana kegiatan senam lansia bisa diadakan di Posbindu?

3. Apakan kebijakan Posbindu Usila memenuhi kebutuhan akan kesehatan

lanjut usia?

4. Bagaimana tanggapan lanjut usia tetang adanya Posbindu Usila dan

senam Lansia?

5. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia dari kelompok sasaran?

6. Apakah kader Posbindu memahami tugas yang dilakukan saat

pelaksanaan Posbindu Usila?

7. Bagaimana upaya pengadaan dan penggunaan sumber daya financial

untuk Posbindu Usila?

8. Bagaimana upaya penyediaaan sarana prasarana pendukung Posbindu

Usila?

9. Apa peran kader Posbindu dan pelaksana bidang bina kesehatan

masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas Singandaru dalam kebijakan

Posbindu Usila?

10. Bagaimana kinerja kader dalam melakukan tugasnya sebagai kader

Posbindu?

11. Bagaimana Kinerja pelaksana bina kesehatan masyarakat lanjut usia

Puskesmas Singandaru dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila?

12. Apakah ada kegiatan sosial yang rutin dilakukan masyarakat Lansia?,

Bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia

Lanjut (Posbindu Usila)?

13. Apakah biaya pemerikaaan kesehatan di Posbindu terjangkau dengan

kondisi ekonomi Lansia?

Page 207: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

14. Apakah kondisi politik yang ada di masyarakat mempengaruhi dalam

pemilihan pengurus Posbindu Usila?

Page 208: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN WAWANCARA

BIDANG BINA KESEHATAN MASYARAKAT BAGIAN LANJUT

USIA PUSKESMAS SINGANDARU

1. Bagaimana komunikasi yang terjadi sehingga kelompok sasaran

termotivasi membentuk Posbindu Usila?

2. Bagaimana kegiatan senam lansia bisa diadakan di Posbindu?

3. Adakah ketentuan jumlah kader Posbindu Usila dari Puskesmas

Singandaru?

4. Apakah kader Posbindu memahami tugas yang dilakukan saat

pelaksanaan Posbindu Usila?

5. Apakah Puskesmas Singandaru memberi dukungan sumber daya financial

untuk Posbindu usila?

6. Apakah Puskesmas Singandaru memberi dukungan sarana dan prasarana

untuk Posbindu Usila?

7. Apa peran kader Posbindu Usila dan Dinas Kesehatan Kota Serang dalam

kebijakan Posbindu Usila?

8. Bagaimana kinerja kader Posbindu Usila dan Dinas Kesehatan Kota

Serang dalam melaksanakan kebijakan Posbindu Usila?

9. Apa kendala yang dialami bidang bina kesehatan masyarakat bagian

lanjut usia yang mempengaruhi kinerjanya?

10. Apakah Lansia menggunakan kartu BPJS Kesehatan untuk memperoleh

pemeriksaan kesehatan di Posbindu Usila?

Page 209: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN WAWANCARA

SEKSI GIZI REMAJA DAN LANJUT USIA DINAS KESEHATAN KOTA

SERANG

1. Apa saja syarat yang perlu dipenuhi kelompok sasaran untuk dapat

membentuk Posbindu Usila?

2. Adakah kontribusi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk Posbindu

Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru?

3. Apa peran Dinas Kesehatan Kota Serang, Puskesmas Singandaru dan

kelompok sasaran dalam pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila?

4. Bagaimana kinerja bidang bina kesehatan masyarakat lanjut usia

Puskesmas Singandaru dalam melaksanakan Posbindu Usila?

Page 210: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN WAWANCARA

MASYARAKAT LANJUT USIA

1. Apakah kebijakan Posbindu Usila memenuhi kebutuhan akan kesehatan

anda?

2. Bagaimana tanggapan anda tetang keberadaan Posbindu Usila dan senam

Lansia?

3. Apakah menurut anda besaran biaya pemeriksaan kesehatan di Posbindu

Usila terjangkau?

Page 211: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

PERTANYAAN WAWANCARA

KEPALA PUSKESMAS SINGANDARU

1. Mengapa jumlah tenaga kesehatan yang disediakan untuk Posbindu Usila

hanya satu orang?

2. Menurut anda, apakah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Singandaru

sudah cukup?

3. Bagaimana cara perekrutan dokter umum di Puskesmas Singandaru dan

kapan terakhir kali dilakukan?

Page 212: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

MATRIKS HASIL WAWANCARA

Idealize Policy (Kebijakan Ideal)

Idealitas suatu kebijakan yang diimplementasikan

Q1 Bagaimana komunikasi yang terjadi sehingga kelompok

sasaran termotivasi untuk membentuk Posbindu Usila dan

mengadakan senam Lansia di Posbindu? I

I1-1

Awalnya saya yang mengajukan, sebelumnya saya telah

mendengar ada Posbindu Usila karena tiap pertemuan di

Puskesmas membahas tentang Posbindu, pada saat itu saya

belum tertarik. Ketika saya tahu Posbindu Usila untuk lansia

dan banyak lansia di sini yang meminta ada pemeriksaan

kesehatan untuk Lansia, saya mengajukan pembentukan

Posbindu ke Kepala Puskesmas. Kalau senam Lansia, Ibu Tatu

yang memberitahu saya ada senam Lansia tapi harus di

Puskesmas. Menurut saya kalau dilaksanakan di Puskesmas

yang hadir paling hanya beberapa saja. Namanya juga Lansia

sudah tidak kuat, jaraknya jauh harus ada kendaraan. Saya

menyarankan kepada Ibu Tatu, kalau bisa dilakukan di

Posbindu.

I1-2

Sepertinya dari Puskesmas yang mengusulkan ke sini. saya

tidak tahu pasti karena Posbindu sudah didirikan selama 15

Tahun sedangkan saya menjadi kader baru 10 tahun. Awalnya

ada senam di sini dan dibiayai oleh kita menggunakan uang kas

Posbindu. Tapi setelah itu Puskesmas mengadakan senam

beserta pelatih senamnya. Maka kita berhenti senam di sini lalu

berganti senam di Puskesmas. partisipasi lansia dalam kegiatan

senam banyak.

I1-3 Awalnya masyarakat yang mengusulkan ingin ada pemeriksaan

Page 213: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

kesehatan untuk lansia. Lalu kader mengusulkan keinginan

masyarakat ke Puskesmas melalui pertemuan antar kader dan

pihak Puskesmas di Puskesmas Singandaru. Setelah itu

Puskesmas menerima usulan saya dan memberitahu saya.

Senam itu Ibu Tatu (pelaksana bina kesehatan masyarakat

lanjut usia) yang mengajak kader. Awalnya dilaksanakan di

Puskesmas jam 06.30, yang hadir banyak siapa saja kader

ataupun lansia, tapi sekarang sudah tidak di Puskesmas lagi.

Terakhir yang kemarin senam di Posbindu. Saat senam

disediakan kue dan dikasih uang transport.

I1-4

Yang saya amati sepertinya dibentuk dari Puskesmas, saya

tidak terlalu tahu karena Posbindu sudah berdiri 8 tahun dari

sebelum saya yang pegang. Mungkin dari Puskesmas

mengadakan Posbindu dan memberitahu kita, lalu di sini ikut

membentuk Posbindu. Senam lansia itu Puskesmas Singandaru

yang mengajukan ke kami, Puskesmas memberitahu akan ada

seman lansia berikut uang transportasi, snack, dan pelatih

senam, lalu kami setuju untuk ikut senam. Puskesmas

memberitahukannya melalui telepon dan membicarakan waktu

pelaksanaan senam. setelah itu saya umumkan ke lansia

melalui ibu RT lalu ibu RT memberitahukan ke Lansia yang

ada di RT tersebut.

I1-5

Ini organisasi Persatuan Purnawirawan dan Warakauri TNI dan

POLRI (PEPABRI). Sepertinya begini, pengajuan dilakukan

Puskesmas ke sini karena seharusnya kegiatan apapun

mengajukannya ke sini lalu disetujui, disepakati oleh ketua

organisasi lalu terlaksanalah Posbindu. Puskesmas yang

mengajak kita untuk bekerjasama mengadakan senam di sini,

lalu kita setuju kemudia kita beritahu ketua organisasi dan

anggota jadwal pelaksanaan senamnya.

Page 214: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

I2

Puskesmas tidak meminta masyarakat bentuk Posbindu. Awal

pembentukan Posbindu, masyarakat yang meminta mendirikan

Posbindu ke Puskesmas, cara mengajukan pendirian Posbindu

yaitu dengan mengajukan ke bidan desa lalu bidan desa

menyampaikannya ke Puskesmas. Setelah mengajukan

pembentukan Posbindu, lalu dilihat kelompok sasaran dimana

saja yang jumlah sasarannya mencukupi, apabila sedikit berarti

tidak perlu dibentuk Posbindu, mengingat Puskesmas

Singandaru juga kekurangan SDM. Ada yang tidak dikabulkan,

warga Kelurahan Kota Baru sudah mengajukan permohonan

membentuk Pobindu Usila di wilayahnya, namun pengajuan

tersebut tidak dapat dikabulkan Puskesmas karena jumlah

tenaga pelaksana Posbindu dari Puskesmas tidak mencukupi.

Saya bekerja sebagai perawat dan biasa bekerja di bagian poli

umum, selain itu saya juga bekerja ke lapangan untuk

Posbindu. Terkait senam, Puskesmas yang mengadakan,

memberikan uang transportasi bagi lansia untuk ikut senam,

snack, dan menyewa instruktur senam. Lansia hanya

mengikutinya saja.

Q2

I

Apakah kebijakan Posbindu Usila memenuhi kebutuhan

akan kesehatan lanjut usia?

I1-1

Sudah memenuhi kebutuhan Lansia, dengan adanya Posbindu

Usila membantu lansia yang biasa mengeluh sakit kepala.

Maka dari itu banyak Lansia yang datang karena mereka

menderita sakit. Lansia yang tidak mengeluh sakit juga datang

untuk sekedar mengetahui berat badan atau naik turunnya tensi

darah untuk mencegah darah tinggi dengan mengatur asupan

makannya. Kadangkala mereka menanyakan penyakit yang

didertia dari keluhan yang dirasakan. Selain itu Posbindu juga

dekat dari rumah warga

Page 215: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

I1-2

Cukup memenuhi kebutuhan. Banyak permasalahan yang

kompleks pada Lansia. Maka dari itu perlu setiap bulannya

mengontrol kesehatan, terutama seperti tensi darah. Dari pada

pergi jauh ke rumah sakit dan Puskesmas untuk kontrol

kesehatan, di Posbindu lebih dekat. Terutama untuk cek darah

di tempat lain lama mengantri, di Posbindu juga bisa periksa

gula darah, kolesterol, asam urat. Walaupun hasilnya tidak

akurat 100%, setidaknya dari hasil pemeriksaan kita

mendapatkan perhatian untuk bisa rubah pola makannya.

I1-3

Usia sudah tua sering terkena penyakit, jadi apabila ikut

Posbindu bisa periksa kesehatan dan mengontrol makanannya.

Suka ada senam dari puskesmas singandaru, kadang-kadang di

puskesmas pagi-pagi, kadang-kadang di sini di deket posyandu

ada lapangan tenis sebulan sekali.

I1-4

Sudah cukup, ada pemeriksaan tensi darah, kolesterol dan

diabet. Posbindu itu pelayanan kesehatan untuk para lanjut usia

jadi memudahkan Lansia agar tidak pergi terlalu jauh ke

Puskesmas atau ke rumah sakit, dan memudahkan Lansia

untuk berobat.

I1-5

Mungkin ketua organisasi menyetujui adanya Posbindu di sini

karena anggota PEPABRI Lansia dan kesehatan adalah

kebutuhan utama maka ketua menyetujuinya.

I4-1

Iya, ibu suka terkena darah rendah, jadi ibu sering ke Posbindu

buat tensi darah ibu.

I4-2

Sudah memenuhi, sebelumnya saya biasa ke klinik atau tidak

ke Puskesmas, tapi ketika ada Posbindu alhamdulillah saya

bisa berobat dan kontrol kolesterol. Lokasinya juga dekat, jadi

tidak usah pergi jauh ke Puskesmas lagi.

I4-3 Memenuhi karena ibu sering sakit jadi ingin periksa asam urat

dan kolesterol.

Page 216: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

I4-4

Sudah memenuhi karena Ibu sering cek kolesterol. kolesterol

ibu sering tinggi dan badan terasa sakit. terkadang ibu cek

diabetes dan asam urat juga karena sering tinggi.

I4-5

Iya memenuhi, apabila saya merasa sakit dan kebetulan ada

Posbindu saya berobat ke Posbindu untuk periksa penyakit

kolesterol saya dan lokasinya juga tidak jauh dari rumah.

I4-6 Saya belum pernah berobat di Posbindu, saya hanya membantu

kader di Posyandu

Q3

I

Bagaimana tanggapan lanjut usia tetang adanya Posbindu

Usila dan senam Lansia?

I1-1

Masyarakat menerima Posbindu dan senam dengan baik.

Ketika senam diadakan di Puskesmas hanya sedikit yang

datang. ketika diadakan di sini banyak yang datang.

masyarakat menganggap bahwa senam adalah hiburan sehat.

I1-2

Tanggapan masyarakat baik, rata-rata di sini adalah pensiunan,

maka penting sekali untuk periksa kesehatan. Tanggapan

masyarkat terkait senam juga baik. banyak yang ikut senam.

sudah dua bulan tidak ada lagi senam dan lansia banyak yang

menanyakan kapan ada senam lagi.

I1-3

Tanggapan warga Lansia positif menerima Posbindu dengan

baik karena untuk memeriksa kesehatan mereka juga.

Tanggapan Lansia dengan adanya senam juga baik, mereka

pada nanya kapan senam lagi ke bu tatu ketika posbindu terus

lalu kemarin diadakan senam lagi dan yang mengikuti banyak.

I1-4

Tanggapan Lansia di sini baik karena dengan adanya Posbindu

lansia bisa memeriksakan kesehatan di Posbindu dan tidak

perlu jauh pergi ke Puskesmas karena lansia sudah tidak

mampu pergi jauh. Tanggapan terkait adanya senam sangat

baik. Senam lansia bisa dijadikan sebagai hiburan yang sehat

karena memakai musik dangdut dan gerakannya sederhana.

Page 217: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Sekarang pada nanyain lagi kapan ada senam lagi. Saya

sampaikan ke puskesmas katanya belum ada program lagi.

I1-5

Tanggapannya baik. anggota membutuhkan Posbindu, apabila

petugas kesehatan belum datang, Lansia pada bertanya karena

mereka butuh. Tanggapan Lansia dengan adanya senam Lansia

baik, sudah beberapa bulan sudah tidak ada senam lagi, lansia

pada menanyakan kapan ada senam lagi.

I4-1 Bagus yah, ibu jadi bisa tensi darah tiap bulan

I4-2

Posbindu itu penting sekali. Saya sudah tidak kuat pergi ke

Puskesmas. Kalau mau minta antar ke Puskesmas ke

keponakan saya merasa tidak enak karena mereka sudah pada

bekerja, saya takut merepotkan mereka.

I4-3 Bagus ada Posbindu karena ada periksa penyakit lansia seperti

asam urat, kolesterol, gula darah.

I4-4

Dengan ada Posbindu saya bisa tahu naik turunya kolesterol

saya, bisa dapat obat, terus kalau sudah tahu kolesterol saya

naik berarti saya tidak boleh makan gorengan, kalau darah

tinggi berarti tidak boleh makan yang asin-asin.

I4-5 Posbindu penting untuk diadakan, karena Lansia banyak yang

terkena penyakityang sering diderita Lansia.

I4-6

Bagus, dengan adanya Posbindu Lansia dapat berobat. Yang

saya lihat banyak Lansia yang mengeluhkan nyeri di lutut

karena penyakit asam urat. Maka dari itu Lansia perlu berobat.

Page 218: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Target Group (Kelompok Sasaran)

Kemampuan kelompok sasaran menjadi bagian dari Stakeholder

Q4 Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia dari

kelompok sasaran? I

I1-1

Jumlah Kader ada lima orang, dua orang laki-laki dan tiga

orang perempuan. Di buku, struktur kepengurusan untuk lima

orang itu adalah ketua, bendahara, sekretaris, anggota. Kader

Posbindu dan Posyandu itu sama saja orangnya. Walaupun

kader Posbindu digabung dengan kader Posyandu, saat kerja

kita saling membagi tugas. Ada yang di bagian Lansia, ada

yang di bagian Balita. Kader di bagian Lansia juga hanya

bagian penimbangan berat badan dan pencatatan nama saja.

Ada PMT kadang biskuit atau bubur kacang untuk Balita. Jadi

bagian pencatatan bukan sekretaris saja, kadang dibantu kader

lainnya juga

I1-2

Kader di sini ada empat orang. Sebelumnya ada lima orang.

Tapi satu orang berhenti menjadi kader karena sibuk

menjalankan usaha laundrynya. Saya ketuanya, yang lain ada

sekretaris, bendahara, dan anggota

I1-3

Di Posbindu sini tidak ada struktur pengurus. Kadernya cuma

ada dua orang saja. Berdua cukup karena kader cuma di bagian

pendaftaran dan penimbangan saja. Sedangkan bagian

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak ada, karena tidak

ada PMT di posbindu sini. Saya yang komunikasi dengan Bu

Tatu membicarakan jadwal pelaksanaan Posbindu lalu beritahu

kader lainnya, saya juga bagian pendaftaran.

I1-4

Ada kader yang mengurusi Posbindu. Jumlah kader di sini ada

lima yang terdiri dari perwakilan masing-masing RT. Struktur

kepengurusannya ada ketua, sekretaris, bendahara, dua

Page 219: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

anggota. Kader Posbindu dan Posyandu itu sama saja

orangnya. Tidak ada kesulitan dalam pelaksanaannya karena

tugas kader hanya menimbang berat badan dan catat lansia

yang hadir saja. Lansia yang datang juga tidak sekaligus

banyak tapi satu persatu. Tidak ada pembagian tugas seperti

sekretaris harus mencatat, siapa saja yang bisa, biasanya saya

juga membantu mencatat nama Lansia. Kalau bagian keuangan

ada bendahara yang mengurus

I1-5

Organasi pasti ada struktur organisasinya, disini lengkap ada

ketua, wakil pembina, sekretaris, bendahara, seksi. Kalau di

sini sebatas saja struktur untuk organisasi. Kebetulan yang

ditunjuk menjadi pengurus Pobindu saya dan Ibu Iwan. Itupun

saya yang bertugas, saya yang komunikasi dengan Ibu Tatu

serta di bagian pendaftaran dan penimbangan.

I2

Jumlah kader minimal ada lima orang. Lima orang itu terbagi

menjadi ketua, sekretris, bendahara sisanya anggota. Tapi

penentuan jumlah kader terserah dari masyarakat jadi bisa

kurang bisa juga lebih.

Q5 Apakah kader Posbindu memahami tugas yang dilakukan

saat pelaksanaan Posbindu Usila? I

I1-1

Tidak tahu IMT karena belum pernah diajarkan cara

menghitung IMT. Tidak ada pengukuran tinggi badan, alatnya

ada tetapi tidak dilakukan karena angka tinggi badan tidak

terlalu dibutuhkan seperti berat badan yang dibutuhkan lansia.

I1-2 Tidak ada IMT, Posbindu untuk pemeriksaan rutin kondisi

kesehatan lansia bukan IMT.

I1-3

Pernah diajarkan cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT),

tapi karena tidak pernah digunakan jadi lupa caranya. Tinggi

badan lansia tidak dihitung karena yang penting adalah tensi

darah dan berat badan. Lansia sudah berumur maka sudah tidak

Page 220: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

akan bertambah lagi tinnggi badannya.

I1-4 Apa itu IMT? belum pernah diajarkan cara perhitungan IMT,

pelatihan menggunakan peralatan juga tidak ada

I1-5

Dari Puskesmas tidak memerintah ada pengukuran IMT, yang

ada hanya penimbangan berat badan dan pemeriksaan

kesehatan saja

I2

Perhitungan tinggi badan jarang dilakukan. Kalau di Posbindu

yang biasa dilakukan adalah penimbangan berat badan, tensi

darah, pemeriksaan darah. Itu pemeriksaan rutin yang

dibutuhkan lansia. IMT sebaiknya dilakukan untuk mengetahui

gizi lansia, akan tetapi kader tidak bisa menghitung IMT dan

petugas kesehatan kurang, serta yang dibutuhkan lansia adanya

pemeriksaan penyakit kolesterol, gula darah, asam urat dan

tensi darah untuk mengetahui menderita darah rendah tau darah

tinggi, bukan IMT, maka tidak ada IMT.

Q6 Bagaimana kamampuan kelompok sasaran dalam

menyediakan dan mengalokasikan sumber daya financial

untuk Posbindu Usila? I

I1-1

Dana yang terkumpul dari kenclengan. Besaran uang

kenclengan yang dikasih Lansia secara sukarela ada yang

memberi Rp. 500,- atau Rp. 1.000,- seikhlasnya. Setiap

Posbindu Puskesmas memberikan dana hasil pemeriksaan

darah, besaran dananya tergantung dari banyaknya Lansia yang

memeriksa darah. Puskesmas juga memberikan uang insentif

bergilir Rp. 250.000 untuk satu Posbindu. Dana Posbindu

digunakan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan), biaya

transportasi kader ke Puskesmas saat mengahadiri pertemuan

rutin di setiap bulannya, digunakan juga untuk menjenguk

warga yang sakit, atau bahkan sebagian ingin dibagi-bagikan

untuk upah kader atau dibelikan perlengkapan Posbindu seperti

Page 221: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

buku catatan dan alat tullis.

I1-2

Di Posbindu sini tidak mengambil dana dari kenclengan tetapi

dari kas RW yang diambil Rp. 100.000,-. Pembagian dana Kas

RW menjadi bagian dari dana Posbindu sudah mendapatkan

kesepakatan antara kader dan RW. Kas posbindu digunakan

untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) seperti kemarin

kader membuat bubur kacang hijau dan menyediakan air

mineral untuk Lansia dan petugas kesehatan

I1-3

Kas Posbindu ada dar hasil kenclengan dari Lansia ada yang

memberi Rp. 1.000,- ada juga yang memberi Rp. 2.000,-

seikhlasnya dari Lansia. Uang dari Puskesmas juga ada

sekitaran Rp. 20.000 sesudah Posbindu. Uang itu digunakan

untuk menjamu bidan dan untuk biaya transportasi kader ke

puskesmas setiap ada pertemuan.

I1-4

Ada kenclengan tapi hanya untuk yang ingin memberikan uang

kenclengan saja. Sumbangan dana ada dari hasil jual beras di

tiap RT . Kita mengambil sebagian dari hasil raskin itu karena

di sini tidak ada kas RW. Dana tersebut digunakan untuk PMT

posyandu, Posbindu tidak ada PMT. PMT diberikan untuk

balita, serta untuk menjamu Ibu bidan.

I1-5

Penyediaan dana Posbindu ada dari kas arisan. besaran

dananya tergantung apa yang diperlukan untuk Posbindu.

Puskesmas membantu dari penghasilan yang berasal dari hasil

pemeriksaan kesehatan yang sebagiannya diberikan ke

Posbindu sekitar Rp. 10.000 sampai Rp. 30.000 tergantung dari

berapa banyak penghasilan yang didapatkan. Kader dapat uang

Rp. 150.000,- mungkin itu yang disebut insentif. saya baru

mendapatkannya dua kali. Penggunaan dana dari puskesmas

mungkin digabung dari kas-kas arisan biasanya dari seksi

ekonomi juga biasanya digunakan untuk kebutuhan organisasi

Page 222: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

mungkin ada yang sakit, yang opnam, yang meninggal, atau

dialokasikan untuk akhir tahun memberikan sembako. Itu pun

ada laporannya pemasukan dan penggunaannya untuk apa.

I2

Biaya cek darah yang dibayar oleh Lansia sebagian dibagi

untuk Kader. Besaran biaya tersebut untuk satu Lansia yang

membayar cek darah, kader mendapat Rp. 2000,-. Sedangkan

insentif diberikan secara bergilir besaran nominalnya Rp.

250.000,- dari Dinas Kesehatan. Insentif tersebut bukan khusus

untuk Posbindu tetapi juga untuk Posyandu Balita.

I3

Kalau dari seksi gizi remaja dan Lansia tidak pernah

memberikan uang kepada masyarakat karena itu akan membuat

masyarakat menjadi tidak mandiri.

Q7

I

Bagaimana kemampuan kelompok sasaran dalam

menyediakan sarana prasarana pendukung Posbindu

Usila?

I1-1

Gedung Posbindu, meja dan kursi sudah ada hasil swadaya.

Timbangan, meteran, dan KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah

bantuan dari Puskesmas. Kemarin kita dapat papan nama

posbindu dari Kelurahan.

I1-2 Gedung Posbindu, meja dan kursi sudah ada dari hasil swadaya

masyarakat. timbangan kita dapatkan dari bantuan koperasi.

I1-3

Sarana prasarana sudah ada, ada alat ukut tinggi badan dan

KMS (Kartu Menuju Sehat) dari Puskesmas Singandaru, kader

sudah punya buku catatan untuk mencatat nama-nama Lansia

yang hadir, usia, dan keterangan berat badan dan tensi darah.

gedung sudah ada dari swadaya masyarakat.

I1-4

Sarana dan prasarana sudah lengkap. Gedung kita dapatkan

dari tanah yang diwakafkan. KMS (Kartu Menuju Sehat) dari

Puskesmas, timbangan dari Ibu Bidan, sedangkan Meja kami

dapatkan dari Pak Lurah. semuanya disiapin dulu setengah jam

Page 223: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

sebelum ada posbindu.

I1-5

Saya kira sarana dan prasaran sudah cukup. yang dibutuhkan

hanya meja, kursi, dan pembukuan sudah ada dari inventaris

kantor.

I2

KMS (Kartu Menuju Sehat) dari Dinas Kesehatan Kota Serang

ke Puskesmas, fasilitas yang disebut dengan Kit Lansia,

petugas kesehatan sudah disiapkan dari Puskesmas. Tetapi

untuk meja, kursi, gedungdan buku catatan berasal dari hasil

swadaya masyarakat.s

I3

Sarana prasarana penyediaan alat kesehatan seperti Kit Lansia

itu berasal dari Dinas Kesehatan Kota Serang

Page 224: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Implementing Organization (organisasi Pelaksana)

Peran dan kinerja organisasi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

kebijakan

Q8 Apa peran dari masing-masing stakeholder yang ada

dalam kebijakan Posbindu Usila? I

I1-1

Peran Ibu Tatu sebagai tenaga kesehatan di Posbindu. Peran

kader dalam Posbindu, kader ikut melaksanakan Posbindu dan

dibantu oleh Ibu Tatu untuk meriksa kesehatan Lansia. Jadi

kader melakukan pencatatan nama Lansia dan menimbang

berat badan Lansia. sebelum dilakukan Posbindu kader yang

menyiapkan tempat dan mengumumkan ke warga apabila akan

ada Posbindu.

I1-2

Peran ibu tatu sebagai petugas kesehatan yang memeriksa

kesehatan Lansia. Peran kader yang melaksanakan,

menyiapkan segala untuk Posbindu dan ikut melaksanakan

Posbindu dibagian pencatatan dan penimbangan

I1-3

Peran kader sebagai yang melaksanakan Posbindu seperti

menyiapkan tempat posbindu, mengajak lansia dan menimbang

berat badan lansia Peran Ibu Tatu sebagai petugas kesehatan

dari Puskesmas yang membantu memeriksa kesehatan Lansia

karena kalau kader tidak bisa memeriksa kesehatan Lansia

I1-4

Peran kader sebagai pelaksana posbindu yang bertugas

menyediakan tempat, membantu ibu Tatu menimbang berat

badan Lansia dan berkomunikasi dengan Ibu Tatu untuk

menetapkan jadwal Posbindu Peran ibu Tatu sebagai tenaga

kesehatan di Posbindu beliau juga pelaksana posbindu sama

seperti kader jadi kita bekerjasama melaksanakan Posbindu.

I1-5 Menurut pengamatan saya Ibu Tatu itu berperan sebagai

perutas kesehatan dari Puskesmas Singandaru yang ditugaskan

Page 225: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

untuk memeriksa kesehatan di Posbindu

Kader sebagai tenaga yang membantu petugas kesehatan dalam

menyediakan tempat dan membantu di penimbangan berat

badan Lansia

I2

Saya di bidang bina kesehatan masyarakat bagian Lanjut Usia.

Peran saya sebagai pelaksana program kesehatan usia lanjut

dan tenaga kesehatan di Posbindu. Tenaga kesehatan

dibutuhkan di Posbindu karena hanya tenaga kesehatan yang

bisa melakukan pemeriksaan kesehatan pada Lansia. saya juga

membuat laporan hasil kegiata Posbindu yang diserahkan ke

Dinas Kesehatan. Peran Kader sebagai pelaksana Posbindu

karena Posbindu itu dibentuk oleh masyarakat di lingkungan

masyarakat. masyarakat yang menyiapkan tempatnya,

memobilisasi Lansia agar datang ke Posbindu dan ikut

melayani lansia pada pencatatan nama Lansia yang datang dan

menimbang berat badan Lansia. Dinas Kesehatan yang

membantu menyediakan KMS dan mengadakan pembinaan

untuk kader Posbindu

I3

Posyandu itu UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat) jadi dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk

masyarakat. Seyogyanya masyarakat yang membentuk, kita

yang membina. Peran Dinas Kesehatan yaitu pertama, kita

membuat program kerja tentang Posbindu Usila. Kita tidak

bisa membentuk Posbindu karena Posbindu dibentuk oleh

sasaran. Tugas kita membina saja, jadi kita membina yang ada

di Puskesmas, lalu yang di Puskesmas membina lagi kader

yang ada di Posbindu. Kedua, kita melatih kader seperti apa

yang harus dilakukan kader apabila ada Lansia yang tidak

mampu pergi ke Posbindu lalu kader memberitahu keluarga

lansia bagaimana cara merawat lansia. Peran Puskesmas dalam

Page 226: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

pelaksanaan Posbindu Usila sebagai pembina kader dan

pelaksana program Lansia di Puskesmas. beliau yang menjadi

tenaga kesehatan yang memegang peralatan medis, bukan

kader karena bukan ahlinya

Q9

I

Bagaimana kinerja dari masing-masing stakeholder

kebijakan Posbindu Usila?

I1-1

Kinerja kader baik karena semua kader aktif, saya ketua yang

komunikasi dengan Ibu Tatu untuk membicarakan jadwal

pelaksanaan Posbindu. bendahara yang mengatur kas,

sedangkan bagian penulisan saat posbindu kita saling bantu

karena pelaksanaan digabung dengan Posyandu. kader laki-laki

yang mengumumkan kepada lansia apabila akan ada Posbindu

melalui speaker masjid. Kinerja petugas kesehatan cukup baik,

ramah dalam memberikan pelayanan pada Lansia. Lansia

seperti bayi lagi jadi memerlukan perlakuan yang lembut,

tenaga kesehatan memberikan pelayanannya dengan sabar.

Apalagi sering ada kunjungan ke rumah untuk Lansia yang

tidak bisa bangun. hanya saja ada masalah dalam waktu

pelaksanaannya, bulan ini belum ada posbindu.biasanya

dilaksanakan setiap hari rabu pada minggu ketiga. Tapi belum

ada informasi juga mungkin Ibu Bidannya sedang sibuk.

I1-2

Kinerja kader baik, maka dari itu kader yang dipilih adalah

kader yang bersedia mengurus Posbindu tanpa upah. ada kader

yang biasa membersihkan tempat Posbindu, sedangkan

konsumsi bergantian. Saat pelaksanaan Posbindu kita saling

banutu bergantian mencatat dan menimbang Lansia. setelah

selesai kader membersihkan gedung Posbindu bersama.

Kinerja Ibu Tatu baik, pelayanan kesehatan yang diberikan

cukup baik, hanya saja Bu Tatunya sering sibuk jadi sering

mundur jadwal pelaksanaan Posbindunya.

Page 227: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

I1-3

Kinerja kader baik, kita sudah membagi tugas saya yang

komunikasi dengan Ibu Tatu untuk merencanakan jadwal

Posbindu, Ibu Nini memegang kas Posbindu. sebelum mulai

Posbindu kami menyiapkan tempatnya bersama, memberikan

pengumuman kepada warga bergantian. Kinerja petugas

kesehatan baik, melayani Lansia sangat baik. Hanya saja

petugas kesehatan hanya satu orang, saya melihatnya seperti

kerepotan, tapi dilihat dari jumlah lansia yang datang walaupun

banyak namun datangnya tidak sekaligus tetapi satu persatu

jadi petugas kesehatan bisa menanganinya. yang kurang baik

hanya masalah waktu saja karena bidannya sibuk kuliah,

jadwal Posbindu jadi tidak beraturan. Biasanya Posbindu

dilaksanakan setiap tanggal 15, namun akhir-akhir ini

jadwalnya jadi tidak beraturan. Jadi menetapkan waktunya

bicara dahulu dengan bidan di telepon dan kami mengikuti

jadwal kapanbidan bisa hadir ke posbindu.

I1-4

Kinerja kader lainnya sudah baik. Saya ketua yang biasa

koordinasi dengan Ibu bidan, bendahara mengatur pemasukan

dan pengeluaran kas Posbindu. Untuk tugas pencatatan

biasanya sekretaris tapi kita saling bantu saja bagian

pencatatannya karena pelaksanaan Posbindu dan Posyandu

digabung dalam satu waktu. Kinerja petugas kesehatan kurang

baik, Petugasnya pernah tidak datang. Saya sudah

mengumumkan lewat speaker masjid memberitahu akan ada

Posbindu, Lansianya pun sudah datang, tapi petugasnya tidak

ada, itu yang membuat kita kecewa. Ada yang bilang, petugas

untuk lansianya kurang untuk kerja yang di dalam Puskesmas,

maka dari itu untuk yang kerja di luarnya tidak ada, ibu Tatu

juga kerja di dalam Puskesmas. Petugas pernah kasih dosis

obat yang tinggi pada Lansia ke tiga Lansia, akibatnya Lansia

tersebut tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Karena itu tiga

Page 228: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Lansia tersebut tidak

I1-5

Baik, yang bertugas di Posbindu saya sendiri mengerjakan

penimbangan berat badan dan mencatat Lansia. Kader satu lagi

Ibu Iwan hanya tercatat nama saja, beliau mengurusi uang

arisan.tetapi apabila saya sedang tidak bisa melayani Lansia,

ada anggota lain yang membantu mengerjakan tugas saya.

untuk pengelolaan kas di pepabri memiliki bendahara yaitu Ibu

Insan. Kinerja petugas kesehatan baik dan pelayanannya

memuaskan. Apabila pelayanannya tidak memuaskan, pasti

kita tidak banyak yang berobat dan tidak akan menunggu

petugas kesehatan dating

I2

Kinerja kader baik. Sebelum mulai Posbindu, kader sudah

mempersiapkan Posbindunya. Kader mempunyai buku sendiri

untuk mencatat Lansia yang datang. Pelayanan yang diberikan

oleh kader sudah baik, kader mencatat nama lansia yang datang

dan menimbang berat badan Lansia. Hasil penimbangan berat

badan Lansia di catat dibuku itu. Kinerja Dinas Kesehatan

Kota Serang cukup baik, Dinas Kesehatan memang tidak

secara langsung membantu saat pelaksanaan Posbindu, tetapi

mereka memberikan pembinaan terkait kesehatan Lansia,

pernah diadakan di rumah makan S’rizki atau sesekali

memberikan pembinaan pada pertemuan rutin

I3

Kinerja pelaksana Posbindu Puskesmas Singandaru cukup

baik, ia bertanggung jawab ikut melaksanakan Posbindu Usila

dan rutin memberikan laporan hasil kegiatan Posbindu tiap

bulan.

Page 229: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Environmental Factors (Faktor-faktor Lingkungan)

Faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi implementasi

kebijakan

Q10 Apakah kondisi sosial dan budaya Lansia mempengaruhi

pelaksanaan kebijakan Posbindu Usila? I

I1-1

Di sini biasa ada pengajian sebelum Posbindu. Yang ikut

pengajian adalah ibu-ibu mayoritas yang sudah Lansia.

Partisipasi Lansia cukup banyak sekitar 20 sampai 30 orang

karena banyak yang sakit atau hanya ingin check saja. Sebelum

Posbindu ada pengajian jadi banyak ibu-ibu setelah mengaji ke

Posbindu. Ada bapak-bapak 3 atau 4 orang. Jumlahnya Lebih

sedikit dibanding ibu-ibu. Kalau ibu-ibu karena setelah

pengajian langsung pergi ke Posbindu.

I1-2

Ada kegiatan masyarakat seperti pengajian. Yang menghadiri

ibu-ibu bukan hanya yang Lansia saja tetapi lebih banyak yang

Lansia yang datang. Selain itu juga ada arisan ibu-ibu di sini.

Partisipasi banyak yang ikut sekitar 15-20 orang karena di sini

rata-rata pensiunan dan sangat sadar akan pentingnya menjaga

kesehatan. partisipasi lebih banyak perempuan dibanding laki-

laki yang datang sekitar 3-4 orang.

I1-3

Di sini lebih banyak kegiatan yang diikuti ibu-ibu seperti

pengajian yang ikut adalah ibu-ibu, senam lansia juga yang

ikut adalah ibu-ibu tidak ada bapak-bapaknya. Yang datang ke

Posbindu juga mayoritas ibu-ibu, tidak ada bapak-bapaknya

saya tidak tahu kenapa bisa begitu. Banyak yang ikut ada

sekitar 15 orangan. Yang datang kebanyakan ibu-ibu,

dibandingkan bapak-bapak yang datang sekitar 2-3 orang saja.

I1-4

Ada pengajian di majelis taqlim dan shalat dhuha jama’ah.

tidak semua hanya beberapa saja yang datang ke Posbindu

Yang datang lumayan banyak sekitar 10 orang. memang tidak

Page 230: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

sekaligus datang 10 orang tetapi yang datang satu per satu.

I1-5

Di sini memang sudah ada kegiatan organisasi pada tanggal 4

dan bertepatan dengan jadwal Posbindu. Kegiatannya yaitu

pengajian dan arisan. Partisipasinya banyak yang datang

sekitar 65 orang ke PEPABRI, tetapi yang ikut Posbindu

sebagiannya saja. yang datang perempuan semua karena ini

adalah organsiasi persatuan para istri jadi perempuan semua.

Q11 Apakah kondisi ekonomi Lansia membuat Lansia mampu

berpartisipasi dalam kebijakan Posbindu Usila? I

I1-1

Terjangkau apabila dibandingkan dengan pergi ke Puskesmas

yang jauh dan membutuhkan biaya transportasi, lansia juga

tidak mampu pergi jauh. Banyak yang ikut periksa darah ada

15orangan, soal biaya pemeriksaan lebih mending kalau

dibandingkan pergi ke puskesmas yah jauh terus kondisi lansia

kan tidak sehat semua.

I1-2 Terjangkau apabila dibandingkan dengan pergi ke Puskesmas

yang perlu biaya transportasi dan mengantri.

I1-3 Terjangkau banyak yang periksa darah, daripada ke puskesmas

harus mengeluarkan biaya tranportasi.

I1-4

Bagi yang tidak mampu tidak terjangkau, tetapi ada saja Lansia

yang memeriksa darah. Tapi bagi Lansia yang tidak mampu

tidak bisa membayar biaya pemeriksaan darah jadi mereka

hanya periksa tensi dan menebus obat. Saya pernah

menanggung biaya berobat warga khusunya janda berusia

lanjut yang tidak mampu dalam rangka beramal. Jadi sebelum

hari H, saya mengajak mereka untuk berobat ke Posbindu

besok. Saat itu saya memberikan kupon berobat seharga Rp.

5.000,- untuk menebus resep obat. Alhamdulillah jadi banyak

yang datang. Tetapi setelah tidak ada kupon lagi, sudah

berkurang lagi yang datang ke Posbindu.

Page 231: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

I1-5

Menurut saya besarannya relatif umum, tapikalau dari sana ada

kebijaksanaan jangan disamakan dengan umum, saya berharap

diturunkan sedikit karena kalau di Jannah saya tidak

mengeluarkan biaya, sedangkan di klinik herbal hanya Rp.

10.000,- atau Rp. 15.000,- sudah lengkap pemeriksaannya.

Tapi perbedaan harga tersebut tidak mengurangi partisipasi

karena annggota membutuhkan Posbindu.

I4-1

Ibu tidak mampu membayar pemeriksaan darah. Jadi ibu

biasanya hanya memeriksa tensi darah saja karena khawatir

darah tinggi. Ibu sering mengalami sakit kepala.

I4-2

Saya tidak merasa keberatan dengan biaya pemeriksaan

kolesterol. Biayanya hanya Rp. 25.000,- itu cukup bagi saya

dibandingkan dengan pergi ke Puskesmas yang membutuhkan

biaya transportasi dan saya sudah tidak kuat pergi jauh.

I4-3

Biaya periksa seharusnya gratis untuk ibu, tapi karena kartu

ASKES ibu fasilitas kesehatannya bukan dii Puskesmas

Singandaru jadi tidak gratis. Periksa darah juga tidak

sepenuhnya gratis tetapi bergantian misalkan bulan ini periksa

kolesterol, bulan depan sudah tidak bisa lagi periksa kolesterol.

I4-4 Terjangkau harganya tidak terlalu mahal. Saya butuh periksa

rutin kolesterol. Kolesterol saya sering naik

I4-5 Bapak pakai kartu BPJS Kesehatan, jadi tidak dipungut biaya.

Q12 Apakah kondisi politik yang ada di masyarakat

mempengaruhi dalam pemilihan pengurus Posbindu Usila? I

I1-1

Saya menjadi ketua kader bukan karena suami saya ketua RW.

Saya menjadi ketua kader karena awalnya saya diajak

bergabung menjadi kader Posyandu Balita sudah lama tahun

90-an. Karena sudah lama saya menjadi ketua kader. Anggota

kader yang lain adalah kader Posyandu juga. Hingga sekarang

tidak ada lagi pergantian kader. Karena belum ada yang

Page 232: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

bersedia menjadi kader.

I1-2

Saya menjadi ketua Kader karena suami saya seorang ketua

RW, sedangkan kader yang lain saya yang memilih yang

menurut saya mau bekerja

I1-3

Kader untuk siapa saja yang sukarela ingn menjadi kader.

selama ini tidak ada pergantian kader karena tidak ada yang

bersedia.

I1-4

Karena ada pergantian RW, suami saya jadi ketua RW dan

saya menjadi ketua kader. Pemilihan kader yang lain

dirundingkan dengan ketua RT karena anggota kader dipilih

dari perwakilan masing-masing RT.

I1-5

Sebelumnya ibu Misnih yang menjadi pengurus Posbindu.

Namun karena beliau sudah sepuh maka saya ditunjuk sebagai

pengurus. Mungkin karena jabatan saya di perip adalah sebagai

sekretaris yang terbiasa menulis laporan maka saya di percayai

oleh ketua organisai dan Ibu Tatu membantu pelaksanaan

kebijakan Posbindu.

Page 233: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

HASIL TEMUAN DI LAPANGANN

No. Indikator Hasil Temuan Keterangan

1 Idealized Policy

(Kebijakan Ideal)

1. Sosialisasi Kebijakan Posbindu Usila dari Puskesmas Singandaru melalui

pertemuan rutin di Puskesmas berhasil memotivasi kelompok sasaran

membentuk Posbindu Usila.

2. Kebijakan Posbindu Usila belum memenuhi seluruh Lansia yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Singandaru karena masih ada wilayah yang tidak

bisa membentuk Posbindu Usila yaitu Kelurahan Kota Baru.

3. Tanggapan anggota Posbindu Usila baik terhadap keberadaan Posbindu Usila.

Belum

Optimal

2 Target Group

(Kelompok Sasaran)

1. Jumlah kader yang tersedia untuk Posbindu Usila hanya berjumlah dua orang.

Jumlah tersebut tidak sesuai dengan yang direkomendasikan dalam pedoman

pelaksanaan Posyandu Lansia dan Puskesmas Singandaru karena adanya

penggabungan kader Posbindu Usila dengan Posyandu balita yang

berpengaruh pada tidak adanya kader yang membantu tenaga kesehatan dalam

pencatatan lansia yang memeriksa kesehatan dan hasil pemeriksaan kesehatan

lansia.

2. Pengetahuan kader dalam melayani Lansia hanya mengerti pencatatan Lansia

yang hadir dan penimbangan berat badan. Sedangkan IMT dan pengukuran

tinggi badan tidak dilakukan karena kader kesulitan dengan cara perhitungan

dan tidak mengetahui kegunaan dari hasil IMT dan pengukuran tinggi badan

Lansia.

3. Kelompok sasaran telah mampu menyediakan sumber daya financial

(keuangan) yang disebut dengan kas Pobindu yang dihasilkan dari swadaya

masyarakat, serta mendapat pemasukan dari Dinas Kesehatan Kota Serang

dalam bentuk insentif bergilir dan bagi hasil dana pemeriksaan kesehatan di

Posbindu Usila dengan tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru.

Belum

Optimal

Page 234: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

4. Sarana parasana tersedia cukup baik dari hasil swadaya masyarakat maupun

dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota serang dan pihak lain seperti donatur dan

Kelurahan.

3 Implementing

Organization (Organisasi

Pelaksana)

1. Peran kader sebagai pelaksana Posbindu Usila. Kinerja kader posbindu baik

dalam melakukan tugasnya. Hanya saja kader belum mampu mengatur antiran

lansia seperti yang terjadi di Posbindu Teratai dan Pepabri.

2. Peran Seksi gizi Lansia Dinas Kesehatan Kota Serang sebagai pembina

pelaksana Posbindu Usila. Kinerja Dinas Kesehatan baik dalam memberikan

pembinaan terkait kesehatan Lansia yang diberikan secara langsung ataupun

dibantu oleh bidang bina kesehatan masyarakat Puskesmas Singandaru.

Pelatihan kader terkait tindakan terhadap lansia yang tidak mampu ke

Posbindu terealisasikan dalam kegiatan kunjungan Lansia yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan Puskesmas Singandaru atas kerjasama dengan kader

Posbindu Usila.

3. Peran bidang bina kesehatan masyarakat bagian lanjut usia Puskesmas

Singandaru sebagai tenaga kesehatan di Posbindu Usila. Kinerja tenaga

kesehatan kurang baik karena pernah terjadi keselahan pemberian resep obat

yang disebabkan oleh ketidak sesuaian profesi dengan tugas yang dijalani,

serta jadwal pelaksanaan Posbindu tidak beraturan karena kerangkapan tugas

yang dimiliki tenaga kesehatan baik bertugas di lapangan maupun di dalam

Puskesmas.

Belum

Optimal

4 Environmental Factors

(Faktor-faktor

Lingkungan)

1. Kegiatan lansia perempuan lebih banyak mempengaruhi jumlah partisipan

lansia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Partisipasi lansia

secara keseluruhan kurang baik karena lansia tidak mengetahui kebijakan

Posbindu Usila.

2. Biaya pemeriksaan kesehatan di Posbindu Usila tidak dapat dijangkau oleh

Lansia tidak mampu.

3. Pemilihan kader Posbindu Usila berdasarkan atas ketersidaannya menjadi

Belum

Optimal

Page 235: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

kader. Dalam memilih kader Posbindu Usila sulit dilakukan karena

masyarakat tidak bersedia menjadi kader dengan alasan memiliki kesibukan

dan tidak mendapatkan upah atau insentif.

Page 236: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Struktur Organisasi Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Puskesmas Singandaru, 2015

Page 237: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Struktur Organsiasi Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

Page 238: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Lampiran Dokumentasi

Gambar 1. Lanjut Usia di Posbindu Sirsak

Gambar 2. Pemeriksaan tekanan darah Lansia di Posbindu Sirsak

Page 239: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 3. Tempat pendaftaran Lansia di Posbindu Teratai

Gambar 4. Cek darah di Posbindu Teratai

Page 240: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 5. Pemeriksaan Tekanan darah di Posbindu Manggis

Gambar 6. Konsultasi kesehatan Lansia dengan tenaga kesehatan di Posbindu

Manggis

Page 241: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 7. Penimbangan berat badan Lansia di Posbindu PEPABRI

Gambar 8. Pemeriksaan tekanan darah Lansia di Posbindu PEPABRI

Page 242: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 9. Cek darah Lansia di Posbindu PEPABRI

Gambar 10. Penyuluhan Penyakit Tidak menular di Posbindu PEPABRI

Page 243: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar11. Meja Pendaftaran Lansia di Posbindu melati

Gambar 12. Penimbangan berat badan Lansia di Posbindu Melati

Page 244: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 13. Tenaga kesehatan menulis hasil pemeriksaan kesehatan Lansia di

Posbindu melati

Gambar 14. Senam Lanjut Usia di Posbindu Melati

Page 245: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Gambar 15. Foto bersama Lansia dan Kader Posbindu Melati

Gambar 11. Foto bersama pelaksana bina kesehatan masyarakat lanjut usia

Puskesmas Singandaru dan mahasiswa magang akademi keperawatan

Page 246: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004

TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

LANJUT USIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 13, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 24 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia; Mengingat: 1. Pasa1 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3796);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA.

BAB I KETENTUANUMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material

maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

2. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan lanjut usia agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 ( enam puluh) tahun ke atas.

4. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.

5. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

6. Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

7. Bantuan Sosial adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tetap agar lanjut usia potensial dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

8. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.

Page 247: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

2

9. Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.

10. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 11. Pemerintah Pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

dari Presiden beserta para Menteri. 12. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang

lain sebagai badan eksekutif daerah. 13. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dalam urusan pemerintahan di

bidang sosial.

Pasal 2 Uapaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ditujukan pada lanjut usis potensial dan lanjut usia tidak potensial.

Pasal 3

(1) Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Potensial meliputi : a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. pelayanan kesehatan; c. pelayanan kesempatan kerja; d. pelayanan pendidikan dan pelatihan; e. pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana,

dan prasarana umum; f. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. bantuan sosial.

(2) Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Tidak Potensial meliputi : a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. pelayanan kesehatan; c. pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan

prasarana umum; d. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; e. perlindungan sosial.

BAB II

PELAKSANAAN UPAYAPENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

Bagian Pertama Umum

Pasal 4

Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan masyarat.

Pasal 5 Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan secara terkoordinasi antar Pemerintah dan masyarakat.

Bagian Kedua Pelayanan Keagamaan dan Mental Spritual

Pasal 6

(1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi lanjut usia dimaksudkan untuk mempertebal rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing.

Page 248: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

3

Pasal 7 Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi lanjut usia meliputi : a. bimbingan beragama; b. pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.

Bagian Ketiga Pelayanan Kesehatan

Pasal 8

(1) Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara waJar.

(2) Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan: a. penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia; b. upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/

gerontologik; c. pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis

dan/atau penyakit terminal. (3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu,

diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat Pelayanan Kesempatan Kerja

Pasal 9

(1) Pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dimaksudkan membeti peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.

(2) Pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan pada sektor formal dan non formal, melalui perseorangan, kelompok/organisasi, atau lembaga baik Pemerintah maupun masyarakat.

Paragraf Kesatu Sektor Formal

Pasal 10

Pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dalam sektor formal dilaksanakan melalui kebijakan pemberian kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial untuk memperoleh pekerjaan.

Pasal 11

(1) Dunia usaha memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada tenaga kerja lanjut usia potensial yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

(2) Penetapan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan faktor: a. kondisi fisik; b. keterampilan dan/atau keahlian; c. pendidikan; d. fonnasi yang tersedia; e. bidang usaha; f. faktor lain.

(3) Persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan setelah mendapat pertimbangan Menteri dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 249: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

4

Pasal 12

Setiap pekerja/buruh lanjut usia potensial mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja/buruh lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf Kedua Sektor Non Formal

Pasal 13

(1) Pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dalam sektor non formal dilaksanakan melalui kebijakan menumbuhkan iklim usaha bagi lanjut usia potensial yang mempunyai keterampilan dan/atau keahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok usaha bersama.

(2) Penumbuhan iklim usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif dalam menumbuhkan iklim usaha bagi lanjut usia potensial.

Pasal 15

(1) Lanjut usia potensial yang mempunyai keterampilan dan/atau keahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok usaha bersama dapat diberikan bantuan sosial.

(2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai bantuan sosial bagi lanjut usia potensial yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Kelima

Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 16 (1) Pelayanan pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman lanjut usia potensial sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

(2) Pelayanan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, baik yang diselenggarakan Pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Bagian Keenam

Pelayanan Untuk Mendapatkan Kemudahan Dalam Penggunaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Umum

Pasal 17

(1) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia.

(2) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum dilaksanakan melalui: a. pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan dan

masyarakat pada umumnya; b. pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya; c. pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan; d. penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

Page 250: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

5

(3) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum dimaksudkan untuk memberikan aksesibilitas tertutama di tempat-tempat umum yang dapat menghambat mobilitas lanjut usia.

Paragraf Kesatu

Kemudahan Dalam Penggunaan Fasilitas Umum

Pasal 18 (1) Pemerintah memberikan kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan

kepada lanjut usia untuk: a. memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) seumur hidup; b. melaksanakan kewajibannya membayar pajak negara; c. memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik Pemerintah; d. melaksanakan pemikahan; e. melaksanakan kegiatan lain yang berkenaan dengan pelayanan umum.

(2) Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara sendiri-sendiri mapun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19

(1) Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya kepada lanjut usia untuk: a. pembelian tiket perjalanan dengan menggunakan sarana angkutan umum; b. akomodasi; c. pembayaran pajak; d. pembelian tiket masuk tempat rekreasi.

(2) Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20

(1) Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam melakukan perjalanan kepada lanjut usia untuk: a. penyediaan tempat duduk khusus b. penyediaan loket khusus; c. penyediaan kartu wisata khusus; d. penyediaan informasi sebagai himbauan untuk mendahulukan lanjut usia.

(2) Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21

(1) Pemerintah dan masyarakat menyediakan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus kepada lanjut usia dalam bentuk: a. penyediaan tempat duduk khusus di tempat rekreasi; b. penyediaan alat bantu lanjut usia di tempat rekreasi; c. pemanfaatan taman-taman untuk olah raga; d. penyelenggaraan wisata lanjut usia; e. penyediaan tempat kebugaran.

(2) Ketentuan mengenai penyediaan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara

Page 251: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

6

sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf Kedua

Kemudahan Dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana Umum

Pasal 22 Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum oleh Pemerintah dan/atau masyarakat dilaksanakan dengan menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia.

Pasal 23 Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan prasarana umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang lanjut usia dalam melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pasal 24 Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan prasarana umum dapat berbentuk: a. fisik; b. non fisik.

Pasal 25 (1) Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

huruf a, dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi: a. aksesibilitas pada bangunan umum; b. aksesibilitas pada jalan umum; c. aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi; d. aksesibilitas pada angkutan umum.

(2) Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk non fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliputi: a. pelayanan informasi; b. pelayanan khusus.

Pasal 26

Aksesibilitas pada bangunan umum sebagaimana rlimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a, dilaksanakan dengan menyediakan: a. akses ke, dari, dan dalam bangunan; b. tangga dan lift khusus untuk bangunan bertingkat; c. tempat parkir dan tempat naik turun penumpang; d. tempat duduk khusus; e. pegangan tangan pada tangga, dinding, kamar mandi dan toilet; f. tempat telepon; g. tempat minum; h. tanda-tanda peringatan darurat atau sinyal.

Pasal 27 Aksesibilitas pada jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 25 ayat (1) huruf b, dilaksanakan dengan menyediakan: a. akses ke dan dari jalan umum; b. akses ke tempat pemberhentian bis/kendaraan; c. jembatan penyeberangan; d. jalur penyeberangan bagi pejalan kaki; e. tempat parkir dan naik turun penumpang; f. tempat pemberhentian kendaraan umum; g. tanda-tanda/rambu-rambu dan/atau marka jalan; h. trotoar bagi pejalan kaki/pemakai kursi roda; i. terowongan penyeberangan.

Page 252: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

7

Pasal 28 Aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c, dilaksanakan dengan menyediakan: a. akses ke, dari, dan di dalam pertamanan dan tempat rekreasi; b. tempat parkir dan tempat naik turun penumpang; c. tempat duduk khusus/istirahat; d. tempat telepon; e. tempat minum; f. toilet; g. tanda-tanda atau sinyal.

Pasal 29 Aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf d, dilaksanakan dengan menyediakan: a. tangga naik/turun; b. tempat duduk khusus yang aman dan nyaman; c. alat bantu; d. tanda-tanda atau sinyal.

Pasal 30 Pelayanan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, dilaksanakan dalam bentuk penyediaan dan penyebarluasan informasi yang menyangkut segala bentuk pelayanan yang disediakan bagi lanjut usia.

Pasal 31 Pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf b, dilaksanakan dalam bentuk: a. penyediaan tanda-tanda khusus, bunyi dan gambar pada tempat-tempat khusus yang

disediakan pada setiap sarana dan prasarana pembangunan/fasilitas umum; b. penyediaan media massa sebagai sumber informasi dan sarana komunikasi antar

lanjut usia.

Pasal 32 (1) Penyediaan aksesibilitas oleh Pemerintah dan masyarakat dilaksanakan secara

bertahap dengan memperhatikan prioritas aksesibilitas yang dibutuhkan lanjut usia dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan Negara.

(2) Sarana dan prasarana umum yang telah ada dan belum dilengkapi dengan aksesibilitas wajib dilengkapi dengan aksesibilitas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

(3) Prioritas aksesibilitas yang dibutuhkan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan dari Menteri lain sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Pasal 33

Standardisasi penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32, ditetapkan oleh Menteri terkait sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing. ,

Bagian Ketujuh Pemberian Kemudahan Layanan dan Bantuan Hukum

Pasal 34

(1) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan rasa aman kepada lanjut usia.

(2) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui: a. penyuluhan dan konsultasi hukum;

Page 253: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

8

b. layanan dan bantuan hukum di luar dan/atau di dalam pengadilan.

Bagian Kedelapan Pemberian Perlindungan Sosial

Pasal 35

(1) Pemberian perlindungan sosial dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar.

(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti.

(3) Lanjut usia tidak potensial terlantar yang meninggal dunia dimakamkan sesuai dengan agamanya dan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau masyarakat.

Bagian Kesembilan

Bantuan Sosial

Pasal 36 (1) Bantuan sosial diberikan kepada lanjut usia potensial yang tidak mampu agar lanjut

usia dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya. (2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat tidak tetap, berbentuk

material, finansial, fasilitas pelayanan dan informasi guna mendorong tumbuhnya kemandirian.

Pasal 37

Pemberian bantuan sosial bertujuan untuk: a. memenuhi kebutuhan hidup lanjut usia potensial yang tidak mampu; b. mengembangkan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kemandirian; c. mendapatkan kemudahan dalam memperoleh kesempatan berusaha.

Pasal 38 Pemberian bantuan sosial dilakukan dengan memperhatikan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan lanjut usia potensial yang tidak mampu serta tujuan pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37.

Pasal 39 (1) Pemberian bantuan sosial dapat diberikan kepada lanjut usia potensial yang tidak

mampu perorangan atau kelompok untuk melakukan usaha sendiri atau kelompok usaha bersama dalam sektor usaha non formal.

(2) Untuk memperoleh bantuan sosial, lanjut usia potensial yang tidak mampu perorangan atau kelompok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 40

(1) Dalam rangka pemberian bantuan sosial, Menteri melakukan pembinaan terhadap lanjut usia potensial yang tidak mampu.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan latihan keterampilan, pemberian informasi, dan/atau bentuk pembinaan lainnya.

Pasal 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian bantuan sosial dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, dan Pasa1 40 diatur oleh Menteri.

Page 254: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

9

BAB III PENGHARGAAN

Bagian Pertama

Penghargaan

Pasal 42 (1) Menteri memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berperan dalam upaya

peningkatan kesejahteraan sosiallanjut usia. (2) Penghargaaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disebut dengan Penghargaan

Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.

Pasal 43 Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 merupakan bentuk penghormatan dan rasa terima kasih Pemerintah kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Bagian Kedua Jenis dan Bentuk

Pasal 44

Jenis Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia berupa medali.

Pasal 45 (1) Medali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 berbentuk bulat dengan bentuk

gambar dan tulisan tertentu di dalamnya. (2) Ketentuan mengenai ukuran, bahan, warna, bentuk gambar dan tulisan dalam medali

sebagaimana maksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Pasal 46 (1) Setiap pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 disertai dengan pemberian piagam penghargaan.

(2) Ketentuan mengenai bentuk, ukuran, bahan, warna dan tulisan dalam piagam penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Bagian Ketiga

Persyaratan

Pasal 47 Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat diberikan kepada perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi, sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 48 (1) Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 47 me1iputi:

a. Untuk perorangan adalah: 1) Warga Negara Indonesia; 2) dewasa; 3) mampu untuk melakukan perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. b. Untuk keluarga adalah:

1) salah seorang anggota keluarga bertindak mewakili keluarga yang bersangkutan;

Page 255: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

10

2) anggota keluarga yang bertindak mewakili keluarga memenuhi persyaratan untuk perorangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

c. Untuk kelompok adalah: 1) mempunyai pengunis kelompok; 2) setiap anggota pengurus kelompok memenuhi persyaratan untuk perorangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a. d. Untuk organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan adalah organisasi

sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan Indonesia yang dibentuk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun secara terus menerus atau selama 5 (lima) tahun secara terputus-putus melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

(3) Ketentuan mengenai tata cara penghitungan waktu dan penilaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Bagian Keempat

Tata Cara Pemberian Penghargaan

Pasal 49 Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia diberikan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 50 Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan dalam upacara resmi pada peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang telah ditetapkan.

Pasa151 Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat dilakukan secara anumerta.

Pasal 52 Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat disertai dengan penyerahan hadiah kepada penerima penghargaan.

Pasal 53 Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan oleh Menteri atau atas nama Menteri oleh Pimpinan tertinggi unit kerja di lingkungan Kantor Menteri.

Pasal 54 Ketentuan mengenai tata cara pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, dan Pasal 53, diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Bagian Kelima Pemberian Penghargaan Secara Berulang

Pasal 55

Perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan yang telah memperoleh Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat diberikan Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia secara berulang apabila perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan memenuhi persyaratan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasa148.

Page 256: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

11

Pasal 56 Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia secara berulang hanya dapat dilakukan untuk sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali.

Pasal 57

Tata cara pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia secara berulang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai tata cara pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Keenam Pemberian Penghargaan Di Daerah

Pasal 58

(1) Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat diberikan kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan yang berperan penting dalam pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota.

(2) Di Propingi pemberian penghargaan dilakukan oleh Gubernur. (3) Di Kabupaten/Kota pemberian penghargaan dilakukan oleh Bupati/Walikota. (4) Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sogial Lanjut Ugia sebagaimana dimakgud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara pemberian Penghargaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Ketujuh

Ketentuan Lain-Iain

Pasal 59 Penghargaan Kegejahteraan Sosial Lanjut Usia dapat diberikan kepada badan usaha, warga negara aging, organisagi internasional dan/atau badan-badan internasional yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 2004 SEKRETARISNEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANGKESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 144

Page 257: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

12

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 T AHUN 2004

TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

I. UMUM Lanjut usia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia perlu diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional, oleh karena itu peran lanjut usia perlu ditingkatkan dan didayagunakan seoptimal mungkin. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang diundangkan pada tanggal 30 Nopember 1998 merupakan suatu bentuk upaya pemerintah bersama masyarakat untuk memberdayakan lanjut usia melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia di segala aspek kehidupan dan penghidupan guna mewujudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban dan peran lanjut usia. Untuk melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mengamanatkan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-undang dimaksud. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Pemerintah ini disusun untuk memberikan kejelasan serta menjabarkan hal-hal yang berkenaan dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia agar pelaksanaannya memberikan hasil yang optimal sehingga dapat mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia. Pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi: pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pelayanan pendidikan dan latihan, pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum, pemberian kemudahan dan layanan bantuan hukum, pemberian perlindungan sosial, bantuan sosial dan pemberian penghargaan terhadap masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Huruf a Bimbingan beragama dimaksudkan untuk memberikan tuntunan dan pegangan hidup serta ketenangan bagi lanjut usia di hari tuanya agar lebih memantapkan keyakinan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Bimbingan beragama antara lain berupa: pengajian, ceramah, siraman rohani dan sebagainya. Huruf b Pembangunan sarana ibadah dengan menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia dimaksudkan agar dalam membangun tempat beribadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, dan tempat ibadah lainnya perlu memperhatikan kemudahan bagi lanjut usia dalam melaksanakan ibadah.

Page 258: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

13

Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dalam ayat ini diutamakan pada upaya pemampatan penyakit. Yang dimaksud dengan geriatrik adalah suatu ilmu yang mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratit), sedangkan gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek yang ada pada lanjut usia (fisik, mental, dan psikososial). Penyakit terminal adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, seperti kanker stadium akhir. Ayat (3 ) Cukup jelas Pasal 9 Ayat (1) Ketentuan ini disamping untuk memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk bekerja sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan kemampuannya, juga dimaksudkan agar lanjut usia tersebut dapat mengalihkan keahlian dan kemampuannya kepada generasi penerus. Ayat (2) Yang dimaksud dengan sektor formal dalam ayat ini adalah bidang usaha yang menghasilkan barang dan atau jasa yang diatur secara normatif. Sektor nonformal adalah suatu bentuk usaha yang mandiri dan tidak terikat secara resmi dengan aturan-aturan normatif. Misal : usaha kaki lima, kios, dan asongan. . Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Ketentuan dalam Pasal ini mempertegas kembali ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam hal ini, pengusaha wajib memberikan tanggung jawab dan hak-hak pekerja tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, dan agama termasuk pekerja/buruh lanjut usia. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Penumbuhan iklim usaha telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah, antara lain Undang- undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Pelaksanaan penumbuhan iklim usaha bagi lanjut usia didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang ada dan juga disesuaikan dengan kondisi fisik, mental, dan sosial serta lingkungan lanjut usia. Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a

Page 259: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

14

Pada ayat ini yang dimaksud dengan pelayanan administrasi adalah kemudahan bagi lanjut usia dalam urusan-urusan yang bersangkut paut dengan urusan administrasi, seperti kartu tanda penduduk (KTP) seumur hidup, pelayanan membayar pajak, pengambilan uang, dan pelayanan kesehatan. Huruf b Kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya merupakan suatu penghargaan bagi lanjut usia yang akan menikmati dan/atau memenuhi berbagai kebutuhan baik transportasi maupun akomodasi seperti tiket (bus, kereta api, pesawat, kapal laut) dan penginapan. Huruf c Kemudahan dalam melakukan perjalanan merupakan suatu renyediaan fasilitas bagi lanjut usia, dalam bentuk antara lain penyediaan loket khusus, tempat duduk khusus, dan kartu wisata khusus, agar mereka tidak mendapat hambatan dalam melakukan perjalanan seperti melaksalnkan ibadah, ziarah atau wisata. Huruf d Penyediaan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan rasa senang, bahagia, dan kebugaran kepada lanjut usia agar dapat mengisi waktu luang dengan menikmati rekreasi dan olah raga yang secara khusus disediakan baginya. Ayat (3) Yang dimaksud dengan aksesibilitas pada ayat ini adalah tersedianya sarana dan prasarana umum yang dapat memudahkan mobilitas lanjut usia di tempat-tempat umum, seperti jalan untuk kursi roda, jalan bagi mereka yang bertongkat, pintu, tangga, lift khusus untuk bangunan bertingkat, dan tempat penyeberangan bagi pejalan kaki. Pasal 18 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Kegiatan lain yang berkenaan dengan pelayanan umum seperti pembayaran listrik, telepon, air minum, dan sebagainya. Ayat (2) Cukup j elas Pasal 19 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud angkutan umum adalah bis, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Huruf b Yang dimaksud dengan akomodasi adalah biaya penginapan di hotel, wisma, dan penginapan lainnya. Huruf c Yang dimaksud dengan pembayaran pajak seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Huruf d Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas

Page 260: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

15

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Yang dimaksudkan dengan penyediaan inforrnasi adalah pemasangan tulisan-tulisan sebagai himbauan untuk mendahulukan lanjut usia dalam melakukan perjalanan seperti di stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Pelayanan yang dimaksud dalam Pasal ini seperti pelayanan sosial lanjut usia dalam panti, luar panti, kelembagaan, bimbingan dan konsultasi, kesehatan, pelatihan kerja, dan lain-lain. Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Ayat (1) Hakikat upaya perlindungan sosial terdiri atas serangkaian proses pemeliharaan, perawatan, dan pemenuhan kebutuhan lanjut usia sehingga perlu didahului dengan upaya penyuluhan dan bimbingan sosial agar perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial/lembaga kemasyarakatan memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial serta kepedulian terhadap peningkatan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Ayat (2) Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial merupakan upaya pemeliharaan terhadap lanjut usia tidak potensial yang mencakup pelayanan fisik, mental, sosial, kesehatan, dan pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti sosial oleh Pemerintah dan masyarakat dalam kurun waktu tak terbatas sampai lanjut usia tersebut meninggal dunia. Ayat (3 )

Page 261: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

16

Tata cara pemakaman jenazah dilaksanakan sesuai dengan agama yang dianut oleh lanjut usia yang bersangkutan; apabila tidak ditemukan identitasnya, pemakaman dilaksanakan sesuai dengan agama yang melakukan pemakaman tersebut. Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Ayat (1) Medali dengan bentuk, gambar dan tulisan tertentu pada dasamya mengandung makna pengabdian kepada lanjut usia. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Ayat (l) Huruf a Dewasa dimaksudkan sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Huruf b Keluarga dimaksudkan terdiri dari keluarga inti (nuclear family) atau keluarga luas (extended family). Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. Sedangkan keluarga luas terdiri dari nenek-kakek-suami-istri-anak-keponakan dan lain-lain. Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup Jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50 Hari Usia Lanjut Nasional (HLUN) diperingati setiap tanggal 29 Mei yang dicanangkan oleh Presiden pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang. Pasal 51

Page 262: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum & Humas BPKP

17

Pemberian Penghargaan Kesejahteraan Lanjut Usia dapat dilakukan secara anumerta dimaksudkan penghargaan dapat diberikan kepada ahli waris apabila yang bersangkutan telah meninggal dunia. Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas Pasal 55 Cukup jelas Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas Pasal 60 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4451

Page 263: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN …repository.fisip-untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS... · Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai

RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Anis Yuliana

Tempat / Tanggal Lahir : Serang, 16 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komplek Ciceri Permai Blok E2 Nomor 30

Kelurahan Sumur Pecung

Kecamatan Serang, Kota Serang,

Provinsi Banten

E-mail : [email protected]

Motto Hidup : Keberhasilan akan tercapai dengan terus berusaha dan

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii berdo’a

Data Pendidikan

2011 – Sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Sarjana (S1) Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2008 – 2011 : SMK Negeri 01 Kota Serang

2005 – 2008 : SMP Negeri 07 Serang

1999 – 2005 : SD Negeri 03 Serang

1998 – 1999 : TK Artha Kencana

Pengalaman Organisasi

2011 – 2013 Paduan Suara Mahasiswa Gita Tirtayasa UNTIRTA

2009 – 2010 Anggota Osis SMK Negeri 01 Kota Serang

2008 – 2011 Anggota Bantara Pramuka SMK Negeri 01 Kota Serang