implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi ...

14
Implementasi Metode Brainstorming untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif IMPLEMENTASI METODE BRAINSTORMING UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI ENERGI UNTUK SISWA KELAS VII-C SMPN 1 BARENG JOMBANG Imtichanul Aliyah 1) , Muchlis 2) , An Nuril Maulida Fauziah 3) 1) Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 2) Jurusan Kimia FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 3) Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] Abstrak Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai siswa dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan melalui metode brainstorming. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang (1) keterlaksanaan implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang (2) aktivitas siswa pada implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang dan (3) keterampilan berpikir kreatif siswa setelah implementasi metode brainstorming pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan observasi dan tes. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama implementasi metode brainstorming. Sedangkan, teknik tes digunakan untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif siswa. Hasil penelitian untuk keterlaksanaan pembelajaran dengan rata-rata setiap aspek yaitu persiapan (3,50; sangat baik), pendahuluan (3,47; baik), pemberian informasi dan motivasi (3,60; sangat baik), identifikasi (3,58; sangat baik), klasifikasi (3,17; baik), verifikasi (3,50; sangat baik), konklusi (3,75; sangat baik), penutup (3,46; baik), pengelolaan waktu (3,00; baik), dan suasana kelas (3,60; sangat baik). Aktivitas siswa yaitu menyimak penjelasan guru/siswa lain, melakukan identifikasi, membuat klasifikasi, melakukan verifikasi, dan membuat konklusi memiliki persen waktu rata-rata 23,94%; 23,20%; 18,92%; 15,87%; dan 16,46%. Keterampilan berpikir kreatif siswa dengan kriteria tidak kreatif, kurang kreatif, cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif yaitu 0,00%; 10,71%; 35,71%; 39,29%; dan 14,29%. Kata Kunci: Implementasi, Metode Brainsorming, Keterampilan Berpikir Kreatif. Abstract Creative thinking skill is an important skill to students in 2013 curriculum. It can be trained through brainstorming method. The purpose of this research are (1) the feasibility of implementation brainstorming method to practice creative thinking skill in energy topic on VII-C class in SMPN 1 Bareng Jombang (2) the activity of students in implementation brainstorming method to practice creative thinking skill in energy topic on VII-C class in SMPN 1 Bareng Jombang and (3) creative thinking skill of students after implementation brainstorming method 1

Upload: alim-sumarno

Post on 16-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : IMTICHANUL ALIYAH

TRANSCRIPT

Paper Title (use style: paper title)

Implementasi Metode Brainstorming untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif

IMPLEMENTASI METODE BRAINSTORMING UNTUK MELATIHKANKETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI ENERGI

UNTUK SISWA KELAS VII-C SMPN 1 BARENG JOMBANG Imtichanul Aliyah 1), Muchlis 2), An Nuril Maulida Fauziah 3)1) Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]) Jurusan Kimia FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]

3) Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] berpikir kreatif merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai siswa dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan melalui metode brainstorming. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang (1) keterlaksanaan implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang (2) aktivitas siswa pada implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang dan (3) keterampilan berpikir kreatif siswa setelah implementasi metode brainstorming pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan observasi dan tes. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama implementasi metode brainstorming. Sedangkan, teknik tes digunakan untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif siswa. Hasil penelitian untuk keterlaksanaan pembelajaran dengan rata-rata setiap aspek yaitu persiapan (3,50; sangat baik), pendahuluan (3,47; baik), pemberian informasi dan motivasi (3,60; sangat baik), identifikasi (3,58; sangat baik), klasifikasi (3,17; baik), verifikasi (3,50; sangat baik), konklusi (3,75; sangat baik), penutup (3,46; baik), pengelolaan waktu (3,00; baik), dan suasana kelas (3,60; sangat baik). Aktivitas siswa yaitu menyimak penjelasan guru/siswa lain, melakukan identifikasi, membuat klasifikasi, melakukan verifikasi, dan membuat konklusi memiliki persen waktu rata-rata 23,94%; 23,20%; 18,92%; 15,87%; dan 16,46%. Keterampilan berpikir kreatif siswa dengan kriteria tidak kreatif, kurang kreatif, cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif yaitu 0,00%; 10,71%; 35,71%; 39,29%; dan 14,29%. Kata Kunci: Implementasi, Metode Brainsorming, Keterampilan Berpikir Kreatif.Abstract

Creative thinking skill is an important skill to students in 2013 curriculum. It can be trained through brainstorming method. The purpose of this research are (1) the feasibility of implementation brainstorming method to practice creative thinking skill in energy topic on VII-C class in SMPN 1 Bareng Jombang (2) the activity of students in implementation brainstorming method to practice creative thinking skill in energy topic on VII-C class in SMPN 1 Bareng Jombang and (3) creative thinking skill of students after implementation brainstorming method in energy topic on VII-C class in SMPN 1 Bareng Jombang. This research method is quantitative descriptive by observation and test. Observation techniques used to obtain data on the feasibility study and student activities during the implementation brainstorming method. Meanwhile, test techniques are used to obtain data on students creative thinking skill. Results of feasibility study for an average of learning with each aspect, namely preparation (3,50; very good), introduction (3,47; well), providing information and motivation (3,60; very good), identification (3,58; very good), classification (3,17; well), verification (3,50; very good), conclusion (3,75; very good), final step (3,46; well), time management (3,00; good), and the atmosphere of the class (3,60; very good). Student activity that are listen the explanation from teacher/other students, to identify, classify, verify, and make conclusions have percent average time of 23,94%; 23,20%; 18,92%; 15,87%; and 16,46%. Creative thinking skill criteria of students with uncreative, less creative, creative enough, creative, and very creative, namely 0,00%; 10,71%; 35,71%; 39,29%; and 14,29%. Keywords: Implementation, Brainstorming Method, Creative Thinking Skill.PENDAHULUAN Pra-penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kreatif siswa SMPN 1 Bareng dengan mengambil sampel masing-masing sepuluh anak secara acak dari tiga kelas yaitu kelas VII-B, VII-C, dan VII-D. Hasil pra-penelitian didapatkan data bahwa 53,33% siswa termasuk tidak kreatif, 3,33% kurang kreatif, 30% cukup kreatif, 10% kreatif, dan 3,33% sangat kreatif.Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan melalui pendidikan yang terkait dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dimuat pada UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemenag, 2003). Selain itu, terkait tujuan kurikulum 2013 yang dimuat dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yaitu: kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Gusno, 2014). Salah satu dari tujuan kurikulum 2013 adalah mempersiapkan individu yang kreatif.Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir yang berhubungan dengan kognisi yang terdiri dari kelancaran (fluency), keluwesan (fexibility), dan kebaruan (originality) yang diukur melalui instrumen tes keterampilan berpikir kreatif (Adaptasi dari Munandar, 2012). Kelancaran diukur dari kemampuan siswa dalam memberikan minimal dua jawaban yang relevan. Keluwesan diukur dari kemampuan siswa dalam memberikan minimal dua jawaban dengan kelompok kategori yang berbeda. Kebaruan diukur dari kemampuan siswa dalam memberikan minimal dua jawaban yang jarang diberikan (Adaptasi dari Sawyer, 2012).Brainstorming dikembangkan oleh Alex F. Osborn merupakan metode yang ampuh untuk meningkatkan gagasan jika diajarkan dan diterapkan dengan tepat. Empat aturan dasar dalam brainstorming yaitu: a) Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan. b) Kebebasan dalam memberikan gagasan. c) Gagasan sebanyak mungkin. d) Kombinasi dan peningkatan gagasan. Biasanya, sidang brainstorming dilakukan dalam kelompok kecil (6-8 orang), meskipun juga dapat dilakukan sendiri (Munandar, 2012).

Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan melalui metode brainstorming. Implementasi metode brainstorming diperlukan untuk merangsang keterampilan berpikir kreatif, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap gagasan baru (Munandar, 2012). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang (1) keterlaksanaan implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang (2) aktivitas siswa pada implementasi metode brainstorming untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang dan (3) keterampilan berpikir kreatif siswa setelah implementasi metode brainstorming pada materi energi untuk siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang.METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-experimental design. Sedangkan, rancangan penelitiannya adalah one group pretest-posttest yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pembuatan instrumen penelitian dilakukan di Universitas Negeri Surabaya sejak bulan Desember 2014 dan pengambilan data dilaksanakan di SMPN 1 Bareng Jombang pada bulan April 2015. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VII-C SMPN 1 Bareng Jombang yang diambil berdasarkan hasil tes keterampilan berpikir kreatif saat semester kedua.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa serta tes keterampilan berpikir kreatif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes. Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama implementasi metode brainstorming. Sedangkan, tes digunakan untuk memperoleh data keterampilan berpikir kreatif siswa. Teknik analisis data keterlaksanaan pembelajaran menggunakan kriteria penilaian keterlaksanaan pembelajaran pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran

SkorKriteria

4Sangat Baik

3Baik

2Cukup

1Tidak Baik

(Riduwan, 2010)

Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk perhitungan sebagai berikut:

Skor yang telah diperoleh dari hasil analisis, diinterpretasikan pada Tabel 2.Tabel 2 Skor Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran

Rata-rata skorKeterangan

0,00-1,49Tidak Baik

1,50-2,59Cukup

2,60-3,49Baik

3,50- 4,00Sangat Baik

(Riduwan, 2010)

Teknik analisis aktivitas siswa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

% waktu aktivitas = Wa/Ta x 100%Keterangan:

Wa = Waktu aktivitas yang digunakan siswa.

Ta = Total waktu aktivitas.

Teknik analisis keterampilan berpikir kreatif siswa dimulai dengan memeriksa jawaban siswa yang dilanjutkan dengan memberikan skor pada masing-masing butir soal. Skor tersebut mengacu pada penjenjangan Keterampilan Berpikir Kreatif (KBK) pada Tabel 3.Tabel 3 Penjenjangan KBK

TingkatKarakteristik

Tingkat 4Mampu menunjukkan kelancaran, keluwesan dan kebaruan

Tingkat 3Mampu menunjukkan kelancaran dan keluwesan atau kelancaran dan kebaruan

Tingkat 2Mampu menunjukkan keluwesan atau kebaruan

Tingkat 1Mampu menunjukkan kelancaran

Tingkat 0Tidak mampu menunjukkan ketiga aspek keterampilan berpikir kreatif

Adaptasi dari Siswono dalam (Mualafah, 2013)

Selanjutnya, skor yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

Selanjutnya, skor diinterpretasikan dalam kriteria keterampilan berpikir kreatif yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria Interpretasi Skor KBK

Interval SkorTingkat KBK

0% - 20%Tidak kreatif

21% - 40%Kurang kreatif

41% - 60%Cukup Kreatif

61% - 80%Kreatif

81% - 100%Sangat kreatif

(Riduwan, 2010)Skor tersebut selanjutnya diolah dengan uji statistik berupa uji-t berpasangan. Selain itu, nilai pretest dan postest juga dianalisis menggunakan gain score.HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan PembelajaranKeterlaksanaan pembelajaran adalah keterlaksaan implementasi metode brainstorming selama kegiatan pembelajaran yang diukur melalui observasi dengan instrumen lembar observasi keterlaksanaan metode brainstorming yang terdiri dari persiapan, pendahuluan, pemberian informasi dan motivasi, identifikasi, klasifikasi, verifikasi, konklusi, penutup, pengelolaan waktu, dan suasana kelas. Instrumen tersebut diisi oleh dua orang observer selama tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu lima jam pelajaran. Pertemuan pertama dan kedua dilakukan masing-masing selama 2 x 40 menit, sedangkan pertemuan ketiga 1 x 40 menit. Data hasil keterlaksanaan pembelajaran dapat disajikan pada Tabel 5.Tabel 5 Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Metode Brainstorming

Keterangan:

Kriteria B = Baik

Kriteria SB = Sangat Baik

Hasil penelitian pada Tabel 5. terlihat bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mencerminkan implementasi metode brainstorming dan terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata penilaian secara keseluruhan yaitu 3,46 dan berkriteria baik. Aspek pertama yaitu persiapan mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga dengan kriteria sangat baik. Guru sudah mempersiapkan perangkat pembelajaran serta media sebelum pelajaran dimulai. Hal ini sesuai dengan Hamalik (2004) bahwa guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasi lingkungan belajar anak/remaja. Selain itu, guru harus mempunyai kemampuan dasar. Salah satunya adalah kemampuan mengelola program belajar berupa memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat yaitu dalam menyusun perangkat pembelajaran (Hamalik, 2004).

Pendahuluan menurun pada pertemuan ketiga yang disebabkan menurunnya penilaian pada tahap mengondisikan siswa agar siswa memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pengondisian siswa turun disebabkan oleh siswa banyak yang belum duduk di bangkunya masing-masing sehingga beberapa siswa tidak menjawab salam dari guru dan ramai sendiri.Tahap menyampaikan tujuan pembelajaran menurun pada pertemuan ketiga karena siswa banyak yang kurang memperhatikan/berkonsentrasi. Menurut Winkel (2009) gangguan pada konsentrasi pada dasarnya bersumber pada salah satu dari dua alasan yang tidak langsung berkaitan dengan belajar itu sendiri, yaitu pembuyaran konsentasi yang timbul dari siswa sendiri (internal) atau dari luar siswa (eksternal). Pembuyaran konsentrasi yang dialami siswa saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu pembuyaran konsentrasi eksternal berupa bel pemanggilan ketua kelas yang mengalihkan perhatian siswa sehingga perhatian siswa lebih terpusat pada bel dan ketua kelas saat meminta ijin. Kelas memiliki enam properti yang membuatnya menjadi sistem yang kompleks dan demanding (banyak menuntut). Salah satunya adalah unpredictability (tidak dapat diprediksi). Kejadian-kejadian di kelas tidak hanya menuntut perhatian segera, tetapi mungkin juga terjadi di luar perkiraan dan hasilnya tidak dapat diprediksi (Walter Doyle dalam Arends, 2008) seperti adanya bel pemanggilan ketua kelas. Adapun tahap yang meningkat misalnya pemberian apersepsi berupa pemberian motivasi. Kegiatan apersepsi/motivasi ini sangat penting karena sebagai motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri (Winkel, 2009).

Kegiatan inti terdiri dari pemberian informasi dan motivasi, identifikasi, klasifikasi, verifikasi, dan konklusi. Secara keseluruhan rata-rata kegiatan inti terus meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dengan rata-rata 3,52 berkriteria sangat baik. Pemberian informasi dan motivasi diawali dengan pembentukan kelompok, meminta siswa membaca handout, memberikan penjelasan, dan membaca ilustrasi pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Pemberian informasi dan motivasi mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dan konstan di pertemuan ketiga. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok heterogen yang dikelompokkan berdasarkan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) siswa. Pengelompokan siswa didasarkan pada implikasi teori konstruktivis sosial yang menyatakan bahwa pembelajaran tidak dapat terjadi di dalam kepala, namun dikonstruksi melalui interaksi dengan lainnya. Implikasi dari konstruktivisme sosial adalah siswa sebaiknya bekerja dalam kelompok, untuk memaksimalkan prestasinya (Fautley, 2007).

Kegiatan selanjutnya yaitu identifikasi, klasifikasi, verifikasi, dan konklusi dilaksanakan pada tahap pengerjaan LKS yang mengacu pada Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) verbal (Munandar, 2012). Keempat kegiatan tersebut bertujuan untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa. Langkah identifikasi, guru meminta masing-masing siswa memberikan minimal dua jawaban pada soal di LKS dan diskusi untuk menentukan jawaban terbaik yang akan ditempelkan di papan tulis. Kegiatan identifikasi melatih keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek kelancaran karena siswa diminta untuk memberikan banyak jawaban yang relevan dengan soal. Kegiatan identifikasi konstan pada pertemuan kedua dan meningkat pada pertemuan ketiga. Tahap memberikan minimal dua jawaban menurun pada pertemuan kedua yaitu dari yang semula mendapatkan skor 3,5 dengan kriteria sangat baik menjadi tiga dengan kriteria baik. Namun, tahap diskusi mengalami peningkatan sehingga skor yang didapatkan pada pertemuan pertama dan kedua konstan. Penurunan penilaian disebabkan pada pertemuan kedua setelah guru memberikan pengarahan untuk memberikan minimal dua jawaban pada LKS, ada siswa yang belum memahami maksud soal. Saat guru memberi penjelasan, guru hanya menyampaikan di kelompok tersebut sehingga kelompok lain tidak mendengar penjelasan guru dan bertanya dengan pertanyaan yang sama sehingga guru harus mengulang penjelasan. Hal ini mengakibatkan penilaiannya turun di pertemuan kedua. Namun, dari segi aktivitas siswa, hal ini dipandang baik karena siswa aktif dalam bertanya.

Langkah selanjutnya, guru meminta siswa untuk melakukan klasifikasi jawaban menjadi tiga tingkatan jawaban, yaitu jawaban yang mudah, sedang, dan sulit yang disimbolkan dengan T1, T2, dan T3. Masing-masing tingkatan terdapat dua jawaban. Jawaban mudah mewakili kelancaran, sedang mewakili keluwesan, dan sulit mewakili kebaruan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman siswa dalam membuat klasifikasi jawaban, namun penjelasan guru tetap sama seperti pengertian kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Misalnya, pada jawaban mudah guru memberikan penjelasan bahwa jawaban mudah adalah sejumlah jawaban yang relevan dengan soal, pada jawaban sedang adalah sejumlah jawaban dengan kelompok kategori yang berbeda misalnya berbeda dari kelompok jawaban sebelumnya (mudah), dan jawaban sulit adalah sejumlah jawaban yang jarang diberikan misalnya memuat penalaran yang lebih kompleks (Sawyer, 2012). Kegiatan klasifikasi melatih keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek kelancaran karena siswa masih dilatih untuk menjawab dengan banyak jawaban yang relevan tanpa meninjau kebenaran jawaban. Penilaian terhadap klasifikasi konstan pada pertemuan pertama dan kedua dengan kriteria baik. Hal ini disebabkan pada pertemuan kedua masih ada siswa yang bertanya mengenai cara mengklasifikasikan jawaban. Sehingga guru harus menjelaskan kembali maksud dari klasifikasi pada pertemuan kedua.

Guru selanjutnya meminta kelompok lain untuk melakukan verifikasi jawaban yaitu meninjau kembali jawaban yang sudah diklasifikasi, misalnya apabila didapatkan ada jawaban yang sama maka salah satunya diambil dari papan tulis. Kegiatan verifikasi melatih keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek keluwesan karena siswa diminta meninjau kembali jawaban pada T1, T2, dan T3 sehingga siswa belajar untuk melihat perbedaan kategori jawaban. Penilaian terhadap verifikasi terus meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya siswa yang menyanggah pendapat kelompok sebelumnya. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode brainstorming yaitu suasana demokratis dapat ditumbuhkan (Isman, 2012).

Guru dan siswa melakukan konklusi bersama-sama dengan meninjau kembali jawaban siswa. Kegiatan konklusi melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek kebaruan karena pada jawaban siswa yang ditinjau bersama oleh guru dan siswa dapat ditemukan jawaban-jawaban yang jarang diberikan. Jawaban ini dapat muncul dari jawaban siswa yang sudah ditempelkan di papan tulis, alasan siswa dalam memberikan jawaban yang sudah ditempelkan, maupun jawaban lain yang diberikan siswa ketika ada jawaban yang dinilai kurang tepat. Langkah ini dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga konstan dengan kriteria sangat baik. Hal ini disebabkan terampilnya guru dalam mengarahkan siswa dalam melakukan penyepakatan jawaban.

Penutup mengalami peningkatan dari pertemuan kedua ke pertemuan ketiga sebesar 0,2. Skor penutup pada pertemuan pertama dan kedua konstan disebabkan oleh meningkatnya penilaian pada tahap memberikan tugas lanjutan berupa mempelajari materi selanjutnya dan menurunnya penilaian saat guru mengucapkan salam. Penurunan penilaian disebabkan kurang kerasnya suara guru saat mengucapkan salam sehingga tidak semua siswa menjawab salam guru. Pengelolaan waktu terus mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga. Namun, dari penilaian semua aspek dalam setiap pertemuan, penilaian terendah adalah pengelolaan waktu pada pertemuan pertama dengan skor 2,5 dengan kriteria cukup baik. Penyebabnya adalah kegiatan inti yang melebihi alokasi waktu yaitu terlalu lamanya kegiatan pengorganisasian siswa dalam kelompok, kegiatan diskusi dalam mengidentifikasi jawaban, dan kurangnya pemahaman siswa dalam klasifikasi jawaban sehingga guru harus menjelaskan kembali maksud klasifikasi jawaban.Suasana kelas terus mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dengan kriteria sangat baik. Penilaiannya mencakup kesesuaian kegiatan belajar mengajar dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian langkah dengan metode brainstorming, pembelajaran berpusat pada siswa, siswa antusias, dan guru antusias. Skor terendah yaitu pada siswa antusias pada pertemuan pertama dengan skor tiga. Hal ini disebabkan siswa terkesan masih malu dalam mengeluarkan pendapat. Pertemuan selanjutnya, penilaian suasana kelas semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru semakin terampil dalam mengelola kelas. Selain itu, siswa juga sudah mulai menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat melalui instrumen lembar observasi aktivitas siswa yang diisi oleh empat orang observer selama tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu lima jam pelajaran. Kelompok yang diobservasi adalah kelompok dua, tiga, empat, dan enam. Masing-masing kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa. Aspek-aspek yang diobservasi selama kegiatan pembelajaran disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Aspek-Aspek Aktivitas Siswa yang Diobservasi

Data hasil aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dapat disajikan pada Tabel 7.Tabel 7 Persen Waktu Aktivitas Siswa dengan Metode Brainstroming

Hasil penelitian pada Tabel 7, terlihat bahwa semua aspek sudah mencerminkan aktivitas brainstorming dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan perilaku yang tidak relevan. Aktivitas menyimak penjelasan guru/siswa lain menurun pada pertemuan ketiga. Meskipun terjadi penurunan, namun penurunannya tidak terlalu signifikan. Penurunan dapat disebabkan oleh pemahaman siswa yang semakin cepat saat guru memberikan penjelasan sehingga siswa dapat melakukan aktivitas selanjutnya. Aktivitas identifikasi menurun pada pertemuan ketiga. Hal ini disebabkan oleh siswa yang menyelesaikan kegiatan identifikasi lebih cepat dari sebelumnya. Sehingga siswa dapat melanjutkan ke aktivitas klasifikasi. Kegiatan identifikasi, siswa diajak memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang diberikan siswa ditampung, ditulis, dan tidak dikritik (Isman, 2012).Aktivitas klasifikasi terus meningkat dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga. Alokasi waktu yang terbanyak yaitu pada pertemuan ketiga. Hal ini disebabkan ada dua kelompok yang menyanggah pendapat kelompok sebelumnya yang melakukan klasifikasi. Guru selalu memberikan penawaran pada seluruh kelompok untuk berpendapat. Apabila ada kelompok lain yang menyanggah maka dipersilahkan. Klasifikasi didasarkan pada kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok (Isman, 2012).

Aktivitas verifikasi terus mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada pertemuan ketiga. Penyebabnya adalah tiga kelompok yang menyanggah pendapat kelompok sebelumnya yang melakukan verifikasi. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode brainstorming yaitu suasana demokratis dapat ditumbuhkan (Isman, 2012). Sama halnya dengan aktivitas klasifikasi, aktivitas verifikasi terdiri dari menjawab pertanyaan guru, diskusi, bertanya, menyanggah, dan menulis jawaban di LKS. Pendapat yang telah diklasifikasi, ditinjau kembali secara bersama oleh kelompok. Setiap pendapat diuji relevansinya dengan permasalahan yang dibahas. Apabila terdapat kesamaan maka yang diambil adalah salah satunya dan yang tidak relevan dicoret. Namun, kepada pemberi pendapat bisa dimintai argumentasinya (Isman, 2012).

Aktivitas konklusi terus mengalami penurunan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Penurunan yang cukup signifikan yaitu pada pertemuan ketiga. Hal ini disebabkan semakin cepatnya penyepakatan antara siswa dan guru serta kemampuan siswa yang semakin terampil dalam menjawab pertanyaan yang dituliskan siswa di papan tulis saat awal kegiatan pembelajaran.

Aktivitas keenam yaitu perilaku tidak relevan terus mengalami penurunan dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas brainstorming sudah berjalan dengan baik. Perilaku tidak relevan ini berupa pembicaraan siswa yang mana aktivitas ini tidak diharapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2008) bawa siswa yang berbicara pada waktu yang tidak tepat menimbulkan masalah manajemen kelas yang paling mengganggu.

Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir yang berhubungan dengan kognisi yang terdiri dari kelancaran (fluency), keluwesan (fexibility), dan kebaruan (originality). Kelancaran adalah sejumlah jawaban yang relevan dengan soal, keluwesan adalah sejumlah jawaban dengan kelompok kategori yang berbeda, dan kebaruan adalah sejumlah jawaban yang jarang diberikan (Sawyer, 2012). Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan dengan metode brainstorming. Metode brainstorming adalah metode pembelajaran dengan langkah-langkah yang terdiri dari pemberian informasi dan motivasi, identifikasi, klasifikasi, verifikasi, dan konklusi.

Implementasi metode brainstorming sudah terlaksana dengan baik yang ditunjukkan dengan rata-rata penilaian secara keseluruhan yaitu 3,46 yang berkriteria baik. Hal ini diikuti oleh aktivitas siswa yang sudah mencerminkan aktivitas metode brainstorming yang ditunjukkan dengan penurunan perilaku yang tidak relevan dari pertemuan pertama (1,95%), pertemuan kedua (1,75%), dan pertemuan ketiga (1,13%). Keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa yang berjalan dengan baik mengakibatkan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa. Melalui metode brainstorming siswa dilatih untuk banyak mengeluarkan pendapat dalam menjawab sebuah soal. Jawaban tersebut mengacu pada keterampilan berpikir kreatif berupa kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Aspek kelancaran dilatihkan melalui tahap identifikasi dan klasifikasi. Aspek keluwesan dilatihkan melalui tahap verifikasi, dan aspek kebaruan dilatihkan melalui tahap konklusi.Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa adalah Torrance Test of CreativeThinking (TTCT) yang mempunyai bentuk verbal (Munandar, 2012). TTCT verbal mencakup tujuh subtes, yaitu bertanya, menebak penyebab, menebak akibat, perbaikan produk, penggunaan yang tidak biasa, pertanyaan yang tidak biasa, dan melakukan perkiraan (Sawyer, 2012). Subtes yang digunakan adalah penggunaan yang tidak biasa, perbaikan produk, dan menebak akibat. Soal yang digunakan dalam penelitian mengadopsi soal dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul A scientific creativity test for secondary school students. Dalam jurnal tersebut terdapat tujuh item soal sedangkan soal yang diadopsi peneliti adalah tiga soal yaitu soal pada item satu (penggunaan yang tidak biasa), tiga (perbaikan produk), dan empat (menebak akibat). Soal yang digunakan baik pretest maupun posttest berjumlah tiga soal dengan subtes yang sama.Penilaian keterampilan berpikir kreatif dilakukan berdasarkan jawaban siswa. Siswa diminta menjawab minimal enam jawaban tanpa mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan jawaban. Hal ini dimaksudkan agar jawaban siswa lebih banyak dan dapat mencakup keterampilan berpikir kreatif yang diukur yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Klasifikasi jawaban dilakukan oleh guru dan dilanjutkan dengan memberikan skor pada setiap soal. Pemberian skor dilakukan berdasarkan Tabel 3 dengan rentang nol sampai dengan empat sehingga total maksimum skor adalah 12. Skor yang diperoleh dikonversikan dalam bentuk persen kemudian diinterpretasikan dalam kriteria keterampilan berpikir kreatif seperti pada Tabel 4 dengan kriteria yang terdiri dari tidak kreatif, kurang kreatif, cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif. Data keterampilan berpikir kreatif siswa baik pretest maupun posttest disajikan pada Tabel 8.Tabel 8 Kriteria Interpretasi Skor Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

Tabel 8. menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat setelah diberikan perlakuan dengan implementasi metode brainstorming. Hal ini terlihat dari kriteria keterampilan berpikir kreatif siswa yang mana sebelum perlakuan terdapat tiga kriteria pada siswa yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, dan cukup kreatif. Setelah perlakuan, terdapat empat kriteria pada siswa yaitu kurang kreatif, cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif. Kriteria keterampilan berpikir kreatif siswa secara keseluruhan dapat disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Kriteria Interpretasi Skor Keterampilan Berpikir Siswa secara Keseluruhan

Data pada Tabel 9. menunjukkan bahwa kriteria tidak kreatif dan kurang kreatif mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan sedangkan pada kriteria cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh naiknya kriteria siswa dari yang semula tidak kreatif menjadi kurang kreatif, cukup kreatif, dan kreatif. Sedangkan, menurunnya jumlah siswa yang kurang kreatif disebabkan oleh naiknya kriteria siswa dari yang semula kurang kreatif menjadi kreatif dan sangat kreatif.

Ketuntasan klasikal keterampilan berpikir kreatif siswa mencapai 89,29% yang didasarkan pada jumlah keterampilan berpikir kreatif dengan kriteria cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif setelah perlakuan (posttest). Siswa yang belum tuntas terdapat pada kriteria kurang kreatif yang mencapai 10,71%. Hal ini dialami oleh tiga siswa dengan kode siswa 4, 13, dan 16. Apabila dikaitkan dengan observasi pada aktivitas siswa, siswa dengan kode siswa 4 dan 16 menunjukkan perilaku yang tidak relevan dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga masing-masing satu kali. Selain itu, kriteria gain score dua siswa tersebut adalah rendah. Perilaku yang tidak relevan yang dilakukan siswa berupa pembicaraan siswa diluar materi yang diajarkan yang mana aktivitas ini tidak diharapkan oleh guru karena siswa yang berbicara pada waktu yang tidak tepat menimbulkan masalah manajemen kelas yang paling mengganggu (Arends, 2008). Dengan adanya perilaku yang tidak relevan yang dilakukan siswa juga menunjukkan bahwa aktivitas brainstorming siswa kurang berjalan dengan baik sehingga mengakibatkan hasil posttest juga kurang baik. Sedangkan, kode siswa 13 tidak diobservasi aktivitas siswanya.

Hasil penelitian pada Tabel 8. menunjukkan terdapat empat siswa yang mendapatkan kriteria sangat kreatif yaitu siswa dengan kode 5, 11, 17, dan 24. Keempat siswa tersebut memiliki skor posttest yang sama yaitu sepuluh. Namun, skor pretest yang didapatkan berbeda-beda. Analisis kriteria gain score tinggi hanya pada siswa dengan kode siswa 5, 17, dan 24. Sedangkan, siswa dengan kode sebelas mendapatkan kriteria sedang. Hal ini disebabkan skor yang didapat pada pretest dan posttest memiliki selisih yang tidak cukup besar. Sehingga, meskipun hasil posttest sama-sama berkriteria sangat kreatif namun gain score yang didapatkan tidak sama. Ketika pretest siswa yang berkode sebelas mendapat skor enam seharusnya posttestnya dapat melebihi skor sepuluh. Hal itu terjadi apabila siswa lebih berusaha dengan belajar giat dan memperluas wawasan sehingga pada analisis gain score siswa dapat mencapai kriteria tinggi.Skor yang didapatkan siswa juga diolah dengan menghitung uji-t berpasangan dan gain score. Data pretest digunakan untuk uji normalitas sebagai prasyarat sebelum menghitung uji-t berpasangan. Analisis yang digunakan yaitu rumus chi-kuadrat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil X2hitung sebesar 6,98, sedangkan harga X2tabel sebesar 11,1. Hal ini menunjukkan bahwa X2 hitung < X2 tabel sehingga dapat dikatakan bahwa hasil tes berdistribusi normal. Data hasil pretest dan posttest selanjutnya digunakan untuk uji-t berpasangan. Hasil perhitungan menunjukkan thitung sebesar 23,76, sedangkan ttabel sebesar 1,70. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil pretest siswa tidak sama dengan posttest.

Secara umum rata-rata gain score siswa kelas VII-C sebesar 0,55 dengan kriteria sedang. Persentase kriteria gain score siswa yang mendapat nilai tertinggi adalah kriteria sedang yang mencapai 75%, kriteria tinggi mencapai 17,86%, dan kriteria rendah mencapai 7,14% siswa. Siswa dengan kriteria gain score tinggi dengan kode 1, 5, 7, 17, dan 24. Apabila dikaitkan dengan aktivitas siswa yang diobservasi dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga maka siswa dengan kode 1, 5, 7, dan 17 melakukan aktivitas brainstorming dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan tidak terjadinya perilaku yang tidak relevan. Sedangkan, siswa dengan kode 24 tidak diobservasi aktivitas siswanya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPN 1 Bareng pada bulan April 2015 diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan implementasi metode brainstorming dan terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata penilaian secara keseluruhan yaitu 3,46 berkriteria baik. Rata-rata penilaian setiap aspek dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga yaitu persiapan (3,50; sangat baik), pendahuluan (3,47; baik), pemberian informasi dan motivasi (3,60; sangat baik), identifikasi (3,58; sangat baik), klasifikasi (3,17; baik), verifikasi (3,50; sangat baik), konklusi (3,75; sangat baik), penutup (3,46; baik), pengelolaan waktu (3,00; baik), dan suasana kelas (3,60; sangat baik).

2. Aktivitas siswa sesuai dengan implementasi brainstorming yang ditunjukkan keterlaksanaan aktivitas menyimak penjelasan guru/siswa lain, melakukan identifikasi, membuat klasifikasi, melakukan verifikasi, dan membuat konklusi yang memiliki persen waktu rata-rata 23,94%; 23,20%; 18,92%; 15,87%; dan 16,46%.3. Rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa pada pretest tidak sama dengan posttest. Hal ini ditunjukkan dengan uji-t berpasangan yaitu thitung > ttabel yang mana thitung sebesar 23,76, sedangkan ttabel sebesar 1,70. Selain itu, dilakukan perhitungan gain score untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan rata-rata kriteria gain score rendah sebesar 7,14%; sedang sebesar 75,00%; dan tinggi sebesar 17,86%. Kriteria interpretasi skor keterampilan berpikir kreatif setelah posttest dengan kriteria tidak kreatif, kurang kreatif, cukup kreatif, kreatif, dan sangat kreatif yang memiliki persen sebesar 0,00%; 10,71%; 35,71%; 39,29%; dan 14,29%.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru harus lebih memperhatikan alokasi waktu saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.

2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya teknik analisis data dapat disesuaikan dengan masing-masing aspek yang diukur yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan.DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. . 2008. Learning to Teach Edisi Ketujuh Buku Satu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Fautley, Martin dan Savage, Jonathan. 2007. Creativity in Secondary Education. Great Britain: Cromwell Press Ltd, Trowbridge, Wiltshire.

Gusno. 2014. Salinan Lampiran 1 Permendikbud No. 58 Tahun 2014. (Online), (http://www.slideshare.net/GussNo/lampiran-i-permendikbud-no-58-tahun-2014, diakses 20 Januari 2015).Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Isman. 2012. Metode Brainstorming (Sumbang Saran). (Online), (http://www.gurukelas.com/2012/08/metode-brainstorming-sumbang-saran.html, diakses 18 Januari 2015).Kemenag. 2003. UU No. 20 Tahun 2003. (Online), (http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, diakses 20 Januari 2015).Mualafah, Siti. 2013. Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu melalui Pendekatan SETS pada Tema Pupuk Cair dari Limbah Sayur untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VIII. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sawyer, R. Keith. 2012. Explaining Creativity. Newyork: Oxford University Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Winkel, W.S. . 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

21