implementasi pendidikan budi pekerti terhadap … · metode analisis data yang digunakan dalam...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP PERILAKU
SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PPKn PADA SISWA MADRASAH ALIYAH
(MA) KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PadaJurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
SYAMSIR105430012415
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syamsir
Stambuk : 105430012415
Jurusan : PPKn
Judul : Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Terhadap Perilaku Siswa
Melalui Pembelajaran PPKn Pada Siswa Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah asli hasil kerja saya sendiri dan bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2020
SyamsirNIM: 105430012415
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syamsir
NIM : 105430012415
Jurusan : PPKn
Dengan ini saya menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi, saya akan menyusun sendiri
tidak dibuat oleh orang lain.
2. Dalam penyusunan skripsi saya akan berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang
telah ditentukan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan ciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar poin 1, 2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.
Makassar, Januari 2020
Yang membuat perjanjian
Syamsir105430012415
ABSTRAK
Syamsir. 2020. Implementasi Pendidikan Budi PekertiTerhadap Perilaku Siswa Melalui Pembelajaran Ppkn Pada MadrasahAliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba. Skipsi. Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan IlmuPendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 H.Nurdin dan pembimbing II Jumiati Nur.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanaimplementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melaluipembelajran PPKn pada siswa Madrasah Aliyah (Ma) KindangKabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk memberikanpemahaman tentang pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswamelalui pembelajaran PPKn pada siswa Madrasah Aliyah (MA)Kindang Kabupaten Bulukumba.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Lokasipenelitian di Madrasah Aliyah (MA) Kindang KabupatenBulukumba..Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dansumber data skunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknikobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah tekinik analisis deskriptifkualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap prosespembelajaran di dalam kelas, yaitu pada saat menyampaikan materiPPKn, guru mata pelajaran PPKn Madrasah Aliyah (MA) KindangKabupaten Bulukumba mengajarkan nilai-nilai budi pekertikepadasiswa. Nilai-nilai budi pekerti terhadap perilaku siswa melaluipembelajaran PPKn disesuaikan dengan pokok bahasan materi PPKn.Metode yang digunakan guru dalam menanamkan nilai-nilai budipekerti kedalam mata pelajaran PPKn untuk diajarkan kepada siswayaitu metode keteladanan dan metode demokrasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkanpendidikan budi pekerti melalui pembelajaran PPKn pada siswaMadrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulikumba mengalamipeningkatan.
Kata Kunci : implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilakuSiswa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP PERILAKU SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN PPKn PADA SISWA MADRASAH ALIYAH (MA)
KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA.
Salawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun dan mengarahkan umatnya kepada jalan kebenaran, sehingga menjadi
manusia yang berpengetahuan dan berperadaban, begitu pula keluarga dan para
sahabat yang telah berperan serta dalam menyebarkan agama Islam di muka Bumi
ini.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis,
tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak
maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan terima kasih
yang setinggi-tingginya penulis menyampaikan terima kasih serta salam penuh
hormat dengan segenap cinta, Ananda haturkan kepada Ayahanda Harin dan Ibunda
HJ. Sawiyah yang bekerja dengan giat untuk memberikan biaya kepada saya,
mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasan dalam mendidik dan
mengiringi doa restu yang tulus demi tercapainya cita-cita, dan saudara-saudaraku
Sahir, S.Pd yang tulus mengorbangkan waktu, tenaga, materi, doa dan dukungan
viii
kepada penulis demi terselesainya skripsi ini, serta terhadap keluarga yang telah
memberikan dukungan moril yang begitu banyak, juga kepada sahabat-sahabatku
tercinta telah membantu dan selalu memberi semangat kepada penulis.
Selanjtnya penulis menyampaikan terima kasih kepada Drs. H. Nurdin,
M.Pd. sebagai pembimbing 1 dan Dra. Jumiati Nur, M.Pd. sebagai pembimbing II
dengan kesabaran meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dala membimbing dan
memberikan motivasi selama penulis menjalan masa perkuliahan hingga penyusunan
skripsi. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.
Rahman Rahim S.E,.M.M Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, juga Bapak
Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Muhajir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang banyak memberikan ilmu pendidikan yang
membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang
selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas
segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.
viii
Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu
manfaat bagi perkembangan dunia, dengan segala kerendahan hati, penulis
senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
Syamsir
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR................................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................... 8
A. Kajian Pustaka.................................................................................................... 8
1. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti ................................................................ 8
2. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Budi Pekerti .......................................... 11
3. Nilai-Nilai Esensial Budi Pekerti....................................................................... 16
4. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti ...................................................................... 18
5. Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti ............................................................ 19
ii
6. Sifat Pendidikan Budi Pekerti ........................................................................... 20
7. Model Integrasi Pendidikan Budi Pekerti ......................................................... 21
8. Metode Pendidikan Budi Pekerti ..................................................................... 22
9. Teknik Pembelajaran dan Penilaian Dalam Rangka Pengintegrasian Budi
Pekerti Kedalam mata Pelajaran PPKn ............................................................ 25
10. Aspek Penilaian Pendidikan Budi Pekerti......................................................... 27
11. Model Penilaian Budi Pekerti ............................................................................. 27
12. Pendidikan Budi Pekerti Terhadap Perilaku Siswa ......................................... 28
13. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan................................................ 32
a. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ............................ 32
b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan .................................. 34
c. Karakteristik Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan........................ 35
B. KERANGKA FIKIR............................................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 39
A. Jenis dan Pendekatan Penelitia .......................................................................... 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 40
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 40
D. Informan Penelitian............................................................................................ 41
E. Instrument Penelitian......................................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 44
G. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 51
iii
A. Hasil Penelitian ................................................................................................... 51
B. Pembasan............................................................................................................. 57
BAB V PENUTUP...................................................................................................... 65
A. Simpulan.............................................................................................................. 65
B. Saran .................................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 69
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dari masa kemasa semakin berkembang seiring
dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan manusia sebagai dampak positif dari
kemajuan. Akan tetapi di zaman yang semakin transparan ini, bukan saja
memiliki dampak yang menguntungkan bagi manusia, melainkan juga
dampak negatif yang terkadang kurang disadari oleh manusia.
Akibat positif perkembangan zaman adalah semakin mudahnya
manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari–hari, baik dari segi komunikasi,
trasportasi, serta fasilitas kehidupan lainnya. Disamping itu kehidupan
manusia juga sangat mudah dipengaruhinya.
Dengan semakin mudahnya dipenuhi kehidupan manusia, seharusnya
perilaku semakin baik, sopan santun yang tinggi serta tata krama yang sesuai
dengan etika dan estetika tertentu. Kondisi ini akan menunjukana bahwa
tujuan pembangunanan sudah tercapai baik secara material maupun spiritual.
Apalagi tujuan pendidikan nasional salah satunya hendak mewujudkan
manusia yang berbudi pekerti yang luhur. Akan Tetapi kenyataan dilapanagan
terdapat kondisi yang sebaliknya dan jauh menyimpang dari apa yang
diharapkan.
2
Sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinyta untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan budi pekerti merupakan bagian dari sistem pendidikakn
nasional. Sebagai sistem pendidikan budi pekerti memiliki serangkaian
materi, metode, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Didalam buku umum
pendidikan budi pekerti dijelaskan bahwa pendidikan budi pekerti sebagai
salah satu dimensi subtansi pendidikan nasional penting yang belum
sepenuhnya memberi dampak pembelajaran dan pengiring yang
menggembirakan.
Oleh karena itu sebagai sarana utama dalam pembangunan bangsa dan
watak, pendidikan budi pekerti dituntut untuk memberikan perhatian yang
sungguh – sungguh terhadap pengembangan nilai budi pekerti dalam seluruh
dimensi pendidikan (Depdiknas, 2001: 3). Sehingga sampai sekarang gejala –
gejala perilaku siswa belum mencereminkan suatu sikap yang luhur.
Maka dari itu para pendidik sekarang tahu bahwa cukup lama sekolah
menegakkan dan lebih sempit hanya menekangkan dan mengejar NEM, cukup
lama sekolah mereka bangga ketika siswa mereka lulus dengan NEM yang
tinggi. Akibatnya nilai kemanusiaan yang lain kurang mendapatkan perhatian
dalam pendidikan sekolah. Tidak mustahil bila banyak peserta didik mesti
3
sangat pandai dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak berbudi pekerti
yang luhur dan berbuat hal–hal yang merugikan orang banyak.
Sudah sewajarnya jika para pendidik melakukan berbagai usaha dalam
melakukan perbaikan–perbaikan pelaksanaan pendidikan budi pekerti untuk
mengisi jiwa peserta didik dengan perbuatan–perbuatan yang baik. Penerapan
pendidikan budi pekerti tersebut dapat dilaksanakan dengan cara
diintegritaskan kedalam mata pelajaran yang relevan misalnya mata pelajaran
agama dan PPKn.
Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nila–nilai luhur yang
berakar dari agama, adat istiadat, dan budaya Indonesia dalam rangka
mengembangkan kepribadian peserta didik supaya manjadi manusia yang
berbudi pekerti luhur (Zubaedi, 2005: 4).
Guru mata pelajaran PPKn dapat memilih nilai–nilai budi pekerti yang
akan ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang akan
diajarkan. Nila –nilai budi pekerti yang diperkenalkan dan ditanamkan
melalui mata pelajaran PPKn itu sebenarnya secara riil dan empirik telah
mengakar dalam kehidupan masyarakat.
Dengan memperkaya dimensi nilai, moral, norma pada aktifitas
pendidikan disekolah, akan memberi pegangan hidup yang kokoh bagi siswa
dalam menghadapi perubahan sosial. Kematanagan secara moral akan
menjadikan seorang anak mampu memperjelas dan menentukan sikap
terhadap subtansi nilai dan norma yang baru muncul dalam proses perubahan.
4
Terkait dengan pendidika budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pelajaran PPKn sesuai dengan pengamatan pda saat magang 2 khususnya
bagi siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba, ternyata
ada sabagaian anak yang masih kurang mencerminkan nilai – nilai budi
pekerti tersebut, penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang pendidikan
budi pekerti yang diajarkan di sekolah, oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba dengan judul Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Terhadap
Perilaku Siswa Melalui Pembelajaran PPKn Pada Siswa Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulumba.
Dari pemaparan diatas, jelas bahwa pembelajaran PPKn selama ini
cenderung hanya sebatas memberikan teori makanaya siswa kurang
memahami tetnaga budi pekeri itu sendiri dan seharusnya guru memberikan
contoh yang kemudian siswa dapat paham tentang bagaimana pengaplikasian
budi pekerti.
Joko Sutarso dan Bambang Murtiyono (2008) Pendidikan Budi Pekerti
(PBP) dirasakan masih perlu diberikan dalam kurikulum sekolah mengingat
semakin meningkatnya perilaku menyimpang di kalangan remaja, yang nota
bene mereka adalah anak-anak usia sekolah. Penyimpangan-
penyimpangantersebut merupakan salah satu indikasi bahwa PBP di sekolah
belum optimal. Sekalipun berbagai pihak sepakat bahwa PBP masih perlu
5
diberikan di sekolah, namun ada dua pandangan tentang PBP di sekolah ini.
Pertama, PBP dapat dilaksanakan secara terintegrasi (terpadu) dalam mata
pelajaran lain atau kegiatan kesiswaan (ekstrakurikuler). Kedua, PBP
hendaknya diberlakukan sebagai mata pelajaran tersendiri.
Prof. Dr. Azyumardi Azara (2006) Munculnya kembali gagasan
tentang pendidikan budi pekerti, harus diakui berkiatan erat dengan semakin
berkembangnya pandangan dalam masyarakat luas, bahwa pendidikan
nasional dalam berbagai jenjangnya, khusus jenjang menengah dan tinggi,
“telah gagal” dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, moral
dan budi pekerti yang baik. Lebih jauh lagi, banyak peserta didik sering
dinilai tidak hanya kurang memiliki kesantunan baik di sekolah, di rumah dan
lingkungan masyarakat, tetapi juga sering terlibat dalam tindakan kekerasan
massal seperti tawuran, dan sebagianya.
Penelitian budi pekerti sangatlah penting karena dengan mengadakan
penelitian maka kita dapat mengetahui bagaimana pendidikan budi pekerti itu
diajarkan disekolah, walaupun pendidikan budi pekerti bukan lagi sebagai
mata pelajaran yang berdiri sendiri. kita juga dapat mengetahui bahwa nilai –
nilai budi pekerti juga masih diajarkan di sekolah dengan cara diintegritaskan
kedalam mata pelajaran yang relevann khususnya PPKn.
6
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa
melalui pembelajaran PPKn pada siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba?
2. Kendala–kendala apa dihadapi guru dalam mengimplementasikan
pendidikan budi pekerti kedalam mata pelajaran PPKn pada siswa di
Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka disusunlah tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Untuk menngetahui implementasi pendidikan budi pekerti terhadap
perilaku siswa melalui pembelajar PPKn pada siswaMadrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupten Bulukumba.
2. Untuk mengetahui kendala–kendala yang dihadapi guru selama
mengimplementasikan pendidikan budi pekerti kedalam mata pelajaran
PPKn pada siswaMadrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan karena beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah karena ingin memberikan kebermanfaatan bagi banyak
orang utamanya bagi para ahli pendidikan khususnya bagi guru PPKn sebagai
7
tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun cara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya tentang implementasi pendidikan budi pekerti terhadap siswa
melalui pembelajaran PPKn Madrasah Alilyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba. Agar dapat menjadi lebih kompleks dan lebih jelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi penyelenggara pendidikan untuk
lebih meningkatkan proses pembelajaran demi peningkatan kualitas
peserta didik.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai sumbangan karya ilmiah dunia pendidikan khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
c. Bagi Sekolah
Sebagai tolak ukur dalam pengimplementasian pendidikan budi
pekerti terhadap perilaku siswa melalui pembelajaran PPKn pada siswa
Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti
budi pekerti terdiri atas 2 kata yaitu BUDI dan PEKERTI, kata
budi mempunyai arti: 1) akhlak yang sebagai alat untuk membimbing
baik, buruk. 2) tabiat adalah perangai, akhlak, watak, untuk berbuat
kebaikan.
Budi pekerti dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai
moralitas yang mengandung beberapa pengertian antara lain adat, sopan
santun, dan perilaku. Jadi budi memiliki pengertian yang lebih hakiki,
yaitu perilaku. Budi pekerti adalah nilai–nilai luhur yang benar dari
agama, adat istiadat dan budaya bangsa indonesia dalam rangka
mengembangkan kepribadian peserta didik supya menjadi pribadi yang
baik, (Zubaedi,2004: 4), Menurut sedyawati dalam bukunnya suparma
(2002:27) budi pekerti merupakan adat istiadat, sopan santun dan perilaku,
oleh sebab itu pengertian budi pekerti yang hakiki adalah perilaku.
Sebagai perilaku maka budi pekerti meliputi sikap yang tercermin oleh
perilaku.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Endraswara,
2006: 2) budi pekerti adalah perilaku yang didasarkan pada kematangan
9
jiwannya. Kemantangan jiwa akan melahirkan budi pekerti yang luhur,
artinya sikap dan perilaku seseorang disamping didasarkan pada
kematangan jiwa juga diselaraskan dengan kaidah sosial yang berlaku
dimasyarakat sekitarnnya. Orang berbudi luhur dalam bertindak akan
mengunakan perasaan, pemikiran dan dasar pertimbangan yang jelas.
Sebagai perilaku budi pekerti meliputi pula sikap yang
dicerminkan oleh perilaku. Sikap dan perilaku budi pekerti mengandung 5
jankauan sebagai berikut:
a. Sikap dan perilaku yang hubungnanya dengan tuhan, yaitu bahwa
setiap manusia harus kenal, ingat, berdoa dan bertawakkal kepada
tuhan.
b. Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan diri sendiri, yaitu
bahwa setia manusia Indonesia harus memiliki jati diri yang kuat,
karena dengan jati diri yang kuat seseorang mampu menghargai diri
sendiri.
c. Sikap dan perilaku yang hubungnanya dengan keluarga, yaitu bahwa
seseorang tidak mungkin hidup tampa lingkungan sosial.. lingkungan
sosial yang paling terdekat adalah lingkungan keluarga.
d. Sikap dan perilaku yang hubunganya dengan masyarakat dan bangsa,
yaitu bahwa sikap dan perilaku diperlukan dalam lingkungan yang
paling luas yakni lingkungan masyarakat.
10
e. Sikap dan perilaku hubungannya dengan alam sekitar, yaitu bahwa
seseorang tidak mungkin bertahan tampa adanya lingkungan yang
serasi (Sedyawati,1999: 5)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku
yang membantu orang untuk dapat berelasi dan hidup baik bersama tuhan,
diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan alam sekitar. Karena bentuknya
sebagai sikap dan perilaku, maka bentuknya pun dapat bermacam –
macam dan juga dipengaruhi oleh budaya orang itu.
Pendidikan budi pekerti memiliki makna yang sama dengan
pendidikan moral, merupakan pendidikan nilai–nilai luhur yang berkah
dari agama, adat - istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka
mengembangkan kepribadian peserta didik. Supaya menjadi manusia yang
baik, (Zubaedi, 2005: 4) ada 2 aspek yang menjadi orentasi pendidikan
budi pekerti, yaitu:
1. Membimbing hati nurani peserta didik agar berkembang menjadi lebih
baik secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil yang diharapkan
hati nurani peserta didik akan mengalami perubahan dari semula
bercorak egosentris menjadi alturis.
2. Memupuk, mengembangkan, dan menanamkan nilai – nilai dan sifat –
sifat kedalam pribadi peserta didik. Atas dasar ini dapat dipahami
bahwa titik tekan pendidikan budi pekerti adalah untuk
mengembangkan potens-potensi yang kreatif subyek peserta didik agar
11
menjadi manusia yang baik, baik menurut pandangan manusia baik
pandangan tuhan. Sekarang akan melakukan atau melakukan sesuatu
perbuatan tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. Sistem nilai
menjadi pilihan dari perilaku seseorang yang menjadi ukuran
kepatuhan dan kepantasan. (Zubaedi,2005: 4-5).
2. Nilai – Nilai Yang Terkandung Dalam Budi pekerti
Dalam pendidikan budi pekerti anak mencakupan beberapa nilai
dalam kehidupan, adapun yang termasuk cakupan nilai dalam budi pekerti
adalah.
a. Akal
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, akal berarti tempat
berfikir, daya pikir, ingatan, daya upaya, ihktiar, jalan atau cara untuk
melakukan sesuatu (Purwadarminta, 1998: 18). Manusia disebut
sebagai makhluk yang sempurna karena manusia mempunyai akal.
b. Watak
Watak adalah seluruh tingkah laku yang ternyata dalam
tindakannya, terlibat dalam situasi, dibawah dari pihak bakat,
tempramen, keadaan tubuh dan sebagainya (Purwanto,2000: 145). jadi
watak yang dimaksud disini adalah aspek dari keseluruhan pribadi
seseorang atau personality. Dengan demikian watak atau karakter lebil
dikatakan dalam hubungnnya dengan moral dan norma – norma etis
dari pada aspek–aspek kepribadian lainnya.
12
c. Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu organisasi atau susunan dari pada
sifat – sifat atau aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling
berhubungan didalam suatu individu (Purwanto,2000: 154). Menurut
ahli psikologi menyebutkan bahwa kepribadian dipakai untuk
menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya tentang individu,
untuk mengambarkan bagaimana, apa sebenarnya individu.
Kepribadian itu bersifat dinamis, tidak stasis atau tidak tetap tampa
adanya suatu perubahan. Kepribadian mununjukan tingkah laku yang
terintegritas dan merupakan interaksi antara kesanggupan –
kesanggupan bawaan yang ada pada individu dengan lingkungannya.
Kepribadian juga bersifat psikofisik, yaitu baik faktor jasmaniah
maupun rohaniah individu itu bersama–sama memengang peranan
dalam kepribadian. Kepribadian juga bersifat unik artinnya
kepribadian bersifat khas, mempunyai cirri–ciri tertentu yang
membedakan dari individu yang lain (Purwanto,2000:154).
d. Sikap
Yanto budianto dan dede suryadi dalam bukunya Bambang
Daroeso, sikap adalah keadaan psikologis yang dapat menimbulkan
tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Adapun cirri–ciri sikap
adalah sebagai berikut:
13
1. Dalam sikap selau terdapat hubungan subyek dan objek, sehinggatidak ada sikap tanpa objek. Objek ini berupa benda, organisasikelompok orang, nilai – nilai sosial, pandangan hidup, hukum, dansebagainya.
2. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentukmelalui penngalaman–pengalaman.
3. Karena sikap dipelari, maka sikap dapat berubah sesuai denganindividu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda.
4. Dalam sikap yang bersangkutan tersangkut faktor motivasi danperasaan.
5. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.(Daroeso,1998: 28).
e. Perilaku
Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)
sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.
Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya
memang terdapat bentuk–bentuk perilaku instinkif (species specifie
behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan
kehidupan.
Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai hubungan sikap
dan perilaku, berbentuk–berbentuk perilaku instinktif itu tidak
dibicarakan. Demikian pula halnya dengan beberapa bentuk perilaku
abnormal yang ditunjukan oleh para penderita abnormalitas jiwa
ataupun oleh orang - orang yang berada dalam ketidak sadaran akibat
pengaruh obat–obatan, minuman keras, situasi hipnotis, serta situasi–
situasi emosional yang sangat menekan. Sikap selalu dikaitkan dengan
perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang
merupakan respons atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.
14
“kurt lewin menuruskan suatu hubungan perilaku yangmengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu(P) adan lingkungan (E) yaiutu : B=F(P,E). karakteristik individumeliputi berbagai variable seperti motif, nilai – nilai, sikapkepribadian dan sikap yang lain yang saling berinteraksi satu sama laindan kemudian berinteraksi pula dengan faktor – faktor lingkunganyang menentuka perilaku, bahwa kadang – kadang kekuatanya lebihbesar dari pada karateristik individu. Hal inilah yang menjadikanprediksi perilaku lebih kompleks” (Kurt Lewin dalam Anwar, 11),
Untuk tidak sekedar memahami, tapi juga agar dapat mempredeksi
perilaku, lcek Ajazen dan Martin Fiesbein dalam bukunya Azwar
mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action), yaitu
dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku Volisionel
(perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori ini didasarkan
asumsi – asumsi:
1. Bahkan manusia pada umurnya melakukan sesuatu dengan cara – cara
yang masuk akal.
2. Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.
3. Bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia mempertimbangkan
implikasi tindakan mereka.
Teori tindakan beralasan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
lewat suatu proses pegambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, yaitu:
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap
spesifik terhadap sesuatu.
15
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga norma – norma
subyektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan
agar kita berbuat.
3. Sikap terhadap sesuatu perilaku bersama norma – norma subyektif
membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Jadi teori tindakan beralasan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas pada tiga hal, yang pertama perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap
sesuatu, yang kedua perilaku di pengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi
juga norma – norma subyektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang
orang lain inginkan agar kita berbuat, dan yang ketiga sikap terhadap
sesuatu perilaku bersama norma – norma subyektif membentuk suatu
intensi atau niat untuk berperilaku.
Walaupun secara individual sangat sulit untuk meramalkan reaksi
manusia terhadap suatu stimulus, akan tetapi secara kelompok reaksi
manusia masih lebih terikat pada hukum - hukum stimulus respons yang
berlaku. Oleh karena itu teori – teori pisikologi mengenai perilaku sangat
bermamfaat, seperti yang dikatakan oleh Ajzen dan Fishbein dalam
bukunya azwar “sekalipun manusia bereaksi tidak secara mekanik dan
deterministik akan tetapi pemahaman akan stimulus – stimulus respons
yang dikemukakan oleh para ahli pisikologi Behaviorisme dan
16
pemahaman akan proses kognitif yang dikemukakan oleh para ahli
pisikologi kognitivisme telah terbukti sangat berguna. Secara induktif dan
deduktif formulasi hukum ferilaku telah berkembang sedemikian luas
(Azwar, 1995: 11 – 15).
f. Etika
Bambang Daroeso (1998 : 24) etika adalah suatu cabang ilmu
filsafat yang obyeknya mengenai tingkah lau manusia ditinjau dari nilai
baik dan buruknya.
3. Nilai – Nilai Esensial Budi Pekerti
a. Nilai - nilai Budi Pekerti yang perlu Dikembangkan
Isi pendidikan budi pekerti menunjuk kepada nilai–nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945, serta nilai – nilai yang hidup,
tumbuh dan berkembang dalam dalam adat istiadat masyarakat
17
Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Secara kurikuler isi pendidikan budi
pekerti pada dasarnya terdiri dari :
1. Nilai-nilai esensial budi pekerti
Nilai iesensial budi pekerti adalah sejumlah konsep nilai dan
perilaku yang secara substansi utama budi pekerti.
2. Wahana pendidikan budi pekerti
Yang merupakan substansi dan proses pendidikan mata perlajaran
yang relevan (Depdiknas, 2001: 7)
Menurut Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah dalam Zuriah (2007 :139 - 141) disebutkan ada
delapan puluh delapan (88) sifat positif dan enam puluh (60) sifat negative
yang mengandung nilai budi pekerti sebagai pedoman pembinaan.
a. Nilai budi pekerti yang baik atau positif
Nilai budi pekerti yang baik adalah perilaku yang mencerminkan
akhlak dan watak yang baik. Baik dalam sikap, perbuatan, maupun
ucapan.
Beberapa nilai budi pekerti yang perlu ditanamkan pada anak didik
antara lain: (1) beriman dan bertakwa, (2) bertanggung jawab (3)
demokratis, (4) sabar, (5) sopan santun, (6) mandiri, (6) manusiawi, (7)
disiplin, (8) berhati lembut, (9) jujur, (10) terbuka, (11 )rendah hati, (12)
rasa kasih sayang, (13) berkemauan keras, (14) tekun, (15) sikap tertib,
(16) sikap hormat, (17) semangat kebersamaan, (18) menghargai karya
18
orang lain, (19) bertenggang rasa, (20) ramah, (21) hemat, (22) bijaksana,
(23) bersyukur, (24) tegas, (25) pemaaf, (26) pemurah (27) ulet, (28) rasa
percaya diri, (29) setia, (30) ikhlas, dan (31) rela berkorban, (32) amanah,
dan lain-lain.
b. Nilai budi pekerti yang buruk atau negate
Nilai budi pekerti yang buruk adalah perilaku yang mencerminkan
akhlak dan watak yang tidak baik.
Beberapa sikap negatif yang harus dijahui antara lain: (1) bohong,
(2) boros, (3) curang, (4) kikir, (5) penghianat, (6) egois, (7) malas, (8)
pemarah, (9) pendendam, (10) pembenci, (11) keras kepala, (12) putus asa,
(13) serakah, (14) buruk sangka, (15) dengki, (16) takabur, (17) Fitnah,
(18) munafik, (19) jorok, (20) menghasut, (21) ingkar janji, (22) licik, (23)
lupa diri, (24) masa bodoh, (25) kasar, (26) pembenci, (27) pesimis, (28)
ria, (29) ceroboh ,dan (30) serakah, (31) takabur, dan lain - lain. Konsep
nilai dan perilaku merupakan butir – butir obyektif terpilih, dan secara
kurikuler dan pedagogis yang diyakini dan dapat diterima sebagai muatan
utama pendidikan budi pekerti.
4. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
Sesuai dengan tujuan UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan budi pekerti adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
19
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Budi pekerti yang diintegrasikan secara umum bertujuan untuk
memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji,
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembang akhlak
mulia dalam berbagai konteks sosial budaya yang Bhineka (Depdiknas,
2001: 6)
Selanjutnya esensi tujuan tersebut perlu dijabarkan dalam
pengembangan pembelajaran dari sumber belajar setiap mata pelajaran itu
sebagai wahana yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak
mulia yang dipersyaratkan bagi manusia Indonesia seutuhnya (Depdiknas,
2001: 4).
5. Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti
Menurut Buku I Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti dalam
Zuriah (2007: 63) Visi pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan
pendidikan budi pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai moral, etika, yang
berfungsi menumbuh kembangkan individu warga Negara Indonesia yang
berakhlak mulia dalam pikiran, sikap dan perbuatan sehari - hari.
Bertolak dari visi yang ada dalam pendidikan budi pekerti menurut
Buku I Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti dalam (Zuriah, 2007),
maka misi pendidikan budi pekerti adalah sebagi berikut:
20
1. Mengoptimalkan substansi dan pelaksanaan mata pelajaran yang
relevan, khususnya pendidikan agama, dan PKn serta mata pelajran
yang lain yang relevan, sebagai wahana pendidikan budi pekerti
sehingga para peserta didik bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi
juga secara spiritual, emosional, dan sosial.
2. Mewujudkan tatanan dan iklim sosial budaya pendidikan yang
dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan
akhlak mulia atau moral luhur
3. Memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif
guna mendukung secara keseluruhan supaya
penumbuhan dan pengembangan nilai–nilai budi pekerti luhur
yang melalui mata pelajaran yang relevan maupun yang mengembangkan
budaya pendidikan disekolah.
6. Sifat Pendidikan Budi Pekerti
Sesuai dengan visi dan misi pendidikan budi pekerti yang
tercantum dalam Buku I Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti,maka
sesungguhnya pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya (Depdiknas, 2002 : 61) oleh karena itu sifat
pendidikan budi pekerti adalah:
1) Pendidikan budi pekerti bukanlah sebuah mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
2) Pendidikan budi pekerti menjadi bagian integral dari mata pelajaran
21
lain yang relevan, khususnya mata pejaran Pendidikan Agama, PKn
dan mata pelajaran lainya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sifat pendidikan budi
pekerti adalah integrasif dalam mata pelajaran yang diberikan setiap
jenjang pendidikan sekolah
7. Model Integrasi Pendidikan Budi Pekerti
Model Integrasi yaitu model yang dilakukan guru dalam
menyajikan bahan pelajaran dalam mata pelajaran tertentu (Depdiknas,
2001: 4) Pendidikan budi pekerti bukanlah mata pelajaran yang berdiri
sendiri, pendidikan budi pekerti menjadi bagia nintegral dari mata
pelajaran lain yang relevan khususnya mata pelajaran agama, PKn, serta
mata pelajaran lainya (Depdiknas, 2001: 61)
Secara kurikuler dan pedagogis nilai – nilai budi pekerti yang
menjadi isi pendidikan budi pekerti, selanjutnya dikembangkan dan
diterapkan secara adaptif dalam pengembangan perangkat pembelajaran
dan perwujudan praktis pendidikan budi pekerti.
Yang dimaksud dengan penerapan secara adaptif adalah bahwa
setiap mata pelajaran yang akan menjadi wahana pendidikan budi pekerti
perlu menyeleksi dan mengorganisasikan butir – butir nilai mana yang
secara koheren dapat diintegrasikan kedalam instrument dan praksis mata
pelajaran itu. Menyeleksi dan mengorganisasikan pengalaman belajar
yang secara koheren layak dan bermakna dalam praksis mata pelajaran itu.
22
Dengan demikian pengembangan butir nilai pendidikan budi
pekerti oleh dan masing – masing mata pelajaran yang relevan antara lain
PPKn tidak terjadi
Pertumpangtindihan yang tidak perlu dan potensial menimbulkan
kebosanan dikalangan peserta didik dan guru (Depdiknas, 2001: 63)
Model integrasi dalam pembelajaran sesuai dengan prosedur
pengembangan system instruksional (PPSI) dikembangkan guru dalam
proses pembelajaran dikelas. Guru dalam pembelajaran diharapkan
mampu memilih strategi dan model yang tepat dalam proses pembelajaran.
Ada tiga aspek yang harus diimplementasikan guru dalam pembelajaran
yaitu aspek intelektual, spikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut
perlu dikemas dalam model – model pembelajaran yang tepat sesuai
karakreristik bahan yang akan diajarkan. Dengan model pembelajaran
yang lengkap diasumsikan setiap mata pelajaran akan mengimplisitkan
nilai – nilai budi pekerti sehingga terjadi koneksitas antara mata
pelajaran dengan materi pendidikan budi pekerti.
8. Metode Pendidikan Budi Pekerti
Secara teoritis keberhasilan proses pendidikan budi pekerti antara
lain dipengaruhi oleh ketepatan seorang guru dalam memilih metode –
metode penanaman nilai - nilai budi pekerti. Metode pendidikan budi
pekerti sangatlah penting, karena apabila tidak tepat maka tujuan yang
akan dicapai juga sulit untuk diperoleh. Metode menyangkut cara
23
pendekatan dan penyampaian nilai–nilai hidup yang akan ditawarkan
dalam diri anak. Menurut Suparno dalam Zuriah (2007 : 91) beberapa
metode yang dapat digunakan untuk pendidikan budi pekerti, antara lain :
a. Metode demokrasi
Metode demokrasi menekankan pencarian secara bebas dan
penghayatan nilai–nilai hidup tersebut dalam berdampingan dan
pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk menanamkan nilai – nilai
diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan, dan penilaian terhadap
nilai–nilai yang ditemukan. Sehingga melalui metode pendekatan ini anak
diajak mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun
perasaanya.
b. Metode pencarian bersama
Metode ini menekankan pencarian bersama yang melibatkan siswa
dan guru. Melalui pendidikan ini siswa diajak aktif untuk mencari dan
menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian
besama. Selain menemukan nilai–nilai dari permasalahan yang diolah,
anak juga diajak untuk secara kritis analitis mengolah sebab dari
permasalahan yang sedang muncul tersebut.
c. Metode siswa aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak
sejak awal pembelajaranya. Guru memberikan pokok bahasan dan anak
dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak
24
membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada penyimpulan atas
kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak mempunyai kreatifitas,
ketelitian, kecintaan, terhadap ilmu pengetahuan, kejujuran dan daya
juang.
d. Metode keteladanan
Proses pembentukan budi pekerti pada anak diawali dengan
melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan
panutan bagi anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak
untuk membentuk sikap yang kokoh. Untuk itu dituntut ketulusan,
keteguhan, kekonsistanan hidup seorang guru.
e. Metode livein
Metode livein member pengalaman kepada anak untuk mempunyai
pengalaman hidup bersama orang lain secara langsung dalam situasi yang
berbeda sama sekali dari kehidupan sehari - hari. Dengan pengalaman
lansung ini anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam
cara berfikir, tantangan, permasalahan dandapat tentang nilai - nilai
hidupnya.
f. Metode penjernihan nilai
Dalam metode penjernihan nilai, anak diajak untuk secara kritis
melihat nilai – nilai hidup yang ada dalam masyarakat. Anak diajak untuk
melihat bahwa tindakan salah benar tidak tergantung pada banyak
sedikitnya pelaku namun pada nilai tindakan itu sendiri. Pada akhirnya
25
anak diajak melihat duduk permasalahanya dan berani mengambil sikap
dan pilihan dalam hidupnya. Oleh sebab itu penjernihan nilai dalam
kehidupan anak sangat penting.
9. Teknik Pembelajaran Dan Penilaian Dalam Rangka Pengintegrasian
Budi Pekerti Ke Dalam Mata Pelajaran PPkn
1. Teknik pembelajaran
Sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran PPKn
instruksional pendidikan budi pekerti dikembangkan bersamaan dengan
instruksional PPkn. Guru PPKn dalam perencanaan pembelajaran sejak
awal harus memulai dengan memasukkan nilai–nilai budi pekerti kedalam
satuan pembelajaran PPKn sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya.
Isi dan titik berat mata pelajaran PPKn dan budi pekerti memiliki
kesamaanya itu titik berat pada pembentukan sikap dan perilaku.
Pendidikan budi pekerti terintegrasi dalam PKn adalah upaya untuk
membentuk sosok anak yang bermoral Pancasila yang tercermin dalam
perilaku hidup siswa sehari-hari.
2. Teknik penilaian
Menurut Puskur dalam bukunya Zuriah (2007, 96) Penilaian adalah
suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan
serta perkembangan sikap dan perilaku yang dicapai peserta didik.
Sejalan dengan pembelajaran secara terintegrasi maka
26
penilaianpun dilakukan secara terpadu pula. Inti dari penilaian budi pekerti
adalah penilaian terhadap nila–nilai budi pekerti dan nilai-nilai moral
Pancasila yang telah dipahami dan diamalkan dari siswa dalam kehidupan
dikeluarga, sekolah maupun didalam masyarakat sehari - hari. Perilaku
dapat pula diketahui dari bagaimana siswa bertemu dengan guru,
berbicara dengan guru dan sesamanya.
Penilaian dilaksanakan pada setiap saat, baik pada jam pelajaran
maupun diluar jam pelajaran dan pada setiap tempat baik dikelas maupun
diluar kelas, dengan cara pengamatan dan pencatatan. Selain itu juga
penilaian budi pekerti dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai
budi pekerti yang dirumuskan sebagai standar minimal yang telah
dikembangkan dan ditanamkan disekolah, serta dapat dihayati, diamalkan,
diterapkan, dan dipertahankan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Penilaian budi pekerti dititik beratkan pada keberhasilan penerapan
nilai–nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai–nilai
budi pekerti yang diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu
maupun kelompok (Zurríah, 2007: 97)
Karena pendidikan budi pekerti lebih mengutamakan
pengembangan afeksi dan perilaku, maka system penilaianya lebih
mengutamakan penggunaan alat penilaian non-tes. Tidak ada ulangan
khusus materi budi pekerti, untuk itulah diperlukan adanya nilai khusus
27
budi pekerti dalam raport (Depdiknas, 2001: 71).
10. Aspek Penilaian Pendidikan Budi Pekerti
Sekurang–kurangnya ada tiga gejala yang termasuk aspek
penilaian budi pekerti, yaitu kelakuan, kerajinan, dan kerapian. Ketiga
gejala tersebut dicantumkan dalam raport siswa setiap akhir semester
sebagai laporan kepada orang tua siswa. Tanpa harus perangkat yang baru,
perangkat yang sudah ada seperti penilaian kelakuan, kerajinan, dan
kerapian dioptimalkan sebagai proses integral pendidikan dan
penilaianbudi pekerti (Zuriah, 2007:97)
Evaluasi mengenai kerapian dapat dilakukan lewat penampilan
siswa dan evaluasi mengenai kerajinan dapat dipengaruhi lewat kehadiran
atau presensinya. Hal yang membutuhkan kesungguhan dan kecermatan
dalam mengevaluasi adalah kelakuan. Ada sepuluh nilai penting yang
berkaitan dengan kelakuan yang religiusitas, penghargaan terhadap
perempuan, hidup bersama dengan orang lain, keadilan, demokrasi,
kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, dan penghargaan
terhadap lingkungan (Zuriah, 2007: 97).
11. Model Penilaian Budi Pekerti
Menurut Suparno (Zuriah, 2007: 100) secara global ada dua model
penilaian yaitu :
a. Penilaian kuantitatif
Penyajian hasil penilaian dengan angka dan berpegang pada
28
rentangan angka 1 (satu) sampai 10 (sepuluh). Cara yang sering digunakan
dalam kegiatan penilaian dan penyajian dalam raport adalah cara
kuantitatif. Penyajian dalam raport secara kuantitatif menggunakan
bilangan bulat
b. Penilaian kualitatif
Penyajian hasil penilaian dengan menggunakan bentuk pernyataan
verbal, misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali. Jika
budi pekerti yang dinilai adalah tingkat atau taraf kemajuan siswa dalam
penguasaannya yang menyentuh kecerdasan moral, tingkat
kemajuanyapun secara konkret dapat dilihat atau dirasakan oleh pihak –
pihak yang terkait dengan pendidikan budi pekerti.
12. Pendidikan Budi Pekerti Terhadap Perilaku Siswa
Ungkapan “kecil itu indah” dapat dijadikan motto dalam
menerapkan pendidikan budi pekerti, baik di lingkungan masyarakat
maupun lingkungan sekolah. Pendidikan budi pekerti adalah hal yang
kecil tetapi jika dilaksanakan dapat membawa kesan - kesan yang indah
pergaulan dan kehidupan pribadi kita. Oleh karena pendidikan budi
pekerti merupakan hal kecil, dan kadang-kadang orang sering
menyepelakan dan mengabaikannya. Akibat dari sikap menyepelekan dan
mengabaikan hal kecil itu terjadi seperti sopan santun.
Implementasi pendidikan budi pekerti lingkup berlakunya di mana
saja dan kapan saja. Ini berarti menunjukkan bahwa lingkup berlakunya
29
pendidikan budi pekerti sangat luas, baik di lingkungan masyarakat, tidak
formal maupun di lingkungan formal seperti sekolah atau kantor - kantor
pemerintah lainnya. Siswa sebagai warga sekolah yang dituntut selalu
berkomunikasi dengan guru, kakak kelas, rekan sebaya, pegawai yang
bekerja di lingkungan sekolah. Dalam suatu komunikasi akan terjalin
hubungan dengan berbagai macam manusia, baik menyangkut aneka
ragam tipe, termasuk jalin hubungan dengan berbagai macam manusia,
baik menyangkut aneka ragam tipe, termasuk mereka yang sudah dikenal
dengan baik, maupun yang belum kita kenal.
Dalam berbagai hubungan ini, aktualisasi dari pendidikan budi
pekerti memegang peranan penting. Batas moralitas dan kesopanan ibarat
udara yang kita hirup, merupakan kebutuhan yang selalu menyadarkan
kita untuk mentaatinya. Realita ini menyebabkan batas moralitas dan
kesopanan seolah menyusup ke mana saja dan pada saat kapan saja.
Misalnya, dalam cara berpakaian, berbicara, bergaul, menghadapi guru,
mengikuti apel bendera, mengikuti pelajaraan di kelas, ujian sekolah dan
sebagainya selalu harus mentaati aturan yang berlaku.
Jika kita renungkan prinsip di atas, pendidikan budi pekerti
menuntut kesadaran kita dari dalam diri sendiri agar dapat mentaatinya.
Bilamana dalam kenyataannya pendidikan budi pekerti dapat diamalkan
dengan baik, niscaya kita bisa diterima dalam berbagai lingkungan
30
masyarakat dengan tidak membedabedakan diri, baik agama, etnis,
maupun golongan.
Aktualisasi dari nilai-nilai pendidikan budi pekerti di lingkungan
Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba terasa lebih sulit
terutama dalam memperlakukan teman-teman sebaya. Oleh karena mereka
merupakan teman yang sederajat dan secara terus-menerus terlibat dalam
pergaulan dengan kita sehingga kita sering lupa memperlakukan mereka
menurut batas moralitas dan kesopanan yaitu bagian dari pendidikan budi
pekerti. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar nilai-nilai
pendidikan budi pekerti dapat diaktualisasikan dalam arena pergaulan di
antara siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
adalah sebagai berikut : (1) menyapa teman jika bertemu dengannya; (2)
tidak mengolok-olok teman sampai melewati batas terutama sampai
menyinggung hati dan harga dirinya; (3) tidak berprasangka buruk
terhadapnya; (4) tidak boleh memfitnah tanpa fakta dan bukti; (5) tidak
mempergunjingkan teman tetapi tetap menjaga integritas kelompok; (6)
menolong teman yang sangatmembutuhkan bantuan dari kita.
Selain itu, khususnya di lingkungan Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba agar dipupuk arena pergaulan yang tidak
mengarah pada munculnya perbedaan - perbedaan atas dasar kelompok
seperti: kelompok anak pejabat, kelompok anak kaya, kelompok anak
kalanagan bawah, dan lain-lain. Hal-hal seperti tersebut di atas perlu
31
mendapat perhatian dari semua pihak agar dapat diwujudkan siswa yang
dapat menjaga nama baik institusi pendidikan, khususnya Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa pendidikan budi pekerti berkorelasi dengan usaha -
usaha agar siswa tidak berperilaku menyimpang, baik penyimpangan
terhadap tata tertib, peraturan-peraturan lainnya yang berlaku di Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba maupun usaha-usaha agar
siswa tidak terlibat dengan masalah - masalah kenakalan remaja seperti;
narkoba, pergaulan bebas, pencurian dan perkelahian.
Secara eksplisit dapat dikemukakan manfaat dari pendidikan budi
pekerti bagi siswa khususnya di lingkungan Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba. Untuk lebih jelasnya ada sejumlah
manfaat dari pendidikan budi pekerti yang dapat disajikan di bawah ini :
a. Agar siswa percaya diri dan memiliki keperibadian yang luhur.
b. Siswa dapat menjalin dan memupuk rasa persaudaraan di lingkungan
sekolahnya.
c. Siswa memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menilai lingkungan
pergaulannya.
d. Dalam lingkungan pergaulannya siswa dapat membedakan perbuatan
baik dan buru.
e. Siswa agar selalu selektif dan adaptif dalam merespon lingkungannya.
32
13. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosial, kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa menjadi Warga Negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang, 2003: 2).
Mata pelajaran PKn berfungsi untuk membentuk Warga
Negara yang cerdas, terampil serta berkarakter yang setia kepada
Negara Indonesia dengan merefleksikan pada dirinya dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Jadi
mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pembentukan diri siswa dari berbagai aspek, yaitu aspek agama, sosial,
kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa sehingga dapat terwujud seorang
Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter dalam
pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
Sebagai mata pelajaran, PPKn merupakan suatu usaha
membimbing perkembangan kepribadian masing–masing siswa
berlandaskan Pancasila. PPKn bukan hanya proses pengajaran belaka
melainkan lebih sebagai proses pendidikan. Sebagai suatu proses
pendidikan PPKn mencakup seluruh proses personalisasi dalam usaha
membinakan nilai–nilai Pancasila dalam diri anak didik.
33
Seperti oleh Masrukhi (2005) didalam prosessosialisasi PPKn
merupakan bantuan yang diberikan untuk mengikat perilaku anak
didik agar sesuai dengan nilai dan moral Pancasila. Sedangkan
didalam proses prosessosialisasi PPKn merupakan bantuan yang
diberikan kepada anak didik agar mereka menjadikan nilai dan moral
Pancasila menjadi nilai moral dan moral pribadinya.
Pendidikan Kewarganegaran merupakan salah satu bentuk
pendidikan nilai. Yang dijadikan nilai dasarnya adalah nilai–nilai
Pancasila yang merupakan dasar dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Jadi nilai–nilai yang bersumberkan kepada Pancasila
tersebut hendak diinternalisasikan dan dipersonifikasikan kepada anak
didik.
Dengan kata lain PPKn membina dan mengarahkan berupa
tingkahl aku, potensi yang ada dalam diri anak didik, hak dan
kewajiban, cita–cita dan aspirasi, serta tanggung jawab yang ada pada
anak didik agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya atas dasar nilai-
nilai Pancasila (Masrukhi, 2005:7-8).
Pendidikan dan pembinaan nilai yang dilakukan dalam rangka
kegiatan belajar mengajarakan lebih berhasil dan mantap bila
dipertautkan dengan kehidupan riil diluar kelas. Pengampu mata
pelajaran PPKn selain dituntut untuk membuat rencana pengajaranya
dan bersumberkan pada kurikulum formal, juga mendasarkanya pada
34
realitas sosial yang terjadi dilingkungan kehidupan anak sehari - hari,
sehingga diharapkan nantinya para anak mampu hidup secara
fungsional dan untuk bermasyarakat.
Mereka pandai melakukan penyesuaian dirinya dengan kondisi
tata nilai yang terdapat dalam lingkungan masyarakat atau bahkan
dapat melakukan pembaharuan dan pelurusan terhadap nilai – nilai
masyarakat yang dirasa belum sesuai dengan tatanilai Pancasila.
Hal ini semua dapat dicapai, manakala dalam kegiatan belajar
mengajar disekolah anak didik sudah terbiasa dikenalkan dengan tata
nilai moral yang dilaksanakan atau dianut dalam kehidupan riil, yang
merupakan nilai esensial yang diminatkan oleh masyarakat pada waktu
tersebut (Masrukhi, 2005: 9).
b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Balitbang (2003) Tujuan mata pelajaran PKn adalah
untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isi
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter- karakter masyarakat Indonesia agar
35
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa–bangsa lain dalam peraturan dunia
secara lansung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Jadi tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah terciptanya manusia Indonesia yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga merupakan interaksi dengan bangsa
– bangsa lain, selain itu dapat menyikapi setiap munculnya isu
kewarganegaraan dengan berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif.
c. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Karakteristik suatu mata pelajaran perlu diidentifikasi dalam
rangka pengembangan silabus berbasis kompetensi dari mata pelajaran
tersebut. Struktur keilmuan suatu mata pelajaran menyangkut dimensi
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok atau struktur
keilmuan mata pelajaran tersebut.
Ciri khas dari mata pelajaran PPKn adalah didalamnya memuat
komponen pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan.
Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi siswa untuk meningkatkan
kecerdasan multidimensional yang memadai untuk menjadi Warga Negara
yang baik. Siswa diharapkan tidak hanya unggul dalam ranah kognitif
saja, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotorik. Jadi disamping
pengetahuan bertambah, sikapnya semakin positif serta dapat menerapkan
36
ilmu yang didapatnya dalam kehidupan segi akademiknya maupun non
akademiknya.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan
disekolah, materi keilmuan mata pelajaran secara garis besar mata
pelajaran Pendidikan kewarganegaraan mencakup tiga dimensi:
1) Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge), yang
mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi pengetahuan
tentang prinsip- prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah
dan non pemerintah, identitasnasional, pemerintah berdasarkan hukum
dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi sejarah
nasional, hak dan kewajiban Warga Negara, hak sipil dan hak politik.
2) Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (civics skill), meliputi
keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
misalnya berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat madani,
keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalanya pemerintahan
dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan
masalah sosial dan keterampilan mengadakan koalisi.
3) Dimensi Nilai Kewarganegaraan (civics values), mencakup antara lain
percayadiri, komitmen, penguasaan atas nilai, keadilan, demokratis,
toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers,
kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap
minoritas (Depdiknas, 2003: 2).
37
B. Kerangka Fikir
Budi pekerti diartikan sebagai sikap yang dicerminkan oleh
perilaku. Budi pekerti merupakan alat batin yang merupakan panduan akal
dan perasaan untuk membimbing baik, buruk, akhlak, watak, perbuatan
baik daya upaya dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggap anata ureaksi
individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi
juga ucapan (Sedyawati, 2000: 4)
Nilai–nilai budi pekerti yang dapat diintegrasikan kedalam mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba antara lain beriman, bertakwa, sabar,
bersyukur ,menghormati orang lain, pemaaf, jujur, sopan santun, ramah,
tertib, tegas, percaya diri, bertenggang rasa saling menolong, rasa kasih
sayang dan lain-lain.
Penerapan pendidikan budi pekerti dalam pendidikan
kewarganegaraa yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba dimaksudkan agar siswa mempunyai sikap atau
perilaku yang baik dan berbudi pekerti yang luhur serta beradab. Sehingga
mereka tidak hanya pandai dalam hal pengetahuan, tetapi juga mempunyai
perilaku yang baik, sopan santun yang tinggi, serta tata karma yang baik
sesuai dengan etika dan estetika tertentu.
38
Dari kerangka fikir diatas dapat dilihat dengan alur gambar sebagai berikut :
Gambar : 2.1 Bagan Atau Alur Kerangka Fikir
Pembelajaran PPKN
Pendidikan budi pekerti
Internalisasi pendidikan budi pekerti
pada siswa
Nilai – nilai budi pekerti
Siswa yang memiliki budipekerti yang baik
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian adalah metode kualitatif. Menurut cerswell dalam
Aryanto Budinugroho (2010) metode kualitatif merupakan penelitian yang
berfokus pada proses yang terjadi dan juga produk atau hasil. Penelitian
terkait pada memahami bagaimana sesuatau terjadi. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya–upaya penting seperti mengajukan
pertanyaan – pertantayaan dan prosedur–prosedur, mengumpulkan data
yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari
tema–tema umum, dan menafsirkan makna data.
Pendekatan kualitatif menurut criswell dalam bukunya yang
berjudul Penelitian Kualitatif & Desain Riset (2018) studi fenomenologi
mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap
berbagai pengalaman hidup mereka terkait konsep atau fenomena. Dalam
penelitian ini mengunakan pendekatan fenomenologi dimana penelitian ini
adalah sebuah fenomena yang terjadi. Pendekatan fenomenologi ini
dimana peneliti menentukan problem atau pernyataan terbaik untuk para
narasumber nantinya. Dalam pendekatan ini, peneliti memerlukan
beberapa individu yang mengerti atau terkait mengenai Implementasi
Pendidikan Budi Pekerti Terhadap Perilaku Siswa Melalui Pembelajaran
Ppkn Pada Siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba. Penyusun memilih lokasi ini karena melihat
rendahnya kesadaran siswa terhadap pendidikan budi pekerti sesuai
dengan permasalahan yang akan dikaji.
2. Waktu Penelitia
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitrian ini dilaksanakan
serjak dikeluarkannya izin penelitian dalam kurung waktu lebih 2 bulan
penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data penelitian berasal dari mana data penelitian dapat
diperoleh.Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer bersumber dari data primer yaitu Sumber data primer
diperoleh dari hasil penelitian dilapangan secara langsung dengan pihak–
pihak yang mengetahui persis masalah yang akan dibahas. Sumber data
primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara dengan informan.
Informan yaitu individu–individu tertentu yang diwawancarai untuk
keperluan informasi/keterangan data yang diperlukan oleh peneliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan adalah guru PPKn di Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
41
Selain informan penelitian juga memerlukan responden.
Responden adalah orang yang terlibat langsung dalam penelitian ini yaitu
siswa dan siswi di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba. dengan jumlah 12 siswa.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah bersumber dari sekunder yaitu sumber data
sekunder. Dokumentasi yaitu setiap bahan tertulis atau film (Moleong,
2002 : 116). Dokumen sebagai sumber data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber buku atau kepustakaan, serta arsip –
arsip tentang Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba,
perangkat pembelajaran PPKn seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran PKn. Sumber data ini diperoleh dari pihak yang
berkompeten yaitu guru pengampu mata pelajaran PPKn di Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian dalam penelitian ini adalah terdiri dari guru PPKN
1 orang dan siswa kelas X 6 orang sebagai peserta didik. Penentuan informan
dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dimana peneliti memiliki
informan secara variatif berdasarkan alasan wawancara dengan mengadakan
Tanya jawab langsung kepada informan. Penentuan Sampel diantaranya yaitu:
1. Purposive Sampling, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu, dimana peneliti cenderung memiliki responden secara variatif
42
berdasarkan (alasan), sehingga dalam penelitian ini menggunakan
maximum variation sampling,
2. Snow-Ball Sampling (penarikan sampel secara bola salju), yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lainlagi yang
dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah
sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menkadi besar.
Hendarso dalam Suyanto (2009 : 172) Informan yang sudah
memberikan berbagai informasi selama proses penelitian berlangsung.
Adapun klasifikasi dari Informan penelitian purposive sampling diantaranya:
1. Informan kunci (key informan), Yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
informasi pokok. Dengan ini Kepala Sekolah dan Guru di Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
2. Informan Ahli, Yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Hal ini adalah Guru dan Siswa di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
3. Informan Tambahan,Yaitu mereka yang dapat memberikan berbagai jenis
informasi yang peneliti butuhkan terkait apa yang diteliti walaupun tidak
43
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Hal ini Staff Tata
Usaha di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuannya adalah agar peneliti dapat memperoleh informan yang akurat dan
benar-benar memenuhi persyaratan karena informan tersebut mengetahui secara
lengkap tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut.
Penentuan Informan penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu
Purposive Sampling dimana memiliki klasifikasi diantaranya Informan kunci
(key informan), Informan Ahli, dan Informan Tambahan. Adapun alasan peneliti
menggunakan Purposive Sampling tidak lain karena peneliti sebelumnya telah
mengetahui terkait bagaimana lokasi yang akan digunakan untuk penelitian.
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi
dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah
tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian
akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi
yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi
tiga macam, yaitu informan kunci (key informan), informan utama, informan
tambahan.
E. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian yang sesuai dengan metode yang digunakan.
adapun instrument yang digunakanpeneliti dalam mengumpulkan data
44
antara lain :
1. Lembar observasi, menurut Margono adalah sebagai “pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.
2. Pedoman wawancara adalah, alat tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan terhadap responden dimana dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan informasi – informasi atau
keterangan yang berkaitan dengan materi pembahasan.
3. Alat dan bahan dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data dengan
cara mencatat hal–hal atau berupa variable, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen kejadian dan sebagainya. Catatan dokumentasi adalah
metode yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi
melalui dokumen–dokumen (arsip) yang ada hubungannya dengan hal–
hal yang dibahas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga
perlu memilih teknik pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik
pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang
obyektif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
45
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Rachman,
1999: 77).
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada
bersama objek yang diselidiki. Disebut observasi langsung. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan observasi langsung
.Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data–data yang berupa
gambaran umum terhadap fokus penelitian.
Metode observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pembelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba, untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi ,sarana
dan prasarana, waktu dan pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
2. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk menjawab secara
lisan pula. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
46
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002: 135). Ciri utama dari
wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari
informasi (intervieweer) dan sumber informasi (interviewee). Untuk
memperoleh informasi yang tepat dan objektif setiap intervieweer harus
mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee atau responden
atau mengadakan rapport ialah situasi psikologi yang menunjukkan bahwa
responden bersedia menjawab pertanyaan dan memberikan informasi
sesuai dengan fikiran dan keadaan yang sebenarnya (Rachman, 1999: 83).
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bentuk semi
struktur. Dalam hal ini mula–mula intervieweer menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam
dalam mengorek keteranga lebih lanjut sehingga jawaban yang diperoleh
lengkap dan mendalam. Teknik wawancara ini dilakukan secara langsung
dan tidak dilakukan secara ketat dan formal, sehingga akan mampu
mengorek kejujuran informasi untuk memberikan informasi yang
sebenarnya.
Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan pada guru mata
pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba. Dalam kegiatan wawancara peneliti menggunakan panduan
wawancara agar kegiatan wawancara dalam penelitian ini memperoleh
keterangan tentang implementasi pendidikan budi pekerti terhadap
47
perilaku siswa melalui pembelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film (Moleong,
2002: 161). Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal–hal
atau variable yang berupa catatan, prestasi, agenda, dan sebagainya.
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari dan mengumpulkan
data serta informasi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempertajam metodologi dan
memperdalam kajian teoritis.
G. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif.
Menurut Patton dalam Moleong (2002: 183) adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola kategori dan satuan
uraian dasar.
Data penelitian ini, analisis yang diguanakan adalah interaktif
fungsional, yang berpangkal dari empat kegiatan yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Tahap–tahap yang dilakukan peneliti adalah:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data diartikan sebagai suatu proses kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi
48
untuk mendapatkan data yang lengkap.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi, data “kasar” yang
muncul dari catatan - catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data merupakan bentuk analisis data yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
kesimpulan - kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan (Miles,
1992: 16).
Dalam hal ini proses reduksi data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
3. Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Dengan melihat semua penyajian–penyajian ini maka dapat
dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh
menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman
yang didapat dari penyajian–penyajian tersebut.
Dalam hal ini data yang dikategorikan tersebut kemudian
diorganisir sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan secara
49
deskriptif yang berdasarkan pada aspek yang diteliti. Sehingga
kemungkinan dapat mempermudah gambaran seluruhnya atau bagian –
bagian tertentu dan aspek yang diteliti.
Penyajian data merupakan kegiatan menganalisis, merancang
deretan dari kolom–kolom sebuah matrik untuk data kualitatif dan
menentukan jenis dan bentuk yang dimasukkan ke dalam kotak - kotak
matrik (Miles, 1992:17).
4. Penarikan kesimpulan/verifikasi data
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan mencari arti, mencatat
keteraturan, pola–pola penjelasan, alur sebaba kibat dan proposisi.
Kesimpulan juga diverifikasikan selama penelitian berlangsung. Verifikasi
adalah berupa penarikan kembali yang melintas dalam pikiran
penganalisis selama penyimpulan, suatu tujuan ulang pada catatan –
catatan lapangan, dan meminta responden yang telah dijaring datanya
untuk membaca kesimpulan yang telah disimpulkan oleh peneliti. Maka
makna–makna yang muncul sebagai kesimpulan data teruji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya.
Proses penyimpulan bisa dilakukan secara bertahap, misalnya
tahap pertama diberikan suatu kesimpulan, tahap kedua juga dilakukan
suatu kesimpulan, demikian pula tahap ketiga, dan akhirnya secara
keseluruhan disimpulkan dengan menggunakan hukum – hukum logika
yaitu induktif aposteriori (Kaelan, 2005: 71).
50
Penarikan kesimpulan dibuat berdasarkan pada pemahaman
terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pertanyaan singkat dan
mudah dipahami dengan mengacu pada pokok-pokok permasalahan yang
diteliti.
Menurut Wibisono dalam bukunya Kaelan (2005: 95) proses
induktif diterapkan berdasar data–data yang telah terkumpul dan dilakukan
analisis, yaitu melalui suatu sintesis dan penyimpulan secara induktif
aposteriori. Menurut Magnis Suseno dalam bukunya Kaelan (2005: 95)
proses analisis induktif aposteriori ini bukan merupakan proses
generalisasi, melainkan untuk membentuk suatu konstruksi teoritis melalui
suatu intuisi berdasarkan struktur logika. Proses induktif ini harus juga
didasarkan atas system pengetahuan filosofis yang mendasari pengertian.
Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi
sebagai suatu jalin menjalin pada sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data. Tiga alur kegiatan analisis data tersebut merupakan
proses siklus yang integratif.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini dibahas tentang hasil–hasil penelitian setelah pelaksanaan
implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pembelajaran PPKn pada siswa Madrasah Aaliyah (MA) kindang Kabupaten
Bulukumba. Sebagaimna dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian
akaan dianalisis secara kualitatif. Oleh karena itu, hasil dan pembahasan akan
diuraikan berdasarkan data kualitatif (data hasil observaasi, wawancara dan
dokumentasi.) dengan mengunakan kualitatif deskriftif.
1. Implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pembelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba.
Di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba pendidikan budi
pekerti bukanlah sebuah mata pelajraran berdiri sendiri, tetapi dikususkan kedalam
mata pelajaran PPKn secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar
mampu mengembangkan keterampilan sosial yang memugkinkan tumbuh dan
berkembang ahlak mulia dalam diri siswa.
Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran PPKn kelas
X Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba mengataakan bahwa.
“pendidikan budi pekerti dalam mata pelajaran PPKn sangat penting hal inibertujuan untuk membentuk siswa agar dalam kehidupanya sehari – haridapat sesuai dengan budi pekerti, serta berahlak mulia sehingga dapat
52
mempraktekkan dan menerapkan dalam kehidupan sehari – harinya” (jumat,20 Desember 2019)
Dari hasil pengamatan pada saat proses belajar mengajar dikelas guru mata
pelajaran PPKn kelas X Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
peran/implementasi nilai–nilai pendidikan budi pekerti kedalam materi PPKn yang
sedang disampaikannya. Tentu saja nilai–nilai budi pekerti yang
diimplementasikan kedalalam mata pelajaran PPKn dipilih dan di sesuaikan
kedalam tema pokok mata pelajaran PPKn mau itu visi dan misi dari mata
pelajaran PPKn.
Berikut hasi wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
“pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn dengan pokok bahasan mengenaisikap positif pacasila dalam kehidupan masyarakat, guru mengajarkan nilai –nilai budi pekertiseperi sopan santun, kesabaran, keiklasan, pemaaf, sikapjujur, saling menghormati dan sikap menghargai orang lain, itu sangatbermamfaat bagi kita karena kita dapat berperilaku yang baik terhadap sesamasehingga tidak merugikan orang lain.” (sabtu, 21 desember 2019)
Wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba.
“setiap kali belajar PPKn, guru selalu mengajarkan nilai – nilai budi pekertikepada siswa karena itu sangat penting bagi siswa karena untuk membentuksikap atau karakter yang sangat bermamfaat bagi siswa untuk diterapkandalam kehidupan sehari – harinya.” (sabtu, 21 Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas mengatakan bahwa dalam proses belajar
mengajar guru mata pelajaran PPKn dapat memilih nilai – nilai budi pekerti apa yang
akan ditanamkan melalui beberpa pokok bahasan atau sub pokok yang akan diajarkan.
53
Nilai–nilai budi pekerti ysng diajarkan dapat diperkenalkan dan diterapkan melalui
mata pelajaran PPKn telah mengakar dalam kehidupan masyarakat.
Hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“pada waktu guru belajar mata pelajaran PPKn mengenai sikap positifpancasila guru tidak lupa menyisipkan nilai – nilai budi pekerti seperti judultertib, percaya diri dan tegas.” (Senin, 23 Desember 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“pada saat guru mengajarkan sikap positif terhadap nilai - nilai pancasila gurumata pelajaran PPKn selalu mengajarkan nilai – nilai seperti nilai demokratis,menghargai pendapat orang lain, selalu bijaksana serta pentingnyakebersamaaan.” (Senin, 23 Desember 2019)
Berdasarkan dari wawancara di atas mengatakan bahwa salah satu nilai yang
paling penting adalah nilai keimanan yang merupakan nilai yang paling utama dalam
nilai budi pekerti, karena dari nilai percaya kepada adanya tuhan ini menjiwai nilai –
nilai seperti nilai kejujuran, sabar, rendah hati, bertenggan rasa dan masih banyak
nilai – nilai yang lainnya. Nilai keimanan sangat dibutuhkan dalam menciptakan
suasana yang aman dan tentram baik dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar
maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Maka setiap kali mengajar, guru PPKn
kelas X selalu menyisipkan nilai keimanan kepada siswanya.
Selain diintegrasikan kedalam mta pelajaran PPKn, nilai – nilai budi pekerti
juga diterapkan melalui kegiatan – kegiatan yang diadakan oleh sekolah seperti
perayaan hari besart nasional, hari besar agama dan kegiatan dibulan puasa. Dengan
54
perayaan hari besar nasional, misalnya hari perayaan kemerdekaan Indonesia
diperingati setiap tanggal 17 agustus sekolah mengadakan berbagai macam lomba,
waktu bulan Ramadan sekolah mengadakan pesantren kilat, yang dimaksud agar
siswa dapat lebih mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa.
Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“Iya, selain diitegrasikan kedalam mata pelajaran PPKn, nilai – nilai budipekerti juga diajarkan melalui kegiatan – kegiatan yang diadakan di sekolah,misalnya dengan mengadakan lomb – lomba di hari besar nasional maka akanmenumbuhkan sikap kebersamaan diantara sesama, selain itu nilai – nilaiiman dan takwa dapat kita tingkatkan dengan mengadakan kegiatan pesantrenkilat di bulan puasa.” (senin, 23 Desember 2019)
Didalam mengimplementasikan nilai–nilai budi pekerti pada guru kelas X di
Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba juga memberikan
motivasi/dorongan kepada siswanya sehingga siswa menjadi semangat belajar.
Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran, apabila motivasi tidak dimiliki
oleh anak dalam belajar maka tidak akan terjadi kegitan belajar pada diri anak guru
PPKn kelas X dalam megimplementasikan pendidikan budi pekerti yaitu memberikan
motivasi kepada siswanya agar nilai–nilai budi pekerti yang disampaikan dapat
diterima dan dimiliki oleh semua siswa.
Sebelum proses mata pelajaran dimulai guru mata pelajaran PPKn kelas X
Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba membuat persiapan
mengajar atau rencana pembelajaran, dalam pembuatan RPP tersebut guru mata
pelajaran PPKn menyisihkan nilai–nilai budi pekerti yang akan diberikan kepada
55
peserta didik yang materinya disesuaikan dengan pokok bahasan yang relevan, karena
dengan membuat RPP terlebih dahulu guru PPKn mempunyai pedoman pada waktu
proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi yang dilakukan guru
PPKn dalam proses belajar mengajar kepada siswa selalu menyisipkan nilai – nilai
budi pekerti.
Keberhasilan penerapan nilai–nilai budi pekerti yang dilakukan oleh guru
PPKn antaara lain dipengaruhi oleh ketetapan guru dalam memilih dan
mengaplikasiakaan metode–metode pembelajaran yang digunakan.
Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“pada waktu proses pembelajaran PPKn saya selalu menyisipkan nilai – nilaibudi pekerti untuk diajarkan kepada siswa biasanya saya mengunakan metodeketaladanan dan metode demokrasi”. (Jumat, 20 Desember 2019)
Pendidikan budi pekerti didalam kelas memang harus tercermin dari sikap
guru pada waktu menyajikan mata pelajaran yang diberikan. Guru yang sedang
mengajar didepan kelas hendaklah selalu berpandangan bahwa iapun secara tidak
lansung membentuk perilaku peserta didikanya sesuai denagan perilaaku budi pekerti.
Sejalan dengan pembelajaran makan penilain budi pekertipun secara terpadu
dengan mata pelajaran PPKn. Inti dari penilaian budi pekerti adalah penilaian nilai–
nilai budi pekerti dan nilai–nilai moral pancasila yang telah dipahami dan dapat
diamalkan siswa kedalah kehidupan dikeluarga, sekolah maupun didalam masyarakat
sehari–hari perilaku dapat diketahui dari bagaimana siswa bertemu dengan guru,
berbicara dengan guru dan dengan sesamanya.
56
Penilaian adalah suatu usaha dalam memperoleh impormasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan secara
perkembangan sikap dan perilaku yang dicapai oleh peserta didik penilaialaian
pendidikan budi perti dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai–nilai budi
pekerti yang dirumuskan sebagai standar minimal yang telah dikembangkan dan
ditanamkan di sekolah, serta dapat dihayati, diamalkan diterapkan dan dipertahankan
oleh peserta didik dalam kehudupan sehari-hari.
Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“teknik penilaian budi pekerti biasanya dilakukan dengan melihat sikap daanperiklaku siswa dalam kesehariannya”. (jumat, 20 Desember 2019)
Seorang anak akan dinilai telah mempunyai karakter mampu mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tinkah laku sehari–hari seperti berperilaku
jujur dan suka menolong dia dikatakan sebagai oaring yang berkarakter mulia.
Sebalaiknya jika ia berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dia dikatakan sebagai
orang yang berkarakter jelek.
Hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“kalau saya bertemu dengan guru saya selalu mengucapkan salam baikdidalam sekolah maupun diluar sekolah”. (Selasa, 24 desember 2019)
Hasil wawancara peneliti dengan siswa kelas X di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
“bersikap soapan dan santun kepada siapa saja dalam kehidupan sehari – hari
57
seperti yang selalu diajarkan guru PPKn ketika masuk mengajar dikelas”.(Selasa, 24 Desember 2019)
Seoarang peserta didik dapat dianggap setelah mengalami perkembangan
moralitas positif apa bila ia mampu membedakan hal–hal yang baik dan tidak baik,
hal–hal yanga dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
2. Kendala–kendala yang dihadapi guru setelah mengimplementasikan pendidikan
budi pekerti kedalam mata pelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba. Mengatakan bahwa kendala–kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti yang diimplementasikan kedalam mata
pelajaaran PPKn kelas X antara lain sebagai berikut:
1. Kendala–kendala dalam menghadapi siswa dari lingkungannya yang tidak baik.
2. Kendala–kendala yang berasal dari siswa sendiri baik dari internal maupun
external siswa.
3. Waktu yang tersedia untuk pendidikan budi pekerti sangat terbatas karena
pendidikan budi pekerti bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan membahas beberapa hal
diantaraanya:
58
1. Implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pembelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba.
Di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba,penerapan
pendidikan budi pekerti dengan cara di implementasikan kedalam mata pelajaran
PPKn. Pendidikan budi pekerti bukanlah mata pelajaaran yang berdiri sendiri,
melaingkan pelaksanaanya di implementasikan kedaalam mata pelajaran PPKn.
Pendidikan budi pekerti yang di implementasikan kedalam mata pelaajaran PPKn
adalah upaya membentuk anak untuk memiliki moral yang baik dan berahlak mulia
yang tercermin dari kehidupan sehari–hari.
Pemilihan mata pelajaran PPKn sebagai wahana untuk pendidikan budi
pekerti dilihat sangat tepat sekali karena secara konstitusional Negara Republik
Indonesia menempatkan sila–sila Pancasila sebagaai pondasi dan sekaligus sebagai
muara dari keseluruhan upaya pendidikan.
Hasil pengamatan dilapangan, pada waktu proses pembelajaran berlansung
guru mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
menyisipkan dan mengaitkan materi pendidikan budi pekerti kedalam pokok bahasan
yang akan disampaikan. Secara tidak langsung guru sudah menanamkan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswa. Pada saaat proses pembelajaran berlansung guru
selalu memberikan pujian atau sangjungan kepadaa siswa yang berhasil mengerjakan
tugas atau siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Tapi sebaliknya
guru mata pelajaran PPKn kelas X di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
59
Bulukumba juga memberikan sanksi kepada siswa yang tidak mengerjakan PR atau
berbicara sendiri pada saat guru menerangkan didepan kelas. Tindakan guru yang
demikian telah menerapkan pendidikan budi pekerti.
Nilai–nilai budi pekerti luhur yang diimlisitkan kedalam mata pelajaran PPKn
dipilih dan di sesuaikan kedalam tema pokok mata pelajaran yang berdiri sendiri,
akan tetapi pelaksanaanya di implementasikan kedalam mata pelajaran baik itu visi
maupun misi dari mata pelajaran PPKn. Guru mata pelajaran PPKn akan memilih
nilai – nilai pendidikan budi pekerti yang ditanamkan melalui beberapa pokok atau
sub pokok bahasan yang akan di ajarkan. Nilai–nilai yang di perkenakan dan
ditanamkan merupakan realita yang ada di masyarakat seperti demokrasi, kedaulatan
rakyat, dan nilai–nilai Pancasila.
Dalam observasi, juga ditemukan pelaksanaan dalam melakaakukan nilai
keimanan. Terlihat bahwa siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran selalu berdoa, tidak hanya
itu siswa–siswi juga selalu mengadakan sholat berjamaah pada saat duhur. Menurut
guru mata pelajaran PPKn kelas X di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba mengimplementasikan nilai–nilai budi pekerti kedalam mata pelajaran
PPKn pada proses pembelajaran bertujuan agar siswa mampu memadukan
pengetahuan dan ahlak mulia yang diterapkan dalam kehidupan sehari–harinya.
Dalam proses pembelajaran didalam kelas, guru PPKn kelas X di Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba selalu memberikan motivasi/dorongan yang
dapat membangkitkan semangat siswa untuk belaajar. Motivasi merupakan konsep
60
yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku tentu merupakan asperk yang sangaat
penting dalam membantu kegiatan belajar mengajar. Motivasi merupakan komponen
yang sangat penting dalam belajar dan merupakan komponen yang paling sukar untuk
diukur. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran, apabila anak tidal
memiliki motovasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak
Dalam buku 1 pedoman umum pendidikan budi pekerti zuriah (2007: 63)
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan pendidikan budi
pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai moral, etika, yang berfungsi menumbuh
kembangkan individu warga Negara Indonesia berahlak mulia dalam pikiran, sikap
dan kepribadian sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti sangat
penting diajarkan pada siswa karena pendidikan budi pekerti menyangkut moral, etika
dan kepribadian yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan seharai-hari.
2. Kendala–kendala apa dihadapi guru setelah mengimplementasikan pendidikan
budi pekerti kedalam mata pelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
Dari data yang diperoleh penyusun, daalam implementasi pendidikan budi
pekerti kedalam mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba sedikit mengalami kendala – kendala antara lain:
1. Kendala–kendala dalam menghadapi siswa terutama dari lingkungan yang tidak
baik.
61
Siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba beragam
dalam perilakunya, ada yang pendiam, aktif, serius, dan ada juga yang suka
bercanda. Merekapun berasal dari keluarga kaya, keluarga sederhana, dan ada
pula yang berasal dari keluarga tidak mampu. Begitu juga dilihat dari lingkungan
masyarakat, ada yang berasal dari lingkungan masyarakat baik dan ada pula yang
berasal dari lingkungan masyarakat yang tidak baik.
Lingkungan memberikontribusi atau sumbangan yang tidak sedikit bagi
keberhasilan pendidikan budi pekerti. Lingkungan masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang beragam perilakunya. Dari keberagaman perilaku tersebut
maka diharapkan dapat memberikan bimbingan, contoh, teladan bagi anak umur
sekoah untuk menuju kehidupan yang berbu diluhur. Setiap siswa adalah juga
masyarakat. Mereka membutuhkan bimbingan keteladanan dari warga
masyarakat yang berada disekitarnya. Budi pekerti luhur dari masyarakat luasakan
diteladani oleh peserta didik, demikian juga perilaku buruk dari masyarakat dapat
menjadi contoh yang bisa saja dituruti oleh siswa.
Dalam kendala – kendala seperti menghadapi siswa dari lingkungan yang
tidak baik dengan keberagaman perilaku yang dimiliki oleh peserta didik guru
menggunakan pendekatan secara individu atau pendekatan persuasif. Misalnya
pada saat istirahat guru memanggil peserta didik untuk berbincang – bincang.
Dengan komunikasi yang baik guru dengan siswa, maka guru dapat mengetahui
karakter masing-masing siswa. Guru dapat member nasehat kepada siswa secara
perseorangan. Misalnya kepada anak yang sering tidak mengerjakan PR, sering
62
terlambat sekolah, dan suka membolos. Dengan member nasehat, guru berupaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan berusaha untuk
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan siswa yang kurang sesuai dengan norma
yang ada disekolah. Apabila anak tersebut dibina satu, dua, sampai tiga kali jika
perilakunya tidak berubah, guru member sanksi yang berupa hukuman
pendidikan, tetapi apabila dengan hukuman pendidikan siswa masih tidak bisa
berubah, guru memanggil orang tua ke sekolah.
2. Kendala–kendala yang berasal dari siswa sendiri baik dari internal maupun
external siswa.
Dalam setiap pendidikan tentunya ada kendala dalam pelaksanaannya, begitu
juga pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Dalam implementasi pendidikan budi
pekerti pada siswa Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
kendalanya sangat timbul antara lain berasal dari segi internal dan segi ekternal
siswa.
Dilihat dari segi internal siswa, kendala yang ditimbulkan yaitu pada tingkat
kecerdasan siswa, dimana antara siswa yang satu dengan yang lain memiliki
tingkat kecerdasan yang tidak sama. Hal ini berpengaruh pada tingkat pemahaman
siswa terhadap nilai budi pekerti yang ditanamkan oleh guru mata pelajaran PKn
di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba.
Dilihat dari segi eksternal siswa kendala yang ada timbul karena perubahan
zaman, dimana budaya sopan santun sekarang mulai ditinggalkan. Hal ini
dikarenakan tidak terbatasnya informasi yang diperoleh siswa terutama lewat
63
tayangan televisi, HP, maupun lewat internet. Dengan alat yang serba yang
canggih anak dapat melakukan apa saja yang diainginkan. Televisi
misalnya, dalam hal ini televise amat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak. Televisi merangsang anak untuk mempelajari hal-hal baru, merangsang
anak untuk selalu berfikir dan bertanya. Semua ini dengan sendirinya akan
memperkaya kehidupan intelektualnya. Lewat televise anak juga mempelajari
tingkah laku yang baik, seperti belajar mengenal dan menerapkan norma. Akan
tetapi. Disamping itu pula tingkah laku yang positif dapat diperoleh dari
menonton televisi. Memang televise pun sebenarnya dapat merugikan
perkembangan anak, mungkin dia akan mengenal kejahatan, teror, dan berbagai
kejadian menyimpang yang seharusnya tidak ditonton oleh anak. Begitu pula
dengan HP dan internet anak dapat melakukan apa yang dia suka, dengan alat
yang canggih itu anak dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang tidak wajar,
melihat hal-hal yang porno yang semuanya itu sebenarnya tidak pantas bagi
mereka.
3. Waktu yang tersedia untuk pendidikan budi pekerti sangat terbatas karena
pendidikan budi pekerti bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Selain faktor lingkungan masyarakat, hambatan lain dihadapi oleh guru mata
pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba adalah
waktu yang tersedia untuk penanaman nilai-nilai budi pekerti di dalam kelas
sangat sedikit, hal tersebut di karenakan pendidikan budi pekerti bukan
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan diintegrasikan ke
64
dalam mata pelajaran PPKn. Apabila pendidikan budi pekerti berdiri sendiri.
sebagai mata pelajaran, maka dengan waktu yang lebih banyak itu akan lebih di
fokuskan dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti kepada siswa dan siswa
mampu bersikap sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
65
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian tentang implementasi pendidikan budi
pekerti yang diintegrasikan kedalam mata pelajaran PPKn pada Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba, kendala yang dihadapi oleh guru dalam
mengimplementasikan pendidikan budi pekerti kedalam mata pelajaran PPKn.
Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Implementasi pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa melalui
pembelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten
Bulukumba.
a. Pada waktu proses pembelajaran dikelas, guru mata pelajaran PPKn Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba menyisipkan nilai-nilai budi
pekerti. Nilai-nilai budi pekerti yang akan kususkan kedalam mata pelajaran
PPKn disesuaikan dengan tema pokok mata pelajaran PPKn yang akan
disampaikan. Namun, selain dikhususkan kedalam mata pelajaran PPKn,
pendidikan budi pekerti juga diajarkan melalui kegiatan-kegiatan yang
diadakan oleh sekolah.
b. Dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, guru mata pelajaran
PPKn Madrasah Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba menyisipkan
nilai-nilai budi pekerti ke dalam pokok bahasan yang relevan.
66
c. Metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran PPKn Madrasah Aliyah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba dalam mengimplementasikan
pendidikan budi pekerti adalah dengan metode keteladanan dan metode
demokrasi dengan model diskusi. Dengan metode keteladanan diharapkan
siswa dapat mencontoh perilaku apa yang dilakukan oleh guru. Secara
prakteknya guru mata pelajaran PPKn Madrasah Aliyah (MA) Kindang
Kabupaten Bulukumba bisa menjadi figur teladan bagi anak baik di dalam
proses pembelajaran maupun diluar. Dan dengan metode demokrasi dengan
model diskusi diharapkan siswa mampu menanamkan nilai-nilai
diantaranya keterbukaan, penghargaan pendapat orang lain, sportivitas,
kerendahan hati, dantoleransi, selain itu siswa diharapkan berani
mengungkapkan gagasan, pendapat maupun perasaanya.
d. Teknik penilaian yang digunakan oleh guru mata pelajaran PPKn Madrasah
Aliyah (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba yaitu dengan tes tertulis yang
materi tesnya dicampur dengan materi PPKn. Selain tes tertulis, teknik
penilaian yang digunakan oleh guru mata pelajaran PPKn Madrasah Aliayah
(MA) Kindang Kabupaten Bulukumba yaitu dengan pengamatan terhadap
sikap dan perilaku siswa dalam keseharianya.
e. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai budi pekerti kepada siswa, guru
PPKn Madrasah Aliysh (MA) Kindang Kabupaten Bulukumba
menggunakan motivasi/dorongan sebagai penguat dalam menanamkan
nilai-nilai budi pekerti kepada siswa berupa hadiah atau pujian dan sanksi,
67
agar siswa termotivasi dan terdorong untuk berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai budi pekerti.
2. Kendala–kendala apa dihadapi guru setelah mengimplementasikan pendidikan
budi pekerti kedalam mata pelajaran PPKn pada siswa di Madrasah Aliyah (MA)
Kindang Kabupaten Bulukumba.
a. Kendala–kendala dalam menghadapi siswa terutama dari lingkungan yang
tidak baik.
b. Kendala–kendala yang berasal dari siswa sendiri, baik yang bersifat internal
maupun eksternal siswa.
c. Waktu yang tersedia untuk pendidikan budi pekerti dikelas sangat terbatas
karena pendidikan budi pekerti bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya untuk mengimplementasikan pendidikan budi pekerti kedalam
pembelajaran PPKn guru bisa menyesuaikan materi pembelajaran yang sesuai
dengan realitas yang mereka hadapi sehingga sisswa tidak merasa bosan atau
jenuh karena model pembelajaran semakin bervariasi.
2. Guru sebaiknya memberikan dan kebebasan kepada siswa untuk berekspresi dan
berekreasi dalam proses pembelajaran.
68
3. Diharapkan kepada tenaga-tenaga pengajar bidang studi khususnya bidang studi
PPKn untuk menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajar disetiap
pokok bahasan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
4. Bagi siswa senantiasa percaya diri dalam mengeluarkan pendapatnya dengan
dasar argumentasinya yang kuat dan akurat.
69
DAFTARPUSTAKA
Azwar, Syaifudin. 1995. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Daroeso, Bambang. 1998.Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila
Semarang: Aneka Ilmu.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- 2001. Pendidikan Budi Pekerti Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah Buku I. Jakarta: Dirjendikdasmen.
- 2001. Pedoman menciptakan Suasana Sekolah Yang Kondusif dalam
Rangka Pemberdayaan Budi Pekerti Luhur bagi Warga Sekolah BukuII.
Jakarta: Dirjendikdasmen
- 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran PKn. Jakarta: Depdiknas.
Endraswara, Suwardi. 2003. Pendidikan Budi Dalam Jawa.Yogyakarta: Gelombang Pasang
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma.
Masrukhi. 2005. Srategi Pendidikan Nilai. Semarang: UNNES.
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI Press.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rodas karya.
Purwrdarminta, WJS. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Purwanto, M. Ngalimin. 2000. Ilmu Pendidikan Teori danPraktis.Bandung: Remaja Rosdakarya.
70
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah – Langkah Penelitian.Semarang: IKIP Semarang Press.
71
72
73
74
INSTRUMEN WAWANCARA I
Nama : Sahir, S.Pd
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : guru
Pendidikan : strata satu (SI)
Daftar Pertanyaan :
1. Menurut bapak apakah pendidikan budi pekerti sangant penting untuk diajarkan kepada
siswa?
2. Selain didalam kelas, apakah pendidikan budi pekerti juga diterapkan di luar kelas?
3. Dilihat dari teknik penilaiannya?
4. Nilai-nilai budi pekerti apa saja yang dapat diintegrasikan kedalam mata pelajaran PPKn ?
Daftar Jawaban :
1. pendidikan budi pekerti dalam mata pelajaran PPKn sangat penting hal ini bertujuan untuk
membentuk siswa agar dalam kehidupanya sehari–hari dapat sesuai dengan budi pekerti,
serta berahlak mulia sehingga dapat mempraktekkan dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-harinya.
2. Iya, selain diitegrasikan kedalam mata pelajaran PPKn, nilai – nilai budi pekerti juga
diajarkan melalui kegiatan–kegiatan yang diadakan di sekolah, misalnya dengan mengadakan
lomba lomba di hari besar nasional maka akan menumbuhkan sikap kebersamaan diantara
sesama, selain itu nilai–nilai iman dan takwa dapat kita tingkatkan dengan mengadakan
kegiatan pesantren kilat di bulan puasa.
3. teknik penilaian budi pekerti biasanya dilakukan dengan melihat sikap daan periklaku siswa
dalam kesehariannya
4. pada waktu proses pembelajaran PPKn saya selalu menyisipkan nilai–nilai budi pekerti
untuk diajarkan kepada siswa biasanya saya mengunakan metode ketaladanan dan metode
demokrasi
INSTRUMEN WAWANCARA II
Nama : Wahyuni Ismail
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. pada waktu guru belajar mata pelajaran PPKn mengenai sikap positif pancasila guru tidak
lupa menyisipkan nilai – nilai budi pekerti seperti judul tertib, percaya diri dan tegas.
2. pada saat guru mengajarkan sikap positif terhadap nilai - nilai pancasila guru mata pelajaran
PPKn selalu mengajarkan nilai – nilai seperti nilai demokratis, menghargai pendapat orang
lain, selalu bijaksana serta pentingnya kebersamaaan.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Andi Sopyan
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. pada waktu guru belajar mata pelajaran PPKn mengenai sikap positif pancasila guru tidak
lupa menyisipkan nilai–nilai budi pekerti seperti judul tertib, percaya diri dan tegas.
2. pada saat guru mengajarkan sikap positif terhadap nilai - nilai pancasila guru mata pelajaran
PPKn selalu mengajarkan nilai–nilai seperti nilai demokratis, menghargai pendapat orang
lain, selalu bijaksana serta pentingnya kebersamaaan.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : M. Alfian Nur
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. kalau saya bertemu dengan guru saya selalu mengucapkan salam baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah
2. bersikap soapan dan santun kepada siapa saja dalam kehidupan sehari – hari seperti yang
selalu diajarkan guru PPKn ketika masuk mengajar dikelas
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Hasrullah
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. Ya, guru selalu mengajarkan nilai-nilai budi pekerti dalam setiap pokok bahasan materi
seperti saling menghargai dan sopan santun.
2. ya, guru mengajarkan nilai-nilai budi Pekerti pada waktu proses pembelajaran
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Sri Devi
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. Dalam setiap pokok bahasan guru selalu menyampaikan tentang nilai-nilai budi pekerti
kepada kami.
2. ya, guru mengajarkan agar kita selalu berbuat jujur, sopan santun kepada siapa saja.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Nur Hikma
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa Kelas X
Daftar Pertanyaan :
1. apakah dalam setiap pokok bahasan materi guru mata pelajaran PPKn selalu menyampaiakan
contoh-contoh nilai budi pekerti ?
2. Apakah pada waktu mengajar mata pelajaran PPKn, guru juga mengajarkan kepada kamu
tentang nilai-nilai budi pekerti ?
Daftar Jawaban :
1. Ya, disetiap pokok bahasan guru tidak lupa mengajarkan kepada kami tentang nilai-nilai budi
pekerti.
2. ya, guru mengajarkan agar kita selalu berbuat jujur, sopan santun kepada siapa saja.
LEMBAR OBSERVASI
No. Kriteria Ya Tidak
1. Pendidikan Budi Pekerti
1.1 Pendidikan budi pekerti tidak hanya diajarkan di
dalamkelas saja tetapi juga diajarkan di luar
kelas.
2. Materi Pendidikan Budi Pekerti
2.1 Materi pendidikan budi pekerti yang diajarkan
telah sesuai dengan pokok bahasan yang relevan.
2.2Materi pendidikan budi pekerti yang diajarkan
sesuai dengan kebutuhan pelajar dan minat
belajar.
3. Kegiatan pendidikan budi pekerti
3.1 Pada saat menyampaikan materi di dalam kelas
guru juga tidak lupa menyisipkan nilai-nilai budi
pekerti.
3.2 Guru menampilkan diri sebagai sosok yang
sopan,berwibawa, menjagatata krama dan
berdisiplin.
4. Harapan
4.1Peserta didik bersikap dan membiasakan diri
menerapkan nilai-nilai budi pekerti yang di
ajarkan di sekolah.
5. PendidikanKewarganegaraan
5.1Pendidikan Kewarganegaraan dapat membentuk
budi pekerti yang luhur dalamdiri siswa.
6. Manfaat
6.1Pendidikan budipekerti memberikan manfaat
yang penting bagi sekolah pada umumnya dan
siswa pada khususnya dalampembentukan
kepribadian siswa.
6.1Hambatan pelaksanaan pendidikan budi pekerti
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
1. wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn
2. wawancara dengan siswa
3. Observasi didalam kelas
RIWAYAT HIDUP
Syamsir, lahir pada tanggal 18 Mei 1997 di Kindang, Kabupaten
Bulukumba merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Haring dan HJ. Sawiyah. Penulis menempuh
pendidikan dasar di SDN 208 tahun 2003 dan tamat pada tahun
2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di MTS I
Kindang pada tahun 2009-2012, kemudian pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 2 Bulukumba selama tiga tahun dan
berhasil menamatkan studinya di Sekolah tersebut pada tahun 2015. Pada tahun
yang sama juga penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi melalui
jalur tes dan Alhamdulillah diterima dijurusan Pendidikan Pacansila dan
kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar program studi Strata 1.
MOTTO DAN PEMBAHASAN
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya
adalah sesuatu yang utama.
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran
PERSEMBAHAN
Tiang penyangga utama ketika aku membangun masa depanku adalah orang
tuaku tercinta olehnya itu, kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda
terima kasihku kepada ayahanda dan ibundaku serta saudara-saudaraku atas
dukungan, semangat, pengorbanan, cinta dan kasih sayangnya yang tiada
terhingga
semoga yang kuberikan, mampu membentuk senyum bangga diwajah kalian