implementasi program percepatan kelas …...penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS
(AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh :
Darwanti
K7404057
PENDIDIKAN TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh: DARWANTI
K7404057
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Dra. Kristiani M.Si) ( M. Sabandi,S.E, M.Si)
NIP. 1962 04 28 1989 03.2.002 NIP. 1972 09 13 2005 01.1.001
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 20 Oktober 2009
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Aniek Hindrayani, SE, M.Si 1...................
Sekretaris : Feri Setyo, SE, M.M 2.....................
Anggota I : Dra.Kristiani, M.Si 3..................
Anggota II : Muhammad Sabandi, SE, M.Si 4....................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 1960.07.27.1987.02.1.001
v
ABSTRAK
Darwanti. IMPLEMENTASI PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penyelenggaraan kelas
akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta. (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam
penyelenggaraan program akselerasi. (3) Upaya-upaya yang telah dilakukan
SMA Negeri 3 dalam mengatasi kendala-kendala dalam penyelenggaraan kelas
akselerasi.
Penelitian berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi
tunggal terpancang, dalam artian penelitian terarah pada sasaran dengan satu
karakteristik. Sumber data penelitian meliputi: informan, tempat dan peristiwa
serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi
dari masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber yang
mantap dan di dukung juga dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi dan analisis dokumen. Keabsahan data diperoleh
melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode dengan menggunakan
analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi
meliputi: (a) persiapan penyelenggraan akselerasi, meliputi seleksi siswa,
perekrutan guru, persiapan kurikulum, persiapan sarana prasarana, sosialisasi. (b)
proses penyelenggaraan akselerasi. (c) evaluasi penyelenggaraan program
akselerasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apa saja yang masih perlu di
perbaiki. Hal-hal yang perlu di evaluasi antara lain sasaran pembelajaran, input
atau siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga kependidikan, biaya, evaluasi.
(2) Kendala-kendala dalam pelaksanaan program akselerasi meliputi beban belajar
yang berat bagi siswa, keterbatasan biaya. (3) Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi kendala yaitu dengan memberikan metode pembelajaran yang lebih
bervariasi, fasilitas yang lebih bagus dibanding dengan kelas regular, bekerjasama
vi
dengan lembaga psikologi An Naffa. Mengajukan block grant-block grant ke
pemerintah, mengadakan subsidi silang.
vii
ABSTRACT Darwanti. THE IMPLEMENTATION OF ACCELERATION PROGRAM AT SMA NEGERI 3 SURAKARTA, THE ACADEMIC YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta, September 2009.
This research was aimed for knowing: (1) The implementation of
acceleration program at SMA Negeri 3 Surakarta. (2) The obstructions which
were faced in the implementation of acceleration program. (3) The efforts which
were done by SMA Negeri 3 Surakarta to overcome the obstructions in the
implementation of acceleration program.
The research was in form of descriptive qualitative by using embedded
single strategy, in which the research was directed toward the target within one
characteristic. The research data resources were including: informant, place and
event, and archive and document. Sampling technique which was used is
purposive sampling, which purpose is to choose the informant which was
sentenced knew the information of the case deeply and could be trusted to become
a stable source and also supported with snow ball sampling. Data collecting
techniques were interview, observation, and document analysis. Data justification
was gotten toward resource triangulation and method triangulation by using
interactive analysis.
The result of the research showed: (1) Implementation of the acceleration
program was included: (a) The preparation of the acceleration implementation,
included students selection, teachers recruitment, curriculum preparation,
instrument preparation, socialization, (b) The acceleration implementation
process, (c) The evaluation of the acceleration implementation program.
Evaluation was done to know every single cases which was needed to be repaired.
The cases which were needed to be evaluated were teaching equipment, input or
students, curriculum, instruments, education workers, cost, evaluation. (2)
Obstructions in the acceleration program implementation were included heavy
learning burden for students, limitation of the cost. (3) The efforts which were
done to overcome the obstructions were by giving varied teaching methods, better
viii
facilities than the regular class had, had relationship with psychology institution of
An Naffa. Presented block grants to the government, held the cross subsidy
ix
MOTTO
“Dan mintalah tolong kepada Alloh dengan Sabar dan Sholat, sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(Qs Al Baqoroh : 45)
“Karena barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh, pasti orang lain akan segan
padanya, dan barang siapa yang mencari keridho’an Alloh, niscaya Alloh akan
mencukupkannya dari orang lain dan akan menjadikan orang lain ridho’
kepadanya “
(Al-Hikmah)
“ Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka
ikatlah buruan mu dengan ikatan yang kuat”
(Al Imam Asy Syafi’i Rohimalloh)
“Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar al qur’an, saat di majelis dzikir,
dan saat engkau sendiri, dan jika engkau tidak mendapati nya di tiga tempat itu
maka mohonlah kepada Alloh agar engkau dikaruniai hati karena sesungguhnya
engkau sudah tidak punya hati”
(Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziah)
“Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik, niscaya Alloh akan
memahamkannya terhadap ilmu Din/Agama”
(Al Hadits)
“Keep the fighting spirit not the spirit for fighting and just be strong!!!”
(Penulis)
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah teriring rasa syukur, penulis
persembahkan skripsi ini kepada:
Alloh Ta’Ala, semoga setiap air mata yang pernah
tertetes selama mengerjakan skripsi ini menjadi salah
bentuk ibadah hamba kepada MU
Ibu, Ibu, Ibu, .. Semoga Alloh selalu menguatkan kita
semua, dan kau lah yang selalu membuat aku kuat dan
bertahan menghadapi semua cobaan hidup, semoga aku
bisa menepati janjiku padamu.
Bapak,.. rinduku selalu ada untukmu, walaupun
kebersamaan kita sangat singkat, tapi aku bersyukur
pernah melihatmu
Kakak-kakak ku tersayang (Puryeni, Sarini),.. maafkan
aku karena aku belum bisa meringankan beban kalian,
semoga aku tidak mengecewakan kalian.
Ponakan-ponakan ku ika, cahyo, bagus,kituk, bintang.
Calon mas iparku.
Ummu aisyah abdillah
All akhwat,.
Teman-teman PTN 04,
ALMAMATER
Dan semua orang yang telah menemani dan
memberikan warna dalam hidup ku, love u all…
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepada Alloh Ta’Ala atas limpahan ni’mat, rizki dan
limpahan kasih sayang yang berlebih sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga terlimpahan kepada rasul yang mulia
Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mendapat gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata
Niaga Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak
mengalami hambatan, akan tetapi hambatan tersebut dapat teratasi atas bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Sebelas
Maret Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan
penelitian skripsi
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS
Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan skripsi dan
penelitian skripsi
3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS
Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan
penelitian skripsi
4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau
berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi
5. Dra. Kristiani M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi
6. Muhammad Sabandi SE, M.Si selaku pembimbing II sekaligus
pengampu akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
nasehat selama proses penyelesaian skripsi dan selama penulis
menjadi mahasiswa.
xii
7. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PTN
FKIP UNS Surakarta
8. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah
memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin.
9. Bapak Koesmanto, S.Pd, M.Pd selaku Manajer Program Akselerasi,
yang telah memberikan berbagai informasi yang penulis butuhkan.
10. Bapak/ibu Guru, karyawan, dan seluruh Siswa SMA N 3 Surakarta
yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.
11. Murid-murid kelas aksel SMA N 3 Surakarta yang telah memberikan
banyak informasi yang penting dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan
masih jauh dari memuaskan. Semua itu tak luput dari keterbatasan penulis, tidak
permintaan kepada Anda sekalian yang budiman kecuali masukan, kritik, dan
saran. Akhirnya, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini mampu
memberikan manfaat bagi semua.
Surakarta, Oktober 2009
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK......................................................................... v
HALAMAN MOTTO............................................................................. ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. x
KATA PENGANTAR ............................................................................ xi
DAFTAR ISI........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan ........................... 8
2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat...... .. 16
3. Penyelenggaraan Program Akselerasi ........................... 22
4. Tinjauan Tentang Kepuasan Siswa ............................... 31
B. KERANGKA BERPIKIR.................................................... 33
C. PENELITIAN TERDAHULU............................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN............................ 36
1. Tempat Penelitian........................................................ 36
2. Waktu Penelitian ......................................................... 36
xiv
B. BENTUK DAN STRATEGI PENELITIAN ....................... 36
1. Bentuk penelitian......................................................... 36
2. Strategi Penelitian ....................................................... 37
C. SUMBER DATA ................................................................. 37
1. Informan ..................................................................... 37
2. Tempat dan peristiwa .................................................. 38
3. Dokumen dan Arsip..................................................... 38
D. TEKNIK SAMPLING ......................................................... 38
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................... 39
1. Observasi ..................................................................... 39
2. Wawancara ................................................................. 39
3. Mengkaji Dokumen Dan Arsip ................................... 40
F. VALIDITAS DATA ............................................................ 40
G. ANALISIS DATA ............................................................... 41
H. PROSEDUR PENELITIAN ................................................ 42
1. Tahap Pra Lapangan .................................................... 42
2. Tahap Kegiatan Lapangan .......................................... 42
3. Tahap Analisis Data ................................................... 42
4. Tahap Penulisan Laporan ............................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi lokasi penelitian .................................................. 44
B. Deskripsi permasalahan penelitian....................................... 46
C. Temuan studi yang dikaitkan dengan kajian teori ............... 61
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 67
B. Implikasi............................................................................. 68
C. Saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 70
LAMPIRAN............................................................................................ 73
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Daftar Nilai Siswa Akselerasi....................................................... 4
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar kerangka berfikir .................................................................. 33
Gambar 2. Gambar model analisis interaktif ..................................................... 33
Gambar 3. Gambar prosedur penelitian................................................................ 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara...................................................................... 73
Lampiran 2 : Daftar Informan................................................................................. 78
Lampiran 3 : Jadwal Penyusunan Skripsi............................................................ 79
Lampiran 4 : Catatan Lapangan 1............................................................... ......... 80
Lampiran 5 : Catatan Lapangan 2......................................................................... 89
Lampiran 6 : Catatan Lapangan 3........................................................................ 95
Lampiran 7 : Catatan Lapangan 4 .................................................................... 98
Lampiran 8 : Catatan Lapangan 5 .................................................................... 104
Lampiran 9 : Contoh Silabus Kelas Akselerasi................................................ 109
Lampiran 10 : Nilai pelajaran ekonomi kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009 114
Lampiran 11 : Daftar Nama Siswa kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009.... 118
Lampiran 12 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 1......................... 120
Lampiran 13 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 2......................... 122
Lampiran 14 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 3......................... 123
Lampiran 15 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 4......................... 125
Lampiran 16 : Daftar Staff Pengajar Program Akselerasi................................. 127
Lampiran 17 : Pembagian Tugas Dalam Bk Program Akselerasi..................... 130
Lampiran 18 : Struktur Organisasi Sma Negeri 3 Surakarta............................. 132
Lampiran 19 : Foto-Foto dokumentasi penelitian............................................. 133
Lampiran 20 : Trianggulasi............................................................................... 140
Lampiran 21 : Perijinan..................................................................................... 146
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia dalam era globalisasi mengalami persaingan yang luar
biasa di berbagai bidang, antara lain bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan
dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun spiritual. Untuk
menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diprioritaskan.
Perkembangan sumber daya yang diprioritaskan adalah perkembangan sumber
daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dapat melalui pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya membangun
sektor pendidikan secara berencana, terarah, dan bertahap serta terpadu dengan
keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, IPTEK, sosial
maupun budaya.
Sejalan dengan dinamika pembangunan bangsa diberbagai sektor, tuntutan
terhadap pembangunan sektor pendidikan menjadi semakin luas, yakni disatu
pihak setiap terpenuhinya kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia
sekolah yang jumlahnya semakin bertambah dan dipihak lain terpercapainya
efisensi, relenvansi, dan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam menigkatkan kualitas
sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
berorientasi pada peningkatan penguasaan IPTEK, kemampuan profesional, dan
produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Peningkatan
kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan perubahan pada strategi
penyelenggaraan pendidikan.
Strategi penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia
selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang
standard (rata-rata) kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan
yang berbeda. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasaan di
bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar
siswa pada umumnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar
xix
mengajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan belajar di
atas kecepatan belajar siswa lainya, akan merasa jenuh, sehingga sering
berprestasi di bawah prestasinya (underachiever).
Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa
dapat dikelompokkan kedalam tiga strata, yaitu: yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Siswa yang berada
di bawah rata-rata, memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa-
siswa pada umumnya. Sedangkan siswa yang berada di atas rata-rata, memiliki
kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Bagi siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, selama ini diberikan pelayanan
pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, karena
memang kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anak anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata. Sementara itu, bagi siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki
kecepatan belajar di bawah siswa-siswa lainnya, diberikan pelayanan pendidikan
berupa pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk menyelesaikan
materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dari siswa-siswa
lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas
rata-rata, meskipun memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-
siswa lainnya, belum mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya.
Differences individual yang positif ini memerlukan layanan yang produktif dalam
pembelajaran yang spesifik serta disesuaikan dengan karakteristik belajarnya.
Kelebihan kemampuan belajar pada siswa yang memiliki kemampuan dan
kecerdasanluar biasa tidak perlu harus terhambat dan dipaksa menyesuaikan
dengan siswa normal apabila pengajar mengetahui sejak dini serta tahu bagaimana
memperlakukannya.
Menurut Colangelo dalam Reni Akbar-Hawadi (2004: 5) bahwa
“akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan
kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery)”. Sebagai model pelayanan,
pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi
pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di
xx
atasnya. Sementara itu sebagai model kurikulum, akselerasi memiliki pengertian
percepatanbahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Akselerasi
memiliki pengertian percepatan sehingga dengan program ini siswa yang memang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat belajar lebih cepat sesuai
dengan potensinya.
Bagi siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, diberi peluang dapat menyelesaikan studinya kurang dari 6 tahun, misalnya
5 tahun atau bahkan 4 tahun. Demikian pula untuk SMP dan SMA, bagi yang
mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat
menyelesaikan studinya kurang dari 3 tahun, misalnya 2 tahun.
Penyelenggaraan program akselerasi ini perlu dilakukan sebagai pemikiran
dan alternatif yang berwawasan masa depan untuk menyiapkan anak bangsa
sedini mungkin sebagai calon pemimpin berkualitas namun tetap bermoral dengan
menjunjung budaya dan adat istiadat ketimuran dalam menghadapi globalisasi
teknologi yang penuh kompetisi. Identifikasi siswa yang mempunyai kemampuan
dan kecerdasan luar biasa akan sangat penting sebab terlambatnya penanganan
terhadap siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan
merugikan masyarakat sendiri karena akan kehilangan asset human capital yang
tiada terkira harganya.
Program akselerasi memiliki keuntungan yang besar sebab dengan proses
yang cepat akan menghasilkan sejumlah lulusan yang memadai dan segera dapat
dimanfaatkan produk sekolah tersebut dalam masyarakat tanpa mengorbankan
potensi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
proses yang dipercepat beban bahkan justru irama cepat itulah yang sesuai dengan
irama yang dimiliki.
Program akselerasi adalah program yang akhir-akhir ini digalakkan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya manusia yang unggul
dan berkualitas. Program penyelenggaraan akselerasi hanya dilaksanakan oleh
sekolah-sekolah yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. SMA N 3 Surakarta
merupakan sekolah yang pertama kali yang telah siap menyelenggarakan program
xxi
akselerasi untuk tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di kota
Surakarta.
Di SMA N 3 Surakarta penyelenggaraan akselerasi mulai dilaksanakan
pada tahun ajaran 2003/2004 dengan model kelas khusus, hingga saat ini telah
menghasilkan lulusan yang berkualitas baik, yang bisa dilihat dari nilai semester
nya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Nilai Semester 2 Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2008/2009
Nilai No Nama Siswa
HR MID SMT NR NA
1 Aisha Alfiani Mahardika 89 94 82 88,43 88
2 Ardiana Hanatan 93 98 76 89,03 89
3 Astri Kusumawati 86 91 72 83,15 83
4 Brian Evan Cristiano 83 87 84 84,55 85
5 Dewi Masithoh 92 97 90 93,05 93
6 Dhimas Prasetyo 85 89 82 85,15 85
7 Dresta Pratita 93 98 82 91,03 91
8 Dyah Ayu P 90 95 82 89,09 89
9 Faris Edi 92 97 72 87,05 87
10 Ginanjar Udiarea 75 77 74 75,49 75
11 Intan Jayanti 88 93 86 89,12 89
12 Irene Listyanti 88 93 80 87,12 87
13 Johan Ardianto 89 94 76 86,43 86
14 Kartika Sari 89 94 80 87,77 88
15 Lufti Mawaryuningtiyas 74 76 82 77,49 77
16 Nourma Wahyu 74 75 80 76,17 76
17 Patricia Anna Bell 89 94 90 91,1 91
18 Qorina Nur Hidayah 92 97 84 91,05 91
19 Tara Ken Wk 80 82 74 78,79 79
20 Tyas Putri 80 82 84 82,12 82
xxii
21 Valentina Lakhsmi P 88 93 88 89,78 90
Nilai Rata-Rata 85,86 86
Nilai Tertinggi 93,05 93
Nilai Terendah 75,49 75
Sumber : Tata Usaha SMA N 3 Surakarta, 2009
SMA N 3 Surakarta sebagai salah satu sekolah unggulan di surakarta
melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar
(akselerasi). Untuk dapat meluluskan siswa lebih cepat dengan kualitas yang baik,
maka kualitas pelayanan program akselerasi perlu diperhatikan, karena kualitas
pelayanan yang diberikan berpengaruh dengan tingkat kepuasan atau harapan
yang diinginkan siswa. Kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan pelanggan
yaitu kebutuhan siswa dan berakhir pada persepsi siswa itu sendiri karena
siswalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa pendidikan yang diberikan oleh
program akselerasi SMA N 3 Surakarta sehingga siswa bisa menilai kualitas
pelayanan yang diberikan, yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi siswa.
Bedasarkan uraian diatas, maka penelitian ini untuk dituangkan dalam
bentuk penelitian skipsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM
PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diungkap diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berkut :
1. Bagaimana penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA
Negeri 3 Surakarta?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program
percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta?
xxiii
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai:
1. Penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3
Surakarta.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program
percepatan kelas/Akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini penulis golongkan menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pendidikan
khususnya mengenai penyelenggaraan program percepatan
kelas/akselerasi.
b. Menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan selanjutnya dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan melalui penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi.
b. Bagi penulis, dapat menambah wacana mengenai konsep penyelenggaraan
program percepatan kelas/akselerasi.
xxiv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Kemampuan Dan Kecerdasan
a. Batasan Kemampuan Dan Kecerdasan
Utami Munandar (1992: 17) berpendapat bahwa “kemampuan adalah
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”.
Menurut Conny Semiawan (1997:11) bahwa “kemampuan biasanya dikaitkan
dengan intelegensi atau kecerdasan”. Berdasarkan pengertian di atas maka
kemampuan merupakan daya yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan maupun latihan yang dilakukan
orang tersebut yang berhubungan dengan kecerdasan”.
Menurut Clark dalam Conny Semiawan (1997: 11) bahwa “kecerdasan
atau intelegensi adalah kombinasi sifat-sifat yang mencakup kemampuan untuk
pemahaman terhadap hubungan yang kompleks, semua proses yang terlibat
dalam berpikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan
kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru”. Sedangkan menurut David
Wechaler dalam Suratinah Tirtonegoro (2001: 20) bahwa “intelegensi adalah
suatu kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara
sengaja berpikir rasional dan bertindak secara efektif terhadap lingkukngannya.”
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
intelegensi atau kecerdasan adalah :
1. Merupakan kecakapan untuk berpikir abstrak.
2. merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
3. kemampuan auntuk memecahkan kesulitan dalm situasi tertentu dengan cara
yang cepat dan tepat.
4. kemampuan individu untuk berpikir scara rasional dan bertindak secara
efektif.
Kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan
intelektual, hal ini diungkap Moengiadi yang dikutip oleh Herry Widyastono
xxv
(2001) bahwa ”kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual,
sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan
intelektual”. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud
dalam batasan ini meliputi: (1) intelektual umum dan akademik khusus, (2)
berpikir kreatif-produktif, (3) psikososial atau kepemimpinan, (4) seni atau
kinestetik, dan (5) psikomotor. Bidang-bidang tersebut biasanya terdapat pada
anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142.html)
Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes intelegensi yang
menghasilkan IQ yang dapat menentukan keberbakatan seseorang. IQ masih tepat
jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual seseorang tetapi belum tentu
untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif dan bakat kepemimpinan. Dahulu para
ahli cenderung mengidentifikasikan bakat intlektual berdasarkan tes intelegensi
semata-mata tetapi akhir-akhir ini para ahli menyadari bahwa keberbakatan
merupakan sesuatu yang majemuk artinya meliputi berbagai macam aspek-aspek
lainnya yaitu kreatifitas,kepemimpinan, seni maupun psikomotor.
Kemampuan dan kecerdasan luar biasa sebenarrnya sejalan dengan konsep
gifted dan talented. Artinya anak yang gifted dan talented memliki kemampuan
dan kecerdasan di atas kemampuan anak-anak normal. Menurut Renzuli dalam
Utami Munandar (1992: 20) bahwa ”ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan
dan kecerdasan adalah : (1) kemampuan/intelegensi, (2) kretifitas, (3) tanggung
jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) di atas rata-rata.”
Seseorang yang berbakat adalah yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing-
masing ciri tersebut mempunyai peran yang sama-sama menentukan, seseorang
dapat dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila mempunyai intelegensi yang
tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual, akan tetapi
kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang.
Kretivitas juga penting karena merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, gagasan baru dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, demikian
pula kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin prestasi
unggul.
xxvi
b. Pengertian Anak Berbakat
Menurut Fledhusen dalam M. Sholeh Y. A Ichrom (1988: 9) bahwa
”istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa adalah gifted, genius, precoclous”. Genius sebagai
individu yang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam berbagai pekerjaan
yang mempunyai nilai maslahat yang besar, anak yang genius akan memberikan
kontribusi yang besar bagi masyarakatnya, mereka mempunyai kemampuan yang
lebih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak
normal laninya. Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atas
kemampuan unggul, sedangkan precocious adalah anak atau remaja yang
memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan
pekerjaan orang yang berusia di atasnya.
Menurut Depdiknas dalam Reni Akbar Hawadi (2004: 34) bahwa ”anak
berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi 140”. Dari beberapa
definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat adalah anak yang
memiliki kemampuan unggul luar atau biasa sehingga dapat mencapai prestasi
yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulan
nya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang khusus sesuai
dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak-
anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulannya sehingga
diperlukan program pendidikan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar
mereka agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.
c. Identifikasi anak berbakat.
Menurut Utami Munandar (1992: 9) bahwa ”identifikasi terhadap anak
berbakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan
identifikasi melalui studi kasus”. Identifikasi tersebut dapat diberikan penjelasan
sebagai berikut:
1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi belajar)
identifikasi ini meliputi dua tahap.
2) Identifikasi melalui studi kasus
xxvii
Yaitu identifikasi yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin tentang anak tentang anak yang diperkirakan
berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalkan: dari guru, orang
tua, teman sebaya atau anak itu sendiri. Identifikasi melalui studi kasus
dapat dimulai dengan menyusun daftar pertanyaan atau kuisioner atau
cheecklist untuk diisi masing-masing sumber.
d. Karakteristik Anak Berbakat
Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak berbeda dengan anak biasa, hanya
saja anak berbakat memiliki ciri-ciri yang melebihi dari anak-anak normal
lainnya. Menurut Martinson dalam utami munandar (1992: 30) bahwa ”ciri-ciri
anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca lebih cepat
dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin
tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, berpikir inisiatif, tidak cepat puas
dengan prestasinya, mempunyai banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal yang
baru”.
Keberbakatan itu dapat meliputi bermacam-macam bidang namun
biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam satu bidang saja. Hal ini
kadang-kadang dilupakan oleh seorang pendidik, mereka menganggap bahwa
seseorang yang telah diidentifikasikan sebagai seorang yang berbakat harus
menonjol dalam semua bidang. Tidak semua anak berbakat memiliki semua ciri-
ciri tersebut dan tidak benar kalau anak berbakat hanya memiliki ciri-ciri yang
positif saja. Setiap orang termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri positif apabila mereka
berada dalam lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang kurang
menguntungkan dapat berkembang ciri-ciri yang negatif.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu dari
siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat atau mungkin
mengakibatkan timbulnya masalaha-masalah. Menurut Martinson dalam Utami
Munandar (1992: 32) bahwa ”ciri-ciri tersebut antara lain mudah tersinggung atau
peka terhadap kritik, cepat bosan terhadapa tugas-tugas rutin, menjurus ke
keinginan memaksakan atau mempertahankan pendapatnya, acuh tak acuh dan
xxviii
cepat malas karena pengajaran yang diberikan kurang mengandung tantangan bagi
mereka”.
Anak-anak berbakat mudah tersinggung karena mereka mempunyai
kepekaan yang tinggi, mereka merasa tersisih jika pendapat mereka tidak diakui.
Anak berbakat mudah bosan dalam menghadapi tugas-tugas rutin karena mereka
memiliki kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru.
Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar, bekerja serta kebutuhannya
akan kebebasan akan dapat menimbulkan konflik sehingga mereka tidak mudah
nmenyesuaikan diri dengan lingkungan nya. Mereka juga merasa ditolak atau
kurang dimengerti oleh lingkungannya. Anak-anak berbakat memiliki semangat
yang tinggi sehingga mereka cenderung kurang sabar atau kurang tenggang rasa
jika ada kegiatan atau jika kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang
berlangsung.
Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena belum dapat pelayanan
pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat-sifat yang kurang baik perlu
diupayakan untuk memberi kepuasan rohani yang bermanfaat, yaitu melalui
pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasannya agar
mereka dapat memanifestasikan potensinya yang masih laten. Berdasarkan
berbagai penelitian, potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul tanpa stimulasi yang sesuai.
Menurut Herry (2001) bahwa ”salah satu stimulasi yang sesuai untuk anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah dengan memberikan
pelayanan pendidikan yang berdeferensiasi pemberian pengalaman pendidikan
yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan
kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi
alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar
siswa.” (www.bbawor.blogspot.com/)
xxix
e. Program Pendidikan Bagi Anak Berbakat
Menurut Clark dalam Herry (2001), ”program pendidikan bagi anak berbakat
antara lain: (1) program pengayaan, (2) program percepatan, (3) pengelompokkan
khusus” (http://hamline.edu/apakabar.basisdata/2001/08/31/0142.html)
Penjelasan dari tiga bentuk program pendidikan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. program pengayaan yaitu pembinaan siswa yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar bertambah yang bersifat
pendalaman,setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas
yang diprogramkan untukanak-anak lainnya.
b. Program percepatan atau akselerasi yaitu pembinaan siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan
memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat
atau menyelesaikan program dalam jangka waktu yang lebih
singkat.
c. Pengelompokkan khusus yaitu pembinaan siswa yang
berkemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang
bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus
sesuai dengan potensinya.
Pemilihan bentuk program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa atau anak yang berbakat tidak hanya tergantung pada
individu-individu yang terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi
lingkungan tempat program dilaksanakan. Di samping itu, pemilihan bentuk
program pendidikan bagi anak berbakat atau anak memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa tidak bisa lepas dari pertimbangan segi ekonomis, yaitu
mudah dan murah dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan bentuk-bentuk program pendidikan tersebut berbagai pihak baik
pengambil keputusan di lingkungan Depdiknas maupun pelaksanaan di lapangan
(yayasan/sekolah) lebih cenderung untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini
telah dilakukan sekolah dasar dan menengah di Indonesia yang diberi kepercayaan
xxx
untuk menyelenggarakan program akselerasi. Penyelenggaraan sekolah unggulan
termasuk di dalamnya program percepatan kelas (akselerasi) didasari filosofi yang
berkenaan dengan hakekat manusia, hakekat pembangunan nasional, tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan dan usaha mencapai tujuan pendidikan
tersebut.
Dalam penyelenggaraan program akselerasi selain bersifat filosofi-filosofi di
atas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi output.
Menurut Herry (2001), ”faktor-faktor tersebut meliputi: (1) masukan atau input,
(2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana prasarana, (5) dana, (6)
manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar”.
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142)
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Masukan atau input
Siswa sebagai masukan atau input diseleksi secara ketat sehingga seleksi
tidak hanya menyangkut prestasi akademik yang direpresentasikan dengan nilai
UAN yang tinggi, tetapi juga menyangkut tes psikologi dengan indikator IQ
minimal 130, kreatif dan tanggung jawab terhadap tugas, sehat jasmani dan
rohani.
b. Kurikulum
Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberi penambahan
nkedalaman dan keleluasaan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat.
Khusus untuk kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan kurikulum
anak normal lainnya, yaitu dengan pernambahan unsur-unsur substansial.
c. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik
dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar
harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran akselerasi.
Kekayaan metode mengajar yang mengarah pada inquiry, discovery, serta
eksperimental menjadi menu utama dalam proses pembelajaran di program
akselerasi.
xxxi
d. Sarana Prasarana
Sarana prasarana harus disesuaikan dengan sifat khas siswa yang memang
tingkat kecerdasannya tinggi, sehingga tersedianya sumber pembelajaran yang
mampu menjangkau seluruh tipe pembelajaran siswa. Tersedianya sunber audio
visual seolah menjadi keharusan dalam mendukung program akselerasi.
e. Dana
Mengingat perluasan kegiatan serta dukungan personal, materi sangat vital
dalam program akselerasi dengan sendirinya ketersediaan dana yang memadai
lebih dari sekedar pelaksanaan program reguler harus terpenuhi. Tidak mungkin
tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insentif lebih, demikian pula
untuk pemenuhan alat pendukung lainnya pada sekolah yang telah menerapkan
program akslerasi tidak bisa dihindari adanya SPP yang lebih tinggi dari sekolah
biasa.
f. Manajemen
Manajemen yang berhubungan dengan pengaturan waktu, mobilisasi
tenaga kependidikan, keterkaitan dengan orang tua, maupun kerjasama dengan
instansi luar sekolah harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga program
akselerasi dapat berjalan lancar disekolah yang juga menyelenggarakan kelas
reguler. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material
personal namun juga sekaligus aspek motivasi psikologik. Bagaimana
mengusahakan tumbuhnya komitmen yang tinggi, persepsi yang homogen dalam
langkah dan gerk yang mendukung program sekolah memerlukan manajemen
yang fleksibel, relistik dan prospektif.
g. Lingkungan
Lingkungan yaitu tersedianya keberlanjutan lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat sebagai lingkungan belajar yang tanpa putus. Penciptaan
lingkungan yang saling komplementar tidak mudah sebab selama ini seringkali
keluarga sudah apriori dengan apa yang dikerjakan di sekolah sehingga
sinkronisasi sekolah dengan keluarga untuk membentuk lingkungan belajar yang
kondusif tidak pernah terjadi. Keputusan korelasi antar lingkungan ini pada
akhirnya kurang menguntungkan siswa yang membutuhkan pengayaan materi
xxxii
kurikulum terutama dalam implementasi materi dalam suasana realistis
menjadikan lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang kompak dengan
sekolah perlu diiptakan oleh semua pihak.
h. Proses Belajar Mengajar
Proses ini sangat esensial karena titik tolak dalam penyelenggaraan
program akselerasi berkisar pada proses ini, oleh karena itu kualitas serta orientasi
proses belajar mengajar yang mengarah pada akselerasi harus diciptakan. Proses
belajar mengajar yang akselerasif ditandai dengan adanya proses yang kreatif,
diikuti dengan pengayaan serta mengundang tantangan bagi siswa.
Kreatif mempunyai makna bahwa proses belajar mengajar sangat
membuka bagi kemungkinan siswa mampu mengaplikasi teori yang diperolah
sehingga retensi yang terbentuk menjadi sangat kuat. Pengayaan bermaksud
bahwa materi yang diformulasikan dalam kurikulum tidak dibatasi sekedar sampai
penyerapan paket kurikulum itu sendiri, namun sampai pada perluasan dan
pendalaman dengan membandingkan, mengoleksikannya dengan sumber lain.
Mengundang tantangan siswa artinya materi pembelajaran tidak terbatas pada
proses transfer pengetahuan yang beku namun membuka siswa untuk menyelidiki
lebih mendalam suasana yang independen.
2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
Menurut Oemar Hamalik (2001:16) bahwa ”tafsiran tentang kurikulum
ada tiga yaitu: kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai
rencana pembelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar”. Dari ketiga
tafsiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata pelajaran
dianggap sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai di masa lampau
yang telah disusun secara sistematis dan logis.
xxxiii
b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan. Peranan sekolah disini adalah menyediakan
lingkungan bagi siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar.
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan
dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
maksimal.
Program akselerasi sebagai sarana pelayanan pembelajaran khusus
terhadap siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa, maka di dalamnya dituntut tersedianya kurikulum
berspesifikasi khas. Kurikulum tersebut diformatkan untu melayani pembelajaran
bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keungguan siswa dengan volume
materi pembelajaran yang padat dan akseleratif. Dengan demikian ditinjau dari
formatnya, kurikulum berdiferensiasi memiliki dimensi yang berbeda demikian
juga aspek komponen pembentuknya.
Ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan mengapa harus
didesign sebuah kurikulum yang khusus (terdiferensiasi) terhadap anak yang
berbakat yang disusun oleh beberapa ahli. Menurut Eko Supriyanto (2003: 108)
asumsi tersebut adalah:
a. Bahwa siswa yang memang memiliki karakteristik belajar yang unggul selayaknya diformulasikan kurikulum yang mampu menghantarkan kepada perkembangan yang optimal dan tidak mungkin terhambat hanya karena tidak terlayani dan tidak tersedianya perangkat terdiferensiasi.
b. Perkembangan siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat optimal hasilnya apabila secara hati-hati direncanakan kurikulumnya dengan baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun implementasinya dalam kerangka pengembangan pengalaman siswa.
xxxiv
Siswa yang dikategorikan berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa mempunyai cara belajar dan beraktivitas yang berbeda
dengan anak normal lainnya akibat dari kematangan mereka. Oleh karena itu,
disediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan
yang ada. Anak berbakat memerlukan kurikulum yang berbeda bekerja untuk
mengkondisikan karakter pembelajaran yang mengembangkan konsentrasi
ketrampilan berpikir tingkat tinggi serta independen. Sesungguhnya kurikulum
untuk anak berbakat merupakan proses yang berkelanjutan yang menggunakan
evaluasi sebagai alat pokok untuk merencanakan dan merevisi dokumen yang
akan datang.
Pengertian kurikulum diferensiasi memberikan pemaknaan bahwa kurikulum
yang dirancang tidak berlaku untuk siswa normal pada umumnya. Diferensiasi
menunjukkan makna berbeda yakni berbeda dengan formulasi kurikulum reguler
karena sifat kepadatannya maupun komponen di dalamnya. Diferensiasi dalam
pengertian bahwa kurikulum yang dirancang akan diterapkan untuk melayani
kebutuhan pembelajaran bagi bakat tertentu.
Menurut Davies dalam Eko Supriyanto (2003: 109) bahwa ”kurikulum
diferensiasi adalah kurikulum yang isi pembelajarannya menuntut pada siswa
untuk menggunakan kemampuan baik dalam konsep maupun proses kognitif
tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan corak karakteristik
belajar siswa unggul dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa”. Kurikulum
diferensiasi selalu berhubungan dengan akselerasi dan pengayaan sebab kedua
istilah tersebut selalu menyertai format kurikulum diferensisi. Akselerasi
menunjukkan bahwa kurikulum diferensiasi mendorong bagi percepatan belajar
sehingga dengan akselerasi melalui instrumen kurikulum diferensisasi akan
diringkas waktu belajarnya, lebih cepat dibandingkan dengan waktu belajar secara
normal (reguler) sedangkan pengayaan merupakan bagian dari penugasaan dari
kurkulum diferensiasi. Pengayaan berbentuk penugasan memperdalam materi
kurikulum yang dilakukan di luar jam sekolah.
Menurut Utami Munandar (2004:139) ”kurikulum berdiferensiasi yang
diperuntukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum
xxxv
diferensiasi serta modifikasi kurkulum untuk anak berbakat”. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Konsep dan pokok-pokok kurikulum berdifferensiasi
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut:
1) Materi yang dipercepat atau yang lebih maju
2) Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur
bidang materi.
3) Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.
4) Tingkat dan jenis sumbernyang digunakan untuk memperoleh informasi dan
ketrampilan
5) Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk
mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama.
6) Menciptakan informasi dan atau produk baru
7) Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang yang lebih menantang
8) Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan
apresiasi
9) Kemandirian dalam berpikir dan belajar.
Asas-asas kurikulum berdifferensiasi menurut Sisk dalam Utami Munadar
(2004: 139) adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema atau masalah yang luas,
2) Memadukan banyak disiplin ilmu dalam bidang studi, 3) Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling
memperkuat dalam suatu bidang studi, 4) Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri
dalam suatu bidang studi 5) Mengembangkan ketramipilan belajar yang mandiri atau diarahkan
pada diri sendiri 6) Mengembangkan ketrampilan yang berpikir yang lebih tinggi, yang
produktif, komplek, dan abstrak, 7) Memusatkan pada tugas yang berakhir terbuka, 8) Mengembangkan ketrampilan dan metode penelitian, 9) Memadukan ketrampilan dasar dan ketrampilan berpikir lebih tinggi
dalam kurikulum, 10) Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, 11) Mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan
teknik, bahan, dan bentuk baru,
xxxvi
12) Mendorong siswa untuk mengembangkan pemahanan diri, misalnya untuk mengenal dan menggunakan kemampuan mereka, mengarahkan dan menghargai kesamaan dan perbedaan antara mereka dengan orang lain.
13) Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifk melalui penilaian diri maupun melalui alat baku.
b. Modifikasi Kurikulum Anak Berbakat
Modifikasi Kurikulum Untuk Anak Berbakat Meliputi:
1) Modifikasi materi kurikulum
Karena anak berbakat memiliki kemampuan untuk belajar ketrampilan
dan konsep yang lebih maju, maka diperlukan modifikasi kurikulum. Dalam
modifikasi materi kurikulum guru dapat merencanakan dan menyiapkan
bahan yang lebih canggih, dan memberi penempatan alternatif bagi siswa.
2) Modifikasi proses atau metode pembelajaran
Program ini menuntut guru untuk menyelenggarakan pengendalian
dalam kurikulum dan kegiatan siswa dan guru harus juga dapat membuka
pintu perlibatan siswa dengan lingkungan yang berpusat pada siswa sehingga
dapat membuat mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
3) Modifikasi Produk Belajar
Dalam hal ini siswa dapat menggunakan kemampuannya untuk
mendalami topik dan menunjukkan kreativitas dan komitmen dalam
merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman belajarnya. Guru
akan menghadapi tantangan menemukan saluran untuk produk-produk siswa
sebab selama tahun pelajaran siswa diharapkan menghasilkan karya yang
dinilai sesuai dengan kehidupan nyata.
4) Memilih Modifikasi yang Sesuai
Dalam melakukan modifikasi dengan materi, proses dan produk di
dalam kelas menuntut persiapan yang matang agar dapat berhasil. Guru yang
bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif dan menanjak ke
perubahan-perubahan setelah siswa dan guru menjadi biasa dengan prosedur
baru. Menurut Parke dalam Utami Munandar (2004: 144) pedoman untuk
xxxvii
memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang lama ke yang baru,
yaitu:
a. Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuan nya setara.
b. Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak diselenggarakan dan modifikasi kurikuler yang dapat digunakan untuk masing-masing program
c. Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling dikuasai oleh siswa sehingga rasa percaya diri mereka bangkit, barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain.
d. Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada di dalam kelas, orang-orang yang membantu, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
e. Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang
5) Modifikasi Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar amat menentukan keberhasilan seseorang dalam
belajar, siswa akan lebih banyak mengajukan pertanyaan dalam lingkungan
yang aman. Agar program siswa berbakat berhasil, diperlukan lingkungan
yang berpusat pada siswa. Menurut Parke dalam untami munandar (2004:
146) ciri-ciri lingkungan yang berpusat pada siswa, yaitu:
a) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum b) Pola duduk yang memudahkan belajar c) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas d) Rencana belajar yang diindividualkan e) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin
6) Rencana Kurikuler
Rencana kurikuler yang ada memungkinkan siswa memperoleh
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhannya.
Materi dapat dipercepat, dipadatkan, diperkaya, dan diperluas. Proses dapat
terbuka, berdasarkan penemuan, berpusat pada guru, atau berpusat pada
siswa, produk dapat yang konvesional, tidak konvesional, dari kehidupan
nyata, sederhana atau majemuk.
xxxviii
3. Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Pengertian Akselerasi
Secara konseptual, menurut Pressey yang dikutip oleh Reni Akbar
(2004: 31) “acceleration sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam
program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda
daripada yang konvensional”. Sedangkan menurut Waras Kamdi (Kompas, 9
Agustus 2004), “Percepatan belajar (accelerated learning) sebagai suatu
metode atau strategi pembelajaran pada dasarnya mengakui bahwa setiap
manusia memiliki cara belajar yang dapat mengantarkan dirinya menjadi yang
terbaik”. Definisi di atas menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan
untuk menghindari hambatan pemenuhan permintaan dalam pengajaran dan
juga mengusulkan proses-proses yang memungkinkan siswa melalui
pembelajaran materi yang lebih cepat dibanding dengan kemajuan rata-rata
siswa.
Oleh karena itu, ada 3 catatan dari definisi di atas. Pertama, perlu
adanya kemantapan eksistensi dari satu kumpulan materi, tugas, keterampilan,
dan persyaratan pengetahuan dari setiap jenjang pengajaran. Kedua,
mempersyaratkan adanya kecepatan dari kemajuan yang diinginkan dan
spesifik, melalui kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Ketiga, adanya
dugaan bila dibandingkan dengan usia teman sebaya, siswa yang cerdas akan
mampu lebih cepat melaju melalui suatu program pengajaran yang standar.
Dengan demikian ada dua kriteria kemajuan, yaitu prestasi yang ada dan
kemampuan untuk melangkah lebih cepat dari biasanya.
Menurut Colangelo dalam Reni Akbar (2004: 5) menyebutkan bahwa,
“istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery),
dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery) sebagai model
pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau
perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas di atasnya”. Jadi anak
memperoleh layanan seperti ini biasanya lebih muda dari teman sekelas.
Sementara itu, sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat
bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai siswa saat itu. Dalam hal ini,
xxxix
akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber ataupun kelas
khusus dan bentuk akselerasi dapat diambil bisa telescoping dan siswa dapat
menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun
atau dengan cara self-placed studies, yaitu siswa mengatur kecepatan
belajarnya sendiri.
Istilah akselerasi dalam program ini menunjukkan pada pengertian
akselerasi dalam cakupan kurikulum dan program, yang berarti meningkatkan
kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajarinya yang dilakukan
dalam kelas khusus. Dengan sistem peloncatan akan memungkinkan anak-
anak yang demikian unggul potensinya berkembang dalam bidang akademis
dan memungkinkan mereka mengekspresikan bakat mereka sepenuhnya.
Akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah,
mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik, dan untuk
menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan
dirinya ataupun masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah
akselerasi adalah merupakan cara dimana dalam pelaksanaan kurikulum biasa
dimungkinkan anak-anak cakap dapat maju sesuai dengan kecepatan mereka
sehingga sangat dimungkinkan mereka akan dapat menyelesaikan program itu
dalam batas waktu yang lebih pendek dari yang seharusnya (program reguler).
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia
Landasan hukum penyelenggaraan program akselerasi adalah:
1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang “sistem pendidikan
nasional”, yang menyatakan sebagai berikut:
a) Pasal 5 ayat (4) , “ warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.
b) Pasal 12, “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (1) Mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya (2) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditentukan
xl
c) Pasal 32 ayat (1), “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0489/U/1992:
Pasal 16 ayat (1), ”Siswa yang memiliki bakat yang istimewa dan
kecedasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awala
dari waktu yang ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti
pendidikan SMU sekurang-kurangnya dua tahun”. (Reni Akbar-Hawadi,
2004: 20)
c. Tujuan Program Akselerasi
Secara umum, tujuan penyelenggaraan program percepatan belajar
menurut Reni Akbar (2004) adalah:
1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki
karakteristik khusus dari aspek kognitif dan efektifnya;
2) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dirinya;
3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik;
4) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.
5) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
6) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan
kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu :
1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat;
2) Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;
3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta
didik.
xli
4) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik
untuk mewujudkan bakat dan kemampuanya secara optimal;
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program
pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat, yaitu dalam waktu dua tahun;
6) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih
komprehensif dan optimal;
7) Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal.
d. Manfaat Akselerasi
Manfaat dari pelaksanaan akselerasi bagi siswa berbakat menurut
Southern dan jones dalam Reni Akbar (2004: 7) adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan efisiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan
menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih
baik dan lebih efisien.
2) Meningkatkan efektifitas
Siswa yang terikat belajarnya pada tingkat kelas yang
dipersiapkan dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya
merupakan siswa yang paling efektif.
3) Penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
4) Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan
produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada
waktu yang lain.
5) Membuka siswa pada kelompok barunya
Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung
dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan
akademis yang sama.
xlii
6) Ekonomis
Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.
e. Kelemahan Program Akselerasi
Empat hal yang berpotensi negatif terhadap proses akselerasi bagi anak
berbakat menurut Shouthern dan Jones yang dikutip oleh Reni akbar (2004:
39-41) yaitu:
1) Bidang akademis
(a) Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa
sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam kategori sedang-
sedang saja bahkan gagal.
(b) Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa
jadi merupakan fenomena sesaat saja.
(c) Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga
emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun
memenuhi kualifikasi secara akademis.
(d) Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini, yang bisa
jadi karier tersebut tidak sesuai baginya.
(e) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar
biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
(f) Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh
siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum
sekolah.
(g) Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik
keuangan sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
xliii
2) Penyesuaian Sosial
Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara
akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan
aktivitas lain.
(a) Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa
hubungan sosial yang penting pada usianya.
(b) Kemungkinan, siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya,
sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermainpun
sedikit sekali.
(c) Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan
perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda
usianya. Hal ini akan menyebabkan siswa akan kehilangan
kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang
dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya di masa
depan.
3) Aktivitas Ekstra kurikuler
(a) Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa
akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar
kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah
waktu untuk memperkenalkan masalah karier pada mereka.
(b) Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap
siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat
menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal
dalam hal lebih kuat dan lebih terampil.
4) Penyesuaian Emosional
(a) Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustasi dengan adanya
tekanan dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa
lelah sekali sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa
menjadi siswa underachiever atau drop out.
xliv
(b) Siswa akselerasi akan memiliki kesempatan sedikit sekali dalam
masa kanak-kanak dan masa remajanya akan merasa terisolasi atau
bersifat agresif terhadap orang lain. Mereka mungkin saja menjadi
antisosial karena tidak mampu memiliki hubungan sebagaimana
layaknya orang dewasa lainnya untuk berkencan, menikah, dan
membina kehidupan rumah tangga.
(c) Mereka akan kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya
karena menempati karier yang tidak tepat, tidak memiliki
kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan yang ada
sepanjang hidup, atau tidak mampu bekerja secara efektif dengan
orang lain.
(d) Tekanan terbentuk sejak kecil, kurangnya kesempatan untuk
mengembangkan hal-hal yang cocok dalam bentuk kreativitas atau
hobi, dan adanya potensi dikucilkan dari orang lain, akan
mengakibatkan kesulitan dalam hidup perkawinannya kelak atau
bahkan bunuh diri.
f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi
Menurut Reni Akbar-Hawadi (2004: 122) bahwa “manajemen
penyelenggaraan program akselerasi antara lain adalah rekruitmen siswa dan
kegiatan pembelajaran”, manajeman penyelenggaraan program akselerasi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Rekruitmen Siswa
Siswa yang diterima untuk mengikuti program akselerasi adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Proses
rekruitmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang berbakat
tersebut dilakukan dalam dua tahap:
a) Tahap I
Melalui seleksi data penerimaan siswa baru. Berdasarkan kriteria
tertentu yang berdasarkan pada skor:
xlv
(1) nilai UAN
(2) skor tes seleksi akademik atau tes potensi anak
(3) skor tes psikologis, yaitu melalui pemeriksaan psikologis yang
diperoleh melalui 3 jenis keberbakatan, diantaranya kecerdasan,
kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari gangguan
emosional.
b) Tahap II
Melalui proses penyaringan yang dilakukan dengan dua strategi,
yaitu:
(1) Strategi informasi data subjektif, yaitu nominasi dan rekomendasi yang
diperoleh dari diri sendiri (calon akseleran), teman sebaya, orang tua
dan guru sebagai hasil dari pengamaan.
(2) Strategi informasi data objektif, diperoleh melalui alat-alat tes yang
lebih beragam, seperti Tes Intelejensi Kolektif Indonesia (TIKI).
2) kegiatan pembelajaran
a) Guru
Dalam hal ini guru yang mengajar program akselerasi biasanya juga
yang mengajar di program reguler, hanya saja mereka telah dipersiapkan
sebelumnya melalui lokakarya dan workshop sehingga mereka memiliki
pemahaman tentang layanan pendidikan bagi anak berbakat. Guru
diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional.
Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi
standar bagi guru yang melayani pembelajaran alternatif.
b) Kurikulum
Perbedaan kurikulum antara akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda.
Perbedaannya hanya terletak pada penyususnan program dam alokasi waktu
yang lebih singkat untuk program akslerasi. Pada tahun pertama siswa akan
mempelajari seluruh materi kelas satu di tambah dengan materi kelas dua. Di
tahun kedua, mereka akan mempelajari materi kelas dua yang tersisa dan
seluruh materi kelas tiga.
xlvi
c) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual berbeda dengan
siswa lain (reguler). Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai
kecepatan dan tingkat kompleksitas yang sesuai dengan tingkat kemampuan
yang lebih tinggi daripada siswa kelas reguler, serta menekankan
perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.
d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar
Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi dengan reguler
terletak pada jadwal tes karena siswa program akselerasi mengacu pada
kalender yang dibuat khusus untuk mereka. Program ini memungkinkan guru
untuk memodifikasi proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di
dalam kelas. Antara lain adalah program yang menggunakan teknik
pertanyaan tngkat tinggi, stimulasi, membuat kontrak belajar, menggunakan
tentor.
g. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Belajar
Ada tiga bentuk yang dapat di kembangkan dalam penyelenggaraan
program akselerasi belajar yaitu:
1) kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa
lainnya di kelas reguler (model inklusif); Bentuk penyelengaraan pada
kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut :
a) Kelas reguler dengan kelompok (cluster)
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar
bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.
b) Kelas reguler dengan pull out
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar
bersama siswa lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-
waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang
khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar
dengan guru pembimbing khusus.
xlvii
c) Kelas reguler dengan cluster dan pull out
Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar
bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus,
dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang
sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok,
dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.
2) Kelas khusus, di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa belajar dalam kelas khusus; dan
3) Sekolah khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah
siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
B. Kerangka Pemikiran
Dalam proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen
tersebut antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana,
manajemen, dan lingkungan. Tanpa adaya komponen-komponen tersebut proses
belajar mengajar tindakan berjalan dengan baik. Komponen tersebut sangat cocok
diterapkan dalam program pendidikan akselerasi, yang mana program ini
diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa.
Pengembangan potensi peserta didik memerlukan strategi yang sistematis
dan terarah. Selama ini strategi pendidikan yang ditetapkan, termasuk kurikulum
yang ada memberikan layanan yang standar kepada semua peserta didik yang
sebenarnya memiliki tingkat kemampuan dan kecerdasan yang berbeda. Strategi
ini memang relevan untuk konteks pemerataan namun kurang mampu menunjang
usaha mengoptimalkan perkembangan potensi peserta didik, karena kemampuan
dan kecerdasan tiap individu berbeda-beda. Perlunya perhatian khusus kepada
peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah selaras
dengan fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik
seoptimal mungkin.
xlviii
Potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa tidak akan begitu saja muncul begitu saja tanpa stimulasi yang sesuai.
Salah satu stimulasi yang sesuai adalah memberikan pelayanan pendidikan yang
berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan
kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang
berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya
sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.
Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan
kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui
penyelenggaraan program akselerasi. Dengan adanya layanan pendidikan yang
sesuai dengan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa,
maka dirinya merasa diperhatikan dan diakui keberadaannya.
Dalam penyeleggaraan program akselerasi pasti ada kendala-kendala,
maka untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut kedua pihak harus
melakukan kerjasama untuk mencari solusinya.
Dari uraian tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hasil pelaksa-
naan
Komponen- komponen penyelenggaraan program akselerasi: 1. Input/murid 2. Kurikulum 3. Tenaga
kependidikan 4. Sarana dan
prasarana 5. Dana 6. Manajemen 7. Lingkungan 8. Proses Belajar
Mengajar
Penyelengga-raan Program
Akselerasi
Tidak ada kendala
Ada kendala
Solusi Internal
xlix
C. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan
adalah penelitian dari Retno sunarsih, Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Program Studi Akuntansi, dengan judul Efektivitas Penyelenggaraan
Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi Kasus Di SMA Negeri 1
Karanganyar). Penelitian tersebut menitikberatkan pada keefektivan terhadap
pelaksanaan program akselerasi yang diselenggarakan di SMA N 1 Karanganyar.
penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penyelenggaraan
program akselerasi di SMA N 1 Karanganyar terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap
persiapan, tahap proses, dan tahap evaluasi. Tahap persiapan meliputi seleksi
siswa, seleksi guru, penyusunan kurikulum, dan penyediaan sarana dan prasarana.
Tahap proses penyelenggaraan akselerasi, model penyelenggaraan akselerasi
dibedakan menjadi 3 yaitu model kelas reguler, model kelas khusus, model
sekolah khusus. SMA N 1 Karanganyar menggunakan model penyelenggaraan
kelas khusus, untuk kelas akselerasi nya berjumlah satu kelas pada tiap tahun
ajaran baru. Tahap evaluasi, kompenen-komponen yang dievaluasi yaitu: sasaran
belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru,
biaya, evaluasi.
Efektivitas penyelenggaraan akselerasi. Kriteria yang diperlukan untuk
mengukur dan mengetahui efektivitas penyelenggaraan program akselerasi di
SMA N 1 Karanganyar adalah kemampuan untuk mencapai tujuan program,
kemampuan memelihara kegiatan operasional sehari-hari, kemampuan
menyesuaikan terhadap perubahan.
l
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta. Alasan pemilihan
SMAN 3 Surakarta sebagai tempat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan SMA yang menyelenggarakan kelas
akselerasi di daerah Surakarta.
b. SMA Negeri 3 Surakarta mempunyai data atau informasi yang memadai untuk
kepentingan penelitian.
c. SMA Negeri 3 Surakarta belum pernah dijadikan obyek penelitian mengenai
penyelenggaraan kelas akselerasi sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan
memberikan manfaat pada sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung, mulai
dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Menurut Bodgen dan Tailor yang dikutip Lexy J. Moleong (2002: 3)
menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati”.
Hadari Nawawi (1998: 63) menyatakan bahwa :
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah yang
diselidiki mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi dengan cara
li
menggambarkan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang ditemui sebagaimana adanya baik berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang-
orang maupun perilaku yang dapat diamati.
2. Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang. Tunggal dalam
artian ”penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Artinya
penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi, atau satu
subyek)”. (H.B.Sutopo, 2006: 140). Terpancang dalam artian “sudah terarah pada
batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian”. (H.B.
Sutopo, 2006: 139). Jadi penelitian ini terarah pada satu lokasi yaitu SMA Negeri
3 Surakarta dengan batasan penelitian tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.
C. Sumber Data
Pemahaman mengenai sumber data merupakan bagian yang sangat
penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data
akan menentukan ketepatan dan kekayaan data informasi yang diperoleh. (H.B.
Sutopo, 2006: 56).
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data atau informasi yang
berhubungan dengan masalah penelitian melalui informan, tempat dan waktu
penelitian, dokumen dan arsip.
1. Informan
Dalam penelitian pada umumnya, jenis sumber data yang berupa manusia
dikenal sebagai responden (respondent). Istilah ini digunakan karena peneliti
dianggap memiliki posisi yang lebih penting dibandingkan dengan responden
yang hanya sekedar memberikan tanggapan (respon) terhadap apa yang
diinginkan oleh penelitii. “Di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut
dengan informan daripada responden” (H. B. Sutopo, 2006: 58), karena posisi
peneliti dan informan dipandang memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
2. Tempat dan Peristiwa
lii
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri 3
Surakarta. Dari lokasi tersebut akan muncul beragam fenomena yang merupakan
peristiwa yang dapat digunakan sebagai data yang berhubungan dengan masalah
yang sedang diteliti, yaitu tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.
3. Dokumen dan Arsip
Sekolah merupakan lembaga formal. Oleh karena itu kerapian dalam
administrasi menjadi bagian yang penting sehingga dokumen atau arsip yang telah
tertata dapat dijadikan sebagai sumber data apabila terdapat hubungan dengan
masalah yang sedang diteliti. H.B. Sutopo (2006: 61) mengemukakan bahwa
“Dokumen dan arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Bila ia merupakan catatan rekaman yang
bersifat formal dan terencana dalam organisasi sebagai bagian dari mekanisme
kegiatannya, ia cenderung disebut arsip”.
D. Teknik Sampling
Teknik cuplikan (sampling) merupakan suatu bentuk khusus atau proses
bagi pemusatan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (H.B.Sutopo, 2006:
63). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling /sampel bertujuan merupakan sampel yang diambil tidak ditekankan
pada jumlah tetapi ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang
diteliti. Jumlah sampel akan berkembang (snow ball) yaitu dari satu informan ke
informan yang lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi,
wawancara dan mengkaji dokumen atau arsip.
1. Observasi
liii
Menurut H.B. Sutopo (2006: 75), “Teknik observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan
benda serta rekaman gambar”.
Terdapat empat jenis observasi (H.B. Sutopo, 2006: 75) antara lain :
a. Observasi Tak Berperan. Kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak diketahui oleh subyek yang diamati.
b. Observasi Berperan Pasif. Kehadiran peneliti dalam di lokasi menunjukkan peran yang paling pasif, sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subyek yang diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.
c. Observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran tersebut hanya bersifat sementara.
d. Observasi berperan penuh. Peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik observasi berperan pasif
untuk mengamati perilaku yang muncul di lokasi penelitian. Dalam observasi ini
peneliti hanya mendatangi lokasi penelitian, tetapi sama sekali tidak berperan
sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.
2. Wawancara
Burhan Bungin (2003: 108) mengemukakan bahwa :
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebaginya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee).
Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth
interviewing) untuk memperoleh berbagai data yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara disusun
dulu sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
liv
3. Mengkaji Dokumen dan Arsip
Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81), “Mencatat dokumen disebut sebagai
content analysis, dan yang dimaksudkan bahwa peneliti bukan sekedar mencatat
isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya
yang tersirat”. Teknik mengkaji dokumen dan arsip dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mencatat apa yang tertulis dalam dokumen atau arsip yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, kemudian berusaha untuk
memahami maknanya.
F. Validitas Data
Ketepatan dan kemantapan data tergantung dari ketepatan memilih
sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik pengembangan validitas data.
Teknik pengembangan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi. Patton dalam H.B. Sutopo (2006: 92) menyatakan, “Ada empat
teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi
peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metodologis (methodological
triangulation) dan trianggulasi teoretis (theoritical triangulation)”.
Peneliti cenderung menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi
metode. Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber. Jenis trianggulasi ini
dilakukan dengan dua cara. Pertama, data yang sejenis dikumpulkan dengan
berbagai sumber data yang tersedia dengan teknik pengambilan data sama. Kedua,
data yang sejenis dikumpulkan dari sumber data yang berbeda dengan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Sedangkan trianggulasi metode dilakukan
dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang sama tapi dengan
teknik pengumpulan data berbeda. Dari sini akan diketahui keabsahan data-data
tersebut.
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, dimana aktivitas
dalam tiga komponen analisis yang terdiri dari reduksi data, sajian data dan
penarikan simpulan/verifikasi, dilakukan dengan cara interaktif dari tiga
komponen tersebut.
lv
Dalam model analisis interaktif ketiga komponen analisis berjalan
bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data. Begitu peneliti menyusun
catatan lapangan lengkap, reduksi data segera dibuat, dan diteruskan dengan
pengembangan bentuk susunan sajian data.
Dari membaca sajian data dengan kelengkapan ragam pendukungnya,
peneliti mengusahakan pikiran yang mengarah pada simpulan yang bersifat
sementara karena pengumpulan data masih berlangsung. Apabila peneliti
menemukan data baru dengan pemahaman baru, kemungkinan besar simpulan
sementara tadi perlu dirubah secara tepat. Apabila data baru lebih memperkuat
simpulannya sementara yang telah dikembangkan akan menjadi semakin mantap.
Demikian seterusnya hingga pengumpulan data dirasa telah lengkap.
Berikut ini gambar model analisis intreraktif :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sumber : H. B. Sutopo, 2006: 120)
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian,
menyusun rancangan penelitian, memilih obyek penelitian, sampai dengan
pencarian berkas perizinan lapangan.
(2) Sajian data
(1) Reduksi
(3)
Penarikan simpulan/verifikasi data
Pengumpulan
data
lvi
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap kegiatan lapangan dilakukan untuk menggali data yang relevan
dengan tujuan penelitian. Dalam tahap ini peneliti sudah terjun ke tempat
penelitian untuk memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan
serta sambil mangumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup
untuk memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Setelah data yang dianggap
relevan dengan masalah yang diteliti, data kemudian dianalisis kembali secara
lebih mendalam kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari analisis tersebut.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan terinci sebagai berikut :
a. Menyusun konsep laporan
b. Review konsep laporan atas dasar saran perbaikan dari tim penguji
c. Perbaikan konsep dan penyusunan laporan akhir
d. Penggandaan laporan, legalisasi dan pelaporan kepada yang terkait.
Bagan berikut disajikan agar memberikan kemudahan untuk
menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan
penelitian :
Proposal
Persiapan pelaksanaan
Pengumpulan data dan analisis awal
Analisis akhir
Penarikan kesimpulan
Penulisan laporan
Perbanyakan laporan
lviii
D. BAB IV
E. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Surakarta
Awal berdirinya Sekolah Lanjutan Atas Negeri pertama dimulai bulan
Agustus 1943, yang diresmikan pada tanggal 3 Nopember 1943, dan diberi nama Sekolah Menengah Tinggi Negeri (SMT Negeri) bertempat di gedung yang
sekarang dipakai Sekolah SMP Negeri 1 Surakarta
Pada bulan Juni 1950 diadakan ujian penghabisan yang pertama, di
gedung Margoyudan. Nopember 1950 para pelajar bekas pejuang mendesak dan
memohon untuk dibukanya 6(enam) kelas baru tambahan malam hari. Sebutan
“Enam Kelas Baru” akhirnya dibuka dan digabungkan dengan SMA Negeri A/B
II. Pada tanggal 17 Agustus 1951 dibuka secara resmi SMA A/B Malam dengan
nama SMA Negeri I Bagian malam yang terdiri dari 6 kelas. Maka sejak itu di
luar Sala terdapat 3 SMA Negeri A/B II. SMA Negeri A/B di bawah satu
pimpinan, yaitu:
1. SMA Negeri A/B, yang sekarang dikenal dengan nama SMA Negeri 1 Sala.
2. SMA Negeri A/B II, yang dikenal dengan nama SMA Negeri 2 Sala.
3. SMA Negeri A/B I bagian malam, atau sekarang SMA Negeri 3 Sala.
Tanggal 1 Agustus 1958 secara resmi di pecah ketiga sekolah inti dan diganti namanya:
1. SMA Negeri A/B I menjadi SMA Negeri IB di pimpin oleh Bp. Soepandam.
2. SMA Negeri A/B II menjadi SMA Negeri IIA di pimpin oleh Bp. Pajatmo.
3. SMA Negeri A/B I bagian malam menjadi SMA Negeri IIIB dipimpin oleh Bp. Rospandji Atmowirogo.
Tanggal 1 agustus 1958 juga diresmikan sebagai hari lahirnya SMA
Negeri III Surakarta. Tahun 1963 SMA Negeri III B diubah menjadi SMA Negeri
III, mempunyai empat jurusan yaitu: Jurusan Ilmu Pasti, Alam, sosial, dan
lix
Budaya. Tanggal 30 Januari 1967 terjadi boyongan dari Jl. Margoyudan 56 solo
pindah ke Jl. Warung Miri 90 (sekarang Jl. RE Martadinata 143) dimana gedung yang ditempati adalah bekas gedung SD SINTJUNG.
Pada tahun 1975 oleh Pemerintah Kotamadia Surakarta dalam rangka
pengembangan sekolah diberikanlah sebuah tanah bekas makam Belanda/Kerkoff di Prof W.Z. Yohanes untuk bangunan Laboratorium Kimia dan Fisika. Tanggal
29 Januari 1980 jabatan Kepala Sekolah diserahterimakan kepada Bapak Soeyono
sampai pada tanggal 22 Desember 1986. kemudian beliau digantikan oleh bapak
Drs. Sri Waloejo Mangoendikoro. Pembangunan gedung sekolah Warung Miri menjadi 2 lantai dilokal utara.
Tanggal 1 Mei 1995 kembali Jabatan Kepala Sekolah diserah terimakan
kepada bapak Soekiman. Pembangunan fisik yang dilaksanakan diantaranya membangun gedung kerkop menjadi 2 lantai dibagian depan dan per tanggal 31
Oktober 1998 dinyatakan pensiun dan sebagai gantinya ditunjuk Bapak Drs.
Kuswanto, MM. Pada masa Warung Miri atas bantuan Alumni SMA Negeri 3
Sala Bapak Laksamana Widodo A.S. Pada tanggal 26 Mei 2001 diangkat Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta sebagai penggantinya yakni Bapak Drs.
Kuswanto, MM, Akhirnya jabatan Kepala Sekolah diserahterimakan kepada
Bapak Drs. H. Soenarso, MM pada tanggal 13 Juni 2004. Gerbong pembangunan
kembali dilanjutkan dengan membangun 6 kelas di lantai 2 gedung sekolah Kerkop sampai sekarang, kemudian pada bulan Mei 2008 jabatan Kepala Sekolah
diserahkan kepada bapak Drs.H.Ngadiyo, M.Pd sampai sekarang.
2. Motto, Visi, Misi SMA Negeri 3 Surakarta
a. Motto Sekolah
Widya Karma Jaya
Yang artinya adalah ungul dalam ilmu dan perbuatan/budi pekerti.
b. Visi Sekolah
Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni Buaya menuju sekolah unggul yang
berwawasan Internasional.
c. Misi Sekolah
lx
1. Mengembangkan tata nilai dan akhlak mulia berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mewujudkan sinergi dan profesionalisme warga sekolah
3. Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif untuk mewujudkan semangat
berprestasi dan berkembangnya wawasan keilmuan, teknologi serta seni budaya.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Penyelenggaraan Program Akselerasi
Penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga
tahap, adapun tahap-tahap dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu:
persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akslerasi.
1) Tahap Persiapan
Penerapan suatu program baru membutuhkan berbagai persiapan.
Persiapan merupakan tahap awal sebelum program akselerasi ini
dilaksanakan. Persiapan-persiapan yang dilakukan di SMA Negeri 3
Surakarta meliputi, seleksi siswa, seleksi guru, penyediaan sarana
prasarana, dan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa persiapan yang
dilakukan pihak sekolah dalam penyelenggaraan program akselerasi
diawali dengan identifikasi siswa, perekrutan guru, melengkapi sarana
prasarana, sosialisasi.
Hal tersebut juga diperkuat informan 2 yang mengatakan bahwa
”pertama-tama kita mengidentifikasi jumlah siswa yang mempunyai bakat
dan cerdas istimewa itu, rekruitmen guru, menyediakan fasilitas, dan
media pembelajaran, sosialisasi ke sekolah-sekolah,.. .”(wawancara,7 april
2009).
Berdasarkan beberapa informasi tersebut di atas maka bisa
disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam
melaksanakan program akselerasi meliputi identifikasi siswa, perekrutan
guru, melengkapi sarana prasarana, dan sosialisasi. Persiapan-persiapan
lxi
tersebut dilakukan agar pelaksanaan program akselerasi dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
a. Identifikasi/Seleksi Siswa
Penyeleksian siswa dilakukan untuk mengidentifikasi anak yang berbakat,
karena yang dapat masuk ke program akselerasi ini adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Identifikasi anak berbakat
dapat dilakukan melalui tahap pengetesan maupun tahap studi kasus, tahap
pengetesan dapat berupa tes IQ di mana mereka yang dapat masuk di kelas
akselerasi ini adalah mereka yang ber IQ 130 ke atas, sedangkan studi kasus
dapat berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin
tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang berbeda, misalnya
dari orang tua, teman atau dari calon siswa itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 1 yang
menyatakan bahwa :
Sekarang seleksinya mengikuti aturan main dari Direktorat PSLB. Itu dengan kriteria, nilai akademik. Itu terdiri dari 3 komponen, yaitu rata-rata rapor, tes akademik, kemudian nilai ujian nasional. Itu tadi menjadi 1 komponen akademik, kemudian yang ke dua tes psikologi, tes psicologi nya itu ada tiga, kita mengacu pada sistem task comitment, kemudian IQ, CQ. Jadi intelejensi, kreativitas, task comitment, yaitu keterikatan pada komitmen. Nah persyaratan akademik itu harus rata-rata delapan, batas minimal. Kemudian intelejensi awal dari buku petunjuknya itu 120, sekarang sudah 130. Jadi 120,125,130. dan tampak nya sekarang anak-anak dengan intelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anak-anak gizinya juga lebih bagus.(Wawancara, tanggal 6 April 2009)
Seleksi administrasi meliputi hasil ujian nasional dan sekolah sebelumnya
dengan nilai rata-rata minimal delapan, dan tes kemampuan akademik, dengan
nilai rata-rata minimal delapan. Dalam tahap tes psikologi dapat berupa tes IQ
dimana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang
mempunyai IQ 130 ke atas, tes kreativitas, digunakan tes kreativitas figural
dan tes kreativitas figural, keterikatan dengan Tugas (Task Commitment),
selain itu juga ada tes yang berupa wawancara untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang
berbeda, misalnya dari orang tua, teman, atau dari siswa itu sendiri. Hal
lxii
senada juga diungkapkan oleh informan 4 bahwa ”hari pertama itu itu tes IQ
itu dua hari, tes psikologi, trus tes akademik, trus yang terakhir itu wawancara
pakai bahasa inggris,.. itu yang bikin pusing itu mbak”.(wawancara, 7 April
2009)
Prosedur identifikasi diawali dengan mengadakan pendaftaran pada bulan
maret. Siswa diseleksi berdasarkan nilai rapornya, kemudian siswa yang
nilainya memenuhi syarat bisa mengikuti tes selanjutnya. Setelah seleksi
melalui nilai rapor, maka prosedur identifikasi selanjutnya adalah melalui tes
selama lima hari, hari pertama tes kemampuan akademik yaitu tes
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, hari kedua dan ketiga proses seleksi
dilanjutkan dengan tes psikologi, hari keempat tes minat dan kepribadian, dan
hari terakhir atau hari kelima adalah tes wawancara dengan bahasa inggris.
(Leaflet pengumuman pendafaran siswa baru program Akselerasi, Maret
2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang dapat masuk pada program
akselerasi adalah yang memiliki IQ 130 ke atas, nilai rapor dari SMP rata-rata
minimal 8,0 tes akademik minimal 8, dan wawancara dengan calon siswa
dengan Bahasa Inggris juga dipertimbangkan.
b. Perekrutan atau Seleksi Guru
Guru merupakan salah satu pihak yang sangat menentukan keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Dalam program akselerasi di mana siswa
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa serta memiliki ciri yang khas,
maka guru yang digunakan dalam program akselerasi adalah guru yang benar-
benar memiliki kompetensi keguruan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh informan 2 bahwa ”ya anak aksel itu kan kecerdasannya
diatas rata-rata, jadi kita harus carikan guru yang bisa mengimbangi
kemampuan mereka, kalau ndak ya nantinya bisa menghambat proses
pembelajaran... .”.(Wawancara, tanggal 7 April 2009)
Senada dengan hal di atas, informan 1 menyatakan bahwa ”Kalau syarat
khususnya tidak ada, intinya ya mbak, task commitment nya harus ada, tingkat
lxiii
kemampuan akademiknya cukup baik, lulusan S1, kemudian rata-rata
pengalaman mengajar 5 tahun”.
Senada dengan hal di atas informan 2 juga menambahkan bahwa:
rekruitment untuk tenaga guru dipilih guru-guru SMA 3 yang baik, punya kompetensi tinggi, harus bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, masalahnya waktu kan tinggal 2/3. jadi harus bisa menyajikan materi secara jelas, cepat, dengan prinsip Pakemin (pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan, inovatif). (Wawancara, tanggal 7 April 2009)
Hal tersebut juga sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan
informan 3. Salah satu informasi dari informan 3 menyataka bahwa ”yang
jelas harus punya komitmen tinggi, harus lebih keras dari yang lainya kan?,
dan harus punya kompetensi yang cukup.”.(Wawancara, tanggal 7 April
2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah
mereka yang mempunyai task commitment, bertanggung jawab, mempunyai
kemampuan akademik yang baik, pendidikan minimal S1, pengalaman
mengajar minimal 5 tahun, yang bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, dan
yang mengajar dengan prinsip PAKEMIN.
c. Persiapan Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar dalam suatu program pendidikan untuk mencapai
tujuan pada satuan pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan nasional.
Kurikulum antara program akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda,
perbedaannya hanya terletak pada alokasi waktu yang lebih singkat untuk
program akselerasi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 1 yang menyatakan bahwa
”sama, kurikulumnya itu begini mbak, sebetulnya kurikulumnya itu biasa,
hanya saja standar isinya dinaikkan apa itu namanya eskalasi.”. (Wawancara,
tanggal 6 April 2009)
lxiv
Guru mempunyai kewajiban untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap kompetensi dasar dimana guru harus dapat
menyesuaikan materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia dengan
sebaik mungkin untuk dapat menyesuiakan materi pelajaran yang ada.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informan 2 bahwa ”sama, sama
dengan yang reguler, hanya saja waktunya lebih singkat, kalau yang regular
tiga tahun, ini cuma dua tahun, kalau yang reguler satu tahun dua semester,
yang ini satu tahun tiga semester.”. (Wawancara, tanggal 7 April 2009).
Kurikulum yang digunakan untuk kelas akselerasi untuk tahun ajaran
2008/2009 sama dengan yang digunakan untuk kelas reguler yaitu KTSP,
yang alokasi waktunya dipersingkat dan standar isinya dinaikkan. Hal tersebut
juga diperkuat oleh pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa
kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum KTSP
yang alokasi waktu nya dipercepat dan juga di tambah dengan pendalaman
materi (pengayaan).
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di kelas akselerasi
adalah KTSP sama seperti kurikulum kelas reguler, hanya saja guru yang
mengajar di kelas akselerasi harus membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setipa kompentensi dasar yang disesuaikan dengan
alokasi waktunya.
d. Persiapan Sarana Prasarana
Sarana prasarana sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan dalam
suatu pendidikan. Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu sarana prasarana edukatif dan sarana prasarana non edukatif.
Seperti yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”sarana dan prasarana yang
disediakan untuk anak akelerasi lebih bagus dibanding dengan kelas reguler
karena mereka kan berlajar nya lebih keras dibanding dengan yang reguler”.
(wawancara,7 April 2009)
Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu
sarana prasarana edukatif yang merupakan segala sesuatu yang bersifat fisik
lxv
yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, misalnya
ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang BP, papan tulis,
spidol, dan lain-lain, dan sarana prasarana non edukatif merupakan segala
sesuatu yang menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, misalnya kantin
sekolah, ruang koperasi, mushola.
Sarana prasarana untuk kelas akselerasi seharusnya dibedakan dengan
kelas reguler, karena sarana prasarana siswa harus disesuaikan dengan sifat
khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi. Di SMA Negeri 3
Surakarta, siswa kelas akselerasi berada di tempat yang terpisah dengan siswa
kelas reguler. Kelas akselerasi berada di warung miri, sedangkan siswa kelas
reguler berada di Kerkop.
Perhatian sekolah dalam penyediaan ruang kelas cukup baik, seperti yang
diungkapkan oleh informan 1 ”oo ya sudah ada. Jadi tiap-tiap kelas itu sudah
ada LCD, komputer,TV, VCD, AC, ada tape nya, jadi nanti kalau mau
listening itu sudah ada tape nya di tiap-tiap kelas.”(Wawancara, 6April 2009)
Di setiap ruang kelas terdapat sarana prasarana belajar yang sangat
memadai. Di setiap kelas telah dilengkapi dengan whiteboard, spidol, AC,
LCD, VCD/DVD Player, komputer, printer, dispenser, tape. Hal tersebut
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”Trus mestinya
kita menyediakan fasilitas, media pembelajaran, komputernya nyambung
internet, trus sumber bacaan, buku, internet, video”. (Wawancara, 7April
2009)
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa informan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana prasarana yang tersedia untuk
siswa akselerasi sudah memadai, dan lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelas reguler.
e. Sosialisasi
Setiap program pendidikan hendaknya disosialisakan kepada stake holder
pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun pihak
eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan
bahwa selama ini kegiatan sosialisasi dilakukan dengan pengiriman leaflet
lxvi
atau surat khusus yang ditujukan kepada SMP se-Surakarta dan sekitarnya
kepada siswa kelas IX sebagai sasarannya.
Hal tersebut juga diperkuat oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa:
biasanya itu, yang angkatan pertama itu, dulu kita undang, ya anak-anak SMP itu kita undang, kita beri penjelasan tentang aksel, nah itu tadi yang angkatan pertama, kemudian setelah itu mulai angkatan 2, 3 dan seterusnya mereka sudah tahu dengan sendirinya. Jadi alumni-alumni anak-anak SMP mereka itu saya suruh kembali ke sekolah-sekolah mereka untuk memberikan sosialisasi ke adik-adik kelas, karena yang tahu persis keadaan disini kan mereka. Jadi misalkan saya sosialisasi, kan saya mesti ngomong nya nggak relistis, saya mesti memberikan yang manis-manis, jadi yang pernah duduk di sini yang merasakan jadi saya suruh kembali katakanlah untuk memberi penjelasan.(Wawancara, 7April 2009)
Informan 1 memambahkan bahwa sosialisasi juga lakukan dengan
mengadakan iklan di media elektronik yaitu melalui radio PTPN FM. Selain
itu Informan 2 menambahkan bahwa, ”jadi pakai brosur, leaflet, ngirim surat
dulu ke SMP yang mau dituju, kalau boleh ya sosialisasi, kalau ndak ya
tempel leaflet, brosur aja, sehingga smua tau bahwa aksel itu butuhnya anak
yang nilainya brapa.”.(Wawancara, 7April 2009). Informan 2 juga
memambahkan bahwa dulunya sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak
yaitu koran Solopos.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
program akselerasi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas IX di Surakarta
dan sekitarnya. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik
melalui media cetak seperti koran (Solopos), maupun media elektronik yaitu
radio (PTPN FM), pembuatan leafleat, brosur untuk dikirim ke sekolah-
sekolah dan juga presentasi di sekolah-sekolah di Surakarta dan sekitarnya.
2) Tahap proses penyelenggaraan program akslerasi.
Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi. Bentuk
penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan menjadi 3 model, yaitu,
Pelayanan khusus, model kelas khusus, dan model sekolah khusus. Siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas
khusus, sedangkan pada model sekolah khusus semua siswa yang belajar di
lxvii
sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Sedangkan penyelenggaraan program akselerasi yang ada di SMA
Negeri 3 menurut informan 1 bahwa, ”kita pakai nya yang kelas khusus, saat
ini masih kelas khusus, nanti suatu saat bisa juga jadi sekolah khusus”.
(wawancara, 6 April 2009).
Hal ini juga didasarkan pada kebutuhan belajar siswa tersebut, mereka
memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga mereka harus
mendapat layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila
mereka tidak diberi layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa reguler,
mereka cenderung akan mengalami underachiever. Jadi penyelenggaraan
program akselerasi di SMA Negeri 3 menggunakan model kelas khusus, yang
mana setiap tahun ajaran nya terdiri dari dua kelas, dan tiap kelasnya terdiri
dari 20 siswa.
Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar
dari siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa
sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi
kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberikan layanan khusus
misalnya dicampur dengan siswa kelas reguler, maka cenderung akan
underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya.
Dalam proses penyelenggaraan program akselerasi ini salah satunya
adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan
kegiatan terencana untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tersebut akan
berdaya guna dan berhasil guna bila dilaksanakan secara seksama, berencana,
dan sistematik. Dengan seksama artinya dilaksanakan dengan penuh
pertimbangan dan perhatian, berencana mengandung makna ada tujuan yang
jelas dan disertai langkah-langkah dan teknik yang jelas untuk mencapai
tujuan tersebut, sedangkan sistematik berarti komponen-komponen dalam
proses belajar-mengajar (tujuan, materi, metode, media, guru, siswa, sarana
prasarana, dan evaluasi) tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu
kesatuan yang terpadu. Hal ini dimaksud agar tujuan program akselerasi yaitu
untuk memberikan pelayanan khusus bagi siswa yang mempunyai
lxviii
kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar mereka mendapat kesempatan
untuk menyelesaikan belajarnya lebih singkat daripada siswa normal lainnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari kegiatan evaluasi hasil
belajar. Di sini guru wajib melaksanakan evaluasi setiap akan mengakhiri
proses belajar mengajar. Secara periodik evaluasi dilakukan berdasarkan
program tertentu, misalnya ulangan harian, caturwulan, dan semesteran. Pada
program akselersi, siswa SMA yang seharusnya menyelesaikan belajar selama
3 tahun dapat menyelesaikan belajarnya hanya dalam waktu 2 tahun. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh informan 1 bahwa:
bedanya kita dengan kelas reguler itu ya pada waktu yang lebih cepat mbak, sistem evaluasi yang kita lakukan juga sama saja koq, kita juga mengadakan ulangan harian, mid semester, ujian semester, cuma waktunya saja yang beda, di aksel itu satu semester itu cuma 4 bulan, mid nya tiap 2 bulan sekali, tiap 8 bulan sekali kenaikan kelas. (Wawancara, 7April 2009)
Waktu 2 tahun ini digunakan untuk 3 tingkatan, sehingga setiap tingkatan
nya hanya membutuhkan waktu 8 bulan. Untuk itu guru harus dapat
merencanakan, membuat alat tes dan melaksanakan evaluasi sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Sebagaimana yang disamapaikan oleh informan 2
bahwa guru harus bisa mengajar dengan jelas dan cepat agar materi pelajaran
yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 3 tahun bisa diselesaikan dalam
waktu 2 tahun. Mereka juga diwajibkan untuk mengadakan evaluasi setelah
satu kompetensi dasar dalam suatu bidang studi. Sehingga mereka bisa
menilai apakah siswa tersebut telah menguasai materi yang diajarkan atau
belum. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 dan
informan 4 mengatakan bahwa setiap semester hanya membutuhkan waktu 4
bulan, kenaikan kelas dilakukan setiap 8 bulan sekali. Sistem evaluasi yang
dilakukan di kelas akselerasi sama dengan sistem evaluasi yang dilakukan di
kelas reguler, yaitu ulangan harian, mid semester setiap 2 bulan sekali, ujian
semester setiap 4 bulan sekali dan kenaikan kelas setiap 8 bulan sekali.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3
lxix
Surakarta adalah model kelas khusus, dimana siswa dikelompokkan dalam
satu kelas khusus. Tujuan dari penyelenggaraan program akselerasi adalah
memberi layanan khusus bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan
kecerdasan luar biasa agar dapat menyelesaikan belajarnya lebih awal, tujuan
tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidaka didukung oleh komponen-
komponen dalam proses belajar mengajar. Evaluasi belajar yang dilakukan di
kelas akselerasi tidak jauh berbeda dengan kelas reguler, bedanya hanya
terletak pada waktu pelaksanaan dan target yang harus dicapai.
3) Tahap Evaluasi
Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat
adalah evaluasi program. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
program yang telah dijalankan berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu,
evaluasi dilakukan secara berkesinambungan baik bagi siswa maupun bagi
program itu sendiri. Komponen-komponen yang perlu dievaluasi yaitu:
sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga
pendidikan/ guru, biaya, evaluasi.
Penyelenggaraan program akselerasi merupakan layanan yang diberikan
kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa. Sasaran
program belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam
penyelenggaraan program akselerasi untuk bisa memperoleh input atau
masukan berupa siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, maka dilakukan prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di
kelas akselersi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan 1:
nah persyaratannya akademik itu harus rata-rata 8, batas minimalnya, kemudian intelejensi awal itu dari buku petunjuknya 120, sekarang sudah 130, dan nampaknya sekarang anak-anak dengan itelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anak-anak sekarang gizinya juga lebih bagus. (Wawancara, 7April 2009)
Jadi dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas
akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di
tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.
lxx
Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta, sudah sesuai dengan
kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan merupakan
kurikulum yang sama dengan kurikulum kelas reguler (KTSP) namun standar
isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan
(enrichment).
Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA
Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan
prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
sebagaiamana yang disampaikan oleh informan 1:
fasilitas yang diberikan untuk anak aksel itu banyak sekali, pembelajaran, perpustakaan, ruang audio visual, bahkan dulu saya buatkan ruang khusus yang disitu isinya 10 komputer yang disitu mereka bisa eksplor,dia bisa mengembangkan apa saja, kalau ada tugas dia bisa nyari referensi dari internet, bahkan buat refreshing, nge-game. (Wawancara, 6April 2009)
Tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah
cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai
tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik
yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat
guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Mereka sangat bersemangat
untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta
didiknya.
Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk
masalah biaya, mereka menyatakan tidak terlalu menghadapi kesulitan. Biaya
untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta memang diperoleh dari
orang tua siswa dan juga dari pemerintah (block grant). Sebagaimana yang
disampaikan oleh informan 3, ”untuk masalah dana saya pikir ndak ada, kalau
untuk program akselerasi dan SBI itukan kita diperbolehkan untuk mengambil
dana dari masyarakat, dari orang tua murid, kalau reguler kan ndak boleh”.
(Wawancara, 7April 2009),
Evaluasi belajar di kelas akselerasi baik itu jadwal pelaksanaan evaluasi
maupun hasil belajar siswa sudah cukup baik, hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh informan 3 bahwa evaluasi sudah baik karena dalam
lxxi
pelaksanaannya guru berpedoman pada jadwal yang sudah ada. Evaluasi
belajar dilaksanakan secara sistematis, teratur, dan berkelanjutan, baik itu
mulai dari ulangan harian, mid semester, dan semesteran. Evaluasi
dilaksanakan guna mengetahui kemampuan siswa. Hal tersebut juga diperkuat
pernyataan informan 4 yang menyatakan bahwa ”kalau SMA biasa itu satu
tahun untuk 2 semester, kalau aksel 3 semester, jadi kita tiap 8 bulan kenaikan
kelas, jadi dipercepat mbak ” (wawancara, 7 April 2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen penyelenggaraan
akselerasi yang perlu di evaluasi yaitu sasaran belajar, prosedur identifikasi
siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, dana, dan evaluasi
pembelajaran.
2. Kendala-Kendala yang dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program
Akselerasi di SMAN 3 Surakarta dan Solusinya
Dalam penyelenggaraan suatu program, biasanya tak pernah lepas dari
kesulitan-kesulitan yang menjadi kendala Sebagaimana diketahui bahwa
program akselerasi diterapkan di SMAN 3 Surakarta mulai dari tahun
pelajaran 2003/2004, tahun pelajaran 2008/2009 adalah tahun keenam.
Beberapa kendala dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah sebagai
berikut:
a. Kendala-Kendala Yang Dihadapi
1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa.
Perbedaan yang mendasar antara kelas akselerasi adalah waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan studi. Bila kelas reguler
menyelesaikan sekolah dalam waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi
menyelesaikan sekolahnya dalam waktu 2 tahun. Jadi beban belajar
mereka lebih dibandingkan siswa reguler. Hal itu juga diperkuat
dengan pernyataan dari informan 1 yang mengatakan bahwa ”ada
mbak, umum kalau ada satu atau dua anak yang seperti itu (terlihat
jenuh di kelas) kita beri dia arahan, bimbingan, semangat, secara terus
lxxii
menerus kita ajak sharing, outbond ke Tawangmangu, dan hasilnya
alhamdulillah bagus”. (wawancara, 6 april 2009). Hal senada juga
dikuatkan oleh 2 yang mengatakan bahwa untuk program akselerasi
sekolah memberikan fasilitas yang lebih bagus, karena siswa akselerasi
harus belajar lebih keras dibanding dengan siswa reguer.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas, maka bisa
disimpulkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam
penyelenggaraan program akselerasi adalah beban belajar yang lebih
berat bagi siswa.
2) Biaya yang cukup besar
Penyelenggaraan program akselerasi tidak lepas dari masalah
biaya, biaya tersebut digunakan untuk membiayai segala macam program
kegiatan dalam program ini. Sedangkan dana dari pemerintah masih sangat
terbatas, sehingga biaya dibebankan kepada orang tua siswa. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh informan 1 bahwa biaya dari pemerintah
untuk program akselerasi sangat sedikit. Dan selama ini dana yang
digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di program akselerasi
sebagian besar adalah dari orang tua siswa/ komite sekolah. Hal tersebut
juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan
bahwa ”pendanaan nya ya selama ini kita mengambil dari orang tua
murid”.(wawancara, 7 April 2009).
Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa biaya yang
diperlukan untuk penyelenggaraan program akselerasi cukup besar, dan
sebagian besar biaya tersebut diperoleh dari orang tua siswa/ komite
sekolah.
b. Usaha Yang dilakukan SMAN 3 Surakarta untuk Menanggulangi
Kendala yang Ada Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi.
Dari beberapa hambatan atau kendala yang timbul dalam
penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, maka
perlu usaha-usaha untuk menanggulangi kendala-kendala yang ada.
lxxiii
1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa
Menurut informan 1 pihak sekolah telah melakukan tindakan-
tindakan untuk menanggulangi masalah tersebut dengan berbagai
usaha, ”ya kalau ada yang terlihat jenuh kita ajak dia sharing, kita
ajak ke Tawangmangu, kita ajak outbond, selain itu kita juga
kerjasama dengan lembaga psikilogi”. (Wawancara, 6 April 2009)
Informan 2 juga menguatkan pernyataan dari informan 1 dengan
mengatakan bahwa, ” kalau ada anak yang bermasalah ya kita minta
psikolog untuk bisa membantu. (Wawancara, 7 April 2009)
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari
informan 5 yang mengatakan bahwa, ”kita kan kerjasama dengan
lembaga psikologi mbak, jadi tiap kali siswa mengalami masalah ya
kita minta bantuan dari psikolog nya”. (wawancara, 8 April 2009).
Selain itu informan 4 juga menjelaskan bahwa Selain itu
memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi
dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC,
dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet,
Hot spot area, tape, DVD/VCD Player, dll.
2) Masalah biaya yang cukup besar
Penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang
cukup besar, biaya yang digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan penyelenggaraan kelas akselerasi dipenuhi dari sumbangan
orang tua siswa/komite sekolah.
Sesuai dengan penjelasan dari informan 1 bahwa penyelenggaraan
program akselerasi merupakan program pembelajaran yang sarat
dengan program dan kegiatan. Sekolah mendapatkan bantuan dari
pemerintah yang berupa block grant, namun menurut informan 1
bantuan tersebut tidak cukup untuk membiayai semua kegiatan yang
diadakan dalam penyelenggaraan program akselerasi. Seperti yang
diungkap oleh informan 1 yang mengatakan bahwa ”pendanaan nya
lxxiv
itu dari orang tua siswa, yang paling banyak memang dari orang tua
siswa, kita itu juga dapat block grant- block grant itu. Tapi masih
terbatas... .”.(wawancara, 6 April 2009). Hal senada juga
diungkapkan oleh informan 5 bahwa ”jadi biaya itu lebih banyak dari
anak, block-grant block-grant itu kalau kita minta, dan itu belum
tentu dikabulkan.”.(Wawancara, 8 April 2009)
Pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan
dari orang tua siswa/komite sekolah untuk menutup biaya yang besar
dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Jadi orang tua siswa ikut
menanggung biaya untuk memenuhi kebutuhan kelas akselerasi.
Sesuai dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah
menanggulangi masalah keterbatasan biaya dengan mengambil dana
dari orang tua siswa, dan juga bantuan dari pemerintah/block grant.
c. Temuan Studi Yang Dikaitkan Dengan Kajian Teori
Data yang berhasil dikumpulkan pada sub bab ini dianalisis dengan
mendasarkan pada variabel-variabel yang dikaji sesuai dengan rumusan
masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis
data ditujukkan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja yang
terdapat dilokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat memberikan
masukan pada pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi
Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta
meliputi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, proses, dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan program akselerasi.
a) Tahap Persiapan
Penyelenggaraan program PDCI/BI, perlu dilakukan berbagai
macam persiapan antara lain:
lxxv
1. Mengadakan konsultasi dan komunikasi intensif dengan sekolah-
sekolah yang sudah menyelenggarakan lebih dulu program
tersebut, untuk mendapatkan berbagai informasi dan masukan.
2. Membentuk tim kecil pendidikan khusus PDCI/BI yang terdiri dari
kepala sekolah, wakil sekolah, dan guru-guru senior yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
3. Memberikan pembekalan dan wawasan tentang pendidikan khusus
bagi PDCI/BI dengan mengundang nara sumber atau sekolah yang
sudah menyelenggarakan program tersebut, yang dihadiri semua
unsur tenaga kependidikan di sekolah yang akan terlibat dalam
penyelenggaraan program percepatan belajar.
Selain itu pendirian program pendidikan khusus PDCI/BI di
sekolah reguler maupun dalam sekolah khusus dapat dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat, artinya secara
kelembagaan program/sekolah pendidikan khusus bagi PDCI/BI dapat
didirikan sekolah sekolah negeri maupun swasta. Pendirian program
tersebut harus didasarkan atas kebutuhan masyarakat yang tergambar
dari hasil identifikasi tentang keberadaan peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Dengan demikian
penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi PDCI/BI benar-
benar didasarkan oleh kebutuhan peserta didik yang ada di lingkungan
suatu sekolah, dan bukan semata-mata didasarkan oleh kebijakan
pemerintah. (Depdiknas, 2007: 75)
b) Tahap proses penyelenggaraan program akselerasi
Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi,
dalam tahap ini dapat dilihat proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Proses belajar mengajar di kelas akselerasi lebih mengarah kepada
bagaimana memberikan tantangan kepada siswa untuk dapat berpikir
dan memecahkan masalah sendiri, guru juga menggunakan metode
mengajar yang agak berbeda dengan kelas reguler yaitu metode
diskusi, presentasi dan metode pembelajaran yang lebih bersifat
lxxvi
eksplorasi. Selain itu juga ada outbond keluar sekolah dengan tujuan
mengakrabkan siswa satu dengan yang lainnya.
Hal ini sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar dikelas yaitu proses belajar mengajar yang
akseleratif, yang ditandai dengan adanya proses kreatif yang diikuti
dengan pengayaan dengan tujuan agar siswa lebih bisa mandalami
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
c) Tahap evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi
Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak
berbakat adalah evaluasi program. Evaluasi merupakan terjemahan
dari kata bahasa Inggris “evaluation” yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Menurut Suchman dalam Suharsimi
Arikunto (2004: 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses
menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program yang
telah dilakukan berdaya guna dan berhasil guna. Menurut Reni Akbar-
Hawadi (2001:23), Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam evaluasi
program yaitu: (1) melihat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam
berbagai aspek, (2) mengamati perkembangan naik turunnya unjuk
prestasi siswa, (3) mencari faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung optimasi prestasi siswa, (4) melakukan prediksi terhadap
prestasi siswa selanjutnya. Pada Second ASEAN Workshop On
Special Education yang diselenggarakan di Jakarta, menentukan ada 7
komponen yang perlu dievaluasi yaitu:
1. Sasaran Belajar
2. Prosedur Identifikasi
3. Kurikulum
4. Pelayanan dan Sarana Prasarana
5. Tenaga/Staf
6. Biaya
lxxvii
7. Evaluasi
Dalam penerapannya, sasaran belajar sudah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk
di kelas akselerasi dapat katakan bahwa identifikasi siswa yang masuk
pada kelas akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan
standar yang di tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.
Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta , sudah sesuai
dengan kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan
standar isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat
pengayaan (enrichment).
Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi
SMA Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini
sarana dan prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa, dalam hal tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar
di kelas akselerasi sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas
mereka. Mereka mempunyai tanggungjawab, komitmen, pengalaman
mengajar, dan kemampuan akademik yang lebih dibandingkan dengan
guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat guru yang dapat mengajar
di kelas akselerasi. Untuk guru, mereka sangat bersemangat untuk
mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri
peserta didiknya.
Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta,
untuk masalah biaya, mereka menyatakan tidak menghadapi kesulitan,
karena untuk penyelenggaraan program akselerasi dan RSBI sekolah
diperbolehkan mengambil dana dari masyarakat, berbeda dengan kelas
reguler yang mana sekolah tidak diperbolehkan mengambil dana dari
masyarakat. Biaya untuk program akselerasi di SMA Negeri 3
Surakarta diperoleh dari orang tua siswa dan juga dari pemerintah. Dan
selama ini dana bisa diperoleh dari komite sekolah dan juga dari
pemerintah (block grant).
lxxviii
2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program
Akselerasi Dan Solusinya
Berkaitan dengan kendala-kendala dalam penyelenggaraan program
akselerasi, SMAN 3 Surakarta segera melakukan usaha-usaha untuk
mengatasinya.
a. Untuk mengatasi kendala yang berkenaan dengan adanya beban
belajar yang lebih berat bagi siswa, pihak sekolah menanggulangi
dengan:
1) Memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi
dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC,
dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet, Hot
spot area (24 jam), tape, DVD/VCD Player,dll.
2) Bekerja sama dengan lembaga Psikologi An-Nafa, untuk memberikan
layanan konsultasi bagi siswa ketika mereka mengalami stress atau
mempunyai masalah, baik masalah yang bersifat pribadi maupun masalah
yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah.
3) Guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, seperti
diskusi, presentasi, dan pembelajaran yang sifatnya lebih ke eksplorasi.
4) Mengadakan program outbond setiap kenaikan kelas.
5) Mengadakan Sharing Program pada tiap kenaikan kelas.
b. Untuk mengatasi masalah kebutuhan dana yang cukup besar,
sekolah mengatasinya dengan cara:
1) Mengajukan block grant-block grant ke pemerintah pusat.
2) Mengambil dana dari komite sekolah.
3) Menerapkan subsidi silang untuk siswa yang kurang mampu.
lxxix
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian tentang
penyelenggaraan program akselerasi di SMAN 3 Surakarta, maka dapat
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk menyelenggarakan progran akselerasi maka sekolah harus
mengajukan ijin ke Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa (PSLB)
yang berpusat di Jakarta.
2. Untuk menyelenggarakan program akselerasi maka sekolah harus
mempersiapkan beberapa hal yaitu: Kurikulum, Tenaga Kependidikan,
Sarana Prasarana, Dana, Manajemen, dan Lingkungan.
3. Siswa yang diterima untuk mengikuti program akselerasi adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Proses rekruitmen
untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang berbakat tersebut
dilakukan dengan : nilai UAN untuk mata pelajaran matematika, IPA,
Bahasa Inggris minimal 8,0, skor tes seleksi akademik atau tes potensi
anak, skor tes psikologis, yaitu melalui pemeriksaan psikologis yang
diperoleh melalui 3 jenis keberbakatan, diantaranya kecerdasan(IQ
minimal 130), kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari
gangguan emosional.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program akselerasi di
SMAN 3 Surakarta selama ini sudah cukup bagus, hal ini bisa dilihat dari
prestasi belajar yang dicapai oleh akseleran (murid akselerasi) yang sangat
bagus (tuntas, mencapai batas Kriteria Kelulusan Minimal) dan hasil
kelulusan nya (alumni) yang diterima di berbagai perguruan tinggi negeri
favorit baik di dalam maupun di luar negeri.
5. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program
akselerasi di SMAN 3 Surakarta antara lain:
a. Beban belajar yang lebih berat bagi siswa, karena perbedaan mendasar
antara program akselerasi dengan program reguler terletak pada
lxxx
alokasi waktu, maka beban belajar yang diterima oleh para siswa
menjadi lebih berat, sehingga kadang ditemui siswa kelas akselerasi
yang mengalami stress dan terlihat jenuh dengan kegiatan
pembelajaran yang ada.
b. Biaya yang cukup besar dalam penyelenggaraan program akselerasi.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat juga dijadikan pertimbangan dan
masukan bagi pihak sekolah khususnya untuk masalah biaya pendidikan untuk
program akselerasi, hal ini perlu mendapat perhatian secara penuh agar biaya
yang dibebankan kepada siswa tidak terlalu tinggi.
2. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah
yang akan dan sedang melaksanakan program akselerasi agar dapat
memperhatikan secara penuh dalam hal penyeleksian siswa, penyeleksian
tenaga pendidik, penggunaan kurikulum, dan metode mengajar yang digunakan
serta penyediaan sarana prasarana, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan
program akselerasi berhasil dengan baik.
C. Saran
Dari analisis yang dilakukan, kesimpulan, dan implikasi yang telah
diambil, maka peneliti dapat memberikan masukan sebagai berikut:
1. Selama proses pembelajaran dalam program akselerasi, ditemukan beberapa
siswa yang mengalami stress. Oleh kerena itu, sebaiknya sekolah memberikan
layanan konsultasi dengan psikolog secara rutin minimal sebulan sekali agar
siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat terpantau dengan baik.
lxxxi
2. Mengingat banyak siswa yang mengalami stress karena beban belajar yang
berat selama mengikuti program akselerasi maka sekolah diharapkan lebih
memperketat penyeleksian siswa yang akan masuk program akselerasi. Dengan
demikian, tidak ditemukan lebih banyak lagi siswa yang mengalami stress saat
mengikuti program akselerasi.
3. Penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang banyak, selama
ini beban biaya ditanggung oleh orang tua siswa yang mengikuti program
akselerasi dan bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu, untuk mengurangi
bean biaya yang ditanggung oleh orang tua siswa, sebaiknya pihak sekolah
menjalin kerjasama dengan komite sekolah.
lxxxii
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo
Persada Conny Semiawan. 1997. Persfektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah. 2007. Pendidikan Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Hadari Nawawi. 1998. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University press H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press. Herry Widyastono. 2008. Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa Yang
Memiliki Kemampuan Dan Kecerdasan Luar Biasa. http://bbawor.blogspot.com./2008/03/sistem-percepatan-kelas-akselerasi bagi.html.
http://www.sampoernafoundation.org/content/view/205/105/lang,id/ http://www.smun3slo.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=13&
Itemid=29&limit=1&limitstart=1
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50
Ilman Soleh, SS. 2007. Quovadis Akselerasi di Tingkat Pendidikan Dasar. http://re-searchengines.com/0107ilman.html
Lexy J. Moleong, M. A. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Mandar Maju.
Reni Akbar-Hawari. 2001. Panduan Penyelenggaraan Program Percepatan
Belajar. Jakarta: Grasindo.
.2001. Keberbakatan Intelektual. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode
Non Tes. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
lxxxiii
. 2004. Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar
Dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : Gramedia. Republika. Sekitar 20 persen siswa SD dan SLTP di beberapa provinsi memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa namun berisiko tinggal kelas. Mengapa demikian?.
S. Nasution, M.A. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Soedomo Hadi, SU, dkk, 2000. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Press. Suharsimi Arikunto. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Bagi
Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya.
Jakarta : PT Bumi Aksara. SW Widodo. 2006. Optimalisasi Akselerasi Pendidikan.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/13/opi3.htm Utami Munandar. 1982. Pemanduan Anak Berbakat suatu studi penjajakan.
Jakarta : CV. Rajawali . 1992. Mengembangkan Anak Berbakat Dan Kreatifitas Anak
Sekolah. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. .1993. Bunga Rampai: Anak-Anak Berbakat Pembinaan Dan
Pendidikannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
. 2004. Pengembangan Bakat Dan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta