implementasi program tahfidz al-quran juz 29 di...
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN
JUZ 29 DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2
CIGANJUR JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.I)
Oleh
Putri Firdah Rajak
NIM 111201000100
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
PUTRI FIRDAH RAJAK (1112011000100), “Implementasi Program Tahfidz
Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program
tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan serta faktor pendukung
dan penghambat dari pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pendekatan studi kasus
di Madrasah Tsanawiyyah Negeri 2 Jakarta Selatan. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dan
berdasarkan data yang diperoleh tersebut peneliti analisis menggunakan analisis
deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan apa adanya hasil
temuan di lapangan terkait pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs
Negeri 2 jakarta Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MTs Negeri 2 Jakarta telah
melaksanakan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 sebagai bentuk implementasi
kurikulum muatan lokal sebagaiman ketentuan dari Kementrian Agama Provinsi
DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan peneliti memperoleh
temuan-temuan antara lain manfaat yang dirasakan oleh siswa, guru, maupun
orang tua, penetapan alokasi waktu dan pembagian materi hafalan, metode
menghafal yang digunakan guru dalam pembelajaran cukup beragam, adanya
perencanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran berupa ujian lisan
maupun tertulis serta pembagian sertifikat bagi siswa yang telah menelesaikan
hafalannya. Pelaksanaan program tahfidz dapat terlaksana dengan baik karena
adanya faktor pendukung dari segi usia anak didik, lingkungan belajar yang cukup
baik, dukungan dari guru maupun orang tua, serta fasilitas yang cukup memadai
dan kegiatan pendukung di luar KBM. Di dalam melaksanakan program terdapat
kendala-kendala atau penghambat terlaksananya program tahfidz di sekolah.
Adapun faktor penghambat terlaksananya program tahfidz tersebut yaitu dari segi
alokasi waktu, kurang dapatnya siswa mengatur waktu, faktor lupa, serta
lingkungan pergaulan.
Kata Kunci: Program tahfidz, tahfidz Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tiada
pernah berhenti mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua
makhluk-Nya. Dengan kekuasaan-Nya menciptakan manusia menjadi makhluk
yang paling sempurna dengan diberikan akal agar manusia dapat berfikir akan
nikmat Allah yang melimpah. Melalui pertolongan Allah akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an
Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk
ke dalam orang beriman yang mendapatkan syafa’atnya pada hari kiamat kelak.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Islam. Peneliti
menyadari tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti hadapi dalam
penelitian skripsi ini. Namun atas bimbingan dari-Nya serta motivasi dan arahan
dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan. Sudah selayaknya
peneliti menghanturkan untaian terima kasih dan penghormatan yang tak ternilai
kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Masan Af., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
6. M. Shaleh Hasan MA., selaku Dosen Pembimbing II dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum., selaku dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberi nasihat, arahan, motivasi serta ilmu
pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan.
8. Utob Tabroni Lc.,M.Cl. dan Nailil Huda, Lc., M.Ed selaku pengasuh Ma’had
UIN Jakarta dan Nailil Huda Pengasuh Asrama UIN Jakarta yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
peneliti selama berada di Asrama UIN Jakarta.
9. Seluruh Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Dosen
Pembinaan di Ma’had yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada
peneliti selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah SWT
memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah diberikan.
10. Seluruf Staf Pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Staf Jurusan
Pendidikan Agama Islam dan Staf Kemahasiswaan yang selama ini telah
memberikan pelayanan yang baik bagi peneliti selama proses perkuliahan.
11. Drs. Wawan M, M.Pd. selaku Kepala MTs Negeri 2 Jakarta. yang telah
membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
12. Tuti Ani, M.Pd.I. dan Dr. Faiz, Lc. M.Ag., selaku guru Tahfidz MTs Negeri 2
Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian.
13. Seluruh guru dan Staf MTs Negeri 2 Jakarta yang membantu memberikan
arahan dan motiavasi kepada peneliti serta seluruh siswa MTs Negeri 2
Jakarta.
14. Kyai Yasif Maimun dan Nyai Hj. Ianah Pengasuh Pondok Pesantren
Assalafiat II Ciwaringin Cirebon yang senantiasa mendoakan, memberi
nasihat dan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama ini.
15. Abdul Rojak dan Saidah selaku kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti selama ini hingga
akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
viii
16. Seluruh Keluarga terdekat yang telah mendoakan dan memberikan dukungan
kepada peneliti, terutama Iqbal dan Adib, selaku adik peneliti.
17. Seluruh rekan dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan semangat,
terutama Syaiful Bahri, sahabat Sejuta Umat (Zuya, Fitri, Siti, Devita, Richa,
Aldita, Nita), mutiara, mutiyowati, ka yuni, weni, dewi, mika, dan seluruh
teman seperjuangan saat di MIN 6 Jakarta, MTs Negeri 2 Jakarta, MAN 2
Cirebon, dan Pondok Assalafiat II.
18. Keluarga Besar Ma’had UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
memberikan motivasi kepada peneliti.
19. Keluarga Besar PAI UIN Jakarta angkatan 2012, Kancawan dan Kancawati
PAI C, terutama Zuhdiyati, Nurjanah, Sholihati, Een, Rini , Febi, Ira, Ayu,
Fuji, Syifa, Susy, Ranti, Mala, Zairina, dan Amel, Sayidah, dan Arum, yang
telah banyak memberikan masukkan dan motivasi kepada peneliti.
20. Semua pihak yang tidak dapat peneliti tuliskan satu persatu, yang telah
membantu proses penyelesaian skripsi ini.
Peneliti hanya dapat berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, motivasi
masukan, dan doa yang telah diberikan akan mendapat balasan menjadi pintu
datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat
Akhir kata dengan segala keterbatasan yang ada, peneliti mengucapkan
mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini. Kritik
dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan kedepannya, namun dengan
kerendahan hati peneliti berharap skripsi ini dapar bermanfaat, minimal untuk
peneliti sendiri.
Jakarta, Januari 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJUAN MUNAQASAH .............. iii
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................9
C. Pembatasan Masalah ...................................................................9
D. Perumusan Masalah ..................................................................10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................10
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Implementasi Program ..............................................................12
1. Pengertian Implementasi ...................................................12
2. Pengertian Program ............................................................12
3. Langkah Penyusunan Program ...........................................13
4. Komponen-komponen Program .........................................14
5. Macam-macam Program .....................................................15
B. Tahfidz Al-Qur’an ....................................................................16
1. Pengertian Program Tahfidz Al-Qur’an .............................16
2. Hukum Menghafal Al-Qur’an. ...........................................18
x
3. Urgensi Menghafalkan Al-Qur’an ......................................21
4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ......................................24
C. Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an di Sekolah .............27
1. Pengertian Program Tahfidz Al-Qur’an .............................27
2. Landasan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ..........28
3. Tujuan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ..............28
4. Materi dalam Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ....29
5. Metode Menghafal Al-Qur’an ............................................29
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal dalam
Al-Qur’an............................................................................34
D. Hasil Penelitian Relevan ...........................................................38
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................40
B. Latar Penelitian .......................................................................40
C. Metode Penelitian.................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 43
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data .................. 47
F. Teknik Analisi Data ................................................................ 50
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..........................................................................52
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs
Negeri 2 Jakarta ................................................................. 55
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program
Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta ...........72
BAB V: PENUTUPAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 82
B. Implikasi ................................................................................... 83
C. Saran .................................................................................................. 84
xi
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................85
LAMPIRAN ..................................................................................................88
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan data
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3.4 Daftar Ceklist
Tabel 4.1 Gambaran Diri Informan
Tabel 4.2 Gambaran Data Hasil Wawancara
Tabel 4.3 Gambaran Data Hasil Studi Dokumentasi
Tabel 4.4 Materi Program Tahfidz Al-Quran Juz 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Sekolah
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Tahfidz
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Pendukung
Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Madrasah
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Tahfidz kelas VII dan VIII
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Tahfidz kelas IX
Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa Kelas VII
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa kelas VII
Lampiran 9 Hasil Wawancara Siswa kelas VIII
Lampiran 10 Hasil Wawancara Siswa kelas VIII
Lampiran 11 Hasil Wawancara Siswa kelas IX
Lampiran 12 Hasil Wawancara Siswa kelas IX
Lampiran 13 Hasil Wawancara Orang tua Murid
Lampiran 14 Hasil Daftar Ceklist
Lampiran 15 Hasil Studi Dokumentasi Profil Sekolah
Lampiran 16 Foto-foto
Lampiran 17 Surat Keterangan Hasil Penelitian dari Sekolah
Lampiran 18 Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu pendidikan yang berdasarkan
Islam, yang berisi ajaran-ajaran tentang kehidupan manusia, dan ajaran itu
dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an, hadits, dan akal.
Dalam pendidikan agama Islam, Al-Qur’an adalah hal pokok yang harus
dipelajari dan dipahami oleh setiap muslim. Karena Al-Qur’an merupakan
landasan dan pedoman hidup umat muslim dalam menjalani kehidupan. Semua
aspek kehidupan ini tercangkup di dalam Al-Qur’an. Kalam Allah yaitu Al-
Qur’an adalah cahaya yang gemerlap di hati orang yang beriman, firman Allah
SWT dalam surat Al-Ankabut (29) ayat 49:
نات في صدوري الذيين أوتوا العيلم وما يحد بيآياتينا إيل الظاليمون بل هو آيات ب ي
" Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat
Kami kecuali orang-orang yang zalim.”1
Materi pembelajaran Al-Qur’an adalah materi yang paling agung di
antara sekian banyak materi pembelajaran lainnya. Betapa agungnya manusia
yang mau mempelajari dan mengajarkannya, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW:
عت سع ث نا شعبة، قال: أخب رني علقمة بن مرثد، سي هال، حد ن اج بن مي ث نا حج ، حد د بن عب يدي أبي عن لمي صل عبدي الرحني الس ي الله عنه، عني النبي ا ى ا ه عليهي وسلم قال: عن عثمان رضي
ركم من ت علم القرآن وعلمه » «خي “Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan
kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin
1 Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV
Penerbit Diponegoro .2008), hal. 402
2
Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami
dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda:“Sebaik-baik (manusia) di antara kamu adalah yang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannya””. (HR. al-Bukhari nomor 5027).2
Materi pembelajaran Al-Qur’an meliputi pengajian membaca Al-Qur’an
dengan tajwid, sifat dan makhrajnya. Selain itu juga terdapat kajian makna,
terjemahan dan tafsirnya. Para pakar pendidikan sepakat bahwa Al-Qur’an
adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak
didik.3 Orang tua dan guru Agama Islam memiliki keharusan untuk memberi
pengajaran tentang Al-Qur’an kepada anak-anak. Semua itu dapat dimulai
dengan mengajarkan cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar serta
membimbing anak-anak tersebut untuk menghafalkan ayat-ayat di dalam Al-
Qur’an. Usaha nyata untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an adalah dengan
menghafalkannya, karena menghafalkan Al-Qur’an merupakan suatu
pekerjaan yang sangat mulia di hadapan manusia dan dihadapan Allah SWT.
Tidak ada suatu kitab pun di dunia ini yang dihafal oleh puluhan ribu orang di
dalam hati mereka, kecuali hanya Al-Qur’an yang telah dimudahkan oleh
Allah SWT. Untuk diingat dan dihafal Sebagaimana Firman Allah dalam Surat
Al-Qamar (54) ayat 17:
ن مدكير رنا القرآن ليلذكري ف هل مي ولقد يس
“Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran? “4
Menghafalkan Al-Qur’an adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan
terpuji. Sebab orang yang menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu
2 Ahmad Ibn Ismail Abu Ismail Abu ‘Abdullah Al Bukhari, Al Jami al Musnad as Shahih al
Muktashar min Umury Rasulullah SAW. wa Sunanihi wa Ayyamih= Sahih Bukhari, Pentahqiq
Muhammad Zuhair ibn Nashir an Nashir, (Daar an Najaat: 1422 H), Cet Ke 1, Juz 6, h. 192. 3Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : hadits-hadits pendidikan. (Jakarta : Kencana, 2012)
Cet. Ke-2 hal. 13 4 Departemen Agama RI. Op.cit. hal 529
3
hamba yang ahlullah di muka bumi. Itulah sebabnya tidak mudah dalam
menghafalkan Al-Qur’an, diperlukan metode–metode khusus ketika
menghafalkanya. Harapanya, setelah hafal ayat-ayat Allah, hafalan tersebut
tidak cepat lupa atau hilang dari ingatan. Karena itu dibutuhkan keuletan dan
kedisiplinandalam menghafal Al-Qur’an. Rasulullah SAW. bersabda :
، عن أبييهي، عن أنس ق ث نا عبد الرحني بن بديل العقيليي مدي، حد ث نا عبد الص ال: قال رسول حديل: من أهل ا ا هي صلا ى ا ه عليهي وسلم: " إين ن الناسي "، فقي هم؟ قال: " أهل ليلهي أهليني مي ن هي مي
أحد( ه)روا ه.القرآني هم أهل ا“Telah menceritakan kepada kami Abdusshamad, telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Budaili Al-Uqaili, meriwayatkan dari ayahnya, dari
Anas berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “sesungguhnya
Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia”. Lalu
Rasulullah SAW.. ditanya: Siapakah mereka ya Rasulullah? jawab beliau:
“Ahlul Quran”. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-
Nya”.5 (HR. Ahmad nomor 12292) Melihat kenyataan yang ada, meskipun pendidikan yang ada di Indonesia
memasukan Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran utama.
Namun yang sangat disayangkan kemampuan siswa dalam menghafal maupun
membaca Al-Qur’an masih sangat kurang, tidak hanya di sekolah-sekolah
umum, di sekolah-sekolah agama seperti Madrasah, pada umumnya masih
banyak siswa yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
Kemudian sangat disayangkan pula kebanyakan pihak sekolah maupun
orang tua kurang memperhatikan hal tersebut. Mungkin karena faktor-faktor
tertentu seperti, kurangnya alokasi waktu disekolah untuk mengajarkan Al-
Qur’an yang lebih intensif atau kondisi lingkungan yang kurang memadai
untuk siswa dapat mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an.
Madrasah sebagai sekolah berciri khas agama Islam memiliki beragam
potensi yang salah satunya adalah hafalan Al-Qur’an. Dan untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam hal hafalan Al-Qur’an diperlukan adanya program khusus
pembelajaran dalam bentusk muatan lokal.
5 Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad
Ahmad bin Hanbal,(Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M), jilid. 19, hal.296.
4
Sehubung dengan hal tersebut lahirlah kebijakan dari Bidang Pendidikan
Madrasah Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, yang
menjadikan program hafalan Al-Qur’an Juz 30 pada tingkat Madrasah
Ibtidaiyyah, dan hafalan Juz 29 sebagai muatan lokal pada tingkat Madrasah
Tsanawiyah. Serta hafalan Juz 28 untuk tingkat Madrasah Aliyah. Secara
umum moto yang akan digunakan dalam menghafal Al-Qur’an adalah one day
one verse (satu hari satu ayat) sehingga para peserta didik tidak mengalami
kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an.6
Sebagaimana yang disampaikan oleh H. Murtado selaku Kepala Kanwil
Kemenag Provinsi DKI Jakarta yang peneliti kutip dari website resmi
Kementrian Agama provinsi DKI Jakarta
Agar karakter madrasah tetap terjaga, maka mulok tahfidz mulai akan
diterapkan tahun pelajaran 2013/2014, minimal dua jam pelajaran dalam
seminggu. Adapun strukturnya untuk MI minimal menghafal Juz 30, MTs
minimal menghafal Juz 30 dan 29, MA minimal menghafal Juz 30, 29 dan
28. Hafal Al-Qur’an merupakan nilai tambah yang luar biasa bagi umat
Islam, di tengah kehidupan yang semakin modern.”7
Al-Qur’an memiliki fungsi penting sebagai solusi terhadap kompleksnya
kehidupan dan inspirator untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Dengan
adanya pengembangan kurikulum dengan program hafalan Al-Qur’an tersebut
tentunya akan meningkatkan kompetensi lulusan madrasah khususnya di
wilayah DKI Jakarta, terutama kompetensi membaca, menulis, dan menghafal
Al-Qur’an, sehingga peserta didik senantiasa menghayati, mengamalkan, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kandungan Al-Qur’an yang tercermin dalam
perilaku kehidupan bermasyarakat.
Kebijakan ini diberlakukan di seluruh Madrasah dan tentunya dapat di
kembangkan sesuai kondisi Madrasah masing-masing. Di dalam pelaksanaan
program hafalan tersebut diperlukan upaya dari pihak sekolah untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan menghafal siswa, dan juga diperlukan
6 Ahmad Faiz Ahmad, Panduan Menghafal Al-Qur’an Juz 29. Jakarta : Pustaka Balqis. 2015.
Kata Pengantar. 7 Humas Kementrian Agama, “ Ka. Kanwil : Siswa-siswi Madrasah DKI Jakarta wajib hafal
Al-Qur’an”, https: //dki.kemenag.go.id, 15 januari 2016.
5
dorongan dari berbagai pihak agar siswa mampu mencapai target hafalan Al-
Qur’an sesuai yang telah ditetapkan.
Harapan dari Kementrian Agama DKI Jakarta yang diungkapkan oleh
Kepala Kanwil yaitu “dengan adanya program muatan lokal hafalan Al-
Qur’an, dapat menyiapkan peserta didik di Madrasah khususnya di wilayah
DKI Jakarta mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu agar siswa
mampu menghayati, mengamalkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an”. 8
Hafalan Al-Qur’an dalam bentuk ekstrakurikuler maupun muatan lokal
sudah diterapkan dibeberapa madrasah, namun sebagian besar madrasah di
DKI ini belum menjadikan hafalan Al-Qur’an sebagai muatan lokal.9 Dan pada
kenyataannya dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an ini masih
terdapat banyak permasalahan serta hambatan. Hal tersebut dapat dilihat dari
segi fasilitas, tenaga pendidik, siswa, maupun pada pelaksanaanya. Selain itu,
yang menjadi permasalahannya ialah karena program tahfidz ini baru
diterapkan sehingga masih sangat perlu perbaikan dan peningkatan agar yang
diharapkan oleh pemerintah maupun sekolah dapat tercapai.
Guru yang dibutuhkan untuk membimbing siswa dalam menghafalkan Al-
Qur’an tentunya harus disesuaikan dengan bidangnya agar pelaksanaan
program hafalan tersebut sesuai dengan tujuan dan harapan. Guru pembimbing
menghafal tentunya diharapkan guru yang memang kompeten dibidang hafalan
Al-Qur’an. Selain itu peranan guru lain khususnya guru kelas juga sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan program menghafal Al-Qur’an ini. Dengan
kerjasama yang baik antara semua pihak tentunya apa yang diharapkan oleh
pemerintah, sekolah, maupun orang tua akan mudah terlaksanakan dengan
baik.
Al-Qur’an. Guru yang memiliki hafalan Al-Qur’an tentu selain mampu
membimbing siswa dalam menghafal, juga akan menjadi teladan yang baik,
karena selain mengajarkan guru juga telah mencontohkan. Namun karena
8 Ibid 9 Ibid
6
keterbatasan tenaga pendidik khususnya guru tahfidz yang kompeten dan
menguasai hafalan sesuai yang dibutuhkan pemerintah maka terkadang
sekolah mengalami kesulitan untuk dapat mengimplementasikan program
tahfidz tersebut dengan maksimal. Sehingga pada kenyataannya masih banyak
siswa yang kurang serius dalam menghafalkan.
Tahfidz Al-Qur’an merupakan suatu program baru yang diterapkan di
sekolah, pada pelaksanaannya banyak siswa yang merasa keberatan dengan
adanya program tahfidz tersebut. Hal itu dikarenakan belum terbiasa, kurang
motivasi, dan beberapa dari mereka belum lancar dalam membaca Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang harus dibaca secara khusus dan sesuai
dengan bacaan yang telah diturunkan Allah.
Sebagaimana firman Allah di dalam surat al-Qiyamah (75) ayat 18:
فإيذا ق رأناه فاتبيع ق رآنه
“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu.”10
Dan di dalam surat al-Muzzammil (20) ayat 4 Allah berfirman :
ورتلي القرآن ت رتييل
“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”11
Sementara itu Rasulullah SAW. bersabda;
م بن ب هدلة عن زير عن عبدي ا ثني عاصي ث نا يي عن سفيان حد د حد ث نا مسد للهي بني عمر حدبي القرآني اق رأ وارتقي ورتل .قال كما كنت قال رسول اللهي صلا ى الله عليهي وسلم ي قال ليصاحي
ري آية ت قرؤها ن يا فإين منزيلك عيند آخي ت رتل في الد
“Telah menceritakan kepada Kami Musaddad telah menceritakan kepada
Kami Yahya dari Sufyan, telah menceritakan kepadaku 'Ashim bin
Bahdalah dari Zirr dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata; Rasulullah
shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Dikatakan kepada orang yang
10 Departemen Agama RI. Op.cit. hal.577 11 Ibid. hal. 574
7
membaca Al Qur'an: "Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil
(jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di
dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau
baca.””12 (HR. Abu Daud nomor 1464)
Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan bacaan yang
telah diturunkan kepada Rasulullah SAW., dan seperti bacaan rasulullah
kepada sahabatnya, yaitu dengan cara pelan-pelan, hati-hati, dan tidak tergesa-
gesa (tartil). Selain itu, membaca Al-Qur’an juga harus memperhatikan
makhraj (tempat keluar), sifat masing-masing huruf, tajwidnya, membaguskan
huruf-hurufnya, mengetahui saat mengawali dan mengakhiri bacaanya, dan
ketentuan-ketentuan lainnya. 13
Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahwa bacaan Al-Qur’an harus
sesuai dengan bacaan yang diturunkan Allah dan harus sesuai hukum
bacaannya (Ilmu tajwidnya). Dengan demikian ketika diterapkan program
menghafal Al-Qur’an disekolah, yang harus diperhatikan terlebih dahulu
adalah bacaannya. Jadi seorang guru pembimbing tahfidz tidak boleh
membiarkan siswanya sekedar hafal saja melainkan harus memperhatikan
bacaan tiap siswanya agar siswa tidak sekedar hafal di luar kepala tapi
bacaannya tepat dan benar sesuai ketentuan bacaan Al-Qur’an.
Pada kenyataannya masih banyak siswa yang hanya sekedar hafal namun
bacaannya banyak yang belum sesuai dengan ketentuan bacaan Al-Qur’an baik
dari segi makhrajnya, tajwid maupun yang lainnya. Tentunya banyak faktor
yang menyebabkan hal itu terjadi, baik dari tingkat kemampuan membaca Al-
Qur’an tiap anak yang berbeda, keterbatasan waktu pembelajaraan, maupun
perhatian guru dan orang tua yang masih kurang. Oleh sebab itu pula banyak
siswa yang belum dapat menuntaskan target hafalan yang telah ditentukan atau
dengan kata lain indikator pencapaian pembelajaran tahfidz masih belum
tercapai.
12 Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Azady as- Sijistany, Sunan Abu Daud. Ditahqiq
oleh: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, (Beirut: Maktabah al-Asyriyah) Jilid 2 hal. 73 13 Hisyah Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits. PT Sapta Sentosa. 2008.
hal. 349
8
Dalam mengimplementasikan suatu program perlu adanya perhatian
khusus dari sekolah, dimana harus adanya upaya-upaya yang sekiranya mampu
mendorong dan mendukung siswa dalam menghafal Al-Qur’an sesuai yang
ditargetkan dan sesuai indikator pencapaian dalam pembelajaran tahfidz
tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, maka
peneliti tertarik untuk meneliti sebuah sekolah yang telah melaksanakan
program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 sejak ditetapkan oleh Kementrian Agama
DKI Jakarta yaitu pada tahun 2013, sekolah tersebut adalah Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 di daerah Ciganjur Jakarta Selatan. Maka dari itu
penelitian ini berjudul “Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.”
Ada beberapa hal yang mendorong peneliti mengambil judul tersebut,
antara lain :
1. Tahfidz Al-Qur’an merupakan program unggulan yang telah menjadi
kebijakan Kemenag Bidang Pendidikan untuk seluruh Madrasah di
wilayah DKI Jakarta, baik tingkat Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, maupun
Aliyah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti penerapan program
tahfidz tersebut secara langsung di sekolah.
2. MTs Negeri 2 Jakarta Selatan telah mengimplementasikan program
tahfidz Al-Qur’an sejak tahun 2013. Dan sepengetahuan peneliti bahwa di
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan belum pernah diadakan penelitian terkait
program tahfidz Al-Qur’an oleh pihak manapun.
3. Peneliti memilih MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sebagai tempat penelitian
salah satu faktornya adalah dikarenakan peneliti sudah cukup mengenal
MTs Negeri 2 Jakarta. Hal itu dikarena peneliti melakukan Praktik Profesi
Keguruan Terpadu di sana selama kurang lebih empat bulan yang menjadi
titik awal studi pendahuluan yang peneliti lakukan terkait program tahfidz
yang dilaksanakan disana.
9
4. MTs Negeri 2 Jakarta Selatan merupakan salah satu sekolah yang cukup
diminati masyarakat, hal itu terlihat dari jumlah siswa yang mendaftar
setiap tahunnya terus meningkat. Selain itu kemampuan siswa di sekolah
ini tentunya beragam, khususnya kemampuan dalam membaca Al-Qur’an.
Meskipun untuk dapat diterima di sekolah ini salah satu tesnya adalah
membaca Al-Qur’an dan hafalan surat-surat pendek, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa kemampuan tiap siswa dalam membaca Al-Qur’an serta
kemampuan menghafalnya tentu berbeda-beda, sehingga sekolah harus
sedemikian rupa mengupayakan agar program hafalan Al-Qur’an tersebut
dapat berjalan dengan baik.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Minat terhadap pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak masih sangat
kurang.
2. Kurangnya dorongan dan bimbingan orang tua terhadap anak-anak dalam
pembelajaran Al-Quran terutama dalam menghafalkan Al-Qur’an.
3. Masih terdapat Madrasah di DKI Jakarta yang belum menerapkan
program tahfidz Al-Quran.
4. Pelaksanaan program tahfidz di sekolah belum berjalan secara maksimal.
5. Peranan sekolah dalam memotivasi siswa menghafalkan Al-Qur’an belum
optimal.
6. Terdapat siswa yang sudah mampu menghafal ayat Al-Qur’an namun
bacaanya tidak sesuai makhraj maupun tajwidnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, agar penelitian lebih terarah
dan mengingat keterbatasan peneliti dalam hal kemampuan akademik, waktu,
biaya, dan tenaga, maka permasalah yang akan diteliti dibatasi pada
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di sekolah MTs Negeri 2
10
Jakarta Selatan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
tahfidz di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka secara umum penelitian ini
mengungkapkan:
1. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2
Jakarta?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz
Al-Qur’an?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan gambaran
tentang;
a. Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan
b. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan
akademik di bidang Pendidikan Agama Islam, khususnya dalam
mengembangkan pengetahuan terkait pentingnya program
pembelajaran Al-Qur’an. Dan dalam hal ini program pembelajaran
yang dimaksud adalah program menghafal Al-Qur’an.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan literature
penelitian yang akan datang dengan masalah yang sejenis.
b. Kegunaan Praktis
11
1) Bagi masyarakat dapat memberi masukan dan sumbangan
pemikiran dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingya
menghafal Al-Qur’an.
2) Bagi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, memberikan kontribusi dalam
rangka pengembangan program tahfidz Al-Qur’an.
3) Bagi peneliti, sebagai sarana uji kemampuan terhadap materi yang
di peroleh di bangku perkuliahan, dan menambah wawasan dan
pelajaran yang berharga terkait pelaksanaan program tahfidz di
sekolah.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi Program
1. Pengertian Implementasi
Implementasi menurut kamus lengkap bahasa Indonesia yaitu
“penerapan atau pelaksanaan”.1 Menurut Nana Sudjana, implementasi dapat
diartikan sebagai upaya pimpinan untuk memotivasi seseorang atau
kelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau
motivasi dalam dirinya untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan
sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.2
Adapun menurut Nurdin “Implementasi atau pelaksanaan bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas, namun suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan suatu kegiatan.”3
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah
pelaksanaan atau penerapan sebuah kegiatan yang memerlukan
keterampilan, motivasi dan kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang
telah diharapkan. Dan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan rencana,
dan kemudian rencana tersebut dilaksanakan dengan mekanisme tertentu.
2. Pengertian Program
Menurut kamus umum bahasa Indonesia program adalah “rencana atau
rancangan mengenai sesuatu serta usaha-usaha yang akan dijalankan.”4
Menurut Suharsimi dan Cepi, program dapat didefinisikan sebagai “suatu
1Indrawan W.S. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media). 2000.
Hal. 231 2Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru .2009)
hal. 20 3 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kuriklum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2002). hal.70 4W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1982), hal. 965.
13
unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi
dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang”.5
Adapun menurut Eko Putro program adalah serangkaian kegiatan yang
direncanakan dengan seksama. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu
organisasi yang melibatkan banyak orang.6
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program:
a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama.
b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan
ke kegiatan lain atau dapat dikatakan ada keterkaitan antar kegiatan
sebelum dengan kegiatan sesudahnya.
c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik formal
maupun nonformal.
d. Kegiatan tersebut dalam implementai atau pelaksananya melibatkan
banyak orang.
3. Langkah Penyusunan Program
Adapun Muhaimin merumuskan, dalam penyusunan program ada
empat langkah yang perlu dilakukan, yaitu menetapkan program,
menentukan indikator keberhasilan program, dan menetapkan penanggung
jawab program.7
a. Menetapkan program
Tahapan awal dalam menyusun suatu program yaitu sebaiknya
menetapkan program yang akan dilakukan. Hal ini tentu dengan
5 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan ( Pedoman
Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. ( Jakarta : Bumi Aksara,2010)
cet. Ke-2 hal. 4 6 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis bagi
Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Belajar.2015) hal. 8 7Muhaimin, dkk, Menejemen Pendidikan; Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah. (Jakarta : Kencana 2009) hal. 200
14
landasan dan latar belakang yang tepat, agar program yang akan
dilaksanakan tidak menyalahi dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Menentukan indikator keberhasilan program
Indikator keberhasilan dapat diartikan acuan yang akan dicapai.
Setelah menentukan program yang akan dilaksanakan, untuk mencapai
tujuan dari pelaksanaan program tersebut perlu ditentukan beberapa
indikator keberhasilan dari program tersebut. Hal tersebut perlu
dilakukan guna mengidentifikasi apa saja yang harus dicapai dari
program yang akan dilaksanakan tersebut.
c. Menetapkan penanggung jawab program
Penanggung jawab terhadap program yang akan dilaksanakan
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Dalam menetapkan
penanggung jawab tentu harus dengan pertimbangan.
d. Menyusun kegiatan dan jadwal kegiatan
Tahapan terakhir yang harus dilakukan adalah menyusun kegiatan
dan jadwal kegiatan dari program yang akan dilaksanankan. Dengan
menyusun dan menentukan jadwal kegiatan tentunya program yang
akan dilaksanakan akan lebih jelas dan terarah.
4. Komponen-komponen Program
Menurut Suharsimi dan Cepi, “komponen program adalah bagian-
bagian atau unsur-unsur yang membangung sebuah program yang saling
terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.”8 Maka
dari itu dalam melaksanakan suatu program tentu harus mengidentifikasi
komponen atau unsur-unsurnya agar pelaksanaan program tersebut dapat
terlaksana dengan baik.
Sudjana menyebutkan komponen program itu meliputi beberapa hal,
antara lain; tujuan, sasaran, isi, jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu,
fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggara dan lain sebagainya.9
8 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, op. cit., hal. 7 9 Djuju Sudjana, Menejemen Program Pendidikan ; untuk Pendidikan Luar Sekolah
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, ( Bandung : Falah Production, 2009), hal. 1
15
Banyaknya komponen dalam setiap program berbeda-beda, semua itu
tergantung dari tingkat kompleksitas program yang bersangkutan.
Kumpulan dari beberapa komponen atau unsur yang ada tersebut berkaitan
dengan suatu program dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
dari program tersebut.10
Dalam pelaksanaan program yang berada dalam bidang pendidikan
atau program pembelajaran tentu terdapat komponen-komponen yang
berkaitan. Dan komponen-komponen tersebut tentu saling melengkapi satu
sama lain agar program pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu tentunya dari komponen-komponen yang ada, tujuan suatu
program dapat dicapai.
5. Macam-macam Program
Program dapat bermacam-macam wujudnya ditinjau dari berbagai
aspek, menurut Suharsimi Arikunto aspek tersebut antara lain;
a. Program ditinjau dari tujuan, ada program dengan kegiatan yang
bertujuan mencari keuntungan dan ada yang bertujuan sukarela.
b. Program ditinjau dari jenisnya, ada program pendidikan, program
koperasi, program kemasyarakatan, program pertanian, dan sebagainya.
Adapun pengklasifikasianya didasarkan atas isi kegiatan program
tersebut.
c. Program ditinjau dari jangka waktu, ada program berjangka pendek
jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam mengukur jangka waktu
bagi suatu program sebenarnya relatif, disesuaikan dengan pelaksanaan
kegiatan program itu sendiri.
d. Program ditinjau dari keluasannya, ada program sempit dan program
luas. Program sempit hanya menyangkut variabel yang terbatas
sedangkan program luas menyangkut banyak variabel.
10 Suharsimi dan Cepi, op. cit., hal. 10
16
e. Program ditinjau dari pelaksana, ada program kecil yang hanya
dilaksanakan oleh beberapa orang, dan program besar yang
dilaksanakan oleh beberapa orang.
f. Program ditinjau dari sifatnya, ada program penting dan program kurang
penting. Program penting adalah program yang dampaknya menyangkut
nasib orang banyak mengenai hal yang vital, sedangkan program kurang
penting adalah program yang dampaknya hanya menyangkut sebagian
orang atau program yang mengenai hal yang tidak terlalu vital.11
B. Tahfidz Al-Qur’an
1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz berasa dari lafal اظ يتحف ظحيححف - yang berarti menjaga ححفظح -
(jangan sampai rusak), memelihara, melindungi.12 Dalam hal ini maksud
tahfidz ialah menghafal.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi kata-kata atau kalimat dalam
bahasa Arab, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.. yang
diriwayatkan dan tersebar secara mutawatir. Segala kata-katanya hingga
huruf yang terdapat dalam tulisan Al-Qur’an adalah sama seperti saat
ditulis untuk pertama kalinya, dan dinilai sebagai ibadah bagi siapa yang
membacanya.13
Al-Qur’an adalah Firman Allah yang menjadi sumber aqidah kita.
Secara mutlak, Al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan
paling mulia. Al-Qur’an berasal dari sisi Allah, sehingga memiliki derajat
yang mulia dan memiliki keagungan.14 Kebenaran Al-Qur’an dan
11 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: PT Bina Aksara.
1988), hal. 2 12A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif,1997), Cet. Ke-14, hal 279 13Imam Mukhlas, Al-Qur’an Berbicara, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), hal.19 14 Muhammad Syauman ar-Ramli. Keajaiban Membaca Al-Qur’an.( Sukoharjo : Insan
Kamil.2007) hal. 28
17
keterpeliharaannya sampai saat ini justru semakin terbukti. Firman Allah
SWT dalam surat At-Takwir (81) ayat 19-21:
كحر إ رحسحول محك ي.ينهحلحقحولح أحم ي.ذ يق حوةع ندحذ يالعحرش .محطحاعثح
“Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman Allah yang
dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kedudukan tinggi di
sisi Allah yang memiliki Arsy, yangdisana (di alam malaikat) di taati dan
dipercaya.”15
Dari penjelasan ayat tersebut dapat di pahami bahwa Al-Qur’an
memiliki sifat keagungan dan memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.
Maka dari itu tentunya mempelajari Al-Qur’an baik membaca, menulis,
menghafalkan, dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an merupakan
suatu keharusan bagi umat muslim.
Menurut Muhaimin Zen menghafal Al-Qur’an adalah “kegiatan
memberikan bimbingan dalam menghafal Al-Qur’an”.16
Menurut Abdurrab Nawabuddin dalam menghafal Al-Qur’an,
memelihara serta menalarnya harus memperthatikan tiga hal pokok, antara
lain sebagai berikut:
a. Menghayati bentuk-bentuk visual sehingga mampu di ingat kembali
meski tanpa melihat kitab.
b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.
c. Mengingat-ingatnya.17
Sebelum menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan bagi orang yang
akan menghafal Al-Qur’an untuk terlebih dahulu lancar dalam membaca
Al-Qur’an. Sebab, kelancaran saat membaca Al-Qur’an akan
mempengaruhi cepat lambatnya dalam menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi
15Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV
Penerbit Diponegoro .2008), hal. 586 16 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT
Al-Husna Zikra, 1996) cet. I hal. 10 17 Abdurrab Nawabuddin, Tekhnik Mennghafal Al-Qur’an, Terj. dari Kaifa Tahfazhul
Quran oleh Bambang Saeful Ma’arif. Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo, 1991) cet. I, hal.
25
18
bukan hanya sekedar lancar, melainkan harus baik, benar, dan fasih, serta
menguasai ilmu tajwid. Sebab jika bacaan salah maka hasil yang
dihafalkannya pun akan salah.18
2. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sudah terjamin keasliannya oleh
Allah SWT. Menurut Al-Azmi Al-Qur’an adalah “risalah terakhir untuk
umat manusia, diwahyukan pada Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad,
yang meruang dan terpelihara dari segi keaslian bahasa tanpa perubahan,
tambahan, maupun pengurangan.”19 Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Hijr (15) ayat 9:
وحإ نالحهحلححاف ظحون .إ نانحنحن حزلنحاالذ كرح“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”20
Kendatipun Allah telah menjamin akan terpeliharanya Al-Qur’an
berdasarkan ayat di atas, namun kita tidak boleh melepas tanggung jawab
dan kewajiban kita untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an dari tangan-
tangan jahil dan dari musuh-musuh Islam yang tidak henti-hentinya
berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur’an.
Memelihara Al-Qur’an pada dasarnya adalah kewajiban kita sebagai
umat Islam. Karena Al-Qur’an adalah hal pokok yang harus kita jaga
kemurniannya. Dan sebagai umat Islam sudah sepatutnya peduli terhadap
Al-Qur’an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian
Al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya.
Menurut Ahsin W. Alhafidz menghafalkan Al-Qur’an merupakan hal
yang sangat diperlukan dengan beberapa alasan;
18 Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal A-Quran Super Kilat, (Yogyakarta : Diva
Press. 2015 ) hal. 50 19 Prof M.M, Al-A’zami, The History The Qur’anic Text: Sejarah Teks Al-Qur’an
dari Wahyu sampai Kompilasi. (Jakarta : Gema Insani.2005). 20 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 262
19
a. Al-Qur’an diturunkan, diterima, dan diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW secara hafalan, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmann-
Nya dalam surat As-Syu’ara (26) ayat 192-195:
العحالحم يح ب ه الروححالحم يح.وحإ نهحلحت حنز يلحرحب المحنذ ر ينحعحلحى.ن حزحلح ل تحكحونحم نح .ق حلب كحمحب ي .ب ل سحانعحرحب
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang
jelas.”21
b. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah
sebagai isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya kemauan kuat untuk
menghafal, dan Nabi Muhammad SAW merupakan figur seorang Nabi
yang dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara hafalan, untuk
menjadi teladan bagi umatnya. Nabi Muhammad menerima wahyu
secara hafalan, kemudian mengajarkan kepada para sahabat secara
hafalan dan mendorong para sahabat untuk menghafalkan Al-Qur’an.
c. Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 di atas bersifat aplikatif,
artinya bahwa pemeliharaan terhadap kemurnia Al-Qur’an adalah
Allah yang memberikannya, tetapi tugas secara nyata untuk
memeliharanya harus dilakukan oleh umat Islam sebagai pemiliknya.22
Hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah, sebagaimana
yang dikutip oleh Muhaimin Zen dari kitab Burhan fi Ulumil-Quran, juzu’
I, halaman 539, Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah Az-
Zarkasih mengatakan bahwa “menghafal Al-Qur’an adalah fardhu
kifayah.” Dan dalam kitab Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad
Makki Nashr mengatakan “sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar
21 Departemen Agama RI, op. cit.,, hal. 375 22 Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi
Aksara,1994) , hal. 22-23
20
kepala hukumnya fardhu kifayah”. Demikian pula mengajarkanya.
Mengajarkan membaca Al-Qur’an adalah fardhu kifayah dan merupakan
Ibadah yang utama.23
Menurut Imam Nawawi, mengajarkan seorang muslim untuk
mempelajari Al-Qur’an adalah tugas seorang yang mengenal Al-Qur’an.
Harus ada perwakilan di antara umat islam yang dididik untuk mengenal
serta menghafalkan Al-Qur’an. Jika tidak ada satu pun di antara umat Islam
yang menghafalkan Al-Qur’an maka kita senidri yang akan berdosa,
namun jika ada meskipun hanya sebagian yang menekuninya, maka yang
lain tidak berdosa. Dan jika ada pengajar Al-Qur’an diminta untuk
mengajari seseorang lalu menyatakan keengganannya, maka menurut
pendapat paling shahih ia tidak berdosa, namun ia dibenci jika tidak ada
alasan yang tepat.24 Firman Allah SWT dalam surat At-Taghabun (64) ayat
16:
مفحات قحوااللهحمحااستحطحعتح “Maka bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian.”25
Salah satu sifat manusia yang sudah menjadi kodrat dan sangat
manusiawi adalah lupa, dan salah. Begitupun orang yang menghafalkan
Al-Qur’an tentunya mempunyai sifat dan mengalami lupa dalam
hafalannya. Mengenai dosa atau tidaknya terhadap hafalan Al-Qur’an
tergantung dari usaha dalam menjaga hafalan. Rasulullah selalu
menganjarkan untuk selalu memelihara dan menjaga hafalannya dengan
cara membacanya setiap saat dan men-takrir hafalannya supaya tidak lupa
dan hilang. Setelah ada usaha tetapi masih juga lupa, maka yang
23 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT
Al-Husna Zikra, 1996) cet. I hal. 37 24 Imam Nawawi, Adab Mengajarkan Al-Qur’an, terj. dari Al-Tibyan Fi Adab
Hamalat Al-Qur’an, oleh Tramana Ahmad, ( Jakarta : Hikmah ). Cet. II hal. 45 25 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 557
21
menghafalkan Al-Qur’an tersebut tidak lagi dinyatakan sebagai orang yang
lengah dan bersalah. 26
Jadi dapat dikatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah
fardhu kifayah sama seperti hukum mempelajari Al-Qur’an. al ini berarti
bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah
mutawatir. Adapun mengenai hukum orang yang lupa terhadap apa yang
dihafalkannya itu tergantung dari bagaimana usaha orang tersebut dalam
menjaga hafalannya.
3. Urgensi Menghafal Al-Qur’an
Menurut Abdul Qoyyum, “menghafal ilmu di dada mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Tanpa menghafal ilmu, penuntut ilmu tidak
mungkin mencapai tingkatan yang dia inginkan.”27 Dengan menghafalkan
Al-Qur’an tentu seseorang akan memiliki kedudukan yang sangat tinggi,
karena Al-Qur’an merupakan sumber kehidupan, sumber pengetahuan dan
petunjuk bagi umat Islam.
Kegiatan menghafal Al-Qur’an adalah agenda turun-temurun semenjak
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad sampai saat ini dan sampai
waktu yang akan datang nanti. Pada masa lampau menghafalkan Al-Qur’an
merupakan dasar bagi pendidikan umat muslim, dan pada dewasa ini
tampak adanya perubahan titik berat dalam pendidikan Islam. Namun
demikian menurut Ahmad Von Denffer menghafalkan Al-Qur’an masih
tetap diperlukan bagi seluruh umat muslim dengan beberapa alasan sebagai
berikut:
a. Menghafal Al-Qur’an merupakan sunah Rasul, dan hal yang
dilaksanakan oleh para sahabat, tabi’in, dan orang-orang shalih
terdahulu.
26 Wiwi Alawiyah, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta : Diva Press.
2014 ) hal. 156-157 27 Abdul Qoyyum, Keajaiban Hafalan : Bimbingan Bagi Yang Ingin Menghafal Al-
Qur’an, (Klaten : Pustaka Al-Haura’. 1429) hal. 12
22
b. Kemampuan membaca Al-Qur’an dalam bentuk hafalan amat
diperlukan agar dapat melaksanakan sholat dengan baik.
c. Hafalan Al-Qur’an tetap merupakan modal dasar bagi pelaksana
dakwah yang baik.
d. Penghafalan dan pengulangan Al-Qur’an akan membawa ke arah untuk
lebih mengingat Allah dan firman-Nya.
e. Penghafalan terhadap ayat-ayat ahkam akan menuntun kita ke arah
kesadaran dan ikhtiar. Penghafalan akan mengarah pada pemahaman
dan keimanan yang lebih dalam terhadap kandungan pesan Al-Qur’an.28
Adapun menurut Abdul Aziz ada beberapa urgensi menghafal Al-
Qur’an, antara lain yaitu:
a. Menjaga Kemutawatiran Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sangat penting.
Dengan adanya penghafalan Al-Qur’an tentu keotentikannya akan
terjaga. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ada sejak empat
belas abad lalu, tanpa terkurangi kata bahkan hurufnya merupakan
kenikmatan besar yang harus disyukuri umat Islam. Hal ini tidak
terlepas dari jasa para penghafal Al-Qur’an yang jumlahnya banyak
dan terus ada sepanjang sejarah kehidupan manusia. Sehingga Al-
Qur’an teriwayatkan secara mutawatir, dan tidak mungkin diubah atau
dipalsukan oleh tangan-tangan kotor, sebagaimana kitab-kitab suci
sebelumnya.
Perhatian ulama salaf sangat besar dalam merealisasikan
kepentingan ini. Mereka telah berhasil mengabadikan sanad pengajaran
Al-Qur’an sejak zaman rasulullah, sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in
sampai sekarang. Proses belajar Al-Qur’an yang bersanad akan
menjadikan pelajar Al-Qur’an benar-benar menguasai Al-Qur’an
28 Ahmad Von Denfer, Ilmu Al-Qur’an penenalan dasar, Terj. dari Ulum Al-Qur’an :
An Introduction to the sciences of the Quran oleh Ahmad Nasir Budiman, ( Jakarta :
Rajawali . 1988) hal. 204
23
secara baik dan benar, karena inilah yang mampu menjaga keaslian
pengajaran Al-Qur’an.
b. Meningkatkan Kualitas Umat.
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan petunjuk bagi manusia.
Kualitas umat Islam tidak akan terangkat kecuali dengan Al-Qur’an.
Dengan menjaga kemurnian Al-Qur’an dan menggali apa yang ada di
dalam Al-Qur’annya sebagai sumber kehidupan tentu akan
meningkatkan kualitas umat Islam. Menghafal Al-Qur’an merupakan
cara untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Jadi dengan menghafalkan
Al-Qur’an tentu dapat meningkatkan kualitas umat.
c. Menjaga terlaksananya sunah-sunah rasulullah.
Sebagian ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW ada yang terkait
dengan hafalan Al-Qur’an dalam pelaksanaannya. Hafalan yang
terbatas pada surat-surat pendek membatasi kita mentauladani ibadah
beliau secara sempurna, khususnya dalam melaksanakan ibadah sholat.
Dengan menghafalkan Al-Qur’an tentu akan menjaga kita untuk
berusaha melaksanakan sunah-sunah Rasulullah. Pembinaan yang
dilakukan Rasulullah terhadap sahabat-sahabatnya lebih mengarah
pada praktik daripada teori. Pertemuan- pertemuan dengan para sahabat
lebih banyak mengajak mereka untuk langsung berinteraksi terhadap
ayat Al-Qur’an.
d. Menjaga mukmin dari aktivitas laghwu (tidak ada nilainya di sisi
Allah).
Banyak cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari kegiatan yang
tidak manfaat. Dan kembali kepada Al-Qur’an merupakan salah satu
cara terbaik. Dengan selalu membacanya apalagi menghafalkannya
secara otomatis akan membentengi diri kita dari kegiatan yang tidak
bermanfaat atau sia-sia. Dan muukmin yang sejati adalah yang telah
berhasil menjauhkan diri dari aktifitas yang laghwu, baik yang mubah
apalagi haram.
24
e. Melestarikan budaya Shalafusshalih.
Melihat sejarah kehidupan orang-orang shalih zaman dahulu, akan kita
dapatkan kehidupan yang cemerlang baik dalam hal pengetahuan
maupun dalam ketaqwaan kepada Allah. Di antara kecemerlangan itu
terlihat dalam perhatian mereka yang besar terhadap kitab Al-Qur’an.
Dengan mempelajari Al-Qur’an apalagi menghafalkannya tentu akan
melestarikan budaya orang-orang shalih zaman dahulu dan tentu akan
menciptakan kehidupan yang cemerlang.29
4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan penutup berbagai kitab
suci sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari
segi waktu tempat maupun umat yang menerima risalah. Yang mana Al-
Qur’an secara umum isi kandungannya terdiri atas tiga hal pokok, yaitu:
Aqidah, Hukum, dan Akhlak. Kemudian ditetapkan pula bahwa syariat
Islam memiliki keutamaan untuk membentuk agar setiap pribadi menjadi
pelaku dan penganjur amal sholeh, menegakkan keadilan merata, dan
menyelenggarakan kehidupan dengan sebaik-baiknya.30
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji
dan mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal Al-
Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk
menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.
Allah SWT. Berfirman dalam surat Fathir (35) ayat 32:
ن هحممحق ه وحم ل ن حفس ن هحمظحال نع بحاد نحافحم نحام الذ ينحاصطحفحي أحورحث نحاالك تحابح هحمثح ن دوحم تحص
ب يح الفحضلحالكح هحوح الله ذحل كح ب إ ذن سحاب قب الحي رحات “Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilihdi antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
29 Abdul Aziz, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur’an, ( Jakarta : Dzilal Press.1996), hal.
14-21 30 Imam Mukhlas. Op. cit., hal. 38
25
pertengahan dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat
besar.31 Rasulullah SAW bersabda:
يلالعحقحيل ي،عحنأحب يه ،عحنأح بحدح بنح الرححن ث حنحاعحبدح الصمحد ،ححد ث حنحاعحبدح ححد :قحالح نحسقحالحاهلل صحلىاهللح إ،فحق يلح:محنرحسحولح النا م نح ل له أحهل يح ن هحم عحلحيه وحسحلمح:إإ ن أحهلحاهلل م
هحمأحهلحا :إأحهلحالقحرآن أحد(ه)رواهلل.قحالح“Telah menceritakan kepada kami Abdusshamad, telah
menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Budaili Al-Uqaili,
meriwayatkan dari ayahnya, dari Anas berkata: sesungguhnya
Rasulullah SAW. bersabda: “sesungguhnya Allah itu mempunyai
keluarga yang terdiri dari para manusia”. Lalu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, ditanya: Siapakah mereka ya Rasulullah? jawab beliau:
“Ahlul Quran”. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-
Nya”. (HR. Ahmad nomor 12292)32 Adapun manfaat dan keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut Imam
Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan fi Adabi Hamalati Al-Qur’an, adalah
sebagai berikut: a. Al-Qur’an adalah pemberi syafaat pada hari kiamat untuk umat
manusia yang membaca, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Para penghafal Al-Qur’an telah dijanjikan oleh Allah akan diangkat
derajatnya yang tinggi di sisi-Nya, akan mendapatkan pahala yang
besar, serta mendapatkan penghormatan di antara sesame manusia.
c. Para pembaca Al-Qur’an, khususnya para penghafal Al-Qur’an yang
kualitas dan kuantitas bacaannya lebih bagus akan bersama malaikat
yang selalu melindunginya dan mengajak kepada kebaikan.
d. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan mendapatkan fasilitas
khusus dari Allah SWT yaitu, berupa terkabulnya segala harapan,
serta keinginan tanpa harus memohon dan berdoa.
31Departemen Agama RI. Op. cit., hal 438 32Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad
Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M), jilid. 19, hal.296.
26
e. Para penghafal Al-Qur’an memiliki potensi untuk mendapatkan
pahala yang banyak karena sering membaca (takrir) dan mengkaji Al-
Qur’an.
f. Para penghafal Al-Qur’an akan diprioritaskan untuk menjadi imam
sholat.
g. Menghafalkan Al-Qur’an akan menjadikan hidup menjadi lebih
berkah karena menghabis kan waktu dengan sesuatu yang bermanfaat
dan bernilai ibadah.
h. Para penghafal Al-Qur’an adalah orang pilihan Allah SWT.
i. Para penghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang yang memiliki
ilmu pengetahuan yang luas dan mereka adalah para ilmuan.
j. Para penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah.
k. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an merupakan orang-orang yang
mulia dari umat Rasulullah.
l. Menghafalkan Al-Qur’an adalah salah satu kenikmatan paling besar
yang telah Allah berikan kepada mereka yang mau menghafalkannya.
m. Mencintai para penghafal Al-Qur’an sama halnya seperti mencintai
Allah.
n. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an dijanjikan sebuah kebaikan,
kebarokahan, dan kenikmatan dari Al-Qur’an.
o. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an memperoleh keistimewaan
yang luar biasa karena lisannya tak pernah kering dan pikirannya tak
pernah kosong, karena mereka sering membaca dan mengulang-
ngulang Al-Qur’an.
p. Para penghafal Al-Qur’an memiliki ingatan yang tajam dan bersih
intuisinya.keduanya dapat dimiliki dan muncul dengan sendirinya.
q. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan dapat berbicara dan
membaca Al-Qur’an dengan fasih (jelas) dan benar.
27
r. Menghafalkan Al-Qur’an mempunyai manfaat akademis. Al-Qur’an
merupakan pengetahuan dasar bagi para penuntut ilmu dalam proses
belajarnya.33
C. Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an di Sekolah
1) Pengertian Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an
Implementasi program tahfidz Al-Qur’an adalah penerapan rencana
kegiatan dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Menurut Khalid, program menghafal Al-Qur’an adalah menghafal Al-
Qur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafadz-lafadz Al-
Qur’an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan
untuk menghadirkannya setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan,
yang mana Al-Qur’an senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang
waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.34
Adapun program tahfidz Al-Qur’an dalam hal ini merupakan
seperangkat rencana dan pengajaran mengenai kegiatan menghafalkan
semua surat dan ayat yang telah ditentukan, untuk mengucapkan dan
mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat
tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Qur’an.35
Jadi dapat disimpulkan implementasi program tahfidz Al-Qur’an jika
di terapkan di sekolah adalah pelaksanaan rencana kegiatan menghafalkan
Al-Qur’an untuk seluruh siswa sesuai kebijakan yang telah ditentukan.
Setelah menghafalkan, seluruh siswa diharapkan menyetorkan hafalannya
kepada guru pembimbing tahfidz atau guru yang telah ditentukan oleh
sekolah. Dalam pelaksanaan program tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan kebijakan dari masing-masing sekolah itu sendiri.
33 Imam Nawawi, Adab Seorang Ahlul Quran, dari At-Tibyan Fii Adabi Hamalatil
Quran oleh Hakim, PPA.(Kamis, 21 Februari 2013). 30-02-2016, 07:12. Pdf. .hal. 17-21.
(www.ashakimppa.blogspot.co.id) 34 Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal Al-
Qur’an, ( Surakarta : Daar An-Naba. 2 008), hal. 19 35 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, Kurikulum Muatan Lokal Hafaln Al-
Qur’an Madrasah Tsanawiyah DKI Jakarta, 2013. hal. 3
28
2) Landasan Pelaksanaan Program Tahfidz
a. Surat al-Ankabut (29) ayat 48-49 tentang keutamaan dari menghafal Al-
Qur’an.
المحبط لحوحمحا رتحابح لح إ ذ ا ين كح ب يحم تححطهح ك تحابوحلح نق حبل ه م ن لحوم ت حت آيحات.ونحكحنتح بحلهحوح
الظال محون صحدحور الذ ينحأحوتحواالع لمحوحمحايحححدحب آيحات نحاإ ل .ب حي نحاتف
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu
Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan
kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-
benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya, Al Quran itu
adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-
orang yang zalim”36
b. Surat al- Qiyamah ( 75) 17-18 tentang perintah membaca Al-Qur’an
نحاجحعحهحوحق حرآنحهح ق حرآنحهحرحأنحاهحفحاتب عفحإ ذحاق ح.إ نعحلحي “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”37
3) Tujuan Program Tahfidz
Menurut Ahmad Lutfi tujuan program menghafal Al-Qur’an di sekolah
antara lain;
a. Siswa dapat memahami dan mengetahui arti penting dari
kemampuan dalam menghafal Al-Qur’an
b. Siswa dapat terampil menghafal ayat-ayat dari surat-surat tertentu
yang menjadi materi pelajaran.
c. Siswa dapat membiasakan menghafal Al-Qur’an dan supaya dalam
berbagai kesempatan siswa sering melafadzkan ayat-ayat Al-
Qur’an dalam kegiatan sehari-hari.38
Tujuan adanya pelaksanaan program tahfidz di sekolah adalah untuk
menyiapkan peserta didik di madrasah untuk mampu membaca,
36 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 402 37 Ibid. hal. 578 38 Ahmad Lutfi, Pembelajarn Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta : Dirrektorat Pendidikan
Islam,2009) hal. 168-169
29
menghafalkan, mempelajari, mengamalkan dan menjunjung tinggi nilai-
nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.39
4) Materi dalam Program Menghafal Al-Qur’an
Materi dalam program menghafal Al-Qur’an di sekolah tentu
disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan dari sekolah maupun
pemerintah setempat. Adapun untuk Madrasah di wilayah DKI Jakarta
materi dalam program menghafal sebagai berikut;
a. Materi hafalan untuk tingkat Ibtidaiyyah adalah AlQuran Juz 30. Al-
Qur’an Juz 30 terdiri dari surat an-Naba, an-Nazi’at, ‘Abasa, at-Takwir,
al-Infitar, al-Muthaffifiin, al-Insyiqoq, al-Buruj, at-Tariq, al-A’la, al-
Ghasiyyah, al-Fajr, al-Balad, asy-Syams, al-Lail, at-Tin, al-‘Alaq, al-
Qadr, al-Bayyinah, al-Zalzalah, al-‘Adiyat, al-Qori’ah, at-Takatsur, al-
‘Asr, al-Humazah, al-Fil, al-Quraisy, Al-Ma’un, al-Kautsar, al-Kafirun,
an-Nasr, al-Lahab, al-Ikhalas, al-Falaq, dan surat An-nas.
b. Materi hafalan untuk tingkat Tsanawiyyah adalah Al-Qur’an Juz 29. Al-
Qur’an Juz 29 terdiri dari surat al-Mulk, al-Qolam, al-Haqqoh, Al-
Ma’arij, Nuh, Jin, al-Muzzammil, al-Mudatsir, al-Insan, dan surat Al-
Mursalah.
c. Materi hafalan untuk tingkat Aliyah adalah Al-Qur’an Juz 28. Al-
Qur’an Juz 28 terdiri dari surat al-Mujadillah, al-Hasyr, Al-
Mumtahanah, as-Saff, al-Jumu’ah, al-Munafiqun, at-Tagabun, at-Talaq,
dan surat at-Tahrim.
5) Metode dalam Menghafal Al-Qur’an
a. Metode Bi al-Nazhar
Metode bi al-nazhar, yaitu membaca cermat ayat Al-Qur’an yang
akan dihafal dengan berulang-ulang. Salah satu metode untuk
mempercepat menghafalkan Al-Qur’an ialah memperbanyak
membacanya sesering mungkin sebelum menghafalkannya. Hal ini
memiliki tujuan agar orang yang menghafalkannya akan mengenal
39 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, loc. cit.
30
terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan dan tidak asing lagi
dengan ayat-ayat tersebut, sehingga akan lebih mudah untuk
menghafalkannya. Semakin sering membaca tentu akan membuat
penghafal lebih mudah untuk menghafal.40
Menurut Ahsin W. Alhafidz metode Bin Nazhar dapat disebut
metode wahdah yaitu menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak
dihafalkan. Dan untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca
sebanyak sepuluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu
membentuk pola bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah
dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama..41
Menghafal dengan cara ini tentu memerlukan kesabaran yang ektra,
karena akan memakan waktu yang cukup banyak. Menurut Abdul Aziz,
menghafal dengan cara mengulang-ulang ini sangat cocok untuk para
penghafal yang daya ingatannya lemah, hanya saja diperlukan kondisi
fisik yang prima. Selain itu metode ini juga cocok untuk bagi anak-anak
yang sedang mengikuti program menghafal, karena anak belum mampu
mengingat sendiri, jadi perlu bimbingan untuk membacakannya secara
berulang-ulang sampai anak tersebut hafal.42
Dengan membaca Al-Qur’an secara cermat dan berulang-ulang
akan membantu mempercepat proses menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
Semakin banyak bacaan yang diulang maka kualitas hafalan akan
semakin baik.
b. Metode Kitabah
Metode kitabah yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang hendak dihafalkan pada kertas atau buku khusus yang telah
dipersiapkan. Setelah di tulis kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya
40 Wiwi, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. Op. cit., hal. 102 41 Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi
Aksara,1994) , hal. 63 42 Abdul Aziz, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Dzilal Press.1996), hal.
49
31
sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Menghafalkannya dapat dilakukan dengan menulis ayat yang akan
dihafalkannya berulang kali, sehingga dengan demikian orang yang
menghafal akan lebih mudah untuk merekam hafalannya, karena dengan
menuliskannya berulang kali tentu sekaligus dapat memperhatikan dan
menghafalkannya ayat –ayat Al-Qur’an di dalam hati.43
Menulis dengan tangan sendiri dapat membantu proses menghafal.
Metode kitabah sangat tepat dilakukan bagi seseorang yang mempunyai
kesulitan dalam menghafal atau karena lemahnya otakapabila
menghafal. Dengan menulis ayat Al-Qur’an melalui gerakan tangan dan
indra penghlihatan akan memudahkan otak untuk meresap ayat-ayat
yang dihafalkan. 44
Metode kitabah ini dapat dijadikan alternatif lain dari metode yang
pertama yaitu bi nazhar atau wahdah. Apabila seorang penghafal
mengalami kesulitan dalam menghafal dan sudah berulang kali
membaca ayat yang akan dihafal, penghafal dapat menuliskannya
terlebihh dahulu baik dikertas, buku, atau papan tulis. Dengan
demikian tentu akan membantu penghafal untuk mengingat ayat yang
sedang dalam proses penghafalan. Dan untuk lebih maksimal dan lebih
cepat meresap ke dalam daya ingatan, penulisan ayat tersebut dapat
dilakukan berulang kali. Karena itu akan memudahkan otak untuk
meresap ayat – ayat yang dihafalkan tersebut.
c. Metode Sima’i
Metode sima’i yaitu dengan cara mendengarkan atau menyimak
suatu bacaan untuk dihafalkan. Menurut Ahsin W. Alhafidz metode ini
dapat dilakukan dengan dua alternative, antara lai;
1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini guru diharap
43 Ibid., hal. 64 44 Wiwi Alawiyah, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. op. cit., hal. 100
32
untuk lebih sabar dan teliti dalam membaca dan membimbing,
selain itu guru dituntut untuk berperan aktif dalam membantu
proses menghafalkan.
2) Merekam ayat-ayat yang akan dihafalkan ke dalam pita kaset, tape
re-corder, atau menggunakan alat perekam pada handphone sesuai
kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian apa yang direkam
tersebut diputar dan didengar secara seksama sambil megikutinya
secara perlahan-lahan. 45
Salah satu cara menerapkan metode sima’i yaitu dengan membuat
metode teratur untuk mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an yang
sedang dihafalkan dengan kaset-kaset, atau music di handphone dari
syeikh besar yang terpercaya, seperti Syeikh Khusari dan Syeikh Abdul
Basith untuk bacaan Al-Qur’an murottal.46
Metode sima’i sangat membantu proses menghafal ayat- ayat Al-
Qur’an. Selain itu dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
telah dihafal, ini akan membantu penghafal mengulangi dan
menguatkan hafalan.
d. Metode Talaqqi
Metode talaqqi yaitu metode setoran, seseorang yang
menghafalkan Al-Qur’an menyetorkan hafalan atau memperdengarkan
hafalan yang baru dihafal kepada pendidik atau teman sebaya. Metode
ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan Al-Qur’an dan mendapat
bimbingan seperlunya. 47
Menyetorkan hafalan kepada pendidik atau guru tahfidz
merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW..
Al-Qur’an pada dasarnya diambil dengan cara talaqqi (berguru kepada
45 Ahsin, op. cit., hal. 65 46 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an. ( Surakarta : Insan
Kamil. 2013). hal. 51 47 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Kurikulum Muatan Lokal Hafalan Al-
Qur’an Madrasah Tsanawiyah. 2013. hal. 9
33
ahlinya), dan sangat disarankan untuk belajar dari lisan para ulama
yang mempunyai keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal Al-Qur’an.
Sehingga, seorang murid tidak mengalami kekeliruan ketika membaca
atau melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. 48
Seseorang yang menghafalkan Al-Qur’an sangat diharuskan
menerapkan metode talaqqi ini. Karena apa yang dihafalkan tentunya
harus diperdengarkan kepada guru atau pendidik. Dan tentunya untuk
menyetorkan hafalan harus pada guru yang tepat yang memang
menguasai cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai aturan.
Karena apabila guru tidak mengerti atau memperhatikan bacaan
muridnya tentu akan menimbulkan kekeliruan dalam membaca Al-
Qur’anm dan itu akan berakibat fatal. Karena kesalahan dalam
mengucapkan atau melafalkan ayat Al-Qur’an akan mengubah arti dan
maksud dari ayat itu sendiri.
e. Metode Takrir
Menurut Wiwi, Metode takrir yaitu mengulang hafalan dan
memperdengarkan hafalannya kepada guru atau teman sebaya. Selain
dengan guru dan teman sebaya takrir dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja guna memperlancar hafalan ayat Al-Qur’an dan menjaga
hafalannya agar tidak lupa.49
Seseorang penghafal tidak akan bisa menghafal Al-Qur’an dengan
baik kecuali jika ia mengulanginya berkali-kali. Bahkan sebagian dari
pada ulama ada yang mengulang-ulang satu permasalahan sebanyak
100 kali, dan ada juga yang mengulang sampai 400 kali, sehingga ilmu
yang didapatnya seolah-olah berada di antara kedua matanya.50
48 Wiwi, op. cit., hal. 79 49 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, loc. cit. 50 Yahya, op. cit., hal. 84
34
f. Metode Jama’
Metode jama’ yaitu cara menghafalkan Al-Qur’an yang dilakukan
secara kolektif atau bersama-sama. Ayat-ayat yang akan dihafalkan
dibaca secara bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.51
6) Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Menghafalkan
Al-Qur’an
a. Faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al-Qur’an
Menurut Ahsin W. Alhafidz terdapat beberapa hal penting sebagai
pendukung tercapainya tujuan menghafal Al-Qur’an. Adapun faktor-
faktor yang dimaksudkan antara lain
1) Usia yang Ideal
Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk
menghafal Al-Qur’an tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat
usia seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-
Qur’an.Seseorang yang masih muda tentu akan lebih potensial daya
serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca dan dihafal,
atau yang didengarnya dibanding mereka yang berusia lanjut,
namun hal tersebut tidak bersifat mutlak.
2) Manajemen Waktu
Bagi mereka yang menempuh program khusus menghafal Al-
Qur’an dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan
memaksimalkan seluruh kapasitas waktu yang dimilikinya,
sehingga dapat menyelesaikan proram menghafal Al-Qur’an
dengan lebih cepat, karena tidak mengahadapi kendala dari
kegiatan-kegiatan lainnya. Sebaliknya bagi mereka yang memiliki
kegiatan-kegiatan lain, seperti sekolah, bekerja, dan kesibukan
yang lain, makaia harus pandai-pendai memanfaatkan waktu yang
ada. Dan diperlukan manajemen waktu yang baik.
51 Ahsin, op. cit.,, hal. 69
35
Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target
harian satu halaman adalah empat jam, dengan rincian dua jam
untuk menghafal ayat-ayat baru, dan dua jam untuk muroja’ah ayat-
ayat yang telah dihafalnya terdahulu. Penggunaan waktu tersebut
dapat disesuaikan dengan manajemen yang diperlukan oleh
masing-masing para penghafal.
Adapun waktu–waktu yang dianggap baik untuk menghafal
antaralain; waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga terbit
matahari, setelah bangun dari tidur siang, setelah sholat, dan waktu
di antara magrib dan isya.
Namun tidak berarti bahwa waktu selain yang disebutkan di
atas tidak baik untuk membaca atau menghafal Al-Qur’an. Semua
waktu pada dasarnya baik untuk menghafal tergantung pada situasi
dan kondisi masing-masing penghafal.
3) Tempat Menghafal
Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya
program menghafal Al-Qur’an. Untuk menghafalkan Al-Qur’an
diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi dalam
menghafal.
Adapun beberapa tempat yang ideal untuk menghafal Al-
Qur’an antara lain;
a) Jauh dari kebisingan
b) Bersih dan suci dari kotoran dan najis
c) Cukup ventilasi untuk pergantian udara
d) Tidak terlalu sempit
e) Cukup penerangan
f) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan
g) Terhindar dari berbagai ganguan.52
52Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi
Aksara,1994) , hal. 56-61
36
b. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an
Siapapun dapat menghafal Al-Qur’an, baik anak-anak, remaja
bahkan orang tua, baik sebagian maupun keseluruhan. Jadi, usia bukan
merupakan penghalang untuk menghafal Al-Qur’an. kesibukan ataupun
status sosial juga bukan penghalang seseorang untuk menghafalkan Al-
Qur’an. Menurut Abdul Aziz, “penghalang utama dalam menghafal
adalah malas, tidak ada kemauan, hilang akal, dan mati hati.” Jika
penyakit-penyakit tersebut lenyap, insya Allah akan mudah untuk
menghafal Al-Qur’an.53
Menurut Wiwi Alawiyah, ada beberapa faktor yag menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan dan terhambat dalam menghafalkan Al-
Qur’an, antara lain;
1) Tidak Menguasai Makhorijul Huruf dan Tajwid
Salah satu faktor penghambat atau kesulitan dalam menghafal
Al-Qur’an adalah karena bacaan yang tidak bagus, baik dari segi
makhorijul huruf, kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya. Hal-
hal tersebut merupakan modal dasar yang harus diperhatikan.
Karena orang yang tidak menguasai makharijul huruf dan
memahami ilmu tajwid, akan mendapatkan kesulitan dan akan
memakan waktu yang lama dalam menghafalkan ayat Al-Qur’an.
2) Tidak Sabar
Sabar adalah kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita, termasuk
cita-cita dan keinginan untuk menghafal Al-Qur’an. Jika tidak
memiliki sifat sabar dalam menghafal Al-Qur’an maka proses
menghafalkan Al-Qur’an akan terhambat. Oleh karena itu seseorang
yang menghafalkan Al-Qur’an tidak boleh mengeluh dan patah
semangat ketika mengalami kesulitan dalam proses menghafal. Bila
53 Abdul Aziz, op. cit., hal. 20
37
proses menghafal dilakukan dengan sabar dan tulus semua ayat-ayat
yang dihafalkan akan terasa sangat mudah dan tidak mengalami
kesulitan yang berarti.
3) Tidak Sungguh-sungguh
Kesungguhan dalam melakukan setiap pekerjaan sangat
diharuskan. Apabila dalam menghafal Al-Qur’an tidak dengan
sungguh-sungguh tentu akan menghambat proses menghafal Al-
Qur’an. Salah satu peetanda niat setengah hati adalah kurangnya
kerja keras dan kesungguhan dalam menghafalkan Al-Qur’an.
4) Kurang dalam Berdoa
Berdoa adalah senjata umat Islam. Sebaai umat Islam kita harus
meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha kita dalam berdoa.
Selain berusaha atau bekerja dalam melakukan sesuatu termasuk
menghafalkan Al-Qur’an, kita harus senantiasa berdoa. Ketika
mengalami kesulitan dalam menghafalkan Al-Qur’an sedangkan
kita tidak berdoa tentu Allah tidak akan membantu, sebab kita tidak
meminta kepada-Nya.54
Sedangkan Muhaimin Zen menyebutkan bahwa ada beberapa
hal yang menjadi problem dalam menghafalkan Al-Qur’an,
antaralain;
a) Ayat – ayat yang sudah dihafal lupa lagi.
b) Banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama.
c) Gangguan-gangguan kejiwaan.
d) Ganggauan lingkungan.
Program menghafal Al-Qur’an di sekolah termasuk ke dalam
program yang ada dalam bidang pendidikan. Menurut Suharsimi dan
Cepi, “Keberhasilan suatu program dalam bidang pendidikan sangat
tergantung dari beberapa faktor penting, yaitu siswa, guru, materi,
sarana-prasarana, pengelolaan, dan lingkungan.”55
54 Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super kilat. op. cit.,, hal. 113-117 55 Suharsimi dan Cepi, op. cit., hal. 10
38
Faktor penting yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan sebagai
komponen–komponen dari suatu program dalam bidang pendidikan
atau pembelajaran. Apabila salah satu komponen tersebut kinerjanya
kurang baik, pasti keberhasilan program pembelajaran tidak akan
maksimal. Kegagalan dari suatu program tidak dapat dibebankan hanya
pada satu atau dua faktor saja, namun harus diteliti komponen atau
faktor mana saja yang kinerjanya kurang baik.
D. Hasil Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Surwarti (3103098), Mahasiswa IAIN Wali
Songo Semarang, Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam,
dengan judul Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an 2 Juz (Studi Di
SDIT Harapan Bunda Semarang) pada tahun 2008, Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan data yang
dikumpulkan berupa, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
tahfidz di SDIT Harapan Bunda, dan apa saja faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan program tersebut. Program tahfidz al-Qur’an di
SDIT Harapan Bunda termasuk program kurikulum khas. Metode
menghafalnya tidak ditentukan oleh pihak sekolah, sekolah hanya
memberikan wadah dan guru sebagai fasilitator, yang membimbing dan
mengarahkan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohim (109011000046), Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2014. Judul penelitiannya
adalah Implementasi Daqu Method pada Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an
di Podok Pesantren Tahfidz Daarul Quran Ketapang, Tangerang.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan kualitatif deskripsi, yang
mengungkapkan tentang Daqu method yang menjadi program unggulan di
Daarul Quran. Daqu method yaitu pendidikan karakter yang berbasis
Qurani yang bersumber dari nash Al-Qur’an.
39
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Idris, Mahasiswa IAIN Wali
Songo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2013.
Dengan judul penelitiannya Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Quran di
MI Al-Khoiriyyah 1 Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif, dengan data yang dikumpulkan berupa, wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran tahfidz Al-
Qur’an di MI Al-Khoiriyah. Proses kegiatan pembelajaran tahfidz di MI
Al-Khoiriyyah, baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi sudah
sangat baik. Guru-guru tahfidz di sekolah ini secara umum sudah cukup
baik dalam menerapkan pengajaran menghafal Al-Qur’an.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan
adalah membahas tentang pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an. Metode yang
digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Namun
dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus. Selain itu
terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi dan
pembatasan penelitian tertuju kepada program tahfidz Al-Qur’an yang akan di
teliti ini merupakan program yang termasuk dalam muatan lokal yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Dan penelitian ini juga akan difokuskan pada
pelaksanaan program tahfidz dan faktor apa saja yang mendukung dan
meghambat pelaksanaan program tahfidz Al-Quran di sekolah yang menjadi
tempat penelitian.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipusatkan di MTSN 2 Jakarta, yang beralamat di Jl.
Moh. Kahfi I no. 34 Kelurahan Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan,
dan waktu penelitian direncanakan mulai November 2015 sampai November
2016.
B. Latar Penelitian
1. Latar
a. Latar Fisik
MTs Negeri 2 Jakarta terletak di tengah perkampungan penduduk.
Lokasi sekolahnya cukup strategis dan nyaman, karena tidak dekat
dengan jalan raya. Sehingga terhindar dari kebisingan yang biasa
disebabkan oleh kendaraan yang melintas. Namun untuk menjangkaunya
jika ditempuh dengan naik angkot harus sedikit berjalan kaki untuk bisa
sampai ke sekolah. Bangunan sekolah merupakan bangunan milik
Departemen Agama, yang didirikan pada tahun 1989. Dari tahun ke
tahun gedung sekolah mengalami perubahan dan pertambahan agar
kegiatan belajar mengajar serta kegiatan penunjang lainnya dapat
berjalan lancar.
Bagian depan sekolah ini nampak satu gerbang sebagai pintu utama
untuk memasuki sekolah. Dan tak jauh dari gerbang terdapat pos satpam
dan tempat parkir. Dan dibelakang sekolah juga terdapat gerbang kecil
yang dibuka hanya ketika jam pulang sekolah saja. Di samping parkiran
terdapat masjid yang persis di atas masjid terdapat aula dan di samping
masjid terdapat ruang pertemuan.
Di depan masjid terdapat lapangan sekolah, dan disebranggnya
terdapat ruang guru yang di depan ruang guru terdapat meja piket,
kemudian disamping kanan ruang guru ada ruang kepala sekolah, ruang
41
tata usaha yang di dalamnya terdapat finger print machine untuk absen
guru dan karyawan serta UKS, dan di sisi kiri ruang guru di antara tangga
terdapat ruang perpustakaan, dan Lab IPA. Sedangkan Lab komputer
terdapat di lantai dua bersebelahan dengan ruang BK. Ruang OSIS juga
berada di lantai dua di antara ruang kelas. Dan posisi kantin serta koperasi
sekolah ada di belakang dan disana terdapat satu rumah dinas untuk salah
satu karyawan. Adapun jumlah kelas secara keseluruhan ada 15 ruang
kelas, masing-masing tingkat kelas menempati 5 ruang kelas.
b. Latar Sosial
Lingkungan sosial yang tercipta di MTs N 2 Jakarta cukup harmonis
dan religius. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara kepala seklah
dengan guru dan karyawan berjalan dengan baik. Semua menjalankan
tugasnya masing-masing. Tak jarang kepala sekolah mengontrol
kegiatan-kegiatan dan berbincang-bincang dengan guru dan karyawan.
Hal yang sama juga diterapkan kepada siswanya.
Setiap hari siswa maupun guru melaksanakan sholat zuhur
berjamaah, dan dibuat jadwal imam untuk guru, dan jadwal adzan dan
pembaca doa untuk siswa. Hal ini untuk membiasakan siswa agar siap
ketika terjun dimasyarakat. Dan ada juga kegiatan sholat dhuha
berjamaah namun masih secara bergilir.
Banyak kegiatan-kegiatan yang mendukung keakraban guru satu
sama lain, salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat di tengah
kesibukan mengajar yaitu one day one juz yang setiap harinya harus
dilaporkan kepada salah satu guru penanggung jawab. Begitu pula
hubungan sekolah dengan komite dan orang tua murid juga cukup baik.
Ada kegiatan setiap minggu pengajian yang di hadiri oleh komite
sekolah, guru-guru, serta orang tua murid.
c. Latar proses
Program menghafal Al-Qur’an Juz 29 dilakukan oleh seluruh siswa
MTs Negeri 2 Jakarta. Kegiatan menghafal Juz 29 tersebut sistemnya
berkelanjutan dari jenjang kelas VII sampai kelas IX. Dalam proses
42
pelaksanaan kegiatan menghafal tersebut siswa tidak semata-mata
menyetorkan hafalannya saja, melainkan adanya guru pembimbing yang
akan masuk ke dalam kelas untuk membimbing dan mengarahkan siswa
dalam menghafal. Kegiatan bimbingan menghafal tersebut dilaksanakan
satu pertemuan di dalam seminggu dengan alokasi waktu dua jam.
2. Entri
Peneliti mulai datang ke sekolah MTs Negeri 2 Jakarta ketika
melaksanakan Praktik Profesi Keguruan pada bulan Agustus 2015.
Pengamatan mengenai sekolah serta program tahfidz sudah sejak
pelaksanaan Praktik Profesi Keguruan. Namun peneliti melakukan
perencanaan penelitian terkait program tahfidz Al-Qur’an terhitung pada
bulan November 2015.
C. Metode Penelitian
Metode penelitan merupakan suatu cara yang dilakukan penelitian untuk
melakukan penelitian. Dalam penyusunan ini, peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Nana Syaodih “penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivits sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.1
Melihat rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Zainal Arifin dalam
bukunya menjelaskan, “studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan
sebagainya dalam waktu tertentu.”2
Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus ini bertujuan untuk
mengetahui suatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan metode studi kasus untuk mencari tahu secara mendalam
1Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2011), hal. 60 2 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan ; Metode dan Paradigma Baru. (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2014) hal. 152
43
bagaimana implementasi program tahfidz Al-Qur’an juz 29 di MTs Negeri 2
Jakarta.
D. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara dan
dari berbagai sumber. Dilihat dari caranya teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, serta studi dokumen. Dan
bila dilihat dari sumber datanya maka sumber datanya berupa data primer serta
sekunder. Dan hal ini tentu saja disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.
Tabel 3.1
Sumber dan Teknik Pengumpulan data
Sumber data Metode Instrumen
Primer Fenomena, aktivitas
sosial, peristiwa dengan
kata-kata dan tindakan.
Observasi Lembar
Observasi
Informan Wawancara Pedoman
Wawancara
dan alat
perekam.
Sekunder Data tertulis, foto, buku,
dan data-data terkait.
Studi
dokumentasi
Daftar
Ceklist
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang
paling utama dalam penelitian kualitaf. Menurut Djam’an Satori observasi
penelitian kualitatif adalah “pengamatan langsung terhadap objek untuk
mengertahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam
mengumpulkan data penelitian.”3 Observasi dilakukan untuk mendapatkan
data dengan mengadakan kunjungan langsung ke tempat penelitian dan
3 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung :
Alfabeta.2013) hal.105
44
mengamati keadaan sekolah, kegiatan yang berlangsung, sarana dan
prasarana serta data yang mendukung lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi partisipatif yaitu
peneliti mendatangi lokasi penelitian langsung, yaitu MTs Negeri 2 Jakarta.
Kemudian peneliti mengamati dan mencatat kegiatan yang berhubungan
dengan program tahfidz Al-Qur’an dan sesekali peneliti terlibat langsung
dalam beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2.
Peneliti tidak mempersiapkan intrumen observasi secara sistematis dari
awal karena peneliti belum mengetahui pasti apa yang akan terjadi
dilapangan, jenis data apa yang berkembang dan dengan cara apa data baru
itu paling sesuai dieksplorasi. Namun sebagai alat bantu dalam penelitian ini,
peneliti membuat pedoman observasi secara garis besar sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Observasi
No. Komponen Objek Observasi Aspek Pengamatan
1. Place
(tempat)
Sekolah MTs
Negeri 2 Jakarta
Keadaan fisik sekolah, sarana
prasarana, dan keadaan ruang
lingkup sekolah.
Ruang kelas saat
pembelajaran
tahfidz
Kondisi ruang kelas dan
sarana prasarana pembelajaran
dikelas.
2. Actor
(pelaku)
Kepala Sekolah,
Guru Tahfidz, dan
Siswa.
Sikap dan kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan di
dalam kelas maupun luar kelas
yang berkaitan dengan
program tahfidz.
3. Activity
(kegiatan)
Aktivitas KBM
tahfidz di kelas.
Proses KBM
45
Aktivitas di luar
kelas yang berkaitan
dengan program
tahfidz.
Jenis kegiatan, tujuan yang
ingin dicapai dalam kegiatan,
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan
beberapa pertanyaan kepada responden. Wawancara yang akan digunakan
adalah wawancara semiterstruktur, yaitu peneliti melakukan wawancara
berbentuk dialog bersama narasumber dengan penggabungan antara
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas
dan mendalam dengan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada
namun tetap berpatokan kepada pedoman yang telah disiapkan.4
Adapun dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan wawancara
kepada Kepala Sekolah, guru tahfidz Al-Qur’an, beberapa siswa MTsN 2
Jakarta serta wali murid MTs Negeri 2 Jakarta. Instrumen dalam teknik
wawancara ini peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara yang berisi
aspek pertanyaan yang berkaitan dengan objek penelitian.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara
No. Aspek Pertanyaan Informan
1. Latar belakang pelaksanaan
program tahfidz
Kepala Sekolah, Guru
Tahfidz
2. Tujuan dan manfaat program
tahfidz
Kepala Sekolah, Guru
Tahfidz, Siswa, dan
Orang tua
3. Kompetensi guru pembimbing
program tahfidz
Kepala Sekolah
4 Afifuddin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Pustaka
Setia.2009). hal. 133
46
4. Bentuk motivasi dan dukungan
guru terhadap program tahfidz
Kepala Sekolah Guru,
siswa
5. Bentuk motivasi dan dukungan
orang tua terhadap program
tahfidz
Siswa, Orang tua
6. Pelaksanaan pembelajaran
program tahfidz di kelas
Guru, Siswa
7. Metode dalam menghafal Guru, Siswa
8. Penilaian dalam program
pembelajaran tahfidz
Guru
9. Kendala-kendala dalam
menghafalkan
Siswa
10. Fasilitas pendukung Kepala Sekolah, Guru,
Siswa
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu
pristiwa, dimana dokumen sendiri menurut Samiaji “berarti segala materi
dalam bentuk catatan dalam kertas maupun elektronik yang dibuat
manusia.”5
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut Djam’an Satori,
“Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang
diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens
sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian
suatu kejadian.” 6
Dokumen yang akan dikumpulkan peneliti dapat meliputi data keadaan
sekolah secara umum, seperti profil sekolah, keadaan warga sekolah dan,
5 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. (Jakarta: Indeks. 2012). Hal. 61 6 Djam’an Satori, op.cit, hal. 149
47
foto yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz serta data-data
lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Tabel 3.3
Daftar Ceklist Dokumentasi Sekolah
No. Nama Dokumen Ada Tidak
Ada
Keterangan
1. Dokumentasi Sekolah
a. Profil Sekolah
b. Visi Misi dan
Tujuan Sekolah
c. Keadaan guru dan
karyawan
d. Keadaan Siswa
2. Dokumentasi
pembelajaran Tahfidz
3. Dokumentasi
pendukung
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data
Untuk memeriksa atau mengecek keabsahan data diperlukan suatu teknik
pemeriksaan data. Menurut Lexy J. Moleong, “pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat krtiteria yang digunakan, yaitu
derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).”7
Masing-masing Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik
pemeriksaan sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pemeriksaan atau pengecekan data dengan teknik-teknik sebagai berikut;
1. Derajat kepercayaan
a. Perpanjangan keikutsertaan
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), Cet. Ke-29, hal. 324
48
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.8 Dalam
penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan guna
mendapatkan data-data terkait sekolah MTs Negeri 2 Jakarta dan program
tahfidz Al-Qur’an. Keikut sertaan peneliti dalam sebuah penelitian sangat
menentukan pengumpulan data. Dengan waktu yang lebih lama peneliti
dapat mengetahui gejala-gejala dalam pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an dengan lebih mendalam.
b. Ketekunan/keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan melakukan pengamatan
terkait program tahfidz Al-Qur’an secara terperinci dan terus menerus
selama kebutuhan data berlangsung.
c. Triangulasi
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan pemeriksaan atau
pengecekan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut
Affifudin dan Beni Ahmad, “proses triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu”.9 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti antaralain :
1) Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan wawancara, data hasil wawancara dengan
dokumentasi, dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil
perbandiangan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data
yang diperoleh.
2) Triangulasi metode, yaitu dengan cara penggunaan berbagai metode
untuk meneliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode
wawancara yang ditunjang dengan metode observasi saat wawancara
dilakukan, dan peneliti menggunakan metode observasi ditunjang
dengan dokumen pada saat melakukan observasi.
8 Ibid. hal. 327 9 Affifudin dan Beni Ahmad, op. cit. hal. 143
49
3) Triangulasi pengamat, yaitu dengan cara adanya pengamat di luar
peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam
penelitian ini dosen pembimbing dan guru tahfidz bertindak sebagai
pengamat yang memberikan masukan kepada peneliti terhadap hasil
pengumpulan data.
d. Pemeriksaan Sejawat
Penulis melakukan teknik ini dengan cara berdiskusi dengan rekan
sejawat, guru yang bersangkutan, serta dosen pembimbing terkait hasil
sementara maupun hasil akhir penelitian. Sehingga peneliti mendapat
masukkan, kritik, serta saran atas kekurangan yang mungkin terjadi dalam
melakukan penelitian.. Dengan adanya teknik ini akan membantu peneliti
agar mampu mempertahankan keterbukaan dan kejujuran.
e. Analisis Kasus Negatif
Penulis mengumpulkan contoh kasus yang ditemui di lapangan yang
tidak sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan. Hal tersebut
dilakukan sebagai bahan pembanding. Apabila terdapat informasi yang
bertentangan dari dua narasumber, atau antara hasil wawancara dengan
fakta lapangan, maka peneliti akan melakukan analisis informasi atau data
tersebut atau melakukan konfirmasi ulang kepada narasumber yang
kompeten.
2. Keteralihan / Transferability
Usaha dalam membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan
dengan uraian rinci.10 Peneliti berusaha untuk mencari dan mengumpulkan
kejadian yang terjadi di lapangan terkait program tahfidz Al-Qur’an di
sekolah dengan menguraikan secara rinci dan seteliti mungkin. Hal tersebut
akan menuntut peneliti agar dapat dilaporkan hasil penelitian.
3. Kebergantungan /Dependability (Reliabilitas)
Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mempertajam uraian yang lebih
konkrit. Dengan mengungkapkan data wawancara, dan dokumen dengan
10 Moleong op. cit. Hal. 337
50
berulang-ulang terhadap responden, meminta pendapaat dan pertimbangan
peneliti lain yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan pencatatan data
atau informasi dengan alat mekanis komputer.
4. Kepastian/Objektivitas /Confirmability
Data yang telah ditemukan peneliti analisis secara cermat dan teliti.
Disusun dan dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan
pengalaman tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.
F. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan
data. Data-data yang penulis peroleh akan dianalisis dengan analisis data
dekskriptif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara
sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti.
Sugiono mengutip pendapat Miles dan Huberman yang mengemukakan
bahwa “aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu melalui data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verivication”.11
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan. Setelah itu langkah
selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan.
Dalam penelitian ini setelah peneliti menelaah seluruh data yang
tersedia baik dari observasi, wawancara, maupun studi dokumentasi,
peneliti melakukan reduksi data untuk memilah dari semua data yang
ditemukan kemudian peneliti mengambil hanya hal-hal yang sesuai dengan
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D, (Bandung Alfabeta,2012)cet.17 hal.
225
51
penelitian. Dan reduksi data dalam penelitian ini penulis lakukan selama
proses penelitian.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu peneliti
menyajikan data berupa pendeskripsian sekumpulan informasi yang telah
disusun sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
mengambil tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang difahami tersebut..
Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analiss lanjutan dari reduksi data
dan display data. Setelah melakukan penyajian data peneliti melakukan
penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan sifatnya masih sementara. Sehingga peneliti masih
berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara,
masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara
mereflesikan kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat,
triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Observasi
Observasi yang peneliti lakukan ini, berkaitan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan, baik secara umum maupun secara khusus meliputi tempat, pelaku,
serta kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an. Dan berdasarkan observasi secara garis besar peneliti mendapatkan
data sebagai berikut :
1) Lingkungan sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan cukup bersih dan
nyaman. Meskipun sekolah tidak terlalu luas namun pemanfaatan lahan
kosong di sekitar lapangan sangat baik karena terdapat banyak tanaman
serta membuat suasana sekolah asri dan nyaman untuk beraktivitas.
2) Ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
cukup bersih karena adanya jadwal piket setiap harinya. Jumlah siswa
di dalam kelas sekitar 35-38 orang. Selain meja dan kursi, di dalam kelas
terdapat lemari, dua buah kipas angin, proyektor, serta speaker yang
dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran.
3) Pelaksanaan pembelajaran tahfidz di kelas, berlangsung dengan tertib.
Peneliti melakukan observasi pada kelas VIII-2 dan VII-4. Observasi di
kelas peneliti lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembelajaran tahfidz di dalam kelas. Peneliti mengamati proses
pembelajaran serta pelaku yang terlibat dalam proses pembelajaran
tahfidz tersebut, baik guru maupun siswa.
4) Selain dalam pembelajaran di kelas peneliti juga mengamati kegiatan
yang berhubungan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di
luar kegiatan belajar mengajar dikelas. Kagiatan itu seperti tadarus Al-
Qur’an Juz 29 sebelum kegiatan belajar mengajar, pembagian sertifikat
53
dan reward bagi siswa yang telah menyelesaikan target hafalan yang
diselipkan saat upacara bendera hari senin. Dan beberapa kegiatan
lainya yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an
di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
2. Deskripsi Data Hasil Wawancara
Peneliti melakukan dengan berbagai pihak yang terkait dengan
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
Dalam memilih dan memanfaatkan informan tentu peneliti terlebih dahulu
menentukan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui situasi dan
kondisi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dan program tahfidz Al-Qur’an yang
berlangsung serta terlibat dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an.
Hal tersebut bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi yang mendalam
dengan tepat dan sesuai kebenaran yang ada. Adapun informan yang
diwawancarai antara lain :
1) Drs. Wawan M. M.Pd, yang merupakan Kepala Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Jakarta. Informasi yang peneliti dapatkan dari beliau berkaitan
dengan latar belakang dan tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an,
peranan Kepala Sekolah serta upaya sekolah dalam
mengimplementasikan program tahfidz, kendala-kendala yang dihadapi
serta harapan untuk pelaksanaan program tahfidz ke depannya.
2) Tuti Ani, M.Pd.I, merupakan guru tahfidz kelas VII dan VIII. Beliau
adalah lulusan Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Dari beliau peneliti
mendapatkan cukup banyak informasi. Informasi terkait program
tahfidz Al-Qur’an di sekolah untuk pertama kalinya peneliti
mendapatkan informasi pada beliau. Pada tahun 2015 peneliti pernah
mewawancarai dan seiring berjalannya waktu karena diperlukan
informasi baru maka peneliti mewawancarai beliau lagi. Adapun
informasi yang peneliti dapatkan secara umum mencangkup
pelaksanaan pembelajaran program tahfidz, baik dari perencanaan,
proses pembelajaran dikelas yang mencangkup metode dan media apa
yang digunakan, serta evaluasi terhadap pembelajaran. Selain itu juga
54
peneliti mendapatkan informasi mengenai faktor pendukung serta
penghambat yang dihadapi dan terlaksananya program tahfidz dan
peranan guru tahfidz dalam memotivasi dan membimbing siswanya
dalam menghafal Al-Qur’an juz 29.
3) Dr. Ahmad Faiz, Lc, M.Ag, merupakan guru tahfidz kelas IX. Beliau
adalah guru yang membuat buku panduan menghafal Al-Qur’an untuk
siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Dari beliau peneliti mendapatkan
informasi terkait latar belakang pembuatan buku panduan tersebut. Dan
beberapa hal terkait buku tahfidz yang beliau buat. Selain itu peneliti
juga menanyakan proses pembelajaran tahfidz di kelas, faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan program menghafal yang
dilakukan siswa.
4) Siswa MTs Negeri 2 Jakarta, yaitu sebanyak enam orang siswa. Dari
siswa-siswa tersebut peneliti mendapatkan informasi terkait
pelaksanaan pembelajaran dikelas, tanggapan mereka terkait adanya
program tahfidz, dan kendala-kendala yang mereka rasakan dalam
menghafalkan Al-Qur’an serta motivasi dalam menghafalkan Al-
Qur’an.
5) Orang tua siswa, sebagai sumber informasi tambahan mengenai
program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
3. Deskripsi Data Hasil Studi Dokumen.
Dalam melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait program tahfidz Al-
Qur’an sebagai data tambahan dari data-data utama yaitu wawancara dan
observasi.
55
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2
Jakarta Selatan
a. Langkah Penyusunan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs
Negeri 2 Jakarta
Dalam menyusun Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan, terdapat beberapa langkah penyusunan yaitu;
1) Menetapkan Program
Program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta
ditetapkan sebagai kurikulum muatan lokal. Hal tersebut
sebagaimana dikatakan oleh kepala Madrasah MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan bahwa, “Program tahfidz ini sebagai muatan lokal yang
mana pelaksanaan program tahfidz di sekolah ini sebagai bentuk
implementasi kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Agama
Kanwil DKI Jakarta.”.1
Kemudian ditambahkan lagi informasi dari bapak Faiz selaku
guru tahfidz yang mengatakan bahwa:
Sebenarnya adanya program tahfidz di sekolah ini kan
berdasarkan keputusan Kanwil, sebagai ciri khas madrasah
yang ada di DKI Jakarta. Kenapa menjadi ciri khas karena
melihat selama ini yang menerapkan hafalan-hafalan Al-Qur’an
itu memang rata-rata hanya sekolah-sekolah swasta Islam.
Maka dari itu beberapa tahun belakangan ini mulai lah ada
program tahfidz.2
Sekolah Madrasah tidak lepas dari agama Islam, yang namanya
Islam pasti itu tidak lepas dari AlQur’an. Oleh karena itu kewajiban
kita sebagai orang muslim untuk menjaga dan memelihara Al-
Qur’an, walaupun Allah telah menjaminnya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Surat Al-Hijr (15) ayat 9 :
1 Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016 2 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
56
كرح وحإنا لحه لححافظونإنا نحن ن حزلنحا الذ “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan alQur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.3
Salah satu upaya yang harus dilakukan madrasah agar
pendidikan agamanya berkualitas adalah dengan cara memelihara
tradisi-tradisi keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan ini
dilakukan di samping secara formal melalui pengajaran ilmu-ilmu
agama sesuai dengan struktur kurikulum yang dikembangkan oleh
pemerintah juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan.
2) Menentukan Tujuan Program
Dalam mengimplementasikan suatu program tentu harus ada
tujuan yang akan dicapai dalam program tersebut. Begitu juga
dengan program tahfidz al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
Dan adapun tujuan yang diharapkan sebagai hasil kegiatan dari
pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
sebagaimana yang , sebagai berikut:
a) Untuk mengimplementasikan kebijakan Kementrian Agama
Provinsi DKI Jakarta.
b) Siswa yang menyelesaikan belajarnya di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan di harapkan sudah dapat menghafal surat-surat dalam
Juz 29.
c) Untuk mengenalkan siswa bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah
suatu hal yang sangat penting.
d) Untuk mendorong, membina dan membimbing siswa siswi MTs
Negeri 2 untuk mencintai Al-Qur’an dengan menghafal dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.4
3) Menentukan Penanggung Jawab Program
3 Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV
Penerbit Diponegoro .2008), hal 529 4 Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016
57
Dalam hal ini sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
menetapkan dua orang guru tahfidz yang bertanggung jawab
membimbing siswa menghafal di kelas dan juga yang akan
menyimak setoran hafalan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Kepala MTs Negeri 2 Jakartsa Selatan;
Alhamdulillah kebetulan di sekolah kan ada dua guru tahfidz
ya, Bu Tuti sama Pak Faiz. Pa faiz sendiri itu lulusan kairo
mesir di rumah juga beliau punya santri penghafal Al-Qur’an
selain itu juga kan beliau membuat buku tahfidz dan menjadi
perwakilah guru dari DKI Jakarta untuk lomba tahfidz tingkat
nasional. Kemudia bu tuti juga alumni IIQ, selain itu juga beliau
ustadzah mengisi ekskul SBQ di sekolah dan mengisi pengajian
setiap hari minggu untuk komite dan orang tua murid. Jadi
memang kualifikasi guru tahfidz di sekolah ini memang saya
rasa mampu membimbing siswa menghafal Al-Qur’an.
Selain guru tahfidz, Kepala Sekolah juga memiliki tanggung
jawab dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan. Karena Kepala Sekolah harus mengawasi
segala kegiatan di sekolah termasuk program tahfidz Al-Qur’an.
4) Penetapan Alokasi Waktu dan Pembagian Materi
Alokasi waktu disini adalah perkiraan berapa lama peserta didik
mempelajari materi hafalan yang telah ditentukan di dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Alokasi perlu diperhatikan untuk
memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan. Adapun
alokasi waktu tatap muka antara guru pembimbing tahfidz dengan
siswa sebagaimana pelajaran lainnya. Karena program ini termasuk
muatan lokal, jadi setiap minggunya tiap kelas hanya mendapat
kesempatan satu kali tatap muka dengan guru pembimbing dengan
waktu belajar satu pertemuan 2 x 40 menit.5
Materi dalam program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
menyesuaikan target yang telah ditentukan oleh Pemerintah
setempat. Adapun untuk pembagian materi setiap pekannya di atur
5 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015
58
oleh guru tahfidz itu sendiri. Berdasarkan hasil studi dokumentasi
lebih jelasnya akan peneliti paparkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4
Materi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29
Alokasi
Waktu
(2x40
menit)
Materi hafalan
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Pekan
I
Surat Al-Mulk
ayat 1-5
Surat Nuh ayat 1-4 Surat Al-Insan
ayat 1-4
Pekan
II
Surat Al-Mulk
ayat 6-10
Surat Nuh ayat 5-9 Surat Al- Insan
ayat 5-12
Pekan
III
Surat Al-Mulk
ayat 11-15
Surat Nuh ayat 10-
16
Surat Al- Insan
ayat
Pekan
IV
Surat Al-Mulk
ayat 15-20
Surat Nuh ayat 17-
23
Surat Al- Insan
ayat 13- 16
Pekan
V
Surat Al-Mulk
ayat 20-25
Surat Nuh ayat 24-
28
Surat Al- Insan
ayat 17- 21
Pekan
VI
Surat Al-Mulk
ayat 26-30
Surat Jin ayat 1-6 Surat Al- Insan
ayat 22-25
Pekan
VII
Surat Al-Qolam
ayat 1-9 Surah Jin ayat 7- 11 Surat Al- Insan
ayat 26-29
Pekan
VIII
Surat Al-Qolam
ayat 10-20 Surah Jin ayat 12-
17
Surat Al- Insan
ayat 30-31
Pekan
IX
Surat Al-Qolam
ayat 21- 28 Surat Jin ayat 18-23 Surat Al-Mursalat
ayat 1-8
Pekan
X
Surat Al-Qolam
ayat 29-36 Surat Jin ayat 24 –
28
Surat Al-Mursalat
ayat 9-18
Pekan
XI
Surat Al-Qolam
ayat 37-43
Surat Al-Muzzammil
ayat 1-9 Surat Al-Mursalat
ayat 19-27
Pekan
XII
Surat Al-Qolam
ayat 44-48
Surat Al-Muzzammil
ayat 10-16 Surat Al-Mursalat
ayat 28-36
Pekan
XIII
Surat Al-Qolam
ayat 49- 52
Surat Al-Muzzammil
ayat 17-19 Surat Al-Mursalat
ayat 37-44
Pekan
XIV
Surat Al-Haqoh
ayat 1-8
Surat Al-
Muzzammil ayat 20 Surat Al-Mursalat
ayat 45-50
Pekan
XV
Surat Al-Haqoh
ayat 9-14
Surat Al-Muddatsir
ayat 1- 13
Pekan
XVI
Surat Al-Haqoh
ayat 15-22
Surat Al-Muddatsir
ayat 14 - 25
Pekan
XVII
Surat Al-Haqoh
ayat 23-32
Surat Al-Muddatsir
ayat 26 – 31
59
Pekan
XVIII
Surat Al-Haqoh
ayat 33-42
Surat Al-Muddatsir
ayat 31-38
Pekan
XIX
Surat Al-Haqoh
ayat 43- 52
Surat Al-Muddatsir
ayat 39-49
Pekan
XX
Surat Al-Ma’arij
ayat 1-10
Surat Al-Muddatsir
ayat 50-56
Pekan
XXI
Surat Al-Ma’arij
ayat 11-23 Surat Al - Qiyamah
ayat 1-10
Pekan
XXII
Surat Al-Ma’arij
ayat 24-31 Surat Al - Qiyamah
ayat 11-21
Pekan
XXIII
Surat Al-Ma’arij
ayat 32-39 Surat Al - Qiyamah
ayat 22 – 32
Pekan
XXIV
Surat Al-Ma’arij
ayat 40 -44 Surat Al-Qiyamah
ayat 33-40
Materi yang harus disampaikan oleh guru tahfidz dan disetorkan
siswa cukup banyak dan waktunya terbatas jika hanya mengandalkan
jam pembelajaran di kelas. Melihat materi dan target hafalan tersebut
oleh karenanya seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan berupaya menerapkan kegiatan-kegiatan
yang mendukung pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an seperti
membiasakan siswa-siswinya 15 menit sebelum KBM untuk
membaca ayat Al-Qur’an pada Juz 29 dan guru tahfidz memberikan
kesempatan untuk siswa menyetorkan hafalan diluar KBM.
b. Manfaat program Tahfidz
Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta
memiliki banyak manfaat. Hal itu penulis ketahui berdasarkan hasil
wawancara dan observasi. Manfaat yang di dapatkan dari pelaksanaan
program tersebut antara lain:
1) Siswa menjadi hafal surat-surat yang ada di Juz 29.
Dengan diterapkan program menghafal di dalam pembelajaran
di kelas tentunya setiap siswa tidak mampu menolak atau pun
enggan melaksanakanya. Meskipun awalnya terlihat berat namun
setelah dilakukan siswa akan merasakan manfaatnya. Seperti yang
di katakan oleh salah seorang siswi bernama putri yaitu, “awalnya si
60
saya takut gak bisa mengikuti pelajaran menghafal, karena memang
gak biasa juga. Tapi seiring berjalannya waktu si asyik-asyik aja
kak. Saya juga seneng jadi bisa hafal surat-surat yang ada di Juz 29
ini, Yah meskipun belum hafal keseluruhan dan suka lupa juga.”6
Dengan adanya program tahfidz ini tentu siswa memiliki bekal
hafalan yang tentunya sangat bermanfaat untuk kehidupannya.
Selain itu dengan adanya program ini siswa menjadi tertarik untuk
menghafalkan Al-Qur’an secara keseluruhan 30 Juz.
2) Terciptanya lingkungan sekolah yang cinta Al-Qur’an.
Salah satu manfaat adanya program tahfidz di sekolah yaitu
membentuk lingkungan yang cinta Al-Qur’an. Dengan adanya
pelajaran khusus Al-Qur’an tentu akan membentuk siswa untuk
selalu terbiasa membaca Al-Qur’an dan juga menghafalkannya.
Dengan adanya pembiasaan tersebut tentunya akan menimpulkan
rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Berdasarkan hasil pengamatan yang
penulis dapatkan, terdapat banyak kegiatan yang dapat
memunculkan sikap cinta Al-Qur’an antara lain;
a. Kegiatan tadarus Al-Qur’an 15 menit sebelum KBM.
b. Pembacaan ayat Al-Qur’an setiap upacara bendera hari senin
oleh petugas upacara dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
dibacakan oleh perwakilan siswa.
c. Lomba Tahfidz Al-Qur’an pada perayaan Hari Besar Islam.
d. Pembacaan ayat Al-Qur’an secara estafet oleh siswa yang sudah
tuntas hafalan di saksikan oleh seluruh warga sekolah.
3) Mudah dalam menghafal materi pelajaran lain karena terbiasa
menghafal Al-Qur’an.
Manfaat ini dapat dirasakan oleh siswa sendiri. Siswa meraskan
karena seringnya mereka menghafal Al-Qur’an ini, mereka jadi
terbiasa dan ketika dalam menerapkan hafalan pada pelajaran
6 Putri Aditiana, wawancara. Jakarta 20 Oktober 2016.
61
lainnya akhirnya mereka lebih mudah untuk melakukannya. Seperti
yang dikatakan oleh Syahidah, “Saya jadi bisa menghafalkan Al-
Qur’an, jadi rajin baca Al-Qur’an, terus jadi terbiasa menghafal. Dan
karena biasa ngafalin saya ngerasa jadi ketika pelajaran lain yang
ada hafalan jadi kaya lebih mudah aja ka ngafalinnya.” 7
4) Dapat memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
Dalam pelaksanaan menghafal Al-Qur’an siswa tidak semata-
mata hanya menyetorkan hafalannya saja. Hal tersebut dapat
diketahui dari hasil wawancara dan observasi di kelas. Sebelum
siswa menyetorkan hafalan, guru tahfidz membimbing dan
memberikan contoh bacaan yang sesuai dengan makhroj maupun
tajwidnya. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Ibu Tuti Ani;
Sebelum siswa menambah hafalan guru harus membimbing
dulu, setiap pertemuan kan ada materi yang harus di hafalkan
oleh siswa, jadi sebelum disetorkan harus di contohkan terlebih
dulu biar bacaanya pun benar. Kemampuan siswa kan beda-
beda ada yang bacaanya masih kurang jadi harus diajarkan
dahulu biar makhroj, tajwid nya benar. Dan setiap ayat yang
dihafal saya bahas hukum tajwidnya. Karena kalau siswa
dibiarkan menghafal sendiri khawatir bacaanya masih ada yang
salah, nanti yang ada bacaan Al-Qur’annya jadi rusak.8
Dari sini dapat dilihat dengan adanya program khusus
menghafal Al-Qur’an disekolah siswa tidak hanya hafal melainkan
bacaanya pun sesuai. Karena kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa juga berbeda-beda dengan di bimbing dan diperbaiki bacaanya
oleh guru tentu proses menghafal akan lebih mudah. Dan dengan
pelaksanaan program tahfidz yang dilaksanakan dengan tepat tentu
siswa akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Metode
Penggunaan metode yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an
memudahkan siswa untuk cepat menghafal Al-Qur’an. Masing-masing
7 Ummi Syahidah, wawancara. 25 November 2016 8 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015
62
siswa memiliki pengalaman yang beragam dan latar belakang yang
variatif, sehingga metode yang digunakan siswa satu belum tentu sama
dengan siswa lainnya. Oleh karena itu, penggunaan metode menghafal
Al-Qur’an sepenuhnya diserahkan kepada anak itu sendiri.
Adapun dalam proses Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
metode yang disesuaikan dengan kemampuan memori hafalan anak dan
keadaan anak yang belum lancar membaca Al-Qur’an. Untuk mengatasi
kebosanan metode pembelajaran tahfidz selalu berubah-ubah sesuai
dengan keadaan siswa, sehingga dalam suatu pembelajaran Tahfidz guru
menggunakan metode gabungan. Adapun metode-metode yang
digunakan guru-guru tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
berdasarkan hasil wawancara dan observasi antara lain:
1) Metode Bi al-Nazhar
Metode bin nazhar atau melihat yaitu membaca cermat ayat Al-
Qur’an yang akan dihafalkan. Siswa diperkenankan untuk melihat
dan membaca tampilan ayat yang akan di hafal terlebih dahulu di
proyektor maupun di buku panduan mengafal. Dengan membaca
ayat yang akan di hafal secara berulang-ulang tentu akan
memudahkan siswa untukmemperoleh gambaran menyeluruh
tentang ayat yang dihafalkannya.
2) Metode Kitabah
Metode ini dilakukan dengan cara siswa menuliskan ayat yang
akan dihafalkan pada buku panduan menghafal Al-Qur’an. Seperti
yang disampaikan oleh bapak Faiz bahwa metode kitabah itu perlu
diterapkan dalam proses menghafal. Dengan metode ini tentu siswa
akan terbiasa menulis ayat Al-Qur’an sehingga akan terlatih untuk
dapat menulis dengan baik. Selain itu metode kitabah ini juga dapat
63
membantu siswa menghafal, karena siswa akan mudah menghafal
ketika mereka menulis terlebih dahulu apa yang akan dihafalnya. 9
Jadi di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan metode kitabah
ini digunakan oleh guru tahfidz sebagai tugas harian siswa. Dengan
cara menuliskan terlebih dahulu ayat yang akan dihafalkan,
diharapkan dapat membantu proses hafalan siswa. Selain itu dengan
penerapan metode ini tentu diharapkan siswa tidak hanya hafal
namun dapat menuliskan ayat yang dihafalkannya. Dan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran tahfidz tes tulis
pun dilakukan. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya Ulangan
Harian, ulangan Tengan Semester, dan Ulangan Akhir Semeter yang
menggunakan sistem tes tulis.
3) Metode Sima’i
Sebelum siswa menambah hafalan yang baru, guru tahfidz
mencontohkan bacaan ayat yang harus di hafalkan pada pertemuan
saat itu. Semua siswa harus mendengarkan sambil memperhatikan
buku panduan menghafal atau tampilan ayat pada proyektor.
Selain itu terkadang guru pembimbing tahfidz memutarkan
murotal Al-Qur’an seperti yang saya lihat saat observasi dan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa. Untuk
pelaksanannya pertama, guru memulai dengan memutar bacaan
ayat-ayat yang akan dihafalkan, murid-murid menirukan.
Dan ketika di luar pembelajaran beberapa siswa pun
mengatakan bahwa salah satu cara mereka untuk menghafalkan
yaitu dengan mendengar murotal Al-Qur’an dari MP3, seperti yang
dikatakan oleh Rhafa, “Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang
ka, Saya juga suka dengerin murotal Al-Qur’an surat yang lagi
dihafalin pake HP. Bu Tuti juga kalau ngajar suka gitu ka di awalnya
kita dengerin murotalnya dulu biar tau bacanya gimana.”10
9 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016 10 Rhaffa Izzatul Awaliyah, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016
64
4) Metode Takrir
Metode ini adalah yang selalu dan paling sering diterapkan oleh
guru di kelas. Guru membacakan ayat-ayat yang akan dihafal dan
siswanya mendengarkan, kemudian murid melantunkan bersama-
sama. Hal seperti itu dilakukan secara berulang-ulang terus menerus
sampai anak terbiasa mendengarkan dan membacanya. Setelah ayat-
ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, dengan sedikit
demi sedikit mencoba menutup buku panduan menghafal Al-
Qur’annya dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang
dihafalnya yaitu benar-benar sepenuhnya masuk dalam ingatannya.
Jadi secara otomatis secara tidak sadar mereka dapat menghafal
dengan sendirinya. Setelah kira-kira semua siswa hafal, barulah
mereka disuruh menyetorkan kepada guru pembimbing tahfidz. 11
Mengulang bacaan hafalan dilakukan pula ketika pertama kali
mengawali pelajaran dan menutup. Guru pembimbing menyuruh
siswa untuk mengulangi bacaan ayat yang sebelumnya mereka hafal.
Ayat-ayat yang siswa ulangi bacaan tersebut selalu dimulai dari ayat
pertama dari surat yang mereka sedang hafalkan. Selain itu mereka
juga dapat murojaah hafalannya setiap hari sebelum jam pelajaran
pertama yaitu dengan tadarus Al-Qur’an yang menjadi habitual
curriculum.
5) Metode Jama’
Siswa membaca bersama-sama hafalan yang telah di hafal pada
pertemuan sebelumnya maupun yang baru dihafalkan dengan
dipimpin oleh salah seorang siswa perkelompok.
6) Metode Talaqi (setor hafalan)
Metode setor selain sebagai metode sekaligus juga untuk
menilai seberapa jauh hafalan siswa. Siswa memperdengarkan
hafalannya di depan guru pembimbing dan dinilai
11 Observasi Pembelajaran Tahfidz kelas VII. Jakarta, 25 Oktober 2016
65
d. Perencanaan, Proses, dan Penilaian Pembelajaran Program tahfidz
Al-Qur’an
1) Perencanaan Pembelajaran
Dalam merencanakan pembelajaran, sebagaimana hasil
wawancara dengan ustadzah Tuti Ani, beliau mengatakan bahwa
dalam tahap perencanaan guru-guru tahfidz juga harus menyusun
program-program perencanaan pembelajaran. Seperti halnya
kalender pendidikan, perhitungan pekan efektif dan jam tatap muka,
Prota (Program tahunan), Promes (Program semester), dan terakhir
membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
dikembangkan sendiri oleh guru-guru tahfidz MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan itu sendiri.12
2) Proses Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di kelas
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan oleh pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah
disusun baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran.
Karena itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan
penerapan langkah-langkah metode dan strategi kegiatan belajar
mengajar.
Dalam penyusunan pelaksanaan pembelajaran di kelas guru
tahfidz menyesuaikan kurikulum yang diberlakukan di sekolah MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan. Kelas VII dan VIII sudah menerapkan
Kurtilas, adapun kelas IX masih menggunakan KTSP. Dan tentunya
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing
guru tahfidz memiliki cara yang berbeda. Seperti yang dikatakan
oleh bapak Faiz bahwa, “Setiap guru tentu berbeda-beda dalam
menyampaikan pelajaran. Begitupun saya dengan bu Tuti dalam
membimbing siswa menghafal.” 13 Maka dari itu peneliti akan
12 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015 13 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
66
memaparkan pelaksanaan pembelajaran tahfidz dari dua guru yang
berbeda.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berdasarkan data dari hasil
wawancara dan observasi, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas
dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pelaksanaan Pembelajaran di kelas VII dan kelas VIII14
Tahapan awal dalam proses pembelajaran adalah kegiatan
pendahuluan dengan durasi kurang lebih 15 menit. Dalam
tahapan ini guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, menanyakan kabar kemudian berdoa bersama. Setelah itu
guru meminta siswa untuk bersama-sama muroja’ah hafalan
sebelumnya. Sebelum menyampaikan materi baru, guru
menanyakan materi hafalan sebelumnya dan memberikan
kesempatan siswa untuk menyetorkan hafalannya yang
sebelumnya bagi yang belum setoran.
Tahapan kedua yaitu kegiatan inti dengan durasi kurang
lebih 50 menit. Dalam tahap ini guru tahfidz melakukan
serangkaian aktivitas pembelajaran dengan membimbing peserta
didik untuk menghafal Al Qur’an dan kemudian menyetorkan
hafalanya. Karena pendekatan pada kurikulum 2013
menggunakan pendekatan scientific, guru harus berupaya untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku di sekolah. Dalam pendekatan scientific itu dikenal
dengan 5 M yaitu, mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Menerapkan pendekatan scientific untuk pembelajaran
tahfidz ini tidak semudah pada pelajaran lain. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh ibu Tuti bahwa;
14 Observasi Pembelajaran Tahfidz di kelas VII ( 25 Oktober 2016) dan di Kelas VIII ( 26
Oktober 2016)
67
Karena sekolah ini sudah melaksanakan kurikulum 2013
untuk kelas VII dan VIII. Jadi diusahakan untuk
menyesuaikan meskipun terkadang agak susah yah, karena
untuk membimbing siswa menghafal Al-Qur’an sendiri kan
memang harus guru yang berusaha aktif membimbing,
mencontohkan bacaan yang benar. Jadi untuk menerapkan
yang benar-benar sesuai kurikulum 2013 yah sejujurnya
bagi saya tidak semudah pelajaran lain. Tapi saya tetap
mengusahakan karena itu tuntutan.15
Dalam proses mengamati, guru tahfidz menayangkan
bacaan surat yang akan dihafalkan tiap ayatnya menggunakan
proyektor dan siswa mengamati tampilan ayat tersebut. Selain
itu kegiatan mengamati juga dilakukan oleh siswa dengan
mengamati guru pembimbing yang membacakan ayat yang akan
dihafalkan siswa.
Setelah siswa mengamati bacaan ayat kemudian diberikan
kesempatan untuk bertanya baik hukum tajwid maupun
penjelasan ayat. Dan apabila siswa tidak ada yang bertanya maka
guru yang balik bertanya kepada siswa.
Kegiatan mencoba dapat terlihat dari bagaimana siswa
mulai menghafalkan ayat dengan bimbingan guru. Proses
menghafalkan tersebut dilakukan dengan berbagai metode yang
dipraktikan oleh guru. Siswa medengarkan guru kemudian
mengikuti bacaan guru dan begitu selanjutnya sampai ayat yang
ditentukan selesai di ajarkan.
Mengasosiasi dalam hal ini dapat dilihat dari guru
memberikan kesempatan bagi setiap kelompok berdasarkan
barisan, untuk membacakan ayat yang sudah di hafalkan.
Kemudian guru memberikan kesempatan perwakilan dari siswa
untuk membacakan tafsir dari ayat yang sedang dihafalkan
berdasarkan buku panduan menghafal.
15 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 4 September 2016
68
Dan yang terakhir ini yaitu mengkomunikasikan, dapat
terlihat dari kegiatan menyetorkan hafalan. Siswa secara
bergiliran maju menyetorkan hafalannya. Karena waktu yang
terbatas maka guru membolehkan siswa untuk maju berdua,
bertiga, bahkan sampai berlima. Namun tetap penilaiannya
secara individu. Sebagaimana di sampaikan oleh ibu Tuti,
“karena waktu yang terbatas maka saya membolehkan siswa
untuk menyetorkan hafalannya berdua sampai berlima. Namun
penilaiannya tetap masing-masing, karean saya memperhatikan
bacaan dari masing-masing siswa. Tapi menjelang UTS atau
UAS itu saya minta setorannya sendiri-sendiri”.16
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru meminta siswa
muroja’ah kembali materi peremuan hari itu secara bersama-
sama. Kemudian guru memberikan tugas menulis ayat Al-
Qur’an untuk materi hafalan minggu depan. Kemudian kegiatan
di tutup dengan ucapan hamdallah dan salam dari guru.
b) Pelaksanaan Pembelajaran di kelas IX17
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran tahfidz di kelas
IX sama halnya dengan kelas VII dan VIII. Dalam tahapan ini
berisi kegiatan membuka pelajaran dan muroja’ah materi
hafalan sebelumnya bersama-sama selama kurang lebih 15
menit dan kegiatan setoran hafalan bagi yang belum setoran
minggu lalu. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh guru.
Dalam kegiatan pendahuluan ini juga guru meminta siwa untuk
membuka botol minuman bagi yang membawa. Menurut pak
Faiz tujuannya sebagai ikhtiar berharap air yang dibacakan ayat-
ayat Al-Qur’an ini bisa menjadi perantara bagi anak-anak agar
mendapatkan keberkahan dari Al-Qur’an serta kemudahan
16 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 4 September 2016 17 Observasi Pembelajaran Tahfidz di Kelas IX, 20 Oktober 2016.
69
dalam menghafalkannya.18 Firman Allah SWT di dalam surat
Al-Anbiya ayat 30;
ان حتحا رحت قا نحا نح ف ح أحوحلح ي حرح الذينح كحفحروا أحن السمحاوحات وحالحرضح كح ح ح حا وح فحت حقنحانونح المحاء كل شحيء ححي أحفحلح ي ؤ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman.19
Pada tahapan kedua yaitu kegiatan inti berisi kegiatan
pembelajaran tahfidz yaitu menambah hafalan dan setoran ayat
Al-Qur’an selam kurang lebih 45 menit. Kurikulum yang
diterapkan pada kelas IX yaitu KTSP. Dalam KTSP di kenal
istilah eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses
pembelajaranya.
Ekplorasi dalam kegiatan pembelajaran ini dapat terlihat
dari guru meperdengarkan bacaan Al-Qur’an yang akan
dihafalkan oleh siswa. Semua siswa menyimak dan mengulangi
bacaan guru. Guru memberikan contoh dan menanyakan hukum
tajwid dari ayat yang sedang dihafalkan siswa.
Adapun elaborasi dalam kegiatan pembelajaran ini yaitu
setelah guru memberikan contoh bacaan dan siswa menirukan,
kemudian siswa membacakan sendiri materi hafalannya. Hal itu
dilakukan dengan cara bersamaan maupun perbarisan. Dan
dilakukan sampai sekiranya siswa sudah menguasai.
Kegiatan yang terakhir yaitu konfirmasi. Siswa diberikan
kesepatan untuk menyetorkan hafalannya. Karena keterbatasan
waktu juga, maka siswa dibolehkan maju berdua sampai
berlima. Namun tetap penilaiannya masing-masing sesuai denga
18 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016 19 Departemen Agama RI, op. cit. hal. 324
70
tingkat kelancaran dan makhroj serta tajwidnya. Bagi siswa yang
masih memiliki hutang hafalan maka akan dipanggil terlebih
dahulu untuk menyetorkan hafalan sebelumnya.
Kegiatan penutup. Dalam tahap ini siswa muraja’ah lagi
terhadap ayat yang tadi dihafal. Kemudian guru menutup
pembelajaran dengan mengucap hamdallah dan berdo’a
bersama-sama.
3) Penilaian Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran tahfidz diukur melalui tes lisan
berupa setoran hafalan, dan tes tertulis juga seperti pelajaran lain, yaitu
Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir
Semester.
Program tahfidz ini harus mengikuti ketentuan penilaian
sebagaimana pelajaran lainnya. Namun hal di utamakan yaitu setoran
hafalan siswa. Setiap kali siswa menyetorkan hafalan guru akan
memberikan nilai. Penilaiannya berdasarkan kelancaran hafalan,
makhroj, serta tajwidnya.
Bapak Faiz dan ibu Tuti sedikit berbeda dalam hal penyetoran
ayat. Hal ini seperti dikatakan oleh beberapa siswa yang pernah di
ajarkan oleh keduanya. Dan salah satunya adalah Hikam yang
menatakan bahwa, “kalau bu tuti setorannya itu dari awal ka, kalau pa
Faiz itu materi yang baru kita hafalin aja, jadi gak di ulang. Nanti di
ulangnya paling pas mau semesteran.”20
Hal tersebut juga dikatakan oleh pak Faiz, “Karena waktu yang
terbatas jadi saya minta siswa untuk menyetorkan materi hafalan yang
barunya saja. Namun tetap di awal pelajaran dan diakhir ada
muroja’ah dari awal surat. Dan nanti menjelang UTS atau UAS itu
beru setoran semuanya”.21
20 Ahmad Mufti Hikam, wawancara. 26 November 2016 21 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. 12 Oktober 2016
71
Setiap guru memiliki kebijakan sendiri dalam mengajar. Dan
kebijakan tersebut tentunya dengan alasan masing-masing. Baik bu
Tuti maupun pak Faiz berusaha untuk membimbing siswa dalam
menghafalkan Al-Qur’an dengan sebaik mungkin.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tahfidz
JUz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu proses panjang yang
membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan kesungguhan. Oleh karena itu,
menghafal Al-Qur’an membutuhkan minat dan motivasi yang tinggi bagi
orang yang hendak menghafalkannya. Berhubung menghafal merupakan
suatu proses, maka dalam pelaksanaannya tentu dipengaruhi oleh banyak
faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, meliputi faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri
2 Jakarta Selatan.
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan faktor penunjang keberhasilan
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh siswa.
Faktor pendukung dalam menghafalkan Al-Qur’an . Adapun faktor-
faktor pendukung dalam menghafalkan Al-Qur’an di MTs Negeri 2
Jakarta Selatan sebagai berikut:
1) Faktor Usia Siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
Usia muda menjadi salah satu faktor penunjang untuk dapat
menghafalkan Al-Qur’an lebih mudah. Ada pepatah mengatakan,
“belajar di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu, dan belajar
setelah dewasa ibarat mengukir di atas air”. Makna dari pepatah
tersebut yaitu bahwa, faktor umur mempengaruhi proses
pembelajaran.
72
Usia anak-anak dan remaja, atau usia antara tujuh sampai lima
belas tahun merupakan masa yang mudah untuk menerima
pengetahuan, termasuk untuk mampu menghafalkan Al-Qur’an.
masa anak-anak adalah masa paling tepat untuk menghafalkan Al-
Qur’an. 22
Siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dapat dikategorikan usia
muda atau remaja. Hal itu dapat diketahui dari usia siswa kisaran
dua belas sampai lima belas tahun setingkat SLTP. Dengan usia
yang tergolong muda, tentu daya ingatnya pun lebih tinggi. Namun
hal itu tidak menjadi jaminan karena kemampuan setiap siswa yang
berbeda-beda.
2) Keadaan Lingkungan MTs Negeri 2 Jakarta Selatan
Lokasi sekolah MTs Negeri 2 cukup strategis dan jauh dari
jalan raya, sehingga suasana belajar di sekolah terhindar dari
kebisingan. Di sekitar halaman sekolah terdapat berbagai tanaman,
baik buah-buahan, tanaman obat, maupun tanaman hias. Hal
tersebut membuat asri dan sejuk lingkungan sekolah.
Ruang belajar di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan berukuran
50,16 m2 dengan banyak siswa setiap kelasnya 35 sampai 38 orang.
Ruangan kelas cukup nyaman, meskipun hanya terdapat kipas
angin di sisi kanan dan kiri. Namun terdapat pula ventilasi yang
cukup, sebagai tempat pertukaran udara.
.
3) Perhatian Guru
Perhatian guru sangat mempengaruhi pelaksanaan program
tahfidz Al-Qur’an. Perhatian guru sangat berperan mendorong
siswa untuk menghafalkan surat-surat yang dihafalkan sesuai
dengan target yang telah ditentukan.
22 Abdurrab Nawabuddin dan Drs Bambang Saiful Ma’arif, Tekhnik Menghafal Al-Qur’an,
Terj. dari Kaifa Tahfazhul Quran oleh Bambang Saeful Ma’arif, Bandung: Sinar Baru al
Gensindo.1991. Cet. I hal. 33
73
Perhatian semua guru terhadap program ini sangat tinggi,
khususnya guru pembimbing tahfidz. Oleh karena itu, guru
pembimbing bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses dan
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah selain siswa
menghafalkan sendiri.
4) Motivasi dari Orang tua
Sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan menjadi salah satu
pilihan sekolah yang cukup di minati oleh masyarakat dari berbagai
kalangan. Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tentu
mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya di sekolah.
Seperti yang dikatakan salah orang tua dari salah seorang siswa
bahwa beliau menyekolahkan anaknya di MTs N 2 Jakarta selain
karena keinginan anak juga karena berharap untuk anaknya sekolah
di Madrasah. Karena di Madrasah itu banyak pelajaran agamanya
khususnya pembelajaran Al-Qur’an. Dan ketika anaknya di terima
di MTs N 2 Jakarta perasaan beliau senang sekali dan cukup
bangga, karena yang mendaftar di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan banyak dan tesnya pun cukup banyak.23
Dukungan dari orang tua sangat mempengaruhi siswa untuk
mampu mengikuti program hafalan dengan baik di sekolah. Salah
satu dukungan orang tua kepada anaknya adalah dengan memberi
nasihat dan mengarahkan anaknya untuk belajar mengaji di luar
kegiatan sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Adelia;
Alhamdulillah orang tua saya memang selalu dukung saya
kalau soal pelajaan Al-Qur’an. Terutama mama saya selalu
ingetin buat ngafalin, kadang mama juga yang bantuin
ngafalin. Apalagi kalau ada lomba pasti orang tua juga yang
ikutan repot dan marahin kalau akunya gak serius. Di rumah
juga saya ngaji ka, selain ngaji baca Al-Qur’an yang biasa,
saya juga ada latihan tilawah seminggu sekali.24
23 Faridhotul Bidayah, Wawancara. Jakarta, 26 November 2016 24 Adelia Aliefiani Karim, Wawancara. Jakarta 25 Oktober 2016
74
Adelia salah satu contoh siswa yang memiliki catatan bagus
dalam pelajaran tahfidz. Adelia menjadi salah satu siswa yang
mewakili sekolah untuk lomba tahfidz tingkat DKI Jakarta dan
mendapat juara ke-3. Salah satu faktor pendukung yang
menghantarkan ia mampu mengikuti program tahfidz dengan baik
adalah karena dukungan orang tuanya. Dukungan orang tua di
rumah memang menjadi hal yang sangat penting guna menunjang
keberhasilan siswa di sekolah. Seperti yang dikatakan oleh ibu
Faridhotul yang merupakan ibu salah satu orang tua murid bahwa;
Menurut saya orang tua itu sangat penting perananya dalam
mendukung segala kegiatan belajar siswa di sekolah. Terlebih
lagi ini pelajarannya Al-Qur’an, kalau di dengar di awal
mungkin kayanya berat menghafal Al-Qur’an, tapi kalau sudah
dilakukan kan jadi enak buat diri sendiri nantinya. Makanya
orang tua itu harus mendukung dan kasih semangat anaknya
untuk mencintai Al-Qur’an. Apalagi ini kan menghfala jadi
orang tua harus mantau juga dan kalau bisa bantu muroja’ah
biar hafalan si anak tidak hilang.25
Ibu Faridhotul yang merupakan ibunda dari Hikam. Hikam
merupakan salah satu siswa yang sudah menyelesaikan program
menghafal juz 29 dan sudah mendapatkan sertifikat tahfidz secara
lengkap. Motivasi yang beliau berikan kepada anaknya cukup
besar. Dengan motivasi tersebut akhirnya anaknya mampu
menyelesaikan hafalannya secara tuntas lebih cepat dari sebagian
teman-temannya.
5) Fasilitas yang Memadai
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan memberikan fasilitas program
tahfidz Al-Qur’an sebagaimana mata pelajaran lainnya. Sebagai
bagian dari kurikulum khas yang ditetapkan oleh Kementrian
Agama. Program ini dilaksanakan di kelas sebagaimana proses
25 Faridhotul Bidayah, Wawancara. Jakarta, 26 November 2016
75
belajar mengajar mata pelajaran lainnya, sehingga tidak kesan
pembedaan dengan pembelajaran materi lain.
Fasilitas merupakan salah satu hal pokok yang menunjang
keberhasilan kegiatan hafalan siswa. Kesadaran tentang
pemenuhan sarana dan prasarana hafalan mutlak harus dilakukan.
Hal ini dikarenakan fasilitas merupakan faktor yang ikut andil dan
menentukan keberhasilan hafalan siswa.
Jika dilihat fasilitas yang diberikan oleh MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan cukup memadai. Hal ini terlihat dari sarana prasarana di
dalam kelas yang menunjang terbantunya proses pembelajaran
seperti terdapat proyektor dan speaker di dalam kelas.
Program tahfidz Al-Qur’an dijadikan program unggulan oleh
Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Setiap siswa Madrasah
harus mampu mencapai target hafalan yang ditentukan yaitu Al-
Qur’an juz 29. Sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan
program tahfidz tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Program tahfidz ini tergolong program yang baru diterapkan,
oleh karena ini pemerintah belum menyiapkan buku paket atau
buku pedoman pembelajaran untuk guru maupun siswa. Namun
sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sendiri telah menyiapkan
buku panduan menghafal untuk membantu pelaksanaan kegiatan
program tahfidz Al-Qur’an. Sebagaimana hasil wawancara dengan
pak Faiz;
Sejauh ini si belum ada panitia yang menyiapkan buku
panduan untuk siswa. Saya pun pernah memberitahu
mengenai buku panduan tahfidz yang di gunakan di MTs 2 ini
ke kanwil, dan pihak mereka sangat mengapresiasi dan
menyadari bahwa buku panduan menghafal ini memang perlu
di buat. Namun belum ada tindak lanjutnya lagi. Dan
kebanyakan memang madrasah lainnya belum menggunakan
buku panduan menghafal, jadi masih menggunakan Al-Qur’an
saja. 26
26 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
76
Selain itu karena menyiapkan buku panduang menghafal Al-
Qur’an yang dibuat sendiri oleh salah seorang guru pembimbing
tahfidz Al-Qur’an. Buku panduan menghafal Al-Qur’an tersebut
dibuat sesuai dengan kebutuhan dan buku tersebut dibuat dalam
tiga jilid, seseuai materi yang harus dihafalkan siswa tiap tingkat
kelas.
6) Penghargaan bagi siswa yang tuntas hafalannya.
Siswa yang telah tuntas menyetorkan hafalannya sesuai target
akan mendapatkan sertifika tahfidz. Sekolah mengupayakan agar
siswa mendapatkan tiga buah sertifikat selama tiga tahun mereka
bersekolah di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Sertifikat tersebut
dibagi sesuai tingkatan kelasnya. Dan sekolah berharap dengan
sertifikat tahfidz tersebut akan membuat siswa termotivasi ke
depannya untuk selalu mempelajari Al-Qur’an.
Selain sertifikat siswa juga mendapatkan sebuah amplop yang
berisikan uang sekedarnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk
apresiasi sekolah, karena siswa telah berusaha dengan baik dalam
melaksanakan program tahfidz di sekolah.
7) Kegiatan Pendukung di Luar KBM
Dalam mencapai tujuan dari adanya program tahfidz Al-
Qur’an juz 29 di sekolah, selain kegiatan pembelajaran tahfidz di
kelas, dibutuhkan pula kegiatan-kegiatan lainya yang mampu
membantu terlaksananya program tahfidz di sekolah. Sebagaimana
di katakan oleh Kepala Madrasah, “Jika hanya mengandalkan
pembelajarn tahfidz di kelas saja saya rasa itu kurang, karena waktu
pembelajarannya yang terbatas. Makanya sekolah berupaya untuk
menyelipkan kegiatan-kegiatan lain yang sekiranya dapat
menunjang program hafalan tersebut.” 27 Adapun kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain;28
27 Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016 28 Lembar Observasi Lapangan
77
a) Kegiatan tadarus Al-Qur’an 15 menit sebelum KBM.
Pelaksanaan tadarus Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan selama ini sudah berjalan dengan baik. Guru piket
bertanggung jawab untuk mengingatkan dan memantau
kegiatan tadarus siswa sebelum KBM. Bukan hanya guru piket,
guru yang masuk pada jam pertama juga diharapkan untuk
mengawasi dan ikut siswa bertadarus di kelas. Namun di
lapangan masih terdapat kelas yang gurunya terlambat masuk
kelas dan tidak mengikuti dan mengawasi siswa tadarus si
kelas. Dan dalam kegiatan tadarus Al-Qur’an tersebut ketua
kelas bertugas memimpin teman-temannya untuk bersama-
sama membaca Al-Qur’an Juz 29 selama 15 menit.
b) Pembacaan ayat Al-Qur’an pada upacara bendera.
Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin. Petugas
upacara ditentukan secara bergiliran. Setiap kelas akan
mendapatkan kesempatan untuk menjadi petugas upacara. Di
dalam pelaksanaan upacara selalu di selipkan kegiatan baca Al-
Qur’an oleh perwakilan siswa dari petugas upacara. Selain itu
peneliti juga beberapa kali melihat adanya penampilan siswa-
siswi yang telah menyelesaikan target hafalannya tampil
sebelum upacara di tutup. Mereka akan mendapatkan sertifikat
tahfidz dan reward dari sekolah, namun sebelum mendapatkan
itu mereka harus membaca hafalannya secara estafet di depan
siswa lainnya.
Dengan adanya hal tersebut tentu akan menjadi motivasi
tersendiri bagi siswa lainnya yang belum menuntaskan
hafalannya. Seperti yang dikatakan Putri, “kalau bisa selesai
hafalannya itu kita dapat sertifikat ada uangnya juga. Kadang
78
suka baper liat anak-anak yang selesai setoran hafalanya cepet.
Soalnya dipanggil ke depan pas upacara gitu”.29
c) Perlombaan dan penampilan siswa dalam hafalan Al-Qur’an.
Kegiatan perlombaan maupun penampilan di bidang tahfidz
sering di adakan di MTs Negeri 2. Kegiatan tersebut biasa
dilakukan pada peringatan Hari Besar Islam dan peringatan
lainnya. Tidak hanya perlombaan tahfidz di sekolah, sesekali
sekolah mengirimkn siswa-siswinya untuk mengikuti lomba
tahfidz di luar Sekolah.
Adanya perlombaan di sekolah tentu akan memberikan suatu
wadah bagi siswa untuk mampu menujukkan kemampuannya.
Dengan memberikan ruang dan kesempatan tersebut tentu akan
menimbulkan semangat dan motivasi bagi siswa.
b. Faktor penghambat
Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;
1) Terbatasnya Alokasi waktu KBM Tahfidz
Alokasi waktu pembelajaran tahfidz hanya 2 jam pelajaran
dalam satu minggu. Dalam waktu tersebut guru tahfidz harus
mampu menyampaikan materi, membimbing siswa menghafal, dan
menyimak siswa dalam setoran hafalan.
Dengan waktu yang terbatas itu tentu akan menghambat
pelaksanaan program tahfidz di sekolah. Guru harus berupaya
memaksimalkan waktu yang tersedia agar mampu mencapai target
yang diharapakan untuk semua peserta didik hafal juz 29 secara
tuntas. Upaya yang sekolah lakukan guna membantu pelaksanaan
program tahfidz yaitu dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an juz 29
sebelum kegiatan belajar mengajar setiap harinya selama 15 menit.
29 Putri Aditiana, Wawancara. Jakarta, 20 Oktober 2016
79
2) Lingkungan Pergaulan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pribadi seseorang, apalagi bagi anak-anak. Pengaruh yang
ditimbulkan oleh lingkungan sekitar (masyarakat) dapat
membentuk pribadi anak. Oleh karena itu, orang tua seharusnya
mengontrol kegiatan dan aktivitas anak di luar rumah.
Orang tua harus memperhatikan perilaku anak ketika mereka
bergaul dengan orang lain. Pergaulan anak dengan orang yang
cenderung memiliki watak negatif, misalnya teman yang suka
mencuri, maka kemungkinan anak terpengaruh. Oleh karena itu,
orang tua harus selalu mengawasi kemanapun anak pergi di luar
rumah dengan siapa anak bergaul.
Hal tersebut dilakukan untuk menjauhkan anak dari hal-hal
negatif yang timbul di masyarakat. Oleh karena itu, banyak siswa
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan yang terlambat menyetorkan hafalan
Al-Qur’an dikarenakan terpengaruh dengan teman sebayanya di
lingkungan sekitar, sehingga pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan kurang dapat berjalan
dengan maksimal.
3) Kurang dapat Mengatur Waktu
Masa anak dan remaja adalah masa bermain, sehingga
sebagian waktunya terbuang. Meskipun demikian, bukan berarti
anak tidak mendapat pengawasan dari orang tua ketika di rumah
dan pengawasan guru ketika di sekolah. Terkait dengan persoalan
ini, kerja sama antara guru dan orang tua sangat diperlukan. Guru
memantau anak di sekolah dan orang tua memantau anak ketika di
rumah. Keduanya saling bekerja sama dan berusaha semaksimal
mungkin mengarahkan arah terhadap hal-hal yang bersifat positif.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta
Selatan yaitu mulai 06.30 sampai 14.15 kecuali hari jumat. Dengan
aktifitas yang demikian padat siswa sering mengeluh sulitnya
80
membagi waktu. Seperti yang di katakana oleh Zianurr Ramdan,
“Kebanyakan pelajaran ka PR nya juga banyak, ditambah hafalan
gini kadang jadi kaya suka pusing. Pulang sekolah sampai rumah
udah sore. Paling waktu luangnya sabtu minggu, saya biasanya
main”.30
Tidak hanya Zainurr, mungkin sebagian siswa lainnya
merasakan hal yang sama. Seperti yang dirasakan juga oleh Rhafa,
“Kendalanya lupa dan susah bagi waktu ka ka, kan udah ngafalin
tuh di ajarin guru, terus lupa lagi de sama yang udah pernah di
hafalin. Terus juga pelajaran di seklah banyak jadi kadang akunya
tidak sempet ngulang hafalan.”31
Meskipun tidak semua anak merasakan hal yang sama, namun
pendapat Zainur dan Rhafa ini dapat mewakili sebagian siswa di
sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Karena setiap siswa
memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
Sehubungan dengan masalah tersebut, masalah yang biasa
dihadapi anak dalam program tahfidz Al-Qur’an adalah masalah
manajemen waktu. Banyak di antara anak-anak yang belum tuntas
menghafalkan target hafalan dikarenakan kurang mampu dalam
mengatur waktu.
4) Lupa
Kendala yang juga merupakan “alasan klasik” dalam
menghafalkan Al-Qur’an adalah lupa. Kebanyakan siswa
merasakan kendala dalam menghafal yaitu lupa terhadap ayat yang
pernah dihafalkan. Seperti yang dikatakan oleh Ummi syahidah,
“Kendala gak terlalu banyak ka, asalkan kitanya mau rajin, paling
lupa tuh ka sama yang udah dihafalin”.32
30 Ahmad Zainur Ramdan, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016 31 Rhaffa Izzah Awalia, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016 32 Ummi Syahidah, Wawancara. Jakarta , 25 November 2016
81
Malasnya mengulang hafalan tentu mengakibatkan siswa lupa
akan materi hafalan yang sudah di ajarkan oleh guru di kelas.
Selain syahidah beberapa siswa lainnya pun merasakan hal yang
sama yaitu kesulitan dalam mengingat apa yang pernah dihafalkan
sebelumnya. Lupa menjadi salah satu faktor yang menghambat
proses hafalan siswa Juz 29 secara keseluruhan. Dengan demikian
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah pun akan
terhambat juga. Dalam mengantisipasi hal demikian sekolah
berupaya untuk memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat
membantu siswa untuk kembali mengingat dan mengulang apa
yang mereka hafalkan melalui kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran tahfidz.
Seperti yang disampaikan oleh ibu Tuti bahwa setiap anak
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Namun yang paling
utama itu kemauan, jika setiap anak mau berusaha menghafalkan
tanpa ada rasa malas tentu program akan berjalan lebih lancar. 33
Dalam mengatasi siswa yang malas guru berusaha untuk
menegur dan selalu mengingatkan untuk setoran hafalan. Dan
dalam proses pembelajaran tahfidz di kelas, guru sedemikian rupa
menerapkan berbagai metode menghafal sehingga siswa dengan
kemampuan yang berbeda dapat menerima materi hafalan yang
baru dengan cara-cara yang beragam. Kontrol dan pengawasan
guru di sekolah tetap dilakukan, sedangkan ketika siswa di rumah
sepenuhnya diserahkan kepada orang tua.
33 Tuti Ani, wawancara. Jakarta, 4 September 2016
82
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Implementasi Program Tahfidz
Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur‟an
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sudah mengimplementasikan program
tahfidz Al-Qur‟an sejak diberlakukannya kebijakan tersebut yaitu kurang
lebih pada tahun 2013. Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di MTs
Negeri 2 Jakarta Selatan sudah berjalan dengan cukup baik, namun tetap
perlu adanya peningkatan agar semua tujuan yang diharapkan dapat
tercapai secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi,
wawancara, serta telah dokumen yang peneliti dapatkan di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapatkan informasi bahwa program
tahfidz Al-Qur‟an memiliki banyak manfaat yang dirasakan oleh pihak
sekolah, siswa, maupun orang tua murid.
Alokasi waktu pembelajaran tahfidz setiap pertemuan adalah dua jam
pelajaran (2 x 40 menit). Dalam pelaksanaan program tahfidz di kelas,
guru tahfidz membimbing dan mengajarkan siswa dengan baik. Berbagai
metode menghafal digunakan dalam proses pembelajaran tahfidz. Metode
yang digunakan antara lain, metode bi al-nazhar, kitabah, simai’, takrir,
jama’dan talaqqi. Dalam setiap pertemuan dalam pembelajaran tahfidz si
kelas guru harus bisa membagi waktu untuk membimbing siswa
menambah hafalan dan waktu untuk siswa setoran.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dalam pelaksanaan program tahfidz di MTs Negeri
2 Jakarta Selatan yaitu faktor usia siswa, lingkungan sekolah, perhatian
83
guru, motivasi orang tua, fasilitas yang memadai dan adanya kegiatan
pendukung program tahfidz di luar KBM.
Selain faktor pendukung terdapat pula faktor penghambat dalam
pelaksanaan program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, yaitu
terbatasnya alokasi waktu KBM tahfidz, lingkungan pergaulan, kurang
dapat mengatur waktu, dan lupa terhadap ayat yang pernah dihafalkan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka berikut ini dikemukakan
implikasi dari penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penerapan program tahfidz Al-Quran di sekolah merupakan suatu kegiatan
yang sangat bermanfaat. Namun untuk menerapkan program tersebut harus
mendapat dukungan dari sekolah,guru, maupun orang tua. Guru tahfidz di
kelas selain memeliki tugas untuk menyimak hafalan siswa, juga harus
mampu membimbing siswa dalam menghafal. Dalam membimbing
hafalan siswa diperlukan metode menghafal sehingga proses siswa dalam
menghafal lebih mudah.
2. Implikasi Praktis
a. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian ini, mungkin
dapat memberikan gambaran bagi sekolah lain untuk menerapkan
program menghafal untuk siswa di sekolah.
b. Dalam menerapkan program tahfidz di seolah tentu terdapat kendala-
kendala yang akan dihadapi, namun semua dapat di atasi dengan usaha
keras dari pihak sekolah, guru, maupun orang tua. Beberapa usaha
yang mungkin dapat dilakukan yakni: (1) menambahkan alokasi
pembelajaran tahfidz di kelas (2) mengadakan kegiatan-kegiatan di
luar KBM yang dapat mendukung terlaksananya program (3)
mengadakan pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua (4)
memberikan program bimbingan khusus bagi siswa yang belum lancar
menghafal (5) menggunakan metode-metode yang lebih menarik
84
sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih senang terhadap
pembelajara tahfidz.
c. Adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan program
tahfidz Al-Qur‟an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan harus diatasi
semaksimal mungkin. Oleh sebab itu kemauan, kreatifitas, semangat
dan keteladanan guru dapat menentukan keberhasilan sekolah dalam
menerapkan program tahfidz Al-Qur‟an.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan secara
langsung, maka peneliti ingin mengutarakan beberapa hal antara lain;
1. Peneliti berharap pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di MTs Negeri 2
Jakarta Selatan dapat tetap ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat
mencapai semua tujuan yang diharapkan.
2. Mengingat pentingnya program tahfidz Al-Qur‟an ini, sebaiknya guru
lainnya, terutama wali kelas ikut serta memperhatikan pelaksanaan
program hafalan oleh siswa. Salah satunya dapat dilakukan dengan selalu
datang tepat waktu di kelas pada jam pelajaran pertama, untuk mengawasi
siswa tadarus sekaligus muroja’ah hafalan Al-Qur‟an juz 29.
3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan komunikasi kepada pihak orang tua
secara khusus terkait pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di sekolah.
Dengan adanya komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua,
diharapkan orang tua turut andil dalam mengawasi dan memberi dukungan
penuh kepada anaknya dalam menghafalkan Al-Qur‟an.
4. Guru tahfiz diharapkan selalu melakukan inovasi dan trobosan baru agar
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahfidz di kelas dapat lebih maksimal
dan tercapai semua tujuan yang diharapkan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad
Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M, jilid: 19
Afifuddin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia.2009.
Al Bukhari, Ahmad Ibn Ismail Abu Ismail Abu „Abdullah, Al Jami al Musnad as
Shahih al Muktashar min Umury Rasulullah SAW wa Sunanihi wa
Ayyamih = Sahih Bukhari. Pentahqiq Muhammad Zuhair ibn Nashir an
Nashir, Daar an Najaat: 1422 H. Cet Ke 1, Jilid. 6
Ahmad, Faiz Ahmad. Panduan Menghafal al-Quran Juz 29. Jakarta : Pustaka
Balqis.2015.
Alawiyah, Wiwi. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Quran, Yogyakarta: Diva
Press.2014.
Al-A‟zami, M.M., The History The Qur’anic Text:Sejarah Teks Al-Quran dari
Wahyu sampai Kompilasi. Jakarta: Gema Insani.2005.
Al-Lahim, Khalid bin Abdul Karim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal al-
Quran. Surakarta: Daar An-Naba.2008
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan ; Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.2014.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: PT Bina
Aksara, 1988.
Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman
Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.2010. cet. Ke-2
As- Sijistany, Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats Al-Azady Sunan Abu Daud.
Ditahqiq oleh : Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Beirut: Maktabah
al-Asyriyah. Jilid 2
Asyaibani, Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad,
Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah.1421 H/2001 M. jilid:
19
Aziz, Abdul. Kiat Sukses Menghafal Al-Quran, Jakarta: Dzilal Press.1996.
Departemen Agama RI, Al-Hikmah; Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit Diponegoro.2008.
86
Fattah, Yahya Abdul. Revolusi Menghafal Al-Quran. Surakarta: Insan
Kamil.2013.
Humas Kementrian Agama “Ka. Kanwil: Siswa-siswi Madrasah DKI Jakarta
wajib hafal Al-Qur‟an”, https://dki.kemenag.go.id.15 januari.2016.
Imam, Mukhlas, Al-Quran Berbicara. Surabaya: Pustaka Progresif.1996.
J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2011. Cet. Ke-29
Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Kurikulum Muatan Lokal Hafalan Al-
Quran Madrasah Tsanawiyah.2013.
Lutfi, Ahmad. Pembelajarn Al-Quran dan Hadits. Jakarta: Dirrektorat Pendidikan
Islam.2009.
Majid Khon, Abdul, Hadis Tarbawi: hadits-hadits pendidikan. Jakarta:
Kencana.2012. Cet. Ke-2
Muhaimin, dkk, Menejemen Pendidikan; Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah. Jakarta: Kencana.2009.
Mukhlas, Imam. Al-Quran Berbicara, Surabaya: Pustaka Progresif.1996.
Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progresif.1997. Cet. Ke-14
Nawabuddin, Abdurrab. Tekhnik Menghafal Al-Quran, Terj. dari Kaifa Tahfazhul
Quran oleh Bambang Saeful Ma‟arif, Bandung: Sinar Baru al-
Gensindo.1991. Cet. I
Nawawi, Imam, Adab Seorang Ahlul Quran, dari At-Tibyan Fii Adabi Hamalatil
Quran oleh Hakim, PPA. Kamis, 21 Februari 2013).30-02-2016, 07:12.
Pdf. (www.ashakimppa.blogspot.co.id)
Nawawi, Imam, Adab Mengajarkan Al-Quran, terj. dariAl-Tib yan Fi Adab
Hamalat Al-Quran, oleh Tramana Ahmad, Jakarta : Hikmah. Cet. II
Putro Widoyoko, Eko , Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi
Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.2015.
Qoyyum, Abdul, Keajaiban Hafalan: Bimbingan Bagi Yang Ingin Menghafal Al-
Quran. Klaten: Pustaka Al-Haura‟.1429.
Salim Badwildan, Ahmad Kisah Inspiratif Para Penghafal Al-Quran. Sukoharjo:
Wacana Ilmiah Press.2014.
87
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta.2013.
Sarosa, Samiaji Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar). Jakarta: Indeks.2012
Sudjana, Djuju, Menejemen Program Pendidikan; untuk Pendidikan Luar Sekolah
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah
Production.2009.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.2012.
cet.17
Syahidah, Ummi, wawancara. Jakarta.25 November 2016
Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.2011.
ar-Ramli, Muhammad Syauman Keajaiban Membaca al-Quran. Sukoharjo: Insan
Kamil.2007.
Thalbah, Hisyah. Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits. PT Sapta
Sentosa.2008.
Usman, Nurdin Konteks Implementasi Berbasis Kuriklum, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.2002.
Von Denfer, Ahmad ,Ilmu Al-Quran penenalan dasar, Terj. dari Ulum Al-Quran:
An Introduction to the sciences of the Quran oleh Ahmad Nasir Budiman,
Jakarta: Rajawali.1988.
W. Alhafidz, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta: Bumi
Aksara.1994.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.1982.
W.S. Indrawan , Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media.2000
Zen, Muhaimin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quranul Karim, Jakarta: PT
Al-Husna Zikra.1996. cet. I
88
LEMBAR OBSERASI SEKOLAH
A. Sarana Prasarana
No Fasilitas JUMLAH KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Ruang Kelas
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Guru
Ruang Tata Usaha
Laboratorium
a. Komputer
b. IPA
c. Bahasa
Perpustakaan
Ruang TIK
Ruang Aula
15
1
1
1
1
1
-
1
1
1
Luas ukuran ruang kelas perkiraan
lebih dari 50 m2. Setiap ruang kelas
terdiri dari 35-38 siswa. Di dalam
ruang kelas terdapat 1 meja dan kursi
guru, lemari , proyektor, empat
barisan meja siswa dengan dua kusi
permeja.
Ruang kepala sekolah kondisinya
sangat baik, terdapat meja dan shofa
untuk menerima tamu dan disana juga
terdapat beberapa piala yang
terpajang.
Kondisinya baik dan nyaman.
Ruangan cukup luas, karena di isi
hanya beberapa pegawai, dan di dalam
ruangan tersebut terdapat satu ruang
khusus untuk Kepala TU.
Tidak terdapat ruang laboratorium
bahasa di sekolah
Ruang perpustakaan cukup nyaman
hanya saja bukunya kurang tertata
dengan baik, terdapat seorang penjaga
perpustakaan dan Kepala Perputakaan.
Kondisi ruang TIK sangat nyaman,dan
luas namun terdapat beberapa
komputer yang rusak. Di Ruang TIK
juga terdapat mesin photo copy dan
Lampiran 1
89
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Ruang BP/BK
Ruang UKS
Ruang Pertemuan
Masjid/Musholla
Rumah Dinas
Kantin
Koperasi
Ruang Osis
WC Guru
WC Siswa
1
1
1
1
1
2
1
1
2
6
printer.
Ruang serbaguna terdapat di lantai
atas masjid. Sering digunakan untuk
latihan hadroh atau kegiatan-kegiatan
lainnya.
Ruang UKS bersih dan terdapat obat-
obatan serta galon air. Pengurus UKS
adalah Siswa yang mengikuti
Ekstrakurikuler PMR dengan satu
orang Pembina.
Terdapat satu buah ruangan yang
digunakan untuk kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah, guru-guru,
komite, atau orangtua.
Kondisi masjid di sekolah sangat baik.
Dan terawat. Selain digunakan untuk
kegiatan sholat dhuha berjama’ah,
terkadang menjadi tempat pilihan
siswa untuk menghafal Al-Qur’an.
Dan juga sebagai tempat ekskul
Tilawah dan pengajian yang dihadiri
orang tua siswa.
Rumah dinas bagian belakang sekolah.
Terdapat 2 bagian kantin di sekolah, di
kantin terdapat kios-kios yang di sewa
oleh pedagang.
Koperasi sekolah menjual berbagai
kebutuhan siswa dari alat tulis,
pakaian, serta makanan ringan.
Kurang terawat
90
B. Sarana Pendukung
NO Fasilitas KET NO KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER
KET
1 Lapangan Olah Raga 1 Pramuka
2 Tiang Bendera 2 Palang Merah
3 Gawang Futsal 3 PASKIBRA
4 Ring Basket 4 Tilawah
5 Alat-alat Kesenian 5 Seni Lukis/Kaligrafi
6 Alat-alat Keterampilan 6 IPA
7 Alat-alat Praktikum IPA 7 Futsal
8 Meja Piket 8 Volly
9 Majalah Dinding 9 Tari
10 Pos Jaga 10 Hadroh
11 Tempat Parkir 11 Karate
Catatan:
1. Letak sekolah MTs Negeri 2 Jakarta cukup strategis, namun jika menaiki kendaraan
umum harus sedikit berjalan untuk sampai di sekolah. Lingkungan sekolah MTs
Negeri 2 Jakarta berada di tengah perkampungan dan cukup jauh dari jalan raya,
sehingga terhindar dari kebisingan.
2. Sekolah MTs Negeri 2 Jakarta memang tidak terlalu luas namun terdapat berbagai
tanaman di sekitar halaman sekolah yang membuat suasanya tampak asri dan
nyaman.
3. Fasilitas pendukung lainnya yaitu, sekolah menyediakan buku paket pembelajaran
yang dapat dipinjam di perpustakaan. Dan terdapat pula buku yang harus dimiliki
oleh siswa sendiri seperti buku tahfidz Al-Qur’an yang sangat diperlukan oleh siswa
dan akan bermanfaat meskipun siswa telah selesai pendidikannya di MTs Negeri 2
Jakarta.
91
HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas : VII- 4
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2016
Materi Hafalan : Surat Al-Qolam ayat 21-28
Waktu : 10.00 – 11.20
Objek Pengamatan : - Proses Kegiatan Belajar Mengajar
- Prilaku Guru dan Siswa
No.
ASPEK YANG
DIAMATI
DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar.
Siswa sudah siap menerima pelajaran, terlihat dari
sudah dipersiapkannya buku pelajaran tahfidz di meja.
II Kegiatan
Membuka
Pelajaran
Guru membuka pelajaran dengan memimpin untuk
membaca basmallah. Sebelum melanjutkan ke materi
selanjutnya guru meminta siswa untuk melafadzkan
hafalan yang sebelumya yaitu membaca surat al-Qolam
ayat 1-10. Untuk permulaan guru meminta siswa
membaca bersama-sama surat yang sudah dihafalkan
sebelumnya. Dengan dipimpin oleh ketua tiap
kelompok dalam barisan tempat duduk.
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Pelaksanaan
Kegiatan
Pembelajaran
Guru menjelaskan materi hafalan yaitu surat Al-Qolam
ayat 10-20. Selanjutnya siswa mendengarkan audio
murotal terkait ayat yang akan dihafal dan juga melihat
bacaan ayat yang ditampilkan dengan proyektor.
Guru membimbingan bacaan yang akan dihafal per
ayat. Siswa mengikuti bacaan guru. Kemudian guru
menanyakan hukum tajdwidnya. Siswa mengacungkan
tangan dan menjawab. Setelah itu guru meminta siswa
Lampiran 2
92
mengulang bacaan ayat tersebut baik secara bersama-
sama. Jika dirasa siswa sudah hafal maka guru
melanjutkan ayat berikutnya. Setelah selesai sampai
ayat 28. Kemudian guru meminta siswa yang sudah
merasa hafal untuk maju ke depan menyetorkan
hafalan. Dan saat ada yang setoran siswa lainnya sibuk
mempersiapkan setoran.
B. Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan siswa.
C. Penugasan Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus
dihafalkan pada pertemuan berikutnya, surat Al-Qolam
ayat 29-36.
IV PENUTUP Guru memberikan semangat untuk siswa agar tetap
sabar dalam menghafal dan meminta siswa untuk selalu
mengulang hafalannya dan Kegiatan pembelajaran di
tutup dengan membaca“hamdallah”.
Catatan:
1. Kegiatan pembelajaran dimulai tepat waktu dan berjalan dengan tertib. Namun
masih terdapat beberapa siswa yang tidak sempat menyetorkan hafalan karena
waktu telah habis.
2. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan guru membimbing hafalan
siswa dengan sabar dan selalu memberikan energy positive untuk siswa.
3. Metode yang digunakan dalam membimbing hafalan, yaitu mengulang hafalan
minggu lalu dengan dipimpin perwakilan siswa, mendengarkan audio dan
guru, membaca ayat yang akan dihafalkan pada proyektor, mengikuti bacaan
guru secara berulang-ulang, dan menyetorkan hafalan.
93
HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas : VIII- 2
Hari/ Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Materi Hafalan : Surat Jin ayat 18-23
Waktu : 08.20 - 09.40
Objek Pengamatan : - Proses Kegiatan Belajar Mengajar
- Prilaku Guru dan Siswa
No. ASPEK YANG
DIAMATI
DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar.
Siswa siap menerima pelajaran.
II Kegiatan
Membuka
Pelajaran
Pembelajaran di buka dengan membaca “basmallah”.
Sebelum melanjutkan materi selanjutnya guru
meminta siswa untuk melafadzkan hafalan yang
sebelumya yaitu surat Jin ayat 1-17. Siswa membaca
bersama-sama surat yang sudah dihafalkan
sebelumnya. dipimpin oleh ketua tiap kelompok dalam
barisan tempat duduk.
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Pelaksanaan
Kegiatan
Pembelajaran
Guru menjelaskan materi pelajaran yaitu surat Al-
Qolam ayat 29-36. Guru menampilkan ayat yang akan
di hafalkan serta artinya pada proyektor. Selanjutnya
Guru membimbingan bacaan yang akan dihafal per
ayat. Siswa mengikuti bacaan guru. Kemudian guru
menanyakan hukum tajdwid. Siswa mengacungkan
tangan dan menjawab. Setelah itu guru meminta siswa
mengulang bacaan ayat tersebut baik secara bersama-
sama maupun perkelompok. Jika dirasa siswa sudah
Lampiran 2
94
hafal maka guru melanjutkan ayat berikutnya. Setelah
selesai membimbing bacaan siswa sampai ayat 23,
kemudian guru meminta siswa yang sudah merasa
hafal untuk maju ke depan menyetorkan hafalan.
Siswa menyetorkan hafalan secara bergiliran. Ada
yang menyetorkan hafalan sendiri, berdua, bertiga,
bahkan berempat. Namun ketika ada empat orang
siswa yang menyetor hafalan namun terlihat belum
lancar dan masih belum benar guru tersebut meminta
untuk duduk kembali dan menghafalkan ulang. Namun
karena keterbatasan waktu tidak semua siswa dapat
menyetorkan hafalannya sehingga setorannya
digabung dengan pertemuan selanjutnya.
B. Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan siswa.
C. Penugasan Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus
dihafalkan pada pertemuan berikutnya yaitu surat Jin
ayat 24-28
IV PENUTUP Bel pelajaran berbunyi dan pembelajaran tahfidz
diakhiri dengan membaca hamdallah.
Catatan:
1. Kegiatan pembelajaran dimulai tepat pada waktunya. Namun karena waktu
terbatas masih terdapat sebagian siswa yang belum menyetorkan hafalan.
2. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cukup baik. Namun ketika
siswa lain setoran terdapat beberapa siswa yang mengobrol.
3. Guru membimbing hafalan dengan baik, menegur siswa yang kurang tertib.
4. Metode yang digunakan untuk membimbing hafalan cukup beragam, antara
lain dengan mengulang hafalan, mendengarkan, membaca, dan menyetorkan
hafalan.
95
HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas : IX – 5
Hari/ Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016
Waktu : 08.20 – 9.40
Materi Hafalan : Surat Al-Mursalat ayat 1-8
Objek Pengamatan : - Proses Kegiatan Belajar Mengajar
- Prilaku Guru dan Siswa
No. ASPEK YANG
DIAMATI
DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar.
Siswa sudah siap menerima pelajaran. Beberapa
siswa tampak menyiapkan botol minumannya di atas
meja dengan posisi tutup botol minum terbuka. Guru
mengingatkan siswa yang belum menmbuka buku
panduan menghafal untuk membuka buku tersebut
dan bagi siswa yang membawa minum untuk
menyiapkan di atas meja.
II Kegiatan Membuka
Pelajaran
Guru membuka pelajaran dengan memimpin untuk
berdoa bersama. Sebelum melanjutkan ke materi
selanjutnya guru meminta siswa untuk murojaah
hafalan yang sebelumya yaitu membaca surat A-
Insan ayat 1-31.
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Pelaksanaan
Kegiatan
Pembelajaran
Guru memberi contoh bacaan surat yang akan
dihafalkan siswa yaitu surat Al-Mursalat ayat 1-8.
Siswa mendengarkan kemudian mengikuti bacaan
guru. Kemudian guru menjelaskan tafsir dan
penjelasan ayat secara singkat. Jika dirasa siswa
Lampiran 2
96
sudah hafal maka guru melanjutkan ayat berikutnya.
Setelah selesai membimbing bacaan siswa sampai
ayat 23, kemudian guru meminta siswa yang sudah
merasa hafal untuk maju ke depan menyetorkan
hafalan. Siswa yang menyetorkan hafalan secara
bergiliran. Ada yang menyetorkan hafalan sendiri,
berdua, bertiga, bahkan berempat. Ketika terlihat
ada siswa yang tidak lancar atau hanya ikutan saja,
guru mempersilahkan siswa untuk duduk kembali.
B. Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan
siswa.
C. Penugasan Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus
dihafalkan pada pertemuan berikutnya yaitu surat
Al-Mursalat ayat 9-18 beserta mencari hukum
tajwidnya.
IV PENUTUP Sebelum menutup pembelajaran. Bersama-sama
mengulang kembali ayat yang sedang dihafalkan.
Dan kegiatan pembelajaran di tutup dengan
mengucapkan “hamdallah”.
97
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN PENDUKUNG
No. Nama Kegiatan dan
Waktu Pengamatan
Deskripsi
1. Tadarus Al-Qur’an
Juz 29
( Setiap pagi hari
pada waktu
pelaksanaan PPKT
tahun 2015)
Pada saat bel masuk sekolah berbunyi, guru piket
berbicara lewat speaker dan mengingatkan seluruh
kelas ntuk bertadarus. Ada beberapa guru pada jam
pertama yang masuk kelas untuk mempin tadarus
namun banyak yang masuk kelas ketika bel jam
pelajaran berbunyi. Kegiatan tadarus Al-Qur’an
dilakukan 15 menit sebelum KBM berlangsung. Saat
Tadarus berlangsung surat yang dibaca adalah Juz
dengan dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian saat bel
jam pelajaran pertama berbunyi kegiatan tadarus di
tutup dengan membaca doa belajar bersama dan
kemudian infaq harian.
2. Upacara Bendera
( Setiap hari senin
pada saat PPKT
tahun 2015)
Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh salah seorang
petugas upacara sebagai pembukaan kegiatan
upacara. Saat kegiatan upacara hampir selesai di isi
dengang kegiatan estafet ayat Al-Qur’an Juz 29 yang
dilakukan oleh siswa-siswi yang telah menyelesaikan
hafalan sesuai target yang ditentukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pembagian sertifikat dan uang
pada siswa-siswi yang telah menyelesaikan hafalan
yang ditentukan tepat waktu atau lebih dahulu.
3. Lomba Tahfidz
(Bulan November
tahun 2015)
Perwakilan dari MTs Negeri 2 Jakarta mengikuti
perlombaan tahfidz tingkat DKI Jakarta di Sekolah
Citra Cendekia. Yang terpilih mewakili sekolah ada
dua orang siswa dan siswi bernama Adil dan Friska.
Semua biaya administrasi perlombaan dan biaya
Lampiran 3
98
akomodasi lainnya ditanggung oleh sekolah.
4. PHBI Isra’ Mi’raj Terdapat perlombaan yang diikuti oleh seluruh siswa
MTs N 2. Salah satunya adalah lomba tahfidz Al-
Kegiatan tersebut di ikuti banyak peserta. Dalam
perlombaan tersebut akhirnya di menangkan oleh
Ummi Syahidah kelas VII-I, Ahmad Mufti Hikam
Kelas VIII-3 dan M. Adil kelas VIII-2
5. Lomba Tahfidz
(27 November
tahun 2016)
Siswa MTs Negeri 2 Jakarta kembali mengikuti
perlomban tahfidz tingkat DKI Jakarta, peneliti ikut
serta sebagai pendamping siswa. Siswa yang
mewakili sekolah antaralain Hikam kelas IX, Ummi
Syahidah kelas VIII, dan Adelia VII. Dalam
perlombaan tersebut Adelia mendapat juara III.
Sebelum mengikuti lomba mereka di bombing oleh
guru tahfidz di sekolah bahkan di rumah guru
tersebut mereka juga dibimbing.
6. Pentas Seni
“Doeganz Explor
talent Area”
(22 Desember 2016)
Dalam kegiatan tersebut di isi dengan beragam
penampilan siswa. salah satu yang cukup menonjol
adalah penampilan dari beberapa siswa untuk
memperdengarkan hafalannya di atas panggung.
Suasana sekolah dan kegiatan tersebut terasa lebih
khidmat dan sejuk.
99
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Nama : Drs. Wawan Munjiani, M.Pd
Hari/Tanggal : kamis, 1 September 2016
Waktu : 12. 30 – 13.1
Tempat : di Ruang Kepala Sekolah
Bagaimana latar belakang pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di
sekolah ini?
Program tahfidz ini sebagai muatan lokal yang mana pelaksanaan program
tahfidz di sekolah ini sebagai bentuk implementasi kebijakan yang ditetapkan
oleh Kementrian Agama Kanwil DKI Jakarta. Dan tahfidz ini merupakan
program unggulan dan jadi ciri khas untuk sekolah madrasah itu sendiri.
Apakah program ini untuk sekolah negri saja atau untuk seluruh
madrasah yang ada di Jakarta ?
Untuk seluruh madrasah yang ada di DKI ya. Tapi yang terutama itu
madrasah Negeri, baik MIN, MTsN, maupun MAN. Dan mulok ini harus
diterapkan disetiap madrasah karena ada standar kelulusan dari setiap
tingkatan kelasnya,”
Sejak kapan sekolah mulai menerapkan program tahfidz ?
Saya kebetulan mendapat tugas di sini itu baru ya, sekitartahun ajaran
2014/2015. Tapi yang saya ketahui sejak di tetapkan kebijakan dari Kemenag
yah sekolah ini karena memang negeri langsung menerapkan. Kalau tidak
salah mulai 2012 atau 2013 tapi yang jelas silabus itu turun dari Kemenag
mulai tahun ajaran 2013/2014. Tapi waktu awal pelaksanaanya belum seperti
sekarang ini.
Apakah tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ini?
Tujuannya untuk memantapkan pendidikan agama mencakup Qurdis, fikih,
Aqidah Ahlak, B.arab. Yang kedua membiasakan siswa trampil dalam
hafalan, ketiga meningkatkan pemahaman terhadap kitab suci Al-Qur’an dan
untuk mengenalkan siswa bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah suatu hal
Lampiran 4
100
yang sangat penting. Jangan sampai keluar dari madrasah sama sekali tidak
ada bekal hafalan Al-Qur’an, nanti tidak ada beda dengan SMP. Siswa yang
menyelesaikan belajarnya di MTs Negeri 2 Jakarta di harapkan sudah dapat
menghafal surat-surat dalam Juz 29.
Apakah sejauh ini pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik ?
Bagaimana perkembangan tiap tahunnya?
Alhamdulillah sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Dan semuanya tentu
berproses untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Bagaimana tanggung jawab dan apa saja tugas Bapak selaku kepala
sekolah dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an?
Saya bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di sekolah ini, maka dari itu
saya tentu melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang ada meskipun
tidak mendetail. Namun nanti ada evaluasi dan pertemuan-pertemuan antara
saya dengan guru yang lainnya.
Apakah guru tahfidz di sekolah ini sesuai kompetensi yang seharusnya di
miliki oleh guru tahfidz ? atau dapat dikatakan apa mereka hafal Quran?
Alhamdulillah kebetulan di sekolah kana da dua guru tahfidz ya, bu tuti sama
pa faiz. Pa faiz sendiri itu lulusan kairo mesir di rumah juga beliau punya
santri penghafal Al-Qur’an selain itu juga kan beliau membuat buku tahfidz
dan menjadi perwakilah guru dari DKI Jakarta untuk lomba tahfidz tingkat
nasional. Kemudia bu tuti juga alumni IIQ, selain itu juga beliau ustadzah
mengisi ekskul SBQ di sekolah dan mengisi pengajian setiap hari minggu
untuk komite dan orang tua murid. Jadi memang kualifikasi guru tahfidz di
sekolah ini memang saya rasa mampu membimbing siswa menghafal Al-
Qur’an.
Apa saja dukungan yang diberikan sekolah untuk pelaksanaan program
tahfidz ini ?
Jadi di sekolah ini kita menyiapkan sertifikat tahfidz kemudian ada reward
juga bagi yang sudah tuntas ya. Sedikit si jumlah uangnya cuma buat motivasi
mereka bias semangat hafalannya. Kemudian juga saya suka minta anak-anak
untuk tampil kalau ada acara-acara PHBI, seperti kemarin acara tahun baru
101
Islam itu kita minta perwakilan untuk tampil. Ada juga perlombaan-
perlombaan tahfidz juga di sekolah, dan kemudian yang memang kiti utus lagi
mewakili sekolah.
Apakah semua siswa sudah dapat dikatakan mampu menghafal sesuai
yang diharapkan oleh Kemenag ?
Kalau dikatakan hafal secara keseluruhan saya rasa belum semua siswa
mampu benar-benar hafal secara sempuran Juz 29 jika di minta membaca
dari awal surat sampai akhir. Apalagi mengingat hanya 2 jam waktu untuk
pembaelajaran tahfidz, tapi saya percayakan kepada dua guru tahfidz disini
untuk memaksimalkan waktu yang ada agar siswa dapat pula mencapai target
yang diharapkan.
Adakah kendala-kendala yang dialami sekolah dalam
mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ?
Kendala-kendala tentu ada hanya saja, sekolah harus berupaya
meminimalisir hambatan-habmbatan yang ada. Seperti contohnya alokasi
waktu belajar tahfidz di kelas itu kan menurut saya kurang ya, untuk
membimbing kemudian anak-anak setoran kepada satu orang guru. Kemudian
juga kesadaran dari anak-anak yang masih kurang akan pentingnya membaca
dan menghafal Al-Qur’an sehingga ketika mereka sudah setoran hafalan
kemudian ada hafalan baru mereka jadi lupa
Faktor apa saja yang mendukung dalam pelaksanaan program tahfidz
Al-Qur’an ?
Fasilitas yang disiapkan sekolah seperti buku tahfidz dan sertifikat tahfidz
yang saat ini belum dipersiapkan oleh Pemerintah, mungkin jika sertifikat ini
atas nama Kemenag itu akan lebih menjadi motivasi besar bagi siswa serta
sekolah untuk memaksimalkan pelaksanaan program hafalan ini ya. Selain itu
ya guru tahfidz yang disipakan sekolah memang sesuai bidangnya sehingga
pelaksanaan program tahfidz ini dapat berjalan dengan baik. Jika hanya
mengandalkan pembelajarn tahfidz di kelas saja saya rasa itu kurang, karena
waktu pembelajarannya yang terbatas. Oleh karena itu ada upaya-upaya dari
102
menyelipkan kegiatan-kegiatan lain yang sekiranya menunjang program
hafalan itu.
Apa saja contoh kegiatan tersebut ?
Contohnya kegiatan tadarus Juz 29 sebelum KBM itu membantu siswa untuk
mengingat dan mengulang hafalanya. Dalam penerapan hukuman pada siswa
kita juga menjadikan hafalan sebagai sanksi. Selain itu juga ada lomba
tahfidz Al-Qur’an pada perayaan hari besar Islam terus juga kita suka ada
penampilan perwakilan siswa untuk memperdengarkan hafalannya jika pada
acara-acara tertentu. Dan semoga dengan kegiatan tersebut dapat
mendukung terlaksananya program tahfidz seperti yang diharapkan dan
mampu memotivasi siswa untuk lebih semangat menghafalkan Al-Qur’an.
Apa saja harapan bapak ke depannya untuk pelaksanaan program
tahfidz di sekolah ini ?
Harapan nya semoga seluruh siswa MTs Negeri 2 Jakarta selain mampu
mengahfal juga dapat mengamalkan nilai-nilai di dalam Al-Qur’an. dan untuk
ke depannya saya berharap program ini menjadi lebih baik lagi da nada
perhatian lebih dari pemerintah agar program ini terus berkembang.
Jakarta, 1 September 2016
Dr. Wawan Munjiani, M.Pd
103
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TAHFIDZ
Nama : Tuti Ani, M.Pd.I
Hari/Tanggal : Tahap I : Minggu, 29 November 2015
Tahap II : Minggu, 4 September 2016
Waktu : Pukul 16.00-18.00 dan Pukul 17.00-18.00
Tempat : Jl. Sadar Raya Gandaria Ujung Rt 11 Rw 02
(Rumah ibu Tuti Ani)
Tahap I ( Minggu, 29 November 2015)
Apa dasar atau latar belakang pelaksanaan tahfid di MTs N 2 Jakarta ?
Sebenarnya pelaksanaan program tahfidz di MTsN 2, berdasarkan kebijakan
yang di tetapkan oleh Kemenag DKI Jakarta. yang mana menjadikan mata
pelajaran tahfidz ini ke dalam muatan lokal.
Sudah berapa lama sekolah mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur’an?
Kurang lebih sudah 3 tahun, yah setelah ada keputusan kebijakan dari kanwil
Kemenag sekolah langsung melaksanakan.
Ada berapa jumlah guru tahfidz di MTs N 2 ?
Ada dua orang, dan kebetulan saya sertifikasinya mulok jadi pas sekali ada
kebijakan dari pemerintah mengenai prgram tahfidz yang dijadikan mulok .
Apa saja tujuan Pelaksanaan program tahfidz ?
Tujuannya si banyak ya, secara umunyanya kami berharap lulusan sekolah ini
sudah hafal surat-surat dalam juz 29. Kemudian juga untuk membimbing siswa
cinta Al-Qur’an, dan juga memperi tahu anak-anak akan pentingya menghafal Al-
Qur’an.
Bagaimana pembagian materi hafalan di sekolah untuk mencapai target
hafal Juz 29 tersebut ?
Materi dan target hafalan sebenarnya sudah di tentukan oleh Pemerintah, adapun
rinciannya. kelas tujuh adalah surat al-Mulk, surat Al-Qolam, surat al-Haqqah
dan al-Ma’arij. Sedangkan untuk kelas delapan adalah surat Nuh, Jin, al-
Lampiran 5
104
Muzammil, surat al-Mudatsir, adapun untuk kelas 9 adalah surat al-Insan dan
surat al-Mursalah.
Bagimana penetuan alokasi waktu dalam jam pelajaran ?
Tatap muka di kelas dalam seminggu 1 kali, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit.
Namun untuk setoran bisa di luar jam pembelajaran, karena waktu yang
sedemikian itu sebenarnya tidak cukup.
Apakah pelajaran tahfidz membuat RPP seperti pada pelajaran lainnya ?
Tentu saja, dalam tahap perencanaan guru tahfidz juga harus menyusun
program-program perencanaan pembelajaran karena sudah ada silabus juga dari
pemerintah.Seperti halnya kalender pendidikan, perhitungan pekan efektif dan
jam tatap muka, Prota (Program tahunan), Promes (Program semester), dan
terakhir membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
dikembangkan sendiri oleh guru tahfidz.
Berapa target hafalan pada tiap pertemuan pelajaran tahfidz ?
Untuk materi setiap pertemuan 5-8 ayat yang harus dihafal pada minggu
sebelumnya tergantung panjang pendeknya ayat.
Apa upaya sekolah dalam mendukung dan memotivasi siswa menghafal ?
Dalam mengimplementasi program tahfidz ini sekolah menyiapkan buku panduan
menghafal untuk siswa. Dan buku ini di buat oleh pak Faiz, kemudian juga untuk
memotivasi anak ada sertifikat untuk siswa yang sudah mencapai target hafalan,
kemudian ada sedikit uang juga, yah tujuannya si sebagai apresiasi bagi mereka
yang sudah mencintai Al-Qur’an dengan menghafalkannya.
Tahap II ( Minggu, 4 September 2016)
Bagaimana perkembangan dalam pelaksanaan program tahfidz saat ini ?
Alhamdulillah masih berjalan dengan baik, dan tetap harus selalu di evaluasi.
Sejauh ini kendala apa saja yang ibu rasakan dalam membimbing siswa
dalam menghafalkan Al-Qur’an ?
105
Kendalanya sebenarnya ada saja, seperti kemampuan siswa itu kan berbeda-
beda, apalagi di sekolah ini kelasnya itu masih ada kelas unggulan dan kelas
yang biasa. Jadi ya dibutuhkan kesabaran, namun semaksimal mungkin saya
berusaha untuk menyikapi dan berinovasi terus untuk membimbing siswa
menghafal.
Apakah semua siswa mampu mencapai target yang telah ditentukan itu ?
Setiap anak tentunya memiliki kemampua yang berbeda-beda namun kemauan itu
yang utama. Kalau dikelas unggulan si mereka cepat dalam menghafal jadi tidak
perlu ditagih malah ada siswa yang setoran hafalan melebihi targt
perminggunya, namun ada juga siswa yang agak malas, sehingga harus selalu
ditagih hafalan. Siswa yang memiliki tanggung jawab yang bagus tentu akan
berusaha menyetorkan hafalan tepat waktu namun yang malas ya akibatnya
setorannya yang terlambat. Tapi secara umum sejauh ini siswa sudah mampu
mencapai indikator pembelajaran karena kan memang sistem penilaiannya
seperti pelajaran lain dan penilaianya juga dari berbagai aspek.
Bagaimana proses pembelajarn tahfidz yang ibu lakukan di kelas ?
Pelaksanaanya menyesuaikan RPP yang saya buat aja. Karena sekolah ini sudah
melaksanakan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII. Jadi diusahakan untuk
menyesuaikan meskipun terkadang agak susah yah, karena untuk membimbing
siswa menghafal Al-Qur’an sendiri kan memang harus guru yang berusaha aktif
membimbing, mencontohkan bacaan yang benar. Jadi untuk menerapkan yang
benar-benar sesuai kurikulum 2013 yah sejujurnya bagi saya tidak semudah
pelajaran lain. Tapi saya tetap mengusahakan karena itu tuntutan.
Jadi siswa gak menghafal sendiri ya bu ?
Iya sebelum siswa menambah hafalan guru harus membimbing dulu, setiap
pertemuan kan ada materi yang harus di hafalkan oleh siswa, jadi sebelum
disetorkan harus di contohkan terlebih dulu biar bacaanya pun benar.
Kemampuan siswa kan beda-beda ada yang bacaanya masih kurang jadi harus
diajarkan dahulu biar makhroj, tajwid nya benar. Dan setiap ayat yang dihafal
saya bahas hukum tajwidnya. Karena kalau siswa dibiarkan menghafal sendiri
106
khawatir bacaanya masih ada yang salah, nanti yang ada bacaan Al-Qur’annya
jadi rusak.
Metode apa saja yang biasa ibu gunakan ketika membimbing siswa
menghafal?
Macem-macem ya. Karena itu tadi kemampuan siswa yang berbeda jadi saya
campur-campur. Saya biasanya juga pakai audio visual. Jadi tampilkan ayat
pakat power point kemudian sambil dengerin murotal dan ikutin bacaanya. Tapi
kalau audio jarang si cuma beberapa kali aja biar siswa semangat. Dan
selebihnya saya sendiri yang mencontohkan. Siswa mendengarkan kemudian
mengulang bacaan yang saya contohkan berulang ulang biasanya saya pakai
metode 5 x 5 dan kalau siswanya masih belum hafal yah bisa sampai 10 x 10.
Maksudnya metode 5 x 5 sampai 10 x 10 itu bagaimana ya bu ?
Jadi bacaan ayat yang di hafal diulang sebanyak 5 x 5 kali sampai 10 x 10 kali,
dan disesuaikan dengan siswanya juga si. Saya selalu menanyakan kalau ketika
dibaca 3 kali sudah hafal ya saya lanjutkan hafalannya ke ayat selanjutnya. Selai
itu juga ada imla juga ya. Jadi siswa juga biasanya menulis ayat yang akan
dihafal terlebih dahulu sebagaimana di buku panduan tahfidz yang telah
disediakan.
Mengenai setoran hafalan, bagaimana sistem setorannya apakah dengan
waktu yang terbatas itu cukup untuk seluruh siswa menyetorkan hafalanya ?
Karena waktu yang terbatas maka saya membolehkan siswa untuk menyetorkan
hafalannya berdua sampai berlima. Namun penilaiannya tetap masing-masing,
karean saya memperhatikan bacaan dari masing-masing siswa. Tapi menjelang
UTS atau UAS itu saya minta setorannya sendiri-sendiri.
Apakah yang siswa setorkan itu sesuai materi yang ditentukan saja, atau
diulang dari awal ?
Kalau saya si meminta siswa untuk menyetorkan hafalan dari awal surat terus.
Jadi siswa tidak hanya menyetorkan materi hafalan baru melainkan dari awal.
Hal itu agar siswa tetap hafal, dan nanti ketika menjelang UTS atau UAS jadi
107
lebih mudah untuk setoran keseluruhan ayat di dalam surat. Tapi resikonya ya
memang sedikit memakan waktu lebih banyak.
Bagaimana sistem penilaian untuk pelajaran tahfidz ini sendiri ?
Hampir sama dengan pelajaran lain, dan karena memang mengikuti kurikulum
yang berlaku juga. Ada nilai harian, ulangan harian, ulangan tengah semester,
dan ulangan akhir semester. Nilai harian itu pakai setoran hafalan setiap
pertemuan. Kemudian ulangan harian, UTS dan UAS itu tertulis. Tapi karena
setoran itu diutamakan jadi tetap menjelang UTS dan UAS siswa menyetorkan
hafalannya terlebh dahulu secara keseluruhan setorannya sendiri-sendiri tidak
lagi berdua sampai berlima.
Kelas yang ibu ajarkan menggunakan Kurtilas apakan ada penilaian sikap
juga?
Iya tentu ada penilalian sikap juga. Dengan mengamati bagaimana siswa di
kelas.
Jakarta, 4 September 2016
Tuti Ani, M.Pd.I
NIP.197306042006042031
108
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TAHFIDZ
Nama : Dr. Ahmad Faiz Ahmad, Lc.M.Ag
Hari/Tanggal : Rabu, 12 Oktober 2016
Waktu : Pukul 11.00 – 11.30
Tempat : Ruang Guru MTs Negeri 2 Jakarta
Apakah yang menjadi latar belakang adanya program tahfidz di sekolah
ini?
Sebenarnya adanya program tahfidz di sekolah ini kan berdasarkan
keputusan Kanwil, sebagai ciri khas madrasah yang ada di DKI Jakarta.
Kenapa menjadi ciri khas karena melihat selama ini yang menerapkan
hafalan-hafalan Al-Qur’an itu memang rata-rata hanya sekolah-sekolah
swasta Islam. Maka dari itu beberapa tahun belakangan ini mulai lah ada
program tahfidz. Dan dari sinilah kemudian saya berfikir perlu dibuat buku
panduan untuk siswa menghafal.
Apakah tidak ada buku yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an?
Sejauh ini si belum ada panitia yang menyiapkan buku panduan untuk siswa.
Saya pun pernah memberitahu mengenai buku panduan tahfidz yang di
gunakan di MTs 2 ini ke kanwil, dan pihak mereka sangat mengapresiasi dan
menyadari bahwa buku panduan menghafal ini memang perlu di buat.
Namun belum ada tindak lanjutnya lagi. Dan kebanyakan memang madrasah
lainnya belum menggunakan buku panduan menghafal, jadi masih
menggunakan Al-Qur’an saja.
Bagaimana proses pembuatan buku tahfidz ini ?
Mengenai proses pembuatan buku ini cukup panjang. Karena waktu awal
saya membuat juga masih sederhana hingga dari tahun ke tahun saya
tambahkan dan saya perbaiki. Hal tersebut agar buku panduan ini benar-
benar dapat membantu dan menudahkan siswa untuk menghafal. Jadi
Lampiran 6
109
kronologisnya memang untuk jadi buku seperti ini 3 tahun baru jdi seperti
ini.
Apa saja yang ada di dalam buku panduan menghafal yang bapak buat?
Buku panduan itu isinya ayat-ayat dengan terjemahan dan tafsirnya. Selain
itu terdapat tabel latihan tajwid, soal-soal latihan, lembar siswa untuk
latihan menulis dan tebel laporan setoran. Pada halaman awal saya
membuat pendahulan yang berisi motivasi agar siswa tidak menganggap
bahwa menghafalkan Al-Qur’an itu susah dan berfikir positif untuk menyukai
pembelajarn menghafal Al-Qur’an ini. Saya juga menuliskan dalam buku
beberapa point mengenai persiapan sebelum menghafal serta metode
menghafal.
Apakah tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ini?
Banyak sekali yang diharapkan dengan adanya program ini. Selain untuk
mengimplementasikan program dari Kemenag juga diharapkan dengan
program ini anak-anak jadi senang membaca Al-Qur’an dan mempelajari Al-
Qur’an, dengan adanya program hafalan 1 juz ini yaitu juz 29 semoga bisa
menjadi awal untuk anak-anak menghafalkan Al-Qur’an secara keseluruhan.
Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang bapak
ajarkan?
Setiap guru tentu berbeda-beda dalam menyampaikan pelajaran. Begitupun
saya dengan bu Tuti dalam membimbing siswa menghafal. Agar anak tidak
main-main makanya perlu juga diadakan Ujian tertulis seperti pelajaran-
pelajaran lain, jadi anak-anak tidak sekedar hanya setoran hafalan saja.
Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidz?
Metode yang digunakan bisa dibilang campuran, karena karakter setiap
anak berbeda-beda dan untuk memudahkan hafalan juga perlu diterapkan
berbagai metode. Seperti metode murojaah setiap mengawali pelajaran,
untuk setiap nambah materi hafalan ya itu saya contohkan dulu bacaanya,
mereka mendengarkan terus ngikutin apa yang saya baca.
Kalau metode menulis ada tidak pak? Apa hanya sekedar hafalan saja ?
110
Tentu ya itu diterapkan,metode menulis itu penting, banyak juga orang hafal
Al-Qur’an tapi tulisannya gak bagus. Dengan dibiasakan menulis ayat Al-
Qur’an tentu siswa akan terlatih menulis dengan rapih, selain itu juga. siswa
mudah menghafal ketika mereka menulis dahulu apa yang akan mereka
hafalkan. Dan di buku panduan menghafal sudah tertera latihan-latihan
untuk siswa menulis ayat, biasanya saya menjadikan itu buat penugasan
sebelum mereka menghafal. Karena kan selain tes hafalan kita juga ada UH,
UTS, dan UAS.
Bagaimana pembagian materi untuk mencapai target hafal Juz 29
tersebut ?
Materi dan target hafalan sebenarnya sudah di tentukan oleh Pemerintah,
adapun rinciannya. kelas tujuh adalah surat al-Mulk, surat Al-Qolam, surat
al-Haqqah dan al-Ma’arij. Sedangkan untuk kelas delapan adalah surat Nuh,
Jin, al-Muzammil, surat al-Mudatsir, adapun untuk kelas 9 adalah surat al-
Insan dan surat al-Mursalah. Masalah pembagian materi setiap pertemuan
itu sejak dari awal memang sudah direncanakan di hitung dalam satu tahun
ada berapa pekan pertemuan dan semua saya konsepkan di dalam buku
panduan menghafal.
Bagimana penetuan alokasi waktu dalam jam pelajaran ?
Tatap muka di kelas dalam seminggu 1 kali, dengan alokasi waktu 2 x 40
menit. Namun untuk setoran bisa di luar jam pembelajaran, karena waktu
yang sedemikian itu sebenarnya tidak cukup.
Berapa target hafalan pada tiap pertemuan pelajaran tahfidz ?
Untuk materi setiap pertemuan 5-8 ayat yang harus disetorkan siswa. Semua
tergantung panjang pendeknya ayat. Dan pembagian itu sudah direncanakan
sejak awal. Dan pada buku penduan menghafal itu tadi sudah saya bagi-bagi
setiap pekannya.
Apakah yang siswa setorkan itu sesuai materi yang ditentukan saja,
atau diulang dari awal ?
111
Karena waktu yang terbatas jadi saya minta siswa untuk menyetorkan
materi hafalan yang barunya saja. Namun tetap di awal pelajaran dan
diakhir ada muroja’ah dari awal surat. Dan nanti menjelang UTS atau UAS
itu baru setoran semuanya.
Apakah semua siswa mampu mencapai target yang telah ditentukan itu?
karena memang sudah dikonsepkan dari awal pembagian hafalannya jadi
saya rasa seluruh siswa sudah mampu menyetorkan hafalannya. Hanya saja
untuk dikatan semurna mungkin belum.
Apa upaya yang bapak lakukan dalam memotivasi siswa menghafal ?
Saya si selalu menekankan pada anak-anak bahwa menghafalkan Al-Qur’an
itu gak sulit. Lakukan semuanya dengan ikhlas, dan jangan lupa berdoa.
Makanya saya buat buku itu juga saya harap dengan buku itu siswa
termotivasi dan merasakan lebih mudah untuk menghafal. Dan biasanya
ketika saya mengajar saya meminta siswa untuk membuka botol minuman
bagi yang membawa.
Tujuannya apa ya pa? soalnya saya juga pernah lihat anak-anak ketika
tadarus buka tutp botol air minumnya, katanya di kasih tau bapak ?
Iya kali aja haus gitu kan baca terus, ngafalin terus hehe. Sebagai salah satu
ikhtiar minta keberkahan dari ayat Al-Qur’an berharap dengan minum air
tersebut anak-anak mendapat kemudahan dalam menghafal. Selain berusaha
menghafal dan menjaga hafalan kan tetap harus berdoa.
Mengenai evaluasi pembelajaran, bagaimana evaluasi dan penilaian
dalam pembelajaran tahfidz ini ?
Sebenarnya sama dengan pelajaran lain, ada ulangan Harian, UTS, dan
UAS dan dalam hal ini tes tulis namun selain itu ada penilaian setoran
hafalan per-pertemuan.
Jakarta, 12 Oktober 2016
Dr. Ahmad Faiz Ahmad, Lc, M.Ag
112
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Adelia Aliefiani Karim
Kelas : VII
Hari/Tanggal : Jumat, 25 November 2016
Waktu : 15.30-16.00
Tempat : di Rumah bu Tuti (Jalan Gandaria Ujung Jagakarsa)
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah?
Menurut saya bagus ka
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah?
Manfaatnya saya jadi bisa ngafalin Al-Qur’an, terbiasa baca Al-Qur’an
dengerin bacaan Al- Quran juga.
Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz?
Senang banget
Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan Al-
Qur’an?
Saya dulu di MI jadi udah biasa ngafalin Al-Qur’an
Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya
pembelajaran tahfidz di sekolah?
Alhamdulillah orang tua saya memang selalu dukung saya kalau soal
pelajaan Al-Qur’an. Terutama mama saya selalu ingetin buat ngafalin,
kadang mama juga yang bantuin ngafalin. Apalagi kalau ada lomba pasti
orang tua juga yang ikutan repot dan marahin kalau akunya gak serius.
Di rumah juga saya ngaji ka, selain ngaji baca Al-Qur’an yang biasa,
saya juga ada latihan tilawah seminggu sekali.. hehe
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an?
Guru nya si saya suka ngajarnya enak ngebantu banget buat cepet
ngafalin. Trus katanya kalau udah hafal nanti dapat sertifikat ka. Terus
Lampiran 7
113
kalau ada acara suka ditampilin gitu ka tahfidz aku aja pernah tampil
hehe. Terus seneng juga bisa ikut lomba kaya gini ngewakilin sekolah.
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing
kalian menghafalkan Al-Qur’an?
Saya yang ngajarnya kan bu tuti enak si ka, jadi dicontohin dulu, di baca
ulang-ulang ditanyain juga udh hafal belum, kalau banyak yang belum
dibaca lagi bareng-bareng.
Kapan waktu adik menghafal?
Pas pelajaranya ka, kalau dirumah juga saya ngafalin ka soalnya suka
ditanyain mama udah ngafalin belum.
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an?
Saya suka dengerin murotal ka, terus kalau mau nambah hafalan ya saya
baca aja berulang-ulang.
Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan yang telah di
tentukan?
Surat Al-mulk aku sudah hafal, sekrang lagi hafalin surat Al-Qolam.
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an?
Gak ada si ka aku mah ngerasanya enak aja ada hafalan gini. Paling kalau
lagi ga mood aja kayanya susah gitu masuknya.
Jakarta, 25 November 2016
Adelia Aliefiani Karim
114
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Ahmad Zainur Ramdan
Kelas : VII- 4
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016
Waktu : 10.00-10.15
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah ?
Bagus-bagus aja
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ?
Bisa ngafalin Al-Qur’an
Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ?
Biasa aja si ka, seneng-seneng aja
Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan Al-
Qur’an ?
Gak ka, saya kan sekolahnya di SD dulunya jadi g ada pelajaran hafaln Al-
Qur’an kaya di sini
Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal
disekolah ?
Lumayan si ka cuma kan emang saya dirumah juga ngaji, jadi jalanin aja
Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya
pembelajaran tahfidz di sekolah?
Orang tua tau si paling di suruh ngaji aja terus di ingetin suruh ngafalin
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an?
Kan di nilai ka kaya pelajaran lain, terus katanya ada sertifikat juga
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing
kalian menghafalkan Al-Qur’an?
Diulang-ulang gitu ka ikutin bacaannya.
Kapan waktu adik menghafal?
Lampiran 8
115
Di sekolah pas pelajarannya
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an?
Saya ngafalinnya ikut yang diajarin guru yang ngajar aja, diulang-ulang.
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an?
Kebanyakan pelajaran ka pr nya juga banyak, ditambah hafalan gini
kadang jadi kaya suka pusing. Pulang sekolah sampai rumah udah sore.
Paling waktu luangnya sabtu minggu, saya biasanya main.
Jakarta, 26 Oktober 2016
Ahmad Zainur Ramdan
116
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Ummi Syahidah
Kelas : VIII-3
Hari/Tanggal : Jumat, 25 November 2016
Waktu : 16.15 – 16.30
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah?
Bersyukur banget ka ada pelajaran menghafal.
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah?
Saya jadi bisa menghafalkan Al-Qur’an, jadi rajin baca Al-Qur’an, jadi lebih
tentram aja gitu. terus jadi terbiasa menghafal. Karena biasa ngafalin saya
ngerasa jadi ketika pelajaran lain yang ada hafalan jadi kaya lebih mudah aja
ka ngafalinnya.
Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ?
Senang ka, malah jadi kepengen gitu hafal Al-Qur’an secara keseluruhan.
Apakah di sekolah adik dulu sudah terbiasa menghafalkan Al-Qur’an ?
Saya udah biasa si ka ngafalin alhamdulillah, kaya surat al-mulk udah biasa
dibaca diyayasan.
Berarti kebantu juga ya tinggal di yayasan jadi kaya pesantren gitu ?
Iya ka Al-Hamdulillah
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ?
Karena masuk rapot ka jadi kan ada keinginan buat nilai bagus, terus ada
sertifikat juga alhamdulillah saya udah dapet. Terus ada lomba-lomba juga
ka. Alhamdulillah saya menang pas kemarin isro’ mi’raj.
Oia katanya dapet amplop juga ya kalau udah selesai hafalanya ?
Iya ka Alhamdulillah.
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian
menghafalkan Al-Qur’an ?
Lampiran 9
117
Saya waktu kelas 7 dulu sama pa Faiz, kalau sekarang sama bu Tuti, hampir
sama si sistemnya jadi biasanya si kita dengerin dulu gurunya terus diajarin
dulu bacanya kita ikutin satu ayat satu ayat, terus dibahas tajwidnya juga.
Setelah itu kita setoran deh. Kita juga gak ngafalin aja si ka kana da nulis-
nulisnya juga biasanya si tugas nulis ayat itu buat PR jadi sebelu kita dikasih
materi baru kita disuruh nulis dulu ayatnya.
Berapa banyak anak yang maju setoran? melihat banyaknya anak dan
waktu yang terbatas untuk setoran?
Biasanya si ka yang maju sendiri ada cuma jarang. Kadang yang maju 2
orang 3 orang malah kadang pas di akhir akhir semesteran karena banyak
yang belum tuntas setorannya ya udah jadi majunya bisa sampai 6 orang.
Kapan waktu adik menghafal?
Kalau saya si paling di yayasan waktu sebelum atau setelah sholat jamaah
ka. ngahaflinnya di musholah de, kadang juga di kamar.
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an?
Saya baca ulang-ulang ka.
Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan secara
keseluruhan?
Al-hamdulillah ka sudah setoran semua. Sertifikat juga udah dapet. Tapi tetap
si harus di baca terus.
Kegiatan tadarus Al-Qur’an itu yang di baca surat apa? berjalan gak
kegiatannya ?
Surat-surat di Juz 29 ka, misalkan sekarang lagi hafalin surat al-mulk ya
udah tiap pagi kit abaca itu. Sambil kaya ngulang hafalan ka, tapi ada aja si
yang susah diatur dikelas.
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an?
Kendala gak terlalu banyak ka , asalkan kitanya mau rajin, paling lupa tuh ka
sama yang udah dihafalin.
Jakarta, 25 November 2016
Ummi Syahidah
118
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Rhaffa Izatul Awaliyah
Kelas : VIII-1
Hari/Tanggal : Senin, 26 Oktober 2016
Waktu : 14.30-14.45
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah ?
Menurut saya bagus ka
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ?
Banyak ka, jadi terbiasa baca Al-Qur’an, jadi bisa belajar ngafalin juga
Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ?
Senang ka
Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan Al-
Qur’an?
Gak ada ka
Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal
disekolah?
Lumayan si ka, tapi aku senang jadi bisa tambah ilmu lagi walaupun di sd
dulu cuma pelajaran agama dan gak terlalu lengkap.
Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya
pembelajaran tahfidz di sekolah?
Orang tua kan yang emang nyuruh sekolah di MTs biar aku banyak tau
pelajaran Agama. Kan aku bilang ada pelajaran menghafal yah mereka
nyuruh semangat ngafalin terus manggil guru ngaji ke rumah.
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ?
Dapat sertifikat ka terus juga kan di nilai, jadi harus nagafalin terus.
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian
menghafalkan Al-Qur’an ?
Lampiran 10
119
Di ajarin ka cara bacaanya dulu, hukum tajwidnya juga terus kita ikutin,
kadnag juga bu tuti setel murotal gitu biar kita tau bacaanya.
Kapan waktu adik menghafal ?
Biasanya di kelas, terus di rumah juga kana da guru ngajinya.
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an ?
Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang ka, Saya juga suka dengerin
Murotal Al-Qur’an surat yang lagi dihafalin pake HP. Bu Tuti juga kalau
ngajar suka gitu ka di awalnya kita dengerin murotalnya dulu biar tau
bacanya gimana.
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an ?
Kendalanya lupa ka, kan udah ngafalin tuh di ajarin guru, terus lupa lagi deh
sama yang udah pernah di hafalin. Terus juga pelajaran di seklah banyak jadi
kadang akunya g sempet ngulang hafalan.
Jakarta, 26 Oktober 2016
Rhaffa Izatul Awaliyah
120
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Putri Aditiana
Kelas : IX-5
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016
Waktu : 12.00-12.15
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah?
Menurut saya bagus2 aja si ka
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ?
Banyak si ka, saya jadi bisa belajar membaca, menulis, juga ngafalin. Terus
juga saya jadi belajar lagi cara baca Al-Qur’an, soalnya saya belum terlalu
lancar baca Al-Qur’an.
Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ?
Senang si ka, jadi kaya ada pelajaran khusus Al-Qur’an
Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan?
Gak ka, saya kan sekolahnya di SD dulunya jadi g ada pelajaran hafalan Al-
Qur’an kaya di sini
Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal
disekolah ?
Awalnya si saya merasa berat tapi setelah dijalani asyik-asyik aja ka.
Mungkin karena udah terbiasa.
Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya
pembelajaran tahfidz di sekolah?
Orang tua saya si tau ada pelajaran menghafal Al-Qur’an gini. Karena
awalnya liat saya lagi menghafal surat Al-Mulk. Ibu saya kadang-kadang
suka ngomel-ngomel kalau saya main hp aja, pasti ditanya “udah ngapalin
Al-Qur’an buat disekolah belom ? lagu-lagu aja apal, Al-Qur’an males
diapalin” gitu ka kata mama saya hehe. Terus juga dirumah kan saya juga
disuru ngaji sama orang tua saya.
Lampiran 11
121
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ?
Karena ada penilaiannya juga si ka kaya pelajaran lain, jadi kalau males
ngapalin nanti nilainya kurang. Terus juga kalau bisa selesai hafalannya itu
kita dapat sertifikat ada uangnya juga. Kadang suka baper liat anak-anak
yang selesai setoran hafalanya cepet. Soalnya dipanggil ke depan pas
upacara gitu.
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian
menghafalkan Al-Qur’an?
Kelas 9 kan sekarang sama pa Faiz dulu waktu kelas 8 saya sama bu
Tuti,hampir sama si mereka ngajarnya jadi kita di kasih tau dulu cara
bacanya.
Kapan waktu adik menghafal?
Biasanya di sekolah kan bareng-bareng tuh ya. Kadang aku ngulang-ngulang
sendiri kalau ada jam kosong. Tapi kadang juga suka males si ka, jadi
seringnya pas pelajaran tahfidz nya aja.. Sekolah kan dari pagi sampe sore
jadi kaya udah kecapean gitu kalau di rumah.
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an?
Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang ka. Sebenarnya dikelas kita
juga dibimbing si ka bacanya sama bu tuti. Itu juga bacanya diulang-ulang
terus sama-sama sampai kita hafal, terus ada nulisnya juga. Cuma kalau ga
diulang lagi dan setoran suka lupa. Aku juga kadang pake musik gitu ka kaya
murotalan juga ngafalinnya.
Apakah adik telah mencapai target hafalan yang telah di tentukan
Saya mah belum selesai ka, tapi banyak juga si yang udah
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an?
Kendalanya si yang paling sering tuh lupa ka, sama males hehe, jadi lebih ke
diri sendiri aja, suka males ngulang hafalan.
Jakarta, 20 Oktober 2016
Putri Aditiana
122
HASIL WAWANCARA SISWA
Nama : Ahmad Mufti Hikam
Kelas : IX 5
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 November 2016
Waktu : 11.00 – 11.20
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di
sekolah?
Wah saya mah senang banget ka
Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ?
Banyak banget ka. Saya jadi bisa hafal juz 29 yah meskipun belum sempurna.
Apakah di sekolah adik dulu sudah terbiasa menghafalkan Al-Qur’an ?
Saya udah biasa si ka ngafalin gitu waktu MI. Tapi saya lupa kayanya si g
ada hafal-hafalan Al-Qur’an kaya disini cuma paling ngafalin beberapa surat
aja. Terus ga bener-bener dijadiin pelajaran kaya di sini.
Adakah dukungan khusus dari orang tua terhadap pembelajaran
tahfidz?
Alhamdulillah si ka mama saya mah dukung banget. Malah dibantuin terus
ngafalinnya. Jadi suka setoran hafalan sama mama juga. Malah mama saya
suka yang nyuruh-nyuruh ikut lomba tahfidz mulu. Ini aja saya mau di
daftarin lomba di masjid At-tin tapi saya masih belum siap si.
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik
semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ?
Guru nya si ka, ngajarinnya enak, jadi kita g asal dilepas aja ngafalin tapi
emang dibimbing gitu. Terus juga dapet sertifikatnya tuh ka ada hadiah
amplop juga hehe jadi semangat saya. Terus ada lomba tahfidz juga di
sekolah, jadi bisa partisipasi.
Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian
menghafalkan Al-Qur’an?
Kalau di kelas biasanya kita dengerin dulu gurunya terus diajarin dulu
bacanya kita ikutin tiap ayat, terus dibahas tajwidnya juga. Setelah itu kita
Lampiran 12
123
setoran deh. Kita juga gak ngafalin aja si ka kana da nulis-nulisnya juga
biasanya si tugas nulis ayat itu buat PR jadi sebelum kita dikasih materi baru
kita disuruh nulis dulu ayatnya.
Kapan waktu adik menghafal ?
Kalau saya si paling enak ngulang-ngulang gityu dirumah ka. Kalau
nambahin hafalan kan emang biasanya di sekolah pas jam pelajaran
dibantuin gurunya. Tapi kadang saya sebelum disuruh hafalin materi baru
saya udah hafalin duluan biar enak dan jadi cepet ka.
Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an ?
Saya biasanya biar inget saya baca ulang-ulang. Saya hafalin terus pas sholat
saya suka baca ayat yang saya lagi hafalin.
Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan secara
keseluruhan?
Al-hamdulillah ka sudah setoran semua. Sertifikat juga udah dapet. Tapi tetep
aja di rumah saya disuruh mamanya buat tetep murojaah hafalan terus.
Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an ?
Sebenernya gak ada kendala si ka asal kitanya rajin. Lagian juga enak di
sekolah udah disipain buku panduan menghafal juga. Tapi menurut saya
waktu belajar di kelasnya yang kurang. Soalnya sering waktu udah abis tapi
belum setoran semua.
Hikam kan pernah diajar Ibuu tuti maupun Pak Faiz, ada kah
perbedaanya?
Hampir sama si ka, tapi kalau Bu tuti setorannya itu dari awal ka, kalau pa
Faiz itu materi yang baru kita hafalin aja, jadi g di ulang. Nanti di ulangnya
paling pas mau semesteran. Terus kalau Bu Tuti ngajar suka pake proyektor
dan kadang pake denger murotalan gitu. Tapi sama-sama enak koq ka bikin
termotivasi keduanya.
Jakarta, 26 November 2016
Ahmad Mufti Hikam
124
HASIL WAWANCARA ORANG TUA MURID
Nama : Ibu Faridhotul Bidayah ( Ibu dari Hikam kelas 95)
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 November 2016
Waktu : Pukul 11.20 – 12.00
Tempat : Musholah Citra Cendekia
(Saat mendampingi Hikam lomba MHQ)
Apakah ibu mengetahui ada program menghafal di sekolah Hikam ?
Iya, saya tau
Bagaimana menurut ibu dengan adanya program menghafal Al-Quran juz
29 di sekolah ?
Bagus si kak, saya sangat mendukung Hikam buat rajin menghafal Al-Quran
Apa saja dukungan yang ibu berikan kepada Hikam dalam menghafalkan
Al-Quran ?
Dalam seminggu minimal 2 kali Hikam murojaah hafalannya sama saya.
Biasanya hari rabu sama jumat. Sisayan ya saya mengingatkan agar setiap hari
tetap murojaah. Selain itu juga dirumah setiap abis magrib dia ngaji Al-Quran
sama ustadz, sambil memperbaiki terus bacaannya.
Bagaimana peranan orang tua dalam pelaksaan program menghafal siswa di
sekolah menurut ibu ?
Menurut saya orang tua itu sangat penting perananya dalam mendukung segala
kegiatan belajar siswa di sekolah. Terlebih lagi ini pelajarannya Al-Quran, kalau
di dengar di awal mungkin kayanya berat menghafal Al-Quran, tapi kalau sudah
dilakukan kan jadi enak buat diri sendiri nantinya. Makanya orang tua itu harus
mendukung dan kasih semangat anaknya untuk mencintai Al-Quran. Apalagi ini
kan menghfala jadi orang tua harus mantau juga dan kalau bisa bantu muroja’ah
biar hafalan si anak tidak hilang.
Mengapa ibu semangat mensupport Hikam dalam belajar Al-Quran ?
sampai ibu berkenan mengantarkan Hikam lomba MHQ ini ?
Lampiran 13
125
Saya dulu waktu Hikam SD lebih memprioritaskan pelajaran-pelajaran umum
seperti matematika, bahasa inggris, dan IPA sampai saya nyari guru privat biar
nilainya bagus. Namun setelah itu saya berfikir bahwa ilmu agama juga sangat
penting dan harus jadi prioritas. Dan melihat Hikam semangat sekali dalam
belajar Al-Quran di sekolah MTs saya jadi mendukung juga. Saya sebenarnya
juga g pernah menghafal Juz 30 sama Juz 29 tapi karena sering bantu Hikam
Murojaah, jadi sedikitnya hafal.
Apa harapan ibu terhadap program tahfidz yang ada di sekolah ini ?
Harapan saya semoga program ini terus berlanjut dan semakin baik. Dan saya
juga berharap orang tua siswa lainnya menyadari bahwa pelajaran AL-Quran itu
sangat penting. Jangan hanya menyuruh anak untuk menguasai pelajaran umum
tapi ilmu agamanya dibiarkan. Jika orang tua mendukung tentu akan membantuk
pelaksanaan program menghafal itu sendiri dan tentu ituakan sangat bermanfaat.
Jakarta, 26 November 2016
Faridhotul Bidayah
126
DAFTAR CEKLIST DOKUMENTASI SEKOLAH
No. Nama Dokumen Ada Tidak
Ada Keterangan
1.
Dokumentasi Sekolah
a. Profil Sekolah √
Berisi Identitas sekolah.
b. Visi Misi dan
Tujuan Sekolah √
c. Keadaan guru dan
karyawan √
Jumlah guru serta
karyawan
d. Keadaan Siswa √
Jumlah Siswa Keseluruhan
dan tiap rombel kelas.
2. Dokumentasi
pembelajaran Tahfidz √
Silabus dan Buku Panduan
Menghafal Al-Quran untuk
siswa
3. Dokumentasi
pendukung √
Sertifikat Tahfidz, Program
Pembiasaan, dan foto-foto
kegiatan di sekolah terkait
program tahfidz.
Lampiran 14
127
HASIL STUDI DOKUMENTASI SEKOLAH
1. Identitas Sekolah
Nama Madrasah : MTs Negeri 2 Ciganjur
Alamat Madrasah : JL. R.M Kahfi 1 No.34
No. Telp : 021 7270822
Kelurahan : Ciganjur
Kecamatan : Jagakarsa
Kota Madya : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12630
Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Wawan M, M.Pd.
Status Madrasah : Negeri
Standar Madrasah : a. Tingkat Akreditasi A
b. Type Madrasah B
Keadaan Gedung : Permanen
No. Statistik Madrasah : 212317531036
Tahun Didirikan : 1989
Tahun beroperasi : 1990
Status Tanah : Milik Departemen Agama
Luas Tanah : 2.280 M2
Luas Bangunan : 1.243 M2
2. Visi dan Missi
a. Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta
Unggul dalam ilmu Pengetahuan berlandaskan Iman dan taqwa
menuju penguasaan teknologi moderen.
b. Misi Madrasah
- Menumbuhkan semangat belajar secara berkesinambungan.
- Meningkatkan pembinaan akhlaqul karimah melalui keteladanan.
- Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Lampiran 15
128
- Menerapkan pola pembiasaan melalui kegiatan Tadarus Al Qur’an,
sholat dan sholat berjamaah.
- Meningkatkan pelayanan prima dalam mendukung peningkatan
mutu madrasah.
- Menumbuhkan semangat dalam melaksanakan Program 9K.
- Meningkatkan penguasaan teknologi moderen menuju
profesionalisme
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Berdasarkan data guru dan karyawan yang penulis dapatkan, Jumlah
kseseluruhan guru dan karyawan MTs Negeri 2 Ciganjur adalah sebanyak
49 orang. Jumlah guru sebanyak 37 orang, jumlah karyawan tata usaha
sebanyak 10 orang, dan keamanan sekolah sebanyak 3 orang. Adapun
dalam status kepegawaian, sebanyak 35 orang guru berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Sementara 2 lainnya sebagai Non-PNS (honorer). Dan
untuk mata pelajar tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta terdiri dari dua orang
guru pembimbing tahfidz.
4. Siswa
Jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 542 anak.
Adapun pembagiannya sebagai berikut;
No. Kelas Jumlah Siswa No. Kelas Jumlah Siswa
1. VII-1 35 9. VIII-4 37
2. VII-2 34 10. VIII-5 38
3. VII-3 34 11. IX-1 37
4. VII-4 34 12. IX-2 37
5. VII-5 34 13. IX-3 36
6. VIII-1 37 14. IX-4 38
7. VIII-2 38 15. IX-5 36
8. VIII-3 37
129
5. Program Pembiasaan
Program Pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan karakter
peserta didik yang dilakukan secara rutin, spontan, dan keteladanan.
RUTIN SPONTAN KETELADANAN
Upacara Terbiasa antri Berpakaian rapi
Tadarus dan berdoa memberi salam Berprilaku sopan santun
INFAQ, membuang sampah
pada tempatnya
Tepat waktu
Sholat dhuha dan
Sholat zuhur
berjamaah
Musyawarah Membiasakan
disiplin
Jadwal imam dan
doa
Bertanggung jawab
sebagai pengurus
kelas
Saling menghormati dan
menyayangi
Jadwal piket Berani tampil dalam
acara
Terbiasa disiplin
130
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI KELAS
KEGIATAN TADARUS AL-QURAN
Lampiran 16
131
PEMBAGIAN SERTIFIKAT TAHFIDZ AL-QURAN
LOMBA TAHFIDZ AL-QURAN TINGKAT DKI JAKARTA
132
BUKU PANDUAN MENGHAFAL AL-QURA’N UNTUK SISIWA
133
134
SURAT KETERANGAN HASIL PENELITIAN DARI SEKOLAH
Lampiran 17
135
136
137
Lampiran 18
138
139
140
141
142
143