implementasi putusan mahkamah konstitusi no. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/bab i, v, daftar...

51
IM NO. 18/P DI DIN DIAJ UNIVER U U MPLEMENT PUU-XI/201 NAS KEPEN JUKAN KE SITAS ISLA UNTUK ME MEMPERO FAK UNIVERSIT TASI PUTU 3 TENTAN NDUDUKA YOGYAKA EPADA FAK AM NEGER EMENUHI OLEH GEL DALAM ITA’ F NIM PEM Dr. SAM UDIYO BA ILM KULTAS SY TAS ISLAM YO i USAN MAH NG PENCAT AN DAN PE ARTA TAH SKRIPSI KULTAS S RI SUNAN SEBAGIAN LAR SARJA M ILMU HU OLEH: FI’LA RUSY M: 1034013 MBIMBING MSUL HADI ASUKI, S.H MU HUKUM YARI’AH D M NEGERI GYAKART 2014 KAMAH K TATAN AK ENCATATA HUN 2013 YARI’AH D KALIJAG N SYARAT ANA STRA UKUM YIDA 34 G: I, M.Ag. ., M.Hum. M DAN HUKU I SUNAN K TA KONSTITU KTA KELA AN SIPIL K DAN HUKU GA YOGYAK T-SYARAT ATA SATU UM KALIJAGA SI AHIRAN KOTA UM KARTA

Upload: trannguyet

Post on 01-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

IM

NO. 18/P

DI DIN

DIAJUNIVER

U

U

MPLEMENT

PUU-XI/201

NAS KEPEN

JUKAN KESITAS ISLA

UNTUK MEMEMPERO

FAK

UNIVERSIT

TASI PUTU

3 TENTAN

NDUDUKA

YOGYAKA

EPADA FAKAM NEGEREMENUHI OLEH GEL

DALAM

ITA’ F

NIM

PEM

Dr. SAM

UDIYO BA

ILM

KULTAS SY

TAS ISLAM

YO

i

USAN MAH

NG PENCAT

AN DAN PE

ARTA TAH

SKRIPSI

KULTAS SRI SUNAN SEBAGIAN

LAR SARJAM ILMU HU

OLEH:

FI’LA RUSY

M: 1034013

MBIMBING

MSUL HADI

ASUKI, S.H

MU HUKUM

YARI’AH D

M NEGERI

GYAKART

2014

KAMAH K

TATAN AK

ENCATATA

HUN 2013

YARI’AH DKALIJAG

N SYARATANA STRAUKUM

YIDA

34

G:

I, M.Ag.

., M.Hum.

M

DAN HUKU

I SUNAN K

TA

KONSTITU

KTA KELA

AN SIPIL K

DAN HUKUGA YOGYAKT-SYARAT ATA SATU

UM

KALIJAGA

SI

AHIRAN

KOTA

UM KARTA

Page 2: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

ii  

ABSTRAK

Indonesia merupakan sebuah Negara dengan tingkat kelahiran yang dikatagorikan sangat tinggi. Namun di balik pertumbuhan yang tinggi tersebut kesadaran orang tua terhadap hak-hak anak masih sangat kurang. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya kasus kejahatan terhadap anak, termasuk orang tua yang tidak bertanggung jawab dengan membuang anaknya. Hal itu tidak sesuai dengan konsep perlindungan anak yang terdapat dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Persoalan lain yang muncul adalah masih banyak dijumpai anak yang tidak memiliki akta kelahiran, padahal akta kelahiran berfungsi untuk memperjelas status dan nasab pada anak. Akta kelahiran juga bisa digunakan sebagai identitas bagi anak dalam keperluan administrasi.

Mahkamah Kostitusi sebagai salah satu Lembaga Tinggi Negara mengeluarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 sebagai Judicial Riview terhadap Pasal 32 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Oleh karena itu penyusun tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi putusan Mahkamah Konstitusi dan faktor apa yang menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta Tahun 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik menggambarkan proses pencatatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013, serta menjelaskan, menyimpulkan permasalahan, dan peristiwa yang terjadi sebagai fakta yang ada di lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah Yuridis-Empiris. Teori yang digunakan adalah teori negara hukum, konsep negara sebagai perlindungan HAM dan teori hierarki perundang-undangan.

Hasil dari penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran sudah dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta sejak 1 Mei 2013. Pelayanan proses permohonan akta kelahiran yang terlambat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta juga mengalami perubahan. Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta menunjukkan adanya peningkatan permohonan akta kelahiran yang terlambat. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berhasil, tetapi ada faktor lain yang kurang mendukung, yaitu kurangnya pegawai, kurangnya kesadaran dari masyarakat dan ketidaksinambungan antara daerah yang satu dengan yang lain sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum bagi masyarakat. Sedangkan faktor pendukung dalam pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, meliputi tersedianya fasilitas yang sudah memadai, dan adanya jaringan internet untuk memudahkan mengakses informasi.

Page 3: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan
Page 4: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan
Page 5: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan
Page 6: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan
Page 7: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

 

vii 

 

KATA PENGANTAR

الرحمن ارحيمهللابســــــــــــــــم

أشرف األنبيآءوالسلام على الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين والصالة

والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين (امابعد)

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Implementasi Putusan Mahkamah

Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta Tahun 2013” ini dapat

penyusun selesaikan tanpa suatu halangan apapun. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan

dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang penuh dengan

rahmat ini.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian penelitian

dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penyusun menghaturkan ucapan terimakasih yang setulus-

tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Musa Asy’ari, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 8: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

 

viii 

 

3. Udiyo Basuki, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A., selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

Hukum.

4. Mansur, S.Ag, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Dr. Samsul Hadi, M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang telah rela dan

ikhlas meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mengarahkan,

membimbing serta memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Udiyo Basuki, S.H, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah

memberikan waktu, arahan dan bimbingan kepada penyusun.

7. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, yang telah

mengizinkan saya melakukan penelitian.

8. Nining HS.,S.H., selaku Seksi Pelayanan Akta Kelahiran dan Kematian yang

telah merelakan waktu untuk berdiskusi dan memberikan informasi mengenai

proses pencatatan akta kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Yogyakarta.

9. Ayahanda Jalaludin dan Ibunda Sri Haryani serta adikku Yusuf Munajat atas

dukungan dan do’anya yang tak pernah terputus.

10. Sahabat-sahabatku (Nadya Trisna, Miftachul Janah, Ida Fitriyana, Gilang

Kresnanda, M. Nurul Kaukaba, dan Sumarno), teman-teman satu perjuangan

dalam Ilmu Hukum (IH-C) dan semuanya yang tidak dapat penyusun sebutkan

satu persatu yang sudah membantu banyak hal dalam skripsi ini.

Page 9: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan
Page 10: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

 

 

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi, yang

selalu mendukung dan mendo’akan,

adikku tersayang yang selalu mendo’akan,

sahabat-sahabat yang selalu mendengarkan keluh

kesah, menemani, mendukung, dan mendo’akan,

teman-teman di Green Kost, yang selalu menemani,

Page 11: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

 

xi 

 

MOTTO

Kepuasan tidak muncul berkat prestasi, melainkan usaha.

Usaha yang penuh adalah kemenangan yang penuh.

Kembangkan kesuksesan dari kegagalan. Kegagalan dan keputusasaan adalah dua batu loncatan

paling pasti dalam meraih sebuah kesuksesan.

Page 12: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

xii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

SURAT KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................. x

MOTTO ............................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 8

D. Telaah Pustaka ...................................................................... 8

E. Kerangka Teoretik................................................................. 12

F. Metode Penelitian ................................................................. 22

G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 24

BAB II : KEBIJAKAN HUKUM ATAS HAK IDENTITAS ANAK

A. Hak Identitas Anak ............................................................... 27

B. Akta Kelahiran ..................................................................... 34

C. Kepastian Hukum Pencatatan Sipil

1. Tertib Administrasi dan Kepastian Hukum

dalam Pencatatan Kelahiran ........................................... 43

2. Pencatatan Perkawinan dalam Kaitannya

dengan Penerbitan Akta Kelahiran ................................. 47

BAB III : PELAKSANAAN PUTUSAN MK NO. 18/PUU-XI/2013

TENTANG PENCATATAN AKTA KELAHIRAN

A. Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Page 13: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

xiii  

1. Letak Wilayah ................................................................ 54

2. Kondisi Bangunan .......................................................... 54

3. Struktur organisasi .......................................................... 55

4. Sarana Prasarana ............................................................ 56

5. Jumlah Pegawai .............................................................. 56

6. Waktu Kerja ................................................................... 57

7. Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta ........................... 57

B. Pembuatan Akta Kelahiran Sebelum Putusan

Mahkamah Konstitusi

1. Proses Pembuatan Akta Kelahiran .................................. 59

2. Faktor Penghambat ......................................................... 61

3. Faktor Pendukung ........................................................... 62

C. Pembuatan Akta Kelahiran Setelah Putusan

Mahkamah Konstitusi

1. Sejarah Munculnya Putusan Mahkamah Konstitusi ....... 63

2. Faktor Penghambat ......................................................... 65

3. Faktor Pendukung ........................................................... 67

BAB IV : ANALISIS PENCATATAN AKTA KELAHIRAN

DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

A. Analisa Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi

No. 18/PUU-XI/2013 tentang Akta Kelahiran ..................... 69

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ......................... 76

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 80

B. Saran-saran ............................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83

Lampiran-lampiran 1. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta

Kelahiran Terlambat 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan 3. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Akta Kelahiran Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta Tahun 2013

Page 14: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

xiv  

4. Rekapitulasi Data Peristiwa Penting Per Tahun Bidang Catatan Sipil tahun 2005-2013

5. Surat-surat 6. Curriculum Vitae

Page 15: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

1  

  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berpenduduk padat, hal tersebut terjadi

akibat tingkat kelahiran yang dapat dikategorikan sangat tinggi. Data sensus

penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali, dan terakhir dilakukan pada tahun

2010 yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) menunjukkan jumlah penduduk mencapai 237,6 juta

jiwa.1

Di balik pertumbuhan penduduk yang tinggi, ternyata kesadaran orang

tua terhadap hak-hak anak masih sangat kurang. Hal tersebut dapat terlihat

dari banyaknya kejahatan terhadap anak, dan tidak sedikit orang tua yang

tidak bertanggung jawab dengan membuang anaknya. Hal itu tidak sesuai

dengan konsep perlindungan anak yang terdapat dalam Undang-Undang No

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang terkandung dalam Pasal 1

ayat (2) yang menyebutkan bahwa:2

“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”

Proses perlindungan anak haruslah dimulai dari lingkup yang paling

kecil yaitu keluarga hingga lingkup yang luas yaitu pemerintah. Keluarga

                                                            1 http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=38 diakses tanggal 05

Maret 2014 jam 19.35. 2 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 16: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

2  

  

memiliki peran yang sangat penting dalam proses tumbuhkembang anak

karena keluarga yang memiliki akses terdekat dengan anak tersebut. Keluarga

yang terdiri dari bapak dan ibu, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab

untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Selain itu

keluarga juga harus memperhatikan tumbuhkembang anak sesuai dengan

kemampuan, bakat, dan minatnya. Orang tua juga harus mencegah perkawinan

pada usia anak-anak.

Peran pemerintah untuk melindungi hak-hak anak, dapat dilihat dalam

Pasal 21 hingga Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

a. Pasal 21

“Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.”

b. Pasal 22

“Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.”

c. Pasal 23

1) Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak.

2) Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak

Page 17: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

3  

  

d. Pasal 24

“Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.”

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak

adalah suatu identitas anak. Identitas dapat berupa akta kelahiran yang

berguna untuk memperjelas status dan nasab pada anak. Selain itu akta

kelahiran juga bisa digunakan sebagai identitas bagi anak dalam keperluan

administrasi. Pasal 27 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak menyebutkan bahwa :

1) Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya. 2) Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akta

kelahiran. 3) Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang

yang menyaksikan dan/atau membantu proses kelahiran. 4) Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui, dan orang

tuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut didasarkan pada keterangan orang yang menemukannya.

Pembuatan akta kelahiran diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang No.

23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, yang menyebutkan:

Pasal 27

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 27 menjelaskan kewajiban seorang kepala keluarga untuk

melaporkan kelahiran anaknya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

paling lambat 60 hari sejak kelahiran.

Page 18: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

4  

  

Dalam Undang-Undang ini juga diatur tentang ketentuan apabila terjadi

keterlambatan dalam pelaporan kelahiran. Dalam Pasal 32, disebutkan:

1. Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

2. Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.3

Dapat disimpulkan dari Pasal 32 di atas bahwa, diperlukannya

penetapan dari pengadilan negeri setempat, karena dikhawatirkan terjadi

manipulasi data karena pelaporan kelahiran sudah terlambat 1 (satu) tahun.4

Pada kenyataannya ketentuan yang terdapat dalam Pasal 32 tersebut

memberatkan bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi, sehingga

tidak mampu membayar uang untuk pembuatan akta kelahiran jika terlambat.

Walaupun demikian masih banyak orang mampu secara ekonomi yang

terlambat mencatatkan kelahiran anaknya dikarenakan harus meluangkan

waktu disela-sela kesibukannya dan lamanya proses pembuatan akta.

Mutholaib sebagai pemohon akta kelahiran di Pengadilan Negeri

Surabaya Nomor 2194/Pdt/20/PN.Sby merasa kesulitan mengurus surat akta

kelahiran yang terlambat 1 (satu) tahun lebih, karena proses pengurusan akta

kelahirannya rumit, harus meminta surat pengantar kepada RT/RW, kemudian

kantor kelurahan, ke kantor pos besar, dan membawa 2 (dua) orang saksi.

                                                            3 Pasal 32 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 4 Penjelasan Pasal 32 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006.

Page 19: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

5  

  

Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk membayar sidang di Pengadilan

Negeri tidak sedikit, yaitu biaya resmi Rp. 236.000,00 ditambah biaya lain

sehingga kurang lebih membutuhkan biaya Rp. 400.000,00.5 Tetapi di setiap

daerah biaya yang dikeluarkan untuk sidang di Pengadilan Negeri berbeda-

beda.

Pada tanggal 23 Januari 2013, Mutholaib sebagai pemohon akta

kelahiran di Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 2194/Pdt/20/PN.Sby, telah

terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstistusi berdasarkan Akta

Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 49/PAN.MK/2013 dan dicatat dalam

Buku Register Perkara Konstitusi dengan Nomor 18/PUU-XI/2013 tanggal 1

Februari 2013. Adapun yang diuji adalah Pasal 32 Undang-Undang No. 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terhadap Undang-Undang

Dasar 1945.

Isi dari amar putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013

tentang pencatatan akta kelahiran terlambat, menyatakan bahwa:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; 1.1 Kata “persetujuan” dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4674) bertentang dengan Undang-Undang Daar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sepanjang tidak dimaknai sebagai “keputusan”;

1.2 Kata “persetujuan” dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai sebagai “keputusan”;

                                                            5 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta

Kelahiran.

Page 20: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

6  

  

1.3 Frasa “sampai dengan 1 (satu) tahun” dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

1.4 Frasa “sampai dengan 1 (satu) tahun” (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

1.5 Pasal 32 ayat (1) Undnag-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) selengkapnya menjadi, “Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampoi batas waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapat keputusan Kepala Instansi Pelaksanaan setempat”;

1.6 Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

1.7 Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

1.8 Frasa “dan ayat (2)” dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

1.9 Frasa “dan ayat (2)” dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya;

3. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya; bagi orang tua yang terlambat mencatatkan kelahiran anaknya, maka tidak perlu lagi melakukan sidang di Pengadilan Negeri untuk mendapatkan penetapan, tetapi hanya mendapatkan keputusan dari Kepala Instansi Pelaksana yang dalam hal ini adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Page 21: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

7  

  

Sejak dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, mulai

dari tanggal 1 Mei 2013 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Yogyakarta melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi. Hal tersebut

tercantum dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta dan ditindak lanjuti dengan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri No. 472.11/2304/SJ. Isi dari Surat Edaran

tersebut adalah terhitung mulai tanggal 1 Mei 2013, bagi warga masyarakat

yang mencatatkan kelahiran lebih dari 1 (satu) tahun tidak diperlukan lagi

sidang di Pengadilan Negeri, jika terlambat 60 hari sejak tanggal kelahiran,

pencatatan dilaksanakan setelah mendapat keputusan Kepala Instansi

Pelaksana (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil). Bagi yang terlambat

mencatatkan kelahiran hanya dikenai denda administrasi saja sebesar Rp

50.000,00, untuk yang tidak terlambat maka tidak dikenai biaya.

Jumlah pemohon akta kelahiran setelah adanya Putusan Mahkamah

Konstitusi sejak bulan April 2013 mengalami peningkatan yang signifikan.

Terutama untuk permohonan akta kelahiran yang terlambat dicatatkan. Jumlah

pemohon dari bulan Mei hingga bulan Desember tahun 2013 naik mencapai

50% dari sebelumnya tahun 2012 yang mencapai 1.663 pemohon akta

kelahiran terlambat.6 Berarti masyarakat yang belum mempunyai akta

kelahiran semakin berkurang.

                                                            

6 Data jumlah pemohon akta kelahiran tahun 2012 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta.

Page 22: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

8  

  

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-

XI/2013 tentang pencatatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta Tahun 2013?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam

implementasi putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang

pencatatan akta kelahiran?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan implementasi putusan Mahkamah Konstitusi No.

18/PUU-XI/2013 tentang pencatatan akta kelahiran di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta tahun 2013.

b. Untuk menjelaskan dan mengkaji faktor pendukung dan penghambat

implementasi putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013

tentang pencatatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoretis :

Page 23: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

9  

  

Memberikan informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang Hukum Administrasi Negara khususnya mengenai pencatatan

akta kelahiran.

b. Kegunaan Praktis :

Memberikan manfaat wawasan ilmu bagi penyusun, mahasiswa

Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan masyarakat terkait dengan

pembahasan dalam penelitian ini.

D. Telaah Pustaka

Dari penelusuran literatur mengenai permasalahan tentang pencatatan

akta kelahiran, ternyata terdapat beberapa karya ilmiah yang temanya sama

dengan penelitian yang akan penyusun lakukan. Sejauh ini karya ilmiah yang

ditemukan berupa skripsi, tesis dan jurnal. Beberapa karya ilmiah sebagai

berikut:

Skripsi Haryono “Pelaksanaan Pencatatan Akta Kelahiran dalam

Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan di Kecamatan Wedi

Kabupaten Klaten.” Menyimpulkan bahwa pencatatan akta kelahiran di

Kecamtan Wedi sudah cukup baik, tidak ada kesulitan yang berarti, dan upaya

pemerintah Kabupaten Klaten dalam pelayanan dan pencatatan akta kelahiran

dalam mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan melalui sosialisasi

tentang tertib administrasi kependudukan di Kecamatan Wedi Kabupaten

Klaten, dan pelaksanaan tertib administrasi kependudukan di Kecamatan Wedi

Kabupaten Klaten adalah profesionalisme SDM penyelenggara pelayanan

Page 24: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

10  

  

publik, fasilitas kerja, prosedur pengurusan administrasi kependudukan dan

kesadaran hukum warga masyarkat.7

Skripsi di atas berbeda dengan skripsi ini, karena skripsi yang ini

membahas tentang implementasi putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-

XI/2013 tentang pencatatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, sehingga tidak hanya kualitas pelayanan

dan fasilitas saja. Selain itu, tempat penelitian juga berbeda.

Tesis Martinus Agus Hutoro dengan judul “Tanggung Jawab

Pemerintah Dalam Pemenuhan Hak Anak Atas Identitas Diri Berupa Akta

Kelahiran”. Menyimpulkan bahwa Kendala bagi pemerintah dalam upaya

melaksanakan tanggung jawab memenuhi hak anak atas identitas diri berupa

akta kelahiran meliputi aturan hukum tentang asas peristiwa, masih banyak

masyarakat yang enggan atau belum mensegerakan mencari akta kelahiran

ketika terjadi peristiwa kelahiran, Kepala Dinas adalah satu-satunya pejabat

pencatatan sipil, kurangnya jumlah personil petugas pelayanan akta kelahiran,

Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda, Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan tidak mengatur tentang standar pelayanan minimal

pelaksanaan penerbitan akta kelahiran, dan kewajiban lewat Penetapan

Pengadilan bagi penduduk yang terlambat pelaporan kelahiran lebih dari 1

(satu) tahun menyebabkan penduduk semakin enggan mengurus akta

kelahiran. Ada disharmonisasi antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002                                                             

7 Haryono, “Pelaksanaan Pencatatan Akta Kelahiran dalam Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan di Kecamatan Wedi Kebupaten Klaten,” Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogakarta, 2013.

Page 25: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

11  

  

tentang Perlindungan Anak tentang pelaksanaan pembuatan akta kelahiran

serendah-rendahnya di tingkat Kelurahan terhadap Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan di tingkat Kecamatan.8

Skripsi Rahmat Syaibani dengan judul “Peranan Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan (Studi

tentang Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian di Kota Medan)”.

Menyimpulkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil itu berperan

penting dalam pembuatan akta kelahiran dan akta kematian. Ternyata dalam

menjalankan peran-perannya terdapat faktor pendukung dan faktor

penghambat. Faktor pendukung terdiri dari faktor organisasi, faktor aturan dan

faktor sarana. Sedangkan faktor penghambat terdiri dari faktor terbatasnya

sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus di

bidang teknologi informasi, faktor kesadaran dan kedisiplinan pegawai, dan

belum terisinya struktur organisasi sesuai dengan latar belakang pendidikan.9

Pembahasan dalam penelitian ini, lebih khusus membahas tentang

Implementasi atau penerapan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18 /PUU-

XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Yogyakarta. Walaupun penelitian ini juga membahas

tentang faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam proses penerapan

                                                            8 Martinus Agus Hutoro, “Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pemenuhan Hak Anak

Atas Identitas Diri Berupa Akta Kelahiran,” Tesis. Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2013.

9 Rahmat Syaibani, “Peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Layanan Administrasi Kependudukan (Studi tentang Pengurusan Akta Kelahira dan Akta Kematian di Kota Medan),” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Medan, 2012.

Page 26: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

12  

  

putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Dan penelitian ini jelas berbeda

dengan skripsi di atas.

Skripsi Andi Ni’mah Sulfian dengan judul “Kualitas Pelayanan Akta

Kelahiran Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wajo.”

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa kualitas pelayanan publik

pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wajo khususnya

dalam pelayanan Akta Kelahiran dapat dikatakan berkualitas.10 Dan penelitian

yang penyusun buat berbeda dengan penelitian di atas, karena skripsi ini

membahas tentang implementasi putusan Mahkamah Konstitusi tentang

pencatatan akta kelahiran, sehingga tidak hanya kualitasnya saja.

Berikutnya skripsi yang disusun oleh Radiansa Yulianto dengan judul

“Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran di Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya.” Peneliti

menyimpulkan pelayanannya sudah baik, namun masih ada hal perlu untuk

diperbaiki seperti penambahan kursi untuk pemohon, karena masih ada

pemohon yang berdiri dan untuk fasilitas yang lain seperti ruang merokok,

ruang ibu menyusui, toilet, pemohan sudah cukup puas, dan untuk kebersihan

kantor sudah cukup baik ada petugas yang membersihkan setiap pagi.11

                                                            10 Andi Ni’mah Sulfiani, “Kualitas Pelayaan Akta Kelahiran Pada Dinas

Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kabupaten Wajo,” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin Makasar, 2012.

11 Radiansa Yulianto, “Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya,” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya, 2011. 

Page 27: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

13  

  

Kajian dalam penelitian ini, lebih khusus membahas tentang

Implementasi atau penerapan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18 /PUU-

XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga membahas tentang

faktor-faktor penhambat dan pendukung dalam proses penerapan putusan

Mahkamah Konstitusi tersebut. Dan penelitian ini jelas berbeda dengan skripsi

di atas, dan perbedaannya adalah tentang hal yang dibahas dalam penelitian.

E. Kerangka Teoretik

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Perlindungan anak adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar

dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.12

Perlindungan terhadap anak adalah suatu hal yang harus diperhatikan

dengan seksama, karena seorang anak merupakan investasi masa depan bagi

keluarga dan bangsa. Untuk itu negara harus mengakui setiap anak yang

dilahirkan oleh warga negaranya di negara tersebut ataupun di luar negara

tersebut dan menjamin keamanan.

Setiap anak yang lahir harus mempunyai identitas diri yang dituangkan

dalam sebuah akta kelahiran. Akta kalahiran tersebut dibuat oleh instansi yang                                                             

12 Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 28: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

14  

  

berwenang, yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di mana anak

tersebut dilahirkan, dan disaksikan oleh orang yang membantu proses

kelahiran anak tersebut. Untuk itu, penyusun menggunakan beberapa teori

untuk menjelaskan penelitian ini, yaitu:

1. Teori Negara Hukum

Sejak zaman dahulu sudah dikenal konsep negara hukum yang di

cetuskan pertama oleh Plato dalam bukunya yang pertama yaitu Politeia.

Negara Hukum merupakan istilah dari konsepsi negara hukum modern yang

banyak digunakan oleh negara-negara di dunia yaitu the ruler of law.

Beberapa ahli yang berpendapat tentang negara hukum disamakan dengan

rechtsstaat ataupun the ruler of law. Sumrah berpendapat bagi Indonesia,

istilah yang kini populer adalah The Ruler Of Law, tidak berbeda dengan

konsep rechtsstaat, Etat de Droit, Negara atau pemerintah berdasarkan atas

hukum.13

Secara sederhana negara hukum dapat diartikan sebagai negara yang

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan, bahwa “Negara Indonesia

negara hukum”. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

                                                            13 Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-

Unsurnya (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1995), hlm. 32.

Page 29: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

15  

  

menegakkan supremasi hukum14 untuk menegakkan kebenaran dan keadilan

dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan Negara Hukum ialah

negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi warga

negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup

untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu

diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang

baik.15

Konsep negara hukum berorientasi kepada terwujudnya kesejahteraan

rakyat (Welfare state). Konsep negara hukum menjadi impian dan cita-cita

bangsa, yang terdapat dalam Alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945. Negara kesejahteraan (welfare state) adalah negara yang

pemerintahanya menjamin terselenggaranya kesejahteraan dan perlindungan

bagi rakyatnya. Untuk mewujudkan konsep negara kesejahteraan bagi

rakyatnya harus didasarkan pada 5 (lima) pilar kenegaraan, yaitu: Demokrasi,

Penegakan Hukum, Perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial dan

anti Diskriminasi.16

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 tentang perekonomian

dan kesejahteraan sosial dan Pasal 34 tentang kepedulian negara pada

                                                            14 Supremasi berarti kekuasaan tertinggi (teratas), dan Hukum berarti peraturan,

sehingga Supremasi Hukum mempunyai pengertian sebagai suatu peraturan yang tertinggi dalam suatu negara.

15 http://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat/diakses tanggal 31 Oktober 2013, jam 14.10.

16http://www.academia.edu/6770716/WELFARE_STATE_DAN_PENDIDIKAN_DI_INDONSIA diakses pada tanggal 12 April 2013, jam 19.45.

Page 30: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

16  

  

kelompok lemah, menempatkan negara sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, itu semua

merupakan upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain itu dalam

Pancasila sila ke-5 juga dicantumkan “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya. Dari definisi kesejahteraan sosial di atas, dapat dikatakan

bahwa negara hukum mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Salah satu bentuk perlindungan sosial yang digagas oleh pemerintah

adalah persoalan perlindungan anak. Perlindungan anak itu sangat penting,

karena dengan adanya perlindungan anak, maka anak sebagai penerus bangsa

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pembangunan dan

pertumbuhan bangsapun semakin baik.

Perlindungan anak itu macam-macam bentuknya, salah satunya adalah

dengan memberikan hak identitas bagi anak. Hak identitas bagi anak

berbentuk akta kelahiran yang diberikan ketika baru dilahirkan dan dapat

digunakan seumur hidup. Hak identitas anak diatur dalam Undang-Undang

Page 31: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

17  

  

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan terdapat juga dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Pasal 32 dan Pasal 27 undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan menyebutkan bahwa:

Pasal 27

1. Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

2. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 32

1. Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

2. Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 27 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak menyebutkan bahwa :

1. Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya. 2. Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akta

kelahiran. 3. Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang

yang menyaksikan dan/atau membantu proses kelahiran. 4. Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui, dan orang

tuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk anak tersebut didasarkan pada keterangan orang yang menemukannya.

Namun adanya peraturan tersebut belum membuat masyarakat merasa

nyaman, karena proses pembuatan akta kalahiran jika terlambat atau lebih

Page 32: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

18  

  

dari 60 hari sampai dengan 1 tahun, maka harus melakukan sidang di

Pengadilan Negeri. Hal itu membuat masyarakat yang kurang mampu dalam

segi ekonomi merasa kesulitan. Selain karena biaya yang mahal, proses rumit

juga menambah masyarakat menjadi malas untuk mencatatkan kelahiran

anaknya. Meskipun demikian masih banyak orang mampu secara ekonomi

yang terlambat mencatatkan kelahiran anaknya dikarenakan kesibukan

sehingga tidak ada waktu.

Pada bulan April 2013, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan

No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran terlambat. Putusan

ini berisi pembatalan Pasal 27 dan Pasal 32 Undang-Undang No. 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan. Alasan pembatalan tersebut karena

Pasal 27 dan Pasal 32 dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

dan sudah tidak sesuai dengan keadaan masyarakat yang kebanyakan adalah

masyarakat kurang mampu.

2. Konsep Negara Sebagai Perlindungan Hak Asasi Manusia

HAM adalah hak yang melekat dalam diri seseorang, dan tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk itu hal-hal yang ada hubungannya

dengan HAM dicantumkan dalam konstitusi dalam sebuah negara. HAM

sangat penting untuk melindungi rakyatnya, maka dalam paham negara

hukum, jaminan perlindungan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri mutlak

harus ada di setiap negara yang dapat disebut negara hukum (rechtsstaat).17

                                                            17 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta Utara: PT

RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 343.

Page 33: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

19  

  

Secara etimologi, kata konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu

constituer yang mempunyai arti membentuk. Konstitusi atau constitutio sama

dengan jus atau ius yang berarti hukum atau prinsip. Konstitusi adalah segala

ketentuan atau aturan mengenai ketatanegaraan (Undang-Undang Dasar dan

sebagainya) atau Undang-Undang Dasar Negara.18

Konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu

negara, termasuk di Indonesia. Seringkali antara konstitusi dan undang-

undang memiliki batasan pengertian yang berbeda, namun sebenarnya

keduanya sama-sama menunjuk pada hal yang sama yaitu pengertian dasar

hukum. Secara umum konstitusi diartikan sebagai pengertian hukum dasar

namun tidak tertulis, sedangkan Undang-Undang Dasar diartikan sebagai

hukum dasar yang tertulis.19

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia, menyebutkan :

“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan menusia anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.20

Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebelum Amandemen Kedua

Tahun 2000, hanya terdapat beberapa pasal yang dapat dikaitkan dengan

pengertian Hak Asasi Manusia. Pasal-pasal yang biasa dinisbatkan dengan

pengertian Hak Asasi Manusia adalah Pasal 27 ayat (1), (2), Pasal 28, Pasal 29

                                                            18 Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 63. 19 Ibid., 20 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Page 34: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

20  

  

ayat (2), Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1), Pasal 34. Namun jika

diperhatikan secara seksama hanya pada Pasal 29 ayat (2) saja yang benar-

benar memberi jaminan konstitusional atas hak asasi manusia.21 Bunyi dari

Pasal 29 ayat (2), yaitu :

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu.”22

Terdapat juga teori hak asasi manusia di antaranya adalah berdasarkan

kebebasan berpendapat, berdasarkan kebebasan berperilaku serta kebebasan

berdasarkan kepemilikan. Mengenai kepemilikan, termasuk juga dalam hal

identitas diri yang dimiliki oleh setiap orang dan akta kelahiran sesuai dengan

konstitusi yang ada di Indonesia yaitu dalam Pasal 28B ayat (2) Undang-

Undang Dasar 1945 sangat jelas menyatakan bahwa setiap anak mempunyai

hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta hak asas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dalam hal ini identitas diri dan akta kelahiran sangat penting bagi

seorang anak dalam tahap perkembangan di masa yang akan datang. Untuk itu

banyak peraturan yang mengatur tentang hal tersebut, antara lain : UUD 1945,

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam 3

                                                            21 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara…, hlm. 352. 22 Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebelum Amandemen ke-2 Tahun

2000. 

Page 35: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

21  

  

(tiga) undang-undang di atas menjelaskan akta kelahiran menjadi hak anak

dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.

3. Teori Hierarki Perundang-undangan

Dalam ketentuan umum Pasal 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dijelaskan bahwa

peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma

hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Dalam Pasal 7 disebutkan jenis dan hierarki peraturan perundang-

undangan di Indonesia yaitu :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam beberapa kasus undang-undang yang telah diundangkan sering

terjadi ketidaksesuaian dengan Undang-Undang Dasar 1945 atau undang-

undang yang lainnya, sehingga jika terjadi hal seperti itu, maka undang-

undang tersebut dapat diuji, dan biasa disebut dengan Judicial Review.

Lembaga yang berwenang untuk pengujian Undang-undang (Judicial Review)

adalah Mahkamah Konstitusi, yang merupakan salah satu lembaga tinggi

negara.

Page 36: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

22  

  

Pada awal tahun 2013, Mahkamah Konstitusi melakukan pengujian

Undang-undang (Judicial Review) yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan yang mana dalam Pasal 32, menyatakan:

(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat. (2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden. dianggap sudah tidak sesuai dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), dan

Pasal 28D ayat 4 Undang-Undang Dasar, menyatakan:

Pasal 27 ayat (1),

“Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Pasal 28D ayat (1):

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

Pasal 28D ayat (4):

“Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan”.

Dengan diberlakukannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-

XI/2013 tentang pencatatan akta kelahiran maka berlakulah asas lex posteriori

legi priori (peraturan yang baru menyampingkan peraturan yang lama).

Namun dengan berlakunya asas tersebut, tidak berarti Undang-Undang No. 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan tidak berlaku lagi.

Page 37: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

23  

  

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tetap berlaku sebagai mana

mestinya, namun Pasal 32 tidak berlaku dan bunyinya diganti, yang berlaku

adalah Pasal 32 yang sudah diganti bunyinya seperti yang terdapat dalam

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta

Kelahiran terlamat.

Pasal 32 ayat (1) dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 :

“(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.”

Pasal 32 ayat (1) dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 :

“(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat”

4. Teori Administrasi Publik

Hukum administrasi adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-

alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-alat itu

akan menggunakan kewenangan-kewenangan ketatanegaraan.23 Administrasi

Publik atau Administrasi Negara adalah suatu bahasan ilmu sosial yang

mempelajari tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga

legislatif, yudikatif dan eksekutif serta hal-hal yang berkaitan dengan publik

yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik, administrasi

pembangunan, tujuan negara dan etika yang mengatur penyelenggara negara.

Secara sederhana, administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari tentang                                                             

23 Philipus M.Hadjon, Sri Soemantri Mertosoewignjo, Sjachran Basah, Bagir Manan, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), hlm. 23.

Page 38: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

24  

  

bagaimana pengelolaan suatu organisasi publik. Meskipun sama-sama

mengkaji tentang organisasi, administrasi publik ini berbeda dengan ilmu

manajemen: jika manajemen mengkaji tentang pengelolaan organisasi swasta,

maka administrasi publik mengkaji tentang organisasi publik/pemerintah,

seperti departemen-departemen, dan dinas-dinas, mulai dari tingkat kecamatan

sampai tingkat pusat.24

Dalam hal ini lembaga yudikatif yang dimaksud dalam konteks

pencatatan akta kelahiran yaitu Mahkamah Konstitusi, yang pada prinsipnya

hanya boleh menyatakan bahwa ayat/pasal/bagian atau seluruh undang-

undang bertentangan atau tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Ada pembatasan tugas antara DPR dan pemerintah sebagai positive legislator

(pembuat norma) dengan Mahkamah Konstitusi sebagai negative legislator

(penghapus atau pembatal norma), selain itu Mahkamah Konstitusi tidak boleh

membuat putusan yang bersifat membuat norma baru atau mengatur.25

Dengan perkembangan jaman yang semakin maju, pembatasan yang

diberikan kepada Mahkamah Konstitusi mulai berkurang, salah satunya adalah

Mahkamah Konstitusi boleh membuat putusan yang bersifat mengatur atau

membuat norma yang baru. Walaupun demikian, putusan Mahkamah

Konstitusi masih membutuhkan tindak lanjutnya. Namun ada juga yang tidak

                                                            

24 http://id.wikipedia.org/wiki/Administrasi_publik, diakses tanggal 12 Mei 2014 pukul 09.55 WIB.

25 http://satyasembiring.wordpress.com/2013/12/05/putusan-mahkamah-konstitusi-bersifat-negatif-legislature-menjadi-positif-legislature/, diakses tanggal 12 Mei 2014 pukul 12.00 WIB.

Page 39: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

25  

  

membutuhkan tindak lanjut dengan pembentukan undang-undang atas

perubahan undang-undang yang bersangkutan.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang membutuhkan tindak lanjut dengan

pembentukan undang-undang apabila dalam putusannya Mahkamah

Konstitusi telah menentukan secara limitatif pembentukan undang-undang

tersebut, menimbulkan ketidakpastian hukum, kekosongan hukum,

mempengaruhi hajad hidup orang banyak.26

Salah satu contohnya adalah Putusan Mahkamah Konstitusi No.

18/PUU-XI/2013 tentang pencatatan akta kelahiran yang menyangkut hajad

orang banyak, sehingga secepat mungkin langsung di buat undang-undang

pengganti Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan menjadi Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

Administrasi negara mengandung tanggung jawab moral untuk

mensejahtrakan masyarakat, karena itu administrasi negara mempunyai

prioritas dalam memberikan arahan ataupun pelayanannya.27 Begitu juga

dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat terkait dengan administrasi kependudukan.

                                                            26  Mualimin Abdi, Direktur Litigasi Perundang-Undangan, Disampaikan Pada

Ceramah Peningkatan Pengetahuan Perancang Peraturan Perundang-Undangan Jakarta, 3 Desember 2010.

27 http://fisipuntagcirebon.files.wordpress.com/2011/04/pian-ii.pdf, diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 09.18 WIB.

Page 40: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

26  

  

Sebagai lembaga yang menjalankan putusan Mahkamah Konstitusi No.

18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini sesuai dengan judul yang telah dibuat yaitu

menggunakan penelitian lapangan (field research). Data primer sebagai

(sumber data utama) yang diperoleh langsung dari pegawai Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam bidang pelayanan pembuatan akta

kalehiran dan pemohon akta kelahiran.28

2. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif-analitik yaitu menggambarkan

proses pencatatan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013.

Serta menjelaskan, menyimpulkan permasalahan, dan peristiwa yang terjadi

sebagai fakta yang ada di lapangan.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-

empiris.29 Yuridis digunakan untuk menganalisis peraturan atau kebijakan.

Dalam hal ini penyusun membahas tentang implementasi putusan Mahkamah

Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan akta kelahiran terlambat.

                                                            28 Ronny Harnitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Semarang, Ghalia

Indonesia: 1982), hlm. 24. 29 Ibid,. hlm. 24.

Page 41: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

27  

  

Sedangkan Empiris digunakan untuk memandang hukum (Putusan

Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta

Kelahiran Terlambat) yang sudah diterapkan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta tahun 2013.30

4. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang objektif, maka penyusun mengumpulkan

data dengan cara:

a. Data Primer

Data yang diperoleh saat wawancara dengan pegawai Dinas

Kependudukan dan Pencatatan sipil dan yang diperoleh saat wawancara

dengan pemohon akta kelahiran.

b. Data Sekunder

Data yang berasal dari penjelasan seperti Putusan Mahkamah Konstitusi

No. 18/PUU-XI/2013, Peraturan Perundang-undangan, perjanjian

internasional, jurnal ilmiah, buku-buku dan surat kabar (koran).

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta. Pemilihan lokasi didasarkan pada

pemikiran bahwa Kantor Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil sebagai

lembaga pemerintah yang bertugas dalam bidang Kependudukan.

                                                            30 Achmad Ali, Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum,

(Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 2.

Page 42: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

28  

  

6. Penentuan Responden

1 (satu) orang pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Yogyakarta yang menangani tentang pencatatan akta kelahiran, dan 2

(dua) orang pemohon akta kelahiran sebagai penguat bahwa putusan

Mahkamah Konstitusi telah diterapkan pada Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan oleh penyusun adalah wawancara

yang dilakukan kepada pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Yogyakarta.

8. Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan kualitatif, suatu analisis

hasil penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata lisan atau tulisan

untuk menggambarkan situasi, kondisi, kejadian, hasil wawancara, dokumen

dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta. Sehingga

dalam analisis dengan pendekatan kualitatif ini yang dipentingkan adalah

kualitas data.31 Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisa

menggunakan metode induktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari fakta-

fakta yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik sebagai kesimpulan yang

bersifat umum. Metode ini digunakan untuk menggambarkan implementasi

putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang pencatatan akta

                                                            31 Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 192.

Page 43: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

29  

  

kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta

tahun 2013.

G. Sistematika Pembahasan

Bab I berisi tentang Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan mengenai

latar belakang yang sedikit mengambarkan permasalahan yang akan diteliti,

dan untuk mementukan sasaran dalam penelitian. Dilanjutkan dengan

rumusan, tujuan dan kegunaan. Rumusan masalah berisi mengenai gambaran

masalah yang ingin diteliti. Dilanjutkan dengan telaah pustaka untuk

membedakan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Kemudian data yang sudah terkumpul dan dianalisis

menggunakan kerangka teoretik. Sebagai dasar dalam melakukan penelitian,

penyusun menggunakan metode penelitian.

Bab II berisi tentang Kebijakan Hukum Atas Hak Identitas Anak. Pada

bab ini akan membahas kebijakan hukum yang menjadi dasar hukum bagi hak

identitas anak, dan membahas tentang kepastian hukum dari Pencatatan Sipil,

selain itu juga membahas tentang kaitan antara pencatatan perkawinan dengan

pencatatan akta kelahiran.

Bab III berisi tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta Kelahiran yang ada di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta. Sehingga penyusun

menuangkan hasil wawancara dengan pegawai dan pemohon akta kelahiran

yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Page 44: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

30  

  

Bab IV berisi Analisis Pencatatan Akta Kelahiran Di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta yang sekaligus

menjawab pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang

Pencatatan Akta Kelahiran. Dalam bab ini penyusun memaparkan prosedur

pelayanan yang diberikan kepada pemohon dengan berdasar pada Undang-

Undang No.23 Tahun 2006 dan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-

XI/2013. Dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi itu berarti

persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon akta kalahiran lebih ringan

daripada sebelumnya.

Bab V berisi tentang Penutup, bab ini berisi kesimpulan sebagai

jawaban dari rumusan masalah. Selain itu penyusun juga memberikan saran-

saran dan rekomendasi khususnya bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Yogyakarta agar kedepannya dapat melayani masyarakat dengan

lebih baik. Dan bagi masyarakat sebagai pemohon akta kelahiran agar tidak

terlambat dalam mencatatkan kelahiran anaknya.

Page 45: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta sebagai

lembaga pemerintahan yang bergerak dalam bidang administrasi

kependudukan bertanggung jawab penuh atas pencatatan kelahiran sebagai

bentuk perlindungan terhadap anak sesuai dengan amanat undang-undang.

Adapun bentuk pelaksanaanya adalah:

1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta menerapkan

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan

Akta Kelahiran yang terlambat mulai tanggal 1 Mei 2013. Dengan

diterapkannya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berdampak positif

dengan semakin berkurangnya jumlah masyarakat yang terlambat dalam

pencatatan akta kelahiran.

Jumlah pencatatan akta kelahiran tidak terlambat pada tahun 2013 sebelum

adanya putusan Mahkamah Konstitusi No. 18/PUU-XI/2013 hingga bulan

April 2013 sebanyak 2.462 pemohon, sedangkan untuk pencatatan akta

kelahiran terlambat lebih dari 60 hari sebanyak 302 pemohon, dan untuk

pencatatan akta kelahiran terlambat lebih dari 1 tahun sebanyak 188. Total

pencatatan kelahiran tahun 2013 sebelum adanya putusan Mahkamah

Konstitusi sebanyak 2.952.

Pencatatan kelahiran mulai dari bulan Mei hingga Desember 2013 setelah

di berlakukannya Putusan Mahmakamah Konstitusi, jumlah pencatatan

Page 46: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

85

akta kelahiran tidak terlambat sebanyak 4.765 pemohon, untuk pencatatan

akta kelahiran terlambat lebih dari 60 hari sebanyak 2.070 pemohon, dan

pencatatan akta kelahiran terlambat 1 tahun sebanyak 91 pemohon. Total

pencatatan setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi sebanyak 6.926

pemohon. Data tersebut menunjukkan semakin menurunnya jumlah

pemohon yang terlambat dalam mencatatkan akta kelahiran

2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

a. Beberapa faktor penghambat yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta dalam penerapan Putusan

Mahkamah Kostitusi No. 18/PUU-XI/2013 tentang Pencatatan Akta

Kelahiran terlambat:

1) Ketidakkesinambungan peraturan antar daerah, sehingga

menimbulkan ketidakpastian hukum bagi masyarakat,

2) Aturan atau Instruksi dari Gubernur belum dapat dilaksanakan

karena belum ada petunjuk pelayanan teknis,

3) Kesadaran orang tua yang masih kurang,

4) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pembutan akta

kelahiran.

b. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pencatatan akta kelahiran

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta adalah:

1) Fasilitas sudah memadai dan lengkap,

2) Pegawai-pegawai bekerja dengan baik dan kompak dalam pelayanan

terhadap pemohon akta.

Page 47: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

86

3) Terpasangnya jaringan internet, yang berguna untuk memudahkan

mengakses segala informasi atau data dari desa dan kecamatan.

B. Saran-saran

1. Sebagai lembaga pelaksana dari kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta

hendaknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang hal-hal

yang berhubungan dengan kependudukan. Apabila ada kebijakan baru,

hendaknya segera diadakan sosialisasi kepada masyarakat. Dikarenakan

masyarakat tidak banyak yang mengetahui tentang Putusan Mahkamah

Konstitusi yang terkait dengan pencatatan akta kelahiran yang terlambat.

2. Bentuk pelayanan administrasi pencatatan akta juga perlu diperbaiki, perlu

adanya pemisahan pelayanan antara akta kelahiran, akta kematian, akta

perkawinan dan akta perceraian, sehingga pemohon akta pencatatan sipil

tidak merasa bingung ketika menunggu antrian.

3. Jaringan internet yang sudah ada untuk membantu dalam pelaksanaan

tugas dan pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Yogyakarta, diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mengakses

informasi melalui internet, dan diharapkan jangan disalahgunakan untuk

hal-hal yang kurang penting.

Page 48: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

87  

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-Buku

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum, Jakarta: Kencana, 2012.

Asshiddiqie, Jilmly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1995.

Fajar ND, Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan, Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

HS, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis(BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Mahdi, Imam, Hukum Tata Negara Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2011.

Natadimaja, Harumiati, Hukum Perdata Mengenai Hukum Perorangan dan Hukum Benda, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Soemitro, Ronny Harnitijo, Metodologi Penelitian Hukum, Semarang: Ghalia Indonesia, 1982.

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Pardata, Bandung: PT. Alumni, 2013.

Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2010.

Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Page 49: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

88  

2. Skripsi, Tesis

Haryono, “Pelaksanaan Pencatatan Akta Kelahiran Dalam Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan Di Kecamatan Wedi Kebupaten Klaten.” Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.

Martinus Agus Hutoro, “Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pemenuhan Hak Anak Atas Identitas Diri Berupa Akta Kelahiran,” Tesis. Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2013.

Sulfiani, Andi Ni’mah, “Kualitas Pelayaan Akta Kelahiran Pada Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kabupaten Wajo.” Skripsi. Universitas Hasanudin, Makasar, 2012.

Syaibani, Rahmat, “Peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam Layanan Administrasi Kependudukan (Studi tentang Pengurusan Akta Kelahira dan Akta Kematian Di Kota Medan).” Skripsi. Universitas Sumatra Utara, 2012.

Yulianto, Radiansa, “Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran Di Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya.” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, 2011.

3. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

Page 50: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

89  

4. Internet

http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=38 diakses tanggal 05 Maret 2014 jam 19.35.

http://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat/ diakses tanggal 31 Oktober 2013, jam 14.10.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50c830ee44f48/permudah-akta-kelahiran--asas-peristiwa-bisa-dikesampingkan diakses pada tanggal 9 Maret 2013.

http://www.academia.edu/6770716/WELFARE_STATE_DAN_PENDIDIKAN_DI_INDONSIA di akses pada tanggal 12 April 2013, jam 19.45.

http://id.wikipedia.org/wiki/Administrasi_publik, diakses tanggal 12 Mei 2014 pukul 09.55 WIB.

http://satyasembiring.wordpress.com/2013/12/05/putusan-mahkamah-konstitusi-bersifat-negatif-legislature-menjadi-positif-legislature/, diakses tanggal 12 Mei 2014 pukul 12.00 WIB.

http://fisipuntagcirebon.files.wordpress.com/2011/04/pian-ii.pdf, diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 09.18 WIB.

Dr. Mualimin Abdi,S.H.Mh Direktur Litigasi Perundang-Undangan, Disampaikan Pada Ceramah Peningkatan Pengetahuan Perancang Peraturan Perundang-Undangan Jakarta, 3 Desember 2010.

Page 51: IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. …digilib.uin-suka.ac.id/12688/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · menjadi penghambat serta pendukung dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS

NAMA : ITA’ FI’LA RUSYIDA

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : KEBUMEN, 29 SEPTEMBER

1991

ALAMAT RUMAH : DESA KRANDEGAN RT 01/RW

01, KEC. PURING, KAB.

KEBUMEN

NAMA ORANG TUA

AYAH : JALALUDIN

IBU : SRI HARYANI

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

TK PERTIWI, LULUSAN TAHUN 1998

SD NEGERI 2 KRANDEGAN, KECAMATAN PURING, KABUPATEN

KEBUMEN, LULUSAN TAHUN 2004

SMP NEGERI 3 KEBUMEN, LULUSAN TAHUN 2007

MA NEGERI 1 KEBUMEN, LULUSAN TAHUN 2010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA, FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM, PRODI

ILMU HUKUM ANGKATAN 2010.