imunisasi ibu hamil
TRANSCRIPT
IMUNISASI IBU HAMIL
Disusun oleh :
1. Yusuf Budi A.2. Dian Maulya M.3. Faizah Septiyana4. Novita Setyowati
5. Syeila Dewi C.
D3 KEPERAWATAN 2A
STIKES AL-ISYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2013/2014
IMUNISASI IBU HAMIL
A. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Depkes-
Kessos RI, 2000).
Sangat penting untuk mencoba menghindari pajanan infeksi yang dapat
berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting dilakukan
bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang rutin dilakukan selama
kehamilan sebaiknya ditunda sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan
teratogen (membuat cacat) bagi janin. Waktu terbaik untuk membicarakan tentang
imunisasi adalah ketika sedang merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang
hamil seorang wanita terkena penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya,
apakah akan diberikan vaksinasi dipertimbangkan dari untung dan ruginya.
B. Jenis – jenis imunisasi
Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi Aktif (active immunization)
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang
akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,
sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinasinya antara lain :
1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida,
toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari
tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif (pasive immunization)
Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi (Hidayat, A, 2005).
C. Jenis imunisasi yang dibutuhkan ibu hamil
1. Imunisasi Tetanus (Tetanus Toksoid)
Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum
(tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi 3
kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster.
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus
yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan
dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai
tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas
pelayanan yang memadai. (Dinkes Jambi, 2003).
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan
imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan
imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode
waktu yang telah ditetapkan, yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung
(komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah
bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah.
Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005).
a. Jadwal imunisasi TT ibu hamil
1) Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT
sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali,
dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat
TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.
2) Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya
baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan
ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
3) Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan
sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang
b. Efek samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang
gejala demam. (Depkes RI, 2005).
c. Kontraindikasi
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena
dosis pertama TT. (Depkes RI, 2005).
d. Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS)
yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu
dingin atau suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005).
e. Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur
vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar
matahari langsung. (Depkes RI, 2005).
2. Hepatitis B
Untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan seksual
dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik). Walau imunisasi ini dikatakan aman bagi ibu hamil, sebaiknya
hanya diberikan bila ia berisiko tinggi terjangkit Hepatitis B. Misalnya,
ibu hamil merupakan pekerja kesehatan yang punya kemungkinan terpapar atau
tertusuk jarum suntik yang bisa menularkan virus Hepatitis B, dll. Merupakan
vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious,
berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorphl)
menggunakan teknologi DNA rekombinan.Imunisasi ini digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis.
Efek samping Hepatitis B : nyeri di tempat suntikan, demam
3. InInfluenza
Imunisasi influenza dengan virus yang tidak aktif ini bisa diberikan pada ibu
hamil, bila ada indikasi ibu hamil tersebut berisiko terkena flu dalam kondisi
parah, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Pada musim flu (menjelang dan
pada musim dingin), penyakit flu di Amerika bisa berkembang sangat parah
sampai-sampai perlu dirawat di rumah sakit. Jadi, ibu
yangmenjalani kehamilan trimester kedua dan tiga di musim dingin, sebaiknya
diimunisasi influenza.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular
polysaccharide) kuman H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid
dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-
OMPC). Cara Pemberian : Dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan
kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
Secara umum, imunisasi ini aman diberikan pada ibu hamil. Bahkan, berdasarkan
Panduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hamil dan Menyusui yang dikeluarkan
Centers for Disease Control andPrevention, sebuah studi yang dilakukan terhadap
2.000 ibu hamil yang diimunisasi influenza menunjukkan tidak adanya pengaruh
terhadap janin akibat imunisasi tersebut. Hasil serupa diperoleh terhadap 252 ibu
yang mendapat imunisasi influenza enam bulan setelah melahirkan.
Efek samping Influenza : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang
dapat berlangsung hingga 2 hari, demam.
D. Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan pajanan
infeksi spesifik
a) Pneumokokus
Diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko tinggi
infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan
jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes).
Pemberian imunisasi Pneumococcal pada trimester pertama kehamilan belum
pernah dievaluasi keamanannya. Meski begitu, belum pernah dilaporkan adanya
efek merugikan terkait pemberian imunisasi ini pada janin yang dikandung ibu.
Tentu saja, jika ibu hamil tidak berisiko tinggi terkena virus tersebut, imunisasi ini
tidak perlu diberikan. Pemberian vaksin pneumokok direkomendasikan pada
wanita hamil dengan faktor risiko. Vaksin yang dberikan adalah vaksin
polisakarida dari 23 tipe Streptococcus pneumoniae. Advisory Commitee on
Immunization Practices (ACIP) menganjurkan pada wanita hamil dengan risiko
tinggi diberikan vaksin sebelum hamil. Keamanan vaksin ini selama kehamilan
masih diragukan sampai saat ini.
Efek samping Pneumokokus : demam, nyeri di tempat suntikan
b) Rabies
Direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies. Vaksin anti rabies
diberikan sebelum paparan dengan dosis 1 ml pada hari 0, 7 dan 28 secara
intramuskuler. Kemudian booster setelah 1 tahun dan tiap 5 tahun. Profilaksis
sebelum paparan dapat diindikasikan selama kehamilan. Vaksinasi pasca paparan
diberikan HRIG (human rabies immune globulin) 20 IU per Kg di tempat luka
gigitan. Pasien yang sebelumnya sudah diberikan vaksinasi tidak perlu diberikan
HRIG. kehamilan bukanlah kontraindikasi untuk pemberian profilaksis pasca
paparan.
c) Hepatitis A
Belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama kehamilan,
namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif). Dalam Panduan
Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hamil dan Menyusui (dikeluarkan CDC)
disebutkan, keamanan pemberian imunisasi Hepatitis A masih belum bisa
dipastikan. Namun, karena vaksin ini dibuat dari virus mati atau tidak aktif, secara
teoritis risiko janin terpengaruh sangat rendah. Jadi, imunisasi ini bisa diberikan
pada ibu hamil, jika ada indikasi berisiko tinggi terkena penyakit tersebut.
Misalnya,memiliki kelainan hati, hidup di lingkungan yang berisiko terinfeksi
Hepatitis A, sering berada di Tempat Penitipan Anak (TPA), atau akan bepergian
ke negaradimana penyakit ini menjadi endemis.
Efek samping Hepatitis A : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala,
kelelahan, reaksi alergi
d) Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif
Efek samping Vaksin Polio Oral : tidak ada, Vaksin Polio Inaktif kemerahan, rasa
tidak nyaman di tempat suntikan. Vaksin polio dapat diberikan secara suntik
maupun oral. Untuk vaksin oral mengandung bahan virus aktif, sedangkan vaksin
suntik mengandung virus yang dilemahkan. Vaksin polio baik oral maupun suntik
tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
E. Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil
1. MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan kontraindikasi bagi kehamilan
karena kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Vaksin measles, mumps
dan rubella (MMR) berisi virus measles, mumps dan rubella hidup yang
dilemahkan. Pemberian vaksin MMR kontraindikasi pada kehamilan. Bagi wanita
yang divaksinasi sebaiknya menunda kehamilan 4 minggu setelah penyuntikan.
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam
kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi
telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan
menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun
kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan
meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak.
Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga
terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam
kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Efek samping MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan
kaku pada sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi
2. Varisela : tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela
pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan. Vaksin ini bermanfaat untuk melindungi tubuh dari cacar air. Paling
tidak satu bulan setelah imunisasi, Anda baru diperbolehkan hamil. Vaksin
varicella adalah virus variccella-zoster hidup yang dilemahkan. Vaksinasi selama
kehamilan dikontraindikasikan karena efek terhadap fetus belum diketahui. Efek
samping Varisela : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai
3 minggu setelah imunisasi
3. HPV (Human Papiloma Virus) : memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan
ibu hamil. Data vaksinasi pada wanita hamil terbatas. Vaksin HPV yang saat ini
telah dibuat dan dikembangkan merupakan vaksin kapsid L1 (merupakan
imunogenik mayor) HPV tipe 16 dan 18.
F. Yang Harus Diperhatikan
1. Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi
wanita hamil, kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan
vaksin hidup (varisela, MMR,BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari
sebelum kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri kehamilan
2. Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu ideal
untuk pemberian tergantung dari waktu konsepsi Kehamilan tidak mengganggu
efisiensi dari vaksin
Tabel Imunisasi pada wanita hamil
AgenImunobiologi
Tipe AgenImunisasi
IndikasiImunisasi
selamaKehamilan
Kontraindikas
Jadwal Dosis Keterangan
TetanusToksoid
Toksoid X Diberikan 3kali, 2 terakhirketika hamil
Hepatitis A virusinaktif
Dua dosis Dua dosis Direkomendasikanpada wanita denganrisiko tinggi
Hepatitis B Hepatitis Bimunoglobulin
X TergantungPajanan
Umumnya diberikandengan vaksin virusHepatitis B, bayi barulahir yang terpajanmembutuhkanprofilaksis
Influenza(inaktif)
Vaksin virusInaktif
X (musiminfluenza)
Dosis tunggalIM
MMR(campak,gondong,rubella)
Vaksin virusHidup
X Dosis tunggal,Subkutan
Vaksinasi terhadapwanita risiko tinggisebaiknya dilakukansetelah melahirkan,imunisasi sebelumkehamilan
Varisela (cacarair)
Variselazosterimunoglobulin
X Dosis tunggalIM dalam 96jam setelahpajanan
Imunisasi sebelumKehamilan
Pneumokokus Vaksinpolivalenpolisakarida
Dosis tunggalSC atau IM
Direkomendasikanpada wanita denganrisiko tinggi
Rabies Vaksin virusMati
Direkomendasikanpada wanita denganrisiko tinggi
Polio Virus hidup(oral) danvaksin virusinaktif (SK)
X Oral dansubkutan
Direkomendasikanuntuk wanita hamilyang bepergian kedaerah endemis
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/pdf
http://adulgopar.files.wordpress.com/
http://www.parenting.co.id/
http://www.imunisasidewasa.com/