include picture
DESCRIPTION
nodTRANSCRIPT
ERITEMA MULTIFORME
Di susun oleh:
Vitta Margareth PhilipusHelena Peni Masan
Zaina SuratIsra
PRODI S1-KEPERAWATAN (NS)
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2012KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena
atas berkat dan rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan
makalah ini. Makalah ini merupakan perwujudan dari tugas kelompok yang di
berikan oleh dosen mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV
Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata
kuliah KMB IV yaitu ERITEMA MULTIFORME
Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………………………………..Kata pengantar……………………………………………………………………..Daftar isi……………………………………………………………………………Bab I Pendahuluan
a) Latar belakang……………………………………………………………..b) Tujuan…………………………………………………………………………
Bab II Tinjauan Pustaka………………………………………………………………a) Pengertian eritema
multiforme…………………………………………………….b) Insiden &
epidemiologi…………………………………………………………….c) Etiologi……………………………………………………………………………..d) Klasifikasi gejala
klinis……………………………………………………………….e) Gambaran
histology…………………………………………………………………..f)
Patofisiologi……………………………………………………………………………
g) Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………
h)
Diagnosis……………………………………………………………………………..
i) Diagnosis banding………………………………………………………………………
j)
Penatalaksanaan……………………………………………………………………
k)
Komplikasi………………………………………………………………………………
l)
Prognosis……………………………………………………………………………..
Bab III Pembahasanv Asuhan keperawatan……………………………………………………………
Bab IV Penutupa) Kesimpulan………………………………………………………………………..b)
Saran………………………………………………………………………………….
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Eritema multiforme digambarkan oleh Ferdinand von Hebra pada tahun
1866 sebagai penyakit kulit akut yang bersifat self-limited, yang tersebar pada
kedua ekstremitas secara simetris dengan lesi-lesi “target” konsentrik yang khas
dan sering mengalami rekurensi. Istilah eritema multiforme minor diusulkan
kemudian untuk membedakan sindrom kutaneus ringan dengan bentuk yang
lebih parah, eritema multiforme mayor, yang melibatkan beberapa membran
mukosa.
Namun sebelumnya pada tahun 1860 Hebra pertama kali
memperkenalkan penyakit ini sebagai eritema multiforme eksudatif. Sejak itu
definisi tersebut telah berkembang menjadi beberapa bentuk dengan banyak
manifestasi klinis, tidak hanya di kulit namun juga di membran mukosa dan
organ-organ dalam lainnya.
Pada tahun 1922 Stevens dan Johnson menggambarkan bentuk akut
dari penyakit ini dengan manifestasi berat di mata. Sejak saat itu telah ada
tendensi untuk mendiagnosis kasus berat dari eritema multiforme sebagai
Stevens-Johnson Syndrome, terutama jika terdapat bulla pada kulit dan mukosa.
Penyakit ini seringkali merupakan rekurensi dari infeksi virus herpes
simpleks. Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis: Lesi target berbentuk plak
yang terutama terletak pada wajah dan ekstremitas.
B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang konsep medis eritema multiforme
2. Menjelaskan tentang konsep keperawatan eritema multiforme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eritema Multiforme
Eritema Multiforme merupakan erupsi mendadak dan rekuren pada kulit
dan kadang-kadang pada selaput lendir dengan gambaran bermacam-macam
spektrum dan gambaran khas bentuk iris.Pada kasus yang berat disertai simtom
konstitusi dan lesi viseral.
Erythema Multiforme (EM) adalah merupakan suatu penyakit akut dari
kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi kulit,
karenanya dinamakan multiforme (Greenberg,2003). Penyakit ini merupakan
suatu reaksi hipersensitivitas, yang karakteristik dengan adanya lesi target pada
kulit atau lesi ulserasi pada mukosa.
Erythema multiformis adalah sutau jenis reaksi kulit yang secara histologis
ditandai mula – mula adanya infiltrat limfohistiositik pada batas antara dermis dan
epidermis, dan kemudian dengan adanya vesikulasi sub-epidermis ; secara klinis
ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk lesi – lesi kulit yang khas seperi
iris atau target/ sasaran (Kenneth A. 1985).
Kondisi bervariasi dari ringan, ruam terbatas diri (E. multiforme minor) .
Yang parah, bentuk yang mengancam jiwa yang dikenal sebagai eritema
multiforme mayor (atau erythema multiforme mayora) yang juga melibatkan
selaput lendir. Bentuk parah ini mungkin berhubungan dengan Sindrom Stevens-
Johnson.
Bentuk yang ringan biasanya agak gatal, merah muda, bercak-bercak merah,
simetris dan mulai pada ekstremitas. Sering mengambil klasik "target lesi"
penampilan, dengan sebuah cincin merah muda-merah di sekitar pusat pucat.
Resolusi dalam waktu 7-10 hari adalah normal.
Individu dengan terus-menerus (kronis) erythema multiforme sering memiliki
bentuk sakit di situs cedera, misalnya goresan kecil atau abrasi, dalam waktu
seminggu. Iritasi atau bahkan tekanan dari pakaian akan menyebabkan eritema
untuk terus meluas sepanjang margin selama beberapa minggu atau bulan.
Penyakit ini tumbuh selama 7 bulan, melibatkan 90% dari betis kaki.
B. Insiden Dan Epidemiologi
Eritema multiforme lebih banyak menyerang pria dari pada wanita.
Dengan rasio pria : wanita dari 3:2 hingga 2:1. Penyakit ini menyerang segala
usia dengan insiden tertinggi pada dekade kedua hingga keempat kehidupan,
20% terjadi pada anak-anak dan remaja.
C. Etiologi
Pada lebih dari 50% kasus, faktor pemicu tidak diketahui. Yang paling
umum adalah kasus dengan infeksi herpes simpleks (oral atau genital) yang
mendahuluinya, atau dengan infeksi mikoplasma, infeksi bakteri atau virus yang
lain juga telah dibuktikan. Berikut beberapa faktor pemicu yang menyebabkan
eritema multiforme :
a) Infeksi virus
· Herpes simpleks
· Pneumonia atipikal primer, infeksi mikoplasma
· AIDS
· Adenovirus
· Cytomegalovirus
· Hepatitis B
· Mononukleasis infeksius
· Limfogranuloma inguinal
· Milker’s nodes
· Mumps
· Orf
· Poliomyelitis
· Psittacosis
· Variola
· Vaccinia
· Varicella
b) Infeksi bakteri
· Rickettsia
c) Infeksi jamur
· Histoplasmosis
· Vaksinasi
d) reaksi obat
e) reaksi kontak
f) Karsinoma, limfoma, leukemia
g) Lupus eritematosus (Rowell’s syndrome)
h) Poliarteritis nodosa
i) Pregnansi, premenstrual,’dermatitis progesteron autoimun’
j) Sarkoidosis
k) Wegener’s granulomatosis
l) X-ray terapi
m) Tidak diketahui
Eritema multiforme telah dianggap sebagai contoh yang jelas dari reaksi
akibat obat yang merugikan. Meskipun pada studi prospektif dari kasus-kasus
eritema multiforme hanya 10% yang terkait penggunaan obat-obatan. Pada studi
yang lain, riwayat penggunaan obat-obatan, khususnya golongan sefalosporin,
tercatat pada 59% pasien eritema multiforme.
Obat-obatan sering dianggap sebagai penyebab berdasarkan bukti yang
kurang adekuat.; konfirmasi sensitivitas obat memerlukan paparan ulang
terhadap obat tersebut, yang mungkin dapat menimbulkan resiko yang tidak
diinginkan.
D. Klasifikasi
Ø Eritema multiforme minor
Terjadi pada kira-kira 80% kasus. Secara klinis lesi berbentuk makular,
papular, atau urtikarial, serta ‘iris’ klasik atau lesi target, yang tersebar di distal
ekstremitas.
Ø Eritema multiforme major
Merupakan bentuk penyakit yang lebih parah dengan lesi target yang
lebih besar dengan keterlibatan membran mukosa. Onset biasanya tiba-tiba,
meskipun kemungkinan karena adanya masa prodromal selama 1-13 hari
sebelum erupsi muncul.
E. Gejala Klinik
Ada berbagai macam variasi dari eritema multiforme, dan semua
diberikan nama yang berhubungan dengan gambaran yang paling jelas yang
menyusun erupsi tersebut. Lesi yang terjadi dapat berupa makula, papul, nodus,
vesikel atau bulla. Bentuknya dapat anular, sirsinar, atau iris (target, bull’s eye).
Sifatnya dapat persisten, purpura atau urtika.
v Berdasarkan tipe dasar eritema multiforme :
a. Tipe makula-eritema
b. Tipe vesikobulosa
a. Tipe Makula-eritema
Erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi di punggung
tangan, telapak tangan, bagian ekstensor ekstremitas, dan selaput lendir. Pada
keadaan berat dapat juga mengenai badan. Lesi tidak terjadi serentak, tetapi
berturut-turut dalam 2-3 minggu.
Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri atas 3 bagian,
yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema yang keungu-unguan, dikelilingi
lingkaran konsentris yang pucat kemudian lingkaran yang merah.
b. Tipe Vesikobulosa
Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang kemudian timbul
lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat juga mengenai selaput lendir.
Lesi pada membran mukosa terjadi pada 70% pasien dan seringkali terbatas di
rongga mulut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Laboratorium Oral Pathology
di Universitas Sao Paolo sejak tahun 1974 hingga 2000 di dapatkan bahwa
kasus eritema multiforme sebagai penyakit autoimun yang bermanifestasi oral
sebanyak 7,82%. Kasus terbanyak adalah Liken planus pemfigoid (75,56%),
pemfigus membran mukosa (9,37%). Lesi ditemukan di palatum durum. Dengan
masa evolusi lesi mencapai lebih dari 12 bulan.
v Berdasarkan jenis/lokalisasi
1. Minor Erythema Multiforme
ü Pada mukosa rongga mulut
Hal ini terjadi pada 20-30 % kasus. Pada tipe eritema multiforme minor
jarang sekali terjadi hanya pada bagian rongga mulut saja. Lesi berupa vesikula
yang banyak dan pecah, meninggalkan daerah erosi yang sakit dan ditutupi
pseudomembran putih.
ü Bagian mukosa lainnya
Pada mukosa genital, dan jarang terjadi pada konjungtiva.Pada kulit
Biasanya muncul macula papula kemerahan. Paling sering muncul dengan khas
berupa lesi target (Laskaris, 2005).
1. Mayor Erythema Multiforme
Tipe ini melibatkan dua atau lebih membran mukosa dengan lebih
banyak lagi daerah kulit yang terlibat (Scully, 2007)
ü Pada mukosa rongga mulut
Lesi pada mukosa rongga mulut lebih sering terjadi pada kasus EM tipe
mayor. Awalnya adalah daerah kemerahan, berubah dengan cepat menjadi
bentuk vesikula dan segera pecah dan meninggalkan daerah erosi kemerahan
yang ditutupi pseudomembran putih dan krusta akibat perdarahan.
ü Bagian mukosa lainnya
Terjadi pada mata, genital, pharyng, laryng, esophagus, dan bronchial
terutama pada kasus yang sangat parah.Pada kulit Lesi ini lebih sering terjadi,
dengan bentukan lesi merah yang edematous, melepuh, dan adanya lesi target
(Laskaris, 2005).
F. Gambaran Histologi
Eritema multiforme memberikan gambaran histologi yang bervariasi
sesuai dengan gambaran kliniknya yang bermacam-macam. Pada penyakit ini
terdapat reaksi jaringan yang spektrumnya bervariasi mulai dari yang sangat
ringan hingga perubahan yang berat
Hasil dari tindakan biopsi multipel dari kasus-kasus eritema multiforme
pada beberapa spesimen biopsi menunjukkan bahwa perubahan dermal lebih
dominan, sementara pada spesimen lain perubahan epidermal lebih dominan,
dan kedua tipe perubahan ini berada pada derajat yang hampir sama.
Ø Tipe Dermal
Tipe dermal terlihat pada lesi makular dan kebanyakan lesi papular.Pada
lesi makular hanya terlihat infiltrat perivaskuler yang lebih ramping. Pada lesi
papular ditemukan sebuah infiltrat perivaskuler yang lebih terang, sel
mononuklear yang lebih besar dan biasanya berisi eosinofil.
Ø Tipe Dermal-epidermal
Pada tipe campuran dari eritema multiforme terlihat campuran antara
papular, lesi mirip plak dan dan lesi target. Mononuklear infiltrat terdapat pada
bagian superfisial pembuluh darah dan disepanjang pinggiran epidermal, dengan
sel basal menunjukkan degenerasi hidrofik. Pada epidermis terdapat keratinosit
yang rusak dengan gambaran eosinofilik yang lebih jelas, sitoplasma tampak
homogenik, piknotik, tidak berinti dan umumnya disebut colloid body. Pada
beberapa lesi tertentu infiltrasi mononuklear meluas dari lapisan dermis ke
epidermis sehingga timbul edema intraseluler di epidermis.
Ø Tipe epidermal
Pada tipe ini terlihat beberapa sel target yang merupakan bentuk berat
dari eritema multiforme yang disebut Sindrom Steven Johnson dan Nekrolisis
epidermal toksis. Disini terjadi infiltrasi sel-sel mononuklear yang mengelilingi
permukaan pembuluh darah, dan lesi di lapisan epidermis mengandung
keratinosit yang nekrosis.
G. PATOFISIOLOGI
Erythema Multiformis merupkan suatu jenis reaksi kulit yang secara
histologis ditandai mula-mula adanya infiltrat limfositolitik pada batas antara
dermis dan epidermis dan kemudian dengan adanya vesiculasi sub – epidermis.
Secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk lesi-lesi kulit yang
khas seperti iris atau target (sasaran). Erythema multiformis dianggap sebaga
syndrom hipersensitivitas, tetapi mekanisme imunologisnya yang tepat belumlah
diketahui. Penyakit yang akut sering kambuh ini, paling sering muncul dalam
musim dingin dan awal musim semi pada kanak-kanak dan orang dewasa.
Banyak faktor penyebab yang telah diketemukan, termasuk infeksi obat-
obatan, perubahan hormonal, penyakit-penyakit kanker. Infeksi herpes simpleks
merupakan asal mula penyebab infeksi yang paling sering, meskipun berbagai
penyakit infeksi yang lain seperti virus,bakteri dan myobakteri. Juga sering
dijumpai mycoplasma pnemoniae pernah dapat dibiakkan dari tenggorokan dan
bulo dari bebepa pasien. Penicillin, barbiturat, sulfonamide dan banyak obat
lainnya bisa menimbulkan gambaran yang sama
Bentuk Erythema Multiformis ringan sembuh dengan sendirinya dalam 2
– 3 minggu, bentuk yang lebih berat dimana ikut juga terkena secara luas selaput
lendir, disebut sebagai Syndrom Steven Johnson, bisa berlangsung 6 – 8 minggu
dan merupakan penyakit sangat berbahaya dan sering fatal.
Eritema Multoforme terjadi karena adanya peningkatan kadar kompleks
antigen-antibodi (imun) yang menyebabkan vaskulitis. Faktor-faktor spesifik
penyebab vaskulitis kompleks imun adalah alergi makanan, reaksi terhadap
mikroorganisme, radioterapi, penyakit sistemik, dan keganasan (Greenberg,
2003).
Beberapa penelitian melaporkan keterlibatan beberapa mikroorganisme
sebagai pencetus eritema multiforme termasuk virus dan terutama herpes
simplex virus (HSV) yang prosentasenya mencapai 70% pada kasus-kasus yang
rekuren. Beberapa pasien melaporkan adanya riwayat infeksi HSV dua minggu
sebelumnya serta didapatkannya DNA HSV (36-81%) dimana HSV-1 66%, HSV-
2 28% dan keduanya 6%. HSV yang mencetuskan terjadinya Erythema
Multiforme disebut herpes associated EM (HAEM). Fragmen DNA HSV pada kulit
dan mukosa merupakan pencetusnya, sel CD4+ mentransport fragmen HSV ke
epitelium dan terjadi akumulasi sel-T yang merespon antigen HSV sehingga
terjadilah kerusakan sel-sel (Scully, 2007).
Pemakaian obat-obatan juga dapat memicu terjadinya EM, penelitian
melaporkan 59% terjadinya Eritema multiformal oleh karena hal ini. Peningkatan
yang tajam terjadi karena penggunaan cephalosporin. Hal ini dipicu oleh
metabolit obat-obatan reaktif dan adanya peningkatan apoptosis keratinosit oleh
karena peningkatan TNF-α yang dirilis oleh keratinosit, makrofag dan monosit
menyebabkan kerusakan jaringan. Penyebab EM lainnya adalah penggunaan
phenytoin dan pemberian terapi radiasi kranial (Scully, 2007).
Selain itu pada erythema multifore tipe mayor terjadi adanya reaksi
hipersensitivitas tipe III yang diperantarai oleh pengendapan kompleks antigen-
antibodi (imun). Diikuti dengan aktivasi komplemen, dan akumulasi limfosit
polimorfonuklear. Dimanapun kompleks imun mengendap akan timbul kerusakan
jaringan yang membentuk lesi patologis (Kumar, 2008).
Eritema multiforme merupakan hasil dari T-cell mediated immune
reactions sebagai agen pencetus terjadinya cytotoxic immunological attack pada
keratinosit yang mengekpresikan non-self antigen yang kemudian akan terjadi
vesikulasi subepitelial dan intraepitelial dan akhirnya terjadilah blister dan erosi
yang meluas (Scully,2007).
PENYIMPANGAN KDM ERITEMA MULTIFORME
Virus herpes,jamur,bakteri
Invasi ke
jaringan kulit & mukosa kerusakan mukosa mulut
Kadar kompleks antigen
antibody respons sekunder
KetidakseimbanganNurisi < keb tubuh vaskulitis anoreksia
Induksi fragmen DNA CD4⁺
respons peradangan
Transport dna cd4⁺
bradikinin & prostaglandin
Akumulasi sel
T respons antigen HSV impuls reseptor saraf
Citotoxic
imunologikal keratinosit kerusakan sel kulit sel target
NYERI
KERUSAKAN INTEGRITAS
KULIT vesikulasi sub & intraepitel lesi patologis
Blister &
erosi
Perasaan minder
kesalahan pengobatan
GANGGUAN CITRA TUBUH
(-)interaksi social kondisi kulit terbuka (-)sembuh invasi kuman/bakteri lesi memburuk
KECEMASAN imun men
RESTI
INFEKSI
Tdk nyaman/perih saat mandi
kemauan kebersihan diri
DEFICIT
PERAWATAN
DIRI
1. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk eritema
multiforme. Pada kasus yang berat dapat terjadi elevasi tingkat sedimentasi
eritrosit, leukositosis moderat, peningkatan level protein fase akut, dan dapat
pula terjadi elevasi aminotranferase hati yang ringan. Apabila terdapat tanda-
tanda kelainan di saluran pernapasan maka pemeriksaan radiologi dibutuhkan.
1. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan, namun
kriteria atau jenisnya sangat sulit ditentukan. Walaupun begitu, beberapa kasus
dimana gejala klinis tidak khas dapat terlihat secara jelas pada pemeriksaan
histologi.
1. Diagnosis banding
Sindrom Stevens Johnson
Selalu terdapat lesi pada membran mukosa. Secara klinis tersebar luas,
target atipik serta tanda-tanda pokok. Pada pemeriksaan patologi ditemukan
dermatitis pada permukaan serta nekrosis epidermal. Perjalanan penyakit
bersifat akut.
Urtikaria
Pada urtikaria tidak terdapat lesi pada membrane mukosa. Secara klinis
lesi bersifat sirsinar dan sementara. Terdapat edema dan perlangsungannya
lebih akut dari pada eritema multiforme.
Erupsi obat makulopapular
Lesi pada membran mukosa jarang didapatkan (biasanya pada bibir).
Terdapat lesi mirip lesi target polimorfik yang tersebar, makula, papula serta
plak.
1. Penatalaksanaan
1. Terapi secara sistemik
Menghindari faktor penyebab atau mengobatinya, terutama karena
adanya reaksi hipersensitivitas karena pemakaian obat .
Pemakaian kortikosteroid secara oral, terutama setelah hari ke2-4, untuk
mengurangi periode erupsi akut dan gejala. Tipe minor pemberian kortikosteroid
oral antara 20-40 mg/hari selama 4-6 hari lalu diberikan secara tapering dosis tak
lebih dari 2 minggu. Pada tipe mayor perlu pemberian antara 40-80 mg/hari
selama 2-3 minggu. Pemberian antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder
(Laskaris, 2005).
Obat-obat antivirus diindikasikan untuk pasien HAEM, dengan pemberian
acyclovir 200 mg, lima kali sehari sejak terlihat pertamakali munculnya lesi atau
400 mg, empat kali sehari selama 6 bln atau melanjutkan terapi menggunakan
valacyclovir, pemberian 500 mg dua kali sehari disarankan sebagai profilaksis
(Scully,
1. Terapi secara topikal
Instruksi pada pasien untuk diet lunak, pemakaian anastesi topikal, obat
kumur yang berisi antibiotik, dan kortikosteroid topikal untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada pasien (Laskaris, 2005).
Kemungkinan penyebab yang banyak pada kasus eritema multiforme
menghalangi pengobatan yang spesifik, kecuali penyebab spesifik telah
diketahui.
Tujuan pengobatan dari eritema multiforme ialah untuk mengurangi
lamanya waktu demam, erupsi maupun perawatan di rumah sakit.
Pada kasus ringan diberi pengobatan simtomatik, meskipun sedapat-
dapatnya perlu dicari penyebabnya. Pemberian kortikosteroid sistemik dihindari
mengingat komplikasi yang dapat timbul. Pengobatan simptomatik meliputi
pemberian analgesic atau NSAID; kompres dingin dengan menggunakan larutan
saline;pengobatan oral seperti saline kumur; lidokain dan diphenhydramine.
Pada kasus-kasus berat, dapat diberikan kortikosteroid (prednisolon)
dengan dosis awal 30-60 mg/hari, kemudian dosis diturunkan dalam 1-4 minggu.
Kegunaan kortikosteroid hingga saat ini masih diperdebatkan, namun perbaikan
gejala sistemik seperti demam dapat tercapai dengan kortikosteroid.
Tujuan pemberian antivirus adalah untuk mempersingkat perjalanan klinis
penyakit, mencegah komplikasi, mencegah perkembangan rekurensi yang
tersembunyi dan atau yang muncul kemudian, mengurangi penyebaran serta
mengeliminasi rekurens laten yang tidak dapat dihindari. Acyclovir mengurangi
lamanya gejala lesi. Diberikan pada pasien dengan lesi yang muncul dalam
waktu 48 jam. Pasien yang diberikan acyclovir merasakan nyeri berkurang dan
penyembuhan yang cepat dari lesi pada kulit.
1. Komplikasi
Pada situasi yang jarang, erosi okular pada eritema multiforme dapat
menyebabkan jaringan parut yang parah pada mata. Eritema multiforme yang
berhubungan dengan infeksi pneumonia dapat dihubungan dengan bronkitis
erosif.
1. Prognosis
Eritema multiforme berjalan sebagai penyakit yang ringan pada banyak
kasus dan pada masing-masing individu serangan mereda dalam 1-4 minggu.
Dan biasanya tidak terjadi sekuel. Kecuali untuk hipopigmentasi transien atau
hiperpigmentasi pada beberapa kasus.
BAB III
PEMBAHASAN
v ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas
b) Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
c) Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
o Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan
Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah
dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
o Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan
dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
o Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit
yang sama.
o Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi
sosial.
d) Pengkajian fisik
1) Kaji riwayat adanya alergi obat
2) Inspeksi kulit dengan cermat untuk mengetahui adanya lesi, dan
penyebarannya
3) Inspeksi rongga mulut untuk mengetahui adanya lesi
4) Inspeksi keadaan genetalia untuk mengetahui adanya les
5) Kaji kemampuan menelan dan meminum cairan
6) Kaji kemampuan klien untuk bernafas
7) Kaji kemampuan visual klien, gangguan penglihatan, adanya
peradangan,
8) Monitor tanda vital terutama suhu untuk mengetahui karakter
demam
9) Catat volume urine, berat jenis, dan warnanya
10) Kaji tingkat kecemasan, kemampuan koping
1. Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi
inflamasi lokal.
b) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh intake tidak
ad kuat respons sekunder dari keruakan krusta pada mukosa mulut.
c) Nyeri berhubngan dengan kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan
lunak.
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya
port de entree pada lesi.
e) Devisit prawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
f) Gangguan gabaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
struktur kulit, perubahan peran keluarga.
g) Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit, penurunan
kesembuhan.
3. Intervensi Keperawatan
a) Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam itegritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil : pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.
Intervansi Rasional
Kaji kerusakan
jaringan kulit yang
terjadi pada klien
Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi intervensi perawatan yang akan
digunakan.
Lakukan tindakan
peningkatan
integritas jaringan
Perawatan lokal kulit merupakan
penatalaksanaan keperawatan yang
penting. Jika diperlukan berikan kompres
hangat, tetapi harus dilaksanakan dngan
hati-hati sekali pada daerah yang erosif
atau terkelupas. Lesi oral yang nyeri akan
membuat higiene oral dipelihara.
Lakukan oral
higiene
Tindakan oral higiene perlu dilakukan
untuk menjaga agar mulut selalu bersih.
Obat kumur larutan anastesi atau agen
gentian violet dapat digunakan dengan
sering untuk membersikan mulut dari
debris, mengurangi rasa nyari pada
daerah ulserasi dan mengendalikan bau
mulut yang amis. Rongga mulut harus
diinspeksi beberapa kali sehari dan tiap
perubahan harus dicacat serta dilaprokan.
Vaselin (atau salep yang resepkan dokter)
dioleskan pada bibir.
Tingkatkan asupan
nutrisi
Diet TKTPdiperlukan untuk meningkatkan
asupan dari kebutuhan pertumbuhan
jaringan.
Evaluasi
kerusakan jaringan
dan
perkembangan
pertumbuhan
jaringan
Apabila masih belum mencapai dari
kriteria evaluasi 5 x24 jam, maka perlu
dikaji ulang faktor-faktor penghambat
pertumbuhan danperbaikkan dari lesi.
Lakukan itervensi
untuk mencegah
komplikasi
Perawatan ditempat khusus untuk
mencegah infeksi. Monitor dan evaluasi
adanya tanda dan gejala
komplikasi.pemantauan yang ketat
terhadap tenda-tanda vital dan pencatatan
setiap perubahan yang serius pada fungsi
repiratorius, renal, atau gastrointestinal
dapat menditeksi dengan cepat dimulainya
suatu infeksi. Tindakan asepsis yang
mutlak harus selalu dipertahankan selama
pelaksanaan perawatan kulit yang rutin.
Memcuci tangan dan menggunakan
sarung tangan steril ketikan dilaksankan
prosedur tersebut diperlukan setiap
saat.ketika keadaannya meliputi bagian
tubuh yang luas, pasien harus dirawat
dalam sebuah kamar pribadi untuk
mecegah kemugkinan infeksi silang dari
pasien-pasien lain. Pada penunjung harus
mengenakan pakaian pelindung dan
mencuci tangan mereka sebelum
meyentuh pasien. Orang-orang yang
menderita penyakit menular tidak boleh
mengunjingi pasien sampai mereka sudah
tidak lagi berbahaya bagi kesehatan
pasien tersebut.
Kolaborasi untuk
pemberian
kostikosteroid
Kolaborasi pemberian kostikosteroid
misalnya metil prednisolon 80-120 mg
peroral (1,5-2 mg/Kg BB/hari) atau
pemberian deksametaon injeksi (0,15-0,2
mg/Kg BB/hari)
Kolaborasi untuk
pemberian
antibiotik
Pemberian antibiotik untuk infeksi dengan
catatan menhindari pemberian
sulfonamide dan antibiotik yang sering
juga sebagai penyebab SJS misalnya
penisilin, cephalosporin. Sebaiknya
antibiotik yang diberikan berdasarkan
kultur kulit, mukosa, dan sptum. Dapat
dipakai injeksi gentamisin 2-3 x 80 mg iv
(1-1,5 mg/Kg BB/kali (setiap pemberian) )
b) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh intake tidak
ad kuat respons sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.
Tujuan:dalam waktu 5x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
Ø Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.
Ø Pernyataan motifasi kuat untuk memenuhi keutuhan nutrisinya.
Ø Penurunan berat badan selama 5x24 jam tidak melebihi dari 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi
pasien, turgor kulit,
berat badan dan derajat
penurunan berat badan,
integritas mukosa oral,
kemampuan menelan,
serta riwayat
mual/muntah
Memvalidasi dan menetapkan derajat
masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi yang tepat. Berat badan
pasien di timbang setiap hari (jika
perlu gunakan timbangan tempat
tidur). Lasi oral dapat mengakibatkan
disfagia sehingga memerlukan
pemberian makanan melalui sonde
atau terapi nutrisi parenteraltotal.
Formula enteral atau suplemen
enteral yang di programkan diberikan
melalui sonde sampai pemberian
peroral dapat di toleransi.
Penghitungan jumlah kalori perhari
dan pencatatan semua intake, serta
output yang akurat sangat penting.
Evaluasi adanya alergi
makanan dan
kontraindikasi makanan
Beberapa pasien mungkin
mengalami alergi terhadap beberapa
komponen makanan tertentu dan
beberapa penyakit lain, seperti
diabetes melitus, hipertensi, gout,
dan lainnya yang memberikan
menifestasi terhadap persiapan
komposisi makanan yang akan
diberikan.
Fasilitasi pasien
memperoleh diet biasa
yang disukai pasien
(sesuai indikasi)
Memperhitungkan keinginan individu
dapat memperbaiki asupan nutrisi.
Lakukan dan ajarkan
perawatan mulut
sebelum dan sesudah
makan, serta sebelum
dan sesudah
intervensi/pemeriksaaan
peroral
Menurunkan rasa tak enak karena
sisa makanan atau bau obat yang
dapat merangsang pusat muntah.
Fasilitasi pasien
memperoleh diet sesuai
indikasi dan ajurkan
menghindari asupan
dari agen iritan
Asupan minuman mengandung
kafein dihindari karena kafein adalah
setimulan sistem saraf pusat yang
meningkatkan aktivitas lambung dan
sekresi pepsin.
Berikan makan dengan
perlahan pada
lingkungan yang tenang
Pasien dapat berkonsentrasi pada
mekanisme makanan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar.
Ajurkan pasien dan
keluarga untuk
berpartisipasi dalam
Meningkatkan kemandirian dalam
pemenuhan asupan nutrisi sesuai
pemenuhan nutrisi dengan tingkat toleransi individu.
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menetapkan
komposisi dan jenis diet
yang tepat
Merencanakan diet dengan
kandungan nutrisi yang adekuat
untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi dan kalori
sehubungan dengan status
hipermetabolik pasien.
c) Nyeri berhubngan dengan kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan
lunak
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24jam nyari berkurang/hilang atau
teradaptasi
Kriteria evaluasi : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diadaptsi. Skala nyari 0-1 (0-4) dapat
mengidentifikasi aktivitas yang menigkatkan atau
menurunkan nyeri. Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Keji nyeri dengan
pendekatan
PQRST
Menjadi para meter dasar untuk
mengetahui sejauh mana interfensi yang
diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari interfensi manajemen
nyari keperawatan.
Jelaskan dan
bantu pasien
dengan tindakan
pereda nyeri non
farmakologi dan
monivasif
Pendekatan dengan mengunakan
relaksasi dan non farmakologi lainnya
telah menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan
manajemen nyri
Posisi fisiologis akan menigkatkan asupan
O2 kejaringan yang mengalami
keperawatan
Atur posisi
fisiologis
peradangan. Pengaturan posisi idealnya
adalah pada arah berlawanan dengan
letak dari lesi. Bagian tuuh yang
mengalami inflamsi lokal dilakukan
imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan dan meningkatkan
kesembuhan.
Istirahatkan klien Istirahan diperlukan selama fase akut.
Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Bila perlu
premedikasi
sebelum
melakukan
perawatan luka
Kompres yang basah dan sejuk atau terapi
rendaman merupakan tindakan protektif
yang dapat mengrangi rasa nyeri. Pesien
dengan lesi yang luas dan nyeri harus
mendapatkan premedikasi dahulu dengan
prepart analgesik sebelum perawatan kulit
mulai dilakukan.
Manajemen
lingkungan :
lingkungan tenang
dan batasi
pengunjung
Lingkungan tenag akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Ajarkan teknik
relaksasi
pernapasan dalam
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari
peradangan
Ajarkan teknik
distraksi pada saat
nyeri
Distraksi (penglihatan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfin
dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks selebri sehingga menurunkan
presepsi nyeri.
Lakukan
menajemen
sentuhan
Menajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan aliran
darah dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke aliran nyeri
dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan
dokter, pemberian
analgetik
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang.
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya
port de entree pada lesi.
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi
Kriteria hasil :
o tidak ada tanda – tanda infeksi ( rubor , kalor , dolor , fungsio
laesa )
o tidak timbul luka baru
intervensi rasional
monitor TTV Deteksi dini terhadap perkembangan
kondisi pasien dan adanya tanda-tanda
infeksi.
kaji tanda – tanda
infeksi
Mengidentifikasi kondisi luka yang
terbebas dari infeksi
motivasi pasien Asupan karbohidrat & protein yang tinggi
untuk
meningkatkan
nutrisi TKTP
dapat mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki jaringan yang rusak
jaga kebersihan
luka
Daerah luka yang kotor mempermudah
penyebaran infeksi
kolaborasi
pemberian
antibiotik
Dugaan adanya infeksi/terjadinya lesi
yang parah dan Menurunkan resiko
penyebaran bakteri.
e) Devisit prawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan
klien dan keluarga mampu merawat diri sendiri
Criteria hasil: klien mampu merawat diri sendiri
intervensi rasional
Ganti pakaian yang
kotor dengan yang
bersih.
Untuk melindungi klien dari kuman dan
meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada
klien dan
keluarganya tentang
pentingnya
kebersihan diri.
Agar klien dan keluarga dapat
termotivasi untuk menjaga personal
hygiene.
Berikan pujian pada
klien tentang
kebersihannya.
Agar klien merasa tersanjung dan lebih
kooperatif dalam kebersihan
Bimbing keluarga
klien memandikan /
menyeka pasien
Agar keterampilan dapat diterapkan
Bersihkan dan atur
posisi serta tempat
tidur klien.
Klien merasa nyaman dengan tenun
yang bersih serta mencegah terjadinya
infeksi.
f) Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
struktur kulit, perubahan peran keluarga.
Intervensi Rasional
Dorong pasien untuk
mengekspresikan
perasaan khususnya
mengenai pikiran,
perasaan,
pandangan dirinya.
membantu pasien untuk menyadari
perasaannya yang tidak biasa
Catat prilaku
menarik diri.
Peningkatan
ketergantungan,
manipulasi atau
tidak terlibat pada
perawatan.
Dugaan masalah pada penilaian yang
dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut
dan terapi yang lebih ketat.
Pertahankan
pendekatan positif
selama aktivitas
perawatan.
Bantu pasien/orang terdekat untuk
menerima perubahan tubuh dan
merasakan baik tentang diri sendiri.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Erythema Multiforme (EM) adalah merupakan suatu penyakit akut
dari kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi
kulit. Penyebabnya EM belum jelas. Diduga adalah suatu reaksi hipersensitivitas
manifestasi klinis yang khas, yaitu adanya bulosa yang cepat pecah dan
menimbulkan perdarahan, serta krusta pada bibir. Sedangkan pada kulit didapat
adanya lesi. Terapi dilakukan dengan cara Menghindari faktor penyebab atau
mengobatinya
1. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini saya buat.penulis sadar bahwa isi
dalam makalah ini belum bisa menjawab tuntutan kurikulum tetapi kiranya
bermanfaat bagi para pembaca.penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk memperbaiki penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
2. Dagul. 2009.Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan Eritema Multiforme3. Canelukisari. 2010.Erythema-Multiforme.
I Gede Agus S
Minggu, 29 Mei 2011
NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
KONSEP DASAR NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK ( N.E.T )
1. ANATOMI DAN FISIOLOGIS
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
melindungi permukaan tubuh,berhbungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga,lubang masuk.Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelejar
mukosa
KULIT
· Kulit ialah organ essensial dan vital dan merupakan organ
tubuh yang terletak paling luar serta membatasi dari
lingkungan luar.
· Luas: 1,5 m2
· Berat: 15 % BB
Kulit terdiri dari 3 (Tiga) jenis:
· Elastic
- bibir, palpebra, prepusium
· keras dan tegang
- telapak kaki dan telapak tangan dewasa
· tipis
- mukaè lembut: leher dan badan
- kasar: kepala
LAPISAN KULIT
a. Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel:
· Sratum korneum:selya sudah mati,tidakl berinti sel,mengandung
zat keratin
· Sratum lusidum:selnya pipih,selnya sudah banyak yang kehilangan
inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih dan tembus sinar
· Sratum granulosum:selnya pipih spt kumparan,terdapat hanya 2-3
lapis yang sejajar degan permukaan kulit
· Sratum spinosum:lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm tdr dr 5-8 lapisan.Selnya polygonal/banyak sudut dan
mempunyai tanduk(spina)dan selnya berduri
· Sratum basale:bentuknya silindris dg inti lonjong,di dlmnya
terdapat butir2 halus yaitu butir melanin warna.Tersusun palisade
b. Dermis
· Lapisan lebih tebal
· terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
· terdapat elemen-elemen selular dan folikel rambut
· lapisan berada di bawah epitel
· jaringan ikat agak padat
1. Pars papilaris(bagian atas)
§ membentuk psil-papil yang menonjol ke
epidermis
§ berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
§ terlihat longgarè jaringan lebih banyak
mengandung sel daripada serat
2. Pars retikularis
§ bagian bawah menonjol ke subkutan
§ berisi serabut-serabut panjang: kolagen, elastin,
retikulin
§ pada dasarnya yang berupa matriks terdiri dari
cairan kental asam hialuronat, kondroitin sulfat,
dan fibroblas
§ serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas dan
memiliki ikatan yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin
§ serabut elastisnya bergelombang, berbentuk
amorf, mudah mengembang, dan lebih elastic
c. Subkutis
Terdiri dari kumpulan sel2 lemak dan terdapat serabut2
jaringan ikat dermis.Bentuknya bulat dengan inti di pinggir shg spt
cincin.Lapisan lemak ini dsb penikulus adiposus,yang pada laki2 dan
perempuan tebalnya berbeda.Gunanya adalah sbg shok breker/pegas
bila trauma mekanis yg menimpa pada kulit.
d. Adneksa Kulit
Terdiri dari:
1. Kelenjar-kelenjar kulit
· terdapat di lapisan epidermis, terdiri dari:
a. kelenjar keringat (glandula sudorifera) dibagi 2:
ü kelenjar ekrin (yang kecil-kecil)
· terletak dangkal
· sekret yang encer
· kelenjar ekrin terbentuk sempurna pada 28
minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu
setelah kelahiran
· saluran berbentuk spiral dan bermuara langsung
di permukaan kulit
· terdapat di seluruh permukaan kulit, telapak
tangan dan kaki, dahi dan aksila
ü kelenjar apokrin
· terletak lebih besar, lebih dalam dan sekret
yang lebih kental
· dipengaruhi oleh saraf adrenergic
· terdapat di aksila, areola mamae, pubis, labia
minora, sel telinga luar
· keringat terdiri dari air, elektrolit, asam laktat,
glukosa, pH 4-6,8
b. kelenjar palit (glandula sebasea/ kelenjar holokrin)
· terdapat di seluruh permukaan kulit manusia
kecuali telapak tangan dan kaki
· disebut kelenjar palit dikarenakan tidak
berlumen dan sekret kelenjar ini basal dari
dekomposisi sel-sel kelenjar
· terletak di samping akar rambut
· bermuara pada lumen akar rambut (folikel
rambut)
2. Kuku
· bagian terminal lapisan korneum yang menebal
· kuku tumbuh dari akar kuku dengan kecepatan
1mm/minggu
· sisi kuku aga mencekung dan membentuk alur
kuku
· kulit tipis yang menutupi kuku bagian
proksimalè eponikium
· kulit yang ditutupi bagian kuku bebasè
hiponikium
3. Rambut
· terdiri atas bagian terbenam dalam kulit (akar
rambut) dan bagian yang berada di luar kulit
(batang rambut)
macam tipe rambut yaitu
o lanugo (rambut halus, tak berpigmen, pada bayi)
o rambut terminal (lebih tebal, pigmen lebih
banyak, terdapat di medula, pada dewasa)
o rambut halus di dahiè rambut velus
o rambut tumbuh secara :
Siklikè 2-6 tahun dengan kecepatan 0,35
mm/hari
Telogen (istirahatè beberapa bulan
Katagen (involusi temporer)
- rambut sehat dan berkilau, elastis, tidak mudah
patah, menyerap air
FISIOLOGI KULIT :
a. Proteksi / barier fisik
b. Ekskresi
c. Pengatur suhu
d. Pembentuk pigmen
e. Keratinisasi
f. Pembentukan vitamin d
g. Persepsi sensori / perabaan
h. Absorbsi
2. PENGERTIAN
Nekrolisis Epidermal Toksik ( N.E.T ) adalah umumnya merupakan penyakit
berat, gejala kulit yang terpenting dan khas adalah epidermolisis yang menyeluruh, dapat
disertai kelainan pada selaput lendir di orifisium dan mata.
Nekrolisis Epidermal Toksika adalah sautu penyakit kulit yang bisa
berakibat fatal, dimana lapisan kulit paling atas mengelupas lembar demi lembar.
Alan Lyell* mendeskripsikan nekrolisis epidermal toksik sebagai
suatu erupsi yang menyerupai luka bakar pada kulit.
Nekrolisis epidermal toksik adalah kelainan kulit yang memerlukan
penanganan segera yang paling banyak disebabkan oleh obat-obatan.
Meskipun begitu, etiologi lainnya, termasuk infeksi, keganasan, dan
vaksinasi, juga bisa menyebabkan penyakit ini.
Nekrolisis Epidermal Toksik (TEN) merupakan reaksi mukokutaneous
khas onset akut dan berpotensi mematikan, yang biasanya terjadi setelah
dimulainya pengobatan baru.
Nekrolisis epidermal toksik merupakan varian yang paling berat
dari penyakit bulosa seperti eritema multiforme dan sindrom Stevens-
Johnson. Semua kelainan tersebut memberikan gambaran lesi kulit yang
menyebar luas, dan terutama pada badan dan wajah yang melibatkan satu
atau lebih membran mukosa.
3. EPIDEMOLOGI
· Kejadian di seluruh dunia adalah 0,5 sampai 1,4 kasus per 1
juta penduduk per tahun.
· Jenis kelamin ; frekuensi yang sama pada pria dan wanita
· Bisa mengenai semua kelompok usia tetapi lebih umum
pada orang tua, kemungkinan karena meningkatnya jumlah
obat yang dikonsumsi oleh orang tua.
4. PATOFISIOLOGI
Patogenesisnya belum jelas. Ada yang menganggap bahwa N.E.T. merupakan
bentuk berat Sindrome Steven Johnson karena pada sebagian para penderita Steven
Johnson penyakitnya berkembang menjadi N.E.T. keduanya dapat disebabkan oleh alergi
obatdengan spectrum yang hampir sama. Anggapan lain N.E.T. berbeda dengan
Sindrome Steven Johnson karena pada N.E.T tidak didapati kompleks imun yang beredar
seperti pada Sindrome Steven Johnson dan eritema multiformis. Gambaran histologiknya
juga berlainan.
Patofisiologi terjadinya nekrolisis epidermal toksik belum jelas,
namun, dipercaya bahwa fenomena immun kompleks yang bertanggung
jawab.
Salah satu teori menyatakan akumulasi metabolit obat pada
epidermis secara genetik dipengaruhi oleh proses imunologi setiap
individu.
Limfosit T CD8+ dan makrofag mengaktifkan proses inflamasi
yang menyebabkan apoptosis sel epidermis
5. ETIOLOGI
Etioliginya sama dengan Syndrome Steven Johnson. N.E.T. juga dapat terjadi
akibat reaksi graft versus host.
· infeksi (virus,jamur,bakteri,parasit)
· Sepertiga kasus nekrolisis epidermal toksika disebabkan oleh suatu reaksi
terhadap suatu obat.
· Obat yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah:
o Penisilin, Allopurinol
o Antibiotik yang mengandung sulfa
o Makrolida
o Quinolon
o Barbiturat
o Antikonvulsi (anti-kejang)
o Obat anti peradangan non-steroid
6. MANIFESTASI KLINIS
· Gejala prodromal : malaise, lelah, mual, muntah, diare, angina, demam,
konjungtivitis ringan, radang mukosa mulut & genital
· Beberapa jam – hari kemudian ®kelainan kulit : makula, papel, eritematosa,
morbiliformis disertai dengan bula flaccid ® cepat meluas & konfluens
· Lesi ® wajah, ekstremitas & badan
· Lesi eritem,vesikel, erosi ® mukosa pipi, bibir, konjungtiva, genitalia, anus
· Onikolisis, alis, bulu mata rontok + epidermolisis kelopak mata
· KU buruk, suhu ↑, Kesadaran ↓
· Tanda Nikolsky (+): Jika daerah-daerah kulit yang tampak normal diantara
lesi-lesi digaruk, epidermis dengan mudah terkelupas dari permukaannya.
· Organ tbh : perdarah tr. GI, trakeitis, bronkopneumonia, udem paru, emboli
paru, ggg keseimbangan cairan & elektrolit, syok hemodinamik & kegagalan
ginjal
· Sebuah ruam papular atau makular yang “terbakar/nyeri” kemerah-merahan
dengan batas tidak tegas kemudian terbentuk membentang mulai dari wajah
sampai batang-tubuh atas. Pelepuhan terjadi dan kemudian bergabung.
Epidermis bisa terkelupas.
N.E.T. umumnya terdapat pada orang dewasa. Pada umumnya N.E.T. merupakan
penyakit yang berat dan sering menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan
cairan/elektrolit atau karena sepsis. Gejalanya mirip Sindrome Steven Johnson.
Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodromal. Penderita tampak sakit berat
dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporokomatosa). Kelainan kulit mulai
dengan eritema generalisata kemidian banyak timbul vesikel dan bula, dapat pula disertai
purpura. Kelainan pada kulit dapat disertai kelainan pada bibir dan selaput lendir mulut
berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah
hitam. Kelainan semacam itu dapat pula terjadi di orifisium genetalia eksterna. Juga dapat
disertai kelainan pada mata seperti pada syndrome Steven Johnson.
Pada N.E.T. yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis
terlepas dari dasarnya yang kemudian menyeluruh. Gambaran klinisnya menyerupai
kombustio. Adanya epidermolisis menyebabkan tanda Nikolski positif pada kulit yang
eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas.
Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yakni pada
punggung dan bokong karena biasanya penderita berbaring. Pada sebagian para penderita
kelaina kulit hanya berupa epidermolisis dan purpura, tanpa disertai erosi, vesikel, dan
bula. Kuku dapat terlepas (onikolisis). Bronkopneumonia dapat terjadi. Kadang-kadang
dapat terjadi perdarahan di traktus gastrointestinal.
Pada penyakit ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
· Kelainan kulit
· Kelainan selaput lendir di orifisium
· Kelainan mata
a. Kelainan Kulit
· Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga
disertai purpura.
b. Kelainan Selaput lender di orifisium
· Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut,
kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
· Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi
erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo
membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang
tebal.
· Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius
bagian atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita
sukar/tidak dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat
menimbulkan keluhan sukar bernafas.
c. Kelainan Mata
· Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop,
ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi pada ginjal berupa nekrosis tubular akut akibat terjadinya
ketidakseimbangan cairan bersama-sama dengan glomerolunefritis.
· Pengelupasan membran mukus dalam mulut, tenggorokan,
dan saluran pencernaan; ini menimbulkan kesulitan dalam
makan dan minum sehingga mengarah pada dehidrasi dan
kekurangan gizi
· Infeksi kulit oleh bakteri
· Pengelupasan konjungtiva dan gangguan-gangguan mata
lainnya bisa menyebabkan kebutaan
· Pneumonia
· Keterlibatan saluran genital bisa menimbulkan gagal ginjal
· Infeksi sistemik dan septisemia (keracunan darah)
· Syok dan gagal multi-organ
· Sindrome steven Johnson.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
· Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.
· Biopsi kulit dan hapusan immunofluoresensi harus
dipertimbangkan jika diduga pemphigus/pemphigoid
· LABORATORIUM
o Leukositosis
o Enzim transaminase serum ↑
o Albuminuria : Ggg keseimbangan elektrolit & cairan
· PEM. RADIOLOGI
o Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi : TBC,
bronkopneumonia
· HISTOPATOLOGI
o Nekrosis di seluruh lapisan epidermis, kecuali str.
Korneum
9. PENATALAKSANAAN
· Resusitasi cairan dan elektrolit
· Antibiotik intravena untuk infeksi
· Penatalaksanaan nyeri
· Dukungan gizi
· Perawatan luka
· Debridema (pengangkatan) jaringan mati secara bedah
· Kemungkinan penggunaan immunoglobulin intravena,
siklosporin, plasmaferesis atau oksigen hiperbarik. Steroid
sistemik tidak lagi direkomendasikan.
1. Pengaturan keseimbangan cairan & elektrolit
2. KS : deksametason : 20-30 mg/hr, i.v. dibagi 3-4 x/hr. Bl
lesi baru (-) ® dosis di ↓ scr cepat dg laju 4 x 0,5 mg/hr
atau dg prednison 4-5 mg/hr, oral ® di ↓ bertahap
3. AB : th/ AB krn th/ KS dosis ↑, mgk ® infeksi/sepsis/tutup
tanda infeksi ® AB broad spectrum, bakterisidal & tdk ®
rx alergi
a. Sefotaksim : 3 x 1 gr/hr, i.v. (maks. 12 gr/hr) dibagi 3-
4 x
b. Gentamisin : 2 x 60 mg/hr, i.v.
c. Netilmisin sulfat : BB > 50 kg : 2 x 150 mg/hr, i.m. BB
< / = 50 kg : 2 x 100 mg/hr,i.m. Rata2 : 4 – 6
mg/kgBB/hr.
d. AB dihentikan bl dosis prednison tlh mencapai 5 mg/hr
& tanda infeksi (-)
4. Infus dekstrosa 5 %, NaCl 0,9 %, Ringer laktat = 1: 1: 1
Tujuan : Mengatur + mempertahankan keseimbangan
cairan & elektrolit
5. Pemberian nutrisi & obat
6. Th/ topikal : PK 1:10.000, kenalog in orabase
7. Konsultasi disiplin ilmu lain : THT, mata, penyakit dlm,
gilut dll
8. KCL 3 x 500 mg/hr secara oral – cegah ® hipokalemia
9. Obat anabolik
10. Diet tinggi protein & rendah garam
11. Bl perlu transfusi darah
10. PROGNOSIS
Jika penyebabnya infeksi, maka prognosisnya lebih baik dari pada jika disebabkan
alergi terhadap obat. Kalau kelainan kulit luas, meliputi 50-70% permukaan kulit,
prognosisnya buruk. Jadi luas kulit yang dikenai mempengaruhi prognosisnya. Juga bila
terdapat purpura yang luas dan leukopenia. Angka kematian di bagian kami antara tahun
1982-1990 (selama 9 tahun) 21,7%, jadi lebih tinggi dari pada Sindrome Steven Johnson
yang hanya 1%, karena N.E.T. memang lebih berat. Menurut kepustakaan angka
kematian 25-50%.
11. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Data Subyktif
· Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan
nyeri tenggorokan / sulit menelan.
b. Data Obyektif
· Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi
erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
· Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
· Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
c. Data Penunjang
· Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
· Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi
sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal,
spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
· Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d pembentukan bula dan erosi
2. Kerusakan integritas kulit b/d kulit yang terkelupas
3. Ansietas b/d keadaan kulit
4. Resiko infeksi b/d hilangnya barier protektif kulit
5. Resiko kurangnya volume cairan b/d hilangnya cairan jaringan
III. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri b/d bula pembentukan bula dan erosi
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakikan tindakan keperawatan nyeri dapat teratasi dengan
kriteria:
· Pasien dapat menunjukkan tehnik relaksasi yang efektif
· Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri
· Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri meliputi
lokasi,karakteristik,durasi,frekwensi,kualitas
2. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal
3. Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri
4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat memicu ketidaknyamanan
5. Berikan informasi tentang nyeri
6. Ajarkan tehnik relaksasi
7. Lapor dokter bila tindakan tidak berhasil
2. Kerusakan integritas kulit b/d kulit yang terkelupas
Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah dapat teratasi dengan
kriteria:
· Pasien menunjukkan integritas jaringan efektif
· Pasien menunjukkan penyembuhan luka(penyatuan kulit,resolusi dari
bau luka)
Intervensi
1. Inspeksi luka adanya kemerahan,pembekakan,adanya granulasi
2. Lakukan perawatan luka secara rutin
3. Ajarkan pasien/keluarga prosedur perawatan luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet tinggi protein,mineral,kalori
dan vitamin
5. Gunakan TENS untuk peningkatan penyembuhan luka
3. Ansietas b/d keadaan kulit
Tujuan dan kretirea hasil
Setelah dilakkan tindakan keperawatan ansietas dapat teratasi dengan
criteria:
· Ansietas berkurang
· Tidak berperilaku agresif
· Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
Intervensi
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Bantu pasien mengidentikasikan situasi yang mencetuskan ansietas
3. Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi
takut
4. Jelaskan semua prosedur tindakan
5. Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi
6. Berikan pengobatan untuk ansietas
4. Resiko infeksi b/d hilangnya barier protektif kulit
Tujuan dan kretirea hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko infeksi dapat dicegah
dengan criteria:
· Faktor resiko infeksi hilang
· Pasien menunjukkan pengendalian resiko
Intervensi
1. Pantau tanda/gejala infeksi
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
3. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi faktor lingkungan
4. Pertahankan tehnik isolasi
5. Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan dg benar
6. Ajarkan pada pasien dan keluarga tanda gejala infeksi
5. Resiko kurangnya volume cairan b/d hilangnya cairan jaringan
Tujuan dan kretirea hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kurangnya volume cairan
dapat dicegah dengan kriteria:
· Defisit/kekurangan volume cairan dapat dicegah
Intervensi
1. Berikan minum cairan yang sejuk dan non iritatif
2. Pertahankan nutrisi parenteral
3. Anjurkan pasien mempertahankan asupan cairan
4. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering /mengemil camilan yang
TKTP
12. DAFTAR PUSTAKA
a. Hamzah, Mochtar. 2002. Nekrolisis Epidermal Toksik
(NET), dalam Djuanda, Adi dkk: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
b. Parra, Gregory P. 2010. Toxic Epidermal Necrolysis, diakses
31 Mei 2010 dari http://www.emedicine/787323-
overview.htm
c. http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/01/lagi-nekrolisis-
epidermal-toksik.html
d. http://www.spesialis.info/?penyebab-nekrolisis-epidermal-
toksika.html
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
Disusun oleh :
Nama : I GEDE AGUS SUSANTO
NIM : 0902024
Prodi : S1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA
YAKKUM YOGYAKARTA
T.A. 2010/2011
Diposkan oleh igede_a di 01.59 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2011 (1)
o ▼ Mei (1) § NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
Mengenai Saya
igede_a Lihat profil lengkapku
Fish
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.