indofood riset nugraha

24
URAIAN UMUM Pisang talas (Musa paradisiaca var. sapientum L.) adalah salah satu jenis pisang khas Kalimantan Selatan yang memiliki prospek cerah ke depan. Pisang Talas memiliki tekstur lembut, manis sedikit sepat, beraroma wangi, berserat halus, berwarna kemerahan dan mampu bertahan lama karena kulit luarnya yang keras. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan, 2014). Pisang talas dalam setiap rumpunnya menghasilkan anakan sekitar 5-7 anakan pada tahun pertama (Aspariah, 2007). Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh bibit pisang yang sehat dan dalam jumlah banyak dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman (sel, kelompok sel, jaringan, organ, protoplasma) dan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut berkembang menjadi tanaman lengkap. Pada umumnya teknik kultur jaringan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu : tahap pertama induksi (penanaman awal), untuk menumbuhkan jaringan tanaman baik berupa tunas maupun kultur kalus dengan tujuan untuk membentuk kultur masal sel/tunas yang belum/tidak terdiferensi. Tahap kedua multiplikasi (perbanyakan), untuk memperbanyak tunas/kalus dari hasil tahap pertama dimana tunas yang sudah terbentuk dipotong-potong dengan tujuan untuk memproduksi tunas majemuk. Tahap ketiga rooting (pembentukan akar), yaitu pemindahan tunas- tunas terbaik hasil multiplikasi ke media perakaran dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan dan pembentukan akar sehingga menjadi planlet yang sempurna. Tahap keempat adalah aklimatisasi, yaitu penyesuaian kondisi tempat tumbuh dari lingkungan in vitro ke tempat tumbuh di rumah kaca dan atau lapangan agar tanaman mampu beradaptasi terhadap iklim dan lingkungan yang baru (Hardjowigeno, 2003). Aklimatisasi merupakan langkah penting dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Selama pertumbuhan in vitro, tanaman berkembang di bawah kondisi yang terkendali, termasuk lingkungan tertutup, tanpa pertukaran gas, dengan kelembaban tinggi di udara, intensitas cahaya rendah, dan penggunaan gula dari media sebagai sumber karbon dan energi. Aklimatisasi adalah proses pengandaptasian tanaman dari media hara in vitro ke media tanah in vivo. Tanaman yang tumbuh secara in vivo bebeda dengan keadaan tanaman yang tumbuh secara in vitro, oleh sebab itu

Upload: rendy-ahmad-lubis

Post on 05-Sep-2015

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Penelitian Pisang punya Rahmat

TRANSCRIPT

  • URAIAN UMUM

    Pisang talas (Musa paradisiaca var. sapientum L.) adalah salah satu jenis

    pisang khas Kalimantan Selatan yang memiliki prospek cerah ke depan. Pisang Talas

    memiliki tekstur lembut, manis sedikit sepat, beraroma wangi, berserat halus,

    berwarna kemerahan dan mampu bertahan lama karena kulit luarnya yang keras.

    (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan, 2014).

    Pisang talas dalam setiap rumpunnya menghasilkan anakan sekitar 5-7 anakan pada

    tahun pertama (Aspariah, 2007). Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh

    bibit pisang yang sehat dan dalam jumlah banyak dapat dilakukan dengan teknik

    kultur jaringan.

    Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari

    tanaman (sel, kelompok sel, jaringan, organ, protoplasma) dan menumbuhkannya

    dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut berkembang menjadi tanaman

    lengkap. Pada umumnya teknik kultur jaringan dapat dibagi menjadi empat tahapan,

    yaitu : tahap pertama induksi (penanaman awal), untuk menumbuhkan jaringan

    tanaman baik berupa tunas maupun kultur kalus dengan tujuan untuk membentuk

    kultur masal sel/tunas yang belum/tidak terdiferensi. Tahap kedua multiplikasi

    (perbanyakan), untuk memperbanyak tunas/kalus dari hasil tahap pertama dimana

    tunas yang sudah terbentuk dipotong-potong dengan tujuan untuk memproduksi

    tunas majemuk. Tahap ketiga rooting (pembentukan akar), yaitu pemindahan tunas-

    tunas terbaik hasil multiplikasi ke media perakaran dengan tujuan untuk merangsang

    pertumbuhan dan pembentukan akar sehingga menjadi planlet yang sempurna. Tahap

    keempat adalah aklimatisasi, yaitu penyesuaian kondisi tempat tumbuh dari

    lingkungan in vitro ke tempat tumbuh di rumah kaca dan atau lapangan agar tanaman

    mampu beradaptasi terhadap iklim dan lingkungan yang baru (Hardjowigeno, 2003).

    Aklimatisasi merupakan langkah penting dalam perbanyakan tanaman secara

    in vitro. Selama pertumbuhan in vitro, tanaman berkembang di bawah kondisi yang

    terkendali, termasuk lingkungan tertutup, tanpa pertukaran gas, dengan kelembaban

    tinggi di udara, intensitas cahaya rendah, dan penggunaan gula dari media sebagai

    sumber karbon dan energi. Aklimatisasi adalah proses pengandaptasian tanaman dari

    media hara in vitro ke media tanah in vivo. Tanaman yang tumbuh secara in vivo

    bebeda dengan keadaan tanaman yang tumbuh secara in vitro, oleh sebab itu

  • 2

    pemindahannya memerlukan teknik khusus agar derajat kematian dapat ditekan

    seminimal mungkin (Wardiyarti, 1998).

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

    1. Interaksi antara dosis pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis pupuk NPK

    mutiara terhadap pertumbuhan pisang talas hasil aklimatisasi pada lahan

    gambut.

    2. Pengaruh dosis pupuk NPK mutiara terhadap pertumbuhan pisang talas hasil

    aklimatisasi pada lahan gambut.

    3. Pengaruh dosis pupuk kandang kotoran ayam terhadap pertumbuhan pisang talas

    hasil aklimatisasi pada lahan gambut. Percobaan perbanyakan pisang talas hasil

    aklimatisasi dilaksanakan pada lahan gambut di Desa Simpang Nungki RT.1,

    Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan

    selama 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan April sampai Agustus 2015. Metode

    penelitian yang digunakan adalah Faktorial dua faktor, menggunakan Rancangan

    Acak Kelompok (RAK), dimana yang dijadikan kelompok adalah tinggi tanaman

    dengan 3 pengelompokan (4-14 cm, 14-24 cm, dan 24-34 cm). Faktor yang

    digunakan meliputi : Faktor pertama adalah pupuk NPK Mutiara (N) terdiri dari 3

    taraf perlakuan, yaitu : n1 : 200 kg ha-1

    = 200 g/lubang tanam, n2 : 250 kg ha-1

    = 250

    g/lubang tanam, dan n3 : 300 kg ha-1

    = 300 g/lubang tanam. Faktor kedua adalah

    pupuk kandang kotoran ayam (K) terdiri dari 4 taraf, yaitu : k1 : 5 t ha-1

    = 5 kg/lubang

    tanam, k2 : 10 t ha-1

    = 10 kg/lubang tanam, k3 : 15 t ha-1

    = 15 kg/lubang tanam, dan k4

    : 20 t ha-1

    = 20 kg/lubang tanam.

    PENDAHULUAN

    Pisang merupakan salah satu produk buah unggulan nasional. Buah ini sangat

    memasyarakat karena dapat dikonsumsi kapan saja dan di segala tingkatan usia dari

    bayi hingga manula. Pisang memiliki beberapa keunggulan yang dibutuhkan seperti :

    kandungan nutrisi yang lengkap, bahan pelengkap berbagai olahan pangan,

    produktivitas dan kemampuan untuk mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk

    bertahan hidup. Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan

  • 3

    tanaman sumber karbohidrat lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan

    pangan alternatif pengganti beras khususnya di daerah rawan pangan Daerah

    penyebaran pisang cukup luas, umumnya pisang ditanam di pekarangan maupun

    ladang dan sebagian sudah ada dalam bentuk perkebunan (Kuntarsih, 2012).

    Secara umum produksi komoditas pisang di Kalimantan Selatan mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar 65,073 ton, pada tahun

    2012 sebesar 69,670 ton, dan pada tahun 2013 sebesar 71,383 ton (Dinas Pertanian

    Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan, 2014).

    Pisang talas (Musa paradisiaca var. sapientum L.) adalah salah satu jenis

    pisang khas Kalimantan Selatan yang memiliki prospek cerah ke depan. Pisang talas

    sangat laku di pasaran menyebabkan harganya mahal namun sulit dicari. Pisang talas

    memiliki tekstur lembut, manis sedikit sepat, beraroma wangi, berserat halus,

    berwarna kemerahan dan mampu bertahan lama karena kulit luarnya yang keras.

    (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan, 2014).

    Untuk mengatasi faktor pembatas tersebut diperlukan pengelolaan tanah,

    salah satunya dengan ameliorasi tanah misalnya pemupukan baik pemberian pupuk

    organik maupun pupuk anorganik. Pemupukan merupakan upaya untuk mencapai

    kebutuhan unsur hara bagi tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas tanah

    dan produksi tanaman. Alternatif yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas

    tanah gambut yang diketahui mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang

    kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dalam penelitian ini adalah

    melakukan pemupukan NPK Mutiara dan pupuk kandang kotoran ayam (Sutedjo et

    al, 1991).

    PERUMUSAN MASALAH

    Usaha meningkatkan produksi buah pisang talas di beberapa daerah di

    Kalimantan Selatan mendapat hambatan, yaitu dengan adanya serangan beberapa

    penyakit dan perkembangbiakan tanaman dari anakan atau secara konvensional yang

    lambat dibanding jenis pisang lain,. Pisang talas dalam setiap rumpunnya

    menghasilkan anakan sekitar 5-7 anakan pada tahun pertama (Aspariah, 2007). Salah

    satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh bibit pisang yang sehat dan dalam

    jumlah banyak dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan. Menurut Wardiyarti

  • 4

    (1998), kultur jaringan adalah pemeliharaan in vitro semua bagian tanaman, baik

    yang berupa sel tunggal, jaringan atau organ dalam kondisi bebas hama dan penyakit

    serta pengaruh mikroorganisme.

    Kultur jaringan tanaman atau sering di sebut juga perbanyakan tanaman

    secara in vitro adalah suatu teknik pengisolasian dan pemeliharaan sel atau potongan

    jaringan tanaman yang dipindahkan dari lingkungan alaminya, kemudian

    ditumbuhkan pada media buatan yang sesuai dan kondisinya aseptik. Bagianbagian

    tersebut kemudian memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap

    kembali (Gunawan, 1995).

    Berbeda dengan teknik perbanyakan vegetatif konvensional, kultur jaringan

    melibatkan pemisahan komponen-komponen biologis dan tingkat pengendalian yang

    tinggi dalam memacu proses regenerasi dan perkembangan jaringan. Setiap urutan

    proses dapat dimanipulasi melalui seleksi bahan tanaman, medium kultur dan faktor-

    faktor lingkungan, termasuk eliminasi mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.

    Semua itu dimaksudkan untuk memaksimalkan produk akhir dalam bentuk kuantitas

    dan kualitas propagula berdasarkan prinsip totipotensi sel (Zulkarnain, 2009).

    Perbanyakan pisang secara in vitro diharapkan memiliki tingkat keberhasilan

    yang tinggi. Kultur in vitro selesai pada saat terbentuk planlet (tanaman kecil) yang

    mempunyai pucuk pada ujung yang satu dan akar yang berfungsi pada ujung lainnya.

    Selanjutnya adalah pemindahan planlet ke tanah. Masa ini merupakan masa yang

    kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman. planlet harus menyesuaikan diri dari

    kondisi heterotrop menjadi autotrop. Masa ini disebut aklimatisasi (Gunawan, 1995).

    Keadaan in vivo yang harus dihadapi planlet adalah : (1) kelembapan yang

    berkurang, (2) temperatur yang tinggi, (3) intensitas cahaya yang lebih tinggi, (4)

    perlu mengadakan proses fotosintesis, dan (5) adanya serangan hama dan penyakit

    (Gunawan, 1995).

    Potensi tanah gambut di Kabupaten Barito Kuala terutama untuk lahan

    pertanian produktif belum dimanfaatkan secara maksimal. Hasil yang rendah tersebut

    erat kaitannya dengan kendala fisika dan kimia lahan, seperti dinamika air,

    kemasaman tanah, kesuburan kandungan NPK yang rendah. Unsur K, Ca dan Mg

  • 5

    merupakan faktor pembatas utama pertumbuhan dan produksi tanaman di lahan

    gambut (Alwi, 2007).

    TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

    1. Interaksi antara dosis pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis pupuk NPK

    mutiara terhadap pertumbuhan pisang talas hasil aklimatisasi pada lahan

    gambut.

    2. Pengaruh dosis pupuk NPK mutiara terhadap pertumbuhan pisang talas hasil

    aklimatisasi pada lahan gambut.

    3. Pengaruh dosis pupuk kandang kotoran ayam terhadap pertumbuhan pisang talas

    hasil aklimatisasi pada lahan gambut.

    MANFAAT PENELITIAN

    Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

    budidaya pisang talas hasil aklimatisasi dengan pemberian pupuk NPK mutiara dan

    pupuk kandang kotoran ayam pada lahan gambut.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Tanaman Pisang

    Tanaman pisang termasuk tumbuh-tumbuhan herba dan berbiji tunggal

    (monokotil). Tanaman pisang adalah suatu tumbuhan yang dari akar hingga daunnya

    dapat dimanfaatkan untk kepentingan manusia. Tanaman pisang berasal dari

    kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar luas

    ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan Amerika Tengah.

    Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi

    daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan

    Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang tersebar di barat melalui

    Samudra Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika (Suyanti, 2008).

    Tanaman pisang talas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae (tumbuhan)

    Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

    Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

    Kelas : Monocotyledonae

  • 6

    Ordo : Scitamineae

    Famili : Musaceae

    Genus : Musa

    Spesies : Musa paradisiaca var. sapientum (L.)

    (Sumber : www.plantamor.com)

    Tanaman pisang pada umumnya adalah tumbuhan berumpun. Setiap batang

    pisang biasanya akan tumbuh tunas dalam waktu 1sampai 11/2 bulan sekali. Kalau

    menghendaki tanaman pisang menjadi produktif, maka pertumbuhan pisang dalam

    setiap rumpun dibatasi hanya 3sampai 4 batang saja. Tunas-tunas pisang yang

    selebihnya kita basmi atau kita pindahkan ke lahan lain (Kuswanto, 2007).

    Akar

    Tanaman pisang tidak berakar tunggang. Pada umumnya akar tanaman itu

    mempunyai akar-akar rambut yang halus dan sangat banyak. Akar yang tumbuh di

    bonggol pisang bagian bawah panjangnya kurang lebih 0.75-1.5 m, dan sebagian

    besar dari akar akar tanaman pisang itu tumbuh ke samping bonggol yang

    panjangnya antara 4 sampai 5 meter (Kuswanto, 2007).

    Umbi (bonggol)

    Umbi pisang itu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: umbi bagian dalam

    dan umbi bagian luar. Pada umbi bagian dalam, terdapat juga titik tumbuh dan

    kambium. Di atas umbi bagian dalam itu terdapat sebagian kecil umbi bagian umbi

    luar dan tempat tumbuhnya akar dan tunas-tunas pisang baru. Letak duduk umbi

    pisang sebaiknya jangan sampai kurang dari 10 cm di bawah permukaan tanah. Umbi

    pisang yang sebagian besar berada di atas permukaan tanah disebut pisang nyandi.

    Pisang yang demikian itu sangat mudah sekali roboh bila tertiup angin. (Kuswanto,

    2007).

    Batang

    Batang pisang sesungguhnya bukanlah batang yang asli tetapi merupakan

    batang semu. Di bagian dalam batang pisang terdapat hati pisang dan hati pisang itu

    ditutup gedobok-gedobok yang tersusun saling tutup menutupi. Gedebok pisang

    selain mengandung air juga mengandung serat-serat pisang yang panjang dan kuat.

    Di bagian atas dari gedebok-gedebok pisang itu tumbuh pelepah pisang lengkap

  • 7

    dengan daunnya. Pelepah pisang itu panjangnya lebih dari panjang daunnya

    (Kuswanto, 2007).

    Daun

    Daun pisang bentuknya meruncing dan disebelah ujungnya merata. Bentuk

    daunnya semakin ke ujung semakin kecil dan menyempit. Daun pisang di bagian luar

    licin seperti lilin. Pada bagian tepi daun pisang itu hanya berbingkai tipis dan lemah,

    sehingga pada umumnya mudah robek bila tertiup angin (Kuswanto, 2007).

    Bunga dan buah

    Setiap tanaman pisang memiliki bunga yang sangat banyak, bunganya

    majemukdan tangkainya panjang, kuat dan bulat. Daun pelindungnya biasanya

    disebut seludung bunga yang warnanya kecoklatan dan agak merah. Letak seludung

    bunganya saling tutup-menutupi antara satu dengan yang lainnya. Bunga-bunga

    pisang itu terkumpul menjadi satu kesatuan yang disebut ontong pisang. Biasanya

    50% dari ontong pisang akan menjadi buah yang sempurna, dan selebihnya akan

    gagal menjadi buah ontong yang tidak bisa diharapkan menjadi buah sebaiknya

    segera dipotong (Kuswanto, 2007).

    Pada umumnya tanaman pisang akan berbuah setelah tanaman berumur 12

    sampai 18 bulan. Buah pisang akan tua setelah berumur 3 sampai 4 bulan. Sisiran

    buah pisang yang paling atas biasanya besar-besa, tetapi semakin ke ujung akan

    semakin kecil. Selain itu sisiran buah pisang yang teratas biasanya lebih cepat tua

    atau lebih cepat masakdaripada sisiran buah pisang di bawahnya (Kuswanto, 2007).

    Syarat Tumbuh Pisang

    Pisang dapat ditanam di dataran rendah dengan suhu 21-320

    C dan beriklim

    lembab. Walaupun demikian pisang masih dapat berkembang baik sampai pada

    ketinggian tempat 1300 m dpl. Di dataran tinggi, umur berbuah pisang menjadi lebih

    panjang dan kulit buahnya pun cenderung lebih tebal. Topografi yang dikehendaki

    tanaman pisang berupa lahan datar dengan kemiringan 80. Lahan itu terletak di

    daerah tropis antara 160 LU-12

    0 LS (Tim Redaksi Trubus, 2002).

    Pertumbuhan optimal pisang dicapai di daerah yang bercurah hujan lebih dari

    2000 mm yang merata sepanjang tahun. Di daerah yang mempunyai musim kering 4-

    5 bulan, pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air tanahnya maksimal 150 cm di

  • 8

    bawah permukaan tanah. Pisang juga dapat tumbuh bagus dilahan berpasir atau

    berbatu kerikil, asalkan subur. Keasaman tanah (pH) yang dikehendaki pisang adalah

    5,5-7,5. Berdasarkan syarat tumbuh pisang tersebut, hampir semua wilayah di

    Indonesia dapat ditanami pisang (Tim Redaksi Trubus, 2002).

    Perbanyakan Tanaman

    Teknik perbanyakan tanaman yang baik dibutuhkan untuk meningkatkan

    produktivitas tanaman. Penyediaan bibit yang baik dan benar merupakan suatu upaya

    untuk meningkatkan produksi tanaman terutama untuk memenuhi permintaan dalam

    skala besar. Masalah penyediaan bibit tersebut diharapkan dapat diatasi melalui

    perbanyakan tanaman secara in vitro. Prinsip kultur jaringan ada dua, yaitu,

    mengisolasi (memisahkan) bagian tanaman dari tanaman induk dan menumbuhkan

    serta mengembangkan bagian tanaman tersebut di dalam media yang kondisinya

    mendorong pertumbuhan bagian tanaman, kedua prinsip tersebut dilakukan dalam

    kondisi bebas hama, penyakit, dan mikroorganisme (aseptik) (Wardiyarti, 1998).

    Dalam metode perbanyakan melalui kultur in vitro pertumbuhan dan

    perkembangan eksplan sangat dipengaruhi oleh jenis media dasar dan zat pengatur

    tumbuh. Media MS merupakan media dasar yang umumnya digunakan untuk

    perbanyakan sejumlah besar spesies tanaman. Media dasar tersebut kaya akan

    mineral yang merangsang terjadinya organogenesis (Gunawan, 1995).

    Aklimatisasi

    Aklimatisasi merupakan langkah penting dalam perbanyakan tanaman secara

    in vitro. Selama pertumbuhan in vitro, tanaman berkembang di bawah kondisi yang

    terkendali, termasuk lingkungan tertutup, tanpa pertukaran gas, dengan kelembaban

    tinggi di udara, intensitas cahaya rendah, dan penggunaan gula dari media sebagai

    sumber karbon dan energi. Aklimatisasi adalah proses pengandaptasian tanaman dari

    media hara in vitro ke media tanah in vivo. Tanaman yang tumbuh secara in vivo

    bebeda dengan keadaan tanaman yang tumbuh secara in vitro, oleh sebab itu

    pemindahannya memerlukan teknik khusus agar derajat kematian dapat ditekan

    seminimal mungkin (Wardiyarti, 1998). Menurut Supriati (2011), pada saat akan

    melakukan aklimatisasi, 1-2 hari botol sudah dipindahkan ke rumah kaca dengan

    tujuan penyesuaian lingkungan (hardening), kemudian bibit dikeluarkan dari botol

  • 9

    dengan cara membersihkan di bawah air mengalir sampai tidak ada agar-agar yang

    melekat pada bibit. Rendam dalam larutan fungisida 2 g/l selama 5-10 menit,

    kemudian kering anginkan di atas kertas koran.

    Menurut Izudin (2013, kondisi yang dibutuhkan planlet pada saat aklimatisasi

    tergantung pada jenis tanaman dan kualitasnya. Secara umum faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi adalah :

    1. Cahaya

    Pada kondisi in vitro, tanaman disinari pada tingkat cahaya yang rendah. Bila

    tanaman langsung dipindahkan pada kondisi dengan tingkat cahaya yang tinggi maka

    daun akan menjadi kering seperti terbakar. Untuk itu pada saat tanaman

    diaklimatisasi perlu diberikan naungan. Naungan akan mengurangi transpirasi dan

    kelebihan cahaya yang dapat merusak molekul klorofil. Setelah beberapa waktu

    dibawah naungan, tanaman secara perlahan-lahan dipindahkan ke kondisi

    pencahayaan sebenarnya dimana tanaman akan ditanam. planlet diletakkan pada

    ruangan dengan intensitas cahaya sekitar 40-50%.

    2. Temperatur

    Kondisi di ruang aklimatisasi (rumah kaca) diusahakan mempunyai suhu

    berkisar antara 25o 30o C karena pada saat planlet dalam kondisi in vitro, suhu

    ruang kultur konstan, yaitu 250

    C . Pengaturan suhu dapat juga dilakukan dengan

    melakukan penyiraman, fentilasi terkontrol dan sistem pengkabutan.

    3. Kelembaban

    Mempertahankan kelembaban relatif yang tinggi untuk beberapa hari pertama

    setelah aklimatisasi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan daya hidup

    planlet. Pada saat planlet dalam botol, pada kondisi in vitro kelembapannya 80-99%,

    namun pada saat planlet dipindahkan ke rumah kaca kelembapan akan menurun

    hingga mencapai 50% . Penurunan kelembaban dan harus selambat mungkin

    dilakukan untuk membentuk tanaman yang makin kuat sehingga tanaman tidak stres.

    Beberapa teknik mendapatkan kelembaban yang sesuai adalah dengan menggunakan

    sistem penutupan dengan kantong plastik bening (sungkup), sistem ini terbukti lebih

    baik dan relatif murah dan mudah dalam pengerjaannya.

    4. pH media tanam

  • 10

    Media tanam pada kondisi in vitro terdiri dari berbagai komposisi, yaitu hara

    makro, hara mikro, vitamin dan zpt, dimana pH media tersebut berkisar antara 5,8-

    6,2. Pengaturan pH media tanam dapat dilakukan dengan pemberian KOH atau HCL.

    Pada saat aklimatisasi pH media tanam yang digunakan juga harus sesuai dengan

    media tanam pada kondisi in vitro.

    Pupuk NPK mutiara

    Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,

    misalnya pupuk NP, NK, PK, NPK ataupun NPKMg. Disebut pupuk majemuk

    karena pupuk ini mengandung unsur hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk

    majemuk lengkap bisa disebut sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer.

    Pupuk majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan

    dari pabrik-pabrik pembuat pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-

    unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman (Sutejo, 2002).

    Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga angka yang

    berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5 dan K2O (Hardjowigeno, 2003).

    Pupuk majemuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPK Mutiara,

    berwarna biru muda dengan bentuk berupa butiran dan bersifat sangat higroskopis.

    Pupuk Majemuk NPK mutiara merupakan pupuk majemuk lengkap yang

    mengandung unsur hara esensial bagi tanaman seperti 16% N (Nitrogen), 16% P2O5

    (Phospate), 16% K2O (Kalium), 0.5% MgO (Magnesium), dan 6% CaO (Kalsium).

    (Sutedjo et al, 1991).

    Dosis pupuk disesuaikan atau diseimbangkan dengan unsur hara yang diserap

    tanaman dari dalam tanah, yaitu sebanyak 95 kg N/ha, 26 kg P2O5/ha, 304 kg

    K2O/ha, dan 114 kg kapur CaO/ha. Menurut Rismunandar, dosis pemupukan pisang

    diluar negeri dianjurkan menggunakan urea (45% N) sebanyak112-225 kg/ha,

    superfosfat atau SP (18% P2O5) 375-862 kg/ha, dan kaliumsulfat atau ZK (50% K2O)

    270-540 kg/ha. Sementara di Indonesia dalam satu hektar lahan dianjurkan

    menggunakan 250-350 kg urea, 140-200 kg SP-36, dan 150-550 kg KCl. Bila

    menggunakan pupuk majemuk NPK (15-15-15), dosisnya sebanyak 650-900

    kg/ha/tahun. Dosis pemupukan tersebut tergantung pada jenis dan kesuburan tanah.

    Pemberian pupuk dapat dilakukan secara sebar dalam rorak di antara dua baris

  • 11

    tanaman atau secara melingkar pada batang pisang dengan jarak sekitar 0,5 meter.

    Untuk kapur pertanian (CaO) atau dolomit hanya diberikan pada tanah yang bereaksi

    masam atau pH di bawah 5,5. Dosis kapur pertanian ini sebanyak 2 ton/ha

    (Sunarjono, 2002).

    Pupuk kandang Kotoran Ayam

    Pemanfaatan pupuk kandang ayam termasuk luas. Umumnya diperguna-kan

    oleh petani sayuran dengan cara mengadakan dari luar wilayah tersebut, misalnya

    petani kentang di Dieng mendatangkan pupuk kandang ayam yang disebut dengan

    chiken manure (CM) atau kristal dari Malang, Jawa Timur (Widowati et al., 2005).

    Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih

    tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis

    konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur

    sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat

    menyumbangkan tambahan hara ke dalam pukan terhadap sayuran (Widowati et al.,

    2005).

    Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan

    respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk

    kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang

    cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang

    lainnya. Pemanfaatan pupuk kandang ayam ini bagi pertanian organik menemui

    kendala karena pupuk kandang ayam mengandung beberapa hormon yang dapat

    mempercepat pertumbuhan ayam (Widowati et al., 2005).

    selain sebagai sumber hara pupuk kandang ayam mampu meningkatkan pH

    dan meningkatkan Kejenuhan Basa karena pupuk kandang ayam mengandung basa-

    basa seperti K, Ca dan Mg serta fungsinya sebagai chelating agent terhadap kation

    logam Al dan Fe serta dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Selain itu,

    juga berperan dalam perbaikan sifat fisik dan biologi tanah. Secara fisika, pupuk

    kandang ayam dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Hardjowigeno (2003),

    bahwa pupuk kandang memperbaiki sifat fisika tanah melalui perbaikan struktur

    tanah menjadi lebih gembur dan remah, serta meningkatkan kapasitas menahan air.

  • 12

    Secara biologis, mampu menambah jumlah dan meningkatkan aktivitas

    mikroorganisme tanah sehingga terjadi dekomposisi bahan organik tanah.

    Dalam budidaya pisang bila menggunakan pupuk kandang, dosisnya sekitar

    10-20 kg/lubang tanam. Sementara bila menggunakan bokashi, dosisnya setara

    dengan pupuk kandang tersebut, yaitu 20-40 kg/lubang tanam. Sebagian dosis pupuk

    kandang atau bokashi dicampur dengan tanah lapisan bawah, sedangkan sisanya

    dicampur dengan tanah lapisan atas. Lapisan tanah bawah dimasukkan ke dasar

    lubang, sedangkan lapisan tanah atas digunakan untuk mengurug lubang setelah bibit

    ditanam (Sunarjono, 2002).

    Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi

    dengan kisaran pH 3 - 4. Gambut oligotropik yang memiliki substratum pasir kuarsa

    di Bereng bengkel, Kalimantan Tengah memiliki kisaran pH 3,25 3,75. Sementara

    itu gambut di sekitar Air Sugihan Kiri, Sumatera Selatan memiliki kisaran pH yang

    lebih tinggi yaitu 4,1-4,3 merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi

    pertumbuhan dan hasil tanaman. Untuk mengatasi faktor pembatas tersebut

    diperlukan pengelolaan tanah, salah satunya dengan ameliorasi tanah misalnya

    pemupukan baik pemberian pupuk organik maupun pupuk anorganik. Tanah gambut

    berkadar organik tinggi, pH sangat masam, KTK tinggi, KB rendah dan nisbah C/N

    tinggi. Sehingga sulit diserap tanaman, bersifat lepas dan mempunyai aerasi dan

    drainase yang kurang baik sehingga mengakibatkan minimnya kemampuan

    menyerap air dan hara sehingga tanah gambut umumnya tidak subur (miskin unsur

    hara) dan lambat kering. (Polak, B. 1949).

    Berdasarkan kondisi fisik tanah gambut tersebut, maka pemberian pupuk

    kandang ayam (pupuk organik) akan memperbaiki kondisi fisik tanah menjadi lebih

    baik. Dari segi penyediaan hara, adanya pemberian pupuk NPK mutiara dan pupuk

    kandang sangat menunjang ketersediaan unsur hara makro dan mikro secara simultan

    untuk tanah dan tanaman. Maksudnya unsur hara pupuk anorganik bersifat mudah

    dan cepat tersedia sedangkan pupuk organik bersifat tersedia secara lambat dan

    bertahap (Soepardi, 1983).

    Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan antara 15,5 18,5 juta hektar

    yang tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Dari luas gambut 18,5 juta

  • 13

    hektar, diantaranya terdapat sekitar 4,61 juta ha (24,9%) di Kalimantan Barat, 2,61

    juta ha (11,7%) di Kalimantan Tengah, 1,48 juta ha (8%) di Kalimantan Selatan dan

    1,05 juta ha (5,7%) di Kalimantan Timur (Radjaguguk, B. 2003).

    Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di lahan

    pasang surut (gambut) adalah adanya lapisan gambut tebal dan lapisan pirit (FeS02).

    Gambut mempunyai sifat khas, yaitu sifat kering tak balik (irreversible drying) dan

    daya retensi air yang besar (Driessen dan Soepraptohardjo, 1974). Sedangkan pirit

    adalah suatu mineral endapan marin yang terbentuk pada tanah yang jenuh air, kaya

    bahan organik dan diperkaya oleh sulfat larut yang berasal dari laut. Pirit mempunyai

    sifat yang unik dan tergantung pada keadaan air (Radjaguguk, B. 2003).

    Pada keadaan jenuh air pirit stabil dan tidak berbahaya, tetapi pada keadaan

    kering atau drainase berlebihan maka pirit menjadi labil dan mudah teroksidasi.

    Oksidasi pirit akan menyebabkan pemasaman tanah karena diikuti oleh pelepasan ion

    ion sulfat dan besi, selanjutnya akan menghancurkan struktur mineral liat tanah

    sehingga meningkatkan kadar asam, besi, aluminum dalam larut tanah (Radjaguguk,

    B. 2003).

    Status hara

    Gambut yang terbentuk dekat pantai pada umumnya gambut topogen yang

    lebih subur, dibandingkan gambut pedalaman yang umumnya tergolong ombrogen.

    Tingkat kesuburan tanah gambut tergantung pada beberapa faktor: (a) ketebalan

    lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi; (b) komposisi tanaman penyusunan

    gambut;dan (c) tanah mineral yang berada dibawah lapisan tanah gambut (Andriesse,

    1974). Polak (1949) menggolongkan gambut kedalam tiga tingkat kesuburan yang

    didasarkan pada kandungan P2O5, CaO, K2O, dan kadar abunya, yaitu: (1) gambut

    eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi; (2) gambut mesotrofik dengan tingkat

    kesuburan yang sedang; dan (3) gambut oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang

    rendah (Tabel 1).

  • 14

    Tabel 1. Kandungan hara pada tiga tingkat kesuburan gambut

    Tingkat kesuburan Kandungan (% bobot kering gambut)

    P2O5 CaO K2O Abu

    Eutrofik > 0,25 > 4,0 > 0,10 > 0,25

    Mesotrofik 0,20-0,25 1-4,0 0,10 0,20-0,25

    Oligotrofik 0,05-0,20 0,25-1 0,03-0,1 0,05-0,20

    Sumber : Polak, B. 1949.

    M E T O D E P E N E L I T I A N

    Metode penelitian yang digunakan adalah Faktorial dua faktor, menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok (RAK), dimana yang dijadikan kelompok adalah tinggi

    tanaman dengan 3 pengelompokan (4-14 cm, 14-24 cm, dan 24-34 cm). Faktor yang

    digunakan meliputi :

    Faktor pertama adalah pupuk NPK Mutiara (N) terdiri dari 3 taraf perlakuan,

    yaitu :

    n1 : 200 kg ha-1

    = 200 g/lubang tanam

    n2 : 250 kg ha-1

    = 250 g/lubang tanam

    n3 : 300 kg ha-1

    = 300 g/lubang tanam

    Faktor kedua adalah pupuk kandang kotoran ayam (K) terdiri dari 4 taraf,

    yaitu :

    k1 : 5 t ha-1

    = 5 kg/lubang tanam

    k2 : 10 t ha-1

    = 10 kg/lubang tanam

    k3 : 15 t ha-1

    = 15 kg/lubang tanam

    k4 : 20 t ha-1

    = 20 kg/lubang tanam

    Tabel 2. Kombinasi perlakuan pupuk NPK mutiara (N) dan pupuk kandang kotoran

    ayam (K).

    Pupuk NPK

    Mutiara (N)

    Pupuk Kandang Kotoran Ayam (K)

    k1 = 1 k2 = 2 k3 = 3 k4 = 4

    n1 = 1 n1k1 n1k2 n1k3 n1k4

    n2 = 2 n2k1 n2k2 n2k3 n2k4

    n3 = 3 n3k1 n3k2 n3k3 n3k4

  • 15

    Dari percobaan tersebut terdapat 12 kombinasi perlakuan, dimana setiap perlakuan di

    ulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

    Tempat dan Waktu

    Percobaan perbanyakan pisang talas hasil aklimatisasi dilaksanakan pada

    lahan gambut di Desa Simpang Nungki RT.1, Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito

    Kuala. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan

    April sampai Agustus 2015

    Pelaksanaan Penelitian

    Persiapan

    Persiapan dilakukan terutama untuk pengadaan bahan dan alat yang

    digunakan. Bahan tanam berupa bibit pisang talas hasil aklimatisasi berumur 3

    bulan, tinggi bibit 10-30 cm dan jumlah daun 4-6 helai.

    Pelaksanaan

    Survei lahan. Survei lahan dilakukan untuk menentukan lokasi penanaman

    didaerah Kabupaten Barito Kuala. Lahan yang akan ditanami adalah tipe tanah

    gambut. Alat yang digunakan dalam survei yaitu, bor untuk mengetahui ketebalan

    gambut pada lahan yang disurvei.

    Pembuatan tukungan dan lubang tanam. Tukungan dibuat berdiameter 1 m2

    dan lubang tanam dibuat ditengahnya dengan lebar 30 cm, panjang 30 cm, dan

    kedalaman 30 cm.

    Pengapuran. Kapur yang digunakan adalah dolomit. Pengapuran bertujuan

    untuk menaikkan pH tanah awal berkisar antara 3,05-3,12 menjadi pH tanah 4,5-6,5

    yang ideal untuk budidaya pisang. Dosis kapur perlubang tanam adalah 2 kg,

    Pengapuran dilakukan kurang lebih 4 minggu sebelum tanam.

    Persiapan bibit. Bibit pisang talas yang ada di dalam paranet samping lab.

    Kultur jaringan faperta unlam banjarbaru dipindahkan menggunakan pike up ke

    lahan penelitian di desa Simpang Nungki, kec. Cerbon kab. Barito Kuala.

    Pembuatan patok. Patok digunakan untuk menandai titik penanaman dan

    memudahkan dalam pengamatan.

  • 16

    Penanaman. Penanaman dilakukan sore hari pada lubang tanam yang telah

    diberi kapur dan pupuk kandang kotoran ayam dua minggu sebelumnya. Jarak tanam

    yang digunakan adalah 5 m x 2 m.

    Pemeliharaan. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembersihan gulma, dan

    pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dua hari sekali dan tergantung

    cuaca. Pembersihan gulma dilakukan saat gulma mulai terlihat tumbuh pada lahan

    penelitian. Pengendalian hama penyakit pada tanaman menggunakan insektisida

    antara lain; Curacron 500 EC untuk menendalikan hama, Dithane M-45 untuk

    mengendalikan jamur, dan Agrept 20 WP untuk mengendalikan bakteri.

    Pengamatan

    Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan bibit pada fase vegetatif.

    Peubah-peubah yang diukur dan diamati adalah :

    a. Persentase bibit yang hidup dari minggu ke-1 sampai minggu ke-12.

    Data diambil dengan rumus :

    Persentase bibit hidup = X 100 %

    b. Pertambahan jumlah daun. Pertambahan jumlah daun dihitung dengan cara

    menghitung jumlah daun baru yang terbentuk sempurna. Pengamatan dilakukan

    setiap dua minggu sekali dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12.

    c. Pertambahan lebar daun. Pertambahan lebar daun diukur pada tengah daun baru

    yang terbentuk sempurna(membuka). Pengamatan dilakukan setiap dua minggu

    sekali dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12.

    d. Pertambahan panjang daun. Pertambahan panjang daun diukur pada pangkal

    daun bagian tengah sampai bagian ujung daun. Pengamatan dilakukan setiap dua

    minggu sekali dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12.

    e. Pertambahan tinggi bibit. Pertambahan tingggi bibit diukur dari pertambahan

    tinggi setelah ditanam, yang diukur dari permukaan tanah hingga ujung titik

    tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali dimulai dari minggu ke-

    2 sampai minggu ke-12.

    f. Pertambahan diameter batang. Pertambahan diameter batang diukur dari

    pertambahan diameter batang setelah tanam. Pengukuran dilakukan berdasarkan

    Jumlah bibit hidup

    Jumlah bibit yang ditanam

  • 17

    pada tinggi tanaman 5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan setiap

    dua minggu sekali dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12.

    Analisis Data

    Statistik yang digunakan dalam menganalisa peubah-peubah yang diamati

    adalah sebagai berikut :

    1. Statistik parametrik untuk data kuantitatif menggunakan Model Linear Aditif

    dalam Rancangan Acak Kelompok (Sudjana, 1994).

    Yijk = +i + j + ()jk + ijk

    Keterangan :

    I = n1, n2, n3 (perlakuan dosis pupuk NPK mutiara)

    j = k1, k2, k3, k4 (perlakuan dosis pupuk kandang kotoran ayam)

    k = n1k1, n1k2, n1k3, n1k4, n2k1, n2k2, n2k3, n2k4, n3k1, n3k2, n3k3,

    n3k4 (jumlah ulangan)

    Yijk = Respon satuan percobaan yang menerima taraf perlakuan

    pupuk NPK mutiara dan pupuk kandang kotoran ayam ke-k

    pada kelompok ke-i

    = nilai tengah umum

    i = pengaruh kelompok ke-i

    j = pengaruh pupuk NPK mutiara taraf ke-j

    k = pengaruh pupuk kandang kotoran ayam taraf ke-k

    ()jk = Pengaruh interaksi pupuk NPK mutiara taraf ke-j

    dengan pupuk kandang kotoran ayam taraf ke-k

    ijk = pengaruh galat acak yang menerima perlakuan pupuk NPK

    mutiara taraf ke-j dan pupuk kandang kotoran ayam taraf ke-

    k pada kelompok ke-i

    Data kuantitatif diuji dengan uji Bartlett, setelah data homogen dilanjutkan

    analisis ragam dengan uji F 95%, jika analisis ragam menunjukan bahan kombinasi

    kedua perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata, maka analisis dilanjutkan

    dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5 %. Jika hanya faktor

    N atau faktor K saja yang berpengaruh nyata atau sangat nyata, maka analisis

  • 18

    dilanjutkan dengan uji BNT pengaruh tidak nyata 5% berdasarkan model linear

    aditifnya, dapat dibuat analisis ragam seperti pada Tabel 3.

    Tabel 3. Analisis ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk semua peubah

    yang diamati.

    Sumber

    Keragaman

    (SK)

    Derajat bebas

    (db)

    Jumlah

    Kuadrat

    (JK)

    Kuadrat

    Tengah

    (KT)

    F Hitung F Tabel

    5 % 1 %

    Kelompok

    Perlakuan

    N

    K

    N x K

    Galat

    3 1= 2

    3 1= 2 4 1= 3

    (3 1) (4 1) = 6

    (12 1)(3 1) = 22

    JKR

    JKA

    JKB

    JKAB

    JKE

    KTR

    KTA KTB KTAB KTE

    KTR/KTE

    KTA/KTE

    KTB/KTE

    KTAB/KTE

    Total 36 1 = 35 JKT

    N = Perlakuan pupuk NPK mutiara.

    K = Perlakuan pupuk kandang kotoran ayam.

    RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

    No Barang yang diperlukan Jumlah Harga

    satuan

    Biaya yang

    diperlukan

    Bibit pisang talas hasil

    kultur jaringan

    40 tanaman 15.000,- 600.000,-

    Semprotan 4 buah 25.000,- 100.000,-

    Pupuk kandang kotoran

    ayam

    45 karung 30.000,- 1.350.000,-

    Pupuk NPK mutiara 9 kg 15.000,- 135.000,-

    Plastik clip 100 bungkus 250,- 25.000,-

    Agrept 20 WP 1 bungkus 18.000,- 18.000,-

    Curacron 500 EC 1 botol 23.000,- 23.000,-

    Dithane M-45 1 bungkus 20.000,- 20.000,-

    Kapur pertanian 72 kg 1.000 72.000

    Transport pengangkutan

    bibit

    1x angkut 230.000,- 230.000,-

    Analisis tanah 4 sampel 27.000,- 108.000,-

    Total 2.081.000,-

  • 19

    JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

    Kegiatan April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Agustus 2015

    M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Survei lahan

    Pembersihan Lahan

    Persiapan media

    tanam

    pengapuran

    Penanaman planlet

    Pemupukan

    pertama kotoran

    kandang ayam

    Pemupukan

    susulan NPK

    mutiara

    Penyiraman

    Pengamatan

    Perhitungan

    persentase planlet

    hidup, pertambahan

    jumlah daun, dan

    tinggi planlet

    Laporan hasil

    penelitian

    LAMPIRAN

    SARANA DAN PRASARANA

    Bahan

    Bahan tanam. Bahan tanam berupa bibit pisang talas hasil aklimatisasi dari

    laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

    Banjarbaru.

    Pupuk NPK Mutiara. Pupuk NPK mutiara digunakan untuk memberikan

    tambahan unsur hara pada tanaman.

  • 20

    Pupuk kandang kotoran ayam. Pupuk kandang kotoran ayam digunakan untuk

    memberikan tambahan unsur hara pada tanaman.

    Pestisida. Pestisida yang digunakan adalah Curacron 500 EC untuk

    mengendalikan hama pada tanaman pisang dilapangan.

    Fungisida. Fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45 untuk

    mengendalikan serangan jamur pada tanaman pisang dilapangan.

    Bakterisida. Bakterisida yang digunakan adalah Agrept 20 WP untuk

    mengendalikan serangan bakteri pada tanaman pisang dilapangan.

    Kapur pertanian. Kapur pertanian yang digunakan adalah dolomit untuk

    menaikkan pH tanah.

    Alat

    Cangkul. Cangkul digunakan untuk membuat gundukan dan lubang tanam.

    Parang. Parang digunakan untuk membersihkan gulma pada lahan.

    Meteran. Meteran digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.

    Handsprayer. Handsprayer digunakan untuk menyemprot zat cair pada

    tanaman pisang dilapangan.

    Kamera. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian

    yang dilaksanakan serta perkembangan tanaman dengan gambar.

    Alat-alat lainnya. Alat-alat lainnya seperti pisau, ember, alat tulis, dan lain-

    lain.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Alwi, M., A. Hairani. 2007. Karakteristik kimia lahan gambut dangkal dan

    potensinya untuk pertanaman cabai dan tomat. Bul. Agron. 35:36-43.

    Aspariah, Noor. 2007. Respon Pertumbuhan dan Hasil Dari Anakan Kedua Pisang

    Talas (Musa pardisiaca var sapientum L.) Terhadap Dosis Nitrogen dan

    Kotoran Ayam. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Lambug Mangkurat.

    Banjarbaru.

    Balai Penelitian Tanaman Buah-Buahan. 1996. Komoditas Pisang. Balai

    Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Solok.

    Breemen,V. N. dan L.J. Pons. 1978. Acid Sulphate Soils and Rice. In IRRI.

    Soil and Rice. Pp. 739-762. Intern. Rice Res. Ins. Los Banos. Philipinnes.

    Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan. 2014.

    Laporan Jumlah Tanaman Yang Menghasilkan dan Produksi Buah-buahan

    dan Sayur-sayuran. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

    Driessen, P.M. and M. Soepraptohardjo, 1974. Soil for Agricultural Expansion

    in Indonesia. Soil Research Institute. Bogor.

    Foth, Hendry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh Endang

    Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati dan Rahayuning Trimulatsih. Gajah

    Mada University Press, Yogyakarta.

    FAO-Unesco. 1994. Soil Map of the world. FAO Rome Published By ISRIC.

    Wageninagan 140 hal.

    Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur In Vitro Dalam Hortikultura. Penebar

    Swadaya. Jakarta.

    Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

    Kuswanto. 2007. Bertanam Pisang Dan Cara Pemeliharaannya. CV Deriko.

    Solo.

    Polak, B. 1949. The Rawa Lakbok ( South Priangan, Java ). Investigation into

    the Composition of anEutrophic Topogenous bog. Cont. Gen. Agr. Res.

    Sta. No. 8, Bogor, Indonesia.

    Purnamayani, R., S. Sabiham, Sudarsono, L.K. Darusman. 2004. Nilai muatan

    titik nol (MTN) dan hubungannya dengan erapan kalium tanah gambut

    pantai Jambi dan Kalimantan Tengah. J. Tanah Lingkungan 6:75-82.

  • 31

    Radjaguguk, B. 2003. Perspektif Permasalahan dan Konsepsi Pengelolaan

    Lahan Gambut Tropika untuk Pertanian berkelanjutan. Pidato Pengukuhan

    Guru Besar. UGM.

    Rukmana, R. 1999. Usahatani Pisang. Kanisius. Yogyakarta.

    Sunarjono, H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya

    Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta. Soepardi, G., 1984.

    Laporan Kemajuan Kegiatan Penelitian di Test Farm Gambut Pedalaman

    Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman

    Pangan Tingkat I Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

    Suyanti dan A. Supriyadi. 2008. Pisang : Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.

    Penebar Swadaya. Jakarta.

    Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen.Tarsito. Bandung.

    Tim Redaksi Trubus. 2012. Berkebun Pisang Secara Intensif. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Widowati, L.R., Sri Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh Kompos

    Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati

    terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi Sayuran Organik.

    Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai

    Penelitian Tanah, TA 2005.

    Wardiyarti, T. 1998. Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. Lembaga Penerbitan

    Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. ISBN 979-508-242-6.

    Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agro

    Media Pustaka, Jakarta.

  • 32

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Usulan Skripsi : Respon Pertumbuhan Pisang Talas (Musa

    paradisiaca var sapientum L) Hasil Aklimatisasi

    Terhadap Pemberian Pupuk NPK Mutiara Dan Pupuk

    Kandang Kotoran Ayam Pada Lahan Gambut Di

    Kabupaten Barito Kuala

    Nama : Rahmat

    NIM : E1A211217

    Program Studi : Agroekoteknologi

    Disetujui oleh Tim Pembimbing:

    Anggota,

    Ir. Hj. Tuti Heiriyani, MP

    NIP. 19621201 199010 2 001

    Ketua,

    Ir. H. M. Ermayn Erhaka, MS

    NIP. 19540701 19800 31 006

    Diketahui oleh:

    Ketua Program Studi Agroekoteknologi

    Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si

  • 33

    NIP. 19670707 199303 1 004